Ppt Agama Fix Bedah Mayat Dan Otopsi
-
Upload
zahra-puspita -
Category
Documents
-
view
261 -
download
38
description
Transcript of Ppt Agama Fix Bedah Mayat Dan Otopsi
Bedah MayatBedah Mayat
VisumVisum
OtopsiOtopsi
Dalam kondisi tertentu seperti :
•Untuk belajar anatomi bagi mahasiswa kedokteran
•Visum untuk kepentingan kepolisian dan pengadilan
•Untuk menyelamatkan bayi diperutnya
•Untuk mengeluarkan benda berharga dalam perutnya
Bagaimana Hukum Bagaimana Hukum Islamnya?Islamnya?
Secara Bahasa, Bedah berarti pengobatan dengan jalan memotong bagian tubuh seseorang.
Secara Bahasa Arab : al- Tasyrih, al- Jirahah atau al- ‘Amaliyyah bi al- Jirahah (Melukai atau operasi pembedahan)
Bedah Mayat : upaya tim dokter ahli untuk membedah mayat karena kepetingan tertentu
Otopsi : Pemeriksaan tubuh dengan cara pembedahan untuk mengetahui penyebab kematian
Pembagian bedah mayat :Pembagian bedah mayat :
Bedah Mayat Anatomis
Bedah Mayat Keilmuan
Bedah Mayat Kehakiman
Bedah Mayat untuk Menyelamatkan Janin yang ada
di perut
Hukum Islam terkait dengan Bedah MayatHukum Islam terkait dengan Bedah Mayat
Tidak ada Tidak ada nashnash yang yang sharihsharih
“Seorang sahabat Nabi bertanya, Ya Rasullah saw : Apakah kami mesti berobat? Nabi menjawab : Berobatlah, sebab, Allah tidak menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya, diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya” (HR. Ahmad)
Pendapat Para UlamaPendapat Para Ulama
Fatwa yg sama , bedah mayat hukum nya boleh Syaikh Yusuf al-Dahwi yg diterbitkan melalui majalah al-Azhar
Fatwa yg lebih maju Syaikh Jad Al Haqq Ali Jad Al- Haqq
Abu Ishaq Asy-Syirazi (1003-1083 M ) dan Syyaid Abu bakar “jika janin dlm perut mayat masih hidup boleh di bedah krn alasan darurat”Di tambahkan oleh Sayyid Abu Bakar
Ahmad bin Hanibal dan Ulama Kalangan Mazhab Maliki perut mayat tidak boleh dibedah. Sesuai dengan hadis “ Dari Aaisyah ra. Rasulullah saw mengatakan ;“memecahkan tulang mayit sama dengan mematahkannya saat hidup” ( HR Abu dawud , Ahmad , dan Ibnu Majah )
Yang MengharamkanSyeikh Muhammad Bukhait Al-Muthi’I Al-Arabi Bu Iyad Al-Thabkhi Syeikh Muhammad Burhan Al-Din al-Sambuhli , dll
Dalil yg digunakan : Al-quran yg mengharuskan menghormati Bani Adam dan Hadis tentang larangan mematahkan tulang-belulang mayat
Konferensi Alim-Ulama
PB MuhammadiyahMajlis Syuro Masyumi PusatPB Nahdlatul UlamaMajlis Syari’ah Wal IbadahPB persatuan Tarbiyah IslamiyahMasywi PSSIPB Al-Jamiatul Washliyahwakil dr KEMENKESPB Persatuan Umat Islam IndonesiaWakil dari Kementrian Agama
MPKS kembali mengeluarkan fatwa lanjutan, No.7/1957 tentang “mayat pendidikan. MPKS memutuskan :I.Mayat-mayat yang dikumpulkan dalam kamar mayat pada suatu rumah sakit harus diselubungi dengan kain bersih sedemikian rupa sehingga kehormatannya terpelihara.II.Sebelum sesuatu mayat muslim dikirimkan keruangan anatomicum pada suatu fakultas kedokteran dan sebelum dilakukan penyuntikan pengawet padanya haruslah dilakukan segala upacara agama yaitu mewudhukannya, memandikannya, menyelubungkan dengan kain putih bersih dan menyembahyangkan.III.Sesudah mayat dimasukan kedalam ruang anatomicum, maka badan mayat dapat dipergunakan oleh mahasiswa fk sekedar hajat keperluan dengan senantiasa menjaga kehormatan mayat tsb.
IV. Bila telah selesai dipergunakan sampai waktu yang diperlukan, maka segeralah dikumpulkan dan disusun kembali sedapat mungkin bagian-bagian suatu badan yang telah cerai-berai untuk dikafani seperti biasa
V. Sesudah dikafani hendaknya dikuburkan seperti mayat muslim biasa dengan menghadapkannya ke kiblat sedapat mungkin
VI. Jangka masa antara saat disembahyangkan dengan dikuburkan sebisa mungkin dibatasi sependek-pendeknya.
MUI termasuk yang membolehkan otopsi karena alasan darurat dan kemashlahatan, namun tetap harus menghormati jenazah.
Keputusan MUI :1.Hukum mengubur mayat orang islam adalah wajib
2.Dalam hal penyelidikan ilmiah terhadap mayat, tidak dilarang didalam islam
3.Sesudah penyelidikan mayat tsb wajib dikuburkan.
4.Lamanya penundaan penguburan untuk penyelidikan diharapkan berhubungan dengan MPKS.
5.Adapun memumikan atau memusiumkan, MUI berpendapat tidak membenarkan.
Pada tahun 1962 Bahtsul Masail NU mengharamkan otopsi namun pada tahun 1981 mulai mempertimbangkan kemungkinan diperbolehkan.
Pada tahun 1987 Tim Fatwa Majlis Tarjih Muhammadiyah menyatakan bahwa pada prinsipnya mereka mengharamkan otopsi, namun jika ada kebutuhan mendesak (darurat), untuk tujuan yang dibenarkan syarak maka diperbolehkan.
Agama Mayat Yang Dibedah
Sebagian ulama memperkenankan penggunaan mayat yang tidak jelas statusnya sebagaimana dinyatakan oleh Syeikh Jadil Haqq Ali jadil Haqq
Sebagian ulama mengaitkan kebolehan bedah mayat dari sisi agama si mayat
Pendapat yang kuat adalah tanpa membedakan agama mayat, muslim ataupun non muslim