presentasi kasus
-
Upload
mia-mia-mia -
Category
Documents
-
view
58 -
download
3
description
Transcript of presentasi kasus
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayahnya saya dapat menyelesaikan presentasi kasus mengenai “Infeksi dalam
Persalinan” sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian di kepanitraan klinik
Obstetri dan Ginekologi di RSUD Serang. Tidak lupa shalawat serta salam saya panjatkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu sya menyelesaikan presentasi kasus ini, terutama kepada pembimbing saya
dr. Riyanto Irawan M, SpOG yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing saya
ditengah kesibukan dan padatnya aktivitas beliau.Terima kasih juga saya ucapkan kepada
keluarga saya yang selalu memberikan dukungan dan memotivasi saya hingga saat ini, serta
kepada teman-teman saya yang sedang menjalani kepanitraan di bagian Obstetri dan
Ginekologi di RSUD Serang.
Saya menyadari bahwa penulisan dalam presentasi kasus ini banyak terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu saya mengharapkan saran serta kritik yang dapat membangun
guna perbaikan di kemudian hari. Semoga presentasi kasus ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Serang, Februari 2011
Astrini Budiartati
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………… 3
BAB II LAPORAN KASUS ………………………………………………………… 4
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….. 17
3.1 DEFINISI INFEKSI DALAM PESALINAN ………………………… 17
3.2 ETIOLOGI INFEKSI DALAM PESALINAN ……………………….. 17
3.3 PENILAIAN KLINIK INFEKSI DALAM PESALINAN …….....…... 18
3.4 DIAGNOSIS INFEKSI DALAM PESALINAN………..……………... 18
3.5 PENANGANAN INFEKSI DALAM PESALINAN..…............……... 19
3.6 KETUBAN PECAH DINI .....…………………………………………. 20
BAB IV DISKUSI …………………………………………………………………... 23
KESIMPULAN ……………………………………………………………………... 27
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….. 28
2
BAB I
PENDAHULUAN
Persalinan aman dan bersih merupakan salah satu pilar safe motherhood. Infeksi
dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas merupakan penyebab utama kedua dari
kematian ibu dan perinatal.
Di negara berkembang, seperti Indonesia, masih sekitar 80% perempuan hamil
melahirkan di rumah dengan asuhan antenatal yang sangat terbatas. Mereka kekurangan gizi
dan anemik. Kalau perlu tindakan di rumah sakit, masalah jarak, transportasi, dan keadaan
sosioal ekonomi menjadi penghambat, sehingga sering perempuan hamil tiba di rumah sakit
sudah terlambat atau dekat dengan kematian. Tingkat infeksi pasca pembedahan tinggi,
dengan infeksi luka, dan komplikasi serius sering terjadi. Ditambah pula kemungkinan
infeksi HIV/ AIDS, timbulnya kembali tuberkulosis dan infeksi nosokomial lain1.
Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam persalinan. Infeksi dapat juga
terjadi sebelum persalinan berupa korioamnionitis. Infeksi intrauterin merupakan infeksi akut
pada cairan ketuban, janin dan selaput korioamnion yang disebabkan oleh bakteri.
Sekitar 25 % infeksi intrapartum disebabkan oleh ketuban pecah dini, makin lama
jarak antara ketuban dengan jarak persalinan, makin tinggi pula resiko morbiditas ibu dan
janin. Vagina merupakan media kultur yang sangat baik bagi flora vagina, perubahan suasana
vagina selama kehamilan menyebabkan turunnya pertahanan alamiah terhadap infeksi2.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama : Ny. Y
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kp. Beberan Ciruas
Nama suami : Tn. A
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : Pedagang
No RM : 643070
Masuk RS : 29-01-2011 pukul 13.30 WIB
Keluar RS : 31-01-2011
2.2 ANAMNESIS (autoanamnesa tanggal 29-01-2011 pukul 13.45 WIB)
Keluhan utama : Mules-mules ingin melahirkan
Keluhan tambahan : Keluar air ketuban
Keluar lendir campur darah
Badan panas
Riwayat kehamilan :
Pasien datang ke RSUD Serang dengan rujukan bidan dengan keluhan keluar air
ketuban sejak 9 jam SMRS. Air ketuban yang keluar banyak, berwarna putih keruh dan
4
berbau amis hingga pasien mengganti kain 3 kali. Keluhan disertai rasa mules yang dirasakan
semakin lama semakin teratur, sering dan kuat, hampir tiap 5 menit sekali. Keluhan keluar
lendir campur darah dirasakan tidak lama setelah keluar air-air. Pasien juga mengeluh sejak 3
jam SMRS badan terasa panas dan semakin lama semakin tinggi. Pasien mengatakan dibawa
ke bidan 2 jam SMRS dengan keluhan keluar cairan ketuban dan mules-mules, ketika
diperiksa bidan dinyatakan air ketuban sudah pecah dan pasien juga mengalami demam
sehingga oleh bidan diberikan paracetamol satu tablet, kemudian pasien langsung dirujuk ke
RSUD Serang.
Pasien mengatakan ini kehamilan anak kedua, usia hamil 9 bulan. Awalnya pasien
mengalami telat haid 2 bulan . Kemudian pasien melakukan periksa kehamilan dengan test
urin di bidan, hasil positif. Pasien mengakui mual-muntah pada awal-awal kehamilan tapi
tidak berlebihan. Pasien mengatakan selama hamil payudara membesar, tegang dan terasa
nyeri. Gerakan janin dirasakan pasien mulai hamil bulan ke-4 sampai sekarang. Pasien
mengatakan pernah diurut 2x dukun selama hamil yaitu saat usia kehamilan 5 dan 8 bulan.
Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan. Saat kontrol itu,
dikatakan keadaan pasien dan janin baik. Tekanan darah pasien normal sekitar 120/80
mmHg. Pasien mengatakan selama hamil, berat badan mengalami peningkatan namun tidak
memperhatikan berapa kg kenaikan berat badannya. Pasien diberi tablet penambah darah dan
vitamin selama control kehamilan. Pasien mengatakan 2 kali diimunisasi TT pada bulan ke-3
dan ke-5 saat kehamilannya.
Riwayat menstruasi :
Menarche : 12 tahun
Siklus : teratur, tiap bulan
Lama : 7 hari
Banyak : 3 kali ganti pembalut tiap hari, tidak terdapat gumpalan
Dismenore : disangkal
Flour albus : disangkal
HPHT : 26-04-2010
5
TP : 03-02-2011
Umur kehamilan : 39 minggu
Riwayat pernikahan :
Menikah 1 kali selama 2,5 tahun.
Usia saat menikah : istri : 21 tahun
suami : 25 tahun
Riwayat kehamilan dan persalinan : G2P0A1
I. Keguguran saat usia kehamilan 3 bulan, di kuretase di RS tahun 2008
II. Hamil ini
Riwayat ANC :
Pasien periksa kehamilan di bidan rutin setiap bulan
Dikatakan keadaan pasien dan janin baik.
Tekanan darah pasien normal 120/80 mmHg.
Ukuran kehamilan sesuai usia kehamilan. Selama hamil, berat badan
mengalami peningkatan namun pasien tidak memperhatikan berapa kg
kenaikan berat badannya.
Pasien diberi tablet penambah darah dan vitamin selama kontrol kehamilan.
Riwayat Imunisasi
2 kali diimunisasi TT pada bulan ke 3 dan 5 kehamilannya.
Riwayat kontrasepsi :
Suntik KB 3 bulan selama 2 tahun,selesai 1 tahun yang lalu
Riwayat penyakit dahulu :
Asma : sesak nafas, nafas mengi ; disangkal
6
batuk-batuk bila udara dingin : disangkal
Penyakit jantung : cepat lelah saat beraktivitas : disangkal
sesak nafas jika tidur telentang : disangkal
nyeri dada (sebelah kiri) : disangkal
Hipertensi : tekanan darah tinggi : disangkal
sakit kepala : disangkal
Diabetes mellitus : banyak makan, banyak minum : disangkal
sering BAK : disangkal
Hepatitis : nyeri perut bagian kanan, mata ikterik : disangkal
AIDS : disangkal
Riwayat penyakit keluarga :
Asma : sesak nafas, nafas mengi ; disangkal
batuk-batuk bila udara dingin : disangkal
Penyakit jantung : cepat lelah saat beraktivitas : disangkal
sesak nafas jika tidur telentang : disangkal
nyeri dada (sebelah kiri) : disangkal
Hipertensi : tekanan darah tinggi : disangkal
sakit kepala : disangkal
Diabetes mellitus : banyak makan, banyak minum : disangkal
sering BAK : disangkal
Hepatitis : nyeri perut bagian kanan, mual muntah, mata ikterik :
disangkal
7
AIDS : disangkal
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : tekanan darah : 110/70 mmhg
nadi : 108 x/ menit
pernafasan : 20 x/ menit
suhu : 38,5 0 C
Status generalis :
Kepala : normocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva pucat -/-, sclera ikterik -/-, refleks cahaya +/+
THT : dalam batas normal
Leher : pembesaran KGB -, tiroid –
Thorak : simetris statis dinamis
Mammae : membesar, menegang, hiperpigmentasi pada papilla dan
areolla mammae, tuberkel montgomerry tampak jelas
Cor : S1 dan S2 reguler, murmur -, gallop –
Pulmo : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : bising usus +, striae gravidarum +, linea nigra +,status
obstetrikus
Ekstremitas : akral hangat, udem pretibial -/-
8
Status obstetrikus :
I : tampak abdomen membesar-memanjang, strie gravidarum +, linea
nigrae +
Pal : L1 : TFU 32 cm, teraba bulat, lunak, tidak melenting
L2 : kanan : teraba bagian kecil dari janin
Kiri : teraba tahanan memanjang
L3 : teraba bulat, keras, melenting
L4 : konvergen (4/5)
Aus : DJJ : 158 x/menit
HIS : 3x/10’25”
TBJ : (32-12) x 155 = 3100 gr
Pemeriksaan dalam (pukul 13.50 WIB) :
v/u/v : tenang
pembukaan : 3 cm
portio : lunak
eff. : 30 %
ketuban : + rembes, berwarna putih keruh, berbau amis, dan
terasa panas
selaput ketuban : +
bagian terbawah : kepala, tidak teraba bagian lain seperti tali pusat
penurunan : H I
denominator : Ubun-ubun kecil kiri depan
tes lakmus : +
9
Ukuran panggul dalam :
Promontorium : tidak teraba
Linea inominata kanan-kiri : teraba 1/3 lingkaran
Spina ischiadica : tidak menonjol
Kecekungan sacrum : tidak teraba
Dinding samping pelvis : sejajar
Os coccigis : mobile
Arcus pubis : > 900
Kesan panggul : luas
2.4 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 13,3 g/dl MCV : 94
Ht : 36 % MCH : 35
Leukosit : 20.400 / ul MCHC : 37
Trombosit : 214.000 /ul Albumin : -
2.5 DIAGNOSIS KERJA :
G2P0A1,24 tahun, hamil 39 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan infeksi
intrapartum ec ketuban pecah dini 9 jam dan inersia uteri sekunder, janin tunggal
hidup presentasi belakang kepala
2.6 TERAPI :
Rencana persalinan pervaginam
Pemasangan infus RL
10
Antibiotik : Amoxicillin 2 x 1 gr IV hingga selesai persalinan
Antipiretik : Paracetamol 3x 500 mg tab
Akselerasi persalinan dengan oksitosin
disiapkan RL 500 ml yang diisi dengan 5 IU oksitosin, kemudian cairan dimasukkan
melalui infus. Dimulai dengan 8 tpm, lalu dinaikkan setiap 15 menit sebanyak 4 tpm
maksimal hingga 40 tpm hingga his adekuat. Jika his sudah adekuat dipertahankan
tetesannya.
Observasi TTV (tekanan darah setiap 4 jam, nadi setiap 30 menit, suhu setiap 4 jam),
DJJ dan HIS setiap 1 jam
Observasi kemajuan persalinan (pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam)
Observasi tanda-tanda ruptur uteri imminens seperti adanya bundle ring patologis,
nadi ibu yang semakin meningkat, adanya urin yang bewarna merah.
2.7 PROGNOSIS
Kehamilan : ad bonam
Persalian : dubia ad bonam
11
FOLLOW UP
Tanggal Jam Perjalanan penyakit / follow up/ instruksi dokter Terapi/ tindakan
medic
29/01/2011 16.00 S/ mules
O/ KU : sedang
KS : compos mentis
TD : 110/70 mmhg Rr : 20 x/menit
N : 96 x/ menit t : 38,50 C
HIS : 3 x 10’45”
DJJ : 165 x/ menit
VT : v/u/v : tenang
Pembukaan : 6 cm
Bagian terbawah : kepala
Efficement : 70 %
Penurunan : H II-III
Ketuban : -
A/ G2P0A1,24 tahun, hamil 39 minggu inpartu
kala 1 fase laten dengan infeksi intrapartum ec
ketuban pecah dini 9 jam dan inersia uteri
sekunder, janin tunggal hidup presentasi
belakang kepala
P/----------------------------------------------------
Rencana persalinan
pervaginam
Dipasang infus RL
Diberikan
paracetamol tab
Obs TTV,DJJ,HIS
Obs kemajuan
persalinan
Diberikan
12
17.00
19.15
-------------------------------------------------------
S/ ibu mules ingin mengedan
O/ KU : sedang
KS : compos mentis
TD : 120/80 mmhg Rr : 20 x/menit
N : 96 x/ menit t : 36,90 C
HIS : 3 x 10’45”
DJJ : 150 x/ menit
VT :
Pembukaan : lengkap
Bagian terbawah : kepala
Efficement: 100 %
Denominator : UUK kiri depan
Penurunan : H III-IV
Ketuban : -
A/ Kala II
D/ G2P0A1 hamil 39 minggu kala II, janin tunggal
hidup presentasi kepala
Amoxicillin inj
Dilakukan
akselerasi
persalinan dengan
cynto 5 IU
13
19.30
19.40
19.50
20.00
P/----------------------------------------------------
S/ bayi dilahirkan
O/ kepala bayi dipasang vakum, setelah kepala
bayi keluar vakum dilepaskan, kepala bayi
dipegang biparietal, kepala diekstraksi dilakukan
sanggah susur, lahir perempuan bayi BB 3200 gr
PB 52 cm langsung menangis
A/ kala III
D/
P/-----------------------------------------------------
S/ plasenta dilahirkan
O/ dilakukan PTT, masase uterus, ruptur
perineum derajat III
A/ kala IV
D/ P1A1 post VE a/i mempercepat kala II
P/----------------------------------------------------
Perdarahan dirawat
Ibu dibersihkan
S/ ibu lelah
O/ KU : sedang
KS : compos mentis
Pimpin persalinan
Inj oxytocin IM
Plasenta dilahirkan
lengkap
Hecting perineum
14
07.00
TD : 100/80 mmhg Rr : 20 x/menit
N : 90 x/ menit t : 37,90 C
ASI : -/-
TFU : teraba 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : Baik
Lokia Rubra: +, inaktif
A/ P1A1 post VE a/i mempercepat kala II
P/----------------------------------------------------
S/
O/ KU : sedang
KS : compos mentis
TD : 100/70 mmhg
N : 80 x/ menit
R : 20 x/menit
T : 36,30C
Obs TTV,
perdarahan post
partum
Terapi oral:
Amoxicillin 3x500
mg tab
As.mefenamat
3x500mg tab
SF 2x1 tab
15
ASI : -/-
TFU : teraba 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : Baik
Mobilsasi : Baik
Lokia Rubra: +, inaktif
A/ P1A1 post VE a/i mempercepat kala II
P/---------------------------------------------------- Obs TTV,
perdarahan post
partum
Terapi oral:
Amoxicillin 3x500
mg tab
As.mefenamat
3x500mg tab
SF 2x1 tab
Motivasi KB
Motivasi ASI
Diet gizi seimbang
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam persalinan. Infeksi dapat juga
terjadi sebelum persalinan berupa korioamnionitis. Infeksi intrauterin merupakan infeksi akut
pada cairan ketuban, janin dan selaput korioamnion yang disebabkan oleh bakteri.
Sekitar 25 % infeksi intrapartum disebabkan oleh ketuban pecah dini, makin lama
jarak antara ketuban dengan jarak persalinan, makin tinggi pula resiko morbiditas ibu dan
janin. Vagina merupakan media kultur yang sangat baik bagi flora vagina, perubahan suasana
vagina selama kehamilan menyebabkan turunnya pertahanan alamiah terhadap infeksi.
Pada ketuban pecah 6 jam, risiko infeksi meningkat 1 kali. Ketuban pecah 24 jam,
risiko infeksi meningkat sampai 2 kali lipat. Protokol : paling lama 2 x 24 jam setelah
ketuban pecah, harus sudah partus.
3.2 ETIOLOGI
Salah satu etiologi dari infeksi intrapartum adalah distosia, pemeriksaan lebih dari 2
kali, keadaan umum yang lemah, ketuban pecah dini, servisitis, dan vaginitis
Infeksi intrapartum paling sering terjadi, apalagi kalau ketuban sudah pecah dan
pemeriksaan dalam terlalu sering dilakukan terutama bila tidak suci hama. Infeksi akan lebih
sering dijumpai pada partus lama dan partus terlantar. Maka terjadilah amnionitis, plasentitis,
lalu menjalar kepada janin. Infeksi dapat juga terjadi ketika janin lahir berkontak langsung
dengan kuman yang ada dalam vagina, misalnya gonore.
Partus lama dapat menimbulkan infeksi intrapartum yang terjadi bila bakteri di dalam
cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga
terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.
17
3.3 PENILAIAN KLINIK
Pada umumnya infeksi intauterin merupakan infeksi yang menjalar keatas setelah
ketuban pecah. Bakteri potensial patogen (aerob, anaerob) masuk kedalam air ketuban,
diantaranya adalah (1) Streptococcus Grup B (2) Eschericia Coli (3) Streptococcus anaerob
(4) Spesies bakteroides. Air ketuban mengandung imunoglobulin yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri di dalam rongga amnion. Apabila terjadi korioamnionitis, janin
terinfeksi akibat menelan atau aspirasi air ketuban, terutama pada kondisi gawat janin.
Kemungkinan penetrasi bakteri ke kantong amnioin bergantung pada :
1. Pajanan-pajanan jaringan ini terhadap mikroorganisme tersebut
2. Integritas metabolik jaringan-jaringan tersebut
3. Flora vagina pada perempuan tersebut
4. Jumlah mikroorganisme spesifik
5. Integritad membran janin
6. pH cairan vagina
7. Kerjasama antara mikroorganisme
Manifestasi klinis dari infeksi intrapartum dapat berupa suhu meningkat > 38O C , air
ketuban keruh kecoklatan dan berbau, leukositosis > 15.000/mm3, pada kehamilan atau >
20.000/mm3 pada persalinan.
3.4 DIAGNOSIS
Diagnosis klinis ditegakkan pada pasien dengan
1. Deman tidak lebih dari 38O C tidak ada sumber infeksi lain
2. Ibu takikardi ( > 100 denyut/menit)
3. Fetal takikardi ( 160x/menit)
4. Nyeri abdomen
5. Cairan amnion berwarna keruh dan berbau18
6. Leukositosis pada pemeriksaan darah tepi > 15.000/mm3 pada kehamilan atau >
20.000/mm3 pada persalinan
7. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah leukosit esterase (+), pemeriksaan gram,
kultur darah, pemeriksaan cairan amnion, pemeriksaan jaringan.
3.5 PENANGANAN
1. Observasi jalannya persalinan dengan baik dan benar
2. Evaluasi setiap demam yang terjadi dalam periode persalinan
3. Kenali segera apabila terjadi ketuban pecah sebelum waktunya
4. Periksa dalam hanya dilakukan atas indikasi yang jelas dan ikuti jadwal evaluasi
ulang menurut partograf atau waktu yan telah ditentukan sbelumnya.
5. Terapkan prinsip kewaspadaan universal
6. Nilai dengan cermat setiap kasus rujukan dengan dugaan partus lama, macet, atau
bermasalah
7. Lakukan pengobatan profilaksis apabila persalinan diduga akan berlangsung lama
8. Regio genitalia dan sekitarnya merupakan area resiko tinggi terjadinya infeksi atau
merupakan tempat sumber infeksi.
9. Antbiotik diberikan sesuai penyebab. Dapat diberikan Ampicillin 4x500mg atau
derivatnya. Persalinan diusahakan pervaginam, SC dilakukan bila ada indikasi seperti
kelainan letak, distosia, dan gawat janin.
Persalinan pervaginam tidak memerlukan keadaan aseptik seperti kamar bedah.
Namun, perlu pendekatan “3 bersih” yaitu membuat tangan, area perineal, dan area
umbilikal bersih selama dan sesudah persalinan. Kit persalinan yang bersih akan
membantu memperbaiki keamanan persalinan dirumah untuk ibu dan bayi baru lahir.
Persalina pervaginam berhubungan dengan sejumlah faktor yang meningkatkan resiko
terhadap endometritis dan infeksi saluran kencing. Termasuk ketuban pecah lama, trauma
jalan lahir, pengeluaran plasenta secara manual, episiotomi, dan persalinan forseps
19
tengah. Faktor lain yang berhubungan dengan peningkatan resiko infeksi maternal adalah
pemeriksaan dalam atau pemeriksaan vagina.
Untuk mengurangi resiko ini perlu dilakukan hal-hal berikut :
1. Menggunakan sarung tangan periksa yang bersih atau sarung tangan bedah yang
disinfeksi tingkat tinggi yang sudah diproses ulang untuk setiap pemeriksaan.
2. Hindari mendorong ujung jari pemeriksa pada pembukaan serviks sampai
persalinan aktif terjadi atau sampai diputuskan untuk melakukan induksi
persalinan.
3. Batasi pemeriksaan dalam
3.6 KETUBAN PECAH DINI
3.6.1 Definisi
Pecahnya ketuban sebelum inpartu (yaitu bila pembukaan < 3 cm pada primigravida
dan < 5cm pada multipara. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi proses persalinan
berlangsung.
3.6.2 Etilogi
Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui. Faktor predisposisi ketuban pecah dini
adalah infeksi genitalia, servik inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm,
disproporsi sefalopelvik.
3.6.3 Manifestasi klinik
Keluar air ketuban warna putih jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit
atau sekalius banyak.
Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
Janin mudah diraba
Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
20
Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air etuban
suah kering
3.6.4 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan leukosit darah : > 15.000/µl bila terjadi infeksi
Tes lakmus merah berubah jadi biru
Amniosentesis
USG : menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang
3.6.5 Komplikasi
Infeksi
Partus preterm
Prolaps tali pusat
Distosia (partus kering)
3.6.6 Penatalaksanaan
Konservatif
Rawat rumah sakit
Jika kulit ketuban pecah > 6 jam, diberikan antibiotika.
Konservatif à Rawat rumah sakit
Jika kulit ketuban pecah > 6 jam, diberikan antibiotika.
Tirah baring
Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau
sampai berhenti keluar.
Umur kehamilan32-37, belum inpartu, tidak ada infeksi à beri steroid, observasi
tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi saat usia kehamilan 37
minggu.21
Umur kehamilan 32-37, inpartu, tidak ada infeksi à berikan tokolitik, deksametason,
induksi sesudah 24 jam
Umur kehamilan 32-37, infeksi, inpartuà antibiotik, lakukan induksi
Aktif
Jika umur kehamilan > 36 minggu à induksi persalinan dan bila gagal dilakukan SC
Pada keadaan CPD atau letak lintang à SC
Jika didapatkan tanda infeksi, diberikan antibiotika dan kehamilan diakhiri dengan :
- Bishop skor < 5 dilakukan pematangan servik dan induksi persalinan. Jika tidak
berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria
- Bishop skor > 5 dilakukan induksi persalinan
Perawatan di RS dilakukan sampai pengeluaran air ketuban berhenti atau setelah
perawatan tindakan terminasi kehamilan selesai.
BAB IV
DISKUSI
22
Diagnosa :
G2P0A1,24 tahun, hamil 39 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan infeksi intrapartum ec
ketuban pecah dini 9 jam dan inersia uteri sekunder, janin tunggal hidup presentasi belakang
kepala
Dasar diagnosis:
Dari anamnesa didapatkan pasien sedang hamil anak kedua, usia hamil 9 bulan.
Awalnya pasien mengalami telat haid 2 bulan . Pasien mengakui mual-muntah pada awal-
awal kehamilan tapi tidak berlebihan. Pasien mengatakan selama hamil payudara membesar,
tegang dan terasa nyeri. Gerakan janin dirasakan pasien mulai hamil bulan ke-4 sampai
sekarang. Pasien juga mempunyai riwayat keguguran pada anak pertama saat usia kehamilan
3 bulan dan di kuretase pada tahun 2008. Usia kehamilan didapatkan dari HPHT yaitu
tanggal 26-04-2010, jika dihitung dengan rumus Neagle didapatkan umur kehamilan 39
minggu dan termasuk aterm.
Pasien dikatakan inpartu karena dari hasil anamnesa didapatkan pasien datang ke
RSUD Serang dengan rujukan bidan dengan keluhan keluar air ketuban sejak 9 jam SMRS.
Air ketuban yang keluar banyak, berwarna putih keruh dan berbau amis hingga pasien
mengganti kain 3 kali. Keluhan disertai rasa mules yang dirasakan semakin lama semakin
teratur, sering dan kuat, hampir tiap 5 menit sekali. Keluhan keluar lendir campur darah
dirasakan tidak lama setelah keluar air-air. Data di atas mengarahkan bahwa pada pasien
sudah memasuki masa persalinan (inpartu).
Dikatakan pasien mengalami infeksi intrapartum karena dikarenakan pasien mengeluh
keluar air ketuban dimana air ketuban yang keluar banyak, berwarna putih keruh dan berbau
amis dan pasien juga mengeluh adanya badan panas sejak 3 jam SMRS, badan panas
dirasakan semakin tinggi yang menandakan pasien sedang mengalami infeksi.
2. Pemeriksaan fisik
23
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, namun pasien mengalami demam karena nadi
ibu 108 x/menit dan suhu tubuh pasien mencapai 38,5O C yang menandakan pasien sedang
mengalami suatu infeksi
Status obstetri :
I : tampak abdomen membesar-memanjang, strie gravidarum +, linea
nigrae +
Pal : L1 : TFU 32 cm, teraba bulat, lunak, tidak melenting
L2 : kanan : teraba bagian kecil dari janin
Kiri : teraba tahanan memanjang
L3 : teraba bulat, keras, melenting
L4 : konvergen (4/5)
HIS : 3x/10’25”
Aus : DJJ : 158 x/menit
Dari hasil pemeriksaan obstetri didapatkan tanda-tanda pasti kehamilan yaitu adanya bagian-
bagian janin yang teraba, dapat dirasakan gerakan janin, dan dapat terdengar denyut jantung
janin. Dari pemeriksaan Leopold I didapatakan teraba bulat, lunak tidak melenting pada
bagian fundus uteri, Leopold II teraba bagian kecil janin pada sebelah kanan perut ibu dan
teraba tahanan memanjang pada sebelah kiri perut ibu, Leopold III teraba bulat, keras,
melenting, Leopold IV teraba 4/5 bagian janin masih berada diatas simfisis, dan 1/5 bagian
sudah masuk ke pintu atas panggul, pada hasil penghitungan denyut jantung janin hanya
didapatkan jumlah yang sama yang artinya janin tunggal hidup intrauterin presentasi kepala.
Dari hasil pemeriksaan dalam (pukul 13.50 WIB) :
v/u/v : tenang
pembukaan : 3 cm
portio : lunak
eff. : 30 %24
ketuban : + rembes, berwarna putih keruh, berbau amis, dan
terasa panas
selaput ketuban : +
bagian terbawah : kepala
penurunan : H I
denominator : Ubun-ubun kecil kiri depan
tes lakmus : +
didapatkan pembukaan 3 cm yang artinya pasien berada pada masa inpartu fase laten dan
didapatkan penunjuk bagian terbawah janin adalah ubun-ubun kecil kiri depan yang artinya
bagian terbawah janin adalah belakang kepala sehingga dikatakan pasien sedang masa inpartu
fase laten dengan presentasi belakang kepala.
3. Dari hasil laboratorium :
Hb : 13,3 g/dl MCV : 94
Ht : 36 % MCH : 35
Leukosit : 20.400 / ul MCHC : 37
Trombosit : 214.000 /ul Albumin : -
Didapatkan leukositosis mencapai 20.400/ ul yang artinya terjadi proses infeksi
4. Pada penatalaksanaan pasien ini,yaitu :
Rencana persalinan pervaginam
Pemasangan infus RL
Antibiotik : Amoxicillin 2 x 1 gr IV hingga selesai persalinan
Antipiretik : Paracetamol 3x 500 mg tab
Akselerasi persalinan dengan oksitosin
25
disiapkan RL 500 ml yang diisi dengan 5 IU oksitosin, kemudian cairan dimasukkan
melalui infus. Dimulai dengan 8 tpm, lalu dinaikkan setiap 15 menit sebanyak 4 tpm
maksimal hingga 40 tpm hingga his adekuat. Jika his sudah adekuat dipertahankan
tetesannya.
Observasi TTV (tekanan darah setiap 4 jam, nadi setiap 30 menit, suhu setiap 4 jam),
DJJ dan HIS setiap 1 jam
Observasi kemajuan persalinan (pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam)
Observasi tanda-tanda ruptur uteri imminens seperti adanya bundle ring patologis,
nadi ibu yang semakin meningkat, adanya urin yang bewarna merah.
Penulis setuju karena pasien mengalami infeksi yang ditandai dengan adanya demam
dan leukositosis maka diberikan antibiotik profilaksis yaitu amoksisilin 1 gr IV dan
antipiretik yaitu paracetamol tablet, yang diharapkan dapat mencegah infeksi berlanjut.
Karena dari hasil pemeriksaan panggul dalam didapatkan kesan panggul yang luas maka
janin dapat dilahirkan pervaginam. Dikarenakan ketuban yang sudah pecah,terdapat tanda-
tanda infeksi, serviks yang sudah matang,usia kehamilan yang aterm maka dapat dilakukan
akselerasi persalinan. Karena dengan penggunaan akselerasi dengan oksitosin ditakutkan
terjadinya ruptur uteri immines maka harus di observasi selama pemberian oksitosin, dan
keadaan ibu dan janin pun di observasi.
5. Prognosis
Dari prognosis penulis setuju jika prognosis kehamilan adalah ad bonam karena pasien
datang ke RSUD sudah inpartu dan usia kehamilan mencapai aterm (39 minggu) dan untuk
prognosa persalinan dubia ad bonam dilihat dari 3P (power, passage, passanger). Power (his)
pada pasien ini kurang adekuat yaitu 3x10’25. Passanger (janin) dalam kondisi baik yaitu
detak jantung janinnya dalam batas normal, tidak terjadi fetal disstres. Passage (jalan lahir)
kemungkinan pada pasien ini tidak terjadi kesulitan untuk mengeluarkan bayi dengan taksiran
berat badan lahir 3100 gram dan dari hasil pemeriksaan ukuran panggul dalam didapatkan
kesan luas.
KESIMPULAN
26
Penulis setuju bahwa kasus yang terjadi pada pasien ini adalah infeksi pada
kehamilan ( infeksi intrapartum) akibat terjadinya ketuban pecah dini disertai adanya demam
(38oC) dan leukositosis yang mencpai 20.400/ul. Ketuban pecah dini merupakan salah satu
faktor predisposisi dalam terjadinya infeksi. Penanganan pada pasien ini sudah sesuai dengan
penatalaksanaan pada ketuban pecah dini dan jika sudah terdapat tanda-tanda infeksi maka
harus diberikan antibiotik profilaksis dan antipiretik agar tidak terjadi infeksi berlanjut yang
dapat mngancam ibu dan janin.
Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam persalinan. Infeksi dapat juga
terjadi sebelum persalinan berupa korioamnionitis. Infeksi intrauterin merupakan infeksi akut
pada cairan ketuban, janin dan selaput korioamnion yang disebabkan oleh bakteri. Sekitar
25% infeksi intrapartum disebabkan oleh ketuban pecah dini, makin lama jarak antara
ketuban dengan jarak persalinan, makin tinggi pula resiko morbiditas ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA27
1. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008.
2. Obstetri Patologi. Bandung : Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran.
3. Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2002
4. Mansjoer, Arif.Kapita Selekta Jilid I.Edisi 3.Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI.2001
28