PRESENTASI KASUS jiwa.doc
-
Upload
ayu-lidya-rahmah -
Category
Documents
-
view
195 -
download
4
description
Transcript of PRESENTASI KASUS jiwa.doc
PRESENTASI KASUS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disusun oleh :
Shabrina Ari Rahmaniar
200703100027
Dokter Penguji :
dr. Vista Nurasti P,Sp.KJ
SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat MengikutiUjian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disusun Oleh:
Shabrina Ari Rahmaniar
20070310027
Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggalJanuari 2013
Oleh :
Dokter Penguji
dr.Vista Nurasti P, Sp.KJ
STATUS PSIKIATRI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 43 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Bangsa/suku : Indonesia/Jawa
Alamat : Jalan Jendral Sudirman Bantul
No. RM : 27xxxx
Tanggal masuk rumah sakit: 18 Maret 2013
2. ANAMNESIS
Alloanamnesis
sumber 1
Nama Ny.M
Umur 69 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Alamat Sama dengan pasien
Pekerjaan Ibu rumah tangga
pendidikan S1
Hubungan Ibu
Lama kenal Sejak lahir
Sifat perkenalan Dekat
2.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)
Pasien datang kerumah sakit karena ingin meneruskan pengobatan rutin setiap
bulannya. Saat ini OS mengaku tidak terdapat keluhan, sudah tidak ada waham dan
halusinasi.
Alloanamnesis dilakukan oleh ibu kandungnya yang mengantarkan pasien
mengatakan tingkah laku pasien sudah membaik, tetapi ibu nya mengatakan pasien
masih sering malas untuk melakukan sesuatu, terlihat kebingungan dan sering
berdiam diri dan melamun. Setiap hari pasien hanya tidur saja di kamar dan
terkadang menonton TV atau membaca koran. Sosialisasi ke luar kurang, tetapi
terkadang pasien sudah sering keluar bersama teman nya atau sendiri menggunakan
sepeda. Rawat diri sudah sedikit membaik, pasien sudah mau mandi walaupun hanya
sekali setiap hari.
2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)
Alloanamnesis di dapatkan dari Ibu pasien
Pasien datang ke poli jiwa RS Panembahan Senopati karena ingin meminta
obat rutin injeksi sikzonoat. Awal kejadian Ibu pasien mengatakan bahwa sejak dari
kecil pasien sudah menunjukan bahwa pasien mempunyai IQ yang rendah dan minat
belajar yang kecil jika dibandingkan daripada kadua kakak nya, terlihat dari SD,
pasien pernah tidak naik kelas dan ketika SMA pasien tidak lulus ujian akhir.
Selulus dari SD, Ibu pasien mengaku dulu dia pernah memasukan pasien ke
SMP Negeri, tetapi pasien tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik seperti teman-
teman di sekolahnya oleh karena itu ibu pasien memindahkan pasien ke SMP swasta.
Sejak SMP, pasien menjadi seseorang yang pendiam dan cenderung tidak percaya
diri, tetapi dia masih dapat bersosialisasi dengan teman sekolah nya dilihat dari pasien
dulu sering jalan-jalan mengendarai motor bersama teman-temanya. Pasien cenderung
pendiam, tetapi sejak saat itu pasien dapat bersosialisasi baik, dan pasien selalu
beribadah tepat waktu.
Setelah lulus SMP pasien melanjutkan sekolah di SMA swasta, dan menurut
ibu nya awal kejadian pasien menjadi seperti sekarang ini semenjak pasien tidak lulus
ujian akhir SMA sampai 2 kali di ulang dan sampai sekarang pasien tidak pernah
menamatkan SMA nya. Ibu nya mengatakan bahwa pasien stress dan pasien selalu
muntah-muntah karena menghadapi ujian akhir SMA dan karena pasien tidak pernah
lulus. Pada tahun 1988 tersebut pasien pernah dibawa ke dokter syaraf dan diberikan
obat penenang.
Di rumah pasien merupakan anak terakhir, dan pasien sering malas belajar,
oleh karena itu pasien sering di marahin oleh Ayah pasien, di mana Ayah pasien
terlalu keras mendidik pasien dan Ayah pasien adalah seseorang yang tempramen.
Pasien juga stress karena dia kehilangan teman dekatnya sewaktu SMA karena teman
nya harus meneruskan pendidikan nya di akedemi militer. Sejak saat itu pasien
menunjukan gejala-gejala yang aneh seperti pasien selalu berbicara sendiri dengan
tembok, pasien takut bertemu orang lain, senang menyendiri, melamun, murung,
seperti orang bingung, berbicara sedikit, pasien jadi seseorang yang pemalas tidak
mau mandi berbulan-bulan dengan alasan karena takut air, ketika sekalinya mandi dia
pernah lama sekali di kamar mandi berjam-jam, tidak pernah sholat lagi, menaruh
curiga terhadap orang-orang yang katanya membicarakan pasien. Pasien baru di
periksakan ke dokter jiwa semenjak awal tahun 2012, sebelumnya pasien tidak pernah
di periksaan ke dokter sejak gejala tersebut muncul.
Pasien rutin memeriksakan diri ke poli jiwa RSPS bantul, dan pasien mau
diantar berobat, pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan perlu berobat, walaupun
awalnya pasien tidak mau minum obat dan pada akhirnya pasien selalu konsumsi
obat lewat suntikan.
Sekitar November 2012 ayah pasien meninggal dunia, dan menurut ibu pasien
dengan meninggal nya ayah pasien dan pasien rajin berobat keluhan berangsur-angsur
membaik. Sekarang pasien mempunyai rawat diri yang baik, mandi sudah setiap hari
sekali, membaca koran, menonton tv, berinteraksi dengan saudara dan ponakan pasien
ketika mereka datang ke rumah, pasien sudah mau berbicara dan berbicara dengan
ibu nya dibanding dahulu, pasien mengatakan ingin mempunyai kegiatan dengan
berjualan es lilin, tetapi pasien tidak mau jika di suruh ibu nya untuk mengerjakan
pekerjaan rumah tangga seperti menyapu dan menyuci pakaian.
Pasien hanya tinggal berdua dengan ibu nya di rumah, karena kedua kakak nya telah
berkeluaga, terkadang sekarang pasien mau berjalan-jalan sendiri menggunakan
sepeda keliling kota.
Autoanamnesis pasien
Pada saat mewawancarai pasien, awalnya pasien tidak mau dia ajak berbicara
dan tidak mau keluar kamar dan hanya tidur saja, tetapi setelah itu pasien mau diajak
berbicara. Pasien dapat diajak komunikasi, menjawab pertanyaan tentang keseharian
pasien dan jawaban dari pasien masuk akal, walaupun ketika diberi pertanyaan,
jawaban pasien selalu lama, tidak antusias menjawab pertanyaan dan di jawab singkat
dengan suara yang lirih.
Pasien dapat berinteraksi dengan baik dan menunjukan antusias nya ketika
sedang membicarakan topik yang dia suka seperti menanyakan keinginan dia untuk
berjualan es lilin, membicarakan tanggal dan jam. Pasien selalu menanyakan topik
yang dia suka berulang-berulang kali (mengulang kalimat dan pertanyaan yang sama).
Pasien dapat mengerti waktu, tanggal, hari, pekan, tempat. Pasien selalu mengatakan
sudah tidak ada keluahan, seperti sekarang dia tidak lagi mendengar-mendengar orang
membicarakan dia, tidak berbicara sendiri, dan pasien selalu mengaku sudah tidak
bingung walaupun masih terlihat bingung.
2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian)
Sistem Saraf : nyeri kepala (-), demam (-), tremor (-)
Sistem Kardiovaskular : nyeri dada (-), edema kaki (-)
Sistem Respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), pilek(-)
Sistem Digestiva : BAB normal, mual (-), muntah (-), diare (-), sulit makan
(-), Sakit perut (-)
Sistem Urogenital : BAK normal
Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), keringat (-), biru-biru (-)
Sistem Muskuloskeletal : edema (-),nyeri sendi (+), bengkak sendi (-), nyeri otot (-),
kelemahan otot (-).
Secara organik, tidak terdapat kelainan apapun. Pada pasien tidak terdapat
hambatan yang mengganggu dalam fungsi sosial yang disebabkan oleh gangguan
dari aspek kejiwaan.
Secara sosial, pasien menarik diri di lingkungan sekitarnya, tidak dapat
bergaul seperti biasa, pasien biasa melakukan aktivitas ringan sehari-hari tanpa harus
di bantu maupun disuruh oleh orang lain.
2.4. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
2.4.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
Faktor Organik
Tidak ada
Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)
Pasien dibesarkan di keluarga yang memiliki emosi ekspresi yang tinggi
(Ayah temprament)
Faktor Predisposisi
Penyakit keturunan disangkal oleh narasumber.
Faktor Presipitasi
Pasien tidak lulus ujian akhir SMA 2 kali dan pasien ditinggal teman
dekatnya.
2.4.2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya
Tidak ada
Riwayat Sakit Berat/Opname
Mondok 4 hari di PKU Muhammadiyah Bantul karena Kecelakaan
dengan di diagnosis Cedera Kepala pada bulan januari 2013.
2.5. Riwayat Keluarga
2.5.1. Pola Asuh Keluarga
Pasien dibesarkan di keluarga yang mempunyai kepala keluarga yang
tegas dan temprament, oleh ayah nya pasien secara tidak langsung pasien
dituntut untuk menjadi seperti kakak nya (dokter spesialis) tanpa memikirkan
kondisi kemampuan pasien. Pasien mempunyai ayah yang pemarah dimana
pasien sering melihat ibu nya di marahin oleh ayahnya, dan ketika marah
ayah nya cenderung sering merusak barang. Pasien juga mempunyai seorang
ibu yang cenderung memanjakan pasien, dan cenderung mengikat pasien.
2.5.2. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari hasil autoanamnesis didapatkan keluarga tidak ada yang
memiliki kelainan serupa dengan pasien.
2.5.3. Silsilah Keluarga
Dari hasil alloanamnesis, kami dapat informasi silsilah keluarga
pasien adalah :
Genogram Keluarga Tn. S tanggal 18 Maret 2013
Keterangan :
: pasien : Perempuan
: tinggal satu rumah
: Laki-laki
: meninggal
Grafik Perjalanan Penyakit
Gejala klinis
Mental Health Line/Time
1978..... 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988...................2012 2013
Fungsi peran
2.6. Riwayat Pribadi
2.6.1. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Kehamilan direncanakan, Kondisi kesehatan dan emosi ibu sewaktu hamil
baik dan gizi cukup ,tidak menggunakan obat-obatan saat hamil, lahir 9
bulan, normal di rumah sakit PKU Bantul
2.6.2. Latar Belakang Perkembangan Mental
Masa kecilnya sampai dewasa bergaul dengan lingkungan sekitarnya biasa
saja
2.6.3. Perkembangan Awal
Baik, pasien dapat berjalan dan berbicara sesuai umurnya dan pada masa
kanak-kanak mempunyai tingkah laku yang normal sama dengan
seumuranya.
2.6.4. Riwayat Pendidikan
SD : lulus, tidak naik kelas 2 SD
SMP : lulus, pindah sekolah SMP Negeri ke SMP swasta
SMA : tidak lulus ujian akhir SMA
2.6.5 Riwayat Pekerjaan :
Pasien belum pernah bekerja sebelum nya.
2.6.5. Riwayat Perkembangan Seksual
Tidak diketahui
2.6.6. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual
Agama Islam
tidak rajin Sholat
Kecenderungan ke arah fanatisme agama disangkal
2.6.7. Riwayat Perkawinan:
Pasien belum menikah
2.6.8. RiwayatKehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid)
Pendiam
Kurang rasa percaya diri
Kurang bersosialisai dengan tetangga sekitar
Menarik diri dari kehidupan sosial, takut bertemu dengan orang-orang
2.6.9. Hubungan Sosial
Menurut alloanamnesis, pasien tidak dapat bersosialisasi dengan baik ke
tetangga dan cenderung menarik diri, tetapi pasien masih mau di ajak
berbicara dengan orang terdekat dan keluarga.
2.6.10. Kebiasaan
Kebiasaan pasien adalah hanya tidur di rumah, menonton TV, membaca
koran, melamun dan terkadang menurut pasien setiap hari minggu, dia sering
berjalan-jalan naik sepeda keliling kota Yogyakarta.
2.6.11. Status Sosial Ekonomi:
Keluarga pasien merupakan keluarga yang berkecukupan. Bangunan
rumahnya adalah bangunan permanen dan milik sendiri. Keadaan rumah
kotor, berantakan,dan tidak terawat.
2.6.12. Riwayat Khusus
Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (-)
2.6.13. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu kandung pasien yang tinggal
dalam satu rumah.
3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1. Status Praesens
3.1.1. Status Internus
Tanggal Pemeriksaan: 18 Maret 2013
Keadaan Umum : Compos Mentis
Bentuk Badan : tidak ditemukan kelainan.
Berat Badan : tidak dilakukan pengukuran
Tinggi Badan : tidak dilakukan pengukuran
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg.
- Nadi :78x/menit.
- Respirasi :20 x/menit.
- Suhu : afebris
Kepala :
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher :
- Inspeksi : leher tampak bersih.
- JVP : tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax
- Sistem Kardiovaskuler :S1 S2 reguler
- Sistem Respirasi :wheezing (-), RBK (-), vesikuler (+)
Abdomen
Sistem Gastrointestinal : bising usus (+), NT (-)
Sistem Urogenital : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
- Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan, nyeri tekan (-)
Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan, keringat (-)
Kelainan Khusus: (-)
Kesan Status Internus : Dalam Batas Normal
3.1.2. Status Neurologis
Kepala dan Leher : Dalam batas normal
Tanda Meningeal : (-)
Nervi Kranialis : tidak dilakukan.
Kekuatan Motorik : dalam batas normal
Sensibilitas : dalam batas normal
Fungsi Saraf Vegetatif : dalam batas normal.
Refleks Fisiologis :tidak dilakukan
Refleks Patologis : Hoffman-Trommner (-)
Gerakan Abnormal : (-)
Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)
KesanStatus Neurologis : pemeriksaan yang dilakukan dalam batas
normal.
3.2. Status Psikiatri
Tanggal Pemeriksaan: 18 Maret 2013
3.2.1. Kesan Umum
Tampak Pendiam, Kebingungan.
No Status Psikiatri Hasil Keterangan1 Kesadaran Kuantitatif : GCS = E4V5M6
Kualitatif : Compos mentisPasien sadar penuh tanpa rangsang apapun.
2 Orientasi
Orang : Baik Pasien dapat mengenal orang dengan baik
Waktu : Baik Pasien dapat membedakan waktu sekarang dan kejadian-kejadian penting dalam hidupnya
Tempat : Baik Pasien mengetahui dimana sekarang ia berada, dimana tempat tinggal, dimana tempat yang sering ia kunjungi
Situasi : Baik Pasien dapat membedakan suasana saat di rumahnya, di temapat saudaranya.
34
Sikap/Tingkah lakuPenampilan/rawat diri
Tidak Kooperatif Tidak Kooperatif : kadang tidak dapat diajak bicara dan menjawab pertanyaan dengan baik sesuai pertanyaanPerlambatan psikomotorikTingkah laku pasien hipoaktivitas, sikap pasifPenampilan pasien tampak sehat dan terlihat kebingunganRawat diri kurang, terlihat lusuh, tidak rapi dan tidak bersih
5 Mood Disforik Pasien terlihat kosong dan kebingungan 6 Afek Afek datar Pasien menunjukkan ekspresi wajah datar,
intonasi bicara monoton, ketidaksesuain afek
7
Pikiran
a. Bentuk pikiran : non realistikApa yang diucapkan pasien tidak sesuai dengan kenyataan /relevan
b. Isi Pikir: - preokupasi-Perseverasi- waham curiga (-)
Pasien terpaku pada sebuah ide,miskin pikirBerulang-ulang menceritakan ide/pikiran.Sudah tidak mencurigai orang sekitar
c. Progresi pikir
Kuantitatif:sedikit berbicara Bicara tidak spontan, sedikit bicara, pendiam,
pembicaraan monoton,lirih, lambat dan ragu-ragu.
Kualitatif : Tidak Relevan dan inkoherensi
Jalan pikiran pasien sukar atau tidak dapat di ikuti dan dimengerti
8 Hubungan Jiwa Baik Mudah dibina hubunganya dengan pemeriksa
9 Perhatian Mudah ditarik mudah dicantum
pasien mau menjawab bila ditanya dan mudah dalam memfokuskan diri pada pemeriksa
10
Persepsi
Halusinasi :- Halusinasi auditorik (-)- ilusi (-)
Pasien sudah tidak mendengar orang-orang membicarakan diaPasien sudah tidak bebricara dengan tembok
11 Insight Derajat 4 Pasien sadar bahwa dirinya sakit, tetapi tidak tahu penyebabnya.
3.2.2. Mood dan Interest
Dalam batas normal
Depresi
o Tidak ada
Kecemasan
o Tidak ada
Iritabilitas/Sensitivitas
o Mudah tersinggung
3.2.3. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan
Tidak diketahui
3.2.4. Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan
- Tidak ada.
3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis
3.3.1. Kepribadian
Skizoid
3.3.2. IQ
Tidak dilakukan tes.
3.3.3. Lain-Lain
Tidak ada.
3.4. Hasil Pemeriksaan Sosiologis
Cenderung menarik diri dari kehidupan sosial
4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA
4.1. Tanda-Tanda (Sign)
a. Penampilan
Penampilan pasien tampak sehat dan terlihat kebingungan
Rawat diri kurang, terlihat lusuh, tidak rapi dan tidak bersih.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Kooperatif : Dapat diajak bicara dan menjawab pertanyaan dengan baik sesuai
pertanyaan.
Tingkah laku pasien hipoaktivitas.
c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Kuantitatif: sedikit berbicara
Bicara tidak spontan, sedikit bicara, pendiam, pembicaraan monoton,lirih,
lambat dan ragu-ragu.
Kualitatif : tidak Relevan dan inkoheren.
4.2. Gejala (Simtom)
a. Pasien berhalusinasi auditorik
b. Bentuk pikir tidak realistik, sukar atau tidak dapat di ikuti dan dimengerti
4.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)
Pada saat anamnesis, terdapat kumpulan gejala yang diperoleh dari
anamnesis dengan pasien:
a. Halusinasi yang menetap yang terjadi selama bertahun – tahun dan terus
menerus.
b. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
berbagai aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
tak bertujuan, sikap pemarah, sikap berdiam diri dan penarikan diri dari sosial.
Kumpulan gejala ini merupakan syarat seseorang menderita Skizofrenia Tak Terinci
menurut PPDGJ III.
5. DIAGNOSIS
- F.20.5 Skizofrenia Residual
- F20.6 Skizofrenia Simpleks
6. PEMBAHASAN
Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda ; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus);
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dan dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
d. gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Untuk skizofrenia residual harus memenuhi kriteria :
Untuk Suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus terpenuhi semua:
- Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non-verbal yang buruk seperti ekspresi muka, kontak mata,
modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang
buruk;
- Sedikitnya ada riwayat suatu episode psikotik yang jelas di masa lampau
yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia;
- Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun diamana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata secperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negatif” dari skizofrenia;
- tidak terdapat dementia atau penyakit/ gangguan otak organik lain, depresi
kronis atau institunasionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif
tersebut.
Diagnosis Banding
F20.6 Skizofrenia Simpleks
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung
pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :
- gejala “negative” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat
halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan
- disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,
bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu,
tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.
Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia
lainnya.
Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama
pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan
proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali
terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin
penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari
pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya
menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan
menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.
7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
7.1. Pemeriksaan Psikologi
Tidak dilakukan
7.2. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)
Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak menunjukkan gejala-gejala patologik pada
organ.
8. DIAGNOSIS
Aksis I : skizofrenia tak terinci (F20.3).
Aksis II : Gangguan Kepribadian Skizoid
Aksis III : tidak ditemukan kelainan organik.
Aksis IV : stressor psikososial jelas.
Aksis V : GAF 70 – 61 : Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik.
9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Injeksi Sikzonoat 1 ampul
Psikoterapi dan Rehabilitasi
o Psikoterapi Individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis untuk
mengembalikan penderita ke masyarakat
o Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan
orang sekitar agar member dukungan kepada pasien. Dukungan moral dan suasana
kondusif sehingga membantu proses penyembuhan.
10. PROGNOSISF
AK
TO
R P
RE
MO
RB
ID
Indikator Pada Pasien Prognosis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tidak Percaya Diri
Tidak ada
Diktator
Tidak ada
Tidak Ada
Berkecukupan
Tidak Jelas
Tidak Menikah
Jarang
Jelek
Baik
Jelek
Baik
Jelek
Baik
Jelek
Jelek
Jelek
F
AK
TO
R M
OR
BID
10.
11.
12.
13.
14.
obat
15.
16.
gejala
Dewasa Muda
Kronik
psikotik
Baik
Tidak Teratur
Baik
Tidak
Jelek
Jelek
Jelek
Baik
Jelek
Baik
Baik
Kesimpulan prognosis: Dubia ad malam
11. RENCANA FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas obat,
dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan.
Pastikan pasien mendapat psikoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI. 1993. “Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III”. Cetakan Pertama. Jakarta : Depkes RI.
2. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Diunduh dari
http//www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm tanggal 10 November 2011
3. Buku ajar psikiatri. Fakultas Kedokteran Indonesia