PRBBK Pembelajaran Pilot 01122011 PCISU 1.0

download PRBBK Pembelajaran Pilot 01122011 PCISU 1.0

of 17

Transcript of PRBBK Pembelajaran Pilot 01122011 PCISU 1.0

DOKUMEN PEMBELAJARAN PROGRAM HIBAH PRBBK

I. Judul

DESKRIPSI PROYEK Program Hibah Pengurangan Resiko Bencana Berbasis

Program

Komunitas di Kelurahan Lempuing Kecamatan Ratu Agung dan Kelurahan Penurunan Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu yang secara spesifik memiliki ancaman gempa bumi dan tsunami

Mitra Pelaksana Waktu Pelaksanaan Program &

PKPU Bengkulu , Jalan Merapi no 92 Panorama Kota Bengkulu Waktu pelaksanaan : 15 Juli 2010 14 Agustus 2011 Add 1 ( no cost extension) : 14 Agustus 2011 31 Okt 2011 Add 2 ( no cst extension) : 31 Okt 2011 30 Des 2011

Lokasi

Kelurahan Lempuing, Kecamatan Ratu Agung, dan Kelurahan Penurunan Kecamatan Ratu Samban

Ancaman Bencana

1. Kelurahan Lempuing : a. Ancaman : gempa bumi, tsunami, b. Risiko : gempa bumi: tinggi, tsunami : sedang c. Frekuensi : gempa besar terakhir tahun 2007 2. Kelurahan Penurunan : a. Ancaman: gempa bumi, tsunami, b. Risiko : gempa bumi: tinggi, tsunami : sedang, c. Frekuensi : gempa besar terakhir tahun 2007

Penerima manfaat

Lempuing :

15 RT 3 RW, Jumlah Penduduk : 4203 jiwa, Laki-laki : 2104 jiwa, Perempuan : 2099 Penurunan : 18 RT 3 RW Jumlah Penduduk : 6299 jiwa, Laki-laki : 2763, Perempuan : 3539 Output Program 1. Output 1: Terwujudnya kemampuan masyarakat di dalam mengenali dan memahami potensi wilayah mereka, ancaman bencana yang ada, kerentanan dan kapasitas terkait ancaman bencana tententu, serta menganalisis risiko bencana dan merumuskan rencana aksi komunitas dalam pengurangan risiko bencana 2. Output 2: Terbentuknya minimum 1 (satu) forum multi stakeholder pengurangan risiko bencana di lokasi program 3. Output 3 : Tersusunnya Rencana Penanggulangan Bencana dan Rencana Kontingensi tingkat

Kelurahan/Kelurahan di masing-masing kelurahan di masing-masing pilot projek 4. Output 4:Tersusunnya dan terdukungnya rencana aksi komunitas untuk pengurangan risiko bencana 5. Output 5: Terdokumentasinya kearifan lokal yang terbukti mampu mengurangi resiko bencana 6. Output 6: Terujicobanya perangkat pengurangan resiko bencana untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami 7. Output 7: Terintegrasinya prakarsa pengurangan resiko

bencana

kedalam

mekanisme

rembug

warga,

perencanaan dan peraturan ditingkat kelurahan 8. Output 8 : Terdokumentasinya perangkat-perangkat kajian sosial mapping dan vulnerability analysis dalam bentuk modul pembelajaran Pengurangan Resiko

Bencana Berbasis Komunitas 9. Output 9: Tersusunnya laporan pelaksanaan pembelajaran program Hibah PRBBK Kerjasama dengan mitra & pemangku kepentingan lain 1. BPBD Kota Bengkulu 2. Pemerintah Kecamatan 3. Pemerintah Kelurahan 4. Forum PRB Bengkulu 5. PMI Provinsi Bengkulu 6. PMI Kota Bengkulu 7. PPMU Bengkulu 8. Puskesmas 9. Dinas Sosial 10. Tagana Kelurahan 11. Ormas Kepemudaan 12. LPM dan

II.

PERENCANAAN & DESAIN PROGRAM Dalam tahap awal perencanaan dan desain, program PRBBK ini dirancang dengan konsep pemberdayaan masyarakat untuk membangun komunitas yang lebih siap dalam menghadapi ancaman bencana yang mengancam wilayahnya. Hal ini dilakukan dengan cara membangun kesadaran kemandirian bagi anggota komunitas melalui berbagai rembug warga yang akan dilakukan dalam program ini.

Prinsip dasar yang dikembangkan dalam membangun kesadaran ini adalah adanya pengetahuan secara utuh komunitas tentang wilayahnya, terutama dikaitkan dengan ancaman, kerentanan, serta kemampuan wilayahnya terhadap bencana yang mungkin terjadi. Untuk mendukung hal tersebut maka diperlukan data data awal yang meliputi 2 komponen utama: (1) data dan informasi dasar (the hard information and data) sebagai fakta dan gambaran situasi yang dikumpulkan dari hasil penilaian kebutuhan (need assessment); dan (2) the softer information yang berasal dari pengalaman dan dokumentasi proses pembelajaran di komunitas. Proses pengelolaan kedua informasi tersebut dilakukan dengan 3 tahapan meliputi: (1) pengumpulan; (2) analisis; dan (3) pemanfaatan data. Melalui

penggambaran kerangka informasi komunitas tersebut diharapkan dapat menjawab pertanyaan utama diantaranya: (1) mekanisme pengelolaan pengetahuan apa yang telah eksis di masyarakat; (2) bagaimana kekuatan dan kelemahan dari mekanisme pembelajaran yang berlangsung di komunitas; dan (3) dimana perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh anggota komunitas dan dukungan prioritas apa yang dibutuhkan dalam bentuk intervensi program. Dalam implementasi pelaksanaan program dilapangan, ternyata

membangun kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dan berpartisipasi ternyata tidak semudah yang dibayangkan, apalagai kedua lokasi program berada di masyarakat perkotaan yang banyak bersikap pragmatis dan apatis, mereka beranggapan bahwa bencana tidak datang setiap hari, sehingga mereka lebih focus untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, yang mereka lihat lebih penting. Hal ini terlihat ketika pertama kali diadakan pertemuan warga untuk menyosialisasikan adanya program ini di masing-masing Komunitas. Sebagian warga melihat bahwa program ini tidak terlalu bermanfaat bagi mereka, sedangkan sebagian lagi berkata apa yang bisa didapatkan dari program ini secara materi.

Hal inilah yang salah satunya menjadi tantangan dari lembaga untuk melakukan pendekatan kepada komunitas untuk mengetahui keinginan dan kemauan warga terhadap program ini sehingga bisa diterima dan bisa berjalan secara lancar. Beberapa upaya yang dilakukan untuk menyikapi hal diatas diantaranya sebagai berikut : 1. Menyepakati dengan warga bahwa setiap pertemuan atau rembug akan

warga sedapat mungkin dilaksanakan pada malam hari dan diberikan sekadar uang sebagai pengganti lelah

2. Merekrut beberapa orang local sebagai relawan program hibah sehingga mempermudah komunikasi antara warga dengan lembaga mitra 3. Dalam mempersiapkan pertemuan atau kegiatan melibatkan warga masyarakat sekitar, misalnya untuk pengadaan konsumsi, pembuatan dan penyebaran undangan dan lain-lain, sehingga warga secara tidak langsung akan merasa bahwa ini juga acara mereka sendiri.

III.

PELAKSANAAN & CAPAIAN PROGRAM 1. Output 1 : Terwujudnya kemampuan masyarakat di dalam mengenali dan memahami potensi wilayah mereka, ancaman bencana yang ada, kerentanan dan kapasitas terkait ancaman bencana tententu, serta menganalisis risiko bencana dan merumuskan komunitas dalam pengurangan risiko bencana rencana aksi

y

Masyarakat yang tinggal di daerah pinggir pantai sebenarnya sudah paham akan resiko yang akan dihadapi jika mereka tinggal ditepi pantai yaitu terkena ombak dari laut, baik itu ombak pasang ataupun tsunami.

y

Pemahaman

masyarakat

tentang

wilayahnya,

terutama

ancaman, kerentanan, dan kapasitas terkait dengan ancaman

bencana, dalam program ini merupakan tahap awal yang penting untuk keberlanjutan program dimasyarakat. Idealnya pemahaman ini tersebar ke seluruh elemen komunitas yang ada diwilayah itu, sehingga ketika kesadaran tentang kondisi wilayah yang rawan ini meluas ke masyarakat diharapkan dalam jangka panjang akan dapat mengubah pola pikir dari masyarakat dalam memandang suatu bencana, baik itu dalam masa pra bencana, saat terjadi bencana ataupun pada saat pasca bencana. y Untuk capain output ini, maka upaya pemahaman yang dilakukan oleh Lembaga Mitra belum dapat menjangkau keseluruh warga komunitas diwilayah Lempuing dan Penurunan. Hal ini disebabkan karena dalam setiap kegiatan yang dilakukan hanya melibatkan perwakilan / tokoh warga atau komunitas setempat, atau melibatkan anggota forum prb dimasing-masing kelurahan. Diharapkan dari para tokoh masyarakat/komunitas inilah nanti pemahaman tentang bagaimana kesadaran masyarakat tentang PRB ini akan meluas keseluruh warga.

2. Output 2 : Terbentuknya minimum 1 (satu) forum multi stakeholder pengurangan risiko bencana di lokasi program

y

Forum prb dimasing masing wilayah (Kel Lempuing dan Kel Penurunan) yang telah terbentuk diharapkan akan menjadi motor penggerak yang akan memastikan bahwa upaya-upaya prb di Kel Lempuing dan Penurunan akan tetap menjadi prioritas dan mendasari semua kegiatan yang dilakukan baik oleh Pemerintah Kelurahan ataupun oleh warga. Sehingga dari forum inilah nanti diharapkan akan muncul local champion dikalangan masyarakat. Apalagi pembentukan forum ini telah

mendapat pengesahan dari Pemerintah Kelurahan masing masing, sehingga Forum PRB ini adalah lembaga resmi ditingkat kelurahan, dan harus dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan ditingkat kelurahan apalagi yang terkait dengan bencana. y Jika dilihat dari komposisi anggota forum yang ada di Kel Lempuing dan Penurunan terdiri berbagai kalangan

masyarakat baik latar belakang pendidikan, pekerjaan, serta pemahaman tentang PRB yang pada awal terbentuknya forum ini dapat dikatakan minim. y Seiring perjalanan program, maka pemahaman tentang PRB dianggota forum juga semakin meningkat, hal ini terutama dengan semakin seringnya kegiatan yang dilakukan yang lebih banyak melibatkan anggota forum. y Memang harus diakui bahwa forum PRB yang baru terbentuk ini belum maksimal berfungsi, hal ini salah satunya disebabkan belum terbangunnya jejaring yang cukup baik dengan pemangku kepentingan PRB yang lain, sehingga forum yang baru terbentuk ini agak kebingungan untuk kelanjutan dari program kerja yang sudah mereka susun terutama disisi pendanaan kegiatan y Sedangkan dari sisi masyarakat luas, mereka juga mendapat manfaat dari terbentuknya forum ini, terutama pada saat implementasi dari RAK menyentuh masyarakat luas. yang memang lebih banyak

3. Output 3 : Tersusunnya Rencana Penanggulangan Bencana dan Rencana Kontingensi tingkat Kelurahan/Kelurahan di masing-masing kelurahan di masing-masing pilot projek y Proses penyusunan RPB dan RENKON dimasing-masing Kelurahan dilakukan dengan mekanisme rembug warga yang

dilakukan oleh Forum PRB, serta melibatkan berbagai pihak ditingkat kelurahan, dan dokumen RPB dan RENKON telah tersusun dengan baik di Kelurahan Lempuing ataupun di Kelurahan Penurunan, dan juga telah mendapat pengesahan dari Pemerintah Kelurahan setempat. y Yang perlu mendapat perhatian adalah dalam implementasi dari RPB dan RENKON di masyarakat agar jangan sampai RPB dan RENKON ini hanya menjadi sebuah dokumen atau arsip saja y Perlunya pihak kelurahan dan forum siaga bencana kelurahan menindaklanjuti dokumen RPB & Renkon. Terutama untuk update inforrmasi serta penyesuaian dokumen tersebut. y Untuk mengantisiapsi hal ini, maka Forum PRB yang telah dibentuk, baik melalui Pengurus maupun anggotanya, agar berperan aktif agar kedua dokumen yang telah disusun ini senantiasa menjadi salah satu dasar dalam aspek perencanaan pembangunan di kedua kelurahan. y Selain melalui jalur pemerintahan, Forum juga terus

melakukan pemahaman kepada masyarkat melalui komunitaskomunitas yang ada di Kelurahan Lempuing dan Penurunan, misalnya, kelompok pengajian, Posyandu, PKK, dll.

4. Output 4 :Tersusunnya dan terdukungnya rencana aksi komunitas untuk pengurangan risiko bencana y RAK yang telah tersusun ini merupakan serangkaian kegiatan yang akan dilakukan oleh masyarakat sebagai langkah nyata dalam upaya-upaya pengurangan resiko bencana di

wilayahnya. y Dengan telah disusunnya RAK ini oleh masyarakat melalui mekanisme rembug warga , maka hal ini menggambarkan bahwa masyarakat menyadari mereka harus berbuat sesuatu

untuk menyiapkan diri dan melakukan hal-hal nyata untuk mengurangi resiko yang dapat timbul akibat ancaman bencana diwwilayahnya y RAK ini sendiri merupakan hasil dari rembug warga yang telah dilakukan sehingga apa yang tertuang didalam dokumen RAK merupakan kesepakatan warga dikedua wilayah y Warga semakin menyadari pentingnya praktek PRB melalui penyusunan dan implementasi RAK. y Dalam pelaksanaan RAK di masyarakat ini, maka swadaya masyarakat sangat membantu dan diperlukan, karena dana hibah yang diberikan dalam program ini hanyalah sebagai stimulus atau pancingan. y Salah satu bentuk swadaya yang ditunjukkan oleh masyarkat atau pemerintah dalam rangka pelaksnaan RAK ini adalah : o Dalam rapat-rapat pertemuan antar anggota forum untuk membahas perencanaan kegiatan, evaluasi, diadakan secara secara mandiri o Pelaksanaan kegiatan RAK terutama yang berwujud pekerjaan fisik, ada beberapa warga yang membantu pekerjaan tersebut walaupun tidak mendapat upah, dan pekerjaan tersebut telah dikerjakan oleh tukang. o Pemerintah Kelurahan di Lempuing dan Kelurahan Penurunan memberikan dukungan dalam

pelaksanaan RAK ini, diantaranya : penyediaan sarana dan prasarana ruang di Kelurahan sebagai tempat pertemuan,

5. Output 5 : Terdokumentasinya kearifan lokal yang terbukti mampu mengurangi resiko bencana y Kearifan local adalah cara dan praktik yang dikembangkan oleh sekelompok masyarakat, yang berasal dari pemahaman

mendalam akan lingkungan setempat, yang terbentuk di tempat tersebut secara turun-temurun. y Upaya untuk mendokumentasikan kearifan local dikedua wilayah terutama yang berkaitan dengan aspek pengurangan resiko bencana yang dilakukan bertujuan untuk menggali dan mengumpulkan berbagai hal meliputi informasi, tingkah laku, kebiasaan, bentuk bangunan, dll yang mungkin sudah terlupakan atau terpinggirkan y Dalam upaya mendokumentasikan kearifan local dilokasi Program Hibah menjadi sebuah dokumen tersendiri terdapat beberapa pertimbangan apakah akan dijadikan sebuah dokumen tersendiri atau tidak, hal ini karena beberapa temuan tentang kearifan local yang berhasil ditemukan dianggap belum sebagai sebuah bentuk kearifan local akan tetapi dianggap sebagai sebuah pengalaman masyarakat dalam menghadapi sebuah bencana. Sebagai contoh tentang insting hewani (ikan lele) baru diketahui warga ketika, banyak warga yang membudidayakan ikan lele, sehingga masih perlu dikaji lebih lanjut.

6. Output 6 : Terujicobanya perangkat pengurangan resiko bencana untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami y Simulasi merupakan sarana untuk masyarakat berlatih dalam menghadapi kejadian yang sesungguhnya ketika terjadi bencana y Simulasi yang telah dilakukan di Kedua Kelurahan diharapkan dapat menjadikan masyarakat lebih paham dan tahu ketika terjadi bencana, hal ini membutuhkan rutinitas diadakannya simulasi, minimal adalah satu tahun sekali

y

Partisipasi dari warga perlu untuk ditingkatkan lagi pada saat diadakan simulasi

y

Koordinasi dengan berbagai pihak pemangku kepentingan terkait penanggulangan bencana perlu ditingkatkan lagi

y

Adanya tindak lanjut simulasi yang berkesinambungan dan berasal dari inisiatif forum siaga bencana kelurahan maupun komunitas.

y

Pelaksanaan simulasi di kedua kelurahan ini adalah untuk menguji scenario yang telah disusun dalam RenKon serta mengetahui bagaimana jalur komunikasi yang harus dibangun antara stakeholder di wilayah bencana.

y

Skenario dalam Rencana kontigensi yang telah disusun sebagai langkah dalam menghadapi kondisi darurat pada saat terjadi bencana, yang diujicobakan dalam simulasi di kedua kelurahan secara umum dapat berjalan lancar. Kerjasama dengan lembaga lembaga lain, misalnya PMI juga berjalan dengan baik. Walaupun memang ada beberapa hal yang perlu diperbaiki terutama jalur komunikasi dengan BPBD Kota Bengkulu

7. Output 7 : Terintegrasinya prakarsa pengurangan resiko bencana kedalam mekanisme rembug warga, perencanaan dan peraturan ditingkat kelurahan y Musrenbang Kel yang telah dilakukan telah diupayakan untuk memasukkan beberapa identifikasi kegiatan aksi kedalam Musrembang-Kel dan lembaga akan mencoba untuk ikut melakukan review terhadap RPJMkel guna memasukan isu PRB kedalamnya y Dengan ikut sertanya beberapa anggota forum PRB dalam Musrembang Kel diharapkan akan dapat mengupayakan

memasukkan isu PRB kedalam perencanaan pembangunan di kelurahan tersebut y Belum optimalnya isu dan konsep PRB dimasukan dalam RPJMKel.

8. Output 8 : Terdokumentasinya perangkat-perangkat kajian sosial mapping dan vulnerability analysis dalam bentuk modul pembelajaran Pengurangan Resiko Bancan Berbasis Komunitas y Kajian pemetaan social dan analisis ancaman merupakan upaya memahami suatu komunitas sehingga akan didapatkan data yang akurat dan lebih mendalam dan detail tentang komunitas tersebut y Semua dokumen yag digunakan dalam setiap kegiatan Program hibah ini akan menjadi sebuah pembelajaran dalam pelaksanaan program sejenis y y Sudah tersusun dan terkumpul dengan baik. Pengembangan modul untuk keberlanjutan program menjadi mutlak diperlukan.

9. Output 9 : Tersusunnya laporan pelaksanaan dan pembelajaran program Hibah PRBBK y Laporan yang harus disusun terdiri dari : laporan pendahuluan, laporan naratif bulanan, dokumen-dokumen output, laporan keuangan. y Semua laporan ini disusun berdasarkan pelaksanaan program dimasyarakat dan dapat menjadi panduan dan acuan bagi kita tentang pelaksanaan program ini. y Waktu penyusunan yang relative pendek sehingga proses penyusunan dan finalisasi laporan menjadi tidak optimal. y Diperlukan coaching clinic dalam proses penyusunan laporan akhir dan pembelajaran.

IV. 4.1.

PENGELO LAAN PROGRAM Struktur Pengelolaan Proyek & SDM y Untuk melaksanakan program hibah ini maka lembaga membentuk sebuah tim pelaksana yang terdiri dari 1 orang coordinator proyek, 1 orang administrasi dan keuangan, 2 orang pendamping komunitas, dan 1 orang enumerator data, dan ditambah relawan-relawan sesuai kebutuhan dilapangan. y Dalam hal jumlah, peran dan fungsi maka tim yang telah dibentuk ini sudah memadai untuk melaksanakan program hibah ini. y Jika ditinjau dalam hal kualitas SDM, terutama dalam hal kemampuan memfasilitasi dan kemampuan analisa, serta pemahaman terhadap PRB, maka masih diperlukan upgrade kapasitas dari SDM yang melaksanakan program hibah ini 4.2. Pemantauan & Evaluasi y Untuk melakukan Monitoring dan Evaluation, lembaga ditingkat cabang tidak memiliki unit khusus yang mempunyai tugas untuk melakukan M&E, sedangkan ditingkat kantor pusat tugas M&E ini biasanya dilakukan oleh Divisi Litbang PKPU Pusat. Sedangkan untuk program hibah ini telah dibentuk tim tersendiri yang bertugas untuk melakukan pemantauan dan evaluasi, yang merupakan gabungan dari kantor pusat PKPU dan PKPU Bengkulu. y Metode yang dilaksanakan adalah pemantauan dan evaluasi dilakukan secara rutin oleh staff M&E PKPU Bengkulu dengan cara datang langsung ke lokasi program hibah baik ketika ada kegiatan yang sedang berlangsung dan berkomunikasi langsung dengan para peserta kegiatan,

sedangkan M&E yang dilaksanakan oleh PKPU Pusat sebanyak 2 x dalam masa pelaksanaan program hibah ini.

4.3.

Pelaporan & Dokumentasi y Pelaporan yang harus disiapkan oleh lembaga terdiri dari laporan naratif kegiatan, laporan keuangan, dan laporan akhir. Secara umum panduan SCDRR, sudah jelas dan tidak ada kesulitan untuk memenuhinya. Hal ini sudah dijelaskan dari awal ketika diadakan lokakarya sebelum proyek hibah ini berjalan yang dilaksanakan oleh PPMU dan diikuti oleh mitra pelaksana y Pendokumentasian output yang dilakukan oleh PKPU didasarkan pada acuan output yang telah ditetapkan oleh SCDRR yaitu adanya 9 output yang harus dicapai dalam pelaksanaan program hibah, hal ini dilakukan agar pekerjaan menjadi lebih simple dan tidak terjadi

pengulangan pengulangan pendokumentasian output.

4.4.

Koordinasi Eksternal y Dalam pelaksanaan program hibah, hubungan dengan pihak eksternal terutama dengan pemangku kepentingan dalam ranah pengurangan resiko bencana telah dilakukan oleh pihak PKPU antara lain kepada : BPBD Kota Bengkulu, PPMU, PCISU SCDRR, PMI, Forum PRB, Pemerintah Kelurahan dan Kecamatan. y Bentuk komunikasi yang dilakukan adalah dengan

kunjungan silaturahmi, koordinasi teknis baik dengan email, telpon atau bertemu langsung. y Dalam menjalin komunikasi ini tentu ditemui kesulitankesulitan dilapangan, sebagai contoh : Koordinasi dengan

BPBD Kota tidak berjalan dengan baik karena beberapa kali terjadi pergantian kepala BPBD, sehingga sering harus mengulangi lagi proses komunikasi dari awal ketika terjadi pergantian kepala BPBD, koordinasi dengan tim teknis juga tidak berjalan dengan baik karena tidak jelas siapa saja personel yang tergabung dalam tim teknis ini.

4.5.

Pengelolaan & Administrasi Keuangan y Secara umum panduan yang telah diberikan oleh UNDP terkait masalah laporan keuangan dan administrasi laporan telah cukup memadai dan mudah untuk dipahami y Template laporan terutama untuk dokumen output perlu untuk diberitahukan lebih awal kepada mitra pelaksana sehingga lebih memudah dalam pengerjaan laporan y Perlu kiranya diadakan pelatihan kepada mitra pelaksana dalam menyusun laporan keuangan, maupun laporan administrasi yang lain secara lebih mendalam dan mendetail sebelum pelaksanaan program dimulai

V. 5.1.

ISU LINTAS SEKTOR Strategi Pengarusutamaan Gender y Sejak dari awal pelaksanaan program ini di masyarakat selalu ditekankan tentang gender (pelibatan perempuan) dalam setiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan mengundang perempuan minimal 30 % dari undangan yang disebar. y Dalam prakteknya memang tidak mudah untuk sekedar memenuhi kuota 30 % keterlibatan perempuan dalam hal jumlah (kuantitas), apalagi dalam kualitas keterlibatan. Pihak perempuan harus terus dipancing agar mau

mengeluarkan suara/pendapatnya dalam pertemuan pertemuan yang dilaksanakan. 5.2. Pengintegrasian Isu Lingkungan dan Perubahan Iklim y Dalam rancangan rancana aksi komunitas terutama di Kelurahan Lempuing, ada kesadaran dari anggota forum untuk melestarikan lingkungan dipinggir pantai, terutama dengan adanya kelompok pembibitan pohon cemara, hal ini ditindaklanjuti dengan program dari Forum Lempuing Siaga dengan melakukan penanaman 1000 bibit pohon pelindung pantai disepanjang pantai didaerah Lempuing. y Dalam kaitannya dengan perlindungan kawasan pantai dengan pohon pelindung ada kesepakatan diantara warga masyarakat untuk tidak menebang pohon-pohon yang dijadikan sebagai pelindung ditepi pantai. y Munculnya perhatian komunitas terhadap isu banjir dalam setiap rembug warga terutama di kelurahan Penurunan.

5.3.

Kemitraan y Dalam melaksanakan program ini PKPU menyadari tidak bisa bekerja sendiri, oleh karena itu sangat diperlukan bantuan dari pihak lain terutama pemangku kepentingan pada ranah bencana dan pengurangan resiko bencana di Kota Bengkulu, baik dari pihak pemerintah (BPBD Kota Bengkulu, Pemerintah Kecamatan, Kelurahan, Puskesmas, dll), dari pihak LSM/ swasta (Forum PRB, PMI, dll). y Pola komunikasi yang dilaksanakan selama ini hanya satu arah, yaitu dari mitra pelaksana yang berkunjung dan melakukan koordinasi ke instansi terkait.

VI.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

y Kesiapan merupakan

tim

pelaksana

dan

kesiapan

masyarakat dan

bagian

penting

dalam

menerima

melaksanakan proyek, terutama kesiapan dalam memahami usaha pengurangan resiko bencana memiliki keunikan dalam pendekatan dan pendampingan. y Pemahaman akan kondisi social komunitas merupakan perlu dilakukan secara mendalam sehingga dapat diperoleh gambaran yang utuh dan menyeluruh tentang kondisi wilayah tersebut y Dukungan Pemerintah terutama dari Pemerintah Kelurahan, merupakan hal yang penting dan harus mendapat perhatian yang utama, sehingga keberlanjutan dari program ini dapat lebih terjamin y Untuk menjadikan masyarakat yang tangguh menghadapi bencana diperlukan proses yang tidak singkat, dan tidak cukup hanya dilaksanakan dalam satu tahun, sehingga kedepannya perlu dipikirkan bagaimana menjaga agar hasil-hasil yang telah dicapai dalam program ini bisa tetap bertahan dan member manfaat bagi warga masyarakat di kedua Kelurahan y Perlunya dukungan yang nyata dari kalangan dunia usaha di setiap kelurahan terutama di kelurahan penurunan untuk mendukung upaya peningkatan praktek PRB.