Presentasi Kasus

27
PRESENTASI KASUS KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSPI PROF DR SULIANTI SAROSO IDENTITAS MAHASISWA Nama Lengkap : Andreyano Sarikie NIM : 406138011 Periode : 29 Desember 2014 – 7 Maret 2015 Pembimbing : dr. I Made Setiawan, Sp. A Topik : Seorang anak laki-laki dengan kejang tanpa demam serta Ptriasis Versikolor

description

nothing

Transcript of Presentasi Kasus

Page 1: Presentasi Kasus

PRESENTASI KASUS

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

RSPI PROF DR SULIANTI SAROSO

IDENTITAS MAHASISWA

Nama Lengkap : Andreyano Sarikie

NIM : 406138011

Periode : 29 Desember 2014 – 7 Maret 2015

Pembimbing : dr. I Made Setiawan, Sp. A

Topik : Seorang anak laki-laki dengan kejang tanpa demam serta Ptriasis Versikolor

Page 2: Presentasi Kasus

IDENTITAS PASIEN:

Nama : An. R R

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 4 tahun 8 bulan

Agama : Islam

Alamat : Jl Warakas I Gang A, Tanjung Priok

Pendidikan : Belum Sekolah

Ayah IbuNama Tn, S Ny. HUmur 44 tahun 41 tahunPekerjaan Buruh Ibu rumah tanggaPendidikan SMA D3 PerhotelanAgama Islam IslamSuku Bangsa Jawa Jawa

IDENTITAS ORANG TUA:

Hubungan dengan orang tua : anak kandung.

ANAMNESA:

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 24 Januari 2015

Tanggal Pemeriksaan : 28 Januari 2015

Diambil dari : Alloanamnesis dari Ibu pasien

Keluhan Utama : Kejang Berulang

Keluhan Tambahan : Pilek

Page 3: Presentasi Kasus

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Riwayat sebelum masuk rumah sakit:

Pasien datang dengan Kejang 3x pada pagi hari smrs, kejang + 4 menit, tonik, setelah 2 kejang pertama, langsung menangis, namun yang ketiga pasien langsung tertidur dan bangun 1-2 menit kemudian, berlangsung kurang dari 5 menit, tonik, dan diikuti mulut berbusa. Demam (-), Pilek (+), sekret encer berwarna putih

K

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Kejang Demam : Sejak berusia 8 bulan, berulang setiap demam, hingga usia tahun

Asma : disangkal Alergi makanan : disangkal Alergi obat : disangkal

Pasien pernah jatuh dan mengalami trauma kepala hingga terjadi perdarahan, pada usia 4 tahun

6-01-2015

7-01-2015

12-01-2015

24-01-2015

28-01-2015

Jatuh pertama kali, kemudian

Pulang dari RSDiperiksas untuk

case

Kejang 3x, di rawat masuk rumah sakit

Keterangan tambahan:

Belum BAB dari 1 hari SMRS

Frekuensi BAK normal, warna kuning keruh.

Napsu makan dan minum baik (tidak ada keluhan)

Kejang 3x, kemudian Masuk RSPI dengan

Kejang Tanpa demam, susp. Epilepsi

Page 4: Presentasi Kasus

RIWAYAT KELUARGA

Pasien merupakan anak Ke 4 dari 4 bersaudara. Riwayat alergi dan asma disangkal. Kakak pasien, (anak ke 2), pernah mengalami kejang demam sejak berusia 8 bulan dan kejang tanpa demam sejak usia 11 bulan, kakaknya telah meninggal saat berusia 1 tahun 7 bulan karena dehidrasi saat diare. Anak ke-3 lahir dengan PJB BBL : 2,2 kg dengan sianosis, dan ikterik, meninggal karena gagal jantung setelah di operasi 2 kali.

DATA PERUMAHAN

Pasien dan kedua orang tuanya tinggal di rumah yang sama, dengan 2 kamar tidur, ruang tengah, dan kamar mandi. Ventilas kurang baik, dan lingkungan rumah padat akan penduduk.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN

Kehamilan:

Ibu pasien memeriksakan kehamilannya ke bidan, Ibu mengalami anemia selama kehamilan.

Kelahiran:

Tempat Kelahiran : RS Sukmul, Tanjung Priuk Penolong Persalinan : dr. Sp.OG Cara Persalinan : SC a/i riwayat SC sebelumnnya Masa Gestasi : 38 minggu

Keadaan Bayi:

o Berat Badan Lahir : 3000 gramo Panjang Badan Lahir : 49 cmo Lingkar kepala : Tidak tahuo Langsung menangis : Langsung menangiso Sianosis : Tidak biruo Nilai APGAR : Tidak tahuo Kelainan bawaan : Tidak ada

RIWAYAT IMUNISASI DASAR

Pasien telah mendapatkan imunisasi :

BCG : usia 1 bulan Hepatitis B : usia 0,1,6 bulan

Page 5: Presentasi Kasus

Polio : usia 0,2,3,4 bulan DPT : usia 2,3,4 bulan Campak : usia 9 bulan

Ibu pasien mengaku imunisasi lengkap berkunjung rutin ke puskesmas dan tidak pernah telat imunisasi.

RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

Riwayat Pertumbuhan Pasien :

Ibu pasien mengaku BB dan TB pasien tumbuh sesuai umur pada KMS, tidak ada hambatan kognitif dan Motorik.

Riwayat Perkembangan Pasien :

Tengkurap : 3 bulan Duduk : 4 bulan Merangkak : 7 bulan Berdiri : 11 Bulan Berjalan : 1 tahun 2 bulan Berbicara : 7 bulan

RIWAYAT MAKANAN

Pasien mengkonsumsi ASI sejak lahir hingga usia 4 minggu, lalu dari umur 4 minggu dilanjutkan ngan susu formula. Secara bertahap pasien mengkonsumsi bubur susu mulai usia 6 bulan,biskuit dan buah dari usia 8 bulan, nasi tim mulai usia 10 bulan, disertai sayur dan lauk hingga kini. Kebiasaan makan pasien dirumah yaitu nasi 3x/hari sebanyak 1 ½ piring, susu 5x/hari, ikan tongkol 2hari/minggu, tempe dan tahu jarang. Daging ayam dikonsumsi sehari/minggu, telur 3x/hari. Pasien nafsu makannya baik.

Umur

(bln)

ASI Susu

Formula

Buah/

Biskuit

Bubur

Susu

Nasi Tim

0-2 Hingga usia

1 bulan

Dari usia 1

bulan

2-4 √

4-6 √

Page 6: Presentasi Kasus

6-8 √ √

9-10 √ √ √

11-12 √ √ √ √

13-14 √ √ √ √

15-16 √ √ √ √

Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah pasien bekerja sebagai buruh , menanggung seorang istri dan 2 orang anak. Ibu pasien

bekerja sebagai ibu rumah tangga, sebelumnya bekerja sebagai karyawan hotel. Biaya pengobatan

ditanggung oleh BPJS.

Kesan : sosial ekonomi kurang

PEMERIKSAAN FISIK ( 28 - 1 -2015)

A. Status Pasien

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang Kesadaran : Compos Mentis Dyspneu : - Pucat : - Sianosis : - Ikterik : -

B. Tanda-tanda Vital

Frekuensi nadi : 108 x / menit, teratur, isi cukup Suhu : 36.7 °C Pernafasan : 23x /menit, torakoabdominal Tekanan darah : 110/70 mmhg

C. Data Antropometri

Berat badan : 36 kg Tinggi badan : 120 cm Status Gizi : Gizi Lebih (Obese)

Page 7: Presentasi Kasus

D. Status Regional

Kepala : Bentuk normal, ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan, ubun-ubun besar sudah menutup, Terlihat bercak putih pada sudut mulut dan sekitar pipi

Mata : Konjungtiva tidak anemis, tidak hiperemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor diameter 3 mm, reflek cahaya +/+. Mata cekung -/-.

Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak terlihat sekret, tidak terlihat serumen ataupun luka pasca trauma, tidak ada nyeri tekan tragus, tidak ada nyeri tarik aurikuler, kelenjar getah bening pre dan retroauriculer tidak teraba membesar.

Hidung : Bentuk normal, sekret (+/+), mukopurulen, tidak ada septum deviasi , pernapasan cuping hidung (-).

Tenggorok: Faring tidak hiperemis, Tonsil : T3-T3 tenang,tidak hiperemis. Mulut : Mukosa bibir kering (-), tampak perioral sianosis (-), lidah kotor (-) Leher : Trakea di tengah, kelenjar thyroid tidak teraba membesar, kelenjar getah bening

submandibular, cervical, supra-infraclavicular tidak teraba membesar. Thorax

Paru-paru o Inspeksi: Bentuk normal. Terdapat retraksi otot-otot subcostal. Tidak terdapat retraksi

supraclavicula dan intercostal. Simetris dalam diam dan pergerakan nafaso Palapsi : Stem Fremitus kanan dan kiri sama kuat.o Perkusi : Sonor, batas paru – hepar ICS VI midclavicular line dextrao Auskutasi : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung o Inspeksi: Tidak tampak pulsasi iktus kordis.o Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicular line sinistrao Perkusi : Redup, batas jantung kanan ICS IV garis parasternal dextra, batas jantung kiri

ICS IV garis midclavicularis sinistrao Auskultasi: Bunyi jantung I dan II murni, tidak ada murmur, tidak ada gallop.

Abdomen o Inspeksi : Buncit, Tidak tampak distensi, ataupun dilatasi venao Palpasi : Supel, tidak ada defans muskular

Page 8: Presentasi Kasus

o Hati : Tidak terabao Limpa : Tidak terabao Ginjal : Ballotemen (-)o Nyeri tekan (-) di seluruh kudaran abdomeno Perkusi : shifting dullness (-)o Auskultasi : Bising usus (+), normal

Ekstremitas : akral hangat, pitting edema (+), tonus otot normal Tulang belakang: Bentuk normal, tidak skoliosis, tidak lordosis, tidak kifosis Kulit: Turgor normal, CRT <2 detik, cyanosis (-), lemak subkutan tipis, anemis (-), ikterik (-) Genital: Penis bentuk normal, preputium belum disunat, tidak ada Phimosis

E. Status neurologis.

Rangsangan Meningeal :o Kaku kuduk (-)o Brudzinski I dan II (-)o Kerniq (-)o Laseque (-)

Refleks Fisiologis : o Biceps : +/+ normalo Triceps : +/+ normalo patella : +/+ normalo Achilles : +/+ normal

Refleks Patologis :o Babinsky : -/-o Chaddock : -/-o Oppenheim : -o /-o Klonus paha : -/-o Klonus kaki : -/-o Parese (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

HEMATOLOGI

NILAI 24-1-2015

NILAI NORMAL

Glukosa 117 74-106mg/dl

Kimia lain

Natrium 141 135- 147, mmol/L

Page 9: Presentasi Kasus

Kalium 4,03 3,5-5,00 mmol/L

Chlorida 106 95-105 mmol/L

HITUNG JENIS NILAI 25-1-2015

NILAI NORMAL

GDS 117 74-106

Ureum 5 <46

Creatinin 0,38 0,62-1,1

SGOT 35 0 – 50

SGPT 36 0 – 50

Gamma GT 37 0–30

Alkaline Fosfatase

224 30-120

Bilirubin total 1,73 0,1-1,0

Bilirubin Direk 0,13 <0,2

Bilirubin indirek 2,95 (tinggi) 0

Protein Total 7,44 6-8

Albumin 4,18 3,4-4,9

Globulin 3,26 1,8-4

Uric Acid 6,33 <6,8

Hasil Pemeriksaan CT Scan dari tanggal 9-1-2015 memberikan hasil : tidak ada kontuisio serebri,

tetapi terlihat dilatasi kistik cavum septum pelusidum

Page 10: Presentasi Kasus

Sedimen mikroskopis

NILAI 26-1-2015

NILAI NORMAL

Eritrosit 0-1 0-2

Lekosit 1-2 0-2

Parasit - Negatif

Telur cacing - Negatif

Jamur + Negatif

Sisa Pencernaan - -

Lemak - -

Karbohidrat - -

Serat - -

Sedimen makroskopis

NILAI 26-1-2015

NILAI NORMAL

Warna Coklat -

Konsistensi Lunak

Lendir - -

Darah - -

URINALISA NILAI 26-1-2015

NILAI NORMAL

Berat jenis 1,020 1,015-1,025

pH 8,0 4,8 – 7,4

Leukosit esterase + Negatif

Nitrit + Negatif

Albumin - Negatif

Glukosa - Negatif

Keton - Negatif

Urobilinogen + < = 1 mg/dL

Bilirubin - Negatif

Darah - Negatif

Page 11: Presentasi Kasus

Sedimen mikroskopis

NILAI 26-1-2015

NILAI NORMAL

Eritrosit 1 <3

Lekosit 5 Negatif

Silinder - Negatif

Epitel + Negatif

Bakteri ++ Negatif

Kristal - Negatif

Sedimen makroskopis

NILAI 26-1-2015

NILAI NORMAL

Warna Kuning -

Kejernihan Keruh -

RESUME

Page 12: Presentasi Kasus

Telah diperiksa seorang anak laki2 umur 4 tahun 6 bulan datang dengan kejang tanpa demam, 3 kali pada pagi dan siang hari, + 4 menit, tonik, 2 kejang pertama langsung menangis, kejang ketiga pasien langsung tidur 1-2 menit,

Pasien mengkonsumsi ASI sejak lahir hingga usia 4 minggu, lalu dari umur 4 minggu dilanjutkan ngan susu formula. Secara bertahap pasien mengkonsumsi bubur susu mulai usia 6 bulan,biskuit dan buah dari usia 8 bulan, nasi tim mulai usia 10 bulan, disertai sayur dan lauk hingga kini. Kebiasaan makan pasien dirumah yaitu nasi 3x/hari sebanyak 1 ½ piring, susu 5x/hari, ikan tongkol 2hari/minggu, tempe dan tahu jarang. Daging ayam dikonsumsi sehari/monggi, telur tidak pernah. Pasien nafsu makannya baik. Riwayat imunisasi lengkap dan riwayat perkembangan tidak ada keluhan. Riwayat pertumbuhan jika dimasukkan kedalam kurva who dan dari kondisi klinis termasuk gizi lebih

Pasien adalah anak ke 4 dari 4 bersaudara. Kakaknya yang ke2 pernah mengalami kejang demam dan kejang berulang. Ayah berumur 44 tahun, suku jawa, bekerja sebagai buruh. Ibu berumur 41 tahun, suku Jawa, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.

Pemeriksaan Umum

Kesadaran umum : Tampak sakit Sedang Kesadaran : Compos Mentis Tinggi Badan : 120 cm Berat Badan : 36 kg Suhu : 36,7°C Nadi : 108x / menit Pernafasan : 23x / menit

Pemeriksaan Fisik

Mata : Isokor, bulat, reflek cahaya +/+ Hidung : Sekret +/+ Mulut : Tonsil T3-T3 , Tenang Perkusi : shifting dullness (-) Ekstremitas : akral hangat Kulit : Turgor normal, CRT <2 detik, cyanosis (-),

Pemeriksaan Penunjang (setelah dirawat)

Diabetes: GDS: 117mg/dl Fungsi Hati :Gamma GT :37 U/l, Alkaline Fosfatase :224, Bilirubin total : 1,73, Bilirubin indirek :

2,95 Fungsi Ginjal : Creatinin : 0,38 Feses Lengkap : Ditemukan Jamur Urinalisa: lekosit esterase (+), nitrit (+), urobilinogen(+) , lekosit 5, epitel (+), bakteri (++)

DIAGNOSA

Page 13: Presentasi Kasus

1. Epilepsi2. Ptiriasis Versikolor3. ISPA

DIAGNOSA BANDING

RECANA DIAGNOSTIK

EEG

RENCANA TERAPI

Ceftriakson inj 2x600 mg Paracetamol syrup 3x1 sendok takar obat k/p suhu > 38,5 derajat celcius Oksigen canul 2 L/menit Transfusi PRC ((HB yang dinginkan - HB sekarang) X 3 X BB)) Transfusi albumin 20 % Lasix ½ ampul Diet pediasur 3x100 kal, minyak zaitun 1xsdt, bebas garam

PROGNOSA

Ad vitam : bonam Ad fungsional : bonam Ad sanational : dubia

Follow Up

RIWAYAT RAWAT INAP

Page 14: Presentasi Kasus

25/01/15 26/01/15

SOs Kejang 1x pukul 3.00 + 4 menit, langsung tidur, pilek (+)

Kejang 5x + 1 menit, tonik, langsung menangis

O

KU: TSS, CM, Suhu: 36,70C Nadi:111x/menit RR: 40x/menit Kepala: normosefali, hitam, tidak mudah

dicabut Mata: KA -/-, SI -/- Hidung: sekret (+/+) serous, nafas cuping

hidung (-) Mulut: bibir kering, mukosa faring merah

muda, tonsil T3-T3, hiperemis (-) Leher: pembesaran KGB (-) Thorax: retraksi subcostal (-) Paru: vesikuler +/+, wh -/-, rh -/- Jantung: BJ I dan II reguler, G (-), M(-) Abdomen: Supel, BU(+), Hepar dan lien

tidak teraba membesar Ekstremitas: CRT < 2”, Akral Hangat Kulit: cyanosis (-), Turgor baik

KU: TSS, CM, Suhu: 36,30C Nadi:101x/menit RR: 21x/menit Kepala: normosefali, hitam, tidak mudah

dicabut Mata: KA -/-, SI -/- Hidung: sekret (+/+) serous, nafas cuping

hidung (-) Mulut: bibir kering, mukosa faring merah

muda, tonsil T3-T3, hiperemis (-) Leher: pembesaran KGB (-) Thorax: retraksi subcostal (-) Paru: vesikuler +/+, wh -/-, rh -/- Jantung: BJ I dan II reguler, G (-), M(-) Abdomen: Supel, BU(+), Hepar dan lien tidak

teraba membesar Ekstremitas: CRT < 2”, Akral Hangat Kulit: Tampak bercak putih di perioral

A1. Observasi kejang tanpa demam,

Susp Epilepsi2. Suspek Epilepsi3. Ptiriasis Alba

P- IVFD KaEn 3b 1600 cc/24 jam- Depakene 2x cth- B6 1X1 tab

- IVFD KaEn 3b 1600 cc/24 jam- Depakene 2x1,5 cth- B6 1X1 tab- Cetirizine 1x1 cth- Rencana EEG- Konsul kulit untuk ptiriasis Alba

Page 15: Presentasi Kasus

27/01/15 28/01/15

S Kejang 1x + 1 menit, langsung menangis, pilek (-) Kejang (-)

O

- KU: TSS, CM,- Suhu: 36,70C- Nadi:115x/menit- RR: 32x/menit- Kepala: normosefali, hitam, tidak mudah

dicabut- Mata: KA -/-, SI -/-- Hidung: sekret (-), nafas cuping hidung (-)- Mulut: bibir kering, mukosa faring merah

muda, tonsil T3-T3, hiperemis (-)- Leher: pembesaran KGB (-)- Thorax: retraksi subcostal (-)- Paru: vesikuler +/+, wh -/-, rh -/-- Jantung: BJ I dan II reguler, G (-), M(-)- Abdomen: Supel, BU(+), Hepar dan lien

tidak teraba membesar- Ekstremitas: CRT < 2”, Akral Hangat- Kulit: cyanosis (-), Turgor baik-

- KU: TSS, CM,- Suhu: 36,70C- Nadi:111x/menit- RR: 40x/menit- Kepala: normosefali, hitam, tidak mudah

dicabut- Mata: KA -/-, SI -/-- Hidung: sekret (-), nafas cuping hidung (-)- Mulut: bibir kering, mukosa faring merah

muda, tonsil T3-T3, hiperemis (-)- Leher: pembesaran KGB (-)- Thorax: retraksi subcostal (-)- Paru: vesikuler +/+, wh -/-, rh -/-- Jantung: BJ I dan II reguler, G (-), M(-)- Abdomen: Supel, BU(+), Hepar dan lien

tidak teraba membesar- Ekstremitas: CRT < 2”, Akral Hangat- Kulit: cyanosis (-), Turgor baik-

A1. Suspek Epilepsi2. Ptiriasis Alba

3. Suspek Epilepsi4. Ptiriasis Versikolor

P

- IVFD KaEn 3b 1600 cc/24 jam- Depakene 2x10 ml- B1 1X1 tab- Cetirizine 1x1 cth- Amoxycilin 3x500mg

- IVFD KaEn 3b 1600 cc/24 jam- Depakene 2x10 ml- B1 1X1 tab- Cetirizine 1x1 cth- Amoxycilin 3x500mg

Page 16: Presentasi Kasus

ANALISIS KASUS

Pada pasien ini didapatkan :

Pemeriksaan Umum

Kesadaran umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tinggi Badan : 120 cm (PB 91 cm)

Berat Badan : 36 kg

uhu : 36,7°C

Nadi : 108 x / menit

Pernafasan : 30 x / menit

Tekanan darah : 115/80 mmHg

Pada pasien ini dengan umur 4 tahun 6 bulan, BB 36 kg (BB terkecil dengan edema), PB 120 cm / TB 90,5 cm. dengan skala WHO didapatkan Z Skor di atas 3 atau obesitas dan pada grafik IMT Terhadap umur juga didapatkan hal yang sama.

Page 17: Presentasi Kasus

BB ideal: 22 kg, TB ideal: 100 cm

Pada anamnesa riwayat makan didapat pasien hanya mengkonsumsi nasi sekitar 1,5 porsi 3x/hari, daging, telur, dan sayur sering. Ibu pasien mengaku anak mau makan dan ditambah dengan Cemilan dan susu 5x sehari.

Kejang Berulang

Pada pasien ini didapatkan Kejang 3x, tonik dengan durasi + 4 menit pagi hari smrs, langsung menangis atau langsung tertidur 1-2 menit namun dapat dibangunkan, dan tidak didapatkan gejala neurologis sisa pada anak ini. Sebelumnya sudah terdapat kejang demam kompleks pada anak ini sebelum berusia 4 tahun dan terdapat riwayat trauma kepala.

Berdasarkan konsensus kejang demam 2006, kejang demam kompleks lebih berisiko untuk menjadi Epilepsi dan Trauma kepala merupakan salah satu faktor resiko Kejang tanpa demam

Therapi

Kemudian saat perawatan hari pertama dan kedua didapatkan kejang 3 dan 5 kali, hingga depakene dinaikan dosisnya menjadi 2x10 ml , baru didapatkan hasil yang maksimal.

Dosis Depakene awal 15mg/kgBB/hari, dinaikan 10 mg/kgBB perminggu, dosis maksimal 60mg/KgBB/hari dengan sediaan 250 mg/5ml

Dosis awal diberikan 2x1cth atau 500 mg dengan berat badan 36 kg x15 mg didapatkan 540 mg

Dengan kontraindikasi gangguan Fungsi hati dan Penyakit hati

Pada anak ini didapatkan Gamma GT, Alkaline Fosfatase, Bilirubin total dan Indirek yang meningkat. Namun terapi Depakene dilanjutkan.

Page 18: Presentasi Kasus

TINJAUAN PUSTAKA

Kejang Demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh di atas (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

Klasifikasi

1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)

2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)

Kejang demam sederhana

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.

Kejang demam kompleks

Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:

1. Kejang lama > 15 menit

2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial

3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jamKejang Berulang

Kejang Berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam

Faktor risiko terjadinya epilepsi

Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari.

Faktor risiko menjadi epilepsi adalah :

1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.

2. Kejang demam kompleks

3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandungMasing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10%-49% (Level II-2). Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam

Page 19: Presentasi Kasus

Etiologi Kejang

ETIOLOGI (Anonymous 2003, Kustiowati dkk 2003, Sirven, Ozuna 2005)

1. Idiopatik epilepsi : biasanya berupa epilepsi dengan serangan kejang umum, penyebabnya tidak diketahui. Pasien dengan idiopatik epilepsi mempunyai inteligensi normal dan hasil pemeriksaan juga normal dan umumnya predisposisi genetik.

2. Kriptogenik epilepsi : Dianggap simptomatik tapi penyebabnya belum diketahui. Kebanyakan lokasi yang berhubungan dengan epilepsi tanpa disertai lesi yang mendasari atau lesi di otak tidak diketahui. Termasuk disini adalah sindroma West, Sindroma Lennox Gastaut dan epilepsi mioklonik. Gambaran klinis berupa ensefalopati difus.

3. Simptomatik epilepsi : Pada simptomatik terdapat lesi struktural di otak yang mendasari, contohnya oleh karena sekunder dari trauma kepala, infeksi susunan saraf pusat, kelainan kongenital, proses desak ruang di otak, gangguan pembuluh darah diotak, toksik (alkohol, obat), gangguan metabolik dan kelainan neurodegeneratif.

KLASIFIKASI ILAE 1981

Untuk tipe serangan kejang/bangkitan epilepsi (Kustiowati dkk 2003, Sirven, Ozuna 2005).

Serangan parsial

Serangan parsial sederhana (kesadaran baik).- Motorik- Sensorik- Otonom- Psikis

Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu)- Serangan parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran.- Gangguan kesadaran saat awal serangan.

Serangan umum sekunder- Parsial sederhana menjadi tonik klonik.- Parsial kompleks menjadi tonik klonik- Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik klonik.

Serangan umum.- Absans (lena)- Mioklonik- Klonik- Tonik- Atonik.

Tak tergolongkan.

KLASIFIKASI ILAE 1989 untuk sindroma epilepsi (Kustiowati dkk 2003)

Berkaitan dengan letak fokus

Page 20: Presentasi Kasus

Idiopatik (primer)- Epilepsi anak benigna dengan gelombang paku di sentrotemporal (Rolandik benigna)- Epilepsi pada anak dengan paroksismal oksipital- Primary reading epilepsy“.

Simptomatik (sekunder)- Lobus temporalis- Lobus frontalis- Lobus parietalis- Lobus oksipitalis- Kronik progesif parsialis kontinua

Kriptogenik

Umum

Idiopatik (primer)- Kejang neonatus familial benigna- Kejang neonatus benigna- Kejang epilepsi mioklonik pada bayi- Epilepsi absans pada anak- Epilepsi absans pada remaja- Epilepsi dengan serangan tonik klonik pada saat terjaga.- Epilepsi tonik klonik dengan serangan acak.

Kriptogenik atau simptomatik.- Sindroma West (Spasmus infantil dan hipsaritmia).- Sindroma Lennox Gastaut.- Epilepsi mioklonik astatik- Epilepsi absans mioklonik

Simptomatik- Etiologi non spesifik

- Ensefalopati mioklonik neonatal- Sindrom Ohtahara

- Etiologi / sindrom spesifik.- Malformasi serebral.- Gangguan Metabolisme.

Epilepsi dan sindrom yang tak dapat ditentukan fokal atau umum.

Serangan umum dan fokal- Serangan neonatal- Epilepsi mioklonik berat pada bayi- Sindroma Taissinare- Sindroma Landau Kleffner

Tanpa gambaran tegas fokal atau umum Epilepsi berkaitan dengan situasi

- Kejang demam- Berkaitan dengan alkohol

Page 21: Presentasi Kasus

- Berkaitan dengan obat-obatan- Eklampsi.- Serangan berkaitan dengan pencetus spesifik (reflek epilepsi)

Penatalaksanaan saat kejang

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.

Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun

Page 22: Presentasi Kasus
Page 23: Presentasi Kasus

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Ilmu Penyakit Anak RSCM.Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Penyakit Anak RSUP Nasional Dr. Ciptomangunkusumo.Jakarta.2007 : 249-254.

2. Kliegman R, Behrman R, Geme J , Stanton B, Schor N. Nelson Textbook of Pediatrics 19thedition;2012.

3. WHO.Pocket Book of Hospital Care for Children : Guidelines for The Management of Common Childhood Illnesses.Edisi Ke-2.2013 : 34

4. Ismael, Sofyan, et al.Konsensus Kejang Demam 2006: Penerbit IDAI. Jakarta. Edisi Ke 2. 2006