Ppt Poster b8
-
Upload
winda-diah-nugraheni -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of Ppt Poster b8
Assalamualaikum Wr. Wb
KELOMPOK B-8
Nadya Eka Putri (1102011190)
Puspita Sari (1102009226)
Putri Mutiara Sari (1102011212)
Reza Rahmana Putra (1102010239)
Reza Septian Noorady (1102011231)
Risa Indarahmani (1102011236)
Tasdik Syadikin (1102011276)
Winda Diah Nugraheni (1102011293)
Yolanda Syafitri (1102011296)
Yulianti Andriani (1102011298)
ABSTRACT
In many parts of the world the commonest serious opportunistic infection that occurs in HIV-1 infected persons is tuberculosis (TB). HIV-1 co-infection modifies the natural history and clinical presentation, and adversely affects the outcome of TB. Severe disseminated disease is well-recognised but it is increasingly appreciated that early disease characterised by very few or no symptoms is also common. Immunodiagnostic methods to ascertain latent TB HIV-1 infected persons are compromised in sensitivity.
Chemoprevention of HIV-1-associated TB is effective, its benefits are restricted to those which have evidence of immune sensitisation and appear short-lived in areas of high TB burden. Although promising advances in the microbiological diagnosis of TB have recently occurred, the diagnosis of HIV-1-associated TB remains difficult because of more frequent presentation as
sputum negative or extrapulmonary disease.
Management of co-infected patients can be complex because of overlapping drug toxicities and
interactions. Nevertheless consensus is developing that antiretroviral therapy should be provided as soon as practicable after starting TB treatment in HIV-1 co-infected persons. This has the consequence of increasing the frequency of immune reconstitution inflammatory syndrome, the pathogenesis and management of which is poorly defined.
KEYWORDS: Complications, diagnosis, HIV-1, management, Mycobacterium tuberculosis
PENDAHULUAN
Penyakit Tuberkulosis (TB) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang besar selama berabad-abad. Pelaksanaan intervensi kesehatan masyarakat yang efektif untuk pencegahan dan pengendalian tb secara bermakna telah banyak menurunkan beban penyakit secara global. Tetapi, munculnya epidemi HIV merupakan tantangan besar dalam upaya pengendalian TB. HIV merupakan factor resiko yang paling potensial untuk terjadinya Tb aktif baik pada orang yang baru terinfeksi maupun mereka dengan infeksi Tb laten.
TUJUAN
• Memberikan edukasi mengenai pengobatan TB dan HIV
• Mengurangi insidensi TB pada penderita HIV• Menghentikan transmisi bakteri MTB
(Mycobacterium Tuberculosis)• Memutus siklus hidup bakteri MTB (Mycobacterium
Tuberculosis)
PEMBAHASAN
• Semua pasien dengan koinfeksi HIV dan TB memulai terapi antiretroviral (ART) sesegera mungkin (dalam waktu dua minggu setelah memulai obat anti TB) tanpa memandang ukuran sistem kekebalan tubuh;
• Mulai semua pasien TB dengan HIV yang memakai terapi antiretroviral (ART) secepat mungkin (dan dalam 2 minggu pertama saat memulai pengobatan anti-TB) tanpa pengukuran sistem kekebalan tubuh;
• Metode berbasis bukti untuk mencegah penularan HIV bagi pasien TB, anggota keluarga mereka dan komunitas (pengendalian infeksi).
Indikasi pemberian ART pada pasien TB/HIV berdasarkan:
– Status penyakit HIV (kadar CD4)
– Keberhasilan pengobatan dan paduan OAT yang sedang dilakukan
– Kepatuhan pengobatan dan efek samping
– Jika belum diobati dengan ART pada saat diagnosis TB, keputusan untuk memulai ART didasarkan faktor-faktor berikut.
Jika pemeriksaan CD4 tersedia :
Nilai CD4 ART
< 200Mulai ART begitu pengobatan TB tidak disertai efek samping( 2 – 8 minggu OAT)
200 - 350 Mulai ART setelah OAT fase intensif selesai
> 350 Tunda ART sampai pengobatan TB selesai
Jika pemeriksaan CD4 tidak tersedia :
Gambaran klinis ARTAda TB paru dan tanda HIV
advanced , atau tidak ada perbaikan secara klinis; ada TB
ekstra paru
Mulai ART begitu pengobatan TB tidak disertai efek samping( 2 – 8 minggu OAT)
TB paru BTA negatif, berat badan bertambah dengan pengobatan,
tanpa tanda/gejala HIV advanced
Mulai ART setelah OAT fase intensif
selesai
TB paru BTA positif, berat badan bertambah dgn pengobatan, tanpa
tanda/gejala HIV advanced
Tunda ART sampai pengobatan TB
selesai
KESIMPULAN
1. Pemberian terapi ARV untuk Pasien dengan Koinfeksi TB dan HIV dapat membantu menurunkan insidensi TB-HIV serta menurunkan tingkat penularan TB dengan HIV
Daftar Pustaka
Eur Respir J 2010; 36: 1460–1481
DOI: 10.1183/09031936.00110210
CopyrightERS 2010
KO-INFEKSI HIV/AIDS DAN TB Rahayu Lubis. Ikm
WHO Organization issues new policy to step up TB/HIVefforts
Dikutip dari DEPKES RI – Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral Edisi II– 200719