Ppt Modul 2 Respirasi

19
Kelompok 3 Rinaldy Agung Kurnia (2013730093) Andikha Budi Hertanto (2013730006) Muhammad Raziv Tauhid (2013730071) Arief Aulia Rahman (2013730012) Nadia Santika Ayu (2013730074) Azizah Khairina (2013730019) Bella Putri Fajarini (2013730020) Suci Apriani Umar (2013730104) Vera Utami Dewi (2013730117) Hasniar (2013730045) Ventine Augustina Masro S (2013730116)

Transcript of Ppt Modul 2 Respirasi

Page 1: Ppt Modul 2 Respirasi

Kelompok 3Rinaldy Agung Kurnia (2013730093)

Andikha Budi Hertanto (2013730006)

Muhammad Raziv Tauhid (2013730071)

Arief Aulia Rahman (2013730012)

Nadia Santika Ayu (2013730074)

Azizah Khairina (2013730019)

Bella Putri Fajarini (2013730020)

Suci Apriani Umar (2013730104)

Vera Utami Dewi (2013730117)

Hasniar (2013730045)

Ventine Augustina Masro S (2013730116)

Page 2: Ppt Modul 2 Respirasi

Skenario 2

Parto, laki-laki usia 49 tahun, pegawai negeri, datang ke dokter dengan keluhanbatuk berdahaksejak 2 minggu yang lalu. Batuk berdahak kental terkadang berwarna kuning dan terdapat darah. Keluhan lain: nafsu makan menurun, nyeri dada dan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suara napas tambahan ronkhi basah

Page 3: Ppt Modul 2 Respirasi

Langkah1. kata sulitLangkah 2 : learning issue

1. Apa hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan penyakit pada skenario?

2. Bagaimana patomekanisme dan reflek batuk?3. Apa saja jenis2 batuk dan penyakit-penyakit

dengan gejala batuk?4. Apa penyebab terjadinya batuk

produktif,mekanisme sputum dan klasifikasi sputum?

5. Apakah durasi waktu dapat digunakan utk membedakan/menentukan penyakit?

6. Penyebab terjadinya hemoptisis ?7. Bagaimana mekanisme dispnea ?8. Apa saja penyakit2 pada paru yg

menyebabkan nafsu makan menurun?9. Bagaimana mekanisme terjadinya ronkhi

dan apa saja jenis2 ronkhi?10. Apa saja DD pada skenario?

Page 4: Ppt Modul 2 Respirasi

L4. Problem TreeBATUK

PRODUKTIF,SPUTUM,KADANG

HEMOPTISIS

PEMFIS ANAMNESIS

RONKHI BASAH

SESAK

NYERI DADA

ONSET 2 MINGGU

ANOREXIADD

PEMERIKSAAN PENUNJANG

WD

1.PENATALAKSANAAN

2. KOMPLIKASI 3. PROGNOSIS4.PROMOTIF

& PREVENTIF

ETIOLOGI

Page 5: Ppt Modul 2 Respirasi

L5. Sasaran Pembelajaran

Mempelajari : 1. Batuk (definisi,patomekanisme,

jenis,etiologi,penatalaksanaan)

2. DD

3. Pemeriksaan Penunjang

4. WD

5. Komplikasi

6. Tata laksanaan

7. Promotif dan Preventif

8. Epidemiologi

9. Gambaran klinis lain

10. prognosis

Page 6: Ppt Modul 2 Respirasi

1. Bagaimana pengertian, etiologi, penatalaksanaan, patomekanisme,jenis,refleks batuk ?

BATUK

Pengertian

Etiologi Penatalaksanaan

Batuk merupakan cara paru-paru

mempertahankan diri untuk bebas dari benda asing. Batuk dapat dicetuskan

secara volunter atau refleksif

Batuk dapat ditimbulkan oleh stimulasi inflamasi, mekanis, kimiawi, dan termal pada reseptor batuk. - Stimulasi inflamasi Edema dan hyperemia

membrana mukosa pada sistem respirasi. Contoh: Bronchitis, Salesma (common cold) dan merokok yang berlebihan.

- Stimulus mekanis Inhalasi partikel kecil Contoh: Partikel debu,dan oleh kompresi saluran napas serta tekanan atau tegangan pada struktur ini.

Brounwald,Isselbacher,Wilson,dkk.1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. EGC Jakarta

FARMAKOLOGI NON-Farmakologi

PENATALAKSANAAN

1. Batuk yang bersifat simtomatik atau non spesifik preparatnya adalah kodein 15 mg qid.

2. Batuk secret atau dahak bersifat lengket dan kental:

- Terapi dengan hidrasi yang adekuat, obat-obatan ekspektoran serta humidifikasi udara pernapasan melalui nebulizer ultrasonic dengan ipratoprium bromide yaitu golongan bronkodilator.

- Preparat iodinated glycerol (30 mg qid) untuk pasien batuk asma atau bronkitis kronik.

- Quaifenesin (100 mg tid) untuk bronkitis akut atau kronik.

- Pemberian antagonis beta-adrenergik seperti efedrin (12,5 mg qid) untuk penderita kistik fibrosis, teofilin (100 mg tid) untuk pasien PPOK.

1. Memperbanyak minum air putih.

2. Menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang tenggorokan contohnya makanan yang berminyak dan minuman dingin.

3. Menghindari paparan udara dingin.

4. Menghindari merokok dan asap rokok.

5. Menghindari makanan yang mengandung zat-zat Emoliensia seperti kembang gula, madu atau permen hisap pelega tenggorokan.

Brounwald,Isselbacher,Wilson,dkk.1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. EGC Jakarta

Page 7: Ppt Modul 2 Respirasi

Patomekanisme batuk

Rangsangan reseptor

Nervus vagus Medula oblongata

Inspirasi udara ± 2,5 L

Epiglotis tertutupRelaksasi diafragma dan kontraksi otot

Sehingga udara mencuat dengan cepat dan membawa

benda-benda asing pada trachea dan tercetuslah

batuk

Brounwald,Isselbacher,Wilson,dkk.1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. EGC Jakarta

Tabel komponen refleks batuk

Reseptor Aferen Sentral Eferen Efektor

Hidung/sinus

Trigeminal Laring

Faring Glossopharyngeus

Trakea

Laring Bronkus

Trakea Phrenicus

Diafragma

Bronkus

Pleura

Diafragma

Pericardium

Vagus

phrenicus

Medulla

Vagus

Spinal motor nerves

Otot-otot dada, perut,

dan parineal

Guyton.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC Jakarta

Page 8: Ppt Modul 2 Respirasi

JENIS-JENIS BATUK

Berdasarkan durasi

berdasarkan tanda klinis

Akut KronikProduktif

Non Produktif

batuk yang terjadi kurang dari 3 minggu. Batuk akut biasanya disebabkan karena penyakit infeksi pada pernapasan, menghirup udara beracun, allergic rhinitis, dll.

batuk kronis terjadi lebih dari 8 minggu. Pada penderita yang tidak merokok, batuk kronik biasanya disebabkan oleh postnasal drainage syndrome, bronchitis ditemukan eusinofil tanpa asma, asma. Pada perokok bronchitis disebabkan oleh batuk kronis, kanker paru dan

batuk yang mengeluarkan

lendir atau bahan lain. Batuk produktif

merupakan mekanisme tubuh

untuk mengeluarkan zat-zat asing

dalam saluran nafas termasuk dahak, batuk ini

terjadi relatf singkat.

batuk yang tidak

menghasilkandahak.

Seperti batuk psikogenik

Sub akutBatuk yang terjadi 3-8 minggu. batuk

biasanya terjadi setelah kejadian

trakeobronkitis dan pertusis

PENYAKIT DENGAN GEJALA BATUK

SALURAN NAFAS AKUT

SALURAN NAFAS KRONIS

PARENKIMAL NEOPLASMA

FARINGITISLARINGITISBRONKITISBRONKIOLI

TIS

BRONKITISBRONKIEKTA

SIS

PNEUMONIA

ABSES PARU

KARSINOMA PARU

METASTASIS PARU

KARDIVASKULER

EDEMA PARUINFARK PARU

Page 9: Ppt Modul 2 Respirasi

2. Apa hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan penyakit pada skenario

Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB paru, antara lain kondisi sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, status gizi dan kebiasaan merokok

Rokok

Perubahan epitel gepeng dari sel epitel silindris bersilia normal

Penyakit pada sistem pernapasan, seperti kanker paru, lebih banyak terjadi pada laki- laki.

Walaupun merokok bukanlah penyebab utama terjadinya penyakit TB paru, namun kebiasaan

merokok yang sulit dihentikan bisa menimbulkan masalah bagi kesehatan perokok

itu sendiri dan orang- orang di sekitarnya.Kebiasaan merokok yang sulit dihentikan dpat

merusak mekanisme pertahanan paru sehingga memudahkan masuknya kuman

penyakit, seperti kuman penyakit TB

TB banyak terjadi pada usia produktif Pada usia 20 tahun keatasPenurunan daya tahan tubuh dapat disebabkan oleh bertambahnya usia.

Page 10: Ppt Modul 2 Respirasi

3. Apa penyebab terjadinya batuk produktif,mekanisme batuk produktif dan klasifikasi sputum?

Rangsangan mekanik,kimia atau peradangan

Mukus yg berlebihan

Dibatukkan keluar sbg

sputum

Kuning Hijau Merah

muda

Abu-abu atau putih

4. Apakah durasi waktu dapat digunakan untuk membedakan/menentukan penyakit?

Bronkitis

TB Paru

Bronkitis akut berlangsung kurang dari 3 minggu

TB Paru primer berlangsung selama 3 minggu

Pada bronkitis kronik sputum berlangsung minimal 3 bulan, dalam setahun selama jangka waktu 2 tahun berturut-turut

Sedangkan TB Paru sekunder berlangsung selama lebih dari 3minggu.

5. Penyebab terjadinya hemoptisis ?1.

2.

3.

TB

Robekan/ruptur aneurisma arteri

pulmonerpecah

anastomosis bronnkopulmoner

Infeksi kronik Inflamasi

Pembesaran & poliferasi arteri

bronkial

kanker paru

6. Bagaimana mekanisme dispnea?

Kerja pernapasan berlebihan

Peningkatan tekanan

Menimbulkan perubahan volume

udara

Peningkatan pernapasan saat

melakukan aktivitas berlebihan

Dalam beberapa keadaan

Stimulasi reseptor dalam

traktus respiratorius

Reseptor intrathoraks

melalui vagusSaraf

somatik aferen

Kemoreseptor dalam

otakPusat(kortik

al) lebih tinggi

Serat aferen dalam saraf frenikus

Referensi: Harrison (2000), Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 1, Jakarta: EGC.

Page 11: Ppt Modul 2 Respirasi

8. Apa saja penyakit-penyakit pada paru yang menyebabkan nafsu makan menurun ?

7. Penyakit-penyakit pada paru yang menyebabkan nafsu makan menurun• Tuberkulosis

Paru• Emfisema• Kanker Paru• Pneumonia• Bronkitis Kronik• Bronkiektasis• Keracunan

Oksigen

Penyakit paru karena jamur

Penyakit paru karena pekerjaan

Tumor ParuSindrom Kava

Vena SuperiorSindrom

Goodpasture

Page 12: Ppt Modul 2 Respirasi

8. Bagaimana mekanisme terjadinya ronkhi ? dan apa jenis-jenis ronkhi ?

Ronkhi adalah suara napas tambahan bernada rendah sehingga bersifat sonor, terdengar tidak mengenakkan, terjadi pada saluran napas besar seperti trakea bagian bawah dan bronkus utama.

Ronkhi basah, yaitu suara yang terdengar kontinu berasal dari saluran pernapasan sentral.

Ronkhi basah nyaring contohnya pada infiltrat paru dan ronchi basah tak nyaring misalnya pada bendungan paru.

Ronkhi basah kasar, ini biasanya berasal dari cairan yang berada dibronkus besar atau trakea.

Ronkhi basah sedang dan ada pula ronki basah halus yang terutama terdengar pada akhir inspirasi, terdengar seperti bunyi gesekan rambut antara jari telunjuk dengan empu jari

Ronkhi kering (rales atau crales) yan terdengar diskontinu, berasal dari saluran napas perifer, ditimbulkan karena adanya cairan di dalam saluran napas dan kolapsnya saluran udara bagian distal dan alveoli, seperti pada bronchitis atau asma bronchial. Ada tiga macam ronkhi kering:

1. Halus (fine rales)

2. Sedang (medium rales)

3. Kasar (coarse rales).

Page 13: Ppt Modul 2 Respirasi

9. Apa saja DD pada skenario?

Page 14: Ppt Modul 2 Respirasi

PNEUMONIADEFINISI

INFEKSI SALURAN NAPAS BAWAH AKUT (ISNBA)

INFLAMASI PADA

PARENKIM

DISTAL DARI BRONKILUS TERMILAIS DAN RESPIRATORIUS

ALVEOLI

MENIMBULKAN KONSOLIDASI JARINGAN PARU DAN GANGGUAN

PERTUKARAN GAS

AKIBAT INFEKSI DARI BAKTERI

ALVEOLUS DIPENUHI MUKUS

EPIDEMIOLOGI

PNEUMONIA MERUPAKAN ISNBA DI PARENKIM PARU DIJUMPAI SEKITAR 15-20%

KEJADIAN PN DI ICU > PN DI RUANGAN UMUM

25% DARI SEMUA INFEKSI DI ICU, 90% PADA SAAT VENTILASI MEKANIK

SERING DIJUMPAI PADA LANSIA DAN SERING TERJADI PADA PPOK

PBV DIDAPAT 9-27% DARI PASIEN DIINTUBASI RISIKO PBV TERTINGGI SAAT AWAL MASUK KE

ICU

PATOGENESIS PROSES PATOGENESIS TERKAIT 3 FAKTOR :

1. KEADAAN (IMUNITAS) INANG

2. MIKROORGANISME

3. LINGKUNGAN YANG BERINTERAKSI SATU SAMA LAIN

3 FAKTOR DIATAS MENENTUKAN :

1. KLASIFIKASI DAN BENTUK MANIFESTASI

2. BERAT RINGANNYA PNEUMONIA

3. DIAGNOSIS EMPIRIK

4. RENCANA TERAPI

5. PROGNOSIS

INFEKSI MELALUI DROPLET Streptococcus pneumonia INFEKSI MELALUI SELANG INFUS Staphylococcus aureus INFEKSI MELALUI PEMAKAIAN VENTILATOR P.aeruginosa dan

Enterobacter

PATOGENESISPNEUMONIA

PATOGEN MASUK SALURAN NAFAS

BAWAH

MENGALAMI

KOLONISASI

SETELAH MELEWATI HAMBATAN MEKANISME

PERTAHANAN

DAYA TAHAN MEKANIK (EPITEL,

SILIA, MUKUS )

HUMORAL (ANTIBODI & KOMPLEMEN)

SELULER (LEUKOSIT, MAKROFAG,

LIMFOSIT, SITOKIN)

INFLAMASI PADA SALURAN NAFAS

BAWAH

ALVEOLUSMAKROFAG

MEMFAGOSIT

INFLAMASITERBENTUK

MUKUS BERLEBIH

RESPIRASI TERGANGGU

KLASIFIKASI PNEUMONIA1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :

a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)b. Pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia /

c. Pneumonia aspirasid. Pneumonia pada penderita immunocompromised

Page 15: Ppt Modul 2 Respirasi

2. Berdasarkan Bakteri Penyebab

a. Pneumonia bakterial / tipikal

b. Pneumonia atipikal disebabkan mycoplasma, legionella dan chlamydia

c. Pneumonia virus

3. Berdasarkan prediksi infeksi/lokasi

a. Pneumonia lobaris. b. Bronkopneumoniac. Pneumonia interstisial

1. Community Acquired pneumonia (Pneumonia komuniti )

Pneumonia komuniti adalah pneumonia yang didapat di masyarakat.

Didunia ini menjadi permasalahan kesehatan oleh karena angka kematiannya tinggi.

Faktor resiko terjadi pneumonia termasuk usia > 65 tahun Streptococcus pneumoniae

Patogen yang spesifik yang menyebabkan pneumonia komuniti yaitu Streptococcus species, H. Influenza, Mycoplasma Pneumoniae, Chlamydia species, Legionella pneumophila, Gram-negative bacilli, Anaerobic bacterial pneumoniae, Coxiella burnetti, Staphylococcus species, Nocardia multocida, Francisella tularensis, Yersinia pestis, Bacillus antharacis , Brucell species, Moraxella catarrhalis

2. Nosocomial pneumonia ( pneumonia nasokomial )

Pneumonia terjadi pada waktu penderita dirawat di Rumah Sakit terjadi setelah 72 jam pertama masuk Rumah Sakit.

Faktor resiko terjadi infeksi nasokomial ini yaitu : Faktor host : usia tua , PPOK, penggunaan antibiotika sebelumnya, penyakit neuromuskular, head injury obat sedasi

Infeksi di jumpai di rumah sakit : Kuman gram negatif berasal dari lingkungan di rumah sakit, termasuk infeksi dari penderita yang lain maupun petugas kesehatan.

Kolonisasi orofarigeal dan gastrik yang tidak normal : usia tua dan penggunaan antasida

Nutrisi yang jelek kolonisasi patogen dari kuman gram negatif.

Aspirasi ICU dari penggunaan ETT yang terlalu lama, penggunaan NGT dan posisi supine pada penderita.

Gejala klinis : demam, lekositosis, dan batuk yang produktif dan dahak yang purulen, adanya progresif infiltrat pada gambaran foto toraks.

3. Pneumonia aspirasi Perkiraan sekitar 50% penderita normal teraspirasi sekresi orofaringeal pada saat tidur. Pneumonia aspirasi termasuk :

Aspirasi gastric contents :- Aspirasi gastric contents menyebabkan chemical pneumonitis,

demam, ronki basah, sianosis, dan beberapa kasus terjadi bronkospasme.

- Foto toraks infiltrat dan atelectasis Aspiration pneumonia:

- Faktor predisposisi : gangguan neurologis, gangguan traktus GI , gangguan respirasi.

- Anaerobic streptococci, Fusobacterium dan Bacteriodes spp dan kuman gram negatif.

Gambaran klinis : dahak yang berbau busuk dan penurunan berat badan.

Terapi yang diberikan antibiotika sesuai dengan bakteri anaerobik termasuk amoxicillin + asam klavulanat, penicillin atau amoxici etronidazole maupun klindamisin

4. Pneumonia pada penderita immunocompromised

Infeksi pada traktus respiratorius merupakan penyebab utama pada penderita HIV dan bakteri yang patogen menjadi penyebab terjadi infeksi ini.

Bakteri patogen yang umum dijumpai yaitu : S.pneumoniae dan H.influenza

Insidens terjadi pada pneumonia bakteria meningkat pada penderita HIV dengan CD4 <200/mm3.

Faktor resiko yang lain termasuk merokok, neutropenia dan level albumin yang rendah (<30g/dl).

Gambaran klinisnya sama dengan pneumonia bakteri

Gambaran foto toraks menunjukkan interstitial

ETIOLOGIPneumonia dapat disebabkan

oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Tabel yang memuat daftar mikroorganisme dan masalah patologis yang menyebabkan pneumonia (Jeremy, 2007).

Infeksi Bakteri Infeksi Atipikal Infeksi Jamur

Streptococcus pneumoniae Haemophillus influenza Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeruginosaGram-negatif (E. Coli)

Mycoplasma pneumoniae Legionella pneumophillia Coxiella burnetii Chlamydia psittaci

Aspergillus Histoplasmosis Candida Nocardia

Infeksi Virus Infeksi Protozoa Penyebab Lain

InfluenzaCoxsackieAdenovirusSinsitial respiratori

Pneumocytis cariniiToksoplasmosisAmebiasis

AspirasiPneumonia lipoid Bronkiektasis Fibrosis kistik

PEMERIKSAAN FISIKTANDA FISIK PNEUMONIA KLASIK :1. DEMAM2. SESAK NAFAS3. PERKUSI PARU PEKAK4. RONKHI BASAH HALUS ATAU

KASAR

Page 16: Ppt Modul 2 Respirasi

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan bakteriologi

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologi

Leukosit umumnya menandai adanya infeksi bakteri, leukosit normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada infeksi yang berat sehingga terjadi respons leukosit. Leukopenia menunjukan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi kuman gram negatif atau S.Aureus pada pasien dengan keganasan dan ganguan kekebalan.

Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakea/transtrakea, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Untuk tujuan terapin empiris dilakukan pemeriksaan apus gram, burri gin, quellung test dan Z. Nielsen. Kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi.

Titer antibodi terhadap virus, legionella, dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen. Pada pasien PN/PK yang dirawat ngibap perlu diperiksakan analisa gas darah dan kultur darah.

Manisfestasi klinis

● Dapat berupa gambaran pneumonia bakteril akut yang di tandai oleh :

1. Demam (39C-40C) dan menggigil2. Batuk yang mengeluarkan dahak yang berwarna

kuning, hijau, kemerahan atau mungkin mengandung darah.

3. Sakit dada terutama saat batuk atau saat menarik nafas yang dalam

4. Bernafas dengan cepat dan pendek, hilang selera makan.

Page 17: Ppt Modul 2 Respirasi

BRONKITIS

KronisAkut

• Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki.

• Peradangan tersebut, disebabkan oleh virus, bakteri.

• Faktor resiko dapat disebabkan merokok, atau polusi udara.

• Beberapa hari sebelumnya menderita ISPA• Pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya

ronki basah dan wheezingyang tersebar di kedua paru. Tanpa tanda- tanda infiltrat

• Gangguan paru obstruktif yang ditandai produksi mukus berlebihan di saluran napas bawah dan menyebabkan batuk kronis.

• Kondisi ini terjadi setidaknya 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut.

Etiologi

Virus merupakan penyebab tersering, misalnya Rhinovirus, Respiratory Sincytial Virus (RSV), Virus Influenza,

Virus Para-influenza,

Bronkitis akut juga berhubungan dengan morbili, pertusis dan infeksi Mycoplasma pneumonia.

Faktor Predisposisi Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.

Epidemiologi

• Di Amerika Serikat, menurut National Center for Health Statistics, kira-kira ada 14 juta orang menderita bronkitis.

• Lebih dari 12 juta orang menderita bronkitis akut pada tahun 1994, sama dengan 5% populasi Amerika Serikat.

Frekuensi bronkitis lebih banyak pada populasi dengan status ekonomi rendah dan pada kawasan industri. Bronkitis lebih banyak terdapat pada

laki-laki dibanding wanita.

Data epidemiologis di Indonesia sangat minim.

Tanda dan Gejala Bronkitis Kronis

1. Batuk yang sangat produktif, purulen, dan mudah memburuk dengan inhalasi iritan, udara dingin, atau infeksi.

2. Sesak napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat beraktifitas.

3. Adakalanya terdengar suara mengi

4. Pada pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara krok-krok terutama saat inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan adanya dahak di saluran napas.

Patogenesis

1. adanya zat-zat asing yang ada di dalam saluran napas 2. infeksi mikrobiologi.

Bronkitis kronik ditandai dengan hipersekresi mukus pada saluran napas besar, hipertropi kelenjar submukosa pada trakea dan bronki. Ditandai juga dengan peningkatan sekresi sel goblet di saluran napas kecil, bronki dan bronkiole, menyebabkan produksi mukus berlebihan, sehingga akan memproduksi sputum yang berlebihan.

Dua faktor utama yang menyebabkan

Patofisiologi

• Terjadi penyempitan saluran pernapasan menyebabkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak.

• Pada bronkitis kronik, disebabkan karena perubahan pada saluran pernapasan kecil, yang diameternya kurang dari 2 mm, menjadi lebih sempit. Saluran pernapasan besar juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus.

• Saat terjadi ekspirasi maksimal, saluran pernapasan bagian bawah paru akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup. Hal ini akan mengakibatkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang.

Manifestasi Klinik

• Demam 37,8°C-39°C (jarang tinggi) • Batuk, mula-mula kering dapat menjadi berdahak, pada anak besar sering

purulen. Pada anak kecil usaha untuk mengeluarkan sekret yang lengket dan kental dapat merangsang muntah; sekret yang tertelan dapat menyebabkan muntah.

• Nyeri dada waktu batuk sering dikeluhkan oleh anak besar bila batuknya berat.

• Gejala rhinitis sebagai manifestasi pengiring. • Faring hiperemis bisa juga tampak. • Rhonki basah kasar merupakan tanda khas radang di bronkus; bila lendir

banyak dan tidak terlalu lengket terdengar ronkhi basah kasar.

 

Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan sputum dengan pengecekan Gram akan di dapatkan lekosit PMN dan mungkin pula bakteri.

• Pemeriksaan analisis gas darah : penurunan oksigen arteri dan peningkatan karbon dioksida arteri.

• Pemeriksaan sinar X thorax dapat membuktikan adanya bronkitis kronis dan fibrosis jaringan paru.

• Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan FEV1 dan kapasitas vital.

Penatalaksanaan

• Berhubung penyebab terutama virus maka belum ada obat yang kausal. Obat panas, banyak minum terutam air dan buah-buahan sudah sangat memadai. Mukolitik tidak lebih baik daripada banyak minum.

• Bila batuk tetap ada dan tidak ada tanda-tanda perbaikan setelah 2 minggu maka kemungkinan infeksi bakteri sekunder boleh dicurigai dan dapat diberikan antibiotika, asal sudah disingkirkan kemungkinan asma dan pertusis.

Page 18: Ppt Modul 2 Respirasi

Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis TB primer: Bentuk penyakit yang terjadi pada orang yang belum pernah terpajan, onset < 3 mingguTB sekunder: (pasca primer) merupakan TB yang terjadi pada pasien yang telah tersensitisasi, onset > 3 minggu

GEJALA KLINISDemam, menggigil, keringat pada malam hariBatuk produktif yang berkepanjanganBatuk darahSesak napasNyeri dadaMalaiseHilangnya nafsu makanPenurunan berat badan

EPIDEMIOLOGIMycobacterium tuberculosis1.Organisme berbentuk batang tahan asam2.Penyebab tersering Mikrobakterium tuberkulosis hominis3.Penularann secara lagsung melalui inhalasi organisme di udara atau oleh pajanan sekresi pasien

ETIOLOGIPada maret 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai Global Healt Emergency95% kasus di negara yang sedang berkembang75% menyerang pada usia produktif (20-49 tahun)TB menempati urutan ke 3 penyebab kematian tertinggi di Indonesia

Patogenesis

TB primer Kuman dibatukkan terhisap oleh orang sehat menetap di jaringan paru membentuk sarang primer limfangitis lokal dan limfadenitis regional kompleks primer dapat sembuh sama sekali, sembuh dengan bekas, atau berkomplikasi dan menyebar

TB sekunder

Infeksi endogen atau eksogen sarang di atas regio paru membentuk lesi berisi bakteri:a. meluas kembali membentuk sarang pneumonia baru, arang aktif eksudatifb. Membungkus diri menjadi tuberkuloma. Sarang antara aktif dan sembuhc. Bersih dan menyembuh

Pemeriksaan penunjangPemeriksaan Radiologi Foto Toraks : lesi tuberkulosis di daerah apeks paru Pemeriksaan Laboratorium1.Darah2.Sputum3.Tes Tuberkulin

Penatalaksanaan

Jenis obat yang dipakai:• Obat primer ( obat antituberkulosis

tingkat satu) : isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin, etambut

• Obat sekunder (obat antituberkulosis tingkat dua) : kanamisin, pas (para amino salicyli acid), tiasetazon, etionamid, protionamid, sikloserin.

Paduan obat yang dipakai di Indonesia dan dianjurkan oleh WHO 2 RHZ / 4 RH dengan

variasi 2 RHS/4RH, 2RHZ/4R3H3,2RHS/4R2H2.

Pronotif dan Prefentif program kesehatan masyarakat Vaksinasi BCGKemoprofilaksis:

KomplikasiKomplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, emfiema, laringitis, usus, Poncet’s arthropathyKomplikasi lanjut: obstruksi jalan napas SPOT ( Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat kerusakan fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB militer dan kavitas TB.

Aktivitas obat:Aktivitas bakterisid membunuh kuman yang sedang tumbuhAktivitas sterilisasi membunuh kuman yang pertumbuhannya lambat

Page 19: Ppt Modul 2 Respirasi

Tb paru Pneumonia Bronkitis akut

Jenis kelamin

Laki laki >> >> >>

perempuan << << <<

Usia 49 tahun + + +

Onset 2 minggu - - +

Batuk produktif kental

+ + +

Sputum terkadang kuning dan hemoptisis

+ + +

Nafsu makan menurun

+ + +

Nyeri dada + + +

Dispnea + + +

Suara napas rongkhi basah

+ + +