PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

26
Laporan Kesuburan Tanah dan Pemupukan Acara III Pembuatan Pupuk Kompos Metode Indore Nama : Jusrian Saubara Orpa Yanda Npm : E1J012098 Shift : Senin, Jam 14.00 Coass : 1. Risa Hariani 2. Sukmawati Fitra LABORATORIUM ILMU TANAH AGROEKOTEKNOLOGI

description

Menjelaskan teknik-teknik pembuatan kompos dengan metode indoor. Mengingat bahwa kompos akan sangat prospek kedepan.

Transcript of PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

Page 1: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

Laporan Kesuburan Tanah dan Pemupukan

Acara IIIPembuatan Pupuk Kompos Metode Indore

Nama : Jusrian Saubara Orpa Yanda

Npm : E1J012098

Shift : Senin, Jam 14.00

Coass : 1. Risa Hariani

2. Sukmawati Fitra

LABORATORIUM ILMU TANAH

AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

BENGKULU

2014

Page 2: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pupuk adalah unsur hara tambahan yang diberikan ke tanaman untuk

mencukupi kebutuhan tanaman akan ketersediaan usnsur hara. Mengingat

bahwa banyak faktor yang mempengaruhi penyerapan hara oleh tanaman

sehingga membuat unsur hara di dalam tanah tidak tersedia. Berdasarkan

bahan yang digunakan untuk membuat pupuk, pupuk dikategorikan menjadi

pupuk organik dan pupuk anorganik.

Saat ini penggunaan pupuk organik telah sangat populer di kalangan

masyarakat. Secara perlahan, masyarakat telah beralih menggunakan pupuk

organik. Banyak petani beranggapan, pengaruh pupuk organik terhadap

pertumbuhan dan produktivitas tanaman lebih menjanjikan dibandingkan

keuntungan yang diperoleh dari pemberian pupuk anorganik. Pupuk organik

juga termasuk pupuk yang ramah lingkungan sehingga mudah terdekomposisi

dan tidak mencemari lingkungan.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pupuk

organik mempunyai prospek yang bagus kedepan. Salah satu pupuk organik

yang sering digunakan masyarakat ialah pupuk kompos. Pupuk kompos

memiliki berbagai macam manfaat yang berguna untuk meningkatkan

kesuburan tanah. Pupuk kompos dapat memberikan sumbangan kepada

sumber daya tanah berupa perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Secara langsung pupuk kompos memberikan sumbangan unsur hara makro

dan mikro bagi tanaman, sedangkan secara tidak langsung kompos

meningkatkan kesuburan tanah baik sifat fisik, kimia dan biologi.

Metode yang digunakan untuk membuat pupuk kompos ini ialah

metode indore. Metode ini dipilih dikarenakan kemudahan dalam

pembuatannya dan hasilnya sangat memuaskan dengan kualitas pupuk

kompos yang baik. Metode indoor dibuat dengan membuat lubang berukuran

5 m (panjang), 2 m (lebar), dan 0,75-1 m (dalam lubang).

Page 3: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

1.2. Tujuan Praktikum

Praktikum ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan

keterampilan kepada mahasiswa agar dapat memiliki pengetahuan dan

keterampilan dalam pembuatan kompos dan memonitor kualitas kompos

dengan baik.

Page 4: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk organik mempunyai sangat banyak kelebihan namun juga memiliki

kekurangan bila dibandingkan dengan pupuk buatan atau kimi (anorganik).

2.1. Kekurangan Pupuk Organik

a. Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang

diberikan harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk

anorganik.

b. Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya

operasional untuk pengangkutan dan implementasinya.

c. Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin

unsur hara, pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar

sehingga menjadi beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau

respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak se-spektakuler

pemberian pupuk buatan (Munawar, 2012)

2.2. Keunggulan Pupuk Organik

a. Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara

makro maupun unsur hara mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk

buatan (anorganik).

b. Pupuk organik mengandung asam - asam organik, antara lain asam

humic, asam fulfic, hormon dan enzym yang tidak terdapat dalam pupuk

buatan yang sangat berguna baik bagi tanaman maupun lingkungan dan

mikroorganisme.

c. Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang

mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik

tanah dan terutama sifat biologis tanah.

Memperbaiki dan menjaga struktur tanah.

Menjadi penyangga pH tanah.

Menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan.

Membantu menjaga kelembaban tanah

Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun

Page 5: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

d. Tidak merusak lingkungan (Guntoro, 2003)

2.3. Kompos Yang Diproses Secara Alami

Yang dimaksud dengan pembuatan kompos secara alami adalah

pembuatan kompos yang dalam proses pembuatannya berjalan dengan

sendirinya, dengan sedikit atau tanpa campur tangan manusia. Manusia hanya

membantu mengumpulkan bahan, menyusun bahan, untuk selanjutnya proses

composting / pengomposan berjalan dengan sendirinya. Kompos yang dibuat

secara alami memerlukan waktu pembuatan yang lama, yaitu mencapai waktu

3 – 4 bulan bahkan ada yang mencapai 6 bulan dan lebih (Soepardi, 1979).

2.4. Kompos Yang Dibuat Dengan Campur Tangan Manusia

Yang dimaksud dengan pembuatan kompos dengan campur tangan

manusia adalah pembuatan kompos yang sejak dari penyiapan bahan

(pengadaan bahan dan pemilihan bahan), perlakuan terhadap bahan,

pencampuran bahan, pengaturan temperatur, pengaturan kelembaban dan

pengaturan konsentrasi oksigen, semua dilakukan dibawah pengawasan

manusia.

Proses pembuatan kompos yang dibuat dengan campur tangan manusia

biasanya dibantu dengan penambahan aktivator pengurai bahan baku kompos.

Aktivator pembuatan kompos terdapat bermacam-macam merk dan produk,

tetapi yang paling penting dalam menentukan aktivator ini adalah bukan merk

aktivatornya, akan tetapi apa yang terkandung didalam aktivator tersebut,

berapa lama aktivator tersebut telah diuji cobakan, apakah ada pengaruh dari

unsur aktivator tersebut terhadap manusia, terhadap ternak, terhadap tumbuh-

tumbuhan maupun pengaruh terhadap organisme yang ada di dalam tanah

atau dengan kata lain pegaruh terhadap lingkungan hidup disamping itu juga

harus dilihat hasil kompos seperti apa yang diperoleh.

Tujuan dari pembuatan kompos yang diatur secara cermat seperti sudah

disinggung diatas adalah untuk mendapatkan hasil akhir kompos jadi yang

memiliki standar kualitas tertentu. Diantaranya adalah memiliki nilai C/N

ratio antara 10 – 12.

Page 6: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

Kelebihan dari cara pembuatan kompos dengan campur tangan manusia

dan menggunakan bahan aktivator adalah proses pembuatan kompos dapat

dipercepat menjadi 2 – 4 minggu (Hakim, 1986).

2.5. Ciri-Ciri Kompos Jadi

Setelah semua proses pembuatan kompos dilakukan, mulai dari

pemilihan bahan, pengadaan bahan, perlakuan bahan, penyusunan bahan,

pencampuran bahan, pengamatan proses, pembalikan kompos sampai

dengan jadi kompos. Selanjutnya adalah pengetesan sederhana terhadap

kompos. Apakah kompos yang dibuat tersebut sudah jadi dengan baik ?.

Apa saja ciri-cirinya ?

Ciri-ciri kompos sudah jadi dan baik adalah:

a. Warna kompos biasanya coklat kehitaman

b. Aroma kompos yang baik tidak mengeluarkan aroma yang

menyengat, tetapi mengeluarkan aroma lemah seperti bau tanah atau

bau humus hutan

c. Apabila dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila

ditekan dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur dengan mudah

(Simamora, 2006).

Page 7: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

BAB III

METODELOGI

3.1. Alat yang digunakan

Alat ukur yang digunakan berupa termometer, moisturemeter,

platecounter, pH meter. Alat pertukangan yang digunakan berupa gergaji,

palu, mistar siku, mistar panjang dan paku. Alat operasional berupa cangkul,

sekop, ember atau gembor air.

3.2. Bahan yang digunakan

a. Bak semen : disiapkan bak penampung dari semen berisi bahan segar

untuk pembuatan kompos dengan ukuran panjang 6 m X lebar 2 m X

tinggi 75 cm

b. Bahan segar untuk kompos terdiri atas : kelompok pertama adalah larutan

EM4 – 5 liter (5 botol), gula pasir 5 kg, pupuk urea 5 kg, dan air ;

kelompok kedua adalah pupuk kandang sapi (100 Kg), yang telah matang,

jerami (100 kg) ,sekam padi (100 kg), dedaunan kering (100 kg) , dan

leguminosae (100 kg ), tusuk konde 100 kg . dengan perbandinganny 5 :

1 : 1 : 1 :1 :1

c. Bahan terpal/karung untuk menutup bahan pembuatan kompos.

3.3. Prosedur Kerja

a. Disiapkan bak papan untuk bak penampung bahan segar yang akan

dikomposkan.

b. Bahan segar kelompok pertama dicampur dengan seksama dan

dilarutkan dalam air yang diletakkan di dalam ember bervolume 10

sampai 15 liter.

c. Bahan segar kelompok kedua masing-masing dipilih dan dicacah

dengan rincian sebagai berikut : Pupuk kandang dipilih yang telah

matang (biasanya berumur 1-2 tahun); jerami padi dipotong-potong

dengan panjang kurang lebih 10 cm, sekam padi dipilih yang telah

lapuk (ingat : jangan digunakan yang masih segar atau baru); dedaunan

dapat dipilih dari reruntuhan daun berdaun lebar (ingat: jangan daun

Page 8: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

berdaun jarum); dan leguminosae dipotong-potong sampai berukuran

15 cm.

d. Masing-masing bahan segar ditimbang sesuai dengan perbandingannya

(5:1:1:1:1:1) bila dibuat 1000 kg maka dibutuhkan 500 kg pupuk

kandang, dan 100 kg masing-masing untuk bahan lain.

e. Bahan-bahan segar dicampur merata di dalam bak papan dengan

menggunakan cangkul atau sekop

f. Bahan segar yang telah dicampur merata disiram dengan larutan bahan

segar kelompok pertama

g. Disiram dengan air sebayak mungkin sampai lantai bak papan

penampung basah

h. Ditutup dengan terpal rapat-rapat dan setiap ujung terpal diikatkan ke

pengait yang dibuat dan besi yang ditancapkan ke tanah.

i. Pengamatan dilakukan setiap minggu berupa pengukuran temperatur,

kelembaban/kadar air, jumlah jamur dipermukaan, pH, redoks

potensial, keadaan fisik bahan.

j. Data dicatat pada lembar pengamatan dan dimintakan pengesahan

kepada dosen pengasuh atau Co-Ass setiap minggu pengamatan

Page 9: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengamatan Variabel Temperatur

Tanggal/Minggu

Ke-

BagianAtas(0C)

BagianTengah

(0C)

BagianBawah

(0C)

Rata-Rata(0C)

24 April

2014/Minggu ke-1 35 36 34 35

28 April

2014/Minggu ke-2 30 31 32 31

5 Mei 2014

/Minggu ke-3 32 31 31 31,3

12 Mei 2014

/Minggu ke-4 32 33 33 32,6

19 Mei 2014

/Minggu ke-5 30 29 29 29,3

26 Mei 2014

/Minggu ke-6 30 30,5 31 30,5

Panas ditimbulkan sebagai suatu hasil sampingan  proses yang dilakukan

oleh mikroba untuk mengurai bahan organik.  Temperatur ini dapat digunakan

untuk mengukur seberapa baik sistim pengomposan ini bekerja,  disamping itu

juga dapat diketahui sejauh mana dekomposisi telah berjalan.  Sebagai ilustrasi, 

jika kompos naik sampai temperatur 40°C – 50°C, maka dapat disimpulkan bahwa

campuran bahan baku kompos cukup mengandung bahan Nitrogen dan Carbon 

Page 10: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

dan cukup mengandung air (kelembabannya cukup) untuk menunjang

pertumbuhan microorganisme. 

Pengamatan temperatur harus dilakukan dengan menggunakan alat uji

temperatur yang  dapat mencapai jauh ke dalam tumpukan kompos.  Tunggu

sampai beberapa saat sampai temperatur stabil. Kemudian lakukan lagi di  tempat

yang berbeda.   Lakukanlah pengamatan tersebut di beberapa lokasi, termasuk

pada berbagai kedalaman dari tumpukkan kompos.  Kompos dapat memiliki

kantong-kantong  yang lebih panas dan ada kantong-kantong yang dingin. 

Semuanya sangat bergantung kepada kandungan uap air (kelembaban) dan

komposisi kimia bahan baku kompos.  Maka akan diperoleh peta gradient

temperatur. 

Dengan menggambarkan grafik temperatur dan lokasi-lokasinya sejalan

dengan bertambahnya waktu, maka dapat dijelaskan: Pada proses komposting

yang baik, maka temperatur 40°C  – 50 0C dapat dicapai dalam 2 – 3 hari. 

Kemudian dalam beberapa hari berikutnya temperatur akan meningkat sampai

bahan baku yang didekomposisi oleh mikroorganisme habis. Dari situ barulah

temperatur akan turun

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan mengamati temperatur

pupuk kompos setiap minggunya, dapat disimpulkan bahwa temperatur pupuk

kompos yang dibuat normalnya menurun. Pada saat pertama pupuk kompos yang

baru dibuat memiliki temperatur 35 o C. Setelah berjalan selama enam minggu,

pupuk kompos memiliki temperatur 30,5 o C. Hal ini dikarenakan terdapat proses

pelepasan gas setiap minggunya. Gas yang dilepas bersamaan dengan pelepasan

kalor. Hal inilah yang membuat semakin lama temperatur pupuk kompos semakin

rendah.

Page 11: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

4.2. Pengamatan Kadar Air

Tanggal/Minggu

Ke-

Bagian

Atas

Bagian

Tengah

Bagian

BawahRata-Rata

24 April

2014/Minggu ke-110 15 21 15,3

28 April

2014/Minggu ke-250 65 70 61,6

5 Mei 2014

/Minggu ke-330 40 50 40

12 Mei 2014

/Minggu ke-440 50 50 46,6

19 Mei 2014

/ Minggu ke-540 50 50 46,6

26 Mei 2014

/Minggu ke-635 40 40 38,3

Pengamatan kadar air hanya menggunakan cara manual, yaitu dengan

memeras air menggunakan tangan serta memperkirakan kadar air dari rembesan

air pada tangan praktikan, sehingga kemungkinan data yang diperoleh pun tidak

begitu akurat. Akan tetapi setidaknya hal tersebut sudah dapat mengestimasikan

berapa kadar air yang dikandung oleh kompos.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, semakin lama setiap

minggunya kadar air dari kompos semakin bertambah. Ada beberapa faktor yang

menyebabkan kondisi tersebut. Pertama pada awalnya memang kompos yang

pertama dibuat tidak disiram sehingga tentunya kadar air kompos sangat

minimum. Setelah beberapa minggu dan mendapatkan penyiraman secara intensif

kadar air kompos semakin meningkat.

Page 12: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

4.3. Pengamatan Jumlah Jamur (%)

Tanggal/Minggu

Ke-

Bagian

Atas

24 April

2014/Minggu ke-

1

0

28 April

2014/Minggu ke-

2

1

5 Mei 2014

/Minggu ke-30

12 Mei 2014

/Minggu ke-40

19 Mei 2014

/ Minggu ke-50

26 Mei 2014

/Minggu ke-60

Pengamatan terhadap jamur hanya dilakukan dibagian atas saja, karena hal

tersebut sudah cukup mewakili jumlah jamur yang hidup pada media kompos.

Setelah beberapa minggu melakukan pengamatan dapat disimpulkan bahwa media

kompos yang dibuat hampir tidak ditumbuhi jamur sama sekali. Hanya ada 1

jamur yang tumbuh di minggu ke dua. Padahal semakin bagus kondisi

kelembaban pada kompos membuat jamur semakin relevan untuk dapat tumbuh,

kenyataannya tidak sesuai dengan yang diperkirakan. Menurut praktikan, ada

beberapa hal yang menyebabkan jamur tidak mampu tumbuh di media kompos.

Pertama ialah kelembaban. Sebenarnya kelembaban yang dimiliki kompos tidak

begitu optimum, dikarenakan setiap minggunya kompos rutin disiram. Perlakuan

penyiraman yang terus menerus ini kemungkinan menyebabkan jamur tidak

mampu untuk beradaptasi dan tumbuh di media kompos. Terlebih lagi kompos

dibuat dalam keadaan indoor yang beratapkan seng. Sehingga saat siang hari

Page 13: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

tempat pembuatan pupuk kompos sangat panas. Hal ini juga penyebab spora

jamur tidak mampu tumbuh optimum.

4.4. Pemgamatan Tekstur (Kasar-Halus)

Tanggal/Minggu

Ke-

Bagian

Atas

Bagian

Tengah

Bagian

Bawah

Rata-

Rata

24 April

2014/Minggu ke-1kasar kasar kasar kasar

28 April

2014/Minggu ke-2kasar kasar kasar Kasar

5 Mei 2014

/Minggu ke-3Kasar kasar kasar Kasar

12 Mei 2014

/Minggu ke-4kasar kasar kasar kasar

19 Mei 2014

/ Minggu ke-5kasar kasar kasar kasar

26 Mei 2014

/Minggu ke-6kasar kasar kasar kasar

Pupuk Kompos yang baik dan telah jadi ialah pupuk kompos yang

memiliki tekstur kasar-halus secara seimbang. Akan tetapi tidak demikian pada

kompos yang telah dibuat oleh praktikan. Secara keseluruhan berdasarkan

pengamatan selama enam minggu, tekstur pupuk kompos masih kasar. Akan

tetapi setelah diayak di minggu terakhir, tekstur pupuk kompos berubah menjadi

sedikit halus dan siap digunakan.

Page 14: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

4.5. Pengamatan PH

Tanggal/Minggu

Ke-

Bagian

Atas

Bagian

Tengah

Bagian

Bawah

Rata-

Rata

24 April

2014/Minggu ke-16 6 7 6,5

28 April

2014/Minggu ke-26 6 7 6,5

5 Mei 2014

/Minggu ke-36 6 6 6

12 Mei 2014

/Minggu ke-46 6 6 6

19 Mei 2014

/ Minggu ke-57 7 7 7

26 Mei 2014

/Minggu ke-67 7 7 7

Pengamatan pH kompos berfungsi sebagai indikator proses dekomposisi

kompos. Mikroba kompos akan bekerja pada keadaan pH netral sampai sedikit

masam, dengan kisaran pH antara 5.5 sampai 8.

Selama tahap awal proses dekomposisi, akan terbentuk asam-asam

organik. Kondisi asam ini akan mendorong  pertumbuhan jamur dan akan

mendekomposisi lignin dan selulosa pada bahan kompos. Selama proses

pembuatan kompos berlangsung, asam-asam organik tersebut akan menjadi netral

dan kompos menjadi matang biasanya mencapai pH antara 6 – 8.

Jika kondisi anaerobik berkembang  selama proses  pembuatan kompos, asam-

asam organik akan menumpuk.

Page 15: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

Pengamatan PH dilakukan dengan menggunakan kertas indikator setiap

minggunya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama enam minggu,

pupuk kompos yang dibuat oleh praktikan semakin lama terus mengalami

kenaikan pH sehingga pH menjadi netral. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang

berlaku. Pupuk kompos yang baik ialah pupuk yang memiliki pH netral.

4.6. Pengamatan Warna

Tanggal/Minggu

Ke-

Bagian

Atas

Bagian

Tengah

Bagian

Bawah

24 April

2014/Minggu ke-1

10 YR

2/110 YR 2/1 10 YR 2/2

28 April

2014/Minggu ke-2

10 YR

3/310 YR 3/2 10 YR 3/2

5 Mei 2014

/Minggu ke-3

10 YR

2/210 YR 2/1 10 YR 2/1

12 Mei 2014

/Minggu ke-4

10 YR

2/110 YR 2/1 10 YR 2/1

19 Mei 2014

/ Minggu ke-5

10 YR

2/110 YR 2/1 10 YR 2/1

26 Mei 2014

/Minggu ke-6

10 YR

2/110 YR 2/1 10 YR 2/1

Pengamatan warna pada pupuk kompos dilakukan dengan menggunakan

metode munsel, yaitu mencocokkan warna kompos dengan warna yang terdapat

pada buku munsel. Dari enam minggu pengamtan yang dilakukan, pada dasarnya

tidak ada yang berubah dari wana kompos. Pupuk kompos dari minggu ketiga

Page 16: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

sudah bewanra 10 YR 2/1 atau hitam kecoklatan. Hal ini sesuai dengan indikator

pupuk kompos yang telah jadi yaitu bewarna hitam kecoklatan.

Perubahan warna tersebut menjadi hitam kecoklatan disebabkan oleh

beberapa hal, dimulai dari kadar air pupuk kompos, kelembaban, hingga aktifitas

mikroorganismya yang telah medekomposisi bahan organik di kompos tersebut.

Bahan organik yang mengandung carbon itulah penyebab semakin hari warna

kompos semakin hitam.

4.7. Pengamatan Bau

Tanggal/Minggu

Ke-Bau

24 April

2014/Minggu ke-1+ 1

28 April

2014/Minggu ke-2+ 1

5 Mei 2014

/Minggu ke-3+ 1

12 Mei 2014

/Minggu ke-4+ 1

19 Mei 2014

/ Minggu ke-5+ 1

26 Mei 2014

/Minggu ke-6-

Kompos yang telah jadi ialah kompos yang tidak memiliki bau. Bau

kompos yang telah jadi seperti bau tanah-tanah top soil pada umumnya. Pada

awalnya memang pada saat proses awal pembuatan masih terdapat bau yang

Page 17: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

ditimbulkan oleh gas-gas metana yang berasal dari pembusukan bahan organik

yang terdapat didalam kompos. Mengingat bahwa kompos berasal dari bahan-

bahan yang mengandung bahan organik tinggi, seperti pupuk kandang dan seresah

dedaunan. Selam proses pembusukan itulah pupuk kompos menimbulkan bau-bau

gas tertentu khusunya bagian pupuk kompos di bawah dan di tengah.

Setelah bebrapa minggu saat seluruh bahan organik telah mengalami

proses dekomposisi oleh mikroorganisme didalam kompos, pupuk kompos tidak

mengalami bau lagi. Bau pupuk kompos pada akhirnya mulai menyerupai tanah

tanah top soil biasa. Hal ini menjadi indikator bahwa pupuk kompos telah jadi.

Page 18: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Terdapat tujuh variabelyang diamati dalam pembuatan pupuk kompos oleh

praktikan. Ketujuh variabel tersebut ialah temperatur, kadar air, jumlah jamur,

warna, pH, tekstur, dan bau. Pembuatan pupuk kompos tersebut dilakukan

selama enam minggu sehingga diperoleh enam kali pengamatan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

temperatur pupuk kompos semakin lama semakin menurun, kadar air semakin

bertambah, tidak terdapat jamur yang tumbuh, tekstur selama enam minggu

tetap kasar, warna pupuk kompos semakin lama semakin mendekati 10 YR

2/1 atau hitam kecoklatan, pH pupuk kompos semakin lama semakin konstan

yaitu 7 (netral) dan bau pupuk kompos semakin lama hanya seperti bau tanah

pada umunya.

Beragam kriteria dan indikator tersebut mengindikasikan secara

keseluruhan bahwa pupuk kompos yang dibuat praktikan pada minggu ke -7

sudah jadi dan sudah siap diayak serta dikemas.

5.2. Saran

Kedepan diharapkan alat-alat serta bahan dalam pembuatan kompos

semakin tercukupi. Mengingat bahwa ada beberapa bahan yang tidak tersedia

secara cukup sehingga menimbulkan berbagai kendala dalam pembuatan

pupuk kompos. Salah satu bahan yang tidak digunakan sesuai prosedur ialah

EM 4, padahal EM 4 sangat berperan dalam proses dekomposisi bahan

organik didalam kompos. Penggunaan EM 4 hanya dilakukan sekali dan dosis

yang diberikan hanya sedikit sekali dikarenakan kurangnya ketersediaan EM

4 di laboraotium.

Page 19: PRAKTIKUM AKHIR KESUBURAN KOMPOS

DAFTAR PUSTAKA

Guntoro Dwi, Purwono, dan Sarwono. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos Bagase Terhadap Serapan Hara Dan Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Dalam Buletin Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.

Hakim, Nurhayati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas Lampung.

Munawar, Ali. 2014. Petunjuk Praktikum Kesuburan Tanah. Bengkulu : Laboratorium Ilmu Tanah Program Studi Ilmu Tanah Universitas Bengkulu.

Simamora, S. dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agro Media Pustaka : Jakarta.

Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Saduran dari The Nature and Properties of Soil.