Preplanning Perilaku Beresiko

22
PRE PLANNING PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG “PERILAU CENDERUNG BERESIKO MINUM OBAT-OBATAN TANPA RESEP DOKTER” I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan pembuluh darah sistolik ≥ 140 mmHg dan untuk diastolik ≥ 90 mmHg. Terdapat beberapa gejala yang sering dialami oleh penderita hipertensi, diantaranya adalah mengeluh sakit kepala/ pusing, tengkuknya terasa berat, susah tidur dan mengalami penurunan nafsu makan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengasuh panti mengatakan mayoritas lansia yang berada pada panti wredha ini mengalami hipertensi, dan sebagian dari mereka tidak minum obat hipertensi sesuai dengan anjuran yang diberikan dokter, sehingga banyak dari lansia yang merasa pusing dan sulit tidur saat malam hari. hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. T didapatkan hasil ia sellau minum obat-obatan warung berupa parameg, promag, enterostop dan ultraflu ketika mengalami masalah kesehatan. Berdasarkan hasil pengkajian, penulis akan memberikan asuhan keperawatan untuk

description

Preplanning perilaku beresiko

Transcript of Preplanning Perilaku Beresiko

Page 1: Preplanning Perilaku Beresiko

PRE PLANNING

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG

“PERILAU CENDERUNG BERESIKO MINUM OBAT-OBATAN TANPA

RESEP DOKTER”

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan pembuluh darah

sistolik ≥ 140 mmHg dan untuk diastolik ≥ 90 mmHg. Terdapat beberapa

gejala yang sering dialami oleh penderita hipertensi, diantaranya adalah

mengeluh sakit kepala/ pusing, tengkuknya terasa berat, susah tidur dan

mengalami penurunan nafsu makan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengasuh panti mengatakan

mayoritas lansia yang berada pada panti wredha ini mengalami

hipertensi, dan sebagian dari mereka tidak minum obat hipertensi sesuai

dengan anjuran yang diberikan dokter, sehingga banyak dari lansia yang

merasa pusing dan sulit tidur saat malam hari. hasil pengkajian yang

dilakukan pada Ny. T didapatkan hasil ia sellau minum obat-obatan

warung berupa parameg, promag, enterostop dan ultraflu ketika

mengalami masalah kesehatan. Berdasarkan hasil pengkajian, penulis

akan memberikan asuhan keperawatan untuk menyelesaikan masalah

perilaku cenderung beresiko Ny. T.

B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT

Dampak yang telah dirasakan Ny. T setelah minum obat- obatan warung.

C. MASALAH KEPERAWATAN

Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188) berhubungan dengan

kurang dukungan sosial

Page 2: Preplanning Perilaku Beresiko

II. RENCANA KEPERAWATAN

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

B. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b/d kurang dukungan sosial

C. TUJUAN UMUM

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, Ny. T mampu

mengetahui jika obat warung tidak akan mampu menyembuhkan

hipertensinya.

D. TUJUAN KHUSUS

1. Ny. T mampu mengetahui akibat tidak minum obat secara rutin

2. Ny. T mampu mengetahui akibat dari minum obat warung dosis

yang tinggi dan jangka waktu yang lama

3. Ny. T mengetahui jenis terapi (farmakologi dan non farmakologi)

untuk menurunkan tekanan darah

III. RANCANGAN KEGIATAN

A. TOPIK

Terapi farmakologi dan non farmakologi untuk menurunkan tekanan

darah

B. METODE PELAKSANAAN

Metode yang digunakan untuk pendidikan kesehatan ini adalah story

telling/ bercerita.

C. SASARAN DAN TARGET

Sasaran untuk pendidikan kesehatan ini adalah Ny. T dengan masalah

ketidakpatuhan minum obat hipertensi

Page 3: Preplanning Perilaku Beresiko

D. STRATEGI PELAKSANAAN

1. Menyiapkan instrumen yang dibutuhkan selama proses pendidikan

kesehatan

2. Menyiapkan klien

3. Melakukan BHSP

4. Menyiapkan lingkungan dan tempat klien agar nyaman dalam proses

pendidikan kesehatan

5. Menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan

6. Kontrak waktu

E. MEDIA DAN ALAT BANTU

Pendidikan kesehatan ini tidak menggunakan media apapun.

F. SETTING TEMPATNy. T dan perawat saling berhadapan

Berhadapan

Perawat

Klien

Page 4: Preplanning Perilaku Beresiko

G. SUSUNAN ACARA

KEGIATAN

Waktu Fase Penyuluhan Sasaran Media Metode

Pembukaan

5 menit

Orientasi :

- Salam

- Perkenalan

- Menjelaskan tujuan pendidikan

kesehatan

- Kontrak waktu

- Mengucapkan salam

- Memperkenalkan diri

- Menjelaskan tujuan penkes

- Menawarkan kontrak waktu

- Menjawab salam

- Memperhatikan

- Memperhatikan

- Menyepakati kontrak

waktu yang dibuat

- Ceramah

Isi

20 menit

Fase kerja :

- Melakukan apersepsi mengenai

hipertensi dan penatalaksanaan

hipertensi secara farmakologi

maupun non farmakologi.

- Menyampaikan materi tentang

ketidakpatuhan minum obat

- Mengajukan pertanyaan

- Menyampaikan pengertian

hipertensi

- Menyampaikan akibat tidak

minum obat secara rutin

- Menyampaikan akibat dari

- Menjawab pertanyaan

- Memperhatikan dan

menyimak

- Memperhatikan dan

menyimak

- Memperhatikan dan

-

Tanya

jawab

Ceramah

Page 5: Preplanning Perilaku Beresiko

minum obat warung dosis yang

tinggi dan jangka waktu yang

lama

- Menyampaikan jenis terapi

(farmakologi dan non

farmakologi) untuk

menurunkan tekanan darah

- Memberikan kesempatan

bertanya

- Menagajukan pertanyaan

kepada klien

menyimak

- Memperhatikan dan

menyimak

- Mengajukan

pertanyaan

- Menjawab pertanyaan

yang diajukan

-

Diskusi

Penutup

5 menit

Fase terminasi :

- Kesimpulan

- Evaluasi

- Salam

- Menyampaikan garis besar

dari materi

- Menanyakan kembali kepada

klien tentang materi yang

sudah dijelaskan

- Mengucapkan salam

- Mendengarkan,

memperhatikan dan

menyimak

- Klien dapat

menyebutkan minimal

5 point materi pendkes.

- Menjawab salam

- Ceramah

Page 6: Preplanning Perilaku Beresiko

H. PENGORGANISASIAN 1. Moderator : Annas Anshori2. Pemateri 1 : Nur Lela Fitriani3. Observer : Vika Asyharul Ulya

I. KRITERIA EVALUASI 1. STRUKTUR

a. Preplanning telah disiapkan sebelumnya.

b. Kontrak waktu sudah tepat dan mempertimbangkan kondisi klien.

c. Materi sudah dipersiapkan dengan matang.

d. Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan adalah tempat tidur

klien yang bersampingan dengan tempat tidur teman-temannya,

sehingga kurang kondusif karena terpengaruh suara dari

kelompok-kelompok disampingnya dalam satu ruangan.

e. Materi penkes sesuai dengan kondisi klien.

f. Pemberi penkes sudah menguasai semua materi yang akan

disampaikan.

g. Pemberi penkes harus berpenampilan yang menarik, rapi, dan

sopan.

2. PROSES a. Penkes sudah sesuai dengan sasaran.

b. Kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal yang ditentukan.

c. Observer menempatkan disamping klien sehingga

memungkinkan untuk dapat mengawasi jalannya pendidikan

kesehatan.

d. Klien dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai

selesainya pendidikan kesehatan.

e. Klien tampak kurang antusias terhadap jalannya pendidikan

kesehatan karena ia merasa pusing ditengah keberjalanan

Pendkes.

f. Diakhir kegiatan sudah dievaluasi jalannya kegiatan dan

dilakukan kontrak yang akan datang.

Page 7: Preplanning Perilaku Beresiko

3. HASIL a. Kegiatan sudah dilaksanakan sesuai jadwal.

b. Klien kurang mampu memahami isi atau materi penkes karena

faktor usia dan kepercayaan yang terlanjur salah sejak kecil

tentang obat hipertensi.

c. Klien kurang mampu menjelaskan kembali inti atau kesimpulan

pendidikan kesehatan yang sudah dilakukan.

d. Klien dapat memberikan pendapat seputar permasalahan yang

dibahas di penkes.

J. MATERI 1. Definisi hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana

tekanan dalam pembuluh darah untuk sistolik ≥ 140 mmHg dan

untuk diastolik ≥ 90 mmHg dan jika pasien mengkonsumsi obat

antihipertensi. (Digiulio et al, 2007). Jenis hipertensi berdasarkan

tinggi rendahnya tekanan sistolik dan diastolik, adalah :

No Kategori Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

1 Optimal < 120 <802 Normal 120-129 80-843 High Normal 130-139 85-89

HipertensiGrade 1 (ringan) 140-159 90-99Grade 2 (sedang) 160-179 100-109Grade 3 (berat) 180-209 100-119Grade 4 (sangat berat) >210 >120

Page 8: Preplanning Perilaku Beresiko

2. AKIBAT TIDAK MINUM OBAT HIPERTENSI SECARA TERATURObat hipertensi adalah obat yang dapat membantu menurunkan

tekanan darah. Obat hipertensi ada berbagai macam, di antaranya ACE

inhibitor, penyekat kanal kalsium, diuretik tiazid, penyekat beta, dan

penyekat reseptor angiotensin. dari beberapa obat yang telah disebutkan,

sangat tidak dianjurkan untuk menghentikan obat-obat ini tanpa anjuran

dari dokter.

Menurut dr. Nani Hersunarti, Sp.JP(K), dari Departemen

Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI/RS Jantung dan Pembuluh

Darah Harapan Kita Jakarta. Klien yang merasa sudah sembuh setelah

minum obat hipertensi harus selalu diingatkan dan dikontrol, karena

penurunan tekanan darah yang terjadi adalah efek dari obat, sehingga

harus tetap dijaga agar tidak menimbulkan komplikasi.

Studi menunjukkan, seseorang yang berhenti minum obat dalam

dua hari, maka tekanan darah tiba-tiba akan naik lagi dan denyut jantung

menjadi tidak teratur. Akibatnya, komplikasi hipertensi dapat

bermunculan, mulai dari serangan jantung, gangguan ginjal, hingga

stroke

3. AKIBAT MINUM OBAT WARUNG DALAM JANGKA WAKTU YANG LAMAa. PARAMEX

Efek Samping : Penggunaan Paramex dalam dosis besar dan jangka waktu lama dapat mengakibatkan kerusakan hati. Peringatan Dan Perhatian - Jangan melebihi dosis paramex yang dianjurkan

- Penggunaan paramex pada penderita porphyria (porfiria) akut

karena dapat menimbulkan porphyrinogenic

- Paramex dapat menyebabkan kantuk.

- Penggunaan paramex pada penderita yang mengkonsumsi

alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan/gangguan fungsi

hati.

Page 9: Preplanning Perilaku Beresiko

b. OSKADONKontraindikasi

- Penderita dengan riwayat hipersensitif/alergi terhadap

paracetamol, ibuprofen dan obat antiinflamasi nonsteroid

lainnya. 

- Penderita dengan ulkus peptikum (tukak lambung dan usus 12

jari) yang berat dan aktif, gangguan fungsi hati. 

- Penderita dimana bila menggunakan acetosal atau obat-obat

antiinflamasi non steroid lainnya akan timbul gejala asma,

rhinitis atau urtikaria. 

- Wanita hamil 3 bulan terakhir. 

Efek samping 

- Mual, muntah, nyeri lambung, atau rasa panas di ulu hati, diare,

konstipasi, dan perdarahan lambung. 

- Resiko ruam kulit, pusing, penyempitan bronkus,

trombositopenia, limfopenia, gangguan hati dan ginjal. 

- Penggunaan Oskadon dosis besar dan jangka panjang dapat

menyebabkan kerusakan hati. c. PROMAG

Efek Samping- Sembelit- Mual- Muntah

Peringatan dan perhatian - Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, pemberian

antasida yang mengandung magnesiun dapat mengakibatkan hipermagnesimia

- Pemakaian dalam jangka waktu yang lama akan mengurangi kadar fosfor dalam darah

4. TERAPI FARMAKOLOGI DAN NON FARMAKOLOGI UNTUK

HIPERTENSI

a. TERAPI FARMAKOLOGI

Terapi farmakologis yaitu terapi dengan menggunakan obat-obatan yang

dapat menurunkan dan menstabilkan tekanan darah, serta menurunkan

resiko terjadinya komplikasi akibat hipertensi.

Page 10: Preplanning Perilaku Beresiko

Menurut The Joint National Committee on prevention, detection,

evaluation, and treatment of high blood pressure (JNC) VII,

penatalaksaan hipertensi secara farmakologis di bagi menjadi dua yaitu :

- First line : diuretic, penyekat reseptor beta adrenergic (β-blocker),

Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor, penghambat

reseptor angiotensin (ARB) dan antagonis kasium / Calsium

Channel Blocker (CCB)

- Second line : penghambat saraf adrenergic, penghambat

adrenoreseptor alpha (α-blocker), dan vasodilator.

Diuretik

Diuretik terdiri dari 4 subkelas yang digunakan sebagai terapi

hipertensi yaitu tiazid, loop, penahan kalium dan antagonis aldosteron.

Diuretik terutama golongan tiazid merupakan lini pertama terapi

hipertensi. Bila dilakukan terapi kombinasi, diuretik menjadi salah satu

terapi yang direkomendasikan. Mekanisme kerja dari diuretik pada terapi

hipertensi belum diketahui secara pasti, namun diduga efek penurunan

tekanan darah terjadi karena adanya diuresis yang menyebabkan volume

plasma darah berkurang sehingga cardiac output juga akan menurun. Efek

samping diuretik tiazid, antara lain hipokalemia, hipomagnesemia,

hiperkalsemia, hiperurisemia, hiperglikemia,hiperlipidemia, dan disfungsi

seksual.

1) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)

ACEI merupakan terapi lini kedua untuk hipertensi setelah

diuretik. ACEI bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin I

menjadi angiotensin II, dimana angiotensin merupakan vasokonstriktor

poten yang juga merangsang sekresi aldosteron. Selain itu, ACEI juga

memblok degradasi dradikinin dan merangsang sintesa zat yang

menyebabkan vasodilatasi, termasuk prostaglandin E2 dan prostasiklin.

Peningkatan bradikinin meningkatkan efek penurunan tekanan darah

dan berperan terhadap efek samping terjadinya batuk kering yang

sering terjadi pada penggunaan ACEI. ACEI menurunkan morbiditas

Page 11: Preplanning Perilaku Beresiko

dan mortalitas pada pasien gagal jantung dan mencegah perparahan

penyakit ginjal kronik, sehingga menjadi terapi lini pertama pada

kondisi ini. Penyesuaian dosis diperlukan pada pemberian untuk pasien

dengan gangguan ginjal parah karena ACEI diekskresi melalui urin.

Kontra indikasi bagi wanita hamil dan pasien dengan riwayat

angioedema.

2) Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)/Antagonis Angiotensin II

Angiotensin II dihasilkan melalui 2 jalur enzimatis, yaitu RAAS

yang melibatkan ACE, dan jalur lainnya dengan menggunakan enzim

lain seperti kimase. ACEI hanya menghambat efek angiotensin yang

dihasilkan melalui RAAS. Sedangkan ARB menghambat angiotensin

II yang dihasilkan dari semua jalur. Oleh sebab itumaka ACEI hanya

menghambat sebagian efek yang dihasilkan oleh angiotensin II. ARB

menghambat secara langsung reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1) yang

memediasi efek angiotensin II yang dapat menyebabkan terjadinya

vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatik, pelepasan

hormone antidiuretik, dan kontriksi arteriol aferen glomerolus.ARB

tidak menimbulkan efek samping batuk kering karena kerjanya tidak

mempengaruhi bradikinin, demikian pula dengan angioedema.

3) Beta Blocker (BB)

Pada dasarnya semua obat dalam kelas beta bloker memiliki

efek menurunkan tekanan darah, namun adanya perbedaan

farmakodinamik membedakan satu dengan lainnya. Efek yang

membedakan adalah efek kardioselektif, ISA (intrinsic

sympathomimetic activity), dan menstabilkan membran. Beta blocker

kardioselektif lebih aman daripada beta blocker non selektif pemberian

pada pasien asma, PPOK, penyakit arteri perifer, dan diabetes. Pada

dosis tinggi beta blocker kardioselektif akan kehilangan sifat

selektifnya. Beta blocker yang memiliki aktivitas simpatomimetik

intrinsic dapat meningkatkan risiko pasca infark miokard atau pasien

dengan resiko kardiovaskular yang cukup tinggi.

Page 12: Preplanning Perilaku Beresiko

4) Calcium Channel Blocker (CCB)

CCB mempunyai indikasi khusus untuk pasien yang beresiko

tinggi terhadap penyakit kardiovaskular dan diabetes. CCB

dihidropiridin (amlodipin dan nifedipin) sangat efektif pada pasien

lansia dengan hipertensi sistolik terisolasi. CCB bekerja dengan

menghambat influx kalsium sepanjang membran sel.

5) Vasodilator

Bekerja langsung pada otor pembuluh darah dengan

menimbulkan relaksasi otot, sehingga pembuluh darah tidak

menyempit dan tekanan darah berkurang.

b. TERAPI NON FARMAKOLOGI1) Mengurangi berat badan untuk individu yang obesitas atau kegemukan

Penderita hipertensi yang memiliki berat badan berlebih akan

mengalami penurunan tekanan darah saat penurunan berat badannya

mencapai 4,5 kg dan penurunan tekanan darah terbesar saat penurunan

berat badannya mencapai 12 kg. Hasil penelitian menjelaskan bahwa

penderita hipertensi yang melakukan penurunan berat badan tidak

memerlukan pengobatan hipertensi hingga 4-6 bulan. Pasien

hipertensi disarankan untuk menurunkan berat badan dengan cara diet

rendah energi dan melakukan latihan selama 30-45 menit sebanyak 4-

6 kali seminggu.

2) Mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop

Hypertension)

JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya

dengan buah, sayur dan produk susu rendah lemak dengan kadar total

lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan <

2.4 g (100 mEq)/hari

3) Diet rendah sodium

Hasil penelitian epidemiologi dengan rancangan control acak

menjelaskan bahwa individu yang berusia >45 tahun dengan konsumsi

Page 13: Preplanning Perilaku Beresiko

makanan rendah natrium akan mengalami penurunan tekanan darah

sebanyak 2,2-6,3 mmHg. Asupan natrium pada pasien hipertensi tidak

boleh berlebihan karena dapat menyebabkan tekanan darah pasien

menjadi tinggi. Hal ini disebabkan karena asupan natrium yang

berlebihan dapat menyebabkan tubuh merentensi cairan sehingga

volume darah menjadi meningkat.

4) Aktivitas fisik

Pasien hipertensi dapat melakukan olahraga aerobic secara teratur

selama 30 menit/hari yang dilakukan beberapa hari dalam minggu.

Studi menunjukkan kalau olahraga aerobik seperti jogging, berenang,

jalan kaki dan bersepeda dapat menurunkan tekanan darah. Namun

pasien harus konsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk

menentukan jenis olahraga mana yang terbaik terutama untuk pasien

dengan kerusakan organ target.

5) Berhenti merokok

Menghisap rokok berarti menghisap nikotin dan karbon monoksida.

Nikotin akan masuk ke dalam aliran darah dan segera mencapai otak.

Otak akan memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal untuk

melepaskan hormone adrenalin. Hormon adrenalin akan

menyempitkan pembuluh darah sehingga terjadi tekanan yang lebih

tinggi. Gas karbonmonoksida dapat menyebabkan pembuluh darah

tegang dan kondisi kejang otot sehingga tekanan darah pun naik.

Dengan merokok 2 batang saja, tekanan darah sistolik dan diastolic

akan meningkat sebesar 10 mmHg. Peningkatan tekanan darah akan

menetap hingga 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Saat efek

nikotin perlahan menghilang, tekanan darah pun akan menurun

perlahan. Namun pada perokok berat, tekanan darah akan selalu

berada pada level tinggi.

6) Manajemen stress

Stress yang berkepanjangan dapat menyebabkan ketegangan dan

kekhawatiran yang terus menerus. Akibatnya, tubuh akan melepaskan

Page 14: Preplanning Perilaku Beresiko

hormon adrenalin kemudian memacu jantung berdenyut lebih cepat

dan lebih kuat sehingga tekanan darah akan meningkat. Ketika stress

lakukanlah cara-cara yang bisa membuat tubuh relaks seperti

melakukan latihan pernapasan, yoga, meditasi dan latihan ringan

lainnya.

Page 15: Preplanning Perilaku Beresiko

DAFTAR PUSTAKA

Website dokter http://www.sehatraga.com/dilema-minum-obat-hipertensi/

diunduh pada tanggal 28 September 2015 pukul 15.50

Baradero, Mary and Wilfrid Dayrit, et al. 2008. Klien dengan Gangguan

Kardiovaskular. Jakarta : EGC

Digiulio, Mary and Donna Jackson, et al. 2007. Medical-Surgical Nursing

Demystified. United States of America : The McGraw-Hill

Gusmira, Sefni. 2012. Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Konvensional dan

Kombinasi Konvensional-Bahan Alam pada Pasien Hipertensi di

Puskesmas Wilayah Depok, 16: 2: 2012. Makara, Kesehatan. Departemen

Farmasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika Universitas

Indonesia.

Johnson, Joyce Young. 2010. Handbooks For Brunner & Suddarth’s Textbook of

Medical Surgical Nursing 12th Edition. U.S : Wolters Kluwer Health

Kuswardhani, RA Tuty. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia,

7:2:2006. Bagian Penyakit Dalam FK. Unud, RSUP Sanglah Denpasar.

Muchid, Abdul. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta :

Bakti Husada