Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

29
Psikologi Sosial I Prasangka, steorotipe dan Diskriminasi Dosen Pengampu Laila M I W, PhD Disusunoleh : AdityasGinanjar - 4611120065 YinaYuliana - 46112120089

Transcript of Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

Page 1: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

Psikologi Sosial I

Prasangka, steorotipe dan DiskriminasiDosen Pengampu

Laila M I W, PhD

Disusunoleh :

AdityasGinanjar - 4611120065

YinaYuliana - 46112120089

Page 2: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

KATA PENGANTAR

Dewasa ini dengan arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat disegala bidang

semakin merambah keseluruh dunia, termasuk Indonesia. Hal ini tentu saja dapat berdampak

positif dan negative, salah satunya dalam bidang sosial masyarakat. Dengan kemajuan teknologi,

manusia terlena dengan kecanggihannya sehingga sosialisasi yang “nyata’ kini tergeser dengan

sosialisasi di “dunia maya”. Kemudahan yang di dapatkan ternyata menimbulkan masalah baru,

yaitu kondisi hubungan sosial dengan orang-orang terdekat menjadi “tersisih”. Hal ini tentu

merupakan suatu kemunduran sosial pula yang seharusnya kita sadari. Permasalah sosial karena

“miss communication” sering sekali kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Sehingga dari masalah

ini timbul banyak permasalahan yang komplek. Padahal disisi lain kita semua mengetahui bahwa

keberhasilan hubungan sosial salah satunya tentu saja melalui komunikasi yang baik.

Itulah salah satu alasan makalah ini disusun. Dengan memperajar imateri-materi sosial dalam

makalah ini, diharapkan kitamemperoleh beberapa manfaat, antara lain dapat mengenal diri

pribadi dan orang lain di lingkungan sosial, sikap diri pribadi dan sosial, dan tentu saja

bagaimana bersikap dan berperilaku yang baik dilingkungan sosial.

i

Page 3: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………… i

Daftar Isi ……………………………………………………………………………… ii

Pendahuluan

A. LatarBelakang …………………………………………………………………………iii

B. Tujuan ……………………………………………………………………………..iii

BAB I Pembahasan

1. Pengertian Praangka …………………………………………………………………1

2. Jenis-Jenis Prasangka ……………………………………………………………2

3. Pembentukan Prasangka …………………………………………………………4

4. Peran Steorotip, Diskriminasi dan Bentuk-Bentuk Diskriminasi …………………....5

5. Mengatasi Prasangka …………………………………………………………………12

BAB II Penutup ……………………………………………………………….14

BAB III Daftar Pustaka ………………………………………………………….15

ii

Page 4: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Dunia sosial adalah materi yang selalu menjadi menarik untuk di telit idan di bahas

permasalahannya. Hal ini bukan saja karena banyak disiplin ilmu mengenai sosial, namun

karena kita, manusia makhluk yang memang hidup di dunia sosial. Di dalam lingkungan

sosial tentu ada hal positif dan negatifnya. Hal positifnya tentu dengan bersosial, manusia

bisa dengan mudah mencapai tujuan, baik itu tujuan individu maupun tujuan kelompok.

Dampak negatifnya tentu saja, dengan sikap, prilaku, komunikasi atau tindakan lainnya di

lingkungan sosial yang kurang tepat, dapat menimbulkan permasalahan yang beragam. Baik

yang sederhana sampai yang kompleks. Sering kita jumpai satu berita tentang pembunuhan

karena masalah komunikasi atau salah faham. Kesalah fahaman tersebut timbul diantaranya

karena masalah manusia yang terkadang berprasangka buruk terhadap individu maupun

kelompok. Oleh karena permasalahan yang timbul ini, dari zaman dahulu para ahli

sebetulnya sudah mempelajari prilaku-perilaku negative ini serta penyebabnya, yang hingga

sekarang tertuang dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, termasuk dalam mata pelajaran

Psikologi sosial.

B. Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan :

Memahami mengenai prasangka, jenis prasangka, hal-hal yang menyebabkan

prasangka serta cara mengatasinya.

Selain itu makalah ini membahas mengenai steorotipe dan diskriminasi sebagai dampak

negative dar iprasangka itu sendiri.

iii

Page 5: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian PrasangkaPrasangka (Prejudice) merupakan salah satu bentuk dari sikap. Sikap atau dalam bahasa inggris attitude menurut Kamus besar Bahasa Indonesia mempunya arti (1) Tokoh atau bentuk tubuh, (2) Cara berdiri (tegak, teratur, atau dipersiapkan untuk bertindak); kuda-kuda (pencak dan sebagainya), (3) Perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian, keyakinan, (4) Perilaku; gerak-gerik. Sedangkan pengertian sikap menurut para ahli adalah sebagai berikut :

Myers mengemukakan bahwa “Attitude is a favorable or unfavorable evaluating reaction to ward something or someone, exhibition in one’s belief, feeling or intended behavior” (Sarwono, 2002:232).

Sedangkan Ajzen berpendapat bahwa “An attitude is a deposition to respond favorably or unfavorably by evaluating an object, person, institution or even” (Sarwono, 2002:232).

Dari defenisi-defenisi mengenai sikap atau attitude di atas, walapun ada perbedaan namun, smuanya sepakat bahwa sikap memiliki dua ciri khas yaitu :

a. Mempunyai object tertentu, seperti orang, perilaku, konsep, situasi, benda, dan sebagainya

b. Melewati proses penialain, seperti setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka.

Sedangkan arti dari prasangka itu sendiri menurut Baroon & Byrne (Sarwono, 2002:267) adalah sikap yang negative terhadap kelompok tertentu atau seseorang, semata-mata karena keanggotaannya dalam kelompok tertentu.

Menurut sebagaian para ahli prasangka timbul karena penilaian yang tidak berdasar (unjustified) dan pengambilan sikap sebelum menilai dengan cermat, sehingga terjadi penyimpangan pandangan (bias) dari kenyataan yang sesungguhnya (Sarwono, 2002:267)

Namun menurut Brown, prasangka tidak selalu salah dan irasional. Sebagian juga didasarkan kepada kenyataan. Seperti hal nya dengan sikap, prasangka dapat berupa positif dan negative. Hanya saja dalam hal ini, prasangka yang positif biasanya tidak menimbulkan masalah dalam hubungan antar pribadi atau kelompok, sehingga tidak terlalu bayak dibicarakan khusus atau bahkan tidak ada (Sarwono, 2002:267).

Karena sifatnya yang bisa berupa positif dan negatif, prasangka adalah masalah psikologi social karena yang utama dari sikap ini adalah dampaknya pada hubungan antar pribadi dan kelompok.

1

Page 6: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

2. Jenis-Jenis Prasangka

Ada beberapa jenis prasangka yang berkembang di masyarakat, diantaranya :

a. Prasangka RasialRasial merupakan tindakan yang berkaitan dengan rasisme. Rasisme sendiri merupakan suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya.

Contohnya adalah prasangka antara orang kulit putih terhadap orang kulit hitam di Amerika, rasisme antara pribumi terhadap keturunan tionghoa di Indonesia dan kasus-kasus rasisme lainnya.

b. Prasangka Jenis KelaminPembagian peran secara tradisional menurut jenis kelamin menyebabkan berkembangnya kepribadian antara kedua jenis kelamin yang berbeda (maskulin dan feminin). Perbedaan ini pada gilirannya akan meenciptakan prasangka dan diskriminasi. Akan tetapi, prasangka dan diskriminasi ini tidak terjadi atau bentuknya akan lain sekali kalau dasar pembagian peran antara pria dan wanita juga tidak seperti yang tradisional.

Menurut Bem (Sarwono, 2002:279), pembagian identitas jenis kelamin juga akan berbeda (maskulin, feminine, dan androgin) jika pembagian peran dalam masyarakat berubah karena perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.

c. Prasangka HomoseksualMenurut Herek prasangka tentang homoseksual (gay atau lesbian) merupakan gejala yang terjadi di seluruh dunia.Salah satu teori mengatakan bahwa prasangka homoseksual ini terjadi karena adanya peran pria dan wanita secara tradisional yang disusun berdasarkan kondisi dalam masyarakat yang didominasi oleh kaum heteroseksual.Kebudayaan heteroseksual ini menyediakan system nilai yang sudah jadi (dalam bentuk adat, kebiasaan, agama, hokum, dan sebagainya) yang mengeksklusifkan kaum homoseksual dan member tempat pada prasangka homoseksual seakan-akan prasangka itu wajar dan normal saja (Sarwono, 2002:279).

Fernald juga berpendapat bahwa pengaruh dari prasagka homoseksual ini adalah pada perilaku diskriminatif terhadap kaum tersebut, seperti membuat jarak dengan gay dan lesbian karena adanya anggapan bahwa homoseksual mengancam dan mengganggu ketentraman dan agresif (Sarwono, 2002:279).

2

Page 7: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

Menurut Harry pengaruh lainnya dari prasangka homoseksual adalah adanya kecenderungan tindakan agresif terhadap kaum tersebut.Semula diperkirakan bahwa agresivitas terhadap homoseks dilakukan oleh golongan pemuda yang berkepribadian tidak dewasa, yang kurang berhasil dengan lawan jenis dan sebagai kompensasinya ingin menunjukan komitmen mereka pada heteroseksualitas melalui agresivitas pada golongan homoseksual. Akan tetapi, penelitian lain membuktikan bahwa agresivitasterhadap homoseksual tidak hanya dilakukan oleh laki-laki muda, tetapi oleh berbagai golongan dan lapisan masyarakat. Agresi anti homoseksual ini semakin meningkat sejak berjangkitnya AIDS dan HIV, karena kaum homoseksual (gay) diprasangkai sebagai pembawa penyakit tersebut, begitulah yang dikemukakan Berryl (Sarwono, 2002:280)

Menurut Herek walaupun demikian akhir-akhir ini tampak bahwa ada perubahan-perubahan dalam struktur masyarakat heteroseksual sendiri, seperti adanya peran baru bagi wanita dan perubahan peran pria serta adanya gerakan feminisme yang memberi peluang pada perubahan prasangka terhadap homoseksual (Sarwono, 2002:280)

d. Prasangka AgamaMenurut Donahue & Benson ajaran yang terdapat di dalam setiap agama, selalu berkorelasi positif dengan nilai-nilai pro-sosial dan berkorelasi negative dengan percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat, hubungan seks yang terlalu dini, dan hal-hal yang berkaitan dengan kenakalan.

Selaras dengan penjelasan diatas, Gorsuch menemukan bahwa penyalah gunaan zat (obat, minuman keras, dan sebagainya) di kalangan orang yang sangat religious ternyata lebih rendah daripada di kalangan yang tidak religious.

Hal ini karena agama sebetulnya mempunyai tujuan penyesuaian diri (coping) terhadap berbagai masalah kehidupan.Agama dapat memberi makna hidup, keintiman, dan jati diri.

Namn tidak dapat dipungkiri,, prasangka antar agama sampai hari ini pun masih berlangsung di beberapa tempat. Salah satunya seperti yang kita tahu perselisihan antara islam dengan Yahudi menyebabkan penderitaan bagi semua orang yang terlibat di dalamnya.

Isu prasangka agama laiinnya adalah konflik antara protestan-katolik di Irlandia Utara, Muslim-Kristen ortodok di Bosnia, dan sebagainya.

Di Indonesia sendiri toleransi antar agama di kalangan masyarakat relatif cukup baik, walau masih terdapat prasangka-prasangka antar agama seperti sikap negatif responden terhadap perkawinan beda agama, terlepas dari tingkat pendidikan dan pola pendidikan agama yang mereka peroleh di rumah (Sarwono, 2002:281).

3

Page 8: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

Dengan permasalahan seperti disebutkan diatas Hansberger (Sarwono, 2002:282) memberikan solusi bahwa dibutuhkan kesadaran, kedewasaan, dan kebijaksana antar individu.Sikap yang kurang tepat dalam menyikapi keragaman agama dapat berpotensi menyempitkan wawasan yang menimbulkan prasangka-prasangka antar agama.Karena walaupun setiap agama di dunia menganjurkan toleransi dan kasih saying terhadap sesama, nyatanya agama justru berkorelasi positif dengan prasangka.

Mangis (Sarwono, 2002:282) lalu berpendapat bahwa prasangka agama tidak timbul karena agamanya, tetapi karena wawasannya sempit (closed mindedness) dari penganutnya.

e. Prasangka LainTerdapa banyak prasangka lain yang tumbuh di lingkungan masyarakat selain prasangka-prasangka yang telah disebutkan sebelumnya. Misalnya prasangka terhadap pria yang memakai anting-anting, prasangka terhadap pegawai negri dan polisi, prasagka terhadap profesi seperti fotomodel, prasangka terhadap pelajar STM yang dianggap suka berkelahi, prasangka terhadap penderita HIV/AIDS, dan prasangka terhadap narapidana (Sarwono, 2002:281)

3. Pembentukan PrasangkaPrasangka dapat terbetuk baik pada interaksi social (hubungan antar kelompok) maupun pada proses yang terjadi dalam diri individu (dinamika kepribadian

a) Interasi sosial Ketidak adilan In group-out group

Billing & Tajfel (Sarwono, 2002:283) Prasangka ini mudah terbentuk begitu ada pengelompokan tertentu. Kecenderungan In group-out group ini sudak terlihat sejak kanak-kanakJika perasaan in group-out group begitu melekat dan berlangsung terlalu lama, prasangka akan sangat memuncak dan menjadi sikap bermusuhan yang sangat mendalam.

Sebaliknya perasaan in group-out group ini bisa mengatasi prasangka lainnya.Tjun menemukan bahwa di kalangan siswa pribumi dan non pribumi nilai steorotip terhadap in group selalu lebih positif daripada out group. Sedangkan Hastuti menemukan bahwa karyawna pribumi yang berada dalam lingkungan kerja dengan mayoritas non pribumi bersikap lebih positif terhadap non pribumi daripada pribumi yan bekerja di lingkungan dimana ia sendiri menjadi mayoritas (Sarwono, 2002:285)

KonformitasKonformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial ketika seseorang mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.

4

Page 9: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

Menurut Baron & Byrne (Sarwono, 2002:285), Prasangka dapat timbul dari usiakanak-kanak melalu proses belajar social. Anak yang berusia kurang dari 5 tahun lebih cepat menyerap prasangka daripada anak-anak berumur 8-9 tahun.Proses belajar ini merupakan bagian dari proses konformitas individu terhadaplingkungannya.

Singgih Kurniawan & A. Mutho M. Rois dalam jurnalnya mengenai Tawuran di kalangan remaja/siswa menemukan bahwa ada hubungan erat antara konformitas dengan in group-out group di kalangan remaja sekolah yang cenderung terlibat tawuran.Disimpulkan bahwa siswa yang terlibat memiliki konformitas terhadap kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terlibat tawuran.

Dukungan institusional Konflik antarkelompok

b) Dinamika kepribadian Teori Furstasi-Agresi atau teori “Kambing Hitam” Kebutuhan akan status dan merasa memiliki kelompok (Sense of belonging) Kepribadian otoriter Faktor kognitif

4. Peran Steorotip, Diskriminasi dan Betuk-Bentuk Diskriminasi

SteoreotipDampak negatifdari prasangka diantaranya adalah Steorotipe dan Diskrimanasi.Stereotip Istilah berasal dari bahasa Yunani kata στερεός ( stereo ), "tegas, padat" dan τύπος ( typos ), "kesan," maka stereotip menurut bahasa berarti "kesan yang kuat".

Istilah ini berasal dari perdagangan cetak dan pertama kali diadopsi pada tahun 1798 oleh Firmin Didot.Di luar dunia percetakan, referensi pertama "stereotip" adalah pada tahun 1850, sebagai kata benda yang berarti "gambar yang diabadikan tanpa perubahan." Namun, hal itu tidak sampai 1922 bahwa "stereotype" pertama kali digunakan dalam pengertian psikologi modern oleh wartawan Amerika Walter Lippmann dalam karyanya Public Opinion. (Melton,1993)

Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat.Penilaian dalam steorotipe ini hanya berdasarkan sifat-sifat yang khas yang seakan-akan menempel pada suatu kelompok tertentu. Sesuai dengan prinsip heuristics, steorotipe ini bermanfaat untuk mengefisiensikanproses dalam kognisi seseorang, sehingga ia tidak perlu lagi berfikir terlalu sulit dan lama sebelum bereaksi terhadap orang lain atau kelompok lain.

Page 10: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

5Dari kacamata teori psikologi kognitif steorotip ini timbul karena manusia membentuk skema atau kategori dalam kognisinya dan sekali skema ini sudah terbentuk, oranng cenderung hanya menerima informasi yang sesuai dengan skema itu dan menolak yang tidak sesuai.

Stereotipe dapat berupa prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif.Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif.Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang.

Berbagai disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda mengenai asal mula stereotipe:

Psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, pola komunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik antar kelompok.

Sosiolog menekankan pada hubungan di antara kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial.

Para humanis berorientasi psikoanalisis menekankan bahwa stereotipe secara definisi tidak pernah akurat, namun merupakan penonjolan ketakutan seseorang kepada orang lainnya, tanpa mempedulikan kenyataan yang sebenarnya.

Fungsi Stereotip

Studi awal menunjukkan bahwa stereotip hanya terjadi pada orang-orang yang kaku, ditekan, dan otoriter. Ide ini telah disangkal oleh penelitian kontemporer yang menunjukkan keberagaman stereotip dan  menganggap stereotip sebagai keyakinan kelompok kolektif, yang berarti bahwa orang-orang yang termasuk dalam kelompok sosial yang sama mempunya stereotip yang sama (Henri, 1981). Penelitian modern menegaskan bahwa pemahaman penuh terhadap stereotip memerlukan pertimbangan dari dua perspektif komplementer : Yang dibagi bersama dalam suatu budaya tertentu  dan yang terbentuk dalam pikiran seorang individu

Hubungan antara kognitif dan sosial fungsi

Stereotip dapat menunjukkan fungsi kognitif pada tingkat interpersonal, dan fungsi sosial pada tingkat antarkelompok (Steven dkk, 2012). Untuk stereotip berfungsi pada tingkat antarkelompok, seorang individu harus melihat diri mereka sebagai bagian dari kelompok dan menjadi bagian dari kelompok itu juga harus terasa menonjol/berarti bagi individu.

Craig McGarty, Russell Spears, dan Vincent Y. Yzerbyt (2002) berpendapat bahwa fungsi kognitif dari stereotip yang terbaik dipahami dalam kaitannya dengan fungsi sosialnya, dan sebaliknya.

Page 11: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

6

Fungsi kognitif

Stereotip dapat membantu memahami dunia. Stereotip adalah bentuk kategorisasi yang berguna untuk menyederhanakan dan mensistematisasi informasi. Dengan demikian, informasi lebih mudah diidentifikasi, ingat, diprediksi, ditanggapi. Stereotip adalah bentuk kategorisasi dari benda atau manusia (McGarty dkk., 2002).Gordon Allport (1954)  telah menyatakan bahwa  orang merasa lebih mudah untuk memahami informasi masuk yang sudah dikategorisasi. 

Sebuah perspektif komplementer berteori bagaimana stereotip berfungsi untuk menghemat waktu dan energi yang memungkinkan orang untuk bertindak lebih efisien. Namun perspektif lain menunjukkan bahwa stereotip adalah persepsi bias rakyat dari konteks sosial mereka. Dalam pandangan ini, orang menggunakan stereotip sebagai jalan pintas untuk memahami konteks sosial mereka, dan ini membuat tugas seseorang memahami dunianya kurang menuntut proses kognitif (McGarty dkk., 2002).

Fungsi sosial: kategorisasi sosial

Dalam situasi berikut, tujuan menyeluruh dari stereotip adalah bagi orang-orang untuk menempatkan diri mereka secara kolektif  (anggota ingroup mereka) dalam pandangan yang positif ( Haslam dkk., 2002) ketika stereotip digunakan untuk menjelaskan kegiatan sosial ketika stereotip digunakan untuk membenarkan kegiatan kelompok satu

(ingroup ) terhadap kelompok lain ( outgroup ) ketika stereotip digunakan untuk membedakan ingroup secara positif jelas

berbeda dari outgroup

Tujuan penjelasan

Seperti disebutkan sebelumnya, stereotip dapat digunakan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa sosial. Henri Tajfel mendeskripsikan pengamatannya tentang bagaimana beberapa orang menemukan bahwa konten anti-Semitic dari The Protocol of the Elder of Zion  dan berpikiran jika Yahudi memiliki karakteristik tertentu. Karena itu, menurut Tajfel, Yahudi distereotipkan menjadi sosok 'evil' jahat dan ingin untuk mendominasi dunia untuk mencocokkan 'fakta' anti-Semitic seperti yang disajikan dalam The Protokol the elder of Zion.

7

Page 12: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

Tujuan Justifikasi

Orang-orang membuat stereotip  untuk membenarkan tindakan yang ingroup mereka telah melakukan (atau berencana untuk lakukan) terhadap outgroup

lain.  Sebagai contoh, menurut Tajfel (1981), Eropa menstereotipkan Turki, India, dan orang-orang Cina tidak akan mampu mencapai kemajuan keuangan tanpa bantuan Eropa. Stereotip ini digunakan untuk membenarkan kolonialisme Eropa di Turki, India, dan China.

Diferensiasi antar kelompok

Orang ingin kelompok (ingroup) mereka untuk memiliki citra relatif positif terhadap kelompok luar (outgroup), sehingga orang ingin membedakan ingroup mereka dari kelompok luar yang relevan dengan cara yang diinginkan.  Jika suatu outgroup tidak mempengaruhi citra ingroup,  tidak ada gunanya bagi ingroup menjadi secara jelas berbeda dari outgroup yang lain (Haslam dkk., 2002)

Fungsi sosial: kategorisasi diri

Seseorang akan mengubah stereotip mereka, baik untuk kelompok maupun diluar kelompok mereka, sesuai dengan konteks yang sesuai dengan dirinya. Orang cenderung self-stereotip kelompok mereka secara homogen dalam konteks antarkelompok, dan mereka tidak melakukannya dalam konteks intragrup di mana  keanggotaan kelompok mereka tidak terlalu kuat. Stereotip dapat menekankan keanggotaan kelompok dalam dua langkah: Pertama, stereotip menekankan kesamaan orang tersebut dengan anggota ingroup pada dimensi yang relevan, dan juga perbedaan seseorang dari outgroup anggota pada dimensi yang relevan. Kedua, semakin besar stereotip dalam kelompok yang sama dan  kelompok yang berbeda, yang lebih menonjolkan identitas sosial orang-orang tersebut , dan semakin depersonalisasi orang-orang tersebut.   depersonalisasi akan menghilangkan perbedaan individu nya dan mengembangkan stereotip yang terkait dengan  keanggotaan kelompok yang relevan. ( Haslam dkk., 2002)

Fungsi sosial: pengaruh sosial dan konsensus

Stereotip merupakan indikator  konsensus kelompok ingroup. Bila ada perbedaan pendapat intragroup atas stereotip dari ingroup dan / atau outrgroups, anggota ingroup akan mengambil tindakan kolektif untuk mencegah anggota ingroup lain dari menyimpang dari satu sama lain.

8

Page 13: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

John C. Turner menyatakan pada tahun 1987 bahwa jika anggota ingroup tidak setuju pada stereotip outgroup, maka salah satu dari tiga tindakan kolektif mungkin akan dilakukan : Pertama, anggota ingroup dapat bernegosiasi dengan satu sama lain dan

menyimpulkan bahwa mereka memiliki stereotip outgroup yang berbeda karena mereka menstereotipkan subkelompok yang berbeda dari outgroup (misalnya, Rusia pesenam dibandingkan petinju Rusia). 

Kedua, anggota ingroup dapat bernegosiasi dengan satu sama lain, tetapi menyimpulkan bahwa mereka tidak setuju karena perbedaan kategoris antara mereka sendiri. Dengan demikian, dalam konteks ini, lebih baik untuk mengkategorikan anggota ingroup dibawah kategori yang berbeda (misalnya, Demokrat dibandingkan Republikan) daripada di bawah kategori bersama (misalnya, Amerika).Akhirnya, anggota ingroup dapat mempengaruhi satu sama lain untuk menyimpulkan pada suatu stereotip outgroup yang bersifat umum ( Haslam dkk., 2002).

Walaupun jarang sekali stereotipe itu sepenuhnya akurat, namun beberapa penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotipe sesuai dengan fakta terukur.

Efek yang merugikan dari stereotip adalah:- Pembenaran dari prasangka buruk atau pengabaian,- Keengganan untuk memikirkan kembali sikap seseorang dan perilaku terhadap

kelompok stereotip,- Mencegah beberapa orang dari kelompok stereotip masuk atau berhasil dalam

kegiatan atau bidang tertentu (Tilcsik, 2011)

DiskriminasiDiskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat.Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.

Menurut Sears, Freedman & Peplau (1999) diskriminasi adalah perilaku menerima atau menolak seseorang semata-mata berdasarkan keanggotaannya dalam kelompok.

Sementara itu dalam pengertian lain diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan didasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain.

Dari kedua definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa inti dari diskriminasi adalah perlakuan berbeda. Ada 2 bentuk diskriminasi, diantaranya :

9

Diskriminasi langsung

Page 14: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

Terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.

Diskriminasi tidak langsungTerjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.

Stereotip, prasangka , dan diskriminasi dipahami sebagai konsep yang terkait tetapi berbeda. Stereotip dianggap sebagai komponen yang paling kognitif  dan sering terjadi tanpa kesadaran, sedangkan prasangka adalah komponen afektif. Stereotip dan diskriminasi adalah komponen perilaku dari reaksi prasangka . 

Meski terkait, tiga konsep yang dapat eksis secara independen satu sama lain. Menurut Daniel Katz dan Kenneth Braly (1935), stereotip menyebabkan prasangka rasial ketika orang secara emosional bereaksi terhadap nama kelompok, menganggapkan karakteristik kepada anggota kelompok  , dan kemudian mengevaluasi karakteristik tersebut.

Kemudian ada juga bentuk – bentuk diskriminasi pada kehidupan nyata,diantaranya :

Umur (Ageism)Ageism atau diskriminasi umur adalah diskriminasi dan stereotip yang didasarkan pada dasar usia seseorang. Ini adalah satu set kepercayaan, norma, dan nilai-nilai yang digunakan untuk membenarkan diskriminasi dan / atau subordinasi berdasarkan usia seseorang. Ageism yang paling sering diarahkan orang tua, atau remaja dan anak-anak.Diskriminasi usia dalam seleksi kerja telah terbukti ada di Amerika Serikat . Joanna Lahey, profesor di The Bush School of Government dan Pelayanan Publik di Texas A & M , menemukan bahwa perusahaan yang lebih dari 40% lebih mungkin untuk mewawancarai seorang dewasa muda daripada pelamar kerja yang lebih tua (Lahey, 2005)Dalam sebuah survei untuk University of Kent , Inggris, 29% responden menyatakan bahwa mereka telah menderita diskriminasi usia. Ini adalah proporsi yang lebih tinggi daripada jenis kelamin atau ras diskriminasi. Dominic Abrams, profesor psikologi sosial di universitas, menyimpulkan bahwa Ageism adalah bentuk paling luas dari pengalaman prasangka dalam populasi Inggris.

10 Kasta

Menurut UNICEF dan Human Rights Watch , diskriminasi berdasarkan kasta mempengaruhi sekitar 250 juta orang di seluruh dunia. Diskriminasi berdasarkan kasta, seperti yang dirasakan oleh UNICEF , adalah lazim terutama di beberapa bagian Asia , ( India , Sri Lanka , Bangladesh , China , Pakistan , Nepal , Jepang ), Afrika dan lain-lain.

Page 15: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

Cacat Diskriminasi terhadap penyandang cacat yang disebut ableism atau disablism. Diskriminasi kecacatan, memperlakukan individu cacat seperti inividu yang 'hidup normal', biasa di tempat-tempat publik dan swasta dan jasa, pendidikan, dan pekerjaan sosial yang dibangun untuk melayani orang-orang 'normal', sehingga para penyandang tidak mendapatkan hak yang mereka butuhkan.

Kebangsaan Diskriminasi atas dasar kebangsaan biasanya disertakan dalam undang-undang ketenagakerjaan.Hal ini kadang-kadang disebut sebagai terikat bersama-sama dengan diskriminasi rasial meskipun bisa terpisah. Ini mungkin berbeda dari hukum yang menghentikan penolakan mempekerjakan berdasarkan kebangsaan, mengajukan pertanyaan tentang asal-usul, untuk larangan pembakaran, pensiun paksa, kompensasi dan membayar, dll, berdasarkan kebangsaan.

Diskriminasi atas dasar kebangsaan mungkin menunjukkan sebagai "tingkat penerimaan" dalam olahraga atau kerja tim tentang anggota tim baru dan karyawan yang berbeda kewarganegaraan dari mayoritas anggota tim.(La Mance)

Ras atau etnis

Diskriminasi rasial membedakan individu atas dasar perbedaan ras yang nyata dan dirasakan dan telah menjadi kebijakan resmi pemerintah di beberapa negara, seperti Afrika Selatan dalam apartheid era. Kebijakan diskriminatif terhadap etnis minoritas termasuk diskriminasi berbasis ras etnis India dan Cina di Malaysia atau diskriminasi etnis Uighur di Cina . Selain itu, setelah Perang Vietnam, banyak pengungsi Vietnam pindah ke Amerika Serikat . Di Amerika Serikat, diskriminasi ke Vietnam adalah juga ada. (Levine dkk.,2005)Penduduk asli Amerika menyumbang sekitar 2% dari jumlah populasi manusia di Kanada, tapi meyumbang narapidana sekitar 18% dari seluruh narapidana penjara federal Kanada pada tahun 2000. Pada Juni 2006 pemerintah Australia mempublikasikan statistik penjara, Aborigin membentuk 24% dari keseluruhan Populasi penjara di Australia .

11Pada tahun 2004, Māori terdiri hanya 15% dari total penduduk Selandia Baru namun 49,5% dari tahanan. The Equality and Human Rights Commission menemukan bahwa lima kali lebih banyak orang kulit hitam dibandingkan orang kulit putih per kepala penduduk di Inggris dan Wales dipenjara. Para ahli dan politisi mengatakan over-representasi dari laki-laki hitam adalah hasil dari dekade prasangka rasial dalam sistem peradilan pidana. Di Amerika Serikat , rasial terhadap kaum minoritas oleh petugas penegak hukum telah disebut diskriminasi rasial.(The Guardian, 2011)

Page 16: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

Dalam sistem peradilan pidana di Amerika Serikat, minoritas dihukum dan dipenjara proporsional bila dibandingkan dengan mayoritas Pada tahun 1998, hampir satu dari tiga orang Amerika Afrika antara usia 20-29 berada di penjara atau kurungan, masa percobaan atau bebas bersyarat pada hari tertentu di Amerika Serikat . Pada awal 1866, Undang-Undang Hak Sipil dan Civil Rights Act 1871 memberikan obat untuk rasisme yang disengaja dalam pekerjaan oleh perusahaan swasta dan negara dan pengusaha umum setempat. The Civil Rights Act tahun 1991 memperluas kerusakan yang tersedia di Bab VII kasus dan diberikan Judul VII penggugat hak untuk juri pengadilan. Diskriminasi terhadap orang-orang ras campuran di Amerika Serikat: Gagasan bahwa orang dapat terbagi menjadi beberapa kategori bebas ras telah berubah menjadi asumsi tertandingi dan tidak bisa diperdebatkan.

Agama Diskriminasi agama membedakan individu atas dasar perbedaan agama atau kepercayaan.

Seks, gender, and gender-identityMeskipun diskriminasi gender dan seksisme mengacu pada keyakinan dan sikap dalam kaitannya dengan gender seseorang, keyakinan dan sikap tersebut bersifat sosial dan alamiah. Diskriminasi seks , di sisi lain, mungkin memiliki konsekuensi hukum.

Meskipun apa yang merupakan diskriminasi gender bervariasi antar negara, intinya adalah bahwa hal itu merupakan sebuah tindakan yang merugikan diambil oleh satu orang terhadap orang lain yang yang bergender seks lain. Diskriminasi dengan alasan gender itu natural dianggap sebagai bentuk prasangka dan dalam keadaan enumerasi tertentu adalah ilegal di banyak negara.

Dalam kehidupan sosial, perbedaan seksual telah digunakan untuk membenarkan peran yang berbeda untuk pria dan wanita , dalam beberapa kasus menimbulkan klaim peran primer dan sekunder.

12Walaupun ada perbedaan non-fisik dugaan antara pria dan wanita, ulasan utama dari literatur akademis tentang perbedaangender menemukan hanya sebagian kecil dari karakteristik di mana ada perbedaan psikologis yang konsisten antara pria dan wanita, dan ini berhubungan langsung dengan pengalaman didasarkan pada perbedaan biologis . Namun, ada juga beberapa perbedaan psikologis dalam hal bagaimana masalah yang ditangani dan persepsi emosional dan reaksi yang mungkin berhubungan dengan hormon dan karakteristik sukses masing-masing gender selama peran lama dalam gaya hidup primitif masa lalu.

Page 17: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

Diskriminasi yang tidak adil biasanya mengikuti stereotip gender yang dimiliki oleh masyarakat.

5. Mengatasi PrasangkaUntuk membuat prasangka benar-benar terhapus, rasanya menjadi sangat sulit. Karena telah di jelaskan sebelumya bahwa prasangka dapat terbentuk karena faktor internal dalam individu itu sendiri dan eksternal dari lingkungan sekitarnya. Selain itu, karena terlalu banyak faktor yang mempengaruhi prasangka, tidak ada satu pun jalan terbaik untuk menghilangkan prasangka.

Namun, prasangka dapat diantisipasi dampaknya. Prasangka yang ketidakadilan dan ketidakseimbangan dapat diatasi dengan menciptakan situasi yang lebih adil. Prasangka yang disebabkan karena diskrimanasi dikurangi dengan cara menghilagkan diskriminasi. Prasangka yang didukug oleh intuisi masyarakat dicegah dengan mengubah tatanan dalam intuisi masyarakat itu sendiri dan perasaan in group – out group diatasi dengan memperbanyak kontak antar kelompok.

13

BAB IIIPENUTUP

Prasangka, steorotip dan diskriminasi adalah fenomena yang tidak jarang terjadi di kehidupan sosial masyarakat. Meskipun mengetahui dampak-dampak negatifnya, secara sadar maupun tidak sadar sikap ini dilakukan atau bahkan menjadi kepercayaan individu dalam menjalani

Page 18: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

kehidupan sosial. Diharapkan dengan mempelajari mengenai tiga hal ini, kita menjadi manusia yang lebih bijak dan dewasa dalam menyikapi fenomena-fenomena di lingkungan sosial.

14

BAB IV

Daftar Pustaka

Page 19: Prasangka, stereotipe dan dikriminasi (Makalah)

Kurniawan, Singgih & A. Mutho M. Rois.2009.Tawuran, Prasangka Terhadap Kelompok Siswa Sekolah Lain, Serta Konformitas Pada Kelompok Teman Sebaya.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial : Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka

Prasnowo, Sukojati.2007.Stereotip Terhadap Masyarakat Tionghoa dalam Ca-Bau-Khan.FIB:UI

Kleg, Milton (1993). Hate Prejudice and Racism. Albany: State University of New York Press

McGarty, Craig; Spears, Russel; Yzerbyt, Vincent Y. (2002). "Conclusion: stereotypes are selective, variable and contested explanations". Stereotypes as explanations: The formation of meaningful beliefs about social groups. Cambridge: Cambridge University Press

McGarty, Craig; Yzerbyt, Vincent Y.; Spears, Russel (2002). "Social, cultural and cognitive factors in stereotype formation". Stereotypes as explanations: The formation of meaningful beliefs about social groups. Cambridge: Cambridge University Press

Allport, Gordon W. (1954). The Nature of Prejudice. Cambridge

Haslam, S. A., Turner, J. C., Oakes, P. J., Reynolds, K. J., & Doosje, B. (2002). From personal pictures in the head to collective tools in the word: how shared stereotypes allow groups to represent and change social reality. Cambridge: Cambridge University Press

Tajfel, Henri (1981). Social stereotypes and social group. Oxford

Tilcsik, András (2011). "Pride and Prejudice: Employment Discrimination against Openly Gay Men in the United States". American Journal of Sociology(American Psychological Association)

Katz, Daniel; Braly, Kenneth W. (1935). "Racial prejudice and racial stereotypes". The Journal of Abnormal and Social Psychology (American Psychological Association)

Lahey, J. (2005) Do Older Workers Face Discrimination?. Boston: Boston CollegeLevine,

Levine, Bertram. (2005). Not All Black and White. London: University of Missouri Press

15