ppj.uniska-bjm.ac.idppj.uniska-bjm.ac.id/.../2019/10/fatek-eka-purnamasari.docx · Web view1Jurusan...
Transcript of ppj.uniska-bjm.ac.idppj.uniska-bjm.ac.id/.../2019/10/fatek-eka-purnamasari.docx · Web view1Jurusan...
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2019Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-01-1
PENGARUH LUBANG TERHADAP PENULANGAN PADA BALOK BETON BERTULANG BERDASARKAN SNI 2847:2013
Eka Purnamasari, S.T., M.T.1, Robiatul Adawiyah, S.T, M.T.2
1Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan MAB. Jl. Adhiyaksa No. 2, Kayu Tangi, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70123 Indonesia
Email: [email protected] Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan MAB. Jl. Adhiyaksa
No. 2, Kayu Tangi, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70123 IndonesiaEmail: [email protected]
ABSTRAK
Pada konstruksi gedung bertingkat biasanya membutuhkan jaringan utilitas yaitu seperti saluran kabel listrik, perpipaan, kabel telepon, pendingin ruangan dan lain-lain. Pada umumnya jaringan ini ditempatkan pada ruang dibagian atas plafon atau dipasang menempel pada balok. Penempatan untilitas ini dapat mengurangi tinggi atau luas ruangan pada bangunan serta terlihat tidak rapi jika dilihat dari segi estetika, sehingga diperlukan alternatif desain yang diantaranya dengan memanfaatkan ruang-ruang pada balok struktur. Maka akan memungkinkan untuk mendesain lubang pada balok beton bertulang, dimana selain berfungsi sebagai struktur yang menahan dan menyalurkan beban-beban yang bekerja di atasnya, tapi juga berfungsi sebagai pendukung utilitas. Selain itu,pada balok dapat meminimalisasi tinggi atau space dari ruang, juga akan mereduksi volume beton yang digunakan serta lebih rapi.
Pelaksanaan penelitian ini di program ansys dikondisikan sama dengan keadaan dilapangan. Dalam penelitian ini peneliti membuat 3 (tiga) variasi jumlah dan letak lubang serta variasi penambahan perkuatan geser, sehingga total menjadi 7 (Tujuh) buah model. Dimensi lubang yang digunakan yaitu luas lubang 270 cm2 atau ukuran perseginya yaitu 16,43 x 16,43 cm2.
Jumlah dan penempatan lubang pada balok mempengaruhi kemampuan balok menahan beban. Semakin sedikit jumlah lubang semakin optimal balok menahan beban dan penempatan lubang pada daerah lapangan lebih baik daripada didaerah tumpuan. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya deformasi yang terjadi sebelum keruntuhan terjadi. Retak yang dihasilkan kebanyakan adalah retak vertikal, ini menunjukkan bahwa sangat diperlukan penambahan tulangan tarik untuk mencegah lebih awal keruntuhan lentur beton yang bersifat getas.
Kata kunci: balok, lubang, retak, deformasi, beton
ABSTRACK
On the construction of multi-storey buildings usually require a network utility that is as electric cable, phone cord, piping, air conditioner and others. Generally these networks are placed on the top of the room ceiling mounted or attached to the beams. The placement of this untilitas can reduce high or wide room on the building and it looks untidy if seen in terms of aesthetics, so that the necessary design alternatives such as by making use of the spaces on the block structure. It will be possible to design a hole in a reinforced concrete beam, which serves as a structure that holds and distributes loads that work on it, but also serves as a supporting utilities. In addition, on the
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2019Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-01-1
block can minimize high or space of spaces, it will also reduce the volume of concrete used and more presentable.The implementation of this research program ansys conditioned equals the State of the field. In this study researchers create three variations of the number and location of the hole and slide retaining addition variations, bringing the total to 7 (seven) of the model. The dimensions of the hole are used i.e. wide hole 270 cm2 or size i.e. 16.43 x 16.43 cm2.The number and placement of the hole on the block affects the ability of the beams holding the load. The fewer the number of holes the more optimal beams hold the load and the placement of the holes on the field better than a large object. This is shown with the amount of deformation that occurs before the collapse occurred. The resulting crack crack is mostly vertical, this indicates that the indispensable addition of tensile reinforcement to prevent collapse of the early concrete supple which is brittle.
Key words: beams, holes, cracks, deformation, concrete
PENDAHULUAN
Pada konstruksi gedung bertingkat biasanya membutuhkan jaringan utilitas yaitu seperti
saluran kabel listrik, perpipaan, kabel telepon, pendingin ruangan dan lain-lain. Pada umumnya
jaringan ini ditempatkan pada ruang dibagian atas plafon atau dipasang menempel pada balok.
Penempatan untilitas ini dapat mengurangi tinggi atau luas ruangan pada bangunan serta terlihat
tidak rapi jika dilihat dari segi estetika, sehingga diperlukan alternatif desain yang diantaranya
dengan memanfaatkan ruang-ruang pada balok struktur. Maka akan memungkinkan untuk
mendesain lubang pada balok beton bertulang, dimana selain berfungsi sebagai struktur yang
menahan dan menyalurkan beban-beban yang bekerja di atasnya, tapi juga berfungsi sebagai
pendukung utilitas. Selain itu,pada balok dapat meminimalisasi tinggi atau space dari ruang, juga
akan mereduksi volume beton yang digunakan serta lebih rapi.
Studi secara eksperimental maupun analitis tentang balok beton bertulang dengan satu
bukaan sudah banyak dilakukan. Bahkan studi tersebut sudah menghasilkan prosedur desain untuk
balok beton bertulang dengan satu bukaan (Mansur et al., 1985; Tan & Mansur, 1996; Mansur,
1999; Tan et al., 2001).
Balok dengan lubang dapat direncanakan dengan baik sesuai kebutuhan sebelum struktur
bangunan didirikan di lapangan. Untuk mencegah kerusakan lubang akibat beban yang bekerja
pada balok, maka di sekitar lubang pada balok diberi perkuatan baja tulangan.
Pada balok beton bertulang berlubang akan terjadi pengurangan kekuatan struktur balok
atau terjadi perlemahan pada balok akibat pengurangan dimensi penampang. Selain itu, pembuatan
lubang pada balok dapat mengurangi kekakuan dari balok tersebut. Agar stabilitasnya terjamin,
diperlukan analisis yang tepat untuk mengetahui pengaruh lubang pada penulangan balok beton
bertulang yang sesuai dengan SNI 2847-2013
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2019Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-01-1
METODOLOGI PENELITIANPermodelan Struktur dengan menggunakan ANSYS
Model Beton Bertulang (Reinforced Concrete)
Untuk memodelkan material beton bertulang digunakan model 8 elemen Solid (SOLID65)
dengan tiga derajat kebebasan pada setiap titiknya dan terjadi translasi pada arah x, y, and z (lihat
Gambar 1a). Elemen ini juga mempunyai kemampuan untuk berdeformasi plastis, retak dalam arah
x, y, dan z. (L. Dahmani, et.al, 2010).
Data sifat penampang yang akan digunakan dalam permodelan ANSYS dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Material Beton SOLID 65
Linear - Elastic – Isotropic
Modulus Elastisitas Beton,
Ec
2,35x104 MPa
Poisson Rasio, 0,20
Nonlinear – Multininear Kinematic Hardening
Regangan (c) Tegangan (fc)
0,0000 0,000
Gambar 1 a) Model 3D Elemen Beton SOLID65, dan b) Model 3D Elemen Baja SOLID45
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2019Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-01-1
0,0001 2,350
0,0002 4,700
0,0003 6,938
0,0005 10,938
0,0010 18,750
0,0015 23,438
0,0020 25,000
0,0025 24,629
0,0030
24,257
0,0035 23,886
0,0040 23,514
0,0045 23,143
0,0050 22,771
0,0053 22,548
Nonlinear – Inelastic – Non-metal plasticity – Concrete65
Open shear transfer coefficient 0,30
Closed shear transfer coefficient 1,00
Uniaxial cracking stress 3,50 MPa (fr=0,7.fc’)
Uniaxial crushing stress 25 MPa (fc’)
Tensile crack factor 0,60
Model Tulangan Baja (Steel Reinforcement)
Dalam memodelkan tulangan baja biasanya menggunakan tipe elemen SOLID 45 (lihat Gambar 1b)
dengan 3 model (L. Dahmani, A, 2010), yaitu:
a) Model 1: tulangan baja di idealisasikan sebagai elemen batang aksial (spar elements) dengan
sifatnya seperti tulangan aslinya namun berupa garis lihat Gambar 3.a Elemen ini dapat
langsung dihasilkan dari titik-titik dalam model dan mudah digunakan dalam memodelkan
tulangan baja suatu beton bertulang.
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2019Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-01-1
b) Model 2: tulangan baja di idealisasikan sebagai tulangan yang terdistribusi merata dalam
elemen beton (smeared concrete element). Dalam hal ini, beton dan tulangan terdistribusi ke
dalam elemen dengan batas-batas geometrik yang sama dan pengaruh tulangan merata ke dalam
elemen yang berhubungan (Gambar 3.b).
c) Model 3: tulangan baja di idealisasikan sebagai elemen Solid dengan sifatnya seperti tulangan
aslinya (seperti Gambar 3.c), model ini yang dipakai dalam penelitian ini.
Model hubungan tegangan-regangan baja yang digunakan adalah model Bilinear Isotropic
Hardening, dengan data material dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Data Material Tulangan Lentur Tarik dan Tekan Baja SOLID 45
Linear - Elastic – Isotropic
Modulus Elastisitas Baja, Es 2x105 MPa
Poisson Rasio, s 0,30
Nonlinear – Inelastic – Rate Independent –
Isotropic Hardening plasticity – Mises Plasticity
– Bilinear Isotropic Hardening
Tegangan leleh Baja, fy 400 MPa
Gambar 3. Model Tulangan Baja a) model Spar Element, b) Smeared Concrete Element, dan c) model Solid ElementGambar 3. Model Tulangan Baja a) model Spar Element,
b) Smeared Concrete Element, dan c) model Solid ElementGambar 3. Model Tulangan Baja a) model Spar Element,
b) Smeared Concrete Element, dan c) model Solid ElementGambar 3. Model Tulangan Baja a) model Spar Element,
b) Smeared Concrete Element, dan c) model Solid ElementGambar 3. Model Tulangan Baja a) model Spar Element,
b) Smeared Concrete Element, dan c) model Solid ElementGambar 3. Model Tulangan Baja a) model Spar Element,
b) Smeared Concrete Element, dan c) model Solid ElementGambar 3. Model Tulangan Baja a) model Spar Element,
b) Smeared Concrete Element, dan c) model Solid ElementGambar 3. Model Tulangan Baja a) model Spar Element,
b) Smeared Concrete Element, dan c) model Solid ElementGambar 3. Model Tulangan Baja a) model Spar Element,
b) Smeared Concrete Element, dan c) model Solid ElementGambar 3. Model Tulangan Baja a) model Spar Element,
b) Smeared Concrete Element, dan c) model Solid ElementGambar 3. Model Tulangan Baja a) model Spar Element,
b) Smeared Concrete Element, dan c) model Solid ElementGambar 3. Model Tulangan Baja a) model Spar Element,
b) Smeared Concrete Element, dan c) model Solid ElementGambar 3. Model Tulangan Baja a) model Spar Element,
b) Smeared Concrete Element, dan c) model Solid ElementGambar 3. Model Tulangan Baja a) model Spar Element,
b) Smeared Concrete Element, dan c) model Solid Element
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2019Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-01-1
Tabel 3. Data Material Tulangan Geser Baja SOLID 45
Linear - Elastic – Isotropic
Modulus Elastisitas Baja, Es 2x105 MPa
Poisson Rasio, s 0,30
Nonlinear – Inelastic – Rate Independent –
Isotropic Hardening plasticity – Mises Plasticity
– Bilinear Isotropic Hardening
Tegangan leleh Baja, fy 240 MPa
Model Tumpuan Baja (Support)
Tumpuan baja menggunakan model SOLID 45 dengan material kondisi linier dan data dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Material Tumpuan Baja SOLID 45
Linear - Elastic - IsotropicKondisi
LinearModulus Elastisitas Baja, Es 2,0x105 MPa
Poisson Rasio, s 0,30
Permodelan Elemen Balok Beton Bertulang
Dalam penelitian ini diambil kasus elemen balok beton bertulang mutu normal sebanyak 8 buah
dengan dimensi: lebar=200 mm, dan tinggi bervariasi setiap 100 mm dari 300 mm sd. 1000 mm,
dan panjang total balok yang ditinjau 2910 mm, dan panjang balok dari as ke as tumpuan sebesar
2800 mm, model struktur beton bertulang dapat dilihat pada Gambar 4 dan Tabel 6.
Gambar 4 . Permodelan Balok Beton Bertulang menggunakan ANSYS
Gambar 4 . Permodelan Balok Beton Bertulang menggunakan ANSYS
Gambar 4 . Permodelan Balok Beton Bertulang menggunakan ANSYS
Gambar 4 . Permodelan Balok Beton Bertulang menggunakan ANSYS
Gambar 4 . Permodelan Balok Beton Bertulang menggunakan ANSYS
Gambar 4 . Permodelan Balok Beton Bertulang menggunakan ANSYS
Gambar 4 . Permodelan Balok Beton Bertulang menggunakan ANSYS
Gambar 4 . Permodelan Balok Beton Bertulang menggunakan ANSYS
Gambar 4 . Permodelan Balok Beton Bertulang menggunakan ANSYS
Gambar 4 . Permodelan Balok Beton Bertulang menggunakan ANSYS
Gambar 4 . Permodelan Balok Beton Bertulang menggunakan ANSYS
Gambar 4 . Permodelan Balok Beton Bertulang menggunakan ANSYS
Gambar 4 . Permodelan Balok Beton Bertulang menggunakan ANSYS
Gambar 4 . Permodelan Balok Beton Bertulang menggunakan ANSYS
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2019Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-01-1
Tabel 5. Data Model Elemen Balok Beton Bertulang di ANSYS
Model Penulangan
geser
Perkuatan Variasi Lubang Mutu
Beton
(Mpa)
Tinggi
Balok
H
(mm)
Lebar
balok
B
(mm)
Panjang
Bentang
L
(mm)
EV.00.00 150-10ø Tanpa Tanpa Lubang 30 450 300 3000
EV.01.01 150-10ø Tanpa di daerah tumpuan 30 450 300 3000
EV.01.02 150-10ø Ada di daerah tumpuan 30 450 300 3000
EV.02.01 150-10ø Tanpa di daerah lapangan 30 450 300 3000
EV.02.02 150-10ø Ada di daerah lapangan 30 450 300 3000
EV.03.01 150-10ø Tanpa di daerah Lapangan
dan tumpuan
30 450 300 3000
EV.03.02 150-10ø Ada di daerah Lapangan
dan tumpuan
30 450 300 3000
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil dari analisis software ANSYS dapat diketahui beban, deformasi, pola
tegangan beton, dan pola retak yang terjadi pada setiap model benda uji.
Perilaku Deformasi Balok
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2019Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-01-1
0 1 2 3 4 5 60
5
10
15
20
25
30
35
EV.01.01EV.01.02EV.02.01EV.02.02EV.03.01EV.03.02
Lendutan (mm)
Beba
n (k
N)
Gambar 5. Grafik Beban dan Deformasi pada Balok dengan Variasi Lubang dan Perkuatan Geser
Pada beberapa model balok dengan variasi jumlah lubang dan penambahan perkuatan geser
masing-masing dibebani beban 30 kN seperti terihat pada tabel 5. Pada gambar 5 terlihat grafik
beban dan lendutan, model yang memiliki jumlah lubang 3 buah dan diberi perkuatan geser
memiliki lendutan paling besar, hal ini terjadi karena balok tersebut memiliki berat mati tambahan
dari tulangan geser tambahan disekitar lubang daripada model lainnya . Sedangkan model yang
memiliki lubang 1 buah dan diberi perkuatan memiliki lendutan paling kecil, hal ini karena balok
tersebut memiliki lubang paling sedikit dan diberikan perkuatan geser sehingga lebih baik menahan
gaya geser.
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2019Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-01-1
EV.01.01 EV.01.02 EV.02.01 EV.02.02 EV.03.01 EV.03.024.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
5
5.1
Gambar 6. Perbandingan lendutan pada Balok dengan Variasi lubang dan Perkuatan Geser
Perbandingan lendutan yang terjadi antara balok tanpa dan dengan perkuatan geser dapat
terlihat pada gambar 6. Balok yang memiliki lubang tiga buah dengan perkuatan geser memiliki
rasio lendutan 1,0797 lebih besar dari balok tanpa perkuatan geser. Balok yang memiliki lubang dua
buah dengan perkuatan geser memiliki rasio lendutan 1,0453 lebih besar dari balok tanpa perkuatan
geser. Balok yang memiliki lubang satu buah dengan perkuatan geser memiliki rasio lendutan
0,9738 lebih kecil dari balok tanpa perkuatan geser seperti terlihat pada gambar 7. Hal tersebut
karena pengaruh posisi lubang dan jumlah penambahan tulangan geser pada sekitar lubang.
Gambar 7. Deformasi dan retak pada balok berlubang EV.01.01
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2019Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-01-1
Tabel 6. Beban dan deformasi ultimit pada model Balok Berlubang dengan variasi
No Kode Benda Uji Lendutan (mm)Beban Lentur
(kN)
1 EV.01.01 4,6657 30
2 EV.01.02 4,5434 30
3 EV.02.01 4,6673 30
4 EV.02.02 4,8791 30
5 EV.03.01 4,6800 30
6 EV.03.02 5,0531 30
Sumber: Hasil Perhitungan
Terlihat pada gambar 8. pada balok dengan variasi jumlah lubang tanpa perkuatan geser.
Besarnya lendutan pada balok berlubang satu buah yaitu 4,6657 mm, berlubang dua buah yaitu
4,6673 mm dan berlubang tiga buah yaitu 4,6800 mm. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan nilai
lendutan akan semakin besar apabila jumlah lubang pada balok semakin banyak. Hilangnya
sejumlah luasan penampang efektif balok mempengaruhi kekakuan balok sehingga memperbesar
nilai lendutan yang terjadi.
EV.01.01 EV.02.01 EV.03.014.655
4.66
4.665
4.67
4.675
4.68
4.685
Lend
utan
(mm
)
Gambar 8. Perbandingan Deformasi pada Balok Berlubang dengan Variasi Jumlah Lubang
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2019Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-01-1
Gambar 9. Deformasi dan retak pada balok berlubang model EV.01.02
Terlihat pada gambar 10. pada balok dengan variasi jumlah lubang dengan perkuatan geser.
Besarnya lendutan pada balok berlubang satu buah yaitu 4,5434 mm, berlubang dua buah yaitu
4,8791 mm dan berlubang tiga buah yaitu 5,0531 mm. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan nilai
lendutan akan semakin besar apabila jumlah lubang pada balok semakin banyak dan semakin
banyak perkuatan geser yang dipasang. Hilangnya sejumlah luasan penampang efektif balok
mempengaruhi kekakuan balok sehingga memperbesar nilai lendutan yang terjadi, serta pengaruh
berat tambahan dari banyaknya tulangan geser yang terpasang ikut mempengaruhi berat sendiri
balok sehingga beban mati bertambah. Perilaku retak pada balok dengan perkuatan geser dapat
dilihat salah satunya pada gambar 9.
EV.01.02 EV.02.02 EV.03.024.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
5
5.1
Lend
utan
(mm
)
Gambar 10. Perbandingan Deformasi pada Balok Berlubang dengan Variasi Panjang Perkuatan
Geser
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2019Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-01-1
KESIMPULANBerdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa:
1) Jumlah dan penempatan lubang pada balok mempengaruhi kemampuan balok menahan beban.
Semakin sedikit jumlah lubang semakin optimal balok menahan beban. Penempatan lubang
pada daerah lapangan lebih baik daripada didaerah tumpuan, hal ini ditunjukkan dengan
besarnya deformasi yang terjadi sebelum keruntuhan terjadi.
2) Penambahan perkuatan geser pada sekitar lubang menambah kemampuan balok menahan
beban geser. Namun hal tersebut akan memberikan berat tambahan untuk balok itu sendiri. Hal
ini ditunjukkan dengan besarnya deformasi yang terjadi sebelum keruntuhan terjadi.
3) Retak yang dihasilkan kebanyakan adalah retak vertikal, ini menunjukkan bahwa sangat
diperlukan penambahan tulangan tarik untuk mencegah lebih awal keruntuhan lentur beton
yang bersifat getas.
DAFTAR RUJUKAN
Aman Subakti, Teknologi Beton Dalam Praktek, ITS, 1994
Aman Subakti, Teknologi Beton, ITS, 1995
Fachrir Rivani, Ir, Petunjuk Praktikum Beton, Laboratorium Struktur dan Bahan, Fakultas Teknik ULM, 1995
Gideon Kesuma, Ir. M.Eng, Pedoman Pengerjaan Beton, Erlangga
Iskandar, M.T. et all. Bahan Kuliah Struktur Beton Bertulang I, ULM, 2005
Kent, D. C. and Park, R., Flexural Members with Confined Concrete, Journal of the Structural Division, ASCE, Vol. 97, ST7, July, 1971, pp. 1969 - 1990.
L. Dahmani, A. Khennane, and S. Kaci, Crack Identification In Reinforced Concrete Beams Using Ansys Software, Strength of Materials, Vol. 42, No. 2, Springer Science + Business Media, Inc., 2010.
Nawy, E.G., Tavio, and Kusuma B., Beton Bertulang: Sebuah Pendekatan Mendasar, Edisi Kelima, ITS Press,, 2010.
Patil, A. N. Shaikh, B. R. Niranjan, Experimental and Analytical Study on Reinforced Concrete Deep Beam, International Journal of Modern Engineering Research (IJMER) Vol.3, Issue.1, Jan-Feb. 2013 pp-45-52, 2013.
Park, R., dan T. Paulay, Reinforced Concrete Structures, John Wiley & Sons Inc., 1975.
Rizky Fajar Pratama, Sugeng P. Budio, Ming Narto Wijaya. Analisis Kekakuan Struktur Balok Beton Bertulang Dengan Lubang Hollow Core Pada Tengah Balok.
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2019Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-01-1
Setiawan, Agus. (2016). Perancangan Struktur Beton Bertulang berdasarkan SNI 2847 : 2013. Jakarta: Erlangga.
Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, SK SNI T-15-1990-03
Tjokrodimuljo, Kardiyono. Teknologi Beton, UGM, 1996
Tri Mulyono, Ir., M.T.. Teknologi Beton. 2003
Wang, Salmon, Chu-Kia., Charles G. 1993. Disain Beton Bertulang, Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Wang, Salmon, Chu-Kia., Charles G.. 1993. Disain Beton Bertulang, Jilid 2. Jakarta: Erlangga