presentasi kasus

38
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb. Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan presentasi kasus mengenai “Infeksi dalam Persalinan” sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian di kepanitraan klinik Obstetri dan Ginekologi di RSUD Serang. Tidak lupa shalawat serta salam saya panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sya menyelesaikan presentasi kasus ini, terutama kepada pembimbing saya dr. Riyanto Irawan M, SpOG yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing saya ditengah kesibukan dan padatnya aktivitas beliau.Terima kasih juga saya ucapkan kepada keluarga saya yang selalu memberikan dukungan dan memotivasi saya hingga saat ini, serta kepada teman-teman saya yang sedang menjalani kepanitraan di bagian Obstetri dan Ginekologi di RSUD Serang. Saya menyadari bahwa penulisan dalam presentasi kasus ini banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu saya mengharapkan saran serta kritik yang dapat membangun guna perbaikan di kemudian hari. Semoga presentasi kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Wassalamu’alaikum wr.wb. 1

description

persalinan

Transcript of presentasi kasus

Page 1: presentasi kasus

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayahnya saya dapat menyelesaikan presentasi kasus mengenai “Infeksi dalam

Persalinan” sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian di kepanitraan klinik

Obstetri dan Ginekologi di RSUD Serang. Tidak lupa shalawat serta salam saya panjatkan

kepada Nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu sya menyelesaikan presentasi kasus ini, terutama kepada pembimbing saya

dr. Riyanto Irawan M, SpOG yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing saya

ditengah kesibukan dan padatnya aktivitas beliau.Terima kasih juga saya ucapkan kepada

keluarga saya yang selalu memberikan dukungan dan memotivasi saya hingga saat ini, serta

kepada teman-teman saya yang sedang menjalani kepanitraan di bagian Obstetri dan

Ginekologi di RSUD Serang.

Saya menyadari bahwa penulisan dalam presentasi kasus ini banyak terdapat

kekurangan. Oleh sebab itu saya mengharapkan saran serta kritik yang dapat membangun

guna perbaikan di kemudian hari. Semoga presentasi kasus ini dapat berguna dan bermanfaat

bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Serang, Februari 2011

Astrini Budiartati

1

Page 2: presentasi kasus

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… 2

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………… 3

BAB II LAPORAN KASUS ………………………………………………………… 4

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….. 17

3.1 DEFINISI INFEKSI DALAM PESALINAN ………………………… 17

3.2 ETIOLOGI INFEKSI DALAM PESALINAN ……………………….. 17

3.3 PENILAIAN KLINIK INFEKSI DALAM PESALINAN …….....…... 18

3.4 DIAGNOSIS INFEKSI DALAM PESALINAN………..……………... 18

3.5 PENANGANAN INFEKSI DALAM PESALINAN..…............……... 19

3.6 KETUBAN PECAH DINI .....…………………………………………. 20

BAB IV DISKUSI …………………………………………………………………... 23

KESIMPULAN ……………………………………………………………………... 27

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….. 28

2

Page 3: presentasi kasus

BAB I

PENDAHULUAN

Persalinan aman dan bersih merupakan salah satu pilar safe motherhood. Infeksi

dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas merupakan penyebab utama kedua dari

kematian ibu dan perinatal.

Di negara berkembang, seperti Indonesia, masih sekitar 80% perempuan hamil

melahirkan di rumah dengan asuhan antenatal yang sangat terbatas. Mereka kekurangan gizi

dan anemik. Kalau perlu tindakan di rumah sakit, masalah jarak, transportasi, dan keadaan

sosioal ekonomi menjadi penghambat, sehingga sering perempuan hamil tiba di rumah sakit

sudah terlambat atau dekat dengan kematian. Tingkat infeksi pasca pembedahan tinggi,

dengan infeksi luka, dan komplikasi serius sering terjadi. Ditambah pula kemungkinan

infeksi HIV/ AIDS, timbulnya kembali tuberkulosis dan infeksi nosokomial lain1.

Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam persalinan. Infeksi dapat juga

terjadi sebelum persalinan berupa korioamnionitis. Infeksi intrauterin merupakan infeksi akut

pada cairan ketuban, janin dan selaput korioamnion yang disebabkan oleh bakteri.

Sekitar 25 % infeksi intrapartum disebabkan oleh ketuban pecah dini, makin lama

jarak antara ketuban dengan jarak persalinan, makin tinggi pula resiko morbiditas ibu dan

janin. Vagina merupakan media kultur yang sangat baik bagi flora vagina, perubahan suasana

vagina selama kehamilan menyebabkan turunnya pertahanan alamiah terhadap infeksi2.

3

Page 4: presentasi kasus

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS

Nama : Ny. Y

Umur : 24 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Kp. Beberan Ciruas

Nama suami : Tn. A

Umur : 33 tahun

Pekerjaan : Pedagang

No RM : 643070

Masuk RS : 29-01-2011 pukul 13.30 WIB

Keluar RS : 31-01-2011

2.2 ANAMNESIS (autoanamnesa tanggal 29-01-2011 pukul 13.45 WIB)

Keluhan utama : Mules-mules ingin melahirkan

Keluhan tambahan : Keluar air ketuban

Keluar lendir campur darah

Badan panas

Riwayat kehamilan :

Pasien datang ke RSUD Serang dengan rujukan bidan dengan keluhan keluar air

ketuban sejak 9 jam SMRS. Air ketuban yang keluar banyak, berwarna putih keruh dan

4

Page 5: presentasi kasus

berbau amis hingga pasien mengganti kain 3 kali. Keluhan disertai rasa mules yang dirasakan

semakin lama semakin teratur, sering dan kuat, hampir tiap 5 menit sekali. Keluhan keluar

lendir campur darah dirasakan tidak lama setelah keluar air-air. Pasien juga mengeluh sejak 3

jam SMRS badan terasa panas dan semakin lama semakin tinggi. Pasien mengatakan dibawa

ke bidan 2 jam SMRS dengan keluhan keluar cairan ketuban dan mules-mules, ketika

diperiksa bidan dinyatakan air ketuban sudah pecah dan pasien juga mengalami demam

sehingga oleh bidan diberikan paracetamol satu tablet, kemudian pasien langsung dirujuk ke

RSUD Serang.

Pasien mengatakan ini kehamilan anak kedua, usia hamil 9 bulan. Awalnya pasien

mengalami telat haid 2 bulan . Kemudian pasien melakukan periksa kehamilan dengan test

urin di bidan, hasil positif. Pasien mengakui mual-muntah pada awal-awal kehamilan tapi

tidak berlebihan. Pasien mengatakan selama hamil payudara membesar, tegang dan terasa

nyeri. Gerakan janin dirasakan pasien mulai hamil bulan ke-4 sampai sekarang. Pasien

mengatakan pernah diurut 2x dukun selama hamil yaitu saat usia kehamilan 5 dan 8 bulan.

Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan. Saat kontrol itu,

dikatakan keadaan pasien dan janin baik. Tekanan darah pasien normal sekitar 120/80

mmHg. Pasien mengatakan selama hamil, berat badan mengalami peningkatan namun tidak

memperhatikan berapa kg kenaikan berat badannya. Pasien diberi tablet penambah darah dan

vitamin selama control kehamilan. Pasien mengatakan 2 kali diimunisasi TT pada bulan ke-3

dan ke-5 saat kehamilannya.

Riwayat menstruasi :

Menarche : 12 tahun

Siklus : teratur, tiap bulan

Lama : 7 hari

Banyak : 3 kali ganti pembalut tiap hari, tidak terdapat gumpalan

Dismenore : disangkal

Flour albus : disangkal

HPHT : 26-04-2010

5

Page 6: presentasi kasus

TP : 03-02-2011

Umur kehamilan : 39 minggu

Riwayat pernikahan :

Menikah 1 kali selama 2,5 tahun.

Usia saat menikah : istri : 21 tahun

suami : 25 tahun

Riwayat kehamilan dan persalinan : G2P0A1

I. Keguguran saat usia kehamilan 3 bulan, di kuretase di RS tahun 2008

II. Hamil ini

Riwayat ANC :

Pasien periksa kehamilan di bidan rutin setiap bulan

Dikatakan keadaan pasien dan janin baik.

Tekanan darah pasien normal 120/80 mmHg.

Ukuran kehamilan sesuai usia kehamilan. Selama hamil, berat badan

mengalami peningkatan namun pasien tidak memperhatikan berapa kg

kenaikan berat badannya.

Pasien diberi tablet penambah darah dan vitamin selama kontrol kehamilan.

Riwayat Imunisasi

2 kali diimunisasi TT pada bulan ke 3 dan 5 kehamilannya.

Riwayat kontrasepsi :

Suntik KB 3 bulan selama 2 tahun,selesai 1 tahun yang lalu

Riwayat penyakit dahulu :

Asma : sesak nafas, nafas mengi ; disangkal

6

Page 7: presentasi kasus

batuk-batuk bila udara dingin : disangkal

Penyakit jantung : cepat lelah saat beraktivitas : disangkal

sesak nafas jika tidur telentang : disangkal

nyeri dada (sebelah kiri) : disangkal

Hipertensi : tekanan darah tinggi : disangkal

sakit kepala : disangkal

Diabetes mellitus : banyak makan, banyak minum : disangkal

sering BAK : disangkal

Hepatitis : nyeri perut bagian kanan, mata ikterik : disangkal

AIDS : disangkal

Riwayat penyakit keluarga :

Asma : sesak nafas, nafas mengi ; disangkal

batuk-batuk bila udara dingin : disangkal

Penyakit jantung : cepat lelah saat beraktivitas : disangkal

sesak nafas jika tidur telentang : disangkal

nyeri dada (sebelah kiri) : disangkal

Hipertensi : tekanan darah tinggi : disangkal

sakit kepala : disangkal

Diabetes mellitus : banyak makan, banyak minum : disangkal

sering BAK : disangkal

Hepatitis : nyeri perut bagian kanan, mual muntah, mata ikterik :

disangkal

7

Page 8: presentasi kasus

AIDS : disangkal

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital : tekanan darah : 110/70 mmhg

nadi : 108 x/ menit

pernafasan : 20 x/ menit

suhu : 38,5 0 C

Status generalis :

Kepala : normocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva pucat -/-, sclera ikterik -/-, refleks cahaya +/+

THT : dalam batas normal

Leher : pembesaran KGB -, tiroid –

Thorak : simetris statis dinamis

Mammae : membesar, menegang, hiperpigmentasi pada papilla dan

areolla mammae, tuberkel montgomerry tampak jelas

Cor : S1 dan S2 reguler, murmur -, gallop –

Pulmo : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : bising usus +, striae gravidarum +, linea nigra +,status

obstetrikus

Ekstremitas : akral hangat, udem pretibial -/-

8

Page 9: presentasi kasus

Status obstetrikus :

I : tampak abdomen membesar-memanjang, strie gravidarum +, linea

nigrae +

Pal : L1 : TFU 32 cm, teraba bulat, lunak, tidak melenting

L2 : kanan : teraba bagian kecil dari janin

Kiri : teraba tahanan memanjang

L3 : teraba bulat, keras, melenting

L4 : konvergen (4/5)

Aus : DJJ : 158 x/menit

HIS : 3x/10’25”

TBJ : (32-12) x 155 = 3100 gr

Pemeriksaan dalam (pukul 13.50 WIB) :

v/u/v : tenang

pembukaan : 3 cm

portio : lunak

eff. : 30 %

ketuban : + rembes, berwarna putih keruh, berbau amis, dan

terasa panas

selaput ketuban : +

bagian terbawah : kepala, tidak teraba bagian lain seperti tali pusat

penurunan : H I

denominator : Ubun-ubun kecil kiri depan

tes lakmus : +

9

Page 10: presentasi kasus

Ukuran panggul dalam :

Promontorium : tidak teraba

Linea inominata kanan-kiri : teraba 1/3 lingkaran

Spina ischiadica : tidak menonjol

Kecekungan sacrum : tidak teraba

Dinding samping pelvis : sejajar

Os coccigis : mobile

Arcus pubis : > 900

Kesan panggul : luas

2.4 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hb : 13,3 g/dl MCV : 94

Ht : 36 % MCH : 35

Leukosit : 20.400 / ul MCHC : 37

Trombosit : 214.000 /ul Albumin : -

2.5 DIAGNOSIS KERJA :

G2P0A1,24 tahun, hamil 39 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan infeksi

intrapartum ec ketuban pecah dini 9 jam dan inersia uteri sekunder, janin tunggal

hidup presentasi belakang kepala

2.6 TERAPI :

Rencana persalinan pervaginam

Pemasangan infus RL

10

Page 11: presentasi kasus

Antibiotik : Amoxicillin 2 x 1 gr IV hingga selesai persalinan

Antipiretik : Paracetamol 3x 500 mg tab

Akselerasi persalinan dengan oksitosin

disiapkan RL 500 ml yang diisi dengan 5 IU oksitosin, kemudian cairan dimasukkan

melalui infus. Dimulai dengan 8 tpm, lalu dinaikkan setiap 15 menit sebanyak 4 tpm

maksimal hingga 40 tpm hingga his adekuat. Jika his sudah adekuat dipertahankan

tetesannya.

Observasi TTV (tekanan darah setiap 4 jam, nadi setiap 30 menit, suhu setiap 4 jam),

DJJ dan HIS setiap 1 jam

Observasi kemajuan persalinan (pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam)

Observasi tanda-tanda ruptur uteri imminens seperti adanya bundle ring patologis,

nadi ibu yang semakin meningkat, adanya urin yang bewarna merah.

2.7 PROGNOSIS

Kehamilan : ad bonam

Persalian : dubia ad bonam

11

Page 12: presentasi kasus

FOLLOW UP

Tanggal Jam Perjalanan penyakit / follow up/ instruksi dokter Terapi/ tindakan

medic

29/01/2011 16.00 S/ mules

O/ KU : sedang

KS : compos mentis

TD : 110/70 mmhg Rr : 20 x/menit

N : 96 x/ menit t : 38,50 C

HIS : 3 x 10’45”

DJJ : 165 x/ menit

VT : v/u/v : tenang

Pembukaan : 6 cm

Bagian terbawah : kepala

Efficement : 70 %

Penurunan : H II-III

Ketuban : -

A/ G2P0A1,24 tahun, hamil 39 minggu inpartu

kala 1 fase laten dengan infeksi intrapartum ec

ketuban pecah dini 9 jam dan inersia uteri

sekunder, janin tunggal hidup presentasi

belakang kepala

P/----------------------------------------------------

Rencana persalinan

pervaginam

Dipasang infus RL

Diberikan

paracetamol tab

Obs TTV,DJJ,HIS

Obs kemajuan

persalinan

Diberikan

12

Page 13: presentasi kasus

17.00

19.15

-------------------------------------------------------

S/ ibu mules ingin mengedan

O/ KU : sedang

KS : compos mentis

TD : 120/80 mmhg Rr : 20 x/menit

N : 96 x/ menit t : 36,90 C

HIS : 3 x 10’45”

DJJ : 150 x/ menit

VT :

Pembukaan : lengkap

Bagian terbawah : kepala

Efficement: 100 %

Denominator : UUK kiri depan

Penurunan : H III-IV

Ketuban : -

A/ Kala II

D/ G2P0A1 hamil 39 minggu kala II, janin tunggal

hidup presentasi kepala

Amoxicillin inj

Dilakukan

akselerasi

persalinan dengan

cynto 5 IU

13

Page 14: presentasi kasus

19.30

19.40

19.50

20.00

P/----------------------------------------------------

S/ bayi dilahirkan

O/ kepala bayi dipasang vakum, setelah kepala

bayi keluar vakum dilepaskan, kepala bayi

dipegang biparietal, kepala diekstraksi dilakukan

sanggah susur, lahir perempuan bayi BB 3200 gr

PB 52 cm langsung menangis

A/ kala III

D/

P/-----------------------------------------------------

S/ plasenta dilahirkan

O/ dilakukan PTT, masase uterus, ruptur

perineum derajat III

A/ kala IV

D/ P1A1 post VE a/i mempercepat kala II

P/----------------------------------------------------

Perdarahan dirawat

Ibu dibersihkan

S/ ibu lelah

O/ KU : sedang

KS : compos mentis

Pimpin persalinan

Inj oxytocin IM

Plasenta dilahirkan

lengkap

Hecting perineum

14

Page 15: presentasi kasus

07.00

TD : 100/80 mmhg Rr : 20 x/menit

N : 90 x/ menit t : 37,90 C

ASI : -/-

TFU : teraba 2 jari dibawah pusat

Kontraksi uterus : Baik

Lokia Rubra: +, inaktif

A/ P1A1 post VE a/i mempercepat kala II

P/----------------------------------------------------

S/

O/ KU : sedang

KS : compos mentis

TD : 100/70 mmhg

N : 80 x/ menit

R : 20 x/menit

T : 36,30C

Obs TTV,

perdarahan post

partum

Terapi oral:

Amoxicillin 3x500

mg tab

As.mefenamat

3x500mg tab

SF 2x1 tab

15

Page 16: presentasi kasus

ASI : -/-

TFU : teraba 2 jari dibawah pusat

Kontraksi uterus : Baik

Mobilsasi : Baik

Lokia Rubra: +, inaktif

A/ P1A1 post VE a/i mempercepat kala II

P/---------------------------------------------------- Obs TTV,

perdarahan post

partum

Terapi oral:

Amoxicillin 3x500

mg tab

As.mefenamat

3x500mg tab

SF 2x1 tab

Motivasi KB

Motivasi ASI

Diet gizi seimbang

16

Page 17: presentasi kasus

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI

Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam persalinan. Infeksi dapat juga

terjadi sebelum persalinan berupa korioamnionitis. Infeksi intrauterin merupakan infeksi akut

pada cairan ketuban, janin dan selaput korioamnion yang disebabkan oleh bakteri.

Sekitar 25 % infeksi intrapartum disebabkan oleh ketuban pecah dini, makin lama

jarak antara ketuban dengan jarak persalinan, makin tinggi pula resiko morbiditas ibu dan

janin. Vagina merupakan media kultur yang sangat baik bagi flora vagina, perubahan suasana

vagina selama kehamilan menyebabkan turunnya pertahanan alamiah terhadap infeksi.

Pada ketuban pecah 6 jam, risiko infeksi meningkat 1 kali. Ketuban pecah 24 jam,

risiko infeksi meningkat sampai 2 kali lipat. Protokol : paling lama 2 x 24 jam setelah

ketuban pecah, harus sudah partus.

3.2 ETIOLOGI

Salah satu etiologi dari infeksi intrapartum adalah distosia, pemeriksaan lebih dari 2

kali, keadaan umum yang lemah, ketuban pecah dini, servisitis, dan vaginitis

Infeksi intrapartum paling sering terjadi, apalagi kalau ketuban sudah pecah dan

pemeriksaan dalam terlalu sering dilakukan terutama bila tidak suci hama. Infeksi akan lebih

sering dijumpai pada partus lama dan partus terlantar. Maka terjadilah amnionitis, plasentitis,

lalu menjalar kepada janin. Infeksi dapat juga terjadi ketika janin lahir berkontak langsung

dengan kuman yang ada dalam vagina, misalnya gonore.

Partus lama dapat menimbulkan infeksi intrapartum yang terjadi bila bakteri di dalam

cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga

terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.

17

Page 18: presentasi kasus

3.3 PENILAIAN KLINIK

Pada umumnya infeksi intauterin merupakan infeksi yang menjalar keatas setelah

ketuban pecah. Bakteri potensial patogen (aerob, anaerob) masuk kedalam air ketuban,

diantaranya adalah (1) Streptococcus Grup B (2) Eschericia Coli (3) Streptococcus anaerob

(4) Spesies bakteroides. Air ketuban mengandung imunoglobulin yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri di dalam rongga amnion. Apabila terjadi korioamnionitis, janin

terinfeksi akibat menelan atau aspirasi air ketuban, terutama pada kondisi gawat janin.

Kemungkinan penetrasi bakteri ke kantong amnioin bergantung pada :

1. Pajanan-pajanan jaringan ini terhadap mikroorganisme tersebut

2. Integritas metabolik jaringan-jaringan tersebut

3. Flora vagina pada perempuan tersebut

4. Jumlah mikroorganisme spesifik

5. Integritad membran janin

6. pH cairan vagina

7. Kerjasama antara mikroorganisme

Manifestasi klinis dari infeksi intrapartum dapat berupa suhu meningkat > 38O C , air

ketuban keruh kecoklatan dan berbau, leukositosis > 15.000/mm3, pada kehamilan atau >

20.000/mm3 pada persalinan.

3.4 DIAGNOSIS

Diagnosis klinis ditegakkan pada pasien dengan

1. Deman tidak lebih dari 38O C tidak ada sumber infeksi lain

2. Ibu takikardi ( > 100 denyut/menit)

3. Fetal takikardi ( 160x/menit)

4. Nyeri abdomen

5. Cairan amnion berwarna keruh dan berbau18

Page 19: presentasi kasus

6. Leukositosis pada pemeriksaan darah tepi > 15.000/mm3 pada kehamilan atau >

20.000/mm3 pada persalinan

7. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah leukosit esterase (+), pemeriksaan gram,

kultur darah, pemeriksaan cairan amnion, pemeriksaan jaringan.

3.5 PENANGANAN

1. Observasi jalannya persalinan dengan baik dan benar

2. Evaluasi setiap demam yang terjadi dalam periode persalinan

3. Kenali segera apabila terjadi ketuban pecah sebelum waktunya

4. Periksa dalam hanya dilakukan atas indikasi yang jelas dan ikuti jadwal evaluasi

ulang menurut partograf atau waktu yan telah ditentukan sbelumnya.

5. Terapkan prinsip kewaspadaan universal

6. Nilai dengan cermat setiap kasus rujukan dengan dugaan partus lama, macet, atau

bermasalah

7. Lakukan pengobatan profilaksis apabila persalinan diduga akan berlangsung lama

8. Regio genitalia dan sekitarnya merupakan area resiko tinggi terjadinya infeksi atau

merupakan tempat sumber infeksi.

9. Antbiotik diberikan sesuai penyebab. Dapat diberikan Ampicillin 4x500mg atau

derivatnya. Persalinan diusahakan pervaginam, SC dilakukan bila ada indikasi seperti

kelainan letak, distosia, dan gawat janin.

Persalinan pervaginam tidak memerlukan keadaan aseptik seperti kamar bedah.

Namun, perlu pendekatan “3 bersih” yaitu membuat tangan, area perineal, dan area

umbilikal bersih selama dan sesudah persalinan. Kit persalinan yang bersih akan

membantu memperbaiki keamanan persalinan dirumah untuk ibu dan bayi baru lahir.

Persalina pervaginam berhubungan dengan sejumlah faktor yang meningkatkan resiko

terhadap endometritis dan infeksi saluran kencing. Termasuk ketuban pecah lama, trauma

jalan lahir, pengeluaran plasenta secara manual, episiotomi, dan persalinan forseps

19

Page 20: presentasi kasus

tengah. Faktor lain yang berhubungan dengan peningkatan resiko infeksi maternal adalah

pemeriksaan dalam atau pemeriksaan vagina.

Untuk mengurangi resiko ini perlu dilakukan hal-hal berikut :

1. Menggunakan sarung tangan periksa yang bersih atau sarung tangan bedah yang

disinfeksi tingkat tinggi yang sudah diproses ulang untuk setiap pemeriksaan.

2. Hindari mendorong ujung jari pemeriksa pada pembukaan serviks sampai

persalinan aktif terjadi atau sampai diputuskan untuk melakukan induksi

persalinan.

3. Batasi pemeriksaan dalam

3.6 KETUBAN PECAH DINI

3.6.1 Definisi

Pecahnya ketuban sebelum inpartu (yaitu bila pembukaan < 3 cm pada primigravida

dan < 5cm pada multipara. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi proses persalinan

berlangsung.

3.6.2 Etilogi

Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui. Faktor predisposisi ketuban pecah dini

adalah infeksi genitalia, servik inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm,

disproporsi sefalopelvik.

3.6.3 Manifestasi klinik

Keluar air ketuban warna putih jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit

atau sekalius banyak.

Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi

Janin mudah diraba

Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering

20

Page 21: presentasi kasus

Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air etuban

suah kering

3.6.4 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan leukosit darah : > 15.000/µl bila terjadi infeksi

Tes lakmus merah berubah jadi biru

Amniosentesis

USG : menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang

3.6.5 Komplikasi

Infeksi

Partus preterm

Prolaps tali pusat

Distosia (partus kering)

3.6.6 Penatalaksanaan

Konservatif

Rawat rumah sakit

Jika kulit ketuban pecah > 6 jam, diberikan antibiotika.

Konservatif à Rawat rumah sakit

Jika kulit ketuban pecah > 6 jam, diberikan antibiotika.

Tirah baring

Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau

sampai berhenti keluar.

Umur kehamilan32-37, belum inpartu, tidak ada infeksi à beri steroid, observasi

tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi saat usia kehamilan 37

minggu.21

Page 22: presentasi kasus

Umur kehamilan 32-37, inpartu, tidak ada infeksi à berikan tokolitik, deksametason,

induksi sesudah 24 jam

Umur kehamilan 32-37, infeksi, inpartuà antibiotik, lakukan induksi

Aktif

Jika umur kehamilan > 36 minggu à induksi persalinan dan bila gagal dilakukan SC

Pada keadaan CPD atau letak lintang à SC

Jika didapatkan tanda infeksi, diberikan antibiotika dan kehamilan diakhiri dengan :

- Bishop skor < 5 dilakukan pematangan servik dan induksi persalinan. Jika tidak

berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria

- Bishop skor > 5 dilakukan induksi persalinan

Perawatan di RS dilakukan sampai pengeluaran air ketuban berhenti atau setelah

perawatan tindakan terminasi kehamilan selesai.

BAB IV

DISKUSI

22

Page 23: presentasi kasus

Diagnosa :

G2P0A1,24 tahun, hamil 39 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan infeksi intrapartum ec

ketuban pecah dini 9 jam dan inersia uteri sekunder, janin tunggal hidup presentasi belakang

kepala

Dasar diagnosis:

Dari anamnesa didapatkan pasien sedang hamil anak kedua, usia hamil 9 bulan.

Awalnya pasien mengalami telat haid 2 bulan . Pasien mengakui mual-muntah pada awal-

awal kehamilan tapi tidak berlebihan. Pasien mengatakan selama hamil payudara membesar,

tegang dan terasa nyeri. Gerakan janin dirasakan pasien mulai hamil bulan ke-4 sampai

sekarang. Pasien juga mempunyai riwayat keguguran pada anak pertama saat usia kehamilan

3 bulan dan di kuretase pada tahun 2008. Usia kehamilan didapatkan dari HPHT yaitu

tanggal 26-04-2010, jika dihitung dengan rumus Neagle didapatkan umur kehamilan 39

minggu dan termasuk aterm.

Pasien dikatakan inpartu karena dari hasil anamnesa didapatkan pasien datang ke

RSUD Serang dengan rujukan bidan dengan keluhan keluar air ketuban sejak 9 jam SMRS.

Air ketuban yang keluar banyak, berwarna putih keruh dan berbau amis hingga pasien

mengganti kain 3 kali. Keluhan disertai rasa mules yang dirasakan semakin lama semakin

teratur, sering dan kuat, hampir tiap 5 menit sekali. Keluhan keluar lendir campur darah

dirasakan tidak lama setelah keluar air-air. Data di atas mengarahkan bahwa pada pasien

sudah memasuki masa persalinan (inpartu).

Dikatakan pasien mengalami infeksi intrapartum karena dikarenakan pasien mengeluh

keluar air ketuban dimana air ketuban yang keluar banyak, berwarna putih keruh dan berbau

amis dan pasien juga mengeluh adanya badan panas sejak 3 jam SMRS, badan panas

dirasakan semakin tinggi yang menandakan pasien sedang mengalami infeksi.

 

2. Pemeriksaan fisik

23

Page 24: presentasi kasus

Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, namun pasien mengalami demam karena nadi

ibu 108 x/menit dan suhu tubuh pasien mencapai 38,5O C yang menandakan pasien sedang

mengalami suatu infeksi

Status obstetri :

I : tampak abdomen membesar-memanjang, strie gravidarum +, linea

nigrae +

Pal : L1 : TFU 32 cm, teraba bulat, lunak, tidak melenting

L2 : kanan : teraba bagian kecil dari janin

Kiri : teraba tahanan memanjang

L3 : teraba bulat, keras, melenting

L4 : konvergen (4/5)

HIS : 3x/10’25”

Aus : DJJ : 158 x/menit

Dari hasil pemeriksaan obstetri didapatkan tanda-tanda pasti kehamilan yaitu adanya bagian-

bagian janin yang teraba, dapat dirasakan gerakan janin, dan dapat terdengar denyut jantung

janin. Dari pemeriksaan Leopold I didapatakan teraba bulat, lunak tidak melenting pada

bagian fundus uteri, Leopold II teraba bagian kecil janin pada sebelah kanan perut ibu dan

teraba tahanan memanjang pada sebelah kiri perut ibu, Leopold III teraba bulat, keras,

melenting, Leopold IV teraba 4/5 bagian janin masih berada diatas simfisis, dan 1/5 bagian

sudah masuk ke pintu atas panggul, pada hasil penghitungan denyut jantung janin hanya

didapatkan jumlah yang sama yang artinya janin tunggal hidup intrauterin presentasi kepala.

Dari hasil pemeriksaan dalam (pukul 13.50 WIB) :

v/u/v : tenang

pembukaan : 3 cm

portio : lunak

eff. : 30 %24

Page 25: presentasi kasus

ketuban : + rembes, berwarna putih keruh, berbau amis, dan

terasa panas

selaput ketuban : +

bagian terbawah : kepala

penurunan : H I

denominator : Ubun-ubun kecil kiri depan

tes lakmus : +

didapatkan pembukaan 3 cm yang artinya pasien berada pada masa inpartu fase laten dan

didapatkan penunjuk bagian terbawah janin adalah ubun-ubun kecil kiri depan yang artinya

bagian terbawah janin adalah belakang kepala sehingga dikatakan pasien sedang masa inpartu

fase laten dengan presentasi belakang kepala.

3. Dari hasil laboratorium :

Hb : 13,3 g/dl MCV : 94

Ht : 36 % MCH : 35

Leukosit : 20.400 / ul MCHC : 37

Trombosit : 214.000 /ul Albumin : -

Didapatkan leukositosis mencapai 20.400/ ul yang artinya terjadi proses infeksi

4. Pada penatalaksanaan pasien ini,yaitu :

Rencana persalinan pervaginam

Pemasangan infus RL

Antibiotik : Amoxicillin 2 x 1 gr IV hingga selesai persalinan

Antipiretik : Paracetamol 3x 500 mg tab

Akselerasi persalinan dengan oksitosin

25

Page 26: presentasi kasus

disiapkan RL 500 ml yang diisi dengan 5 IU oksitosin, kemudian cairan dimasukkan

melalui infus. Dimulai dengan 8 tpm, lalu dinaikkan setiap 15 menit sebanyak 4 tpm

maksimal hingga 40 tpm hingga his adekuat. Jika his sudah adekuat dipertahankan

tetesannya.

Observasi TTV (tekanan darah setiap 4 jam, nadi setiap 30 menit, suhu setiap 4 jam),

DJJ dan HIS setiap 1 jam

Observasi kemajuan persalinan (pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam)

Observasi tanda-tanda ruptur uteri imminens seperti adanya bundle ring patologis,

nadi ibu yang semakin meningkat, adanya urin yang bewarna merah.

Penulis setuju karena pasien mengalami infeksi yang ditandai dengan adanya demam

dan leukositosis maka diberikan antibiotik profilaksis yaitu amoksisilin 1 gr IV dan

antipiretik yaitu paracetamol tablet, yang diharapkan dapat mencegah infeksi berlanjut.

Karena dari hasil pemeriksaan panggul dalam didapatkan kesan panggul yang luas maka

janin dapat dilahirkan pervaginam. Dikarenakan ketuban yang sudah pecah,terdapat tanda-

tanda infeksi, serviks yang sudah matang,usia kehamilan yang aterm maka dapat dilakukan

akselerasi persalinan. Karena dengan penggunaan akselerasi dengan oksitosin ditakutkan

terjadinya ruptur uteri immines maka harus di observasi selama pemberian oksitosin, dan

keadaan ibu dan janin pun di observasi.

5. Prognosis

Dari prognosis penulis setuju jika prognosis kehamilan adalah ad bonam karena pasien

datang ke RSUD sudah inpartu dan usia kehamilan mencapai aterm (39 minggu) dan untuk

prognosa persalinan dubia ad bonam dilihat dari 3P (power, passage, passanger). Power (his)

pada pasien ini kurang adekuat yaitu 3x10’25. Passanger (janin) dalam kondisi baik yaitu

detak jantung janinnya dalam batas normal, tidak terjadi fetal disstres. Passage (jalan lahir)

kemungkinan pada pasien ini tidak terjadi kesulitan untuk mengeluarkan bayi dengan taksiran

berat badan lahir 3100 gram dan dari hasil pemeriksaan ukuran panggul dalam didapatkan

kesan luas.

KESIMPULAN

26

Page 27: presentasi kasus

Penulis setuju bahwa kasus yang terjadi pada pasien ini adalah infeksi pada

kehamilan ( infeksi intrapartum) akibat terjadinya ketuban pecah dini disertai adanya demam

(38oC) dan leukositosis yang mencpai 20.400/ul. Ketuban pecah dini merupakan salah satu

faktor predisposisi dalam terjadinya infeksi. Penanganan pada pasien ini sudah sesuai dengan

penatalaksanaan pada ketuban pecah dini dan jika sudah terdapat tanda-tanda infeksi maka

harus diberikan antibiotik profilaksis dan antipiretik agar tidak terjadi infeksi berlanjut yang

dapat mngancam ibu dan janin.

Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam persalinan. Infeksi dapat juga

terjadi sebelum persalinan berupa korioamnionitis. Infeksi intrauterin merupakan infeksi akut

pada cairan ketuban, janin dan selaput korioamnion yang disebabkan oleh bakteri. Sekitar

25% infeksi intrapartum disebabkan oleh ketuban pecah dini, makin lama jarak antara

ketuban dengan jarak persalinan, makin tinggi pula resiko morbiditas ibu dan janin.

DAFTAR PUSTAKA27

Page 28: presentasi kasus

1. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2008.

2. Obstetri Patologi. Bandung : Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

Universitas Padjajaran.

3. Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2002

4. Mansjoer, Arif.Kapita Selekta Jilid I.Edisi 3.Jakarta: Media Aesculapius Fakultas

Kedokteran UI.2001

28