PRESENTASI KASUS
-
Upload
kharisma-pertiwi -
Category
Documents
-
view
216 -
download
1
description
Transcript of PRESENTASI KASUS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologi tertua, ditemukan pada semua
umur dan dapat menyebabkan hendaya serta mortalitas. Gejala epilepsi sudah lama
dikenal sejak zaman purbakala, misalnya penderita mendadak tidak sadar dan jatuh, yang
disertai dengan badan menjadi kaku dan disusul oleh gerakan kejang-kejang seluruh
tubuh, muka menjadi biru, pernafasan tidak teratur, dan adanya busa keluar dari mulut.
Selama beberapa abad, gejala ini dinamakan penyakit jatuh (morbus caducus, the falling
sickness), karena penderitanya mendadak jatuh. Orang Yunani kuno menamakannya
epilepsi, yang berarti disurupi, dimasuki, dikuasai. Mereka menganggap bahwa penderita
epilepsi disurupi, dikuasai, atau dimasuki roh halus atau kekuatan gaib.
Hippocrates, yang dianggap sebagai bapak dari ilmu kedokteran, telah
mengemukakan 2 hal yang penting mengenai epilepsi ini, yaitu: membantah anggapan
bahwa epilepsi disebabkan oleh roh, mahluk halus, atau dewa dan mengemukakan bahwa
letak kelainan pada epilepsi adalah di otak. Pada epilepsi didapatkan gangguan fungsi
pada sekelompok sel-sel saraf (neuron) di otak yang mempunyai aktivitas listrik. Pada
gangguan fungsi sel yang mengakibatkan serangan epilepsi, ditemukan aktivitas listrik
yang berlebihan. Huglin Jackson, pada tahun 1870, mengemukakan bahwa serangan
epilepsi berasal dari aktivitas listrik yang berlebihan pada sekelompok sel-sel neuron di
otak. Pendapatnya ini merupakan dasar dari konsep epilepsi yang berlaku hingga saat ini.
Aktivitas listrik yang berlebihan ini baru dapat direkam dan dilihat setelah Hans Berger
memperkenalkan alat elektroensefalografi (EEG) pada tahun 1929.
1.2 PREVALENSI
Prevalensi di negara sedang berkembang ditemukan lebih tinggi daripada negara
maju. Dilaporkan prevalensi di negara maju berkisar antara 4-7 per 1000 orang dan 5-74
per 1000 orang di negara berkembang. Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (Pokdi Epilepsi PERDOSSI) mengadakan penelitian pada 18
rumah sakit di 15 kota pada tahun 2013 selama 6 bulan. Didapatkan 2288 pasien terdiri
atas 487 kasus baru dan 1801 kasus lama. Rerata usia kasus baru adalah 25,06 ± 16,9
tahun, sedangkan usia pada kasus lama adalah 29,2 ± 16,5 tahun. Sebanyak 77,9% pasien
berobat pertama kali ke dokter spesialis saraf, 6,8% berobat ke dokter umum, sedangkan
sisanya berobat ke dukun dan tidak berobat.
1.3 MORTALITAS
Angka mortalitas akibat epilepsi di negara berkembang dilaporkan lebih tinggi
dibandingkan negara maju. Di Laos dilaporkan case fatality rate mencapai 90,9 per 1000
orang per tahun. Angka mortalitas epilepsi pada anak di Jepang dilaporkan 45 per 1000
orang per tahun. Di Taiwan, 9 per 1000 orang per tahun, dimana orang dengan epilepsi
memiliki risiko kematian 3 kali lebih tinggi dibanding populasi normal. Insiden SUDEP
(Sudden Unexpected Death) mencapai 1,21/1000 pasien, wanita lebih tinggi dari laki-laki.
Jenis bangkitan dengan risiko SUDEP tertinggi adalah tonik klonik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Epilepsi adalah kejang yang menyerang seseorang yang tampak sehat atau
sebagai suatu eksaserbasi dalam kondisi sakit kronis sebagai akibat oleh disfungsi otak sesaat
dimanifestasikan sebagai fenomena motorik, sensorik, otonomik, atau psikis yang abnormal.
Epilepsi merupakan akibat dari gangguan otak kronis dengan serangan kejang spontan yang
berulang.
Epilepsi adalah diagnosis klinis. Keadaan ini disebabkan oleh lepasnya listrik
paroksismal dalam neuron serebral yang menyebabkan berbagai pola klinis yang berbeda.
Epilepsi adalah ekspresi dari disfungsi otak dan ditegakkannya diagnosis ini mengharuskan
dicarinya penyebab, walaupun dua pertiga kasus idiopatik. Sebagian besar mengalami
episode perubahan gerakan, fenomena sensoris, dan perilaku ganjil, biasanya disertai dengan
perubahan kesadaran. Adanya episode tunggal tanpa pemicu tidak cukup untuk menegakkan
diagnosis epilepsi.
2.2 KLASIFIKASI
KLASIFIKASI ILAE 1981
Untuk tipe serangan kejang/bangkitan epilepsi
Serangan parsial
Serangan parsial sederhana (kesadaran baik).
- Motorik
- Sensorik
- Otonom
- Psikis
Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu)
- Serangan parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran.
- Gangguan kesadaran saat awal serangan.
Serangan umum sekunder
- Parsial sederhana menjadi tonik klonik.
- Parsial kompleks menjadi tonik klonik
- Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik klonik.
Serangan umum.
- Absans (lena)
- Mioklonik
- Klonik
- Tonik
- Atonik.
Tak tergolongkan.
KLASIFIKASI ILAE 1989 untuk sindroma epilepsi
Berkaitan dengan letak fokus
Idiopatik (primer)
- Epilepsi anak benigna dengan gelombang paku di sentrotemporal (Rolandik
benigna)
- Epilepsi pada anak dengan paroksismal oksipital
- Primary reading epilepsy“.
Simptomatik (sekunder)
- Lobus temporalis
- Lobus frontalis
- Lobus parietalis
- Lobus oksipitalis
- Kronik progesif parsialis kontinua
Kriptogenik
Umum
Idiopatik (primer)
- Kejang neonatus familial benigna
- Kejang neonatus benigna
- Kejang epilepsi mioklonik pada bayi
- Epilepsi absans pada anak
- Epilepsi absans pada remaja
- Epilepsi dengan serangan tonik klonik pada saat terjaga.
- Epilepsi tonik klonik dengan serangan acak.
Kriptogenik atau simptomatik.
- Sindroma West (Spasmus infantil dan hipsaritmia).
- Sindroma Lennox Gastaut.
- Epilepsi mioklonik astatik
- Epilepsi absans mioklonik
Simptomatik
- Etiologi non spesifik
- Ensefalopati mioklonik neonatal
- Sindrom Ohtahara
- Etiologi / sindrom spesifik.
- Malformasi serebral.
- Gangguan Metabolisme.
Epilepsi dan sindrom yang tak dapat ditentukan fokal atau umum.
Serangan umum dan fokal
- Serangan neonatal
- Epilepsi mioklonik berat pada bayi
- Sindroma Taissinare
- Sindroma Landau Kleffner
Tanpa gambaran tegas fokal atau umum
Epilepsi berkaitan dengan situasi
- Kejang demam
- Berkaitan dengan alkohol
- Berkaitan dengan obat-obatan
- Eklampsi.
- Serangan berkaitan dengan pencetus spesifik (reflek epilepsi)
2.3 ETIOLOGI
Etiologi epilepsi dapat dibagi kedalam tiga kategori, sebagai berikut :
1. Idiopatik : tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit neurologis.
Diperkirakan mempunyai predisposisi genetik dan umumnya berhubungan dengan
usia.
2. Kriptogenik : dicurigai terdapat faktor penyebab namun tidak dapat ditemukan.
3. Simptomatik : disebabkan oleh kelainan/lesi struktural pada otak, misalnya; cedera
kepala, infeksi SSP, gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol, obat), kelainan
neurodegeneratif.
2.4 DIAGNOSIS
Ada 3 langkah untuk menuju diagnosis epilepsi, yaitu :
1. Memastikan apakah kejadian yang bersifat menunjukkan bangkitan epilepsi atau bukan
epilepsi
2. Apabila benar bangkitan epilepsi, maka tentukan termasuk jenis bangkitan apa
3. Pastikan epilepsi apa yang ditunjukkan oleh bangkitan tadi, dan tentukan etiologinya
Diagnosis epilepsi ditegakkan atas :
1. Adanya gejala dan tanda klinis dalam bentuk bangkitan epilepsy berulang (minimum
2 kali)
2. Ditunjang gambaran gelombang epilepsi pada EEG
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG)
Sebaiknya dilakukan saat tidur, bangun dengan stimulasi fotik, hiperventilasi, stimulus
tertentu sesuai pencentus bangkitan.
- Pemeriksaan Pencitraan otak (brain imaging)
• Semua kasus yang diduga ada kelainan structural • Adanya perubahan bentuk bangkitan • Terdapat kelainan pada pemeriksaan saraf• Bangkitan pertama diatas usia 25 tahun
- Pemeriksan Laboratorium• Pemeriksaan darah, meliputi hematologi lengkap, elektrolit, kadar gula, fungsi hati, fungsi ginjal, dan lainnya• Pemeriksaan cairan serebrospinal, jika dicurigai adanya infeksi
2.4 TERAPI
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan primer pada penderita epilepsi adalah terapi untuk mencegah
terjadinya serangan kejang atau mengurangi frekuensinya sehingga pasien dapat
hidup normal.
2. Lama pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya :
a. Petit mal : 2-3 tahun sudah cukup.
b. Grand mal : > 5 tahun
3. Penghentian mendadak harus dihindari.
4. Pengobatan psikososial
DRUGPartialSeizure
Generalized Tonic- Clonic/
Grand MalAbsence
Drug of ChoiceCarbamazepine
PhenytoinValproate
ValproateCarbamazepine
Phenytoin
EthosuximideValproate
Alternative
LamotrigineGabapentineTopiramateTiagabinePrimidone
Phenobarbital
LamotrigineTopiramatePrimidone
Phenobarbital
ClonazepamLamotrigine
STATUS NEUROLOGI
No. MR : 00.06.85.88 Masuk Tanggal : 31 Juli 2015
Nama : Ny. E Keluar Tanggal : -
Jenis Kelamin : Perempuan Dokter : dr. Tumpal, Sp.S
Usia : 25 tahun Ko-Ass : Rizky Sarah T
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jl. H. Mahmud No. 21 B, RT/RT: 003/004
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama : Kejang
Keluhan Tambahan : -
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Seorang pasien perempuan usia 25 tahun datang ke poliklinik spesialis saraf RS
UKI dengan keluhan kejang. Keluhan ini sudah lama dirasakan. Pasien sering kejang hingga
terjatuh dengan mata melotot, lidah pasien sering tergigit dan berdarah setelah kejang.
Keluhan ini sering dirasakan terutama jika pasien mandi. 4 hari SMRS pasien sempat ke
klinik dokter umum untuk berobat, diberikan obat dilantin oleh dokter tapi tidak ada
perubahan. Pasien memiliki riwayat hipotensi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sering mengalami keluhan yang sama lebih dari 3 tahun.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama. Riwayat hipertensi dan
diabetes disangkal.
Riwayat Pengobatan
Obat dari klinik salah satunya dilantin, tetapi tidak ada perubahan.
Riwayat Kebiasaan Pribadi
Riwayat merokok dan minum minuman beralkohol disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK SECARA UMUM
Kesadaran : Komposmentis
Nadi : 85 x/menit
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36 °C
Respirasi : 25 x/menit
GCS : 15 (E4 V5 M6)
Umur klinis : 25 tahun
Bentuk badan : Kurus
Gizi : Kurang Baik
Kulit : Sawo matang
Turgor : Baik
Kel. Getah Bening : Tidak teraba membesar
Kuku : Tidak ada ikterik dan sianosis
PEMERIKSAAN REGIONAL
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera ikterik - / -
Hidung : Tidak ada keluhan
Mulut : Tidak ada keluhan
Telinga : ka = normal, ki = normal
Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar
Jantung : Bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur (-)
Paru-paru : Bising nafas dasar vesikuler
Abdomen : Tampak datar, bising usus (+) 5 x/menit
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar
Genitelia Eksterna : Tidak ada keluhan
Ekstremitas : Akral hangat
Sendi : ka = tidak ada keluhan, ki = tidak ada keluhan
Otot : Dalam batas normal
Gerakan leher : Baik
Gerakan tubuh : Baik
Nyeri ketok : Tidak ada
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : -
Brudzinski I : -
Brudzinski II : - / -
Kernig : - / -
Lasegue : > 70° / > 70°
2. Pemeriksaan Saraf Otak
● N I (Olfaktorius)
Kanan Kiri
- Penciuman : normosmia normosmia
● N II (Optikus)
Kanan Kiri
- Visus : baik baik
- Lihat warna : baik baik
- Lapang pandang : luas luas
- Funduskopi : Tidak dilakukan
● N III, IV, VI (Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen)
Sikap bola mata : Ditengah simetris ka dan ki
Pergerakan bola mata : Baik
Ptosis : - / -
Strabismus : - / -
Eksoftalmus : - / -
Enoftalmus : - / -
Diplopia : - / -
Deviasi konjugee : - / -
- Pupil
Bentuk : Bulat, isokor
Ukuran : 3 mm / 3 mm
- Refleks cahaya
Kanan Kiri
Langsung + +
Tidak langsung + +
- Refleks akomodasi + +
● N V (Trigeminus)
- Motorik
Membuka dan menutup mulut : Baik
Gerakan rahang : Baik
Menggigit (palpasi)
Masseter : +
Temporalis : +
- Sensorik
Rasa raba : ka = ki
Rasa nyeri : ka = ki
Rasa suhu : Tidak dilakukan
- Refleks
Refleks kornea : + / +
Refleks masseter : +
● N VII (Fasialis)
Sikap wajah
Kanan Kiri
Angkat alis : Simetris
Kerut dahi : Simetris
Lagoftalmus : -
Menyeringai : Simetris
Rasa kecap 2/3 depan lidah : Tidak dilakukan
Fenomena Chovstek : - -
● N VIII (Vestibulokokhlearis)
- Vestibularis
Nistagmus : - / -
Vertigo : -
- Kokhlearis
Tes berbisik : Baik
Gesekan jari : Baik
Tes Rinne : +
Tes Weber : Tidak ada lateralisasi
Tes Swabach : Sama dengan pemeriksa
● N IX, X (Glossofaringeus, Vagus)
Arcus faring : Simetris
Uvula : Letak di tengah
Palatum molle : Intak
Disfoni : -
Disfagi : -
Disartria : -
Refleks faring : Tidak dilakukan
Refleks Okulokardiak : Tidak dilakukan
Refleks Sinus Karotikus : Tidak dilakukan
● N XI (Accesorius)
Menoleh : Baik
Angkat bahu : Baik
M. Sternokleidomastoideus : Baik
M. Trapezius : Baik
● N XII (Hipoglossus)
Sikap lidah di dalam mulut : Simetris
Julur lidah : Simetris
Atrofi : -
Tremor : -
Fasikulasi : -
Tenaga otot lidah : Kuat ka=ki
MOTORIK
Derajat kekuatan otot 5555 | 5555
5555 | 5555
Trofi otot : Eutrofi
Tonus otot : Normotonus
KOORDINASI
● STATIS
- Duduk : Baik
- Berdiri : Baik
- Berjalan : Baik
● DINAMIS
- Telunjuk telunjuk : Baik
- Telunjuk hidung : Baik
- Disdiadokinesis : -
REFLEKS
● REFLEKS FISIOLOGIS
- Biceps : ++ / ++
- Triceps : ++ / ++
- KPR : ++ / ++
- APR : ++ / ++
● REFLEKS PATOLOGIS
- Babinski : - / -
- Chaddock : - / -
- Oppenheim : - / -
- Gordon : - / -
- Schaeffer : - / -
- Rossolimo : - / -
- Mendel Bechterew : - / -
- Hoffman Trommer : - / -
SENSIBILITAS
● Eksteroseptif
Rasa raba : ka = ki
Rasa nyeri : ka = ki
Rasa suhu : Tidak dilakukan
● Propioseptif
Rasa getar : ka = ki
Rasa sikap : Baik
VEGETATIF
- Miksi : Baik
- Defekasi : Baik
- Salivasi : Baik
- Keringat : Baik
FUNGSI LUHUR
- Memori : Baik
- Bahasa : Baik
- Kognitif : Baik
- Afek dan emosi : Baik
RESUME
Pasien perempuan usia 25 tahun datang ke poliklinik spesialis saraf dengan
keluhan kejang. Keluhan sudah lama dirasakan, dan jika kejang pasien bisa sampai terjatuh
dengan mata melotot, lidahnya sering berdarah setelah kejang. Keluhan ini sering dirasakan
terutama ketika pasien mandi. 4 hari SMRS pasien sudah berobat ke klinik, diberikan dilantin
oleh dokter tapi tidak ada perubahan. Pasien memiliki riwayat hipotensi.
STATUS GENERALISATA
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 85 x/menit
Pernafasan : 25 x/menit
Suhu : 36 °C
GCS : 15 (E4 V5 M6)
STATUS NEUROLOGIS
1. Rangsang meningeal : -
2. Refleks patologis : -
3. Saraf kranial : Tidak ditemukan defisit neurologis
4. Motorik : 5555 | 5555
5555 | 5555
DIAGNOSA
Klinis : Kejang
Topis : Temporal serebri
Etiologi : Epilepsi
DIAGNOSA BANDING
- Sinkop
- Aritmia jantung
- Hiperventilasi atau serangan panik
TERAPI
Diet lunak
Diazepam 1 x 2 mg
Valproate 2 x 250 mg
Asam folat 1 x 1 tab
DAFTAR PUSTAKA
1. Perdossi. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Surabaya : Airlangga University Press,
2014.
2. Lumbantobing SM. Epilepsi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1998.
3. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : Gramedia, 2010.
4. Rubenstein D, Wayne D, et al. Kedokteran Klinis. Ed 6. Erlangga, 2005.
5. Kusuma W. Diagnosis Epilepsi. Vol 1. Jurnal Ilmiah Kedokteran. Surabaya, 2007.