PRESENTASI KASUS
-
Upload
opialeta-putri -
Category
Documents
-
view
75 -
download
7
description
Transcript of PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS
Tanggal masuk RSUD : 30 Juli 2013
Jam : 14.30
I. Identifikasi
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 25 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Kampung Dukuh Malang Tegal Bunder RT 12/ RW 04
Purwakarta
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
II. Keluhan
Utama : Nyeri perut bagian bawah sejak 2 hari SMRS
Tambahan : Lendir (-), darah (-), air-air (-)
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Kandungan RSUD Cilegon pada tanggal 30 Juli 2013
dengan G1P0A0 hamil 38 minggu. Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah sejak 2 hari
sebelum masuk Rumah Sakit. Tidak ada lendir yang keluar melalui jalan lahir. Tidak ada
darah maupun air-air yang keluar melalui jalan lahir. Dokter kemudian melakukan
pemeriksaan di Poliklinik Kandungan RSUD Cilegon. Menurut USG yang dilakukan,
didapatkan hasil bahwa tampak janin intrauterine tunggal hidup. Usia kehamilan 38 minggu.
Taksiran berat janin 2960 gr
Menurut instruksi dr Ida W, Sp.OG pasien sebaiknya dipindahkan ke Bangsal
Edelweis untuk diobservasi dan dipasang infus Ringer Laktat serta dilakukan operasi
Sectio Caesarea pada keesokan harinya.
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
1
Pasien menyangkal menderita darah tinggi sebelum kehamilannya. Pasien juga
menyangkal pernah mengalami kejang-kejang selama tidak hamil maupun selama
hamil. Pasien mengaku tidak menderita penyakit jantung, ginjal, asma, maupun kencing
manis.
V. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku di dalam keluarga tidak ada yang menderita darah tinggi,
penyakit jantung, ginjal, asma, maupun kencing manis
VI. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus Haid : 28 hari, teratur
Jumlah : 3x ganti pembalut/hari
Lamanya : 6 hari
HPHT : 28 November 2012
TP : 5 Agustus 2013
VII. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Dahulu
VIII. Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengaku tidak menggunakan KB.
Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
Keadaan umum : tampak sehat
Kesadaran : Compos Mentis
Tek. Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
BB : 51 kg
TB : 145 cm
No.Sepatu : 36
Status Gizi : cukup
2
2. Status Generalis
Kulit : Cloasma gravidarum (-)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Gigi/mulut : Exoriasi lidah (-) Caries (-)
Thoraks : Mammae tegang, Pernafasan vesikuler, BJ I-II reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Membuncit, Hepar dan Lien sulit dinilai
Ekstremitas : Edema (+/+/+/+)
3. Status Obstetri
A. Pemeriksaan Luar
Leopold 1 : 1 jari di bawah processus xipoideus (34 cm), di fundus teraba
bagian lunak, terkesan bokong
Leopold 2 : Teraba lengkung kontinyu pada sebelah kanan pasien, kesan
punggung kanan, letak janin memanjang.
Leopold 3 : Bagian terbawah teraba bagian keras, kesan kepala.
Leopold 4 : 2/5 masuk PAP
DJJ : (+) 147 x/menit
His : -/10´/-
TBJ : 3410 gram
B. Pemeriksaan Dalam
Inspekulo : Tidak dilakukan
Vaginal Toucher : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
3
Hemoglobin : 13,7g/dl
Leukosit : 9.550 /µl
Hematokrit : 45,5 %
Trombosit : 272.000 /µl
Golongan darah : B/Rh (+)
HbSAg : Non Reaktif
Anti HIV : Non Reaktif
2. Khusus :
USG : Tampak janin intrauterine tunggal hidup.
Usia kehamilan 38 minggu.
Taksiran berat janin 2960 gr
IX. Resume
Pasien datang ke Poliklinik Kandungan RSUD Cilegon pada tanggal 30 Juli 2012 pada
pukul 11.00 WIB dengan G1P0A0 hamil 38 minggu dengan keluhan nyeri perut bagian bawah
sejak 2 hari yang lalu. Menurut pasien, BAB dan BAK masih baik dan lancar. TD 120/80
mmHg, nadi 84x/menit, suhu 36,50c, pernapasan 20x/menit. Dengan status obstetri his -/10’/,
TFU 34 cm, puka, presentasi kepala, dan DJJ 147x/menit. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan yaitu USG. Hasil USG yang bermakna menunjukkan tampak janin intrauterine
tunggal hidup. Usia kehamilan 38 minggu. Taksiran berat janin 2960 gr. Pasien kemudian
di rawat di Bangsal Edelweis untuk dilakukan operasi Sectio Caesarea pada keesokan
harinya.
Pasien sampai di Bangsal Edelweis pukul 14.30. Menurut konsul dr Ida W, SpOG
pasien di observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, serta DJJ. Pasien juga dipuasakan
untuk persiapan operasi Sectio Caesarea untuk keesokan harinya.
X. Diagnosis
Ibu : G1P0A0 H.38 minggu dengan suspect DKP (Disproporsi Kepala
Panggul)
4
Anak : Janin Tunggal Hidup, Presentasi Kepala
XI. Penatalaksanaan
Di Poli
Konsul dr. Sp.OG (dr. Ida Winarti, Sp.OG)
Instruksi observasi Bangsal Edelweis, IVFd RL
Di Bangsal Edelweis
Observasi keadaan umum, tanda – tanda vital, his dan DJJ
IVFd RL
Di Ruang Operasi
Pukul 13.00
Dilakukan Sectio Caesarea oleh operator dr. Ida Winarti, SpOG
Dilakukan anestesi spinal oleh dr. Tati Maryati, SpAn
Pukul 13.30
Bayi lahir a/s 7/9 jenis kelamin laki-laki, BB 3100 gram, TB 48cm.
Plasenta dilahirkan secara manual
D/ awal : G1P0A0 H.38 minggu dengan suspect DKP (Disproporsi Kepala
Panggul )
D/ akhir : P1A0 post Sectio Caesarea a/i Hamil 38 minggu dengan DKP
(Disproporsi Kepal Panggul )
XII. PROGNOSIS
- Ad vitam : dubia ad bonam
- Ad fungsionam : dubia ad bonam
LAPORAN OPERASI
Tanggal : 1 Juli 2013
Diagnosis pre op : G1P0A0 H.38 minggu dengan suspect DKP (Disproporsi Kepala
5
Panggul )
Diagnosis post op : P1A0 Post SC a/i hamil 38 minggu dengan DKP (Disproporsi Kepala
Panggul )
Tindakan Bedah : SC
Laporan operasi :
- Irisan pfannenstiel perdalam lapis demi lapis
- Iris Segmen Bawah Rahim (SBR), luksir kepala, bayi jenis kelamin laki-laki dengan
berat badan 3100 gram, AS 7/9. Plasenta lahir lengkap
- Jahit Segmen Bawah Rahim (SBR), dinding abdomen tutup lapis demi lapis
- Keadaan umum ibu sebelum/saat/sesudah tindakan baik
Instruksi post – op
- Awasi TD, N, R, S tiap 30 mnt
- Boleh makan minum bila bising usus (+)
- Medikamentosa :
Ceftriaxone inj 2x1 gr vial IV NS 100
Alinamin F 2x1 inj IV
Toramin inj 3x1 amp IV
- Follow up perawatan
30 Juli 2013 S : nyeri perut bagian bawah
O :TD : 120/80 mmHg R: 20x/mnt
N : 84x/mnt S: 36,50C
A: G1P0A0 Hamil 38 minggu suspect DKP
P : Observasi keadaan umum, tanda – tanda vital, his dan DJJ
6
IVFd RL
31 Juli 2013 S : PPV (+) ASI (-)
Nyeri Jahitan (+) Mika/Miki (+)
O :TD : 110/70 mmHg R: 20x/mnt
N : 84x/mnt S: 36,50C
A: P1A0 Post SC a/i hamil 38 minggu dengan DKP
H0
P : Ceftriaxone inj 2x1 gr vial IV NS 100
Alinamin F 2x1 inj
Toramin inj 3x1 amp
01 Agustus
2013
S : PPV (+) ASI (+)
Nyeri Jahitan (+) Mobilisasi (+)
O :TD : 100/60 mmHg R: 20x/mnt
N : 100x/mnt S: 36,90C
A: P1A0 Post SC a/i hamil 38 minggu dengan DKP
H1
P : Amoxicilin 3x500 mg
Asam Mefenamat 3x500 mg
Vit.C/BC 1x1
2 Agustus
2013
S : PPV (+) ASI (+)
O :TD : 120/80 mmHg R: 20x/mnt
N : 80x/mnt S: 37,7C
A: P1A0 Post SC a/i hamil 38 minggu dengan DKP
H2
P : Amoxicilin 3x500 mg
Asam Mefenamat 3x500 mg
Vit.C/BC 1x1
3 Agustus
2013
S : PPV (+) ASI (+)
O :TD : 130/80 mmHg R: 20x/mnt
N : 80x/mnt S: 36,10C
A: P1A0 Post SC a/i hamil 38 minggu dengan DKP
H3
7
P : Amoxicilin 3x500 mg Vit C/BC 1X1
Asam Mefenamat 3x500 mg Pasien boleh pulang
8
ANALISA KASUS
1. Apakah penegakan diagnosis pada penderita ini sudah benar?
Penegakan diagnosis pada pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan Ibu G1P0A0 hamil 38 minggu dengan
keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 2 hari SMRS, tanpa disertai rasa mules, lendir(-),
darah (-), air-air (-). Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, suhu 36,50C, Nadi
80x/menit, Pernapasan TB 145 cm, BB 51 kg, ukuran sepatu 36 cm, dll. Pada pemeriksaan
fisik seharusnya dilakukan pemeriksaan VT (vaginal toucher) untuk mengetahui keadaan
panggul bagian dalam. Selain itu pada pemeriksaan penunjang selain USG, dapat dilakukan
pelvimetri untuk mendapatkan gambaran radiologis panggul pasien.
2. Apakah penatalaksanaan penderita ini sudah adekuat?
Penatalaksanaan pada pasien didasarkan pada jenis disproporsi yang diderita, apabila
panggul sempit relatif maka dapat dilakukan partus percobaan dan apabila gagal dapat
dilakukan Sectio Caesarea. Namun, apabila panggul sempit absolut maka harus dilakukan
Sectio Caesarea.
9
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Proses persalinan merupakan suatu proses mekanik, dimana suatu benda di dorong
melalui ruangan oleh suatu tenaga. Benda yang didorong adalah janin, ruangan adalah pelvis
untuk membuka servik dan mendorong bayi keluar. Disproporsi kepala panggul (DKP) yaitu
suatu keadaan yang timbul karena tidak adanya keseimbangan antara panggul ibu dengan
kepala janin. Jika tidak ada disproporsi antara pelvis dan janin normal dan serta letak anak
tidak patologik, dapat di tunggu Partus spontan bila ada disproporsi feto Pelvik atau janin
letak lintang maka terjadi persalinan Patologis (SC). 5,6
Disproporsi kepala panggul dapat disebabkan karena ukuran janin terlalu besar,
kapasitas panggul kurang memadai, atau gabungan keduanya, serta malpresentasi atau
malposisi janin. Dewasa ini ada dua tindakan utama yang dilakukan untuk menangani
persalinan dengan disproporsi kepala panggul, yaitu seksio sesarea dan partus percobaan.
Disamping itu kadang-kadang ada indikasi dilakukan kraniotomia yang dikerjakan bila pada
janin mati.1,2
10
PEMBAHASAN
DISPROPORSI KEPALA PANGGUL
Definisi
Disproporsi kepala panggul adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara
kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi
sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.1,2
Ukuran Panggul :
- Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum 1, linea
innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir
bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur
dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke
seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang.
Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai
menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara
ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan
panjang konjugata diagonalis.3,4
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung
dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm.
Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara
bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera
dengan konjugata obstetrika sedikit sekali. 3,4
Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul
11
- Panggul Tengah (Pelvic Cavity)
Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis panggul
tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina
isciadika, sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak
antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak
panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina
isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan
garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.1,3
- Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua segitiga
dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dan
kanan. Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah
jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung
sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm),
dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).1,3
Istilah cephalopelvic disproportion mulai digunakan pada abad 20 untuk menggambarkan adanya
hambatan persalinan akibat ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dengan pelvis ibu.5
Etiologi
Penyebab dari cephalopelvic disproportion:5
1. Janin yang besar
2. Kelainan posisi dan presentasi
3. Panggul sempit
I. Janin yang Besar
Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram. Menurut kepustakaan lain,
anak yang besar dapat menimbulkan kesulitan dalam persalinan jika beratnya lebih dari 4500 gram.2,3,4
Penyebab anak besar yaitu2,3:
Diabetes mellitus
Herediter
Multiparitas
12
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya bahu.
Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri dan
kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga lebih besar.2
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan besarnya anak
dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan besarnya janin dilakukan sesaat sebelum
partus atau waktu partus kalau bentuk normal dan lelak anak memanjang yang menentukan
Imbang feto-pelvik ialah kepala. Besarnya kepala rata- rata tergantung dari besarnya ( berat )
janin , oleh karena itu sebagian ukuran kepala digunakan berat badan janin.4
Ada beberapa perkiraan berat badan janin 5:
1. Umur kehamilan dan taksiran persalinan.
2. Berat badan ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen.
3. Perhitungan menurut Poulsson- Lang Stadt.
Uterus dianggap sebagai suatu benda yang terdiri dari bahan homogen berbentuk elips. Jika letak janin mrmanjang, volume tergantung dari diameter transversa dan diameter longitudinal dari uterus yang diukur menggunakan jangka Bordeloque.Kemudian secara empirit dibuat suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara BB dan jumlah kedua diameter itu.
4. Rumus Jhonsons – Toshak
Berdasarkan atas ukuran Mc. Donald yaitu jarak pubis dan batas antara fundus uteri melalui konveksitas abdomen.
BBJ = (MD – 12 ) x 155 gram.
Keterangan :
BBJ : Berat Badan Janin dalam gram
MD : Ukuran Mc. Donald dalam cm
Kepala belum masuk H III : (MD – 13 )
Kepala di H III : ( MD – 12 )
Kepala lewat H III : ( MD – 11 )
Bila ketuban sudah pecah ditambah 10 %
5. Dengan menggunakan alat- alat canggih ultra sonografi, diameter biparentalis
dapat diukur.
13
II.Kelainan Posisi dan Presentasi
Yang termasuk kelainan posisi dan presentasi yaitu 4,5:
a.Presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput mengenai
punggung dan muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu). Presentasi muka dapat disebabkan4:
Panggul sempit
Bayi besar
Multiparitas
Lilitan tali pusat di leher
Anencephal
Presentasi muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika dari pemeriksaan luar
ditemukan2, 3:
o Tonjolan kepala sepihak dengan punggung
o Ditemukan sudut fabre
o BJJ sepihak dengan bagian kecil.
Sedangkan dalam persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam, pada pembukaan yang cukup besar,
akan teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu2.
Gambar 2.1 Presentasi Muka
14
Pengelolaan pada presentasi muka2,3:
Kala I: observasi sampai pembukaan lengkap
Kala II: Bila dagu di depan, persalinan pervaginam atau ekstraksi forceps. Tetapi, bila dagu tetap di
belakang, dilakukan seksio sesarea.
b. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang. Etiologinya hampir
sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan sementara dan sering berubah menjadi
presentasi muka atau belakang kepala.2,3
Presentasi dahi jarang dapat diketahui dalam kehamilan. Namun dapat dicurigai keadaan
tersebut bila dengan pemeriksaan luar ditemukan4:
o Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung anak.
o BJJ sepihak dengan bagian kecil.
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam. Pada
pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita, dan
pangkal hidung3.
Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan sebagai presentasi
belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, janin tidak mungkin lahir pervaginam
sehingga persalinan diakhiri dengan seksio sesarea, kecuali bila janin sangat kecil (TBBJ < 1800
gram).5
Gambar 2.2 Presentasi Dahi
15
c. Letak Lintang
Pada letak lintang, sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu
panjang ibu. Pada letak lintang, bahu menjadi bagian terendah, yang disebut presentasi bahu, atau
presentasi akromion. Jika pungung terdapat di depan disebut dorsoanterior, jika di belakang disebut
dorsoposterior4.
Penyebab letak lintang ialah4:
- Dinding perut yang kendur, seperti pada multiparitas
- Kesempitan panggul
- Plasenta previa
- Prematuritas
- Kelainan bentuk rahim
- Mioma uteri
- Kehamilan ganda
Gambar 2.3 Letak Lintang
Pada inspeksi, tampak bahwa perut melebar ke samping dan pada kehamilan cukup bulan, fundus
uteri lebih rendah dari biasanya, hanya beberapa jari di atas pusat.2
Pada palpasi, fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong, sedangkan bagian-bagian besar
teraba di samping kiri atau kanan fossa illiaca.2
Jika tahanan terbesar ada di sebelah depan, punggung ada di sebelah depan. Sebaliknya, jika
teraba tonjolan-tonjolan, ini disebabkan oleh bagian-bagian kecil sehingga punggung terdapat di
sebelah belakang.2
Dalam persalinan, pada pemeriksaan dalam dapat diraba sisi toraks sebagai susunan tulang-tulang
yang sejajar dan jika pembukaan sudah besar akan teraba scapula, dan pada pihak yang bertentangan
dengan scapula akan teraba klavikula.2
16
Ada kalanya, anak yang pada permulaan persalianan dalam letak lintang, berputar sendiri menjadi
letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea, yang hanya mungkin jika ketuban masih
utuh.5
Pengelolaan letak lintang diawali saat kehamilan, yaitu dengan melakukan versi luar pada usia
kehamilan 37 minggu atau lebih. Bila versi luar berhasil, persalinan dilakukan pervaginam. 5
Bila versi luar tidak berhasil, pada janin hidup dilakukan partus pervaginam bila usia kehamilan <
28 minggu, dan seksio sesarea bila usia kehamilan > 28 minggu. Sedangkan pada janin mati:3,5
- TBBJ < 1700 gr : persalinan spontan dengan cara konduplikasio korpore dan evolusi spontan.
Bisa dibantu dengan traksi beban.
- TBBJ > 1700 gr : dilakukan embriotomi bila syarat terpenuhi dan harus dilakukan eksplorasi
jalan lahir.
- TBBJ > 2500 gr dan bagian terendah janin masih tinggi dilakukan seksio sesarea.
- Letak lintang kasip dilakukan embriotomi.
d. Kelainan Posisi (Positio Occipito Posterior Persistent)
Keadaan Positio Occipito Posterior Persistent atau presentasi ubun-ubun kecil di belakang
adalah suatu keadaan yang disebabkan kegagalan rotasi interna.Etiologinya yaitu kelainan panggul,
kesempitan panggul tengah, KPD, fleksi kepala kurang serta inersia uteri.5
Adakalanya oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di bawah simfisis. Ini
terutama terjadi bila fleksi kepala kurang. Untuk menghindari rupture perinei totalis, episiotomi harus
dibuat lebih lebar karena dalam hal ini perineum diregang oleh sirkumferensia oksipito frontalis.
Hanya sebagian kecil (4%) dari posisi oksipito posterior yang memerlukan pertolongan pembedahan.5
Penyulit yang timbul dalam persalinan yaitu kala II yang lebih panjang. Umumnya dapat lahir
spontan, namun bila ada indikasi dapat dipilih antara vakum atau forceps.5
III.Panggul Sempit
Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi
RSHS yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul, sehingga
dapat menimbulkan distosia pada persalinan.3
Jenis panggul wanita Indonesia. 3,5
1. Ginekoid 64,2%
2. Antropoid 16,3%
17
3. Platipeloid 13,6%
4. Android 2,2%
5. Panggul Patalogik 3%
Pengaruh panggul sempit pada kehamilan :3
1. Retroflexi uteri gravidi incarcerate
2. Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir
3. Fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
4. Abdomen pendulum pada primi gravid
5. Biasanya anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata
Gambar 3.1 Abdomen Pendulum dengan Kehamilan.
18
Pengaruh pada persalinan 3:
1. Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan ataupun banyaknya waktu
yang diperlukan untuk moulage kepala anak. Kelainan pembukaan dapat terjadi karena
ketuban belum pecah sebelum waktunya karena bagian depan kurang menutup pintu atas
panggul, selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada serviks karena
tertahan pada pintu atas panggul.
2. Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi
3. Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan
panggul sempit.
4. Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul sempit, dapat terjadi
infeksi intrapartum.
5. Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan yang dapat
menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.
6. Ruptur simfisis (simfisiolisis), pasien merakan nyeri di daerah simfisis dan tidak dapat
mengangkat tungkainya.
7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam rongga panggul.
Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus peroneus.
Pengaruh pada anak 3:
1. Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama.
2. Prolapsus foeniculi
3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter biparietal
berkurang lebih dari 0,5 cm.
Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan Khusus3
19
Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada janin
dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi,
lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul
sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara
fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan ukuran
yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya. 2
Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu2:
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul
Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur,
atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki.
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat
menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul, pintu
tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya
Klasifikasi panggul sempit 5:
a. Kesempitan pintu atas panggul
b. Kesempitan bidang tengah
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Kriteria diagnosis 5:
20
a. Kesempitan pintu atas pangul
Panggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm
Panggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina os ischii dan
memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4 dan ke-5.
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:
1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm.
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas sakral ke-4 dan
ke-5 – 11,5 cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke pertemuan
sacral ke-4 dan ke-5 – 5 cm.
Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau kurang (10,5
cm + 5 cm = 15,5 cm).
2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis harus
diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga menduga adanya kesempitan
bidang tengah panggul jika:
1. Spina ischiadica sangat menonjol.
2. Dinding samping panggul konvergen.
3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang.
21
Gambar 3.2 Bidang Panggul
Persangkaan panggul sempit – Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika:1,2
a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)
f. Tanda Osborn positif
Teknik perasat Osborn5:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.
3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari
simfisis.
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke belakang.
Interpretasi perasat Osborn5:
- Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang parietal,
berarti DKP (-).
- Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal, sekitar 0,5
cm, berarti DKP sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat Muller.
- Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal menggantung di atas
simfisis dengan dibatasi jari, berarti DKP positif
Teknik perasat Muller5:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.
3. Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas panggul.
4. Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis.
Interpretasi perasat Muller5:
- Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti DKP (-).
- Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti DKP (+).
Pemeriksaan Radiologi
22
Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto 6:
1. Foto pintu atas panggul
Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak lurus diatas pintu atas panggul
2. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada trochanter maya samping
Dari keduanya dapat dilihat :
a. Diameter transversa
b. Distansia Interspinarum
c. Jenis Pelvik
d. Conjugata diagonalis – conjugatavera
e. Dalamnya Pelvis
f. Diameter AP pintu bawah
g. Diameter sagitalis posterior (Cald well)
h. Bentuk sakrum, spina ischiadika
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor, diantaranya6:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggul jadi derajat kesempitan.
3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
5. Presentasi dan posisi kepala.
6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan
berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, ukuran tersebut sering menjadi dasar
untuk memperkirakan jalannya persalinan.
Pada panggul sempit absolute, yaitu CV < 8,5 cm, dilakukan seksio sesarea. Berdasarkan literatur,
tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir pervaginam dengan selamat jika CV < 8,5 cm.
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada
panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif), antara lain:
23
- Riwayat persalinan yang lampau
- Besarnya presentasi dan posisi anak
- Pecahnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis
- His
- Lancarnya pembukaan
- Adanya infeksi intrapartum
- Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.
Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relative dilakukan partus percobaan.
PANGGUL SEMPIT
1. Pemeriksaan ginekologis
2. Pemeriksaan penunjang
- Ultrasonografi
- Radiologis
Kesempitan pintu Kesempitan Kesempitan pintu
atas panggul panggul tengah bawah panggul
Relatif Absolut
(konjugata vera (Konjugata vera < 8,5 cm)
8,5-10 cm)
Partus percobaan Seksio sesarea
Primer
Berhasil Gagal
24
Seksio sesarea
Persalinan berikut dengan seksio sesarea primer
PENATALAKSANAAN
Penanganan pada disproporsi kepala panggul yaitu 1,3,5,6:
1. Partus percobaan
Partus percobaan adalah percobaan untuk melakukan persalinan per vaginam pada
wanita-wanita dengan pangul relatif sempit. Partus percobaan hanya dilakukan pada
letak belakang kepala.1,3
Partus percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita
mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau
setelah anak lahir per vaginam. Partus percobaan dikatakan berhasil jika anak lahir
per vaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps atau vakum) dan
anak serta ibu dalam keadaan baik.3,5
Kita hentikan partus percobaan jika:1,3,5,6
o Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.
o Keadaaan ibu atau anak menjadi kurang baik.
o Adanya lingkaran retraksi yang patologis.
o Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his cukup baik dan
dilakukan pimpinan persalinan dengan baik, bagian kepala dengan diameter terbesar
dalam 1 jam tetap tidak mau melewati pintu atas panggul.
o Forseps atau vakum gagal.
Dalam keadaan –keadaan tersebut, dilakukan seksio sesarea, Jika seksio sesarea dilakukan
pada saat pembukaan sudah lengkap dan atas indikasi sebab-sebab yang menetap(patus
percobaan lengkap dan gagal), pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya untuk
melakukan persalinan percobaan lagi.6
25
2. Seksio sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.5,6
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu)
dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam
belum dipenuhi.6
Bila seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap atas indikasi ibu
atau anak yang kurang baik (partus percobaan belum lengkap/gagal), persalinan percobaan
yang dipersingkat dapat dicoba lagi pada persalinan berikutnya. Dalam hal ini, pimpinan
persalinan berikutnya mengikuti protocol yang berlaku bagi persalinan pada bekas seksio
sesarea.5
Pada kesempitan bidang tengah panggul, dapat timbul gangguan putaran paksi jika
diameter antara kedua spina <9 cm sehingga kadang-kadang diperlukan seksio sesarea.5
Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul, baiknya
dipergunakan ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan
lahir. Upaya ini dapat digolongkan ekstraksi vakum percobaan, yang berarti tidak bolah
dipaksakan.Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii < 8 cm.
Jika jarak ini berkurang, dengan sendirinya arkus pubis meruncing. Oleh karena itu, biasanya
arkus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.6
Menurut Thoms, distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua tuber ischii dan
diameter sagitalis posterior <15 cm (normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm). Jika pintu bawah
panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah
panggul jarang memaksa kita melakukan seksio sesarea, yang biasanya dapat diselesaikan
dengan forceps dan dengan episiotomi yang cukup luas.5.6
26
KESIMPULAN
Disproporsi kepala panggul (DKP) yaitu suatu keadaan yang timbul karena tidak adanya
keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala janin. Jika tidak ada disproporsi antara
pelvis dan janin normal dan serta letak anak tidak patologik, dapat di tunggu partus spontan
bila ada disproporsi feto pelvik atau janin letak lintang maka terjadi persalinan patologis
(SC). 1,2,3
Disproporsi kepala panggul dapat disebabkan karena ukuran janin terlalu besar,
kapasitas panggul kurang memadai, atau gabungan keduanya, serta malpresentasi atau
malposisi janin. Dewasa ini ada dua tindakan utama yang dilakukan untuk menangani
persalinan dengan disproporsi kepala panggul, yaitu seksio sesarea dan partus percobaan.
Disamping itu kadang-kadang ada indikasi dilakukan kraniotomia yang dikerjakan bila pada
janin mati. Diharapkan dengan adanya pemeriksaan awal maka penyulit-penyulit kehamilan
yang dapat meyebabkan DKP bisa dihindari dan dilakukan tatalaksana sebaik mungkin.3,4
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.Gary., MacDonald, Paul C.,Gant, Norman F.Obstetri Williams. Edisi
XVIII. Jakarta:EGC;2012
2. Manuaba. 2007. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan , dan Keluarga Berencana
untuk Pendidik Bidan. Jakarta : ECG.
3. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obsetri dan Ginekologi RS.Dr. Hasan Sadikin,
Bagian Obsetri dan Ginekologi FK UNPAD, Bandung, 2005.
4. Prawirohardjo Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi 3 Yayasan Bina Pustaka. Jakarta,
2002
5. Wiknjosastro, Hanifa., Saifudin, Abdul Bari., dan Rachimhadhi,Trijatmo. Editor. Ilmu
Kebidanan.Edisi III.Jakarta:YBP-SP;2010
6. Mochtar, Rustam. 2006. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC
28