PRESENTASI KASUS

25
PRESENTASI KASUS MIOPIA TINGGI Disusun oleh : Lenny Sukmawati 20090310139 Pembimbing : dr. M. Faizal Lutfi, Sp.M

description

free

Transcript of PRESENTASI KASUS

PRESENTASI KASUS MIOPIA TINGGI

PRESENTASI KASUS

MIOPIA TINGGIDisusun oleh : Lenny Sukmawati20090310139

Pembimbing : dr. M. Faizal Lutfi, Sp.M

BAB 1laporan kasusA. Identitas pasienNama: Tn. SukendroUsia: 61 TahunJenis Kelamin: Laki-LakiSuku Bangsa: JawaStatus Perkawinan: Sudah MenikahAgama: IslamPekerjaan: Penjaga SDAlamat: Jl.Bhayangkara 1/9 WonosoboNo RM: 465732Tanggal Periksa: 27 Oktober 2014

B. AnamnesisKeluhan Utama : Pandangan mata kanan dan kiri buramRiwayat Penyakit Sekarang : Pasien laki-laki usia 56 Tahun datang ke poli mata RSUD Wonosobo dengan keluhan mata kanan dan kiri buram, keluhan dirasakan sudah lama. Pasien mengeluh mata kanan dirasakan lebih buram dibandingkan mata kiri. Pasien juga mengeluh penglihatan buram dirasakan sewaktu melihat jauh tetapi masih dapat melihat objek yang dekat. Pasien mengatakan tidak melihat seperti berkabut dimatanya tetapi kadang-kadang matanya silau di tempat yang terang. Pasien mengaku tidak mengalami perbaikan penglihatan ketika berada di tempat gelap atau pada malam hari. Pasien juga mengatakan tidak ada nyeri pada kedua mata, mata merah (-), mata pegal (-), mata gatal (-), mata berair (-), kotoran mata (-). Pasien juga mengatakan alasan datang ke rumah sakit dikarenakan kacamatanya pecah sejak 2 minggu yang lalu dan ingin membuat kaca mata baru.

Riwayat Penyakit Dahulu :Riwayat menggunakan kaca mata sebelumnya (+), pasien mengatakan sudah lebih dari 30 tahun menggunakan kacamata awalnya mata kanan -3, kemudian terakhir sampai -12. Sejak 4 tahun yang lalu pasien menggunakan kaca mata -12. Os mengatakan awalnya keluhan mata buram dirasa sejak Os SMP sudah tidak bisa melihat di papan tulis tetapi Os tidak mau menggunakan kaca mata saat itu. Os dari kecil mempunyai kebiasaan menonton TV terlalu dekat. Pasien menyangkal menderita DM, Hipertensi, Asma, Penyakit Jantung, maupun Alergi, riwayat trauma pada mata(-), Pasien tidak pernah menjalani Operasi mata maupun Operasi lainnya sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, Hipertensi, Penyakit jantung, alergi obat dan asma. Dikeluarga pasien juga tidak ada yang menggunakan kacamata, keluhan yang sama dengan pasien di keluarga disangkal.

Riwayat Gizi :BaikRiwayat Sosial Ekonomi :BaikRiwayat hidup dan Kebiasaan :Os tidak merokok dan tidak minum alcoholC. Pemeriksaan FisikStatus GeneralisPemeriksaan UmumKesadaran: Compos MentisKeadaan Umum: Tak tampak sakitTekanan Darah: 130/90Nadi: 80 kali/menitSuhu: 36.8 0CPernafasan: 20 kali/menit

Penyakit Sistemik Tractus Respiratorius: Tidak ada keluhan Tractus Digestivus: Tidak ada keluhan Kardiovaskuler: Tidak ada keluhan Endokrin: Tidak ada keluhan Neurologi: Tidak ada keluhan Kulit: Tidak ada keluhan THT: Tidak ada keluhan Gigi dan Mulut: Tidak ada keluhan Lain lain

NopemeriksaanODOS1.Visus-tanpa kacamata

-dengan kacamata lama1/300Pemeriksaan dilakukan dengan cara:-pasien menutup mata kiri dengan telapak tangan kiri-pasien diminta untuk membaca angka terbesar pada kartu snellen-pasien tidak mampu untuk membaca huruf terbesar pada kartu snellen, sehingga dilakukan hitungan jari-pasien tidak mampu dengan hitungan jari sehingga dilakukan dengan lambaian tangan -pasien mampu melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter5/301/300Pemeriksaan dilakukan dengan cara:-pasien menutup mata kiri dengan telapak tangan kiri-pasien diminta untuk membaca angka terbesar pada kartu snellen-pasien tidak mampu untuk membaca huruf terbesar pada kartu snellen, sehingga dilakukan hitungan jari-pasien tidak mampu dengan hitungan jari sehingga dilakukan dengan lambaian tangan -pasien mampu melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter1/3002.PinholeTidak dilakukanTidak dilakukan3.KoreksiDengan langkah-pasien diminta untuk memakai trial frame-mata kanan diperiksa terlebih dahulu dan mata kiri ditutup pakai ocluder-pasien diminta untuk mengidentifikasi angka terbesar pada kartu snellen-setelah mata kanan diperiksa dilanjutkan mata kiri dan mata kanan ditutup1/300 menjadi 5/20- kemudian dikoreksi dengan sferis sampai -18.00, dan pasien lebih nyaman tidak memakai silinder-pasien merasa lebih terang menggunakan sferis -18.00 dibandingkan kacamata lama-pasien dapat membaca sampai visus 5/20 dengan sferis -18.00-ditambah add +3.00 pasien dapat membaca sampai jagger 401/300 menjadi 1/300-dilakukan koreksi dengan sferis -18.00, dan pasien merasa nyaman tidak memakai silinder.-pasien mengeluh pusing dan terasa berat saat memakai -18.00sehingga pada mata kiri digunakan plano- ditambah add +3.00 pasien dapat membaca sampai jagger 404.Persepsi sinarBaikBaik5.Persepsi warnaBaikBaikStatus ophtalmologikusPemeriksaan subjektifNoPemeriksaanODOS1.supercilliaTidak ada kelainanTidak ada kelainan2.Palpebra Pasangan Lebar rima Kulit Tepi kelopak Margopalpebra dan silliaAsimetris AsimetrisNormal Normalentropion(-),ekstropion(-), secret(-), trikiasis (-)AsimetrisAsimetris, lebih lebar dr ODNormal Normal entropion(-),ekstropion(-), secret(-), trikiasis (-)3.Apparatus lacrimal Glamdula lacrimal Saccus lacrimalDalam batas normalDalam batas normalDalam batas normalDalam batas normal4.Bola mata Pasangan Gerakan Asimetrisbebas Asimetris, lebih besar dan sedikit menonjol dr ODbebas5.Konjungtiva -konjungtiva tarsalis superior-konjungtiva tarsalis inferior-konjungtiva bulbifolikel(-), papil(-), hiperemis (-)-folikel(-), papil (-), hiperemis (-)-injeksi siliar(-), injeksi konjungtiva (-)folikel(-), papil(-), hiperemis (-)-folikel(-), papil (-), hiperemis (-)-injeksi siliar(-), injeksi konjungtiva (-)6.skleraDalam batas normalDalam batas normal7.Kornea Kejernihan Sikatrik Infiltrate Arcus sinilis Hifema Edema JernihTidak ada(-)(+)(-)(-)JernihTidak ada(-)(+)(-)(-)8.COAdalamdalam9. Iris/pupil Bentuk Kedudukan Reflek cahaya BulatSentral (+)BulatSentral (+)10.Lensa Kejernihan Letak Sedikit keruhsentralSedikit keruhsentral11.Tekanan IO (palpasi)normalNormal+12.Pemeriksaan slit lampTidak dilakukanTidak dilakukan13.Pemeriksaan tonometri schiotzTidak dilakukanTidak dilakukan14.Visual fieldTidak dilakukanTidak dilakukan15.Pemeriksaan pd keadaan midriasisTidak dilakukanTidak dilakukanPemeriksaan objektif.Pemeriksaan autorefrakterDiagnosis BandingAstigmatisma

DiagnosisODS High Myopia

Usulan PemeriksaanFunduskopiPenatalaksanaanUmum : -Membaca dengan pencahayaan yang cukup -Menghindari membaca sambil tiduran -Kacamata harus terus dipakai -Beristirahat jika mata mulai terasa lelah

Khusus : Kacamata lensa sferis konkaf sesuai dengan koreksi : OD S 18.00 D 5/20OS S Plano 1/300 Add +3.00PD 61/59

Prognosis Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam Quo ad Sanasionam : dubia ad bonam

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Pendahuluan

Mata alat refraksi (alat pembias)Mampu membelokkan cahaya yang masuk sehingga terbentuk bayangan di retinaSifat bayangan di retina:HitamTerbalikLebih kecilNoMedia refraktaIndeks biasFungsi1Kornea1,33Mengumpulkan cahaya2Humor akuos1,33Meneruskan cahaya dari kornea3Lensa1,42Memfokuskan cahaya4Badan kaca< 1,42Agak menyebarkan cahaya

DefinisiMiopi (rabun jauh) adalah suatu kondisi dimana objek yang jauh tidak Jatuh tepat pada retina oleh system optic mata karena sinar sudah menyatu sebelum sampai diretina.Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen, membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur

Klasifikasi miopia-Berdasarkan etiologi

-berdasarkan onseta. Juvenile onset myopia (JMO)Miopi dengan onset antara 7-16 tahun yang disebabkan terutama oleh karena pertumbuhan sumbu aksial dari bola mata yang fisiologis. Esophoria, astigmatisma, prematuritas, riwayat keluarga dan kerja berlebihan yang menggunakan penglihatan dekat merupakan faktor-faktor risiko yang dilaporkan oleh berbagai penelitian. b. Adult onset myopia (AOM)AOM dimulai pada usia 20 tahun. Miopi yg terjadi pada usia 20-40 tahun disebut sebagai early adult onset myopia, miopi setelah usia 40 tahun disebut late adult onset myopia.

NOAmetropiaMiopia1Aksispanjang2Kurvaturamelengkung3Indeks biasnaik4Posisi lensamaju-berdasarkan derajatnya1. Miopia sangat ringan, dimana miopia sampai dengan 1 dioptri2. Miopia ringan, dimana miopia antara1-3 dioptri3. Miopia sedang, dimana miopia antara 3-6 dioptri4. Miopia tinggi, dimana miopia 6-10 dioptri5. Miopia sangat tinggi, dimana miopia >10 dioptri

-Klasifikasi myopia berdasarkan gambaran klinis :Myopia congenitalMiopi yang sudah terjadi sejak lahir, namun biasanya didiagnosa saat usia 2-3 tahun, kebanyakan unilateral dan bermanifestasi anisometropia. Myopia simplekJenis ini paling banyak terjadi, jenis ini berkaitan dengan gangguan fisiologi, tidak berhubungan dengan penyakit mata lainnya. Myopia patologis/degenerativeMiopi yang terjadi karena kelainan pada bagian mata lain seperti adanya pendarahan pada badan kaca, pigmentasi pada retina dan peripapil. Miopi patologis suatu hasil pertumbuhan yang cepat dari panjang axial bola mata.

Etiologi dan patogenesis1. herediter-genetik merupakan faktor mayor sebagai etiologinya.-ini menunjukkan hubungan herediter yg mempengaruhi pertumbuhan retina dalam perkembangan miopia.2. proses pertumbuhan secara umum-proses pertumbuhan merupakan faktor minor pada perkembangan miopia, -pemanjangan dr segmen posterior bola mata terjadi sepanjang masa pertumbuhan aktif-faktor seperti nutrisi, defisiensi, gangguan hormon, dan penyakit saat pertumbuhan aktif sehingga mempengaruhi perkembangan miopia

Sumbu mata terlalu panjang, fokus di depan retina (Normal : 24 mm)Pemanjangan sumbu 1 mm menyebabkan miopia 3 Dioptri.Gejala klinisGejala subjektif miopia antara lain: a. Kabur bila melihat jauhb. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekatc. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai denganakomodasi )d. Astenovergens

Gejala objektif miopia antara lain: 1. Miopia simpleks :a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relative lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjolb) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik

Myopic cresent : bercak atrofi koroid yang berbentuk bulan sabit pada bagian temporal yang berwarna putih keabu-abuan kadang-kadang bercak atrofi ini mengelilingi papil yang disebut annular patchTerjadi karena EPR dan koroid tertarik menjauh dr diskus sehingga tampak seklera, biasanya pada daerah temporal

2. Miopia patologik : a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleksb)Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal.3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula. Foster fuchs spot dapat terlihat di macula (bila terjadi pelepasan membrane Bruch akan tampak bintik-bintik perdarahan subretinal yang sulit diabsorbsi (karena macula bersifat avasculer), berwarna kehijauan dan dikelilingi pingmen)

4. Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer, Degenerasi pada retina dan koroid yang terjadi pada miopi tinggi. Ditandai dengan plak berwarna keputihan pada macula dengan sedikit pigmen yang mengelilinginya.

5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.

DiagnosisGejala klinisPengujian atau test yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara umum atau standar pemeriksaan mata terdiri dari:Uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (snellen) dan jarak dekat (jagger)Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam pemakaian kaca mata.Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk membuktikan kemungkinan ada atau tidaknya kebutaan.Uji gerakan otot-otot mataPemeriksaan celah dan bentuk tepat di retina.Mengukur tekanan cairan di dalam mata.Pemeriksaan retina.

PenatalaksanaanNon farmakologi-kacamata-lensa kontak

Terapi pembedahan-Untuk membuat insisi radial yang dalam pada pinggir kornea dan ditinggalkan 4 mm sebagai zona optic. Pada penyembuhan insisi ini terjadi pendataran dari permukaan kornea sentral sehingga menurunkan kekuatan refraksi. Prosedur ini sangat bagus untuk derajat ringan dan sedang.

Photorefractive keratectomy (PRK)Pada teknik ini zona optic sentral pada stroma kornea anterior difotoablasi dengan menggunakan laser excimer (193 nm sinar UV) yang bisa menyebabkan sentral kornea menjadi flat. Sama seperti RK, PRK bagus untuk miopi -2 sampai -6 dioptri

Koreksi Miopia Tinggi dengan laser in situ keratomileusis (LASIK)Pada teknik ini, pertama sebuah flap setebal 130-160 mikron dari kornea anterior diangkat. Setelah flap diangkat, jaringan midstroma secara langsung diablasi dengan tembakan sinar excimer laser, akhirnya kornea menjadi flat. Sekarang teknik ini digunakan pada kelainan miopi yang lebih dari -12 dioptri.

Komplikasi yang timbul pada miopi adalah akibat dari proses degenerasi, yaitu:a. Floaters ( kekeruhan badan kaca yang disebabkan proses pengenceran dan organisasi sehingga menimbulkan bayangan penglihatan).b. Skotoma (defek pada lapang pandangan yang diakibatkan oleh atrofi retina)c. Thrombosis koroid dan perdarahan koroid (sering terjadi pada obliterasi dini pembuluh darah kecil.biasanya terjadi di daerah sentral, sehingga timbul jaringan parut yang mengakibatkan penurunan tajam penglihatan).d. Ablasio retina (merupakan komplikasi tersering. Biasanya disebabkan karena didahului dengan timbulnya hole pada daerah perifer retina akibat proses degenerasi daerah ini)e. Glaucoma simple (komplikasi ini merupakan akibat dari atrofi menyeluruh dari koroid).f. Katarak (merupakan komplikasi selanjutnya dari miopi degenerative, tjd setelah umur 40 tahun. Biasanya adalah tipe pole posterior. Sering dihubungkan pula dengan adanya degenerasi koroid).

BAB IIIpembahasanpada kasus tersebut keluhan pandangan kabur pada mata kanan dan kiri, mata kanan dirasa lebih berat. Pandangan tidak jelas untuk melihat jauh.. Pasien tidak mengeluh adanya mata merah, gatal, nmata nerocos, maupun kotoran mata. Dari riwayat sebelumnya pasien mengatakan bahwa sudah lama memakai kacamata sekitar 30 tahun awalnya -3 pada mata kanan dan kacamata terakhir Os memakai -12 D. riwayat penyakit kronik maupun riwayat operasi sebelumnya disangkal oleh pasien.Dari pemeriksaan fisik didapatkan celah pada mata kanan dan kiri tidak simetris dan mata kanan terlihat lebih kecil, gerakan bola mata dalam batas normal, kelopak mata (dalam batas normal), konjungtiva tenang, kornea jernih,, lensa terlihat keruh, pupil RC (+), camera okuli anterior terlihat dalam. Kemudian pasien dilakukan pemeriksaan visus jauh dan didapatkan VOD/VOS : 1/300, 1/300. Kemudian dengan kaca mata lama VOD/VOS :5/30, 1/300. Kemudian dilakukan pemeriksaan autorefraktometer dan didapatkan adanya kelainan refraksi pada mata pasien. Kemudian dilakukan koreksi dengan lensa spheris konkaf dari terkecil ke besar diccari lensa terkecil yang mampu memberikan ketajaman penglihatan yang baik. Pasien merasa nyaman menggunakan -18.00 D pada mata kanan dan visus 5/20, kemudian pada mata kiri dicobakan dengan -18.00 os merasa pusing dan kacamata lama pasien pada mata kiri hanya diberikan plano. Dan pasien merasa nyaman dengan koreksi -18.00 pada OD dan plano pada OS dengan add +3.00 sesuai dengan usia pasien dan Os dapat membaca dekat sampai jagger 40.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik Os mengarah ke miopi yaitu suatu rabun jauh dan pasien -18.00D maka pasien di diagnosis dengan high myopia karena lebih dari -6.00 D. untuk penatalaksanan pada pasien selain dilakukan koreksi dengan lensa dapat juga disarankan untuk tindakan bedah dengan metode lasik dikarenakan metode ini baik digunakan untuk miopi >-12.00 D. pada pasien ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui adanya komplikasi lebih lanjut yang berhubungan dengan penyakit pasien tersebut seperti pemeriksaan funduskopi untuk menilai sudah ada atau tidak kelainan pada fundus pasien.

TERIMA KASIH