Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan
-
Upload
farisyah-melladia-utami -
Category
Documents
-
view
256 -
download
13
description
Transcript of Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan
Sumber Daya Bumi Dan Energi Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Edy Sutriyono, M.Sc
POTENSI SUMBER DAYA ENERGI PANAS BUMI DI DANAU RANAU, LAMPUNG DAN
SUMATERA SELATAN
Oleh:
Farisyah Melladia Utami
03042681318009
Program Pascasarjana
Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya
2013
POTENSI SUMBER DAYA ENERGI PANAS BUMI DI DANAU RANAU,
LAMPUNG DAN SUMATERA SELATAN
I. PENDAHULUAN
Provinsi Lampung sebagai salah satu provinsi di pulau Sumatera dengan
wilayah yang cukup besar. Kekurangan pasokan listrik yang terjadi hampir
melanda seluruh wilayah Indonesia termasuk di provinsi ini. Hal tersebut menjadi
masalah yang cukup serius, sehingga bisa menimbulkan terhambatnya kemajuan
baik di bidang indusri, pertambangan, peternakan, dan lain sebagainya. Dalam
mengatasi masalah ini maka diperlukan energi alternatif sebagai penopang dan
pengganti energi fosil untuk pembangkit tenaga listrik, yaitu panas bumi.
Lokasi potensi panas bumi Danau Ranau, terletak di daerah kaki Gunungapi
Seminung dan di pinggir Danau Ranau yang secara geografis berada pada zona 48
S UTM dengan koordinat 380000 mE – 392000 mE dan 9462000 mN - 9449200
mN atau koordinat geografis pada 103°55’07” BT; 4°51’59” LS sampai
104°01’37” BT; 4°58’42” LS dengan luas area daratan sekitar 127 km2. Daerah ini
secara administratif termasuk ke dalam wilayah dua provinsi, yaitu Provinsi
Lampung dan Sumatera Selatan, 60% daerah penyelidikan berada di Kecamatan
Sukau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung dan 40% lainnya termasuk
dalam Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU)
Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi prospek panas bumi ini berada sekitar
32 km dari kota Liwa yang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan
umum sekitar dua jam perjalanan (Gambar 1).
Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi 2009
Gambar 1. Peta lokasi panas bumi Danau Ranau Kabupaten Lampung Barat-Oku
Selatan, Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan
II. DASAR TEORI
II.1. Sebaran Sumber Panas Bumi
Penyebaran sumber daya panas bumi di Indonesia sebagian besar
mengikuti jalur gunung api di Pulau Sumatera, Jawa, Bali-NTB-NTT,
Sulawesi, Maluku, dan Maluku Utara. Sumber daya panas bumi juga
terdapat di beberapa daerah non vulkanik seperti di Kalimantan, Pulau
Bangka-Belitung, Sulawesi Tengah dan Papua. Hingga tahun 2009, telah
teridentifikasi 265 daerah panas bumi di seluruh wilayah Indonesia dengan
total potensi mencapai 28,5 GW (Gambar2) . Jumlah tersebut setiap
tahunnya diperbaharui seiring dengan kegiatan penemuan daerah–daerah
panas bumi baru ataupun kegiatan dalam rangka peningkatan status dari
survei pendahuluan menjadi survei rinci hingga ke pemboran eksplorasi.
Data tersebut kemudian digunakan sebagai data awal dalam penentuan
wilayah kerja pengusahaan pertambangan panas bumi.
Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi 2009
Gambar 2: Distribusi lokasi daerah panas bumi di Indonesia
II.2. Sistem Panas Bumi di Indonesia
Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga
lempeng besar (Hindia Australia – Eurasia – Pasifik) menjadikannya
memiliki tatanan tektonik yang kompleks. Subduksi antar lempeng benua
dan samudra menghasilkan suatu proses peleburan magma dalam bentuk
partial melting batuan mantel dan magma mengalami diferensiasi pada saat
perjalanan ke permukaan. Proses tersebut membentuk kantong-kantong
magma berkomposisi asam hingga basa yang berperan dalam pembentukan
jalur gunung api yang dikenal sebagai lingkaran api pasifik (ring of fire)
Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi 2009
Gambar 3. Penampang Model Skematik Sistem Panas Bumi
Gambar 3 adalah suatu penampang model skematik dari sistem panas bumi
atau hidrotermal yang umum terjadi di sepanjang jalur vulkanik Kuarter di Indonesia,
seperti di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi Utara.
Sedangkan gambar berikutnya merupakan model skematik sistem panas bumi yang
terjadi di daerah graben dengan topografi relatif datar, seperti di sebagian daerah
Sumatera yang berasosiasi dengan Sesar Besar Sumatera. Keberadaan rentetan
gunung api di sebagian wilayah Indonesia beserta aktivitas tektoniknya dijadikan
dasar dalam penyusunan model konseptual pembentukan sistem panas bumi
Indonesia.
Kedua model skematik tersebut memperlihatkan bahwa keberadaan
manifestasi di permukaan seperti mata air panas, tanah panas, fumarol, solfatar, dan
sebagainya dapat menjadi indikator kepastian adanya suatu sistem panas bumi di
bawahnya. Sehingga dalam pencarian atau eksplorasi sumber energi panas bumi tidak
akan terlalu jauh keberadaannya dari manifestasi yang ada. Yang menjadi
permasalahan adalah berapa besarnya kapasitas energi panas bumi yang terkandung
di dalamnya. Hal inilah yang perlu dilakukan eksplorasi yang lebih rinci.
Berdasarkan asosiasi terhadap tatanan geologi, sistem panas bumi di Indonesia
dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe utama, yaitu: vulkanik, graben (vulkano-
tektonik) dan non-vulkanik. Pengelompokan tipe ini dapat digunakan sebagai
pedoman dalam mengestimasi awal besarnya potensi energi dalam suatu sistem panas
bumi.
Sumber: Lawless, 1995
Gambar 4. Penampang skematik suatu system panas bumi atau hidrotermal pada
daerah cekungan
Tabel 1 berikut ini memperlihatkan hubungan antara sistem panas bumi dengan
estimasi potensi energi yang dikandungnya, tampak bahwa potensi yang besar pada
umumnya dimiliki oleh tipe vulkanik berjenis komplek gunung api dan kaldera.
Tabel 1. Hubungan Tipe Sistem Panas Bumi di Indonesia dan Estimasi Potensi
Energi
Tipe Temperatur/Entalpi Potensi Energi Contoh
Vulkanik Gunung Api
Strato Tunggal Tinggi 250
oC
Sedang
50-100 MW
G. Tanpomas, G.
Ungaran
Komplek
Gunung Api Tinggi 250
oC
Besar
> 100 MW
G. Salak, G. Wayang
Windu, G. Lawu
Kaldera Tinggi 250oC
Besar
> 100 MW
Kamojang, Darajat,
Ulumbu, Sibayak
Vulkano –
Tektonik
Graben-kerucut
vulkanik
Sedang – Tinggi
200oC – 250
oC
Sedang – Besar
50 – 100 MW
Sarula, Bonjol, Danau
Ranau, Sipahalon
Non-
Vulkanik Intrusi
Rendah – Sedang
200oC
Kecil – Sedang
50 MW
Lapangan-lapangan di
Sulsel, Sulteng, dan
Sultra, P. Buru
Sumber: Badan Geologi 2004
II.3. Sistem Vulkanik
1. Gunung Api Strato Tunggal
Secara umum daerah magmatik berhubungan dengan model gunung
api strato berumur Kuarter yang tersebar di Indonesia bagian barat mulai dari
Sumatera– Jawa dan berakhir di Nusa Tenggara Timur dan ke bagian
Indonesia Timur mulai dari Sulawesi Utara – Maluku. Pembentukan sistem
panas bumi gunung api strato biasanya tersusun oleh batuan vulkanik
menengah (andesit-basaltis). Sistem panas bumi ini umumnya memiliki
karakteristik reservoir sekitar 1,5 km dengan temperatur reservoir tinggi (~
250oC). Potensi panas bumi pada lapangan gunung api strato tunggal pada
umumnya memiliki potensi sedang yaitu 50 MW hingga 100 MW. Beberapa
daerah yang berhubungan dengan sistem gunung api strato tunggal seperti
Gunung Talang, Gunung Tampomas dan Gunung Ungaran.
Pada daerah vulkanik ini biasanya memiliki umur batuan yang relatif
muda dengan temperatur yang tinggi dan kandungan gas magmatik besar.
Ruang antar batuan (porositas) dan sifat permeabilitas masih relatif kecil,
karena faktor aktivitas tektonik yang belum terlalu dominan dalam
membentuk rekahan yang intensif sebagai batuan reservoir, sedangkan daerah
vulkanik yang berumur relatif lebih tua dan telah mengalami aktivitas tektonik
yang cukup kuat, telah mampu membentuk permeabilitas batuan berupa
rekahan yang intensif. Pada kondisi tersebut biasanya terbentuk temperatur
menengah hingga tinggi dengan konsentrasi gas magmatik yang lebih sedikit.
Gambar 5 adalah model tentatif sistem panas bumi yang berasosiasi dengan
gunung api strato tunggal.
Sumber: Badan Geologi 2004
Gambar 5. Model Tentatif Sistem Panas Bumi Gunung Talang, Sumatera
Barat, contoh Tipe Sistem Panas Bumi Gunung Api Strato Tunggal
2. Komplek Gunung Api
Daerah vulkanik dengan model komplek gunungapi di Indonesia tersebar
di beberapa tempat pada jalur magmatik Indonesia. Pembentukan sistem panas
bumi komplek gunung api biasanya tersusun oleh batuan vulkanik menengah
hingga asam.Lapangan panas bumi pada sistem komplek gunung api terdiri dari
beberapa tubuh gunung api dan sumber erupsi yang bila dikaitkan dengan
kepanasbumian memiliki satu atau lebih sumber panas. Pada umumnya lapangan
panas bumi pada sistem ini memiliki temperatur atau entalpi yang tinggi dengan
suhu reservoir diatas 250°C. Potensi panas bumi pada lapangan komplek
gunungapi pada umumnya memiliki potensi besar yaitu di atas 100 MW.Beberapa
daerah panas bumi yang berhubungan dengan sistem komplek gunungapi adalah di
Jaboi, Aceh, sedangkan yang sudah beroperasi sebagai PLTP adalah di Gunung
Salak dan Gunung Wayang Windu, Jawa Barat (Gambar 6). Komplek gunung api
yang memiliki batuan beku asam (dasitik hingga riolitik) seperti yang terdapat di
G. Salak, biasanya memiliki tubuh sumber panas (magma) yang besar, sehingga
zona sistem panas bumi akan lebih luas pula.
Sumber: Badan Geologi 2005
Gambar 6. Model Sistem Panas Bumi Jaboi, Aceh yang Merupakan Contoh Sistem
Panas Bumi pada Komplek
3. Kaldera
Erupsi besar yang mengeluarkan produk berupa batuapung dan abu
vulkanik dalam jumlah besar dapat mengakibatkan runtuhnya dinding batuan yang
menutupi kantong magma dangkal sehingga membentuk kawah besar berdiameter
1,5 km hingga puluhan kilometer yang biasa disebut kaldera. Sumber daya panas
bumi yang berada di lingkungan kaldera akan tetap ada selama aktivitas erupsi
masih berlangsung, dan sumber daya memiliki waktu hidup beberapa juta tahun
setelah aktivitas vulkanik terakhir. Aktivitas hidrotermal terlihat pada alterasi asam
sulfat yang tampak di permukaan. Fluida asam terbentuk ketika H2S dan CO2 lulus
dari reservoir air panas di bawah dan teroksidasi di kedalaman yang dangkal. Air
didalam reservoir ini umumnya merupakan air tanah yang terpanaskan dari daerah
resapan dalam sistem kaldera. Lapangan panas bumi pada sistem kaldera bila
dikaitkan dengan kepanasbumian memiliki energi yang sangat besar yang masih
tersimpan. Pada umumnya lapangan panas bumi pada sistem ini memiliki
temperatur atau entalpi yang tinggi dengan suhu reservoir diatas 250°C. Potensi
panas bumi pada lapangan kaldera ini pada umumnya memiliki potensi besar
yaitu diatas 100 MW. Beberapa daerah yang berhubungan dengan sistem kaldera
seperti di Gunung Kamojang, Darajat, Lahendong dan Gunung Sibayak (Gambar
7).
Sumber: Chevron Geothermal Indonesia, 1998
Gambar 7. Model Sistem Panas Bumi dan Fasilitas Produksi Darajat, Kabupaten
Garut.
4. Vulkano – Tektonik (Sistem Graben – Kerucut Vulkanik)
Sistem tektonik dapat terbentuk pada tatanan busur vulkanik bagian
belakang (back arc) daerah continental rifting (regangan kerak benua),
tumbukan antar lempeng benua (collision) dan di sepanjang zona sesar aktif.
Lingkungan tektonik ekstensi (regangan) memiliki kecenderungan untuk
terjadinya penipisan pada kerak benua sehingga material panas (magma) akan
keluar dan terbentuk pada daerah yang lebih dangkal. Proses deformasi
mendukung terbentuknya zona lemah sebagai jalur naiknya manifestasi panas
bumi ke permukaan. Sistem ini mampu untuk membentuk temperatur reservoir
atau entalpi sedang hingga tinggi yaitu mencapai temperatur 200° C - 250°C
dengan kedalaman ≥ 1,5 km. Potensi panas bumi pada lapangan vulkano -
tektonik ini pada umumnya memiliki potensi sedang hingga besar yaitu diantara
50 MW hingga di atas 100 MW. Model sistem panas bumi tersebut banyak
ditemukan di daerah Sumatera pada jalur sistem Sumatera (Sesar Semangko)
dimana berperan dalam pembentukan cekungan di Sumatera dengan pola pull
apart basin atau cekungan akibat gaya-gaya tarikan. Di beberapa lokasi
ditemukan manifestasi panas bumi yang muncul pada pedataran sebagai hasil
sesar geser menganan (dextral fault) dimana cekungan-cekungan tersebut terisi
oleh material sedimen – vulkanoklastik. Pada daerah ini gradien temperatur
kemungkinan lebih besar dari heat flow normal. Beberapa daerah yang
berhubungan dengan sistem seperti ini ditemukan antara lain di daerah Sarulla,
Bonjol dan Danau Ranau. Gambar 8 adalah contoh sistem panas bumi yang
berasosiasi dengan sistem graben-kerucut vulkanik.
Sumber: Badan Geologi, 2008
Gambar 8. Model Tentatif Sistem Panas Bumi Bonjol, Sumatera Barat
5. Non Vulkanik
Lingkungan non-vulkanik di Indonesia bagian barat pada umumnya
tersebar di bagian timur paparan sunda (Sundaland) karena pada daerah tersebut
didominasi oleh batuan yang merupakan penyusun kerak benua Asia seperti
batuan metamorf dan sedimen, contohnya seperti yang ada di wilayah Pulau
Bangka. Di wilayah Indonesia bagian timur lingkungan non-vulkanik berada di
daerah lengan dan kaki Sulawesi serta daerah Kepulauan Maluku hingga Papua
yang didominasi oleh batuan granitik, metamorf dan sedimen laut. Selain itu
terdapat pula di Pulau Kalimantan termasuk diantaranya di perbatasan Kalimantan
Timur dengan Sabah (Malaysia).
Pada daerah ini pembentukan sistem panas bumi umumnya di dominasi
oleh munculnya batuan intrusif yang telah mengalami pendinginan, tapi masih
menyimpan panas. Beberapa pendapat mengatakan bahwa sumber panas berasal
dari proses peluruhan mineral yang bersifat radioaktif (radioactive decay) yang
terkandung dalam batuan terutama granit. Sistem ini pada umumnya membentuk
temperatur reservoir atau entalpi rendah hingga sedang yaitu mencapai temperatur
200°C dengan kedalaman bervariasi. Potensi panas bumi pada lapangan non -
vulkanik ini pada umumnya memiliki potensi ≤ 50 MW. Beberapa daerah di
Sulawesi yang berhubungan dengan sistem ini seperti daerah panas bumi di
Sulawesi Selatan, Tengah dan Tenggara begitu pula di daerah Pulau Buru, Seram
dan Irian (Gambar 9).
Sumber: Badan Geologi, 2007
Gambar 9. Model Tentatif Panas Bumi Wapsalit, Pulau Buru, Maluku yang
merupakan salah satu contoh system panas bumi di daerah non-vulkanik.
II.4. Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi
Berdasarkan Standar Nasional Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di
Indonesia tahun 1999 , No. SNI 03 – 5012 – 1999, potensi energi panas bumi
di Indonesia di bagi menjadi 5 (lima) kelas yakni : Sumberdaya Spekulatif yang
merupakan kelas paling bawah diikuti oleh Sumberdaya Hipotetis, Cadangan
Terduga, Cadangan Mungkin dan Cadangan Terbukti sebagai kelas tertinggi.
Klasifikasi ini di buat berdasarkan tahapan penyelidikan yang dilakukan di
daerah panas bumi. Tahapan penyelidikan pendahuluan menghasilkan
klasifikasi sumber daya, sedangkan tahapan penyelidikan rinci menghasilkan
klasifikasi cadangan.
1. Klasifikasi Sumberdaya Spekulatif
Dicirikan oleh manifestasi panas bumi aktif. Luas reservoir dihitung
dari penyebaran manifestasi dan batasa geologi, sedangkan temperatur
dihitung dengan geothermometer. Daya per satuan luas ditentukan dengan
asumsi. Estimasi potensi energi dilakukan dengan metode perbandingan.
2. Klasifikasi Sumberdaya Hipotetis
Cadangan mungkin diindikasikan oleh manifestasi panas bumi aktif,
data dasar adalah hasil survei regional geologi, geokimia dan geofisika. Luas
daerah prospek ditentukan berdasarkan hasil penyelidikan geologi/ geokimia/
geofisika sedangkan temperatur diperkirakan berdasarkan data geotermometer
(air, gas atau isotop). Estimasi potensi energi dirumuskan dengan
menggunakan metode volumetrik. Ketebalan reservoir diasumsikan 1 hingga
2 km.
3. Klasifikasi Cadangan Terduga
Luas dan ketebalan reservoir serta parameter fisik batuan dan fluida
diestimasi berdasarkan data ilmu kebumian detil terpadu yang digambarkan
dalam model tentatif. Rumusan estimasi potensi energi digunakan metode
volumetrik.
4. Klasifikasi Cadangan Mungkin
Dibuktikan oleh satu sumur eksplorasi yang berhasil menyemburkan
uap atau air panas. luas dan ketebalan reservoir didapat dari data sumur dan
hasil penyelidikan ilmu kebumian detil terpadu. Parameter batuan dan fluida
serta temperatur reservoir diperoleh dari data pengukuran langsung dalam
sumur dan data analisis laboratorium. Rumusan estimasi potensi energi
digunakan metode volumetrik.
5.Klasifikasi Cadangan Terbukti
Dibuktikan oleh lebih dari satu sumur eksplorasi yang berhasil
menyemburkan uap atau air panas. luas dan ketebalan reservoir didasarkan
pada data sumur dan hasil penyelidikan ilmu kebumian detil terpadu.
Parameter batuan dan fluida serta temperatur reservoir diperoleh dari data
pengukuran langsung dalam sumur dan data analisis laboratorium serta
simulasi reservoir. Rumusan estimasi potensi energi digunakan simulasi
reservoir yang digabung dengan metode volumetrik.
II.5. Metode Estimasi Panas Bumi
Metode yang digunakan dalam mengestimasi besarnya potensi energi
panas bumi dapat dilakukan dengan menggunakan metode perbandingan dan
volumetrik. Metode Perbandingan digunakan khusus untuk mengestimasi
potensi sumber daya spekulatif, sedangkan metode volumetrik digunakan untuk
mengestimasi potensi energi panas bumi pada kelas sumber daya hipotetis
sampai dengan kelas cadangan terbukti.Persamaan dalam metoda perbandingan
dituangkan dalam rumus :
Hel = A x Qel……………………………………………………….(1)
Dimana:
Hel= Besarnya sumber daya (MWe)
A = Luas daerah prospek panas bumi (km2)
Qel = Daya listrik yang dapat dibangkitkan persatuan luas (MWe/ km2)
Metode volumetrik digunakan dalam penentuan kelas sumberdaya hipotetis
sampai dengan terbukti. Persamaan dasar kandungan panas yang terdapat
dalam reservoir dituangkan dalam rumus :
He = A h [(1-Ф) ρr cr T + Ф (ρL UL SL + ρv Uv Sv)]…………….. (2)
Keterangan:
He = kandungan energi panas (kJ)
A = Luas area panas bumi (m2)
T = Tebal reservoir (m)
SL = Saturasi air (fraksi)
Sv = Saturasi uap (fraksi)
UL = Energi dalam air (kJ/kg)
Uv = Energi dalam uap (kJ/kg)
Ф = Porositas batuan reservoir (fraksi)
cr = kapasitas panas batuan (kJ/kgºC)
ρr = density batuan (kg/m3)
ρL = density air (kg/m3)
ρv = density uap (kg/m3)
III. PEMBAHASAN
III.1. Manifestasi Panas Bumi
Manifestasi panasbumi di daerah panas bumi Danau Ranau terdiri
dari delapanmata airpanas dan dua batuan ubahan. Mata air panas tersebut
seluruhnya berada di pinggir danau yaitu Lombok (sejumlah 4 m.a.p.),
Talang Kedu, Kota Batu (2 m.a.p.), Kerincing, dan Wai Wangi. Batuan
ubahan di lokasi ini merupakan fosil ubahan yang berada pada batuan lava
andesit tua (Tabel 2).
Tabel 2. Mata Air Panas Daerah Danau Ranau, Kabupaten Lampung Barat
dan Oku Selatan
Manifestasi X Y TAP
(oC)
TUD
(oC)
pH Debit
(ltr/det)
MAP. Lombok-1 380943 9455556 45,1 26 6,42 0,05
MAP. Lombok-2 381180 9456156 49,1 27 6,86 0,05
MAP. Lombok-3 381132 9456324 46 29,0 6,79 0,05
MAP. Lombok-4 381543 9456378 63,7 29,4 6,7 0,5
MAP Talang Kedu 381447 9457310 55,9 26,4 6,43 0,05
MAP Kota Batu-1 387080 9460802 60,1 29,2 6,93 0,1
MAP Kota Batu-2 387090 9460791 59,8 29 6,68 0,1
MAP Kerincing 387833 9460479 43,3 29,8 6,89 0,04
MAP Wai Wangi 385330 9460975 37,3 28,5 7,42 0,1
Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi, 2009
Ubahan hidrotermal Jagaraga dan Sulung (tebal ± 1m) terjadi pada
lava berkomposisi andesitik dan tufa dengan menghasilkan mineral
haloysit, illit, montmorilonit, paragonit, jarosit yang diperkirakan terbentuk
pada suhu < 340°C dan termasuk zona ubahan hidrotermal bertipe argilik.
Perhitungan heat loss adalah 130.688 W/m2 atau 0.13 KW.
III.2. Geologi
Daerah panas bumi Danau Ranau secara regional termasuk ke dalam
jalur pegunungan bukit barisan lajur busur magma. Batuan tertua di daerah
berupa batuan vulkanik Formasi Hulusimpang (Tomh) yang berumur
Tersier dengan jenis lava andesit dan basal, breksi gunungapi dan tufa yang
bersisipan batupasir. Sebagian batuan dari formasi ini telah terubah, dengan
terkloritkan dan terpropilitkan, dan termineralisasi sulfida dan emas.
Formasi Ranau (QTr) yang diendapkan di lingkungan daratan dari vulkanik
sub-aerial dan menindih tidak selaras satuan dibawahnya, tersusun oleh
tufa riolitik, tufa, tufa terlaskan dan batulempung. Endapan vulkanik
Kuarter lainnya adalah tufa dan breksi gunungapi (Qhv) dengan komposisi
breksi lahar, lava dan tufa bersusunan andesit – basalt dan orentasi umum
kelurusan adalah N142°E, hampir searah dengan sistem struktur regional P.
Sumatera yang mempunyai arah gerakan menganan (dextral).
Secara keseluruhan morfologi daerah Danau Ranau terdiri dari
pedataran hingga pegunungan dengan ciri dan karakter batuan yang
berbeda. Batuan vulkanik mendominasi daerah penyelidikan membentuk
relief yang kasar dan curam (±60%). Geomorfologi daerah ini dibedakan
menjadi 3 satuan yaitu:
1. satuan morfologi vulkanik tua,
2. satuan morfologi vulkanik muda dan
3. pedataran aluvial.
Jenis litologi dan susunan stratigrafi batuan secara umum didominasi
batuan vulkanik yang merupakan hasil dari produk vulkanik tua yang
berumur Tersier Gunung Kukusan dan produk Danau Ranau yang ditindih
secara tidak selaras oleh batuan vulkanik dari produk Gunung Seminung
yang berumur Kuarter (Gambar 10).
Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi , 2009
Gambar 10. Peta Geologi Danau Ranau, Lampung Barat-Oku Selatan
Proses pembentukan satuan batuan didaerah ini berawal pada waktu
Tersier yang membentuk batuan vulkanikberupa lava andesit dan tufa
dengan urat-urat kuarsa, kalsit dan magnetit yang mengisi rongga-rongga
rekahan dan telah terubah terpropilitkan adalah aliran piroklastik yang
tersebar di bagian tengahpenyelidikan. Satuan ini menindih secara tidak
selaras batuan lava tua. Selanjutnya terbentuk lava, breksi dan lahar produk
Gunung Kukusan yang berada di sebelah barat. Satuan ini menindih secara
tidak selaras satuan lava tua dan memiliki ketebalan sekitar 20-50 cm.
Umur satuan ini diperkirakan terbentuk pada masa Pliosen atau Kuarter
Akhir.
Terbentuknya Gunung Seminung berkaitan dengan aktivitas sesar
Semangko yang membentuk pola anechelon. Produk dari Seminung berupa
lava andesit dengan tebal ± 5-7 m berumur Kuarter, disusul aliran
piroklastik dan jatuhan piroklastik Seminung. Tahapan selanjutnya berupa
erupsi lava Seminung 2 dengan komposisi andesit – basaltis, tersebar di
bagian tengah melidah sampai ke desa Lombok, Wai banding dan
Kotabatu. Menyusul kemudian Lava Seminung 3 dengan komposisi auto
breksi yang menyebar di bagian puncak Gunun Seminung dan terakhir
terbentuk longsoran dari lava Seminung di daerah Talang Jungkung serta
aluvium di daerah Kotabatu. Gunung Seminung inilah yang diduga
menjadi sumber panas dari sistem panas bumi Danau Ranau.
Struktur utama pada prospek Danau Ranau ini adalah Sesar normal
Talang Kedu, Kotabatu dan Wai Uluhan yang berarah timurlaut-tenggara,
selain itu ada sesar Lombok yang berarah relatif Utara – Selatan.
Berdasarkan genesanya, sesar Wai Uluhan merupakan komponen minor
dari sistem sesar Sumatera, sedangkan sesar Talang Kedu dan Kotabatu
merupakan sesar-sesar reaktifasi (re-juvenasi) dari pola lama yang
mendeformasi batuan di bawah satuan batuan produk gunung api
Seminung. Manifestasi panas bumi di prospek ini berkaitan erat
terbentuknya ketiga sesar utama di atas dan sesar Lombok yang berarah
utara – selatan.
III.3. Fluida Reservoir
Fluida panas bumi yang terbentuk di permukaan dijumpai dalam
bentuk air panas yang terdapat di beberapa lokasi manifestasi. Fluida
bawah permukaan yang membentuk sistem panas bumi daerah Danau
Ranau dan sekitarnya memperlihatkan tipe bikarbonat. Keberadaan fluida
bertipe bikarbonat berasal dari magmatic waters (deep waters) yang naik
kepermukaan melalui rekahan rekahan batuan dengan membawa unsur-
unsur volatil, diantaranya CO2. Gas CO2 bersama unsur-unsur volatil
lainnya akan berinteraksi dengan air meteorik pada kedalaman yang relatif
dangkal (shallow waters) sehingga membentuk HCO3 yang terlarut.
Dibagian lain terjadi pada mata air panas Lombok-4 dengan suhu
permukaan relatif tinggi (63oC) yang merupakan air panas bertipe
bikarbonat-sulfat, walaupun keberadaannya di daerah immature water,
diperkirakan berasal dari fluida panas bawah tanah yang langsung ke
permukaan serta berasosiasi atau mengalami kontak dengan batuan
sekitarnya, sehingga terjadi pengkayaan unsur - unsur kimia tertentu dalam
mata air panas. Pendugaan suhu bawah permukaan di daerah ini
menggunakan rumus geotermometer SiO2 (conductive cooling) dan SiO2
(adiabatic cooling) menunjukkan kisaran temperatur antara 158°C –
199°C dan termasuk ke dalam entalpi sedang.
III.4. Sistem Panas Bumi
Sistem panas bumi didaerah ini terdiri dari zona reservoir, zona
penudung, zona sirkulasi air tanah, dan sumber panas. Daerah ini
diperkirakan merupakan sistem up flow dari sistem panas bumi Gunung
Seminung. Diperlihatkan dalam gambar 11 yang memperlihatkan model
tentatif sistem panas bumi di daerah Danau Ranau.
Sumber: Badan Geologi, 2005
Gambar 11. Model Tentatif Panas Bumi Daerah Danau Ranau
1. Zona Reservoir
Zona reservoir yang terbentuk di daerah penyelidikan diduga akibat
pendinginan rekahan-rekahan dan kekar-kekar pengaruh proses tektonik
dan pembentukan gunungapi. Zona Reservoir ini akan lebih banyak
ditemui dalam poket-poket yang tidak terlalu besar dan terdapat disekitar
zona struktur atau sesar. Untuk menentukan zona ini yang lebih pasti
diperlukan teknologi tersendiri dalam pengembangan energi panas bumi
untuk masa yang akan datang.
2. Zona Penudung
Batuan penudung (cap rock) dalam system panas bumi Danau
Ranau diduga berupa batuan lava andesit dan juga clay cap yang
terbentuk dari batuan ubahan argilik. Clay cap ini mengisi rongga-rongga
dari rekah-rekah disekeliling struktur atau sesar Lombok dan Kedu.
Kondisi ini ditunjukkan dengan adanya nilai tahanan jenis rendah sebesar
< 20 Ωm pada kedalaman ≥ 600 m di bawah titik ukur A-7000 atau
sekitar Talang Kedu (gambar 12). Ketebalan batuan penudung tidak dapat
diperkirakan secara pasti.
Sumber: Badan Geologi, 2005
Gambar 12. Penampang Sebenarnya Lintasan A
3. Zona Sirkulasi Air Tanah
Air hujan yang merupakan air meteorik langsung meresap melalui
porositas batuan atau melalui rekahan-rekahan yang terbentuk akibat
proses deformasi. Air resapan yang melalui batuan breksi dan piroklastik
tersebut akirnya bertemu dengan uap panas atau panas yang berasal dari
magma sehingga terpanaskan dan terbentuk air panas. Perlapisan tahanan
jenis 40 – 80 Ωm pada rekahan batuan yang dekat dengan permukaan
tanah yang berperan sebagai zona recharge air tanah dan penyebarannya
dikontrol oleh pola struktur sesar.
4. Sumber Panas
Sumber panas daerah ini berasal dari sisa magma pembentuk
batuan vulkanik Seminung. Kerucut Gunung Seminung merupakan
kerucut termuda bila dibandingkan dengan bentuk tubuh Gunung
Kukusan, hal tersebut berdasarkan dari tingkat erosi yang lebih lama serta
relief bergelombang dibandingkan dengan Gunung Seminung. Produk
Gunung Seminung seperti lava dan piroklastik mencerminkan bahwa
pembentukan batuan tersebut bersifat eksplosif dengan energi yang cukup
tinggi. Magma naik ke permukaan diakibatkan oleh gaya endogen dari
dalam. Sisa erupsi magma menjadi sumber panas yang memanasi fluida
bawah permukaan.
III.5. Estimasi Panas Bumi
Untuk menghitung perkiraan potensi daerah ini dapat dihitung dari nilai
suhu bawah permukaan dan luas daerah aktif yang didapat dari anomali Hg,
CO2, serta tahanan jenis rendah. Metode perhitungan estimasi potensi panas
bumi yaitu metode volumetrik. Dengan beberapa asumsi antara lain tebal
reservoir = 2 km, recovery factor = 50%, faktor konversi = 10%, dan lifetime =
30 tahun, maka potensi energi terduga panas bumi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Lump Parameter. Dari rumus diatas dan data luas
reservoir diambil berdasarkan peta kompilasi ± 2 km2 (gambar 13) temperatur
geotermometer 199 °C dan temperatur cut-off 120 °C maka potensi energi di
daerah panas bumi Danau Ranau dapat menghasilkan energi sebanyak ± 37
Mwe.
Sumber: Badan Geologi, 2005
Gambar 13. Peta Kompilasi Daerah Danau Ranau.
Daftar Pustaka
Kasbani, 2009. Tipe Sistem Panas Bumi di Indonesia dan Estimasi Potensi Energinya
, Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 4, No 3. 2009, Badan Geologi, hal. 19-
26..
Kasbani, 2009, Sumber Daya Panas Bumi Indonesia : Status Penyelidikan, Potensi
dan Tipe Sistem Panas Bumi. Kolokium Badan Geologi 2009.
Lawless, J.V., White, P.J., and Bogie, I., 1995. Tectonic Features of Sumatra and
New Zealand in Relation to Active and Fossil Hydrothermal systems: a
comparison. Proceedings International Congress on Earth Science,
Exploration and mining around Pacifi c Rim. AIMM., p. 311-1316.
Pusat Sumber Daya Geologi, 2004. Road map UU Panas Bumi, Badan Geologi.
Pusat Sumber Daya Geologi, 2007. Peta Sebaran Panas Bumi Indonesia, Badan
Geologi.
Pusat Sumber Daya Geologi, 2008. Potensi Energi Panas Bumi Indonesia, Badan
Geologi.
Saptadji, Neni Miryani. 2009. Karakteristik Reservoir Panas Bumi. Training
Advanced Geothermal Reservoir Engineering 6-17 Juli 2009.
SNI 13-6169-1999. Metode estimasi potensi energi panas bumi di Indonesia. Badan
Standarisasi Nasional.
Suparno, Supriyanto. 2009. Energi Panas Bumi. Departemen Fisika-Fmipa UI.
Widodo,Sri.,dkk. 2009. Evaluasi Potensi Panas Bumi Daerah Danau Ranau
Kabupaten Lampung Barat- Provinsi Banten dan Kabupaten Oku Selatan-
Provinsi Sumatera Selatan. Pusat Sumber Daya Geologi-Badan Geologi.