PRESENTASI KASUS

31
PRESENTASI KASUS FRAKTUR FEMUR SINISTRA Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Diajukan Kepada : dr. Sunarto, Sp. B Disusun Oleh : Ica Trianjani S. 20100310010

description

kedokteran

Transcript of PRESENTASI KASUS

Page 1: PRESENTASI KASUS

PRESENTASI KASUS

FRAKTUR FEMUR SINISTRA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada :

dr. Sunarto, Sp. B

Disusun Oleh :

Ica Trianjani S.

20100310010

BAGIAN ILMU BEDAH RSUD SETJONEGORO WONOSOBO

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

Page 2: PRESENTASI KASUS

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui Presentasi Kasus dengan judul :

FRAKTUR FEMUR SINISTRA

Telah dipresentasikan pada tanggal :

15 Oktober 2014

Disusun oleh :

Ica Trianjani S.

20100310010

Disetujui oleh :

Dokter Pembimbing

dr. Sunarto, Sp. B

2

Page 3: PRESENTASI KASUS

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas

segala limoahan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas dalam presentasi kasus untuk memenuhi sebagian syarat

mengikuti ujian origram pendidikan profesi dibagian Ilmu Bedah dengan judul :

FRAKTUR FEMUR SINISTRA

penulis refleksi ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. dr. Sunarto, Sp. B selaku dokter pembimbing dan dokter spesialis

Bedah RSUD Wonosobo.

2. dr. Dimyati Ahmad, Sp. B selaku dokter spesialis Bedah RSUD

Wonosobo.

3. Teman-teman koass serta tenaga kesehtan RSUD Wonosobo yang

telah membantu penulis dalam menyusun tugas ini.

Dalam penyusunan refleksi kasus ini penulis menyadari bahwa masih memiliki

banyak kekurangan. Penulis mangharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan

penyususnan refleksi kasus dimasa yang akan datang. Semoga dapat menambah

pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. wb

Wonosobo, 12 Oktober 2014

Ica Trianjani S.

3

Page 4: PRESENTASI KASUS

DAFTAR ISI

HALAM JUDUL.................................................................................................................1

HALAM PENGESAHAN...................................................................................................2

KATA PENGANTAR.........................................................................................................3

DAFTAR ISI.......................................................................................................................4

BAB I. LAPORAN KASUS................................................................................................6

I. Identitas.........................................................................................................................6

II. Anamnesis.......................................................................................................................6

Keluhan Utama.........................................................................................................6

Riwayat Penyakit Sekarang......................................................................................6

Riwayat Penyakit Dahulu.........................................................................................7

Riwayat Penyakit Keluarga.......................................................................................7

Riwayat Personal Sosial............................................................................................7

Anamnesis Sistem.....................................................................................................7

III. Resume Anamnesis........................................................................................................8

IV. Pemeriksaan Fisik..........................................................................................................8

Keadaan Umum........................................................................................................8

Vital Sign..................................................................................................................8

Status Generalisata....................................................................................................8

Status Lokalis............................................................................................................9

V. Hasil Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................11

VI. Diagnosis.......................................................................................................................12

BAB II. LAPORAN KASUS 13

I. Anatomi Femur........................................................................................................13

II. Definisi Fraktur........................................................................................................13

III. Jenis Fraktur............................................................................................................14

IV. Etiologi....................................................................................................................15

V. Patofisiologi ............................................................................................................16

4

Page 5: PRESENTASI KASUS

VI. Diagnosis .................................................................................................................17

VII. Penatalaksanaan Fraktur .........................................................................................18

5

Page 6: PRESENTASI KASUS

PRESENTASI KASUS

FRAKTUR FEMUR SINISTRA

I. Identitas

Nama : Riski Saifal ekti

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 6 tahun

Alamat : Purbalingga

Agama : Islam

Nomor RM : 609767

Tanggal Masuk RS : 2 Oktober 2014

Tanggal Keluar RS : 3 Oktober 2014

II. Anamnesis

Dilakukan autoamnesis, alloanamnesi dan pemeriksaan fisik pada

tanggal 3 Oktober 2014 di ruang Bougenville RSUD KRT Setjonegoro.

Keluhan Utama

Nyeri pada paha kiri setelah kecelakaan lalu lintas.

1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

Seorang anak 6 tahun datang ke IGD bersama kedua orang tuanya

dengan keluhan nyeri pada paha kiri. Di IGD dilakukan pemasangan

spalek sebelum di masukkan ke ruang Bougenvil. 1 jam sebelum masuk

rumah sakit pasien mengalami kecelakaan motor bersama kedua orang

tuanya. Motor yang ditumpangin pasien dan kedua orang tuanya terpelesat

setelah menyalip mobil, motor yang ditumpangi menindih paha kiri pasien

6

Page 7: PRESENTASI KASUS

dari arah samping (lateral). Bagian tubuh lain tidak mengalami benturan.

Saat kejadian pasien tidak pingsan, tidak mual dan muntah.

2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)

Riwayat trauma sebelumnya disangkal. Pasien tidak pernah operasi

sebelumnya. Mangaku baru pertama kali ini mengalami patah tulang.

Tidak ada riwayat kelainan darah.

3. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kejadian sama

sebelumnya. Ada anggota keluarga yang memiliki riwayat patah tulang

dengan atau tanpa trauma.

4. Riwayat Sosial dan Pribadi :

Pasien anak ke 3 dari 3 bersaudara yang tinggal bersama kedua

orang tuanya dan kedua kakaknya.

5. Anamnesis Sistem

a. Sistem serebrospinal : tidak pusing, tidak demam, tidak ada

kelemahan anggota gerak.

b. Sistem respirasi : tidak batuk, tidak pilek, tidak sesak nafas.

c. Sistem kardiovaskuler : tidak nyeri dada, tidak berdebar-debar.

d. Sistem digestivus : tidak ada nyeri telan, tidak ada mual, tidak ada

muntah, bisa kentut, BAB kurang lancar, agak keras, tidak cair.

e. Sistem urologi : BAK lancar, pencaran kuat, tidak nyeri,

tidak terasa panas, tidak terputus-putus.

f. Sistem muskuloskeletal: tidak nyeri, tidak ada keterbatasan gerak.

7

Page 8: PRESENTASI KASUS

g. Sistem integumentum : tidak ada peradangan, tidak ada luka-luka,

tidak gatal.

h. Kejiwaan : sadar penuh.

6. Resume Anamnesis

Seorang anak laki-laki berumur 6 tahun datang ke IGD RSUD

Setjonegoro Wonosobo dengan keluhan sakit pada paha kiri. 1 jam

sebelumnya pasien mengalami kecelakaan bersama orang tuanya. Saat

kejadian pasien tidak pingsan, tidak mual dan muntah. Di IGD dilakukan

pemasangan spalek sebelum di masukkan ke ruang Bougenvil.

III. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Baik

Kesadaran : compos mentis, GCS : E4 V5 M6 = 15.

2. Tanda-tanda Vital

TD : 110/60 mmHg

HR : 100 kali/menit, teraba kuat, isi cukup, ritmis

RR : 24 kali/menit

T : 37,1 ° C

3. Status Generalis

a. Kulit :

Warna coklat sawo matang, tidak ikterik, tidak pucat, tidak hipopigmentasi

maupun hiperpigmentasi, tidak tampak ada tanda peradangan. Tugor kuit

baik.

b. Kepala :

1.) Bentuk : mesocepal, simetris, tidak ada deformitas.

8

Page 9: PRESENTASI KASUS

2.) Rambut : agak panjang warna hitam dan putih, distrusi merata, tidak

mudah dicabut.

3.) Muka : tidak ada tanda peradangan, tidak ada deformitas.

4.) Mata : penglihatan normal, conjuntiva tidak enemis, sklera tidak

ikterik, pupil isokor Ø 3mm, refleks cahaya positif, tidak ada edema

palpebra.

5.) Hidung : tidak terdapat cuping hidung, tidak ada deformitas tulang

hidung, tidak ada sekret hidung, tidak ada tanda-tanda peradangan.

6.) Telinga : pendengaran baik, tidak tinnitus, serumen minimal, tidak

terdapat sekret, tidak mengeluarkan darah.

7.) Mulut : bibir tidak sianosis, mukosa bibir kering, tidak ada

stomatitis, lidah tidak kotor dan tremor, faring tidak hiperemis dan

tidak ada pembesaran tosil, ada gigi yang tanggal dan karies.

c. Leher

1.) Tidak tampak deviasi trachea, trache tampak simetris.

2.) Tidak tampak benjolan, tidak tampak adanya tanda peradangan, tidak

nyeri tekan. Kelenjar getah bening daerah leher tidak membesar.

3.) Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

4.) JVP tidak meningkat.

d. Thorax

Paru-paru :

1.) Inspeksi

Simetris kanan kiri, tidak ada tanda deformitas, tidak ada ketinggalan

gerak, tidak ada tanda retraksi dinding dada, sifat pernafasan

thorakoabdominal, irama nafas reguler, tidak tampak ada jejas maupun

peradangan.

2.) Palpasi

Fokal fremitus seimbang antara paru-paru kanan dan kiri, tidak ada

pembesaran limfonodi axillaries, tidak teraba massa pada region

thorax, tidak ditemukan krepitasi pada costovertebrae.

3.) Perkusi

9

Page 10: PRESENTASI KASUS

Seluruh lapang paru sonor, batas atas hepar SIC VI midclavicula

kanan.

4.) Auskultasi

Suara dasar paru vesikuler, tidak ada suara tambahan di semua lapang

paru.

Jantung :

1.) Inspeksi : ictus cordis tak terlihat.

2.) Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V LMC sinistra.

3.) Perkusi : Batas Jantung

Kanan atas : SIC II LPS dextra

Kanan bawah : SIC IV LPS dextra

Kiri atas : SIC II LMC sinistra

Kiri bawah : SIC IV LMC sinistra

4.) Auskultasi

SI>SII, tunggal, irama reguler, tidak terdapat bising jantung,

murmur maupun gallop.

e. Abdomen

1.) Inspeksi : datar, dinding perut sejajar dengan dinding dada.

tampak jejas dibagian kanan bawah, tidak ada tanda peradangan,

tidak distensi.

2.) Auskultasi : terdengan bising usus dalam batas normal.

3.) Perkusi : timpani, tidak ada suara pekak beralih, pekak

hepar positif.

4.) Palpasi : supel, tidak ada nyeri tekan, tidak ada defense

muscular, hepar dan lien tidak teraba.

f. Anogenital : tidak ada kelainan.

g. Ekstermitas : status lokalis.

10

Page 11: PRESENTASI KASUS

4. Status Lokalis :

Ekstermitas inferior sinistra

Look : ada pemendekan dengan ukuran ± 2 cm , ada bengkak, ada

deformitas, ada angulasi, tidak ada luka robek.

Feel : teraba hangat, terdapat nyeri tekan, ada pulsasi distal, ada

sensibilitas, ada nyeri sumbu, tidak ada krepitasi, ada gerak abnormal.

Movement: ada nyeri gerak aktif dan nyeri gerak pasif..

IV. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium darah

• Hemoglobin :12,7 g/dl (11,7-15,5)

• Leukosit : 18,3 10*3/ul ( 3,6-11,0 )

• Eosinofil : 5,60 % ( 2-4 )

• Basofil : 0,10 % ( 0-1 )

• Netrofil : 49,00 % ( 50-70 )

• Limfosit : 38,80 % ( 25-40 )

• Monosit : 5,70% ( 2-8 )

• Hematokrit : 37 % ( 40-52 )

• Eritrosit : 4,6 10^6/ul ( 3,80-5,20 )

• Trombosit : 454 10^3 /uL ( 150-400 )

• MCV : 80 fl ( 80-100 )

• MCH : 28 pg ( 26-34 )

• MCHC : 35 g/dl ( 32-36 )

• Golongan darah : O

11

Page 12: PRESENTASI KASUS

Radiologi

Kesan : Foto Fraktur femur sinistra complete, aligment kurang

V. Diagnosis Banding

1. Osteitis pubis

2. Slipped capital femoral epiphysis

3. Snapping hip syndrom

4. Dislokasi fraktur femur

VI. Diagnosis

Fraktur Tertutup Os. Femur Sinistra 1/3 proksimal

displace komplit inkomplikata.

12

Page 13: PRESENTASI KASUS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

VII. DEFINISI

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.

Rusaknya kontinuitas tulang ini dapat disebabkan oleh trauma langsung,

kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang /

osteoporosis.

Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang

dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot , kondisi-kondisi

tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Batang Femur dapat

mengalami fraktur akibat trauma langsung, puntiran, atau pukulan pada

bagian depan yang berada dalam posisi fleksi ketika kecelakaan lalu lintas.

I. ANATOMI

Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang itu

bersendi dengan asetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari

sini menjulur medial ke lutut dan membuat sendi dengan tibia. Tulangnya

berupa tulang pipa dan mempunyai sebuah batang dan dua ujung yaitu

ujung atas, batang femur dan ujung bawah.

13

Page 14: PRESENTASI KASUS

II. JENIS-JENIS FRAKTUR

1. Fraktur komplit: garis patah melalui seluruh penampang tulang

atau melalui kedua korteks tulang.

2. Fraktur tidak komplit: garis patah tidak melalui seluruh penampang

tulang.

3. Fraktur terbuka: bila terdapat luka yang menghubungkan tulang

yang fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit.

4. Fraktur tertutup: bilamana tidak ada luka yang menghubungkan

fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit.

14

Page 15: PRESENTASI KASUS

VIII. ETIOLOGI

Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana

trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas

fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Trauma-trauma lain adalah jatuh dari

ketinggian, kecelakaan kerja, cidera olah raga. Trauma bisa terjadi secara

langsung dan tidak langsung. Dikatakan langsung apabila terjadi benturan

pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, dan secara tidak

langsung apabila titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Cedera traumatik

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

a.) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang

sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya

menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit

diatasnya.

b.) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh

dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan

menyebabkan fraktur klavikula.

c.) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari

otot yang kuat.

b. Fraktur Patologik

15

Page 16: PRESENTASI KASUS

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana

dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi

pada berbagai keadaan berikut :

a.) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru

yang tidak terkendali dan progresif.

b.) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat

infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang

progresif, lambat dan sakit nyeri.

c.) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi

Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain,

biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang

dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh

karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus

misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

IX. PATOFISIOLOGI

Tulang yang mengalami fraktur biasanya diikuti kerusakan jaringan

disekitarnya, seperti di ligamen, otot tendon, persyarafan dan pembuluh

darah, oleh karena itu pada kasus fraktur harus ditangani cepat, dan perlu

dilakukan tindakan operasi.

Tanda dan Gejala :

a. Nyeri hebat ditempat fraktur

b. Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah

16

Page 17: PRESENTASI KASUS

c. Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah,

bengkak, sepsis pada fraktur terbuka dan deformitas

X. DIAGNOSIS

Untuk mendiagnosis fraktur, pertama tama dapat dilakukan

anamnesis baik dari pasien maupun pengantar pasien. Informasi yang

digali adalah mekanisme cedera, apakah pasien mengalami cedera atau

fraktur sebelumnya. Pasien dengan fraktur tibia mungkin akan mengeluh

rasa sakit, bengkak dan ketidakmampuan untuk berjalan atau bergerak,

sedangkan pada fraktur fibula pasien kemungkinan mengeluhkan hal yang

sama kecuali pasien mungkin masih mampu bergerak.

Selain anamnesis, pemeriksaan fisik juga tidak kalah pentingnya.

Pemeriksaan fisik yang dibutuhkan dapat dikelompokkan menjadi tiga

yaitu look, feel, move. Yang pertama look atau inspeksi di mana kita

memperhatikan penampakan dari cedera, apakah ada fraktur terbuka

(tulang terlihat kontak dengan udara luar). Apakah terlihat deformitas dari

ekstremitas tubuh, hematoma, pembengkakan dan lain-lain. Hal kedua

yang harus diperhatikan adalah feel atau palpasi. Kita harus mempalpasi

seluruh ekstremitis dari proksimal hingga distal termasuk sendi di

proksimal maupun distal dari cedera untuk menilai area rasa sakit, efusi,

maupun krepitasi. Seringkali akan ditemukan cedera lain yang terjadi

bersamaan dengan cedera utama. Poin ketiga yang harus dinilai adalah

move. Penilaian dilakukan untuk mengetahui ROM (Range of Motion).

17

Page 18: PRESENTASI KASUS

Seringkali pemeriksaan ROM tidak bisa dilakukan karena rasa sakit yang

dirasakan oleh pasien tetapi hal ini harus tetap didokumentasikan.

Pemeriksaan ekstrimitas juga harus melingkupi vaskularitas dari

ekstrimitas termasuk warna, suhu, perfusi, perabaan denyut nadi, capillary

return (normalnya < 3 detik) dan pulse oximetry. Pemeriksaan neurologi

yang detail juga harus mendokumentasikan fungsi sensoris dan motoris.

Tegantung dari kondisi pasien, pemeriksaan foto thorax dapat

dilakukan. Dalam pemeriksaaan radiologi untuk cedera dan fraktur

diberlakukan rule of two yaitu7:

a. Dua sudut pandang

b. Dua Sendi

c. Dua ekstrimitas

d. Dua waktu

XI. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkan ujung-ujung

dari patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan, selain itu menjaga

agar tulang tetap menempel sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan

memerlukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya

memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat

dan kembali berfungsi.

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk

melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan

(breathing), dan sirkulasi (circulating), apakah terjadi syok atau tidak. Bila

sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi , baru lakukan amnesis dan

18

Page 19: PRESENTASI KASUS

pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan penting

ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden

period 1-6 jam , bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar.

Lakukan amnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat , singkat dan lengkap.

Kemudian, lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk

mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat

pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.

Penatalaksanaan fraktur telah banyak mengalami perubahan dalam

waktu sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing

mempunyai banyak kerugian karena waktu berbaring lebih lama, meski pun

merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh karena

itu tindakan ini banyak dilakukan pada orang dewasa.

Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat

dimobilisasi dengan salah satu cara dibawah ini:

a. Traksi

Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain

untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot.

Tujuan traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme

otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat

penyembuhan. Traksi menggunakan beban untuk menahan anggota

gerak pada tempatnya. Tapi sekarang sudah jarang digunakan. Traksi

longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi

spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang

di posterior untuk mencegah pelengkungan. Traksi pada anak-anak

19

Page 20: PRESENTASI KASUS

dengan fraktur femur harus kurang dari 12 kg, jika penderita yang

gemuk memerlukan beban yang lebih besar.

b. fiksasi interna

Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan

piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi

interna merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan

patah tulang disertai komplikasi.

c. Pembidaian

Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/

trauma sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi)

bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu

alat yaitu benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.

d. Pemasangan Gips atau Operasi Dengan Orif

Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk

membungkus secara keras daerah yang mengalami patah tulang.

Pemasangan gips bertujuan untuk menyatukan kedua bagian tulang

yang patah agar tak bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya

pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang yang patah tersebut.

e. Penyembuhan Fraktur

20

Page 21: PRESENTASI KASUS

Penyembuhan fraktur dibantu oleh pembebanan fisiologis pada tulang ,

sehingga dianjurkan untuk melakukan aktifitas otot dan penahanan

beban secara lebih awal. Tujuan ini tercakup dalam tiga keputusan

yang sederhana : reduksi, mempertahankan dan lakukan latihan.

Menurut jika satu tulang sudah patah, jaringan lunak di sekitarnya

juga rusak, periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan

yang cukup berat dan bekuan darah akan terbentuk pada daerah

tersebut. Bekuan darah akan membentuk jaringan granulasi

didalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang primitif (osteogenik) dan

berdiferensiasi menjadi krodoblas dan osteoblas. Krodoblas akan

mensekresi posfat, yang merangsang deposisi kalsium. Terbentuk

lapisan tebal (kalus) disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal

dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen tulang dan

menyatu.

Penyatuan dari kedua fragmen terus berlanjut sehingga terbentuk

trebekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas

menyebrangi lokasi fraktur.

21