PRAKTIKUM BIOKIMIA NONON

12
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya pada penulis, sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum biokomia system Endokrin dan Metabolisme tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa saya junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin ya Rabbal Alamin. Laporan ini saya buat untuk memenuhi tugas wajib sebagai syarat untuk memenuhi penilaian pada system Endokrin dan metabolisme. Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing sekaligus ketua system ini yaitu Dr. Kartono Ichwani, Sp.BK yang telah membantu saya dalam kelancaran pembuatan laporan ini. Terimakasih juga kepada kelompok 2 Endokrin yang telah membantu dalam mencarikan informasi dan mengumpulkan data bersama-sama. Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangatlah kami harapkan untuk menambah kesempurnaan laporan ini. Jakarta, 22 Maret 2015 1

description

biokimia endokrin

Transcript of PRAKTIKUM BIOKIMIA NONON

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya pada penulis, sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum biokomia system Endokrin dan Metabolisme tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa saya junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin ya Rabbal Alamin.

Laporan ini saya buat untuk memenuhi tugas wajib sebagai syarat untuk memenuhi penilaian pada system Endokrin dan metabolisme.

Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing sekaligus ketua system ini yaitu Dr. Kartono Ichwani, Sp.BK yang telah membantu saya dalam kelancaran pembuatan laporan ini. Terimakasih juga kepada kelompok 2 Endokrin yang telah membantu dalam mencarikan informasi dan mengumpulkan data bersama-sama.

Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangatlah kami harapkan untuk menambah kesempurnaan laporan ini.

Jakarta, 22 Maret 2015

1

DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………………………..1

Daftar Isi……………………………………………………………………………………...2

Pendahuluan…………………………………………………………………………………..3

Isi

Berat Jenis Urin……………………………………………………………………………....4

Test benedict…………………………………………………………………………………5

Test Heller……………………………………………………………………………………6

Test Koagulasi…………………………………………………………………………….….6

Tugas.,………………………………………………………………………………………..7

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………..9

2

PENDAHULUAN

Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinisasi. Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin terdiri dari bahan terlarut berupa sisa metabolism (seperti urea), garam terlarut dan materi organic. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, missal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung dalam dapat diketahui melalui urinalisis. Urine normal merupakan suatu larutan yang sangat kompleks, sebagian terdiri atas produk-produk sisa proses metabolisme. Senyawa normal yang terdapat dalam urin antara lain, urea, kreatinin, asam urat, kalium, chloride, kalsium.

Sedangkan zat-zat abnormal dalam urine adalah :

1. Protein, yang secara normal dalam sehari tidak lebih dari 30-200 mg yang diekskresikan, jika ekskresi naik disebut proteinuria.

2. Gula, normal tidak lebih dari 1 gr sehari, bila diuji dengan benedict hasilnya negative. Bila ekskresi lebih besar disebut glukosuria, misalnya pada penyakit diabetes militus.

3. Benda-benda keton, normal hanya 3-15 mg perhari. Ekskresi naik pada kelaparan, gangguan metabolisme karbohidrat, kehamilan.

4. Darah, pada penyakit-penyakit tertentu mungkin terdapat darah dalam urin, keadaan ini disebut hematuria. Bila darah pecah, maka hemoglobin keluar dan adanya hemoglobin dalam air kencing disebut hemoglobulinuria.

5. Billirubin dan garam-garam folat.

Urin dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat yang tidak seharusnya ada pada urin misalkan protein, glukosa, bakteri dan lain sebagainya yang ditemukan dalam jumlah besar. Dari penemuan zat-zat yang abnormal pada urine dapat ditentukan kemungkinan adanya kelainan pada tubuh. Penyakit-penyakit yang dapat dideteksi dengan urin meliputi penyakit ginjal, diabetes, gangguan hati, eklampsia dan lainnya. Perlu diingat bahwasanya pemeriksaan urin hanyalah pemeriksaan penunjang, harus didampingi dengan data-data anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Pemakaian zat pengawet untuk urin yang akan diperiksa secara kimia atau mikroskopik penting, karena pada keadaan normal akan terjadi perubahan-perubahan pada urine tersebut oleh kerja bakteri, yang akan mempengaruhi nilai pemeriksaan.sebagai contoh urea akan berubah menjadi ammonium karbonat, gula akan dipecah menjadi CO2 dan H2O. urin akan menjadi keruh dan terjadi pemecahan zat-zat membentuk sedimen. Untuk menghindari perubahan-perubahan ini dipakai zat-zat pengawet yang tidak atau sedikit pengaruhnya terhadap zat-zat dalam urin, misalkan toluene atau formaldehyde.

3

Tujuan : membantu membuat diagnosa atau mengikuti perjalanan penyakit atau gangguan

metabolisme dan gannguan organ organ atau faktor-faktor yang berhubungan dengan

metabolisme.

BERAT JENIS URINE

A. Tujuan 1. Mengetahui fungsi pemekatan atau pengenceran urine oleh ginjal 2. Mengetahui komposisi serta dilusi urine

B. Alat dan Bahan Urinometer Hidrometer Urine

C. Landasan TeoriHal-hal yang mempengaruhi berat jenis urine seseorang adalah komposisi urin, fungsi pemekatan ginjal dan produksi urin itu sendiri. Kondisi yang menimbulkan berat jenis urin rendah adalah kondisi tubuh pada udara dingin, banyak mengkonsumsi air dan misalkan pada penyakit Diabetes Insipidus. Sedangkan keadaan saat berat jenis tinggi adalah saat udara panas, dehidrasi, proteinuria (protein pada urin), dan misalkan pada penyakit Diabetes Mellitus. Harga normal dari berat jenis urin seseorang adalah 0,003-1,0030. Isothenuria adalah keadaan urin berkisar 1,010 dan hiposthenuria adalah urin dibawah 1,008. Tambahkan 0,001 pada angka yang dinyatakan urinometer bagi tiap penambahan suhu 3oC diatas suhu tera, atau kurangi 0,001 untuk setiap perbedaan suhu 3oC dibawah suhu tera. Suhu ruangan 20oC. Bila suhu kamar (SK) >20oC, maka berat jenis sesungguhnya

berat jenis terbaca+ SK−203000

Bila suhu kamar (SK) <20oC, maka berat jenis sesungguhnya

berat jenis terbaca−20−SK3000

D. Langkah-langkah1. Isilah sebuah tabung urinometer dengan urine 2. Kemudian letakkan hydrometer didalamnya, hydrometer tidak boleh menyentuh

dinding tabung3. Catatlah hasil yang tertera pada hydrometer kemudian catat suhu ruangan saat itu

4

E. Hasil

1,015+ 26−203000

=1,017

F. Pembahasan dan KesimpulanSuhu saat pengukuran adalah 26oC maka penghitungannya menggunakan suhu kamar >20oC. hasilnya menunjukan 1,017 maka berat jenis urin terlampau normal.

TEST BENEDICT

A. Tujuan 1. Untuk mengetahui apakah dalam urine terdapat glukosa atau tidak2. Dapat mengetahui penyakit apa yang memiliki kadar glukosa pada urine

B. Alat dan Bahan Tabung reaksi Urine Pipet Pereaksi benedict Spiritus Tabung Erlenmeyer yang berisi air secukupnya Kaki tiga Korek Penjepit tabung

5

Urinometer

Tabung

C. Landasan teori Pemeriksaan glukosa urine dengan tes reduksi atau menggunak benedict ini

memanfaatkan sifat glukosa sebagai pereduksi. Zat yang paling sering digunakan untuk menyatakan adanya reduksi adalah yang mengandunggaram cupri. Reagen terbaik yang mengandung garam cupri adalah larutan benedict.

Prinsip dari tes benedict adalah glukosa dalam urine akan mereduksi kuprisulfat (dalam benedict) menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari larutan benedict tersebut. Jadi bila urine mengandung glukosa maka akan terjadi reaksi perubahan warna. Namun bila tidak ada glukosa, maka reaksi tersebut tidak akan terjadi perubahan warna. Berikut sebagai indikatornya

WARNA PENILAIAN KADARBiru 0 -Hijau + Kurang dari 0,5%

Kuning ++ 0,5-1,0%Jingga +++ 1,0-2,0%Merah ++++ Lebih dari 2%

Tes reduksi ini tidak spesifik karena ada zat lain yang juga mempunyai sifat pereduksi seperti monosakarida (galaktosa, fruktosa, pentose), disakarida (laktosa), dan beberapa zat bukan gula (asm homogentisat, formalin, salisilat kadar tinggi, vitamin C).

D. Langkah-langkah1. Masukan 4 tetes urin ke dalam tabung reaksi2. Kemudian masukan 2,5 mL pereaksi benedict kwalitatif3. Kemudian siapkan kaki tiga, tabung Erlenmeyer berisi air dan spritus yang sudah

dinyalakan4. Kemudian celupkan tabung reaksi kedalam tabung Erlenmeyer yang sedang

dipanaskan5. Tunggu beberapa saat hingga mendidih dan stelah mendidih kemudian angkat 6. Lihat perubahan warna dan bandingkan dengan indicator

E. HasilWarna biru atau tidak beubah warna

6

Hasil – (biru)

F. Pembahasan dan KesimpulanWarna tabung yang berisi campuran urin dan pereaksi benedict tetatp berwarna biru atau tidak ada perubahan maka hasil test benedict adalah negative. Menjelaskan bahwa pada urin tidak terdapat glukosa.

TEST HELLER DAN TEST KOAGULASI

A. Tujuan 1. Menentukan adanya protein pada urin atau tidak2. Mengetahui apakah terdapat protein berlebih atau tidak

B. Alat dan BahanTest Heller : Tabung reaksi berisi 3 mL asam nitrat pekat Urin 3mL Pipet

Test Koagulasi : Tabung reaksi Urin 5mL 3-5 tetes asam asetat 2% Kaki tiga Tabung Erlenmeyer berisi air Spiritus Korek Penjepit tabung

C. Landasan teoriProteinuria atau protein dalam urin adalah suatu kondisi dimana terlalu banyak protein dalam urin yang dihasilkan dari adanya kerusakan ginjal. Proteinuria pada diabtes biasanya hasil dari hiperglikemia, baik jangka panjang (kadar gula darah tinggi) atau hipertensi (tekanan darah tinggi). Proteinuria umumnya dinyatakan bila konsentrasi lebih besar dari 0,3 gr dalam koleksi urine 24 jam atau dalam konsentraasi lebih besar dari 1 gr/L dalam koleksi urin acak pada dua atau lebih kesempatan setidaknya 6 jam terpisah. Specimen harus bersih, diambil di tengah proses buang air, atau diperoleh dengan kateterisasi. Test heller : terbentuknya cincin putih menyatakan adanya protein Test koagulasi : terbentuknya endapan maka pada urin terdapat protein berlebih. Test

koagulasi merupakan kelanjutan dari tes heller.

D. Langkah-langkah

7

Test Heller :1. Pada tabung reaksi yang sudah berisi 3 mL asam nitrat pekat kemudian tambahkan 3

mL urin jernih dengan cara memiringkan tabung reaksi dan teteskan pada dinding tabung dan biar kan mengalir

2. Pastikan tabung reaksi tetap miring kemudian lihat apakah terdapat suatu lapisan terpisah seperti cincin putih diantara kedua zat atau tidak

Test Koagulasi 1. Panaskan 5 ml urin selama 2 menit2. Bila terbentuk endapan tambahkan 3-5 tetes asam asetat 2%3. Kemudian lihat apakah endapan tersebut hilang atau tidak.

E. Hasil Test heller : tidak terbentuk lapisan pemisah berupa cincin putih Test koagulasi : tidak terbentuk endapan pada dasar tabung

F. Pembahasan dan Kesimpulan

8

Hasil – (tidak trbntuk cincin )putih

Tidak terbentuk endapan setelah dipanaskan

Hasil – (mengandung protein)

Saat dipanaskan

Pada test heller karena tidak terbentuk lapisan pemisah berupa cincin putih makan menunjukan bahwa pada urin tidak terdapat protein atau proteinuria negative. Sedangkan pada test koagulasi pun tidak terbentuk endapan pada dasar tabung yang juga menunjukan tidak adanya protein dalam urin atau proteinuria negative.

TUGAS

Diketahui : skala hydrometer terbaca 30 = 1,030 Suhu = 14oC

Ditanya : berapa berat jenis urine sesungguhnya ?

Dijawab :berat jenis terbaca−20−SK3000

1,030−20−143000

= 1,030 – 0,002 = 1,028

Maka, berat jenis sesungguhnya adalah 1,028 dan masih dalam batas normal.

DAFTAR PUSTAKA

Horne, Mima M. 2000. Keseimbangan Cairan Elektrolit & Asam Basa. Jakarta: EGC.

Smith, Jack W, dkk. 1996. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif. Jakarta: EGC.

9