Presentasi kasus

67
Presentasi Kasus Bayu Wijanarko Yoga Rossi Widya Utama

description

med

Transcript of Presentasi kasus

Page 1: Presentasi kasus

Presentasi KasusBayu Wijanarko

Yoga Rossi Widya Utama

Page 2: Presentasi kasus

IdentitasNama : WSUsia : 81 thJenis Kelamin : Laki - LakiAlamat: Wonolelo RT 07/04 Karangwungu

Karangdowo, KlatenBerat Badan: 50 kg

Page 3: Presentasi kasus

AnamnesisKeluhan Utama: nyeri perut kanan atasRPS: ±15 HSMRS OS mengeluh nyeri perut kanan atas, hilang timbul, kumat-kumatan, dirasakan semakin memberatRPD: keluhan serupa (-), Asma (-), Alergi (-),HT (-), DM (-), Operasi sebelumnya (-)RPK: keluhan serupa (-)

Page 4: Presentasi kasus

Pemeriksaan FisikA: Clear, M1, TMD>6,5 cmB: spontan, RR 16x/menit, wheezing (-), RBB (-), RBK (-), Vesikuler (+)C: nadi 80x/menit, TD 130/70 mmHgD: GCS E4V5M6

Ass: ASA 1 rencana GA dengan Intubasi

Page 5: Presentasi kasus

PenunjangRo Thorax: jantung dan paru dbn.Lab:

- Na 130,2 (136-140)- Globulin 3,6 (2,3-3,2)

Page 6: Presentasi kasus

Durante OpPre medikasi: diazepam 5 mg dan ondansetron 10 mg Induksi: propofol 100 mg, ekron (vecuronium bromide) 4,5

mgObat: ketorolac 30 mg, ondansetron 4 mgMaintenance: N2O2, O2 (50:50), isoflurane Lama operasi: 2 jamPerdarahan selama operasi 500 mlCairan: NaCl, Asering Instruksi post op: asering ivfd 24 tpm, awasi VT dan KU

Page 7: Presentasi kasus

Maintenance – 2cc/kgBB/jam = 100 cc/jamPengganti Puasa – 100 x 8 = 800 ccStress Operasi – 8 cc/kgBB = 400 cc

- Jam I – ½ x PP + M + SO = 900 cc- Jam II – ¼ x PP + M + SO = 700 cc

EBV – 70 cc/kgBB = 3500 ccABL – 20% EBV = 700 cc

Page 8: Presentasi kasus

Post OperativeAldrete ScoreKesadaran 2Warna kulit 2Aktivitas 2Respirasi 2Tekanan darah 2Nilai total : 10

Page 9: Presentasi kasus

MONITORINGTujuan monitoring adalah untuk membantu anestesis mendapatkan informasi fungsi organ vital selama perianestesia supaya dapat bekerja dengan aman. Area perianestesia meliputi pre-operative (pre-op) sampai Postanesthesia Care Unit (PACU). Monitoring juga digunakan untuk melihat apakah efek blokade terhadap rangsangan nyeri, blokade terhadap otot lurik, dan blokade terhadap memori dan kesadaran cukup adekuat atau tidak

Page 10: Presentasi kasus

Standards For Basic Anesthetic Monitoring – ASA, 2010Standar 1 - Tim ahli anestesi yang kompeten

harus berada di ruangan selama dilakukannya general anestesi, regional anestesi, dan monitoring anestesi. Hal ini penting karena perubahan signifikan pasien dapat terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga.

Standar 2 - Selama proses anestesi, oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, dan temperatur harus dievaluasi secara terus menerus.

Page 11: Presentasi kasus

Monitoring KardiovaskularNon InvasifNadi – Palpasi a. radialis, brakialis, femoralis, karotis. Menilai frekuensi, irama, dan kekuatan nadi. Cara lain: Auskultasi dada.Monitoring secara kontinyu dengan EKG & Oksimeter

Page 12: Presentasi kasus

Tekanan Darah – manual: auskultasi & palpasi, otomatis: monitor tekanan darah elektronik. Hitung pula mean arterial pressure: 1/3 (3 sistole+2 diastole).

Banyaknya Perdarahan – jumlah darah di dalam botol penampung suction atau dengan menimbang kasa sebelum dan setelah terkena darah

Page 13: Presentasi kasus

InvasifKanulasi arteri (a.radialis, a.dorsalis pedis, a.karotis, a.femoralis) – mengetahui secara kontinyu tekanan darah pasien

Kanulasi vena sentral (v.jugularis interna-eksterna, v.subklavia, v. basilika, v. femoralis) – mengetahui tekanan vena sentral secara kontinyu

Page 14: Presentasi kasus

Kanulasi a.pulmonalis (Swan-Ganz) – menganalisa cardiac outputPada bayi baru lahir: arteri dan atau vena umbilikalis – monitor ventilasi (kadar pH,PO2,PCO2,bikarbonat)

Page 15: Presentasi kasus

RespirasiTanpa Alat: mengawasi pasien secara langsung – gerakan dada & perut, warna mukosa bibir, kuku ujung jari, darah pada luka bedah (kebiruan atau merah muda)Stetoskop: mendengar suara pernafasan

Page 16: Presentasi kasus

Pulse Oximetry: mengetahui saturasi O2 (SaO2), frekuensi nadi, mengetahui adanya disritmiaKapnometri: mengetahui secara kontinyu kadar CO2 dalam udara inspirasi atau ekspirasi

Page 17: Presentasi kasus

Parameter respirasi yang perlu dinilai pasca anestesia:1. Suara nafas paru: sama pada kedua paru2. Frekuensi nafas: 10-35 x/menit3. Irama nafas: teratur4. Volume tidal: minimal 4 – 5 ml/KgBB5. Kapasitas vital: 20 – 40 ml/KgBB6. Inspirasi paksa: -40 cmH2O7. PaO2 pada FiO2 30%: 100 mmHg 8. PaCO2: 30-45 mmHg

Page 18: Presentasi kasus

Suhu BadanDilakukan pada pembedahan yang lama dan bayi/anak kecil – bayi sangat mudah kehilangan panas secara radiasi, konveksi, evaporasi & konduksi depresi otot jantung, hipoksia, asidosis, pulih anestesia lambat

Page 19: Presentasi kasus

Tempat yang lazim digunakan:1. Aksila – pembacaan butuh 15 menit2. Oral-sublingual – pada pasien sadar sebelum

anestesia3. Rektal 4. Nasofaring, esofageal5. Lain – lain (kulit, liang telinga)

Page 20: Presentasi kasus

GinjalProduksi air kemih (0,5 – 1,0 ml/KgBB/jam)Jika terjadi oligouri atau anuri, segera cari penyebabnya apakah pre renal, renal, atau salurannya – penanggulangan disesuaikan dengan penyebabnya

Page 21: Presentasi kasus

Sistem SyarafMemeriksa respon pupil terhadap cahaya, respon terhadap trauma pembedahan, respon terhadap otot apakah relaksasi sudah cukup/belum

Page 22: Presentasi kasus

Aldrete Score (nilai untuk pengiriman pasien: 10)1. Aktivitas - Mampu menggerakkan 4 ekstremitas2 - Mampu menggerakkan 2 ekstremitas1 - Tidak mampu menggerakkan ekstremitas 0

Page 23: Presentasi kasus

2. Respirasi - Mampu nafas dalam dan batuk 2 - Sesak atau nafas terbatas 1 - Henti nafas 0

Page 24: Presentasi kasus

3. Tekanan Darah - Berubah sampai 20% dari pra bedah 2 - Berubah 20% - 50% dari pra bedah 1 - Berubah > 50% dari pra bedah 04. Kesadaran - Sadar baik dan orientasi baik 2 - Sadar setelah dipanggil 1 - Tak ada tanggapan terhadap rangsang 0

Page 25: Presentasi kasus

5. Warna Kulit - Kemerahan 2 - Pucat agak suram 1 - Sianosis 0

Page 26: Presentasi kasus

Faktor yang perlu diperhatikan sebelum mengirim pasien ke ruangan:

1. Observasi minimal 30’ setelah pemberian narkotik atau obat penawarnya secara IV

2. Observasi min. 60’ setelah pemberian antibiotik, antiemetik, atau narkotik secara IM

3. Obesrvasi min. 30’ setelah O2 dihentikan4. Observasi 60’ setelah ekstubasi5. Tindakan lain ditentukan kemudian oleh dr. spesialis

anestesiologi dan bedah

Page 27: Presentasi kasus

Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO)Diperlukan saat terjadi kejadian seperti –

kecelakaan lalu lintas, tenggelam, keracunan, dll.Kejadian semacam ini memerlukan pertolongan

segera di tempat kejadian, selama transportasi, sampai pasien diserahkan kepada petugas kesehatan di RS.

Sebab kematian dapat berupa syok, hipoventilasi, henti nafas, henti jantung.

Page 28: Presentasi kasus

Kerusakan otak permanen dapat terjadi jika aliran darah terhenti > 4-6 menit atau sesudah terjadi trauma dengan hipoksia berat/kehilangan darah yang tidak dikoreksi.

RJPO: suatu usaha kedokteran gawat darurat untuk memulihkan fungsi respirasi dan/atau sirkulasi yang mengalami kegagalan mendadak pada pasien yang masih memiliki harapan hidup.

Page 29: Presentasi kasus

Tahap I: Bantuan Hidup Dasar (BHD) untuk oksigenasi daruratA – Airway Control B – Breathing SupportC – Circulating SupportTanda keberhasilan BHD:1. Warna kulit berubah dari sianosis menjadi kemerahan2. Pupil mengecil3. Denyut nadi spontan

Page 30: Presentasi kasus

Tahap IIBantuan Hidup Lanjut, untuk memulihkan dan mempertahankan sirkulasi spontanD – Drug and Fluid treatmentE – ElectrocardiographyF – Fibrillation treatment

Page 31: Presentasi kasus

Tahap IIIBantuan Hidup Jangka Panjang, untuk pengelolaan intensif mentasi manusiaG – GaugingH – Human mentationI – Intensive care

Page 32: Presentasi kasus

Dalam keadaan darurat, resusitasi dapat diakhiri jika salah satu dari hal berikut:

1. Muncul sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif2. Upaya resusitasi diambil alih orang lain yang bertanggung jawab

meneruskan resusitasi3. Seorang dokter mengambil alih tanggung jawab4. Penolong terlalu lelah dan tidak sanggup lagi meneruskan5. Pasien dinyatakan mati6. Setelah dimulai resusitasi, diketahui bahwa pasien berada dalam

stadium terminal suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau hampir dapat dipastikan fungsi serebral tidak akan pulih

Page 33: Presentasi kasus

Tatalaksana Jalan NafasKeahlian dalam manajemen jalan nafas sangat

penting untuk ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

Kegagalan dalam manajemen jalan nafas, bahkan dalam waktu singkat dapat mengancam nyawa

Airway yang tidak adekuat hipoksemia kerusakan otak kematian

Page 34: Presentasi kasus

Penilaian kesulitan jalan nafas dimulai dengan riwayat medis yang komprehensif dan pemeriksaan fisik

Penyulit dapat berupa oedema, cacat, perdarahan, stenosis trakeal/oesofageal, kompresi atau perforasi, pneumotoraks atau aspirasi isi abdomen

Tanda – tanda yang berhubungan dengan gangguan jalan nafas: suara parau, stridor, wheezing, disfagia, dispneu, nafas cuping hidung, retraksi trakea, retraksi thorax, dan tidak adanya udara ekspirasi

Page 35: Presentasi kasus

Pemeriksaan Fisik1. MOUTHS (Mandible, Opening, Uvula, Teeth, Head

and Neck, Silhouette) – penilaian kesulitan airway2. MOANS (Mask seal, Obesity/Obstruction, Age, No

teeth, Stiff) – menilai kesulitan dalam Bag-Mask Ventilation

3. LEMON (Look externally, Evaluation of the 3-3-2 rule, Mallampati score, Obstruction/Obesity, Neck Mobility) – menilai kesulitan dalam laringoskopi dan intubasi

Page 36: Presentasi kasus

Spasme atau kejang laring pita suara menutup sebagian atau seluruhnya

Tindakan:1. Manuver tripel jalan nafas2. Ventilasi (+) dengan O2 100%3. Jika tidak berhasil, menggunakan succinylcholine

choride 0,5 mg/kg iv, im deltoid, sublingual 2-4 mg/kg

Page 37: Presentasi kasus

Manuver tripel jalan nafas1. Kepala ekstensi pada sendi atlanto-oksipital2. Mandibula didorong ke depan pada kedua angulus

mandibula3. Mulut dibukaDengan manuver ini lidah terangkat, jalan nafas bebas gas atau udara bebas masuk dengan lancar ke trakea melalui hidung atau mulutJika manuver tripel kurang berhasil, dipasang Oropharingeal airway atau nasopharyngeal airway

Page 38: Presentasi kasus

Face Mask – pengantar udara/gas anestesia dari alat resusitasi ke jalan nafas pasien

Ukuran 03 untuk bayi baru lahir, 02, 01, 1 untuk anak kecil 2, 3 untuk anak yang lebih besar, dan 4, 5 untuk dewasa.

Sebagian face mask dari bahan transparan supaya udara ekspirasi kelihatan atau kalau ada bibir yang terjebit atau muntahan bisa terlihat

Page 39: Presentasi kasus

Laryngeal Mask Airway (LMA) – dikenal 2 macam:1. LMA dengan 1 pipa nafas2. LMA dengan 2 pipa yaitu pipa nafas standardan

pipa tambahan yang ujung distalnya berhubungan dengan esofagus

Page 40: Presentasi kasus

Endotracheal tube (ET) – mengantar gas anestetik langsung ke dalam trakea

Cara memilih ET pada anak kecil:- Diameter : 4 + ¼ umur (th)- Panjang orotrakeal tube : 12 + ½ umur

(th)- Panjang ET : 12 + ½ umur (th)

Page 41: Presentasi kasus

Laringoskopi – untuk melihat laring secara langsung agar dapat memasukkan pipa trakeal dengan tepat

Indikasi Intubasi Trakea:1. Menjada patensi jalan nafas2. Mempermudah ventilasi (+) dan oksigenasi3. Mencegah aspirasi dan regurgitasi

Page 42: Presentasi kasus

Komplikasi Intubasi & Ekstubasi1. Intubasi

- Trauma gigi-geligi- Laserasi bibir, gusi, laring- Merangasang saraf simpatis (hipertensi-takikardi)- Intubasi bronkus- Intubasi esofagus- Aspirasi- Spasme Bronkus

Page 43: Presentasi kasus

2. Ekstubasi- Spasme laring- Aspirasi- Gangguan fonasi- Edema glotis-subglotis- Infeksi laring, faring, dan trakea

Page 44: Presentasi kasus

Manajemen Cairan PerioperatifTerapi cairan perioperatif dibutuhkan untuk mengganti cairan

dan elektrolit yang hilang pada saat sebelum, selama dan setelah operasi.

Cairan dan elektrolit yang hilang dapat disebabkan oleh:PuasaPerdarahanStress Operatif Imbalance intake-demand

• Cairan dan elektrolit ini dibutuhkan untuk membantu penyembuhan dan pengembalian fungsi pasien

Kebutuhan Cairan Perioperatif : Pre Op Durante Op Post Op

Page 45: Presentasi kasus

Pre Op

• Kebutuhan cairan per hari untuk maintenance pada anak adalah :• 0-10 kg (100ml/kgBB/hari)• 11-20 kg 1000ml + (50ml/kgBB/hari)• >20 kg 1500ml + (20ml/kgBB/ hari)

Pada orang dewasa kebutuhannya adalah 30-50ml/kgBB/24 jam

• Faktor yang mempengaruhi :• Kondisi pasien• Prosedur diagnostik• Pemberian obat• Preparasi bedah• Restriksi cairan preoperatif• Defisit cairan yang ada sebelumnya

Page 46: Presentasi kasus

Durante Op

• Pengganti puasa• Digunakan 2cc/kgBB/ jam Puasa

• Kebutuhan Maintenance• 4cc/kgBB/10 kg pertama• 2cc/kgBB/10 kg kedua• 1cc/kgBB/ kg selanjutnya

• Stres Operatif• 6-8 ml/kg untuk tindakan pembedahan besar• 4-6 ml/kg untuk tindakan sedang• 2-4 ml/kg untuk tindakan ringan

• Pengganti Perdarahan• Diberikan ketika produk perdarahan pada saat operasi >30%

dari EBV• EBV pada orang dewasa 70cc/kgBB

Page 47: Presentasi kasus

• Faktor perioperatif• Induksi anestesi• Kehilangan darah• Third space loss• evaporasi luka operasi

Page 48: Presentasi kasus

Post Op

• Sesuai dengan kehilangan cairan pada saat tindakan yang mungkin belum teratasi

• Terapi kebutuhan cairan rumatan, dewasa (50ml/kgBB/24 jam)

• Tidak perlu diberikan kalium dan natrium

• Pemberian kebutuhan karbohidrat 100-150mg/hari dapat ,enekan pemecahan protein 50%.

• Albumin dipertahankan sampai kadar 3.5 %

Faktor yang berpengaruh :

• Stres akibat operasi dan nyeri pasca operasi

• Peningkatan katabolisme jaringan

• Penurunan volume sirkulasi yang efektif

• Resiko adanya ileus postoperatif

Page 49: Presentasi kasus

Pilihan Jenis Cairan

1. Cairan kristaloid• Cepat keluar dari intravaskuler dan masuk ke

ekstraseluler• Digunakan untuk resusitasi cairan dalam waktu cepat• Contoh : NACl 0.9%, RL, NS, D5%

2. Cairan koloid• Disebut cairan pengganti plasma (plasma expander)• Menjaga tekanan onkotik dalam vaskuler, sirkulasi lebih

lama• Contoh : dextan, gelatin, starch, polyvinyl ppyrrolidone

(PVC), plasma protein

Page 50: Presentasi kasus

kristaloid koloidkeuntungan murah Lebih lama di

intravaskulerCairan yang dipih pertama untuk resusitasi awal

Mempertahankan tekanan onkotik

Meningkatkan volume intravaskuler cepat (25% akan bertahan pada intrvaskuler)

Membutuhkan lebih sedikit volume untuk efek yang sama dengan kristaloid

Memperbaiki “third space loss” Edema perifer minimalMenurunkan tekanan intrakranial

kekurangan Menyebabkan edema perifer MahalKejadian edema paru cukup tinggi

Mengencerkan faktor pembekuan

Membutuhkan vol yg lebih besar untuk efek yang sama dengan koloid

Menyebabkan koagulopati (dextran dan helastarch

Efeknya bersifat transien Mungkin dapat menyebabkan reaksi anaphylactoid apabila dengan dextran

Page 51: Presentasi kasus

Shock• Merupakan sindrom kegagalan oksigenasi dan perfusi

jaringan yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab

• Jika tidak ditangani--> kerusakan ireversibel, disfungsi organ, dan akhirnya kematian

• Penampakan pasien dengan shock dapat berupa gangguan kesadaran, takikardi, hipotensi,anuria, akral dingin

Page 52: Presentasi kasus

Klasifikasi shock Shock hipovolemik• Hemorrhagic• Non hemorrhagic

Shock kardiogenik• Iskemik• Miopatik• Mekanik• Aritmia

Shock distributif Septik Krisis adrenal Neurogenik (spinal shock) Anaphylactic

Shock obstruktif Emboli paru Tension pneumothorax Cardiac tamponade Perikarditis konstriktif

Page 53: Presentasi kasus

Shock hipovolemik• Terjadi ketika volume intravaskuler menurun,

dikarenakan oleh :• Perdarahan• Diare• Diuresis kuat• Dehidrasi

• Tujuannya adalah mengganti cairan yang hilang• Vasopressor digunakan hanya untuk meingkatkan tek.

Darah temporer sampai resusitasi cairan dilakukan

Page 54: Presentasi kasus

Shock distributif• Kehilangan tonisitas vaskuler (vasodilatasi)

• Yang paling sering adalah septik shock

• Profil hemodinamik dari septik shock adalah :• CO N/• Tekanan pengisian ventrikel N/↓• SVR ↓• Tekanan diastolik ↓• Tekanan darah ↓

• Managemen septik shock :• Manajemen awal adalah mengganti defisit cairan intravaskuler• Menggunakan antibiotik yang sensitif terhadap bakteri tersebut

Page 55: Presentasi kasus

Shock kardiogenik• Disebabkan oleh kegagalan jantung dalam memompa

darah

• Merupakan komplikasi gagal jantung paling berat, perlu dibedakan dengan CHF dengan adanya hipotensi, hipoperfusi karena membutuhkan intervensi yang berbeda

• Karakteristik hemodinamik :• CO ↓• Tekanan pengisian ventrikel ↑• SVR ↑

• Manajemen shock kardiogenik :• Tujuan utamanya meningkatkan fungsi miokardium• Aritmia harus ditangani• Reperfusi Pci merupakan terapi pilihan jika pada

kasus ACS• Inotropik dan vasopresor

Page 56: Presentasi kasus

Shock obstruktif• Obstruksi aliran keluar jantung karena kelainan pengisian

jantung atau afterload yang berlebihan

• Tamponade kordis dan konstriktif perikarditis mengganggu fungsi diastolik dari ventrikel kanan

• Tension pneumothorax membatasi pengisian ventrikel dengan pengurangan cardiac output

• Emboli paru masif meningkatkan afterload ventrikel kanan

• Profil hemodinamik pada obsturktif shock:• CO ↓• Afterload ↑• Distensi vena jugular• Pulsus paradoksus

• Manajemen obstruktif shock cenderung ke manajemen penyebabnya

Page 57: Presentasi kasus

Prinsip Manajemen shockPrinsipnya adalah meningkatkan hantaran

oksigen untuk mencegah kerusakan sel dan organ

Terapi yang efektif selalu diikuti terapi penyebab yang mendasari shock

Pemulihan perfusi yang adekuat, monitoring, dan menyediakan kebutuhan tambahan

Intervensi untuk mengembalikan tekanan darah, meningkatkan cardiac output dan mengoptimalisasi oksigenasi dalam darah

Page 58: Presentasi kasus

Manajemen Nyeri• Definisi Nyeri

• Nyeri :• Nyeri akut• Nyeri somatik• Nyeri visceral• Nyeri kronik

• Nyeri --> stres --> peningkatan katekolamin --> mual-muntah

• Manifestasi Nyeri : hipertensi, takikardia, hiperventilasi, retensi urin

Page 59: Presentasi kasus

Skala nyeri :VRS (verbal rating scale)VAS (visual analog scale)

Mekanisme :1. Transduksi2. Transmisi3. Modulasi4. Persepsi

TerapiNyeri ringan-sedang : NSAIDs (Non-opioid)Nyeri Berat : Opioid

Page 60: Presentasi kasus

Analgesik non opioid: Asam karboksilat

Asam asetatDerivat asam fenilasetat (diklofenak, fenklofenak)Derivat asam asetat-indol (indometasin)

Derivat asam salisilat (aspirin)Derivat asam propionat (ibuprofen, ketoprofen,

naproksen)Derivat asam mefenamat

Asam enolatDerivat Pirazolon (azapropazon, fenilbutazon)Derivat oksikam ( piroksikam)

Page 61: Presentasi kasus

Mekanisme KerjaMenghambat biosintesis prostaglandin (sebagai mediator

inflamasi dan rasa nyeri)Prostaglandin akan dilepaskan ketika ada kerusakan selObat ini menghambat enzim siklo-oksigenase --> konversi

asam arakidonat menjadi PGG2 tergangguDapat digunakan sebagai anti piretik

Page 62: Presentasi kasus

Analgesik Opioid Merupakan obat yang memiliki sifat seperti opium atau morfin Obat ini terutama digunakan sebagai analgetik Menimbulkan adiksi Golongan :

1. Obat dari opium-morfin2. Senyawa semi-sintetik morfin (fentanil)3. Senyawa sintetik yang ber efek seperti morfin

Mekanisme Kerja : Analgesia terhadap sistem saraf pusat Efek analgessia sangat selektif, tidak disertai hilangnya fungsi sensoris

lainnya seperti : getaran, raba, penglihatan, dan pendengaran Menyebabkan depresi nafas Menstimulasi pusat muntah Stimulasi nervus vagus ketika dosis toksik

Page 63: Presentasi kasus

Multimodal analgesia

• Penggunaan lebih dari satu macam obat analgetik yang mempunyai mekanisme yang berbeda guna mendapatkan efek aditif dan sinergis dalam upaya menurunkan efek samping penggunaan monoterapi opioid

Tujuan :

1. Mengurangi efek samping opioid

2. Mencegah nyeri akut menjadi nyeri kronik

3. Mempercepat pemulihan pasien

4. Memperpendek lama tinggal di RS

Page 64: Presentasi kasus

Stabilisasi dan Transportasi Stabilisasi

Proses untuk menjaga kondisi dan posisi pasien agar tetap stabil selama tindakan medis

Transportasi Proses usaha untuk memindahkan dari tempat satu

ke tempat lainnya untuk tujuan tertentu

Page 65: Presentasi kasus

Prinsip Stabilisasi Stabil hemodinamik Stabil posisi (mekanik) Stabil jalan nafas Kondisi pasien tidak memburuk setelah sampai tujuan

Prinsip transportasi kondisi pasien stabil Koordinasi dengan tujuan Mempersiapkan sarana dan prasarana

Page 66: Presentasi kasus

Referensi1. Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi

dan TErapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2002.

2. Perianesthesia Nursing Care: A Bedside Guide for Save Recovery. Edited by Daphne Stannard & Dina A. Krenzischek, 2012.

3. Standards For Basic Anesthetic Monitoring Committee of Origin: Standards and Practice Parameters (Approved by the ASA House of Delegates on October 21, 1986, and last amended on October 20, 2010 with an effective date of July 1, 2011)

4. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi, Cetakan 1, 2010.5. Gupta, S. et. Al, Airway Assessment: Predictors od Difficult Airway

in Indian J.anesth, 257 – 262.

Page 67: Presentasi kasus

TERIMA KASIH