Zakat Mal, Zakat Penghasilan, Zakat Profesi. SINERGI FOUNDATION
PRAKTEK ZAKAT PENGURANG PAJAK DI INDONESIA DAN …
Transcript of PRAKTEK ZAKAT PENGURANG PAJAK DI INDONESIA DAN …
1
PRAKTEK ZAKAT PENGURANG PAJAK
DI INDONESIA DAN SINGAPURA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah(S.E)
Oleh:
Dewi Soimah
1112046300008
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M./1438 H.
ii
PRAKTEK ZAKAT PENGURANG PAJAK
DI INDONESIA DAN SINGAPURA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah
Disusun Oleh:
Dewi Soimah
1112046300008
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar stara 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 26 Desember 2016
Dewi Soimah
v
ABSTRACK
“Praktek Zakat Pengurang Pajak di Indonesia dan Singapura”. Bachelor
degree of islamic economy departemen of Faculty of Economy and Business of
Syarif Hidayatullah Islamic state University Jakarta 2016.
The aim of the study was to examine the reduction of tax through paying
zakah in Indonesia and Singapore. Zakah and tax development, the regulation, and
the zakah institution in Indonesia and Singapore are also discussed.
This study employed descriptive analysis to obtain and present the data. The
data were collected through interviewing MUIS and BAZNAS and studying the
literature regarding the issues. Zakah and tax books, journals and articels were
examine.
The risult showed that the tax reduction by paying zakah in Indonesia is less
than the reduction of tax by paying zakah in Singapore which is 100%. Unlike in
Singapore there are few know the tax reduction by paying zakah in Indonesia.
Keyword: Implemtation, Zakah, Tax, Indonesia, Singapura.
vi
ABSTRAK
“Praktek Zakat Pengurang Pajak di Indonesia dan Singapura”. Stara satu
(S1) Jurusan Ekonomi Syariah Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai parktek zakat sebagai pengurang
pajak di Indonesia dan Singapura. Mulai dari perkembangan zakat dan pajak, dasar
hukum, dan pengelola zakat di Indonesia dan Singapura.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu penelitian
yang menggambarkan data dan informasi berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh
penulis melalui wawancara dengan pihak MUIS dan BAZNAS, buku-buku tentang
zakat dan pajak, jurnal-jurnal yang terkait dengan judul dan internet.
Hasil penelitian menunjukan praktek zakat sebagai pengurang pajak di
Indonesia masih sangat sangat sedikit pengurangnya dan masih banyak masyarakat
yang tidak mengetahui jika zakat dapat mengurangi pajak. Sedangkan di Singapura
yang muslim minoritas zakat sebagai pengurang pajaknya sudah 100%.
Keyword: Praktek, Zakat, Pajak, Indonesia, Singapura.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, berkat rahmat dan kasih
sayangnya, skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga serta
para sahabatnya yang senantiasa setia dan taat kepada beliau.
Dengen kerendahan hati penulis mnegucapkan banyak terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun
tidak langsung dalam penyusuan skripsi ini. Karena berkat bantuan mereka jugalah
skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Asep Saepuddin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen penguji skripsi
penulis.
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Bapak Abdurrauf, Lc, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat dan sebagai
Ketua dan Sekretaris Panitia Ujian Skripsi.
3. Bapak Dr. H. Gustian Djuanda, SE, MM, selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan bantuan, arahan, saran, koreksi, ilmu pengetahuan
serta semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Pihak MUIS dan BAZNAS, selaku informan yang telah meluangkan
waktunya kepada penulis untuk berbagi pengetahuan dan informasi untuk
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum dan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis yang telah mengajarkan ilmunya selama penulis mengikuti
perkuliahan, semoga ilmu yang telah disampaikan bermanfaat.
6. Kedua orang tuaku tesayang, Umi Kasanah dan Bapak Amin Sari.
Terimakasih untuk doa-doanya dan dukungannya. Serta kakak-kakakku
viii
terkasih, Ang Abub, Ang Okha dan Ang Uti, terimakasih untuk doa, bantuan
dan motivasinya. Dan adikku tercinta, Hambali.
7. Teman-teman ZISWAF 2012, teman-teman keluarga Permai Ayu DKI Jakarta
dan KMSGD Jabodetabek, teman-teman kosan, terimakasih sudah menemani
hari-hariku.
8. Seluruh staf dan karyawan Akademik Fakultas Syariah dan Hukum dan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian penulis sangat bersyukur dapat menyelesaikan studi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Atas bantuan dan motivasi dari tokok-tokoh tersebut di atas
penulis sangat berterimakasih, semoga Allah membalas kebaikannya. Dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta para pembacanya.
Jakarta, 26 Desember 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................,,,,,,.........ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN................................................................,,,,,,........iii
LEMBAR PERNYATAAN..........................................................................,,,,,..........iv
ABSTRAK.....................................................................................................................v
KATA PENGANTAR.................................................................................................vii
DAFTAR ISI................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................xii
DAFTAR TABEL......................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. RumusanMasalah...............................................................................................5
C. Pembatasan Masalah..........................................................................................6
D. Tujuan Penelitian...............................................................................................6
E. Manfaat Penelitian.............................................................................................7
F. Studi Terdahulu.................................................................................................8
G. Metode Penelitian............................................................................................10
1. Jenis Penelitian..........................................................................................10
2. Teknik Pengumpulan Data........................................................................11
3. Sumber Data..............................................................................................11
4. Teknik Analisis Data.................................................................................11
H. Teknik Penulisan Skripsi.................................................................................12
I. Sistematika Penulisan......................................................................................12
x
BAB II PARADIGMA ZAKAT DAN PAJAK...........................................................14
A. Pengertian Zakat..............................................................................................14
B. Dasar Hukum Zakat.........................................................................................16
C. Jenis-Jenis Zakat..............................................................................................19
D. Pengertian Pajak..............................................................................................24
E. Dasar hukum Pajak..........................................................................................26
F. Jenis-Jenis Pajak..............................................................................................27
G. Tujuan Zakat dan Pajak...................................................................................30
1. Tujuan Zakat..............................................................................................30
2. Tujuan Pajak..............................................................................................32
3. Persamaan dan Perbedaan Zakat dan Pajak...............................................35
BAB III SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT DAN PAJAK DI INDONESIA DAN
SINGAPURA................................................................................................38
A. Sistem Pengelolaan Zakat dan Pajak di Indonesia..........................................38
1. Sistem Pengelolana Zakat di Indonesia.....................................................38
2. Sistem Pengelolaan Pajak di Indonesia.....................................................44
B. Sistem Pengelolaan Zakat dan Pajak di Singapura..........................................46
1. Sistem Pengelolana Zakat Singapura.........................................................46
2. Sistem Pengelolaan Pajak di Singapura.....................................................52
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN................................................................56
A. Zakat Sebagai Pengurang Pajak di Indonesia..................................................56
1. Dasar Hukum Zakat Pengurang Pajak di Indonesia..................................56
2. Perhitungan Zakat Pengurang Pajak di Indonesia.....................................65
B. Zakat Sebagai Pengurang Pajak di Singapura.................................................69
1. Dasar Hukum Zakat Pengurang Pajak di Singapura..................................69
2. Perhitungan Zakat Pengurang Pajak di Singapura.....................................71
xi
C. Perbedaan Zakat Pengurang Pajak di Indonesia dan Singapura......................73
BAB V PENUTUP......................................................................................................74
A. Simpulan .........................................................................................................74
B. Saran ...............................................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................76
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................83
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1: Peta Pembagian Masjid di Singapura.....................................................51
Gambar 3.2: Grafik Penerimaan Zakat Singapura.......................................................52
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Perbedaan Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung.............................39
Tabel 2.2: Perbedaan Zakat Dan Pajak........................................................................36
Tabel 4.1: Perhitungan Zakat Pengurang Pajak Sebagai Pengurang Bruto.................66
Tabel 4.2: Perhitungan Zakat Pengurang Pajak Sebagai Pengurang Netto…….........67
Tabel 4.3: Perhitungan Pajak Tanpa Zakat..................................................................68
Tabel 4.4: Perhitungan Zakat Pengurang Pajak di Singapura.....................................72
Tabel 4.5: Perbedaan Akat Pengurang Pajak di Indonesia dan Singapura..................73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jauh sebelum Islam datang, sistem perpajakan telah lama dikenal oleh
sejumlah manusia1. Zakat dan pajak merupakan kewajiban yang harus di bayar,
tetapi zakat dan pajak memiliki pengertian yang berbeda dan kekhususan
karakteristik yang berbeda pula. Saat ini banyak masyarakat yang mengasumsikan
zakat adalah pajak tidak resmi yang diberlakukan oleh agama Islam kepada setiap
muslim2. Anggapan demikian memang tidak sepenuhnya salah, tetapi juga tidak
sepenuhnya benar. Zakat dan pajak memiliki persamaan karena perintah
mengeluarkan sebagian harta ini dijalankan menurut aturan tertentu yang
menaungi sebuah kelompok masyarakat. Zakat dibayar berdasarkan syariat Islam,
sedangkan pajak dibayarkan menurut undang-undang perpajakan yang berlaku
dalam sebuah negara3. Persamaan pajak dan zakat lainnya adalah besarnya
pembayaran ditentukan menurut prosentase tertentu dan berlaku untuk orang-
orang yang memenuhi syarat. Keduanya juga berperan dalam membangun
kesejahteraan kelompok masyarakat tertentu.
1 Must Itjand, Catatan Kaki Meja: Sejarah Pajak, dikutip dari
catatankakimeja.blogspot.com/2015/03/sejarah-pajak.html?m=1 pada 21 Desember
2016. 2 Zakat.or.id, Apakah Persamaan dan Perbedaan antara Zakat dan Pajak, dikutip dari
http://zakat.or.id/apakah-persamaan-dan-perbedaan-antara-zakat-dan-pajak/#sthash.zwDg6D3P.dpbs
pada 23 Oktober 2015. 3 Didin Hafidhuddin, Anda Bertanya tentang Zakat Infak & Sedekah Kami
Menjawab(Jakarta:Badan Ambil Zakat Nasional (BAZNAS),2005), hlm.71-72.
2
Perbedaan zakat dan pajak yang pertama adalah dalam hal penerimanya.
Zakat dibayarkan melalui amil zakat (lembaga penyalur dan pengelola zakat)
maupun dibayarkan langsung kepada delapan golongan orang yang berhak
menerima zakat4. Manfaat zakat dapat dirasakan langsung maupun tidak langsung
oleh masyarakat. Sedangkan pajak merupakan kewajiban yang dibayarkan kepada
kantor pelayanan pajak dan lembaga-lembaga lain yang ditunjuk oleh Pemerintah
sebagai tempat pembayaran pajak. Manfaat pajak tidak bisa dirasakan langsung
oleh masyarakat suatu negara.
Perbedaan pajak dan zakat yang kedua adalah waktu pembayarannya. Zakat
fitrah dibayarkan hanya pada bulan Ramadhan, lalu zakat harta dibayarkan pada
saat telah mencapai nisab dan dimiliki selama setahun. Sedangkan waktu
pembayaran pajak negara adalah satu tahun pembukuan. Perbedaan pajak dan
zakat yang ketiga adalah benda yang digunakan sebagai alat pembayaran. Pajak
umumnya dibayar menggunakan uang tunai. Sementara itu zakat fitrah boleh
dibayarkan dalam bentuk uang tunai maupun bahan makanan pokok seperti beras
dan gandum.5
Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf merupakan solusi konkrit dalam rangka
memberi jaminan dan perlindungan terhadap fakir miskin dan dapat menutup
sumber-sumber kerawanan sosial yang ada di masyarakat. Zakat merupakan
sumber pendanaan yang berkesinambungan, menurut Prof. Dr. Nasrullah Umar,
4 Ibid, hlm.73-74.
5 Zakat.or.id, Apakah Persamaan dan Perbedaan antara Zakat dan Pajak, dikutip dari
http://zakat.or.id/apakah-persamaan-dan-perbedaan-antara-zakat-dan-pajak/#sthash.zwDg6D3P.dpbs
pada 23 Oktober 2015.
3
ada empat syarat untuk mencapai optimalisasi pengelolaan zakat yaitu dukungan,
peran pemerintah sebagai pemegang otoritas kekuasaan negara; profesionalitas
lembaga yang mengelola zakat; program pelayanan mustahik yang tepat sasaran
dan tepat prioritas; dan sosialisasi dan edukasi yang terus menerus tentang
kewajiban zakat dan manfaat zakat bagi umat.6
Konsep zakat sebagai pengurang pajak sekarang bukan hanya sekedar
konsep, karena sudah ada beberapa negara yang menerapkan zakat sebagai
pengurang pajak, salah satunya adalah Singapura. Dalam urusan Zakat, Singapura
ternyata lebih maju. Tahun 2010, pada pertemuan kedua Dewan Zakat Mentri-
mentri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura
(MABIMS) membahas pula tentang zakat pengurang pajak, Indonesia saat itu
masih memperjuangkan Undang-Undang baru tentang zakat untuk
mengamandemen Undang-Undang sebelumnya dan memperjuangkan pula zakat
sebagai pengurang pajak7 secara murni.
Tahun 2011 baru disahkan Undang-Undang Nomor 23 tetang Pengelolaan
Zakat sebagai pengganti dan penyempurna Undang-Undang Nomor 38 Tahun
1999. Di Undang-Undang No. 23 dijelaskan pada Pasal 22 yang berbunyi “Zakat
yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari
penghasilan kena pajak8”. Setiap muzaki yang membayarkan zakat akan
mendapatkan bukti setoran zakat yang dapat digunakan sebagai pengurang
6 Artikel , ZIS dan Wakaf Solusi Konkrit Perlindungan Fakir Mikin, dikutip dari Majalah
Ikhlas Beramal. Nomor 63 Tahun XIII Juni 2010. Hlm. 6. 7 Ibid, hlm. 62.
8 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
4
penghasilan kena pajak dengan cara muzaki melampirkan fotokopi bukti
pembayaran pada Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Tahun
Pajak dilakukannya pengurangan zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib9.
Sedangkan di Singapura saat itu zakat sebangai pengurang pajak sudah
berjalan enam tahun. Bahkan sistem pembayaran pajak dan zakat di Singapura
sudah terhubung secara terpadu sehingga memudahkan bagi warga muslim disana
untuk melakukan transaksi di satu tempat saja. Di Singapura seorang wajib pajak
yang kelebihan membayar pajaknya langsung mendapat restitusi apabila ternyata
pembayaran zakatnya belum dihitung.
Dari pemaparan yang tertera di atas penulis ingin mengkaji lebih dalam
tentang zakat dan pajak pengurang di Indonesia dan Singapura, karena terdapat
hal menarik dimana di Singapura zakat menjadi pengurang 100% terhadapat
pajak. Sedangkan di Indonesia, zakat sebagai pengurang pajak tidak sesuai
dengan Undang-Undang, baik Undang-Undang Zakat maupun Undang-Undang
Pajak. Dalam UU No.38/1999 zakat sebagai pengurang penghasilan pajak dan
dipertegas dalam ketentuan perpajakan dalam UU No. 17/2000 tentang perubahan
Ketiga atas UU No. 7/1983 tetnag Pajak penghasilan ditegaskan dalam pasal 4
ayat (3) huruf a nomor 1 bahwa yang tidak termasuk objek pajak salah satunya
adalah zakat.
9 Irma Devita, Zakat bisa mengurangi penghasilan kena pajak, dikutip dari
http://irmadevita.com/2013/zakat-bisa-mengurangi-penghasilan-kena-pajak/ pada 12 September 2015.
5
Pada saat UU No.23/2011 disahkan, Dirjen pajak pun mengeluarkan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER- 33/PJ/2011 yang menerangkan
bahwa zakat bisa mengurangkan penghasilan netto. Tapi pada tahun selanjutnya
keluar Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-15/PJ/2012 yang
mengatakan bahwa zakat sebagai pengurang penghasilan bruto dan berlaku sejak
11 Juni 2012 yang secara secara otomatis menghapus peraturan Dirjen pajak
sebelumnya, dan semua peraturan yang dikeluarkan dirjen ini bertentangan
dengan UU zakat dan pajak, tapi hal inilah yang berlaku di Indonesia sekarang,
sehingga membuat minat masyarkat untuk membayar zakat masih rendah.
Dari pemaparan tersebut di atas penulis menemukan poin-poin yang
menarik untuk dikaji lebih dalam, maka penulis ingin membuat penelitian dengan
bertema “Praktek Zakat Pengurang Pajak di Indonesia dan Singapura”.
B. Rumusan Masalah
Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak di Indonesia sudah tertulis
dalam Undang-Undang Zakat No. 23 Tahun 2011, tetapi dalam prakteknya baru
tahun-tahun sekarang zakat sebagai pengurang pajak berjalan walaupun tersendat
dan belum secara optimal terintegrasi dengan Kantor Pelayanan Pajak ditambah
perubahan-perubahan ketentuan Zakat sebagai penurang penghasilan kena pajak
oleh Dirjen Pajak. Di Singapura, zakat sebagai pengurang pajak sudah berlaku
sejak 2005 dan sudah terintegrasi langsung dengan lembaga pajak di Singapura.
Dari sini muncul banyak pertanyaan, karena berbedaan yang signifikan antara
Indonesia dan Singapura yang mempunyai latar belakang berbeda pula. Oleh
6
sebab itu, peneliti akan mengumpulkan alternatif sebab terjadinya masalah yang
akan nanti diteliti sesuai dengan batasan kemampuan peneliti.
Masalah yang dapat diidentifikasikan penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pengelolaan zakat di Indonesia?
2. Bagaimana sistem pengelolaan zakat di Singapura?
3. Bagaimana bentuk implementasi zakat pengurang pajak di Indonesia?
4. Bagaimana bentuk impelemtasi zakat pengurang pajak di Singapura?
5. Apa perbedaan zakat pengurang pajak di Indonesia dan Singapura?
C. Pembatasan Masalah
Untuk meneliti seluruh permasalahan di atas, peneliti perlu waktu dan materi
yang banyak. Jika peneliti memiliki keterbatasan-keterbatasan kemampuan, maka
peneliti hanya akan dibatasi pada: Sistem pengelolaan zakat di Indonesia dan
Singapura dan posisi zakat sebagai pengurang pajak yang terjadi di Indonesia dan
Singapura.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan zakat sebagai pengurang pajak di
Indonesia.
7
2. Untuk mengetahui dan mendeskripdikan zakat sebagai pengurang pajak di
Singapura.
3. Untuk mengetahui sistem dan mekanisme yang terkait dengan zakat di
Indonesia dan Singapura secara menyeluruh, dan;
4. Untuk mengetahui zakat pengurang pajak di Indonesia dan Singapura.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini untuk berbagai bidang, yaitu:
1. Peneliti
Sebagai referensi penelitian selanjutnya mengenai zakat pengurang pajak baik
di Indonesia maupun di Singapura.
2. Akademisi
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur pembelajaran
tentang zakat dan pajak di universitas, khususnya dalam praktik zakat sebagai
pengurang pajak.
3. Lembaga Zakat
Dapat di jadikan bahan acuan untuk lebih giat dalam memperjuangkan
eksistensi BAZ/LAZ dalam hal pengembangan dan pengumpulan dana zakat.
4. Pemerintah
Dalam pemerintahan, dapat mengkaji ulang zakat pengurang pajak di
Indonesia.
8
F. Studi Terdahulu
Dalam penelitian ini, penulis menemukan beberapa sumber kajian lain yang
telah lebih dulu membahas terkait zakat sebagai pengurang pajak di Indonesia,
diantaranya yaitu:
1. E. R. Fitranoska / Pengaruh Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi: Pada KPP Pratama Jaya
Tanah Abang III / Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia,
2006.
Tesis ini menemukan hubungan positif yang kuat antara zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak dengan pemenuhan kewajiban pajak. Dan
dari hasil analisis akhir didapat variable zakat sebagai pengurang penghasilan
kena pajak memberikan kontribusi 59,2% terhadap pemenuhan kewajiban
pajak orang pribadi.
2. Apriliana S.E / Analisis Komparatif Antara Perlakuan Zakat Sebagai
Pengurang Penghasilan Kena Pajak Dengan Perlakuan Zakat Sebagai
Pengurang Langsung Pajak Penghasilan / Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta / 2010.
Skripsi ini menganalisis perbedaan antara dua pelaku zakat. Perlakuan
pertama, zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan kedua
perlakuan zakat sebagai pengurang langsung pajak penghasilan (kredit pajak).
Zakat sebagai penguran PKP dikurangkan dari penghasilan netto, dan zakat
sebagai kredit pajak dikurangkan dari PPh terutang. Dan hasil analisis terakhir
terdapat korelasi positif antara pajak dan zakat.
9
3. Nurul Miftakhi / Implementasi Ketentuan Pembayaran Zakat Sebagai
Pengurang Penghasilan Kena Pajak Bagi Wajib Orang Pribadi (Studi Kasus di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Malang Selatan) / Manajemen,
Fakultas Ekonomi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang / 2011.
Skripsinya membahas tentang pelaksanaan ketemtuan pembayaran zakat pajak
sebagai pengurang penghasilan kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi
serta dan hambatan yang dihadapi dalam ketentuan pembayaran zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi.
4. Abdul Basir / Zakat Atas Penghasilan, Sebagai Pengurang Penghasilan Kena
Pajak / Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia / 2002.
Tesis ini menjelaskan kemungkinan zakat penghasilan dengan pajak
penghasilan dan mencari alternative guna menyempurnakan system pajak
penghasilan dengan memperhatikan kedudukan yang sebenarnya dari zakat
penghasilan.
5. Nurfitriana / Analisis Perlakuan Zakat Dan Perhitungan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi (Studi Komparasi Antara Peraturan Perpajakan Indonesia
dengan Malaysia / Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia / 2008.
Isi tentang pengelolaan dan penghimpunan dana zakat di Indonesia dan
Malaysia, dan perbandingan ketentuan zakat dalam undang-undang antara
Indonesia dan Malaysia, juga perbandingan jumlah hasil pajak dan zakat
antara Indonesia dan Malaysia.
10
6. Mariah S.Sy / Zakat Sebagi Pengurang Pengasilan Kena Pajak (Studi
Terhadap Pelaksanaan Undang-Undang Zakat di Kabupaten Bekasi) / Hukum
Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah / 2011.
G. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini merupakan penelitian
deskriptif yang menjelaskan praktik perhitungan zakat sebagai pengurang pajak di
Indonesia dan Singapura. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan
gambaran dan mengungkapkan suatu permasalahn, keadaan atau peristiwa
sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada.
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan penulis di sini adalah dengan
menggunakan penelitian kualitatif, penelitian akan menggunakan metode
eksploratif. Penelitian ini akan mengkombinasikan pendekatan normatif
dengan studi kepustkaan (library research). Pendekatan normatif yaitu kajian
kerpustakan bertujuan mengeksplorasi dan memahami berbagai konsep yang
berkaitan dengan tema penulis yang dilakukan untuk mendapatkan data dan
sedetail mungkin dengan mengacu pada teori yang sudah dijelaskan pada
kajian teoritis. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan juga
sumber data skunder: buku-buku, jurnal-jurnal yang berisi tulisan-tulisan yang
membahas zakat sebagai pengurang pajak.
11
2. Teknik Pengumpulan Data
Mengenai teknik pengumpulan data, penulis akan mendapatkan data
dengan observasi langsung yaitu wawancara dan studi pustaka, mencari,
mengumpulkan, meneliti, menelaah serta mengkaji data dan informasi dari
berbagai media yang relevan dan objektif guna memenuhi pembahasan
Analisis Perbandingan Zakat Pengurang Pajak di Indonesia dan Singapura.
3. Sumber data
a. Data primer, bersumber dari observasi langsung kelapangan dan
wawancara, Undang-Undang Zakat dan Pajak, Undang-undang
Adminisrasi Hukum Islam (AMLA) Singapura.
b. Data sekunder, yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini yaitu
literatur berupa skripsi, jurnal, majalah, artikel, surat kabar, buku, serta
website yang pembahasannya berkaitan dengan objek kajian penulis.
4. Teknik Analisis Data
Dalam penulisan skripsi penulis menggunakan analisis isi yaitu
pendekatan isi (cotent Analysis), yang menekankan pengambilan dari
kesimpulan analisa yang bersifat deskriftif dan deduktif, seluruh data yang
diperoleh akan diklasifikasikan dari bentuk yang bersifat umum, kemudian
dikaji dan diteliti selanjutnya ditarik kesimpulan yang mampu memberikan
gambaran spesifik dan relevan mengenai data tersebut.
12
H. Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan sekripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisa
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta 2012.
I. Sistematika Penulisan
Garis-garis besar dalam penelitian skripsi ini adalah :
BAB I : Pendahuluan
yang memuat; Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan
dan manfaat penulisan skripsi, Metode Penelitian,
Teknik Penulisan dan Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II : Paradigma Zakat dan Pajak
meliputi; pengertian zakat dan dasar hukumnya,
pengertian pajak dan dasar hukumnya, persamaan dan
perbedaan zakat dan pajak.
BAB III : Sistem Pengelolaan Zakat dan Pajak
Memuat, sistem pengelolaan zakat dan pajak di
Indonesia dan Singapura,
BAB IV : Analisis Zakat Pengurang Pajak di Indonesia dan
Singapura, Perbandingan Zakat pengurang Pajak di
Indonesia dan Singapura.
13
BAB V : Penutup
dalam bab ini memuat, Simpulan dan Saran.
14
BAB II
PARADIGMA ZAKAT DAN PAJAK
A. Pengertian Zakat
Zakat merupakan kata dasar dari zaka yang berarti suci, berkah, tumbuh,
dan terpuji, yang semua arti itu sangat popular dalam penerjemahan al-Quran
maupun Hadist. Sesuatu dikatakan zaka apabila ia tumbuh dan berkembang, dan
seseorang disebut zaka apabila ia bersifat baik dan terpuji10
. Pengertian zakat
menurut istilah yaitu mengeluarkan sebagian harta (tertentu) yang telah
diwajibkan Allah SWT untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya, dengan kadar, haul tertentu dan memenuhi syarat dan rukunnya11
.
Zakat adalah ibadah maaliyyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi sangat penting,
strategis, dan menentukan12
, baik dilihat dari sisi ajaran islam maupun sisi
pembangunan kesejahteraan umat13
.
Zakat mempunyai berbagai makna, para ulama memberikan makna yang
berbeda-beda:
Pertama, zakat berarti at-thahuru (membersihkan atau mensucikan),
demikian juga menurut Abu Hasan Al Wahidi dan Imam Nawawi. Artinya, orang
10
Faisal, Sejarah Penegelola Zakat di Dunia Muslim dan Indonesia (Pendekatan Teori
Investigasi-Sejarah Charles Pierce dan Defisit Kebenaran Lieven Boeve), Jurnal Analisis, Vol. XI No.
2, (Desember 2011), hlm.243. 11
Modul Penyuluhan Zakat, Kementrian Agama RI Direktorat Jendral BIMAS Islam
Direktorat Pemberdayaan Zakat Tahun 2013, hlm. 2. 12
Yusuf al-Qaradhawi, Al-Ibadah fil-Islam(Bairut:Muassasah Risalah, 1993), hlm.235. 13
Didin Hafidhuddin, Anda Bertanya tentang Zakat Infak & Sedekah Kami
Menjawab(Jakarta:Badan Ambil Zakat Nasional (BAZNAS),2005), hlm.11.
15
yag selalu menunaikan zakat karena Allah dan karena bukan ingin dipuji
manusia, Allah akan membersihkan dan mensucikan baik harta maupun jiwanya.
Kedua, zakat bermakna al-barakatu (berkah). Artinya, orang yang selalu
membayar zakat, hartanya akan selalu dilimpahkan keberkahan oleh Allah SWT.
Keberkahan ini akan berdampak pada keberkahan hidup, karena harta yang kita
gunakan adalah harta yang sudah dibersihkan dengen membayar zakat.
Ketiga, zakat bermakna an-Nuwun yang artinya tumbuh dan berkembang.
Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu menunaikan zakat, hartanya
akan selalu terus berkembang dan tumbuh, hal ini disebabkan oleh kesucian dan
keberkahan harta yang telah ditunaikan kewajiban zakatnya.
Keempat, zakat bermakna as-shalahu (beres dan bagus). Artinya, orang
yang selalu menunaikan zakat, hartanya akan selalu bagus dalam arti tidak
bermasalah dan terhindar dari masalah. Misalnya kebangkrutan, kecurian, hilang
dsb. bisa jadi karena mereka melalaikan kewajiban menunaikan zakat14
.
Dari segi terminologi fiqih yang dikemukaan oleh Taqiyuddin Abu Bakr,
zakat berarti sejumlah harta yang diserahkan kepada orang-orang yang berhak
dengan syarat-syarat tertentu15
. Sedangkan menurut undang-undang zakat adalah
harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.16
14
Modul Penyuluhan Zakat, Kementrian Agama RI Direktorat Jendral BIMAS Islam
Direktorat Pemberdayaan Zakat Tahun 2013, hlm. 1. 15
Taqiyudin Abu Bakr ibn Muhammad al-Husaini al-Hisani ad-Dimasyqi asy-Syafi’i, Kifayah
al-Akhyar, (Surabaya: al-Hidayah, t.t), hlm. 172. 16
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tetang Pengelola Zakat, Bab 1 Pasal 1 Ayat 2.
16
Zakat merupakan ibadah yang memiliki nilai ganda, hablum minallah
(vertikal) dan hablum minannas (horizontal), dimensi ritual dan sosial. Artinya,
orang yang selalu menunaikan zakat akan meningkatkan keimanan kepada Allah
SWT dan menumbuhkan rasa kepedulian sosial, serta membangun hubungan
sosial kemasyarakatan17
.
B. Dasar Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam ketiga dan disebut dalam al-Quran
sebanyak 82 kali. Zakat wajib dikerjakan oleh orang Islam bagi yang cukup nisab
dan haulnya. Dasar hukum zakat yang kuat yaitu al-Quran dan Hadist. Diantara
ayat al-Quran tentang zakat dan sejenisnya yaitu:
a. Kata zakat yang tertulis dalam al-Qur’an dengan kata sadaqoh dalam Q.S.
At-Taubah:9:60).
:(٩:٦٠)التوبة
17
Modul Penyuluhan Zakat, Kementrian Agama RI Direktorat Jendral BIMAS Islam
Direktorat Pemberdayaan Zakat Tahun 2013, hlm. 2.
17
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus
zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. At-
Taubah:9:60)
b. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang
yang ruku’.
:(٢:٤٣)البقرة
Artinya:“…dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.” (Q.S. Al-
Baqarah:2:43)
c. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapatkan pahala
disisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
mereka bersedih hati.
:(٢:٢٧٧)البقرة
18
Artinya:“Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan
zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.” (Q.S. Al-Baqarah:2:277)
d. Zakat dapat diambil langsung oleh amil dan mendoakannya, karena zakat
mensucikan dan membersihkan harta mereka.
(٩:١٠٣)التوبة:Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.” (QزS. At-Taubah:9:103)
e. Hadits-hadits yang mewajibkan zakat atas kaum muslim.
هما: ) أن النبي صلى الله عليه وسلم ب عث معاذا عن ابن عباس رضي الله عن ) أن الله قد اف ت رض عليهم فذكر الحديث, وفيه: رضي الله عنه إلى اليمن (
فق عليه صدقة في أموالهم, ت ؤخذ من أغنيائهم, ف ت رد ف ي ف قرائهم ( مت
Artinya: “Dari Ibnu Abbas r. bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam mengutus Mu'adz ke negeri Yaman --ia meneruskan
hadits itu-- dan didalamnya (beliau bersabda): "Sesungguhnya
Allah telah mewajibkan mereka zakat dari harta mereka yang
diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan
19
dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka."
Muttafaq Alaihi. 18
ه قال: قال رسول الله صلى الله وعن عمرو بن شعيب, عن أبيه, عن جدرواه أحمد عليه وسلم ) ت ؤخذ صدقات المسلمين على مياههم (
Artinya: “Dari Amar Ibnu Syu`aib dari ayahnya, dari kakeknya
Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Zakat kaum muslimin diambil di tempat-
tempat sumber air mereka." Riwayat Ahmad.19
C. Jenis-jenis Zakat
Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu zakat jiwa (nafs)
zakat fitrah dan zakat harta atau zakat maal.
1. Zakat Nafs/ Zakat Fitrah
Pengertian fitrah ialah ciptaan, sifat asal, bakat, perasaan keagamaan, dan
perangai. Sedangkan zakat fitrah adalah zakat yang berfungsi mengembalikan
manusia muslim kepada fitrahnya, dengan menyucikan jiwa mereka dari kotoran-
kotoran (dosa-dosa) yang disebabkan oleh pengaruh pergaulan dan sebagainnya
sehingga manusia itu menyimpang dari fitrahnya20
. Objek yang dijadikan zakat
fitrah adalah bahan makanan pokok di daerah orang yang mengeluarkan zakat
18
A. Hasan, Tarjamah Bulughul-Maram Ibnu Hajar al-‘Asqalani(Bandung: Diponegoro,
2006), hlm.265. 19
Ibid, hlm.268. 20
Eri Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), hlm.
21.
20
fitrah, seperti beras, jagung, tepung sagu dan sebagainnya. Menurut ulama
Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi’i membolehkan membayar zakat fitrah dengan
uang tunai senilai dengan nilai jual bahan pokok makanan sebanyak satu
Sha’(2,5 kg / 3,5 liter), jika maslahat orang-orang fakir mengharuskan
dikeluarkan zakat untuk mereka dalam bentuk uang.
Zakat ini wajib dikeluarkan di bulan Ramadan sebelum salat ‘Id, sedangkan
bagi orang yang mengeluarkan zakat fitrah setelah dilaksanakannua salat ‘Id
maka apa yang dikeluarkannya itu bukanlah termasuk zakat fitrah tetapi
merupakan sedekah biasa21
, hal ini sesuai dengan hadist Nabi SAW;
هما قال: ) ف رض رسول الله صلى الله عليه وعن ابن عباس رضي الله عن وسلم زكاة الفطر; طهرة للصائم من اللغو, والرفث, وطعمة للمساكين, فمن
ولة, ومن أداها ب عد الصلة فهي صدقة من أداها ق بل الصلة فهي زكاة مقب رواه أبو داود, وابن ماجه الصدقات. (
Artinya:“Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih
bagi orang yang berpuasa dari perkataan yang tidak berguna
dan kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin.
Maka barang siapa yang mengeluarkannya sebelum sholat, ia
menjadi zakat yang diterima dan barangsiapa
mengeluarkannya setelah sholat, ia menjadi sedekah biasa”.
(Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah)22
.
21
Ibid, hlm. 22. 22
A. Hasan, Tarjamah Bulughul-Maram Ibnu Hajar al-‘Asqalani(Bandung: Diponegoro,
2006), hlm.277-278.
21
Melewatkan pembayaran zakat fitrah sampai selesai salat hari raya
hukumnya makhruh karena tujuan utamanya membahagiakan orang-orang
miskin pada hari raya, dengan demikian apabila dilewatkan pembayarannya
hilanglah separuh kebahagiaannya pada hari itu
Menurut Yusuf Qardawi ada dua hikmah zakat fitrah, yaitu sebagai berikut.
a. Membersihkan kotoran selama menjalankan puasa, karena selama
menjalankan puasa seringkali orang terjerumus pada perkataan dan
perbuatan yang tidak ada manfaatnya serta melakukan perbuatan-
perbuatan yang dilarang Allah.
b. Menumbuhkan rasa kecintaan kepada orang-orang miskin dan orang-
orang yang membutuhkan. Dengan member zakat fitrah kepada orang-
orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan akan membawa
mereka kepada kebutuhan dan kegembiraan, bersuka cita pada hari
raya23
.
2. Zakat Harta/ Zakat Maal
Zakat maal ialah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki
oleh seorang atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
telah ditetapkan. Maal menurut bahasa ialah segala sesuatu yang diingkan
sekali oleh manusia untuk menyimpan dan memilikinya, sedangkan maal
23
Eri Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), hlm.
22-23.
22
menurut hukum Islam adalah segala yang dapat dipunyai (kuasai) dan dapat
digunakan (manfaatkan) menurut kebiasaannya.
Jenis-jenis harta/ maal yang wajib dizakatkan yaitu:
1. Emas, perak dan uang (simpanan)
Zakat emas, perak dan uang simpanan atau deposito dikeluarkan zakatnya
jika sudah mencapai satu tahun (haul) dan mencapai nisabnya (hitungan),
nisab emas yaitu 20 dinar yang setara dengan 85 gr emas murni dan
zakatnya adalah 2,5%. Nisab perak yaitu 200 dirham atau setara 595gr
perak24
dan zakatnya 2,5%. Nisab uang simpanan yaitu setara dengan
nisab emas dan zakat yang harus dikeuarkan 2,5%25
.
2. Barang yang diperdagangkan/harta perniagaan
Barang perniagaan atau barang yang diperdagangkan dikenakan
kewajiban zakat jika sudah mencapai nisab dan haul, nisabnya diqiyaskan
dengan zakat emas dan zakatnya 2,5%26
.
3. Hasil pertanian
Zakat pertanitian wajib dikeluarkan setelah selesai panen dengan nisab
hasil pertanian 5 wasak yang 1 wasak setara dengan 60 sha’ (1 sha’=2,75
kg)27
atau kurang lebih 650 kg28
gabah, setiap panen harus dikeluarkan
24
Kholid Syamhudi, Syarat Wajib dan Cara Mengeluarkan Zakat Mal, dikutip dari
muslim.or.id/367-syarat-wajib-dan-cara-mengeluarkan-zakat-mal.html pada 20 Desember 2016. 25
Didin Hafidhuddin, Anda Bertanya tentang Zakat Infak & Sedekah Kami
Menjawab(Jakarta:Badan Ambil Zakat Nasional (BAZNAS),2005), hlm.147-148. 26
Ibid, hlm.117-119. 27 Kholid Syamhudi, Syarat Wajib dan Cara Mengeluarkan Zakat Mal, dikutip dari
muslim.or.id/367-syarat-wajib-dan-cara-mengeluarkan-zakat-mal.html pada 20 Desember 2016.
23
zakatnya sebanyak 5% jika tanah pertaniannya dibiayai air irigasi dan
zakatnya 10% jika pertanianya diairi tanpa mengeluarkan biaya.
4. Hasil ternak
Hasil ternak di sini yang wajib dizakati adalah unta, sapi, dan kambing
jika sudah mencapai nisab dan haulnya. Nisab zakat unta adalah 5 ekor
unta dan zakatnya adalah 1 ekor kambing. Nisab zakat sapi adalah 30
ekor sapi dan zakatnya adalah 1 ekor sapi jantan atau betina yang
berumur setahun dan nisab zakat kambing yaitu 40 ekor kambing dan
zakatnya 1 ekor kambing29
.
5. Hasil tambang dan barang temuan
Hasil barang tambang atau galian yaitu seperti emas, perak, timah, besi,
batu bara, dll. semua itu wajib dizakatkan tanpa menunggu satu tahun.
Dan barang temuan wajib dizakatkan tanpa nisab dan haul, dan zakatnya
1/5 dari hasil temuan atau 20%30
.
6. Lain-lain (zakat profesi, saham, rezeki tidak terduga, undian (kuis)
berhadiah)31
.
Zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan
profesi(hasil profesi) bila sudah mencapai nisab32
, zakat profesi
28
Didin Hafidhuddin, Anda Bertanya tentang Zakat Infak & Sedekah Kami
Menjawab(Jakarta:Badan Ambil Zakat Nasional (BAZNAS),2005), hlm.124-125. 29
Kholid Syamhudi, Syarat Wajib dan Cara Mengeluarkan Zakat Mal, dikutip dari
muslim.or.id/367-syarat-wajib-dan-cara-mengeluarkan-zakat-mal.html pada 20 Desember 2016. 30
Kholid Syamhudi, Syarat Wajib dan Cara Mengeluarkan Zakat Mal, dikutip dari
muslim.or.id/367-syarat-wajib-dan-cara-mengeluarkan-zakat-mal.html pada 20 Desember 2016 31
Eri Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), hlm.
24-25.
24
diqiyaskan dengan zakat emas yaitu nisabnya 85gr emas murni dan
zakatnya 2,5% tetapi pengeluaran zakatnya diqiyaskan pada zakat
pertanian, yaitu saat menerima gaji atau penghasilan33
. Zakat sama sama
dengan zakat deposito, zakat rezeki tak terduga, undian dan hadiah yaitu
nisabnyadiqiyaskan dengan emas 85gr dan zakatnya 2,5%34
tanpa
menunggu haul.
D. Pengertian Pajak
Pakar ekonomi kontemporer mendefinisikan pajak sebagai kewajiban
untuk membayar tunai yang ditentukan oleh pemerintah atau pejabat berwenang
yang bersifat mengikat tanpa adanya imbalan tertentu. Ketentuan pemerintah ini
sesuai dengan kemampuan si pemilik harta dan dialokasikan untuk mencukupi
kebutuhan pangan secara umum dan untuk memenuhi tuntutan politik keuangan
bagi pemerintah35
.
Simon James, seorang pengajar ekonomi dan perpajakan di University of
Exeter School of Business, dalam bukunya The Economic of Taxation:
Principles, Policy and Pactice mendefinisikan pajak sebagai berikut: “a
compulsory lavy made by public authorities for which nothing is received
32
Wikipidia, Zakat Profesi, dikutip dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Zakat_Profesi pada
tanggal 2 Desember 2016. 33
Didin Hafidhuddin, Anda Bertanya tentang Zakat Infak & Sedekah Kami
Menjawab(Jakarta:Badan Ambil Zakat Nasional (BAZNAS),2005), hlm.164. 34
Ibid, hlm.93-95. 35
Gazi Inayah, “Teori Komprehensip Tentang Zakat dan Pajak”, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 2003), hlm. 1.
25
directly in return. Dalam definisi yang lebih komprehensif, Sammelfeld,
Anderson dan Brock mendefinisikan pajak sebagai berikut.
“…… any nompenal yet compulsory transfer of resources form the
private to the public sector, levied on the basis of predetermined
criteria and without receipt of a specific benefit of equal value, in
order to accomplish some of a nation’s economic and social
objective”.
Dalam The Encyclopedia Americana, pajak didefinisikan sebagai:
“a compulsory contribution from the person to the government to
defray the expenses incurred in the common interest of all, without
reference to special benefits conferred”.
Kata ‘the person’ menunjukan bahwa pajak dibayar/ditanggung oleh orang
baik natural person (orang pribadi) mau pun artificial person seperti badan. Kata
government menunjukan bahwa pajak dibayarkan kepada pemerintah dalam
berbagai bentuknya. Jadi, pajak tersebut dibayar atau dipungut oleh pemerintah
pusat, pemerintah daerah atau pemerinta yang bersifat internasional (misalnya
kerja sama regional, internasional atau organisasi internasional).36
Unsur pajak sebagai berikut:
36
Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan, “Perpajakan Teori dan Aplikasi”, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 43-44
26
1. Pajak dibayar tunai, artinya pajak harus dibayar dengan uang tunai tidak
berupa barang.
2. Pajak adalah kewajiban yang mengikat, artinya bahwa pajak adalah
kewajiban yang dipungut dari setiap individu sebagai suatu keharusan.
3. Pajak adalah kewajiban dari pemerintah dan hasilnya akan dipergunakan
untuk kepentingan umum.
4. Pajak kewajiban yang bersifat final, artinya seorang tidak berhak untuk
menolak untuk membayar.
5. Pajak tidak ada imbalannya, artinya tidak ada syarat bagi wajib pajak untuk
memperoleh imbalan atau fasilitas kesejahteraan secara langsung.
6. Pajak adalah kewajiban tuntutan politik untuk keuangan Negara. Para pakar
ekonomi membatasi saasran pajak untuk menutupi kebutuhan umum37
.
E. Dasar Hukum Pajak
Dasar utama perpajkan di Indonesia berpijak pada pasal 23A UD 1945
yang berbunyi, “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan
negara diatur dengan undang-undang”.
Agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan bernegara, maka sebagai
tindak lanjut dari bunyi pasal 23A UUD 1945 tersebut diterbitkan undang-
undang yang mengatur tatacara penyelenggaraan perpajakan. Setidaknya terdapat
37
Gazi Inayah, “Teori Komprehensip Tentang Zakat dan Pajak”, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 2003), hlm. I-2.
27
delapan undang-undang yang menjadi landasan hokum pemungutan pajak di
Indonesia, yaitu:
1. UU No. 6/1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan :
DIGANTI dengan UU No. 16/2000 Tentang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan
2. UU No. 7/1983 Tentang Pajak Penghasilan/ UU PPh : DIGANTI
dengan UU No. 17/2000
3. UU No. 8/1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas barang mewah, UU PPN/ PPn BM, DIGANTI
dengan UU No. 18/2000
4. UU No. 12/1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan, UU PBB.
DIGANTI dengan UU No. 18/2000
5. UU No. 21/1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan,
UU BPHTB, DIGANTI degan UU No. 20/2000
6. UU NO. 19/1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, UU
PPSP. DIGANTI dengan UU No. 19/2000
7. UU Pengadilan Pajak, UU PP, UU No. 14/2002
8. UU Bea Materai, UU BM, UU No. 13/198538
38
Muhammad Yamin, “Mengenal Pajak”, dikutip dari
http://www.muhammadyamin.com/tag/dasar-hukum-pajak/ 28 April 2016.
28
F. Jenis-jenis Pajak
Jenis-jenis pajak terbagi menajdi tiga, yaitu berdasarkan jenis pungutannya,
menurut subjeknya dan pajak menurut sifatnya.
Pajak berdasarkan jenis pungutannya , pajak dibedakan menjadi dua, yaitu
Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Jenis pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan dikelola oleh Direktorat Jendral Pajak adalah:
1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BW)
4. Bea Materai
5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Sedangkan pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah, baik Provinsi
mau pun Kabupaten/Kota adalah:
1. Pajak Provinsi, yaitu: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air
Permukaan dan Pajak Rokok
2. Pajak Kabupaten/ Kota, yaitu: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak
29
Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan/atau Bangunan39
.
Sedangkan jenis pajak menurut subjeknya terbagi menjadi dua, yaitu Pajak
Langsung dan Pajak Tidak Langsung. Pajak Langsung adalah pajak yang
pembayaranya harus dilakukan oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan
atau dibebankan kepada pihak lain seperti Pajak Penghasilan. Pajak Tidak
Langsung adalah pajak yang pembayarannya dapat dilimpahkan atau dibebankan
kepada pihak lain dan tidak harus dilakukan oleh wajib pajak.
Tabel 2.1: Perbedaan Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung
PAJAK LANGSUNG PAJAK TIDAL LANGSUNG
Dibebankan berdasarkan kemampuan
membayar (ability to pay) wajib
pajak. Artinya, kondisi wajib pajak
(individual circumstances) seperti
besarnya penghasilan dan jumlah
tanggungan menjadi salah satu factor
penentu besarnya pajak (tax burden).
Dibebankan tanpa memerhatikan
konsidi wajib pajak, seperti besarnya
penghasilan dan jumlah tanggungan.
Contohnya, cukai rokok dikenakan
terhadap setiap orang yang membeli
rokok. PPN dikenakan kepada orang
yang mengkonsumsi BKP.
Beban pajak tidak dapat dialihkan.
Pemungutan pajak langsung secara
otomatis akan mengurangi Take Hom
Pay Wajib Pajak.
Beban pajak dapat dialihkan-
seluruhnya atau sebagian-kepada
pihak lain. Bentuk pengalihan beban
pajak ini bisa Forward Shifting atau
Backward Shifting.
This split depends upon the nature of
the past and present administrative
arrangements for assessment and
collection of the tax. If the tax is
…tax on consumers is collected from
businesses: it is the indirect tax.
Seperti Pajak Penjualan atau Pajak
Pertambahan Nilai yang diterapkan di
39
Muhammad Yamin, Mengenal Pajak, dikutip dari
http://www.muhammadyamin.com/tag/dasar-hukum-pajak/ 28 April 2016.
30
actually assessed on and collected
from the individuals who intended to
bear it, it is called a direct tax.
Jadi, pada umumnya yang
menghitung, menyetorkan dan
melaporkan pajak yang terutang
adalah wajib pajak itu sendiri.
Indonesia meskipun yang
menanggung beban pajak adalah
konsumen (jika forward shifting),
tetapi yang memungut, menyetorkan
dan melaporkan pajak yang terutang
adalah Pengusaha Kena Pajak.
Secara adminidtratif, ada periodisasi
pemungutan pajak (dibayar dan
dilaporkan dalam satu periode seperti
Tahun).
Bisa terutang setiap saat. Misalnya
pembeli BKP di Supermarket harus
membayar PPN pada saat itu juga-
saat ia membeli barang. Begitu juga
importir harus membayar Bea Masuk,
PPN Impor, PPn BM dan PPh pasal
22 pada saat mengimpor barang. Jadi,
tidak sampai menunggu sampai akhir
bulan atau akhir tahun.
Sumber: Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan, “Perpajakan Teori dan Aplikasi”, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 69.
Jenis pajak yang ketiga yaitu menurut sifatnya dan terbagi menjadi dua
yaitu Pajak Subjektif dan Pajak Objektif. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang
memperhatikan kondisi kehidupan wajib pajak, contohnya pajak dari orang yang
sudah menikah dengan yang belum menikah berbeda. Kedua, pajak objektif,
yaitu pajak yang pemungutannya berdasarkan objek pajak tanpa memperhatikan
kondisi wajib pajak tersebut. Contohnya pajak bumi dan bangunan didasarkan
pada luas tanah/ luas bangunan, tanpa memperhatikan kondisi pemiliknya.40
40
Soft Ilmu, “Pengertian , Fungsi dan Jenis-jenis Pajak”, dikutip dari
http://www.softilmu.com/2015/06/Pengertian-Fungsi-Unsur-Jenis-Macam-Pajak-Adalah.html?m=1 28
April 2016.
31
G. Tujuan Zakat dan Pajak
1. Tujuan Zakat
Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi, dimensi hablu
minallah dan dimensi hablu minannas. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai
oleh Islam di balik kewajiban zakat adalah sebagai berikut.
1. Mengangkat derajat fakir mskin dan membantunya keluar dari
kesulitan hidup dan penderitaan.
2. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh gharim,
ibnussabil dan mustahiq dan lain-lainnya.
3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesame umat Islam
dan manusia pada umumnya.
4. Menghilangkan sifat kikir dan atau loba pemilik harta kekayaan.
5. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati
orang-orang miskin.
6. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin
dalam suatu masyarakat.
7. Mengembangkan rasa tanggungjawab sosial pada diri seseorang,
terutama pada mereka yang mempunyai harta.
8. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.
9. Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan
sosial.
32
Berdasarkan uraian di atas maka secara umum zakat bertujuan untuk
menutupi kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan dari harta kekayaan sebagai
perwujudan dari rasa tolong-menolong antara sesame manusia beriman41
. Zakat
juga mengandung manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang beraitan
dengan orang yang berzakat (muzakki), penerimanya (mustahiq), harta yang
dikeuarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat keseluruhan. Manfaat tersebut
antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT.
2. Karena zakat merupakan hak mustahiq, zakat berfungsi untuk
menolong, membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin,
kea rah kehidupan yang lebih baik.
3. Zakat sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana
maupun prasarana.
4. Zakat untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu
bukanlah memberikan harta kotor, tetapi mengeluarkan bagian dari
hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan
benar.
5. Indikator utama kedudukan seseorang terhadap ajaran Islam.
Adapun Multiplayer effect dari zakat yaitu:
1. Menambah jumlah muzakki dan munfiq atau mushoddiq.
41
Eri Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), hlm.
12-13.
33
2. Melipatgandakan penguasaan asset dan modal ditangan umat Islam.
3. Membuka lapangan kerja yang luas42
.
2. Tujuan Pajak
Secara umum tujuan yang dapat dicapai dari diberlakukannya pajak adalah
untuk mencapai kondisi meningkatnya ekonomi suatu Negara, yaitu:
Untuk membatasi konsumsi dan dengan demikian mentransfer sumber
dari konsumsi ke investasi.
Untuk mendorong tabungan dan menanam modal
Untuk menstransfer sumber dari tangan masyarakat ke tangan
pemerintah sehingga memungkinkan adanya investasi sumber dari
tangan masyarakat ke tangan pemerintah sehingga memungkinkan
adanya investasi pemerintah
Untuk memodifikasi pola investasi
Untuk mengurangi ketimpangan ekonomi
Untuk memobilisasi suplus ekonomi (Nurkse, 1971) dalam (Muchlis,
2002).43
42
Gustian Djuanda, dkk., Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 16-17. 43
Abstraksi Ekonomi: Tujuan dan Fungsi Pajak dari Skripsi Lintan Gupita, Analisis
Penerimaan Pajak Reklame di Kota Semarang Tahun 1990-2011 (Program Sarjana Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponogoro Tahun 2013) dikutip dari
http://abstraksiekonomi.blogspot.in/2013/07/tujuan-dan-fungsi-pajak.html?m=1 28 April 2016.
34
Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah perlu memegang asas-asas
pemungutan pajak. Mansury menyatakan sebagai berikut.
“Dari pengalaman ternyata apabila apabila tidak setiap
ketentuan rancangan undang-undang pada saat penyusunannya
selalu diuji apakah sejalan atau tidaknya dengan tujuan dan asas
yang harus dipegang teguh, ketentuan tersebut mudah sekali
mengatur sesuatu yang sebenarnya tidak sejalan dengan asas
yang harus dipegang teguh.” 44
Banyak para ahli yang mengemukakan tentang asas-asas perpajakan yang
harus ditegakkan dalam membangun suatu sistem perpajakan di antara pendapat
para ahli tersebut yang paling terkenal adalah four maxims dari Adam Smith.45
Menurut Adam Smith, pungutan pajak hendaknya didasarkan atas empat asas,
yaitu:
1. Equity (kesamaan/keadilan)
Keadilan merupakan salah satu asas yang palings sering
menjadi pertimbangan penting dalam memilih policy option yang ada
dalam membangun system perpajakan. Asas equity mengatakan bahwa
pajak itu harus adil dan merata.46
Artinya beban pajak harus sesuai
dengan kemampuan relative dari setiap wajib pajak. Dalam arti lain
orang yang penghasilannya sama harus dikenakan pajak yang sama.
44
R. Mansury, Pajak Penghasilan Lanjutan, (Jakarta:: Ind Hill-Co, 1996), hlm. 4. 45
Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan, “Perpajakan Teori dan Aplikasi”, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 117. 46
Ibid, hlm. 120-121.
35
2. Certainty (kepastian)
Asas certainty menyatakan bahwa harus ada kepastian, baik
bagi petugas pajak maupun semua wajib pajak dan seluruh
masyarakat. Asas kepastian ini antara lain mencakup kepastian
mengenai siapa-siapa yang harus dikenakan pajak, apa-apa yang
dijadikan sebagai objek pajak, serta besarannya jumlah pajak yang
harus dibayar dan bagaimana jumlah pajak yang terutang itu harus
dibayar.47
Simpulannya pajak dikenakan berdasarkan kepastian hokum
yang bersifat tegas, jelas, dan pasti bagi wajib pajak maupun aparatur
pajak.
3. Convenience (kemudahan/kenyamanan)
Asas convenience menyatakan bahwa saat pembayaran pajak
hendaknya dimungkinkan pada saat yang
“menyenangkan”/memudahkan wajib pajak, misalnya pada saat
menerima gaji atau penghasilan lain seperti saat menerima bunga
deposito.
Ray M. Sommerfeld (1982) mengaitkan asas conveince dengan
masalah keserderhanaan administrasi. Beliau juga menmabahkan
bahwa ada beberapa ahli yang berpendapat bahwa wajib pajak mau
membayar lebih banyak asalkan terpenuhinya asas conveince. 48
47
Ibid, hlm. 133-134. 48
Ibid, hlm. 134-135.
36
4. Economy (Ekonomi)
Dalam memungut pajak, hendaknya tidak menimbulkan biaya
yang lebih besar dari jumlah penerimaan pajaknya.
3. Persamaan dan Perbedaan Zakat dan Pajak
Masyarakat sering membuat persamaan bahwa zakat adalah pajak
yang tidak resmi yang ditentukan oleh agama Islam kepada setiap muslim.
Anggapan itu memang tidak sepenuhnya salah, tetapi tidak juga
sepenuhnya benar. Pajak dan zakat memiliki sejumlah persamaan dan
perbedaan yang perlu diketahui.49
Persamaan zakat dan pajak, antara lain:
1. Bersifat mengikat dan wajib atas harta yang telah ditentukan
kepada setiap penduduk negeri.
2. Zakat dan pajak harus disetorkan pada lembaga resmi agar
tercapai optimalisasi penggalangan dana maupun
penyalurannya.
3. Zakat dan pajak memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
membantu menyelesaikan masalah ekonomi dan pengentasan
kemiskinan.
4. Tidak ada janji akan memperoleh imbalan materi tertentu di
dunia atau imbalan secara langsung.
49
Yons Ahmad, Apakah Persamaan dan Perbedaan Antara Zakat dan Pajak?, dikutip dari
http://zakat.or.id/apakah-persamaan-dan-perbedaan-antara-zakat-dan-pajak/ pada 28 April 2016.
37
5. Zakat dan pajak dikelola oleh Negara.50
Sedangkan perbedaan antara Zakat dan Pajak dapat dilihat pada tabel
2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2: Perbedaan Zakat dan Pajak
Zakat Pajak
Zakat kewajiban agama Pajak adalah kewajiban Negara yang
ditentukan oleh pemerintah
Zakat hanya diwajibkan kepada orang
islam
Semua warga Negara wajib
membayar pajak
Orang yang berhak menerima zakat
sudah ditentukan yaitu 8 asnaf.
Sedangkan yang berhak menikmati
pajak adalah semua penduduk yang
ada dalam suatu Negara.
Sangksi tidak membayar zakat adalah
dosa dan azab dari Allah.
Sangksi tidak membayar pajak adalah
denda atau hukuman kurungan.
Zakat tidak akan mungkin diganti
atau dihapuskan karena merupakan
rukun Islam.
Pajak mungkin saja diganti atau
berubah bahkan dihapuskan.
Tergantung kepada pemerintah yang
berwenang.
Zakat adalah suatu ibadah yang wajib
didahului dengan niat.
Pajak tidak memakai niat.
Zakat telah ditentukan kadarnya di
dalam al-Quran dan Hadist.
Pajak ditentukan oleh hukum Negara.
Zakat dibayarkan merupakan
manifestasi ketaan kepada Allah dan
rasulnya.
Pajak dibayarkan merupakan ketaan
seorang warga Negara kepada ulil
amri atau pemerintah/pemimpin
Sumber: Internet51
50
Accounting Media, Perbedaan dan Persamaan Zakat dengan Pajak, dikutip dari
http://accounting-media.blogspot.com/2014/08/perbedaan-dan-persamaan-zakat-dengan.html?m=1
pada 28 April 2016.
38
BAB III
SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT DAN PAJAK
DI INDONESIA DAN SINGAPURA
A. Sistem Pengelolaan Zakat dan Pajak di Indonesia
1. Sistem Pengelolaan Zakat di Indonesia
Pengelolaan perzakat di Indonesia tentunya mengalami sejarah yang
panjang, sama seperti sejarah masuknya Islam itu sendiri. Ketika Islam masuk
Indonesia, maka salah satu ajaran pokoknya yang menjadi perhatian para dai dan
pemerintah52
, Islam memandang bahwa zakat memiliki dua dimensi yang tak
bisa dipisahkan, ukhrawi dan duniawi. Indonesia yang merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia, berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara
yang berpenduduk muslim terbesar di dunia53
dengan lebih dari 207 juta jiwa54
,
sudah selayaknya pemerintantah mendukung penuh pelaksaan ibadah
masyarakat Islam dan menfasilitasinya sesuai dengan Undang-Undang Dasar.
51
Accounting Media, “Perbedaan dan Persamaan Zakat dengan Pajak”, dikutip dari
http://accounting-media.blogspot.com/2014/08/perbedaan-dan-persamaan-zakat-dengan.html?m=1 28
April 2016 dan Islamnya Muslim, “Perbedaan Antara Zakat dan Pajak”, dikutip dari
http://www.islamnyamuslim.com/2013/10/perbedaan-antara-zakat-dan-pajak.html?m=1 28 April 2016. 52
Ilham Kadir, Menelusuri Sejarah Pengelolaan Zakat di Indonesia, dikutip dari
https://www.islampos.com/menelusuri-sejarah-pengelolaan-zakat-di-indonesia-26749 pada 20
Desember 2016. 53
Erik Purnama Putra, Persentase Umat Islam di Indonesia Jadi 85 Persen, dikutip dari
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/09/o0ow4v334-persentase-umat-islam-di-
indonesia-jadi-85-persen pada 27 Juli 2016. 54
Wikipedia, Indonesia, dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia pada 25 Juli
2016.
39
Sejarah pengelolaan zakat di Indonesia dimulai sejak Islam masuk di
Indonesia yang dibawa oleh pedagang, mubalig, dan golongan ahli tasawuf55
,
awal mula Islam masuk, sistem perzakatan dilakukan secara tradisoinal di mana
muzaki memberikan zakatnya secara langung kepada mustahik56
.
Pada masa penjajahan, pemerintahan Hindia Belanda sangat dikenal
dengan kebijakan politik etisnya. Dalam urusan zakat yang notabene merupakan
urusan keagamaan murni, pemerintah Belanda tercatat pernah mengeluarkan
beberapa kebijakan. Di masa itu pelaksanaannya diatur dalam Ordonantic
pemerintah Hindia Belanda nomor 6200 tangggal 28 Februari 1905 tapi di
pengaturannya pemerintahan Belanda tidak mencampuri masalah pengelolaan
zakat57
.
Pada awal kemerdekaan, pengelolaan zakat masih belum diatuir oleh
pemerintah dan masih menjadi urusan masyarakat, upaya pengumpulan zakat
maih dilakukan oleh organisasi-organisasi Islam, lembaga-lembaga dakwah,
majelis ta’lim dan pondok pesantren58
. Baru pada tahun 1951 keluar surat edara
Kementrian Agama nomor A/VII/17367 tanggal 8 Desember 1952 tentang
55
Sofyan Hadi, Inilah Sejarah, Teori dan Perkembangan Islam di Indonesia, dikutip dari
http://www.qolbunhadi.com/inilah-sejarah-teori-dan-perkembangan-islam-di-indonesia/ pada tanggal
26 Juli 2016. 56
Ilham Kadir, Menelusuri Sejarah Pengelolaan Zakat di Indonesia, dikutip dari
https://www.islampos.com/menelusuri-sejarah-pengelolaan-zakat-di-indonesia-26749 pada 20
Desember 2016. 57
Lazismu, Sejarah Pengelolaan Z.I.S di Indonesia, dikutip dari
lazismu.pdmjogja.org/sejarah-pengelolaan-z-i-s-di-indonesia/ pada 20 Desember
2016. 58
BAZIS DKI Jakarta, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Cet-1(Jakarta: BAZIS
DKI Jakarta), hlm.9.
40
pelaksanaan zakat fitrah59
. Namun, secara resmi belum ada peraturan pemerintah
yang secara khusus mengatur masalah zakat. Baru pada sekitar tahun 1960-an,
pembahasan tentang peraturan mengenai pelaksanaan dan pengumpulan zakat di
Indonesia mulai menghasilkan satu peraturan60
.
Pada tahun 1964 Kementiran Agama menyusun rancangan undang –
undang tentang pelaksanaan pengumpulan dan pembagian zakat serta
pembentukan Baitul Maal tetapi kedua perangkat peraturan tersebut belum
sempat diajukan61
. Tahun 1968 pemikiran tentang perlunya Lembaga Pengelola
Zakat (LPZ) di Indonesia mulai terealisasikan atas perjuangan sebelas tokoh
ulama nasional62
yang menyerukan pelaksanaan zakat.
Pada tanggal 26 Oktober 1968 pada acara Isra’ Mi’raj di Istana Negara,
Presiden RI secara langsung menyerukan pelaksanaan zakat untuk menunjang
pembangunan. Untuk memperkuat hal tersebut, Presiden mengeluarkan Surat
Edaran No. B. 133/PRES/11/1968. Berbagai kalangan masyarakat menyambut
baik seruan ini dan beberapa Gubernur Kepala Daerah mengeluarkan keputusan
untuk mendirikan LAZ, termasuk Pemprov DKI Jakarta yang saat itu dipimpin
59
Lazismu, Sejarah Pengelolaan Z.I.S di Indonesia, dikutip dari
lazismu.pdmjogja.org/sejarah-pengelolaan-z-i-s-di-indonesia/ pada 20 Desember
2016. 60
BAZIS DKI Jakarta, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Cet-1(Jakarta: BAZIS
DKI Jakarta), hlm.9. 61
Lazismu, Sejarah Pengelolaan Z.I.S di Indonesia, dikutip dari
lazismu.pdmjogja.org/sejarah-pengelolaan-z-i-s-di-indonesia/ pada 20 Desember
2016. 62
Para tokoh tersebut adalah: Prof. Dr. Hamka, KH. Ahmad Azhari, KH. Moh. Syukri
Ghazali, Moh. Sodry, KH. Taufiqurrahman, KH. Moh. Sole Su’aidi, Ustadz M. Ali Al Hamidy, Ustadz
Mukhtar Luthfy, KH. A. Malik Ahmad, Abdul Kadir, dan KH. M.A. Zawawy.
41
oleh Ali Sadikin mengeluarkan Surat Keputusan No.Cb. 14/8/18/68 tertanggal 5
Desember 1968 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat, berdasarkan syariat
Islam dalam wilayah DKI Jakarta63
. Pada tahun 1973 BAZ DKI Jakarta berubah
nama sesuai dengan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. D.III/B/14/6/73
untuk memperluas sasaran operasional dan semakin kompleknya permasalahan
zakat di Pemprov DKI Jakarta menjadi Badan Amil Zakat, Infak dan Shadaqah
(BAZIS DKI Jakarta)64
.
Selain pemerintah yang membentuk Lembaga Amil Zakat, masyarakat
yang tergerakpun membentuk lembaga sendiri untuk membantu pemerintah
seperti Yayasan Dana Sosial Islam (YDSI)65
Sumatera Barat pada tahun 1973
terbentuk dan sekarang sudah menjadi BAZNAS Sumatera Barat.
Setelah keputusan Presiden dan Mentri Agama banyak lembaga-lembaga
lain bermunculan, seperti: BAZIS Bengkulu (1989)66
, BAZIS Provinsi Jatim
(1992) dengan SK Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jatim
No.02.05/BA.03.2/0556/199267
, Dompet Dhuafa (1993)68
, Dompet Sosial
63
BAZIS DKI Jakarta, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Cet-1(Jakarta: BAZIS
DKI Jakarta, 2006), hlm.10-12. 64
Ibid, hlm. 13. 65
Institut Manajemen Zakat, Profil 7 Badan Amil Zakat Daerah Provinsi & Kabupaten
Potensial di Indonesia(Ciputat:Institut Manajemen Zakat, 2006), hlm .56. 66
Ibid, hlm. 19. 67
Ibid, hlm. 4. 68
Wikipedia, Dompet Dhuafa Repubika dikutip dari
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dompet_Dhuafa_Republika pada 20 Desember 2016 dan
Dompet Dhuafa, Sejarah Tentang Kami, dikutip dari https://zakat.or.id/tentang-
kami/sejarah/ pada 20 Desember 2016.
42
Ummul Quro (DSUQ) tahun 199869
dan berubah nama mendadi Rumah Zakat
dan mendapat sertifikasi pengukuhan sebagai lembaga amil zakat nasional
berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 200370
, Pos
Keadilan Peduli Umat (PKPU) tahun 199971
.
Tahun 1999, pemerintah mulai menanggapi dengan serius tentang
pengelolaan zakat dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 38 tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat, Setelah UU Zakat No.38 pada tahun 1999 disahkan,
pemerintah membentuk Badan Amil Zakat Naisonal (BAZNAS) yang berwenang
mengumpulkan, mendistribusikan dana Zakat secara nasional.
Tahun 2011 pemerintah mengeluarkan kembali undang-undang zakat khusus
zakat yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat di
Indonesia disahkan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudoyono yang dengan sendirinya mengamademen Undang-Undang Zakat
sebelumnya yaitu Undang-Undang No.38 Tahun 1999.
Undang-Undang No. 23 merupakan Undang-Undang penyempurna undang-
undang zakat sebelumnya, dengan dikeluarkanya Undang-Undang zakat ini maka
pungutan zakat di Indonesia mempunyai payung hukum sendiri. Dengan adanya
Undang-Undang zakat sangat membantu dalam perkembangan zakat Indonesia,
69 Wikipedia, Rumah Zakat Indonesia, dikutip dari
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rumah_Zakat_Indonesia pada 20 Desember 2016. 70
Rumah Zakat, Sejarh Tentang Kami, dikutip dari https://www.rumahzakat.org/tentang-
kami/sejarah/ pada 20 Desember 2016. 71
PKPU Kudus, Sekilas PKPU Kudus, dikutip dari
pkpukudus.blogspot.com/p/profile.html?m=1 pada 23 Desember 2016.
43
pengumpulan dana zakat mulai terlihat. Potensi zakat Indonesiapun terus
meningkat, dari penelitian hasil Baznas dan Institus Pertanian Bogor(IPB) pada
tahun 2010 potensi zakat di Indonesia sebesar Rp 217 triliun. dengan metode
estrapolasi, potensi zakat tahun 2015 sebesar Rp 280 triliun, dan realisasinya
diperkirakan Rp 4 triliun atau kurang dari 1,4 persen dari potensi72
.
Pertumbuhan zakat setiap tahun terus meningkat dibandingkan pertumbuhan
pajak. Pertumbuhan perhimpunan zakat, infak dan sedekah oleh lembaga-
lembaga amil zakat resmi yang dimiliki pemerintah atau yang diakui pemerintah
untuk periode 2002-2015 adalah lebih dari 23%, dan pertumbuhan ini jauh
melampaui rerat pertumbuhan ekonomi nasional periode tersebut yang kurang
dari 6%.73
Masyarakat muslim Indonesia yang membayar zakat di Baznas akan
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Zakat(NPWZ). Muzaki yang tercatat dalam
Sistem Baznas (SIMBA) dan sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Zakat
(NPWZ) ada sekitar 50 ribuan lebih,74
NPWZ itu berfungsi untuk memudahkan
muzaki dalam membayar zakat, dan mengingatkan muzaki untuk membayar
zakat jika sudah memasuki waktu untuk membayar zakat.
72
Hartono, Mengungkap Tabir Zakat di Indonesia, dikutip dari
http://www.pajak.go.id/content/article/mengungkap-tabir-zakat-di-indonesia pada tanggal 26 Juli 2016 73
Badan Amil Zakat Nasional, Kebangkitan Baznas, dikutip dari
http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel/kebangkitan-zakat/ pada tanggal 20 Oktober 2016. 74
Wawancara dengan Agus Siswanto sebagai Kepala Bagian Pelayanan Mustahik Baznas,
pada 26 Oktober 2016.
44
2. Sistem Pengelolaan Pajak di Indonesia
Sejarah pajak telah ada sejak zaman sebelum masehi, sebagai contoh
pada Zaman Mesir Kuno pada zaman fir’aun telah dikenal dengan istilah
Scribe bagi para penarik pajak75
. Pajak merupakan pendapatan terbesar suatu
negara dan hampir di setiap negara memberlakukan pajak, termasuk
Indonesia. Secara umum, di Indonesia pemungutan pajak yang teratur dan
permanen telah dikenakan pada masa kolonial. Tetapi pada masa kerajaan
dahulu juga telah ada pungutan seperti pajak, pungutan seperti itu
dipersembahkan kepada raja sebagai wujud rasa hormat dan upeti kepada
raja, yang disampaikan rakyat di wilayah kerajaan maupun di wilayah
jajahan, figur raja dalam hal ini dapat dipandang sebagi manifestasi dari
kekuasaan tunggal kerajaan (negara)76
.
Pada awal kemerdekaan pernah dikeluarkan Undang-Undang Darurat
Nomor 12 Tahun 1950 yang menjadi dasar bagi pajak peredaran (barang),
yang dalam tahun 1951 diganti dengan pajak penjualan (PPn). Pengenaan
pajak secara sitematis dan permanen, dimulai dengan pengenaan pajak
terhadap tanah, hal ini telah ada pada zaman kolonial. Pajak ini disebut
“Landrent” (sewa tanah) oleh Gubernur Jenderal Raffles dari Inggris. Pada
75
Must Itjand, Catatan Kaki Meja: Sejarah Pajak, dikutip dari
catatankakimeja.blogspot.com/2015/03/sejarah-pajak.html?m=1 pada 21 Desember
2016. 76
Anik Ohani, “Perkembangan Perpajakan Di Indonesia”, dikutip dari
http://anikohani14.blogspot.co.id/2013/02/perkembangan-perpajakan-di-indonesia.html pada
tanggal 4 Agustus 2015.
45
masa penjajahan Belanda disebut “Landrente”. Peraturan tentang Landrente
dikeluarkan tahun 1907 yang kemudian diubah dan ditambah dengan
Ordonansi Landrente. Pada tahun 1932, dikeluarkan Ordonansi Pajak
Kekayaan (PKk) yang beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor
24 Tahun1964.77
Sejak tahun 1964 undang-undang perpajakan terus berubah mengikuti
perkembangan dan kebutuhann. Pada tahun 2005 pemerintah menyusun tiga
RUU yang mengubah tiga UU perpajakn yang saat itu berlaku. Ketiga UU
yang akan diamandemen yaitu UU mengenai Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (KUP), UU mengenai Pajak Penghasilan (PPh) dan UU
mengenai Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPn/PPNBM). Ketiga UU tersebut diamandemen karena selain merupakan
ketentuan perundang-undangan yang paling krusial dan praktik penerapan
hukum perpajakan, juga merupakan kunci hukum yang akan menjadi hal
yang paling utama dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak.
Amandemen UU Perpajakan tahun 2005 ini menandai dilaksanakanya
reformasi perjakan kelima, sejak bergantinya sistem perpajakan nasional.
Sebelumnya pemerintah telah melaksanakan reformasi perpajakan pada
tahun 1984, tahun 1994, tahun 1997, dan tahun 2000. Reformasi perpajakan
kali ini cukup menarik, karena memiliki arti khusus, yaitu memperkuat
77
Anik Ohani, “Perkembangan Perpajakan Di Indonesia”, dikutip dari
http://anikohani14.blogspot.co.id/2013/02/perkembangan-perpajakan-di-indonesia.html pada tanggal 4 Agustus 2015.
46
upaya panarimaan pajak yang semakin menjadi tulang punggung dalam
pembiayaan keuangan negara. (Gunawan dan Hidayat : 2005)78
Perkembangan penerimaan pajak dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan walaupun realisasi penerimaan pajak di Indonesia masih belum
sesuai dengan penerimaan yang ditargetkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).
Pada tahun 2015 kemarin, realisasi total penerimaan pajak (netto)
mencapai Rp 1.055 triliun, penerimaan tersebut merupakan rekor pertama
kali sepanjang sejarah Indonesia menerima hasil pajak di atas Rp 1.000
triliun, pencapaian tersebut lebih tinggi 7,4 persen dibandingkan penerimaan
pajak tahun 2014 yang sebesar Rp 981,9 triliun. Walaupun penerimaan pajak
tersebut mencapai rekor baru tetapi realisasi pajak tersebut hanya mecapai
81,5 persen dari target penerimaan pajak dalam APBN yang dipatok Rp
1.294,3 triliun79
.
78
Iput Wiliyan Pradana, Jurnal Perkembangan Penerimaan Pajak di Indonesia, Universitas
Negeri Surabaya, Periode 2 Januari 2013. 79
Desi Setyowati, Kata Data “Terendah Sejak 1990, Realisasi Pajak 2015 Cuma 81,5
Persen”, dikutip dari http://katadata.co.id/berita/2016/01/04/paling-rendah-realisasi-pajak-2015-cuma-815-persen pada 26 Juli 2016
47
B. Sistem Pengelolaan Zakat dan Pajak di Singapura
1. Sistem Pengelolaan Zakat di Singapura
Singapura adalah sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenajung
Malaya. Penduduknya berjumlah 5 juta jiwa dan terdiri dari beragam etnis yaitu
Cina, Melayu, India, Asia dan Kaukasoid80
. Singapura dikenal dengan negara
sekuler81
dan berpenduduk minoritas muslim. Agama di Singapura menjadi
urusan pribadi, pemerintah tidak mempunyai hak untuk mengatur agama setiap
individu.
Sistem pemerintahan Singapura adalah sistem demokrasi parlementer
dengan model Westminster yang mewakili sebagai konstitusi. Konstitusi
menetapkan hak-hak fudamental tertentu, seperti kebebasan beragama (freedom
of religion), kebebasan berbicara (freedom of speech), dan persamaan hak(equal
right)82
. Pemerintah memberikan hak kebebasan tetapi dibatasi, seperti halnya
agama, termasuk agama Islam. Pemerintah Singapura membuat peraturan yang
menangani segala urusan umat yaitu The Administration of Muslim Law Act
80
Wikipedia, Singapura, dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Singapura pada 25 Juli 2016. 81
Helmiati, Dinamika Islam Singapura: Menelisik Pengalaman Minoritas Muslim di Negara
Singapura yang Sekuler & Multikultural, Jurnal Toleransi, Vol. 5 No. 2 Juli – Desember 2013, hlm.
88. 82
Sidioe Blog, Kelebihan dan Kekurangan Konstitusi Singapura dan Indonesia, dikutip dari
http://sidqioe.blogspot.com/2014/05/kelebihan-dan-kekurangan-konstitusi.html?m=1 pada tanggal 29
Oktober 2016 dan Helmiati, Dinamika Islam Singapura: Menelisik Pengalaman Minoritas Muslim di
Negara Singapura yang Sekuler & Multikultural, Jurnal Toleransi, Vol. 5 No. 2 Juli – Desember 2013,
hlm. 88.
48
(AMLA) dan selanjutnya parlemen Singapura membentuk Majelis Ugama Islam
Singapura (MUIS) pada 17 Agustus 196683
.
MUIS merupakan badan resmi Islam di Singapura yang mengatur dan
mengawasi semua urusan keagamaan masyarakat muslim di Singapura, seperti
administrasi zakat baik dari pengumpulan ataupun penyalurannya, sertifikat
halal, manajemen dan administrasi wakaf, pengelolaan haji, masjid, dan
madrasah84
.
Islam di Singapura tidak jauh beda dengan wajah Islam di negara jirannya,
Malaysia. Banyak kesamaan karena muslim di Singapura umumnya dari
kalangan etnis Melayu85
, dalam praktik ibadah maupun budaya kehidupan sehari-
hari tidak ada perbedaan yang signifikan. Sedikit banyaknya mungkin
dipengaruhi oleh sisa warisan Islam Malaysia, ketika negeri kecil itu pisah dari
induknya, Malaysia, pada tahun 1965.
Di tengah sistem sekuler yang diterapkan Pemerintah Singapura, muslim
di Singapura terus berpacu meningkatkan kualitas modal insani, agar mampu
83
Zaki Halim Mubarok, Skripsi: Strategi Pengelolaan Wakaf Real Estate di Singapura dan
Upaya Penerapannya di Indonesia. (Fakultas Syariah dan Hukum, Prodi Muamalat, Konestrasi
Perbankan Syariha, 2014) h. 45. 84
Ibid, hlm.45. 85
Citizen Reporter, “Urusan Zakat Singapura Lebih Maju”, dikutip dari
http://citizenreporterworld.blogspot.co.id/2014/02/urusan-zakat-singapura-lebih-maju.html pada 13
Agustus 2016.
49
bersaing dengan cepatnya kemajuan di Singapura, termasuk dalam pengelolaan
zakat secara professional86
.
Pengelolaan zakat di Singapura, terutama penghimpunan dilakukan di
bawah koordinasi Pemerintah melalui MUIS. Zakat memainkan peranan besar
dalam bidang ekonomi masyarakat Islam di Singapura, terutama dalam
membantu membasmi masalah kemiskinan. Namun di luar zakat, dihimpun juga
sedekah untuk pendidikan madrasah dan pembangunan masjid. Dana zakat
merupakan sumbangan warga muslim yang langsung membantu menangani
kemiskinan dan kebodohan. Pemerintah Singapura merupakan pemerintahan
sekuler dan mereka sadar bahwa suatu tatanan seperti zakat ini yang telah
berjalan baik maka tidak perlu diutak-atik lagi.
Menurut data MUIS, penerimaan zakat setiap tahun terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2012 saja jumlahnya mencapai 25,6 juta dolar
Singapura. Meski umat Islam di Singapura hanya 15 persen, tapi tak menjadikan
nilai zakat menurun. Malah sebaliknya, dengan pengurusan yang profesional,
sosialisasi yang gencar, dan transparansi dalam pengelolaan, nilai zakat di
Singapura terus meningkat setiap tahun.
Pengurus zakat juga menggunakan berbagai media untuk menyebarkan
informasi mengenai zakat kepada masyarakat muslim Singapura yaitu melalui
TV, radio, twitter, facebook, dan sosial media lainnya. Selain itu, kejujuran
86
Citizen Reporter, “Urusan Zakat Singapura Lebih Maju”, dikutip dari
http://citizenreporterworld.blogspot.co.id/2014/02/urusan-zakat-singapura-lebih-maju.html pada 13
Agustus 2016.
50
pengurus zakat di Singapura juga menambah kepercayaan (trust) masyarakat
karena dana zakat digunakan sesuai amanah. Zakat yang telah dibayarkan secara
lengkap dipublikasi setiap tahun. Zakat di Singapura diperuntukkan bagi upaya
pemerataan dan kesejahteraan umat Islam di Singapura. Pemberdayaan amanat
agama ini mencapai target maksimal di Singapura karena dikelola secara
profesional. Dari sekitar 650 ribu penduduk muslim Singapura ada sekitar 170
ribu orang muslim yang membayar zakat secara rutin.87
Di Singapura terdapat 71 masjid88
, Masjid Molaka adalah masjid tertua di
Singapura, Sedangkan masjid terbesar yang merupakan monumen nasional sejati
di Singapura adalah Masjid Sultan dan Masjid Chulia89
. Akan tetapi dari sekian
banyak masjid itu, yang ditunjuk MUIS sebagai Pusat Pungutan Zakat(PPZ)
hanya 21 masjid, dari 21 masjid terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
87
IMZ, “Peran Negara Dalam Pengelolaan Zakat: Perspektif Negara Kesejahteraan Dan
Praktek Negara-Negara Tetangga”, dikutip dari
http://www.imz.or.id/new/publication/45/?lang=id pada 13 Agustus 2016
88 MUIS Annual Report 2014. Moving Forward With The Community. hlm. 54-56
89 M. Ali Kettani, Minoritas Muslim: di Dunia Dewasa Ini, (Terj) Zarkowi Soejoeti, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2005) h. 221-222
51
Gambar 3.3: Peta Pembagian Masjid di Singapura
Sumber: MUIS
Sejak tahun 2005 penerimaan zakat di Singapura terus meningkat, itu
semua tidak terlepas dari peran Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS)
dalam mengupayakan pengentasan kemiskinan dikalangan masyarakat
muslim Singapura.
Masyarakt muslim Singapura yang membayar zakat kepada MUIS dan
tercata di MUIS ada sekitar 20-30 ribu setiap tahunnya.90
Pihak MUIS juga
sangat gencar mensosialisaikan zakat yang dapat menjadi pengurang pajak.
90
Wawancara pribadi via email dengan pihak MUIS, Zakat Metter, pada tanggal 7 Oktober
2016.
52
Gambar 3.6: Grafik Penerimaan Zakat Singapura
Sumber: MUIS Annual Report 2010-2014
2. Sistem Pengelolaan Pajak di Singapura
Sistem perpajakan yang berlaku di Singapura saat ini tidak terlepas
dari campur tangan pemerintahan Inggris. Seperti halnya Indonesia,
Singapura juga memiliki sejarah akan perkembangan pajak. Pajak
penghasilan di Singapura mulai diperkenalkan selama perang dunia I dan II
untuk meningkatkan pendapatan dalam membiayai peperangan. Namun,
pajk itu tidak terlalu dikenal dan banyak kalangan yang menentang, hingga
akhirnya pajak penghasilan hanyalah tinggal agenda. Baru pada tahun 1947
pemerintah Singapura mendirikan Departemen Pajak Penghasilan( Income
Tax Departement)91
dan mulai diperkenalkan pajak penghasilan di bawah
pemerintahan kolonial Inggris. Pada tahun 1948 ditetapkanlah Undang-
91
Wikipedia, Inland Revenue Authority of Singapore, dikutip dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Inland_Revenue_Authority_of_Singapore pada 31 agustus 2016.
53
Undang Pajak Penghasilan, Undang-Undnag itu dibuat berdasarkan Model
Colonial Territories Income Tax Ordinance 1992, yang dirancang untuk
koloni Inggris pada saat itu.92
Dalam masa satu tahun pertama sejak berlakunya Undang-Undang,
total pajak yang terkumpul dari periode 1 Januari 1948- 31 Desember 1949
sebesar S$ 32.200.000 dari pajak penghasilan individu dan perusahaan.
Pada tahun 1960 dibentukalah Inland Reveneu Departement yang bertujuan
untuk mengumpulkan berbagai pendapatan yang dikumpulkan oleh
beberapa lembaga. Singapura menjadi negara merdeka pada 9 Agustus
1965 dan undang-undang pajak penghasilanpun mengalami perubahan.
Pada tanggal 1 September 1992, didirikan Inland Revenue Autority of
Singapore (IRAS) di bawah naungan Departemen Keuangan (Ministry of
Finance) berasaskan Income Tax Act 1947. IRAS didirikan oleh Inland
Revenue Autority of Singapore Act untuk mengambil alih fungsi Inland
Reveneu Departement. Sebagai kepala badan pengumpulan pendapatan
pemerintah Singapur, IRAS bertugas mengumpulkan uang hasil dari Pajak
Penghasilan, Pajak Barang dan Jasa, Pajak Properti, Estate Duty, Betting
and Sweepstakes Duties, Stamp Duties and Casino Tax.93
92
Hawksford, Singapore Tax Sistem & Tax Rates, dikutip dari
https://www.guidemesingapore.com/taxation/topics/singapore-tax-rates pada 31 Agustus 2016 93
Wikipedia, Inland Revenue Authority of Singapore, dikutip dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Inland_Revenue_Authority_of_Singapore pada 31 Agustus 2016 .
54
Pajak Barang dan jasa di Singapura sendiri mulai mulai
diperkenalkan pada 1 April 1994.94
Pajak di Singapura menganut sistem
Official Assessment yaitu suatu system pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya
pajak yang harus dibayar (pajak yang terhutang) oleh seseorang. Dengan
system ini masyarakat (wajib pajak) bersifat pasif menunggu
dikeluarkannya suatu ketetapan pajak oleh fiskus. Dan besarnya pajak
seseorang baru diketehui setelah adanya surat ketetapan pajak.95
Di Singapura, lembaga penetapan besarnya pajak dilakukan oleh
otoritas pajak bernama Inland Revenue Authority of Singapore (IRAS).
Proses pelaporan dan penetapan pajak di Singapura, pertama wajb pajak
melaporkan perkiraan penghasilan yang dikenakan pajak atau biasa disebut
dengan Estimated Chargeable Income (ECI) kepada IRAS, Estimated
Chargeable Income wajib dilaporkan maksimal tiga bulan setelah akhir
tahun buku. IRAS kemudian melakukan penyesuaian terhadap Estimated
Chargeable Income yang dilaporkan wajib pajak, IRAS menghitung dan
menetapkan besarnya pajak yang terutang. Besarnya pajak yang terutang
diberitahukan kepada wajib pajak melalui Notice of Estimated Assessment
94
HistorySG, Introduction of The Goods and Services Tax, dikutip dari
http://eresources.nlb.gov.sg/history/events/c5594d45-4948-4080-a6fb-5175eb8d83c3 pada 31 Agustus
2016. 95
Apriliana, Skripsi:Analisis Komparatif Antara Perlakuan Zakat Sebagai Pengurang
Penghasilan Kena Pajak Dengan Perlakuan Zakat Sebagai Pengurang Langsung Pajak Penghasilan,
(UIN Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi, 2011), h. 34.
55
(NOA).96
Wajib pajak yang bekerja disebuah perusahaan yang sudah ikut
program Auto Inclusion Scheme, Wajib pajak tidak usah repot mengisi dan
melaporkan SPT karena pihak perusahaan yang akan melaporkan,
karyawan atau wajib pajak hanya perlu megisi FormB.97
Dari tahun ketahun penerimaan pajak di Singapura terus mengalami
peningkatan. Pada pelaporan FY2014/15, IRAS berhasil mengumpulkan
pajak sebesar S$43.400.000.000. IRAS juga menangani lebih dari 4,1 juta
wajib pajak, yang terdiri dari individu, pemilik properti dan bisnis.98
96
Fayanuar, Perpajakan Singapura, singkatnya…, dikutip dari
https://fayanuar.wordpress.com/2013/01/03/perpajakan-singapura-singkatnya/ pada 23 Maret 2016. 97
Hardianto Horas, Skripsi: Perbandingan Penghitungan Pajak Penghasilan Antara Undang-
Undang Perpajakan Indonesia dengan Undang-Undanng Perpajakan Singapore Mr.X Sebagai
Pegawai Tetap. (Universitas Kristen Petra, Fakultas Ekonomi, Prodi Studi Akuntansi, Program
Akuntansi Pajak, 2010), hlm. 31 98
Wikipedia, Inland Revenue Authority of Singapore, dikutip dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Inland_Revenue_Authority_of_Singapore pada 31 Agustus 2016.
56
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Zakat Sebagai Pengurang Pajak di Indonesia
1. Dasar Hukum Zakat Pengurang Pajak di Indonesia
Indonesia merupakan negara demokrasi dan berasaskan Pancasila
sebagai dasar negara. Dalam sila kesatu yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
dijelaskan dalam Undang-Undang pasal 29 ayat 2 bahwa “ Setiap warga
negara Indonesia berhak memeluk agama sesuai dengan keyakinannya
masing-masing”, hal ini menjadi dasar hukum kebebasan setiap individu
dalam beragama dan negara berkewajiban melindungi dan menundukung
setiap praktek keagamaan yang dilakukan setiap warga negara.
Tak terkecuali Islam yang menjadi agama mayoritas di Indonesia,
pemerintah sangat mendukung praktek keagamaan Islam, khususnya dalam
hal perzakatan, di mana masyarakat Islam yang membayar zakat akan diberi
keringanan dengan membayar pajak.
Orang Islam yang membayarkan zakatnya di BAZNAS atau
Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) yang sudah ditunjuk dan disahkan
oleh Kementrian Agama akan mendapatkan bukti pembayaran zakat yang
dapat digunakan sebagai pengurang pajak penghasilan.
Tetapi dalam kehidupan nyata, banyak masyarakat Indonesia yang
tidak mengetahui zakat atau sumbangan dapat menjadi pengurang pajak
penghasilan. Dasar hukum Zakat dapat menjadi pengurang pajak terdapat
57
dalam undang-undang zakat dan undang-undang pajak. Dalam undang-
undang No. 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan, yakni diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a
nomor 1 yang berbunyi:
“Yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak adalah:
bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang
berhak.”
Selain itu, Pasal 1 ayat (1) PP No. 60 Tahun 2010 tentang Zakat atau
Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Boleh Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto juga menentukan:
“Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
meliputi:
a) zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak
orang pribadi pemeluk agama Islam dan/atau oleh Wajib
Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama
Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah; atau
b) sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi Wajib
Pajak orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam
dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki
oleh pemeluk agama selain agama Islam, yang diakui di
Indonesia yang dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.”
58
Dalam Undang-Undang No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
terdapat pada Pasal 22 yang berbunyi:
“Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS
atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak.”
Selain itu, Pasal 1 ayat (1) PP No. 60 Tahun 2010 tentang Zakat atau
Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Boleh Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto juga menentukan:
“Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
meliputi:
a) zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak
orang pribadi pemeluk agama Islam dan/atau oleh Wajib
Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama
Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah; atau
b) sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi Wajib
Pajak orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam
dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki
oleh pemeluk agama selain agama Islam, yang diakui di
Indonesia yang dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.”
Pada pasal 2 (2) c Peraturan Menteri Keuangan 254/PMK.03/2010
zakat anak dapat dikurangkan pada penghasilan bruto orang tuanya yang
dimaksud adalah zakat fitrah. Tarif 2,5% dari penghasilan bruto mengacu
pada tarif yang umum dipakai dalam menghitung zakat profesi, jadi besarnya
59
zakat dan donasi yang bisa diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan
adalah sebesar 2,5 persen99
, sedangkan pada Peraturan Pemerintah No. 60
tahun 2010 tidak ditentukan/dibatasi besarnya tarif zakat.
Zakat atas pengahasilan yang diperkenankan sebagai pengurang
penghasilan bruto harus memenuhi beberapa hal berikut ini :
1. Jenis zakat yang diperkenankan untuk dijadikan pengurang penghasilan
bruto adalah jenis zakat atas penghasilan. Zakat-zakat lain selain zakat
atas penghasilan tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto.
2. Pembayaran zakat atas penghasilan adalah Wajib Pajak orang pribadi
pemeluk agama Islam dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri
yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam. Pengurangan Penghasilan
bruto oleh zakat penghasilan, pada akhir tahun dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang
pribadi dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri yang
bersangkutan.
3. Zakat atas penghasilan dapat berupa uang atau yang disetarakan dengan
uang. Pembayaran dengan yang disetarakan dengan uang dinilai dengan
harga pasar pada saat zakat atas penghasilan tersebut dibayarkan.
4. Zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh :
99
Achmad Subiyanto, Perhitungan Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak, dikutip dari
https://langkah2011.wordpress.com/2013/04/11/zakat-berfungsi-sebagai-pengurang-penghasilan-kena-
pajak/ pada 26 Juli 2016.
60
a. wanita yang telah kawin yang pengenaan pajaknya berdasarkan
penggabungan penghasilan neto suami isteri, dikurangkan dari
penghasilan bruto suaminya;Pada akhir tahun pelaporannya
dilakukan melalui Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak
Penghasilan suami yang bersangkutan.
b. wanita yang telah kawin yang:
1) telah hidup berpisah dengan suaminya berdasarkan putusan
hakim;
2) secara tertulis melakukan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan; atau
3) memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya
sendiri, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto wanita yang
bersangkutan. Pada akhir tahun pelaporannya dilakukan melalui
Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan wanita
yang telah kawin yang bersangkutan.
c. anak yang belum dewasa, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
orang tuanya. Pada akhir tahun pelaporannya dilakukan melalui
Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan orang tua
dari anak yang bersangkutan.
5. Apabila dalam tahun pajak dilaporkannya penghasilan dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan, zakat atas penghasilan belum dibayar,
maka pengurangan zakat atas penghasilan dapat dilakukan dalam tahun
pajak dilakukannya pembayaran; dan Wajib Pajak dapat menunjukkan
61
bahwa penghasilan bruto telah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan tahun pajak sebelumnya.
6. Wajib Pajak yang melakukan pengurangan penghasilan bruto dengan
zakat atas penghasilan wajib melampirkan fotokopi bukti pembayaran
pada Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Tahun
Pajak dilakukannya pengurangan penghasilan bruto dengan zakat atas
penghasilan. Bukti pembayaran yang diatur dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER - 6/PJ/2011adalah :
a. dapat berupa bukti pembayaran secara langsung atau melalui
transfer rekening bank, atau pembayaran melalui Anjungan Tunai
Mandiri (ATM), dan
b. paling sedikit memuat :
1) Nama lengkap Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) pembayar;
2) Jumlah pembayaran;
3) Tanggal pembayaran;
4) Nama badan amil zakat; lembaga amil zakat; atau lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan Pemerintah; dan
5) Tanda tangan petugas badan amil zakat; lembaga amil zakat;
atau lembaga keagamaan, yang dibentuk atau disahkan
Pemerintah, di bukti pembayaran, apabila pembayaran secara
langsung; atau
62
6) Validasi petugas bank pada bukti pembayaran apabila
pembayaran melalui transfer rekening bank.
7. Tempat pembayaran zakat atas penghasilan tersebut adalah badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah. Apabila pengeluaran untuk zakat atas penghasilan tersebut
tidak dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, maka zakat atas penghasilan
tersebut tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Badan/Lembaga sebagai penerima zakat yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto adalah:
7.1. Badan Amil Zakat Nasional berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 8 Tahun 2001 tanggal 17 Januari 2001;
7.2. Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagai berikut:
a. LAZ Dompet Dhuafa Republika berdasarkan Keputusan
Menteri Agama Nomor 439 Tahun 2001 tanggal 8 Oktober
2001;
b. LAZ Yayasan Amanah Takaful berdasarkan Keputusan
Menteri Agama Nomor 440 Tahun 2001 tanggal 8 Oktober
2001;
c. LAZ Pos Keadilan Peduli Umat berdasarkan Keputusan
Menteri Agama Nomor 441 Tahun 2001 tanggal 8
Oktober2001;
63
d. LAZ Yayasan Baitulmaal Muamalat berdasarkan Keputusan
Menteri Agama Nomor 481 Tahun 2001 tanggal 7 November
2001;
e. LAZ Yayasan Dana Sosial Al Falah berdasarkan Keputusan
Menteri Agama Nomor 523 Tahun 2001 tanggal 10 Desember
2001;
f. LAZ Baitul Maal Hidayatullah berdasarkan Keputusan
Menteri Agama Nomor 538 Tahun 2001 tanggal 27 Desember
2001;
g. LAZ Persatuan Islam berdasarkan Keputusan Menteri Agama
Nomor 552 Tahun 2001 tanggal 31 Desember2001;
h. LAZ Yayasan Baitul Maal Umat Islam PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk. berdasarkan Keputusan Menteri
Agama Nomor 330 Tahun 2002 tanggal 20 Juni 2002;
i. LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat berdasarkan
Keputusan Menteri Agama Nomor 406 Tahun 2002 tanggal 7
September 2002;
j. LAZ Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia berdasarkan
Keputusan Menteri Agama Nomor 407 Tahun 2002 tanggal
17 September 2002;
k. LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 445 Tahun
2002 tanggal 6 November 2002;
64
l. LAZ Baitul Maal wat Tamwil berdasarkan Keputusan
Menteri Agama Nomor 468 Tahun 2002 tanggal 28
November 2002;
m. LAZ Baituzzakah Pertamina berdasarkan Keputusan Menteri
Agama Nomor 313 Tahun 2004 tanggal 24 Mei 2004;
n. LAZ Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid (DUDT)
berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 410 Tahun
2004 tanggal 13 Oktober 2004;
o. LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia berdasarkan
Keputusan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2007 tanggal 7
Mei 2007;
7.3. Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS) sebagai
berikut:
a. LAZIS Muhammadiyah berdasarkan Keputusan Menteri
Agama Nomor 457 Tahun 2002 tanggal 21 November 2002;
b. LAZIS Nahdlatul Ulama (LAZIS NU) berdasarkan Keputusan
Menteri Agama Nomor 65 Tahun 2005 tanggal 16 Februari
2006;
c. LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZIS IPHI)
berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 498 Tahun
2006 tanggal 31 Juli 2006;
65
2. Perhitungan Zakat Pengurang Pajak di Indonesia
Di Indonesia Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak terdapat dua
kali regulasi, pertama zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak pada
penghasilan netto dan kedua zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak
pada penghasilan bruto. Dasar hukum yang melandasinya ada dalam Undang-
Undang Zakat dan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Tak sedikit masyarakat
yang tahu bahwa zakat dapat sebagai pengurang pajak penghasilan, dan sedikit
masyarakat yang tahu tentang zakat dapat mengurangi pajak penghasilan tidak
tahu cara perhitungannya, di sini penulis akan membahas mekanisme zakat
yang dapat mengurangi pajak penghasilan dan berusaha mengungkap fakta
yang ada dilapangan dengan membandingkan perhitungan zakat sebagai
pengurang pajak pada penghasilan kena pajak netto dan penghasilan kena pajak
bruto.
Di sini penulis akan menjabarkan ilustrasi zakat dapat pengurang pajak
penghasilan muzaki, jika muzaki melampirkan Bukti Setor Zakat (BSZ) dalam
SPT tahunan. Ilustrasi pertama yaitu zakat yang dapat mengurangi pendapatan
netto wajib pajak sesuai dengan Kep. Dirjen No. 536/PJ/2000 tentang Norma
Penghitungan Netto. Dan jumlah zakat yang dibayarkan oleh wajib pajak
kepada Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah diakui pemerintah
66
keabsahannya sebesar 2,5% dari dari penghasilan bruto, dengan menunjukan
Bukti Setor Zakat sesuai Pasal 9 ayat (1) huruf g UU-PPh.100
Berikut adalah perhitungan zakat pengurang penghasilan kena pajak di
Indonesia.
Tabel 4.1: Perhitungan Zakat Pengurang Pajak dalam Pengurang Bruto
Gaji satu bulan 4.000.000
Tunjangan-tunjangan 1.000.000
Jaminan JKK(0,24%) 9.600
Jaminan pemeliharaan
Kesehatan(6%)
240.000
Penghasilan Bruto 5.249.600
Pengurang
Zakat 2,5% x PB 131.240
Biaya Jabatan 5% x PB 262.480
Iuran Pensiun 100.000
Iuran THT (2%) 80.000 573.720
Penghasilan Netto 4.675.880
Penghasilan Netto setahun 56.110.560
PTKP (TK/3)
a. WP Pribadi 13.200.000
b. Tanggungan 3 3.600.000 16.800.000
PKP 39.310.560
Pph Pasal 21 setahun dibulatkan
10% x 39.310.000 3.931.000
Pph perbulan 327.583,33
100
Gustian Djuanda, dkk. Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan. (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006), hlm.192
67
Tabel 4. 2: Perhitungan Zakat Pengurang Pajak Sebagai Pengurang Netto
Gaji satu bulan 4.000.000
Tunjangan-tunjangan 1.000.000
Jaminan JKK(0,24%) 9.600
Jaminan pemeliharaan
Kesehatan(6%)
240.000
Penghasilan Bruto 5.249.600
Pengurang
Biaya Jabatan 5% x PB 262.480
Iuran Pensiun 100.000
Iuran THT (2%) 80.000 442.480
Penghasilan Netto 4.807.120
Pengurang, Zakat 2,5% x PN 120.178
Penghasilan Netto setelah zakat 4.686.942
Penghasilan Netto setahun 56.243.304
PTKP (TK/3)
a. WP Pribadi 13.200.000
b. Tanggungan 3 3.600.000 16.800.000
PKP 39.443.304
Pph Pasal 21 setahun dibulatkan
10% x 39.443.000 3.944.300
Pph perbulan 328.691,66
Dalam kedua tabel di atas peletakan zakat pengurang pajak sebagai
pengurang bruto maupun netto ada sedikit selihih, di mana zakat sebagai
pengurang netto lebih besar pajak yang harus dibayarkan muzaki di banding
68
dengan zakat sebagai pengurang bruto, tetapi selisihnya memang tidak terlalu
banyak yaitu hanya Rp 1.108,- . Jika muzaki yang membayar zakat tetapi tidak
melampirkan Bukti Setor Zakat dalam SPT tahunan maka zakat yang ia
bayarkan tidak akan mengurangi penghasilan kena pajak, maka perhitungan
pajaknya seperti tabel di bawah ini:
Tabel 4.3: Perhitungan Pajak Tanpa Zakat
Gaji satu bulan 4.000.000
Tunjangan-tunjangan 1.000.000
Jaminan JKK(0,24%) 9.600
Jaminan pemeliharaan
Kesehatan(6%)
240.000
Penghasilan Bruto 5.249.600
Pengurang
Biaya Jabatan 5% x PB 262.480
Iuran Pensiun 100.000
Iuran THT (2%) 80.000 442.480
Penghasilan Netto 4.807.120
Penghasilan Netto setahun 5.765.440
PTKP (TK/3)
a. WP Pribadi 13.200.000
b. Tanggungan 3 3.600.000 16.800.000
PKP 40.885.440
Pph Pasal 21 setahun dibulatkan
10% x 40.885.000 4.088.500
Pph perbulan 340.708,33
69
Dari ketiga tabel di atas dapat dilihat, zakat sebagai pengurang pajak di
Indonesia pengurangnya sangat sedikit, jika muzaki yang membayar zakat dan
melampirkan bukti setor zakatnya, maka ia membayar pajak bulanannya
sebesar Rp 327.583,- dan jika tidak melampirkan bukti setor zakat maka bayar
pajaknya sebesar Rp 340.708,- selisih antara keduanya hanya Rp 13.128,- saja,
sangat kecil memang, dan mungkin karena alasan inilah banyak muzaki yang
tidak melampirkan bukti setor zakatnya dalam SPT tahunanya, selain itu
menurut Agus Siswanto Ketua Bagian Pelayanan Muzaki Baznas
menambahkan alasan muzaki tidak melampirkan Bukti Setor Zakat(BSZ)
dalam SPT karena takut nanti akan diaudit dan kebanyakan muzaki merasa
keberatan101
.
B. Zakat Sebagai Pengurang Pajak di Singapura
1. Dasar Hukum Zakat Pengurang Pajak di Singapura
Sistem pemerintahan Singapura adalah sistem demokrasi parlementer
dengan model Westminster yang mewakili sebagai konstitusi. Konstitusi
menetapkan hak-hak fudamental tertentu, seperti kebebasan beragama (freedom
of religion), kebebasan berbicara (freedom of speech), dan persamaan hak(equal
101
Wawancara Pribadi dengan Agus Siswanto sebagai Kepala Bagian Pelayanan Mustahik
Baznas, pada 26 Oktober 2016.
70
right).102
Dan ketiga kebebaan tersebut dibatasi, di mana hak-hak individual
tidaklah bersifat absolut melainkan dibatasi oleh kepentingan umum, moralitas
dan keamanan nasional. Perlindungan terhadap masyarakat minonritas dan
masyarakat pribumi diatur dengan dalam konstritusi.
Temasuk minoritas muslim mendapatkan perhatian dari pemerintah
Singapura dengan berdirinya MUIS dan undang-undang yang mngatur muslim
Singapura yaitu The Administration of Muslim Law Act (AMLA). Sistem
pemerintahan Islam di Singapura sendiri tidak terlepas dari sistem pemerintahan
Islam di Malaysia. Banyak ketentuan hukum Islam yang disadur atau dicontoh
dari Negara Malaysia yang notabanenya dulu Singapura merupakan anggota
Federasi Malaya. Dalam bidang zakatpun Singapura mencontoh sistem zakat di
Malaysia, di mana Malaysia lebih dulu menerapkan zakat sebagai pengurang
pajak.
Sejak tahun 2005 zakat di Singapura resmi menjadikan zakat sebagai
pengurang pajak (Under section 14(1)(g) of the Income Tax Act). 103
Zakat dapat
menjadi pengurang pajak ini merupakan hasil perjuangan umat Islam di
Singapura, sebelum zakat sebagai pengurang pajak, ada donasi atau sumbangan
yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak.
102
Sidioe Blog, Kelebihan dan Kekurangan Konstitusi Singapura dan Indonesia, dikutip dari
http://sidqioe.blogspot.com/2014/05/kelebihan-dan-kekurangan-konstitusi.html?m=1 pada tanggal 29
Oktober 2016 dan Helmiati, Dinamika Islam Singapura: Menelisik Pengalaman Minoritas Muslim di
Negara Singapura yang Sekuler & Multikultural, Jurnal Toleransi, Vol. 5 No. 2 Juli – Desember 2013,
hlm. 88. 103
MUIS, Reduction of Income Tax with Zakat, dikutip dari ww.muis.gov.sg/ pada 5 Juli 2016.
71
2. Perhitungan Zakat Pengurang Pajak di Singapura
Si Singapura, pajak penghasilan atas penghasilan orang pribadi disebut
Individual Income tax(for local). Badan pengelola Perpajak Singapur dikenal
dengan Inland Revenue Authority of Singapore IRAS. Individual Income
tax(for local) diatur oleh Inland Revenue Authority of Singapore yang
berdasarkan income tax act (cap 134, 2008 revised ed) yang mengatur
perpajakan Singapur.
Perhitungan pajak di Singapura menurut penulis adalah perhitungan pajak
yang sangat simpel dengan cara: Pendapatan (Income) dikurangi Beban
Pegawai (employment expense), kemudian ditambah dengan Pendapatan lain-
lain (another income) dikurangi lagi dengan Sumbangan (donation) dan
Pengurang (relief) maka didapatkan Pendapatan Kena Pajak (Chargeable
Income). Pendapatan kena pajak itu kemudian dikalikan Tarif Pajak (Rates of
tax)104
.
Berikut adalah perhitungan zakat pengurang pajak di Singapura,
sebelumnya penulis akan menjelaskan bahwa zakat dengan donasi di Singapura
itu berbeda, donasi(sumbangan) di Singapura sudah sejak dulu ada dan
tercantum dalam undang-undang perpajakan Singapur, tetapi zakat sebagai
104
Horas, Hardianto. 2010. Skripsi: Perbandingan Penghitungan Pajak Penghasilan Antara
Undang-Undang Perpajakan Indonesia dengan Undang-Undanng Perpajakan Singapore Mr.X
Sebagai Pegawai Tetap. Universitas Kristen Petra, Fakultas Ekonomi, Prodi Studi Akuntansi, Program
Akuntansi Pajak, hlm. 2.
72
pengurang pajak baru berlaku sejak tahun 2005 dan sudah disetujui oleh
Institution of a Public Character (IPC) atau pemerintah Singapura.105
Tabel 4.4: Perhitungan Zakat Pengurang Pajak di Singapura
Income
Employment income((3000 x 12) + Bonus 5000) 41.000
Less: Employment Income Expense 0
NET EMPLOYMENT INCOME 41.000
Add: Trade, bussiness, profession or vacation 0
Add: Other Income 0
TOTAL INCOME 41.000
Less: Aproved Donation (200)
ASSESABLE INCOME 40.800
Less: Personal Relief
Earned income relief (1.000)
CPF (Provided Fund Relief) (20% x EI) (8.200)
CHARGEABLE INCOME 31.600
Tax payble on chargeable income
3,5% x (30.000 – 20.000) = 350
5,5% x 1.600 = 88
TAX 438
Less: Parenthood Tax Rabate 0
Zakah 900
Net Tax Payable - 462
105
Ibid, hlm. 19-20.
73
Zakat sebagai pengurang pajak di Singapura dari tabel di atas terlihat
sangat signifikan pengurangannya. Di situ muzaki membayar zakat S$900 dan
pajaknya sebesar S$438, karena zakat yang lebih besar dari pajak maka selisih
menjadi restitusi sebagai pengurang pajak tahun depan.
C. Perbedaan Zakat Pengurang Pajak di Indonesia dan Singapura
Perbedaan zakat pengurang Pajak di Indonesia dan Singapura dapat
dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.5: Perbedaan Zakat Pengurang Pajak di Indonesia dan Singapura
Indonesia Singapura
Dasar negara yang melindungi penuh
dan kebebasan beragama (Sila ke-1
dan UUD pasal 29 ayat 2)
Kontitusi negara yang memberikan
kebebasan beragma tiap individu tapi
dibatasi
Ada undang-undang sebagai dasar
huku dan tertulis dengan jelas dalam
Undang-Undang Zakat No.23
Ada undang-undang pajak dan zakat
tidak sebagai tertulis dalam undang-
Undang namun tersirat
Zakat menjadi pengurang Penghasilan
kena Pajak
Zakat menjadi pengurang pajak
Zakat pengurang penghasilan kena
pajak hanya 2,5%
Zakat pengurang pajak 100%
Praktik lapangan hanya baru beberapa
persen
Praktik lapangan sudah banyak
74
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Praktik zakat sebagai pengurang pajak di Indonesia masih hanya
sebatas pembahasan yang masih belum terlihat jelas praktiknya, dan masih
banyak masyarkat yang tahu tentang zakat dapat mengurangi pajak
penghasilan. Walaupun sudah didukung pemerintah dengan regulasi yang
jelas yaitu undang-undang, tetapi sosialisasi dari pihak BAZNAS saja tidak
cukup. Untuk mencapai target dengan semakin meningkatnya penerimaan
zakat dan pajak perlu kerja sama antara pihak BAZNAS, Dirjen Pajak dan
Kementrian Keuangan dalam mensukseskannya. Karena potensi zakat sangat
besar dan hanya baru beberapa persen saja zakat yang terkumpul.
Berbeda dengan Singapura, walaupun penduduk muslimnya minoritas,
kesadaran masyarakat untuk membayar zakat kepada lembaga sangat tinggi.
Di samping itu pemerintah memberi dukungan yang kuat, sebab itu zakat di
Singapura dapat berkembang pesat. Zakat di Singapura dapat mengurangi
pajak dan sudah berlaku sejak 2005. Di Indonesia zakat dapat menjadi
pengurang pajak sudah tertulis dalam Undang-undang zakat sejak tahun 1999,
tetapi praktiknya baru sekarang berjalan dan belum maksimal.
75
B. Saran
Penulis menyarankan alangkah baiknya jika zakat dapat menjadi
pengurang pajak penuh di Indonesia, karena dari dasar sila pertama dan
undang-udang pasal 29 ayat 1 harusnya menjadi dasar negara untuk
memberikan hak penuh dan dukungan kepada masyarakat dalam menjalankan
agama. Kita dapat belajar dari tetangga kita Singapura yang merupakan
negara sekuler dan menyadur idiologi dari negara barat dan kebebasan agama
terbatas tetap memngizinkan zakat dapat mengurangi pajak.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga di
hari esok terdapat ide-ide cemerlang tentang perzakatan yang merupakan
salah satu penerimaan terbesar umat Islam dan praktik zakat sebagai
pengurang pajak semakin jelas praktiknya dan terungkan dan ditulis kembali.
Mudah-mudahan dapat berguna bagi semua pihak dan menjadi tambahan
khazanah khususnya dalam bidang praktik zakat dan pajak dan setiap individu
yang memerlukan.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Nuruddin Muhammad. 2006. Zakat Sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal.
Jakarta: Rajawali Pres.
Aperi, Listiana Rizka. 2014. Skripsi: Analisis Penerapan Akuntansi Zakat sebagai
Pengurang Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak Badan (Studi Kasus
pada Bank Syariah Amanah Sejatera). Universitas Negeri Malang, Fakultas
Ekonomi, Jurusan Akuntansi.
Apriliana. 2011. Skripsi: Analisis Komparatif Antara Perlakuan Zakat Sebagai
Pengurang Penghasilan Kena Pajak Dengan Perlakuan Zakat Sebagai
Pengurang Langsung Pajak Penghasilan. UIN Jakarta, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Jurusan Akuntansi.
Azra, Azyumardi. 2006. Filantropi dalam Sejarah Islam di Indonesia, dalam
Kuntarno Noor Aflah (editor), Zakat & Peran Negara. Jakarta: Forum Zakat
(FOZ).
Badriadi, Lili, dkk. 2005. Zakat & Wirausaha. Ciputat: CED (Centre for
Enterpreneurship Development).
BAZIS DKI Jakarta. 2006. Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Cet-1.
Jakarta: BAZIS DKI Jakarta.
Djuanda, Gustian dkk. 2006. Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Faisal. Sejarah Penegelola Zakat di Dunia Muslim dan Indonesia (Pendekatan Teori
Investigasi-Sejarah Charles Pierce dan Defisit Kebenaran Lieven Boeve).
Jurnal Analisis, Vol. XI No. 2, (Desember 2011).
Gaji, Inayah. 2003. Teori Komprehensip Zakat dan Pajak. Penerjamah, Zainul Adnan
& Nailul Falah—Cet. 1 – Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Gusfahmi. 2007. Pajak Menurut Syariah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hafidhuddin, Didin. 2005. Anda Bertanya tentang Zakat Infak & Sedekah Kami
Menjawab. Jakarta:Badan Ambil Zakat Nasional (BAZNAS).
Hasan, A. 2006. Tarjamah Bulughul-Maram Ibnu Hajar al-‘Asqalani. Bandung:
Diponegoro.
77
Helmiati. Dinamika Islam Singapura: Menelisik Pengalaman Minoritas Muslim di
Negara Singapura yang Sekuler & Multikultural. Jurnal Toleransi, Vol. 5 No.
2 Juli – Desember 2013
Horas, Hardianto. 2010. Skripsi: Perbandingan Penghitungan Pajak Penghasilan
Antara Undang-Undang Perpajakan Indonesia dengan Undang-Undanng
Perpajakan Singapore Mr.X Sebagai Pegawai Tetap. Universitas Kristen
Petra, Fakultas Ekonomi, Prodi Studi Akuntansi, Program Akuntansi Pajak.
Hosen, Ibrahim. 1992. Zakat dan Pajak. Jakarta: Bina Rena Pariwara.
Income Tax Act 1947 Singapura.
Institut Manajemen Zakat. 2006. Profil 7 Badan Amil Zakat Daerah Provinsi &
Kabupaten Potensial di Indonesia. Ciputat: Institut Manajemen Zakat.
Kementrian Agama RI. 2013. Modul Penyuluhan Zakat. Jakarta.
Kettani, Ali M. 2005. Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini. Penerjemah: Zarkowi
Soejoeti, Ed. 1. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mansury, R. 1996. Pajak Penghasilan Lanjutan. Jakarta:: Ind Hill-Co.
Mubarok, Zaki Halim. 2014. Skripsi: Strategi Pengelolaan Wakaf Real Estate di
Singapura dan Upaya Penerapannya di Indonesia. UIN Jakarta, Fakultas
Syariah dan Hukum, Prodi Muamalat, Konestrasi Perbankan Syariah.
MUIS Annual Report 2010. STREGTHENING THE CORE: Profound Content,
Dynamic Leader.
MUIS Annual Report 2011. Enhancing Faith Building Capacity Enriching.
MUIS Annual Report 2012. Serving The Community.
MUIS Annual Report 2013. Serving Our Community, Better.
MUIS Annual Report 2014. Moving Forward With The Community.
Murfaini, Arif. 2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengomunikasikan
Kesadaran dan Membangun Jaringan. Jakarta: Kencana.
Nisa, Intan Uswatun. 2014. Skripsi: Kepentingan Nasional Indonesia Dalam
Kerjasama Perjanjian Ekstradisi Indonesia-Singapura. UIN Jakarta, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prodi Hubungan Internasional.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER- 33/PJ/2011
78
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-15/PJ/2012
PP No. 60 TAHUN 2010 tentang Zakat Atau Sumbangan Keagamaan Yang Sifatnya
Wajib Yang Boleh Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto
Pradana, Iput Wiliyan. Jurnal: Perkembangan Penerimaan Pajak di Indonesia.
Universitas Negeri Surabaya, Periode 2 Januari 2013.
Qordawi, Yusuf. 1999. Fikih Zakat.
Redaksi Sinar Grafika. PAJAK PENGHASILAN 2000. Jakarta: Sinar Grafika.
Rosdiana, Haulan dan Rasin Taringan. 2005. Perpajakan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Sari, Elsi Kartika. 2006. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Jakarta: PT Grasindo.
Soehartono, Irawan. 2004. METODE PENELITIAN SOSIAL: Suatu Teknik Penelitian
Bidang Esejahteraan Sosial Dan Ilmu Sosial Lainnya. Cet. Ke-6. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Southeast Asia Zakat Movement. Penyunting, M. Arifin Purwakananta & Noor
Aflah—Cet. 1—Jakarta: Forum Zakat (FOZ), Dompet Dhuafa, Pemkot
Padang. 2008.
Suprayitno, Eko, Radiah Abdul Kader dan Azhar Harun.Inferensi. Zakat Sebagai
Pengurang Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Penerimaan Pajak di
Semenanjung Malaysia. Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol.7, No. 1,
Juni 2013.
Taqiyudin, Abu Bakr ibn Muhammad al-Husaini al-Hisani ad-Dimasyqi asy-Syafi’i.
Kifayah al-Akhyar. Surabaya: al-Hidayah, t.t
The Administration of Muslim Law Act (AMLA).
Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan,
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
Uzaifah. Manajemen Zakat Pasca Kebijakan Pemerintah Tentang Zakat Sebagai
Pengurang Peghasilan Kena Pajak. La_Riba, Jurnal Ekonomi Islam, Volum
IV, No. 1, Juli 2010.
79
Yani, Ahmad. 2004. SERI PRAKTIS PERPAJAKAN: Solusi Masalah Pajak
Penghasilan. Ed. Pertama. Jakarta: Prenada Media .
Internet
Abstraksi Ekonomi: “Tujuan dan Fungsi Pajak”, dari Skripsi Lintan Gupita, Analisis
Penerimaan Pajak Reklame di Kota Semarang Tahun 1990-2011 (Program
Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponogoro Tahun 2013)
dikutip dari http://abstraksiekonomi.blogspot.in/2013/07/tujuan-dan-fungsi-
pajak.html?m=1 pada tanggal 28 April 2016.
Accounting Media, “Perbedaan dan Persamaan Zakat dengan Pajak”, dikutip dari
http://accounting-media.blogspot.com/2014/08/perbedaan-dan-persamaan-
zakat-dengan.html?m=1 pada tanggal 28 April 2016.
Achmad Subiyanto, Perhitungan Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak, dikutip dari
https://langkah2011.wordpress.com/2013/04/11/zakat-berfungsi-sebagai-
pengurang-penghasilan-kena-pajak/ pada 26 Juli 2016.
Anik Ohani, “Perkembangan Perpajakan Di Indonesia”, dikutip dari
http://anikohani14.blogspot.co.id/2013/02/perkembangan-perpajakan-di-
indonesia.html pada tanggal 4 Agustus 2015.
Badan Amil Zakat Nasional, Kebangkitan Baznas, dikutip dari
http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel/kebangkitan-zakat/ pada tanggal 20
Oktober 2016.
Citizen Reporter, “Urusan Zakat Singapura Lebih Maju”, dikutip dari
http://citizenreporterworld.blogspot.co.id/2014/02/urusan-zakat-singapura-
lebih-maju.html pada 13 Agustus 2016.
Desi Setyowati, Kata Data “Terendah Sejak 1990, Realisasi Pajak 2015 Cuma 81,5
Persen”, dikutip dari http://katadata.co.id/berita/2016/01/04/paling-rendah-
realisasi-pajak-2015-cuma-815-persen pada 26 Juli 2016.
Dompet Dhuafa, Sejarah Tentang Kami, dikutip dari https://zakat.or.id/tentang-
kami/sejarah/ pada 20 Desember 2016.
80
Erik Purnama Putra, Persentase Umat Islam di Indonesia Jadi 85 Persen, dikutip dari
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/09/o0ow4v334-
persentase-umat-islam-di-indonesia-jadi-85-persen pada 27 Juli 2016.
Fayanuar, Perpajakan Singapura, singkatnya…, dikutip dari
https://fayanuar.wordpress.com/2013/01/03/perpajakan-singapura-singkatnya/
pada tanggal 23 Maret 2016
Hartono, “Mengungkap Tabir Zakat di Indonesia”, dikutip dari
http://www.pajak.go.id/content/article/mengungkap-tabir-zakat-di-indonesia
pada tanggal 26 Juli 2016.
Hawksford, Singapore Tax Sistem & Tax Rates, dikutip dari
https://www.guidemesingapore.com/taxation/topics/singapore-tax-rates pada
31 Agustus 2016
HistorySG, Introduction of The Goods and Services Tax, dikutip dari
http://eresources.nlb.gov.sg/history/events/c5594d45-4948-4080-a6fb-
5175eb8d83c3 pada 31 Agustus 2016.
IMZ, “Peran Negara Dalam Pengelolaan Zakat: Perspektif Negara Kesejahteraan
Dan Praktek Negara-Negara Tetangga”, dikutip dari
http://www.imz.or.id/new/publication/45/?lang=id pada 13 Agustus 2016.
Irma Devita, Zakat Bisa Mengurangi Penghasilan Kena Pajak, dikutip dari
http://irmadevita.com/2013/zakat-bisa-mengurangi-penghasilan-kena-pajak/
pada 12 September 2015.
Kholid Syamhudi, Syarat Wajib dan Cara Mengeluarkan Zakat Mal, dikutip dari
muslim.or.id/367-syarat-wajib-dan-cara-mengeluarkan-zakat-mal.html pada
20 Desember 2016.
Must Itjand, Catatan Kaki Meja: Sejarah Pajak, dikutip dari
catatankakimeja.blogspot.com/2015/03/sejarah-pajak.html?m=1 pada 21
Desember 2016.
PKPU Kudus, Sekilas PKPU Kudus, dikutip dari
pkpukudus.blogspot.com/p/profile.html?m=1 pada 23 Desember 2016.
81
Rumah Zakat, Sejarh Tentang Kami, dikutip dari
https://www.rumahzakat.org/tentang-kami/sejarah/ pada 20 Desember 2016.
Sidioe Blog, Kelebihan dan Kekurangan Konstitusi Singapura dan Indonesia, dikutip
dari http://sidqioe.blogspot.com/2014/05/kelebihan-dan-kekurangan-
konstitusi.html?m=1 pada tanggal 29 Oktober 2016.
Soft Ilmu, “Pengertian , Fungsi dan Jenis-jenis Pajak”, dikutip dari
http://www.softilmu.com/2015/06/Pengertian-Fungsi-Unsur-Jenis-Macam-
Pajak-Adalah.html?m=1 pada tanggal 28 April 2016.
Soft Ilmu, Perkembangan Islam di Indonesia, dikutip dari
http://www.softilmu.com/2014/08/perkembangan-islam-di-indonesia.html
pada tanggal 26 Juli 2016.
Sofyan Hadi, Inilah Sejarah, Teori dan Perkembangan Islam di Indonesia, dikutip
dari http://www.qolbunhadi.com/inilah-sejarah-teori-dan-perkembangan-
islam-di-indonesia/ pada tanggal 26 Juli 2016.
Wikipedia, “Indonesia”, dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia pada
tanggal 25 Juli 2016.
Wikipedia, “Singapura”, dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Singapura pada 25
Juli 2016.
Wikipedia, Dompet Dhuafa Repubika, dikutip dari
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dompet_Dhuafa_Republika pada 20
Desember 2016.
Wikipedia, Inland Revenue Authority of Singapore, dikutip dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Inland_Revenue_Authority_of_Singapore pada
31 Agustus 2016.
www.muis.gov.sg/
www.pajak.go.id
Yamin, Muhammad “Mengenal Pajak”, dikutip dari
http://www.muhammadyamin.com/tag/dasar-hukum-pajak/ pada tanggal 28
April 2016.
82
Yons Ahmad dipost web Dompet Dhuafa, “Apakah Persamaan dan Perbedaan
Antara Zakat dan Pajak?”, dikutip dari http://zakat.or.id/apakah-persamaan-
dan-perbedaan-antara-zakat-dan-pajak/ pada tanggal 28 April 2016.
1
LAMPIRAN-LAMPIRAN
2
3
4
5
PEDOMAN WAWANCARA
PRAKTEK ZAKAT PENGURANG PAJAK DI INDONESIA DAN
SINGAPURA
1. Identitas Lembaga
Nama Lembaga : BAZNAS
Alamat Lembaga : Jalan Kebon Sirih Raya, Jakarta Pusat
Status Lembaga : Milik Pemerintah
2. Identitas Narasumber
Nama Narasumber : Agus Siswanto
Jabatan di Lembaga : Kepala Bagian Pelayanan Mustahik BAZNAS
Kontak :
3. Tempat Wawancara
Tempat wawancara : Kantor BAZNAS
Waktu Wawancara : Rabu, 26 Oktober 2016 pukul 10.15 WIB
4. Hasil Wawancara
Hasil wawancara
a. Bagaimana perkembangan dan pertumbuhan zakat di Indonesia dilihat dari
segi penerimaan zakatnya?
Jawab:
Jika dilihat dari sisi penerimaannya, zakat semakin meningkat setiap
tahunnya. Dari sisi penerimaan di BAZNAS juga meningkat dari tahun-tahun
sebelumnya. Jadi pertumbuhan zakat itu tidak pernah menurun, dalam arti
6
peningkatannya menurun. Tetapi dalam realitanya, zakat terus mengalami
peningkatan. Apalagi dengan adanya regulasi pemerintah untuk membantu
kita(BAZNAS) dalam bidang perzakatan, dengan adanya undang-undang
zakat, peraturan pemerintah juga kedasaran masyarakat dalam membayar
zakat di BAZNAS atau LAZ.
b. Berapa jumlah muzaki yang terdaftar di BAZNAS dan berapa persen muzaki
yang secara rutin membayar zakat ke BAZNAS?
Jawab:
Kalo di BAZNAS, muzaki yang tercatat sekitar 50ribuan. Dan itu yang
tercatat di BAZNAS pusat saja (Jakarta). Sedangkan nilai transaksi rutinnya,
ini dilihat dari transaksi kita perbulan itu bisa (ini dilihat dari transaksi bukan
perorangan), transaksi diperbankan kita setiap bulan dapat mencapai 8rb-10rb
transaksi yang masuk ke bank.
c. Di Indonesia, zakat sudah menjadi pengurang penghasilan kena pajak.
Bagaimana sosialisasi pihak BAZNAS kepada masyarakat terkait zakat dapat
mengurangi penghasilan kena pajak?
Jawab:
Dalam hal ini, kita (BAZNAS) apapun kita sosialisasikan kepada
masyarakata. Terlepas zakat itu sebagai pengurang pajak dan memang itu juga
tercantum dalam undang-undang zakat No.23 tahun 2011, bahwasanya zakat
dapat mengurangi penghasilan kena pajak, itu kita informasikan kepada
semua steakholder dan mitra BAZNAS, muzaki khususnya. Terkait hal ini
memang menjadi addvalue, namun tidak terlalu menjadi hal yang kita
utamakan, karena dalam arti kata untuk zakat pengurang pajak juga perlu ada
sosialisasi dari pihak pajak sendiri terkait hal ini, karena tanpa didukung pihak
Dirjen Pajak ataupun pemerintah(kementrian keuangan) untuk
mensosialisasikan, masyarakat jua akan kurang tahu. Karena BAZNAS
sendiri setiap sosialisai pasti menjelaskan bahwasanya Bukto Setor
Zakat(BSZ) ini dapat digunakan untuk pengurang penghasilan kena pajak.
7
d. Dengan berlakunya zakat sebagai pengurang pajak, sejauh ini berpengaruh
tidak secara signifikan terhadap penerimaan zakat di BAZNAS?
Jika berpengaruh, berapa persen pengaruhnya? Jika tidak apa penyebabnya?
Jawab:
Secara signifikan... cendrerung tidak terlalu besar, karena ada beberapa hal
yang terkait hal ini, karena kita juga butuh dari pihak pajak sendiri, ada juga
muzaki yang khawatir karena sudah zakat di BAZNAS dan dia juga sudah
dipotong pajaknya oleh perusahaannya maka dia akan direstitusi. Restitusi itu
konsekuensinya mereka akan diaudit, kebanyakan muzaki itu keberatan. Ada
juga beberapa yang melorkan itu dan kita mendapat konfirmasi dari pihak
KPPnya untuk memastikan bahwasanya si ini benar berzakat di BAZNAS.
Tapi itu sangat sedikit.
e. Masyarkat yang membayar zakat ke BAZNAS akan mendapatkan Nomor
Pokok Wajib Zakat(NPWZ) dan masyarakat yang membayar pajak akan
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP). Apakah pemberia NPWZ
dan NPWP itu sudah terkoordinir antara pihak Dirjen Pajak dengan
BAZNAS?
Jawab:
Oh tidak, sementara ini masih belum terkoneksi dan terintegrasi dengan
NPWP, jadi NPWZ ini sebenarnya nomor id membership keanggotaan
BAZNAS, jadi belum terintegrasi dengan NPWP. Tapi kita sudah mengadopsi
untuk kode-kodenya tersebut dengan menggunakan wilayah perdaerah.
Seperti kode awal 317 itu untuk wilayah di DKI Jakarta (Jakpus), itu kode
daerah, nanti jika Mbak punya NPWZ di daerah lain misal di Bandung,
Sumatra, di NTB itu kode awalnya beda-beda. Mereka memiliki kode-kode
sendiri untuk membedakan juga.
8