Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur
description
Transcript of Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur
NILAI TAMBAH SEKTOR MANUFAKTUR
A. Pendahuluan
Pembangunan sektor manufaktur (manufacturing) hampir selalu mendapat
prioritas utama dalam rencana pembangunan negara-negara sedang berkembang
(NSB), hal ini karena sektor manufaktur dianggap sebagai sektor pemimpin (the
leading sector) yang mendorong perkembangan sektor lainnya, seperti sektor jasa dan
pertanian. Pengalaman pertumbuhan ekonomi jangka panjang di negara industri dan
negara sedang berkembang menunjukkan bahwa sektor manufaktur secara umum
tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor pertanian (Arsyad, 2001). Berdasarkan
kenyataan ini tidak mengherankan jika peranan sektor manufaktur semakin penting
dalam berkembangnya perekonomian suatu negara termasuk juga Indonesia.
Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin,
peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah
menjadi barang jadi untuk dijual.
B. Sejarah Manufaktur
Kata manufaktur berasal dari bahasa Latin manus factus yang berarti dibuat
dengan tangan. Kata manufacture muncul pertama kali tahun 1576, dan kata
manufacturing muncul tahun 1683. Manufaktur, dalam arti yang paling luas, adalah
proses merubah bahan baku menjadi produk. Proses ini meliputi (1) perancangan
produk, (2) pemilihan material, dan (3) tahap-tahap proses dimana produk tersebut
dibuat. Pada konteks yang lebih modern, manufaktur melibatkan pembuatan produk
dari bahan baku melalui bermacam-macam proses, mesin dan operasi, mengikuti
perencanaan yang terorganisasi dengan baik untuk setiap aktifitas yang diperlukan.
Mengikuti definisi ini, manufaktur pada umumnya adalah suatu aktifitas yang
kompleks yang melibatkan berbagai variasi sumberdaya dan aktifitas sebagai berikut:
- Perancangan Produk - Pembelian - Pemasaran
- Mesin dan perkakas - Manufacturing - Penjualan
- Perancangan proses - Production control - Pengiriman
- Material - Support services - Customer service
Hal-hal di atas telah melahirkan disiplin ilmu tentang teknik manufaktur.
Sesuai dengan definisi manufaktur, keilmuan teknik manufaktur mempelajari
perancangan produk manufaktur dan perancangan proses pembuatannya serta
pengelolaan sistem produksinya (sistem manufaktur). Meskipun teknik manufaktur
pada berbagai perguruan tinggi memiliki ke-khas-an sendiri-sendiri namun selalu ada
bagian yang sama pada jurusan-jurusan tersebut. Keilmuan teknik manufaktur selalu
berbasis kepada aktifitas pembuatan produk manufaktur yang melibatkan berbagai
aktifitas dan sumberdaya seperti yang telah diuraikan di atas.
Perusahaan manufaktur (manufacturing bussines) adalah perusahaan yang
kegiatannya membeli bahan baku kemudian mengolah bahan baku dengan
mengeluarkan biaya-biaya lain menjadi barang jadi yang siap untuk di jual. Dari
definisi perusahaan manufaktur tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam perusahaan
manufaktur terdapat persediaan bahan baku dan persediaan barang jadi.
Pada akhir periode pada perusahaan manufaktur biasanya terdapat produk
yang belum selesai dikerjakan. Produk yang belum selesai dikerjakan dinamakan
persediaan barang dalam proses. Sehingga pada perusahaan manufaktur terdapat 3
unsur persediaan, yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan
persediaan barang jadi.
Kegiatan khusus dalam perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan baku
menjadi barang jadi, kegiatan ini sering disebut sebagai proses produksi. Selama
proses produksi tentunya dibutuhkan biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya-
biaya yang terjadi dalam proses pengelolahan bahan baku menjadi barang jadi
sehingga barang jadi siap untuk dijual.
C. Perkembangan Sektor Manufaktur di Indonesia
Industri diklasifikasikan:
a) Industri primer/hulu yaitu mengolah output dari sektor pertambangan (bahan
mentah) menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada
tahap selanjutnya
b) Industri sekunder/manufaktur yang mencakup: industri pembuat modal (mesin),
barang setengah jadi dan alat produksi, dan industri hilir yang memproduksi
produk konsumsi
Pertumbuhan output.
Pertumbuhan output yang tinggi disebabkan oleh permintaan eksternal yang tinggi.
Pertumbuhan PDB 3 sektor penting di LDCs sebagai berikut:
Sumber Utama Pertumbuhan PDB menurut Tiga Sektor di Negara Berkembang 2003
-2012 (%)
Sektor Laju Pertumbuhan Rata rata Pangsa dari Kontribusi thd
Pertumbuhan PDB
Pertanian
Manufaktur
Jasa
PDB 100 100 100 100
Laju pertumbuhan output rata rata pertahun untuk sektor manufaktur ( ) lebih
tinggi dari pertanian ( ) periode .
Kontribusi thd pertumbuhan PDB tahun ( %) & tahun (
% )
Pertmbuhan output sektor manufaktur karena permintaan eksternal ekspor tinggi
Pendalaman Struktur Industri.
Pembangunan ekonomi jangka panjang dapat merubah pusat kekuatan ekonomi dari
pertanian menuju manufaktur dan menggeser struktur industri yang memiliki
keunggulan kompetitif dan komparatif.
Perubahan struktur manufaktur disebabkan oleh
a) Penawaran aggregat perkembangan teknolgi, kualitas SDM, inovasi material
baru untuk produksi
b) Permintaan aggregat peningkatan pendapatan perkapita yang mengubah volume
& pola konsumsi
Distribusi PDB Per Sektor pada Harga Konstan 2003 - 2012 (Milyar Rupiah)
Sektor 2003 Harga Konstan
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Primer:
1. Pertanian
2. Pertambangan
Sekunder:
1. Manufaktur
2. Listrik, gas & Air
3. Konstruksi
Tersier:
1. Perdag, Hotel,
Restoran
2. Transportasi &
Komunikasi
3. Bank & Keuangan
4. Penyewaan & Real
Estate
5. Jasa Lainnya
PDB
Kesimpulan:
Berdasarkan analisis tingkat pendalaman struktur industri:
Orientasi perkembangan industri manuafktur di Indonesia masih pada barang
konsumsi sederhana seperti makanan, minuman pakaian jadi sampai bambu, rotan
& kayu
Sisi permintaan aggergat, pasar domestik barang konsumsi berkembang pesat laju
penduduk & peningkatan pendapatan masyarakat per kapita
Sisi penawaran aggregat, Sarana dan prasarana menunjang untuk produksi barang
konsumsi tersebut dibandingkan barang modal
Aspek teknolgi, kandungan teknologi barang konsumsi lebih rendah
Tingkat Teknologi produk manufaktur.
Teknologi yang digunakan dalam industri manufaktur mencakup:
a) Tekonolgi tinggi mencakup: komputer, obat-obatan, produk elektronik, alat
komunikasi dan sebagainya
b) Teknologi sedang mencakup: plastik, karet, produk logam sederhana, penyulingan
minyak, produk mineral bukan logam
c) Teknolgi rendah mencakup: kertas, percetakan, tekstil, pakaian jadi, minuman,
rokok, dan mebel
Kinerja Sektor Manufaktur 2000 - 2012 (%)
Perub. Struktural Pertumbahan Rata-Rata Per Tahun (%)
2010 2011 2012 2000-03 2004-07 2008-12
% NTM
% Manufaktur dalam
Ekspor
NTM
EM
E4
NTM = Nilai tambah manufaktur, EM = Ekspor manufaktur, E4 = Ekspor 4 produk
unggulan: kayu lapis, tekstil, pakaian jadi dan alas kaki.
D. Permasalahan dalam Industri Manufaktur:
1. Keterbatasan teknologi
2. Kualitas Sumber daya Manusia
3. Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta
4. Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan & penelitian
masih rendah
Masalah dalam industri manufaktur nasional:
1. Kelemahan struktural
Basis ekspor & pasar masih sempit walaupun Indonesia mempunyai banyak
sumber daya alam & TK, tapi produk & pasarnya masih terkonsentrasi:
a. terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
b. Pasar tekstil & pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada,
Turki & Norwegia
c. USA, Jepang & Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil &
pakaian jadi dari Indonesia
d. Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah
terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas
e. Banyak produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan
harga muncul pesaing baru seperti cina & vietman
f. Produk manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor
internal seperti tuntutan kenaikan upah
Ketergantungan impor sangat tinggi
Indonesia menarik banyak PMA untuk industri berteknologi tinggi seperti
kimia, elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan, pengepakan
dan assembling dengan hasil:
a. Nilai impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi diatas
45%
b. Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung kepada
impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi.
c. PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku &
komponen dari LN
d. Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan
organisasi dan keterkaitan eksternal) dari PMA masih terbatas
e. Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan
pemasaran masih terbatas
Konsentrasi regional
Industri mnengah & besar terkonsentrasi di Jawa.
2. Kelemahan organisasi
Industri kecil & menengah masih terbelakangproduktivtas rendah Jumlah
TK masih banyak (padat Karya)
Konsentrasi Pasar
Kapasitas menyerap & mengembangkan teknologi masih lemah
SDM yang lemah
E. Strategi Pengembangan Sektor Manufaktur
1. Strategi substitusi impor (Inward Looking).
Bertujuan mengembangkan manufaktur berorientasi domestik yang dapat
menggantikan produk impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah Korea &
Taiwan
Pertimbangan menggunakan strategi ini:
Sumber daya alam & Faktor produksi cukuo tersedia
Potensi permintaan dalam negeri memadai
Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri
Kesempatan kerja menjadi luas
Pengurangan ketergantungan impor, shg defisit berkurang
2. Strategi promosi ekspor (outward Looking)
Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam
negeri yang memiliki keunggulan bersaing.
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan
kelangkaan barang baik pasar input maupun output
Tingkat proteksi impor harus rendah
Nilai tukar harus realistis
Ada insentif untuk peningkatan ekspor
Penelaahan terhadap permasalahan spesifik di sektor industri manufaktur, yaitu
sebagai berikut:
KKN dan layanan umum yang buruk mengakibatkan tingginya biaya
overhead. Menurut kajian Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah
(KPPOD), pengeluaran untuk berbagai pungutan dan untuk biaya buruknya
layanan umum menambah biaya overhead sekitar 8.7 persen - 11.2 persen.
Cost of money yang relatif tinggi. Banyak pengusaha masing menganggap
tingkat suku bunga saat ini sangat tinggi. Pengusaha dalam negeri yang
mengandalkan perbankan dalam negeri akan kalah bersaing dengan
perusahaan yang modal kerjanya dari luar negeri yang bunganya berkisar 4 – 6
persen.
Administrasi perpajakan yang belum optimal. Pengusaha menganggap
administrasi perpajakan terutama dalam kaitannya dengan restitusi produk-
produk industri ekspor sangat tidak efisien. Hal tersebut mengakibatkan daya
saing produk ekspor menjadi berkurang karena pengusaha pada akhirnya
membebankan ke harga jualnya. Selain itu, hal tersebut juga tidak kondusif
untuk integrasi antar industri terkait untuk pengadaan bahan antaranya. Pada
umumnya mereka memilih untuk impor bahan baku atau produk antara karena
sejak awal tidak berurusan dengan PPN 10 persen.
Kandungan impor sangat tinggi. Nilai impor bahan baku, bahan antara
(intermediate), dan komponen untuk seluruh industri meningkat. Tingginya
kandungan impor ini mengakibatkan rentannya biaya produksi terhadap
fluktuasi nilai tukar rupiah dan kecilnya nilai tambah yang mengalir pada
perekonomian domestik.
Lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi. Nilai tambah industri
nasional relatif rendah, hal ini menunjukkan bahwa karakteristik industri
manufaktur masih banyak tipe “tukang jahit,” meskipun dalam komposisi
ekspor telah diamati mulai adanya peningkatan proporsi produk ekspor
berteknologi menengah dan tinggi. Kehadiran foreign direct investment (FDI)
yang mempunyai potensi sebagai basis untuk alih teknologi belum dapat
dimanfaatkan.
Kualitas SDM relatif rendah. SDM dengan kualitas ini akan sulit diharapkan
menghasilkan peningkatan produktivitas yang dituntut apalagi inovasi-inovasi
yang bermutu untuk teknologi produksinya.
Iklim persaingan yang kurang sehat. Banyak sub-sektor industri yang
beroperasi dalam kondisi mendekati ”monopoli”. Keadaan ini menyebabkan
insentif untuk penurunan biaya produksi menjadi kecil.
F. Sasaran sektor manufaktur:
1. Peningkatan pangsa sektor industri manufaktur di pasar domestik, baik untuk
bahan baku maupun produk akhir, sebagai cerminan daya saingnya sektor ini
dalam menghadapi serbuan produk-produk impor.
2. Meningkatnya volume ekspor sektor industri manufaktur dalam total ekspor
nasional, terutama pada produk ekspor yang memiliki kandungan teknologi
menengah dan tinggi.
3. Meningkatnya proses alih teknologi dari foreign direct investment (FDI) yang
dicerminkan dari meningkatnya pemasokan bahan antara dari produk lokal
serta meningkatnya penyebaran sektor industri manufaktur ke luar pulau Jawa,
terutama industri pengolahan hasil sumberdaya alam.
4. Meningkatnya iklim persaingan secara sehat.
5. Meningkatnya kesadaran pelaku industri akan pentingnya standar produk
barang sebagai faktor penguat daya saing produk nasional.
6. Sektor industri manufaktur (non-migas) ditargetkan tumbuh dengan laju rata-
rata 8,56 persen per tahun.
G. Arah Kebijakan
Pada tingkat makro, peningkatan kinerja daya saing manufaktur secara
berkelanjutan membutuhkan landasan ekonomi yang kuat melalui terutama upaya
menjaga stabilitas ekonomi makro serta perwujudan iklim usaha dan investasi yang
sehat. Kondisi tersebut akan memfasilitasi terciptanya inovasi dan peningkatan
produktivitas serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih luas dan
dapat dijangkau sampai pada segmen sektor manufaktur yang kecil sekalipun.
Dalam tataran mikro, meminjam identifikasi UNIDO, 4 (empat) faktor utama
yang perlu diperhatikan di dalam meningkatkan kinerja daya saing sektor industri
manufaktur adalah: (a) kemampuan (ketrampilan) SDM, (b) penguasaan dan
penerapan teknologi, (c) aliran masuk FDI sebagai potensi sumber alih teknologi dan
perluasan pasar ekspor, dan (d) kapasitas infrastruktur (termasuk infrastruktur bagi
pengembangan teknologi
Dalam lima tahun mendatang, arah pengembangan sektor industri manufaktur
adalah mendorong terwujudnya peningkatan utilitasi kapasitas; memperluas basis
usaha dengan penyederhanaan prosedur perijinan dan penyelenggaraan usaha untuk
peningkatan peran industri kecil dan menengah; meningkatkan iklim persaingan yang
sehat dan berkeadilan; memperluas penerapan standarisasi produk industri; dan
mendorong perkuatan struktur industri pada sub-sektor yang memiliki potensi
keuntungan kompetitif ke depan.
Apabila mekanisme pasar tidak dapat berlangsung efisien, langkah-langkah
intervensi strategis diselenggarakan secara fungsional dalam kepentingan menjaga
kesinambungan pembangunan sekaligus perkuatan struktur industri. Hal tersebut
terutama terkait dengan pengembangan teknologi dan keterampilan tenaga kerja
industri, layanan informasi pasar baik di dalam maupun luar negeri, serta sarana dan
prasarana umum pengendalian mutu dan pengembangan produk.
Dengan semakin ketatnya persaingan global dan semakin pesat dan
spesifiknya perkembangan teknologi, kualitas kebijakan industri dituntut lebih baik
dan lebih tepat sasaran. Oleh karena itu, diperlukan rumusan strategis dan kebijakan
pengembangan industri manufaktur pada tingkat sub-sektor. Sesuai dengan
permasalahan yang mendesak dihadapi serta terbatasnya kemampuan sumberdaya,
prioritas pengembangan sub-sektor industri dalam lima tahun kedepan ditetapkan
pada sub-sektor industri manufaktur yang memenuhi satu atau lebih kriteria sebagai
berikut: (1) menyerap banyak tenaga kerja; (2) memenuhi kebutuhan dasar dalam
negeri; (3) memiliki potensi pengembangan ekspor; dan (4) mengolah sumberalam
dalam negeri. Langkah-langkah intervensi pada tingkat sub-sektor tetap bersifat
fungsional sebagaimana diuraikan pada paragraf sebelumnya. Pola pengembangan
jaringan produksinya didekati dengan menggunakan unit analisis klaster industri.
Adapun untuk masing-masing sub-sektor industrinya, penanganan isunya
diprioritaskan pada upaya: (1) merevitalisasi kinerja sub-sektor industrinya,
khususnya peningkatan utilitas kapasitas terpasang hingga 80 persen; (2) memperkuat
struktur industri, termasuk di dalamnya pemberdayaan sumberdaya industri; (3)
memperluas basis produksi, baik dengan mendorong terciptanya investasi baru
maupun mendorong pengembangan industri skala kecil-menengah; serta (4)
mempertahankan dan bila mungkin bahkan meningkatkan daya saingnya di pasar
global.
H. Penguatan daya saing Industri Manufaktur
1. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Tujuan program ini adalah menjadikan industri kecil dan menengah (IKM)
sebagai basis industri nasional. Agar dapat menjadi basis industri nasional, IKM
dituntut mampu menghasilkan barang yang berkualitas tinggi dengan harga yang
kompetitif dan mampu menepati jadwal penyerahan secara disiplin baik untuk
memenuhi kebutuhan konsumen akhir maupun untuk memenuhi pasokan bagi
industri yang lebih hilir. Secara alami IKM memiliki kelemahan dalam
menghadapi ketidakpastian pasar, mencapai skala ekonomi, dan memenuhi
sumberdaya yang diperlukan. Sehingga untuk mencapai tujuan program ini,
pemerintah akan membantu IKM dalam mengatasi permasalahan yang muncul
akibat dari kelemahan alami tersebut. Ukuran keberhasilan program ini adalah
jumlah perusahaan IKM yang mendapat kontrak pasokan dari industri hilir,
memperoleh sertifikat kualitas, memperoleh kredit dari perbankan dengan prestasi
pengembalian yang baik, serta yang berhasil tumbuh ke skala lebih besar.
2. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
Upaya-upaya dalam program ini selaras dengan berbagai kebijakan dan
program peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam salah
satu programnya yaitu Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi.
Tujuan dari program ini adalah meningkatkan kemampuan industri dalam
mencipta, mengembangkan, dan menerapkan pengetahuan dan teknologi baik
dalam rancangan produk baru, proses produksi, maupun dalam sistem distribusi
dan logistik perusahaan.
Secara umum pengelola industri nasional belum memandang kegiatan
pengembangan dan penerapan teknologi layak dilakukan karena dianggap
memiliki eksternalitas yang tinggi berjangka panjang, dan dengan tingkat
kegagalan yang tinggi. Hal ini dapat ditunjukkan dari miskinnya industri nasional
dalam hal pemilikan sumberdaya teknologi. Sehingga dalam rangka mendorong
kalangan industri meningkatkan kegiatan pengembangan dan penerapan teknologi,
kegiatan pokok pemerintah antara lain: (1) meningkatkan dukungan kegiatan
penemuan dan pengembangan teknologi di industri baik dalam bentuk insentif
pajak, asuransi teknologi baik bagi usaha kecil, menengah, dan koperasi; (2)
pengembangan klaster industri berbasis teknologi; (3) kemitraan antara litbang
industri dan lembaga litbang pemerintah; dan mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya teknologi nasional yang tersebar di berbagai litbang pemerintah,
perguruan tinggi, lembaga-lembaga swasta, dan tenaga ahli perorangan.
Ukuran keberhasilan program ini adalah meningkatnya daya saing industri
nasional dengan tumbuhnya basis baru industri dalam bentuk tumbuhnya produk-
produk baru rancangan dalam negeri, lahirnya industri baru yang meningkatkan
nilai tambah sumber-daya alam, serta lahirnya wiraswastawan berbasis
pengetahuan dan teknologi.
Perlu cermati bahwa dalam rangka meningkatkan daya saing industri
manufaktur, FDI memiliki peran penting karena kehadirannya jelas merupakan
sumber potensi dalam penerapan dan alih teknologi serta peningkatan akses pasar
ekspor. Oleh karena itu, keberhasilan menarik FDI dari hasil berbagai kegiatan
dalam Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi serta Program
Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi perlu dimanfaatkan seoptimal
mungkin untuk mendukung upaya peningkatan teknologi industri.
3. Penataan Struktur Industri
Tujuan program ini adalah untuk memperbaiki struktur industri nasional baik
dalam hal konsentrasi penguasaan pasar maupun dalam hal kedalaman jaringan
pemasok bahan baku dan bahan pendukung, komponen, dan barang setengah-jadi
bagi industri hilir. Pada tahap awal pembangunan industri nasional, sumberdaya
industri dan wiraswastawan industri masih sangat langka sehingga kebijakan
nasional sangat permisif terhadap praktek-praktek monopoli. Itu sebabnya hingga
saat ini angka konsentrasi industri nasional termasuk sangat tinggi. Kondisi lain
yang dihadapi industri nasional adalah tingginya ketidakpastian hubungan antara
unit usaha. Kondisi ini mendorong industri tumbuh dengan pola yang sangat
terintegrasi secara vertikal.
Untuk mewujudkan tujuan program ini dalam memperbaiki konsentrasi
industri, pemerintah akan melakukan upaya-upaya untuk menegakkan prinsip-
prinsip tata pengelolaan korporasi yang baik dan benar (good corporate
governance, GCG) secara sistematis dan konsisten, dan menurunkan besarnya
hambatan masuk unit usaha baru ke pasar yang monopolistis,
Sedangkan untuk mewujudkan tujuan program ini dalam pembangunan
jaringan pemasok industri hilir pemerintah akan meningkatkan kepastian
hubungan antar unit usaha dengan antara lain membangun jaringan pengukuran,
standardisasi, pengujian, dan kualitas (MSTQ, measurement, standardisasi,
testing, and quality), jaringan informasi baik kebutuhan industri hilir maupun
kemampuan industri pemasok yang handal dan akurat, jaringan promosi
kemampuan industri pemasok, dan jaringan pendampingan pengelolaan bagi
industri pemasok.
Ukuran keberhasilan program ini adalah (1) terbentuknya struktur penguasaan
pasar yang makin sehat dan kompetitif; dan (2) terbangunnya klaster-klaster
industri yang sehat dan kuat dengan jaringan industri pendukung setimpal dan
sarana umum yang memadai. Perlu pula ditingkatkan iklim persaingan secara
sehat untuk mendorong perusahaan berkompetisi sehubungan dengan semakin
ketatnya persaingan global.
4. Peningkatan Kapasitas Infrastruktur
Dalam rangka mengantisipasi peningkatan utilitasi kapasitas, pertumbuhan
investasi baru, penyebaran kegiatan industri ke luar Pulau Jawa, dan peningkatan
basis produksi sektor ini di daerah-daerah perdesaan, percepatan pembangunan
infrastruktur menjadi sangat penting. Berbagai langkah-langkah yang ditempuh
dalam bidang ini selaras dengan berbagai kebijakan dan program sebagaimana
diuraikan tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur.
5. Optimalisasi Administrasi dan Insentif Perpajakan
Upaya untuk menggairahkan peningkatan basis produksi, produktivitas, dan
investasi sektor industri manufaktur sangat tergantung dari komitmen pemerintah
di dalam memfasilitasi berlangsungnya efisiensi usaha. Dalam hubungan ini,
peranan penyelenggaraan fasilitasi dan pelayanan publik dalam hal perpajakan
yang efisien sangat penting. Meskipun demikian, upaya tersebut tetap perlu
diselenggarakan dalam disiplin untuk tetap menjaga stabilitas makro ekonomi
yang telah dicapai selama ini. Program-program pembangunan yang memiliki
keterkaitan erat adalah Program Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan
Keuangan Negara yang di dalam kegiatannya antara lain adalah
menyelenggarakan reformasi perpajakan dan reformasi kepabeanan, serta Program
Pengembangan Kelembagaan Keuangan yang di dalamnya mempunyai langkah-
langkah untuk memberikan dukungan terhadap peningkatan penyaluran kredit
bagi UMKM dan sektor pertanian.
6. Peningkatan Nilai Tambah Industri Manufaktur Berbasis Sumber Daya Alam
Berkenaan dengan peningkatan basis produksi, berbagai upaya untuk
meningkatkan nilai tambah sub-sektor industri yang berbasis sumberdaya alam
sangat diperlukan. Langkah ini selaras dengan berbagai program tentang
Revitalisasi Pertanian yang di dalamnya juga mencakup pengembangan untuk
berbagai kegiatan produksi perikanan dan kehutanan. Sementara itu, dalam
menumbuhkan basis produksi, kegiatan non-pertanian yang modern
(industrialisasi) di kawasan-kawasan perdesaan, langkah-langkahnya diselaraskan
dengan arahan di dalam Pembangunan Perdesaan.