POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya...

828
Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text) Oleh Tim penteremah Masih diperlukan editing dan cek MULA SUTTA Sutta 1 1. Demikianlah saya dengar: Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di bawah pohon Sala-raja, di hutan Subhaga, Ukkhattha. Di tempat itu Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikku." "Bhante," jawab para bhikkhu. Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu, saya akan mengajarkan dasar metode (mulapariyaya) semua dhamma, dengarkan, perhatikan dengan seksama, saya akan bicara." "Ya, bhante," jawab para bhikkhu menyetujuinya. 1

Transcript of POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya...

Page 1: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

MULA SUTTA

Sutta 1

1. Demikianlah saya dengar:

Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di bawah pohon Sala-

raja, di hutan Subhaga, Ukkhattha. Di tempat itu Sang

Bhagava berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikku."

"Bhante," jawab para bhikkhu.

Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu, saya akan mengajarkan

dasar metode (mulapariyaya) semua dhamma, dengarkan,

perhatikan dengan seksama, saya akan bicara."

"Ya, bhante," jawab para bhikkhu menyetujuinya.

2. Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu, dalam hal orang awam

(puthujjana) yang tidak memperdulikan (assutava) para ariya,

tidak melihat (adassavi) ariyadhamma, tidak mengetahui

(akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam ariyadhamma,

tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak mengetahui

dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam dhamma orang-

1

Page 2: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

orang suci, namun mengetahui (sanjanati) 'pathavi' (padat)

sebagai pathavi. Ia mengetahui pathavi sebagai pathavi, ia

berpikir tentang pathavi; ia memikirkan (dirinya) berhubungan

dengan pathavi; ia memikirkan (dirinya) sebagai pathavi; ia

berpikir bahwa 'pathavi milikku', ia gembira dalam pathavi.

Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia tidak

mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'apo' (cairan)

sebagai apo, setelah mengetahui apo sebagai apo, ia berpikir

tentang apo; ia memikirkan (dirinya) berhubungan dengan apo;

ia memikirkan (dirinya) sebagai apo; ia berpikir 'apo milikku', ia

gembira dalam apo. Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa

hal itu ia tidak mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

2

Page 3: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'tejo' (panas)

sebagai tejo, setelah mengetahui tejo sebagai tejo, ia berpikir

tentang tejo; ia memikirkan (dirinya) berhubungan dengan

tejo; ia memikirkan (dirinya) sebagai tejo; ia berpikir 'tejo

milikku', ia gembira dalam tejo. Mengapa begitu? Saya

nyatakan bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'vayo' (angin)

sebagai vayo, setelah mengetahui vayo sebagai vayo, ia

berpikir tentang vayo; ia memikirkan (dirinya) berhubungan

dengan vayo; ia memikirkan (dirinya) sebagai vayo; ia berpikir

'vayo milikku', ia gembira dalam vayo. Mengapa begitu? Saya

nyatakan bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

3

Page 4: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'butha '

(makhluk) sebagai butha , setelah mengetahui butha sebagai

butha , ia berpikir tentang butha ; ia memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan butha ; ia memikirkan (dirinya) sebagai

butha ; ia berpikir 'butha milikku', ia gembira dalam butha .

Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia tidak

mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'deva' (dewa)

sebagai deva, setelah mengetahui deva sebagai deva, ia

berpikir tentang deva; ia memikirkan (dirinya) berhubungan

dengan deva; ia memikirkan (dirinya) sebagai deva; ia berpikir

'deva milikku', ia gembira dalam deva. Mengapa begitu? Saya

nyatakan bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

4

Page 5: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Pajapati'

sebagai Pajapati, setelah mengetahui Pajapati sebagai

Pajapati, ia berpikir tentang Pajapati; ia memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan Pajapati; ia memikirkan (dirinya) sebagai

Pajapati; ia berpikir 'Pajapati milikku', ia gembira dalam

Pajapati. Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia

tidak mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Brahma'

(Dewa Brahma) sebagai Brahma, setelah mengetahui Brahma

sebagai Brahma, ia berpikir tentang Brahma; ia memikirkan

(dirinya) berhubungan dengan Brahma; ia memikirkan (dirinya)

sebagai Brahma; ia berpikir 'Brahma milikku', ia gembira dalam

Brahma. Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia

tidak mengerti dengan baik.

5

Page 6: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Abhassara'

(Brahma Aabhasara) sebagai Abhassara, setelah mengetahui

Abhassara sebagai Abhassara, ia berpikir tentang Abhassara; ia

memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Abhassara; ia

memikirkan (dirinya) sebagai Abhassara; ia berpikir 'Abhassara

milikku', ia gembira dalam Abhassara. Mengapa begitu? Saya

nyatakan bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Subhakinna'

(Brahma Subhakinna) sebagai Subhakinna, setelah mengetahui

Subhakinna sebagai Subhakinna, ia berpikir tentang

Subhakinna; ia memikirkan (dirinya) berhubungan dengan

Subhakinna; ia memikirkan (dirinya) sebagai Subhakinna; ia

6

Page 7: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

berpikir 'Subhakinna milikku', ia gembira dalam Subhakinna.

Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia tidak

mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Vehapphala'

(Brahma Vehapphala) sebagai Vehapphala, setelah

mengetahui Vehapphala sebagai Vehapphala, ia berpikir

tentang Vehapphala; ia memikirkan (dirinya) berhubungan

dengan Vehapphala; ia memikirkan (dirinya) sebagai

Vehapphala; ia berpikir 'tejo milikku', ia gembira dalam

Vehapphala. Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia

tidak mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Abhibhu'

7

Page 8: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

(Brahma Asannasatta) sebagai Abhibhu, setelah mengetahui

Abhibhu sebagai Abhibhu, ia berpikir tentang Abhibhu; ia

memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Abhibhu; ia

memikirkan (dirinya) sebagai Abhibhu; ia berpikir 'tejo milikku',

ia gembira dalam Abhibhu. Mengapa begitu? Saya nyatakan

bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui

'Akasanancayatana' (…) sebagai Akasanancayatana, setelah

mengetahui Akasanancayatana sebagai Akasanancayatana, ia

berpikir tentang Akasanancayatana; ia memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan Akasanancayatana; ia memikirkan

(dirinya) sebagai Akasanancayatana; ia berpikir 'tejo milikku',

ia gembira dalam Akasanancayatana. Mengapa begitu? Saya

nyatakan bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

8

Page 9: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui

'Vinnanancayatana' (…) sebagai Vinnanancayatana, setelah

mengetahui Vinnanancayatana sebagai Vinnanancayatana, ia

berpikir tentang Vinnanancayatana; ia memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan Vinnanancayatana; ia memikirkan

(dirinya) sebagai Vinnanancayatana; ia berpikir 'tejo milikku', ia

gembira dalam Vinnanancayatana. Mengapa begitu? Saya

nyatakan bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui

'Akincannayatana N’evasannanasannayatana' (cairan) sebagai

Akincannayatana N’evasannanasannayatana, setelah

mengetahui Akincannayatana N’evasannanasannayatana

sebagai Akincannayatana N’evasannanasannayatana, ia

berpikir tentang Akincannayatana N’evasannanasannayatana;

ia memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Akincannayatana

9

Page 10: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

N’evasannanasannayatana; ia memikirkan (dirinya) sebagai

Akincannayatana N’evasannanasannayatana; ia berpikir 'tejo

milikku', ia gembira dalam Akincannayatana

N’evasannanasannayatana. Mengapa begitu? Saya nyatakan

bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'dittha '

(pandangan yang dilihat) sebagai dittha , setelah mengetahui

dittha sebagai dittha , ia berpikir tentang dittha ; ia

memikirkan (dirinya) berhubungan dengan dittha ; ia

memikirkan (dirinya) sebagai dittha ; ia berpikir 'tejo milikku',

ia gembira dalam dittha . Mengapa begitu? Saya nyatakan

bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

10

Page 11: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Isuta'

(sesuatu yang didengar) sebagai Isuta, setelah mengetahui

Isuta sebagai Isuta, ia berpikir tentang Isuta; ia memikirkan

(dirinya) berhubungan dengan Isuta; ia memikirkan (dirinya)

sebagai Isuta; ia berpikir 'tejo milikku', ia gembira dalam Isuta.

Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia tidak

mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'muta'

(sesuatu yang dirasakan) sebagai muta, setelah mengetahui

muta sebagai muta, ia berpikir tentang muta; ia memikirkan

(dirinya) berhubungan dengan muta; ia memikirkan (dirinya)

sebagai muta; ia berpikir 'tejo milikku', ia gembira dalam muta.

Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia tidak

mengerti dengan baik.

Ia mengetahui 'vinnata' (diketahui) sebagai vinnata, setelah

mengetahui vinnata sebagai vinnata, ia berpikir tentang

vinnata; ia memikirkan (dirinya) berhubungan dengan vinnata;

11

Page 12: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ia memikirkan (dirinya) sebagai vinnata; ia berpikir 'tejo

milikku', ia gembira dalam vinnata. Mengapa begitu? Saya

nyatakan bahwa hal itu ia tidak mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'lekatta'

(persatuan) sebagai lekatta, setelah mengetahui lekatta

sebagai lekatta, ia berpikir tentang lekatta; ia memikirkan

(dirinya) berhubungan dengan lekatta; ia memikirkan (dirinya)

sebagai lekatta; ia berpikir 'tejo milikku', ia gembira dalam

lekatta. Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia

tidak mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'nanatta'

(perbedaan) sebagai nanatta, setelah mengetahui nanatta

12

Page 13: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

sebagai nanatta, ia berpikir tentang nanatta; ia memikirkan

(dirinya) berhubungan dengan nanatta; ia memikirkan (dirinya)

sebagai nanatta; ia berpikir 'tejo milikku', ia gembira dalam

nanatta. Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia

tidak mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'sabba'

(universal) sebagai sabba, setelah mengetahui sabba sebagai

sabba, ia berpikir tentang sabba; ia memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan sabba; ia memikirkan (dirinya) sebagai

sabba; ia berpikir 'tejo milikku', ia gembira dalam sabba.

Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia tidak

mengerti dengan baik.

Orang awam (puthujjana) yang tidak memperdulikan

(assutava) para ariya, tidak melihat (adassavi) ariyadhamma,

tidak mengetahui (akovido) ariyadhamma, tidak terlatih dalam

ariyadhamma, tidak melihat ‘orang-orang suci’ (sapurisa), tidak

mengetahui dhamma orang-orang suci, tidak terlatih dalam

13

Page 14: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dhamma orang-orang suci, namun Ia mengetahui 'Nibbana' (…)

sebagai Nibbana, setelah mengetahui Nibbana sebagai

Nibbana, ia berpikir tentang Nibbana; ia memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan Nibbana; ia memikirkan (dirinya) sebagai

Nibbana; ia berpikir 'tejo milikku', ia gembira dalam Nibbana.

Mengapa begitu? Saya nyatakan bahwa hal itu ia tidak

mengerti dengan baik.

3. Para bhikkhu, bagaimana pun seorang bhikkhu siswa (sekha),

yang belum mencapai kesempurnaan (appattamanasa), yang

masih berusaha untuk mencapai pembebasan tertinggi

(anuttara) dari ikatan, mengerti dengan baik tentang pathavi

sebagai pathavi; karena mengetahui dengan baik tentang

pathavi sebagai pathavi, maka ia tidak memikirkan tentang

pathavi, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan

pathavi; ia tidak memikirkan dirinya sebagai pathavi; ia tidak

berpikir 'pathavi milikku', ia tidak gembira dalam pathavi.

Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah

mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

14

Page 15: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Ia mengerti dengan baik tentang ‘apo’ (cairan) sebagai apo;

karena mengetahui dengan baik tentang apo sebagai apo,

maka ia tidak memikirkan tentang apo, ia tidak memikirkan

(dirinya) berhubungan dengan apo; ia tidak memikirkan dirinya

sebagai apo; ia tidak berpikir ' apo milikku', ia tidak gembira

dalam apo. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia

telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘tejo’ (panas) sebagai tejo;

karena mengetahui dengan baik tentang tejo sebagai tejo,

maka ia tidak memikirkan tentang tejo, ia tidak memikirkan

(dirinya) berhubungan dengan tejo; ia tidak memikirkan dirinya

sebagai tejo; ia tidak berpikir ' tejo milikku', ia tidak gembira

dalam tejo. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia

telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

15

Page 16: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Ia mengerti dengan baik tentang ‘vayo’ (angin) sebagai vayo;

karena mengetahui dengan baik tentang vayo sebagai vayo,

maka ia tidak memikirkan tentang vayo, ia tidak memikirkan

(dirinya) berhubungan dengan vayo; ia tidak memikirkan

dirinya sebagai vayo; ia tidak berpikir ' vayo milikku', ia tidak

gembira dalam vayo. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa

hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘butha’ (mahluk) sebagai

butha; karena mengetahui dengan baik tentang butha sebagai

butha, maka ia tidak memikirkan tentang butha, ia tidak

memikirkan (dirinya) berhubungan dengan butha; ia tidak

memikirkan dirinya sebagai butha; ia tidak berpikir ' butha

milikku', ia tidak gembira dalam butha. Mengapa begitu? Saya

nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

16

Page 17: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Ia mengerti dengan baik tentang ‘devo’ (dewa) sebagai devo;

karena mengetahui dengan baik tentang devo sebagai devo,

maka ia tidak memikirkan tentang devo, ia tidak memikirkan

(dirinya) berhubungan dengan devo; ia tidak memikirkan

dirinya sebagai devo; ia tidak berpikir ' devo milikku', ia tidak

gembira dalam devo. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa

hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘Pajapati’ (?) sebagai Pajapati;

karena mengetahui dengan baik tentang Pajapati sebagai

Pajapati, maka ia tidak memikirkan tentang Pajapati, ia tidak

memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Pajapati; ia tidak

memikirkan dirinya sebagai Pajapati; ia tidak berpikir ' Pajapati

milikku', ia tidak gembira dalam Pajapati. Mengapa begitu?

Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

17

Page 18: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Ia mengerti dengan baik tentang ‘Brahma’ (Dewa Barahma)

sebagai Brahma; karena mengetahui dengan baik tentang

Brahma sebagai Brahma, maka ia tidak memikirkan tentang

Brahma, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan

Brahma; ia tidak memikirkan dirinya sebagai Brahma; ia tidak

berpikir ' Brahma milikku', ia tidak gembira dalam Brahma.

Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah

mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘AAbhassara’ (Brahma

Abhassara) sebagai AAbhassara; karena mengetahui dengan

baik tentang AAbhassara sebagai AAbhassara, maka ia tidak

memikirkan tentang AAbhassara, ia tidak memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan AAbhassara; ia tidak memikirkan dirinya

sebagai AAbhassara; ia tidak berpikir ' AAbhassara milikku', ia

tidak gembira dalam AAbhassara. Mengapa begitu? Saya

nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

18

Page 19: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘Subhakinna’ (Brahma

Subhakinna) sebagai Subhakinna; karena mengetahui dengan

baik tentang Subhakinna sebagai Subhakinna, maka ia tidak

memikirkan tentang Subhakinna, ia tidak memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan Subhakinna; ia tidak memikirkan dirinya

sebagai Subhakinna; ia tidak berpikir ' Subhakinna milikku', ia

tidak gembira dalam Subhakinna. Mengapa begitu? Saya

nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘Vehapphala’ (Brahma

Vehapphala) sebagai Vehapphala; karena mengetahui dengan

baik tentang Vehapphala sebagai Vehapphala, maka ia tidak

memikirkan tentang Vehapphala, ia tidak memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan Vehapphala; ia tidak memikirkan dirinya

sebagai Vehapphala; ia tidak berpikir ' Vehapphala milikku', ia

19

Page 20: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tidak gembira dalam Vehapphala. Mengapa begitu? Saya

nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘Abhibhu’ (Brahma

Asannasatta) sebagai Abhibhu; karena mengetahui dengan

baik tentang Abhibhu sebagai Abhibhu, maka ia tidak

memikirkan tentang Abhibhu, ia tidak memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan Abhibhu; ia tidak memikirkan dirinya

sebagai Abhibhu; ia tidak berpikir ' Abhibhu milikku', ia tidak

gembira dalam Abhibhu. Mengapa begitu? Saya nyatakan

babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘Akasanancayatana’ (?)

sebagai Akasanancayatana; karena mengetahui dengan baik

tentang Akasanancayatana sebagai Akasanancayatana, maka

ia tidak memikirkan tentang Akasanancayatana, ia tidak

20

Page 21: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Akasanancayatana;

ia tidak memikirkan dirinya sebagai Akasanancayatana; ia tidak

berpikir ' Akasanancayatana milikku', ia tidak gembira dalam

Akasanancayatana. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa

hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘Vinnananancayatana’

sebagai Vinnannaancayatana; karena mengetahui dengan baik

tentang Vinnannaancayatana sebagai Vinnannaancayatana,

maka ia tidak memikirkan tentang Vinnannaancayatana, ia

tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan

Vinnannaancayatana; ia tidak memikirkan dirinya sebagai

Vinnannaancayatana; ia tidak berpikir ' Vinnannaancayatana

milikku', ia tidak gembira dalam Vinnannaancayatana.

Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah

mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

21

Page 22: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘Akincannayatana

N’evasannanasannayatana’ sebagai Akincannayatana

N’evasannanasannayatana; karena mengetahui dengan baik

tentang Akincannayatana N’evasannanasannayatana sebagai

Akincannayatana N’evasannanasannayatana, maka ia tidak

memikirkan tentang Akincannayatana

N’evasannanasannayatana, ia tidak memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan Akincannayatana

N’evasannanasannayatana; ia tidak memikirkan dirinya

sebagai Akincannayatana N’evasannanasannayatana; ia tidak

berpikir'Akincannayatana N’evasannanasannayatana milikku',

ia tidak gembira dalam Akincannayatana

N’evasannanasannayatana. Mengapa begitu? Saya nyatakan

babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘Dittha’ (Pandangan yang

dilihat) sebagai Dittha; karena mengetahui dengan baik

tentang Dittha sebagai Dittha, maka ia tidak memikirkan

22

Page 23: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tentang Dittha, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan

dengan Dittha; ia tidak memikirkan dirinya sebagai Dittha; ia

tidak berpikir ' Dittha milikku', ia tidak gembira dalam Dittha.

Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah

mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘Isuta’ (sesuatu yang

didengar) sebagai Isuta; karena mengetahui dengan baik

tentang Isuta sebagai Isuta, maka ia tidak memikirkan tentang

Isuta, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Isuta;

ia tidak memikirkan dirinya sebagai Isuta; ia tidak berpikir '

Isuta milikku', ia tidak gembira dalam Isuta. Mengapa begitu?

Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘muta’ (sesuatu yang

dirasakan) sebagai muta; karena mengetahui dengan baik

23

Page 24: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tentang muta sebagai muta, maka ia tidak memikirkan tentang

muta, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan muta;

ia tidak memikirkan dirinya sebagai muta; ia tidak berpikir '

muta milikku', ia tidak gembira dalam muta. Mengapa begitu?

Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘vinnata’ (yang diketahui)

sebagai vinnata; karena mengetahui dengan baik tentang

vinnata sebagai vinnata, maka ia tidak memikirkan tentang

vinnata, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan

vinnata; ia tidak memikirkan dirinya sebagai vinnata; ia tidak

berpikir ' vinnata milikku', ia tidak gembira dalam vinnata.

Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah

mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘lekatta’ (persatuan) sebagai

24

Page 25: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

lekatta; karena mengetahui dengan baik tentang lekatta

sebagai lekatta, maka ia tidak memikirkan tentang lekatta, ia

tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan lekatta; ia

tidak memikirkan dirinya sebagai lekatta; ia tidak berpikir '

lekatta milikku', ia tidak gembira dalam lekatta. Mengapa

begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan

baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘nanatta’ (perbedaan) sebagai

nanatta; karena mengetahui dengan baik tentang nanatta

sebagai nanatta, maka ia tidak memikirkan tentang nanatta, ia

tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan nanatta; ia

tidak memikirkan dirinya sebagai nanatta; ia tidak berpikir '

nanatta milikku', ia tidak gembira dalam nanatta. Mengapa

begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan

baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

25

Page 26: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘sabba’ (universal) sebagai

sabba; karena mengetahui dengan baik tentang sabba sebagai

sabba, maka ia tidak memikirkan tentang sabba, ia tidak

memikirkan (dirinya) berhubungan dengan sabba; ia tidak

memikirkan dirinya sebagai sabba; ia tidak berpikir ' sabba

milikku', ia tidak gembira dalam sabba. Mengapa begitu? Saya

nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu siswa (sekha), yang belum mencapai

kesempurnaan (appattamanasa), yang masih berusaha untuk

mencapai pembebasan tertinggi (anuttara) dari ikatan, namun

Ia mengerti dengan baik tentang ‘Nibbana’ (?) sebagai

Nibbana; karena mengetahui dengan baik tentang Nibbana

sebagai Nibbana, maka ia tidak memikirkan tentang Nibbana,

ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Nibbana; ia

tidak memikirkan dirinya sebagai Nibbana; ia tidak berpikir '

Nibbana milikku', ia tidak gembira dalam Nibbana. Mengapa

begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan

baik.

26

Page 27: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

3. Para bhikkhu, bagaimana pun seorang bhikkhu arahat, yang

telah melenyapkan semua kekotoran batin (asava), telah hidup

dengan kehidupan (sempurna), telah melaksanakan tugas yang

harus dikerjakan (katakaraniyo), telah melepaskan beban

(ohitabharo), telah mencapai tujuannya (anuppattasadatto),

telah melenyapkan semua belenggu (samyojana), yang

terbebas (vimutti) dengan pengetahuan sempurna, ia pun

mengerti dengan baik tentang 'pathavi' sebagai pathavi;

karena mengerti dengan baik mengenai pathavi sebagai

pathavi, maka ia tidak memikirkan tentang pathavi, ia tidak

memikirkan (dirinya) berhubungan dengan pathavi; ia tidak

memikirkan dirinya sebagai pathavi; ia tidak berpikir 'pathavi

milikku', ia tidak gembira dalam pathavi. Mengapa begitu?

Saya nyatakan bahwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘apo’ (cairan) sebagai apo; karena mengetahui dengan

27

Page 28: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

baik tentang apo sebagai apo, maka ia tidak memikirkan

tentang apo, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan

dengan apo; ia tidak memikirkan dirinya sebagai apo; ia tidak

berpikir ' apo milikku', ia tidak gembira dalam apo. Mengapa

begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan

baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘tejo’ (panas) sebagai tejo; karena mengetahui dengan

baik tentang tejo sebagai tejo, maka ia tidak memikirkan

tentang tejo, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan

dengan tejo; ia tidak memikirkan dirinya sebagai tejo; ia tidak

berpikir ' tejo milikku', ia tidak gembira dalam tejo. Mengapa

begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan

baik.

28

Page 29: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

namun Ia mengerti dengan baik tentang ‘vayo’ (angin) sebagai

vayo; karena mengetahui dengan baik tentang vayo sebagai

vayo, maka ia tidak memikirkan tentang vayo, ia tidak

memikirkan (dirinya) berhubungan dengan vayo; ia tidak

memikirkan dirinya sebagai vayo; ia tidak berpikir ' vayo

milikku', ia tidak gembira dalam vayo. Mengapa begitu? Saya

nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘butha’ (mahluk) sebagai butha; karena mengetahui

dengan baik tentang butha sebagai butha, maka ia tidak

memikirkan tentang butha, ia tidak memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan butha; ia tidak memikirkan dirinya

sebagai butha; ia tidak berpikir ' butha milikku', ia tidak

gembira dalam butha. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa

hal itu ia telah mengerti dengan baik.

29

Page 30: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘devo’ (dewa) sebagai devo; karena mengetahui

dengan baik tentang devo sebagai devo, maka ia tidak

memikirkan tentang devo, ia tidak memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan devo; ia tidak memikirkan dirinya sebagai

devo; ia tidak berpikir ' devo milikku', ia tidak gembira dalam

devo. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah

mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

30

Page 31: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘Pajapati’ (?) sebagai Pajapati; karena mengetahui

dengan baik tentang Pajapati sebagai Pajapati, maka ia tidak

memikirkan tentang Pajapati, ia tidak memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan Pajapati; ia tidak memikirkan dirinya

sebagai Pajapati; ia tidak berpikir ' Pajapati milikku', ia tidak

gembira dalam Pajapati. Mengapa begitu? Saya nyatakan

babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘Brahma’ (Dewa Barahma) sebagai Brahma; karena

mengetahui dengan baik tentang Brahma sebagai Brahma,

maka ia tidak memikirkan tentang Brahma, ia tidak memikirkan

(dirinya) berhubungan dengan Brahma; ia tidak memikirkan

dirinya sebagai Brahma; ia tidak berpikir ' Brahma milikku', ia

31

Page 32: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tidak gembira dalam Brahma. Mengapa begitu? Saya

nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘Abhassara’ (Brahma Abhassara) sebagai Abhassara;

karena mengetahui dengan baik tentang Abhassara sebagai

Abhassara, maka ia tidak memikirkan tentang Abhassara, ia

tidak memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Abhassara; ia

tidak memikirkan dirinya sebagai Abhassara; ia tidak berpikir '

Abhassara milikku', ia tidak gembira dalam Abhassara.

Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah

mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

32

Page 33: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘Subhakinna’ (Brahma Subhakinna) sebagai

Subhakinna; karena mengetahui dengan baik tentang

Subhakinna sebagai Subhakinna, maka ia tidak memikirkan

tentang Subhakinna, ia tidak memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan Subhakinna; ia tidak memikirkan dirinya

sebagai Subhakinna; ia tidak berpikir ' Subhakinna milikku', ia

tidak gembira dalam Subhakinna. Mengapa begitu? Saya

nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘Vehapphala’ (Brahma Vehapphala) sebagai

33

Page 34: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Vehapphala; karena mengetahui dengan baik tentang

Vehapphala sebagai Vehapphala, maka ia tidak memikirkan

tentang Vehapphala, ia tidak memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan Vehapphala; ia tidak memikirkan dirinya

sebagai Vehapphala; ia tidak berpikir ' Vehapphala milikku', ia

tidak gembira dalam Vehapphala. Mengapa begitu? Saya

nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘Abhibhu’ (Brahma Asannasatta) sebagai Abhibhu;

karena mengetahui dengan baik tentang Abhibhu sebagai

Abhibhu, maka ia tidak memikirkan tentang Abhibhu, ia tidak

memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Abhibhu; ia tidak

memikirkan dirinya sebagai Abhibhu; ia tidak berpikir ' Abhibhu

milikku', ia tidak gembira dalam Abhibhu. Mengapa begitu?

Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

34

Page 35: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘Akasanancayatana’ (?) sebagai Akasanancayatana;

karena mengetahui dengan baik tentang Akasanancayatana

sebagai Akasanancayatana, maka ia tidak memikirkan tentang

Akasanancayatana, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan

dengan Akasanancayatana; ia tidak memikirkan dirinya sebagai

Akasanancayatana; ia tidak berpikir ' Akasanancayatana

milikku', ia tidak gembira dalam Akasanancayatana. Mengapa

begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan

baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

35

Page 36: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘Vinnanancayatana’ (?) sebagai Vinnanancayatana;

karena mengetahui dengan baik tentang Vinnanancayatana

sebagai Vinnanancayatana, maka ia tidak memikirkan tentang

Vinnanancayatana, ia tidak memikirkan (dirinya) berhubungan

dengan Vinnanancayatana; ia tidak memikirkan dirinya sebagai

Vinnanancayatana; ia tidak berpikir ' Vinnanancayatana

milikku', ia tidak gembira dalam Vinnanancayatana. Mengapa

begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan

baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘Akincannayatana N’evasannanasannayatana’ (?)

sebagai Akincannayatana N’evasannanasannayatana; karena

36

Page 37: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mengetahui dengan baik tentang Akincannayatana

N’evasannanasannayatana sebagai Akincannayatana

N’evasannanasannayatana, maka ia tidak memikirkan tentang

Akincannayatana N’evasannanasannayatana, ia tidak

memikirkan (dirinya) berhubungan dengan Akincannayatana

N’evasannanasannayatana; ia tidak memikirkan dirinya

sebagai Akincannayatana N’evasannanasannayatana; ia tidak

berpikir'Akincannayatana N’evasannanasannayatana milikku',

ia tidak gembira dalam Akincannayatana

N’evasannanasannayatana. Mengapa begitu? Saya nyatakan

babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘Dittha’ (Pandangan yang dilihat) sebagai Dittha;

karena mengetahui dengan baik tentang Dittha sebagai Dittha,

maka ia tidak memikirkan tentang Dittha, ia tidak memikirkan

37

Page 38: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

(dirinya) berhubungan dengan Dittha; ia tidak memikirkan

dirinya sebagai Dittha; ia tidak berpikir ' Dittha milikku', ia tidak

gembira dalam Dittha. Mengapa begitu? Saya nyatakan

babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘Isuta’ (sesuatu yang didengar) sebagai Isuta; karena

mengetahui dengan baik tentang Isuta sebagai Isuta, maka ia

tidak memikirkan tentang Isuta, ia tidak memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan Isuta; ia tidak memikirkan dirinya sebagai

Isuta; ia tidak berpikir ' Isuta milikku', ia tidak gembira dalam

Isuta. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia telah

mengerti dengan baik.

38

Page 39: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘muta’ (sesuatu yang dirasakan) sebagai muta; karena

mengetahui dengan baik tentang muta sebagai muta, maka ia

tidak memikirkan tentang muta, ia tidak memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan muta; ia tidak memikirkan dirinya

sebagai muta; ia tidak berpikir ' muta milikku', ia tidak gembira

dalam muta. Mengapa begitu? Saya nyatakan babwa hal itu ia

telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

39

Page 40: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tentang ‘vinnata’ (yang diketahui) sebagai vinnata; karena

mengetahui dengan baik tentang vinnata sebagai vinnata,

maka ia tidak memikirkan tentang vinnata, ia tidak memikirkan

(dirinya) berhubungan dengan vinnata; ia tidak memikirkan

dirinya sebagai vinnata; ia tidak berpikir ' vinnata milikku', ia

tidak gembira dalam vinnata. Mengapa begitu? Saya nyatakan

babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘lekatta’ (persatuan) sebagai lekatta; karena

mengetahui dengan baik tentang lekatta sebagai lekatta, maka

ia tidak memikirkan tentang lekatta, ia tidak memikirkan

(dirinya) berhubungan dengan lekatta; ia tidak memikirkan

dirinya sebagai lekatta; ia tidak berpikir ' lekatta milikku', ia

tidak gembira dalam lekatta. Mengapa begitu? Saya nyatakan

babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

40

Page 41: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘nanatta’ (perbedaan) sebagai nanatta; karena

mengetahui dengan baik tentang nanatta sebagai nanatta,

maka ia tidak memikirkan tentang nanatta, ia tidak memikirkan

(dirinya) berhubungan dengan nanatta; ia tidak memikirkan

dirinya sebagai nanatta; ia tidak berpikir ' nanatta milikku', ia

tidak gembira dalam nanatta. Mengapa begitu? Saya

nyatakan babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

41

Page 42: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘sabba’ (iniversal) sebagai sabba; karena mengetahui

dengan baik tentang sabba sebagai sabba, maka ia tidak

memikirkan tentang sabba, ia tidak memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan sabba; ia tidak memikirkan dirinya

sebagai sabba; ia tidak berpikir ' sabba milikku', ia tidak

gembira dalam sabba. Mengapa begitu? Saya nyatakan

babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

Seorang bhikkhu arahat, yang telah melenyapkan semua

kekotoran batin (asava), telah hidup dengan kehidupan

(sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus dikerjakan

(katakaraniyo), telah melepaskan beban (ohitabharo), telah

mencapai tujuannya (anuppattasadatto), telah melenyapkan

semua belenggu (samyojana), yang terbebas (vimutti) dengan

pengetahuan sempurna, namun Ia mengerti dengan baik

tentang ‘Nibbana’ (?) sebagai Nibbana; karena mengetahui

dengan baik tentang Nibbana sebagai Nibbana, maka ia tidak

memikirkan tentang Nibbana, ia tidak memikirkan (dirinya)

berhubungan dengan Nibbana; ia tidak memikirkan dirinya

sebagai Nibbana; ia tidak berpikir ' Nibbana milikku', ia tidak

42

Page 43: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

gembira dalam Nibbana. Mengapa begitu? Saya nyatakan

babwa hal itu ia telah mengerti dengan baik.

4. Para bhikkhu, bagaimana pun seorang bhikkhu arahat, yang

telah melenyapkan semua kekotoran batin, telah hidup dengan

kehidupan (sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus

dikerjakan (katakaraniyo), telah melepaskan beban

(ohitabharo), telah mencapai tujuannya (anuppattasadatto),

telah melenyapkan semua belenggu (samyojana), yang

terbebas (vimutti) dengan pengetahuan sempurna ia pun

mengerti dengan baik tentang 'pathavi' ia tidak gembira dalam

pathavi, ia pun mengerti dengan baik tentang 'pathavi' ia tidak

gembira dalam pathavi, ia pun mengerti dengan baik tentang

'apo' ia tidak gembira dalam apo, ia pun mengerti dengan baik

tentang 'tejo' ia tidak gembira dalam tejo, ia pun mengerti

dengan baik tentang 'vayo' ia tidak gembira dalam vayo, ia pun

mengerti dengan baik tentang 'butha' ia tidak gembira dalam

butha, ia pun mengerti dengan baik tentang 'deva' ia tidak

gembira dalam deva, ia pun mengerti dengan baik tentang '

Pajapati' ia tidak gembira dalam Pajapati, ia pun mengerti

dengan baik tentang 'Brahma' ia tidak gembira dalam Barhma,

ia pun mengerti dengan baik tentang 'Abhassaara' ia tidak

43

Page 44: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

gembira dalam Abhassara, ia pun mengerti dengan baik

tentang 'Subbhakinna' ia tidak gembira dalam Subhakinna, ia

pun mengerti dengan baik tentang 'Vehapphala' ia tidak

gembira dalam Vehapphala, ia pun mengerti dengan baik

tentang 'Abhibhu' ia tidak gembira dalam AaAbhibhu, ia pun

mengerti dengan baik tentang ' Akasanancayatana' ia tidak

gembira dalam Akasanancayatana, ia pun mengerti dengan

baik tentang ' Vinnanancayatana' ia tidak gembira dalam

Vinnanancayatana ia pun mengerti dengan baik tentang

'Akincannayatana N’evasannanasannayatana' ia tidak gembira

dalam Akincannayatana N'evasannanasannaya-tana, ia pun

mengerti dengan baik tentang ' dittha' ia tidak gembira dalam

dittha, ia pun mengerti dengan baik tentang 'Isuta' ia tidak

gembira dalam Isuta', ia pun mengerti dengan baik tentang

'muta' ia tidak gembira dalam 'muta', ia pun mengerti dengan

baik tentang 'vinnata' ia tidak gembira dalam 'vinnata', ia pun

mengerti dengan baik tentang 'lekatta' ia tidak gembira dalam

‘lekatta', ia pun mengerti dengan baik tentang 'nanatta' ia

tidak gembira dalam nanatta, ia pun mengerti dengan baik

tentang 'sabba' ia tidak gembira dalam sabba, ia pun mengerti

dengan baik tentang 'Nibbana' ia tidak gembira dalam

Nibbana'. Mengapa begitu? Karena ia 'tanpa keinginan nafsu'

44

Page 45: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

(vitaragatta), sebab telah 'melenyapkan (semua) keinginan

nafsu' (khaya ragassa). ia 'tanpa kebencian' (vitadosatta),

sebab telah 'melenyapkan (semua) kebencian' (khaya

dosassa), ia 'tanpa kebodohan' (vitamohatta), sebab telah

melenyapkan (semua) kebodohan' (khaya mohassa).

5. Para bhikkhu, juga Tathagata Arahat Sammasambuddha, yang

telah melenyapkan semua kekotoran batin, telah hidup dengan

kehidupan (sempurna), telah melaksanakan tugas yang harus

dikerjakan (katakaraniyo), telah melepaskan beban

(ohitabharo), telah mencapai tujuannya (anuppattasadatto),

telah melenyapkan semua belenggu (samyojana), yang

terbebas (vimutti) dengan pengetahuan sempurna ia pun

mengerti dengan baik tentang 'pathavi' ia tidak gembira dalam

pathavi, ia pun mengerti dengan baik tentang 'pathavi' ia tidak

gembira dalam pathavi, ia pun mengerti dengan baik tentang

'apo' ia tidak gembira dalam apo, ia pun mengerti dengan baik

tentang 'tejo' ia tidak gembira dalam tejo, ia pun mengerti

dengan baik tentang 'vayo' ia tidak gembira dalam vayo, ia

pun mengerti dengan baik tentang 'butha' ia tidak gembira

dalam butha, ia pun mengerti dengan baik tentang 'deva' ia

tidak gembira dalam deva, ia pun mengerti dengan baik

45

Page 46: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tentang ' Pajapati' ia tidak gembira dalam Pajapati, ia pun

mengerti dengan baik tentang 'Brahma' ia tidak gembira dalam

Barhma, ia pun mengerti dengan baik tentang 'Abhassaara' ia

tidak gembira dalam Abhassara, ia pun mengerti dengan baik

tentang 'Subbhakinna' ia tidak gembira dalam Subhakinna, ia

pun mengerti dengan baik tentang 'Vehapphala' ia tidak

gembira dalam Vehapphala, ia pun mengerti dengan baik

tentang 'Abhibhu' ia tidak gembira dalam AaAbhibhu, ia pun

mengerti dengan baik tentang ' Akasanancayatana' ia tidak

gembira dalam Akasanancayatana, ia pun mengerti dengan

baik tentang ' Vinnanancayatana' ia tidak gembira dalam

Vinnanancayatana ia pun mengerti dengan baik tentang

'Akincannayatana N’evasannanasannayatana' ia tidak gembira

dalam Akincannayatana N'evasannanasannaya-tana, ia pun

mengerti dengan baik tentang ' dittha' ia tidak gembira dalam

dittha, ia pun mengerti dengan baik tentang 'Isuta' ia tidak

gembira dalam Isuta', ia pun mengerti dengan baik tentang

'muta' ia tidak gembira dalam 'muta', ia pun mengerti dengan

baik tentang 'vinnata' ia tidak gembira dalam 'vinnata', ia pun

mengerti dengan baik tentang 'lekatta' ia tidak gembira dalam

‘lekatta', ia pun mengerti dengan baik tentang 'nanatta' ia

tidak gembira dalam nanatta, ia pun mengerti dengan baik

46

Page 47: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tentang 'sabba' ia tidak gembira dalam sabba, ia pun mengerti

dengan baik tentang 'Nibbana' ia tidak gembira dalam

Nibbana'. Mengapa begitu? Karena hal itu telah dimengerti

dengan baik oleh Tathagata.

6. Para bhikkhu, juga Tathagata Arahat Sammasambuddha

mengerti dengan baik tentang 'pathavi' sebagai pathavi;

karena mengerti dengan baik mengenai pathavi sebagai

pathavi, maka ia tidak memikirkan tentang pathavi, ia tidak

memikirkan (dirinya) berhubungan dengan pathavi; ia tidak

memikirkan dirinya sebagai pathavi; ia tidak berpikir 'pathavi

milikku', ia tidak gembira dalam pathavi. Mengapa begitu?

Karena ia telah mengetahui dengan baik bahwa 'kenikmatan

(nandi) dasarnya adalah pada dukkha', mengetahui bahwa

karena adanya 'menjadi' (bhava) maka terjadilah 'kelahiran'

(jati), maka muncullah 'usia tua dan kematian' (jaramarana)

makhluk. Para bhikkhu itulah sebabnya maka saya nyatakan

bahwa Tathagata karena telah melenyapkan, terbebas dan

'melenyapkan semua keinginan' (tanha khaya) dan 'tanpa

nafsu' (viraga), sempurna kesadarannya dengan mencapai

'penerangan agung tertinggi' (anuttaram sammasambodhi).

47

Page 48: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, juga Tathagata Arahat Sammasambuddha

mengerti dengan baik tentang 'apo', 'tejo', 'vayo', 'butha',

'deva', 'Pajapati', ‘Brahma’, ‘Abhassara’, Subhakinna’,

‘Vehapphala’, ‘Abhibhu’, ‘Akasanancayatana’,

‘Vinnanancayatana, ‘Akincannayatana

N’evasannanasannayatana,’ 'dittha', Isuta', 'muta, 'vinnata',

‘lekatta’, ‘nanatta’, ‘sabba’ , Nibbana' ia tidak gembira dalam

'apo', 'tejo', 'vayo', 'butha', 'deva', 'Pajapati', ‘Brahma’,

‘Abhassara’, Subhakinna’, ‘Vehapphala’, ‘Abhibhu’,

‘Akasanancayatana’, ‘Vinnanancayatana, ‘Akincannayatana

N’evasannanasannayatana,’ 'dittha', Isuta', 'muta, 'vinnata',

‘lekatta’, ‘nanatta’, ‘sabba’ , Nibbana'. Para bhikkhu itulah

sebabnya maka saya nyatakan bahwa Tathagata karena telah

melenyapkan, terbebas dan melenyapkan semua keinginan

dan tanpa nafsu sempurna kesadarannya dengan mencapai

penerangan agung tertinggi.

Itulah yang diuraikan oleh Sang Bhagava. Para bhikkhu senang dan

gembira pada apa yang dikatakan Sang Bhagava.

48

Page 49: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

MARASACCAKA SUTTA36

1 Demikianlahyangsayadengar:

49

Page 50: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang menginap di Kutagarasala, Mahavana, Vesali.

2. Ketika hari masih pagi, setelah Sang Bhagava selesai berpakaian dan mengambil patta sertajubah luar (civara), beliau akan pergi ke Vesali untuk pindapata.

3. Pada saat itu Saccaka Niganthaputta sedang cankamana (berjalan mondar-mandir melakukan latihan), ia pergi ke Kutagarasala, Mahavana. Bhikkhu Ananda melihat dia datang dari jauh. Ketika beliau melihatnya, beliau berkata kepada Sang Bhagava: "Bhante, Saccaka Niganthaputta sedang ke sini, ia adalah seorang pedebat, seorang pembicara yang pandai dan dianggap oleh banyak orang sebagai orang suci. Ia ingin mencela Sang Buddha. Dhamma dan Sangha. Lebih baik apabila yang Bhagava mau duduk sebentar demi kasih sayang".Sang Bhagava duduk di tempat duduk yang ada. Kemudian Saccaka Niganthaputta pergi menemui beliau, saling memberikan salam, setelah kata-kata pembuka yang penuh hormat serta lemah lembut itu dilakukan, ia duduk ditempat duduk yang tersedia. Setelah dududk ia berkata Sang Bhagava:

4. 'Guru Gotama, ada beberapa petapa dan brahmana yang melibatkan diri untuk mengejar praktik pengembangan jasmani tanpa mengembangkan pikiran. Mereka itu tersentuh oleh perasaan sakit jasmani menjadi lumpuh dipaha atau jantung meledak atau darah panas menyembur keluar dari mulutnya atau ia'menjadi gila, hilang kesadarannya. Begitulah karena pikiran tunduk pada jasmaninya dan membiarkan jasmani

50

Page 51: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menguasainya. Mengapa? Sebab pikiran tidak dikembangkan. Tetapi ada pula beberapa petapa dan brahmana yang terlibat dalam mengejar mengembangkan pikiran tanpa mengembangkan jasmani.

Mereka itu tersentuh oleh perasaan sakit dari mentalnya, juga menjadi lumpuh pada pahanya ataujantungnya meledak, darah segar menyembur keluar dari mulutnya atau ia menjadi gila, hilang kesadarannya. Begitulah karena jasmani tunduk pada pikiran, membiarkan pikiran menguasainya. Mengapa? Sebab jasmani itu tidak dikembangkan. Guru Gotama, saya berpendapat bahwa sudah pasti siswa-siswa Guru Gotama adalah mengutamakan mengembangkan pikiran tanpa mengembangkan jasmani?.

5--"Aggivessana, tetapi bagaimana cara mengembangkan jasmani kamu pelajari?"

"Ada contohnya, yaitu: Nanda Vaccha, Kisa Sankicca, Makkhali Gosala. Mereka itu berjalan dengan telanjang, mereka menolak kaidah-kaidah peraturan, menjilati tangan-tangan mereka, tidak mau memenuhi undangan, tidak berhenti apabila diminta, mereka tidak apapun yang dibawa (kepadanya), atau sesuatu yang khusus dibuat (untuk dirinya), atau suatu undangan: mereka tidak akan menerima segala sesuatu yang dikeluarkan dari panci, dari mangkok, melewati daun pintu, melewati tongkat, melewati alu (alat penumbuk), dari dua orang makan bersama, dari seorang wanita dengan anak, dari wanita menyusui, dari (dimana) seorang wanita sedang merebahkan diri

51

Page 52: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dengan seorang laki-laki, dari makanan yang telah diumumkan untuk dibagibagikan, dari tempat dimana seekor anjing sedang menunggu, darimana lalat-lalat sedang beterbangan: mereka tidak menerima ikan atau daging, mereka tidak minum anggur, arak atau minuman yang diragikan. Mereka menerima makanan hanya dari satu rumah untuk sesuap nasi: mereka menerima makanan hanya dari dua rumah untuk dua suap nasi .... tujuh rumah untuk tujuh suap nasi. Mereka hidup hanya dengan sepiring, dengan dua piring ... tujuh piring sehari. Mereka hanya makan satu kali sehari, satu kali dalam dua hari .... satu kaii dalam tujuh hari; dan sedemikian selanjutnya hingga satu kali dalam empat belas hari, mereka berkelana mengabdikan diri kepada praktik semacam itu tentang mengambil makanan pada waktu-waktu yang telah dikemukakan itu".

6--"Aggivessana, tetapi apakah mereka itu., selalu hidup atas dasar hal itu?" 'Tidak,Guru Gotama, kadang-kadang mereka mengunyah makanan keras yang baik, makanan-makanan baik yang lembut, mencicipi cemilan-cemilan enak, minum-minuman enak. Dengan itu mereka mendapat kekuatan, pertumbuhan dan lemak'.

Agivessana, apa yang dahulu mereka tinggalkan, mereka mengumpulkannya kembali. Itulah mengapa terdapat pengumpulan dan pembuangan dari badan ini. Sekarang bagaimana pengembangan pikiran yang telah kamu pelajari?'. Ketika Saccaka Niganthaputta ditanya oleh Sang Bhagava tentang pengembangan pikiran, ia tidak dapat menjawabnya.

52

Page 53: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

7. Kemudian Sang Bhagava berkata kepadanya: "Aggivessana, apa yang baru saja kamu bicarakan sebagai pengembanganjasmani, adalah bukan pengembangan jasmani sesuai dengan Dhamma dan Vinaya Ariya. Sedangkan pengembangan jasmani kamu tidak tahu, apalagi tentang pengembangan pikiran itu! Namun demikian, dengarkan bagaimana seseorang tidak mengembangkan jasmani dan tidak mengembangkan pikiran, juga bagaimana ia mengembangkan jasmani dan pikiran, perhatikan baik-baik apa yang akan saya katakan".

"Baiklah. Bhante," jawab Saccaka Niganthaputta. Selanjutnya Sang Bhagava berkata:

"Bagaimana seseorang tidak mengembangkan jasmani serta tidak mengembangkan pikiran? Aggivessana, dalam hal ini perasaan menyenangkan timbul dalam di dalam diri seorang awam Yang tidak diajar sebagaimana orang-orang biasa pada umumnya. itu, ia bernafsu terhadap perasaan Disentuh oleh Pcrasaan menyenangkan menyenangkan tersebut, ia tetap saja bernafsu terhadap perasaan menyenangkan itu. Perasaan menyenangkan itu berhenti, dengan berhentinya perasaan menyenangkan itu maka timbullah perasaan menyakitkan (dikemudian hari). Disentuh oleh perasaan menyakitkan itu maka ia berduka, sedih, meratapi, memukul-mukul dadanya, ia menangis dan meniadi Putus asa. Ketika perasaan menyenangkan itu timbul padanya, perasaan itu masuk dalam pikiran dan tinggal disana karena badan jasmaninya tidak dikembangkan. Dalam hal ini, setiap yang dalam cara atau gaya ganda ini, perasaan menyenangkan timbul dan masuk

53

Page 54: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dalam pikiran serta tinggal di sana karena badan jasmani itu tidak dikembangkan; perasaan menyakitkan timbul dan masuk dalam pikiran serta tinggal di sana sebab pikiran itu tidak dikembangkan. Beginilah jasmani yang tidak dikembangkan dan pikiran yang tidak dikembangkan.

9-- Bagaimana sescorang mengembangkan jasmani dan pikiran? menyenangkan timbul pada ariya Aggivessana, dalam hal ini perasaan savaka yang terpelajar dengan baiknya. Disentuh oleh perasaan menyenangkan itu, ia tidak bernafsu terhadap perasaan menyenangkan itu, ia tidak tetap mempertahankan nafsunya terhadap perasaan menyenangkan itu. Perasaan menyenangkannya itu berhenti. Karena perasaan menyenangkan berhenti, maka timbullah perasaan menyakitkan, ia tidak berduka, tidak bersedih atau meratapinya, ia tidak memukuli dirinya, tidak menangis dan tidak putus asa. Ketika perasaan menyenangkan itu timbul Padanya, perasaan menyenangkan itu tidak masuk dalam pikiran dan tidak tetap tinggal di sana sebab badan jasmaninya telah dikembangkan. Ketika perasaan menyakitkan itu timbul padanya, perasaan menyakitkan tidak masuk dalam pikiran dan ganda ini, perasaan menyenangkan tsiedtiaakptionrgagnaglddeinsgaannacserbaabatpaiukigraayn telah dikembangkan. Dalain hal ini, timbul tidak masuk dalain pikiran dan tidak tinggal di sana sebab badan jasmani telah dikembangkan, dan perasaan menyakitkan timbul dan tidak masuk dalam pikiran Saya serta tinggal di sana".

54

Page 55: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

10-- `Saya mempunyai kepercayaan kepada Guru Gotama demikian: "Beliau telah mengembangkan jasmani dan pikiran".

"Aggivessana, sudah tentu kata-kata yang telah kamu ucapkan itu adalah pernyataan pribadi. Namun begitu Saya akan menjawabmu. Sejak aku mencukur rwnbut dan jenggot, mengenakan jubah kuning, meninggalkan kehidupan berumah tangga menjadi petapa, maka tidak mungkin perasaan menyenangkan muncul dan masuk dalam pikiran yang telah dikembangkan.Apakah barangkali tidak pemah timbul di dalam diri Guru Gotama suatu perasaan begitu menyenangkan yang dapat masuk dalam pikiran serta tetap tinggal di sana? Apakah tidak pernah timbul di dalam diri Guru Gotama suatu perasaan yang begitu menyakitkan sehingga masuk dalain pikiran dan tetap tinggal di sana?""Aggivessana, mengapa tidak? Sekarang, sebelum aku mencapai Penerangan Sempuma, ketika aku masih sebagai Bodhisatva yang belum mencapai penerangan sempuma itu, saya berpikir: "Hidup berumah tangga itu adalah tidak leluasa dan merupakan tempat yang kotor; hidup itu berjalan terus menerus tak henti. Adalah tidak mungkin sementara masih hidup berumah tangga dan menjalani hidup suci yang sempurna dan mumi seperti kerang yang digosok. Seandai aku mencukur rambut dan jenggotku, mengenakan jubah kuning, meninggalkan kehidupan berumah tangga menjadi petapa?"

13-16-- Selanjutnya, ketika masih muda, sebagai seorang anak laki laki dengan rambut hitam kelam, yang diliputi keremajaan,

55

Page 56: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pada phase pertama dari kehidupan ... walaupun ayah dan ibu ... (dan seterusnya seperti di dalam M.26 para. 14-17 hingga) ... di sana terdapat sebidang tanah yang cocok, ada tainan yang menyenangkan, ada sungai jernih yang mengalir dengan tepinya yang bagus dan didekatnya ada dusun sebagai tempat pindapata. Semua ini menyediakan sarana usaha bagi orang yang mau berusaha. Saya duduk di sana dan berpikir: "Ini akan menjadi sarana untuk usaha".

17-- "Sekarang, tiga perumpamaan muncul padaku secara spontan, yang belum pernah terdengar sebelumnya. Misalnya, ada sepotong kayu basah, lapuk terletak di dalam air, dan seseorang datang dengan membawa kayu-api, sambil berpikir: 'aku akan menyalakan api, aku akan menghasilkan panas. 'Bagaimana pendapatmu Aggivessana, apakah orang itu akan (dapat) menyalakan api dan menghasilkan panas dengan membenamkan kayu-api yang ia bawa itu dan digosokgosokan pada kayu lapuk basah tersebut, yakni kayu yang terletak di dalam air itu?"

"Tidak, Guru Gotama. Mengapa? sebab kayu itu basah, lapuk dan disamping itu pula, terletak di dalam air. Oleh karena itu orang tersebut akan memetik hasil kelelahan serta kekecewaan".

"Demikianlah. Aggivessana, sementara seorang petapa dan brahmana yang hidup dengan jasmani dan mental mereka belum menghindar dari keinginan indera, juga sementara nafsu-nafsunya, cinta kasih, kasih sayang, haus dan demam terhadap

56

Page 57: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kesenangan indera belum ditinggalkannya dengan tuntas, makajikalau petapa maupun brahmana merasakan sakit. Tersiksa, perasaan yang menusuk, ia tidak mampu mendapat pengetahuan (nana), pandangan (dassana) dan penerangan sempuma itu. Sama pulajikalau seorang petapa maupun brahmana yang baik merasakan rasa sakit, tersiksa maupun rasa sakit hingga menusuk yang disebabkan oleh usahanya, ia tidak mampu mendapatkan pengetahuan dan penglihatan dan penerangan sempuma. Ini adalah persamaan pertama yang terjadi padaku, belum pernah mendengar sebelumnya.

18-- Begitu pula, umpamanya ada sepotong kayu yang basah dan lapuk tergeletak diatas tanah keringjauh dari air dan seseorang datang dengan membawa tongkat kayu-api, dan berpikir: "aku akan menyalakan api, aku akan menghasilkan panas. 'Aggivessana, bagaimana pendapatmu, apakah orang itu akan dapat menyalakan api dan menghasilkan panas dengan menggosok-gosokkan kayu-api itu pada sebatang kay' u yang basah serta lapuk itu. Walaupun kayu terletak di tanah kering j auh dari air?" "Tidak Guru Gotama. Mengapa? Sebab kayu itu basah, lapuk, walaupun terletak di tanah kering yang jauh dari air. Olch karena itu orang tersebut akan memetik hasil yang melelahkan dan mengecewakan".

"Aggivessana, demikianlah sementara seorang petapa dan brahmana masih saja hidup hanya meninggalkan pemuasan nafsu inderajasmaniah; sedangkan nafsu-nafsunya, cinta kasih, nafsu kerasnya, haus dan demam untuk keinginan-keinginan indera tidak sepenuhnya ditinggalkan serta ditenangkan di

57

Page 58: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dalam dirinya, sekalipun jikalau seorang petapa dan brahmana merasakan sakit, tersiksa dan tertusuk oleh perasaan-perasaan yang disebabkan oleh usaha kerasnya itu, ia tidak akan mampu mendapat pengetahuan, pandangan dan penerangan sempurna.

Demikian pula jikalau petapa maupun brahmana yang baik tidak merasakan sakit, tersiksa, perasaan-perasaan yang menusuk yang disebabkan karena keinginan atau usaha kerasnya itu, ia tidak akan mampu mendapat pengetahuan, pandangan dan penerangan sempuma. Ini adalah perumpamaan kedua yang muncul pada- Ku secara spontan, yang belum pernah terdengar sebelumnya.

19-- Sekali lagi, umpainanya ada sepotong kayu yang tidak bergetah atau yang kering terletak diatas tanah yang kering jauh dari air, Ialu ada orang datang dengan sepotong kayu-api, sambil berpikir: "Aku akan menyalakan api, aku akan membuat panas".

Aggivessana, bagaimana pendapatmu: 'Apakah orang itu akan bisa menyalakan api itu pada sebatang kayu kering, tanpa getah yang terletak di atas tanah keringjauh dari air'.

"Ya, Guru Gotaina. Mengapa? Sebab kayu itu adalah kering, tanpa getah disamping itu, kayu itu tergeletak di atas tanah kering jauh dari air!"

"Aggivessana, demikianlah sementara seorang petapa dan brahmana yang baik dengan jasmani serta mentalnya

58

Page 59: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

meninggalkan keinginankeinginannya, kasih sayangnya, nafsunya, haus dan demam untuk keinginan-keinginan indera telah sama sekali ditinggalkan dan ditenangkan dalam dirinya, kemudian, sekalipun jika kalau seorang petapa maupun brahmhna merasakan rasa sakit, rasa menyiksa, rasa menusuk disebabkan karena keinginan atau usaha-usahanya itu, ia mampu mendapat pengetahuan, pandangan dan penerangan sempurna agung. Sekalipun apabila scorang pendeta baik atau orang suci tidak merasakan rasa menyakitkan, rasa menyiksa, rasa yang menusuk-nusuk disebabkan karena usahanya itu, ia m'ainpu mendapat pengetahuan, pandangan dan penerangan sempurna. Inilah tiga perumpainaan yang terjadi padaku secara spontan, yang belum pernah terdengar sebelumnya".

20-- Aku berpikir: "Seandainya dengan gigi-gigiku tertutup rapat dan lidahku ditekan kuat-kuat pada langit-langit mulut, aku mengalahkan, memaksa dan menghancurkan pikiran dengan pikiran?" Oleh karena itu, dengan gigi tertutup rapat dan lidah tertekan pada langit-langit mulut, aku mengalahkan, memaksa dan menghancurkan pikiran dengan pik.iran. Sementara aku ' berbuat demikian, keringat mengalir dari ketiakku. Sama seperti halnya seorang kuat akan menangkap orang yang lebih lemah pada kepalanya atau pada pundaknya dan mengalahkannya, memaksa serta menghancurkannya; demikian juga, sementara gigi-gigiku tertutup rapat dan lidah ku tertekan pada langit-langit mulut, aku mengalahkan, memaksa dan menghancurkan, pikiran dengan pikiran, keringat mengalir dari ketiakku. Tetapi walaupun semangat yang tiada habis-habisnya itu telah timbul dalam diriku dan kesadaran yang tidak dapat

59

Page 60: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dibatalkan kembali telah dibentuk, namun tubuhku telah dipaksakan dan tidak tenang, saya kelelahan disebabkan aku oleh usaha yang menyakitkan itu. Tetapi perasaan menyakitkan yang tedadi pada diriku seperti itu, tidak masuk dalam pikiran dan tidak tinggal di sana".

21-- Aku berpikir: "Seandainya aku melatih meditasi tanpa bemafas?" Maka saya menghentikan nafas masuk dan nafas keluar dari mulut dan hidungku. Sementara aku berbuat demikian, terjadilah suara yang amat keras oleh angin yang datang dari lubang-lubang telingaku. Sama seperti adanya suara keras dari teriakan seseorang, demikianjuga halnya, ketika 25. aku menghentikan nafas masuk dan nafas kcluar dari mulut dan dari hidungku, tedadilah suara keras dari angin yang datang dari lubang telingaku. Tetapi walaupun semangat yang tiada habis-habisnya telah timbul di dalam diriku perasaan menyaldtkan tidak masuk dalam pikiran dan tidak tinggal di sana.

22-- Aku berpikir: "Seandainya aku mempraktikkan lebih lanjut meditasi tanpa bemafas?" Oich karena itu aku menghentikan nafas masuk dan nafas keluar dari mulut dan dari hidungku serta telingaku. Sementara aku berbuat demikian, angin mengganggu kepalaku. Sama seperti halnya ada orang kuat sedang membelah kepalaku pecah dengan pedang tajam, demikian juga, ketika aku menghentikan nafas masuk dan nafas keluar di dalam mulutku, hidung dan telinga, angin dahsyat mengganggu kepalaku. Tetapi walaupun semangat yang tanpa habis-habisnya telah timbul di dalam diriku perasaan

60

Page 61: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menyakitkan tidak masuk dalam pikiran dan tidak tinggal di sana. Aku berpikir: "Seandainya lebih lanjut saya mempraktikkan meditasi tanpa bemafas?" Oleh sebab itu aku menghentikan nafas masuk dan nafas keluar di dalam mulutku, hidung dan telinga. Sementara aku berbuat demikian,tedadilah rasa sakit nan dahsyat di dalain kepalaku. Sama seperti halnya seseorang yang kuat sedang mengikat erat-erat ikat pinggang kulit dikepalaku, demikianjuga ketika aku menghentikan nafas masuk dan nafas keluar di dalam mulutku, hidung dan telinga, terjadi rasa sakit yang luar biasa dalam kepalaku itu. Tetapi walaupun semangat yang tanpa habis-habisnya telah timbul didalain diriku perasaan menyakitkan tidak masuk dalam pikiran dan tidak tinggal di sana.

Aku berpikir: "Seandainya aku melatih meditasi lebih lanjut tanpa bemafas?" Oleh karetia itu aku berhenti menarik dan mengeluarkan nafas di dalain mulutku, hidung dan telinga. Sementara saya berbuat demikian, angin dahsyat mengukir-ukir di dalain perutku. Tepat seperti seorang panjagal pandai atau anak buahn ya mengores-gores isi perut lembu tajam dengan pisau tajam, demiikian juga, ketika aku berhenti menarik dan mengeluarkan nafas di dalam mulut, hidung dan telinga, angin dahsyat menyayat-nyayat perutku. Tetapi walaupun energi yang tiada habis-habisnya itu di bangkitkan di dalam diriku .... perasaan menyakitkan tidak menjajah pikiranku dan tinggal di sana dewa melihat diriku, mereka berkata: "Samana Gotama telah mati". Dewa-dewa lain berkata: "Samana Gotaina tidak mati, ia hainpir mati". Para dewa yang lain berkata: "Sainana

61

Page 62: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Gotama itu tidak mati dan bukan dalain keadaan mau mati; ia seorang Arahat. inilah c;ara para Arahat".

26-- Aku berpikir: "Seandainya aku sama sekali tidak makan?" Kemudian datanglah para dewa kepadaku dan berkata: "Saudara yang baik, janganlah tidak makan sama sekali.

Apabila kamu berbuat demikian, kita akan memasukkan makanan surgawi melalui pori-porimu dan kamu akan hidup atas makanan surgawi itu". Aku berpikir: "Jika aku memaksa untuk berpuasa total dan para dewa ini memasukkan makanan surgawi melalui pori-poriku dan saya hidup atas dasar itu, maka aku akan berbohong". Maka saya menolak para dewa itu: "Tidak perlu".

27. Aku berpikir: "Seandainya aku hanya makan sedikit saja, katakanlah, setiap kali satu kepal, apakah makan itu adalah sop kacang atau sop miju-miju atau sop kacang-kacangan dan lain-lain. Ketika aku berbuat demikian, badanku menjadi kurus kering luar biasa. Disebabkan karena makan begitu sedikitnya tulang-tulangku menjadi semacam sambungan dari batang tumbuh-tumbuhan atau seperti sambungan bambu-bambu. Disebabkan karena makan begitu sedikit punggungku menjadi

melengkung bagaikan pungguk onta. Disebabkan karena makan begitu sedikit sehingga penampilan dari tulang-tulang belakangku mirip dengan manik-manik yang diikat dengan tali. Disebabkan makan begitu sedikit tulang-tulang igaku menonjol keluar bagaikan kayu kaso dari sebuah gudang yang

62

Page 63: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tidak mempunyai atap. Disebabkan karena makan begitu sedikit cahaya dari sinar mataku tenggelam jauh ke bawah masuk ke dalam kelopaknya seperti pancaran air yang tenggelain jauh ke dalam sumur yang amat dalam. Disebabkan karena makan begitu sedikit kulit kepalaku mengkerut dan layu bagaikan buah labu hijau yang mengkerut

dan layu terkena angin dan matahari. Disebabkan makan begitu sedikitnya, apabila aku menyentuh kulit perutku, aku dapat menyentuh tulang belakangku akujuga menyentuh kulit perutku. Disebabkan makan begitu sedikitnya, apabila aku membuang air kecil atau air besar, aku jatuh terjungkal di atas mukaku di sana. Disebabkan makan begitu sedikitnya, apabila aku mencoba untuk mengusap tubuhku tercabut sampai keakar-akamya, berjatuhan dari tubuhku ketika saya mengusap.

28. Pada waktu itu apabila orang-orang melihat diriku seperti itu, mereka berkata: "Samana Gotama adalah seorang hitam". Orang -orang lain berkata: "Samana Gotama adalah bukan orang hitam, ia adalah orang coklat". Orang lain pula berkata: "Samana Gotama adalah bukan orang hitam maupun pula bukan orang coklat, tetapi ia adalah orang kulit cerah". Begitu banyaknya warna kulitku yang biasanya terang, cerah menjadi rusak tidak karuan karena makan begitu sedikitnya. Aku berpikir: "Apabila seorang petapa atau brahmana merasakan rasa sakit, bergetar, menu@uk dikarenakan keinginan kerasnya, rasa itu dapat menyamai keadaanku ini tetapi tidak dapat melampauinya. Kapanpun seorang peta'pa atau brahmana pada waktu yang akan datang akan merasakan

63

Page 64: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

sakit, bergetar dan perasaan menusuk yang amat tajam disebabkan keinginan-keinginan kerasnya. Keadaan itu dapat menyamai perasaanku itu tapi bukan melebihinya. Kapanpun seorang petapa atau brahmana pada waktu sekarang merasakan sakit, bergetar atau perasaan yang menusuk disebabkan karena keinginan kerasnya, keadaan sakit itu bisa menyamai perasaanku itu namun tidak melebihinya. Tetapi dengan melaksanakan hal yang amat menyakitkan ini saya mencapai tingkat yang tidak beda dengan keadaan manusia biasa yang belum mencapai p engetahuan dan pandangan ariya. Apakah masih ada jalan lain untuk pencapaian penerangan sempurna?.

'Aku berpikir: "Ketika ayahku Sakya sedang sibuk, ketika aku sedang duduk di bawah rindangnya pohon apel-jingga Gambuddhaya), jauh dari pemuasan nafsu indera, jauh dari akusala dhamma, saya memiliki pengetahuan mencapai dan berada dalam Jhana I dengan memiliki vitakka, vicara, piti yang dihasilkan oleh ketenangan. Apakah jalan ini mencapai penerangan sempurna? "Kemudian, ingatan berikut muncul dan mengenal: "Inilah jalan pencapaian Penerangan Sempurna".

Aku berpikir: "Mengapa aku takut pada kesenangan? Itu adalah kesenangan yang tidak ada hubungannya dengan keinginan-keinginan indera-indera dan akusala dhamma. Aku berpikir: "Saya tidak takut terhadap kesenangan-kesenangan itu, karena kesenangan-kesenangan itu tidak ada hubungannya dengan keinginan-keinginan indera dan akusala dhamma. Aku

64

Page 65: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

berpikir: "Adalah tidak mungkin niencapai kesenangan semacam itu dengan badan yang sangat kurus. Seandainya aku makan sedikit makanan padat sedikit nasi dan roti? Saya makan sedikit makanan padat - sedikit nasi dan roti, tetapi pada waktu itu ada lima bhikkhu yang sedang menemani saya, sambil berpikir: "Apabila Samana Gotama mencapai suatu kemajuan ia akan memberitahukan kepada kita". Segera setelah aku makan nasi dan roti, kelima bhikkhu menjadi muak dan meninggalkan aku (sambil berpikir): "Samana Gotama telah berbalik menjadi memuaskan diri sendiri, ia telah meninggalkan usaha dan hidup mewah".

33. Ketika saya telah makan makanan padat dan menemukan kembali kekuatanku, karena jauh dari pemuasan nafsu indera dan akusala dhanuna saya mencapai dan berada dalam Jhana I yang disertai oleh vitakka, vicara dan piti yang muncul karena ketenangan. Tetapi perasaan menyenangkan yang muncul adalah tidak masuk ke dalain pikiranku dan tinggal di sana.

34. Dengan vitakka dan vicara lenyap, saya mencapai dan berada dalam Jhana II ....

35--Dengan piti lenyap Jhana III Tetapi perasaan menye-nangkan yang muncul itu tidak masuk ke dalam pikiranku dan tidak tinggal di sana.

36. Dengan melenyapkan kebahagiaan (sukha) dan ketidak senangan (dhultkha), saya mencapai dan berada dalam Jhana

65

Page 66: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

IV. Tetapi perasaan menyenangkan yang muncul itu tidak masuk, ke dalam pikiranku dan tidak tinggal di sana.

37. Ketika pikiranku yang terkonsentrasi menjadi murni, jemih, tanpa cacat, ketidak sempurnaan lenyap, menjadi tak tertundukkan, kuat, mantap, mencapai keadaan yang tidak dapat diganggu, saya mengarahkan pikiranku kepada pengetahuan mengingat kehidupan pada masa yang lampau (pubbenivasanussatinana) .... (seperti dalam M.4.27) jadi dengan rinci dan khusus saya mengingat banyaknya kehidupanku pada masa yang lampau itu.

38. Ini adalah pengetahuan benar pertama bagiku yang saya capai pada masa pertama di malam hari. Kebodohan telah dimusnahkan dan pengetahuan sejati timbul; kegelapan telah dilenyapkan dan cahaya terang timbul; seperti (yang tedadi) pada orang yang menyenangkan yang muncul itu tidak masuk dalain pikiranku dan tidak tinggal di sana.

39. Ketika pikiranku yang terkonsentrasi menjadi mumi, jemih ... saya mengarahkan pikiranku kepada meninggal dan terlahir kembali makhluk-makhluk .... (seperti di dalam M.4.29) .... jadi dengan mata dewa (dibba cakkhu), yang telah dimurnikan dan melampaui kemampuan mata manusia biasa. Saya melihat bagaimana makhlukmakhluk itu mati sesuai dengan kamma-kamma mereka.

66

Page 67: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

40. Ini adalah pengetahuan benar kedua yang telah saya capai pada masa kedua di malam hari. Kebodohan telah dilenyapkan dan timbullah pengetahuan sejati; kegelapan telah dilenyapkan dan terang telah timbul; seperti yang terjadi pada diri orang yang rajin, tekun dan menguasai diri sendiri. Tetapi perasaan menyenangkan yang muncul itu tidak masuk dalam pikiranku dan tidak tinggal di sana.

41-42. Ketika pikiranku yang terkonsentrasi menjadi murni, jemihsaya mengarahkan pikiranku kepada pengetahuan pemusnahan kekotoran batin noda-noda (asavakkayanana). Saya mempunyai abhinna (pengetahuan batin) 'apa adanya' tentang: "Inilah dukkha seperti dalam M.4.31-32 Tidak ada lagi kehidupan berikut yang akan muncul".

43. Ini adalah pengetahuan benar ketiga yang telah saya capai pada masa ketiga di malam hari. Kebodohan telah dilenyapkan dan kebenaran sejati timbul; kegelapan telah dilenyapkan cahaya terang timbul; seperti tedadi pada diri orang yang rajin, tekun dan menguasai diri sendiri. Tetapi perasaan menyenangkan yang muncul itu tidak masuk dalain pikiran dan tidak tinggal di sana.

44. Saya mempunyai pengetahuan langsung untuk mengajarkan Dhamma kepada sekumpulan orang yang terdiri dari beberapa ratus orang. Barangkali seseorang atau orang lain telah membayangkan: "Samana Gotama sedang mengajarkan Dhamma kepadaku". Tetapi hal itu harap jangan menganggap

67

Page 68: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

bahwa Tathagata mengajarkan Dhamma kepada orang-grang hanya untuk memberikan pengetahuan kepada mercka., Ketika pembicaraan telah selesai, maka selapjutnya saya memusatkan pikiranku ke dalam diriku sendiri, menenangkannya, memusatkannya pada obyek yang s,ama seperti pada pemusatan pikiran yang Ialu, yang selalu saya hayati. Itu dapat dipercaya (sebagai suatu pemyataan) dari Samana Gotama karena ia adalah Arahat Samana Sambuddha. Tetapi barangkali Samana Gotama mempunyai abhinna tentang tidur di siang hari?

45. "Aggivessana, di akhir bulan pada musim panas setelah kembali dari pindapata dan setelah makan, saya mempunyai pengetahuan melipat jubah (sanghati) saya empat kali, membaringkan tubuh pada sisi kanan, tertidur dengan penuh perhatian dan sadar".

"Beberapa petapa dan brahmana menamakan itu sebagai cara orang bodoh, Guru Gotama".

46. "Itu adalah bukan bagaimana seseorang bodoh atau tidak bodoh , ditipu. Dengarkan dengan penuh perhatian apa yang akan saya katakan tentang bagaimana seseorang itu bodoh atau tidak bodoh. "Baiklah". jawab Saccaka Niganthaputta. Selanjutnya Sang Bhagava berkata:

47. "Ia saya sebut bodoh karena dirinya dikotori noda-noda batin, menghasilkan kelahiran baru, menyebabkan kesusahan, matang dalam penderitaan, mengarah pada kelahiran diwaktu

68

Page 69: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

yang akan datang, menjadi tua dan kematian adalah tidak dapat dihindari; di karenakan tidak adanya penghindaran dari noda-noda, itulah yang dinamakan orang bodoh. Ia saya namakan tidak bodoh, karena dirinya tidak dikotori oleh noda-noda batin yang menyebabkan kelahiran baru, menyebabkan kesusahan, matang dalam penderitaan, mengarah pada kelahiran diwaktu yang akan datang, menjadi tua dan mati, telah ditinggalkan; dikarenakan dengan meninggalkan noda-noda batin, maka seseorang itu adalah tidak bodoh. Dalam diri Tathagata, noda-noda semacam itu yang menyebabkan kelahiran baru, seperti memberikan kesusahan, seperti menjadi matang di dalam penderitaan, mengarah pada kelahiran kembali diwaktu yang akan datang, menjadi tua dan kematian, telah ditinggalkan, dipotong pada akarnya, dibuat seperti batang pohon palem, dibuat sedemikian rupa sehingga naluri untuk tumbuh kembali diwaktu yang akan datang sudah tidak ada lagi. Sama seperti pohon palem yang ujungnya dipotong sehingga tidak bisa lagi tumbuh: demikianjuga dalam diri Tathagata noda-noda yang mengotori. Yang menyebabkan kelahiran baru, memberikan kesusahan, matang dalam penderitaan dan mengarah pada kelahiran yang akan datang, menjadi tua dan kematian, telah ditinggalkan, dipotong hingga akarnya, dibuat seperti batang pohon palem, dibuat sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk tumbuh lagi adalah suatu tidak mungkin".

48. Ketika hal ini telah dikatakan, Saccaka Nigantaputta berkata: "Mengagumkan, Guru Gotama, bagus sekali, bagaimana, ketika Guru Gotama memiliki kata-kata pribadi yang ditujukan

69

Page 70: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

berkali-kali kepada dirinya sendiri, wama kulitnya menjadi cemerlang, dan wama kulit muka menjadi jelas, seperti (yang diharapkan) di dalam diri seorang Arahat Sainma Sambuddha. Aku telah memiliki pengalaman berdebat dengan Purana Kassapa, ia memutar balikkan pembicaraan, membiarkan pembicaraan menyimpang, menunjukkan amanah, benci dan kebengisan. Namun ketika Guru Gotama menyatakan kata-kata yang bersifat pribadi yang ditujukan berkali-kali kepada dirinya sendiri, wama kulit beliau menjadi cerah dan warna muka-Nya menjadi terang, seperti (yang diharapkan) di dalam diri seorang Arahat dan mencapai Penerangan Sempurna. Aku mempunyai pengalaman berdebat dengan Makkhali Gossala .... Ajita Kesakambali Kakuddha Kaccayana........ Sanjaya Belatthiputta....... Nigantha Nataputta, ia memutar balikkan pembicaraan, membiarkan pembicaraan beralih, dan menunjukkan amarah, kebencian dan kebengisan. Tetapi ketika Guru Gotama menyatakan kata-kata pribadi yang ditujukan berkali-kali ditujukan kepada diri-Nya sendiri, warna kulit beliau menjadi cerah dan warna kulit muka menjadi terang, seperti (yang diharapkan) di dalam diri seorang Arahat dan mencapai Penerangan Sempurna. Guru Gotama, sekarang kita berpisah; kami sangat sibuk dan banyak pekerjaan".

"Sekarang adalah waktunya untuk kamu melakukan pekerjaan yang cocok bagimu, Aggivessana".

"Saccaka Niganthaputta menjadi puas, dan sangat senang atas katakata Sang Bhagava, ia bangkit dari duduknya dan pergi".

70

Page 71: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

DRAMMADAYADA SUTTA

(3)

1-- Demikianiah saya dengar:

Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama

milik Anathapindika, Savatthi. Kemudian Sang Bhagava

berkata kepada para bhikkhu: "Para Bhikkhu."

"Ya, Bhante,"jawab para bhikkhu. Selanjutnya Sang Buddha

berkata:

2-- "Para bhikkhu, jadilah pewarisku dalam Dhamma

(Dhammadayada), bukan pewarisku dalam materi.

Berdasarkan pada kasih sayang pada anda sekalian saya

berpikir: 'Bagaimana para siswaku menjadi pewarisku dalam

71

Page 72: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dhamma, bukan pewaris-ku dalain materi?' Bilamana anda

sekalian adalah pewarisku dalam materi, bukan pewarisku

dalam Dhamma, anda sekalian akan dicela: 'Para siswa Sang

Guru hidup sebagai pewaris dalam materi, bukan sebagai

pewaris dalam Dhamma', dan saya akan dicela: 'Para siswa

Sang Guru hidup sebagai pewarisnya dalam materi, bukan

sebagai pewarisnya dalam Dhamma.’ Bilamana anda sekalian

adalah pewarisku dalam Dhamma, bukan pewaris-ku dalam

materi, anda sekalian tidak akan dicela: 'Para siswa Sang Guru

hidup sebagai pewaris dalam materi, bukan sebagai pewaris

dalam Dhamma'; dan saya tidak akan dicela: 'Para siswa Sang

Guru hidup sebagai pewarisnya dalam materi, bukan sebagai

pewarisnya dalam Dhamma.’ Para bhikkhu, jadilah pewarisku

dalam Dhamma, bukan pewarisku dalam materi. Berdasarkan

pada kasih sayang untuk anda sekalian saya berpikir:

'Bagaimana para siswaku akan menjadi pewarisku dalam

Dhamma, bukan perwarisku dalam materi?"'

3-- "Para bhikkhu, misalnya saya telah makan, tidak makan lagi

karena telah kenyang, selesai, telah cukup, sesuai dengan apa

yang diperlukan, namun ada makanan sisa yang akan dibuang.

Kemudian ada dua orang bhikkhu tiba, lapar dan lemah. Saya

72

Page 73: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

berkata kepada mereka: 'Bhikkhu saya telah makan, tidak

makan lagi, karena telah kenyang, selesai, telah cukup, sesuai

dengan apa yang diperlukan, namun ada makanan sisa yang

akan dibuang. Makanlah bila anda mau; bila anda tidak

makan, maka saya akan membuangnya ke tempat yang tak

berumput atau ke air yang tidak ada binatang'. Kemudian

seorang bhikkhu berpikir: 'Sang Bhagava telah makan, tidak

makan lagi, karena telah kenyang, selesai, telah cukup, sesuai

dengan apa yang diperlukan, namun ada makanan sisa dari

Sang Bhagava yang akan dibuang; bila kita tidak memakannya

Sang Bhagava akan membuangnya ke tempat yang tak

berumput atau ke air yang tidak ada binatang.’ Tetapi Sang

Bhgava pernah berkata: 'Para bhikkhu, jadilah pewarisku dalam

dhamma, bukan pewarisku dalam materi,' dalam hal ini

makanan adalah salah satu materi. Kiranya, lebih baik

daripada makan makanan itu, saya akan menghabiskan waktu

siang dan malam ini dengan lapar dan lemah.' Namun bhikkhu

kedua berpikir: 'Sang Bhagava telah makan tidak makan lagi,

karena telah kenyang selesai, telah cukup, sesuai dengan apa

yang diperlukan, namun ada sisa makanan dari Sang Bhagava

yang akan dibuang, bila kita tidak memakannya Sang Bhagava

akan membuangnya ke tempat tak berumput atau ke air yang

73

Page 74: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tidak ada binatang’. Sekiranya saya makan makanan ini, maka

saya akan menghabiskan waktu siang dan malam ini dengan

tanpa lapar dan tidak lemah.' Setelah makan makanan itu, ia

menghabiskan siang dan malam tanpa lapar dan lemah.

Walaupun bhikkhu itu makan makanan itu menghabiskan siang

dan malam tanpa lapar dan lemah, namun bhikkhu pertama

adalah lebih dihormati dan dipuji olehku. Mengapa begitu?

Sebab itu akan berlangsung lama bagi keinginannya yang

sedikit, puas, mudah dilayani dan bersemangat. Para bhikkhu,

jadilah pewarisku dalam Dhamma, bukan pewarisku dalam

materi. Berdasarkan pada kasih sayang untuk anda sekalian

Saya berpikir: 'Bagaimana para siswaku akan menjadi

pewarisku dalam Dhamma, bukan perwarisku dalam materi?"'

4-- Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Setelah mengatakan hal

ini, Sang Sugata bangkit dari duduknya dan pergi ke kuti.

Segera setelah Beliau pergi, Bhikkhu Sariputta berkata kepada

para bhikkhu:

"Avuso, bhikkhu."

“Avuso", jawab mereka.

Bhikkhu Sariputta berkata:

74

Page 75: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

5-- "Para avuso, dengan cara apa para siswa Sang Guru yang

hidup menyepi tidak terlatih dalam ketenangan? Dengan cara

apa para siswa Sang Guru yang hidup menyepi terlatih dalam

ketenangan?"

“Avuso, sesungguhnya kami datang dari jauh untuk belajar dari

Bhikkhu Sariputta tetang arti dari penyataan ini. Sangat baik,

bilamana Bhikkhu Sariputta akan menerangkan arti dari

pernyataan ini. Setelah mendengarnya dari beliau, para

bhikkhu akan mengingatnya.”

"Para Avuso, dengarlah dan perhatikanlah apa yang akan saya

katakana.

"Avuso, baiklah." jawab para bhikkhu.

Bhikkhu Sariputta berkata:

6-- "Para avuso, dengan cara apa para siswa Sang Guru yang

hidup menyepi tidak terlatih dalam ketenangan? Dalam hal ini,

para siswa Sang Guru yang hidup menyepi tidak terlatih dalam

ketenangan, karena mereka tidak meninggalkan apa yang

Sang Guru katakan pada mereka untuk ditinggalkan, mereka

hidup mewah, tidak waspada, melakukan kesalahan, tidak

menyukai ketenangan.

75

Page 76: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Dalam hal ini, para bhikkhu thera harus dicela berdasarkan tiga

alasan. Sebagai siswa-siswa Sang Guru yang hidup menyepi,

mereka tidak terlatih dalam ketenangan, mereka dicela karena

alasan pertama ini. Mereka tidak meninggalkan apa yang Sang

Guru katakan kepada mereka untuk ditinggalkan, mereka

dicela karena alasan kedua ini. Mereka hidup mewah, tidak

waspada, melakukan kesalahan dan pemimpin yang tidak

menyukai ketenangan: mereka dicela karena alasan ketiga ini.

Para bhikkhu thera dicela karena tiga alasan ini.

Dalam hal ini, para bhikkhu majjhima harus dicela berdasarkan

tiga alasan. Sebagai siswa-siswa Sang Guru yang hidup

menyepi, mereka tidak terlatih dalam ketenangan, mereka

dicela karena alasan pertama ini. Mereka tidak meninggalkan

apa yang Sang Guru katakan kepada mereka untuk

ditinggalkan, mereka dicela karena alasan kedua ini. Mereka

hidup mewah, tidak waspada, melakukan kesalahan dan tidak

menyukai ketenangan, mereka dicela karena alasan ketiga ini.

Para bhikkhu Majhima dicela karena tiga alasan ini.

Dalam hal ini, para bhikkhu navaka (baru) harus dicela

berdasarkan tiga alasan. Sebagai siswa-siswa Sang Guru yang

hidup menyepi, mereka tidak terlatih dalam ketenangan,

76

Page 77: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mereka dicela karena alasan pertama ini. Mereka tidak

meninggalkan apa yang Sang Guru katakan kepada mereka

untuk ditinggalkan, mereka dicela karena alasan kedua ini.

Mereka hidup mewah, tidak waspada, melakukan kesalahan

dan tidak menyukai ketenangan, mereka dicela karena alasan

ketiga ini.

Para bhikkhu thera dicela karena tiga alasan ini. Dengan cara

ini para siswa Sang Guru yang hidup menyepi tidak terlatih

dalam ketenangan."

7-- "Para avuso, dengan cara apa para siswa Sang Guru yang

hidup menyepi terlatih dalam ketenangan? Dalam hal ini, para

siswa Sang Guru yang hidup menyepi terlatih dalam

ketenangan; mereka meninggalkan apa yang Sang Guru

katakan pada mereka untuk ditinggalkan; mereka hidup tidak

mewah, waspada, menghindari melakukan kesalahan dan

menyukai ketenangan.

Dalam hal ini, para bhikkhu thera harus dipuji berdasarkan tiga

alasan. Sebagai siswa-siswa Sang Guru yang hidup menyepi,

mereka terlatih dalam ketenangan, mereka dipuji karena

77

Page 78: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

alasan pertama ini. Mereka meninggalkan apa yang Sang Guru

katakan kepada mereka untuk ditinggalkan, mereka dipuji

karena alasan kedua ini. Mereka hidup tidak mewah, waspada,

menghindari melakukan kesalahan dan pemimpin yang

menyukai ketenangan, mereka dipuji karena alasan ketiga ini.

Para bhikkhu thera dipuji karena tiga alasan ini.

Dalam hal ini, para bhikkhu majjhima harus dipuji berdasarkan

tiga alasan. Sebagai siswa-siswa Sang Guru yang hidup

menyepi, mereka terlatih dalam ketenangan, mereka dipuji

karena alasan pertama ini. Mereka meninggalkan apa yang

Sang Guru katakan kepada mereka untuk ditinggalkan, mereka

dipuji karena alasan kedua ini. Mereka hidup tidak mewah,

waspada, menghindari melakukan kesalahan dan menyukai

ketenangan, mereka dipuji karena alasan ketiga ini. Para

bhikkhu majjhima dipuji karena tiga alasan ini.

Dalam hal ini, para bhikkhu navaka harus dipuji berdasarkan

tiga alasan. Sebagai siswa-siswa Sang Guruyang hidup

menyepi, mereka terlatih dalam ketenangan, mereka dipuji

karena alas an pertama ini. Mereka meninggalkan apa yang

Sang Guru katakan kepada mereka untuk ditinggalkan, mereka

78

Page 79: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dipuji karena alasan kedua ini. Mereka hidup tidak mewah,

waspada, menghindari melakukan kesalahan dan menyukai

ketenangan, mereka dipuji karena alasan ketiga ini. Para

bhikkhu navaka dipuji karena tiga alasan ini.

Dengan ini cara para siswa Sang Guru yang hidup menyepi

terlatih dalam ketenangan."

8-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah keserakahan

(lobha) dan kebencian (dosa). Untuk meninggalkan (pahaya)

keserakahan dan kebencian adalah dengan Jalan Tengah

(Majjhima Patipada), yang menghasilkan penglihatan

(cakkhu-karani), pengetahuan (nanakarani), ketenangan

(upasamaya), kemampuan batin (abhinnaya), penerangan

agung (sambodhaya) dan Nibbana. Apakah Jalan Tengah itu?

Jalan Tengah itu adalah: pandangan benar, pikiran benar,

ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar,

usaha benar, perhatian benar dan meditasi benar. Inilah Jalan

Tengah yang menghasilkan penglihatan, pengetahuan,

ketenangan, kemampuan batin, penerangan agung dan

Nibbana.

79

Page 80: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

9-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah marah dan balas

dendam. Untuk meninggalkan (pahaya) marah dan balas

dendam adalah dengan Jalan Tengah (Majjhima Patipada),

yang menghasilkan penglihatan (cakkhu-karani),

pengetahuan (nanakarani), ketenangan (upasamaya),

kemampuan batin (abhinnaya), penerangan agung

(sambodhaya) dan Nibbana. Apakah Jalan Tengah itu? Jalan

Tengah itu adalah: pandangan benar, pikiran benar, ucapan

benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha

benar, perhatian benar dan meditasi benar. Inilah Jalan

Tengah yang menghasilkan penglihatan, pengetahuan,

ketenangan, kemampuan batin, penerangan agung dan

Nibbana.”

10-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah memandang

rendah dan menguasai. Untuk meninggalkan (pahaya)

memandang rendah dan menguasai adalah dengan Jalan

Tengah (Majjhima Patipada), yang menghasilkan penglihatan

(cakkhu-karani), pengetahuan (nanakarani), ketenangan

(upasamaya), kemampuan batin (abhinnaya), penerangan

agung (sambodhaya) dan Nibbana. Apakah Jalan Tengah itu?

Jalan Tengah itu adalah: pandangan benar, pikiran benar,

80

Page 81: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar,

usaha benar, perhatian benar dan meditasi benar. Inilah Jalan

Tengah yang menghasilkan penglihatan, pengetahuan,

ketenangan, kemampuan batin, penerangan agung dan

Nibbana.”

11-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah iri hati dan dan

kikir. Untuk meninggalkan (pahaya) iri hati dan dan kikir

adalah dengan Jalan Tengah (Majjhima Patipada), yang

menghasilkan penglihatan (cakkhu-karani), pengetahuan

(nanakarani), ketenangan (upasamaya), kemampuan batin

(abhinnaya), penerangan agung (sambodhaya) dan Nibbana.

Apakah Jalan Tengah itu? Jalan Tengah itu adalah: pandangan

benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata

pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan meditasi

benar. Inilah Jalan Tengah yang menghasilkan penglihatan,

pengetahuan, ketenangan, kemampuan batin, penerangan

agung dan Nibbana.”

12-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah menipu dan

memaksa. Untuk meninggalkan (pahaya) menipu dan

memaksa adalah dengan Jalan Tengah (Majjhima Patipada),

81

Page 82: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

yang menghasilkan penglihatan (cakkhu-karani),

pengetahuan (nanakarani), ketenangan (upasamaya),

kemampuan batin (abhinnaya), penerangan agung

(sambodhaya) dan Nibbana. Apakah Jalan Tengah itu? Jalan

Tengah itu adalah: pandangan benar, pikiran benar, ucapan

benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha

benar, perhatian benar dan meditasi benar. Inilah Jalan

Tengah yang menghasilkan penglihatan, pengetahuan,

ketenangan, kemampuan batin, penerangan agung dan

Nibbana.”

13-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah keras kepala dan

lancang. Untuk meninggalkan (pahaya) keras kepala dan

lancang adalah dengan Jalan Tengah (Majjhima Patipada),

yang menghasilkan penglihatan (cakkhu-karani),

pengetahuan (nanakarani), ketenangan (upasamaya),

kemampuan batin (abhinnaya), penerangan agung

(sambodhaya) dan Nibbana. Apakah Jalan Tengah itu? Jalan

Tengah itu adalah: pandangan benar, pikiran benar, ucapan

benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha

benar, perhatian benar dan meditasi benar. Inilah Jalan

Tengah yang menghasilkan penglihatan, pengetahuan,

82

Page 83: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ketenangan, kemampuan batin, penerangan agung dan

Nibbana.

14-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah kesombongan dan

kecongkakkan. Untuk meninggalkan (pahaya) kesombongan

dan kecongkakkan adalah dengan Jalan Tengah (Majjhima

Patipada), yang menghasilkan penglihatan (cakkhu-karani),

pengetahuan (nanakarani), ketenangan (upasamaya),

kemampuan batin (abhinnaya), penerangan agung

(sambodhaya) dan Nibbana. Apakah Jalan Tengah itu? Jalan

Tengah itu adalah: pandangan benar, pikiran benar, ucapan

benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha

benar, perhatian benar dan meditasi benar. Inilah Jalan

Tengah yang menghasilkan penglihatan, pengetahuan,

ketenangan, kemampuan batin, penerangan agung dan

Nibbana.

15-- "Para avuso, dalam hal ini kejahatan adalah kesia-siaan dan

kelalaian. Untuk meninggalkan (pahaya) kesia-siaan dan

kelalaian adalah dengan Jalan Tengah (Majjhima Patipada),

yang menghasilkan penglihatan (cakkhu-karani),

pengetahuan (nanakarani), ketenangan (upasamaya),

83

Page 84: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kemampuan batin (abhinnaya), penerangan agung

(sambodhaya) dan Nibbana. Apakah Jalan Tengah itu? Jalan

Tengah itu adalah: pandangan benar, pikiran benar, ucapan

benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha

benar, perhatian benar dan meditasi benar. Inilah Jalan

Tengah yang menghasilkan penglihatan, pengetahuan,

ketenangan, kemampuan batin, penerangan agung dan

Nibbana

Itulah yang dikatakan Bhikkhu Sariputta. Para bhikkhu puas

dan gembira dengan apa yang dikatakan Bhikkhu Sariputta.

BHAYABHERAVASUTTA

(4)

Demikianlah yang saya dengar:

1-- Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana,

arama milik Anathapindika, Savatthi.

84

Page 85: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

2-- Kemudian Brahmana Janussoni pergi menemui Sang Bhagava,

setelah bertemu, ia bersalaman dengan Sang Bhagava; setelah

saling bersalaman dengan rasa persahabatan dan hormat, ia

duduk di tempat yang telah tersedia. Setelah duduk, ia

berkata kepada Sang Bhagava :

"Saudara Gotama, ketika para perumah tangga pabbaja

(meninggalkan kehidupan berkeluarga menjadi petapa) karena

yakin kepada Saudara Gotama, apakah mereka menjadikan

Saudara Gotama sebagai pemimpin, penolong dan

pembimbing mereka? Apakah orang-orang ini mengikuti

pengertian pandangan Saudara Gotama?"

"Brahmana, begitulah. Ketika para perumah tangga pabbaja

karena yakin kepada saya, mereka menjadikan saya pemimpin,

penolong dan pembimbing mereka. Mereka mengikuti

pengertian pandangan saya."

"Saudara Gotama, tetapi tinggal di hutan yang terpencil adalah

sulit dipertahankan, kesepian adalah sulit dicapai dan sulit

menikmati keterpencilan. Seseorang berpikir bahwa hutan

akan mengacaukan pikiran seorang bhikkhu, bila ia ti

bersamadhi.”

85

Page 86: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

“Brahmana, begitulah. Tinggal di hutan yang terpencil adalah

sulit dipertahankan, kesepian adalah sulit dicapai dan sulit

menikmati keterpencilan. Seseorang berpikir bahwa hutan

akan mengacaukan pikiran seorang bhikkhu, bila ia tidak

bersamadhi”.

3. "Sebelum saya mencapai penerangan agung (sambhodi),

ketika saya masih Bodhisatta yang belum mencapai

penerangan agung, saya pun bepikir : 'Tinggal di hutan yang

terpencil adalah sulit dipertahankan, kesepian adalah sulit

dicapai dan sulit menikmati keterpencilan. Seseorang berpikir

bahwa hutan akan mengacaukan pikiran seorang bhikkhu, bila

ia tidak bersamadhi."

4.-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para

samana (petapa) atau brahmana tinggal di hutan yang

terpencil dengan “perbuatan jasmani yang tidak suci"

(aparisuddha-kayakammanta), dan karena mereka memiliki

kekurangan dalam perbuatan, yaitu perbuatan jasmani yang

tidak suci, maka muncul rasa takut dan kegentaran yang tak

berguna pada para samana dan brahmana ini. Tetapi saya

tinggal di hutan yang terpencil dengan "perbuatan jasmani

yang suci" (parisuddhakaya-kammanta). Saya tinggal di

hutan yang terpencil, sebagai seorang ariya dengan perbuatan

86

Page 87: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

jasmani suci. 'Dengan melihat kesucian perbuatan jasmani

pada diriku, saya sangat terhibur tinggal dalam hutan."

5-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para

samana atau brahmana tinggal di hutan yang terpencil dengan

ucapan yang tidak suci (aparisuddhavacikammanta), karena

mereka memiliki kekurangan dalam perbuatan, yaitu ucapan

yang tidak suci, maka muncul rasa takut dan kegentaran yang

tak berguna pada para samana dan brahmana ini. Tetapi saya

tinggal di hutan yang terpencil dengan ucapan yang suci. Saya

tinggal di hutan yang terpencil, sebagai seorang ariya dengan

ucapan suci. Dengan melihat kesucian ucapan pada diriku,

saya sangat terhibur tinggal dalam hutan."

6.-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para

samana atau brahmana serakah, sangat bernapsu dengan

keinginan-keinginan mereka, namun sering tinggal di tempat

terpencil di hutan dan belukar, maka para samana dan

brahmana ini karena serakah, bernapsu dengan keinginan-

keinginan, memunculkan rasa takut dan kegentaran yang tak

berguna pada diri mereka. Tetapi, saya tanpa keserakahan

maupun tanpa napsu pada keinginan-keinginan, juga sering

tinggal di tempat terpencil di hutan dan belukar. Saya tanpa

keserakahan, saya adalah salah seorang ariya yang tanpa

87

Page 88: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

keserakahan, juga sering tinggal di tempat terpencil di hutan

dan belukar. Brahmana, saya mengamati diri sendiri yang

tanpa keserakahan, sangat terhibur hidup di hutan.

7-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para

samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan

'pikiran yang tidak suci (byapannacitta), berpikiran buruk

yang 'didasarkan pada ketidaksenangan' (sandosahetu),

maka para samana dan brahmana ini karena memiliki pikiran

yang tidak suci, berpikir buruk yang didasarkan pada

ketidaksenangan, memunculkan rasa takut dan kegentaran

yang tak berguna pada diri mereka. Tetapi, saya tanpa 'pikiran

yang tidak suci', tidak 'berpikiran buruk yang didasarkan pada

ketidaksenangan', juga sering tinggal di tempat terpencil di

hutan dan belukar. Saya diliputi oleh 'pikiran cinta kasih'

(mettacitta). Saya adalah salah seorang ariya yang diliputi

pikiran cinta kasih (mettacitta), juga sering tinggal di tempat

terpencil di hutan dan belukar. Brahmana, saya mengamati

diri saya sendiri yang tanpa 'pikiran tidak suci', sangat terhibur

hidup di hutan.

8-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para

samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan

'diliputi kelesuan dan ngantuk (thinamaddhapariyutthita),

88

Page 89: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

yang 'didasarkan pada ketidaksenangan' (sandosahetu),

maka para samana dan brahmana ini karena diliputi kelesuan

dan ngantuk yang didasarkan pada ketidaksenangan,

memunculkan rasa takut dan kegentaran yang tidak berguna

pada diri mereka. Tetapi, saya tanpa 'diliputi kelesuan dan

ngantuk yang didasarkan pada ketidaksenangan'. Saya adalah

salah seorang ariya yang tanpa 'diliputi kelesuan dan ngantuk'

juga sering tinggal di tempat terpencil di hutan dan belukar.

Brahmana, saya mengamati diri saya sendiri yang tanpa

'diliputi kelesuan dan ngantuk , sangat terhibur hidup di hutan.

9-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: Bilamana para

samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan

'pikiran gelisah dan tidak tenang' (uddhata

avupasantacitta), berpikiran buruk yang 'didasarkan pada

kebencian' (sandosahetu), maka para samana dan brahmana

ini karena memiliki pikiran yang tidak suci, berpikiran buruk

yang didasarkan pada pikiran jahat, memunculkan rasa takut

dan kegentaran yang tak berguna pada diri mereka. Tetapi

saya tanpa ‘pikiran gelisah dan tidak tenang', tidak

'berpikiran didasarkan pada kebencian'. Saya berpikir

tenang', tidak berpikiran buruk yang didasarkan pada

kebencian'. Saya adalah salah. seorang ariya yang 'berpikiran

89

Page 90: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tenang’, juga sering tinggal di tempat terpencil di hutan dan

belukar. Brahmana, saya mengamati diri saya sendiri yang

tanpa 'pikiran tidak suci', mendapat kemantapan sangat kuat

hidup di hutan.

10-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para

samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan

'pikiran khawatir dan tidak pasti' (kankhi vecikicchi),

berpikiran buruk yang 'didasarkan pada kebencian'

(sandosahetu), maka para samana dan brahmana ini karena

memiliki pikiran yang tidak suci, berpikiran buruk yang

didasarkan pada pikiran jahat, memunculkan rasa takut dan

kegentaran yang tak berguna pada diri mereka. Tetapi, saya

tanpa 'pikiran khawatir dan tidak pasti', tidak 'berpikiran buruk

yang didasarkan pada kebencian'. Saya adalah salah seorang

ariya yang tanpa 'pikiran khawatir dan tidak pasti', juga sering

tinggal di tempat terpencil di hutan dan belukar. Brahmana,

saya mengamati diri saya sendiri yang tanpa 'pikiran tidak

suci', mendapat kemantapan sangat kuat hidup di hutan.

11-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para

samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan

'memuji diri sendiri dan merendahkan orang lain'

(attukkamsaka paravambhi), berpikiran buruk yang

90

Page 91: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'didasarkan pada kebencian '(sandosahetu), maka para

samana dan brahmana ini karena memiliki pikiran yang tidak

suci, berpikiran buruk yang didasarkan pada pikiran jahat,

memunculkan rasa takut dan kegentaran yang tak berguna

pada diri mereka. Tetapi, saya 'tidak memuji diri sendiri dan

tidak merendahkan orang lain' dan tidak 'berpikiran buruk yang

didasarkan pada kebencian'. Saya adalah salah seorang ariya

yang tidak memuji diri sendiri dan tidak merendahkan orang

lain', juga sering tinggal di tempat terpencil di hutan dan

belukar. Brahmana, saya mengamati diri saya sendiri yang

tanpa 'pikiran tidak suci', mendapat kemantapan sangat kuat

hidup di hutan.

12-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: 'Bilamana para

samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan

'diliputi ketakutan dan kegentaran' (chamba bhiruka-

jatika), yang 'didasarkan pada kebencian' (sandosahetu),

maka para samana dan brahmana ini karena memiliki pikiran

yang tidak suci, berpikiran buruk yang didasarkan pada pikiran

jahat, memunculkan rasa takut dan kegentaran yang tak

berguna pada diri mereka. Tetapi, saya tanpa 'diliputi

ketakutan dan kegentaran', 'tidak berpikiran buruk yang

didasarkan pada kebencian'. Saya adalah salah seorang ariya

91

Page 92: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

yang tanpa 'diliputi ketakutan dan kegentaran', juga sering

tinggal di tempat terpencil di hutan dan belukar. Brahmana,

saya mengamati diri saya sendiri yang tanpa 'pikiran tidak

suci', mendapat kemantapan sangat kuat hidup di hutan.

13-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para

samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan

'diliputi keinginan mendapat pemberian, kehormatan dan

kemasyhuran' (labhasakkarasilokam nikamayamano),

berpikiran buruk yang 'didasarkan pada kebencian'

(sandosahetu), maka para samana dan brahmana ini karena

memiliki pikiran yang tidak suci, berpikiran buruk yang

didasarkan pada pikiran jahat, memunculkan rasa takut dan

kegentaran yang tak berguna pada diri mereka. Tetapi, saya

tidak diliputi keinginan mendapat pemberian, kehormatan dan

kemasyhuran', tidak 'berpikiran buruk yang didasarkan pada

kebencian'. Saya adalah seorang ariya yang hanya

berkeinginan sedikit, juga sering tinggal di tempat terpencil di

hutan dan belukar. Brahmana, saya mengamati diri saya

sendiri yang tanpa 'pikiran tidak suci', mendapat kemantapan

sangat kuat hidup di hutan.

14-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para

samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan

92

Page 93: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'malas dan kurang semangat' (kusita hinaviriya), berpikiran

buruk yang 'didasarkan pada kebencian' (sandosahetu),

maka para samana dan brahmana ini karena memiliki pikiran

yang tidak suci, berpikiran buruk yang didasarkan pada pikiran

jahat, memunculkan rasa takut dan kegentaran yang tak

berguna pada diri mereka. Tetapi, saya tidak malas dan

bersemangat, tidak 'berpikiran buruk yang didasarkan pada

kebencian'. Saya adalah salah seorang ariya yang

'bersemangat', juga sering tinggal di tempat terpencil di hutan

dan belukar. Brahmana, saya mengamati diri saya sendiri

yang tanpa 'pikiran tidak suci', mendapat kemantapan sangat

kuat hidup di hutan.

15-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para

samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan

'sifat pelupa dan tidak teliti (muttahassati asampajana),

berpikiran buruk yang 'didasarkan pada kebencian'

(sandosahetu), maka para samana dan brahmana ini karena

memiliki pikiran yang tidak suci, berpikiran buruk yang

didasarkan pada pikiran jahat, memunculkan rasa takut dan

kegentaran yang tak berguna pada diri mereka. Tetapi, saya

'berperhatian dan berpengertian', tidak 'berpikiran buruk yang

didasarkan pada kebencian'. Saya adalah salah seorang ariya

93

Page 94: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

yang 'berperhatian dan berpengertian', juga sering tinggal di

tempat terpencil di hutan dan belukar. Brahmana, saya

mengamati diri saya sendiri yang tanpa 'pikiran tidak suci',

mendapat kemantapan sangat kuat hidup di hutan.

16-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para

samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan

'pikiran tak terpusat dan liar' (asamahita vibhantacitta),

berpikiran buruk yang 'didasarkan pada kebencian'

(sandosahetu), maka para samana dan brahmana ini karena

memiliki pikiran yang tidak suci, berpikiran buruk yang

didasarkan pada pikiran jahat, memunculkan rasa takut dan

kegentaran yang tak berguna pada diri mereka. Tetapi, saya

berpikiran yang terpusat dengan baik dan tidak 'berpikiran

buruk yang didasarkan pada kebencian. Saya adalah salah

seorang ariya yang berpikiran terpusat dengan baik, juga

sering tinggal di tempat terpencil di hutan dan belukar.

Brahmana, saya mengamati diri saya sendiri yang tanpa'

pikiran tidak suci', mendapat kemantapan sangat kuat hidup di

hutan.

17-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Bilamana para

samana atau brahmana tinggal di tempat terpencil dengan

'tanpa pengertian dan dungu' (dupanna elamuga), berpikiran

94

Page 95: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

buruk yang 'didasarkan pada kebencian' (sandosahetu), maka

para samana dan brahmana ini karena memiliki pikiran yang

tidak suci, berpikiran buruk yang didasarkan pada pikiran

jahat, memunculkan rasa takut dan kegentaran yang tak

berguna pada diri mereka. Tetapi, saya berpengertian yang

sempurna. Saya adalah salah seorang ariya yang

'berpengertian sempurna', juga sering tinggal di tempat

terpencil di hutan dan belukar. Brahmana, saya mengamati

diri saya sendiri yang berpengertian sempurna', saya

mendapat kemantapan sangat kuat hidup di hutan.

18-- Sehubungan dengan hal itu, saya berpikir: "Seandainya saya

pada malam tertentu, yaitu: malam keempat belas, kelima

belas dan kedelapan pada pertengahan bulan, saya bermalam

di tempat-tempat yang menakutkan dan menggentarkan,

seperti di Aramacetiya, Vanacetiya atau Rukkhacetiya, maka

saya dapat melihat ketakutan dan kegentaran. Ketika saya

sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar

mendatangiku, atau burung merak mematahkan ranting, atau

angin menggoyangkan dedauanan. Saya berpikir:' Sekarang,

apakah ketakutan dan kegentaran muncul? Mengapa dengan

tinggal di sini saya selalu mengharapkan ketakutan dan

kegentaran? Bagaimana, bila saya melenyapkan ketakutan

95

Page 96: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dan kegentaran yang muncul pada diriku, ketika saya dalam

posisi apapun?’”

“Brahmana, ketika saya sedang berjalan, ketakutan dan

kegentaran muncul pada diriku; saya tidak berdiri, duduk atau

berbaring hingga saya dapat melenyapkan ketakutan dan

kegentaran itu. Ketika saya sedang berdiri, ketakutan dan

kegentaran muncul pada diriku; saya tidak berjalan, duduk

atau berbaring hingga saya dapat melenyapkan ketakutan dan

kegentaran itu. Ketika saya sedang duduk, ketakutan dan

kegentaran muncul pada diriku; saya tidak berjalan, berdiri

atau berbaring hingga saya dapat melenyapkan ketakutan dan

kegentaran itu. Ketika saya sedang berbaring, ketakutan dan

kegentaran muncul pada diriku; saya tidak berjalan, berdiri

atau duduk hingga saya dapat melenyapkan ketakutan dan

kegentaran itu.”

19-- Brahmana, ada beberapa samana dan brahmana menganggap

malam sebagai siang, sedangkan siang dianggap sebagai

malam. Para samana dan brahmana ini saya nyatakan mereka

hidup dalam kebodohan. Brahmana, karena bagi saya, malam

adalah malam, dan siang adalah siang. Brahmana, siapapun

yang berbicara benar: "Sesosok makhluk yang tidak dikuasai

kebodohan telah muncul di dunia untuk kebaikan,

96

Page 97: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kesejahteraan dan kebahagiaan banyak orang, karena kasih

sayangnya kepada dunia demi manfaat, kesejahteraan dan

kebahagiaan pada dewa dan manusia", pernyataan seperti itu

adalah tepat dinyatakan untukku.

20-- Semangat tanpa lelah telah muncul dalam diriku, perhatian

tanpa lupa telah mantap, tubuhku telah tenang dan tanpa

gangguan, pikiranku telah terkonsentrasi dan terpusat

(ekagata).

21-- Agak bebas dari nafsu indera, bebas dari dhamma yang tak

berguna, saya mencapai dan berada dalam Jhana I yang

disertai oleh vitakka (usaha pikiran untuk menangkap obyek),

vicara (obyek telah tertangkap), kegiuran (piti) dan

kebahagiaan (sukha) karena pemusatan pikiran.

22-- Dengan meninggalkan vitakka dan vicara, saya mencapai dan

berada dalam Jhana II yang disertai "percaya diri"

(sampasadanam), pemusatan pikiran, kegiuran (piti) dan

kebahagiaan (sukha) karena pemusatan pikiran, tanpa vitakka

dan tanpa vicara.

23-- Dengan lenyapnya kegiuran (piti), saya diliputi ketenangan,

penuh perhatian (sati) dan kebahagiaan jasmani saya

mencapai dan berada dalam Jhana III, yang dinyatakan oleh

97

Page 98: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

para Ariya sebagai: "Ia senang karena memiliki ketenangan

dan perhatian (sati)."

24-- Dengan lenyapnya kebahagiaan (sukha) dan penderiaan

(dukkha) jasmani, yang didahului oleh lenyapnya "Kebahagiaan

dan penderitaan batin (somanassadomanassa), saya mencapai

dan berada pada Jhana IV, yang tanpa dukkha (adukkha) dan

tanpa sukha (asukha) disertai "perhatian dan keseimbangan

suci" (upekhasatiparisuddhi).

25--Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak ternoda, bersih

dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap dan

mencapai ketenangan, saya mengarahkan batin (citta) pada

'pengetahuan tentang kehidupan-kehidupan yang lampau'

(pubbenivasanussa-tinana).

Saya mengingat banyak kehidupanku yang lampau, yaitu: satu

kelahiran, dua kelahiran ... lima kelahiran, sepuluh kelahiran ...

lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, scribu kelahiran,

seratus ribu kelahiran, banyak kappa penjadian dunia

(samvattakappa), banyak kappa penghancuran dunia

(vivattakappa), dan banyak kappa penjadian dan

penghancuran dunia (samvattavivatta-kappa): "Di sana saya

bernama, ras, penampilan, makanan, mengalami kesenangan

serta penderitaan, panjang usia seperti itu; meninggal dari

98

Page 99: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

sana, saya terlahir kembali di tempat-tempat lain; di sana pun

saya bernama, ras, penampilan, makanan, mengalami

kesenangan serta penderitaan, panjang usia seperti itu; dan

meninggal dari alam itu, saya terlahir di sini. Demikianlah,

dengan rinci dan khusus, saya mengingat banyak kelahiranku

yang lampau.

26-- Inilah pengetahuan pertama yang saya capai pada masa-

pertama di malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan

pengetahuan (vija) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya

bersinar, begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat

dan waspada.

27-- Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak temoda, bersih

dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap dan

mencapai ketenangan, saya mengarahkan batin (citta) pada'

pengetahuan tentang lenyap dan munculnya makhluk-

makhluk' (cutupapata-nana). Dengan pandangan mata dewa

(dibbacakkhu) yang suci dan melampaui kemampuan manusia

biasa, saya melihat makhluk-makhluk lenyap (meninggal) dan

muncul (lahir) kembali sebagai terhormat atau hina, berwajah

cakap atau jelek, berprilaku baik atau jahat; saya mangerti

bagaimana makhluk-makhluk hidup sesuai dengan karma

mereka, sebagai berikut: "Makhluk-makhluk ini yang

99

Page 100: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

melakukan perbuatan baik melalui ucapan perbuatan dan

pikiran, menghina para ariya, berpandangan keliru, melakukan

perbuatan berdasarkan pandangan keliru mereka, setelah

mereka meninggal dunia, mereka terlahir kembali dalam

keadaan yang tidak menyenangkan, di alam yang

menyedihkan, bahkan di neraka; sedangkan makhluk-makhluk

yang melakukan perbuatan baik melalui ucapan, perbuatan

dan pikiran, tidak menghina para ariya, berpandangan benar,

melakukan perbuatan berdasarkan pada pandangan benar,

setelah mereka meninggal dunia, mereka terlahir kembali

dalam keadaan menyenangkan, di alam yang membahagiakan,

bahkan di surga. "Demikianlah dengan dibba cakku yang suci

dalam melampaui kemampuan manusia biasa, saya melihat

makhluk-makhluk lenyap dan muncul kembali sebagai

terhormat atau hina, berwajah cakap atau jelek, berprilaku baik

atau jahat; saya mengerti bagaimana makhluk-makhluk hidup

sesuai dengan karma mereka.

28-- Inilah pengetahuan kedua yang saya capai pada masa-kedua di

malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan pengetahuan

(vijja) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya bersinar,

begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat dan

waspada.

100

Page 101: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

29-- Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak temoda, bersih

dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap dan

mancapai ketenangan, saya mengarahkan batin (citta) pada

'pengetahuan tentang pelenyapan kotoran batin' (asavanam

khayanana). Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Dukkha."

Saya memiliki pengetahuan: "Inilah sebab Dukkha." Saya

memiliki pengetahuan: "Inilah lenyapnya Dukkha.” Saya

memiliki pengetahuan: "Inilah jalan untuk melenyapkan

Dukkha." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah kekotoran-

kekotoran batin." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah sebab

kekotoran-kekotoran batin." Saya memiliki pengetahuan:

"Inilah lenyapnya kekotoran-kekotoran batin." Saya memiliki

pengetahuan: "Inilah jalan untuk melenyapkan kekotoran-

kekotoran batin."

30-- Ketika saya mengetahui dan melihat seperti itu, batinku

terbebas dari 'kekotoran-batin nafsu indera' (kamasava),

'kekotoran-batin untuk menjadi' (bhavasava) dan 'kekotoran -

batin kebodohan' (avijjasava). Ketika terbebas, muncul

pengetahuan: "Telah terbebas". Saya memiliki pengetahuan:

"Kelahiran telah dilenyapkan, kehidupan suci telah direalisasi,

apa yang harus dikerjakan telah dilaksanakan, tidak ada lagi

sesuatu di seberang sana."

101

Page 102: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

31-- Inilah pengetahuan ketiga yang saya capai pada masa-ketiga

di malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan

pengetahuan (vijja) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya

bersinar, begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat

dan waspada.

32--Brahmana, mungkin anda berpikir: "Barangkali saat ini petapa

Gotama tidak terbebas dari nafsu (raga), kebencian (dosa) dan

kebodohan (avijja), itulah sebabnya maka beliau tetap tinggal

di belukar terpencil di hutan. Tetapi anda tidak perlu berpikir

begitu, karena saya melihat dua manfaat tinggal di belukar

terpencil di hutan: 'Saya melihat hal yang menyenangkan

bagiku sendiri di sini dan sekarang, serta saya memiliki kasih

sayang terhadap generasi akan datang."'

33-- Benar, karena saudara Gotama adalah arahat

sammasambuddha yang memiliki kasih sayang kepada

generasi mendatang.

34-- Mengagumkan saudara Gotama Mengagumkan saudara

Gotama dhamma telah dijelaskan dengan banyak cara oleh

saudara Gotama, ia bagaikan meluruskan yang bengkok,

mengungkap yang tersembunyi, menunjuk jalan bagi yang

tersesat, menerangi kegelapan dengan lampu sehingga

mereka yang memiliki mata dapat melihat obyek.

102

Page 103: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

35-- Saya berlindung pada Gotama, kepada Dhamma dan kepada

Sangha. Sejak hari ini semoga Gotama mengingat saya

sebagai upasaka (umat) yang berlindung kepadanya selama

hidup.

ANANGANA SUTTA

(5)

103

Page 104: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

1 Demikianlah yang saya dengar:

Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama

milik Anathapindika, Savatthi. Ketika beliau berada di sana,

Bhikkhu Sariputta berkata kepada para bhikku:

"Para bhikkhu ".

Para bhikkhu menjawab: "Ya, bhante".

Selanjutnya bhikkhu Sariputta berkata:

2— “Avuso, ada empat macam orang di dunia; siapakah mereka?

Avuso, di dunia ini ada orang yang 'bermental ternoda'

(angana) dan yang tidak mengetahui dengan benar: 'Saya

bermental ternoda. Ada orang yang bermental ternoda dan

mengetahui dengan benar: ‘Saya bermental ternoda.’ Ada

orang tidak bermental ternoda dan tidak mengetahui dengan

benar: ‘Saya tidak bermental ternoda.’ Ada orang tidak

bermental ternoda dan mengetahui dengan benar: ‘Saya tidak

bermental ternoda.’

3-- Avuso, di antara mereka, dua macam orang yang bermental

ternoda, ia yang bermental ternoda dan tidak mengetahui

dengan benar: ‘Saya bermental ternoda’ adalah disebut

inferior.

104

Page 105: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Avuso, di antara mereka, dua macam orang yang bermental

ternoda, ia yang bermental ternoda dan mengetahui dengan

benar: ‘Saya bemental teroda’ adalah disebut superior.

Avuso, di antara mereka, dua macam orang yang tidak

bermental ternoda, ia yang tidak bermental ternoda dan

mengetahui dengan benar: ‘Saya tidak bermental ternoda’

adalah disebut inferior.

Avuso, di antara mereka, dua macam orang yang tidak

bermental ternoda, ia yang tidak bermental ternoda dan

mengetahui dengan benar: ‘Saya tidak bermental ternoda’

adalah disebut superior.

4— Setelah hal ini dikatakan, maka Bhikkhu Mahamoggallana

bertanya kepada Bhikkhu Sariputta: "Avuso Sariputta! Dari

dua macam orang yang bermental ternoda, seorang disebut

inferior dan yang lain disebut superior. Apakah alasan dan apa

sebabnya?

Avuso Sariputta! Dari dua macam orang yang ‘tidak bermental

ternoda’, seorang disebut inferior dan yang lain disebut

superior.

Apakah alasan dan sebabnya?"

105

Page 106: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

5.— “Avuso, di antara dua macam orang, orang yang ‘bermental

ternoda’ dan tidak mengetahui dengan benar: ‘Saya bermental

ternoda’, tidak akan memunculkan keinginan, tidak berusaha,

atau tidak mengembangkan semangat untuk melenyapkan

noda mental itu. Ia akan meninggal dunia dengan batin

dipenuhi kemelekatan, kemarahan, kebodohan, noda-noda

mental dan ketidaksucian. Pasti, inilah yang akan terjadi

padanya.

Avuso, sebagai contoh sebuah 'wadah perunggu' (kamsapati)

yang baru dibeli dari toko atau tukang perunggu, yang diliputi

oleh abu dan kotoran, yang mungkin dibiarkan tidak digunakan

oleh pemiliknya, tidak dibersihkan dan dibiarkan dipenuhi

debu. Avuso, bukankah setelah berselang beberapa waktu

wadah perunggu itu akan lebih ternoda dan kotor oleh

kotoran?”

"Ya, avuso."

“Avuso, dengan cara yang sama, orang yang bermental

ternoda dan tidak mengetahui dengan benar: ‘Saya bermental

ternoda’, tidak akan memunculkan keinginan, tidak berusaha,

atau tidak mengembangkan semangat untuk melenyapkan

noda mental itu. Ia akan meninggal dunia dengan batin

dipenuhi kemelekatan, kemarahan, kebodohan, noda-noda

106

Page 107: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mental dan ketidaksucian. Pasti, inilah yang akan terjadi

padanya.

6-- Avuso, di antara mereka, orang bermental ternoda dan

mengetahui dengan benar: ‘Saya bemental ternoda’, akan

memunculkan keinginan, berusaha atau mengembangkan

semangat untuk melenyapkan noda mental itu. Akan

meninggal dunia dengan pikiran tanpa kemelekatan, tanpa

kebencian, tanpa kebodohan, tanpa noda-noda mental dan

tanpa ketidaksucian. Pasti, inilah yang akan terjadi padanya.

Avuso, sebagai contoh, sebuah 'wadah perunggu' (kamsapati)

yang baru dibeli dari toko atau tukang perunggu, yang diliputi

oleh debu dan kotoran, yang mungkin dibersihkan oleh

pemiliknya, tidak dibiarkan diliputi debu. Avuso, bukankah

setelah berselang beberapa waktu wadah perunggu itu

menjadi bersih dan tanpa noda?”

"Ya, avuso."

“Avuso, sama halnya, orang yang bermental ternoda dan

mengetahui dengan benar: ‘Saya bermental ternoda’, akan

memunculkan keinginan, berusaha atau mengembangkan

semangat untuk melenyapkan noda mental itu. Akan

meninggal dunia dengan pikiran tanpa kemelekatan, tanpa

107

Page 108: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kebencian, tanpa kebodohan, tanpa noda-noda mental dan

tanpa ketidaksucian. Pasti, hal inilah yang akan terjadi

padanya.

7-- Avuso, di antara mereka, orang yang tidak bermental ternoda

dan tidak mengetahui dengan benar: ‘Saya tidak bermental

ternoda’ akan tertarik pada hal-hal yang menyenangkan,

karena tertarik pada hal-hal menyenangkan, maka batinnya

akan ternoda karena kemelekatan, kebencian, kebodohan,

noda-noda mental dan ketidaksucian. Pasti, inilah yang akan

terjadi padanya.

Avuso, sebagai contoh, sebuah wadah perunggu yang baru

dibeli dari toko atau tukang perunggu, yang agak bersih dan

tidak ternoda, tetapi yang mungkin tidak digunakan dan tidak

dibersihkan oleh pemiliknya dan dibiarkan di tempat berdebu.

Avuso, bukankah setelah berselang beberapa waktu wadah

perunggu itu ternoda dan kotor oleh kotoran?”

"Ya, avuso."

“Avuso, sama halnya orang yang tidak bermental ternoda

tetapi tidak mengetahui dengan benar: ‘Saya tidak bermental

ternoda’, akan tertarik pada hal-hal yang menyenangkan,

karena tertarik-pada hal-hal menyenangkan, maka batinnya

108

Page 109: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

akan ternoda oleh kemelekatan. Ia akan meninggal dunia

dengan batin diliputi kemelekatan, kebencian, kebodohan,

noda-noda mental dan ketidaksucian. Pasti, inilah yang akan

terjadi padanya.

8— Avuso, di antara mereka, orang yang tidak bermental ternoda

dan mengetahui dengan benar: ‘Saya tidak bermental ternoda’

tidak akan tertarik padahal-hal menyenangkan, maka batinnya

tidak akan ternoda oleh kemelekatan. Ia akan meninggal

dunia dengan batin tidak diliputi kemelekatan, kebencian,

kebodohan, noda-noda mental dan ketidaksucian. Pasti, inilah

yang akan terjadi padanya.

Avuso, sebagai contoh, sebuah wadah perunggu yang baru

dibeli dari toko atau tukang perunggu, yang agak bersih dan

agak tidak ternoda, tetapi yang mungkin digunakan dan

dibersihkan oleh pemiliknya dan tidak dibiarkan di tempat

berdebu. Avuso, bukankah setelah berselang beberapa waktu

wadah perunggu itu menjadi lebih bersih dan tidak ternoda?”

"Ya, avuso."

“Avuso, sama halnya, orang yang tidak bermental ternoda dan

mengetahui dengan benar: ‘Saya tidak bermental ternoda’

tidak akan tertarik pada hal-hal menyenangkan, karena tidak

109

Page 110: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tertarik pada hal-hal menyenangkan, maka batinnya tidak akan

ternoda oleh kemelekatan. Ia akan meninggal dunia dengan

batin tanpa kemelekatan, kebencian, kebodohan, noda-noda

mental dan ketidak sucian. Pasti, inilah yang akan terjadi

padanya.”

9.— “Avuso Moggallana! Inilah alasan dan sebab dari pernyataan

bahwa dari dua macam yang bermental ternoda, seorang

disebut inferior dan orang yang lain disebut superior.

Avuso Moggallana! Inilah alasan dan sebab dari pernyataan

bahwa dari dua macam orang yang tidak bermental ternoda,

seorang disebut inferior dan orang yang lain disebut superior.”

10-- "Avuso, telah tersebut: 'Noda, noda.' Apa yang dimaksud

dengan 'noda’?”

“Avuso, 'noda’ ini adalah sebutan untuk ‘faktor-faktor jahat'

(papakanam) yang muncul dari ‘keinginan-keinginan buruk’

(akusalaiccha).”

“Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu

berkeinginan: ‘Saya akan melakukan 'pelanggaran peraturan'

(apatti), mungkin para bhikkhu tidak mengetahui

perbuatanku." Kemudian bhikkhu itu berpikir: ‘Para bhikkhu

tahu bahwa saya telah melakukan apatti.’ Lalu ia marah dan

110

Page 111: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tidak senang. Avuso, kemarahan dan ketidaksenangan adalah

noda-noda batin.

Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu

berkeinginan: ‘Saya akan melakukan apatti, mungkin para

bhikkhu akan menuduhku secara pribadi dan tidak di tengah-

tengah sangha.’ Avuso, tetapi mungkin para bhikkhu

menuduhnya di tengah-tengah sangha dan bukan secara

pribadi. Kemudian bhikkhu itu berpikir: ‘Para bhikkhu

menuduhku di tengah-tengah sangha, bukan secara pribadi.’

Lalu ia marah dan tidak senang. Avuso, kemarahan dan

ketidaksenangan adalah noda-noda batin.

11-- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu

berkeinginan: ‘Saya akan melakukan apatti, mungkin saya

akan dituduh oleh teman (yang telah melakukan apatti) dan

bukan oleh 'bukan temanku' (yang tidak melakukan apatti).’

Avuso, mungkin ia tidak dituduh oleh temannya, tetapi oleh

bukan temannya. Bhikkhu itu berpikir: ‘Saya dituduh oleh

'bukan temanku', namun bukan oleh temanku.’ Lalu ia marah

dan tidak senang. Avuso, kemarahan dan ketidaksenangan

adalah noda-noda batin.

Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu

berkeinginan: ‘Sangat baik bila Guru (sattha) membabarkan

111

Page 112: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dhamma kepada para bhikkhu, hanya bertanya kepada saya

dan bukan kepada bhikkhu lain.’ Avuso, tetapi mungkin Guru

membabarkan dhamma kepada para bhikkhu dan bertanya

kepada bhikkhu lain dan tidak bertanya kepada bhikkhu itu.

Bhikkhu itu berpikir: ‘Guru mengajar dhamma kepada para

bhikkhu dan bertanya kepada bhikkhu lain, tetapi tidak

kepadaku.’ Lalu ia marah dan tidak senang. Avuso, kemarahan

dan ketidaksenangan adalah noda-noda batin.

12-- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu

berkeinginan: ‘Sungguh baik bila para bhikkhu memasuki desa

untuk menerima makanan dengan saya selalu sebagai

pemimpin dan bukan bhikkhu lain yang memimpin.’ Avuso,

tetapi mungkin para bhikkhu memasuki desa untuk menerima

makanan dengan dipimpin oleh bhikkhu lain dan bukan

bhikkhu itu yang me-mimpin. Bhikkhu itu berpikir: ‘Para

bhikkhu memasuki desa untuk menerima makanan dengan

dipimpin oleh bhikkhu lain dan bukan saya yang memimpin.’

Lalu ia marah dan tidak senang. Avuso, kemarahan dan

ketidaksenangan adalah noda-noada batin.

Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu

berkeinginan: ‘Sungguh baik bila saya sendiri mendapat

tempat terbaik, air terbaik dan dana-makanan terbaik di

112

Page 113: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tempat makan yang ditentukan, sedangkan bhikkhu yang lain

tidak mendapat hal-hal itu.’ Avuso, tetapi mungkin bhikkhu

yang lain mendapat tempat terbaik, air terbaik dan dana-

makanan terbaik di tempat makan yang ditentukan, sedangkan

bhikkhu itu tidak mendapat hal-hal itu. Bhikkhu itu berpikir,

"Para bhikkhu mendapat tempat terbaik, air terbaik dan dana-

makanan terbaik di tempat makan yang ditentukan, sedangkan

saya tidak mendapat hal-hal itu." Lalu ia marah dan tidak

senang. Avuso, kemarahan dan ketidaksenangan adalah noda-

noda batin.

13-- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu

berkeinginan: ‘Sungguh baik bila saya sendiri membabarkan

dhamma sebagai pernyataan "anumodana" (membabar

dhamma setelah menerima dana), setelah makan dana-

makanan, di tempat makan yang ditentukan, sedangkan

bhikkhu lain tidak melakukannya. Avuso, tetapi mungkin

bhikkhu lain membabarkan dhamma setelah makan dana-

makanan di tempat makan yang ditentukan, sedangkan

bhikkhu itu tidak melakukannya. Bhikkhu itu berpikir: ‘Bhikkhu

lain membabarkan dhamma setelah makan dana-makanan di

tempat makan yang ditentukan, sedangkan saya tidak

113

Page 114: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

melakukannya.’ Lalu ia marah dan tidak senang. Avuso,

kemarahan dan ketidaksenangan adalah noda-noda batin.

Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu

berkeinginan: ‘Sungguh baik bila saya sendiri yang

membabarkan dhamma kepada para bhikkhu yang

mengunjungi vihara dan tidak ada bhikkhu lain yang

melakukannya.’ Avuso, tetapi mungkin bhikkhu lain yang

membabarkan dhamma kepada para bhikkhu yang

mengunjungi vihara, sedangkan bhikkhu itu tidak

melakukannya. Bhikkhu itu berpikir: ‘Bhikkhu lain

membabarkan dhamma kepada para bhikkhu yang

mengunjungi vihara, sedangkan saya tidak melakukannya.’

Lalu ia marah dan tidak senang. Avuso, kemarahan dan

ketidaksenangan adalah noda-noda batin.

14- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu

berkeinginan: ‘Sungguh baik bila saya sendiri yang

membabarkan dhamma kepada para bhikkhuni ... dst... ...

kepada upasaka yang mengunjungi vihara ... dst...... kepada

para upasika yang mengunjungi vihara, sedangkan bhikkhu

lain tidak melakukannya." Avuso, tetapi mungkin bhikkhu lain

yang membabarkan dhamma kepada para upasika yang

mengunjungi vihara, sedangkan bhikkhu itu tidak

114

Page 115: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

melakukannya. Bhikkhu itu berpikir: ‘Bhikkhu lain

membabarkan dhamma kepada para upasika yang

mengunjungi vihara, sedangkan saya tidak melakukannya.’ Ialu

ia marah dan tidak senang. Avuso, kemarahan dan

ketidaksenangan adalah noda-noda batin.

Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu

berkeinginan: ‘Sungguh baik bila para bhikkhu menghormat,

memuja, memuji dan menghargai saya sendiri, sedangkan para

bhikkhu tidak menghormat, memuja, memuji atau menghargai

bhikkhu lain.’ Avuso, tetapi mungkin para bhikkhu

menghormat, memuja, memuji dan menghargai bhikkhu lain,

sedangkan para bhikkhu tidak menghormat, memuja, memuji

dan menghargai bhikkhu itu. Bhikkhu itu berpikir: ‘Para

bhikkhu menghormat, memuja, memuji dan menghargai

bhikkhu lain, sedangkan saya tidak dihomat, dipuja, dipuji dan

dihargai oleh para bhikkhu.’ Lalu ia marah dan tidak senang.

Avuso, kemarahan dan ketidaksenangan adalah noda-noda

batin.

15-- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu

berkeinginan: ‘Sungguh baik bila para bhikkhuni ... para

upasaka menghormat, memuja, memuji dan menghargai saya

sendiri, sedangkan para upasika tidak menghormat, memuja,

115

Page 116: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

memuji atau menghargai bhikkhu lain.’ Avuso, tetapi mungkin

para upasika menghormat, memuja, memuji dan menghargai

bhikkhu lain, sedangkan para upasika tidak menghormat,

memuja, memuji dan menghargai bhikkhu itu. Bhikkhu itu

berpikir: ‘Para upasika menghormat, memuja, memuji dan

menghargai bhikkhu lain, sedangkan saya tidak dihormat,

dipuja, dipuji dan dihargai oleh para upasika.’ Lalu ia marah

dan tidak senang. Avuso, kemarahan dan ketidaksenangan

adalah noda-noda batin.

Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu

berkeinginan: ‘Sungguh baik bila hanya saya sendiri menerima

jubah yang bagus, sedangkan bhikkhu lain tidak menerima

jubah yang bagus.’ Avuso, tetapi mungkin bhikkhu lain

menerima jubah yang bagus, sedangkan bhikkhu itu tidak

menerima jubah yang bagus. Bhikkhu itu berpikir: ‘Bhikkhu

lain menerima jubah yang bagus, sedangkan saya tidak

menerima jubah yang bagus.’ Lalu ia marah dan tidak

senang. Avuso, kemarahan dan tidaksenangan adalah noda-

noda batin.

16-- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu

berkeinginan: ‘Sungguh baik bila hanya saya sendiri menerima

dana-makanan yang baik ... tempat tinggal saya bagus ... obat-

116

Page 117: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

obatan yang bagus dan kebutuhan pengobatan yang

digunakan dalam keadaan sakit, sedangkan bhikkhu yang lain

tidak menerima hal itu.’ Avuso, tetapi mungkin bhikkhu lain

menerima obat-obatan dan kebutuhan pengobatan yang

digunakan dalam keadaan sakit, sedangkan bhikkhu itu tidak

menerima hal-hal itu. Bhikkhu itu berpikir: ‘Bhikkhu lain

menerima obat-obatan yang bagus dan kebutuhan pengobatan

yang digunakan dalam keadaan sakit, sedangkan saya tidak

menerima hal-hal itu.’ Lalu ia marah dan tidak senang. Avuso,

kemarahan dan ketidaksenangan adalah noda-noda batin.

Avuso, 'noda' ini adalah sebutan untuk faktor-faktor buruk yang

muncul dari keinginan-keinginan jahat.

17-- Avuso, bilamana seorang bhikkhu dilihat atau didengar oleh

seseorang bahwa bhikkhu itu tidak melenyapkan faktor-faktor

buruk yang muncul dari keinginan-keinginan jahat

walaupun bhikkhu itu melakukan 'praktik keras', seperti,

'tinggal di hutan' (arannako) atau 'tempat terpencil'

(pantasenasano), menerima dana-makanan (pindapatiko) atau

'menerima makanan dari rumah-rumah' (sapadanacari),

mengenakan jubah yang dibuat dari kain bekas pembungkus

mayat' (pamsukuliko) atau jubah yang dibuat dari kain-kain

kasar yang kurang berharga' (lukhacivara), ia tidak akan

117

Page 118: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dihormat, dipuja, dipuji atau dihargai oleh rekan-rekannya

yang' melaksanakan penghidupan suci' (sabrahmacari). Apa

alasannya? karena melihat atau mendengar bahwa bhikkhu itu

belum melenyapkan faktor-faktor buruk yang muncul dari

keinginan-keinginan jahat.

Avuso, sebagai contoh, sebuah 'wadah perunggu' (kamsapati)

bersih dan tidak ternoda yang dibeli dari toko atau tukang

perunggu dan pemiliknya pergi ke pasar mengisinya dengan

(potongan) bangkai ular membusuk, bangkai anjing atau

potongan mayat manusia dan menutupi wadah itu dengan

wadah perunggu lain. Orang-orang yang melihat wadah

perung-gu itu, mungkin berkata: ‘Kawan! mengapa anda

membawa hadiah bagus ini?’ bangkit dari duduk, membukanya

dan melihat kedalamnya. Namun, segera setelah mereka

melihat isinya, mereka akan merasa mau muntah, jijik dan

muak, sehingga orang yang lapar pun tidak berkeinginan untuk

makan, apalagi mereka yang kenyang.’

Avuso, begitu pula halnya, bilamana seorang bhikkhu dilihat

atau didengar oleh seseorang bahwa bhikkhu itu tidak

melenyapkan faktor-faktor buruk yang muncul dari keinginan-

keinginan jahat walaupun bhikkhu itu melakukan 'praktik

keras', seperti, 'tinggal dihutan' (arannako) atau 'tempat

118

Page 119: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

terpencil' (pantasenasano), menerima dana-makanan

(pindapatiko) atau 'menerima makanan dari rumah-rumah'

(sapadanacari), mengenakan 'jubah yang dibuat dari kain

pembungkus mayat '(pamsukuliko) atau jubah yang dibuat dari

kain-kain kasar yang kurang berharga' (lukhacivara), ia tidak

akan dihormat, dipuja, dipuji atau dihargai oleh rekan-rekannya

yang 'melaksanakan penghidupan suci' (sabrahmacari). Apa

alasannya? karena mereka melihat atau mendengar bahwa

bhikkhu itu belum melenyapkan faktor-faktor buruk yang

muncul dari keinginan-keinginan jahat.

18-- Avuso, bilamana seorang bhikkhu dilihat atau didengar oleh

seseorang bahwa bhikkhu itu telah melenyapkan faktor-faktor

buruk yang muncul dari keinginan-keinginan jahat walaupun ia

menetap di sebuah vihara desa, menerima dana-makanan dari

mereka yang mengundangnya dan mengenakan jubah yang di

danakan para umat, ia akan dihormat, di puja, di puji dan di

hargai oleh para rekannya yang melaksanakan penghidupan

suci. Apakah alasannya? karena mereka melihat atau

mendengar bahwa bhikkhu itu telah melenyapkan faktor-faktor

buruk yang muncul dari keinginan-keinginan jahat.

Avuso, sebagai contoh, sebuah wadah perunggu bersih dan tak

ternoda yang dibeli dari toko atau tukang perunggu, lalu

119

Page 120: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pemiliknya pergi ke pasar, mengisinya dengan nasi matang

yang bagus, tanpa bijian hitam, bersama banyak kari kacang,

daging dan ikan, setelah itu menutupinya dengan wadah

perunggu lain. Orang-orang yang melihat wadah perunggu itu,

mungkin berkata: ‘Kawan! mengapa anda membawa hadiah

bagus ini?’ bangkit dari duduk, membukanya dan melihat

kedalamnya. Segera setelah mereka melihat isinya, mereka

akan merasa gembira, tanpa merasa muak atau jijik. Sehingga

orang yang telah kenyang pun berkeinginan untuk makan,

apalagi mereka yang lapar.

Avuso, begitu pula halnya, bilamana seorang bhikkhu dilihat

atau didengar oleh seseorang bahwa bhikkhu itu telah

melenyapkan factor-faktor buruk yang muncul dari keinginan-

keinginan jahat walaupun ia menetap di sebuah vihara desa,

menerima dana-makanan dari mereka yang mengundangnya

dan mengenakan jubah yang didanakan para umat, ia akan

dihormat, dipuja, dipuji dan dihargai oleh para rekannya yang

melaksanakan penghidupan suci. Apakah alasannya? Karena

mereka melihat atau mendengar bahwa bhikkhu itu telah

melenyapkan faktor-faktor buruk yang muncul dari keinginan-

keinginan jahat.”

120

Page 121: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

19-- Setelah hal ini dikatakan, lalu Bhikkhu Moggallana berkata

kepada Bhikkhu Saruputta: "Avuso Sariputta, sebuah

perumpamaan muncul dalam pikiranku.”

"Avuso Moggallana, ungkapkanlah perumpamaan itu."

“Avuso, saya pernah menetap di Giribbaje, dekat kota

Rajagaha. Pada suatu pagi, setelah saya mengenakan jubah

dan membawa patta serta civara, pergi ke Rajagaha untuk

pindapata (menerima makanan), ketika itu, Samiti, putra

pembuat kereta, sedang membentuk bagian sisi roda kereta,

sedangkan petapa telanjang (ajiviko) bernama Panduputta,

mantan pembuat kereta, sedang berdiri didekatnya. Avuso,

kemudian muncul ide pada petapa telanjang Panduputta: ‘Akan

baik bila Samiti memperbaiki lengkungan, bagian yang

bengkok dan kerusakan dari bagian sisi roda kereta. Dengan

demikian maka bagian sisi roda kereta akan tanpa lengkungan,

bagian yang bengkok dan rusak, maka bagian sisi roda kereta

akan tanpa cacad dan bagus.’

Avuso, Samiti memperbaiki lengkungan, bagian yang bengkok

dan yang rusak, sesuai dengan ide petapa telanjang

Panduputta. Kemudian petapa telanjang Panduputta gembira,

dengan mengucapkan teriakan kegembiraan: ‘Nampaknya ia

121

Page 122: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

melakukan perbaikan (bagian luar dari roda) bagaikan ia,

melalui pikirannya, mengetahui pikiran orang lain.’

Avuso, begitu pula halnya, orang-orang yang tanpa keyakinan

(kepada Tiratana), meninggalkan kehidupan berumah-tangga

menjadi petapa yang bukan karena berdasarkan pada

kepercayaan (pada hukum kamma), tetapi sebagai mata

pencaharian. Mereka licik, penipu, pemalsu, bingung, arogan,

keji, pesolek dan cerewet; mereka tidak menjaga indera-indera,

makan tidak sederhana (bhojane amattannuta), tidak selalu

waspada (jagariya ananuyutta), tidak berkehidupan samana

dengan baik (samane anapekhavanto), tidak melaksanakan

peraturan dengan baik (sikkhaya na tibbagarava), ingin hidup

mewah, lalai, kemauan-baik menurun, tak bertanggung jawab

dalam usaha untuk melenyapkan dukkha (nibbana), malas,

kurang bersemangat, tidak berperhatian, tidak berpengertian,

tidak menenangkan pikiran, pikiran tidak tetap, pikiran tak

terkendali, tidak bijak dan pikiran tumpul. Nampaknya seperti

ayasma (saudara) Sariputta mengetahui pikiran mereka

melalui pikiran yang mengatur (membentuk) pikiran mereka

dengan uraian dhamma.

Tetapi, ada pula orang-orang dengan keyakinan (kepada

Tiratana) meninggalkan kehidupan berumah tangga menjadi

122

Page 123: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

petapa, yang tidak licik, tidak menipu, bukan memalsu, tidak

bingung, tidak arogan, tidak keji, tidak pesolek dan tidak

cerewet; menjaga indera-indera, makan sederhana, selalu

waspada, berkehidupan samana dengan baik, melaksanakan

peraturan dengan baik, hidup sederhana, bersemangat,

berkemauan baik, berusaha untuk melenyapkan dukkha, rajin,

berperhatian, berpengertian, pikiran tenang, pikiran tetap,

pikiran terkendali, bijak dan pintar. Setelah mereka

mendengar uraian dhamma dari ayasma Sariputta, bagaikan

mereka minum (saripati) ungkapannya dan makan makananya,

dengan berkata: ‘Baik sekali! Ayasma Sariputta telah

menyebabkan rekan brahmacari-nya meninggalkan hal-hal

buruk (akusala) dan mengembangkan hal-hal yang baik

(kusala).

Avuso, seperti seorang wanita atau pria, remaja dan berusia

muda yang biasa merias diri, mandi, mengambil bunga teratai,

melati, akasia dan membawanya dengan kedua tangan atau

menaruh itu di kepala, begitu pula orang-orang itu dengan

keyakinan meninggalkan kehidupan berumah tangga menjadi

petapa, yang tidak licik, tidak menipu, bukan memalsu, tidak

bingung, tidak arogan, tidak keji, tidak pesolek dan tidak

cerewet; menjaga indera-indera, makan sederhana, selalu

123

Page 124: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

waspada, berkehidupan samana dengan baik, melaksanakan

peraturan dengan baik, hidup sederhana, bersemangat,

berkemauan baik, berusaha untuk melenyapkan dukkha, rajin,

berperhatian, berpengertian, pikiran tenang, pikiran tetap,

pikiran terkendali, bijak dan pintar. Setelah mereka

mendengar uraian dhamma dari ayasma Sariputta, bagaikan

mereka minum (saripati) ungkapannya dan makan maknanya,

dengan berkata: ‘Baik sekali! Ayasma Sariputta telah

menyebabkan rekan brahmacarinya meninggalkan hal-hal

buruk (akusala) dan mengembangkan halhal yang baik

(kusala).’”

Dengan cara ini kedua maha arahat (mahanaga) gembira

dalam pembicaraan mereka.

124

Page 125: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

AKANKHEYYA SUTTA

(6)

Demikianlah yang saya dengar:

1. Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama

milik Anathapindika, Savatthi. Ketika itu, Sang Bhagava

berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu."

Para bhikkhu menjawab: "Ya, Bhante."

“Para bhikkhu, hiduplah dengan sila dan laksanakanlah

patimokkha. Hidup dan kendalikan diri sesuai Patimokkha,

berprilaku baik (acara) dan ‘selalu berada di tempat yang

pantas' (gocara), melihat bahaya pada kesalahan kecil

sekalipun, serta melaksanakan 'peraturan latihan'

(sikkhapada).

2. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin' (akankheyya):

‘Semoga saya disayangi, disukai, dihormati dan dipuji oleh

teman-teman brahmacari’, maka ia harus seseorang yang

125

Page 126: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

telah melaksanakan sila dengan baik, tekun menenangkan

batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi hingga

mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan terang

(vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil dan

sunyi (sunnagara).

3. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu ingin: ‘Semoga saya

dengan mudah mendapat kebutuhan-kebutuhan: jubah,

makanan, tempat menginap dan obat-obatan yang digunakan

sewaktu sakit,’ maka ia harus seseorang yang telah

melaksanakan sila dengan baik, tekun menenangkan batinnya

(cetosamatha), tidak lalai bermeditasi hingga mencapai jhana,

melaksanakan meditasi pandangan terang (vipassana) dan

sering tinggal di tempat yang terpencil dan sunyi (sunnagara).

4. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu ingin: ‘Semoga orang-orang

yang berdana jubah, makanan, tempat menginap dan obat-

obatan yang saya butuhkan, akan menerima buah karma yang

besar dan kemajuan berdasarkan dana-dana itu,’ maka ia

harus seseorang yang telah melaksanakan sila dengan baik,

tekun menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai

bermeditasi hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi

pandangan terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat

yang terpencil dan sunyi (sunnagara).

126

Page 127: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

5. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga

berdasarkan pada keyakinan dan kepatuhan dari sanak

keluargaku yang telah meninggal, mereka akan menerima

buah karma dan manfaat yang besar,’ maka ia harus

seseorang yang telah melaksanakan sila dengan baik, tekun

menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi

hingga mencapai jhana melaksanakan rneditasi pandangan

terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil

dan sunyi (sunnagara).

6. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya

menjadi seorang yang mengatasi ketidakbahagiaan (dalam

kebhikkhuan) atau kesenangan (menikmati pemuasan nafsu)

dan bukan orang yang dikuasai oleh ketidakbahagiaan, namun

sebagai seorang yang selalu mengatasi ketidakbahagiaan

yang muncul,’ maka ia harus seseorang yang telah

melaksanakan sila dengan baik, tekun menenangkan batinnya

(cetosamatha), tidak lalai bermeditasi hingga mencapai jhana,

melaksanakan meditasi pandangan terang (vipassana) dan

sering tinggal di tempat terpencil dan sunyi (sunnagara).

7. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga menjadi

seorang yang mengatasi kebencian dan kesukaan, dan bukan

orang yang dikuasai oleh kebencian dan kesukaan, serta selalu

127

Page 128: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mengatasi kebencian dan kesukaan,’ maka ia harus seseorang

yang telah melaksanakan sila dengan baik, tekun

menenangkan batinnya (cetosainatha), tidak lalai bermeditasi

hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan

terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil

dan sunyi (sunnagara).

8. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya

menjadi seorang yang mengatasi ketakutan dan kegentaran,

dan bukan orang yang dikuasai oleh ketakutan dan

kegentaran,’ maka ia harus seseorang yang telah

melaksanakan sila dengan baik, tekun menenangkan batinnya

(cetosamatha), tidak lalai bermeditasi hingga mencapai jhana,

melaksanakan meditasi pandangan terang (vipassana) dan

sering tinggal di tempat yang terpencil dan sunyi (sunnagara).

9. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya

menjadi seorang yang dapat mencapai pencapaian sesuai

keinginan, tanpa kesulitan atau tanpa ganguan mengenai

Empat Rupajhana, yang dihasilkan oleh batin yang bersih,

sehingga seseorang dapat hidup dengan bahagia pada

kehidupan ini,’ maka ia harus seseorang yang telah

melaksanakan sila dengan baik, tekun menenangkan batinnya

(cetosamatha), tidak lalai bermeditasi hingga mencapai jhana,

128

Page 129: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

melaksanakan meditasi pandangan terang (vipassana) dan

sering tinggal di tempat yang terpencil dan sunyi (sunnagara).

10. Para bhikkhu, jika scorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga setelah

saya melampaui Rupajhana, dengan pencapaian batin dan

tetap berada dalam kedamaian Arupajhana yang dihasilkan

berdasarkan 'pembebasan' (vimokkha),’ maka ia harus

seseorang yang telah melaksanakan sila dengan baik, tekun

menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi

hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan

terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil

dan sunyi (sunnagara).

11. Para bhikkhu, jika seseorang bhikkhu 'ingin: ‘Semoga saya

menjadi Sotapanna dengan melenyapkan tiga 'belenggu'

(samyojana) dan tidak akan terlahir kembali di alam

menyedihkan dan menderita, yang pasti dan akan mencapai

'penerangan agung' (bodhi),’ maka ia harus seseorang yang

telah melaksanakan sila dengan baik, tekun menenangkan

batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi hingga

mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan terang

(vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil dan

sunyi (sunnagara).

129

Page 130: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

12. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya

menjad' Sakadagami dengan melenyapkan tiga 'belenggu'

(samyojana) dan melemahkan kemelekatan pada nafsu (raga),

kebencian (dosa) serta kebodohan (moha), akan terlahir sekali

lagi demi melenyapkan dukkha,’ maka ia harus seseorang

yang telah melaksanakan sila dengan baik, tekun

menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi

hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan

terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil

dan sunyi (sunnagara).

13. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': "Dengan

melenyapkan lima belenggu (samyojana) yang rendah

(orambhagiya), semoga saya terlahir secara 'langsung'

(opapatika) dan tidak akan terlahir kembali di alam lain, serta

akan mencapai nibbana di alam itu,’ maka ia harus seseorang

yang telah melaksanakan sila dengan baik, tekun

menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi

hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan

terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil

dan sunyi (sunnagara).

14. Para bhikkhu, jika seseorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya

memiliki bermacam-macam 'kemampuan batin phisik'

130

Page 131: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

(iddhividdha) seperti: dari satu tubuh menjadi banyak tubuh,

dari banyak tubuh menjadi satu, saya menjadi terlihat atau

tidak terlihat (menghilang); saya tanpa rintangan menembus

dinding, pagar maupun gunung bagaikan berjalan di tempat

terbuka; saya dapat menyelam dan keluar dari tanah bagaikan

menyelam dan keluar dari air; saya berjalan di atas air

bagaikan berjalan di tanah; saya dapat terbang ke angkasa

dengan posisi duduk bagaikan burung terbang; saya dapat

menyentuh matahari dan bulan yang sangat perkasa itu; saya

dapat menguasai tubuh saya hingga dapat pergi ke alam para

Brahma,’ maka ia harus seseorang yang telah melaksanakan

sila dengan baik, tekun menenangkan batinnya (cetosamatha),

tidak lalai bermeditasi hingga mencapai jhana, melaksanakan

meditasi pandangan terang (vipassana) dan sering tinggal di

tempat yang terpencil dan sunyi (sunnagara).

15. Para bhikkhu, jika seseorang bhikkhu 'ingin': "Semoga saya

dapat mendengar dua macam suara, yaitu suara para dewa

dan manusia, jauh atau dekat, dengan kemwnpuan mendengar

yang melampaui kemampuan mendengar manusia biasa,

kemampuan mendengar yang sangat jelas seperti kemwnpuan

para dewa," maka ia harus seseorang yang telah

melaksanakan sila dengan baik, tekun menenangkan batinnya

131

Page 132: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

(cetosamatha), tidak lalai bermeditasi hingga mencapai jhana,

melaksanakan meditasi pandangan terang (vipassana) dan

sering tinggal di tempat yang terpencil dan sunyi (sunnagara).

16. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya,

dengan pikiran saya sendiri, mengetahuai dengan jelas pikiran-

pikiran para makhluk atau individu lain; semoga saya

mengetahui pikiran yang 'diliputi napsu indera' (saraga);

semoga saya mengetahui pikiran 'tanpa napsu indera'

(vitaraga) sebagai pikiran tanpa napsu indera; semoga saya

mengetah pikiran yang 'diliputi oleh kebencian' (sadosa);

semoga saya mengetahui pikiran tanpa diliputi kebencian

sebagai pikiran tanpa diliputi kebencian; semoga saya

mengetahui pikiran yang 'diliputi kebodohan' (samoha);

semoga saya mengetahui pikiran tanpa diliputi kebodohan

sebagai pikiran tanpa diliputi kebodohan; semoga saya

mengetahui pikiran kebingungan (sankhitta); semoga saya

mengetahui pikiran tanpa kebingungan sebagai pikiran tanpa

kebingungan; semoga saya mengetahui pikiran mulia

(mahaggata) sebagai pikiran mulia; semoga saya mengetahui

pikiran tidak mulia (amahaggata) sebagai pikiran tidak mulia;

semoga saya mengetahui pikiran inferior (sa-uttara) sebagai

pikiran rendah; semoga saya mengetahui pikiran superior

132

Page 133: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

(anuttara) sebagai pikiran superior; semoga saya mengetahui

pikiran terkonsentrasi (samahita) sebagai pikiran

terkonsentrasikan; semoga saya mengetahui pikiran tak

terkonsentrasi (asamahita) sebagai pikiran tak terkonsentrasi;

semoga saya mengetahui pikiran telah terbebas (vimutta)

sebagai pikiran telah bebas; semoga saya mengetahui pikiran

belum bebas (avimutta) sebagai pikiran belum bebas,’ maka ia

harus seseorang yang telah melaksanakan sila dengan baik,

tekun menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai

bermeditasi hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi

pandangan terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat

yang terpencil dan sunyi (sunnagara).

17. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya dapat

mengingat 'banyak dan bermacam-macam kehidupan yang

lampau' (anekavihita pubbenivasa), seperti: mengingat satu

kelahiran lampau, dua, tiga, empat, lima, sepuluh, dua puluh,

tiga puluh, empat puluh, lima puluh, seratus, seribu, seratus

ribu kelahiran lampau, atau dalam banyak kali penghancuran

bumi (samvattakappa), dalam banyak kali pembentukan bumi

(vivattakappa), atau dalam banyak masa pembentukan dan

penghancuran bumi, ketika itu: pada kehidupan itu saya

memiliki nama, terlahir pada keluarga, memiliki penampilan,

133

Page 134: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

makan makanan, menikmati kenikmatan, saya menderita sakit;

masa usiaku sepanjang itu, saya meninggal dari kehidupan itu

dan kemudian saya terlahir pada kehidupan yang lain; pada

kehidupan (baru) itu saya bernama, terlahir pada keluarga,

memiliki penampilan, makan makanan, menikmati kenikmatan,

saya menderita sakit, masa usiaku sepanjang itu, saya

meninggal dari kehidupan itu dan saya lahir kembali pada

kehidupan ini. Semoga saya dapat mengingat banyak dan

macam-macam kelahiranku yang lampau seperti itu bersama

dengan semua karakter dan keadaan yang berhubungan

dengan kehidupan-kehidupan itu,’ maka ia harus seseorang

yang telah melaksanakan sila dengan baik, tekun

menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi

hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan

terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil

dan sunyi (sunnagara).

18. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya

memiliki kemampuan batin mata dewa (dibba cakkhu) yang

sangat tajam dan melebihi kemampuan mata manusia biasa,

dapat melihat makhluk-makhluk dalam proses meninggal dan

lahir kembali, makhluk-makhluk inferior atau superior,

makhluk-makhluk cantik atau buruk, serta makhluk-makhluk

134

Page 135: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dengan kehidupan baik atau buruk. Semoga saya mengetahui

bagaimana makhluk-makhluk lahir sesuai dengan karma-

karma mereka: 'Kawan-kawan! Makhluk-makhluk ini dipenuhi

perbuatan jahat yang dilakukan dengan jasmani, ucapan dan

pikiran. Mereka kejam kepada para ariya, berpandangan keliru

dan melakukan perbuatan-perbuatan berdasarkan pandangan

keliru mereka. Setelah meninggal, mereka terlahir kembali di

alam penderitaan (duggati), alam menyedihkan (apaya), alam

penuh kesakitan dan kesediban (vinipata), di alam neraka

(niraya). Tetapi, kawan-kawan, ada pula makhluk-makhluk

yang diliputi oleh perbuatan baik yang dilakukan dengan

jasmani, ucapan dan pikiran. Mereka tidak kejam kepada para

ariya, memiliki pandangan benar. Setelah mereka meninggal,

mereka terlahir kembali di alam menyenangkan, alam

kebahagiaan para dewa. Dengan demikian, semoga saya

memiliki kemampuan mata dewa (dibbacakkhu) yang sangat

tajam dan melebihi kemampuan mata manusia biasa seperti

itu,’ maka ia harus seseorang yang telah melaksanakan sila

dengan baik, tekun menenangkan batinnya (cetosamatha),

tidak lalai bermeditasi hingga mencapai jhana, melaksanakan

meditasi pandangan terang (vipassana) dan sering tinggal di

tempat yang terpencil dan sunyi (sunnagara).

135

Page 136: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

19. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu 'ingin': ‘Semoga saya

dengan kemampuan batin (abhinnaya) melenyapkan semua

kekotoran batin (asava) pada kehidupan sekarang ini,

mencapai dan tetap berada dalam batin suci (cetovimutti) dan

kesucian kebijaksanaan (pannavimutti),’ maka ia harus

seseorang yang telah melaksanakan sila dengan baik, tekun

menenangkan batinnya (cetosamatha), tidak lalai bermeditasi

hingga mencapai jhana, melaksanakan meditasi pandangan

terang (vipassana) dan sering tinggal di tempat yang terpencil

dan sunyi (sunnagara).

20. Itulah berdasarkan hal ini, maka kata-kata ini telah dinyatakan:

‘Para bhikkhu, hiduplah dengan sila dan laksanakanlah

patimokkha. Hidup dan kendalikan diri sesuai patimokkha,

berprilaku baik (acara) dan 'selalu berada di tempat yang

pantas' (gocara), melihat bahaya pada kesalahan kecil

sekalipun, serta melaksanakan 'peraturan latihan'

(sikkhapada).”

Demikianlah yang dikatakan Sang Bhagava. Para bhikkhu itu

senang dan gembira dengan apa yang dikatakan Sang Bhagava.

136

Page 137: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

VATTHUPAMA SUTTA

(7)

Demikian telah saya dengar:

"Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama

milik Anathapindika, Savatthi. Beliau berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu."

137

Page 138: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Mereka menjawab: "Ya, Bhante."

Selanjutnya Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu, andaikata

ada sepotong kain kotor dan bernoda, dan seorang pencelup

merendamnya di dalam celupan atau lainnya, yang berwama biru,

kuning, merah atau dadu, akan tetap jelek dan warnanya tak

cemerlang. Mengapa demikian? Karena kain itu tidak bersih,

demikian pula apabila batin kotor, maka masa depan tak

menyenangkan yang mungkin terjadi.

Para bhikkhu, andaikata sepotong kain bersih dan terang, lalu

seorang pencelup merendamnya di dalam bahan celupan atau

lainnya, apakah biru, kuning, merah atau dadu, maka akan tampak

indah dan terang warnanya. Mengapa demikian? Karena kain itu

bersih, demikian pula apabila batin tidak kotor, maka masa depan

menyenangkan yang mungkin tedadi. 'Apakah ketidaksempurnaan

yang mengotori batin itu? Ketamakan dan keserakahan adalah

ketidaksempurnaan yang mengotori batin. Keinginan jahat ...

Kemarahan .... Kekikiran .... Penipuan .... Kecurangan …. Keras

kepala .... Praduga .... Keangkuhan .... Kesombongan …. Kelalaian

adalah ketidaksempurnaan yang mengotori batin.

Apabila seorang bhikkhu mengetahui bahwa ketamakan dan

keserakahan adalah suatu ketidaksempurnaan yang mengotori

batin, ia akan meninggalkan semua itu.'

138

Page 139: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Setelah seorang bhikkhu mengetahui bahwa keinginan jahat ...

kelalaian adalah ketidaksempumaan yang mengotori batin, maka ia

akan meninggalkan semua itu.'

'Segera setelah hal itu diketahui dengan pandangan terang

bahwa ketamakan dan keserakahan adalah suatu ketidak-

sempurnaan yang mengotori batin, sifat itu terkikis dalam batinnya.

Segera setelah hal itu diketahui dengan pandangan terang bahwa

keinginan jahat ... kelalaian adalah ketidaksempumaan yang

mengotori batin, semua itu terkikis di dalam batinnya.

'Dengan demikian, ia memiliki keyakinan sempurna terhadap

Buddha, sebagai berikut: "Sang Bhagava adalah Arahat, telah

mencapai penerangan sempurna, sempurna pengetahuan

dan tindak-tanduknya, luhur, pengenal segenap alam,

pemimpim manusia tanpa banding, guru para dewa dan

manusia, yang mencapai penerangan sempuma, Buddha."

'Juga, ia memiliki keyakinan sempurna terhadap Dhamma,

sebagai berikut: "Dhamma Sang Bhagava telah dibabarkan

dengan baik; berada sangat dekat, tak lapuk oleh waktu,

mengundang untuk dibuktikan; menuntun ke dalam batin,

dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-

masing."

139

Page 140: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Selanjutnya, ia memiliki keyakinan sempurna terhadap

Sangha, sebagai berikut: "Sangha siswa Sang Bhagava telah

bertindak baik, Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak

lurus, Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak patut;

mereka adalah empat pasang makhluk yang terdiri dari

delapan jenis makhluk suci. Itulah siswa Sang Bhagava yang

patut menerima pemberian, tempat bernaung, persembahan

dan penghormatan; tempat untuk menanam jasa, yang tiada

taranya di alam semesta."

Apapun (dari ketidaksempurnaan itu) yang telah, sesuai

dengan batasannya (diatur oleh tiga tingkat kesucian pertama

yang telah dicapainya), diatasi, dihentikan (selamanya),

dibiarkan, ditinggalkan dan dilepaskan.

'Ia (merenung) demikian: "Saya memiliki keyakinan sempurna

terhadap Buddha" dan ia memperoleh pengalaman berarti, ia

memperoleh pengalaman Dhamma, oleh karenanya ia

menemukan kesenangan berkenaan dengan Dhamma.

Karena kesenangan ini maka ia diliputi kegiuran, dengan

adanya kegiuran maka tubuhnya menjadi tenang, ketika

tubuhnya tenang ia merasa bahagia, karena kebahagiaan itu,

batinnya menjadi terkonsentrasi.’

140

Page 141: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Ia (merenung) demikian: "Saya memiliki keyakinan sempurna

terhadap Dhamma" dan ia memperoleh pengalaman berarti,

ia memperoleh pengalaman Dhamma, oleh karenanya ia

menemukan kesenangan berkenaan dengan Dhamma.

Karena kesenangan ini maka ia diliputi kegiuran, dengan

adanya kegiuran maka tubuhnya menjadi tenang, ketika

tubuhnya menjadi tenang ia merasa bahagia, karena

kebahagiaan itu, batinnya terkonsentrasi.’

'Ia (merenung) demikian: "Saya memiliki keyakinan sempurna

terhadap Sangha" dan ia memperoleh pengamalan berarti, ia

memperoleh pengalaman Dhamma, oleh karenanya ia

menemukan kesenangan yang berkenaan dengan Dhamma.

Karena kesenangan ini maka ia diliputi kegiuran, dengan

adanya kegiuran maka tubuhnya menjadi tenang, ketika

tubuhnya menjadi tenang ia merasa bahagia, karena

kebahagiaan itu, batinnya terkonsentrasi.’

'Ia (merenung) demikian: "Apapun yang dimiliki, sesuai

batasannya, telah diatasi, dihentikan, dibiarkan, ditinggalkan

dan dilepaskan, maka ia memperoleh pengalaman berarti, ia

memperoleh pengalaman Dhamma, oleh karenanya ia

menemukan kesenangan yang berkenaan dengan Dhamma.

141

Page 142: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Karena kesenangan ini maka ia diliputi kegiuran .... batinnya

terkonsentrasi.

'Jika seorang bhikkhu memiliki sila, dhamma dan panna

seperti itu, makan makanan pindapatta yang terdiri dari nasi

dan kacang-kacangan hitam yang dicampur dengan saus dan

kari, ia tidak merasa terganggu makan makanan seperti itu.

Bagaikan kain yang kotor dan bemoda menjadi bersih dan

cerah dengan bantuan air yang jernih, atau seperti emas

mepjadi murni dan berkilau dengan bantuan tungku perapian,

demikian pula bagi seorang bhikkhu dengan sila, dhamma

dan panna seperti itu, makan makanan pindapatta yang

terdiri dari nasi dan kacang-kacangan hitam yang dicampur

dengan saus dan kari, ia tidak merasa terganggu makan

makanan seperti itu.

Ia hidup dengan batin yang diliputi dengan cinta kasih yang

dipancarkan ke arah yang pertama, kedua, ketiga dan

keempat; juga ke atas, ke bawah, ke sekeliling dan segala

penjuru dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya

sendiri; ia hidup dengan batinnya yang diliputi cinta kasih,

murni, tak terukur, tanpa keserakahan atau keinginan jahat,

yang memancar ke segenap penjuru dunia.

142

Page 143: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Ia hidup dengan batin yang diliputi dengan kasih sayang yang

dipancarkan ke arah yang pertama ... ke segenap penjuru

dunia.

Ia hidup dengan batin yang diliputi dengan empati yang

dipancarkan ke arah yang pertama, ... ke segenap penjuru

dunia.

Ia hidup dengan batin diliputi dengan keseimbangan batin

yang dipancarkannya ke arah yang pertama ... kesegenap

penjuru dunia. (Berdasarkan hal itu) ia mengerti tentang:

"Terdapat (Brahma vihara) ini, terdapat (kekotoran-kekotoran

batin vang telah ditinggalkan) yang lebih rendah, terdapat

(tujuan dari Jalan Arahat yang telah dicapai) yang lebih tinggi,

terdapat pembebasan (yaitu Nibbana) dari (semua)

pencerapan (sanna)."

'Ketika ia mengetahui dan melihat cara tersebut, batinnya

terbebas dari ikatan nafsu indera, terbebas dari ikatan yang

mengikat makhluk dan terbebas dari ikatan kebodohan.

Ketika telah terbebas, terdapat pengetahuan: "Ini terbebas."

la mengerti: "Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci

(brahmanacari) telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah

dilaksanakan, tak ada lagi yang melebihi hal ini." Bhikkhu,

143

Page 144: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

inilah yang disebut: "Dimandikan dengan mandi di dalam

(sinato antarena sinanenati)."’

Ketika itu, brahmana Sundarika Bharadvaja duduk tak jauh dari

Sang Bhagava. Kemudian Ia berkata kepada Sang Bhagava:

"Namun, apakah petapa Gotama pergi ke sungai Bahuka untuk

mandi?"

"Brahmana, mengapa ke sungai Bahuka? Apakah yang dapat

dilakukan oleh sungai Bahuka?"'

"Petapa Gotama, sungai Bahuka dimanfaatkan oleh banyak

orang karena sungai itu memberikan kebebasan dan jasa

(punna). Banyak orang memanfaatkan sungai Bahuka karena

sungai itu dapat mencuci semua karma buruk yang telah kita

buat."

Kemudian, Sang Bhagava berkata kepada brahmana Sundarika

Bharadvaja, dalam syair:

Bahuka dan AndhikkaGaya dan Sundarika, juga Pavaga dan SarassatiDan aliran sungai BahumatiTak akan pernah mencuci kamma hitam menjadi putih.

144

Page 145: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Apakah arti yang dapat diberikan Sundarika?Apakah juga Payaga? Apakah Bahuka?Mereka tak dapat menyucikan seorang pelaku kejahatan,Seorang yang telah berbuat kejam dan brutal.

Seorang dengan batin murni, mempunyai lebih dariPesta musim semi, Hari Suci;Seorang yang murni dalam perbuatan,Yang murni dalam batin,

Memiliki setiap kesempurnaan moral.Di sinilah brahmana, kamu layakDatang untuk dimandikan,Untuk membuat dirimu sebagai sarana

Perlindungan yang benar bagi semua makhluk.Apabila ucapanmu tak ada yang tak benar,Tak ada perbuatan yang menyakiti makhluk hidup,Juga tak mengambil sesuatau yang tak diberikan,

Dengan keyakinan dan tanpa kejahatan,Apakah yang akan kamu lakukan dengan pergi ke Gaya?Andaikan Gaya itu baik.

Setelah hal ini dikatakan, brahmana Sundarika Bharadvaja

berkata: "Menakjubkan, Gotama! Menakjubkan, Gotama! Dhamma

telah dijelaskan dengan berbagal cara oleb Gotama, seakan-akan

Beliau menegakkan sesuatu yang telah roboh, menyibak yang

145

Page 146: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tersembunyi, menunjukkan jalan kepada yang tersesat, menyalakan

lampu dalam kegelapan bagi seseorang agar dapat melihat."

"Saya berlindung kepada Gotama, Dhamma dan kepada Sangha.

Saya ingin di-pabbajja (meninggalkan kehidupan berumah tangga)

di bawah (bimbingan) Gotama, Saya ingin di-upasampada (menjadi

bhikkhu). Brahmana Sundarika Bharadvaja di-pabbajja dan

selanjutnya di-upasampada di bawah bimbingan Sang Bhagava.

Tak lama setelah ia di-upasampada, ia hidup menyendiri di tempat

yang sepi, rajin, bersemangat dan penuh pengendalian diri.

Bhikkhu Bharadvaja dengan kemampuan sendiri merealisasikan

abhinna (kemampauan batin) pada kehidupan sekarang ini, ia

mencapai tujuan tertinggi dari kehidupan suci, yang merupakan

tujuan bagi orang-orang yang hidup pabbajja. Ia memiliki

pengetahuan langsung tentang: 'Kelahiran telah berakhir,

brahmanacari (kehidupan suci) telah dijalani, apa yang harus

dikerjakan telah dilaksanakan, tidak ada yang melebihi hal ini lagi.

Bhikkhu Bharadvaja menjadi salah seorang di antara para arahat.

SALLECCHA-SUTTA

(8)

Demikianlah saya dengar:

146

Page 147: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama

milik Anathapindika, Savatthi. Di waktu malam Bhikkhu Mahacunda

bangun dari meditasi, ia pergi menemui Sang Bhagava, memberi

hormat kepada Beliau dan ia duduk. Setelah ia duduk ia berkata:

"Bhante, ada banyak pandangan yang muncul di dunia, di

antaranya adalah pandangan-pandangan yang berkaitan dengan

atta ditthi (pandangan tentang ada jiwa kekal) dan loka ditthi

(pandangan tentang dunia). Apakah pelenyapan atau pemusnahan

pandangan-pandangan seperti itu dilakukan oleh bhikkhu karena ia

hanya memperhatikan tentang permulaan ini?”

“Bagaimanapun pandangan-pandangan itu muncul, dasarnya

dan pelaksanaannya, bilamana seorang melihat (dasarnya)

sebagaimana itu apa adanya, dengan pengertian benar seperti: ‘Ini

bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan jiwaku,’ maka dengan cara

ini ia membuang pandangan itu, demikian pula ia melenyapkan

pandangan-pandangan itu.’

Mungkin seseorang bebas dari nafsu indera, bebas dari dhamma

yang tak berguna, mencapai dan berada pada Jhana I dengan

vitakka, vicara, piti, sukkha dan ekagata karena ketenangan.

Ia mungkin berpikir: "Saya berada dalam pemusnahan" (nibbana).

'Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut 'pemusnahan' dalam

147

Page 148: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ariya vinaya; hal ini disebut: ‘keadaan yang menyenangkan di sini

dan sekarang’ dalam ariya vinaya.

Mungkin seseorang dengan menghilangkan vitaka dan vicara, ia

mencapai dan berada pada Jhana II dengan keyakinan, pikiran

terpusat (ekagata), piti, sukha yang muncul karena meditasi, tanpa

vitaka dan vicara. Ia mungkin berpikir: "Saya berada dalam

pemusnahan" (nibbana). Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut

"pemusnahan" dalam ariya vinaya; hal ini disebut ‘keadaan

menyenangkan di sini dan sekarang’ dalam ariya vinaya.

Mungkin seseorang dengan melenyapkan piti, ia barada dalam

keadaan seimbang, sadar dan sangat waspada, bahagia dengan

jasmani ia mencapai dan berada pada Jhana III. Ia mungkin berpikir:

"Saya berada dalam pemusnahan" (nibbana). Tetapi bukan

pencapaian ini yang disebut ‘pemusnahan’ dalam ariya vinaya, hal

ini disebut ‘keadaan menyenangkan di sini dan sekarang, dalam

ariya vinaya.

Mungkin seseorang dengan melenyapkan kebahagiaan dan

ketidak bahagiaan, dengan lebih dahulu melenyapkan kesenangan

dan kesusahan. Ia mencapai dan berada pada Jhana IV dengan

tanpa kebahagiaan, tanpa ketidakbahagiaan, kesadarannya bersih

karena keseimbangan ia mungkin berpikir: "Saya berada dalam

pemusnahkan" (nibbana). Tetapi bukan pencapaian ini yang

148

Page 149: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

disebut ‘pemusnahan’ dalam ariya vinaya; hal ini disebut ‘keadaan

menyenangkan di sini dan sekarang’ dalam ariya vinaya.

Mungkin seseorang dengan melampaui penerangan tentang

jasmani (rupa) dengan lenyapnya pencerapan ... tanpa perhatian

pada pencerapan dan perbedaan (menyadari bahwa) "ruang tanpa

batas", ia mencapai dan berada pada "kondisi ruang tanpa batas."

Ia mungkin berpikir: “Saya berada dalam pemusnahan” (nibbana).

Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut pemusnahan dalam ariya

vinaya; hal ini disebut ‘keadaan tenang’ dalam ariya vinaya.

Mungkin seseorang dengan melampaui kondisi ruang tanpa

batas' (menyadari bahwa): "kesadaran tanpa batas", ia mencapai

dan barada pada keadaan kesadaran tanpa batas", ia berpikir:

“Saya berada dalam pemusnahan” (nibbana). Tetapi bukan

pencapaian ini yang disebut ‘pemusnahan’ dalam ariya vinaya; hal

ini disebut ‘keadaan tenang’ dalam ariya vinaya.

Mungkin seseorang dengan melampau kondisi kesadaran tanpa

batas; (menyadari bahwa) "kekosongan", ia mencapai dan berada

pada "kondisi kekosongan". Ia berpikir: ‘Saya berada dalam

pemusnahan’ (nibbana). Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut

keadaan pemusnahan dalam ariya vinaya; hal ini disebut ‘keadaan

tenang’ dalam ariya vinaya.

149

Page 150: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Mungkin seseorang dengan melampaui alam kekosongan, ia

mencapai dan berada pada kondisi 'bukan pencerapan atau bukan

tidak pencerapan' ia berpikir: ‘Saya berada dalam pemusnahan’

(nibbana). Tetapi pencapaian ini bukan disebut pemusnahan dalam

ariya dhamma; ini disebut 'keadaan tenang' dalam ariya vinaya.

Pemusnahan akan efektif dalam keadaan:

1. Orang lain kejam; kita tidak akan kejam.

2. Orang lain membunuh; kita menghindar dari membunuh.

3. Orang lain mengambil barang yang tak diberikan, kita tidak

mengambil barang yang tidak diberikan.

4. Orang lain tidak mau hidup brahmacari, kita hidup brahmacari.

5. Orang lain bicara bohong, kita menghindarkan diri dari

berbohong.

6. Orang lain memfitnah, kita menghindarkan diri dari memfitnah.

7. Orang lain bicara kasar, kita menhindarkan diri dari bicara

kasar.

8. Orang lain melakukan gosip, kita menghindarkan diri dari

melakukan gosip.

9. Orang lain serakah, kita tidak serakah.

10. Orang lain iri hati, kita tidak iri hati.

11. Orang lain berpandangan salah, kita berpandangan benar.

12. Orang lain berpikir salah, kita berpikir benar.

150

Page 151: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

13. Orang lain berucap salah, kita berucap benar.

14. Orang lain berperbuatan salah, kita berperbuatan benar.

15. Orang lain bermatapencaharian salah, kita bermata

pencaharian benar.

16. Orang lain berusaha salah, kita berusaha benar.

17. Orang lain berperhatian salah, kita berperhatian benar .

18. Orang lain bermeditasi salah, kita bermeditasi benar .

19. Orang lain berpengetahuan salah, kita berpengetahuan benar.

20. Orang lain berpembebasan salah, kita berpembebasan benar.

21. Orang lain dikuasai ngantuk dan tidur, kita tidak dikuasi

ngantuk dan tidur .

22. Orang lain kacau, kita tidak kacau .

23. Orang lain tidak tentu, kita pasti .

24. Orang lain marah, kita tidak marah.

25. Orang lain bermusuhan, kita bersahabat .

26. Orang lain menghina, kita tidak menghina .

27. Orang lain menguasai, kita tidak menguasai .

28. Orang lain cemburu, kita tidak cemburu .

29. Orang lain kikir, kita tidak kikir .

30. Orang lain penipu, kita tidak menipu .

31. Orang lain pembohong, kita tidak membohong.

32. Orang lain keras kepala (bandel), kita tidak keras kepala .

151

Page 152: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

33. Orang lain angkuh, kita tidak angkuh .

34. Orang lain sulit dinasehati, kita mudah dinasehati.

35. Orang lain berkawan dengan orang jahat, kita berkawan

dengan orang baik .

36. Orang lain lalai, kita rajin .

37. Orang lain tak berkeyakinan, kita berkeyakinan .

38. Orang lain tidak hati-hati, kita hati-hati .

39. Orang lain tidak tahu malu, kita tahu malu .

40. Orang lain belajar sedikit, kita belajar banyak.

41. Orang lain malas, kita bersemangat.

42. Orang lain tak waspada, kita waspada .

43. Orang lain berpengertian kurang, kita berpengertian .

44. Orang lain salah mengerti sesuai dengan pandangan-

pandangan pribadinya, bersikeras mempertahankan

pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu;

kita tidak akan salah mengerti pada pandangan-pandangan

pribadi itu dan akan mudah memusnahkan pandangan-

pandangan itu.

Walaupun perkembangan batin dalam kusala dhamma

(dhamma yang baik) adalah sangat penting, maka apakah yang

152

Page 153: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

harus dikatakan untuk aktivitas tubuh dan ucapan sebagai akibat

hal-hal itu? Kita harus berpikir sebagai berikut:

1. Orang lain kejam, kita tidak akan kejam ….

2. Orang lain membunuh; kita menghindar dari membunuh.

3. Orang lain mengambil barang yang tak diberikan, kita tidak

mengambil barang yang tidak diberikan.

4. Orang lain tidak mau hidup brahmacari, kita hidup brahmacari.

5. Orang lain bicara bohong, kita menghindarkan diri dari

berbohong.

6. Orang lain memfitnah, kita menghindarkan diri dari memfitnah.

7. Orang lain bicara kasar, kita menhindarkan diri dari bicara

kasar.

8. Orang lain melakukan gosip, kita menghindarkan diri dari

melakukan gosip.

9. Orang lain serakah, kita tidak serakah.

10. Orang lain iri hati, kita tidak iri hati.

11. Orang lain berpandangan salah, kita berpandangan benar.

12. Orang lain berpikir salah, kita berpikir benar.

13. Orang lain berucap salah, kita berucap benar.

14. Orang lain berperbuatan salah, kita berperbuatan benar.

15. Orang lain bermatapencaharian salah, kita bermata

pencaharian benar.

153

Page 154: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

16. Orang lain berusaha salah, kita berusaha benar.

17. Orang lain berperhatian salah, kita berperhatian benar .

18. Orang lain bermeditasi salah, kita bermeditasi benar .

19. Orang lain berpengetahuan salah, kita berpengetahuan benar.

20. Orang lain berpembebasan salah, kita berpembebasan benar.

21. Orang lain dikuasai ngantuk dan tidur, kita tidak dikuasi

ngantuk dan tidur .

22. Orang lain kacau, kita tidak kacau .

23. Orang lain tidak tentu, kita pasti .

24. Orang lain marah, kita tidak marah.

25. Orang lain bermusuhan, kita bersahabat .

26. Orang lain menghina, kita tidak menghina .

27. Orang lain menguasai, kita tidak menguasai .

28. Orang lain cemburu, kita tidak cemburu .

29. Orang lain kikir, kita tidak kikir .

30. Orang lain penipu, kita tidak menipu .

31. Orang lain pembohong, kita tidak membohong.

32. Orang lain keras kepala (bandel), kita tidak keras kepala .

33. Orang lain angkuh, kita tidak angkuh .

34. Orang lain sulit dinasehati, kita mudah dinasehati.

35. Orang lain berkawan dengan orang jahat, kita berkawan

dengan orang baik .

154

Page 155: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

36. Orang lain lalai, kita rajin .

37. Orang lain tak berkeyakinan, kita berkeyakinan .

38. Orang lain tidak hati-hati, kita hati-hati .

39. Orang lain tidak tahu malu, kita tahu malu .

40. Orang lain belajar sedikit, kita belajar banyak.

41. Orang lain malas, kita bersemangat.

42. Orang lain tak waspada, kita waspada .

43. Orang lain berpengertian kurang, kita berpengertian .

44. Orang lain salah mengerti sesuai dengan pandangan-

pandangan pribadinya, bersikeras mempertahankan

pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu;

kita tidak akan salah mengerti pada pandangan-pandangan

pribadi itu dan akan mudah memusnahkan pandangan-

pandangan itu.

Misalnya, ada jalan tak rata dan tak ada jalan rata yang dapat

digunakan untuk menghindari jalan tak rata itu. Maka begitu pula:

1. Orang kejam, karena tak memiliki sifat tak kejam untuk

menghindarkannya.

2. Orang pembunuh, karena tak memiliki pantangan membunuh

untuk menghindarkannya.

155

Page 156: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

3. Orang mengambil barang yang tak diberikan, karena tak

memiliki pantangan untuk tak mengambil barang yang tak

dibenakan untuk menghindarkannya.

4. Orang tidak hidup brahmacari, karena tak memilm hidup

brahmacari untuk menghindarkannya.

5. Orang yang berbohong, karena tak memiliki kejujuran untuk

menghindarkannya.

6. Orang yang memfitnah, karena tak memiliki sifat dan kemauan

untuk menghindarkan diri dari memfitnah.

7. Orang yang bicara kasar, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk menghindarkan diri dari bicara kasar, atau

tidak memiliki sopan santung

8. Orang yang melakukan gosip, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk menghindarkan diri dari melakukan gosip.

9. Orang yang serakah, karena tak memiliki sifat dan kemauan

untuk tidak serakah.

10. Orang yang iri hati, karena tak memiliki sifat dan kemauan

untuk tidak iri hati.

11. Orang yang berpandangan salah, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk berpandangan benar.

12. Orang yang berpikir salah, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk berpikir benar.

156

Page 157: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

13. Orang yang berucap salah, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk berucap benar.

14. Orang yang berperbuatan salah, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk berperbuatan benar.

15. Orang yang bermatapencaharian salah, karena tak memiliki

sifat dan kemauan untuk bermata pencaharian benar.

16. Orang yang berusaha salah, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk berusaha benar.

17. Orang yang berperhatian salah, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk berperhatian benar .

18. Orang yang bermeditasi salah, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk bermeditasi benar .

19. Orang yang berpengetahuan salah, karena tak memiliki sifat

dan kemauan untuk berpengetahuan benar.

20. Orang yang berpembebasan salah, karena tak memiliki sifat

dan kemauan untuk berpembebasan benar.

21. Orang yang dikuasai ngantuk dan tidur, karena tak memiliki

sifat dan kemauan untuk tidak dikuasi ngantuk dan tidur .

22. Orang yang kacau, karena tak memiliki sifat dan kemauan

untuk tidak kacau .

23. Orang yang tidak tentu, karena tak memiliki sifat dan kemauan

untuk pasti .

157

Page 158: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

24. Orang yang marah, karena tak memiliki sifat dan kemauan

untuk tidak marah.

25. Orang yang bermusuhan, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk bersahabat .

26. Orang yang menghina, karena tak memiliki sifat dan kemauan

untuk tidak menghina .

27. Orang yang menguasai, karena tak memiliki sifat dan kemauan

untuk tidak menguasai .

28. Orang yang cemburu, karena tak memiliki sifat dan kemauan

untuk tidak cemburu .

29. Orang yang kikir, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk

tidak kikir .

30. Orang yang penipu, karena tak memiliki sifat dan kemauan

untuk tidak menipu .

31. Orang yang pembohong, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk tidak membohong.

32. Orang yang keras kepala (bandel), karena tak memiliki sifat

dan kemauan untuk tidak keras kepala .

33. Orang yang angkuh, karena tak memiliki sifat dan kemauan

untuk tidak angkuh .

34. Orang yang sulit dinasehati, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk mudah dinasehati.

158

Page 159: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

35. Orang yang berkawan dengan orang jahat, karena tak memiliki

sifat dan kemauan untuk berkawan dengan orang baik .

36. Orang yang lalai, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk

rajin .

37. Orang yang tak berkeyakinan, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk berkeyakinan .

38. Orang yang tidak hati-hati, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk hati-hati .

39. Orang yang tidak tahu malu, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk tahu malu .

40. Orang yang belajar sedikit, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk belajar banyak.

41. Orang yang malas, karena tak memiliki sifat dan kemauan

untuk bersemangat.

42. Orang yang tak waspada, karena tak memiliki sifat dan

kemauan untuk waspada .

43. Orang yang berpengertian kurang, karena tak memiliki sifat

dan kemauan untuk berpengertian .

44. Orang yang salah mengerti sesuai dengan pandangan-

pandangan pribadinya, bersikeras mempertahankan

pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu;

karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak akan salah

159

Page 160: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mengerti pada pandangan-pandangan pribadi itu dan akan

mudah memusnahkan pandangan-pandangan itu.

Bagaimana pun akusala dhamma (dhamma tak baik) itu,

dhamma seperti itu mengarah ke kondisi yang rendah; sebaliknya,

bagaimana pun kusala dhamma (dhamma baik) itu, dhamma

seperti itu mengarah ke kondisi lebih tinggi.

Dengan demikian:

1. Orang yang kejam, tidak memiliki tanpa-kekejaman sebagai

kondisi lebih tinggi.

2. Orang yang membunuh, tidak memiliki pantangan membunuh

sebagai kondisi lebih tinggi.

3. Orang mengambil barang yang tak diberikan, tidak memiliki

pantangan untuk tak mengambil barang yang tak diberikan

sebagai kondisi lebih tinggi.

4. Orang tidak hidup brahmacari, tidak memiliki hidup brahmacari

sebagai kondisi lebih tinggi.

5. Orang yang berbohong, tidak memiliki kejujuran sebagai

kondisi lebih tinggi.

6. Orang yang memfitnah, tidak memiliki sifat dan kemauan

untuk menghindarkan diri dari memfitnah sebagai kondisi lebih

tinggi.

160

Page 161: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

7. Orang yang bicara kasar, tidak memiliki sifat dan kemauan

untuk menghindarkan diri bicara kasar, atau tidak memiliki

sopan santun sebagai kondisi lebih tinggi

8. Orang yang melakukan gosip, tidak memiliki sifat dan kemauan

untuk menghindarkan diri dari melakukan gosip sebagai

kondisi lebih tinggi.

9. Orang yang serakah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk

tidak serakah sebagai kondisi lebih tinggi.

10. Orang yang iri hati, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk

tidak iri hati sebagai kondisi lebih tinggi.

11. Orang yang berpandangan salah, tidak memiliki sifat dan

kemauan untuk berpandangan benar sebagai kondisi lebih

tinggi.

12. Orang yang berpikir salah, tidak memiliki sifat dan kemauan

untuk berpikir benar sebagai kondisi lebih tinggi.

13. Orang yang berucap salah, tidak memiliki sifat dan kemauan

untuk berucap benar sebagai kondisi lebih tinggi.

14. Orang yang berperbuatan salah, tidak memiliki sifat dan

kemauan untuk berperbuatan benar sebagai kondisi lebih

tinggi.

161

Page 162: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

15. Orang yang bermatapencaharian salah, tidak memiliki sifat dan

kemauan untuk bermata pencaharian benar sebagai kondisi

lebih tinggi.

16. Orang yang berusaha salah, tidak memiliki sifat dan kemauan

untuk berusaha benar sebagai kondisi lebih tinggi.

17. Orang yang berperhatian salah, tidak memiliki sifat dan

kemauan untuk berperhatian benar sebagai kondisi lebih

tinggi.

18. Orang yang bermeditasi salah, tidak memiliki sifat dan

kemauan untuk bermeditasi benar sebagai kondisi lebih tinggi.

19. Orang yang berpengetahuan salah, tidak memiliki sifat dan

kemauan untuk berpengetahuan benar sebagai kondisi lebih

tinggi.

20. Orang yang berpembebasan salah, tidak memiliki sifat dan

kemauan untuk berpembebasan benar sebagai kondisi lebih

tinggi.

21. Orang yang dikuasai ngantuk dan tidur, tidak memiliki sifat dan

kemauan untuk tidak dikuasi ngantuk dan tidur sebagai kondisi

lebih tinggi.

22. Orang yang kacau, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk

tidak kacau sebagai kondisi lebih tinggi.

162

Page 163: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

23. Orang yang tidak tentu, tidak memiliki sifat dan kemauan

untuk pasti sebagai kondisi lebih tinggi.

24. Orang yang marah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk

tidak marah sebagai kondisi lebih tinggi.

25. Orang yang bermusuhan, tidak memiliki sifat dan kemauan

untuk bersahabat sebagai kondisi lebih tinggi.

26. Orang yang menghina, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk

tidak menghina sebagai kondisi lebih tinggi.

27. Orang yang menguasai, tidak memiliki sifat dan kemauan

untuk tidak menguasai sebagai kondisi lebih tinggi.

28. Orang yang cemburu, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk

tidak cemburu sebagai kondisi lebih tinggi.

29. Orang yang kikir, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak

kikir sebagai kondisi lebih tinggi.

30. Orang yang penipu, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk

tidak menipu sebagai kondisi lebih tinggi.

31. Orang yang pembohong, tidak memiliki sifat dan kemauan

untuk tidak membohong sebagai kondisi lebih tinggi.

32. Orang yang keras kepala (bandel), tidak memiliki sifat dan

kemauan untuk tidak keras kepala sebagai kondisi lebih tinggi.

33. Orang yang angkuh, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk

tidak angkuh sebagai kondisi lebih tinggi.

163

Page 164: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

34. Orang yang sulit dinasehati, tidak memiliki sifat dan kemauan

untuk mudah dinasehati sebagai kondisi lebih tinggi.

35. Orang yang berkawan dengan orang jahat, tidak memiliki sifat

dan kemauan untuk berkawan dengan orang baik sebagai

kondisi lebih tinggi.

36. Orang yang lalai, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk rajin

sebagai kondisi lebih tinggi.

37. Orang yang tak berkeyakinan, tidak memiliki sifat dan

kemauan untuk berkeyakinan sebagai kondisi lebih tinggi.

38. Orang yang tidak hati-hati, tidak memiliki sifat dan kemauan

untuk hati-hati sebagai kondisi lebih tinggi.

39. Orang yang tidak tahu malu, tidak memiliki sifat dan kemauan

untuk tahu malu sebagai kondisi lebih tinggi.

40. Orang yang belajar sedikit, tidak memiliki sifat dan kemauan

untuk belajar banyak sebagai kondisi lebih tinggi.

41. Orang yang malas, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk

bersemangat sebagai kondisi lebih tinggi.

42. Orang yang tak waspada, tidak memiliki sifat dan kemauan

untuk waspada sebagai kondisi lebih tinggi.

43. Orang yang berpengertian kurang, tidak memiliki sifat dan

kemauan untuk berpengertian sebagai kondisi lebih tinggi.

164

Page 165: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan

pribadinya, bersikeras mempertahankan pandangan seperti

itu; tidak memiliki pengertian salah sesuai dengan pandangan

pribadi, tidak bersikeras dan mudah memusnahkannya, adalah

kondisi lebih tinggi.

Orang yang menggapai-gapai (untuk menyelamatkan diri)

dalam rawa demi menyelamatkan orang lain yang mengapai-gapai

dalam rawa adalah tidak mungkin; orang yang tidak berada dalam

rawa dapat menyelamatkan orang yang menggapai-gapai dalam

rawa adalah mungkin.

Orang tidak terlatih, tidak disiplin dan tidak mencapai nibbana

akan melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk

mencapai nibbana adalah tidak mungkin; namun orang yang

terlatih, disiplin dan telah mencapai nibbana, bila melatih,

mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai

nibbana adalah mungkin.

Begitu pula:

1. Orang kejam berubah menjadi tanpa kekejam merupakan cara

untuk mencapai nibbana.

165

Page 166: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

2. Pembunuh berubah menjadi pantang membunuh merupakan

cara untuk mencapai nibbana.

3. Orang berubah menjadi pantang mengambil barang yang tak

diberikan, merupakan cara untuk mencapai nibbana

4. Orang berubah menjadi hidup brahmacari, merupakan cara

untuk mencapai nibbana

5. Orang berubah menjadi pantang berbohong, tidak memiliki

kejujuran merupakan cara untuk mencapai nibbana.

6. Orang berubah menjadi pantang memfitnah, merupakan cara

untuk mencapai nibbana.

7. Orang berubah menjadi pantang bicara kasar, merupakan cara

untuk mencapai nibbana.

8. Orang berubah menjadi pantang melakukan gosip, merupakan

cara untuk mencapai nibbana.

9. Orang berubah menjadi pantang serakah, merupakan cara

untuk mencapai nibbana.

10. Orang berubah menjadi pantang iri hati, merupakan cara untuk

mencapai nibbana.

11. Orang berubah menjadi pantang berpandangan salah,

merupakan cara untuk mencapai nibbana.

166

Page 167: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

12. Orang berubah menjadi pantang berpikir salah, merupakan

cara untuk mencapai nibbana.

13. Orang berubah menjadi pantang berucap salah, merupakan

cara untuk mencapai nibbana.

14. Orang berubah menjadi pantang berperbuatan salah,

merupakan cara untuk mencapai nibbana.

15. Orang berubah menjadi pantang bermatapencaharian salah,

merupakan cara untuk mencapai nibbana.

16. Orang berubah menjadi pantang berusaha salah, merupakan

cara untuk mencapai nibbana.

17. Orang berubah menjadi pantang berperhatian salah,

merupakan cara untuk mencapai nibbana.

18. Orang berubah menjadi pantang bermeditasi salah, merupakan

cara untuk mencapai nibbana.

19. Orang berubah menjadi pantang berpengetahuan salah,

merupakan cara untuk mencapai nibbana.

20. Orang berubah menjadi pantang berpembebasan salah,

merupakan cara untuk mencapai nibbana.

21. Orang berubah menjadi pantang dikuasai ngantuk dan tidur,

merupakan cara untuk mencapai nibbana.

22. Orang berubah menjadi pantang kacau, merupakan cara untuk

mencapai nibbana.

167

Page 168: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

23. Orang berubah menjadi pantang tidak tentu, merupakan cara

untuk mencapai nibbana.

24. Orang berubah menjadi pantang marah, merupakan cara untuk

mencapai nibbana.

25. Orang berubah menjadi pantang bermusuhan, merupakan cara

untuk mencapai nibbana.

26. Orang berubah menjadi pantang menghina, merupakan cara

untuk mencapai nibbana.

27. Orang berubah menjadi pantang menguasai, merupakan cara

untuk mencapai nibbana.

28. Orang berubah menjadi pantang cemburu, merupakan cara

untuk mencapai nibbana.

29. Orang berubah menjadi pantang kikir, merupakan cara untuk

mencapai nibbana.

30. Orang berubah menjadi pantang penipu, merupakan cara

untuk mencapai nibbana.

31. Orang berubah menjadi pantang pembohong, merupakan cara

untuk mencapai nibbana.

32. Orang berubah menjadi pantang keras kepala (bandel),

merupakan cara untuk mencapai nibbana.

33. Orang berubah menjadi pantang angkuh, merupakan cara

untuk mencapai nibbana.

168

Page 169: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

34. Orang berubah menjadi pantang sulit dinasehati, merupakan

cara untuk mencapai nibbana.

35. Orang berubah menjadi pantang berkawan dengan orang jahat,

merupakan cara untuk mencapai nibbana.

36. Orang berubah menjadi pantang lalai, merupakan cara untuk

mencapai nibbana.

37. Orang berubah menjadi pantang tak berkeyakinan, merupakan

cara untuk mencapai nibbana.

38. Orang berubah menjadi pantang tidak hati-hati, merupakan

cara untuk mencapai nibbana.

39. Orang berubah menjadi pantang tidak tahu malu, merupakan

cara untuk mencapai nibbana.

40. Orang berubah menjadi pantang belajar sedikit, merupakan

cara untuk mencapai nibbana.

41. Orang berubah menjadi pantang malas, merupakan cara untuk

mencapai nibbana.

42. Orang berubah menjadi pantang tak waspada, merupakan cara

untuk mencapai nibbana.

43. Orang berubah menjadi pantang berpengertian kurang,

merupakan cara untuk mencapai nibbana.

44. Orang berubah menjadi pantang berpengertian salah karena

pandangan-pandangan pribadinya dan bersikeras

169

Page 170: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mempertahankan pandangan seperti itu, merupakan cara

untuk mencapai nibbana.

Demikianlah, jalan untuk memusnahkan, jalan untuk

mengembangkan batin, jalan untuk menghindari, jalan untuk

mencapai pencapaian lebih tinggi dan jalan untuk mencapai

nibbana telah saya tunjukkan.

Apa yang harus dilakukan untuk siswanya berdasarkan pada

kasih sayang Guru yang mengharapkan kesejahteraan dan

kasihnya, telah saya kerjakan untukmu, Cunda. Itulah akar dari

pohon-pohon, ini pondok-pondok kosong. Cunda kembangkan-lah

Jhana, jangan menunggu, itu akan mengakibatkan penyesalan.

Inilah pesan kami untukmu.

Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Bhikkhu Mahacunda puas

dan gembira mendegar uraian Sang Bhagava.

170

Page 171: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

SAMMADITTHI SUTTA

(9)

Demikianlah saya dengar.

1. Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap berada di Jetavana,

arama milik Anathapindika, Savatthi. Bhikkhu Sariputta

menyapa para bhikkhu: "Para bhikkhu".

"Avuso," jawab mereka.

Bhikkhu Sariputta berkata: "Para avuso mengatakan:

'Seseorang berpandangan benar sebagai pandangan benar

(samma ditthi)'. Dalam cara apa siswa ariya berpandangan

benar, berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang

sempurna pada Dhamma serta hidup sesuai dengan dhamma.”

“Sesungguhnya, kami datang dari jauh untuk belajar dari

Bhikkhu Sariputta. Setelah mendengarkan Dhamma ini, para

171

Page 172: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

bhikkhu akan mengingatnya." Demikianlah yang dimohon para

bhikkhu kepada Bhikkhu Sariputta.

2. "Para avuso, dengar dan perhatikanlah baik-baik apa yang

akan saya sampaikan.”

Para bhikkhu menjawab: "Baiklah avuso".

Selanjutnya Bhikkhu Sariputta berkata: "Sedapat mungkin

seorang siswa ariya mengerti hal-hal yang tidak bermanfaat

(akusala), akar dari hal-hal yang tidak bermanfaat, hal-hal yang

bermanfaat (kusala), dan akar dari hal-hal yang bermanfaat.

Melalui cara ini, dia adalah orang yang berpandangan benar,

berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna

pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."

Apakah hal-hal yang tidak membawa manfaat, akar dari

hal-hal yang tidak membawa manfaat; apakah hal-hal

yang membawa manfaat, akar dari hal-hal yang membawa

manfaat?

Hal-hal yang tidak membawa manfaat itu adalah:

1. Membunuh makhluk-makhluk (panatipata).

2. Mengambil apa yang tidak diberikan (adinadana).

172

Page 173: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

3. Melakukan pemuasan nafsu dengan cara yang salah

(kamesumicchacara).

4. Berdusta (musavada).

5. Menfitnah (pisunavaca)

6. Mengucapkan kata-kata kasar (pharusavaca)

7. Pergunjingan (samphappalapa)

8. Keserakahan (abhijjha)

9. Kebencian (byapada)

10. Berpandangan salah (micchaditthi)

Inilah hal-hal yang tidak membawa manfaat (akusala).

3. Apakah akar dari hal yang tidak membawa manfaat

(akusalamula)?

Keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kebodohan (moha)

adalah akar hal-hal yang tidak bennanfaat. Inilah akar dari hal

yang tidak membawa manfaat (akusala).

Apakah hal yang membawa manfaat (kusala)? Hal yang

membawa manfaat adalah:

1. Tidak membunuh makhluk-makhluk hidup

2. Tidak mengambil apa yang tidak diberikan

173

Page 174: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

3. Tidak memuaskan nafsu dengah cara yang salah

4. Tidak berdusta

5. Tidak menfitnah

6. Tidak berkata kasar

7. Tidak bergunjing

8. Tidak serakah

9. Tidak membenci

10. Tidak memiliki pandangan salah

Inilah hal-hal yang membawa manfaat (kusala).

4. Apakah akar dari perbuatan yang membawa manfaat

(keuntungan)?

Tidak serakah (alobha), tidak membenci (adosa),

kebijaksanaan (amoha) adalah akar dari hal-hal yang

bermanfaat (kusala). Setelah siswa ariya mengerti

sepenuhnya hal-hal yang tidak bermanfaat (akusala) serta

akarnya dan hal-hal yang bermanfaat (kusala) serta akarnya,

dia telah melenyapkan sepenuhnya sebab utama dari

kecenderungan nafsu-nafsu, menolak, membasmi pandangan

dan konsep tentang diri (atta). Dengan melenyapkan

kegelapan batin (avijja) dan mengembangkan pengetahuan

174

Page 175: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

benar (vijja), maka dengan ini ia mengakhiri penderitaan

(dukkha nirodha). Dengan cara ini, seorang siswa ariya

berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki

keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan

benar yang ia miliki.”

"Sungguh baik, avuso", kata para bhikkhu dengan perasaan

puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu

Sariputta.

5. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara

lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar,

berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna

pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."

"Ada", jawab Bhikkhu Sariputta.

"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang

makanan yang menunjang kehidupan (ahara), munculnya,

lenyapnya, jalan untuk melenyapkan ahara. Dengan cara ini,

ia berpandangan benar, berpandangan lurus, memiliki

keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan

benar yang ia miliki.”

“Apakah makanan (ahara) yang menunjang kehidupan,

sumbernya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya?"

175

Page 176: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Ada 4 (empat) jenis makanan yang menunjang kehidupan

(cattaro ahara) untuk memelihara dan menunjang

kelangsungan hidup makhluk-makhluk dan bagi mereka yang

mencari pembaruan dalam kehidupan. Apakah keempat hal itu

? Keempat hal itu adalah:

1. Makanan jasmani (Kabalimkara ahara)

2. Kesan-kesan (Phassa ahara)

3. Kehendak pikiran (Manosancetana ahara)

4. Kesadaran (Vinnana ahara)

Dengan munculnya keinginan (tanha), maka muncullah ahara.

Dengan lenyapnya keinginan (tanha), maka lenyaplah ahara.

Jalan utama untuk melenyapkan ahara hanyalah Jalan Mulia

Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga), yaitu:

1. Pandangan Benar (Samma Ditthi)

2. Pikiran Benar (Samma Sankappa)

3. Ucapan Benar (Samma Vaca)

4. Perbuatan Benar (Samma Kammanta)

5. Mata Pencaharian Benar (Samma Ajiva)

6. Usaha Benar (Samma Vayama)

176

Page 177: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

7. Perhatian Benar (Samma Sati)

8. Konsentrasi Benar (Samma Samadhi)

Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang

menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan

sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia

berpandangan benar, ia berpandangan lurus dan memiliki

keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan

benar yang ia miliki.”

"Sungguh baik, avuso", kata para bhikkhu dengan perasaan

puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu

Sariputta.

6. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara

lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar,

berpandangan lurus, memiliki keyakinan yang sempurna pada

dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.”

“Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang

penderitaan (dukkha), sumber dari penderitaan (dukkha

samudaya), lenyapnya penderitaan (dukkha nirodha) dan jalan

untuk melenyapkan penderitaan (dukkha nirodha gaminipati-

pada). Dengan cara ini, ia berpandangan benar, berpandangan

177

Page 178: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

lurus, berkeyakinan teguh pada dhamma. Inilah keyakinan

benar yang ia miliki.

Apakah penderitaan (dukkha), sumber dari penderitaan,

lenyapnya penderitaan, jalan untuk melenyapkan penderitaan,

kelahiran, usia tua, kesakitan, kematian, duka cita, ratap

tangis, sakit, susah hati, putus asa, tidak mendapatkan apa

yang diinginkan adalah penderitaan. Singkatnya, melekat

pada lima kelompok kehidupan (pancakkhanda) adalah

penderitaan. Inilah apa yang dinamakan penderitaan

(dukkha).

Apakah sumber dari penderitaan?

Keinginan (tanha) yang tiada hentinya, disertai kegembiraan

dan nafsu, menyukai ini dan itu, inilah yang dinamakan:

1. Keinginan terhadap nafsu indera (kama tanha)

2. Keinginan untuk menjadi kembali (bhava tanha)

3. Keinginan untuk tidak menjadi kembali (vibhava tanha)

Inilah asal mula dari penderitaan (dukkha samudaya).

Apakah yang dimaksud dengan lenyapnya penderitaan?

Menyingkirkan, menghilangkan sedikit demi sedikit dan

menghentikan, menyerahkan, melepaskan, membiarkan pergi

178

Page 179: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dan menolak nafsu-nafsu keinginan (tanha). Inilah yang

dinamakan lenyapnya penderitaan (dukkha nirodha).

Apakah Jalan untuk melenyapkan penderitaan?

Jalan untuk melenyapkan penderitaan adalah Jalan Mulia

berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga), yaitu: pandangan

benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata

pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan

konsentrasi benar.

Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang makanan

apa yang menunjang kehidupan (ahara), dia telah

melenyapkan sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara

ini, ia adalah orang yang berpandangan benar, berpandangan

lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma.

Inilah keyakinan benar yang ia miliki.”

"Sungguh baik, avuso", kata para bhikkhu dengan perasaan

puas dan gembira terhadap uraian Bhikkhu Sariputta.

7. Kemudian mereka bertanya kembali: "Avuso, tetapi apakah

ada cara lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar,

berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna

pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."

“Ada", jawab Bhikkhu Sariputta.

179

Page 180: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

“Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti usia tua (jara)

dan kematian (marana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk

melenyapkan usia tua dan kematian. Dengan cara ini, ia

berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki

keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan

benar yang ia miliki”.

“Tetapi apakah usia tua dan kematian, sumbemya, lenyapnya

dan jalan untuk melenyapkan usia tua dan kematian? “

“Dalam berbagai proses dari makhluk-makhluk, usia tua (jara),

gigi yang patah (danta), rambut yang memutih (kesa), keriput,

tua renta dan lemah tak berdaya, inilah yang dinamakan usia

tua”.

Dalam berbagai proses dari makhluk-makhluk, mati kematian,

meninggal dunia, perpisahan, kehilangan, ditinggalkan,

berakhirnya waktu kehidupan, khandha-khandha terpisah -

inilah yang dinamakan kematian.

Jadi, inilah usia tua dan kematian yang disebut jara marana.

Dengan adanya kelahiran, maka muncul usia tua dan

kematian. Dengan tidak adanya kelahiran, maka tidak ada

usia tua dan kematian. Jalan untuk mengakhiri usia tua dan

kematian hanyalah Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya

180

Page 181: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Atthangika Magga) yaitu: pandangan benar, pikiran benar,

ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar,

usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.

“Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang makanan

apa yang menunjang kehidupan (ahara), dia telah

melenyapkan sepenuh-nya sebab utama (dukkha). Dengan

cara ini, ia adalah orang yang berpandangan benar,

berpandangan lurus dan memiliki keyakin-an yang sempurna

pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.”

"Avuso, sungguh baik," kata para bhikkhu dengan perasaan

puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu

Sariputta.

8. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, avuso adakah cara

lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar,

berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna

pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."

Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang

kelahiran (jati), sebabnya, dan jalan untuk menghentikan

kelahiran. Dengan cara ini, ia berpandangan benar,

berpandangan lurus, memiliki keyakinan yang sempurna pada

dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.

181

Page 182: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Apakah kelahiran, sebab dari kelahiran, lenyapnya dan jalan

untuk menghentikan kelahiran?

Dalam proses kehidupan setiap makhluk, kelahiran makhluk-

makhluk, mereka terlahir, keguguran, penerus, perwujudan

dari kelompok kehidupan (khanda), dan indera memiliki kesan.

Inilah yang dinamakan kelahiran (jati). Dengan timbulnya

penjadian (bhava) maka timbullah kelahiran (jati). Dengan

lenyapnya bhava, maka lenyaplah kelahiran (jati). Jalan utama

untuk menghentikan kelahiran hanyalah Jalan Mulia Berunsur

Delapan (Ariya Atthangika Magga) yaitu: pandangan benar,

pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata

pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan

konsentrasi benar.

“Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang

menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan

sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah

orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan

memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

"Avuso, sungguh baik," kata para bhikkhu dengan perasaan

puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu

Sariputta.

182

Page 183: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

9. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara

lain bagi siswa ariya yang berpandangan benar, berpandangan

lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma.

Inilah keyakinan benar yang ia miliki.”

"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.

Sedapat mungkin seorang siswa yang mulia mengerti tentang

penjadian (bhava), sebabya, lenyapnya dan jalan untuk

melenyapkannya. Dengan cara ini, ia berpandangan benar,

berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna

pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.

Apakah penjadian (bhava), sebabnya, lenyapnya dan jalan

untuk melenyapkannya?

Ada tiga jenis dari penjadian (bhava), yaitu:

1. Penjadian di alam yang penuh napsu (Kama Bhava)

2. Penjadian di alam Rupa Brahma (Rupa Bhava)

3. Penjadian di alam Arupa Brahma (Arupa Bhava)

Dengan timbulnya kemelekatan (upadana) maka timbul

penjadian (bhava). Dengan lenyapnya upadana, maka lenyap

pula bhava. Jalan untuk melenyapkannya hanyalah Ariya

Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, pikiran benar,

183

Page 184: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar,

usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.

Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang

menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan

sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah

orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan

memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan

puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu

Sariputta.

10. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, avuso adakah cara

lain bagi siswa ariya yang berpandangan benar, berpandangan

lurus dan memiliki keyakinan sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki."

"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.

Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang

kemelekatan (upadana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk

melenyapkannya. Dengan cara ini, ia berpandangan benar,

berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna

pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.

184

Page 185: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Apakah kemelekatan, apakah sebabnya dari kemelekatan,

apakah lenyapnya kemelekatan, apakah jalan untuk

melenyapkan kemelekatan? Ada 4 (empat) jenis kemelekatan,

yaitu:

1. Kemelekatan terhadap nafsu indera (Kamupadana)

2. Kemelekatan terhadap pandangan salah (Ditthupadana)

3. Kemelekatan terhadap upacara-upacara agama

(Silabbatupadana)

4. Kemelekatan terhadap adanya diri (atta) yang kekal

(Attavadupadana).

Dengan munculnya keinginan (tanha), maka muncullah

kemelekatan (upadana).

Jalan untuk melenyapkan kemelekatan (upadana) hanyalah

Ariya Atthangika Magga, yaltu: pandangan benar, pikiran

benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian

benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.

Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang

menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan

sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah

orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan

185

Page 186: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan

puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu

Sariputta.

11. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, avuso adakah cara

lain bagi siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus

dan memiliki keyakinan yang sepurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.

Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang

keinginan untuk mengulangi lagi (tanha), sebab lenyapnya dan

jalan untuk melenyapkannya. Dengan cara ini, ia

berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki

keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan

benar yang ia miliki.

Apakah keinginan (tanha), apakah sebab keinginan, apakah

yang melenyapkan tanha, dan apakah jalan untuk

melenyapkan tanha.

Ada enam jenis tanha, yaitu:

1 . Keinginan akan bentuk-bentuk (Rupa Tanha)

186

Page 187: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

2. Keinginan akan suara (Sadda Tanha)

3. Keinginan akan aroma (Gandha Tanha)

4. Keinginan akan rasa (Rasa Tanha)

5. Keinginan akan sentuhan (Photthabba Tanha)

6. Keinginan akan obyek-obyek pikiran (Dhamma Tanha)

Dengan timbulnya perasaan (vedana), maka timbuilah

keinginan (tanha). Jalan untuk melenyapkan tanha hanyalah

Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, pikiran

benar, menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan

sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah

orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan

memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan

puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu

Sariputta.

12. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara

lain dimana siswa ariya berpandangan benar, berpandangan

lurus dan mempunyai keyakinan yang sempurna pada

dhamma. Inilah keyakinan benar yang harus ia miliki.”

187

Page 188: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.

Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang

perasaan (vedana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk

melenyapkannya. Dengan cara ini, ia berpandangan benar,

berpandangan lurus dan mempunyai keyakinan yang

sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.

Apakah perasaan (vedana), sebabnya, lenyapnya dan jalan

untuk melenyapkannya ?

Ada enam macam yang mengakibatkan timbulnya perasaan

yaitu:

1. Perasaan yang timbul karena mata melihat (Cakkhusam-

phasajja vedana)

2. Perasaan yang timbul karena telinga mendengar (sota-

samphasajja vedana)

3. Perasaan yang timbul karena hidung mencium (Ghana-

samphasajja vedana)

4. Perasaan yang timbul karena lidah mengecap

(Jivhasamphasajja vedana)

5. Perasaan yang timbul karena jasmani menyentuh (Kaya-

samphasajja vedana)

188

Page 189: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

6. Perasaan yang timbul karena pikiran berpikir

(Manosamphasajja vedana).

Dengan timbulnya sentuhan (phassa), maka timbullah

perasaan (vedana). Dengan lenyapnya kesan-kesan (phassa),

maka lenyaplah perasaan (vedana). Jalan untuk melenyapkan

perasaan hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan

benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata

pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan

konsentrasi benar.

“Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang

menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan

sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah

orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan

memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan

puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu

Sariputta.

13. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, avuso adakah cara

lain di mana siswa ariya berpandangan benar, berpandangan

189

Page 190: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

lurus dan memiliki keyakinan sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki,"

"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.

Sedapat mungkin scorang siswa ariya mengerti tentang, kesan-

kesan (phasa), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk

melenyapkannva. Dengan cara ini, ia berpandangan benar,

berpandangan lurus dan memiliki keyakinan sempurna pada

dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.

Ada enam hal yang menyebabkan sentuhan (phassa), yaitu:

1. Mata melihat (Cakkhusamphassa)

2. Telinga mendengar (Sotasamphassa)

3. Hidung mencium (Ghanasamphassa)

4. Lidah mengecap (Jivhsamphassa)

5. Jasmani menyentuh (Kayasamphassa)

6. Pikiran berpikir (Manosamphassa)

Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang

menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan

sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah

orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan

190

Page 191: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan

puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu

Sariputta.

14. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara

lain bagi siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus

dan memiliki keyakinan semurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.

Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang enam

landasan indera (salayatana), sebabnva, lenyapnya dan jalan

untuk melenyapkannya. Dengan cara ini, ia berpandangan

benar, berpandangan lurus dan memiliki keyakinan sempurna

pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.

Apakah enam landasan indera (salayatana), sumbemya,

lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya ?

Ada enam landasan yang mengakibatkan timbulnya enam

landasan indera, yaitu:

1. Landasan mata (Cakkhayatana)

191

Page 192: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

2. Landasan telinga (Sotayatana)

3. Landasan hidung (Ghanayatana)

4. Landasan lidah (Jivhayatana)

5. Landasan (seluruh permukaan) tubuh (Kayayatana)

6. Landasan pikiran (Manayatana)

Dengan timbulnya jasmani dan batin (nama rupa), maka-

timbullah enam landasan indera (salayatana). Dengan

lenyapnya jasmani dan batin, maka lenyaplah enam landasan

indera (salayatana). Jalan untuk melenyapkan enam landasan

indera hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaltu: pandangan

benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata

pencaharian benar, usaha benar, perhatian dan konsentrasi

benar.

Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang

menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan

sepenuhnya sebab utama (dukkha). Denan cara ini, ia adalah

orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan

memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

192

Page 193: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan

puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu

Sariputta.

15. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara

lain bagi siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus

dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.

Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang

jasmani dan batin (nama rupa), sumbernya, lenyapnva dan

jalan untuk melenyapkannya. Dengan cara ini, ia

berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki

keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan

benar yang ia miliki.

Apakah jasmani dan batin (nama rupa), sebabnya, lenyapnya

dan jalan untuk melenyapkannya?

Perasaan (vedana), pencerapan (sanna), kehendak (cetana),

sentuhan (phassa) dan perhatian (manasikara), inilah yang

dinamakan batin (nama).

193

Page 194: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Empat unsur (catu dhatu) dan bentuk yang berasal dari empat

unsur utama (mahabhuta rupa), inilah yang dinamakan jasmani

(rupa).

Dengan timbulnya kesadaran (vinnana), maka timbullah

jasmani dan batin (nama rupa). Dengan lenyapnya kesadaran

(vinnana), maka lenyaplah jasmani dan batin. Jalan untuk

melenyapkan jasmani dan batin hanyalah Ariya Atthangika

Magga, yaitu: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar,

perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar,

perhatian benar dan konsentrasi benar.

Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang

menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan

sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah

orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan

memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan

puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu

Sariputta.

16. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara

lain bagi siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus

194

Page 195: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dan memiliki keyakinan sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

“Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.

Sedapat mungkin scorang siswa ariya mengerti tentang

kesadaran (vinnana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk

melenyapkannya. Dengan cara ini, ia adalah berpandangan

benar, berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang

sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.

Apakah kesadaran (vinnana), sebabnya, lenyapnya dan jalan

untuk melenyapkannya ? Ada enam macam yang

mengakibatkan timbulnya kesadaran, yaitu:

1. Kesadaran yang timbul karena mata melihat (cakkhu

vinnana).

2. Kesadaran yang timbul karena telinga mendengar (sota

vinnana).

3. Kesadaran yang timbul karena hidung mencium (ghana

vinnana).

4. Kesadaran yang timbul karena lidah mengecap (jivha

vinnana).

195

Page 196: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

5. Kesadaran yang timbul karena jasmani menyentuh (kaya

vinnana).

6. Kesadaran yang timbul karena pikiran berpikir (mano

vinnana).

Dengan timbulnya bentuk-bentuk kamma (sankhara), maka

timbulah kesadaran (vinnana). Dengan lenyapnya bentuk-

bentuk kamma (sankhara), maka lenyaplah kesadaran

(vinnana). Jalan untuk melenyapkan kesadaran hanyalah Ariya

Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, pikiran benar,

ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar,

usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.

“Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang

menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan

sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah

orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan

memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

"Sunguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan

puas dan gembira setelah mendengar uraian Bhikkhu

Sariputta.

196

Page 197: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

17 Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara

lain bagi siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus

dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.

Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang

bentuk-bentuk kamma (sankhara), sebabnya, lenyapnya dan

jalan untuk melenyapkannya. Dengan cara ini, ia

berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki

keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan

benar yang ia miliki.

Apakah bentuk-bentuk kamma (sankhara), sebabnya,

lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya?

Ada tiga macam yang mengakibatkan timbulnya bentuk-

bentuk kamma (sankhara), yaitu:

1. Pembentukan badan jasmani (kaya sankhara)

2. Pembentukan kata-kata (vaci sankhara)

3. Pembentukan pikiran (citta sankhara)

Dengan timbulnya kegelapan batin (avijja), maka timbullah

bentuk-bentuk kamma (sankhara). Dengan lenyapnya

197

Page 198: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kegelapan batin (avijja), maka lenyaplah bentuk-bentuk

kamma (sankhara). Jalan untuk melenyapkan bentuk-bentuk

kamma hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan

benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata

pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan

konsentrasi benar.

Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang

menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan

sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah

orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan

memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan

puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu

Sariputta.

18. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, avuso adakah cara

lain di mana siswa ariya berpandangan benar, berpandangan

lurus dan mempunyai keyakinan yang sempurna pada

dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."

"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.

198

Page 199: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang

kegelapan batin (avijja) sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk

melenyapkannya. Dengan cara ini, ia berpandangan benar,

berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna

pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.

Apakah kegelapan batin (avijja), sebabnya, lenyapnya dan

jalan untuk melenyapkannya?.

Tidak mengetahui adanya penderitaan (dukkha), sebab

penderitaan, lenyapnya penderitaan, jalan untuk melenyapkan

penderitaan. Dengan timbulnya noda (asava), maka timbullah

kegelapan batin (avijja). Dengan lenyapnya noda (asava),

maka lenyaplah kegelapan batin (avijja). Jalan untuk

melenyapkan kegelapan batin hanyalah Ariya Atthangika

Magga, yaitu: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar,

perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar,

perhatian benar dan konsentrasi benar.

Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang

menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan

sepenuhnya sebab utama (dukkha). Dengan cara ini, ia adalah

orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan

memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

199

Page 200: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan

puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu

Sariputta.

19. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, avuso adakah cara

lain bagi siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus

dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah

keyakinan benar yang ia miliki.”

"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.

Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang

kekotoran batin (asava), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk

melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar,

berpandangan lurus dan memiliki keyakinan sempurna pada

dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.

Apakah kekotoran batin (asava), sebabnya, lenyapnya dan

jalan untuk melenyapkan kekotoran batin (asava)?

Ada 3 (tiga) jenis kekotoran batin (asava), yaitu:

1. Noda dari keinginan memuaskan nafsu indera (Kamasava).

2. Nodadari keinginan untuk menjadi (Bhavasava).

3. Noda dari ketidaktahuan (Avijjasava).

200

Page 201: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Dengan timbulnya kegelapan batin (avijja), maka timbuilah

kekotoran batin (asava). Dengan lenyapnya kegelapan batin

(avijja), maka lenyaplah kekotoran batin (asava). Jalan untuk

melenyapkan kekotoran batin hanyalah Ariya Atthangika

Magga, yaitu: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar,

perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar,

perhatian benar dan konsentrasi benar.

Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang kekotoran

batin, kekotoran batin serta akarnya, dia telah melenyapkan

sepenuhnya sebab utama dari kecenderungan napsu-napsu,

menolak, membasmi pandangan dan konsep tentang diri

(atta). Dengan melenyapkan kegelapan batin (avijja) dan

menumbuhkan pengetahuan benar (vijja), maka di sinilah ia

mengakhiri penderitaan (dukkha nirodha).

Dengan cara ini, seorang siswa ariya berpandangan benar,

berpandangan lurus, memiliki keyakinan yang sempurna pada

dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.

201

Page 202: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

SATIPATTHANA SUTTA

10

1-- Demikianlah yang saya dengar:

Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di daerah orang

kuru, di Kammasadhana, sebuah kota niaga suku Kuru. Di

sana Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: "Para

bhikkhu."

"Ya, Bhante," jawab para bhikkhu.

Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu, hanya ada sebuah jalan

untuk mensucikan makhluk-makhluk, untuk mengatasi

kesedihan dan ratap tangis, untuk mengakhiri derita dan duka

cita, menjalani jalan benar, untuk mencapai nibbana, yaitu

Empat 'Satipatthana' (Landasan Perhatian).

“Apakah empat hal itu?

202

Page 203: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu terus-menerus

melakukan

(1) 'pengamatan-jasmani pada jasmani' (kaye kayanupassi),

tekun, sadar, mengendalikan diri, mengatasi keserakahan

dan kesedihan dalam dirinya.

(2) 'pengamatan perasaan pada perasaan'

(vedanasuvedananupassi), tekun, sadar, mengendalikan

diri, mengatasi keserakahan dan kesedihan dalam dirinya.

(3) 'pengamatan-pikiran pada pikiran' (citte cittanupassi),

tekun, sadar, mengendalikan diri, mengatasi keserakahan

dan kesedihan dalam dirinya.

(4) 'pengamatan-obyek-mental pada obyek mental'

(dhammesu dhammanupassi), tekun, sadar, mengendalikan

diri, mengatasi keserakahan dan kesedihan dalam dirinya.

2— Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus-menerus

melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani'?

Dalam hal ini, seorang bhikkhu masuk hutan, pergi ke bawah

sebatang pohon atau ke suatu tempat yang sepi; lalu ia duduk

bersila dengan badan tegak dan senantiasa sadar terhadap

apa yang dilakukannya.

203

Page 204: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Dengan sadar ia menarik napas, dengan sadar ia

mengeluarkan napas.

Jika ia menarik napas panjang, ia mengetahui: ‘Saya

menarik napas panjang,’

Jika ia mengeluarkan napas panjang, ia mengetahui:

‘Saya mengeluarkan napas panjang.’

Jika ia menarik napas pendek, ia mengetahui: ‘Saya

menarik napas pendek,’

Jika ia mengeluarkan napas pendek, ia mengetahui:

‘Saya mengeluarkan napas pendek,’

Ia melatih dirinya dengan berpikir: ‘Saya akan menarik

napas yang dirasakan seluruh tubuh.’

Ia melatih dengan berpikir: ‘Saya akan mengeluarkan

napas yang dirasakan seluruh tubuh.’

Ia melatih dirinya dengan berpikir: ‘Saya akan menarik

napas yang menenangkan seluruh aktivitas tubuh.’

Ia melatih dirinya dengan berpikir: ‘Saya akan

mengeluarkan napas yang menenangkan seluruh aktivitas

tubuh.’

204

Page 205: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Bagaikan scorang ahli pembuat kendi atau muridnya,

sewaktu membuat putaran panjang, ia mengetahui: ‘Saya

membuat putaran panjang.’

Jika ia membuat putaran pendek, ia mengetahui: ‘Saya

membuat putaran pendek.’

Begitu pula, jika seorang bhikkhu menarik napas

panjang, ia mengetahui: ‘Saya menarik napas panjang;

Begitu pula jika ia mengeluarkan napas pendek, ia

mengetahui: ‘Saya mengeluarkan napas pendek.’

Ia melatih dirinya dengan berpikir: ‘Saya akan menarik

napas yang dirasakan seluruh tubuh.’ ... Saya akan

mengeluarkan napas yang menenangkan seluruh aktivitas

tubuh.’

Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan-

jasmani pada jasmani di dalam (ajjhatta);

ia melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar

(bahiddha); atau

ia melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar

dan di dalam. Atau

205

Page 206: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ia melakukan pengamatan terhadap ‘proses munculnya

segala sesuatu’ (samuda-yadhammanupassi) dalam

jasmani;

ia melakukan pengamatan terhadap proses lenyapnya

segala sesuatu (vayadhammanupassi) dalam jasmani;

atau

ia melakukan pengamatan terhadap ‘proses munculnya

dan lenyapnya segala sesuatu' dalam jasmani. Atau

ia berpikir: ‘Ada jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya

khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup

bebas dan tanpa melekat pada apapun di dunia.

Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan

pengamatan-jasmani pada jasmani.

3-- Para bhikkhu,

jika seorang bhikkhu berjalan, ia menyadari: ‘Saya

berjalan’;

jika ia berdiri diam, ia menyadari: ‘Saya berdiri diam’;

jika ia duduk, ia menyadari: ‘Saya duduk’; atau

jika ia berbaring, ia menyadari: ‘Saya berbaring.’

206

Page 207: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Jadi, dalam posisi tubuh apapun ia menyadari posisi itu

seperti itu.

Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan-

jasmani pada jasmani di dalam (ajjhatta);

ia melakukan pengamatan-jassmani pada pada jasmani

di luar (bahiddha) atau

ia melakukan pengamatan-jasmani di dalam dan di luar.

Atau

ia melakukan pengamatan terhadap proses munculnya

segala sesuatu (samudayadhamma-nupassi) dalam

jasmani;

ia melakukan pengamatan terhadap proses lenyapnya

segala sesuatu (vayadhammanupassi) dalam jasmani;

atau

ia melakukan pengamatan terhadap proses munculnya

dan lenyapnya segala sesuatu dalam jasmani. Atau

ia berpikir: ‘Ada jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya

khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk dingat, hidup

bebas dan tanpa melekat pada apapun di dunia.

207

Page 208: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan

pengamatan-jasmani pada jasmani.

4— Para bhikkhu, begitu pula seorang bhikkhu menyadari jika ia

berjalan maju atau mundur; jika ia melihat ke depan atau

melihat ke sekeliling ... jika ia membungkukkan badan atau

meluruskan badan ... jika ia membawa sanghati (jubah luar),

patta dan civara ... jika ia makan, minum, mengunyah,

mengecap ... jika ia membuang air besar atau air kecil ... jika ia

berjalan, berdiri, duduk, berbaring, bangun, bicara, diam, ia

menyadari gerakan-gerakan ini.

Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan

jasmani pada jasmani di dalam (ajjhatta);

ia melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di iuar

(bahiddha); atau

ia melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar

dan di dalam. Atau

ia melakukan pengamatan terhadap, proses munculnya

segala sesuatu (samuda-yadhammanupassi) dalam

jasmani;

208

Page 209: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ia melakukan pengamatan terhadap proses lenyapnya

segala sesuatu (vayadhammanupassi) dalam jasmani;

atau

ia melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya

dan lenyapnya segala sesuatu' dalam jasmani. Atau

ia berpikir: ‘Ada jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya

khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup

bebas dan tanpa melekat pada apapun di dunia.

Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan

pengamatan-jasmani pada jasmani.

5-- Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu ‘merenung'

(paccavekkhati) apa adanya tubuh itu, yang dibungkus oleh

kulit dan diliputi oleh bermacam-macam kotoran, dari telapak

kaki ke atas dan dari ubun-ubun kepala ke bawah, bahwa: ‘Ada

hubungan jasmani dengan rambut badan, rambut kepala,

kuku-kuku, gigi-geligi, kulit, daging, urat, tulang, sum-sum,

ginjal, jantung, hati, membran, limpa, paru-paru, usus, selaput

usus, perut, tinja, empedu, dahak, nanah, darah, keringat,

lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, cairan sendi dan

kencing.’

209

Page 210: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, bagaikan karung yang memiliki dua tempat

terbuka (mulut) yang berisi penuh dengan beracam-macam

biji-bijian, seperti padi ladang, padi sawah, kacang merah,

kacang polong, sesame dan beras; kemudian seorang yang

bermata tajam mencurahkan biji-bijian itu ke luar, dengan

merenung: ‘Itu padi ladang, itu padi sawah, itu kacang merah,

itu kacang polong, itu sesame dan itu beras.’

Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu 'merenung'

(paccavekkhati) apa adanya tubuh itu yang dibungkus oleh

kulit dan diliputi oleh bermacam-macam kotoran, dari telapak

kaki ke atas dan dari ubun-ubun kepala ke bawah, bahwa: ‘Ada

hubungan jasmani dengan rambut badan, rambut kepala,

kukukuku, gigi-geligi, kulit, daging, urat, tulang, sum-sum,

ginjal, jantung, hati, membran, limpa, paru-paru, usus, selaput

usus, perut, tinja, empedu, dahak, nanah, darah, keringat,

lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, cairan sendi dan

kencing.’

Demikianlah seorang bhikkhu terusmenerus melakukan

pengamatan-jasmani dalam jasmani.

6-- Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu merenungkan

tubuh ini sesuai dengan bagaimana tubuh itu ditempatkan atau

210

Page 211: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dibentuk, tubuh ini terdiri dari empat elemen, yaitu: ‘Dalam

tubuh ini ada elemen padat, cairan, api dan udara.’

Para bhikkhu, bagaikan ahli jagal sapi atau muridnya, setelah

menyembelih seekor sapi, mungkin ia akan duduk

memperlihatkan bangkai sapi di perempatan jalan; demikian

pula, seorang bhikkhu merenungkan tubuh ini sesuai dengan

bagaimana tubuh itu ditempatkan atau dibentuk, tubuh ini

terdiri dari empat elemen, yaitu: ‘Dalam tubuh ini ada elemen

padat, cairan, api dan udara.’

Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan-

jasmani pada jasmani di dalam (ajjhatta);

ia melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar

(bahiddha); atau

ia melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar

dan di dalam. Atau

ia melakukan pengamatan terhadap ‘proses munculnya

segala sesuatu (samuda-yadhammanupassi)’ dalam

jasmani;

ia melakukan pengamatan terhadap 'proses lenyapnya

segala sesuatu (vayadhammanupassi) dalam jasmani;

atau

211

Page 212: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ia melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya

dan lenyapnya segala sesuatu' dalam jasmani. Atau

ia berpikir: ‘Ada Jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya

khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup

bebas dan tanpa melekat pada apa pun di dunia.

Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan

pengamatan-jasmani pada jasmani.

7-- Para bhikkhu, begitu pula, jika seorang bhikkhu, melihat

sesosok mayat di dalam kuburan, yang telah mati sehari, dua

hari atau tiga hari, bengkak, membiru, membusuk, ia

merenungkan tubuh ini apa adanya, ia berpikir: ‘Tubuh ini

memiliki sifat yang sama, akan menjadi seperti itu, tidak akan

terkecuali dari keadaan seperti itu.’

Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan-

jasmani pada jasmani di dalam (ajhatta), ia melakukan

pengamatan-jasmani pada jasmani di luar (bahiddha) atau ia

melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar dan di

dalam. Atau ia melakukan pengamatan jasmani terhadap

'proses munculnya segala sesuatu’

(samudayadhammanupassi) dalam jasmani; ia melakukan

pengamatan terhadap, ‘proses lenyapnya segala sesuatu’

212

Page 213: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

(vayadhammanupassi) dalam jasmani; atau ia melakukan

pengamatan terhadap 'proses munculnya dan lenyapnya

segala sesuatu' dalam jasmani. Atau ia berpikir : ‘Ada

Jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya khusus untuk

pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup bebas dan tanpa

melekat pada apa pun di dunia.

Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan

pengamatan-jasmani pada jasmani.

8-- Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu mungkin melihat

sesosok mayat dalam kuburan, sedang dimakan oleh burung

gagak, burung nasar, anjing liar, srigala atau bermacam-

macam binatang kecil; ia merenung tubuh ini apa adanya, ia

berpikir: ‘Tubuh ini memiliki sifat yang sama, akan menjadi

seperti itu, tidak akan terkecuali dari keadaan seperti itu.’

Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan-

jasmani pada jasmani di dalam (ajhatta) ia melakukan

pengamatan-jasmani pada jasmani di luar (bahiddha) atau ia

melakukan pengamtan-jasmani pada jasmani di luar dan di

dalam. Atau ia melakukan pengamatan terhadap 'proses

munculnya segala sesuatu’ (samuda-yadhanunanupassi) dalam

jasmani; ia melakukan pengamatan tehadap 'proses lenyapnya

segala sesuatu (vayadhammanupassi) dalam jasmani; atau ia

213

Page 214: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya dan

lenyapnya segala sesuatu' dalam jasmani. Atau ia berpikir:

‘Ada Jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya kbusus untuk

pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup bebas dan tanpa

melekat pada apa pun di dunia.

Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan

pengamatan-jasmani pada jasmani.

9-- Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu melihat sesosok

mayat dalam kuburan, berupa kerangka dengan darah, daging

dan urat pengikat, ia merenung tubuh ini apa adanya ... atau

sorang bhikkhu melihat sesosok mayat dalam kuburan, berupa

kerangka tanpa daging tetapi ada bercak-bercak darah dan

urat pengikat; ... atau seorang bhikkhu melihat tulang

belulang yang tercerai di sana dan di sini, yang tidak bersatu

lagi: di sini ada tulang tangan, di situ ada tulang kaki, di sini

ada tulang tungkai kaki, di sana ada tulang rusuk, di sini ada

tulang paha, di sana ada tulang punggung dan di sini ada

tulang tengkorak, ia merenung jasmani ini apa adanya.

Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan-

jasmani pada jasmani di dalam (ajjhatta), ia melakukan

214

Page 215: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pengamatan-jasmani pada jasmani di luar (bahiddha) atau ia

melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar dan di

dalam. Atau ia melakukan pengamatan terhadap 'proses

munculnya segala sesuatu’ (samuda-yadhammanupassi) dalam

jasmani; ia melakukan pengamatan terhadap ‘proses

lenyapnya segala sesuatu’ (vayadhammanupassi) dalam

jasmani; atau ia melakukan pengamatan terhadap 'proses

munculnya dan lenyapnya segala sesuatu' dalam jasmani.

Atau ia berpikir: ‘Ada Jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya

khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup

bebas dan tanpa melekat pada apa pun di dunia.

Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan

pengamatan-jasmani pada jasmani.

10-- Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu melihat sesosok

mayat yang ada dalam kuburan, berupa tulang-tulang putih

dan sesuatu seperti kulit kerang ... setumpuk tulang kering

yang telah setahun lebih ... tulang belulang menjadi rapuh dan

menjadi bubuk; ia merenung tubuh ini apa adanya, ia berpikir :

‘Tubuh ini memiliki sifat yang sama, akan menjadi seperti itu,

tidak akan terkecuali dari keadaan seperti itu.’

Demikianlah, ia terus-menerus melakukan pengamatan-

jasmani pada jasmani di dalam (ajhatta), ia melakukan

215

Page 216: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pengamatan-jasmani pada jasmani di luar (bahiddha), atau ia

melakukan pengamatan-jasmani pada jasmani di luar dan di

dalam. Atau ia melakukan pengamatan terhadap 'proses

munculnya segala sesuatu' (samuda-yadhammanupassi) dalam

jasmani'; ia melakukan pengamatan terhadap 'proses

lenyapnya segala sesuatu’ (vayadhammanupassi) dalam

jasmani; atau ia melakukan pengamatan terhadap 'proses

munculnya dan lenyapnya segala sesuatu' dalam jasmani.

Atau ia berpikir: ‘Ada Jasmani,’ pengamatannya terjadi hanya

khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup

bebas dan tanpa melekat pada apa pun di dunia.

Demikianlah seorang bhikkhu terus-menerus melakukan

pengamatan-jasmani pada jasmani.

11—Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus-menerus

melakukan pengamatan-perasaan pada perasaan

(vedanasuveda-nanupassi)?

Para bhikkhu, dalam hal ini,

ketika ia mengalami perasaan menyenangkan, ia

menyadari: ‘Saya mengalami perasaan menyenangkan’;

ketika ia mengalami perasaan menyakitkan, ia

menyadari: ‘Saya mengalami perasan menyakitkan’;

216

Page 217: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ketika ia mengalami perasaan-bukan menyakitkan-atau-

tidak-menyenangkan (adukkham-asukkham), ia

menyadari: ‘Saya mengalami perasaan-bukan

menyakitkan-atau-bukan-menyenangkan’.

Ketika ia mengalami perasaan menyenangkan yang

berkaitan dengan materi (amisa), ia menyadari: ‘Saya

mengalami perasaan menyenangkan yang berkaitan

dengan materi;

ketika ia mengalami perasaan menyenangkan berkaitan

dengan non-materi (niramisa), ia menyadari: ‘Saya

mengalami perasaan menyenangkan berkaitan dengan

non-materi.’

Ketika ia mengalami perasaan menyakitkan yang

berkaitan dengan materi, ia menyadari: ‘Saya mengalami

perasaan menyakitkan yang berkaitan dengan materi’.

Ketika ia mengalami perasaan menyakitkan yang

berkaitan dengan non-materi, ia menyadari: ‘Saya

mengalami perasaan menyakitkan yang berkaitan dengan

non materi’

Ketika ia mengalami perasaan bukan menyakitkan atau

bukan menyenangkan yang berkaitan dengan non-materi,

217

Page 218: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ia menyadari: ‘Saya mengalami perasaan bukan

menyakitkan atau bukan menyenangkan yang berkaitan

dengan non-materi.’

Demikianlah, ia melakukan pengamatan-perasaan pada

perasaan di dalam (ajjhatta); ia melakukan pengamatan-

perasaan pada perasaan di luar (bahiddha); atau ia melakukan

pengamatan-perasaan pada perasaan di luar dan di dalam.

Atau ia melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya

segala sesuatu (samuda-yadhammanupassi) dalam perasaan:

ia melakukan pengamatan terhadap 'proses lenyapnya segala

sesuatu’ (vayadhammanupassi) dalam perasaan; atau ia

melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya dan

lenyapnya segala sesuatu' dalam perasaan. Atau ia berpikir :

‘Ada perasaan,’ pengamatannya terjadi hanya khusus untuk

pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup bebas dan tanpa

melekat pada apa pun di dunia.

Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan

pengamatan-perasaan pada perasaan.

12-- Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus-menerus

melakukan ‘pengamatan-pikiran pada pikiran' (citte

cittanupassi)?

218

Page 219: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, dalam hal ini, seorang bhikkhu mengetahui:

pikirannya diliputi oleh nafsu indera (saraga) sebagai

pikiran diliputi nafsu indera; pikiran tidak diliputi nafsu

indera sebagai pikiran tidak diliputi nafsu indera.

Ia mengetahui pikirannya diliputi kebencian (sadosa)

sebagai pikiran diliputi kebencian; pikiran tidak diliputi

kebencian sebagai pikiran tidak diliputi kebencian

(vitadosam),

Ia mengetahui pikiran diliputi kebodohan (samoha)

sebagai pikiran diliputi kebodohan, pikiran tidak diliputi

kebodohan (vitamoha) sebagai pikiran tidak diliputi

kebodohan.

Ia mengetahui pikiran diliputi pikiran tidak diliputi

kebodohan, Ia mengetahui pikiran diliputi kelemahan atau

kemalasan (sankhittam) sebagai pikiran diliputi

kekacauan (vikkhitam)

Ia mengetahui pikiran diliputi pikiran berkembang

(mahaggatam) seabagai pikiran tidak berkembang

(amahaggam)

Ia mengetahui pikiran diliputi pikiran luhur (sa-uttaram)

seabagai pikiran tidak luhur (anuttara)

219

Page 220: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Ia mengetahui pikiran diliputi pikiran terpusat

(samahitam)

Ia mengetahui pikiran tidak terpusat (asamahitam)

sebagai pikiran tidak terpusat.

Demikianlah, ia melakukan pengamatan pikiran pada pikiran di

dalam (ajjhata); ia melakukan pengamatan pikiran di luar

(bahiddha); atau ia melakukan pengamatan pikiran pada

pikiran di luar atau di dalam. Atau ia melakukan pengamatan

terhadap proses munculnyha segala sesuatu (samuda

yadhammanupassi) dalam pikiran, ia melakukan pengamatan

terhadap proses lenyapnya segala sesuatu

(vajadhammnaupassi) dalam pikiran; atau ia melakukan

pengamatan terhadap 'proses lenyapnya segala sesuatu’

dalam pikiran; atau ia melakukan pengamatan terhadap

'proses munculnya dan lenyapnya segala sesuatu' dalam

pikiran. Atau ia berpikir: "Ada Pikiran," pengamatannya terjadi

hanya khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat,

hidup bebas dan tanpa melekat pada apa pun di dunia.

Demikianlah, seorang bhikkhu terus menerus melakukan

pengamatan-pikiran pada pikiran.

220

Page 221: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

13.--Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus-mnerus

melakukan pengamatan-obyek-mental pada obyek-mental'

(dhamme dhammanupassi)?

Para bhikkhu, dalam hal ini, seorang bhikkhu terus-menerus

mengamati obyek-mental pada obyek mental yang

berhubungan dengan 'lima rintangan' (panca nivarana).

Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus-menerus

melakukan 'pengamatan obyek-mental pada obyek-mental'

yang berkenaan dengan 'lima rintangan'?

Para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada 'keinginan

nafsu indera' (kamacchanda) dan ia menyadari: ‘Dalam diriku

ada keinginan nafsu indera’; atau dalam diri seorang bhikkhu

tidak ada keinginan nafsu indera dan ia menyadari: ‘Dalam

diriku tidak ada keinginan nafsu indera.’ Juga, ia menyadari

munculnya 'keinginan nafsu indera' yang tidak ada

sebelumnya, ia menyadari bahwa ia telah melenyapkan

'keinginan nafsu indera' yang tadinya telah muncul, ia

menyadari 'keinginan nafsu indera' yang telah dilenyapkan

tidak akan muncul lagi di kemudian hari.

Para bhikkhu, begitu pula, jika dalam diri seorang bhikkhu ada

'kebencian' (byapada) dan ia menyadari: ‘Dalam diriku ada

221

Page 222: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kebencian’; atau dalam diri seorang bhikkhu tidak ada

kebencian dan ia menyadari: ‘Dalam diriku tidak ada

kebencian,’ yang tidak ada sebelumnya, ia menyadari bahwa ia

telah melenyapkan' kebencian' yang tadinya telah muncul, ia

menyadari 'kebencian' yang telah dilenyapkannya tidak akan

muncul lagi di kemudian hari.

Para bhikkhu, begitu pula, jika dalam diri seorang bhikkhu ada

'kelesuan dan kemalasan' (thinamiddha) dan ia menyadari:

‘Dalam diriku ada kelesuan dan kemalasan’; atau dalam diri

seorang bhikkhu tidak ada kelesuan dan kemalasan dan ia

menyadari: ‘Dalam diriku tidak ada kelesuan dan kemalasan.

Juga, ia menyadari munculnya' kelesuan dan kemalasan' yang

tidak ada sebelumnya, ia menyadari bahwa ia telah

melenyapkan 'kelesuan dan kemalasan' yang tadinya telah

muncul, ia menyadari 'kelesuan dan kemalasan' yang telah

dilenyapkannya tidak akan muncul lagi di kemudian hari.

Para bhikkhu, begitu pula, jika dalam diri scorang bhikkhu ada

'kegelisahan dan kekhawatiran' (uddhaccakukkucca) dan ia

menyadari: ‘Dalam diriku ada kegelisahan dan kekhawatiran’;

atau dalam diri seorang bhikkhu tidak ada kegelisahan dan

kekhawatiran dan ia menyadari: ‘Dalam diriku tidak ada

kegelisahan dan kekhawatiran.’ Juga, ia menyadari munculnya

222

Page 223: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'kegelisahan dan kekhawatiran' yang tidak ada sebelumnya, ia

menyadari bahwa ia telah melenyapkan 'kegelisahan dan

kekhawatiran' yang tadinya telah muncul, ia menyadari

'kegelisahan dan kekhawatiran' yang telah dilenyapkannya

tidak akan muncul lagi di kemudian hari.

Para bhikkhu, begitu pula, jika dalam diri seorang bhikkhu ada

'keragu-raguan' (vicikiccha) dan ia menyadari: ‘Dalam diriku

ada keragu-raguan’; atau dalam diri seorang bhikkhu tidak ada

keragu-raguan dan ia menyadari: ‘Dalam diriku tidak ada

keragu-raguan.’ Juga, ia menyadari munculnya 'keragu-raguan'

yang tidak ada sebelumnya, ia menyadari bahwa ia telah

melenyapkan 'keragu-raguan' yang tadinya telah muncul, ia

menyadari bahwa 'keragu-raguan yang telah dileyapkannya

tidak akan muncul lagi di kemudian hari.

Demikianlah, ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada

obyek mental (dhammesu dhammanupassi) di dalam (ajjhatta);

ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada obyek mental di

luar (bahiddha); atau ia melakukan pengamatan-obyek mental

pada obyek mental di luar dan di dalam. Atau ia melakukan

pengamatan terhadap 'proses munculnya segala sesuatu’

(samuda-yadhammanupassi) dalam obyek mental'; ia

melakukan pengamatan terhadap 'proses lenyapnya segala

223

Page 224: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

sesuatu’ (vayadhammanupassi) dalam obyek-mental; atau ia

melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya dan

lenyapnya segala sesuatu' dalam obyek mental. Atau ia

berpikir: ‘Ada obyek-mental,’ pengamatannya terjadi hanya

khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup

bebas dan tanpa melekat pada apa pun di dunia.

Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan

pengamatan obyek-mental pada obyek mental.

14-- Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu terus-menerus

mengamati obyek-mental pada obyek mental yang

berhubungan dengan 'kemelekatan pada lima kelompok

kehidupan' (pancas'upadanakkhandhesu). Para bhikkhu,

bagaimana seorang bhikkhu terus-menerus melakukan

'pengamatan-obyek-mental pada obyek mental' yang

berkenaan dengan 'kemelekatan pada lima kelompok

kehidupan'? Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu (mengetahui):

‘Ini jasmani (rupa), ini munculnya jasmani, ini lenyapnya

jasmani; ini perasaan (vedana), ini munculnya perasaan, ini

lenyapnya perasaan; ini pencerapan (sanna), ini munculnya

pencerapan, ini lenyapnya pencerapan; ini bentuk-bentuk

pikiran (sankhara), ini munculnya bentuk-bentuk pikiran, ini

224

Page 225: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

lenyapnya bentuk-bentuk pikiran; ini kesadakran (vinnana), ini

munculnya kesadaran, ini lenyapnya kesadaran.

Demikianlah, ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada

obyek mental (dhammesu dhammanupassi) di dalam (ajjhatta);

ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada obyek mental di

luar (bahiddha); atau ia melakukan pengamatan-obyek mental

pada obyek mental di luar dan di dalam. Atau ia melakukan

pengamatan terhadap 'proses munculnya segala sesuatu

(samuda-yadhainmanupassi) dalam obyek mental'; ia

melakukan pengamatan terhadap 'proses lenyapnya segala

sesuatu (vayadhammanupassi) dalam obyek-mental; atau ia

melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya dan

lenyapnya segala sesuatu' dalam obyek mental. Atau ia

berpikir: ‘Ada Obyek-mental,' pengamatannya terjadi hanya

khusus untuk pengetahuan itu, hanya unuk diingat, hidup

bebas tanpa melekat pada apapun di dunia. Demikianlah

seorang bhikkhu terus menerus melakukan pengamatan-

obyek-mental pada obyek mental.

15—Para bhikkhu, begitu pula seorang bhikkhu terus menerus

mengamati obyek-obyek mental pada obyek yang

berhubungan dengan Enam Landasan Indera dalam dan luar

(chasu ajjhattikabahiresu ayatanesu).

225

Page 226: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus menerus

melakukan pengamatan obyek mental yang berkenaan dengan

enam landasan indera dalam dan luar? Para bhikkhu, jika

seorang bhikkhu mengerti indera penglihatan (cakkhu),

mengerti objek penglihatan (rupa), mengerti setiap belenggu

(samyojana) yang timbul dari dua hal tersebut, mengerti

timbulnya belenggu yang tidak ada sebelumnya, ia mengerti

bahwa ia telah melenyapkan belenggu yang tadinya muncul, ia

mengerti bahwa belenggu yang telah dilenyapkan tidak akan

muncul lagi di kemudian hari. Jika seorang bhikkhu mengerti

indera pendengar (sota), mengerti suara (saddha)…. mengerti

indera penciuman (ghana), mengerti bau (gandha) …. mengerti

indera penyentuh (kaya), mengerti sentuhan (photthabba) juga

mengerti setiap belenggu (arayojana) yang timbul dari dua hal

tersebut, mengerti timbulnya belenggu yang tidak ada

sebelumnya, ia mengerti bahwa ia telah melenyapkan

belenggu yang tadinya telah muncul, ia mengerti bahwa

belenggu yang dilenyapkan tidak akan muncul lagi di

kemudian hari.

Demikianlah, ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada

obyek mental (dhammesu dhammanupassi) di dalam (ajjhatta);

ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada obyek mental di

226

Page 227: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

luar (bahiddha); atau ia melakukan pengamatan-obyek mental

pada obyek mental di luar dan di dalam. Atau ia melakukan

pengainatan terhadap 'proses munculnya segala sesuatu’

(samuda-yadhammanupassi) dalam obyek mental; ia

melakukan pengamatan terhadap 'proses lenyapnya segala

sesuatu’ (vayadhammanupassi) dalam obyek-mental; atau ia

melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya dan

lenyapnya segala sesuatu' dalam obyek mental. Atau ia

berpikir: ‘Ada obyek-mental, pengamatannya terjadi hanya

khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup

bebas dan tanpa melekat pada apa pun di dunia.

Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan

pengamatan obyek mental pada obyek mental.

16-- Para bhikkhu, begitu pula seorang bhikkhu terus-menerus

mengamati obyek-mental pada obyek mental yang

berhubungan dengan 'Tujuh Faktor Penerangan Agung'

(sattasu bhojjhangesu).

Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus-menerus

melakukan 'pengamatan obyek-mental pada obyek mental'

yang berkenaan dengan 'tujuh faktor penerangan agung'?

Para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada ‘faktor

penerangan agung-perhatian' (satisambhojhango), ia mengerti:

227

Page 228: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

‘Ada faktor penerangan agung-perhatian’ dalam diriku’; jika

dalam diri seorang bhikkhu tidak ada faktor penerangan-

agung-perhatian, ia mengerti: ‘Tidak ada faktor penerangan-

agung-perhatian dalam diriku’, ia mengerti timbulnya faktor

penerangan-agung-perhatian yang tidak ada sebelumnya, ia

mengerti bagaimana faktor penerangan agung-perhatian yang

telah muncul dikembangkan dan disempurnakan. Jika dalam

diri seorang bhikkhu ada 'faktor penerangan-agung-penelitian

dhamma' (dhammavicaya-sambhojhango), ia mengerti: ‘Ada

faktor penerangan-agung-penelitian dhama' dalam diriku; ada

'faktor penerangan agung-semangat' (viriyasambhojjhango) ….

ada 'faktor penerangan agung-kegiuran' (pitisambhojjango) ....

ada 'faktor penerangan agung-ketenangan'

(passaddhisambhojjhango) ada 'faktor penerangan agung-

meditasi' (samadhisambhojjhango). Jika dalam diri seorang

bhikkhu ada 'faktor penerangan agung keseimbangan-batin'

(upekhasambhojjhango), ia mengerti: ‘Ada faktor penerangan

agung-keseimbangan-batin dalam diriku'; jika dalam diri

seorang bhikkhu tidak ada faktor penerangan agung-

keseimbangan batin, ia mengerti: ‘Tidak ada faktor

penerangan agung-keseimbangan batin dalam diriku; ia

mengerti timbulnya faktor penerangan agung keseimbangan

228

Page 229: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

batin yang tidak ada sebelumnya, ia mengerti bagaimana

faktor penerangan agung-keseimbangan batin yang telah

muncul dikembangkan dan disempurnakan.

Demikianlah, ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada

obyek mental (dhammesu dhammanupassi) di dalam (ajjhatta);

ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada obyek mental di

luar (bahiddha); atau ia melakukan pengamatan-obyek mental

pada obyek mental di luar dan di dalam. Atau ia melakukan

pengamatan terhadap 'proses munculnya segala sesuatu’

(samuda-yadhammanupassi) dalam obyek mental; ia

melakukan pengamatan terhadap 'proses lenyapnya segala

sesuatu’ (vayadhammanupassi) dalam obyek-mental ; atau ia

melakukan pengamatan terhadap 'proses munculnya dan

lenyapnya segala sesuatu' dalam obyek mental. Atau ia

berpikir: ‘Ada Obyek-mental,’ pengamatannya terjadi hanya

khusus untuk pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup

bebas dan tanpa melekat pada apapun di dunia.

Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan

pengamatan obyek-mental pada obyek mental.

17—Para bhikkhu, begitu pula, seorang bhikkhu terus-menerus

mengamati obyek-mental pada obyek mental yang

229

Page 230: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

berhubungan dengan 'Empat Kebenaran Mulia' (Catusu

Ariyayasaccesu).

Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu terus-menerus

melakukan pengamatan-obyek-mental pada obyek mental

'yang berkenaan dengan 'Empat Kebenaran Mulia'? Para

bhikkhu, jika seorang bhikkhu mengerti 'apa adanya’

(yathabhuta): 'Ini dukkha’ ; ia mengerti apa adanya: ‘Ini Sebab

Dukkha’ , ia mengerti apa adanya: ‘Ini Lenyapnya Dukkha’; ia

mengerti apa adanya: ‘Ini Cara untuk Melenyapkan Dukkha."

Demikianlah, ia melakukan pengamatan-obyek-mental pada

obyek mental (dhammesu dhammanupassi) di dalam (ajjhatta);

ia melakukan pengamatan-obyek-mental di luar (bahiddha);

atau ia melakukan pengamatan-obyek mental pada obyek

mental di luar dan di dalam. Atau ia melakukan pengamatan

terhadap 'proses munculnya segala sesuatu’ (samuda-

yadhammanupassi) dalam obyek mental; ia melakukan

pengamatan terhadap 'proses lenyapnya segala sesuatu’

(vayadhammanupassi) dalam obyek-mental; atau ia melakukan

pengamatan terhadap 'proses munculnya dan lenyapnya

segala sesuatu' dalam obyek mental. Atau ia berpikir: ‘Ada

obyek-mental,’ pengamatannya terjadi hanya khusus untuk

230

Page 231: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pengetahuan itu, hanya untuk diingat, hidup bebas dan tanpa

melekat pada apa pun di dunia.

Demikianlah, seorang bhikkhu terus-menerus melakukan

pengamatan obyek-mental pada obyek mental.

Para bhikkhu, barang siapa yang mengembangkan Empat

Satipatthana ini selama tujuh tahun, maka salah satu dari dua

pahala yang dapat diharapkannya, yaitu 'pengetahuan

sempurna’ (nana) pada kehidupan sekarang atau (keadaan)

masih ada sisa kemelekatan, sebagai Anagami.

Para bhikkhu, jangankan tujuh tahun, barang siapa yang

mengembangkan Empat Satipatthana ini selama enam tahun

…. lima tahun …. empat tahun …. tiga tahun .… dua tahun

…. setahun ... tujuh bulan ….. enam bulan ... lima bulan ...

empat bulan tiga bulan ... dua bulan …. satu bulan, ...

setengah bulan ... jangankan setengah bulan, barang siapa

yang mengembangkan Empat Satipatthana ini selama tujuh

hari, maka salah satu dari dua pahala yang dapat diharapkan,

yaitu pengetahuan sempurna' (nana) pada kehidupan sekarang

atau (keadaan) masih ada sisa kemelekatan, sebagai Anagami.

Berdasarkan pada hal ini, maka dikatakan: ‘Para bhikkhu,

hanya ada sebuah jalan untuk mensucikan makhluk-makhluk,

231

Page 232: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

untuk mengatasi kesedihan dan ratap tangis, untuk mengakhiri

derita dan duka cita, menjalani jalan benar, untuk mencapai

nibbana, yaitu Empat 'Satipatthana' (Landasan Perhatian).’”

Demikianlah kata-kata Sang Bhagava. Para bhikkhu gembira

dan senang dengan apa yang uraikan Sang Bhagava.

232

Page 233: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

CULASIHANADA SUTTA

(11)

Demikianlah saya dengar:

Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama

milik Anathapindika, Savatthi. Kemudian Sang Bhagava berkata:

"Para bhikkhu."

"Ya, Bhante,” jawab mereka.

Selanjutnya Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu, hanya di

sini ada samana (sotapanna), hanya di sini ada samana kedua

(sakadagami), hanya di sini ada samana ketiga (anagami) dan

hanya di sini ada samana keempat (arahat). Dalam ajaran yang

lain tidak ada samana; beginilah hal itu harus diraungkan

(sihanada)."

Mungkin para pertapa dari ajaran lain bertanya: "Apakah

sebabnya maka anda mengatakan demikian?"

Pertanyaan itu harus dijawab: "Saudara, empat dhamma telah

dinyatakan oleh Bhagava, yaitu: (1) Kami yakin pada guru (sattha,

233

Page 234: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Sang Buddha), (2) kami yakin kepada Dhamma, (3) kami memiliki

sila yang sempurna, (4) kami mencintai saudara-saudara pelaksana

dhamma (saha-dhammika) apakah mereka umat awam

(gahattha) atau pabbaja (meninggalkan kehidupan berumah-

tangga menjadi petapa-bhikkhu)."

Berdasarkan hal-hal itu kami menyatakan begitu.

Namun, para pertapa dari ajaran lain dapat berkata: "Kami juga

yakin kepada guru, yaitu guru kami; kepada dhamma yaitu

dhamma kami; sila kami sempurna, sesuai dengan sila kami dan

kami mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang hidup

sebagai umat awam atau pabbaja. Apakah perbedaannya?"

Hal itu harus dijawab dengan bertanya: "Apakah tujuannya

hanya satu atau banyak?"

Mereka akan menjawab dengan benar: "Tujuan hanya satu,

bukan banyak."

"Apakah tujuan itu bebas dari napsu, kebencian, kebodohan,

keinginan dan kemelekatan?"

"Ya, tujuan itu bebas dari napsu, kebencian, kebodohan,

keinginan dan kemelekatan."

"Apakah tujuan itu disertai penglihatan, tanpa menyukai dan

menolak, maupun perbedaan?"

234

Page 235: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Ya, tujuan itu disertai penglihatan, tanpa menyukal, menolak

maupun perbedaan," jawab mereka dengan benar.

Ada dua ditthi (pandangan) yaitu bhava ditthi (pandangan

tentang ada makhluk) dan vibhava ditthi (pandangan tanpa ada

makhluk). Para samana atau brahmana yang berpaham bhava

ditthi menentang paham vibhava ditthi. Sedangkan para samana

atau brahmana yang berpaham vibhava ditthi menentang paham

bhava ditthi.

Para samana dan brahmana yang tidak mengerti 'sebagaimana

apa adanya tentang asal mula' (yatthabhutam), lenyapnya,

kesenangan, bahaya dan jalan keluar dari dua ditthi (pandangan)

itu adalah diliputi oleh nafsu, kebencian, kebodohoan, keinginan,

kemelekatan, tanpa penglihatan, terlibat dalam pro dan kontra,

menyenangi dan menikmati perbedaan. Mereka tidak dapat bebas

dari kelahiran, usia tua, kematian, kesedihan, ratap-tangis,

kesakitan, duka-cita dan putus asa. Mereka tidak dapat terbebas

dari dukkha (penderitaan).

Para samana dan brahmana yang mengerti sebagaimana apa

adanya tentang asal mula, lenyapnya, kesenangan, bahaya dan

jalan keluar dari dua ditthi itu adalah tidak diliputi oleh napsu,

kebencian, kebodohan, keinginan, kemelekatan, berpenglihatan,

tidak terlibat dalam pro dan kontra, tidak menyenangi dan tidak

235

Page 236: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menikmati perbedaan. Mereka dapat bebas dari kelahiran, usia

tua, kematian, kesedihan, ratap tangis, kesakitan, duka cita dan

putus asa. Mereka dapat terbebas dari dukkha.

Ada empat macam kemelekatan (upadana): Kemelekatan pada

napsu indera (kama-upadana), kemelekatan pada pandangan

salah (ditthi-upadana), kemelekatan pada upacara dan ritual

(silabbataupadana), kemelekatan pada pandangan adanya jiwa

yang kekal (attavada-upadana).

Ada samana dan brahmana yang menyatakan berpengetahuan

jelas tentang semua kemelekatan, tetapi tidak rinci

menerangkan 'pengetahuan jelas tentang semua kemelekatan'

itu. Mereka menerangkan 'pengetahuan jelas tentang

kemelekatan pada napsu indera, tetapi tidak rinci menerangkan

tentang kemelekatan pada pandangan salah, kemelekatan pada

upacara dan ritual, dan kemelekatan pada pandangan adanya

jiwa. Mengapa begitu? Karena mereka itu tidak mengerti

dengan jelas sebagaimana apa adanya tentang tiga kemelekatan

itu. Maka, walaupun mereka itu menyatakan berpengetahuan

jelas tentang semua kemelekatan, tetapi mereka hanya

menerangkan tentang pengetahuan jelas mengenai napsu

indera, tanpa menerangkan tiga kemelekatan yang lain.

236

Page 237: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Ada pertapa dan brahmana yang menyatakan berpengetahuan

jelas tentang semua kemelekatan, tetapi tidak rinci

menerangkan ‘pengetahuan jelas tentang semua kemelekatan’

itu. Mereka menerangkan dengan pengetahuan jelas tentang

kemelekatan pada nafsu indera dan kemelekatan pada

pandangan salah, tetapi tanpa menerangkan tentang,

kemelekatan pada upacara dan ritual serta kemelekatan pada

pandangan adanya jiwa yang kekal. Karena mereka itu tidak

mengerti dengan jelas sebagaimana apa adanya tentang dua

kemelekatan itu. Maka walaupun mereka itu menyatakan

berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, tetapi

mereka hanya menerangkan tentang pengetahuan jelas

mengenal nafsu indera dan kemelekatan pada pandangan salah,

tanpa menerangkan dua kemelekatan yang lain.

Ada pertapa dan brahmana yang menyatakan berpengetahuan

jelas tentang semua kemelekatan, tetapi tidak rinci

menerangkan ‘pengetahuan jelas tentang semua kemelekatan’.

Mereka menerangkan dengan pengetahuan jelas tentang

kemelekatan pada nafsu indera, kemelekatan pada pandangan

salah dan kemelekatan ' pada upacara serta ritual, tetapi tanpa

menerangkan tentang kemelekatan pada pandangan adanya

jiwa yang kekal. Karena mereka tidak mengerti dengan jelas

237

Page 238: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

sebagaimana apa adanya tentang dua kemelekatan itu. Maka

walaupun mereka itu menyatakan berpengetahuan jelas tentang

semua kemelekatan, tetapi mereka hanya menerangkan tentang

pengetahuan jelas mengenal nafsu indera dan kemelekatan

pada pandangan salah, tanpa menerangkan dua kemelekatan

yang lain.

Para bhikkhu, dalam 'dhammavinaya' seperti itu adalah biasa

menyatakan keyakinan kepada guru dan dhamma, namun tidak

terarah dengan benar; pelaksanaan sila-sempurna tidak terarah

dengan benar; mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma

yang hidup sebagai umat awam atau pabbaja juga tidak terarah

dengan benar. Mengapa demikian? Karena dhammavinaya itu

salah diuraikan, salah dinyatakan, tanpa tujuan, tidak mengarah

ke kedamaian dan dibabarkan oleh bukan Samma Sambuddha.

Para bhikkhu, ketika Tathagata, Arahat Samma Sambuddha

membabarkan pengetahuan jelas tentang semua macam

kemelekatan, ia dengan sempurna menguraikan semua macam

kemelekatan, yaitu: kemelekatan pada nafsu indera,

kemelekatan pada pandangan salah, kemelekatan pada upacara

dan ritual serta kemelekatan pada pandangan adanya jiwa yang

kekal.

238

Page 239: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, dalam 'dhammavinaya' seperti itu adalah biasa

menyatakan keyakinan kepada guru dan dhamma yang terarah

dengan benar, pelaksanaan sila sempurna yang terarah dengan

benar, mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang

hidup sebagai umat awam atau pabbaja yang terarah dengan

benar. Mengapa demikian? Karena 'dhammavinaya' itu benar

diuraikan, benar dinyatakan, bertujuan, mengarah ke kedamaian

dan dibabarkan oleh Samma Sambuddha.

Apakah sumber, asal mula, tempat kelahiran dan yang

menghasilkan empat kemelekatan?

Empat kemelekatan ini bersumber dari keinginan (tanha),

berasal mula dari keinginan, lahir dari keinginan dan dihasilkan

oleh keinginan.

Apakah sumber keinginan?

Keinginan bersumber dari perasaan (vedana), berasal mula

dari perasaan, lahir dari perasaan dan dihasilkan oleh perasaan.

Apakah sumber perasaan?

Perasaan bersumber mula dari kontak (phassa), berasal mula

dari kontak, lahir dari kontak dan dihasilkan oleh kontak.

Apakah sumber kontak?

239

Page 240: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Kontak bersumber dari enam indera (salayatana), berasal

mula dari enam indera, lahir dari enam indera dan dihasilkan oleh

enam indera.

Apakah sumber enam indera?

Enam indera bersumber dari batin dan jasmani (nama-rupa),

berasal mula dari batin dan jasmani, dilahirkan oleh batin dan

jasmani, serta dihasilkan oleh batin dan jasmani.

Apakah sumber batin dan jasmani?

Batin dan asmani bersumber dari kesadaran (vinnana),

berasal mula dari kesadaran, dilahirkan oleh kesadaran serta

dihasilkan oleh kesadaran.

Apakah sumber kesadaran?

Kesadaran bersumber dari bentuk-bentuk kamma (sankhara),

berasal mula dari bentuk-bentuk kamma, dilahirkan oleh bentuk-

bentuk kamma dan dihasilkan oleh bentuk-bentuk kamma.

Apakah sumber bentuk-bentuk kamma?

Bentuk-bentuk kamma bersumber dari kebodohan (avijja),

berasal mula dari kebodohan, dilahirkan oleh kebodohan dan

dihasilkan oleh kebodohan.

240

Page 241: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, segera setelah kebodohan (avijja) dilenyapkan

dan pengetahuan (vijja) muncul, maka ia tidak lagi melekat pada

nafsu indera, pandangan salah, pada upacara dan ritual serta

pandangan tentang adanya jiwa yang kekal. Ketika tidak ada

kemelekatan, maka ia tidak menderita. Ketika ia tidak menderita

maka ia mencapai nibbana. Ia mengerti: kelahiran telah lenyap,

kehidupan suci telah dicapai, apa yang harus dikerjakan telah

dilaksanakan, tidak ada sesuatu melebihi ini.

MAHASIHANDA SUTTA

(12)

Demikianlah saya dengar:

Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di hutan kecil,

yang terletak di sebelah barat kota Vesali.

Ketika itu Sunakkhatta Licchaviputta baru saja meninggalkan

Dhamma dan Vinaya. Ia membuat pernyataan ini di hadapan

kelompok orang Vesali: "Petapa Gotama tidak memiliki nilai-nilal

241

Page 242: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

yang patut bagi pengetahuan maupun pandangan ariya suci yang

lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa (uttari

manussadhamma). Petapa Gotama mengajarkan Dhamma sekedar

menjejali pikiran manusia, mengikuti keingintahuannya sendiri

sebagaimana yang terjadi pada dirinya, siapa pun yang diajarkan

Dhamma demi kepentingannya itu hanya membawa langsung pada

penghentian penderitaan dalam dirinya ketika ia melaksanakannya,

namun tidak untuk hal-hal lainnya.”

Kemudian, ketika menjelang pagi, Bhikkhu Sariputta

mengenakan jubah dan dengan membawa patta (mangkuk) serta

jubah beliau menuju ke Vesali untuk menerima dana makanan.

Kemudian beliau mendengar tentang apa yang dikatakan oleh

Sunakkhatta Licchaviputta.

Ketika beliau selesai ber-pindapata di Vesali dan kembali dari

menerima dana makanan, setelah makan, beliau menemui Sang

Bhagava, dan setelah memberi hormat padanya, beliau duduk di

tempat yang telah tersedia. Setelah melakukan hal itu, beliau

mengatakan pada Sang Bhagava apa yang telah terjadi.

"Sariputta, orang bodoh bernama Sunakkhata sedang marah,

dan kata-katanya diucapkan berdasarkan pada kemarahan.

Dengan berpikir untuk menghina Tathagata, namun ia sebenarnya

memuji Sang Tathagata; karena merupakan suatu pujian terhadap

242

Page 243: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Sang Tathagata dengan mengatakan tentang dirinya, "karena

siapapun yang, diajari Dhamma adalah bagi kepentingannya, ajaran

itu (hanya) mengarah langsung pada penghentian penderitaan

dalam diri yang melaksanakannya."

"Sariputta, orang bodoh bernama Sunakkhatta ini tidak pernah

akan dapat menjatuhkan martabatku, karena menurut Dhamma:

"Demikianlah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai

Penerangan Sempurna, Sempurna pengetahuan serta tindak-

tanduk-Nya, Sempurna menempuh Jalan, Pengenal segenap alam,

Pembimbing manusia yang tiada taranya, Guru para dewa dan

manusia, Buddha, Bhagava."

Juga ia tidak akan pernah menjatuhkan martabatku menurut

Dhamma karena: "Demikianlah Sang Bhagava, sehingga beliau

menikmati berbagal jenis kemampuan batin (iddhi); dari satu

beliau menjadi banyak, dari banyak beliau menjadi satu; beliau

muncul dan lenyap; beliau dapat menembus tembok, menembus

dinding-dinding, menembus gunung, bagaikan menembus ruang

kosong; beliau menyelam masuk dan keluar dari tanah bagaikan di

air; beliau berjalan di atas air seolah-olah di atas tanah; dengan

duduk bersila beliau melakukan perjalanan di angkasa bagaikan

burung; dengan tangannya beliau menyentuh dan mengusap bulan

dan matahari yang sangat perkasa dan hebat; beliau ahli

243

Page 244: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mengendalikan tubuh sehingga ia dapat pergi dengan tubuhnya

sejauh alam Brahma."

"Demikiaii pula, ia tidak akan pernah menjatuhkan martabatku,

karena sesuai Dhamma: "Demikianlah Sang Bhagava, sehingga

dengan Telinga Dewa (Dibba Sota), yang suci dan melebihi

kemampuan orang biasa, beliau mendengar kedua jenis suara,

suara para dewa dan suara manusia, baik yang jauh maupun

dekat."

Ia pun tidak akan pemah menjatuhkan martabatku karena

sesuai Dhamma: "Demikianlah Sang Bhagava, sehingga dengan

Kemampuan Pikirannya beliau dapat Mengetaahui Pikiran Makhluk

atau Orang Lain (Cetopariyanana), beliau mengerti pikiran

dikuasai nafsu sebagai pikiran dikuasal nafsu dan pikiran tidak

dikuasai nafsu sebagai pikiran tidak dikuasai nafsu; beliau mengerti

pikiran dikuasai kebencian sebagai pikiran dikuasai kebencian dan

pikiran tidak dikuasai kebencian sebaga pikikiran tidak dikuasai

kebencian; beliau mengerti pikiran dikuasai kebodohan sebagai

pikiran dikuasai kebodohan dan pikiran tidak dikuasai kebodohan

sebagai pikiran tidak dikuasai kebodohan; beliau mengerti pikiran

terpusat sebagai pikiran terpusat dan pikiran tercerai berai sebagai

pikiran tercerai-berai; beliau mengerti pikiran luhur sebagai pikiran

luhur dan pikiran tidak luhur sebagai pikiran tidak luhur; beliau

244

Page 245: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mengerti pikiran luar biasa sebagai pikiran luar biasa dan pikiran

biasa sebagai pikiran biasa; beliau mengerti pikiran terkonsentrasi

sebagai pikiran terkonsentrasi dan pikiran tidak terkonsentrasi

sebagai tidak terkonsentrasi; beliau mengerti pikiran terbebas

sebagai pikiran terbebas dan pikiran tidak terbebas sebagai pikiran

tidak terbebas.”

Dasa Bala

Sariputa, Tathagata memiliki Dasa Tathagata Bala (Sepuluh

Kekuatan Tathagata), dengan memiliki kekuatan-kekuatan ini

(bala) beliau menjadi pemimpin dari semua pemimpin,

mengaumkan auman singanya di hadapan banyak orang dan

memutar roda-brahma (brahmacakka) maju ke depan. Apakah

kesepuluh kekuatan (Dasa Bala) itu?

Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, yang 'mungkin

sebagai yang mungkin dan yang tidak mungkin sebagai yang tidak

mungkin' (Thana-athana). Ini merupakan kekuatan Tathagata,

dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari

semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di hadapan

banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, matangnya

kamma (kamma-vipaka) yang dilakukan di masa lampau, di masa

245

Page 246: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mendatang dan masa sekarang, dengan kemungkinan-

kemungkinan dan sebab-sebabnya. Ini merupakan kekuatan

Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi

pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya

dihadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata, mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘ke mana

tujuan semua jalan’ (sabbatthagamani patipada). Ini

merupakan kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini,

Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan

auman singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-

brahma.

Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘dunia ini

dengan unsur-unsurnya yang banyak dan berbeda-beda’

(anekadhatu nanadhatu lokam). Ini merupakan kekuatan

Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi

pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di

hidapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, bagaimana

‘para makhluk memiliki kecenderungan yang berbeda-beda’

(sattanam nanadimuttikam). Ini merupakan kekuatan

Tathagata, dengan memiliki kekutan ini, Tathagata menjadi

246

Page 247: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di

hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘watak dari

indera para makhluk lain dan orang-orang lain’ (parasattanam

parapuggalam indriyaparopariyattam). Ini merupakan

kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata

menjadi pemimpin dari semua pemimpin mengaumkan auman

singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘kekotoran-

kekotoran batin, cara membersihkan dan timbulnya jhana,

kebebasan, pemusatan pikiran dan pencapaian’ (jhana vimokha

samadhi samapattinam sankilesam vodanam vutthanam).

Ini merupakan kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini,

Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan

auman singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-

brahma.

Tathagata ‘mengingat banyak kehidupannya yang lampau’,

(pubbenivasanussatinana) yakni, satu kelahiran, dua

kelahiran ... lima kelahiran, sepuluh kelahiran ... lima puluh

kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu

kelahiran, banyak kappa kehancuran alam semesta

(samvattakappa) dan banyak kappa pembentukan alam semesta

247

Page 248: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

(vivattakappa): Pada kelahiran itu saya bernama, ber-ras, berkelas

masyarakat anu, makan makanan anu, mengalami susah dan

senang, berusia sekian; setelah meninggal di sana, saya terlahir

kembali di tempat lain, dengan nama, ras, kelas masyarakat,

makanan, mengalami susah dan senang; setelah meninggal di

tempat itu, saya terlahir kembali di tempat lain dengan nama ... ;

akhirnya saya meninggal dan terlahir kembali di sini. Demikianlah

dengan rinci dan hal-hal khusus beliau mengingat kembali banyak

kehidupannya yang lampau. Ini merupakan kekuatan Tathagata,

dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari

semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di hadapan

banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata dengan kemampuan Mata Dewa (Dibba Cakkhu)

yang suci dan melampaui kemampuan manusia biasa, melihat

makhluk-makhluk meninggal dan terlahir kembali, rendah atau

mulia, baik atau buruk, berkelakuan baik atau buruk; mengerti

bagaimana makhluk-makhluk meninggal berdasarkan pada kamma-

kamma mereka, yakni: "Makhluk-makhluk yang berharga ini

berperilaku buruk dengan tubuh, ucapan dan pikiran, mencaci maki

orang-orang suci, memiliki pandangan salah yang mengakibatkan

kamma, setelah meninggal, mereka lahir kembali di alam yang

menyedihkan, ditakdirkan di alam yang buruk, di alam

248

Page 249: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menyakitkan, di alam neraka; namun makhluk-makhluk baik ini

yang berprilaku baik dengan jasmani, ucapan dan pikiran, tidak

mencaci orang-orang suci, memiliki pandangan benar yang

mengakibatkan kamma, setelah meninggal, mereka lahir kembali di

alam menyenangkan, di alam surga. Ini merupakan kekuatan

Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi

pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di

hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata, pada kehidupan sekarang dengan ‘kemampuan

batinnya merealisasi kebebasan batinnya’ (asavakkhayanana),

melenyapkan kotoran batin (asava) dengan cara Cetovimutti

(pembebasan melalui ketenangan batin) dan Pannavimutti

(pembebasan melalui kebijaksanaan). Ini merupakan kekuatan

Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi

pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di

hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Karena Tathagata memiliki sepuluh Tathagata Bala ini, beliau

menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman

singanya dihadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

'Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat saya lalu

berkata: "Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang

berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih

249

Page 250: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama

mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti

keingintahuannya seperti yang terjadi padanya," kecuali ia

membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia

membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena

terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang

memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan

sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan;

namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan

tentang saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu

serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka

karena terbawa oleh pikirannya itu.'

Cattaro Vesarajja

'Sariputta, Tathagata memiliki Empat Macam Integritas Diri

(Cattaro Vesarajja) dengan memilikinya Tathagata menjadi

pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di

hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Apakah empat Integritas Diri itu?

Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu,

brahmana, dewa, mara atau dewa brahma di seluruh alam semesta

250

Page 251: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: "Sementara anda

menyatakan menemukan penerangan sempurna, tetapi anda tidak

menemukan penerangan sempurna dalam dhamma-dhamma ini."

Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup dengan

aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.

Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu,

brahmana, dewa, mara, atau dewa brahma di seluruh alam semesta

ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: "Sementara anda

menyatakan telah melenyapkan noda-noda batin, tetapi noda-noda

batin belum dilenyapkan dari diri anda." Karena tidak melihat

alasan untuk itu, maka saya hidup dengan aman, tanpa rasa takut

dan penuh integritas.

Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu,

brahmana, dewa, mara, atau dewa brahma di seluruh alam semesta

ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: "Dhamma-

dhamma seperti itu yang anda katakan bersifat obstruktif, namun

pada kenyataannya tidak bersifat obstruktif bagi mereka yang

melaksanakannya." Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka

saya hidup dengan aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.

Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu,

brahmana, dewa, mara, atau dewa brahma di seluruh alam

semesta ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: "Bagi

251

Page 252: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

siapapun yang anda ajarkan Dhamma bagi kepentingannya, hal ini

tidak langsung membawa pada lenyapnya penderitaan dalam

dirinya ketika ia melaksanakannya." Karena tidak melihat alasan

untuk itu, maka Saya dengan aman, tanpa rasa takut dan penuh

integritas.

Inilah empat Integritas Diri yang dimiliki oleh Tathagata,

dengan memilikinya maka Tathagata menjadi pemimpin dari semua

pemimpin, mengaumkan auman singa di depan banyak orang dan

memutar roda brahma.

'Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat saya lalu

berkata: "Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang

berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih

tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama

mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti

keingintahuannya seperti yang terjadi padanya," kecuali ia

membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia

membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena

terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang

memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan

sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan;

namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan

tentang saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu

252

Page 253: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka

karena terbawa oleh pikirannya itu.'

Attha Parisa

'Sariputta, ada delapan kelompok (attha parisa). Apakah

delapan kelompok itu? Kelompok kesatria, brahmana, perumah-

tangga, petapa, dewa Catummaharajika, dewa Tavatimsa, Mara dan

Brahma. Dengan memiliki empat Integritas Diri, seorang Tathagata

mendekati dan memasuki delapan jenis kelompok ini.

Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang

pengunjung, dari beratus-ratus kelompok kesatria. Dulu, saya telah

duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat

alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan

untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh

integritas diri.

'Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang

pengunjung, dari beratus-ratus kelompok brahmana. Dulu, saya

telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak

melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak

melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut

dan penuh integritas diri.

253

Page 254: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang

pengunjung, dari beratus-ratus kelompok perumah-tangga. Dulu,

saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya

tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak

melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut

dan penuh integritas diri.

'Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang

pengunjung, dari beratus-ratus kelompok petapa. Dulu, saya telah

duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat

alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan

untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh

integritas diri.

'Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang

pengunjung, dari beratus-ratus kelompok dewa Catummahara- jika.

Dulu, Saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka.

Saya tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya

tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa

takut dan penuh integritas diri.

Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang

pengunjung, dari beratus-ratus kelompok dewa Tavatimsa. Dulu,

saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya

tidak melihat. alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak

254

Page 255: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut

dan penuh integritas diri.

Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang

pengunjung, dari beratus-ratus kelompok Mara. Dulu, saya telah

duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat

alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan

untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh

integritas diri.

Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang

pengunjung, dari beratus-ratus kelompok Brahma. Dulu, saya

telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak

melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak

melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut

dan penuh integritas diri.

'Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat saya lalu

berkata: "Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang

berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih

tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama

mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti

keingintahuannya seperti yang terjadi padanya," kecuali ia

membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia

membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena

255

Page 256: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang

memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan

sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan;

namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan

tentang saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu

serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka

karena terbawa oleh pikirannya itu.

Catta Yoni

'Sariputta, ada Empat Cara Kelahiran (Catta Yoni). Apakah

empat Cara Kelahiran itu? Kelahiran melalui telur (andaja yoni),

kandungan (jalabuja yoni), tempat lembab (samsedaja yoni)

dan kelahiran secara spontan (opapatika).

'Apakah kelahiran melalui telur? Ada makhluk-makhluk yang

lahir dengan memecahkan kulit telur; ini yang disebut kelahiran

melalui telur.

'Apakah kelahiran melalui kandungan? Ada makhluk-makhluk

yang lahir melalui kandungan; ini yang disebut kelahiran melalui

kandungan.

'Apakah kelahiran pada tempat lembab? Ada makhluk-

makhluk yang lahir dalam ikan yang membusuk, mayat yang

256

Page 257: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

membusuk, adonan yang membusuk, atau dalam jamban atau

dalam saluran air kotor; ini yang disebut kelahiran pada tempat

lembab.

'Apakah kelahiran secara spontan? Ada dewa-dewa, penghuni-

penghuni neraka dan makhluk manusia tertentu dan para penghuni

tertentu dari alam yang tidak menyenangkan, yang lahir (muncul)

secara spontan; ini yang disebut kelahiran secara spontan.

Inilah empat Cara Kelahiran.'

'Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat saya lalu

berkata: "Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang

berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih

tirrggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama

mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti

keingintahuannya seperti yang terjadi padanya," kecuali ia

membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia

membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena

terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang

memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan

sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan;

namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan

tentang saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu

257

Page 258: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka

karena terbawa oleh pikirannya itu.'

Panca Gati dan Nibbana

'Sariputta, ada Lima Alam Tempat Kelahiran (Panca Gati).

Apakah lima alam itu? Alam neraka (niraya), binatang

(tiracchana), alam setan (pittivisaya), alam manusia (manussa)

serta dewa (deva).

'Saya mengerti tentang alam neraka; jalan serta cara yang

membawa ke neraka, bagi dia yang akan memasukinya, setelah

kematian, terlahir kembali dalam keadaan yang menyedihkan,

dalam alam yang tidak menyenangkan, dalam alam penderitaan,

dalam neraka; ini pun saya mengerti.

'Saya mengerti tentang alam binatang; jalan serta cara yang

membawa ke alam binatang, bagi dia yang akan memasukinya,

setelah kematian, terlahir kembali sebagai binatang di alam

binatang; ini pun saya mengerti.

'Saya mengerti tentang alam setan; jalan serta cara yang

membawa ke alam setan, bagi dia yang akan memasukinya,

setelah kematian, terlahir kembali sebagai setan di alam setan,: ini

pun saya mengerti.

258

Page 259: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Saya mengerti tentang alam manusia; jalan serta cara

membawa ke alam manusia, bagi dia yang akan memasukinya,

setelah kematian, terlahir kembali sebagai manusia di alam

manusia; ini pun saya mengerti.

'Saya mengerti tentang alam para dewa; jalan serta cara

membawa ke alam para dewa, bagi dia yang akan memasukinya,

setelah kematian, terlahir kembali sebagai dewa di alam dewa; ini

pun saya mengerti.

'Saya mengerti tentang nibbana; jalan serta cara untuk

mencapai nibbana, bagi dia yang akan mencapainya, berdasarkan

pada kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada kehidupan ini

juga dia sendiri merealisasikan pembebasan batin melalui

'pencapaian pembebasan batin' (cetovimutti) dan 'pembebasan

berdasarkan kebijaksanaan' (pannavimutti) serta melenyapkan

semua kotoran batin (asava); ini pun saya mengerti.

Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan

pikiran(ku), saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,

berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah

kematiannya, ia terlahir kembali dalam keadaan yang

menyedihkan, dalam alam yang tidak menyenangkan, alam

penderitaan, dalam neraka.” Kemudian dengan kekuatan mata-

dewa (dibbacakku) yang suci dan melampaui kemampuan mata

259

Page 260: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

manusia biasa, saya melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu

meninggal, ia terlahir kembali di alam yang menyedihkan, alam

tidak menyenangkan, alam penderitaan, dalam neraka dan

mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa

dan sengsara.

'Seandainya ada sebuah lobang yang dalamnya melebihi tinggi

manusia, penuh dengan bara yang membara tanpa nyala dan asap;

kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahkan karena

udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk

melalui jalan satu arah dan menuju lobang bara tersebut; maka

seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata:

"Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup

demikian, ia akan mendatangi lobang bara tersebut"; kemudian

orang itu melihat bahwa ia telah jatuh ke dalam lobang penuh bara

itu dan mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan,

tersiksa dan sengsara.

Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan

pikiranku, saya mengerti bahwa 'orang ini berprilaku,

berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan

mendatangi lobang bara tersebut'; kemudian orang itu

melihat bahwa ia telah jatuh ke dalam lobang penuh bara itu

260

Page 261: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan,

tersiksa dan sengsara.

Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan

pikiran(ku), saya mengerti brahwa "Orang ini berprilaku,

berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah

kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam kandungan binatang."

Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan

melampaui kemampuan mata manusia biasa, saya melihat bahwa

setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali dalam

kandungan binatang dan mengalami kesakitan, tersiksa dan

sengsara.

'Seandainya ada sebuah lobang kakus yang dalamnya melebihi

tinggi manusia, penuh dengan tahi; kemudian ada seseorang yang

kepanasan dan kelelahkan karena udara panas, kepayahan,

terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan

menuju lobang kakus tersebut; maka seseorang bermata (yang

baik), ketika melihatnya, akan berkata: "Orang ini berprilaku,

berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan

mendatangi lobang kakus tersebut"; kemudian orang itu melihat

bahwa ia telahjatuh ke dalam lobang kakus itu dan mengalami

penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan

sengsara. Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan

261

Page 262: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pikiranku, saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,

berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan

mendatangi lobang kakus tersebut"; kemudian orang itu melihat

bahwa ia telahjatuh ke dalam lobang kakus itu dan mengalami

penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan

sengsara.

Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan

pikiran(ku), saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,

berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah

kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam alam setan."

Kemudian dengan kekuatan matadewa (dibbacakku) yang suci dan

melampaui kemampuan mata manusia biasa, saya melihat bahwa

setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali di alam

setan dan mengalami kesakitan, tersiksa dan sengsara.

Seandainya ada sebatang pohon yang tumbuh pada sebidang

tanah yang tidak rata, hanya sedikit dedaunan dengan kerindangan

yang terbatas; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan

kelelahkan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan

kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju pohon

tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya,

akan berkata: "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai

jalan hidup demikian, ia akan mendatangi. pohon tersebut";

262

Page 263: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kemudian orang itu melihat bahwa ia duduk atau berbaring di

bawah pohon itu dan mengalami penderitaan yang amat sangat,

menyakitkan, tersiksa dan sengsara.

Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan

pikiranku, saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku

berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan

mendatangi. pohon tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia

duduk atau berbaring di bawah pohon itu dan mengalami

penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan

sengsara.

Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan

pikiran(ku), saya mengerti babwa "Orang ini berprilaku,

berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah

kematiannya, la akan terlahir kembali dalam rahim ibu (manusia)."

Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan

melampaui kemampuan mata manusia biasa, saya melihat bahwa

setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali di alam

manusia dan mengalami banyak kesenangan.

Seandainya ada sebatang pohon yang tumbuh pada sebidang

tanah yang rata, rimbun dengan dedaunan dan rindang sekali;

kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahan karena

udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk

263

Page 264: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

melalui jalan satu arah dan menuju pohon tersebut; maka

seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata:

"Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup

demikian, ia akan mendatangi pohon tersebut"; kemudian orang itu

melihat bahwa ia duduk atau berbaring di bawah pohon itu dan

mengalami banyak kesenangan.

Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan

pikiranKu, Saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,

berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan

mendatangi pohon tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia

duduk atau berbaring di bawah pohon itu dan mengalami banyak

kesenangan.

Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan

pikiran(ku), saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,

berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah

kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam alam yang

menyenangkan, di alam dewa (deva)." Kemudian dengan kekuatan

mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan melampaui kemampuan

mata manusia biasa, saya melihat bahwa setelah orang (makhluk)

itu meninggal, ia terlahir kembali di alam dewa dan mengalami

banyak kesenangan.

264

Page 265: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Seandainya ada rumah peristirahatan yang sangat besar, di

dalamnya ada sebuah ruang atas yang diplester di bagian dalam

dan luar, tertutup, diamankan dengan jeruji, dengan jendela yang

tertutup, di dalamnya ada sebuah sofa dengan karpet dan selimut

serta sarung, berpenutup dari kulit rusa, dipayungi, berbantal

merah muda untuk kepala dan kaki; kemudian ada seseorang yang

kepanasan dan kelelahkan karena udara panas, kepayahan,

terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan

menuju rumah peristirahatan tersebut; maka seseorang bermata

(yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: "Orang ini berprilaku,

berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan

mendatangi rumah peristirahatan tersebut"; kemudian orang itu

melihat bahwa ia duduk atau berbaring di ruang atas dalam rumah

peristirahatan itu dan mengalanii banyak kesenangan.

Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan

pikiranku, saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,

berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan

mendatangi rumah peristirahatan tersebut"; kemudian orang itu

melihat bahwa ia duduk atau berbaring di ruang atas dalam rumah

peristirahatan itu dan mengalami banyak kesenangan.

Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan

pikiran(ku), saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,

265

Page 266: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, berdasarkan

pada kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada kehidupan ini

juga dia sendiri merealisasikan pembebasan kotoran batin melalui

'pencapaian pembebasan batin' (cetovimutti) dan 'pembebasan

berdasarkan kebijaksanaan' (pannavimutti) serta melenyapkan

semua kotoran batin (asava). Kemudian Saya melihat bahwa

berdasarkan pada kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada

kehidupan ini juga dia sendiri merealisasikan pembebasan kotoran

batin melalai 'pencapaian pembebasan batin' dan ‘pembebasan

berdasarkan kebijaksanaan' serta melenyapkan semua kotoran

batin dan mengalami banyak kesenangan.

'Seandainya ada sebuah kolam yang bersih, menyenangkan,

berair sejuk, bening, bertepi yang halus dan menyenangkan, di

dekat pepohonan yang lebat; kemudian ada seseorang yang

kepanasan dan kelelahkan karena udara panas, kepayahan,

terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan

menuju ke kolam tersebut; maka seseorang bermata (yang baik),

ketika melihatnya, akan berkata: "Orang ini berprilaku,

berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan

mendatangi kolam tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia

telah pergi ke kolam, mandi, minum dan menghilangkan semua

kepenatan, kelelahan serta kepanasannya, lalu ia keluar dari kolam

266

Page 267: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

serta duduk atau berbaring di bawah pepohonan yang lebat dan

mengalami banyak kesenangan.

Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan

pikiranku, saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku,

berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan

mendatangi kolam tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia

telah pergi ke kolam, mandi, minum dan menghilangkan semua

kepenatan, kelelahan serta kepanasannya, lalu ia keluar dari kolam

serta duduk atau berbaring di bawah pepohonan yang lebat dan

mengalami banyak kesenangan.

Inilah lima macam alam kelahiran dan nibbana.

'Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat Saya

lalu berkata: "Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang

berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih

tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama

mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti

keingintahuannya seperti yang terjadi padanya", kecuali ia

membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia

membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena

terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang

memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan

sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan;

267

Page 268: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan

tentang saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu

serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka

karena terbawa oleh pikirannya itu.

"Sariputta, saya ingat pengalaman sendiri tentang empat cara

penghidupan suci (Brahmacariya) karena telah melaksana-kannya.

Saya pernah melaksanakan cara bertapa yang sangat ekstrim

(paramatapa), keras (paramalukha), teliti (parama-jeguchi)

dan pengasingan (paramapavivitta)."

'Beginilah pertapaanku, saya hidup telanjang, menolak

berkumpul (dengan orang lain), menjilati tangan-tanganku, tidak

memenuhi undangan, tidak berhenti walaupun ditanya; saya tidak

menerima sesuatu yang dibawakan, sesuatu yang khusus dibuat

atau suatu undangan; Saya tidak menerima apapun dari panci, dari

mangkok, melalui nampan, melalui tongkat, melalui penumbuk

padi, dari dua orang yang makan bersama, dari wanita yang

berputra, dari wanita yang menyusui, dari (tempat) wanita

berbaring bersama seorang pria, dari tempat di mana makanan

diumumkan untuk disebarkan, dari tempat di mana seekor anjing

sedang menunggu, dari tempat di mana lalat-lalat mendengung;

saya tidak menerima ikan atau daging, saya tidak minum minuman

keras, anggur atau minuman yang memabukkan. Saya hanya

268

Page 269: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menerima sesuap makanan secara tetap dari satu rumah; Saya

hanya menerima dua suap makanan secara tetap dari dua rumah;

Saya hanya menerima tiga suap makanan secara tetap dari tiga

rumah; Saya hanya menerima empat suap makanan secara tetap

dari empat rumah; … lima suap makanan secara tetap dari lima

rumag; ... enam suap makanan secara tetap dari enam rumah; Saya

hanya menerima tujuh suap makanan dari tujuh rumah. Saya

makan sepiring makanan sehari, ... sepiring makanan tiap dua

hari, ... sepiring makanan tiap tujuh hari; Saya makan sekali

sehari, ... makan sekali tiap dua hari, makan sekali tiap tiga hari, …

makan sekali tiap empat hari, … makan sekali setiap lima hari,

makan sekali setiap enam hari, saya makan sekali tiap tujuh hari

dan seterusnya hingga makan sekali tiap dua minggu; saya melatih

diri hanya makan pada waktu-waktu tersebut. Saya hanya makan

yang hijau atau biji-bijian, nasi kasar, makanan dihaluskan, tumbuh-

tumbuhan kecil, dedak, kismis, tepung sesame, rumput, atau

kotoran sapi. Saya hidup di bawah pohon dan makan buah-buahan

yang jatuh dari pohon karena angin. Saya mengenakan pakaian

dari rami, pakaian rami dicampur dengan kain, kain pembungkus

mayat (pamsukula), kain bekas, kulit pohon, kulit rusa, kain dari

rumput kusa, kain dari serat kulit kayu, kain dari sayatan kayu, wol

rambut, wol bulu binatang, kain dari sayap burung hantu. Saya

269

Page 270: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mencabut rambut janggut, hidup dengan melaksanakan

pencabutan rambut dan janggut. Saya berdiri terus dan menolak

untuk duduk. Saya jongkok terus serta berusaha untuk tetap

jongkok. Saya menggunakan kasur berpaku; saya membuat tikar

paku untuk tempat tidur. Saya melatih mandi tiga kali di sungai

menjelang malam. Demikianlah cara saya bertapa.

'Beginilah kekasaranku, bagaikan kulit batang pohon besar

yang telah bertahun-tahun dilekati oleh debu dan telah bergumpal-

gumpal; demikian pula, telah beberapa tahun debu dan daki

terkumpul serta melekati tubuhku, debu telah berbentuk gumpalan

pula. Tak pernah terpikirkan olehku bahwa, "Saya akan menggosok

debu dan daki agar terlepas dari tubuhku atau meminta orang lain

menggosok debu dan daki ini." Demikianlah kekasaranku.

'Beginilah ketelitianku, saya selalu waspada ketika melangkah

maju dan melangkah mundur; begitu pula, saya dipenuhi dengan

belas kasihan walaupun hanya pada setetes air, dengan pikiran:

"Semoga saya tidak menyakiti makhluk-makhluk kecil dalam air."

Demikianlah ketelitian-Ku.

'Beginilah pengasinganku: Saya masuk ke dalam hutan dan

tinggal di sana. Apabila saya melihat penggembala atau kawanan

sapi, orang pengumpul rumput atau kayu, saya akan lari dari hutan

ke hutan, dari belukar ke belukar, dari gua ke gua, dari bukit ke

270

Page 271: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

bukit. Mengapa demikian? Dengan begitu mereka tidak akan

melihatku atau saya melihat inereka. Bagaikan seekor kijang hutan

ketika melihat manusia akan berlari dari hutan ke hutan, dari

belukar ke belukar, dari gua ke gua, dari bukit ke bukit, begitulah

saya ketika melihat penggembala atau kawanan sapi, orang

pengumpul rumput atau kayu, saya akan lari dari hutan ke hutan,

dari belukar ke belukar, dari gua ke gua, dari bukit ke bukit.

Demikianlah pengasinganku.

'Saya merangkak ke kandang-kandang ketika ternak dan

lembu-lembu itu telah pergi, saya makan kotoran anak sapi yang

masih menyusu. Selama kotoran dan air kencingku masih ada,

saya makan dan minum kotoran dan air kencingku sendiri.

Begitulah cara makanku yang menyimpang.

'Saya pergi ke hutan menyeramkan dan menetap di sana.

Suatu hutan menyeramkan yang biasanya menyebabkan bulu

kuduk orang berdiri karena ia belum bebas dari nafsu. Ketika udara

dingin pada malam-malam di musim dingin tiba, selama delapan

hari yang bersalju, maka pada malam hari saya menetap di tempat

terbuka, sedangkan di waktu siang saya berada di butan. Di akhir

bulan pada musim panas, saya menetap di tempat terbuka di siang

hari, sedangkan di malam hari saya berada di hutan. Pada waktu

271

Page 272: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

itu secara spontan muncul syair yang sebelumnya tak pernah

terdengar:

“Kedinginan di malam hari dan terpanggang di siang hari,

Sendirian dalam hutan menyeramkan,

Bertelanjang, tanpa api untuk menghangatkan tubuh,

Petapa tetap mengejar cita-citanya.”

'Saya membuat pembaringan di tanah tempat kremasi dengan

tulang-tulang sebagai bantal. Anak-anak penggembala sapi

menghampiri, meludahi dan mengencingiku, melemparkan kotoran

padaku, dan menusukkan ranting ke telingaku. Namun saya tidak

pernah tahu munculnya pikiran buruk terhadap mereka.

Demikianlah keseimbangan batin (upekha)-ku.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana yang berteori

dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui makanan", dan

mereka berkata:"Marilah kita bidup dengan makan buah kola

(Zizyphus jujuba) maka mereka makan buah kola, bubuk buah

kola, meminum air buah kola dan mereka membuat berbagai

macam adonan dari buah kola. Sekarang, saya ingat hanya makan

sebuah kola sehari.”

Sariputta, tetapi anda mungkin berpikir bahwa buah kola pada

saat itu lebih besar, namun janganlah menganggapnya demikian:

272

Page 273: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

buah kola pada saat itu umumnya sama ukurannya dengan

sekarang. Dengan makan sebuah kola sehari, tubuhku menjadi

kurus sekali. Karena hanya sedikit sekali, maka anggota tubuhku

menjadi seperti batang tumbuhan merambat atau batang bambu.

Karena hanya makan sedikit, maka punggungku bagaikan punuk

Unta. Karena makan sedikit, maka susunan tulang belakangku

bagaikan untaian manik-manik. Karena makan sedikit, maka

tulang-tulang rusukku menonjol keluar bagaikan balok penglari atap

dari gudang yang tak beratap. Karena makan sedikit, maka cahaya

mataku tenggelam jauh dalam lobang mata bagaikan cahaya air

yang berada jauh di sumur yang dalam. Karena makan sedikit,

maka tempurung kepalaku berkerut dan mengisut bagaikan sebuah

labu yang berkerut dan mengisut karena angin dan matahari.

Karena makan sedikit, maka jika saya menyentuh kulit perutku,

maka saya dapat menyentuh tulang belakangku juga; jika saya

menyentuh tulang punggungku, maka saya menyentuh kulit

perutku pula; jika saya membuang air kecil atau air besar, saya

terjatuh dengan wajahku mengenainya. Karena makan sedikit, jika

saya melemaskan tubuhku dengan mengusap anggota tubuhku,

maka bulu-bulu tubuhku tercabut sampai ke akar-akar, jatuh dari

tubuhku ketika saya mengusap.

273

Page 274: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana yang berteori

dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui makanan", dan

mereka berkata: "Marilah kita hidup dengan makan kacang-

kacangan....

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana yang berteori

dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui makanan". dan

mereka berkata: "Marilah kita hidup dengan makan Sesame, maka

mereka makan buah sesame, bubuk buah sesame, meminum air

buah sesame dan mereka membuat berbagai macam adonan dari

bua sesame. Sekarang, saya ingat hanya makan sebuah sesame

sehari.”

“Sariputta, tetapi anda mungkin berpikir bahwa buah sesame

pada saat itu lebih besar, namun janganlah menganggapnya

demikian: buah kola pada saat itu umumnya sama ukurannya

dengan sekarang. Dengan makan sebuah kola sehari, tubuhku

menjadi sangat kurus. Karena hanya sedikit sekali, maka anggota

tubuhku menjadi seperti batang tumbuhan merambat atau batang

bambu. Karena hanya makan sedikit, maka punggungku bagaikan

punuk Unta. Karena makan sedikit, maka susunan tulang

belakangku bagaikan untaian manik-manik. Karena makan sedikit,

maka tulang-tulang rusukku menonjol keluar bagaikan balok

penglari atap dari gudang yang tak beratap. Karena makan sedikit,

274

Page 275: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

maka cahaya mataku tenggelam jauh dalam lobang mata bagaikan

cahaya air yang berada jauh di sumur yang dalam. Karena makan

sedikit, maka tempurung kepalaku berkerut dan mengisut bagaikan

sebuah labu yang berkerut dan mengisut karena angin dan

matahari. Karena makan sedikit, maka jika saya menyentuh kulit

perutku, maka saya dapat menyentuh tulang belakangku juga; jika

saya menyentuh tulang punggungku, maka saya menyentuh kulit

perutku pula; jika saya membuang air kecil atau air besar, saya

terjatuh dengan wajahku mengenainya. Karena makan sedikit, jika

saya melemaskan tubuhku dengan mengusap anggota tubuhku,

maka bulu-bulu tubuhku tercabut sampai ke akar-akar, jatuh dari

tubuhku ketika saya mengusap.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana yang berteori

dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui makanan," dan

mereka berkata: "Marilah kita hidup dengan makan beras", maka

mereka makan beras, makan tepung beras, minum air beras dan

mereka membuat berbagai macam adonan beras. Sekarang, saya

ingat saya hanya makan sebutir beras sehari.'

Sariputta, tetapi anda mungkin berpikir bahwa butir beras pada

saat itu lebih besar, namun janganlah mengangapnya demikian:

butir beras pada saat itu umumnya sama ukurannya dengan

sekarang. Dengan makan sebutir beras sehari, tubuhku menjadi

275

Page 276: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

sangat kurus. Karena hanya makan sedikit sekali maka anggota

tubuhku menjadi seperti batang tumbuhan merambat atau batang

bambu. Karena hanya makan sedikit, maka punggungku bagaikan

punuk Unta. Karena makan sedikit, maka susunan tulang

belakangku bagaikan untaian manik-manik. Karena makan sedikit,

maka tulang-tulang rusukku menonjol keluar bagaikan balok

penglari atap dari gudang yang tak beratap. Karena makan sedikit,

maka cahaya mataku tenggelam jauh dalam lobang mata bagaikan

cahaya air yang berada jauh di sumur yang dalam. Karena makan

sedikit, maka tempurung kepalaku berkerut dan mengisut bagaikan

sebuah labu yang berkerut dan mengisut karena angin dan

matahari. Karena makan sedikit, maka jika saya menyentuh kulit

perutku, maka saya dapat menyentuh tulang belakangku juga; jika

saya menyentuh tulang punggungku, maka saya menyentuh kulit

perutku pula; jika saya membuang air kecil atau air besar, saya

terjatuh dengan wajahku mengenainya. Karena makan sedikit jika

saya melemaskan tubuhku dengan mengusap anggota tubuhku,

maka bulu-bulu tubuhku tercabut sampai ke akar-akarnya, jatuh

dari tubuhku ketika saya mengusap.

Sariputta, namun dengan menyiksa diri, praktik dan

melaksanakan perbuatan seperti itu, saya tidak mencapai sesuatu

yang bermanfaat untuk mencapai pengetahuan serta pengalaman

276

Page 277: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

sebagai orang suci yang melebihi keadaan manusia biasa.

Mengapa begitu? Karena saya tidak mencapai Kebijaksanaan Ariya

(Panna-Ariya) yang bila tercapai menjadi suci, cara ini merupakan

jalan ke luar yang mengarah pada pelenyapan penderitaan

(dukkha), bagi yang mempraktikkannya.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang

berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui proses

lingkaran kelahiran kembali (samsara suddhi))." Namun tidak

mungkin untuk menemukan suatu kelahiran kembali yang belum

pernah saya lalui selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang

ini, kecuali di alam dewa Suddhavasa; andaikan aya telah melalui

lingkaran kelahiran kembali dan terlahir sebagai dewa Suddhavasa,

maka saya tidak akan terlahir kembali ke dunia ini.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang

berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui (beberapa

jenis tertentu dari) kelahiran kembali." Namun tidak mungkin untuk

menemukan jenis kelahiran kembali yang belum pernah saya lalui

selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang ini, kecuali di

alam dewa Suddhavasa; andaikan saya telah melalui lingkaran

kelahiran kembali dan terlahir sebagai dewa Suddhavasa, maka

saya tidak akan terlahir kembali ke dunia ini.

277

Page 278: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang

berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui alam

(tertentu). "Namun tidak mungkin untuk menemukan jenis alam

kelahiran kembali yang belum pernah saya lalui selama dalam

perjalanan kehidupan yang panjang ini, kecuali di alam dewa

Suddhavasa; andaikan saya telah melalul lingkaran kelahiran

kembali dan terlahir sebagai dewa Suddhavasa, maka saya tidak

akan terlahir kembali ke dunia ini.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang

berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai dengan

pengorbanan." Namun tidak mungkin menemukan jenis

pengorbanan yang belum pernah saya sajikan selama dalam

perjalanan kehidupan yang panjang ini, baik sebagai raja kesatria

atau sebagai brahmana kaya raya.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang

berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui pemujaan

api." Namun tidak mungkin menemukan jenis api yang belum

pernah saya puja selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang

ini, baik sebagai raja kesatria atau sebagai brahmana yang kaya

raya.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang

berteori dan berpandangan: "Selama orang ini masih muda,

278

Page 279: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

seorang pemuda berambut hitam yang diberkahi keremajaan,

dalam kehidupan pada masa pertama ini, ia memiliki

kesempurnaan dalam kebijaksanaannya. Tetapi apabila orang baik

ini menjadi tua, berusia lanjut, dibebani tahun-tahun, maju dalam

kehidupan, mencapai tahap terakhir, berusia delapan puluh tahun,

sembilan puluh tahun atau seratus tahun, maka kebijaksanaannya

hilang." Tetapi tidaklah seharusnya menganggap begitu. Sekarang,

saya telah tua, berusia lanjut, dibebani tahun-tahun, maju dalam

kehidupan dan mencapai pada tahap terakhir, usiaku sudah

mendekati delapan puluh tahun. Sekarang seandainya saya

memiliki empat siswa yang berusia seratus tahun, sempurna dalam

kesadaran, perhatian, pandangan dan kebijaksanaan - bagaikan

seorang pemanah yang dibekali peralatan yang lengkap, terlatih,

melaksanakan dan teruji, dapat dengan mudah melepaskan anak

panah yang ringan melalui bayangan pohon palem, demikian pula

mereka sama sempurna dalam kewaspadaan, perhatian, perhatian,

pandangan dan kebij aksanaan - andaikata mereka terus-menerus

menanyakan tentang Empat Dasar Perhatian (Satipatthana) dan

saya menjawabnya, maka mereka mengingat setiap jawabanku dan

tidak pernah menanyakan pertanyaan lainnya atau berhenti kecuali

untuk makan, minum, mengunyah, mengecap, buang air kecil atau

air besar, dan istirahat demi menghilangkan ngantuk dan keletihan.

279

Page 280: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Namun Tathagata tetap menguraikan dhamma, menerangkan

faktor-faktor dhamma, menjawab pertanyaan-pertanyaan dan ia

tidak kepayahan. Sementara itu empat siswaku dengan yang

berusia seratusan tahun itu, telah meninggal pada akhir seratusan

tahun tersebut. Sariputta, walaupun anda harus menggotongku di

tandu, tetap tidak ada perubahan dalam kebijaksanaan (panna)

Sang Tathagata.

Suatu pernyataan benar bilamana seseorang mengucapkan:

"Sesosok makhluk yang bebas dari kebodohan (moha) telah muncul

di dunia ini untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang banyak,

karena kasih sayangnya pada dunia demi kepentingan,

kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia." Untuk

sayalah pernyataan benar itu diucapkan.

Ketika itu Bhikkhu Nagasamala sedang berdiri di belakang

Sang Bhagava dan mengipasi beliau. Kemudian ia berkata pada

Sang Bhagava: "Bhante menakjubkan sekali, luar biasa! Sewaktu

aku mendengarkan khotbah ini bulu-bulu romaku berdiri. Bhante,

apakah nama khotbah Dhamma ini?"

"Nagasamala, sehubungan dengan hal ini, engkau dapat

mengingat khotbah tentang Dhamma ini sebagai 'Khotbah yang

mendirikan Bulu roma' (Lomahamsanapariyaya)."

280

Page 281: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Bhikkhu Nagasamala

merasa puas, dan bergembira medengar uraian Sang Bhagava.

MARADUKKRAKRANDRASUTTA

(13)

Demikianlah saya dengar.

Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap berada di Jetavana,

arama milik Anathapindika, Savatthi. Di waktu pagi, beberapa

281

Page 282: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

bhikkhu mengenakan jubah dan mengambil patta dan jubah luar

(civara), lalu mereka pergi pindapata ke Savatthi.

Kemudian mereka berpikir: "Terlalu pagi untuk pergi pindapata

ke Savatthi, sebaiknya kita pergi ke tempat para petapa

pengembara dari ajaran lain."

Maka mereka pergi ke tempat para petapa dari ajaran lain,

mereka memberi salam kepada para petapa dari ajaran lain,

setelah saling menyapa dengan baik, mereka duduk di tempat yang

tersedia. Setelah mereka duduk, para petapa pengembara berkata

kepada mereka:

"Samana Gotama memiliki 'pengetahuan jelas' tentang nafsu

indera, begitu juga kami. Samana Gotama memiliki pengetahuan

jelas tentang jasmani (rupa), begitu juga kami. Samana Gotama

memiliki pengetahuan jelas tentang perasaan (vedana), begitu juga

kami. Jadi apakah kekhususan, perbedaan dan variasi, antara

ajaran dhamma dari Samana Gotama dengan kami; antara

doktrinnya dengan doktrin kami?" Tanpa menerima atau menolak

pertanyaan itu, para bhikkhu bangkit dari duduk dan pergi serta

berpikir: "Kami akan mengetahui arti kata-kata ini di depan Sang

Bhagava."

282

Page 283: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Setelah mereka pindapata di Savatthi dan selesai makan,

mereka pergi menemui Sang Bhagava. Selesai memberi hormat

kepada beliau, mereka duduk di tempat yang tersedia. Setelah

duduk, mereka menyampaikan apa yang telah terjadi.

"Para bhikkhu, para pertapa dari ajaran lain yang berkata

seperti itu harus ditanya: 'Apakah senang, bahaya, jalan keluar dari

nafsu indera, jasmani dan perasaan?' Dengan pertanyaan seperti

itu, para pertapa dari ajaran lain akan gagal dan mendapat

kesulitan untuk menjawabnya. Mengapa begitu? Karena hal ini

tidak mereka kuasai. Saya melihat dalam dunia ini termasuk para

dewa, mara, brahma, samana dan brahmana, raja dan manusia

lainnya, yang dapat menjawab pertanyaan ini dengan memuaskan

hanya Tathagata atau siswa Tathagata yang telah mengetahui dari

sumbernya yang dapat menjawab pertanyaan itu dengan

memuaskan.

(Nafsu Indera)

Apakah yang menyenangkan pada nafsu indera?

Ada lima pengikat nafsu indera: Jasmani (bentuk) yang

diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang dilihat oleh mata,

berhubungan dengan nafsu indera dan merangsang nafsu.

283

Page 284: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Suara yang diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang

didengar oleh telinga berhubungan dengan nafsu indera dan

merangsangnafsu. Bau yang diinginkan, disenangi, sesuai dan

disukai yang dibaui oleh hidung, berhubungan dengan nafsu indera

dan merangsang nafsu. Rasa yang diinginkan, disenangi, sesuai dan

disukai yang dikecap oleh lidah. Sentuhan yang diinginkan,

disenangi, sesuai dan disukai yang dirasa oleh tubuh, berhubungan

dengan nafsu indera dan merangsang nafsu.

Kegembiraan dan kenikmatan yang muncul berdasarkan pada

lima pengikat nafsu ini adalah kesenangan pada nafsu indera.

Apakah bahaya dari nafsu indera?

Dalam hal ini, karena kehidupan maka seseorang bekerja

sebagai pemeriksa, akuntan, juru hitung, pembajak, pedagang,

peternak sapi, pegawai, atau pekerjaan lain; untuk pekerjaan itu ia

kedinginan, kepanasan, diganggu nyamuk dan lalat, angin,

matahari, binatang menjalar, haus, lapar dan risiko mati.

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan

di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh nafsu indera, bersumber

pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya

hanya nafsu indera.

284

Page 285: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Jika orang itu tidak mendapatkan hasil atau pendapatan karena

ia bekerja dan berusaha seperti itu, maka kesedihan, ratap-tangis

dan dukacita, dengan memukul dada ia menangis serta putus asa ia

menjerit: 'Pekerjanku sia-sia, pekerjaanku tak berguna.'

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan

di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh nafsu indera, bersumber

pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya

hanya nafsu indera.

Jika orang itu mendapatkan hasil atau pendapatan karena ia

bekeda dan berusaha seperti itu, ia mengalami kesusahan dan

derita untuk menjaganya, maka kesedihan, ratap-tangis dan

dukacita, dengan memukul dada ia menangis serta putus asa ia

menjerit: 'Pekerjanku sia-sia, pekerjaanku tak berguna.'

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan

di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh nafsu indera, bersumber

pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya

hanya nafsu indera.

Demikian pula, karena nafsu indera ... raja bertengkar dengan

raja, kesatria dengan kesatria, ibu dengan anak, anak dengan ibu,

ayah dengan anak, anak dengan ayah, kakak dengan kakak, dll.

dsb.. Karena bertengkar dan ribut, mereka saling menyerang

285

Page 286: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dengan tinju, pemukul, tongkat dan pisau, hal ini menyebabkan

derita dan kematian.

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan

di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh nafsu indera, bersumber

pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya

hanya nafsu indera.

Demikian pula, karena nafsu indera ... orang-orang mengambil

pedang, perisai, gendewa dan anak panah, mereka pergi

berperang, membuat dua barisan, panah dan lembing melayang,

pedang berkelebat; maka ada yang luka karena panah dan lembing,

kepala yang putus oleh pedang, ada yang menderita dan mati.

Inilah babaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan

di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh nafsu indera, bersumber

pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya

hanya nafsu indera.

Demikian pula, karena nafsu indera ... orang-orang mencuri,

menjadi bandit, perampok, mengganggu istri orang lain; maka

ketika meraka ditangkap, raja dapat memberikan bermacam-

macam hukuman. Mereka dapat dicambuk, dipukul dengan tongkat

atau pemukul; tangan, kaki, kaki dan tangan dipotong; telinga,

hidung, telinga dan hidung dipotong; ... disiram dengan minyak

286

Page 287: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

panas, dilemparkan pada anjing kelaparan, selagi masih hidup

ditusuk dengan tombak bercagak atau kepala dipancung, mereka

menderita atau mati.

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan

di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh nafsu indera, bersumber

pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya

hanya nafsu indera.

Demikian pula, karena, sebab, bersumber dan berasal mula

pada nafsu indera, maka orang-orang melakukan perbuatan salah

dengan tubuh, ucapan dan pikiran; akibatnya setelah mereka

meninggal, mereka teriahir kembali dalam keadaan menyedihkan,

di alam sengsara, di neraka.

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan

di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh nafsu indera, bersumber

pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu 'indera, asal mulanya

hanya nafsu indera.

Apakah jalan keluar dari nafsu indera?

'Jalannya adalah menghilangkan dan melenyapkan keinginan

nafsu untuk nafsu indera'.

Inilah jalan keluar dari nafsu indera.

287

Page 288: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para samana dan brahmana yang tidak mengerti sebagaimana

apa adanya tentang kesenangan sebagai kesenangan, bahaya

sebagai bahaya dan jalan keluar sebagai jalan keluar dari nafsu

indera, adalah tidak mungkin dapat mengetahui dengan jelas

tentang nafsu indera atau mengajar agar orang lain mengetahui

dengan jelas tentang nafsu indera. Para samana dan brahmana

yang mengerti sebagaimana apa adanya tentang kesenangan

sebagai kesenangan, bahaya sebagai bahaya, dan jalan keluar

sebagai jalan keluar dari nafsu indera, adalah mungkin dapat

mengetahui dengan jelas tentang nafsu indera atau mengajar orang

lain mengetahui dengan jelas tentang nafsu indera.

(Jasmani)

Apakah yang menyenangkan pada jasmani?

“Para bhikkhu, misalnya ada seorang gadis dari keluarga

terhormat berusia 15 atau 16 tahun, tidak terlalu tinggi atau

pendek, tidak terlalu gemuk atau kurus, tidak terlalu hitam atau

putih kulitnya; apakah kecantikan dan keayuannya pada

puncaknya?”

“Ya”, jawab para bhikkhu.

288

Page 289: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

“Para bhikkhu, kegembiraan dan kenikmatan yang muncul

tergantung pada kecantikan dan keayuaan adalah kesenangan

pada jasmani.”

Apakah bahaya dari jasmani?

“Para bhikkhu, pada suatu waktu mendatang, seseorang dapat

melihat wanita yang sama telah berusia 80, 90 atau 100 tahun, tua,

bongkok, gemetar, terhuyun-huyun, bertongkat, lemah,

kesegarannya lenyap, ompong, ubanan, rambut bau, botak,

berkriput dan kaki kaku. Para bhikkhu, bagaimana pendapat kamu

sekalian, apakah kecantikan dan keayuannya lenyap, serta

bahayanya nampak?”

“Ya,” jawab para bhikkhu.

“Para bhikkhu, inilah bahaya dari jasmani.”

“Demikian pula, seseorang dapat melihat wanita yang sama

sakit, menderita dan sakit parah, terbujur pada kencing dan

kotorannya sendiri, hanya bangun atau berbaring oleh bantuan

orang lain. Bagaimana pendapat kamu sekalian, apakah

kecantikkan dan keayuaannya lenyap, serta bahayanya nampak?”

“Ya,” jawab para bhikkhu.

“Para bhikkhu, inilah bahaya dari jasmani.”

289

Page 290: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

“Demikian pula, seseorang dapat melihat wanita yang sama

telah meninggal, sebagai mayat yang diletakkan di tanah tempat

kremasi, telah sehari meninggal, dua hari meninggal, tiga hari

meninggal mengembung, kehitam-hitaman dan mengeluarkan

cairan. Bagaimana pendapat kamu sekalian, apakah kecantikan

dan keayuannya lenyap, serta bahayanya nampak?”

“Ya,” jawab para bhikkhu.

“Para bhikkhu, inilah bahaya dari jasmani.”

“Demikian pula, seseorang dapat melihat wanita yang sama

telah rneninggal, sebagai mayat yang diletakkin di tanah tempat

kremasi, dimakan oleh burung gagak, burung nasar, kumbang,

anjing, serigala dan bermacam-macam belatung dan cacing.

Bagaimana pendapat kamu sekalian, apakah kecantikan dan

keayuannya lenyap, serta bahayanya nampak?”

“Ya,” jawab para bhikkhu.

“Para bhikhu, inilah bahaya dari jasmani.”

“Demikian pula, seseorang dapat melihat waniya yang

sama...tulang-belulang dengan daging dan darah yang terikat oleh

urat-urat ...”

290

Page 291: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

“Demikian pula, seseorang dapat melihat waniya yang

sama...tulang-belulang tanpa daging teroles darah yang terikat oleh

urat-urat ...”

“Demikian pula, seseorang dapat melihat waniya yang

sama...tulang-belulang tanpa daging atau darah yang terikat oleh

urat-urat ...”

“Demikian pula, seseorang dapat melihat waniya yang

sama...tumpukan tulang, lebih dari setahun ...”

“Demikian pula, seseorang dapat melihat wanita yang sama

telah meninggal, sebagai mavat di tanah tempat kremasi; tulang

telah kropos dan dipenuhi tanah. Bagaimana pendapat anda

sekalian, apakah kecantikan dan keayuaannya telah hilang, serta

bahayanya nampak?”

“Ya,” jawab para bhikkhu.

‘Para bhikkhu, inilah bahava dari jasmani.”

Apakah jalan keluar dari jasmani?

“Jalan keluar dari jasmani adalah menghilangkan dan

melenyapkan keinginan nafsu untuk jasmani.”

Para samana dan brahmana yang tidak mengerti sebagaimana

apa adanya tentang kesenangan sebagai kesenangan, bahaya

291

Page 292: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

sebagai bahaya dan jalan keluar sebagai jalan keluar dari jasmani,

adalah tidak mungkin dapat mengetahui dengan jelas tentang

jasmani atau mengajar agar orang lain mengetahui dengan jelas

tentang jasmani.

Para samana dan brahmana yang mengerti sebagaimana apa

adanya tentang kesenangan sebagai kesenangan, bahaya sebagai

bahaya, dan jalan keluar sebagai jalan keluar dari jasmani, adalah

mungkin dapat mengetahui dengan jelas tentang jasmani atau

mengajar orang lain mengetahui dengan jelas tentang njasmani.

(Perasaan)

Apakah yang menyenangkan pada perasaan?

“Para bhikkhu, agak bebas dari nafsu indera, agak bebas dari

dhamma yang tidak berguna, seorang bhikkhu mencapai dan

berada dalam Jhana I, disertai vitaka, vicara, piti dan sukha karena

ketenangan. Pada keadaan seperti itu ia tidak menyakiti dirinya,

atau menyakiti orang lain, atau menyakiti dirinya dan orang lain.

Pada keadaan seperti itu ia merasa hanya merasakan bahwa ia

bebas dari kesakitan. Aspek tertinggi dari menyenangkan pada

perasaan adalah bebas dari kesakitan.”

292

Page 293: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

“Demikian pula, dengan menghilangkan vitaka dan vicara,

seorang bhikkhu mencapai dan berada dalam Jhana II, disertai

keyakinan dan pikiran terpusat (ekagata) tanpa vitaka dan vicara,

dengan piti dan sukha karena ketenangan.

Pada keadaan seperti itu ia tidak menyakiti dirinya, atau

menyakiti orang lain, atau menyakiti dirinya dan orang lain. Pada

keadaan seperti itu ia merasa hanya merasakan bahwa ia bebas

dari kesakitan. Aspek tertinggi dari menyenangkan pada perasaan

adalah bebas dari kesakitan.

Dengan lenyapnya kegiuran (piti), bhikkhu menjadi

seimbang, sadar dan sangat sadar, merasa nikmat dengan

tubuhnya ia mencapai dan berada dalam Jhana III, kondisi

seperti ini disebut oleh para ariya sebagai: 'Ia memiliki

kenikmatan, keseimbangan dan sadar.' Pada keadaan seperti

itu ia tidak menyakiti dirinya, atau menyakiti orang lain, atau

menvakiti dirinya dan orang lain. Pada keadaan seperti itu ia

merasa hanya merasakan bahwa ia bebas dari kesakitan.

Aspek tertinggi dari menyenangkan pada perasaan adalah

bebas dari kesakitan.

Dengan melenyapkan kenikmatan dan kesakitan, dengan

lenyapnya kegembiraan dan derita, bhikkhu mencapai dan berada

293

Page 294: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dalam Jhana IV, disertai 'bukan sakit maupun bukan

menyenangkan', dan tenangnya kesadaran karena keseimbangan.

Pada keadaan seperti itu ia tidak menyakiti dirinya, atau

menyakiti orang lain, atau menyakiti dirinya dan orang lain. Pada

keadaan seperti itu ia merasa hanya merasakan bahwa ia bebas

dari kesakitan. Aspek tertinggi dari menyenangkan pada perasaan

adalah bebas dari kesakitan.

Apakah bahaya dari perasaan?

“Perasaan adalah tidak kekal, menyakitkan, tak dapat terpisah

dari perubahan.

Inilah bahaya dari perasaan.”

Apakah jalan keluar dari perasaan?

“Jalan keluar dari perasaan adalah menghilangkan dan

melenyapkan nafsu indera pada perasaan

Inilah jalan keluar dari perasaan.”

Para samana dan brahmana yang tidak mengerti sebagaimana

apa adanya tentang kesenangan sebagai kesenangan, bahaya

sebagai bahaya dan jalan keluar sebagai jalan keluar dari perasaan,

adalah tidak mungkin dapat mengetahui dengan jelas tentang

perasaan atau mengajar agar orang lain mengetahui dengan jelas

294

Page 295: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tentang perasaan. Para samana dan brahmana yang mengerti

sebagaimana apa adanya tentang kesenangan sebagai

kesenangan, bahaya sebagai bahaya, dan jalan keluar sebagai jalan

keluar dari perasaan, adalah mungkin dapat mengetahui dengan

jelas tentang perasaan atau mengajar orang lain mengetahui

dengan jelas tentang perasaan.

Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Para bhikkhu puas dan

gembira pada apa yang diuraikan Sang Bhagava.

CULADUKKHAKHANDHA SUTTA

(14)

Demikianiah saya dengar:

295

Page 296: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Nigrodha Arama,

Kapilavatthu, kerajaan Sakya. Kemudian, Mahanama Sakka

menemui Sang Bhagava, setelah memberi hormat, ia duduk.

Setelah ia duduk, ia berkata:

"Bhante, telah lama saya mengetahui dhamma yang diajarkan

Sang Bhagava, yaitu: 'Keserakahan, kebencian dan kebodohan

merupakan kotoran batin.' Namun, walaupun saya tahu dhamma

yang telah diajarkan Sang Bhagava, keserakahan, kebencian dan

kebodohan menguasai dan bertahan dalam batinku. Saya heran

hal-hal (dhamma) apakah yang belum saya singkirkan, sehingga

sifat-sifat buruk (upakilesa) itu menguasai dan bertahan dalam

batinku?"

"Mahanama, masih ada hal-hal yang belum anda lenyapkan,

sehingga keserakahan, kebencian dan kebodohan sering muncul

dan menguasai dirimu; karena bilamana hal-hal itu telah anda

singkirkan dari dirimu, maka anda tidak akan hidup berumah-

tangga dan memuaskan nafsu indera. Itulah sebabnya dengan

masih ada hal-hal dalam dirimu yang belum disingkirkan maka anda

hidup berumah-tangga dan memuaskan nafsu indera.

Walaupun siswa ariya (ariyasavaka) yang telah mengetahui

dengan jelas, sebagaimana apa adanya, dengan pengertian benar

tentang bagaimana nafsu indera hanya memberikan sedikit

296

Page 297: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kesenangan namun memberikan banyak penderitaan, kesakitan

dan besar bahayanya. Juga, selama ia belum mencapai

kebahagiaan dan kesenangan yang terbebas dari nafsu indera dan

dari hal-hal yang tak berguna, atau keadaan yang lebih tenang

daripada itu, maka ia belum bebas dari nafsu indera.

Tetapi, ketika siswa ariya telah mengetahui dengan jelas

sebagaimana apa adanya, dengan pengertian benar tentang

bagaimana nafsu indera hanya memberikan sedikit kesenangan

namun memberikan banyak penderitaan, kesakitan dan besar

bahayanya. Bilamana ia mencapai kebahagiaan dan kesenangan

yang terbebas dari nafsu indera dan hal yang tak berguna, atau

pada keadaan yang lebih tenang daripada itu, maka ia telah bebas

dari nafsu indera.

Ketika saya masih sebagai bodhisatta dan belum mencapai

pencapaian penerangan agung, saya juga mengetahui sesuatu

sebagaimana apa adanya dengan pengertian benar, bagaimana

nafsu indera hanya memberikan sedikit kesenangan namun

memberikan banyak penderitaan, kesakitan dan besar bahayanya.

Bilamana ia mencapai kebahagiaan dan kesenangan yang terbatas

dari nafsu indera dan hal yang tak berguna atau pada keadaan

yang lebih tenang daripada itu, saya sadar bahwa saya belum

bebas dari nafsu indera.

297

Page 298: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Tetapi ketika saya memngetahui dengan jelas, sebagaimana

apa adanya, dengan pengertian benar tentang bagaimana nafsu

indera hanya memberikan sedikit kesenangan namun memberikan

banyak penderitaan, kesakitan dan besar bahayanya. Bilamana ia

mencapai kebahagiaan dan kesenangan yang terbebas dari nafsu

indera dan hal yang tak berguna atau pada keadaan yang lebih

tenang daripada itu, saya sadar bahwa saya telah bebas dari nafsu

indera.

Apakah yang menyenangkan pada nafsu indera?

Ada lima pengikat nafsu indera:

Jasmani (bentuk) yang diinginkan, disenangi, sesuai dan

disukai yang dilihat oleh mata, berhubungan dengan nafsu indera

dan merangsang nafsu.

Suara yang diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang

didengar oleh telinga, berhubungan dengan nafsu indera dan

merangsang nafsu.

Bau yang diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang dicium

oleh hidung, berhubungan dengan nafsu dan merangsang nafsu.

Rasa yang diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang

dikecap oleh lidah, berhubungan dengan nafsu dan merangsang

nafsu.

298

Page 299: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Sentuhan yang diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang

dirasa oleht ubuh,berhubungan dengan nafsu indera dan

merangsang nafsu.

Kegembiraan dan kenikmatan yang muncul berdasarkan pada

lima pengikat nafsu ini adalah kesenangan pada nafsu indera.

Apakah bahaya dari nafsu indera?

Dalam hal ini, karena kehidupan maka seseorang bekerja

sebagai pemeriksa, akuntan, juru hitung, pembajak, pedagang,

peternak sapi, pegawai, atau pekerjaan lain; untuk pekerjaan itu ia

kedinginan, kepanasan, diganggu nyamuk dan lalat, angin,

matahari, binatang menjalar, haus, lapar dan risiko mati.

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan

di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera,

bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal

mulanya hanya nafsu indera.

Jika orang itu tidak mendapatkan hasil atau pendapatan karena

ia bekerja dan berusaha seperti itu, maka kesedihan, ratap-tangis

dan dukacita, dengan memukul dada ia menangis serta putus asa ia

menjerit: 'Pekerjaanku sia-sia, pekerjaanku tak berguna.'

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan

di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera,

299

Page 300: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal

mulanya hanya nafsu indera.

Jika orang itu mendapatkan hasil pendapatan karena ia bekerja

dan berusaha seperti itu, ia mengalami kesusahan dan derita untuk

menjaganya, maka kesedihan, ratap-tangis dan dukacita, dengan

memukul dada ia menangis serta putus asa ia menjerit:

‘Pekerjaanku sia-sia, pekerjaanku tak berhuna.

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan

di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera,

bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal

mulanya hanya nafsu indera.

Demikian pula, karena nafsu indera ... raja bertengkar dengan

raja, kesatria dengan kesatria, ibu dengan anak, anak dengan ibu,

ayah dengan anak, anak dengan ayah, kakak dengan kakak, dll.

dsb.. Karena bertengkar dan ribut, mereka saling menyerang

dengan tinju, pemukul, tongkat dan pisau, hal ini menyebabkan

derita dan kematian.

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan

di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera,

bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal

mulanya hanya nafsu indera.

300

Page 301: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Demikian pula, karena nafsu indera ... orang-orang mengambil

pedang, perisai, gendawa dan anak panah, mereka pergi

berperang, membuat dua barisan, panah dan lembing melayang,

pedang berkelebat; maka ada yang luka karena panah dan lembing,

kepala yang putus oleh pedang, ada yang menderita dan mati.

Inilah bahaya dari nafsu indera timbunan derita yang kelihatan

di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera,

bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal

mulanya hanya nafsu indera.

Demikian pula, karena nafsu indera ... orang-orang mencuri,

menjadi bandit, perampok, mengganggu isteri orang lain; maka

ketika mereka ditangkap, raja dapat memberikan bennacam-

macam hukuman. Mereka dapat dicambuk, dipukul dengan tongkat

atau pemukul; tangan, kaki, kaki dan tangan dipotong; telinga,

hidung, telinga dan hidung dipotong; dilemparkan pada anjing

kelaparan, ... disiram dengan minyak panas, dilemparkan selagi

masih hidup ditusuk dengan tombak bercagak atau kepala

dipancung, mereka menderita atau mati.

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan

di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera,

bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal

mulanya hanya nafsu indera.

301

Page 302: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Demikian pula, karena bersumber dan berasal mula pada nafsu

indera, maka orang-orang melakukan perbuatan-perbuatan salah

dengan tubuh, ucapan dan pikiran; akibatnva setelah mereka

meninggal, mereka terlahir kembali dalam keadaan menyedihkan,

di alam sengsara, di neraka.

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan

di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera,

bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera. asal

mulanya hanya nafsu indera.”

"Mahanama, pada suatu waktu saya berada di gunung

Gijjhakuta, Rajagaha. Pada waktu itu beberapa pengikut Nigantha

berada di Kalasilaya, Isigili, sedang mempraktikkan tapa dengan

cara berdiri terus dan menolak untuk duduk, sehingga mengalami

kesakitan, tersiksa, merasakan kesakitan yang sangat karena usaha

itu.

Ketika telah malam, saya bangkit dari meditasi dan pergi ke

tempat para Nigantha. Saya menanyai mereka: 'Saudara-saudara,

mengapa anda sekalian mempraktikkan tapa dengan cara berdiri

terus dan menolak untuk duduk, sehingga mengalami kesakitan,

tersiksa, merasa kesakitan yang sangat karena usaha itu."'

302

Page 303: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Mereka menjawab: "Saudara, Nigantha Nataputta, Maha Tahu,

menyatakan memiliki pengetahuan dan penglihatan: 'Apakah saya

berjalan, berdiri, tidur atau sadar, pengetahuan dan penglihatanku

berlangsung terus, tetap dipertahankan.' Ia berkata: 'Para Nigantha,

anda sekalian telah melakukan kamma buruk pada waktu yang

lampau; lenyapkan (kamma buruk) itu dengan menyiksa diri. Pada

waktu sekarang dan di sini anda sekalian mengendalikan

perbuatan, ucapan dan pikiran, dengan demikian kamu sekalian

tidak melakukan kamma buruk untuk masa yang akan datang. Jadi

melenyapkan kamma buruk dengan penyiksaan diri, serta tanpa

melakukan kamma buruk baru, maka tidak akan ada akibat pada

masa akan datang. Dengan tanpa adanya akibat pada masa akan

datang, maka kamma-kamma lenyap. Dengan lenyapnya kamma-

kamma, maka penderitaan lenyap. Dengan lenyapnya penderitaan,

maka lenyapnya perasaan. Dengan lenyapnya perasaan, maka

semua penderitaan akan lenyap.' Inilah pilihan dan kesukaan kami,

kami puas dengan itu."

Setelah mereka berkata begitu, saya berkata kepada mereka:

"Saudara-saudara, tetapi anda sekalian tahu bahwa anda sekalian

hidup pada masa kehidupan yang lampau, itu bukan berarti anda

sekalian tidak hidup?"

"Ya, saudara."

303

Page 304: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Tetapi, apakah anda sekalian tahu bahwa anda sekalian

melakukan kamma buruk pada kehidupan yang lampau dan tidak

pantang melakukannya?"

"Tidak, saudara."

"Apakah anda sekalian mengetahui bahwa telah banyak

penderitaan yang telah dialami atau telah banyak penderitaan yang

akan dialami, bilamana banyak penderitaan telah dialami atau

semua penderitaan telah dialami?"

"Tidak, saudara."

"Saudara-saudara, apakah anda sekalian tahu bagaimana

melenyapkan akusala dhamma dan mengembangkan kusala

dhamma pada masa sekarang ini di sini?"

"Tidak, saudara."

"Bila demikian, maka para pembunuh, orang yang tangannya

bergelimangan darah, pembuat kejahatan di dunia, jika mereka

lahir kembali sebagai manusia akan menjadi petapa seperti para

Nigantha?"

"Saudara Gotama, kesenangan tidak dapat dicapai dengan

kesenangan; kesenangan dicapai melalui kesakitan. Karena

bilamana kesenangan dicapai melalui kesenangan, maka Raja

Magadha, Seniya Bimmbisara akan mendapat kesenangan karena

304

Page 305: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ia hidup dalam kesenangan yang lebih besar daripada petapa

Gotama."

"Sesungguhnya para petapa Nigantha telah mengucapkan

kata-kata dengan gegabah dan tanpa pertimbangan. Agaknya saya

yang harus bertanya: 'Siapakah yang hidup lebih menyenangkan,

Raja Magadha, Seniya Bimbisara atau pertapa Gotama?"'

"Saudara Gotama, sesungguhnya kami berkata dengan

gegabah dan tanpa pertimbangan. Tetapi biarkanlah itu begitu.

Sekarang kami bertanya: 'Siapakah yang hidup lebih

menyenangkan, Raja Magadha, Seniya Bimbisara atau petapa

Gotama?"'

"Saudara-saudara, saya akan menjawabnya dengan pertanya-

an. Jawablah pertanyaan itu sesukanya. Bagaimana pendapat

anda sekalian tentang hal ini, dapatkah Raja Magadha, Seniya

Bimbisara hidup tanpa bergerak atau tanpa bicara selama tujuh hari

mengalami kesenangan terus-menerus?"

"Tidak, saudara."

"Bagaimana pendapat anda sekalian, dapatkah Raja

Magadha, Seniya Bimbisara hidup tanpa bergerak atau tanpa

bicara selama. enam hari ... lima hari ... empat hari ... tiga

305

Page 306: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

hari ... dua hari ... satu hari mengalami kesenangan terus-

menerus?"

"Tidak, saudara."

"Saudara-saudara, saya dapat hidup tanpa bergerak dan

tanpa bicara selama satu hari mengalami keseangan terus-

menerus.... dua hari ... tiga hari ... empat ... lima ... enam ...

tujuh hari mengalami kesenangan terus-menerus. Bagaimana

pendapat anda sekalian, siapakah yang hidup lebih

menyenangkan, Raja Magadha, Seniya Bimbisara atau saya?"

"Bila demikian, petapa Gotama, hidup lebih menyenangkan

daripada Raja Magadha, Seniya Bimbisara.

Demikianlah yang dikatakan Sang Bhagava. Mahanama

merasa puas dan gembira dengan uraian Sang Bhagava.

306

Page 307: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ANUMANA SUTTA

( 15 )

Demikian telah saya dengar :

Pada suatu ketika Bhikkhu Mahamoggallana menginap di

Sumsumaragira, hutan Bhesakala di Taman Rusa, di daerah suku

Bhagga. Kemudian Bhikkhu Mahamoggallana menyapa para

bhikkhu, dengan berkata : "Para bhikkhu."

"Ya, bhante” jawab para bhikkhu tersebut kepada Bhikkhu

Mahamoggallana.

Kemudian Bhikkhu Mahamoggallana berkata sebagai berikut:

"Para bhikkhu, andaikata seorang bhikkhu mempersilahkan

dengan berkata : 'Para bhikkhu, silahkan menegurku, saya patut

diberitahu oleh para bhikkhu,' tetapi apabila ia merupakan

seseorang yang sulit diajak bicara, disertai sifat-sifat yang

membuatnya sulit diajak bicara, sukar diatur, tidak mampu

menerima petunjuk, maka rekan-rekan petapanya akan menilai

bahwa ia tidak sesuai untuk diajak bicara dan bahwa ia tidak sesuai

untuk diberi petunjuk-petunjuk dan orang tersebut tidak patut diberi

kepercayaan.”

307

Page 308: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

“Para bhikkhu, apakah sifat-sifat yang membuatnya sukar

diajak bicara? Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu memiliki

keinginan jahat dan dikuasai oleh keinginan-keinginan jahat. Para

bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang memiliki keinginan jahat dan

dikuasai oleh keinginan-keinginan jahat, inilah sifat-sifat yang

membuatnya sukar diajak bicara. Para bhikkhu, kemudian seorang

bhikkhu memuji-muji dirinya sendiri dan merendahkan yang

lainnya. Bhikkhu siapa pun yang memuji-muji dirinya sendiri dan

merendahkan yang lainnya, inipun merupakan sifat-sifat yang

membuatnya sukar diajak bicara. Para bhikkhu, selanjutnya

seorang bhikkhu sangat marah, dikuasai kemarahan, ini pun

merupakan suatu sifat yang membuatnya sukar diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu menjadi sangat

marah dan karena kemarahannya ia menjadi seseorang yang

mencari-cari kesalahan orang lain.5 Bhikkhu siapa pun yang sangat

marah dan karena kemarahannya mencari-cari kesalahan pada diri

orang lain, ini pun merupakan suatu sifat yang membuatnya sukar

diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu menjadi sangat

marah dan karena kemarahannya ia melakukan penyerangan.

Bhikkhu siapa pun yang sangat marah dan karena kemarahannya

308

Page 309: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

melakukan penyerangan, ini pun merupakan suatu sifat yang

membuatnya sukar diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu menjadi sangat

marah dan karena kemarahannya mengeluarkan kata-kata

kemarahan. Bhikkhu siapa pun yang sangat marah dan karena

kemarahannya mengeluarkan kata-kata kemarahan, ini pun

merupakan suatu sifat yang membuatnya sulit diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu, yang ditegur,

mengucapkan kata-kata celaan tanpa dipikir terlebih dahulu

terhadap orang yang menegur. Bhikkhu siapa pun yang setelah

ditegur, mengucapkan kata-kata celaan tanpa dipikir terlebih

dahulu terhadap orang yang menegur, ini pun merupakan suatu

sifat yang membuatnya sulit diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu yang ditegur,

merendahkan orang yang menegurnya karena ditegur. Bhikkhu

apapun yang setelah ditegur merendahkan orang yang menegurnya

karena ditegur, ini pun merupakan suatu sifat yang membuatnya

sulit diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu yang ditegur,

berbalik menegur orang yang menegurnya karena ditegur itu.

Bhikkhu siapa pun yang setelah ditegur, berbalik menegur orang

309

Page 310: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

yang menegurnya karena ditegur demikian, ini pun merupakan sifat

yang membuatnya sulit diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu yang ditegur,

menutupi pertanyaan dengan menanyakan orang yang menegurnya

pertanyaan lain, menjawab yang tidak sesuai dengan

permasalahan, dan menunjukkan sikap tidak bersahabat dan itikad

jahat dan kedongkolan. Para bhikkhu, siapa pun yang setelah

ditegur, menutupi pertanyaan dengan menanyakan orang yang

menegurnya pertanyaan lain, memberi jawaban yang menyimpang

dari permasalahan, dan menunjukkan sikap tidak bersahabat dan

itikad jahat dan kedongkolan, inipun merupakan suatu sifat yang

membuatnya sulit diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu yang ditegur, tidak

berhasil menjelaskan tindakan-tindakannya kepada orang

menegurnya. Bhikkhu siapa pun yang setelah ditegur tidak berhasil

menjelaskan tindakan-tindakannya kepada orang yang

menegurnya, ini pun merupakan suatu sifat yang membuatnya sulit

diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu kasar, dan

pendengki. Bhikkhu siapa pun yang setelah ditegur tidak berhasil

menjelaskan tindakan-tindakannya kepada orang yang

310

Page 311: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menegurnya, ini pun merupakan sifat yang membuatnya sulit

diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu pengiri dan

penggerutu. Bhikkhu siapa pun yang setelah ditegur tidak berhasil

menjelaskan tindakan-tindakannya kepada orang yang

menegurnya, ini pun merupakan sifat yang membuatnya sulit diajak

bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu curang dan menipu.

Bhikkhu siapa pun yang curang dan menipu, ini pun merupakan

suatu sifat yang membuatnya sulit diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu keras kepala dan

sombong. Bhikkhu siapa pun yang keras kepala dan sombong,

inipun merupakan sifat yang membuatnya sulit diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu, mengejar

keduniawian, menggenggamnya erat-erat, tidak mudah

melepaskannya. Bhikkhu siapa pun yang mengejar keduniawian,

menggenggamnya erat-erat, tidak mudah melepaskannya, ini pun

merupakan sifat yang membuatnya sulit diajak bicara. Para

bhikkhu, inilah yang disebut sifat-sifat yang membuat (seorang

bhikkhu) sulit diajak bicara.

311

Page 312: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, namun apabila seorang bhikkhu mempersilahkan

dengan berkata: 'Para bhikkhu, mohon menegur saya, saya patut

diberi petunjuk oleh para bhikkhu dan apabila ia seseorang yang

mudah diajak bicara, penuh dengan sifat yang membuatnya mudah

diajak bicara, penurut, mampu menerima petunjuk, maka rekan

bhikkhunya akan menilai bahwa ia harus diajak bicara dan bahwa ia

patut diberi petunjuk dan bahwa kepercayaan seharusnya diberikan

kepada orang ini.’

Para bhikkhu, apakah sifat-sifat yang membuatnya mudah

diajak bicara? Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu tidak

memiliki keinginan jahat ataupun di bawah pengaruh keinginan

jahat. Bhikkhu siapa pun yang tidak memiliki keinginan jahat

ataupun di bawah pengaruh keinginan jahat, inilah sifat-sifat yang

membuatnya mudah diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak mengangkat

dirinya sendiri maupun merendahkan yang lain ... mudah diajak

bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak menjadi

sangat marah, dikuasai kemarahan yang sangat besar ... mudah

diajak bicara.

312

Page 313: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak menjadi

sangat marah dan mencari-cari kesalahan orang lain karena

kemarahannya ... mudah diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak menjadi

sangat marah sehingga melakukan penyerangan ... mudah diajak

bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak menjadi

sangat marah dan karena kemarahannya mengucapkan kata-kata

kemarahan. Bhikkhu siapa pun yang tidak menjadi sangat marah

dan karena kemarahannya mengucapkan kata-kata kemarahan, ini

pun merupakan sifat yang membuatnya mudah diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu, yang dicela, tidak

membalas mencela terhadap orang yang mencelanya ... mudah

diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu yang dicela, tidak

merendahkan orang yang mencelanya karena celaan itu ... mudah

diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu, yang dicela, tidak

berbalik mencela orang yang mencelanya karena celaan itu ...

mudah diajak bicara.

313

Page 314: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu, yang dicela, tidak

menutupi pertanyaan dengan menanyakan pertanyaan lain kepada

orang yang mencelanya, tidak menjawab menyimpang dari

masalahnya, tidak menunjukkan sikap tidak bersahabat dan itikad

jahat dan kedongkolan. Bhikkhu siapa pun yang setelah dicela tidak

menutupi pertanyaan dengan mengajukan pertanyaan lain kepada

orang yang mencelanya, tidak menjawab dengan menyimpang dari

masalah, tidak menunjukkan sikap tidak bersahabat, itikad jahat

dan kedongkolan, inipun merupakan sifat yang membuatnya mudah

diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu, setelah dicela,

berhasil menjelaskan tindakan-tindakannya kepada orang yang

mencelanya ... mudah diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak menjadi

kasar, tidak dengki ... mudah diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu tidak

iri, tidak sakit hati ... mudah diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu bukan merupakan

orang yang penuh tipu-muslihat, tidak suka menipu ... mudah diajak

bicara.

314

Page 315: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak keras kepala,

tidak sombong ... mudah diajak bicara.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak mengejar

keduniawian yang bersifat sementara, tidak menggenggamnya

erat-erat, mudah melepaskannya. Bhikkhu siapa pun yang tidak

mengejar keduniawian yang bersifat sementara, tidak

menggenggamnya erat-erat, mudah melepaskannya, ini pun

merupakan suatu sifat yang membuatnya mudah diajak bicara.

Para bhikkhu, inilah yang disebut sifat-sifat yang membuat

(seorang bhikkhu) mudah diajak bicara.

Para bhikkhu, dalam hal ini pribadi haruslah diukur terhadap

pribadi oleh seorang bhikkhu demikian : 'Orang yang memiliki

keinginan jahat dan di bawah pengaruh keinginan jahat, orang

seperti itu tidak menyenangkan dan tidak dapat diterima olehku;

demikian pula apabila saya memiliki keinginan jahat dan di bawah

pengaruh keinginan jahat, saya akan tidak menyenangkan dan

tidak dapat diterima oleh orang lain.' Para bhikkhu, apabila seorang

bhikkhu mengetahui hal ini, ia harus menetapkan pikirannya

demikian : 'Saya tidak mau mempunyai keinginan jahat maupun di

bawah pengaruh pikiran jahat.' Orang yang mengagungkan dirinya

sendiri dan merendahkan orang lain tidak menyenangkan dan tidak

dapat diterima olehku; demikian pula apabila saya mengagungkan

315

Page 316: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

diri saya sendiri dan merendahkan orang lain, saya akan menjadi

tidak menyenangkan dan tidak dapat diterima oleh orang lain.' Para

bhikkhu, apabila seorang bhikkhu mengetahui hal ini, ia harus

menetapkan pikirannya dan berpikir: 'Saya tidak akan menjadi

orang yang mengagungkan diri sendiri dan merendahkan orang

lain.'

Siapa pun yang menjadi sangat marah, dikuasai kemarahan ...

saya tidak akan menjadi seseorang yang sangat marah maupun

dikuasai kemarahan.'

Siapa pun yang menjadi sangat marah dan karena

kemarahannya mencari-cari kesalahan orang lain ... saya tidak akan

menjadi orang yang sangat marah maupun orang yang mencari-cari

kesalahan pada orang lain karena kemarahan.'

Siapa pun yang menjadi sangat marah dan karena

kemarahannya melakukan penyerangan ... saya tidak akan menjadi

sangat marah maupun seseorang yang melakukan penyerangan

karena kemarahan itu.'

Siapa pun yang menjadi sangat marah dan karena

kemarahannya mengucapkan kata-kata kemarahan ... saya tidak

akan menjadi sangat marah maupun seorang yang mengucapkan

kata-kata kemarahan karena kemarahan itu.'

316

Page 317: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Siapa pun, yang dicela, membalas tanpa dipikir celaan

terhadap orang yang mencela itu ... Saya, apabila dicela, tidak

akan membalas tanpa dipikir celaan terhadap orang yang mencela

itu.'

Siapa pun, yang dicela, merendahkan orang yang mencela

karena celaan tersebut ... Saya, apabila dicela, tidak akan

merendahkan orang yang mencela karena celaan tersebut.' '

Siapa pun, yang dicela, membalikkannya pada orang yang

mencela atas celaan tersebut ... Saya, apabila dicela, tidak akan

membalikkannya pada orang yang mencela atas celaan tersebut.'

Siapa pun, yang dicela, menutupi pertanyaan dengan

mengajukan pertanyaan lainnya kepada orang yang mencela,

memberikan jawaban yang menyimpang dari permasalahan, dan

menunjukkan air muka marah, itikad jahat dan kejengkelan ... Saya,

apabila dicela, tidak akan menutupi pertanyaan dengan

menanyakan pertanyaan lain kepada orang yang mencela, saya

tidak akan memberikan jawaban yang menyimpang dari

permasalahan, saya tidak akan menunjukkan air muka marah,

itikad jahat dan kejengkelan. '

Siapa pun, yang dicela, tidak berhasil memberikan penjelasan

mengenai tindakannya kepada orang yang mencela ... saya akan

317

Page 318: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

memberikan penjelasan mengenai tindakanku kepada orang yang

mencela.'

Siapa pun yang kasar dan dengki ... saya tidak akan menjadi

kasar dan dengki ...'

Siapa pun, yang iri dan menggerutu ... saya tidak akan iri dan

menggerutu.'

Siapa pun yang curang dan menipu ... saya tidak akan curang

dan menipu.'

Siapa pun yang keras kepala dan sombong ... saya tidak akan

keras kepala dan sombong.'

Siapa pun yang mengejar keduniawian, memegangnya erat-

erat, tidak membiarkannya lepas, orang semacam itu tidak

menyenangkan dan tidak dapat kusetujui; dan demikian pula

halnya, apabila saya mengejar keduniawian, memegangnya erat-

erat, tidak membiarkannya lepas, saya akan tidak menyenangkan

dan tidak disetujui oleh orang lain. Para bhikkhu, apabila seorang

bhikkhu mengetahui hal ini, ia harus menetapkan pikirannya dan

berpikir: 'Saya tidak akan menjadi seseorang yang mengejar

keduniawian, tidak memegangnya erat-erat, melepaskannya

dengan mudah.'

318

Page 319: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, dalam hal ini pribadi haruslah diukur terhadap

pribadi oleh seorang bhikkhu demikian: 'Sekarang, apakah saya

memiliki keinginan jahat, di bawah pengaruh keinginan jahat?' Para

bhikkhu, apabila sewaktu bhikkhu tersebut merenungkan, ia

menyadari demikian: 'Saya memiliki keinginan jahat, di bawah

pengaruh keinginan jahat,' maka, para bhikkhu, bhikkhu tersebut

harus berjuang untuk menyingkirkan keadaan-keadaan jahat yang

tidak terlatih tersebut. Para bhikkhu, tetapi apabila bhikkhu

tersebut, sewaktu merenungkan, mengetahui demikian: 'Saya tidak

memiliki keinginan jahat, tidak di bawah pengaruh keinginan jahat,'

maka, dengan kegiuran dan kegembiraan, hal-hal itu (negatif) harus

ditinggalkan oleh bhikkhu tersebut, berlatih siang dan malam dalam

keadaan-keadaan bathin yang terlatih.

Para bhikkhu, selanjutnya pribadi haruslah diukur terhadap

pribadi oleh seorang bhikkhu demikian : 'Sekarang, apakah saya

mengagungkan diri sendiri, merendahkan yang lainnya?' 'Para

bhikkhu, apabila bhikkhu tersebut, sewaktu merenungkan,

mengetahui bahwa ... bhikkhu tersebut harus berjuang untuk

menyingkirkan keadaan-keadaan jahat yang tidak terlatih tersebut.

Tetapi apabila, para bhante, ... [99] bhikkhu tersebut, sewaktu

merenungkan, mengetahui demikian : 'Saya bukan orang yang

319

Page 320: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mengagungkan diri sendiri, merendahkan yang lain' ... dalam

keadaan-keadaan bathin yang terlatih.

Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya seorang yang penuh

kemarahan, dikuasai kemarahan?'... 'Saya bukan seseorang yang

penuh kemarahan, dikuasai oleh kemarahan' ... dalam keadaan-

keadaan bathin yang terlatih.

Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya merupakan

seseorang yang penuh kemarahan dan mencari-cari kesalahan

orang lain karena kemarahan tersebut' ... 'Saya bukan seseorang

yang penuh kemarahan dan mencari-cari kesalahan orang lain

karena kemarahan itu' ... dalam keadaan-keadaan yang terlatih.

Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya merupakan

seseorang yang penuh kemarahan dan melakukan penyerangan

karena kemarahan tersebut?' ... 'Saya bukan merupakan seseorang

yang penuh kemarahan dan melakukan penyerangan karena

kemarahan tersebut' ... dalam keadaan-keadaan bathin yang

terlatih.

Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya merupakan

seseorang yang penuh kemarahan dan karenanya mengucapkan

kata-kata penuh kemarahan?' ... 'Saya bukanlah seseorang yang

320

Page 321: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

penuh kemarahan dan karena kemarahanku mengucapkan kata-

kata kemarahan' ... dalam keadaan-keadaan bathin yang terlatih.

Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya seseorang yang

setelah dicela membalas celaan terhadap orang yang

mencelaku? ... 'Apabila dicela, saya tidak membalas celaan orang

yang mencela tersebut' ... dalam keadaan-keadaan bathin yang

terlatih.

Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya, setelah dicela,

merendahkan orang yang mencela karena celaan tersebut?' ...

'Apabila dicela, saya tidak merendahkan orang yang mencela

karena celaannya.' ... dalam keadaan-keadaan bathin yang terlatih.

Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya, apabila dicela,

berbalik menyerang yang mencela karena celaannya?' ... 'Apabila

dicela, saya tidak berbalik menyerang orang yang mencela karena

celaannya' ... dalam keadaan-keadaan bathin yang terlatih.

Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya, apabila dicela,

menutupi pertanyaan dengan menanyakan pertanyaan lainnya

kepada orang yang mencela, apakah saya memberi jawaban yang

menyimpang dari permasalahan, apakah saya menunjukkan air

muka marah, itikad jahat dan kejengkelan? ... 'Apabila dicela, saya

tidak menutupi pertanyaan dengan mengajukan pertanyaan lainnya

321

Page 322: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kepada orang yang mencela, saya tidak berbicara yang

menyimpang dari permasalahan, saya tidak menunjukkan air muka

marah dan kejengkelan' ... dalam keadaan-keadaan bathin yang

terlatih.

Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya, setelah dicela

berhasil menjelaskan tindakanku pada orang yang mencela? ...

'Apabila dicela, saya sanggup menjelaskan tindakanku kepada

orang yang mencela' ... dalam keadaan-keadaan bathin yang

terlatih.

Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya kasar dan

pendendam?' ... 'Saya tidak kasar maupun pendendam' ... dalam

keadaan-keadaan bathin yang terlatih.

Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya pengiri dan

penggerutu?' ... 'Saya bukan pengiri maupun penggerutu' ... dalam

keadaan-keadaan bathin yang terlatih.

Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya penghianat dan

penipu?' ... 'Saya bukan penghianat maupun penipu' ... dalam

keadaan-keadaan bathin yang terlatih.

Para bhikkhu, selanjutnya ... 'Apakah saya keras kepala dan

sombong?' ... 'Saya tidak keras kepala maupun sombong' ... dalam

keadaan-keadaan bathin yang terlatih.

322

Page 323: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, selanjutnya pribadi haruslah diukur terhadap

pribadi demikian oleh seorang bhikkhu: 'Apakah saya, mengejar

keduniawian, memegangnya erat-erat, tidak mudah

melepaskannya?' Para bhikkhu, apabila bhikkhu tersebut, sewaktu

merenungkan mengetahui bahwa: 'Saya seseorang yang mengejar

keduniawian, memegangnya erat-erat, tidak mudah

melepaskannya,' maka, para bhikkhu, bhikkhu tersebut haruslah

berjuang menyingkirkan keadaan-keadaan bathin jahat yang tidak

terlatih. Tetapi apabila, para bhante, bhikkhu tersebut, sewaktu

merenungkan, mengetahui demikian : 'Saya bukanlah seseorang

yang mengejar keduniawian, tidak memegangnya erat-erat, mudah

melepaskannya,' maka, para bhikkhu, dengan kegiuran dan

kegembiraan, hal-hal (negatif) tersebut haruslah ditinggalkan oleh

bhikkhu tersebut, berlatih siang dan malam dalam keadaan-

keadaan bathin yang terlatih.

Para bhikkhu, apabila sewaktu merenungkan, seorang bhikkhu

melihat bahwa semua keadaan bathin yang jahat dan tidak terlatih

ini belum disingkirkan dari dalam dirinya, maka, para bhikkhu,

bhikkhu tersebut harus berjuang untuk menyingkirkan semua

keadaan bathin yang jahat dan tidak terlatih tersebut. Tetapi

apabila, para bhikkhu, sewaktu merenungkan, seorang bhikkhu

melihat bahwa semua keadaan bathin yang jahat dan tidak terlatih

323

Page 324: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tersebut telah tersingkirkan dari dalam dirinya, maka, para bhikkhu,

dengan kegiuran dan kegembiraan, hal-hal (negatif) tersebut

haruslah ditinggalkan pleh bhikkhu tersebut, berlatih siang dan

malam dalam keadaan-keadaan bathin yang terlatih.

Para bhikkhu, bagaikan seorang wanita atau seorang pria, yang

masih muda, dalam masa-masa awal kehidupannya dan

menyenangi perhiasan-perhiasan, yang mengamati bayangannya

sendiri dalam sebuah cermin yang jernih, murni, atau dalam

semangkuk air. Apabila ia melihat debu atau noda di sana, ia

berusaha menyingkirkan debu atau noda tersebut. Tetapi apabila

ia tidak melihat debu atau noda di sana, ia merasa senang

karenanya dan berpikir: 'Sesungguhnya, ini baik untukku,

sesungguhnya saya sangat bersih.' Demikian pula, para bhikkhu,

apabila seorang bhikhu, sewaktu merenungkan, melihat bahwa

semua keadaan bahtin yang jahat dan tidak terlatih dalam diri

belum disingkirkan, maka, para bhikkhu, ia berjuang untuk

menyingkirkan semua kejahatan, keadaan-keadaan bathin yang

tidak terlatih.

Para bhikkhu, apabila seorang bhikkhu, sewaktu mere-

nungkan, melihat bahwa semua keadaan-keadaan bathin yang

jahat dan tidak terlatih dalam diri telah disingkirkan, maka, para

bhikkhu, dengan kegiuran dan kegembiraan semua hal (negatif)

324

Page 325: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

harus bhikkhu tersebut tinggalkan, dengan berlatih siang dan

malam dalam keadaan-keadaan bathin yang terlatih."

Demikianlah apa yang diuraikan Bhikkhu Mahamoggallana.

Para bhikkhu tersebut senang dan gembira degan apa yang

diuraikan oleh Bhikkhu Mahamoggallana.

CETOKHILA SUTTA

( 16 )

Demikian telah saya dengar:

325

Page 326: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama

milik Anathapindika, Savatthi. Di sana Sang Bhagava menyapa para

bhikkhu dengan berkata: "Para bhikkhu." "Bhante," jawab para

bhikkhu.

Sang Bhagava berkata demikian: "Para bhikkhu, pada bhikkhu

siapa pun di mana kelima ‘kegersangan batin’ (cetokhila) tidak

disingkirkan, kelima ‘belenggu batin’ (cetaso vinibandha) tidak

dicabut hingga ke akar-akarnya, maka ia akan bertumbuh,

berkembang, matang dalam dhamma dan Vinaya, keadaan seperti

ini tidak akan terjadi. Kelima kegersangan batin manakah yang

tidak dilenyapkan olehnya? Para bhikkhu, dalam hal ini bhikkhu

tersebut memiliki keragu-raguan, bingung, tidak yakin, tidak pasti

terhadap Guru (Sattha). Para bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang

memiliki keragu-raguan, bingung, tidak yakin, tidak pasti terhadap

guru, maka pikirannya tidak cenderung untuk berusaha sungguh-

sungguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan berjuang. Inilah

kegersangan batin pertama yang apabila tidak disingkirkan olehnya

pikirannya dan tidak cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh,

melaksanakan terus-menerus, giat dan berjuang.

Para bhikkhu, selanjutnya, bhikkhu tersebut memiliki keragu-

raguan, bingung, tidak yakin, tidak pasti terhadap dhamma. Para

bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang memiliki keragu-raguan, bingung,

326

Page 327: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tidak yakin, tidak pasti terhadap dhamma, maka pikirannya tidak

cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-

menerus, giat dan berjuang. Inilah kegersangan batin kedua yang

apabila tidak disingkirkan oleh pikirannya dan tidak cenderung

untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus,

giat dan berjuang.

Para bhikkhu, selanjutnya, bhikkhu tersebut memiliki keragu-

raguan, bingung, tidak yakin, tidak pasti terhadap sangha. Para

bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang memiliki keragu-raguan, bingung,

tidak yakin, tidak pasti terhadap sangha, maka pikirannya tidak

cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-

menerus, giat dan berjuang. Inilah kegersangan batin ketiga yang

apabila tidak disingkirkan olehnya pikirannya dan tidak cenderung

untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus,

giat dan berjuang.

Para bhikkhu, selanjutnya, bhikkhu tersebut memiliki keragu-

raguan, bingung, tidak yakin, tidak pasti terhadap sila. Para

bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang memiliki keragu-raguan, bingung,

tidak yakin, tidak pasti terhadap sila, maka pikirannya tidak

cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-

menerus, giat dan berjuang. Inilah kegersangan batin keempat

yang apabila tidak disingkirkan olehnya pikirannya dan tidak

327

Page 328: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-

menerus, giat dan berjuang.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu marah, tidak

senang terhadap rekan bhikkhunya, pikirannya memburuk dan

gersang. Para bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang marah, tidak

senang terhadap rekan bhikkhunya, pikirannya memburuk,

gersang, maka pikirannya tidak cenderung untuk berusaha

sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus, untuk bergiat,

untuk berjuang. Inilah kegersangan batin kelima yang apabila

tidak disingkirkan dari dirinya pikirannya tidak cenderung untuk

berusaha sungguh-sunguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan

berjuang.

Selanjutnya, apakah kelima belenggu batin yang tidak tercabut

dari akar-akarnya dalam dirinya? Para bhikkhu, dalam hal ini,

seorang bhikkhu tidak bebas dari kemelekatan terhadap

kesenangan indera, tidak bebas dari keinginan, tidak bebas dari

cinta (nafsu indera), tidak bebas dari kehausan, tidak bebas dari

demam, tidak bebas dari keserakahan.

Para bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang tidak terbebas dari

kemelekatan pada kesenangan indera, tidak bebas dari keinginan,

tidak bebas dari cinta, tidak bebas dari kehausan, tidak bebas dari

demam dan tidak bebas dari keserakahan, pikirannya tidak

328

Page 329: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-

menerus, giat dan berjuang.

Inilah belenggu batin yang pertama yang apabila tidak dicabut

hingga ke akar-akarnya dari dalam dirinya, maka pikirannya tidak

cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus

menerus, giat dan berjuang.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak terbebas dari

kemelekatan pada badan jasmani, tidak bebas dari keinginan, tidak

bebas dari cinta, tidak bebas dari kehausan, tidak bebas dari

demam dan tidak bebas dari keserakahan, pikirannya tidak

cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-

menerus, giat dan berjuang.

Inilah belenggu batin kedua yang apabila tidak dicabut hingga

ke akar-akarnya dari dalam dirinya, maka pikirannya tidak

cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh melaksanakan terus-

menerus, giat dan berjuang.

Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu, tidak terbebas

dari kemelekatan pada bentuk-bentuk materi (di luar jasmani), tidak

bebas dari keinginan, tidak bebas dari cinta, tidak bebas dari

kehausan, tidak bebas dari demam dan tidak bebas dari

329

Page 330: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

keserakahan, pikirannya tidak cenderung untuk berusaha sungguh-

sungguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan berjuang.

Inilah belenggu batin ketiga yang apabila tidak dicabut hingga

ke akarnya dari dalam dirinya, maka pikirannya tidak cenderung

untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus,

giat dan berjuang.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu setelah makan

sebanyak yang dapat ditampung perutnya, hidup dalam

kenikmatan tidur di ranjang, berbaring dan bermalas-

malasan. Bhikkhu siapa pun, yang setelah makan sebanyak

yang dapat ditampung perutnya, hidup dalam kenikmatan

tidur di ranjang, berbaring dan bermalas-malasan, pikirannya

tidak cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh,

melaksanakan terus menerus, giat dan berjuang.

Inilah belenggu batin keempat yang apabila tidak dicabut

hingga ke akar-akarnya dari dalam dirinya pikirannya tidak

cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan

terus-menerus, giat dan berjuang.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu menjalani

kehidupan brahmacari (selibat) berkeinginan untuk menjadi salah

satu dari beberapa tingkatan deva, berpikir: 'Dengan kebiasaan

330

Page 331: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dan adat-istiadat moral, bertapa atau melaksanakan kehidupan

brahmacari, saya akan menjadi sesosok deva atau salah satu di

antara tingkatan para deva. Bhikkhu siapa pun yang menjalani

kehidupan brahmacari, berkeinginan menjadi salah satu dari

beberapa tingkatan dewa, berpikir : 'Dengan kebiasaan dan adat

istiadat moral, bertapa atau melaksanakan kehidupan suci, saya

akan menjadi sesosok dewa, atau salah satu di antara tingkatan

pada dewa,’ pikirannya tidak cenderung untuk berusaha sungguh-

sungguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan berjuang.

Inilah belenggu batin kelima yang apabila tidak dicabut hingga

ke akar-akarnya dari dalam dirinya pikirannya tidak cenderung

untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus,

giat dan berjuang.

Inilah kelima belenggu batin yang tidak dicabut hingga ke akar-

akarnya. Para bhikkhu, bhikkhu siapa pun dimana kelima

kegersangan batin tidak disingkirkan, kelima belenggu batin tidak

dicabut hingga ke akar-akarnya, maka ia akan bertumbuh,

berkembang, matang dalam dhamma dan Vinaya - keadaan seperti

ini tidak akan terjadi.

Para bhikkhu, bhikkhu siapa pun di mana kelima kegersangan

batin disingkirkan, kelima belenggu batin dicabut hingga ke akar-

331

Page 332: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

akarnya, maka ia akan bertumbuh, berkembang, matang dalam

dhamma dan Vinaya - hal ini akan terjadi.

Apakah kelima kegersangan batin yang disingkirkan olehnya?

Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu tidak memiliki

keragu-raguan, tidak bingung, yakin, pasti terhadap guru. Para

bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang tidak memiliki keragu-raguan,

tidak bingung, yakin, pasti terhadap guru, maka pikirannya

cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-

menerus, giat dan berjuang.

Inilah kegersangan batin pertama disingkirkan oleh pikirannya

yang cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan

terus-menerus, giat dan berjuang.

Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu tidak memiliki

keragu-raguan, tidak bingung, yakin, pasti terhadap dhamma. Para

bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang tidak memiliki keragu-raguan,

tidak bingung, yakin, pasti terhadap dhamma, maka pikirannya

cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-

menerus, giat dan berjuang.

Inilah kegersangan batin kedua disingkirkan oleh pikirannya

yang cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan

terus-menerus, giat dan berjuang.

332

Page 333: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu tidak memiliki

keragu-raguan, tidak bingung, yakin, pasti terhadap sangha. Para

bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang tidak memiliki keragu-raguan,

tidak bingung, yakin, pasti terhadap sangha, maka pikirannya

cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-

menerus, giat dan berjuang.

Inilah kegersangan batin ketiga disingkirkan oleh pikirannya

yang cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan

terus-menerus, giat dan berjuang.

Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu tidak memiliki

keragu-raguan, tidak bingung, yakin, pasti terhadap sila. Para

bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang tidak memiliki keragu-raguan,

tidak bingung, yakin, pasti terhadap sila, maka pikirannya

cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-

menerus, giat dan berjuang.

Inilah kegersangan batin keempat disingkirkan oleh pikirannya

yang cenderung untuk berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan

terus-menerus, giat dan berjuang.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak marah,

senang terhadap rekan bhikkhunya, pikirannya tidak memburuk

dan tidak gersang. Para bhikkhu, bhikkhu siapa pun yang tidak

333

Page 334: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

marah, senang terhadap rekan bhikkhunya, pikirannya tidak

memburuk dan tidak gersang, maka pikirannya cenderung untuk

berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus, untuk

bergiat, untuk berjuang. Inilah kegersangan batin kelima yang

disingkirkan oleh pikirannya yang cenderung untuk berusaha

sungguh-sunguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan berjuang.

Inilah kelima kegersangan batin yang disingkirkan olehnya.

Apakah lima belenggu batin yang dicabut hingga ke akar-

akarnya olehnya?

Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu bebas dari

kemelekatan pada kesenangan indera, bebas dari keinginan, bebas

dari cinta, bebas dari kehausan, bebas dari demam dan bebas dari

keserakahan. Bhikkhu apapun yang terbebas dari kesenangan

indera, bebas dari keinginan, bebas dari cinta, bebas dari kehausan,

bebas dari demam dan bebas dari keserakahan, pikirannya

cenderung berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-

menerus, giat dan berjuang.

Inilah belenggu batin pertama yang apabila dicabut hingga ke

akar-akarnya dari dalam dirinya pikirannya cenderung berusaha

sungguh-sungguh, melaksanakan terus- menerus, giat dan

berjuang.

334

Page 335: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu bebas dari

kemelekatan pada badan jasmani, bebas dari keinginan, bebas dari

cinta, bebas dari kehausan, bebas dari demam dan bebas dari

keserakahan. Bhikkhu siapa pun yang terbebas dari kesenangan

indera, bebas dari keinginan, bebas dari cinta, bebas dari kehausan,

bebas dari demam dan bebas dari keserakahan, pikirannya

cenderung berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-

menerus, giat dan berjuang.

Inilah belenggu batin kedua yang apabila dicabut hingga ke

akar-akarnya dari dalam dirinya pikirannya cenderung berusaha

sungguh-sungguh, melaksanakan terus- menerus, giat dan

berjuang.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu bebas dari

kemelekatan pada bentuk-bentuk materi (di luar jasmani), bebas

dari keinginan, bebas dari cinta, bebas dari kehausan, bebas dari

demam dan bebas dari keserakahan. Bhikkhu siapa pun yang terbe-

bas dari bentuk-bentuk materi, bebas dari keinginan, bebas dari

cinta, bebas dari kehausan, bebas dari demam dan bebas dari

keserakahan, pikirannya cenderung berusaha sungguh-sungguh,

melaksanakan terus-menerus, giat dan berjuang.

Inilah belenggu batin ketiga yang apabila dicabut hingga ke

akar-akarnya dari dalam dirinya pikirannya cenderung berusaha

335

Page 336: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

sungguh-sungguh, melaksanakan terus- menerus, giat dan

berjuang.

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak makan

sebanyak perutnya dapat menampung, tidak hidup dalam

kenikmatan tidur di ranjang, berbaring dan kenikmatan bermalas-

malasan. Bhikkhu siapa pun, yang tidak makan sebanyak perutnya

dapat menampung, tidak hidup dalam kenikmatan tidur di ranjang,

berbaring dan bermalas-malasan, pikirannya cenderung berusaha

sungguh-sungguh, melaksanakan terus menerus, giat dan

berjuang.

Inilah belenggu batin keempat yang apabila dicabut hingga ke

akar-akarnya dari dalam dirinya pikirannya cenderung untuk

berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan

berjuang.

……………………………

Para bhikkhu, selanjutnya seorang bhikkhu tidak menjalani

kehidupan brahmacari (selibat) berkeinginan untuk menjadi salah

satu dari beberapa tingkatan deva, berpikir: 'Dengan kebiasaan

dan adat-istiadat moral, bertapa atau melaksanakan kehidupan

brahmacari, saya akan menjadi sesosok deva atau salah satu di

antara tingkatan para deva. Bhikkhu siapa pun yang tidak menjalani

336

Page 337: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kehidupan brahmacari, berkeinginan menjadi salah satu dari

beberapa tingkatan dewa, berpikir : 'Dengan kebiasaan dan adat

istiadat moral, bertapa atau melaksanakan kehidupan suci, saya

akan menjadi sesosok dewa, atau salah satu di antara tingkatan

pada dewa,’ pikirannya cenderung untuk berusaha sungguh-

sungguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan berjuang.

Inilah belenggu batin kelima yang apabila dicabut hingga ke

akar-akarnya dari dalam dirinya pikirannya cenderung untuk

berusaha sungguh-sungguh, melaksanakan terus-menerus, giat dan

berjuang.

Inilah kelima belenggu batin yang dicabut hingga ke akar-

akarnya. Para bhikkhu, bhikkhu siapa pun dimana kelima

kegersangan batin disingkirkan, kelima belenggu batin dicabut

hingga ke akar-akarnya, maka ia akan bertumbuh, berkembang,

matang dalam dhamma dan Vinaya - keadaan seperti ini akan

terjadi.

Ia mengembangkan dasar kekuatan batin (iddhipada) yang

dihasilkan meditasi-keinginan (chanda-samadhi) yang disertai

usaha-usaha perjuangan (padhanasankhara); ia mengembangkan

dasar kekuatan batin yang dihasilkan meditasi-semangat (viriya-

samadhi) yang disertai usaha-usaha perjuangan; ia

mengembangkan dasar kekuatan batin yang dihasilkan oleh

337

Page 338: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

meditasi-kesadaran (citta-samadhi) yang disetai usaha-usaha

perjuangan; ia mengembangkan dasar dari kekuatan batin yang

didihasilkan meditasi-penyelidikan (vimamsa-samadhi) yang

disertai dengan usaha-usaha perjuangan sebagai yang keempat.

Para bhikkhu, apabila seorang bhikkhu memiliki lima belas

faktor termasuk semangat [104] ia akan menjadi seseorang yang

berhasil menembus (abhinibbhidaya), ia menjadi seorang yang

sadar (sambhodhaya), ia menjadi seorang pemenang kedamaian

tiada taranya (anuttarassa yogakkhemassa) dari belenggu-

belenggu tersebut.5

Para bhikkhu, sebagaimana jika ada delapan, sepuluh atau

selusin telur ayam yang diduduki dengan baik, dierami dengan baik,

ditetaskan dengan baik oleh induknya; harapan seperti ini tidak

akan timbul pada ayam betina tersebut: 'Semoga anak-anak

ayamku, setelah menembus kulit telur dengan ujung cakar pada

kaki mereka atau dengan paruh mereka, keluar dengan selamat,'

karena anak-anak ayam ini merupakan hewan yang dapat keluar

dengan selamat setelah menembus kulit telur dengan ujung dari

cakar pada kaki mereka atau dengan paruh mereka. Para bhikkhu,

demikian pula seorang bhikkhu yang memiliki lima belas faktor

termasuk semangat menjadi seseorang yang berhasil menembus, ia

338

Page 339: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menjadi seorang yang sadar, ia menjadi seorang pemenang

kedamaian tiada taranya dari belenggu-belenggu tersebut.”

Demikianlah apa yang dikatakan Sang Bhagava. Para bhikkhu

dengan senang dan gembira dengan apa yang diuraikan Sang

Bhagava.

VANAPATTHA-SUTTA

(17)

Demikianlah saya dengar.

339

Page 340: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama

milik Anathapindika, Savatthi. Di sana Beliau berkata kepada para

bhikkhu: "Para bhikkhu."

"Ya, Bhante", jawab para bhikkhu.

Selanjutnya Sang Bhagava berkata:

"Para bhikkhu, saya akan menguraikan secara rinci kepada

kamu sekalian tentang Khotbah Hutan Belukar (Vanapatta Sutta).

Dengarkan dan perhatikanlah dengan baik apa yang akan saya

katakan."

"Baiklah, Bhante," jawab para bhikkhu.

Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal

dalam hutan belukar. Ketika tinggal di sana kesadarannya yang

belum teguh tidak menjadi teguh, batinnya yang belum

terkonsentrasi tidak terkonsentrasi, noda batinnya yang belum

disingkirkan tidak disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum

dicapai tidak dicapai, juga kebutuhan untuk hidup seperti jubah,

makanan, tempat istirahat, obat-obatan guna menyembuhkan

penyakit juga sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus

memperhatikan hal ini. Ia selayaknya meninggalkan hutan itu

malam itu juga atau hari itu juga; ia tak selayaknya terus tinggal di

sana.'

340

Page 341: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dalam hutan belukar.

Ketika tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh tidak

menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi tidak

terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan tidak

disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak dicapai,

namun kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan,

tempat istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit

mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal ini,

tetapi ia patut merenung: "Saya pergi dari kehidupan berumah

tangga ke kehidupan kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah,

dana makanan, tempat istirahat dan kebutuhan obat guna

menyembuhkan penyakit, namun saya tak memperoleh kemajuan

(dalam dhamma) di sini. Ia selayaknya meninggalkan hutan itu

setelah mempertimbangkannya dengan cermat; ia tak selayaknya

terus tinggal di sana.'

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dalam hutan belukar.

Ketika tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh menjadi

teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi terkonsentrasi,

noda batinnya yang belum disingkirkan telah dikikis, kebebasan

tertinggi yang belum dicapai telah dicapai, namun kebutuhan untuk

hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan

obat guna menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu

341

Page 342: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tersebut harus memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung:

"Saya pergi dari kehidupan rumah tangga ke kehidupan

kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan,

tempat istirahat dan kebutuhan obat guna menyembuhkan

penyakit, namun saya memperoleh kemajuan di sini". Ia selayaknya

terus tinggal di hutan belukar itu setelah mempertimbangkannya

dengan cermat; ia tak selayaknya meninggalkan tempat itu.

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dalam hutan belukar.

Ketika tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh menjadi

teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi terkonsentrasi,

noda batinnya yang semula belum disingkirkan telah dikikis,

kebebasan tertinggi yang belum dicapai telah dicapai, juga

kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan, tempat

istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit mudah

diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal ini. Ia

selayaknya terus tinggal di hutan itu; ia tak selayaknya

meninggalkan tempat tersebut.

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di sebuah desa

tertentu. Ketika ia di sana kesadarannya yang belum teguh tidak

menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi tidak

terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan tidak

disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak dicapai,

342

Page 343: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dan juga kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan,

tempat istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit

sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal ini. Ia

selayaknya meninggalkan desa itu malam itu juga, atau hari itu

juga; ia tak selayaknya terus tinggal di sana.'

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di desa tertentu. Ketika

ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh tidak menjadi

teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi tidak terkonsentrasi,

noda batinnya yang belum disingkirkan tidak disingkirkan,

kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak dicapai, namun

kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan, tempat

istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit mudah

diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal ini, tetapi ia

patut merenung: "Saya pergi dari kehidupan berumah tangga ke

kehidupan kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana

makanan, tempat istirahat dan kebutuhan obat guna

menyembuhkan penyakit, namun saya tak memperoleh kemajuan

(dalam dhamma) di sini. Ia selayaknya meninggalkan desa itu

setelah mempertimbang-kannya dengan cermat; ia tak selayaknya

terus tinggal di sana.'

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di desa tertentu. Ketika

tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh menjadi teguh,

343

Page 344: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi terkonsentrasi, noda

batinnya yang belum disingkirkan telah dikikis, kebebasan tertinggi

yang belum dicapai telah dicapai, namun, kebutuhan untuk hidup

seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat

guna menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut

harus memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung: "Saya pergi

dari kehidupan berumah tangga ke kehidupan kebhikkhuan tidak

untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat dan

kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun saya

memperoleh kemajuan di sini." Ia selayaknya terus tinggal di desa

itu. Setelah mempertimbangkannya dengan cermat; ia tak

selayaknya meninggalkan tempat itu.'

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di desa tertentu. Ketika

tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh menjadi teguh,

batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi terkonsentrasi, noda

batinnya yang semula belum disingkirkan telah dikikis, kebebasan

tertinggi yang belum dicapai telah dicapai, juga kebutuhan untuk

hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan

obat guna menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu

tersebut harus memperhatikan hal ini. Ia selayaknya terus tinggal di

desa itu; ia tak selayaknya meninggalkan tempat tersebut.'

344

Page 345: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Para bbikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota kecil tertentu.

Ketika tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh tidak

menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi tidak

terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan tidak

disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak

dicapai, juga kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana

makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna

menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut

harus memperhatikan hal ini. Ia selayaknya meninggalkan

kota kecil itu malam itu juga, atau hari itu juga; ia tak

selayaknya terus tinggal di sana.'

'Para bhikkhu, seorang seorang bhikkhu tinggal di kota kecil

tertentu. Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum

teguh tidak menjadi teguh, batinnya yang belum

terkonsentrasi tidak terkonsentrasi, noda batinnya yang

belum disingkirkan tidak disingkirkan, kebebasan tertinggi

yang belum dicapai tidak dicapai, namun kebutuhan untuk

hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat,

kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit mudah

diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal ini, ia

patut merenung: "Saya pergi dari kehidupan berumah tangga

ke kehidupan kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah,

345

Page 346: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dana makanan, tempat istirahat dan kebutuhan obat guna

menyembuhkan penyakit, namun saya tidak memperoleh

kemajuan (dalam dhamma) di sini.” Ia selayaknya

meninggalkan kota kecil itu setelah mempertimbangkan

dengan cermat; ia tak selayaknya terus tinggal di sana.'

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota kecil tertentu.

Ketika ia tinggal di sana kesadarannya yang belum teguh

menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi

terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan telah

dikikis, kebebasan tertinggi yang belum dicapai telah dicapai,

namun kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan,

tempat istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan

penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus

memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung: "Saya pergi

dari kehidupan berumah tangga ke kehidupan kebhikkhuan

tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat

istirahat dan kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit,

namun saya memperoleh kemajuan di sini.” Ia selayaknya

terus tinggal di kota kecil itu setelah mempertimbangkannya

dengan cermat,' ia tak selayaknya meninggalkan tempat itu.'

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota kecil tertentu.

Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh

346

Page 347: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi telah

terkonsentrasi, noda batinnya yang semula belum

disingkirkan telah dikikis, kebebasan tertinggi yang belum

dicapai telah dicapai, juga kebutuhan untuk hidup seperti

jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna

menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut

harus memperhatikan hal ini. Ia selayaknya terus tinggal di

kota kecil itu; ia tak selayaknya meninggalkan tempat

tersebut.'

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota besar tertentu.

Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh

tidak menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi

tidak terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan

tidak disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai

tidak dicapai, juga kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana

makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna

menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut

harus memperhatikan hal ini. Ia selayaknya meninggalkan

kota besar itu malam itu juga, atau hari itu juga; ia tak

selayaknya terus tinggal di sana.'

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota besar tertentu.

Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh

347

Page 348: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tidak menjadi teguh, batinnya yang belum disingkirkan tidak

disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak

dicapai, namun kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana

makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna

menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut

harus memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung: "Saya

pergi dari kehidupan berumah tangga ke kehidupan

kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan,

tempat istirahat dan kebutuhan obat guna menyembuhkan

penyakit, namun saya tak memperoleh kemajuan (dalam

dhamma) di sini.” Ia selayaknya meningalkan kota besar itu

setelah mempertimbangkannya dengan cermat; ia tak

selayaknya terus tinggal di sana.

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota besar tertentu.

Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh

menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi

terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan telah

dikikis, kebebasan tertinggi yang belum dicapai telah dicapai,

namun kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan,

tempat istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan

penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus

memperhatikan hal ini, ia patut merenung: "Saya pergi dari

348

Page 349: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kehidupan berumah tangga ke kehidupan kebhikkhuan tidak

untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat

dan kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun

saya memperoleh kemajuan di sini.” Ia selayaknya terus

tinggal di kota besar itu setelah mempertimbangkannya

dengan cermat; ia tak selayaknya meninggalkan tempat.'

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota besar tertentu.

Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh

menjadi teguh, batinnya yang belum disingkirkan telah

dikikis, kebebasan tertinggi yang belum dicapai telah dicapai,

juga kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan,

tempat istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan

penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut harus

memperhatikan hal ini. Ia selayaknya terus tinggal di kota

besar itu; ia tak selayaknya meninggalkan tempat tersebut.

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di negeri tertentu.

Ketika ia tinggal di sana kesadarannya yang belum teguh

tidak menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi

tidak terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan

tidak disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai

tidak dicapai, juga kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana

makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna

349

Page 350: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menyembuhkan penyakit juga sulit diperoleh. Bhikkhu

tersebut harus memperhatikan hal ini. Ia selayaknya

meninggalkan negeri itu malam itu juga, atau hari itu juga; ia

tak selayaknya terus tinggal di sana.'

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di negeri tertentu.

Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh tidak

menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi tidak

terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan tidak

disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak

dicapai, namun kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana

makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat menyembuhkan

penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut harus

memperhatikan hal ini, tetapi patut merenung: "Saya pergi dari

kehidupan berumah tangga ke kehidupan kebikkhuan tidak

untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat

dan kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun

saya tak memperoleh kemajuan (dalam dhamma) di sini. Ia

selayaknya meninggalkan negeri itu setelah

mempertimbangkannya dengan cermat; ia tak selayaknya

terus tinggal di sana.'

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di negeri tertentu.

Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh

350

Page 351: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi

terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan telah

dikikis, kebebasan tertinggi yang belum dicapai telah dicapai,

namun kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan,

tempat istirahat, kebutuhan obat guna menyembuhkan

penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus

memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung: "Saya pergi

dari kehidupan berumah tangga ke kehidupan kebhikkhuan

tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat

istirahat dan kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit,

namun saya memperoleh kemajuan (dalam dhamma) di sini."

Ia selayaknya terus tinggal di negeri itu setelah

mempertimbangkannya dengan cermat; ia tak selayaknya

meninggalkan tempat itu.'

'Para bbikkhu, seorang bhikkhu tinggal di negeri tertentu.

Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh

menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi menjadi

terkonsentrasi, noda batinnya yang semula belum

disingkirkan telah dikikis, kebebasan tertinggi yang belum

dicapai telah dicapai, juga kebutuhan untuk hidup seperti

jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna

menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut

351

Page 352: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

harus memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung: "Saya

pergi dari kehidupan berumah tangga ke kehidupan

kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan,

tempat istirahat dan kebutuhan obat guna menyembuhkan

penyakit, namun saya memperoleh kemajuan (dalam

dhamma) di sini.” Ia selayaknya terus tinggal di negeri itu; ia

tak selayaknya meninggalkan tempat tersebut.

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dengan orang

tertentu. Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum

teguh tidak menjadi teguh, batinnya yang belum

terkonsentrasi tidak terkonsentrasi, noda batinnya yang

belum disingkirkan tidak disingkirkan, kebebasan tertinggi

yang belum dicapai tidak dicapai, juga kebutuhan untuk hidup

seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan

obat guna menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu

tersebut harus memperhatikan hal ini. Ia selayaknya

meninggalkan orang itu malam itu juga, atau hari itu juga

tanpa pamit; ia tak selayaknya terus mengikutinya.

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dengan orang tertentu.

Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh tidak

menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi tidak

terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan tidak

352

Page 353: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak

dicapai, namun kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana

makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna

menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut

harus memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung: "Saya

pergi dari kehidupan berumah tangga ke kehidupan

kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan,

tempat istirahat dan kebutuhan obat guna menyembuhkan

penyakit, namun saya tak memperoleh kemajuan (dalam

dhamma) di sini. Ia selayaknya meninggalkan orang itu,

setelah mempertimbangkannya dengan cermat dan pamit; ia

tak selayaknya terus mengikutinya.

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dengan orang

tertentu. Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum

teguh menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi

menjadi terkonsentrasi, noda batinnya yang belum

disingkirkan telah dikikis, kebebasan tertinggi yang belum

dicapai telah dicapai, namun kebutuhan untuk hidup seperti

jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna

menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu harus

memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung: "Saya pergi

dari kehidupan berumah tangga ke kehidupan kebhikkhuan

353

Page 354: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat

istirahat dan kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit,

namun saya memperoleh kemajuan (dalam dhamma) di sini."

Ia selayaknya terus tinggal bersama orang itu setelah

mempertimbangkannya dengan cermat; ia tak selayaknya

meninggalkan orang itu.’

'Para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dengan orang

tertentu. Ketika ia tinggal di sana, kesadarannya yang belum

teguh menjadi teguh, batinnya yang belum terkonsentrasi

menjadi terkonsentrasi, noda batinnya yang semula belum

disingkirkan telah dikikis, kebebasan tertinggi yang belum

dicapai telah dicapai, juga kebutuhan untuk hidup seperti

jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna

menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut

harus memperhatikan hal ini. Ia selayaknya terus tinggal

bersama orang itu sepanjang hidup; ia tak selayaknya

meninggalkan orang tersebut.

'Demikianlah yang dikatakan oleh Sang Bhagava. Para

bhikkhu gembira dan senang dengan uraian Sang Bhagava.

354

Page 355: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

MADHUPINDAKA SUTTA

(18)

1. Demikian yang saya dengar:

Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Nigrodha

arama, Kapilavastthu, di kerajaan suku Sakka (Sakya).

2. Ketika menjelang pagi, Sang Bhagava selesai menyiapkan diri,

sambil membawa mangkuk (patta) dan jubah luarnya (civara),

beliau pergi ke Kapilavatthu untuk menerima dana makanan

(pindapata). Seusai pindapata, dalam perjalanan pulang beliau

pergi ke Mahavana (hutan besar) untuk beristirahat di situ

pada hari itu. Setelah berada di Mahavana untuk beristirahat,

beliau duduk di bawah pohon Beluvalatthika. Pada waktu itu,

Dandapani, seorang Sakya, yang biasa jalan ke sana ke mari,

bepergian dengan berjalan ke arah Mahavana. Setelah

memasuki Mahavana ia menuju pohon Beluvalatthika di mana

355

Page 356: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Bhagava berada; setelah mendekat ia memberi salam kepada

Bhagava. Setelah saling memberi salam dan menyapa dengan

santun, ia berdiri di samping sambil bertopang pada

tongkatnya.

3. Kemudian ia bertanya kepada Bhagava: “Petapa, apakah

ajaran (vada)-mu dan apa pandangan-pandanganmu?”

4. 'Kawan, sebagaimana seseorang mengatakan bahwa dia tidak

berselisih dengan siapapun di dunia ini, yakni dengan para

dewa, para mara, para mahluk suci, dalam generasi ini, para

petapa orang-orang suci, para Raja, dan para rakyat jelata,

sebagaimana seorang mengatakan bahwa pengertian tidak lagi

menjadi landasan dari pengertian suci apabila seseorang hidup

dari keinginan akan segala macam keadaan apapun, maka

demikianlah apa yang Aku ucapkan, kawan, maka demikianlah

apa yang Aku khotbahkan.

5. Setelah Yang Mulia mengucapkan kata-kata tersebut, si

Pembawa Tongkat, seorang suku Sakya itu menggelengkan

kepalanya, menggoyangkan lidahnya, mengerutkan dahinya

sehingga menimbulkan tiga garis kerutan pada keningnya.

Kemudian ia pergi sambil bertopang pada tongkatnya.

356

Page 357: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

6. Ketika hari petang, Yang Mulia bangkit dari meditasinya dan

Beliau pergi ke Taman Nigrodha dimana Beliau duduk pada

sebuah bangku yang telah dipersiapkan untuknya, ketika

Beliau duduk, Beliau mengatakan pada para bhikkhu apa

gerangan yang telah terjadi, setelah itu salah seorang diantara

bhikkhu bertanya kepada Yang Mulia :

7. 'Tetapi Tuanku Yang Mulia, apakah artinya ucapan tadi ketika

Yang Mulia mengatakan bahwa apabila seseorang tidak

berselisih kepada siapapun di dunia ini, yakni dengan para

dewa, para mara, para mahluk suci dan di dalam generasi ini,

dengan para petapa dan orang-orang suci, para raja dan para

rakyat jelata ? Dan Tuanku Yang Mulia, bagaimana mungkin

pengertian tidak lagi menjadi landasan dari pengertian suci

apabila seseorang hidup terlepas dari nafsu indra, dari keragu-

raguan, dari kecemasan, dari keinginan akan segala macam

bentuk apapun ?

8. 'Para bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam

yang terjadi pada seseorang, sumbernya adalah sebagai

berikut : Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang

untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap

sesuatu dan menerima apa saja, maka hal ini adalah

merupakan akhir dari semua kecendrungan akan timbulnya

357

Page 358: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-

raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan;

Inilah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemikul, upaya

mengandalkan senjata, perselisihan pergulatan, pertengkaran,

balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor; disinilah ajaran-

ajaran yang tidak berguna hilang tanpa bekas'.

9. Demikianlah Jawaban Yang Mulia sesudah mengatakan

demikian Yang Mulia bangkit dari duduknya pergi ke tempat

tinggalnya.

10. Kemudian setelah Yang Mulia pergi, para bhikkhu berfikir: 'Saat

ini, teman-teman, Yang Mulia telah bangkit dari duduknya dan

pergi ke tempat tinggalnya, setelah memberikan wejangan

singkat (intisari) tanpa terperinci, inilah yang diucapkan

Beliau : "Para bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi

aneka ragam yang terjadi pada seseorang, sumbernya adalah

sebagai berikut : Apabila tiada sesuatupun yang diperolah

seseorang untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja

terhadap sesuatu dan menerima apa saja, maka hal ini adalah

merupakan akhir dari semua kecenderungan akan timbulnya

nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-

raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan; "Ini

adalah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemukul,

358

Page 359: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

upaya mengandalkan senjata, perselisihan pergulatan,

pertengakaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor;

disinilah ajaran-ajaran yang tidak berguna hilang tanpa bekas".

'Kini, siapa gerangan yang akan membabarkan secara

terperinci ucapan tersebut ?' Para bhikkhu teringat akan Yang

Arya Maha Kaccana, ia adalah seorang yang dipuji dan dihargai

oleh Yang Mulia maupun oleh rekan-rekannya dalam

menjalankan kesucian. Dia pasti sanggup menjelaskannya.

'Bagaimana kalau kita datang menghadap kepadanya untuk

mohon penjelasan ?'

11. Kemudian mereka pergi ke Yang Arya Maha Kaccana, setelah

mereka saling menyapa dalam suasana ramah tamah, para

bhikkhu duduk pada satu sisi, lalu mereka menceriterakan apa

yang terjadi pada Yang Arya Maha Kaccana, dan mereka

menambahkan : 'Biarlah Yang Arya Maha-Kaccana

membabarkan kepada kami'.

12. 'Wahai Teman-teman, bagaikan seseorang yang sedang

memerlukan hati kayu, yang sedang mencari hati kayu, dan

mengembara mencari hati kayu, kemudian mendapatkan

pengertian bahwa hati kayu harus dicari diantara dahan-dahan

dari sebuah pohon besar yang memiliki hati kayu, setelah

sebelumnya mencari diantara akar dan batang pohon itu.

359

Page 360: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Demikian pula dengan kalian, oh, para bhikkhu, karena kalian

sudah memiliki pengertian maka kalian harus bertanya tentang

arti ucapan tersebut, yang mana sebelumnya bertanya dan

berhadapan langsung kepada Yang Mulia, karena dalam hal

penglihatan, Beliau dapat melihat semuanya; Beliau adalah

sang Mata, Beliau adalah sang Pengetahuan, Beliau adalah

Sang Dhamma, Beliau adalah Sang Suci; Sang Tathagata

adalah seorang penyambung lidah (perantara), seorang

pencetus, seorang yang memberi penjelasan tentang arti

Dhamma, seorang pemberi Jalan Kehidupan kekal.

Sesungguhnya kesempatan tadi adalah saat yang tepat untuk

bertanya kepada Yang Mulia tentang arti ucapan tersebut.

Sebagaimana Beliau menjelaskan kepada kalian maka

beliaupun harus mengingatnya.

13. 'Memang betul, teman Kaccana, dalam hal Pengetahuan, Yang

Mulia mengetahuinya semua; dalam hal penglihatan; memang

betul Beliau adalah sang mata, beliau adalah Sang

Pengetahuan, beliau adalah Sang Dhamma; memang betul

Sang Tathagata, adalah seorang penyambung Lidah, seorang

pencetus, seorang yang memberi penjelasan tentang arti

Dhamma, seseorang pemberi jalan ke kehidupan kekal.

Memang betul kesempatan tadi adalah saat yang tepat untuk

360

Page 361: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

bertanya kepada Yang Mulia tentang arti ucapan tadi, dan

sebagaimana beliau menjelaskan kepada kalian maka kalian

pun harus mengingatnya. Tetapi Yang Arya Maha Kaccana

adalah seorang yang dipuji dan dihargai oleh Yang Mulia

maupun teman-teman dalam kehidupan suci. Dia pasti

sanggup menjelaskan secara terperinci arti daripada intisari

singkat yang diberikan oleh Yang Mulia tanpa penjelasan

terperinci. Biarkanlah Yang Arya Maha Kaccana

membabarkannya dengan tidak bersusah payah.

14. 'Jikalau demikian, teman-teman dengarkanlah dan patuhilah

apa yang aku katakan'. 'Memang seharusnya demikian,

Sobat', para bhikkhu menjawab. Yang Arya Maha Kaccana

mengatakan sebagai berikut :

15. 'Teman-teman, ketika Yang Mulia bangkit dari duduknya dan

pergi ke tempat tinggalnya setelah memberi sebuah intisari

singkat tanpa penjelasan terperinci, yakni beliau mengatakan :

"Para bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam

yang terjadi pada seseorang, sumbernya adalah sebagai

berikut : Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang

untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap

sesuatu dan menerima apa saja, maka hal inilah adalah

merupakan akhir dari semua kecenderungan akan timbulnya

361

Page 362: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-

raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan;

"Inilah adalah akhir dari upaya mengandalkan tongkat

pemukul, upaya mengandalkan senjata, perselihan pergulatan,

pertengkaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor;

disinilah ajaran-ajaran yang berguna hilang tanpa bekas".

Menurut pengertianku arti rincian tersebut adalah sebagai

berikut :

16. 'Bergantung pada mata dan bentuk-bentuk benda maka

kesadaran akan penglihatan timbul. Kontak adalah sebagai

penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan

adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa

yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa

yang dia pahami apa yang dia kembangkan (diperluas).

'Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari

penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang

memberikan seseorang pengertian akan bentuk-bentuk benda

pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang

terlihat oleh mata.

'Bergantung pada telinga dan bentuk-bentuk suara maka

kesadaran akan pengendaraan timbul. Kontak adalah sebagai

penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan

362

Page 363: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa

yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa-

yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir

adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). 'Dengan apa

yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran

akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan

sesorang pengertian akan bentuk-bentuk suara pada masa

lampau, masa akan datang dan masa kini, yang terdengar oleh

telinga.

'Bergantung pada hidung dan aroma wangi-wangian maka

kesadaran akan penciuman timbul. Kontak adalah sebagai

penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan

adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan.

'Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami.

Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia

pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). 'Dengan

apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari

penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang

memberikan seseorang pengertian akan aroma wangi-wangian

pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang

tercium oleh hidung.

363

Page 364: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Bergantung pada lidah dan rasa maka kesadaran akan cita

rasa timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur

tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan

maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang

adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa

yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah yang dia kembangkan

sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah

yang memberikan seseorang pengertian akan cita rasa (jenis-

jenis rasa) pada masa lampau, masa akan datang dan masa

kini, yang terkecap/terasa oleh lidah.

'Bergantung pada badan jasmani maka kesadaran akan

bentuk-bentuk jasmani timbul. Kontak adalah sebagai

penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan

adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa

yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa

yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir

adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). 'Dengan apa

yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran

akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan

seseorang pengertian akan bentuk-bentuk jasmani pada masa

lampau, masa akan datang dan masa kini, yang terbentuk oleh

badan jasmani.

364

Page 365: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Bergantung pada pikiran dan ajaran-ajaran benar maka

kesadaran pikiran timbul. Kontak adalah sebagai penghubung

ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak

sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang

dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang

dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah

apa yang dia kembangkan (diperluas). 'Dengan apa yang telah

dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan

beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang

pengertian tentang ajaran benar pada masa lampau, masa

akan datang dan masa kini, yang terbentuk oleh pikiran.

17. Apabila terdapat mata dan bentuk-bentuk benda dan

kesadaran penglihatan, maka hal ini mungkin bagi seseorang

untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat

manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang

untuk mengendal manifestasi perasaan, adalah hal ini adalah

mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi

pengertian. Apabila terdapat manifestasi pengertian maka

dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal

manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran maka

dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal

365

Page 366: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh

penilaian akan berbagai macam-macam pengertian.

'Apabila terdapat telinga dan suara dan kesadaran

pendengaran, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk

mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat

manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang

untuk mengenal manifestasi perasaan, adalah hal ini adalah

mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi

pengertian. Apabila terdapat manifestasi pengertian maka

dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal

manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran maka

adalah hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal

manifestasi keadaan dimana seseorang terjangkau oleh

penafsiran akan berbagai macam-macam pengertian.

'Apabila terdapat hidung dan aroma wangi-wangian dan

kesadaran penciuman, maka hal ini mungkin bagi seseorang

untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat

manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi sesorang

untuk mengenal manifestasi pengertian. Apabila terdapat

manifestasi pengertian maka dalam hal ini adalah mungkin

bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila

terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini adalah

366

Page 367: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari

keadaan dimana seseorang terjangkau oleh penafsiran akan

beragai macam-macam pengertian.

'Apabila terdapat lidah dan cita rasa dan kesadaran

pengecapan, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk

mengenal manifesi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi

kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal

manifestasi perasaan, adalah hal ini adalah mungkin bagi

seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian. Apabila

terdapat manifestasi pengertian maka dalam hal ini adalah

mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran.

Apabila terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini adalah

mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi keadaan

dimana seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai

macam-macam pengertian.

'Apabila terdapat badan jasmani dan segala sesuatu yang

berbentuk dan kesadaran akan bentuk jasmani, maka hal ini

mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari

kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah

mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pera-

saan, adalah hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk

mengenal manifestasi pengertian. Apabila terdapat manifestasi

367

Page 368: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pengertian maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang

untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat

manifestasi pikiran maka dalam hal ini adalah mungkin bagi

seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana

seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-

macam pengertian.

'Apabila terdapat pikiran dan ajaran benar kesadaran pikiran,

maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal

manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak,

hal ini perasaan, adalah hal ini adalah mungkin bagi seseorang

untuk mengenal manifestasi pengertian. Apabila terdapat

manifestasi pengeritan maka dalam hal ini adalah mungkin

bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila

terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini adalah

mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari

keadaan dimana seseoarang terjangkau oleh penilaian

berbagai macam-macam pengertian.

18. Apabila tidak terdapat mata maupun bentuk maupun

kesadaran akan penglihatan maka dalam hal ini adalah tidak

mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak.

Apabila tidak terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini

tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi

368

Page 369: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan maka

dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk

mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat

manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin bagi

seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana

seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-

macam pengertian.

'Apabila tidak terdapat telinga dan suara maupun kesadaran

pendengaran maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi

seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak

terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini tidak mungkin

bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila

tidak terdapat manifestasi perasaan maka dalam hal ini adalah

tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi

pengertian. Apabila tidak mengenal manifestasi pengertian

maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk

mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat

manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin bagi

seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana

seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-

macam pengertian.

369

Page 370: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Apabila tidak terdapat hidung maupun aroma wangi-wangian

maupun kesadaran penciuman maka dalam hal ini adalah tidak

mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak.

Apabila tidak terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini

tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi

perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan maka

dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk

mengenal manifestasi pengertian. Apabila tidak mengenal

manifestasi pengertian maka dalam hal ini tidak mungkin bagi

seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak

terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin

bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan

dimana seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai

macam-macam pengertian.

'Apabila tidak terdapat lidah maupun cita rasa maupun

kesadaran pengecapan maka dalam hal ini adalah tidak

mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak.

Apabila tidak terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini

tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi

perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi maka dalam hal

ini adalah tidak mungkin seseorang untuk mengenal

manifestasi pengertian. Apabila tidak mengenal manifestasi

370

Page 371: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pengertian maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang

untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat

manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin bagi

seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana

seseorang terjangkau oleh manifestasi akan berbagai macam-

macam pengertian.

'Apabila tidak terdapat badan jasmani maupun bentuk-bentuk

maupun kesadaran akan bentuk badan jasmani maka dalam

hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal

manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak

maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk

mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat

manifestasi perasaan maka dalam hal ini adalah tidak mungkin

bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian.

Apabila tidak mengenal manifestasi pengertian maka dalam

hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal

manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran

maka dalam hal ini tidak mungkin bagi seseorang untuk

mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang

terjangkau oleh penafsiran akan berbagai macam-macam

pengertian.

371

Page 372: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Apabila tidak terdapat pikiran maupun ajaran-ajaran benar

maupun kesadaran pikiran maka dalam hal ini adalah tidak

mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak.

Apabila tidak terdapat manifestasi kontak maka dalam hal ini

tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi

perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan maka

dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk

mengenal manifestasi pengertian. Apabila tidak mengenal

manifestasi pengertian maka dalam hal ini tidak mungkin bagi

seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak

terdapat manifestasi pikiran maka dalam hal ini tidak mungkin

bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan

dimana seseorang terjangkau oleh penafsiran akan berbagai

macam-macam pengertian.

19. 'Teman, ketika Yang Mulia bangkit dari duduknya dan pergi ke

tempat tinggalnya setelah memberi sebuah intisari singkat

tanpa penjelasan terperinci yakni beliau mengucapkan : "'Para

Bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam yang

terjadi pada seseorang sumbernya adalah sebagai berikut :

Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang untuk

bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap sesuatu

dan menerima apa saja, maka hal ini adalah merupakan akhir

372

Page 373: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dari semua kecenderungan akan timbulnya nafsu, keras

kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-raguan,

penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan; "Inilah

adalah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemukul,

upaya mengandalkan senjata, perselihan pergulatan,

pertengkaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor ;

disinilah ajaran-ajaran yang berguna hilang tanpa bekas",

Demikianlah menurut pengertianku arti dari rincian tersebut.

'Sekarang, teman-teman, apabila kalian mau, pergilah ke Yang

Mulia dan tanyailah kepada Beliau tentang arti dari ucapan

tersebut. Sebagaimana Yang Mulia menerangkan kepada

kalian, demikian pula kalian harus mengingatnya'.

20. Kemudian para bhikkhu merasa puas, dan bergembira akan

kata-kata Yang Arya Maha Kaccana. Mereka bangkit dari

duduknya dan pergi kepada Yang Mulia dan setelah memberi

hormat kepada Beliau mereka duduk pada salah satu sisi,

kemudian mereka menceriterakan kepada Beliau semua apa

yang telah terjadi setelah Yang Mulia meninggalkan mereka,

dan mereka menambahkan : 'Kemudian, Yang Mulia, kami

pergi ke Yang Arya Maha Kaccana dan bertanya kepadanya

tentang arti ucapan tersebut dan Yang Arya Maha Kaccana

telah menerangkan arti dari ucapan Yang Mulia secara jelas

373

Page 374: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dengan alasan-alasannya serta ungkapan-ungkapannya hingga

kesuku katanya.

21. 'Maha Kaccana adalah seorang yang bijaksana, oh para

bhikkhu, Ia mempunyai pengertian yang hebat. Seandainya

kalian bertanya kepadaku akan arti dari ucapan tadi akupun

akan memberi jawaban yang sama seperti apa yang

diterangkan oleh Maha Kaccana kepada kalian. Memang

demikianlah arti ucapan tersebut sehingga harus

mengingatnya'.

22. 'Setelah itu Yang Arya Ananda berkata kepada Yang Mulia ;

'Yang Mulia bagaikan seorang yang lelah karena lapar dan

lemah, menemukan bola madu (kembang gula), dia akan

menemukan rasa manis, dan murni ketika menyantapnya.

Demikian pula Yang Mulia, setiap bhikkhu yang mempunyai

kemampuan berfikir, sewaktu mengamati dengan penuh

perhatian akan arti dari pembicaraan Dhamma ini, akan

menemukan kepuasaan dan rasa percaya diri dengan hati yang

teguh. Yang Mulia, apakah nama dari pembicaraan Dhamma ini

?'

374

Page 375: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Untuk pertanyaan itu, Ananda, engkau boleh menamakan

pembicaraan Dhamma ini dengan "Pembicaraan Kembang

Gula" '

Itulah apa yang dikatakan oleh Yang Mulia. Yang Arya Ananda

merasa puas, dan dia merasa senang akan ucapan-ucapan Yang

Mulia.

DVEDHAVITAKKA SUTTA

(19)

1. Demikianlah saya dengar

Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana,

arama milik Anathapindika, Savatthi. Di sana Beliau menyapa

para bhikkhu : "Para bhikkhu."

"Ya, Bhante," jawab mereka.

375

Page 376: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Selanjutnya, Sang Bhagava berkata:

"Para bhikkhu, sebelum saya mencapai penerangan sempurna,

ketika saya masih seorang Bodhisatva yang belum mencapai

penerangan sempurna, terpikir olehku: 'Seandainya saya

membagi pikiranku menjadi dua bagian?' Kemudian aku mulai

menerapkan satu sisi pemikiran dengan keinginan-keinginsn

nafsu (kama), berpikir dengan kemauan jahat (byapada)

serta berpikir dengan kekejaman (vihimsa), dan aku

menerapkan sisi pemikiran yang lain dengan ‘meninggalkan

pemuasan nafsu indera’ (nekhamma), berpikir tanpa

kemauan jahat (abyapada) serta ‘berpikir tanpa kekejaman’

(avihimsa).

2. "Sementara saya hidup seperti itu, rajin, tekun dengan

keteguhan hati, sebuah pikiran keinginan nafsu (kama)

muncul kepadaku. Saya mengerti : 'Pikiran keinginan nafsu

muncul padaku. Hal ini mengarah pada penderitaanku,

penderitaan orang lain dan penderitaan kedua pihak; hal ini

menghambat kebijaksanaan, menyebabkan kesukaran-

kesukaran, dan berpaling dari arah mencapai nibbana.' Ketika

saya mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaanku

sendiri,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya

mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan orang

376

Page 377: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

lain,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya

mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan kedua

pihak,’ hal itu mereda dalam diriku; ketika saya

mempertimbangkan: 'Ini menghambat kebijaksanaan,

menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan berpaling dari arah

mencapai nibbana,’ hal itu mereda dalam diriku. Bilamana ada

pikiran keinginan nafsu muncul dalam diriku, saya

meninggalkannya, memindahkannya dan melenyapkannya."

3. "Sementara saya hidup seperti itu, rajin, tekun dengan

keteguhan hati, sebuah pikiran kemauan jahat (vyapada)

muncul padaku. Saya mengerti: 'Pikiran kemauan jahat muncul

padaku. Hal ini mengarah pada penderitaanku, penderitaan

orang lain dan penderitaan kedua pihak; hal ini menghambat

kebijaksanan, menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan

berpaling dari arah mencapai nibbana.' Ketika saya

mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaanku

sendiri,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya

mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan orang

lain,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya

mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan kedua

pihak,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya

mempertimbangkan: 'Ini menghambat kebijaksanaan,

377

Page 378: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan berpaling dari arah

mencapai nibbana,' hal itu mereda dalam diriku. Bilamana ada

pemikiran kemauan jahat muncul dalam diriku, saya

meninggalkannya, memindahkannya dan melenyapkannya.

4. "Sementara saya hidup seperti itu, rajin, tekun dengan

keteguhan hati, sebuah pikiran kejam (vihimsa) muncul

padaku. Saya mengerti: 'Pikiran kejam muncul padaku. Hal ini

mengarah pada penderitaanku, penderitaan orang lain dan

penderitaan kedua pihak; hal ini menghambat kebijaksanaan,

menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan berpling dari arah

mencapai nibbana.' Ketika saya mempertimbangkan: 'Ini

mengarah pada penderitaanku sendiri,' hal itu mereda dalam

diriku. Ketika saya mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada

penderitaan orang lain,' hal itu mereda dalam diriku; ketika

saya mempertimbangkan: 'Ini mengarah pada penderitaan

kedua pihak,' hal itu mereda dalam diriku; ketika saya

mempertimbangkan: 'Ini menghambat kebijaksanaan,

menyebabkan kesukaran-kesukaran, dan berpaling dari arah

mencapai nibbana,' hal itu mereda dalam diriku. Bilamana ada

pikiran kejam muncul dalam diriku, saya meninggalkannya,

memindahkannya dan melenyapkannya.

378

Page 379: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

5. "Para bhikkhu, apapun yang sering dipikir atau direnungkan oleh

seorang bhikkhu, itu akan menjadi kecenderungan pikirannya.

Bilamana ia sering memikirkan dan merenungkan pikiran nafsu

indera, (berarti) ia telah ‘meninggalkan pikiran pemuasan

nafsu indera' (nekkhamma), mengembangkan pikiran

keinginan nafsu, dan pikirannya cenderung pada pikiran

keinginan nafsu. Bilamana ia sering memikirkan dan

merenungkan pikiran kemauan jahat (byapada), (berarti) ia

telah meninggalkan 'pikiran tanpa kemauan jahat (abyapada)',

mengembangkan pikiran keinginan nafsu, dan pikirannya

cenderung pada pikiran kemauan jahat. Bilamana ia sering

memikirkan dan merenungkan pikiran kejam (vihimsa),

(berarti) ia telah meninggalkan pikiran tanpa kekejaman

(avihimsa)', mengembangkan pikiran keinginan nafsu, dan

pikirannya cenderung pada pikiran kejam.

6. Para bhikkhu, itu seperti pada akhir bulan musim hujan, di

musim gugur ketika hasil panen itu menjadi matang, seorang

gembala akan menjaga sapi-sapinya di sebidang tanah yang

sempit di tengah-tengah tanaman yang akan dipanen, dan

akan memukulkan tongkat di punggung atau di sisi tubuh

mereka, mengendalikan serta memeriksa mereka. Mengapa

hal itu dilakukan? Para bhikkhu, sebab ia mengetahui bahaya

379

Page 380: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pembantaian, pengurungan, kehilangan atau celaan, bila (sapi-

sapi) itu makan buah yang akan dipanen itu. Demikian pula,

saya melihat kesalahan, keburukan dan kekotoran dalam

pikiran buruk, serta manfaat yang muncul dari kesucian pikiran

yang 'meninggalkan pemuasan nafsu' (nekkhamma).

8 . Para bhikkhu, sementara saya rajin, tekun dengan keteguhan

hati, 'pikiran bebas dari keinginan pemuasan nafsu'

(nekkhamavitakka) muncul dan saya mengerti: "Pikiran bebas

dari keinginan pemuasan nafsu. Pikiran ini tidak mencelakakan

saya, tidak mencelakakan orang lain, juga tidak mencelakakan

saya maupun orang lain. Pikiran ini (memotivasikan)

perkembangan kebijaksanaan (panna), tidak menyebabkan

kesedihan, namun mengarah pada pencapaian nibbana

(nibbanasamvattanika)."

Para bhikkhu, walaupun di waktu malam saya berpikir maupun

merenung, saya tidak menemukan bahaya yang muncul dari

'pikiran bebas dari keinginan pemuasan nafsu indera'. Begitu

pula, diwaktu siang saya berpikir maupun merenung, saya

tidak menemukan bahaya yang muncul dari 'pikiran bebas dari

keinginan pemuasan nafsu'. Demikian pula, diwaktu siang

maupun malam ketika saya berpikir atau merenung, saya tidak

380

Page 381: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menemukan bahaya yang muncul dari 'pikiran bebas dari

keinginan pemuasan nafsu'.

Namun, setelah lama berpikir dan merenung, tubuh menjadi

lelah; bila tubuh lelah, maka pikiran terganggu; jika pikiran

terganggu, maka pemusatan pikiran' (samadhi) menghilang.

Para bhikkhu, sehubungan dengan hal itu, maka saya menjaga

pikiran dengan hanya memusatkan pada sebuah obyek yang

ada dalam diriku, saya menenangkan pikiranku dengan baik,

saya mengarahkan pikiranku menjadi terkonsentrasi; saya

mengembangkan pikiranku dengan baik. Mengapa demikian?

Karena dengan begitu pikiranku tidak terganggu.

Para bhikkhu, sementara saya rajin, tekun dengan keteguhan

hati, 'pikiran tanpa kebencian' (abhyapadavitakka) muncul ...

'pikiran tanpa kekejaman' (avihimsavitakka) muncul dalam

diriku dan saya mengerti: "Pikiran tanpa kekejaman telah

muncul dalam diriku. Pikiran ini tidak mencelakakan saya,

tidak mencelakakan orang lain, juga tidak mencelakakan saya

maupun orang lain. Pikiran ini (memotivasikan) perkembangan

kebijaksanaan (panna), tidak menyebabkan kesedihan, namun

mengarah pada pencapaian nibbana (nibbanasamvattanika)."

Para bhikkhu, walaupun di waktu malam saya berpikir maupun

merenung, saya tidak menemukan bahaya yang muncul dari

381

Page 382: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'pikiran tanpa kekejaman'. Begitu pula, di waktu siang saya

berpikir maupun merenung, saya tidak menemukan bahaya

yang muncul dari 'pikiran tanpa kekajaman'. Demikian pula, di

waktu siang maupun malam ketika saya berpikir atau

merenung, saya tidak menemukan bahaya yang muncul dari

'pikiran tanpa kekejaman'.

Namun, setelah lama berpikir dan merenung, tubuh menjadi

lelah; bila tubuh lelah, maka pikiran terganggu; jika pikiran

terganggu, maka ‘pemusatan pikiran' (samadhi) menghilang.

Para bhikkhu, sehubungan dengan hal itu, maka saya menjaga

pikiran dengan hanya memusatkan pada sebuah obyek yang

ada dalam diriku, saya menenangkan pikiranku dengan baik,

saya mengarahkan pikiranku menjadi terkonsentrasi; saya

mengembangkan pikiranku dengan baik. Mengapa demikian?

Karena dengan begitu pikiranku tidak terganggu.

10. Para bhikkhu, pikiran maupun perenungan apa pun yang

dilakukan berulang-ulang kali, maka pikiran akan

berkecenderungan pada apa yang dipikirkan maupun

direnungkan itu. Jika seorang bhikkhu berulang-ulang kali

berpikir dan merenungkan 'pembebasan dari keinginan

memuaskan nafsu' (nekhammavitakka), ia telah meninggalkan

pikiran untuk memuaskan nafsu dan menyibukkan diri dengan

382

Page 383: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

berulang-ulang kali memikirkan kebebasan (dari nafsu). Maka

pikiran bhikkhu itu berkecenderungan hanya pada memikirkan

kebebasan. Jika seorang bhikkhu berulang-ulang kali

memikirkan dan merenungkan tentang 'tanpa kebencian' ...

'tanpa kekejaman', ia telah meninggalkan 'pikiran kejam' serta

telah menyibukkan dirinya dengan berulang-ulang kali berpikir

tanpa kekejaman. Maka pikiran bhikkhu itu cenderung hanya

pada pikiran tanpa kekejaman.

Para bhikkhu, itu seperti pada bulan terakhir dari musim panas,

ketika semua hasil panen telah diangkut ke desa, seorang

pengembala akan menjaga sapi-sapi dengan berada di bawah

pohon atau di tempat terbuka, maka ia hanya akan

memperhatikan sapi-sapi yang digembalakannya. Para

bhikkhu, begitu pula, saya hanya perlu memperhatikan apa

yang muncul dalam pikiranku.

11. Para bhikkhu, semangat tanpa lelah telah muncul dalam diriku,

perhatian tanpa lupa telah mantap, tubuhku telah tenang dan

tanpa gangguan, pikiranku telah terkonsentrasi dan terpusat

(ekagata).

Agak bebas dari nafsu indera, bebas dari dhamma yang tak

berguna, saya mencapai dan berada dalam Jhana I yang

disertai oleh vitakka (usaha pikiran untuk menangkap obyek),

383

Page 384: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

vicara (obyek telah tertangkap), kegiuran (piti) dan

kebahagiaan (sukha) karena pemusatan pikiran. Dengan

meninggalkan vitakka dan vicara, saya mencapai dan berada

dalam Jhana II yang disertai ‘percaya diri’ (sampasadanam),

pemusatan pikiran, kegiuran (piti) dan kebahagiaan (sukha)

karena pemusatan pikiran, tanpa vitakka dan tanpa vicara.

Dengan lenyapnya kegiuran (piti), saya diliputi ketenangan,

penuh perhatian (sati) dan kebahagiaan jasmani saya

mencapai dan berada dalam Jhana III, yang dinyatakan oleh

para ariya sebagai: "Ia senang karena memiliki ketenangan

dan perhatian (sati)."

Dengan lenyapnya kebahagiaan (sukha) dan penderitaan

(dukkha) jasmani, yang didahului oleh lenyapnya ‘kebahagiaan

dan penderitaan batin’ (somanassadomanassa), saya

mencapai dan berada pada Jhana IV, yang tanpa dukkha

(adukkha) dan tanpa sukha (asukha) disertai 'perhatian dan

keseimbangan suci’ (upekhasati-parisuddhi).

12. Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak ternoda, bersih

dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap dan

mencapai ketenangan, saya mengarahkan batin (citta) pada

'pengetahuan tentang kehidupan-kehidupan yang lampau'

(pubbenivasanussatinana).

384

Page 385: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Saya mengingat banyak kehidupanku yang lampau, yaitu: satu

kelahiran, dua kelahiran ... lima kelahiran, sepuluh kelahiran ...

lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran,

seratus ribu kelahiran, banyak kappa penjadian dunia

(samvattakappa), banyak kappa penghancuran dunia

(vivattakappa), dan banyak kappa penjadian dan

penghancuran dunia (samvattavivat-takappa): "Di sana saya

bernama, ras, penampilan, makanan, mengalami kesenangan

serta penderitaan, panjang usia seperti itu; meninggal dari

sana, saya terlahir kembali di tempat-tempat lain; di sana pun

saya bernama, ras, penampilan, makanan, mengalami

kesenangan serta penderitaan, panjang usia seperti itu; dan

meninggal dari alam itu, saya terlahir di sini. Demikianlah,

dengan rinci dan khusus, saya mengingat banyak kelahiran

yang lampau.

Inilah pengetahuan pertama yang saya capai pada masa

pertama di malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan

pengetahuan (vijja) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya

bersinar, begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat

dan waspada.

13. Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak ternoda, bersih

dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap dan

385

Page 386: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mencapai ketenangan, saya mengarahkan batin (citta) pada

'pengetahuan tentang lenyap dan munculnya makhluk-

makhluk' (cutupa-patanana). Dengan pandangan mata dewa

(dibbacakkhu) yang suci dan melampaui kemampuan manusia

biasa, saya melihat makhluk-makhluk lenyap (meninggal) dan

muncul (lahir) kembali sebagai terhormat atau hina, berwajah

cakap atau jelek, berprilaku baik atau jahat; saya mengerti

bagaimana makhluk-makhluk hidup sesuai dengan karma

mereka, sebagai berikut: "Makhluk-makhluk ini yang

melakukan perbuatan baik melalui ucapan perbuatan dan

pikiran, menghina para ariya, berpandangan keliru, melakukan

perbuatan berdasarkan pandangan keliru mereka, setelah

mereka meninggal dunia, mereka terlahir kembali dalam

keadaan yang tidak menyenangkan, di alam yang

menyedihkan, bahkan di neraka; sedangkan makhluk-makhluk

yang melakukan perbuatan baik melalui ucapan, perbuatan

dan pikiran, tidak menghina para ariya, berpandangan benar,

melakukan perbuatan berdasarkan pada pandangan benar,

setelah mereka meninggal dunia, mereka terlahir kembali

dalam keadaan menyenangkan, di alam yang membahagiakan,

bahkan di surga." Demikianlah dengan dibba cakku yang suci

dan melampaui kemampuan manusia biasa, saya melihat

386

Page 387: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

makhluk-makhluk lenyap dan muncul kembali sebagai

terhormat atau hina, berwajah cakap atau jelek, berprilaku baik

atau jahat; saya mengerti bagaimana makhluk-makhluk hidup

sesuai dengan karma mereka.

Inilah pengetahuan kedua yang saya capai pada masa kedua di

malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan pengetahuan

(vijja) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya bersinar,

begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat dan

waspada.

14. Ketika batinnya (citta) telah suci, terang, tak ternoda, bersih

dari kekotoran, lentur, mudah digunakan, mantap, dan

mencapai ketenangan, saya mengarah batin (citta) pada

'pengetahuan tentang pelenyapan kotoran batin'

(asavanamkhayanana). Saya memiliki pengetahuan: "Inilah

Dukkha." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Sebab Dukkha."

Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Lenyapnya Dukkha." Saya

memiliki pengetahuan: "Inilah Jalan untuk melenyapkan

Dukkha." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah kekotoran-

kekotoran batin." Saya memiliki pengetahuan: "Inilah Sebab

Kekotoran-kekotoran batin" Saya memiliki pengetahuan: "Inilah

Lenyapnya kekotoran-kekotoran batin." Saya memiliki

387

Page 388: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pengetahuan: "Inilah Jalan untuk melenyapkan kekotoran-

kekotoran batin."

Ketika saya mengetahui dan melihat seperti itu, batinku

terbebas dari 'kekotoran-batin nafsu indera' (kamasava),

'Kekotoran-batin untuk menjadi' (bhavasava) dan 'kekotoran-

batin kebodohan' (avijjasava). Ketika terbebas, muncul

pengetahuan: "Telah terbebas". Saya memiliki pengetahuan:

"Kelahiran telah dilenyapkan, kehidupan suci telah direalisasi,

apa yang harus dikerjakan telah dilaksanakan, tidak ada lagi

sesuatu di seberang sana."

Inilah pengetahuan ketiga yang saya capai pada masa ketiga di

malam hari. Kebodohan (avijja) dilenyapkan dan pengetahuan

(vijja) muncul, kegelapan lenyap dan cahaya bersinar,

begitulah seseorang yang hidup rajin, bersemangat dan

waspada.

15. Para bhikkhu, misalnya, di sebuah hutan besar terdapat rawa

besar dan didekatnya ada sekelompok rusa yang hidup di situ.

Seandainya ada seseorang yang datang ke tempat itu dengan

berkeinginan jahat, tidak bermanfaat dan mengganggu

kelompok rusa itu. Ia menutup jalan yang aman dan baik, lalu

membuka jalan jebakan dengan menempatkan umpan (benda

berupa seperti) rusa jantan dan rusa betina sebagai pemikat.

388

Page 389: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Setelah hal ini dilakukan, maka tidak seberapa lama kemudian,

kelompok rusa itu akan menemui malapetaka dan kematian.

Para bhikkhu, tetapi jika ada seseorang yang datang ke tempat

itu dengan berkeinginan baik, aman demi ketenangan para

rusa itu, maka ia akan membuka penutup jalan, mengamankan

jalan dan menutupi jalan jebakan, membuang umpan (benda

berupa seperti) rusa jantan dan betina sebagai pemikat.

Setelah hal ini dilakukan, maka setelah beberapa waktu

kemudian kelompok rusa itu akan berkembang biak, maju dan

bertambah.

Para bhikkhu, untuk menerangkan arti perumpamaan ini,

adalah sebagai berikut: Rawa besar adalah nafsu indera;

kelompok rusa adalah makhluk-makhluk. Orang yang

berkeinginan jahat, tidak bermanfaat dan mengganggu adalah

Mara, Jahat. Jalan jebakan adalah Jalan Salah berunsur

delapan. Apakah Jalan Salah Berunsur Delapan itu? Itu adalah

Jalan yang terdiri dari Pandangan Salah, Pikiran Salah, Ucapan

Salah, Perbuatan Salah, Mata Pencaharian Salah, Usaha Salah,

Perhatian Salah dan Meditasi Salah. Umpan rusa jantan adalah

Nandiraga, nafsu kemelekatan (pada obyek-indera). Rusa

betina pemikat adalah kebodohan (avijja). Sedangkan, orang

yang berkeinginan baik, aman dan ketenangan adalah

389

Page 390: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Tahtagata, Arahat Samma Sambuddha. Jalan yang aman

adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan. Apakah Jalan Mulia

Berunsur Delapan itu? Itu adalah Jalan yang terdiri dari

Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan

Benar, Mata Pencaharian Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar

dan Meditasi Benar.

Para bhikkhu, demikianlah saya telah membuka Jalan Mulia

yang aman, damai dan meyenangkan, serta telah menutup

Jalan Salah, dan telah membuang umpan Nandiraga, nafsu

kemelekatan, juga telah melenyapkan betina pemikat,

kebodohan, Avijja. Apapun yang harus dilakukan berdasarkan

kasih sayang oleh seorang guru yang berkeinginan untuk

mensejahterakan para siswanya, hal itu telah saya lakukan

demi kasih sayangku pada anda sekalian. Para bhikkhu, di sini

banyak naungan pohon, tempat yang tenang, bermeditasilah.

Jangan lalai (pamadattha), agar tidak menyesal nanti. Inilah

pesanku pada anda sekalian.

Demikianlah kata-kata Sang Bhagava. Para bhikkhu senang dan

gembira terhadap uraian Sang Bhagava.

390

Page 391: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

VITAKKASANTHANA SUTTA

(20)

1. Demikianlah saya dengar:

Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama

milik Anathapindika, Savatthi. Di sana Beliau menyapa para

bhikkhu:

"Para bhikkhu."

"Ya, Bhante." jawab mereka.

391

Page 392: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Selanjutnya, Sang Bhagava berkata:

2. "Para bhikkhu, apabila seorang bhikkhu sedang

mengembangkan batin yang lebih tinggi, ada lima tanda yang

dapat diperhatikan olehnya dari saat ke saat. Apakah kelima

tanda tersebut?

3. '’Para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu memperhatikan

beberapa tanda, dan berdasarkan pada tanda itu, muncul

dalam dirinya pikiran-pikiran buruk dan jahat yang

berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan

kebodohan, maka ia harus memperhatikan beberapa tanda lain

yang berhubungan dengan apa yang baik. Bilamana ia

memperhatikan beberapa tanda lain yang berhubungan

dengan apa yang baik, maka pikiran-pikiran buruk dan jahat

yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan

kebodohan akan ditinggalkan dan lenyap darinya. Dengan

meninggalkan hal-hal itu, pikirannya menjadi kokoh, tenang,

terpusat dan terkonsentrasi. Bagaikan seorang tukang kayu

atau pembantunya yang dapat mengeluarkan, memindahkan

dan mengganti sebuah pasak kasar dengan pasak halus, begitu

pula ketika seorang bhikkhu memperhatikan beberapa tanda,

dan berdasarkan pada tanda itu, muncul dalam dirinya pikiran-

pikiran buruk dan jahat yang berhubungan dengan keinginan

392

Page 393: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

indera, kebencian dan kebodohan, maka ia harus

memperhatikan beberapa tanda lain yang berhubungan

dengan apa yang baik. Bilamana ia memperhatikan beberapa

tanda lain yang berhubungan dengan apa yang baik, maka

pikiran-pikiran buruk dan jahat yang berhubungan dengan

keinginan indera, kebencian dan kebodohan akan ditinggalkan

dan lenyap darinya. Dengan meninggalkan hal-hal itu, maka

pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi.

4. ’Apabila, ketika ia sedang memperhatikan tanda lain yang

berhubungan dengan apa yang baik, namun dalam dirinya

masih muncul pikiran-pikiran buruk yang berhubungan dengan

keinginan indera, kebencian dan kebodohan, maka ia harus

memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran itu, sebagai berikut:

'Pikiran-pikiran ini buruk, patut dicela dan menyebabkan

penderitaan.' Ketika ia memeriksa bahaya dalam pikiran-

pikiran itu, maka pikiran-pikiran buruk jahat yang berhubungan

dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan

ditinggalkan dan lenyap darinya. Dengan meninggalkan hal-

hal itu, pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan

terkonsentrasi. Bagaikan seorang pria atau wanita, muda,

remaja, yang menyenangi perhiasan, akan ketakutan,

menderita dan muak jika bangkai ular, anjing atau mayat

393

Page 394: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

digantungkan dilehernya, begitu pula ... ketika seorang

bhikkhu memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran itu ... maka

pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan

terkonsentrasi."

5. "Apabila, sementara ia memeriksa bahaya dari pikiran-pikiran

itu, namun dalain dirinya masih muncul pikiran-pikiran buruk

jahat yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian

dan kebodohan, maka ia harus berusaha melupakan dan harus

tidak memperhatikan pikiran-pikiran itu.

Ketika ia berusaha melupakan dan tidak memperhatikan

pikiran-pikiran itu, maka pikiran-pikiran buruk jahat yang

berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan

kebodohan ditinggalkan dan lenyap darinya. Dengan

meninggalkan hal-hal itu, pikirannya menjadi kokoh, tenang,

terpusat dan terkonsentrasi. Bagaikan orang bermata baik

yang tidak mau melihat bentuk-bentuk yang terjangkau oleh

pandangan akan menutup mata atau memalingkan

pandangannya, begitu pula ... ketika seorang bhikkhu berusaha

melupakan dan tidak memperhatikan pikiran-pikiran itu ...

maka pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan

terkonsentrasi.

394

Page 395: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

6. "Apabila, sementara ia melupakan dan tidak memperhatikan

pikiran-pikiran itu, namun dalam dirinya masih muncul pikiran-

pikiran buruk jahat yang berhubungan dengan keinginan

indera, kebencian dan kebodohan, maka ia harus memberi

perhatian untuk menenangkan bentuk-betuk pikiran dari

pikiran-pikiran itu. Ketika ia memberikan perhatian untuk

menenangkan bentuk-bentuk pikiran dari pikiran-pikiran itu,

maka pikirain-pikiran buruk jahat yang berhubungan dengan

keinginan indera, kebencian dan kebodohan ditinggalkan dan

lenyap darinya. Dengan meninggalkan hal-hal itu, pikirannya

menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi. Bagaikan

seseorang berjalan cepat berpikir: ‘'Mengapa saya berjalan

cepat? Bagaimana bila saya berjalan perlahan?' dan ia akan

berjalan perlahan; kemudian ia berpikir: 'Mengapa saya

berjalan perlahan? Bagaimana bila saya berdiri?' dan ia akan

berdiri; kemudian ia berpikir: 'Mengapa saya berdiri?

Bagaimana bila saya duduk?' dan ia akan duduk; kemudian ia

berpikir: 'Mengapa saya duduk? Bagaimana bila saya

berbaring?' dan ia akan berbaring. Dengan melakukan seperti

itu, ia akan mengganti setiap posisi yang kasar dengan yang

halus; begitu pula ketika ... ketika seorang bhikkhu memberi

perhatian untuk menenangkan bentuk-bentuk pikiran dari

395

Page 396: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pikiran-pikiran itu ... maka pikirannya menjadi kokoh, tenang,

terpusat dan terkonsentrasi.

7. "Apabila, ketika ia memberikan perhatian untuk menenangkan

bentuk-bentuk pikiran dari pikiran-pikiran itu, namun dalam

dirinya masih muncul pikiran-pikiran buruk jahat yang

berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan

kebodohan, maka dengan menggertak gigi dan lidah menekan

langit-langit mulutnya, maka ia harus memukul, mendesak dan

menghancurkan pikiran (buruk) dengan pikiran. Ketika,

dengan menggertak gigi dan lidah menekan langit-langit

mulutnya, ia memukul, mendesak dan menghancurkan pikiran

dengan pikiran, maka pikiran-pikiran buruk jahat yang

berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan

kebodoban ditinggalkan dan lenyap darinya. Dengan

meninggalkan hal-hal itu, pikirannya menjadi kokoh, tenang,

terpusat dan terkonsentrasi. Bagaikan seseorang kuat

menangkap kepala atau bahu dari orang lemah dan

memukulnya, memaksanya, dan menghancurkannya begitu

pula ... ketika seorang bhikkhu memberi perhatian untuk

menenangkan bentuk-bentuk pikiran dari pikiran-pikiran itu ...

maka pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan

terkonsentrasi."

396

Page 397: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

8. "Para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu memberikan perhatian

pada beberapa tanda, dan berdasarkan pada tanda itu dalam

dirinya muncul pikiran-pikiran buruk jahat yang berhubungan

dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan, kemudian

ketika ia memberikan perhatian pada beberapa tanda lain yang

berhubungan dengan apa yang baik, maka pikiran-pikiran

buruk jahat ditinggalkan dan lenyap, dengan meninggalkan

pikiran-pikiran itu pikirannya menjadi kokoh tenang, terpusat

dan terkonsentrasi. Ketika ia memeriksa bahaya dari pikiran-

pikiran itu .... Ketika ia berusaha melupakan dan tidak

memperhatikan pikiran-pikiran itu .... Ketika ia memberikan

perhatian untuk menenangkan bentuk-bentuk pikiran dari

pikiran-pikiran itu .... Ketika, dengan menggertak gigi dan

menekankan lidah pada langit-langit mulutnya, ia memukul,

mendesak dan menghancurkan pikiran (buruk) dengan pikiran,

maka pikiran-pikiran buruk jahat ditinggalkannya ... dan

pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi.

Bhikkhu ini disebut sebagai ahli pikiran kasar. Ia akan

memikirkan pikiran apa pun yang ingin ia pikirkan, dan ia tidak

memikirkan apa yang ia tidak ingin pikirkan. Ia telah

memutuskan keinginan (tanha), menghempaskan belenggu-

397

Page 398: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

belenggu (samyojana), dan dengan sempurna menembus

kesombongan (mana), ia melenyapkan penderitaan.

Demikianlah yang dikatakan oleh Sang Bhagava. Para bhikhu

merasa senang dan gembira dengan apa yang diuraikan Sang

Bhagava.

398

Page 399: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

KAKACUPAMA SUTTA

(21)

Demikianlah yang saya dengar.

Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama

milik Anathapindika, Savatthi. Ketika itu Bhikkhu Moliyaphagguna

terlalu banyak berhubungan dengan para bhikkhuni. Karena terlalu

banyak bergaul dengan bhikkhuni, maka jika ada bhikkhu yang

merendahkan para bhikkhuni di depannya, ia marah dan menjadi

tidak senang dan mengomelinya; demikian pula bila ada bhikkhu

yang merendahkan Bhikkhu Moliyaphagguna di depan para

bhikkhuni, maka mereka akan marah, tidak senang dan mengomeli

bhikkhu itu. Begitulah hubungan Bhikkhu Moliyaphagguna

dengan para bhikkhuni.

Kemudian, ada seorang bhikkhu pergi menemui Sang Bhagava,

setelah menghormat beliau, ia duduk. Setelah ia duduk, ia

menceritakan apa yang telah terjadi.

399

Page 400: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Maka Sang Buddha menyuruh seorang bhikkhu dengan

berkata: "Bhikkhu, katakan kepada Bhikkhu Moliyaphagguna bahwa

guru memanggilmu."

"Ya, Bhante," jawab bhikkhu itu, ia pergi menemui Bhikkhu

Moliyaphagguna dan berkata: "Avuso, guru memanggilmu."

"Ya, avuso," jawabnya dan ia pergi menemui Sang Bhagava,

mengormat beliau, ia duduk. Setelah duduk, Sang Bhagava

berkata:

"Phagguna, apakah benar bahwa anda terlalu banyak

berhubungan dengan para bhikkhuni, karena hubungan itu maka

bila ada bhikkhu di depanmu merendahkan para bhikkhuni, anda

marah, tidak senang dan mengomelinya; jika ada bhikkhu di depan

para bhikkhuni merendahkan anda, maka mereka akan marah,

tidak senang dan mengomeli bhikkhu itu, nampaknya begitu erat

hubungan anda dengan para bhikkhuni."

"Ya, bhante."

"Phagguna, bukankah karena keyakinan (saddha) anda

meninggalkan kehidupan berumah tangga untuk menjadi bhikkhu

(pabbaja)?"

"Ya, bhante."

400

Page 401: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Phagguna, tidak pantas bagi anda sebagai bhikkhu untuk

berhubungan terlalu erat dengan para bhikkhuni. Maka bila

seseorang di depanmu merendahkan para bhikkhuni, anda

harus menghilangkan keinginan dan pikiran yang didasarkan

pada kehidupan berkeluarga. Anda harus melatih diri sebagai

berikut: 'Pikiranku tidak akan terpengaruh, saya akan tidak

mengucapkan kata-kata buruk, saya akan hidup dengan kasih

sayang dengan pikiran diliputi cinta-kasih tanpa kebencian

demi kesejahteraan banyak orang."'

"Demikianlah, jika di depanmu seseorang memukul para

bhikkhuni dengan tangan, pemukul, tongkat atau memotong

dengan pisau; anda harus menghilangkan keinginan dan pikiran

yang didasarkan pada kehidupan berkeluarga Anda harus

melatih diri sebagai berikut: 'Pikiranku tidak akan terpengaruh,

saya akan tidak mengucapkan kata-kata buruk, saya akan hidup

dengan kasih sayang dengan pikiran diliputi cinta-kasih, tanpa

kebencian demi kesejahteraan banyak orang."

Kemudian Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: "Para

bhikkhu, pada suatu waktu para bhikkhu memuaskanku. Saya

mengatakan kepada para bhikkhu: 'Saya makan sekali duduk.

Dengan berbuat begitu saya mengalami gangguan sedikit,

kesakitan sedikit, ringan, kuat dan menyenangkan.' Saya tidak

401

Page 402: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

perlu terus-terusan mengajar bhikkhu-bhkikkhu itu. Saya hanya

membangkitkan perhatian mereka."

Misalnya ada sebuah kereta di atas tanah yang rata, berada di

persimpangan jalan, ditarik oleh empat ekor kuda yang bagus, siap

menunggu dengan cambuk, sehingga kusir yang mahir juga sebagai

ahli penjinak kuda dapat naik dan memegang tali sais, mengendarai

kereta ke depan atau ke belakang di jalan mana pun yang

disukainya, begitu pula saya tidak perlu terus-terusan mengajar

bhikkhu-bhikkhu itu. Saya hanya membangkitkan perhatian

mereka.

Para bhikkhu, singkirkanlah akusala dhamma dan tekun

melaksanakan kusala dhamma, dengan cara itu kamu sekalian akan

berkembang, maju dan memenuhi dhamma-vinaya.

Para bhikkhu, dahulu kala ada seorang ibu bemama Vedehika

di Savatthi. Popularitas baik Ibu Vedehika telah tersebar sebagai

berikut: "Ibu Vehidika baik hati, lembut dan penuh kasih sayang."

Ibu Vedehika mempunyai seorang pembantu bernama Kali,

yang pintar, cekatan dan bekerja dengan rapi.

Kali berpikir: "Popularitas nyonyaku telah tersebar, 'Ibu

Vedehika baik hati, lembut dan penuh kasih sayang.' Apakah ketika

ia tidak marah berarti sungguh-sungguh kemarahannya ada

402

Page 403: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

padanya atau tidak ada padanya. Atau mungkin karena pekerjaan

saya rapi sehingga nyonya tidak marah padahal kemarahan itu ada

adanya? Bagaimana kalau saya mengeceknya?"

Demikianlah, Kali bangun terlambat.

Ibu Vedehika berkata: "Hai Kali! Apa sebab kamu bangun

terlambat?"

"Tidak apa-apa, nyonya."

"Tidak apa-apa. Kau gadis jahat, kamu bangun terlambat. Ia

marah, tidak senang dan cemberut.

Kemudian Kali berpikir:

"Ternyata bila nyonya tidak marah, kemarahan itu ada

padanya, bukan tidak ada; hanya karena pekerjaanku yang rapi

maka nyonya tidak marah walaupun kemarahan itu ada padanya,

bukan tidak ada padanya.

Bagaimana kalau saya mengecek nyonya sekali lagi?"

Demikianlah, Kali bangun lebih terlambat lagi.

Ibu Vedehika berkata: "Hai Kali! Apa sebab kamu bangun

kesiangan?"

"Tidak apa-apa, nyonya."

403

Page 404: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Tidak apa-apa, kau gadis jahat, kamu bangun kesiangan!" Ia

marah, tidak senang dan mengucapkan katak-kata tidak

menyenangkan.

Kali berpikir pula: "Ternyata bila nyonya tidak marah

kemarahan itu ada padanya ... saya mengecek nyonya sekali lagi."

Demikianiah, Kali bangun kesiangan lagi.

Ibu Vedehika berkata: "Hai Kali! Apa sebab kamu bangun

kesiangan?"

"Tidak apa-apa, nyonya."

"Tidak apa-apa, kau gadis jahat, kamu bangun kesiangan!" ia

marah, tidak senang dan mengambil 'gulungan penjepit',

memukulkannya ke kepala Kali yang mengakibatkan kepala Kali

terluka dan berdarah.

Kemudian, Kali dengan kepala berdarah memberitahukan

kepada para tetangga: "Ibu-ibu lihat, perbuatannya yang baik hati,

lembut dan penuh kasih sayang. Lihatlah, karena pembantunya

bangun kesiangan, ia marah, tidak senang dan memukulnya

dengan 'gulungan penjepit' sehingga kepala pembantunya terluka

dan berdarah."

Akibatnya nama buruk dari Ibu Vedehika tersebar: "Ibu

Vedehika kasar, kejam dan tak memiliki kasih sayang."

404

Page 405: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Demikianlah beberapa bhikkhu agak baik hati, lembut dan

diliputi cinta kasih selama tidak ada kata-kata yang tidak

menyenangkan yang didengarnya. Tetapi segera setelah ia

mendengar kata-kata yang tidak menyenangkan tentang dirinya

seorang bhikkhu harus bersikap baik hati, lembut dan penuh cinta

kasih. Saya tidak mengatakan seorang bhikkhu itu mudah di

koreksi, karena bhikkhu hanya mudah dikoreksi bila berkenaan

dengan jubah, makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk

menyembuhkan sakit, yang didapatnya. Mengapa demikian?

Sebab bhikkhu adalah sulit dikoreksi bila ia tidak mendapat jubah,

makanan, tempat tingal dan obat-obatan.

Tetapi seorang bhikkhu mudah dikoreksi bila ia menghormat,

memuja dan sujud pada Dhamma. Itulah sebabnya, para bhikkhu

harus melatih diri: "Kami akan mudah dikoreksi karena

menghormat, memuja dan sujud pada Dhamma."

Para bhikkhu, ada lima macam ucapan yang mungkin ditujukan

orang lain kepadamu; mereka berbicara :

i) pada waktu tepat atau pada waktu tidak tepat.

ii) benar atau tidak benar.

iii) lembut atau kasar.

iv) berhubungan dengan kebaikan atau mencelakakan.

405

Page 406: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

v) disertai dengan pikiran cinta kasih atau benci.

Bila ada orang berbicara dengan lima macam ucapan itu, para

bhikhu harus melatih diri mereka: "Pikiran kami tidak akan

terpengaruh, kami tidak akan mengucapkan kata-kata buruk

dan kami akan tetap penuh kasih sayang demi kesejahteraan

(banyak orang) dengan pikiran diliputi cinta kasih tak ada

kebencian. Kami akan memancarkan pikiran cinta kasih

kepada orang itu; kami akan meliputi diri dengan cinta kasih

yang banyak, penuh dan tak terbatas tanpa kejahatan atau iri

hati untuk semua makhluk di alam semesta ini sebagai

obyeknya." Demikian pula, bila ada penjahat yang dengan

buas memotong tangan dan kaki dengan gerjaji, ia yang

membangkitkan kebencian karena hal itu tidak akan dapat

melaksanakan ajaranku. Inilah caranya kamu sekalian harus

melatih diri: “Pikiran kami tidak akan terpengaruh, kami kami

tidak akan mengucapkan kata-kata buruk dan kami akan

tetap penuh kasih sayang demi kesejahteraan (banyak orang)

dengan pikiran diliputi cinta kasih tak ada kebencian. Kami

akan memancarkan pikiran cinta kasih kepada orang itu; kami

akan meliputi diri dengan cinta kasih yang banyak, penuh dan

tak terbatas tanpa kejahatan atau iri hati untuk semua

makhluk di alam semesta ini sebagai obyeknya.”

406

Page 407: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, ingatlah selalu uraian ini sebagai Perumpamaan

Gerjaji (Kakacupama).

Para bhikkhu, apakah kamu sekalian melihat ucapan kasar,

kecil atau besar yang tidak dapat kamu tahan?

“Tidak, Bhante”.

“Para bhikkhu, ingatlah selalu uraian ini sebagai

Perumpamaan Gergaji. Hal ini cukup mensejahterakan dan

membahagiaan kamu sekalian.”

407

Page 408: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ALAGADDUPAMASUTTA

(22)

1-- Demikianiah saya dengar:

Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama

milik Anathapindika, Savatthi.

2-- Pada waktu itu suatu pandangan jahat (papaditthi) telah

timbul di dalam diri seorang bhikkhu yang bemama Arittha,

yang pada waktu lampau adalah seorang pembunuh burung

Nasar (Burung Pemakan Bangkai).

"Sebagaimana saya mengerti dhamma diajarkan oleh Sang

Bhagava, hal-hal yang disebut penghalang (antarayika) oleh

Sang Bhagava adalah tidak dapat menghalangi seseorang yang

sibuk dengan hal-hal itu.

408

Page 409: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

3-- Beberapa bhikkhu setelah mendengar hal ini, menemui

Bhikkhu Arittha dan bertanya kepadanya: "Avuso Arittha,

apakah benar bahwa ada pikiran jahat muncul dalam dirimu?"

"Benar, para avuso. Sebagaimana saya mengerti dhamma

diajarkan oleh Sang Bhagava, hal-hal yang disebut penghalang

(antarayika) oleh Sang Bhagava adalah tidak dapat

menghalangi seseorang yang sibuk dengan hal-hal itu.”

Kemudian, para bhikkhu ini berkeinginan untuk membebaskan

dia dari pandangan jahat itu, menekan, bertanya dan

menanyai dia berulang kali: "Avuso Arittha, jangan berkata

begitu. Jangan salah mengerti mengenai Sang Bhagava. Sang

Bhagava tidak akan mengatakan seperti itu. Karena di dalam

banyak khotbah Sang Bhagava telah menyatakan bagaimana

hal-hal penghalang menghalangi, dan bagaimana penghalang-

penghalang ini dapat menghalangi seseorang yang sibuk

dengan hal-hal itu. Sang Bhagava telah menyatakan

bangaimana keinginan nafsu indera yang hanya menghasilkan

kepuasan sedikit, namun banyak penderitaan, banyak

keputusasaan, dan betapa besar bahaya dalam hal-hal itu.

Dengan perumpamaan tengkorak ... dengan perumpamaan

sepotong daging ... dengan perumpamaan rumput obor ...

dengan perumpamaan lobang arang ... dengan perumpamaan

409

Page 410: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mimpi ... dengan perumpamaan barang-barang dipinjam ...

perumpamaan pohon sarat dengan buah ... perumpamaan

rumah jagal ... perumpamaan pedang ... dengan perumpamaan

kepala ular, Sang Bhagava telah menyatakan bagaimana

keinginan nafsu indera yang hanya menghasilkan kepuasan

sedikit, namun banyak penderitaan, banyak keputusasaan, dan

betapa besar bahaya dalam hal-hal itu.

Namun, walaupun ditekan, ditanya, dan ditanya berulang kali

oleh mereka dengan cara ini, Bhikkhu Arittha tetap teguh

mempertahankan pandangan jahat itu dan bersikeras berlanjut

dengan pandangan itu.

4-- Karena para bhikkhu tidak berhasil membebaskannya dari

pandangan jahat, maka mereka pergi menemui Sang Bhagava,

setelah memberi hormat kepada beliau, mereka duduk di

tempat yang tersedia dan mengatakan kepada beliau semua

yang telah terjadi, dan menambahkan: "Bhante, karena kami

tidak dapat membebaskan Bhikkhu Arittha dari pandangan

jahat ini, kami melaporkan hal ini kepada Sang Bhagava."

5-- Sang Bhagava berkata kepada seorang bhikkhu: "Bhikkhu,

katakan kepada bhikkhu Arittha atas nama saya babwa guru

(sattha) memanggilnya."

410

Page 411: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Ya, Bhante," jawabnya. Ia pergi menemui Bhikkhu Arittha dan

berkata kepadanya:

"Avuso Arittha, guru memanggilmu."

"Baiklah, avuso," jawabnya, dan ia pergi menemui Sang

Bhagava, setelah menghormat beliau, ia duduk di tempat yang

tersedia. Kemudian Sang Bhagava bertanya kepadanya:

"Arittha, apakah benar bahwa pandangan jahat seperti ini telah

muncul dalam dirimu: 'Sebagaimana saya mengerti Dhamma

yang diajarkan oleh Sang Bhagava, hal-hal yang disebut

penghalang oleh Sang Bhagava adalah tidak dapat

menghalangi seseorang yang sibuk dengan hal-hal itu'?"

"Benar, Bhante. Sebagaimana saya mengerti Dhamma yang

diajarkan oleh Sang Bhagava, hal-hal yang disebut penghalang

oleh Sang Bhagava adalah tidak dapat menghalangi seseorang

yang sibuk dengan hal-hal itu."

6-- "Orang yang salah arah, dari siapa anda mengetahui saya

mengajarkan Dhamma dengan cara ini? Orang, yang salah

arah, dalam banyak khotbah saya telah menyatakan

bagaimana hal-hal penghalang menghalangi, dan bagaimana

penghalang-penghalang ini dapat menghalangi seseorang yang

sibuk dengan hal-hal itu. Saya telah menyatakan bangaimana

411

Page 412: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

keinginan nafsu indera yang hanya menghasilkan kepuasan

sedikit, namun banyak penderitaan, keputusasaan, dan betapa

besar bahaya dalam hal-hal itu. Dengan perumpamaan

tengkorak ... dengan perumpamaan sepotong daging ...

dengan perumpamaan rumput obor ... dengan perumpamaan

lobang arang ... dengan perumpamaan mimpi ... dengan

perumpamaan barang-barang dipinjam ... perumpamaan

pohon sarat dengan buah ... perumpamaan rumah jagal ...

perumpamaan pedang ... dengan perumpamaan kepala ular,

saya telah menyatakan bagaimana keinginan nafsu indera

yang hanya menghasilkan kepuasan sedikit, namun banyak

penderitaan, banyak keputusasaan, dan betapa besar bahaya

dalam hal-hal itu. Tetapi anda, orang yang salah arah, telah

mengsalah-mengertikan kami dengan penangkapan salahmu

dan merusak dirimu sendiri serta menimbun karma buruk;

karena ini akan mengantarmu ke kecelakaan dan penderitaan

untuk masa yang lama.

7-- Selanjutnva. Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, bagaimana pendapat anda sekalian. Apakah

Bhikkhu Arittha menyalakan seberkas kebijaksanaan dalam

Dhamma dan Vinaya ini"

“Bagaimana mungkin, Bhante? Tidak, Bhante."

412

Page 413: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Ketika hal ini telah dikatakan, Bhikkhu Arittha duduk diam,

malu, dengan bahu menurun dan kepala menunduk

menerawang dan tak berkata apa-apa. Kemudian, setelah

mengetahui keadaan ini, Sang Bhagava berkata kepadanya:

"Orang yang salah arah, anda akan terkenal karena pandangan

jahatmu. Saya akan menanyai para bhikkhu sehubungan

dengan hal ini."

8-- Selanjutnva, Sang Bagava berkata kepada para bhikkhu: Para

bhikkhu apakah anda sekalian mengerti Dhamma yang saya

ajarkan seperti Bhikkhu Arittha ini lakukan ketika ia mensalah

artikan kami dengan pengertiannya yang salah dan melukai

dirinya sendiri serta menimbun karma buruk?"

"Tidak, bhante. Karena di dalam banyak khotbah Sang

Bhagava telah menyatakan bagaimana hal-hal penghalang

menghalangi, dan bagaimana penghalang-penghalang, ini

dapat menghalangi seseorang yang sibuk dengan hal-hal itu.

Sang Bhagava telah menyatakan bagaimana keinginan nafsu

indera yang hanya menghasilkan kepuasan sedikit, namun

banyak penderitaan, banyak keputusasaan, dan betapa besar

bahaya dalam hal-hal itu. Dengan perumpamaan tengkorak ...

dengan perumpamaan sepotong daging ... dengan

perumpamaan rumput obor dengan perumpamaan lobang

413

Page 414: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

arang ... dengan perumpamaan mimpi … dengan

perumpamaan barang-barang dipinjam... perumpamaan pohon

sarat dengan buah ... perumpa-maan rumah jagal ...

perumpamaan pedang ... dengan perumpamaan kepala ular,

Sang Bhagava telah menyatakan bagimana keinginan nafsu

indera yang hanya menghasilkan kepuasan sedikit, banyak

penderitaan, banyak keputusasaan, dan betapa besar bahaya

dalam hal-hal itu."

"Baik, para bhikkhu. Baik, karena anda sekalian mengerti

Dhamma yang saya ajarkan seperti itu. Karena dalam banyak

khotbah saya telah menyatakan bagaimana hal-hal penghalang

menghalangi, dan bagaimana penghalang-penghalang ini

dapat menghalangi seseorang yang sibuk dengan hal-hal itu.

Saya telah menyatakan bangaimana keinginan nafsu indera

yang hanya menghasilkan kepuasan sedikit, namun banyak

penderitaan, banyak keputusasaan, dan betapa besar bahaya

dalam hal-hal itu. Dengan perumpamaan tengkorak ... dengan

perumpamaan sepotong daging ... dengan perumpamaan

rumput obor dengan perumpamaan lobang arang ... dengan

perumpamaan mimpi dengan perumpamaan barang-barang

dipinjam ... perumpamaan pohon sarat dengan buah ...

perumpamaan rumah jagal ... perumpamaan pedang ... dengan

414

Page 415: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

perumpamaan kepala ular, saya telah menyatakan bagimana

keinginan nafsu indera yang hanya menghasilkan kepuasan

sedikit, banyak penderitaan, banyak keputusasaan, dan betapa

besar bahaya dalam hal-hal itu. Tetapi, anda orang yang salah

arah, telah mengsalahmengertikan kami dengan penerimaan

salahmu dan merugikan dirimu sendiri serta menimbun karma

buruk; karena ini akan mengantarmu ke kecelakaan dan

penderitaan untuk masa yang lama.

9. "Para bhikkhu, seseorang yang sibuk dengan pemuasan nafsu

indera tanpa keinginan nafsu, tanpa persepsi keinginan nafsu

dan tanpa pikiran-pikiran keinginan nafsu - adalah tak

mungkin."

Perumpamaan Ular

10. Para bhikkhu, beberapa orang bodoh belajar Dhamma khotbah-

khotbah (sutta-sutta), bait-bait (geyya), eksposisi-eksposisi

(veyyakarana), syair-syair (gatha), pernyataan-pernyataan

gembira (udana), kata-kata (itivuttaka), cerita-cerita kelahiran

(jataka), dhamma yang menakjubkan (abbhutadhamma) dan

tanya-jawab (vedalla) - tetapi setelah mempelajari Dhamma,

mereka tidak memeriksa arti dari ajaran-ajaran itu dengan

415

Page 416: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kebijaksanaan. Tidak memeriksa arti dari ajaran-ajaran itu

dengan kebijaksanaan, mereka tidak mendapat pengertian

sebenarnya dari ajaran-ajaran itu. Sebaliknya mereka belajar

Dhamma hanya untuk mencela orang-orang lain dan

memenangkan perdebatan, serta mereka tidak mengalami

kebaikan dari tujuan mereka belajar Dhamma. Ajaran-ajaran

itu, salah diterima oleh mereka, menyebabkan kerugian dan

penderitaan yang lama.

Misalnya, ada seorang yang memerlukan ular, mencari ular,

mengembara mencari ular, melihat seekor ular besar dan

menangkap lingkarannya atau ekomya. Ular itu akan berbalik

kepadanya, menggigit tangannya, lengannya atau anggota

tubuhnya, dan karena itu ia dapat mati atau mati dengan

menderita. Mengapa begitu? Sebab ia salah menangkap ular.

Begitu pula, di sini ada beberapa bhikkhu yang salah arah

belajar Dhamma .... Ajaran-ajaran itu, salah diterima oleh

mereka, menyebabkan kerugian dan penderitaan yang lama.

11. "Para bhikkhu, di sini ada beberapa keluarga (kulaputta)

belajar Dhamma, khotbah-khotbah ... tanya-jawab - setelah

mempelajari Dhamma, mereka memeriksa arti dari ajaran-

ajaran itu dengan kebijaksanaan. Memeriksa arti ajaran-ajaran

itu dengan kebijaksanaan, mereka mendapat pengertian benar

416

Page 417: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dari ajaran-ajaran itu. Mereka tidak belajar Dhamma untuk

mencela orang-orang lain dan untuk memenangkan

perdebatan, mereka mengalami kebaikan sesuai dengan

tujuan mereka mempelajari Dhamma. Ajaran-ajaran itu telah

diterima dengan benar oleh mereka, menyebabkan

kesejahteraan dan kebahagiaan mereka untuk masa yang

lama.

Misalnya, ada seorang yang memerlukan ular, mencari ular,

mengembara mencari ular, melihat seekor ular besar dan

menangkapnya secara benar dengan tongkat berpenjepit,

setelah melakukan seperti itu, ia memegangnya tepat

dilehernya. Walaupun ular itu melingkarkan tubuhnya pada

tangannya, lengannya atau anggota tubuhnya, tetap ia tidak

akan mati atau mati menderita karena perbuatan ular itu.

Mengapa begitu? Sebab ia menangkap ular dengan cara yang

benar. Begitu pula, di sini ada beberapa keluarga mempelajari

Dhamma .... Ajaran-ajaran itu, telah diterima dengan benar,

menyebabkan kesejahteraan dan kebahagiaan mereka untuk

masa yang lama.

12. "Para bhikkhu, bilamana anda sekalian mengerti Dhamma

yang saya nyatakan, ingatlah itu sesuai dengan apa adanya;

dan bilamana anda sekalian tidak mengerti apa yang saya

417

Page 418: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

nyatakan, maka tanyalah hal itu padaku atau kepada bhikkhu

yang bijaksana.

Perumpamaan Rakit

13. "Para bhikkhu, saya akan mengajarkan kepadamu sekalian.

Dhamma yang mirip dengan rakit, yang digunakan untuk

menyebarang, dan bukan untuk dipegang saja. Dengar dan

perhatikanlah dengan baik pada apa yang akan saya

katakana."

"Ya, Bhante," jawab para bhikkhu.

"Para bhikkhu, ketika seorang yang melakukan perjalanan di

jalan raya melihat sebuah genangan air yang lebar, tepi sisi

dari genangan air itu sangat berbahaya dan menakutkan, tepi

yang seberang aman dan tidak menakutkan, tetapi apabila di

sana tidak ada perahu untuk menyeberanginya atau pula tidak

ada jembatan yang dapat dititi dari sini ke sana, hal ini

mungkin terjadi padanya: 'Ini adalah bentangan air yang besar

dan lebar, tepi yang sini berbahaya dan menakutkan, tepi yang

sana aman dan tidak menakutkan, tetapi di sana tidaklah

terdapat sebuah perahu untuk menyeberangkannya atau tidak

pula terdapat jembatan untuk dapat dititi dari tepi sini ke tepi

418

Page 419: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

sana. Seandainya saya, setelah mengumpulkan rumput-

rumputan, kayu-kayu, cabang-cabang dan ranting-ranting,

daun-daunan dan setelah mengikatnya menjadi sebuah rakit,

dengan bergantung pada rakit itu, dan berusaha dengan

tangan-tangan serta kaki-kaki, harus dapat menyeberang

dengan selamat ke seberang sana?' Para bhikkhu, kemudian

orang itu, setelah mengumpulkan rumput-rumput, kayu-kayu,

cabang-cabang, ranting-ranting, daun-daunan, setelah

mengikatnya menjadi sebuah rakit, dengan bergantung pada

rakit tersebut berusaha dengan keras dengan tangan-tangan

serta kaki-kaki, akan dapat menyeberang dengan selamat ke

seberang. Baginya, setelah menyeberang, pergi ke sana, hal

ini bisa terjadi: 'Sekarang, rakit ini sudah sangat berguna

bagiku. Saya dengan menggantungkan pada rakit ini, dan

berusaha dengan keras dengan tangan-tangan serta kaki-

kakiku, telah menyeberang dengan selamat ke seberang sini.

Seandai aku sekarang, setelah menaruh rakit itu di atas

kepalaku, dan mengangkatnya ke atas pundak-ku, apakah bisa

berjalan menurut apa yang saya inginkan?' Apa yang kamu

pikirkan tentang hal ini, para bhikkhu? Apabila orang itu

melakukan itu, apa ia melakukan apa yang semestinya

dilakukan dengan rakit tersebut?"

419

Page 420: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Tidak, Bhante.”

"Para bhikkhu, apa yang harus dilakukan oleh orang tersebut,

demi untuk berbuat apa yang seharusnya diperbuat dengan

rakit tersebut? Para bhikkhu, dalam hal ini mungkin bisa

terjadi terhadap orang itu yang telah menyeberang dari sana

ke seberang sini: 'Sekarang, rakit ini telah sangat berguna

bagiku. Dengan bergantung pada rakit ini dan berusaha

dengan kuatnya memakai tangan dan kaki-kakiku, saya telah

menyeberang dengan selamanya keseberang sini. Seandai

saya sekarang, setelah menepikan rakit ini di atas tanah kering

atau setelah aku menenggelamkannya di bawah air, apakah

aku harus melakukan hal itu sesuai dengan keinginanku? Para

bhikkhu, dalam hal ini, apa yang harus orang itu lakukan?

Dalam melakukan hal ini, para bhikkhu, orang itu harus

melakukan apa yang harus ia lakukan dengan rakit tersebut.

Para bhikkhu, sekalipun demikian apakah dhamma tentang

persamaan dengan rakit yang saya ajarkan itu untuk dipakai

menyeberang, bukan untuk disimpan atau dipertahankan."

14. "Para bhikkhu, bilamana anda sekalian mengetahui dhamma

seperti rakit, anda sekalian harus meninggalkan hal-hal baik

tertentu, apa lagi hal-hal yang buruk."

420

Page 421: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

15. Para bhikkhu, terdapat keenam pandangan dengan hubungan-

hubungan sebab akibat. Apa keenam pandangan itu? Para

bhikkhu, di dalam bubungan ini, rata-rata orang yang tidak

diberikan instruksi, tidak ambil peduli terhadap hal-hal yang

murni, tidak terampil dalam dhamma dari orang-orang suci,

tidak terlatih dalam dhamma dari orang-orang suci, tidak ambil

peduli terhadap orang-orang benar, tidak terampil dalam

dhamma dari orang benar, tak terlatih dalam dhamma dari

orang-orang benar, mengganggap bentuk-bentuk material

sebagai: 'Ini adalah kepunyaanku ... ' Ia menganggap persepsi

menanggapi itu sebagai: "Ini adalah aku, ini adalah pribadiku.'

Juga pandangan apapun dengan hubungan sebab akibat

mengatakan: 'Ini adalah dunia ini adalah pribadi; sesudah

kematian aku akan menjadi kekal abadi, tahan lama, kekal,

tidak terkena hukum perubahan, aku akan berdiri tegak

seperti masuk ke dalam alam kekal, 'ia menganggap ini

sebagai: 'Ini adalah kepunyaanku, ini adalah pribadiku.'

16. Para bhikkhu, tetapi siswa yang telah diberikan instruksi

tentang hal-hal murni, memperhatikan hal-hal murni, terampil

di dalam dhamma dari orang-orang suci, terlatih baik-baik di

dalam dhamma dari orang-orang suci; berprihatin terhadap

orang-orang benar, terampil di dalam dhamma dari orang-

421

Page 422: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

orang benar; terlatih baik-baik di dalam dhamma dari orang-

orang benar, menganggap bentuk-bentuk material sebagai: 'Ini

adalah bukan milikku, ini bukan aku, ini adalah bukan

pribadiku; 'ia menganggap perasaan sebagai: 'Ini adalah bukan

milikku ... ia menganggap persepsi sebagai: 'Ini adalah bukan

milikku...' ia menganggap kecenderungan-kecenderungan

kebiasaan sebagai: 'Mereka ini adalah bukan milikku ... ; 'Ia

menganggap kesadaran sebagai: 'Ini adalah bukan milikku, ini

adalah bukan aku, ini adalah bukan pribadiku.' Juga ia

menganggap apapun yang dilihat, didengar, dirasa,

dimengerti, dicapai, dicari, direnungkan oleh pikiran sebagai:

"Ini adalah bukan milikku, ini adalah bukan aku, ini adalah

bukan pribadiku.” Juga, pandangan apa pun dengan hubungan

sebab akibat yang menyatakan: "Dunia ini sangat pribadi,

sesudah mati aku akan menjadi permanen, bertahan lama,

kekal, tidak terkena hukum perubahan, aku akan berdiri tegak

seperti masuk ke dalam kekekalan.” Tetapi ia yang

menganggap ini sebagai: 'Ini adalah bukan milikku, ini adalah

bukan aku, ini adalah bukn pribadiku.' Bagi dia yang

menganggap (dunia) itu adalah sesuatu yang tidak ada, tidak

akan menjadi khawatir atau cemas."

422

Page 423: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

17. "Karena ia memandang hal-hal itu seperti itu, maka ia tidak

cemas tentang apa yang non-eksisten.”

18. Ketika hal ini telah diucapkan, seorang bhikkhu berkata

kepada Sang Bhagava: "Bhante, tetapi apakah tidak muncul

kecemasan tentang sesuatu non-eksisten ekstemal?"

"Bhikkhu, mungkin ada," kata Sang Buddha. "Bhikkhu, dalam

hal ini, itu terjadi pada seseorang (berpandangan): 'Apa yang

sudah pasti milikku adalah pasti bukan milikku; apa yang

mungkin pasti menjadi milikku, sudah pasti tidak ada

kesempatan untuk aku peroleh.' Ia berduka, menangisi,

meratapi, memukul-mukul dadanya, dan diliputi kekecewaan.

Para bhikkhu, sekali pun demikian, muncullah kecemasan

tentang sesuatu obyek yang tidak ada itu."

19. "Bhante, tetapi apakah dapat terjadi, tidakkah ada kecemasan

tentang sesuatu obyek yang tidak ada itu?"

"Bhikkhu, mungkin," kata Sang Bhagava. "Di dalam hal ini, hal

itu tidak terjadi pada setiap orang: 'Apa yang sudah pasti

milikku adalah pasti bukan milikku (sekarang); apa yang pasti

menjadi milikku, pasti tidaklah ada kesempatan untuk menjadi

milikku.' Ia tidak berduka, menangis, meratap, ia tidak

memukuli dadanya' ia tidak diliputi kekecewaan. Sekali pun

423

Page 424: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

demikian, terjadilah suatu kecemasan tentang sesuatu obyek

(sesuatu yang obyektif) yang tidak ada."

20-- "Bhante, tetapi apakah di sana terdapat kecemasan tentang

sesuatu yang non-eksisten eksternal.?"

"Mungkin saja ada, bhikkhu," kata Sang Bhagava. "Para

bhikkhu, dalam hal ini pandangan terjadi pada seseorang:

'Dunia ini sang pribadi; sesudah mati aku akan menjadi

permanen, tahan lama, kekal, tidak terkena hukum

perubahan, aku akan berdiri tegak seperti masuk ke dalam

kekekalan.' Namun bagi dia yang mendengarkan dhamma

seperti apa adanya yang diajarkan oleh Sang Tathagata atau

oleh seorang siswa dari Tathagata untuk mencabut hingga ke

akar-akarnya semua ketetapan, prasangka, kecenderungan

dan ketergantungan terhadap pandangan dan hubungan sebab

akibat, untuk menenangkan semua aktivitas-aktivitas, untuk

melenyapkan semua kemelekatan, untuk menghancurkan

nafsu atau keinginan keras, untuk menghilangkan nafsu-nafsu,

mengadakan penghentian-penghentian, Nibbana. Juga hal

seperti ini tidak terjadi padanya: 'Aku pasti akan dimusnahkan,

aku pasti akan dimusnahkan, aku pasti akan dihancurkan, aku

pasti akan tidak ada.' Oleh sebab itu ia tidak berduka, tidak

menangis, tidak meratap, tidak memukul-mukul dadanya, ia

424

Page 425: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tidak diliputi putus asa. Para bhikkhu, demikianlah maka tidak

terdapat kecemasan tentang sesuatu yang subyektif yang

tidak ada itu.”

“Para bhikkhu, apakah anda sekalian dapat memegang

beberapa hak milik, hak-hak milik mana yang menjadi kekal,

bertahan lama, abadi, tidak terkena hukum perubahaan, yang

dapat berdiri tegak sepertinya masuk ke dalam kekekalan itu?

Para bhikkhu, tetapi apakah anda sekalian melihat bahwa hak

milik itu adalah materi yang akan menjadi permanen, tahan

lama, kekal tidak patut terkena hukum perubahan, yang akan

berdiri tegak seperti hendak masuk ke dalam kekekalan.

"Tidak, bhante."

"Baik, para bhikkhu. Para bhikkhu, saya pun tidak melihat

bahwa harta milik itu adah materi yang permanen, tahan lama,

kekal, tidak terkena hukum perubahan, yang akan berdiri

tegak bagaikan mau masuk ke dalam kekekalan. Para bhikkhu,

dapatkah anda sekalian menangkap pemahaman teori tentang

pribadi, sedemikian sehingga dengan menangkap teori

tersebut tentang pribadi tidak kekal akan timbul kedukaan,

penderitaan, kesengsaraan, ratap tangis dan putus asa. Para

bhikkhu, tetapi apakah anda sekalian melihat bahwa

pemahaman teori tersebut tentang pribadi, dari hasil

425

Page 426: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pemahaman atau penangkapan teori tentang pribadi, di sana

tidak akan timbul kedukaan, penderitaan, kesengsaraan, ratap

tangis dan putus asa"

"Tidak, Bhante."

"Baik, para bhikkhu. Para bhikkhu, saya pun tidak melihat

bahwa pemahaman teori tentang pribadi dari pemahaman

mana tidak bakal akan timbul, kedukaan, penderitaan,

kesengsaraan, ratap tangis dan putus asa. Para bhikkhu,

dapatkah anda sekalian bergantung pada ketergantungan

pandangan, menggantungkan diri pada ketergantungan

pandangan bahwa tidak akan timbul kedukaan, penderitaan

kesengsaraan, ratap tangis dan putus asa? Para bhikkhu,

tetapi apakah anda sekalian melihat bahwa bergantung pada

pandang ... putus asa?"

"Tidak, Bhante."

"Baik, para bhikkhu. Para bhikkhu, saya pun tidak melihat

bahwa bergantung pada pandangan dengan bergantung pada

ketergantungan pandangan bahwa tidak akan timbul

kedukaan, penderitaan, kesengsaraan, ratap tangis dan autus

asa. Para bhikkhu, apabila di sana terdapat pribadi dapatkah

dikatakan: 'Ia termasuk ke dalam pribadiku'?

426

Page 427: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Ya, Bhante."

“Para bhikkhu, atau apakah di sana terdapat apa yang

termasuk ke pribadi, dapatkah dikatakan: 'Ia adalah pribadiku?'

"Ya, Bhante."

“Para bhikkhu, tetapi apabila pribadi dan apa yang termasuk

ke pribadi, walaupun sebenarnya ada, tidak dapat dipahami,

adalah bukan pandangan serta bubungan sebab akibat bahwa:

'Ini adalah dunia ini adalah pribadi, sesudah kematian aku akan

menjadi permanen, tahan lama, kekal, tidak terkena hukum

perubahan, aku akan berdiri tegak seperti akan masuk ke

dalam kekekalan' adalah bukan demikian kebodohan total

sempurna?"

"Bhante, bagaimana bisa tidak menjadi kebodohan total

sempurna?"

"Para bhikkhu, apa yang anda sekalian pikirkan tentang hal ini,

apakah bentuk material itu kekal atau tidak kekal?"

"Tidak kekal, bhante."

“Tidak kekal itu menyenangkan atau menyakitkan ?”

"Menyakitkan, bhante."

427

Page 428: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Tetapi apakah pantas untuk menganggap bahwa apa yang

tidak kekal itu, menyakitkan, patut terkena hukum perubahan,

sebagai 'Ini adalah milikku, ini adalah aku, ini adalah

pribadiku?’"

“Tidak, bhante."

“Para bhikkhu, apa yang anda sekalian pikirkan tentang ini:

apakah perasaan (vedana) ... persepsi (sanna) ... bentuk-

bentuk pikiran (sankhara) itu kekal atau tidak kekal? Para

bhikkhu, apa yang kamu pikirkan tentang ini, apakah

kesadaran itu kekal atau tidak kekal?"

"Tidak kekal, bhante."

"Sesuatu yang tidak kekal itu menyakitkan atau

menyenangkan?"

"Menyakitkan, bhante."

"Tetapi apakah pantas untuk menganggap yang tidak kekal,

menyakitkan, patut terkena hukum perubahan sebagai, 'Ini

kepunyaanku, ini adalah aku, ini adalah pribadiku'?"

"Tidak, bhante."

"Para bhikkhu, mengapa bentuk materi apa pun, yang lalu,

yang akan datang, sekarang, subyektif atau obyektif, [139]

428

Page 429: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kasar maupun lembut, buruk atau baik, apakah ia jauh dekat,

semua bentuk-bentuk materi haruslah dilihat sedemikian

dengan kebijaksanaan sempurna sebagaimana itu apa adanya:

‘Ini adalah bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan peribadiku.’

Perasaan (vedana) apa pun... persepsi (sanna) apa pun ...

bentuk-bentuk pikiran (sankhara) apa pun... kesadaran

(vinnana) apa pun, baik yang lampau, yang akan datang,

seorang, subyektif maupun obyektif, kasar maupun lembut,

buruk atau baik, apakah ia berada jauh atau dekat, semua

kesadaran haruslah dililiputi oleh kebijaksanaan sempuma

sebagaimana itu apa adanya: ‘Ini adalah bukan milikku, ini

adalah bukan aku, ini bukan pribadiku."

"Para bhikkhu, seorang siswa yang telah diberi pelajaran oleh

orang-orang suci, dengan melihat cara demikian itu, tidak

menganggap bentuk-bentuk materi, tidak menganggap

perasaan, tidak menganggap persepsi, tidak menganggap

bentuk-bentuk pikiran, dan tidak menganggap kesadaran;

dengan tidak menganggap itu, maka ia tidak bernafsu; melalui

cara tidak mempunyai nafsu (maka) ia terbebaskan; di dalam

kebebasan muncullah pengetahuan bahwa ia telah terbebas,

dunia memahami: kelahiran dihancurkan, kelana-brahmana di

429

Page 430: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

bawah mendekatinya, apa yang harus dikerjakan telah

dilaksanakan, tidak ada lagi kelahiran setelah kehidupan ini."

“Para bhikkhu, bhikkhu semacam itu dikatakan telah

mengangkat penghalang, telah mengisi lubang besar yang

menganga, telah menarik atau mencabut pasakr, telah

menarik keluar baut-baut, dan ia dikatakan telah meniadi

orang suci, panjipanji dikibarkan rendah-rendah, beban telah

diturunkan, tanpa belenggu-belenggu."

"Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu yang telah

mengangkat penghalang itu? Para bhikkhu, dalam kaitan ini,

kebodoban telah diletakkan oleh bhikkhu itu, dipotong habis

hingga ke akar-akarnya, dibuat seperti pohon palem yang

tumpul, dibuat sedemikian sehingga pohon palem itu tidak

mungkin ada pada waktu yang akan datang, tidak dapat

tumbuh lagi. Para bhikkhu, begitu pula seorang bhikkhu

menjadi seseorang yang telah mengangkat atau menyisihkan

halangan itu."

"Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu yang telah mengisi

penuh-penuh sebuah lubang besar yang menganga? Para

bhikkhu, dalam kaitan ini proses menjadi (bhava), yaitu

berkelana di dalam kelahiran-kelahiran berulang-ulang kali

telah dapat dilenyapkan oleh bhikkhu itu, dipotong hingga

430

Page 431: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

keakar-akarnya, dibuat seperti pohon palem yang tumpul,

dibuat sedemikian sehingga pohon palem itu tidak mungkin

ada pada waktu yang akan datang, tidak dapat tumbuh lagi.

Para bhikkhu, begitu pula seorang bhikkhu menjadi seorang

yang telah mengisi penuh lubang besar yang menganga."

"Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu yang telah menarik

keluar baut itu? Para bhikkhu, dalam hubungan ini, lima

belenggu (samyojana) rendah dapat dilenyapkan oleh bhikkhu

itu ... dibuat sedemikian sehingga pohon palem itu tidak

mungkin ada pada waktu yang akan datang, dan tidak dapat

tumbuh lagi. Para bhikkhu, begitu pula seorang bhikkhu

menjadi orang yang telah menarik ke luar baut-baut itu."

"Para bhikkhu, bagaimana seorang bhikkhu dapat menjadi suci,

panji-panji dikibarkan rendah-rendah, beban diturunkan, tanpa

belenggu-belenggu? Para bhkkhu, dalam kaitan ini,

kesombongan tentang adanya 'aku' haruslah dilenyapkan oleh

bhikkhu itu, dipotong hingga ke akar-akarnya, dibuat seperti

pohon palem tumpul, dibuat sedemikian hingga pohon palem

itu tidak mungkin ada pada waktu yang akan datang, dan tidak

dapat tumbuh lagi. Para bhikkhu, begitu pula seorang bhikkhu

menjadi suci, panji-panji dikibarkan rendah, beban diturunkan,

tanpa belenggu-belenggu."

431

Page 432: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Para bhikkhu, apabila pikiran dari bhikkhu telah terbebaskan

demikian, maka para deva dengan Inda, para Brahma dengan

Pajapati, tidak akan berhasil dalam pencarian mereka apabila

mereka berpikir: 'Ini adalah kesadaran diskriminatif yang

melekat kepada Tathagata.’ Apa alasannya? Para bhikkhu,

saya nyatakan di sini dan sekarang bahwa seorang Tathagata

tak dapat ditelusuri."

"Para bhikkhu, walaupun saya adalah seorang yang berkata

demikian, yang menunjukkan demikian, namun ada beberapa

pertapa dan Brahmana yang salah mewakili diriku secara sadar

tidak benar, samar-samar, palsu, tidak sesuai dengan

kenyataan, dan mereka berkata: 'Petapa Gotama adalah

seseorang nihilis. Beliau mengatakan untuk memotong,

menghancurkan, dan tidak ada lagi kelompok kehidupan yang

muncul.’ Para bhikkhu, saya tidak seperti itu. Saya seperti ini,

yaitu saya tidak mengatakan hal itu, karena hal itu tidak,

samar-samar, palsu, dan tidak sesuai dengan kenyataan ketika

mereka berkata: 'Petapa Gotama adalah seorang nihilis,

'Petapa Gotama adalah seseorang nihilis. Ia menggariskan

peraturan (ajaran) memotong, menghancurkan, dan tidak ada

lagi kelompok kehidupan yang muncul.’ Para bhikkhu, saya

dahulu seperti juga halnya sekarang, hanya menggariskan

432

Page 433: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

peraturan (ajaran) tentang adanya dukkha serta melenyapkan

dukkha itu. Para bhikkhu, apabila berkenaan dengan hal ini,

ada orang-orang meyumpahi, memaki, menjengkelkan Sang

Tathagata; namun dalam diri Sang Tathagata tidak terdapat

kejengkelan, tidak ada kesedihan, tidak ada ketidakpuasan

pikiran berkenaan dengan mereka itu."

"Para bhikkhu, apabila berkenaan dengan hal ini, ada orang-

orang lain memuja, menghargai, menghormat serta

memuliakan Tathagata, di dalam diri Tathagata tidaklah

terdapat rasa gembira, tidak terdapat rasa senang, tidak ada

kegirangan dari pikiran berkenaan dengan mereka itu. Para

bhikkhu, apabila berkenaan dengan ini orang-orang lain

memuja, menghormat, menghargai, serta menjunjung tinggi

Tathagata; berkenaan dengan mereka itu, maka Tathagata

menyadari: 'Ini adalah hal-hal yang dahulu telah diketahui

dengan baik, tugas-tugas seperti itu harus saya kerjakan.’

Para bhikkhu, ini merupakan alasan bahwa walaupun ada

orang-orang mencaci maki, mencela dengan kasar dan

menjengkelkan anda sekalian, maka seharusnya dalam diri

anda tidak ada pikiran kebencian, kesedihan, ketidakpuasan

terhadap mereka. Para bhikkhu, apa alasannya sekalipun

orang-orang akan memuja dirimu. menghormat, menghargai,

433

Page 434: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

memuliakan dirimu, seharusnya di dalam dirimu tidak ada

pikiran senang, gembira dan girang berkenaan dengan

mereka. Para bhikkhu, apa alasannya, sekalipun ada oran-

gorang akan memuja, menghormat, memandang tinggi,

memuliakan dirimu, maka anda sekalian harus menyadari: “Ini

adalah hal-hal yang dahulu telah diketahui dengan baik, tugas-

tugas seperti itu harus saya kerjakan.”

"Para bhikkhu, mengapa (pandangan) ‘apa yang bukan

milikmu,’ dilenyapkan. Dengan melenyapkannya itu akan

menyebabkan kesejahteraan serta kebahagiaanmu untuk masa

yang lama. Para bhikkhu, apa yang bukan milikmu itu? Para

bhikkhu, ‘jasmani (rupa) adalah bukan milikmu’, lenyapkanlah,

dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan kesejahteraan

serta kebahagiaanmu untuk masa yang lama. Para bhikkhu,

‘perasaan (vedana) adalah bukan milikmu,’ lenyapkanlah,

dengan lenyapkannya akan menyebabkan kesejahteraan serta

kebahagiaanmu untuk masa yang lama. Para bhikkhu,

‘pencerapan (sanna) adalah bukan milikmu’; lenyapkanlah,

dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan kesejahteraan

serta kebahagianmu untuk masa yang lama. Para bhikkhu,

‘bentuk-bentuk pikiran (sankhara) adalah bukan milikmu’;

lenyapkanlah, dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan

434

Page 435: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kesejahteraan serta kebahagiaanmu untuk masa yang lama.

Para bhikkhu, ‘kesadaran (vinnana) adalah bukan milikmu’;

lenyapkanlah, dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan

kesejabteraan serta kebahagiaanmu untuk masa yang lama.

Para bhikkhu, bagaimana pendapat anda sekalian tentang hal

ini? Apabila seseorang akan mengumpul, membakar atau akan

berbuat sesuatu yang ia senangi dengan rumput, ranting-

ranting, cabang-cabang serta daun-daun di Jetavana ini,

apakah akan muncul dalam dirimu: “Orang itu akan

mengumpulkan kita, akan membakar kita, ia akan berbuat apa

yang ia senangi terhadap kita."

"Tidak, Bhante. Mengapa demikian? Bhante, sesungguhnya

(kita) adalah bukan pribadi kita juga bukan termasuk pribadi."

"Para bhikkhu, sekalipun demikian, apa yang bukan milikmu,

lenyapkanlah; dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan

kesejahteraan serta kebahagiaanmu untuk masa yang lama.

Para bhikkhu, apa yang bukan milikmu itu? Para bhikkhu,

‘jasmani (rupa) adalah bukan milikmu’; lenyapkanlah, dengan

melenyapkannya itu akan menyebabkan kesejahteraan serta

kebahagiaanmu untuk masa yang lama. Para bhikkhu,

perasaan (vedana) adalah bukan milikmu’; lenyapkanlah,

dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan kesejahteraan

435

Page 436: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

serta kebahagiaanmu untuk masa yang lama. Para bhikkhu,

pencerapan (sanna) bukan milikmu’; lenyapkanlah, dengan

melenyapkannya itu akan menyebabkan kesejahteraan serta

kebahagiaanmu untuk masa yang lama. Para bhikkhu, bentuk-

bentuk pikiran (sankhara) bukan milikmu’; lenyapkanlah,

dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan kesejahteraan

serta kebahagiaanmu untuk masa yang lama. Para bhikkhu,

kesadaran, (vinnana) adalah bukan milikmu’; lenyapkanlah,

dengan melenyapkannya itu akan menyebabkan kesejahteraan

serta kebahagiaanmu untuk masa yang lama."

"Para bhikkhu, demikianlah Dhamma telah saya babarkan

dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan tanpa ada

yang disembunyikan. Karena dhamma telah telah saya

babarkan dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan

tanpa ada yang disembunyikan, maka para bhikkhu arahat

yang telah melenyapkan semua kotoran bathin (asava), telah

mencapai kesempurnaan, telah melaksanakan pekerjaan yang

harus dilakukan, menurunkan beban, mencapai tujuan, telah

menghancurkan belenggu kelahiran, memiliki pengetahuan

sempurna, memiliki bathin yang bebas dari semua noda bathin

(kilesa)."

436

Page 437: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Para bhikkhu, demikianlah Dhamma telah saya babarkan

dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan tanpa ada

yang disembunyikan. Karena dhamma telah telah saya

babarkan dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan

tanpa ada yang disembunyikan, maka para bhikkhu yang telah

melenyapkan lima belenggu (samyojana) rendah, mereka

semua (anagami) yang akan terlahir secara spontan

(opapatika), di alam kelahiran (alam Suddhavasa) mereka itu,

mereka akan mencapai nibbana di situ, dan mereka tidak akan

terlahir kembali di dunia.

"Para bhikkhu, demikianlah Dhamma telah saya babarkan

dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan tanpa ada

yang disembunyikan. Karena dhamma telah telah saya

babarkan dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan

tanpa ada yang disembunyikan, maka para bhikkhu yang telah

melenyapkan tiga belenggu (samyojana) dan melemahkan

belenggu nafsu indera (ruparaga) dan ketidaksenangan

(patigha), mereka adalah sakadagami, yang hanya kembali

sekali lagi di dunia ini dan (pada kehidupan itu) mereka

melenyapkan dukkha.”

“Para bhikkhu, demikianlah Dhamma telah saya babarkan

dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan tanpa ada

437

Page 438: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

yang disembunyikan. Karena dhamma telah telah saya

babarkan dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan

tanpa ada yang disembunyikan, maka para bhikkhu yang telah

melenyapkan tiga belenggu (samyojana) adalah para

sotapanna, yang tidak akan pernah terlahir kembali di alam

menyedihkan, dan yang pasti akan mencapai penerangan

sempurna (sambodhi).”

“Para bhikkhu, demikianlah Dhamma telah saya babarkan

dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan tanpa ada

yang disembunyikan. Karena dhamma telah telah saya

babarkan dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan

tanpa ada yang disembunyikan, maka para bhikkhu yang telah

berusaha melaksanakan dan meyakini dhamma mengarah

pada penerangan sempurna.”

“Para bhikkhu, demikianlah Dhamma telah saya babarkan

dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan tanpa ada

yang disembunyikan. Karena dhamma telah telah saya

babarkan dengan sempurna, bentangkan, jelaskan, terangkan

tanpa ada yang disembunyikan, maka barangsiapa yang

memiliki keyakinan dan kasih sayang kepada saya akan

terlahir di surga.,

438

Page 439: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Demikian kata-kata Sang Bhagava. Para bhikkhu senang dan

gembira dengan apa yang diuraikan Sang Bhagava.

VAMMIKASUTTA

(23)

Demikianlah telah kudengar:

Suatu ketika Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama milik

Anathapindika, Savatthi, sedangkan Bhikkhu Kassapa Yunior sedang

berada di hutan orang-orang Buta. Ketika malam menjelang pagi

sesosok dewa berkulit cemerlang, menerangi seluruh hutan Orang-

orang Buta, mendekati Bhikkhu Kassapa yunior dan berdiri di

439

Page 440: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

samping. Dengan berdiri di situ, dewa ini berkata kepada Bhikkhu

Kassapa yunior: "Petapa, petapa, sarang semut ini berasap di

malam hari dan terbakar di siang hari. Seorang brahmana berkata:

"Bawalah alat orang pandai, galilah." Orang yang pandai menggali

ketika telah membawa alat, lalu melihat baut dan berkata: "Baut

yang dipuja-puja." Sang Brahmana berkata lagi: "Buang baut,

mulailah menggali dengan membawa alat, lalu melihat katak dan

berkata: "Katak yang dipuja-puja." Sang Brahmana berkata:

"Buanglah jalan kecil yang bercabang, galilah, orang pandai,

bawalah alat." Orang pandai menggali ketika telah membawa alat,

lalu melihat saringan dan berkata: "Saringan yang dipuja-puja."

Brahmana berkata: Orang pandai menggali ketika telah membawa

alat, lalu melihat kura-kura dan berkata: Buang kura-kura, galilah

orang pandai, bawalah alat." Orang pandai menggali ketika telah

membawa alat lalu melihat rumah jagal dan berkata: "Buang rumah

jagal, galilah, orang pandai, bawalah alat." Orang pandai menggali

ketika telah membawa alat, lalu melihat sepotong daging dan

berkata: "Sepotong daging yang dipuja-puja." Sang Brahmana

berkata: "Sepotong daging yang dipuja-puja." Sang Brahmana

berkata." Buang sepotong daging, galilah orang pandai, bawalah

alat, lalu melihat ular kobra dan berkata: "Ular kobra yang dipuja-

puja." Sang Brahmana berkata:L "Biarkan ular kobra itu, jangan

440

Page 441: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

disentuh, hormatilah." Jika anda, kpetapa, setelah mendekati Sang

Bhagava lalu menanyakan masalah ini, maka anda dapat

mengingat apa pun yang Sang Bhagava jelaskan. Petapa, saya

tidak melihat seorang pun di dunia in, apakah di antara para dewa,

Mara, Brahma, atau makhluk apa pun, Brahmana, manusia dewa,

yang dapat mengalihkan pikirannya untuk mengurakan secara

terperinci masalah ini selain Sang Tathagata mendengar (ajaran)

dari mereka."

Begitulah uraian sang dewa, yang kemudian lenyap.

Kemudian Yang Mulia Kassapa yunior mendekati Sang Bhagava

pada malam nan larut. Setelah dekat, diberinya hormat pada Sang

Bhagava, lalu duduk dalam jarak yang hormat. Setelah duduk, Yang

Mulia Kassapa yunior berkata pada Sang Bhagava: "Selama malam

ini, Sang Bhagava, ketika malam menjelang pagi, seorang dewa

berkulit gemerlapan, menerangi seluruh hutan Orang-orang Buta,

mendekati saya. Setelah. Setelah dekat, ia berdiri di satu sisi.

Ketika berdiri di satu sisi, Sang Bhagava, dewa tersebut berkata

kepada saya: "Petapa, petapa, sarang semut ini berasap di malam

hari dan terbakar di siang hari. Seorang Brahmana berkata:

"Bawalah alat, orang pandai, galilah ..." atau seseorang yang telah

pernah mendengar ajaran dari mereka." Inilah yang sang deva

katakan sebelum lenyap.

441

Page 442: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Sekarang, Sang Bhagava, apakah sarang semut itu, apakah

yang berasap di malam hari, apakah yang terbakar di siang hari,

siapakah Brahmana itu, siapakah orang pandai itu, apakah alat itu,

apakah menggali itu, apakah orang pandai itu, apakah alat itu,

apakah jalanan kecil yang bercabang itu, apakah saringan itu,

apakah kura-kura itu, apakah rumah jagal itu, apakah sepotong

daging itu, apakah kobra itu?"

"Sarang semut, petapa, adalah sinonim dari tubuh yang

terbentuk oleh empat unsur besar, berasal dari ayah dan ibu, diberi

makanan susu asam, sifat alamiahnya gergesek secara konstan,

bekerja keras, berhenti, dan tercerai-berai.

Petapa, apa pun yang seseorang pikirkan dan renungkan

sepanjang malam menenai hal-hal yang terjadi di siang hari, inilah

yang disebut berasap di malam hari.

Petapa, hal-hal apa pun yang dialami sepanjang hari, apakah

oleh badan, ucapan, maupun pikiran, akan direnungkan dan

direpleksi terhadap mereka sepanjang malam. Inilah yang disebut

terbakar di saing hari.

Petapa, seorang Brahmana, adalah sinomim dari Tathagata,

orang yang sempurna, orang yang telah benar-benar sadar.

442

Page 443: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Orang pandai, petapa, adalah sinonim dari petapa yang

menjadi pemula.

Alat, petapa, adalah sinonim dari kebijaksanaan berdasarkan

intuisi yang suci.

Menggali, petapa, adalah sinonim dari hasil energi.

Baut, petapa, adalah sinonim dari ketidakpedulian. Buanglah

baut, buanglah ketidakpedulian, galilah orang pandai, bawalah alat.

Inilah artinya.

Katak, petapa, adalah sinonim dari pergolakan kemarahan.

Buanglah katak, lenyapkanlah pergolakan kemarahan, galilah orang

pandai, bawalah alat. Inilah artinya.

Jalan kecil yang bercabang, petapa sinonim dari kebingungan.

Buanglah jalan kecil yang bercabang, lenyapkan kebingungan,

galilah, orang pandai, bawalah alat. Inilah artinya.

Saringan, petapa, adalah sinonim dari lima rintangan:

Rintangan dari keinginan pada nafsu indera, rintangan dari

kemauan jahat ... malas dan lesu ... gelisah dan cemas, dan

kebigungan/keragu-raguan. Buanglah saringan, lenyapkan lima

rintangan, galilah, orang pandai, bawalah alat. Inilah artinya.

Kura-kura, petapa, adalah sinonim dari lima kelompok

keserakahan. Diuraikan: untuk kelompok keserakahan setelah

443

Page 444: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

materi terbentuk, untuk kelompok keserakahan setelah perasaan,

untuk kelompok keserakahan setelah pencerapan, untuk kelompok

keserakahan setelah kesadaran. Buang kura-kura, lenyapkan lima

kelompok keserakahan, galilah, orang pandai, bawalah alat. Inilah

artinya.

Rumah jagal, petapa, adalah sinonim dari lima pantai

kesenangan indera; untuk bentuk-bentuk materi yang disadari oleh

mata, disetujui, digemari, disukai, yang menarik, yang berhubungan

dengan kesenangan indera, yang memikat; untuk suara-suara yang

disadari oleh teling ... untuk bebauan yang disadari oleh lidah ...

untuk sentuhan yang disadari oleh jasmani, disetujui, digemari,

disukai, yang menarik, berhubungan dengan kesenangan indera,

yang memikat. Buang rumah jagal, lenyapkan lima pantai

kesenangan indera. Buang rumah jagal, lenyapkan lima pantai

kesenangan indera, galilah, orang pandai, bawalah alat. Inilah

artinya.

Sepotong daging, petapa, adalah sinonim dari nafsu

kesenangan. Buang sepotong daging, lenyapkan nafsu kesenangan,

galilah orang pandai, bawalah alat. Inilah artinya.

Ular kobra, petapa, adalah sinonim dari petapa yang

kebusukannya telah dihancurkan. Biarkan ular kobra itu, jangan

disentuh, hormatilah kobra itu. Inilah artinya."

444

Page 445: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Demikianlah khotbah dari Sang Bhagava. Sangat gembira Yang

Mulia Kassapa yunior, gembira mendengar apa yang diuraikan Sang

Bhagava.

RATHAVINITA SUTTA

( 24 )

Pendahuluan

445

Page 446: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Sutta yang menggambarkan secara jelas dengan memakai

kiasan cara bagaimana Dhamma seharusnya dipraktikkan. Di waktu

yang lampau sampai sekarang di beberapa tempat, suatu

perjalanan yang panjang yang harus ditempuh dengan cepat dapat

dilakukan hanya dengan sejumlah kuda atau sejumlah kereta kuda.

Dari kereta yang pertama yang mengangkut orang dari sebagian

perjalanannya, orang itu turun dari kereta yang pertama mencari

kereta yang kedua yang sedang menunggu. Kemudian dengan cara

yang sama menyucikan kebajikan takkala dipraktikkan secara

penuh akan membawa seseorang mencapai kesucian, dan begitu

seterusnya dengan lima tahap kesucian lainnya. Apakah ini yang

dimaksud oleh seorang penganut Buddha tidak harus bermeditasi

sampai perbuatan atau kebajikan moralnya cukup suci (murni) ?

Tidak, kiasan seharusnya tidak ditekankan terlalu jauh. Bila

sesorang dengan serius berusaha untuk, menyucikan diri dengan

mengikuti / menjalankan ajaran - lima sila, - delapan sila, sepuluh

sila atau 227 sila, kemudian orang boleh berusaha bermeditasi -

dan mencapai sukses. Tetapi bila menyempurnakan ajaran kesucian

telah tiba kemudian pikiran kita akan memasuki meditasi yang

mendalam. Tak ada satupun dari tahap kesucian ini dapat

dilompati. Suara-suara dapat didengar disana-sini di dunia

penganut agama Buddha, suara-suara orang terpelajar dan

446

Page 447: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

intelektual yang menyatakan secara tidak langsung bahwa tidak

perlu ada meditasi dan pandangan kesucian akan tiba bila pikiran

seseorang dalam kehidupan sehari-hari menurut kategori kelompok

Abhidhamma cukup kuat. Suatu pandangan yang sesuai bagi orang-

orang yang tidak ingin berusaha bermeditasi ! ( pandangan-

pandangan itu selalu " cocok " bagi orang yang pempunyai

pandangan demikian, karena mereka mengeluarkan keinginannya

yang tersembunyi ). Tetapi adalah tidak mungkin bahwa pandangan

mengenai kesucian dan tahap-tahap yang lebih tinggi dapat dicapai

tanpa membuat usaha pada saat duduk lama atau berjalan lama,

sepanjang waktu dalam pengasingan dan penuh kesadaran. Jadi

bila orang mendengar suatu pernyataan "jalan pintas" ingatlah

pada kiasan Kereta estafet. Dan "jalan pintas" sering menghasilkan

pengembaraan yang lama !

Sutta (24)

1. Demikianlah telah saya dengar:

Pada suatu kesempatan Sang Bhagava sedang tinggal di

Rajagaha di Hutan Bambu, di Cagar Alam Tupai.

2. Kemudian sejumlah bhikkhu dari tanah kelahiran Yang

Diberkahi yang telah melewatkan Musim Hujan (vasa) di sini

447

Page 448: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mengunjungi Sang Bhagava, dan setelah memberikan

penghormatan kepada Beliau, mereka duduk di satu sisi.

Ketika mereka telah berbuat demikian, Sang Bhagava bertanya

kepada mereka : " Para bhikkhu, siapakah yang ada di tanah

kelahiran-Ku yang dihargai oleh para bhikkhu dari tanah

kelahiran-Ku, kawan-kawannya dalam hidup menyepi, dengan

cara ini : Kepada para bhikkhu yang berkeinginan sedikit Beliau

bicara mengenai berkeinginan sedikit; Kepada para bhikkhu

yang puas beliau bicara mengenai kepuasan; Kepada para

bhikkhu yang hidup menyepi Beliau bicara mengenai hidup

menyepi; Kepada para bhikkhu yang hidup menyepi dari

masyarakat Beliau bicara mengenai hidup menyepi dari

masyarakat ; Kepada para bhikkhu yang giat beliau bicara

mengenai kegiatan ; Kepada para bhikkhu yang sempurna

dalam kebajikan Beliau bicara mengenai kesempurnaan dalam

kebajikan ; Kepada para bhikkhu yang sempurna dalam

konsentrasi Beliau bicara mengenai kesempurnaan dalam

konsentrasi; Kepada para bhikkhu yang sempurna dalam

pengertian beliau bicara kesempurnaan dalam pengertian ;

Kepada para bhikkhu yang sempurna dalam pembebasan

Beliau bicara mengenai kesempurnaan dalam pembebasan ;

Kepada para bhikkhu yang sempurna dalam pengertian dan

448

Page 449: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pengetahuan Beliau bicara mengenai kesempurnaan dalam

pengertian dan pengetahuan ; siapakah yang memberi nasihat,

informasi, perintah, dorongan rangsangan dan anjuran teman-

temannya dalam kehidupan bertapa?"

"Yang Mulia, Yang Mulia Mantaniputta menyebut Punna

dihargai di tanah kelahiran oleh para bhikkhu dari tanah

kelahiran itu, teman-temannya dalam kehidupan bertapa,

dengan cara ini : kepada yang berkeinginan sedikit, beliau

bicara kepada para bhikku mengenai keinginan yang sedikit ....

rangsangan dan anjuran teman-temannya dalam kehidupan

bertapa.

3. Sekarang, pada kesempatan itu Bhante Sariputta duduk dekat

Sang Bhagava. Kemudian Bhante Sariputta berpikir : Yang

Mulia Punna Mantaniputta beruntung, ia beruntung besar

sehingga teman-temannya yang bijak dalam kehidupan

bertapa memujinya dengan sempurna dalam menjawab

pertanyaan Sang Guru. Sekarang, andaikata pada suatu waktu

atau kesempatan lain, kita akan bertemu dengan Yang Aria

Punna Mantaniputta dan bercakap-cakap dengannya ?"

4. Kemudian, ketika Sang Bhagava berdiam di Rajagaha selama

Beliau inginkan, Beliau berangkat menuju Savatthi dengan

langkah yang tenang. Dengan langkah yang mantap, Beliau

449

Page 450: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tiba di Savatthi. Di mana Beliau tinggal di Hutan Jeta, di Taman

Anathapindika.

5. Bhante Aria Punna Mantaniputta mendengar : "Sang Bhagava

tampaknya telah tiba Savatthi dan tinggal di Hutan Jeta, di

Taman Anathapindika." Kemudian Yang Aria Punna

Mantaniputta menyiapkan kamar istirahatnya dengan rapi dan

mengambil jubah luar dan mangkoknya pergi menuju Savatthi

(dan ia pergi) menuju Hutan Jeta, Taman Anathapindika, untuk

mengunjungi Sang Bhagava.

Setelah memberi hormat kepada Beliau, ia duduk di satu sisi.

Setelah ia berbuat demikian Sang Bhagava memerintahkan,

membangkitkan dengan menganjurkannya berdiskusi

mengenai Dhamma. Kemudian karena merasa puas dan

senang dengan ajaran Sang Bhagava, Yang Aria Punna

Mantaniputta bangkit dari tempat duduknya, dan memberi

hormat kepada Sang Bhagava, dengan Beliau tetap di posisi

kanannya, ia berangkat menuju Hutan Manusia Buta untuk

beristirahat.

6. Kemudian seorang bhikkhu mengunjungi Yang Aria Sariputta

dan berkata kepada beliau : "Kawan Sariputta, Bhikkhu Punna

Mantaniputta yang anda kagumi baru saja diperintahkan,

didesak, dibangkitkan dan dianjurkan oleh Sang Bhagava

450

Page 451: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

berdiskusi mengenai Dhamma dan merasa puas dan senang

dengan ajaran Sang Bhagava, ia sekarang telah bangkit dari

tempat duduknya, dan memberi hormat kepada beliau, dengan

meninggalkan beliau di sisi kanannya, ia pergi menuju Hutan

Manusia Buta ( ) untuk beristirahat."

7. Kemudian Yang Mulia Sariputta dengan cepat mengambil tikar

dan mengikuti di belakang Yang Aria Punna Mantaniputta, ia

terus mengikutinya. Kemudian Yang Aria Punna Mantaniputta

memasuki Hutan Manusia Buta ( ) dan duduk beristirahat di

bawah pohon. Dan Yang Aria Sariputta memasuki Hutan

Manusia Buta ( ) dan duduk beristirahat di bawah pohon.

8. Kemudian, pada waktu sore hari, Yang Aria bangun dari

meditasi, dan mengunjungi Punna Mantaniputta dan saling

memberi hormat dengannya, dan ketika pembicaraan yang

penuh ramah tamah dan sopan santun selesai, ia duduk di satu

sisi. Ketika selesai melakukan hal itu, ia berkata kepada Yang

Aria Punna Mantaniputta :

9. "Apakah kehidupan bertapa hidup di bawah Sang Bhagava,

kawan(avuso) ?"

"Ya, kawan."

451

Page 452: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Tetapi, kawan, apakah untuk tujuan kesucian kebajikan itu

sehingga kehidupan bertapa hidup di bawah Sang Bhagava ?"

"Tidak, kawan."

"Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian pikiran?"

"Tidak, kawan."

"Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian pandangan ?"

"Tidak, kawan."

"Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian dengan

mengatasi keraguan?"

"Bukan, kawan."

"kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian dengan

pengetahuan dan pandangan mengenai apa yang ada dan apa

yang bukan ajaran itu ?"

"Bukan, kawan."

"Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian dengan

pengetahuan dan pandangan mengenai jalan itu ?"

"Bukan, kawan."

"Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian dengan

pengetahuan dan pandangan ?"

452

Page 453: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Tidak, kawan."

"Kawan , ketika ditanya: "Selain dari itu, kawan, apakah itu

untuk tujuan penyucian sehingga kehidupan bertapa hidup di

bawah Sang Bhagava", anda menjawab: "Tidak, kawan", dan

ketika ditanya: "Kemudian apakah itu untuk tujuan penyucian

pikiran ... penyucian pandangan ... penyucian dengan

mengatasi keraguan ... penyucian dengan pengetahuan dan

pandangan apa yang ada dan apa yang bukan ajaran itu ...

penyucian dengan pengetahuan dan pandangan Jalan itu ...

penyucian dengan pengetahuan dan pandangan " anda

menjawab: "Tidak, kawan". Kemudian untuk tujuan apakah

kehidupan bertapa hidup di bawah Sang Bhagava ?"

10. Kawan, itu adalah tujuan Nibbana dengan melalui tidak

melekat sehingga kehidupan bertapa hidup di bawah Sang

Bhagava.

11. "Tetapi, kawan, apakah penyucian kebajikan Nibbana dengan

melalui tidak melekat ?"

"Tidak, kawan."

"Tetapi, kawan, apakah penyucian pikiran Nibbana dengan

melalui tidak melekat ?"

"Tidak, kawan."

453

Page 454: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Kemudian apakah penyucian pandangan Nibbana dengan

melalui tidak melekat ?"

"Tidak, kawan."

"Kemudian apakah penyucian mengatasi keraguan dengan

melalui tidak melekat ?"

"Tidak, kawan."

"Kemudian apakah penyucian dengan pengetahuan dan

pandangan mengenai apa yang ada dan apa yang bukan

Ajaran Nibbana dengan melalui tidak melekat ?"

"Tidak, kawan."

"Kemudian apakah penyucian dengan pengetahuan dan

pandangan mengenai jalan Nibbana dengan melalui tidak

melekat ?"

"Tidak, kawan."

"Kemudian apakah penyucian dengan pengetahuan dan

pandangan dengan melalui tidak melekat ?"

"Tidak, kawan."

"Ketika ditanya: "Selain dari, kawan, apakah penyucian

kebajikan Nibbana dengan melalui tidak melekat ?" Anda

menjawab: "Tidak, kawan", dan ketika ditanya: "Kemudian

454

Page 455: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

apakah penyucian pikiran ... penyucian pandangan ... penyu-

cian dengan mengatasi keraguan ... penyucian dengan

pandangan dan pengetahuan mengenai Jalan ... penucian

pengetahuan dan pandangan Nibbana dengan melalui tidak

melekat?" anda menjawab: "Tidak, kawan" . Tetapi

bagaimanakah seharusnya memahami arti dari pertanyaan-

pertanyaan itu ?"

12. "Kawan, bila Sang Bhagava telah menjabarkan penyucian

kebajikan sebagai Nibbana dengan melalui tidak melekat,

Beliau mungkin akan menjabarkan apa yang masih disertai

dengan kemelekatan sebagai Nibbana dengan melalui tidak

melekat. Bila Sang Bhagava telah menjabarkan penyucian

pikiran ... penyucian pandangan ... penyucian dengan

mengatasi keraguan ... penyucian dengan pengetahuan dan

pandangan mengenai apa yang ada dan bukan Ajaran ...

penyucian dengan pengetahuan dan pandangan sebagai

NIbbana dengan melalui tidak melekat, Beliau mungkin akan

telah menjabarkan apa yang masih disertai kemelekatan

sebagai Nibbana dengan melalui tidak melekat. Dan bila apa

yang tanpa Dhamma adalah Nibbana dengan melalui tidak

melekat, kemudian orang biasa mungkin akan telah mencapai

Nibbana, karena orang biasa berada tanpa Dhamma ini."

455

Page 456: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

13. Seperti itulah, kawan, saya akan memberi anda kiasan, karena

seorang yang bijak mengerti dengan memakai kiasan arti dari

apa yang dikatakan itu. Andaikata Raja Pasenadi dari Kosala

selagi tinggal di Savatthi mempunyai sejumlah urusan penting

yang harus diselesaikan di Saketa, dan upaya antara Savitthi

dan Saketa tujuh kereta lari beranting disiapkan untuknya; dan

kemudian Raja Pasenadi dari Kosala keluar dari dalam pintu

istana di Savatthi dan naik kereta yang pertama; dan dengan

memakai kereta pertama ia tiba di kereta yang kedua; dan

dengan memakai kereta kedua ia tiba di kereta ketiga ...

dengan memakai kereta ketiga ia tiba di kereta keempat ...

dengan memakai kereta keempat ia tiba di kereta kelima ...

dengan memakai kereta kelima ia tiba di kereta keenam ...

dengan memakai kereta keenam ia tiba di kereta ketujuh , dan

dengan kereta ketujuh ia telah tiba di dalam pintu istana di

Saketa. Kemudian, ketika ia telah tiba di dalam pintu istana,

kawan-kawan dan kenalannya, sanak keluarganya, bertanya

kepadanya : "Tuan, apakah anda datang dari Savatthi dengan

memakai kereta ini ke dalam pintu istana di Saketa?"

Kemudian bagaimana Raja Pasenadi harus menjawab agar

pertanyaannya benar?"

456

Page 457: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Agar jawabannya benar, kawan, ia akan menjawab demikian:

"Selagi saya tinggal di Savatthi, saya mempunyai urusan

penting yang harus diselesaikan di Saketa. Dan antara Savatthi

dan Saketa disiapkan tujuh kereta beranting untuk saya.

Kemudian saya keluar dari dalam pintu istana di Savatthi dan

naik kereta yang pertama dan dengan memakai kereta yang

pertama saya tiba di kereta kedua ... dan dengan memakai

kereta ketujuh saya tiba di dalam pintu istana di Saketa . "Agar

jawabannya benar ia harus menjawab demikian."

14. Begitu juga, kawan , penyucian kebajikan mempunyai

penyucian pikiran sebagai tujuannya; penyucian pikiran

mempunyai penyucian pandangan sebagai tujuannya;

penyucian pandangan mempunyai penyucian dengan

mengatasi keraguan sebagai tujuannya; penyucian dengan

mengatasi keraguan mempunyai penyucian dengan

pengetahuan dan pandangan mengenai apa yang ada dan

bukan Ajaran sebagai tujuannya; penyucian dengan

pengetahuan dan pandangan mengenai apa yang ada dan

bukan Ajaran mempunyai penyucian pengetahuan dan

pandangan mengenai Jalan sebagai tujuannya; penyucian

dengan pengetahuan dan pandangan mengenai Jalan

mempunyai penyucian dengan pengetahuan dan pandangan

457

Page 458: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

sebagai tujuannya; penyucian dengan pengetahuan dan

pandangan mempunyai Nibbana dengan melalui tidak melekat

sebagai tujuannya. Itu adalah tujuan Nibbana dengan melalui

tidak melekat sehingga kehidupan bertapa hidup dibawah Sang

Bhagava.

15. Ketika mendengar penjelasan ini, Yang Aria Sariputta bertanya

pada Yang Aria Punna Mantaniputta : "Siapakah nama Yang

Aria, dan bagaimana kawan-kawannya dalam kehidupan

bertapa mengenalnya ?"

"Nama saya Punna, kawan, dan kawan-kawan dalam

kehidupan menyepi mengenal saya sebagai Mantaniputta."

"Bagus sekali, kawan, penjelasan anda mengagumkan; setiap

pertanyaan yang sulit telah dijawab dengan sempurna oleh

Yang Aria Punna Mantaniputta sebagai murid terpelajar yang

mengetahui Ajaran Sang Guru sebagaimana adanya. Suatu

manfaat bagi kawan-kawannya dalam hidup menyepi, suatu

manfaat besar bagi mereka, sehingga mereka mempunyai

kesempatan untuk mengenalnya dan menghormatinya. Dan

seandainya dengan menutup kepala mereka dengan bantal

sambil nengingat Yang Aria Mantaniputta sehingga kawan-

kawannya dalam kehidupan menyepi mendapat kesempatan

mengenalnya dan menghormatinya, mereka akan mendapat

458

Page 459: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

manfaat, mereka akan mendapat manfaat besar. Dan kita

mendapat manfaat, kita mendapat manfaat besar, karena kita

mempunyai kesempatan untuk mengenal Yang Aria Punna

Mantaniputta dan menghormatinya.

16. Ketika mendengar penjelasan ini, Yang Aria Punna

Mantaniputta bertanya kepada Yang Aria Sariputta : "Siapakah

nama anda Yang Aria, dan bagaimanakah kawan-kawan dalam

pertapaan mengenal anda ?"

"Nama saya Upatissa, kawan, dan kawan-kawan dalam

kehidupan bertapa mengenal saya sebagai Sariputta."

"Benar-benar, kawan , kami tidak mengetahui bahwa kami

sedang bercakap-cakap dengan Yang Aria Sariputta, murid

yang menyerupai Sang Guru. Seandainya kami tahu bahwa

banthe adalah Yang Aria Sariputta, kami seharusnya tidak

akan memberi penjelasan demikian banyak. Bagus sekali,

kawan, bagus sekali; setiap pertanyaan sulit telah dikatakan

dengan sempurna oleh Yang Aria Sariputta sebagai murid

terpelajar yang mengenal ajaran Sang Guru sebagaimana

adanya. Kawan-kawannya yang hidup bertapa beruntung,

mereka beruntung besar, karena mereka mempunyai

kesempatan untuk mengenalnya dan menghormatinya. Dan

seandainya dengan menutup kepala mereka dengan bantal

459

Page 460: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

sambil mengingat Yang Aria Sariputta dalam hidup menyepi

sehingga mereka mendapat kesempatan untuk mengenalnya

dan menghormatinya, mereka akan mendapat manfaat besar,

mereka mendapat manfaat besar, kita mendapat manfaat

besar, karena kita mempunyai kesempatan mengenal Yang

Aria Sariputta dan menghormatinya."

Begitulah dua Naga (Arahat) besar saling mengagumi

penjelasan masing-masing.

460

Page 461: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

NIVAPASUTTA

( 25 )

Demikianlah telah saya dengar:

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menginap di Jetavana,

arama milik Anathapindika, Savatthi. Di sana Sang Buddha

menyapa para bhikkhu, sambil berkata: "Para bhikkhu". "Ya,

Bhante," jawab mereka. Kemudian Sang Buddha berkata:

"Para bhikkhu, seorang petani tidak menanam untuk

sekawanan kijang, sambil berpikir: 'Biarlah sekawanan kijang ini,

menikmati hasil panen dari apa yang saya taburkan, sejahtera

untuk waktu yang lama.' Para siswa, penabur bibit tanaman untuk

sekawanan kijang akan berpikir: 'Sekawanan kijang ini akan

memakan tanaman yang mengelilingi pagar sebagai hasil dari

tanaman yang saya taburkan; mengelilingi pagar dan memakan

tanaman itu, mereka akan menjadi gembira; mereka melakukan

461

Page 462: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

seperti apa yang ingin dikerjakan oleh seseorang di tengah-tengah

hasil panen itu.'”

Para bhikkhu, kemudian sekawanan kijang pertama memakan

tanaman yang mengelilingi pagar dari hasil panen yang ditaburkan

oleh penabur itu; dengan mengelilingi pagar dan memakan

tanaman, mereka menjadi gembira; dengan tidak berhati-hati

mereka melakukan apa yang harus dikerjakan sesuai dengan

kemauan penabur di tengah-tengagh panen itu. Para bhikkhu,

dengan demikian kawanan kijang yang pertama itu tidaklah luput

dari kekuasan penabur itu.

Para bhikkhu, kawanan kijang kedua menyadari: 'Sekawanan

kijang pertama telah memakan tanaman yang mengelilingi pagar

dari tanaman yang ditaburkan oleh petani; mereka ini, setelah

memakan tanaman yang mengelilingi pintu masuk mereka menjadi

gembira; karena gembira, mereka menjadi ceroboh; dengan

menjadi itu mereka menjadi apa yang harus dikerjakan sesuai

dengan kemauan sang petani di tengah-tengah hasil panen itu. Jadi

kawanan itu, Seandainya kita semua harus makan dari memakan

hasil panen itu; dan berpantang dari kenikmatan di mana terdapat

ketakutan itu, telah masuk ke dalam bentangan hutan belantara,

harus tinggal di sana?' Demikian semua berpantang dari memakan

hasil panen; dan berpantang menikmati sesuatu di mana ada rasa

462

Page 463: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ketakutan, telah pergi masuk ke dalam bentangan hutan belantara,

mereka tinggal di sana. Dalam bulan-bulan terakhir dari musim

panas rumput dan air habis, dan tubuh-tubuh mereka menjadi

sangat kurus sehingga kekuatan dan energi mereka berkurang, dan

dengan kekuatan dan energi mereka yang berkurang itu mereka

datang kembali ke panenan tersebut ditaburkan oleh petani;

mengelilingi atau mendekati pintu masuk mereka tanaman-

tanaman ternak di sana; dengan mendekati atau mengelilingi pintu

masuk serta memakan tanaman di sana, mereka menjadi gembira;

karena gembira mereka menjadi ceroboh; dengan menjadi ceroboh

itu, mereka menjadi apa yang harus dikerjakan sesuai dengan

kemauan dari si petani di tengah-tengah hasil panen. Jadi para

bhikkhu, sekawanan kijang juga tidak dapat terluput dari kekuasaan

si petani itu.

Mereka memakan tanaman-tanaman ternak di sana; dengan

mendekati atau mengelilingi pintu masuk serta memakan tanaman,

mereka menjadi gembira; karena gembira mereka menjadi ceroboh,

dengan menjadi ceroboh itu, mereka menjadi apa yang harus

dikerjakan sesuai dengan kemauan dari si petani ditengah-tengah

hasil panen. Jadi, para bhikkhu, sekawanan kijang kedua juga tidak

dapat terluput dari kekuasaan si petani itu.

463

Page 464: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Kemudian, para bhikkhu, sekawanan kijang ketiga menyadari:

'Sekawanan kijang pertama telah memakan tananam ternak yang

mengelilingi pintu masuk ... jadi sekawanan kijang pertama

menyadari demikian: "Sekawanan kijang pertama telah memakan

tanaman ternak yang mengelilingi pintu masuk ... Jadi sekawanan

kijang pertama ini tidak bisa terluput dari kekuasaan si petani itu.

Seandainya kita semua harus berpantang dari makan hasil panen;

dan berpantang utnuk menikmati apa yang terdapat ketakutan,

setelah pergi masuk ke dalam bentangan luas hutan belantara,

apakah mereka harus tinggal di sana?" Dengan demikian semua

dari mereka itu berpantang memakan hasil panen; dan berpantang

dari menikmati apa yang terdapat ketakutan, telah masuk ke dalam

bentangan luas hutan belantara, mereka tinggal di sana. Di dalam

bulan-bulan terakhir musim panas, rumput-rumput serta air

menghilang atau habis, dan tubuh-tubuh mereka menjadi sangat

kurus sehingga kekuatan serta energi mereka berkurang, dan

dengan kekuatan serta energi mereka yang berkurang itu mereka

kembali lagi ke tanaman-tanaman yang ditaburkan atau ditanam

oleh petani itu; dengan mendekati pintu masuk mereka memakan

tanaman ternak (tanaman liar) di sana; mendekati pintu masuk dan

memakan tanaman liar di sana, mereka menjadi girang; karena

menjadi girang mereka menjadi ceroboh; dan dengan menjadi

464

Page 465: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ceroboh girang; dengan menjadi girang mereka menjadi ceroboh;

dan dengan menjadi ceroboh, mereka menjadi apa yang harus

dilakukan sesuai dengan kemuaan si petani di tengah-tengah hasil

panen itu. Sandainya kita harus membuat sarang di dekat tanaman

yang ditaburkan oleh si petani itu, kami tidak akan menjadi girang

dengan tidak menjadi girang kita tidak akan menjadi ceroboh; dan

dengan tidak menjadi ceroboah, kita tidak akan menjadi mereka

yang harus dikerjakan sesuai dengan kemauan dari si penabur di

tengah-tengah dari hasil panen atau tanaman itu.' Mereka ini

membuat sarang perlindungan dekat tanaman yang ditanam oleh

petani; sesudah membuat sarang perlindungan, mereka makan

tanaman liar tidak mendekati pintu masuk ladang pertanian yang

ditanami oleh petani itu; mereka ini, memakan hasil tanaman liar

tidak mendekati pintu masuk di sana, tidak menjadi girang; dengan

tidak menjadi girang itu, mereka tidak menjadi ceroboh; dengan

tidak menjadi ceroboh, mereka menjadi apa yang harus dilakukan

sesuai dengan kemauan si petani ditengah-tengah hasil panen itu,

[153] sedmikian sehingga kita bisa makan tanaman liar tidak usah

mendekati pintu masuk tanaman-tanaman tersebut yang

ditaburkan oleh petani; dan kemudian, sesudah membuat sarang

(perlindungan) dan tidak mendekati pintu masuk dari tanaman yang

ditanam oleh petani itu, kami tidak akan menjadi girang; dengan

465

Page 466: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tidak menjadi girang kita tidak akan menjadi ceroboh; dan dengan

tidak menjadi ceroboh, kita tidak akan menjadi mereka yang harus

dikerjakan sesuai dengan kemauan dari si penabur ditengah-tengah

dari hasil panen atau tanaman itu.' Mereka ini membuat sarang

perlindungan dekat tanaman yang ditanam oleh petani; sesudah

membuat sarang perlindungan, mereka makan tanaman liar tidak

mendekati pintu masuk ladang pertanian yang ditanami oleh petani

itu.; mereka ini, memakan hasil tanaman liar tidak mendekati pintu

masuk di sana, tidak menjadi girang; dengan tidak menjadi girang

itu, mereka tidak menjadi ceroboh; dengan tidak menjadi ceroboh

itu, mereka tidak menjadi mereka yang harus dikerjakan sesuai

kemauan dari sipetani ditengah-tengah hasil panen itu.

Oleh sebab itu, para bhikkhu, terjadilah kepada si petani dan

teman-temannya hal sebagai berikut: 'Kawanan kijang ketiga ini

mestinya adalah sangat trampil dan cerdik; kawanan kijang ketiga

ini mestinya memiliki potensi dan barangkali mereka adalah setan;

mereka makan hasil panen ini yang telah ditanam, tetapi kita tidak

tahu kedatangan dan kepergian mereka. Seandainya kita akan

mengelilingi hasil panen yang telah ditanam dengan tiang pancang

dan jerat besar pada semua sisi? Maka mungkin kita melihat sarang

perlindungan dari kawanan kijang ketiga ini, ke mana mereka akan

pergi membawanya. Oleh karena itu para petani mengelilingi hasil

466

Page 467: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pertanian yang mereka tanam itu dengan tiang-tiang pancang

besar serta jerat-jerat di sekelilingnya. Kemudian, para bhikkhu,

para penabur bibit beserta kawan-kawan melihat sarang perlindun-

gan dari kawanan kijang ketiga, ke mana mereka pergi untuk

mengambilnya. Jadi, para bhikkhu, juga kawanan kijang ketiga itu

tidak terluput dari kekuasaan para penabur itu.

Oleh sebab itu, para bhikkhu, kawanan keempat kijang-kijang

itu menyadari demikian: 'Kawanan kijang pertama telah memakan

tanaman liar yang mengelilingi pintu masuk ... Jadi kawanan kijang

pertama tidak terluput dari kekuasaan si penabur itu. Kemudian

kawanan kijang yang kedua menyadari demikian: "Kawanan kijang

pertama ini tidak terluput dari kekuasaan si penabur. Seandai kita

semua berpantang dari memakan hasil pertanian ..." Jadi kawanan

kijang kedua tidak bisa terluput dari kekuasaan si penabur.

Kemudian kawanan kijang ketiga menyadari demikian: [154]

Kawanan kijang pertama ... Jadi kawanan kijang pertama ini tidak

terluput dari kekuasaan si penabur. Seandai kita semua berpantang

dari makanan hasil pertanian itu ...' Jadi kawanan kijang kedua ini

tidak terluput dari kekuasaan si penanam itu. Seandai kita

membuat sarang perlindungan di dekat hasil pertanian yang

ditanam oleh si petani itu, sehingga kita bisa makan hasil pertanian

liar tidak usah mendekati pintu masuk dari pertanian yang ditanam

467

Page 468: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

oleh petani; dan kemudian, sesudah membuat sarang perlindungan

dan tidak mendekati pintu masuk hasil pertanian yang ditanam oleh

petani itu, kita tidak akan menjadi girang; dengan tidak menjadi

girang, kita tidak akan menjadi ceroboh; dengan tidak menjadi

ceroboh, kita tidak akan menjadi mereka yang harus dikerjakan

atas kemauan dari si petani dari pertanian itu." Mereka ini membuat

sarang perlindungan mereka memakan tananman liar dengan tidak

usah mendekati pintu masuk, dengan tidak mendekati pintu masuk

hasil pertanian yang ditanam oleh si petani itu, mereka tidak

menjadi girang; dengan tidak menjadi girang, karena mereka tidak

menjadi girang, mereka tidak menjadi ceroboh; dengan tidak

menjadi ceroboh itu, mereka tidak menjadi apa yang harus

diperbuat sesuai dengan kemauan dari si petani ditengah-tengah

menjadi apa yang harus diperbuat sesuai dengan kemauan dari si

petani ditengah-tengah hasil panennya itu. Oleh sebab itu terjadilah

pada si petani beserta teman-temannya: "Sekawanan kijang yang

ketiga ini mestinya sangat trampil dan cerdik; sekawanan kijang

ketiga ini mestinya memiliki potensi atau kekuatan dan menjadi

setan-setan; mereka memakan hasil tanaman ini yang telah

ditanam tetapi kita tidak tahu kedatangan atau kepergian mereka.

Seandainya kita menutup hasil pertanian yang ditanam dengan

tiang pancang besar-besar dan jerat-jerat pada semua sisi?

468

Page 469: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Kemudian kita bisa melihat sarang perlindungan dari sekawanan

kijang ketiga, kemana mereka pergi untuk mengambilnya." Demiki-

an maka mereka itu mengelilingi pertanian yang ditaburkan oleh

petani itu dengan tiang-tiang pancang besar serta jerat-jerat pada

semua sisi. Kemudian si petani beserta para kawan-kawan melihat

sarang perlindungan dari kawanan kijang ketiga itu terluput dari

kekuasaan si penabur itu. Seandai kita membuat sarang

perlindungan di suatu tempat dimana si petani serta kawan-kawan

tidak akan datang? Setelah membuat sarang perlindungan kita di

sana, kita bisa makan tanaman liar tanpa usah mendekati pintu

masuk tempat pertanian yang ditaburkan oleh penabur; dengan

makan tanaman liar tanpa mendekati pintu masuk, kita tidak akan

menjadi gembira; dengan tidak menjadi gembira, kita tidak akan

menjadi ceroboh; dengan tidak menjadi ceroboh [155] tidak akan

menjadi mereka yang harus dikerjakan sesuai kemauan dari si

penabur serta kawan-kawan tidak akan datang; sesudah membuat

sarang perlindungan di sana, mereka makan tanaman liar dengan

tidak usah mendekati pintu masuk di sana, tidak menjadi ceroboh

itu, mereka tidak menjadi mereka yang harus dikerjakan sesuai

dengan kemauan si penabur itu dengan ditengah-tengah hasil

pertanian.

469

Page 470: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Oleh sebab itu, para bhikkhu, terjadilah pada si penabur

beserta kawan-kawan: 'Sekawanan kijang ke empat mestinya

sangat terampil dan cerdik, kawanan kijang tempat ini mestinya

memiliki potensi dan menjadi setan-setan; mereka makan hasil

tanaman yang ditaburkan, tetapi kita tidak tahu tentang

kedatangan dan keperluan mereka. Seandainya kita menutup

tempat pertanian yang telah ditabur itu dengan tiang pancang yang

besar-besar serta jerat-jerat disekelilingnya, maka kita mungkin

bisa melihat sarang perlindungan dari kawanan kijang keempat ini,

ke mana mereka pergi mengambilnya.' Oleh karena itu mereka

menutup pertanian yang ditabur itu dengan tiang pancang besar-

besar serta jerat-jerat pada semua sisi. Tetapi, para bhikkhu, baik si

penabur serta kawan-kawan tidak melihat sarang perlindungan dari

kawanan kijang ke empat itu, ke mana mereka pergi untuk

mengambilnya. Oleh sebab itu, para bhikkhu, terjadilah pada si

penabur beserta kawan-kawanya: "Apabila kita memukul habis-

habisan kawanan kijang ke empat ini, mereka, yang telah dihajar

habis-habisan itu, akan memukul yang lain; mereka ini, yang telah

dipukul habis-habisan, akan menghajar yang lain pula, dan dengan

ini semua kijang akan mengabaikan pertanian yang ditabur ini.

Seandai kita tidak mempedulikan terhadap kawanan kijang ke

empat itu?" Oleh sebab itu, para bhikkhu, baik si penabur maupun

470

Page 471: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kawan-kawan mencampuri dengan kawanan kijang ke empat itu.

Jadi dengan demikian, para bhikkhu, kawanan kijang keempat ini

terluputlah dari kekuasaan sipenabur atau sipetani itu.

Para bhikkhu, parabel ini dibuat oleh-Ku untuk

menggambarkan artinya. Dan inilah arti tersebut:

Hasil panen atau hasil pertanian, para bhikkhu, ini adalah

merupakan sinonim dari lima buah kesenangan inderawi.

'Si penabur atau si petani', para bhikkhu, ini adalah nama dari

Mara, Si jahat.

'Kawan-kawan si penabur, para bhikkhu, ini adalah sinonim

kawan-kawan Mara.

'Sekawanan kijang, para bhikkhu, ini adalah sinomim petapa

dan brahmana.'

Di mana, para bhikkhu, jenis petapa dan brahmana pertama

memakan tanaman liar yang mengelilingi pintu masuk pada hasil

pertanian yang ditanam oleh si Mara benda-benda materi duniawi

[156] mereka ini, memakan hasil tanaman liar dan mendekati pintu

masuk di sana, menjadi girang; dengan menjadi girang, mereka

menjadi ceroboh atau tidak hati-hati, mereka menjadi orang-orang

yang harus dikerjakan atau diperlakukan oleh Mara sesuka hatinya

ditengah-tengah hasil pertanian itu benda-benda materi duniawi.

471

Page 472: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Jadi, para bhikkhu, jenis pertama daripara petapa dan brahmana

tidak akan terluput dari kekuasaan Mara.

Aku, para bhikkhu, mengatakan bahwa jenis petapa dan

brahmana yang pertama itu adalah seperti jenis sekawanan kijang

yang pertama itu di dalam parabel.

Kemudian, para bhikkhu, jenis pertapa dan brahmana kedua

menyadari: 'Jenis petapa dan brahmana yang pertama makan

dalam (makanan hewan, dalam hal ini adalah berupa tanaman liar

yang tidak sengaja di tanam oleh si petani) yang mengelilingi pintu

masuk pada hasil pertanian yang ditanam oleh Mara benda-benda

materi duniawi; mereka ini, dengan memakan tanaman liar dan

mendekati pintu masuk di sana, menjadi girang; dengan menjadi

girang, mereka menjadi ceroboh atau tidak hati-hati; dengan tidak

berhati-hati itu, mereka menjadi orang-orang yang dikerjakan oleh

Mara sesuai dengan kemauannya di antara hasil pertanian benda-

benda materi dari dunia. Seandainya kita akan berpantang dari

makanan dari memakan hasil pertanian benda-benda materi dari

dunia; dan berpantang dari menikmati atau kenikmatan di mana

terdapat ketakutan, setelah mencebur ke dalam bentangan hutan

belantara, haruskah mereka tinggal di sana?' Semua dari mereka

itu berpantang dari makanan pertanian benda-benda materi

duniawi; dengan berpantang dari kenikmatan di mana terdapat

472

Page 473: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ketakutan, setelah terjun ke dalam bentangan hutan belantara,

mereka tinggal atau menetap di sana. Di sana mereka ini menjadi

pemakan tumbuh-tumbuhan ... makan padi-padian makan beras liar

...makan potongan-potongan kulit ... makan tumbuhan air ... makan

dedak liar ... makan potongan-potongan kulit ... makanan tumbuh-

tumbuhan air ... makan dedak padi ... makan tajin nasi ... makan

ampas biji-biji minyak ... makan rumput dan mereka mulai

memakan tahi kerbau, dan mereka bertahan hidup dengan makan

akar-akar serta buah-buahan, makan buah-buahan yang telah jatuh.

Di dalam bulan terakhir dari musim panas, ketika rumput-rumput

serta air mengering, tubuh-tubuh mereka itu mengurus maka

kekuatan serta energi mereka itu lenyap; disebabkan karena

kekuatan dan energi mereka itu lenyap maka kebebasan pikiran

mereka menghilang; disebabkan kebebasan pikiran mereka lenyap

itu, maka mereka kembali lagi kepada hasil pertanian yang ditabur

oleh si mara itu, benda-benda materi dari duniawi. Mereka

memakan tanaman liar yang mengelilingi pintu masuk di sana;

dengan memakan tanaman liar yang mengelilingi pintu masuk di

sana; dengan memakan tanaman liar yang mengelilingi pintu

masuk di sana mereka menjadi girang; dengan menjadi girang

mereka menjadi ceroboh; dengan menjadi ceroboh itu, mereka

menjadi orang-orang yang diperlakukan sesuai dengan kemauan

473

Page 474: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Mara di tengah-tengah hasil pertanian itu benda-benda materi dari

duniawi. Mereka memakan tanaman liar yang mengelilingi pintu

masuk di sana; dengan memakan tanaman liar yang mengelilingi

pintu masuk di sana mereka menjadi girang; dengan menjadi girang

mereka menjadi ceroboh; dengan menjadi ceroboh itu, mereka

menjadi orang-orang yang diperlakukan sesuai dengan kemauan

Mara di tengah-tengah hasil pertanian itu benda-benda materi dari

duniawi itu. Jadi, para bhikkhu, juga kedua jenis kawanan kaum

petapa serta brahmana itu tak terluput atau terlepas dari

cenckeraman di Mara [157]. Aku, para bhikkhu, mengatakan bahwa

jenis kedua dari para petapa dan brahmana itu adalah seperti

sekawanan kijang kedua di dalam parable itu.

Kemudian, para bhikkhu, para petapa dan brahmana ketika

menyadari: 'Para petapa dan brahmana pertama itu memakan hasil

tanaman liar yang mengelilingi pintu masuk pada pertanian yang

ditanam oleh Mara benda-benda materi keduniawian. Jadi kaum

petapa dan brahmana yang pertama ini tidak terluput dari

kekuasaan Mara. Dan para petapa dan brahmana yang kedua

menyadari: "Para petapa dan brahmana pertama makan-makanan

liar yang mengelilingi pintu masuk .. Jadi kaum petapa dan

brahmana pertama tidak terluput dari kekuasaan si Mara itu.

Seandai kita semua harus berpantang dari makan hasil pertanian ...

474

Page 475: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

harus tinggal di sana?" Semua dari merka ini berpantang dari

makan hasil pertanian ... mereka tinggal di sana. Di sana mereka ini

menjadi pemakan hasil tumbuh-tumbuhan liat ... memakan buah-

buahan yang terjatuh. Di dalam bulan terakhir dari musim panas ...

mereka kembali lagi kepada hasil pertanian yang dahulu yang

ditanam oleh Mara -bentuk -bentuk benda duniawi. Jadi para

petapa dan brahmana yang kedua ini tidak terluput dari kekuasaan

si Mara. Seandai kita harus membuat lubang perlindungan di dekat

hasil pertanian yang ditanam oleh Mara itu - benda-benda materi

dari duniawi; setelah membuat lubang perlindungan di sana, kita

akan memakan tanaman hewan yang tidak mengelilingi pintu

masuk pada hasil pertanian oleh Mara benda-benda materi dari

duniawi; setelah membuat lubang perlindungan di sana, kita akan

memakan tanaman hewan yang tidak mengelilingi pintu masuk

pada hasil pertanian yang ditanam oleh mara benda-benda materi

duniawi; memakan hasil tanaman hewan yang tidak mengelilingi

pintu masuk, kita tidak akan menjadi girang; dengan tidak menjadi

girang, kita tidak akan menjadi ceroboh (tidak berhati-hati; dengan

tidak ceroboh, kita tiadk akan menjadi mereka yang harus

diperlakukan sesuai dengan kemauan si Mara di tengah-tengah

hasil pertanian itu - benda-benda materi keduniawian. Mereka ini

kemudian membuat lobang perlindungan dekat degnanpertanian

475

Page 476: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

yang ditanam oleh Mara benda-benda materi duniawi; sesudah

membuat lobang perlindungan di sana, mereka makan hasil

tanaman hewan yang tidak mengelilingi pintu masuk pada

pertanian yang ditanam oleh Mara benda-benda materi duniawi;

sesudah membuat lobang perlindungan disana, mereka makan hasil

tanaman hewan yang tidak mengelilingi pintu masuk pada

pertanian yang ditanam oleh Mara-benda-benda material dunia;

mereka ini, yang memakan hsil tanaman hewan yang tidak

mengelilingi pintu masuk di sana, tidak menjad girang dengan tidak

menjadi girang itu, mereka tidak menjadi ceroboh; dengantidak

menjadi ceroboh itu, mereka tidak menjadi orang-orang yang dapat

diperbuat sesuka hati dari si Mara di tengah-tengah pertanian itu

benda-benda material dari duniawi. Namun begitu mereka

mendapatkan kesimpulan pandangan-pandangan sebagai berikut;

bahwasanya dunia itu adalah kekal, juga bahwsanya dunia itu

adalah tidak kekal; bahwasanya dunia itu merupakan hal yang

berakahir, juga bahwasanya dunia itu bukan merupak hal yang

berakhir; dan bahwa prinsip hidup serta badan, juga bahwa prinsip

hidup dan tubuh itu adalah berbeda; dan bahwa Tathagata itu

menjadi sesudah kematian, juga bahwasanya Tathagata tidak

menjadi setelah kematian, juga bahwa Tathagata kedua-duanya

menjadi dan tidak menjadi setelah kematian, juga bahwasanya

476

Page 477: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Tathagata itu tiadk menjadi maupun pula bukan tidak menjadi

setelah kematian. [158] Jadi, apra bhikkhu, tidak juga para petapa

dan brahmana ketiga ini terluput dari kekuasaan si Mara. Aku, para

bhikkhu, mengatakan bahwa petapa dan brahmana ketiga adalah

seperti jenis sekawanan kijang di dalam parable atau persamaan

itu.

Kemudian, para bhikkhu, jenis ke-empat dari para petapa serta

brahmana menyadari demi kian: "Jenis pertama para petapa dan

brahmana itu memakan tanaman hewan yang mengelilingi pintu

masuk dari tanaman yang ditanam oleh Mara-Benda-benda material

dari duniawi. ... Jadi jenis pertama dari para petapa serta brahmana

ini tidak bisa terluput dari kekuasaan Mara. Dan jenis kedua dari

para petapa serta brahmana ini menyadari: "Jenis pertama dari

para petapa serta brahmana itu memakan hewan ... Jadi jenis

pertama dari para petapa serta brahmana itu memakan tanaman

hewan ...Jadi jenis pertama dari para petapa serta brahmana tidak

terluput dari kekuasaan Mara. Seandai kita semua berpantang

makan hasi tanaman ... harus tinggal di sana ..." Jadi jenis keuda

dari para petapa serta brahmana itu ... tidak terluput dari

kekuasaan si Mara. Dan jenis kedua para petapa serta brahmana

menyadari: Jenis pertama para petapa serta brahmana ... tiadk

terluput dari kekuasan si Mara. Seandai kita semua berpantang

477

Page 478: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

memakan hasil tanaman ... Jadi jenis kedua para petapa serta

brahmana ini tidak bisa terluput dari kekuasaan si Mara seandai kita

semua harus membuat lobang perlindungan di dekat tananman

yang ditanam oleh si Mara - bentuk-bentuk benda material dari

duniawi ..." Mereka ini membuat lobang perlindungan ... mereka

tidaklah menjadi orang-orang yang harus diperlakukan si Mara

sesuka hatinya di tengah-tengah hasil tanaman itu - bentuk-bentuk

benda material dari duniawi. Namun begitu, mereka sampailah

kepada pandangan-pandangan sebagai berikut: bahwa dunia ini

adalah kekal ... juga bahwasanya Sang Tathagata tidak menjadi

maupun bukan tidak menjadti setelah kematian. Jadi jenis para

petapa dan brahmana tidak terluput dari kekuasaan si Mara.

Seandai kita harus membuat lobang perlindugan di mana Mara

serta teman-teman Mara tiadk datang; setelah membuat lobang

perlindungan itu, kita dapat makan tanaman hewan yang tidak

mengelilingi pintu masuk pada tanaman yang ditabur oleh Mara itu

- benda-benda material dari duniawi; dengan makan tanaman

hewan yang tidak mengelilingi pintu masuk, kita tidak akan menjadi

girang; dengan tidak menjadi girang kita tidak akan menjadi

ceroboh, dnegan tidak menjadi ceroboh kita tidak akan menjadi

orang-orang yang harus diperlakukan oleh Mara semaunya di

antara hasil pertanian itu benda-benda material duniawi.' mereka

478

Page 479: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ini membuat lobang perlindungan di sana (159) mereka memakan

tanaman hewan yang tidak mengelilingi tanaman yang ditanam

oleh Mara - benda-benda material duniawi. Mereka ini, makan

tanaman hewan yang tidak mengelilingi pintu masuk di sana, tidak

menjadi girang; dengantidak menajdi girang, mereka tidak menjadi

ceroboh; dnegan tidak menjadi ceroboh itu, mereka tidak menjadi

orang-orang yang diperlakukan oleh Mara semaunya di antara hasil

tanaman itu - benda-benda material duniawi. Jadi para bhikkhu,

jenis ke empat para petapa serta brahmana terluput dari kekuasaan

si Mara. Aku, para bhikkhu, mengatakan bahwa jenis para petapa

dan brahmana ke empat itu adalah seperti jenis kawanan kijang ke

empat di dalam parabel atau persamaan itu.

Dan bagaimana, para bhikhu, apakah di sana tidak terdapat

pintu masuk dari Mara serta kawanan si Mara itu? Yang dimaksud di

sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu, dengan menjauhkan diri drai

kesenangan-kesenangan inderawi, menjauhkan diri dari keadaan

pikiran yang tidak terampil, memasuki serta mengabdikan diri

dalam meditasi tingkat pertama yang diikuti oleh pikiran pemula

serta pikiran-pikiran yang tidak berkesinambungan, terlahir karena

sifat menjauhkan diri itu, dan adalah sangat menggembirakan serta

menyenangkan.

479

Page 480: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Para bhikkhu, jenis bhikkhu ini dinamakan seseorang yang

telah menaruh kegelapan disekeliling Mara, dan yang telah

menutup atau menghalangi pandangan Mara sehingga ia tidak

mempunyai jangkauan, tidak tampak oleh si Jahat.

Dan sekali lagi, para bhikkhu, dengan menghilangkan pikiran

pemula serta yang tidak berkesinambungan itu, maka pikirannya

secara subyektif menjadi tenang sentosa dan difokuskan ke satu

arah, terus menerus masuk serta mengabdikan diri pada meditasi

tingkat kedua yang mana adalah hampa daripada pikiran pemula

dan tidak berkesinambungan itu, dan terlahir dari konsentrasi dan

menggembirakan serta menyenangkan. Para bhikkhu, bhikkhu ini

dinamakan seoran yang telah menaruh kegelapan disekitar mara,

dan yang telah menutup atau menghalangi pandangan si Mara

sehingga pandngan tersebut tidak mempunyai jangkauan, tidak

dapat dilihat oleh Si Jahat.

Dan sekali lagi, para bhikkhu, dengan memudarnya rasa girang

yang luar biasa itu, berkelana dengan keseimbangan, kesadaran

yang berprihatin serta jelas, dan dialami oleh diri orang itu yang

oleh orang ariya dinamakan: 'Hidup penuh kesenangan barang

siapa mempunyai keseimbangan dan penuh perhatian,' dan ia

masuk ke dalam serta mengabdi di dalam meditasi tingkat tiga.

Para bhikkhu, bhikkhu ini disebut ... oleh si Jahat.

480

Page 481: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Dan sekali lagi, para bhikkhu, seorang bhikkhu dengan dapat

mengenyahkannya rasa senang, dengan dapat mengenyahkannya

rasa sedih dengan selalu bersikap tenang terhadap kesenangan-

kesenangan serta kesedihan-kesedihan yang lampau, memasuki

serta mengadikan diri ke dalam meditasi tingkat ke empat did alam

mana tidak memiliki rasa sedih maupun senang, dan yang

seluruhnya dimurnikan oleh keseimbangan serta kesiagaan. Para

bhikkhu, bhikkhu ini dinamakan ... oleh si jahat.

Dan sekali lagi, para bikkhu, seorang bhikkhu dengan melewati

jauh diluar daya memahai tentang bentuk-bentuk material, dengan

turunya atau redamnya persepsi dari reaksi-reaksi sensori, dengan

tidak menghadiri atau tidak memperhatikan berbagai jenis persepsi,

sambil berpikir: 'Langit adalah tidak ada batasnya,' memasuki serta

mengabdikan diri di dalam alam terdiri dari eter yang tak terbatas.

Para bhikkhu, bhikkhu ini dinamakan ... si jahat.

Dan sekali lagi para bhikkhu, seorang bhikkhu denganjubah

jauh melampaui alam kesadaran yang tak terbatas itu, [160] sambil

berpikir : "Di sana tiada ada sesuatu," memasuki dan mengabdikan

diri di dalam alam tiada ada apa-apanya. Para bhikkhu, bhikkhu

semacam ini dinamakan ... oleh si jahat.

Dan sekali lagi, para bhikkhu seorang bhikkhu dengan jauh

melampaui alam dari tiada ada apa-apa itu, memasuki dan

481

Page 482: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mengabdikan diri di dalam alam yang bukan persepsi maupun pula

bukan non persepsi.

Para bhikkhu, bhikkhu ini dinamakan seorang yang telah

menaruh kegelapan di sekeliling mara dan yang menutup

pandangan atau penglihatan si mara sedemikian sehingga

pandangan itu tidak mempunyai jangkauan, tetap tidak terlihat oleh

si jahat.

Dan sekali lagi, para bhikkhu seorang bhikkhu yang jauh

melampaui di atas alam dari bukan persepsi maupun pula non

persepsi, memasuki dan mengadikan diri di dalam penghentian dari

persepsi serta perasaan; dan dengan dapat melihat dengan

kebijaksanaan, intuitip, maka kanker telah dihancurkan sama

sekali.

Para bhikkhu, bhikkhu ini dinamakan seorang yang telah

menaruh kegelapan di sekeliling mara, dan yang, setelah menutup

atau meliputi pandangan si mara sedemikian sehingga ia tidak

mempunyai jangkauan, tetap tidak terlihat atau tidak dapat dilihat

oleh si jahat; ia telah menyeberangi di atas kekusutan di dunia ini.

Demikianlah kata-kata Sang Buddha; merasa senang, para

bhikkhu ini menyukuri tentang apa yang telah diajarkan oleh sang

Tathagata itu.

482

Page 483: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ARIYAPARIYESANA SUTTA

26

Demikianlah yang saya dengar:

Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada Jetavana,

taman milik Anathapindika, Savatthi.

Ketika hari telah pagi, Beliau mengatur pakaian dan dengan

membawa patta serta jubah-Nya, Beliau menuju Savatthi untuk

menerima dana makanan.

483

Page 484: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Kemudian banyak bhikkhu menemui Bhikkhu Ananda dan

berkata kepadanya:" Avuso Ananda, sudah lama kami tidak

mendengar pembicaraan Dhamma dari Sang Bhagava sendiri.

Alangkah baik apabila kami dapat mendengar demikian."

"Silahkan para bhikkhu pergi ke Rammaka tempat pertapaan

para Brahmana; barangkali kalian akan mendengar suatu

pembicaraan Dhamma dari Sang Bhagava sendiri."

"Baiklah, avuso," jawab mereka.

Ketika Sang, Bhagava telah berkeliling menerima dana

makanan di Savatthi dan telah kembali dari pindapata setelah

bersantap, Beliau menyapa Bhikkhu ananda, marilah kita pergi ke

Pubbarama, pesangrrahan milik Migaramata (Visakha) untuk

berdiam sepanjang siang."

"Baiklah, Bhante," jawab Ananda. Kemudian Sang Bhagava

pergi bersama Bhikkhu Ananda ke Pubbarama, pasangrahan

Migara, untuk berdiam sepanjang siang.

Ketika hari telah sore, Sang Bhagava bangkit dari meditasi, dan

Beliau menyapa Bhikkhu Ananda: "Ananda, maritah kita pergi ke

tempat pemandian Pubbakotthaka untuk mandi."

"Baiklah, Bhante," jawab Bhikkhu Ananda.

Kemudian Sang Bhagava pergi bersama bhante Ananda ke

484

Page 485: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Pubbakotthaka dan mandi. Setelah melakukan hal itu, Beliau

ke luar dari air dan berdiri dalam satu jubah sambil mengeringkan

badan. Bhikkhu Ananda -- berkata: " Bhante, Rammaka tempat

pertapaan para Brahmana berada dekat sini. Pertapaan itu sesuai

dan menyenangkan. Bhante, alangkah baiknya apabila Sang

Bhagava bersedii pergi ke sana."

Sang Bhagava menyetujui dengan berdiam diri.

Kemudian Sang Bhagava menuju Rammaka tempat pertapaan

para Brahmana. Pada saat itu banyak bhikkhu berkumpul bersama

di sana untuk membahas Dhamma. Sang Bhagava berdiri di luar

pintu menunggu akhir dari diskusi mereka. Ketika Beliau tahu

bahwa diskusi telah selesai, Beliau berdehem dan mengetuk pintu.

Para bhikku membuka pintu untuk Beliau. Kemudian Beliau masuk

dan duduk pada tempat duduk yang telah disediakan. Setelah

melakukan hal itu Beliau menyapa para bhikkhu -- demikian: "Para

bhikkhu, apakah yang kamu sekalian diskusikan dengan berkumput

di sini sekarang ? Juga apakah yang sementara ini didiskusikan dan

belum diselesaikan?"

"Bhante, diskusi kami yang belum terselesaikan adalah

mengenai Dhamma dan mengenai diri Sang Bhagava sendiri.

Kemudian Sang Bhagava tiba."

485

Page 486: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Bagus, para bhikkhu. Sebagai orang yang meninggalkan

kehidupan duniawi yang didasarkan pada keyakinan dan hidup tak

berumah-tangga, kamu sekalian berkumpul untuk mendiskusikan

Dhamma. Ketika kalian -- berkumpul bersama maka ada dua

pilihan yaitu: mendiskusikan Dhamma atau diam seperti para ariya.

'Para bhikkhu, ada dua macam pencarian: pencarian luhur

(ariya-pariyesana) dan pencarian rendah (anariya pariyesana).

'Apakah pencarian rendah?

'Dalam hal ini seseorang yang dirinya sendiri mengalami

kelahiran, usia tua, penyakit, kesedihan dan kekotoran, mencari

apa yang juga mengalami kelahiran, usia tua, sakit, kematian,

kesedihan dan kekotoran.

'Apakah yang dikatakan mengalami kelahiran? Istri dan anak-

anak mengalami kelahiran, demikian juga para wanita dan pria

yang berkeluarga, kambing, domba, unggas, babi, gajah, lembu,

kuda-kuda jantan dan betina, berbulu emas dan perak. Inilah

kehidupan yang menoalami kelahiran, seseorang yang terikat

dengannya dan tak waspada sehingga terlibat padanya adalah

orang yang mengalami kelahiran serta mencari apa yang juga

mengalami kelahiran.

486

Page 487: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Apakah yang dikatakan mengalami usia tua ? Istri dan anak-

anak mengalami usia tua, demiikian juga ... emas dan perak. Inilah

kehidupan yang mengalami usia tua, seseorang yang terikat

dengannya dan tak waspada sehingga terlibat padanya adalah

orang mengalami usia tua, mencari apa yang juga mengalami usia

tua.

'Apakah yang dikatakan mengalami sakit? Istri dan anak-anak

mengalami sakit, demikian juga ... emas dan perak. Inilah

kehidupan -- yang mengalami sakit, seseorang yang terikat

dengannya dan tak waspada sehingga terlibat padanya adalah

orang men(-.,alami sakit, mencari apa yang juga mengalami sakit.

'Apakah yang dikatakan mengalami kematian ? Istri dan anak-

anak mengalami kematian, demikian juga ... emas dan perak.

Inilah kehidupan yang mengalami kematian, seseorang yang terikat

dengannya dan tak waspada sehingga terlibat padanya adalah

orang mengalami sakit, mencari apa yang juga mengalami

kematian.

'Apakah yang dikatakan mengalami kesedihan? Istri dan anak-

anak mengalami kesedihan, demikian juga ... emas dan perak.

Inilah kehidupan yang mengalami kesedihan, seseorang yang

terikat dengannya dan tak waspada sehingga terlibat padanya

487

Page 488: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

adalah orang mengalami kesedihan, mencari apa yang juga

mengalami kesedihan.

'Apakah yang dikatakan mengalami kekotoran batin ? Istri dan

anak-anak mengalami kekotoran batin, demikian juga para wanita

dan pria yang berkeluarga, kambing, domba, unggas, babi, gajah,

lembu, kuda-kuda jantan dan betina, berbulu emas dan perak.

Inilah kehidupan yang mengalami kekotoran batin, seseorang yang

terikat dengannya dan tak waspada sehingga terlibat padanya

adalah orang yang mengalami kelahiran serta mencari apa yancy

juga mengalami kekotoran batin kelahiran.

'Inilah pencarian rendah.

Apakah penearian luhur ?

'Dalam hal ini seseorang yang dirinya sendiri mengalami

kelahiran usia tua, penyakit, kematian, kesedihan dan kekotoran,

mengetahui baliaya dalam dhamma seperti ini dan mencari yang

tidak dilahirkan, tanpa usia tua, tanpa kesakitan, tanpa kesedihan,

tanpa kotoran batin, ketenangan meditasi yang tertinggi untuk

melenyapkan kotoran batin, Nibbana.

'Inilah pencarian luhur.

Pencarian Penerangan Sempurna.

488

Page 489: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Para bhikkhu, sebelum mencapai penerangan sempurna,

sementara saya masih seorang Bodhisatta yang belum mencapai

penerangan sempurna, Saya juga, diriku sendiri mengalami

kelahiran, usia tua, sakit, kematian, kesedihan dan kekotoran,

mencari apa yang mengalami kelahiran, usia tua, sakit, kematian,

kesedihan dan kekotoran.

'Saya (berpikir) demikian: "Mengapa, dengan diriku sendiri

mengalami kelahiran, usia tua, sakit, kematian, kesedihan dan

kekotoran, Saya mencari apa yang mengalami kelahiran, usia tua,

sakit, kematian dan kekotoran? Seandainya, diriku yang masih

mengalami dhamma seperti itu, mengetahui bahaya dalam

dhamma seperti itu, Saya mencari yang tidak mengalami kelahiran,

usia tua, sakit, kematian, kesedihan dan kekotoran, mengatasi

ikatan yang kuat, yaitu Nibbana?"

'Kemudian, ketika Saya masih anak-anak, seorang

pemudaberambut hitam yang masih remaja, dalam masa hidupku

yang pertama, aku mencukur habis rambut dan jenggotku

meskipun ibu dan ayahku berkeinginan sebalilknya dan berduka

dengan wajah berurai air mata -- Saya mengenakan jubah kuning

dan pergi meninggalkan kehidupan duniawi menuju kehidupan tak

berumah-tangga (pabbaja).

489

Page 490: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Sesudah berkelana mencari apa yang bermanfaat, mencari

kedamaian tertinggi yang suci, Saya pergi menemui Alara Kalama

dan berkata kepadanya: "Kawan Kalama, Saya ingin menjalani

hidup suci dalam Dhamma dan Vinaya."

Alara Kalama menjawab: "Saudara dapat tinggal di sini.

Dhamma ini adalah sedemikian, sehingga dalam waktu tidak lama

seorang yang bijaksana dapat menyelami dan menghayatinya,

ajaran gurunya dapat ia merealisasikan sendiri dengan abhinna-

nya."

Saya dengan cepat belajar dhamma tersebut. Saya

menyatakan bahwa sejauh sekedar pengucapan dan pengulangan

ajarannya ketika Saya dapat berbicara dengan pengetahuan dan

keyakinan, bahwa Saya tahu dan melihat --- juga banyak orang lain

yang melakukan hal sama.

Saya (berpikir): "Bukanlah melalui kepercayaan semata Alara

Kalama membabarkan Dhammanya; (ia melakukannya) karena ia

menyelami dan menghayatinya sendiri, menyadarinya sendiri

melalui pengetahuan langsung. Tentulah Alara Kalama menghayati

Dhamma ini dengan mengetahui dan melihat."

490

Page 491: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Kemudian Saya menemui Alira Kalama, dan Saya berkata:

"Teman Kalama, dalam cara apa engkau menyatakan telah

menyelami Dhamma ini, menyadarinya sendiri melalui abhinna?"

Ia menjawabnya dengan uraian yang didasarkan pada

'kekosongan' (akincannayatana).'

Saya berpikir: "Tidak saja Alara Kalama memiliki keyakinan;

Saya-pun memiliki keyakinan. Bukan hanya Alara Kalama memiliki

semangat; Saya pun memiliki semangat. Bukan hanya Alara

Kalama memiliki perhatian (sati); Saya pun memiliki perhatian.

Bukan hanya Alara Kalama memiliki samadhi; Saya pun memiliki

samadhi. Bukan hanya Alara Kalama memiliki kebijaksanaan

(panna); Saya pun memiliki kebijaksanaan. Seandainya Saya

melatih pengendalian diri untuk merealisasikan Dhamma yang

dinyatakan telah diselaminya, direalisasikannya sendiri meialui

abhinna-nya?"

"Saya dengan segera menghayati dan menyelami Dhamma

tersebut, merealisasikannya sendiri dengan abhinna. Lalu Saya

menemui Alara Kalama dan Saya berkata kepadanya:" Kawan Alara,

apakah dengan jalan ini engkau menyatakan menyelami Dhamma

ini, merealisisikannya sendiri dengan abhinna?"

491

Page 492: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Kawan, deiigan jilan inilah yang saya nyatakan saya telah

menghayati dan menyelami Dhamma. merealisasikannya sendiri

dengan abhinna".

"Suatu keuntungan bagi kami, kawan! Suatu keuntungan

besar ba.i kami, kawan! Karena kami memiliki seorang sahabat

dalam kehidupan suci. Maka Dhamma yang aku nyatakan telah

diselami, yang saya sendiri telah merealisasikannya dengan

abbinna. Dhamma tersebut telah Anda selami dan hayati, dirimu

sendiri telah merealisasikannya dengan abhinna. Dhamma tersebut

saya nyatakan telah saya selami, saya sendiri telah

merealisasikannya den-an abhinna. Dengan demikian Anda

mengetahui Dhamma yang saya ketahui; saya mengetahui

Dhamma yang Anda ketahui. Sebagaimana diriku, demikian juga

dirimu; sebagaimana dirimu, demikian juga d u. Marilah, kita pimpin

bersama-sama kelompok ini."

Demikianlah guru-Ku Alara'Kalama,menempatkan diri-Ku (yang

adalah siswanya) pada kedudukan yang sama dengan dirinya

sendiri, dan menghargai saya dengan penghormatan tertinggi.

Saya berpikir: "Dhamma ini tidak membawa pada pelenyapan

nafsu, pada memudarnya hawa nafsu, pada penghentian, pada

kedamaian, pada abhinna, pada penerangan sempurna, Nibbana,

tetapi hanya didasarkan pada kekosongan (akincannayatana) saja."

492

Page 493: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Demikianlah maka Saya tidak merasa puas dengan dhamma

tersebut, saya meninggalkannya.

'Sesudah berkelana meneari apa yang bermanfaat, mencari

kedamaian tertinggi yang suci, Saya pergi menemui Uddhaka

Ramaputta dan berkata kepadanya: "Kawan, Saya ingin menjalani

hidup suci dalam Dhamma dan Vinaya."

'Uddaka Ramaputta menjawab: "Saudara dapat tinggal di sini.

Dhamma ini adalah sedemikian sehingga dalam waktu tidak lama

seorana yang bijaksana dapat menyelami dan menghayatinya,

sehiiigga ijaran gurunya ia dapat direalisasikan sendiri dengan

abhinna-nya."

'Saya dengan cepat belijar dhamma tersebut. Saya

menyatakan bahwa sejauh sekedar pengucapan dan pengulangan

ajarannya ketika Siya dapat berbicara dengan pengetahuan dan

keyakinan, bahwa Saya tahu dan melihat --- juga banyak orang lain

yang melakukan hal sama.

'Saya (berpikir): "Bukanlah melalui kepercayaan semata

Ramaputta membabarkan Dhammanya; (ia melakukannya) karena

ia menyelami dan menghayatinya sendiri, menyadarinya sendiri

meialui pencyetahuan langsung. Tentulah Uddaka Ramaputta

menghayati Dhamma ini dengan mengetahui dan melihat."

493

Page 494: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Kemudian Saya menemui Uddaka Ramaputta, dan Saya

berkata: "Teman Ramaputta, dalam cara apa engkau menyatakan

telah menyelami Dhamma ini menyadarinya sendiri melalui

abhinna?"

'Ia menjawabnya dengan uraian yang di dasarkan pada' Bukan

pencerapan maupun bukan tidak pencerapan (nevasanna

nasannayatana)"

Saya berpikir: "Tidak saja Uddaka Ramaputta memiliki

keyakianan; saya pun memiliki keyakinan. Bukan hanya Uddaka

Ramaputta memiliki semangat; Saya memiliki semangat. Bukan

hanya Uddaka Ramaputta memiliki perhatian (sati); Saya pun

memiliki perhatian. Bukan hanya Uddaka Ramaputta memiliki

samadhi; Sayapun memiliki samadhi. Bukan hanya Uddaka

Ramaputta memiliki kebijaksanaan (panna); Saya pun memiliki

kebijaksanaan. Seandainya Saya melatih pengendalian diri untuk

merealisasikan Dhamma yang dinyatakan telah diselaminya,

direalisasikannya.sendiri melalui abhinna-nya"

"Saya dengan segera menghayati dan menyelami Dhamma

tersebut, merealisasikannya sendiri dengan abhinna. Lalu Saya

menemui Uddaka Ramaputta dan Saya berkata kepadanya: 'Kawan

Ramaputta, apakah dengan jalan ini engkau menyatakan

494

Page 495: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menyelami Dhamma ini, merealisasikannya sendiri dengan

abhinna?"

"Kawan, dengan jalan inilah yan,g saya nyatakan saya telah

menghayati dan menyelami Dhamma merealisasikannya sendiri

dengan abhinna"

Kawan, sayapun dengan jalan ini lelah menghayati dan

menyelami Dhamma ini, merealisasikannya dengan abhinna."

"Suatu keuntungan bagi kami, kawan! Suatu keuntungan

besar bagi kami, kawan! Karena kami memiliki seorang sahabat

dalam kehidupan suci. Maka Dhamma yang aku nyatakan telah

diselami, yang saya sendiri telah merealisasikannya dengan

abhinna. Dhamma tersebut telah anda selami dan hayati, dirimu

sendiri telah merealisasikannya dengan abhinna. Dhamma tersebut

saya nyatakan telah saya selami, saya sendiri telah

merealisasikannya dengan abhinna. Dengan demikian Anda

mengetahui Dhamma yang saya ketahui; saya mengetahui

Dhamma yang Anda ketahui. Sebagaimana diriku, demikian juga

dirimu; sebagaimana dirimu, demikian juga diriku. Marilah, kita

pimpin bersama-sama kelompok ini."

Demikianlah guru-Ku Uddaka Ramaputta, menempatkan ,diri-

Ku (yang adalah siswanya) pada kedudukan yang sama den-an

495

Page 496: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dirinya sendiri, dan menghargai Saya dengan penghormatan

tertinygi.

Saya berpikir: "Dhamma ini tidak membawa pada pelenyapan

nafsu, pada memudarnya hawa nafsu, pada penghentian, pada

kedamaian, pada abhinna, pada penerangan sempurna, Nibbana,

tetapi hanya didasarkan pada "Bukan pencerapan juga bukan tidak

pencerapan (nevasannanasannayatana) saja." Demikianlah maka

Saya tidak merasa puas dengan dhamma tersebut, saya

meninggalkannya.

'Masih dalam pencarian apa yang bermanfaat, mencari

kedamaian tertinggi yang suci, Saya berkelana di daerah Magadha

mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah saya datangi,

hingga saya tiba di Senanigama dekat Uruvela. Di sana Aku

melihat sebidang tanah ying sesuai, sebuah hutan kecil yang

menyenangkan, sungai jernih yang mengalir dengan tepi yang

halus menyenangkan dan didekatnya ada sebuah desa untuk

pindapata. Demikianlah, Saya berpikir: "Ada sebidang tanah yang

sesuai, hutan kecil yang menyenangkan, sungai yang mengalir

jernih dengan tepinya yang halus menyenangkan dan di dekatnya

sebuah desa untuk pindapata. Ini akan menunjang penemuan bagi

sescorang yang mencari penemuan." Dan aku duduk disana

(berpikir):"Ini akan menunjang penemuan."

496

Page 497: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Penerangan Sempurna

'Diriku sendiri yang masih mengalami kelahiran, usia tua, sakit,

kematian, kesedihan dan kekotoran, dengan mengetahui bahaya

dalam dhamma ini, mencari yang tidak mengalami kelahiran. usia

tua, sakit, kematian, kesedihan dan kekotoran, penghentian yang

tertinggi dari segala ikatan, yakni Nibbana, Saya mencapai tanpa

kelahiran, tanpa usia tua, tanpa sakit, tanpa kematian, tanpa

kesedihan, tak ternoda penghentian tertinggi dari segala ikatan,

yakni Nibbana.

'Pengetahuan serta pandangan muncul dalam diriku:

"Pembebasan-Ku tidak dapat dikalahkan lagi. Inilah kelahiranku

yang terakhir. Tidik akan ida lagi kelahiran yang berikutnya."

'Saya berpikir: Dhamma yang telah Kucapai sangat mulia,

sukar ditemukan. Inilah kedamaian tertinggi dan terutama (dari

segala tujuan), tidak dapat dicapai oleh akal pikiran saja, halus dan

hanya dialami oleh para bijaksana. Tetapi generasi ini suka, senang

dan gembira pada sesuatu yang dapat disadari. Sukar bagi

generasi seperti ini untuk melihat kebenaran seperti ini, yakni:

sebab musabab yang saling bergantungan (paticcasamuppada),

terhentinya segala bentuk (sankhara), pelepasan semua sebab

pemunculan kehidupan, lenyapnyaj keinginan (tanhakkhaya),

hilangnya nafsu indera, penghentian, Nibbana. Jika Saya

497

Page 498: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mengajarkan Dhamma, orang lain tidak akan mengerti dan hal ini

akan melelahkan dan mengganggu bagiku."

'Kenyataannya, segera muncul dalam diriku syair-syair yang

tidak pernih terdengar sebelumnya:

Sudahlah, jangan ajarkan Dhamma

Yang bahkan bagi-Ku sukar untuk dicapai;

Karena tidak akan pemah diresapi

Oleh mereka yang, hidup dalam hawa nafsu dan kebencian.

Manusia yang diliputi nafsu indera,

Dan tertutup oleh awan kegelapan, tidak akan melihat apa

yang menentang arus, rang halus;

Dalam, sukar dilihat, sulit dimengerti.

'Berpikir d.-inikian, Saya memilih diam daripada mengajarkan

Dhamma.' 'Kemudian (Brahma) Dewa Sahampati mengetahui dalam

pikirannya apa yang saya pikirkan, dan ia berpikir; "Dunia akan

kehilangan, dunia akan sangat kehilangan, karena jalan pikiran Sing

Tathagaata Sang Arahat dan yang Telah Mencapai Penerangan

Sempurna, memilih diam daripada mengajarkan Dhamma."

498

Page 499: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Kemudian secepat seseorang yang merentangkan tangannya

yang terlipat atau melipat tangannya yang terentang, Brahma

Sahampati menhilang dari alam Brahma dan muncul dihadapan-Ku.

Kemudian beliau mengatur jubah atasnya sehingga menutupi satu

bahu dan merangkapkan kedua telapak tangannya (beranjali) ke

arah-Ku, ia berkata : "Bhante, semoga Sang Bhagava mengajarkan

Dhimma. Ada makhluk-makhluk yang hanya memiliki sedikit debu

di matanya, yang akan sia-sia bila tidak mendengar tentanng

Dhamma. Sebagian dari mereka akan mencapai pengetahuan

Dhamma tertinggi."

Brahma Sahampati berkata seperti itu, selanjutnya ia berkata:

"Di Magadlia sampai sekarang Dhamma belum dimurnikan,

Direnungkan oleh mereka yang masih ternoda.

Bukalah pintu gerbang Tanpa Kematian,

biarlah mereka Mendengar Dhamma yang telah ditemukan

oleh Yang Maha Suci;

Sebagaimana seseorang melihat segenap rakyat di sekeliling

Yang berdiri di atas gundukan batu karang padat,

Selidiki, 0 Yang Bebas dari Kesedihan,

Petapa yang maha melihat,

499

Page 500: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Umat manusia ini diliputi oleh kesedihan

Karena Kelahiran din Usia Tua.

Bangkitiah Pahlawan kemenangan, Pembawa - Pengetahuan

Bebas dari segala hutang dan berkelana di dunia

Membabarkan Dhamma; ada sebagian, 0 Sang, Bhagava, akan

mengerti.

'Kemudian Saya mendengarkan permohonan Brahma.

Berdasarkan kasih sayang terhadap semua makhluk Saya

mengamati dunia dengan mata seorang Buddha, Saya melihat para

makhluk dengan sedikit debu di mata mereka dan yang banyak

debu di mata mereka, dengan kemampuan yang meyakinkan dan

kemampuan kurang, dengan mutu yang baik dan mutu yang buruk,

mudah diajar dan sukar diajar, dan sebagian yang hidup denoan

rasa takut terhadap kebencian dan di alam lain.

Sebagaimana dalam sebuah kolam terdapat bunga-bunga

teratai biru atau merah atau putih, sebagian bunga teratai yang

tumbuh dan berkembang di dalam air tenggelam dalam air tanpa

muncul kepermukaan, sebagian bunga teratai lain yang tumbuh

dan berkembang di dalam air muncul pada permukaan air, dan

sebagian bunga teratai lainnya yang tumbuh dan berkembang di

500

Page 501: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dalam air bertumbuh ke permukaan air dan berdiri dengan baik,

tidak basah; demikian juga, mengamati dunia dengan mata seorang

Buddha .... dan sebagian yang hidup dengan rasa takut terhadap

kebencian dan alam lain.

'Kemudian Saya menjawab Brahma Sahampati dalam bait-bait

berikut:

Terbukalah untuk mereka pintu-pintu Tanpa Kematian, Biarlah

mereka yang mendengar sekarang menunjukkan keyakinannya

(Bila hanya) melihat kesulitannya maka Saya tidak berbicara pada

umat manusia

Dhamma yang halus dan luhur, Brahma.

'Kemudian Brahma Sahampati (berpikir): "Aku telah

memungkinkan Dhamma diajarkan oleh Sang Bhagava." Setelah

memberikan penghormatan pada-Ku, dengan Saya ada di sebelah

kanannya, Brahma Sahampati pergi.

'Selanjutnya Saya berpikir: "Kepada siapa Saya harus

mengajarkan Dhamma? Siapakah yang akan segera mengerti

Dhamma ini ?

'Saya berpendapat: "Alara Kalama bijaksana, terpelajar dan

cerdas. Ia telah lama hanya memiliki sedikit debu di matanya.

501

Page 502: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Bagaimana bila Saya mengajarkan Dhamma pertama-tama kepada

Alara Kalama? Ia akan segera mengerti."

'Kemudian para dewa datang pada-Ku dan berkata: "Bhante,

Alara Kalama meninggal dunia tujuh hari yang lalu." Lalu

pengetahuan serta pandangan (nana-dassana) muncul dalam diri

Ku: "Alara Kalama telah meninggal dunia tujuh hari yang Ialu.

Saya berpikir demikian: "Kehilangan Alara Kalama merupakan

kehilangan besar. Jika ia mendengar Dhamma ini, ia akan segera

mengerti."

Kemudian Saya berpikir: "Kepada siapa Saya akan ajarkan

Dhamma ? Siapakah yang akan segera mengerti Dhamma ini ?".

'Selanjutnya Saya pikir: "Uddaka Ramaputta bijaksana,

terpelajar dan cerdas. Ia telah lama hanya memiliki sedikit debu di

matanya. Seandainya Saya mengajarkan Dhamma pertama-tama

kepada Uddaka Ramaputta? Ia akan segera mengerti."

'Kemudian para dewa datang pada-Ku dan berkata:"Bhante,

Uddaka Ramaputta meninggal dunia semalam." Lalu pengetahuan

serta pandangan muncul dalam diriku: Uddaka Ramaputta telah

meninggal dunia semalam." Saya berpikir demikian: "Kehilangan

Uddaka Ramaputta merupakan kehilangan besar. Jika ia menden-ar

Dhamma ini, ia akan segera mengerti."

502

Page 503: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Lalu Saya berpikir: "Kepada siapa Saya pertama-tama harus

mengajarkan Dhamma ini? Siapakah yang akan mengerti Dhamma

ini?"

Selanjutnya Saya berpikir demikian:"Para bhikkhu dari

kelompok lima, yang membantu dan melayani Saya berjuang

mengendalikan diri. Seandainya Saya mengajarkan Dhamma

pertama-tama pada mereka?"

'Saya berpikir demikian: "Di manakah para bhikkhu dari

kelompok lima sekarang?". Dengan mata dewa (dibba cakkhu),

yang murni dan melampaui manusia biasa, Aku melihat bahwa

mereka berada di Taman Rusa Isipatana,Baranasi.

'Selanjutnya setelah Saya tinggal di Uruvela selama saya

inginkan, Saya mengadakan perjalanan dengan bertahap ke

Benares. Antara Gaya dan tempat Pencapaian Penerangan Upaka

bertemu dengan Saya di Jalan. Ketika melihat Saya, ia berkata:

"Saudara, warna kulitmu cerah dan cemerlang. Di bawah

bimbingan siapa engkau menjalani hidup suci? Siapakah gurumu?

Dhamma siapakah yang engkau anut?".

'Saya menjawab pertanyaan petapa Upaka dalam syair-syair

berikut:

'Melampaui semua makhluk, Saya Maha Tahu,

503

Page 504: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Tak ternoda dalam segala Dhamma, melepaskan semuanya

Dengan terbebas dari keinginan. Ini utang-Ku pada batin-

Ku, kepada siapakah Saya mengakuinya?

Aku tidak memiliki Guru atau pun rekan yang setara

Tidak ada satupun di seluruh alam

Dengan semua dewanya, karena Aku memiliki yang Tak

seorangpun sebagai sebanding-Ku.

Aku adalah Guru bagi dunia

Tanpa bandingan, seorang Arahat pula

Aku sendiri telah Mencapai Penerangan Sempurna

Terpadamkan, api siapa telah padam.

Saya menuju kota Kasi sekarang

Untuk menggerakkan Roda Dhamma:

Dalam dunia yang buta

Aku akan menabuh genderang Tanpa Kematian.

'Saudara, dengan pengakuanmu, engkau seharusnya Penguasa

Alam Semesta."

"Seorang penguasa seperti Saya, Upaka,

504

Page 505: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Adalah yang menang dalam melenyapkan noda-noda ini. Aku

menaklukkan semua akusala dhamma:

Karena itulah Aku Pemenang.

'Ketika ini dikatakan, petapa Upaka berkata: "Semoga

demikianlah saudara. "Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ia

mengambil jalan simpang dan berlalu.

'Setelah mengadakan perjalanan secara bertahap, akhirnya

Saya -- tiba di Taman Rusa, Isipatana, Baranasi, tempat para

bhikkhu kelompok lima berada.

'Mereka melihat Saya datang dari kejauhan, dan mereka

bersepakat di antara mereka demikian: "Saudara-saudara, Samana

Gotama yang telah memanjakan diri datang ke mari, ia meialaikan

pengendalian diri dan kembali pada kemewahan. Kita tidak perlu

memberikan penghormatan pada-Nya atau bangkit bagi-Nya atau

mengambil patta dan civara-Nya. Tetapi sebuah tempat duduk

dapat disiapkan untuk-Nya. Jika ia suka, ia akan duduk."

Namun, segera setelah Saya mendekat, mereka ternyata tidak

mampu mempertahankan kesepakatan mereka. Seorang menemui

Saya dan menerima patta dan jubah (luar)-Ku; yang lain

menyiapkan tempat duduk; -- sedangkan yang lainfiya lagi

505

Page 506: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menyiapkan air tintuk membasuh kaki-Ku kemudian mereka

menyapa-Ku dengan panggilan "avuso".

'Setelah mereka berkata begitu, Saya berkata kepada mereka:

'Para bhikkhu, janganlah menyapa seorang Tathagata dengan

sebutan - avuso. Tathagata oalah seorang Arahat dan Telah

Mencapai Penerangan Sempurna. Dengarkanlah, para bhikkhu

keadaan Tanpa Kematian telah dicapai. Aku akan membimbing

kalian; Aku akan mengajarkan dhamma pada - kalian. Dengan

melatih sebagaimana kalian dibimbing, kalian akan, dengan

merealisasikan sendiri di sini dan sekarang juga dengan abhinna

menghayati dan menyelami tujuan tertinggi dari kehidupan suci

(brahmacari) yang merupakan tujuan orang meninggalkan

kehidupan nafsu indera menjadi tak berumah-tangga.

'Selesai kata-kata ini diucapkan, para bhikkhu dari kelompok

lima menjawab: "Avuso Gotama, dengan tingkah laku seperti itu

dan menjalani puasa yang berat, yang telah anda laksanakan anda

tidak mencapai tujuan yang berharga bagi pengetahuan dan

pandangan suci (ariyananadassana) yang melebihi kemampuan

(dhamma) manusia manusia biasa. Karena sekarang anda telah

memanjakan diri, melalaikan pengendalian dan kembali pada

kemewahan, bagaimana dapat anda mencapai tujuan seperti itu?."

506

Page 507: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Ketika ini dikatakan, Saya berkata kepada mereka: "Seorang

Tathagata bukanlah seorang yang memanjakan diri, juga tidak yang

melalaikan pengendalian dan berpaling pada kemewahan. Seorang

Tathagata adalah seorang Arahat dan Telah Mencapai Penerangan

Sempurna. Dengarlah, para bhikkhu, keadaan Tanpa Kematian

telah dicapai ... dari kehidupan duniawi menuju kehidupan suci".

'Untuk kedua kalinya para bhikkhu kelompok lima berkat

kepadaku: "Avuso Gotama ... bagaimana anda dapat mencapai

tujuan seperti itu.

'Untuk ketiga kalinya Saya berkata kepada mereka: "Seorang

Tathagata bukanlah seorang yang memanjakan diri ... dari

kehidupan duniawi menuju kehidupan suci."

'Untuk ketiga kalinya para bhikkhu kelompok lima berkata

kepada ku: "Teman Gotama ... bagaimana anda dapat mencapai

tujuan seperti itu?"

'Ketika ini dikatakan Saya bertanya kepada mereka: "Para

bhikkhu, pernahkah kalian mendengar Saya berbicara seperti ini

sebelumnya?

"Tidak, bhante."

"Para bhikkhu, Tathagata adalah seorang Arahat dan Telah

Mencapai Penerangan Sempurna. Dengarkanlah, para bhikkhu

507

Page 508: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

keadaan Tanpa Kematian telah dicapai. Aku akan membimbing

kalian; Aku akan mengajarkan Dhamma pada kalian. Dengan

melatih sebagaimana kalian dibimbing, kalian akan, dengan

merealisasikan sendiri di sini dan sekarang juga dengan abhinna,

menghayati dan menyelami tujuan tertinggi dari kehidupan suci

(brahmacari) yang merupakan tujuan orang meninggalkan

kehidupan nafsu indera menjadi tak berumah tangga."

"Saya dapat meyakinkan para bhikkhu kelompok lima.

Kadang-kadang aku memberi petunjuk pada dua orang bhikkhu

sementara tiga lainnya pergi pindapata; kami berenam hidup dari

apa yang dibawa pulang dari pindapata oleh ketiganya. Kadang-

kadang aku memberi petunjuk pada tiga orang bhikkhu sementara

dua lainnya pergi pindapata; dan kami berenam hidup dari

pindapata yang dibawa pulan oleh keduanya.

'Kemudian para bhikkhu kelompok lima, setelah diajarkan dan

dieberi petunjuk sedemikian oleh ku, mereka sendiri yang

mengalami kelahiran, usia tua, sakit kematian, kesediah dan

kekotran batin, dengan mengetanui bahaya dalam dhamma-

dhamma ini, mencari apa yang tanpa dilahirkan, memutus semua

ikatan yakni tercapainya, nibbana; mencapai tanpa kelahiran, tanpa

usia tua, tanpa sakit, tanpa kematian, tanpa kesediah, pemutusan

semua ikatan yang kuat, nibbana.

508

Page 509: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Pengetahuan dan pandangan muncul dalam diri mercka:

"Pembebasanku tidak dapat disangkal. Inilah kelahiranku yang

terakhir kalinya. Tidak akan ada lagi kelahiran yang berikut nya

Nafsu-nafsu Indera

'Para bhikkhu, terdapatlah lima saluran nafsu indera. Apakah

kelimanya? Bentuk-bentuk yang dapat disadari melalui mata yang

diharapkan, diinginkan, disetujui dan disukai, dihu bungkan dengin

nafsu indera dan dirangsangan oleh hawa nafsu. Suara-suara yang

dapat disadari melalui telinga .... Baubauan yang dapat disadari

melalui hidung .... Rasa yang dapat disadari melalui lidah ....

Sentuhan-sentuhan yang dapat disadari melalui badan ....

dirangsang oleh hawa nafsu. Inilah kelima saluran nafsu indera.

'Apabila seorang petapa dan brahmana terlibat dengannya dan

tanpa bosan melibatkan diri pada lima saluran nafsu indera dan

mengembangkannya tanpa memandang akan bahaya yang ada

didalamnya dan tanpa pengertian mengenai cara melepaskan diri

dari nafsu indera tersebut, dapat di mengerti bahwa, "Mereka akan

mengalami bencana dan kehancuran serta diperlukan semuanya

oleh' pembuat kejahatan' (papimato)."

509

Page 510: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Apabila ada seekor rusa hutan yang terikat, dan terbaring di

atas perangkap, dapat dimengerti bahwa "Ia akan mengalami

bencana dan' kehancuran serta diperlukan semuanya oleh

pemburu", demikian pula apabila para petapa dan brahmana.."

diperlukan semuanya oleh 'pembuat kejahatan.

'Apabila ada seorang petapa dan brahmana tidak terlibat pada

nafsu indera dan bosan melibatkan diri di dalam lima saluran nafsu

indera dan tidak mengembangkannya, mempunyai pandangan akan

bahaya yang ada di dalamnya dan mengerti mengenai cara

melepaskan diri dari nafsu indera tersebut maka dapat dimengerti

bahwa "Mereka tidak akan mengalami bencana, tidak akan

mengalami kehancuran, tidak akan diper-lakukan semaunya oleh

'pembuat kejahatan'.

'Apabila ada seekor rusa hutan yang tidak terikat, namun

terbaring di atas perangkap, dapat dimengerti bahwa "Ia tidak akan

mengalami bencana, tidak akan mengalami kehancuran, tidak akan

diperlakukan semaunya oleh pemburu”, demikian pula apabila para

bhikkhudan brahmana …” … tidak diperlakukan semuanya oleh

pembuat kejahatan.

'Apabila ada seekor rusa hutan berkelana di hutan liar, ia

berjalan tanpa rasa takut, berdiri tanpa rasa takut, duduk tanpa

rasa takut berbaring tanpa rasa takut. Mengapa demikian? Karena

510

Page 511: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ia di luar penglihatan pemburu --- demikian juga, dengan

mengasingkan diri dari nafsu indera, mengasingkan diri dari

dhamma yang tidak menguntungkan (akusala dhamma), seorang

bhikkhu mencapai Jhanna I disertai dengan usaha pikiran untuk

menangkap objek (vitakka), 'pikiran telah menangkap objek'

(vicara), kegiuran (piti) dan kebahagiaan (sukha) yang muncul dari

mengasingkan diri. Para bhikkhu ini dikatakan telah membutakan

mata Mara tidak terlihat oleh 'Pembuat Kejahatan' karena telah

melenyapkan kesempatan bagi Mara untuk melihat.

'Kemudian, dengan meninggalkan vitakka dan vicara...

mencapai Jhana II ... lahir dari pemusatan pikiran. Para

bhikkhu ini dikatakan telah membukakan mata Mara, tidak

terlihat oleh 'Pembuat Kejahatan' karena telah r lenyapkan

kesempatan bagi Mara unttik melihat.

'Kemudian, dengan meninggalkan kegiuran (piti)...

mencapai Jhana Ill..."la memiliki kebahagiaan (sukha),

keseimbangan batin dan perhatian (sati). Para bhikku ini

dikatakan telah membutakan mata Mara, tidak terlihat oleh

'Pembuat Kejahatan' karena telah melenyapkan kesempatan

bagi Mara untuk melihat.

'Selanjutnya, dengan meninggalkan kebahagiaan (sukha) dan

penderitaan (dukkha) ... mencapai Jhana IV disertai perasaan bukan

511

Page 512: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menyenangkan (asukha) atau bukan penderitaan (adukkha) ia

memiliki keseimbangan batin (batin) dan perhatian (sati) yang

murni. Para bhikkhu ini dikatakan telah membutakan mata Mara,

tidak terlihat oleh 'Pembuat Kejahatan' karena telah melenyapkan

kesempatan bagi Mara untuk melihat.

'Kemudian, dengan mengatasi secara penuh' persepsi

mengenai bentuk (rupasanna) dan persepsi, ketidaksenangan

(patighasanna), dengan tidak memberikan perhatian terhadap

persepsi tentang perbedaan' (natattasanna) ia menyadari tentang

"ruang adalah tidak terbatas", ia mencapai dan menyadari keadaan

'ruang tanpa batas' (akasanancayatana). Para bhikkhu ini

dikatakan telah membutakan mata mara ... melenyapkan

kesempatan bagi Mara untuk melihat.

'Lalu, dengan mengatasi secara penuh Akasanancayatana ia

menyadari tentang 'kesadaran tanpa batas' (vinnanancayatana), ia

mencapai dan menyadari keadaan 'kesadaran tanpa batas'

(vinnanancayatana). Para bhikkhu ini dikatakan telah membutakan

mata Mara ... melenyapkin kesempatan bagi Mara untuk melihat.

'Kemudian, dengan mengatasi secara penuh keadaan Vin-

nanan-cayatana ia menyadari tentang kekosongan' (akincan-

nayatana), ia mencapai dan menyadari keadaan 'kekosongan'

512

Page 513: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

(akincannayatana). Para bhikku ini dikatakan telah membutakann

mata Mara,.. melenyapkan kesempatan bagi Mara untuk melihat.

'Kemudian, dengan mengatasi secara penuh keadaan

Akinvannayatana ia menyadari tentang bukan pencerapan atau

bukan tidak pencerapan (nevasannanasannayatana), ia mencapai

dan menyadari keadaan 'bukan pencerapan atau bukan tidak

pencerapan' (nevasannanasannayatana). Para bhikkhu ini

dikatakan telah membutakan mata Mara ... melenyapkan

kesempatan bagi Mara untuk melihat.

'Selanjutnya, dengan mengatasi secara penuh keadaan

Nevasannana sannayatana, ia menyadari 'terhentinya pencerapan

dan perasaan' --- (sannavedayitanirodha), ia mencapai dan

menyadari keadaan 'terhentinya pencerapan dan perasaan'

(sanavedayitanirodha). Para bhikkhu ini dikatakan telah

membutakan mata Mara, tidak terlihat oleh 'Pembuat Kejahatan'

karena telah melenyapkan kesempatan bagi Mara untuk melihat,

serta telah mengatasi kemelekatan pada dunia.

'Ia berjalan, berdiri, duduk, dan berbaring tanpa rasa takut.

Mengapa demikian? la di luar penglihatan 'Pembuat Kejahatan'

(Mara).

513

Page 514: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Para bhikkhu merasa

puas dan mereka berbahagia dengan kata-kata Sang Bhagava..

CULAHATTHIPADOMASUTTA

027

514

Page 515: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Demikianlah yang saya dengar.

Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana,

taman milik Anathapindika, Savatthi.

Pada waktu itu, di siang hari, Brahmana Janussoni mengendarai

kereta yang ditarik oleh kuda-kuda betina berwarna putih, melewati

Savatthi. Dia melihat Petapa Pilotika datang, ketika ia melihatnya,

ia bertanya: "Dari mana Guru Vacchayana datang pada siang hari

begini?"

"Saya baru saja mengunjungi petapa Gotama."

"Bagaimana guru Vacchayana dapat membayangkan

kebijaksanaan (panna) petapa Gotama? Apakah dia seorang ahli

(pandita) atau tidak?"

"Bagaimana saya mengetahui keahlian kebijaksanaan petapa

Gotama? Tentu saja, seorang yang sepadan dengannya yang dapat

mengetahui kebijaksanaan petapa Gotama."

"Guru Vacchayana memuji Sang Petapa Gotama dengan pujian

yang benar-benar tinggi".

"Bagaimana saya memuji Sang Petapa Gotama? Petapa

Gotama dipuji oleh para pemuji -- sebagai yang terbaik di antara

para dewa dan manusia."

515

Page 516: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Faedah apa yang diketahui oleh guru Vacchayana sehingga

dia yakin terhadap Petapa Gotama.

"Misalnya, seorang pandai mengukir patung gajah pergi ke

hutan gajah, dia melihat di hutan gajah, sebuah jejak kaki gajah

yang besar panjang dan lebar, dia akan menyimpulkan: "Ini adalah

seekor gajah jantan yang besar." Demikian juga, begitu saya

melihat empat jejak kaki pada Petapa Gotama, saya menyimpulkan:

"Sang Bhagava telah mencapai penerangan sempurna, Dhamma

telah dibabarkan dengan baik, Sangha telah memasuki jalan yang

baik. Apakah empat tanda jejak kaki itu?

"Saya telah melihat beberapa kesatria yang ahli, pandai dan

mengetahui teori-teori lain seperti orang yang membagi rambut

(=teliti sekali): seseorang akan membayangkan bagaimana mereka

akan memusnahkan pandangan-pandangan (salah) dengan

menggunakan pengetahuan yang mereka miliki. Mereka

mendengar: "Petapa Gotama akan mengunjungi sebuah kota atau

desa." Maka mereka membuat sebuah pertanyaan begini: "Bila dia

di tanya begini, maka dia akan menjawab begini, dan kita akan

membuktikan bahwa teorinya salah; juga bila dia ditanya begitu

maka dia akan menjawab begitu, sekali lagi kita akan membuktikan

bahwa teorinya salah " Mereka mendengar "Petapa Gotama telah

datang mengunjungi kota atau desa tersebut." Lalu mereka pergi

516

Page 517: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menemui Petapa Gotama. Petapa Gotama mengajarkan,

mendorong, membangkitkan dan memberi harapan mereka dengan

kotbah Dhamma. Sesudah itu mereka tidak banyak betanya lagi,

jadi bagaimana mereka dapat membuktikan bahwa teorinya salah?

Sedangkan mereka pada akhirnya menjadi murid-murid-nya

(savaka). Ketika saya melihat jejak kaki pertama Petapa Gotama,

saya menyimpulkan: "Sang Bhagava telah mencapai penerangan

sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan baik, Sangha telah

memasuki jalan yang baik."

"Juga, saya telah melihat beberapa brahmana yang ahli, pandai

.... jejak kaki yang ke dua .... sangha telah memasuki jalan yang

baik.

"Begitu pula,saya telah melihat beberapa perumah-tangga

(gahapati) yang ahli, pandai .... jejak kaki ketiga ....sangha telah

memasuki jalan baik"

"Demikian pula, telah melihat beberapa petapa yang ahli,

pandai dan mengetahui teori-teori lain seperti orang yang membagi

rambut (=teliti sekali): seseorang akan membayangkan bagaimana

mereka akan memusnahkan pandangan-pandangan (salah) dengan

menggunakan pengetahuan yang mereka miliki. Mereka

mendengar: "Petapa Gotama akan mengunjungi sebuah kota atau

desa." Maka mereka membuat sebuah pertanyaan begini: "Bila dia

517

Page 518: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

di tanya begini, maka dia akan menjawab begini, dan kita akan

membuktikan bahwa teorinya salah; juga bila dia ditanya begitu

maka dia akan menjawab begitu, sekali lagi kita akan membuktikan

bahwa teorinya salah " Mereka mendengar "Petapa Gotama telah

datang mengunjungi kota atau desa tersebut." Lalu mereka pergi

menemui Petapa Gotama. Petapa Gotama mengajarkan,

mendorong, membangkitkan dan memberi harapan mereka dengan

kotbah Dhamma. Sesudah itu mereka tidak banyak betanya lagi,

jadi bagaimana mereka dapat membuktikan bahwa teorinya salah?

Sedangkan mereka pada akhirnya mohon kepada Petapa Gotama

agar mereka diterima menjadi bhikkhu, Beliau meng-

upasampadakan mereka menjadi bhikkhu. Tak lama setelah mereka

menjadi bhikkkhu, mereka mengasingkan diri, rajin, bersemangat

dan waspada, di tempat itu, pada kehidupan sekarang ini juga,

dengan kemampuan batin (abhinna) mereka merealisasikan

kehidupan suci yang merupakan tujuan akhir dari meninggalkan

berumah-tangga.

Mereka menyatakan: "Mereka hampir tersesat, hampir tidak

menyelesaikan tugas, karena dulu kami menganggap bahwa kami

adalah samana tetapi kami tidak, kami menganggap bahwa kami

adalah brahmana tetapi kami tidak, kami menganggap bahwa kami

adalah arahat tetapi kami tidak; tetapi sekarang kami adalah

518

Page 519: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

samana, brahmana dan arahat." Ketika saya melihat jejak kaki

keempat Petapa Gotama, saya menyimpulkan: "Sang Bhagava telah

mencapai penerangan sempurna, Dhamma telah dibabarkan

dengan baik, Sangha telah memasuki jalan yang baik."

"Segera ketika saya melihat empat jejak kaki Sang Bhagava ini,

saya menyimpulkan: "Sang Bhagava telah mencapai penerangan

sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan baik, Sangha telah

memasuki jalan yang baik."

Pada waktu hal ini dikatakan, Brahmana Janussoni turun dari

kereta kudanya yang ditarik kuda-kuda betina putih, mengatur

jubahnya pada salah satu bahunya, ia beranjali ke arah dimana

Sang Buddha berada dan menyerukan pernyataan tiga kali:

"Terpujilah Sang Bhagava, Arahat dan telah mencapai penerangan

sempurna (Namo tassa Bhagavato arahato sammasambuddhassa)."

Kemudian Brahmana Janusoni menemui Sang Bhagava,

memberi salam, dan setelah percakapan yang bersahabat dan

sopan selesai, ia duduk. Setelah itu, dia menceritakan semua

percakapannya dengan Petapa Pilotika. Setalah hal itu

dikatakannya, Sang Bhagava berkata: "Brahmana, dalam hal ini,

perumpamaan jejak kaki gajah (hatthipadopamo) belumlah selesai

diterangkan secara rinci. Karena itu dengarkan bagaimana hal ini

dijelaskan dengan rinci dan perhatikan apa yang akan kukatakan."

519

Page 520: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Baiklah bhante," jawab Brahmana Janussoni.

Sang Bhagava berkata begini: "Brahmana, seorang pandai

kayu, pengukir patung gajah, pergi ke sebuah hutan gajah, dan dia

melihat di hutan gajah itu sebuah jejak kaki gajah yang besar,

memanjang dan melebar; seorang pematung gajah yang bijaksana

tidak akan segera menyimpulkan: 'Ini adalah gajah jantan dan besar

pula.' Mengapa begitu? Dalam sebuah hutan gajah ada beberapa

gajah betina kecil yang mempunyai jejak kaki besar. Ini mungkin

jejak kaki salah satu dari mereka. Dia mengikuti jejak kaki itu.

Sehingga ia melihat di hutan gajah itu sebuah jejak besar kaki gajah

yang besar, melebar dan memajang, dan tanda gesekan di pohon:

seorang pematung gajah yang bijaksana tidak akan segera

menyimpulkan: 'Ini adalah seekor gajah jantan dan besar pula.'

Mengapa begitu? Di dalam sebuah hutan gajah ada beberapa gajah

betina yang tinggi dengan gading yang kuat, yang mempunyai jejak

kaki yang besar. Ini mungkin jejak kaki salah satu dari mereka. Dia

mengikuti jejak itu. Sehingga dia melihat di dalam hutan gajah itu

sebuah jejak kaki gajah yang melebar dan memanjang, tanda

gesekan di pohon dan tanda goresan dari gading gajah; seorang

pematung gajah yang bijaksana tidak segera menyimpulkan: 'Ini

adalah seekor gajah jantan dan besar pula'. Mengapa begitu? Di

dalam sebuah hutan Gajah ada beberapa gajah betina tinggi,

520

Page 521: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

bergading dan mempunyai jejak kaki yang besar. Ini mungkin jejak

kaki salah satu dari mereka. Dia mengikuti jejak itu, sehingga dia

melihat di dalam hutan gajah itu sebuah jejak kaki gajah yang

melebar dan memanjang, tanda gesekan pada pohon, tanda

goresan yang berasal dari gading gajah dan dahan-dahan yang

patah. Dia melihat gajah jantan tersebut di bawah pohon atau di

udara terbuka, sedang berjalan atau berdiri, duduk atau berbaring.

Dia menyimpulkan: 'Inilah gajah besar yang dimaksud.'"

"Brahmana, begitu juga, Tathagata muncul di dunia sebagai

Arahat Sammma Sambuddha, sempurna pengetahuan serta tindak-

tanduk- Nya, Sempurna menempuh Jalan , Pengenal semua alam,

pembimbing manusia yang tiada taranya, guru para dewa dan

manusia, yang sadar dan yang mulia.

"Dia menyatakan kepada dunia, termasuk para dewa, mara

dan orang-orang suci; kepada para manusia, petapa, brahmana

serta para raja, apa yang Ia telah realisasikan dengan pengetahuan

langsung (abhinna)."

"Dia mengajarkan Dhamma yang baik pada awalnya, baik pada

pertengahannya dan baik pada akhirnya, dengan arti dan kalimat

yang benar serta Dia memberitakan sebuah kehidupan suci yang

sangat sempurna dan murni.

521

Page 522: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Seorang perumah tangga atau anaknya dari keluarga tertentu

mendengar Dhamma. Setelah mendengar Dhamma, muncul

keyakinannya kepada Tathagata. Berdasarkan pada keyakinan itu,

ia merenung: 'Kehidupan berumah tangga adalah sibuk dan kotor;

kehidupan tak berumah tangga (pabbajja) terbuka lebar. Hidup

berumah tangga adalah tak mungkin mempraktikkan kehidupan

suci (brahmacari) dengan sempurna seperti bersihnya kulit kerang

yang digosok. Andaikata aku mencukur rambut dan janggutku,

mengenakan jubah kuning (civara) dan meninggalkan kehidupan

duniawi menjadi samana (pabbajja)?'"

"Pada kesempatan lain, mungkin meninggalkan keberuntungan

kecil atau besar, meninggalkan sedikit atau banyak sanak keluarga,

ia mencukur kepala dan janggutnya, mengenakan jubah kuning dan

meninggalkan kehidupan duniawi menjadi sama."

Setelah meninggalkan kehidupan dunia menjadi samana dan

memiliki pandangan dan latihan (sikkha) kebhikkhuan,

meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, pemukul dan senjata

ditinggalkan, dengan lembut dan sayang ia hidup dengan

mengasihi semua makhluk hidup.

Meninggalkan pengambilan barang yang tidak diberikan, ia

menjadi orang yang menghindari pengambilan barang yang tidak

522

Page 523: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

diberikan, hanya mengambil apa yang diberikan dan hanya

mengharapkan apa yang diberikan, ia hidup suci tanpa mencuri.

Meninggalkan kehidupan yang tidak suci, ia menjadi orang

yang hidup suci (brahmacari), ia hidup menghidari kehidupan kasar.

Meninggalakan ucapan bohong, ia menjadi orang yang

menghindari kebohongan, ia berkata benar, taat pada kebenaran,

dapat dipercaya, dapat diandalkan dan tidak menipu dunia.

Meninggalkan kata-kata kejam, ia menjadi orang yang

menghindari kata-kata kejam: ia bukan orang yang mengulang

kata- kata di tempat mana pun apa yang telah ia mendengar di sini

dengan maksud menyebabkan perpecahan di sini, atau ia tidak

mengulang di sini tentang apa yang telah ia dengar di tempat lain

dengan maksud untuk menyebabkan perpecahan di sana; tapi ia

adalah orang yang mempersatukan kembali apa yang telah pecah,

mengusahakan persahabatan, menikmati persatuan, menyenangi

persatuan, gembira dengan persatuan, ia menjadi seorang

pembicara yang mengusahakan persatuan.

"Meninggalkankata-kata kasar, ia menjadi seorang yang

nenghindari berkata kasar, ia menjadi seorang pembicara kata-kata

yang bersih, enak didengar dan indah, bila dirasakan dalam hati, itu

adalah sopan, diinginkan dan disenangi oleh banyak orang."

523

Page 524: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Meninggalkan gosip, ia menjadi orang yang menghindari

gosip: ia menjadi orang yang berbicara pada waktu yang tepat

tentang apa yang benar, berguna, dhamma, vinaya, ia menjadi

dengan kata-kata yang tepat, pantas diingat, masuk akal, terukur

dan berhubungan dengan kebaikan.

"Ia menghindari perbuatan merusak biji-bijian dan tanaman."

"Ia menghindari perbuatan untuk makan lewat tengah hari

tidak makan pada sore dan malam hari."

"Ia menghindari berdansa, menyanyi, bermain musik dan

melihat pertunjukkan."

"Ia menghindari memakai karangan bunga, wangi-wangian dan

bahan rias."

"Ia menghindari memakai tempat tidur yang lebar dan tinggi."

"Ia menghindari menerima emas dan perak."

"Ia menghindari menerima jagung mentah."

"Ia menghindari menerima daging mentah."

"Ia menghindari menerima wanita dan gadis"

"Ia menghindari menerima wanita dan laki-laki yang sudah

punya ikatan."

"Ia menghindari menerima kambing dan domba."

524

Page 525: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Ia menghindari menerima ayam dan babi."

"Ia menghindari menerima gajah, ternak, kuda."

"Ia menghindari menerima tanah dan sawah."

"Ia menghindari menjadi pesuruh."

"Ia menghindari membeli dan menjual."

"Ia menghindari penipuan timbangan, logam dan ukuran."

"Ia menghindari menipu, berbohong, mengakali dan

mempermain- kan."

"Ia menghindari melukai, membunuh, merampok, merampas

dan menganiaya."

"Ia menjadi orang yang puas dengan jubah yang menutupi

badannya, dengan makanan pindapata untuk mengisi perutnya:

kemana dia pergi ia membawa itu semua bersamanya. Seperti

burung yang terbang ke mana saja dengan sayapnya sendiri, begitu

pula ia menjadi orang yang puas dengan jubah yang menutupi

badannya, makanan pindapata untuk mengisi perutnya: ke mana

dia pergi ia membawa itu semua bersamanya."

"Dengan memiliki ariya sila, ia merasakan dalam dirinya

kebahagiaan yang tak tercela. Ia menjadi orang yang melihat

bentuk melalui matanya, menyadari tanpa bayangan dan

525

Page 526: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

keistimewaan, bila ia membiarkan matanya tak terjaga, maka

akusala dhamma seperti keserakahan dan pikiran jahat akan

menyerangnya. Ia menjaga indera mata, ia menahan diri dengan

indera mata. Sewaktu mendengar dengan telinga .... sewaktu

mencium dengan hidungnya ... sewaktu mengecap dengan lidahnya

... sewaktu menyentuh dengan badannya ... sewaktu mengerti

Dhamma dengan pikirannya ... ia menahan diri dengan indera

pikiran. Dengan memiliki ariya sila, ia merasakan dalam dirinya

kebahagiaan yang tak tercela."

"Ia menjadi orang yang bertindak dengan kesadaran penuh

ketika bergerak ke depan dan ke belakang, ia bertindak dengan

kesadaran penuh ketika melihat dan menengok, ia bertindak

dengan kesadaran penuh ketika melentur dan merentang, ia

bertindak dengan kesadaran penuh ketika mengenakan pamsakula

civara, jubah dan patta, ia bertindak dengan kesadaran penuh

ketika makan, minum, mengunyah dan mengecap. Ia bertindak

dengan kesadaran penuh ketika buang air besar atau air kecil, ia

bertindak dengan kesadaran penuh ketika berjalan, berdiri, duduk,

bangun, bicara dan diam."

Dengan memiliki sila ariya, pengendalian indera (indriya-

samvara) ariya dan perhatian serta kesadaran penuh

(satisampajana) ariya, ia mengasingkan diri di tempat yang sepi --

526

Page 527: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

di hutan, di bawah pohon, batu, jurang, gua gunung, tanah kuburan,

hutan sunyi, tempat terbuka dan tumpukan jerami. Setelah kembali

pindapata dan selesai makan, ia duduk bersila, menegakkan

tubuhnya dan memusatkan pikiran dengan kesadaran penuh.

Ia meninggalkan keserakahan duniawi (abhijjha loka), ia hidup

dengan pikiran yang bebas dari keserakahan, ia menyucikan pikiran

dari keserakahan. Ia meninggalkan kebencian dan dendam

(byapadapadosa), ia hidup tanpa pikiran membenci, mengharapkan

kesejahteraan semua makhluk, ia membebaskan pikiran dari benci

dan dendam. Ia meninggalkan kelesuaan dan rasa ngantuk

(thinamiddha); ia hidup tanpa kelesuan dan ngantuk, menyadari

sinar, berkesadaran penuh, ia membebaskan pikiran dari kelesuan

dan ngantuk. Ia meninggalkan rasa takut dan kekhawatiran

(uddhaccakukkucca), ia hidup tanpa rasa takut dan kekhawatiran, ia

membebaskan pikiran dari rasa takut dan cemas. Ia meninggalkan

keragu-raguan (vicikiccha), ia hidup tanpa keragu-raguan dan tidak

meragukan kusala dhamma, ia membebaskan pikiran dari keragu-

raguan.

"Setelah meninggalkan lima rintangan (panca nivarana),

pikiran kurang sempurna yang melemahkan kebijaksanaan, cukup

dapat menahan diri dari nafsu indera, dapat menjauhi diri dari

akusala dhamma, ia mencapai dan berada dalam Jhana I yang

527

Page 528: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

diikuti oleh 'usaha pikiran untuk menangkap obyek' (vitakka) dan

'pikiran telah menangkap obyek' (vicara), kegiuran (piti),

kebahagiaan (sukha) yang muncul karena ketenangan (viveka).

"Ini disebut suatu jejak kaki dari seorang Tathagata, tanda

gesekkan dan goresan dari seorang Tathagata, tetapi berdasarkan

pada hal ini seorang siswa ariya (ariya savaka) belum dapat

menyatakan: "Sang Bhagava telah mencapai penerangan

sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan baik, Sangha telah

memasuki jalan yang baik."

"Selanjutnya, dengan menghilangkan vitakka dan vicara, ia

mencapai dan berada dalam Jhana II, ia memiliki keyakinan diri

dan pikiran terpusat (cetaso ekodibhava), tanpa vitakka dan

tanpa vicara, dengan piti dan sukha yang muncul karena viveka.

"Ini juga disebut suatu jejak kaki Sang Tathagata ...

"Selanjutnya, dengan menghilangkan piti, ia memiliki

keseimbangan batin (upekha), dengan kesadaran penuh

(sampajana) dan sukha, ia mencapai dan berada dalam Jhana III,

tetapi seorang ariya savaka menyatakan: "Ia hidup bahagia dengan

memiliki upekha dan perhatian (sati)."

"Ini juga disebut suatu jejak kaki Sang Tathagata ...

528

Page 529: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Selanjutnya dengan meninggalkan kebahagiaan (sukha) dan

penderitaan (dukkha), dengan menghilangkan pikiran senang

maupun pikiran tidak senang, ia mencapai dan berada dalam Jhana

IV, yang tanpa sukha dan tanpa dukkha serta sati dan upekha yang

suci.

"Ini juga disebut suatu jejak dari kaki Sang Tathagata ...

"Ketika pikirannya yang terkonsentrasi, bersih, terang, tidak

bernoda, bebas dari kotoran batin, dapat dijinakkan, terlatih, kokoh,

dan mendapatkan ketenangan, ia mengarahkan dan

mencondongkan pikirannya kepada pengetahuan tentang

kehidupan- kehidupan yang lampau (pubbenivasanussatinana) ...

(seperti dalam sutta 4 para. 27) ... karenanya dengan pandangan

dan kemampuan yang tinggi ia mengingat bermacam-macam

kehidupan masa lampaunya."

"Ini juga disebut suatu jejak kaki Sang Tathagata ..."

"Ketika konsentrasi pikiran dimurnikan ....danmendapat

ketenangan, ia mengarahkan dan mencondongkan pikiran kepada

pengetahuan tentang timbul dan lenyapnya makhluk

(cutupapatanana) ... karena dengan mata dewanya yang bersih dan

melebihi kemampuan mata manusia, ia melihat ... bagaimana

529

Page 530: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

makhluk-makhluk meninggal dan terlahir kembali sesuai dengan

karma mereka.

"Ini juga disebut jejak kaki Sang Tathagata, tanda gesekan dan

goresan seorang Tathagata, tetapi berdasarkan pada hal ini

seorang ariya savaka belum dapat menyatakan: "Sang Bhagava

telah mencapai penerangan sempurna, Dhamma telah dibabarkan

dengan baik. Sangha telah memasuki jalan yang baik."

"Ketika pikiran yang terkonsentrasi telah dimurnikan ... dan

mendapat ketenangan, ia mengarahkan dan mencondongkan

pikirannya pada pengetahuan melenyapkan kekotoran batin. Ia

mengerti sebagaimana apa adanya: "Inilah dukkha" ... (Uraian rinci

lihat Bhayabherava Sutta) .... Ia mengerti sebagaimana apa adanya:

Inilah jalan menuju penghentian Dukkha."

"Ini juga disebut jejak kaki Sang Tathagata, tanda gesekan dan

goresan seorang Tathataga, tetapi berdasarkan pada hal ini

seorang ariya savaka belum dapat menyatakan: "Sang Bhagava

telah mencapai penerangan sempurna, Dhamma telah dibabarkan

dengan sempurna, Sangha telah memasuki jalan yang baik."

"Mengetahui hal begitu, melihat hal begitu, batinnya terbebas

dari noda nafsu indera, noda perwujudan dan noda ketidaktahuan.

Ketika terbebas, muncul pengetahuan "Telah terbebas". Ia mengerti

530

Page 531: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dengan jelas: "Kelahiran telah lenyap, kehidupan suci telah

dilaksanakan, apa yang harus dikerjakan telah dilakukan, tidak ada

yang melampauinya lagi."

"Ini juga disebut sebuah jejak kaki dari seorang Tathagata,

suatu tanda gesekan dan goresan dari seorang Tathagata. Pada

tingkat ini, seorang siswa ariya dapat menyatakan: "Sang Bhagava

telah mencapai penerangan sempurna, Dhamma telah dibabarkan

dengan baik, Sangha telah memasuki jalan yang baik."

"Brahmana, sampai pada bagian ini, "perumpamaan tentang

jejak kaki gajah" (Hattthipadapama) telah selesai diterangkan

secara rinci."

Ketika hal ini selesai diuraikan, Brahmana Janussoni berkata:

"Luar biasa, Gotama! Luar biasa, Gotama! Dhamma telah dijelaskan

dengan banyak cara oleh Gotama. Sama seperti menegakkan yang

roboh, memperlihatkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan

benar kepada yang tersesat, atau memberikan cahaya dalam

kegelapan agar orang lain dapat melihat. Saya menyatakan

berlindung pada Gotama, Dhamma dan Sangha. Sejak hari ini,

semoga Gotama mengingat bahwa saya telah menyatakan

berlindung kepada-Nya."

531

Page 532: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

MAHAHATTHIPADOPAMA SUTTA

(28)

1. Demikianlah yang saya dengar.

Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana,

taman milik Anathapindika, Savatthi. Di tempat itu Bhikkhu

Sariputta berkata kepada para bhikkhu: "Avuso."

"Ya, Avuso." jawab mereka.

Selanjutnya, Bhikkhu Sariputta berkata:

2. "Para avuso, seperti halnya jejak kaki semua makhluk hidup

yang berjalan dapat dimasukan ke dalam jejak kaki gajah,

karena dianggap jejak kaki gajah adalah yang terbesar di

antara semuanya, demikian juga Dhamma-dhamma yang

532

Page 533: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menguntungkan, mereka semua dapat dimasukan ke dalam

Empat Kesunyataan Mulia. Ke dalam empat hal apakah?

3. "Ke dalam Kesunyataan Mulia tentang adanya Dukkha, ke

dalam Kesunyataan Mulia tentang asal mula dukkha, ke

dalam Kesunyataan mulia tentang terhentinya Dukkha dan ke

dalam Kesunyataan Mulia tentang Jalan Menuju Terhentinya

Dukkha."

4. "Apakah Kesunyataan Mulia tentang adanya Dukkha?

Kelahiran adalah Dukkha, umur tua adalah Dukkha, kematian

adalah Dukkha; penderitaan dan penyesalan, sakit, kesedihan

dan putus asa adalah Dukkha; tidak mendapatkan suatu yang

di inginkan adalah Dukkha; pendeknya lima kelompok yang

terpengaruh oleh kemelekatan adalah Dukkha.

5. "Dan apakah lima kelompok yang terpengaruh oleh

kemelekatan? Mereka adalah kelompok bentuk yang

terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok perasaan yang

terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok pencerapan yang

terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok bentuk pikiran yang

terpengaruh oleh kemelekatan dan kelompok kesadaran yang

terpengaruh oleh kemelekatan."

533

Page 534: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

6. "Apakah kelompok bentuk yang terpengaruh oleh

kemelekatan? Itu adalah empat unsur dasar utama dan setiap

bentuk yang ditimbulkannya."

7. "Apakah empat unsur dasar utama itu? Mereka adalah unsur

tanah, unsur air , unsur api dan unsur udara."

( T A N A H )

8. "Apakah unsur tanah itu? Unsur tanah dapat merupakan suatu

yang berada di dalam atau di luar seseorang."

"Apakah unsur tanah yang berada di dalam diri seseorang?

Apapun yang terdapat dalam diri seseorang, milik seseorang,

yang berbentuk padat, dapat dipadatkan dan melekat

padanya, misalnya, rambut kepala, bulu badan, kuku-kuku,

gigi-gigi, daging, otot- otot, tulang-tulang, tulang rawan,

jantung, ginjal, lever, isi perut, limpa, paru-paru, usus, batas

rongga perut dan dada, tenggorokan, kotoran, atau apa saja

yang ada pada seseorang, milik seseorang, yang berbentuk

padat, dapat dipadatkan dan melekat: ini disebut sebagai

unsur tanah dalam diri seseorang."

"Nah unsur tanah, baik yang berada di dalam atau di luar diri

seorang, secara singkat disebut unsur tanah. Hal ini harus

534

Page 535: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dilihat dengan pengertian benar sebagaimana mestinya

sehingga: "Ini bukanlah milikku, ini bukanlah aku, ini bukanlah

kepunyaanku."

"Bila seseorang melihat hal ini dengan pengertian benar

sebagaimana mestinya, dia tidak akan terpengaruh dengan

emosinya terhadap unsur tanah ini, dia menghindarkan nafsu

terhadap unsur tanah ini dari pikirannya."

9. "Nah, ada kemungkinan unsur tanah yang berada di luar diri

seseorang terganggu sehingga unsur itu rusak."

10. "Walaupun unsur tanah diluar diri seseorang demikian besar,

hal ini dilukiskan sebagai suatu yang tidak kekal, suatu yang

dapat rusak, suatu yang dapat lenyap, suatu yang dapat

berubah, demikian halnya dengan tubuh ini, yang melekat oleh

nafsu dan berlangsung sementara? Tidak ada sesuatu yang

dapat dianggap sebagai "Aku" , "Milikku" atau "Adalah aku".

11. "Karenanya, (setelah melihat unsur ini sebagaimana mestinya)

bila orang lain menipu dan mengkritik dengan kasar, mengutuk

dan mengancam seorang bhikkhu, dia mengerti: "Perasaan

sakit dari telinga sedang muncul dalam diriku. Yang mana

bergantung dan bukanlah suatu yang bebas sifatnya.

Bergantung dengan apa? Bergantung dengan kontak. "

535

Page 536: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Kemudian ia melihat bahwa kontak itu sendiri tidaklah kekal,

perasaan itu tidaklah kekal, pencerapan itu tidaklah kekal,

bentuk pikiran itu tidaklah kekal. Dan pikirannya yang sudah

menangkap obyek (bagian dari kelompok bentuk), membuat

suatu unsur pendukung, memasukinya (obyek pikiran yang

baru kini sudah kuat) dan mendapatkan kepercayaan,

kekuatan dan pendirian."

12. "Nah, bila orang lain menyerang bhikkhu itu dengan kepalan

tinju, bongkahan tanah, tongkat atau pisau secara tidak

diharapkan, tidak disengaja atau secara kebetulan, dia

mengerti: "Tubuh ini adalah suatu di mana kontak dengan

kepalan tinju, bongkahan tanah, tongkat dan pisau terjadi.

Tetapi ini telah dikatakan Sang Bhagava dalam percakapannya

tentang perumpamaan gergaji. Walaupun bandit-bandit

dengan buasnya memotong dahan-dahan kayu dengan

gergaji. seorang yang penuh dengan kebencian di dalam

hatinya tak akan dapat melaksanakan ajaranku.

Karenanya energi yang tak kenal lelah harus kubangkitkan dan

pikiran yang tenang tercipta, tubuhku akan tenang dan tidak

terpengaruh, pikiranku akan terkonsentrasi dan menyatu. Dan

sekarang biarlah kontak dengan tinju, bongkah tanah, tongkat

536

Page 537: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dan pisau terjadi pada diriku. Karena ini adalah pesan Para

Buddha bagaimana menerima suatu hasil dari kamma."

13. "Bila seseorang mengingat Buddha, Dhamma dan Sangha,

ketenangan batin tidak muncul sebagai suatu dukungan yang

bermanfaat, lalu dia membangkitkan perasaan menekan

seperti ini: "Ini tak berarti bagiku, ini tak menguntungkan

bagiku, ini tak baik bagiku, ini buruk bagiku, jika aku

mengingat Buddha, Dhamma dan Sangha tapi ketenangan

batin tak timbul sebagai suatu hal yang bermafaat." Seperti

ketika seorang menantu perempuan memperhatikan mertua

laki-lakinya, ia mempunyai perasaan mengabdikan diri,

demikian juga , bila seorang Bhikkhu ... hal menguntungkan

dan berguna."

14. "Tetapi bila seorang Bhikkhu mengingat Buddha, Dhamma

dan Sangha sehingga ketenangan batin timbul sebagai

suatu dukungan yang bermanfaat, dia akan merasa puas.

Dalam hal ini, teman, banyak hal yang telah dilakukan oleh

bhikkhu tersebut."

( A I R )

537

Page 538: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

15. "Apakah unsur air itu? Unsur air itu dapat berada di dalam

diri seseorang atau di luar diri seseorang."

"Apakah unsur air yang berada dalam diri seseorarng?"

"Apapun yang berada di dalam diri seseorang, milik seseorang,

berupa air, bersifat cair dan melekat, yaitu air empedu,lendir,

nanah, darah, keringat, gajih, air mata, minyak, air ludah,

dahak, minyak persendian, air seni, atau apa saja yang berada

di dalam diri seseorang, milik seseorang, yang berbentuk air,

bersifat cair dan melekat."

"Nah unsur air, baik yang berada di dalam atau di luar diri

seseorang, secara singkat disebut unsur air. Hal ini harus

dilihat dengan pengertian benar sebagaimana mestinya

sehingga: "Ini bukanlah milikku, ini bukanlah aku, ini bukanlah

kepunyaanku."

"Bila seseorang melihat hal ini dengan pengertian benar

sebagaimana mestinya, dia tidak akan terpengaruh dengan

emosinya terhadap unsur air ini, dia menghindarkan nafsu

terhadap unsur air ini dari pikirannya."

16. "Ada kemungkinan bahwa unsur air itu terganggu, ia akan

menghanyutkan desa, kota kecil, kota besar, wilayah dan suatu

propinsi. Ada kemungkinan air di samudra luas tenggelam

538

Page 539: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

seratus league... dua ratus league... tujuh ratus league. Ada

kemungkinan air di samudra luas dalamnya setinggi tujuh

pohon palem, dalamnya setinggi enam pohon palem,... dua

pohon palem, hanya sebuah pohon palem. Ada kemungkinan

air di samudra dalamnya setinggi tujuh badan orang dewasa,

enam... hanya setinggi badan seorang dewasa. Ada

kemungkinan air di samudra setinggi setengah badan orang

dewasa, hanya setinggi pinggang, hanya setinggi dengkul,

hanya setinggi mata kaki. Ada kemungkinan air di samudra

tidak cukup untuk membasahi bahkan disentuh oleh tangan."

17. "Walaupun unsur air di luar diri seseorang, demikian besar,

hal ini dilukiskan sebagai suatu yang tidak kekal, suatu yang

dapat rusak, suatu yang dapat lenyap, suatu yang dapat

berubah, demikian pula dengan tubuh ini, yang melekat oleh

nafsu dan berlangsung sementara? Tidak ada sesuatu yang

dapat dianggap sebagai "Aku" , "Milikku" atau "Adalah aku".

18-21. "Karenanya, (setelah melihat unsur ini sebagaimana

mestinya) bila orang lain menipu... (ulang paragrap 11-14)...

banyak hal yang telah dilakukan oleh Bhikku tersebut."

( A P I )

539

Page 540: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

22. "Apakah unsur api itu? Unsur api itu dapat berada di dalam

diri seseorang atau di luar diri seseorang."

"Apakah unsur api yang berada dalam diri seseorang?"

"Apapun yang berada di dalam diri seseorang, milik seseorang,

yang berupa api, bersifat api dan melekat, yaitu suatu yang

hangat, bertahan/berjangka waktu, dipakai, yang mana

dimakan, diminum, dikunyah, dan dikecap atau ditelan, atau

apa saja yang berada di dalam diri seseorang, milik seseorang,

yang berupa api, bersifat panas dan melekat: ini disebut unsur

di dalam diri seseorang."

"Nah unsur api, baik yang berada di dalam atau di luar diri

seorang secara singkat disebut unsur api. Hal ini harus dilihat

dengan pengertian benar sebagaimana mestinya sehingga:

"Ini bukanlah milikku, ini bukanlah aku, ini bukanlah

kepunyaanku."

"Bila seseorang melihat hal ini dengan pengertian benar

sebagaimana mestinya, dia tidak akan terpengaruh dengan

emosinya terhadap unsur api ini, dia melenyapkan nafsu

terhadap unsur api ini dari pikirannya."

23. "Ada kemungkinan unsur api di luar badan manusia ini

terganggu. Ia akan membakar habis sebuah desa, kota kecil,

540

Page 541: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kota besar, wilayah atau propinsi dan negara. Api membakar

rumput hijau atau sebuah batu atau sebuah jalan, air atau

udara terbuka, hanya untuk memcari bahan bakar. Bahkan ada

kemungkinan orang akan membuat api dengan cakar ayam

atau tulang ikan."

24. "Walaupun unsur api di luar diri seseorang, demikian besar,

hal ini dilukiskan sebagai suatu yang tidak kekal, suatu yang

dapat rusak, suatu yang dapat lenyap, suatu yang dapat

berubah, demikian halnya dengan tubuh ini, yang melekat oleh

nafsu dan berlangsung sementara? Tidak ada sesuatu yang

dapat dianggap sebagai "Aku" , "Milikku" atau "Adalah aku".

25-28. "Karenanya, (setelah melihat unsur ini sebagaimana

mestinya) bila orang lain menipu... (ulang paragrap 11-14)...

banyak hal yang telah dilakukan oleh Bhikku tersebut."

( U D A R A )

29. "Apakah unsur udara itu? Unsur udara itu dapat berada di

dalam diri seseorang atau di luar diri seseorang."

"Apakah unsur udara yang berada dalam diri seseorang?"

"Apapun yang berada di dalam diri seseorang, milik seseorang,

berupa udara, bersifat udara dan melekat, yaitu tekanan udara

541

Page 542: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

yang naik, tekanan udara yang menurun, tekanan udara di

dalam perut, tekanan udara dalam usus, tekanan udara yang

tersebar di semua anggota tubuh, dalam nafas, atau apa saja

yang berada di dalam diri seorang, milik seseorang, yang

berupa udara, bersifat udara dan melekat: ini yang disebut

dengan unsur udara yang berada di dalam diri seseorang".

"Nah unsur udara, baik yang berada di dalam atau di luar diri

seorang, secara singkat disebut unsur udara. Hal ini harus

dilihat dengan pengertian benar sebagaimana mestinya

sehingga: "Ini bukanlah milikku, ini bukanlah aku, ini bukanlah

kepunyaanku.'

"Bila seseorang melihat hal ini dengan pengertian benar

sebagaimana mestinya, dia tidak akan terpengaruh dengan

emosinya terhadap unsur api ini, dia menghindarkan nafsu

terhadap unsur udara ini dari pikirannya."

30. "Ada kemungkinan unsur udara di luar badan manusia ini

terganggu. Ia akan menyapu habis sebuah desa, kota kecil,

kota besar, wilayah atau propinsi dan negara. Ada

kemungkinan pada masa akhir musim panas, ketika orang

mencari angin dengan kipas angin atau lobang angin bahkan

jalinan tali rumbai, tetapi tidak berputar".

542

Page 543: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

31. "Walaupun unsur udara di luar diri seseorang, demikian besar,

hal ini dilukiskan sebagai suatu yang tidak kekal, suatu yang

dapat rusak, suatu yang dapat lenyap, suatu yang dapat

berubah, demikian halnya dengan tubuh ini, yang melekat oleh

nafsu dan berlangsung sementara? Tidak ada sesuatu yang

dapat dianggap sebagai "Aku" , "Milikku" atau "Adalah aku".

32-35. "Karenanya, (setelah melihat unsur ini sebagaimana

mestinya) bila orang lain menipu... (ulang paragrap 11-14)...

banyak hal yang telah dilakukan oleh Bhikku tersebut."

36. "Seperti sebuah ruangan ditutup oleh balok kayu, tanaman

dan tanah, maka timbulah istilah "rumah". Demikian juga

bila sebuah ruangan ditutup oleh tulang-tulang dan otot-otot,

daging dan kulit, sehingga timbullah istilah tubuh."

37. "Bila landasan mata seseorang masih sempurna tetapi tidak

ada bentuk luar yang memasuki pintu kesadarannya dan tidak

ada hubungan kesadaran yang semestinya, maka tidak ada

pembentukan pada tingkat kesadaran itu. Bila landasan mata

seseorang masih sempurna dan ada bentuk luar yang

memasuki pintu kesadarannya tetapi tidak ada hubungan

kesadaran yang semestinya, maka tidak ada pembentukan

pada tingkat kesadaran itu. Tetapi bila landasan mata

seseorang masih sempurna, kemudian ada bentuk luar yang

543

Page 544: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

memasuki pintu kesadarannya dan adanya hubungan

kesadaran yang semestinya, maka terjadilah pembentukan

pada tingkat kesadaran itu. "

38. "Bentuk apapun yang demikian, termasuk kelompok bentuk

yang dipengaruhi kemelekatan. Perasaan apapun yang

demikian, termasuk kelompok perasaan dipengaruhi

kemelekatan. Pencerapan apapun yang demikian, termasuk

kelompok pencerapan yang dipengaruhi kemelekatan. Bentuk

pikiran apapun yang demikian, termasuk kelompok bentuk

pikiran yang dipengaruhi kemelekatan. Kesadaran apapun

yang demikian, termasuk kelompok kesadaran yang

dipengaruhi kemelekatan."

"Dia mengerti bagaimana hal ini dirangkum, dimasukan,

dikumpulkan ke dalam kelompok lima yang dipengaruhi oleh

kemelekatan ini. Sang Bhagava pernah mengatakan begini:

"Dia yang melihat asal mula ketergantungan melihat Dhamma:

Dia yang melihat Dhammma melihat asal mula

ketergantungan." Lima kelompok yang dipengaruhi

kemelekatan ini, timbul secara bergantungan. Keinginan untuk

memngandalkan, menyetujui atau menerima, lima kelompok

yang dipengaruhi oleh kemelekatan ini, adalah asal mula

penderitaan. Melenyapkan dan meninggalkan nafsu dan

544

Page 545: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

keinginan untuk hal-hal tersebut adalah terhentinya

penderitaan. Sampai pada keadaan ini, telah banyak yang

dikerjakan oleh bhikkhu tersebut."

39-40. "Bila landasan telinga seseorang berfungsi dengan baik

tetapi tidak ada objek suara yang memasuki pintu

kesadarannya... (lihat paragrap 37-38)... telah banyak yang

dikerjakan oleh bhikkhu tersebut."

41-42. "Bila landasan hidung seseorang berfungsi dengan baik

tetapi tidak ada obyek bau yang memasuki pintu

kesadarannya... telah banyak yang dikerjakan oleh bhikkhu

tersebut."

43-44. "Bila landasan lidah seseorang berfungsi dengan baik tetapi

tidak ada obyek rasa yang memasuki pintu kesadarannya...

telah banyak yang dikerjakan oleh bhikkhu tersebut."

45-46. "Bila landasan tubuh seseorang berfungsi dengan baik tetapi

tidak ada obyek sentuhan yang memasuki pintu

kesadarannya... telah banyak yang dikerjakan oleh bhikkhu

tersebut."

47-48. "Bila pikiran seseorang berfungsi dengan baik tetapi tidak

ada obyek Dhamma yang memasuki pintu kesadarannya ...

telah banyak yang dikerjakan oleh bhikkhu tersebut."

545

Page 546: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Inilah yang dikatakan oleh Bhikkhu Sariputta. Para bhikkhu merasa

puas dan bergembira dengan kata-kata beliau.

MAHASAROPAMASUTTA

(29)

Demikianlah yang saya dengar:

Suatu ketika Sang Bhagava berdiam di dekat Rajagaha di

puncak Gunung Burung Hering tidak lama setelah Devadatta pergi.

546

Page 547: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Di sana Sang Bhagava berbicara pada para bhikkhu mengenai

Devadatta:

"Di sinilah, o para bhikkhu (2), beberapa pemuda telah

meninggalkan rumah dan keluarganya berdasarkan keyakinan dan

pemikiran: "Saya dicengkeram oleh kelahiran, usia tua, dan

kematian; oleh duka cita, kesedihan, penderitaan, ratapan, dan

putus asa. Saya dicengkeram oleh derita hebat, dilimpahi derita

hebat. Mungkin penghancuran seluruh derita hebat ini dapat

ditunjukkan." Karena itu ia pergi, mendapat keuntungan,

kemuliaan, dan kemasyuran. Karena keuntungan, kemuliaan, dan

kemasyuran, ia menjadi terpuaskan, tujuannya tercapai. Karena

keuntungan, kemuliaan, dan kemasyuran ini pula, ia

mengagungkan dirinya sendiri dan meremehkan orang lain, dengan

berkata: "Akulah si penerima dan menjadi terkenal, tetapi para

bhikkhu lain hanya tahu sedikit dan dihargai sedikit." Karena

keuntungan, kemuliaan, dan kemasyurannya ini, ia menjadi

gembira, malas, danterjatuh dalam kelembaman; menjadi malas,

lalu jatuh sakit. Para bhikkhu, hal ini dapat diibaratkan seperti

seseorang yang berjalan mengejar untuk menemukan dan mencari

intisari dari pohon yang besar, kokoh dan berbiji banyak, melewati

intisari itu sendiri, melewati kayu lunak, melewati kulit kayu,

melewati tunas muda, dan setelah memotong cabang dan

547

Page 548: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dedaunan, mungkin akan membawa semuanya karena

menganggap bahwa semua itu adalah intisari. Seseorang yang

dapat 'melihat', setelah melihat dia, mungkin berkata:

"Sesungguhnya orang baik ini tidak tahu tentang intisari, dia tidak

tahu tentang karu lunak, dia tidak tahu tentang kulit kayu, dia tidak

tahu tentang tunas muda, dia tidak tahu tentang cabang dan

dedaunan. Pengetahuan orang baik ini tidaklah sebanyak

perjalannya dalam mengejar untuk menemukan dan mencari

intisari dari pohon yang besar, kokoh, dan berbiji banyak; melewati

intisari itu sendiri melewati kayu lunak, melewati kulit kayu,

melewati kulit kayu, melewati tunas muda, dan setelah menebang

cabang dan dedaunan, membawa semuanya karena menganggap

bahwa semua itu adalah intisari. Maka dia tidak akan mendapatkan

kebajikan yang seharusnya dapat diperoleh." Walaupun demikian, o

para bhikkhu, beberapa pemuda, setelah meninggalkan rumah

bermodalkan keyakinan, berpikir: "Saya dicengkeram oleh

kelahiran, usia tua, dan kematian; oleh duka cita, kesedihan,

penderitaan, ratapan, dan putus asa. Saya dicengkeram oleh derita

hebat, dilimpahi derita hebat. Mungkin penghancuran seluruh derita

hebat ini dapat ditunjukkan." Karena itu ia pergi, mendapat

keuntungan, kemuliaan, dan kemasyuran, ia terpuaskan, tujuannya

tercapai. Karena ketuntungan, kemuliaan, dan kemasyhuran itu

548

Page 549: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pula, ia mengagungkan dirinya sendiri, dan meremehkan orang lain

dengan berpikir: "Akulah si penerima, tetapi para bhikkhu lain

hanya tahu sedikit, sehingga hanya dihargai sedikit." Karena

keuntungan, kemuliaan, dan kemasyurannya, ia menjadi gembira,

malas dan terjatuh dalam kelambanan; menjadi malas, lalu sakit.

Para bhikkhu, inilah yang disebut seorang bhikkhu yang berpegang

pada cabang dan dedaunan dari pohon Brahma karenanya ia gagal

mencapai Penerangan Sempurna.

Tetapi, o para bhikkhu, beberapa pemuda meninggalkan

rumah bermodalkan keyakinan, dan berpikir: "Saya dicengkeram

oleh kelahiran, usia tua, dan kematian: oleh duka cita, kesedihan,

penderitaan, ratapan, dan putus asa. Saya dicengkeram oleh derita

hebat, dilimpahi derita hebat. Mungkin penghancuran seluruh derita

hebat ini dapat ditunjukkan." Karena itu ia pergi, mendapat

keuntungan, kemulian, dan kemasyhuran. Tetapi dengan

keuntungan, kemuliaan, dan kemasyhuran ini, ia tidak terpuaskan,

tujuannya belum tercapai karena keuntungan, kemuliaan, dan

kemashyhuran ini, ia tidak mengagungkan dirinya sendiri, ia tidak

meremehkan orang lain. Karena keuntungan, kemuliaan, dan

kemasyhuran ini, ia tidak mengagungkan dirinya sendiri, ia tidak

meremehkan orang lain. Karena keuntungan, kemuliaan, dan

kemasyhuran, ia tidak menjadi gembira, tidak malas, dantidak

549

Page 550: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

terjatuh dalam kelambaman. Bahkan denganrajin dan penuh

semangat, ia mencapai keberhasilan dalam sila. Karena

keberhasilannya dalam sila ini, ia terpuaskan, tujuannya tercapai.

Karena keberhasilan dalam sila ini, ia mengagungkan dirinya

sendiri, lalu meremehkan orang lain dengan berpikir: "Akulah

pemilik sila yang baik, berkareakter baik, tetapi para bhikkhu lain

memiliki sila yang buruk, bekarakter jelek." Karena keberhasilannya

dalam sila, ia menjadi gembria, malas, dan terjatuh dalam

kelambaman. Karena malas, ia menjadi sakit. Para bhikkhu, sama

halnya dengan seseorang yang berjalan mengejar untuk

menemukan dan mencari intisari dari pohon yang besar, kokoh, dan

berbiji banyak, yang melewati intisari itu sendiri ... kayu lunak ..

kulit kayu, dan setelah menganggap bahwa semua itu adalah

intisari. Seseorang yang dapat melihat, setelah melihat dia,

mungkin berkata: "Sesungguhnya orang baik ini tidak tahu tentang

intisari ... kayu lunak ... kulit kayu ... tunas-tunas muda.

Pengetahuannya tentang cabang dan dedaunan tidaklah sebanyak

perjalanannya dalam mengejar, menemukan, dan mencari intisari

dari pohon yang besar, kokoh, dan berbiji banyak; melewati kulit

kayu, dan setelah memotong tunas-tunas muda, ia membawa

semuanya karena menganggap bahwa semua itu adalah intisari.

Maka ia tidak akan mendapat kebajikan yang sebenarnya dapat

550

Page 551: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

diperoleh." Namun demikian, o para bhikkhu, beberapa pemuda,

setelah meninggalkan rumah, berpikir: "... karena keberhasilan

kelambanan. Menjadi malas, lalu jatuh sakit. Para bhikkhu, inilah

yang disebut seorang bhikkhu yang berpegang pada tunas-tunas

muda dari pohon Brahma, karenanya ia gagal mencapai

Penerangan Sempurna.

Tetapi, para bhikkhu, beberapa pemuda yang meninggalkan

rumah bermodalkan keyakinan, berpikir: "Saya dicengkeram oleh

kelahiran, usia tua, dan kematian; oleh duka cita, kesedihan,

penderitaan, ratapan, dan putus asa. Saya dicengkeramkeram oleh

derita hebat, dilimpahi derita hebat. Mungkin penghancuran seluruh

derita hebat ini dapat ditunjukkan." Karena itu ia pergi dan

mendapat keuntungan, kemuliaan, dan kemasyhuran. Tetapi

dengan keuntungan, kemuliaan, kemashyuran ini, ia tidak menjadi

puas, tujuannya belum tercapai. Karena keuntungan, kemuliaan,

dan kemasyhuran ini, dia tidak mengagungkan dirinya sendiri, tidak

meremehkan orang lain. Karena keuntungan, kemuliaan,

dankemasyhuran ini, ia tidak menjadi gembira, tidak malas, dan

tidak terjatuh dalam kelambanan, bahkan ia menjadi semakin rajin

hingga mencapai konsentrasi. Karena keberhasilannya dalam

konsentrasi, ia mengagungkan dirinya sendiri dan meremehkan

orang lain dengan berkata: "Akulah orang yang terkonsentrasi,

551

Page 552: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

sedangkan pikiran mereka mengembara." Karena keberhasilannya

dalam konsentrasi, ia menajdi gembria, malas, dan terjatuh dalam

kelambanan. Karena malas, ia jatuh sakit. Para bhikkhu, sama

halnya dengan seseorang yang berjalan mengejar untuk

menemukan dan mencari intisari dari pohon yang besar, kokoh, dan

berbiji banyak, yang meleati intisari itu sendiri, melewati kahu

lunak, dan setelah memotong kulit kayu, lalu membawa semuanya

karena menganggap bahwa itu adalah intisari. Seseoran gyang

dapata 'melihat', setelah melihat dia, meungkin berakta:

"Sesungguhnya orang baik ini tidak tahu tentang intisari ... kayu

lunak ... kulit kayu ... tunas-tunas muda. Pengetahuannya tentang

cabang dan dedaunan tidaklah sebanayk perjalannannya dalam

mengejar untuk menemukan dan mencari intisari itu sendiri,

melewati semuanya itu adalah intisari, maka ia tidak memperoleh

kebajikan bhikkhu, beberapa pemuda, setelah meninggalkan

rumah, berpikir ... karena keberhasilannya dalam konsentrasi, ia

menjadi gembira, malas, dan terjatuh dalam kelambaman. Karena

gembira, ia jatuh sakit. Para bhikkhu inilah ylang disebut seorang

bhikkhu yang berpegang pada kulit kayu dari pohon Brahama,

karenanya ia gagal mencapai Penerangan Sempurna.

Tetapi para bhikkhu, beberapa pemuda yang meninggalkan

rumah bermodalkan keyakinan, berpikir: "Saya dicengkeram oleh

552

Page 553: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kelahiran, usia tua, dan kematian; oleh duka cita, kesedihan,

penderitaan, ratapan, dan putus asa. Saya dicengkeram oleh derita

hebat, dilimpahi derita hebat. Mungkin penghancuran seluruh derita

ini dapat ditunjukkan." Karena itu ia pergi dan mendapat

keuntungan, kemuliaan, dan kemashyuran. Tetapi dengan

keuntungan, kemuliaan, dan kemasyhuran, ia tidak terpuaskan,

tujuannya belum tercapai. Karena keuntungan, kemuliaan, dan

kemasyhuran, ia tidak mengagungkan dirinya sediri dan tidak

meremehkan orang lain. Karena keuntungan, kemuliaan, dan

kemasyhuran, ia tidak menjadi gembira, tidak malas, dan tidak

terjatuh dalam kelambanan. Bahkan ia menjadi rajin sehingga

mencapai sukses dalam sila. Karena keberhasilannya dalam sila, ia

menjadi puas, tapi tujuannya belum tercapai. Karena

keberhasilannya dalam sila, ia tidak mengagungkan dirinya sendiri,

tidak gembira, tidak malas, dan tidak terjatuh dalam kelambanan.

Karena rajin, akhirnya ia mencapai sukses dalam konsentrasi tidak

membuatnya mengaungkan dirinya sendiri, lalu meremehkan orang

lain. Karena keberhasilannya dalam konsentrasi, ia tidak menjadi

gembira, malas, dan terjatuh dalam kelambanan. Bahkan ia

menjadi rajin sehingga mencapai pengetahuan dan pandangan

terang. Karena pengetahuan dan pandangan terangnya ini, ia

menjadi puas, tujuannya tercapai, Karena penetahuan dan

553

Page 554: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pandangan terangnya ini, ia menjadi puas, tujuannya tercapai.

Karena pengetahuan dan terangnya ini, ia mengagungkan dirinya

sendiri dan meremehkan orang lain, lalu berkata: "Akulah yang

mengetahui dan melihat, tetapi para bhikkhu lain tidak

mengetahui, tidak melihat." Karena pengetahuan dan pandangan

terangnya ini, ia menjadi gembira, malas, lalu terjatuh dalam

kelambaman. Karena malas, ia menjadi sakit. Para bhikkhu, sama

halnya dengan seseorang yang berjalan mengejar untuk

menemukan dan mencari intisari dari pohon yang besar, kokoh, dan

berbiji banyak; yang melewati intisari itu sendiri, memotong kayu

lunak, dan membawa semuanya karena menganggap bahwa

semuanya itu adalah intisari. Seseorang yang dapat melihat,

setelah melihat dia, mungkin berkata: "Sesungguhnya orang baik

ini tidak tahu tentang intisari ... kayu lunak ... kulit kayu ... tunas-

tunas muda. Pengetahuannya tentang cabang dan dedaunan

tidaklah sebanyak perjalannnya dalam mengejar untuk mendapat-

kan dan mencari intisari dari pohon yang besar kokoh, dan berbiji

banyak; melewati intisari itu sendiri, memotong kayu lunak,

membawa semuanya karena menganggap bahwa semua itu adalah

intisari. Maka itu ia tidak mendapatkan kebajikan yang seharusnya

dapat diperoleh." Meskipun demikian, o para bhikkhu, beberapa

pemuda yang meninggalkan rumah bermodalkan keyakinan,

554

Page 555: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

berpikir ... karena pengetahuan dan penglihatannya, ia menjadi

gembira, malas, dan terjatuh dalam kelambanan. Menjadi malas,

lalu sakit, para kayu lunak dari pohon Brahma, karenaya ia gagal

mencapai Penerangan Sempurna.

Tetapi, para bhikkhu, beberapa pemuda yang meninggalkan

rumah bermodalkan keyakinan, akan berpikir: "Saya dicengkeram

oleh kelahiran keyakinan, akan berpikir: "Saya dicengkeram oleh

kelahiran, usia tua, dan kematian; oleh duka cita, kesedihan,

penderitaan, ratapan, dan putus asa. Saya dicengkeram oleh derita

hebat dilimpahi derita hebat. Mungkin penghancuran seluruh derita

hebat ini dapat ditunjukkan." Karena itu ia pergi, lalu mendapatkan

keuntungan, kemuliaan, dan kemasyuhran ini, ia tidak terpuaskan,

tujuannya belum tercapai. Karena keuntungan, kemuliaan, dan

kemasyhuran ini, ia tidak mengagungkan dirinya sendiri, tidak

meremehkan oran lain. Karena keuntungan, kemuliaan, dan

kemasyhuran, ia tidak gembira, tidak malas, tidak terjatuh dalam

kelambanan. Sebaliknya ia menjadi rajin sehingga mencapai

keberhasilan dalam sila. karena keberhasilannya dalam sila, ia

puas, tapi tujuannya belum tercapai. Karena keberhasilannya dalam

sila, ia tidak mengagungkan dirinya sendiri, tidak meremehkan

orang lain. Karena keberhasilannya dalam sila, ia tidak gembira,

tidak malas, dan tidak terjatuh dalam kelambanan. Sebaliknya ia

555

Page 556: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

semakin rajin hingga memcapai keberhasilan dalam konsentrasi.

Karena keberhasilannya dalam konsentrasi, ia puas, tapi tujuannya

belum tercapai. Karena keberhasilannya dalam konsentrasi, , ia

puas, tapi tujuannya belum tercapai. Karena keberhasilannya dalam

konsentrasi, ia tidak mengagungkandirinya sendiri, tidak

meremehkan orang lain. Krena keberhasilannya dalam konsentrasi,

ia tidak gembira, tidak malas, dan tidak terjatuh dalam

kelambanan. Sebaliknya ia semakin rajin hingga memperoleh

pengetahun dan penglihatan. Karena pengetahuan dan

penglihatannya ini, ia terpuaskan, tapi tujuannya belum tercapai.

Karena pengetahuan dan penlihatannya ini, ia tidak mengagungkan

dirinya sendiri, tidak meremehkan orang lain. Dengan penetahuan

dean penglihatannya, ia tidak gembira, tidak masl, dan tidak

terjatuh dalam kelambanan. Sebaliknya ia menjadi rajin hingga

mencapai kebebasan berkenaan dengan waktu dari benda-benda

(8). Keadaan terjadi, o para bhikkhu, ketika bhikkhu ini

meninggalkan kebebasan tentang waktu benda-benda (9). Para

bhikkhu, sama halnya dengan seseorang yang berjalan mengejar

untuk menemukan dan mencari intisari dari pohon yang besar,

kokoh, dan berbiji banyak, dan setelah memotong intisari itu

sendiri, membawa semuanya, ia tahu bahwa semua itu adalah

intisari, mengetahui kayu lunak, mengetahui kulit kayu, mengetahui

556

Page 557: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tunas-tunas muda, mengetahui cabang dan dedaunan sebanyak

perjalananannya dalam mengejar untuk menemukan dan mencari

intisari [197] dari pohon yang besar, kokoh, dan berbiji banyak.

Setelah memotong intisari, ia membawanya dan tahu bahwa itu

adalah intisari. Diperoleh nya kebajikan yang seharusnya didapat

dari intisari." Namun rumah bermodalkan keyakinan akan berpikir:

"Saya dicengkeram oleh kelahiran, usia tua, dan kematian; oleh

duka cita, kesedihan, penderitaan, rapatan, dan putus asa. Saya

dicengkeram oleh derita hebat, dilimpahi derita hebat. Mungkin

penghancuran seluruh derita hebat ini dapat ditunjukkan. Karena

itu ia maju terus hingga memperoleh keuntungan, kemuliaan, dan

kemasyhuran. Tetapi dengan keuntungan, kemuliaan, dan

kemasyhurannya ini, ia tidak terpuaskan, tujuannya belum tercapai.

Karena keuntungan, kemuliaan dan kemasyurannya ini, ia tidak

menjadi gembira, tidak malas, dan tidak terjatuh dalam

kelambaman. Sebaliknya ia semakin rajin hingga mencapai

keberhasilan dalam sila. Dengan keberhasilannya dalam sila, ia

puas, tapi tujuannya belum tercapai. Karena keberhasilan dalam

sila ini pula, ia tidak mengagungkan dirinya sendiri, tidak

meremehkan orang lain. Karena keberhasilannya dalam sila, ia

tidak gembira, tidak malas, dan tidak terjatuh dalam kelambaman.

Sebaliknya ia menjadi rajin hingga mencapai keberhasilan dalam

557

Page 558: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

konsentrasi. Karena keberhasilannya dalam konsentrasi, ia puas,

tapi tujuannya belum tercapai. Dengan keberhasilannya dalam

konsentrasi, ia tidak mengagungkan dirinya sendiri, tidak

meremehkan orang lain. Karena keberhasilannya dalam

konsentrasi, ia tidak menjadi gembira, tidak malas, dan tidak

terjatuh dalam kelambanan. Sebaliknya ia semakin rajin hingga

mencapai pengetahuan dan pengelihatan. Dengan pengetahuan

dan penglihatan ini, ia puas, tapi tujuannya belum tercapai. Dengan

pengetahuan dan penglihatan ini, ia puas, tapi tujuannya belum

tercapai. Dengan pengetahuan dan penglihatannya, ia tidak

mengagungkan dirinya sendiri, tidak meremehkan orang lain.

Dengan pengetahuan dan penglihatannya, ia tidak gembira, tidak

malas, dan tidak terjatuh dalam kelambanan. Sebaliknya ia semakin

rajin hingga mencapai kebebasan atas benda-benda yang tidak

dibatasi waktu. Tidak mungkin, o para bhikkhu, tidak mungkin

dilampaui, seorang bhikkhu seharusnya meninggalkan kebebasan

terhadap benda-benda yang tidak terikat oleh waktu.

Karena itu, o para bhikkhu, pohon Brahma (10) bukanlah

dimanfaatkan untuk mengejar keuntungan, kemuliaan dan kemasy-

uran, bukan dimanfaatkan untuk mengejar sila, konsentrasi, dan

pengetahuan serta penglihatan. Itulah, o para bhikkhu, kebebasan

pikiran yang tidak tergoncangkan (11). Inilah, o para bhikkhu,

558

Page 559: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tujuan (11) dari pohon Brahma, inilah intisari (11), inilah puncaknya

(11)."

Demikianlah khotbah Sang Bhagava! Sangat gembira, para

bhikkhu bergembira atas semua uraian Sang Bhagava ini.

CULASAROPAMA - SUTTA

( 30 )

1. Demikianlah telah saya dengar:

559

Page 560: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana, di

taman milik Anathapindika, di Savatthi.

2. Kemudian Brahmana Pingalakoccha pergi menemui Sang

Bhagava, dan saling memberi salam, setelah saling menyapa

dengan sopan, ia duduk. Lalu ia berkata kepada Sang Bhagava:

"Samana Gotama, ada petapa-petapa dan para brahmana,

masing-masing dengan sanghanya, dengan kelompoknya,

memimpin sebuah kelompok, masing-masing seorang filsuf

yang terkenal dan dipandang oleh banyak orang sebagai orang

suci - yang saya maksudkan adalah Purana Kassapa, Makhali

Gosala, Ajita Kesakambali, Pakuddha Kaccayana, Sanjaya

Belatthiputta, dan Nigantha Nataputta - mereka semua

mempunyai pengetahuan seperti yang mereka nyatakan, atau

tak satu pun dari mereka yang mempunyai pengetahuan, di

antara mereka ada yang memiliki pengetahuan (abhinna) atau

ada yang tidak memiliki pengetahuan."

"Cukup, brahmana, apakah mereka semua mempunyai

pengetahuan seperti yang mereka katakan, tak satupun dari

mereka atau beberapa dari mereka, biarkanlah itu, saya akan

mengajarkan kamu dhamma, brahmana. Dengarkan dan

perhatikan dengan baik apa yang Saya katakan."

560

Page 561: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Baik, Bhante," jawab Pingalakoccha. Selanjutnya Sang

Bhagava berkata:

3. "Misalnya, seseorang memerlukan bagian tengah kayu yang

keras, mencari bagian tengah kayu yang keras, berkelana

dalam pencarian bagian tengah kayu yang keras, lalu melihat

sebuah pohon besar yang mempunyai bagian tengah kayu

yang keras, melewati bagian tengah kayu yang keras dan

bagian yang basah, kulit dalam dan luarnya, ia memotong

ranting-ranting dan daun-daun, lalu membawanya dengan

berpikir bahwa itu adalah bagian tengah kayu yang keras;

kemudian seorang dengan penglihatan yang baik, melihatnya

untuk memperhatikan perbuatannya dan berkata: "Apa pun

yang akan dilakukan oleh orang ini dengan bagian tengah kayu

yang keras, maksudnya tidak akan terpenuhi.'"

4. "Misalnya, seseorang memerlukan bagian tengah kayu yang

keras, mencari bagian tengah kayu yang keras, berkelana

dalam pencarian bagian tengah kayu yang keras, lalu melihat

sebuah pohon besar yang mempunyai bagian tengah kayu

yang keras, melewati bagian tengah kayu yang keras dan

bagian yang basah, memotong kulit dalam dan luarnya, lalu

membawanya dengan berpikir bahwa itu adalah bagian tengah

kayu yang keras; kemudian seorang dengan penglihatan yang

561

Page 562: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

baik, melihatnya untuk memperhatikan perbuatannya dan

berkata: "Apa pun yang akan dilakukan oleh orang ini dengan

bagian tengah kayu yang keras, maksudnya tidak akan

terpenuhi.'"

5. "Misalnya, seseorang memerlukan bagian tengah kayu yang

keras, mencari bagian tengah kayu yang keras, berkelana

dalam pencarian bagian tengah kayu yang keras, lalu melihat

sebuah pohon besar yang mempunyai bagian tengah kayu

yang keras, melewati bagian tengah kayu yang keras dan

bagian yang basah, memotong kulit dalamnya, lalu

membawanya dengan berpikir bahwa itu adalah bagian tengah

kayu yang keras; kemudian seorang dengan penglihatan yang

baik, melihatnya untuk memperhatikan perbuatannya dan

berkata: "Apa pun yang akan dilakukan oleh orang ini dengan

bagian tengah kayu yang keras, maksudnya tidak akan

terpenuhi.'"

6. "Misalnya, seseorang memerlukan bagian tengah kayu yang

keras, mencari bagian tengah kayu yang keras, berkelana

dalam pencarian bagian tengah kayu yang keras, lalu melihat

sebuah pohon besar yang mempunyai bagian tengah kayu

yang keras, melewati bagian tengah kayu yang keras dan

memotong bagian yang basah, lalu membawanya dengan

562

Page 563: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

berpikir bahwa itu adalah bagian tengah kayu yang keras;

kemudian seorang dengan penglihatan yang baik, melihatnya

untuk memperhatikan perbuatannya dan berkata: "Apa pun

yang akan dilakukan oleh orang ini dengan bagian tengah kayu

yang keras, maksudnya tidak akan terpenuhi.'"

7. "Misalnya, seseorang memerlukan bagian tengah kayu yang

keras, mencari bagian tengah kayu yang keras, berkelana

dalam pencarian bagian tengah kayu yang keras lalu melihat

sebuah pohon besar yang mempunyai bagian tengah kayu

yang keras, ia memotong bagian tengah kayu yang keras, lalu

membawanya dengan berpikir bahwa itu adalah bagian tengah

kayu yang keras; kemudian seorang dengan penglihatan yang

baik, melihatnya untuk memperhatikan perbuatannya dan

berkata: "Apa pun yang akan dilakukan oleh orang ini dengan

bagian tengah kayu yang keras, maksudnya akan terpenuhi.'"

8. "Brahmana, demikian pula, ini beberapa orang karena

keyakinan, meninggalkan kehidupan duniawi menjadi tak

berumah-tangga, berpikir: "Saya adalah korban dari

kelahiran, lahir dan mati, dari kesedihan-kesedihan dan

dukacita, kesakitan, ratapan, dan keputusasaan. Saya adalah

korban penderitaan, mangsa dari penderitaan. Secara pasti

akhir dari seluruh penderitaan yang besar ini dapat diketahui"

563

Page 564: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Jika ia melakukan, ia memperoleh hasil yang besar,

kehormatan dan kemasyuran. Dia senang dengan itu dan

keinginannya terpenuhi. Dengan catatan ia memuji dirinya

sendiri dan menghina orang lain yaitu: "Saya mempunyai hasil,

saya dikenal, tetapi bhikkhu-bhikkhu ini tidak diketahui, tanpa

catatan."

"Dengan begitu ia membangkitkan ketidakadaan keinginan

untuk melakukan tindakan, ia tidak melakukan usaha, untuk

merealisasi dhamma lain yang lebih tinggi daripada hasil yang

diperolehnya, kehormatan dan kemasyuran dan yang lebih

tinggi daripada itu."

"Saya mengatakan orang ini seperti seseorang memerlukan

bagian tengah kayu yang keras, mencari bagian tengah

kayu yang keras, berkelana dalam pencarian bagian tengah

kayu yang keras, lalu melihat sebuah pohon besar yang

mempunyai bagian tengah kayu yang keras, melewati bagian

tengah kayu yang keras dan bagian yang basah, memotong

kulit dalam dan luarnya, lalu membawanya dengan berpikir

bahwa itu adalah bagian tengah kayu yang keras, maka apa

pun yang akan dilakukan oleh orang ini dengan bagian tengah

kayu yang keras, maksudnya tidak akan terpenuhi.'"

564

Page 565: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

9. Ada beberapa orang yang berdasarkan pada keyakinan

meninggal- kan pemuasan duniawi menjadi tak berumah-

tangga, berpikir: "Saya adalah korban dari kelahiran, lahir dan

mati, dan penderitaan dan ratapan, kesakitan, dukacita dan

keputusasaan. Saya adalah seorang korban penderitaan,

sasaran dari penderitaan. Secara pasti akhir dari seluruh

penderitaan yang besar ini dapat diketahui" Jika ia telah

melakukannya, ia memperoleh hasil yang besar, kehormatan

dan kemasyuran. Ia tidak senang dengan ini dan keinginannya

dipenuhi. Ia tidak memuji dirinya sendiri dan menghina orang

lain. Ia menimbulkan keinginan untuk melakukan dan

membuat usaha-usaha untuk menyadari dhama yang lain yang

lebih tinggi daripada hasil itu, kehormatan dan kemasyuran

dan lebih unggul daripada itu; ia tidak bergantung dan

menurun. Ia mencapai kebajikkan yang sempurna. Ia senang

dengan kebajikkan yang sempurna dan keinginannya

terpenuhi. Dengan catatan ia memuji dirinya sendiri dan

menghina orang lain: "Saya seorang yang saleh, mempunyai

sifat yang baik, tetapi bhikkhu-bhikkhu yang lain ini tidak saleh,

dan mempunyai kelakuan yang jahat." Maka ia membangkitkan

ketidak-inginan untuk melakukan tindakkan, ia tida berusaha

untuk merealisasi dhamma-dhamma lain yang tinggi daripada

565

Page 566: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

konsentrasi yang sempurna, membuatnya bersifat masa

bodoh.

"Saya berkata bahwa orang ini seperti seorang memerlukan

bagian tengah kayu yang keras, mencari bagian tengah kayu

yang keras, berkelana dalam pencarian bagian tengah kayu

yang keras, lalu melihat sebuah pohon besar yang mempunyai

bagian tengah kayu yang keras, melewati bagian tengah kayu

yang keras dan bagian yang basah, memotong kulit dalamnya,

lalu membawanya dengan berpikir bahwa itu adalah bagian

tengah kayu yang keras; maka apa pun yang akan dilakukan

oleh orang ini dengan bagian tengah kayu yang keras,

maksudnya tidak akan terpenuhi.'"

10. Di sini beberapa orang karena keyakinan, meninggalkan

kehidupan duniawi menjadi tak berumah-tangga, berpikir:

"Saya korban dari kelahiran, lahir dan mati, kesedihan dan

ratapan, kesakitan, duka cita dan keputusasaan. Saya adalah

seorang korban penderitaan, mangsa dari penderitaan. Secara

pasti akhir dari seluruh penderitaan yang besar itu dapat

diketahui" Jika ia telah melakukannya, ia mendapatkan hasil

yang besar, kehormatan dan kemasyuran. Ia tidak senang

dengan itu dan keinginannya tidak terpenuhi. Ia tidak memuji

dirinya sendiri dan menghina orang lain. Ia mempunyai

566

Page 567: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

keinginan untuk bertindak dan membuat usaha untuk

menyadari dhamma yang lain yang lebih tinggi dan unggul dari

itu. Ia tidak bergantung dan tidak merosot. ia mencapai

kebajikkan yang sempurna. Ia senang dengan itu, tetapi kein-

ginannya tidak terpenuhi. Ia tidak memuji diri sendiri dan

menghina orang lain. Ia ingin bertindak, dan membuat usaha,

untuk menyadari dhamma yang lain yang lebih tinggi dari

kebajikkan yang sempurna. Ia tidak bergantung dan merosot.

Ia mencapai konsentrasi yang sempurna. Ia senang dan

keinginannya terpenuhi. Berdasarkan hal itu ia memuji dirinya

sendiri dan menghina orang lain: "Saya berkonsentrasi, pikiran

saya terpusat, tetapi bhikkhu-bhikkhu ini tidak terkonsentrasi

dan pikiran mereka kacau." Maka ia membangkitkan ketidak-

inginan untuk berbuat, ia tidak berusaha untuk merealisasikan

dhamma-dhamma yang lebih tinggi daripada konsentrasi

sempurna, ia bersikap masah bodoh.

"Saya berkata orang ini seperti orang yang memerlukan

bagian tengah kayu yang keras, mencari bagian tengah kayu

yang keras, berkelana dalam pencarian bagian tengah kayu

yang keras, lalu melihat sebuah pohon besar yang mempunyai

bagian tengah kayu yang keras, melewati bagian tengah kayu

yang keras dan bagian yang basah, memotong kulit dalamnya,

567

Page 568: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

lalu membawanya dengan berpikir bahwa itu adalah bagian

tengah kayu yang keras; maka apa pun yang akan dilakukan

oleh orang ini dengan bagian tengah kayu yang keras,

maksudnya tidak akan terpenuhi.'"

11. Di sini ada beberapa orang yang berdasarkan pada keyakinan,

meninggalkan kehidupan duniawi menjadi tak berumah-

tangga, berpikir: "Saya adalah korban dari kelahiran, lahir dan

mati, dari kesedihan dan ratapan, kesakitan, duka cita dan

keputusasaan. Saya adalah korban dari penderitaan, mangsa

dari penderitaan. Secara pasti akhir dari seluruh penderitaan

ini dapat diketahui" Jika ia telah melakukannya, ia memperoleh

hasil yang besar, kehormatan dan kemasyuran. Ia tidak senang

dengan ini dan keinginannya tidak dipenuhi. Dengan catatan,

ia tidak membanggakan dirinya sendiri dan menghina yang

lain. Ia mempunyai keinginan untuk bertindak, dan ia membuat

usaha, untuk menyadari dhamma yang lebih tinggi dari pada

hasil, kehormatan dan kemasyuran dan lebih unggul daripada

itu."

Ia tidak bergantung dan mengalami kemerosotan. Ia mencapai

kebajikkan yang sempurna. Ia senang dengan pencapaianya

itu, namun keinginannya belum terpenuhi. Berdasarkan hal itu

ia tidak membanggakan dirinya sendiri dan menghina orang

568

Page 569: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

lain. Ia membangkitkan keinginan berbuat, berusaha untuk

merealisasi dhamma-dhamma yang lebih tinggi dari kebajikan

sempurna. Ia tidak bersikap masa bodoh. Ia mencapai

konsentrasi sempurna. Ia sedang senang dengan itu tetapi

keinginannya belum terpenuhi. Berdasarkan hal itu, ia tidak

memuji dirinya sendiri dan menghina orang lain. Ia

membangkitkan keinginan untuk berbuat, ia berusaha untuk

merealisasikan dhamma-dhamma yang lebih tinggi daripada

konsentrasi sempurna. Ia tidak masa bodoh. Ia mencapai

pengetahuan dan penglihatan (nanadassana). Ia senang

dengan hal itu dan keinginannya terpenuhi. Berdasarkan hal itu

ia memuji dirinya sendiri dan menghina orang lain: "Saya hidup

mengetahui dan melihat, tetapi bhikhu-bhikkhu ini hidup tanpa

mengetahui dan melihat." Maka ia membangkitkan ketidak-

inginan untuk berbuat, ia tidak berusaha untuk merealisasi

dhamma-dhamma lain yang lebih tinggi daripada pengetahuan

dan penglihatan. Ia bersikap masa bodoh.

"Saya berkata bahwa orang ini seperti seorang yang

memerlukan bagian tengah kayu yang keras, mencari bagian

tengah kayu yang keras, berkelana mencari bagian tengah

kayu yang keras melihat sebuah pohon yang mempunyai

bagian tengah kayu yang keras, dan melewati bagian tengah

569

Page 570: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kayu yang keras, ia memotong bagian kayu yang basah dan

membawanya, berpikir bahwa itu adalah bagian tengah kayu

yang keras; maka apa pun yang ia lakukan dengan bagian

tengah kayu yang keras, maksudnya tidak akan terpenuhi.

12 Di sini ada beberapa orang yang berdasarkan keyakinan,

meninggalkan kehidupan duniawi menjadi hidup tak berumah-

tangga .... Ia mendapat hasil yang besar, kehormatan dan

pujian. Ia tidak senang dengan itu, keinginannya tidak

terpenuhi .... Ia memcapai kebajikan semourna. Ia senang

dengan itu, namun keinginannya belum terpenuhi .... Ia

mencapai pengetahuan dan penglihatan. Ia senang dengan itu

tetapi keinginannya belum terpenuhi. Berdasarkan hal itu ia

tidak memuji dirinya sendiri dan menghina orang lain. Ia

membangkitkan keinginan untuk berbuat, ia berusaha untuk

merealisasi dhamma-dhamma lain yang lebih tinggi daripada

pengetahuan dan penglihatan dan melebihi itu. Ia tidak masa

bodoh. Tetapi apakah dhamma-dhamma yang lebih tinggi

daripada pengetahuan dan penglihatan dan melebihi itu?

13. Brahmana, dalam hal ini, dengan menjauhi keingian nafsu,

jauh dari dhamma-dhamma yang tak bermanfaat, ia

mencapai dan berada dalam Jhana I, yang disertai vitakka dan

570

Page 571: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

vicara, dengan kegiuran serta kebahagiaan yang dihasilkan

oleh ketenangan.

Inilah dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan

penglihatan.

14. Dengan melenyapkan vitakka dan vicara, ia mencapai dan

berada dalam Jhana II disertai keyakian diri, pikiran terpusat

dan kegiuran yang dihasikan oleh pemusatan pikiran.

Ini dhamma yang lebih tinggi daripada oengetahuan dan

penglihatan.

15. Selanjutnya, dengan melenyapkan kegiuran, ia seimbang, piki-

rannya terpusat dan sadar, dengan kebahagiaan tubuh, ia

mencapai dan berada dalam Jhana III, yang dinyatakan oleh

para Ariya sebagai: "Ia mencapai keadaan yang

menyenangkan karena memiliki keseimbangan dan pikiran

yang waspada sekali."

Ini dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan

penglihatan.

16. Kemudian, dengan menghilangkan kebahagian dan ketidak

senangan dari tubuh (sukha-dukkha) dan setelah terlebih

dahulu melenyapkan kegiuran dan kesedihan, ia mencapai dan

berada dalam Jhana IV dengan 'bukan sakit atau pun bukan

571

Page 572: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kebahagiaan', kesadaran yang suci karena keseimbangan

(upekha).

Ini dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan

penglihatan.

17. Setelah dengan sempurna melampaui pencerapan jasmani

(rupasanna) dan lenyapnya pencerapan ketidaksenangan

(patighasanna, tanpa memperhatikan) pencerapan perbedaan

(nanatta-sanna), menyadari "ruang tanpa batas", ia mencapai

dan berada dalam 'keadaan ruang tanpa

batas'(akasanancayatana).

Ini dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan

penglihatan.

18. Setelah dengan sempurna melampaui 'keadaan ruang tanpa

batas', menyadari 'kesadaran tanpa batas', ia mencapai dan

berada dalam 'keadaan kesadaran tanpa

batas'(vinnanancayatana).

Ini dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan

penglihatan.

19. Setelah dengan sempurna melampaui 'keadaan kesadaran

tanpa batas, menyadari 'kekosongan', ia mencapai dan berada

dalam 'keadaan kekosongan' (akincannayatana).

572

Page 573: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Ini dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan

penglihatan.

20. Setelah dengan sempurna melampaui 'keadaan kekosongan',

ia mencapai dan berada dalam 'keadaan bukan pencerapan

atau pun tidak bukan pencerapan' (n'evasanna

nasannayatana).

Ini dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan

penglihatan.

21. Setelah dengan sempurna melampaui 'keadaan bukan

pencerapan atau pun tidak bukan pencerapan', ia mencapai

dan berada dalam 'lenyapnya pencerapan dan perasaan'

(sannavedayitanirodha).

Semua kotoran batinnya (asava) lenyap oleh pengetahuan dan

penglihatan (nanadassana).

Ini dhamma yang lebih tinggi daripada pengetahuan dan

penglihatan.

Inilah dhamma-dhamma yang lebih tinggi daripada

pengetahuan dan penglihatan.

22. Saya berkata orang ini seperti seorang yang memerlukan

bagian tengah kayu yang keras, mencari bagian tengah

kayu yang keras, berkelana dalam pencarian bagian tengah

573

Page 574: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kayu yang keras, lalu melihat sebuah pohon besar yang

mempunyai bagian tengah kayu yang keras, ia memotong

bagian tengah kayu yang keras, lalu membawanya dengan

berpikir bahwa itu adalah bagian tengah kayu yang keras;

maka apa pun yang akan dilakukannya pada bagian tengah

kayu yang keras itu, maksudnya akan terpenuhi.

23. "Brahmana, hidup ini tidak mempunyai keuntungan, kehor-

matan dan kemasyuran tidak ada gunanya, tidak ada kebajikan

yang sempurna, atau konsentrasi yang sempurna, atau

pengetahuan dan khayalan. Tetapi tidak dapat disangkal

pembebasan pikiran merupakan tujuan dari kehidupan suci.

Inilah 'bagian tengah kayu yang keras'dan akhirnya.

Ketika ini dikatakan Brahmana Pingalakoccha berkata kepada Sang

Bhagava: "Menakjubkan, Samana Gotama! Menakjubkan ....! Mulai

hari ini semoga Samana Gotama menerima saya sebagai upasaka

yang telah berlindung kepada-Nya selama hidup."

574

Page 575: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

MARAGOSINGA SUTTA

32

1. Demikianlah yang saya dengar.

Pada suatu waktu Sang Bhagava bersama-saina dengan para

bhikkhu thera yaitu: Sariputta, Maha Moggallana, Maha

Kassapa. Anuruddha Revata, Anandadan para bhikkhu thera

lainnya berada di hutan Sala Gosinga.

575

Page 576: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

2. Diwaktu malam bhikkhu Maha Moggallana bangkit dari

meditasi, beliau menemui bhikkhu Maha - Kassapa dan berkata

kepadanya : "Avuso Kassapa, marilah kita pergi menemui

bhikkhu Sariputta untuk mendengarkan Dhamma. "Baiklah,

Avuso," jawab bhikkhu Kassapa. Lalu bhikkhu Maha

Moggallana,,bhikkhu Maha Kassapa dan bhikkhu Anuruddhu

menemui bhikkhu Sariputta untuk mendengarkan Dhamma.

3 . Bhikkhu Ananda melihat mereka sewaktu pergi menemui

bhikhhu. Sariputta untuk mendengarkan Dhamma. Ketika ia

melihat mereka, ia menemui bhikkhu Revata dan berkata

kepadanya: " Avuso Revata, bhikkhu Maha Moggallana dan

bhikkhu lainnya pergi menemui bhikkhu Sariputta untuk

mendengarkan Dhamma. Marilah kita juga pergi menemui

bhikkhu Sariputta untuk mendengarkan Dhanuna". "Baiklah,

Avuso", jawab bhikkhu Revata. Kemudian bhikkhu Revata dan

bhikkhu Ananda menemui bhikkhu Sariputta untuk

mendengarkan Dhanima.

4. Bhikkhu Sariputta melihat bhikkhu Revata dan bhikkhu Ananda

mendatangi. Ketika beliau melihatnya, beliau berkata kepada

bhikkhu Ananda:'Selamat datang Ananda, silahkan Ananda,

pengiring Sang Bhagava, yang selalu dekat dengan Sang

Bhagava. Avuso Ananda, Hutan pohon Sala Gosinga sangat

576

Page 577: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

menyenangkan, malam disinari bulan, pohon-pohon Sala

semua bermekaran, semerbak dan wanginya seakanakan

memancarkan aroma surgawi: 'Bhikkhu yang bagaimanakah

yang akan memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon

Sala Gosinga'.

"Sariputta, dalam hal ini seorang bhikkhu setelah belajar

(mendengar) banyak, mengingat apa yang dipelajarinya,

merangkum apa yang telah dipelajari: berupa dhamma

yang sedemikian indah pada awal, pertengahan dan akhir,

dengan pengertian dan ungkapan (yang benar) sebagaimana

ditegaskan dalam kehidupan suci yang benar-benar

sempurna dan murni.

Dhamma seperti ini yang banyak dipelajari, diingatnya,

dirangkumnya secara lisan, dijaganya dengan pikiran,

diresapinya dengan baik oleh pandangan benar: ia

mengajarkan Dhamma kepada empat kelompok orang dengan

ungkapan-ungkapan dan suku-suku kata yang lengkap dan

tidak meragukan bagi lenyapnya kecenderungan-

kecenderungan (anusaya) yang laten. Bhikkhu seperti ini yang

akan memberikan penghargaan pada Hutan pohon Sala

Gosinga."

577

Page 578: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

5. Setelah hal itu dikatakan, bhikkhu Sariputta berkata kepada

bhikkhu Revata; " Avuso Revata, bhikkhu Ananda telah

berbicara sebagaimana menurutnya. Sekarang kami

menanyakan kepada bhikkhu Revata: Hutan pohon Sala

Gosinga sangat menyenangkan, malam disinari bulan, pohon-

pohon Sala semua bermekaran, semerbak dan wanginya

seakanakan memancarkan aroma surgawi:"Bhikkhu yang

bagaimanakah yang akan memberikan penghargaan terhadap

Hutan pohon Sala Gosinga ?'.

'Sariputta, dalam hal ini, seorang bhikkhu berbahagia dalam

pengasingan diri, merasa bahagia dalam pengasingan diri,

mengabdikan dirinya pada ketenangan pikiran, tidak

melalaikan Jhana, memiliki pandangan terang, sering menyepi

di pondok-pondok meditasi, Bhikkhu seperti ini yang akan

memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon Sala

Gosinga.'

6. Ketika hal ini dikatakan, bhikkhu Sariputta berkata kepada

bhikkhu Anuruddha: "Avuso Anuruddha, bhikkhu Revata

telah berbicara sebagaimana menurut beliau. Sekarang kami

menanyakan kepada bhikkhu Anuruddha:'Avuso Anuruddha,

Hutan pohon Sala Gosinga sangat menyenangkan ...' bhikkhu

578

Page 579: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

yang bagaimanakah yang akan memberikan penghargaan

terhadap Hutan pohon Sala Gosinga ?

"Sariputta, dalam hal ini, seorang bhikkhu me'ngamati alam

semesta dengan mata dewa (dibbacakkhu), yang suci dan

melampaui kemampuan mata manusia biasa. Sebagaimana

seseorang dengan mata (yang baik) sewaktu ia pergi ke teras

tingkat atas istana sehingga dapat mengamati seribu kerangka

roda: demikian juga, seorang bhikkhu mengainati seribu alam

dengan mata dewa, yang suci dan melampaui kemampuan

mata manusia biasa. Bhikkhu yang seperti ini akan

memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon Sala

Gosinga".

7. Ketika hal ini dikatakan, bhikkhu Sariputta berkata kepada

bhikkhu Maha Kassapa: "Avuso Kassapa, bhikkhu Anuruddha

telah berbicara sebagaimana menurut beliau. Sekarang kami

menanyakan kepada bhikkhu Maha Kassapa: " Avuso Maha

Kassapa, Hutan pohon Sala Gosinga, sangat menyenangkan...

bhikkhu yang bagaimanakah yang akan memberikan

penghargaan terhadap Hutan pohon Sala Gosinga ?"

"Sariputta, dalam hal ini seorang bhikkhu yang dirinya

sendiri berdiam di hutan dan menghargai kediaman di hutan,

ia sendiri makan dari pindapata dan menghargai makan dari

579

Page 580: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pindapata, ia sendiri mengenakan jubah dari kain bekas

pembungkus mayat (pamsakulacavara) dan menghargai

pemakaian ticivara, ia sendiri memiliki keinginan yang sedikit

dan menghargai pemilikan keinginan yang sedikit, ia sendiri

selalu puas dan menghargai kepuasan, ia sendiri tenang dan

menghargai ketenangan, ia sendiri tidak terlihat (dalain

keramaian) dan menghargai ketidak terlibatan (dalam

keramaian), ia sendiri bersemangat dan menghargai semangat

(viriya), ia sendiri memiliki sila yang sempurna dan menghargai

sila sempurna, ia sendiri sempuma samadhinya dan

menghargai kesempurnaan samadhi, ia sendiri sempurna

kebijaksanaannnya (panna) dan menghargai kesempurnaan

kebijaksanaan, ia sendiri sempurna kesuciannya (vimutti) dan

menghargai kesempurnaan kesuciannya, pengetahuannnya

(nana) dan penglihatannnya (dassana), juga menghargai

kesempurnaan kesucian, pengetahuan dan penglihatan.

Bhikkhu seperti ini akan memberikan penghargaan pada Hutan

pohon Sala Gosinga.

8. Ketika hal ini dikatakan, bhikkhu Sariputta berkata kepada

bhikkhu Maha Moggallana: "Avuso Moggalana, bhikkhu Maha

Kassapa telah gagal berbicara sebagaimana menurut beliau.

Sekarang kami menanyakan kepada Avuso Moggallana: Hutan

580

Page 581: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pohon Sala Gosinga, sangat menyenangkan... bhikkhu

bagaimanakah yang akan memberikan penghargaan terhadap

Hutan pohon Sala Gosinga ?"

"Sariputta, dalam hal ini, ada dua orang bhikkhu terlibat dalam

pembicaraan tentang Abhidhamma, mereka saling bertanya

satu sama lain, masing-masing yang ditanya oleh yang lainnya

menjawab tanpa merasa dipojokkan dan pembicaraan mereka

berlanjut sesuai dengan dhamma. Bhikkhu seperti ini yang

akan memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon Sala

Gosinga".

9. Ketika hal ini dikatakan, bhikkhu Maha Moggallana berkata

kepada bhikkhu sariputta: "Avuso Sariputta, kami semua telah

berbicara sebagaimana menurut kami masing-masing.

Sekarang kami menanyakan kepada bhikkhu Sariputta: 'Hutan

pohon sala Gosinga sangat menyenangkan, malam disinari

bulan, pohon-pohon Sala semua bermekaran, semerbak dan

wanginya seakan-akan memancarkan aroma surgawi ; Bhikkhu

yang bagaimanakah yang akan memberikan penghargaan

terhadap Hutan pohon Sala Gosinga?'

"Moggallana, dalam hal ini, scorang bhikkhu berkuasa atas

pikirannya sendiri, ia tidak membiarkan pikiran berkuasa atas

dirinya: dia menghayati di pagi hari penghayatan atau

581

Page 582: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pencapaian apapun yang ingin dihayatinya di pagi hari: ia

menghayati di siang hari penghayatan atau pencapaian

apapun yang ingin dihayatinya di siang hari; ia menghayati di

sore hari penghayatan atau pencapaian apapun yang ingin

dihayatinya di sore hari. Misalkan seorang raja atau seorang

menterinya memiliki baju yang penuh variasi warna di bagian

dadanya, ia mengenakan di pagi hari setelah pakaian apapun

yang ingin dikenakannya, mengenakan di sore hari setelah

pakaian apapun dikenakannya,, demikian juga, seorang

bhikkhu berkuasa atas pikirannya, ia tidak membiarkan pikiran

berkuasa atas dirinya. Pencapaian apapun yang ingin

dihayatinya di sore hari. Bhikkhu seperti ini yang akan

memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon Sala

Gosinga'.

10. Kemudian Bhikkhu Sariputta berkata kepada para bhikkhu

tersebut: "Para Avuso, kita semua telah berbicara sebagaimana

menurut kita masing-masing. Marilah kita menghadap Sang

Bhagava dan menceritakan hal ini. Bila Sang Bhagava

menjawab, marilah kitamenghayatinya

"Baiklah, sahabat", jawab mereka.

Kemudian mereka pergi menghadap sang Bhagava, setelah

memberikan penghorinatan kepada-Nya, mereka duduk di

582

Page 583: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tempat yang tersedia. Setelah itu, Bhikkhu Sariputta berkata

kepada sang Bhagava:

11. Bhante, Bhikkhu Revata dan Bhikkhu Ananda menemui saya

untuk mendengarkan Dhamma. Saya mehhat mereka

mendatangi, ketika saya melihat mereka, saya berkata kepada

Bhikkhu Ananda: "Datanglah Avuso Ananda, selamat datang

Avuso Ananda, pengiring Sang Bhagava yang selalu dekat

dengan Sang Bhagava. Avuso Ananda, Hutan pohon Sala

Gosinga sangat menyenangkan, malam disinari bulan, pohon-

pohon Sala semua bermekaran, dan semerbak wanginya

seakan-akan memancarkan aroma surgawi:bhikkhu yang

bagaimanakah yang akan memberikan penghargaan terhadap

Hutan pohon Sala Gosinga?'

Bhante, ketika hal ini dikatakan bhikkhu Ananda berkata

kepada saya:"Avuso Sariputta, seorang setelah belajar

banyak .... (seperti pada alinea 4) ... untuk lenyapnya

kecenderungan-kecenderungan (anusaya) laten. Bhikkhu

seperti ini yang akan memberikan penghargaan terhadap

Hutan pohon Sala Gosinga".

"Baik, baik Sariputta, Ananda mengatakan sebenamya

sebagaimana telah ia lakukan, karena ia telah belajar banyak

dan merangkum apa yang telah dipelajarinya: berupa dhamma

583

Page 584: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

yang indah di awalnya, pada pertengahannya dan pada

akhimya dengan pengertian dan ungkapan (yang benar),

sebagaimana dianjurkan dalam kehidupan luhur yang benar-

benar sempurna dan suci, dhamma semacam ini telah banyak

ia pelajari, diingat, dirangkum secara lisan, diperiksa dengan

pikiran, dan ditembusinya secara baik dengan pandangan

(benar): dan ia mengajarkan Dhamma kepada empat kelompok

manusia dengan kalimat-kalimat dan kata-kata yang lengkap

dan tidak diragukan lagi demi lenyapnya kecenderungan-

kecenderungan (anusaya) laten".

12. "Bhante, ketika hal ini dikatakan, saya berkata kepada bhikkhu

Revata:'Avuso Revata ... (seperti disebut di

atas)...bagaimanakah bhikkhu yang memberikan penghargaan

terhadap Hutan pohon sala Gosinga ?" Bhante, ketika hal itu

dikatakan," bhikkhu Revata berkata demikian kepada saya:

'Sariputta, dalain hal ini seorang bhikkhu yang sedang dalain

pengasingan diri ...(seperti pada alinea 5)... Bhikkhu semacam

ini akan membri penghargaan terhadap Hutan pohon Sala

Gosinga".

"Baik, baik Sariputta. Revata berbicara sebenarnya

sebagaimana telah ia lakukan, karena ia senang dalam

pengasingan diri, merasa senang dalam pengasingan diri,

584

Page 585: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mengabdikan dirinya terhadap ketenangan pikiran, tidak

melalaikan Jhana, diberkahi pandangan terang dan scorang

yang sering menetap ada pondok-pondok kosong.

13. "Bhante, ketika hal ini dikatakan saya berkata kepada Bhikkhu

Anuruddha : ... (seperti 'pada alinea 6) ... macam bikkhu

apakah yang memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon

Sala Gosinga ? Bhante, ketika hal itu dikatakan. Bhikkhu

Anuruddha berkata demikian kepada saya : "Sariputta, dalam

hal ini, seorang bhikkhu semacam ini akan memberikan

penghargaan terhadap Hotan pohon Sala Gosinga? "Bhante,

ketika hal itu dikatakan bhikkhu Anuruddha berkata demikian

kepada saya : "Sariputta, dalam hal ini, seorang bhikkhu

menyelidiki alam semesta ... (seperti pada alinea 6) ... Bikkhu

seperti ini yang akan memberikan penghargaan terhadap

Hutan pohon Sala Gosinga".

"Baik, baik Sariputta. Anuruddha berbicara sebenarnya

sebagaimana telah ia lakukan, karena Anuruddha menyelidiki

alam semesta dengan mata dewa (dibbackkhu)yang suci dan

melampaui kemampuan mata manusia biasa".

14. "Bhante, ketika hal ini dikatakan, saya berkata kepada bhikkhu

Maha Kassapa: 'Avuso Kassapa ... (seperti pada alinea 7) ...

Bagaimana bhikkhu yang memberikan penghargaan terhadap

585

Page 586: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Hutan pohon Sala Gosinga? 'Bhante, ketika hal itu dikatakan,

bhikkhu Maha Kassapa berkata demikian kepada saya:

Sariputta, dalam hal ini, seorang bhikkhu merupakan penghuni

hutan ... (seperti pada alinea 7) ... Bhikkhu seperti ini yang

akan memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon Sala

Gosinga". "Baik, baik Sariputta. Kassapa berbicara

sebenarnya bagaimana telah ia lakukan, karena Kassapa

sendiri merupakan penghuni hutan dan seorang yang

menghargai kediaman di hutan .... ia sempurna dalain

pengetahuan dan pandangan tentang pembebasan".

15. "Bhante, ketika hal ini dikatakan, saya berkata kepada bhikkhu

Maha Moggallana: 'Avuso Moggallana ... (seperi pada

alinea 8) ... bhikkhu yang memberikan penghargaan terhadap

Hutan pohon Sala Gosinga? "Bhante, ketika hal itu dikatakan,

bhikkhu Maha Moggallana berkata demikian kepada saya:

"Sariputta, dalam hal ini, dua orang bhikkhu yang terlibat

sebuah pembicaraan tentang Abhidhamma ... (seperti pada

alinea 8) ... Bhikkhu seperti ini yang akan memberikan

penghargaan terhadap Hutan pohon Sala Gosinga". "Baik, baik

Sariputta. Moggallana berbicara sebenamya sebagaimana

telah ia lakukan, karena Moggallana adalah seorang yang

membicarakan Dhamma".

586

Page 587: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

16. Ketika hal itu dikatakan. Bhikkhu Maha Moggallana berkata

kepada Sang Bhagava: "Bhante, kemudian saya berkata

kepada bhikkhu Sariputta: 'Avuso Sariputta ... (seperti pada

alinea 9) ... Bagaimana bhikkhu yang memberikan

penghargaan terhadap Hutan pohon Sala Gosinga?'

Bhante, ketika hal itu di katakan, bhikkhu Sariputta berkata

demikian kepada saya: 'Moggallana, dalam hal ini seorang

bhikkhu berkuasa atas pikirannya sendiri ... (seperti pada

alinea 9) ... bhikkhu seperti ini yang akan memberikan

penghargaan terhadap Hutan pohon Sala Gosinga. "Baik, baik

Moggallana.

"Baik, baik Moggallana. Sariputta berbicara sebenarnya

sebagaimana telah ia lakukan, karena Sariputta menguasai

pikirannya sendiri, ia tidak membiarkan pikirannya berkuasa

atas dirinya: ia menghayati di pagi hari; ia menghayati di siang

hari penghayatan atau pencapaian apapun yang ingin

dihayatinya di siang hari; ia menghayati di sore hari

panghayatan atau pencapaian apapun yang ingin dihayatinya

di sore hari'.

17. Ketika hal itu dikatakan. Bhikkhu Maha Moggallana berkata

kepada Sang Bhagava: "Siapakah yang telah berbicara dengan

baik?" "Sariputta, semua telah berbicara dengan baik, masing-

587

Page 588: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

masing dengan caranya sendiri-sendiri. Dengarlah juga dariku

bagaimana bhikkhu yang memberikan penghargaan terhadap

Hutan pohon Sala Gosinga: 'Sariputta, dalam hal ini, setelah

seorang bhikkhu kembali diri pindapata dan selesai makan, ia

duduk, melipat kakinya bersilangan,ia mengembangkan

perhatian (sati) dirinya dan bertekad bahwa'saya tidak akan

berhenti sampai pikiran saya terbebas dari noda-noda batin

(asaya) karena timbulnya pengetahuan (nana). 'Bhikkhu

seperti ini yang akan memberikan penghargaan terhadap

Hutan pohon Sala Gosinga".

Itulah apa yang dikatakan oleh Sang,Bhagava. para bhikkhu merasa

puas dan mereka berbahagia karena kata-kata Sang Bhagava.

MAHAGOPALAKA SUTTA

33

588

Page 589: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

1-- Demikianlah yang saya dengar.

Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana,

taman niilik Anathapindika, Savathi. Disana beliau menyapa

"Para Bhikkhu".

"Ya, bhante", jawab mereka. Selanjutnya Sang Bhagava

berkata:

2-- "Para Bhikkhu, jika seorang pengembala memiliki 11 faktor, dia

tidak mampu membesarkan dan memelihara ternaknya. Apa

yang dimaksud dengan 11 faktor? Disini seorang pengembala

tidak mempunyai pengetahuan, kemampuan untuk bertindak,

dia gagal memilih mana yang baik mana yang buruk, dia gagal

menutupi kekurangannya, dia gagal menghilangkan nafsunya,

dia tidak mengetahui ladang subur, dia tidak tahu apa yang

diterimanya, batinnya gelap, dia tidak mampu mengendalikan

pikirannya, dia tidak mempunyai persediaan karma yang baik,

sebagai seorang pengembala dia tidak bisa memberikan

perlindungan yang dibutuhkan".

3-- Begitu juga jika seorang bhikkhu memiliki 11 sifat, dia tidak

sanggup berkembang dan melaksanakan sempurna Dhamma

serta disiplin. Disini seorang bhikkhu tidak mempunyai

589

Page 590: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pengetahuan, kemampuan untuk bertindak, dia gagal memilih

mana yang baik dan mana yang buruk. Dia gagal menutupi

kekurangannya, dia gagal menghilangkan nafsunya, dia tidak

mengetahui ladang yang subur, dia tidak tahu apa yang

diterima, batin gelap, dia tidak mampu mengendalikan

pikirannya, dia tidak mempunyai persediaan karma baik,

sebagai seorang pengembala dia tidak bisa memberikan

perlindungan yang dibutuhkan ...

4-- Kenapa seorang bhikkhu tidak mempunyai pengetahuaan?

Seorang Bhikkhu tidak mengerti bentuk benda yang

sesungguhnya, "Semua jenis benda terdiri dari 4 unsur utama

dansemua bentuk di dapat dari 4 unsur utama". Inilah caranya

kenapa bhikkhu tidak mempunyai pengetahuan.

5-- Kenapa seorang bhikkhu tidak sanggup bertindak sendiri?

Seorang bhikkhu tidak mengerti apa itu karakter itu

sesungguhnya; orang yang bodoh dapat dilihat dari

tindakannya, orang yang bijaksana juga dapat dilihat dari

tindakannya.

6-- Kenapa seorang bhikkhu tidak dapat memilih mana yang baik

dan mana yang buruk? Ketika hawa nafsu muncul, seorang

bhikkhu tidak dapat mengendalikannya, ia tidak

melepaskannya, menghilangkannya, serta menghancurkannya.

590

Page 591: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Ketika mara yang mengganggu Dhamma muncul, seorang

bhikkhu melawannya, ia tidak melepaskannya,

menghilangkannya, serta menghancurkannya.

7-- Kenapa seorang bhikkhu tidak mampu menutupi

kekurangannya? dengan melihat sendiri, seorang bhikkhu

memahami tanda-tanda dan ciri-ciri dimana ia tidak menjaga

panca inderanya, mara yang mengganggu dhamma, iri hati

dan kesedihan mungkin menggodanya, ia tidak berlatih untuk

mengendalikan diri, ia tidak menjaga panca inderanya, dengan

telinganya, hidungnya, dan memahami dirinya sendiri ia

memahami tanda-tanda dan ciri-ciri ia menjalankan

pengendalian pikirannya.

8-- Kenapa seorang bhikkhu gagal menghilangkan nafsunya?

Disini seorang bhikkhu tidak mengajarkan orang lain tentang

dhammna secara terperinci seperti yang didengarnya dan

dikuasainya.

9-- Kenapa seorang bhikkhu tidak tahu ladang yang subur?

Kadang-kadang seorang bhikkhu tidak pergi karena bhikkhu-

bhikkhu itu harus banyak belajar seperti yang disebut dalam

kitab, mengingat dhamma, serta kode-kode, dan ia tidak

meminta dan bertanya mengenai hal-hal tersebut: Bhante,

bagaimana ini?

591

Page 592: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Apa artinya ini? Orang yang terhormat ini tidak

mengungkapkan apa yang harus diungkapkan, membuat

terang apa yang tidak terang, atau menghilangkan keraguan-

keraguannya tentang dhamma yang meragukan, itu mengapa

seorang bhikkhu tidak tahu ladang yang subur".

10-- Kenapa seorang bhikkhu tidak tahu apa yang diterimanya?

Ketika dhamma dan disiplin disebabkan oleh Tathagata sedang

diajarkan, seorang bhikkhu tidak mendapatkan pengalaman

tentang dhamma dia tidak menemukan kebahagiaan dalam

dhamma.

Itulah mengapa seorang bhikkhu tidak tahu apa yang

diterimanya.

11-- Kenapa seorang bhikkhu tidak tahu jalan yang benar? Seorang

bhikkhu tidak mengerti jalan yang benar.

12-- Kenapa seorang bhikkhu tidak dapat membimbing? Seorang

bhikkhu tidak mengerti kesadaran yang sebenarnya.

13-- Kenapa seorang bhikkhu tidak mempunyai apa-apa? Seorang

pemilik rumah mengundang seorang bhikkhu yang memakai

jubah, memberikan makanan, tempat untuk istirahat, dan obat-

obatan untuk menyembuhkan penyakit, dapat dipakai

sebanyak yang diinginkannya. Bhikkhu itu tidak tahu berapa

592

Page 593: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

banyak yang ia terima. Itulah mengapa bhikkhu tidak

mempunyai apa-apa.

14-- Kenapa seorang bhikkhu tidak membuat saran-saran kepada

bhikkhu yang lebih tua yang mempunyai pengetahuan banyak,

yang merupakan pemimpin Sangha ? Seorang bhikkhu tidak

bertahan dalam masyarakat dan pribadi bhikkhu-bhikkhu yang

lebih tua yang mempunyai cinta kasih dalam perkataan dan

pikirannya.

"Ketika seorang bhikkhu diberkati oleh 11 dhamma, ia tidak

sanggup tumbuh, menambah Dhamma ini dan disiplinnya.

15. Bhikkhu jika seorang gembala diberkati dengan 11 unsur, ia

sanggup memperbanyak dan menjaga ternaknya. Apa yang

dimaksud dengan 11 unsur seorang gembala mempunyai

pengetahuan, ia mampu membentuk kepribadiannya, ia dapat

memilih mana yang baik dan mana yang buruk, ia dapat

menutupi kekurangannya, ia dapat memadamkan nafsunya, ia

tahu ladang yang subur, ia tahu apa yang diterimanya, ia tahu

jalan yang benar, ia mempunyai kelebihan, dan ia memberikan

saran-saran kepada pembimbing yang juga merupakan

ayahnya.

593

Page 594: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

16. Begitu juga jika seorang bhikkhu diberkati dengan dhamma, ia

mampu berkembang menambah pengetahuannya tentang

dhamma dan disiplin.

Apa yang dimaksud dengan 11 dhamma itu ? di sini seorang

bhikkhu mempunyai kemampuan, ia mempunyai kepribadian,

ia dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk ia

dapat menutupi kekurangnnya, ia dapat memadamkan

nafsunya, ia tahu jalan yang benar, ia mempunyai kemampuan

untuk membimbing, sebagai seorang pembimbing ia

mempunyai pengetahuan yang cukup dan ia dapat

memberikan saran-saran kepada anggota-anggota sangha

yang lebih tua yang merupakan pembimbingnya.

17-- Bagaimana seorang bhikkhu mempunyai pengetahuan ? Di sini

seorang bhikkhu mengerti apa itu pengetahuan yang

sesungguhnya; semua bentuk benda terdiri dari 4 unsur utama

dan semua bentuk itu didapat dari 4 unsur utama.

18-- Bagaimana seorang bhikkhu mempunyai kepribadian ? Di sini

seorang bhikkhu mengerti apa itu kepribadian yang

sesungguhnya; seorang yang bodoh dapat dilihat dari

perbuatannya demikian pula dengan orang yang bijaksana.

594

Page 595: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

19-- Kenapa seorang bhikkhu dapat memilih mana yang baik dan

mana yang buruk ? Ketika nafsunya muncul ia dapat

melawannya, ketika dendam dan kebencian muncul ia dapat

menghilangkannya demikian pula ketika mara muncul ia dapat

melenyapkannya.

Bagaimana seorang bhikkhu dapat menutupi kekurangannya ?

Jika seorang bhikkhu tidak memahami bentuk-bentuk dan ciri-

ciri pandangan yang salah di mana ia tidak menjaga panca

inderanya, marah, iri hati dan kebencian akan menggodanya,

dia berlatih untuk mengendalikannya, dia menjaga panca

inderanya, dengan pendengarannya, dengan penciumannya,

dengan perasaannnya dengan memahami kenyataan yang

sebenarnya, dan kesadarannya akan dhamma ia dapat

menutupi kekurangannya.

Bagaimana seorang bhikkhu menghilangkan hawa nafsu ? Di

sini seorang bhikkhu mengajarkan dhamma secara terperinci

yang telah dipelajari dan dikuasainya.

Bagaimana seorang bhikkhu dapat mengetahui ladang yang

subur ? Di sini seorang bhikkhu kadang-kadang harus pergi ke

suatu tempat untuk belajar sebanyak-banyaknya seperti yang

dikatakan dalam kitab. Mengingat Dhamma, disiplin serta

tanda-tanda dan memberikan pertanyaan mengenai mereka

595

Page 596: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

sebagai berikut : "Bagaimana ini, yang mulia apa artinya

semua ini ? Orang yang terpuji itu mengungkapkan apa yang

tidak terungkap dan membuat jelas apa yang tidak jelas,

menghilangkan keraguan mengenai bermacarn-macam

dhamma". Bagaimana seorang bhikkhu tahu apa yang

diterimanya ? Di sini jika dhamma dan disiplin yang dibabarkan

oleh seorang Tathagata tengah diajari seorang bhikkhu

mendapatkan pengalamannya, mengenai dhamma dan ia

menemukan kebahagiaannya.

24-- Bagaimana seorang bhikkhu tahu akan jalan kebenaran ? Di

sini seorang bhikkhu mengerti 4 satipatthana yang

sesungguhnya

25-- Bagaimana seorang bhikkhu mampu membimbing umatnya?

Disini', seorang bhikkhu mengerti 4 satipatthana yang

sesungguhnya.

26-- Bagaimana seorang bhikkhu dapat mempunyai sesuatu ? Di

sini seorang pemilik rumah yang setia mengundangnya

makan, jubah serta tempat bernaung dan obat-obatan.

Bhikkhu itu tahu berapa banyak yang diterimanya.

27-- "Bagaimana seorang bhikkhu membuat saran kepada bhikkhu

tua yang mempunyai pengetahuan yang luas yang merupaka

596

Page 597: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pembimbingnya ? Di sini bhikkhu dapat mempertahankan

depan umum dan secara pribadi terhadap bhikkhu yang lebi

mempunyai cinta kasih yang tinggi baik dalam perkataann]

perbuatannya.

“… jika seorang bhikkhu diberkati 11 dhamma, dia mampu

tumbo menambah pengetahuannya dalam dhamma dan

disiplin " Itulah yang dikatakan oleh yang terhormat. Bhikkhu

ini memuaskan dan mereko ; sedang diberkati oleh kata-kata

yang bijaksana.

SUTTA CULAGOPALAKA

Pendahuluan

Seperti sutta 33, Sutta ini juga memperkenalkan kiasan

mengenai penggembala cakap/mampu/tangkap dan tidak cakap

tetapi mereka ini dipakai pada persoalan subyek yang berbeda.

Seorang penggembala (sapi) yang tidak cakap dibandingkan

dengan guru-guru agama yang tidak trampil didalam dunia ini

(karena mereka tidak tahu mengajar orang-orang hidup dengan

penuh kedamaian, begitu juga guru lainnya karena mereka memilik

597

Page 598: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kebahagiaan sendiri); dunia yang akan datang ( tidak mengetahui

tindakan apa yang dianjurkan untuk mencapai kelahiran kembali

yang baik, atau memegang pandangan penghancur lainnya yang

menyatakan tidak ada kehidupan berikutnya); yang menjadi milik

Mara (seluruh dunia diliputi oleh keinginan dan hawa nafsu,

sekalipun surga rasa keinginan atau buah atas dari keinginan itu

menjadi milik Mara); apa saja yang bukan milik Mara (adalah dunia

yang berupa atau tanpa rupa yang berada diluar jangkauan Mara;

dasar mereka bukan keinginan rasa melainkan Jhana); yang

menjadi milik Maut ( segala sesuatu yang berkondisi akan hancur,

berantakan, mati, dan sebagainya); apa saja yang bukan milik Maut

(keadaan tanpa kondisi, Nibbana, atau tanpa kematian). Seorang

guru yang tidak mengetahui cara membedakan hal-hal ini karena

benaknya masih bingung, akan membimbing pengikutnya menuju

ketidak-bahagiaan dan penderitaan. Sebaliknya seorang

penggembala yang trampil mengetahui semua dunia jadi dapat

membawa seluruh gembalaannya melintasi Sungai Gangga.

Gembala yang dibawanya melintasi sungai (pencemaran) termasuk

banteng (para Arahat), ternak yang kuat (Anagami - yang tidak

kembali kedunia), sapi-sapi muda (Sakadagami - yang lahir sekali

lagi) dan ternak yang lemah (Sotapanna - pelawan arus), dan anak

sapi lembut yang baru lahir (mereka yang mahir dalam Dhamma,

598

Page 599: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

penuh keyakinan dalam Dhamma). Sang Buddha menyatakan

bahwa dia adalah orang yang trampil dalam pengetahuan

mengenai hal-hal diatas dan sebab itu dialah yang dapat

membimbing pengikutnya menuju kesejahteraan dan kebahagiaan.

Sutta (34)

599

Page 600: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

CULA GOPALAKA SUTTA

( 34 )

1. Demikianlah telah saya dengar:

Pada suatu saat Sang Bhagava sedang tinggal di negeri

Vajjian di Ukkacela di tepi Sungai Gangga. Di sana Beliau

memanggil para bhikkhu demikian: "Para Bhikkhu".

"Yang mulia," mereka menjawab. Sang Bhagava berkata

sebagai berikut:

2. "Para bhikkhu, pernah ada seorang penggembala Nagadha

yang sejak lahir kurang mengerti dan di akhir bulan Musim

Hujan, di waktu Musim Gugur, ia mengabaikan untuk

memeriksa dekat pinggir Sungai Gangga atau di daerah pantai

seberang, ia menggembalakan ternaknya ke tempat yang tidak

ada arungan untuk diseberangi, untuk menuju pantai seberang

lainnya di negeri Videhan. Kemudian ternak itu berkumpul

bersama-sama di tengah arus dalam Sungai Gangga, dan

ternak-ternak itu mendapat bencana. Mengapa demikian?

Karena penggembala Magadha yang membawanya kurang

pengetahuan dan di waktu akhir bulan Musim Hujan, di Musim

Gugur, mengabaikan untuk memeriksa dekat pantai Sungai

600

Page 601: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Gangga atau pantai seberangnya, ia menggembalakan

ternaknya ke tempat tidak ada arungan untuk dilintasi menuju

pantai seberang lainnya di negeri Videhan."

3. "Begitu juga, bila para bhikkhu atau brahmana yang tidak

trampil dalam dunia ini dan dunia lainnya, tidak trampil yang

menjadi milik Mara dan apa yang bukan miliknya, dan tidak

trampil menjadi milik Maut dan apa yang bukan miliknya, hal

itu akan lama karena ketidak bahagiaan dan penderitaan dari

orang-orang (mereka) yang akan memahami penderitaan itu

karena cocok untuk didengar dan cocok untuk menaruh

kepercayaan di dalamnya.

4. "Para Bhikkhu, pernah ada seorang penggembala Magadha

yang sejak lahir mempunyai pengetahuan dan di akhir bulan

Musim Hujan, di akhir bulan Musim Hujan, di waktu Musim

Gugur, setelah memeriksa dekat pantai Sungai Gangga dan

pantai seberangnya, ia menggiring ternaknya ke tempat yang

ada arungan untuk diseberangi, untuk menuju pantai seberang

lainnya di negeri Videhan. Ia membuat si banteng, si bapak

dan pemimpin ternak itu menyeberang lebih dahulu, dan

mereka menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di

pantai seberang. Ia menjinakkan ternak yang kuat dan ternak

ini setelah dijinakkan melintas sungai berikutnya, dan ternak-

601

Page 602: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

ternak itu juga menyongsong arus Gangga dan tiba dengan

selamat di pantai berikut. Ia membuat ternak sapi yang muda

untuk menyeberangi berikutnya, dan ternak-ternak itu juga

menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai

seberang. Pernah ada seekor anak sapi yang lemah yang baru

lahir, dan masih menginginkan lenguhan induknya, ia juga

menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai

yang agak jauh. Mengapa bisa demikian? Karena penggembala

Magadha sejak lahir sudah berpengetahuan, dan di akhir bulan

Musim Hujan, di waktu Musim Gugur, setelah memeriksa dekat

pantai Sungai Gangga dan pantai seberang berikutnya, ia

menggembalakan ternaknya ke tempat yang ada arungan

untuk diseberangi menuju pantai lainnya di negeri Videhan."

5. Begitu juga, bila para bhikkhu atau brahmana trampil di dunia

ini dan dunia lainnya, trampil dalam apa yang menjadi milik

Mara dan apa yang bukan miliknya, trampil dalam apa yang

menjadi milik Sang Maut dan apa yang bukan miliknya,

kesejahteraan dan kebahagiaan akan lama lagi bagi orang-

orang yang akan memahami ajaran kebenaran sebagai hal

yang layak untuk didengar dan layak untuk dipercaya.

6. "Para bhikkhu. tepat seperti para banteng, para induk dan para

pemimpin ternak, yang menyongsong arus Gangga dan tiba

602

Page 603: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

dengan selamat di pantai seberang, begitu juga para bhikkhu

yang menjadi Arahat, yang tanpa noda, yang mengarungi

kehidupan ini, melakukan apa yang harus dilakukan,

meletakkan beban keduniawian, mencapai tujuan yang

tertinggi, menghancurkan belenggu manusia, dan melalui

pengetahuan akhir yang benar, terbebaskan dengan

menyongsong arus Mara, dan sudah tiba dengan selamat di

pantai seberang.

7. Tepat seperti ternak yang kuat dan ternak yang sudah

dijinakkan menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat

di pantai seberang, begitu juga, para bhikkhu yang telah

menghancurkan lima unsur belenggu yang akan lahir kembali

langsung di alam Anagami dan disana mencapai Nibbana tanpa

kembali ke dunia, juga akan menyongsong arus Sang Mara,

dan tiba dengan selamat di pantai seberang.

8. Tepat seperti sapi muda yang menyongsong arus Gangga dan

tiba dengan selamat di pantai seberang, begitu juga, para

bhikkhu yang dengan menghancurkan tiga unsur belenggu dan

dengan melemahkan hawa nafsu, kebencian dan khayalan

adalah Sakadagami (yang kembali sekali lagi ke dunia), juga

akan menyongsong arus Sang Mara, tiba dengan selamat di

pantai seberang.

603

Page 604: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

9. Tepat seperti anak sapi dan ternak yang lemah juga

menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai

seberang, begitu juga, para bhikkhu yang dengan

menghancurkan tiga belenggu adalah para Sotapanna, yang

harus kembali ke dunia tujuh kali, tidak lagi jatuh dalam

neraka, dengan kepastian menuju pencerahan yang sempurna,

juga akan, menyongsong arus Sang Mara, dan tiba dengan

selamat di pantai seberang.

10. Tepat seperti anak sapi yang lemah dan baru saja dilahirkan

yang masih membutuhkan lenguhan induknya, juga

menyongsong arus Gangga dan tiba dengan selamat di pantai

seberang, begitu juga, para bhikkhu yang mahir dalam

dhamma, penuh keyakinan dalam dhamma juga akan

menyongsong arus Sang Mara dan tiba dengan selamat di

pantai seberang.

11. Para bhikkhu, seorang Buddha trampil dalam dunia ini dan

dunia selanjutnya, trampil dalam apa yang menjadi milik Sang

Mara dan apa yang bukan miliknya, dan trampil dalam apa

yang menjadi milik Sang Maut dan apa yang bukan menjadi

miliknya. Orang-orang akan merasakan kesejahteraan dan

kebahagiaan bagi yang akan memahami ajaran Buddha

sebagai hal yang layak didengar dan layak untuk dipercayai."

604

Page 605: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

12. Inilah apa yang Sang Bhagava katakan. Tatkala Sang Bhagava

telah katakan hal itu, Sang Bhagava katakan lebih lanjut :

Alam ini dan alam selanjutnya kedua-duanya,

Telah dijelaskan dengan sempurna oleh Dia yang mengetahui,

Dan apa yang masih dalam cengkeraman Mara

Dan apa yang diluar cengkeraman Mara

Mengetahui secara langsung seluruh alam,

Yang telah sadar mengerti

Membuka Gerbang Keabadian, jalan menuju

Nibbana dapat dicapai dengan selamat;

Untuk menyongsong arus Mara (sekarang)

Dan menghapuskan, serta menghilangkan akarnya;

Kemudian berbahagialah, para bhikkhu, yang berjuang sekuat

tenaga

Dan pastikan tujuanmu ke tempat keselamatan berada.

605

Page 606: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

CULASACCAKA SUTTA

35

Demikianlah yang saya dengar.

1-- Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di

Kutagarasala, Mahvana, Vesali.

2-- Pada saat itu Saccaka Niganthaputta sedang tinggal di Vesali,

seorang pendebatan dan pembicara ulung, dianggap oleh

kebanyakan orang sebagai orang suci. Ia mengucapkan kata-

kata ini dihadapan suatu sidang di Vesali: 'Aku tidak melihat

petapa maupun brahmana, kepala dari sebuah sangha, kepala

dari suatu sekte, guru dari sebuah sekte, sekalipun apabila ia

mengaku sebagai seorang Arahat dan mencapai Penerangan

sempurna, yang tidak gemetar dan tergoyang serta menggigil

dan berkeringat di bawah ketiak mereka apabila sedang

terlibat dalam perdebatan dengan diriku. Bahkan apabila aku

sedang terlibat dalam perdebatan tanpa arti, perdebatan itu

606

Page 607: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

akan menggetarkan, menggoncangkan serta menggigilkan

mereka yang sedang terlibat dalam perdebatan dengan diriku.

Oleh karena itu apa yang harus saya katakan tentang manusia

itu .'

3-- Di pagi hari, Bhikku Assaji mengenakan jubah, mengambil

patta dan jubah luar (civara), lalu beliau pergi ke Vesali untuk

pindapata. Ketika Saccaka Niganthaputta sedang berjalan-

jalan dan mondar-mandir melakukan latihan (cankamana) di

Vesali, ia melihat bhikkhu Assaji mendatangi dikejauhan.

Ketika ia melihatnya, ia pergi menghampiri Assaji dan sesudah

penyambutan serta penghormatan dengannya, dan setelah

ucapan-ucapan saling menghormat telah selesai dilakukan, ia

berdiri di samping, kemudian Saccaka Niganthaputta berkata:

4-- "Bagaimana caranya Samana Gotama mendisiplinkan siswa

siswa, Guru Assaji; dan dengan cara bagaimana biasanya

Samana Gotama memberikan instruksi-instruksi kepada para

siswanya itu?"

"Ini adalah bagaimana Sang Bhagava itu mendisiplinkan siswa-

siswa Aggivessana; dan dengan cara demikian instruksi-

instruksi dari Sang Bhagava itu biasanya disampaikan kepada

para siswa: "Bhikkhu, bentuk itu adalah tidak kekal,

pencerapan adalah tidak kekal; bhikkhu, bentuk itu adalah

607

Page 608: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

bukan pribadi, perasaan itu adalah bukan pribadi,

bentukanbentukan adalah bukan pribadi, dhamma-dhamma itu

adalah semua bukan pribadi. "Itu adalah cara bagaimana Sang

Bhagava mendisiplinkan para siswa; itu adalah cara bagaimana

instruksi-instruksi dari Sang Bhagava disampaikan kepada para

siswa". 'Apabila ini adalah apa yang dikemukakan oleh

Samana Gotarna, ternyata kita mendengar tentang apa yang

salah. Sekarang, seandainya, pada suatu waktu atau waktu

lain, kita dapat bertemu dengan Guru Gotama, seandai kita

dapat mengadakan beberapa pembicaraan dengan beliau ?

Seandai kita dapat melenyapkan pandangan dari pada- Nya ?'

5. Kebetulan pada waktu itu lima ratus penduduk dari Licchavi

telah berkumpul bersama dalam suatu sidang di dalam

ruangan, untuk suatu urusan lain. Kemudian, Saccaka

Niganthaputta pergi menemui mereka dan berkata: "Marilah,

tuan-tuan dari Licchavi, marilah. Hari ini akan diadakan

pembicaraan antara saya dengan Samana Gotama. Apabila

Samana Gotama tetap mempertahankan pendapat Beliau

kepadaku seperti apa yang diucapkan oleh satu di antara

murid-murid terkenal Beliau, yaitu bhikkhu yang bernama

Assaji, maka dengan argumentasi aku akan menyeret Samana

Gotama, menyeret kesana kemari dan menyeret kesekeliling,

608

Page 609: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tepat seperti halnya seorang laki-laki perkasa menangkap

lembu jantan pada rambutnya dan menyeretnya ke sana

kemari, dan menyeret kesekelilingnya; demikian juga dengan

perdebatan akan menyeret Samana Gotama, menyeret ke

sana kemari, menyeret kesekeliling tepat seperti halnya

seorang pekerja pada pembuat arak yang melemparkan

saringan besar masuk kedalain tangki air yang dalain, dan

sambil memegangnya di kedua sudutnya, menyeretnya kian

kemari dan menyeretnya kesekeliling; maka dengan

perdebatan aku akan mengguncang Samana Gotama ke bawah

dan menggoncang-Nya naik serta menenggelamkannya, tepat

seperti halnya pegawai pembuat arak yang kuat memegang

tapisan di kedua sudutnya dan menggoncangnya kebawah dan

ke atas. Tepat sepeti halnya wajah berumur enain puluh tahun

mungkin akan turun masuk kedalam kolam dan

membenamkan badannya di dalam lumpur sebagaimana

mereka mandi dan berolah raga itu, demikian juga aku akan

berolah raga besar, aku berangan-angan, dalam pertnainan

memandikan Samana Gotama itu. Marilah, tuan-tuan dari

Licchavi, marilah. Hari ini akan terjadi tukar pembicaraan

antara diriku dengan Samana Gotama".

609

Page 610: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

6. Oleh karena itu beberapa orang dari Licchavi berkata: 'Apakah

sekarang Samana Gotama akan menyangkal pendapat dari

Saccaka, anak lelaki dari Nigantha; atau apakah yang akan

menyangkal pendapat dari Samana Gotama itu ? 'Dan

beberapa orang Licchavi berkata: 'Bagaimanakah Saccaka

anak dari Nigantha akan menyangkal pendapat dari Sang

Bhagava; sebaliknya, Sang Bhagava malah akan menyangkal

pendapat dari Saccaka Niganthaputta'. Kemudian Saccaka

Niganthaputta pergilah bersama-sama dengan lima ratus orang

Licchavi ke Kutagarasala, MahaVana.

7. Pada saat itu beberapa bhikkhu sedang berjalan mondar-

mandir di tempat terbuka. Kemudian Saccaka Niganthaputta

pergi menghampiri mereka dan bertanya: "Dimanakah Guru

Gotama sekarang berada, Kita ingin melihat Guru Gotama".

'Aggivessana, Sang Bhagava telah pergi ke Mahavana, beliau

sedang duduk di bawah pohon untuk istirahat tengah hari.

8-- Kemudian Saccaka Niganthaputta pergi bersama-sarna dengan

banyak pengikut dari kaum Licchavi menuju hutan besar ke

tempat di mana Sang Bhagava berada dan saling memberikan

salam penghormatan dengan beliau, dan setelah melakukan

pembicaraan permulaan yang lemah lembut, ia duduklah pada

satu sisi. Dan beberapa kaum Licchavi memberikan horinat

610

Page 611: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kepada Sang Bhagava dan duduklah pada satu sisi; beberapa

saling memberi salam, dan setelah semua

pembicaraanpembicaraan permulaan serta lemah lembut itu

selesai dilakukan, mereka duduklah di satu sisi; beberapa dari

mereka menyebutkan nama-nama mereka serta suku-sukunya

dihadapan Sang Bhagava dan duduklah di satu sisi; beberapa

tinggal diam saja dan duduklah di satu sisi.

9-- Ketika Saccaka Niganthaputta telah duduk, ia berkata kepada

Sang Bhagava: 'saya ingin menanyakan kep'ada Guru Gotama

tentang suatu masalah, apabila Guru Gotama sudi memberikan

jawaban atas pertanyaan itu kepadaku ? 'Tanyakanlah tentang

apa yang kau inginkan, Aggivessana'. 'Bagaimana cara Guru

Gotama mendisiplinkan (membimbing para siswa; dan dalam

cara bagaimanakah instruksi Guru Gotama itu biasanya

diberikan di antara siswa?'.

'Ini adalah bagaimana cara aku mendisiplinkan siswa-siswa

Aggivessana; dan ini adalah cara instruksi-instruksi saya

biasanya disampaikan kepada para siswa: bentuk adalah tidak

kekal, perasaan adalah tidak kekal, pencerapan adalah tidak

kekal, bentuk-bentuk adalah bukan pribadi, dhamma-dhamma

adalah semuanya bukan pribadi, adalah cara bagaimana aku

611

Page 612: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mendisiplinkan siswa-siswa; dan itu adalah cara dalam mana

instruksi biasanya disampaikan kepada para siswa'.

10-- 'Satu persamaan terjadi kepadaku, Guru Gotama'.

'Aggivessana, biarkanlah itu terjadi kepadamu, kata Sang

Bhagava. 'Tepat seperti halnya bibit-bibit serta tanaman-

tanaman, apapun jenisnya, telah mencapai tingkat

pertumbuhan, semuanya itu tergantung pada tanah,

didasarkan pada tanah; dan tempat seperti apabila jenis-jenis

perbedaan harus dibedakan oleh yang kuat, semuanya itu

dikerjakan bergantung pada tanah, berdasarkan atas tanah

demikian juga, Guru Gotama., seseorang memiliki bentuk

sebagai pribadi, ia menghasilkan jasa berdasarkan

pencerapannya. Ia mempunyai bentuk-bentuk pikiran sebagai

pribadi, ia membuat jasa atau menentang jasa adalah

berdasarkan bentuk. Ia mempunyai perasaan sebagai pribadi,

ia membuat atau tidak membuat jasa berdasarkan perasaan. Ia

mempunyai daya pencapain sebagai pribadi, ia menghasilkan

jasa berdasarkan pencerapannya, Ia mempunyai bentuk-

bentuk Pikiran sebagai pribadi, ia menghasikan atau

didasarkan atas bentuk-bentuk pikiran tidak menghasilkan

jasa-jasa pribadi. Ia menghasilkan atau tidak itu. Ia memiliki

612

Page 613: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

kesadaran sebagai pribadi menghasilkan jasa-jasa berdasarkan

atas kesadaran'.

11—“Aggivessana, apakah kamu tidak mengemukakan sebagai

berikut: jasmani adalah diri pribadiku, perasaan adalah diri

pribadi. Pencerapan adalah diri pribadi, bentuk-bentuk pikiran

adalah diri pribadi, kesadaran adalah diri pribadi?

Demikianlah halnya pendapatkau. Guru Gotama: Bentuk

adalah diri pribadiku, perasaan adalah diri pribdiku, bentuk-

bentuk pikiran adalah diri pribadiku, kesadaran adalah diri

pribadiku.

Dan demikian juga halnya adalah pendapat sebagian besar

dari orang-orang itu’

‘Apakah hubungan keadaan yang besar itu denga dirimu,

Aggivessana? Silahkan batasi saja hingga ke pendapatmu itu’.

Kalau begitu Guru Gotama, pendapat saya adalah demikian

bentuk adalah pribadiku, perasaan adalah pribadiku,

pencerapan adalah pribadiku, bentuk-bentuk pikiran adalah

pribadiku, kesadaran adalah pribadiku.

12-- 'Aggivessana, dalam hal ini. Saya akan mengajukan

pertanyaan kepadamu sebagai giliran. Jawablah sebagaimana

kamu sukai.

613

Page 614: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Aggivessana, bagaimana kamu meyakini ini, apakah seorang

raja mulia kesatria yang mempunyai kekuasaan di dalam

tangannya sendiri untuk mengeksekusi hukuman kepada

mereka Yang harus dihukum, mendenda mereka yang harus

didenda, mengucilkan mereka yang harus dikucilkan, umpama

saja , Raja Pasenadi dari Kosala, atau Raja Ajatasattu dari

Maghada.

'Guru Gotama seorang raja mulia kesatria mempunyai

kekuasaan untuk dihukum, mendenda melakukan hukuman

terhadap mereka yang harus harus dikucilkan, mereka Yang

harus didenda, mengucilkan mereka yang at ini serta seperti

umpama. Raja Pasenadi dari Kosala atau Raja Aiatasattu

Vedhiputta dari Magadha. Sebab sekalipun masyarak

masyarakat seperti kaum vaji dan Malla, mereka mempunyai

kekuasaan mereka sendiri untuk menghukum mereka yang

harus dihukum, mendenda mereka yang harus didenda,

mengucilkan atau memencilkan mereka yang harus

dipencilkan. Oleh sebab itu makin banyak raja mulia kesatria

seperti Raja Pasenadi dari Kosala atau Raja Ajasattu Vedhiputta

dari Magadha. Ia akan meniilikinya. Guru Gotama, dan ia

patut untuk memilikinya (kekuasaan itu)'.

614

Page 615: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

13-- 'Bagaimana kamu menerima diakalmu hal ini Aggivessana:

ketika kamu mengatakan demikian: jasmani adalah diri

pribadiku, apakah kamu memiliki kekuasaan seperti itu

terhadap jasmanimu seperti: "Biarkan jasmani seperti ini;

biarkan jasmani tidak seperti itu?"

Ketika hal ini dikatakan. Saccaka Niganthaputta diain saja.

Untuk kedua kalinya Sang Bhagava berkata kepadanya:

'Bagaimana kamu menerima diakalmu hal ini. Aggivessana,

ketika mengatakan demikian: "Jasmani adalah diri pribadiku",

apakah kamu mempunyai semacam kekuasaan terhadap

jasmanimu seperti: "Biarkan jasmaniku sebagai demikian;

biarkan jasmani tidak seperti itu?".

Untuk kedua kalinya Saccaka Niganthaputta tetap berdiam

saja. Kemudian Sang Bhagava berkata kepadanya:

'Aggivessana, jawablah sekarang. Sekarang adalah bukan

waktunya lagi untuk berdiam. Apabila seseorang tidak

menjawab ketika ditanya tentang Dhamma hingga sainpai

ketiga kalinya oleh Sang Tathagata, kepalanya akan terbelah

tujuh bagian pada waktu itu juga'.

14-- Pada saat itu dewa Vajirapani (dewa halilintar) dengan

membawa vajra (vajira) di kepalanya, yang terbakar, menyala,

bersinar-sinar muncul diangkasa di atas Saccaka Niganthaputta

615

Page 616: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

(sambil berpikir): 'Apabila Saccaka Niganthaputta ini tidak

menjawab ketika ditanya menurut Dhamma hingga ketiga

kalinya, aku akan membelah kepalanya menjadi tujuh bagian

sekarang juga'. Sang Bhagava melihat dewa Vajirapani dengan

perilakunya itu, juga Saccaka Niganthaputta. Ketika itu

Saccaka Niganthaputta menjadi iakut, menjadi panik dan

rambutnya berdiri, sambil mencari Sang Tathagata sebagai

tempat berteduh, tempat suaka serta tempat berlindung, ia

berkata: 'Tanyakanlah aku, Guru Gotama, aku akan menjawab'.

15. 'Aggivessana, bagaimana pendapatmu, ketika kamu berkata:

"Jasmani adalah pribadiku", apakah kamu mempunyai

kekuasaan terhadap j asmani, sehingga umpamanya kainu

dapat memerintahkan: "Biarkanlah jasmaniku menjadi seperti

ini, semogajasmaniku tidak menjadi seperti itu?". "Tidak. Guru

Gotama".

16. 'Perhatikanlah. Aggivessana, perhatikan bila menjawab. Apa

yang kamu katakan sebelumnya tidaklah sama dengan apa

yang kamu katakan sesudahnya, atau apa yang kamu katakan

sesudah itu adalah tidak sama dengan sebelumnya.

Bagaimana kamu menerimanya dengan akalmu tentang hal ini.

Aggivessana, ketika kamu mengatakan demikian: "Perasaan

adalah pribadiku".

616

Page 617: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Apakah kamu mempunyai semacam kekuasaan terhadap

perasaan itu seperti: "Biarkanlah perasaanku menjadi

demikian; biarkanlah perasaanku tidak menjadi demikian?".

"Tidak, Guru Gotama".

17. Perhatikanlah,Aggivessana,perhatikanterhadap apa yang kamu

jawab. Apa yang kamu katakan sebelumnya tidaklah sama

dengan apa yang kamu katakan sesudahnya, atau apa yang

kamu katakan sesudahnya tidaklah sama dengan yang

sebelumnya. Bagaimana kamu menanggapi dengan akalmu

hal ini, Aggivessana, apabila kamu mengatakan "Pencerapan

adalah pribadiku", apakah kamu mempunyai semacam

kekuasaan terhadap pencerapanmu sehingga kamu dapat

mengatakan: "Biarkan pencerapanku menjadi demikian;

biarkan pencerapanku tidak menjadi demikian?". "Tidak, Guru

Gotama".

18. 'Perhatikanlah, Aggivessana, perhatikan terhadap apa yang

kau jawab itu. Apa yang kamu katakan sebelumnya tidaklah

sama dengan apa yang kamu katakan sesudahnya, atau apa

yang dikatakan sesudahnya tidaklah sama dengan

sebelumnya. Bagaimana kamu menanggapinya dengan

akalmu, Aggivessana. Ketika kamu mengatakan demikian:

"Bentuk-bentuk Pikiran adalah pribadiku", apakah kamu

617

Page 618: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mempunyai semacam: kekuasaan terhadap bentuk-bentuk

pikiran itu sehingga dapatberkata: "Biarkan bentuk-bentuk

Pikiranku menjadi demikian: biarkanlah bentuk-bentuk

pikiranku tidak menjadi demikian?". "Tidak, Guru Gotama".

19. 'Perhatikanlah, Aggivessana, perhatikan tentang apa yang

kamu jawab. Apa yang kamu katakan sebelumnya adalah tidak

sarna dengan apa yang kamu katakan sesudahnya, atau apa

yang kaniu katakan sesudahnya adalah tidak sama dengan

yang sebelumnya Bagaimana kamu menanggapinya dengan

akalmu, Aggivessana, ketika kamu mengatakan "Kesadaran

adalah pribadiku", apakah kamu mempunyai semacam

kekuasaan terhadap kesadaran itu sehingga dapat berkata:

"Biarkanlah kesadaranku menjadi demikian; biarkanlah

kesadaranku tidak menjadi demikian!?". "Tidak, Guru

Gotama".

20. 'Perhatikanlah, Aggivessana, perhatikan terhadap bagaimana

kamu menjawabnya. Apa yang kamu katakan sebelumnya

adalah tidak sarna dengan yang kamu katakan sesudahnya;

atau apa yang dikatakan sesudahnya tidak sama dengan

sebelumnya. Bagaimana kamu menanggapinya dengan

akalmu, Aggivessana,apakah jasmani itu kekal atau tidak

kekal?".

618

Page 619: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Tidak kekal, Guru Gotama'.

'Sekarang, apa yang tidak kekal itu tidak menyenangkan, atau

menyenangkan?'.

'Tidak menyenangkan, Guru Gotama 'Sekarang, apa yang tidak

kekal, tidak menyenangkan dan patut terkena hukuman

perubahan, cocok untuk dianggap sebagai: "Ini adalah milikku,

ini adalah aku, ini adalah pribadiku?'

"Tidak, Guru Gotama".

21-- 'Bagaimana kamu menanggapinya dengan akalmu hal

Aggivessana, apakah perasaan itu kekal atau tidak kekal ?

22-- 'Bagaimana kamu menanggapinya dengan akalmu hal ini.

Aggivessana, apakah bentuk pikiran itu kekal atau tidak kekal?'

23. 'Bagaimana kamu menanggapinya dengan akalmu.

Aggivessana, hal ini apakah pencerapan itu kekal atau tidak

kekal?'

24. 'Bagaimana kamu menanggapinya dengan akalmu.

Aggivessana, hal ini, apakah kesadaran itu kekal atau tidak

kekal?'

'Tidak, Guru Gotama'.

619

Page 620: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

'Sekarang, apa yang tidak kekal, tidak menyenangkan dan

patut terkena hukum perubahan, cocok untuk disebut sebagai:

"Ini adalah kepunyaanku, ini adalah aku, ini adalah diri

pribadiku?"

"Tidak, Guru Gotama'.

25. "Bagaimana kamu menanggapi dengan akalmu hal ini.

Aggivessana, apabila seseorang melekat pada penderitaan,

memberikan tempat pada penderitaan, menerima penderitaan,

selalu memandang penderitaan "Ini adalah milikku, ini adalah

aku, ini adalah diriku pribadi". Apakah ia sendiri pemah

sepenuhnya mengerti penderitaan atau selalu berpandangan

dengan penderitaan dapat melenyapkannya?.

'Mengapa harus ia, Guru Gotama? Tidak, Guru Gotama'.

Bagaimana kamu menanggapi dengan akalmu hal ini.

Aggivessana, demikian, kau tidak melekat pada bahwa dengan

menjadikannya penderitaan, kamu tidak selalu memandang

pendertiaan sebagai: "Ini kepunyaanku, ini adalah aku, ini

adalah diri pribadiku?".

'Mengapa tidak,'Guru Gotama? Ya, Guru Gotama'.

26. 'Hal ini adalah bagaikan seseorang memerlukan kaku/keras

hati mencari kayu hati, berkelana mencari kayu hati,

620

Page 621: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mengambil kapak tajwn dan pergiiah ke dalam hutan; dan di

sana ia melihat batang pohon tunggal, lurus, muda, tanpa ada

pucuk buah. Kemudian ia memotong akarnya, ia memotong

mahkotanya, dan setelah memotong mahkotanya ia membuka

gulungan pelepah daun; tetapi ketika ia sedang membuka

gulungan pelepah daun itu ia tidak pemah sampai kepada

sesuatu getah kayu, belum lagi kayu kerasnya. Demikian juga

Aggivessana, ketika pendapatmu sendiri kamu ditekan dan

ditanya kembali olehku tentang itu, kamu adalah kosong,

lowong dan dalam keadaan salah. Tetapi kata-katamu itu

diucapkan dihadapan sidang ini: "Aku tidak melihat Samana

atau orang suci, kepala Sangha. Kepala Sekte, Guru dari suatu

suku, sekalipun apabila ia mengatakan bahwa dirinya adalah

Arahat dan ber Penerangan Sempurna, tidak bakal bergetar

dan bergoncang serta berkeringat diketiaknya apabila terlibat

dalam perdebatan dengan aku. Sekalipun apabila aku terlibat

dalam perdebatan yang tidak bermakna, ia akan bergetar,

gemetar dan beegoncang, oleh karena itu apa yang akan aku

katakan tentang makhluk hidup itu?". Sekarang terdapatlah

butiran-butiran keringat itu telah membasahi sekujur jubah

atasmu dan menetes ke tanah, tetapi sekarang tidak terdapat

keringat pada tubuhku’. Sang Bhagava membuka tutup dari

621

Page 622: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

tubuh Beliau yang berwarna kuning kemas-emasan di hadapan

para sidang. Ketika hal ini telah dikatakan, Saccakka

Nighantaputta diam saja, penuh cemas, dengan pundaknya

menurun ke bawah sedangkan kepalanya tunduk, bermuram

durja serta tidak dapat mengatakan apa-apa.

27. Kemudian Dummukha Licchaviputta, karena melihat

Niganthaputta menjadi demikian keadaannya, ia berkata

kepada Sang Bhagava demikian: 'Satu persamaan terjadi

padaku,

Guru Gotaina'.

'Terjadi kepadamu, Dummukha'.

'Bhante, seandainya tidak jauh dari desa atau kota terdapatlah

sebuah kolam yang berisi kepiting didalaminya, Kemudian

banyak anak laki-laki serta perempuan pergi dari kota atau

desa menuju ke kolam itu, mereka masuk ke dalam kolam

serta mengambil kepiting-kepiting itu dan meletakkan mereka

di tanah. Apabila kepiting itu merenggangkan kakinya, mereka

memotong kaki itu, memutusnya, menghancurkannya dengan

tongkat dan batu-batu, sedemikian sehingga mereka tidak

dapat kembali lagi ke kolam. Begitu pula halnya, semua

penyimpangan Saccaka Niganthaputta, paradox-paradox?

622

Page 623: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

lawan azas, dan ejekan-ejekan telah diputus, dihancurkan serta

dipotong oleh Sang Bbagava, sekarang ia tidak dapat lagi

mendekati Sang Bhagava, sebagai tujuan dari kata-katanya'.

28. Ketika hal itu diucapkan, Saccaka Niganthaputta berkata

kepadanya: 'Tunggu, Dummukkha, tunggu. Kami tidak

berurusan dengan kamu, di sini kami berurusan dengan Guru

Gotama'. (kemudian ia berkata): 'Biarkanlah pembicaraan kita

diteruskan. Guru Gotama, seperti dari banyak Samana dan

Orang Mulia yang terdiri dari banyak kata-kata itu, demikian

yang aku kira.

Tetapi bagaimana cara siswa dari Guru Gotaina melaksanakan

perintah, memberi tanggapan terhadap nasehat, mengatasi

segala ketidakpastian, kehilangan keragu-raguannya,

memenangkan keberanian dan menjadi tidak tergantung dari

orang-orang lain di dalam arnanat Guru itu?'.

'Aggivessana, disini segala macam bentuk apapun, apakah

diwaktu yang lampau, yang akan datang atau sekarang, di

dalam diri sendiri atau luar, kasar maupun lembut, inferer atau

superier, jauh maupun dekat seorang siswaku melihat dengan

pengertian semua bentuk seperti apa keadaan sebenarnya

sebagai berikut: "Ini adalah bukan milikku, ini bukan diriku, ini

adalah bukan aku sendiri". Setiapjenis perasaan apapun setiap

623

Page 624: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

jenis pencerapan apapun setiap jenis bentukan apapun setiap

jenis kesadaran apapun ... apakah ia berasal dari waktu

lampau, yang akan datang atau sekarang di dalam diri sendiri

atau di luar, kasar atau lembut, inferior atau superior, jauh

atau dekat seorang siswa dariku melihat dengan pengertian

benar semua kesadaran sebagaimana keadaan sebenamya

sebagai berkut: "Ini adalah bukan milikku, ini adalah bukan

aku, ini adalah bukan pribadiku". Ini adalah bagaimana

seorang siswa dariku melaksanakan amanat, memberi

tanggapan terhadap nasehat, mengatasi segala ketidak

pastian, kehilangan keragu-raguannya, memenangkan

keberanian dan menjadi bebas atau tidak bergantung kepada

6rang-orang lain di dalain wnanat Sang Guru'.

29. 'Samana Gotama, bagaimana seorang bhikkhu bisa menjadi

Arahat, dengan noda-noda telah terkikis habis, yang telah

menjalani hidup, melakukan apa yang harus dilakukan,

melepas beban, mencapai tujuan tertinggi, menghancurkan

penggoda-penggoda dari makhluk, dan yang melalui

pengertian akhir yang benar yang dibebaskan?'. Aggivessana,

disini setiap jenis bentuk apapun, apakah dari waktu yang

lampau, yang akan datang atau sekarang, di dalam diri sendiri

atau di luar, kasar maupun halus, inferier maupun superier,

624

Page 625: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

jauh maupun dekat, seorang bhikkhu melihat dengan

pengertian benar segala macam bentuk sebagaimana mereka

sebenarnya sebagai berikut: "Ini adalah bukan milikku, ini

adalah bukan aku, ini adalah bukan pribadiku", dan dengan

melalui tidak melekat pada mereka maka ia menjadi terbebas.

Setiap jenis perasaan apapun

Setiap jenis kesadaran apapun

Setiap jenis persepsi pencerapan apapun Setiap jenis bentuk

apapun

Setiapjenis kesadaran apapun, baik di waktu yang lampau,

akan datanc, maupun sekarang, di dalam diri sendiri atau di

luar, kasar atau lembut", inferier atau superier, jauh atau

dekat, seorang. bhikkhu melihat mereka dengan pengertian

benar semua kesadaran sebagaimana mereka sebenamya

sebagai berikut: "Ini adalah bukan milikku, ini adalah bukan

aku, ini adalah bukan pribadiku", dan dengan melalui jalan

tidak melekat kepada mereka maka ia telah terbebas. Itu

adalah bagaimana seorang bhikkhu menjadi Arahat, dengan

noda-noda terkikis habis, yang telah menjalani hidup,

melakukan apa yang harus dilakukan, menyingkirkan beban,

mencapai tujuan tertinggi, menghancurkan penggoda-

625

Page 626: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

penggoda makhluk, dan melalui pengetahuan akhir yang benar

telah terbebaskan.

30. 'Apabila pikiran dari sang bhikkhu telah terbebaskan

sedemikian itu, ia memiliki tiga buah keadaan yang tidak dapat

dilampaui atau dilewati; pandangan atau penglihatan yang

tidak dapat dilampaui atau dilewati, tidak dapat dilewati dalam

melaksanakan atau mempraktekkan sang jalan dan tidak dapat

dilewati dalam pembebasan atau pelepasan. Apabila seorang

bhikkhu telah dibebaskan sedemikian, ia hanya menghormat,

memandang tinggi, memuja-muja, memuliakan hanya Sang

Tathagata saja. Sang Bhagava telah mencapai Penerangan

Sempuma itu. Sang Bhagava adalah tenang dan Beliau

mengajar Dhamma dengan ketenangan. Sang Bhagava telah

menyeberang dan Beliau mengaj'ar Dhamma dengan

menyeberang itu. Sang Bhagava telah mencapai Nibbhana

dan Beliau mengajar Dh-amma dengan telah mencapainya

Nibbhana itu'.

31. Ketika kata-kata ini telah diucapkan, Saccaka Niganthaputta

menjawab: "Samana Gotama, kami adalah berani dan maju

dalam memahami Sainana Gotama untuk diserang dengan

perdebatan. Seseorang harus menjadi demikian sehingga ia

dapat dengan kebebasan dari hukumanmenyerang gajah gila,

626

Page 627: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

namun begitu ia tidak dapat menyerang Samana Gotama

dengan kebebasan dari hukuman itu. Seseorang mungkin

dapat dengan kebebasan dari hukuman suatu nyala kobaran

api yang besar, namun begitu ia tidak dapat menyerang

Samana Gotama dengan kebebasan dari hukuman itu.

Seseorang bisa menjadi demikian sehingga ia dapat dengan

kebebasan dari hukuman menyerang ular berbisa, namun

begitu ia tidak dapat menyerang Samana Gotama dengan

kebebasan hukuman itu. Kami sangat berani dan maju dalam

memahami Sainana Gotama untuk menyerangnya dengan

perdebatan itu.

32. 'Biarlah Sang Tath,agata bersama-sama dengan bhikkhu

Sangha, menerima makanan besok dariku. 'Sang Bhagava

menerima undangan itu dengan berdiam diri'.

33. Kemudian setelah ia mengetahui bahwa Sang Bhagava

menerima undangannya itu, ia menyampaikan pesan kepada

kaum Licchavi: 'dengarlah daku, kaum Licchavi. Samana

Gotama bersama dengan bhikkhu sangha telah saya undang

untuk menghadiri makan besok pagi. Kamu boleh membawa

kepadaku apa saja yang kainu pikir pantas bagi Beliau'.

34. Kemudian ketika nialam telah berakhir kaum Licchavi

membawa lima ratus hidangan upacara terdiri dari nasi, susu

627

Page 628: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

sebagai hadiah makanan. Saccaka Niganthaputta mempunyai

makanan-makanan enak berbagai macam yang dipersiapkan

dirumahnya sendiri, dan ia te,lah mengumumkan waktunya

bagi Sang Bhagava:

'Waktunya telah tiba Samana Gotaina, hidangan makan telah

siap'.

35. Kemudian, pada pagi harinya, Sang Bhagava mengenakan

jubah, dan dengan membawa mangkok sertajubah luar, beliau

pergi bersama-sama dengan Bhikkhu Sangha ke rumah

Saccaka Niganthaputta dan duduk di atas tempat duduk yang

telah dipersiapkan. Kemudian, dengan tangannya sendiri,

Saccaka anak lelaki dari Nigantha melayani serta memuasi

Sangha dari para Bhikkhu yang dikepalai oleh Sang Bhagava,

dengan berbagai jenis makanan. Kemudian ketika Sang

Bhagava telah selesai makan dan tidak lain memegangi

mangkok-Nya, Saccaka Niganthaputta duduk ditempat yang

bawah dan duduklah pada satu. Ketika ia telah berbuat hal itu,

ia berkata kepada Sang Buddha:

"Guru Gotama, apapunjasa dan (diharapkan diwaktu yang akan

datang) kebesaran dikarenakanjasa dalain (ini) melakukan

pemberian sedekah, semoga bisa menjadi kebahagiaan bagi

sipemberi". 'Aggivessana, jasa dan kebesaran yang

628

Page 629: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

diharapkan karenajasa semacam itu yang muncul disebabkan

karena memberikan dana cocok bagi pemberian-pemberian

dalam cara yang kamu lakukan, (kamu tanpa) tiada adanya

nafsu, tanpa kebencian, dan tanpa adanya khayalan, akan

menjadi pahala bagi sipemberi; tetapi pemberian semacam

yang datangnya dari (memberikan kepada) seorang yang

cocok bagi pemberian-pemberian dalam cara seperti Aku, (aku

yang) tanpa nafsu, tanpa kebencian dan tanpa khayal, akan

menjadi milikmu (yang telah memberikan pemberian

kepadaku)'.

SABBASAVA SUTTA

(2)

1-- Demikianlah saya dengar:

Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama

milik Anathapindika, Savathi. Di sana Beliau menyapa para

bhikkhu:

629

Page 630: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Para bhikkhu".

"Ya, Bhante", jawab mereka.

2-- Selanjutnya Sang Bhagava berkata sebagai berikut:

"Para bhikkhu, saya akan menerangkan kepada kamu sekalian

tentang 'cara mengendalikan' (samvarapariyaya) 'semua

kotoran batin' (sabbasava), maka dengar dan perhatikan

baik-baik apa yang akan saya katakan."

"Baiklah, Bhante", jawab para bhikkhu menyetujuinya.

3-- Lalu Sang Bhagava berkata:

"Para bhikkhu, Saya nyatakan bahwa 'kotoran batin' (asava)

itu akan lenyap pada diri seseorang yang mengerti dan

melihat, bukan pada diri seseorang yang tidak mengerti dan

tidak melihat.

Apakah yang dimengerti dan dilihat untuk melenyapkan

kotoran batin itu? Yaitu adalah perhatian benar (yoniso

manasikara) dan perhatian tidak benar (ayoniso

manasikara)”.

“Bila seorang berperhatian tidak benar, maka kotoran batin

yang belum muncul, menjadi muncul; di samping itu kotoran

630

Page 631: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

batin (yang tidak benar) dan yang telah muncul akan lebih

berkembang. Sedangkan, bila seseorang berperhatian benar,

maka kotoran batin (yang tidak benar) dan yang telah muncul

akan dilenyapkan”.

4-- Para bhikkhu ada kotoran batin yang, ditinggalkan

(pahatabba) dengan 'penglihatan' (dassana). Ada kotoran

batin yang dapat dilenyapkan dengan 'pengendalian diri'

(samvara). Ada kotoran batin yang dapat dilenyapkan dengan

'penggunaan' (patisevana). Ada kotoran batin yang dapat

dilenyapkan dengan 'penahanan' (adhisevana). Ada kotoran

batin yang dapat dilenyapkan dengan 'penghindaran'

(parivajjana). Ada kotoran batin yang dapat dilenyapkan

dengan ‘penghapusan' (vinodana). Juga ada kotoran batin

yang dapat dilenyapkan dengan 'pengembangan' (bhavana)

batin.

5-- Para bhikkhu, apakah kotoran batin dapat dilenyapkan dengan

penglihatan?

Para bhikkhu, dalam hal ini, seorang awam (puthujjana) yang

tidak mempedulikan para ariya, tidak terlatih dan tidak disiplin

dalam ariyadhamma, tidak mengerti ariyadhamma yang

631

Page 632: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

pantas diperhatikan dan dhamma apa yang tidak pantas

diperhatikan. Karena bersikap seperti itu, ia memperhatikan

dhamma yang tidak pantas diperhatikan, tidak memperhatikan

dhamma yang pantas diperhatikan.

6-- "Apakah dhamma yang tidak pantas diperhatikan namun ia

perhatikan?

Dhamma itu adalah hal-hal yang bila ia perhatikan maka akan

memunculkan 'kotoran batin nafsu indera' (kama-asava) yang

(tadinya) belum muncul, sedangkan ‘kotoran batin nafsu

indera’ yang telah muncul menjadi lebih berkembang;

memunculkan 'kotoran batin menjadi' (bhava-asava) yang

(tadinya) belum muncul, sedangkan 'kotoran batin menjadi'

yang telah muncul menjadi lebih berkembang (pavaddhati);

memunculkan 'kotoran batin kebodohan' (avijja-asava) yang

(tadinya) belum muncul, sedangkan ‘kotoran batin kebodohan’

yang telah muncul menjadi lebih berkembang. Inilah dhamma

yang tidak perlu diperhatikan namun ia perhatikan."

632

Page 633: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Apakah dhamma yang perlu ia perhatikan namun tidak ia

perhatikan?

“Dhamma itu adalah hal-hal yang bila ia perhatikan, maka

tidak memunculkan 'kotoran batin nafsu indera', sedangkan

'kotoran batin nafsu indera' yang telah muncul ditinggalkannya

(pahiyati); tidak memunculkan 'kotoran batin menjadi',

sedangkan 'kotoran batin menjadi' yang telah muncul

ditinggalkan; tidak memunculkan 'kotoran batin kebodohan',

sedangkan 'kotoran batin kebodohan' yang telah muncul

ditinggalkannya. Inilah dhamma yang perlu ia perhatikan

namun ia tidak perhatikan”.

“Dengan memperhatikan dhamma yang tidak perlu

diperhatikan dan dengan tidak memperhatikan dhamma yang

perlu diperhatikan, kedua kotoran batin yang belum muncul

dan kotoran batin yang telah muncul menjadi berkembang

padanya."

7-- "Beginilah bagaimana ia yang tidak bijaksana memperhatikan:

'Apakah saya ada pada masa yang lampau (atita)?

633

Page 634: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Apakah saya tidak ada pada waktu yang lampau?

Apakah saya pada waktu yang lampau?

Bagaimana saya pada masa yang lampau?

Telah menjadi apa, dan saya menjadi apa pada waktu yang

lampau?

Apakah saya akan ada pada masa yang akan datang

(anagatam)?

Apakah saya akan tidak ada pada masa yang akan datang?

Apa yang akan terjadi dengan diri saya pada masa yang akan

datang?

Bagaimana keberadaan saya pada masa yang akan datang?

Telah menjadi apa, dan saya akan menjadi apa pada masa

yang akan datang?

Atau, juga dari 'dalam' (ajjhattam) ia bingung tentang masa

sekarang: 'Adakah saya? Tidak adakah saya? Apakah saya?

Bagaimanakah saya? Dari manakah makhluk (satta) ini

datang? Ke manakah ia akan pergi?'

8-- "Ketika ia tidak bijaksana memperhatikan dengan cara seperti

ini, salah satu dari enam pandangan muncul padanya:

634

Page 635: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Pandangan 'aku (atta) ada untukku' muncul sebagai suatu hal

yang benar dan tetap.

Atau pandangan 'tidak aku untukku’ muncul sebagai suatu hal

yang benar dan tetap.

Atau pandangan 'saya mencerap aku dengan aku' muncul

sebagai suatu hal yang benar dan tetap.

Atau pandangan 'saya mencerap bukan-aku dengan aku'

muncul sebagai suatu hal yang benar dan tetap.

Atau pandangan 'saya mencerap aku dengan bukan-aku'

muncul sebagai suatu hal yang benar dan tetap.

Atau pandangan 'aku milikku ini yang berbicara, merasakan

dan mengalami 'akibat' (vipaka) dari 'perbuatan baik dan

buruk' (kalyanapapakanam kammanam) di sini maupun di

sana; namun aku milikku ini kekal, abadi, tetap, tidak berubah,

akan bertahan sampai selamanya.'

Para bhikkhu, inilah yang disebut 'spekulasi pandangan'

(ditthigata), 'belukar-pandangan' (ditthigahana), 'belantara-

pandangan' (ditthikantara), 'pemutarbalikkan pandangan'

(ditthivisuka), 'kebimbangan-pandangan'

(ditthivipphandita) dan 'belenggu-pandangan'

(ditthisanyojana). Terbelenggu oleh 'belenggu-pandangan',

635

Page 636: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

maka 'orang awam yang tak-terdidik' (assutava puthujjano)

tidak akan terbebas dari kelahiran, usia tua, kematian,

penderitaan, kesedihan, kesakitan, kesusahan, dan putus-asa;

saya nyatakan ia tidak terbebas dari 'dukkha' (penderitaan).

9-- 'Aku mencerap ketidakakuan dan keakuan’ sebagai suatu hal

yang benar dan mutlak, atau dia akan berpandangan bahwa

akulah yang bicara dan merasakan serta mengalami akibat

dari perbuatan baik atau buruk: tetapi milikku ini adalah kekal,

selama-lamanya, abadi, tak dapat berubah dan akan

berlangsung selamanya."

"Pandangan macam ini disebut kekaburan pandangan,

kebuasan pandangan, kerusakan pandangan, keragu-raguan

pandangan, belenggu pandangan. Orang awam yang tak

terpelajar dan terikat dengan belenggu pandangan-pandangan

ini, tidak akan ada yang terbebas dari kelahiran, umur tua dan

kematian dengan penderitaan serta ratap tangis, rasa sakit,

takut dan putus asa; saya nyatakan ia tidak terbebas dari

penderitaan.”

"Orang yang terpelajar, yang menghargai, memahami dan

berdisiplin dengan ajaran orang-orang pandai serta bijaksana.

636

Page 637: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

Mengerti hal-hal yang penting untuk diperhatikan atau hal-hal

apakah yang tidak penting untuk diperhatikan. Sehingga dia

tidak memperhatikan hal-hal yang tidak penting untuk

diperhatikan dan dia memperhatikan hal-hal yang penting

untuk diperhatikan."

"Apakah hal-hal yang ia tidak perhatikan?"

“Adalah hal-hal yang menyebabkan munculnya dukkha yang

baru atau bertambahnya dukkha yang sudah ada yang berasal

dari nafsu indera, keakuan dan ketidaktahuan. Inilah hal-hal

yang tidak seharusnya ia diperhatikan.

"Apakah hal-hal yang ia perhatikan?"

Adalah hal-hal yang tidak menyebabkan munculnya dukkha

yang baru atau bertambahnya dukkha yang sudah ada yang

berasal dari nafsu indera, keakuan dan ketidaktahuan. Inilah

hal-hal yang seharusnya ia diperhatikan.

"Dengan memperhatikan hal-hal yang perlu diperhatikan dan

tidak memperhatikan hal-hal yang tidak perlu untuk

diperhatikan, dukkha yang baru tidak muncul dan dukkha yang

lama dapat dihilangkan."

"Beginilah bagaimana ia berpikir dengan bijaksana: 'Ini adalah

dukkha (penderitaan), ini adalah asal mula dukkha, ini adalah

637

Page 638: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

terhentinya dukkha dan ini adalah jalan yang menuju

terhentinya dukkha'."

"Ketika dia memperhatikan jalan ini dengan bijaksana, tiga

belenggu dapat ditinggalkannya: keinginan untuk bertumimbal

lahir, ketidakpastian dan kemelekatan terhadap upacara-

upacara."

"Ini disebut sebagai dukkha yang dapat dihentikan dengan

cara melihat".

"Apakah dukkha yang dapat dihentikan dengan pengendalian

diri?"

"Seorang bhikkhu berpikir dengan bijaksana dapat

mengendalikan kesulitan matanya". Bila dukkha jasmani dan

perasaan bisa timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat

mengendalikan kesulitan matanya, maka tidak ada dukkha

atau beban emosi yang timbul jika dia dapat mengendalikan

kesulitan matanya.'

"Berpikir dengan bijaksana dia dapat mengendalikan kesulitan

matanya, tak ada dukkha jasmani dan perasaan yang timbul

bila pikirannya terkendali.

638

Page 639: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Berpikir dengan bijaksana dia dapat mengendalikan kesulitan

penciumannya, tak ada dukkha jasmani dan perasaan yang

timbul bila pikirannya terkendali.

"Berpikir dengan bijaksana dia dapat mengendalikan kesulitan

pengecapannya, tak ada dukkha jasmani dan perasaan yang

timbul bila pikirannya terkendali.

"Berpikir dengan bijaksana dia dapat mengendalikan kesulitan

pendengarannya, tak ada dukkha jasmani dan perasaan yang

timbul bila pikirannya terkendali.

"Berpikir dengan bijaksana dia dapat mengendalikan kesulitan

badannya, tak ada dukkha jasmani dan perasaan yang timbul

bila pikirannya terkendali.

"Berpikir dengan bijaksana ia dapat mengendalikan kesulitan

pikirannya, tak ada dukkha jasmani dan perasaan yang timbul

bila pikirannya terkendali.

Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada seorang

yang pikirannya tidak terkendali, maka sebaliknya tidak ada

dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada seorang

yang pikirannya terkendali. Inilah yang disebut penderitaan

yang dapat dihentikan dengan pengendalian diri."

639

Page 640: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Apakah penderitaan yang dapat dihentikan dengan

penggunaan?" Seorang bhikkhu berpikir dengan bijaksana

menggunakan sebuah jubah sebagai pelindung dari dingin,

panas dan untuk melindungi diri dari lalat, angin, panas yang

membakar serta serangga tanah, juga hanya bertujuan untuk

menutupi bagian tubuh yang vital."

"Berpikir dengan bijaksana ia tidak menggunakan patta

(mangkuk)-nya untuk hiburan atau kesombongan, tidak pula

untuk keelokan dan hiasan. Tetapi sekedar untuk

kelangsungan hidupnya, untuk menghilangkan rasa sakit dan

membantu perkembangan batin (berpikir): 'Beginilah aku akan

menghentikan kesadaran lama tanpa menimbulkan kesadaran

baru dan terhindar dari kesalahan, aku akan hidup dengan

benar dan sehat'."

"Berpikir dengan bijaksana ia menggunakan tempat

peristirahatan untuk melindungi diri dari dingin, gangguan

lalat, angin, panas terik dan serangga tanah. Dan hanya

sekedar menghindar dari bahaya-bahaya cuaca dalam

menikmati istirahat.”

"Berpikir dengan bijaksana dia menggunakan obat-obatan

untuk menyembuhkan diri dari sakit, sekedar untuk melindungi

diri dari rasa sakit vang timbul dan mengurangi rasa sakit itu."

640

Page 641: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada

seorang yang tidak menggunakan segala sesuatunya dengan

baik, maka sebaliknya tidak ada dukkha jasmani dan perasaan

yang dapat muncul pada seorang yang menggunakan segala

sesuatunya dengan baik."

"Ini yang disebut penderitaan yang dapat dihentikan dengan

penggunaan".

"Apakah penderitaan yang dapat dihentikan dengan

penahanan?"

"Seorang bhikkhu dengan bijaksana berpikir menahan dingin,

panas lapar, haus dan gangguan dari lalat, angin, panas dan

serangga tanah, dia menahan diri dari menghina, kata-kata

kasar dan perasaan yang menyakitkan, menyiksa, yang

menusuk hati, yang mengkhawatirkan, mengancam dan

membahayakan kehidupan."

"Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada

seorang yang tidak dapat menahan, maka sebaliknya tidak ada

dukkha jasmani dan perasaan yang dapat muncul pada

seorang yang dapat menahan." "Apakah penderitaan yang

dapat dihentikan dengan penghindaran?"

641

Page 642: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Seorang bhikkhu dengan bijaksana berpikir menghindar dari

seekor gajah liar, kuda liar, banteng liar, anjing liar, ular,

batang pohon yang roboh, semak belukar, tanah berlubang,

tebing batu, lubang dan lubang bawah tanah; berpikir dengan

bijaksana untuk menghindar: duduk di kursi yang tidak

menyenangkan, berkelana di tempat yang tidak cocok, bergaul

dengan orang bodoh; yang mana hal-hal ini dianggap

merupakan perbuatan salah oleh orang bijaksana".

"Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada

seorang yang tidak dapat menghindar, maka sebaliknya tidak

ada dukkha jasmani dan perasaan yang dapat muncul pada

seorang yang dapat menghindar."

"Apakah penderitaan yang dapat dihentikan dengan

penghapusan?"

"Seorang bhikkhu dengan bijaksana berpikir tidak membiarkan

pikiran yang ditimbulkan oleh nafsu indera ... oleh kekesalan ...

oleh penderitaan; dia tinggalkan, benar-benar

menghilangkannya dan memusnahkannya. Dia tidak

membiarkan hal-hal yang salah dan tidak berguna untuk

timbul; dia meninggalkannya, benar-benar menghilangkannya

dan memusnahkan hal-hal itu."

642

Page 643: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

"Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada

seorang yang tidak dapat menghapus pikiran-pikiran ini, maka

sebaliknya tidak ada dukkha jasmani dan perasaan yang dapat

muncul pada seorang yang dapat menghapus mereka."

"Apakah penderitaan yang dapat dihentikan dengan

pengembangan?"

"Seorang bhikkhu dengan bijaksana berpikir, mengembangkan

perhatian dari faktor-faktor penerangan sempurna

(satisambojjhanga) yang merupakan penahanan diri, tanpa

nafsu dan menghentikan hal-hal yang menyebabkannya dan

berubah tidak melakukannya."

"Dia mengembangkan penelitian dhamma dari faktor-faktor

penerangan sempurna (dhammavicayasambojjhanga)"

"Dia mengembangkan penelitian dhamma dari faktor-faktor

semangat (viriya) penerangan sempurna yang merupakan

penahanan diri, tanpa nafsu, menghentikan hal-hal yang

menyebabkannya dan berubah tidak melakukannya."

"Dia mengembangkan penelitian dhamma dari faktor-faktor

kegiuran (piti) penerangan sempurna yang merupakan

643

Page 644: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

penahanan diri, tanpa nafsu, menghentikan hal-hal yang

menyebabkannya dan berubah tidak melakukannya."

"Dia mengembangkan penelitian dhamma dari faktor-faktor

ketenangan (passaddhi) penerangan sempurna yang

merupakan penahanan diri, tanpa nafsu, menghentikan hal-hal

yang menyebabkannya dan berubah tidak melakukannya."

"Dia mengembangkan penelitian dhamma dari faktor-faktor

konsentrasi (samadhi) penerangan sempurna yang

merupakan penahanan diri, tanpa nafsu, menghentikan hal-hal

yang menyebabkannya dan berubah tidak melakukannya."

"Dia mengembangkan penelitian dhamma dari faktor-faktor

keseimbangan batin (upekha) penerangan sempurna, yang

merupakan penahanan diri, tanpa nafsu, menghentikan hal-hal

yang menyebabkannya dan berubah tidak melakukannya."

"Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada

seorang yang tidak dapat mengembangkan hal-hal itu, maka

sebaliknya tidak ada dukkha jasmani dan perasaan yang dapat

muncul pada seorang yang mengembangkannya."

"Segera setelah penderitaan seorang bhikkhu dapat

ditinggalkan dengan cara melihat (ke dalam) (dassana),

menahan, menggunakan, menghindar, menghilangkan dan

644

Page 645: POTTHAPADA SUTTAsulut.kemenag.go.id/file/file/BimasBuddha/rlam1363903272.doc · Web viewKetika saya sedang tinggal di tempat-tempat itu, binatang liar mendatangiku, atau burung merak

Terjemahan Kitab Suci Tipitaka Tahun 2003 (bersumber dari Pali Text)Oleh Tim penteremahMasih diperlukan editing dan cek

mengembangkan telah dapat ditinggalkan, dia akan disebut

sebagai seorang bhikkhu yang dapat menghentikan semua

penderitaan: dia menghentikan keinginan (tanha), melepaskan

belenggu (samyojana) dan telah mengakhiri penderitaan

dengan penembusan kesombongan (mana)."

Demikian yang dikatakan oleh Sang Bhagava. Para bhikkhu

merasa puas dan gembira dengan kata-kata Sang Bhagava.

645