POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya...
Transcript of POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya...
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
MULA SUTTA
Sutta 1
1. Demikianlah saya dengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di bawah pohon Sala-
raja, di hutan Subhaga, Ukkhattha. Di tempat itu Sang
Bhagava berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikku."
"Bhante," jawab para bhikkhu.
Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu, saya akan mengajarkan
dasar metode (mulapariyaya) semua dhamma, dengarkan,
perhatikan dengan seksama, saya akan bicara."
"Ya, bhante," jawab para bhikkhu menyetujuinya.
2. Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu, dalam hal orang awam
(puthujjana) yang tidak memperdulikan (assutava) para ariya,
tidak melihat (adassavi) ariyadhamma, tidak mengetahui
(akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam ariyadhamma,
tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak mengetahui
dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam dhamma orang-
1
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
orang suci, namun mengetahui (sanjanati) 'pathavi' (padat)
sebagai pathavi. Ia mengetahui pathavi sebagai pathavi, ia
berpikir tentang pathavi; ia memikirkan (dirinya) berhubungan
dengan pathavi; ia memikirkan (dirinya) sebagai pathavi; ia
berpikir bahwa 'pathavi milikku', ia gembira dalam pathavi.
Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia tidak
mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'apo' (cairan)
sebagai apo, setelah mengetahui apo sebagai apo, ia berpikir
tentang apo; ia memikirkan (dirinya) berhubungan dengan apo;
ia memikirkan (dirinya) sebagai apo; ia berpikir 'apo milikku', ia
gembira dalam apo. Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa
hal itu ia tidak mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
2
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'tejo' (panas)
sebagai tejo, setelah mengetahui tejo sebagai tejo, ia berpikir
tentang tejo; ia memikirkan (dirinya) berhubungan dengan
tejo; ia memikirkan (dirinya) sebagai tejo; ia berpikir 'tejo
milikku', ia gembira dalam tejo. Mengapa begitu? Saya
nyatakan bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'vayo' (angin)
sebagai vayo, setelah mengetahui vayo sebagai vayo, ia
berpikir tentang vayo; ia memikirkan (dirinya) berhubungan
dengan vayo; ia memikirkan (dirinya) sebagai vayo; ia berpikir
'vayo milikku', ia gembira dalam vayo. Mengapa begitu? Saya
nyatakan bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
3
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'butha '
(makhluk) sebagai butha , setelah mengetahui butha sebagai
butha , ia berpikir tentang butha ; ia memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan butha ; ia memikirkan (dirinya) sebagai
butha ; ia berpikir 'butha milikku', ia gembira dalam butha .
Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia tidak
mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'deva' (dewa)
sebagai deva, setelah mengetahui deva sebagai deva, ia
berpikir tentang deva; ia memikirkan (dirinya) berhubungan
dengan deva; ia memikirkan (dirinya) sebagai deva; ia berpikir
'deva milikku', ia gembira dalam deva. Mengapa begitu? Saya
nyatakan bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
4
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Pajapati'
sebagai Pajapati, setelah mengetahui Pajapati sebagai
Pajapati, ia berpikir tentang Pajapati; ia memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan Pajapati; ia memikirkan (dirinya) sebagai
Pajapati; ia berpikir 'Pajapati milikku', ia gembira dalam
Pajapati. Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia
tidak mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Brahma'
(Dewa Brahma) sebagai Brahma, setelah mengetahui Brahma
sebagai Brahma, ia berpikir tentang Brahma; ia memikirkan
(dirinya) berhubungan dengan Brahma; ia memikirkan (dirinya)
sebagai Brahma; ia berpikir 'Brahma milikku', ia gembira dalam
Brahma. Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia
tidak mengerti dengan baik.
5
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Abhassara'
(Brahma Aabhasara) sebagai Abhassara, setelah mengetahui
Abhassara sebagai Abhassara, ia berpikir tentang Abhassara; ia
memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Abhassara; ia
memikirkan (dirinya) sebagai Abhassara; ia berpikir 'Abhassara
milikku', ia gembira dalam Abhassara. Mengapa begitu? Saya
nyatakan bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Subhakinna'
(Brahma Subhakinna) sebagai Subhakinna, setelah mengetahui
Subhakinna sebagai Subhakinna, ia berpikir tentang
Subhakinna; ia memikirkan (dirinya) berhubungan dengan
Subhakinna; ia memikirkan (dirinya) sebagai Subhakinna; ia
6
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
berpikir 'Subhakinna milikku', ia gembira dalam Subhakinna.
Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia tidak
mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Vehapphala'
(Brahma Vehapphala) sebagai Vehapphala, setelah
mengetahui Vehapphala sebagai Vehapphala, ia berpikir
tentang Vehapphala; ia memikirkan (dirinya) berhubungan
dengan Vehapphala; ia memikirkan (dirinya) sebagai
Vehapphala; ia berpikir 'tejo milikku', ia gembira dalam
Vehapphala. Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia
tidak mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Abhibhu'
7
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
(Brahma Asannasatta) sebagai Abhibhu, setelah mengetahui
Abhibhu sebagai Abhibhu, ia berpikir tentang Abhibhu; ia
memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Abhibhu; ia
memikirkan (dirinya) sebagai Abhibhu; ia berpikir 'tejo milikku',
ia gembira dalam Abhibhu. Mengapa begitu? Saya nyatakan
bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui
'Akasanancayatana' (…) sebagai Akasanancayatana, setelah
mengetahui Akasanancayatana sebagai Akasanancayatana, ia
berpikir tentang Akasanancayatana; ia memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan Akasanancayatana; ia memikirkan
(dirinya) sebagai Akasanancayatana; ia berpikir 'tejo milikku',
ia gembira dalam Akasanancayatana. Mengapa begitu? Saya
nyatakan bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
8
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui
'Vinnanancayatana' (…) sebagai Vinnanancayatana, setelah
mengetahui Vinnanancayatana sebagai Vinnanancayatana, ia
berpikir tentang Vinnanancayatana; ia memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan Vinnanancayatana; ia memikirkan
(dirinya) sebagai Vinnanancayatana; ia berpikir 'tejo milikku', ia
gembira dalam Vinnanancayatana. Mengapa begitu? Saya
nyatakan bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui
'Akincannayatana N’evasannanasannayatana' (cairan) sebagai
Akincannayatana N’evasannanasannayatana, setelah
mengetahui Akincannayatana N’evasannanasannayatana
sebagai Akincannayatana N’evasannanasannayatana, ia
berpikir tentang Akincannayatana N’evasannanasannayatana;
ia memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Akincannayatana
9
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
N’evasannanasannayatana; ia memikirkan (dirinya) sebagai
Akincannayatana N’evasannanasannayatana; ia berpikir 'tejo
milikku', ia gembira dalam Akincannayatana
N’evasannanasannayatana. Mengapa begitu? Saya nyatakan
bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'dittha '
(pandangan yang dilihat) sebagai dittha , setelah mengetahui
dittha sebagai dittha , ia berpikir tentang dittha ; ia
memikirkan (dirinya) berhubungan dengan dittha ; ia
memikirkan (dirinya) sebagai dittha ; ia berpikir 'tejo milikku',
ia gembira dalam dittha . Mengapa begitu? Saya nyatakan
bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
10
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Isuta'
(sesuatu yang didengar) sebagai Isuta, setelah mengetahui
Isuta sebagai Isuta, ia berpikir tentang Isuta; ia memikirkan
(dirinya) berhubungan dengan Isuta; ia memikirkan (dirinya)
sebagai Isuta; ia berpikir 'tejo milikku', ia gembira dalam Isuta.
Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia tidak
mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'muta'
(sesuatu yang dirasakan) sebagai muta, setelah mengetahui
muta sebagai muta, ia berpikir tentang muta; ia memikirkan
(dirinya) berhubungan dengan muta; ia memikirkan (dirinya)
sebagai muta; ia berpikir 'tejo milikku', ia gembira dalam muta.
Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia tidak
mengerti dengan baik.
Ia mengetahui 'vinnata' (diketahui) sebagai vinnata, setelah
mengetahui vinnata sebagai vinnata, ia berpikir tentang
vinnata; ia memikirkan (dirinya) berhubungan dengan vinnata;
11
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ia memikirkan (dirinya) sebagai vinnata; ia berpikir 'tejo
milikku', ia gembira dalam vinnata. Mengapa begitu? Saya
nyatakan bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'lekatta'
(persatuan) sebagai lekatta, setelah mengetahui lekatta
sebagai lekatta, ia berpikir tentang lekatta; ia memikirkan
(dirinya) berhubungan dengan lekatta; ia memikirkan (dirinya)
sebagai lekatta; ia berpikir 'tejo milikku', ia gembira dalam
lekatta. Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia
tidak mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'nanatta'
(perbedaan) sebagai nanatta, setelah mengetahui nanatta
12
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
sebagai nanatta, ia berpikir tentang nanatta; ia memikirkan
(dirinya) berhubungan dengan nanatta; ia memikirkan (dirinya)
sebagai nanatta; ia berpikir 'tejo milikku', ia gembira dalam
nanatta. Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia
tidak mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'sabba'
(universal) sebagai sabba, setelah mengetahui sabba sebagai
sabba, ia berpikir tentang sabba; ia memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan sabba; ia memikirkan (dirinya) sebagai
sabba; ia berpikir 'tejo milikku', ia gembira dalam sabba.
Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia tidak
mengerti dengan baik.
Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan
(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,
tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam
ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak
mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam
13
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Nibbana' (…)
sebagai Nibbana, setelah mengetahui Nibbana sebagai
Nibbana, ia berpikir tentang Nibbana; ia memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan Nibbana; ia memikirkan (dirinya) sebagai
Nibbana; ia berpikir 'tejo milikku', ia gembira dalam Nibbana.
Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia tidak
mengerti dengan baik.
3. Para bhikkhu, bagaimana pun seorang bhikkhu siswa (sekha),
yang belum mencapai kesempurnaan (appattamanasa), yang
masih berusaha untuk mencapai pembebasan tertinggi
(anuttara) dari ikatan, mengerti dengan baik tentang pathavi
sebagai pathavi; karena mengetahui dengan baik tentang
pathavi sebagai pathavi, maka ia tidak memikirkan tentang
pathavi, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan
pathavi; ia tidak memikirkan dirinya sebagai pathavi; ia tidak
berpikir 'pathavi milikku', ia tidak gembira dalam pathavi.
Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah
mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
14
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Ia mengerti dengan baik tentang ‘apo’ (cairan) sebagai apo;
karena mengetahui dengan baik tentang apo sebagai apo,
maka ia tidak memikirkan tentang apo, ia tidak memikirkan
(dirinya) berhubungan dengan apo; ia tidak memikirkan dirinya
sebagai apo; ia tidak berpikir ' apo milikku', ia tidak gembira
dalam apo. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia
telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘tejo’ (panas) sebagai tejo;
karena mengetahui dengan baik tentang tejo sebagai tejo,
maka ia tidak memikirkan tentang tejo, ia tidak memikirkan
(dirinya) berhubungan dengan tejo; ia tidak memikirkan dirinya
sebagai tejo; ia tidak berpikir ' tejo milikku', ia tidak gembira
dalam tejo. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia
telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
15
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Ia mengerti dengan baik tentang ‘vayo’ (angin) sebagai vayo;
karena mengetahui dengan baik tentang vayo sebagai vayo,
maka ia tidak memikirkan tentang vayo, ia tidak memikirkan
(dirinya) berhubungan dengan vayo; ia tidak memikirkan
dirinya sebagai vayo; ia tidak berpikir ' vayo milikku', ia tidak
gembira dalam vayo. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa
hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘butha’ (mahluk) sebagai
butha; karena mengetahui dengan baik tentang butha sebagai
butha, maka ia tidak memikirkan tentang butha, ia tidak
memikirkan (dirinya) berhubungan dengan butha; ia tidak
memikirkan dirinya sebagai butha; ia tidak berpikir ' butha
milikku', ia tidak gembira dalam butha. Mengapa begitu? Saya
nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
16
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Ia mengerti dengan baik tentang ‘devo’ (dewa) sebagai devo;
karena mengetahui dengan baik tentang devo sebagai devo,
maka ia tidak memikirkan tentang devo, ia tidak memikirkan
(dirinya) berhubungan dengan devo; ia tidak memikirkan
dirinya sebagai devo; ia tidak berpikir ' devo milikku', ia tidak
gembira dalam devo. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa
hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘Pajapati’ (?) sebagai Pajapati;
karena mengetahui dengan baik tentang Pajapati sebagai
Pajapati, maka ia tidak memikirkan tentang Pajapati, ia tidak
memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Pajapati; ia tidak
memikirkan dirinya sebagai Pajapati; ia tidak berpikir ' Pajapati
milikku', ia tidak gembira dalam Pajapati. Mengapa begitu?
Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
17
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Ia mengerti dengan baik tentang ‘Brahma’ (Dewa Barahma)
sebagai Brahma; karena mengetahui dengan baik tentang
Brahma sebagai Brahma, maka ia tidak memikirkan tentang
Brahma, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan
Brahma; ia tidak memikirkan dirinya sebagai Brahma; ia tidak
berpikir ' Brahma milikku', ia tidak gembira dalam Brahma.
Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah
mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘AAbhassara’ (Brahma
Abhassara) sebagai AAbhassara; karena mengetahui dengan
baik tentang AAbhassara sebagai AAbhassara, maka ia tidak
memikirkan tentang AAbhassara, ia tidak memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan AAbhassara; ia tidak memikirkan dirinya
sebagai AAbhassara; ia tidak berpikir ' AAbhassara milikku', ia
tidak gembira dalam AAbhassara. Mengapa begitu? Saya
nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
18
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘Subhakinna’ (Brahma
Subhakinna) sebagai Subhakinna; karena mengetahui dengan
baik tentang Subhakinna sebagai Subhakinna, maka ia tidak
memikirkan tentang Subhakinna, ia tidak memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan Subhakinna; ia tidak memikirkan dirinya
sebagai Subhakinna; ia tidak berpikir ' Subhakinna milikku', ia
tidak gembira dalam Subhakinna. Mengapa begitu? Saya
nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘Vehapphala’ (Brahma
Vehapphala) sebagai Vehapphala; karena mengetahui dengan
baik tentang Vehapphala sebagai Vehapphala, maka ia tidak
memikirkan tentang Vehapphala, ia tidak memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan Vehapphala; ia tidak memikirkan dirinya
sebagai Vehapphala; ia tidak berpikir ' Vehapphala milikku', ia
19
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tidak gembira dalam Vehapphala. Mengapa begitu? Saya
nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘Abhibhu’ (Brahma
Asannasatta) sebagai Abhibhu; karena mengetahui dengan
baik tentang Abhibhu sebagai Abhibhu, maka ia tidak
memikirkan tentang Abhibhu, ia tidak memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan Abhibhu; ia tidak memikirkan dirinya
sebagai Abhibhu; ia tidak berpikir ' Abhibhu milikku', ia tidak
gembira dalam Abhibhu. Mengapa begitu? Saya nyatakan
babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘Akasanancayatana’ (?)
sebagai Akasanancayatana; karena mengetahui dengan baik
tentang Akasanancayatana sebagai Akasanancayatana, maka
ia tidak memikirkan tentang Akasanancayatana, ia tidak
20
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Akasanancayatana;
ia tidak memikirkan dirinya sebagai Akasanancayatana; ia tidak
berpikir ' Akasanancayatana milikku', ia tidak gembira dalam
Akasanancayatana. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa
hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘Vinnananancayatana’
sebagai Vinnannaancayatana; karena mengetahui dengan baik
tentang Vinnannaancayatana sebagai Vinnannaancayatana,
maka ia tidak memikirkan tentang Vinnannaancayatana, ia
tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan
Vinnannaancayatana; ia tidak memikirkan dirinya sebagai
Vinnannaancayatana; ia tidak berpikir ' Vinnannaancayatana
milikku', ia tidak gembira dalam Vinnannaancayatana.
Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah
mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
21
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘Akincannayatana
N’evasannanasannayatana’ sebagai Akincannayatana
N’evasannanasannayatana; karena mengetahui dengan baik
tentang Akincannayatana N’evasannanasannayatana sebagai
Akincannayatana N’evasannanasannayatana, maka ia tidak
memikirkan tentang Akincannayatana
N’evasannanasannayatana, ia tidak memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan Akincannayatana
N’evasannanasannayatana; ia tidak memikirkan dirinya
sebagai Akincannayatana N’evasannanasannayatana; ia tidak
berpikir'Akincannayatana N’evasannanasannayatana milikku',
ia tidak gembira dalam Akincannayatana
N’evasannanasannayatana. Mengapa begitu? Saya nyatakan
babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘Dittha’ (Pandangan yang
dilihat) sebagai Dittha; karena mengetahui dengan baik
tentang Dittha sebagai Dittha, maka ia tidak memikirkan
22
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tentang Dittha, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan
dengan Dittha; ia tidak memikirkan dirinya sebagai Dittha; ia
tidak berpikir ' Dittha milikku', ia tidak gembira dalam Dittha.
Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah
mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘Isuta’ (sesuatu yang
didengar) sebagai Isuta; karena mengetahui dengan baik
tentang Isuta sebagai Isuta, maka ia tidak memikirkan tentang
Isuta, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Isuta;
ia tidak memikirkan dirinya sebagai Isuta; ia tidak berpikir '
Isuta milikku', ia tidak gembira dalam Isuta. Mengapa begitu?
Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘muta’ (sesuatu yang
dirasakan) sebagai muta; karena mengetahui dengan baik
23
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tentang muta sebagai muta, maka ia tidak memikirkan tentang
muta, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan muta;
ia tidak memikirkan dirinya sebagai muta; ia tidak berpikir '
muta milikku', ia tidak gembira dalam muta. Mengapa begitu?
Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘vinnata’ (yang diketahui)
sebagai vinnata; karena mengetahui dengan baik tentang
vinnata sebagai vinnata, maka ia tidak memikirkan tentang
vinnata, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan
vinnata; ia tidak memikirkan dirinya sebagai vinnata; ia tidak
berpikir ' vinnata milikku', ia tidak gembira dalam vinnata.
Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah
mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘lekatta’ (persatuan) sebagai
24
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
lekatta; karena mengetahui dengan baik tentang lekatta
sebagai lekatta, maka ia tidak memikirkan tentang lekatta, ia
tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan lekatta; ia
tidak memikirkan dirinya sebagai lekatta; ia tidak berpikir '
lekatta milikku', ia tidak gembira dalam lekatta. Mengapa
begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan
baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘nanatta’ (perbedaan) sebagai
nanatta; karena mengetahui dengan baik tentang nanatta
sebagai nanatta, maka ia tidak memikirkan tentang nanatta, ia
tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan nanatta; ia
tidak memikirkan dirinya sebagai nanatta; ia tidak berpikir '
nanatta milikku', ia tidak gembira dalam nanatta. Mengapa
begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan
baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
25
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘sabba’ (universal) sebagai
sabba; karena mengetahui dengan baik tentang sabba sebagai
sabba, maka ia tidak memikirkan tentang sabba, ia tidak
memikirkan (dirinya) berhubungan dengan sabba; ia tidak
memikirkan dirinya sebagai sabba; ia tidak berpikir ' sabba
milikku', ia tidak gembira dalam sabba. Mengapa begitu? Saya
nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai
kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk
mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun
Ia mengerti dengan baik tentang ‘Nibbana’ (?) sebagai
Nibbana; karena mengetahui dengan baik tentang Nibbana
sebagai Nibbana, maka ia tidak memikirkan tentang Nibbana,
ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Nibbana; ia
tidak memikirkan dirinya sebagai Nibbana; ia tidak berpikir '
Nibbana milikku', ia tidak gembira dalam Nibbana. Mengapa
begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan
baik.
26
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
3. Para bhikkhu, bagaimana pun seorang bhikkhu arahat, yang
telah melenyapkan semua kekotoran batin (asava), telah hidup
dengan kehidupan (sempurna), telah melaksanakan tugas yang
harus dikerjakan (katakaraniyo), telah melepaskan beban
(ohitabharo), telah mencapai tujuannya (anuppattasadatto),
telah melenyapkan semua belenggu (samyojana), yang
terbebas (vimutti) dengan pengetahuan sempurna, ia pun
mengerti dengan baik tentang 'pathavi' sebagai pathavi;
karena mengerti dengan baik mengenai pathavi sebagai
pathavi, maka ia tidak memikirkan tentang pathavi, ia tidak
memikirkan (dirinya) berhubungan dengan pathavi; ia tidak
memikirkan dirinya sebagai pathavi; ia tidak berpikir 'pathavi
milikku', ia tidak gembira dalam pathavi. Mengapa begitu?
Saya nyatakan bahwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘apo’ (cairan) sebagai apo; karena mengetahui dengan
27
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
baik tentang apo sebagai apo, maka ia tidak memikirkan
tentang apo, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan
dengan apo; ia tidak memikirkan dirinya sebagai apo; ia tidak
berpikir ' apo milikku', ia tidak gembira dalam apo. Mengapa
begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan
baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘tejo’ (panas) sebagai tejo; karena mengetahui dengan
baik tentang tejo sebagai tejo, maka ia tidak memikirkan
tentang tejo, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan
dengan tejo; ia tidak memikirkan dirinya sebagai tejo; ia tidak
berpikir ' tejo milikku', ia tidak gembira dalam tejo. Mengapa
begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan
baik.
28
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
namun Ia mengerti dengan baik tentang ‘vayo’ (angin) sebagai
vayo; karena mengetahui dengan baik tentang vayo sebagai
vayo, maka ia tidak memikirkan tentang vayo, ia tidak
memikirkan (dirinya) berhubungan dengan vayo; ia tidak
memikirkan dirinya sebagai vayo; ia tidak berpikir ' vayo
milikku', ia tidak gembira dalam vayo. Mengapa begitu? Saya
nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘butha’ (mahluk) sebagai butha; karena mengetahui
dengan baik tentang butha sebagai butha, maka ia tidak
memikirkan tentang butha, ia tidak memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan butha; ia tidak memikirkan dirinya
sebagai butha; ia tidak berpikir ' butha milikku', ia tidak
gembira dalam butha. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa
hal itu ia telah mengerti dengan baik.
29
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘devo’ (dewa) sebagai devo; karena mengetahui
dengan baik tentang devo sebagai devo, maka ia tidak
memikirkan tentang devo, ia tidak memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan devo; ia tidak memikirkan dirinya sebagai
devo; ia tidak berpikir ' devo milikku', ia tidak gembira dalam
devo. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah
mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
30
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘Pajapati’ (?) sebagai Pajapati; karena mengetahui
dengan baik tentang Pajapati sebagai Pajapati, maka ia tidak
memikirkan tentang Pajapati, ia tidak memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan Pajapati; ia tidak memikirkan dirinya
sebagai Pajapati; ia tidak berpikir ' Pajapati milikku', ia tidak
gembira dalam Pajapati. Mengapa begitu? Saya nyatakan
babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘Brahma’ (Dewa Barahma) sebagai Brahma; karena
mengetahui dengan baik tentang Brahma sebagai Brahma,
maka ia tidak memikirkan tentang Brahma, ia tidak memikirkan
(dirinya) berhubungan dengan Brahma; ia tidak memikirkan
dirinya sebagai Brahma; ia tidak berpikir ' Brahma milikku', ia
31
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tidak gembira dalam Brahma. Mengapa begitu? Saya
nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘Abhassara’ (Brahma Abhassara) sebagai Abhassara;
karena mengetahui dengan baik tentang Abhassara sebagai
Abhassara, maka ia tidak memikirkan tentang Abhassara, ia
tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Abhassara; ia
tidak memikirkan dirinya sebagai Abhassara; ia tidak berpikir '
Abhassara milikku', ia tidak gembira dalam Abhassara.
Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah
mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
32
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘Subhakinna’ (Brahma Subhakinna) sebagai
Subhakinna; karena mengetahui dengan baik tentang
Subhakinna sebagai Subhakinna, maka ia tidak memikirkan
tentang Subhakinna, ia tidak memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan Subhakinna; ia tidak memikirkan dirinya
sebagai Subhakinna; ia tidak berpikir ' Subhakinna milikku', ia
tidak gembira dalam Subhakinna. Mengapa begitu? Saya
nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘Vehapphala’ (Brahma Vehapphala) sebagai
33
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Vehapphala; karena mengetahui dengan baik tentang
Vehapphala sebagai Vehapphala, maka ia tidak memikirkan
tentang Vehapphala, ia tidak memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan Vehapphala; ia tidak memikirkan dirinya
sebagai Vehapphala; ia tidak berpikir ' Vehapphala milikku', ia
tidak gembira dalam Vehapphala. Mengapa begitu? Saya
nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘Abhibhu’ (Brahma Asannasatta) sebagai Abhibhu;
karena mengetahui dengan baik tentang Abhibhu sebagai
Abhibhu, maka ia tidak memikirkan tentang Abhibhu, ia tidak
memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Abhibhu; ia tidak
memikirkan dirinya sebagai Abhibhu; ia tidak berpikir ' Abhibhu
milikku', ia tidak gembira dalam Abhibhu. Mengapa begitu?
Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
34
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘Akasanancayatana’ (?) sebagai Akasanancayatana;
karena mengetahui dengan baik tentang Akasanancayatana
sebagai Akasanancayatana, maka ia tidak memikirkan tentang
Akasanancayatana, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan
dengan Akasanancayatana; ia tidak memikirkan dirinya sebagai
Akasanancayatana; ia tidak berpikir ' Akasanancayatana
milikku', ia tidak gembira dalam Akasanancayatana. Mengapa
begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan
baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
35
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘Vinnanancayatana’ (?) sebagai Vinnanancayatana;
karena mengetahui dengan baik tentang Vinnanancayatana
sebagai Vinnanancayatana, maka ia tidak memikirkan tentang
Vinnanancayatana, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan
dengan Vinnanancayatana; ia tidak memikirkan dirinya sebagai
Vinnanancayatana; ia tidak berpikir ' Vinnanancayatana
milikku', ia tidak gembira dalam Vinnanancayatana. Mengapa
begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan
baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘Akincannayatana N’evasannanasannayatana’ (?)
sebagai Akincannayatana N’evasannanasannayatana; karena
36
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mengetahui dengan baik tentang Akincannayatana
N’evasannanasannayatana sebagai Akincannayatana
N’evasannanasannayatana, maka ia tidak memikirkan tentang
Akincannayatana N’evasannanasannayatana, ia tidak
memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Akincannayatana
N’evasannanasannayatana; ia tidak memikirkan dirinya
sebagai Akincannayatana N’evasannanasannayatana; ia tidak
berpikir'Akincannayatana N’evasannanasannayatana milikku',
ia tidak gembira dalam Akincannayatana
N’evasannanasannayatana. Mengapa begitu? Saya nyatakan
babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘Dittha’ (Pandangan yang dilihat) sebagai Dittha;
karena mengetahui dengan baik tentang Dittha sebagai Dittha,
maka ia tidak memikirkan tentang Dittha, ia tidak memikirkan
37
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
(dirinya) berhubungan dengan Dittha; ia tidak memikirkan
dirinya sebagai Dittha; ia tidak berpikir ' Dittha milikku', ia tidak
gembira dalam Dittha. Mengapa begitu? Saya nyatakan
babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘Isuta’ (sesuatu yang didengar) sebagai Isuta; karena
mengetahui dengan baik tentang Isuta sebagai Isuta, maka ia
tidak memikirkan tentang Isuta, ia tidak memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan Isuta; ia tidak memikirkan dirinya sebagai
Isuta; ia tidak berpikir ' Isuta milikku', ia tidak gembira dalam
Isuta. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah
mengerti dengan baik.
38
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘muta’ (sesuatu yang dirasakan) sebagai muta; karena
mengetahui dengan baik tentang muta sebagai muta, maka ia
tidak memikirkan tentang muta, ia tidak memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan muta; ia tidak memikirkan dirinya
sebagai muta; ia tidak berpikir ' muta milikku', ia tidak gembira
dalam muta. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia
telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
39
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tentang ‘vinnata’ (yang diketahui) sebagai vinnata; karena
mengetahui dengan baik tentang vinnata sebagai vinnata,
maka ia tidak memikirkan tentang vinnata, ia tidak memikirkan
(dirinya) berhubungan dengan vinnata; ia tidak memikirkan
dirinya sebagai vinnata; ia tidak berpikir ' vinnata milikku', ia
tidak gembira dalam vinnata. Mengapa begitu? Saya nyatakan
babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘lekatta’ (persatuan) sebagai lekatta; karena
mengetahui dengan baik tentang lekatta sebagai lekatta, maka
ia tidak memikirkan tentang lekatta, ia tidak memikirkan
(dirinya) berhubungan dengan lekatta; ia tidak memikirkan
dirinya sebagai lekatta; ia tidak berpikir ' lekatta milikku', ia
tidak gembira dalam lekatta. Mengapa begitu? Saya nyatakan
babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
40
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘nanatta’ (perbedaan) sebagai nanatta; karena
mengetahui dengan baik tentang nanatta sebagai nanatta,
maka ia tidak memikirkan tentang nanatta, ia tidak memikirkan
(dirinya) berhubungan dengan nanatta; ia tidak memikirkan
dirinya sebagai nanatta; ia tidak berpikir ' nanatta milikku', ia
tidak gembira dalam nanatta. Mengapa begitu? Saya
nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
41
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘sabba’ (iniversal) sebagai sabba; karena mengetahui
dengan baik tentang sabba sebagai sabba, maka ia tidak
memikirkan tentang sabba, ia tidak memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan sabba; ia tidak memikirkan dirinya
sebagai sabba; ia tidak berpikir ' sabba milikku', ia tidak
gembira dalam sabba. Mengapa begitu? Saya nyatakan
babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua
kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan
(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan
(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah
mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan
semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan
pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik
tentang ‘Nibbana’ (?) sebagai Nibbana; karena mengetahui
dengan baik tentang Nibbana sebagai Nibbana, maka ia tidak
memikirkan tentang Nibbana, ia tidak memikirkan (dirinya)
berhubungan dengan Nibbana; ia tidak memikirkan dirinya
sebagai Nibbana; ia tidak berpikir ' Nibbana milikku', ia tidak
42
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
gembira dalam Nibbana. Mengapa begitu? Saya nyatakan
babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.
4. Para bhikkhu, bagaimana pun seorang bhikkhu arahat, yang
telah melenyapkan semua kekotoran batin, telah hidup dengan
kehidupan (sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus
dikerjakan (katakaraniyo), telah melepaskan beban
(ohitabharo), telah mencapai tujuannya (anuppattasadatto),
telah melenyapkan semua belenggu (samyojana), yang
terbebas (vimutti) dengan pengetahuan sempurna ia pun
mengerti dengan baik tentang 'pathavi' ia tidak gembira dalam
pathavi, ia pun mengerti dengan baik tentang 'pathavi' ia tidak
gembira dalam pathavi, ia pun mengerti dengan baik tentang
'apo' ia tidak gembira dalam apo, ia pun mengerti dengan baik
tentang 'tejo' ia tidak gembira dalam tejo, ia pun mengerti
dengan baik tentang 'vayo' ia tidak gembira dalam vayo, ia pun
mengerti dengan baik tentang 'butha' ia tidak gembira dalam
butha, ia pun mengerti dengan baik tentang 'deva' ia tidak
gembira dalam deva, ia pun mengerti dengan baik tentang '
Pajapati' ia tidak gembira dalam Pajapati, ia pun mengerti
dengan baik tentang 'Brahma' ia tidak gembira dalam Barhma,
ia pun mengerti dengan baik tentang 'Abhassaara' ia tidak
43
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
gembira dalam Abhassara, ia pun mengerti dengan baik
tentang 'Subbhakinna' ia tidak gembira dalam Subhakinna, ia
pun mengerti dengan baik tentang 'Vehapphala' ia tidak
gembira dalam Vehapphala, ia pun mengerti dengan baik
tentang 'Abhibhu' ia tidak gembira dalam AaAbhibhu, ia pun
mengerti dengan baik tentang ' Akasanancayatana' ia tidak
gembira dalam Akasanancayatana, ia pun mengerti dengan
baik tentang ' Vinnanancayatana' ia tidak gembira dalam
Vinnanancayatana ia pun mengerti dengan baik tentang
'Akincannayatana N’evasannanasannayatana' ia tidak gembira
dalam Akincannayatana N'evasannanasannaya-tana, ia pun
mengerti dengan baik tentang ' dittha' ia tidak gembira dalam
dittha, ia pun mengerti dengan baik tentang 'Isuta' ia tidak
gembira dalam Isuta', ia pun mengerti dengan baik tentang
'muta' ia tidak gembira dalam 'muta', ia pun mengerti dengan
baik tentang 'vinnata' ia tidak gembira dalam 'vinnata', ia pun
mengerti dengan baik tentang 'lekatta' ia tidak gembira dalam
‘lekatta', ia pun mengerti dengan baik tentang 'nanatta' ia
tidak gembira dalam nanatta, ia pun mengerti dengan baik
tentang 'sabba' ia tidak gembira dalam sabba, ia pun mengerti
dengan baik tentang 'Nibbana' ia tidak gembira dalam
Nibbana'. Mengapa begitu? Karena ia 'tanpa keinginan nafsu'
44
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
(vitaragatta), sebab telah 'melenyapkan (semua) keinginan
nafsu' (khaya ragassa). ia 'tanpa kebencian' (vitadosatta),
sebab telah 'melenyapkan (semua) kebencian' (khaya
dosassa), ia 'tanpa kebodohan' (vitamohatta), sebab telah
melenyapkan (semua) kebodohan' (khaya mohassa).
5. Para bhikkhu, juga Tathagata Arahat Sammasambuddha, yang
telah melenyapkan semua kekotoran batin, telah hidup dengan
kehidupan (sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus
dikerjakan (katakaraniyo), telah melepaskan beban
(ohitabharo), telah mencapai tujuannya (anuppattasadatto),
telah melenyapkan semua belenggu (samyojana), yang
terbebas (vimutti) dengan pengetahuan sempurna ia pun
mengerti dengan baik tentang 'pathavi' ia tidak gembira dalam
pathavi, ia pun mengerti dengan baik tentang 'pathavi' ia tidak
gembira dalam pathavi, ia pun mengerti dengan baik tentang
'apo' ia tidak gembira dalam apo, ia pun mengerti dengan baik
tentang 'tejo' ia tidak gembira dalam tejo, ia pun mengerti
dengan baik tentang 'vayo' ia tidak gembira dalam vayo, ia
pun mengerti dengan baik tentang 'butha' ia tidak gembira
dalam butha, ia pun mengerti dengan baik tentang 'deva' ia
tidak gembira dalam deva, ia pun mengerti dengan baik
45
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tentang ' Pajapati' ia tidak gembira dalam Pajapati, ia pun
mengerti dengan baik tentang 'Brahma' ia tidak gembira dalam
Barhma, ia pun mengerti dengan baik tentang 'Abhassaara' ia
tidak gembira dalam Abhassara, ia pun mengerti dengan baik
tentang 'Subbhakinna' ia tidak gembira dalam Subhakinna, ia
pun mengerti dengan baik tentang 'Vehapphala' ia tidak
gembira dalam Vehapphala, ia pun mengerti dengan baik
tentang 'Abhibhu' ia tidak gembira dalam AaAbhibhu, ia pun
mengerti dengan baik tentang ' Akasanancayatana' ia tidak
gembira dalam Akasanancayatana, ia pun mengerti dengan
baik tentang ' Vinnanancayatana' ia tidak gembira dalam
Vinnanancayatana ia pun mengerti dengan baik tentang
'Akincannayatana N’evasannanasannayatana' ia tidak gembira
dalam Akincannayatana N'evasannanasannaya-tana, ia pun
mengerti dengan baik tentang ' dittha' ia tidak gembira dalam
dittha, ia pun mengerti dengan baik tentang 'Isuta' ia tidak
gembira dalam Isuta', ia pun mengerti dengan baik tentang
'muta' ia tidak gembira dalam 'muta', ia pun mengerti dengan
baik tentang 'vinnata' ia tidak gembira dalam 'vinnata', ia pun
mengerti dengan baik tentang 'lekatta' ia tidak gembira dalam
‘lekatta', ia pun mengerti dengan baik tentang 'nanatta' ia
tidak gembira dalam nanatta, ia pun mengerti dengan baik
46
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tentang 'sabba' ia tidak gembira dalam sabba, ia pun mengerti
dengan baik tentang 'Nibbana' ia tidak gembira dalam
Nibbana'. Mengapa begitu? Karena hal itu telah dimengerti
dengan baik oleh Tathagata.
6. Para bhikkhu, juga Tathagata Arahat Sammasambuddha
mengerti dengan baik tentang 'pathavi' sebagai pathavi;
karena mengerti dengan baik mengenai pathavi sebagai
pathavi, maka ia tidak memikirkan tentang pathavi, ia tidak
memikirkan (dirinya) berhubungan dengan pathavi; ia tidak
memikirkan dirinya sebagai pathavi; ia tidak berpikir 'pathavi
milikku', ia tidak gembira dalam pathavi. Mengapa begitu?
Karena ia telah mengetahui dengan baik bahwa 'kenikmatan
(nandi) dasarnya adalah pada dukkha', mengetahui bahwa
karena adanya 'menjadi' (bhava) maka terjadilah 'kelahiran'
(jati), maka muncullah 'usia tua dan kematian' (jaramarana)
makhluk. Para bhikkhu itulah sebabnya maka saya nyatakan
bahwa Tathagata karena telah melenyapkan, terbebas dan
'melenyapkan semua keinginan' (tanha khaya) dan 'tanpa
nafsu' (viraga), sempurna kesadarannya dengan mencapai
'penerangan agung tertinggi' (anuttaram sammasambodhi).
47
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, juga Tathagata Arahat Sammasambuddha
mengerti dengan baik tentang 'apo', 'tejo', 'vayo', 'butha',
'deva', 'Pajapati', ‘Brahma’, ‘Abhassara’, Subhakinna’,
‘Vehapphala’, ‘Abhibhu’, ‘Akasanancayatana’,
‘Vinnanancayatana, ‘Akincannayatana
N’evasannanasannayatana,’ 'dittha', Isuta', 'muta, 'vinnata',
‘lekatta’, ‘nanatta’, ‘sabba’ , Nibbana' ia tidak gembira dalam
'apo', 'tejo', 'vayo', 'butha', 'deva', 'Pajapati', ‘Brahma’,
‘Abhassara’, Subhakinna’, ‘Vehapphala’, ‘Abhibhu’,
‘Akasanancayatana’, ‘Vinnanancayatana, ‘Akincannayatana
N’evasannanasannayatana,’ 'dittha', Isuta', 'muta, 'vinnata',
‘lekatta’, ‘nanatta’, ‘sabba’ , Nibbana'. Para bhikkhu itulah
sebabnya maka saya nyatakan bahwa Tathagata karena telah
melenyapkan, terbebas dan melenyapkan semua keinginan
dan tanpa nafsu sempurna kesadarannya dengan mencapai
penerangan agung tertinggi.
Itulah yang diuraikan oleh Sang Bhagava. Para bhikkhu senang dan
gembira pada apa yang dikatakan Sang Bhagava.
48
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
MARASACCAKA SUTTA36
1 Demikianlahyangsayadengar:
49
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang menginap di Kutagarasala, Mahavana, Vesali.
2. Ketika hari masih pagi, setelah Sang Bhagava selesai berpakaian dan mengambil patta sertajubah luar (civara), beliau akan pergi ke Vesali untuk pindapata.
3. Pada saat itu Saccaka Niganthaputta sedang cankamana (berjalan mondar-mandir melakukan latihan), ia pergi ke Kutagarasala, Mahavana. Bhikkhu Ananda melihat dia datang dari jauh. Ketika beliau melihatnya, beliau berkata kepada Sang Bhagava: "Bhante, Saccaka Niganthaputta sedang ke sini, ia adalah seorang pedebat, seorang pembicara yang pandai dan dianggap oleh banyak orang sebagai orang suci. Ia ingin mencela Sang Buddha. Dhamma dan Sangha. Lebih baik apabila yang Bhagava mau duduk sebentar demi kasih sayang".Sang Bhagava duduk di tempat duduk yang ada. Kemudian Saccaka Niganthaputta pergi menemui beliau, saling memberikan salam, setelah kata-kata pembuka yang penuh hormat serta lemah lembut itu dilakukan, ia duduk ditempat duduk yang tersedia. Setelah dududk ia berkata Sang Bhagava:
4. 'Guru Gotama, ada beberapa petapa dan brahmana yang melibatkan diri untuk mengejar praktik pengembangan jasmani tanpa mengembangkan pikiran. Mereka itu tersentuh oleh perasaan sakit jasmani menjadi lumpuh dipaha atau jantung meledak atau darah panas menyembur keluar dari mulutnya atau ia'menjadi gila, hilang kesadarannya. Begitulah karena pikiran tunduk pada jasmaninya dan membiarkan jasmani
50
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menguasainya. Mengapa? Sebab pikiran tidak dikembangkan. Tetapi ada pula beberapa petapa dan brahmana yang terlibat dalam mengejar mengembangkan pikiran tanpa mengembangkan jasmani.
Mereka itu tersentuh oleh perasaan sakit dari mentalnya, juga menjadi lumpuh pada pahanya ataujantungnya meledak, darah segar menyembur keluar dari mulutnya atau ia menjadi gila, hilang kesadarannya. Begitulah karena jasmani tunduk pada pikiran, membiarkan pikiran menguasainya. Mengapa? Sebab jasmani itu tidak dikembangkan. Guru Gotama, saya berpendapat bahwa sudah pasti siswa-siswa Guru Gotama adalah mengutamakan mengembangkan pikiran tanpa mengembangkan jasmani?.
5--"Aggivessana, tetapi bagaimana cara mengembangkan jasmani kamu pelajari?"
"Ada contohnya, yaitu: Nanda Vaccha, Kisa Sankicca, Makkhali Gosala. Mereka itu berjalan dengan telanjang, mereka menolak kaidah-kaidah peraturan, menjilati tangan-tangan mereka, tidak mau memenuhi undangan, tidak berhenti apabila diminta, mereka tidak apapun yang dibawa (kepadanya), atau sesuatu yang khusus dibuat (untuk dirinya), atau suatu undangan: mereka tidak akan menerima segala sesuatu yang dikeluarkan dari panci, dari mangkok, melewati daun pintu, melewati tongkat, melewati alu (alat penumbuk), dari dua orang makan bersama, dari seorang wanita dengan anak, dari wanita menyusui, dari (dimana) seorang wanita sedang merebahkan diri
51
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dengan seorang laki-laki, dari makanan yang telah diumumkan untuk dibagibagikan, dari tempat dimana seekor anjing sedang menunggu, darimana lalat-lalat sedang beterbangan: mereka tidak menerima ikan atau daging, mereka tidak minum anggur, arak atau minuman yang diragikan. Mereka menerima makanan hanya dari satu rumah untuk sesuap nasi: mereka menerima makanan hanya dari dua rumah untuk dua suap nasi .... tujuh rumah untuk tujuh suap nasi. Mereka hidup hanya dengan sepiring, dengan dua piring ... tujuh piring sehari. Mereka hanya makan satu kali sehari, satu kali dalam dua hari .... satu kaii dalam tujuh hari; dan sedemikian selanjutnya hingga satu kali dalam empat belas hari, mereka berkelana mengabdikan diri kepada praktik semacam itu tentang mengambil makanan pada waktu-waktu yang telah dikemukakan itu".
6--"Aggivessana, tetapi apakah mereka itu., selalu hidup atas dasar hal itu?" 'Tidak,Guru Gotama, kadang-kadang mereka mengunyah makanan keras yang baik, makanan-makanan baik yang lembut, mencicipi cemilan-cemilan enak, minum-minuman enak. Dengan itu mereka mendapat kekuatan, pertumbuhan dan lemak'.
Agivessana, apa yang dahulu mereka tinggalkan, mereka mengumpulkannya kembali. Itulah mengapa terdapat pengumpulan dan pembuangan dari badan ini. Sekarang bagaimana pengembangan pikiran yang telah kamu pelajari?'. Ketika Saccaka Niganthaputta ditanya oleh Sang Bhagava tentang pengembangan pikiran, ia tidak dapat menjawabnya.
52
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
7. Kemudian Sang Bhagava berkata kepadanya: "Aggivessana, apa yang baru saja kamu bicarakan sebagai pengembanganjasmani, adalah bukan pengembangan jasmani sesuai dengan Dhamma dan Vinaya Ariya. Sedangkan pengembangan jasmani kamu tidak tahu, apalagi tentang pengembangan pikiran itu! Namun demikian, dengarkan bagaimana seseorang tidak mengembangkan jasmani dan tidak mengembangkan pikiran, juga bagaimana ia mengembangkan jasmani dan pikiran, perhatikan baik-baik apa yang akan saya katakan".
"Baiklah. Bhante," jawab Saccaka Niganthaputta. Selanjutnya Sang Bhagava berkata:
"Bagaimana seseorang tidak mengembangkan jasmani serta tidak mengembangkan pikiran? Aggivessana, dalam hal ini perasaan menyenangkan timbul dalam di dalam diri seorang awam Yang tidak diajar sebagaimana orang-orang biasa pada umumnya. itu, ia bernafsu terhadap perasaan Disentuh oleh Pcrasaan menyenangkan menyenangkan tersebut, ia tetap saja bernafsu terhadap perasaan menyenangkan itu. Perasaan menyenangkan itu berhenti, dengan berhentinya perasaan menyenangkan itu maka timbullah perasaan menyakitkan (dikemudian hari). Disentuh oleh perasaan menyakitkan itu maka ia berduka, sedih, meratapi, memukul-mukul dadanya, ia menangis dan meniadi Putus asa. Ketika perasaan menyenangkan itu timbul padanya, perasaan itu masuk dalam pikiran dan tinggal disana karena badan jasmaninya tidak dikembangkan. Dalam hal ini, setiap yang dalam cara atau gaya ganda ini, perasaan menyenangkan timbul dan masuk
53
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dalam pikiran serta tinggal di sana karena badan jasmani itu tidak dikembangkan; perasaan menyakitkan timbul dan masuk dalam pikiran serta tinggal di sana sebab pikiran itu tidak dikembangkan. Beginilah jasmani yang tidak dikembangkan dan pikiran yang tidak dikembangkan.
9-- Bagaimana sescorang mengembangkan jasmani dan pikiran? menyenangkan timbul pada ariya Aggivessana, dalam hal ini perasaan savaka yang terpelajar dengan baiknya. Disentuh oleh perasaan menyenangkan itu, ia tidak bernafsu terhadap perasaan menyenangkan itu, ia tidak tetap mempertahankan nafsunya terhadap perasaan menyenangkan itu. Perasaan menyenangkannya itu berhenti. Karena perasaan menyenangkan berhenti, maka timbullah perasaan menyakitkan, ia tidak berduka, tidak bersedih atau meratapinya, ia tidak memukuli dirinya, tidak menangis dan tidak putus asa. Ketika perasaan menyenangkan itu timbul Padanya, perasaan menyenangkan itu tidak masuk dalam pikiran dan tidak tetap tinggal di sana sebab badan jasmaninya telah dikembangkan. Ketika perasaan menyakitkan itu timbul padanya, perasaan menyakitkan tidak masuk dalam pikiran dan ganda ini, perasaan menyenangkan tsiedtiaakptionrgagnaglddeinsgaannacserbaabatpaiukigraayn telah dikembangkan. Dalain hal ini, timbul tidak masuk dalain pikiran dan tidak tinggal di sana sebab badan jasmani telah dikembangkan, dan perasaan menyakitkan timbul dan tidak masuk dalam pikiran Saya serta tinggal di sana".
54
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
10-- `Saya mempunyai kepercayaan kepada Guru Gotama demikian: "Beliau telah mengembangkan jasmani dan pikiran".
"Aggivessana, sudah tentu kata-kata yang telah kamu ucapkan itu adalah pernyataan pribadi. Namun begitu Saya akan menjawabmu. Sejak aku mencukur rwnbut dan jenggot, mengenakan jubah kuning, meninggalkan kehidupan berumah tangga menjadi petapa, maka tidak mungkin perasaan menyenangkan muncul dan masuk dalam pikiran yang telah dikembangkan.Apakah barangkali tidak pemah timbul di dalam diri Guru Gotama suatu perasaan begitu menyenangkan yang dapat masuk dalam pikiran serta tetap tinggal di sana? Apakah tidak pernah timbul di dalam diri Guru Gotama suatu perasaan yang begitu menyakitkan sehingga masuk dalain pikiran dan tetap tinggal di sana?""Aggivessana, mengapa tidak? Sekarang, sebelum aku mencapai Penerangan Sempuma, ketika aku masih sebagai Bodhisatva yang belum mencapai penerangan sempuma itu, saya berpikir: "Hidup berumah tangga itu adalah tidak leluasa dan merupakan tempat yang kotor; hidup itu berjalan terus menerus tak henti. Adalah tidak mungkin sementara masih hidup berumah tangga dan menjalani hidup suci yang sempurna dan mumi seperti kerang yang digosok. Seandai aku mencukur rambut dan jenggotku, mengenakan jubah kuning, meninggalkan kehidupan berumah tangga menjadi petapa?"
13-16-- Selanjutnya, ketika masih muda, sebagai seorang anak laki laki dengan rambut hitam kelam, yang diliputi keremajaan,
55
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pada phase pertama dari kehidupan ... walaupun ayah dan ibu ... (dan seterusnya seperti di dalam M.26 para. 14-17 hingga) ... di sana terdapat sebidang tanah yang cocok, ada tainan yang menyenangkan, ada sungai jernih yang mengalir dengan tepinya yang bagus dan didekatnya ada dusun sebagai tempat pindapata. Semua ini menyediakan sarana usaha bagi orang yang mau berusaha. Saya duduk di sana dan berpikir: "Ini akan menjadi sarana untuk usaha".
17-- "Sekarang, tiga perumpamaan muncul padaku secara spontan, yang belum pernah terdengar sebelumnya. Misalnya, ada sepotong kayu basah, lapuk terletak di dalam air, dan seseorang datang dengan membawa kayu-api, sambil berpikir: 'aku akan menyalakan api, aku akan menghasilkan panas. 'Bagaimana pendapatmu Aggivessana, apakah orang itu akan (dapat) menyalakan api dan menghasilkan panas dengan membenamkan kayu-api yang ia bawa itu dan digosokgosokan pada kayu lapuk basah tersebut, yakni kayu yang terletak di dalam air itu?"
"Tidak, Guru Gotama. Mengapa? sebab kayu itu basah, lapuk dan disamping itu pula, terletak di dalam air. Oleh karena itu orang tersebut akan memetik hasil kelelahan serta kekecewaan".
"Demikianlah. Aggivessana, sementara seorang petapa dan brahmana yang hidup dengan jasmani dan mental mereka belum menghindar dari keinginan indera, juga sementara nafsu-nafsunya, cinta kasih, kasih sayang, haus dan demam terhadap
56
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kesenangan indera belum ditinggalkannya dengan tuntas, makajikalau petapa maupun brahmana merasakan sakit. Tersiksa, perasaan yang menusuk, ia tidak mampu mendapat pengetahuan (nana), pandangan (dassana) dan penerangan sempuma itu. Sama pulajikalau seorang petapa maupun brahmana yang baik merasakan rasa sakit, tersiksa maupun rasa sakit hingga menusuk yang disebabkan oleh usahanya, ia tidak mampu mendapatkan pengetahuan dan penglihatan dan penerangan sempuma. Ini adalah persamaan pertama yang terjadi padaku, belum pernah mendengar sebelumnya.
18-- Begitu pula, umpamanya ada sepotong kayu yang basah dan lapuk tergeletak diatas tanah keringjauh dari air dan seseorang datang dengan membawa tongkat kayu-api, dan berpikir: "aku akan menyalakan api, aku akan menghasilkan panas. 'Aggivessana, bagaimana pendapatmu, apakah orang itu akan dapat menyalakan api dan menghasilkan panas dengan menggosok-gosokkan kayu-api itu pada sebatang kay' u yang basah serta lapuk itu. Walaupun kayu terletak di tanah kering j auh dari air?" "Tidak Guru Gotama. Mengapa? Sebab kayu itu basah, lapuk, walaupun terletak di tanah kering yang jauh dari air. Olch karena itu orang tersebut akan memetik hasil yang melelahkan dan mengecewakan".
"Aggivessana, demikianlah sementara seorang petapa dan brahmana masih saja hidup hanya meninggalkan pemuasan nafsu inderajasmaniah; sedangkan nafsu-nafsunya, cinta kasih, nafsu kerasnya, haus dan demam untuk keinginan-keinginan indera tidak sepenuhnya ditinggalkan serta ditenangkan di
57
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dalam dirinya, sekalipun jikalau seorang petapa dan brahmana merasakan sakit, tersiksa dan tertusuk oleh perasaan-perasaan yang disebabkan oleh usaha kerasnya itu, ia tidak akan mampu mendapat pengetahuan, pandangan dan penerangan sempurna.
Demikian pula jikalau petapa maupun brahmana yang baik tidak merasakan sakit, tersiksa, perasaan-perasaan yang menusuk yang disebabkan karena keinginan atau usaha kerasnya itu, ia tidak akan mampu mendapat pengetahuan, pandangan dan penerangan sempuma. Ini adalah perumpamaan kedua yang muncul pada- Ku secara spontan, yang belum pernah terdengar sebelumnya.
19-- Sekali lagi, umpainanya ada sepotong kayu yang tidak bergetah atau yang kering terletak diatas tanah yang kering jauh dari air, Ialu ada orang datang dengan sepotong kayu-api, sambil berpikir: "Aku akan menyalakan api, aku akan membuat panas".
Aggivessana, bagaimana pendapatmu: 'Apakah orang itu akan bisa menyalakan api itu pada sebatang kayu kering, tanpa getah yang terletak di atas tanah keringjauh dari air'.
"Ya, Guru Gotaina. Mengapa? Sebab kayu itu adalah kering, tanpa getah disamping itu, kayu itu tergeletak di atas tanah kering jauh dari air!"
"Aggivessana, demikianlah sementara seorang petapa dan brahmana yang baik dengan jasmani serta mentalnya
58
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
meninggalkan keinginankeinginannya, kasih sayangnya, nafsunya, haus dan demam untuk keinginan-keinginan indera telah sama sekali ditinggalkan dan ditenangkan dalam dirinya, kemudian, sekalipun jika kalau seorang petapa maupun brahmhna merasakan rasa sakit, rasa menyiksa, rasa menusuk disebabkan karena keinginan atau usaha-usahanya itu, ia mampu mendapat pengetahuan, pandangan dan penerangan sempurna agung. Sekalipun apabila scorang pendeta baik atau orang suci tidak merasakan rasa menyakitkan, rasa menyiksa, rasa yang menusuk-nusuk disebabkan karena usahanya itu, ia m'ainpu mendapat pengetahuan, pandangan dan penerangan sempurna. Inilah tiga perumpainaan yang terjadi padaku secara spontan, yang belum pernah terdengar sebelumnya".
20-- Aku berpikir: "Seandainya dengan gigi-gigiku tertutup rapat dan lidahku ditekan kuat-kuat pada langit-langit mulut, aku mengalahkan, memaksa dan menghancurkan pikiran dengan pikiran?" Oleh karena itu, dengan gigi tertutup rapat dan lidah tertekan pada langit-langit mulut, aku mengalahkan, memaksa dan menghancurkan pikiran dengan pik.iran. Sementara aku ' berbuat demikian, keringat mengalir dari ketiakku. Sama seperti halnya seorang kuat akan menangkap orang yang lebih lemah pada kepalanya atau pada pundaknya dan mengalahkannya, memaksa serta menghancurkannya; demikian juga, sementara gigi-gigiku tertutup rapat dan lidah ku tertekan pada langit-langit mulut, aku mengalahkan, memaksa dan menghancurkan, pikiran dengan pikiran, keringat mengalir dari ketiakku. Tetapi walaupun semangat yang tiada habis-habisnya itu telah timbul dalam diriku dan kesadaran yang tidak dapat
59
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dibatalkan kembali telah dibentuk, namun tubuhku telah dipaksakan dan tidak tenang, saya kelelahan disebabkan aku oleh usaha yang menyakitkan itu. Tetapi perasaan menyakitkan yang tedadi pada diriku seperti itu, tidak masuk dalam pikiran dan tidak tinggal di sana".
21-- Aku berpikir: "Seandainya aku melatih meditasi tanpa bemafas?" Maka saya menghentikan nafas masuk dan nafas keluar dari mulut dan hidungku. Sementara aku berbuat demikian, terjadilah suara yang amat keras oleh angin yang datang dari lubang-lubang telingaku. Sama seperti adanya suara keras dari teriakan seseorang, demikianjuga halnya, ketika 25. aku menghentikan nafas masuk dan nafas kcluar dari mulut dan dari hidungku, tedadilah suara keras dari angin yang datang dari lubang telingaku. Tetapi walaupun semangat yang tiada habis-habisnya telah timbul di dalam diriku perasaan menyaldtkan tidak masuk dalam pikiran dan tidak tinggal di sana.
22-- Aku berpikir: "Seandainya aku mempraktikkan lebih lanjut meditasi tanpa bemafas?" Oich karena itu aku menghentikan nafas masuk dan nafas keluar dari mulut dan dari hidungku serta telingaku. Sementara aku berbuat demikian, angin mengganggu kepalaku. Sama seperti halnya ada orang kuat sedang membelah kepalaku pecah dengan pedang tajam, demikian juga, ketika aku menghentikan nafas masuk dan nafas keluar di dalam mulutku, hidung dan telinga, angin dahsyat mengganggu kepalaku. Tetapi walaupun semangat yang tanpa habis-habisnya telah timbul di dalam diriku perasaan
60
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menyakitkan tidak masuk dalam pikiran dan tidak tinggal di sana. Aku berpikir: "Seandainya lebih lanjut saya mempraktikkan meditasi tanpa bemafas?" Oleh sebab itu aku menghentikan nafas masuk dan nafas keluar di dalam mulutku, hidung dan telinga. Sementara aku berbuat demikian,tedadilah rasa sakit nan dahsyat di dalain kepalaku. Sama seperti halnya seseorang yang kuat sedang mengikat erat-erat ikat pinggang kulit dikepalaku, demikianjuga ketika aku menghentikan nafas masuk dan nafas keluar di dalam mulutku, hidung dan telinga, terjadi rasa sakit yang luar biasa dalam kepalaku itu. Tetapi walaupun semangat yang tanpa habis-habisnya telah timbul didalain diriku perasaan menyakitkan tidak masuk dalam pikiran dan tidak tinggal di sana.
Aku berpikir: "Seandainya aku melatih meditasi lebih lanjut tanpa bemafas?" Oleh karetia itu aku berhenti menarik dan mengeluarkan nafas di dalain mulutku, hidung dan telinga. Sementara saya berbuat demikian, angin dahsyat mengukir-ukir di dalain perutku. Tepat seperti seorang panjagal pandai atau anak buahn ya mengores-gores isi perut lembu tajam dengan pisau tajam, demiikian juga, ketika aku berhenti menarik dan mengeluarkan nafas di dalam mulut, hidung dan telinga, angin dahsyat menyayat-nyayat perutku. Tetapi walaupun energi yang tiada habis-habisnya itu di bangkitkan di dalam diriku .... perasaan menyakitkan tidak menjajah pikiranku dan tinggal di sana dewa melihat diriku, mereka berkata: "Samana Gotama telah mati". Dewa-dewa lain berkata: "Samana Gotaina tidak mati, ia hainpir mati". Para dewa yang lain berkata: "Sainana
61
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Gotama itu tidak mati dan bukan dalain keadaan mau mati; ia seorang Arahat. inilah c;ara para Arahat".
26-- Aku berpikir: "Seandainya aku sama sekali tidak makan?" Kemudian datanglah para dewa kepadaku dan berkata: "Saudara yang baik, janganlah tidak makan sama sekali.
Apabila kamu berbuat demikian, kita akan memasukkan makanan surgawi melalui pori-porimu dan kamu akan hidup atas makanan surgawi itu". Aku berpikir: "Jika aku memaksa untuk berpuasa total dan para dewa ini memasukkan makanan surgawi melalui pori-poriku dan saya hidup atas dasar itu, maka aku akan berbohong". Maka saya menolak para dewa itu: "Tidak perlu".
27. Aku berpikir: "Seandainya aku hanya makan sedikit saja, katakanlah, setiap kali satu kepal, apakah makan itu adalah sop kacang atau sop miju-miju atau sop kacang-kacangan dan lain-lain. Ketika aku berbuat demikian, badanku menjadi kurus kering luar biasa. Disebabkan karena makan begitu sedikitnya tulang-tulangku menjadi semacam sambungan dari batang tumbuh-tumbuhan atau seperti sambungan bambu-bambu. Disebabkan karena makan begitu sedikit punggungku menjadi
melengkung bagaikan pungguk onta. Disebabkan karena makan begitu sedikit sehingga penampilan dari tulang-tulang belakangku mirip dengan manik-manik yang diikat dengan tali. Disebabkan makan begitu sedikit tulang-tulang igaku menonjol keluar bagaikan kayu kaso dari sebuah gudang yang
62
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tidak mempunyai atap. Disebabkan karena makan begitu sedikit cahaya dari sinar mataku tenggelam jauh ke bawah masuk ke dalam kelopaknya seperti pancaran air yang tenggelain jauh ke dalam sumur yang amat dalam. Disebabkan karena makan begitu sedikit kulit kepalaku mengkerut dan layu bagaikan buah labu hijau yang mengkerut
dan layu terkena angin dan matahari. Disebabkan makan begitu sedikitnya, apabila aku menyentuh kulit perutku, aku dapat menyentuh tulang belakangku akujuga menyentuh kulit perutku. Disebabkan makan begitu sedikitnya, apabila aku membuang air kecil atau air besar, aku jatuh terjungkal di atas mukaku di sana. Disebabkan makan begitu sedikitnya, apabila aku mencoba untuk mengusap tubuhku tercabut sampai keakar-akamya, berjatuhan dari tubuhku ketika saya mengusap.
28. Pada waktu itu apabila orang-orang melihat diriku seperti itu, mereka berkata: "Samana Gotama adalah seorang hitam". Orang -orang lain berkata: "Samana Gotama adalah bukan orang hitam, ia adalah orang coklat". Orang lain pula berkata: "Samana Gotama adalah bukan orang hitam maupun pula bukan orang coklat, tetapi ia adalah orang kulit cerah". Begitu banyaknya warna kulitku yang biasanya terang, cerah menjadi rusak tidak karuan karena makan begitu sedikitnya. Aku berpikir: "Apabila seorang petapa atau brahmana merasakan rasa sakit, bergetar, menu@uk dikarenakan keinginan kerasnya, rasa itu dapat menyamai keadaanku ini tetapi tidak dapat melampauinya. Kapanpun seorang peta'pa atau brahmana pada waktu yang akan datang akan merasakan
63
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
sakit, bergetar dan perasaan menusuk yang amat tajam disebabkan keinginan-keinginan kerasnya. Keadaan itu dapat menyamai perasaanku itu tapi bukan melebihinya. Kapanpun seorang petapa atau brahmana pada waktu sekarang merasakan sakit, bergetar atau perasaan yang menusuk disebabkan karena keinginan kerasnya, keadaan sakit itu bisa menyamai perasaanku itu namun tidak melebihinya. Tetapi dengan melaksanakan hal yang amat menyakitkan ini saya mencapai tingkat yang tidak beda dengan keadaan manusia biasa yang belum mencapai p engetahuan dan pandangan ariya. Apakah masih ada jalan lain untuk pencapaian penerangan sempurna?.
'Aku berpikir: "Ketika ayahku Sakya sedang sibuk, ketika aku sedang duduk di bawah rindangnya pohon apel-jingga Gambuddhaya), jauh dari pemuasan nafsu indera, jauh dari akusala dhamma, saya memiliki pengetahuan mencapai dan berada dalam Jhana I dengan memiliki vitakka, vicara, piti yang dihasilkan oleh ketenangan. Apakah jalan ini mencapai penerangan sempurna? "Kemudian, ingatan berikut muncul dan mengenal: "Inilah jalan pencapaian Penerangan Sempurna".
Aku berpikir: "Mengapa aku takut pada kesenangan? Itu adalah kesenangan yang tidak ada hubungannya dengan keinginan-keinginan indera-indera dan akusala dhamma. Aku berpikir: "Saya tidak takut terhadap kesenangan-kesenangan itu, karena kesenangan-kesenangan itu tidak ada hubungannya dengan keinginan-keinginan indera dan akusala dhamma. Aku
64
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
berpikir: "Adalah tidak mungkin niencapai kesenangan semacam itu dengan badan yang sangat kurus. Seandainya aku makan sedikit makanan padat sedikit nasi dan roti? Saya makan sedikit makanan padat - sedikit nasi dan roti, tetapi pada waktu itu ada lima bhikkhu yang sedang menemani saya, sambil berpikir: "Apabila Samana Gotama mencapai suatu kemajuan ia akan memberitahukan kepada kita". Segera setelah aku makan nasi dan roti, kelima bhikkhu menjadi muak dan meninggalkan aku (sambil berpikir): "Samana Gotama telah berbalik menjadi memuaskan diri sendiri, ia telah meninggalkan usaha dan hidup mewah".
33. Ketika saya telah makan makanan padat dan menemukan kembali kekuatanku, karena jauh dari pemuasan nafsu indera dan akusala dhanuna saya mencapai dan berada dalam Jhana I yang disertai oleh vitakka, vicara dan piti yang muncul karena ketenangan. Tetapi perasaan menyenangkan yang muncul adalah tidak masuk ke dalain pikiranku dan tinggal di sana.
34. Dengan vitakka dan vicara lenyap, saya mencapai dan berada dalam Jhana II ....
35--Dengan piti lenyap Jhana III Tetapi perasaan menye-nangkan yang muncul itu tidak masuk ke dalam pikiranku dan tidak tinggal di sana.
36. Dengan melenyapkan kebahagiaan (sukha) dan ketidak senangan (dhultkha), saya mencapai dan berada dalam Jhana
65
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
IV. Tetapi perasaan menyenangkan yang muncul itu tidak masuk, ke dalam pikiranku dan tidak tinggal di sana.
37. Ketika pikiranku yang terkonsentrasi menjadi murni, jemih, tanpa cacat, ketidak sempurnaan lenyap, menjadi tak tertundukkan, kuat, mantap, mencapai keadaan yang tidak dapat diganggu, saya mengarahkan pikiranku kepada pengetahuan mengingat kehidupan pada masa yang lampau (pubbenivasanussatinana) .... (seperti dalam M.4.27) jadi dengan rinci dan khusus saya mengingat banyaknya kehidupanku pada masa yang lampau itu.
38. Ini adalah pengetahuan benar pertama bagiku yang saya capai pada masa pertama di malam hari. Kebodohan telah dimusnahkan dan pengetahuan sejati timbul; kegelapan telah dilenyapkan dan cahaya terang timbul; seperti (yang tedadi) pada orang yang menyenangkan yang muncul itu tidak masuk dalain pikiranku dan tidak tinggal di sana.
39. Ketika pikiranku yang terkonsentrasi menjadi mumi, jemih ... saya mengarahkan pikiranku kepada meninggal dan terlahir kembali makhluk-makhluk .... (seperti di dalam M.4.29) .... jadi dengan mata dewa (dibba cakkhu), yang telah dimurnikan dan melampaui kemampuan mata manusia biasa. Saya melihat bagaimana makhlukmakhluk itu mati sesuai dengan kamma-kamma mereka.
66
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
40. Ini adalah pengetahuan benar kedua yang telah saya capai pada masa kedua di malam hari. Kebodohan telah dilenyapkan dan timbullah pengetahuan sejati; kegelapan telah dilenyapkan dan terang telah timbul; seperti yang terjadi pada diri orang yang rajin, tekun dan menguasai diri sendiri. Tetapi perasaan menyenangkan yang muncul itu tidak masuk dalam pikiranku dan tidak tinggal di sana.
41-42. Ketika pikiranku yang terkonsentrasi menjadi murni, jemihsaya mengarahkan pikiranku kepada pengetahuan pemusnahan kekotoran batin noda-noda (asavakkayanana). Saya mempunyai abhinna (pengetahuan batin) 'apa adanya' tentang: "Inilah dukkha seperti dalam M.4.31-32 Tidak ada lagi kehidupan berikut yang akan muncul".
43. Ini adalah pengetahuan benar ketiga yang telah saya capai pada masa ketiga di malam hari. Kebodohan telah dilenyapkan dan kebenaran sejati timbul; kegelapan telah dilenyapkan cahaya terang timbul; seperti tedadi pada diri orang yang rajin, tekun dan menguasai diri sendiri. Tetapi perasaan menyenangkan yang muncul itu tidak masuk dalain pikiran dan tidak tinggal di sana.
44. Saya mempunyai pengetahuan langsung untuk mengajarkan Dhamma kepada sekumpulan orang yang terdiri dari beberapa ratus orang. Barangkali seseorang atau orang lain telah membayangkan: "Samana Gotama sedang mengajarkan Dhamma kepadaku". Tetapi hal itu harap jangan menganggap
67
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
bahwa Tathagata mengajarkan Dhamma kepada orang-grang hanya untuk memberikan pengetahuan kepada mercka., Ketika pembicaraan telah selesai, maka selapjutnya saya memusatkan pikiranku ke dalam diriku sendiri, menenangkannya, memusatkannya pada obyek yang s,ama seperti pada pemusatan pikiran yang Ialu, yang selalu saya hayati. Itu dapat dipercaya (sebagai suatu pemyataan) dari Samana Gotama karena ia adalah Arahat Samana Sambuddha. Tetapi barangkali Samana Gotama mempunyai abhinna tentang tidur di siang hari?
45. "Aggivessana, di akhir bulan pada musim panas setelah kembali dari pindapata dan setelah makan, saya mempunyai pengetahuan melipat jubah (sanghati) saya empat kali, membaringkan tubuh pada sisi kanan, tertidur dengan penuh perhatian dan sadar".
"Beberapa petapa dan brahmana menamakan itu sebagai cara orang bodoh, Guru Gotama".
46. "Itu adalah bukan bagaimana seseorang bodoh atau tidak bodoh , ditipu. Dengarkan dengan penuh perhatian apa yang akan saya katakan tentang bagaimana seseorang itu bodoh atau tidak bodoh. "Baiklah". jawab Saccaka Niganthaputta. Selanjutnya Sang Bhagava berkata:
47. "Ia saya sebut bodoh karena dirinya dikotori noda-noda batin, menghasilkan kelahiran baru, menyebabkan kesusahan, matang dalam penderitaan, mengarah pada kelahiran diwaktu
68
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
yang akan datang, menjadi tua dan kematian adalah tidak dapat dihindari; di karenakan tidak adanya penghindaran dari noda-noda, itulah yang dinamakan orang bodoh. Ia saya namakan tidak bodoh, karena dirinya tidak dikotori oleh noda-noda batin yang menyebabkan kelahiran baru, menyebabkan kesusahan, matang dalam penderitaan, mengarah pada kelahiran diwaktu yang akan datang, menjadi tua dan mati, telah ditinggalkan; dikarenakan dengan meninggalkan noda-noda batin, maka seseorang itu adalah tidak bodoh. Dalam diri Tathagata, noda-noda semacam itu yang menyebabkan kelahiran baru, seperti memberikan kesusahan, seperti menjadi matang di dalam penderitaan, mengarah pada kelahiran kembali diwaktu yang akan datang, menjadi tua dan kematian, telah ditinggalkan, dipotong pada akarnya, dibuat seperti batang pohon palem, dibuat sedemikian rupa sehingga naluri untuk tumbuh kembali diwaktu yang akan datang sudah tidak ada lagi. Sama seperti pohon palem yang ujungnya dipotong sehingga tidak bisa lagi tumbuh: demikianjuga dalam diri Tathagata noda-noda yang mengotori. Yang menyebabkan kelahiran baru, memberikan kesusahan, matang dalam penderitaan dan mengarah pada kelahiran yang akan datang, menjadi tua dan kematian, telah ditinggalkan, dipotong hingga akarnya, dibuat seperti batang pohon palem, dibuat sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk tumbuh lagi adalah suatu tidak mungkin".
48. Ketika hal ini telah dikatakan, Saccaka Nigantaputta berkata: "Mengagumkan, Guru Gotama, bagus sekali, bagaimana, ketika Guru Gotama memiliki kata-kata pribadi yang ditujukan
69
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
berkali-kali kepada dirinya sendiri, wama kulitnya menjadi cemerlang, dan wama kulit muka menjadi jelas, seperti (yang diharapkan) di dalam diri seorang Arahat Sainma Sambuddha. Aku telah memiliki pengalaman berdebat dengan Purana Kassapa, ia memutar balikkan pembicaraan, membiarkan pembicaraan menyimpang, menunjukkan amanah, benci dan kebengisan. Namun ketika Guru Gotama menyatakan kata-kata yang bersifat pribadi yang ditujukan berkali-kali kepada dirinya sendiri, wama kulit beliau menjadi cerah dan warna muka-Nya menjadi terang, seperti (yang diharapkan) di dalam diri seorang Arahat dan mencapai Penerangan Sempurna. Aku mempunyai pengalaman berdebat dengan Makkhali Gossala .... Ajita Kesakambali Kakuddha Kaccayana........ Sanjaya Belatthiputta....... Nigantha Nataputta, ia memutar balikkan pembicaraan, membiarkan pembicaraan beralih, dan menunjukkan amarah, kebencian dan kebengisan. Tetapi ketika Guru Gotama menyatakan kata-kata pribadi yang ditujukan berkali-kali ditujukan kepada diri-Nya sendiri, warna kulit beliau menjadi cerah dan warna kulit muka menjadi terang, seperti (yang diharapkan) di dalam diri seorang Arahat dan mencapai Penerangan Sempurna. Guru Gotama, sekarang kita berpisah; kami sangat sibuk dan banyak pekerjaan".
"Sekarang adalah waktunya untuk kamu melakukan pekerjaan yang cocok bagimu, Aggivessana".
"Saccaka Niganthaputta menjadi puas, dan sangat senang atas katakata Sang Bhagava, ia bangkit dari duduknya dan pergi".
70
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
DRAMMADAYADA SUTTA
(3)
1-- Demikianiah saya dengar:
Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama
milik Anathapindika, Savatthi. Kemudian Sang Bhagava
berkata kepada para bhikkhu: "Para Bhikkhu."
"Ya, Bhante,"jawab para bhikkhu. Selanjutnya Sang Buddha
berkata:
2-- "Para bhikkhu, jadilah pewarisku dalam Dhamma
(Dhammadayada), bukan pewarisku dalam materi.
Berdasarkan pada kasih sayang pada anda sekalian saya
berpikir: 'Bagaimana para siswaku menjadi pewarisku dalam
71
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dhamma, bukan pewaris-ku dalain materi?' Bilamana anda
sekalian adalah pewarisku dalam materi, bukan pewarisku
dalam Dhamma, anda sekalian akan dicela: 'Para siswa Sang
Guru hidup sebagai pewaris dalam materi, bukan sebagai
pewaris dalam Dhamma', dan saya akan dicela: 'Para siswa
Sang Guru hidup sebagai pewarisnya dalam materi, bukan
sebagai pewarisnya dalam Dhamma.’ Bilamana anda sekalian
adalah pewarisku dalam Dhamma, bukan pewaris-ku dalam
materi, anda sekalian tidak akan dicela: 'Para siswa Sang Guru
hidup sebagai pewaris dalam materi, bukan sebagai pewaris
dalam Dhamma'; dan saya tidak akan dicela: 'Para siswa Sang
Guru hidup sebagai pewarisnya dalam materi, bukan sebagai
pewarisnya dalam Dhamma.’ Para bhikkhu, jadilah pewarisku
dalam Dhamma, bukan pewarisku dalam materi. Berdasarkan
pada kasih sayang untuk anda sekalian saya berpikir:
'Bagaimana para siswaku akan menjadi pewarisku dalam
Dhamma, bukan perwarisku dalam materi?"'
3-- "Para bhikkhu, misalnya saya telah makan, tidak makan lagi
karena telah kenyang, selesai, telah cukup, sesuai dengan apa
yang diperlukan, namun ada makanan sisa yang akan dibuang.
Kemudian ada dua orang bhikkhu tiba, lapar dan lemah. Saya
72
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
berkata kepada mereka: 'Bhikkhu saya telah makan, tidak
makan lagi, karena telah kenyang, selesai, telah cukup, sesuai
dengan apa yang diperlukan, namun ada makanan sisa yang
akan dibuang. Makanlah bila anda mau; bila anda tidak
makan, maka saya akan membuangnya ke tempat yang tak
berumput atau ke air yang tidak ada binatang'. Kemudian
seorang bhikkhu berpikir: 'Sang Bhagava telah makan, tidak
makan lagi, karena telah kenyang, selesai, telah cukup, sesuai
dengan apa yang diperlukan, namun ada makanan sisa dari
Sang Bhagava yang akan dibuang; bila kita tidak memakannya
Sang Bhagava akan membuangnya ke tempat yang tak
berumput atau ke air yang tidak ada binatang.’ Tetapi Sang
Bhgava pernah berkata: 'Para bhikkhu, jadilah pewarisku dalam
dhamma, bukan pewarisku dalam materi,' dalam hal ini
makanan adalah salah satu materi. Kiranya, lebih baik
daripada makan makanan itu, saya akan menghabiskan waktu
siang dan malam ini dengan lapar dan lemah.' Namun bhikkhu
kedua berpikir: 'Sang Bhagava telah makan tidak makan lagi,
karena telah kenyang selesai, telah cukup, sesuai dengan apa
yang diperlukan, namun ada sisa makanan dari Sang Bhagava
yang akan dibuang, bila kita tidak memakannya Sang Bhagava
akan membuangnya ke tempat tak berumput atau ke air yang
73
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tidak ada binatang’. Sekiranya saya makan makanan ini, maka
saya akan menghabiskan waktu siang dan malam ini dengan
tanpa lapar dan tidak lemah.' Setelah makan makanan itu, ia
menghabiskan siang dan malam tanpa lapar dan lemah.
Walaupun bhikkhu itu makan makanan itu menghabiskan siang
dan malam tanpa lapar dan lemah, namun bhikkhu pertama
adalah lebih dihormati dan dipuji olehku. Mengapa begitu?
Sebab itu akan berlangsung lama bagi keinginannya yang
sedikit, puas, mudah dilayani dan bersemangat. Para bhikkhu,
jadilah pewarisku dalam Dhamma, bukan pewarisku dalam
materi. Berdasarkan pada kasih sayang untuk anda sekalian
Saya berpikir: 'Bagaimana para siswaku akan menjadi
pewarisku dalam Dhamma, bukan perwarisku dalam materi?"'
4-- Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Setelah mengatakan hal
ini, Sang Sugata bangkit dari duduknya dan pergi ke kuti.
Segera setelah Beliau pergi, Bhikkhu Sariputta berkata kepada
para bhikkhu:
"Avuso, bhikkhu."
“Avuso", jawab mereka.
Bhikkhu Sariputta berkata:
74
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
5-- "Para avuso, dengan cara apa para siswa Sang Guru yang
hidup menyepi tidak terlatih dalam ketenangan? Dengan cara
apa para siswa Sang Guru yang hidup menyepi terlatih dalam
ketenangan?"
“Avuso, sesungguhnya kami datang dari jauh untuk belajar dari
Bhikkhu Sariputta tetang arti dari penyataan ini. Sangat baik,
bilamana Bhikkhu Sariputta akan menerangkan arti dari
pernyataan ini. Setelah mendengarnya dari beliau, para
bhikkhu akan mengingatnya.”
"Para Avuso, dengarlah dan perhatikanlah apa yang akan saya
katakana.
"Avuso, baiklah." jawab para bhikkhu.
Bhikkhu Sariputta berkata:
6-- "Para avuso, dengan cara apa para siswa Sang Guru yang
hidup menyepi tidak terlatih dalam ketenangan? Dalam hal ini,
para siswa Sang Guru yang hidup menyepi tidak terlatih dalam
ketenangan, karena mereka tidak meninggalkan apa yang
Sang Guru katakan pada mereka untuk ditinggalkan, mereka
hidup mewah, tidak waspada, melakukan kesalahan, tidak
menyukai ketenangan.
75
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Dalam hal ini, para bhikkhu thera harus dicela berdasarkan tiga
alasan. Sebagai siswa-siswa Sang Guru yang hidup menyepi,
mereka tidak terlatih dalam ketenangan, mereka dicela karena
alasan pertama ini. Mereka tidak meninggalkan apa yang Sang
Guru katakan kepada mereka untuk ditinggalkan, mereka
dicela karena alasan kedua ini. Mereka hidup mewah, tidak
waspada, melakukan kesalahan dan pemimpin yang tidak
menyukai ketenangan: mereka dicela karena alasan ketiga ini.
Para bhikkhu thera dicela karena tiga alasan ini.
Dalam hal ini, para bhikkhu majjhima harus dicela berdasarkan
tiga alasan. Sebagai siswa-siswa Sang Guru yang hidup
menyepi, mereka tidak terlatih dalam ketenangan, mereka
dicela karena alasan pertama ini. Mereka tidak meninggalkan
apa yang Sang Guru katakan kepada mereka untuk
ditinggalkan, mereka dicela karena alasan kedua ini. Mereka
hidup mewah, tidak waspada, melakukan kesalahan dan tidak
menyukai ketenangan, mereka dicela karena alasan ketiga ini.
Para bhikkhu Majhima dicela karena tiga alasan ini.
Dalam hal ini, para bhikkhu navaka (baru) harus dicela
berdasarkan tiga alasan. Sebagai siswa-siswa Sang Guru yang
hidup menyepi, mereka tidak terlatih dalam ketenangan,
76
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mereka dicela karena alasan pertama ini. Mereka tidak
meninggalkan apa yang Sang Guru katakan kepada mereka
untuk ditinggalkan, mereka dicela karena alasan kedua ini.
Mereka hidup mewah, tidak waspada, melakukan kesalahan
dan tidak menyukai ketenangan, mereka dicela karena alasan
ketiga ini.
Para bhikkhu thera dicela karena tiga alasan ini. Dengan cara
ini para siswa Sang Guru yang hidup menyepi tidak terlatih
dalam ketenangan."
7-- "Para avuso, dengan cara apa para siswa Sang Guru yang
hidup menyepi terlatih dalam ketenangan? Dalam hal ini, para
siswa Sang Guru yang hidup menyepi terlatih dalam
ketenangan; mereka meninggalkan apa yang Sang Guru
katakan pada mereka untuk ditinggalkan; mereka hidup tidak
mewah, waspada, menghindari melakukan kesalahan dan
menyukai ketenangan.
Dalam hal ini, para bhikkhu thera harus dipuji berdasarkan tiga
alasan. Sebagai siswa-siswa Sang Guru yang hidup menyepi,
mereka terlatih dalam ketenangan, mereka dipuji karena
77
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
alasan pertama ini. Mereka meninggalkan apa yang Sang Guru
katakan kepada mereka untuk ditinggalkan, mereka dipuji
karena alasan kedua ini. Mereka hidup tidak mewah, waspada,
menghindari melakukan kesalahan dan pemimpin yang
menyukai ketenangan, mereka dipuji karena alasan ketiga ini.
Para bhikkhu thera dipuji karena tiga alasan ini.
Dalam hal ini, para bhikkhu majjhima harus dipuji berdasarkan
tiga alasan. Sebagai siswa-siswa Sang Guru yang hidup
menyepi, mereka terlatih dalam ketenangan, mereka dipuji
karena alasan pertama ini. Mereka meninggalkan apa yang
Sang Guru katakan kepada mereka untuk ditinggalkan, mereka
dipuji karena alasan kedua ini. Mereka hidup tidak mewah,
waspada, menghindari melakukan kesalahan dan menyukai
ketenangan, mereka dipuji karena alasan ketiga ini. Para
bhikkhu majjhima dipuji karena tiga alasan ini.
Dalam hal ini, para bhikkhu navaka harus dipuji berdasarkan
tiga alasan. Sebagai siswa-siswa Sang Guruyang hidup
menyepi, mereka terlatih dalam ketenangan, mereka dipuji
karena alas an pertama ini. Mereka meninggalkan apa yang
Sang Guru katakan kepada mereka untuk ditinggalkan, mereka
78
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dipuji karena alasan kedua ini. Mereka hidup tidak mewah,
waspada, menghindari melakukan kesalahan dan menyukai
ketenangan, mereka dipuji karena alasan ketiga ini. Para
bhikkhu navaka dipuji karena tiga alasan ini.
Dengan ini cara para siswa Sang Guru yang hidup menyepi
terlatih dalam ketenangan."
8-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah keserakahan
(lobha) dan kebencian (dosa). Untuk meninggalkan (pahaya)
keserakahan dan kebencian adalah dengan Jalan Tengah
(Majjhima Patipada), yang menghasilkan penglihatan
(cakkhu-karani), pengetahuan (nanakarani), ketenangan
(upasamaya), kemampuan batin (abhinnaya), penerangan
agung (sambodhaya) dan Nibbana. Apakah Jalan Tengah itu?
Jalan Tengah itu adalah: pandangan benar, pikiran benar,
ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar,
usaha benar, perhatian benar dan meditasi benar. Inilah Jalan
Tengah yang menghasilkan penglihatan, pengetahuan,
ketenangan, kemampuan batin, penerangan agung dan
Nibbana.
79
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
9-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah marah dan balas
dendam. Untuk meninggalkan (pahaya) marah dan balas
dendam adalah dengan Jalan Tengah (Majjhima Patipada),
yang menghasilkan penglihatan (cakkhu-karani),
pengetahuan (nanakarani), ketenangan (upasamaya),
kemampuan batin (abhinnaya), penerangan agung
(sambodhaya) dan Nibbana. Apakah Jalan Tengah itu? Jalan
Tengah itu adalah: pandangan benar, pikiran benar, ucapan
benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha
benar, perhatian benar dan meditasi benar. Inilah Jalan
Tengah yang menghasilkan penglihatan, pengetahuan,
ketenangan, kemampuan batin, penerangan agung dan
Nibbana.”
10-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah memandang
rendah dan menguasai. Untuk meninggalkan (pahaya)
memandang rendah dan menguasai adalah dengan Jalan
Tengah (Majjhima Patipada), yang menghasilkan penglihatan
(cakkhu-karani), pengetahuan (nanakarani), ketenangan
(upasamaya), kemampuan batin (abhinnaya), penerangan
agung (sambodhaya) dan Nibbana. Apakah Jalan Tengah itu?
Jalan Tengah itu adalah: pandangan benar, pikiran benar,
80
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar,
usaha benar, perhatian benar dan meditasi benar. Inilah Jalan
Tengah yang menghasilkan penglihatan, pengetahuan,
ketenangan, kemampuan batin, penerangan agung dan
Nibbana.”
11-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah iri hati dan dan
kikir. Untuk meninggalkan (pahaya) iri hati dan dan kikir
adalah dengan Jalan Tengah (Majjhima Patipada), yang
menghasilkan penglihatan (cakkhu-karani), pengetahuan
(nanakarani), ketenangan (upasamaya), kemampuan batin
(abhinnaya), penerangan agung (sambodhaya) dan Nibbana.
Apakah Jalan Tengah itu? Jalan Tengah itu adalah: pandangan
benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata
pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan meditasi
benar. Inilah Jalan Tengah yang menghasilkan penglihatan,
pengetahuan, ketenangan, kemampuan batin, penerangan
agung dan Nibbana.”
12-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah menipu dan
memaksa. Untuk meninggalkan (pahaya) menipu dan
memaksa adalah dengan Jalan Tengah (Majjhima Patipada),
81
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
yang menghasilkan penglihatan (cakkhu-karani),
pengetahuan (nanakarani), ketenangan (upasamaya),
kemampuan batin (abhinnaya), penerangan agung
(sambodhaya) dan Nibbana. Apakah Jalan Tengah itu? Jalan
Tengah itu adalah: pandangan benar, pikiran benar, ucapan
benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha
benar, perhatian benar dan meditasi benar. Inilah Jalan
Tengah yang menghasilkan penglihatan, pengetahuan,
ketenangan, kemampuan batin, penerangan agung dan
Nibbana.”
13-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah keras kepala dan
lancang. Untuk meninggalkan (pahaya) keras kepala dan
lancang adalah dengan Jalan Tengah (Majjhima Patipada),
yang menghasilkan penglihatan (cakkhu-karani),
pengetahuan (nanakarani), ketenangan (upasamaya),
kemampuan batin (abhinnaya), penerangan agung
(sambodhaya) dan Nibbana. Apakah Jalan Tengah itu? Jalan
Tengah itu adalah: pandangan benar, pikiran benar, ucapan
benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha
benar, perhatian benar dan meditasi benar. Inilah Jalan
Tengah yang menghasilkan penglihatan, pengetahuan,
82
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ketenangan, kemampuan batin, penerangan agung dan
Nibbana.
14-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah kesombongan dan
kecongkakkan. Untuk meninggalkan (pahaya) kesombongan
dan kecongkakkan adalah dengan Jalan Tengah (Majjhima
Patipada), yang menghasilkan penglihatan (cakkhu-karani),
pengetahuan (nanakarani), ketenangan (upasamaya),
kemampuan batin (abhinnaya), penerangan agung
(sambodhaya) dan Nibbana. Apakah Jalan Tengah itu? Jalan
Tengah itu adalah: pandangan benar, pikiran benar, ucapan
benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha
benar, perhatian benar dan meditasi benar. Inilah Jalan
Tengah yang menghasilkan penglihatan, pengetahuan,
ketenangan, kemampuan batin, penerangan agung dan
Nibbana.
15-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah kesia-siaan dan
kelalaian. Untuk meninggalkan (pahaya) kesia-siaan dan
kelalaian adalah dengan Jalan Tengah (Majjhima Patipada),
yang menghasilkan penglihatan (cakkhu-karani),
pengetahuan (nanakarani), ketenangan (upasamaya),
83
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kemampuan batin (abhinnaya), penerangan agung
(sambodhaya) dan Nibbana. Apakah Jalan Tengah itu? Jalan
Tengah itu adalah: pandangan benar, pikiran benar, ucapan
benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha
benar, perhatian benar dan meditasi benar. Inilah Jalan
Tengah yang menghasilkan penglihatan, pengetahuan,
ketenangan, kemampuan batin, penerangan agung dan
Nibbana
Itulah yang dikatakan Bhikkhu Sariputta. Para bhikkhu puas
dan gembira dengan apa yang dikatakan Bhikkhu Sariputta.
BHAYABHERAVASUTTA
(4)
Demikianlah yang saya dengar:
1-- Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana,
arama milik Anathapindika, Savatthi.
84
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
2-- Kemudian Brahmana Janussoni pergi menemui Sang Bhagava,
setelah bertemu, ia bersalaman dengan Sang Bhagava; setelah
saling bersalaman dengan rasa persahabatan dan hormat, ia
duduk di tempat yang telah tersedia. Setelah duduk, ia
berkata kepada Sang Bhagava :
"Saudara Gotama, ketika para perumah tangga pabbaja
(meninggalkan kehidupan berkeluarga menjadi petapa) karena
yakin kepada Saudara Gotama, apakah mereka menjadikan
Saudara Gotama sebagai pemimpin, penolong dan
pembimbing mereka? Apakah orang-orang ini mengikuti
pengertian pandangan Saudara Gotama?"
"Brahmana, begitulah. Ketika para perumah tangga pabbaja
karena yakin kepada saya, mereka menjadikan saya pemimpin,
penolong dan pembimbing mereka. Mereka mengikuti
pengertian pandangan saya."
"Saudara Gotama, tetapi tinggal di hutan yang terpencil adalah
sulit dipertahankan, kesepian adalah sulit dicapai dan sulit
menikmati keterpencilan. Seseorang berpikir bahwa hutan
akan mengacaukan pikiran seorang bhikkhu, bila ia ti
bersamadhi.”
85
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
“Brahmana, begitulah. Tinggal di hutan yang terpencil adalah
sulit dipertahankan, kesepian adalah sulit dicapai dan sulit
menikmati keterpencilan. Seseorang berpikir bahwa hutan
akan mengacaukan pikiran seorang bhikkhu, bila ia tidak
bersamadhi”.
3. "Sebelum saya mencapai penerangan agung (sambhodi),
ketika saya masih Bodhisatta yang belum mencapai
penerangan agung, saya pun bepikir : 'Tinggal di hutan yang
terpencil adalah sulit dipertahankan, kesepian adalah sulit
dicapai dan sulit menikmati keterpencilan. Seseorang berpikir
bahwa hutan akan mengacaukan pikiran seorang bhikkhu, bila
ia tidak bersamadhi."
4.-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para
samana (petapa) atau brahmana tinggal di hutan yang
terpencil dengan “perbuatan jasmani yang tidak suci"
(aparisuddha-kayakammanta), dan karena mereka memiliki
kekurangan dalam perbuatan, yaitu perbuatan jasmani yang
tidak suci, maka muncul rasa takut dan kegentaran yang tak
berguna pada para samana dan brahmana ini. Tetapi saya
tinggal di hutan yang terpencil dengan "perbuatan jasmani
yang suci" (parisuddhakaya-kammanta). Saya tinggal di
hutan yang terpencil, sebagai seorang ariya dengan perbuatan
86
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
jasmani suci. 'Dengan melihat kesucian perbuatan jasmani
pada diriku, saya sangat terhibur tinggal dalam hutan."
5-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para
samana atau brahmana tinggal di hutan yang terpencil dengan
ucapan yang tidak suci (aparisuddhavacikammanta), karena
mereka memiliki kekurangan dalam perbuatan, yaitu ucapan
yang tidak suci, maka muncul rasa takut dan kegentaran yang
tak berguna pada para samana dan brahmana ini. Tetapi saya
tinggal di hutan yang terpencil dengan ucapan yang suci. Saya
tinggal di hutan yang terpencil, sebagai seorang ariya dengan
ucapan suci. Dengan melihat kesucian ucapan pada diriku,
saya sangat terhibur tinggal dalam hutan."
6.-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para
samana atau brahmana serakah, sangat bernapsu dengan
keinginan-keinginan mereka, namun sering tinggal di tempat
terpencil di hutan dan belukar, maka para samana dan
brahmana ini karena serakah, bernapsu dengan keinginan-
keinginan, memunculkan rasa takut dan kegentaran yang tak
berguna pada diri mereka. Tetapi, saya tanpa keserakahan
maupun tanpa napsu pada keinginan-keinginan, juga sering
tinggal di tempat terpencil di hutan dan belukar. Saya tanpa
keserakahan, saya adalah salah seorang ariya yang tanpa
87
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
keserakahan, juga sering tinggal di tempat terpencil di hutan
dan belukar. Brahmana, saya mengamati diri sendiri yang
tanpa keserakahan, sangat terhibur hidup di hutan.
7-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para
samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan
'pikiran yang tidak suci (byapannacitta), berpikiran buruk
yang 'didasarkan pada ketidaksenangan' (sandosahetu),
maka para samana dan brahmana ini karena memiliki pikiran
yang tidak suci, berpikir buruk yang didasarkan pada
ketidaksenangan, memunculkan rasa takut dan kegentaran
yang tak berguna pada diri mereka. Tetapi, saya tanpa 'pikiran
yang tidak suci', tidak 'berpikiran buruk yang didasarkan pada
ketidaksenangan', juga sering tinggal di tempat terpencil di
hutan dan belukar. Saya diliputi oleh 'pikiran cinta kasih'
(mettacitta). Saya adalah salah seorang ariya yang diliputi
pikiran cinta kasih (mettacitta), juga sering tinggal di tempat
terpencil di hutan dan belukar. Brahmana, saya mengamati
diri saya sendiri yang tanpa 'pikiran tidak suci', sangat terhibur
hidup di hutan.
8-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para
samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan
'diliputi kelesuan dan ngantuk (thinamaddhapariyutthita),
88
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
yang 'didasarkan pada ketidaksenangan' (sandosahetu),
maka para samana dan brahmana ini karena diliputi kelesuan
dan ngantuk yang didasarkan pada ketidaksenangan,
memunculkan rasa takut dan kegentaran yang tidak berguna
pada diri mereka. Tetapi, saya tanpa 'diliputi kelesuan dan
ngantuk yang didasarkan pada ketidaksenangan'. Saya adalah
salah seorang ariya yang tanpa 'diliputi kelesuan dan ngantuk'
juga sering tinggal di tempat terpencil di hutan dan belukar.
Brahmana, saya mengamati diri saya sendiri yang tanpa
'diliputi kelesuan dan ngantuk , sangat terhibur hidup di hutan.
9-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: Bilamana para
samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan
'pikiran gelisah dan tidak tenang' (uddhata
avupasantacitta), berpikiran buruk yang 'didasarkan pada
kebencian' (sandosahetu), maka para samana dan brahmana
ini karena memiliki pikiran yang tidak suci, berpikiran buruk
yang didasarkan pada pikiran jahat, memunculkan rasa takut
dan kegentaran yang tak berguna pada diri mereka. Tetapi
saya tanpa ‘pikiran gelisah dan tidak tenang', tidak
'berpikiran didasarkan pada kebencian'. Saya berpikir
tenang', tidak berpikiran buruk yang didasarkan pada
kebencian'. Saya adalah salah. seorang ariya yang 'berpikiran
89
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tenang’, juga sering tinggal di tempat terpencil di hutan dan
belukar. Brahmana, saya mengamati diri saya sendiri yang
tanpa 'pikiran tidak suci', mendapat kemantapan sangat kuat
hidup di hutan.
10-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para
samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan
'pikiran khawatir dan tidak pasti' (kankhi vecikicchi),
berpikiran buruk yang 'didasarkan pada kebencian'
(sandosahetu), maka para samana dan brahmana ini karena
memiliki pikiran yang tidak suci, berpikiran buruk yang
didasarkan pada pikiran jahat, memunculkan rasa takut dan
kegentaran yang tak berguna pada diri mereka. Tetapi, saya
tanpa 'pikiran khawatir dan tidak pasti', tidak 'berpikiran buruk
yang didasarkan pada kebencian'. Saya adalah salah seorang
ariya yang tanpa 'pikiran khawatir dan tidak pasti', juga sering
tinggal di tempat terpencil di hutan dan belukar. Brahmana,
saya mengamati diri saya sendiri yang tanpa 'pikiran tidak
suci', mendapat kemantapan sangat kuat hidup di hutan.
11-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para
samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan
'memuji diri sendiri dan merendahkan orang lain'
(attukkamsaka paravambhi), berpikiran buruk yang
90
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'didasarkan pada kebencian '(sandosahetu), maka para
samana dan brahmana ini karena memiliki pikiran yang tidak
suci, berpikiran buruk yang didasarkan pada pikiran jahat,
memunculkan rasa takut dan kegentaran yang tak berguna
pada diri mereka. Tetapi, saya 'tidak memuji diri sendiri dan
tidak merendahkan orang lain' dan tidak 'berpikiran buruk yang
didasarkan pada kebencian'. Saya adalah salah seorang ariya
yang tidak memuji diri sendiri dan tidak merendahkan orang
lain', juga sering tinggal di tempat terpencil di hutan dan
belukar. Brahmana, saya mengamati diri saya sendiri yang
tanpa 'pikiran tidak suci', mendapat kemantapan sangat kuat
hidup di hutan.
12-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: 'Bilamana para
samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan
'diliputi ketakutan dan kegentaran' (chamba bhiruka-
jatika), yang 'didasarkan pada kebencian' (sandosahetu),
maka para samana dan brahmana ini karena memiliki pikiran
yang tidak suci, berpikiran buruk yang didasarkan pada pikiran
jahat, memunculkan rasa takut dan kegentaran yang tak
berguna pada diri mereka. Tetapi, saya tanpa 'diliputi
ketakutan dan kegentaran', 'tidak berpikiran buruk yang
didasarkan pada kebencian'. Saya adalah salah seorang ariya
91
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
yang tanpa 'diliputi ketakutan dan kegentaran', juga sering
tinggal di tempat terpencil di hutan dan belukar. Brahmana,
saya mengamati diri saya sendiri yang tanpa 'pikiran tidak
suci', mendapat kemantapan sangat kuat hidup di hutan.
13-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para
samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan
'diliputi keinginan mendapat pemberian, kehormatan dan
kemasyhuran' (labhasakkarasilokam nikamayamano),
berpikiran buruk yang 'didasarkan pada kebencian'
(sandosahetu), maka para samana dan brahmana ini karena
memiliki pikiran yang tidak suci, berpikiran buruk yang
didasarkan pada pikiran jahat, memunculkan rasa takut dan
kegentaran yang tak berguna pada diri mereka. Tetapi, saya
tidak diliputi keinginan mendapat pemberian, kehormatan dan
kemasyhuran', tidak 'berpikiran buruk yang didasarkan pada
kebencian'. Saya adalah seorang ariya yang hanya
berkeinginan sedikit, juga sering tinggal di tempat terpencil di
hutan dan belukar. Brahmana, saya mengamati diri saya
sendiri yang tanpa 'pikiran tidak suci', mendapat kemantapan
sangat kuat hidup di hutan.
14-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para
samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan
92
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'malas dan kurang semangat' (kusita hinaviriya), berpikiran
buruk yang 'didasarkan pada kebencian' (sandosahetu),
maka para samana dan brahmana ini karena memiliki pikiran
yang tidak suci, berpikiran buruk yang didasarkan pada pikiran
jahat, memunculkan rasa takut dan kegentaran yang tak
berguna pada diri mereka. Tetapi, saya tidak malas dan
bersemangat, tidak 'berpikiran buruk yang didasarkan pada
kebencian'. Saya adalah salah seorang ariya yang
'bersemangat', juga sering tinggal di tempat terpencil di hutan
dan belukar. Brahmana, saya mengamati diri saya sendiri
yang tanpa 'pikiran tidak suci', mendapat kemantapan sangat
kuat hidup di hutan.
15-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para
samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan
'sifat pelupa dan tidak teliti (muttahassati asampajana),
berpikiran buruk yang 'didasarkan pada kebencian'
(sandosahetu), maka para samana dan brahmana ini karena
memiliki pikiran yang tidak suci, berpikiran buruk yang
didasarkan pada pikiran jahat, memunculkan rasa takut dan
kegentaran yang tak berguna pada diri mereka. Tetapi, saya
'berperhatian dan berpengertian', tidak 'berpikiran buruk yang
didasarkan pada kebencian'. Saya adalah salah seorang ariya
93
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
yang 'berperhatian dan berpengertian', juga sering tinggal di
tempat terpencil di hutan dan belukar. Brahmana, saya
mengamati diri saya sendiri yang tanpa 'pikiran tidak suci',
mendapat kemantapan sangat kuat hidup di hutan.
16-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para
samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan
'pikiran tak terpusat dan liar' (asamahita vibhantacitta),
berpikiran buruk yang 'didasarkan pada kebencian'
(sandosahetu), maka para samana dan brahmana ini karena
memiliki pikiran yang tidak suci, berpikiran buruk yang
didasarkan pada pikiran jahat, memunculkan rasa takut dan
kegentaran yang tak berguna pada diri mereka. Tetapi, saya
berpikiran yang terpusat dengan baik dan tidak 'berpikiran
buruk yang didasarkan pada kebencian. Saya adalah salah
seorang ariya yang berpikiran terpusat dengan baik, juga
sering tinggal di tempat terpencil di hutan dan belukar.
Brahmana, saya mengamati diri saya sendiri yang tanpa'
pikiran tidak suci', mendapat kemantapan sangat kuat hidup di
hutan.
17-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para
samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan
'tanpa pengertian dan dungu' (dupanna elamuga), berpikiran
94
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
buruk yang 'didasarkan pada kebencian' (sandosahetu), maka
para samana dan brahmana ini karena memiliki pikiran yang
tidak suci, berpikiran buruk yang didasarkan pada pikiran
jahat, memunculkan rasa takut dan kegentaran yang tak
berguna pada diri mereka. Tetapi, saya berpengertian yang
sempurna. Saya adalah salah seorang ariya yang
'berpengertian sempurna', juga sering tinggal di tempat
terpencil di hutan dan belukar. Brahmana, saya mengamati
diri saya sendiri yang berpengertian sempurna', saya
mendapat kemantapan sangat kuat hidup di hutan.
18-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Seandainya saya
pada malam tertentu, yaitu: malam keempat belas, kelima
belas dan kedelapan pada pertengahan bulan, saya bermalam
di tempat-tempat yang menakutkan dan menggentarkan,
seperti di Aramacetiya, Vanacetiya atau Rukkhacetiya, maka
saya dapat melihat ketakutan dan kegentaran. Ketika saya
sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar
mendatangiku, atau burung merak mematahkan ranting, atau
angin menggoyangkan dedauanan. Saya berpikir:' Sekarang,
apakah ketakutan dan kegentaran muncul? Mengapa dengan
tinggal di sini saya selalu mengharapkan ketakutan dan
kegentaran? Bagaimana, bila saya melenyapkan ketakutan
95
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dan kegentaran yang muncul pada diriku, ketika saya dalam
posisi apapun?’”
“Brahmana, ketika saya sedang berjalan, ketakutan dan
kegentaran muncul pada diriku; saya tidak berdiri, duduk atau
berbaring hingga saya dapat melenyapkan ketakutan dan
kegentaran itu. Ketika saya sedang berdiri, ketakutan dan
kegentaran muncul pada diriku; saya tidak berjalan, duduk
atau berbaring hingga saya dapat melenyapkan ketakutan dan
kegentaran itu. Ketika saya sedang duduk, ketakutan dan
kegentaran muncul pada diriku; saya tidak berjalan, berdiri
atau berbaring hingga saya dapat melenyapkan ketakutan dan
kegentaran itu. Ketika saya sedang berbaring, ketakutan dan
kegentaran muncul pada diriku; saya tidak berjalan, berdiri
atau duduk hingga saya dapat melenyapkan ketakutan dan
kegentaran itu.”
19-- Brahmana, ada beberapa samana dan brahmana menganggap
malam sebagai siang, sedangkan siang dianggap sebagai
malam. Para samana dan brahmana ini saya nyatakan mereka
hidup dalam kebodohan. Brahmana, karena bagi saya, malam
adalah malam, dan siang adalah siang. Brahmana, siapapun
yang berbicara benar: "Sesosok makhluk yang tidak dikuasai
kebodohan telah muncul di dunia untuk kebaikan,
96
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kesejahteraan dan kebahagiaan banyak orang, karena kasih
sayangnya kepada dunia demi manfaat, kesejahteraan dan
kebahagiaan pada dewa dan manusia", pernyataan seperti itu
adalah tepat dinyatakan untukku.
20-- Semangat tanpa lelah telah muncul dalam diriku, perhatian
tanpa lupa telah mantap, tubuhku telah tenang dan tanpa
gangguan, pikiranku telah terkonsentrasi dan terpusat
(ekagata).
21-- Agak bebas dari nafsu indera, bebas dari dhamma yang tak
berguna, saya mencapai dan berada dalam Jhana I yang
disertai oleh vitakka (usaha pikiran untuk menangkap obyek),
vicara (obyek telah tertangkap), kegiuran (piti) dan
kebahagiaan (sukha) karena pemusatan pikiran.
22-- Dengan meninggalkan vitakka dan vicara, saya mencapai dan
berada dalam Jhana II yang disertai "percaya diri"
(sampasadanam), pemusatan pikiran, kegiuran (piti) dan
kebahagiaan (sukha) karena pemusatan pikiran, tanpa vitakka
dan tanpa vicara.
23-- Dengan lenyapnya kegiuran (piti), saya diliputi ketenangan,
penuh perhatian (sati) dan kebahagiaan jasmani saya
mencapai dan berada dalam Jhana III, yang dinyatakan oleh
97
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
para Ariya sebagai: "Ia senang karena memiliki ketenangan
dan perhatian (sati)."
24-- Dengan lenyapnya kebahagiaan (sukha) dan penderiaan
(dukkha) jasmani, yang didahului oleh lenyapnya "Kebahagiaan
dan penderitaan batin (somanassadomanassa), saya mencapai
dan berada pada Jhana IV, yang tanpa dukkha (adukkha) dan
tanpa sukha (asukha) disertai "perhatian dan keseimbangan
suci" (upekhasatiparisuddhi).
25--Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak ternoda, bersih
dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap dan
mencapai ketenangan, saya mengarahkan batin (citta) pada
'pengetahuan tentang kehidupan-kehidupan yang lampau'
(pubbenivasanussa-tinana).
Saya mengingat banyak kehidupanku yang lampau, yaitu: satu
kelahiran, dua kelahiran ... lima kelahiran, sepuluh kelahiran ...
lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, scribu kelahiran,
seratus ribu kelahiran, banyak kappa penjadian dunia
(samvattakappa), banyak kappa penghancuran dunia
(vivattakappa), dan banyak kappa penjadian dan
penghancuran dunia (samvattavivatta-kappa): "Di sana saya
bernama, ras, penampilan, makanan, mengalami kesenangan
serta penderitaan, panjang usia seperti itu; meninggal dari
98
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
sana, saya terlahir kembali di tempat-tempat lain; di sana pun
saya bernama, ras, penampilan, makanan, mengalami
kesenangan serta penderitaan, panjang usia seperti itu; dan
meninggal dari alam itu, saya terlahir di sini. Demikianlah,
dengan rinci dan khusus, saya mengingat banyak kelahiranku
yang lampau.
26-- Inilah pengetahuan pertama yang saya capai pada masa-
pertama di malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan
pengetahuan (vija) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya
bersinar, begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat
dan waspada.
27-- Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak temoda, bersih
dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap dan
mencapai ketenangan, saya mengarahkan batin (citta) pada'
pengetahuan tentang lenyap dan munculnya makhluk-
makhluk' (cutupapata-nana). Dengan pandangan mata dewa
(dibbacakkhu) yang suci dan melampaui kemampuan manusia
biasa, saya melihat makhluk-makhluk lenyap (meninggal) dan
muncul (lahir) kembali sebagai terhormat atau hina, berwajah
cakap atau jelek, berprilaku baik atau jahat; saya mangerti
bagaimana makhluk-makhluk hidup sesuai dengan karma
mereka, sebagai berikut: "Makhluk-makhluk ini yang
99
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
melakukan perbuatan baik melalui ucapan perbuatan dan
pikiran, menghina para ariya, berpandangan keliru, melakukan
perbuatan berdasarkan pandangan keliru mereka, setelah
mereka meninggal dunia, mereka terlahir kembali dalam
keadaan yang tidak menyenangkan, di alam yang
menyedihkan, bahkan di neraka; sedangkan makhluk-makhluk
yang melakukan perbuatan baik melalui ucapan, perbuatan
dan pikiran, tidak menghina para ariya, berpandangan benar,
melakukan perbuatan berdasarkan pada pandangan benar,
setelah mereka meninggal dunia, mereka terlahir kembali
dalam keadaan menyenangkan, di alam yang membahagiakan,
bahkan di surga. "Demikianlah dengan dibba cakku yang suci
dalam melampaui kemampuan manusia biasa, saya melihat
makhluk-makhluk lenyap dan muncul kembali sebagai
terhormat atau hina, berwajah cakap atau jelek, berprilaku baik
atau jahat; saya mengerti bagaimana makhluk-makhluk hidup
sesuai dengan karma mereka.
28-- Inilah pengetahuan kedua yang saya capai pada masa-kedua di
malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan pengetahuan
(vijja) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya bersinar,
begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat dan
waspada.
100
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
29-- Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak temoda, bersih
dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap dan
mancapai ketenangan, saya mengarahkan batin (citta) pada
'pengetahuan tentang pelenyapan kotoran batin' (asavanam
khayanana). Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Dukkha."
Saya memiliki pengetahuan: "Inilah sebab Dukkha." Saya
memiliki pengetahuan: "Inilah lenyapnya Dukkha.” Saya
memiliki pengetahuan: "Inilah jalan untuk melenyapkan
Dukkha." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah kekotoran-
kekotoran batin." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah sebab
kekotoran-kekotoran batin." Saya memiliki pengetahuan:
"Inilah lenyapnya kekotoran-kekotoran batin." Saya memiliki
pengetahuan: "Inilah jalan untuk melenyapkan kekotoran-
kekotoran batin."
30-- Ketika saya mengetahui dan melihat seperti itu, batinku
terbebas dari 'kekotoran-batin nafsu indera' (kamasava),
'kekotoran-batin untuk menjadi' (bhavasava) dan 'kekotoran -
batin kebodohan' (avijjasava). Ketika terbebas, muncul
pengetahuan: "Telah terbebas". Saya memiliki pengetahuan:
"Kelahiran telah dilenyapkan, kehidupan suci telah direalisasi,
apa yang harus dikerjakan telah dilaksanakan, tidak ada lagi
sesuatu di seberang sana."
101
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
31-- Inilah pengetahuan ketiga yang saya capai pada masa-ketiga
di malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan
pengetahuan (vijja) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya
bersinar, begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat
dan waspada.
32--Brahmana, mungkin anda berpikir: "Barangkali saat ini petapa
Gotama tidak terbebas dari nafsu (raga), kebencian (dosa) dan
kebodohan (avijja), itulah sebabnya maka beliau tetap tinggal
di belukar terpencil di hutan. Tetapi anda tidak perlu berpikir
begitu, karena saya melihat dua manfaat tinggal di belukar
terpencil di hutan: 'Saya melihat hal yang menyenangkan
bagiku sendiri di sini dan sekarang, serta saya memiliki kasih
sayang terhadap generasi akan datang."'
33-- Benar, karena saudara Gotama adalah arahat
sammasambuddha yang memiliki kasih sayang kepada
generasi mendatang.
34-- Mengagumkan saudara Gotama Mengagumkan saudara
Gotama dhamma telah dijelaskan dengan banyak cara oleh
saudara Gotama, ia bagaikan meluruskan yang bengkok,
mengungkap yang tersembunyi, menunjuk jalan bagi yang
tersesat, menerangi kegelapan dengan lampu sehingga
mereka yang memiliki mata dapat melihat obyek.
102
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
35-- Saya berlindung pada Gotama, kepada Dhamma dan kepada
Sangha. Sejak hari ini semoga Gotama mengingat saya
sebagai upasaka (umat) yang berlindung kepadanya selama
hidup.
ANANGANA SUTTA
(5)
103
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
1 Demikianlah yang saya dengar:
Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama
milik Anathapindika, Savatthi. Ketika beliau berada di sana,
Bhikkhu Sariputta berkata kepada para bhikku:
"Para bhikkhu ".
Para bhikkhu menjawab: "Ya, bhante".
Selanjutnya bhikkhu Sariputta berkata:
2— “Avuso, ada empat macam orang di dunia; siapakah mereka?
Avuso, di dunia ini ada orang yang 'bermental ternoda'
(angana) dan yang tidak mengetahui dengan benar: 'Saya
bermental ternoda. Ada orang yang bermental ternoda dan
mengetahui dengan benar: ‘Saya bermental ternoda.’ Ada
orang tidak bermental ternoda dan tidak mengetahui dengan
benar: ‘Saya tidak bermental ternoda.’ Ada orang tidak
bermental ternoda dan mengetahui dengan benar: ‘Saya tidak
bermental ternoda.’
3-- Avuso, di antara mereka, dua macam orang yang bermental
ternoda, ia yang bermental ternoda dan tidak mengetahui
dengan benar: ‘Saya bermental ternoda’ adalah disebut
inferior.
104
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Avuso, di antara mereka, dua macam orang yang bermental
ternoda, ia yang bermental ternoda dan mengetahui dengan
benar: ‘Saya bemental teroda’ adalah disebut superior.
Avuso, di antara mereka, dua macam orang yang tidak
bermental ternoda, ia yang tidak bermental ternoda dan
mengetahui dengan benar: ‘Saya tidak bermental ternoda’
adalah disebut inferior.
Avuso, di antara mereka, dua macam orang yang tidak
bermental ternoda, ia yang tidak bermental ternoda dan
mengetahui dengan benar: ‘Saya tidak bermental ternoda’
adalah disebut superior.
4— Setelah hal ini dikatakan, maka Bhikkhu Mahamoggallana
bertanya kepada Bhikkhu Sariputta: "Avuso Sariputta! Dari
dua macam orang yang bermental ternoda, seorang disebut
inferior dan yang lain disebut superior. Apakah alasan dan apa
sebabnya?
Avuso Sariputta! Dari dua macam orang yang ‘tidak bermental
ternoda’, seorang disebut inferior dan yang lain disebut
superior.
Apakah alasan dan sebabnya?"
105
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
5.— “Avuso, di antara dua macam orang, orang yang ‘bermental
ternoda’ dan tidak mengetahui dengan benar: ‘Saya bermental
ternoda’, tidak akan memunculkan keinginan, tidak berusaha,
atau tidak mengembangkan semangat untuk melenyapkan
noda mental itu. Ia akan meninggal dunia dengan batin
dipenuhi kemelekatan, kemarahan, kebodohan, noda-noda
mental dan ketidaksucian. Pasti, inilah yang akan terjadi
padanya.
Avuso, sebagai contoh sebuah 'wadah perunggu' (kamsapati)
yang baru dibeli dari toko atau tukang perunggu, yang diliputi
oleh abu dan kotoran, yang mungkin dibiarkan tidak digunakan
oleh pemiliknya, tidak dibersihkan dan dibiarkan dipenuhi
debu. Avuso, bukankah setelah berselang beberapa waktu
wadah perunggu itu akan lebih ternoda dan kotor oleh
kotoran?”
"Ya, avuso."
“Avuso, dengan cara yang sama, orang yang bermental
ternoda dan tidak mengetahui dengan benar: ‘Saya bermental
ternoda’, tidak akan memunculkan keinginan, tidak berusaha,
atau tidak mengembangkan semangat untuk melenyapkan
noda mental itu. Ia akan meninggal dunia dengan batin
dipenuhi kemelekatan, kemarahan, kebodohan, noda-noda
106
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mental dan ketidaksucian. Pasti, inilah yang akan terjadi
padanya.
6-- Avuso, di antara mereka, orang bermental ternoda dan
mengetahui dengan benar: ‘Saya bemental ternoda’, akan
memunculkan keinginan, berusaha atau mengembangkan
semangat untuk melenyapkan noda mental itu. Akan
meninggal dunia dengan pikiran tanpa kemelekatan, tanpa
kebencian, tanpa kebodohan, tanpa noda-noda mental dan
tanpa ketidaksucian. Pasti, inilah yang akan terjadi padanya.
Avuso, sebagai contoh, sebuah 'wadah perunggu' (kamsapati)
yang baru dibeli dari toko atau tukang perunggu, yang diliputi
oleh debu dan kotoran, yang mungkin dibersihkan oleh
pemiliknya, tidak dibiarkan diliputi debu. Avuso, bukankah
setelah berselang beberapa waktu wadah perunggu itu
menjadi bersih dan tanpa noda?”
"Ya, avuso."
“Avuso, sama halnya, orang yang bermental ternoda dan
mengetahui dengan benar: ‘Saya bermental ternoda’, akan
memunculkan keinginan, berusaha atau mengembangkan
semangat untuk melenyapkan noda mental itu. Akan
meninggal dunia dengan pikiran tanpa kemelekatan, tanpa
107
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kebencian, tanpa kebodohan, tanpa noda-noda mental dan
tanpa ketidaksucian. Pasti, hal inilah yang akan terjadi
padanya.
7-- Avuso, di antara mereka, orang yang tidak bermental ternoda
dan tidak mengetahui dengan benar: ‘Saya tidak bermental
ternoda’ akan tertarik pada hal-hal yang menyenangkan,
karena tertarik pada hal-hal menyenangkan, maka batinnya
akan ternoda karena kemelekatan, kebencian, kebodohan,
noda-noda mental dan ketidaksucian. Pasti, inilah yang akan
terjadi padanya.
Avuso, sebagai contoh, sebuah wadah perunggu yang baru
dibeli dari toko atau tukang perunggu, yang agak bersih dan
tidak ternoda, tetapi yang mungkin tidak digunakan dan tidak
dibersihkan oleh pemiliknya dan dibiarkan di tempat berdebu.
Avuso, bukankah setelah berselang beberapa waktu wadah
perunggu itu ternoda dan kotor oleh kotoran?”
"Ya, avuso."
“Avuso, sama halnya orang yang tidak bermental ternoda
tetapi tidak mengetahui dengan benar: ‘Saya tidak bermental
ternoda’, akan tertarik pada hal-hal yang menyenangkan,
karena tertarik-pada hal-hal menyenangkan, maka batinnya
108
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
akan ternoda oleh kemelekatan. Ia akan meninggal dunia
dengan batin diliputi kemelekatan, kebencian, kebodohan,
noda-noda mental dan ketidaksucian. Pasti, inilah yang akan
terjadi padanya.
8— Avuso, di antara mereka, orang yang tidak bermental ternoda
dan mengetahui dengan benar: ‘Saya tidak bermental ternoda’
tidak akan tertarik padahal-hal menyenangkan, maka batinnya
tidak akan ternoda oleh kemelekatan. Ia akan meninggal
dunia dengan batin tidak diliputi kemelekatan, kebencian,
kebodohan, noda-noda mental dan ketidaksucian. Pasti, inilah
yang akan terjadi padanya.
Avuso, sebagai contoh, sebuah wadah perunggu yang baru
dibeli dari toko atau tukang perunggu, yang agak bersih dan
agak tidak ternoda, tetapi yang mungkin digunakan dan
dibersihkan oleh pemiliknya dan tidak dibiarkan di tempat
berdebu. Avuso, bukankah setelah berselang beberapa waktu
wadah perunggu itu menjadi lebih bersih dan tidak ternoda?”
"Ya, avuso."
“Avuso, sama halnya, orang yang tidak bermental ternoda dan
mengetahui dengan benar: ‘Saya tidak bermental ternoda’
tidak akan tertarik pada hal-hal menyenangkan, karena tidak
109
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tertarik pada hal-hal menyenangkan, maka batinnya tidak akan
ternoda oleh kemelekatan. Ia akan meninggal dunia dengan
batin tanpa kemelekatan, kebencian, kebodohan, noda-noda
mental dan ketidak sucian. Pasti, inilah yang akan terjadi
padanya.”
9.— “Avuso Moggallana! Inilah alasan dan sebab dari pernyataan
bahwa dari dua macam yang bermental ternoda, seorang
disebut inferior dan orang yang lain disebut superior.
Avuso Moggallana! Inilah alasan dan sebab dari pernyataan
bahwa dari dua macam orang yang tidak bermental ternoda,
seorang disebut inferior dan orang yang lain disebut superior.”
10-- "Avuso, telah tersebut: 'Noda, noda.' Apa yang dimaksud
dengan 'noda’?”
“Avuso, 'noda’ ini adalah sebutan untuk ‘faktor-faktor jahat'
(papakanam) yang muncul dari ‘keinginan-keinginan buruk’
(akusalaiccha).”
“Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu
berkeinginan: ‘Saya akan melakukan 'pelanggaran peraturan'
(apatti), mungkin para bhikkhu tidak mengetahui
perbuatanku." Kemudian bhikkhu itu berpikir: ‘Para bhikkhu
tahu bahwa saya telah melakukan apatti.’ Lalu ia marah dan
110
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tidak senang. Avuso, kemarahan dan ketidaksenangan adalah
noda-noda batin.
Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu
berkeinginan: ‘Saya akan melakukan apatti, mungkin para
bhikkhu akan menuduhku secara pribadi dan tidak di tengah-
tengah sangha.’ Avuso, tetapi mungkin para bhikkhu
menuduhnya di tengah-tengah sangha dan bukan secara
pribadi. Kemudian bhikkhu itu berpikir: ‘Para bhikkhu
menuduhku di tengah-tengah sangha, bukan secara pribadi.’
Lalu ia marah dan tidak senang. Avuso, kemarahan dan
ketidaksenangan adalah noda-noda batin.
11-- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu
berkeinginan: ‘Saya akan melakukan apatti, mungkin saya
akan dituduh oleh teman (yang telah melakukan apatti) dan
bukan oleh 'bukan temanku' (yang tidak melakukan apatti).’
Avuso, mungkin ia tidak dituduh oleh temannya, tetapi oleh
bukan temannya. Bhikkhu itu berpikir: ‘Saya dituduh oleh
'bukan temanku', namun bukan oleh temanku.’ Lalu ia marah
dan tidak senang. Avuso, kemarahan dan ketidaksenangan
adalah noda-noda batin.
Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu
berkeinginan: ‘Sangat baik bila Guru (sattha) membabarkan
111
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dhamma kepada para bhikkhu, hanya bertanya kepada saya
dan bukan kepada bhikkhu lain.’ Avuso, tetapi mungkin Guru
membabarkan dhamma kepada para bhikkhu dan bertanya
kepada bhikkhu lain dan tidak bertanya kepada bhikkhu itu.
Bhikkhu itu berpikir: ‘Guru mengajar dhamma kepada para
bhikkhu dan bertanya kepada bhikkhu lain, tetapi tidak
kepadaku.’ Lalu ia marah dan tidak senang. Avuso, kemarahan
dan ketidaksenangan adalah noda-noda batin.
12-- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu
berkeinginan: ‘Sungguh baik bila para bhikkhu memasuki desa
untuk menerima makanan dengan saya selalu sebagai
pemimpin dan bukan bhikkhu lain yang memimpin.’ Avuso,
tetapi mungkin para bhikkhu memasuki desa untuk menerima
makanan dengan dipimpin oleh bhikkhu lain dan bukan
bhikkhu itu yang me-mimpin. Bhikkhu itu berpikir: ‘Para
bhikkhu memasuki desa untuk menerima makanan dengan
dipimpin oleh bhikkhu lain dan bukan saya yang memimpin.’
Lalu ia marah dan tidak senang. Avuso, kemarahan dan
ketidaksenangan adalah noda-noada batin.
Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu
berkeinginan: ‘Sungguh baik bila saya sendiri mendapat
tempat terbaik, air terbaik dan dana-makanan terbaik di
112
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tempat makan yang ditentukan, sedangkan bhikkhu yang lain
tidak mendapat hal-hal itu.’ Avuso, tetapi mungkin bhikkhu
yang lain mendapat tempat terbaik, air terbaik dan dana-
makanan terbaik di tempat makan yang ditentukan, sedangkan
bhikkhu itu tidak mendapat hal-hal itu. Bhikkhu itu berpikir,
"Para bhikkhu mendapat tempat terbaik, air terbaik dan dana-
makanan terbaik di tempat makan yang ditentukan, sedangkan
saya tidak mendapat hal-hal itu." Lalu ia marah dan tidak
senang. Avuso, kemarahan dan ketidaksenangan adalah noda-
noda batin.
13-- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu
berkeinginan: ‘Sungguh baik bila saya sendiri membabarkan
dhamma sebagai pernyataan "anumodana" (membabar
dhamma setelah menerima dana), setelah makan dana-
makanan, di tempat makan yang ditentukan, sedangkan
bhikkhu lain tidak melakukannya. Avuso, tetapi mungkin
bhikkhu lain membabarkan dhamma setelah makan dana-
makanan di tempat makan yang ditentukan, sedangkan
bhikkhu itu tidak melakukannya. Bhikkhu itu berpikir: ‘Bhikkhu
lain membabarkan dhamma setelah makan dana-makanan di
tempat makan yang ditentukan, sedangkan saya tidak
113
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
melakukannya.’ Lalu ia marah dan tidak senang. Avuso,
kemarahan dan ketidaksenangan adalah noda-noda batin.
Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu
berkeinginan: ‘Sungguh baik bila saya sendiri yang
membabarkan dhamma kepada para bhikkhu yang
mengunjungi vihara dan tidak ada bhikkhu lain yang
melakukannya.’ Avuso, tetapi mungkin bhikkhu lain yang
membabarkan dhamma kepada para bhikkhu yang
mengunjungi vihara, sedangkan bhikkhu itu tidak
melakukannya. Bhikkhu itu berpikir: ‘Bhikkhu lain
membabarkan dhamma kepada para bhikkhu yang
mengunjungi vihara, sedangkan saya tidak melakukannya.’
Lalu ia marah dan tidak senang. Avuso, kemarahan dan
ketidaksenangan adalah noda-noda batin.
14- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu
berkeinginan: ‘Sungguh baik bila saya sendiri yang
membabarkan dhamma kepada para bhikkhuni ... dst... ...
kepada upasaka yang mengunjungi vihara ... dst...... kepada
para upasika yang mengunjungi vihara, sedangkan bhikkhu
lain tidak melakukannya." Avuso, tetapi mungkin bhikkhu lain
yang membabarkan dhamma kepada para upasika yang
mengunjungi vihara, sedangkan bhikkhu itu tidak
114
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
melakukannya. Bhikkhu itu berpikir: ‘Bhikkhu lain
membabarkan dhamma kepada para upasika yang
mengunjungi vihara, sedangkan saya tidak melakukannya.’ Ialu
ia marah dan tidak senang. Avuso, kemarahan dan
ketidaksenangan adalah noda-noda batin.
Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu
berkeinginan: ‘Sungguh baik bila para bhikkhu menghormat,
memuja, memuji dan menghargai saya sendiri, sedangkan para
bhikkhu tidak menghormat, memuja, memuji atau menghargai
bhikkhu lain.’ Avuso, tetapi mungkin para bhikkhu
menghormat, memuja, memuji dan menghargai bhikkhu lain,
sedangkan para bhikkhu tidak menghormat, memuja, memuji
dan menghargai bhikkhu itu. Bhikkhu itu berpikir: ‘Para
bhikkhu menghormat, memuja, memuji dan menghargai
bhikkhu lain, sedangkan saya tidak dihomat, dipuja, dipuji dan
dihargai oleh para bhikkhu.’ Lalu ia marah dan tidak senang.
Avuso, kemarahan dan ketidaksenangan adalah noda-noda
batin.
15-- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu
berkeinginan: ‘Sungguh baik bila para bhikkhuni ... para
upasaka menghormat, memuja, memuji dan menghargai saya
sendiri, sedangkan para upasika tidak menghormat, memuja,
115
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
memuji atau menghargai bhikkhu lain.’ Avuso, tetapi mungkin
para upasika menghormat, memuja, memuji dan menghargai
bhikkhu lain, sedangkan para upasika tidak menghormat,
memuja, memuji dan menghargai bhikkhu itu. Bhikkhu itu
berpikir: ‘Para upasika menghormat, memuja, memuji dan
menghargai bhikkhu lain, sedangkan saya tidak dihormat,
dipuja, dipuji dan dihargai oleh para upasika.’ Lalu ia marah
dan tidak senang. Avuso, kemarahan dan ketidaksenangan
adalah noda-noda batin.
Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu
berkeinginan: ‘Sungguh baik bila hanya saya sendiri menerima
jubah yang bagus, sedangkan bhikkhu lain tidak menerima
jubah yang bagus.’ Avuso, tetapi mungkin bhikkhu lain
menerima jubah yang bagus, sedangkan bhikkhu itu tidak
menerima jubah yang bagus. Bhikkhu itu berpikir: ‘Bhikkhu
lain menerima jubah yang bagus, sedangkan saya tidak
menerima jubah yang bagus.’ Lalu ia marah dan tidak
senang. Avuso, kemarahan dan tidaksenangan adalah noda-
noda batin.
16-- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu
berkeinginan: ‘Sungguh baik bila hanya saya sendiri menerima
dana-makanan yang baik ... tempat tinggal saya bagus ... obat-
116
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
obatan yang bagus dan kebutuhan pengobatan yang
digunakan dalam keadaan sakit, sedangkan bhikkhu yang lain
tidak menerima hal itu.’ Avuso, tetapi mungkin bhikkhu lain
menerima obat-obatan dan kebutuhan pengobatan yang
digunakan dalam keadaan sakit, sedangkan bhikkhu itu tidak
menerima hal-hal itu. Bhikkhu itu berpikir: ‘Bhikkhu lain
menerima obat-obatan yang bagus dan kebutuhan pengobatan
yang digunakan dalam keadaan sakit, sedangkan saya tidak
menerima hal-hal itu.’ Lalu ia marah dan tidak senang. Avuso,
kemarahan dan ketidaksenangan adalah noda-noda batin.
Avuso, 'noda' ini adalah sebutan untuk faktor-faktor buruk yang
muncul dari keinginan-keinginan jahat.
17-- Avuso, bilamana seorang bhikkhu dilihat atau didengar oleh
seseorang bahwa bhikkhu itu tidak melenyapkan faktor-faktor
buruk yang muncul dari keinginan-keinginan jahat
walaupun bhikkhu itu melakukan 'praktik keras', seperti,
'tinggal di hutan' (arannako) atau 'tempat terpencil'
(pantasenasano), menerima dana-makanan (pindapatiko) atau
'menerima makanan dari rumah-rumah' (sapadanacari),
mengenakan jubah yang dibuat dari kain bekas pembungkus
mayat' (pamsukuliko) atau jubah yang dibuat dari kain-kain
kasar yang kurang berharga' (lukhacivara), ia tidak akan
117
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dihormat, dipuja, dipuji atau dihargai oleh rekan-rekannya
yang' melaksanakan penghidupan suci' (sabrahmacari). Apa
alasannya? karena melihat atau mendengar bahwa bhikkhu itu
belum melenyapkan faktor-faktor buruk yang muncul dari
keinginan-keinginan jahat.
Avuso, sebagai contoh, sebuah 'wadah perunggu' (kamsapati)
bersih dan tidak ternoda yang dibeli dari toko atau tukang
perunggu dan pemiliknya pergi ke pasar mengisinya dengan
(potongan) bangkai ular membusuk, bangkai anjing atau
potongan mayat manusia dan menutupi wadah itu dengan
wadah perunggu lain. Orang-orang yang melihat wadah
perung-gu itu, mungkin berkata: ‘Kawan! mengapa anda
membawa hadiah bagus ini?’ bangkit dari duduk, membukanya
dan melihat kedalamnya. Namun, segera setelah mereka
melihat isinya, mereka akan merasa mau muntah, jijik dan
muak, sehingga orang yang lapar pun tidak berkeinginan untuk
makan, apalagi mereka yang kenyang.’
Avuso, begitu pula halnya, bilamana seorang bhikkhu dilihat
atau didengar oleh seseorang bahwa bhikkhu itu tidak
melenyapkan faktor-faktor buruk yang muncul dari keinginan-
keinginan jahat walaupun bhikkhu itu melakukan 'praktik
keras', seperti, 'tinggal dihutan' (arannako) atau 'tempat
118
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
terpencil' (pantasenasano), menerima dana-makanan
(pindapatiko) atau 'menerima makanan dari rumah-rumah'
(sapadanacari), mengenakan 'jubah yang dibuat dari kain
pembungkus mayat '(pamsukuliko) atau jubah yang dibuat dari
kain-kain kasar yang kurang berharga' (lukhacivara), ia tidak
akan dihormat, dipuja, dipuji atau dihargai oleh rekan-rekannya
yang 'melaksanakan penghidupan suci' (sabrahmacari). Apa
alasannya? karena mereka melihat atau mendengar bahwa
bhikkhu itu belum melenyapkan faktor-faktor buruk yang
muncul dari keinginan-keinginan jahat.
18-- Avuso, bilamana seorang bhikkhu dilihat atau didengar oleh
seseorang bahwa bhikkhu itu telah melenyapkan faktor-faktor
buruk yang muncul dari keinginan-keinginan jahat walaupun ia
menetap di sebuah vihara desa, menerima dana-makanan dari
mereka yang mengundangnya dan mengenakan jubah yang di
danakan para umat, ia akan dihormat, di puja, di puji dan di
hargai oleh para rekannya yang melaksanakan penghidupan
suci. Apakah alasannya? karena mereka melihat atau
mendengar bahwa bhikkhu itu telah melenyapkan faktor-faktor
buruk yang muncul dari keinginan-keinginan jahat.
Avuso, sebagai contoh, sebuah wadah perunggu bersih dan tak
ternoda yang dibeli dari toko atau tukang perunggu, lalu
119
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pemiliknya pergi ke pasar, mengisinya dengan nasi matang
yang bagus, tanpa bijian hitam, bersama banyak kari kacang,
daging dan ikan, setelah itu menutupinya dengan wadah
perunggu lain. Orang-orang yang melihat wadah perunggu itu,
mungkin berkata: ‘Kawan! mengapa anda membawa hadiah
bagus ini?’ bangkit dari duduk, membukanya dan melihat
kedalamnya. Segera setelah mereka melihat isinya, mereka
akan merasa gembira, tanpa merasa muak atau jijik. Sehingga
orang yang telah kenyang pun berkeinginan untuk makan,
apalagi mereka yang lapar.
Avuso, begitu pula halnya, bilamana seorang bhikkhu dilihat
atau didengar oleh seseorang bahwa bhikkhu itu telah
melenyapkan factor-faktor buruk yang muncul dari keinginan-
keinginan jahat walaupun ia menetap di sebuah vihara desa,
menerima dana-makanan dari mereka yang mengundangnya
dan mengenakan jubah yang didanakan para umat, ia akan
dihormat, dipuja, dipuji dan dihargai oleh para rekannya yang
melaksanakan penghidupan suci. Apakah alasannya? Karena
mereka melihat atau mendengar bahwa bhikkhu itu telah
melenyapkan faktor-faktor buruk yang muncul dari keinginan-
keinginan jahat.”
120
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
19-- Setelah hal ini dikatakan, lalu Bhikkhu Moggallana berkata
kepada Bhikkhu Saruputta: "Avuso Sariputta, sebuah
perumpamaan muncul dalam pikiranku.”
"Avuso Moggallana, ungkapkanlah perumpamaan itu."
“Avuso, saya pernah menetap di Giribbaje, dekat kota
Rajagaha. Pada suatu pagi, setelah saya mengenakan jubah
dan membawa patta serta civara, pergi ke Rajagaha untuk
pindapata (menerima makanan), ketika itu, Samiti, putra
pembuat kereta, sedang membentuk bagian sisi roda kereta,
sedangkan petapa telanjang (ajiviko) bernama Panduputta,
mantan pembuat kereta, sedang berdiri didekatnya. Avuso,
kemudian muncul ide pada petapa telanjang Panduputta: ‘Akan
baik bila Samiti memperbaiki lengkungan, bagian yang
bengkok dan kerusakan dari bagian sisi roda kereta. Dengan
demikian maka bagian sisi roda kereta akan tanpa lengkungan,
bagian yang bengkok dan rusak, maka bagian sisi roda kereta
akan tanpa cacad dan bagus.’
Avuso, Samiti memperbaiki lengkungan, bagian yang bengkok
dan yang rusak, sesuai dengan ide petapa telanjang
Panduputta. Kemudian petapa telanjang Panduputta gembira,
dengan mengucapkan teriakan kegembiraan: ‘Nampaknya ia
121
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
melakukan perbaikan (bagian luar dari roda) bagaikan ia,
melalui pikirannya, mengetahui pikiran orang lain.’
Avuso, begitu pula halnya, orang-orang yang tanpa keyakinan
(kepada Tiratana), meninggalkan kehidupan berumah-tangga
menjadi petapa yang bukan karena berdasarkan pada
kepercayaan (pada hukum kamma), tetapi sebagai mata
pencaharian. Mereka licik, penipu, pemalsu, bingung, arogan,
keji, pesolek dan cerewet; mereka tidak menjaga indera-indera,
makan tidak sederhana (bhojane amattannuta), tidak selalu
waspada (jagariya ananuyutta), tidak berkehidupan samana
dengan baik (samane anapekhavanto), tidak melaksanakan
peraturan dengan baik (sikkhaya na tibbagarava), ingin hidup
mewah, lalai, kemauan-baik menurun, tak bertanggung jawab
dalam usaha untuk melenyapkan dukkha (nibbana), malas,
kurang bersemangat, tidak berperhatian, tidak berpengertian,
tidak menenangkan pikiran, pikiran tidak tetap, pikiran tak
terkendali, tidak bijak dan pikiran tumpul. Nampaknya seperti
ayasma (saudara) Sariputta mengetahui pikiran mereka
melalui pikiran yang mengatur (membentuk) pikiran mereka
dengan uraian dhamma.
Tetapi, ada pula orang-orang dengan keyakinan (kepada
Tiratana) meninggalkan kehidupan berumah tangga menjadi
122
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
petapa, yang tidak licik, tidak menipu, bukan memalsu, tidak
bingung, tidak arogan, tidak keji, tidak pesolek dan tidak
cerewet; menjaga indera-indera, makan sederhana, selalu
waspada, berkehidupan samana dengan baik, melaksanakan
peraturan dengan baik, hidup sederhana, bersemangat,
berkemauan baik, berusaha untuk melenyapkan dukkha, rajin,
berperhatian, berpengertian, pikiran tenang, pikiran tetap,
pikiran terkendali, bijak dan pintar. Setelah mereka
mendengar uraian dhamma dari ayasma Sariputta, bagaikan
mereka minum (saripati) ungkapannya dan makan makananya,
dengan berkata: ‘Baik sekali! Ayasma Sariputta telah
menyebabkan rekan brahmacari-nya meninggalkan hal-hal
buruk (akusala) dan mengembangkan hal-hal yang baik
(kusala).
Avuso, seperti seorang wanita atau pria, remaja dan berusia
muda yang biasa merias diri, mandi, mengambil bunga teratai,
melati, akasia dan membawanya dengan kedua tangan atau
menaruh itu di kepala, begitu pula orang-orang itu dengan
keyakinan meninggalkan kehidupan berumah tangga menjadi
petapa, yang tidak licik, tidak menipu, bukan memalsu, tidak
bingung, tidak arogan, tidak keji, tidak pesolek dan tidak
cerewet; menjaga indera-indera, makan sederhana, selalu
123
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
waspada, berkehidupan samana dengan baik, melaksanakan
peraturan dengan baik, hidup sederhana, bersemangat,
berkemauan baik, berusaha untuk melenyapkan dukkha, rajin,
berperhatian, berpengertian, pikiran tenang, pikiran tetap,
pikiran terkendali, bijak dan pintar. Setelah mereka
mendengar uraian dhamma dari ayasma Sariputta, bagaikan
mereka minum (saripati) ungkapannya dan makan maknanya,
dengan berkata: ‘Baik sekali! Ayasma Sariputta telah
menyebabkan rekan brahmacarinya meninggalkan hal-hal
buruk (akusala) dan mengembangkan halhal yang baik
(kusala).’”
Dengan cara ini kedua maha arahat (mahanaga) gembira
dalam pembicaraan mereka.
124
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
AKANKHEYYA SUTTA
(6)
Demikianlah yang saya dengar:
1. Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama
milik Anathapindika, Savatthi. Ketika itu, Sang Bhagava
berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu."
Para bhikkhu menjawab: "Ya, Bhante."
“Para bhikkhu, hiduplah dengan sila dan laksanakanlah
patimokkha. Hidup dan kendalikan diri sesuai Patimokkha,
berprilaku baik (acara) dan ‘selalu berada di tempat yang
pantas' (gocara), melihat bahaya pada kesalahan kecil
sekalipun, serta melaksanakan 'peraturan latihan'
(sikkhapada).
2. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin' (akankheyya):
‘Semoga saya disayangi, disukai, dihormati dan dipuji oleh
teman-teman brahmacari’, maka ia harus seseorang yang
125
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
telah melaksanakan sila dengan baik, tekun menenangkan
batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi hingga
mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan terang
(vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil dan
sunyi (sunnagara).
3. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu ingin: ‘Semoga saya
dengan mudah mendapat kebutuhan-kebutuhan: jubah,
makanan, tempat menginap dan obat-obatan yang digunakan
sewaktu sakit,’ maka ia harus seseorang yang telah
melaksanakan sila dengan baik, tekun menenangkan batinnya
(cetosamatha), tidak lalai bermeditasi hingga mencapai jhana,
melaksanakan meditasi pandangan terang (vipassana) dan
sering tinggal di tempat yang terpencil dan sunyi (sunnagara).
4. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu ingin: ‘Semoga orang-orang
yang berdana jubah, makanan, tempat menginap dan obat-
obatan yang saya butuhkan, akan menerima buah karma yang
besar dan kemajuan berdasarkan dana-dana itu,’ maka ia
harus seseorang yang telah melaksanakan sila dengan baik,
tekun menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai
bermeditasi hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi
pandangan terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat
yang terpencil dan sunyi (sunnagara).
126
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
5. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga
berdasarkan pada keyakinan dan kepatuhan dari sanak
keluargaku yang telah meninggal, mereka akan menerima
buah karma dan manfaat yang besar,’ maka ia harus
seseorang yang telah melaksanakan sila dengan baik, tekun
menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi
hingga mencapai jhana melaksanakan rneditasi pandangan
terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil
dan sunyi (sunnagara).
6. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya
menjadi seorang yang mengatasi ketidakbahagiaan (dalam
kebhikkhuan) atau kesenangan (menikmati pemuasan nafsu)
dan bukan orang yang dikuasai oleh ketidakbahagiaan, namun
sebagai seorang yang selalu mengatasi ketidakbahagiaan
yang muncul,’ maka ia harus seseorang yang telah
melaksanakan sila dengan baik, tekun menenangkan batinnya
(cetosamatha), tidak lalai bermeditasi hingga mencapai jhana,
melaksanakan meditasi pandangan terang (vipassana) dan
sering tinggal di tempat terpencil dan sunyi (sunnagara).
7. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga menjadi
seorang yang mengatasi kebencian dan kesukaan, dan bukan
orang yang dikuasai oleh kebencian dan kesukaan, serta selalu
127
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mengatasi kebencian dan kesukaan,’ maka ia harus seseorang
yang telah melaksanakan sila dengan baik, tekun
menenangkan batinnya (cetosainatha), tidak lalai bermeditasi
hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan
terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil
dan sunyi (sunnagara).
8. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya
menjadi seorang yang mengatasi ketakutan dan kegentaran,
dan bukan orang yang dikuasai oleh ketakutan dan
kegentaran,’ maka ia harus seseorang yang telah
melaksanakan sila dengan baik, tekun menenangkan batinnya
(cetosamatha), tidak lalai bermeditasi hingga mencapai jhana,
melaksanakan meditasi pandangan terang (vipassana) dan
sering tinggal di tempat yang terpencil dan sunyi (sunnagara).
9. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya
menjadi seorang yang dapat mencapai pencapaian sesuai
keinginan, tanpa kesulitan atau tanpa ganguan mengenai
Empat Rupajhana, yang dihasilkan oleh batin yang bersih,
sehingga seseorang dapat hidup dengan bahagia pada
kehidupan ini,’ maka ia harus seseorang yang telah
melaksanakan sila dengan baik, tekun menenangkan batinnya
(cetosamatha), tidak lalai bermeditasi hingga mencapai jhana,
128
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
melaksanakan meditasi pandangan terang (vipassana) dan
sering tinggal di tempat yang terpencil dan sunyi (sunnagara).
10. Para bhikkhu, jika scorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga setelah
saya melampaui Rupajhana, dengan pencapaian batin dan
tetap berada dalam kedamaian Arupajhana yang dihasilkan
berdasarkan 'pembebasan' (vimokkha),’ maka ia harus
seseorang yang telah melaksanakan sila dengan baik, tekun
menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi
hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan
terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil
dan sunyi (sunnagara).
11. Para bhikkhu, jika seseorang bhikkhu 'ingin: ‘Semoga saya
menjadi Sotapanna dengan melenyapkan tiga 'belenggu'
(samyojana) dan tidak akan terlahir kembali di alam
menyedihkan dan menderita, yang pasti dan akan mencapai
'penerangan agung' (bodhi),’ maka ia harus seseorang yang
telah melaksanakan sila dengan baik, tekun menenangkan
batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi hingga
mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan terang
(vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil dan
sunyi (sunnagara).
129
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
12. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya
menjad' Sakadagami dengan melenyapkan tiga 'belenggu'
(samyojana) dan melemahkan kemelekatan pada nafsu (raga),
kebencian (dosa) serta kebodohan (moha), akan terlahir sekali
lagi demi melenyapkan dukkha,’ maka ia harus seseorang
yang telah melaksanakan sila dengan baik, tekun
menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi
hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan
terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil
dan sunyi (sunnagara).
13. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': "Dengan
melenyapkan lima belenggu (samyojana) yang rendah
(orambhagiya), semoga saya terlahir secara 'langsung'
(opapatika) dan tidak akan terlahir kembali di alam lain, serta
akan mencapai nibbana di alam itu,’ maka ia harus seseorang
yang telah melaksanakan sila dengan baik, tekun
menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi
hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan
terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil
dan sunyi (sunnagara).
14. Para bhikkhu, jika seseorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya
memiliki bermacam-macam 'kemampuan batin phisik'
130
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
(iddhividdha) seperti: dari satu tubuh menjadi banyak tubuh,
dari banyak tubuh menjadi satu, saya menjadi terlihat atau
tidak terlihat (menghilang); saya tanpa rintangan menembus
dinding, pagar maupun gunung bagaikan berjalan di tempat
terbuka; saya dapat menyelam dan keluar dari tanah bagaikan
menyelam dan keluar dari air; saya berjalan di atas air
bagaikan berjalan di tanah; saya dapat terbang ke angkasa
dengan posisi duduk bagaikan burung terbang; saya dapat
menyentuh matahari dan bulan yang sangat perkasa itu; saya
dapat menguasai tubuh saya hingga dapat pergi ke alam para
Brahma,’ maka ia harus seseorang yang telah melaksanakan
sila dengan baik, tekun menenangkan batinnya (cetosamatha),
tidak lalai bermeditasi hingga mencapai jhana, melaksanakan
meditasi pandangan terang (vipassana) dan sering tinggal di
tempat yang terpencil dan sunyi (sunnagara).
15. Para bhikkhu, jika seseorang bhikkhu 'ingin': "Semoga saya
dapat mendengar dua macam suara, yaitu suara para dewa
dan manusia, jauh atau dekat, dengan kemwnpuan mendengar
yang melampaui kemampuan mendengar manusia biasa,
kemampuan mendengar yang sangat jelas seperti kemwnpuan
para dewa," maka ia harus seseorang yang telah
melaksanakan sila dengan baik, tekun menenangkan batinnya
131
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
(cetosamatha), tidak lalai bermeditasi hingga mencapai jhana,
melaksanakan meditasi pandangan terang (vipassana) dan
sering tinggal di tempat yang terpencil dan sunyi (sunnagara).
16. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya,
dengan pikiran saya sendiri, mengetahuai dengan jelas pikiran-
pikiran para makhluk atau individu lain; semoga saya
mengetahui pikiran yang 'diliputi napsu indera' (saraga);
semoga saya mengetahui pikiran 'tanpa napsu indera'
(vitaraga) sebagai pikiran tanpa napsu indera; semoga saya
mengetah pikiran yang 'diliputi oleh kebencian' (sadosa);
semoga saya mengetahui pikiran tanpa diliputi kebencian
sebagai pikiran tanpa diliputi kebencian; semoga saya
mengetahui pikiran yang 'diliputi kebodohan' (samoha);
semoga saya mengetahui pikiran tanpa diliputi kebodohan
sebagai pikiran tanpa diliputi kebodohan; semoga saya
mengetahui pikiran kebingungan (sankhitta); semoga saya
mengetahui pikiran tanpa kebingungan sebagai pikiran tanpa
kebingungan; semoga saya mengetahui pikiran mulia
(mahaggata) sebagai pikiran mulia; semoga saya mengetahui
pikiran tidak mulia (amahaggata) sebagai pikiran tidak mulia;
semoga saya mengetahui pikiran inferior (sa-uttara) sebagai
pikiran rendah; semoga saya mengetahui pikiran superior
132
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
(anuttara) sebagai pikiran superior; semoga saya mengetahui
pikiran terkonsentrasi (samahita) sebagai pikiran
terkonsentrasikan; semoga saya mengetahui pikiran tak
terkonsentrasi (asamahita) sebagai pikiran tak terkonsentrasi;
semoga saya mengetahui pikiran telah terbebas (vimutta)
sebagai pikiran telah bebas; semoga saya mengetahui pikiran
belum bebas (avimutta) sebagai pikiran belum bebas,’ maka ia
harus seseorang yang telah melaksanakan sila dengan baik,
tekun menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai
bermeditasi hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi
pandangan terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat
yang terpencil dan sunyi (sunnagara).
17. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya dapat
mengingat 'banyak dan bermacam-macam kehidupan yang
lampau' (anekavihita pubbenivasa), seperti: mengingat satu
kelahiran lampau, dua, tiga, empat, lima, sepuluh, dua puluh,
tiga puluh, empat puluh, lima puluh, seratus, seribu, seratus
ribu kelahiran lampau, atau dalam banyak kali penghancuran
bumi (samvattakappa), dalam banyak kali pembentukan bumi
(vivattakappa), atau dalam banyak masa pembentukan dan
penghancuran bumi, ketika itu: pada kehidupan itu saya
memiliki nama, terlahir pada keluarga, memiliki penampilan,
133
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
makan makanan, menikmati kenikmatan, saya menderita sakit;
masa usiaku sepanjang itu, saya meninggal dari kehidupan itu
dan kemudian saya terlahir pada kehidupan yang lain; pada
kehidupan (baru) itu saya bernama, terlahir pada keluarga,
memiliki penampilan, makan makanan, menikmati kenikmatan,
saya menderita sakit, masa usiaku sepanjang itu, saya
meninggal dari kehidupan itu dan saya lahir kembali pada
kehidupan ini. Semoga saya dapat mengingat banyak dan
macam-macam kelahiranku yang lampau seperti itu bersama
dengan semua karakter dan keadaan yang berhubungan
dengan kehidupan-kehidupan itu,’ maka ia harus seseorang
yang telah melaksanakan sila dengan baik, tekun
menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi
hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan
terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil
dan sunyi (sunnagara).
18. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya
memiliki kemampuan batin mata dewa (dibba cakkhu) yang
sangat tajam dan melebihi kemampuan mata manusia biasa,
dapat melihat makhluk-makhluk dalam proses meninggal dan
lahir kembali, makhluk-makhluk inferior atau superior,
makhluk-makhluk cantik atau buruk, serta makhluk-makhluk
134
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dengan kehidupan baik atau buruk. Semoga saya mengetahui
bagaimana makhluk-makhluk lahir sesuai dengan karma-
karma mereka: 'Kawan-kawan! Makhluk-makhluk ini dipenuhi
perbuatan jahat yang dilakukan dengan jasmani, ucapan dan
pikiran. Mereka kejam kepada para ariya, berpandangan keliru
dan melakukan perbuatan-perbuatan berdasarkan pandangan
keliru mereka. Setelah meninggal, mereka terlahir kembali di
alam penderitaan (duggati), alam menyedihkan (apaya), alam
penuh kesakitan dan kesediban (vinipata), di alam neraka
(niraya). Tetapi, kawan-kawan, ada pula makhluk-makhluk
yang diliputi oleh perbuatan baik yang dilakukan dengan
jasmani, ucapan dan pikiran. Mereka tidak kejam kepada para
ariya, memiliki pandangan benar. Setelah mereka meninggal,
mereka terlahir kembali di alam menyenangkan, alam
kebahagiaan para dewa. Dengan demikian, semoga saya
memiliki kemampuan mata dewa (dibbacakkhu) yang sangat
tajam dan melebihi kemampuan mata manusia biasa seperti
itu,’ maka ia harus seseorang yang telah melaksanakan sila
dengan baik, tekun menenangkan batinnya (cetosamatha),
tidak lalai bermeditasi hingga mencapai jhana, melaksanakan
meditasi pandangan terang (vipassana) dan sering tinggal di
tempat yang terpencil dan sunyi (sunnagara).
135
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
19. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya
dengan kemampuan batin (abhinnaya) melenyapkan semua
kekotoran batin (asava) pada kehidupan sekarang ini,
mencapai dan tetap berada dalam batin suci (cetovimutti) dan
kesucian kebijaksanaan (pannavimutti),’ maka ia harus
seseorang yang telah melaksanakan sila dengan baik, tekun
menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi
hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan
terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil
dan sunyi (sunnagara).
20. Itulah berdasarkan hal ini, maka kata-kata ini telah dinyatakan:
‘Para bhikkhu, hiduplah dengan sila dan laksanakanlah
patimokkha. Hidup dan kendalikan diri sesuai patimokkha,
berprilaku baik (acara) dan 'selalu berada di tempat yang
pantas' (gocara), melihat bahaya pada kesalahan kecil
sekalipun, serta melaksanakan 'peraturan latihan'
(sikkhapada).”
Demikianlah yang dikatakan Sang Bhagava. Para bhikkhu itu
senang dan gembira dengan apa yang dikatakan Sang Bhagava.
136
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
VATTHUPAMA SUTTA
(7)
Demikian telah saya dengar:
"Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama
milik Anathapindika, Savatthi. Beliau berkata kepada para bhikkhu:
"Para bhikkhu."
137
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Mereka menjawab: "Ya, Bhante."
Selanjutnya Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu, andaikata
ada sepotong kain kotor dan bernoda, dan seorang pencelup
merendamnya di dalam celupan atau lainnya, yang berwama biru,
kuning, merah atau dadu, akan tetap jelek dan warnanya tak
cemerlang. Mengapa demikian? Karena kain itu tidak bersih,
demikian pula apabila batin kotor, maka masa depan tak
menyenangkan yang mungkin terjadi.
Para bhikkhu, andaikata sepotong kain bersih dan terang, lalu
seorang pencelup merendamnya di dalam bahan celupan atau
lainnya, apakah biru, kuning, merah atau dadu, maka akan tampak
indah dan terang warnanya. Mengapa demikian? Karena kain itu
bersih, demikian pula apabila batin tidak kotor, maka masa depan
menyenangkan yang mungkin tedadi. 'Apakah ketidaksempurnaan
yang mengotori batin itu? Ketamakan dan keserakahan adalah
ketidaksempurnaan yang mengotori batin. Keinginan jahat ...
Kemarahan .... Kekikiran .... Penipuan .... Kecurangan …. Keras
kepala .... Praduga .... Keangkuhan .... Kesombongan …. Kelalaian
adalah ketidaksempurnaan yang mengotori batin.
Apabila seorang bhikkhu mengetahui bahwa ketamakan dan
keserakahan adalah suatu ketidaksempurnaan yang mengotori
batin, ia akan meninggalkan semua itu.'
138
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Setelah seorang bhikkhu mengetahui bahwa keinginan jahat ...
kelalaian adalah ketidaksempumaan yang mengotori batin, maka ia
akan meninggalkan semua itu.'
'Segera setelah hal itu diketahui dengan pandangan terang
bahwa ketamakan dan keserakahan adalah suatu ketidak-
sempurnaan yang mengotori batin, sifat itu terkikis dalam batinnya.
Segera setelah hal itu diketahui dengan pandangan terang bahwa
keinginan jahat ... kelalaian adalah ketidaksempumaan yang
mengotori batin, semua itu terkikis di dalam batinnya.
'Dengan demikian, ia memiliki keyakinan sempurna terhadap
Buddha, sebagai berikut: "Sang Bhagava adalah Arahat, telah
mencapai penerangan sempurna, sempurna pengetahuan
dan tindak-tanduknya, luhur, pengenal segenap alam,
pemimpim manusia tanpa banding, guru para dewa dan
manusia, yang mencapai penerangan sempuma, Buddha."
'Juga, ia memiliki keyakinan sempurna terhadap Dhamma,
sebagai berikut: "Dhamma Sang Bhagava telah dibabarkan
dengan baik; berada sangat dekat, tak lapuk oleh waktu,
mengundang untuk dibuktikan; menuntun ke dalam batin,
dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-
masing."
139
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Selanjutnya, ia memiliki keyakinan sempurna terhadap
Sangha, sebagai berikut: "Sangha siswa Sang Bhagava telah
bertindak baik, Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak
lurus, Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak patut;
mereka adalah empat pasang makhluk yang terdiri dari
delapan jenis makhluk suci. Itulah siswa Sang Bhagava yang
patut menerima pemberian, tempat bernaung, persembahan
dan penghormatan; tempat untuk menanam jasa, yang tiada
taranya di alam semesta."
Apapun (dari ketidaksempurnaan itu) yang telah, sesuai
dengan batasannya (diatur oleh tiga tingkat kesucian pertama
yang telah dicapainya), diatasi, dihentikan (selamanya),
dibiarkan, ditinggalkan dan dilepaskan.
'Ia (merenung) demikian: "Saya memiliki keyakinan sempurna
terhadap Buddha" dan ia memperoleh pengalaman berarti, ia
memperoleh pengalaman Dhamma, oleh karenanya ia
menemukan kesenangan berkenaan dengan Dhamma.
Karena kesenangan ini maka ia diliputi kegiuran, dengan
adanya kegiuran maka tubuhnya menjadi tenang, ketika
tubuhnya tenang ia merasa bahagia, karena kebahagiaan itu,
batinnya menjadi terkonsentrasi.’
140
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Ia (merenung) demikian: "Saya memiliki keyakinan sempurna
terhadap Dhamma" dan ia memperoleh pengalaman berarti,
ia memperoleh pengalaman Dhamma, oleh karenanya ia
menemukan kesenangan berkenaan dengan Dhamma.
Karena kesenangan ini maka ia diliputi kegiuran, dengan
adanya kegiuran maka tubuhnya menjadi tenang, ketika
tubuhnya menjadi tenang ia merasa bahagia, karena
kebahagiaan itu, batinnya terkonsentrasi.’
'Ia (merenung) demikian: "Saya memiliki keyakinan sempurna
terhadap Sangha" dan ia memperoleh pengamalan berarti, ia
memperoleh pengalaman Dhamma, oleh karenanya ia
menemukan kesenangan yang berkenaan dengan Dhamma.
Karena kesenangan ini maka ia diliputi kegiuran, dengan
adanya kegiuran maka tubuhnya menjadi tenang, ketika
tubuhnya menjadi tenang ia merasa bahagia, karena
kebahagiaan itu, batinnya terkonsentrasi.’
'Ia (merenung) demikian: "Apapun yang dimiliki, sesuai
batasannya, telah diatasi, dihentikan, dibiarkan, ditinggalkan
dan dilepaskan, maka ia memperoleh pengalaman berarti, ia
memperoleh pengalaman Dhamma, oleh karenanya ia
menemukan kesenangan yang berkenaan dengan Dhamma.
141
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Karena kesenangan ini maka ia diliputi kegiuran .... batinnya
terkonsentrasi.
'Jika seorang bhikkhu memiliki sila, dhamma dan panna
seperti itu, makan makanan pindapatta yang terdiri dari nasi
dan kacang-kacangan hitam yang dicampur dengan saus dan
kari, ia tidak merasa terganggu makan makanan seperti itu.
Bagaikan kain yang kotor dan bemoda menjadi bersih dan
cerah dengan bantuan air yang jernih, atau seperti emas
mepjadi murni dan berkilau dengan bantuan tungku perapian,
demikian pula bagi seorang bhikkhu dengan sila, dhamma
dan panna seperti itu, makan makanan pindapatta yang
terdiri dari nasi dan kacang-kacangan hitam yang dicampur
dengan saus dan kari, ia tidak merasa terganggu makan
makanan seperti itu.
Ia hidup dengan batin yang diliputi dengan cinta kasih yang
dipancarkan ke arah yang pertama, kedua, ketiga dan
keempat; juga ke atas, ke bawah, ke sekeliling dan segala
penjuru dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya
sendiri; ia hidup dengan batinnya yang diliputi cinta kasih,
murni, tak terukur, tanpa keserakahan atau keinginan jahat,
yang memancar ke segenap penjuru dunia.
142
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Ia hidup dengan batin yang diliputi dengan kasih sayang yang
dipancarkan ke arah yang pertama ... ke segenap penjuru
dunia.
Ia hidup dengan batin yang diliputi dengan empati yang
dipancarkan ke arah yang pertama, ... ke segenap penjuru
dunia.
Ia hidup dengan batin diliputi dengan keseimbangan batin
yang dipancarkannya ke arah yang pertama ... kesegenap
penjuru dunia. (Berdasarkan hal itu) ia mengerti tentang:
"Terdapat (Brahma vihara) ini, terdapat (kekotoran-kekotoran
batin vang telah ditinggalkan) yang lebih rendah, terdapat
(tujuan dari Jalan Arahat yang telah dicapai) yang lebih tinggi,
terdapat pembebasan (yaitu Nibbana) dari (semua)
pencerapan (sanna)."
'Ketika ia mengetahui dan melihat cara tersebut, batinnya
terbebas dari ikatan nafsu indera, terbebas dari ikatan yang
mengikat makhluk dan terbebas dari ikatan kebodohan.
Ketika telah terbebas, terdapat pengetahuan: "Ini terbebas."
la mengerti: "Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci
(brahmanacari) telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah
dilaksanakan, tak ada lagi yang melebihi hal ini." Bhikkhu,
143
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
inilah yang disebut: "Dimandikan dengan mandi di dalam
(sinato antarena sinanenati)."’
Ketika itu, brahmana Sundarika Bharadvaja duduk tak jauh dari
Sang Bhagava. Kemudian Ia berkata kepada Sang Bhagava:
"Namun, apakah petapa Gotama pergi ke sungai Bahuka untuk
mandi?"
"Brahmana, mengapa ke sungai Bahuka? Apakah yang dapat
dilakukan oleh sungai Bahuka?"'
"Petapa Gotama, sungai Bahuka dimanfaatkan oleh banyak
orang karena sungai itu memberikan kebebasan dan jasa
(punna). Banyak orang memanfaatkan sungai Bahuka karena
sungai itu dapat mencuci semua karma buruk yang telah kita
buat."
Kemudian, Sang Bhagava berkata kepada brahmana Sundarika
Bharadvaja, dalam syair:
Bahuka dan AndhikkaGaya dan Sundarika, juga Pavaga dan SarassatiDan aliran sungai BahumatiTak akan pernah mencuci kamma hitam menjadi putih.
144
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Apakah arti yang dapat diberikan Sundarika?Apakah juga Payaga? Apakah Bahuka?Mereka tak dapat menyucikan seorang pelaku kejahatan,Seorang yang telah berbuat kejam dan brutal.
Seorang dengan batin murni, mempunyai lebih dariPesta musim semi, Hari Suci;Seorang yang murni dalam perbuatan,Yang murni dalam batin,
Memiliki setiap kesempurnaan moral.Di sinilah brahmana, kamu layakDatang untuk dimandikan,Untuk membuat dirimu sebagai sarana
Perlindungan yang benar bagi semua makhluk.Apabila ucapanmu tak ada yang tak benar,Tak ada perbuatan yang menyakiti makhluk hidup,Juga tak mengambil sesuatau yang tak diberikan,
Dengan keyakinan dan tanpa kejahatan,Apakah yang akan kamu lakukan dengan pergi ke Gaya?Andaikan Gaya itu baik.
Setelah hal ini dikatakan, brahmana Sundarika Bharadvaja
berkata: "Menakjubkan, Gotama! Menakjubkan, Gotama! Dhamma
telah dijelaskan dengan berbagal cara oleb Gotama, seakan-akan
Beliau menegakkan sesuatu yang telah roboh, menyibak yang
145
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tersembunyi, menunjukkan jalan kepada yang tersesat, menyalakan
lampu dalam kegelapan bagi seseorang agar dapat melihat."
"Saya berlindung kepada Gotama, Dhamma dan kepada Sangha.
Saya ingin di-pabbajja (meninggalkan kehidupan berumah tangga)
di bawah (bimbingan) Gotama, Saya ingin di-upasampada (menjadi
bhikkhu). Brahmana Sundarika Bharadvaja di-pabbajja dan
selanjutnya di-upasampada di bawah bimbingan Sang Bhagava.
Tak lama setelah ia di-upasampada, ia hidup menyendiri di tempat
yang sepi, rajin, bersemangat dan penuh pengendalian diri.
Bhikkhu Bharadvaja dengan kemampuan sendiri merealisasikan
abhinna (kemampauan batin) pada kehidupan sekarang ini, ia
mencapai tujuan tertinggi dari kehidupan suci, yang merupakan
tujuan bagi orang-orang yang hidup pabbajja. Ia memiliki
pengetahuan langsung tentang: 'Kelahiran telah berakhir,
brahmanacari (kehidupan suci) telah dijalani, apa yang harus
dikerjakan telah dilaksanakan, tidak ada yang melebihi hal ini lagi.
Bhikkhu Bharadvaja menjadi salah seorang di antara para arahat.
SALLECCHA-SUTTA
(8)
Demikianlah saya dengar:
146
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama
milik Anathapindika, Savatthi. Di waktu malam Bhikkhu Mahacunda
bangun dari meditasi, ia pergi menemui Sang Bhagava, memberi
hormat kepada Beliau dan ia duduk. Setelah ia duduk ia berkata:
"Bhante, ada banyak pandangan yang muncul di dunia, di
antaranya adalah pandangan-pandangan yang berkaitan dengan
atta ditthi (pandangan tentang ada jiwa kekal) dan loka ditthi
(pandangan tentang dunia). Apakah pelenyapan atau pemusnahan
pandangan-pandangan seperti itu dilakukan oleh bhikkhu karena ia
hanya memperhatikan tentang permulaan ini?”
“Bagaimanapun pandangan-pandangan itu muncul, dasarnya
dan pelaksanaannya, bilamana seorang melihat (dasarnya)
sebagaimana itu apa adanya, dengan pengertian benar seperti: ‘Ini
bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan jiwaku,’ maka dengan cara
ini ia membuang pandangan itu, demikian pula ia melenyapkan
pandangan-pandangan itu.’
Mungkin seseorang bebas dari nafsu indera, bebas dari dhamma
yang tak berguna, mencapai dan berada pada Jhana I dengan
vitakka, vicara, piti, sukkha dan ekagata karena ketenangan.
Ia mungkin berpikir: "Saya berada dalam pemusnahan" (nibbana).
'Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut 'pemusnahan' dalam
147
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ariya vinaya; hal ini disebut: ‘keadaan yang menyenangkan di sini
dan sekarang’ dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan menghilangkan vitaka dan vicara, ia
mencapai dan berada pada Jhana II dengan keyakinan, pikiran
terpusat (ekagata), piti, sukha yang muncul karena meditasi, tanpa
vitaka dan vicara. Ia mungkin berpikir: "Saya berada dalam
pemusnahan" (nibbana). Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut
"pemusnahan" dalam ariya vinaya; hal ini disebut ‘keadaan
menyenangkan di sini dan sekarang’ dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melenyapkan piti, ia barada dalam
keadaan seimbang, sadar dan sangat waspada, bahagia dengan
jasmani ia mencapai dan berada pada Jhana III. Ia mungkin berpikir:
"Saya berada dalam pemusnahan" (nibbana). Tetapi bukan
pencapaian ini yang disebut ‘pemusnahan’ dalam ariya vinaya, hal
ini disebut ‘keadaan menyenangkan di sini dan sekarang, dalam
ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melenyapkan kebahagiaan dan
ketidak bahagiaan, dengan lebih dahulu melenyapkan kesenangan
dan kesusahan. Ia mencapai dan berada pada Jhana IV dengan
tanpa kebahagiaan, tanpa ketidakbahagiaan, kesadarannya bersih
karena keseimbangan ia mungkin berpikir: "Saya berada dalam
pemusnahkan" (nibbana). Tetapi bukan pencapaian ini yang
148
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
disebut ‘pemusnahan’ dalam ariya vinaya; hal ini disebut ‘keadaan
menyenangkan di sini dan sekarang’ dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melampaui penerangan tentang
jasmani (rupa) dengan lenyapnya pencerapan ... tanpa perhatian
pada pencerapan dan perbedaan (menyadari bahwa) "ruang tanpa
batas", ia mencapai dan berada pada "kondisi ruang tanpa batas."
Ia mungkin berpikir: “Saya berada dalam pemusnahan” (nibbana).
Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut pemusnahan dalam ariya
vinaya; hal ini disebut ‘keadaan tenang’ dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melampaui kondisi ruang tanpa
batas' (menyadari bahwa): "kesadaran tanpa batas", ia mencapai
dan barada pada keadaan kesadaran tanpa batas", ia berpikir:
“Saya berada dalam pemusnahan” (nibbana). Tetapi bukan
pencapaian ini yang disebut ‘pemusnahan’ dalam ariya vinaya; hal
ini disebut ‘keadaan tenang’ dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melampau kondisi kesadaran tanpa
batas; (menyadari bahwa) "kekosongan", ia mencapai dan berada
pada "kondisi kekosongan". Ia berpikir: ‘Saya berada dalam
pemusnahan’ (nibbana). Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut
keadaan pemusnahan dalam ariya vinaya; hal ini disebut ‘keadaan
tenang’ dalam ariya vinaya.
149
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Mungkin seseorang dengan melampaui alam kekosongan, ia
mencapai dan berada pada kondisi 'bukan pencerapan atau bukan
tidak pencerapan' ia berpikir: ‘Saya berada dalam pemusnahan’
(nibbana). Tetapi pencapaian ini bukan disebut pemusnahan dalam
ariya dhamma; ini disebut 'keadaan tenang' dalam ariya vinaya.
Pemusnahan akan efektif dalam keadaan:
1. Orang lain kejam; kita tidak akan kejam.
2. Orang lain membunuh; kita menghindar dari membunuh.
3. Orang lain mengambil barang yang tak diberikan, kita tidak
mengambil barang yang tidak diberikan.
4. Orang lain tidak mau hidup brahmacari, kita hidup brahmacari.
5. Orang lain bicara bohong, kita menghindarkan diri dari
berbohong.
6. Orang lain memfitnah, kita menghindarkan diri dari memfitnah.
7. Orang lain bicara kasar, kita menhindarkan diri dari bicara
kasar.
8. Orang lain melakukan gosip, kita menghindarkan diri dari
melakukan gosip.
9. Orang lain serakah, kita tidak serakah.
10. Orang lain iri hati, kita tidak iri hati.
11. Orang lain berpandangan salah, kita berpandangan benar.
12. Orang lain berpikir salah, kita berpikir benar.
150
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
13. Orang lain berucap salah, kita berucap benar.
14. Orang lain berperbuatan salah, kita berperbuatan benar.
15. Orang lain bermatapencaharian salah, kita bermata
pencaharian benar.
16. Orang lain berusaha salah, kita berusaha benar.
17. Orang lain berperhatian salah, kita berperhatian benar .
18. Orang lain bermeditasi salah, kita bermeditasi benar .
19. Orang lain berpengetahuan salah, kita berpengetahuan benar.
20. Orang lain berpembebasan salah, kita berpembebasan benar.
21. Orang lain dikuasai ngantuk dan tidur, kita tidak dikuasi
ngantuk dan tidur .
22. Orang lain kacau, kita tidak kacau .
23. Orang lain tidak tentu, kita pasti .
24. Orang lain marah, kita tidak marah.
25. Orang lain bermusuhan, kita bersahabat .
26. Orang lain menghina, kita tidak menghina .
27. Orang lain menguasai, kita tidak menguasai .
28. Orang lain cemburu, kita tidak cemburu .
29. Orang lain kikir, kita tidak kikir .
30. Orang lain penipu, kita tidak menipu .
31. Orang lain pembohong, kita tidak membohong.
32. Orang lain keras kepala (bandel), kita tidak keras kepala .
151
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
33. Orang lain angkuh, kita tidak angkuh .
34. Orang lain sulit dinasehati, kita mudah dinasehati.
35. Orang lain berkawan dengan orang jahat, kita berkawan
dengan orang baik .
36. Orang lain lalai, kita rajin .
37. Orang lain tak berkeyakinan, kita berkeyakinan .
38. Orang lain tidak hati-hati, kita hati-hati .
39. Orang lain tidak tahu malu, kita tahu malu .
40. Orang lain belajar sedikit, kita belajar banyak.
41. Orang lain malas, kita bersemangat.
42. Orang lain tak waspada, kita waspada .
43. Orang lain berpengertian kurang, kita berpengertian .
44. Orang lain salah mengerti sesuai dengan pandangan-
pandangan pribadinya, bersikeras mempertahankan
pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu;
kita tidak akan salah mengerti pada pandangan-pandangan
pribadi itu dan akan mudah memusnahkan pandangan-
pandangan itu.
Walaupun perkembangan batin dalam kusala dhamma
(dhamma yang baik) adalah sangat penting, maka apakah yang
152
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
harus dikatakan untuk aktivitas tubuh dan ucapan sebagai akibat
hal-hal itu? Kita harus berpikir sebagai berikut:
1. Orang lain kejam, kita tidak akan kejam ….
2. Orang lain membunuh; kita menghindar dari membunuh.
3. Orang lain mengambil barang yang tak diberikan, kita tidak
mengambil barang yang tidak diberikan.
4. Orang lain tidak mau hidup brahmacari, kita hidup brahmacari.
5. Orang lain bicara bohong, kita menghindarkan diri dari
berbohong.
6. Orang lain memfitnah, kita menghindarkan diri dari memfitnah.
7. Orang lain bicara kasar, kita menhindarkan diri dari bicara
kasar.
8. Orang lain melakukan gosip, kita menghindarkan diri dari
melakukan gosip.
9. Orang lain serakah, kita tidak serakah.
10. Orang lain iri hati, kita tidak iri hati.
11. Orang lain berpandangan salah, kita berpandangan benar.
12. Orang lain berpikir salah, kita berpikir benar.
13. Orang lain berucap salah, kita berucap benar.
14. Orang lain berperbuatan salah, kita berperbuatan benar.
15. Orang lain bermatapencaharian salah, kita bermata
pencaharian benar.
153
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
16. Orang lain berusaha salah, kita berusaha benar.
17. Orang lain berperhatian salah, kita berperhatian benar .
18. Orang lain bermeditasi salah, kita bermeditasi benar .
19. Orang lain berpengetahuan salah, kita berpengetahuan benar.
20. Orang lain berpembebasan salah, kita berpembebasan benar.
21. Orang lain dikuasai ngantuk dan tidur, kita tidak dikuasi
ngantuk dan tidur .
22. Orang lain kacau, kita tidak kacau .
23. Orang lain tidak tentu, kita pasti .
24. Orang lain marah, kita tidak marah.
25. Orang lain bermusuhan, kita bersahabat .
26. Orang lain menghina, kita tidak menghina .
27. Orang lain menguasai, kita tidak menguasai .
28. Orang lain cemburu, kita tidak cemburu .
29. Orang lain kikir, kita tidak kikir .
30. Orang lain penipu, kita tidak menipu .
31. Orang lain pembohong, kita tidak membohong.
32. Orang lain keras kepala (bandel), kita tidak keras kepala .
33. Orang lain angkuh, kita tidak angkuh .
34. Orang lain sulit dinasehati, kita mudah dinasehati.
35. Orang lain berkawan dengan orang jahat, kita berkawan
dengan orang baik .
154
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
36. Orang lain lalai, kita rajin .
37. Orang lain tak berkeyakinan, kita berkeyakinan .
38. Orang lain tidak hati-hati, kita hati-hati .
39. Orang lain tidak tahu malu, kita tahu malu .
40. Orang lain belajar sedikit, kita belajar banyak.
41. Orang lain malas, kita bersemangat.
42. Orang lain tak waspada, kita waspada .
43. Orang lain berpengertian kurang, kita berpengertian .
44. Orang lain salah mengerti sesuai dengan pandangan-
pandangan pribadinya, bersikeras mempertahankan
pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu;
kita tidak akan salah mengerti pada pandangan-pandangan
pribadi itu dan akan mudah memusnahkan pandangan-
pandangan itu.
Misalnya, ada jalan tak rata dan tak ada jalan rata yang dapat
digunakan untuk menghindari jalan tak rata itu. Maka begitu pula:
1. Orang kejam, karena tak memiliki sifat tak kejam untuk
menghindarkannya.
2. Orang pembunuh, karena tak memiliki pantangan membunuh
untuk menghindarkannya.
155
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
3. Orang mengambil barang yang tak diberikan, karena tak
memiliki pantangan untuk tak mengambil barang yang tak
dibenakan untuk menghindarkannya.
4. Orang tidak hidup brahmacari, karena tak memilm hidup
brahmacari untuk menghindarkannya.
5. Orang yang berbohong, karena tak memiliki kejujuran untuk
menghindarkannya.
6. Orang yang memfitnah, karena tak memiliki sifat dan kemauan
untuk menghindarkan diri dari memfitnah.
7. Orang yang bicara kasar, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk menghindarkan diri dari bicara kasar, atau
tidak memiliki sopan santung
8. Orang yang melakukan gosip, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk menghindarkan diri dari melakukan gosip.
9. Orang yang serakah, karena tak memiliki sifat dan kemauan
untuk tidak serakah.
10. Orang yang iri hati, karena tak memiliki sifat dan kemauan
untuk tidak iri hati.
11. Orang yang berpandangan salah, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk berpandangan benar.
12. Orang yang berpikir salah, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk berpikir benar.
156
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
13. Orang yang berucap salah, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk berucap benar.
14. Orang yang berperbuatan salah, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk berperbuatan benar.
15. Orang yang bermatapencaharian salah, karena tak memiliki
sifat dan kemauan untuk bermata pencaharian benar.
16. Orang yang berusaha salah, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk berusaha benar.
17. Orang yang berperhatian salah, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk berperhatian benar .
18. Orang yang bermeditasi salah, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk bermeditasi benar .
19. Orang yang berpengetahuan salah, karena tak memiliki sifat
dan kemauan untuk berpengetahuan benar.
20. Orang yang berpembebasan salah, karena tak memiliki sifat
dan kemauan untuk berpembebasan benar.
21. Orang yang dikuasai ngantuk dan tidur, karena tak memiliki
sifat dan kemauan untuk tidak dikuasi ngantuk dan tidur .
22. Orang yang kacau, karena tak memiliki sifat dan kemauan
untuk tidak kacau .
23. Orang yang tidak tentu, karena tak memiliki sifat dan kemauan
untuk pasti .
157
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
24. Orang yang marah, karena tak memiliki sifat dan kemauan
untuk tidak marah.
25. Orang yang bermusuhan, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk bersahabat .
26. Orang yang menghina, karena tak memiliki sifat dan kemauan
untuk tidak menghina .
27. Orang yang menguasai, karena tak memiliki sifat dan kemauan
untuk tidak menguasai .
28. Orang yang cemburu, karena tak memiliki sifat dan kemauan
untuk tidak cemburu .
29. Orang yang kikir, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk
tidak kikir .
30. Orang yang penipu, karena tak memiliki sifat dan kemauan
untuk tidak menipu .
31. Orang yang pembohong, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk tidak membohong.
32. Orang yang keras kepala (bandel), karena tak memiliki sifat
dan kemauan untuk tidak keras kepala .
33. Orang yang angkuh, karena tak memiliki sifat dan kemauan
untuk tidak angkuh .
34. Orang yang sulit dinasehati, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk mudah dinasehati.
158
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
35. Orang yang berkawan dengan orang jahat, karena tak memiliki
sifat dan kemauan untuk berkawan dengan orang baik .
36. Orang yang lalai, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk
rajin .
37. Orang yang tak berkeyakinan, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk berkeyakinan .
38. Orang yang tidak hati-hati, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk hati-hati .
39. Orang yang tidak tahu malu, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk tahu malu .
40. Orang yang belajar sedikit, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk belajar banyak.
41. Orang yang malas, karena tak memiliki sifat dan kemauan
untuk bersemangat.
42. Orang yang tak waspada, karena tak memiliki sifat dan
kemauan untuk waspada .
43. Orang yang berpengertian kurang, karena tak memiliki sifat
dan kemauan untuk berpengertian .
44. Orang yang salah mengerti sesuai dengan pandangan-
pandangan pribadinya, bersikeras mempertahankan
pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu;
karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak akan salah
159
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mengerti pada pandangan-pandangan pribadi itu dan akan
mudah memusnahkan pandangan-pandangan itu.
Bagaimana pun akusala dhamma (dhamma tak baik) itu,
dhamma seperti itu mengarah ke kondisi yang rendah; sebaliknya,
bagaimana pun kusala dhamma (dhamma baik) itu, dhamma
seperti itu mengarah ke kondisi lebih tinggi.
Dengan demikian:
1. Orang yang kejam, tidak memiliki tanpa-kekejaman sebagai
kondisi lebih tinggi.
2. Orang yang membunuh, tidak memiliki pantangan membunuh
sebagai kondisi lebih tinggi.
3. Orang mengambil barang yang tak diberikan, tidak memiliki
pantangan untuk tak mengambil barang yang tak diberikan
sebagai kondisi lebih tinggi.
4. Orang tidak hidup brahmacari, tidak memiliki hidup brahmacari
sebagai kondisi lebih tinggi.
5. Orang yang berbohong, tidak memiliki kejujuran sebagai
kondisi lebih tinggi.
6. Orang yang memfitnah, tidak memiliki sifat dan kemauan
untuk menghindarkan diri dari memfitnah sebagai kondisi lebih
tinggi.
160
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
7. Orang yang bicara kasar, tidak memiliki sifat dan kemauan
untuk menghindarkan diri bicara kasar, atau tidak memiliki
sopan santun sebagai kondisi lebih tinggi
8. Orang yang melakukan gosip, tidak memiliki sifat dan kemauan
untuk menghindarkan diri dari melakukan gosip sebagai
kondisi lebih tinggi.
9. Orang yang serakah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk
tidak serakah sebagai kondisi lebih tinggi.
10. Orang yang iri hati, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk
tidak iri hati sebagai kondisi lebih tinggi.
11. Orang yang berpandangan salah, tidak memiliki sifat dan
kemauan untuk berpandangan benar sebagai kondisi lebih
tinggi.
12. Orang yang berpikir salah, tidak memiliki sifat dan kemauan
untuk berpikir benar sebagai kondisi lebih tinggi.
13. Orang yang berucap salah, tidak memiliki sifat dan kemauan
untuk berucap benar sebagai kondisi lebih tinggi.
14. Orang yang berperbuatan salah, tidak memiliki sifat dan
kemauan untuk berperbuatan benar sebagai kondisi lebih
tinggi.
161
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
15. Orang yang bermatapencaharian salah, tidak memiliki sifat dan
kemauan untuk bermata pencaharian benar sebagai kondisi
lebih tinggi.
16. Orang yang berusaha salah, tidak memiliki sifat dan kemauan
untuk berusaha benar sebagai kondisi lebih tinggi.
17. Orang yang berperhatian salah, tidak memiliki sifat dan
kemauan untuk berperhatian benar sebagai kondisi lebih
tinggi.
18. Orang yang bermeditasi salah, tidak memiliki sifat dan
kemauan untuk bermeditasi benar sebagai kondisi lebih tinggi.
19. Orang yang berpengetahuan salah, tidak memiliki sifat dan
kemauan untuk berpengetahuan benar sebagai kondisi lebih
tinggi.
20. Orang yang berpembebasan salah, tidak memiliki sifat dan
kemauan untuk berpembebasan benar sebagai kondisi lebih
tinggi.
21. Orang yang dikuasai ngantuk dan tidur, tidak memiliki sifat dan
kemauan untuk tidak dikuasi ngantuk dan tidur sebagai kondisi
lebih tinggi.
22. Orang yang kacau, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk
tidak kacau sebagai kondisi lebih tinggi.
162
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
23. Orang yang tidak tentu, tidak memiliki sifat dan kemauan
untuk pasti sebagai kondisi lebih tinggi.
24. Orang yang marah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk
tidak marah sebagai kondisi lebih tinggi.
25. Orang yang bermusuhan, tidak memiliki sifat dan kemauan
untuk bersahabat sebagai kondisi lebih tinggi.
26. Orang yang menghina, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk
tidak menghina sebagai kondisi lebih tinggi.
27. Orang yang menguasai, tidak memiliki sifat dan kemauan
untuk tidak menguasai sebagai kondisi lebih tinggi.
28. Orang yang cemburu, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk
tidak cemburu sebagai kondisi lebih tinggi.
29. Orang yang kikir, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak
kikir sebagai kondisi lebih tinggi.
30. Orang yang penipu, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk
tidak menipu sebagai kondisi lebih tinggi.
31. Orang yang pembohong, tidak memiliki sifat dan kemauan
untuk tidak membohong sebagai kondisi lebih tinggi.
32. Orang yang keras kepala (bandel), tidak memiliki sifat dan
kemauan untuk tidak keras kepala sebagai kondisi lebih tinggi.
33. Orang yang angkuh, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk
tidak angkuh sebagai kondisi lebih tinggi.
163
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
34. Orang yang sulit dinasehati, tidak memiliki sifat dan kemauan
untuk mudah dinasehati sebagai kondisi lebih tinggi.
35. Orang yang berkawan dengan orang jahat, tidak memiliki sifat
dan kemauan untuk berkawan dengan orang baik sebagai
kondisi lebih tinggi.
36. Orang yang lalai, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk rajin
sebagai kondisi lebih tinggi.
37. Orang yang tak berkeyakinan, tidak memiliki sifat dan
kemauan untuk berkeyakinan sebagai kondisi lebih tinggi.
38. Orang yang tidak hati-hati, tidak memiliki sifat dan kemauan
untuk hati-hati sebagai kondisi lebih tinggi.
39. Orang yang tidak tahu malu, tidak memiliki sifat dan kemauan
untuk tahu malu sebagai kondisi lebih tinggi.
40. Orang yang belajar sedikit, tidak memiliki sifat dan kemauan
untuk belajar banyak sebagai kondisi lebih tinggi.
41. Orang yang malas, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk
bersemangat sebagai kondisi lebih tinggi.
42. Orang yang tak waspada, tidak memiliki sifat dan kemauan
untuk waspada sebagai kondisi lebih tinggi.
43. Orang yang berpengertian kurang, tidak memiliki sifat dan
kemauan untuk berpengertian sebagai kondisi lebih tinggi.
164
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan
pribadinya, bersikeras mempertahankan pandangan seperti
itu; tidak memiliki pengertian salah sesuai dengan pandangan
pribadi, tidak bersikeras dan mudah memusnahkannya, adalah
kondisi lebih tinggi.
Orang yang menggapai-gapai (untuk menyelamatkan diri)
dalam rawa demi menyelamatkan orang lain yang mengapai-gapai
dalam rawa adalah tidak mungkin; orang yang tidak berada dalam
rawa dapat menyelamatkan orang yang menggapai-gapai dalam
rawa adalah mungkin.
Orang tidak terlatih, tidak disiplin dan tidak mencapai nibbana
akan melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk
mencapai nibbana adalah tidak mungkin; namun orang yang
terlatih, disiplin dan telah mencapai nibbana, bila melatih,
mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai
nibbana adalah mungkin.
Begitu pula:
1. Orang kejam berubah menjadi tanpa kekejam merupakan cara
untuk mencapai nibbana.
165
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
2. Pembunuh berubah menjadi pantang membunuh merupakan
cara untuk mencapai nibbana.
3. Orang berubah menjadi pantang mengambil barang yang tak
diberikan, merupakan cara untuk mencapai nibbana
4. Orang berubah menjadi hidup brahmacari, merupakan cara
untuk mencapai nibbana
5. Orang berubah menjadi pantang berbohong, tidak memiliki
kejujuran merupakan cara untuk mencapai nibbana.
6. Orang berubah menjadi pantang memfitnah, merupakan cara
untuk mencapai nibbana.
7. Orang berubah menjadi pantang bicara kasar, merupakan cara
untuk mencapai nibbana.
8. Orang berubah menjadi pantang melakukan gosip, merupakan
cara untuk mencapai nibbana.
9. Orang berubah menjadi pantang serakah, merupakan cara
untuk mencapai nibbana.
10. Orang berubah menjadi pantang iri hati, merupakan cara untuk
mencapai nibbana.
11. Orang berubah menjadi pantang berpandangan salah,
merupakan cara untuk mencapai nibbana.
166
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
12. Orang berubah menjadi pantang berpikir salah, merupakan
cara untuk mencapai nibbana.
13. Orang berubah menjadi pantang berucap salah, merupakan
cara untuk mencapai nibbana.
14. Orang berubah menjadi pantang berperbuatan salah,
merupakan cara untuk mencapai nibbana.
15. Orang berubah menjadi pantang bermatapencaharian salah,
merupakan cara untuk mencapai nibbana.
16. Orang berubah menjadi pantang berusaha salah, merupakan
cara untuk mencapai nibbana.
17. Orang berubah menjadi pantang berperhatian salah,
merupakan cara untuk mencapai nibbana.
18. Orang berubah menjadi pantang bermeditasi salah, merupakan
cara untuk mencapai nibbana.
19. Orang berubah menjadi pantang berpengetahuan salah,
merupakan cara untuk mencapai nibbana.
20. Orang berubah menjadi pantang berpembebasan salah,
merupakan cara untuk mencapai nibbana.
21. Orang berubah menjadi pantang dikuasai ngantuk dan tidur,
merupakan cara untuk mencapai nibbana.
22. Orang berubah menjadi pantang kacau, merupakan cara untuk
mencapai nibbana.
167
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
23. Orang berubah menjadi pantang tidak tentu, merupakan cara
untuk mencapai nibbana.
24. Orang berubah menjadi pantang marah, merupakan cara untuk
mencapai nibbana.
25. Orang berubah menjadi pantang bermusuhan, merupakan cara
untuk mencapai nibbana.
26. Orang berubah menjadi pantang menghina, merupakan cara
untuk mencapai nibbana.
27. Orang berubah menjadi pantang menguasai, merupakan cara
untuk mencapai nibbana.
28. Orang berubah menjadi pantang cemburu, merupakan cara
untuk mencapai nibbana.
29. Orang berubah menjadi pantang kikir, merupakan cara untuk
mencapai nibbana.
30. Orang berubah menjadi pantang penipu, merupakan cara
untuk mencapai nibbana.
31. Orang berubah menjadi pantang pembohong, merupakan cara
untuk mencapai nibbana.
32. Orang berubah menjadi pantang keras kepala (bandel),
merupakan cara untuk mencapai nibbana.
33. Orang berubah menjadi pantang angkuh, merupakan cara
untuk mencapai nibbana.
168
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
34. Orang berubah menjadi pantang sulit dinasehati, merupakan
cara untuk mencapai nibbana.
35. Orang berubah menjadi pantang berkawan dengan orang jahat,
merupakan cara untuk mencapai nibbana.
36. Orang berubah menjadi pantang lalai, merupakan cara untuk
mencapai nibbana.
37. Orang berubah menjadi pantang tak berkeyakinan, merupakan
cara untuk mencapai nibbana.
38. Orang berubah menjadi pantang tidak hati-hati, merupakan
cara untuk mencapai nibbana.
39. Orang berubah menjadi pantang tidak tahu malu, merupakan
cara untuk mencapai nibbana.
40. Orang berubah menjadi pantang belajar sedikit, merupakan
cara untuk mencapai nibbana.
41. Orang berubah menjadi pantang malas, merupakan cara untuk
mencapai nibbana.
42. Orang berubah menjadi pantang tak waspada, merupakan cara
untuk mencapai nibbana.
43. Orang berubah menjadi pantang berpengertian kurang,
merupakan cara untuk mencapai nibbana.
44. Orang berubah menjadi pantang berpengertian salah karena
pandangan-pandangan pribadinya dan bersikeras
169
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mempertahankan pandangan seperti itu, merupakan cara
untuk mencapai nibbana.
Demikianlah, jalan untuk memusnahkan, jalan untuk
mengembangkan batin, jalan untuk menghindari, jalan untuk
mencapai pencapaian lebih tinggi dan jalan untuk mencapai
nibbana telah saya tunjukkan.
Apa yang harus dilakukan untuk siswanya berdasarkan pada
kasih sayang Guru yang mengharapkan kesejahteraan dan
kasihnya, telah saya kerjakan untukmu, Cunda. Itulah akar dari
pohon-pohon, ini pondok-pondok kosong. Cunda kembangkan-lah
Jhana, jangan menunggu, itu akan mengakibatkan penyesalan.
Inilah pesan kami untukmu.
Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Bhikkhu Mahacunda puas
dan gembira mendegar uraian Sang Bhagava.
170
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
SAMMADITTHI SUTTA
(9)
Demikianlah saya dengar.
1. Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap berada di Jetavana,
arama milik Anathapindika, Savatthi. Bhikkhu Sariputta
menyapa para bhikkhu: "Para bhikkhu".
"Avuso," jawab mereka.
Bhikkhu Sariputta berkata: "Para avuso mengatakan:
'Seseorang berpandangan benar sebagai pandangan benar
(samma ditthi)'. Dalam cara apa siswa ariya berpandangan
benar, berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang
sempurna pada Dhamma serta hidup sesuai dengan dhamma.”
“Sesungguhnya, kami datang dari jauh untuk belajar dari
Bhikkhu Sariputta. Setelah mendengarkan Dhamma ini, para
171
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
bhikkhu akan mengingatnya." Demikianlah yang dimohon para
bhikkhu kepada Bhikkhu Sariputta.
2. "Para avuso, dengar dan perhatikanlah baik-baik apa yang
akan saya sampaikan.”
Para bhikkhu menjawab: "Baiklah avuso".
Selanjutnya Bhikkhu Sariputta berkata: "Sedapat mungkin
seorang siswa ariya mengerti hal-hal yang tidak bermanfaat
(akusala), akar dari hal-hal yang tidak bermanfaat, hal-hal yang
bermanfaat (kusala), dan akar dari hal-hal yang bermanfaat.
Melalui cara ini, dia adalah orang yang berpandangan benar,
berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna
pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
Apakah hal-hal yang tidak membawa manfaat, akar dari
hal-hal yang tidak membawa manfaat; apakah hal-hal
yang membawa manfaat, akar dari hal-hal yang membawa
manfaat?
Hal-hal yang tidak membawa manfaat itu adalah:
1. Membunuh makhluk-makhluk (panatipata).
2. Mengambil apa yang tidak diberikan (adinadana).
172
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
3. Melakukan pemuasan nafsu dengan cara yang salah
(kamesumicchacara).
4. Berdusta (musavada).
5. Menfitnah (pisunavaca)
6. Mengucapkan kata-kata kasar (pharusavaca)
7. Pergunjingan (samphappalapa)
8. Keserakahan (abhijjha)
9. Kebencian (byapada)
10. Berpandangan salah (micchaditthi)
Inilah hal-hal yang tidak membawa manfaat (akusala).
3. Apakah akar dari hal yang tidak membawa manfaat
(akusalamula)?
Keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kebodohan (moha)
adalah akar hal-hal yang tidak bennanfaat. Inilah akar dari hal
yang tidak membawa manfaat (akusala).
Apakah hal yang membawa manfaat (kusala)? Hal yang
membawa manfaat adalah:
1. Tidak membunuh makhluk-makhluk hidup
2. Tidak mengambil apa yang tidak diberikan
173
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
3. Tidak memuaskan nafsu dengah cara yang salah
4. Tidak berdusta
5. Tidak menfitnah
6. Tidak berkata kasar
7. Tidak bergunjing
8. Tidak serakah
9. Tidak membenci
10. Tidak memiliki pandangan salah
Inilah hal-hal yang membawa manfaat (kusala).
4. Apakah akar dari perbuatan yang membawa manfaat
(keuntungan)?
Tidak serakah (alobha), tidak membenci (adosa),
kebijaksanaan (amoha) adalah akar dari hal-hal yang
bermanfaat (kusala). Setelah siswa ariya mengerti
sepenuhnya hal-hal yang tidak bermanfaat (akusala) serta
akarnya dan hal-hal yang bermanfaat (kusala) serta akarnya,
dia telah melenyapkan sepenuhnya sebab utama dari
kecenderungan nafsu-nafsu, menolak, membasmi pandangan
dan konsep tentang diri (atta). Dengan melenyapkan
kegelapan batin (avijja) dan mengembangkan pengetahuan
174
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
benar (vijja), maka dengan ini ia mengakhiri penderitaan
(dukkha nirodha). Dengan cara ini, seorang siswa ariya
berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki
keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan
benar yang ia miliki.”
"Sungguh baik, avuso", kata para bhikkhu dengan perasaan
puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu
Sariputta.
5. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara
lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar,
berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna
pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada", jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang
makanan yang menunjang kehidupan (ahara), munculnya,
lenyapnya, jalan untuk melenyapkan ahara. Dengan cara ini,
ia berpandangan benar, berpandangan lurus, memiliki
keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan
benar yang ia miliki.”
“Apakah makanan (ahara) yang menunjang kehidupan,
sumbernya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya?"
175
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Ada 4 (empat) jenis makanan yang menunjang kehidupan
(cattaro ahara) untuk memelihara dan menunjang
kelangsungan hidup makhluk-makhluk dan bagi mereka yang
mencari pembaruan dalam kehidupan. Apakah keempat hal itu
? Keempat hal itu adalah:
1. Makanan jasmani (Kabalimkara ahara)
2. Kesan-kesan (Phassa ahara)
3. Kehendak pikiran (Manosancetana ahara)
4. Kesadaran (Vinnana ahara)
Dengan munculnya keinginan (tanha), maka muncullah ahara.
Dengan lenyapnya keinginan (tanha), maka lenyaplah ahara.
Jalan utama untuk melenyapkan ahara hanyalah Jalan Mulia
Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga), yaitu:
1. Pandangan Benar (Samma Ditthi)
2. Pikiran Benar (Samma Sankappa)
3. Ucapan Benar (Samma Vaca)
4. Perbuatan Benar (Samma Kammanta)
5. Mata Pencaharian Benar (Samma Ajiva)
6. Usaha Benar (Samma Vayama)
176
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
7. Perhatian Benar (Samma Sati)
8. Konsentrasi Benar (Samma Samadhi)
Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang
menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan
sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia
berpandangan benar, ia berpandangan lurus dan memiliki
keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan
benar yang ia miliki.”
"Sungguh baik, avuso", kata para bhikkhu dengan perasaan
puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu
Sariputta.
6. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara
lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar,
berpandangan lurus, memiliki keyakinan yang sempurna pada
dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.”
“Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang
penderitaan (dukkha), sumber dari penderitaan (dukkha
samudaya), lenyapnya penderitaan (dukkha nirodha) dan jalan
untuk melenyapkan penderitaan (dukkha nirodha gaminipati-
pada). Dengan cara ini, ia berpandangan benar, berpandangan
177
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
lurus, berkeyakinan teguh pada dhamma. Inilah keyakinan
benar yang ia miliki.
Apakah penderitaan (dukkha), sumber dari penderitaan,
lenyapnya penderitaan, jalan untuk melenyapkan penderitaan,
kelahiran, usia tua, kesakitan, kematian, duka cita, ratap
tangis, sakit, susah hati, putus asa, tidak mendapatkan apa
yang diinginkan adalah penderitaan. Singkatnya, melekat
pada lima kelompok kehidupan (pancakkhanda) adalah
penderitaan. Inilah apa yang dinamakan penderitaan
(dukkha).
Apakah sumber dari penderitaan?
Keinginan (tanha) yang tiada hentinya, disertai kegembiraan
dan nafsu, menyukai ini dan itu, inilah yang dinamakan:
1. Keinginan terhadap nafsu indera (kama tanha)
2. Keinginan untuk menjadi kembali (bhava tanha)
3. Keinginan untuk tidak menjadi kembali (vibhava tanha)
Inilah asal mula dari penderitaan (dukkha samudaya).
Apakah yang dimaksud dengan lenyapnya penderitaan?
Menyingkirkan, menghilangkan sedikit demi sedikit dan
menghentikan, menyerahkan, melepaskan, membiarkan pergi
178
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dan menolak nafsu-nafsu keinginan (tanha). Inilah yang
dinamakan lenyapnya penderitaan (dukkha nirodha).
Apakah Jalan untuk melenyapkan penderitaan?
Jalan untuk melenyapkan penderitaan adalah Jalan Mulia
berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga), yaitu: pandangan
benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata
pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan
konsentrasi benar.
Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang makanan
apa yang menunjang kehidupan (ahara), dia telah
melenyapkan sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara
ini, ia adalah orang yang berpandangan benar, berpandangan
lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma.
Inilah keyakinan benar yang ia miliki.”
"Sungguh baik, avuso", kata para bhikkhu dengan perasaan
puas dan gembira terhadap uraian Bhikkhu Sariputta.
7. Kemudian mereka bertanya kembali: "Avuso, tetapi apakah
ada cara lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar,
berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna
pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
“Ada", jawab Bhikkhu Sariputta.
179
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
“Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti usia tua (jara)
dan kematian (marana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk
melenyapkan usia tua dan kematian. Dengan cara ini, ia
berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki
keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan
benar yang ia miliki”.
“Tetapi apakah usia tua dan kematian, sumbemya, lenyapnya
dan jalan untuk melenyapkan usia tua dan kematian? “
“Dalam berbagai proses dari makhluk-makhluk, usia tua (jara),
gigi yang patah (danta), rambut yang memutih (kesa), keriput,
tua renta dan lemah tak berdaya, inilah yang dinamakan usia
tua”.
Dalam berbagai proses dari makhluk-makhluk, mati kematian,
meninggal dunia, perpisahan, kehilangan, ditinggalkan,
berakhirnya waktu kehidupan, khandha-khandha terpisah -
inilah yang dinamakan kematian.
Jadi, inilah usia tua dan kematian yang disebut jara marana.
Dengan adanya kelahiran, maka muncul usia tua dan
kematian. Dengan tidak adanya kelahiran, maka tidak ada
usia tua dan kematian. Jalan untuk mengakhiri usia tua dan
kematian hanyalah Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya
180
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Atthangika Magga) yaitu: pandangan benar, pikiran benar,
ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar,
usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.
“Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang makanan
apa yang menunjang kehidupan (ahara), dia telah
melenyapkan sepenuh-nya sebab utama (dukkha). Dengan
cara ini, ia adalah orang yang berpandangan benar,
berpandangan lurus dan memiliki keyakin-an yang sempurna
pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.”
"Avuso, sungguh baik," kata para bhikkhu dengan perasaan
puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu
Sariputta.
8. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, avuso adakah cara
lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar,
berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna
pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang
kelahiran (jati), sebabnya, dan jalan untuk menghentikan
kelahiran. Dengan cara ini, ia berpandangan benar,
berpandangan lurus, memiliki keyakinan yang sempurna pada
dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
181
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Apakah kelahiran, sebab dari kelahiran, lenyapnya dan jalan
untuk menghentikan kelahiran?
Dalam proses kehidupan setiap makhluk, kelahiran makhluk-
makhluk, mereka terlahir, keguguran, penerus, perwujudan
dari kelompok kehidupan (khanda), dan indera memiliki kesan.
Inilah yang dinamakan kelahiran (jati). Dengan timbulnya
penjadian (bhava) maka timbullah kelahiran (jati). Dengan
lenyapnya bhava, maka lenyaplah kelahiran (jati). Jalan utama
untuk menghentikan kelahiran hanyalah Jalan Mulia Berunsur
Delapan (Ariya Atthangika Magga) yaitu: pandangan benar,
pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata
pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan
konsentrasi benar.
“Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang
menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan
sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah
orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan
memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
"Avuso, sungguh baik," kata para bhikkhu dengan perasaan
puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu
Sariputta.
182
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
9. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara
lain bagi siswa ariya yang berpandangan benar, berpandangan
lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma.
Inilah keyakinan benar yang ia miliki.”
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
Sedapat mungkin seorang siswa yang mulia mengerti tentang
penjadian (bhava), sebabya, lenyapnya dan jalan untuk
melenyapkannya. Dengan cara ini, ia berpandangan benar,
berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna
pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah penjadian (bhava), sebabnya, lenyapnya dan jalan
untuk melenyapkannya?
Ada tiga jenis dari penjadian (bhava), yaitu:
1. Penjadian di alam yang penuh napsu (Kama Bhava)
2. Penjadian di alam Rupa Brahma (Rupa Bhava)
3. Penjadian di alam Arupa Brahma (Arupa Bhava)
Dengan timbulnya kemelekatan (upadana) maka timbul
penjadian (bhava). Dengan lenyapnya upadana, maka lenyap
pula bhava. Jalan untuk melenyapkannya hanyalah Ariya
Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, pikiran benar,
183
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar,
usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.
Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang
menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan
sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah
orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan
memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan
puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu
Sariputta.
10. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, avuso adakah cara
lain bagi siswa ariya yang berpandangan benar, berpandangan
lurus dan memiliki keyakinan sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang
kemelekatan (upadana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk
melenyapkannya. Dengan cara ini, ia berpandangan benar,
berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna
pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
184
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Apakah kemelekatan, apakah sebabnya dari kemelekatan,
apakah lenyapnya kemelekatan, apakah jalan untuk
melenyapkan kemelekatan? Ada 4 (empat) jenis kemelekatan,
yaitu:
1. Kemelekatan terhadap nafsu indera (Kamupadana)
2. Kemelekatan terhadap pandangan salah (Ditthupadana)
3. Kemelekatan terhadap upacara-upacara agama
(Silabbatupadana)
4. Kemelekatan terhadap adanya diri (atta) yang kekal
(Attavadupadana).
Dengan munculnya keinginan (tanha), maka muncullah
kemelekatan (upadana).
Jalan untuk melenyapkan kemelekatan (upadana) hanyalah
Ariya Atthangika Magga, yaltu: pandangan benar, pikiran
benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian
benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.
Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang
menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan
sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah
orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan
185
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan
puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu
Sariputta.
11. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, avuso adakah cara
lain bagi siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus
dan memiliki keyakinan yang sepurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang
keinginan untuk mengulangi lagi (tanha), sebab lenyapnya dan
jalan untuk melenyapkannya. Dengan cara ini, ia
berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki
keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan
benar yang ia miliki.
Apakah keinginan (tanha), apakah sebab keinginan, apakah
yang melenyapkan tanha, dan apakah jalan untuk
melenyapkan tanha.
Ada enam jenis tanha, yaitu:
1 . Keinginan akan bentuk-bentuk (Rupa Tanha)
186
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
2. Keinginan akan suara (Sadda Tanha)
3. Keinginan akan aroma (Gandha Tanha)
4. Keinginan akan rasa (Rasa Tanha)
5. Keinginan akan sentuhan (Photthabba Tanha)
6. Keinginan akan obyek-obyek pikiran (Dhamma Tanha)
Dengan timbulnya perasaan (vedana), maka timbuilah
keinginan (tanha). Jalan untuk melenyapkan tanha hanyalah
Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, pikiran
benar, menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan
sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah
orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan
memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan
puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu
Sariputta.
12. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara
lain dimana siswa ariya berpandangan benar, berpandangan
lurus dan mempunyai keyakinan yang sempurna pada
dhamma. Inilah keyakinan benar yang harus ia miliki.”
187
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang
perasaan (vedana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk
melenyapkannya. Dengan cara ini, ia berpandangan benar,
berpandangan lurus dan mempunyai keyakinan yang
sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah perasaan (vedana), sebabnya, lenyapnya dan jalan
untuk melenyapkannya ?
Ada enam macam yang mengakibatkan timbulnya perasaan
yaitu:
1. Perasaan yang timbul karena mata melihat (Cakkhusam-
phasajja vedana)
2. Perasaan yang timbul karena telinga mendengar (sota-
samphasajja vedana)
3. Perasaan yang timbul karena hidung mencium (Ghana-
samphasajja vedana)
4. Perasaan yang timbul karena lidah mengecap
(Jivhasamphasajja vedana)
5. Perasaan yang timbul karena jasmani menyentuh (Kaya-
samphasajja vedana)
188
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
6. Perasaan yang timbul karena pikiran berpikir
(Manosamphasajja vedana).
Dengan timbulnya sentuhan (phassa), maka timbullah
perasaan (vedana). Dengan lenyapnya kesan-kesan (phassa),
maka lenyaplah perasaan (vedana). Jalan untuk melenyapkan
perasaan hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan
benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata
pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan
konsentrasi benar.
“Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang
menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan
sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah
orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan
memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan
puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu
Sariputta.
13. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, avuso adakah cara
lain di mana siswa ariya berpandangan benar, berpandangan
189
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
lurus dan memiliki keyakinan sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki,"
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
Sedapat mungkin scorang siswa ariya mengerti tentang, kesan-
kesan (phasa), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk
melenyapkannva. Dengan cara ini, ia berpandangan benar,
berpandangan lurus dan memiliki keyakinan sempurna pada
dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Ada enam hal yang menyebabkan sentuhan (phassa), yaitu:
1. Mata melihat (Cakkhusamphassa)
2. Telinga mendengar (Sotasamphassa)
3. Hidung mencium (Ghanasamphassa)
4. Lidah mengecap (Jivhsamphassa)
5. Jasmani menyentuh (Kayasamphassa)
6. Pikiran berpikir (Manosamphassa)
Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang
menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan
sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah
orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan
190
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan
puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu
Sariputta.
14. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara
lain bagi siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus
dan memiliki keyakinan semurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang enam
landasan indera (salayatana), sebabnva, lenyapnya dan jalan
untuk melenyapkannya. Dengan cara ini, ia berpandangan
benar, berpandangan lurus dan memiliki keyakinan sempurna
pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah enam landasan indera (salayatana), sumbemya,
lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya ?
Ada enam landasan yang mengakibatkan timbulnya enam
landasan indera, yaitu:
1. Landasan mata (Cakkhayatana)
191
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
2. Landasan telinga (Sotayatana)
3. Landasan hidung (Ghanayatana)
4. Landasan lidah (Jivhayatana)
5. Landasan (seluruh permukaan) tubuh (Kayayatana)
6. Landasan pikiran (Manayatana)
Dengan timbulnya jasmani dan batin (nama rupa), maka-
timbullah enam landasan indera (salayatana). Dengan
lenyapnya jasmani dan batin, maka lenyaplah enam landasan
indera (salayatana). Jalan untuk melenyapkan enam landasan
indera hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaltu: pandangan
benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata
pencaharian benar, usaha benar, perhatian dan konsentrasi
benar.
Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang
menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan
sepenuhnya sebab utama (dukkha). Denan cara ini, ia adalah
orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan
memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
192
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan
puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu
Sariputta.
15. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara
lain bagi siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus
dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang
jasmani dan batin (nama rupa), sumbernya, lenyapnva dan
jalan untuk melenyapkannya. Dengan cara ini, ia
berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki
keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan
benar yang ia miliki.
Apakah jasmani dan batin (nama rupa), sebabnya, lenyapnya
dan jalan untuk melenyapkannya?
Perasaan (vedana), pencerapan (sanna), kehendak (cetana),
sentuhan (phassa) dan perhatian (manasikara), inilah yang
dinamakan batin (nama).
193
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Empat unsur (catu dhatu) dan bentuk yang berasal dari empat
unsur utama (mahabhuta rupa), inilah yang dinamakan jasmani
(rupa).
Dengan timbulnya kesadaran (vinnana), maka timbullah
jasmani dan batin (nama rupa). Dengan lenyapnya kesadaran
(vinnana), maka lenyaplah jasmani dan batin. Jalan untuk
melenyapkan jasmani dan batin hanyalah Ariya Atthangika
Magga, yaitu: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar,
perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar,
perhatian benar dan konsentrasi benar.
Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang
menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan
sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah
orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan
memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan
puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu
Sariputta.
16. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara
lain bagi siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus
194
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dan memiliki keyakinan sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
“Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
Sedapat mungkin scorang siswa ariya mengerti tentang
kesadaran (vinnana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk
melenyapkannya. Dengan cara ini, ia adalah berpandangan
benar, berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang
sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah kesadaran (vinnana), sebabnya, lenyapnya dan jalan
untuk melenyapkannya ? Ada enam macam yang
mengakibatkan timbulnya kesadaran, yaitu:
1. Kesadaran yang timbul karena mata melihat (cakkhu
vinnana).
2. Kesadaran yang timbul karena telinga mendengar (sota
vinnana).
3. Kesadaran yang timbul karena hidung mencium (ghana
vinnana).
4. Kesadaran yang timbul karena lidah mengecap (jivha
vinnana).
195
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
5. Kesadaran yang timbul karena jasmani menyentuh (kaya
vinnana).
6. Kesadaran yang timbul karena pikiran berpikir (mano
vinnana).
Dengan timbulnya bentuk-bentuk kamma (sankhara), maka
timbulah kesadaran (vinnana). Dengan lenyapnya bentuk-
bentuk kamma (sankhara), maka lenyaplah kesadaran
(vinnana). Jalan untuk melenyapkan kesadaran hanyalah Ariya
Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, pikiran benar,
ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar,
usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.
“Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang
menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan
sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah
orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan
memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
"Sunguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan
puas dan gembira setelah mendengar uraian Bhikkhu
Sariputta.
196
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
17 Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara
lain bagi siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus
dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang
bentuk-bentuk kamma (sankhara), sebabnya, lenyapnya dan
jalan untuk melenyapkannya. Dengan cara ini, ia
berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki
keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan
benar yang ia miliki.
Apakah bentuk-bentuk kamma (sankhara), sebabnya,
lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya?
Ada tiga macam yang mengakibatkan timbulnya bentuk-
bentuk kamma (sankhara), yaitu:
1. Pembentukan badan jasmani (kaya sankhara)
2. Pembentukan kata-kata (vaci sankhara)
3. Pembentukan pikiran (citta sankhara)
Dengan timbulnya kegelapan batin (avijja), maka timbullah
bentuk-bentuk kamma (sankhara). Dengan lenyapnya
197
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kegelapan batin (avijja), maka lenyaplah bentuk-bentuk
kamma (sankhara). Jalan untuk melenyapkan bentuk-bentuk
kamma hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan
benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata
pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan
konsentrasi benar.
Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang
menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan
sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah
orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan
memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan
puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu
Sariputta.
18. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, avuso adakah cara
lain di mana siswa ariya berpandangan benar, berpandangan
lurus dan mempunyai keyakinan yang sempurna pada
dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
198
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang
kegelapan batin (avijja) sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk
melenyapkannya. Dengan cara ini, ia berpandangan benar,
berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna
pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah kegelapan batin (avijja), sebabnya, lenyapnya dan
jalan untuk melenyapkannya?.
Tidak mengetahui adanya penderitaan (dukkha), sebab
penderitaan, lenyapnya penderitaan, jalan untuk melenyapkan
penderitaan. Dengan timbulnya noda (asava), maka timbullah
kegelapan batin (avijja). Dengan lenyapnya noda (asava),
maka lenyaplah kegelapan batin (avijja). Jalan untuk
melenyapkan kegelapan batin hanyalah Ariya Atthangika
Magga, yaitu: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar,
perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar,
perhatian benar dan konsentrasi benar.
Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang
menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan
sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah
orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan
memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
199
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan
puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu
Sariputta.
19. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, avuso adakah cara
lain bagi siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus
dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah
keyakinan benar yang ia miliki.”
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang
kekotoran batin (asava), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk
melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar,
berpandangan lurus dan memiliki keyakinan sempurna pada
dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah kekotoran batin (asava), sebabnya, lenyapnya dan
jalan untuk melenyapkan kekotoran batin (asava)?
Ada 3 (tiga) jenis kekotoran batin (asava), yaitu:
1. Noda dari keinginan memuaskan nafsu indera (Kamasava).
2. Nodadari keinginan untuk menjadi (Bhavasava).
3. Noda dari ketidaktahuan (Avijjasava).
200
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Dengan timbulnya kegelapan batin (avijja), maka timbuilah
kekotoran batin (asava). Dengan lenyapnya kegelapan batin
(avijja), maka lenyaplah kekotoran batin (asava). Jalan untuk
melenyapkan kekotoran batin hanyalah Ariya Atthangika
Magga, yaitu: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar,
perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar,
perhatian benar dan konsentrasi benar.
Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang kekotoran
batin, kekotoran batin serta akarnya, dia telah melenyapkan
sepenuhnya sebab utama dari kecenderungan napsu-napsu,
menolak, membasmi pandangan dan konsep tentang diri
(atta). Dengan melenyapkan kegelapan batin (avijja) dan
menumbuhkan pengetahuan benar (vijja), maka di sinilah ia
mengakhiri penderitaan (dukkha nirodha).
Dengan cara ini, seorang siswa ariya berpandangan benar,
berpandangan lurus, memiliki keyakinan yang sempurna pada
dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
201
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
SATIPATTHANA SUTTA
10
1-- Demikianlah yang saya dengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di daerah orang
kuru, di Kammasadhana, sebuah kota niaga suku Kuru. Di
sana Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: "Para
bhikkhu."
"Ya, Bhante," jawab para bhikkhu.
Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu, hanya ada sebuah jalan
untuk mensucikan makhluk-makhluk, untuk mengatasi
kesedihan dan ratap tangis, untuk mengakhiri derita dan duka
cita, menjalani jalan benar, untuk mencapai nibbana, yaitu
Empat 'Satipatthana' (Landasan Perhatian).
“Apakah empat hal itu?
202
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu terus-menerus
melakukan
(1) 'pengamatan-jasmani pada jasmani' (kaye kayanupassi),
tekun, sadar, mengendalikan diri, mengatasi keserakahan
dan kesedihan dalam dirinya.
(2) 'pengamatan perasaan pada perasaan'
(vedanasuvedananupassi), tekun, sadar, mengendalikan
diri, mengatasi keserakahan dan kesedihan dalam dirinya.
(3) 'pengamatan-pikiran pada pikiran' (citte cittanupassi),
tekun, sadar, mengendalikan diri, mengatasi keserakahan
dan kesedihan dalam dirinya.
(4) 'pengamatan-obyek-mental pada obyek mental'
(dhammesu dhammanupassi), tekun, sadar, mengendalikan
diri, mengatasi keserakahan dan kesedihan dalam dirinya.
2— Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus-menerus
melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani'?
Dalam hal ini, seorang bhikkhu masuk hutan, pergi ke bawah
sebatang pohon atau ke suatu tempat yang sepi; lalu ia duduk
bersila dengan badan tegak dan senantiasa sadar terhadap
apa yang dilakukannya.
203
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Dengan sadar ia menarik napas, dengan sadar ia
mengeluarkan napas.
Jika ia menarik napas panjang, ia mengetahui: ‘Saya
menarik napas panjang,’
Jika ia mengeluarkan napas panjang, ia mengetahui:
‘Saya mengeluarkan napas panjang.’
Jika ia menarik napas pendek, ia mengetahui: ‘Saya
menarik napas pendek,’
Jika ia mengeluarkan napas pendek, ia mengetahui:
‘Saya mengeluarkan napas pendek,’
Ia melatih dirinya dengan berpikir: ‘Saya akan menarik
napas yang dirasakan seluruh tubuh.’
Ia melatih dengan berpikir: ‘Saya akan mengeluarkan
napas yang dirasakan seluruh tubuh.’
Ia melatih dirinya dengan berpikir: ‘Saya akan menarik
napas yang menenangkan seluruh aktivitas tubuh.’
Ia melatih dirinya dengan berpikir: ‘Saya akan
mengeluarkan napas yang menenangkan seluruh aktivitas
tubuh.’
204
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Bagaikan scorang ahli pembuat kendi atau muridnya,
sewaktu membuat putaran panjang, ia mengetahui: ‘Saya
membuat putaran panjang.’
Jika ia membuat putaran pendek, ia mengetahui: ‘Saya
membuat putaran pendek.’
Begitu pula, jika seorang bhikkhu menarik napas
panjang, ia mengetahui: ‘Saya menarik napas panjang;
Begitu pula jika ia mengeluarkan napas pendek, ia
mengetahui: ‘Saya mengeluarkan napas pendek.’
Ia melatih dirinya dengan berpikir: ‘Saya akan menarik
napas yang dirasakan seluruh tubuh.’ ... Saya akan
mengeluarkan napas yang menenangkan seluruh aktivitas
tubuh.’
Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan-
jasmani pada jasmani di dalam (ajjhatta);
ia melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar
(bahiddha); atau
ia melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar
dan di dalam. Atau
205
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ia melakukan pengamatan terhadap ‘proses munculnya
segala sesuatu’ (samuda-yadhammanupassi) dalam
jasmani;
ia melakukan pengamatan terhadap proses lenyapnya
segala sesuatu (vayadhammanupassi) dalam jasmani;
atau
ia melakukan pengamatan terhadap ‘proses munculnya
dan lenyapnya segala sesuatu' dalam jasmani. Atau
ia berpikir: ‘Ada jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya
khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup
bebas dan tanpa melekat pada apapun di dunia.
Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan
pengamatan-jasmani pada jasmani.
3-- Para bhikkhu,
jika seorang bhikkhu berjalan, ia menyadari: ‘Saya
berjalan’;
jika ia berdiri diam, ia menyadari: ‘Saya berdiri diam’;
jika ia duduk, ia menyadari: ‘Saya duduk’; atau
jika ia berbaring, ia menyadari: ‘Saya berbaring.’
206
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Jadi, dalam posisi tubuh apapun ia menyadari posisi itu
seperti itu.
Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan-
jasmani pada jasmani di dalam (ajjhatta);
ia melakukan pengamatan-jassmani pada pada jasmani
di luar (bahiddha) atau
ia melakukan pengamatan-jasmani di dalam dan di luar.
Atau
ia melakukan pengamatan terhadap proses munculnya
segala sesuatu (samudayadhamma-nupassi) dalam
jasmani;
ia melakukan pengamatan terhadap proses lenyapnya
segala sesuatu (vayadhammanupassi) dalam jasmani;
atau
ia melakukan pengamatan terhadap proses munculnya
dan lenyapnya segala sesuatu dalam jasmani. Atau
ia berpikir: ‘Ada jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya
khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk dingat, hidup
bebas dan tanpa melekat pada apapun di dunia.
207
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan
pengamatan-jasmani pada jasmani.
4— Para bhikkhu, begitu pula seorang bhikkhu menyadari jika ia
berjalan maju atau mundur; jika ia melihat ke depan atau
melihat ke sekeliling ... jika ia membungkukkan badan atau
meluruskan badan ... jika ia membawa sanghati (jubah luar),
patta dan civara ... jika ia makan, minum, mengunyah,
mengecap ... jika ia membuang air besar atau air kecil ... jika ia
berjalan, berdiri, duduk, berbaring, bangun, bicara, diam, ia
menyadari gerakan-gerakan ini.
Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan
jasmani pada jasmani di dalam (ajjhatta);
ia melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di iuar
(bahiddha); atau
ia melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar
dan di dalam. Atau
ia melakukan pengamatan terhadap, proses munculnya
segala sesuatu (samuda-yadhammanupassi) dalam
jasmani;
208
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ia melakukan pengamatan terhadap proses lenyapnya
segala sesuatu (vayadhammanupassi) dalam jasmani;
atau
ia melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya
dan lenyapnya segala sesuatu' dalam jasmani. Atau
ia berpikir: ‘Ada jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya
khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup
bebas dan tanpa melekat pada apapun di dunia.
Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan
pengamatan-jasmani pada jasmani.
5-- Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu ‘merenung'
(paccavekkhati) apa adanya tubuh itu, yang dibungkus oleh
kulit dan diliputi oleh bermacam-macam kotoran, dari telapak
kaki ke atas dan dari ubun-ubun kepala ke bawah, bahwa: ‘Ada
hubungan jasmani dengan rambut badan, rambut kepala,
kuku-kuku, gigi-geligi, kulit, daging, urat, tulang, sum-sum,
ginjal, jantung, hati, membran, limpa, paru-paru, usus, selaput
usus, perut, tinja, empedu, dahak, nanah, darah, keringat,
lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, cairan sendi dan
kencing.’
209
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, bagaikan karung yang memiliki dua tempat
terbuka (mulut) yang berisi penuh dengan beracam-macam
biji-bijian, seperti padi ladang, padi sawah, kacang merah,
kacang polong, sesame dan beras; kemudian seorang yang
bermata tajam mencurahkan biji-bijian itu ke luar, dengan
merenung: ‘Itu padi ladang, itu padi sawah, itu kacang merah,
itu kacang polong, itu sesame dan itu beras.’
Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu 'merenung'
(paccavekkhati) apa adanya tubuh itu yang dibungkus oleh
kulit dan diliputi oleh bermacam-macam kotoran, dari telapak
kaki ke atas dan dari ubun-ubun kepala ke bawah, bahwa: ‘Ada
hubungan jasmani dengan rambut badan, rambut kepala,
kukukuku, gigi-geligi, kulit, daging, urat, tulang, sum-sum,
ginjal, jantung, hati, membran, limpa, paru-paru, usus, selaput
usus, perut, tinja, empedu, dahak, nanah, darah, keringat,
lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, cairan sendi dan
kencing.’
Demikianlah seorang bhikkhu terusmenerus melakukan
pengamatan-jasmani dalam jasmani.
6-- Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu merenungkan
tubuh ini sesuai dengan bagaimana tubuh itu ditempatkan atau
210
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dibentuk, tubuh ini terdiri dari empat elemen, yaitu: ‘Dalam
tubuh ini ada elemen padat, cairan, api dan udara.’
Para bhikkhu, bagaikan ahli jagal sapi atau muridnya, setelah
menyembelih seekor sapi, mungkin ia akan duduk
memperlihatkan bangkai sapi di perempatan jalan; demikian
pula, seorang bhikkhu merenungkan tubuh ini sesuai dengan
bagaimana tubuh itu ditempatkan atau dibentuk, tubuh ini
terdiri dari empat elemen, yaitu: ‘Dalam tubuh ini ada elemen
padat, cairan, api dan udara.’
Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan-
jasmani pada jasmani di dalam (ajjhatta);
ia melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar
(bahiddha); atau
ia melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar
dan di dalam. Atau
ia melakukan pengamatan terhadap ‘proses munculnya
segala sesuatu (samuda-yadhammanupassi)’ dalam
jasmani;
ia melakukan pengamatan terhadap 'proses lenyapnya
segala sesuatu (vayadhammanupassi) dalam jasmani;
atau
211
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ia melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya
dan lenyapnya segala sesuatu' dalam jasmani. Atau
ia berpikir: ‘Ada Jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya
khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup
bebas dan tanpa melekat pada apa pun di dunia.
Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan
pengamatan-jasmani pada jasmani.
7-- Para bhikkhu, begitu pula, jika seorang bhikkhu, melihat
sesosok mayat di dalam kuburan, yang telah mati sehari, dua
hari atau tiga hari, bengkak, membiru, membusuk, ia
merenungkan tubuh ini apa adanya, ia berpikir: ‘Tubuh ini
memiliki sifat yang sama, akan menjadi seperti itu, tidak akan
terkecuali dari keadaan seperti itu.’
Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan-
jasmani pada jasmani di dalam (ajhatta), ia melakukan
pengamatan-jasmani pada jasmani di luar (bahiddha) atau ia
melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar dan di
dalam. Atau ia melakukan pengamatan jasmani terhadap
'proses munculnya segala sesuatu’
(samudayadhammanupassi) dalam jasmani; ia melakukan
pengamatan terhadap, ‘proses lenyapnya segala sesuatu’
212
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
(vayadhammanupassi) dalam jasmani; atau ia melakukan
pengamatan terhadap 'proses munculnya dan lenyapnya
segala sesuatu' dalam jasmani. Atau ia berpikir : ‘Ada
Jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya khusus untuk
pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup bebas dan tanpa
melekat pada apa pun di dunia.
Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan
pengamatan-jasmani pada jasmani.
8-- Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu mungkin melihat
sesosok mayat dalam kuburan, sedang dimakan oleh burung
gagak, burung nasar, anjing liar, srigala atau bermacam-
macam binatang kecil; ia merenung tubuh ini apa adanya, ia
berpikir: ‘Tubuh ini memiliki sifat yang sama, akan menjadi
seperti itu, tidak akan terkecuali dari keadaan seperti itu.’
Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan-
jasmani pada jasmani di dalam (ajhatta) ia melakukan
pengamatan-jasmani pada jasmani di luar (bahiddha) atau ia
melakukan pengamtan-jasmani pada jasmani di luar dan di
dalam. Atau ia melakukan pengamatan terhadap 'proses
munculnya segala sesuatu’ (samuda-yadhanunanupassi) dalam
jasmani; ia melakukan pengamatan tehadap 'proses lenyapnya
segala sesuatu (vayadhammanupassi) dalam jasmani; atau ia
213
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya dan
lenyapnya segala sesuatu' dalam jasmani. Atau ia berpikir:
‘Ada Jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya kbusus untuk
pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup bebas dan tanpa
melekat pada apa pun di dunia.
Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan
pengamatan-jasmani pada jasmani.
9-- Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu melihat sesosok
mayat dalam kuburan, berupa kerangka dengan darah, daging
dan urat pengikat, ia merenung tubuh ini apa adanya ... atau
sorang bhikkhu melihat sesosok mayat dalam kuburan, berupa
kerangka tanpa daging tetapi ada bercak-bercak darah dan
urat pengikat; ... atau seorang bhikkhu melihat tulang
belulang yang tercerai di sana dan di sini, yang tidak bersatu
lagi: di sini ada tulang tangan, di situ ada tulang kaki, di sini
ada tulang tungkai kaki, di sana ada tulang rusuk, di sini ada
tulang paha, di sana ada tulang punggung dan di sini ada
tulang tengkorak, ia merenung jasmani ini apa adanya.
Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan-
jasmani pada jasmani di dalam (ajjhatta), ia melakukan
214
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pengamatan-jasmani pada jasmani di luar (bahiddha) atau ia
melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar dan di
dalam. Atau ia melakukan pengamatan terhadap 'proses
munculnya segala sesuatu’ (samuda-yadhammanupassi) dalam
jasmani; ia melakukan pengamatan terhadap ‘proses
lenyapnya segala sesuatu’ (vayadhammanupassi) dalam
jasmani; atau ia melakukan pengamatan terhadap 'proses
munculnya dan lenyapnya segala sesuatu' dalam jasmani.
Atau ia berpikir: ‘Ada Jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya
khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup
bebas dan tanpa melekat pada apa pun di dunia.
Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan
pengamatan-jasmani pada jasmani.
10-- Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu melihat sesosok
mayat yang ada dalam kuburan, berupa tulang-tulang putih
dan sesuatu seperti kulit kerang ... setumpuk tulang kering
yang telah setahun lebih ... tulang belulang menjadi rapuh dan
menjadi bubuk; ia merenung tubuh ini apa adanya, ia berpikir :
‘Tubuh ini memiliki sifat yang sama, akan menjadi seperti itu,
tidak akan terkecuali dari keadaan seperti itu.’
Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan-
jasmani pada jasmani di dalam (ajhatta), ia melakukan
215
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pengamatan-jasmani pada jasmani di luar (bahiddha), atau ia
melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar dan di
dalam. Atau ia melakukan pengamatan terhadap 'proses
munculnya segala sesuatu' (samuda-yadhammanupassi) dalam
jasmani'; ia melakukan pengamatan terhadap 'proses
lenyapnya segala sesuatu’ (vayadhammanupassi) dalam
jasmani; atau ia melakukan pengamatan terhadap 'proses
munculnya dan lenyapnya segala sesuatu' dalam jasmani.
Atau ia berpikir: ‘Ada Jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya
khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup
bebas dan tanpa melekat pada apa pun di dunia.
Demikianlah seorang bhikkhu terus-menerus melakukan
pengamatan-jasmani pada jasmani.
11—Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus-menerus
melakukan pengamatan-perasaan pada perasaan
(vedanasuveda-nanupassi)?
Para bhikkhu, dalam hal ini,
ketika ia mengalami perasaan menyenangkan, ia
menyadari: ‘Saya mengalami perasaan menyenangkan’;
ketika ia mengalami perasaan menyakitkan, ia
menyadari: ‘Saya mengalami perasan menyakitkan’;
216
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ketika ia mengalami perasaan-bukan menyakitkan-atau-
tidak-menyenangkan (adukkham-asukkham), ia
menyadari: ‘Saya mengalami perasaan-bukan
menyakitkan-atau-bukan-menyenangkan’.
Ketika ia mengalami perasaan menyenangkan yang
berkaitan dengan materi (amisa), ia menyadari: ‘Saya
mengalami perasaan menyenangkan yang berkaitan
dengan materi;
ketika ia mengalami perasaan menyenangkan berkaitan
dengan non-materi (niramisa), ia menyadari: ‘Saya
mengalami perasaan menyenangkan berkaitan dengan
non-materi.’
Ketika ia mengalami perasaan menyakitkan yang
berkaitan dengan materi, ia menyadari: ‘Saya mengalami
perasaan menyakitkan yang berkaitan dengan materi’.
Ketika ia mengalami perasaan menyakitkan yang
berkaitan dengan non-materi, ia menyadari: ‘Saya
mengalami perasaan menyakitkan yang berkaitan dengan
non materi’
Ketika ia mengalami perasaan bukan menyakitkan atau
bukan menyenangkan yang berkaitan dengan non-materi,
217
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ia menyadari: ‘Saya mengalami perasaan bukan
menyakitkan atau bukan menyenangkan yang berkaitan
dengan non-materi.’
Demikianlah, ia melakukan pengamatan-perasaan pada
perasaan di dalam (ajjhatta); ia melakukan pengamatan-
perasaan pada perasaan di luar (bahiddha); atau ia melakukan
pengamatan-perasaan pada perasaan di luar dan di dalam.
Atau ia melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya
segala sesuatu (samuda-yadhammanupassi) dalam perasaan:
ia melakukan pengamatan terhadap 'proses lenyapnya segala
sesuatu’ (vayadhammanupassi) dalam perasaan; atau ia
melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya dan
lenyapnya segala sesuatu' dalam perasaan. Atau ia berpikir :
‘Ada perasaan,’ pengamatannya terjadi hanya khusus untuk
pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup bebas dan tanpa
melekat pada apa pun di dunia.
Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan
pengamatan-perasaan pada perasaan.
12-- Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus-menerus
melakukan ‘pengamatan-pikiran pada pikiran' (citte
cittanupassi)?
218
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, dalam hal ini, seorang bhikkhu mengetahui:
pikirannya diliputi oleh nafsu indera (saraga) sebagai
pikiran diliputi nafsu indera; pikiran tidak diliputi nafsu
indera sebagai pikiran tidak diliputi nafsu indera.
Ia mengetahui pikirannya diliputi kebencian (sadosa)
sebagai pikiran diliputi kebencian; pikiran tidak diliputi
kebencian sebagai pikiran tidak diliputi kebencian
(vitadosam),
Ia mengetahui pikiran diliputi kebodohan (samoha)
sebagai pikiran diliputi kebodohan, pikiran tidak diliputi
kebodohan (vitamoha) sebagai pikiran tidak diliputi
kebodohan.
Ia mengetahui pikiran diliputi pikiran tidak diliputi
kebodohan, Ia mengetahui pikiran diliputi kelemahan atau
kemalasan (sankhittam) sebagai pikiran diliputi
kekacauan (vikkhitam)
Ia mengetahui pikiran diliputi pikiran berkembang
(mahaggatam) seabagai pikiran tidak berkembang
(amahaggam)
Ia mengetahui pikiran diliputi pikiran luhur (sa-uttaram)
seabagai pikiran tidak luhur (anuttara)
219
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Ia mengetahui pikiran diliputi pikiran terpusat
(samahitam)
Ia mengetahui pikiran tidak terpusat (asamahitam)
sebagai pikiran tidak terpusat.
Demikianlah, ia melakukan pengamatan pikiran pada pikiran di
dalam (ajjhata); ia melakukan pengamatan pikiran di luar
(bahiddha); atau ia melakukan pengamatan pikiran pada
pikiran di luar atau di dalam. Atau ia melakukan pengamatan
terhadap proses munculnyha segala sesuatu (samuda
yadhammanupassi) dalam pikiran, ia melakukan pengamatan
terhadap proses lenyapnya segala sesuatu
(vajadhammnaupassi) dalam pikiran; atau ia melakukan
pengamatan terhadap 'proses lenyapnya segala sesuatu’
dalam pikiran; atau ia melakukan pengamatan terhadap
'proses munculnya dan lenyapnya segala sesuatu' dalam
pikiran. Atau ia berpikir: "Ada Pikiran," pengamatannya terjadi
hanya khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat,
hidup bebas dan tanpa melekat pada apa pun di dunia.
Demikianlah, seorang bhikkhu terus menerus melakukan
pengamatan-pikiran pada pikiran.
220
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
13.--Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus-mnerus
melakukan pengamatan-obyek-mental pada obyek-mental'
(dhamme dhammanupassi)?
Para bhikkhu, dalam hal ini, seorang bhikkhu terus-menerus
mengamati obyek-mental pada obyek mental yang
berhubungan dengan 'lima rintangan' (panca nivarana).
Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus-menerus
melakukan 'pengamatan obyek-mental pada obyek-mental'
yang berkenaan dengan 'lima rintangan'?
Para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada 'keinginan
nafsu indera' (kamacchanda) dan ia menyadari: ‘Dalam diriku
ada keinginan nafsu indera’; atau dalam diri seorang bhikkhu
tidak ada keinginan nafsu indera dan ia menyadari: ‘Dalam
diriku tidak ada keinginan nafsu indera.’ Juga, ia menyadari
munculnya 'keinginan nafsu indera' yang tidak ada
sebelumnya, ia menyadari bahwa ia telah melenyapkan
'keinginan nafsu indera' yang tadinya telah muncul, ia
menyadari 'keinginan nafsu indera' yang telah dilenyapkan
tidak akan muncul lagi di kemudian hari.
Para bhikkhu, begitu pula, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
'kebencian' (byapada) dan ia menyadari: ‘Dalam diriku ada
221
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kebencian’; atau dalam diri seorang bhikkhu tidak ada
kebencian dan ia menyadari: ‘Dalam diriku tidak ada
kebencian,’ yang tidak ada sebelumnya, ia menyadari bahwa ia
telah melenyapkan' kebencian' yang tadinya telah muncul, ia
menyadari 'kebencian' yang telah dilenyapkannya tidak akan
muncul lagi di kemudian hari.
Para bhikkhu, begitu pula, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
'kelesuan dan kemalasan' (thinamiddha) dan ia menyadari:
‘Dalam diriku ada kelesuan dan kemalasan’; atau dalam diri
seorang bhikkhu tidak ada kelesuan dan kemalasan dan ia
menyadari: ‘Dalam diriku tidak ada kelesuan dan kemalasan.
Juga, ia menyadari munculnya' kelesuan dan kemalasan' yang
tidak ada sebelumnya, ia menyadari bahwa ia telah
melenyapkan 'kelesuan dan kemalasan' yang tadinya telah
muncul, ia menyadari 'kelesuan dan kemalasan' yang telah
dilenyapkannya tidak akan muncul lagi di kemudian hari.
Para bhikkhu, begitu pula, jika dalam diri scorang bhikkhu ada
'kegelisahan dan kekhawatiran' (uddhaccakukkucca) dan ia
menyadari: ‘Dalam diriku ada kegelisahan dan kekhawatiran’;
atau dalam diri seorang bhikkhu tidak ada kegelisahan dan
kekhawatiran dan ia menyadari: ‘Dalam diriku tidak ada
kegelisahan dan kekhawatiran.’ Juga, ia menyadari munculnya
222
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'kegelisahan dan kekhawatiran' yang tidak ada sebelumnya, ia
menyadari bahwa ia telah melenyapkan 'kegelisahan dan
kekhawatiran' yang tadinya telah muncul, ia menyadari
'kegelisahan dan kekhawatiran' yang telah dilenyapkannya
tidak akan muncul lagi di kemudian hari.
Para bhikkhu, begitu pula, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
'keragu-raguan' (vicikiccha) dan ia menyadari: ‘Dalam diriku
ada keragu-raguan’; atau dalam diri seorang bhikkhu tidak ada
keragu-raguan dan ia menyadari: ‘Dalam diriku tidak ada
keragu-raguan.’ Juga, ia menyadari munculnya 'keragu-raguan'
yang tidak ada sebelumnya, ia menyadari bahwa ia telah
melenyapkan 'keragu-raguan' yang tadinya telah muncul, ia
menyadari bahwa 'keragu-raguan yang telah dileyapkannya
tidak akan muncul lagi di kemudian hari.
Demikianlah, ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada
obyek mental (dhammesu dhammanupassi) di dalam (ajjhatta);
ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada obyek mental di
luar (bahiddha); atau ia melakukan pengamatan-obyek mental
pada obyek mental di luar dan di dalam. Atau ia melakukan
pengamatan terhadap 'proses munculnya segala sesuatu’
(samuda-yadhammanupassi) dalam obyek mental'; ia
melakukan pengamatan terhadap 'proses lenyapnya segala
223
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
sesuatu’ (vayadhammanupassi) dalam obyek-mental; atau ia
melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya dan
lenyapnya segala sesuatu' dalam obyek mental. Atau ia
berpikir: ‘Ada obyek-mental,’ pengamatannya terjadi hanya
khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup
bebas dan tanpa melekat pada apa pun di dunia.
Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan
pengamatan obyek-mental pada obyek mental.
14-- Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu terus-menerus
mengamati obyek-mental pada obyek mental yang
berhubungan dengan 'kemelekatan pada lima kelompok
kehidupan' (pancas'upadanakkhandhesu). Para bhikkhu,
bagaimana seorang bhikkhu terus-menerus melakukan
'pengamatan-obyek-mental pada obyek mental' yang
berkenaan dengan 'kemelekatan pada lima kelompok
kehidupan'? Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu (mengetahui):
‘Ini jasmani (rupa), ini munculnya jasmani, ini lenyapnya
jasmani; ini perasaan (vedana), ini munculnya perasaan, ini
lenyapnya perasaan; ini pencerapan (sanna), ini munculnya
pencerapan, ini lenyapnya pencerapan; ini bentuk-bentuk
pikiran (sankhara), ini munculnya bentuk-bentuk pikiran, ini
224
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
lenyapnya bentuk-bentuk pikiran; ini kesadakran (vinnana), ini
munculnya kesadaran, ini lenyapnya kesadaran.
Demikianlah, ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada
obyek mental (dhammesu dhammanupassi) di dalam (ajjhatta);
ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada obyek mental di
luar (bahiddha); atau ia melakukan pengamatan-obyek mental
pada obyek mental di luar dan di dalam. Atau ia melakukan
pengamatan terhadap 'proses munculnya segala sesuatu
(samuda-yadhainmanupassi) dalam obyek mental'; ia
melakukan pengamatan terhadap 'proses lenyapnya segala
sesuatu (vayadhammanupassi) dalam obyek-mental; atau ia
melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya dan
lenyapnya segala sesuatu' dalam obyek mental. Atau ia
berpikir: ‘Ada Obyek-mental,' pengamatannya terjadi hanya
khusus untuk pengetahuan itu, hanya unuk diingat, hidup
bebas tanpa melekat pada apapun di dunia. Demikianlah
seorang bhikkhu terus menerus melakukan pengamatan-
obyek-mental pada obyek mental.
15—Para bhikkhu, begitu pula seorang bhikkhu terus menerus
mengamati obyek-obyek mental pada obyek yang
berhubungan dengan Enam Landasan Indera dalam dan luar
(chasu ajjhattikabahiresu ayatanesu).
225
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus menerus
melakukan pengamatan obyek mental yang berkenaan dengan
enam landasan indera dalam dan luar? Para bhikkhu, jika
seorang bhikkhu mengerti indera penglihatan (cakkhu),
mengerti objek penglihatan (rupa), mengerti setiap belenggu
(samyojana) yang timbul dari dua hal tersebut, mengerti
timbulnya belenggu yang tidak ada sebelumnya, ia mengerti
bahwa ia telah melenyapkan belenggu yang tadinya muncul, ia
mengerti bahwa belenggu yang telah dilenyapkan tidak akan
muncul lagi di kemudian hari. Jika seorang bhikkhu mengerti
indera pendengar (sota), mengerti suara (saddha)…. mengerti
indera penciuman (ghana), mengerti bau (gandha) …. mengerti
indera penyentuh (kaya), mengerti sentuhan (photthabba) juga
mengerti setiap belenggu (arayojana) yang timbul dari dua hal
tersebut, mengerti timbulnya belenggu yang tidak ada
sebelumnya, ia mengerti bahwa ia telah melenyapkan
belenggu yang tadinya telah muncul, ia mengerti bahwa
belenggu yang dilenyapkan tidak akan muncul lagi di
kemudian hari.
Demikianlah, ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada
obyek mental (dhammesu dhammanupassi) di dalam (ajjhatta);
ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada obyek mental di
226
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
luar (bahiddha); atau ia melakukan pengamatan-obyek mental
pada obyek mental di luar dan di dalam. Atau ia melakukan
pengainatan terhadap 'proses munculnya segala sesuatu’
(samuda-yadhammanupassi) dalam obyek mental; ia
melakukan pengamatan terhadap 'proses lenyapnya segala
sesuatu’ (vayadhammanupassi) dalam obyek-mental; atau ia
melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya dan
lenyapnya segala sesuatu' dalam obyek mental. Atau ia
berpikir: ‘Ada obyek-mental, pengamatannya terjadi hanya
khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup
bebas dan tanpa melekat pada apa pun di dunia.
Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan
pengamatan obyek mental pada obyek mental.
16-- Para bhikkhu, begitu pula seorang bhikkhu terus-menerus
mengamati obyek-mental pada obyek mental yang
berhubungan dengan 'Tujuh Faktor Penerangan Agung'
(sattasu bhojjhangesu).
Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus-menerus
melakukan 'pengamatan obyek-mental pada obyek mental'
yang berkenaan dengan 'tujuh faktor penerangan agung'?
Para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada ‘faktor
penerangan agung-perhatian' (satisambhojhango), ia mengerti:
227
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
‘Ada faktor penerangan agung-perhatian’ dalam diriku’; jika
dalam diri seorang bhikkhu tidak ada faktor penerangan-
agung-perhatian, ia mengerti: ‘Tidak ada faktor penerangan-
agung-perhatian dalam diriku’, ia mengerti timbulnya faktor
penerangan-agung-perhatian yang tidak ada sebelumnya, ia
mengerti bagaimana faktor penerangan agung-perhatian yang
telah muncul dikembangkan dan disempurnakan. Jika dalam
diri seorang bhikkhu ada 'faktor penerangan-agung-penelitian
dhamma' (dhammavicaya-sambhojhango), ia mengerti: ‘Ada
faktor penerangan-agung-penelitian dhama' dalam diriku; ada
'faktor penerangan agung-semangat' (viriyasambhojjhango) ….
ada 'faktor penerangan agung-kegiuran' (pitisambhojjango) ....
ada 'faktor penerangan agung-ketenangan'
(passaddhisambhojjhango) ada 'faktor penerangan agung-
meditasi' (samadhisambhojjhango). Jika dalam diri seorang
bhikkhu ada 'faktor penerangan agung keseimbangan-batin'
(upekhasambhojjhango), ia mengerti: ‘Ada faktor penerangan
agung-keseimbangan-batin dalam diriku'; jika dalam diri
seorang bhikkhu tidak ada faktor penerangan agung-
keseimbangan batin, ia mengerti: ‘Tidak ada faktor
penerangan agung-keseimbangan batin dalam diriku; ia
mengerti timbulnya faktor penerangan agung keseimbangan
228
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
batin yang tidak ada sebelumnya, ia mengerti bagaimana
faktor penerangan agung-keseimbangan batin yang telah
muncul dikembangkan dan disempurnakan.
Demikianlah, ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada
obyek mental (dhammesu dhammanupassi) di dalam (ajjhatta);
ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada obyek mental di
luar (bahiddha); atau ia melakukan pengamatan-obyek mental
pada obyek mental di luar dan di dalam. Atau ia melakukan
pengamatan terhadap 'proses munculnya segala sesuatu’
(samuda-yadhammanupassi) dalam obyek mental; ia
melakukan pengamatan terhadap 'proses lenyapnya segala
sesuatu’ (vayadhammanupassi) dalam obyek-mental ; atau ia
melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya dan
lenyapnya segala sesuatu' dalam obyek mental. Atau ia
berpikir: ‘Ada Obyek-mental,’ pengamatannya terjadi hanya
khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup
bebas dan tanpa melekat pada apapun di dunia.
Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan
pengamatan obyek-mental pada obyek mental.
17—Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu terus-menerus
mengamati obyek-mental pada obyek mental yang
229
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
berhubungan dengan 'Empat Kebenaran Mulia' (Catusu
Ariyayasaccesu).
Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus-menerus
melakukan pengamatan-obyek-mental pada obyek mental
'yang berkenaan dengan 'Empat Kebenaran Mulia'? Para
bhikkhu, jika seorang bhikkhu mengerti 'apa adanya’
(yathabhuta): 'Ini dukkha’ ; ia mengerti apa adanya: ‘Ini Sebab
Dukkha’ , ia mengerti apa adanya: ‘Ini Lenyapnya Dukkha’; ia
mengerti apa adanya: ‘Ini Cara untuk Melenyapkan Dukkha."
Demikianlah, ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada
obyek mental (dhammesu dhammanupassi) di dalam (ajjhatta);
ia melakukan pengamatan-obyek-mental di luar (bahiddha);
atau ia melakukan pengamatan-obyek mental pada obyek
mental di luar dan di dalam. Atau ia melakukan pengamatan
terhadap 'proses munculnya segala sesuatu’ (samuda-
yadhammanupassi) dalam obyek mental; ia melakukan
pengamatan terhadap 'proses lenyapnya segala sesuatu’
(vayadhammanupassi) dalam obyek-mental; atau ia melakukan
pengamatan terhadap 'proses munculnya dan lenyapnya
segala sesuatu' dalam obyek mental. Atau ia berpikir: ‘Ada
obyek-mental,’ pengamatannya terjadi hanya khusus untuk
230
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup bebas dan tanpa
melekat pada apa pun di dunia.
Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan
pengamatan obyek-mental pada obyek mental.
Para bhikkhu, barang siapa yang mengembangkan Empat
Satipatthana ini selama tujuh tahun, maka salah satu dari dua
pahala yang dapat diharapkannya, yaitu 'pengetahuan
sempurna’ (nana) pada kehidupan sekarang atau (keadaan)
masih ada sisa kemelekatan, sebagai Anagami.
Para bhikkhu, jangankan tujuh tahun, barang siapa yang
mengembangkan Empat Satipatthana ini selama enam tahun
…. lima tahun …. empat tahun …. tiga tahun .… dua tahun
…. setahun ... tujuh bulan ….. enam bulan ... lima bulan ...
empat bulan tiga bulan ... dua bulan …. satu bulan, ...
setengah bulan ... jangankan setengah bulan, barang siapa
yang mengembangkan Empat Satipatthana ini selama tujuh
hari, maka salah satu dari dua pahala yang dapat diharapkan,
yaitu pengetahuan sempurna' (nana) pada kehidupan sekarang
atau (keadaan) masih ada sisa kemelekatan, sebagai Anagami.
Berdasarkan pada hal ini, maka dikatakan: ‘Para bhikkhu,
hanya ada sebuah jalan untuk mensucikan makhluk-makhluk,
231
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
untuk mengatasi kesedihan dan ratap tangis, untuk mengakhiri
derita dan duka cita, menjalani jalan benar, untuk mencapai
nibbana, yaitu Empat 'Satipatthana' (Landasan Perhatian).’”
Demikianlah kata-kata Sang Bhagava. Para bhikkhu gembira
dan senang dengan apa yang uraikan Sang Bhagava.
232
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
CULASIHANADA SUTTA
(11)
Demikianlah saya dengar:
Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama
milik Anathapindika, Savatthi. Kemudian Sang Bhagava berkata:
"Para bhikkhu."
"Ya, Bhante,” jawab mereka.
Selanjutnya Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu, hanya di
sini ada samana (sotapanna), hanya di sini ada samana kedua
(sakadagami), hanya di sini ada samana ketiga (anagami) dan
hanya di sini ada samana keempat (arahat). Dalam ajaran yang
lain tidak ada samana; beginilah hal itu harus diraungkan
(sihanada)."
Mungkin para pertapa dari ajaran lain bertanya: "Apakah
sebabnya maka anda mengatakan demikian?"
Pertanyaan itu harus dijawab: "Saudara, empat dhamma telah
dinyatakan oleh Bhagava, yaitu: (1) Kami yakin pada guru (sattha,
233
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Sang Buddha), (2) kami yakin kepada Dhamma, (3) kami memiliki
sila yang sempurna, (4) kami mencintai saudara-saudara pelaksana
dhamma (saha-dhammika) apakah mereka umat awam
(gahattha) atau pabbaja (meninggalkan kehidupan berumah-
tangga menjadi petapa-bhikkhu)."
Berdasarkan hal-hal itu kami menyatakan begitu.
Namun, para pertapa dari ajaran lain dapat berkata: "Kami juga
yakin kepada guru, yaitu guru kami; kepada dhamma yaitu
dhamma kami; sila kami sempurna, sesuai dengan sila kami dan
kami mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang hidup
sebagai umat awam atau pabbaja. Apakah perbedaannya?"
Hal itu harus dijawab dengan bertanya: "Apakah tujuannya
hanya satu atau banyak?"
Mereka akan menjawab dengan benar: "Tujuan hanya satu,
bukan banyak."
"Apakah tujuan itu bebas dari napsu, kebencian, kebodohan,
keinginan dan kemelekatan?"
"Ya, tujuan itu bebas dari napsu, kebencian, kebodohan,
keinginan dan kemelekatan."
"Apakah tujuan itu disertai penglihatan, tanpa menyukai dan
menolak, maupun perbedaan?"
234
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Ya, tujuan itu disertai penglihatan, tanpa menyukal, menolak
maupun perbedaan," jawab mereka dengan benar.
Ada dua ditthi (pandangan) yaitu bhava ditthi (pandangan
tentang ada makhluk) dan vibhava ditthi (pandangan tanpa ada
makhluk). Para samana atau brahmana yang berpaham bhava
ditthi menentang paham vibhava ditthi. Sedangkan para samana
atau brahmana yang berpaham vibhava ditthi menentang paham
bhava ditthi.
Para samana dan brahmana yang tidak mengerti 'sebagaimana
apa adanya tentang asal mula' (yatthabhutam), lenyapnya,
kesenangan, bahaya dan jalan keluar dari dua ditthi (pandangan)
itu adalah diliputi oleh nafsu, kebencian, kebodohoan, keinginan,
kemelekatan, tanpa penglihatan, terlibat dalam pro dan kontra,
menyenangi dan menikmati perbedaan. Mereka tidak dapat bebas
dari kelahiran, usia tua, kematian, kesedihan, ratap-tangis,
kesakitan, duka-cita dan putus asa. Mereka tidak dapat terbebas
dari dukkha (penderitaan).
Para samana dan brahmana yang mengerti sebagaimana apa
adanya tentang asal mula, lenyapnya, kesenangan, bahaya dan
jalan keluar dari dua ditthi itu adalah tidak diliputi oleh napsu,
kebencian, kebodohan, keinginan, kemelekatan, berpenglihatan,
tidak terlibat dalam pro dan kontra, tidak menyenangi dan tidak
235
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menikmati perbedaan. Mereka dapat bebas dari kelahiran, usia
tua, kematian, kesedihan, ratap tangis, kesakitan, duka cita dan
putus asa. Mereka dapat terbebas dari dukkha.
Ada empat macam kemelekatan (upadana): Kemelekatan pada
napsu indera (kama-upadana), kemelekatan pada pandangan
salah (ditthi-upadana), kemelekatan pada upacara dan ritual
(silabbataupadana), kemelekatan pada pandangan adanya jiwa
yang kekal (attavada-upadana).
Ada samana dan brahmana yang menyatakan berpengetahuan
jelas tentang semua kemelekatan, tetapi tidak rinci
menerangkan 'pengetahuan jelas tentang semua kemelekatan'
itu. Mereka menerangkan 'pengetahuan jelas tentang
kemelekatan pada napsu indera, tetapi tidak rinci menerangkan
tentang kemelekatan pada pandangan salah, kemelekatan pada
upacara dan ritual, dan kemelekatan pada pandangan adanya
jiwa. Mengapa begitu? Karena mereka itu tidak mengerti
dengan jelas sebagaimana apa adanya tentang tiga kemelekatan
itu. Maka, walaupun mereka itu menyatakan berpengetahuan
jelas tentang semua kemelekatan, tetapi mereka hanya
menerangkan tentang pengetahuan jelas mengenai napsu
indera, tanpa menerangkan tiga kemelekatan yang lain.
236
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Ada pertapa dan brahmana yang menyatakan berpengetahuan
jelas tentang semua kemelekatan, tetapi tidak rinci
menerangkan ‘pengetahuan jelas tentang semua kemelekatan’
itu. Mereka menerangkan dengan pengetahuan jelas tentang
kemelekatan pada nafsu indera dan kemelekatan pada
pandangan salah, tetapi tanpa menerangkan tentang,
kemelekatan pada upacara dan ritual serta kemelekatan pada
pandangan adanya jiwa yang kekal. Karena mereka itu tidak
mengerti dengan jelas sebagaimana apa adanya tentang dua
kemelekatan itu. Maka walaupun mereka itu menyatakan
berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, tetapi
mereka hanya menerangkan tentang pengetahuan jelas
mengenal nafsu indera dan kemelekatan pada pandangan salah,
tanpa menerangkan dua kemelekatan yang lain.
Ada pertapa dan brahmana yang menyatakan berpengetahuan
jelas tentang semua kemelekatan, tetapi tidak rinci
menerangkan ‘pengetahuan jelas tentang semua kemelekatan’.
Mereka menerangkan dengan pengetahuan jelas tentang
kemelekatan pada nafsu indera, kemelekatan pada pandangan
salah dan kemelekatan ' pada upacara serta ritual, tetapi tanpa
menerangkan tentang kemelekatan pada pandangan adanya
jiwa yang kekal. Karena mereka tidak mengerti dengan jelas
237
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
sebagaimana apa adanya tentang dua kemelekatan itu. Maka
walaupun mereka itu menyatakan berpengetahuan jelas tentang
semua kemelekatan, tetapi mereka hanya menerangkan tentang
pengetahuan jelas mengenal nafsu indera dan kemelekatan
pada pandangan salah, tanpa menerangkan dua kemelekatan
yang lain.
Para bhikkhu, dalam 'dhammavinaya' seperti itu adalah biasa
menyatakan keyakinan kepada guru dan dhamma, namun tidak
terarah dengan benar; pelaksanaan sila-sempurna tidak terarah
dengan benar; mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma
yang hidup sebagai umat awam atau pabbaja juga tidak terarah
dengan benar. Mengapa demikian? Karena dhammavinaya itu
salah diuraikan, salah dinyatakan, tanpa tujuan, tidak mengarah
ke kedamaian dan dibabarkan oleh bukan Samma Sambuddha.
Para bhikkhu, ketika Tathagata, Arahat Samma Sambuddha
membabarkan pengetahuan jelas tentang semua macam
kemelekatan, ia dengan sempurna menguraikan semua macam
kemelekatan, yaitu: kemelekatan pada nafsu indera,
kemelekatan pada pandangan salah, kemelekatan pada upacara
dan ritual serta kemelekatan pada pandangan adanya jiwa yang
kekal.
238
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, dalam 'dhammavinaya' seperti itu adalah biasa
menyatakan keyakinan kepada guru dan dhamma yang terarah
dengan benar, pelaksanaan sila sempurna yang terarah dengan
benar, mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang
hidup sebagai umat awam atau pabbaja yang terarah dengan
benar. Mengapa demikian? Karena 'dhammavinaya' itu benar
diuraikan, benar dinyatakan, bertujuan, mengarah ke kedamaian
dan dibabarkan oleh Samma Sambuddha.
Apakah sumber, asal mula, tempat kelahiran dan yang
menghasilkan empat kemelekatan?
Empat kemelekatan ini bersumber dari keinginan (tanha),
berasal mula dari keinginan, lahir dari keinginan dan dihasilkan
oleh keinginan.
Apakah sumber keinginan?
Keinginan bersumber dari perasaan (vedana), berasal mula
dari perasaan, lahir dari perasaan dan dihasilkan oleh perasaan.
Apakah sumber perasaan?
Perasaan bersumber mula dari kontak (phassa), berasal mula
dari kontak, lahir dari kontak dan dihasilkan oleh kontak.
Apakah sumber kontak?
239
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Kontak bersumber dari enam indera (salayatana), berasal
mula dari enam indera, lahir dari enam indera dan dihasilkan oleh
enam indera.
Apakah sumber enam indera?
Enam indera bersumber dari batin dan jasmani (nama-rupa),
berasal mula dari batin dan jasmani, dilahirkan oleh batin dan
jasmani, serta dihasilkan oleh batin dan jasmani.
Apakah sumber batin dan jasmani?
Batin dan asmani bersumber dari kesadaran (vinnana),
berasal mula dari kesadaran, dilahirkan oleh kesadaran serta
dihasilkan oleh kesadaran.
Apakah sumber kesadaran?
Kesadaran bersumber dari bentuk-bentuk kamma (sankhara),
berasal mula dari bentuk-bentuk kamma, dilahirkan oleh bentuk-
bentuk kamma dan dihasilkan oleh bentuk-bentuk kamma.
Apakah sumber bentuk-bentuk kamma?
Bentuk-bentuk kamma bersumber dari kebodohan (avijja),
berasal mula dari kebodohan, dilahirkan oleh kebodohan dan
dihasilkan oleh kebodohan.
240
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, segera setelah kebodohan (avijja) dilenyapkan
dan pengetahuan (vijja) muncul, maka ia tidak lagi melekat pada
nafsu indera, pandangan salah, pada upacara dan ritual serta
pandangan tentang adanya jiwa yang kekal. Ketika tidak ada
kemelekatan, maka ia tidak menderita. Ketika ia tidak menderita
maka ia mencapai nibbana. Ia mengerti: kelahiran telah lenyap,
kehidupan suci telah dicapai, apa yang harus dikerjakan telah
dilaksanakan, tidak ada sesuatu melebihi ini.
MAHASIHANDA SUTTA
(12)
Demikianlah saya dengar:
Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di hutan kecil,
yang terletak di sebelah barat kota Vesali.
Ketika itu Sunakkhatta Licchaviputta baru saja meninggalkan
Dhamma dan Vinaya. Ia membuat pernyataan ini di hadapan
kelompok orang Vesali: "Petapa Gotama tidak memiliki nilai-nilal
241
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
yang patut bagi pengetahuan maupun pandangan ariya suci yang
lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa (uttari
manussadhamma). Petapa Gotama mengajarkan Dhamma sekedar
menjejali pikiran manusia, mengikuti keingintahuannya sendiri
sebagaimana yang terjadi pada dirinya, siapa pun yang diajarkan
Dhamma demi kepentingannya itu hanya membawa langsung pada
penghentian penderitaan dalam dirinya ketika ia melaksanakannya,
namun tidak untuk hal-hal lainnya.”
Kemudian, ketika menjelang pagi, Bhikkhu Sariputta
mengenakan jubah dan dengan membawa patta (mangkuk) serta
jubah beliau menuju ke Vesali untuk menerima dana makanan.
Kemudian beliau mendengar tentang apa yang dikatakan oleh
Sunakkhatta Licchaviputta.
Ketika beliau selesai ber-pindapata di Vesali dan kembali dari
menerima dana makanan, setelah makan, beliau menemui Sang
Bhagava, dan setelah memberi hormat padanya, beliau duduk di
tempat yang telah tersedia. Setelah melakukan hal itu, beliau
mengatakan pada Sang Bhagava apa yang telah terjadi.
"Sariputta, orang bodoh bernama Sunakkhata sedang marah,
dan kata-katanya diucapkan berdasarkan pada kemarahan.
Dengan berpikir untuk menghina Tathagata, namun ia sebenarnya
memuji Sang Tathagata; karena merupakan suatu pujian terhadap
242
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Sang Tathagata dengan mengatakan tentang dirinya, "karena
siapapun yang, diajari Dhamma adalah bagi kepentingannya, ajaran
itu (hanya) mengarah langsung pada penghentian penderitaan
dalam diri yang melaksanakannya."
"Sariputta, orang bodoh bernama Sunakkhatta ini tidak pernah
akan dapat menjatuhkan martabatku, karena menurut Dhamma:
"Demikianlah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai
Penerangan Sempurna, Sempurna pengetahuan serta tindak-
tanduk-Nya, Sempurna menempuh Jalan, Pengenal segenap alam,
Pembimbing manusia yang tiada taranya, Guru para dewa dan
manusia, Buddha, Bhagava."
Juga ia tidak akan pernah menjatuhkan martabatku menurut
Dhamma karena: "Demikianlah Sang Bhagava, sehingga beliau
menikmati berbagal jenis kemampuan batin (iddhi); dari satu
beliau menjadi banyak, dari banyak beliau menjadi satu; beliau
muncul dan lenyap; beliau dapat menembus tembok, menembus
dinding-dinding, menembus gunung, bagaikan menembus ruang
kosong; beliau menyelam masuk dan keluar dari tanah bagaikan di
air; beliau berjalan di atas air seolah-olah di atas tanah; dengan
duduk bersila beliau melakukan perjalanan di angkasa bagaikan
burung; dengan tangannya beliau menyentuh dan mengusap bulan
dan matahari yang sangat perkasa dan hebat; beliau ahli
243
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mengendalikan tubuh sehingga ia dapat pergi dengan tubuhnya
sejauh alam Brahma."
"Demikiaii pula, ia tidak akan pernah menjatuhkan martabatku,
karena sesuai Dhamma: "Demikianlah Sang Bhagava, sehingga
dengan Telinga Dewa (Dibba Sota), yang suci dan melebihi
kemampuan orang biasa, beliau mendengar kedua jenis suara,
suara para dewa dan suara manusia, baik yang jauh maupun
dekat."
Ia pun tidak akan pemah menjatuhkan martabatku karena
sesuai Dhamma: "Demikianlah Sang Bhagava, sehingga dengan
Kemampuan Pikirannya beliau dapat Mengetaahui Pikiran Makhluk
atau Orang Lain (Cetopariyanana), beliau mengerti pikiran
dikuasai nafsu sebagai pikiran dikuasal nafsu dan pikiran tidak
dikuasai nafsu sebagai pikiran tidak dikuasai nafsu; beliau mengerti
pikiran dikuasai kebencian sebagai pikiran dikuasai kebencian dan
pikiran tidak dikuasai kebencian sebaga pikikiran tidak dikuasai
kebencian; beliau mengerti pikiran dikuasai kebodohan sebagai
pikiran dikuasai kebodohan dan pikiran tidak dikuasai kebodohan
sebagai pikiran tidak dikuasai kebodohan; beliau mengerti pikiran
terpusat sebagai pikiran terpusat dan pikiran tercerai berai sebagai
pikiran tercerai-berai; beliau mengerti pikiran luhur sebagai pikiran
luhur dan pikiran tidak luhur sebagai pikiran tidak luhur; beliau
244
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mengerti pikiran luar biasa sebagai pikiran luar biasa dan pikiran
biasa sebagai pikiran biasa; beliau mengerti pikiran terkonsentrasi
sebagai pikiran terkonsentrasi dan pikiran tidak terkonsentrasi
sebagai tidak terkonsentrasi; beliau mengerti pikiran terbebas
sebagai pikiran terbebas dan pikiran tidak terbebas sebagai pikiran
tidak terbebas.”
Dasa Bala
Sariputa, Tathagata memiliki Dasa Tathagata Bala (Sepuluh
Kekuatan Tathagata), dengan memiliki kekuatan-kekuatan ini
(bala) beliau menjadi pemimpin dari semua pemimpin,
mengaumkan auman singanya di hadapan banyak orang dan
memutar roda-brahma (brahmacakka) maju ke depan. Apakah
kesepuluh kekuatan (Dasa Bala) itu?
Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, yang 'mungkin
sebagai yang mungkin dan yang tidak mungkin sebagai yang tidak
mungkin' (Thana-athana). Ini merupakan kekuatan Tathagata,
dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari
semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di hadapan
banyak orang dan memutar roda-brahma.
Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, matangnya
kamma (kamma-vipaka) yang dilakukan di masa lampau, di masa
245
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mendatang dan masa sekarang, dengan kemungkinan-
kemungkinan dan sebab-sebabnya. Ini merupakan kekuatan
Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi
pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya
dihadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.
Tathagata, mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘ke mana
tujuan semua jalan’ (sabbatthagamani patipada). Ini
merupakan kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini,
Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan
auman singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-
brahma.
Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘dunia ini
dengan unsur-unsurnya yang banyak dan berbeda-beda’
(anekadhatu nanadhatu lokam). Ini merupakan kekuatan
Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi
pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di
hidapan banyak orang dan memutar roda-brahma.
Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, bagaimana
‘para makhluk memiliki kecenderungan yang berbeda-beda’
(sattanam nanadimuttikam). Ini merupakan kekuatan
Tathagata, dengan memiliki kekutan ini, Tathagata menjadi
246
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di
hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.
Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘watak dari
indera para makhluk lain dan orang-orang lain’ (parasattanam
parapuggalam indriyaparopariyattam). Ini merupakan
kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata
menjadi pemimpin dari semua pemimpin mengaumkan auman
singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.
Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘kekotoran-
kekotoran batin, cara membersihkan dan timbulnya jhana,
kebebasan, pemusatan pikiran dan pencapaian’ (jhana vimokha
samadhi samapattinam sankilesam vodanam vutthanam).
Ini merupakan kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini,
Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan
auman singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-
brahma.
Tathagata ‘mengingat banyak kehidupannya yang lampau’,
(pubbenivasanussatinana) yakni, satu kelahiran, dua
kelahiran ... lima kelahiran, sepuluh kelahiran ... lima puluh
kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu
kelahiran, banyak kappa kehancuran alam semesta
(samvattakappa) dan banyak kappa pembentukan alam semesta
247
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
(vivattakappa): Pada kelahiran itu saya bernama, ber-ras, berkelas
masyarakat anu, makan makanan anu, mengalami susah dan
senang, berusia sekian; setelah meninggal di sana, saya terlahir
kembali di tempat lain, dengan nama, ras, kelas masyarakat,
makanan, mengalami susah dan senang; setelah meninggal di
tempat itu, saya terlahir kembali di tempat lain dengan nama ... ;
akhirnya saya meninggal dan terlahir kembali di sini. Demikianlah
dengan rinci dan hal-hal khusus beliau mengingat kembali banyak
kehidupannya yang lampau. Ini merupakan kekuatan Tathagata,
dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari
semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di hadapan
banyak orang dan memutar roda-brahma.
Tathagata dengan kemampuan Mata Dewa (Dibba Cakkhu)
yang suci dan melampaui kemampuan manusia biasa, melihat
makhluk-makhluk meninggal dan terlahir kembali, rendah atau
mulia, baik atau buruk, berkelakuan baik atau buruk; mengerti
bagaimana makhluk-makhluk meninggal berdasarkan pada kamma-
kamma mereka, yakni: "Makhluk-makhluk yang berharga ini
berperilaku buruk dengan tubuh, ucapan dan pikiran, mencaci maki
orang-orang suci, memiliki pandangan salah yang mengakibatkan
kamma, setelah meninggal, mereka lahir kembali di alam yang
menyedihkan, ditakdirkan di alam yang buruk, di alam
248
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menyakitkan, di alam neraka; namun makhluk-makhluk baik ini
yang berprilaku baik dengan jasmani, ucapan dan pikiran, tidak
mencaci orang-orang suci, memiliki pandangan benar yang
mengakibatkan kamma, setelah meninggal, mereka lahir kembali di
alam menyenangkan, di alam surga. Ini merupakan kekuatan
Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi
pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di
hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.
Tathagata, pada kehidupan sekarang dengan ‘kemampuan
batinnya merealisasi kebebasan batinnya’ (asavakkhayanana),
melenyapkan kotoran batin (asava) dengan cara Cetovimutti
(pembebasan melalui ketenangan batin) dan Pannavimutti
(pembebasan melalui kebijaksanaan). Ini merupakan kekuatan
Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi
pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di
hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.
Karena Tathagata memiliki sepuluh Tathagata Bala ini, beliau
menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman
singanya dihadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.
'Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat saya lalu
berkata: "Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang
berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih
249
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama
mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti
keingintahuannya seperti yang terjadi padanya," kecuali ia
membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia
membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena
terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang
memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan
sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan;
namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan
tentang saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu
serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka
karena terbawa oleh pikirannya itu.'
Cattaro Vesarajja
'Sariputta, Tathagata memiliki Empat Macam Integritas Diri
(Cattaro Vesarajja) dengan memilikinya Tathagata menjadi
pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di
hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.
Apakah empat Integritas Diri itu?
Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu,
brahmana, dewa, mara atau dewa brahma di seluruh alam semesta
250
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: "Sementara anda
menyatakan menemukan penerangan sempurna, tetapi anda tidak
menemukan penerangan sempurna dalam dhamma-dhamma ini."
Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup dengan
aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.
Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu,
brahmana, dewa, mara, atau dewa brahma di seluruh alam semesta
ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: "Sementara anda
menyatakan telah melenyapkan noda-noda batin, tetapi noda-noda
batin belum dilenyapkan dari diri anda." Karena tidak melihat
alasan untuk itu, maka saya hidup dengan aman, tanpa rasa takut
dan penuh integritas.
Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu,
brahmana, dewa, mara, atau dewa brahma di seluruh alam semesta
ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: "Dhamma-
dhamma seperti itu yang anda katakan bersifat obstruktif, namun
pada kenyataannya tidak bersifat obstruktif bagi mereka yang
melaksanakannya." Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka
saya hidup dengan aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.
Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu,
brahmana, dewa, mara, atau dewa brahma di seluruh alam
semesta ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: "Bagi
251
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
siapapun yang anda ajarkan Dhamma bagi kepentingannya, hal ini
tidak langsung membawa pada lenyapnya penderitaan dalam
dirinya ketika ia melaksanakannya." Karena tidak melihat alasan
untuk itu, maka Saya dengan aman, tanpa rasa takut dan penuh
integritas.
Inilah empat Integritas Diri yang dimiliki oleh Tathagata,
dengan memilikinya maka Tathagata menjadi pemimpin dari semua
pemimpin, mengaumkan auman singa di depan banyak orang dan
memutar roda brahma.
'Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat saya lalu
berkata: "Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang
berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih
tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama
mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti
keingintahuannya seperti yang terjadi padanya," kecuali ia
membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia
membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena
terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang
memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan
sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan;
namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan
tentang saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu
252
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka
karena terbawa oleh pikirannya itu.'
Attha Parisa
'Sariputta, ada delapan kelompok (attha parisa). Apakah
delapan kelompok itu? Kelompok kesatria, brahmana, perumah-
tangga, petapa, dewa Catummaharajika, dewa Tavatimsa, Mara dan
Brahma. Dengan memiliki empat Integritas Diri, seorang Tathagata
mendekati dan memasuki delapan jenis kelompok ini.
Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang
pengunjung, dari beratus-ratus kelompok kesatria. Dulu, saya telah
duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat
alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan
untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh
integritas diri.
'Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang
pengunjung, dari beratus-ratus kelompok brahmana. Dulu, saya
telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak
melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak
melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut
dan penuh integritas diri.
253
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang
pengunjung, dari beratus-ratus kelompok perumah-tangga. Dulu,
saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya
tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak
melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut
dan penuh integritas diri.
'Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang
pengunjung, dari beratus-ratus kelompok petapa. Dulu, saya telah
duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat
alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan
untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh
integritas diri.
'Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang
pengunjung, dari beratus-ratus kelompok dewa Catummahara- jika.
Dulu, Saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka.
Saya tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya
tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa
takut dan penuh integritas diri.
Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang
pengunjung, dari beratus-ratus kelompok dewa Tavatimsa. Dulu,
saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya
tidak melihat. alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak
254
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut
dan penuh integritas diri.
Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang
pengunjung, dari beratus-ratus kelompok Mara. Dulu, saya telah
duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat
alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan
untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh
integritas diri.
Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang
pengunjung, dari beratus-ratus kelompok Brahma. Dulu, saya
telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak
melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak
melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut
dan penuh integritas diri.
'Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat saya lalu
berkata: "Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang
berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih
tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama
mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti
keingintahuannya seperti yang terjadi padanya," kecuali ia
membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia
membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena
255
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang
memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan
sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan;
namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan
tentang saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu
serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka
karena terbawa oleh pikirannya itu.
Catta Yoni
'Sariputta, ada Empat Cara Kelahiran (Catta Yoni). Apakah
empat Cara Kelahiran itu? Kelahiran melalui telur (andaja yoni),
kandungan (jalabuja yoni), tempat lembab (samsedaja yoni)
dan kelahiran secara spontan (opapatika).
'Apakah kelahiran melalui telur? Ada makhluk-makhluk yang
lahir dengan memecahkan kulit telur; ini yang disebut kelahiran
melalui telur.
'Apakah kelahiran melalui kandungan? Ada makhluk-makhluk
yang lahir melalui kandungan; ini yang disebut kelahiran melalui
kandungan.
'Apakah kelahiran pada tempat lembab? Ada makhluk-
makhluk yang lahir dalam ikan yang membusuk, mayat yang
256
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
membusuk, adonan yang membusuk, atau dalam jamban atau
dalam saluran air kotor; ini yang disebut kelahiran pada tempat
lembab.
'Apakah kelahiran secara spontan? Ada dewa-dewa, penghuni-
penghuni neraka dan makhluk manusia tertentu dan para penghuni
tertentu dari alam yang tidak menyenangkan, yang lahir (muncul)
secara spontan; ini yang disebut kelahiran secara spontan.
Inilah empat Cara Kelahiran.'
'Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat saya lalu
berkata: "Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang
berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih
tirrggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama
mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti
keingintahuannya seperti yang terjadi padanya," kecuali ia
membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia
membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena
terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang
memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan
sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan;
namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan
tentang saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu
257
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka
karena terbawa oleh pikirannya itu.'
Panca Gati dan Nibbana
'Sariputta, ada Lima Alam Tempat Kelahiran (Panca Gati).
Apakah lima alam itu? Alam neraka (niraya), binatang
(tiracchana), alam setan (pittivisaya), alam manusia (manussa)
serta dewa (deva).
'Saya mengerti tentang alam neraka; jalan serta cara yang
membawa ke neraka, bagi dia yang akan memasukinya, setelah
kematian, terlahir kembali dalam keadaan yang menyedihkan,
dalam alam yang tidak menyenangkan, dalam alam penderitaan,
dalam neraka; ini pun saya mengerti.
'Saya mengerti tentang alam binatang; jalan serta cara yang
membawa ke alam binatang, bagi dia yang akan memasukinya,
setelah kematian, terlahir kembali sebagai binatang di alam
binatang; ini pun saya mengerti.
'Saya mengerti tentang alam setan; jalan serta cara yang
membawa ke alam setan, bagi dia yang akan memasukinya,
setelah kematian, terlahir kembali sebagai setan di alam setan,: ini
pun saya mengerti.
258
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Saya mengerti tentang alam manusia; jalan serta cara
membawa ke alam manusia, bagi dia yang akan memasukinya,
setelah kematian, terlahir kembali sebagai manusia di alam
manusia; ini pun saya mengerti.
'Saya mengerti tentang alam para dewa; jalan serta cara
membawa ke alam para dewa, bagi dia yang akan memasukinya,
setelah kematian, terlahir kembali sebagai dewa di alam dewa; ini
pun saya mengerti.
'Saya mengerti tentang nibbana; jalan serta cara untuk
mencapai nibbana, bagi dia yang akan mencapainya, berdasarkan
pada kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada kehidupan ini
juga dia sendiri merealisasikan pembebasan batin melalui
'pencapaian pembebasan batin' (cetovimutti) dan 'pembebasan
berdasarkan kebijaksanaan' (pannavimutti) serta melenyapkan
semua kotoran batin (asava); ini pun saya mengerti.
Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan
pikiran(ku), saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah
kematiannya, ia terlahir kembali dalam keadaan yang
menyedihkan, dalam alam yang tidak menyenangkan, alam
penderitaan, dalam neraka.” Kemudian dengan kekuatan mata-
dewa (dibbacakku) yang suci dan melampaui kemampuan mata
259
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
manusia biasa, saya melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu
meninggal, ia terlahir kembali di alam yang menyedihkan, alam
tidak menyenangkan, alam penderitaan, dalam neraka dan
mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa
dan sengsara.
'Seandainya ada sebuah lobang yang dalamnya melebihi tinggi
manusia, penuh dengan bara yang membara tanpa nyala dan asap;
kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahkan karena
udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk
melalui jalan satu arah dan menuju lobang bara tersebut; maka
seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata:
"Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup
demikian, ia akan mendatangi lobang bara tersebut"; kemudian
orang itu melihat bahwa ia telah jatuh ke dalam lobang penuh bara
itu dan mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan,
tersiksa dan sengsara.
Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan
pikiranku, saya mengerti bahwa 'orang ini berprilaku,
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan
mendatangi lobang bara tersebut'; kemudian orang itu
melihat bahwa ia telah jatuh ke dalam lobang penuh bara itu
260
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan,
tersiksa dan sengsara.
Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan
pikiran(ku), saya mengerti brahwa "Orang ini berprilaku,
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah
kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam kandungan binatang."
Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan
melampaui kemampuan mata manusia biasa, saya melihat bahwa
setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali dalam
kandungan binatang dan mengalami kesakitan, tersiksa dan
sengsara.
'Seandainya ada sebuah lobang kakus yang dalamnya melebihi
tinggi manusia, penuh dengan tahi; kemudian ada seseorang yang
kepanasan dan kelelahkan karena udara panas, kepayahan,
terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan
menuju lobang kakus tersebut; maka seseorang bermata (yang
baik), ketika melihatnya, akan berkata: "Orang ini berprilaku,
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan
mendatangi lobang kakus tersebut"; kemudian orang itu melihat
bahwa ia telahjatuh ke dalam lobang kakus itu dan mengalami
penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan
sengsara. Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan
261
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pikiranku, saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan
mendatangi lobang kakus tersebut"; kemudian orang itu melihat
bahwa ia telahjatuh ke dalam lobang kakus itu dan mengalami
penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan
sengsara.
Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan
pikiran(ku), saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah
kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam alam setan."
Kemudian dengan kekuatan matadewa (dibbacakku) yang suci dan
melampaui kemampuan mata manusia biasa, saya melihat bahwa
setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali di alam
setan dan mengalami kesakitan, tersiksa dan sengsara.
Seandainya ada sebatang pohon yang tumbuh pada sebidang
tanah yang tidak rata, hanya sedikit dedaunan dengan kerindangan
yang terbatas; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan
kelelahkan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan
kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju pohon
tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya,
akan berkata: "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai
jalan hidup demikian, ia akan mendatangi. pohon tersebut";
262
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kemudian orang itu melihat bahwa ia duduk atau berbaring di
bawah pohon itu dan mengalami penderitaan yang amat sangat,
menyakitkan, tersiksa dan sengsara.
Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan
pikiranku, saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan
mendatangi. pohon tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia
duduk atau berbaring di bawah pohon itu dan mengalami
penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan
sengsara.
Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan
pikiran(ku), saya mengerti babwa "Orang ini berprilaku,
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah
kematiannya, la akan terlahir kembali dalam rahim ibu (manusia)."
Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan
melampaui kemampuan mata manusia biasa, saya melihat bahwa
setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali di alam
manusia dan mengalami banyak kesenangan.
Seandainya ada sebatang pohon yang tumbuh pada sebidang
tanah yang rata, rimbun dengan dedaunan dan rindang sekali;
kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahan karena
udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk
263
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
melalui jalan satu arah dan menuju pohon tersebut; maka
seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata:
"Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup
demikian, ia akan mendatangi pohon tersebut"; kemudian orang itu
melihat bahwa ia duduk atau berbaring di bawah pohon itu dan
mengalami banyak kesenangan.
Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan
pikiranKu, Saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan
mendatangi pohon tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia
duduk atau berbaring di bawah pohon itu dan mengalami banyak
kesenangan.
Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan
pikiran(ku), saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah
kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam alam yang
menyenangkan, di alam dewa (deva)." Kemudian dengan kekuatan
mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan melampaui kemampuan
mata manusia biasa, saya melihat bahwa setelah orang (makhluk)
itu meninggal, ia terlahir kembali di alam dewa dan mengalami
banyak kesenangan.
264
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Seandainya ada rumah peristirahatan yang sangat besar, di
dalamnya ada sebuah ruang atas yang diplester di bagian dalam
dan luar, tertutup, diamankan dengan jeruji, dengan jendela yang
tertutup, di dalamnya ada sebuah sofa dengan karpet dan selimut
serta sarung, berpenutup dari kulit rusa, dipayungi, berbantal
merah muda untuk kepala dan kaki; kemudian ada seseorang yang
kepanasan dan kelelahkan karena udara panas, kepayahan,
terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan
menuju rumah peristirahatan tersebut; maka seseorang bermata
(yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: "Orang ini berprilaku,
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan
mendatangi rumah peristirahatan tersebut"; kemudian orang itu
melihat bahwa ia duduk atau berbaring di ruang atas dalam rumah
peristirahatan itu dan mengalanii banyak kesenangan.
Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan
pikiranku, saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan
mendatangi rumah peristirahatan tersebut"; kemudian orang itu
melihat bahwa ia duduk atau berbaring di ruang atas dalam rumah
peristirahatan itu dan mengalami banyak kesenangan.
Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan
pikiran(ku), saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,
265
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, berdasarkan
pada kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada kehidupan ini
juga dia sendiri merealisasikan pembebasan kotoran batin melalui
'pencapaian pembebasan batin' (cetovimutti) dan 'pembebasan
berdasarkan kebijaksanaan' (pannavimutti) serta melenyapkan
semua kotoran batin (asava). Kemudian Saya melihat bahwa
berdasarkan pada kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada
kehidupan ini juga dia sendiri merealisasikan pembebasan kotoran
batin melalai 'pencapaian pembebasan batin' dan ‘pembebasan
berdasarkan kebijaksanaan' serta melenyapkan semua kotoran
batin dan mengalami banyak kesenangan.
'Seandainya ada sebuah kolam yang bersih, menyenangkan,
berair sejuk, bening, bertepi yang halus dan menyenangkan, di
dekat pepohonan yang lebat; kemudian ada seseorang yang
kepanasan dan kelelahkan karena udara panas, kepayahan,
terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan
menuju ke kolam tersebut; maka seseorang bermata (yang baik),
ketika melihatnya, akan berkata: "Orang ini berprilaku,
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan
mendatangi kolam tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia
telah pergi ke kolam, mandi, minum dan menghilangkan semua
kepenatan, kelelahan serta kepanasannya, lalu ia keluar dari kolam
266
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
serta duduk atau berbaring di bawah pepohonan yang lebat dan
mengalami banyak kesenangan.
Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan
pikiranku, saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan
mendatangi kolam tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia
telah pergi ke kolam, mandi, minum dan menghilangkan semua
kepenatan, kelelahan serta kepanasannya, lalu ia keluar dari kolam
serta duduk atau berbaring di bawah pepohonan yang lebat dan
mengalami banyak kesenangan.
Inilah lima macam alam kelahiran dan nibbana.
'Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat Saya
lalu berkata: "Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang
berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih
tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama
mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti
keingintahuannya seperti yang terjadi padanya", kecuali ia
membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia
membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena
terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang
memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan
sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan;
267
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan
tentang saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu
serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka
karena terbawa oleh pikirannya itu.
"Sariputta, saya ingat pengalaman sendiri tentang empat cara
penghidupan suci (Brahmacariya) karena telah melaksana-kannya.
Saya pernah melaksanakan cara bertapa yang sangat ekstrim
(paramatapa), keras (paramalukha), teliti (parama-jeguchi)
dan pengasingan (paramapavivitta)."
'Beginilah pertapaanku, saya hidup telanjang, menolak
berkumpul (dengan orang lain), menjilati tangan-tanganku, tidak
memenuhi undangan, tidak berhenti walaupun ditanya; saya tidak
menerima sesuatu yang dibawakan, sesuatu yang khusus dibuat
atau suatu undangan; Saya tidak menerima apapun dari panci, dari
mangkok, melalui nampan, melalui tongkat, melalui penumbuk
padi, dari dua orang yang makan bersama, dari wanita yang
berputra, dari wanita yang menyusui, dari (tempat) wanita
berbaring bersama seorang pria, dari tempat di mana makanan
diumumkan untuk disebarkan, dari tempat di mana seekor anjing
sedang menunggu, dari tempat di mana lalat-lalat mendengung;
saya tidak menerima ikan atau daging, saya tidak minum minuman
keras, anggur atau minuman yang memabukkan. Saya hanya
268
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menerima sesuap makanan secara tetap dari satu rumah; Saya
hanya menerima dua suap makanan secara tetap dari dua rumah;
Saya hanya menerima tiga suap makanan secara tetap dari tiga
rumah; Saya hanya menerima empat suap makanan secara tetap
dari empat rumah; … lima suap makanan secara tetap dari lima
rumag; ... enam suap makanan secara tetap dari enam rumah; Saya
hanya menerima tujuh suap makanan dari tujuh rumah. Saya
makan sepiring makanan sehari, ... sepiring makanan tiap dua
hari, ... sepiring makanan tiap tujuh hari; Saya makan sekali
sehari, ... makan sekali tiap dua hari, makan sekali tiap tiga hari, …
makan sekali tiap empat hari, … makan sekali setiap lima hari,
makan sekali setiap enam hari, saya makan sekali tiap tujuh hari
dan seterusnya hingga makan sekali tiap dua minggu; saya melatih
diri hanya makan pada waktu-waktu tersebut. Saya hanya makan
yang hijau atau biji-bijian, nasi kasar, makanan dihaluskan, tumbuh-
tumbuhan kecil, dedak, kismis, tepung sesame, rumput, atau
kotoran sapi. Saya hidup di bawah pohon dan makan buah-buahan
yang jatuh dari pohon karena angin. Saya mengenakan pakaian
dari rami, pakaian rami dicampur dengan kain, kain pembungkus
mayat (pamsukula), kain bekas, kulit pohon, kulit rusa, kain dari
rumput kusa, kain dari serat kulit kayu, kain dari sayatan kayu, wol
rambut, wol bulu binatang, kain dari sayap burung hantu. Saya
269
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mencabut rambut janggut, hidup dengan melaksanakan
pencabutan rambut dan janggut. Saya berdiri terus dan menolak
untuk duduk. Saya jongkok terus serta berusaha untuk tetap
jongkok. Saya menggunakan kasur berpaku; saya membuat tikar
paku untuk tempat tidur. Saya melatih mandi tiga kali di sungai
menjelang malam. Demikianlah cara saya bertapa.
'Beginilah kekasaranku, bagaikan kulit batang pohon besar
yang telah bertahun-tahun dilekati oleh debu dan telah bergumpal-
gumpal; demikian pula, telah beberapa tahun debu dan daki
terkumpul serta melekati tubuhku, debu telah berbentuk gumpalan
pula. Tak pernah terpikirkan olehku bahwa, "Saya akan menggosok
debu dan daki agar terlepas dari tubuhku atau meminta orang lain
menggosok debu dan daki ini." Demikianlah kekasaranku.
'Beginilah ketelitianku, saya selalu waspada ketika melangkah
maju dan melangkah mundur; begitu pula, saya dipenuhi dengan
belas kasihan walaupun hanya pada setetes air, dengan pikiran:
"Semoga saya tidak menyakiti makhluk-makhluk kecil dalam air."
Demikianlah ketelitian-Ku.
'Beginilah pengasinganku: Saya masuk ke dalam hutan dan
tinggal di sana. Apabila saya melihat penggembala atau kawanan
sapi, orang pengumpul rumput atau kayu, saya akan lari dari hutan
ke hutan, dari belukar ke belukar, dari gua ke gua, dari bukit ke
270
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
bukit. Mengapa demikian? Dengan begitu mereka tidak akan
melihatku atau saya melihat inereka. Bagaikan seekor kijang hutan
ketika melihat manusia akan berlari dari hutan ke hutan, dari
belukar ke belukar, dari gua ke gua, dari bukit ke bukit, begitulah
saya ketika melihat penggembala atau kawanan sapi, orang
pengumpul rumput atau kayu, saya akan lari dari hutan ke hutan,
dari belukar ke belukar, dari gua ke gua, dari bukit ke bukit.
Demikianlah pengasinganku.
'Saya merangkak ke kandang-kandang ketika ternak dan
lembu-lembu itu telah pergi, saya makan kotoran anak sapi yang
masih menyusu. Selama kotoran dan air kencingku masih ada,
saya makan dan minum kotoran dan air kencingku sendiri.
Begitulah cara makanku yang menyimpang.
'Saya pergi ke hutan menyeramkan dan menetap di sana.
Suatu hutan menyeramkan yang biasanya menyebabkan bulu
kuduk orang berdiri karena ia belum bebas dari nafsu. Ketika udara
dingin pada malam-malam di musim dingin tiba, selama delapan
hari yang bersalju, maka pada malam hari saya menetap di tempat
terbuka, sedangkan di waktu siang saya berada di butan. Di akhir
bulan pada musim panas, saya menetap di tempat terbuka di siang
hari, sedangkan di malam hari saya berada di hutan. Pada waktu
271
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
itu secara spontan muncul syair yang sebelumnya tak pernah
terdengar:
“Kedinginan di malam hari dan terpanggang di siang hari,
Sendirian dalam hutan menyeramkan,
Bertelanjang, tanpa api untuk menghangatkan tubuh,
Petapa tetap mengejar cita-citanya.”
'Saya membuat pembaringan di tanah tempat kremasi dengan
tulang-tulang sebagai bantal. Anak-anak penggembala sapi
menghampiri, meludahi dan mengencingiku, melemparkan kotoran
padaku, dan menusukkan ranting ke telingaku. Namun saya tidak
pernah tahu munculnya pikiran buruk terhadap mereka.
Demikianlah keseimbangan batin (upekha)-ku.
'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana yang berteori
dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui makanan", dan
mereka berkata:"Marilah kita bidup dengan makan buah kola
(Zizyphus jujuba) maka mereka makan buah kola, bubuk buah
kola, meminum air buah kola dan mereka membuat berbagai
macam adonan dari buah kola. Sekarang, saya ingat hanya makan
sebuah kola sehari.”
Sariputta, tetapi anda mungkin berpikir bahwa buah kola pada
saat itu lebih besar, namun janganlah menganggapnya demikian:
272
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
buah kola pada saat itu umumnya sama ukurannya dengan
sekarang. Dengan makan sebuah kola sehari, tubuhku menjadi
kurus sekali. Karena hanya sedikit sekali, maka anggota tubuhku
menjadi seperti batang tumbuhan merambat atau batang bambu.
Karena hanya makan sedikit, maka punggungku bagaikan punuk
Unta. Karena makan sedikit, maka susunan tulang belakangku
bagaikan untaian manik-manik. Karena makan sedikit, maka
tulang-tulang rusukku menonjol keluar bagaikan balok penglari atap
dari gudang yang tak beratap. Karena makan sedikit, maka cahaya
mataku tenggelam jauh dalam lobang mata bagaikan cahaya air
yang berada jauh di sumur yang dalam. Karena makan sedikit,
maka tempurung kepalaku berkerut dan mengisut bagaikan sebuah
labu yang berkerut dan mengisut karena angin dan matahari.
Karena makan sedikit, maka jika saya menyentuh kulit perutku,
maka saya dapat menyentuh tulang belakangku juga; jika saya
menyentuh tulang punggungku, maka saya menyentuh kulit
perutku pula; jika saya membuang air kecil atau air besar, saya
terjatuh dengan wajahku mengenainya. Karena makan sedikit, jika
saya melemaskan tubuhku dengan mengusap anggota tubuhku,
maka bulu-bulu tubuhku tercabut sampai ke akar-akar, jatuh dari
tubuhku ketika saya mengusap.
273
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana yang berteori
dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui makanan", dan
mereka berkata: "Marilah kita hidup dengan makan kacang-
kacangan....
'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana yang berteori
dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui makanan". dan
mereka berkata: "Marilah kita hidup dengan makan Sesame, maka
mereka makan buah sesame, bubuk buah sesame, meminum air
buah sesame dan mereka membuat berbagai macam adonan dari
bua sesame. Sekarang, saya ingat hanya makan sebuah sesame
sehari.”
“Sariputta, tetapi anda mungkin berpikir bahwa buah sesame
pada saat itu lebih besar, namun janganlah menganggapnya
demikian: buah kola pada saat itu umumnya sama ukurannya
dengan sekarang. Dengan makan sebuah kola sehari, tubuhku
menjadi sangat kurus. Karena hanya sedikit sekali, maka anggota
tubuhku menjadi seperti batang tumbuhan merambat atau batang
bambu. Karena hanya makan sedikit, maka punggungku bagaikan
punuk Unta. Karena makan sedikit, maka susunan tulang
belakangku bagaikan untaian manik-manik. Karena makan sedikit,
maka tulang-tulang rusukku menonjol keluar bagaikan balok
penglari atap dari gudang yang tak beratap. Karena makan sedikit,
274
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
maka cahaya mataku tenggelam jauh dalam lobang mata bagaikan
cahaya air yang berada jauh di sumur yang dalam. Karena makan
sedikit, maka tempurung kepalaku berkerut dan mengisut bagaikan
sebuah labu yang berkerut dan mengisut karena angin dan
matahari. Karena makan sedikit, maka jika saya menyentuh kulit
perutku, maka saya dapat menyentuh tulang belakangku juga; jika
saya menyentuh tulang punggungku, maka saya menyentuh kulit
perutku pula; jika saya membuang air kecil atau air besar, saya
terjatuh dengan wajahku mengenainya. Karena makan sedikit, jika
saya melemaskan tubuhku dengan mengusap anggota tubuhku,
maka bulu-bulu tubuhku tercabut sampai ke akar-akar, jatuh dari
tubuhku ketika saya mengusap.
'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana yang berteori
dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui makanan," dan
mereka berkata: "Marilah kita hidup dengan makan beras", maka
mereka makan beras, makan tepung beras, minum air beras dan
mereka membuat berbagai macam adonan beras. Sekarang, saya
ingat saya hanya makan sebutir beras sehari.'
Sariputta, tetapi anda mungkin berpikir bahwa butir beras pada
saat itu lebih besar, namun janganlah mengangapnya demikian:
butir beras pada saat itu umumnya sama ukurannya dengan
sekarang. Dengan makan sebutir beras sehari, tubuhku menjadi
275
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
sangat kurus. Karena hanya makan sedikit sekali maka anggota
tubuhku menjadi seperti batang tumbuhan merambat atau batang
bambu. Karena hanya makan sedikit, maka punggungku bagaikan
punuk Unta. Karena makan sedikit, maka susunan tulang
belakangku bagaikan untaian manik-manik. Karena makan sedikit,
maka tulang-tulang rusukku menonjol keluar bagaikan balok
penglari atap dari gudang yang tak beratap. Karena makan sedikit,
maka cahaya mataku tenggelam jauh dalam lobang mata bagaikan
cahaya air yang berada jauh di sumur yang dalam. Karena makan
sedikit, maka tempurung kepalaku berkerut dan mengisut bagaikan
sebuah labu yang berkerut dan mengisut karena angin dan
matahari. Karena makan sedikit, maka jika saya menyentuh kulit
perutku, maka saya dapat menyentuh tulang belakangku juga; jika
saya menyentuh tulang punggungku, maka saya menyentuh kulit
perutku pula; jika saya membuang air kecil atau air besar, saya
terjatuh dengan wajahku mengenainya. Karena makan sedikit jika
saya melemaskan tubuhku dengan mengusap anggota tubuhku,
maka bulu-bulu tubuhku tercabut sampai ke akar-akarnya, jatuh
dari tubuhku ketika saya mengusap.
Sariputta, namun dengan menyiksa diri, praktik dan
melaksanakan perbuatan seperti itu, saya tidak mencapai sesuatu
yang bermanfaat untuk mencapai pengetahuan serta pengalaman
276
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
sebagai orang suci yang melebihi keadaan manusia biasa.
Mengapa begitu? Karena saya tidak mencapai Kebijaksanaan Ariya
(Panna-Ariya) yang bila tercapai menjadi suci, cara ini merupakan
jalan ke luar yang mengarah pada pelenyapan penderitaan
(dukkha), bagi yang mempraktikkannya.
'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang
berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui proses
lingkaran kelahiran kembali (samsara suddhi))." Namun tidak
mungkin untuk menemukan suatu kelahiran kembali yang belum
pernah saya lalui selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang
ini, kecuali di alam dewa Suddhavasa; andaikan aya telah melalui
lingkaran kelahiran kembali dan terlahir sebagai dewa Suddhavasa,
maka saya tidak akan terlahir kembali ke dunia ini.
'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang
berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui (beberapa
jenis tertentu dari) kelahiran kembali." Namun tidak mungkin untuk
menemukan jenis kelahiran kembali yang belum pernah saya lalui
selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang ini, kecuali di
alam dewa Suddhavasa; andaikan saya telah melalui lingkaran
kelahiran kembali dan terlahir sebagai dewa Suddhavasa, maka
saya tidak akan terlahir kembali ke dunia ini.
277
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang
berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui alam
(tertentu). "Namun tidak mungkin untuk menemukan jenis alam
kelahiran kembali yang belum pernah saya lalui selama dalam
perjalanan kehidupan yang panjang ini, kecuali di alam dewa
Suddhavasa; andaikan saya telah melalul lingkaran kelahiran
kembali dan terlahir sebagai dewa Suddhavasa, maka saya tidak
akan terlahir kembali ke dunia ini.
'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang
berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai dengan
pengorbanan." Namun tidak mungkin menemukan jenis
pengorbanan yang belum pernah saya sajikan selama dalam
perjalanan kehidupan yang panjang ini, baik sebagai raja kesatria
atau sebagai brahmana kaya raya.
'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang
berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui pemujaan
api." Namun tidak mungkin menemukan jenis api yang belum
pernah saya puja selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang
ini, baik sebagai raja kesatria atau sebagai brahmana yang kaya
raya.
'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang
berteori dan berpandangan: "Selama orang ini masih muda,
278
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
seorang pemuda berambut hitam yang diberkahi keremajaan,
dalam kehidupan pada masa pertama ini, ia memiliki
kesempurnaan dalam kebijaksanaannya. Tetapi apabila orang baik
ini menjadi tua, berusia lanjut, dibebani tahun-tahun, maju dalam
kehidupan, mencapai tahap terakhir, berusia delapan puluh tahun,
sembilan puluh tahun atau seratus tahun, maka kebijaksanaannya
hilang." Tetapi tidaklah seharusnya menganggap begitu. Sekarang,
saya telah tua, berusia lanjut, dibebani tahun-tahun, maju dalam
kehidupan dan mencapai pada tahap terakhir, usiaku sudah
mendekati delapan puluh tahun. Sekarang seandainya saya
memiliki empat siswa yang berusia seratus tahun, sempurna dalam
kesadaran, perhatian, pandangan dan kebijaksanaan - bagaikan
seorang pemanah yang dibekali peralatan yang lengkap, terlatih,
melaksanakan dan teruji, dapat dengan mudah melepaskan anak
panah yang ringan melalui bayangan pohon palem, demikian pula
mereka sama sempurna dalam kewaspadaan, perhatian, perhatian,
pandangan dan kebij aksanaan - andaikata mereka terus-menerus
menanyakan tentang Empat Dasar Perhatian (Satipatthana) dan
saya menjawabnya, maka mereka mengingat setiap jawabanku dan
tidak pernah menanyakan pertanyaan lainnya atau berhenti kecuali
untuk makan, minum, mengunyah, mengecap, buang air kecil atau
air besar, dan istirahat demi menghilangkan ngantuk dan keletihan.
279
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Namun Tathagata tetap menguraikan dhamma, menerangkan
faktor-faktor dhamma, menjawab pertanyaan-pertanyaan dan ia
tidak kepayahan. Sementara itu empat siswaku dengan yang
berusia seratusan tahun itu, telah meninggal pada akhir seratusan
tahun tersebut. Sariputta, walaupun anda harus menggotongku di
tandu, tetap tidak ada perubahan dalam kebijaksanaan (panna)
Sang Tathagata.
Suatu pernyataan benar bilamana seseorang mengucapkan:
"Sesosok makhluk yang bebas dari kebodohan (moha) telah muncul
di dunia ini untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang banyak,
karena kasih sayangnya pada dunia demi kepentingan,
kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia." Untuk
sayalah pernyataan benar itu diucapkan.
Ketika itu Bhikkhu Nagasamala sedang berdiri di belakang
Sang Bhagava dan mengipasi beliau. Kemudian ia berkata pada
Sang Bhagava: "Bhante menakjubkan sekali, luar biasa! Sewaktu
aku mendengarkan khotbah ini bulu-bulu romaku berdiri. Bhante,
apakah nama khotbah Dhamma ini?"
"Nagasamala, sehubungan dengan hal ini, engkau dapat
mengingat khotbah tentang Dhamma ini sebagai 'Khotbah yang
mendirikan Bulu roma' (Lomahamsanapariyaya)."
280
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Bhikkhu Nagasamala
merasa puas, dan bergembira medengar uraian Sang Bhagava.
MARADUKKRAKRANDRASUTTA
(13)
Demikianlah saya dengar.
Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap berada di Jetavana,
arama milik Anathapindika, Savatthi. Di waktu pagi, beberapa
281
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
bhikkhu mengenakan jubah dan mengambil patta dan jubah luar
(civara), lalu mereka pergi pindapata ke Savatthi.
Kemudian mereka berpikir: "Terlalu pagi untuk pergi pindapata
ke Savatthi, sebaiknya kita pergi ke tempat para petapa
pengembara dari ajaran lain."
Maka mereka pergi ke tempat para petapa dari ajaran lain,
mereka memberi salam kepada para petapa dari ajaran lain,
setelah saling menyapa dengan baik, mereka duduk di tempat yang
tersedia. Setelah mereka duduk, para petapa pengembara berkata
kepada mereka:
"Samana Gotama memiliki 'pengetahuan jelas' tentang nafsu
indera, begitu juga kami. Samana Gotama memiliki pengetahuan
jelas tentang jasmani (rupa), begitu juga kami. Samana Gotama
memiliki pengetahuan jelas tentang perasaan (vedana), begitu juga
kami. Jadi apakah kekhususan, perbedaan dan variasi, antara
ajaran dhamma dari Samana Gotama dengan kami; antara
doktrinnya dengan doktrin kami?" Tanpa menerima atau menolak
pertanyaan itu, para bhikkhu bangkit dari duduk dan pergi serta
berpikir: "Kami akan mengetahui arti kata-kata ini di depan Sang
Bhagava."
282
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Setelah mereka pindapata di Savatthi dan selesai makan,
mereka pergi menemui Sang Bhagava. Selesai memberi hormat
kepada beliau, mereka duduk di tempat yang tersedia. Setelah
duduk, mereka menyampaikan apa yang telah terjadi.
"Para bhikkhu, para pertapa dari ajaran lain yang berkata
seperti itu harus ditanya: 'Apakah senang, bahaya, jalan keluar dari
nafsu indera, jasmani dan perasaan?' Dengan pertanyaan seperti
itu, para pertapa dari ajaran lain akan gagal dan mendapat
kesulitan untuk menjawabnya. Mengapa begitu? Karena hal ini
tidak mereka kuasai. Saya melihat dalam dunia ini termasuk para
dewa, mara, brahma, samana dan brahmana, raja dan manusia
lainnya, yang dapat menjawab pertanyaan ini dengan memuaskan
hanya Tathagata atau siswa Tathagata yang telah mengetahui dari
sumbernya yang dapat menjawab pertanyaan itu dengan
memuaskan.
(Nafsu Indera)
Apakah yang menyenangkan pada nafsu indera?
Ada lima pengikat nafsu indera: Jasmani (bentuk) yang
diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang dilihat oleh mata,
berhubungan dengan nafsu indera dan merangsang nafsu.
283
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Suara yang diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang
didengar oleh telinga berhubungan dengan nafsu indera dan
merangsangnafsu. Bau yang diinginkan, disenangi, sesuai dan
disukai yang dibaui oleh hidung, berhubungan dengan nafsu indera
dan merangsang nafsu. Rasa yang diinginkan, disenangi, sesuai dan
disukai yang dikecap oleh lidah. Sentuhan yang diinginkan,
disenangi, sesuai dan disukai yang dirasa oleh tubuh, berhubungan
dengan nafsu indera dan merangsang nafsu.
Kegembiraan dan kenikmatan yang muncul berdasarkan pada
lima pengikat nafsu ini adalah kesenangan pada nafsu indera.
Apakah bahaya dari nafsu indera?
Dalam hal ini, karena kehidupan maka seseorang bekerja
sebagai pemeriksa, akuntan, juru hitung, pembajak, pedagang,
peternak sapi, pegawai, atau pekerjaan lain; untuk pekerjaan itu ia
kedinginan, kepanasan, diganggu nyamuk dan lalat, angin,
matahari, binatang menjalar, haus, lapar dan risiko mati.
Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan
di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh nafsu indera, bersumber
pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya
hanya nafsu indera.
284
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Jika orang itu tidak mendapatkan hasil atau pendapatan karena
ia bekerja dan berusaha seperti itu, maka kesedihan, ratap-tangis
dan dukacita, dengan memukul dada ia menangis serta putus asa ia
menjerit: 'Pekerjanku sia-sia, pekerjaanku tak berguna.'
Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan
di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh nafsu indera, bersumber
pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya
hanya nafsu indera.
Jika orang itu mendapatkan hasil atau pendapatan karena ia
bekeda dan berusaha seperti itu, ia mengalami kesusahan dan
derita untuk menjaganya, maka kesedihan, ratap-tangis dan
dukacita, dengan memukul dada ia menangis serta putus asa ia
menjerit: 'Pekerjanku sia-sia, pekerjaanku tak berguna.'
Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan
di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh nafsu indera, bersumber
pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya
hanya nafsu indera.
Demikian pula, karena nafsu indera ... raja bertengkar dengan
raja, kesatria dengan kesatria, ibu dengan anak, anak dengan ibu,
ayah dengan anak, anak dengan ayah, kakak dengan kakak, dll.
dsb.. Karena bertengkar dan ribut, mereka saling menyerang
285
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dengan tinju, pemukul, tongkat dan pisau, hal ini menyebabkan
derita dan kematian.
Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan
di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh nafsu indera, bersumber
pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya
hanya nafsu indera.
Demikian pula, karena nafsu indera ... orang-orang mengambil
pedang, perisai, gendewa dan anak panah, mereka pergi
berperang, membuat dua barisan, panah dan lembing melayang,
pedang berkelebat; maka ada yang luka karena panah dan lembing,
kepala yang putus oleh pedang, ada yang menderita dan mati.
Inilah babaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan
di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh nafsu indera, bersumber
pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya
hanya nafsu indera.
Demikian pula, karena nafsu indera ... orang-orang mencuri,
menjadi bandit, perampok, mengganggu istri orang lain; maka
ketika meraka ditangkap, raja dapat memberikan bermacam-
macam hukuman. Mereka dapat dicambuk, dipukul dengan tongkat
atau pemukul; tangan, kaki, kaki dan tangan dipotong; telinga,
hidung, telinga dan hidung dipotong; ... disiram dengan minyak
286
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
panas, dilemparkan pada anjing kelaparan, selagi masih hidup
ditusuk dengan tombak bercagak atau kepala dipancung, mereka
menderita atau mati.
Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan
di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh nafsu indera, bersumber
pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya
hanya nafsu indera.
Demikian pula, karena, sebab, bersumber dan berasal mula
pada nafsu indera, maka orang-orang melakukan perbuatan salah
dengan tubuh, ucapan dan pikiran; akibatnya setelah mereka
meninggal, mereka teriahir kembali dalam keadaan menyedihkan,
di alam sengsara, di neraka.
Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan
di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh nafsu indera, bersumber
pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu 'indera, asal mulanya
hanya nafsu indera.
Apakah jalan keluar dari nafsu indera?
'Jalannya adalah menghilangkan dan melenyapkan keinginan
nafsu untuk nafsu indera'.
Inilah jalan keluar dari nafsu indera.
287
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para samana dan brahmana yang tidak mengerti sebagaimana
apa adanya tentang kesenangan sebagai kesenangan, bahaya
sebagai bahaya dan jalan keluar sebagai jalan keluar dari nafsu
indera, adalah tidak mungkin dapat mengetahui dengan jelas
tentang nafsu indera atau mengajar agar orang lain mengetahui
dengan jelas tentang nafsu indera. Para samana dan brahmana
yang mengerti sebagaimana apa adanya tentang kesenangan
sebagai kesenangan, bahaya sebagai bahaya, dan jalan keluar
sebagai jalan keluar dari nafsu indera, adalah mungkin dapat
mengetahui dengan jelas tentang nafsu indera atau mengajar orang
lain mengetahui dengan jelas tentang nafsu indera.
(Jasmani)
Apakah yang menyenangkan pada jasmani?
“Para bhikkhu, misalnya ada seorang gadis dari keluarga
terhormat berusia 15 atau 16 tahun, tidak terlalu tinggi atau
pendek, tidak terlalu gemuk atau kurus, tidak terlalu hitam atau
putih kulitnya; apakah kecantikan dan keayuannya pada
puncaknya?”
“Ya”, jawab para bhikkhu.
288
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
“Para bhikkhu, kegembiraan dan kenikmatan yang muncul
tergantung pada kecantikan dan keayuaan adalah kesenangan
pada jasmani.”
Apakah bahaya dari jasmani?
“Para bhikkhu, pada suatu waktu mendatang, seseorang dapat
melihat wanita yang sama telah berusia 80, 90 atau 100 tahun, tua,
bongkok, gemetar, terhuyun-huyun, bertongkat, lemah,
kesegarannya lenyap, ompong, ubanan, rambut bau, botak,
berkriput dan kaki kaku. Para bhikkhu, bagaimana pendapat kamu
sekalian, apakah kecantikan dan keayuannya lenyap, serta
bahayanya nampak?”
“Ya,” jawab para bhikkhu.
“Para bhikkhu, inilah bahaya dari jasmani.”
“Demikian pula, seseorang dapat melihat wanita yang sama
sakit, menderita dan sakit parah, terbujur pada kencing dan
kotorannya sendiri, hanya bangun atau berbaring oleh bantuan
orang lain. Bagaimana pendapat kamu sekalian, apakah
kecantikkan dan keayuaannya lenyap, serta bahayanya nampak?”
“Ya,” jawab para bhikkhu.
“Para bhikkhu, inilah bahaya dari jasmani.”
289
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
“Demikian pula, seseorang dapat melihat wanita yang sama
telah meninggal, sebagai mayat yang diletakkan di tanah tempat
kremasi, telah sehari meninggal, dua hari meninggal, tiga hari
meninggal mengembung, kehitam-hitaman dan mengeluarkan
cairan. Bagaimana pendapat kamu sekalian, apakah kecantikan
dan keayuannya lenyap, serta bahayanya nampak?”
“Ya,” jawab para bhikkhu.
“Para bhikkhu, inilah bahaya dari jasmani.”
“Demikian pula, seseorang dapat melihat wanita yang sama
telah rneninggal, sebagai mayat yang diletakkin di tanah tempat
kremasi, dimakan oleh burung gagak, burung nasar, kumbang,
anjing, serigala dan bermacam-macam belatung dan cacing.
Bagaimana pendapat kamu sekalian, apakah kecantikan dan
keayuannya lenyap, serta bahayanya nampak?”
“Ya,” jawab para bhikkhu.
“Para bhikhu, inilah bahaya dari jasmani.”
“Demikian pula, seseorang dapat melihat waniya yang
sama...tulang-belulang dengan daging dan darah yang terikat oleh
urat-urat ...”
290
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
“Demikian pula, seseorang dapat melihat waniya yang
sama...tulang-belulang tanpa daging teroles darah yang terikat oleh
urat-urat ...”
“Demikian pula, seseorang dapat melihat waniya yang
sama...tulang-belulang tanpa daging atau darah yang terikat oleh
urat-urat ...”
“Demikian pula, seseorang dapat melihat waniya yang
sama...tumpukan tulang, lebih dari setahun ...”
“Demikian pula, seseorang dapat melihat wanita yang sama
telah meninggal, sebagai mavat di tanah tempat kremasi; tulang
telah kropos dan dipenuhi tanah. Bagaimana pendapat anda
sekalian, apakah kecantikan dan keayuaannya telah hilang, serta
bahayanya nampak?”
“Ya,” jawab para bhikkhu.
‘Para bhikkhu, inilah bahava dari jasmani.”
Apakah jalan keluar dari jasmani?
“Jalan keluar dari jasmani adalah menghilangkan dan
melenyapkan keinginan nafsu untuk jasmani.”
Para samana dan brahmana yang tidak mengerti sebagaimana
apa adanya tentang kesenangan sebagai kesenangan, bahaya
291
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
sebagai bahaya dan jalan keluar sebagai jalan keluar dari jasmani,
adalah tidak mungkin dapat mengetahui dengan jelas tentang
jasmani atau mengajar agar orang lain mengetahui dengan jelas
tentang jasmani.
Para samana dan brahmana yang mengerti sebagaimana apa
adanya tentang kesenangan sebagai kesenangan, bahaya sebagai
bahaya, dan jalan keluar sebagai jalan keluar dari jasmani, adalah
mungkin dapat mengetahui dengan jelas tentang jasmani atau
mengajar orang lain mengetahui dengan jelas tentang njasmani.
(Perasaan)
Apakah yang menyenangkan pada perasaan?
“Para bhikkhu, agak bebas dari nafsu indera, agak bebas dari
dhamma yang tidak berguna, seorang bhikkhu mencapai dan
berada dalam Jhana I, disertai vitaka, vicara, piti dan sukha karena
ketenangan. Pada keadaan seperti itu ia tidak menyakiti dirinya,
atau menyakiti orang lain, atau menyakiti dirinya dan orang lain.
Pada keadaan seperti itu ia merasa hanya merasakan bahwa ia
bebas dari kesakitan. Aspek tertinggi dari menyenangkan pada
perasaan adalah bebas dari kesakitan.”
292
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
“Demikian pula, dengan menghilangkan vitaka dan vicara,
seorang bhikkhu mencapai dan berada dalam Jhana II, disertai
keyakinan dan pikiran terpusat (ekagata) tanpa vitaka dan vicara,
dengan piti dan sukha karena ketenangan.
Pada keadaan seperti itu ia tidak menyakiti dirinya, atau
menyakiti orang lain, atau menyakiti dirinya dan orang lain. Pada
keadaan seperti itu ia merasa hanya merasakan bahwa ia bebas
dari kesakitan. Aspek tertinggi dari menyenangkan pada perasaan
adalah bebas dari kesakitan.
Dengan lenyapnya kegiuran (piti), bhikkhu menjadi
seimbang, sadar dan sangat sadar, merasa nikmat dengan
tubuhnya ia mencapai dan berada dalam Jhana III, kondisi
seperti ini disebut oleh para ariya sebagai: 'Ia memiliki
kenikmatan, keseimbangan dan sadar.' Pada keadaan seperti
itu ia tidak menyakiti dirinya, atau menyakiti orang lain, atau
menvakiti dirinya dan orang lain. Pada keadaan seperti itu ia
merasa hanya merasakan bahwa ia bebas dari kesakitan.
Aspek tertinggi dari menyenangkan pada perasaan adalah
bebas dari kesakitan.
Dengan melenyapkan kenikmatan dan kesakitan, dengan
lenyapnya kegembiraan dan derita, bhikkhu mencapai dan berada
293
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dalam Jhana IV, disertai 'bukan sakit maupun bukan
menyenangkan', dan tenangnya kesadaran karena keseimbangan.
Pada keadaan seperti itu ia tidak menyakiti dirinya, atau
menyakiti orang lain, atau menyakiti dirinya dan orang lain. Pada
keadaan seperti itu ia merasa hanya merasakan bahwa ia bebas
dari kesakitan. Aspek tertinggi dari menyenangkan pada perasaan
adalah bebas dari kesakitan.
Apakah bahaya dari perasaan?
“Perasaan adalah tidak kekal, menyakitkan, tak dapat terpisah
dari perubahan.
Inilah bahaya dari perasaan.”
Apakah jalan keluar dari perasaan?
“Jalan keluar dari perasaan adalah menghilangkan dan
melenyapkan nafsu indera pada perasaan
Inilah jalan keluar dari perasaan.”
Para samana dan brahmana yang tidak mengerti sebagaimana
apa adanya tentang kesenangan sebagai kesenangan, bahaya
sebagai bahaya dan jalan keluar sebagai jalan keluar dari perasaan,
adalah tidak mungkin dapat mengetahui dengan jelas tentang
perasaan atau mengajar agar orang lain mengetahui dengan jelas
294
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tentang perasaan. Para samana dan brahmana yang mengerti
sebagaimana apa adanya tentang kesenangan sebagai
kesenangan, bahaya sebagai bahaya, dan jalan keluar sebagai jalan
keluar dari perasaan, adalah mungkin dapat mengetahui dengan
jelas tentang perasaan atau mengajar orang lain mengetahui
dengan jelas tentang perasaan.
Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Para bhikkhu puas dan
gembira pada apa yang diuraikan Sang Bhagava.
CULADUKKHAKHANDHA SUTTA
(14)
Demikianiah saya dengar:
295
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Nigrodha Arama,
Kapilavatthu, kerajaan Sakya. Kemudian, Mahanama Sakka
menemui Sang Bhagava, setelah memberi hormat, ia duduk.
Setelah ia duduk, ia berkata:
"Bhante, telah lama saya mengetahui dhamma yang diajarkan
Sang Bhagava, yaitu: 'Keserakahan, kebencian dan kebodohan
merupakan kotoran batin.' Namun, walaupun saya tahu dhamma
yang telah diajarkan Sang Bhagava, keserakahan, kebencian dan
kebodohan menguasai dan bertahan dalam batinku. Saya heran
hal-hal (dhamma) apakah yang belum saya singkirkan, sehingga
sifat-sifat buruk (upakilesa) itu menguasai dan bertahan dalam
batinku?"
"Mahanama, masih ada hal-hal yang belum anda lenyapkan,
sehingga keserakahan, kebencian dan kebodohan sering muncul
dan menguasai dirimu; karena bilamana hal-hal itu telah anda
singkirkan dari dirimu, maka anda tidak akan hidup berumah-
tangga dan memuaskan nafsu indera. Itulah sebabnya dengan
masih ada hal-hal dalam dirimu yang belum disingkirkan maka anda
hidup berumah-tangga dan memuaskan nafsu indera.
Walaupun siswa ariya (ariyasavaka) yang telah mengetahui
dengan jelas, sebagaimana apa adanya, dengan pengertian benar
tentang bagaimana nafsu indera hanya memberikan sedikit
296
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kesenangan namun memberikan banyak penderitaan, kesakitan
dan besar bahayanya. Juga, selama ia belum mencapai
kebahagiaan dan kesenangan yang terbebas dari nafsu indera dan
dari hal-hal yang tak berguna, atau keadaan yang lebih tenang
daripada itu, maka ia belum bebas dari nafsu indera.
Tetapi, ketika siswa ariya telah mengetahui dengan jelas
sebagaimana apa adanya, dengan pengertian benar tentang
bagaimana nafsu indera hanya memberikan sedikit kesenangan
namun memberikan banyak penderitaan, kesakitan dan besar
bahayanya. Bilamana ia mencapai kebahagiaan dan kesenangan
yang terbebas dari nafsu indera dan hal yang tak berguna, atau
pada keadaan yang lebih tenang daripada itu, maka ia telah bebas
dari nafsu indera.
Ketika saya masih sebagai bodhisatta dan belum mencapai
pencapaian penerangan agung, saya juga mengetahui sesuatu
sebagaimana apa adanya dengan pengertian benar, bagaimana
nafsu indera hanya memberikan sedikit kesenangan namun
memberikan banyak penderitaan, kesakitan dan besar bahayanya.
Bilamana ia mencapai kebahagiaan dan kesenangan yang terbatas
dari nafsu indera dan hal yang tak berguna atau pada keadaan
yang lebih tenang daripada itu, saya sadar bahwa saya belum
bebas dari nafsu indera.
297
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Tetapi ketika saya memngetahui dengan jelas, sebagaimana
apa adanya, dengan pengertian benar tentang bagaimana nafsu
indera hanya memberikan sedikit kesenangan namun memberikan
banyak penderitaan, kesakitan dan besar bahayanya. Bilamana ia
mencapai kebahagiaan dan kesenangan yang terbebas dari nafsu
indera dan hal yang tak berguna atau pada keadaan yang lebih
tenang daripada itu, saya sadar bahwa saya telah bebas dari nafsu
indera.
Apakah yang menyenangkan pada nafsu indera?
Ada lima pengikat nafsu indera:
Jasmani (bentuk) yang diinginkan, disenangi, sesuai dan
disukai yang dilihat oleh mata, berhubungan dengan nafsu indera
dan merangsang nafsu.
Suara yang diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang
didengar oleh telinga, berhubungan dengan nafsu indera dan
merangsang nafsu.
Bau yang diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang dicium
oleh hidung, berhubungan dengan nafsu dan merangsang nafsu.
Rasa yang diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang
dikecap oleh lidah, berhubungan dengan nafsu dan merangsang
nafsu.
298
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Sentuhan yang diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang
dirasa oleht ubuh,berhubungan dengan nafsu indera dan
merangsang nafsu.
Kegembiraan dan kenikmatan yang muncul berdasarkan pada
lima pengikat nafsu ini adalah kesenangan pada nafsu indera.
Apakah bahaya dari nafsu indera?
Dalam hal ini, karena kehidupan maka seseorang bekerja
sebagai pemeriksa, akuntan, juru hitung, pembajak, pedagang,
peternak sapi, pegawai, atau pekerjaan lain; untuk pekerjaan itu ia
kedinginan, kepanasan, diganggu nyamuk dan lalat, angin,
matahari, binatang menjalar, haus, lapar dan risiko mati.
Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan
di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera,
bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal
mulanya hanya nafsu indera.
Jika orang itu tidak mendapatkan hasil atau pendapatan karena
ia bekerja dan berusaha seperti itu, maka kesedihan, ratap-tangis
dan dukacita, dengan memukul dada ia menangis serta putus asa ia
menjerit: 'Pekerjaanku sia-sia, pekerjaanku tak berguna.'
Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan
di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera,
299
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal
mulanya hanya nafsu indera.
Jika orang itu mendapatkan hasil pendapatan karena ia bekerja
dan berusaha seperti itu, ia mengalami kesusahan dan derita untuk
menjaganya, maka kesedihan, ratap-tangis dan dukacita, dengan
memukul dada ia menangis serta putus asa ia menjerit:
‘Pekerjaanku sia-sia, pekerjaanku tak berhuna.
Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan
di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera,
bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal
mulanya hanya nafsu indera.
Demikian pula, karena nafsu indera ... raja bertengkar dengan
raja, kesatria dengan kesatria, ibu dengan anak, anak dengan ibu,
ayah dengan anak, anak dengan ayah, kakak dengan kakak, dll.
dsb.. Karena bertengkar dan ribut, mereka saling menyerang
dengan tinju, pemukul, tongkat dan pisau, hal ini menyebabkan
derita dan kematian.
Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan
di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera,
bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal
mulanya hanya nafsu indera.
300
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Demikian pula, karena nafsu indera ... orang-orang mengambil
pedang, perisai, gendawa dan anak panah, mereka pergi
berperang, membuat dua barisan, panah dan lembing melayang,
pedang berkelebat; maka ada yang luka karena panah dan lembing,
kepala yang putus oleh pedang, ada yang menderita dan mati.
Inilah bahaya dari nafsu indera timbunan derita yang kelihatan
di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera,
bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal
mulanya hanya nafsu indera.
Demikian pula, karena nafsu indera ... orang-orang mencuri,
menjadi bandit, perampok, mengganggu isteri orang lain; maka
ketika mereka ditangkap, raja dapat memberikan bennacam-
macam hukuman. Mereka dapat dicambuk, dipukul dengan tongkat
atau pemukul; tangan, kaki, kaki dan tangan dipotong; telinga,
hidung, telinga dan hidung dipotong; dilemparkan pada anjing
kelaparan, ... disiram dengan minyak panas, dilemparkan selagi
masih hidup ditusuk dengan tombak bercagak atau kepala
dipancung, mereka menderita atau mati.
Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan
di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera,
bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal
mulanya hanya nafsu indera.
301
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Demikian pula, karena bersumber dan berasal mula pada nafsu
indera, maka orang-orang melakukan perbuatan-perbuatan salah
dengan tubuh, ucapan dan pikiran; akibatnva setelah mereka
meninggal, mereka terlahir kembali dalam keadaan menyedihkan,
di alam sengsara, di neraka.
Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan
di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera,
bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera. asal
mulanya hanya nafsu indera.”
"Mahanama, pada suatu waktu saya berada di gunung
Gijjhakuta, Rajagaha. Pada waktu itu beberapa pengikut Nigantha
berada di Kalasilaya, Isigili, sedang mempraktikkan tapa dengan
cara berdiri terus dan menolak untuk duduk, sehingga mengalami
kesakitan, tersiksa, merasakan kesakitan yang sangat karena usaha
itu.
Ketika telah malam, saya bangkit dari meditasi dan pergi ke
tempat para Nigantha. Saya menanyai mereka: 'Saudara-saudara,
mengapa anda sekalian mempraktikkan tapa dengan cara berdiri
terus dan menolak untuk duduk, sehingga mengalami kesakitan,
tersiksa, merasa kesakitan yang sangat karena usaha itu."'
302
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Mereka menjawab: "Saudara, Nigantha Nataputta, Maha Tahu,
menyatakan memiliki pengetahuan dan penglihatan: 'Apakah saya
berjalan, berdiri, tidur atau sadar, pengetahuan dan penglihatanku
berlangsung terus, tetap dipertahankan.' Ia berkata: 'Para Nigantha,
anda sekalian telah melakukan kamma buruk pada waktu yang
lampau; lenyapkan (kamma buruk) itu dengan menyiksa diri. Pada
waktu sekarang dan di sini anda sekalian mengendalikan
perbuatan, ucapan dan pikiran, dengan demikian kamu sekalian
tidak melakukan kamma buruk untuk masa yang akan datang. Jadi
melenyapkan kamma buruk dengan penyiksaan diri, serta tanpa
melakukan kamma buruk baru, maka tidak akan ada akibat pada
masa akan datang. Dengan tanpa adanya akibat pada masa akan
datang, maka kamma-kamma lenyap. Dengan lenyapnya kamma-
kamma, maka penderitaan lenyap. Dengan lenyapnya penderitaan,
maka lenyapnya perasaan. Dengan lenyapnya perasaan, maka
semua penderitaan akan lenyap.' Inilah pilihan dan kesukaan kami,
kami puas dengan itu."
Setelah mereka berkata begitu, saya berkata kepada mereka:
"Saudara-saudara, tetapi anda sekalian tahu bahwa anda sekalian
hidup pada masa kehidupan yang lampau, itu bukan berarti anda
sekalian tidak hidup?"
"Ya, saudara."
303
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Tetapi, apakah anda sekalian tahu bahwa anda sekalian
melakukan kamma buruk pada kehidupan yang lampau dan tidak
pantang melakukannya?"
"Tidak, saudara."
"Apakah anda sekalian mengetahui bahwa telah banyak
penderitaan yang telah dialami atau telah banyak penderitaan yang
akan dialami, bilamana banyak penderitaan telah dialami atau
semua penderitaan telah dialami?"
"Tidak, saudara."
"Saudara-saudara, apakah anda sekalian tahu bagaimana
melenyapkan akusala dhamma dan mengembangkan kusala
dhamma pada masa sekarang ini di sini?"
"Tidak, saudara."
"Bila demikian, maka para pembunuh, orang yang tangannya
bergelimangan darah, pembuat kejahatan di dunia, jika mereka
lahir kembali sebagai manusia akan menjadi petapa seperti para
Nigantha?"
"Saudara Gotama, kesenangan tidak dapat dicapai dengan
kesenangan; kesenangan dicapai melalui kesakitan. Karena
bilamana kesenangan dicapai melalui kesenangan, maka Raja
Magadha, Seniya Bimmbisara akan mendapat kesenangan karena
304
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ia hidup dalam kesenangan yang lebih besar daripada petapa
Gotama."
"Sesungguhnya para petapa Nigantha telah mengucapkan
kata-kata dengan gegabah dan tanpa pertimbangan. Agaknya saya
yang harus bertanya: 'Siapakah yang hidup lebih menyenangkan,
Raja Magadha, Seniya Bimbisara atau pertapa Gotama?"'
"Saudara Gotama, sesungguhnya kami berkata dengan
gegabah dan tanpa pertimbangan. Tetapi biarkanlah itu begitu.
Sekarang kami bertanya: 'Siapakah yang hidup lebih
menyenangkan, Raja Magadha, Seniya Bimbisara atau petapa
Gotama?"'
"Saudara-saudara, saya akan menjawabnya dengan pertanya-
an. Jawablah pertanyaan itu sesukanya. Bagaimana pendapat
anda sekalian tentang hal ini, dapatkah Raja Magadha, Seniya
Bimbisara hidup tanpa bergerak atau tanpa bicara selama tujuh hari
mengalami kesenangan terus-menerus?"
"Tidak, saudara."
"Bagaimana pendapat anda sekalian, dapatkah Raja
Magadha, Seniya Bimbisara hidup tanpa bergerak atau tanpa
bicara selama. enam hari ... lima hari ... empat hari ... tiga
305
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
hari ... dua hari ... satu hari mengalami kesenangan terus-
menerus?"
"Tidak, saudara."
"Saudara-saudara, saya dapat hidup tanpa bergerak dan
tanpa bicara selama satu hari mengalami keseangan terus-
menerus.... dua hari ... tiga hari ... empat ... lima ... enam ...
tujuh hari mengalami kesenangan terus-menerus. Bagaimana
pendapat anda sekalian, siapakah yang hidup lebih
menyenangkan, Raja Magadha, Seniya Bimbisara atau saya?"
"Bila demikian, petapa Gotama, hidup lebih menyenangkan
daripada Raja Magadha, Seniya Bimbisara.
Demikianlah yang dikatakan Sang Bhagava. Mahanama
merasa puas dan gembira dengan uraian Sang Bhagava.
306
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ANUMANA SUTTA
( 15 )
Demikian telah saya dengar :
Pada suatu ketika Bhikkhu Mahamoggallana menginap di
Sumsumaragira, hutan Bhesakala di Taman Rusa, di daerah suku
Bhagga. Kemudian Bhikkhu Mahamoggallana menyapa para
bhikkhu, dengan berkata : "Para bhikkhu."
"Ya, bhante” jawab para bhikkhu tersebut kepada Bhikkhu
Mahamoggallana.
Kemudian Bhikkhu Mahamoggallana berkata sebagai berikut:
"Para bhikkhu, andaikata seorang bhikkhu mempersilahkan
dengan berkata : 'Para bhikkhu, silahkan menegurku, saya patut
diberitahu oleh para bhikkhu,' tetapi apabila ia merupakan
seseorang yang sulit diajak bicara, disertai sifat-sifat yang
membuatnya sulit diajak bicara, sukar diatur, tidak mampu
menerima petunjuk, maka rekan-rekan petapanya akan menilai
bahwa ia tidak sesuai untuk diajak bicara dan bahwa ia tidak sesuai
untuk diberi petunjuk-petunjuk dan orang tersebut tidak patut diberi
kepercayaan.”
307
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
“Para bhikkhu, apakah sifat-sifat yang membuatnya sukar
diajak bicara? Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu memiliki
keinginan jahat dan dikuasai oleh keinginan-keinginan jahat. Para
bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang memiliki keinginan jahat dan
dikuasai oleh keinginan-keinginan jahat, inilah sifat-sifat yang
membuatnya sukar diajak bicara. Para bhikkhu, kemudian seorang
bhikkhu memuji-muji dirinya sendiri dan merendahkan yang
lainnya. Bhikkhu siapa pun yang memuji-muji dirinya sendiri dan
merendahkan yang lainnya, inipun merupakan sifat-sifat yang
membuatnya sukar diajak bicara. Para bhikkhu, selanjutnya
seorang bhikkhu sangat marah, dikuasai kemarahan, ini pun
merupakan suatu sifat yang membuatnya sukar diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu menjadi sangat
marah dan karena kemarahannya ia menjadi seseorang yang
mencari-cari kesalahan orang lain.5 Bhikkhu siapa pun yang sangat
marah dan karena kemarahannya mencari-cari kesalahan pada diri
orang lain, ini pun merupakan suatu sifat yang membuatnya sukar
diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu menjadi sangat
marah dan karena kemarahannya ia melakukan penyerangan.
Bhikkhu siapa pun yang sangat marah dan karena kemarahannya
308
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
melakukan penyerangan, ini pun merupakan suatu sifat yang
membuatnya sukar diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu menjadi sangat
marah dan karena kemarahannya mengeluarkan kata-kata
kemarahan. Bhikkhu siapa pun yang sangat marah dan karena
kemarahannya mengeluarkan kata-kata kemarahan, ini pun
merupakan suatu sifat yang membuatnya sulit diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu, yang ditegur,
mengucapkan kata-kata celaan tanpa dipikir terlebih dahulu
terhadap orang yang menegur. Bhikkhu siapa pun yang setelah
ditegur, mengucapkan kata-kata celaan tanpa dipikir terlebih
dahulu terhadap orang yang menegur, ini pun merupakan suatu
sifat yang membuatnya sulit diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu yang ditegur,
merendahkan orang yang menegurnya karena ditegur. Bhikkhu
apapun yang setelah ditegur merendahkan orang yang menegurnya
karena ditegur, ini pun merupakan suatu sifat yang membuatnya
sulit diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu yang ditegur,
berbalik menegur orang yang menegurnya karena ditegur itu.
Bhikkhu siapa pun yang setelah ditegur, berbalik menegur orang
309
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
yang menegurnya karena ditegur demikian, ini pun merupakan sifat
yang membuatnya sulit diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu yang ditegur,
menutupi pertanyaan dengan menanyakan orang yang menegurnya
pertanyaan lain, menjawab yang tidak sesuai dengan
permasalahan, dan menunjukkan sikap tidak bersahabat dan itikad
jahat dan kedongkolan. Para bhikkhu, siapa pun yang setelah
ditegur, menutupi pertanyaan dengan menanyakan orang yang
menegurnya pertanyaan lain, memberi jawaban yang menyimpang
dari permasalahan, dan menunjukkan sikap tidak bersahabat dan
itikad jahat dan kedongkolan, inipun merupakan suatu sifat yang
membuatnya sulit diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu yang ditegur, tidak
berhasil menjelaskan tindakan-tindakannya kepada orang
menegurnya. Bhikkhu siapa pun yang setelah ditegur tidak berhasil
menjelaskan tindakan-tindakannya kepada orang yang
menegurnya, ini pun merupakan suatu sifat yang membuatnya sulit
diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu kasar, dan
pendengki. Bhikkhu siapa pun yang setelah ditegur tidak berhasil
menjelaskan tindakan-tindakannya kepada orang yang
310
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menegurnya, ini pun merupakan sifat yang membuatnya sulit
diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu pengiri dan
penggerutu. Bhikkhu siapa pun yang setelah ditegur tidak berhasil
menjelaskan tindakan-tindakannya kepada orang yang
menegurnya, ini pun merupakan sifat yang membuatnya sulit diajak
bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu curang dan menipu.
Bhikkhu siapa pun yang curang dan menipu, ini pun merupakan
suatu sifat yang membuatnya sulit diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu keras kepala dan
sombong. Bhikkhu siapa pun yang keras kepala dan sombong,
inipun merupakan sifat yang membuatnya sulit diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu, mengejar
keduniawian, menggenggamnya erat-erat, tidak mudah
melepaskannya. Bhikkhu siapa pun yang mengejar keduniawian,
menggenggamnya erat-erat, tidak mudah melepaskannya, ini pun
merupakan sifat yang membuatnya sulit diajak bicara. Para
bhikkhu, inilah yang disebut sifat-sifat yang membuat (seorang
bhikkhu) sulit diajak bicara.
311
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, namun apabila seorang bhikkhu mempersilahkan
dengan berkata: 'Para bhikkhu, mohon menegur saya, saya patut
diberi petunjuk oleh para bhikkhu dan apabila ia seseorang yang
mudah diajak bicara, penuh dengan sifat yang membuatnya mudah
diajak bicara, penurut, mampu menerima petunjuk, maka rekan
bhikkhunya akan menilai bahwa ia harus diajak bicara dan bahwa ia
patut diberi petunjuk dan bahwa kepercayaan seharusnya diberikan
kepada orang ini.’
Para bhikkhu, apakah sifat-sifat yang membuatnya mudah
diajak bicara? Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu tidak
memiliki keinginan jahat ataupun di bawah pengaruh keinginan
jahat. Bhikkhu siapa pun yang tidak memiliki keinginan jahat
ataupun di bawah pengaruh keinginan jahat, inilah sifat-sifat yang
membuatnya mudah diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak mengangkat
dirinya sendiri maupun merendahkan yang lain ... mudah diajak
bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak menjadi
sangat marah, dikuasai kemarahan yang sangat besar ... mudah
diajak bicara.
312
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak menjadi
sangat marah dan mencari-cari kesalahan orang lain karena
kemarahannya ... mudah diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak menjadi
sangat marah sehingga melakukan penyerangan ... mudah diajak
bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak menjadi
sangat marah dan karena kemarahannya mengucapkan kata-kata
kemarahan. Bhikkhu siapa pun yang tidak menjadi sangat marah
dan karena kemarahannya mengucapkan kata-kata kemarahan, ini
pun merupakan sifat yang membuatnya mudah diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu, yang dicela, tidak
membalas mencela terhadap orang yang mencelanya ... mudah
diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu yang dicela, tidak
merendahkan orang yang mencelanya karena celaan itu ... mudah
diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu, yang dicela, tidak
berbalik mencela orang yang mencelanya karena celaan itu ...
mudah diajak bicara.
313
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu, yang dicela, tidak
menutupi pertanyaan dengan menanyakan pertanyaan lain kepada
orang yang mencelanya, tidak menjawab menyimpang dari
masalahnya, tidak menunjukkan sikap tidak bersahabat dan itikad
jahat dan kedongkolan. Bhikkhu siapa pun yang setelah dicela tidak
menutupi pertanyaan dengan mengajukan pertanyaan lain kepada
orang yang mencelanya, tidak menjawab dengan menyimpang dari
masalah, tidak menunjukkan sikap tidak bersahabat, itikad jahat
dan kedongkolan, inipun merupakan sifat yang membuatnya mudah
diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu, setelah dicela,
berhasil menjelaskan tindakan-tindakannya kepada orang yang
mencelanya ... mudah diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak menjadi
kasar, tidak dengki ... mudah diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu tidak
iri, tidak sakit hati ... mudah diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu bukan merupakan
orang yang penuh tipu-muslihat, tidak suka menipu ... mudah diajak
bicara.
314
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak keras kepala,
tidak sombong ... mudah diajak bicara.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak mengejar
keduniawian yang bersifat sementara, tidak menggenggamnya
erat-erat, mudah melepaskannya. Bhikkhu siapa pun yang tidak
mengejar keduniawian yang bersifat sementara, tidak
menggenggamnya erat-erat, mudah melepaskannya, ini pun
merupakan suatu sifat yang membuatnya mudah diajak bicara.
Para bhikkhu, inilah yang disebut sifat-sifat yang membuat
(seorang bhikkhu) mudah diajak bicara.
Para bhikkhu, dalam hal ini pribadi haruslah diukur terhadap
pribadi oleh seorang bhikkhu demikian : 'Orang yang memiliki
keinginan jahat dan di bawah pengaruh keinginan jahat, orang
seperti itu tidak menyenangkan dan tidak dapat diterima olehku;
demikian pula apabila saya memiliki keinginan jahat dan di bawah
pengaruh keinginan jahat, saya akan tidak menyenangkan dan
tidak dapat diterima oleh orang lain.' Para bhikkhu, apabila seorang
bhikkhu mengetahui hal ini, ia harus menetapkan pikirannya
demikian : 'Saya tidak mau mempunyai keinginan jahat maupun di
bawah pengaruh pikiran jahat.' Orang yang mengagungkan dirinya
sendiri dan merendahkan orang lain tidak menyenangkan dan tidak
dapat diterima olehku; demikian pula apabila saya mengagungkan
315
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
diri saya sendiri dan merendahkan orang lain, saya akan menjadi
tidak menyenangkan dan tidak dapat diterima oleh orang lain.' Para
bhikkhu, apabila seorang bhikkhu mengetahui hal ini, ia harus
menetapkan pikirannya dan berpikir: 'Saya tidak akan menjadi
orang yang mengagungkan diri sendiri dan merendahkan orang
lain.'
Siapa pun yang menjadi sangat marah, dikuasai kemarahan ...
saya tidak akan menjadi seseorang yang sangat marah maupun
dikuasai kemarahan.'
Siapa pun yang menjadi sangat marah dan karena
kemarahannya mencari-cari kesalahan orang lain ... saya tidak akan
menjadi orang yang sangat marah maupun orang yang mencari-cari
kesalahan pada orang lain karena kemarahan.'
Siapa pun yang menjadi sangat marah dan karena
kemarahannya melakukan penyerangan ... saya tidak akan menjadi
sangat marah maupun seseorang yang melakukan penyerangan
karena kemarahan itu.'
Siapa pun yang menjadi sangat marah dan karena
kemarahannya mengucapkan kata-kata kemarahan ... saya tidak
akan menjadi sangat marah maupun seorang yang mengucapkan
kata-kata kemarahan karena kemarahan itu.'
316
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Siapa pun, yang dicela, membalas tanpa dipikir celaan
terhadap orang yang mencela itu ... Saya, apabila dicela, tidak
akan membalas tanpa dipikir celaan terhadap orang yang mencela
itu.'
Siapa pun, yang dicela, merendahkan orang yang mencela
karena celaan tersebut ... Saya, apabila dicela, tidak akan
merendahkan orang yang mencela karena celaan tersebut.' '
Siapa pun, yang dicela, membalikkannya pada orang yang
mencela atas celaan tersebut ... Saya, apabila dicela, tidak akan
membalikkannya pada orang yang mencela atas celaan tersebut.'
Siapa pun, yang dicela, menutupi pertanyaan dengan
mengajukan pertanyaan lainnya kepada orang yang mencela,
memberikan jawaban yang menyimpang dari permasalahan, dan
menunjukkan air muka marah, itikad jahat dan kejengkelan ... Saya,
apabila dicela, tidak akan menutupi pertanyaan dengan
menanyakan pertanyaan lain kepada orang yang mencela, saya
tidak akan memberikan jawaban yang menyimpang dari
permasalahan, saya tidak akan menunjukkan air muka marah,
itikad jahat dan kejengkelan. '
Siapa pun, yang dicela, tidak berhasil memberikan penjelasan
mengenai tindakannya kepada orang yang mencela ... saya akan
317
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
memberikan penjelasan mengenai tindakanku kepada orang yang
mencela.'
Siapa pun yang kasar dan dengki ... saya tidak akan menjadi
kasar dan dengki ...'
Siapa pun, yang iri dan menggerutu ... saya tidak akan iri dan
menggerutu.'
Siapa pun yang curang dan menipu ... saya tidak akan curang
dan menipu.'
Siapa pun yang keras kepala dan sombong ... saya tidak akan
keras kepala dan sombong.'
Siapa pun yang mengejar keduniawian, memegangnya erat-
erat, tidak membiarkannya lepas, orang semacam itu tidak
menyenangkan dan tidak dapat kusetujui; dan demikian pula
halnya, apabila saya mengejar keduniawian, memegangnya erat-
erat, tidak membiarkannya lepas, saya akan tidak menyenangkan
dan tidak disetujui oleh orang lain. Para bhikkhu, apabila seorang
bhikkhu mengetahui hal ini, ia harus menetapkan pikirannya dan
berpikir: 'Saya tidak akan menjadi seseorang yang mengejar
keduniawian, tidak memegangnya erat-erat, melepaskannya
dengan mudah.'
318
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, dalam hal ini pribadi haruslah diukur terhadap
pribadi oleh seorang bhikkhu demikian: 'Sekarang, apakah saya
memiliki keinginan jahat, di bawah pengaruh keinginan jahat?' Para
bhikkhu, apabila sewaktu bhikkhu tersebut merenungkan, ia
menyadari demikian: 'Saya memiliki keinginan jahat, di bawah
pengaruh keinginan jahat,' maka, para bhikkhu, bhikkhu tersebut
harus berjuang untuk menyingkirkan keadaan-keadaan jahat yang
tidak terlatih tersebut. Para bhikkhu, tetapi apabila bhikkhu
tersebut, sewaktu merenungkan, mengetahui demikian: 'Saya tidak
memiliki keinginan jahat, tidak di bawah pengaruh keinginan jahat,'
maka, dengan kegiuran dan kegembiraan, hal-hal itu (negatif) harus
ditinggalkan oleh bhikkhu tersebut, berlatih siang dan malam dalam
keadaan-keadaan bathin yang terlatih.
Para bhikkhu, selanjutnya pribadi haruslah diukur terhadap
pribadi oleh seorang bhikkhu demikian : 'Sekarang, apakah saya
mengagungkan diri sendiri, merendahkan yang lainnya?' 'Para
bhikkhu, apabila bhikkhu tersebut, sewaktu merenungkan,
mengetahui bahwa ... bhikkhu tersebut harus berjuang untuk
menyingkirkan keadaan-keadaan jahat yang tidak terlatih tersebut.
Tetapi apabila, para bhante, ... [99] bhikkhu tersebut, sewaktu
merenungkan, mengetahui demikian : 'Saya bukan orang yang
319
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mengagungkan diri sendiri, merendahkan yang lain' ... dalam
keadaan-keadaan bathin yang terlatih.
Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya seorang yang penuh
kemarahan, dikuasai kemarahan?'... 'Saya bukan seseorang yang
penuh kemarahan, dikuasai oleh kemarahan' ... dalam keadaan-
keadaan bathin yang terlatih.
Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya merupakan
seseorang yang penuh kemarahan dan mencari-cari kesalahan
orang lain karena kemarahan tersebut' ... 'Saya bukan seseorang
yang penuh kemarahan dan mencari-cari kesalahan orang lain
karena kemarahan itu' ... dalam keadaan-keadaan yang terlatih.
Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya merupakan
seseorang yang penuh kemarahan dan melakukan penyerangan
karena kemarahan tersebut?' ... 'Saya bukan merupakan seseorang
yang penuh kemarahan dan melakukan penyerangan karena
kemarahan tersebut' ... dalam keadaan-keadaan bathin yang
terlatih.
Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya merupakan
seseorang yang penuh kemarahan dan karenanya mengucapkan
kata-kata penuh kemarahan?' ... 'Saya bukanlah seseorang yang
320
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
penuh kemarahan dan karena kemarahanku mengucapkan kata-
kata kemarahan' ... dalam keadaan-keadaan bathin yang terlatih.
Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya seseorang yang
setelah dicela membalas celaan terhadap orang yang
mencelaku? ... 'Apabila dicela, saya tidak membalas celaan orang
yang mencela tersebut' ... dalam keadaan-keadaan bathin yang
terlatih.
Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya, setelah dicela,
merendahkan orang yang mencela karena celaan tersebut?' ...
'Apabila dicela, saya tidak merendahkan orang yang mencela
karena celaannya.' ... dalam keadaan-keadaan bathin yang terlatih.
Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya, apabila dicela,
berbalik menyerang yang mencela karena celaannya?' ... 'Apabila
dicela, saya tidak berbalik menyerang orang yang mencela karena
celaannya' ... dalam keadaan-keadaan bathin yang terlatih.
Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya, apabila dicela,
menutupi pertanyaan dengan menanyakan pertanyaan lainnya
kepada orang yang mencela, apakah saya memberi jawaban yang
menyimpang dari permasalahan, apakah saya menunjukkan air
muka marah, itikad jahat dan kejengkelan? ... 'Apabila dicela, saya
tidak menutupi pertanyaan dengan mengajukan pertanyaan lainnya
321
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kepada orang yang mencela, saya tidak berbicara yang
menyimpang dari permasalahan, saya tidak menunjukkan air muka
marah dan kejengkelan' ... dalam keadaan-keadaan bathin yang
terlatih.
Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya, setelah dicela
berhasil menjelaskan tindakanku pada orang yang mencela? ...
'Apabila dicela, saya sanggup menjelaskan tindakanku kepada
orang yang mencela' ... dalam keadaan-keadaan bathin yang
terlatih.
Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya kasar dan
pendendam?' ... 'Saya tidak kasar maupun pendendam' ... dalam
keadaan-keadaan bathin yang terlatih.
Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya pengiri dan
penggerutu?' ... 'Saya bukan pengiri maupun penggerutu' ... dalam
keadaan-keadaan bathin yang terlatih.
Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya penghianat dan
penipu?' ... 'Saya bukan penghianat maupun penipu' ... dalam
keadaan-keadaan bathin yang terlatih.
Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya keras kepala dan
sombong?' ... 'Saya tidak keras kepala maupun sombong' ... dalam
keadaan-keadaan bathin yang terlatih.
322
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, selanjutnya pribadi haruslah diukur terhadap
pribadi demikian oleh seorang bhikkhu: 'Apakah saya, mengejar
keduniawian, memegangnya erat-erat, tidak mudah
melepaskannya?' Para bhikkhu, apabila bhikkhu tersebut, sewaktu
merenungkan mengetahui bahwa: 'Saya seseorang yang mengejar
keduniawian, memegangnya erat-erat, tidak mudah
melepaskannya,' maka, para bhikkhu, bhikkhu tersebut haruslah
berjuang menyingkirkan keadaan-keadaan bathin jahat yang tidak
terlatih. Tetapi apabila, para bhante, bhikkhu tersebut, sewaktu
merenungkan, mengetahui demikian : 'Saya bukanlah seseorang
yang mengejar keduniawian, tidak memegangnya erat-erat, mudah
melepaskannya,' maka, para bhikkhu, dengan kegiuran dan
kegembiraan, hal-hal (negatif) tersebut haruslah ditinggalkan oleh
bhikkhu tersebut, berlatih siang dan malam dalam keadaan-
keadaan bathin yang terlatih.
Para bhikkhu, apabila sewaktu merenungkan, seorang bhikkhu
melihat bahwa semua keadaan bathin yang jahat dan tidak terlatih
ini belum disingkirkan dari dalam dirinya, maka, para bhikkhu,
bhikkhu tersebut harus berjuang untuk menyingkirkan semua
keadaan bathin yang jahat dan tidak terlatih tersebut. Tetapi
apabila, para bhikkhu, sewaktu merenungkan, seorang bhikkhu
melihat bahwa semua keadaan bathin yang jahat dan tidak terlatih
323
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tersebut telah tersingkirkan dari dalam dirinya, maka, para bhikkhu,
dengan kegiuran dan kegembiraan, hal-hal (negatif) tersebut
haruslah ditinggalkan pleh bhikkhu tersebut, berlatih siang dan
malam dalam keadaan-keadaan bathin yang terlatih.
Para bhikkhu, bagaikan seorang wanita atau seorang pria, yang
masih muda, dalam masa-masa awal kehidupannya dan
menyenangi perhiasan-perhiasan, yang mengamati bayangannya
sendiri dalam sebuah cermin yang jernih, murni, atau dalam
semangkuk air. Apabila ia melihat debu atau noda di sana, ia
berusaha menyingkirkan debu atau noda tersebut. Tetapi apabila
ia tidak melihat debu atau noda di sana, ia merasa senang
karenanya dan berpikir: 'Sesungguhnya, ini baik untukku,
sesungguhnya saya sangat bersih.' Demikian pula, para bhikkhu,
apabila seorang bhikhu, sewaktu merenungkan, melihat bahwa
semua keadaan bahtin yang jahat dan tidak terlatih dalam diri
belum disingkirkan, maka, para bhikkhu, ia berjuang untuk
menyingkirkan semua kejahatan, keadaan-keadaan bathin yang
tidak terlatih.
Para bhikkhu, apabila seorang bhikkhu, sewaktu mere-
nungkan, melihat bahwa semua keadaan-keadaan bathin yang
jahat dan tidak terlatih dalam diri telah disingkirkan, maka, para
bhikkhu, dengan kegiuran dan kegembiraan semua hal (negatif)
324
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
harus bhikkhu tersebut tinggalkan, dengan berlatih siang dan
malam dalam keadaan-keadaan bathin yang terlatih."
Demikianlah apa yang diuraikan Bhikkhu Mahamoggallana.
Para bhikkhu tersebut senang dan gembira degan apa yang
diuraikan oleh Bhikkhu Mahamoggallana.
CETOKHILA SUTTA
( 16 )
Demikian telah saya dengar:
325
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama
milik Anathapindika, Savatthi. Di sana Sang Bhagava menyapa para
bhikkhu dengan berkata: "Para bhikkhu." "Bhante," jawab para
bhikkhu.
Sang Bhagava berkata demikian: "Para bhikkhu, pada bhikkhu
siapa pun di mana kelima ‘kegersangan batin’ (cetokhila) tidak
disingkirkan, kelima ‘belenggu batin’ (cetaso vinibandha) tidak
dicabut hingga ke akar-akarnya, maka ia akan bertumbuh,
berkembang, matang dalam dhamma dan Vinaya, keadaan seperti
ini tidak akan terjadi. Kelima kegersangan batin manakah yang
tidak dilenyapkan olehnya? Para bhikkhu, dalam hal ini bhikkhu
tersebut memiliki keragu-raguan, bingung, tidak yakin, tidak pasti
terhadap Guru (Sattha). Para bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang
memiliki keragu-raguan, bingung, tidak yakin, tidak pasti terhadap
guru, maka pikirannya tidak cenderung untuk berusaha sungguh-
sungguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan berjuang. Inilah
kegersangan batin pertama yang apabila tidak disingkirkan olehnya
pikirannya dan tidak cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh,
melaksanakan terus-menerus, giat dan berjuang.
Para bhikkhu, selanjutnya, bhikkhu tersebut memiliki keragu-
raguan, bingung, tidak yakin, tidak pasti terhadap dhamma. Para
bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang memiliki keragu-raguan, bingung,
326
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tidak yakin, tidak pasti terhadap dhamma, maka pikirannya tidak
cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-
menerus, giat dan berjuang. Inilah kegersangan batin kedua yang
apabila tidak disingkirkan oleh pikirannya dan tidak cenderung
untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus,
giat dan berjuang.
Para bhikkhu, selanjutnya, bhikkhu tersebut memiliki keragu-
raguan, bingung, tidak yakin, tidak pasti terhadap sangha. Para
bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang memiliki keragu-raguan, bingung,
tidak yakin, tidak pasti terhadap sangha, maka pikirannya tidak
cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-
menerus, giat dan berjuang. Inilah kegersangan batin ketiga yang
apabila tidak disingkirkan olehnya pikirannya dan tidak cenderung
untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus,
giat dan berjuang.
Para bhikkhu, selanjutnya, bhikkhu tersebut memiliki keragu-
raguan, bingung, tidak yakin, tidak pasti terhadap sila. Para
bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang memiliki keragu-raguan, bingung,
tidak yakin, tidak pasti terhadap sila, maka pikirannya tidak
cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-
menerus, giat dan berjuang. Inilah kegersangan batin keempat
yang apabila tidak disingkirkan olehnya pikirannya dan tidak
327
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-
menerus, giat dan berjuang.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu marah, tidak
senang terhadap rekan bhikkhunya, pikirannya memburuk dan
gersang. Para bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang marah, tidak
senang terhadap rekan bhikkhunya, pikirannya memburuk,
gersang, maka pikirannya tidak cenderung untuk berusaha
sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus, untuk bergiat,
untuk berjuang. Inilah kegersangan batin kelima yang apabila
tidak disingkirkan dari dirinya pikirannya tidak cenderung untuk
berusaha sungguh-sunguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan
berjuang.
Selanjutnya, apakah kelima belenggu batin yang tidak tercabut
dari akar-akarnya dalam dirinya? Para bhikkhu, dalam hal ini,
seorang bhikkhu tidak bebas dari kemelekatan terhadap
kesenangan indera, tidak bebas dari keinginan, tidak bebas dari
cinta (nafsu indera), tidak bebas dari kehausan, tidak bebas dari
demam, tidak bebas dari keserakahan.
Para bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang tidak terbebas dari
kemelekatan pada kesenangan indera, tidak bebas dari keinginan,
tidak bebas dari cinta, tidak bebas dari kehausan, tidak bebas dari
demam dan tidak bebas dari keserakahan, pikirannya tidak
328
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-
menerus, giat dan berjuang.
Inilah belenggu batin yang pertama yang apabila tidak dicabut
hingga ke akar-akarnya dari dalam dirinya, maka pikirannya tidak
cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus
menerus, giat dan berjuang.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak terbebas dari
kemelekatan pada badan jasmani, tidak bebas dari keinginan, tidak
bebas dari cinta, tidak bebas dari kehausan, tidak bebas dari
demam dan tidak bebas dari keserakahan, pikirannya tidak
cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-
menerus, giat dan berjuang.
Inilah belenggu batin kedua yang apabila tidak dicabut hingga
ke akar-akarnya dari dalam dirinya, maka pikirannya tidak
cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh melaksanakan terus-
menerus, giat dan berjuang.
Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu, tidak terbebas
dari kemelekatan pada bentuk-bentuk materi (di luar jasmani), tidak
bebas dari keinginan, tidak bebas dari cinta, tidak bebas dari
kehausan, tidak bebas dari demam dan tidak bebas dari
329
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
keserakahan, pikirannya tidak cenderung untuk berusaha sungguh-
sungguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan berjuang.
Inilah belenggu batin ketiga yang apabila tidak dicabut hingga
ke akarnya dari dalam dirinya, maka pikirannya tidak cenderung
untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus,
giat dan berjuang.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu setelah makan
sebanyak yang dapat ditampung perutnya, hidup dalam
kenikmatan tidur di ranjang, berbaring dan bermalas-
malasan. Bhikkhu siapa pun, yang setelah makan sebanyak
yang dapat ditampung perutnya, hidup dalam kenikmatan
tidur di ranjang, berbaring dan bermalas-malasan, pikirannya
tidak cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh,
melaksanakan terus menerus, giat dan berjuang.
Inilah belenggu batin keempat yang apabila tidak dicabut
hingga ke akar-akarnya dari dalam dirinya pikirannya tidak
cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan
terus-menerus, giat dan berjuang.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu menjalani
kehidupan brahmacari (selibat) berkeinginan untuk menjadi salah
satu dari beberapa tingkatan deva, berpikir: 'Dengan kebiasaan
330
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dan adat-istiadat moral, bertapa atau melaksanakan kehidupan
brahmacari, saya akan menjadi sesosok deva atau salah satu di
antara tingkatan para deva. Bhikkhu siapa pun yang menjalani
kehidupan brahmacari, berkeinginan menjadi salah satu dari
beberapa tingkatan dewa, berpikir : 'Dengan kebiasaan dan adat
istiadat moral, bertapa atau melaksanakan kehidupan suci, saya
akan menjadi sesosok dewa, atau salah satu di antara tingkatan
pada dewa,’ pikirannya tidak cenderung untuk berusaha sungguh-
sungguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan berjuang.
Inilah belenggu batin kelima yang apabila tidak dicabut hingga
ke akar-akarnya dari dalam dirinya pikirannya tidak cenderung
untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus,
giat dan berjuang.
Inilah kelima belenggu batin yang tidak dicabut hingga ke akar-
akarnya. Para bhikkhu, bhikkhu siapa pun dimana kelima
kegersangan batin tidak disingkirkan, kelima belenggu batin tidak
dicabut hingga ke akar-akarnya, maka ia akan bertumbuh,
berkembang, matang dalam dhamma dan Vinaya - keadaan seperti
ini tidak akan terjadi.
Para bhikkhu, bhikkhu siapa pun di mana kelima kegersangan
batin disingkirkan, kelima belenggu batin dicabut hingga ke akar-
331
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
akarnya, maka ia akan bertumbuh, berkembang, matang dalam
dhamma dan Vinaya - hal ini akan terjadi.
Apakah kelima kegersangan batin yang disingkirkan olehnya?
Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu tidak memiliki
keragu-raguan, tidak bingung, yakin, pasti terhadap guru. Para
bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang tidak memiliki keragu-raguan,
tidak bingung, yakin, pasti terhadap guru, maka pikirannya
cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-
menerus, giat dan berjuang.
Inilah kegersangan batin pertama disingkirkan oleh pikirannya
yang cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan
terus-menerus, giat dan berjuang.
Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu tidak memiliki
keragu-raguan, tidak bingung, yakin, pasti terhadap dhamma. Para
bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang tidak memiliki keragu-raguan,
tidak bingung, yakin, pasti terhadap dhamma, maka pikirannya
cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-
menerus, giat dan berjuang.
Inilah kegersangan batin kedua disingkirkan oleh pikirannya
yang cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan
terus-menerus, giat dan berjuang.
332
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu tidak memiliki
keragu-raguan, tidak bingung, yakin, pasti terhadap sangha. Para
bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang tidak memiliki keragu-raguan,
tidak bingung, yakin, pasti terhadap sangha, maka pikirannya
cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-
menerus, giat dan berjuang.
Inilah kegersangan batin ketiga disingkirkan oleh pikirannya
yang cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan
terus-menerus, giat dan berjuang.
Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu tidak memiliki
keragu-raguan, tidak bingung, yakin, pasti terhadap sila. Para
bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang tidak memiliki keragu-raguan,
tidak bingung, yakin, pasti terhadap sila, maka pikirannya
cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-
menerus, giat dan berjuang.
Inilah kegersangan batin keempat disingkirkan oleh pikirannya
yang cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan
terus-menerus, giat dan berjuang.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak marah,
senang terhadap rekan bhikkhunya, pikirannya tidak memburuk
dan tidak gersang. Para bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang tidak
333
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
marah, senang terhadap rekan bhikkhunya, pikirannya tidak
memburuk dan tidak gersang, maka pikirannya cenderung untuk
berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus, untuk
bergiat, untuk berjuang. Inilah kegersangan batin kelima yang
disingkirkan oleh pikirannya yang cenderung untuk berusaha
sungguh-sunguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan berjuang.
Inilah kelima kegersangan batin yang disingkirkan olehnya.
Apakah lima belenggu batin yang dicabut hingga ke akar-
akarnya olehnya?
Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu bebas dari
kemelekatan pada kesenangan indera, bebas dari keinginan, bebas
dari cinta, bebas dari kehausan, bebas dari demam dan bebas dari
keserakahan. Bhikkhu apapun yang terbebas dari kesenangan
indera, bebas dari keinginan, bebas dari cinta, bebas dari kehausan,
bebas dari demam dan bebas dari keserakahan, pikirannya
cenderung berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-
menerus, giat dan berjuang.
Inilah belenggu batin pertama yang apabila dicabut hingga ke
akar-akarnya dari dalam dirinya pikirannya cenderung berusaha
sungguh-sungguh, melaksanakan terus- menerus, giat dan
berjuang.
334
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu bebas dari
kemelekatan pada badan jasmani, bebas dari keinginan, bebas dari
cinta, bebas dari kehausan, bebas dari demam dan bebas dari
keserakahan. Bhikkhu siapa pun yang terbebas dari kesenangan
indera, bebas dari keinginan, bebas dari cinta, bebas dari kehausan,
bebas dari demam dan bebas dari keserakahan, pikirannya
cenderung berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-
menerus, giat dan berjuang.
Inilah belenggu batin kedua yang apabila dicabut hingga ke
akar-akarnya dari dalam dirinya pikirannya cenderung berusaha
sungguh-sungguh, melaksanakan terus- menerus, giat dan
berjuang.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu bebas dari
kemelekatan pada bentuk-bentuk materi (di luar jasmani), bebas
dari keinginan, bebas dari cinta, bebas dari kehausan, bebas dari
demam dan bebas dari keserakahan. Bhikkhu siapa pun yang terbe-
bas dari bentuk-bentuk materi, bebas dari keinginan, bebas dari
cinta, bebas dari kehausan, bebas dari demam dan bebas dari
keserakahan, pikirannya cenderung berusaha sungguh-sungguh,
melaksanakan terus-menerus, giat dan berjuang.
Inilah belenggu batin ketiga yang apabila dicabut hingga ke
akar-akarnya dari dalam dirinya pikirannya cenderung berusaha
335
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
sungguh-sungguh, melaksanakan terus- menerus, giat dan
berjuang.
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak makan
sebanyak perutnya dapat menampung, tidak hidup dalam
kenikmatan tidur di ranjang, berbaring dan kenikmatan bermalas-
malasan. Bhikkhu siapa pun, yang tidak makan sebanyak perutnya
dapat menampung, tidak hidup dalam kenikmatan tidur di ranjang,
berbaring dan bermalas-malasan, pikirannya cenderung berusaha
sungguh-sungguh, melaksanakan terus menerus, giat dan
berjuang.
Inilah belenggu batin keempat yang apabila dicabut hingga ke
akar-akarnya dari dalam dirinya pikirannya cenderung untuk
berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan
berjuang.
……………………………
Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak menjalani
kehidupan brahmacari (selibat) berkeinginan untuk menjadi salah
satu dari beberapa tingkatan deva, berpikir: 'Dengan kebiasaan
dan adat-istiadat moral, bertapa atau melaksanakan kehidupan
brahmacari, saya akan menjadi sesosok deva atau salah satu di
antara tingkatan para deva. Bhikkhu siapa pun yang tidak menjalani
336
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kehidupan brahmacari, berkeinginan menjadi salah satu dari
beberapa tingkatan dewa, berpikir : 'Dengan kebiasaan dan adat
istiadat moral, bertapa atau melaksanakan kehidupan suci, saya
akan menjadi sesosok dewa, atau salah satu di antara tingkatan
pada dewa,’ pikirannya cenderung untuk berusaha sungguh-
sungguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan berjuang.
Inilah belenggu batin kelima yang apabila dicabut hingga ke
akar-akarnya dari dalam dirinya pikirannya cenderung untuk
berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan
berjuang.
Inilah kelima belenggu batin yang dicabut hingga ke akar-
akarnya. Para bhikkhu, bhikkhu siapa pun dimana kelima
kegersangan batin disingkirkan, kelima belenggu batin dicabut
hingga ke akar-akarnya, maka ia akan bertumbuh, berkembang,
matang dalam dhamma dan Vinaya - keadaan seperti ini akan
terjadi.
Ia mengembangkan dasar kekuatan batin (iddhipada) yang
dihasilkan meditasi-keinginan (chanda-samadhi) yang disertai
usaha-usaha perjuangan (padhanasankhara); ia mengembangkan
dasar kekuatan batin yang dihasilkan meditasi-semangat (viriya-
samadhi) yang disertai usaha-usaha perjuangan; ia
mengembangkan dasar kekuatan batin yang dihasilkan oleh
337
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
meditasi-kesadaran (citta-samadhi) yang disetai usaha-usaha
perjuangan; ia mengembangkan dasar dari kekuatan batin yang
didihasilkan meditasi-penyelidikan (vimamsa-samadhi) yang
disertai dengan usaha-usaha perjuangan sebagai yang keempat.
Para bhikkhu, apabila seorang bhikkhu memiliki lima belas
faktor termasuk semangat [104] ia akan menjadi seseorang yang
berhasil menembus (abhinibbhidaya), ia menjadi seorang yang
sadar (sambhodhaya), ia menjadi seorang pemenang kedamaian
tiada taranya (anuttarassa yogakkhemassa) dari belenggu-
belenggu tersebut.5
Para bhikkhu, sebagaimana jika ada delapan, sepuluh atau
selusin telur ayam yang diduduki dengan baik, dierami dengan baik,
ditetaskan dengan baik oleh induknya; harapan seperti ini tidak
akan timbul pada ayam betina tersebut: 'Semoga anak-anak
ayamku, setelah menembus kulit telur dengan ujung cakar pada
kaki mereka atau dengan paruh mereka, keluar dengan selamat,'
karena anak-anak ayam ini merupakan hewan yang dapat keluar
dengan selamat setelah menembus kulit telur dengan ujung dari
cakar pada kaki mereka atau dengan paruh mereka. Para bhikkhu,
demikian pula seorang bhikkhu yang memiliki lima belas faktor
termasuk semangat menjadi seseorang yang berhasil menembus, ia
338
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menjadi seorang yang sadar, ia menjadi seorang pemenang
kedamaian tiada taranya dari belenggu-belenggu tersebut.”
Demikianlah apa yang dikatakan Sang Bhagava. Para bhikkhu
dengan senang dan gembira dengan apa yang diuraikan Sang
Bhagava.
VANAPATTHA-SUTTA
(17)
Demikianlah saya dengar.
339
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama
milik Anathapindika, Savatthi. Di sana Beliau berkata kepada para
bhikkhu: "Para bhikkhu."
"Ya, Bhante", jawab para bhikkhu.
Selanjutnya Sang Bhagava berkata:
"Para bhikkhu, saya akan menguraikan secara rinci kepada
kamu sekalian tentang Khotbah Hutan Belukar (Vanapatta Sutta).
Dengarkan dan perhatikanlah dengan baik apa yang akan saya
katakan."
"Baiklah, Bhante," jawab para bhikkhu.
Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal
dalam hutan belukar. Ketika tinggal di sana kesadarannya yang
belum teguh tidak menjadi teguh, batinnya yang belum
terkonsentrasi tidak terkonsentrasi, noda batinnya yang belum
disingkirkan tidak disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum
dicapai tidak dicapai, juga kebutuhan untuk hidup seperti jubah,
makanan, tempat istirahat, obat-obatan guna menyembuhkan
penyakit juga sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus
memperhatikan hal ini. Ia selayaknya meninggalkan hutan itu
malam itu juga atau hari itu juga; ia tak selayaknya terus tinggal di
sana.'
340
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dalam hutan belukar.
Ketika tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh tidak
menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi tidak
terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan tidak
disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak dicapai,
namun kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan,
tempat istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit
mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal ini,
tetapi ia patut merenung: "Saya pergi dari kehidupan berumah
tangga ke kehidupan kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah,
dana makanan, tempat istirahat dan kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit, namun saya tak memperoleh kemajuan
(dalam dhamma) di sini. Ia selayaknya meninggalkan hutan itu
setelah mempertimbangkannya dengan cermat; ia tak selayaknya
terus tinggal di sana.'
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dalam hutan belukar.
Ketika tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh menjadi
teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi terkonsentrasi,
noda batinnya yang belum disingkirkan telah dikikis, kebebasan
tertinggi yang belum dicapai telah dicapai, namun kebutuhan untuk
hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan
obat guna menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu
341
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tersebut harus memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung:
"Saya pergi dari kehidupan rumah tangga ke kehidupan
kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan,
tempat istirahat dan kebutuhan obat guna menyembuhkan
penyakit, namun saya memperoleh kemajuan di sini". Ia selayaknya
terus tinggal di hutan belukar itu setelah mempertimbangkannya
dengan cermat; ia tak selayaknya meninggalkan tempat itu.
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dalam hutan belukar.
Ketika tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh menjadi
teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi terkonsentrasi,
noda batinnya yang semula belum disingkirkan telah dikikis,
kebebasan tertinggi yang belum dicapai telah dicapai, juga
kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan, tempat
istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit mudah
diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal ini. Ia
selayaknya terus tinggal di hutan itu; ia tak selayaknya
meninggalkan tempat tersebut.
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di sebuah desa
tertentu. Ketika ia di sana kesadarannya yang belum teguh tidak
menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi tidak
terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan tidak
disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak dicapai,
342
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dan juga kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan,
tempat istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit
sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal ini. Ia
selayaknya meninggalkan desa itu malam itu juga, atau hari itu
juga; ia tak selayaknya terus tinggal di sana.'
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di desa tertentu. Ketika
ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh tidak menjadi
teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi tidak terkonsentrasi,
noda batinnya yang belum disingkirkan tidak disingkirkan,
kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak dicapai, namun
kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan, tempat
istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit mudah
diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal ini, tetapi ia
patut merenung: "Saya pergi dari kehidupan berumah tangga ke
kehidupan kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana
makanan, tempat istirahat dan kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit, namun saya tak memperoleh kemajuan
(dalam dhamma) di sini. Ia selayaknya meninggalkan desa itu
setelah mempertimbang-kannya dengan cermat; ia tak selayaknya
terus tinggal di sana.'
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di desa tertentu. Ketika
tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh menjadi teguh,
343
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi terkonsentrasi, noda
batinnya yang belum disingkirkan telah dikikis, kebebasan tertinggi
yang belum dicapai telah dicapai, namun, kebutuhan untuk hidup
seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat
guna menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut
harus memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung: "Saya pergi
dari kehidupan berumah tangga ke kehidupan kebhikkhuan tidak
untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat dan
kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun saya
memperoleh kemajuan di sini." Ia selayaknya terus tinggal di desa
itu. Setelah mempertimbangkannya dengan cermat; ia tak
selayaknya meninggalkan tempat itu.'
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di desa tertentu. Ketika
tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh menjadi teguh,
batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi terkonsentrasi, noda
batinnya yang semula belum disingkirkan telah dikikis, kebebasan
tertinggi yang belum dicapai telah dicapai, juga kebutuhan untuk
hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan
obat guna menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu
tersebut harus memperhatikan hal ini. Ia selayaknya terus tinggal di
desa itu; ia tak selayaknya meninggalkan tempat tersebut.'
344
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Para bbikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota kecil tertentu.
Ketika tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh tidak
menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi tidak
terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan tidak
disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak
dicapai, juga kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana
makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut
harus memperhatikan hal ini. Ia selayaknya meninggalkan
kota kecil itu malam itu juga, atau hari itu juga; ia tak
selayaknya terus tinggal di sana.'
'Para bhikkhu, seorang seorang bhikkhu tinggal di kota kecil
tertentu. Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum
teguh tidak menjadi teguh, batinnya yang belum
terkonsentrasi tidak terkonsentrasi, noda batinnya yang
belum disingkirkan tidak disingkirkan, kebebasan tertinggi
yang belum dicapai tidak dicapai, namun kebutuhan untuk
hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat,
kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit mudah
diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal ini, ia
patut merenung: "Saya pergi dari kehidupan berumah tangga
ke kehidupan kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah,
345
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dana makanan, tempat istirahat dan kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit, namun saya tidak memperoleh
kemajuan (dalam dhamma) di sini.” Ia selayaknya
meninggalkan kota kecil itu setelah mempertimbangkan
dengan cermat; ia tak selayaknya terus tinggal di sana.'
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota kecil tertentu.
Ketika ia tinggal di sana kesadarannya yang belum teguh
menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi
terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan telah
dikikis, kebebasan tertinggi yang belum dicapai telah dicapai,
namun kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan,
tempat istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan
penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus
memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung: "Saya pergi
dari kehidupan berumah tangga ke kehidupan kebhikkhuan
tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat
istirahat dan kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit,
namun saya memperoleh kemajuan di sini.” Ia selayaknya
terus tinggal di kota kecil itu setelah mempertimbangkannya
dengan cermat,' ia tak selayaknya meninggalkan tempat itu.'
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota kecil tertentu.
Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh
346
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi telah
terkonsentrasi, noda batinnya yang semula belum
disingkirkan telah dikikis, kebebasan tertinggi yang belum
dicapai telah dicapai, juga kebutuhan untuk hidup seperti
jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut
harus memperhatikan hal ini. Ia selayaknya terus tinggal di
kota kecil itu; ia tak selayaknya meninggalkan tempat
tersebut.'
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota besar tertentu.
Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh
tidak menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi
tidak terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan
tidak disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai
tidak dicapai, juga kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana
makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut
harus memperhatikan hal ini. Ia selayaknya meninggalkan
kota besar itu malam itu juga, atau hari itu juga; ia tak
selayaknya terus tinggal di sana.'
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota besar tertentu.
Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh
347
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tidak menjadi teguh, batinnya yang belum disingkirkan tidak
disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak
dicapai, namun kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana
makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut
harus memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung: "Saya
pergi dari kehidupan berumah tangga ke kehidupan
kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan,
tempat istirahat dan kebutuhan obat guna menyembuhkan
penyakit, namun saya tak memperoleh kemajuan (dalam
dhamma) di sini.” Ia selayaknya meningalkan kota besar itu
setelah mempertimbangkannya dengan cermat; ia tak
selayaknya terus tinggal di sana.
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota besar tertentu.
Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh
menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi
terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan telah
dikikis, kebebasan tertinggi yang belum dicapai telah dicapai,
namun kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan,
tempat istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan
penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus
memperhatikan hal ini, ia patut merenung: "Saya pergi dari
348
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kehidupan berumah tangga ke kehidupan kebhikkhuan tidak
untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat
dan kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun
saya memperoleh kemajuan di sini.” Ia selayaknya terus
tinggal di kota besar itu setelah mempertimbangkannya
dengan cermat; ia tak selayaknya meninggalkan tempat.'
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota besar tertentu.
Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh
menjadi teguh, batinnya yang belum disingkirkan telah
dikikis, kebebasan tertinggi yang belum dicapai telah dicapai,
juga kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan,
tempat istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan
penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut harus
memperhatikan hal ini. Ia selayaknya terus tinggal di kota
besar itu; ia tak selayaknya meninggalkan tempat tersebut.
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di negeri tertentu.
Ketika ia tinggal di sana kesadarannya yang belum teguh
tidak menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi
tidak terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan
tidak disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai
tidak dicapai, juga kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana
makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
349
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menyembuhkan penyakit juga sulit diperoleh. Bhikkhu
tersebut harus memperhatikan hal ini. Ia selayaknya
meninggalkan negeri itu malam itu juga, atau hari itu juga; ia
tak selayaknya terus tinggal di sana.'
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di negeri tertentu.
Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh tidak
menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi tidak
terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan tidak
disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak
dicapai, namun kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana
makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat menyembuhkan
penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut harus
memperhatikan hal ini, tetapi patut merenung: "Saya pergi dari
kehidupan berumah tangga ke kehidupan kebikkhuan tidak
untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat
dan kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun
saya tak memperoleh kemajuan (dalam dhamma) di sini. Ia
selayaknya meninggalkan negeri itu setelah
mempertimbangkannya dengan cermat; ia tak selayaknya
terus tinggal di sana.'
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di negeri tertentu.
Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh
350
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi
terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan telah
dikikis, kebebasan tertinggi yang belum dicapai telah dicapai,
namun kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan,
tempat istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan
penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus
memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung: "Saya pergi
dari kehidupan berumah tangga ke kehidupan kebhikkhuan
tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat
istirahat dan kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit,
namun saya memperoleh kemajuan (dalam dhamma) di sini."
Ia selayaknya terus tinggal di negeri itu setelah
mempertimbangkannya dengan cermat; ia tak selayaknya
meninggalkan tempat itu.'
'Para bbikkhu, seorang bhikkhu tinggal di negeri tertentu.
Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh
menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi
terkonsentrasi, noda batinnya yang semula belum
disingkirkan telah dikikis, kebebasan tertinggi yang belum
dicapai telah dicapai, juga kebutuhan untuk hidup seperti
jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut
351
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
harus memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung: "Saya
pergi dari kehidupan berumah tangga ke kehidupan
kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan,
tempat istirahat dan kebutuhan obat guna menyembuhkan
penyakit, namun saya memperoleh kemajuan (dalam
dhamma) di sini.” Ia selayaknya terus tinggal di negeri itu; ia
tak selayaknya meninggalkan tempat tersebut.
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dengan orang
tertentu. Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum
teguh tidak menjadi teguh, batinnya yang belum
terkonsentrasi tidak terkonsentrasi, noda batinnya yang
belum disingkirkan tidak disingkirkan, kebebasan tertinggi
yang belum dicapai tidak dicapai, juga kebutuhan untuk hidup
seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan
obat guna menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu
tersebut harus memperhatikan hal ini. Ia selayaknya
meninggalkan orang itu malam itu juga, atau hari itu juga
tanpa pamit; ia tak selayaknya terus mengikutinya.
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dengan orang tertentu.
Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh tidak
menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi tidak
terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan tidak
352
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak
dicapai, namun kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana
makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut
harus memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung: "Saya
pergi dari kehidupan berumah tangga ke kehidupan
kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan,
tempat istirahat dan kebutuhan obat guna menyembuhkan
penyakit, namun saya tak memperoleh kemajuan (dalam
dhamma) di sini. Ia selayaknya meninggalkan orang itu,
setelah mempertimbangkannya dengan cermat dan pamit; ia
tak selayaknya terus mengikutinya.
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dengan orang
tertentu. Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum
teguh menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi
menjadi terkonsentrasi, noda batinnya yang belum
disingkirkan telah dikikis, kebebasan tertinggi yang belum
dicapai telah dicapai, namun kebutuhan untuk hidup seperti
jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu harus
memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung: "Saya pergi
dari kehidupan berumah tangga ke kehidupan kebhikkhuan
353
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat
istirahat dan kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit,
namun saya memperoleh kemajuan (dalam dhamma) di sini."
Ia selayaknya terus tinggal bersama orang itu setelah
mempertimbangkannya dengan cermat; ia tak selayaknya
meninggalkan orang itu.’
'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dengan orang
tertentu. Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum
teguh menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi
menjadi terkonsentrasi, noda batinnya yang semula belum
disingkirkan telah dikikis, kebebasan tertinggi yang belum
dicapai telah dicapai, juga kebutuhan untuk hidup seperti
jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut
harus memperhatikan hal ini. Ia selayaknya terus tinggal
bersama orang itu sepanjang hidup; ia tak selayaknya
meninggalkan orang tersebut.
'Demikianlah yang dikatakan oleh Sang Bhagava. Para
bhikkhu gembira dan senang dengan uraian Sang Bhagava.
354
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
MADHUPINDAKA SUTTA
(18)
1. Demikian yang saya dengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Nigrodha
arama, Kapilavastthu, di kerajaan suku Sakka (Sakya).
2. Ketika menjelang pagi, Sang Bhagava selesai menyiapkan diri,
sambil membawa mangkuk (patta) dan jubah luarnya (civara),
beliau pergi ke Kapilavatthu untuk menerima dana makanan
(pindapata). Seusai pindapata, dalam perjalanan pulang beliau
pergi ke Mahavana (hutan besar) untuk beristirahat di situ
pada hari itu. Setelah berada di Mahavana untuk beristirahat,
beliau duduk di bawah pohon Beluvalatthika. Pada waktu itu,
Dandapani, seorang Sakya, yang biasa jalan ke sana ke mari,
bepergian dengan berjalan ke arah Mahavana. Setelah
memasuki Mahavana ia menuju pohon Beluvalatthika di mana
355
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Bhagava berada; setelah mendekat ia memberi salam kepada
Bhagava. Setelah saling memberi salam dan menyapa dengan
santun, ia berdiri di samping sambil bertopang pada
tongkatnya.
3. Kemudian ia bertanya kepada Bhagava: “Petapa, apakah
ajaran (vada)-mu dan apa pandangan-pandanganmu?”
4. 'Kawan, sebagaimana seseorang mengatakan bahwa dia tidak
berselisih dengan siapapun di dunia ini, yakni dengan para
dewa, para mara, para mahluk suci, dalam generasi ini, para
petapa orang-orang suci, para Raja, dan para rakyat jelata,
sebagaimana seorang mengatakan bahwa pengertian tidak lagi
menjadi landasan dari pengertian suci apabila seseorang hidup
dari keinginan akan segala macam keadaan apapun, maka
demikianlah apa yang Aku ucapkan, kawan, maka demikianlah
apa yang Aku khotbahkan.
5. Setelah Yang Mulia mengucapkan kata-kata tersebut, si
Pembawa Tongkat, seorang suku Sakya itu menggelengkan
kepalanya, menggoyangkan lidahnya, mengerutkan dahinya
sehingga menimbulkan tiga garis kerutan pada keningnya.
Kemudian ia pergi sambil bertopang pada tongkatnya.
356
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
6. Ketika hari petang, Yang Mulia bangkit dari meditasinya dan
Beliau pergi ke Taman Nigrodha dimana Beliau duduk pada
sebuah bangku yang telah dipersiapkan untuknya, ketika
Beliau duduk, Beliau mengatakan pada para bhikkhu apa
gerangan yang telah terjadi, setelah itu salah seorang diantara
bhikkhu bertanya kepada Yang Mulia :
7. 'Tetapi Tuanku Yang Mulia, apakah artinya ucapan tadi ketika
Yang Mulia mengatakan bahwa apabila seseorang tidak
berselisih kepada siapapun di dunia ini, yakni dengan para
dewa, para mara, para mahluk suci dan di dalam generasi ini,
dengan para petapa dan orang-orang suci, para raja dan para
rakyat jelata ? Dan Tuanku Yang Mulia, bagaimana mungkin
pengertian tidak lagi menjadi landasan dari pengertian suci
apabila seseorang hidup terlepas dari nafsu indra, dari keragu-
raguan, dari kecemasan, dari keinginan akan segala macam
bentuk apapun ?
8. 'Para bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam
yang terjadi pada seseorang, sumbernya adalah sebagai
berikut : Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang
untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap
sesuatu dan menerima apa saja, maka hal ini adalah
merupakan akhir dari semua kecendrungan akan timbulnya
357
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-
raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan;
Inilah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemikul, upaya
mengandalkan senjata, perselisihan pergulatan, pertengkaran,
balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor; disinilah ajaran-
ajaran yang tidak berguna hilang tanpa bekas'.
9. Demikianlah Jawaban Yang Mulia sesudah mengatakan
demikian Yang Mulia bangkit dari duduknya pergi ke tempat
tinggalnya.
10. Kemudian setelah Yang Mulia pergi, para bhikkhu berfikir: 'Saat
ini, teman-teman, Yang Mulia telah bangkit dari duduknya dan
pergi ke tempat tinggalnya, setelah memberikan wejangan
singkat (intisari) tanpa terperinci, inilah yang diucapkan
Beliau : "Para bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi
aneka ragam yang terjadi pada seseorang, sumbernya adalah
sebagai berikut : Apabila tiada sesuatupun yang diperolah
seseorang untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja
terhadap sesuatu dan menerima apa saja, maka hal ini adalah
merupakan akhir dari semua kecenderungan akan timbulnya
nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-
raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan; "Ini
adalah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemukul,
358
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
upaya mengandalkan senjata, perselisihan pergulatan,
pertengakaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor;
disinilah ajaran-ajaran yang tidak berguna hilang tanpa bekas".
'Kini, siapa gerangan yang akan membabarkan secara
terperinci ucapan tersebut ?' Para bhikkhu teringat akan Yang
Arya Maha Kaccana, ia adalah seorang yang dipuji dan dihargai
oleh Yang Mulia maupun oleh rekan-rekannya dalam
menjalankan kesucian. Dia pasti sanggup menjelaskannya.
'Bagaimana kalau kita datang menghadap kepadanya untuk
mohon penjelasan ?'
11. Kemudian mereka pergi ke Yang Arya Maha Kaccana, setelah
mereka saling menyapa dalam suasana ramah tamah, para
bhikkhu duduk pada satu sisi, lalu mereka menceriterakan apa
yang terjadi pada Yang Arya Maha Kaccana, dan mereka
menambahkan : 'Biarlah Yang Arya Maha-Kaccana
membabarkan kepada kami'.
12. 'Wahai Teman-teman, bagaikan seseorang yang sedang
memerlukan hati kayu, yang sedang mencari hati kayu, dan
mengembara mencari hati kayu, kemudian mendapatkan
pengertian bahwa hati kayu harus dicari diantara dahan-dahan
dari sebuah pohon besar yang memiliki hati kayu, setelah
sebelumnya mencari diantara akar dan batang pohon itu.
359
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Demikian pula dengan kalian, oh, para bhikkhu, karena kalian
sudah memiliki pengertian maka kalian harus bertanya tentang
arti ucapan tersebut, yang mana sebelumnya bertanya dan
berhadapan langsung kepada Yang Mulia, karena dalam hal
penglihatan, Beliau dapat melihat semuanya; Beliau adalah
sang Mata, Beliau adalah sang Pengetahuan, Beliau adalah
Sang Dhamma, Beliau adalah Sang Suci; Sang Tathagata
adalah seorang penyambung lidah (perantara), seorang
pencetus, seorang yang memberi penjelasan tentang arti
Dhamma, seorang pemberi Jalan Kehidupan kekal.
Sesungguhnya kesempatan tadi adalah saat yang tepat untuk
bertanya kepada Yang Mulia tentang arti ucapan tersebut.
Sebagaimana Beliau menjelaskan kepada kalian maka
beliaupun harus mengingatnya.
13. 'Memang betul, teman Kaccana, dalam hal Pengetahuan, Yang
Mulia mengetahuinya semua; dalam hal penglihatan; memang
betul Beliau adalah sang mata, beliau adalah Sang
Pengetahuan, beliau adalah Sang Dhamma; memang betul
Sang Tathagata, adalah seorang penyambung Lidah, seorang
pencetus, seorang yang memberi penjelasan tentang arti
Dhamma, seseorang pemberi jalan ke kehidupan kekal.
Memang betul kesempatan tadi adalah saat yang tepat untuk
360
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
bertanya kepada Yang Mulia tentang arti ucapan tadi, dan
sebagaimana beliau menjelaskan kepada kalian maka kalian
pun harus mengingatnya. Tetapi Yang Arya Maha Kaccana
adalah seorang yang dipuji dan dihargai oleh Yang Mulia
maupun teman-teman dalam kehidupan suci. Dia pasti
sanggup menjelaskan secara terperinci arti daripada intisari
singkat yang diberikan oleh Yang Mulia tanpa penjelasan
terperinci. Biarkanlah Yang Arya Maha Kaccana
membabarkannya dengan tidak bersusah payah.
14. 'Jikalau demikian, teman-teman dengarkanlah dan patuhilah
apa yang aku katakan'. 'Memang seharusnya demikian,
Sobat', para bhikkhu menjawab. Yang Arya Maha Kaccana
mengatakan sebagai berikut :
15. 'Teman-teman, ketika Yang Mulia bangkit dari duduknya dan
pergi ke tempat tinggalnya setelah memberi sebuah intisari
singkat tanpa penjelasan terperinci, yakni beliau mengatakan :
"Para bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam
yang terjadi pada seseorang, sumbernya adalah sebagai
berikut : Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang
untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap
sesuatu dan menerima apa saja, maka hal inilah adalah
merupakan akhir dari semua kecenderungan akan timbulnya
361
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-
raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan;
"Inilah adalah akhir dari upaya mengandalkan tongkat
pemukul, upaya mengandalkan senjata, perselihan pergulatan,
pertengkaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor;
disinilah ajaran-ajaran yang berguna hilang tanpa bekas".
Menurut pengertianku arti rincian tersebut adalah sebagai
berikut :
16. 'Bergantung pada mata dan bentuk-bentuk benda maka
kesadaran akan penglihatan timbul. Kontak adalah sebagai
penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan
adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa
yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa
yang dia pahami apa yang dia kembangkan (diperluas).
'Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari
penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang
memberikan seseorang pengertian akan bentuk-bentuk benda
pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang
terlihat oleh mata.
'Bergantung pada telinga dan bentuk-bentuk suara maka
kesadaran akan pengendaraan timbul. Kontak adalah sebagai
penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan
362
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa
yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa-
yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir
adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). 'Dengan apa
yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran
akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan
sesorang pengertian akan bentuk-bentuk suara pada masa
lampau, masa akan datang dan masa kini, yang terdengar oleh
telinga.
'Bergantung pada hidung dan aroma wangi-wangian maka
kesadaran akan penciuman timbul. Kontak adalah sebagai
penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan
adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan.
'Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami.
Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia
pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). 'Dengan
apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari
penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang
memberikan seseorang pengertian akan aroma wangi-wangian
pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang
tercium oleh hidung.
363
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Bergantung pada lidah dan rasa maka kesadaran akan cita
rasa timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur
tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan
maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang
adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa
yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah yang dia kembangkan
sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah
yang memberikan seseorang pengertian akan cita rasa (jenis-
jenis rasa) pada masa lampau, masa akan datang dan masa
kini, yang terkecap/terasa oleh lidah.
'Bergantung pada badan jasmani maka kesadaran akan
bentuk-bentuk jasmani timbul. Kontak adalah sebagai
penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan
adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa
yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa
yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir
adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). 'Dengan apa
yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran
akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan
seseorang pengertian akan bentuk-bentuk jasmani pada masa
lampau, masa akan datang dan masa kini, yang terbentuk oleh
badan jasmani.
364
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Bergantung pada pikiran dan ajaran-ajaran benar maka
kesadaran pikiran timbul. Kontak adalah sebagai penghubung
ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak
sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang
dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang
dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah
apa yang dia kembangkan (diperluas). 'Dengan apa yang telah
dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan
beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang
pengertian tentang ajaran benar pada masa lampau, masa
akan datang dan masa kini, yang terbentuk oleh pikiran.
17. Apabila terdapat mata dan bentuk-bentuk benda dan
kesadaran penglihatan, maka hal ini mungkin bagi seseorang
untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat
manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang
untuk mengendal manifestasi perasaan, adalah hal ini adalah
mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi
pengertian. Apabila terdapat manifestasi pengertian maka
dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal
manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran maka
dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal
365
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh
penilaian akan berbagai macam-macam pengertian.
'Apabila terdapat telinga dan suara dan kesadaran
pendengaran, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk
mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat
manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang
untuk mengenal manifestasi perasaan, adalah hal ini adalah
mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi
pengertian. Apabila terdapat manifestasi pengertian maka
dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal
manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran maka
adalah hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal
manifestasi keadaan dimana seseorang terjangkau oleh
penafsiran akan berbagai macam-macam pengertian.
'Apabila terdapat hidung dan aroma wangi-wangian dan
kesadaran penciuman, maka hal ini mungkin bagi seseorang
untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat
manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi sesorang
untuk mengenal manifestasi pengertian. Apabila terdapat
manifestasi pengertian maka dalam hal ini adalah mungkin
bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila
terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini adalah
366
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari
keadaan dimana seseorang terjangkau oleh penafsiran akan
beragai macam-macam pengertian.
'Apabila terdapat lidah dan cita rasa dan kesadaran
pengecapan, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk
mengenal manifesi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi
kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal
manifestasi perasaan, adalah hal ini adalah mungkin bagi
seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian. Apabila
terdapat manifestasi pengertian maka dalam hal ini adalah
mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran.
Apabila terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini adalah
mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi keadaan
dimana seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai
macam-macam pengertian.
'Apabila terdapat badan jasmani dan segala sesuatu yang
berbentuk dan kesadaran akan bentuk jasmani, maka hal ini
mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari
kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah
mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pera-
saan, adalah hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk
mengenal manifestasi pengertian. Apabila terdapat manifestasi
367
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pengertian maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang
untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat
manifestasi pikiran maka dalam hal ini adalah mungkin bagi
seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana
seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-
macam pengertian.
'Apabila terdapat pikiran dan ajaran benar kesadaran pikiran,
maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal
manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak,
hal ini perasaan, adalah hal ini adalah mungkin bagi seseorang
untuk mengenal manifestasi pengertian. Apabila terdapat
manifestasi pengeritan maka dalam hal ini adalah mungkin
bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila
terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini adalah
mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari
keadaan dimana seseoarang terjangkau oleh penilaian
berbagai macam-macam pengertian.
18. Apabila tidak terdapat mata maupun bentuk maupun
kesadaran akan penglihatan maka dalam hal ini adalah tidak
mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak.
Apabila tidak terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini
tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi
368
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan maka
dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk
mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat
manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin bagi
seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana
seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-
macam pengertian.
'Apabila tidak terdapat telinga dan suara maupun kesadaran
pendengaran maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi
seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak
terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini tidak mungkin
bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila
tidak terdapat manifestasi perasaan maka dalam hal ini adalah
tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi
pengertian. Apabila tidak mengenal manifestasi pengertian
maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk
mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat
manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin bagi
seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana
seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-
macam pengertian.
369
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Apabila tidak terdapat hidung maupun aroma wangi-wangian
maupun kesadaran penciuman maka dalam hal ini adalah tidak
mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak.
Apabila tidak terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini
tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi
perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan maka
dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk
mengenal manifestasi pengertian. Apabila tidak mengenal
manifestasi pengertian maka dalam hal ini tidak mungkin bagi
seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak
terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin
bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan
dimana seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai
macam-macam pengertian.
'Apabila tidak terdapat lidah maupun cita rasa maupun
kesadaran pengecapan maka dalam hal ini adalah tidak
mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak.
Apabila tidak terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini
tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi
perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi maka dalam hal
ini adalah tidak mungkin seseorang untuk mengenal
manifestasi pengertian. Apabila tidak mengenal manifestasi
370
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pengertian maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang
untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat
manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin bagi
seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana
seseorang terjangkau oleh manifestasi akan berbagai macam-
macam pengertian.
'Apabila tidak terdapat badan jasmani maupun bentuk-bentuk
maupun kesadaran akan bentuk badan jasmani maka dalam
hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal
manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak
maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk
mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat
manifestasi perasaan maka dalam hal ini adalah tidak mungkin
bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian.
Apabila tidak mengenal manifestasi pengertian maka dalam
hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal
manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran
maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk
mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang
terjangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-macam
pengertian.
371
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Apabila tidak terdapat pikiran maupun ajaran-ajaran benar
maupun kesadaran pikiran maka dalam hal ini adalah tidak
mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak.
Apabila tidak terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini
tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi
perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan maka
dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk
mengenal manifestasi pengertian. Apabila tidak mengenal
manifestasi pengertian maka dalam hal ini tidak mungkin bagi
seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak
terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin
bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan
dimana seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai
macam-macam pengertian.
19. 'Teman, ketika Yang Mulia bangkit dari duduknya dan pergi ke
tempat tinggalnya setelah memberi sebuah intisari singkat
tanpa penjelasan terperinci yakni beliau mengucapkan : "'Para
Bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam yang
terjadi pada seseorang sumbernya adalah sebagai berikut :
Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang untuk
bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap sesuatu
dan menerima apa saja, maka hal ini adalah merupakan akhir
372
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dari semua kecenderungan akan timbulnya nafsu, keras
kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-raguan,
penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan; "Inilah
adalah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemukul,
upaya mengandalkan senjata, perselihan pergulatan,
pertengkaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor ;
disinilah ajaran-ajaran yang berguna hilang tanpa bekas",
Demikianlah menurut pengertianku arti dari rincian tersebut.
'Sekarang, teman-teman, apabila kalian mau, pergilah ke Yang
Mulia dan tanyailah kepada Beliau tentang arti dari ucapan
tersebut. Sebagaimana Yang Mulia menerangkan kepada
kalian, demikian pula kalian harus mengingatnya'.
20. Kemudian para bhikkhu merasa puas, dan bergembira akan
kata-kata Yang Arya Maha Kaccana. Mereka bangkit dari
duduknya dan pergi kepada Yang Mulia dan setelah memberi
hormat kepada Beliau mereka duduk pada salah satu sisi,
kemudian mereka menceriterakan kepada Beliau semua apa
yang telah terjadi setelah Yang Mulia meninggalkan mereka,
dan mereka menambahkan : 'Kemudian, Yang Mulia, kami
pergi ke Yang Arya Maha Kaccana dan bertanya kepadanya
tentang arti ucapan tersebut dan Yang Arya Maha Kaccana
telah menerangkan arti dari ucapan Yang Mulia secara jelas
373
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dengan alasan-alasannya serta ungkapan-ungkapannya hingga
kesuku katanya.
21. 'Maha Kaccana adalah seorang yang bijaksana, oh para
bhikkhu, Ia mempunyai pengertian yang hebat. Seandainya
kalian bertanya kepadaku akan arti dari ucapan tadi akupun
akan memberi jawaban yang sama seperti apa yang
diterangkan oleh Maha Kaccana kepada kalian. Memang
demikianlah arti ucapan tersebut sehingga harus
mengingatnya'.
22. 'Setelah itu Yang Arya Ananda berkata kepada Yang Mulia ;
'Yang Mulia bagaikan seorang yang lelah karena lapar dan
lemah, menemukan bola madu (kembang gula), dia akan
menemukan rasa manis, dan murni ketika menyantapnya.
Demikian pula Yang Mulia, setiap bhikkhu yang mempunyai
kemampuan berfikir, sewaktu mengamati dengan penuh
perhatian akan arti dari pembicaraan Dhamma ini, akan
menemukan kepuasaan dan rasa percaya diri dengan hati yang
teguh. Yang Mulia, apakah nama dari pembicaraan Dhamma ini
?'
374
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Untuk pertanyaan itu, Ananda, engkau boleh menamakan
pembicaraan Dhamma ini dengan "Pembicaraan Kembang
Gula" '
Itulah apa yang dikatakan oleh Yang Mulia. Yang Arya Ananda
merasa puas, dan dia merasa senang akan ucapan-ucapan Yang
Mulia.
DVEDHAVITAKKA SUTTA
(19)
1. Demikianlah saya dengar
Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana,
arama milik Anathapindika, Savatthi. Di sana Beliau menyapa
para bhikkhu : "Para bhikkhu."
"Ya, Bhante," jawab mereka.
375
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Selanjutnya, Sang Bhagava berkata:
"Para bhikkhu, sebelum saya mencapai penerangan sempurna,
ketika saya masih seorang Bodhisatva yang belum mencapai
penerangan sempurna, terpikir olehku: 'Seandainya saya
membagi pikiranku menjadi dua bagian?' Kemudian aku mulai
menerapkan satu sisi pemikiran dengan keinginan-keinginsn
nafsu (kama), berpikir dengan kemauan jahat (byapada)
serta berpikir dengan kekejaman (vihimsa), dan aku
menerapkan sisi pemikiran yang lain dengan ‘meninggalkan
pemuasan nafsu indera’ (nekhamma), berpikir tanpa
kemauan jahat (abyapada) serta ‘berpikir tanpa kekejaman’
(avihimsa).
2. "Sementara saya hidup seperti itu, rajin, tekun dengan
keteguhan hati, sebuah pikiran keinginan nafsu (kama)
muncul kepadaku. Saya mengerti : 'Pikiran keinginan nafsu
muncul padaku. Hal ini mengarah pada penderitaanku,
penderitaan orang lain dan penderitaan kedua pihak; hal ini
menghambat kebijaksanaan, menyebabkan kesukaran-
kesukaran, dan berpaling dari arah mencapai nibbana.' Ketika
saya mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaanku
sendiri,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya
mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan orang
376
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
lain,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya
mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan kedua
pihak,’ hal itu mereda dalam diriku; ketika saya
mempertimbangkan: 'Ini menghambat kebijaksanaan,
menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan berpaling dari arah
mencapai nibbana,’ hal itu mereda dalam diriku. Bilamana ada
pikiran keinginan nafsu muncul dalam diriku, saya
meninggalkannya, memindahkannya dan melenyapkannya."
3. "Sementara saya hidup seperti itu, rajin, tekun dengan
keteguhan hati, sebuah pikiran kemauan jahat (vyapada)
muncul padaku. Saya mengerti: 'Pikiran kemauan jahat muncul
padaku. Hal ini mengarah pada penderitaanku, penderitaan
orang lain dan penderitaan kedua pihak; hal ini menghambat
kebijaksanan, menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan
berpaling dari arah mencapai nibbana.' Ketika saya
mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaanku
sendiri,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya
mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan orang
lain,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya
mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan kedua
pihak,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya
mempertimbangkan: 'Ini menghambat kebijaksanaan,
377
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan berpaling dari arah
mencapai nibbana,' hal itu mereda dalam diriku. Bilamana ada
pemikiran kemauan jahat muncul dalam diriku, saya
meninggalkannya, memindahkannya dan melenyapkannya.
4. "Sementara saya hidup seperti itu, rajin, tekun dengan
keteguhan hati, sebuah pikiran kejam (vihimsa) muncul
padaku. Saya mengerti: 'Pikiran kejam muncul padaku. Hal ini
mengarah pada penderitaanku, penderitaan orang lain dan
penderitaan kedua pihak; hal ini menghambat kebijaksanaan,
menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan berpling dari arah
mencapai nibbana.' Ketika saya mempertimbangkan: 'Ini
mengarah pada penderitaanku sendiri,' hal itu mereda dalam
diriku. Ketika saya mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada
penderitaan orang lain,' hal itu mereda dalam diriku; ketika
saya mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan
kedua pihak,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya
mempertimbangkan: 'Ini menghambat kebijaksanaan,
menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan berpaling dari arah
mencapai nibbana,' hal itu mereda dalam diriku. Bilamana ada
pikiran kejam muncul dalam diriku, saya meninggalkannya,
memindahkannya dan melenyapkannya.
378
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
5. "Para bhikkhu, apapun yang sering dipikir atau direnungkan oleh
seorang bhikkhu, itu akan menjadi kecenderungan pikirannya.
Bilamana ia sering memikirkan dan merenungkan pikiran nafsu
indera, (berarti) ia telah ‘meninggalkan pikiran pemuasan
nafsu indera' (nekkhamma), mengembangkan pikiran
keinginan nafsu, dan pikirannya cenderung pada pikiran
keinginan nafsu. Bilamana ia sering memikirkan dan
merenungkan pikiran kemauan jahat (byapada), (berarti) ia
telah meninggalkan 'pikiran tanpa kemauan jahat (abyapada)',
mengembangkan pikiran keinginan nafsu, dan pikirannya
cenderung pada pikiran kemauan jahat. Bilamana ia sering
memikirkan dan merenungkan pikiran kejam (vihimsa),
(berarti) ia telah meninggalkan pikiran tanpa kekejaman
(avihimsa)', mengembangkan pikiran keinginan nafsu, dan
pikirannya cenderung pada pikiran kejam.
6. Para bhikkhu, itu seperti pada akhir bulan musim hujan, di
musim gugur ketika hasil panen itu menjadi matang, seorang
gembala akan menjaga sapi-sapinya di sebidang tanah yang
sempit di tengah-tengah tanaman yang akan dipanen, dan
akan memukulkan tongkat di punggung atau di sisi tubuh
mereka, mengendalikan serta memeriksa mereka. Mengapa
hal itu dilakukan? Para bhikkhu, sebab ia mengetahui bahaya
379
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pembantaian, pengurungan, kehilangan atau celaan, bila (sapi-
sapi) itu makan buah yang akan dipanen itu. Demikian pula,
saya melihat kesalahan, keburukan dan kekotoran dalam
pikiran buruk, serta manfaat yang muncul dari kesucian pikiran
yang 'meninggalkan pemuasan nafsu' (nekkhamma).
8 . Para bhikkhu, sementara saya rajin, tekun dengan keteguhan
hati, 'pikiran bebas dari keinginan pemuasan nafsu'
(nekkhamavitakka) muncul dan saya mengerti: "Pikiran bebas
dari keinginan pemuasan nafsu. Pikiran ini tidak mencelakakan
saya, tidak mencelakakan orang lain, juga tidak mencelakakan
saya maupun orang lain. Pikiran ini (memotivasikan)
perkembangan kebijaksanaan (panna), tidak menyebabkan
kesedihan, namun mengarah pada pencapaian nibbana
(nibbanasamvattanika)."
Para bhikkhu, walaupun di waktu malam saya berpikir maupun
merenung, saya tidak menemukan bahaya yang muncul dari
'pikiran bebas dari keinginan pemuasan nafsu indera'. Begitu
pula, diwaktu siang saya berpikir maupun merenung, saya
tidak menemukan bahaya yang muncul dari 'pikiran bebas dari
keinginan pemuasan nafsu'. Demikian pula, diwaktu siang
maupun malam ketika saya berpikir atau merenung, saya tidak
380
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menemukan bahaya yang muncul dari 'pikiran bebas dari
keinginan pemuasan nafsu'.
Namun, setelah lama berpikir dan merenung, tubuh menjadi
lelah; bila tubuh lelah, maka pikiran terganggu; jika pikiran
terganggu, maka pemusatan pikiran' (samadhi) menghilang.
Para bhikkhu, sehubungan dengan hal itu, maka saya menjaga
pikiran dengan hanya memusatkan pada sebuah obyek yang
ada dalam diriku, saya menenangkan pikiranku dengan baik,
saya mengarahkan pikiranku menjadi terkonsentrasi; saya
mengembangkan pikiranku dengan baik. Mengapa demikian?
Karena dengan begitu pikiranku tidak terganggu.
Para bhikkhu, sementara saya rajin, tekun dengan keteguhan
hati, 'pikiran tanpa kebencian' (abhyapadavitakka) muncul ...
'pikiran tanpa kekejaman' (avihimsavitakka) muncul dalam
diriku dan saya mengerti: "Pikiran tanpa kekejaman telah
muncul dalam diriku. Pikiran ini tidak mencelakakan saya,
tidak mencelakakan orang lain, juga tidak mencelakakan saya
maupun orang lain. Pikiran ini (memotivasikan) perkembangan
kebijaksanaan (panna), tidak menyebabkan kesedihan, namun
mengarah pada pencapaian nibbana (nibbanasamvattanika)."
Para bhikkhu, walaupun di waktu malam saya berpikir maupun
merenung, saya tidak menemukan bahaya yang muncul dari
381
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'pikiran tanpa kekejaman'. Begitu pula, di waktu siang saya
berpikir maupun merenung, saya tidak menemukan bahaya
yang muncul dari 'pikiran tanpa kekajaman'. Demikian pula, di
waktu siang maupun malam ketika saya berpikir atau
merenung, saya tidak menemukan bahaya yang muncul dari
'pikiran tanpa kekejaman'.
Namun, setelah lama berpikir dan merenung, tubuh menjadi
lelah; bila tubuh lelah, maka pikiran terganggu; jika pikiran
terganggu, maka ‘pemusatan pikiran' (samadhi) menghilang.
Para bhikkhu, sehubungan dengan hal itu, maka saya menjaga
pikiran dengan hanya memusatkan pada sebuah obyek yang
ada dalam diriku, saya menenangkan pikiranku dengan baik,
saya mengarahkan pikiranku menjadi terkonsentrasi; saya
mengembangkan pikiranku dengan baik. Mengapa demikian?
Karena dengan begitu pikiranku tidak terganggu.
10. Para bhikkhu, pikiran maupun perenungan apa pun yang
dilakukan berulang-ulang kali, maka pikiran akan
berkecenderungan pada apa yang dipikirkan maupun
direnungkan itu. Jika seorang bhikkhu berulang-ulang kali
berpikir dan merenungkan 'pembebasan dari keinginan
memuaskan nafsu' (nekhammavitakka), ia telah meninggalkan
pikiran untuk memuaskan nafsu dan menyibukkan diri dengan
382
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
berulang-ulang kali memikirkan kebebasan (dari nafsu). Maka
pikiran bhikkhu itu berkecenderungan hanya pada memikirkan
kebebasan. Jika seorang bhikkhu berulang-ulang kali
memikirkan dan merenungkan tentang 'tanpa kebencian' ...
'tanpa kekejaman', ia telah meninggalkan 'pikiran kejam' serta
telah menyibukkan dirinya dengan berulang-ulang kali berpikir
tanpa kekejaman. Maka pikiran bhikkhu itu cenderung hanya
pada pikiran tanpa kekejaman.
Para bhikkhu, itu seperti pada bulan terakhir dari musim panas,
ketika semua hasil panen telah diangkut ke desa, seorang
pengembala akan menjaga sapi-sapi dengan berada di bawah
pohon atau di tempat terbuka, maka ia hanya akan
memperhatikan sapi-sapi yang digembalakannya. Para
bhikkhu, begitu pula, saya hanya perlu memperhatikan apa
yang muncul dalam pikiranku.
11. Para bhikkhu, semangat tanpa lelah telah muncul dalam diriku,
perhatian tanpa lupa telah mantap, tubuhku telah tenang dan
tanpa gangguan, pikiranku telah terkonsentrasi dan terpusat
(ekagata).
Agak bebas dari nafsu indera, bebas dari dhamma yang tak
berguna, saya mencapai dan berada dalam Jhana I yang
disertai oleh vitakka (usaha pikiran untuk menangkap obyek),
383
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
vicara (obyek telah tertangkap), kegiuran (piti) dan
kebahagiaan (sukha) karena pemusatan pikiran. Dengan
meninggalkan vitakka dan vicara, saya mencapai dan berada
dalam Jhana II yang disertai ‘percaya diri’ (sampasadanam),
pemusatan pikiran, kegiuran (piti) dan kebahagiaan (sukha)
karena pemusatan pikiran, tanpa vitakka dan tanpa vicara.
Dengan lenyapnya kegiuran (piti), saya diliputi ketenangan,
penuh perhatian (sati) dan kebahagiaan jasmani saya
mencapai dan berada dalam Jhana III, yang dinyatakan oleh
para ariya sebagai: "Ia senang karena memiliki ketenangan
dan perhatian (sati)."
Dengan lenyapnya kebahagiaan (sukha) dan penderitaan
(dukkha) jasmani, yang didahului oleh lenyapnya ‘kebahagiaan
dan penderitaan batin’ (somanassadomanassa), saya
mencapai dan berada pada Jhana IV, yang tanpa dukkha
(adukkha) dan tanpa sukha (asukha) disertai 'perhatian dan
keseimbangan suci’ (upekhasati-parisuddhi).
12. Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak ternoda, bersih
dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap dan
mencapai ketenangan, saya mengarahkan batin (citta) pada
'pengetahuan tentang kehidupan-kehidupan yang lampau'
(pubbenivasanussatinana).
384
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Saya mengingat banyak kehidupanku yang lampau, yaitu: satu
kelahiran, dua kelahiran ... lima kelahiran, sepuluh kelahiran ...
lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran,
seratus ribu kelahiran, banyak kappa penjadian dunia
(samvattakappa), banyak kappa penghancuran dunia
(vivattakappa), dan banyak kappa penjadian dan
penghancuran dunia (samvattavivat-takappa): "Di sana saya
bernama, ras, penampilan, makanan, mengalami kesenangan
serta penderitaan, panjang usia seperti itu; meninggal dari
sana, saya terlahir kembali di tempat-tempat lain; di sana pun
saya bernama, ras, penampilan, makanan, mengalami
kesenangan serta penderitaan, panjang usia seperti itu; dan
meninggal dari alam itu, saya terlahir di sini. Demikianlah,
dengan rinci dan khusus, saya mengingat banyak kelahiran
yang lampau.
Inilah pengetahuan pertama yang saya capai pada masa
pertama di malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan
pengetahuan (vijja) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya
bersinar, begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat
dan waspada.
13. Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak ternoda, bersih
dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap dan
385
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mencapai ketenangan, saya mengarahkan batin (citta) pada
'pengetahuan tentang lenyap dan munculnya makhluk-
makhluk' (cutupa-patanana). Dengan pandangan mata dewa
(dibbacakkhu) yang suci dan melampaui kemampuan manusia
biasa, saya melihat makhluk-makhluk lenyap (meninggal) dan
muncul (lahir) kembali sebagai terhormat atau hina, berwajah
cakap atau jelek, berprilaku baik atau jahat; saya mengerti
bagaimana makhluk-makhluk hidup sesuai dengan karma
mereka, sebagai berikut: "Makhluk-makhluk ini yang
melakukan perbuatan baik melalui ucapan perbuatan dan
pikiran, menghina para ariya, berpandangan keliru, melakukan
perbuatan berdasarkan pandangan keliru mereka, setelah
mereka meninggal dunia, mereka terlahir kembali dalam
keadaan yang tidak menyenangkan, di alam yang
menyedihkan, bahkan di neraka; sedangkan makhluk-makhluk
yang melakukan perbuatan baik melalui ucapan, perbuatan
dan pikiran, tidak menghina para ariya, berpandangan benar,
melakukan perbuatan berdasarkan pada pandangan benar,
setelah mereka meninggal dunia, mereka terlahir kembali
dalam keadaan menyenangkan, di alam yang membahagiakan,
bahkan di surga." Demikianlah dengan dibba cakku yang suci
dan melampaui kemampuan manusia biasa, saya melihat
386
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
makhluk-makhluk lenyap dan muncul kembali sebagai
terhormat atau hina, berwajah cakap atau jelek, berprilaku baik
atau jahat; saya mengerti bagaimana makhluk-makhluk hidup
sesuai dengan karma mereka.
Inilah pengetahuan kedua yang saya capai pada masa kedua di
malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan pengetahuan
(vijja) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya bersinar,
begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat dan
waspada.
14. Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak ternoda, bersih
dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap, dan
mencapai ketenangan, saya mengarah batin (citta) pada
'pengetahuan tentang pelenyapan kotoran batin'
(asavanamkhayanana). Saya memiliki pengetahuan: "Inilah
Dukkha." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Sebab Dukkha."
Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Lenyapnya Dukkha." Saya
memiliki pengetahuan: "Inilah Jalan untuk melenyapkan
Dukkha." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah kekotoran-
kekotoran batin." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Sebab
Kekotoran-kekotoran batin" Saya memiliki pengetahuan: "Inilah
Lenyapnya kekotoran-kekotoran batin." Saya memiliki
387
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pengetahuan: "Inilah Jalan untuk melenyapkan kekotoran-
kekotoran batin."
Ketika saya mengetahui dan melihat seperti itu, batinku
terbebas dari 'kekotoran-batin nafsu indera' (kamasava),
'Kekotoran-batin untuk menjadi' (bhavasava) dan 'kekotoran-
batin kebodohan' (avijjasava). Ketika terbebas, muncul
pengetahuan: "Telah terbebas". Saya memiliki pengetahuan:
"Kelahiran telah dilenyapkan, kehidupan suci telah direalisasi,
apa yang harus dikerjakan telah dilaksanakan, tidak ada lagi
sesuatu di seberang sana."
Inilah pengetahuan ketiga yang saya capai pada masa ketiga di
malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan pengetahuan
(vijja) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya bersinar,
begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat dan
waspada.
15. Para bhikkhu, misalnya, di sebuah hutan besar terdapat rawa
besar dan didekatnya ada sekelompok rusa yang hidup di situ.
Seandainya ada seseorang yang datang ke tempat itu dengan
berkeinginan jahat, tidak bermanfaat dan mengganggu
kelompok rusa itu. Ia menutup jalan yang aman dan baik, lalu
membuka jalan jebakan dengan menempatkan umpan (benda
berupa seperti) rusa jantan dan rusa betina sebagai pemikat.
388
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Setelah hal ini dilakukan, maka tidak seberapa lama kemudian,
kelompok rusa itu akan menemui malapetaka dan kematian.
Para bhikkhu, tetapi jika ada seseorang yang datang ke tempat
itu dengan berkeinginan baik, aman demi ketenangan para
rusa itu, maka ia akan membuka penutup jalan, mengamankan
jalan dan menutupi jalan jebakan, membuang umpan (benda
berupa seperti) rusa jantan dan betina sebagai pemikat.
Setelah hal ini dilakukan, maka setelah beberapa waktu
kemudian kelompok rusa itu akan berkembang biak, maju dan
bertambah.
Para bhikkhu, untuk menerangkan arti perumpamaan ini,
adalah sebagai berikut: Rawa besar adalah nafsu indera;
kelompok rusa adalah makhluk-makhluk. Orang yang
berkeinginan jahat, tidak bermanfaat dan mengganggu adalah
Mara, Jahat. Jalan jebakan adalah Jalan Salah berunsur
delapan. Apakah Jalan Salah Berunsur Delapan itu? Itu adalah
Jalan yang terdiri dari Pandangan Salah, Pikiran Salah, Ucapan
Salah, Perbuatan Salah, Mata Pencaharian Salah, Usaha Salah,
Perhatian Salah dan Meditasi Salah. Umpan rusa jantan adalah
Nandiraga, nafsu kemelekatan (pada obyek-indera). Rusa
betina pemikat adalah kebodohan (avijja). Sedangkan, orang
yang berkeinginan baik, aman dan ketenangan adalah
389
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Tahtagata, Arahat Samma Sambuddha. Jalan yang aman
adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan. Apakah Jalan Mulia
Berunsur Delapan itu? Itu adalah Jalan yang terdiri dari
Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan
Benar, Mata Pencaharian Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar
dan Meditasi Benar.
Para bhikkhu, demikianlah saya telah membuka Jalan Mulia
yang aman, damai dan meyenangkan, serta telah menutup
Jalan Salah, dan telah membuang umpan Nandiraga, nafsu
kemelekatan, juga telah melenyapkan betina pemikat,
kebodohan, Avijja. Apapun yang harus dilakukan berdasarkan
kasih sayang oleh seorang guru yang berkeinginan untuk
mensejahterakan para siswanya, hal itu telah saya lakukan
demi kasih sayangku pada anda sekalian. Para bhikkhu, di sini
banyak naungan pohon, tempat yang tenang, bermeditasilah.
Jangan lalai (pamadattha), agar tidak menyesal nanti. Inilah
pesanku pada anda sekalian.
Demikianlah kata-kata Sang Bhagava. Para bhikkhu senang dan
gembira terhadap uraian Sang Bhagava.
390
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
VITAKKASANTHANA SUTTA
(20)
1. Demikianlah saya dengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama
milik Anathapindika, Savatthi. Di sana Beliau menyapa para
bhikkhu:
"Para bhikkhu."
"Ya, Bhante." jawab mereka.
391
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Selanjutnya, Sang Bhagava berkata:
2. "Para bhikkhu, apabila seorang bhikkhu sedang
mengembangkan batin yang lebih tinggi, ada lima tanda yang
dapat diperhatikan olehnya dari saat ke saat. Apakah kelima
tanda tersebut?
3. '’Para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu memperhatikan
beberapa tanda, dan berdasarkan pada tanda itu, muncul
dalam dirinya pikiran-pikiran buruk dan jahat yang
berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan
kebodohan, maka ia harus memperhatikan beberapa tanda lain
yang berhubungan dengan apa yang baik. Bilamana ia
memperhatikan beberapa tanda lain yang berhubungan
dengan apa yang baik, maka pikiran-pikiran buruk dan jahat
yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan
kebodohan akan ditinggalkan dan lenyap darinya. Dengan
meninggalkan hal-hal itu, pikirannya menjadi kokoh, tenang,
terpusat dan terkonsentrasi. Bagaikan seorang tukang kayu
atau pembantunya yang dapat mengeluarkan, memindahkan
dan mengganti sebuah pasak kasar dengan pasak halus, begitu
pula ketika seorang bhikkhu memperhatikan beberapa tanda,
dan berdasarkan pada tanda itu, muncul dalam dirinya pikiran-
pikiran buruk dan jahat yang berhubungan dengan keinginan
392
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
indera, kebencian dan kebodohan, maka ia harus
memperhatikan beberapa tanda lain yang berhubungan
dengan apa yang baik. Bilamana ia memperhatikan beberapa
tanda lain yang berhubungan dengan apa yang baik, maka
pikiran-pikiran buruk dan jahat yang berhubungan dengan
keinginan indera, kebencian dan kebodohan akan ditinggalkan
dan lenyap darinya. Dengan meninggalkan hal-hal itu, maka
pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi.
4. ’Apabila, ketika ia sedang memperhatikan tanda lain yang
berhubungan dengan apa yang baik, namun dalam dirinya
masih muncul pikiran-pikiran buruk yang berhubungan dengan
keinginan indera, kebencian dan kebodohan, maka ia harus
memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran itu, sebagai berikut:
'Pikiran-pikiran ini buruk, patut dicela dan menyebabkan
penderitaan.' Ketika ia memeriksa bahaya dalam pikiran-
pikiran itu, maka pikiran-pikiran buruk jahat yang berhubungan
dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan
ditinggalkan dan lenyap darinya. Dengan meninggalkan hal-
hal itu, pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan
terkonsentrasi. Bagaikan seorang pria atau wanita, muda,
remaja, yang menyenangi perhiasan, akan ketakutan,
menderita dan muak jika bangkai ular, anjing atau mayat
393
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
digantungkan dilehernya, begitu pula ... ketika seorang
bhikkhu memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran itu ... maka
pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan
terkonsentrasi."
5. "Apabila, sementara ia memeriksa bahaya dari pikiran-pikiran
itu, namun dalain dirinya masih muncul pikiran-pikiran buruk
jahat yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian
dan kebodohan, maka ia harus berusaha melupakan dan harus
tidak memperhatikan pikiran-pikiran itu.
Ketika ia berusaha melupakan dan tidak memperhatikan
pikiran-pikiran itu, maka pikiran-pikiran buruk jahat yang
berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan
kebodohan ditinggalkan dan lenyap darinya. Dengan
meninggalkan hal-hal itu, pikirannya menjadi kokoh, tenang,
terpusat dan terkonsentrasi. Bagaikan orang bermata baik
yang tidak mau melihat bentuk-bentuk yang terjangkau oleh
pandangan akan menutup mata atau memalingkan
pandangannya, begitu pula ... ketika seorang bhikkhu berusaha
melupakan dan tidak memperhatikan pikiran-pikiran itu ...
maka pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan
terkonsentrasi.
394
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
6. "Apabila, sementara ia melupakan dan tidak memperhatikan
pikiran-pikiran itu, namun dalam dirinya masih muncul pikiran-
pikiran buruk jahat yang berhubungan dengan keinginan
indera, kebencian dan kebodohan, maka ia harus memberi
perhatian untuk menenangkan bentuk-betuk pikiran dari
pikiran-pikiran itu. Ketika ia memberikan perhatian untuk
menenangkan bentuk-bentuk pikiran dari pikiran-pikiran itu,
maka pikirain-pikiran buruk jahat yang berhubungan dengan
keinginan indera, kebencian dan kebodohan ditinggalkan dan
lenyap darinya. Dengan meninggalkan hal-hal itu, pikirannya
menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi. Bagaikan
seseorang berjalan cepat berpikir: ‘'Mengapa saya berjalan
cepat? Bagaimana bila saya berjalan perlahan?' dan ia akan
berjalan perlahan; kemudian ia berpikir: 'Mengapa saya
berjalan perlahan? Bagaimana bila saya berdiri?' dan ia akan
berdiri; kemudian ia berpikir: 'Mengapa saya berdiri?
Bagaimana bila saya duduk?' dan ia akan duduk; kemudian ia
berpikir: 'Mengapa saya duduk? Bagaimana bila saya
berbaring?' dan ia akan berbaring. Dengan melakukan seperti
itu, ia akan mengganti setiap posisi yang kasar dengan yang
halus; begitu pula ketika ... ketika seorang bhikkhu memberi
perhatian untuk menenangkan bentuk-bentuk pikiran dari
395
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pikiran-pikiran itu ... maka pikirannya menjadi kokoh, tenang,
terpusat dan terkonsentrasi.
7. "Apabila, ketika ia memberikan perhatian untuk menenangkan
bentuk-bentuk pikiran dari pikiran-pikiran itu, namun dalam
dirinya masih muncul pikiran-pikiran buruk jahat yang
berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan
kebodohan, maka dengan menggertak gigi dan lidah menekan
langit-langit mulutnya, maka ia harus memukul, mendesak dan
menghancurkan pikiran (buruk) dengan pikiran. Ketika,
dengan menggertak gigi dan lidah menekan langit-langit
mulutnya, ia memukul, mendesak dan menghancurkan pikiran
dengan pikiran, maka pikiran-pikiran buruk jahat yang
berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan
kebodoban ditinggalkan dan lenyap darinya. Dengan
meninggalkan hal-hal itu, pikirannya menjadi kokoh, tenang,
terpusat dan terkonsentrasi. Bagaikan seseorang kuat
menangkap kepala atau bahu dari orang lemah dan
memukulnya, memaksanya, dan menghancurkannya begitu
pula ... ketika seorang bhikkhu memberi perhatian untuk
menenangkan bentuk-bentuk pikiran dari pikiran-pikiran itu ...
maka pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan
terkonsentrasi."
396
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
8. "Para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu memberikan perhatian
pada beberapa tanda, dan berdasarkan pada tanda itu dalam
dirinya muncul pikiran-pikiran buruk jahat yang berhubungan
dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan, kemudian
ketika ia memberikan perhatian pada beberapa tanda lain yang
berhubungan dengan apa yang baik, maka pikiran-pikiran
buruk jahat ditinggalkan dan lenyap, dengan meninggalkan
pikiran-pikiran itu pikirannya menjadi kokoh tenang, terpusat
dan terkonsentrasi. Ketika ia memeriksa bahaya dari pikiran-
pikiran itu .... Ketika ia berusaha melupakan dan tidak
memperhatikan pikiran-pikiran itu .... Ketika ia memberikan
perhatian untuk menenangkan bentuk-bentuk pikiran dari
pikiran-pikiran itu .... Ketika, dengan menggertak gigi dan
menekankan lidah pada langit-langit mulutnya, ia memukul,
mendesak dan menghancurkan pikiran (buruk) dengan pikiran,
maka pikiran-pikiran buruk jahat ditinggalkannya ... dan
pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi.
Bhikkhu ini disebut sebagai ahli pikiran kasar. Ia akan
memikirkan pikiran apa pun yang ingin ia pikirkan, dan ia tidak
memikirkan apa yang ia tidak ingin pikirkan. Ia telah
memutuskan keinginan (tanha), menghempaskan belenggu-
397
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
belenggu (samyojana), dan dengan sempurna menembus
kesombongan (mana), ia melenyapkan penderitaan.
Demikianlah yang dikatakan oleh Sang Bhagava. Para bhikhu
merasa senang dan gembira dengan apa yang diuraikan Sang
Bhagava.
398
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
KAKACUPAMA SUTTA
(21)
Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama
milik Anathapindika, Savatthi. Ketika itu Bhikkhu Moliyaphagguna
terlalu banyak berhubungan dengan para bhikkhuni. Karena terlalu
banyak bergaul dengan bhikkhuni, maka jika ada bhikkhu yang
merendahkan para bhikkhuni di depannya, ia marah dan menjadi
tidak senang dan mengomelinya; demikian pula bila ada bhikkhu
yang merendahkan Bhikkhu Moliyaphagguna di depan para
bhikkhuni, maka mereka akan marah, tidak senang dan mengomeli
bhikkhu itu. Begitulah hubungan Bhikkhu Moliyaphagguna
dengan para bhikkhuni.
Kemudian, ada seorang bhikkhu pergi menemui Sang Bhagava,
setelah menghormat beliau, ia duduk. Setelah ia duduk, ia
menceritakan apa yang telah terjadi.
399
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Maka Sang Buddha menyuruh seorang bhikkhu dengan
berkata: "Bhikkhu, katakan kepada Bhikkhu Moliyaphagguna bahwa
guru memanggilmu."
"Ya, Bhante," jawab bhikkhu itu, ia pergi menemui Bhikkhu
Moliyaphagguna dan berkata: "Avuso, guru memanggilmu."
"Ya, avuso," jawabnya dan ia pergi menemui Sang Bhagava,
mengormat beliau, ia duduk. Setelah duduk, Sang Bhagava
berkata:
"Phagguna, apakah benar bahwa anda terlalu banyak
berhubungan dengan para bhikkhuni, karena hubungan itu maka
bila ada bhikkhu di depanmu merendahkan para bhikkhuni, anda
marah, tidak senang dan mengomelinya; jika ada bhikkhu di depan
para bhikkhuni merendahkan anda, maka mereka akan marah,
tidak senang dan mengomeli bhikkhu itu, nampaknya begitu erat
hubungan anda dengan para bhikkhuni."
"Ya, bhante."
"Phagguna, bukankah karena keyakinan (saddha) anda
meninggalkan kehidupan berumah tangga untuk menjadi bhikkhu
(pabbaja)?"
"Ya, bhante."
400
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Phagguna, tidak pantas bagi anda sebagai bhikkhu untuk
berhubungan terlalu erat dengan para bhikkhuni. Maka bila
seseorang di depanmu merendahkan para bhikkhuni, anda
harus menghilangkan keinginan dan pikiran yang didasarkan
pada kehidupan berkeluarga. Anda harus melatih diri sebagai
berikut: 'Pikiranku tidak akan terpengaruh, saya akan tidak
mengucapkan kata-kata buruk, saya akan hidup dengan kasih
sayang dengan pikiran diliputi cinta-kasih tanpa kebencian
demi kesejahteraan banyak orang."'
"Demikianlah, jika di depanmu seseorang memukul para
bhikkhuni dengan tangan, pemukul, tongkat atau memotong
dengan pisau; anda harus menghilangkan keinginan dan pikiran
yang didasarkan pada kehidupan berkeluarga Anda harus
melatih diri sebagai berikut: 'Pikiranku tidak akan terpengaruh,
saya akan tidak mengucapkan kata-kata buruk, saya akan hidup
dengan kasih sayang dengan pikiran diliputi cinta-kasih, tanpa
kebencian demi kesejahteraan banyak orang."
Kemudian Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: "Para
bhikkhu, pada suatu waktu para bhikkhu memuaskanku. Saya
mengatakan kepada para bhikkhu: 'Saya makan sekali duduk.
Dengan berbuat begitu saya mengalami gangguan sedikit,
kesakitan sedikit, ringan, kuat dan menyenangkan.' Saya tidak
401
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
perlu terus-terusan mengajar bhikkhu-bhkikkhu itu. Saya hanya
membangkitkan perhatian mereka."
Misalnya ada sebuah kereta di atas tanah yang rata, berada di
persimpangan jalan, ditarik oleh empat ekor kuda yang bagus, siap
menunggu dengan cambuk, sehingga kusir yang mahir juga sebagai
ahli penjinak kuda dapat naik dan memegang tali sais, mengendarai
kereta ke depan atau ke belakang di jalan mana pun yang
disukainya, begitu pula saya tidak perlu terus-terusan mengajar
bhikkhu-bhikkhu itu. Saya hanya membangkitkan perhatian
mereka.
Para bhikkhu, singkirkanlah akusala dhamma dan tekun
melaksanakan kusala dhamma, dengan cara itu kamu sekalian akan
berkembang, maju dan memenuhi dhamma-vinaya.
Para bhikkhu, dahulu kala ada seorang ibu bemama Vedehika
di Savatthi. Popularitas baik Ibu Vedehika telah tersebar sebagai
berikut: "Ibu Vehidika baik hati, lembut dan penuh kasih sayang."
Ibu Vedehika mempunyai seorang pembantu bernama Kali,
yang pintar, cekatan dan bekerja dengan rapi.
Kali berpikir: "Popularitas nyonyaku telah tersebar, 'Ibu
Vedehika baik hati, lembut dan penuh kasih sayang.' Apakah ketika
ia tidak marah berarti sungguh-sungguh kemarahannya ada
402
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
padanya atau tidak ada padanya. Atau mungkin karena pekerjaan
saya rapi sehingga nyonya tidak marah padahal kemarahan itu ada
adanya? Bagaimana kalau saya mengeceknya?"
Demikianlah, Kali bangun terlambat.
Ibu Vedehika berkata: "Hai Kali! Apa sebab kamu bangun
terlambat?"
"Tidak apa-apa, nyonya."
"Tidak apa-apa. Kau gadis jahat, kamu bangun terlambat. Ia
marah, tidak senang dan cemberut.
Kemudian Kali berpikir:
"Ternyata bila nyonya tidak marah, kemarahan itu ada
padanya, bukan tidak ada; hanya karena pekerjaanku yang rapi
maka nyonya tidak marah walaupun kemarahan itu ada padanya,
bukan tidak ada padanya.
Bagaimana kalau saya mengecek nyonya sekali lagi?"
Demikianlah, Kali bangun lebih terlambat lagi.
Ibu Vedehika berkata: "Hai Kali! Apa sebab kamu bangun
kesiangan?"
"Tidak apa-apa, nyonya."
403
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Tidak apa-apa, kau gadis jahat, kamu bangun kesiangan!" Ia
marah, tidak senang dan mengucapkan katak-kata tidak
menyenangkan.
Kali berpikir pula: "Ternyata bila nyonya tidak marah
kemarahan itu ada padanya ... saya mengecek nyonya sekali lagi."
Demikianiah, Kali bangun kesiangan lagi.
Ibu Vedehika berkata: "Hai Kali! Apa sebab kamu bangun
kesiangan?"
"Tidak apa-apa, nyonya."
"Tidak apa-apa, kau gadis jahat, kamu bangun kesiangan!" ia
marah, tidak senang dan mengambil 'gulungan penjepit',
memukulkannya ke kepala Kali yang mengakibatkan kepala Kali
terluka dan berdarah.
Kemudian, Kali dengan kepala berdarah memberitahukan
kepada para tetangga: "Ibu-ibu lihat, perbuatannya yang baik hati,
lembut dan penuh kasih sayang. Lihatlah, karena pembantunya
bangun kesiangan, ia marah, tidak senang dan memukulnya
dengan 'gulungan penjepit' sehingga kepala pembantunya terluka
dan berdarah."
Akibatnya nama buruk dari Ibu Vedehika tersebar: "Ibu
Vedehika kasar, kejam dan tak memiliki kasih sayang."
404
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Demikianlah beberapa bhikkhu agak baik hati, lembut dan
diliputi cinta kasih selama tidak ada kata-kata yang tidak
menyenangkan yang didengarnya. Tetapi segera setelah ia
mendengar kata-kata yang tidak menyenangkan tentang dirinya
seorang bhikkhu harus bersikap baik hati, lembut dan penuh cinta
kasih. Saya tidak mengatakan seorang bhikkhu itu mudah di
koreksi, karena bhikkhu hanya mudah dikoreksi bila berkenaan
dengan jubah, makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk
menyembuhkan sakit, yang didapatnya. Mengapa demikian?
Sebab bhikkhu adalah sulit dikoreksi bila ia tidak mendapat jubah,
makanan, tempat tingal dan obat-obatan.
Tetapi seorang bhikkhu mudah dikoreksi bila ia menghormat,
memuja dan sujud pada Dhamma. Itulah sebabnya, para bhikkhu
harus melatih diri: "Kami akan mudah dikoreksi karena
menghormat, memuja dan sujud pada Dhamma."
Para bhikkhu, ada lima macam ucapan yang mungkin ditujukan
orang lain kepadamu; mereka berbicara :
i) pada waktu tepat atau pada waktu tidak tepat.
ii) benar atau tidak benar.
iii) lembut atau kasar.
iv) berhubungan dengan kebaikan atau mencelakakan.
405
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
v) disertai dengan pikiran cinta kasih atau benci.
Bila ada orang berbicara dengan lima macam ucapan itu, para
bhikhu harus melatih diri mereka: "Pikiran kami tidak akan
terpengaruh, kami tidak akan mengucapkan kata-kata buruk
dan kami akan tetap penuh kasih sayang demi kesejahteraan
(banyak orang) dengan pikiran diliputi cinta kasih tak ada
kebencian. Kami akan memancarkan pikiran cinta kasih
kepada orang itu; kami akan meliputi diri dengan cinta kasih
yang banyak, penuh dan tak terbatas tanpa kejahatan atau iri
hati untuk semua makhluk di alam semesta ini sebagai
obyeknya." Demikian pula, bila ada penjahat yang dengan
buas memotong tangan dan kaki dengan gerjaji, ia yang
membangkitkan kebencian karena hal itu tidak akan dapat
melaksanakan ajaranku. Inilah caranya kamu sekalian harus
melatih diri: “Pikiran kami tidak akan terpengaruh, kami kami
tidak akan mengucapkan kata-kata buruk dan kami akan
tetap penuh kasih sayang demi kesejahteraan (banyak orang)
dengan pikiran diliputi cinta kasih tak ada kebencian. Kami
akan memancarkan pikiran cinta kasih kepada orang itu; kami
akan meliputi diri dengan cinta kasih yang banyak, penuh dan
tak terbatas tanpa kejahatan atau iri hati untuk semua
makhluk di alam semesta ini sebagai obyeknya.”
406
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, ingatlah selalu uraian ini sebagai Perumpamaan
Gerjaji (Kakacupama).
Para bhikkhu, apakah kamu sekalian melihat ucapan kasar,
kecil atau besar yang tidak dapat kamu tahan?
“Tidak, Bhante”.
“Para bhikkhu, ingatlah selalu uraian ini sebagai
Perumpamaan Gergaji. Hal ini cukup mensejahterakan dan
membahagiaan kamu sekalian.”
407
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ALAGADDUPAMASUTTA
(22)
1-- Demikianiah saya dengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama
milik Anathapindika, Savatthi.
2-- Pada waktu itu suatu pandangan jahat (papaditthi) telah
timbul di dalam diri seorang bhikkhu yang bemama Arittha,
yang pada waktu lampau adalah seorang pembunuh burung
Nasar (Burung Pemakan Bangkai).
"Sebagaimana saya mengerti dhamma diajarkan oleh Sang
Bhagava, hal-hal yang disebut penghalang (antarayika) oleh
Sang Bhagava adalah tidak dapat menghalangi seseorang yang
sibuk dengan hal-hal itu.
408
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
3-- Beberapa bhikkhu setelah mendengar hal ini, menemui
Bhikkhu Arittha dan bertanya kepadanya: "Avuso Arittha,
apakah benar bahwa ada pikiran jahat muncul dalam dirimu?"
"Benar, para avuso. Sebagaimana saya mengerti dhamma
diajarkan oleh Sang Bhagava, hal-hal yang disebut penghalang
(antarayika) oleh Sang Bhagava adalah tidak dapat
menghalangi seseorang yang sibuk dengan hal-hal itu.”
Kemudian, para bhikkhu ini berkeinginan untuk membebaskan
dia dari pandangan jahat itu, menekan, bertanya dan
menanyai dia berulang kali: "Avuso Arittha, jangan berkata
begitu. Jangan salah mengerti mengenai Sang Bhagava. Sang
Bhagava tidak akan mengatakan seperti itu. Karena di dalam
banyak khotbah Sang Bhagava telah menyatakan bagaimana
hal-hal penghalang menghalangi, dan bagaimana penghalang-
penghalang ini dapat menghalangi seseorang yang sibuk
dengan hal-hal itu. Sang Bhagava telah menyatakan
bangaimana keinginan nafsu indera yang hanya menghasilkan
kepuasan sedikit, namun banyak penderitaan, banyak
keputusasaan, dan betapa besar bahaya dalam hal-hal itu.
Dengan perumpamaan tengkorak ... dengan perumpamaan
sepotong daging ... dengan perumpamaan rumput obor ...
dengan perumpamaan lobang arang ... dengan perumpamaan
409
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mimpi ... dengan perumpamaan barang-barang dipinjam ...
perumpamaan pohon sarat dengan buah ... perumpamaan
rumah jagal ... perumpamaan pedang ... dengan perumpamaan
kepala ular, Sang Bhagava telah menyatakan bagaimana
keinginan nafsu indera yang hanya menghasilkan kepuasan
sedikit, namun banyak penderitaan, banyak keputusasaan, dan
betapa besar bahaya dalam hal-hal itu.
Namun, walaupun ditekan, ditanya, dan ditanya berulang kali
oleh mereka dengan cara ini, Bhikkhu Arittha tetap teguh
mempertahankan pandangan jahat itu dan bersikeras berlanjut
dengan pandangan itu.
4-- Karena para bhikkhu tidak berhasil membebaskannya dari
pandangan jahat, maka mereka pergi menemui Sang Bhagava,
setelah memberi hormat kepada beliau, mereka duduk di
tempat yang tersedia dan mengatakan kepada beliau semua
yang telah terjadi, dan menambahkan: "Bhante, karena kami
tidak dapat membebaskan Bhikkhu Arittha dari pandangan
jahat ini, kami melaporkan hal ini kepada Sang Bhagava."
5-- Sang Bhagava berkata kepada seorang bhikkhu: "Bhikkhu,
katakan kepada bhikkhu Arittha atas nama saya babwa guru
(sattha) memanggilnya."
410
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Ya, Bhante," jawabnya. Ia pergi menemui Bhikkhu Arittha dan
berkata kepadanya:
"Avuso Arittha, guru memanggilmu."
"Baiklah, avuso," jawabnya, dan ia pergi menemui Sang
Bhagava, setelah menghormat beliau, ia duduk di tempat yang
tersedia. Kemudian Sang Bhagava bertanya kepadanya:
"Arittha, apakah benar bahwa pandangan jahat seperti ini telah
muncul dalam dirimu: 'Sebagaimana saya mengerti Dhamma
yang diajarkan oleh Sang Bhagava, hal-hal yang disebut
penghalang oleh Sang Bhagava adalah tidak dapat
menghalangi seseorang yang sibuk dengan hal-hal itu'?"
"Benar, Bhante. Sebagaimana saya mengerti Dhamma yang
diajarkan oleh Sang Bhagava, hal-hal yang disebut penghalang
oleh Sang Bhagava adalah tidak dapat menghalangi seseorang
yang sibuk dengan hal-hal itu."
6-- "Orang yang salah arah, dari siapa anda mengetahui saya
mengajarkan Dhamma dengan cara ini? Orang, yang salah
arah, dalam banyak khotbah saya telah menyatakan
bagaimana hal-hal penghalang menghalangi, dan bagaimana
penghalang-penghalang ini dapat menghalangi seseorang yang
sibuk dengan hal-hal itu. Saya telah menyatakan bangaimana
411
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
keinginan nafsu indera yang hanya menghasilkan kepuasan
sedikit, namun banyak penderitaan, keputusasaan, dan betapa
besar bahaya dalam hal-hal itu. Dengan perumpamaan
tengkorak ... dengan perumpamaan sepotong daging ...
dengan perumpamaan rumput obor ... dengan perumpamaan
lobang arang ... dengan perumpamaan mimpi ... dengan
perumpamaan barang-barang dipinjam ... perumpamaan
pohon sarat dengan buah ... perumpamaan rumah jagal ...
perumpamaan pedang ... dengan perumpamaan kepala ular,
saya telah menyatakan bagaimana keinginan nafsu indera
yang hanya menghasilkan kepuasan sedikit, namun banyak
penderitaan, banyak keputusasaan, dan betapa besar bahaya
dalam hal-hal itu. Tetapi anda, orang yang salah arah, telah
mengsalah-mengertikan kami dengan penangkapan salahmu
dan merusak dirimu sendiri serta menimbun karma buruk;
karena ini akan mengantarmu ke kecelakaan dan penderitaan
untuk masa yang lama.
7-- Selanjutnva. Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu:
"Para bhikkhu, bagaimana pendapat anda sekalian. Apakah
Bhikkhu Arittha menyalakan seberkas kebijaksanaan dalam
Dhamma dan Vinaya ini"
“Bagaimana mungkin, Bhante? Tidak, Bhante."
412
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Ketika hal ini telah dikatakan, Bhikkhu Arittha duduk diam,
malu, dengan bahu menurun dan kepala menunduk
menerawang dan tak berkata apa-apa. Kemudian, setelah
mengetahui keadaan ini, Sang Bhagava berkata kepadanya:
"Orang yang salah arah, anda akan terkenal karena pandangan
jahatmu. Saya akan menanyai para bhikkhu sehubungan
dengan hal ini."
8-- Selanjutnva, Sang Bagava berkata kepada para bhikkhu: Para
bhikkhu apakah anda sekalian mengerti Dhamma yang saya
ajarkan seperti Bhikkhu Arittha ini lakukan ketika ia mensalah
artikan kami dengan pengertiannya yang salah dan melukai
dirinya sendiri serta menimbun karma buruk?"
"Tidak, bhante. Karena di dalam banyak khotbah Sang
Bhagava telah menyatakan bagaimana hal-hal penghalang
menghalangi, dan bagaimana penghalang-penghalang, ini
dapat menghalangi seseorang yang sibuk dengan hal-hal itu.
Sang Bhagava telah menyatakan bagaimana keinginan nafsu
indera yang hanya menghasilkan kepuasan sedikit, namun
banyak penderitaan, banyak keputusasaan, dan betapa besar
bahaya dalam hal-hal itu. Dengan perumpamaan tengkorak ...
dengan perumpamaan sepotong daging ... dengan
perumpamaan rumput obor dengan perumpamaan lobang
413
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
arang ... dengan perumpamaan mimpi … dengan
perumpamaan barang-barang dipinjam... perumpamaan pohon
sarat dengan buah ... perumpa-maan rumah jagal ...
perumpamaan pedang ... dengan perumpamaan kepala ular,
Sang Bhagava telah menyatakan bagimana keinginan nafsu
indera yang hanya menghasilkan kepuasan sedikit, banyak
penderitaan, banyak keputusasaan, dan betapa besar bahaya
dalam hal-hal itu."
"Baik, para bhikkhu. Baik, karena anda sekalian mengerti
Dhamma yang saya ajarkan seperti itu. Karena dalam banyak
khotbah saya telah menyatakan bagaimana hal-hal penghalang
menghalangi, dan bagaimana penghalang-penghalang ini
dapat menghalangi seseorang yang sibuk dengan hal-hal itu.
Saya telah menyatakan bangaimana keinginan nafsu indera
yang hanya menghasilkan kepuasan sedikit, namun banyak
penderitaan, banyak keputusasaan, dan betapa besar bahaya
dalam hal-hal itu. Dengan perumpamaan tengkorak ... dengan
perumpamaan sepotong daging ... dengan perumpamaan
rumput obor dengan perumpamaan lobang arang ... dengan
perumpamaan mimpi dengan perumpamaan barang-barang
dipinjam ... perumpamaan pohon sarat dengan buah ...
perumpamaan rumah jagal ... perumpamaan pedang ... dengan
414
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
perumpamaan kepala ular, saya telah menyatakan bagimana
keinginan nafsu indera yang hanya menghasilkan kepuasan
sedikit, banyak penderitaan, banyak keputusasaan, dan betapa
besar bahaya dalam hal-hal itu. Tetapi, anda orang yang salah
arah, telah mengsalahmengertikan kami dengan penerimaan
salahmu dan merugikan dirimu sendiri serta menimbun karma
buruk; karena ini akan mengantarmu ke kecelakaan dan
penderitaan untuk masa yang lama.
9. "Para bhikkhu, seseorang yang sibuk dengan pemuasan nafsu
indera tanpa keinginan nafsu, tanpa persepsi keinginan nafsu
dan tanpa pikiran-pikiran keinginan nafsu - adalah tak
mungkin."
Perumpamaan Ular
10. Para bhikkhu, beberapa orang bodoh belajar Dhamma khotbah-
khotbah (sutta-sutta), bait-bait (geyya), eksposisi-eksposisi
(veyyakarana), syair-syair (gatha), pernyataan-pernyataan
gembira (udana), kata-kata (itivuttaka), cerita-cerita kelahiran
(jataka), dhamma yang menakjubkan (abbhutadhamma) dan
tanya-jawab (vedalla) - tetapi setelah mempelajari Dhamma,
mereka tidak memeriksa arti dari ajaran-ajaran itu dengan
415
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kebijaksanaan. Tidak memeriksa arti dari ajaran-ajaran itu
dengan kebijaksanaan, mereka tidak mendapat pengertian
sebenarnya dari ajaran-ajaran itu. Sebaliknya mereka belajar
Dhamma hanya untuk mencela orang-orang lain dan
memenangkan perdebatan, serta mereka tidak mengalami
kebaikan dari tujuan mereka belajar Dhamma. Ajaran-ajaran
itu, salah diterima oleh mereka, menyebabkan kerugian dan
penderitaan yang lama.
Misalnya, ada seorang yang memerlukan ular, mencari ular,
mengembara mencari ular, melihat seekor ular besar dan
menangkap lingkarannya atau ekomya. Ular itu akan berbalik
kepadanya, menggigit tangannya, lengannya atau anggota
tubuhnya, dan karena itu ia dapat mati atau mati dengan
menderita. Mengapa begitu? Sebab ia salah menangkap ular.
Begitu pula, di sini ada beberapa bhikkhu yang salah arah
belajar Dhamma .... Ajaran-ajaran itu, salah diterima oleh
mereka, menyebabkan kerugian dan penderitaan yang lama.
11. "Para bhikkhu, di sini ada beberapa keluarga (kulaputta)
belajar Dhamma, khotbah-khotbah ... tanya-jawab - setelah
mempelajari Dhamma, mereka memeriksa arti dari ajaran-
ajaran itu dengan kebijaksanaan. Memeriksa arti ajaran-ajaran
itu dengan kebijaksanaan, mereka mendapat pengertian benar
416
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dari ajaran-ajaran itu. Mereka tidak belajar Dhamma untuk
mencela orang-orang lain dan untuk memenangkan
perdebatan, mereka mengalami kebaikan sesuai dengan
tujuan mereka mempelajari Dhamma. Ajaran-ajaran itu telah
diterima dengan benar oleh mereka, menyebabkan
kesejahteraan dan kebahagiaan mereka untuk masa yang
lama.
Misalnya, ada seorang yang memerlukan ular, mencari ular,
mengembara mencari ular, melihat seekor ular besar dan
menangkapnya secara benar dengan tongkat berpenjepit,
setelah melakukan seperti itu, ia memegangnya tepat
dilehernya. Walaupun ular itu melingkarkan tubuhnya pada
tangannya, lengannya atau anggota tubuhnya, tetap ia tidak
akan mati atau mati menderita karena perbuatan ular itu.
Mengapa begitu? Sebab ia menangkap ular dengan cara yang
benar. Begitu pula, di sini ada beberapa keluarga mempelajari
Dhamma .... Ajaran-ajaran itu, telah diterima dengan benar,
menyebabkan kesejahteraan dan kebahagiaan mereka untuk
masa yang lama.
12. "Para bhikkhu, bilamana anda sekalian mengerti Dhamma
yang saya nyatakan, ingatlah itu sesuai dengan apa adanya;
dan bilamana anda sekalian tidak mengerti apa yang saya
417
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
nyatakan, maka tanyalah hal itu padaku atau kepada bhikkhu
yang bijaksana.
Perumpamaan Rakit
13. "Para bhikkhu, saya akan mengajarkan kepadamu sekalian.
Dhamma yang mirip dengan rakit, yang digunakan untuk
menyebarang, dan bukan untuk dipegang saja. Dengar dan
perhatikanlah dengan baik pada apa yang akan saya
katakana."
"Ya, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Para bhikkhu, ketika seorang yang melakukan perjalanan di
jalan raya melihat sebuah genangan air yang lebar, tepi sisi
dari genangan air itu sangat berbahaya dan menakutkan, tepi
yang seberang aman dan tidak menakutkan, tetapi apabila di
sana tidak ada perahu untuk menyeberanginya atau pula tidak
ada jembatan yang dapat dititi dari sini ke sana, hal ini
mungkin terjadi padanya: 'Ini adalah bentangan air yang besar
dan lebar, tepi yang sini berbahaya dan menakutkan, tepi yang
sana aman dan tidak menakutkan, tetapi di sana tidaklah
terdapat sebuah perahu untuk menyeberangkannya atau tidak
pula terdapat jembatan untuk dapat dititi dari tepi sini ke tepi
418
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
sana. Seandainya saya, setelah mengumpulkan rumput-
rumputan, kayu-kayu, cabang-cabang dan ranting-ranting,
daun-daunan dan setelah mengikatnya menjadi sebuah rakit,
dengan bergantung pada rakit itu, dan berusaha dengan
tangan-tangan serta kaki-kaki, harus dapat menyeberang
dengan selamat ke seberang sana?' Para bhikkhu, kemudian
orang itu, setelah mengumpulkan rumput-rumput, kayu-kayu,
cabang-cabang, ranting-ranting, daun-daunan, setelah
mengikatnya menjadi sebuah rakit, dengan bergantung pada
rakit tersebut berusaha dengan keras dengan tangan-tangan
serta kaki-kaki, akan dapat menyeberang dengan selamat ke
seberang. Baginya, setelah menyeberang, pergi ke sana, hal
ini bisa terjadi: 'Sekarang, rakit ini sudah sangat berguna
bagiku. Saya dengan menggantungkan pada rakit ini, dan
berusaha dengan keras dengan tangan-tangan serta kaki-
kakiku, telah menyeberang dengan selamat ke seberang sini.
Seandai aku sekarang, setelah menaruh rakit itu di atas
kepalaku, dan mengangkatnya ke atas pundak-ku, apakah bisa
berjalan menurut apa yang saya inginkan?' Apa yang kamu
pikirkan tentang hal ini, para bhikkhu? Apabila orang itu
melakukan itu, apa ia melakukan apa yang semestinya
dilakukan dengan rakit tersebut?"
419
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Tidak, Bhante.”
"Para bhikkhu, apa yang harus dilakukan oleh orang tersebut,
demi untuk berbuat apa yang seharusnya diperbuat dengan
rakit tersebut? Para bhikkhu, dalam hal ini mungkin bisa
terjadi terhadap orang itu yang telah menyeberang dari sana
ke seberang sini: 'Sekarang, rakit ini telah sangat berguna
bagiku. Dengan bergantung pada rakit ini dan berusaha
dengan kuatnya memakai tangan dan kaki-kakiku, saya telah
menyeberang dengan selamanya keseberang sini. Seandai
saya sekarang, setelah menepikan rakit ini di atas tanah kering
atau setelah aku menenggelamkannya di bawah air, apakah
aku harus melakukan hal itu sesuai dengan keinginanku? Para
bhikkhu, dalam hal ini, apa yang harus orang itu lakukan?
Dalam melakukan hal ini, para bhikkhu, orang itu harus
melakukan apa yang harus ia lakukan dengan rakit tersebut.
Para bhikkhu, sekalipun demikian apakah dhamma tentang
persamaan dengan rakit yang saya ajarkan itu untuk dipakai
menyeberang, bukan untuk disimpan atau dipertahankan."
14. "Para bhikkhu, bilamana anda sekalian mengetahui dhamma
seperti rakit, anda sekalian harus meninggalkan hal-hal baik
tertentu, apa lagi hal-hal yang buruk."
420
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
15. Para bhikkhu, terdapat keenam pandangan dengan hubungan-
hubungan sebab akibat. Apa keenam pandangan itu? Para
bhikkhu, di dalam bubungan ini, rata-rata orang yang tidak
diberikan instruksi, tidak ambil peduli terhadap hal-hal yang
murni, tidak terampil dalam dhamma dari orang-orang suci,
tidak terlatih dalam dhamma dari orang-orang suci, tidak ambil
peduli terhadap orang-orang benar, tidak terampil dalam
dhamma dari orang benar, tak terlatih dalam dhamma dari
orang-orang benar, mengganggap bentuk-bentuk material
sebagai: 'Ini adalah kepunyaanku ... ' Ia menganggap persepsi
menanggapi itu sebagai: "Ini adalah aku, ini adalah pribadiku.'
Juga pandangan apapun dengan hubungan sebab akibat
mengatakan: 'Ini adalah dunia ini adalah pribadi; sesudah
kematian aku akan menjadi kekal abadi, tahan lama, kekal,
tidak terkena hukum perubahan, aku akan berdiri tegak
seperti masuk ke dalam alam kekal, 'ia menganggap ini
sebagai: 'Ini adalah kepunyaanku, ini adalah pribadiku.'
16. Para bhikkhu, tetapi siswa yang telah diberikan instruksi
tentang hal-hal murni, memperhatikan hal-hal murni, terampil
di dalam dhamma dari orang-orang suci, terlatih baik-baik di
dalam dhamma dari orang-orang suci; berprihatin terhadap
orang-orang benar, terampil di dalam dhamma dari orang-
421
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
orang benar; terlatih baik-baik di dalam dhamma dari orang-
orang benar, menganggap bentuk-bentuk material sebagai: 'Ini
adalah bukan milikku, ini bukan aku, ini adalah bukan
pribadiku; 'ia menganggap perasaan sebagai: 'Ini adalah bukan
milikku ... ia menganggap persepsi sebagai: 'Ini adalah bukan
milikku...' ia menganggap kecenderungan-kecenderungan
kebiasaan sebagai: 'Mereka ini adalah bukan milikku ... ; 'Ia
menganggap kesadaran sebagai: 'Ini adalah bukan milikku, ini
adalah bukan aku, ini adalah bukan pribadiku.' Juga ia
menganggap apapun yang dilihat, didengar, dirasa,
dimengerti, dicapai, dicari, direnungkan oleh pikiran sebagai:
"Ini adalah bukan milikku, ini adalah bukan aku, ini adalah
bukan pribadiku.” Juga, pandangan apa pun dengan hubungan
sebab akibat yang menyatakan: "Dunia ini sangat pribadi,
sesudah mati aku akan menjadi permanen, bertahan lama,
kekal, tidak terkena hukum perubahan, aku akan berdiri tegak
seperti masuk ke dalam kekekalan.” Tetapi ia yang
menganggap ini sebagai: 'Ini adalah bukan milikku, ini adalah
bukan aku, ini adalah bukn pribadiku.' Bagi dia yang
menganggap (dunia) itu adalah sesuatu yang tidak ada, tidak
akan menjadi khawatir atau cemas."
422
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
17. "Karena ia memandang hal-hal itu seperti itu, maka ia tidak
cemas tentang apa yang non-eksisten.”
18. Ketika hal ini telah diucapkan, seorang bhikkhu berkata
kepada Sang Bhagava: "Bhante, tetapi apakah tidak muncul
kecemasan tentang sesuatu non-eksisten ekstemal?"
"Bhikkhu, mungkin ada," kata Sang Buddha. "Bhikkhu, dalam
hal ini, itu terjadi pada seseorang (berpandangan): 'Apa yang
sudah pasti milikku adalah pasti bukan milikku; apa yang
mungkin pasti menjadi milikku, sudah pasti tidak ada
kesempatan untuk aku peroleh.' Ia berduka, menangisi,
meratapi, memukul-mukul dadanya, dan diliputi kekecewaan.
Para bhikkhu, sekali pun demikian, muncullah kecemasan
tentang sesuatu obyek yang tidak ada itu."
19. "Bhante, tetapi apakah dapat terjadi, tidakkah ada kecemasan
tentang sesuatu obyek yang tidak ada itu?"
"Bhikkhu, mungkin," kata Sang Bhagava. "Di dalam hal ini, hal
itu tidak terjadi pada setiap orang: 'Apa yang sudah pasti
milikku adalah pasti bukan milikku (sekarang); apa yang pasti
menjadi milikku, pasti tidaklah ada kesempatan untuk menjadi
milikku.' Ia tidak berduka, menangis, meratap, ia tidak
memukuli dadanya' ia tidak diliputi kekecewaan. Sekali pun
423
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
demikian, terjadilah suatu kecemasan tentang sesuatu obyek
(sesuatu yang obyektif) yang tidak ada."
20-- "Bhante, tetapi apakah di sana terdapat kecemasan tentang
sesuatu yang non-eksisten eksternal.?"
"Mungkin saja ada, bhikkhu," kata Sang Bhagava. "Para
bhikkhu, dalam hal ini pandangan terjadi pada seseorang:
'Dunia ini sang pribadi; sesudah mati aku akan menjadi
permanen, tahan lama, kekal, tidak terkena hukum
perubahan, aku akan berdiri tegak seperti masuk ke dalam
kekekalan.' Namun bagi dia yang mendengarkan dhamma
seperti apa adanya yang diajarkan oleh Sang Tathagata atau
oleh seorang siswa dari Tathagata untuk mencabut hingga ke
akar-akarnya semua ketetapan, prasangka, kecenderungan
dan ketergantungan terhadap pandangan dan hubungan sebab
akibat, untuk menenangkan semua aktivitas-aktivitas, untuk
melenyapkan semua kemelekatan, untuk menghancurkan
nafsu atau keinginan keras, untuk menghilangkan nafsu-nafsu,
mengadakan penghentian-penghentian, Nibbana. Juga hal
seperti ini tidak terjadi padanya: 'Aku pasti akan dimusnahkan,
aku pasti akan dimusnahkan, aku pasti akan dihancurkan, aku
pasti akan tidak ada.' Oleh sebab itu ia tidak berduka, tidak
menangis, tidak meratap, tidak memukul-mukul dadanya, ia
424
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tidak diliputi putus asa. Para bhikkhu, demikianlah maka tidak
terdapat kecemasan tentang sesuatu yang subyektif yang
tidak ada itu.”
“Para bhikkhu, apakah anda sekalian dapat memegang
beberapa hak milik, hak-hak milik mana yang menjadi kekal,
bertahan lama, abadi, tidak terkena hukum perubahaan, yang
dapat berdiri tegak sepertinya masuk ke dalam kekekalan itu?
Para bhikkhu, tetapi apakah anda sekalian melihat bahwa hak
milik itu adalah materi yang akan menjadi permanen, tahan
lama, kekal tidak patut terkena hukum perubahan, yang akan
berdiri tegak seperti hendak masuk ke dalam kekekalan.
"Tidak, bhante."
"Baik, para bhikkhu. Para bhikkhu, saya pun tidak melihat
bahwa harta milik itu adah materi yang permanen, tahan lama,
kekal, tidak terkena hukum perubahan, yang akan berdiri
tegak bagaikan mau masuk ke dalam kekekalan. Para bhikkhu,
dapatkah anda sekalian menangkap pemahaman teori tentang
pribadi, sedemikian sehingga dengan menangkap teori
tersebut tentang pribadi tidak kekal akan timbul kedukaan,
penderitaan, kesengsaraan, ratap tangis dan putus asa. Para
bhikkhu, tetapi apakah anda sekalian melihat bahwa
pemahaman teori tersebut tentang pribadi, dari hasil
425
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pemahaman atau penangkapan teori tentang pribadi, di sana
tidak akan timbul kedukaan, penderitaan, kesengsaraan, ratap
tangis dan putus asa"
"Tidak, Bhante."
"Baik, para bhikkhu. Para bhikkhu, saya pun tidak melihat
bahwa pemahaman teori tentang pribadi dari pemahaman
mana tidak bakal akan timbul, kedukaan, penderitaan,
kesengsaraan, ratap tangis dan putus asa. Para bhikkhu,
dapatkah anda sekalian bergantung pada ketergantungan
pandangan, menggantungkan diri pada ketergantungan
pandangan bahwa tidak akan timbul kedukaan, penderitaan
kesengsaraan, ratap tangis dan putus asa? Para bhikkhu,
tetapi apakah anda sekalian melihat bahwa bergantung pada
pandang ... putus asa?"
"Tidak, Bhante."
"Baik, para bhikkhu. Para bhikkhu, saya pun tidak melihat
bahwa bergantung pada pandangan dengan bergantung pada
ketergantungan pandangan bahwa tidak akan timbul
kedukaan, penderitaan, kesengsaraan, ratap tangis dan autus
asa. Para bhikkhu, apabila di sana terdapat pribadi dapatkah
dikatakan: 'Ia termasuk ke dalam pribadiku'?
426
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Ya, Bhante."
“Para bhikkhu, atau apakah di sana terdapat apa yang
termasuk ke pribadi, dapatkah dikatakan: 'Ia adalah pribadiku?'
"Ya, Bhante."
“Para bhikkhu, tetapi apabila pribadi dan apa yang termasuk
ke pribadi, walaupun sebenarnya ada, tidak dapat dipahami,
adalah bukan pandangan serta bubungan sebab akibat bahwa:
'Ini adalah dunia ini adalah pribadi, sesudah kematian aku akan
menjadi permanen, tahan lama, kekal, tidak terkena hukum
perubahan, aku akan berdiri tegak seperti akan masuk ke
dalam kekekalan' adalah bukan demikian kebodohan total
sempurna?"
"Bhante, bagaimana bisa tidak menjadi kebodohan total
sempurna?"
"Para bhikkhu, apa yang anda sekalian pikirkan tentang hal ini,
apakah bentuk material itu kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, bhante."
“Tidak kekal itu menyenangkan atau menyakitkan ?”
"Menyakitkan, bhante."
427
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Tetapi apakah pantas untuk menganggap bahwa apa yang
tidak kekal itu, menyakitkan, patut terkena hukum perubahan,
sebagai 'Ini adalah milikku, ini adalah aku, ini adalah
pribadiku?’"
“Tidak, bhante."
“Para bhikkhu, apa yang anda sekalian pikirkan tentang ini:
apakah perasaan (vedana) ... persepsi (sanna) ... bentuk-
bentuk pikiran (sankhara) itu kekal atau tidak kekal? Para
bhikkhu, apa yang kamu pikirkan tentang ini, apakah
kesadaran itu kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, bhante."
"Sesuatu yang tidak kekal itu menyakitkan atau
menyenangkan?"
"Menyakitkan, bhante."
"Tetapi apakah pantas untuk menganggap yang tidak kekal,
menyakitkan, patut terkena hukum perubahan sebagai, 'Ini
kepunyaanku, ini adalah aku, ini adalah pribadiku'?"
"Tidak, bhante."
"Para bhikkhu, mengapa bentuk materi apa pun, yang lalu,
yang akan datang, sekarang, subyektif atau obyektif, [139]
428
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kasar maupun lembut, buruk atau baik, apakah ia jauh dekat,
semua bentuk-bentuk materi haruslah dilihat sedemikian
dengan kebijaksanaan sempurna sebagaimana itu apa adanya:
‘Ini adalah bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan peribadiku.’
Perasaan (vedana) apa pun... persepsi (sanna) apa pun ...
bentuk-bentuk pikiran (sankhara) apa pun... kesadaran
(vinnana) apa pun, baik yang lampau, yang akan datang,
seorang, subyektif maupun obyektif, kasar maupun lembut,
buruk atau baik, apakah ia berada jauh atau dekat, semua
kesadaran haruslah dililiputi oleh kebijaksanaan sempuma
sebagaimana itu apa adanya: ‘Ini adalah bukan milikku, ini
adalah bukan aku, ini bukan pribadiku."
"Para bhikkhu, seorang siswa yang telah diberi pelajaran oleh
orang-orang suci, dengan melihat cara demikian itu, tidak
menganggap bentuk-bentuk materi, tidak menganggap
perasaan, tidak menganggap persepsi, tidak menganggap
bentuk-bentuk pikiran, dan tidak menganggap kesadaran;
dengan tidak menganggap itu, maka ia tidak bernafsu; melalui
cara tidak mempunyai nafsu (maka) ia terbebaskan; di dalam
kebebasan muncullah pengetahuan bahwa ia telah terbebas,
dunia memahami: kelahiran dihancurkan, kelana-brahmana di
429
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
bawah mendekatinya, apa yang harus dikerjakan telah
dilaksanakan, tidak ada lagi kelahiran setelah kehidupan ini."
“Para bhikkhu, bhikkhu semacam itu dikatakan telah
mengangkat penghalang, telah mengisi lubang besar yang
menganga, telah menarik atau mencabut pasakr, telah
menarik keluar baut-baut, dan ia dikatakan telah meniadi
orang suci, panjipanji dikibarkan rendah-rendah, beban telah
diturunkan, tanpa belenggu-belenggu."
"Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu yang telah
mengangkat penghalang itu? Para bhikkhu, dalam kaitan ini,
kebodoban telah diletakkan oleh bhikkhu itu, dipotong habis
hingga ke akar-akarnya, dibuat seperti pohon palem yang
tumpul, dibuat sedemikian sehingga pohon palem itu tidak
mungkin ada pada waktu yang akan datang, tidak dapat
tumbuh lagi. Para bhikkhu, begitu pula seorang bhikkhu
menjadi seseorang yang telah mengangkat atau menyisihkan
halangan itu."
"Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu yang telah mengisi
penuh-penuh sebuah lubang besar yang menganga? Para
bhikkhu, dalam kaitan ini proses menjadi (bhava), yaitu
berkelana di dalam kelahiran-kelahiran berulang-ulang kali
telah dapat dilenyapkan oleh bhikkhu itu, dipotong hingga
430
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
keakar-akarnya, dibuat seperti pohon palem yang tumpul,
dibuat sedemikian sehingga pohon palem itu tidak mungkin
ada pada waktu yang akan datang, tidak dapat tumbuh lagi.
Para bhikkhu, begitu pula seorang bhikkhu menjadi seorang
yang telah mengisi penuh lubang besar yang menganga."
"Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu yang telah menarik
keluar baut itu? Para bhikkhu, dalam hubungan ini, lima
belenggu (samyojana) rendah dapat dilenyapkan oleh bhikkhu
itu ... dibuat sedemikian sehingga pohon palem itu tidak
mungkin ada pada waktu yang akan datang, dan tidak dapat
tumbuh lagi. Para bhikkhu, begitu pula seorang bhikkhu
menjadi orang yang telah menarik ke luar baut-baut itu."
"Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu dapat menjadi suci,
panji-panji dikibarkan rendah-rendah, beban diturunkan, tanpa
belenggu-belenggu? Para bhkkhu, dalam kaitan ini,
kesombongan tentang adanya 'aku' haruslah dilenyapkan oleh
bhikkhu itu, dipotong hingga ke akar-akarnya, dibuat seperti
pohon palem tumpul, dibuat sedemikian hingga pohon palem
itu tidak mungkin ada pada waktu yang akan datang, dan tidak
dapat tumbuh lagi. Para bhikkhu, begitu pula seorang bhikkhu
menjadi suci, panji-panji dikibarkan rendah, beban diturunkan,
tanpa belenggu-belenggu."
431
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Para bhikkhu, apabila pikiran dari bhikkhu telah terbebaskan
demikian, maka para deva dengan Inda, para Brahma dengan
Pajapati, tidak akan berhasil dalam pencarian mereka apabila
mereka berpikir: 'Ini adalah kesadaran diskriminatif yang
melekat kepada Tathagata.’ Apa alasannya? Para bhikkhu,
saya nyatakan di sini dan sekarang bahwa seorang Tathagata
tak dapat ditelusuri."
"Para bhikkhu, walaupun saya adalah seorang yang berkata
demikian, yang menunjukkan demikian, namun ada beberapa
pertapa dan Brahmana yang salah mewakili diriku secara sadar
tidak benar, samar-samar, palsu, tidak sesuai dengan
kenyataan, dan mereka berkata: 'Petapa Gotama adalah
seseorang nihilis. Beliau mengatakan untuk memotong,
menghancurkan, dan tidak ada lagi kelompok kehidupan yang
muncul.’ Para bhikkhu, saya tidak seperti itu. Saya seperti ini,
yaitu saya tidak mengatakan hal itu, karena hal itu tidak,
samar-samar, palsu, dan tidak sesuai dengan kenyataan ketika
mereka berkata: 'Petapa Gotama adalah seorang nihilis,
'Petapa Gotama adalah seseorang nihilis. Ia menggariskan
peraturan (ajaran) memotong, menghancurkan, dan tidak ada
lagi kelompok kehidupan yang muncul.’ Para bhikkhu, saya
dahulu seperti juga halnya sekarang, hanya menggariskan
432
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
peraturan (ajaran) tentang adanya dukkha serta melenyapkan
dukkha itu. Para bhikkhu, apabila berkenaan dengan hal ini,
ada orang-orang meyumpahi, memaki, menjengkelkan Sang
Tathagata; namun dalam diri Sang Tathagata tidak terdapat
kejengkelan, tidak ada kesedihan, tidak ada ketidakpuasan
pikiran berkenaan dengan mereka itu."
"Para bhikkhu, apabila berkenaan dengan hal ini, ada orang-
orang lain memuja, menghargai, menghormat serta
memuliakan Tathagata, di dalam diri Tathagata tidaklah
terdapat rasa gembira, tidak terdapat rasa senang, tidak ada
kegirangan dari pikiran berkenaan dengan mereka itu. Para
bhikkhu, apabila berkenaan dengan ini orang-orang lain
memuja, menghormat, menghargai, serta menjunjung tinggi
Tathagata; berkenaan dengan mereka itu, maka Tathagata
menyadari: 'Ini adalah hal-hal yang dahulu telah diketahui
dengan baik, tugas-tugas seperti itu harus saya kerjakan.’
Para bhikkhu, ini merupakan alasan bahwa walaupun ada
orang-orang mencaci maki, mencela dengan kasar dan
menjengkelkan anda sekalian, maka seharusnya dalam diri
anda tidak ada pikiran kebencian, kesedihan, ketidakpuasan
terhadap mereka. Para bhikkhu, apa alasannya sekalipun
orang-orang akan memuja dirimu. menghormat, menghargai,
433
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
memuliakan dirimu, seharusnya di dalam dirimu tidak ada
pikiran senang, gembira dan girang berkenaan dengan
mereka. Para bhikkhu, apa alasannya, sekalipun ada oran-
gorang akan memuja, menghormat, memandang tinggi,
memuliakan dirimu, maka anda sekalian harus menyadari: “Ini
adalah hal-hal yang dahulu telah diketahui dengan baik, tugas-
tugas seperti itu harus saya kerjakan.”
"Para bhikkhu, mengapa (pandangan) ‘apa yang bukan
milikmu,’ dilenyapkan. Dengan melenyapkannya itu akan
menyebabkan kesejahteraan serta kebahagiaanmu untuk masa
yang lama. Para bhikkhu, apa yang bukan milikmu itu? Para
bhikkhu, ‘jasmani (rupa) adalah bukan milikmu’, lenyapkanlah,
dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan kesejahteraan
serta kebahagiaanmu untuk masa yang lama. Para bhikkhu,
‘perasaan (vedana) adalah bukan milikmu,’ lenyapkanlah,
dengan lenyapkannya akan menyebabkan kesejahteraan serta
kebahagiaanmu untuk masa yang lama. Para bhikkhu,
‘pencerapan (sanna) adalah bukan milikmu’; lenyapkanlah,
dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan kesejahteraan
serta kebahagianmu untuk masa yang lama. Para bhikkhu,
‘bentuk-bentuk pikiran (sankhara) adalah bukan milikmu’;
lenyapkanlah, dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan
434
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kesejahteraan serta kebahagiaanmu untuk masa yang lama.
Para bhikkhu, ‘kesadaran (vinnana) adalah bukan milikmu’;
lenyapkanlah, dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan
kesejabteraan serta kebahagiaanmu untuk masa yang lama.
Para bhikkhu, bagaimana pendapat anda sekalian tentang hal
ini? Apabila seseorang akan mengumpul, membakar atau akan
berbuat sesuatu yang ia senangi dengan rumput, ranting-
ranting, cabang-cabang serta daun-daun di Jetavana ini,
apakah akan muncul dalam dirimu: “Orang itu akan
mengumpulkan kita, akan membakar kita, ia akan berbuat apa
yang ia senangi terhadap kita."
"Tidak, Bhante. Mengapa demikian? Bhante, sesungguhnya
(kita) adalah bukan pribadi kita juga bukan termasuk pribadi."
"Para bhikkhu, sekalipun demikian, apa yang bukan milikmu,
lenyapkanlah; dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan
kesejahteraan serta kebahagiaanmu untuk masa yang lama.
Para bhikkhu, apa yang bukan milikmu itu? Para bhikkhu,
‘jasmani (rupa) adalah bukan milikmu’; lenyapkanlah, dengan
melenyapkannya itu akan menyebabkan kesejahteraan serta
kebahagiaanmu untuk masa yang lama. Para bhikkhu,
perasaan (vedana) adalah bukan milikmu’; lenyapkanlah,
dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan kesejahteraan
435
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
serta kebahagiaanmu untuk masa yang lama. Para bhikkhu,
pencerapan (sanna) bukan milikmu’; lenyapkanlah, dengan
melenyapkannya itu akan menyebabkan kesejahteraan serta
kebahagiaanmu untuk masa yang lama. Para bhikkhu, bentuk-
bentuk pikiran (sankhara) bukan milikmu’; lenyapkanlah,
dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan kesejahteraan
serta kebahagiaanmu untuk masa yang lama. Para bhikkhu,
kesadaran, (vinnana) adalah bukan milikmu’; lenyapkanlah,
dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan kesejahteraan
serta kebahagiaanmu untuk masa yang lama."
"Para bhikkhu, demikianlah Dhamma telah saya babarkan
dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan tanpa ada
yang disembunyikan. Karena dhamma telah telah saya
babarkan dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan
tanpa ada yang disembunyikan, maka para bhikkhu arahat
yang telah melenyapkan semua kotoran bathin (asava), telah
mencapai kesempurnaan, telah melaksanakan pekerjaan yang
harus dilakukan, menurunkan beban, mencapai tujuan, telah
menghancurkan belenggu kelahiran, memiliki pengetahuan
sempurna, memiliki bathin yang bebas dari semua noda bathin
(kilesa)."
436
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Para bhikkhu, demikianlah Dhamma telah saya babarkan
dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan tanpa ada
yang disembunyikan. Karena dhamma telah telah saya
babarkan dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan
tanpa ada yang disembunyikan, maka para bhikkhu yang telah
melenyapkan lima belenggu (samyojana) rendah, mereka
semua (anagami) yang akan terlahir secara spontan
(opapatika), di alam kelahiran (alam Suddhavasa) mereka itu,
mereka akan mencapai nibbana di situ, dan mereka tidak akan
terlahir kembali di dunia.
"Para bhikkhu, demikianlah Dhamma telah saya babarkan
dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan tanpa ada
yang disembunyikan. Karena dhamma telah telah saya
babarkan dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan
tanpa ada yang disembunyikan, maka para bhikkhu yang telah
melenyapkan tiga belenggu (samyojana) dan melemahkan
belenggu nafsu indera (ruparaga) dan ketidaksenangan
(patigha), mereka adalah sakadagami, yang hanya kembali
sekali lagi di dunia ini dan (pada kehidupan itu) mereka
melenyapkan dukkha.”
“Para bhikkhu, demikianlah Dhamma telah saya babarkan
dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan tanpa ada
437
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
yang disembunyikan. Karena dhamma telah telah saya
babarkan dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan
tanpa ada yang disembunyikan, maka para bhikkhu yang telah
melenyapkan tiga belenggu (samyojana) adalah para
sotapanna, yang tidak akan pernah terlahir kembali di alam
menyedihkan, dan yang pasti akan mencapai penerangan
sempurna (sambodhi).”
“Para bhikkhu, demikianlah Dhamma telah saya babarkan
dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan tanpa ada
yang disembunyikan. Karena dhamma telah telah saya
babarkan dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan
tanpa ada yang disembunyikan, maka para bhikkhu yang telah
berusaha melaksanakan dan meyakini dhamma mengarah
pada penerangan sempurna.”
“Para bhikkhu, demikianlah Dhamma telah saya babarkan
dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan tanpa ada
yang disembunyikan. Karena dhamma telah telah saya
babarkan dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan
tanpa ada yang disembunyikan, maka barangsiapa yang
memiliki keyakinan dan kasih sayang kepada saya akan
terlahir di surga.,
438
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Demikian kata-kata Sang Bhagava. Para bhikkhu senang dan
gembira dengan apa yang diuraikan Sang Bhagava.
VAMMIKASUTTA
(23)
Demikianlah telah kudengar:
Suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama milik
Anathapindika, Savatthi, sedangkan Bhikkhu Kassapa Yunior sedang
berada di hutan orang-orang Buta. Ketika malam menjelang pagi
sesosok dewa berkulit cemerlang, menerangi seluruh hutan Orang-
orang Buta, mendekati Bhikkhu Kassapa yunior dan berdiri di
439
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
samping. Dengan berdiri di situ, dewa ini berkata kepada Bhikkhu
Kassapa yunior: "Petapa, petapa, sarang semut ini berasap di
malam hari dan terbakar di siang hari. Seorang brahmana berkata:
"Bawalah alat orang pandai, galilah." Orang yang pandai menggali
ketika telah membawa alat, lalu melihat baut dan berkata: "Baut
yang dipuja-puja." Sang Brahmana berkata lagi: "Buang baut,
mulailah menggali dengan membawa alat, lalu melihat katak dan
berkata: "Katak yang dipuja-puja." Sang Brahmana berkata:
"Buanglah jalan kecil yang bercabang, galilah, orang pandai,
bawalah alat." Orang pandai menggali ketika telah membawa alat,
lalu melihat saringan dan berkata: "Saringan yang dipuja-puja."
Brahmana berkata: Orang pandai menggali ketika telah membawa
alat, lalu melihat kura-kura dan berkata: Buang kura-kura, galilah
orang pandai, bawalah alat." Orang pandai menggali ketika telah
membawa alat lalu melihat rumah jagal dan berkata: "Buang rumah
jagal, galilah, orang pandai, bawalah alat." Orang pandai menggali
ketika telah membawa alat, lalu melihat sepotong daging dan
berkata: "Sepotong daging yang dipuja-puja." Sang Brahmana
berkata: "Sepotong daging yang dipuja-puja." Sang Brahmana
berkata." Buang sepotong daging, galilah orang pandai, bawalah
alat, lalu melihat ular kobra dan berkata: "Ular kobra yang dipuja-
puja." Sang Brahmana berkata:L "Biarkan ular kobra itu, jangan
440
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
disentuh, hormatilah." Jika anda, kpetapa, setelah mendekati Sang
Bhagava lalu menanyakan masalah ini, maka anda dapat
mengingat apa pun yang Sang Bhagava jelaskan. Petapa, saya
tidak melihat seorang pun di dunia in, apakah di antara para dewa,
Mara, Brahma, atau makhluk apa pun, Brahmana, manusia dewa,
yang dapat mengalihkan pikirannya untuk mengurakan secara
terperinci masalah ini selain Sang Tathagata mendengar (ajaran)
dari mereka."
Begitulah uraian sang dewa, yang kemudian lenyap.
Kemudian Yang Mulia Kassapa yunior mendekati Sang Bhagava
pada malam nan larut. Setelah dekat, diberinya hormat pada Sang
Bhagava, lalu duduk dalam jarak yang hormat. Setelah duduk, Yang
Mulia Kassapa yunior berkata pada Sang Bhagava: "Selama malam
ini, Sang Bhagava, ketika malam menjelang pagi, seorang dewa
berkulit gemerlapan, menerangi seluruh hutan Orang-orang Buta,
mendekati saya. Setelah. Setelah dekat, ia berdiri di satu sisi.
Ketika berdiri di satu sisi, Sang Bhagava, dewa tersebut berkata
kepada saya: "Petapa, petapa, sarang semut ini berasap di malam
hari dan terbakar di siang hari. Seorang Brahmana berkata:
"Bawalah alat, orang pandai, galilah ..." atau seseorang yang telah
pernah mendengar ajaran dari mereka." Inilah yang sang deva
katakan sebelum lenyap.
441
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Sekarang, Sang Bhagava, apakah sarang semut itu, apakah
yang berasap di malam hari, apakah yang terbakar di siang hari,
siapakah Brahmana itu, siapakah orang pandai itu, apakah alat itu,
apakah menggali itu, apakah orang pandai itu, apakah alat itu,
apakah jalanan kecil yang bercabang itu, apakah saringan itu,
apakah kura-kura itu, apakah rumah jagal itu, apakah sepotong
daging itu, apakah kobra itu?"
"Sarang semut, petapa, adalah sinonim dari tubuh yang
terbentuk oleh empat unsur besar, berasal dari ayah dan ibu, diberi
makanan susu asam, sifat alamiahnya gergesek secara konstan,
bekerja keras, berhenti, dan tercerai-berai.
Petapa, apa pun yang seseorang pikirkan dan renungkan
sepanjang malam menenai hal-hal yang terjadi di siang hari, inilah
yang disebut berasap di malam hari.
Petapa, hal-hal apa pun yang dialami sepanjang hari, apakah
oleh badan, ucapan, maupun pikiran, akan direnungkan dan
direpleksi terhadap mereka sepanjang malam. Inilah yang disebut
terbakar di saing hari.
Petapa, seorang Brahmana, adalah sinomim dari Tathagata,
orang yang sempurna, orang yang telah benar-benar sadar.
442
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Orang pandai, petapa, adalah sinonim dari petapa yang
menjadi pemula.
Alat, petapa, adalah sinonim dari kebijaksanaan berdasarkan
intuisi yang suci.
Menggali, petapa, adalah sinonim dari hasil energi.
Baut, petapa, adalah sinonim dari ketidakpedulian. Buanglah
baut, buanglah ketidakpedulian, galilah orang pandai, bawalah alat.
Inilah artinya.
Katak, petapa, adalah sinonim dari pergolakan kemarahan.
Buanglah katak, lenyapkanlah pergolakan kemarahan, galilah orang
pandai, bawalah alat. Inilah artinya.
Jalan kecil yang bercabang, petapa sinonim dari kebingungan.
Buanglah jalan kecil yang bercabang, lenyapkan kebingungan,
galilah, orang pandai, bawalah alat. Inilah artinya.
Saringan, petapa, adalah sinonim dari lima rintangan:
Rintangan dari keinginan pada nafsu indera, rintangan dari
kemauan jahat ... malas dan lesu ... gelisah dan cemas, dan
kebigungan/keragu-raguan. Buanglah saringan, lenyapkan lima
rintangan, galilah, orang pandai, bawalah alat. Inilah artinya.
Kura-kura, petapa, adalah sinonim dari lima kelompok
keserakahan. Diuraikan: untuk kelompok keserakahan setelah
443
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
materi terbentuk, untuk kelompok keserakahan setelah perasaan,
untuk kelompok keserakahan setelah pencerapan, untuk kelompok
keserakahan setelah kesadaran. Buang kura-kura, lenyapkan lima
kelompok keserakahan, galilah, orang pandai, bawalah alat. Inilah
artinya.
Rumah jagal, petapa, adalah sinonim dari lima pantai
kesenangan indera; untuk bentuk-bentuk materi yang disadari oleh
mata, disetujui, digemari, disukai, yang menarik, yang berhubungan
dengan kesenangan indera, yang memikat; untuk suara-suara yang
disadari oleh teling ... untuk bebauan yang disadari oleh lidah ...
untuk sentuhan yang disadari oleh jasmani, disetujui, digemari,
disukai, yang menarik, berhubungan dengan kesenangan indera,
yang memikat. Buang rumah jagal, lenyapkan lima pantai
kesenangan indera. Buang rumah jagal, lenyapkan lima pantai
kesenangan indera, galilah, orang pandai, bawalah alat. Inilah
artinya.
Sepotong daging, petapa, adalah sinonim dari nafsu
kesenangan. Buang sepotong daging, lenyapkan nafsu kesenangan,
galilah orang pandai, bawalah alat. Inilah artinya.
Ular kobra, petapa, adalah sinonim dari petapa yang
kebusukannya telah dihancurkan. Biarkan ular kobra itu, jangan
disentuh, hormatilah kobra itu. Inilah artinya."
444
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Demikianlah khotbah dari Sang Bhagava. Sangat gembira Yang
Mulia Kassapa yunior, gembira mendengar apa yang diuraikan Sang
Bhagava.
RATHAVINITA SUTTA
( 24 )
Pendahuluan
445
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Sutta yang menggambarkan secara jelas dengan memakai
kiasan cara bagaimana Dhamma seharusnya dipraktikkan. Di waktu
yang lampau sampai sekarang di beberapa tempat, suatu
perjalanan yang panjang yang harus ditempuh dengan cepat dapat
dilakukan hanya dengan sejumlah kuda atau sejumlah kereta kuda.
Dari kereta yang pertama yang mengangkut orang dari sebagian
perjalanannya, orang itu turun dari kereta yang pertama mencari
kereta yang kedua yang sedang menunggu. Kemudian dengan cara
yang sama menyucikan kebajikan takkala dipraktikkan secara
penuh akan membawa seseorang mencapai kesucian, dan begitu
seterusnya dengan lima tahap kesucian lainnya. Apakah ini yang
dimaksud oleh seorang penganut Buddha tidak harus bermeditasi
sampai perbuatan atau kebajikan moralnya cukup suci (murni) ?
Tidak, kiasan seharusnya tidak ditekankan terlalu jauh. Bila
sesorang dengan serius berusaha untuk, menyucikan diri dengan
mengikuti / menjalankan ajaran - lima sila, - delapan sila, sepuluh
sila atau 227 sila, kemudian orang boleh berusaha bermeditasi -
dan mencapai sukses. Tetapi bila menyempurnakan ajaran kesucian
telah tiba kemudian pikiran kita akan memasuki meditasi yang
mendalam. Tak ada satupun dari tahap kesucian ini dapat
dilompati. Suara-suara dapat didengar disana-sini di dunia
penganut agama Buddha, suara-suara orang terpelajar dan
446
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
intelektual yang menyatakan secara tidak langsung bahwa tidak
perlu ada meditasi dan pandangan kesucian akan tiba bila pikiran
seseorang dalam kehidupan sehari-hari menurut kategori kelompok
Abhidhamma cukup kuat. Suatu pandangan yang sesuai bagi orang-
orang yang tidak ingin berusaha bermeditasi ! ( pandangan-
pandangan itu selalu " cocok " bagi orang yang pempunyai
pandangan demikian, karena mereka mengeluarkan keinginannya
yang tersembunyi ). Tetapi adalah tidak mungkin bahwa pandangan
mengenai kesucian dan tahap-tahap yang lebih tinggi dapat dicapai
tanpa membuat usaha pada saat duduk lama atau berjalan lama,
sepanjang waktu dalam pengasingan dan penuh kesadaran. Jadi
bila orang mendengar suatu pernyataan "jalan pintas" ingatlah
pada kiasan Kereta estafet. Dan "jalan pintas" sering menghasilkan
pengembaraan yang lama !
Sutta (24)
1. Demikianlah telah saya dengar:
Pada suatu kesempatan Sang Bhagava sedang tinggal di
Rajagaha di Hutan Bambu, di Cagar Alam Tupai.
2. Kemudian sejumlah bhikkhu dari tanah kelahiran Yang
Diberkahi yang telah melewatkan Musim Hujan (vasa) di sini
447
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mengunjungi Sang Bhagava, dan setelah memberikan
penghormatan kepada Beliau, mereka duduk di satu sisi.
Ketika mereka telah berbuat demikian, Sang Bhagava bertanya
kepada mereka : " Para bhikkhu, siapakah yang ada di tanah
kelahiran-Ku yang dihargai oleh para bhikkhu dari tanah
kelahiran-Ku, kawan-kawannya dalam hidup menyepi, dengan
cara ini : Kepada para bhikkhu yang berkeinginan sedikit Beliau
bicara mengenai berkeinginan sedikit; Kepada para bhikkhu
yang puas beliau bicara mengenai kepuasan; Kepada para
bhikkhu yang hidup menyepi Beliau bicara mengenai hidup
menyepi; Kepada para bhikkhu yang hidup menyepi dari
masyarakat Beliau bicara mengenai hidup menyepi dari
masyarakat ; Kepada para bhikkhu yang giat beliau bicara
mengenai kegiatan ; Kepada para bhikkhu yang sempurna
dalam kebajikan Beliau bicara mengenai kesempurnaan dalam
kebajikan ; Kepada para bhikkhu yang sempurna dalam
konsentrasi Beliau bicara mengenai kesempurnaan dalam
konsentrasi; Kepada para bhikkhu yang sempurna dalam
pengertian beliau bicara kesempurnaan dalam pengertian ;
Kepada para bhikkhu yang sempurna dalam pembebasan
Beliau bicara mengenai kesempurnaan dalam pembebasan ;
Kepada para bhikkhu yang sempurna dalam pengertian dan
448
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pengetahuan Beliau bicara mengenai kesempurnaan dalam
pengertian dan pengetahuan ; siapakah yang memberi nasihat,
informasi, perintah, dorongan rangsangan dan anjuran teman-
temannya dalam kehidupan bertapa?"
"Yang Mulia, Yang Mulia Mantaniputta menyebut Punna
dihargai di tanah kelahiran oleh para bhikkhu dari tanah
kelahiran itu, teman-temannya dalam kehidupan bertapa,
dengan cara ini : kepada yang berkeinginan sedikit, beliau
bicara kepada para bhikku mengenai keinginan yang sedikit ....
rangsangan dan anjuran teman-temannya dalam kehidupan
bertapa.
3. Sekarang, pada kesempatan itu Bhante Sariputta duduk dekat
Sang Bhagava. Kemudian Bhante Sariputta berpikir : Yang
Mulia Punna Mantaniputta beruntung, ia beruntung besar
sehingga teman-temannya yang bijak dalam kehidupan
bertapa memujinya dengan sempurna dalam menjawab
pertanyaan Sang Guru. Sekarang, andaikata pada suatu waktu
atau kesempatan lain, kita akan bertemu dengan Yang Aria
Punna Mantaniputta dan bercakap-cakap dengannya ?"
4. Kemudian, ketika Sang Bhagava berdiam di Rajagaha selama
Beliau inginkan, Beliau berangkat menuju Savatthi dengan
langkah yang tenang. Dengan langkah yang mantap, Beliau
449
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tiba di Savatthi. Di mana Beliau tinggal di Hutan Jeta, di Taman
Anathapindika.
5. Bhante Aria Punna Mantaniputta mendengar : "Sang Bhagava
tampaknya telah tiba Savatthi dan tinggal di Hutan Jeta, di
Taman Anathapindika." Kemudian Yang Aria Punna
Mantaniputta menyiapkan kamar istirahatnya dengan rapi dan
mengambil jubah luar dan mangkoknya pergi menuju Savatthi
(dan ia pergi) menuju Hutan Jeta, Taman Anathapindika, untuk
mengunjungi Sang Bhagava.
Setelah memberi hormat kepada Beliau, ia duduk di satu sisi.
Setelah ia berbuat demikian Sang Bhagava memerintahkan,
membangkitkan dengan menganjurkannya berdiskusi
mengenai Dhamma. Kemudian karena merasa puas dan
senang dengan ajaran Sang Bhagava, Yang Aria Punna
Mantaniputta bangkit dari tempat duduknya, dan memberi
hormat kepada Sang Bhagava, dengan Beliau tetap di posisi
kanannya, ia berangkat menuju Hutan Manusia Buta untuk
beristirahat.
6. Kemudian seorang bhikkhu mengunjungi Yang Aria Sariputta
dan berkata kepada beliau : "Kawan Sariputta, Bhikkhu Punna
Mantaniputta yang anda kagumi baru saja diperintahkan,
didesak, dibangkitkan dan dianjurkan oleh Sang Bhagava
450
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
berdiskusi mengenai Dhamma dan merasa puas dan senang
dengan ajaran Sang Bhagava, ia sekarang telah bangkit dari
tempat duduknya, dan memberi hormat kepada beliau, dengan
meninggalkan beliau di sisi kanannya, ia pergi menuju Hutan
Manusia Buta ( ) untuk beristirahat."
7. Kemudian Yang Mulia Sariputta dengan cepat mengambil tikar
dan mengikuti di belakang Yang Aria Punna Mantaniputta, ia
terus mengikutinya. Kemudian Yang Aria Punna Mantaniputta
memasuki Hutan Manusia Buta ( ) dan duduk beristirahat di
bawah pohon. Dan Yang Aria Sariputta memasuki Hutan
Manusia Buta ( ) dan duduk beristirahat di bawah pohon.
8. Kemudian, pada waktu sore hari, Yang Aria bangun dari
meditasi, dan mengunjungi Punna Mantaniputta dan saling
memberi hormat dengannya, dan ketika pembicaraan yang
penuh ramah tamah dan sopan santun selesai, ia duduk di satu
sisi. Ketika selesai melakukan hal itu, ia berkata kepada Yang
Aria Punna Mantaniputta :
9. "Apakah kehidupan bertapa hidup di bawah Sang Bhagava,
kawan(avuso) ?"
"Ya, kawan."
451
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Tetapi, kawan, apakah untuk tujuan kesucian kebajikan itu
sehingga kehidupan bertapa hidup di bawah Sang Bhagava ?"
"Tidak, kawan."
"Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian pikiran?"
"Tidak, kawan."
"Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian pandangan ?"
"Tidak, kawan."
"Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian dengan
mengatasi keraguan?"
"Bukan, kawan."
"kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian dengan
pengetahuan dan pandangan mengenai apa yang ada dan apa
yang bukan ajaran itu ?"
"Bukan, kawan."
"Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian dengan
pengetahuan dan pandangan mengenai jalan itu ?"
"Bukan, kawan."
"Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian dengan
pengetahuan dan pandangan ?"
452
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Tidak, kawan."
"Kawan , ketika ditanya: "Selain dari itu, kawan, apakah itu
untuk tujuan penyucian sehingga kehidupan bertapa hidup di
bawah Sang Bhagava", anda menjawab: "Tidak, kawan", dan
ketika ditanya: "Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian
pikiran ... penyucian pandangan ... penyucian dengan
mengatasi keraguan ... penyucian dengan pengetahuan dan
pandangan apa yang ada dan apa yang bukan ajaran itu ...
penyucian dengan pengetahuan dan pandangan Jalan itu ...
penyucian dengan pengetahuan dan pandangan " anda
menjawab: "Tidak, kawan". Kemudian untuk tujuan apakah
kehidupan bertapa hidup di bawah Sang Bhagava ?"
10. Kawan, itu adalah tujuan Nibbana dengan melalui tidak
melekat sehingga kehidupan bertapa hidup di bawah Sang
Bhagava.
11. "Tetapi, kawan, apakah penyucian kebajikan Nibbana dengan
melalui tidak melekat ?"
"Tidak, kawan."
"Tetapi, kawan, apakah penyucian pikiran Nibbana dengan
melalui tidak melekat ?"
"Tidak, kawan."
453
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Kemudian apakah penyucian pandangan Nibbana dengan
melalui tidak melekat ?"
"Tidak, kawan."
"Kemudian apakah penyucian mengatasi keraguan dengan
melalui tidak melekat ?"
"Tidak, kawan."
"Kemudian apakah penyucian dengan pengetahuan dan
pandangan mengenai apa yang ada dan apa yang bukan
Ajaran Nibbana dengan melalui tidak melekat ?"
"Tidak, kawan."
"Kemudian apakah penyucian dengan pengetahuan dan
pandangan mengenai jalan Nibbana dengan melalui tidak
melekat ?"
"Tidak, kawan."
"Kemudian apakah penyucian dengan pengetahuan dan
pandangan dengan melalui tidak melekat ?"
"Tidak, kawan."
"Ketika ditanya: "Selain dari, kawan, apakah penyucian
kebajikan Nibbana dengan melalui tidak melekat ?" Anda
menjawab: "Tidak, kawan", dan ketika ditanya: "Kemudian
454
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
apakah penyucian pikiran ... penyucian pandangan ... penyu-
cian dengan mengatasi keraguan ... penyucian dengan
pandangan dan pengetahuan mengenai Jalan ... penucian
pengetahuan dan pandangan Nibbana dengan melalui tidak
melekat?" anda menjawab: "Tidak, kawan" . Tetapi
bagaimanakah seharusnya memahami arti dari pertanyaan-
pertanyaan itu ?"
12. "Kawan, bila Sang Bhagava telah menjabarkan penyucian
kebajikan sebagai Nibbana dengan melalui tidak melekat,
Beliau mungkin akan menjabarkan apa yang masih disertai
dengan kemelekatan sebagai Nibbana dengan melalui tidak
melekat. Bila Sang Bhagava telah menjabarkan penyucian
pikiran ... penyucian pandangan ... penyucian dengan
mengatasi keraguan ... penyucian dengan pengetahuan dan
pandangan mengenai apa yang ada dan bukan Ajaran ...
penyucian dengan pengetahuan dan pandangan sebagai
NIbbana dengan melalui tidak melekat, Beliau mungkin akan
telah menjabarkan apa yang masih disertai kemelekatan
sebagai Nibbana dengan melalui tidak melekat. Dan bila apa
yang tanpa Dhamma adalah Nibbana dengan melalui tidak
melekat, kemudian orang biasa mungkin akan telah mencapai
Nibbana, karena orang biasa berada tanpa Dhamma ini."
455
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
13. Seperti itulah, kawan, saya akan memberi anda kiasan, karena
seorang yang bijak mengerti dengan memakai kiasan arti dari
apa yang dikatakan itu. Andaikata Raja Pasenadi dari Kosala
selagi tinggal di Savatthi mempunyai sejumlah urusan penting
yang harus diselesaikan di Saketa, dan upaya antara Savitthi
dan Saketa tujuh kereta lari beranting disiapkan untuknya; dan
kemudian Raja Pasenadi dari Kosala keluar dari dalam pintu
istana di Savatthi dan naik kereta yang pertama; dan dengan
memakai kereta pertama ia tiba di kereta yang kedua; dan
dengan memakai kereta kedua ia tiba di kereta ketiga ...
dengan memakai kereta ketiga ia tiba di kereta keempat ...
dengan memakai kereta keempat ia tiba di kereta kelima ...
dengan memakai kereta kelima ia tiba di kereta keenam ...
dengan memakai kereta keenam ia tiba di kereta ketujuh , dan
dengan kereta ketujuh ia telah tiba di dalam pintu istana di
Saketa. Kemudian, ketika ia telah tiba di dalam pintu istana,
kawan-kawan dan kenalannya, sanak keluarganya, bertanya
kepadanya : "Tuan, apakah anda datang dari Savatthi dengan
memakai kereta ini ke dalam pintu istana di Saketa?"
Kemudian bagaimana Raja Pasenadi harus menjawab agar
pertanyaannya benar?"
456
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Agar jawabannya benar, kawan, ia akan menjawab demikian:
"Selagi saya tinggal di Savatthi, saya mempunyai urusan
penting yang harus diselesaikan di Saketa. Dan antara Savatthi
dan Saketa disiapkan tujuh kereta beranting untuk saya.
Kemudian saya keluar dari dalam pintu istana di Savatthi dan
naik kereta yang pertama dan dengan memakai kereta yang
pertama saya tiba di kereta kedua ... dan dengan memakai
kereta ketujuh saya tiba di dalam pintu istana di Saketa . "Agar
jawabannya benar ia harus menjawab demikian."
14. Begitu juga, kawan , penyucian kebajikan mempunyai
penyucian pikiran sebagai tujuannya; penyucian pikiran
mempunyai penyucian pandangan sebagai tujuannya;
penyucian pandangan mempunyai penyucian dengan
mengatasi keraguan sebagai tujuannya; penyucian dengan
mengatasi keraguan mempunyai penyucian dengan
pengetahuan dan pandangan mengenai apa yang ada dan
bukan Ajaran sebagai tujuannya; penyucian dengan
pengetahuan dan pandangan mengenai apa yang ada dan
bukan Ajaran mempunyai penyucian pengetahuan dan
pandangan mengenai Jalan sebagai tujuannya; penyucian
dengan pengetahuan dan pandangan mengenai Jalan
mempunyai penyucian dengan pengetahuan dan pandangan
457
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
sebagai tujuannya; penyucian dengan pengetahuan dan
pandangan mempunyai Nibbana dengan melalui tidak melekat
sebagai tujuannya. Itu adalah tujuan Nibbana dengan melalui
tidak melekat sehingga kehidupan bertapa hidup dibawah Sang
Bhagava.
15. Ketika mendengar penjelasan ini, Yang Aria Sariputta bertanya
pada Yang Aria Punna Mantaniputta : "Siapakah nama Yang
Aria, dan bagaimana kawan-kawannya dalam kehidupan
bertapa mengenalnya ?"
"Nama saya Punna, kawan, dan kawan-kawan dalam
kehidupan menyepi mengenal saya sebagai Mantaniputta."
"Bagus sekali, kawan, penjelasan anda mengagumkan; setiap
pertanyaan yang sulit telah dijawab dengan sempurna oleh
Yang Aria Punna Mantaniputta sebagai murid terpelajar yang
mengetahui Ajaran Sang Guru sebagaimana adanya. Suatu
manfaat bagi kawan-kawannya dalam hidup menyepi, suatu
manfaat besar bagi mereka, sehingga mereka mempunyai
kesempatan untuk mengenalnya dan menghormatinya. Dan
seandainya dengan menutup kepala mereka dengan bantal
sambil nengingat Yang Aria Mantaniputta sehingga kawan-
kawannya dalam kehidupan menyepi mendapat kesempatan
mengenalnya dan menghormatinya, mereka akan mendapat
458
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
manfaat, mereka akan mendapat manfaat besar. Dan kita
mendapat manfaat, kita mendapat manfaat besar, karena kita
mempunyai kesempatan untuk mengenal Yang Aria Punna
Mantaniputta dan menghormatinya.
16. Ketika mendengar penjelasan ini, Yang Aria Punna
Mantaniputta bertanya kepada Yang Aria Sariputta : "Siapakah
nama anda Yang Aria, dan bagaimanakah kawan-kawan dalam
pertapaan mengenal anda ?"
"Nama saya Upatissa, kawan, dan kawan-kawan dalam
kehidupan bertapa mengenal saya sebagai Sariputta."
"Benar-benar, kawan , kami tidak mengetahui bahwa kami
sedang bercakap-cakap dengan Yang Aria Sariputta, murid
yang menyerupai Sang Guru. Seandainya kami tahu bahwa
banthe adalah Yang Aria Sariputta, kami seharusnya tidak
akan memberi penjelasan demikian banyak. Bagus sekali,
kawan, bagus sekali; setiap pertanyaan sulit telah dikatakan
dengan sempurna oleh Yang Aria Sariputta sebagai murid
terpelajar yang mengenal ajaran Sang Guru sebagaimana
adanya. Kawan-kawannya yang hidup bertapa beruntung,
mereka beruntung besar, karena mereka mempunyai
kesempatan untuk mengenalnya dan menghormatinya. Dan
seandainya dengan menutup kepala mereka dengan bantal
459
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
sambil mengingat Yang Aria Sariputta dalam hidup menyepi
sehingga mereka mendapat kesempatan untuk mengenalnya
dan menghormatinya, mereka akan mendapat manfaat besar,
mereka mendapat manfaat besar, kita mendapat manfaat
besar, karena kita mempunyai kesempatan mengenal Yang
Aria Sariputta dan menghormatinya."
Begitulah dua Naga (Arahat) besar saling mengagumi
penjelasan masing-masing.
460
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
NIVAPASUTTA
( 25 )
Demikianlah telah saya dengar:
Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menginap di Jetavana,
arama milik Anathapindika, Savatthi. Di sana Sang Buddha
menyapa para bhikkhu, sambil berkata: "Para bhikkhu". "Ya,
Bhante," jawab mereka. Kemudian Sang Buddha berkata:
"Para bhikkhu, seorang petani tidak menanam untuk
sekawanan kijang, sambil berpikir: 'Biarlah sekawanan kijang ini,
menikmati hasil panen dari apa yang saya taburkan, sejahtera
untuk waktu yang lama.' Para siswa, penabur bibit tanaman untuk
sekawanan kijang akan berpikir: 'Sekawanan kijang ini akan
memakan tanaman yang mengelilingi pagar sebagai hasil dari
tanaman yang saya taburkan; mengelilingi pagar dan memakan
tanaman itu, mereka akan menjadi gembira; mereka melakukan
461
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
seperti apa yang ingin dikerjakan oleh seseorang di tengah-tengah
hasil panen itu.'”
Para bhikkhu, kemudian sekawanan kijang pertama memakan
tanaman yang mengelilingi pagar dari hasil panen yang ditaburkan
oleh penabur itu; dengan mengelilingi pagar dan memakan
tanaman, mereka menjadi gembira; dengan tidak berhati-hati
mereka melakukan apa yang harus dikerjakan sesuai dengan
kemauan penabur di tengah-tengagh panen itu. Para bhikkhu,
dengan demikian kawanan kijang yang pertama itu tidaklah luput
dari kekuasan penabur itu.
Para bhikkhu, kawanan kijang kedua menyadari: 'Sekawanan
kijang pertama telah memakan tanaman yang mengelilingi pagar
dari tanaman yang ditaburkan oleh petani; mereka ini, setelah
memakan tanaman yang mengelilingi pintu masuk mereka menjadi
gembira; karena gembira, mereka menjadi ceroboh; dengan
menjadi itu mereka menjadi apa yang harus dikerjakan sesuai
dengan kemauan sang petani di tengah-tengah hasil panen itu. Jadi
kawanan itu, Seandainya kita semua harus makan dari memakan
hasil panen itu; dan berpantang dari kenikmatan di mana terdapat
ketakutan itu, telah masuk ke dalam bentangan hutan belantara,
harus tinggal di sana?' Demikian semua berpantang dari memakan
hasil panen; dan berpantang menikmati sesuatu di mana ada rasa
462
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ketakutan, telah pergi masuk ke dalam bentangan hutan belantara,
mereka tinggal di sana. Dalam bulan-bulan terakhir dari musim
panas rumput dan air habis, dan tubuh-tubuh mereka menjadi
sangat kurus sehingga kekuatan dan energi mereka berkurang, dan
dengan kekuatan dan energi mereka yang berkurang itu mereka
datang kembali ke panenan tersebut ditaburkan oleh petani;
mengelilingi atau mendekati pintu masuk mereka tanaman-
tanaman ternak di sana; dengan mendekati atau mengelilingi pintu
masuk serta memakan tanaman di sana, mereka menjadi gembira;
karena gembira mereka menjadi ceroboh; dengan menjadi ceroboh
itu, mereka menjadi apa yang harus dikerjakan sesuai dengan
kemauan dari si petani di tengah-tengah hasil panen. Jadi para
bhikkhu, sekawanan kijang juga tidak dapat terluput dari kekuasaan
si petani itu.
Mereka memakan tanaman-tanaman ternak di sana; dengan
mendekati atau mengelilingi pintu masuk serta memakan tanaman,
mereka menjadi gembira; karena gembira mereka menjadi ceroboh,
dengan menjadi ceroboh itu, mereka menjadi apa yang harus
dikerjakan sesuai dengan kemauan dari si petani ditengah-tengah
hasil panen. Jadi, para bhikkhu, sekawanan kijang kedua juga tidak
dapat terluput dari kekuasaan si petani itu.
463
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Kemudian, para bhikkhu, sekawanan kijang ketiga menyadari:
'Sekawanan kijang pertama telah memakan tananam ternak yang
mengelilingi pintu masuk ... jadi sekawanan kijang pertama
menyadari demikian: "Sekawanan kijang pertama telah memakan
tanaman ternak yang mengelilingi pintu masuk ... Jadi sekawanan
kijang pertama ini tidak bisa terluput dari kekuasaan si petani itu.
Seandainya kita semua harus berpantang dari makan hasil panen;
dan berpantang utnuk menikmati apa yang terdapat ketakutan,
setelah pergi masuk ke dalam bentangan luas hutan belantara,
apakah mereka harus tinggal di sana?" Dengan demikian semua
dari mereka itu berpantang memakan hasil panen; dan berpantang
dari menikmati apa yang terdapat ketakutan, telah masuk ke dalam
bentangan luas hutan belantara, mereka tinggal di sana. Di dalam
bulan-bulan terakhir musim panas, rumput-rumput serta air
menghilang atau habis, dan tubuh-tubuh mereka menjadi sangat
kurus sehingga kekuatan serta energi mereka berkurang, dan
dengan kekuatan serta energi mereka yang berkurang itu mereka
kembali lagi ke tanaman-tanaman yang ditaburkan atau ditanam
oleh petani itu; dengan mendekati pintu masuk mereka memakan
tanaman ternak (tanaman liar) di sana; mendekati pintu masuk dan
memakan tanaman liar di sana, mereka menjadi girang; karena
menjadi girang mereka menjadi ceroboh; dan dengan menjadi
464
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ceroboh girang; dengan menjadi girang mereka menjadi ceroboh;
dan dengan menjadi ceroboh, mereka menjadi apa yang harus
dilakukan sesuai dengan kemuaan si petani di tengah-tengah hasil
panen itu. Sandainya kita harus membuat sarang di dekat tanaman
yang ditaburkan oleh si petani itu, kami tidak akan menjadi girang
dengan tidak menjadi girang kita tidak akan menjadi ceroboh; dan
dengan tidak menjadi ceroboah, kita tidak akan menjadi mereka
yang harus dikerjakan sesuai dengan kemauan dari si penabur di
tengah-tengah dari hasil panen atau tanaman itu.' Mereka ini
membuat sarang perlindungan dekat tanaman yang ditanam oleh
petani; sesudah membuat sarang perlindungan, mereka makan
tanaman liar tidak mendekati pintu masuk ladang pertanian yang
ditanami oleh petani itu; mereka ini, memakan hasil tanaman liar
tidak mendekati pintu masuk di sana, tidak menjadi girang; dengan
tidak menjadi girang itu, mereka tidak menjadi ceroboh; dengan
tidak menjadi ceroboh, mereka menjadi apa yang harus dilakukan
sesuai dengan kemauan si petani ditengah-tengah hasil panen itu,
[153] sedmikian sehingga kita bisa makan tanaman liar tidak usah
mendekati pintu masuk tanaman-tanaman tersebut yang
ditaburkan oleh petani; dan kemudian, sesudah membuat sarang
(perlindungan) dan tidak mendekati pintu masuk dari tanaman yang
ditanam oleh petani itu, kami tidak akan menjadi girang; dengan
465
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tidak menjadi girang kita tidak akan menjadi ceroboh; dan dengan
tidak menjadi ceroboh, kita tidak akan menjadi mereka yang harus
dikerjakan sesuai dengan kemauan dari si penabur ditengah-tengah
dari hasil panen atau tanaman itu.' Mereka ini membuat sarang
perlindungan dekat tanaman yang ditanam oleh petani; sesudah
membuat sarang perlindungan, mereka makan tanaman liar tidak
mendekati pintu masuk ladang pertanian yang ditanami oleh petani
itu.; mereka ini, memakan hasil tanaman liar tidak mendekati pintu
masuk di sana, tidak menjadi girang; dengan tidak menjadi girang
itu, mereka tidak menjadi ceroboh; dengan tidak menjadi ceroboh
itu, mereka tidak menjadi mereka yang harus dikerjakan sesuai
kemauan dari sipetani ditengah-tengah hasil panen itu.
Oleh sebab itu, para bhikkhu, terjadilah kepada si petani dan
teman-temannya hal sebagai berikut: 'Kawanan kijang ketiga ini
mestinya adalah sangat trampil dan cerdik; kawanan kijang ketiga
ini mestinya memiliki potensi dan barangkali mereka adalah setan;
mereka makan hasil panen ini yang telah ditanam, tetapi kita tidak
tahu kedatangan dan kepergian mereka. Seandainya kita akan
mengelilingi hasil panen yang telah ditanam dengan tiang pancang
dan jerat besar pada semua sisi? Maka mungkin kita melihat sarang
perlindungan dari kawanan kijang ketiga ini, ke mana mereka akan
pergi membawanya. Oleh karena itu para petani mengelilingi hasil
466
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pertanian yang mereka tanam itu dengan tiang-tiang pancang
besar serta jerat-jerat di sekelilingnya. Kemudian, para bhikkhu,
para penabur bibit beserta kawan-kawan melihat sarang perlindun-
gan dari kawanan kijang ketiga, ke mana mereka pergi untuk
mengambilnya. Jadi, para bhikkhu, juga kawanan kijang ketiga itu
tidak terluput dari kekuasaan para penabur itu.
Oleh sebab itu, para bhikkhu, kawanan keempat kijang-kijang
itu menyadari demikian: 'Kawanan kijang pertama telah memakan
tanaman liar yang mengelilingi pintu masuk ... Jadi kawanan kijang
pertama tidak terluput dari kekuasaan si penabur itu. Kemudian
kawanan kijang yang kedua menyadari demikian: "Kawanan kijang
pertama ini tidak terluput dari kekuasaan si penabur. Seandai kita
semua berpantang dari memakan hasil pertanian ..." Jadi kawanan
kijang kedua tidak bisa terluput dari kekuasaan si penabur.
Kemudian kawanan kijang ketiga menyadari demikian: [154]
Kawanan kijang pertama ... Jadi kawanan kijang pertama ini tidak
terluput dari kekuasaan si penabur. Seandai kita semua berpantang
dari makanan hasil pertanian itu ...' Jadi kawanan kijang kedua ini
tidak terluput dari kekuasaan si penanam itu. Seandai kita
membuat sarang perlindungan di dekat hasil pertanian yang
ditanam oleh si petani itu, sehingga kita bisa makan hasil pertanian
liar tidak usah mendekati pintu masuk dari pertanian yang ditanam
467
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
oleh petani; dan kemudian, sesudah membuat sarang perlindungan
dan tidak mendekati pintu masuk hasil pertanian yang ditanam oleh
petani itu, kita tidak akan menjadi girang; dengan tidak menjadi
girang, kita tidak akan menjadi ceroboh; dengan tidak menjadi
ceroboh, kita tidak akan menjadi mereka yang harus dikerjakan
atas kemauan dari si petani dari pertanian itu." Mereka ini membuat
sarang perlindungan mereka memakan tananman liar dengan tidak
usah mendekati pintu masuk, dengan tidak mendekati pintu masuk
hasil pertanian yang ditanam oleh si petani itu, mereka tidak
menjadi girang; dengan tidak menjadi girang, karena mereka tidak
menjadi girang, mereka tidak menjadi ceroboh; dengan tidak
menjadi ceroboh itu, mereka tidak menjadi apa yang harus
diperbuat sesuai dengan kemauan dari si petani ditengah-tengah
menjadi apa yang harus diperbuat sesuai dengan kemauan dari si
petani ditengah-tengah hasil panennya itu. Oleh sebab itu terjadilah
pada si petani beserta teman-temannya: "Sekawanan kijang yang
ketiga ini mestinya sangat trampil dan cerdik; sekawanan kijang
ketiga ini mestinya memiliki potensi atau kekuatan dan menjadi
setan-setan; mereka memakan hasil tanaman ini yang telah
ditanam tetapi kita tidak tahu kedatangan atau kepergian mereka.
Seandainya kita menutup hasil pertanian yang ditanam dengan
tiang pancang besar-besar dan jerat-jerat pada semua sisi?
468
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Kemudian kita bisa melihat sarang perlindungan dari sekawanan
kijang ketiga, kemana mereka pergi untuk mengambilnya." Demiki-
an maka mereka itu mengelilingi pertanian yang ditaburkan oleh
petani itu dengan tiang-tiang pancang besar serta jerat-jerat pada
semua sisi. Kemudian si petani beserta para kawan-kawan melihat
sarang perlindungan dari kawanan kijang ketiga itu terluput dari
kekuasaan si penabur itu. Seandai kita membuat sarang
perlindungan di suatu tempat dimana si petani serta kawan-kawan
tidak akan datang? Setelah membuat sarang perlindungan kita di
sana, kita bisa makan tanaman liar tanpa usah mendekati pintu
masuk tempat pertanian yang ditaburkan oleh penabur; dengan
makan tanaman liar tanpa mendekati pintu masuk, kita tidak akan
menjadi gembira; dengan tidak menjadi gembira, kita tidak akan
menjadi ceroboh; dengan tidak menjadi ceroboh [155] tidak akan
menjadi mereka yang harus dikerjakan sesuai kemauan dari si
penabur serta kawan-kawan tidak akan datang; sesudah membuat
sarang perlindungan di sana, mereka makan tanaman liar dengan
tidak usah mendekati pintu masuk di sana, tidak menjadi ceroboh
itu, mereka tidak menjadi mereka yang harus dikerjakan sesuai
dengan kemauan si penabur itu dengan ditengah-tengah hasil
pertanian.
469
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Oleh sebab itu, para bhikkhu, terjadilah pada si penabur
beserta kawan-kawan: 'Sekawanan kijang ke empat mestinya
sangat terampil dan cerdik, kawanan kijang tempat ini mestinya
memiliki potensi dan menjadi setan-setan; mereka makan hasil
tanaman yang ditaburkan, tetapi kita tidak tahu tentang
kedatangan dan keperluan mereka. Seandainya kita menutup
tempat pertanian yang telah ditabur itu dengan tiang pancang yang
besar-besar serta jerat-jerat disekelilingnya, maka kita mungkin
bisa melihat sarang perlindungan dari kawanan kijang keempat ini,
ke mana mereka pergi mengambilnya.' Oleh karena itu mereka
menutup pertanian yang ditabur itu dengan tiang pancang besar-
besar serta jerat-jerat pada semua sisi. Tetapi, para bhikkhu, baik si
penabur serta kawan-kawan tidak melihat sarang perlindungan dari
kawanan kijang ke empat itu, ke mana mereka pergi untuk
mengambilnya. Oleh sebab itu, para bhikkhu, terjadilah pada si
penabur beserta kawan-kawanya: "Apabila kita memukul habis-
habisan kawanan kijang ke empat ini, mereka, yang telah dihajar
habis-habisan itu, akan memukul yang lain; mereka ini, yang telah
dipukul habis-habisan, akan menghajar yang lain pula, dan dengan
ini semua kijang akan mengabaikan pertanian yang ditabur ini.
Seandai kita tidak mempedulikan terhadap kawanan kijang ke
empat itu?" Oleh sebab itu, para bhikkhu, baik si penabur maupun
470
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kawan-kawan mencampuri dengan kawanan kijang ke empat itu.
Jadi dengan demikian, para bhikkhu, kawanan kijang keempat ini
terluputlah dari kekuasaan sipenabur atau sipetani itu.
Para bhikkhu, parabel ini dibuat oleh-Ku untuk
menggambarkan artinya. Dan inilah arti tersebut:
Hasil panen atau hasil pertanian, para bhikkhu, ini adalah
merupakan sinonim dari lima buah kesenangan inderawi.
'Si penabur atau si petani', para bhikkhu, ini adalah nama dari
Mara, Si jahat.
'Kawan-kawan si penabur, para bhikkhu, ini adalah sinonim
kawan-kawan Mara.
'Sekawanan kijang, para bhikkhu, ini adalah sinomim petapa
dan brahmana.'
Di mana, para bhikkhu, jenis petapa dan brahmana pertama
memakan tanaman liar yang mengelilingi pintu masuk pada hasil
pertanian yang ditanam oleh si Mara benda-benda materi duniawi
[156] mereka ini, memakan hasil tanaman liar dan mendekati pintu
masuk di sana, menjadi girang; dengan menjadi girang, mereka
menjadi ceroboh atau tidak hati-hati, mereka menjadi orang-orang
yang harus dikerjakan atau diperlakukan oleh Mara sesuka hatinya
ditengah-tengah hasil pertanian itu benda-benda materi duniawi.
471
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Jadi, para bhikkhu, jenis pertama daripara petapa dan brahmana
tidak akan terluput dari kekuasaan Mara.
Aku, para bhikkhu, mengatakan bahwa jenis petapa dan
brahmana yang pertama itu adalah seperti jenis sekawanan kijang
yang pertama itu di dalam parabel.
Kemudian, para bhikkhu, jenis pertapa dan brahmana kedua
menyadari: 'Jenis petapa dan brahmana yang pertama makan
dalam (makanan hewan, dalam hal ini adalah berupa tanaman liar
yang tidak sengaja di tanam oleh si petani) yang mengelilingi pintu
masuk pada hasil pertanian yang ditanam oleh Mara benda-benda
materi duniawi; mereka ini, dengan memakan tanaman liar dan
mendekati pintu masuk di sana, menjadi girang; dengan menjadi
girang, mereka menjadi ceroboh atau tidak hati-hati; dengan tidak
berhati-hati itu, mereka menjadi orang-orang yang dikerjakan oleh
Mara sesuai dengan kemauannya di antara hasil pertanian benda-
benda materi dari dunia. Seandainya kita akan berpantang dari
makanan dari memakan hasil pertanian benda-benda materi dari
dunia; dan berpantang dari menikmati atau kenikmatan di mana
terdapat ketakutan, setelah mencebur ke dalam bentangan hutan
belantara, haruskah mereka tinggal di sana?' Semua dari mereka
itu berpantang dari makanan pertanian benda-benda materi
duniawi; dengan berpantang dari kenikmatan di mana terdapat
472
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ketakutan, setelah terjun ke dalam bentangan hutan belantara,
mereka tinggal atau menetap di sana. Di sana mereka ini menjadi
pemakan tumbuh-tumbuhan ... makan padi-padian makan beras liar
...makan potongan-potongan kulit ... makan tumbuhan air ... makan
dedak liar ... makan potongan-potongan kulit ... makanan tumbuh-
tumbuhan air ... makan dedak padi ... makan tajin nasi ... makan
ampas biji-biji minyak ... makan rumput dan mereka mulai
memakan tahi kerbau, dan mereka bertahan hidup dengan makan
akar-akar serta buah-buahan, makan buah-buahan yang telah jatuh.
Di dalam bulan terakhir dari musim panas, ketika rumput-rumput
serta air mengering, tubuh-tubuh mereka itu mengurus maka
kekuatan serta energi mereka itu lenyap; disebabkan karena
kekuatan dan energi mereka itu lenyap maka kebebasan pikiran
mereka menghilang; disebabkan kebebasan pikiran mereka lenyap
itu, maka mereka kembali lagi kepada hasil pertanian yang ditabur
oleh si mara itu, benda-benda materi dari duniawi. Mereka
memakan tanaman liar yang mengelilingi pintu masuk di sana;
dengan memakan tanaman liar yang mengelilingi pintu masuk di
sana; dengan memakan tanaman liar yang mengelilingi pintu
masuk di sana mereka menjadi girang; dengan menjadi girang
mereka menjadi ceroboh; dengan menjadi ceroboh itu, mereka
menjadi orang-orang yang diperlakukan sesuai dengan kemauan
473
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Mara di tengah-tengah hasil pertanian itu benda-benda materi dari
duniawi. Mereka memakan tanaman liar yang mengelilingi pintu
masuk di sana; dengan memakan tanaman liar yang mengelilingi
pintu masuk di sana mereka menjadi girang; dengan menjadi girang
mereka menjadi ceroboh; dengan menjadi ceroboh itu, mereka
menjadi orang-orang yang diperlakukan sesuai dengan kemauan
Mara di tengah-tengah hasil pertanian itu benda-benda materi dari
duniawi itu. Jadi, para bhikkhu, juga kedua jenis kawanan kaum
petapa serta brahmana itu tak terluput atau terlepas dari
cenckeraman di Mara [157]. Aku, para bhikkhu, mengatakan bahwa
jenis kedua dari para petapa dan brahmana itu adalah seperti
sekawanan kijang kedua di dalam parable itu.
Kemudian, para bhikkhu, para petapa dan brahmana ketika
menyadari: 'Para petapa dan brahmana pertama itu memakan hasil
tanaman liar yang mengelilingi pintu masuk pada pertanian yang
ditanam oleh Mara benda-benda materi keduniawian. Jadi kaum
petapa dan brahmana yang pertama ini tidak terluput dari
kekuasaan Mara. Dan para petapa dan brahmana yang kedua
menyadari: "Para petapa dan brahmana pertama makan-makanan
liar yang mengelilingi pintu masuk .. Jadi kaum petapa dan
brahmana pertama tidak terluput dari kekuasaan si Mara itu.
Seandai kita semua harus berpantang dari makan hasil pertanian ...
474
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
harus tinggal di sana?" Semua dari merka ini berpantang dari
makan hasil pertanian ... mereka tinggal di sana. Di sana mereka ini
menjadi pemakan hasil tumbuh-tumbuhan liat ... memakan buah-
buahan yang terjatuh. Di dalam bulan terakhir dari musim panas ...
mereka kembali lagi kepada hasil pertanian yang dahulu yang
ditanam oleh Mara -bentuk -bentuk benda duniawi. Jadi para
petapa dan brahmana yang kedua ini tidak terluput dari kekuasaan
si Mara. Seandai kita harus membuat lubang perlindungan di dekat
hasil pertanian yang ditanam oleh Mara itu - benda-benda materi
dari duniawi; setelah membuat lubang perlindungan di sana, kita
akan memakan tanaman hewan yang tidak mengelilingi pintu
masuk pada hasil pertanian oleh Mara benda-benda materi dari
duniawi; setelah membuat lubang perlindungan di sana, kita akan
memakan tanaman hewan yang tidak mengelilingi pintu masuk
pada hasil pertanian yang ditanam oleh mara benda-benda materi
duniawi; memakan hasil tanaman hewan yang tidak mengelilingi
pintu masuk, kita tidak akan menjadi girang; dengan tidak menjadi
girang, kita tidak akan menjadi ceroboh (tidak berhati-hati; dengan
tidak ceroboh, kita tiadk akan menjadi mereka yang harus
diperlakukan sesuai dengan kemauan si Mara di tengah-tengah
hasil pertanian itu - benda-benda materi keduniawian. Mereka ini
kemudian membuat lobang perlindungan dekat degnanpertanian
475
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
yang ditanam oleh Mara benda-benda materi duniawi; sesudah
membuat lobang perlindungan di sana, mereka makan hasil
tanaman hewan yang tidak mengelilingi pintu masuk pada
pertanian yang ditanam oleh Mara benda-benda materi duniawi;
sesudah membuat lobang perlindungan disana, mereka makan hasil
tanaman hewan yang tidak mengelilingi pintu masuk pada
pertanian yang ditanam oleh Mara-benda-benda material dunia;
mereka ini, yang memakan hsil tanaman hewan yang tidak
mengelilingi pintu masuk di sana, tidak menjad girang dengan tidak
menjadi girang itu, mereka tidak menjadi ceroboh; dengantidak
menjadi ceroboh itu, mereka tidak menjadi orang-orang yang dapat
diperbuat sesuka hati dari si Mara di tengah-tengah pertanian itu
benda-benda material dari duniawi. Namun begitu mereka
mendapatkan kesimpulan pandangan-pandangan sebagai berikut;
bahwasanya dunia itu adalah kekal, juga bahwsanya dunia itu
adalah tidak kekal; bahwasanya dunia itu merupakan hal yang
berakahir, juga bahwasanya dunia itu bukan merupak hal yang
berakhir; dan bahwa prinsip hidup serta badan, juga bahwa prinsip
hidup dan tubuh itu adalah berbeda; dan bahwa Tathagata itu
menjadi sesudah kematian, juga bahwasanya Tathagata tidak
menjadi setelah kematian, juga bahwa Tathagata kedua-duanya
menjadi dan tidak menjadi setelah kematian, juga bahwasanya
476
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Tathagata itu tiadk menjadi maupun pula bukan tidak menjadi
setelah kematian. [158] Jadi, apra bhikkhu, tidak juga para petapa
dan brahmana ketiga ini terluput dari kekuasaan si Mara. Aku, para
bhikkhu, mengatakan bahwa petapa dan brahmana ketiga adalah
seperti jenis sekawanan kijang di dalam parable atau persamaan
itu.
Kemudian, para bhikkhu, jenis ke-empat dari para petapa serta
brahmana menyadari demi kian: "Jenis pertama para petapa dan
brahmana itu memakan tanaman hewan yang mengelilingi pintu
masuk dari tanaman yang ditanam oleh Mara-Benda-benda material
dari duniawi. ... Jadi jenis pertama dari para petapa serta brahmana
ini tidak bisa terluput dari kekuasaan Mara. Dan jenis kedua dari
para petapa serta brahmana ini menyadari: "Jenis pertama dari
para petapa serta brahmana itu memakan hewan ... Jadi jenis
pertama dari para petapa serta brahmana itu memakan tanaman
hewan ...Jadi jenis pertama dari para petapa serta brahmana tidak
terluput dari kekuasaan Mara. Seandai kita semua berpantang
makan hasi tanaman ... harus tinggal di sana ..." Jadi jenis keuda
dari para petapa serta brahmana itu ... tidak terluput dari
kekuasaan si Mara. Dan jenis kedua para petapa serta brahmana
menyadari: Jenis pertama para petapa serta brahmana ... tiadk
terluput dari kekuasan si Mara. Seandai kita semua berpantang
477
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
memakan hasil tanaman ... Jadi jenis kedua para petapa serta
brahmana ini tidak bisa terluput dari kekuasaan si Mara seandai kita
semua harus membuat lobang perlindungan di dekat tananman
yang ditanam oleh si Mara - bentuk-bentuk benda material dari
duniawi ..." Mereka ini membuat lobang perlindungan ... mereka
tidaklah menjadi orang-orang yang harus diperlakukan si Mara
sesuka hatinya di tengah-tengah hasil tanaman itu - bentuk-bentuk
benda material dari duniawi. Namun begitu, mereka sampailah
kepada pandangan-pandangan sebagai berikut: bahwa dunia ini
adalah kekal ... juga bahwasanya Sang Tathagata tidak menjadi
maupun bukan tidak menjadti setelah kematian. Jadi jenis para
petapa dan brahmana tidak terluput dari kekuasaan si Mara.
Seandai kita harus membuat lobang perlindugan di mana Mara
serta teman-teman Mara tiadk datang; setelah membuat lobang
perlindungan itu, kita dapat makan tanaman hewan yang tidak
mengelilingi pintu masuk pada tanaman yang ditabur oleh Mara itu
- benda-benda material dari duniawi; dengan makan tanaman
hewan yang tidak mengelilingi pintu masuk, kita tidak akan menjadi
girang; dengan tidak menjadi girang kita tidak akan menjadi
ceroboh, dnegan tidak menjadi ceroboh kita tidak akan menjadi
orang-orang yang harus diperlakukan oleh Mara semaunya di
antara hasil pertanian itu benda-benda material duniawi.' mereka
478
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ini membuat lobang perlindungan di sana (159) mereka memakan
tanaman hewan yang tidak mengelilingi tanaman yang ditanam
oleh Mara - benda-benda material duniawi. Mereka ini, makan
tanaman hewan yang tidak mengelilingi pintu masuk di sana, tidak
menjadi girang; dengantidak menajdi girang, mereka tidak menjadi
ceroboh; dnegan tidak menjadi ceroboh itu, mereka tidak menjadi
orang-orang yang diperlakukan oleh Mara semaunya di antara hasil
tanaman itu - benda-benda material duniawi. Jadi para bhikkhu,
jenis ke empat para petapa serta brahmana terluput dari kekuasaan
si Mara. Aku, para bhikkhu, mengatakan bahwa jenis para petapa
dan brahmana ke empat itu adalah seperti jenis kawanan kijang ke
empat di dalam parabel atau persamaan itu.
Dan bagaimana, para bhikhu, apakah di sana tidak terdapat
pintu masuk dari Mara serta kawanan si Mara itu? Yang dimaksud di
sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu, dengan menjauhkan diri drai
kesenangan-kesenangan inderawi, menjauhkan diri dari keadaan
pikiran yang tidak terampil, memasuki serta mengabdikan diri
dalam meditasi tingkat pertama yang diikuti oleh pikiran pemula
serta pikiran-pikiran yang tidak berkesinambungan, terlahir karena
sifat menjauhkan diri itu, dan adalah sangat menggembirakan serta
menyenangkan.
479
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Para bhikkhu, jenis bhikkhu ini dinamakan seseorang yang
telah menaruh kegelapan disekeliling Mara, dan yang telah
menutup atau menghalangi pandangan Mara sehingga ia tidak
mempunyai jangkauan, tidak tampak oleh si Jahat.
Dan sekali lagi, para bhikkhu, dengan menghilangkan pikiran
pemula serta yang tidak berkesinambungan itu, maka pikirannya
secara subyektif menjadi tenang sentosa dan difokuskan ke satu
arah, terus menerus masuk serta mengabdikan diri pada meditasi
tingkat kedua yang mana adalah hampa daripada pikiran pemula
dan tidak berkesinambungan itu, dan terlahir dari konsentrasi dan
menggembirakan serta menyenangkan. Para bhikkhu, bhikkhu ini
dinamakan seoran yang telah menaruh kegelapan disekitar mara,
dan yang telah menutup atau menghalangi pandangan si Mara
sehingga pandngan tersebut tidak mempunyai jangkauan, tidak
dapat dilihat oleh Si Jahat.
Dan sekali lagi, para bhikkhu, dengan memudarnya rasa girang
yang luar biasa itu, berkelana dengan keseimbangan, kesadaran
yang berprihatin serta jelas, dan dialami oleh diri orang itu yang
oleh orang ariya dinamakan: 'Hidup penuh kesenangan barang
siapa mempunyai keseimbangan dan penuh perhatian,' dan ia
masuk ke dalam serta mengabdi di dalam meditasi tingkat tiga.
Para bhikkhu, bhikkhu ini disebut ... oleh si Jahat.
480
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Dan sekali lagi, para bhikkhu, seorang bhikkhu dengan dapat
mengenyahkannya rasa senang, dengan dapat mengenyahkannya
rasa sedih dengan selalu bersikap tenang terhadap kesenangan-
kesenangan serta kesedihan-kesedihan yang lampau, memasuki
serta mengadikan diri ke dalam meditasi tingkat ke empat did alam
mana tidak memiliki rasa sedih maupun senang, dan yang
seluruhnya dimurnikan oleh keseimbangan serta kesiagaan. Para
bhikkhu, bhikkhu ini dinamakan ... oleh si jahat.
Dan sekali lagi, para bikkhu, seorang bhikkhu dengan melewati
jauh diluar daya memahai tentang bentuk-bentuk material, dengan
turunya atau redamnya persepsi dari reaksi-reaksi sensori, dengan
tidak menghadiri atau tidak memperhatikan berbagai jenis persepsi,
sambil berpikir: 'Langit adalah tidak ada batasnya,' memasuki serta
mengabdikan diri di dalam alam terdiri dari eter yang tak terbatas.
Para bhikkhu, bhikkhu ini dinamakan ... si jahat.
Dan sekali lagi para bhikkhu, seorang bhikkhu denganjubah
jauh melampaui alam kesadaran yang tak terbatas itu, [160] sambil
berpikir : "Di sana tiada ada sesuatu," memasuki dan mengabdikan
diri di dalam alam tiada ada apa-apanya. Para bhikkhu, bhikkhu
semacam ini dinamakan ... oleh si jahat.
Dan sekali lagi, para bhikkhu seorang bhikkhu dengan jauh
melampaui alam dari tiada ada apa-apa itu, memasuki dan
481
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mengabdikan diri di dalam alam yang bukan persepsi maupun pula
bukan non persepsi.
Para bhikkhu, bhikkhu ini dinamakan seorang yang telah
menaruh kegelapan di sekeliling mara dan yang menutup
pandangan atau penglihatan si mara sedemikian sehingga
pandangan itu tidak mempunyai jangkauan, tetap tidak terlihat oleh
si jahat.
Dan sekali lagi, para bhikkhu seorang bhikkhu yang jauh
melampaui di atas alam dari bukan persepsi maupun pula non
persepsi, memasuki dan mengadikan diri di dalam penghentian dari
persepsi serta perasaan; dan dengan dapat melihat dengan
kebijaksanaan, intuitip, maka kanker telah dihancurkan sama
sekali.
Para bhikkhu, bhikkhu ini dinamakan seorang yang telah
menaruh kegelapan di sekeliling mara, dan yang, setelah menutup
atau meliputi pandangan si mara sedemikian sehingga ia tidak
mempunyai jangkauan, tetap tidak terlihat atau tidak dapat dilihat
oleh si jahat; ia telah menyeberangi di atas kekusutan di dunia ini.
Demikianlah kata-kata Sang Buddha; merasa senang, para
bhikkhu ini menyukuri tentang apa yang telah diajarkan oleh sang
Tathagata itu.
482
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ARIYAPARIYESANA SUTTA
26
Demikianlah yang saya dengar:
Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada Jetavana,
taman milik Anathapindika, Savatthi.
Ketika hari telah pagi, Beliau mengatur pakaian dan dengan
membawa patta serta jubah-Nya, Beliau menuju Savatthi untuk
menerima dana makanan.
483
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Kemudian banyak bhikkhu menemui Bhikkhu Ananda dan
berkata kepadanya:" Avuso Ananda, sudah lama kami tidak
mendengar pembicaraan Dhamma dari Sang Bhagava sendiri.
Alangkah baik apabila kami dapat mendengar demikian."
"Silahkan para bhikkhu pergi ke Rammaka tempat pertapaan
para Brahmana; barangkali kalian akan mendengar suatu
pembicaraan Dhamma dari Sang Bhagava sendiri."
"Baiklah, avuso," jawab mereka.
Ketika Sang, Bhagava telah berkeliling menerima dana
makanan di Savatthi dan telah kembali dari pindapata setelah
bersantap, Beliau menyapa Bhikkhu ananda, marilah kita pergi ke
Pubbarama, pesangrrahan milik Migaramata (Visakha) untuk
berdiam sepanjang siang."
"Baiklah, Bhante," jawab Ananda. Kemudian Sang Bhagava
pergi bersama Bhikkhu Ananda ke Pubbarama, pasangrahan
Migara, untuk berdiam sepanjang siang.
Ketika hari telah sore, Sang Bhagava bangkit dari meditasi, dan
Beliau menyapa Bhikkhu Ananda: "Ananda, maritah kita pergi ke
tempat pemandian Pubbakotthaka untuk mandi."
"Baiklah, Bhante," jawab Bhikkhu Ananda.
Kemudian Sang Bhagava pergi bersama bhante Ananda ke
484
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Pubbakotthaka dan mandi. Setelah melakukan hal itu, Beliau
ke luar dari air dan berdiri dalam satu jubah sambil mengeringkan
badan. Bhikkhu Ananda -- berkata: " Bhante, Rammaka tempat
pertapaan para Brahmana berada dekat sini. Pertapaan itu sesuai
dan menyenangkan. Bhante, alangkah baiknya apabila Sang
Bhagava bersedii pergi ke sana."
Sang Bhagava menyetujui dengan berdiam diri.
Kemudian Sang Bhagava menuju Rammaka tempat pertapaan
para Brahmana. Pada saat itu banyak bhikkhu berkumpul bersama
di sana untuk membahas Dhamma. Sang Bhagava berdiri di luar
pintu menunggu akhir dari diskusi mereka. Ketika Beliau tahu
bahwa diskusi telah selesai, Beliau berdehem dan mengetuk pintu.
Para bhikku membuka pintu untuk Beliau. Kemudian Beliau masuk
dan duduk pada tempat duduk yang telah disediakan. Setelah
melakukan hal itu Beliau menyapa para bhikkhu -- demikian: "Para
bhikkhu, apakah yang kamu sekalian diskusikan dengan berkumput
di sini sekarang ? Juga apakah yang sementara ini didiskusikan dan
belum diselesaikan?"
"Bhante, diskusi kami yang belum terselesaikan adalah
mengenai Dhamma dan mengenai diri Sang Bhagava sendiri.
Kemudian Sang Bhagava tiba."
485
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Bagus, para bhikkhu. Sebagai orang yang meninggalkan
kehidupan duniawi yang didasarkan pada keyakinan dan hidup tak
berumah-tangga, kamu sekalian berkumpul untuk mendiskusikan
Dhamma. Ketika kalian -- berkumpul bersama maka ada dua
pilihan yaitu: mendiskusikan Dhamma atau diam seperti para ariya.
'Para bhikkhu, ada dua macam pencarian: pencarian luhur
(ariya-pariyesana) dan pencarian rendah (anariya pariyesana).
'Apakah pencarian rendah?
'Dalam hal ini seseorang yang dirinya sendiri mengalami
kelahiran, usia tua, penyakit, kesedihan dan kekotoran, mencari
apa yang juga mengalami kelahiran, usia tua, sakit, kematian,
kesedihan dan kekotoran.
'Apakah yang dikatakan mengalami kelahiran? Istri dan anak-
anak mengalami kelahiran, demikian juga para wanita dan pria
yang berkeluarga, kambing, domba, unggas, babi, gajah, lembu,
kuda-kuda jantan dan betina, berbulu emas dan perak. Inilah
kehidupan yang menoalami kelahiran, seseorang yang terikat
dengannya dan tak waspada sehingga terlibat padanya adalah
orang yang mengalami kelahiran serta mencari apa yang juga
mengalami kelahiran.
486
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Apakah yang dikatakan mengalami usia tua ? Istri dan anak-
anak mengalami usia tua, demiikian juga ... emas dan perak. Inilah
kehidupan yang mengalami usia tua, seseorang yang terikat
dengannya dan tak waspada sehingga terlibat padanya adalah
orang mengalami usia tua, mencari apa yang juga mengalami usia
tua.
'Apakah yang dikatakan mengalami sakit? Istri dan anak-anak
mengalami sakit, demikian juga ... emas dan perak. Inilah
kehidupan -- yang mengalami sakit, seseorang yang terikat
dengannya dan tak waspada sehingga terlibat padanya adalah
orang men(-.,alami sakit, mencari apa yang juga mengalami sakit.
'Apakah yang dikatakan mengalami kematian ? Istri dan anak-
anak mengalami kematian, demikian juga ... emas dan perak.
Inilah kehidupan yang mengalami kematian, seseorang yang terikat
dengannya dan tak waspada sehingga terlibat padanya adalah
orang mengalami sakit, mencari apa yang juga mengalami
kematian.
'Apakah yang dikatakan mengalami kesedihan? Istri dan anak-
anak mengalami kesedihan, demikian juga ... emas dan perak.
Inilah kehidupan yang mengalami kesedihan, seseorang yang
terikat dengannya dan tak waspada sehingga terlibat padanya
487
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
adalah orang mengalami kesedihan, mencari apa yang juga
mengalami kesedihan.
'Apakah yang dikatakan mengalami kekotoran batin ? Istri dan
anak-anak mengalami kekotoran batin, demikian juga para wanita
dan pria yang berkeluarga, kambing, domba, unggas, babi, gajah,
lembu, kuda-kuda jantan dan betina, berbulu emas dan perak.
Inilah kehidupan yang mengalami kekotoran batin, seseorang yang
terikat dengannya dan tak waspada sehingga terlibat padanya
adalah orang yang mengalami kelahiran serta mencari apa yancy
juga mengalami kekotoran batin kelahiran.
'Inilah pencarian rendah.
Apakah penearian luhur ?
'Dalam hal ini seseorang yang dirinya sendiri mengalami
kelahiran usia tua, penyakit, kematian, kesedihan dan kekotoran,
mengetahui baliaya dalam dhamma seperti ini dan mencari yang
tidak dilahirkan, tanpa usia tua, tanpa kesakitan, tanpa kesedihan,
tanpa kotoran batin, ketenangan meditasi yang tertinggi untuk
melenyapkan kotoran batin, Nibbana.
'Inilah pencarian luhur.
Pencarian Penerangan Sempurna.
488
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Para bhikkhu, sebelum mencapai penerangan sempurna,
sementara saya masih seorang Bodhisatta yang belum mencapai
penerangan sempurna, Saya juga, diriku sendiri mengalami
kelahiran, usia tua, sakit, kematian, kesedihan dan kekotoran,
mencari apa yang mengalami kelahiran, usia tua, sakit, kematian,
kesedihan dan kekotoran.
'Saya (berpikir) demikian: "Mengapa, dengan diriku sendiri
mengalami kelahiran, usia tua, sakit, kematian, kesedihan dan
kekotoran, Saya mencari apa yang mengalami kelahiran, usia tua,
sakit, kematian dan kekotoran? Seandainya, diriku yang masih
mengalami dhamma seperti itu, mengetahui bahaya dalam
dhamma seperti itu, Saya mencari yang tidak mengalami kelahiran,
usia tua, sakit, kematian, kesedihan dan kekotoran, mengatasi
ikatan yang kuat, yaitu Nibbana?"
'Kemudian, ketika Saya masih anak-anak, seorang
pemudaberambut hitam yang masih remaja, dalam masa hidupku
yang pertama, aku mencukur habis rambut dan jenggotku
meskipun ibu dan ayahku berkeinginan sebalilknya dan berduka
dengan wajah berurai air mata -- Saya mengenakan jubah kuning
dan pergi meninggalkan kehidupan duniawi menuju kehidupan tak
berumah-tangga (pabbaja).
489
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Sesudah berkelana mencari apa yang bermanfaat, mencari
kedamaian tertinggi yang suci, Saya pergi menemui Alara Kalama
dan berkata kepadanya: "Kawan Kalama, Saya ingin menjalani
hidup suci dalam Dhamma dan Vinaya."
Alara Kalama menjawab: "Saudara dapat tinggal di sini.
Dhamma ini adalah sedemikian, sehingga dalam waktu tidak lama
seorang yang bijaksana dapat menyelami dan menghayatinya,
ajaran gurunya dapat ia merealisasikan sendiri dengan abhinna-
nya."
Saya dengan cepat belajar dhamma tersebut. Saya
menyatakan bahwa sejauh sekedar pengucapan dan pengulangan
ajarannya ketika Saya dapat berbicara dengan pengetahuan dan
keyakinan, bahwa Saya tahu dan melihat --- juga banyak orang lain
yang melakukan hal sama.
Saya (berpikir): "Bukanlah melalui kepercayaan semata Alara
Kalama membabarkan Dhammanya; (ia melakukannya) karena ia
menyelami dan menghayatinya sendiri, menyadarinya sendiri
melalui pengetahuan langsung. Tentulah Alara Kalama menghayati
Dhamma ini dengan mengetahui dan melihat."
490
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Kemudian Saya menemui Alira Kalama, dan Saya berkata:
"Teman Kalama, dalam cara apa engkau menyatakan telah
menyelami Dhamma ini, menyadarinya sendiri melalui abhinna?"
Ia menjawabnya dengan uraian yang didasarkan pada
'kekosongan' (akincannayatana).'
Saya berpikir: "Tidak saja Alara Kalama memiliki keyakinan;
Saya-pun memiliki keyakinan. Bukan hanya Alara Kalama memiliki
semangat; Saya pun memiliki semangat. Bukan hanya Alara
Kalama memiliki perhatian (sati); Saya pun memiliki perhatian.
Bukan hanya Alara Kalama memiliki samadhi; Saya pun memiliki
samadhi. Bukan hanya Alara Kalama memiliki kebijaksanaan
(panna); Saya pun memiliki kebijaksanaan. Seandainya Saya
melatih pengendalian diri untuk merealisasikan Dhamma yang
dinyatakan telah diselaminya, direalisasikannya sendiri meialui
abhinna-nya?"
"Saya dengan segera menghayati dan menyelami Dhamma
tersebut, merealisasikannya sendiri dengan abhinna. Lalu Saya
menemui Alara Kalama dan Saya berkata kepadanya:" Kawan Alara,
apakah dengan jalan ini engkau menyatakan menyelami Dhamma
ini, merealisisikannya sendiri dengan abhinna?"
491
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Kawan, deiigan jilan inilah yang saya nyatakan saya telah
menghayati dan menyelami Dhamma. merealisasikannya sendiri
dengan abhinna".
"Suatu keuntungan bagi kami, kawan! Suatu keuntungan
besar ba.i kami, kawan! Karena kami memiliki seorang sahabat
dalam kehidupan suci. Maka Dhamma yang aku nyatakan telah
diselami, yang saya sendiri telah merealisasikannya dengan
abbinna. Dhamma tersebut telah Anda selami dan hayati, dirimu
sendiri telah merealisasikannya dengan abhinna. Dhamma tersebut
saya nyatakan telah saya selami, saya sendiri telah
merealisasikannya den-an abhinna. Dengan demikian Anda
mengetahui Dhamma yang saya ketahui; saya mengetahui
Dhamma yang Anda ketahui. Sebagaimana diriku, demikian juga
dirimu; sebagaimana dirimu, demikian juga d u. Marilah, kita pimpin
bersama-sama kelompok ini."
Demikianlah guru-Ku Alara'Kalama,menempatkan diri-Ku (yang
adalah siswanya) pada kedudukan yang sama dengan dirinya
sendiri, dan menghargai saya dengan penghormatan tertinggi.
Saya berpikir: "Dhamma ini tidak membawa pada pelenyapan
nafsu, pada memudarnya hawa nafsu, pada penghentian, pada
kedamaian, pada abhinna, pada penerangan sempurna, Nibbana,
tetapi hanya didasarkan pada kekosongan (akincannayatana) saja."
492
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Demikianlah maka Saya tidak merasa puas dengan dhamma
tersebut, saya meninggalkannya.
'Sesudah berkelana meneari apa yang bermanfaat, mencari
kedamaian tertinggi yang suci, Saya pergi menemui Uddhaka
Ramaputta dan berkata kepadanya: "Kawan, Saya ingin menjalani
hidup suci dalam Dhamma dan Vinaya."
'Uddaka Ramaputta menjawab: "Saudara dapat tinggal di sini.
Dhamma ini adalah sedemikian sehingga dalam waktu tidak lama
seorana yang bijaksana dapat menyelami dan menghayatinya,
sehiiigga ijaran gurunya ia dapat direalisasikan sendiri dengan
abhinna-nya."
'Saya dengan cepat belijar dhamma tersebut. Saya
menyatakan bahwa sejauh sekedar pengucapan dan pengulangan
ajarannya ketika Siya dapat berbicara dengan pengetahuan dan
keyakinan, bahwa Saya tahu dan melihat --- juga banyak orang lain
yang melakukan hal sama.
'Saya (berpikir): "Bukanlah melalui kepercayaan semata
Ramaputta membabarkan Dhammanya; (ia melakukannya) karena
ia menyelami dan menghayatinya sendiri, menyadarinya sendiri
meialui pencyetahuan langsung. Tentulah Uddaka Ramaputta
menghayati Dhamma ini dengan mengetahui dan melihat."
493
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Kemudian Saya menemui Uddaka Ramaputta, dan Saya
berkata: "Teman Ramaputta, dalam cara apa engkau menyatakan
telah menyelami Dhamma ini menyadarinya sendiri melalui
abhinna?"
'Ia menjawabnya dengan uraian yang di dasarkan pada' Bukan
pencerapan maupun bukan tidak pencerapan (nevasanna
nasannayatana)"
Saya berpikir: "Tidak saja Uddaka Ramaputta memiliki
keyakianan; saya pun memiliki keyakinan. Bukan hanya Uddaka
Ramaputta memiliki semangat; Saya memiliki semangat. Bukan
hanya Uddaka Ramaputta memiliki perhatian (sati); Saya pun
memiliki perhatian. Bukan hanya Uddaka Ramaputta memiliki
samadhi; Sayapun memiliki samadhi. Bukan hanya Uddaka
Ramaputta memiliki kebijaksanaan (panna); Saya pun memiliki
kebijaksanaan. Seandainya Saya melatih pengendalian diri untuk
merealisasikan Dhamma yang dinyatakan telah diselaminya,
direalisasikannya.sendiri melalui abhinna-nya"
"Saya dengan segera menghayati dan menyelami Dhamma
tersebut, merealisasikannya sendiri dengan abhinna. Lalu Saya
menemui Uddaka Ramaputta dan Saya berkata kepadanya: 'Kawan
Ramaputta, apakah dengan jalan ini engkau menyatakan
494
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menyelami Dhamma ini, merealisasikannya sendiri dengan
abhinna?"
"Kawan, dengan jalan inilah yan,g saya nyatakan saya telah
menghayati dan menyelami Dhamma merealisasikannya sendiri
dengan abhinna"
Kawan, sayapun dengan jalan ini lelah menghayati dan
menyelami Dhamma ini, merealisasikannya dengan abhinna."
"Suatu keuntungan bagi kami, kawan! Suatu keuntungan
besar bagi kami, kawan! Karena kami memiliki seorang sahabat
dalam kehidupan suci. Maka Dhamma yang aku nyatakan telah
diselami, yang saya sendiri telah merealisasikannya dengan
abhinna. Dhamma tersebut telah anda selami dan hayati, dirimu
sendiri telah merealisasikannya dengan abhinna. Dhamma tersebut
saya nyatakan telah saya selami, saya sendiri telah
merealisasikannya dengan abhinna. Dengan demikian Anda
mengetahui Dhamma yang saya ketahui; saya mengetahui
Dhamma yang Anda ketahui. Sebagaimana diriku, demikian juga
dirimu; sebagaimana dirimu, demikian juga diriku. Marilah, kita
pimpin bersama-sama kelompok ini."
Demikianlah guru-Ku Uddaka Ramaputta, menempatkan ,diri-
Ku (yang adalah siswanya) pada kedudukan yang sama den-an
495
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dirinya sendiri, dan menghargai Saya dengan penghormatan
tertinygi.
Saya berpikir: "Dhamma ini tidak membawa pada pelenyapan
nafsu, pada memudarnya hawa nafsu, pada penghentian, pada
kedamaian, pada abhinna, pada penerangan sempurna, Nibbana,
tetapi hanya didasarkan pada "Bukan pencerapan juga bukan tidak
pencerapan (nevasannanasannayatana) saja." Demikianlah maka
Saya tidak merasa puas dengan dhamma tersebut, saya
meninggalkannya.
'Masih dalam pencarian apa yang bermanfaat, mencari
kedamaian tertinggi yang suci, Saya berkelana di daerah Magadha
mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah saya datangi,
hingga saya tiba di Senanigama dekat Uruvela. Di sana Aku
melihat sebidang tanah ying sesuai, sebuah hutan kecil yang
menyenangkan, sungai jernih yang mengalir dengan tepi yang
halus menyenangkan dan didekatnya ada sebuah desa untuk
pindapata. Demikianlah, Saya berpikir: "Ada sebidang tanah yang
sesuai, hutan kecil yang menyenangkan, sungai yang mengalir
jernih dengan tepinya yang halus menyenangkan dan di dekatnya
sebuah desa untuk pindapata. Ini akan menunjang penemuan bagi
sescorang yang mencari penemuan." Dan aku duduk disana
(berpikir):"Ini akan menunjang penemuan."
496
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Penerangan Sempurna
'Diriku sendiri yang masih mengalami kelahiran, usia tua, sakit,
kematian, kesedihan dan kekotoran, dengan mengetahui bahaya
dalam dhamma ini, mencari yang tidak mengalami kelahiran. usia
tua, sakit, kematian, kesedihan dan kekotoran, penghentian yang
tertinggi dari segala ikatan, yakni Nibbana, Saya mencapai tanpa
kelahiran, tanpa usia tua, tanpa sakit, tanpa kematian, tanpa
kesedihan, tak ternoda penghentian tertinggi dari segala ikatan,
yakni Nibbana.
'Pengetahuan serta pandangan muncul dalam diriku:
"Pembebasan-Ku tidak dapat dikalahkan lagi. Inilah kelahiranku
yang terakhir. Tidik akan ida lagi kelahiran yang berikutnya."
'Saya berpikir: Dhamma yang telah Kucapai sangat mulia,
sukar ditemukan. Inilah kedamaian tertinggi dan terutama (dari
segala tujuan), tidak dapat dicapai oleh akal pikiran saja, halus dan
hanya dialami oleh para bijaksana. Tetapi generasi ini suka, senang
dan gembira pada sesuatu yang dapat disadari. Sukar bagi
generasi seperti ini untuk melihat kebenaran seperti ini, yakni:
sebab musabab yang saling bergantungan (paticcasamuppada),
terhentinya segala bentuk (sankhara), pelepasan semua sebab
pemunculan kehidupan, lenyapnyaj keinginan (tanhakkhaya),
hilangnya nafsu indera, penghentian, Nibbana. Jika Saya
497
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mengajarkan Dhamma, orang lain tidak akan mengerti dan hal ini
akan melelahkan dan mengganggu bagiku."
'Kenyataannya, segera muncul dalam diriku syair-syair yang
tidak pernih terdengar sebelumnya:
Sudahlah, jangan ajarkan Dhamma
Yang bahkan bagi-Ku sukar untuk dicapai;
Karena tidak akan pemah diresapi
Oleh mereka yang, hidup dalam hawa nafsu dan kebencian.
Manusia yang diliputi nafsu indera,
Dan tertutup oleh awan kegelapan, tidak akan melihat apa
yang menentang arus, rang halus;
Dalam, sukar dilihat, sulit dimengerti.
'Berpikir d.-inikian, Saya memilih diam daripada mengajarkan
Dhamma.' 'Kemudian (Brahma) Dewa Sahampati mengetahui dalam
pikirannya apa yang saya pikirkan, dan ia berpikir; "Dunia akan
kehilangan, dunia akan sangat kehilangan, karena jalan pikiran Sing
Tathagaata Sang Arahat dan yang Telah Mencapai Penerangan
Sempurna, memilih diam daripada mengajarkan Dhamma."
498
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Kemudian secepat seseorang yang merentangkan tangannya
yang terlipat atau melipat tangannya yang terentang, Brahma
Sahampati menhilang dari alam Brahma dan muncul dihadapan-Ku.
Kemudian beliau mengatur jubah atasnya sehingga menutupi satu
bahu dan merangkapkan kedua telapak tangannya (beranjali) ke
arah-Ku, ia berkata : "Bhante, semoga Sang Bhagava mengajarkan
Dhimma. Ada makhluk-makhluk yang hanya memiliki sedikit debu
di matanya, yang akan sia-sia bila tidak mendengar tentanng
Dhamma. Sebagian dari mereka akan mencapai pengetahuan
Dhamma tertinggi."
Brahma Sahampati berkata seperti itu, selanjutnya ia berkata:
"Di Magadlia sampai sekarang Dhamma belum dimurnikan,
Direnungkan oleh mereka yang masih ternoda.
Bukalah pintu gerbang Tanpa Kematian,
biarlah mereka Mendengar Dhamma yang telah ditemukan
oleh Yang Maha Suci;
Sebagaimana seseorang melihat segenap rakyat di sekeliling
Yang berdiri di atas gundukan batu karang padat,
Selidiki, 0 Yang Bebas dari Kesedihan,
Petapa yang maha melihat,
499
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Umat manusia ini diliputi oleh kesedihan
Karena Kelahiran din Usia Tua.
Bangkitiah Pahlawan kemenangan, Pembawa - Pengetahuan
Bebas dari segala hutang dan berkelana di dunia
Membabarkan Dhamma; ada sebagian, 0 Sang, Bhagava, akan
mengerti.
'Kemudian Saya mendengarkan permohonan Brahma.
Berdasarkan kasih sayang terhadap semua makhluk Saya
mengamati dunia dengan mata seorang Buddha, Saya melihat para
makhluk dengan sedikit debu di mata mereka dan yang banyak
debu di mata mereka, dengan kemampuan yang meyakinkan dan
kemampuan kurang, dengan mutu yang baik dan mutu yang buruk,
mudah diajar dan sukar diajar, dan sebagian yang hidup denoan
rasa takut terhadap kebencian dan di alam lain.
Sebagaimana dalam sebuah kolam terdapat bunga-bunga
teratai biru atau merah atau putih, sebagian bunga teratai yang
tumbuh dan berkembang di dalam air tenggelam dalam air tanpa
muncul kepermukaan, sebagian bunga teratai lain yang tumbuh
dan berkembang di dalam air muncul pada permukaan air, dan
sebagian bunga teratai lainnya yang tumbuh dan berkembang di
500
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dalam air bertumbuh ke permukaan air dan berdiri dengan baik,
tidak basah; demikian juga, mengamati dunia dengan mata seorang
Buddha .... dan sebagian yang hidup dengan rasa takut terhadap
kebencian dan alam lain.
'Kemudian Saya menjawab Brahma Sahampati dalam bait-bait
berikut:
Terbukalah untuk mereka pintu-pintu Tanpa Kematian, Biarlah
mereka yang mendengar sekarang menunjukkan keyakinannya
(Bila hanya) melihat kesulitannya maka Saya tidak berbicara pada
umat manusia
Dhamma yang halus dan luhur, Brahma.
'Kemudian Brahma Sahampati (berpikir): "Aku telah
memungkinkan Dhamma diajarkan oleh Sang Bhagava." Setelah
memberikan penghormatan pada-Ku, dengan Saya ada di sebelah
kanannya, Brahma Sahampati pergi.
'Selanjutnya Saya berpikir: "Kepada siapa Saya harus
mengajarkan Dhamma? Siapakah yang akan segera mengerti
Dhamma ini ?
'Saya berpendapat: "Alara Kalama bijaksana, terpelajar dan
cerdas. Ia telah lama hanya memiliki sedikit debu di matanya.
501
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Bagaimana bila Saya mengajarkan Dhamma pertama-tama kepada
Alara Kalama? Ia akan segera mengerti."
'Kemudian para dewa datang pada-Ku dan berkata: "Bhante,
Alara Kalama meninggal dunia tujuh hari yang lalu." Lalu
pengetahuan serta pandangan (nana-dassana) muncul dalam diri
Ku: "Alara Kalama telah meninggal dunia tujuh hari yang Ialu.
Saya berpikir demikian: "Kehilangan Alara Kalama merupakan
kehilangan besar. Jika ia mendengar Dhamma ini, ia akan segera
mengerti."
Kemudian Saya berpikir: "Kepada siapa Saya akan ajarkan
Dhamma ? Siapakah yang akan segera mengerti Dhamma ini ?".
'Selanjutnya Saya pikir: "Uddaka Ramaputta bijaksana,
terpelajar dan cerdas. Ia telah lama hanya memiliki sedikit debu di
matanya. Seandainya Saya mengajarkan Dhamma pertama-tama
kepada Uddaka Ramaputta? Ia akan segera mengerti."
'Kemudian para dewa datang pada-Ku dan berkata:"Bhante,
Uddaka Ramaputta meninggal dunia semalam." Lalu pengetahuan
serta pandangan muncul dalam diriku: Uddaka Ramaputta telah
meninggal dunia semalam." Saya berpikir demikian: "Kehilangan
Uddaka Ramaputta merupakan kehilangan besar. Jika ia menden-ar
Dhamma ini, ia akan segera mengerti."
502
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Lalu Saya berpikir: "Kepada siapa Saya pertama-tama harus
mengajarkan Dhamma ini? Siapakah yang akan mengerti Dhamma
ini?"
Selanjutnya Saya berpikir demikian:"Para bhikkhu dari
kelompok lima, yang membantu dan melayani Saya berjuang
mengendalikan diri. Seandainya Saya mengajarkan Dhamma
pertama-tama pada mereka?"
'Saya berpikir demikian: "Di manakah para bhikkhu dari
kelompok lima sekarang?". Dengan mata dewa (dibba cakkhu),
yang murni dan melampaui manusia biasa, Aku melihat bahwa
mereka berada di Taman Rusa Isipatana,Baranasi.
'Selanjutnya setelah Saya tinggal di Uruvela selama saya
inginkan, Saya mengadakan perjalanan dengan bertahap ke
Benares. Antara Gaya dan tempat Pencapaian Penerangan Upaka
bertemu dengan Saya di Jalan. Ketika melihat Saya, ia berkata:
"Saudara, warna kulitmu cerah dan cemerlang. Di bawah
bimbingan siapa engkau menjalani hidup suci? Siapakah gurumu?
Dhamma siapakah yang engkau anut?".
'Saya menjawab pertanyaan petapa Upaka dalam syair-syair
berikut:
'Melampaui semua makhluk, Saya Maha Tahu,
503
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Tak ternoda dalam segala Dhamma, melepaskan semuanya
Dengan terbebas dari keinginan. Ini utang-Ku pada batin-
Ku, kepada siapakah Saya mengakuinya?
Aku tidak memiliki Guru atau pun rekan yang setara
Tidak ada satupun di seluruh alam
Dengan semua dewanya, karena Aku memiliki yang Tak
seorangpun sebagai sebanding-Ku.
Aku adalah Guru bagi dunia
Tanpa bandingan, seorang Arahat pula
Aku sendiri telah Mencapai Penerangan Sempurna
Terpadamkan, api siapa telah padam.
Saya menuju kota Kasi sekarang
Untuk menggerakkan Roda Dhamma:
Dalam dunia yang buta
Aku akan menabuh genderang Tanpa Kematian.
'Saudara, dengan pengakuanmu, engkau seharusnya Penguasa
Alam Semesta."
"Seorang penguasa seperti Saya, Upaka,
504
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Adalah yang menang dalam melenyapkan noda-noda ini. Aku
menaklukkan semua akusala dhamma:
Karena itulah Aku Pemenang.
'Ketika ini dikatakan, petapa Upaka berkata: "Semoga
demikianlah saudara. "Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ia
mengambil jalan simpang dan berlalu.
'Setelah mengadakan perjalanan secara bertahap, akhirnya
Saya -- tiba di Taman Rusa, Isipatana, Baranasi, tempat para
bhikkhu kelompok lima berada.
'Mereka melihat Saya datang dari kejauhan, dan mereka
bersepakat di antara mereka demikian: "Saudara-saudara, Samana
Gotama yang telah memanjakan diri datang ke mari, ia meialaikan
pengendalian diri dan kembali pada kemewahan. Kita tidak perlu
memberikan penghormatan pada-Nya atau bangkit bagi-Nya atau
mengambil patta dan civara-Nya. Tetapi sebuah tempat duduk
dapat disiapkan untuk-Nya. Jika ia suka, ia akan duduk."
Namun, segera setelah Saya mendekat, mereka ternyata tidak
mampu mempertahankan kesepakatan mereka. Seorang menemui
Saya dan menerima patta dan jubah (luar)-Ku; yang lain
menyiapkan tempat duduk; -- sedangkan yang lainfiya lagi
505
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menyiapkan air tintuk membasuh kaki-Ku kemudian mereka
menyapa-Ku dengan panggilan "avuso".
'Setelah mereka berkata begitu, Saya berkata kepada mereka:
'Para bhikkhu, janganlah menyapa seorang Tathagata dengan
sebutan - avuso. Tathagata oalah seorang Arahat dan Telah
Mencapai Penerangan Sempurna. Dengarkanlah, para bhikkhu
keadaan Tanpa Kematian telah dicapai. Aku akan membimbing
kalian; Aku akan mengajarkan dhamma pada - kalian. Dengan
melatih sebagaimana kalian dibimbing, kalian akan, dengan
merealisasikan sendiri di sini dan sekarang juga dengan abhinna
menghayati dan menyelami tujuan tertinggi dari kehidupan suci
(brahmacari) yang merupakan tujuan orang meninggalkan
kehidupan nafsu indera menjadi tak berumah-tangga.
'Selesai kata-kata ini diucapkan, para bhikkhu dari kelompok
lima menjawab: "Avuso Gotama, dengan tingkah laku seperti itu
dan menjalani puasa yang berat, yang telah anda laksanakan anda
tidak mencapai tujuan yang berharga bagi pengetahuan dan
pandangan suci (ariyananadassana) yang melebihi kemampuan
(dhamma) manusia manusia biasa. Karena sekarang anda telah
memanjakan diri, melalaikan pengendalian dan kembali pada
kemewahan, bagaimana dapat anda mencapai tujuan seperti itu?."
506
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Ketika ini dikatakan, Saya berkata kepada mereka: "Seorang
Tathagata bukanlah seorang yang memanjakan diri, juga tidak yang
melalaikan pengendalian dan berpaling pada kemewahan. Seorang
Tathagata adalah seorang Arahat dan Telah Mencapai Penerangan
Sempurna. Dengarlah, para bhikkhu, keadaan Tanpa Kematian
telah dicapai ... dari kehidupan duniawi menuju kehidupan suci".
'Untuk kedua kalinya para bhikkhu kelompok lima berkat
kepadaku: "Avuso Gotama ... bagaimana anda dapat mencapai
tujuan seperti itu.
'Untuk ketiga kalinya Saya berkata kepada mereka: "Seorang
Tathagata bukanlah seorang yang memanjakan diri ... dari
kehidupan duniawi menuju kehidupan suci."
'Untuk ketiga kalinya para bhikkhu kelompok lima berkata
kepada ku: "Teman Gotama ... bagaimana anda dapat mencapai
tujuan seperti itu?"
'Ketika ini dikatakan Saya bertanya kepada mereka: "Para
bhikkhu, pernahkah kalian mendengar Saya berbicara seperti ini
sebelumnya?
"Tidak, bhante."
"Para bhikkhu, Tathagata adalah seorang Arahat dan Telah
Mencapai Penerangan Sempurna. Dengarkanlah, para bhikkhu
507
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
keadaan Tanpa Kematian telah dicapai. Aku akan membimbing
kalian; Aku akan mengajarkan Dhamma pada kalian. Dengan
melatih sebagaimana kalian dibimbing, kalian akan, dengan
merealisasikan sendiri di sini dan sekarang juga dengan abhinna,
menghayati dan menyelami tujuan tertinggi dari kehidupan suci
(brahmacari) yang merupakan tujuan orang meninggalkan
kehidupan nafsu indera menjadi tak berumah tangga."
"Saya dapat meyakinkan para bhikkhu kelompok lima.
Kadang-kadang aku memberi petunjuk pada dua orang bhikkhu
sementara tiga lainnya pergi pindapata; kami berenam hidup dari
apa yang dibawa pulang dari pindapata oleh ketiganya. Kadang-
kadang aku memberi petunjuk pada tiga orang bhikkhu sementara
dua lainnya pergi pindapata; dan kami berenam hidup dari
pindapata yang dibawa pulan oleh keduanya.
'Kemudian para bhikkhu kelompok lima, setelah diajarkan dan
dieberi petunjuk sedemikian oleh ku, mereka sendiri yang
mengalami kelahiran, usia tua, sakit kematian, kesediah dan
kekotran batin, dengan mengetanui bahaya dalam dhamma-
dhamma ini, mencari apa yang tanpa dilahirkan, memutus semua
ikatan yakni tercapainya, nibbana; mencapai tanpa kelahiran, tanpa
usia tua, tanpa sakit, tanpa kematian, tanpa kesediah, pemutusan
semua ikatan yang kuat, nibbana.
508
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Pengetahuan dan pandangan muncul dalam diri mercka:
"Pembebasanku tidak dapat disangkal. Inilah kelahiranku yang
terakhir kalinya. Tidak akan ada lagi kelahiran yang berikut nya
Nafsu-nafsu Indera
'Para bhikkhu, terdapatlah lima saluran nafsu indera. Apakah
kelimanya? Bentuk-bentuk yang dapat disadari melalui mata yang
diharapkan, diinginkan, disetujui dan disukai, dihu bungkan dengin
nafsu indera dan dirangsangan oleh hawa nafsu. Suara-suara yang
dapat disadari melalui telinga .... Baubauan yang dapat disadari
melalui hidung .... Rasa yang dapat disadari melalui lidah ....
Sentuhan-sentuhan yang dapat disadari melalui badan ....
dirangsang oleh hawa nafsu. Inilah kelima saluran nafsu indera.
'Apabila seorang petapa dan brahmana terlibat dengannya dan
tanpa bosan melibatkan diri pada lima saluran nafsu indera dan
mengembangkannya tanpa memandang akan bahaya yang ada
didalamnya dan tanpa pengertian mengenai cara melepaskan diri
dari nafsu indera tersebut, dapat di mengerti bahwa, "Mereka akan
mengalami bencana dan kehancuran serta diperlukan semuanya
oleh' pembuat kejahatan' (papimato)."
509
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Apabila ada seekor rusa hutan yang terikat, dan terbaring di
atas perangkap, dapat dimengerti bahwa "Ia akan mengalami
bencana dan' kehancuran serta diperlukan semuanya oleh
pemburu", demikian pula apabila para petapa dan brahmana.."
diperlukan semuanya oleh 'pembuat kejahatan.
'Apabila ada seorang petapa dan brahmana tidak terlibat pada
nafsu indera dan bosan melibatkan diri di dalam lima saluran nafsu
indera dan tidak mengembangkannya, mempunyai pandangan akan
bahaya yang ada di dalamnya dan mengerti mengenai cara
melepaskan diri dari nafsu indera tersebut maka dapat dimengerti
bahwa "Mereka tidak akan mengalami bencana, tidak akan
mengalami kehancuran, tidak akan diper-lakukan semaunya oleh
'pembuat kejahatan'.
'Apabila ada seekor rusa hutan yang tidak terikat, namun
terbaring di atas perangkap, dapat dimengerti bahwa "Ia tidak akan
mengalami bencana, tidak akan mengalami kehancuran, tidak akan
diperlakukan semaunya oleh pemburu”, demikian pula apabila para
bhikkhudan brahmana …” … tidak diperlakukan semuanya oleh
pembuat kejahatan.
'Apabila ada seekor rusa hutan berkelana di hutan liar, ia
berjalan tanpa rasa takut, berdiri tanpa rasa takut, duduk tanpa
rasa takut berbaring tanpa rasa takut. Mengapa demikian? Karena
510
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ia di luar penglihatan pemburu --- demikian juga, dengan
mengasingkan diri dari nafsu indera, mengasingkan diri dari
dhamma yang tidak menguntungkan (akusala dhamma), seorang
bhikkhu mencapai Jhanna I disertai dengan usaha pikiran untuk
menangkap objek (vitakka), 'pikiran telah menangkap objek'
(vicara), kegiuran (piti) dan kebahagiaan (sukha) yang muncul dari
mengasingkan diri. Para bhikkhu ini dikatakan telah membutakan
mata Mara tidak terlihat oleh 'Pembuat Kejahatan' karena telah
melenyapkan kesempatan bagi Mara untuk melihat.
'Kemudian, dengan meninggalkan vitakka dan vicara...
mencapai Jhana II ... lahir dari pemusatan pikiran. Para
bhikkhu ini dikatakan telah membukakan mata Mara, tidak
terlihat oleh 'Pembuat Kejahatan' karena telah r lenyapkan
kesempatan bagi Mara unttik melihat.
'Kemudian, dengan meninggalkan kegiuran (piti)...
mencapai Jhana Ill..."la memiliki kebahagiaan (sukha),
keseimbangan batin dan perhatian (sati). Para bhikku ini
dikatakan telah membutakan mata Mara, tidak terlihat oleh
'Pembuat Kejahatan' karena telah melenyapkan kesempatan
bagi Mara untuk melihat.
'Selanjutnya, dengan meninggalkan kebahagiaan (sukha) dan
penderitaan (dukkha) ... mencapai Jhana IV disertai perasaan bukan
511
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menyenangkan (asukha) atau bukan penderitaan (adukkha) ia
memiliki keseimbangan batin (batin) dan perhatian (sati) yang
murni. Para bhikkhu ini dikatakan telah membutakan mata Mara,
tidak terlihat oleh 'Pembuat Kejahatan' karena telah melenyapkan
kesempatan bagi Mara untuk melihat.
'Kemudian, dengan mengatasi secara penuh' persepsi
mengenai bentuk (rupasanna) dan persepsi, ketidaksenangan
(patighasanna), dengan tidak memberikan perhatian terhadap
persepsi tentang perbedaan' (natattasanna) ia menyadari tentang
"ruang adalah tidak terbatas", ia mencapai dan menyadari keadaan
'ruang tanpa batas' (akasanancayatana). Para bhikkhu ini
dikatakan telah membutakan mata mara ... melenyapkan
kesempatan bagi Mara untuk melihat.
'Lalu, dengan mengatasi secara penuh Akasanancayatana ia
menyadari tentang 'kesadaran tanpa batas' (vinnanancayatana), ia
mencapai dan menyadari keadaan 'kesadaran tanpa batas'
(vinnanancayatana). Para bhikkhu ini dikatakan telah membutakan
mata Mara ... melenyapkin kesempatan bagi Mara untuk melihat.
'Kemudian, dengan mengatasi secara penuh keadaan Vin-
nanan-cayatana ia menyadari tentang kekosongan' (akincan-
nayatana), ia mencapai dan menyadari keadaan 'kekosongan'
512
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
(akincannayatana). Para bhikku ini dikatakan telah membutakann
mata Mara,.. melenyapkan kesempatan bagi Mara untuk melihat.
'Kemudian, dengan mengatasi secara penuh keadaan
Akinvannayatana ia menyadari tentang bukan pencerapan atau
bukan tidak pencerapan (nevasannanasannayatana), ia mencapai
dan menyadari keadaan 'bukan pencerapan atau bukan tidak
pencerapan' (nevasannanasannayatana). Para bhikkhu ini
dikatakan telah membutakan mata Mara ... melenyapkan
kesempatan bagi Mara untuk melihat.
'Selanjutnya, dengan mengatasi secara penuh keadaan
Nevasannana sannayatana, ia menyadari 'terhentinya pencerapan
dan perasaan' --- (sannavedayitanirodha), ia mencapai dan
menyadari keadaan 'terhentinya pencerapan dan perasaan'
(sanavedayitanirodha). Para bhikkhu ini dikatakan telah
membutakan mata Mara, tidak terlihat oleh 'Pembuat Kejahatan'
karena telah melenyapkan kesempatan bagi Mara untuk melihat,
serta telah mengatasi kemelekatan pada dunia.
'Ia berjalan, berdiri, duduk, dan berbaring tanpa rasa takut.
Mengapa demikian? la di luar penglihatan 'Pembuat Kejahatan'
(Mara).
513
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Para bhikkhu merasa
puas dan mereka berbahagia dengan kata-kata Sang Bhagava..
CULAHATTHIPADOMASUTTA
027
514
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana,
taman milik Anathapindika, Savatthi.
Pada waktu itu, di siang hari, Brahmana Janussoni mengendarai
kereta yang ditarik oleh kuda-kuda betina berwarna putih, melewati
Savatthi. Dia melihat Petapa Pilotika datang, ketika ia melihatnya,
ia bertanya: "Dari mana Guru Vacchayana datang pada siang hari
begini?"
"Saya baru saja mengunjungi petapa Gotama."
"Bagaimana guru Vacchayana dapat membayangkan
kebijaksanaan (panna) petapa Gotama? Apakah dia seorang ahli
(pandita) atau tidak?"
"Bagaimana saya mengetahui keahlian kebijaksanaan petapa
Gotama? Tentu saja, seorang yang sepadan dengannya yang dapat
mengetahui kebijaksanaan petapa Gotama."
"Guru Vacchayana memuji Sang Petapa Gotama dengan pujian
yang benar-benar tinggi".
"Bagaimana saya memuji Sang Petapa Gotama? Petapa
Gotama dipuji oleh para pemuji -- sebagai yang terbaik di antara
para dewa dan manusia."
515
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Faedah apa yang diketahui oleh guru Vacchayana sehingga
dia yakin terhadap Petapa Gotama.
"Misalnya, seorang pandai mengukir patung gajah pergi ke
hutan gajah, dia melihat di hutan gajah, sebuah jejak kaki gajah
yang besar panjang dan lebar, dia akan menyimpulkan: "Ini adalah
seekor gajah jantan yang besar." Demikian juga, begitu saya
melihat empat jejak kaki pada Petapa Gotama, saya menyimpulkan:
"Sang Bhagava telah mencapai penerangan sempurna, Dhamma
telah dibabarkan dengan baik, Sangha telah memasuki jalan yang
baik. Apakah empat tanda jejak kaki itu?
"Saya telah melihat beberapa kesatria yang ahli, pandai dan
mengetahui teori-teori lain seperti orang yang membagi rambut
(=teliti sekali): seseorang akan membayangkan bagaimana mereka
akan memusnahkan pandangan-pandangan (salah) dengan
menggunakan pengetahuan yang mereka miliki. Mereka
mendengar: "Petapa Gotama akan mengunjungi sebuah kota atau
desa." Maka mereka membuat sebuah pertanyaan begini: "Bila dia
di tanya begini, maka dia akan menjawab begini, dan kita akan
membuktikan bahwa teorinya salah; juga bila dia ditanya begitu
maka dia akan menjawab begitu, sekali lagi kita akan membuktikan
bahwa teorinya salah " Mereka mendengar "Petapa Gotama telah
datang mengunjungi kota atau desa tersebut." Lalu mereka pergi
516
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menemui Petapa Gotama. Petapa Gotama mengajarkan,
mendorong, membangkitkan dan memberi harapan mereka dengan
kotbah Dhamma. Sesudah itu mereka tidak banyak betanya lagi,
jadi bagaimana mereka dapat membuktikan bahwa teorinya salah?
Sedangkan mereka pada akhirnya menjadi murid-murid-nya
(savaka). Ketika saya melihat jejak kaki pertama Petapa Gotama,
saya menyimpulkan: "Sang Bhagava telah mencapai penerangan
sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan baik, Sangha telah
memasuki jalan yang baik."
"Juga, saya telah melihat beberapa brahmana yang ahli, pandai
.... jejak kaki yang ke dua .... sangha telah memasuki jalan yang
baik.
"Begitu pula,saya telah melihat beberapa perumah-tangga
(gahapati) yang ahli, pandai .... jejak kaki ketiga ....sangha telah
memasuki jalan baik"
"Demikian pula, telah melihat beberapa petapa yang ahli,
pandai dan mengetahui teori-teori lain seperti orang yang membagi
rambut (=teliti sekali): seseorang akan membayangkan bagaimana
mereka akan memusnahkan pandangan-pandangan (salah) dengan
menggunakan pengetahuan yang mereka miliki. Mereka
mendengar: "Petapa Gotama akan mengunjungi sebuah kota atau
desa." Maka mereka membuat sebuah pertanyaan begini: "Bila dia
517
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
di tanya begini, maka dia akan menjawab begini, dan kita akan
membuktikan bahwa teorinya salah; juga bila dia ditanya begitu
maka dia akan menjawab begitu, sekali lagi kita akan membuktikan
bahwa teorinya salah " Mereka mendengar "Petapa Gotama telah
datang mengunjungi kota atau desa tersebut." Lalu mereka pergi
menemui Petapa Gotama. Petapa Gotama mengajarkan,
mendorong, membangkitkan dan memberi harapan mereka dengan
kotbah Dhamma. Sesudah itu mereka tidak banyak betanya lagi,
jadi bagaimana mereka dapat membuktikan bahwa teorinya salah?
Sedangkan mereka pada akhirnya mohon kepada Petapa Gotama
agar mereka diterima menjadi bhikkhu, Beliau meng-
upasampadakan mereka menjadi bhikkhu. Tak lama setelah mereka
menjadi bhikkkhu, mereka mengasingkan diri, rajin, bersemangat
dan waspada, di tempat itu, pada kehidupan sekarang ini juga,
dengan kemampuan batin (abhinna) mereka merealisasikan
kehidupan suci yang merupakan tujuan akhir dari meninggalkan
berumah-tangga.
Mereka menyatakan: "Mereka hampir tersesat, hampir tidak
menyelesaikan tugas, karena dulu kami menganggap bahwa kami
adalah samana tetapi kami tidak, kami menganggap bahwa kami
adalah brahmana tetapi kami tidak, kami menganggap bahwa kami
adalah arahat tetapi kami tidak; tetapi sekarang kami adalah
518
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
samana, brahmana dan arahat." Ketika saya melihat jejak kaki
keempat Petapa Gotama, saya menyimpulkan: "Sang Bhagava telah
mencapai penerangan sempurna, Dhamma telah dibabarkan
dengan baik, Sangha telah memasuki jalan yang baik."
"Segera ketika saya melihat empat jejak kaki Sang Bhagava ini,
saya menyimpulkan: "Sang Bhagava telah mencapai penerangan
sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan baik, Sangha telah
memasuki jalan yang baik."
Pada waktu hal ini dikatakan, Brahmana Janussoni turun dari
kereta kudanya yang ditarik kuda-kuda betina putih, mengatur
jubahnya pada salah satu bahunya, ia beranjali ke arah dimana
Sang Buddha berada dan menyerukan pernyataan tiga kali:
"Terpujilah Sang Bhagava, Arahat dan telah mencapai penerangan
sempurna (Namo tassa Bhagavato arahato sammasambuddhassa)."
Kemudian Brahmana Janusoni menemui Sang Bhagava,
memberi salam, dan setelah percakapan yang bersahabat dan
sopan selesai, ia duduk. Setelah itu, dia menceritakan semua
percakapannya dengan Petapa Pilotika. Setalah hal itu
dikatakannya, Sang Bhagava berkata: "Brahmana, dalam hal ini,
perumpamaan jejak kaki gajah (hatthipadopamo) belumlah selesai
diterangkan secara rinci. Karena itu dengarkan bagaimana hal ini
dijelaskan dengan rinci dan perhatikan apa yang akan kukatakan."
519
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Baiklah bhante," jawab Brahmana Janussoni.
Sang Bhagava berkata begini: "Brahmana, seorang pandai
kayu, pengukir patung gajah, pergi ke sebuah hutan gajah, dan dia
melihat di hutan gajah itu sebuah jejak kaki gajah yang besar,
memanjang dan melebar; seorang pematung gajah yang bijaksana
tidak akan segera menyimpulkan: 'Ini adalah gajah jantan dan besar
pula.' Mengapa begitu? Dalam sebuah hutan gajah ada beberapa
gajah betina kecil yang mempunyai jejak kaki besar. Ini mungkin
jejak kaki salah satu dari mereka. Dia mengikuti jejak kaki itu.
Sehingga ia melihat di hutan gajah itu sebuah jejak besar kaki gajah
yang besar, melebar dan memajang, dan tanda gesekan di pohon:
seorang pematung gajah yang bijaksana tidak akan segera
menyimpulkan: 'Ini adalah seekor gajah jantan dan besar pula.'
Mengapa begitu? Di dalam sebuah hutan gajah ada beberapa gajah
betina yang tinggi dengan gading yang kuat, yang mempunyai jejak
kaki yang besar. Ini mungkin jejak kaki salah satu dari mereka. Dia
mengikuti jejak itu. Sehingga dia melihat di dalam hutan gajah itu
sebuah jejak kaki gajah yang melebar dan memanjang, tanda
gesekan di pohon dan tanda goresan dari gading gajah; seorang
pematung gajah yang bijaksana tidak segera menyimpulkan: 'Ini
adalah seekor gajah jantan dan besar pula'. Mengapa begitu? Di
dalam sebuah hutan Gajah ada beberapa gajah betina tinggi,
520
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
bergading dan mempunyai jejak kaki yang besar. Ini mungkin jejak
kaki salah satu dari mereka. Dia mengikuti jejak itu, sehingga dia
melihat di dalam hutan gajah itu sebuah jejak kaki gajah yang
melebar dan memanjang, tanda gesekan pada pohon, tanda
goresan yang berasal dari gading gajah dan dahan-dahan yang
patah. Dia melihat gajah jantan tersebut di bawah pohon atau di
udara terbuka, sedang berjalan atau berdiri, duduk atau berbaring.
Dia menyimpulkan: 'Inilah gajah besar yang dimaksud.'"
"Brahmana, begitu juga, Tathagata muncul di dunia sebagai
Arahat Sammma Sambuddha, sempurna pengetahuan serta tindak-
tanduk- Nya, Sempurna menempuh Jalan , Pengenal semua alam,
pembimbing manusia yang tiada taranya, guru para dewa dan
manusia, yang sadar dan yang mulia.
"Dia menyatakan kepada dunia, termasuk para dewa, mara
dan orang-orang suci; kepada para manusia, petapa, brahmana
serta para raja, apa yang Ia telah realisasikan dengan pengetahuan
langsung (abhinna)."
"Dia mengajarkan Dhamma yang baik pada awalnya, baik pada
pertengahannya dan baik pada akhirnya, dengan arti dan kalimat
yang benar serta Dia memberitakan sebuah kehidupan suci yang
sangat sempurna dan murni.
521
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Seorang perumah tangga atau anaknya dari keluarga tertentu
mendengar Dhamma. Setelah mendengar Dhamma, muncul
keyakinannya kepada Tathagata. Berdasarkan pada keyakinan itu,
ia merenung: 'Kehidupan berumah tangga adalah sibuk dan kotor;
kehidupan tak berumah tangga (pabbajja) terbuka lebar. Hidup
berumah tangga adalah tak mungkin mempraktikkan kehidupan
suci (brahmacari) dengan sempurna seperti bersihnya kulit kerang
yang digosok. Andaikata aku mencukur rambut dan janggutku,
mengenakan jubah kuning (civara) dan meninggalkan kehidupan
duniawi menjadi samana (pabbajja)?'"
"Pada kesempatan lain, mungkin meninggalkan keberuntungan
kecil atau besar, meninggalkan sedikit atau banyak sanak keluarga,
ia mencukur kepala dan janggutnya, mengenakan jubah kuning dan
meninggalkan kehidupan duniawi menjadi sama."
Setelah meninggalkan kehidupan dunia menjadi samana dan
memiliki pandangan dan latihan (sikkha) kebhikkhuan,
meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, pemukul dan senjata
ditinggalkan, dengan lembut dan sayang ia hidup dengan
mengasihi semua makhluk hidup.
Meninggalkan pengambilan barang yang tidak diberikan, ia
menjadi orang yang menghindari pengambilan barang yang tidak
522
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
diberikan, hanya mengambil apa yang diberikan dan hanya
mengharapkan apa yang diberikan, ia hidup suci tanpa mencuri.
Meninggalkan kehidupan yang tidak suci, ia menjadi orang
yang hidup suci (brahmacari), ia hidup menghidari kehidupan kasar.
Meninggalakan ucapan bohong, ia menjadi orang yang
menghindari kebohongan, ia berkata benar, taat pada kebenaran,
dapat dipercaya, dapat diandalkan dan tidak menipu dunia.
Meninggalkan kata-kata kejam, ia menjadi orang yang
menghindari kata-kata kejam: ia bukan orang yang mengulang
kata- kata di tempat mana pun apa yang telah ia mendengar di sini
dengan maksud menyebabkan perpecahan di sini, atau ia tidak
mengulang di sini tentang apa yang telah ia dengar di tempat lain
dengan maksud untuk menyebabkan perpecahan di sana; tapi ia
adalah orang yang mempersatukan kembali apa yang telah pecah,
mengusahakan persahabatan, menikmati persatuan, menyenangi
persatuan, gembira dengan persatuan, ia menjadi seorang
pembicara yang mengusahakan persatuan.
"Meninggalkankata-kata kasar, ia menjadi seorang yang
nenghindari berkata kasar, ia menjadi seorang pembicara kata-kata
yang bersih, enak didengar dan indah, bila dirasakan dalam hati, itu
adalah sopan, diinginkan dan disenangi oleh banyak orang."
523
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Meninggalkan gosip, ia menjadi orang yang menghindari
gosip: ia menjadi orang yang berbicara pada waktu yang tepat
tentang apa yang benar, berguna, dhamma, vinaya, ia menjadi
dengan kata-kata yang tepat, pantas diingat, masuk akal, terukur
dan berhubungan dengan kebaikan.
"Ia menghindari perbuatan merusak biji-bijian dan tanaman."
"Ia menghindari perbuatan untuk makan lewat tengah hari
tidak makan pada sore dan malam hari."
"Ia menghindari berdansa, menyanyi, bermain musik dan
melihat pertunjukkan."
"Ia menghindari memakai karangan bunga, wangi-wangian dan
bahan rias."
"Ia menghindari memakai tempat tidur yang lebar dan tinggi."
"Ia menghindari menerima emas dan perak."
"Ia menghindari menerima jagung mentah."
"Ia menghindari menerima daging mentah."
"Ia menghindari menerima wanita dan gadis"
"Ia menghindari menerima wanita dan laki-laki yang sudah
punya ikatan."
"Ia menghindari menerima kambing dan domba."
524
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Ia menghindari menerima ayam dan babi."
"Ia menghindari menerima gajah, ternak, kuda."
"Ia menghindari menerima tanah dan sawah."
"Ia menghindari menjadi pesuruh."
"Ia menghindari membeli dan menjual."
"Ia menghindari penipuan timbangan, logam dan ukuran."
"Ia menghindari menipu, berbohong, mengakali dan
mempermain- kan."
"Ia menghindari melukai, membunuh, merampok, merampas
dan menganiaya."
"Ia menjadi orang yang puas dengan jubah yang menutupi
badannya, dengan makanan pindapata untuk mengisi perutnya:
kemana dia pergi ia membawa itu semua bersamanya. Seperti
burung yang terbang ke mana saja dengan sayapnya sendiri, begitu
pula ia menjadi orang yang puas dengan jubah yang menutupi
badannya, makanan pindapata untuk mengisi perutnya: ke mana
dia pergi ia membawa itu semua bersamanya."
"Dengan memiliki ariya sila, ia merasakan dalam dirinya
kebahagiaan yang tak tercela. Ia menjadi orang yang melihat
bentuk melalui matanya, menyadari tanpa bayangan dan
525
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
keistimewaan, bila ia membiarkan matanya tak terjaga, maka
akusala dhamma seperti keserakahan dan pikiran jahat akan
menyerangnya. Ia menjaga indera mata, ia menahan diri dengan
indera mata. Sewaktu mendengar dengan telinga .... sewaktu
mencium dengan hidungnya ... sewaktu mengecap dengan lidahnya
... sewaktu menyentuh dengan badannya ... sewaktu mengerti
Dhamma dengan pikirannya ... ia menahan diri dengan indera
pikiran. Dengan memiliki ariya sila, ia merasakan dalam dirinya
kebahagiaan yang tak tercela."
"Ia menjadi orang yang bertindak dengan kesadaran penuh
ketika bergerak ke depan dan ke belakang, ia bertindak dengan
kesadaran penuh ketika melihat dan menengok, ia bertindak
dengan kesadaran penuh ketika melentur dan merentang, ia
bertindak dengan kesadaran penuh ketika mengenakan pamsakula
civara, jubah dan patta, ia bertindak dengan kesadaran penuh
ketika makan, minum, mengunyah dan mengecap. Ia bertindak
dengan kesadaran penuh ketika buang air besar atau air kecil, ia
bertindak dengan kesadaran penuh ketika berjalan, berdiri, duduk,
bangun, bicara dan diam."
Dengan memiliki sila ariya, pengendalian indera (indriya-
samvara) ariya dan perhatian serta kesadaran penuh
(satisampajana) ariya, ia mengasingkan diri di tempat yang sepi --
526
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
di hutan, di bawah pohon, batu, jurang, gua gunung, tanah kuburan,
hutan sunyi, tempat terbuka dan tumpukan jerami. Setelah kembali
pindapata dan selesai makan, ia duduk bersila, menegakkan
tubuhnya dan memusatkan pikiran dengan kesadaran penuh.
Ia meninggalkan keserakahan duniawi (abhijjha loka), ia hidup
dengan pikiran yang bebas dari keserakahan, ia menyucikan pikiran
dari keserakahan. Ia meninggalkan kebencian dan dendam
(byapadapadosa), ia hidup tanpa pikiran membenci, mengharapkan
kesejahteraan semua makhluk, ia membebaskan pikiran dari benci
dan dendam. Ia meninggalkan kelesuaan dan rasa ngantuk
(thinamiddha); ia hidup tanpa kelesuan dan ngantuk, menyadari
sinar, berkesadaran penuh, ia membebaskan pikiran dari kelesuan
dan ngantuk. Ia meninggalkan rasa takut dan kekhawatiran
(uddhaccakukkucca), ia hidup tanpa rasa takut dan kekhawatiran, ia
membebaskan pikiran dari rasa takut dan cemas. Ia meninggalkan
keragu-raguan (vicikiccha), ia hidup tanpa keragu-raguan dan tidak
meragukan kusala dhamma, ia membebaskan pikiran dari keragu-
raguan.
"Setelah meninggalkan lima rintangan (panca nivarana),
pikiran kurang sempurna yang melemahkan kebijaksanaan, cukup
dapat menahan diri dari nafsu indera, dapat menjauhi diri dari
akusala dhamma, ia mencapai dan berada dalam Jhana I yang
527
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
diikuti oleh 'usaha pikiran untuk menangkap obyek' (vitakka) dan
'pikiran telah menangkap obyek' (vicara), kegiuran (piti),
kebahagiaan (sukha) yang muncul karena ketenangan (viveka).
"Ini disebut suatu jejak kaki dari seorang Tathagata, tanda
gesekkan dan goresan dari seorang Tathagata, tetapi berdasarkan
pada hal ini seorang siswa ariya (ariya savaka) belum dapat
menyatakan: "Sang Bhagava telah mencapai penerangan
sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan baik, Sangha telah
memasuki jalan yang baik."
"Selanjutnya, dengan menghilangkan vitakka dan vicara, ia
mencapai dan berada dalam Jhana II, ia memiliki keyakinan diri
dan pikiran terpusat (cetaso ekodibhava), tanpa vitakka dan
tanpa vicara, dengan piti dan sukha yang muncul karena viveka.
"Ini juga disebut suatu jejak kaki Sang Tathagata ...
"Selanjutnya, dengan menghilangkan piti, ia memiliki
keseimbangan batin (upekha), dengan kesadaran penuh
(sampajana) dan sukha, ia mencapai dan berada dalam Jhana III,
tetapi seorang ariya savaka menyatakan: "Ia hidup bahagia dengan
memiliki upekha dan perhatian (sati)."
"Ini juga disebut suatu jejak kaki Sang Tathagata ...
528
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Selanjutnya dengan meninggalkan kebahagiaan (sukha) dan
penderitaan (dukkha), dengan menghilangkan pikiran senang
maupun pikiran tidak senang, ia mencapai dan berada dalam Jhana
IV, yang tanpa sukha dan tanpa dukkha serta sati dan upekha yang
suci.
"Ini juga disebut suatu jejak dari kaki Sang Tathagata ...
"Ketika pikirannya yang terkonsentrasi, bersih, terang, tidak
bernoda, bebas dari kotoran batin, dapat dijinakkan, terlatih, kokoh,
dan mendapatkan ketenangan, ia mengarahkan dan
mencondongkan pikirannya kepada pengetahuan tentang
kehidupan- kehidupan yang lampau (pubbenivasanussatinana) ...
(seperti dalam sutta 4 para. 27) ... karenanya dengan pandangan
dan kemampuan yang tinggi ia mengingat bermacam-macam
kehidupan masa lampaunya."
"Ini juga disebut suatu jejak kaki Sang Tathagata ..."
"Ketika konsentrasi pikiran dimurnikan ....danmendapat
ketenangan, ia mengarahkan dan mencondongkan pikiran kepada
pengetahuan tentang timbul dan lenyapnya makhluk
(cutupapatanana) ... karena dengan mata dewanya yang bersih dan
melebihi kemampuan mata manusia, ia melihat ... bagaimana
529
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
makhluk-makhluk meninggal dan terlahir kembali sesuai dengan
karma mereka.
"Ini juga disebut jejak kaki Sang Tathagata, tanda gesekan dan
goresan seorang Tathagata, tetapi berdasarkan pada hal ini
seorang ariya savaka belum dapat menyatakan: "Sang Bhagava
telah mencapai penerangan sempurna, Dhamma telah dibabarkan
dengan baik. Sangha telah memasuki jalan yang baik."
"Ketika pikiran yang terkonsentrasi telah dimurnikan ... dan
mendapat ketenangan, ia mengarahkan dan mencondongkan
pikirannya pada pengetahuan melenyapkan kekotoran batin. Ia
mengerti sebagaimana apa adanya: "Inilah dukkha" ... (Uraian rinci
lihat Bhayabherava Sutta) .... Ia mengerti sebagaimana apa adanya:
Inilah jalan menuju penghentian Dukkha."
"Ini juga disebut jejak kaki Sang Tathagata, tanda gesekan dan
goresan seorang Tathataga, tetapi berdasarkan pada hal ini
seorang ariya savaka belum dapat menyatakan: "Sang Bhagava
telah mencapai penerangan sempurna, Dhamma telah dibabarkan
dengan sempurna, Sangha telah memasuki jalan yang baik."
"Mengetahui hal begitu, melihat hal begitu, batinnya terbebas
dari noda nafsu indera, noda perwujudan dan noda ketidaktahuan.
Ketika terbebas, muncul pengetahuan "Telah terbebas". Ia mengerti
530
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dengan jelas: "Kelahiran telah lenyap, kehidupan suci telah
dilaksanakan, apa yang harus dikerjakan telah dilakukan, tidak ada
yang melampauinya lagi."
"Ini juga disebut sebuah jejak kaki dari seorang Tathagata,
suatu tanda gesekan dan goresan dari seorang Tathagata. Pada
tingkat ini, seorang siswa ariya dapat menyatakan: "Sang Bhagava
telah mencapai penerangan sempurna, Dhamma telah dibabarkan
dengan baik, Sangha telah memasuki jalan yang baik."
"Brahmana, sampai pada bagian ini, "perumpamaan tentang
jejak kaki gajah" (Hattthipadapama) telah selesai diterangkan
secara rinci."
Ketika hal ini selesai diuraikan, Brahmana Janussoni berkata:
"Luar biasa, Gotama! Luar biasa, Gotama! Dhamma telah dijelaskan
dengan banyak cara oleh Gotama. Sama seperti menegakkan yang
roboh, memperlihatkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan
benar kepada yang tersesat, atau memberikan cahaya dalam
kegelapan agar orang lain dapat melihat. Saya menyatakan
berlindung pada Gotama, Dhamma dan Sangha. Sejak hari ini,
semoga Gotama mengingat bahwa saya telah menyatakan
berlindung kepada-Nya."
531
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
MAHAHATTHIPADOPAMA SUTTA
(28)
1. Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana,
taman milik Anathapindika, Savatthi. Di tempat itu Bhikkhu
Sariputta berkata kepada para bhikkhu: "Avuso."
"Ya, Avuso." jawab mereka.
Selanjutnya, Bhikkhu Sariputta berkata:
2. "Para avuso, seperti halnya jejak kaki semua makhluk hidup
yang berjalan dapat dimasukan ke dalam jejak kaki gajah,
karena dianggap jejak kaki gajah adalah yang terbesar di
antara semuanya, demikian juga Dhamma-dhamma yang
532
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menguntungkan, mereka semua dapat dimasukan ke dalam
Empat Kesunyataan Mulia. Ke dalam empat hal apakah?
3. "Ke dalam Kesunyataan Mulia tentang adanya Dukkha, ke
dalam Kesunyataan Mulia tentang asal mula dukkha, ke
dalam Kesunyataan mulia tentang terhentinya Dukkha dan ke
dalam Kesunyataan Mulia tentang Jalan Menuju Terhentinya
Dukkha."
4. "Apakah Kesunyataan Mulia tentang adanya Dukkha?
Kelahiran adalah Dukkha, umur tua adalah Dukkha, kematian
adalah Dukkha; penderitaan dan penyesalan, sakit, kesedihan
dan putus asa adalah Dukkha; tidak mendapatkan suatu yang
di inginkan adalah Dukkha; pendeknya lima kelompok yang
terpengaruh oleh kemelekatan adalah Dukkha.
5. "Dan apakah lima kelompok yang terpengaruh oleh
kemelekatan? Mereka adalah kelompok bentuk yang
terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok perasaan yang
terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok pencerapan yang
terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok bentuk pikiran yang
terpengaruh oleh kemelekatan dan kelompok kesadaran yang
terpengaruh oleh kemelekatan."
533
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
6. "Apakah kelompok bentuk yang terpengaruh oleh
kemelekatan? Itu adalah empat unsur dasar utama dan setiap
bentuk yang ditimbulkannya."
7. "Apakah empat unsur dasar utama itu? Mereka adalah unsur
tanah, unsur air , unsur api dan unsur udara."
( T A N A H )
8. "Apakah unsur tanah itu? Unsur tanah dapat merupakan suatu
yang berada di dalam atau di luar seseorang."
"Apakah unsur tanah yang berada di dalam diri seseorang?
Apapun yang terdapat dalam diri seseorang, milik seseorang,
yang berbentuk padat, dapat dipadatkan dan melekat
padanya, misalnya, rambut kepala, bulu badan, kuku-kuku,
gigi-gigi, daging, otot- otot, tulang-tulang, tulang rawan,
jantung, ginjal, lever, isi perut, limpa, paru-paru, usus, batas
rongga perut dan dada, tenggorokan, kotoran, atau apa saja
yang ada pada seseorang, milik seseorang, yang berbentuk
padat, dapat dipadatkan dan melekat: ini disebut sebagai
unsur tanah dalam diri seseorang."
"Nah unsur tanah, baik yang berada di dalam atau di luar diri
seorang, secara singkat disebut unsur tanah. Hal ini harus
534
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dilihat dengan pengertian benar sebagaimana mestinya
sehingga: "Ini bukanlah milikku, ini bukanlah aku, ini bukanlah
kepunyaanku."
"Bila seseorang melihat hal ini dengan pengertian benar
sebagaimana mestinya, dia tidak akan terpengaruh dengan
emosinya terhadap unsur tanah ini, dia menghindarkan nafsu
terhadap unsur tanah ini dari pikirannya."
9. "Nah, ada kemungkinan unsur tanah yang berada di luar diri
seseorang terganggu sehingga unsur itu rusak."
10. "Walaupun unsur tanah diluar diri seseorang demikian besar,
hal ini dilukiskan sebagai suatu yang tidak kekal, suatu yang
dapat rusak, suatu yang dapat lenyap, suatu yang dapat
berubah, demikian halnya dengan tubuh ini, yang melekat oleh
nafsu dan berlangsung sementara? Tidak ada sesuatu yang
dapat dianggap sebagai "Aku" , "Milikku" atau "Adalah aku".
11. "Karenanya, (setelah melihat unsur ini sebagaimana mestinya)
bila orang lain menipu dan mengkritik dengan kasar, mengutuk
dan mengancam seorang bhikkhu, dia mengerti: "Perasaan
sakit dari telinga sedang muncul dalam diriku. Yang mana
bergantung dan bukanlah suatu yang bebas sifatnya.
Bergantung dengan apa? Bergantung dengan kontak. "
535
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Kemudian ia melihat bahwa kontak itu sendiri tidaklah kekal,
perasaan itu tidaklah kekal, pencerapan itu tidaklah kekal,
bentuk pikiran itu tidaklah kekal. Dan pikirannya yang sudah
menangkap obyek (bagian dari kelompok bentuk), membuat
suatu unsur pendukung, memasukinya (obyek pikiran yang
baru kini sudah kuat) dan mendapatkan kepercayaan,
kekuatan dan pendirian."
12. "Nah, bila orang lain menyerang bhikkhu itu dengan kepalan
tinju, bongkahan tanah, tongkat atau pisau secara tidak
diharapkan, tidak disengaja atau secara kebetulan, dia
mengerti: "Tubuh ini adalah suatu di mana kontak dengan
kepalan tinju, bongkahan tanah, tongkat dan pisau terjadi.
Tetapi ini telah dikatakan Sang Bhagava dalam percakapannya
tentang perumpamaan gergaji. Walaupun bandit-bandit
dengan buasnya memotong dahan-dahan kayu dengan
gergaji. seorang yang penuh dengan kebencian di dalam
hatinya tak akan dapat melaksanakan ajaranku.
Karenanya energi yang tak kenal lelah harus kubangkitkan dan
pikiran yang tenang tercipta, tubuhku akan tenang dan tidak
terpengaruh, pikiranku akan terkonsentrasi dan menyatu. Dan
sekarang biarlah kontak dengan tinju, bongkah tanah, tongkat
536
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dan pisau terjadi pada diriku. Karena ini adalah pesan Para
Buddha bagaimana menerima suatu hasil dari kamma."
13. "Bila seseorang mengingat Buddha, Dhamma dan Sangha,
ketenangan batin tidak muncul sebagai suatu dukungan yang
bermanfaat, lalu dia membangkitkan perasaan menekan
seperti ini: "Ini tak berarti bagiku, ini tak menguntungkan
bagiku, ini tak baik bagiku, ini buruk bagiku, jika aku
mengingat Buddha, Dhamma dan Sangha tapi ketenangan
batin tak timbul sebagai suatu hal yang bermafaat." Seperti
ketika seorang menantu perempuan memperhatikan mertua
laki-lakinya, ia mempunyai perasaan mengabdikan diri,
demikian juga , bila seorang Bhikkhu ... hal menguntungkan
dan berguna."
14. "Tetapi bila seorang Bhikkhu mengingat Buddha, Dhamma
dan Sangha sehingga ketenangan batin timbul sebagai
suatu dukungan yang bermanfaat, dia akan merasa puas.
Dalam hal ini, teman, banyak hal yang telah dilakukan oleh
bhikkhu tersebut."
( A I R )
537
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
15. "Apakah unsur air itu? Unsur air itu dapat berada di dalam
diri seseorang atau di luar diri seseorang."
"Apakah unsur air yang berada dalam diri seseorarng?"
"Apapun yang berada di dalam diri seseorang, milik seseorang,
berupa air, bersifat cair dan melekat, yaitu air empedu,lendir,
nanah, darah, keringat, gajih, air mata, minyak, air ludah,
dahak, minyak persendian, air seni, atau apa saja yang berada
di dalam diri seseorang, milik seseorang, yang berbentuk air,
bersifat cair dan melekat."
"Nah unsur air, baik yang berada di dalam atau di luar diri
seseorang, secara singkat disebut unsur air. Hal ini harus
dilihat dengan pengertian benar sebagaimana mestinya
sehingga: "Ini bukanlah milikku, ini bukanlah aku, ini bukanlah
kepunyaanku."
"Bila seseorang melihat hal ini dengan pengertian benar
sebagaimana mestinya, dia tidak akan terpengaruh dengan
emosinya terhadap unsur air ini, dia menghindarkan nafsu
terhadap unsur air ini dari pikirannya."
16. "Ada kemungkinan bahwa unsur air itu terganggu, ia akan
menghanyutkan desa, kota kecil, kota besar, wilayah dan suatu
propinsi. Ada kemungkinan air di samudra luas tenggelam
538
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
seratus league... dua ratus league... tujuh ratus league. Ada
kemungkinan air di samudra luas dalamnya setinggi tujuh
pohon palem, dalamnya setinggi enam pohon palem,... dua
pohon palem, hanya sebuah pohon palem. Ada kemungkinan
air di samudra dalamnya setinggi tujuh badan orang dewasa,
enam... hanya setinggi badan seorang dewasa. Ada
kemungkinan air di samudra setinggi setengah badan orang
dewasa, hanya setinggi pinggang, hanya setinggi dengkul,
hanya setinggi mata kaki. Ada kemungkinan air di samudra
tidak cukup untuk membasahi bahkan disentuh oleh tangan."
17. "Walaupun unsur air di luar diri seseorang, demikian besar,
hal ini dilukiskan sebagai suatu yang tidak kekal, suatu yang
dapat rusak, suatu yang dapat lenyap, suatu yang dapat
berubah, demikian pula dengan tubuh ini, yang melekat oleh
nafsu dan berlangsung sementara? Tidak ada sesuatu yang
dapat dianggap sebagai "Aku" , "Milikku" atau "Adalah aku".
18-21. "Karenanya, (setelah melihat unsur ini sebagaimana
mestinya) bila orang lain menipu... (ulang paragrap 11-14)...
banyak hal yang telah dilakukan oleh Bhikku tersebut."
( A P I )
539
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
22. "Apakah unsur api itu? Unsur api itu dapat berada di dalam
diri seseorang atau di luar diri seseorang."
"Apakah unsur api yang berada dalam diri seseorang?"
"Apapun yang berada di dalam diri seseorang, milik seseorang,
yang berupa api, bersifat api dan melekat, yaitu suatu yang
hangat, bertahan/berjangka waktu, dipakai, yang mana
dimakan, diminum, dikunyah, dan dikecap atau ditelan, atau
apa saja yang berada di dalam diri seseorang, milik seseorang,
yang berupa api, bersifat panas dan melekat: ini disebut unsur
di dalam diri seseorang."
"Nah unsur api, baik yang berada di dalam atau di luar diri
seorang secara singkat disebut unsur api. Hal ini harus dilihat
dengan pengertian benar sebagaimana mestinya sehingga:
"Ini bukanlah milikku, ini bukanlah aku, ini bukanlah
kepunyaanku."
"Bila seseorang melihat hal ini dengan pengertian benar
sebagaimana mestinya, dia tidak akan terpengaruh dengan
emosinya terhadap unsur api ini, dia melenyapkan nafsu
terhadap unsur api ini dari pikirannya."
23. "Ada kemungkinan unsur api di luar badan manusia ini
terganggu. Ia akan membakar habis sebuah desa, kota kecil,
540
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kota besar, wilayah atau propinsi dan negara. Api membakar
rumput hijau atau sebuah batu atau sebuah jalan, air atau
udara terbuka, hanya untuk memcari bahan bakar. Bahkan ada
kemungkinan orang akan membuat api dengan cakar ayam
atau tulang ikan."
24. "Walaupun unsur api di luar diri seseorang, demikian besar,
hal ini dilukiskan sebagai suatu yang tidak kekal, suatu yang
dapat rusak, suatu yang dapat lenyap, suatu yang dapat
berubah, demikian halnya dengan tubuh ini, yang melekat oleh
nafsu dan berlangsung sementara? Tidak ada sesuatu yang
dapat dianggap sebagai "Aku" , "Milikku" atau "Adalah aku".
25-28. "Karenanya, (setelah melihat unsur ini sebagaimana
mestinya) bila orang lain menipu... (ulang paragrap 11-14)...
banyak hal yang telah dilakukan oleh Bhikku tersebut."
( U D A R A )
29. "Apakah unsur udara itu? Unsur udara itu dapat berada di
dalam diri seseorang atau di luar diri seseorang."
"Apakah unsur udara yang berada dalam diri seseorang?"
"Apapun yang berada di dalam diri seseorang, milik seseorang,
berupa udara, bersifat udara dan melekat, yaitu tekanan udara
541
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
yang naik, tekanan udara yang menurun, tekanan udara di
dalam perut, tekanan udara dalam usus, tekanan udara yang
tersebar di semua anggota tubuh, dalam nafas, atau apa saja
yang berada di dalam diri seorang, milik seseorang, yang
berupa udara, bersifat udara dan melekat: ini yang disebut
dengan unsur udara yang berada di dalam diri seseorang".
"Nah unsur udara, baik yang berada di dalam atau di luar diri
seorang, secara singkat disebut unsur udara. Hal ini harus
dilihat dengan pengertian benar sebagaimana mestinya
sehingga: "Ini bukanlah milikku, ini bukanlah aku, ini bukanlah
kepunyaanku.'
"Bila seseorang melihat hal ini dengan pengertian benar
sebagaimana mestinya, dia tidak akan terpengaruh dengan
emosinya terhadap unsur api ini, dia menghindarkan nafsu
terhadap unsur udara ini dari pikirannya."
30. "Ada kemungkinan unsur udara di luar badan manusia ini
terganggu. Ia akan menyapu habis sebuah desa, kota kecil,
kota besar, wilayah atau propinsi dan negara. Ada
kemungkinan pada masa akhir musim panas, ketika orang
mencari angin dengan kipas angin atau lobang angin bahkan
jalinan tali rumbai, tetapi tidak berputar".
542
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
31. "Walaupun unsur udara di luar diri seseorang, demikian besar,
hal ini dilukiskan sebagai suatu yang tidak kekal, suatu yang
dapat rusak, suatu yang dapat lenyap, suatu yang dapat
berubah, demikian halnya dengan tubuh ini, yang melekat oleh
nafsu dan berlangsung sementara? Tidak ada sesuatu yang
dapat dianggap sebagai "Aku" , "Milikku" atau "Adalah aku".
32-35. "Karenanya, (setelah melihat unsur ini sebagaimana
mestinya) bila orang lain menipu... (ulang paragrap 11-14)...
banyak hal yang telah dilakukan oleh Bhikku tersebut."
36. "Seperti sebuah ruangan ditutup oleh balok kayu, tanaman
dan tanah, maka timbulah istilah "rumah". Demikian juga
bila sebuah ruangan ditutup oleh tulang-tulang dan otot-otot,
daging dan kulit, sehingga timbullah istilah tubuh."
37. "Bila landasan mata seseorang masih sempurna tetapi tidak
ada bentuk luar yang memasuki pintu kesadarannya dan tidak
ada hubungan kesadaran yang semestinya, maka tidak ada
pembentukan pada tingkat kesadaran itu. Bila landasan mata
seseorang masih sempurna dan ada bentuk luar yang
memasuki pintu kesadarannya tetapi tidak ada hubungan
kesadaran yang semestinya, maka tidak ada pembentukan
pada tingkat kesadaran itu. Tetapi bila landasan mata
seseorang masih sempurna, kemudian ada bentuk luar yang
543
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
memasuki pintu kesadarannya dan adanya hubungan
kesadaran yang semestinya, maka terjadilah pembentukan
pada tingkat kesadaran itu. "
38. "Bentuk apapun yang demikian, termasuk kelompok bentuk
yang dipengaruhi kemelekatan. Perasaan apapun yang
demikian, termasuk kelompok perasaan dipengaruhi
kemelekatan. Pencerapan apapun yang demikian, termasuk
kelompok pencerapan yang dipengaruhi kemelekatan. Bentuk
pikiran apapun yang demikian, termasuk kelompok bentuk
pikiran yang dipengaruhi kemelekatan. Kesadaran apapun
yang demikian, termasuk kelompok kesadaran yang
dipengaruhi kemelekatan."
"Dia mengerti bagaimana hal ini dirangkum, dimasukan,
dikumpulkan ke dalam kelompok lima yang dipengaruhi oleh
kemelekatan ini. Sang Bhagava pernah mengatakan begini:
"Dia yang melihat asal mula ketergantungan melihat Dhamma:
Dia yang melihat Dhammma melihat asal mula
ketergantungan." Lima kelompok yang dipengaruhi
kemelekatan ini, timbul secara bergantungan. Keinginan untuk
memngandalkan, menyetujui atau menerima, lima kelompok
yang dipengaruhi oleh kemelekatan ini, adalah asal mula
penderitaan. Melenyapkan dan meninggalkan nafsu dan
544
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
keinginan untuk hal-hal tersebut adalah terhentinya
penderitaan. Sampai pada keadaan ini, telah banyak yang
dikerjakan oleh bhikkhu tersebut."
39-40. "Bila landasan telinga seseorang berfungsi dengan baik
tetapi tidak ada objek suara yang memasuki pintu
kesadarannya... (lihat paragrap 37-38)... telah banyak yang
dikerjakan oleh bhikkhu tersebut."
41-42. "Bila landasan hidung seseorang berfungsi dengan baik
tetapi tidak ada obyek bau yang memasuki pintu
kesadarannya... telah banyak yang dikerjakan oleh bhikkhu
tersebut."
43-44. "Bila landasan lidah seseorang berfungsi dengan baik tetapi
tidak ada obyek rasa yang memasuki pintu kesadarannya...
telah banyak yang dikerjakan oleh bhikkhu tersebut."
45-46. "Bila landasan tubuh seseorang berfungsi dengan baik tetapi
tidak ada obyek sentuhan yang memasuki pintu
kesadarannya... telah banyak yang dikerjakan oleh bhikkhu
tersebut."
47-48. "Bila pikiran seseorang berfungsi dengan baik tetapi tidak
ada obyek Dhamma yang memasuki pintu kesadarannya ...
telah banyak yang dikerjakan oleh bhikkhu tersebut."
545
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Inilah yang dikatakan oleh Bhikkhu Sariputta. Para bhikkhu merasa
puas dan bergembira dengan kata-kata beliau.
MAHASAROPAMASUTTA
(29)
Demikianlah yang saya dengar:
Suatu ketika Sang Bhagava berdiam di dekat Rajagaha di
puncak Gunung Burung Hering tidak lama setelah Devadatta pergi.
546
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Di sana Sang Bhagava berbicara pada para bhikkhu mengenai
Devadatta:
"Di sinilah, o para bhikkhu (2), beberapa pemuda telah
meninggalkan rumah dan keluarganya berdasarkan keyakinan dan
pemikiran: "Saya dicengkeram oleh kelahiran, usia tua, dan
kematian; oleh duka cita, kesedihan, penderitaan, ratapan, dan
putus asa. Saya dicengkeram oleh derita hebat, dilimpahi derita
hebat. Mungkin penghancuran seluruh derita hebat ini dapat
ditunjukkan." Karena itu ia pergi, mendapat keuntungan,
kemuliaan, dan kemasyuran. Karena keuntungan, kemuliaan, dan
kemasyuran, ia menjadi terpuaskan, tujuannya tercapai. Karena
keuntungan, kemuliaan, dan kemasyuran ini pula, ia
mengagungkan dirinya sendiri dan meremehkan orang lain, dengan
berkata: "Akulah si penerima dan menjadi terkenal, tetapi para
bhikkhu lain hanya tahu sedikit dan dihargai sedikit." Karena
keuntungan, kemuliaan, dan kemasyurannya ini, ia menjadi
gembira, malas, danterjatuh dalam kelembaman; menjadi malas,
lalu jatuh sakit. Para bhikkhu, hal ini dapat diibaratkan seperti
seseorang yang berjalan mengejar untuk menemukan dan mencari
intisari dari pohon yang besar, kokoh dan berbiji banyak, melewati
intisari itu sendiri, melewati kayu lunak, melewati kulit kayu,
melewati tunas muda, dan setelah memotong cabang dan
547
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dedaunan, mungkin akan membawa semuanya karena
menganggap bahwa semua itu adalah intisari. Seseorang yang
dapat 'melihat', setelah melihat dia, mungkin berkata:
"Sesungguhnya orang baik ini tidak tahu tentang intisari, dia tidak
tahu tentang karu lunak, dia tidak tahu tentang kulit kayu, dia tidak
tahu tentang tunas muda, dia tidak tahu tentang cabang dan
dedaunan. Pengetahuan orang baik ini tidaklah sebanyak
perjalannya dalam mengejar untuk menemukan dan mencari
intisari dari pohon yang besar, kokoh, dan berbiji banyak; melewati
intisari itu sendiri melewati kayu lunak, melewati kulit kayu,
melewati kulit kayu, melewati tunas muda, dan setelah menebang
cabang dan dedaunan, membawa semuanya karena menganggap
bahwa semua itu adalah intisari. Maka dia tidak akan mendapatkan
kebajikan yang seharusnya dapat diperoleh." Walaupun demikian, o
para bhikkhu, beberapa pemuda, setelah meninggalkan rumah
bermodalkan keyakinan, berpikir: "Saya dicengkeram oleh
kelahiran, usia tua, dan kematian; oleh duka cita, kesedihan,
penderitaan, ratapan, dan putus asa. Saya dicengkeram oleh derita
hebat, dilimpahi derita hebat. Mungkin penghancuran seluruh derita
hebat ini dapat ditunjukkan." Karena itu ia pergi, mendapat
keuntungan, kemuliaan, dan kemasyuran, ia terpuaskan, tujuannya
tercapai. Karena ketuntungan, kemuliaan, dan kemasyhuran itu
548
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pula, ia mengagungkan dirinya sendiri, dan meremehkan orang lain
dengan berpikir: "Akulah si penerima, tetapi para bhikkhu lain
hanya tahu sedikit, sehingga hanya dihargai sedikit." Karena
keuntungan, kemuliaan, dan kemasyurannya, ia menjadi gembira,
malas dan terjatuh dalam kelambanan; menjadi malas, lalu sakit.
Para bhikkhu, inilah yang disebut seorang bhikkhu yang berpegang
pada cabang dan dedaunan dari pohon Brahma karenanya ia gagal
mencapai Penerangan Sempurna.
Tetapi, o para bhikkhu, beberapa pemuda meninggalkan
rumah bermodalkan keyakinan, dan berpikir: "Saya dicengkeram
oleh kelahiran, usia tua, dan kematian: oleh duka cita, kesedihan,
penderitaan, ratapan, dan putus asa. Saya dicengkeram oleh derita
hebat, dilimpahi derita hebat. Mungkin penghancuran seluruh derita
hebat ini dapat ditunjukkan." Karena itu ia pergi, mendapat
keuntungan, kemulian, dan kemasyhuran. Tetapi dengan
keuntungan, kemuliaan, dan kemasyhuran ini, ia tidak terpuaskan,
tujuannya belum tercapai karena keuntungan, kemuliaan, dan
kemashyhuran ini, ia tidak mengagungkan dirinya sendiri, ia tidak
meremehkan orang lain. Karena keuntungan, kemuliaan, dan
kemasyhuran ini, ia tidak mengagungkan dirinya sendiri, ia tidak
meremehkan orang lain. Karena keuntungan, kemuliaan, dan
kemasyhuran, ia tidak menjadi gembira, tidak malas, dantidak
549
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
terjatuh dalam kelambaman. Bahkan denganrajin dan penuh
semangat, ia mencapai keberhasilan dalam sila. Karena
keberhasilannya dalam sila ini, ia terpuaskan, tujuannya tercapai.
Karena keberhasilan dalam sila ini, ia mengagungkan dirinya
sendiri, lalu meremehkan orang lain dengan berpikir: "Akulah
pemilik sila yang baik, berkareakter baik, tetapi para bhikkhu lain
memiliki sila yang buruk, bekarakter jelek." Karena keberhasilannya
dalam sila, ia menjadi gembria, malas, dan terjatuh dalam
kelambaman. Karena malas, ia menjadi sakit. Para bhikkhu, sama
halnya dengan seseorang yang berjalan mengejar untuk
menemukan dan mencari intisari dari pohon yang besar, kokoh, dan
berbiji banyak, yang melewati intisari itu sendiri ... kayu lunak ..
kulit kayu, dan setelah menganggap bahwa semua itu adalah
intisari. Seseorang yang dapat melihat, setelah melihat dia,
mungkin berkata: "Sesungguhnya orang baik ini tidak tahu tentang
intisari ... kayu lunak ... kulit kayu ... tunas-tunas muda.
Pengetahuannya tentang cabang dan dedaunan tidaklah sebanyak
perjalanannya dalam mengejar, menemukan, dan mencari intisari
dari pohon yang besar, kokoh, dan berbiji banyak; melewati kulit
kayu, dan setelah memotong tunas-tunas muda, ia membawa
semuanya karena menganggap bahwa semua itu adalah intisari.
Maka ia tidak akan mendapat kebajikan yang sebenarnya dapat
550
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
diperoleh." Namun demikian, o para bhikkhu, beberapa pemuda,
setelah meninggalkan rumah, berpikir: "... karena keberhasilan
kelambanan. Menjadi malas, lalu jatuh sakit. Para bhikkhu, inilah
yang disebut seorang bhikkhu yang berpegang pada tunas-tunas
muda dari pohon Brahma, karenanya ia gagal mencapai
Penerangan Sempurna.
Tetapi, para bhikkhu, beberapa pemuda yang meninggalkan
rumah bermodalkan keyakinan, berpikir: "Saya dicengkeram oleh
kelahiran, usia tua, dan kematian; oleh duka cita, kesedihan,
penderitaan, ratapan, dan putus asa. Saya dicengkeramkeram oleh
derita hebat, dilimpahi derita hebat. Mungkin penghancuran seluruh
derita hebat ini dapat ditunjukkan." Karena itu ia pergi dan
mendapat keuntungan, kemuliaan, dan kemasyhuran. Tetapi
dengan keuntungan, kemuliaan, kemashyuran ini, ia tidak menjadi
puas, tujuannya belum tercapai. Karena keuntungan, kemuliaan,
dan kemasyhuran ini, dia tidak mengagungkan dirinya sendiri, tidak
meremehkan orang lain. Karena keuntungan, kemuliaan,
dankemasyhuran ini, ia tidak menjadi gembira, tidak malas, dan
tidak terjatuh dalam kelambanan, bahkan ia menjadi semakin rajin
hingga mencapai konsentrasi. Karena keberhasilannya dalam
konsentrasi, ia mengagungkan dirinya sendiri dan meremehkan
orang lain dengan berkata: "Akulah orang yang terkonsentrasi,
551
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
sedangkan pikiran mereka mengembara." Karena keberhasilannya
dalam konsentrasi, ia menajdi gembria, malas, dan terjatuh dalam
kelambanan. Karena malas, ia jatuh sakit. Para bhikkhu, sama
halnya dengan seseorang yang berjalan mengejar untuk
menemukan dan mencari intisari dari pohon yang besar, kokoh, dan
berbiji banyak, yang meleati intisari itu sendiri, melewati kahu
lunak, dan setelah memotong kulit kayu, lalu membawa semuanya
karena menganggap bahwa itu adalah intisari. Seseoran gyang
dapata 'melihat', setelah melihat dia, meungkin berakta:
"Sesungguhnya orang baik ini tidak tahu tentang intisari ... kayu
lunak ... kulit kayu ... tunas-tunas muda. Pengetahuannya tentang
cabang dan dedaunan tidaklah sebanayk perjalannannya dalam
mengejar untuk menemukan dan mencari intisari itu sendiri,
melewati semuanya itu adalah intisari, maka ia tidak memperoleh
kebajikan bhikkhu, beberapa pemuda, setelah meninggalkan
rumah, berpikir ... karena keberhasilannya dalam konsentrasi, ia
menjadi gembira, malas, dan terjatuh dalam kelambaman. Karena
gembira, ia jatuh sakit. Para bhikkhu inilah ylang disebut seorang
bhikkhu yang berpegang pada kulit kayu dari pohon Brahama,
karenanya ia gagal mencapai Penerangan Sempurna.
Tetapi para bhikkhu, beberapa pemuda yang meninggalkan
rumah bermodalkan keyakinan, berpikir: "Saya dicengkeram oleh
552
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kelahiran, usia tua, dan kematian; oleh duka cita, kesedihan,
penderitaan, ratapan, dan putus asa. Saya dicengkeram oleh derita
hebat, dilimpahi derita hebat. Mungkin penghancuran seluruh derita
ini dapat ditunjukkan." Karena itu ia pergi dan mendapat
keuntungan, kemuliaan, dan kemashyuran. Tetapi dengan
keuntungan, kemuliaan, dan kemasyhuran, ia tidak terpuaskan,
tujuannya belum tercapai. Karena keuntungan, kemuliaan, dan
kemasyhuran, ia tidak mengagungkan dirinya sediri dan tidak
meremehkan orang lain. Karena keuntungan, kemuliaan, dan
kemasyhuran, ia tidak menjadi gembira, tidak malas, dan tidak
terjatuh dalam kelambanan. Bahkan ia menjadi rajin sehingga
mencapai sukses dalam sila. Karena keberhasilannya dalam sila, ia
menjadi puas, tapi tujuannya belum tercapai. Karena
keberhasilannya dalam sila, ia tidak mengagungkan dirinya sendiri,
tidak gembira, tidak malas, dan tidak terjatuh dalam kelambanan.
Karena rajin, akhirnya ia mencapai sukses dalam konsentrasi tidak
membuatnya mengaungkan dirinya sendiri, lalu meremehkan orang
lain. Karena keberhasilannya dalam konsentrasi, ia tidak menjadi
gembira, malas, dan terjatuh dalam kelambanan. Bahkan ia
menjadi rajin sehingga mencapai pengetahuan dan pandangan
terang. Karena pengetahuan dan pandangan terangnya ini, ia
menjadi puas, tujuannya tercapai, Karena penetahuan dan
553
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pandangan terangnya ini, ia menjadi puas, tujuannya tercapai.
Karena pengetahuan dan terangnya ini, ia mengagungkan dirinya
sendiri dan meremehkan orang lain, lalu berkata: "Akulah yang
mengetahui dan melihat, tetapi para bhikkhu lain tidak
mengetahui, tidak melihat." Karena pengetahuan dan pandangan
terangnya ini, ia menjadi gembira, malas, lalu terjatuh dalam
kelambaman. Karena malas, ia menjadi sakit. Para bhikkhu, sama
halnya dengan seseorang yang berjalan mengejar untuk
menemukan dan mencari intisari dari pohon yang besar, kokoh, dan
berbiji banyak; yang melewati intisari itu sendiri, memotong kayu
lunak, dan membawa semuanya karena menganggap bahwa
semuanya itu adalah intisari. Seseorang yang dapat melihat,
setelah melihat dia, mungkin berkata: "Sesungguhnya orang baik
ini tidak tahu tentang intisari ... kayu lunak ... kulit kayu ... tunas-
tunas muda. Pengetahuannya tentang cabang dan dedaunan
tidaklah sebanyak perjalannnya dalam mengejar untuk mendapat-
kan dan mencari intisari dari pohon yang besar kokoh, dan berbiji
banyak; melewati intisari itu sendiri, memotong kayu lunak,
membawa semuanya karena menganggap bahwa semua itu adalah
intisari. Maka itu ia tidak mendapatkan kebajikan yang seharusnya
dapat diperoleh." Meskipun demikian, o para bhikkhu, beberapa
pemuda yang meninggalkan rumah bermodalkan keyakinan,
554
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
berpikir ... karena pengetahuan dan penglihatannya, ia menjadi
gembira, malas, dan terjatuh dalam kelambanan. Menjadi malas,
lalu sakit, para kayu lunak dari pohon Brahma, karenaya ia gagal
mencapai Penerangan Sempurna.
Tetapi, para bhikkhu, beberapa pemuda yang meninggalkan
rumah bermodalkan keyakinan, akan berpikir: "Saya dicengkeram
oleh kelahiran keyakinan, akan berpikir: "Saya dicengkeram oleh
kelahiran, usia tua, dan kematian; oleh duka cita, kesedihan,
penderitaan, ratapan, dan putus asa. Saya dicengkeram oleh derita
hebat dilimpahi derita hebat. Mungkin penghancuran seluruh derita
hebat ini dapat ditunjukkan." Karena itu ia pergi, lalu mendapatkan
keuntungan, kemuliaan, dan kemasyuhran ini, ia tidak terpuaskan,
tujuannya belum tercapai. Karena keuntungan, kemuliaan, dan
kemasyhuran ini, ia tidak mengagungkan dirinya sendiri, tidak
meremehkan oran lain. Karena keuntungan, kemuliaan, dan
kemasyhuran, ia tidak gembira, tidak malas, tidak terjatuh dalam
kelambanan. Sebaliknya ia menjadi rajin sehingga mencapai
keberhasilan dalam sila. karena keberhasilannya dalam sila, ia
puas, tapi tujuannya belum tercapai. Karena keberhasilannya dalam
sila, ia tidak mengagungkan dirinya sendiri, tidak meremehkan
orang lain. Karena keberhasilannya dalam sila, ia tidak gembira,
tidak malas, dan tidak terjatuh dalam kelambanan. Sebaliknya ia
555
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
semakin rajin hingga memcapai keberhasilan dalam konsentrasi.
Karena keberhasilannya dalam konsentrasi, ia puas, tapi tujuannya
belum tercapai. Karena keberhasilannya dalam konsentrasi, , ia
puas, tapi tujuannya belum tercapai. Karena keberhasilannya dalam
konsentrasi, ia tidak mengagungkandirinya sendiri, tidak
meremehkan orang lain. Krena keberhasilannya dalam konsentrasi,
ia tidak gembira, tidak malas, dan tidak terjatuh dalam
kelambanan. Sebaliknya ia semakin rajin hingga memperoleh
pengetahun dan penglihatan. Karena pengetahuan dan
penglihatannya ini, ia terpuaskan, tapi tujuannya belum tercapai.
Karena pengetahuan dan penlihatannya ini, ia tidak mengagungkan
dirinya sendiri, tidak meremehkan orang lain. Dengan penetahuan
dean penglihatannya, ia tidak gembira, tidak masl, dan tidak
terjatuh dalam kelambanan. Sebaliknya ia menjadi rajin hingga
mencapai kebebasan berkenaan dengan waktu dari benda-benda
(8). Keadaan terjadi, o para bhikkhu, ketika bhikkhu ini
meninggalkan kebebasan tentang waktu benda-benda (9). Para
bhikkhu, sama halnya dengan seseorang yang berjalan mengejar
untuk menemukan dan mencari intisari dari pohon yang besar,
kokoh, dan berbiji banyak, dan setelah memotong intisari itu
sendiri, membawa semuanya, ia tahu bahwa semua itu adalah
intisari, mengetahui kayu lunak, mengetahui kulit kayu, mengetahui
556
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tunas-tunas muda, mengetahui cabang dan dedaunan sebanyak
perjalananannya dalam mengejar untuk menemukan dan mencari
intisari [197] dari pohon yang besar, kokoh, dan berbiji banyak.
Setelah memotong intisari, ia membawanya dan tahu bahwa itu
adalah intisari. Diperoleh nya kebajikan yang seharusnya didapat
dari intisari." Namun rumah bermodalkan keyakinan akan berpikir:
"Saya dicengkeram oleh kelahiran, usia tua, dan kematian; oleh
duka cita, kesedihan, penderitaan, rapatan, dan putus asa. Saya
dicengkeram oleh derita hebat, dilimpahi derita hebat. Mungkin
penghancuran seluruh derita hebat ini dapat ditunjukkan. Karena
itu ia maju terus hingga memperoleh keuntungan, kemuliaan, dan
kemasyhuran. Tetapi dengan keuntungan, kemuliaan, dan
kemasyhurannya ini, ia tidak terpuaskan, tujuannya belum tercapai.
Karena keuntungan, kemuliaan dan kemasyurannya ini, ia tidak
menjadi gembira, tidak malas, dan tidak terjatuh dalam
kelambaman. Sebaliknya ia semakin rajin hingga mencapai
keberhasilan dalam sila. Dengan keberhasilannya dalam sila, ia
puas, tapi tujuannya belum tercapai. Karena keberhasilan dalam
sila ini pula, ia tidak mengagungkan dirinya sendiri, tidak
meremehkan orang lain. Karena keberhasilannya dalam sila, ia
tidak gembira, tidak malas, dan tidak terjatuh dalam kelambaman.
Sebaliknya ia menjadi rajin hingga mencapai keberhasilan dalam
557
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
konsentrasi. Karena keberhasilannya dalam konsentrasi, ia puas,
tapi tujuannya belum tercapai. Dengan keberhasilannya dalam
konsentrasi, ia tidak mengagungkan dirinya sendiri, tidak
meremehkan orang lain. Karena keberhasilannya dalam
konsentrasi, ia tidak menjadi gembira, tidak malas, dan tidak
terjatuh dalam kelambanan. Sebaliknya ia semakin rajin hingga
mencapai pengetahuan dan pengelihatan. Dengan pengetahuan
dan penglihatan ini, ia puas, tapi tujuannya belum tercapai. Dengan
pengetahuan dan penglihatan ini, ia puas, tapi tujuannya belum
tercapai. Dengan pengetahuan dan penglihatannya, ia tidak
mengagungkan dirinya sendiri, tidak meremehkan orang lain.
Dengan pengetahuan dan penglihatannya, ia tidak gembira, tidak
malas, dan tidak terjatuh dalam kelambanan. Sebaliknya ia semakin
rajin hingga mencapai kebebasan atas benda-benda yang tidak
dibatasi waktu. Tidak mungkin, o para bhikkhu, tidak mungkin
dilampaui, seorang bhikkhu seharusnya meninggalkan kebebasan
terhadap benda-benda yang tidak terikat oleh waktu.
Karena itu, o para bhikkhu, pohon Brahma (10) bukanlah
dimanfaatkan untuk mengejar keuntungan, kemuliaan dan kemasy-
uran, bukan dimanfaatkan untuk mengejar sila, konsentrasi, dan
pengetahuan serta penglihatan. Itulah, o para bhikkhu, kebebasan
pikiran yang tidak tergoncangkan (11). Inilah, o para bhikkhu,
558
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tujuan (11) dari pohon Brahma, inilah intisari (11), inilah puncaknya
(11)."
Demikianlah khotbah Sang Bhagava! Sangat gembira, para
bhikkhu bergembira atas semua uraian Sang Bhagava ini.
CULASAROPAMA - SUTTA
( 30 )
1. Demikianlah telah saya dengar:
559
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana, di
taman milik Anathapindika, di Savatthi.
2. Kemudian Brahmana Pingalakoccha pergi menemui Sang
Bhagava, dan saling memberi salam, setelah saling menyapa
dengan sopan, ia duduk. Lalu ia berkata kepada Sang Bhagava:
"Samana Gotama, ada petapa-petapa dan para brahmana,
masing-masing dengan sanghanya, dengan kelompoknya,
memimpin sebuah kelompok, masing-masing seorang filsuf
yang terkenal dan dipandang oleh banyak orang sebagai orang
suci - yang saya maksudkan adalah Purana Kassapa, Makhali
Gosala, Ajita Kesakambali, Pakuddha Kaccayana, Sanjaya
Belatthiputta, dan Nigantha Nataputta - mereka semua
mempunyai pengetahuan seperti yang mereka nyatakan, atau
tak satu pun dari mereka yang mempunyai pengetahuan, di
antara mereka ada yang memiliki pengetahuan (abhinna) atau
ada yang tidak memiliki pengetahuan."
"Cukup, brahmana, apakah mereka semua mempunyai
pengetahuan seperti yang mereka katakan, tak satupun dari
mereka atau beberapa dari mereka, biarkanlah itu, saya akan
mengajarkan kamu dhamma, brahmana. Dengarkan dan
perhatikan dengan baik apa yang Saya katakan."
560
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Baik, Bhante," jawab Pingalakoccha. Selanjutnya Sang
Bhagava berkata:
3. "Misalnya, seseorang memerlukan bagian tengah kayu yang
keras, mencari bagian tengah kayu yang keras, berkelana
dalam pencarian bagian tengah kayu yang keras, lalu melihat
sebuah pohon besar yang mempunyai bagian tengah kayu
yang keras, melewati bagian tengah kayu yang keras dan
bagian yang basah, kulit dalam dan luarnya, ia memotong
ranting-ranting dan daun-daun, lalu membawanya dengan
berpikir bahwa itu adalah bagian tengah kayu yang keras;
kemudian seorang dengan penglihatan yang baik, melihatnya
untuk memperhatikan perbuatannya dan berkata: "Apa pun
yang akan dilakukan oleh orang ini dengan bagian tengah kayu
yang keras, maksudnya tidak akan terpenuhi.'"
4. "Misalnya, seseorang memerlukan bagian tengah kayu yang
keras, mencari bagian tengah kayu yang keras, berkelana
dalam pencarian bagian tengah kayu yang keras, lalu melihat
sebuah pohon besar yang mempunyai bagian tengah kayu
yang keras, melewati bagian tengah kayu yang keras dan
bagian yang basah, memotong kulit dalam dan luarnya, lalu
membawanya dengan berpikir bahwa itu adalah bagian tengah
kayu yang keras; kemudian seorang dengan penglihatan yang
561
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
baik, melihatnya untuk memperhatikan perbuatannya dan
berkata: "Apa pun yang akan dilakukan oleh orang ini dengan
bagian tengah kayu yang keras, maksudnya tidak akan
terpenuhi.'"
5. "Misalnya, seseorang memerlukan bagian tengah kayu yang
keras, mencari bagian tengah kayu yang keras, berkelana
dalam pencarian bagian tengah kayu yang keras, lalu melihat
sebuah pohon besar yang mempunyai bagian tengah kayu
yang keras, melewati bagian tengah kayu yang keras dan
bagian yang basah, memotong kulit dalamnya, lalu
membawanya dengan berpikir bahwa itu adalah bagian tengah
kayu yang keras; kemudian seorang dengan penglihatan yang
baik, melihatnya untuk memperhatikan perbuatannya dan
berkata: "Apa pun yang akan dilakukan oleh orang ini dengan
bagian tengah kayu yang keras, maksudnya tidak akan
terpenuhi.'"
6. "Misalnya, seseorang memerlukan bagian tengah kayu yang
keras, mencari bagian tengah kayu yang keras, berkelana
dalam pencarian bagian tengah kayu yang keras, lalu melihat
sebuah pohon besar yang mempunyai bagian tengah kayu
yang keras, melewati bagian tengah kayu yang keras dan
memotong bagian yang basah, lalu membawanya dengan
562
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
berpikir bahwa itu adalah bagian tengah kayu yang keras;
kemudian seorang dengan penglihatan yang baik, melihatnya
untuk memperhatikan perbuatannya dan berkata: "Apa pun
yang akan dilakukan oleh orang ini dengan bagian tengah kayu
yang keras, maksudnya tidak akan terpenuhi.'"
7. "Misalnya, seseorang memerlukan bagian tengah kayu yang
keras, mencari bagian tengah kayu yang keras, berkelana
dalam pencarian bagian tengah kayu yang keras lalu melihat
sebuah pohon besar yang mempunyai bagian tengah kayu
yang keras, ia memotong bagian tengah kayu yang keras, lalu
membawanya dengan berpikir bahwa itu adalah bagian tengah
kayu yang keras; kemudian seorang dengan penglihatan yang
baik, melihatnya untuk memperhatikan perbuatannya dan
berkata: "Apa pun yang akan dilakukan oleh orang ini dengan
bagian tengah kayu yang keras, maksudnya akan terpenuhi.'"
8. "Brahmana, demikian pula, ini beberapa orang karena
keyakinan, meninggalkan kehidupan duniawi menjadi tak
berumah-tangga, berpikir: "Saya adalah korban dari
kelahiran, lahir dan mati, dari kesedihan-kesedihan dan
dukacita, kesakitan, ratapan, dan keputusasaan. Saya adalah
korban penderitaan, mangsa dari penderitaan. Secara pasti
akhir dari seluruh penderitaan yang besar ini dapat diketahui"
563
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Jika ia melakukan, ia memperoleh hasil yang besar,
kehormatan dan kemasyuran. Dia senang dengan itu dan
keinginannya terpenuhi. Dengan catatan ia memuji dirinya
sendiri dan menghina orang lain yaitu: "Saya mempunyai hasil,
saya dikenal, tetapi bhikkhu-bhikkhu ini tidak diketahui, tanpa
catatan."
"Dengan begitu ia membangkitkan ketidakadaan keinginan
untuk melakukan tindakan, ia tidak melakukan usaha, untuk
merealisasi dhamma lain yang lebih tinggi daripada hasil yang
diperolehnya, kehormatan dan kemasyuran dan yang lebih
tinggi daripada itu."
"Saya mengatakan orang ini seperti seseorang memerlukan
bagian tengah kayu yang keras, mencari bagian tengah
kayu yang keras, berkelana dalam pencarian bagian tengah
kayu yang keras, lalu melihat sebuah pohon besar yang
mempunyai bagian tengah kayu yang keras, melewati bagian
tengah kayu yang keras dan bagian yang basah, memotong
kulit dalam dan luarnya, lalu membawanya dengan berpikir
bahwa itu adalah bagian tengah kayu yang keras, maka apa
pun yang akan dilakukan oleh orang ini dengan bagian tengah
kayu yang keras, maksudnya tidak akan terpenuhi.'"
564
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
9. Ada beberapa orang yang berdasarkan pada keyakinan
meninggal- kan pemuasan duniawi menjadi tak berumah-
tangga, berpikir: "Saya adalah korban dari kelahiran, lahir dan
mati, dan penderitaan dan ratapan, kesakitan, dukacita dan
keputusasaan. Saya adalah seorang korban penderitaan,
sasaran dari penderitaan. Secara pasti akhir dari seluruh
penderitaan yang besar ini dapat diketahui" Jika ia telah
melakukannya, ia memperoleh hasil yang besar, kehormatan
dan kemasyuran. Ia tidak senang dengan ini dan keinginannya
dipenuhi. Ia tidak memuji dirinya sendiri dan menghina orang
lain. Ia menimbulkan keinginan untuk melakukan dan
membuat usaha-usaha untuk menyadari dhama yang lain yang
lebih tinggi daripada hasil itu, kehormatan dan kemasyuran
dan lebih unggul daripada itu; ia tidak bergantung dan
menurun. Ia mencapai kebajikkan yang sempurna. Ia senang
dengan kebajikkan yang sempurna dan keinginannya
terpenuhi. Dengan catatan ia memuji dirinya sendiri dan
menghina orang lain: "Saya seorang yang saleh, mempunyai
sifat yang baik, tetapi bhikkhu-bhikkhu yang lain ini tidak saleh,
dan mempunyai kelakuan yang jahat." Maka ia membangkitkan
ketidak-inginan untuk melakukan tindakkan, ia tida berusaha
untuk merealisasi dhamma-dhamma lain yang tinggi daripada
565
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
konsentrasi yang sempurna, membuatnya bersifat masa
bodoh.
"Saya berkata bahwa orang ini seperti seorang memerlukan
bagian tengah kayu yang keras, mencari bagian tengah kayu
yang keras, berkelana dalam pencarian bagian tengah kayu
yang keras, lalu melihat sebuah pohon besar yang mempunyai
bagian tengah kayu yang keras, melewati bagian tengah kayu
yang keras dan bagian yang basah, memotong kulit dalamnya,
lalu membawanya dengan berpikir bahwa itu adalah bagian
tengah kayu yang keras; maka apa pun yang akan dilakukan
oleh orang ini dengan bagian tengah kayu yang keras,
maksudnya tidak akan terpenuhi.'"
10. Di sini beberapa orang karena keyakinan, meninggalkan
kehidupan duniawi menjadi tak berumah-tangga, berpikir:
"Saya korban dari kelahiran, lahir dan mati, kesedihan dan
ratapan, kesakitan, duka cita dan keputusasaan. Saya adalah
seorang korban penderitaan, mangsa dari penderitaan. Secara
pasti akhir dari seluruh penderitaan yang besar itu dapat
diketahui" Jika ia telah melakukannya, ia mendapatkan hasil
yang besar, kehormatan dan kemasyuran. Ia tidak senang
dengan itu dan keinginannya tidak terpenuhi. Ia tidak memuji
dirinya sendiri dan menghina orang lain. Ia mempunyai
566
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
keinginan untuk bertindak dan membuat usaha untuk
menyadari dhamma yang lain yang lebih tinggi dan unggul dari
itu. Ia tidak bergantung dan tidak merosot. ia mencapai
kebajikkan yang sempurna. Ia senang dengan itu, tetapi kein-
ginannya tidak terpenuhi. Ia tidak memuji diri sendiri dan
menghina orang lain. Ia ingin bertindak, dan membuat usaha,
untuk menyadari dhamma yang lain yang lebih tinggi dari
kebajikkan yang sempurna. Ia tidak bergantung dan merosot.
Ia mencapai konsentrasi yang sempurna. Ia senang dan
keinginannya terpenuhi. Berdasarkan hal itu ia memuji dirinya
sendiri dan menghina orang lain: "Saya berkonsentrasi, pikiran
saya terpusat, tetapi bhikkhu-bhikkhu ini tidak terkonsentrasi
dan pikiran mereka kacau." Maka ia membangkitkan ketidak-
inginan untuk berbuat, ia tidak berusaha untuk merealisasikan
dhamma-dhamma yang lebih tinggi daripada konsentrasi
sempurna, ia bersikap masah bodoh.
"Saya berkata orang ini seperti orang yang memerlukan
bagian tengah kayu yang keras, mencari bagian tengah kayu
yang keras, berkelana dalam pencarian bagian tengah kayu
yang keras, lalu melihat sebuah pohon besar yang mempunyai
bagian tengah kayu yang keras, melewati bagian tengah kayu
yang keras dan bagian yang basah, memotong kulit dalamnya,
567
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
lalu membawanya dengan berpikir bahwa itu adalah bagian
tengah kayu yang keras; maka apa pun yang akan dilakukan
oleh orang ini dengan bagian tengah kayu yang keras,
maksudnya tidak akan terpenuhi.'"
11. Di sini ada beberapa orang yang berdasarkan pada keyakinan,
meninggalkan kehidupan duniawi menjadi tak berumah-
tangga, berpikir: "Saya adalah korban dari kelahiran, lahir dan
mati, dari kesedihan dan ratapan, kesakitan, duka cita dan
keputusasaan. Saya adalah korban dari penderitaan, mangsa
dari penderitaan. Secara pasti akhir dari seluruh penderitaan
ini dapat diketahui" Jika ia telah melakukannya, ia memperoleh
hasil yang besar, kehormatan dan kemasyuran. Ia tidak senang
dengan ini dan keinginannya tidak dipenuhi. Dengan catatan,
ia tidak membanggakan dirinya sendiri dan menghina yang
lain. Ia mempunyai keinginan untuk bertindak, dan ia membuat
usaha, untuk menyadari dhamma yang lebih tinggi dari pada
hasil, kehormatan dan kemasyuran dan lebih unggul daripada
itu."
Ia tidak bergantung dan mengalami kemerosotan. Ia mencapai
kebajikkan yang sempurna. Ia senang dengan pencapaianya
itu, namun keinginannya belum terpenuhi. Berdasarkan hal itu
ia tidak membanggakan dirinya sendiri dan menghina orang
568
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
lain. Ia membangkitkan keinginan berbuat, berusaha untuk
merealisasi dhamma-dhamma yang lebih tinggi dari kebajikan
sempurna. Ia tidak bersikap masa bodoh. Ia mencapai
konsentrasi sempurna. Ia sedang senang dengan itu tetapi
keinginannya belum terpenuhi. Berdasarkan hal itu, ia tidak
memuji dirinya sendiri dan menghina orang lain. Ia
membangkitkan keinginan untuk berbuat, ia berusaha untuk
merealisasikan dhamma-dhamma yang lebih tinggi daripada
konsentrasi sempurna. Ia tidak masa bodoh. Ia mencapai
pengetahuan dan penglihatan (nanadassana). Ia senang
dengan hal itu dan keinginannya terpenuhi. Berdasarkan hal itu
ia memuji dirinya sendiri dan menghina orang lain: "Saya hidup
mengetahui dan melihat, tetapi bhikhu-bhikkhu ini hidup tanpa
mengetahui dan melihat." Maka ia membangkitkan ketidak-
inginan untuk berbuat, ia tidak berusaha untuk merealisasi
dhamma-dhamma lain yang lebih tinggi daripada pengetahuan
dan penglihatan. Ia bersikap masa bodoh.
"Saya berkata bahwa orang ini seperti seorang yang
memerlukan bagian tengah kayu yang keras, mencari bagian
tengah kayu yang keras, berkelana mencari bagian tengah
kayu yang keras melihat sebuah pohon yang mempunyai
bagian tengah kayu yang keras, dan melewati bagian tengah
569
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kayu yang keras, ia memotong bagian kayu yang basah dan
membawanya, berpikir bahwa itu adalah bagian tengah kayu
yang keras; maka apa pun yang ia lakukan dengan bagian
tengah kayu yang keras, maksudnya tidak akan terpenuhi.
12 Di sini ada beberapa orang yang berdasarkan keyakinan,
meninggalkan kehidupan duniawi menjadi hidup tak berumah-
tangga .... Ia mendapat hasil yang besar, kehormatan dan
pujian. Ia tidak senang dengan itu, keinginannya tidak
terpenuhi .... Ia memcapai kebajikan semourna. Ia senang
dengan itu, namun keinginannya belum terpenuhi .... Ia
mencapai pengetahuan dan penglihatan. Ia senang dengan itu
tetapi keinginannya belum terpenuhi. Berdasarkan hal itu ia
tidak memuji dirinya sendiri dan menghina orang lain. Ia
membangkitkan keinginan untuk berbuat, ia berusaha untuk
merealisasi dhamma-dhamma lain yang lebih tinggi daripada
pengetahuan dan penglihatan dan melebihi itu. Ia tidak masa
bodoh. Tetapi apakah dhamma-dhamma yang lebih tinggi
daripada pengetahuan dan penglihatan dan melebihi itu?
13. Brahmana, dalam hal ini, dengan menjauhi keingian nafsu,
jauh dari dhamma-dhamma yang tak bermanfaat, ia
mencapai dan berada dalam Jhana I, yang disertai vitakka dan
570
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
vicara, dengan kegiuran serta kebahagiaan yang dihasilkan
oleh ketenangan.
Inilah dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan
penglihatan.
14. Dengan melenyapkan vitakka dan vicara, ia mencapai dan
berada dalam Jhana II disertai keyakian diri, pikiran terpusat
dan kegiuran yang dihasikan oleh pemusatan pikiran.
Ini dhamma yang lebih tinggi daripada oengetahuan dan
penglihatan.
15. Selanjutnya, dengan melenyapkan kegiuran, ia seimbang, piki-
rannya terpusat dan sadar, dengan kebahagiaan tubuh, ia
mencapai dan berada dalam Jhana III, yang dinyatakan oleh
para Ariya sebagai: "Ia mencapai keadaan yang
menyenangkan karena memiliki keseimbangan dan pikiran
yang waspada sekali."
Ini dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan
penglihatan.
16. Kemudian, dengan menghilangkan kebahagian dan ketidak
senangan dari tubuh (sukha-dukkha) dan setelah terlebih
dahulu melenyapkan kegiuran dan kesedihan, ia mencapai dan
berada dalam Jhana IV dengan 'bukan sakit atau pun bukan
571
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kebahagiaan', kesadaran yang suci karena keseimbangan
(upekha).
Ini dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan
penglihatan.
17. Setelah dengan sempurna melampaui pencerapan jasmani
(rupasanna) dan lenyapnya pencerapan ketidaksenangan
(patighasanna, tanpa memperhatikan) pencerapan perbedaan
(nanatta-sanna), menyadari "ruang tanpa batas", ia mencapai
dan berada dalam 'keadaan ruang tanpa
batas'(akasanancayatana).
Ini dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan
penglihatan.
18. Setelah dengan sempurna melampaui 'keadaan ruang tanpa
batas', menyadari 'kesadaran tanpa batas', ia mencapai dan
berada dalam 'keadaan kesadaran tanpa
batas'(vinnanancayatana).
Ini dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan
penglihatan.
19. Setelah dengan sempurna melampaui 'keadaan kesadaran
tanpa batas, menyadari 'kekosongan', ia mencapai dan berada
dalam 'keadaan kekosongan' (akincannayatana).
572
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Ini dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan
penglihatan.
20. Setelah dengan sempurna melampaui 'keadaan kekosongan',
ia mencapai dan berada dalam 'keadaan bukan pencerapan
atau pun tidak bukan pencerapan' (n'evasanna
nasannayatana).
Ini dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan
penglihatan.
21. Setelah dengan sempurna melampaui 'keadaan bukan
pencerapan atau pun tidak bukan pencerapan', ia mencapai
dan berada dalam 'lenyapnya pencerapan dan perasaan'
(sannavedayitanirodha).
Semua kotoran batinnya (asava) lenyap oleh pengetahuan dan
penglihatan (nanadassana).
Ini dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan
penglihatan.
Inilah dhamma-dhamma yang lebih tinggi daripada
pengetahuan dan penglihatan.
22. Saya berkata orang ini seperti seorang yang memerlukan
bagian tengah kayu yang keras, mencari bagian tengah
kayu yang keras, berkelana dalam pencarian bagian tengah
573
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kayu yang keras, lalu melihat sebuah pohon besar yang
mempunyai bagian tengah kayu yang keras, ia memotong
bagian tengah kayu yang keras, lalu membawanya dengan
berpikir bahwa itu adalah bagian tengah kayu yang keras;
maka apa pun yang akan dilakukannya pada bagian tengah
kayu yang keras itu, maksudnya akan terpenuhi.
23. "Brahmana, hidup ini tidak mempunyai keuntungan, kehor-
matan dan kemasyuran tidak ada gunanya, tidak ada kebajikan
yang sempurna, atau konsentrasi yang sempurna, atau
pengetahuan dan khayalan. Tetapi tidak dapat disangkal
pembebasan pikiran merupakan tujuan dari kehidupan suci.
Inilah 'bagian tengah kayu yang keras'dan akhirnya.
Ketika ini dikatakan Brahmana Pingalakoccha berkata kepada Sang
Bhagava: "Menakjubkan, Samana Gotama! Menakjubkan ....! Mulai
hari ini semoga Samana Gotama menerima saya sebagai upasaka
yang telah berlindung kepada-Nya selama hidup."
574
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
MARAGOSINGA SUTTA
32
1. Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu waktu Sang Bhagava bersama-saina dengan para
bhikkhu thera yaitu: Sariputta, Maha Moggallana, Maha
Kassapa. Anuruddha Revata, Anandadan para bhikkhu thera
lainnya berada di hutan Sala Gosinga.
575
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
2. Diwaktu malam bhikkhu Maha Moggallana bangkit dari
meditasi, beliau menemui bhikkhu Maha - Kassapa dan berkata
kepadanya : "Avuso Kassapa, marilah kita pergi menemui
bhikkhu Sariputta untuk mendengarkan Dhamma. "Baiklah,
Avuso," jawab bhikkhu Kassapa. Lalu bhikkhu Maha
Moggallana,,bhikkhu Maha Kassapa dan bhikkhu Anuruddhu
menemui bhikkhu Sariputta untuk mendengarkan Dhamma.
3 . Bhikkhu Ananda melihat mereka sewaktu pergi menemui
bhikhhu. Sariputta untuk mendengarkan Dhamma. Ketika ia
melihat mereka, ia menemui bhikkhu Revata dan berkata
kepadanya: " Avuso Revata, bhikkhu Maha Moggallana dan
bhikkhu lainnya pergi menemui bhikkhu Sariputta untuk
mendengarkan Dhamma. Marilah kita juga pergi menemui
bhikkhu Sariputta untuk mendengarkan Dhanuna". "Baiklah,
Avuso", jawab bhikkhu Revata. Kemudian bhikkhu Revata dan
bhikkhu Ananda menemui bhikkhu Sariputta untuk
mendengarkan Dhanima.
4. Bhikkhu Sariputta melihat bhikkhu Revata dan bhikkhu Ananda
mendatangi. Ketika beliau melihatnya, beliau berkata kepada
bhikkhu Ananda:'Selamat datang Ananda, silahkan Ananda,
pengiring Sang Bhagava, yang selalu dekat dengan Sang
Bhagava. Avuso Ananda, Hutan pohon Sala Gosinga sangat
576
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
menyenangkan, malam disinari bulan, pohon-pohon Sala
semua bermekaran, semerbak dan wanginya seakanakan
memancarkan aroma surgawi: 'Bhikkhu yang bagaimanakah
yang akan memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon
Sala Gosinga'.
"Sariputta, dalam hal ini seorang bhikkhu setelah belajar
(mendengar) banyak, mengingat apa yang dipelajarinya,
merangkum apa yang telah dipelajari: berupa dhamma
yang sedemikian indah pada awal, pertengahan dan akhir,
dengan pengertian dan ungkapan (yang benar) sebagaimana
ditegaskan dalam kehidupan suci yang benar-benar
sempurna dan murni.
Dhamma seperti ini yang banyak dipelajari, diingatnya,
dirangkumnya secara lisan, dijaganya dengan pikiran,
diresapinya dengan baik oleh pandangan benar: ia
mengajarkan Dhamma kepada empat kelompok orang dengan
ungkapan-ungkapan dan suku-suku kata yang lengkap dan
tidak meragukan bagi lenyapnya kecenderungan-
kecenderungan (anusaya) yang laten. Bhikkhu seperti ini yang
akan memberikan penghargaan pada Hutan pohon Sala
Gosinga."
577
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
5. Setelah hal itu dikatakan, bhikkhu Sariputta berkata kepada
bhikkhu Revata; " Avuso Revata, bhikkhu Ananda telah
berbicara sebagaimana menurutnya. Sekarang kami
menanyakan kepada bhikkhu Revata: Hutan pohon Sala
Gosinga sangat menyenangkan, malam disinari bulan, pohon-
pohon Sala semua bermekaran, semerbak dan wanginya
seakanakan memancarkan aroma surgawi:"Bhikkhu yang
bagaimanakah yang akan memberikan penghargaan terhadap
Hutan pohon Sala Gosinga ?'.
'Sariputta, dalam hal ini, seorang bhikkhu berbahagia dalam
pengasingan diri, merasa bahagia dalam pengasingan diri,
mengabdikan dirinya pada ketenangan pikiran, tidak
melalaikan Jhana, memiliki pandangan terang, sering menyepi
di pondok-pondok meditasi, Bhikkhu seperti ini yang akan
memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon Sala
Gosinga.'
6. Ketika hal ini dikatakan, bhikkhu Sariputta berkata kepada
bhikkhu Anuruddha: "Avuso Anuruddha, bhikkhu Revata
telah berbicara sebagaimana menurut beliau. Sekarang kami
menanyakan kepada bhikkhu Anuruddha:'Avuso Anuruddha,
Hutan pohon Sala Gosinga sangat menyenangkan ...' bhikkhu
578
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
yang bagaimanakah yang akan memberikan penghargaan
terhadap Hutan pohon Sala Gosinga ?
"Sariputta, dalam hal ini, seorang bhikkhu me'ngamati alam
semesta dengan mata dewa (dibbacakkhu), yang suci dan
melampaui kemampuan mata manusia biasa. Sebagaimana
seseorang dengan mata (yang baik) sewaktu ia pergi ke teras
tingkat atas istana sehingga dapat mengamati seribu kerangka
roda: demikian juga, seorang bhikkhu mengainati seribu alam
dengan mata dewa, yang suci dan melampaui kemampuan
mata manusia biasa. Bhikkhu yang seperti ini akan
memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon Sala
Gosinga".
7. Ketika hal ini dikatakan, bhikkhu Sariputta berkata kepada
bhikkhu Maha Kassapa: "Avuso Kassapa, bhikkhu Anuruddha
telah berbicara sebagaimana menurut beliau. Sekarang kami
menanyakan kepada bhikkhu Maha Kassapa: " Avuso Maha
Kassapa, Hutan pohon Sala Gosinga, sangat menyenangkan...
bhikkhu yang bagaimanakah yang akan memberikan
penghargaan terhadap Hutan pohon Sala Gosinga ?"
"Sariputta, dalam hal ini seorang bhikkhu yang dirinya
sendiri berdiam di hutan dan menghargai kediaman di hutan,
ia sendiri makan dari pindapata dan menghargai makan dari
579
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pindapata, ia sendiri mengenakan jubah dari kain bekas
pembungkus mayat (pamsakulacavara) dan menghargai
pemakaian ticivara, ia sendiri memiliki keinginan yang sedikit
dan menghargai pemilikan keinginan yang sedikit, ia sendiri
selalu puas dan menghargai kepuasan, ia sendiri tenang dan
menghargai ketenangan, ia sendiri tidak terlihat (dalain
keramaian) dan menghargai ketidak terlibatan (dalam
keramaian), ia sendiri bersemangat dan menghargai semangat
(viriya), ia sendiri memiliki sila yang sempurna dan menghargai
sila sempurna, ia sendiri sempuma samadhinya dan
menghargai kesempurnaan samadhi, ia sendiri sempurna
kebijaksanaannnya (panna) dan menghargai kesempurnaan
kebijaksanaan, ia sendiri sempurna kesuciannya (vimutti) dan
menghargai kesempurnaan kesuciannya, pengetahuannnya
(nana) dan penglihatannnya (dassana), juga menghargai
kesempurnaan kesucian, pengetahuan dan penglihatan.
Bhikkhu seperti ini akan memberikan penghargaan pada Hutan
pohon Sala Gosinga.
8. Ketika hal ini dikatakan, bhikkhu Sariputta berkata kepada
bhikkhu Maha Moggallana: "Avuso Moggalana, bhikkhu Maha
Kassapa telah gagal berbicara sebagaimana menurut beliau.
Sekarang kami menanyakan kepada Avuso Moggallana: Hutan
580
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pohon Sala Gosinga, sangat menyenangkan... bhikkhu
bagaimanakah yang akan memberikan penghargaan terhadap
Hutan pohon Sala Gosinga ?"
"Sariputta, dalam hal ini, ada dua orang bhikkhu terlibat dalam
pembicaraan tentang Abhidhamma, mereka saling bertanya
satu sama lain, masing-masing yang ditanya oleh yang lainnya
menjawab tanpa merasa dipojokkan dan pembicaraan mereka
berlanjut sesuai dengan dhamma. Bhikkhu seperti ini yang
akan memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon Sala
Gosinga".
9. Ketika hal ini dikatakan, bhikkhu Maha Moggallana berkata
kepada bhikkhu sariputta: "Avuso Sariputta, kami semua telah
berbicara sebagaimana menurut kami masing-masing.
Sekarang kami menanyakan kepada bhikkhu Sariputta: 'Hutan
pohon sala Gosinga sangat menyenangkan, malam disinari
bulan, pohon-pohon Sala semua bermekaran, semerbak dan
wanginya seakan-akan memancarkan aroma surgawi ; Bhikkhu
yang bagaimanakah yang akan memberikan penghargaan
terhadap Hutan pohon Sala Gosinga?'
"Moggallana, dalam hal ini, scorang bhikkhu berkuasa atas
pikirannya sendiri, ia tidak membiarkan pikiran berkuasa atas
dirinya: dia menghayati di pagi hari penghayatan atau
581
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pencapaian apapun yang ingin dihayatinya di pagi hari: ia
menghayati di siang hari penghayatan atau pencapaian
apapun yang ingin dihayatinya di siang hari; ia menghayati di
sore hari penghayatan atau pencapaian apapun yang ingin
dihayatinya di sore hari. Misalkan seorang raja atau seorang
menterinya memiliki baju yang penuh variasi warna di bagian
dadanya, ia mengenakan di pagi hari setelah pakaian apapun
yang ingin dikenakannya, mengenakan di sore hari setelah
pakaian apapun dikenakannya,, demikian juga, seorang
bhikkhu berkuasa atas pikirannya, ia tidak membiarkan pikiran
berkuasa atas dirinya. Pencapaian apapun yang ingin
dihayatinya di sore hari. Bhikkhu seperti ini yang akan
memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon Sala
Gosinga'.
10. Kemudian Bhikkhu Sariputta berkata kepada para bhikkhu
tersebut: "Para Avuso, kita semua telah berbicara sebagaimana
menurut kita masing-masing. Marilah kita menghadap Sang
Bhagava dan menceritakan hal ini. Bila Sang Bhagava
menjawab, marilah kitamenghayatinya
"Baiklah, sahabat", jawab mereka.
Kemudian mereka pergi menghadap sang Bhagava, setelah
memberikan penghorinatan kepada-Nya, mereka duduk di
582
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tempat yang tersedia. Setelah itu, Bhikkhu Sariputta berkata
kepada sang Bhagava:
11. Bhante, Bhikkhu Revata dan Bhikkhu Ananda menemui saya
untuk mendengarkan Dhamma. Saya mehhat mereka
mendatangi, ketika saya melihat mereka, saya berkata kepada
Bhikkhu Ananda: "Datanglah Avuso Ananda, selamat datang
Avuso Ananda, pengiring Sang Bhagava yang selalu dekat
dengan Sang Bhagava. Avuso Ananda, Hutan pohon Sala
Gosinga sangat menyenangkan, malam disinari bulan, pohon-
pohon Sala semua bermekaran, dan semerbak wanginya
seakan-akan memancarkan aroma surgawi:bhikkhu yang
bagaimanakah yang akan memberikan penghargaan terhadap
Hutan pohon Sala Gosinga?'
Bhante, ketika hal ini dikatakan bhikkhu Ananda berkata
kepada saya:"Avuso Sariputta, seorang setelah belajar
banyak .... (seperti pada alinea 4) ... untuk lenyapnya
kecenderungan-kecenderungan (anusaya) laten. Bhikkhu
seperti ini yang akan memberikan penghargaan terhadap
Hutan pohon Sala Gosinga".
"Baik, baik Sariputta, Ananda mengatakan sebenamya
sebagaimana telah ia lakukan, karena ia telah belajar banyak
dan merangkum apa yang telah dipelajarinya: berupa dhamma
583
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
yang indah di awalnya, pada pertengahannya dan pada
akhimya dengan pengertian dan ungkapan (yang benar),
sebagaimana dianjurkan dalam kehidupan luhur yang benar-
benar sempurna dan suci, dhamma semacam ini telah banyak
ia pelajari, diingat, dirangkum secara lisan, diperiksa dengan
pikiran, dan ditembusinya secara baik dengan pandangan
(benar): dan ia mengajarkan Dhamma kepada empat kelompok
manusia dengan kalimat-kalimat dan kata-kata yang lengkap
dan tidak diragukan lagi demi lenyapnya kecenderungan-
kecenderungan (anusaya) laten".
12. "Bhante, ketika hal ini dikatakan, saya berkata kepada bhikkhu
Revata:'Avuso Revata ... (seperti disebut di
atas)...bagaimanakah bhikkhu yang memberikan penghargaan
terhadap Hutan pohon sala Gosinga ?" Bhante, ketika hal itu
dikatakan," bhikkhu Revata berkata demikian kepada saya:
'Sariputta, dalain hal ini seorang bhikkhu yang sedang dalain
pengasingan diri ...(seperti pada alinea 5)... Bhikkhu semacam
ini akan membri penghargaan terhadap Hutan pohon Sala
Gosinga".
"Baik, baik Sariputta. Revata berbicara sebenarnya
sebagaimana telah ia lakukan, karena ia senang dalam
pengasingan diri, merasa senang dalam pengasingan diri,
584
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mengabdikan dirinya terhadap ketenangan pikiran, tidak
melalaikan Jhana, diberkahi pandangan terang dan scorang
yang sering menetap ada pondok-pondok kosong.
13. "Bhante, ketika hal ini dikatakan saya berkata kepada Bhikkhu
Anuruddha : ... (seperti 'pada alinea 6) ... macam bikkhu
apakah yang memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon
Sala Gosinga ? Bhante, ketika hal itu dikatakan. Bhikkhu
Anuruddha berkata demikian kepada saya : "Sariputta, dalam
hal ini, seorang bhikkhu semacam ini akan memberikan
penghargaan terhadap Hotan pohon Sala Gosinga? "Bhante,
ketika hal itu dikatakan bhikkhu Anuruddha berkata demikian
kepada saya : "Sariputta, dalam hal ini, seorang bhikkhu
menyelidiki alam semesta ... (seperti pada alinea 6) ... Bikkhu
seperti ini yang akan memberikan penghargaan terhadap
Hutan pohon Sala Gosinga".
"Baik, baik Sariputta. Anuruddha berbicara sebenarnya
sebagaimana telah ia lakukan, karena Anuruddha menyelidiki
alam semesta dengan mata dewa (dibbackkhu)yang suci dan
melampaui kemampuan mata manusia biasa".
14. "Bhante, ketika hal ini dikatakan, saya berkata kepada bhikkhu
Maha Kassapa: 'Avuso Kassapa ... (seperti pada alinea 7) ...
Bagaimana bhikkhu yang memberikan penghargaan terhadap
585
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Hutan pohon Sala Gosinga? 'Bhante, ketika hal itu dikatakan,
bhikkhu Maha Kassapa berkata demikian kepada saya:
Sariputta, dalam hal ini, seorang bhikkhu merupakan penghuni
hutan ... (seperti pada alinea 7) ... Bhikkhu seperti ini yang
akan memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon Sala
Gosinga". "Baik, baik Sariputta. Kassapa berbicara
sebenarnya bagaimana telah ia lakukan, karena Kassapa
sendiri merupakan penghuni hutan dan seorang yang
menghargai kediaman di hutan .... ia sempurna dalain
pengetahuan dan pandangan tentang pembebasan".
15. "Bhante, ketika hal ini dikatakan, saya berkata kepada bhikkhu
Maha Moggallana: 'Avuso Moggallana ... (seperi pada
alinea 8) ... bhikkhu yang memberikan penghargaan terhadap
Hutan pohon Sala Gosinga? "Bhante, ketika hal itu dikatakan,
bhikkhu Maha Moggallana berkata demikian kepada saya:
"Sariputta, dalam hal ini, dua orang bhikkhu yang terlibat
sebuah pembicaraan tentang Abhidhamma ... (seperti pada
alinea 8) ... Bhikkhu seperti ini yang akan memberikan
penghargaan terhadap Hutan pohon Sala Gosinga". "Baik, baik
Sariputta. Moggallana berbicara sebenamya sebagaimana
telah ia lakukan, karena Moggallana adalah seorang yang
membicarakan Dhamma".
586
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
16. Ketika hal itu dikatakan. Bhikkhu Maha Moggallana berkata
kepada Sang Bhagava: "Bhante, kemudian saya berkata
kepada bhikkhu Sariputta: 'Avuso Sariputta ... (seperti pada
alinea 9) ... Bagaimana bhikkhu yang memberikan
penghargaan terhadap Hutan pohon Sala Gosinga?'
Bhante, ketika hal itu di katakan, bhikkhu Sariputta berkata
demikian kepada saya: 'Moggallana, dalam hal ini seorang
bhikkhu berkuasa atas pikirannya sendiri ... (seperti pada
alinea 9) ... bhikkhu seperti ini yang akan memberikan
penghargaan terhadap Hutan pohon Sala Gosinga. "Baik, baik
Moggallana.
"Baik, baik Moggallana. Sariputta berbicara sebenarnya
sebagaimana telah ia lakukan, karena Sariputta menguasai
pikirannya sendiri, ia tidak membiarkan pikirannya berkuasa
atas dirinya: ia menghayati di pagi hari; ia menghayati di siang
hari penghayatan atau pencapaian apapun yang ingin
dihayatinya di siang hari; ia menghayati di sore hari
panghayatan atau pencapaian apapun yang ingin dihayatinya
di sore hari'.
17. Ketika hal itu dikatakan. Bhikkhu Maha Moggallana berkata
kepada Sang Bhagava: "Siapakah yang telah berbicara dengan
baik?" "Sariputta, semua telah berbicara dengan baik, masing-
587
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
masing dengan caranya sendiri-sendiri. Dengarlah juga dariku
bagaimana bhikkhu yang memberikan penghargaan terhadap
Hutan pohon Sala Gosinga: 'Sariputta, dalam hal ini, setelah
seorang bhikkhu kembali diri pindapata dan selesai makan, ia
duduk, melipat kakinya bersilangan,ia mengembangkan
perhatian (sati) dirinya dan bertekad bahwa'saya tidak akan
berhenti sampai pikiran saya terbebas dari noda-noda batin
(asaya) karena timbulnya pengetahuan (nana). 'Bhikkhu
seperti ini yang akan memberikan penghargaan terhadap
Hutan pohon Sala Gosinga".
Itulah apa yang dikatakan oleh Sang,Bhagava. para bhikkhu merasa
puas dan mereka berbahagia karena kata-kata Sang Bhagava.
MAHAGOPALAKA SUTTA
33
588
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
1-- Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana,
taman niilik Anathapindika, Savathi. Disana beliau menyapa
"Para Bhikkhu".
"Ya, bhante", jawab mereka. Selanjutnya Sang Bhagava
berkata:
2-- "Para Bhikkhu, jika seorang pengembala memiliki 11 faktor, dia
tidak mampu membesarkan dan memelihara ternaknya. Apa
yang dimaksud dengan 11 faktor? Disini seorang pengembala
tidak mempunyai pengetahuan, kemampuan untuk bertindak,
dia gagal memilih mana yang baik mana yang buruk, dia gagal
menutupi kekurangannya, dia gagal menghilangkan nafsunya,
dia tidak mengetahui ladang subur, dia tidak tahu apa yang
diterimanya, batinnya gelap, dia tidak mampu mengendalikan
pikirannya, dia tidak mempunyai persediaan karma yang baik,
sebagai seorang pengembala dia tidak bisa memberikan
perlindungan yang dibutuhkan".
3-- Begitu juga jika seorang bhikkhu memiliki 11 sifat, dia tidak
sanggup berkembang dan melaksanakan sempurna Dhamma
serta disiplin. Disini seorang bhikkhu tidak mempunyai
589
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pengetahuan, kemampuan untuk bertindak, dia gagal memilih
mana yang baik dan mana yang buruk. Dia gagal menutupi
kekurangannya, dia gagal menghilangkan nafsunya, dia tidak
mengetahui ladang yang subur, dia tidak tahu apa yang
diterima, batin gelap, dia tidak mampu mengendalikan
pikirannya, dia tidak mempunyai persediaan karma baik,
sebagai seorang pengembala dia tidak bisa memberikan
perlindungan yang dibutuhkan ...
4-- Kenapa seorang bhikkhu tidak mempunyai pengetahuaan?
Seorang Bhikkhu tidak mengerti bentuk benda yang
sesungguhnya, "Semua jenis benda terdiri dari 4 unsur utama
dansemua bentuk di dapat dari 4 unsur utama". Inilah caranya
kenapa bhikkhu tidak mempunyai pengetahuan.
5-- Kenapa seorang bhikkhu tidak sanggup bertindak sendiri?
Seorang bhikkhu tidak mengerti apa itu karakter itu
sesungguhnya; orang yang bodoh dapat dilihat dari
tindakannya, orang yang bijaksana juga dapat dilihat dari
tindakannya.
6-- Kenapa seorang bhikkhu tidak dapat memilih mana yang baik
dan mana yang buruk? Ketika hawa nafsu muncul, seorang
bhikkhu tidak dapat mengendalikannya, ia tidak
melepaskannya, menghilangkannya, serta menghancurkannya.
590
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Ketika mara yang mengganggu Dhamma muncul, seorang
bhikkhu melawannya, ia tidak melepaskannya,
menghilangkannya, serta menghancurkannya.
7-- Kenapa seorang bhikkhu tidak mampu menutupi
kekurangannya? dengan melihat sendiri, seorang bhikkhu
memahami tanda-tanda dan ciri-ciri dimana ia tidak menjaga
panca inderanya, mara yang mengganggu dhamma, iri hati
dan kesedihan mungkin menggodanya, ia tidak berlatih untuk
mengendalikan diri, ia tidak menjaga panca inderanya, dengan
telinganya, hidungnya, dan memahami dirinya sendiri ia
memahami tanda-tanda dan ciri-ciri ia menjalankan
pengendalian pikirannya.
8-- Kenapa seorang bhikkhu gagal menghilangkan nafsunya?
Disini seorang bhikkhu tidak mengajarkan orang lain tentang
dhammna secara terperinci seperti yang didengarnya dan
dikuasainya.
9-- Kenapa seorang bhikkhu tidak tahu ladang yang subur?
Kadang-kadang seorang bhikkhu tidak pergi karena bhikkhu-
bhikkhu itu harus banyak belajar seperti yang disebut dalam
kitab, mengingat dhamma, serta kode-kode, dan ia tidak
meminta dan bertanya mengenai hal-hal tersebut: Bhante,
bagaimana ini?
591
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Apa artinya ini? Orang yang terhormat ini tidak
mengungkapkan apa yang harus diungkapkan, membuat
terang apa yang tidak terang, atau menghilangkan keraguan-
keraguannya tentang dhamma yang meragukan, itu mengapa
seorang bhikkhu tidak tahu ladang yang subur".
10-- Kenapa seorang bhikkhu tidak tahu apa yang diterimanya?
Ketika dhamma dan disiplin disebabkan oleh Tathagata sedang
diajarkan, seorang bhikkhu tidak mendapatkan pengalaman
tentang dhamma dia tidak menemukan kebahagiaan dalam
dhamma.
Itulah mengapa seorang bhikkhu tidak tahu apa yang
diterimanya.
11-- Kenapa seorang bhikkhu tidak tahu jalan yang benar? Seorang
bhikkhu tidak mengerti jalan yang benar.
12-- Kenapa seorang bhikkhu tidak dapat membimbing? Seorang
bhikkhu tidak mengerti kesadaran yang sebenarnya.
13-- Kenapa seorang bhikkhu tidak mempunyai apa-apa? Seorang
pemilik rumah mengundang seorang bhikkhu yang memakai
jubah, memberikan makanan, tempat untuk istirahat, dan obat-
obatan untuk menyembuhkan penyakit, dapat dipakai
sebanyak yang diinginkannya. Bhikkhu itu tidak tahu berapa
592
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
banyak yang ia terima. Itulah mengapa bhikkhu tidak
mempunyai apa-apa.
14-- Kenapa seorang bhikkhu tidak membuat saran-saran kepada
bhikkhu yang lebih tua yang mempunyai pengetahuan banyak,
yang merupakan pemimpin Sangha ? Seorang bhikkhu tidak
bertahan dalam masyarakat dan pribadi bhikkhu-bhikkhu yang
lebih tua yang mempunyai cinta kasih dalam perkataan dan
pikirannya.
"Ketika seorang bhikkhu diberkati oleh 11 dhamma, ia tidak
sanggup tumbuh, menambah Dhamma ini dan disiplinnya.
15. Bhikkhu jika seorang gembala diberkati dengan 11 unsur, ia
sanggup memperbanyak dan menjaga ternaknya. Apa yang
dimaksud dengan 11 unsur seorang gembala mempunyai
pengetahuan, ia mampu membentuk kepribadiannya, ia dapat
memilih mana yang baik dan mana yang buruk, ia dapat
menutupi kekurangannya, ia dapat memadamkan nafsunya, ia
tahu ladang yang subur, ia tahu apa yang diterimanya, ia tahu
jalan yang benar, ia mempunyai kelebihan, dan ia memberikan
saran-saran kepada pembimbing yang juga merupakan
ayahnya.
593
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
16. Begitu juga jika seorang bhikkhu diberkati dengan dhamma, ia
mampu berkembang menambah pengetahuannya tentang
dhamma dan disiplin.
Apa yang dimaksud dengan 11 dhamma itu ? di sini seorang
bhikkhu mempunyai kemampuan, ia mempunyai kepribadian,
ia dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk ia
dapat menutupi kekurangnnya, ia dapat memadamkan
nafsunya, ia tahu jalan yang benar, ia mempunyai kemampuan
untuk membimbing, sebagai seorang pembimbing ia
mempunyai pengetahuan yang cukup dan ia dapat
memberikan saran-saran kepada anggota-anggota sangha
yang lebih tua yang merupakan pembimbingnya.
17-- Bagaimana seorang bhikkhu mempunyai pengetahuan ? Di sini
seorang bhikkhu mengerti apa itu pengetahuan yang
sesungguhnya; semua bentuk benda terdiri dari 4 unsur utama
dan semua bentuk itu didapat dari 4 unsur utama.
18-- Bagaimana seorang bhikkhu mempunyai kepribadian ? Di sini
seorang bhikkhu mengerti apa itu kepribadian yang
sesungguhnya; seorang yang bodoh dapat dilihat dari
perbuatannya demikian pula dengan orang yang bijaksana.
594
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
19-- Kenapa seorang bhikkhu dapat memilih mana yang baik dan
mana yang buruk ? Ketika nafsunya muncul ia dapat
melawannya, ketika dendam dan kebencian muncul ia dapat
menghilangkannya demikian pula ketika mara muncul ia dapat
melenyapkannya.
Bagaimana seorang bhikkhu dapat menutupi kekurangannya ?
Jika seorang bhikkhu tidak memahami bentuk-bentuk dan ciri-
ciri pandangan yang salah di mana ia tidak menjaga panca
inderanya, marah, iri hati dan kebencian akan menggodanya,
dia berlatih untuk mengendalikannya, dia menjaga panca
inderanya, dengan pendengarannya, dengan penciumannya,
dengan perasaannnya dengan memahami kenyataan yang
sebenarnya, dan kesadarannya akan dhamma ia dapat
menutupi kekurangannya.
Bagaimana seorang bhikkhu menghilangkan hawa nafsu ? Di
sini seorang bhikkhu mengajarkan dhamma secara terperinci
yang telah dipelajari dan dikuasainya.
Bagaimana seorang bhikkhu dapat mengetahui ladang yang
subur ? Di sini seorang bhikkhu kadang-kadang harus pergi ke
suatu tempat untuk belajar sebanyak-banyaknya seperti yang
dikatakan dalam kitab. Mengingat Dhamma, disiplin serta
tanda-tanda dan memberikan pertanyaan mengenai mereka
595
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
sebagai berikut : "Bagaimana ini, yang mulia apa artinya
semua ini ? Orang yang terpuji itu mengungkapkan apa yang
tidak terungkap dan membuat jelas apa yang tidak jelas,
menghilangkan keraguan mengenai bermacarn-macam
dhamma". Bagaimana seorang bhikkhu tahu apa yang
diterimanya ? Di sini jika dhamma dan disiplin yang dibabarkan
oleh seorang Tathagata tengah diajari seorang bhikkhu
mendapatkan pengalamannya, mengenai dhamma dan ia
menemukan kebahagiaannya.
24-- Bagaimana seorang bhikkhu tahu akan jalan kebenaran ? Di
sini seorang bhikkhu mengerti 4 satipatthana yang
sesungguhnya
25-- Bagaimana seorang bhikkhu mampu membimbing umatnya?
Disini', seorang bhikkhu mengerti 4 satipatthana yang
sesungguhnya.
26-- Bagaimana seorang bhikkhu dapat mempunyai sesuatu ? Di
sini seorang pemilik rumah yang setia mengundangnya
makan, jubah serta tempat bernaung dan obat-obatan.
Bhikkhu itu tahu berapa banyak yang diterimanya.
27-- "Bagaimana seorang bhikkhu membuat saran kepada bhikkhu
tua yang mempunyai pengetahuan yang luas yang merupaka
596
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pembimbingnya ? Di sini bhikkhu dapat mempertahankan
depan umum dan secara pribadi terhadap bhikkhu yang lebi
mempunyai cinta kasih yang tinggi baik dalam perkataann]
perbuatannya.
“… jika seorang bhikkhu diberkati 11 dhamma, dia mampu
tumbo menambah pengetahuannya dalam dhamma dan
disiplin " Itulah yang dikatakan oleh yang terhormat. Bhikkhu
ini memuaskan dan mereko ; sedang diberkati oleh kata-kata
yang bijaksana.
SUTTA CULAGOPALAKA
Pendahuluan
Seperti sutta 33, Sutta ini juga memperkenalkan kiasan
mengenai penggembala cakap/mampu/tangkap dan tidak cakap
tetapi mereka ini dipakai pada persoalan subyek yang berbeda.
Seorang penggembala (sapi) yang tidak cakap dibandingkan
dengan guru-guru agama yang tidak trampil didalam dunia ini
(karena mereka tidak tahu mengajar orang-orang hidup dengan
penuh kedamaian, begitu juga guru lainnya karena mereka memilik
597
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kebahagiaan sendiri); dunia yang akan datang ( tidak mengetahui
tindakan apa yang dianjurkan untuk mencapai kelahiran kembali
yang baik, atau memegang pandangan penghancur lainnya yang
menyatakan tidak ada kehidupan berikutnya); yang menjadi milik
Mara (seluruh dunia diliputi oleh keinginan dan hawa nafsu,
sekalipun surga rasa keinginan atau buah atas dari keinginan itu
menjadi milik Mara); apa saja yang bukan milik Mara (adalah dunia
yang berupa atau tanpa rupa yang berada diluar jangkauan Mara;
dasar mereka bukan keinginan rasa melainkan Jhana); yang
menjadi milik Maut ( segala sesuatu yang berkondisi akan hancur,
berantakan, mati, dan sebagainya); apa saja yang bukan milik Maut
(keadaan tanpa kondisi, Nibbana, atau tanpa kematian). Seorang
guru yang tidak mengetahui cara membedakan hal-hal ini karena
benaknya masih bingung, akan membimbing pengikutnya menuju
ketidak-bahagiaan dan penderitaan. Sebaliknya seorang
penggembala yang trampil mengetahui semua dunia jadi dapat
membawa seluruh gembalaannya melintasi Sungai Gangga.
Gembala yang dibawanya melintasi sungai (pencemaran) termasuk
banteng (para Arahat), ternak yang kuat (Anagami - yang tidak
kembali kedunia), sapi-sapi muda (Sakadagami - yang lahir sekali
lagi) dan ternak yang lemah (Sotapanna - pelawan arus), dan anak
sapi lembut yang baru lahir (mereka yang mahir dalam Dhamma,
598
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
penuh keyakinan dalam Dhamma). Sang Buddha menyatakan
bahwa dia adalah orang yang trampil dalam pengetahuan
mengenai hal-hal diatas dan sebab itu dialah yang dapat
membimbing pengikutnya menuju kesejahteraan dan kebahagiaan.
Sutta (34)
599
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
CULA GOPALAKA SUTTA
( 34 )
1. Demikianlah telah saya dengar:
Pada suatu saat Sang Bhagava sedang tinggal di negeri
Vajjian di Ukkacela di tepi Sungai Gangga. Di sana Beliau
memanggil para bhikkhu demikian: "Para Bhikkhu".
"Yang mulia," mereka menjawab. Sang Bhagava berkata
sebagai berikut:
2. "Para bhikkhu, pernah ada seorang penggembala Nagadha
yang sejak lahir kurang mengerti dan di akhir bulan Musim
Hujan, di waktu Musim Gugur, ia mengabaikan untuk
memeriksa dekat pinggir Sungai Gangga atau di daerah pantai
seberang, ia menggembalakan ternaknya ke tempat yang tidak
ada arungan untuk diseberangi, untuk menuju pantai seberang
lainnya di negeri Videhan. Kemudian ternak itu berkumpul
bersama-sama di tengah arus dalam Sungai Gangga, dan
ternak-ternak itu mendapat bencana. Mengapa demikian?
Karena penggembala Magadha yang membawanya kurang
pengetahuan dan di waktu akhir bulan Musim Hujan, di Musim
Gugur, mengabaikan untuk memeriksa dekat pantai Sungai
600
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Gangga atau pantai seberangnya, ia menggembalakan
ternaknya ke tempat tidak ada arungan untuk dilintasi menuju
pantai seberang lainnya di negeri Videhan."
3. "Begitu juga, bila para bhikkhu atau brahmana yang tidak
trampil dalam dunia ini dan dunia lainnya, tidak trampil yang
menjadi milik Mara dan apa yang bukan miliknya, dan tidak
trampil menjadi milik Maut dan apa yang bukan miliknya, hal
itu akan lama karena ketidak bahagiaan dan penderitaan dari
orang-orang (mereka) yang akan memahami penderitaan itu
karena cocok untuk didengar dan cocok untuk menaruh
kepercayaan di dalamnya.
4. "Para Bhikkhu, pernah ada seorang penggembala Magadha
yang sejak lahir mempunyai pengetahuan dan di akhir bulan
Musim Hujan, di akhir bulan Musim Hujan, di waktu Musim
Gugur, setelah memeriksa dekat pantai Sungai Gangga dan
pantai seberangnya, ia menggiring ternaknya ke tempat yang
ada arungan untuk diseberangi, untuk menuju pantai seberang
lainnya di negeri Videhan. Ia membuat si banteng, si bapak
dan pemimpin ternak itu menyeberang lebih dahulu, dan
mereka menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di
pantai seberang. Ia menjinakkan ternak yang kuat dan ternak
ini setelah dijinakkan melintas sungai berikutnya, dan ternak-
601
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
ternak itu juga menyongsong arus Gangga dan tiba dengan
selamat di pantai berikut. Ia membuat ternak sapi yang muda
untuk menyeberangi berikutnya, dan ternak-ternak itu juga
menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai
seberang. Pernah ada seekor anak sapi yang lemah yang baru
lahir, dan masih menginginkan lenguhan induknya, ia juga
menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai
yang agak jauh. Mengapa bisa demikian? Karena penggembala
Magadha sejak lahir sudah berpengetahuan, dan di akhir bulan
Musim Hujan, di waktu Musim Gugur, setelah memeriksa dekat
pantai Sungai Gangga dan pantai seberang berikutnya, ia
menggembalakan ternaknya ke tempat yang ada arungan
untuk diseberangi menuju pantai lainnya di negeri Videhan."
5. Begitu juga, bila para bhikkhu atau brahmana trampil di dunia
ini dan dunia lainnya, trampil dalam apa yang menjadi milik
Mara dan apa yang bukan miliknya, trampil dalam apa yang
menjadi milik Sang Maut dan apa yang bukan miliknya,
kesejahteraan dan kebahagiaan akan lama lagi bagi orang-
orang yang akan memahami ajaran kebenaran sebagai hal
yang layak untuk didengar dan layak untuk dipercaya.
6. "Para bhikkhu. tepat seperti para banteng, para induk dan para
pemimpin ternak, yang menyongsong arus Gangga dan tiba
602
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
dengan selamat di pantai seberang, begitu juga para bhikkhu
yang menjadi Arahat, yang tanpa noda, yang mengarungi
kehidupan ini, melakukan apa yang harus dilakukan,
meletakkan beban keduniawian, mencapai tujuan yang
tertinggi, menghancurkan belenggu manusia, dan melalui
pengetahuan akhir yang benar, terbebaskan dengan
menyongsong arus Mara, dan sudah tiba dengan selamat di
pantai seberang.
7. Tepat seperti ternak yang kuat dan ternak yang sudah
dijinakkan menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat
di pantai seberang, begitu juga, para bhikkhu yang telah
menghancurkan lima unsur belenggu yang akan lahir kembali
langsung di alam Anagami dan disana mencapai Nibbana tanpa
kembali ke dunia, juga akan menyongsong arus Sang Mara,
dan tiba dengan selamat di pantai seberang.
8. Tepat seperti sapi muda yang menyongsong arus Gangga dan
tiba dengan selamat di pantai seberang, begitu juga, para
bhikkhu yang dengan menghancurkan tiga unsur belenggu dan
dengan melemahkan hawa nafsu, kebencian dan khayalan
adalah Sakadagami (yang kembali sekali lagi ke dunia), juga
akan menyongsong arus Sang Mara, tiba dengan selamat di
pantai seberang.
603
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
9. Tepat seperti anak sapi dan ternak yang lemah juga
menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai
seberang, begitu juga, para bhikkhu yang dengan
menghancurkan tiga belenggu adalah para Sotapanna, yang
harus kembali ke dunia tujuh kali, tidak lagi jatuh dalam
neraka, dengan kepastian menuju pencerahan yang sempurna,
juga akan, menyongsong arus Sang Mara, dan tiba dengan
selamat di pantai seberang.
10. Tepat seperti anak sapi yang lemah dan baru saja dilahirkan
yang masih membutuhkan lenguhan induknya, juga
menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai
seberang, begitu juga, para bhikkhu yang mahir dalam
dhamma, penuh keyakinan dalam dhamma juga akan
menyongsong arus Sang Mara dan tiba dengan selamat di
pantai seberang.
11. Para bhikkhu, seorang Buddha trampil dalam dunia ini dan
dunia selanjutnya, trampil dalam apa yang menjadi milik Sang
Mara dan apa yang bukan miliknya, dan trampil dalam apa
yang menjadi milik Sang Maut dan apa yang bukan menjadi
miliknya. Orang-orang akan merasakan kesejahteraan dan
kebahagiaan bagi yang akan memahami ajaran Buddha
sebagai hal yang layak didengar dan layak untuk dipercayai."
604
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
12. Inilah apa yang Sang Bhagava katakan. Tatkala Sang Bhagava
telah katakan hal itu, Sang Bhagava katakan lebih lanjut :
Alam ini dan alam selanjutnya kedua-duanya,
Telah dijelaskan dengan sempurna oleh Dia yang mengetahui,
Dan apa yang masih dalam cengkeraman Mara
Dan apa yang diluar cengkeraman Mara
Mengetahui secara langsung seluruh alam,
Yang telah sadar mengerti
Membuka Gerbang Keabadian, jalan menuju
Nibbana dapat dicapai dengan selamat;
Untuk menyongsong arus Mara (sekarang)
Dan menghapuskan, serta menghilangkan akarnya;
Kemudian berbahagialah, para bhikkhu, yang berjuang sekuat
tenaga
Dan pastikan tujuanmu ke tempat keselamatan berada.
605
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
CULASACCAKA SUTTA
35
Demikianlah yang saya dengar.
1-- Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di
Kutagarasala, Mahvana, Vesali.
2-- Pada saat itu Saccaka Niganthaputta sedang tinggal di Vesali,
seorang pendebatan dan pembicara ulung, dianggap oleh
kebanyakan orang sebagai orang suci. Ia mengucapkan kata-
kata ini dihadapan suatu sidang di Vesali: 'Aku tidak melihat
petapa maupun brahmana, kepala dari sebuah sangha, kepala
dari suatu sekte, guru dari sebuah sekte, sekalipun apabila ia
mengaku sebagai seorang Arahat dan mencapai Penerangan
sempurna, yang tidak gemetar dan tergoyang serta menggigil
dan berkeringat di bawah ketiak mereka apabila sedang
terlibat dalam perdebatan dengan diriku. Bahkan apabila aku
sedang terlibat dalam perdebatan tanpa arti, perdebatan itu
606
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
akan menggetarkan, menggoncangkan serta menggigilkan
mereka yang sedang terlibat dalam perdebatan dengan diriku.
Oleh karena itu apa yang harus saya katakan tentang manusia
itu .'
3-- Di pagi hari, Bhikku Assaji mengenakan jubah, mengambil
patta dan jubah luar (civara), lalu beliau pergi ke Vesali untuk
pindapata. Ketika Saccaka Niganthaputta sedang berjalan-
jalan dan mondar-mandir melakukan latihan (cankamana) di
Vesali, ia melihat bhikkhu Assaji mendatangi dikejauhan.
Ketika ia melihatnya, ia pergi menghampiri Assaji dan sesudah
penyambutan serta penghormatan dengannya, dan setelah
ucapan-ucapan saling menghormat telah selesai dilakukan, ia
berdiri di samping, kemudian Saccaka Niganthaputta berkata:
4-- "Bagaimana caranya Samana Gotama mendisiplinkan siswa
siswa, Guru Assaji; dan dengan cara bagaimana biasanya
Samana Gotama memberikan instruksi-instruksi kepada para
siswanya itu?"
"Ini adalah bagaimana Sang Bhagava itu mendisiplinkan siswa-
siswa Aggivessana; dan dengan cara demikian instruksi-
instruksi dari Sang Bhagava itu biasanya disampaikan kepada
para siswa: "Bhikkhu, bentuk itu adalah tidak kekal,
pencerapan adalah tidak kekal; bhikkhu, bentuk itu adalah
607
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
bukan pribadi, perasaan itu adalah bukan pribadi,
bentukanbentukan adalah bukan pribadi, dhamma-dhamma itu
adalah semua bukan pribadi. "Itu adalah cara bagaimana Sang
Bhagava mendisiplinkan para siswa; itu adalah cara bagaimana
instruksi-instruksi dari Sang Bhagava disampaikan kepada para
siswa". 'Apabila ini adalah apa yang dikemukakan oleh
Samana Gotarna, ternyata kita mendengar tentang apa yang
salah. Sekarang, seandainya, pada suatu waktu atau waktu
lain, kita dapat bertemu dengan Guru Gotama, seandai kita
dapat mengadakan beberapa pembicaraan dengan beliau ?
Seandai kita dapat melenyapkan pandangan dari pada- Nya ?'
5. Kebetulan pada waktu itu lima ratus penduduk dari Licchavi
telah berkumpul bersama dalam suatu sidang di dalam
ruangan, untuk suatu urusan lain. Kemudian, Saccaka
Niganthaputta pergi menemui mereka dan berkata: "Marilah,
tuan-tuan dari Licchavi, marilah. Hari ini akan diadakan
pembicaraan antara saya dengan Samana Gotama. Apabila
Samana Gotama tetap mempertahankan pendapat Beliau
kepadaku seperti apa yang diucapkan oleh satu di antara
murid-murid terkenal Beliau, yaitu bhikkhu yang bernama
Assaji, maka dengan argumentasi aku akan menyeret Samana
Gotama, menyeret kesana kemari dan menyeret kesekeliling,
608
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tepat seperti halnya seorang laki-laki perkasa menangkap
lembu jantan pada rambutnya dan menyeretnya ke sana
kemari, dan menyeret kesekelilingnya; demikian juga dengan
perdebatan akan menyeret Samana Gotama, menyeret ke
sana kemari, menyeret kesekeliling tepat seperti halnya
seorang pekerja pada pembuat arak yang melemparkan
saringan besar masuk kedalain tangki air yang dalain, dan
sambil memegangnya di kedua sudutnya, menyeretnya kian
kemari dan menyeretnya kesekeliling; maka dengan
perdebatan aku akan mengguncang Samana Gotama ke bawah
dan menggoncang-Nya naik serta menenggelamkannya, tepat
seperti halnya pegawai pembuat arak yang kuat memegang
tapisan di kedua sudutnya dan menggoncangnya kebawah dan
ke atas. Tepat sepeti halnya wajah berumur enain puluh tahun
mungkin akan turun masuk kedalam kolam dan
membenamkan badannya di dalam lumpur sebagaimana
mereka mandi dan berolah raga itu, demikian juga aku akan
berolah raga besar, aku berangan-angan, dalam pertnainan
memandikan Samana Gotama itu. Marilah, tuan-tuan dari
Licchavi, marilah. Hari ini akan terjadi tukar pembicaraan
antara diriku dengan Samana Gotama".
609
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
6. Oleh karena itu beberapa orang dari Licchavi berkata: 'Apakah
sekarang Samana Gotama akan menyangkal pendapat dari
Saccaka, anak lelaki dari Nigantha; atau apakah yang akan
menyangkal pendapat dari Samana Gotama itu ? 'Dan
beberapa orang Licchavi berkata: 'Bagaimanakah Saccaka
anak dari Nigantha akan menyangkal pendapat dari Sang
Bhagava; sebaliknya, Sang Bhagava malah akan menyangkal
pendapat dari Saccaka Niganthaputta'. Kemudian Saccaka
Niganthaputta pergilah bersama-sama dengan lima ratus orang
Licchavi ke Kutagarasala, MahaVana.
7. Pada saat itu beberapa bhikkhu sedang berjalan mondar-
mandir di tempat terbuka. Kemudian Saccaka Niganthaputta
pergi menghampiri mereka dan bertanya: "Dimanakah Guru
Gotama sekarang berada, Kita ingin melihat Guru Gotama".
'Aggivessana, Sang Bhagava telah pergi ke Mahavana, beliau
sedang duduk di bawah pohon untuk istirahat tengah hari.
8-- Kemudian Saccaka Niganthaputta pergi bersama-sarna dengan
banyak pengikut dari kaum Licchavi menuju hutan besar ke
tempat di mana Sang Bhagava berada dan saling memberikan
salam penghormatan dengan beliau, dan setelah melakukan
pembicaraan permulaan yang lemah lembut, ia duduklah pada
satu sisi. Dan beberapa kaum Licchavi memberikan horinat
610
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kepada Sang Bhagava dan duduklah pada satu sisi; beberapa
saling memberi salam, dan setelah semua
pembicaraanpembicaraan permulaan serta lemah lembut itu
selesai dilakukan, mereka duduklah di satu sisi; beberapa dari
mereka menyebutkan nama-nama mereka serta suku-sukunya
dihadapan Sang Bhagava dan duduklah di satu sisi; beberapa
tinggal diam saja dan duduklah di satu sisi.
9-- Ketika Saccaka Niganthaputta telah duduk, ia berkata kepada
Sang Bhagava: 'saya ingin menanyakan kep'ada Guru Gotama
tentang suatu masalah, apabila Guru Gotama sudi memberikan
jawaban atas pertanyaan itu kepadaku ? 'Tanyakanlah tentang
apa yang kau inginkan, Aggivessana'. 'Bagaimana cara Guru
Gotama mendisiplinkan (membimbing para siswa; dan dalam
cara bagaimanakah instruksi Guru Gotama itu biasanya
diberikan di antara siswa?'.
'Ini adalah bagaimana cara aku mendisiplinkan siswa-siswa
Aggivessana; dan ini adalah cara instruksi-instruksi saya
biasanya disampaikan kepada para siswa: bentuk adalah tidak
kekal, perasaan adalah tidak kekal, pencerapan adalah tidak
kekal, bentuk-bentuk adalah bukan pribadi, dhamma-dhamma
adalah semuanya bukan pribadi, adalah cara bagaimana aku
611
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mendisiplinkan siswa-siswa; dan itu adalah cara dalam mana
instruksi biasanya disampaikan kepada para siswa'.
10-- 'Satu persamaan terjadi kepadaku, Guru Gotama'.
'Aggivessana, biarkanlah itu terjadi kepadamu, kata Sang
Bhagava. 'Tepat seperti halnya bibit-bibit serta tanaman-
tanaman, apapun jenisnya, telah mencapai tingkat
pertumbuhan, semuanya itu tergantung pada tanah,
didasarkan pada tanah; dan tempat seperti apabila jenis-jenis
perbedaan harus dibedakan oleh yang kuat, semuanya itu
dikerjakan bergantung pada tanah, berdasarkan atas tanah
demikian juga, Guru Gotama., seseorang memiliki bentuk
sebagai pribadi, ia menghasilkan jasa berdasarkan
pencerapannya. Ia mempunyai bentuk-bentuk pikiran sebagai
pribadi, ia membuat jasa atau menentang jasa adalah
berdasarkan bentuk. Ia mempunyai perasaan sebagai pribadi,
ia membuat atau tidak membuat jasa berdasarkan perasaan. Ia
mempunyai daya pencapain sebagai pribadi, ia menghasilkan
jasa berdasarkan pencerapannya, Ia mempunyai bentuk-
bentuk Pikiran sebagai pribadi, ia menghasikan atau
didasarkan atas bentuk-bentuk pikiran tidak menghasilkan
jasa-jasa pribadi. Ia menghasilkan atau tidak itu. Ia memiliki
612
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
kesadaran sebagai pribadi menghasilkan jasa-jasa berdasarkan
atas kesadaran'.
11—“Aggivessana, apakah kamu tidak mengemukakan sebagai
berikut: jasmani adalah diri pribadiku, perasaan adalah diri
pribadi. Pencerapan adalah diri pribadi, bentuk-bentuk pikiran
adalah diri pribadi, kesadaran adalah diri pribadi?
Demikianlah halnya pendapatkau. Guru Gotama: Bentuk
adalah diri pribadiku, perasaan adalah diri pribdiku, bentuk-
bentuk pikiran adalah diri pribadiku, kesadaran adalah diri
pribadiku.
Dan demikian juga halnya adalah pendapat sebagian besar
dari orang-orang itu’
‘Apakah hubungan keadaan yang besar itu denga dirimu,
Aggivessana? Silahkan batasi saja hingga ke pendapatmu itu’.
Kalau begitu Guru Gotama, pendapat saya adalah demikian
bentuk adalah pribadiku, perasaan adalah pribadiku,
pencerapan adalah pribadiku, bentuk-bentuk pikiran adalah
pribadiku, kesadaran adalah pribadiku.
12-- 'Aggivessana, dalam hal ini. Saya akan mengajukan
pertanyaan kepadamu sebagai giliran. Jawablah sebagaimana
kamu sukai.
613
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Aggivessana, bagaimana kamu meyakini ini, apakah seorang
raja mulia kesatria yang mempunyai kekuasaan di dalam
tangannya sendiri untuk mengeksekusi hukuman kepada
mereka Yang harus dihukum, mendenda mereka yang harus
didenda, mengucilkan mereka yang harus dikucilkan, umpama
saja , Raja Pasenadi dari Kosala, atau Raja Ajatasattu dari
Maghada.
'Guru Gotama seorang raja mulia kesatria mempunyai
kekuasaan untuk dihukum, mendenda melakukan hukuman
terhadap mereka yang harus harus dikucilkan, mereka Yang
harus didenda, mengucilkan mereka yang at ini serta seperti
umpama. Raja Pasenadi dari Kosala atau Raja Aiatasattu
Vedhiputta dari Magadha. Sebab sekalipun masyarak
masyarakat seperti kaum vaji dan Malla, mereka mempunyai
kekuasaan mereka sendiri untuk menghukum mereka yang
harus dihukum, mendenda mereka yang harus didenda,
mengucilkan atau memencilkan mereka yang harus
dipencilkan. Oleh sebab itu makin banyak raja mulia kesatria
seperti Raja Pasenadi dari Kosala atau Raja Ajasattu Vedhiputta
dari Magadha. Ia akan meniilikinya. Guru Gotama, dan ia
patut untuk memilikinya (kekuasaan itu)'.
614
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
13-- 'Bagaimana kamu menerima diakalmu hal ini Aggivessana:
ketika kamu mengatakan demikian: jasmani adalah diri
pribadiku, apakah kamu memiliki kekuasaan seperti itu
terhadap jasmanimu seperti: "Biarkan jasmani seperti ini;
biarkan jasmani tidak seperti itu?"
Ketika hal ini dikatakan. Saccaka Niganthaputta diain saja.
Untuk kedua kalinya Sang Bhagava berkata kepadanya:
'Bagaimana kamu menerima diakalmu hal ini. Aggivessana,
ketika mengatakan demikian: "Jasmani adalah diri pribadiku",
apakah kamu mempunyai semacam kekuasaan terhadap
jasmanimu seperti: "Biarkan jasmaniku sebagai demikian;
biarkan jasmani tidak seperti itu?".
Untuk kedua kalinya Saccaka Niganthaputta tetap berdiam
saja. Kemudian Sang Bhagava berkata kepadanya:
'Aggivessana, jawablah sekarang. Sekarang adalah bukan
waktunya lagi untuk berdiam. Apabila seseorang tidak
menjawab ketika ditanya tentang Dhamma hingga sainpai
ketiga kalinya oleh Sang Tathagata, kepalanya akan terbelah
tujuh bagian pada waktu itu juga'.
14-- Pada saat itu dewa Vajirapani (dewa halilintar) dengan
membawa vajra (vajira) di kepalanya, yang terbakar, menyala,
bersinar-sinar muncul diangkasa di atas Saccaka Niganthaputta
615
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
(sambil berpikir): 'Apabila Saccaka Niganthaputta ini tidak
menjawab ketika ditanya menurut Dhamma hingga ketiga
kalinya, aku akan membelah kepalanya menjadi tujuh bagian
sekarang juga'. Sang Bhagava melihat dewa Vajirapani dengan
perilakunya itu, juga Saccaka Niganthaputta. Ketika itu
Saccaka Niganthaputta menjadi iakut, menjadi panik dan
rambutnya berdiri, sambil mencari Sang Tathagata sebagai
tempat berteduh, tempat suaka serta tempat berlindung, ia
berkata: 'Tanyakanlah aku, Guru Gotama, aku akan menjawab'.
15. 'Aggivessana, bagaimana pendapatmu, ketika kamu berkata:
"Jasmani adalah pribadiku", apakah kamu mempunyai
kekuasaan terhadap j asmani, sehingga umpamanya kainu
dapat memerintahkan: "Biarkanlah jasmaniku menjadi seperti
ini, semogajasmaniku tidak menjadi seperti itu?". "Tidak. Guru
Gotama".
16. 'Perhatikanlah. Aggivessana, perhatikan bila menjawab. Apa
yang kamu katakan sebelumnya tidaklah sama dengan apa
yang kamu katakan sesudahnya, atau apa yang kamu katakan
sesudah itu adalah tidak sama dengan sebelumnya.
Bagaimana kamu menerimanya dengan akalmu tentang hal ini.
Aggivessana, ketika kamu mengatakan demikian: "Perasaan
adalah pribadiku".
616
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Apakah kamu mempunyai semacam kekuasaan terhadap
perasaan itu seperti: "Biarkanlah perasaanku menjadi
demikian; biarkanlah perasaanku tidak menjadi demikian?".
"Tidak, Guru Gotama".
17. Perhatikanlah,Aggivessana,perhatikanterhadap apa yang kamu
jawab. Apa yang kamu katakan sebelumnya tidaklah sama
dengan apa yang kamu katakan sesudahnya, atau apa yang
kamu katakan sesudahnya tidaklah sama dengan yang
sebelumnya. Bagaimana kamu menanggapi dengan akalmu
hal ini, Aggivessana, apabila kamu mengatakan "Pencerapan
adalah pribadiku", apakah kamu mempunyai semacam
kekuasaan terhadap pencerapanmu sehingga kamu dapat
mengatakan: "Biarkan pencerapanku menjadi demikian;
biarkan pencerapanku tidak menjadi demikian?". "Tidak, Guru
Gotama".
18. 'Perhatikanlah, Aggivessana, perhatikan terhadap apa yang
kau jawab itu. Apa yang kamu katakan sebelumnya tidaklah
sama dengan apa yang kamu katakan sesudahnya, atau apa
yang dikatakan sesudahnya tidaklah sama dengan
sebelumnya. Bagaimana kamu menanggapinya dengan
akalmu, Aggivessana. Ketika kamu mengatakan demikian:
"Bentuk-bentuk Pikiran adalah pribadiku", apakah kamu
617
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mempunyai semacam: kekuasaan terhadap bentuk-bentuk
pikiran itu sehingga dapatberkata: "Biarkan bentuk-bentuk
Pikiranku menjadi demikian: biarkanlah bentuk-bentuk
pikiranku tidak menjadi demikian?". "Tidak, Guru Gotama".
19. 'Perhatikanlah, Aggivessana, perhatikan tentang apa yang
kamu jawab. Apa yang kamu katakan sebelumnya adalah tidak
sarna dengan apa yang kamu katakan sesudahnya, atau apa
yang kaniu katakan sesudahnya adalah tidak sama dengan
yang sebelumnya Bagaimana kamu menanggapinya dengan
akalmu, Aggivessana, ketika kamu mengatakan "Kesadaran
adalah pribadiku", apakah kamu mempunyai semacam
kekuasaan terhadap kesadaran itu sehingga dapat berkata:
"Biarkanlah kesadaranku menjadi demikian; biarkanlah
kesadaranku tidak menjadi demikian!?". "Tidak, Guru
Gotama".
20. 'Perhatikanlah, Aggivessana, perhatikan terhadap bagaimana
kamu menjawabnya. Apa yang kamu katakan sebelumnya
adalah tidak sarna dengan yang kamu katakan sesudahnya;
atau apa yang dikatakan sesudahnya tidak sama dengan
sebelumnya. Bagaimana kamu menanggapinya dengan
akalmu, Aggivessana,apakah jasmani itu kekal atau tidak
kekal?".
618
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Tidak kekal, Guru Gotama'.
'Sekarang, apa yang tidak kekal itu tidak menyenangkan, atau
menyenangkan?'.
'Tidak menyenangkan, Guru Gotama 'Sekarang, apa yang tidak
kekal, tidak menyenangkan dan patut terkena hukuman
perubahan, cocok untuk dianggap sebagai: "Ini adalah milikku,
ini adalah aku, ini adalah pribadiku?'
"Tidak, Guru Gotama".
21-- 'Bagaimana kamu menanggapinya dengan akalmu hal
Aggivessana, apakah perasaan itu kekal atau tidak kekal ?
22-- 'Bagaimana kamu menanggapinya dengan akalmu hal ini.
Aggivessana, apakah bentuk pikiran itu kekal atau tidak kekal?'
23. 'Bagaimana kamu menanggapinya dengan akalmu.
Aggivessana, hal ini apakah pencerapan itu kekal atau tidak
kekal?'
24. 'Bagaimana kamu menanggapinya dengan akalmu.
Aggivessana, hal ini, apakah kesadaran itu kekal atau tidak
kekal?'
'Tidak, Guru Gotama'.
619
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
'Sekarang, apa yang tidak kekal, tidak menyenangkan dan
patut terkena hukum perubahan, cocok untuk disebut sebagai:
"Ini adalah kepunyaanku, ini adalah aku, ini adalah diri
pribadiku?"
"Tidak, Guru Gotama'.
25. "Bagaimana kamu menanggapi dengan akalmu hal ini.
Aggivessana, apabila seseorang melekat pada penderitaan,
memberikan tempat pada penderitaan, menerima penderitaan,
selalu memandang penderitaan "Ini adalah milikku, ini adalah
aku, ini adalah diriku pribadi". Apakah ia sendiri pemah
sepenuhnya mengerti penderitaan atau selalu berpandangan
dengan penderitaan dapat melenyapkannya?.
'Mengapa harus ia, Guru Gotama? Tidak, Guru Gotama'.
Bagaimana kamu menanggapi dengan akalmu hal ini.
Aggivessana, demikian, kau tidak melekat pada bahwa dengan
menjadikannya penderitaan, kamu tidak selalu memandang
pendertiaan sebagai: "Ini kepunyaanku, ini adalah aku, ini
adalah diri pribadiku?".
'Mengapa tidak,'Guru Gotama? Ya, Guru Gotama'.
26. 'Hal ini adalah bagaikan seseorang memerlukan kaku/keras
hati mencari kayu hati, berkelana mencari kayu hati,
620
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mengambil kapak tajwn dan pergiiah ke dalam hutan; dan di
sana ia melihat batang pohon tunggal, lurus, muda, tanpa ada
pucuk buah. Kemudian ia memotong akarnya, ia memotong
mahkotanya, dan setelah memotong mahkotanya ia membuka
gulungan pelepah daun; tetapi ketika ia sedang membuka
gulungan pelepah daun itu ia tidak pemah sampai kepada
sesuatu getah kayu, belum lagi kayu kerasnya. Demikian juga
Aggivessana, ketika pendapatmu sendiri kamu ditekan dan
ditanya kembali olehku tentang itu, kamu adalah kosong,
lowong dan dalam keadaan salah. Tetapi kata-katamu itu
diucapkan dihadapan sidang ini: "Aku tidak melihat Samana
atau orang suci, kepala Sangha. Kepala Sekte, Guru dari suatu
suku, sekalipun apabila ia mengatakan bahwa dirinya adalah
Arahat dan ber Penerangan Sempurna, tidak bakal bergetar
dan bergoncang serta berkeringat diketiaknya apabila terlibat
dalam perdebatan dengan aku. Sekalipun apabila aku terlibat
dalam perdebatan yang tidak bermakna, ia akan bergetar,
gemetar dan beegoncang, oleh karena itu apa yang akan aku
katakan tentang makhluk hidup itu?". Sekarang terdapatlah
butiran-butiran keringat itu telah membasahi sekujur jubah
atasmu dan menetes ke tanah, tetapi sekarang tidak terdapat
keringat pada tubuhku’. Sang Bhagava membuka tutup dari
621
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
tubuh Beliau yang berwarna kuning kemas-emasan di hadapan
para sidang. Ketika hal ini telah dikatakan, Saccakka
Nighantaputta diam saja, penuh cemas, dengan pundaknya
menurun ke bawah sedangkan kepalanya tunduk, bermuram
durja serta tidak dapat mengatakan apa-apa.
27. Kemudian Dummukha Licchaviputta, karena melihat
Niganthaputta menjadi demikian keadaannya, ia berkata
kepada Sang Bhagava demikian: 'Satu persamaan terjadi
padaku,
Guru Gotaina'.
'Terjadi kepadamu, Dummukha'.
'Bhante, seandainya tidak jauh dari desa atau kota terdapatlah
sebuah kolam yang berisi kepiting didalaminya, Kemudian
banyak anak laki-laki serta perempuan pergi dari kota atau
desa menuju ke kolam itu, mereka masuk ke dalam kolam
serta mengambil kepiting-kepiting itu dan meletakkan mereka
di tanah. Apabila kepiting itu merenggangkan kakinya, mereka
memotong kaki itu, memutusnya, menghancurkannya dengan
tongkat dan batu-batu, sedemikian sehingga mereka tidak
dapat kembali lagi ke kolam. Begitu pula halnya, semua
penyimpangan Saccaka Niganthaputta, paradox-paradox?
622
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
lawan azas, dan ejekan-ejekan telah diputus, dihancurkan serta
dipotong oleh Sang Bbagava, sekarang ia tidak dapat lagi
mendekati Sang Bhagava, sebagai tujuan dari kata-katanya'.
28. Ketika hal itu diucapkan, Saccaka Niganthaputta berkata
kepadanya: 'Tunggu, Dummukkha, tunggu. Kami tidak
berurusan dengan kamu, di sini kami berurusan dengan Guru
Gotama'. (kemudian ia berkata): 'Biarkanlah pembicaraan kita
diteruskan. Guru Gotama, seperti dari banyak Samana dan
Orang Mulia yang terdiri dari banyak kata-kata itu, demikian
yang aku kira.
Tetapi bagaimana cara siswa dari Guru Gotaina melaksanakan
perintah, memberi tanggapan terhadap nasehat, mengatasi
segala ketidakpastian, kehilangan keragu-raguannya,
memenangkan keberanian dan menjadi tidak tergantung dari
orang-orang lain di dalam arnanat Guru itu?'.
'Aggivessana, disini segala macam bentuk apapun, apakah
diwaktu yang lampau, yang akan datang atau sekarang, di
dalam diri sendiri atau luar, kasar maupun lembut, inferer atau
superier, jauh maupun dekat seorang siswaku melihat dengan
pengertian semua bentuk seperti apa keadaan sebenarnya
sebagai berikut: "Ini adalah bukan milikku, ini bukan diriku, ini
adalah bukan aku sendiri". Setiapjenis perasaan apapun setiap
623
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
jenis pencerapan apapun setiap jenis bentukan apapun setiap
jenis kesadaran apapun ... apakah ia berasal dari waktu
lampau, yang akan datang atau sekarang di dalam diri sendiri
atau di luar, kasar atau lembut, inferior atau superior, jauh
atau dekat seorang siswa dariku melihat dengan pengertian
benar semua kesadaran sebagaimana keadaan sebenamya
sebagai berkut: "Ini adalah bukan milikku, ini adalah bukan
aku, ini adalah bukan pribadiku". Ini adalah bagaimana
seorang siswa dariku melaksanakan amanat, memberi
tanggapan terhadap nasehat, mengatasi segala ketidak
pastian, kehilangan keragu-raguannya, memenangkan
keberanian dan menjadi bebas atau tidak bergantung kepada
6rang-orang lain di dalain wnanat Sang Guru'.
29. 'Samana Gotama, bagaimana seorang bhikkhu bisa menjadi
Arahat, dengan noda-noda telah terkikis habis, yang telah
menjalani hidup, melakukan apa yang harus dilakukan,
melepas beban, mencapai tujuan tertinggi, menghancurkan
penggoda-penggoda dari makhluk, dan yang melalui
pengertian akhir yang benar yang dibebaskan?'. Aggivessana,
disini setiap jenis bentuk apapun, apakah dari waktu yang
lampau, yang akan datang atau sekarang, di dalam diri sendiri
atau di luar, kasar maupun halus, inferier maupun superier,
624
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
jauh maupun dekat, seorang bhikkhu melihat dengan
pengertian benar segala macam bentuk sebagaimana mereka
sebenarnya sebagai berikut: "Ini adalah bukan milikku, ini
adalah bukan aku, ini adalah bukan pribadiku", dan dengan
melalui tidak melekat pada mereka maka ia menjadi terbebas.
Setiap jenis perasaan apapun
Setiap jenis kesadaran apapun
Setiap jenis persepsi pencerapan apapun Setiap jenis bentuk
apapun
Setiapjenis kesadaran apapun, baik di waktu yang lampau,
akan datanc, maupun sekarang, di dalam diri sendiri atau di
luar, kasar atau lembut", inferier atau superier, jauh atau
dekat, seorang. bhikkhu melihat mereka dengan pengertian
benar semua kesadaran sebagaimana mereka sebenamya
sebagai berikut: "Ini adalah bukan milikku, ini adalah bukan
aku, ini adalah bukan pribadiku", dan dengan melalui jalan
tidak melekat kepada mereka maka ia telah terbebas. Itu
adalah bagaimana seorang bhikkhu menjadi Arahat, dengan
noda-noda terkikis habis, yang telah menjalani hidup,
melakukan apa yang harus dilakukan, menyingkirkan beban,
mencapai tujuan tertinggi, menghancurkan penggoda-
625
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
penggoda makhluk, dan melalui pengetahuan akhir yang benar
telah terbebaskan.
30. 'Apabila pikiran dari sang bhikkhu telah terbebaskan
sedemikian itu, ia memiliki tiga buah keadaan yang tidak dapat
dilampaui atau dilewati; pandangan atau penglihatan yang
tidak dapat dilampaui atau dilewati, tidak dapat dilewati dalam
melaksanakan atau mempraktekkan sang jalan dan tidak dapat
dilewati dalam pembebasan atau pelepasan. Apabila seorang
bhikkhu telah dibebaskan sedemikian, ia hanya menghormat,
memandang tinggi, memuja-muja, memuliakan hanya Sang
Tathagata saja. Sang Bhagava telah mencapai Penerangan
Sempuma itu. Sang Bhagava adalah tenang dan Beliau
mengajar Dhamma dengan ketenangan. Sang Bhagava telah
menyeberang dan Beliau mengaj'ar Dhamma dengan
menyeberang itu. Sang Bhagava telah mencapai Nibbhana
dan Beliau mengajar Dh-amma dengan telah mencapainya
Nibbhana itu'.
31. Ketika kata-kata ini telah diucapkan, Saccaka Niganthaputta
menjawab: "Samana Gotama, kami adalah berani dan maju
dalam memahami Sainana Gotama untuk diserang dengan
perdebatan. Seseorang harus menjadi demikian sehingga ia
dapat dengan kebebasan dari hukumanmenyerang gajah gila,
626
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
namun begitu ia tidak dapat menyerang Samana Gotama
dengan kebebasan dari hukuman itu. Seseorang mungkin
dapat dengan kebebasan dari hukuman suatu nyala kobaran
api yang besar, namun begitu ia tidak dapat menyerang
Samana Gotama dengan kebebasan dari hukuman itu.
Seseorang bisa menjadi demikian sehingga ia dapat dengan
kebebasan dari hukuman menyerang ular berbisa, namun
begitu ia tidak dapat menyerang Samana Gotama dengan
kebebasan hukuman itu. Kami sangat berani dan maju dalam
memahami Sainana Gotama untuk menyerangnya dengan
perdebatan itu.
32. 'Biarlah Sang Tath,agata bersama-sama dengan bhikkhu
Sangha, menerima makanan besok dariku. 'Sang Bhagava
menerima undangan itu dengan berdiam diri'.
33. Kemudian setelah ia mengetahui bahwa Sang Bhagava
menerima undangannya itu, ia menyampaikan pesan kepada
kaum Licchavi: 'dengarlah daku, kaum Licchavi. Samana
Gotama bersama dengan bhikkhu sangha telah saya undang
untuk menghadiri makan besok pagi. Kamu boleh membawa
kepadaku apa saja yang kainu pikir pantas bagi Beliau'.
34. Kemudian ketika nialam telah berakhir kaum Licchavi
membawa lima ratus hidangan upacara terdiri dari nasi, susu
627
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
sebagai hadiah makanan. Saccaka Niganthaputta mempunyai
makanan-makanan enak berbagai macam yang dipersiapkan
dirumahnya sendiri, dan ia te,lah mengumumkan waktunya
bagi Sang Bhagava:
'Waktunya telah tiba Samana Gotaina, hidangan makan telah
siap'.
35. Kemudian, pada pagi harinya, Sang Bhagava mengenakan
jubah, dan dengan membawa mangkok sertajubah luar, beliau
pergi bersama-sama dengan Bhikkhu Sangha ke rumah
Saccaka Niganthaputta dan duduk di atas tempat duduk yang
telah dipersiapkan. Kemudian, dengan tangannya sendiri,
Saccaka anak lelaki dari Nigantha melayani serta memuasi
Sangha dari para Bhikkhu yang dikepalai oleh Sang Bhagava,
dengan berbagai jenis makanan. Kemudian ketika Sang
Bhagava telah selesai makan dan tidak lain memegangi
mangkok-Nya, Saccaka Niganthaputta duduk ditempat yang
bawah dan duduklah pada satu. Ketika ia telah berbuat hal itu,
ia berkata kepada Sang Buddha:
"Guru Gotama, apapunjasa dan (diharapkan diwaktu yang akan
datang) kebesaran dikarenakanjasa dalain (ini) melakukan
pemberian sedekah, semoga bisa menjadi kebahagiaan bagi
sipemberi". 'Aggivessana, jasa dan kebesaran yang
628
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
diharapkan karenajasa semacam itu yang muncul disebabkan
karena memberikan dana cocok bagi pemberian-pemberian
dalam cara yang kamu lakukan, (kamu tanpa) tiada adanya
nafsu, tanpa kebencian, dan tanpa adanya khayalan, akan
menjadi pahala bagi sipemberi; tetapi pemberian semacam
yang datangnya dari (memberikan kepada) seorang yang
cocok bagi pemberian-pemberian dalam cara seperti Aku, (aku
yang) tanpa nafsu, tanpa kebencian dan tanpa khayal, akan
menjadi milikmu (yang telah memberikan pemberian
kepadaku)'.
SABBASAVA SUTTA
(2)
1-- Demikianlah saya dengar:
Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama
milik Anathapindika, Savathi. Di sana Beliau menyapa para
bhikkhu:
629
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Para bhikkhu".
"Ya, Bhante", jawab mereka.
2-- Selanjutnya Sang Bhagava berkata sebagai berikut:
"Para bhikkhu, saya akan menerangkan kepada kamu sekalian
tentang 'cara mengendalikan' (samvarapariyaya) 'semua
kotoran batin' (sabbasava), maka dengar dan perhatikan
baik-baik apa yang akan saya katakan."
"Baiklah, Bhante", jawab para bhikkhu menyetujuinya.
3-- Lalu Sang Bhagava berkata:
"Para bhikkhu, Saya nyatakan bahwa 'kotoran batin' (asava)
itu akan lenyap pada diri seseorang yang mengerti dan
melihat, bukan pada diri seseorang yang tidak mengerti dan
tidak melihat.
Apakah yang dimengerti dan dilihat untuk melenyapkan
kotoran batin itu? Yaitu adalah perhatian benar (yoniso
manasikara) dan perhatian tidak benar (ayoniso
manasikara)”.
“Bila seorang berperhatian tidak benar, maka kotoran batin
yang belum muncul, menjadi muncul; di samping itu kotoran
630
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
batin (yang tidak benar) dan yang telah muncul akan lebih
berkembang. Sedangkan, bila seseorang berperhatian benar,
maka kotoran batin (yang tidak benar) dan yang telah muncul
akan dilenyapkan”.
4-- Para bhikkhu ada kotoran batin yang, ditinggalkan
(pahatabba) dengan 'penglihatan' (dassana). Ada kotoran
batin yang dapat dilenyapkan dengan 'pengendalian diri'
(samvara). Ada kotoran batin yang dapat dilenyapkan dengan
'penggunaan' (patisevana). Ada kotoran batin yang dapat
dilenyapkan dengan 'penahanan' (adhisevana). Ada kotoran
batin yang dapat dilenyapkan dengan 'penghindaran'
(parivajjana). Ada kotoran batin yang dapat dilenyapkan
dengan ‘penghapusan' (vinodana). Juga ada kotoran batin
yang dapat dilenyapkan dengan 'pengembangan' (bhavana)
batin.
5-- Para bhikkhu, apakah kotoran batin dapat dilenyapkan dengan
penglihatan?
Para bhikkhu, dalam hal ini, seorang awam (puthujjana) yang
tidak mempedulikan para ariya, tidak terlatih dan tidak disiplin
dalam ariyadhamma, tidak mengerti ariyadhamma yang
631
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
pantas diperhatikan dan dhamma apa yang tidak pantas
diperhatikan. Karena bersikap seperti itu, ia memperhatikan
dhamma yang tidak pantas diperhatikan, tidak memperhatikan
dhamma yang pantas diperhatikan.
6-- "Apakah dhamma yang tidak pantas diperhatikan namun ia
perhatikan?
Dhamma itu adalah hal-hal yang bila ia perhatikan maka akan
memunculkan 'kotoran batin nafsu indera' (kama-asava) yang
(tadinya) belum muncul, sedangkan ‘kotoran batin nafsu
indera’ yang telah muncul menjadi lebih berkembang;
memunculkan 'kotoran batin menjadi' (bhava-asava) yang
(tadinya) belum muncul, sedangkan 'kotoran batin menjadi'
yang telah muncul menjadi lebih berkembang (pavaddhati);
memunculkan 'kotoran batin kebodohan' (avijja-asava) yang
(tadinya) belum muncul, sedangkan ‘kotoran batin kebodohan’
yang telah muncul menjadi lebih berkembang. Inilah dhamma
yang tidak perlu diperhatikan namun ia perhatikan."
632
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Apakah dhamma yang perlu ia perhatikan namun tidak ia
perhatikan?
“Dhamma itu adalah hal-hal yang bila ia perhatikan, maka
tidak memunculkan 'kotoran batin nafsu indera', sedangkan
'kotoran batin nafsu indera' yang telah muncul ditinggalkannya
(pahiyati); tidak memunculkan 'kotoran batin menjadi',
sedangkan 'kotoran batin menjadi' yang telah muncul
ditinggalkan; tidak memunculkan 'kotoran batin kebodohan',
sedangkan 'kotoran batin kebodohan' yang telah muncul
ditinggalkannya. Inilah dhamma yang perlu ia perhatikan
namun ia tidak perhatikan”.
“Dengan memperhatikan dhamma yang tidak perlu
diperhatikan dan dengan tidak memperhatikan dhamma yang
perlu diperhatikan, kedua kotoran batin yang belum muncul
dan kotoran batin yang telah muncul menjadi berkembang
padanya."
7-- "Beginilah bagaimana ia yang tidak bijaksana memperhatikan:
'Apakah saya ada pada masa yang lampau (atita)?
633
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Apakah saya tidak ada pada waktu yang lampau?
Apakah saya pada waktu yang lampau?
Bagaimana saya pada masa yang lampau?
Telah menjadi apa, dan saya menjadi apa pada waktu yang
lampau?
Apakah saya akan ada pada masa yang akan datang
(anagatam)?
Apakah saya akan tidak ada pada masa yang akan datang?
Apa yang akan terjadi dengan diri saya pada masa yang akan
datang?
Bagaimana keberadaan saya pada masa yang akan datang?
Telah menjadi apa, dan saya akan menjadi apa pada masa
yang akan datang?
Atau, juga dari 'dalam' (ajjhattam) ia bingung tentang masa
sekarang: 'Adakah saya? Tidak adakah saya? Apakah saya?
Bagaimanakah saya? Dari manakah makhluk (satta) ini
datang? Ke manakah ia akan pergi?'
8-- "Ketika ia tidak bijaksana memperhatikan dengan cara seperti
ini, salah satu dari enam pandangan muncul padanya:
634
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Pandangan 'aku (atta) ada untukku' muncul sebagai suatu hal
yang benar dan tetap.
Atau pandangan 'tidak aku untukku’ muncul sebagai suatu hal
yang benar dan tetap.
Atau pandangan 'saya mencerap aku dengan aku' muncul
sebagai suatu hal yang benar dan tetap.
Atau pandangan 'saya mencerap bukan-aku dengan aku'
muncul sebagai suatu hal yang benar dan tetap.
Atau pandangan 'saya mencerap aku dengan bukan-aku'
muncul sebagai suatu hal yang benar dan tetap.
Atau pandangan 'aku milikku ini yang berbicara, merasakan
dan mengalami 'akibat' (vipaka) dari 'perbuatan baik dan
buruk' (kalyanapapakanam kammanam) di sini maupun di
sana; namun aku milikku ini kekal, abadi, tetap, tidak berubah,
akan bertahan sampai selamanya.'
Para bhikkhu, inilah yang disebut 'spekulasi pandangan'
(ditthigata), 'belukar-pandangan' (ditthigahana), 'belantara-
pandangan' (ditthikantara), 'pemutarbalikkan pandangan'
(ditthivisuka), 'kebimbangan-pandangan'
(ditthivipphandita) dan 'belenggu-pandangan'
(ditthisanyojana). Terbelenggu oleh 'belenggu-pandangan',
635
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
maka 'orang awam yang tak-terdidik' (assutava puthujjano)
tidak akan terbebas dari kelahiran, usia tua, kematian,
penderitaan, kesedihan, kesakitan, kesusahan, dan putus-asa;
saya nyatakan ia tidak terbebas dari 'dukkha' (penderitaan).
9-- 'Aku mencerap ketidakakuan dan keakuan’ sebagai suatu hal
yang benar dan mutlak, atau dia akan berpandangan bahwa
akulah yang bicara dan merasakan serta mengalami akibat
dari perbuatan baik atau buruk: tetapi milikku ini adalah kekal,
selama-lamanya, abadi, tak dapat berubah dan akan
berlangsung selamanya."
"Pandangan macam ini disebut kekaburan pandangan,
kebuasan pandangan, kerusakan pandangan, keragu-raguan
pandangan, belenggu pandangan. Orang awam yang tak
terpelajar dan terikat dengan belenggu pandangan-pandangan
ini, tidak akan ada yang terbebas dari kelahiran, umur tua dan
kematian dengan penderitaan serta ratap tangis, rasa sakit,
takut dan putus asa; saya nyatakan ia tidak terbebas dari
penderitaan.”
"Orang yang terpelajar, yang menghargai, memahami dan
berdisiplin dengan ajaran orang-orang pandai serta bijaksana.
636
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
Mengerti hal-hal yang penting untuk diperhatikan atau hal-hal
apakah yang tidak penting untuk diperhatikan. Sehingga dia
tidak memperhatikan hal-hal yang tidak penting untuk
diperhatikan dan dia memperhatikan hal-hal yang penting
untuk diperhatikan."
"Apakah hal-hal yang ia tidak perhatikan?"
“Adalah hal-hal yang menyebabkan munculnya dukkha yang
baru atau bertambahnya dukkha yang sudah ada yang berasal
dari nafsu indera, keakuan dan ketidaktahuan. Inilah hal-hal
yang tidak seharusnya ia diperhatikan.
"Apakah hal-hal yang ia perhatikan?"
Adalah hal-hal yang tidak menyebabkan munculnya dukkha
yang baru atau bertambahnya dukkha yang sudah ada yang
berasal dari nafsu indera, keakuan dan ketidaktahuan. Inilah
hal-hal yang seharusnya ia diperhatikan.
"Dengan memperhatikan hal-hal yang perlu diperhatikan dan
tidak memperhatikan hal-hal yang tidak perlu untuk
diperhatikan, dukkha yang baru tidak muncul dan dukkha yang
lama dapat dihilangkan."
"Beginilah bagaimana ia berpikir dengan bijaksana: 'Ini adalah
dukkha (penderitaan), ini adalah asal mula dukkha, ini adalah
637
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
terhentinya dukkha dan ini adalah jalan yang menuju
terhentinya dukkha'."
"Ketika dia memperhatikan jalan ini dengan bijaksana, tiga
belenggu dapat ditinggalkannya: keinginan untuk bertumimbal
lahir, ketidakpastian dan kemelekatan terhadap upacara-
upacara."
"Ini disebut sebagai dukkha yang dapat dihentikan dengan
cara melihat".
"Apakah dukkha yang dapat dihentikan dengan pengendalian
diri?"
"Seorang bhikkhu berpikir dengan bijaksana dapat
mengendalikan kesulitan matanya". Bila dukkha jasmani dan
perasaan bisa timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat
mengendalikan kesulitan matanya, maka tidak ada dukkha
atau beban emosi yang timbul jika dia dapat mengendalikan
kesulitan matanya.'
"Berpikir dengan bijaksana dia dapat mengendalikan kesulitan
matanya, tak ada dukkha jasmani dan perasaan yang timbul
bila pikirannya terkendali.
638
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Berpikir dengan bijaksana dia dapat mengendalikan kesulitan
penciumannya, tak ada dukkha jasmani dan perasaan yang
timbul bila pikirannya terkendali.
"Berpikir dengan bijaksana dia dapat mengendalikan kesulitan
pengecapannya, tak ada dukkha jasmani dan perasaan yang
timbul bila pikirannya terkendali.
"Berpikir dengan bijaksana dia dapat mengendalikan kesulitan
pendengarannya, tak ada dukkha jasmani dan perasaan yang
timbul bila pikirannya terkendali.
"Berpikir dengan bijaksana dia dapat mengendalikan kesulitan
badannya, tak ada dukkha jasmani dan perasaan yang timbul
bila pikirannya terkendali.
"Berpikir dengan bijaksana ia dapat mengendalikan kesulitan
pikirannya, tak ada dukkha jasmani dan perasaan yang timbul
bila pikirannya terkendali.
Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada seorang
yang pikirannya tidak terkendali, maka sebaliknya tidak ada
dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada seorang
yang pikirannya terkendali. Inilah yang disebut penderitaan
yang dapat dihentikan dengan pengendalian diri."
639
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Apakah penderitaan yang dapat dihentikan dengan
penggunaan?" Seorang bhikkhu berpikir dengan bijaksana
menggunakan sebuah jubah sebagai pelindung dari dingin,
panas dan untuk melindungi diri dari lalat, angin, panas yang
membakar serta serangga tanah, juga hanya bertujuan untuk
menutupi bagian tubuh yang vital."
"Berpikir dengan bijaksana ia tidak menggunakan patta
(mangkuk)-nya untuk hiburan atau kesombongan, tidak pula
untuk keelokan dan hiasan. Tetapi sekedar untuk
kelangsungan hidupnya, untuk menghilangkan rasa sakit dan
membantu perkembangan batin (berpikir): 'Beginilah aku akan
menghentikan kesadaran lama tanpa menimbulkan kesadaran
baru dan terhindar dari kesalahan, aku akan hidup dengan
benar dan sehat'."
"Berpikir dengan bijaksana ia menggunakan tempat
peristirahatan untuk melindungi diri dari dingin, gangguan
lalat, angin, panas terik dan serangga tanah. Dan hanya
sekedar menghindar dari bahaya-bahaya cuaca dalam
menikmati istirahat.”
"Berpikir dengan bijaksana dia menggunakan obat-obatan
untuk menyembuhkan diri dari sakit, sekedar untuk melindungi
diri dari rasa sakit vang timbul dan mengurangi rasa sakit itu."
640
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada
seorang yang tidak menggunakan segala sesuatunya dengan
baik, maka sebaliknya tidak ada dukkha jasmani dan perasaan
yang dapat muncul pada seorang yang menggunakan segala
sesuatunya dengan baik."
"Ini yang disebut penderitaan yang dapat dihentikan dengan
penggunaan".
"Apakah penderitaan yang dapat dihentikan dengan
penahanan?"
"Seorang bhikkhu dengan bijaksana berpikir menahan dingin,
panas lapar, haus dan gangguan dari lalat, angin, panas dan
serangga tanah, dia menahan diri dari menghina, kata-kata
kasar dan perasaan yang menyakitkan, menyiksa, yang
menusuk hati, yang mengkhawatirkan, mengancam dan
membahayakan kehidupan."
"Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada
seorang yang tidak dapat menahan, maka sebaliknya tidak ada
dukkha jasmani dan perasaan yang dapat muncul pada
seorang yang dapat menahan." "Apakah penderitaan yang
dapat dihentikan dengan penghindaran?"
641
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Seorang bhikkhu dengan bijaksana berpikir menghindar dari
seekor gajah liar, kuda liar, banteng liar, anjing liar, ular,
batang pohon yang roboh, semak belukar, tanah berlubang,
tebing batu, lubang dan lubang bawah tanah; berpikir dengan
bijaksana untuk menghindar: duduk di kursi yang tidak
menyenangkan, berkelana di tempat yang tidak cocok, bergaul
dengan orang bodoh; yang mana hal-hal ini dianggap
merupakan perbuatan salah oleh orang bijaksana".
"Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada
seorang yang tidak dapat menghindar, maka sebaliknya tidak
ada dukkha jasmani dan perasaan yang dapat muncul pada
seorang yang dapat menghindar."
"Apakah penderitaan yang dapat dihentikan dengan
penghapusan?"
"Seorang bhikkhu dengan bijaksana berpikir tidak membiarkan
pikiran yang ditimbulkan oleh nafsu indera ... oleh kekesalan ...
oleh penderitaan; dia tinggalkan, benar-benar
menghilangkannya dan memusnahkannya. Dia tidak
membiarkan hal-hal yang salah dan tidak berguna untuk
timbul; dia meninggalkannya, benar-benar menghilangkannya
dan memusnahkan hal-hal itu."
642
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
"Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada
seorang yang tidak dapat menghapus pikiran-pikiran ini, maka
sebaliknya tidak ada dukkha jasmani dan perasaan yang dapat
muncul pada seorang yang dapat menghapus mereka."
"Apakah penderitaan yang dapat dihentikan dengan
pengembangan?"
"Seorang bhikkhu dengan bijaksana berpikir, mengembangkan
perhatian dari faktor-faktor penerangan sempurna
(satisambojjhanga) yang merupakan penahanan diri, tanpa
nafsu dan menghentikan hal-hal yang menyebabkannya dan
berubah tidak melakukannya."
"Dia mengembangkan penelitian dhamma dari faktor-faktor
penerangan sempurna (dhammavicayasambojjhanga)"
"Dia mengembangkan penelitian dhamma dari faktor-faktor
semangat (viriya) penerangan sempurna yang merupakan
penahanan diri, tanpa nafsu, menghentikan hal-hal yang
menyebabkannya dan berubah tidak melakukannya."
"Dia mengembangkan penelitian dhamma dari faktor-faktor
kegiuran (piti) penerangan sempurna yang merupakan
643
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
penahanan diri, tanpa nafsu, menghentikan hal-hal yang
menyebabkannya dan berubah tidak melakukannya."
"Dia mengembangkan penelitian dhamma dari faktor-faktor
ketenangan (passaddhi) penerangan sempurna yang
merupakan penahanan diri, tanpa nafsu, menghentikan hal-hal
yang menyebabkannya dan berubah tidak melakukannya."
"Dia mengembangkan penelitian dhamma dari faktor-faktor
konsentrasi (samadhi) penerangan sempurna yang
merupakan penahanan diri, tanpa nafsu, menghentikan hal-hal
yang menyebabkannya dan berubah tidak melakukannya."
"Dia mengembangkan penelitian dhamma dari faktor-faktor
keseimbangan batin (upekha) penerangan sempurna, yang
merupakan penahanan diri, tanpa nafsu, menghentikan hal-hal
yang menyebabkannya dan berubah tidak melakukannya."
"Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada
seorang yang tidak dapat mengembangkan hal-hal itu, maka
sebaliknya tidak ada dukkha jasmani dan perasaan yang dapat
muncul pada seorang yang mengembangkannya."
"Segera setelah penderitaan seorang bhikkhu dapat
ditinggalkan dengan cara melihat (ke dalam) (dassana),
menahan, menggunakan, menghindar, menghilangkan dan
644
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek
mengembangkan telah dapat ditinggalkan, dia akan disebut
sebagai seorang bhikkhu yang dapat menghentikan semua
penderitaan: dia menghentikan keinginan (tanha), melepaskan
belenggu (samyojana) dan telah mengakhiri penderitaan
dengan penembusan kesombongan (mana)."
Demikian yang dikatakan oleh Sang Bhagava. Para bhikkhu
merasa puas dan gembira dengan kata-kata Sang Bhagava.
645