PRESENTASI KASUS

download PRESENTASI KASUS

of 31

Transcript of PRESENTASI KASUS

PRESENTASI KASUS IBU DENGAN KPD DAN IUGR

Pembimbing: dr. Iman, SpOG (K) dr. Aditiyo Januajie, SpOG, M.Kes Disusun oleh: Yustiana Dewi

STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD SOREANG 2011

STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Agama Pekerjaan Nama Suami Umur Pekerjaan II. ANAMNESIS Autoanamnesis tanggal Keluhan Utama : Sabtu, 07 Mei 2011 Pukul 13.31 WIB : Keluar cairan dari jalan lahir : Ny. Y : 33 tahun : Islam : Ibu Rumah Tangga : Tn. D : 36 tahun : Buruh

Pendidikan terakhir : SD

Pendidikan terakhir : SMP

Riwayat Perjalanan Penyakit : G3P2A0, ibu merasa hamil 8 1/2 bulan, mengeluh keluar cairan banyak dari jalan lahir sejak 3 jam SMRS disertai mules-mules. Cairan jernih, tidak berbau, dan tidak disertai panas badan. Gerakan anak dirasakan ibu. Riwayat Obstetri : G3P2A0 : 1. Perempuan, 14 tahun, bidan, 2000 gram 2. Laki-laki, 9 tahun, bidan, 3000gram 3. Hamil ini HPHT Menarche ANC : Lupa : 12 tahun : 12 kali ke bidan

2

Riwayat Penyakit Terdahulu : Hipertensi Riwayat DM Riwayat asma Riwayat penyakit jantung Riwayat alergi obat : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

Riwayat Tambahan : Vaksin : TT 2x di bidan KB : pil

III. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran : Baik : Compos mentis

Tanda Vital Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu Conjungtiva Ekstremitas : 130/90 mmHg : 80 x/menit : 22 x/menit : 36,3oC : tidak anemis : edema (-/-)

Status Obstetri Pemeriksaan Abdomen TFU LP HIS BJA TBBA : 27 cm : 87 cm : (-) : 157 X/menit : 2325 gram

3

Pemeriksaan Dalam v/v ostium : t.a.k : tertutup

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Hematologi Hb Ht Leukosit Trombosit Golongan darah : 10,2 g/dl : 40 % : 9800 /mm3 : 327.000/mm3 :O

Hemostasis Masa Pembekuan / CT: 800 Masa Perdarahan / BT : 300

Kimia Klinik Urine Protein : (-) Tes Lakmus Lakmus merah menjadi biru USG 4 Gula darah sewaktu AST (SGOT) ALT (SGPT) Ureum Kreatinin : 78,4 mg/dl : 26,8 U/L : 13,7 U/L : 16,6 mg/dl : 0,49 mg/dl

Janin tunggal hidup, letak kepala sesuai kehamilan 34-35 minggu, oligohidramnion, plasenta korpus depan, grade I. TBBJ : 1400 gram Kesan : suspek IUGR berat dengan oligohidramnion NST Gawat janin V. DIAGNOSIS G3P2A0 gravida 34-35 minggu dengan KPD dan IUGR VI. RENCANA PENGELOLAAN DAN TERAPI Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien dan keluarga Melakukan pemeriksaan hematologi, kimia darah, protein urin dan USG Rawat konservatif KPD NST Mengobservasi v/v t.a.k, HIS, dan BJA Dexametason 2 x 5 mg Amoxicillin 3 x 500 mg

5

ANALISA KASUS Anamnesis Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa ibu datang ke rumah sakit merasa hamil 8 1/2 bulan, mengeluh keluar cairan banyak dari jalan lahir sejak 3 jam SMRS. Yang merupakan salah satu tanda KPD. Pemeriksaan Fisik TFU : 27 tinggi TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan karena berkurangnya cairan ketuban. Pemeriksaan Penunjang Tes Lakmus : (+) lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban (alkalis) USG Janin tunggal hidup, letak kepala sesuai kehamilan 34-35 minggu, oligohidramnion, plasenta korpus depan, grade I. TBBJ : 1400 gram Kesan : suspek IUGR berat dengan oligohidramnion Untuk menunjang dignosis KPD dan IUGR Rencana Pengelolaan dan Terapi Dexametason 2 x 5 mg pengelolaan konsrvatif untuk pematangan paru janin Amoxicillin 3 x 500 mg untuk mencegah kemungkinan adanya amnionitis/tandatanda infeksi

6

LAPORAN SEKSIO SESARIA Senin, 09 Mei 2011 Spinal Diagnosa prabedah Indikasi operasi Jenis operasi Macam sayatan Pukul 13.10 Pukul 13.15 5= 9. G3P2A0 gravida 34-35 minggu dengan KPD dan IUGR Gawat janin SCTP Insisi pfanennstiel Operasi dimulai Lahir bayi dengan jenis kelamin perempuan. Berat badan bayi 2100 gram dan panjang bayi 44 cm. APGAR 1= 7 Pukul 13.18 Jenis anastesi

Lahir plasenta dengan arikan ringan pada tali pusat. Berat plasenta 300 gram dengan ukuran 20 x 18 x 2 cm Terdapat perdarahan sebanyak 200cc Pukul 14.10 Operasi selesai Diagnosa pasca-bedah P3A0 partus maturus dengan SC atas indikasi gawat janin

7

KPD (Ketuban Pecah Dini) DEFINISI KPD yaitu apabila ketuban pecah spontan dan tidak diikuti tanda-tanda persalinan, ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum inpartu, misalnya 1 jam atau 6 jam sebelum inpartu. Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan servik pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum pembukaan servik pada primigravida 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm. KLASIFIKASI 1. Premature Rupture Of Membrane = Prelabour Rupture Of Membrane = PROM. yaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kebih dari 37 minggu 2. Preterm Premature Rupture Of Membrane = Preterm Prelabour Rupture Of Membrane = PPROM. yaitu pecahnya membran Chorio-amniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu INSIDENSI Insidensi KPD/KPSW berkisar antara 8 10 % dari semua kehamilan. Hal yang menguntungkan dari angka kejadian KPD/KPSW yang dilaporkan, bahwa lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD/KPSW pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kelahiran prematur. KPD/KPSW merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD/KPSW pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS. FAKTOR RISIKO Beberapa faktor risiko pada penyakit ini antara lain adalah: 1. 2. 3. 4. Inkompetensi serviks (leher rahim) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih) Riwayat KPD sebelumya Kelainan atau kerusakan selaput ketuban 8

5. Kehamilan kembar 6. Trauma 7. Serviks (leher rahim) yang pendek (38C, takikardi ibu, leukositosis, tanda-tanda infeksi intra uterin, rasa nyeri pada rahim, secret vagina purulen Janin : takikardi janin 2. 3. 4. pengawasan timbulnya persalinan. pemberian antibiotic (Ampisilin 4x500 mg atau Eritromisin ultrasonogravi untuk menilai kesejahteraan janin. 17 Morbiditas dan mortalitas perinatal.

4x500 mg dan metronidazol 2x500 mg) selama 3-5 hari.

5. janin

bila ada indikasi untuk melahirkan, dilakukan pematangan paru

Dexametason, 5 mg tiap 12 jam (i.m) sampai 4 dosis Betametason, 12 mg (i.m) sampai 2 dosis dengan interval 24 jam b. 1. minggu. terminasi kehamilan 20-28 minggu 1. 2. 3. 4. 5. Misoprostol 100 ug intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah Pemasangan batang laminaria selama 12 jam. Pemberian tetes oksitoksin 5 IU dalam dextros 5% mulai 20 tetes per Kombinasi 1 dan 3 untuk janin hidup maupun mati Kombinasi 2 dan 3 untuk janin mati. pemberian pertama. Aktif pengelolaan aktif pada KPD dengan umur kehamilan 20-28 minggu dan >37

menit sampai maksimal 60 tetes per menit.

Terminasi kehamilan >28 minggu 1. 2. Misoprostol 50 ug intravaginal, yang dapat diulangi kali 6 jam sesudah Pemberian tetes oksitoksin 5 IU dalam dextros 5% mulai 20 tetes per pemberian pertama. menit sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2 labu. 2. 3. 4. Ada tanda-tanda infeksi Timbulnya tanda-tanda persalinan Gawat janin

IUGR (Intra Uterine Growth Restriction ) 18

DEFINISI Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) ialah janin dengan berat badan di bawah presentil ke-10 pada standard intrauterine growth chart of low birth weight untuk masa kehamilan, dan mengacu kepada suatu kondisi dimana janin tidak dapat mencapai ukuran genetik yang optimal. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (37 minggu). Bila berada di bawah presentil ke-7 maka disebut small for gestational age (SGA), di mana bayi mempunyai berat badan kecil yang tidak menimbulkan kematian perinatal.

Gambar 1. Persentil Berat Badan Janin sesuai dengan Usia Kehamilan Jadi ada dua komponen penting pada PJT yaitu: 1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-10 2. Adanya faktor patologis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan. Sedangkan pada SGA ada dua komponen yang berpengaruh yaitu: 1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-7 2. Tidak adanya proses patologis. Ada dua bentuk PJT menurut Renfield (1975) yaitu: 1. Proportionate Fetal Growth Restriction (type 1): Janin yang menderita distress yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih di bawah gestasi yang sebenarnya. 19

2. Disproportionate Fetal Growth Restriction (type 2): Terjadi akibat distress subakut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak waste dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang. INSIDEN Di negara berkembang angka PJT kejadian berkisar antara 2%-8% pada bayi dismature, pada bayi mature 5% dan pada postmature 15%. Sedangkan angka kejadian untuk SGA adalah 7% dan 10%-15% adalah janin dengan PJT. Pada 1977, Campbell dan Thoms memperkenalkan ide pertumbuhan simetrik dan pertumbuhan asimetrik. Janin yang kecil secara simetrik diperkirakan mempunyai beberapa sebab awal yang global (seperti infeksi virus, fetal alcohol syndrome). Janin yang kecil secara asimetrik diperkirakan lebih kearah kecil yang sekunder karena pengaruh restriksi gizi dan pertukaran gas. Dashe dkk mempelajari hal tersebut diantara 1364 bayi PJT (20% pertumbuhan asimetris, 80% pertumbuhan simetris) dan 3873 bayi dalam presentil 25-75 (cukup untuk usia kehamilan). MANIFESTASI KLINIS Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dam layu dibanding pada bayi normal yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena infeksi. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami keadaan berikut : Penurunan level oksigenasi Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi adaptasi bayi segera setelah lahir) Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam kandungan) yang dapat berakibat sindrom gawat nafas Hipoglikemi (kadar gula rendah) Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin Polisitemia (kebanyakan sel darah merah) KLASIFIKASI PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT (PJT) Antara PJT dan SGA banyak terjadi salah pengertian karena definisi keduanya hampir mirip. Tetapi pada SGA tidak terjadi gangguan pertumbuhan, bayi hanya mempunyai ukuran tubuh yang kecil. Sedangkan pada IUGR terjadi suatu proses patologis sehingga berat badan janin tersebut kecil untuk masa kehamilannya Berdasarkan gejala klinis dan ultrasonography janin kecil dibedakan atas: 1. Janin dengan gangguan pertumbuhan karena proses patologis, inilah yang disebut true fetal growth restriction. Berdasarkan ukuran kepala, perut, dan panjang lengan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

20

a. Simetris (20%), gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di mana total jumlah sel kurang, ini biasanya disebabkan oleh gangguan kromosom atau infeksi kongenital misalnya TORCH. Proses patologis berada di organ dalam sampai kepala. b. Asimetris (80%), gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana jumlah total sel normal tetapi ukurannya lebih kecil. Biasanya gangguan ini disebabkan oleh faktor maternal atau faktor plasenta. SIMETRIS Semua bagian tubuh kecil Ponderal index normal ASIMETRIS Kepala lebih besar dari perut Meningkat

Perbandingan kepala, perut dan panjang Meningkat tangan normal Etiologi: faktor genetik dan infeksi Insufisiensi plasenta kronik Jumlah sel lebih kecil Ukuran sel normal Bayi dengan komplikasi prognosisnya buruk Normal Kecil Biasanya tanpa komplikasi baik prognosisnya

Gambar 1. IUGR Type I dan Type IIETIOLOGI Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu: 1. Maternal Tekanan darah tinggi Penyakit ginjal kronik Diabetes Melitus Penyakit jantung dan pernapasan Malnutrisi dan anemia Infeksi Pecandu alkohol dan obat tertentu Perokok 2. Uterus dan Plasenta 21

Penurunan aliran darah di uterus dan plasenta Plasenta abruption, plasenta praevia, infark plasenta (kematian sel pada plasenta), korioangioma. Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus Twin-to-twin transfusion syndrome 3. Janin Janin kembar Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT). Kelainan kongenital Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT) . Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin). Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT.

Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan simetris dan asimetris dibedakan menjadi: 1. Simetris : Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents 95%) adalah lingkar perut/Abdominal Circumference (AC). Diameter Biparetal Diameter biparietal berhubungan dengan umur kehamilan. Diameter ini spesifik pada keadaan normal (yaitu lebih besar dari 25 persentil). Keterbatasan lain untuk menilai pertumbuhan janin pada BPD yaitu: ketidaktepatan dalam menilai berat lahir, penilaian angka yang rendah dari bayi rendah yang asimetris, dengan ukuran kepala normal atau hampir normal, dan adanya perubahan bentuk kepala karena flattening atau dolicocephaly (kepala panjang).

Gambar 2.5. Pengukuran BPD dengan USG Lingkar Perut Lingkar perut sangat berguna dalam memperkirakan status nutrisi dalam keadaan normal dan menentukan keadaan pertumbuhan janin. Alasannya karena pemeriksaan ini meliputi hati dan jaringan subkutan daerah tersebut, dimana keduanya dapat menunjukkan adanya reduksi atau pengurangan ukuran sebagai akibat sekunder dari hipoksia kronis dan penurunan unsur-unsur yang berhubungan dengan IUGR.

24

Gambar 2.6. Pengukuran lingkar abdomen

Gambar 2.7. Pengukuran lingkar perut dengan USG Femur Length (Panjang femur) Pemeriksaan ini dilakukan dengan pengukuran pada tulang terpanjang dari tubuh janin. Pengukuran panjang femur ini lebih efektif untuk mengetahui adanya skeletal displasia dari pada pertumbuhan janin terhambat. Pengukuran panjang femur ini paling baik dilakukan pada kehamilan lebih dari 14 minggu.

Gambar 2.8. Pengukuran panjang femur

Gambar 2.9. Pengukuran panjang femur dengan USG Diameter Biparetal (BPD)/ Lingkar Kepala (HC) dan Pola Pertumbuhan Lingkar Perut (AC) Normalnya, perbandingan lingkar kepala-perut lebih besar dari 1 sampai usia kehamilan 35-36 minggu, selanjutnya perbandingan kurang dari 1, tergantung dari lemak subkutan,

25

jaringan lunak pada perut janin. Metode pengukuran lingkar kepala dan lingkar perut terbaik diperoleh secara langsung dengan USG. Rasio Lingkar Kepala terhadap Lingkar Perut Normalnya, lingkar kepala lebih besar daripada lingkar perut sampai kehamilan mencapai usia kurang lebih 32 minggu. Pada usia antara 32 dan 36 minggu, kedua lingkaran tersebut sama besarnya. Setelah 36 minggu lingkaran perut biasanya melampaui lingkar kepala. Tetapi dalam mendiagnosa IUGR yang simetris, rasio ini tidak dapat digunakan karena dalam hal ini ukuran janin berkurang seluruhnya. Indeks Ponderal Indeks ponderal digunakan untuk memperkirakan apakah bayi lahir dengan berat diatas 10 persentil mengalami gangguan nutrisi bila dibandingkan relatif terhadap panjang badan. Indeks tersebut dihitung dengan rumus: Indeks Ponderal = Berat (gram) x 100 Panjang3 (cm) Teknik tersebut dapat digunakan untuk mengenali janin makrosomia atau janin dengan restriksi pertumbuhan yang asimetris, namun tidak bisa dipakai untuk mengenali bayi secara konstitusional berukuran kecil menurut usia kehamilannya atau bayi dengan restriksi pertumbuhan yang simetris. Volume Total Intrauterin Perkiraan terhadap volume total intrauterin mencakup janin, cairan amnion, dan plasenta yang keduanya sering menurun bersamaan dengan terjadinya restriksi pertumbuhan janin. Karena adanya kaitan antara oligohidramnion dan restriksi pertumbuhan janin, Manning, dkk (1981) mengemukakan bahwa perkiraan kualitatif terhadap volume cairan amnion dapat digunakan untuk mengenali restriksi pertumbuhan. Perkiraan volume uterie (janin, massa plasenta dan cairan amnion) didapatkan dengan mengukur diameter transversal dan longitudinal dari uterus. Jika hasil yang di dapat lebih dari 1,5 standar deviasi di bawah umur kehamilan rata-rata kemungkinan besar merupakan IUGR, bila standar deviasi antara 1,01,5 diagnosa kurang terjamin. Bila diameter sebuah kantung cairan lebih dari 1 cm membantu mengurangi perkiraan faktor-faktor resiko IUGR

26

Grafik 2.1. Perbandingan cairan amnion dengan usia kehamilan Velosimetri Doppler Pemeriksaan Doppler dimaksudkan untuk menilai perubahan resistensi vaskuler melalui pengukuran velositas arus darah dengan gelombang ultrasonik. Pertumbuhan janin terhambat tipe II (asimetris, disproporsional) yang terutama disebabkan oleh insufisiensi plasenta akan terdiagnosis dengan baik secara Ultrasonik Doppler. Peningkatan resistensi perifer dari kapilerkapiler dalam rahim (terutama pada penyakit hipertensi dalam kehamilan akan ditandai dengan penurunan tekanan diastolik sehingga akan terjadi peninggian rasio sistolik/diastolik), indeks pulsatilitas dan indeks resistensi. Kelainan aliran darah pada pemeriksaan Doppler baru akan terdeteksi oleh kardiotokografi 1 minggu kemudian. Hilangnya gelombang diastolik (lost of end diastolik velocity wave form) akan diikuti oleh kelainan kardiotokogram 3-4 hari kemudian. Gelombang diastolik yang terbalik (reversed diastolik flow) akan disertai dengan peningkatan kematian perinatal dalam waktu 48-72 jam. Identifikasi adanya bentuk gelombang yang abnormal pada arteri umbilikalis perlu dicurigai adanya retardasi pertumbuhan pada janin. Kelainan bentuk gelombang yang perlu dicurigai terjadinya retardasi pertumbuhan jika tidak ditemukannya aliran distolik akhir pada gelombang aliran arteri umbikalis. Kelainan bentuk gelombang aorta janin yang abnormal juga dapat sebagai pertanda retardasi pertumbuhan janin, berkurangnya aliran volume darah aorta juga perlu dicurigai. Peningkatan pulsatilitas arteri umbilikalis dan penurunan pulsatilitas arteri karotis yang terjadi bersamaan juga dapat terjadi pada retardasi pertumbuhan janin. Pada keadaan resistensi vaskuler yang meningkat, maka velositas arus darah selama sistolik akan meningkat, sedangkan velositas arus darah selama diastolik akan berkurang. Makin besar peningkatan resistensi vaskuler, maka velositas arus darah diastolik akan semakin berkurang. 27

Gambar 2.13 Gambaran gelombang Doppler yang normal pada Arteri umbilicalis.

(a) flow (b) reversed end diastolic flow.

(b)

Gambar 2.14 Gambaran gelombang Doppler yang abnormal (a) absent end diastolic

Perubahan-perubahan velositas arus darah sistolik dan diastolik digunakan sebagai cara penentuan resistensi vaskuler. Pada pertumbuhan janin terhambat, biasanya janin mengalami asfiksia kronik dan terjadi redistribusi aliran darah. Pemeriksaan velosimetri dari pembuluh darah tertentu pada janin (arteri karotis, aorta abdominalis) dapat menentukan adanya risiko asfiksia, dan derajat beratnya asfiksia janin pada pertumbuhan janin terhambat yang disebabkan insufisiensi plasenta. Selain itu pemeriksaan ini juga dapat membedakan pertumbuhan janin terhambat yang disebabkan insufisiensi plasenta dari pertumbuhan janin terhambat yang disebabkan kelainan kongenital. Pada kasus yang ekstrim dari hipoksia janin, yang dikenal dengan istilah brain sparing akan diperlihatkan melalui dilatasi pembuluh darah intracranial janin yaitu Arteri cerebralis media yang melindungi otak agar tetap mendapat aliran darah dengan mengorbankan organorgan lain.

28

(a)

(b)

Gambar 2.15 Gambaran gelombang Doppler pada Arteri cerebralis media, normal (a), abnormal (b). Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya bunyi end-diastolik yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya PJT. KOMPLIKASI PJT Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu : 1. Janin Antenatal : gagal nafas dan kematian janin Intranatal : hipoksia dan asidosis Setelah lahir : a. Langsung: Asfiksia Hipoglikemi Aspirasi mekonium DIC Hipotermi Perdarahan pada paru Polisitemia Hiperviskositas sindrom Gangguan gastrointestinal b. Tidak langsung Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat

29

kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom. 2. Ibu EVALUASI Evaluasi kesejahteraan janin untuk mendiagnosis keadaan hipoksia janin, dengan melakukan pemeriksaan: Pemantauan gerakan janin (fetal kick count) setiap hari USG Dopler setiap minggu NST (uji tanpa kontraksi) setiap minggu 0CT (uji dengan kontraksi) bila NST non reaktif Cairan amnion, untuk mendiagnosis oligohidramnion (diameter kantong terbesar 37 minggu) Sudah mendapat terapi kortikosteroid (kehamilan 24-34 minggu) yang disertai tandatanda dibawah ini: - Skor biofisik