PRESENTASI KASUS

52
DISKUSI KASUS SKIZOFRENIA Oleh: Firstiafina Tiffany G99141039 KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI

description

BNBNBNBN

Transcript of PRESENTASI KASUS

Page 1: PRESENTASI KASUS

DISKUSI KASUS

SKIZOFRENIA

Oleh:Firstiafina Tiffany

G99141039

KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2014

Page 2: PRESENTASI KASUS

PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan

dan ketidakmampuan bagi pasien dan secara signifikan menimbulkan beban

yang berat bagi dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Skizofrenia adalah

suatu penyakit mental berat, dikarakteristikkan dengan penurunan yang

progresif terhadap fungsi pasien dan hubungan dengan dunia luar. Meskipun

beberapa pasien sembuh, penyakit biasanya diikuti oleh perjalanan kronis dan

relaps. Kebanyakan pasien mengalami episode akut (dikarakteristikkan

dengan tampaknya kedua simptom psikotik, yaitu simptom positif dan

negatif) yang diikuti oleh periode-periode stabil, dengan remisi yang parsial

atau lengkap. Gejala- gejala positif paling berespons terhadap pengobatan.

Simtom-simtom negatif sering tidak memberikan respons terhadap obat

antipsikotik standar dan dihubungkan dengan hasil pasien yang buruk dan

lamanya perawatan.

Penggunaan obat antipsikotik atipikal telah mengalami peningkatan

selama beberapa tahun belakangan ini untuk pengobatan skizofrenia.

Dibandingkan dengan obat antipsikotik standar (misalnya

haloperidol,klorpromazin, dan flupenazin), umumnya antipsikotik atipikal

memiliki risiko lebih rendah terhadap timbulnya simtom ekstrapiramidal

akut, diskinesia tardif dan hiperprolaktinemia. Pada umumnya antipsikotik

atipikal dipilih sebagai pengobatan lini pertama untuk skizofrenia, walaupun

antipsikotik konvensional secara relatif masih luas digunakan.

2

Page 3: PRESENTASI KASUS

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

suatu gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan

pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih

dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit

kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2007)

Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan

penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan

pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh

penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi,

serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan

kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran

kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. (Rusdi, 2002).

Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua

kelompok, yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi,

halusinasi, kekacauan pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau

bermusuhan. Gejala negatif adalah alam perasaan (afek) tumpul atau

mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, ‘miskin’ kontak

emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak acuh, sulit

berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif.

Berdasarkan DSM-IV, skizofrenia merupakan gangguan yang terjadi

dalam durasi paling sedikit selama 6 bulan, dengan 1 bulan fase aktif gejala

(atau lebih) yang diikuti munculnya delusi, halusinasi, pembicaraan yang

tidak terorganisir, dan adanya perilaku yang katatonik serta adanya gejala

negative (APA, 2000)

.

3

Page 4: PRESENTASI KASUS

2. Pedoman Diagnostik Berdasarkan PPDGJ III

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,

namun kualitasnya berbeda, atau

- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk

kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu

dari luar dirinya (Withdrawal) dan

- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umumnya mengetahuinya.

b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar atau

- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar atau

- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke

pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan

khusus).

- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku

pasien .

4

Page 5: PRESENTASI KASUS

- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai

suara yang

berbicara atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan

agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia

biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan

mahluk asing atau dunia lain)

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas:

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-

valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak

relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh

tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons

emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus

jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi

neureptika.

5

Page 6: PRESENTASI KASUS

* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodromal);

* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal

behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak

berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan

penarikan diri secara sosial. (Rusdi, 2002).

3. Etiologi

Teori tentang penyebab skizofrenia, yaitu:

a. Diatesis - Stres Model

Teori ini menggabungkan antara faktor biologis, psikososial, dan lingkungan

yang secara khusus mempengaruhi diri seseorang sehingga dapat

menyebabkan berkembangnya gejala skizofrenia. Dimana ketiga faktor

tersebut saling berpengaruh secara dinamis (Kaplan& Sadock, 2004).

b. Faktor Biologis

Dari faktor biologis dikenal suatu hipotesis dopamine yang menyatakan

bahwa skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergik yang berlebihan di

bagian kortikal otak, dan berkaitan dengan gejala positif dari skizofrenia.

Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya neurotransmiter lain

termasuk serotonin, norepinefrin, glutamat dan GABA.Selain perubahan yang

sifatnya neurokimiawi, penelitian menggunakan CT Scan ternyata ditemukan

perubahan anatomi otak seperti pelebaran lateral ventrikel, atropi koteks atau

atropi otak kecil (cerebellum), terutama pada penderita kronis skizofrenia

(Kaplan& Sadock, 2004).

c.Genetika

Faktor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko masyarakat

umum 1%, pada orang tua resiko 5%, pada saudara kandung 8% dan pada

anak 12% apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia, walaupun anak

telah dipisahkan dari orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang tua

6

Page 7: PRESENTASI KASUS

skizofrenia 40%. Pada kembar monozigot 47%, sedangkan untuk kembar

dizigot sebesar 12%(Kaplan&Sadock, 2004).

d.Faktor Psikososial

Teori perkembangan

Ahli teori Sullivan dan Erikson mengemukakan bahwa kurangnya perhatian

yang hangat dan penuh kasih sayang di tahun-tahun awal kehidupan berperan

dalam menyebabkan kurangnya identitas diri, salah interpretasi terhadap

realitas dan menarik diri dari hubungan sosial pada penderita

skizofrenia(Sirait, 2008).

Teori belajar

Menurut ahli teori belajar (learning theory), anak-anak yang menderita

skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berfikir irasional orang tua yang

mungkin memiliki masalah emosional yang bermakna. Hubungan

interpersonal yang buruk dari penderita skizofrenia akan berkembang karena

mempelajari model yang buruk selama anak-anak (Sirait, 2008)

.

Teori keluarga

Tidak ada teori yang terkait dengan peran keluarga dalam menimbulkan

skizofrenia. Namun beberapa penderita skizofrenia berasal dari keluarga yang

disfungsional

(Sirait, 2008)

.

4. Klasifikasi

Perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasikan dengan menggnakan

kode lima karakter berikut:

a. F20.x0 Berkelanjutan

b. F20.x1 Episodik dengan kemunduran progresif

c. F20.x2 Episodik dengan kemunduran stabil

d. F20.x3 Episodik berulang

e. F20.x4 Remisi tak sempurna

7

Page 8: PRESENTASI KASUS

f. F20.x5 Remisi sempurna

g. F20.x8 Lainnya

h. F20.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun

(Rusdi, 2002).

4. Gejala dan Gambaran Klinis Skizofrenia Berdasarkan DSM-IV

Ciri yang terpenting dari skizofrenia adalah adanya campuran dari dua

karakteristik (baik gejala positif maupun gejala negatif) (APA, 2000). Secara

umum, karakteristik

Gejala skizofrenia (kriteria A), dapat digolongkan dalam tiga kelompok :

a.gejala positif,

b.gejala negatif, dan

c.gejala lainnya.

Gejala positif adalah tanda yang biasanya pada orang kebanyakan tidak ada,

namun pada pasien Skizofrenia justru muncul.Gejala positif adalah gejala yang

bersifat aneh, antara lain berupa delusi, halusinasi, ketidakteraturan

pembicaraan, dan perubahan perilaku (Kaplan& Sadock, 2004).

Gejala negatif adalah menurunnya atau tidak adanya perilaku tertentu, seperti

perasaan yang datar, tidak adanya perasaan yang bahagia dan gembira, menarik

diri, ketiadaan pembicaraan yang berisi, mengalami gangguan sosial, serta

kurangnya motivasi untuk beraktivitas

(Kaplan & Sadock, 2004).

Kategori gejala yang ketiga adalah disorganisasi, antara lain perilaku yang

aneh (misalnya katatonia, dimana pasien menampilkan perilaku tertentu

berulang-ulang, menampilkan pose tubuh yang aneh; atau waxy

flexibility,yaitu orang lain dapat memutar atau membentuk posisi tertentu dari

anggota badan pasien, yang akan dipertahankan dalam waktu yang lama) dan

disorganisasi pembicaraan. Adapun disorganisasi pembicaraan adalah masalah

dalam mengorganisasikan ide dan pembicaraan,sehingga orang lain mengerti

(dikenal dengan gangguan berpikir formal).Misalnya asosiasi longgar,

inkoherensi, dan sebagainya (Prabowo, 2007)

8

Page 9: PRESENTASI KASUS

5. Terapi Psikofarmaka 

Pemilihan obat Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek

primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada

efek sekunder ( efek samping: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan

jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek

samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat

antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah

optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat

antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan dosis

ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat antipsikosis

sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik, maka

dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. Bila gejala negatif lebih

menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal,

Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif

pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-pasien dengan efek samping

ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat antipsikotik yang

beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu antipsikotik

generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG ll). APG I

bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal,

nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala

positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping berupa:

gangguan ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin

yang akan menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat badan dan

memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu APG I menimbulkan

efek samping antikolinergik seperti mulut kering pandangan kabur

gangguaniniksi, defekasi dan hipotensi. APG I dapat dibagi lagi menjadi

potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg

diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide.

Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala

dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi

rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah Chlorpromazine dan

thiondazine digunakan pada penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah,

9

Page 10: PRESENTASI KASUS

hiperaktif dan sulit tidur. APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin

antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi

serotonin dan dopamin pada ke empat jalur dopamin di otak yang

menyebabkan rendahnya efek samping extrapiramidal dan sangat efektif

mengatasi gejala negatif. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah

clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon.

Pengaturan Dosis

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

o Onset efek primer (efek klinis) : 2-4ininggu

o Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam

o Waktu paruh  : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)

o Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar)

sehingga tidak mengganggu kualitas hidup penderita.

o Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau

haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4ininggu. Berguna untuk pasien

yang tidak/sulitininum obat, dan untuk terapi pemeliharaan.

Cara / Lama pemberian Mulai dengan dosis awal sesuai dengan

dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hr sampai mencapai dosis efektif (sindrom

psikosis reda), dievaluasi setiap 2ininggu bila pertu dinaikkan sampai dosis

optimal kemudian dipertahankan 8-12ininggu. (stabilisasi). Diturunkan setiap

2ininggu (dosis maintenance) lalu dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun

(diselingi drug holiday 1-2/hari/minggu) setelah itu tapering off (dosis

diturunkan 2-4ininggu) lalu stop. Untuk pasien dengan serangan sindrom

psikosis multiepisode, terapi pemeliharaan paling sedikit 5 tahun (ini dapat

menurunkan derajat kekambuhan 2,5 sampai 5 kali). Pada umumnya

pemberian obat antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai

1 tahun setelah semua gejala psikosis reda sama sekali. Pada penghentian

mendadak dapat timbul gejala cholinergic rebound gangguan lambung, mual,

muntah, diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini dapat diatasi dengan

10

Page 11: PRESENTASI KASUS

pemberian anticholmnergic agent seperti injeksi sulfas atropin 0,25 mg IM,

tablet trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.

Anti Psikosis Tipikal dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

Golongan Phenothiazine yang dibagi 3 golongan --> 1. Rantai Aliphatic : Clorpomazine (largactil), 2. Rantai Piperazine : Perphenazine (stelazine), Trifluophenazine (anatensol), 3. Rantai Piperidine : Thioridazine Golongan Butyrophenone : Haloperidol (haldol, serenace, dll) Golongan Diphenyl-butyl-piperidine :Pimozide (Orap)

Antipsikotik atipikal merupakan psikofarmaka untuk gejala psikotik

dengan efek samping ekstrapiramidal yang minimal. Efek samping

ekstrapiramidal yang biasa muncul pada pengobatan dengan psikofarmaka

konvensional antara lain berupa: parkinsonism, akatisia, distonia akut, dan

tardive diskinesia. Antipsikotik atipikal yang akan dibahas antara lain:

klozapin, risperidon, olanzapin, dan quetiapin.

KLOZAPIN

Farmakodinamik

Klozapin merupakan obat antipsikotik atipikal yang pertama

ditemukan. Klozapin bekerja sebagai antagonis kuat reseptor 5-HT2,

adrenergik dan Selain itu, klozapin juga memiliki affinitas yang baik pada

reseptor H1 dan reseptor muskarinik.

Klozapin juga bekerja sebagai antagonis reseptor D2, tetapi memiliki

affinitas yang rendah. Rendahnya affinitas terhadap reseptor D2 berhubungan

dengan jarangnya gejala ekstrapiramidal pada pengobatan dengan

menggunakan klozapin. Dibandingkan dengan antipsikotik atipikal lainnya

dan antipsikotik konvensional, klozapin memiliki affinitas yang paling rendah

terhadap reseptor D2.

11

Page 12: PRESENTASI KASUS

Gambar 1. Perbandingan affinitas obat antipsikotik terhadap reseptor D2.

Farmakokinetik

Pemberian klozapin dilakukan melalui preparat oral. Klozapin

mencapai kadar tertinggi di dalam plasma dalam waktu 2 jam. Klozapin

memiliki waktu paruh 12 jam. Pemberian klozapin dengan dosis 2 kali sehari

akan menjaga kadar klozapin di dalam darah dalam waktu kurang dari 1

minggu. Klozapin di metabolisme di hati dan saluran pencernaan.

Kadar klozapin di dalam darah bervariasi tergantung dari tingkat absorpsi dan

metabolisme klozapin. Akibatnya, kadar yang bervariasi tersebut akan

berpengaruh terhadap respon klinik.

Efektivitas

Berdasarkan penelitian yang membandingkan klozapin dengan obat

antipsikotik lainnya, 79% menunjukkan bahwa klozapin lebih superior

dibandingkan antipsikotik lainnya. Dalam uji perbandingan dengan

klorpromazin dan haloperidol, klozapin lebih unggul dan memiliki efek yang

lebih baik untuk pasien yang mengalami gangguan jiwa berat dan pasien yang

mengalami refrakter dari pengobatannya. Jika dibandingkan dengan

risperidon, klozapin memiliki respon klinis yang sama dalam 6 bulan, tetapi

gejala ekstrapiramidal lebih terlihat pada pengobatan dengan risperidon.

12

Page 13: PRESENTASI KASUS

Menurut Putten TV, terdapat 3 populasi yang menjadi indikasi terapeutik

untuk pengobatan dengan klozapin:

1. pasien dengan gejala skizofrenia berat yang memiliki respon yang buruk

terhadap terapi antipsikotik konvensional.

2. pasien dengan diskinesia tardif yang berat.

3. pasien yang mengalami gejala ekstrapiramidal berat tetapi sedang

membutuhkan dosis yang optimal untuk menyembuhkan gejala psikotiknya.

Efek samping

1. Agranulositosis

Risiko agranulositosis akibat pemberrian klozapin sebesar 0,73% pada

tahun pertama pengobatan, dan menjadi 0,07% pada tahun ke-2. Risiko ini

[aling besar pada 3 bulan pertama pengobatan. Pada pasien dengan

agranulositosis karena klozapin, ditemukan hasil laboratorium berupa jumlah

netrofil absolut<500sel/mm2 atau leukosit <1000 sel/mm2.

2. Sialorrhea

Pasien dengan efek samping sialorrhea akan mengalami hipersalivasi

pada saat tidur. Efek samping ini hanya berlangsung saat awal pengobatan.

3. Sistem kardiovaskular

Efek samping kardiovaskular pada pemberian klozapin yang paling

sering adalah takikardia, hipotensi postural dan aritmia. Takikardia

kemingkinan disebabkan karena efek vagolitik dari klozapin. Klozapin dapat

menyebabkan perubahan pada gambaran EKG, berupa pemanjangan QT

interval yang dapat mengakibatkan aritmia ventrikular. Posturalhipotensi

terjadi ketika dosis pemberian klozapin > 75mg/hari.

4. Efek samping perifer antikolinergik

Efek samping perifer antikolinergik pada pemberian klozapin berupa:

mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, dan retensi urin.

5. Gangguan pengaturan temperatur tubuh

Hipertermia terjadi pada awal pengobatan. Namun, perlu dievaluasi

untuk keberadaan penyebab hipertermia lainnya, seperti infeksi, heat stroke,

dehidrasi, dan lain-lain.

13

Page 14: PRESENTASI KASUS

6. Peningkatan berat badan

Peningkatan berat badan terjadi sebanyak 4,45 kg dalam 10 minggu.

Menurut penelitian, berat badan pasienakan terus naik dalam jangka waktu 5

tahun.

7. Diabetes mellitus

Peningkatan berat badan dapat memicu terjadinya resistensi insulin.

Akibatnya, risiko diabetes mellitus tipe 2 akan meningkat. Kasus diabets

biasanya muncul setelah 6 bulan terapi klozapin.

8. Gangguan gastrointestinal

Konstipasi kemungkinan terjadi karena efek antimuskarinik klozapin

dan dapat berujung pada obstruksi saluran cerna.

9. Efek pada urogenital

Efek samping urogenital akibat pemberian klozapin berupa gangguan

berkemih.

10. Efek ekstrapiramidal

Efek samping ekstrapiramidal klozapin merupakan yang paling

rendah di antara antipsikotik lainnya. Akatisia sebanyak 6%, tremor 6%,

rigiditas 5%. Tidak ditemukan adanya distonia akut dan diskinesia tardif.

11. Sindrom neuroleptik maligna

Sindrom ini hanya muncul ketika klozapin dikombinasikan dengan

litium. Karena efek samping klozapin mirip dengan sindrom ini, tenaga

medik perlu waspada munculnya sindrom ini di tengah pengobatan dengan

klozapin.

12. Kejang

Klozapin menurunkan ambang batas kejang dan meningkatkan

risikonya seiring dengan meningkatnya dosis.

RISPERIDON

Risperidon merupakan antipsikotik yang memiliki profil efek samping

yang ringan. Hal ini terjadi karena untuk mencapai efek terapeutik hanya

perlu risperidon dalam dosis kecil, sehingga dosis efek samping jarang

tercapai. Risperidon bekerja sebagai antagonis reseptor 5HT2 dan D2.

14

Page 15: PRESENTASI KASUS

Risperidon memiliki affinitas yang kuat terhadap reseptor 1 dan , tetapi

lemah pada reseptor b adrenergik dan reseptor muskarinik. Risperidon

memiliki potensi yang lebih rendah untuk menimbulkan katalepsi

dibandingkan dengan haloperidol. Walaupun risperidon juga menimbulkan

efek samping ekstrapiramidal, efek samping tersebut tidak seberat pada

antipsikotik konvensional. Risperridon baik untuk mengobati gejala negatif

skizofrenia, kurang memiliki efek sedasi dan antikolinergik.

Efektivitas

Berdasarkan studi, efektivitas pengobatan skizofrenia refrakter dengan

risperidon mau pun haloperidol memiliki efektivitas yang kurang lebih sama,

walaupun risperidon masih sedikit lebih baik. Hal yang sama ditemukan pada

uji perbandingan dengan dosis tetap. Risperidon pada dosis 6 mg

menunjukkan sedikit perbaikan pada PANNS (positive and negative symptom

scale) dibandingkan haloperidol pada dosis 20 mg.

Risperidon vs. klozapin

Pasien dengan

gejala akut

4mg/8mg risperidon = 400mg klozapin

Treatment

refractory

schizophrenia

4,6,8 mg/hr risperidon = 300 mg/400 mg

klozapin

8 minggu Risperidon 6,4 mg/hari = 291,2 mg/hari

klozapin, risperidon lebih cepat kerjanya

10 minggu Risperidon 10 mg/hari = klozapin 600 mg/hari

Indikasi terapi

1. psikosis akut

risperidone efektif untuk mengobati gejala skizofrenia dan skizoafektif

dengan gejala positif dan negatif dari psikosis.

2. memelihara pengobatan pada skizofrenia dan skizoafektif

3. mencegah relaps

15

Page 16: PRESENTASI KASUS

pada studi prospektif untuk membandingkan efek risperidon oral dan

haloperidol oral terhadap pasien skizofrenia dan skizoafekti yang secara klinis

stabil, ditemukan bahwa effikasinya lebih baik dan risiko relaps lebih rendah

pada pasien yang dirawat dengan haloperidol (2-8 mg/hari) dengan kepatuhan

yang sama baiknya.

4. diskinesia tardif

pada studi dengan memakai risperidon dengan dosis 0,25 mg – 1 mg/hari

pada lansia, ditemukan bahwa risperidon aman dan memiliki effikasi yang

bagus serta insidensi tardive diskinesia yang rendah.

5. pasien yang rentan gejala ekstrapiramidal

risperidon dapat dipakai untuk pasien dengan gejala ekstrapiramidal akibat

pengobatan antipsikosis dengan memakai dosis risperidon tanpa gejala

ekstrapiramidal.

Efek samping

1. efek ekstrapiramidal bergantung dosis

efek ekstrapiramidal pada risperidon bergantung pada dosisnya. Dosis batas

aman risperidon dari efek samping ekstrapiramidal adalah 6 mg/hari. Namun,

terkadang dengan rentang dosis 4 mg – 16 mg/hari masih muncul akatisia.

Dosis terbaik untuk mencegah munculnya efek samping ini adalah 2 – 4 mg.

2. peningkatan prolactin plasma

karena risperidon memiliki affinitas yang lumayan kuat terhadap reseptor D2,

salah satu efek yang mncul adalah hiperprolaktinemia, yang dapat berujung

pada galaktorrhea, gangguan menstruasi pada perempuan dan disfungsi

seksual pada laki-laki.

3. sindrom neuroleptik maligna

risperidon dapat menginduksi munculnya sindrom neuroleptik maligna, tetapi

dengan risiko yang rendah.

OLANZAPIN

Olanzapin merupakan obat yang aman dan efektif untuk gejala

skizofrenia baik gejala ositif maupun negatif dengan profil efek samping

16

Page 17: PRESENTASI KASUS

yang aman. Dapat diberikan dalam dosis tunggal dimulai dari 10 mg. Profil

efek samping meliputi peningkatan berat badan, somnolence, hipotensi

ortostatik, dan konstipasi.kemungkinan terjadinya efek samping

ekstrapiramidal dan kejang sangat kecil. Sejauh ini belum ada efek

hematologik yang muncul.

Studi preeliminari menunjukkan perbaikan pada kualitas hidup dan

mengurangi tingkat rehospitalisasi. Olanzapin merupakan obat antipsikotik

lini pertama, tetapi efikasi terhadap yang resisten pengobatan belum

diketahui.

Farmakokinetik

Olanzapin mencapai kadar puncaknya dalam plasma dalam waktu 5

jam. Waktu paruh olanzapin 31 jam, sehingga cukup dengan pemberian dosis

tunggal.olanzapin memiliki affinitas yang lemah dengan sitokrom P450.

Farmakodinamik

Olanzapin memblokade reseptor 5HT2a dan D2 dengan spesifik.

Sebagai tambahan olanzapin juga memblokade reseptor muskarinik, H1,

5HT2c, 5HT3, 5HT6, D1, dan D4. Blokade reseptor 5HT jauh lebih kuat

dibandingkan blokade pada reseptor dopamin. Struktur biokimia olanzapin

mirip dengan klozapin, tetapi tidak memiliki efek samping yang tipikal

dimiliki oleh klozapin. Blokade reseptor dopamin di area mesolombik sangat

lemah, sehingga efek ekstrapiramidal hanya terjadi pada individu yang

rentan. Efek blokade D2 olanzapin lebih tinggi dibandingkan klozapin, tetapi

setara dengan risperidon. Artinya, olanzappin juga memiliki efek

hiperprolaktinemia dan efek samping ekstrapiramidal yang sama dengan

risperidon. Olanzapin juga memiliki efek agonis 5HT1a. Dengan kata lain,

olanzapin juga memiliki efek antiansietas dan antidepresan. Olanzapin

memblokade fenisiklidin yang menginduksi perbaikan gejala positif dan

negatif.

17

Page 18: PRESENTASI KASUS

Efektivitas

Dibandingkan dengan haloperidol, olanzapin lebih superior untuk

mengobati psikopatologi dan gejala positif psikosis, serta respon gejala

negatif psikosis. Efek ekstrapiramidal akut lebih minimal dibandingkan

dengan haloperidol. Olanzapin juga lebih baik untuk mengobati skizofrenia

episode pertama dengan profil risk-benefit yang lebih baik. Pada skizofrenia

kronik dan resisten, 15-25 mg/hari olanzapin memiliki efek terapeutik yang

sama dengan 200 – 600 mg klozapin.

Olanzapin baik untuk mengobati pasien yang refrakter dari pengobatannya

karena profil biokimia olanzapin sama dengan klozapin.

Indikasi

1. psikosis akut

2. melanjutkan pengobatan

3. diskinesia tardif

4. pasien yang rentan dengan efek samping ekstrapiramidal.

5. skizoafektif

Efek samping

1. peningkatan berat badan

Olanzapin meningkatkan berat badan dan kadar trigliserid serum pada dosis

2,8 mg/hari. Penggunaan olanzapin berhubungan dengan penngkatan 5 kali

lipat risiko munculnya hiperlipidemia.

2. Diabetes mellitus

Hiperglikemia dan diabetes mellitus berhubunagn dengan efek samping

potensial penggunaan olanzapine. Pada studi, terdapat 237 pasien yang

mengalami hiperglikemia dan diabetes terkait olanzapin. Ketika pemberian

olanzapin dihentikan, 78% pasein mencapai kontrol glikemik yang baik. Di

Jepang, olanzapine dikontraindikasikan bagi pasien dengan riwayat diabetes.

18

Page 19: PRESENTASI KASUS

B. Klorpromazin (CPZ)

Macam obat: Largactil, Cepezet, Meprosetil, Promactil

1. Farmakodinamik

a. SSP

CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak

acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Pada pemakaian lama dapat timbul

toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya sedasi tergantung dari status

emosional penderita sebelum minum obat. (Sulistia, 2007)

b. Otot rangka

CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot skelet yang berada

dalam keadaan spastik. (Sulistia, 2007)

c. Efek endokrin

CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi, serta sekresi

ACTH. Efek terhadap sistem endokrin ini terjadi berdasarkan efeknya

terhadap hipotalamus. (Sulistia, 2007)

d. Kardiovaskular

CPZ dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan beberapa hal.

(Sulistia, 2007)

2. Farmakokinetik

Pada umumnya semua fenotiazin diabsorbsi dengan

baik bila diberikan peroral maupun parenteral. (Sulistia, 2007)

3. Efek samping

Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini

cukup aman. Efek samping umumnya merupakan efek perluasan

farmakodinamiknya. Mungkin dapat terjadi reaski idiosinkrasi. (Sulistia,

2007)

4. Sediaan

CPZ tersedia dalam bentuk tablet 25/100 mg dan

larutan suntik 25 mg/ml. Larutan CPZ dapat berubah warna menjadi merah

jambu pada pengaruh cahaya. (Sulistia, 2005). Dalam kasus ini digunakan

preparat Largactil 1 x 100 mg. (ISFI, 2007).

19

Page 20: PRESENTASI KASUS

 

D. Triheksifenidil

1. Farmakodinamik

Obat ini terutama berefek sentral. Khususnya

bermanfaat terhadap Parkinsonisme akibat obat. Misalnya oleh neuroleptik,

termasuk juga antiemetik turunan fenotiazin, yang menimbulkan gangguan

ekstrapiramidal akibat blokade reseptor DA di otak. Triheksifenidil juga

memperbaiki gejala beser ludah (sialorrhea) dan suasana perasaan (mood).

(Sulistia, 2007)

2. Farmakokinetik

Tidak banyak diketahui tentang farmakokinetik

obat ini. Kadar puncak triheksifenidil tercapai setelah 1-2 jam. Masa paruh

eliminasi terminal antara 10 dan 12 jam. (Sulistia, 2005)

3. Efek samping

a. Sentral

Ataksia, disartria, hipertermia, amnesia, delusi,

halusinasi, somnolen, dan koma.

b. Perifer

Sama dengan atropin. (Sulistia, 2007)

4. Sediaan

Tersedia triheksifenidil tablet 2 dan 5 mg.

Dalam kasus ini digunakan preparat Artane 3 x 2 mg. (ISFI, 2007).

6. Terapi Psikososial

Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :

Psikoterapi individual

o Terapi suportif

o Sosial skill training

o Terapi okupasi

o Terapi kognitif dan perilaku (CBT)

Psikoterapi kelompok

Psikoterapi keluarga

20

Page 21: PRESENTASI KASUS

Manajemen kasus

Assertive Community Treatment (ACT)

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : Tn. E

Umur : 22 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Boyolali

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMP

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

No RM : -

Tanggal MRS : 16 Agustus 2014

Tanggal periksa : 10 September 2014

II. RIWAYAT PSIKIATRI

A. KELUHAN UTAMA

Pasien dikeluhkan oleh keluarganya sering bingung.

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesis (dari laporan keluarga pasien)

Pasien datang ke rumah sakit tanggal 16 Agustus 2014 diantar

oleh keluarganya dari rumahnya di Boyolali karena seminggu

21

Page 22: PRESENTASI KASUS

sebelumnya pasien mondar-mandir dan tidak mau tidur. Menurut

keluarganya, pasien juga sering berperilaku aneh seperti menata beberapa

batu di jalan raya yang akhirnya membuat pengendara motor jatuh.

Keluarga mengatakan bahwa semenjak hari raya Idul Fitri pasien tidak

minum obat karena belum sempat mengambil obat di RSJ. Jika sedang

kumat pasien susah diajak untuk kontrol ke RSJ dan tidak mau minum

obat. Setiap kali disuruh minum obat oleh kakaknya, pasien sering

marah-marah dan mengamuk. Pasien membanting barang-barang dan

melempari kaca rumah dengan batu. Sebelumnya, pasien pernah mondok

di RSJD Surakarta sebanyak 2 kali. Pertama kali pasien dirawat di RSJD

Surakarta tahun 2009 karena pasien sering berbicara sendiri tentang ilmu

hitam dan wanita yang disukainya. Keluarga mengatakan bahwa

sebelumnya pasien pernah menyukai beberapa wanita, sampai akhirnya

pasien mengungkapkan perasaan cintanya pada wanita yang paling

disukai namun ditolak. Pasien merasa minder karena cintanya ditolak dan

karena cacat pada mata yang dimilikinya. Menurut keluarga, selama ini

jika ada masalah pasien tidak mau bercerita pada keluarga, pasien

cenderung tertutup dan menganggap permasalahannya adalah urusannya

sendiri. Keluarga pasien mengatakan bahwa dulu sebelum sakit sering

melaksanakan sholat lima waktu dan mengaji, namun saat pasien mulai

dibawa ke RSJ pasien sudah jarang sholat 5 waktu. Sedangkan yang

kedua kalinya pasien dirawat di RSJD Surakarta pada tahun 2012 dengan

keluhan yang sama.

Autoanamnesis (19 Agustus 2014)

Pasien mangatakan dibawa ke IGD RSJD Surakarta oleh

keluarganya pada hari Sabtu, 16 Agustus 2014. Ketika ditanya mengenai

identitas, pasien menjawab Tn. E, usia 22 tahun, alamat di Boyolali.

Pasien mengenakan pakaian biru seragam rumah sakit, pakaian dan

rambut tampak kurang rapi. Pasien tampak sehat, penampilan tampak

sesuai umur. Saat berbicara pasien dapat berbicara dengan volume

22

Page 23: PRESENTASI KASUS

normal, intonasi baik, dan artikulasi jelas. Pasien juga dapat menjawab

pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan pemeriksa.

Saat ini, pasien merasa sedih, ia sangat ingin pulang ke rumah

karena merasa rindu dengan keluarganya. Ketika ditanya pasien

mengetahui bahwa pasien saat ini sedang berada di RSJD Surakarta

bangsal Puntadewa. Pasien juga bisa menjawab hari saat pemeriksaan

dan mengenali teman serta perawat yang saat itu sedang berada di

bangsal. Selama beberapa hari di RSJD Surakarta pasien mengaku belum

memiliki banyak teman, ia justru menceritakan temannya yang dulu ia

kenal saat dirawat di RSJD Surakarta beberapa tahun silam.

Saat ditanya alasan mengapa pasien masuk rumah sakit adalah

karena mengamuk dan marah-marah. Pasien juga menjelaskan

sebelumnya ia sering membanting barang dan melempari jendela dengan

batu. Ketika ditanya mengapa ia melakukan hal tersebut adalah karena ia

merasa kesal terhadap kakak-kakaknya. Selama ini pasien merasa terus

dipaksa oleh kakak-kakaknya terutama kakak pertamanya untuk

melakukan sesuatu yang pasien tidak sukai. Ketika ditanya disuruh

melakukan apa, ia hanya menjawab disuruh melakukan banyak hal.

Pasien juga menuturkan ia tidak mau menuruti perintah kakaknya

tersebut. Setiap kali diperintah, pasien seringkali merasa kesal dan

marah.

Pasien sebelumnya juga mendengar bisikan-bisikan yang tidak

ada wujudnya, bisikan tersebut menyuruh pasien untuk mengamuk,

menyerang orang dan pasien menuruti perintah tersebut. Bisikan-bisikan

tersebut pasien dengar selama beberapa hari sebelum masuk rumah sakit.

Namun, saat ini bisikan tersebut menyuruh pasien untuk diam dan pasien

menurutinya. Pasien menjelaskan bisikan tersebut berasal dari sejumlah

orang baik laki-laki maupun perempuan, dimana suara tersebut tidak ia

kenal sebelumnya.

Pasien mengatakan bahwa ia memiliki ilmu hitam yang dapat

memikat wanita dan dapat memegang barang-barang gaib yang tidak

terlihat. Pasien juga mengatakan memiliki beberapa keris yang ia dapat

23

Page 24: PRESENTASI KASUS

dari Prabu Siliwangi yang dianggap pasien sebagai saudaranya. Pasien

mendapatkan ilmu hitam dari perguruan selama berkelana ke beberapa

kerajaan di Jawa. Selain itu pasien juga mengatakan bahwa ia melakukan

puasa putih untuk menyempurnakan ilmunya. Ketika sedang ditanya,

pasien mempraktekkan caranya memegang keris yang hanya bisa ia lihat

sendiri. Pasien juga menepuk-nepuk perutnya untuk memasukkan keris

ke dalam perutnya.

Pasien mengaku sudah menikah dan memiliki dua orang istri

serta lima orang anak. Ketika ditanya pasien menyebutkan nama-

namanya dan menyebutkan berapa umurnya. Pasien menuturkan kedua

istri dan anak-anaknya tinggal di rumah mertuanya. Pasien juga

menjelaskan bahwa saat ini ia memiliki banyak kekasih, salah satunya

sedang kuliah di Semarang. Pasien merasa kekasihnya yang kuliah di

Semarang tersebut sering merasa cemburu karena pasien memiliki

banyak kekasih.

Saat ini pasien merasa bahwa ada sesuatu yang berubah pada

dirinya. Ia merasa tangan dan kakinya lebih besar. Ketika melihat

badannya, pasien juga merasa badannya berwarna putih. Ketika ditanya

apakah lingkungan sekitarnya berubah, pasien menjelaskan ketika

melihat orang-orang sekitar, mereka ada yang terlihat putih dan ada yang

terlihat coklat.

Pasien saat ini merasa sudah lebih baik dan merasa tenang.

Pasien juga menjelaskan bahwa selama ini sudah rutin minum obat dan

rajin kontrol. Pasien mengaku memiliki banyak teman di kampungnya

serta hubungan pasien dengan masyarakat sekitar baik. Pasien juga

mengatakan sering mengikuti kegiatan di kampungnya, seperti

perkumpulan muda-mudi. Pasien juga menjelaskan terakhir kali

mengikuti rapat untuk membahas acara tujuh belasan. Pasien mengatakan

tidak merokok, minum alkohol, ataupun menggunakan obat-obat

terlarang. Pasien mengatakan di rumah tinggal bersama kedua orang

tuanya, kakak, dan kedua adiknya.

24

Page 25: PRESENTASI KASUS

Saat ditanya mengenai kegemarannya, pasien menjawab pasien

menyukai olah raga sepak bola. Pasien juga menjelaskan tentang klub

dan pemain idolanya. Ketika ditanya tentang persamaan antara kupu-

kupu dan pesawat, pasien bisa menjelaskan bahwa keduanya bisa terbang

namun pesawat butuh bensin. Pasien menjelaskan bahwa saat ini pasien

dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa dibantu. Ketika ditanya hal

apa yang akan dilakukan ketika ada kebakaran, pasien menjawab akan

mencari air dan berteriak bahwa ada kebakaran.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

1. Riwayat gangguan jiwa sebelumnya : disangkal

2. Riwayat gangguan medis

- Riwayat cidera kepala : disangkal

- Riwayat kejang : disangkal

- Riwayat alergi : disangkal

- Riwayat hipertensi : disangkal

- Riwayat sakit jantung : disangkal

3. Riwayat penyalahgunaan obat/zat

- Riwayat merokok : disangkal

- Riwayat alcohol : disangkal

- Riwayat konsumsi narkoba : disangkal

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Kelahiran normal spontan dibantu oeh bidan di rumah.

2. Masa anak awal (0-3 tahun)

Pasien diasuh oleh ayah dan ibu kandung pasien.

3. Masa anak pertengahan (3-11 tahun)

Pasien bersekolah di SD, pasien memiliki teman banyak dan bermain

seperti anak-anak lain. Kadang bermain di luar rumah dan kadang

bermain di dalam rumah.

4. Masa anak akhir (pubertas sampai remaja)

25

Page 26: PRESENTASI KASUS

Pasien sering berkumpul dengan teman-temannya. Pasien bersekolah

di SMP dekat rumahnya. Pasien beraktivitas biasa setiap harinya.

5. Riwayat pekerjaan

Pasien merupakan petani. Pasien sering membantu kedua orang

tuanya untuk menggarap sawah.

6. Riwayat pekawinan

Pasien belum menikah.

7. Riwayat pendidikan

Pendidikan terakhir pasien adalah SMK.

8. Riwayat agama

Pasien beragama Islam.

9. Riwayat keluarga

Pasien merupakan anak keempat dari enam bersaudara.

10. Situasi hidup sekarang

Pasien tinggal di rumah orang tuanya di Boyolali bersama kedua

orang tua, kakak, dan kedua adiknya.

11. Riwayat Psikoseksual

Pasien menyukai lawan jenis, pasien pernah menyatakan cintanya

pada seorang wanita namun ditolak.

12. Riwayat Hukum dan Kemiliteran

Tidak ada

E. RIWAYAT KELUARGA

1. Riwayat gangguan jiwa di keluarga : tidak didapatkan riwayat

gangguan jiwa di keluarga

2. Pohon keluarga

26

Page 27: PRESENTASI KASUS

Keterangan : : Laki-laki : Laki-laki sudah

meninggal

: Perempuan : Perempuan sudah

meninggal

: Pasien

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS (19 Agustus 2014)

A. DESKRIPSI UMUM

- Penampilan : Laki-laki, penampilan sesuai umur,

perawatan diri cukup

- Pembicaraan : Spontan, volume cukup, intonasi dan

artikulasi jelas

- Psikomotor : Normoaktif

- Sikap : Kooperatif terhadap pemeriksa, kontak

mata (+) adekuat

B. KESADARAN

- Kuantitatif : Kompos mentis, GCS E4V5M6

- Kualitatif : Berubah

C. ALAM PERASAAN

- Mood : Sedih, pasien mengatakan saat ini sedang

sedih karena merasa rindu dengan

keluarganya dan ingin pulang ke rumah.

- Afek : Menyempit

- Keserasiaan : Serasi

- Empati : Tidak dapat dirabarasakan

27

Page 28: PRESENTASI KASUS

D. GANGGUAN PERSEPSI

- Halusinasi : (+) auditorik, pasien mengatakan sering

mendengar bisikan-bisikan yang tidak ada

wujudnya yang menyuruh pasien untuk diam.

- Ilusi : tidak ada

- Derealisasi : (+), pasien merasa melihat orang-orang

sekitarnya berwarna putih dan coklat.

- Depersonalisasi : (+), pasien merasa melihat tangan kakinya

lebih besar dan berwarna putih.

E. PROSES PIKIR

- Bentuk : non-realistic

- Isi : waham kebesaran

- Arus : flight of idea

F. KESADARAN DAN KOGNISI

- Orientasi

Orang : baik, pasien mengenali dan dapat

menyebutkan nama-nama orang sekitarnya

Tempat : baik, pasien mengetahui sedang berada di

rumah sakit

Waktu : baik, pasien mengetahui waktu pemeriksaan

Situasi : baik, pasien dapat merasakan bahwa situasi

disekitarnya ketika dilakukan pemeriksaan cukup ramai

- Daya Ingat

Jangka segera : baik, pasien mampu menyebutkan kata-kata

yang diucapkan pemeriksa dan mengulangnya secara berurutan.

Jangka pendek : baik, pasien mampu menyebutkan apa yang

pasien makan pada saat sarapan

Jangka panjang : baik, pasien mampu menyebutkan nama

keluarganya, pasien juga dapat menyebutkan nama sekolahnya

dahulu.

28

Page 29: PRESENTASI KASUS

- Kemampuan abstrak : tidak terganggu, pasien bisa menjawab

pertanyaan pemeriksa mengenai persamaan arti kata.

- Kemampuan visuospatial : tidak terganggu, pasien dapat

menggambarkan sebuah bangun yang

diminta pemeriksa

- Daya konsentrasi dan perhatian

Konsentrasi : Baik, pasien dapat mengulangi kata-

kata yang diucapkan pemeriksa secara

berurutan. Pasien juga dapat

menjawab pengurangan angka dengan

benar.

Perhatian : Baik, pasien dapat mengulangi kata-

kata yang diucapkan pemeriksa secara

berurutan. Pasien juga langsung

menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan pemeriksa.

- Kemampuan menolong diri : baik, pasien dapat makan, minum dan

mandi sendiri

G. DAYA NILAI

- Realita : terganggu

- Sosial : terganggu

H. TILIKAN DIRI : derajat I

I. TARAF DIPERCAYA : dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN INTERNUS

A. KESAN UMUM : baik, kompos mentis, gizi kesan cukup

B. TANDA VITAL : TD 120/80 mmHg, HR: 80 kali/menit, RR: 18

kali/menit,

T: 370C

C. KEPALA, LEHER, THORAX, ABDOMEN, EKSTREMITAS

29

Page 30: PRESENTASI KASUS

Didapatkan kelainan pada mata kanan pasien, yaitu mata kanan pasien

berwarna putih sejak umur 5 tahun.

V. IKTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien dikeluhkan keluarganya karena pasien bingung, sering marah-

marah, dan mengamuk. Pasien merasakan ada bisikan-bisikan yang tidak

berwujud yang menyuruhnya untuk diam dan pasien menurutinya. Selain itu

pasien juga memiliki ilmu hitam yang bisa mengendalikan hal-hal gaib.

Pasien pernah mengalami masalah asmara. Pasien sudah ketiga kalinya

dirawat di RSJD Surakarta.

VI. FORMULASI DIAGNOSIS

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan pola perilaku dan

psikologis secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu disabilitas dalam

melakukan aktivitas sehari-hari dan fungsi pekerjaan. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa pasien menderita gangguan jiwa.

Pada pemeriksaan internus pasien tidak ditemukan adanya kelainan.

Tidak ada kecurigaan penyalahgunaan obat/zat, karena sudah berlangsung

lebih dari 5 tahun yang lalu. Sehingga diagnosis gangguan mental organik (F

00-09) dan gangguan perilaku akibat psikoaktif (F 10-19) dapat disingkirkan.

Pada pasien terdapat kriteria skizofrenia (F20) yaitu didapatkan

adanya waham kebesaran yang menetap. Onset pasien sudah lebih dari 1

bulan. Pasien memenuhui gejala skizofrenia paranoid (F20.0) yaitu

didapatkan adanya halusinasi auditorik yang menyuruh pasien untuk

melakukan sesuatu.

Berdasarkan data-data yang didapat, berdasarkan kriteria PPDGJ III

diagnosis yang memungkinkan:

Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid

Axis II : Belum ada diagnosis

Axis III : Kelainan pada mata

Axis IV : Masalah asmara

Axis V : GAF 60-51

30

Page 31: PRESENTASI KASUS

VII. PENATALAKSANAAN

A. NON FARMAKOLOGIS

- Psikosuportif dan mencoba mengembalikan fungsi peran sosial pasien

- Psikoedukasi mengenai penyakit pasien

B. FARMAKOLOGIS

- Risperidone 2x 2 mg

- THP 2x 2 mg

- CPZ 1 x 100 mg

Tujuan penatalaksanaan:

i. Memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal

tersebut menyebabkan berkurangnya depresi

aktivitas motorik dan induksi katalepsi

dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme

serotonin dan dopamin sentral yang seimbang

dapat mengurangi kecenderungan timbulnya

efek samping ekstrapiramidal, memperluas

aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif dan

afektif dari skizofrenia (Risperidone,

clozapine)

ii. Memperbaiki suasana perasaan (mood).

(antikolinergik: Triheksifenidil, Benzotropin)

iii. Menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap

acuh tak acuh terhadap rangsang dari

lingkungan, mengobati gangguan emosi, mental

dan kecemasan.

(Largactil, Cepezet, Meprosetil, Promactil)

Penatalaksanaan dilakukan melalui:

1. Psikofarmaka:

Risperidone 2x 2 mg

Artane 3x 2 mg

31

Page 32: PRESENTASI KASUS

RSUD DR MUWARDI SURAKARTAJalan Kol Sutarto No 132 Surakarta

Telp (0271)634634 Dokter : dr Fany Tanggal : 10 September 2014

ς

ς

ς

Largactil 1 x 100 mg

2. Psikoterapi

Terhadap pasien :

1. Pengenalan terhadap penyakit, manfaat pengobatan, cara

pengobatan, efek samping pengobatan.

2. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin

kontrol setelah pulang dari perawatan.

3. Membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas

sehari-hari secara bertahap.

Terhadap keluarga :

1. Memberikan pengertian untuk menjaga suasana hati pasien.

Pasien jangan terlalu sedih atau terlalu senang.

2. Menyarankan keluaga jangan membiarkan pasien melamun atau

tanpa aktivitas, keluarga mengarahkan dan mendukung kegiatan

yang disukai pasien dan bermanfaat secara ekonomi.

3. Mengawasi dan mendampingi pasien kontrol meminum obat

secara teratur dan rutin.

Penulisan resep:

R/ Largactil tab. mg 100 No. III

S 1dd tab. I

R/ Risperidone tab. mg 2 No. VI

S 3dd tab. I

R/ Artane tab. mg 2 No. VI

32

Page 33: PRESENTASI KASUS

S 3dd tab. I

Pro: Tn E (22 tahun)

No RM: 01435467

PEMBAHASAN OBAT

1. Risperidone

Pasien mengalami hiperglikemia, hal ini dilihat hasil pemeriksaan GDS,

GP 2PP, dan GDP menunjukkan hasil di atas batas mormal. Dengan

keadaan hiperglikemia, pasien akan mengalami dehidrasi dan kehilangan

cairan Na ekstraseluler. Oleh karena itu infuse NaCl 0,9% membantu

koreksi Na dan rehidrasi yang dapat mencegah komplikasi lanjut dari DM.

2. Largactile

Glibenklamid mempunyai peranan untuk meningkatkan efek hipoglikemi.

Untuk DM tanpa komplikasi, diminum tiap pagi dan selama makan.

3. Artrane

Untuk pasien DM dengan overweight karena mengurangi nafsu makan.

Tidak menurunkan gula darah hanya menghambat pembentukan glukosa

hati dan merombak LDL.

VIII. PROGNOSIS

Good prognosis

No. Keterangan Check List

1 Onset lambat (usia dewasa) V

2 Faktor pencetus jelas V

3 Onset akut X

4 Riwayat social, seksual dan pekerjaan yang baik V

5 Premorbid yang baik V

33

Page 34: PRESENTASI KASUS

6 Gangguan mood V

7 Mempunyai pasangan X

8 Sistem pendukung yang baik V

9 Gejala positif V

Poor prognosis

No. Keterangan Check List

1 Onset muda X

2 Faktor pencetus tidak jelas X

3 Onset tidak jelas X

4 Riwayat social, seksual, pekerjaan premorbid jelek X

5 Perilaku menarik diri, autistic X

6 Tidak menikah, cerai/janda/duda V

7 Riwayat keluarga skizofrenia X

8 Sistem pendukung yang buruk X

9 Gejala negative X

10 Tanda dan gejala neurologis X

11 Tidak ada remisi dalam 3 tahun V

12 Banyak relaps V

13 Riwayat trauma perinatal X

14 Riwayat penyerangan X

Kesimpulan Prognosis

Ad vitam : bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

Ad sanam : dubia ad bonam

34

Page 35: PRESENTASI KASUS

35

Page 36: PRESENTASI KASUS

DAFTAR PUSTAKA

.

American Psychiatric Association. 2000. Diasnostic criteria from DSM -IV-TR.

Washington DC: American Phychiatric Association

ISFI, 2007, Informasi Spesialite Obat Indonesia, Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi

Maramis Willy F, Maramis Albert A. 2009. Retardasi Mental dalam Catatan Ilmu

Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press

Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.

Jakarta : PT Nuh Jaya

Rusdi Maslim, 2002, Diagnosis Gangguan Jiwa, Jakarta: PT. Dian Rakyat

Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. Behavior

Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2007,

p.527-30

Sulistia G. Ganiswara, 2007, Farmakologi dan Terapi, Jakarta: Bagian Farmakologi

FKUI

36