Pre-case Bp Neny
-
Upload
neny-achmad -
Category
Documents
-
view
707 -
download
12
Transcript of Pre-case Bp Neny
Bronchopneumonia
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh
penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat.
Pneumonia adala penyakit klinis, sehingga didefinisikan berdasarkan
gejala dan tanda klinis, dan perjalanan penyakitnya. Salah satu definisi klasik
menyatakan bahwa pneumonia adalah penyakit respiratorik yang ditandai
dengan batuk, sesak napas, demam, ronki basah halus, dan gambaran infiltrat
pada foto polos dada.
Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia lobularis (Bronchopneumonia)
3. Pneumonia interstisial (Bronchiolitis)
Pneumonia pada anak merupakan penyakit infeksi pernapasan akut yang
serius dan menimbulkan banyak permasalahan yaitu sebagai penyebab terbesar
kematian anak terutama di negara berkembang.
I.2. Anatomi dan Fisiologi
Struktur dasar jalan nafas telah ada sejak lahir dan berkembang selama
neonatus dan dewasa menjadi sistem bronkhopulmonal. Jalan nafas pada setiap
usia tidak simetris. Apabila dibagi menjadi dua bagian, ada perbedaan bentuk
dan jumlah cabang yang tergantung dari lokasinya. Variasi tersebut
menyebabkan implikasi fisiologi yang berbeda. Alur yang berbeda
menyebabkan perbedaan resistensi terhadap aliran udara, sehingga
menyebabkan distribusi udara atau partikel yang terhisap tidak merata. Cabang
dari bronkus mengalami pengecilan ukuran dan kehilangan kartilago, yang
kemudian disebut bronkhiolus.
Bronkhiolus terminalis membuka saat pertukaran udara dalam paru-
paru. Jalan nafas dilapisi oleh membran epitel yang berganti secara bertahap
dari epitel kolumner bertingkat bersilia di bronkus menjadi epitel kubus bersilia
pada area tempat pertukaran udara. Sillia berfungsi untuk menghantarkan
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
1
Bronchopneumonia
mukus dari pinggir jalan nafas ke faring. Sistem transport mukosilier ini
berperan penting dalam mekanisme pertahanan paru. Sel goblet pada trakhea
dan bronchus memproduksi musin dalam retikulum endoplasma kasar dan
apparatus golgi. Sel goblet meningkat jumlahnya pada beberapa gangguan
seperti bronkhitis kronis yang hasilnya terjadi hipersekresi mukus dan
peningkatan produksi sputum.
Gambar 1. Bronkus
Unit pertukaran udara (terminal respiratory) terdiri dari bronkhiolus
distal sampai terminal : bronkhiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveoli.
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
2
Bronchopneumonia
Gambar 2. Lobulus Paru
Pada pemeriksaan luar pulmo dekstra lebih pendek dan lebih berat
dibanding pulmo sinistra. Pulmo dekstra dan sinistra dibagi oleh alur yang
disebut incissura interlobaris dalam beberapa Lobus Pulmonis.
Gambar 3. Anatomi Paru
Pulmo dekstra dibagi
menjadi 3 lobi, yaitu:
1. Lobus Superior
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
3
Bronchopneumonia
Dibagi menjadi 3 segmen: apikal, posterior, inferior.
2. Lobus Medius
Dibagi menjadi 2 segmen: lateralis dan medialis.
3. Lobus Inferior
Dibagi menjadi 5 segmen: apikal, mediobasal, anterobasal,
laterobasal, posterobasal
Pulmo sinistra dibagi menjadi 2 lobi, yaitu:
1. Lobus Superior
Dibagi menjadi segmen: apikoposterior, anterior, lingularis superior,
lingularis inferior.
2. Lobus Inferior
Dibagi menjadi 4 segmen: apikal, anteromediobasal, laterobasal, dan
posterobasal.
MEKANISME PERTAHANAN PARU
Saluran napas bagian bawah yang normal adalah steril, walaupun
bersebelahan dengan sejumlah besar mikroorganisme yang menempati orofaring
dan terpajan oleh mikroorganisme dari lingkungan di dalam udara yang dihirup.
Gambar 4. Mekanisme Pertahanan Paru
Sterilitas saluran napas bagian bawah adalah hasil mekanisme
penyaringan dan pembersihan yang efektif, antara lain:
1. PEMBERSIHAN UDARA
Temperatur dan kelembapan udara bervariasi, dan alveolus harus
terlindung dari udara dingin dan kering. Mukosa hidung, turbinasi hidung,
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
4
Bronchopneumonia
orofaring dan nasofaring, mempunyai suplai darah yang besar dan memiliki
area permukaan yang luas. Udara yang terhirup melewati area-area tersebut
dan diteruskan ke cabang trakeobonkial, dipanaskan pada temperatur tubuh
dan dilembabkan.
2. PEMBAU
Reseptor pembau berada lebih banyak di posterior hidung
dibandingkan dengan di trakhea n alveoli, sehingga seseorang dapat
mencium untuk mendeteksi gas yang secara potensial berbahaya, atau
bahan-bahan berbahaya di udara yang dihirup. Inspirasi yang cepat tersebut
membawa udara menempel pada sensor pembau tanpa membawanya ke
paru-paru.
3. PENYARING DAN MEMBUANG PARTIKEL YANG TERHIRUP
Udara yang melewati saluran traktus respiratorius awalnya difiltrasi
oleh bulu hidung. Gerakannya menyebabkan partikel berukuran besar dapat
dikeluarkan. Sedimentasi partikel berukuran lebih kecil terjadi akibat gravitasi
di jalan nafas yang lebih kecil. Partikel-partikel tersebut terperangkap dalam
mukus yang ada di saluran pernafasan atas, trakhea, bronkus dan bronkhiolus.
Partikel kecil dan udara iritan mencapai duktus alveolaris dan alveoli.
Partikel kecil lainnya disuspensikan sebagai aerosol dan 80% nya dikeluarkan.
Pembuangan partikel dilalui dengan beberapa mekanisme :
- Refleks jalan nafas : refleks batuk, refleks bersin dan refleks glottis
Stimulasi reseptor kimia dan mekanik di hidung, trakhea, laring, dan
tempat lain di traktus respiratorius menyebabkan bronkokonstriksi
untuk mencegah penetrasi lebih lanjut dari iritan ke jalan nafas dan
juga menghasilkan batuk atau bersin. Bersin terjadi akibat stimulasi
reseptor di hidung atau nasofaring, dan batuk terjadi sebagai akibat
stimulasi reseptor di trakhea. Inspirasi yang dalam demi mencapai
kapasitas paru total, diikuti oleh ekspirasi melawan glotis yang
terutup. Tekanan intrapleura dapat meningkat lebih dari 100mmHg.
Selama fase refleks tersebut glottis tiba-tiba membuka dan tekanan
di jalan nafas menurun cepat, menghasilkan penekanan jalan nafas
dan ekspirasi yang besar, dengan aliran udara yang cdepat melewati
jalan nafas yang sempit, sehingga iritan ikut terbawa bersama-sama
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
5
Bronchopneumonia
mukus keluar dari traktus respiratorius. Saat bersin, ekspirasi
melewati hidung; saat batuk ekspirasi melewati mulut. Kedua refleks
tersebut juga membantu mengeluarkan mukus dari jalan nafas.
- Sekresi trakheobronkial dan transport mukosilier
Sepanjang traktus respiratorius dilapisi oleh epitel bersilia dimana
terdapat mukus yang dihasilkan oleh sel goblet. “Eskalator
mukosilier” adalah mekanisme yang penting dalam menghilangkan
dalam menghilangkan partikel yang terinhalasi. Partikel
terperangkap dalam mukus kemudian dibawa ke atas kefaring.
Pergerakan tersebut dapat meningkat cepat selama batuk. Mukus
yang mencapai faring dikentalkan atau dikeluarkan melalui mulut
atau hidung. Karenanya, pasien yang tidak bisa mengeluarkan sekret
trakheobronkial (misal tidak dapat batuk) terus menghasilkaan sekret
yang apabila tidak dikeluarkan dapatmenyebabkan sumbatan jalan
nafas.
4. MEKANISME PERTAHANAN DARI UNIT RESPIRASI TERMINAL
Makrofag alveolar
Pertahanan imun
Paru merupakan struktur kompleks yang terdiri atas kumpulan unit-unit
yang dibentuk melalui percabangan progresif jalan napas. Kurang lebih 80% sel
yang membatasi jalan napas di bagian tengah merupakan epitel bersilia,
bertingkat, kolumner dengan jumlah yang semakin berkurang pada jalan
napasbagian perifer. Masing-masing sel bersilia memiliki kira-kira 200 silia
yang bergerak dalam gelombang yang terkoordinasi kira-kira 1000 kali per
menit, dengan gerakan ke depan yang cepat dan kembali dalam gerakan yang
lebih lambat. Gerakan silia juga terkoordinasi antara sel yang bersebelahan
sehingga setiap gelombang disebarkan ke arah orofaring.
Partikel infeksius yang terkumpul pada epitel skuamosa permukaan
hidung sebelah distal biasanya akan dibersihkan pada saat bersin, sementara
partikel yang terkumpul pada permukaan bersilia yang lebih proksimal akan
disapukan ke sebelah posterior ke lapisan mukus nasofaring, saat partikel
tersebut ditelan atau dibatukkan. Penutupan glottis secara refleks dan batuk akan
melindungi saluran napas bagian bawah. Partikel infeksius yang melewati
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
6
Bronchopneumonia
pertahanan di dalam saluran napas dan diendapkan pada permukaan alveolus
dibersihkan oleh sel fagosit dan faktor humoral. Makrofag alveolar merupakan
fagosit utama di dalam saluran napas bagian bawah. Makrofag alveolar akan
menyiapkan dan menyajikan antigen mikrobial pada limfosit dan mensekresikan
sitokin yang mengubah proses imun dalam limfosit T dan B.
II.PEMBAHASAN
II.1.Definisi
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
(Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal
yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau
membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat
mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang
berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran
pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan
daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998).
II.2.Klasifikasi
Padapendahuluan telah dibahas pembagian pneumonia yang berdasarkan
berdasarkan morfologi (tempatnya), berikut klasifikasi yang lainnya:
a. Berdasarkan penyebab
Infeksi : Virus, Bakteri, Jamur, dan Tuberculosis.
Non-infeksi : Toxin, kimia, dan aspirasi.
b. Berdasarkan klinis
Primer atau sekunder
Tipikal atau atipikal
Di masyarakat atau di Rumah Sakit (nasokomial).
c. Berdasarkan durasi terjadinya
- Akut
- Kronik
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
7
Bronchopneumonia
II.3.Etiologi
Etiologi pneumonia sulit dipastikan karena kultur sekret bronkus
merupakan tindakan yang sangat invasif sehingga tidak dilakukan.
Patogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi tergantung (Faktor
Risiko):
- Usia : Makin muda usia anak , makin rentan.
- Status lingkungan, misalnya kepadatan lingkungan tempat tinggal.
- Kondisi lingkungan misalnya epidemiologi setempat, polusi udara.
- Status imunisasi
- Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi)
Sebagian besar pneumonia bakteri didahului oleh infeksi virus.
Terdapat pula faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi terjadinya
bronchopneumonia pada anak, antara lain:
- Kelainan congenital, misalnya Penyakit Jantung Bawaan.
- Gangguan fungsi imun, misalnya pada penggunaan sitistatika dan
steroid jangka panjang, penderita HIV.
- Penyakit lain : Campak, pertussis, fibrosis kistik, gangguan
neuromuscular.
- Benda asing : Kontaminasi perinatal, aspirasi.
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
8
Bronchopneumonia
Tabel 1. ETIOLOGI MENURUT UMUR
UMURSERING JARANG
BAKTERI VIRUS BAKTERI VIRUS
O-20 Hari- Escherichia coli- Group B streptococcus- Listeria monocytogenes
- Anaerob organism.- Group D streptococcus- Haemophillus influenza- Streptococcus pneumoniae- Ureaplasma urealyticum
- Cytomegalovirus- Herpes simplex virus
3 Minggu – 3 Bulan
- Clamydia trachomatis- Streptococcus pneumoniae
- Respiratory synctial virus- Influenza virus- Parainfluenza virus 1, 2, dan
3- Adenovirus
- Bordetella pertussis- Haemophillua influenza type B
dan non typeable- Moxarella catarrhalis- Ureaplasma urealyticum
Cytomegalovirus
4 Bulan – 5 Tahun
- Streptococcus pneumoniae- Clamydia pneumoniae- Mycoplasma pneumoniae
- Respiratory synctial virus- Influenza virus- Parainfluenza virus- Rhinovirus- Adenovirus- Measles virus
- Haemophillua influenza type B dan non typeable
- Moxarella catarrhalis- Neisseia meningitis- Staphylococcus aureus
Varicella zoster virus
5 Tahun – Remaja
- Clamydia pneumonia- Mycoplasma pneumonia- Streptococcus pneumoniae
- Haemophillua influenza type B dan non typeable
- Legionella species- Staphylococcus aureus
- Adenovirus- Epstein barr virus- Influenza virus- Parainfluenza virus- Rhinovirus- RSV - Varicella zoster virus
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
9
Bronchopneumonia
Gambar 4. Faktor Risiko dan PredisposisiII.4.Patogenesis dan Patofisiologi
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
10
Bronchopneumonia
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik.
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan
mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan
respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin,
makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau
bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas
bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas
bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan sekitar
25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial.
Pneumonia bakteri dimulai dari stadium kongesti yang berupa terjadinya
hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, kemudia terjadi eksudasi cairan intra-
alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium
hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance
paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yamg melewati paru yang
terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion
missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia. Selanjutnya
desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja jantung. Stadium berikutnya
terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dandisintegrasi progresif dari sel-sel
inflamasi (stadium hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan kasus, stadium resolusi
konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara enzimatik
untuk selanjutnya direabsorbsi dikeluarkan melalui batuk.
Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi
intrapleura menyebabkan terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat
berlangsung secara spontan, namun kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan
ikat dan pembentukan perlekatan.
II.5.Diagnosis
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
11
Bronchopneumonia
a. Anamnesis
Gejala dan tanda klinis bervariasi tergantung kuman penyebab, usia pasien
status imunologi pasien, dan beratnya penyakit. Gambaran klinik biasanya
didahului oleh infeksi saluran nafas akut bagian atas selama beberapa hari,
kemudian diikuti dengan demam, menggigil. Suhu tubuh kadang-kadang
melebihi 400C, sakit tenggorok, nyeri otot, dan sendim, anak biasanya gelisah
(rewel). Juga disertai batuk berdahak (sputum mukoid atau purulen), kadang-
kadang berdarah. Pada keadaan berat, pasien datang dengan kelihan sesak dan
pucat (bibir dan anggota gerak membiru).
b. Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumonia ditemukan hal-hal
sebagai berikut :
- Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal,
dan pernapasan cuping hidung.
- Tanda objektif yang merefleksikan adanya distres pernapasan adalah
retraksi dinding dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping
hidung; orthopnea; dan pergerakan pernafasan yang berlawanan. Tekanan
intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi melawan resistensi
tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-bagian yang mudah
terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal,
dan fossae supraklavikula dan suprasternal. Kebalikannya, ruang
interkostal yang melenting dapat terlihat apabila tekanan intrapleura yang
semakin positif. Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana
jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak
yang lebih tua. Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus
dan pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas. Pada
infant, kontraksi otot ini terjadi akibat “head bobbing”, yang dapat diamati
dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegak lurus
dengan area suboksipital. Apabila tidak ada tanda distres pernapasan yang
lain pada “headbobbing”, adanya kerusakan sistem saraf pusat dapat
dicurigai. Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan
adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
12
Bronchopneumonia
secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada). Pengembangan
hidung memperbesar pasase hidung anterior dan menurunkan resistensi
jalan napas atas dan keseluruhan. Selain itu dapat juga menstabilkan jalan
napas atas dengan mencegah tekanan negatif faring selama inspirasi.
- Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan
getaran fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi
perluasan infeksi paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi
vibrasi akan berkurang.
- Pada perkusi tidak terdapat kelainan
- Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendekdan
berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada
tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi rendahnya frekuensi
yangmendominasi), keras atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya). Crackles dihasilkan oleh
gelembung-gelembung udara yang melalui sekret jalan napas/jalan napas
kecil yang tiba-tiba terbuka.
UMUR NORMAL TAKIPNEA
0-2 Bulan 30-50 x/menit = 60 x/menit
2-12 Bulan 25-40 x/menit = 50 x/menit
1-5 Tahun 20-30 x/menit = 40 x/menit
5 Tahun 15-25 x/menit = 20 x/menit
Tabel 2 Kriteria Takipnea Menurut WHO
Untuk menilai adanya distress pernapasan pada pasien dapat
dilakukan penilaian dengan sistem scoring sebagai berikut:
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
13
Bronchopneumonia
Tabel 1. Perhitungan Nilai Keparahan
Respiratory-Effort ScorePerawat memeriksa pasien dengan melihat retraksi intercostal, retraksi subcostal, retraksi substernal, trachea tertarik, dan pernapasan cuping hidung dan menunjukan angka 0 (tidak ditemukan, 1 (ringan-sedang), atau 2 (berat) untuk semua faktor. Semua nilai beragam menurut faktor pertimbangan, antara lain : Retraksi intercostal,(x1), retraksi subcostal (x1), retraksi substernal (x1), tracheal tertarik (x1.5), dan napas cuping hidung (x1.5). Nilai pertimbangan dijumlahkan untuk mendapatkan skor respiratory-effort. Hasilnya, bayi dengan skor respiratory-effort 0-4.9 memberikan nilai keparahan 1 (ringan), dengan skor respiratory-effort 5-8.9 memberikan nilai keparahan 2 (sedang), dan skor respiratory-effort 9-12.0 memberikan nilai keparahan 3 (berat).
Saturasi Oksigen Pernapasan Udara BebasBayi dengan :
Saturasi O2 95-100% : 0Saturasi O2 90-94% : 1Saturasi O2 < 90 % : 2
Frekuensi Pernapasan dibandingkan dengan Bayi Sehat yang SeusiaDimana yang ditemui perbedaan frekuensinya berkisar 2 SD dengan usianya mendapatkan nilai 0; Dimana yang ditemui perbedaan frekuensinya berkisar lebih atau kurang dari 2-3 SD dengan usianya mendapatkan nilai 1; Dimana yang ditemui perbedaannya frekuensi berkisar lebih dari 3 SD dengan usianya mendapatkan nilai 2.
Keseluruhan Nilai KeparahanTiga nilai diatas dijumlahkan untuk semua bayi, dan sumua kondisi basi diklasifikasikan sebagai berikut ringan (nilai total < 2), sedang (nilai total 2-3), atau berat (nilai total >3).
Tabel 3. Sistem Skoring Pernapasan
c. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah
- Pemeriksaan sputum
- Analisa gas darah
- Biakan darah
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung
leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi
virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan
limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3
dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri atau dominasi neutrofil serta peningkatan LED dan C-
reaktif protein (CRP) yang menunjukkan adanya infeksi bakteri.
Biakan darah merupakan cara spesifik untuk diagnostic tapi hanya positif pada
10-15% kasus, terutama pada anak kecil. Kultur darah direkomendasikan pada
kasus yang berat dan pada bayi berusia kurang dari 3 bulan.
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
14
Bronchopneumonia
Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) bermanfaat untuk diagnostik
Streptococcus pneumonia dan infeksi karena mikoplasma, tetapi pemeriksaan
ini mahal, tidak tersedia secara luas serta tidak banyak berpengaruh terhadap
penanganan awal, sehingga tidak direkomendasikan.
Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasive
sehingga tidak rutin dilakukan.
d. Pemeriksaan Radiologi
- Foto polos dada
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah.
- Bronkoskopi
Dilakukan untuk mengambil secret yang ada di bronkus, kemudian
dilakukan kultur dan test resistensi.
Kriteria Diagnosis:
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :
a. Sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding
dada.
b. Panas badan.
c. Ronkhi basah halus nyaring (crackles).
d. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus.
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
15
Bronchopneumonia
e. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
II.6.Penatalaksanaan
a. Penatalaksaan Umum
- Pemberian oksigen melalui kateter hidung atau sungkup. Jika penyakitnya
berat dan sarana tersedia, alat bantu napas mungkin diperlukan terutama
bila terdapat tanda gagal napas.
- Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat.
- Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi salin normal untuk
memperbaiki transport mukosiliar.
- Koreksi kelainan elektrolit atau metabolik yang terjadi misalnya
hipoglikemia, asidosis metabolic.
- Mengatasi penyakit penyerta seperti kejang demam, diare dan lainnya serta
komplikasi bila ada.
b. Penatalaksanaan khusus
- Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan
pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi
antibiotika awal.
- Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung pemberian antibiotika
berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi:
o Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan
epidemiologis.
o Berat ringan penyakit.
o Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis.
o Ada tidaknya penyakit yang mendasari.
Pneumonia ringan: amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan
angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90
mg/kgBB/hari).
Antibiotik :
Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-
72 jam pertama) menurut kelompok usia.
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
16
Bronchopneumonia
Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan):
Ampicillin + aminoglikosid
Amoksisillin-asam klavulanat
Amoksisillin + aminoglikosid
Sefalosporin generasi ke-3
Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn):
Beta laktam amoksisillin
Amoksisillin-amoksisillin klavulanat
Golongan sefalosporin
Kotrimoksazol
Makrolid (eritromisin)
Anak usia sekolah (> 5 thn)
Amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
Tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error)
maka harus dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24
jam sekali sampai hari ketiga. Bila penyakit bertambah berat atau tidak
menunjukkan perbaikan yang nyata dalam 24-72 jam, ganti dengan
antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman penyebab yang diduga
(sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti empyema,
abses paru yang menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif).
Kriteria pasien diindikasikan untuk rawat inap:
1. Penderita tampak toksik.
2. Umur kurang dari 6 bulan.
3. Distress pernapasan berat.
4. Hipoksemia (Saturasi oksigen 93-94% pada kondisi ruangan).
5. Dehidrasi atau muntah.
6. Terdapat efusi atau abses paru.
7. Kondisi imunokompromais.
8. Ketidakmampuan orangtua untuk merawat.
9. Didapatkan penyakit penyerta lain, misalnya Penyakit Jantung Bawaan.
10. Pasien membutuhkan antibiotika secara parenteral.
II.7.Komplikasi
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
17
Bronchopneumonia
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri
dalam rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau
penyebaran bakteremia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan
osteomielitis adalah komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi.
II.8.Pencegahan
Pencegahan bronchopneumonia pada anak dapat dilakukan dengan:
- Melengkapi status imunisasi anak.
- Vaksinasi influenza (rekomendasi AAP)
- Menghindari faktor paparan : asap rokok, polusi udara.
- Membatasi penularan terutam di rumah sakit: Mencuci tangan,
menggunakan sarung tangana dan masker, isolasi penderita.
- Menghindarkan bayi/anak kecil dari tempat keramaian umum.
- Pemberian ASI.
- Menghindari bayi/anak kecil dari kontak dengan penderita ISPA.
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS
A. Identitas Penderita
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
18
Bronchopneumonia
Nama : An. Zidan
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Mei 2009
Umur : 8 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kramat Jaya, Jakarta Pusat
Masuk RS. MRM : 08 Januari 2010
B. Identitas Orang tua
Nama Ayah : Tn. Hendra
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kramat Jaya, Jakarta Pusat
Pekerjaaan : Supir
Penghasilan : + Rp 3.000.000,-
Suku Bangsa : Betawi, Indonesia
Nama Ibu : Ny. Rodiah
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kramat Jaya, Jakarta Pusat
Pekerjaaan : Ibu rumah tangga
Penghasilan : -
Suku Bangsa : Betawi, Indonesia
Hubungan dengan orang tua : Anak kandung
II. ANAMNESA
Alloanamnesis dari ibu pasien, pada tanggal 08 Januari 2010
Keluhan Utama : Merah-merah di wajah dan perut sejak + 2 hari SMRS.
Keluhan Tambahan : Batuk-pilek, demam, dan muntah.
Riwayat Penyakit Sekarang
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
19
Bronchopneumonia
Pasien datang ke RS. Moh. Ridwan Meuraksa atas rujukan dari
PUSKESMAS Tanah Tinggi dengan keluhan merah-merah di kulit wajah dan perut
pasien sejak + 2 hari SMRS. Disertai demam, batuk-pilek, dan muntah.
Keluhan merah-merah bermula dari kulit wajah kemudian muncul sampai
dengan daerah perut pasien. Keluhan ini dialami pasien setelah beberapa jam pasien
diberi makan bubur ayam yang dibeli dari penjual bubur oleh ibu pasien dan ini
pertama kalinya pasien diberikan makan bubur ayam.
Menurut ibu pasien, awalnya pasien mengalami pilek + 10 hari SMRS yang
disusul batuk tiga hari kemudian. Pilek dialami pasien dengan ingus yang agak
kental yang berwarna bening dan batuk berdahak yang sulit dikeluarkan sehingga
napas pasien berbunyi “grok-grok” (seperti orang mengorok).
Demam dialami pasien sejak + 5 hari SMRS, dengan suhu berkisar 38,5-
39,20C, yang dirasakan sepanjang hari dan turun setelah pasien dikompres dengan
air hangat atau diberi obat penurun panas. Demam yang dialami pasien tidak
disertai menggigil dan kejang.
Pasien juga mengalami muntah sebanyak 2x sejak + 5 jam SMRS berupa air
dan sisa makanan. Keluhan ini dialami pasien setelah pasien batuk-batuk. Ibu
pasien juga mengatakan bahwa nafsu makan pasien sedikit berkurang, akan tetapi
frekuensi dan jumlah pasien mendapatkan ASI masih seperti biasanya, pasien juga
terlihat lemas, lesu dan rewel (aktivitas pasien berkurang), terutama saat pasien
demam.
Keluhan tidak disertai adanya mata merah dan mata belekan, sesak napas,
napas berbunyi “mengi”, lidah dan bibir tampak membiru, dingin dan pucat pada
tangan dan kaki, diare, dan keringat malam.
Riwayat tersedak makanan atau benda asing lainnya (seperti: kapas, tissue,
kertas dan lain-lain), adanya gangguan kenaikan berat badan, batuk lama, cacingan,
diare yang tidak kunjung sembuh, dan penggunaan obat antibiotik yang tidak sesuai
anjuran dari dokter saat sakit sebelumnya disangkal ibu pasien.
Riwayat mengunjungi kerabat yang menderita campak, terdapatnya orang
dewasa di sekeliling pasien yang menderita batuk lama atau dalam pengobatan
TBC, dan tetangga di dekat rumah yang menderita demam berdarah disangkal ibu
pasien.
Tidak ada gangguan pada pola BAK-BAB pasien.
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
20
Bronchopneumonia
Pasien sudah berobat ke PUSKESMAS tapi tidak ada perbaikan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien memiliki riwayat alergi (gatal-gatal bila makan ikan laut).
Ayah dan kedua orang saudara pasien tidak ada yang memiliki riwayat alergi
terhadap sesuatu.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien anak ketiga lahir dari ibu pasien (G3P2A0). Saat masa kehamilan,
ibu pasien rutin setiap bulan diperiksa oleh bidan. Pasien lahir di rumah bersalin
dengan pertolongan bidan, dalam usia kandungan 39 minggu, secara spontan.
Dengan keadaan sebagai berikut : - Berat badan lahir : 3500 gr
- Panjang badan : 51 cm
Riwayat Makanan
Ke
Kesan: Asupan makan pasien baik.
Riwayat Imunisasi
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
PENYAKIT UMUR
PENYAKIT UMUR PENYAKIT UMUR
Alergi - Difteria - Jantung -Cacingan - Diare 4 bulan Ginjal -DBD - Kejang - Darah -Demam Tifoid - Kecelakaan - Radang Paru -Otitis - Morbili - TBC -Parotitis - Operasi - Lain-lain -
UMUR (BULAN)
ASI/PASI BUAH BISKUIT BUBUR SUSU NASI TIM
0-2 ASI/2-3jam - - - -
2-4 ASI/2-3 jam - - - -
4-6 ASI/3 jam - - Nestle (2x/hari)
-
6-8 ASI/kemauan anak
Pisang (2x/hari)
Regal (2x/hari) Nestle (1x/hari)
Nasi tim+Lauk (2x/hari)
VAKSIN 0 1 2 4 6 9 15 18BCG DPT
POLIO CAMPAK
HEP B
21
Bronchopneumonia
Kesan :Vaksinasi yang didapat pasien sesuai dengan jadwal PPI.
Riwayat Pertumbuhan, Perkembangan dan Psikomotor
- Tumbuh gigi : Umur 7 bulan (Normal: 5-9 bulan)
- Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-5 bulan)
- Duduk : Umur 6 bulan (Normal: 6 bulan)
- Berdiri : - (Normal: 9-12 bulan)
- Berjalan : - (Normal: 13 bulan)
- Bicara : - (Normal: 9-12 bulan)
Kesan : Pertumbuhan, perkembangan dan psikomotor dalam batas normal sesuai
dengan usianya.
Riwayat Keluarga
Pasien anak ke tiga dari 2 bersaudara Riwayat Perumahan dan Sanitasi
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan dua kakak pasien yang
berjenis kelamin perempuan berumur 6 tahun dan laki-laki berumur 2 tahun 6
bulan. Rumah pasien di kawasan padat penduduk, dengan luas bangunan 5m x 7 m
dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup. Terdapat penerangan listrik dan air
yang berasal dari PAM. Tempat tinggal pasien terletak di dekat kali, jauh dari
pembuangan sampah dan jalan raya. Lingkungan tempat tinggal pasien cukup
bersih.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pertama kali pada tanggal 08 Januari 2010.
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
AYAH IBUNama Tn. Hendra Ny. RodiahPerkawinan ke Pertama PertamaUmur saat menikah 25 tahun 19 tahunPendidikan terakhir SMP SDAgama Islam IslamSuku bangsa Betawi, Indonesia Betawi, IndonesiaKeadaan kesehatan Baik Alergi ikan laut
22
Bronchopneumonia
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Data Antropometri
Berat Badan : 8,4 kg
Panjang Badan : 68 cm
Lingkar Kepala : 46 cm
Lingkar Dada : 44 cm
Lingkar Lengan Atas : 19 cm
Tanda Vital
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Frekuensi Denyut Jantung : 125 x/menit (Dengan nadi reguler, isi cukup)
Frekuensi Napas : 42 x/menit, dangkal
Suhu : 37,8 0C
Status Gizi (Menurut NCHS/CDC)
BB = Baik U
TB = Baik U
BB = BaikTB
Status Generalis
Kulit
- Warna : Kuning langsat
- Ikterik : (-)
- Sianosis : (-)
- Kelembaban : Normal
- Turgor : Normal
- Perdarahan : (-)
- Edema : (-)
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
23
Bronchopneumonia
- Lain-lain : Rash (+) pada wajah sampai dengan abdomen.
Kepala
- Bentuk : Bulat, simetris
- UUB : Rata, tidak cekung
- Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
- Wajah : Simetris, Rash (+)
- Mata : Palpebra edema (-/-); Konjungtiva anemis
(-/-);
Sklera ikterik (-/-); Kornea jernih (+/+); Lensa
jernih (+/+); Pupil bulat isokor; Refleks cahaya
langsung (+/+); Refleks cahaya tak langsung
(+/+).
- Telinga : Bentuk normal, simetris; Liang lapang;
Serumen (-/-).
- Hidung : Bentuk normal, simetris; Septum deviasi (-/-);
Napas cuping hidung (-/-); Sekret (+/+).
- Bibir : Warna merah muda; Bibir kering (-); Sianosis (-).
- Mulut : Trismus (-); Mukosa hiperemis (-).
- Lidah : Normoglossia; Coated tongue (-); Tremor (-).
- Gigi Geligi : ; Caries (-). 1 1
- Uvula : Simetris di tengah; Hiperemis (-).
- Tonsil : T1-T1; Hiperemis (-).
- Tenggorokan : Mukosa faring hiperemis (+).
- Leher : Pembesaran KGB (-/-); Pembesaran Kelenjar
Tiroid (-); Deviasi Trachea (-); Kaku kuduk (-).
Thoraks
Paru:
KANAN KIRI
INSPEKSI
Bentuk dada normal, simetris; Gerak pernapasan simetrisdalam keadaan statis dan dinamis; Irama teratur; Tipe abdominal-torakal; Retraksi suprasternal ; Retraksi intercostal (-/-); Retraksi
subcostal (-/-).
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
24
Bronchopneumonia
PALPASI Gerak pernapasan, fremitus vokal dan taktil kanan sama dengan kiri
PERKUSI Sonor di seluruh lapang paru
AUSKULTASISuara napas vesikuler
meningkat; Ronki basah halus nyaring (+); Wheezing (-)
Suara napas vesikuler; Ronki (-); Wheezing (-)
Jantung:
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba sela iga IV garis midklavikula sinistra
Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal sinistra
Batas jantung kanan sela iga IV garis parasternal dextra
Batas jantung kiri sela iga IV garis midklavikula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II, reguler, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris; Rash (+)
Palpasi : Supel, turgor baik, hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genitalia
Kelamin : Laki-laki, tidak ada kelainan
Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), sianosis (-/-), akral dingin (-/-),
Inferior : Edema (-/-), sianosis (-/-), akral dingin (-/-), denyut arteri
dorsalis pedis (+/+) regular dan isi cukup.
Neurologis
Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (-)
Refleks Fisiologis : APR (+/+)
Reflek Patologis : Babinski (-/-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium (08 Januari 2010)
Hemoglobin : 9,5 g/dL
Leukosit : 9800 /μL
LED : 20 mm/jam
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
25
Bronchopneumonia
Hitung Jenis : 0/0/0/33/1 %
Trombosit : 287.000 / μL
Hematokrit : 30 vol%
b. Rontgen Thorax (08 Januari 2010)
Sinus costophrenicus kanan dan kiri tajam. Diafragma kanan dan kiri normal.
Cor: Bentuk dan ukuran normal. Hilus kanan prominent, kiri tidak melabar.
Corakan bronkovaskular paru kanan ramai, tampak infiltrat di suprahiler,
perihiler, infrahiler dan para kardial kanan.
Tulang dan jaringan lunak baik.
Kesan : Bronchopneumonia dextra
Cor dalam batas normal
V. RESUME
Anamnesa:
Pasien anak laki-laki berusia 8 bulan datang atas rujukan dari PUSKESMAS
Tanah Tinggi dengan keluhan keluhan merah-merah di perut dan wajah
pasien sejak + 2 hari SMRS.
Keluhan merah-merah yang dialami pasien terjadi setelah pasien diberi
makan bubur ayam yang dibeli dari penjual bubur oleh ibu pasien dan ini
pertama kalinya pasien diberikan makan bubur ayam.
Pasien mengalami pilek 10 hari SMRS, yang disusul batuk berdahak 3 hari
kemudian dan napas berbunyi “grok-grok” (seperti orang mengorok).
5 hari SMRS pasien demam tinggi (>38,50c) sepanjang hari, tidak menggigil.
Nafsu makan pasien menurun. Pasien juga tampak lemas, lesu dan rewel.
5 Jam SMRS pasien muntah sebayak 2x.
Tidak ada riwayat tersedak makanan atau benda asing, infeksi kronis, dan
pemakaian antibiotik yang tidak adekuat.
Riwayat alergi dimiliki ibu pasien yang berupa gatal-gatal bila makan ikan
laut.
Asupan ASI, pola BAK dan BAB seperti biasanya.
Pasien sudah berobat ke PUSKESMAS tapi tidak ada perbaikan.
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
26
Bronchopneumonia
Pasien pernah mengalami diare pada umur 4 bulan.
Riwayat kehamilan dan persalinan, riwayat makanan, riwayat imunisasi,
riwayat pertumbuhan, perkembangan dan psikomotor, serta riwayat
perumahan dan sanitasi pasien baik.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Pasien tampak sakit sedang, ditemukan adanya peningkatan frekuensi nadi
(125x/menit), frekuensi pernapasan (42X/menit), dan suhu badan pasien
(37,8 0C).
Disesuaikan dengan kurva pertumbuhan menurut CDC dihasilkan status
gizi pasien baik.
Tampak rash pada kulit wajah sampai dengan daerah abdomen.
Pada pemeriksaan fisik thoraks paru ditemukan adanya bunyi napas
vesikuler meningkat dan ronki basah halus nyaring pada paru kanan pasien.
Tidak tampak kelainan pada pemeriksaan thoraks paru kiri dan jantung,
abdomen, genitalia, ekstremitas, dan neurologis pasien.
Pada pemeriksaan Laboratorium:
Ditemukan adanya peningkatan LED 20 mm/jam.
Hasil rontgen thorax:
Bronchopneumonia dextra.
VI. DIAGNOSA KERJA
Bronchopneumonia
Urtikaria ec. Penyakit atopi
VII. DIANOSA BANDING
ISPA ec. Infeksi Morbili (Campak)
VIII.PENATALAKSANAAN
- Terapi kuratif : Cefotaxim Inj 2 x 250 mg (5 hari)
- Terapi suportif :
O2 2-4 Liter/menit (Bila sesak)
IVFD RL 10-12 tpm (makro)
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
27
Bronchopneumonia
Sanmol Syrup 3 x 80 mg (3/4 cth)
Salbuven 0.25 mg
Ambroxol 6 mg Pulv 3 x 1(5 hari)
Vit. B6 2 mg
Nebulized : Combivent ½ amp + NaCl 3 cc (pagi dan sore)
- Terapi Rehabilitatif : Hindari udara dingin.
- Diet : ASI (sesuai kemauan anak)
Makanan Lunak Kalori : 840 kkal/hari
Protein : 42 gr/hari
IX. PEMERIKSAAN ANJURAN
Laboratorium : AGD
Bronkoskopi Kultur sekret bronkus, Tes Resistensi
X. FOLLOW UP
(Lihat lembar follow up)
XI. PROGNOSA
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
28
Bronchopneumonia
FOLLOW UP PASIEN
TANGGAL 09 JANUARI 2010 10 JANUARI 2010 11 JANUARI 2010 12 JANUARI 2010 13 JANUARI 2010
KELUHAN
Demam (-), batuk-pilek (+), merah-merah pada kulit wajah dan perut
(+)
Demam (+), batuk-pilek (+), merah-merah pada kulit wajah dan perut
(+), sesak (-)
Demam (+), batuk-pilek (+) berkurang, merah-
merah pada kulit wajah dan perut (+)berkurang,
sesak (+)
Demam (-), batuk-pilek (+) berkurang, merah-
merah pada kulit wajah dan perut (+)berkurang,
sesak (+)
Demam (-), pilek (-), batuk (+), merah-merah
pada kulit wajah dan perut (+) berkurang,
sesak (-)
PEMERIKSAAN FISIKKeadaam UmumKesadaranTanda Vital :
NadiPernapasanSuhu
Status GeneralisKulit
Hidung
Thorax
Tampak sakit sedangCompos Mentis
110 x/menit30 x/menit
36,70C
Rash (+) wajah dan abdomen
Napas cuping hidung (-)sekret (+)
Retraksi (-)P/ SN vesikuler
mengeras pada paru kanan, Rh basah halus
nyaring +/-, wh -/- C/ BJ I-II reg, M (-), G (-)
Tampak sakit sedangCompos Mentis
110 x/menit38 x/menit
37,90C
Rash (+) wajah dan abdomen berkurang
Napas cuping hidung (-)sekret (+)
Retraksi (-)P/ SN vesikuler
mengeras pada paru kanan, Rh basah halus
nyaring +/-, wh -/- C/ BJ I-II reg, M (-), G (-)
Tampak sakit sedangCompos Mentis
135 x/menit54 x/menit
37,50C
Rash (+) wajah dan abdomen berkurang
Napas cuping hidung (+)sekret (+)
Retraksi intercostal (+)P/ SN vesikuler
mengeras pada paru kanan, Rh basah halus
nyaring +/-, wh -/- C/ BJ I-II reg, M (-), G (-)
Tampak sakit sedangCompos Mentis
135 x/menit48 x/menit
36,70C
Rash (+) wajah dan abdomen berkurang
Napas cuping hidung (+)sekret (-)
Retraksi intercostal (+)P/ SN vesikuler
mengeras pada paru kanan, Rh basah halus
nyaring +/-, wh -/- C/ BJ I-II reg, M (-), G (-)
Tampak sakit sedangCompos Mentis
110 x/menit30 x/menit
36,80C
Rash (-) wajah dan abdomen berkurang
Napas cuping hidung (-)sekret (-)
Retraksi (-)P/ SN vesikuler
mengeras pada paru kanan, Rh basah halus
nyaring +/-, wh -/- C/ BJ I-II reg, M (-), G (-)
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
29
Bronchopneumonia
DIAGNOSABronchopneumonia
Urtikaria Bronchopneumonia
UrtikariaBronchopneumonia
UrtikariaBronchopneumonia
UrtikariaBronchopneumonia
Urtikaria
TERAPI- O2 2-4
Liter/menit- IVFD RL 10-12
tpm (makro)- Cefotaxim Inj
(2 x 250 mg)- Sanmol Syrup
3 x ¾ cth (Drop: 3 x 1 cc)
- Pulv 3 x 1- Nebulized:
Pagi dan sore- Diet:
Makanan Lunak
(-)(+)
(+)
(+)
(+)(+)
(+)
(-)(+)
(+)
(+)
(+)(+)
(+)
Bila sesak(+)
(+)
(+)
(+)(+)
(+)
Bila sesak(+)
(+)
Bila demam
(+)(+)
(+)
(-)(+)
(+)
Bila demam
(+)(+)
(+)
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
30
Bronchopneumonia
ANALISA KASUS
I. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Ditegakkannya diagnosis bronchopneumonia berdasarkan:
1. Anamnesa :
Didahului dengan adanya gejala infeksi saluran napas atas. Ditemukannya
demam tinggi dan batuk produktif. Terdapatnya keluhan nafsu makan
menurun, lemas, lesu dan rewel pada pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
Adanya peningkatan frekuensi denyut jantung (>120x/menit saat anak tidur),
frekuensi pernapasan (> 30x/menit saat anak tidur) demam (suhu 37,80C).
Pada pemeriksaan fisik thoraks paru ditemukan suara napas vesikuler
meningkat dan ronki basah halus nyaring pada paru kanan.
3. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : LED meningkat yang menandakan adanya infeksi bakteri.
Pada bronchopeneumonia anak usia 2-12 bulan yang etiologi terseringnya
adalah infeksi bakteri, harusnya terdapat leukositosis (15.000 - 40.000/μl),
pada pasien ini kemungkinan pasien sudah menerima pengobatan antibiotika
karena sebelumnya pasien sudah berobat. Rontgen Thorax : Menunjukkan
adanya bronchopneumonia dextra.
4. Follow up
Pada hari ke 3 dan ke 4 ditemukan adanya tanda respiratory distress, yaitu
takipnea, napas cuping hidung, dan retraksi interkostal.
II. ANALISA DIAGNOSIS BANDING
Infeksi Morbili (Campak)
Mendukung :
- Pada anamnesa didapatkan adanya batuk-pilek, demam dan merah-
merah (rash) yang timbul pada demam hari ketiga.
- Merah-merah timbul pertama kali di muka, yang kemudian menyebar
ke bagian tubuh yang lain, pada pasien yaitu leher, dada, perut.
- Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya rash pada kulit daerah wajah
sampai dengan abdomen.
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
31
Bronchopneumonia
Menyingkirkan:
- Usia pasien yang masih kurang dari 1 tahun, menunjukkan pasien
antibody maternal yang berperan penting untuk perlindungan melawan
infeksi morbili.
- Pada anamnesis ditemukan adanya demam sampai hari ke lima, adanya
riwayat mengkonsumsi makanan yang untuk pertama kalinya bagi
pasien, dan riwayat alergi makanan pada ibu pasien.
- Batuk yang dialami pasien adalah batuk berdahak (batuk produktif).
- Tidak adanya keluhan mata merah dan belekan yang merupakan salah
satu tanda dari penyakit campak.
- Tidak adanya riwayat terpapar dengan penderita campak.
- Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukannya koplik spot pada mukasa
bukan dan pada pemeriksaan fisik thoraks paru ditemukan suara napas
vesikuler meningkat dan ronki basah halus nyaring pada paru kanan.
- Pada pemeriksaan laboratorium : LED meningkat yang menandakan
adanya infeksi bakteri.
- Rontgen Thorax : Menunjukkan adanya bronchopneumonia dextra.
III. ANALISA TERAPI
a. IVFD RL 10-12 tetes per menit (makro)
Pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan cairan rumatan untuk pasien yaitu
100 ml/kgBB/hari.
b. Antibiotika (Cefotaxim inj) : 2 x 250 mg
Cefotaxim merupakan antibiotika golongan sefalosporin yang diberikan secara
pareteral (intravena) dengan dosis 50 mg/kgBB/hari diberikam dalam 2-4 dosis.
Sesuai dengan kepustakaan golongan sefalosporin adalah antibiotika pilihan
yang digunakan ada kasus bronchopneumonia pada anah usia 2 bulan sampai
dengan 5 tahun.
c. Paracetamol (Sanmol) : 3 x ¾ cth atau 3 x 1 cc (drop)
Paracetamol yang merupakan antipiretik, diberikan untuk mengatasi demam
pada pasien. Diberikan dengan dosis 10-15 mg/kgBB/pemberian.
d. Ambroxol (pulv): 3 x 6 mg
Diberikan untuk mengatasi batuk yang dialami pasien.
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
32
Bronchopneumonia
e. Salbutamol (Salbuvent pulv): 3 x 0,25 tab
Salbutamol merupakan agonis β yang memiliki fungsi sebagai bronkodilator.
Diberikan tiga kali sehari dengan dosis 0,25 mg/kgBB/pemberian.
f. Vitamin B6 (pulv): 3 x 2 mg
Merupakan roborantia yang dapat membantu memulihkan kondisi tubuh
pasien.
g. Nebulized : Combivent ½ amp + NaCL 3 cc (Pagi dan sore)
Combivent merupakan kombinasi agonis β (salbutamol 2,5 mg) dan
antikolinergik (inprotopium 0,5 mg) yang berkerja sebagai bronkodilator dan
vasokontriktor yang dapat meperbesar lumen bronkus yang menyempit dan
mengurangi edema yang terjadi pada mukosa bronkus serta mengencerkan
sekret sehingga mudah dikeluarkan.
IV. DIAGNOSIS AKHIR
Bronchopneumonia
Urtikaria ec. Penyakit atopi
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
33
Bronchopneumonia
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta, 1997: Hal 633-4
2. Sectish Theodore C, Prober Charles G. Nelson Textbook of Pediatrics :
“Pneumonia”. Edisi ke-17. Philadephia: WB Saunders, 2004: 861-7
3. Garna H, Nataprwawira H. Pedoman Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Unpad.
Bandung , 2005: 403-5
4. Reinhard V. Putz, Reinhard Pabst. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2. Edisi
21. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 2000: Hal 99-6
5. MS. Makmuri, Asih R. Continuing Education. Pneumonia. Ilmu Kesehatan Anak
XXXVI. Kapita Selekta Anak VI. FK UNAIR. Surabaya, 2006: 1-25
6. DEPKES RI. Pedoman Pengobatan Dasar di PUSKESMAS 2007. Jakarta, 2007:
182-3
7. Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Edisi 6, Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta,
2006:736-25.
8. DEPKES RI. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk
Penanggulangan Pneumonia pada Balita,. Dit.Jen.PPM-PLP, Jakarta, 2000.
9. WHO. Penanganan IPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang.
Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 2003: 14-53.
10. DEPKES RI: Buku Bagan Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). TIM
PPMPT-IDAI. Jakarta, 1999: 4-32.
Neny Nur Rif’ah Achmad / 1102002199FK. YARSI
34