PRESENTASI KASUS jiwa.doc

29
PRESENTASI KASUS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Panembahan Senopati Bantul Disusun oleh : Shabrina Ari Rahmaniar 200703100027 Dokter Penguji : dr. Vista Nurasti P,Sp.KJ SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA

description

presus jiwa

Transcript of PRESENTASI KASUS jiwa.doc

Page 1: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

PRESENTASI KASUS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian

Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh :

Shabrina Ari Rahmaniar

200703100027

Dokter Penguji :

dr. Vista Nurasti P,Sp.KJ

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

2013

Page 2: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

HALAMAN PENGESAHAN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat MengikutiUjian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun Oleh:

Shabrina Ari Rahmaniar

20070310027

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggalJanuari 2013

Oleh :

Dokter Penguji

dr.Vista Nurasti P, Sp.KJ

Page 3: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

STATUS PSIKIATRI

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Sdr. D

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 43 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Tidak bekerja

Bangsa/suku : Indonesia/Jawa

Alamat : Jalan Jendral Sudirman Bantul

No. RM : 27xxxx

Tanggal masuk rumah sakit: 18 Maret 2013

2. ANAMNESIS

Alloanamnesis

sumber 1

Nama Ny.M

Umur 69 tahun

Jenis Kelamin Perempuan

Alamat Sama dengan pasien

Pekerjaan Ibu rumah tangga

pendidikan S1

Hubungan Ibu

Lama kenal Sejak lahir

Sifat perkenalan Dekat

2.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)

Pasien datang kerumah sakit karena ingin meneruskan pengobatan rutin setiap

bulannya. Saat ini OS mengaku tidak terdapat keluhan, sudah tidak ada waham dan

halusinasi.

Alloanamnesis dilakukan oleh ibu kandungnya yang mengantarkan pasien

Page 4: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

mengatakan tingkah laku pasien sudah membaik, tetapi ibu nya mengatakan pasien

masih sering malas untuk melakukan sesuatu, terlihat kebingungan dan sering

berdiam diri dan melamun. Setiap hari pasien hanya tidur saja di kamar dan

terkadang menonton TV atau membaca koran. Sosialisasi ke luar kurang, tetapi

terkadang pasien sudah sering keluar bersama teman nya atau sendiri menggunakan

sepeda. Rawat diri sudah sedikit membaik, pasien sudah mau mandi walaupun hanya

sekali setiap hari.

2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)

Alloanamnesis di dapatkan dari Ibu pasien

Pasien datang ke poli jiwa RS Panembahan Senopati karena ingin meminta

obat rutin injeksi sikzonoat. Awal kejadian Ibu pasien mengatakan bahwa sejak dari

kecil pasien sudah menunjukan bahwa pasien mempunyai IQ yang rendah dan minat

belajar yang kecil jika dibandingkan daripada kadua kakak nya, terlihat dari SD,

pasien pernah tidak naik kelas dan ketika SMA pasien tidak lulus ujian akhir.

Selulus dari SD, Ibu pasien mengaku dulu dia pernah memasukan pasien ke

SMP Negeri, tetapi pasien tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik seperti teman-

teman di sekolahnya oleh karena itu ibu pasien memindahkan pasien ke SMP swasta.

Sejak SMP, pasien menjadi seseorang yang pendiam dan cenderung tidak percaya

diri, tetapi dia masih dapat bersosialisasi dengan teman sekolah nya dilihat dari pasien

dulu sering jalan-jalan mengendarai motor bersama teman-temanya. Pasien cenderung

pendiam, tetapi sejak saat itu pasien dapat bersosialisasi baik, dan pasien selalu

beribadah tepat waktu.

Setelah lulus SMP pasien melanjutkan sekolah di SMA swasta, dan menurut

ibu nya awal kejadian pasien menjadi seperti sekarang ini semenjak pasien tidak lulus

ujian akhir SMA sampai 2 kali di ulang dan sampai sekarang pasien tidak pernah

menamatkan SMA nya. Ibu nya mengatakan bahwa pasien stress dan pasien selalu

muntah-muntah karena menghadapi ujian akhir SMA dan karena pasien tidak pernah

lulus. Pada tahun 1988 tersebut pasien pernah dibawa ke dokter syaraf dan diberikan

obat penenang.

Di rumah pasien merupakan anak terakhir, dan pasien sering malas belajar,

oleh karena itu pasien sering di marahin oleh Ayah pasien, di mana Ayah pasien

terlalu keras mendidik pasien dan Ayah pasien adalah seseorang yang tempramen.

Pasien juga stress karena dia kehilangan teman dekatnya sewaktu SMA karena teman

Page 5: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

nya harus meneruskan pendidikan nya di akedemi militer. Sejak saat itu pasien

menunjukan gejala-gejala yang aneh seperti pasien selalu berbicara sendiri dengan

tembok, pasien takut bertemu orang lain, senang menyendiri, melamun, murung,

seperti orang bingung, berbicara sedikit, pasien jadi seseorang yang pemalas tidak

mau mandi berbulan-bulan dengan alasan karena takut air, ketika sekalinya mandi dia

pernah lama sekali di kamar mandi berjam-jam, tidak pernah sholat lagi, menaruh

curiga terhadap orang-orang yang katanya membicarakan pasien. Pasien baru di

periksakan ke dokter jiwa semenjak awal tahun 2012, sebelumnya pasien tidak pernah

di periksaan ke dokter sejak gejala tersebut muncul.

Pasien rutin memeriksakan diri ke poli jiwa RSPS bantul, dan pasien mau

diantar berobat, pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan perlu berobat, walaupun

awalnya pasien tidak mau minum obat dan pada akhirnya pasien selalu konsumsi

obat lewat suntikan.

Sekitar November 2012 ayah pasien meninggal dunia, dan menurut ibu pasien

dengan meninggal nya ayah pasien dan pasien rajin berobat keluhan berangsur-angsur

membaik. Sekarang pasien mempunyai rawat diri yang baik, mandi sudah setiap hari

sekali, membaca koran, menonton tv, berinteraksi dengan saudara dan ponakan pasien

ketika mereka datang ke rumah, pasien sudah mau berbicara dan berbicara dengan

ibu nya dibanding dahulu, pasien mengatakan ingin mempunyai kegiatan dengan

berjualan es lilin, tetapi pasien tidak mau jika di suruh ibu nya untuk mengerjakan

pekerjaan rumah tangga seperti menyapu dan menyuci pakaian.

Pasien hanya tinggal berdua dengan ibu nya di rumah, karena kedua kakak nya telah

berkeluaga, terkadang sekarang pasien mau berjalan-jalan sendiri menggunakan

sepeda keliling kota.

Autoanamnesis pasien

Pada saat mewawancarai pasien, awalnya pasien tidak mau dia ajak berbicara

dan tidak mau keluar kamar dan hanya tidur saja, tetapi setelah itu pasien mau diajak

berbicara. Pasien dapat diajak komunikasi, menjawab pertanyaan tentang keseharian

pasien dan jawaban dari pasien masuk akal, walaupun ketika diberi pertanyaan,

jawaban pasien selalu lama, tidak antusias menjawab pertanyaan dan di jawab singkat

dengan suara yang lirih.

Pasien dapat berinteraksi dengan baik dan menunjukan antusias nya ketika

sedang membicarakan topik yang dia suka seperti menanyakan keinginan dia untuk

Page 6: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

berjualan es lilin, membicarakan tanggal dan jam. Pasien selalu menanyakan topik

yang dia suka berulang-berulang kali (mengulang kalimat dan pertanyaan yang sama).

Pasien dapat mengerti waktu, tanggal, hari, pekan, tempat. Pasien selalu mengatakan

sudah tidak ada keluahan, seperti sekarang dia tidak lagi mendengar-mendengar orang

membicarakan dia, tidak berbicara sendiri, dan pasien selalu mengaku sudah tidak

bingung walaupun masih terlihat bingung.

2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan

Kemandirian)

Sistem Saraf : nyeri kepala (-), demam (-), tremor (-)

Sistem Kardiovaskular : nyeri dada (-), edema kaki (-)

Sistem Respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), pilek(-)

Sistem Digestiva : BAB normal, mual (-), muntah (-), diare (-), sulit makan

(-), Sakit perut (-)

Sistem Urogenital : BAK normal

Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), keringat (-), biru-biru (-)

Sistem Muskuloskeletal : edema (-),nyeri sendi (+), bengkak sendi (-), nyeri otot (-),

kelemahan otot (-).

Secara organik, tidak terdapat kelainan apapun. Pada pasien tidak terdapat

hambatan yang mengganggu dalam fungsi sosial yang disebabkan oleh gangguan

dari aspek kejiwaan.

Secara sosial, pasien menarik diri di lingkungan sekitarnya, tidak dapat

bergaul seperti biasa, pasien biasa melakukan aktivitas ringan sehari-hari tanpa harus

di bantu maupun disuruh oleh orang lain.

2.4. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu

2.4.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit

Faktor Organik

Tidak ada

Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)

Pasien dibesarkan di keluarga yang memiliki emosi ekspresi yang tinggi

(Ayah temprament)

Faktor Predisposisi

Page 7: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

Penyakit keturunan disangkal oleh narasumber.

Faktor Presipitasi

Pasien tidak lulus ujian akhir SMA 2 kali dan pasien ditinggal teman

dekatnya.

2.4.2. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya

Tidak ada

Riwayat Sakit Berat/Opname

Mondok 4 hari di PKU Muhammadiyah Bantul karena Kecelakaan

dengan di diagnosis Cedera Kepala pada bulan januari 2013.

2.5. Riwayat Keluarga

2.5.1. Pola Asuh Keluarga

Pasien dibesarkan di keluarga yang mempunyai kepala keluarga yang

tegas dan temprament, oleh ayah nya pasien secara tidak langsung pasien

dituntut untuk menjadi seperti kakak nya (dokter spesialis) tanpa memikirkan

kondisi kemampuan pasien. Pasien mempunyai ayah yang pemarah dimana

pasien sering melihat ibu nya di marahin oleh ayahnya, dan ketika marah

ayah nya cenderung sering merusak barang. Pasien juga mempunyai seorang

ibu yang cenderung memanjakan pasien, dan cenderung mengikat pasien.

2.5.2. Riwayat Penyakit Keluarga

Dari hasil autoanamnesis didapatkan keluarga tidak ada yang

memiliki kelainan serupa dengan pasien.

Page 8: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

2.5.3. Silsilah Keluarga

Dari hasil alloanamnesis, kami dapat informasi silsilah keluarga

pasien adalah :

Genogram Keluarga Tn. S tanggal 18 Maret 2013

Keterangan :

: pasien : Perempuan

: tinggal satu rumah

: Laki-laki

: meninggal

Grafik Perjalanan Penyakit

Gejala klinis

Mental Health Line/Time

1978..... 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988...................2012 2013

Fungsi peran

Page 9: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

2.6. Riwayat Pribadi

2.6.1. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Kehamilan direncanakan, Kondisi kesehatan dan emosi ibu sewaktu hamil

baik dan gizi cukup ,tidak menggunakan obat-obatan saat hamil, lahir 9

bulan, normal di rumah sakit PKU Bantul

2.6.2. Latar Belakang Perkembangan Mental

Masa kecilnya sampai dewasa bergaul dengan lingkungan sekitarnya biasa

saja

2.6.3. Perkembangan Awal

Baik, pasien dapat berjalan dan berbicara sesuai umurnya dan pada masa

kanak-kanak mempunyai tingkah laku yang normal sama dengan

seumuranya.

2.6.4. Riwayat Pendidikan

SD : lulus, tidak naik kelas 2 SD

SMP : lulus, pindah sekolah SMP Negeri ke SMP swasta

SMA : tidak lulus ujian akhir SMA

2.6.5 Riwayat Pekerjaan :

Pasien belum pernah bekerja sebelum nya.

2.6.5. Riwayat Perkembangan Seksual

Tidak diketahui

2.6.6. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual

Agama Islam

tidak rajin Sholat

Kecenderungan ke arah fanatisme agama disangkal

2.6.7. Riwayat Perkawinan:

Pasien belum menikah

2.6.8. RiwayatKehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid)

Pendiam

Kurang rasa percaya diri

Kurang bersosialisai dengan tetangga sekitar

Menarik diri dari kehidupan sosial, takut bertemu dengan orang-orang

2.6.9. Hubungan Sosial

Page 10: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

Menurut alloanamnesis, pasien tidak dapat bersosialisasi dengan baik ke

tetangga dan cenderung menarik diri, tetapi pasien masih mau di ajak

berbicara dengan orang terdekat dan keluarga.

2.6.10. Kebiasaan

Kebiasaan pasien adalah hanya tidur di rumah, menonton TV, membaca

koran, melamun dan terkadang menurut pasien setiap hari minggu, dia sering

berjalan-jalan naik sepeda keliling kota Yogyakarta.

2.6.11. Status Sosial Ekonomi:

Keluarga pasien merupakan keluarga yang berkecukupan. Bangunan

rumahnya adalah bangunan permanen dan milik sendiri. Keadaan rumah

kotor, berantakan,dan tidak terawat.

2.6.12. Riwayat Khusus

Pengalaman militer (-)

Urusan dengan polisi (-)

2.6.13. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis

Alloanamnesis dilakukan dengan ibu kandung pasien yang tinggal

dalam satu rumah.

3. PEMERIKSAAN FISIK

3.1. Status Praesens

3.1.1. Status Internus

Tanggal Pemeriksaan: 18 Maret 2013

Keadaan Umum : Compos Mentis

Bentuk Badan : tidak ditemukan kelainan.

Berat Badan : tidak dilakukan pengukuran

Tinggi Badan : tidak dilakukan pengukuran

Tanda Vital

- Tekanan Darah : 120/80 mmHg.

- Nadi :78x/menit.

- Respirasi :20 x/menit.

- Suhu : afebris

Kepala :

- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan

- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Page 11: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

Leher :

- Inspeksi : leher tampak bersih.

- JVP : tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax

- Sistem Kardiovaskuler :S1 S2 reguler

- Sistem Respirasi :wheezing (-), RBK (-), vesikuler (+)

Abdomen

Sistem Gastrointestinal : bising usus (+), NT (-)

Sistem Urogenital : tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

- Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan, nyeri tekan (-)

Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan, keringat (-)

Kelainan Khusus: (-)

Kesan Status Internus : Dalam Batas Normal

3.1.2. Status Neurologis

Kepala dan Leher : Dalam batas normal

Tanda Meningeal : (-)

Nervi Kranialis : tidak dilakukan.

Kekuatan Motorik : dalam batas normal

Sensibilitas : dalam batas normal

Fungsi Saraf Vegetatif : dalam batas normal.

Refleks Fisiologis :tidak dilakukan

Refleks Patologis : Hoffman-Trommner (-)

Gerakan Abnormal : (-)

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)

KesanStatus Neurologis : pemeriksaan yang dilakukan dalam batas

normal.

3.2. Status Psikiatri

Tanggal Pemeriksaan: 18 Maret 2013

Page 12: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

3.2.1. Kesan Umum

Tampak Pendiam, Kebingungan.

No Status Psikiatri Hasil Keterangan1 Kesadaran Kuantitatif : GCS = E4V5M6

Kualitatif : Compos mentisPasien sadar penuh tanpa rangsang apapun.

2 Orientasi

Orang : Baik Pasien dapat mengenal orang dengan baik

Waktu : Baik Pasien dapat membedakan waktu sekarang dan kejadian-kejadian penting dalam hidupnya

Tempat : Baik Pasien mengetahui dimana sekarang ia berada, dimana tempat tinggal, dimana tempat yang sering ia kunjungi

Situasi : Baik Pasien dapat membedakan suasana saat di rumahnya, di temapat saudaranya.

34

Sikap/Tingkah lakuPenampilan/rawat diri

Tidak Kooperatif Tidak Kooperatif : kadang tidak dapat diajak bicara dan menjawab pertanyaan dengan baik sesuai pertanyaanPerlambatan psikomotorikTingkah laku pasien hipoaktivitas, sikap pasifPenampilan pasien tampak sehat dan terlihat kebingunganRawat diri kurang, terlihat lusuh, tidak rapi dan tidak bersih

5 Mood Disforik     Pasien terlihat kosong dan kebingungan 6 Afek Afek datar     Pasien menunjukkan ekspresi wajah datar,

intonasi bicara monoton, ketidaksesuain afek

7     

Pikiran     

a. Bentuk pikiran : non realistikApa yang diucapkan pasien tidak sesuai dengan kenyataan /relevan    

b. Isi Pikir: - preokupasi-Perseverasi- waham curiga (-)

Pasien terpaku pada sebuah ide,miskin pikirBerulang-ulang menceritakan ide/pikiran.Sudah tidak mencurigai orang sekitar

c. Progresi pikir 

Kuantitatif:sedikit berbicara  Bicara tidak spontan, sedikit bicara, pendiam,

pembicaraan monoton,lirih, lambat dan ragu-ragu.

Kualitatif : Tidak Relevan dan inkoherensi

  Jalan pikiran pasien sukar atau tidak dapat di ikuti dan dimengerti

8 Hubungan Jiwa Baik Mudah dibina hubunganya dengan pemeriksa

9 Perhatian Mudah ditarik mudah dicantum

pasien mau menjawab bila ditanya dan mudah dalam memfokuskan diri pada pemeriksa

10 

Persepsi 

Halusinasi :- Halusinasi auditorik (-)- ilusi (-)

  Pasien sudah tidak mendengar orang-orang membicarakan diaPasien sudah tidak bebricara dengan tembok

11 Insight Derajat 4 Pasien sadar bahwa dirinya sakit, tetapi tidak tahu penyebabnya.

Page 13: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

3.2.2. Mood dan Interest

Dalam batas normal

Depresi

o Tidak ada

Kecemasan

o Tidak ada

Iritabilitas/Sensitivitas

o Mudah tersinggung

3.2.3. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan

Tidak diketahui

3.2.4. Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan

- Tidak ada.

3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis

3.3.1. Kepribadian

Skizoid

3.3.2. IQ

Tidak dilakukan tes.

3.3.3. Lain-Lain

Tidak ada.

3.4. Hasil Pemeriksaan Sosiologis

Cenderung menarik diri dari kehidupan sosial

4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA

4.1. Tanda-Tanda (Sign)

a. Penampilan

Penampilan pasien tampak sehat dan terlihat kebingungan

Rawat diri kurang, terlihat lusuh, tidak rapi dan tidak bersih.

b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Kooperatif : Dapat diajak bicara dan menjawab pertanyaan dengan baik sesuai

pertanyaan.

Tingkah laku pasien hipoaktivitas.

c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)

Page 14: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

Kuantitatif: sedikit berbicara

Bicara tidak spontan, sedikit bicara, pendiam, pembicaraan monoton,lirih,

lambat dan ragu-ragu.

Kualitatif : tidak Relevan dan inkoheren.

4.2. Gejala (Simtom)

a. Pasien berhalusinasi auditorik

b. Bentuk pikir tidak realistik, sukar atau tidak dapat di ikuti dan dimengerti

4.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)

Pada saat anamnesis, terdapat kumpulan gejala yang diperoleh dari

anamnesis dengan pasien:

a. Halusinasi yang menetap yang terjadi selama bertahun – tahun dan terus

menerus.

b. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari

berbagai aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat,

tak bertujuan, sikap pemarah, sikap berdiam diri dan penarikan diri dari sosial.

Kumpulan gejala ini merupakan syarat seseorang menderita Skizofrenia Tak Terinci

menurut PPDGJ III.

5. DIAGNOSIS

- F.20.5 Skizofrenia Residual

- F20.6 Skizofrenia Simpleks

6. PEMBAHASAN

Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala

atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,

namun kualitasnya berbeda ; atau

Page 15: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam

pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar

dirinya (withdrawal); dan

- “thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau

umum mengetahuinya; 

b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk

kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau

penginderaan khusus);

- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat; 

c. Halusinasi auditorik:

suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau

jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan

agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia

biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan

mahluk asing dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan

afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)

yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau

berbulan-bulan terus menerus;

Page 16: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme;

c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh

tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

d. gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja

sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh

depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu

bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu

sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Untuk skizofrenia residual harus memenuhi kriteria :

Untuk Suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus terpenuhi semua:

- Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan

psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan

ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,

komunikasi non-verbal yang buruk seperti ekspresi muka, kontak mata,

modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang

buruk;

- Sedikitnya ada riwayat suatu episode psikotik yang jelas di masa lampau

yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia;

- Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun diamana intensitas dan

frekuensi gejala yang nyata secperti waham dan halusinasi telah sangat

berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negatif” dari skizofrenia;

- tidak terdapat dementia atau penyakit/ gangguan otak organik lain, depresi

kronis atau institunasionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif

tersebut.

Page 17: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

Diagnosis Banding

F20.6 Skizofrenia Simpleks

Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung

pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :

- gejala “negative” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat

halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan

- disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,

bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu,

tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.

Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia

lainnya.

Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama

pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan

proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali

terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin

penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari

pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya

menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan

menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.

7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

7.1. Pemeriksaan Psikologi

Tidak dilakukan

7.2. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)

Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak menunjukkan gejala-gejala patologik pada

organ.

Page 18: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

8. DIAGNOSIS

Aksis I : skizofrenia tak terinci (F20.3).

Aksis II : Gangguan Kepribadian Skizoid

Aksis III : tidak ditemukan kelainan organik.

Aksis IV : stressor psikososial jelas.

Aksis V : GAF 70 – 61 : Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam

fungsi, secara umum masih baik.

9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN

Farmakoterapi

Injeksi Sikzonoat 1 ampul

Psikoterapi dan Rehabilitasi

o Psikoterapi Individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis untuk

mengembalikan penderita ke masyarakat

o Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan

orang sekitar agar member dukungan kepada pasien. Dukungan moral dan suasana

kondusif sehingga membantu proses penyembuhan.

Page 19: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

10. PROGNOSISF

AK

TO

R P

RE

MO

RB

ID

Indikator Pada Pasien Prognosis

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Tidak Percaya Diri

Tidak ada

Diktator

Tidak ada

Tidak Ada

Berkecukupan

Tidak Jelas

Tidak Menikah

Jarang

Jelek

Baik

Jelek

Baik

Jelek

Baik

Jelek

Jelek

Jelek

F

AK

TO

R M

OR

BID

10.

11.

12.

13.

14.

obat

15.

16.

gejala

Dewasa Muda

Kronik

psikotik

Baik

Tidak Teratur

Baik

Tidak

Jelek

Jelek

Jelek

Baik

Jelek

Baik

Baik

Kesimpulan prognosis: Dubia ad malam

11. RENCANA FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas obat,

dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan.

Pastikan pasien mendapat psikoterapi.

Page 20: PRESENTASI  KASUS jiwa.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI. 1993. “Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III”. Cetakan Pertama. Jakarta : Depkes RI.

2. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Diunduh dari

http//www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm tanggal 10 November 2011

3. Buku ajar psikiatri. Fakultas Kedokteran Indonesia