ppt referat anestesi
-
Upload
inez-ayuwibowo -
Category
Documents
-
view
81 -
download
7
description
Transcript of ppt referat anestesi
Tatalaksana Nyeri Akut Post Operatif
Oleh : Inez Ayuwibowo S
Pembimbing : Dr. dr Irvan Kusumanegara, Sp An, M. M.
Definisi Nyeri
International Association for the Study of Pain sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat suatu kerusakan.
Hubungan antara aspek fisiologis nyeri, emosional dan psikologis dari nyeri,
Respon dapat bervariasi
Nyeri Akut
Nyeri akut akibat nosisepsi
Diasosiasikan dengan peningkatan aktivitas simpatis
Dapat digolongkan menjadi 2 :
1. Nyeri somatis
2. Nyeri viseral
Nyeri Somatis
1. Nyeri Somatis superfisial
rangsangan nosiseptor dari kulit, subkutaneus, dan membran mukosa
Lokasi jelas, terasa tajam, berdenyut, dan terbakar
2. Nyeri Somatis Dalam
dari otot, tendon, sendi atau tulang
nyerinya tumpul, terasa linu, dan kurang terlokalisir
Nyeri viseral
akibat proses suatu penyakit atau fungsi abnormal pada organ dalam
Nyeri viseral terasa tumpul, difus, dan biasanya di garis tengah tubuh.
Nyeri ini biasanya akibat aktivitas saraf otonom abnormal dan menyebabkan mual, muntah, berkeringat, dan perubahan tekanan darah dan laju nadi.
Mekanisme Nyeri
Insisi pada pembedahan kerusakan jaringan histamine dan mediator inflamasi seperti bradikinin, prostaglandin, dan serotonin.
Pelepasan mediator inflamasi akan mengaktivasi nosiseptor di perifer, yang akan menginisiasi transduksi dan transmisi informasi nosiseptif ke sistem saraf pusat.
Pendekatan Multimodal dalam Terapi
Pendekatan multimodal adalah menggunakan teknik analgesi (analgesia kateter epidural atau kateter saraf perifer) dan kombinasi terapi farmakologi sistemik
Tujuan :
mobilisasi lebih cepat
intake oral lebih cepat
fungsi kolon kembali lebih cepat
dapat keluar rumah sakit lebih cepat serta durasinya lebih pendek
mengoptimalkan fungsi analgesia
mengurangi risiko efek samping dari obat yang digunakan.
Skala penilaian nyeri
1. Visual Analogue Scale
2. Numerical Analogue Scale
3. Wong Baker Faces Scale
4. Pain Drawing
Tatalaksana
1. Analgesik Sistemik
2. Analgesik Neuroaksial
3. Blok Saraf Perifer
4. Transversus Abdominis Plane
Analgesik Sistemik
1. Opioid
Bekerja di reseptor µ di sistem saraf pusat dan perifer
tidak ada ceiling effect
efek samping, seperti mual, muntah, sedasi, dan depresi pernapasan
subkutaneus, transkutaneus, transmukosal, intramuskular, intravena, oral, intratekal, epidural, dan intraartikular.
Opioid Intravena PCA (patient controlled analgesia)
memberikan analgesia yang superior dan kepuasan bagi pasien dibandingkan regimen analgesia konvensional yang sesuai kebutuhan
Bolus Lockout
interval
(menit)
Continous rate
Morfin (1mg/ml) 0,5-2,5 mg 5-10 0,01-0,03 mg/kg/jam
Fentanyl (10µg/ml) 10-20 µg 4-10 0,5-1 µg/kg/jam
Alfentanyl (0,1mg/ml) 0,1-0,2 mg 5-8 -
Sufentanyl
(0,002mg/ml)
2-5 µg 5-10 0-8 µg/kg/jam
Meperidine (10mg/ml) 5-25 mg 5-10 10 mg/jam
Tramadol (10mg/ml) 10-20 mg 5-10 10-20 mg/jam
Fentanyl Iontophoretic Transdermal (ITD) opioid yang non invasif, bebas jarum, independen
tidak ideal untuk nyeri akut, onset lambat
Fungsi analagesiknya dapat mencapai 24-36 jam setelah aplikasi
Tramadol
analog sintetis kodein, dan memiliki efek analgesik sedang.
memiliki afinitas yang rendah terhadap reseptor µ opioid tanpa mempengaruhi reseptor delta dan kappa
inhibisi pengambilan kembali neurotransmiter norepinefrin dan serotonin.
NSAIDs
bekerja di area perifer, sebagai analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi.
bekerja sebagai analgesik dan antiinflamasi dengan menghambat sintesis prostaglandin dengan inhibisi enzim cyclooxygenase.
dengan inhibisi prostaglandin dan tromboksan, sehingga nyeri, demam, agregasi platelet, dan respon inflamasi berkurang.
Asetaminofen
mengurangi nyeri dan demam, tetapi tidak seefektif analgesik lainnya dan efek antiinflamasinya ringan.
Pemberian asetaminofen IV (parasetamol 10 mg/ml) dalam solusi 100 ml selama 15 menit
Onset efeknya akan tercapai dalam 5-20 menit, mencapai kadar puncak dalam 1-2 jam, dan durasinya dapat berlangsung selama 4-6 jam.
Asetaminofen intravena direkomendasikan untuk nyeri ringan-sedang post operasi,
Analgesik Regional
1. Intratekal
Onset dari analgesik tergantung dari farmakologi opioid yang digunakan lipofilik atau hidrofilik
hidrofilik dapat bertahan di cairan serebrospinal lebih lama.
Morfin (hidrofilik) dapat membentuk efek analgesik puncak dalam 20-60 menit dan analgesik post operasi 12-36 jam
2. Epidural
Infus kontinu daripada injeksi bolus intermiten pada opioid epidural dapat memberikan analgesia yang lebih baik dengan efek samping minimal
Dosis awal
(ml)
Continous
rate (ml/jam)
Lockout
interval
(menit)
Levobupivacaine
0,05% + 4µg/ml
Fentanyl
2 4 10
Levobupivacaine
0,0625% + 5µg/ml
fentanyl
3-4 4-6 10-15
Levobupivacaine
0,1% + 5µg/ml
fentanyl
2 6 10-15
Ropivacaine 0,2%
+ 5µg/ml fentanyl
2 5 20
Tabel 3. Epidural PCA
Dosis opioid intratekal dan epidural
Single Dose
(mg)
Onset analgesia
(menit)
Efektivitas
(jam)
Epidural
Morfin 1-6 30 6-24
Extended Release
Morphine
5-15
Fentanyl 0,025-0,1 5 2-4
Intratekal
Morfin 0,1-0,3 15 8-24
Fentanyl 0,005-0,025 5 3-6
Blok Saraf Perifer
sebagai analgesia tunggal atau dikombinasikan dengan analgesik lainnya.
Injeksi tunggal (anestesi lokal / dengan kombinasi adjuvant) untuk terapi nyeri <24 jam
Infus kontinu jangka panjang
Obat adjuvant :
Epinefrin : memperpanjang blok akibat vasokonstriksi (2,5-5µg/ml)
Klonidin : memperpanjang durasi analgesia dan blok motorik hingga 2 jam. Bisa muncul efek samping seperti hipotensi, bradikardi, sedasi bila dosis >1,5µg/kg.
Blok transversus abdominis plane
digunakan untuk pembedahan abdomen.
Kelebihan
menghindari keterlibatan blok neuroaksial, dan ekstremitas bawah,
mengurangi retensi urin, dan
mengurangi efek samping sistemik.
dapat memberikan analgesia dan mengurangi medikasi sistemik, pada histerektomi total, sectio caesaria, dan kolesistektomi laparaskopik.