potensi sektor parwis

download potensi sektor parwis

of 95

Transcript of potensi sektor parwis

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    1/95

    ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK

    MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN

    PENDAPATAN MASYARAKAT

    PROVINSI BALI

    OlehARISA SANTRI

    H14050903

    DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2009

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    2/95

    RINGKASAN

    ARISA SANTRI. Analisis Potensi Sektor Pariwisata untuk Meningkatkan

    Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat Provinsi Bali (dibimbing oleh

    MANUNTUN PARULIAN HUTAGAOL).

    Sumbangan sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto

    memperlihatkan bahwa pada tahun 2007, sektor pariwisata memberikan

    kontribusi sebesar Rp. 338,807.2 milyar yang menjadikan sektor pariwisata

    berada pada posisi kedua setelah sektor industri manufaktur yang memberikan

    kontribusi sebesar Rp. 538,084.6 milyar. Sumbangan sektor pariwisata terus

    mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai tahun 2008, dengan angka

    sementara pada tahun 2008 sektor pariwisata menyumbang sebesar Rp. 363,314.0

    milyar terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia.

    Bali merupakan daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Provinsi Bali

    yang dikenal sebagai pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura mempunyai peran

    yang strategis dalam pembangunan Indonesia, khususnya sektor pariwisata.

    Sektor pariwisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu penggerak roda

    perekonomian nasional, sebagian besar dihasilkan dari pulau Bali. Segala upaya

    dilakukan untuk mempertahankan keberadaan pulau Bali dalam menjaring

    wisatawan untuk berbondong-bondong datang ke pulau yang sarat dengan budaya

    dan seni ini.Sebagai penggerak utama dalam pembangunan perekonomian Bali,

    pembangunan sektor pariwisata diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah

    ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas kesempatan kerja,

    memperluas kesempatan berusaha, memenuhi kebutuhan dasar rakyat,

    memeratakan pendapatan masyarakat, serta mempercepat pengentasan

    kemiskinan.

    Di sisi lain, di Provinsi Bali masih terdapat berbagai masalah yang belum

    dapat terselesaikan. Tingkat pengangguran dan kemiskinan Provinsi Bali masih

    termasuk tinggi yaitu sebesar 77.577 orang dan 229.100 orang pada tahun 2007.

    Hal ini menjadi suatu kondisi yang dilematis bagi Pemerintah Provinsi Bali di

    tengah pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah yang pesat, terlebihdengan adanya kebijakan yang memprioritaskan pembangunan Provinsi Bali pada

    sektor pariwisata. Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk

    menganalisis sejauh mana peran sektor pariwisata bagi pembangunan Provinsi

    Bali. Hal ini dilihat berdasarkan kontribusinya terhadap perekonomian,

    pembentukan keterkaitan antar sektor, output, pendapatan dan kesempatan kerja

    masyarakat.

    Data yang digunakan adalah data sekunder dari BPS pusat dan media

    informasi lainnya. Analisis yang digunakan adalah analisis input-output dari Tabel

    Input-Output Provinsi Bali tahun 2007 updating menggunakan program Grimp

    danMicrosoft Office Excel 2007.

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    3/95

    Berdasarkan analisis deskriptif dari Tabel Input-Output Provinsi Bali

    tahun 2007 transaksi domestik atas dasar harga produsen, sektor pariwisata

    memiliki peran yang relatif besar terhadap struktur perekonomian Provinsi Bali.Hal ini dapat dilihat dari posisi sektor pariwisata yang berada pada urutan pertama

    untuk struktur permintaan sebesar 36.00 persen dari total permintaan, konsumsi

    rumah tangga sebesar 30.75 persen dari total konsumsi rumah tangga, ekspor

    sebesar 69.30 persen dari total ekspor, dan nilai tambah bruto sebesar 37.77

    persen dari total nilai tambah bruto. Sedangkan untuk struktur konsumsi

    pemerintah dan investasi sektor pariwisata terhadap total perekonomian Provinsi

    Bali masing-masing sebesar 15.22 persen dan 8.79 persen.

    Sektor pariwisata secara keseluruhan memiliki keterkaitan (langsung dan

    langsung dan tidak langsung) yang tinggi baik sektor pengguna input maupun

    output, berarti sektor ini dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lain

    baik hulu maupun hilirnya. Subsektor hotel bintang memiliki nilai terbesar padaketerkaitan langsung dan langsung dan tidak langsung ke depan. Sedangkan pada

    keterkaitan langsung dan langsung dan tidak langsung ke belakang, subsektor

    travel biro yang memiliki nilai terbesar.

    Hasil analisis terhadap dampak penyebaran sektor pariwisata

    menunjukkan bahwa kepekaan penyebaran lebih besar dibandingkan dengan

    koefisien penyebaran. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata mempunyai

    kemampuan yang lebih besar dalam mendorong pertumbuhan industri hilirnya

    dibandingkan dengan kemampuan untuk mendorong pertumbuhan industri

    hulunya. Subsektor travel biro memiliki nilai koefisien penyebaran tertinggi.

    Sedangkan untuk kepekaan penyebaran, sektor hotel bintang memiliki nilai

    tertinggi.

    Berdasarkan nilai multiplier output tipe I dan tipe II, nilai multiplier output

    tipe I sektor pariwisata adalah 1.5231 dan tipe II sebesar 1.9657. Nilai multiplier

    pendapatan tipe I sektor pariwisata adalah sebesar 1.4783 dan tipe II adalah

    sebesar 1.8801.Sedangkan untuk multiplier tenaga kerja tipe I sektor pariwisataadalah sebesar 1.9531 dan tipe II sebesar 2.7533. Subsektor travel biro

    mempunyai nilai multiplier output tipe I dan tipe II. Dari hasil analisis multiplier

    pendapatan tipe II dan tipe II, subsektor atraksi budaya merupakan subsektor

    pariwisata yang paling berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

    Provinsi Bali. Pada analisis multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II, subsektor

    atraksi budaya mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak bagi masyarakat.Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka Pemerintah Provinsi Bali harus

    melakukan pembangunan yang berimbang terhadap sektor pariwisata dan sektor

    lainnya. Hal ini dikarenakan kontribusi pariwisata terhadap perekonomian

    Provinsi Bali relatif besar dan sangat sensitif dalam menyerap tenaga kerja,

    namun sektor yang paling berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat dan

    output perekonomian bukan dari sektor pariwisata. Pemerintah juga diharapkan

    memperhatikan kelangsungan hidup pariwisata dalam rangka meningkatkan

    jumlah kunjungan wisatawan dengan cara mengembangkan sarana dan prasaranapendukung kepariwisataan, meningkatkan pelayanan kepariwisataan, menjaga

    kondisi keamanan Provinsi Bali dan meningkatkan kegiatan promosi.

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    4/95

    ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK

    MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN

    PENDAPATAN MASYARAKAT

    PROVINSI BALI

    Oleh

    ARISA SANTRI

    H14050903

    Skripsi

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

    Departemen Ilmu Ekonomi

    DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2009

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    5/95

    Judul Skripsi : ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA

    UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN

    KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKATPROVINSI BALI

    Nama : Arisa Santri

    NIM : H14050903

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing,

    Manuntun Parulian Hutagaol, Ph. D

    NIP. 19570904 198303 1 005

    Mengetahui,

    Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

    Rina Oktaviani, Ph.D

    NIP. 19641023 198903 2 002

    Tanggal Lulus :

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    6/95

    PERNYATAAN

    DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

    BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

    DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

    PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

    Bogor, Agustus 2009

    Arisa Santri

    H14050903

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    7/95

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 April 1987 dengan nama

    lengkap Arisa Santri. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari

    pasangan Hiras Situmorang dan Rusmina Barasa. Penulis mengawali

    pendidikannya pada tahun 1993 sampai tahun 1999 di SDN Tebet Timur 19 Pagi

    Jakarta. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari

    tahun 1999 sampai tahun 2002 di SLTPN 73 Jakarta. Setelah itu, penulis

    melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 49 Jakarta dan lulus pada

    tahun 2005.

    Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian

    Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan

    terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan

    Manajemen (FEM). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai

    kepanitiaan seperti Olimpiade Mahasiswa IPB, Futsal Nasional, Hipotex-R, Masa

    Perkenalan Fakultas, dan Masa Perkenalan Departemen.

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    8/95

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha

    Esa, karena atas segala berkat dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan

    tugas akhir ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

    gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi

    Manajemen IPB. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Potensi Sektor

    Pariwisata Untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja dan Pendapatan

    Masyarakat Provinsi Bali.

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Manuntun Parulian

    Hutagaol, Ph. D, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu

    dan membimbing penulis dengan kesabaran dalam proses penyusunan skripsi ini

    sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih

    kepada Bapak Alla Asmara, M.Si selaku penguji utama dan Ibu Widyastutik,

    M.Si selaku Komisi Pendidikan atas saran dan kritiknya yang membangun demi

    perbaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Ir. Eko Oesman untuk

    kesediaannya membantu penulis dalam memperoleh data dan semua waktu dan

    tenaga yang diberikan untuk mengajarkan penulis akan banyak hal. Penulis juga

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis

    yaitu Hiras Situmorang (Papi) dan Rusmina Barasa (Mami) atas doa, perhatian,

    dan dukungannya. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan

    pihak lain yang membutuhkan.

    Bogor, Agustus 2009

    Arisa Santri

    H14050903

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    9/95

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Daftar Isi ............................................................................................................. i

    Daftar Tabel ...................................................................................................... iv

    Daftar Gambar .................................................................................................... vi

    Daftar Lampiran ................................................................................................. vi

    BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

    1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 4

    1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 8

    1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 8

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ............... 9

    2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................... 9

    2.1.1 Pengertian Pariwisata ............................................................... 9

    2.1.2 Fungsi dan Tujuan Kepariwisataan .......................................... 9

    2.1.3 Dampak Kegiatan Pariwisata dari Segi Ekonomi .................... 10

    2.1.4 Pendapatan Wilayah dan Masyarakat ...................................... 11

    2.1.5 Pengertian Pengangguran dan Kesempatan Kerja ................... 12

    2.1.6 Peranan Pembangunan Pariwisata terhadap Kesempatan

    Kerja dan Pendapatan Masyarakat ........................................... 13

    2.2 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 152.2.1 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 15

    2.2.2 Kerangka Teoritis ..................................................................... 20

    2.2.2.1 Model Input-Output ..................................................... 20

    2.2.2.2 Struktur Tabel Input-Output ........................................ 21

    BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 24

    3.1 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 24

    3.2 Metode Analisis ................................................................................ 24

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    10/95

    3.2.1 Koefisien Input ...................................................................... 24

    3.2.2 Analisis Keterkaitan .............................................................. 26

    3.2.3 Analisis Dampak Penyebaran ................................................ 28

    3.2.4 Analisis Pengganda (Multiplier) ............................................ 29

    3.3 Definisi Operasional Data ................................................................ 33

    BAB IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI BALI ......................................... 39

    4.1 Kondisi Geografis Bali ..................................................................... 39

    4.2 Kondisi Kependudukan ..................................................................... 40

    4.3 Kondisi Perekonomian ...................................................................... 41

    4.4 Sektor Pariwisata ............................................................................. 42

    BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 44

    5.1 Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Struktur Perekonomian

    Provinsi Bali ................................................................................... 44

    5.1.1 Struktur Permintaan dan Penawaran ..................................... 44

    5.1.2 Struktur Konsumsi Rumah Tangga ....................................... 46

    5.1.3 Struktur Konsumsi Pemerintah ............................................... 48

    5.1.4 Struktur Investasi .................................................................... 49

    5.1.5 Struktur Ekspor dan Impor .................................................... 51

    5.1.6 Struktur Nilai Tambah Bruto ................................................. 53

    5.2 Analisis Keterkaitan ......................................................................... 55

    5.2.1 Keterkaitan ke Depan ............................................................ 55

    5.2.2 Keterkaitan ke Belakang ........................................................ 58

    5.3 Analisis Penyebaran ......................................................................... 59

    5.3.1 Koefisien Penyebaran ............................................................ 595.3.2 Kepekaan Penyebaran ........................................................... 61

    5.4 Analisis Dampak Multiplier ............................................................. 62

    5.4.1 Analisis Dampak Multiplier Output ...................................... 63

    5.4.2 Analisis Dampak Multiplier Pendapatan ............................... 66

    5.4.3 Analisis Dampak Multiplier Tenaga Kerja............................. 68

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    11/95

    BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 72

    6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 72

    6.2 Saran ................................................................................................. 73

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 75

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    12/95

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    1. Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Indonesia, Rata-Rata Pengeluaran

    per Orang (USD), Rata-Rata Lama Tinggal (Hari), Penerimaan

    Devisa (Juta USD) Tahun 2000-2007 ............................................................ 2

    2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan

    2000 Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Bali Tahun 2004-2007

    (Jutaan Rupiah) .............................................................................................. 5

    3. Ilustrasi Tabel Input-Output ........................................................................... 224. Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa) .............................. 40

    5. Jumlah Penduduk yang Bekerja Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa).................. 41

    6. Penduduk yang Mencari Pekerjaan Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa) ............ 41

    7. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian

    di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) ..................................................... 45

    8. Konsumsi Rumah Tangga Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi

    Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) .................................................................... 47

    9. Konsumsi Pemerintah Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi BaliTahun 2007(Juta Rupiah) ............................................................................. 49

    10. Investasi Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007

    (Juta Rupiah) ................................................................................................ 50

    11. Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali

    Tahun 2007 (Juta Rupiah) ........................................................................... 52

    12. Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Terhadap

    Nilai Tambah Bruto Tahun 2007 (Juta Rupiah) .......................................... 53

    13. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang Sektor-Sektor

    Perekonomian di Pariwisata Bali ................................................................. 56

    14. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang Subsektor Pariwisata

    di Provinsi Bali ............................................................................................ 57

    15. Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor

    Perekonomian di Provinsi Bali ..................................................................... 60

    16. Koefesien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Subsektor

    Pariwisata di Provinsi Bali ............................................................................ 61

    17. Multiplier Output Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali ................. 64

    18. Multiplier Output Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali ............................. 65

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    13/95

    19. Multiplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali ......... 67

    20. Multiplier Pendapatan Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali ...................... 68

    21. Multiplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali ...... 69

    22. Multiplier Tenaga Kerja Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali ................... 70

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    14/95

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    1. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 19

    2. Peta Provinsi Bali ........................................................................................... 39

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Halaman

    1. Klasifikasi 28 Sektor Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 ............. 77

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    15/95

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar belakang

    Pariwisata merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perjalanan. Adanya

    kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara akan berpengaruh

    pada konsumsi wisatawan. Pengeluaran wisatawan tertuju ke berbagai industri

    dan jasa lainnya selama wisatawan berkunjung ke daerah wisata tertentu.

    Dampaknya akan terlihat pada nilai belanja pengeluaran wisatawan, sehingga

    akan berpengaruh terhadap kesempatan kerja, pendapatan, dan penerimaan devisa

    bagi daerah tujuan wisatawan. Selain itu, sektor pariwisata juga menjadi industri

    yang mempunyai keterkaitan dengan sektor pembangunan lain.

    Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 18.110

    pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara

    Indonesia memiliki potensi alam, keanekaragaman flora dan fauna, peninggalan

    purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang semuanya itu

    merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan

    dan peningkatan kepariwisataan. Modal tersebut harus dimanfaatkan secara

    optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang secara umum bertujuan

    untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan

    kesejahteraan rakyat dan menciptakan lapangan kerja dalam rangka mengurangi

    angka pengangguran.

    Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami

    fluktuasi setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, dua

    diantaranya yaitu kondisi keamanan Indonesia dan nilai tukar rupiah terhadap

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    16/95

    mata uang asing. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia membuat

    sektor pariwisata sangat berperan dalam perekonomian Indonesia, hal ini

    dikarenakan sektor pariwisata mampu mendatangkan devisa bagi negara. Faktor

    keamanan dan juga nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan

    mempengaruhi jumlah penerimaan devisa dari sektor pariwisata. Akibatnya,

    devisa yang diterima negara juga ikut berfluktuasi (Anonim, 2008). Hal ini dapat

    dilihat melalui Tabel 1.

    Tabel 1. Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Indonesia, Rata-Rata Pengeluaran

    per Orang (USD), Rata-Rata Lama Tinggal (Hari), Penerimaan Devisa

    (Juta USD) Tahun 2000-2007

    TAHUN JUMLAHWISATAWAN

    MANCANEGARA

    RATA-RATA

    PENGELUARAN

    PER ORANG (USD)

    RATA-

    RATA

    LAMA

    TINGGAL(HARI)

    PENERIMAANDEVISA

    (JUTA USD)

    PER

    KUNJUNGAN

    PER

    HARI

    2000 5.064.217 1.135,18 92,59 12,26 5.748,80

    2001 5.153.620 1.053,36 100,42 10,49 5.396,262002 5.033.400 893,26 91,29 9,79 4.305,56

    2003 4.467.021 903,74 93,27 9,69 4.037,02

    2004 5.321.165 901,66 95,17 9,47 4.797,88

    2005 5.002.101 904,00 99,86 9,05 4.521,89

    2006 4.871.351 913,09 100,48 9,09 4.447,98

    2007 5.505.759 970,98 107,70 9,02 5.345,98Sumber: Departemen Budaya dan Pariwisata, 2008

    Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa kunjungan wisatawan

    mancanegara dan penerimaan devisa mengalami fluktuasi. Jumlah kunjungan

    terbanyak terjadi pada tahun 2007 dan terendah pada tahun 2003. Sedangkan

    penerimaan devisa terbesar terjadi pada tahun 2000 dan terendah pada tahun 2003.

    Sumbangan sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto

    memperlihatkan bahwa pada tahun 2007, sektor pariwisata memberikan

    kontribusi sebesar Rp. 338,807.2 milyar yang menjadikan sektor pariwisata

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    17/95

    berada pada posisi kedua setelah sektor industri manufaktur yang memberikan

    kontribusi sebesar Rp. 538,084.6 milyar. Sumbangan sektor pariwisata terus

    mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai tahun 2008, dengan angka

    sementara pada tahun 2008 sektor pariwisata menyumbang sebesar Rp. 363,314.0

    milyar terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia (BPS, 2008).

    Bali merupakan daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Provinsi Bali

    yang dikenal sebagai pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura mempunyai peran

    yang strategis dalam pembangunan Indonesia, khususnya sektor pariwisata.

    Industri pariwisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu penggerak roda

    perekonomian nasional, sebagian besar dihasilkan dari pulau Bali. Segala upaya

    dilakukan untuk mempertahankan keberadaan pulau Bali dalam menjaring

    wisatawan untuk berbondong-bondong datang ke pulau yang sarat dengan budaya

    dan seni ini.

    Berkembangnya pariwisata di Bali mengakibatkan sektor pariwisata

    berperan sebagai sektor penggerak utama (leading sector) perekonomian Bali. Hal

    itu ditunjukkan dengan sumbangan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR)

    yang mencapai rata-rata 30 persen dalam pembentukan Produk Domestik

    Regional Bruto (PDRB) Bali sedangkan sektor pertanian berada di urutan kedua

    dengan sumbangan sebesar 20 persen. Sebagai sektor penggerak utama, sektor

    pariwisata menjadi faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi Bali. Hal tersebut

    dapat dibuktikan dengan melihat pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2004,

    ketika sektor PHR tumbuh 1,60 persen mendorong pertumbuhan ekonomi

    mencapai 2,72%. Sebaliknya, ketika pariwisata Bali mengalami gangguan dengan

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    18/95

    adanya serangan bom Kuta dan Jimbaran pada 1 Oktober 2005, yang selanjutnya

    diikuti oleh kontraksi pertumbuhan di sektor PHR menyebabkan kontraksi

    pertumbuhan ekonomi Bali (Sanjaya, 2006).

    Struktur perekonomian Bali yang dibangun lewat keunggulan pariwisata

    sebagai sektor pemimpin (leading sector) telah membuka beragam peluang yang

    dapat mendorong aktivitas ekonomi serta pengembangan etos kerja masyarakat.

    Dimensi itu tergambar dari meluasnya kesempatan kerja, tingginya tingkat

    pendapatan masyarakat, dan luasnya jaringan kerja yang meliputi batas-batas

    lokal sampai tingkat nasional, bahkan ke tingkat internasional.

    1.2. Perumusan Masalah

    Provinsi Bali sangat terkenal dengan pariwisatanya sehingga

    perekonomian Bali sangat tergantung pada sektor pariwisata yang dijadikan

    sebagai sektor unggulan. Hal ini dapat dilihat melalui kontribusi sektor pariwisata

    terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali yang merupakan

    kontribusi terbesar dibandingkan dengan sektor usaha lain.

    Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa sektor pariwisata melalui

    perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk

    Domestik Regional Bruto dibandingkan dengan sektor lain. Pada tahun 2004-2007

    sumbangan sektor pariwisata terus mengalami peningkatan. Kenyataan ini

    membuat provinsi Bali memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan terus

    meningkat. Keadaan ini membuat pemerintah daerah Provinsi Bali fokus pada

    pembangunan sektor pariwisata supaya pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali selalu

    tinggi.

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    19/95

    Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan

    2000 Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Bali Tahun 2004-2007

    (Jutaan Rupiah)

    Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007

    1. Pertanian,

    Peternakan,

    Kehutanan &

    Perikanan

    4.406.176,32 4.591.023,82 4.779.419,37 4.898.453,92

    2. Pertambangan dan

    Penggalian

    129.042,07 134.169,95 137.571,19 141.657,45

    3. Industri Pengolahan 1.912.465,14 2.010.190 2.097.824,93 2.289.788,43

    4. Listrik, Gas & AirBersih 293.696,43 309.674,46 330.019,17 356.044,27

    5. Bangunan 777.745,96 820.194,83 857.213,62 909.435,80

    6. Perdagangan, Hotel

    & Restoran

    6.114.703,22 6.497.875,99 6.830.201,87 7.348.126,09

    7. Angkutan &

    Komunikasi

    2.051.578,77 2.190.464,42 2.323.287,07 2.575.564,36

    8. Keuangan, Persewaan

    & Jasa Perusahaan

    1.462.272,55 1.568.435,47 1.673.782,28 1.734.273,10

    9. Jasa Jasa 2.815.563,35 2.950.414.91 3.155.359,78 3.243.703,65

    Produk DomestikRegional Bruto 19.963.243,8121.072.444,7922.184.679,2823.497.047,07

    Sumber : BPS Provinsi Bali, 2008.

    Sebagai penggerak utama dalam pembangunan perekonomian Bali,

    pembangunan sektor pariwisata diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah

    ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas kesempatan kerja,

    memperluas kesempatan berusaha, memenuhi kebutuhan dasar rakyat,

    memeratakan pendapatan masyarakat, serta mempercepat pengentasan

    kemiskinan.

    Di sisi lain, di Provinsi Bali masih terdapat berbagai masalah yang belum

    dapat terselesaikan diantaranya adalah masalah pengangguran dan kemiskinan.

    Jumlah pengangguran tersebut juga masih terjadi fluktuasi tiap tahunnya. Pada

    tahun 2005 angka pengangguran Provinsi Bali sebesar 106.430 jiwa dan

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    20/95

    mengalami peningkatan pada tahun 2006 menjadi 120.188 jiwa. Peningkatan

    tersebut diakibatkan karena belum pulihnya kondisi keamana Provinsi Bali setelah

    mengalami tragedi bom Bali II pada tahun 2005. Pada tahun 2007, kondisi

    Provinsi Bali mulai membaik dan angka pengangguran mengalami penurunan

    yaitu menjadi sebanyak 77.577 jiwa.

    Jumlah pengangguran tersebut sangat mempengaruhi jumlah kemiskinan

    yang terdapat di Bali. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali sangat

    berfluktuatif, pada Maret 2004 angka kemiskinan di Bali sebesar 231.900 orang

    dan mengalami penurunan pada Maret 2005 menjadi sebanyak 228.400 jiwa.

    Namun pada Maret 2007, jumlah ini meningkat menjadi 229.100 jiwa dan

    kembali mengalami penurunan pada Maret 2008 menjadi sebanyak 215.700 jiwa

    Pariwisata Bali sangat tergantung pada jumlah wisatawan yang berkunjung

    ke Bali. Peningkatan kunjungan wisatawan akan meningkatkan pengeluaran

    wisatawan (tourist expenditure), dan akhirnya meningkatkan efek pengganda

    (multiplier effects), perolehan devisa, perluasan kesempatan kerja yang akan

    mengurangi pengangguran, dan peningkatan pendapatan untuk mengurangi angka

    kemiskinan.

    Hal tersebut dapat dilihat ketika terjadi peledakan bom Bali I pada tanggal

    12 Oktober 2002 yang memberikan pengaruh besar bagi perekonomian di

    Indonesia khususnya di Bali. Karena sebagian besar korban dari peledakan bom

    tersebut adalah wisatawan asing, hal ini mengakibatkan penurunan terutama

    disektor pariwisata dan sektor perdagangan. Akibatnya, kedatangan wisatawan

    asing langsung pada tahun 2002 menurun sekitar 6,84% dan di tahun 2003 masih

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    21/95

    mengalami penurunan sebesar 5,76%. Penurunan jumlah wisatawan ini akan

    mempengaruhi pengeluaran wisatawan yang dampaknya terhadap pendapatan

    masyarakat mencapai 45,3% (Anonim, 2004).

    Begitu juga dengan kejadian bom Bali II pada 1 Oktober 2005 yang

    dampaknya luar biasa. Kunjungan wisman langsung yang biasanya mencapai rata-

    rata 4.000 orang per hari merosot tajam menjadi hanya sekitar 2.000 orang saja.

    Kondisi ini membuat Bali berpotensi kehilangan 2 juta dolar AS per hari dari

    belanja wisman (diasumsikan rata-rata pengeluaran wisman per hari 1.000 dolar

    AS). Kejadian bom Bali I dan II berlanjut kepada adanya kasus pemutusan

    hubungan kerja (PHK), terutama di lingkungan usaha sektor perhotelan, restoran,

    rumah makan, biro perjalanan atau usaha lainnya yang terkait pariwisata, menjadi

    tidak terhindarkan (Ary, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran

    wisatawan melalui kunjungan wisatawan mancanegara sangat menentukan

    pariwisata dan perekonomian Bali.

    Dengan kebijakan pemerintah yang memprioritaskan pembangunan

    wilayah pada sektor pariwisata, maka perlu diteliti sudah seberapa jauhkah peran

    sektor pariwisata dalam meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat,

    dan tingkat output serta keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor ekonomi lain.

    Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana peran sektor pariwisata dalam struktur perekonomian ProvinsiBali?

    2. Bagaimana peran sektor pariwisata dalam keterkaitannya dengan sektorekonomi lain di Provinsi Bali?

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    22/95

    3. Bagaimana peran sektor pariwisata terhadap laju pertumbuhan output,pendapatan, dan kesempatan kerja masyarakat?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Menganalisis peran sektor pariwisata dalam struktur perekonomian diProvinsi Bali.

    2. Menganalisis peran sektor pariwisata dalam keterkaitannya dengan sektor-sektor ekonomi lainnya di Provinsi Bali.

    3. Menganalisis peran sektor pariwisata terhadap pertumbuhan output,pendapatan, dan kesempatan kerja masyarakat.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan mengenai

    peranan pariwisata melalui sumbangan pariwisata yang berdampak pada

    perekonomian Provinsi Bali serta keterkaitan dengan input dan output

    pembangunan, terutama peranannya dalam mengatasi masalah kemiskinan dan

    pengangguran. Sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

    masukan dan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Bali dalam

    menentukan kebijakan pembangunan pariwisata dan dampaknya terhadap sektor

    pembangunan lainnya untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan di

    Provinsi Bali.

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    23/95

    II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

    2.1. Tinjauan Pustaka

    2.1.1. Pengertian Pariwisata

    Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu

    Pari dan Wisata. Kata Pari berarti penuh, seluruh, atau semua dan kata Wisata

    berarti perjalanan. Syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata

    apabila: a) Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lain, di luar

    tempat kediaman orang biasa itu tinggal; b) Tujuan perjalanan semata-mata untuk

    bersenang-senang, dan tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang

    dikunjunginya; c) Semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjunginya

    (Yoeti, 2003)

    Sedangkan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, wisata adalah

    kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

    mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau

    mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu

    sementara. Pariwisata adalah segala berbagai macam kegiatan wisata dan

    didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

    pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

    2.1.2. Fungsi dan Tujuan Kepariwisataan

    Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

    tentang kepariwisataan, kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani,

    rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    24/95

    meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Selain

    memiliki fungsi, kepariwisataan juga mempunyai tujuan, yaitu untuk:

    a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi

    b. meningkatkan kesejahteraan rakyat

    c. menghapus kemiskinan

    d. mengatasi pengangguran

    e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya

    f. memajukan kebudayaan

    g. mengangkat citra bangsa

    h. memupuk rasa cinta tanah air

    i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa

    j. mempererat persahabatan antarbangsa.

    2.1.3. Dampak Kegiatan Pariwisata dari Segi Ekonomi

    Menurut Wahab (2003), dampak utama kegiatan pariwisata dari segi

    ekonomi terhadap level nasional (makro) dapat ditinjau dari dua segi:

    1. Akibat langsung yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap bidangekonomi meliputi:

    !

    Akibatnya terhadap neraca pembayaran

    ! Akibatnya untuk kesempatan kerja! Akibatnya dalam mendistribusikan pendapatan lagi.

    2. Akibat tidak langsung yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata,mencakup:

    ! Hasil ganda (multiplier)

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    25/95

    ! Hasilnya dalam memasarkan produk-produk tertentu! Hasilnya untuk sektor pemerintah (pajak)! Hasil tiruanyang mempengaruhi masyarakat.

    2.1.4. Pendapatan Wilayah dan Masyarakat

    Setiap tahun produktivitas masyarakat diukur untuk dilihat bagaimana

    keberhasilan masyarakat atau negara dalam melaksanakan pembangunan

    (Budiman, 1996). Produktivitas ini diukur oleh Produk Domestik Regional Bruto

    (PDRB). PDRB berperan dalam membuat perencanaan dan kebijaksanaan dalam

    pembangunan ekonomi daerah, menentukan arah pembangunan, dan

    mengevaluasi hasil pembangunan (Warningsih, 2001).

    Untuk melihat kemampuan suatu wilayah dalam menghasilkan pendapatan

    atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di

    suatu wilayah, maka indikator yang digunakan adalah PDRB per kapita. PDRB

    per kapita diperoleh dengan membagi nilai total PDRB dengan jumlah penduduk.

    Dengan nilai ini maka produksi rata-rata setiap orang di suatu wilayah dapat

    diketahui (Budiman, 1996).

    Menilai suatu kebijakan tertentu yang dilaksanakan dalam suatu program

    atau proyek sebagai perwujudan dari kebijaksanaan pembangunan dapat

    berdampak pada kesejahteraan. Oleh karena itu, persoalannya adalah apakah

    dalam menentukan salah satu dari tindakan alternatif pilihan keputusan tertentu

    akan memperbaiki atau justru memperburuk kesejahteraan masyarakat. Supaya

    sumber daya dapat dimanfaatkan secara optimal, maka harus memenuhi kriteria

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    26/95

    tertentu, seperti efisiensi, pemerataan, berdasarkan keadilan, dan mengarah

    kepada keberlanjutan (Budiman, 1996).

    2.1.5. Pengertian Pengangguran dan Kesempatan Kerja

    Definisi dari penganggur adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan,

    lengkapnya orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan.

    Penganggur semacam ini oleh BPS dinyatakan sebagai penganggur terbuka

    (Dumairy, 1996). Menurut Bellante dan Jackson (1990), secara konseptual

    pengangguran dibagi menjadi tiga, yaitu:

    a. Pengangguran friksionalPengangguran friksional dikatakan ada apabila para majikan yang

    mempunyai lowongan kerja dan terlibat dalam proses pencarian tenaga

    kerja masih belum menemukan tenaga kerja yang dimaksudkannya.

    b. Pengangguran strukturalPerngangguran struktural dikatakan ada apabila lowongan yang ada

    membutuhkan keahlian yang berbeda daripada yang dimiliki pekerja

    penganggur atau lowongan pekerjaan yang dapat diperoleh itu berada

    dalam kawasan geografis lain dari lokasi tempat tinggal pekerja yang

    menganggur.

    c. Pengangguran karena kurangnya permintaanPengangguran ini timbul apabila pada tingkat upah dan harga yang sedang

    berlaku, tingkat permintaan akan tenaga kerja secara keseluruhan

    terlampau rendah, dengan akibat bahwa jumlah tenaga kerja yang diminta

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    27/95

    perekonomian secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan dengan

    jumlah pekerja yang menawarkan tenaga kerjanya.

    Kesempatan kerja menurut Departemen Tenaga Kerja (1994) dalam

    Warningsih (2001) adalah jumlah lapangan kerja dalam satuan orang yang dapat

    disediakan oleh seluruh sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam arti yang

    lebih luas, kesempatan kerja tidak hanya menyangkut jumlahnya, tetapi juga

    kualitasnya. Penggolongan lapangan usaha atau industri diklasifikasikan oleh BPS

    sebagai berikut:

    1. Pertanian, perburuan, kehutanan, dan perikanan,2. Pertambangan dan penggalian,3. Industri Pengolahan,4. Listrik, gas, dan air,5. Bangunan,6. Perdagangan, rumah makan, dan hotel,7. Pengangkutan/pergudangan dan komunikasi,8. Keuangan, asuransi dan perdagangan benda tak bergerak/usaha persewaan

    bangunan, tanah, jasa, perusahaan, dan

    9.

    Jasa-jasa kemasyarakatan, sosial, dan pribadi.

    2.1.6. Peranan Pembangunan Pariwisata terhadap Kesempatan Kerja dan

    Pendapatan Masyarakat

    Pariwisata merupakan sektor yang menyerap kebutuhan tenaga orang dan

    tidak hanya mementingkan mesin-mesin. Banyak kegiatan yang biasanya

    ditimbulkan oleh pariwisata pada suatu negara akan mendatangkan lebih banyak

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    28/95

    kesempatan kerja dari suatu sektor ekonomi lainnya. Alasannya adalah karena

    sektor pariwisata umumnya berorientasi pada penjualan jasa. Akibat langsung

    pariwisata pada bidang kesempatan kerja dirasakan lebih mendatangkan manfaat

    pada negara-negara yang sedang berkembang daripada negara-negara industri

    maju (Wahab, 2003).

    Pembangunan pariwisata berpengaruh positif terhadap perluasan peluang

    usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan

    wisatawan. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan

    membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel,

    wisma, restoran, warung, angkutan, dagang asongan, sarana olahraga, jasa, dan

    lain-lain. Peluang usaha tersebut akan akan memberi kesempatan kepada

    masyarakat untuk bekerja sebagai karyawan. Dengan munculnya peluang usaha

    dan kerja ini, maka angka pengangguran dapat diturunkan (Wahab, 2003).

    Pembangunan kepariwisataan ditujukan untuk memberikan manfaat

    kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan peningkatan kualitas hidup dan

    kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pariwisata mampu memberikan

    kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berusaha dan bekerja. Kunjungan

    wisatawan ke suatu daerah memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

    peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian pariwisata akan mampu

    memberi andil besar dalam penghapusan kemiskinan melalui peningkatan

    pendapatan masyarakat di berbagai daerah yang miskin potensi ekonomi lain

    selain potensi alam dan budaya bagi kepentingan pariwisata (Marpaung, 2002).

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    29/95

    Penelitian yang pernah dilakukan di Kenya dan Meksiko menyimpulkan

    bahwa jumlah kesempatan kerja yang masih bersifat relatif ditimbulkan pada

    setiap unit modal yang ditanam, cenderung lebih tinggi dalam bidang pariwisata

    daripada kegiatan-kegiatan sektor swasta lainnya. Penelitian yang dilakukan

    Murdianto (1991) mengenai dampak pariwisata terhadap peluang usaha/kerja

    sektor luar pertanian di pedesaan yang mengambil lokasi penelitian pada tiga

    obyek wisata di Kabupaten Serang menunjukkan bahwa industri pariwisata di

    Kabupaten Serang memberi peluang usaha/kerja bagi masyarakat di sekitar obyek

    wisata, terutama dalam bentuk usaha informal yang mendukung dan melengkapi

    usaha pariwisata.

    Rachmawati (2005), melakukan penelitian mengenai dampak pariwisata

    alam terhadap pendapatan masyarakat sekitar kawasan wisata dan jumlah

    lapangan pekerjaan yang terbuka akibat adanya kegiatan wisata yang

    menggunakan metode wawancara kepada masyarakat, pihak pengelola, dan

    pengunjung kawasan wisata melalui pintu masuk Cibodas dan pintu masuk

    Selabintana. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa pendapatan

    masyarakat di pintu masuk Cibodas lebih besar dibandingkan dengan di

    Selabintana. Jenis pekerjaan yang terbuka juga lebih banyak di Cibodas

    dibandingkan dengan di Selabintana.

    2.2. Kerangka Pemikiran

    2.2.1. Kerangka Pemikiran Operasional

    Sektor pariwisata memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB

    Provinsi Bali setiap tahunnya sehingga Provinsi Bali memiliki pertumbuhan

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    30/95

    ekonomi yang tinggi. Kontribusi PDRB dan laju pertumbuhan yang tinggi

    ternyata belum mampu mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran yang

    terjadi di Provinsi Bali. Masalah kemiskinan dan pengangguran menjadi

    permasalahan yang rumit dihadapi Indonesia termasuk di dalamnya Provinsi Bali.

    Proses penghapusan masalah kemiskinan dan pengangguran yang lambat

    menyebabkan masyarakat terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan sehingga

    masyarakat berada pada kualitas kesejahteraan yang rendah.

    Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat dengan cepat adalah melalui peningkatan satu atau beberapa sektor

    ekonomi kunci. Pemilihan sektor tersebut dapat mencerminkan peningkatan

    kesejahteraan mayarakat melalui peningkatan pendapatan, pengurangan tingkat

    pengangguran, pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, dan penghapusan

    kemiskinan. Peningkatan output sektor kunci akan meningkatkan output sektor-

    sektor lainnya melalui proses penggandaan (multiplier) dan keterkaitan (linkage)

    antar sektor. Melalui proses penetesan ke bawah (trickle down effect), peningkatan

    output berbagai sektor ekonomi akan menyebabkan peningkatan pendapatan

    berbagai golongan masyarakat di wilayah yang bersangkutan. Peningkatan

    pendapatan sekaligus mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

    Peristiwa Bom Bali I yang terjadi pada tahun 2002 dan Bom Bali II pada

    tahun 2005 mengakibatkan berkurangnya jumlah wisatawan terutama wisatawan

    mancanegara yang berkunjung ke Bali. Pengurangan jumlah wisatawan ini

    mengakibatkan penurunan konsumsi wisatawan yang pada akhirnya

    mengakibatkan pengurangan tenaga kerja pada lapangan pekerjaan yang terkait

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    31/95

    dengan kegiatan pariwisata. Pengurangan tenaga kerja tersebut meningkatkan

    jumlah pengangguran dan kemiskinan ikut meningkat karena tingkat pendapatan

    yang menurun. Oleh karena itu, pemilihan sektor pariwisata sebagai sektor

    prioritas di Provinsi Bali dianggap mampu meningkatkan laju pertumbuhan

    ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat yang lebih baik, dan mengurangi

    angka pengangguran. Kemampuan tersebut dilihat berdasarkan pembentukan

    keterkaitan dan kepekaan antar sektor, dan dampak terhadap pengganda

    (multiplier) output, pendapatan dan tenaga kerja.

    Permasalahan kemiskinan dan pengangguran dianalisis dengan

    menggunakan analisis input-output. Untuk masalah kemiskinan yang mencakup

    masalah pendapatan masyarakat dianalisis melalui analisis pengganda (multiplier)

    pendapatan. Melalui analisis ini, akan ditunjukkan seberapa besar peran sektor

    pariwisata Provinsi Bali mampu merangsang peningkatan pendapatan rumah

    tangga yang bekerja pada sektor pariwisata dan sektor-sektor ekonomi lain.

    Sedangkan untuk masalah pengangguran, akan dianalisis menggunakan analisis

    pengganda (multiplier) tenaga kerja. Analisis ini memberikan gambaran mengenai

    kemampuan sektor pariwisata dalam menyerap tenaga kerja bagi sektor pariwisata

    dan sektor-sektor lain.

    Dalam perekonomian, terdapat berbagai sektor ekonomi. Perekonomian

    yang kuat dan mantap adalah perekonomian yang sektor-sektor ekonominya

    saling menopang dan terkait erat satu sama lain. Untuk menganalisis keterkaitan

    antar sektor pariwisata dengan sektor lain digunakan analisis keterkaitan. Dalam

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    32/95

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    33/95

    Keterangan:

    ( ) : Analisis yang digunakan

    Gambar 1. Kerangka Pemikiran

    Perekonomian Provinsi Bali

    Masalahekonomi

    (kemiskinan)

    Masalahekonomi

    (pengangguran)

    Sektor

    Pariwisata

    Sektor ekonomi

    lain

    Peran sektor pariwisata

    (Analisis Input-Output)

    Keterkaitan sektor

    (Analisis keterkaitan)

    Dampak terhadap

    output

    (Analisis

    pengganda output)

    Dampak terhadap

    pendapatan

    (Analisis

    pengganda

    enda atan

    Dampak terhadap

    tenaga kerja

    (Analisis

    pengganda tenaga

    ker a

    Strategi pembangunan Provinsi

    Bali

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    34/95

    2.2.2. Kerangka Teoritis

    2.2.2.1. Model Input-Output

    Analisis Input-Output dikembangkan oleh W.Leontief pada tahun 1930

    dan tabel input-output telah berkembang menjadi salah satu metode yang paling

    luas diterima, tidak hanya untuk mendiskripsikan struktur industri suatu

    perekonomian tetapi juga mencakup cara untuk memprediksikan perubahan-

    perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Model Input-Output ini didasarkan

    atas model keseimbangan umum.

    Menurut BPS (2008), Tabel Input-Output (I-O) adalah suatu tabel yang

    menyajikan informasi tentang barang dan jasa antar sektor ekonomi dengan

    bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang kolom Tabel I-O menunjukkan

    struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi,

    baik berupa input antara maupun input primer. Isian sepanjang baris Tabel I-O

    menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk

    memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Selain itu, isian pada baris

    nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Tabel ini

    memberikan gambaran tentang:

    1.

    Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah

    masing-masing sektor.

    2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi.

    3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negerimaupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut.

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    35/95

    4. Struktur permintaan barang dan jasa baik berupa permintaan oleh berbagaisektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.

    Menurut BPS (2008), terdapat beberapa kegunaan dari analisis I-O yaitu:

    1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilaitambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan kerja di berbagai sektor

    produksi.

    2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasaterutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan

    substitusinya.

    3. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secaralangsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.

    4. Untuk mengetahui sektor-sektor yang berpengaruh paling dominan terhadappertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang paling peka terhadap

    pertumbuhan perekonomian.

    5. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikankarakteristik structural suatu perekonomian wilayah.

    2.2.2.2. Struktur Tabel Input-Output

    Struktur dari Tabel Input-Output terdiri dari suatu kerangka matriks

    berukuran n x ndimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran

    mendiskripsikan suatu hubungan tertentu (Glasson, 1997). Tabel Input-Output

    menunjukkan transaksi antar komponen suatu perekonomian, dimana terdapat dua

    sektor produksi dengan empat komponen permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah

    tangga (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah(G), dan ekspor (E) serta dua

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    36/95

    faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan kapital (N). Pada Tabel 3

    memperlihatkan gambaran mengenai format Tabel I-O.

    Tabel 3.Ilustrasi Tabel Input-Output

    Sektor

    Produksi

    Permintaan Akhir Total

    Output

    1 2 C I G E X

    Sektor

    Produksi

    1 z11 z12 C1 I1 G1 E1 X1

    2 z21 z22 C2 I2 G2 E2 X2

    Nilai

    Tambah

    L L1 L2 L

    N N1 N2 N

    Impor M M1 M2 M

    Total Input X X1 X2 C I G E XSumber: Miller dan Blair (1985) dalam Priyarsono, 2007

    Input antara terjadi karena adanya arus perpindahan barang antar sektor

    yaitu sektor i ke sektor j dan juga bisa terjadi perpindahan di dalam sektor itu

    sendiri. Tabel 2.1 menunjukkan terjadinya arus atau perpindahan barang dari

    sektor i ke sektor j. Dalam hal ini, i=j. nilai uang arus barang dan jasa dari sektor i

    ke sektor j diberi notasi Zij, total output diberi notasi Xi, dan total permintaan

    akhir sektor i diberi notasi Yi. Maka, dapat dituliskan sebagai berikut:

    X = zi1+ zi2+ + zii+ + Yi (2.1)

    Persamaan (2.1) menunjukkan distribusi output ke sektor i. Output

    sektor i didistribusikan ke sektor-sektor produksi lain dan dialokasikan ke

    pemakai akhir yang merupakan pelaku-pelaku ekonomi di dalam perekonomian

    yang secara agregat diklasifikasikan ke dalam rumah tangga dalam konsumsi

    rumah tangga, perusahaan dalam investasi, pemerintah dalam pengeluaran

    pemerintah, dan pihak luar negeri dalam ekspor. Pada persamaan (2.2) terlihat

    bahwa terdapat n sektor yang sama seperti persamaan untuk seluruh sektor

    perekonomian, yaitu:

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    37/95

    X1= z11+ z12+ + z1n+ Y1

    X2 = z21+ z22+ + z2n+ Y2

    . . . . . .

    . . . . . .

    . . . . . .Xn1= zn1 + zn2+ + znn= Yn.. (2.2)

    Sesuai dengan definisi tabel Input-Output, total input harus sama

    dengan total output. Berdasarkan sifatnya yang linear, maka dapat dituliskan

    sebagai berikut:

    X1 + X2+ L + N + M = X

    = X1+ X2+ C + I + G + E (2.3)

    Persamaan (2.3) adalah identitas dari pendapatan nasional, ditunjukkan

    oleh persamaan di ruas kiri, dimana pendapatan nasional sebagai penjumlahan

    dari balas jasa faktor-faktor produksi dalam perekonomian yang terdiri dari tenaga

    kerja dan kapital. Persamaan di ruas kanan menunjukkan pendapatan nasional

    sebagai penjumlahan dari pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku ekonomi. Dua

    persamaan tersebut menghasilkan nilai X yang sama, dapat dijabarkan sebagai

    berikut dengan menghilangkan X1dan X2, menjadi:

    L + N + M = C + I + G + E

    Atau

    L + N = C + I + G (E-M) .. (2.4)

    Analisis Input-Output berdasarkan persamaan di atas memegang peranan

    penting sebagai dasar analisa ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu

    wilayah.

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    38/95

    III. METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis dan Sumber Data

    Data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data sekunder ekonomi

    Bali dalam bentuk Tabel Input-Output Bali Tahun 2007 (Updating) klasifikasi 68

    sektor yang kemudian diagregasi menjadi 28 dan 13 sektor dan data pendukung

    lainnya yang diambil dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Bappeda Provinsi

    Bali, Dinas Pariwisata Bali, buku-buku, internet, dan berbagai media informasi

    lainnya.

    3.2. Metode Analisis

    Alat analisis yang digunakan untuk mempelajari peranan jasa pariwisata

    dan sektor pendukung lainnya terhadap perekonomian Provinsi Bali adalah

    Analisis Tabel Input-Output, yang digunakan untuk mengetahui peranan sektor

    pariwisata terhadap perekonomian Bali sebagai penyedia input sekaligus sebagai

    pemakai input. Dampak yang ditimbulkan sektor ini dapat dianalisa berdasarkan

    analisis pengganda (output, pendapatan, dan kesempatan kerja) dan juga

    keterkaitan antar sektor. Untuk analisis keterkaitan antar sektor dan pengganda,

    alat yang digunakan adalah perangkat lunak Grimp danMicrosoft Excell.

    3.2.1. Koefisien Input

    Koefisien input dapat dilihat secara baris atau bagian horizontal. Oleh

    karena itu, secara keseluruhan dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar berikut:

    X1= X11+ X12+ + X1n+ Y1

    X2 = X21+ X22+ + X2n+ Y2. . . . . .

    Xj = Xi1 + Xi2 + + Xij+ Yj(3.1)

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    39/95

    Diketahui matrik koefisien teknis:

    Xij

    ija =

    Xj .. (3.2)

    Jika persamaan (3.1) disubstitusikan ke persamaan (3.2), maka diperoleh

    persamaan:

    X1= 11a X11+ 12a X12+ + na1 X1n + Yi

    X2=21

    a X21 +22

    a X22+ +n

    a2

    X2n+ Y2

    . . . . . .

    . . . . . .

    . . . . . .Xn= 1na Xn1 + 1na Xn2+ + nna Xnn+ Yn ...................................... (3.3)

    Bentuk persamaan matriks dari persamaan (3.3) menjadi :

    11a 12a na1 X1 Y1 X1

    21a 22a

    na2 X2 + Y2 = X21na 1na nna Xn Yn Xn

    A X + Y = X

    AX + Y = X atau (I-A) X = Y atau X = (I-A)-1

    Y (3.4)

    Dimana:

    I = Matriks identitas yang elemennya memuat angka satu pada pola

    diagonalnya dan nol pada lainnya.

    Y = Permintaan akhir.

    X = Jumlah Output

    (I-A) = Matrik Leontief

    (I-A)-1

    = Matrik kebalikan Leontief terbuka

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    40/95

    Dari persamaan (3.4) terlihat bahwa output setiap sektor memiliki

    hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I-A)-1

    sebagai koefisien

    antara. Matrik kebalikan menunjukkan adanya saling keterkaitan antar tingkat

    permintaan akhir terhadap tingkat produksi.

    3.2.2. Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis)

    Analisis ini digunakan untuk menentukan sektor unggulan dalam suatu

    perekonomian untuk mencapai pembangunan. Analisis keterkaitan yang

    digunakan adalah:

    3.2.2.1. Keterkaitan ke Depan (forward Linkage)

    ! Keterkaitan Langsung ke DepanKeterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu

    terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara

    langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengetahui besarnya

    keterkaitan langsung ke depan, digunakan rumus sebagai berikut :

    ..(3.5)

    Dimana :

    Fi = keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage)

    ija = matriks koefisien input

    ! Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke DepanKeterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan merupakan alat untuk

    mengukur akibat dari suatu sektor terhadap sektor-sektor yang menggunakan

    ""

    #

    ###

    n

    j

    ij

    j

    n

    j

    ij

    ia

    X

    X

    F1

    1

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    41/95

    output bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tak langsung per unit

    kenaikan permintaan total. Untuk mengukur besarya keterkaitan langsung dan tak

    langsung ke depan digunakan rumus sebagai berikut:

    "#

    #n

    j

    ijiFLTL1

    !

    ... (3.6)

    Dimana :

    FLTLi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan

    ij! = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka

    3.2.2.2. Keterkaitan Kebelakang (Backward Lingkage)

    ! Keterkaitan Langsung ke BelakangKeterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor

    tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor

    tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengetahui

    besarna keterkaitan langsung ke belakang, digunakan rumus sebagai berikut :

    ""

    #

    ###

    n

    i

    ij

    j

    n

    j

    ij

    ia

    X

    X

    B1

    1... (3.7)

    Dimana :

    Bi = keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage)

    ija = unsur matriks koefisien input

    ! Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    42/95

    Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menyatakan akibat

    dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara

    bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tak langsung per unit kenaikan

    permintaan total. Untuk mengukur besarnya keterkaitan langsung dan tak

    langsung ke belakang digunakan rumus sebagai berikut:

    "#

    #n

    i

    ijiBLTL1

    ! .(3.8)

    Dimana :

    BLTLi= keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang

    ij! = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka

    3.2.3. Analisis Dampak Penyebaran

    Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang

    tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir setiap

    sektor tidak sama, oleh karena itu indeks tersebut harus dinormalkan dengan cara

    membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dampak

    penyebaran, yang terdiri dari:

    1. Kepekaan Penyebaran (Daya penyebaran ke depan atau daya mendorong)

    Konsep ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor

    terhadap sektor-sektor lain melalui mekanisme pasar output. Sering juga diartikan

    sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor

    lain yang menggunakan input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai

    kepekaan yang tinggi apabila nilai Sdilebih besar dari satu. Rumus untuk mencari

    nilai kepekaan penyebaran:

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    43/95

    " "

    "

    # #

    ##n

    i

    n

    j

    ij

    n

    j

    ij

    i

    n

    Sd

    1 1

    1

    !

    !

    (3.9)

    Dimana :

    Sdi = Kepekaan penyebaran sektor i

    ij! = Unsur matrik kebalikan Leonief

    n = Jumlah sektor

    2. Koefisien Penyebaran (Daya penyebaran ke belakang atau menarik)

    Konsep ini berguna untuk mengetahui distribusi manfaat dari

    pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor lain melalui

    mekanisme transaksi pasar input. Sering diartikan sebagai kemampuan suatu

    sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor J mempunyai

    kaitan ke belakang yang tinggi apabila Pdj mempunyai nilai lebih dari satu.

    Rumus untuk mencari koefisien penyebaran:

    " "

    "

    # #

    ##

    n

    i

    n

    j

    ij

    n

    i

    ij

    j

    n

    Pd

    1 1

    1

    !

    !

    .............................................................................. (3.10)

    Dimana :

    Pdj = Koefisien penyebaran sektor j

    ij! = Unsur matrik kebalikan Leonief

    n = Jumlah sektor

    3.2.4. Analisis Pengganda (Multiplier)

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    44/95

    1. Pengganda Output

    Pengganda output (Output Multiplier) yaitu dampak peningkatan

    permintaan akhir suatu sektor terhadap total output seluruh sektor di wilayah

    penelitian. Pengganda output sederhana adalah dampak kenaikan permintaan

    akhir suatu sektor di dalam perekonomian suatu wilayah terhadap kenaikan output

    sektor yang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Multiplier output

    terbagi menjadi dua tipe, yaitu:

    a. Pengganda Output Tipe I

    Besarnya multiplieroutput untuk sektor ke n dalam perekonomian berasal

    dari penjumlahan kolom ke-n dari matriks kebalikan koefisien input untuk

    perekonomian yang bersangkutan. Oleh karena itu, multiplieroutput tipe I dapat

    dinotasikan dalam bentuk:

    "#

    #n

    i

    ijjO1

    ! .... (3.11)

    Dimana:

    Oj = multiplieroutput tipe I sektor j

    ij! = matriks kebalikan koefisien input model terbuka

    b. Pengganda Output Tipe II

    Besarnya multiplier output untuk sektor ke-n dalam perekonomian berasal

    dari penjumlahan kolom ke-n dari matriks kebalikan koefisien input untuk

    perekonomian yang bersangkutan dengan menambahkan dampak induksi

    konsumsi. Oleh karena itu, multiplieroutput II dapat dinotasikan dalam bentuk:

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    45/95

    "$

    #

    #1

    1

    n

    i

    ijjO ! .. (3.12)

    Dimana :

    jO = multiplieroutput tipe I sektor j

    ij! = matriks kebalikan koefisien input model tertutup sektor j

    2. Pengganda Pendapatan

    Pengganda pendapatan (Income Multiplier) yaitu dampak peningkatan

    permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga di

    wilayah penelitian secara keseluruhan. Ditulis dengan rumus:

    "#

    #n

    i

    ijjj hy

    1

    !

    .... (3.13)

    Dimana:

    yj= multiplier pendapatan biasa sektor j

    hj= koefisien pendapatan

    ij= matriks kebalikan koefisien input model terbuka

    a. Pengganda Pendapatan Tipe I

    Pengganda pendapatan tipe I merupakan penjumlahan pengaruhlangsung dan tidak langsung dibagi dengan pengaruh langsung yang dirumuskan

    sebagai berikut:

    j

    j

    jh

    yY # . (3.14)

    Dimana:

    Yj = Pengganda pendapatan tipe I sektor ke-j

    b. Pengganda Pendapatan Tipe II

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    46/95

    Pengganda pendapatan tipe II selain menghitung pengaruh langsung dan

    tidak langsung juga menghitung pengaruh induksi (induce effect). Secara

    matematis dirumuskan sebagai berikut:

    "#

    #n

    i

    ijjj hy1

    ! .. (3.15)

    ......................................................................................... (3.16)

    Dimana:

    jy = multiplierpendapatan total sektor j

    jY = multiplierpendapatan tipe II sektor j

    jh = unsur-unsur matriks invers Leontief terbuka sektor j

    ij! = matriks kebalikan koefisien input model tertutup

    3. Pengganda Tenaga Kerja

    Pengganda tenaga kerja merupakan besarnya kesempatan kerja yamg

    tersedia pada sektor tersebut sebagai akibat penambahan permintaan akhir dari

    sektor yang bersangkutan sebesar satu satuan rupiah. Rumus efek tenaga kerja

    dari perubahan satu unit output sektor j adalah:

    "#

    #n

    i

    ijjj ew1

    ! (3.17)

    Dimana:

    jw = multipliertenaga kerja biasa sektor j

    ej = koefisien tenaga kerja

    ij! = matriks kebalikan koefisien input model terbuka

    j

    j

    j

    h

    yY #

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    47/95

    a. Pengganda Tenaga Kerja Tipe I

    Pengganda tenaga kerja tipe I adalah berubahnya kesempatan kerja yang

    terjadi pada sektor tersebut lainnya akibat penambahan permintaan akhir dari

    suatu sektor sebesar satu satuan secara langsung dan tidak langsung, yang

    dirumuskan sebagai berikut:

    j

    j

    je

    wW # .. (3.18)

    Dimana:

    Wj = Pengganda tenaga kerja tipe I sektor ke-j

    b. Pengganda Tenaga Kerja Tipe II

    Pengganda Tenaga Kerja Tipe II sudah memperhitungkan pengaruh dari

    induce effect.

    "#

    #n

    i

    ijjj ew1

    ! (3.19)

    j

    j

    je

    wW # (3.20)

    Dimana:

    jw = multiplier tenaga kerja total sektor j

    jW = multipliertenaga kerja tipe II sektor j

    ej = koefisien tenaga kerja

    ij! = matriks kebalikan koefisien input model tertutup

    3.3. Definisi Operasional Data

    a. Sektor Pariwisata

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    48/95

    Sektor pariwisata Provinsi Bali terdiri dari 16 subsektor, yaitu: sektor

    restoran, rumah makan dan warung, hotel bintang, hotel non bintang, angkutan

    umum darat dan angkutan darat lainnya, angkutan carter darat, angkutan laut antar

    pulau/negara, angkutan wisata, angkutan penyebrangan, angkutan udara, travel

    biro, jasa penunjuang angkutan lainnya, komunikasi, pos dan giro, money

    changer, atraksi budaya, jasa hiburan lainnya, dan jasa perorangan, rumah tangga

    lainnya termasuk pramuwisata.

    b. Output

    Output adalah nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor

    produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah

    dalam suatu periode waktu tertentu (umumnya satu tahun), tanpa memperhatikan

    asal-usul pelaku produksinya. Pelaku produksi dapat perusahaan atau perorangan

    milik penduduk atau asing. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan di wilayah

    yang bersangkutan, maka produk yang dihasilkannya dihitung sebagai bagian dari

    output wilayah tersebut. Oleh sebab itu, output sering juga disebut sebagai output

    domestik karena yang menjadi sorotan adalah produk yang dihasilkan dari suatu

    wilayah bukan pemiliknya.

    Wujud produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi pada dasarnya

    dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang berwujud barang dan berwujud jasa.

    Untuk sektor-sektor yang produknya berupa barang, maka outputnya merupakan

    hasil kali antara jumlah kuantitas yang dihasilkan dengan harga per unit produksi

    tersebut. Sedangkan untuk sektor-sektor yang produknya berupa jasa, output

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    49/95

    dihitung berdasarkan nilai penerimaan dari jasa yang telah diberikan kepada pihak

    lain.

    c. Transaksi Antara

    Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan

    sebagai produsen dan konsumen. Sektor yang berperan sebagai produsen

    merupakan sektor pada masing-masing baris, sedangkan sektor yang berperan

    sebagai konsumen ditunjukkan oleh sektor masing-masing kolom. Transaksi yang

    dicakup hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan

    proses produksi. Jadi, isian sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan

    alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain

    untuk keperluan produksi dan disebut sebagai permintaan antara. Sedangkan, isian

    sepanjang kolomnya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam

    proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara.

    d. Permintaan Akhir dan Impor

    Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa yang digunakan

    untuk konsumsi akhir. Permintaan akhir tidak mencakup barang dan jasa yang

    digunakan untuk kegiatan produksi. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran

    konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal

    tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor.

    Barang dan jasa yang digunakan unutk memenuhi permintaan akhir dapat

    berupa barang dan jasa hasil produksi dalam negeri atau barang dan jasa yang

    diperoleh dari impor. Berdasarkan hal ini, jelas bahwa impor adalah komponen

    penyediaan dan bukan merupakan bagian dari permintaan akhir.

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    50/95

    1.Pengeluaran konsumsi rumah tanggaPengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pengeluaran untuk

    pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan neto barang bekas. Barang

    yang dicakup meliputi barang tahan lama dan barang tidak tahan lama, kecuali

    pembelian rumah tinggal. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dari suatu negara

    mencakup semua pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh penduduk negara

    tersebut, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar negeri. Konsumsi

    penduduk dari suatu negara atau wilayah yang dilakukan di luar negeri

    diperlakukan sebagai konsumsi atas barang dan jasa impor. Sebaliknya, konsumsi

    penduduk asing di wilayah suatu negara diperlakukan sebagai komponen ekspor

    dari negara atau wilayah tersebut.

    2.Pengeluaran konsumsi pemerintahPengeluaran konsumsi pemerintah adalah semua pengeluaran atas barang

    dan jasa yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan administrasi pemerintahan

    dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah

    daerah. Pengeluaran konsumsi pemerintah terdiri dari belanja pegawai, belanja

    barang bukan barang modal dan penyusutan. Pengeluaran pemerintah untuk

    keperluan militer baik berupa pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk

    barang-barang seperti pesawat terbang, peralatan perang, dan bangunan juga

    merupakan bagian dari pengeluaran konsumsi pemerintah.

    3.Pembentukan modal tetapPembentukan modal tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk

    pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang modal baru, baik yang berasal

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    51/95

    dari dalam negeri maupun impor. Pembelian barang modal bekas dari luar

    negeri juga dicakup dalam pembentukan modal tetap, karena barang modal

    tesebut pada dasarnya merupakan barang modal baru di wilayah dalam negeri.

    Pembentukan modal tetap dalam tabel I-O hanya mencakup pembentukan

    modal tetap yang dilakukan oleh sektor ekonomi di dalam negeri.

    4.Perubahan stokPerubahan stok adalah nilai stok barang pada akhir periode penghitungan

    dikurangi dengan nilai stok pada awal periode. Perubahan stok dapat

    digolongkan menjadi: (i) perubahan stok barang jadi dan barang setengah jadi

    yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas

    dan barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (ii) perubahan

    stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (iii)

    perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-barang

    dagangan yang belum terjual. Dalam tabel I-O, perubahan stok diperlakukan

    sebagai bagian dari alokasi output sektor yang menghasilkan, bukan diletakkan

    di sektor yang menguasai stok tersebut.

    5.Ekspor dan imporEkspor dan impor meliputi barang dan jasa antara penduduk suatu negara

    dengan penduduk negara lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor

    untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi, dan berbagai

    jasa lainnya. Transaksi ekspor mencakup pembelian lamsung di dalam negeri

    oleh penduduk negara lain. Sebaliknya, pembelian langsung di luar negeri oleh

    penduduk suatu negara dikategorikan sebagai transaksi impor.

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    52/95

    e. Input Primer

    Input primer adalah input atau biaya yang timbul sebagai akibat dari

    pemakaian faktor produksi dalam suatu kegiatan ekonomi. Faktor produksi

    tersebut antara lain adalah tenaga kerja, tanah, modal, dan kewiraswastaan. Wujud

    dari input primer adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal,

    dan pajak tak langsung neto. Input primer disebut juga sebagai balas jasa faktor

    produksi atau nilai tambah bruto. Nilai input primer dari suatu sektor akan sama

    dengan output dikurangi input antara pada sektor tersebut.

    1.Upah dan gajiUpah dan gaji adalah balas jasa yang diberikan kepada tenaga kerja (selain

    pekerja keluarga yang tidak dibayar) yang terlibat dalam kegiatan produksi. Balas

    jasa tersebut mencakup semua jenis balas jasa, baik yang berupa uang maupun

    barang.

    2.Surplus usahaSurplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas

    pemilikan modal. Surplus usaha antara lain terdiri dari keuntungan sebelum

    dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah, dan pendapatan atas

    hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha adalah sama dengan nilai

    tambah bruto dikurangi upah dan gaji, penyusutan, dan pajak tak langsung neto.

    3.Penyusutan

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    53/95

    Penyusutan adalah biaya atas pemakaian barang modal tetap dalam

    kegiatan produksi. Nilai penyusutan dari suatu barang modal tetap dihitung

    dengan jalan memperkirakan besarnya penurunan nilai dari barang modal tersebut

    yang disebabkan oleh pemakaiannya dalam kegiatan produksi.

    4.Pajak tak langsung netoPajak tak langsung neto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan

    subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk,

    pajak pertambahan nilai, cukai, dan sebagainya.

    IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI BALI

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    54/95

    4.1. Kondisi Geografis Bali

    Secara geografis, Provinsi Bali terletak pada titik ordinat 8%5048 LS

    (Lintang Selatan) dan 114%2553- 115%4240BT (Bujur Timur).Provinsi Bali

    memiliki luas wilayah yang relatif kecil apabila dibandingkan dengan beberapa

    Provinsi lain di Indonesia yaitu hanya 5.623,86 km2 atau 0,29 persen dari luas

    keseluruhan kepulauan Indonesia. Provinsi Bali terdiri dari enam pulau, yaitu

    Pulau Bali yang merupakan pulau terbesar, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa

    Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Serangan, dan Pulau Menjangan.

    Gambar 1. Peta Provinsi Bali

    Provinsi Bali memiliki sembilan kabupaten/kota dimana Kabupaten

    Buleleng yang memiliki luas wilayah terbesar yaitu1.365,88 km2 atau 24,25

    persen dari luas Provinsi Bali, selanjutnya diikuti oleh Jembrana 841,80 km2

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    55/95

    (14,94 persen), Karangasem 839,54 km2 (14,90 persen), Tabanan 839,3 km

    2

    (14,90 persen), Bangli 520,81 km2

    (9,25 persen), Badung 418,52 km2

    (7,43

    persen), Gianyar 368,00 km2(6,53 persen), Klungkung 315,00 km

    2(5,59 persen),

    dan Kota Denpasar dengan luas wilayah terkecil yaitu 123,98 km2(2,20 persen)

    (BPS Provinsi Bali, 2008).

    4.2. Kondisi Kependudukan

    Jumlah penduduk Provinsi Bali pada tahun 2007 adalah sebanyak

    3.372.880 jiwa. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar

    3.263.296 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk juga ikut meningkatkan

    kepadatan penduduk yang pada tahun 2006 sebesar 580 jiwa per km2menjadi 600

    jiwa per km2.

    Tabel 4. Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa)

    Tahun Laki-Laki Perempuan Total

    2007 1.144.481 915.230 2.059.711

    2006 1.128.480 861.996 1.990.476

    2005 1.096.795 905.376 2.002.171

    2004 1.078.240 846.565 1.924.701

    2003 1.078.941 831.113 1.910.054Sumber: BPS Provinsi Bali, 2008

    Diantara kabupaten/kota yang terdapat di Bali, Kabupaten Buleleng

    merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar yaitu mencapai 643.274

    jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar 471 jiwa per km2. Kondisi tersebut

    sangatlah wajar mengingat daya dukung wilayahnya yang masih luas dan masih

    meungkinkan sebagai tempat permukiman penduduk. Sebaliknya, Kota Denpasar

    menunjukkan fenomena lain. Jumlah penduduk kota ini sebesar 466.670 jiwa.

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    56/95

    Sehingga dengan luas wilayah yang hanya sebesar 123,98 km2, kepadatan

    penduduknya sebesar 3764 jiwa per km2

    (BPS Provinsi Bali, 2008).

    Tabel 5. Jumlah Penduduk yang Bekerja Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa)

    Tahun Laki-Laki Perempuan Total

    2007 1.096.996 885.138 1.982.134

    2006 1.059.706 810.582 1.870.288

    2005 1.043.038 852.703 1.895.741

    2004 1.031.360 803.805 1.835.165

    2003 1.014.192 751.125 1.765.317

    Sumber: BPS Provinsi Bali, 2008

    Pada tahun 2007, jumlah angkatan kerja Provinsi Bali adalah sebesar

    2.059.711 jiwa. Dari jumlah tersebut, banyaknya penduduk yang bekerja adalah

    sebesar 1.982.134 jiwa. Sedangkan angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan

    (tingkat pengangguran terbuka) adalah sebesar 77.577 jiwa. Jumlah pengangguran

    pada tahun 2007 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar

    120.188 jiwa. Data-data tersebut disajikan melalui tabel-tabel berikut ini.

    Tabel 6. Penduduk yang Mencari Pekerjaan Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa)

    Tahun Laki-Laki Perempuan Total

    2007 47.485 30.092 77.577

    2006 68.774 51.414 120.188

    2005 53.757 52.673 106.430

    2004 46.880 42.760 89.640

    2003 64.749 79.988 144.737

    Sumber: BPS Provinsi Bali, 2008

    4.3. Kondisi Perekonomian

    Provinsi Bali memiliki perekonomian yang cenderung meningkat dari

    tahun ke tahun. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari angka Produk Domestik

    Bruto (PDRB) Bali atas dasar harga konstan 2000 dimana pada tahun 2003

    sebesar 19.080.895,84 juta rupiah, tahun 2004 sebesar 19.963.243,81 juta rupiah,

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    57/95

    tahun 2005 sebesar 21.072.444,79 juta rupiah, tahun 2006 sebesar 22.184.679,28

    juta rupiah, dan pada tahun 2007 sebesar 23.497.047,07 juta rupiah.

    Adanya peristiwa ledakan Bom Bali I di Legian pada tahun 2002

    menyebabkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada tahun 2003 mengalami

    pertumbuhan ekonomi yang negatif mencapai minus 0,51. Namun, pada tahun

    2004 pertumbuhan ekonomi Bali kembali postitif mencapai 3,56 persen. Tingkat

    inflasi Provinsi Bali pada tahun 2007 adalah 5,9 persen. Angka tersebut lebih

    tinggi dari angka inflasi pada tahun 2006 yaitu sebesar 4,3 persen. Namun, angka

    inflasi tahun 2007 masih lebih rendah daripada angka inflasi pada tahun 2005

    yang mencapai 11,31 persen. Tingginya tingkat inflasi pada tahun 2005

    disebabkan oleh kenaikan harga BBM lebih dari 100 persen yang ditetapkan oleh

    pemerintah (Kiki, 2008).

    4.4. Sektor Pariwisata

    Saat ini pengembangan kepariwisataan semakin penting, tidak saja dalam

    rangka meningkatkan penerimaan devisa negara, tapi juga dalam rangka

    memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan. Melalui berbagai

    program dan proyek yang bersumber dari anggaran pusat dan daerah, pemerintah

    juga membangun berbagai fasilitas fisik dan ekonomi termasuk fasilitas

    kepariwisataan untuk mengantisipasi peningkatan kunjungan wisatawan.

    Peningkatan kunjungan wisatawan akan meningkatkan pengeluaran

    wisatawan dan akhirnya meningkatkan perolehan devisa dan perluasan

    kesempatan kerja. Jelasnya pengeluaran pemerintah dan wisatawan serta investasi

    swasta berperan sebagai injeksi dana kedalam perekonomian Bali. Namun ketika

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    58/95

    terjadi peledakan bom di Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 memberikan

    pengaruh yang besar bagi perekonomian di Indonesia khususnya di Bali. Kejadian

    tersebut selain merusak perekonomian di Indonesia juga merusak nama baik

    Indonesia dimata internasional. Karena sebagian besar korban dari peledakan bom

    tersebut adalah wisatawan asing. Hal ini mengakibatkan penurunan terutama

    disektor pariwisata dan sektor perdagangan.

    Pada tahun 2001 Bali mampu mendatangkan 1.356.774 orang

    wisatawan, pada tahun 2002 kunjungan wisatawan menurun menjadi 1.285.844

    orang. Dampak dari bom Bali pertama yang terjadi pada tahun 2002, sangat

    dirasakan pada tahun 2003 dengan kunjungan wisatawan hanya sebanyak 993.029

    orang. Kunjungan wisatawan mulai pulih dirasakan pada tahun 2004 dengan

    jumlah kedatangan mencapai 1.458.309 orang. Namun, itu tidak berlangsung

    lama, karena tahun 2005 Bali kembali diguncang bom kedua. Walaupun

    peristiwanya terjadi di bulan Oktober, kunjungan wisatawan ke Bali pada tahun

    2005 kembali turun menjadi 1.105.202 orang. Di kuartal pertama tahun 2006,

    kunjungan wisatawan ke Bali juga belum pulih walaupun jumlah kunjungan

    wisatawan ke Bali meningkat yaitu sebesar 2.066.715 orang, banyak karyawan

    yang terancam PHK, kredit bank menjadi macet, pajak hotel dan restoran yang

    semula menjadi andalan APBD menurun drastis, dan masih banyak lagi dampak

    negatif lain akibat peristiwa tersebut. Pada tahun 2007, kondisi pariwisata

    membaik dengan jumlah kunjungan wisatawan sebesar 2.723.382 orang (BPS

    Provinsi Bali, 2008).

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    59/95

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1. Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Struktur Perekonomian

    Provinsi Bali.

    5.1.1. Struktur Permintaan dan Penawaran

    Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Bali tahun 2007 (updating), total

    permintaan Provinsi Bali pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 75,355,462 juta.

    Total permintaan tersebut terdiri dari permintaan antara sebesar Rp. 25,698,183

    juta dan permintaan akhir sebesar Rp. 49,657,279 juta. Dengan asumsi bahwa

    pada saat keseimbangan ekonomi jumlah permintaan sama dengan jumlah

    penawaran, maka total penawaran sektor-sektor perekonomian Bali adalah sebesar

    Rp. 75,355,462 juta (Tabel 7).

    Dari semua sektor yang ada, sektor pertanian merupakan sektor yang

    memiliki jumlah permintaan antara tertinggi yaitu sebesar Rp. 7,922,873juta atau

    30.83 persen dari total permintaan antara dan output tersebut digunakan sebagai

    input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya. Sedangkan permintaan akhir

    tertinggi adalah dari sektor pariwisata yaitu sebesar Rp. 19,989,359juta atau

    40.25persen dari total permintaan akhir.

    Pariwisata pada tahun 2007 permintaan totalnya mencapai Rp. 27,126,447juta

    atau 36.00 persen dari total permintaan total. Jumlah tersebut terdiri dari

    permintaan antara sebesar Rp. 7,137,088 juta atau 27.77 persen dari total

    permintaan antara seluruh sektor dan permintaan akhir sebesar Rp. 19,989,359

    juta atau 40.25persen dari total permintaan akhir seluruh sektor (Tabel 7.).

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    60/95

    Tabel 7. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian di

    Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah)

    Sektor Permintaan Antara Permintaan Akhir Permintaan Total

    Jumlah % Jumlah % Jumlah %

    1. Pertanian 7,922,873 30.83 7,781,924 15.67 15,704,796 20.842. Tambang dan galian 395,522 1.54 35,298 0.07 430,820 0.573. Industri Pengolahan 3,586,928 13.96 6,472,883 13.04 10,059,811 13.354. Listrik dan air minum 668,198 2.60 563,373 1.13 1,231,571 1.635. Bangunan 1,012,636 3.94 4,438,281 8.94 5,450,917 7.236. Perdagangan 2,798,682 10.89 3,905,819 7.87 6,704,501 8.9019. Perbankan 1,034,062 4.02 563,347 1.13 1,597,409 2.1221. Persewaan bangunan dan

    tanah 459,755 1.79 1,244,956 2.51 1,704,711 2.26

    22. Lembaga keuangan

    lainnya 319,346 1.24 182,655 0.37 502,001 0.67

    23. Jasa perusahaan 296,610 1.15 123,253 0.25 419,863 0.5624. Jasa pemerintahan umum 0 0.00 4,056,602 8.17 4,056,602 5.3825. Jasa sosial

    kemasyarakatan 66,484 0.26 299,529 0.60 366,013 0.49

    Sektor Pariwisata 7,137,088 27.77 19,989,359 40.25 27,126,447 36.00

    7. Restoran, rumah makan,warung 924,085 12.95 6,970,391 34.87 7,894,475 29.10

    8. Hotel bintang 920,744 12.90 5,513,144 27.58 6,433,888 23.729. Hotel non bintang 57,618 0.81 266,490 1.33 324,107 1.1910. Angkutan umum darat

    dan angkutan darat

    lainnya 787,879 11.04 546,511 2.73 1,334,390 4.9211. Angkutan carter darat 15,551 0.22 165,129 0.83 180,680 0.6712. Angkutan laut antar

    pulau/negara 97,443 1.37 202,144 1.01 299,587 1.10

    13. Angkutan wisata 37,387 0.52 284,866 1.43 322,253 1.1914. Angkutan penyebrangan 37,616 0.53 50,196 0.25 87,812 0.3215. Angkutan udara 976,422 13.68 2,714,265 13.58 3,690,687 13.6116. Travel biro 172,770 2.42 388,879 1.95 561,649 2.0717. Jasa penunjang angkutan

    Lainnya 461,881 6.47 251,575 1.26 713,456 2.63

    18. Komunikasi, pos, dangiro 778,824 10.91 656,512 3.28 1,435,336 5.29

    20. Money changer 184,875 2.59 23,893 0.12 208,768 0.7726. Atraksi budaya 831 0.01 7,827 0.04 8,658 0.0327. Jasa hiburan lainnya 30,022 0.42 181,113 0.91 211,135 0.7828. Jasa perorangan,

    rumahtangga lainnyatermasuk pramuwisata 1,653,142 23.16 1,766,425 8.84 3,419,567 12.61

    Total 25,698,183 100.00 49,657,279 100.00 75,355,462 100.00

    Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)

    Dilihat dari permintaan antara, diantara 16 sektor tersebut terlihat bahwa

    subsektor jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata

  • 7/22/2019 potensi sektor parwis

    61/95

    merupakan subsektor pariwisata yang jumlah outputnya paling besar untuk

    dijadikan sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya yaitu sebesar Rp.

    1,653,142 juta atau 23.16 persen dari total permintaan antara sektor pariwisata.

    Pada permintaan akhir, subsektor restoran, rumah makan dan warung merupakan

    sektor yang jumlah outputnya paling besar dibandingkan dengan sektor-sektor

    lain yang tercakup ke dalam sektor pariwisata yaitu sebesar Rp. 6,970,391juta

    atau 34.87 persen dari