Praktikum Vertikultur Tanaman
-
Upload
hariyatunnisa-ahmad -
Category
Education
-
view
153 -
download
10
Transcript of Praktikum Vertikultur Tanaman
Laporan Praktikum KD IPA 2 | 26
“Vertikultur Tanaman”
A. Tujuan
1. Menjelaskan pembudidayaan vertikultur tanaman
2. Mengetahui keunggulan dan kekurangan dari vertikultur tanaman
B. Landasan Teori
Menurut Kartika Chysti Suryandari (2014) vertikultur adalah sistem
budidaya pertanian yang dilakukan secara bertingkat atau vertikal secara
indoor ataupun outdoor cocok digunakan untuk lahan yang terbatas.
Untuk tanaman yang memerlukan banyak sinar matahari, seperti cabai,
tomat, terong, dan sawi hendaknya diletakkan di posisi bagian atas.
Sedangkan tanaman ginseng, kangkung, dan seledri bisa di bagian tengah
atau bawah. Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau
perorangan yang mempunyai lahan sempit, namun ingin menanam tanaman
sebanyak-banyaknya. Selain tanaman sayuran, kita bisa juga menanam
tanaman hias.
Tanaman juga memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup
yang lain. Tanaman memerlukan perhatian dan kasih sayang. Selain
penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu pemupukan, dan juga
pengendalian hama penyakit. Perawatan vertikultur tanaman salah satunya
yaituu dengan pemupukan. Sebaiknya pupuk yang digunakan adalah pupuk
organik misalnya pupuk kompos, pupuk kandang atau pupuk bokashi yang
menggunakan teknologi mikroorganisme 4 (EM4) atau simbal (Yogo Tulus
Prasojo : 2013).
Laporan Praktikum KD IPA 2 | 27
Di perkotaan, pupuk kandang atau kompos harganya menjadi mahal.
Kalau kita mau irit/berhemat, kita bisa membuatnya sendiri. Limbah dapur
atau daun-daun kering bisa kita manfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi .
Pupuk bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah
organik, pupuk kandang, dan lain-lain) dengan teknologi EM yang dapat
digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat
dalam beberapa hari dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk.
Pupuk Bokashi sangat benguna sebagai sumber pupuk organik yang siap
pakai dalam waktu singkat. Bahan-bahannya juga mudah didapat dan
sekaligus baik untuk kebersihan lingkungan karena memanfaatkan limbah
pertanian atau limbah rumah tangga, seperti jerami, pupuk kandang, rumput,
pupuk hijau, sekam, dan serbuk gergaji.
Kalau di daerah pedesaan, biasanya sampah atau kotoran hewan
dimasukkan ke sebuah lubang. Kalau lubangnya sudah penuh, sampah
dibakar dan sebagai pupuk. Dengan catatan, pupuk buatan kotoran hewan
yang akan digunakan hendaknya sudah tidak berbau busuk. Dewasa ini di
swalayan-swalayan banyak dijual pupuk kandang yang sudah kering, tidak
berbau, dan steril. Dewasa ini masyarakat mulai banyak mempertimbangkan
mengkonsumsi hasil panen yang Iebih sehat cara penanamannya, yakni yang
menggunakan pupuk dan pengendalian hama alami. Meski lebih mahal tetap
dibeli karena dirasa lebih aman dikonsumsi untuk kesehatan.
Laporan Praktikum KD IPA 2 | 28
Teknik Vertikultur menurut Diyah (2013) merupakan cara bertanam yang
dilakukan dengan menempatkan media tanam dalam wadah-wadah yang
disusun secara vertical, atau dapat dikatakan bahwa vertikultur merupakan
upaya pemanfaatan ruang ke arah vertical. Dengan demikian penanaman
dengan system vertikultur dapat dijadikan alternative bagi masyarakat yang
tinggal di kota, yang memiliki lahan sempit atau bahkan tidak ada lahan yang
tersisa untuk budidaya tanaman.
Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan biasanya adalah tanaman yang
memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur pendek atau tanaman semusim
khususnya sayuran (seperti seledri, caisism, pack-choy, baby kalian, dan
selada), dan memiliki system perakaran yang tidak terlalu luas.
Selain dibudidayakan dengan media tanam umum, teknik ini juga
berkembang dengan mengadopsi cara pemberian hara bersamaan dengan air
siraman melalui irigasi tetes (drip irrigation) atau pengaliran secara kontinu
(hidroponik). Selain itu, dapat juga digunakan beberapa teknik penanaman
terbaru seperti sistem air oponik atau sistem vertigro. Sistem airoponik adalah
pengabutan unsur hara kearah sistem perakaran.
Vertikultur sebagai salah satu teknik bertanam memiliki beberapa
manfaat baik dilihat dari unsur seni, unsur kesehatan, maupun unsur
perdagangan (Nur Fahmi Akhmad : 2013) :
1. Unsur seni
a. Dapat memenuhi kebutuhan rohani
b. Untuk ketentraman jiwa si pemilik
c. Untuk memuaskan bathin bagi orang yang melihatnya
d. Lebih bersifat psikologis
2. Unsur kesehatan
a. Penting untuk kebutuhan jasmani
b. Sebagai sumber vitamin dan mineral
c. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga
d. Sebagai sumber ptotein nabati
e. Berdampak pada fungsi fisiologis tubuh
Laporan Praktikum KD IPA 2 | 29
3. Unsur perdagangan
a. Hasilnya dapat diperjualbelikan
b. Bermanfaat sebagai mata pencaharian penduduk.
Keunggulan penggunaan teknik vertikultur yaitu :
1. Hemat lahan dan air
2. Mendukung pertanian organik
3. Wadah media tanam disesuaikan dengan kondisi setempat
4. Umur tanaman relative pendek
5. Pemeliharaan tanaman relative sederhana
6. Dapat dilakukan oleh siapa saja yang berminat.
Sedangkan kekurangan dari vertikultur tanaman adalah struktur awalnya
membutuhkan investasi yang cukup besar dan sistem ini rawan dari serangan
penyakit. Kekurangan yang disebabkan rawannya serangan penyakit dapat di
atasi dengan teknik budi daya yang tepat.
Sementara itu, kebutuhan investasi yang cukup besar terletak dalam
pembangunan struktur rumah plastik. Namun, sistem ini dapat dimodifikasi
untuk keperluan skala rumah tangga, sehingga biayanya pun dapat
disesuaikan.
Contohnya, dengan menempatkannya di teras atau pekarangan yang
kondisinya sesuai dengan pertumbuhan tanaman, sehingga tidak memerlukan
struktur rumah plastik. Karena sebagian besar sistem vertikultur
dimanfaatkan dirumah-rumah, pengendalian hama penyakit tanaman harus
dilakukan dengan cara yang tidak membahayakan penghuninya.
Pengendalian hama penyakit secara terpadu dapat dimanfaatkan sebagai
alternatif, yakni menggunakan pestisida alami, sterilisasi media tanam,
pengelolaan air dan sistem drainase yang tepat, serta menjaga kelembapan
disekitar tanaman.
Laporan Praktikum KD IPA 2 | 30
C. Alat dan Bahan
5 botol aqua bekas
5 bibit cabai rawit berumur
lebih dari 1 bulan
Tanah
Laporan Praktikum KD IPA 2 | 31
Pupuk bokashi
Tali rafia
Cutter
D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Memotong botol plastik bekas menjadi 2 bagian.
3. Memakai bagian bawah botolnya saja, kemudian gunting atasnya untuk
digulung sebagai hiasan dan sisakan ujung kanan dan kiri untuk
gantungan
4. Melubangi bagian bawah botol untuk aliran air
5. Mengulangi langkah 2-4 untuk ke empat botol lainnya
Laporan Praktikum KD IPA 2 | 32
6. Memberi nama A, B, C, D dan E pada masing-masing wadah
7. Merangkai vertikal ke lima botol dengan tali rafia, dan pada bagian atas
dibuat simpul untuk gantungan
8. Mencampur pupuk bokashi dengan tanah dan masukkan ke dalam wadah
9. Memasukkan bibit cabai ke dalam masing – masing wadah
10. Menyiramnya dengan air dan menggantung tanaman pada tempat yang
terkena cahaya matahari
E. Hasil Pengamatan
Membuat wadah untuk
vertikultur tanaman
Wadah yang digunakan untuk
menanam cabai
Laporan Praktikum KD IPA 2 | 33
Vertikultur siap di
budidayakan
F. Hasil Percobaan
No
Tangg
al
Jumlah
daun
Tinggi
batang
(cm)
Akar Buah Bunga Keterangan
1 02
Des
2014
A = 6
B = 6
C = 6
D = 6
E = 6
A = 8
B = 7
C = 5
D = 5
E = 6
Tung
gang
- -
Bibit
dalam
keadaan
baik
2 07
Des
2014
A = 7
B = 6
C = 7
D = 6
E = 6
A = 8,5
B = 7,7
C = 6
D = 5,5
E = 8
Tung
gang
- -
Tanaman
dalam
keadaan
baik
3 09
Des
2014
A = 7
B = 6
C = 7
D = 3
E = 6
A = 9
B = 8
C = 7
D = 4
E = 9
Tung
gang
- -
Tanaman
A, B, C
dan E
dalam
keadaan
Laporan Praktikum KD IPA 2 | 34
baik.
Sedangkan
tanaman
D
batangnya
tidak
sengaja
patah
4 16
Des
2014
A = 7
B = 6
C = 7
D = 3
E = 6
A = 9,5
B = 8,6
C = 8
D = 4,5
E = 9,7
Tung
gang
- -
Tanaman
dalam
keadaan
baik dan
semakin
menunjukk
an
pertumbuh
annya
5 23
Des
2014
A = 7
B = 6
C = 7
D = 4
E = 6
A = 10
B = 9
C = 10
D = 5
E = 10
Tung
gang
- -
Tanaman
dalam
keadaan
baik dan
tanahnya
lembap
G. Pembahasan
Kegiatan praktikum yang ketiga yaitu vertikultur tanaman. Menurut
Kartika Chysti Suryandari (2014) vertikultur adalah sistem budidaya
pertanian yang dilakukan secara bertingkat atau vertikal secara indoor
ataupun outdoor cocok digunakan untuk lahan yang terbatas.
Laporan Praktikum KD IPA 2 | 35
Tanaman juga memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup
yang lain. Tanaman memerlukan perhatian dan kasih sayang. Selain
penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu pemupukan, dan juga
pengendalian hama penyakit. Perawatan vertikultur tanaman salah satunya
yaituu dengan pemupukan. Sebaiknya pupuk yang digunakan adalah pupuk
organik misalnya pupuk kompos, pupuk kandang atau pupuk bokashi yang
menggunakan teknologi mikroorganisme 4 (EM4) atau simbal (Yogo Tulus
Prasojo : 2013).
Pada percobaan vertikultur, kelompok kami menggunakan tanaman cabai
rawit (capsicum frutescens) dengan klasifikasi sebagai berikut :
Tanaman cabe rawit termasuk tubuhan dikotil karena memiliki akar
tunggang, biji berkeping dua, batang bercabang, batang berkambium, tulang
daun menyirip, dan akar dapat berkembang besar.
Media yang digunakan untuk menanam cabe rawit menggunakan tanah
yang dicampur dengan pupuk bokashi dengan perbandingan 1 : 1. Wadah
yang digunakan untuk menanam cabe rawit menggunakan botol aqua bekas
ukuran 1,5 liter yang dirangkai secara vertikal menggunakan tali rafia.
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta (tumbuhan
berbunga)
Sub Divisio : Spermatophyta (tumbuhan
berbiji)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua)
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum frutescens
Laporan Praktikum KD IPA 2 | 36
Botol dirangkai menggunakan rafia di depan kelas, setelah itu rangkaian
botol yang sudah ditanami cabe rawit digantungkan di pohon di sekitar kelas
3A.
Pada hari pertama, tanggal 02 Desember 2014, jumlah daun pada kelima
tanaman cabai rawit masing-masing berjumlah 6 helai. Pada hari kedua,
tanaman A dan C mengalami penambahan jumlah daun masing-masing
menjadi 7 helai. Pengamatan ketiga pada tanggal 09 Desember 2014, semua
tanaman tidak mengalami perubahan pada jumlah helai daun, kecuali
tanaman D yang batangnya patah sehingga helai daunnya berkurang menjadi
3. Pada pengamatan ke 4 dan ke 5 tanggal 16 Desember 2014 dan 23
Desember 2014, jumlah helai daun masih sama seperti dihari pengamatan
ketiga, namun pada pengamatan ke lima, hanya tanaman D yang mengalami
penambahan jumlah helai daun menjadi 4 helai.
Tinggi batang masing – masing tanaman A, B, C, D dan E pada
pengamatan pertama tanggal 02 Desember 2014 adalah 8 cm, 7 cm, 5 cm, 5
cm dan 6 cm. Kemudian pada pengamatan kedua tanggal 07 Desember 2014
tanaman mengalami pertumbuhan yang masing – masing tinggi batangnya
menjadi 8,5 cm, 7,7 cm, 6 cm, 5,5 cm dan 8 cm.
Dihari ketiga pengamatan tanggal 09 Desember 2014, tanaman kembali
mengalami peningkatan tinggi batang yaitu 9 cm, 8 cm, 7 cm, 4 cm dan 9 cm
(pada tanaman D karena batangnya patah, sehingga tingginya turun dari 5,5
cm menjadi 4 cm). Pengamatan ke empat pada tanggal 16 Desember 2014
tinggi batang masing – masing tanaman menjadi 9,5 cm, 8,6 cm, 8 cm, 4,5 cm
dan 9,7 cm. Dan pada akhir pengamatan tanggal 23 Desember 2014, batang
terus mengalami pertumbuhan, dihari ini tinggi batang masing – masing
tanaman menjadi 10 cm, 9 cm, 10 cm, 5 cm dan 10 cm.
Laporan Praktikum KD IPA 2 | 37
Grafik pertumbuhan tanaman cabai rawit pada vertikultur
Berdasarkan pada tabel diatas, tanaman cabai rawit semakin lama
mengalami pertumbuhan, terlihat pada kenaikan tinggi batang disetiap
pengamatan. Meskipun pada tanaman D, tidak sengaja batangnya patah,
sehingga jumlah daun dan ketinggian tanaman ikut berkurang. Setiap hari
tanaman di gantung dan ditempatkan di tempat yang terkena sinar matahari
langsung, dan tak lupa selalu disirami dengan air agar tanaman selalu dalam
keadaan baik dan pertumbuhannya juga baik.
Laporan Praktikum KD IPA 2 | 38
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa langkah
– langkah pembudidayaan vertikultur tanaman dengan cara :
1. Memperhatikan kondisi lahan yang akan digunakan untuk budidaya
tanaman (luas lahan)
2. Penyiapan wadah media tanam sesuai dengan kondisi yang ada (dapat
berupa bambu, pipa paralon/PVC, talang air, pot plastic, kaleng bekas,
polybag, plastik kresek, dll)
3. Pembuatan bangunan vertikultur
4. Penyiapan media tumbuh tanaman (pupuk organic + tanah)
5. Pemilihan jenis tanaman yang akan dibudidayakan, tergantung kepada
besar tajuk tanaman, kebutuhan sinar matahari, dan wadah yang dipilih
sebagai tempat penanaman. Ke-3 faktor ini harus diperhitungkan jika
dalam satu unit bangunan vertikultur dibudidayakan beberapa jenis
tanaman sekaligus.
6. Budidaya tanaman (Persemaian, Pembibitan, Pemeliharaan, Panen dan
Pasca Panen)
Beberapa keunggulan dari penggunaan vertikultur tanaman yaitu :
1. Hemat lahan dan air
2. Mendukung pertanian organik
3. Wadah media tanam disesuaikan dengan kondisi setempat
4. Umur tanaman relative pendek
5. Pemeliharaan tanaman relative sederhana
6. Dapat dilakukan oleh siapa saja yang berminat.
Vertikultur selain memiliki keunggulan, juga memiliki kekurangan.
Kekurangan dari vertikultur adalah struktur awalnya membutuhkan investasi
yang cukup besar dan sistem ini rawan dari serangan penyakit
Laporan Praktikum KD IPA 2 | 39
I. Daftar Pustaka
Akhmad, Nur Fahmi. 2013. Pengertian dan Manfaat Vertikultur. Diunduh
pada tanggal 06 Desember 2014 di situs :
http://nurfahmiakhmad96.blogspot.com/2013/08/pengertian-dan-
manfaat-vertikultur.html
Diyah. 2013. Teknik Vertikultur, Definisi dan Keunggulan. Diunduh pada
tanggal 06 Desember 2014 di situs :
http://www.ayoberkebun.com/ide/teknik-vertikultur-definisi-dan-
keunggulan.html
Prasojo, Yogo Tulus. 2013. Makalah Vertikultur Tanaman. Diunduh pada
tanggal 06 Desember 2014 di situs :
http://yogotakgentar.blogspot.com/2013/06/makalah-vertikultur-
tanaman-sawi.html
Suryandari, Kartika Chrysti. 2014. Petunjuk Praktikum Konsep Dasar Ilmu
Pengetahuan Alam 2. Surakarta : Universitas Sebelas Maret