Presentasi Bu Ana
-
Upload
muhammad-ikhwanul-hakim -
Category
Documents
-
view
23 -
download
0
description
Transcript of Presentasi Bu Ana
PEMBUATAN KEPUTUSAN TERHADAP MASALAH ETIS
Oleh Sri Agustiana
A. Faktor-faktor yg mempengaruhi pembuatan keputusan
B. Teori dasar pembuatan keputusan
C. Kerangka pembuatan keputusan etis
D. Strategi penyelesaian permasalahan etis.
PEMBUATAN KEPUTUSAN TERHADAP MASALAH ETIS
Pada saat menghadapi masalah yang menyangkut etika, perawat harus mempunyai kemampuan yang baik untuk pasien maupun dirinya.
Beberapa orang membuat keputusan dengan mempertimbangkan segi baik dan buruk dari keputusannya, ada pula yang membuat keputusan berdasarkan pengalamannya.
Dalam membuat keputusan etis, seseorang harus berfikir secara rasional, bukan emosional.
Keputusan tersebut membutuhkan ketrampilan berpikir secara sadar yang diperlukan untuk menyelamatkan keputusan pasien dan memberikan asuhan keperawatan
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Keputusan
1. Agama dan adat istiadat2. Sosial3. Ilmu pengetahuan / teknologi 4. Legislasi / Keputusan Yuridis5. Dana / keuangan6. Kode Etik Keperawatan 7. Hak Pasien
B. Teori Dasar Pembuatan Keputusan Etis
Teori dasar/prinsip-prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktik profesional.
Teori-teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip-prinsip dan aturan-aturan
KLASIFIKASI TEORI
1. Teleologi Berasal dari bahasa Yunani Telos = akhir Istilah TELEOLOGI dan UTILITARIANISME
sering digunakan saling bergantian Teleologi merupakan suatu doktrin yang
menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi
Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan The end justifies the means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi
Teori ini menekankan pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia.
Teori Teleologi atau utilitarianisme dibedakan menjadi :
Lanjutan ……
Rule Utilitarianisme Act Utilitarianisme
Contoh penerapan teori ini, misalnya:Bayi-bayi yang lahir cacat lebih baik
diijinkan meninggal dari pada nantinya menjadi beban di masyarakat.
Lanjutan ……
Rule UtilitarianismeBerprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan tergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan pada manusia
Act Utilitarianisme Bersifat lebih terbatas Tidak melibatkan aturan umum tetapi
berupaya menjelaskan pada situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu
2. DEONTOLOGI (Formalisme) Berasal dari bahasa Yunani DEON =
tugas Berprinsip pada aksi atau tindakan Benar atau salah bukan ditentukan
oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya.
Dalam konteks ini, perhatian difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau salah
Dua aturan yang diformulasi oleh “Kant” :
(1) Manusia harus selalu bertindak sehingga aturan yang merupakan dasar berperilaku dapat menjadi suatu hukum moral universal.
(2) Manusia tidak memperlakukan orang lain secara sederhana sebagai suatu makna, tetapi selalu sebagai hasil akhir terhadap dirinya sendiri
Lanjutan ……
Contoh penerapan deontologi, adalah :
Lanjutan ……
1. Seorang perawat yang yakin bahwa pasien harus diberitahu tentang apa yang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan
2. Seorang perawat menolak membantu pelaksanaan abortus, karena keyakinan agamanya yang melarang tindakan membunuh
Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak menggunakan pertimbangan, misal: tindakan
abortus dilakukan dengan menyelamatkan nyawa ibu, karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup, merupakan tindakan yang secara moral buruk.
Deontologi dikembangkan menjadi 5 prinsip :
Lanjutan ……
•Kemurahan Hati
•Keadilan
•Otonomi
•Kejujuran
•Ketaatan
KERANGKA PEMBUATAN
KEPUTUSAN ETIS
Nilai dan Kepercayaan pribadi
Kode etik perawat Indonesia
Konsep moral keperawatan
Teori prinsip etika
Kerangka
PembuatanKeputusan
Keputusan dan tindakan moral
Unsur-unsur utama yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan tindakan moral dalam praktik keperawatan (Diadaptasi dari Fry, 1991)
KERANGKA PEMBUATAN KEPUTUSAN
Pengenalan dilema etika keperawatan
Mengumpulkan data aktual yang relevan
Menganalisis dan mencari kejelasan individu yang terlibat
Mengonsep dan mengevaluasi argumentasi untuk setiap isu dan membuat alternatif
Mengambil tindakan
Mengadakan evaluasi
Pertanyaan dasar etika menurut Fry
Hal apakah yang membuat tindakan benar apakah benar ?
Jenis tindakan apa yang benar ? Bagaimana aturan-aturan dapat
diterapkan pada situasi tertentu ? Apakah yang harus dilakukan
pada situasi tertentu ?
MODEL ITahap Keterangan
1 Identifikasi masalah. Ini berarti klasifikasi masalah dilihat dari nilai dan konflik hati nurani. Perawat juga harus mengkaji keterlibatannya pada masalah etika yang timbul dan mengkaji parameter waktu untuk proses pembuatan keputusan. Tahap ini akan memberikan jawaban pada perawat terhadap pertanyaan, “Hal apakah yang membuat tindakan benar adalah benar?” Nilai-nilai diklasifikasi dan peran perawat dalam situasi yang terjadi diidentifikasi.
2 Perawat harus mengumpulkan data tambahan. Informasi yang dikumpulkan dalam tahap ini meliputi orang yang dekat dengan klien, yang terlibat dalam membuat keputusan bagi klien, harapan/keinginan klien dan orang yang terlibat dalam pembuatan keputusan. Perawat kemudian membuat laporan tertulis kisah dari konflik yang terjadi.
3 Perawat harus mengidentifikasi semua pilihan atau alternatif secara terbuka kepada pembuat keputusan. Semua tindakan yang memungkinkan harus terjadi, termasuk hasil yang mungkin diperoleh beserta dampaknya. Tahap ini memberikan jawaban atas pertanyaan, “Jenis tindakan apa yang benar?”
MODEL ITahap Keterangan
4 Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan. Ini berarti perawat mempertimbangkan nilai dasar manusia yang penting bagi individu, nilai dasar manusia yang menjadi pusat masalah, dan prinsip etis yang dapat dikaitkan dengan masalah. Tahap ini menjawab pertanyaan “Bagaimana aturan-aturan tertentu diterapkan pada situasi tertentu?”
5 Pembuat keputusan harus membuat keputusan. Ini berarti bahwa pembuatan keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan mereka paling tepat. Tahap ini menjawab pertanyaan etika, “Apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu.”
6 Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil.
Lanjutan ……
MODEL IITahap Keterangan
1 Mengenali dengan tajam masalah yang terjadi, apa intinyanya, apa sumbernya, mengenali hakikat masalah.
2 Mengumpulkan data atau informasi yang berdasarkan fakta, meliputi semua data yang termasuk variabel masalah yang telah dianalisis secara teliti.
3 Menganalisis data yang telah diperoleh , dan menganalisis kejelasan orang yg terlibat, bagaimana kedalaman dan intensitas keterlibatannya, relevansi keterlibatannya dg masalah etika.
4 Berdasarkan analisis yg telah dibuat, mencari kejelasan konsep etika yg relevan untuk menyelesaikan masalah dengan mengemukakan konsep filsafat yg mendasari etika maupun konsep sosial budaya yg menentukan ukuran yg diterima.
MODEL IITahap Keterangan
5 Mengonsep argumentasi semua jenis isu yang didapati merasionalisasi kejadian, kemudian membuat alternatif tindakan yang akan diambilnya.
6 Langkah selanjutnya mengambil tindakan, setelah semua alternatif diuji terhadap nilai yang ada di dalam masyarakat dan ternyata dapat diterima maka pilihan tersebut dikatakan sah (valid) secara etis. Tindakan yang dilakukan menggunakan proses yang sistematis.
7 Langkah terakhir adalah mengevaluasi, apakah tindakan yang dilakukan mencapai hasil yang diinginkan mencapai tujuan penyelesaian masalah, bila belum berhasil, harus mengkaji lagi hal-hal apa yang menyebabkan kegagalan, dan menjadi umpan balik untuk melaksanakan pemecahan/penyelesaian masalah secara ulang.
Lanjutan ……
MODEL IIITahap Keterangan
1 Tinjauan ulang situasi yang dihadapi untuk menentukan masalah kesehatan. Keputusan yang dibutuhkan, komponen etis individu keunikan.
2 Kumpulan informasi tambahan untuk memperjelas situasi.3 Identifikasi aspek etis dari masalah yang dihadapi.4 Ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral profesional.5 Identifikasi posisi moral dan keunikan individu yang berlainan.6 Identifikasi konflik-konflik nilai bila ada.7 Gali siapa yang harus membuat keputusan.8 Identifikasi rentang tindakan dan hasil yang diharapkan.9 Tentukan tindakan dan laksanakan.10 Evaluasi hasil dari keputusan/tindakan.
Berbagai permasalahan etis yang timbul sering menuntut perawat dan dokter untuk dapat mengatasinya. Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan dokter tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut dapat menyebabkan masalah komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat perawatan pada pasien dan kenyamanan bekerja (MacPhail, 1988).
Salah satu cara menyelesaikan permasalahan etis adalah dengan melakukan rounde (Bioethics Rounds) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk menyelesaikan masalah etis tetapi lebih untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang kemungkinan terdapat permasalahan etis.
STRATEGI PERMASALAHAN ETIS
STRATEGI PERMASALAHAN ETISBeberapa rumah sakit yang maju, misalnya di Amerika Serikat
dan Kanada mengembangkan suatu dewan etik (Ethics Committee) yang terdiri dari perawat, dokter, tenaga kesehatan lain, para ulama, petugas administrasi, pakar etik dan tokoh masyarakat. Tugas dewan ini adalah membuat keputusan etis, memberikan penyuluhan, konsultasi dan anggota profesi untuk sadar etik (Neil Young, 1988 dan Presiden Commission for the study of ethical problems in medicine and biomedical and behaviour research).
Pembentukan dewan etik atau yang lazimnya disebut Panitia Etika Rumah Sakit di Indonesia baru dalam tarap pengembangan. Beberapa rumah sakit besar di Indonesia telah membentuk panitia semacam ini, misalnya di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Pengembangan panitia etika rumah sakit di Indonesia mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 640/Menkes/SK/X/1991 tentang Majelis Pembinaan dan Pengawasan Etika Pelayanan Medis dan mengacu pada SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik No. 155/Yan.Med/RS.Umdik/YMD/II.92
Lanjutan ……