POTENSI PENGEMBANGAN WISATA HALAL DALAM …
Transcript of POTENSI PENGEMBANGAN WISATA HALAL DALAM …
i
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA HALAL DALAM
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN BULUKUMBA
SKRIPSI
OLEH SULFIADI
NIM 105741101416
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
ii
HALAMAN JUDUL
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA HALAL DALAM
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI
KABUPATEN BULUKUMBA
OLEH
SULFIADI
NIM 105741101416
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi pada
Program Studi Strata 1 Ekonomi Islam
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
iii
PERSEMBAHAN
Skripsi potensi pengembangan wisata halal dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Bulukumba ini kupersembahkan untuk kedua Orang
tua tercinta bapak Sudirman dan ibu Ramlah atas segala pengorbanan, doa,
dukungan moral dan materi serta curahan kasih sayang yang tak terhingga serta
Saudara-saudara saya dan Keluarga besar saya yang senantiasa memberi
dukungan moralnya baik secara langsung maupun tidak langsung.
MOTTO HIDUP
“tidak maslah jika kamu berjalan dengan lambat, asalkan kamu tidak pernah
berhenti berusaha”
Apapun usaha yang kamu kerjakan untuk meraih kesuksesan, harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh. Hal terpenting adalah jangan pernah berhenti untuk
terus berusaha.
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dipanjatkan kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW
atas rahmat dan hidayahnya sehingga kendala teknis dan non teknis dalam
penyelesaian skripsi ini dapat dilewati. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah
satu syarat untuk meraih gelar Sarjana sarjana (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar, dengan Judul “potensi
pengembanngan wisata halal dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Bulukumba”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari
segala kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sebagai bahan
masukan sehingga dapat berguna bagi penulis maupun bagi pembaca.
Mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis serta
kendala-kendala yang ada maka penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi
ini
tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak.Untuk
itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak ucapan terima
kasih
kepada pihak yang sudah memberikan bantuan, dukungan, semangat untuk
bimbingan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Rasa terima
kasih ini ingin penulis sampaikan terutama kepada:
viii
1. Bapak Prof Dr. H. Ambo Asse, M.,Ag. selaku Bapak Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasullong, SE.,MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
ix
3. Ibu Agusdiwana Suarni, SE.,M.,ACC., selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar dan sekaligus Pembimbing II
yang telah sabar, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
dalam memberikan bimbingan, motivasi, arahan, serta saran-saran yang
sangat berharga selama proses penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Hj Naidah, SE,,M..SI., selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
5. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah.
6. Para staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
7. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Ekonomi Islam angkatan 2016 yang selalu membantu dalam penulisan
skripsi ini
8. Terima kasih untuk Sahabat saya Faisal Riwayat dan kakanda Gina
Angraeni. Terima kasih atas bantuan moral dan motivasinya selama ini.
9. Terima kasih untuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, dorongan, harapan serta do‟anya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya, penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh
dari kata sempurna oleh karena itu, kepada semua pihak khususnya para
pembaca, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi
kesempurnaan skripsi ini.
x
Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama
Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.
Billahi fisabilil Haq fastabiqul khairat, Wassalamualaikum Wr.Wb
Makassar, November 2020
Penulis
xi
ABSTRAK
SULFIADI, 2020 Potensi pengembangan wisata halal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bulukumba, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Islam Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Hj Naidah,SE,,M..SI., dan Pembimbing II Agusdiwana Suarni.,SE.,M.,ACC.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana potensi pengembangan wisata halal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bulukumba. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menghasilkan data deskriptif yang berupa data-data tertulis atau lisan orang-orang (informan) serta perilaku yang diamati. Sedangkan teknik penelitian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, pengamatan (observasi), dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bagaimana potensi pengembangan wisata halal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bulukumba karena saat ini belum ada obyek wisata halal yang di kembangkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di kawasan wisata titik nol terbilang masih baru dan Dinas Pariwisata kabupaten bulukumba akan terus berkomunikasi dengan pemerintah desa untuk pengembangan kawasan wisata titik nol Kabupaten Bulukumba. Meskipun Dinas pariwisata belum ada langkah menuju kesana tetapi dinas pariwisata setempat mendukung pengembangan wisata halal di kawasan wisata titik nol Kabupaten Bulukumba. Untuk respon pengunjung terkait potensi pengembangan wisata halal dalam meningkatkan kesejahteraan masyrakat di Kabupaten Bulukumba, sekitar 99% pengunjung wisata titik nol Kabupaten Bulukumba mengatakan setuju karena melihat mayoritas masyrakat beragama muslim, apalagi di Kabupaten Bulukumba belum ada wisata halal.
Kata kunci : Pengembangan, kesejahteraan masyrakat, wisata halal
xii
ABSTRACT
SULFIADI, 2020 The potential for developing halal tourism in improving the welfare of the community in Bulukumba district, Thesis, Faculty of Economics and Business, Islamic Economics Study Program, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Hj Naidah, SE ,, M..SI., And Advisor II Agusdiwana Suarni., SE., M., ACC.
This study aims to determine the potential for developing halal tourism in improving the welfare of the people in Bulukumba Regency. The type of research used in this research is field research which produces descriptive data in the form of written or oral data of people (informants) and observed behavior. While the data research techniques used in this study were interviews, observation, and documentation. The results obtained from this study are how the potential for developing halal tourism in improving the welfare of the people in Bulukumba Regency because currently there are no Halal tourism objects developed by the Bulukumba Regency Tourism Office. Based on the results of observations and interviews, the zero point tourist area is still new and the Bulukumba Regency Tourism Office will continue to communicate with the village government for the development of the zero point tourist area in Bulukumba Regency. Even though the tourism office has not made any steps to get there, the local tourism office supports the development of halal tourism in the zero point tourist area of Bulukumba Regency. For the response of visitors regarding the potential for developing halal tourism in improving the welfare of the people in Bulukumba Regency, around 99% of Bulukumba Regency zero point tourism visitors agreed because they saw that the majority of the community were Muslim, especially in Bulukumba Regency there was no halal tourism.
Keywords: Development, community welfare, halal tourism
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUl ............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
c. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
d. Manfaat Penelitan ............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
A. Tinjauan Teori .................................................................................... 5
1. Pengertian Pariwisata .................................................................... 5
2. Pengertian Pariwisata Halal ........................................................... 7
3. Konsep Wisata Halal ...................................................................... 9
4. Perbedaan Wiata Halal dengan Wisata yang ada ........................ 11
B. Tinjauan Empiris ................................................................................. 12
C. Kerangka Konsep ............................................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 20
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 20
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 20
C. Fokus Penelitian ................................................................................. 20
D. Jenis Data dan Sumber Data ............................................................. 20
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 21
F. Metode Analisis Data .......................................................................... 22
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................................... 24
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitia.Hasil Penelitian .......................... 24
xiv
B. Hasil Penelitian ................................................................................... 33
C. Pembahasan ...................................................................................... 41
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 46
A. Kesimpulan ......................................................................................... 46
B. Saran .................................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 49
LAMPIRAN ........................................................................................................... 51
xv
DAFTAR TABEL
1.1 Dampak positif dan negatif pariwisata ............................................................ 7
1.2 Perbedaan wisata konvensional dan halal/syariah ........................................ 11
2.1 Luas wilayah berdasarkan kecamatan Kabupate Bulukumba ....................... 25
2.2 Penduduk menurut kecamatan Kabupaten Bulukumba ................................. 26
2.3 Jumlah kunjungan wisatawan Kabupaten Bulukumba ................................... 30
2.4 Identitas informant……………….. .................................................................. 33
2.5 Daftar jawaban responden dinas pariwisata Kabupaten Bulukumba ............ 34
2.6 Daftar jawaban responden masyarakat .......................................................... 37
2.7 Daftar jawaban responden pengunjung wisata .............................................. 39
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 18
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peneliitian terdahulu .......................................................................... 50
Lampiran 2 Pedoman wawancara ........................................................................ 55
Lampiran 3 Transkrip ............................................................................................ 56
Lampiran 4 Reduksi .............................................................................................. 60
Lampiran 5 Lokasi penelitian ................................................................................ 62
Lampiran 6 Dokumentasi wawancara ................................................................ 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu komponen dalam pembangunan
perekonomian pada suatu negara. Di Indonesia, perkembangan pariwisata dari
tahun ke tahun terus meningkat, banyaknya pengunjung yang terus bertambah
menjadikan tempat wisata yang ada di Indonesia terus melakukan pembenahan
atau perbaikan, baik dari tempat wisata itu sendiri, seperti hotel, mushola,
makanan, fashion dan pasilitas-pasilitas yang ada di sekitar pariwisata tersebut.
Kontribusi sektor pariwisata di Indonesia itu sangat menguntungkan, baik
dari sisi penerimaan Negara (berupa devisa) maupun bagi masyarakat langsung
pada tahun 2014, devisa yang di sumbangkan dari sektor pariwisata sebesar
USD11.166,13 juta yang menjadikan sektor ini menduduki urutan ke 4 setelah
gas dan minyak bumi, batu bara, dan minyak kelapa sawit. Kementrian
pariwisata (KEMENPAR) yang dikutip Rimsky (2017).
Umumnya sektor pariwisata yang dikembangkan pemerintah bersifat
konvensional, sementara yang bersifat syariah belum banyak dikembangkan.
Wisata syariah yang sesuai dengan islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
keislaman yang berdasarkan Al-Qur‟an dan bersifat as-sunnah konsep pariwisata
halal tidak jauh berbeda dengan pariwisata pada umumnya hanya yang
membedakan adalah produk yang ditawarkan dari pariwisata halal harus sesuai
dengan nilai-nilai keislaman serta hal-hal yang telah di tetapkan oleh Majelis
Ulama Indonesia melihat pariwisata syariah itu penting dan perlu dilakukan bagi
setiap mukmin untuk mengambil pelajaran. Sebagai mana yang terdapat dalam
firman Allah SWT Al-qur-an surah. Ali.Imran: 137 yang artinya:
2
بين قبة ٱلمكذ قد خلت من قبلكم سنن فسيروا في ٱلرض فٱنظروا كيف كان ع
137. Sesunguhnya telah berlalu sebelum kamu Sunnah-sunnah Allah, karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa Allah SWT memerintahkan manusia
selaku khalifah dimuka bumi untuk berjalan (berwisata), dan mengambil
pelajaran darinya agar dapat mensyukuri nikmat Allah SWT. Berdasarkan ayat
tersebut dapat menjadi pedoman bagi manusia untuk menjalankan pariwisata
berdasarkan syariah. Pengembangan wisata syariah di Indonesia saat ini tengah
menjadi trend mengingat Indonesia mempunyai penduduk muslim terbesar di
dunia Salah satunya pariwisata syariah yang telah mendapat penghargaan Abu
Dhabi terdapat di Nusa Tenggara Barat, Pulau Lombok. (Subarkah, 2018)
Berdasarkan uraian, maka peneliti akan mengkaji tentang Potensi
Pengembangan Wisata halal di Kabupaten Bulukumba. Kabupaten Bulukumba
merupakan daerah yang terletak di selatan jazirah Povinsi Sulawesi Selatan.
Bulukumba memiliki pesona wilayah 4 (empat) jenis seperti dataran tinggi,
dataran rendah, daerah pantai dan laut lepas, selaiin itu kekayaan alam dan
keunikan budayanya juga memiliki daya pikat tersendiri. Belum lagi keahlian
masyarakatnya dalam membuat perahu pinisi yang tellah mendunia.
Secara administratif Kabupaten Bulukumba terbagi dalam 10 kecamatan,
terdiri dari 27 kelurahan dan 109 desa dengan jumlah penduduk 400.990 jiwa,
luas wilayah mencapai 11.554,67 km dengan garis pantai 128 km. Mayoritas
pendudukmya beragama islam, dengan struktur masyarakat yang memegam
prinsip „‟Mali SIparappe tallang sipahua‟ yang gambarkan sikap batin masyarakat
Bulukumba untuk mengemban amanat persatuan dalam mewujudkan
3
keselamatan bersama demi terciptanya tujuan pembangunan lahir dan batin,
material dan spiturial, dunia dan akhirat.
Kabupaten Bulukumba merupakan sebuah Kabupaten yang kayah akan
potensi wisatanya. Dengan wilayah giografis dan eksotis antara pengunungan
dan pantai, menjadikan Bulukumba menjadi tujuan utama wisatawan yang
bierkunjung ke Slawesi Selatan tentunya ini akan meningkatkan pendapatan
daerah dari sektor pariwisata. Meskipun begitu, Kabupaten Bulukumba belum
masuk dalam daftar jajaran pariwisata halal yang ada di Indonesia, Khususnya di
Provinsi Sulawesi Selatan. jika kita melihat dari segi potensi, pengembangan
pariwisata halal di Kabupaten Bulukumba cukup menjanjikan, mengingat
Bulukumba merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki destinasi wisata
yang sangat banyak dan beragam, baik dari wisata alam maupun budayanya.
Pemerintah Kabupaten Bulukumba melalui Dinas Pariwisata terus
berupaya memaksimalkan potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Bulukumba,
salah satunya adalah wisata titik nol Bulukumba. Destinasi wisata yang berjarak
40 Km dari kota Bulukumba dan 2 Km dari pantai bira itu merupakan destinasi
baru di Kabupaten Bulukumba. keunikan yang bisa ditemukan ketika berkunjung
ke wisata titik nol adalah spot menarik seperti tangga kayu yang berbentuk
seperti angka nol, tugu pinisi dan tugu bira. Sepintas, wisata titik nol Bulukumba
mirip dengan wisata Apparalang dengan panorama susunan batu cadasnya.
Wisata titik nol terletak di daerah Sulawesi Selatan tepatnya di Kabupaten
Bulukumba yang jaraknya cukup jauh sekitar 200 km dari pusat ibu kota
Makassar dan 50 km dari kota Bulukumba. Wisata titik nol bisa dikatakan terletak
di ujung daratan Sulawesi Selatan, wisata titik nol berada di kawasan desa bira
4
yang dimana wisata titik nol dihuni oleh bebrapa kepala keluarga yang dimana
masyarakatnya berpropesi sebagai Nelayan dan pembuat perahu pinisi.
Pengembangan wisata halal tidak terlepas dari pentingnya penguatan dari
lembaga muslim atau lembaga dakwah untuk penguatan jaringan wisata halal
dan para komunitas pemuda muslim dikawasan sekitar pariwisata tersebut.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka penelitian ini akan mengkaji lebih dalam
mengenai “Potensi Pengembangan Wisata Halal Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Bulukumba “
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dirumuskan permasalahan penelitian yaitu: bagaimana
Potensi Pengembangan Wisata Halal dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat di Kabupaten Bulukumba
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah yang telah dikemukakan pada latar belakang,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai Potensi
Pengembangan Wisata Halal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di
Kabupaten Bulukumba.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai ilmu Ekonomi islam,
khususnya di bidang pariwisata halal.
b. Dapat dijadikan acuan awal dan bahan pertimbangan bagi peneliti untuk
dijadikan bahan refrensi dalam meneliti tentang pariwisata halal.
5
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian
mengenai wisata halal.
b. Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pembaca, khususnya bagi
masyarakat yang sama sekali belum mengetahui tentang wisata halal.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Pariwisata
Pariwisata merajuk pada kata tourism yang berasal dari Bahasa latin tonare
dan Yunani tomos yang berarti memutar, pergerakan mengitari titik pusat.
Sedangkan kata toursin sendiri, yang merupakan Bahasa inggris modern,
memiliki arti suatu proses prilaku yang melakukan perjalanan dari satu titik ke titik
lainnya dan kembali ke titik semula (Rimsky, 2017). Berdasarkan undang-
undang No 10 tahun 2009 mengenai pariwisata, industri pariwisata adalah
kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dengan rangka menghasilkan
barang dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
menyelenggarakan pariwisata. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah kegiatan perjalanan atau
bagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela dan sementara untuk
menikmati suatu objek wisata.
Istimewanya negara kepulauan Indonesia yang merupakan negara maritin
memiliki kurang lebih dari 17. 504 pulau yang mana 16.056 pulau bernama telah
terdaftar ke PBB. (WWW.BPS. GO.ID). dari berbagai pulau yang terbentang
Indonesia mempunyai destinasi tempat wisata yang diminati per tahun 2017
Taman nasional Tenggara Semeru Lombok, Raja Empat, Taman Nasional Pulau
Komodo, Bali, jogja, Taman Nasional danau Kalimutu, yang menjadi destinasi
tempat wisata yang paling diminati wisatawan asing. Jumlah kunjungan wisatan
asing. Per tahun 2017 di Indonesia yang paling dominan berasal dari
china14,47% yakni sebanyak 1.869.543 singapura, 9,82% yaitu sebanyak
7
1.372,930, Malaysia 9,78% yakni sebanyak 2.068,173 dan Australia 8,73% yakni
sebanyak 1.068,515. Selain itu dalam zona regional kebangsaan jumlah
kunjungan wisatawan asing ke Indonesia pertahun sebesar 13.340.827.
wisatawan milenial akan terus bertumbuh dan akan menjadi pasar utama,
diproyeksi pada tahun 2030 mendatang, pasar pariwisata akan didominasi
milenial berusia 15-34 tahun mencapai 57%. Di china kaum milenial akan
diprediksi akan mencapai 333 juta populasi, di philipina diprediksi akan mencapai
42 juta, di Vietnam diprediksi akan mencapai 26 juta, di Thailand diprediksi akan
mencapai 19 juta, sedangkan di Indonesia diprediksi akan mencapai 82 juta.
Populasi kontribusi sektor pariwisata bagi negara pada tahun 2015 terhadap
PDB sebesar 4,25%. Selain itu devisa sektor pariwisata di Indonesia pada tahun
2015 sebesar 12,23 Miliar USD. (cresceritating.com).
Defenisi pariwisata, seiring dengan perkembangan zaman, mengalami
perubahan untuk mengungkap sifat penting dari pergerakan wistawan (baik
domestik maupun internasional). Dari beberapa penjelasan menurut (Rimzky
(2017) terdapat beberapa dampak negatif dan positif pariwisata dapat dilihat
pada tabel 1.1 sebagai berikut.
8
Tabel 1.1
Dampak positif dan nrgatif pariwisata
Sumber Rimsky (2017)
Secara umum dapat disimpulkan wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu dengan tujuan rekreasi, piknik atau mempelajari keunikan dari tempat
wisata tersebut.
2. Pengertian Pariwisata Halal
Pariwisata dari perspektif masyarakat umumnya berupa wisata ziarah
makan ulama, masjid, peninggalan bersejarah, ziarah Mekkah dan banyak lagi.
Padahal, wisata halal bukan hanya wisata ziarah, melainkan gaya baru
pariwisata dunia yang bisa berupa wisata alam, wisata budaya, dan wisata
buatan, semuanya berlandaskan nilai-nilai keislaman. Pariwisata adalah suatu
kegiatan yang bertujuan agar manusia memperhatikan lingkungan sekitarnya,
dan kebiasaan cara pandang adat istiadat yang diperhatikan oleh orang-orang
No Dampak negative Dampak positif
1 Kemungkinan terjadinya penyimpanan social seperti judi, narkoba, pronstitusi dan alcohol.
Pariwisata sebagai sumber devisa suatu negara. Di Indonesia pada 2015, pariwisata menempati urutan ke-4 dalam pendapatan devisa negara.
2 Meningkatnya aktivitas teroris ini disebabkan kecemburuan sosial di kalangan turis asing yang terkesan glamor.
Terjadinya pertukaran budaya antara wistawan dan penduduk local.
3 Meningkatkan polusi dan kebisingan di antara sentra-sentra wisata.
Pembangunan pariwisata dapat mengentaskan penduduk sekitar.
4 Penggunaan dan pengalihan sumber daya alam yang berlebihan, misalnya dari lahan pertanian ke hotel dan kawasan wisata.
Pariwisata sebagai sumber terbukanya kesempatan kerja baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.
9
disekitar kita hanya untuk meningkatkan kepercayaan kepada Allah SWT..Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT QS. AL-Ankabut: 19:
شأة الخرة إن الل ينشئ الن كل قل سيروا في الرض فانظروا كيف بدأ الخلق ثم الل عل
شيء قدير
‘‟Artinya: katakanlah: „‟berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah
bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permukaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi, Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu.‟‟
Dimana sifat bertujuan untuk mengkontemplasikan keindahan ciptaan
Allah SWT, menikmati keindahan alam yang agung sebagai dorongan jiwa
manusia untuk meningkatkan keesaan Allah SWT dan memotivasi pemenuhan
kewajiban hidup.
Hal ini juga terdapat pada QS. Ar-run: 30:9.
ة ينظروا كيف كان عاقبة الذين من قبلهم اولم يسيروا ف الرض ف ا اشد منهم قو كانو
ت ن ا عمروها وجاءتهم رسلهم بالبي اثاروا الرض وعمروها اكثر مم و فما كان الل
ـكن ك ا انفسهم يظلمون ليظلمهم ول انو
'‟Artinya: dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat yang di derita oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang ini adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. dan telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata maka Allah sekali lagi tidak berlaku zalim kepada mereka akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.'‟
3. Konsep Wisata Halal
Konsep wisata halal adalah membatasi penyelenggaraan perjalanan
rekreasi yang bertujuan mencari kebahagiaan dan kegembiraan tanpa melanggar
prinsip syariat Islam (Jurnal Ulama MUI-DIY). Jika Anda bepergian menurut
Syariah, yaitu jika Anda bepergian dengan pakaian Islami, atau jika Anda dapat
mengatakan bahwa Anda menutupi aurat, konsumsi makanan dan minuman
Halal dan bepergian dengan Muhrim. Dalam konteks ini terlihat jelas bahwa sejak
10
awal Wisata Halal memuliakan ciptaan Allah dan bertujuan untuk melaksanakan
amalan yang positif dan bermanfaat bagi kehidupan sesama manusia di
lingkungan sekitarnya. Shakiry,2006, H.Sucipto, 2014 dalam jurnal MUI-
DIY,2014).
Sedangkan menurut Jaelani (2017: 6) konsep wisata halal mengartikan
istilah wisata halal sebagai halal friendly, yang secara umum merupakan tujuan
yang sangat baik bagi umat Islam, wisata syariah dan umat Islam. Namun dari
segi industri, wisata halal melengkapi wisata tradisional yang sudah ada tanpa
menghilangkannya. Jika wisata halal menjadi cara baru untuk mengembangkan
pariwisata Indonesia, masyarakat mendukung nilai-nilai budaya Islam tanpa takut
kehilangan identitas lokalnya.
Konsep serta peluang dalam wisata halal:
a. Tidak ada kendala konseptual dalam pembangunan dan pengembangan
obyek wisata religi atau wisata berbasis halal, khususnya di Indonesia,
seiring dengan perkembangan nusantara yang terus meningkat (Jurnal
MUI-DIY, 2014).
b. Kesadaran akan tren makanan, minuman, kosmetik, dan farmasi.
Lembaga keuangan syariah semakin meningkat (Jurnal MUI-DIY, 2014).
c. Jumlah perusahaan dan produk dengan sertifikat Halal meningkat 200%
antara tahun 2009 dan 2010, Jurnal MUI-DIY, 2014).
d. Manajemen hotel atau penginapan yang ada akan menggunakan
pedoman atau konsep Hotel Syariah sesuai dengan peraturan Hotel
Syariah yang ada (Jurnal MUI-DIY, Buku Saku MUI-DIY, 2016).
11
e. e. Kebudayaan ini terkait dengan wisata Islam atau wisata syariah yang
dapat ditemukan pada situs budaya Islam yang ada (Jaelani, 2017: 7)
dalam (Ala-hamarneh, 2011).
f. Pariwisata dalam syariah sangat identik dengan Islam dalam hal ini dan
harus berpegang pada nilai-nilai keislaman termasuk non muslim
walaupun dengan keyakinan yang berbeda, Jaelani (2017: 7) dalam
Syakiry (2008)
g. Wisata religi dan wisata (dalam hal ini berupa ziarah atau ke tempat suci
Islam di seluruh dunia) merupakan salah satu wisata syariah atau religi
Hasan (2007) (Jaelani, 2017: 7).
h. Pariwisata Islami menuntut wisatawan untuk berpegang pada nilai-nilai
moral yang berlaku pada Islam dan memiliki standar etika yang baik
sesuai dengan peraturan yang berlaku Hasan (2004) (Jaelani, 2017: 7).
4. Perbedaan Wisata Halal dengan Wisata yang ada
Pada dasarnya pariwisata halal sama seperti paeiwisata pada umumnya,
hanya saja konsep ini secara eksplisit akan memberi beberapa batasan dengan
tujuan memberi kenyamanan. Wisata halal dan wisata konvensional meskipun
berbeda secara konsep, namun tidak berarti saling meniadakan dan
menghilangkan satu sama lain. Wisata konvensional pada prinsipnya dapat
mendukung terselenggaranya wisata halal (islam), sepanjang tidak bertantangan
dengan kaidah hukum islam. Menurut Hamzah dan Yudiana (2015) dalam
Jaelani, A. (2017) berikut perbedaan wisata-wisata yang ada :
12
Tabel 1.2
Perbedaan wisata konvensional, wisata religi, dan wisata halal/syariah
No Aspek Wisata Konvensional
Wisata religi Wisata Halal/Syariah
1 Objek Alam, budaya, Beritage, kuliner
Tempat ibadah, Peninggalan sejarah
Semuanya
2 Tujuan Menghibur Meningkatkan spiritualitas
Meningkatkan spiritualitas dengan cara menghibur
3 Target
mnyeentuh dimensi kepuasan dan kegembiraan keinginan. Hanya untuk hiburan.
Aspek spiritualitas yang bisa menenagkan jiwa. Guna mencari ketenangan batin.
Memenuhi keinginan dan kesenangan serta menumbuhkan kesadaran beragama.
4 Guide
Pahami dan dapatkan informasi sehingga Anda dapat menarik wisatawan ke mereka.
Kuasai sejarah tokoh dan tempat yang menjadi target turis.
Tidak hanya membuat wisatawan tertarik pada berbagai hal, tetapi juga membangkitkan semangat religius wisatawan. Fungsi dan peran syariah dapat dijelaskan dalam bentuk kebahagiaan dan kepuasan batin dalam kehidupan manusia.
5 Fasilitas ibadah
Sekedar pelengkap
Sekedar pelengkap
Ritual ibadah merupakan bagian dari paket hiburan karena merupakan bagian tak terpisahkan dari objek wisata.
6 Kuliner Umum. Umum. Spesifik halal.
7 Relasi masyarakat dan lingkungan objek wisata
Komplomentar dan hanya untuk keuntungan materi.
Komplomentar dan hanya untuk keuntungan materi.
Integrated, interaksi berdasar pada prinsip sayariah.
8 Agenda Setiap waktu Waktu-waktu Memperhatikan
13
perjalanan tertentu waktu
B. Tinjauan Empiris
Beberapa penelitian terdahulu mengenai pariwisata syariah dilakukan oleh
peneliti Mila Falma Masful (2017), mengenai wisata syariah. Suatu konsep
kepercayaan dan nilai budaya lokal pedalaman pilubang, payakumbuh, Sumatera
Barat, tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pariwisata syariah yang
berhubungan dengan kepercayaan dan nilai budaya-budaya masyarakat yang
ada di payakumbuh, Sumatera Barat. Metode pengumpulan data wawancara dan
pendekatan induktif berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan. Dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pariwisata di payukumbuh, Sumatera
Barat, sudah termasuk syariah karena budaya lokal sangat menjunjung tinggi
nilai-nilai keislaman dan menerapkan pada daerah tersebut.
Penelitian teguh hidayat (2017) tentang strategi banding wisata syariah
Pulau Madura. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriktif yaitu metode
yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah actual.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pulau Madura yang dikenal „‟Madura
sebagai serambi Madina‟‟ memiliki beberapa tempat wisata yang termasuk
tempat wisata syariah dan sering dikunjungi oleh para wisatawan adalah masjid,
surau pondok, dan tempat-tempat sejarah islam wisata pulau Madura sudah
dikenal sebagai wisata syariah hanya perlu lebih banyak edukasi.
Penelitian hafizah (2017) tentang komodifikasi pariwisata halal di NTB
dalam promosi destinasi wisata islam di Indonesia. Metode penelitian yang
digunakan adalah wawancara dan diskusi oleh para pemerintah daerah
setempat. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa wisata halal NTB menjadi
corong pariwisata Indonesia. Dalam konteks ini pemerintah dan pemilik modal
14
yang akan menguasai objek wisata tersebut. Penguasa akan memenjarakan
masyarakat dengan janji-janji dan wacana yang seolah nyata, akibatnya yang
menguasai pariwisata tersebut hanyalah pemlik modal bukan masyarakat
setempat.
Penelitian krisnhna, dkk (2017) tentang potensi pengembangan wisata
halal dalam perspektif dukungan ketersediaan restoran halal lokal (non warlaba)
di kota Gorontalo. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif untuk mengetahui potensi restoran Gorontalo, sebagai
restoran halal demi meningkatkan wisata halal di Gorontalo. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa Gorontalo memiliki potensi wisata halal dengan
ketersediaan restoran halal di Gorontalo yang meningkat setiap tahunnya dari
tahun 2014-2016 berjumlah 44 restoran halal dari 118 restoran yang ada di kota
Gorontalo dan dibuktikan dengan sertifikat halal dari LPPOM MUI.
Penelitian Abdul Kadir Jaelani (2017) tentang pengembangan pariwisata
halal pada era otonomi luas di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Metode yang
digunakan adalah penelitian kombinasi antara penelitian hukum normative dan
penelitian hukum empiris. Metode ini digunakan untuk mengetahui
pengembangan pariwisata halal pada era otonomi berdasarkan perspektif
hukum. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pariwisata halal di NTB
berdasarkan pada 3 hal yaitu yuridis, filosofis dan sosiologis. Landasan
filosofisnya adalah pembangunan di bidang ekonomi dalam rangka mendukung
terwujudnya percepatan kesejahteraan masyarakat. Landasan sosiologis adalah
pengembangan pariwisata halal adalah aspek demokrafis dan giografis NTB.
Landasan yuridis adalah pengembangan pariwisata halal adalah distribusi dan
delegasi dari pasal 18 ayat 6 UUD 1945, pasal UU No 10 tahun 2009 tentang
15
kepariwisataan pasal 12 ayat 3 huruf b dan pasal 236 UU No 2 tahun 2014
tentang pemerintah daerah dan pasal 5 pemenparkreat No 2 tahun 2014 Tentang
penyelenggaraan usaha hotel syariah.
Penelitian Fitratun Ramadhany (2018) tentang implikasi pariwisata syariah
tentang peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dan penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya pariwisata halal yang diwacanakan pada
tahun 2015 dan direalisasikan pada tahun 2016 sangat berimplikasi pada
pendapatan masyarakat setempat dan pengeluaran masyarakat di atas rata-rata.
Dan dari hasil penelitian mewawancrai beberapa penduduk setempat
mengatakan dengan adanya pariwisata halal masyarakat sekarang sudah
mampu memenuhi kebutuhan primer, skunder maupun tersier.
Penelitian Santoso dan Adi Hidayat (2018) tentang potensi pengembangan
wisata berdasarkan syariah (halal toursin) di kota Bima. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif pendekatan yang dilakukan penelitian ini adalah
pendekatan partisipatif dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Bima
berpotensi sebagai wisata syariah dengan melakukan wawancara ke 100
responden terkait pengembangan wisata syariah. Dan yang menjawab baik atau
setuju sebanyak 98 orang dan hanya 2 orang yang menjawab tidak.
Penelitian Ryan Pradesyah dan Khairunnisa (2018) tentang analisis
penerapan fatwa MUI wisata halal (studi kasus hotel syariah medan). Metode
penelitian yang digunakan adalah peneltian kualitatif, dimana penelitian ini
mendeskripsikan hasil wawancara dan hasil opserpasi ke objek. Hal ini peneliti
menyimpulkan bahwa hotel syariah yang ada di Medan sudah memenuhi standar
yang dikeluarkan oleh MUI terkait hotel syariah. Dan diharapkan kedepannya
16
hotel syariah yang ada di Medan tetap konsisten dalam menjalankan sistem
syariah di hotel tersebut.
Penelitian Muzzakir (2018) tentang respon masyarakat Bayumlek terhadap
wisata syariah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif sedangkan pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah normative dan sosiologis dimana
penelitian ini hanya memfokuskan pada satu kasus yang sesuai dengan judul
yang diteliti. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Bayumlek
terhadap pariwisata syariah sangat baik. Dengan potensi pariwisata yang dimiliki,
masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya dengan keahlian dalam
memproduksi gerabah dan diharapkan pemerintah setempat perlu ada pelatihan
untuk meningkatkan kualitas produk.
Penelitian Hanik Fitriani (2018) tentang proyeksi potensi pengembangan
pariwisata perhotelan dengan konsep syariah. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara dan diskusi dengan para pemerintah daerah
setempat. Dari peneliian ini dapat disimpulkan bahwa hotel syariah merupakan
suatu jasa akomodasi yang beroprasi dan menganut prinsip pedoman ajaran
islam. Dalam ini dijelaskan bahwa walaupun MUI telah mengeluarkan
standarisasi label syariah bisnis perhotelan namun format dan pengajuan syariah
ini belum jelas adanya. Dampaknya banyak pebisnis hotel syariah lebih mengacu
pada aturan islam, sehingga kualitas pengelolan belum terlalu maksimal.
C. Kerangka Konsep
Pariwisata adalah salah satu destinasi yang sekarang lagi trend di
kalangan masyarakat. Pariwisata merupakan salah pendapatan negara terbesar
setelah pajak yaitu 12,23 Miliar USD pada tahun 2015 semakin banyak
17
wisatawan yang berkunjung bukan hanya menambah pendapatan tetapi akan
membawa pengaruh negative seperti tata cara pakaian, prilaku dan budaya yang
berasal dari luar. Melihat perkembangan pariwisata yang semakin meningkat
maka Majelis ulama Indonesia memutuskan dan menetapkan fatwa tentang
pariiwisata yang diatur dalam No: 108/DSN-MUI/X/2016. Tentang pedoman
penyelenggaraan pariwisata berdasarkan prinsip syariah.
Mengingat
1. Firman Allah SWT
a. QS Al-Mulk:15
ا وي رزأقۦ وإلأ ٱمنشر ا وك اكب ا ف و ش رض ذللا فٱمأ ي جعل مله ٱلأ ٱلذ
15. dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezeky-nya. Dan hanya kepada-nya-lah kamu kembali setelah di
bangkitkan.
Dari ayat di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa Allah SWT telah
menciptakan bumi untuk mudah di jelajahi oleh manusia untuk di ambil manfaat
darinya.
b. QS Nuh:19-20
ا ا سبلا فجاجا أ ا و نك ا متسأ رض بساطا جعل مله ٱلأ وٱللذ
19. dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, 20. supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu.
Berdasarkan ayat diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa Allah SWT telah
menghamparkan bumi agar bisa di huni dan di manfaatkan.
c. QS Al-run:9
18
شدذ أا أ ك هأ يي وي قبأن قبة ٱلذ رض فيظروا كيأف كن ع
رض ٱلأ و لهأ يسيروا ف ٱلأ
ذةا هأ ق أ ينت فىا و ه بٱلأ هأ رسن ا وجاءتأ ا عىرو ث مىذ كأا أ رض وعىرو
ثاروا ٱلأوأ
نىن هأ يظأ فسا أ هأ وللي ك نى لظأ كن ٱللذ
9. Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka
bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh
orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebihkuat
dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta
memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka
makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka
dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali
tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang
berlaku zalim kepada diri sendiri.
Dari ayat diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa mereka (manusia) kurang
melakukan perjalanan di bumi sehingga mereka tidak dapat mengambil pelajaran
dari peristiwa yang telah terjadi dahulu.
2. Hadist Nabi SAW
a. Hadist Nabi riwayat Ahmad
‘’Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW, bersabda bepergianlah
kalian niscaya kalian menjadi sehat dan bepergianlah niscaya kalian
akan tercukupi.
b. Hadist Nabi riwayat al-Bukhari dan Muslim.
‘’janganlah kalian masuk ke tempat satu kaum yang mendapat azab
kecuali kalian dalam keadaan menangis (di tempat tersebut). Jika tidak
menangis, maka janganlah kalian masuk ke mereka, agar kalian tidak
tertimpah musibah yang menimpah mereka (Kaum Tsamud).
Berdasrakan hadist di atas peneliti dapat bahwa Rasulullah menganjurkan
ummatnya untuk melakukan perjalanan di muka bumi agar mereka dapat
mengarmbil setiap pelajaran dari perjalanannya.
19
Berdasarkan uraian terori yang telah dijelaskan, maka peneliti membuat
kerangka konsep mmengenai pariwisata halal pada daerah Kabupaten
Bulukumba seperti pada tampak gambar di bawah ini.
QS Al-Mulk:15
ا وي رزأقۦ وإلأ ٱمنشر ا وك اكب ا ف و ش رض ذللا فٱمأ ي جعل مله ٱلأ ٱلذ
QS Nuh:19-20
ا ا سبلا فجاجا أ ا و نك ا متسأ رض بساطا جعل مله ٱلأ وٱللذ
QS Al-run:9
شدذ و أا أ ك هأ يي وي قبأن قبة ٱلذ رض فيظروا كيأف كن ع
رض ٱلأ هأ و لهأ يسيروا ف ٱلأ أ
ثاروا ٱلأ
ذةا وأ ق ينت فىا كن ٱللذ ه بٱلأ هأ رسن ا وجاءتأ ا عىرو ث مىذ كأ
ا أ رض وعىرو
20
Pengembangan Wisata Halal Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat di Kabupaten
Bulukumba
Hasil Penelitian
Gambar 2.1 KERANGKA KONSEP
Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba
Potensi Pengembangan
Wisata Halal di
Kabupaten Bulukumba
Wisata Halal
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif yang dimana memecahkan masalahnya dengan menggunkan
data empiris. Penelitian saat mengumpulkan data kualitatif yang di ungkap oleh
subjek melalui ucapan kata-kata atau tulisan maka tentu data tersebut
dipengaruhi oleh jalan pemikiran subjek sesuai pengertian yang diketahuinya
karena itu ungkapan tersebut lebih tepat disebut informasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bulukumba selama kurang lebih
satu bulan mulai bulan Juli sampai dengan bulan Agustus setelah melakukan
ujian seminar proposal. Pemilihan lokasi penelitian karena lokasinya mudah di
jangkau oleh peneliti dan peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang
pengembangan pariwisata pada lokasi tersebut.
C. Fokus Penelitian
Penelitian difokuskan pada rumusan masalah yang telah ditetapkan pada
rumusan masalah.
D. Jenis Data dan Sumber Data.
Menggunakan data primer yang didapatkan dari hasil obserpasi dan
wawancara dari beberapa narasumber yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten
Bulukumba, pengunjung wisata, dan masyarakat di lokasi wisata. Serta data
skunder yang didapatkan dari literature berupa buku, jurnal, dan penelitian
terdahulu.
22
E. Teknik Pengumpulan Data
Guna memperoleh data yang akan dibutuhkan dalam penelitian ini, maka
teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang lain.
Pelaksanaan dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang di
wawancara, tetapi bisa juga tidak secara langsung dengan memberikan daftar
pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. Jenis wawncara yang
digunakan disini adalah wawancara yang tidak terstruktur atau yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara). Adapun penggunaan
metode wawancara ini mempunyai kelemahan yaitu memerlukan waktu yang
sangat lama untuk mengumpulkan informasi dari orang-orang yang berbeda
dengan pertanyaan yang diajukan
2. Observasi
Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap objek yang di teliti. Observasi dilakukan
dengan melakukan pengamatan secara intensif terhadap objek yang diteliti di
kawasan wisata Kabupate Bulukumba.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah metode
pencarian dan pengumplulan data mengenai hal-hal yang berupa catatan,
buku-buku, majalah, dokumen dan lain-lain.
4. Instrument Penelitian
23
Adapun instrument yang digunakan adalah melakukan pengamatan dan
pencatatan terhadap fenomena yang diselidiki dengan menggunakan note
book, kamera, handphone dan pedoman wawancara.
F. Metode Analisi Data
Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh
adalah berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan berupa rangkaian angka
serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori data bisa saja dikumpulkan
dalam aneka macam cara (observasi wawancara, instansi dokumen dan pita
rekaman). Dan biasanya diproses terlebih dahulu sebelum digunakan dalam
penelitian kualitatif mencakup hasil transkip wawancara, reduksi data, analisis,
interprestasi data, dan triangulasi. Dari hasil analisis data yang kemudian dapat
ditarik kesimpulan berikut ini:
1. Analisis Data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, perhatian pada penyederhanaan. Laporan
yang didapat di lapangan akan dituangkan dalam bentuk uraian yang lengkap
dan terperinci. Oleh karena itu, data yang direduksi memberikan gambaran
yang jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Penyajian Data
Penyajian data dimaksudkan untuk memudahkan peneliti melihat keseluruhan
gambar atau bagian tertentu dari penelitian. Penyajian data dilakukan dengan
menjelaskan hasil wawancara dalam bentuk penjelasan dan mendukungnya
dengan dokumen dan foto untuk menarik kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan
24
Penarikan kesimpulan yaitu dengan melakukan verifikasi secara terus menerus
sepanjang prooses penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini, penarikan
kesimpulan dilakukan dengan pengambilan intisari dari rangkaian kategori hasil
penelitian berdasarkan observasi dan wawancara.
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Kabupaten Bulukumba
Pengukuhan nama Kabupaten Bulukumba diawali dengan dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II
di Sulawesi, dilanjutkan dengan Peraturan daerah Kabupaten Bulukumba Nomor
5 Tahun 1978 tentang Lambang Daerah. Akhirnya, setelah seminar satu hari
dengan Profesor Narasumber pada 28 Maret 1994. Hari jadi Dr. H. Ahmad
Mattulada (sejarawan dan ahli budaya) Kabupaten Bulukumba ditetapkan pada
tanggal 4 Februari 1960 dengan Pengaturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994.
Kabupaten Bulukumba pada awalnya hanya terdiri dari tujuh kecamatan
(Ujungbulu, Gangking, Bulukumpa, Bontobahari, Bontotiro, Kajang, Herlang),
namun kemudian beberapa kecamatan dipecah dan kini sudah menjadi "Butta
panrita lopi". Terdiri dari 10 kecamatan. ..
Kemudian dari 10 kecamatan tersebut, 7 merupakan kawasan pesisir yang
menjadi pusat pengembangan pariwisata dan perikanan: Gantarang, Ujungbulu,
Ujungloe, Bontobahari, Bontotiro, Kajang dan Herlang. Tiga distrik lainnya, yaitu
Distrik Kindang, Rilau ale dan Bulukumpa, diklasifikasikan sebagai sentra
pengembangan pertanian dan perkebunan.
2. Letak Geografis Kabupaten Bulukumba
Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu daerah tingkat dua di
Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota Kabupaten berada di kota Bulukumba
Luas wilayahnya 1.154,67 km2 dan berpenduduk 394.757 jiwa (berdasarkan
sensus 2012). Kabupaten Bulukumba memiliki 10 kecamatan, 24 kecamatan dan
26
123 desa. Secara regional, Kabupaten Bulukumba berada dalam empat dimensi.
Yakni, dataran tinggi di kaki Gunung Bawakaren, Lompobatang, dataran rendah,
pantai, dan laut lepas.
Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat 5o20”
sampai 5o40” Lintang Selatan dan 119o50” sampai 120o28” Bujur Timur, Batas-
batas wilayahnya adalah:
a. Sebelah Utara: Kabupaten Sinjai
b. Sebelah Selatan: Laut Flores
c. Sebelah Timur: Teluk Bone
d. Sebelah Barat: Kabupaten Bantaeng
Kabupaten Bulukumba terletak di ujung selatan ibu kota Sulawesi Selatan
dan terkenal dengan industri finishing perahu yang memberikan nilai tambah
ekonomi yang besar bagi masyarakat dan pemerintah daerah. Kabupaten
Bulukumba meliputi wilayah seluas 1.154,67 km2 dan berjarak kurang lebih 153
km dari kota Makassar.
Tabel 2.1
Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Bulukumba
Tahun 2017
No Kecamatan Luas (km2) Persentase (%)
1 Gantarang 173,51 15,03
2 Ujung Bulu 14,44 1,25
3 Ujung Loe 144,31 12,50
4 Bonto Bahari 108,60 9,41
5 Herlang 68,79 5,96
6 Bontotiro 78,34 6,78
7 Kajang 129,06 11,18
8 Bulukumpa 171,33 14,84
9 Rilau Ale 117,53 10,18
10 Kindang 148,76 12,87 Total 1.154,67 100,00
Sumber: BPS, Kabupaten Bulukumba Dalam angka 2020
27
Berdasarkan tabel di atas, kecamatan Gantarang merupakan kecamatan
terluas di Bulukumba atau 173,51 km2, dan Kecamatan ujungbulu merupakan
salah satu kecamatan terkecil di Bulukumba atau 14,44 km2.
3. Kondisi Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan prioritas pemerintah saat ini terkait
dengan hubungan linier antara pertumbuhan penduduk dan kemiskinan atau
peningkatan kesejahteraan rakyat. Apabila pertumbuhan penduduk menjadi
modal dari faktor produksi dan peningkatan tersebut selanjutnya meningkatkan
produksi, maka kondisi ini menunjukkan bahwa penduduk berstatus aset.
Sebaliknya, jika pertumbuhan penduduk semakin menurunkan daya beli individu,
maka penduduk dikatakan menjadi beban. Ini menjadi perhatian baik di tingkat
daerah maupun pusat.
Tabel 2.2
Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Bulukumba Tahun 2020
No Kecamatan Penduduk Laju pertumbuhan
penduduk per tahun 2018-2019
Persentase penduduk
Kepadatan penduduk
per Km
1 Gantarang 75.980 0,57 18,06 438
2 Ujung Bulu 56.521 1,63 13,44 3914
3 Ujung Loe 42.154 0,56 10,02 292
4 Bonto Bahari 25.757 0,64 6,12 237
5 Herlang 21.390 -0,86 5,09 273
6 Bontotiro 24.663 0,10 5,86 359
7 Kajang 49.194 0,33 11,70 381
8 Bulukumpa 52.731 0,25 12,54 308
9 Rilau Ale 40.594 0,63 9,65 345
10 Kindang 31.619 0,50 7,52 231
Bulukumba 420.603 0,54 100,00 364
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba
28
4. Profil Dinas Pariwisata Bulukumba
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Kabupaten Bulukumba merupakan implementasi dari pemerintah daerah
untuk bekerja menerjemahkan keputusan politik yang berbeda ke dalam
kebijakan publik yang berbeda dan memastikan pelaksanaan operasional dari
kebijakan tersebut. Pelayanan publik dan pemberdayaan. publik. Oleh karena itu,
SKPD merupakan salah satu penentu keberhasilan dari keseluruhan agenda
pemerintahan daerah dalam rangka upaya mewujudkan pemerintahan yang baik.
SKPD Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dinas Penggerak Massal adalah
satuan kerja yang berwenang melaksanakan pembinaan dan pengembangan
Bidang Kebudayaan dan Pariwisata secara efektif, efisien, akuntabel, dan
profesional. Peraturan Bupati Bulukumba Nomor 32 / IX / 2008 Tahun 2008
tentang Uraian Tugas Pokok, Uraian Tugas Jabatan Struktural, dan Kegiatan di
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba. Dalam melaksanakan
tugas pokok di atas, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai fungsi
sebagai berikut.
a. Perumusan kebijaksanaan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai
dengan lingkup tugasnya;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
5. Visi dan Misi Dinas Priwisata Kabupaten Bulukumba
Visi adalah gambaran ideal masa depan yang ingin kita wujudkan di era
tertentu.
29
Jangka waktu untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah di bidang
pariwisata untuk mengantisipasi era perkembangan lingkungan strategis dan
globalisasi. Dengan memperhatikan visi bupati dan wakil bupati yang terpilih
antara tahun 2016-2021 dan tantangan pembangunan pariwisata ke depan,
maka akan dirumuskan visi sebagai berikut: Menggapai masyarakat sejahtera
melalui pengembangan Kepariwisataan (Tourism and Culture developmet
for prosperty) Dengan Berlandaskan Pada Nilai Religi dan Nilai Budaya.
Visi ini mengandung arti :
a. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor andalan kabupaten
Bulukumba yang perlu mendapatkan prioritas, yang selanjutnya
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah maupun
pendapatan masyarakat
b. Sebagai upaya pengembangan pariwisata dengan obyek sasaran pada
pemamfaatan sumber daya alam, pelestarian nilai-nilai budaya sebagai
daya tarik wisata.
c. Sebagai perwujudan daerah tujuan wisata andalan Sulaswesi Selatan,
maka sektor pariwisata dan kebudayaan menjadi salah satu bidang
andalan yang menopang peningkatan perekonomian untuk menggapai
masyarakat yang sejahtera
d. Nilai religi dan nilai budaya menjadi landasan kokoh dalam
pengembangan kepariwisataan yang akuntabel dan transparan.
Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan, sejalan upaya pencapaian visi yang telah ditetapkan
dengan
memperhatikan kondisi objektif.
30
Maka Misi pembangunan pariwisata kabupaen Bulukumba adalah:
1. Melestarikan keragaman dan kekayaan budaya serta kesenian daerah
(artculture conservation) sebagai suatu identitas lokal leluhur
2. Mengembangkan destinasi pariwisata potensial (tourism destination
development) yang berkelanjutan dan terencana
3. Menerapkan suatu system pemasaran yang inovatif dan bertanggung
jawab (innovative and responsible marketing)
4. Mengembangkan industri pariwisata dan budaya untuk meningkatkan
ekonomi daerah
5. Mengembangkan kepastian sumberdaya kepariwisataan
6. Menciptakan tata kelembagaan yang akuntabel, transparan, dan
responsive
6. Potensi Pariwisata Kabupaten Bulukumba
Pembangunan pariwisata bertujuan untuk meningkatkan peran pariwisata
dalam kegiatan ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja dan peluang
usaha, dengan tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat dan penghasil
devisa. Upaya pemerintah melalui pengembangan dan pemanfaatan berbagai
kemungkinan pariwisata domestik.
Sulawesi Selatan yang juga menjadi salah satu destinasi wisata di
wilayah Indonesia khususnya Kabupaten Bulukumba memiliki banyak sekali
objek wisata yang sangat potensial dan tentunya berdampak besar bagi kinerja
Perekonomian Kabupaten Bulukumba. Kabupaten Bulukumba adalah tujuannya
Wisata yang banyak diminati dari wisatawan domestik maupun mancanegara.
31
Sektor pariwisata memiliki potensi kontribusi atau devisa Besarnya
kontribusi bagi perekonomian ditentukan oleh banyaknya wisatawan yang
berkunjung ke Kabupaten Bulukumba.
Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bulukumba selama lima tahun
terakhir meningkat sangat pesat. Hal tersebut terlihat dari data kunjungan
wisatawan di Kabupaten Bulukumba 2013 S / D 2017. Lihat tabel di bawah.
Tabel 2.3
Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Bulukumba Tahun 2013 – 2017
No Tahun Jumlah Wisatawan
Pertumbuhan
1 3013 136.488 23.113
2 2014 161.636 25.148
3 2015 184.510 22.874
4 2016 178.580 -5.930
5 2017 206.970 28.390
Jumlah 868.184 70.482
Rata-Rata 173.700 14.095 Sumber: Dinas pariwisata Kabupaten Bulukumba
7. Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Daerah
Dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas
1. Pendapatan asli daerah, yaitu:
a. Hasil pajak daerah;
b. Hasil retribusi daerah;
c. Hasil perusahaan miliki daerah; dan
d. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah,
e. Dana perimbangan;
f. Pinjaman daerah;
g. lain-lain pendapatan daerah yang asli.
32
Kemampuan daerah untuk menjalankan otonomi ditentukan atau bergantung
pada Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pemerintah daerah dituntut
mandiri dengan mengelola potensinya, sehingga diperlukan upaya untuk
mengamankan sumber pendanaan yang memadai. Sektor pariwisata perlu
membuka terobosan baru dalam penggalangan dana untuk menutupi belanja
pemerintah daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pendapatan
daerah yang dikhususkan untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dan merupakan sumber pendapatan asli daerah murni yang diharapkan
terus meningkat setiap saat. Manfaat yang dapat diberikan oleh sektor pariwisata
dijelaskan sebagai berikut: (A) Pertumbuhan pendapatan dan pendapatan
pemerintah daerah dan masyarakat. Peningkatan tersebut terlihat pada
peningkatan pendapatan dari kegiatan usaha masyarakat, seperti akomodasi,
restoran, restoran, pemandu wisata, biro perjalanan dan persembahan
cinderamata. Bagi daerah sendiri, kegiatan usaha ini berpotensi menghasilkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna meningkatkan perekonomian masyarakat.
(B) Membuka lapangan kerja Banyaknya peluang kerja karena industri pariwisata
merupakan rangkaian kegiatan yang sangat panjang. (C) Dengan meningkatnya
devisa, lebih banyak kunjungan wisatawan dan lebih banyak devisa dapat
diperoleh. (D) Mendorong tumbuhnya budaya asli dan mendukung pergerakan
pembangunan daerah.
B. Hasil Penelitian
1. Analisis potensi Pengembangan Wisata Halal dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Bulukumba
33
Dalam dunia pariwisata, pelaku pariwisata perlu menyusun strategi untuk
mengembangkan objek-objek pariwisata atau destinasi wisata guna
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri.
Kesempatan bagi mereka untuk berbisnis. Tidak hanya itu, dampak
pembangunan pariwisata dapat mendorong peningkatan pajak daerah dan
pendapatan pembalasan, peningkatan pendapatan nasional (GDB),
peningkatan investasi dari industri pariwisata dan sektor ekonomi lainnya,
yang terakhir memperkuat neraca pembayaran. (Oka A. Yoeti 2008).
Mendukung pembangunan sektor ekonomi Pengembangan pariwisata
halal sebagai salah satu sektor pembangunan untuk mendukung percepatan
kesejahteraan masyarakat, terwujudnya pemerataan kesempatan berusaha,
mendapatkan keuntungan, serta menghadapi tantangan perubahan daerah
dan nasional. Tujuannya agar menjadi bisa. Memperhatikan sistem nilai
budaya umum dalam masyarakat yang menganut nilai-nilai luhur Pancasila,
kita menjalani kehidupan global dengan tetap menjaga pariwisata. (Nur,
Afrianti: 2017).
Pariwisata halal memiliki dukungan yang kuat terhadap nilai-nilai budaya
dan Islam. Barang dan jasa wisata, dan destinasi wisata untuk wisata halal
sama dengan pariwisata pada umumnya, sepanjang tidak bertentangan
dengan nilai dan etika Islam. Pariwisata Halal oleh Kementerian Pariwisata,
Ekonomi Kreatif dan MUI mencakup lima elemen: sektor memasak, busana
Islami, perhotelan dan akomodasi, kosmetik dan spa, dan ziarah ke umrah.
Selama ini wisata halal dianggap ziarah atau berwisata ke masjid. Padahal,
wisata halal tidak begitu dimaknai, melainkan pariwisata yang bersumber dari
alam, budaya, atau buatan manusia yang dilingkupi oleh nilai-nilai keislaman.
34
Wisata halal memberikan ketenangan lebih bagi wisatawan muslim dan non
islam terutama karena lebih aman dan nyaman bagi yang membawa
keluarganya. Adapun pengembangan wisata halal yang peneliti akan lakukan
kajian lebih mengarah pada potensi pengembangan wisata halal dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bulukumba yang
dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Kabupaten Bulukumba.
1. Deskriptif Karakteristik Responden Penelitian
Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 8 orang yang terdiri dari
kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba, pengunjung dan masyarakat
sekitar lokasi wisata titik nol Kabupaten Bulukumba.
Tabel 2.4
Identitas Responden
No Nama Usia Pekerjaan Pendidikan
terakhir
Status
1 Muh Ali Saleng
SH.,M,.SI
52
Thn
Kepala
Dinas
Pariwisata
S3 Pengelola
2 Fahmi 36
Thn
Wirausaha S1 Masyarakat
3 Hayah 55
Thn
IRT SD Masyarakat
4 Naicah 53
Thn
IRT SMA Masyarakat
5 Rudianto 21
Thn
Wiraswasta SMA Pengunjung
6 Nur Hilda 23
Thn
Mahasiswa SMA Pengunjung
7 Eka Riskawati 24
Thn
Wiraswasta SMA Pengunjung
8 Ilham 21
Thn
Mahasiswa SMA Pengunjung
Sumber : Data Primer tahun 2020
35
2. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Realisasi dari konsep penngembangan wisata titik nol Kabupaten
Bulukumba sebagai wisata halal pada dasarnya harus melalui metode
interaktif dengan melihat seluruh variabel yang diindikasikan mempunyai
sumbangsi pengaruh terhadap pengembangan wisata titik nol sebagai
wisata halal. Kegiatan penelitian ini didasarkan pada proses intelektual
(keilmuan) guna memperoleh hasil yang relevan, untuk lebih jelasnya
penulis menyajikan interpretasi dari responden terkait dengan potensi
pengembangan Wisata titik nol Kabupaten Bulukumba sebagai wisata halal
sebagai berikut:
Tabel 2.5
Daftar Jawaban Responden Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba
Nama Jabatan Pertanyaan Jawaban
Muh Ali Saleng SH.,M,.
SI
Kepala Dinas
Pariwwisata Kbupaten
Bulukumba
1. Bagaimana
potensi wisata titik nol Kabupaten Bulukumba dan apa kelebihannya dibandingkan wisata yang
lain.?
Jadi wisata titik nol merupakan pengembangan dari wisata pantai tanjung bira wisata titik nol adalah wisata baru yang dibangun pada tahun 2017 kemudian beroperasi pada tahun 2018. ketika kita berbicara mengenai kelebihan, wisata titik nol merupakan wisata yang letaknya berada di ujung daratan pulau Sulawesi kelebihan lain dari wisata titik nol keindahan matahari terbit dan matahari terbenang dapat kita nikmati hanya dengan satu titik menghadap ketimur untuk menikmati sunresnya dan cukup berbalik badan kita sudah bisa menikmati sunsetnya, kemudian disana juga terdapat pertemuan arus antara laut plores dan teluk bone sehingga terjadi pusaran air yang membuat biota laut disana sangat beragam sehingga wisata titik nol juga
36
dijadikan sebagai surga bagi para pemancing.
2.Apakah setiap tahun wisatawan yang berkunjung ke wisata titik nol Kabupaten Bulukumba ada peningkatan atau terjadi penurunan.?
Tentunya seperti itu karena wisata titik nol berada di kawasan pantai tanjung bira sehingga hampir 80 % wisatawan yang berkunjung ke tanjung bira sasarannya adalah titik nol. Pada tahun 2018 semenjak wisata titik nol mulai beroperasi wistawan ynng berkunjung di kawasan wisata tanjung bira mengalami peningkatan hanya saja tahun ini terjadi penurunan dikarenakan kawasan wisata tanjung bira sempat ditutup karena adanya covid 19.
3.Apakah dinas pariwisata bekerja sama dengan pemerintah desa dan masyarakat dalam membangun kawasan wisata titik nol.?
Saya kira seperti itu titik nol dibuka bersama dengan masyarakat dan pelibatan desa tentu kita harapkan karena itu kita dorong pemerintah desa untuk pengendalian PKL didalam lokasi wisata dengan system asongan, apalagi seperti saat sekarang ini wisata titik nol sedang dalam masa pembangunan, jadi kami terus berkomunikasi dengan pemerintah desa untuk pengembangan wisata titik nol bulukumba.
4.apakah sektor pariwisata titik nol sangat berperan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) atau tidak.?
Saya kira seperti itu dimanapun yang namanya pariwisata tentu kita berharap besar untuk meningkatkan perekonomian suatu daerah apalagi bulukumba merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi selatan yang memiliki potensi wisata yang sangat banyak dan beragam tentunya ini akan berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan daerah. Kemudian keberadaan wisata juga dapat membuat lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan jadi masyarakat bisa
37
bekerja sebagai petugas keamanan pariwisata, petugas bersih-bersih dan berjualan.
5.Apakah keberadaan wisata titik nol dapat meningkatkan citra daerah disini.?
Itu sudah pasti karena ketika wisatawan berkunjung ke wisata titik nol mereka akan melihat keindahan yang ada di wisata titik nol seperti tebing yang terhubung langsung dengan pantai apalagi ketika jembatan kaca sudah jadi tentunya ini akan sangat meningkatkan citrah daerah disini.
6.Apakah langkah selanjutnya untuk membangun fasilitas-fasilitas yang ada di kawasan wisata titik nol.?
Saya kira pemerintah saat ini lagi gencar-gencarnya dalam membangun kawasan wisata titik nol seperti teras tanjsung bira, jalan dan jembatan kaca yang nantinya akan menampung sampai seribu orang lebih.
7. Melihat problem yang banyak terjadi disekitar lokasi pariwisata seperti judi, pesat narkoba dan hal-hal negative lainnya maka saya sebagai peneliti berinisiatif untuk meneliti tentang potensi pengembangan wisata halal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bulukumba. Dalam hal ini apa pendapat dan langkah dinas pariwisata melihat problem tersebut apakah sudah ada peraturan-
Konsep wisata halal kita sudah adopsi kita sudah sampaikan kesemua pelaku usaha untuk tidak menjual minuman-minuman keras apalagi wisata titik nol ini masih baru tentunya kita menghidari hal-hal yang seperti itu lain halnya dengan wisata pantai tanjung bira disana memang ada beberapa tempat yang memang sudah memilki izin seperti café, bar, hanya saja memang sudah ada aturan-aturan yang berlaku artinya tidak diperjual bebaskan
38
peraturan yang mengikat untuk wisatawan yang datang ke lokasi wisata yang ada di Kabupaten Bulukumba.?
Sumber: Data Primer Tahun 2020
Berdasarkan tabel 2.5 yang berisi hasil wawancara dengan kepala Dinas
Pariwisata Kabupaten Bulukumba dapat disimpulkan meskipun Dinas Pariwisata
belum ada langkah menuju kesana tetapi dinas pariwisata setempat secara tidak
langsung mendukung pengembangan wisata halal di kawasan wisata titik nol
Kabupaten Bulukumba.
Tabel 2.6
Daftar Jawaban Responden Masyarakat
No Nama Pekerjaan Jawaban
1. Fahmi Wirausaha 1. berbicara mengenai kesejahteraan
masyarakat dengan apa yang saya lihat
dan rasakan kita belum bisa
menyimpulkan kalau keberadaan wisata
titik nol dapat mensejahterakan
masyarakat karena wisata titik nol ini
masih dalam masa pembangunan
2. mengenai pendapatan sebelum dan
sesudah adanya wisata titik nol tentunya
ada perubahan pendapatan karena
dengan adanya wisata titik nol masyaraka
ibisa menambah pemasukan dengan
berjualan disekitaran lokasi wisata
apalagi hampir semua masyarakat
dilibatkan dalam pembangunan wisata ini
sebagai buruh pekerja.
3. untuk kehidupan aman dan tentram bagi
masyarakat sekitar cukup merasa aman
lahir batin karena semakin menigkatnya
pengembangan titik nol dapat
39
memberikan nilai kepuasan tersendiri
bagi masyarakat bahkan kepada
pengunjung yang datang, dengan
pengembangan wisata titik nol yang
semakin bagus maka makin banyak
orang yang akan berkunjung dan
tentunya itu akan memberikan
kenyamanan bagi masyarakat.
2. Hayah IRT 1. tentunya seperti itu wisata titik nol dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sekitar karena dapat menjadi sumber
pendapatan baru bagi masyarakat disini.
2. iya ada perubahan, karena dengan
adanya wisata titik nol masyarakat disini
dapat berjualan.
3. Mungkin seperti itu karena demgan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat
tentunya akan membuat masyarakat
tentram aman lahir dan batin.
3. Naicah IRT
1. itu sudah pasti, karena semenjak
masyarakat mengetahui kalau akan
dibangun wisata baru di kawasan bira
masyarakat sudah merespon dengan
baik, terbukti sekarang dengan
keberadaan wisata titik nol masyarakat
sekarang bisa berjualan dengan
membuat kios-kios di sekitaran lokasi
wisata bahkan sudah ada masyarakat
yang mulai membuat tempat penginapan
bagi wistawan yang datang berkunjung.
2. tentunya ada perubahan karena
masyarakat yang dulunya tidak punya
pekerjaan lain seperti ibu-ibu yang
dulunya hanya sebagai IRT sekarang
sudah bisa menambah penghasilan
dengan berjualan.
3. iya, karena masyarakat merasa aman
tentram, lahir batin ketika tempat wisata
berjalan sesuai kemauan dan itulah yang
kami rasakan sekarang.
Sumber: Data Primer Tahun 2020
40
Berdasarkan tabel 2.6 hasil wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi
wisata titik nol maka dapat disimpulkan bahwa responden yang peneliti
wawancara 1 (satu) orang menjawab bahwa keberadaan wisata titik nol belum
bisa dikatakan dapat mensejahterakan masyarakat sekitar karena wisata titik nol
masih dalam masa pembangunan. Sedangkan 2 (dua) orang lainnya menjawab
keberadaan wisata titik nol dapat mensejahterakan masyarakat sekitar.
Tabel 2.7
Daftar Jawaban Responden Pengunjung
No Nama Pekerjaan Jawaban
1. Rudianto Wiraswasta 1. ini baru pertama kali 2. mengenai pengelolaan yang saya lihat
masih kurang mungkin bisa lebih ditingkatkan lagi mengenai pengelolaannya
3. belum pernah dengar tentang wisata halal
4. saya sangat setuju jika nantinya wisata titik nol menjadi pariwisata halal apalagi kita adalah negara mayoritas muslim
5. mungkin akses jalannya diperbaiki agar para wistawan bisa lebih mudah untuk sampai di lokasi
2. Nur Hilda Mahasiswa 1. sudah dua kali berkunjung di wisata titik nol
2. sudah lumayan bagus hanya saja masih ada beberapa yang perlu disiapkan seperti toilet umum untuk pengunjung
3. pernah dengar hanya saja belum tau wisata halal itu seperti apa
4. tentunya kami sangat mendukung apalagi setau saya di bulukumba belum ada tempat wisata yang berbasis wisata halal
5. Di tambah lagi fasilitasnya dan fasilitas yang sudah ada di percantik lagi agar bisa menarik minat wisatawan berkunjung.
3 Eka Riskawati
Wiraswasta 1. baru 1 kali karena lokasinya lumayan jauh
2. saya rasa masih kurang karena masih banyak fasilitas-fasilitas yang belum ada
41
seperti toilet dan mushola 3. belum pernah 4. itu lebih bagus dan kami sangat
mendukung apalagi kita mayoritas muslim
5. fasilitas tempat ibadah disediakan dan toilet
4 Ilham Mahasiswa 1. baru kali ini berkunjung 2. saya lihat lumayan bagus apalagi saya
lihat wisata titik nol ini sementara dalam masa pembangunan
3. belum pernah dengar baru kali ini saya tau kalau ada wisata halal
4. Itu lebih bagus karena mengandung unsur agama dan negara kita juga mayoritas beragama islam jadi ini kalau diubah jadi pariwisata halal otomatis lebih menariklah karena berbeda dengan wisata yang lain
5. terus dilakukan pembenahan agar wisatawan yang berkunjung merasa puas ketika berkunjung kesini
Sumber: Data Primer Tahun 2020
Berdasarkan tabel 2.7 hasil wawancara dengan pengunjung wisata titik nol
maka dapat disimpulkan bahwa responden yang peneliti wawancara semuanya
sangat mendukung dalam hal pengembangan wisata halal di kawasan wisata titik
nol walaupun sebelumnnya mereka belum tau apa itu wisata halal. Namun
sebelum mereka menjawab untuk mendukung pengembangan pariwisata halal,
penliti terlebih dahulu memberikan penjelasan apa itu pariwisata halal dan apa
perbedaanya dengan pariwisata konvesioanal.
C. Pembahasan
1. Aanalisis Potensi Pengembangan Wisata Halal dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Bulukumba
Pariwisata adalah salah satu komponen dalam pembangunan ekonomi
negara. Kontribusi sektor pariwisata di Indonesia semakin hari semakin
menguntungkan bagi penerimaan devisa negara. Pariwisata di Indonesia juga
42
menduduki urutan keempat (4) dalam menyumbangkan devisa untuk negara
dari segala sektor.
Pariwisata halal adalah pariwisata yang sesuai tuntutan islam, mengikuti
gaya wisata para kaum muslimin agar wisatawan muslim yang datang di
tempat wisata tersebut selalu termotivasi untuk selalu mengingat Allah dengan
cara bersyukur atas segala ciptaan Allah di alam semesta. Pada umumnya
pariwisata halal hampir sama dengan pariwisata konvesional, namun yang
membedakan hanyalah pariwisata halal harus menerapkan nilai-nilai
keislaman didalamnnya dan tidak bertentangan dengan segala ajaran islam.
Pariwisata halal adalah sub kategori pariwisata yang diperuntukkan bagi
keluarga Muslim di bawah aturan Islam. Hotel-hotel di destinasi ini tidak
menyajikan alkohol dan memiliki kolam renang dan fasilitas spa terpisah untuk
pria dan wanita. Malaysia, Turki, dan banyak negara lain berusaha keras
untuk melayani wisatawan di seluruh dunia dengan menyediakan fasilitas
yang sesuai dengan keyakinan agama para pelancong Muslim. Saat ini tidak
ada standar yang diakui secara internasional untuk pariwisata halal.
Pengembangan pariwisata dapat digunakan sebagai salah satu sumber
pemasukan daerah juga dapat digunakan sebagai sarana melestarikan
budaya dan kearifan lokal. Dengan melihat beragamnya potensi pariwisata
yang terdapat di Kabupaten Bulukumba khususnya di wisata titik nol.
Pemerintah Daerah sebagai salah satu stakeholder pengembangan
pariwisata sudah seharusnya dapat mengoptimalkan potensi tersebut demi
kesejahteraan masyarakat sekitar.
43
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang penulis lakukan di
Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba, masyarakat dan para pengunjung
wisata titik nol ada beberapa poin penting yang menjadi pokok pembahasan.
Dapat kita lihat dari potensi yang dimiliki oleh wisata titik nol kabupaten
Bulukumba. wisata titik nol adalah wisata baru yang merupakan
pengembangan dari wisata pantai tanjung bira, potensi yang dimiliki oleh
wisata titik nol disana kita dapat menikmati matahari terbit dan cukup berbalik
badan kita sudah bisa menikmati matahari terbenang kemudian wisata titik nol
juga dijadikan sebagai surga bagi para pemancing.
Masyarakat awam belum memahami secara penuh apa itu wisata halal.
Dalam prespektif masyarakat umum, mereka memahami bahwa pariwisata
halal adalah berziarah ke makam-makam para ulama, masjid peninggalan
sejarah dan tanah suci. Dengan adanya sosialisasi dari pemerintah
diharapakan masyarakat setempat dapat memahami dan mendukung
pengembangan pariwisata halal di daerah tersebut.
Untuk merealisasikan potensi pengembangan wisata halal di kawasan
wisata ttitk nol Kabupaten Bulukumba tentunya ada beberapa langkah yang
perlu disiapkan untuk mendukung pengembangan wisata halal.
1. Fasilitas beribadah umat muslim yang lengkap di kawasan wisata titik nol
Kabupaten Bulukumba
Fasilitas beribadah umat muslim yang lengkap di kawasan wisata titik nol
ini menjadi salah satu pendorong dalam pengembangan wisata halal. Sarana
beribadah pada saat ini merupakan salah satu hal yang penting ketika kita
berkunjung ke lokasi pariwisata. Sehingga dengan tersedianya fasilitas
beribadah yang lengkap seperti adanya mushola, toilet, tempat berwudhu
44
serta fasilitas penunjang lainnya seperti mukena atau kain sarung yang
tersedia memberikan kenyamanan ketika berwisata dengan tetap
menjalankan kewajiban sholat wajib 5 waktu dalam satu hari dan semua ini
terfasilitasi dengan baik.
2. Pengelolaan wisata yang baik, keramahan masyarakat sekitar dan pelayanan
terhadap wisatawan yang sesuai syariah Islam.
Pengelolaan wisata yang baik, keramahan masyarakat sekitar dan
pelayanan terhadap wisatawan yang berada di kawasan wisata titik nol
Kabupaten Bulukumba dapat memberikan kenyaman bagi para wisatawan
yang berkunjung ke kawasan objek wisata tersebut. Keramahan yang
diberikan oleh masyarakat kepada para pengunjung yang datang tentu juga
sangat berpengaruh kepada pengembangan objek wisata itu sendiri. Karena
dengan begitu para pengunjung akan merasa aman, nyaman dan senang
ketika mereka berkunjung ke kawasan wisata titik nol Bulukumba.
3. Ketersediaan fasilitas penunjang seperti kuliner yang halal, toko souvenir,
fasilitas keamanan, tempat parkir, tempat duduk, toilet dan penginapan yang
bersih dan memadai.
Ketersediaan fasilitas penunjang juga dapat kita temui ketika kita
berkunjung ke kawasan Istano Basa Pagaruyung ini. Fasilitas yang tersedia
seperti kuliner yang terjamin halal di sekitar kawasan tersebut. Adanya toko
souvenir yang menjual berbagai macam kerajinan khas buatan tangan
masyarakatnya. Fasilitas keamanan yang cukup baik karena melibatkan
masyarakat sekitar, polsek terdekat dan pengelola untuk menjaga kawasan
tersebut. Masyarakat yang terlibat langsung dalam menjaga keamanan di
sekitar objek wisata sehingga dapat memberikan rasa aman bagi setiap
45
pengunjung yang datang. Keamanan ini diperlukan untuk menjaga kendaraan
dan barang-barang pengunjung yang ditinggal berwisata dari tindakan
pencurian yang dilakukan oknum yang tidak bertanggung jawab.
4. Mudahnya akses informasi dan akses transportasi umum/pribadi bagi
wisatawan untuk menuju kawasan wisata
Kemudahan dalam akses informasi dan transportasi merupakan salah
satu pendorong yang mampu menarik para wisatawan. Kemudahan akses
informasi ini dapat dilihat dari adanya alamat lengkap lokasi yang bisa diakses
melalui aplikasi google maps atau dapat juga dilihat dari petunjuk arah menuju
kawasan objek wisata yang bisa dikatakan cukup jelas untuk membantu
pengunjung mencapai tujuan lokasi objek wisata.
5. Motivator
Untuk potensi pengembangan wisata halal di kawasan wisata titik nol
Kabupaten Bulukumba perlu peran pemerintah daerah sebagai motivator agar
masyarakat dapat sadar akan pentingnya pariwisata, selain itu untuk
stakeholder lain seperti swasta peran motivator diperlukan agar giat usaha di
bidang pariwisata terus berjalan dan meningkatnya jalinan kerja sama yang
baik antara seluruh stakeholder. Pariwisata bisa dikatakan sebagai suatu
industri, maka didalamnya akan sangat butuh dukungan dari investor atau
pengusaha swasta serta masyarakat. Investor sebagai pemilik modal bisa
menanamkan modalnya di objek-objek wisata, pengusaha swasta bisa
mengembangkan usahanya dan memberdayakan masyarakat lokal sebagai
tenaga kerja untuk pengembangan usahanya.
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dengan judul “Potensi pengembangan wisata halal
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupeten Bulukumba” yang
dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui wawancara dengan Dinas
Pariwisata Kabupaten Bulukumba, dan wawancara serta penelitian langsung di
lokasi wisata titik nol, skripsi dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :
1. Upaya pengembangan pariwisata titik nol Kabupaten Bulukumba yang
dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba dapat dikatakan
belum terlaksana dengan maksimal baik dari segi sarana dan prasarana,
karena mengingat wisata pantai titik nol merupakan wisata baru sehimgga
belum tersedia fasilitas-fasilitas seperti tolet, tempat ibadah, tetapi saat ini
pemerintah lagi gencar-gencarnya membangun kawasan wisata titik nol
Bulukumba.
2. Pariwisata titik nol adalah wisata baru yang berada di kawasan pantai
tanjung bira dan hampir 80% wisatawan yang berkunjung di pantai
tanjung bira sasarannya adalah titik nol. Untuk masalah Pendapatan Asli
Daerah setempat mengalami peningkatan karena didukung oleh sektor
pariwisata yang ada di Kabupaten Bulukumba salah satunya adalah
wisata titk nol.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan untuk Dinas Pariwisata dan
Pemerintah Desa setempat adalah:
47
1. potensi pengembangan wisata halal di Kabupaten Bulukumba sebagai
pariwisata halal oleh karenanya kedepan perlu ditingkatkan fasilitas
diarea pariwisata dan fasilitas yang sudah ada perlu adanya
pengawasan dan perawatan fasilitas agar pengunjung yang datang
berkunjung merasa nyaman dengan fasilitas yang tersedia.
2. Implementasi dari potensi pengembangan wisata halal di kabupaten
Bulukumba menjadi wisata halal akan berjalan produktif bila adanya
sinergitas antara stakeholder, dinas pariwisata dan masyarakat sekitar
lokasi pariwisata. Oleh karena itu perlunya sosialisasi, dan pemahaman
untuk masyarakat. Karena sebagian besar masyarakat belum
mengetahui mengenai wisata halal. Dan diharapakan msyarakat
setempat lebih berperan aktif dalam mempromosikan dan menjaga
pariwisata yang di daeranya.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber
maupun referensi yang terkait dengan pengembangan wisata halal di
Indonesia dan menyertakan variabel lain.
48
DAFTAR PUSTAKA
Al-quran Al-Karim
Rimsky.J. 2017. Aktivitas dan Kompleksitas Kepariwisataan. Jarkarta: Gramedia Pustaka Utama.
Subarkah, A, R (2018). Diplomasi Pariwisata Halal Nusa Tenggara Barat.
Intermestic: Journal ofinternational Studies, Volume 2, No. 2, Mei 2018(2), 188-203.
Shakiry, A.S. (2006). The Academy of Islamic Tourism Project. Islamic Tourism,
25 (September– October). Diakses Oktober 2018 pada http://islamictourism.com/.
Jaelani, A. (2017). Halal tourism industry in Indonesia: Potential and Prospects
(No. 76235). Retrieved from https://mpra.ub.uni-muenchen.de/76235/ (2017). Industri wisata halal di Indonesia: Potensi dan prospek.Mpra,(76237),1–20 https://doi.org/10.13140/RG.2.2.29350.52802
Hasan, AR. 2007. Islamic Tourism Revisited, a Note from The Editor. Islamic
Tourism. 32(2): 1. Yudiana, M. M. H. & Y. (2015). Analisis Komparatif Potensi Industri Halal dalam
Wisata Syariah dengan Konvensional. Retrieved from http://catatanek18.blogspot.com/2015/02/analisis-komparatif-potensi-industri.html
Awalia, H. 2017. Komodifikasi Pariwisata Halal NTB dalan Promosi Wisata Islami
di Indonesia, (Online) Vol. 1 No 1 (http://ejournal.unitomo.ac.id) di
akses pada tanggal 11 Februari 2019 Pukul 14.45 WITA Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba, 2020 Jumlah Kunjungan wisatawan
Tahun 2020. Bulukumba Kadir Jaelani, A. (2018). Pengembangan Destinasi Pariwisata Halal Pada Era
Otonomi Luas di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Pariwisata, 5, 56–67. https://doi.org/10.31311/par.v5i1.3277
Crescentrating.2019. Crescentrating:word’s leading authority on halal travel,
(online) di akses di (http://www.crescentrating.com) pada tanggal 09 Februari 2019 pukul 21.45 WITA
Fitratun R, . 2018. Implikasi pariwisata syariah terhadap peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, (Online) Vol. 3 No 1 ( http://ejournal.iainponogoro.ac.id) di akses pada tanggal 12 Februari 2019 Pukul 20.30 WITA
49
Fitriani, H. 2018. Proyeksi Potensi Pengembangan Pariwisata Perhotelan dengan Konsep Syaraih, (Online) Vol. 1 No 3 (http://ejournal.stainponogoroac.id) di akses pada tanggal 10 Februari 2019 Pukul 12.30 WITA
Pradesyah, R, dan khairunnisa. 2018. Analisis Penerapan Fatwa DSN MUI
wisata Halal (Studi Kasus Hotel Syariah Medan), (Online) Vol. 1 No 2 ( http://ejournal.umsu.ac.id) di akses pada tanggal 10 Februari 2019 Pukul 12.30 WITA
Santoso, H., dan Adi, H. 2018. Potensi pengembangan wisata berbasis syariah
(halal torism), di kota Bima, (Online) Vol. 2 No 1
(http://ejournal.unmuhjember.ac.id) di akses pada tanggal 12 Februari 2019 Pukul 21.00 WITA
Masful, M. F. 2017. pariwisata syariah: suatu konsep kepercyaan dan nilai
budaya lokal di daerah pedalaman pilubang, payakumbuh, sumatera barat, (Online) Vol. 9 No 1 ( http://ejournal.usm.ac.id) di akses pada tanggal 10 Februari 2019 Pukul 12.30 WITA
Muzakir. 2018. Respon masyarakat Banyumulek Terhadap Pariwista Syariah
dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, (Online) Vol. 3 No 1 ( http://ejournal.kopertais4.ac.id) di akses pada tanggal 10 Februari 2019 Pukul 10.00 WITA
Andriani,D.,dkk,2015,pengembangan wisata syariah,kemmenpar,Jakarta
Afrianti,N,. 2017. Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata dalam
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung,
(online). Diakese tanggal 27 November 2019.
Oka A. Yoeti, Ekonomi pariwisata introduksi, nformasi dan implementasi,
(Jakarta Kompas 2008)
50
LAMPIRAN
51
Lampiran 1
Tabel Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Judul Penelitian
Metode Hasil
1. Mila Falma
Masful
Pariwisata Syariah: Suatu Konsep Kepercayaan dan Nilai Budaya Lokal di Daerah Pedalaman Pilubang, Payakumbuh, Sumatera Barat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan induktif, yaitu suatu pendekatan dengan mengambil suatu kesimpulan secara umum dari fakta-fakta nyata yang ada di lapangan. Induktif merupakan cara berpikir, di mana ditarik kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
hasil penelitaian ini adalah dengan perkembangan nilai-nilai islam menjadikan kawasan wisata pilubang resort yang
sebelumnya bukan wisata halal berubah menjadi wisata halal dengan menerapkan prinsip-prinsip sesuai ajaran dalam islam.
2. Teguh Hidayat
Strategi branding wisata syariah pulau Madura.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu metode yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah actual.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa pulau Madura yang dikenal dengan “Madura sebagai serambi Madina” memilki beberapa tempat wisata yang termasuk wisata syariah dan sering dikunjungi oleh para wisatawan adalah masjid, surau pondok, dan tempat-tempat sejarah islami. Wisata Pulau Madura sudah dikenal sebagai wisata syariah hanya perlu lebih banyak edukasi.
3. Hafizah Komodifikasi Hasil dari penelitian
52
Awalia Pariwisata Halal NTB dalam Promosi Destinasi Wisata Islam di Indonesia.
ini adalah wisata halal NTB mnejadi corong pariwisata Indonesia. Dalam konteks ini pemrintah dan pemilik modal yang akan menguasai objek wisata tersebut. Penguasa akan memenjarakan masyarakat dengan janji-janji dan wacana yang seolah nyata, akibatnya yang menguasi pariwisata tersebut hanyalah pemilik modal bukan masyarakat setempat.
4. Krisnhna, dkk
Potensi Pengembangan Wista Halal dalam Perspektif Dukungan Ketersediaan Restoran Halal Lokal (Non Warlaba) di Kota Gorontalo.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah Gorotalo memilki potensi wisata halal dengan ketersediaan restoran halal di Gorontalo yang terus meningkat setiap tahunnya dari tahun 2014-2016 berjumlah 44 restoran halal dari 118 restoran yang ada di kota Gorontalo dan dibuktikan dengan sertifikat halal dari LPPOM MUI.
5. Abdul Kadir Jaelani
Pengembangan Pariwisata Halal pada Era Otonomi Luas di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kombinasi antara penelitian hukum normative dan penelitian hukum empiris.
Hasil penelitian ini adalah pariwisata halal di NTB berlandaskan pada 3 hal yaitu yuridis, filosofis dan sosiologis. landasan filosofisnya adalah pembangunan di bidang ekonomi dalam rangka
53
mendukung terwujudnya percepatan kesejahteraan masyarakat. Landasan sosiologis adalah pengembangan pariwisata halal adalah aspek demografis dan geografis NTB. Landasan Yuridis adalah pengembangan pariwisata halal adalah distribusi dan delegasi dari pasal 18 ayat 6 UUD 1945, pasal 9 UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, pasal 12 ayat 3 huruf b dan pasal 236 UU No 2 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah dan pasal 5 permenparkreat No. 2 Tahun 2014 Tentang penyelanggaraan usaha hotel syariah.
6. Fitratun Ramadhany
Implikasi Pariwisata Syariah Terhadap Peningkatan Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat
Hasil dari penelitian ini adalah dengan adanya pariwisata halal yang di wacanakan pada tahun 2015 dan di realisasikan pada tahun 2016 sangat berimplikasi pada pendapatan masyarakat setempat dan pengeluaran masyarakat dia atas rata-rata. Dan dari hasil peneliti
54
mewawancarai beberapa penduduk setempat mengatakan dengan adanya pariwista halal masyarakat sakarang sudah mampu memnuhi kebutuhan primer, sekunder maupun tersier.
7. Hadi Santoso dan Adi Hidayat
Potensi Pengembangan Wisata Berbasisi Syariah (Halal Tourism) di Kota Bima
Penelitaian ini menggunakan metode deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan partisipatif.
Hasil penelitian ini adalah kota Bima berpotensi sebagai wisata syariah dengan melakukan wawancara ke 100 responden terkait pengembangan wisata syariah. Dan yang menjawab baik atau setuju sebanyak 98 orang dan hanya 2 orang yang menjawab tidak.
8. Ryan Pradesyah dan Khairunnisa
Analisis Penerapan Fatwa MUI Wisata Halal (Studi Kasus Hotel Syariah Medan)
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penlitian kualitatif, dimana peneliti akan mendeskripsikan hasil wawancara dan observasi ke obejek.
Hasil penelitian ini adalah hotel syariah yang ada di Medan sudah memenuhi standar yang dikeluarkan oleh MUI terkait hotel syariah. Dan diharapakan kedepan hotel syariah yang ada di Medan tetap konsisten dalam menjalankan sistem syariah di hotel tersebut.
9. Muzzakir Masyarakat Bayumlek Respon Terhadap Pariwisata Syariah dalam Meningkatkan
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif sedangkan pendekatan yang digunakan dalam
Hasil dari penelitian ini adalah respon masyarakat Bayumlek terhadap pariwisata syariah sangat baik. Dengan potensi pariwisata
55
Kesejahteraan Masyarakat
penelitian ini adalah normative dan sosiologis dimana peneliti hanya mempokuskan pada satu kasus yang sesuai dengan judul yang diteliti
yang dimiliki, masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya dengan keahlian dalam memproduksi gerabah dan diharapakan pemerintah setempat perlu ada pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk.
10. Hanik Fitriani
Proyeksi Potensi Pengembangan Pariwisata Perhotelan dengan Konsep Syariah
Hasil dari penelitian ini adalah hotel sayariah merupakan suatu jasa akomodasi yang beroperasi dan menganut prinsip pedoman ajaran islam. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa walaupun MUI telah mengeluarkan standarisasi label syaraiah bisnis perhotelan namun format dan pengajuan syariah ini belum jelas adanya. Dampaknya banyak pebsinis hotel syariah lebih mengacu pada aturan islam, sehingga kualitas pengelolaanya belum terlalu maksimal.
56
Lampiran 2
Pedoman Wawancara
No.
Daftar Pertanyaan
Penngelola
Coding
1.1 Bagaimana potensi wisata titik nol Kabupaten Bulukumba dan apa kelebihannya dibandingkan wisata yang lain.?
MAS
1.2 Apakah setiap tahun wistawan yang berkunjung ke wisata titik nol Kabupaten Bulukumba ada peningkatan atau terjadi penurunan.?
MAS
1.3 Apakah dinas pariwisata bekerja sama dengan pemerintah desa dan masyarakat dalam membangun kawasan wisata titik nol Kabupaten Bulukumba.?
MAS
1.4 Apakah sektor wisata titik nol sangat berperan dalam menigkatkan pendapatan asli daerah (PAD) atau tidak.?
MAS
1.5 Apakah keberadaan wisata titik nol dapat meningkatkan citra daerah disini.?
MAS
1.6 Apakah langkah selanjutnya untuk membangun fasilitas-fasilitas yang ada di kawasan wisata titik nol.?
MAS
1.7 Melihat problem yang banyak terjadi disekitar lokasi pariwisata seperti judi, pesat narkoba dan hal-hal negative lainnya maka saya sebagai peneliti berinisiatif untuk meneliti tentang potensi pengembangan wisata halal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kabupaten bulukumba. Dalam hal ini apa pendapat dan langkah dinas pariwisata melihat problem tersebut apakah sudah ada peraturan-peraturan mengikat untuk wisatawan yang datang ke lokasi wisata yang ada di Kabupaten Bulukumba.?
MAS
No.
Daftar Pertanyaan
Masyarakat
Coding
2.1 Melihat wisata titik nol adalah wisata baru, apakah keberadaan wisata titik nol dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.?
F, H, N
2.2 Aapakah ada perubahan pendapatan sebelum dan sesudah objek wisata titik nol di kembangkan.?
F, H, N
57
2.3 Aapakah dengan adanya pengembangan wisata titik nol anda merasa hidupnya aman tentram,baik lahir maupun batin. ?
F, H, N
No.
Daftar Pertanyaan
Pengunjung
Coding
3.1 Seberapa sering berkunjung ke wisata titik nol.?
R, NR, ER, I
3.2 Bagaimana pendapat anda tentang wisata titik nol dalam hal pengelolaan
R, NR,
ER, I
3.3 Apakah pernah mendengar terkait pariwisata halal di Indonesia dan bagaimana pendapat anda terkait pariwisata halal.?
R, NR,
ER, I
3.4 Jika kedepannya wisata titik nol menjadi salah satu wisata halal di indonnesia apakah masih mau berkujung sini.?
R, NR,
ER, I
3.5 Apa saram-sarannya untuk dinas pariwisata dalam hal menunjang fasilitas dan pengelolaan wisata titik nol Kabupaten Bulukumba.?
R, NR,
ER, I
Lampiran 3
TRANSKRIP
NO CODING TRANSKRIP
1.1 MAS Jadi wisata titik nol merupakan pengembangan dari wisata
pantai tanjung bira wisata titik nol adalah wisata baru yang
dibangun pada tahun 2017 kemudian beroperasi pada
tahun 2018. ketika kita berbicara mengenai kelebihan,
wisata titik nol merupakan wisata yang letaknya berada di
ujung daratan pulau Sulawesi kelebihan lain dari wisata titik
nol keindahan matahari terbit dan matahari terbenang dapat
kita nikmati hanya dengan satu titik menghadap ketimur
untuk menikmati sunresnya dan cukup berbalik badan kita
sudah bisa menikmati sunsetnya, kemudian disana juga
terdapat pertemuan arus antara laut plores dan teluk bone
sehingga terjadi pusaran air yang membuat biota laut
disana sangat beragam sehingga wisata titik nol juga
dijadikan sebagai surga bagi para pemancing.
1.2 MAS Tentunya seperti itu karena wisata titik nol berada di
kawasan pantai tanjung bira sehingga hampir 80 %
58
wisatawan yang berkunjung ke tanjung bira sasarannya
adalah titik nol. Pada tahun 2018 semenjak wisata titik nol
mulai beroperasi wistawan ynng berkunjung di kawasan
wisata tanjung bira mengalami peningkatan hanya saja
tahun ini terjadi penurunan dikarenakan kawasan wisata
tanjung bira sempat ditutup karena adanya covid 19.
1.3 MAS Saya kira seperti itu titik nol dibuka bersama dengan
masyarakat dan pelibatan desa tentu kita harapkan karena
itu kita dorong pemerintah desa untuk pengendalian PKL
didalam lokasi wisata dengan system asongan, apalagi
seperti saat sekarang ini wisata titik nol sedang dalam masa
pembangunan, jadi kami terus berkomunikasi dengan
pemerintah desa untuk pengembangan wisata titik nol
Bulukumba.
1.4 MAS Saya kira seperti itu dimanapun yang namanya pariwisata
tentu kita berharap besar untuk meningkatkan
perekonomian suatu daerah apalagi Bulukumba merupakan
salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi selatan yang
memiliki potensi wisata yang sangat banyak dan beragam
tentunya ini akan berpengaruh dalam meningkatkan
pendapatan daerah. Kemudian keberadaan wisata juga
dapat membuat lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang
tidak memiliki pekerjaan jadi masyarakat bisa bekerja
sebagai petugas keamanan pariwisata, petugas bersih-
bersih dan berjualan.
1.5 MAS Itu sudah pasti karena ketika wisatawan berkunjung ke
wisata titik nol mereka akan melihat keindahan yang ada di
wisata titik nol seperti tebing yang terhubung langsung
dengan pantai apalagi ketika jembatan kaca sudah jadi
tentunya ini akan sangat meningkatkan citrah daerah disini.
1.6 MAS Saya kira pemerintah saat ini lagi gencar-gencarnya dalam
membangun kawasan wisata titik nol seperti teras tanjsung
bira, jalan dan jembatan kaca yang nantinya akan
menampung sampai seribu orang lebih.
1.7 MAS Konsep wisata halal kita sudah adopsi kita sudah
sampaikan kesemua pelaku usaha untuk tidak menjual
minuman-minuman keras apalagi wisata titik nol ini masih
baru tentunya kita menghidari hal-hal yang seperti itu lain
halnya dengan wisata pantai tanjung bira disana memang
ada beberapa tempat yang memang sudah memilki izin
seperti café, bar, hanya saja memang sudah ada aturan-
aturan yang berlaku artinya tidak diperjual bebaskan
59
2.1 F berbicara mengenai kesejahteraan masyarakat dengan apa
yang saya lihat dan rasakan kita belum bisa menyimpulkan
kalau keberadaan wisata titik nol dapat mensejahterakan
masyarakat karena wisata titik nol ini masih dalam masa
pembangunan
F mengenai pendapatan sebelum dan sesudah adanya wisata
titik nol tentunya ada perubahan pendapatan karena
dengan adanya wisata titik nol masyaraka ibisa menambah
pemasukan dengan berjualan disekitaran lokasi wisata
apalagi hampir semua masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan wisata ini sebagai buruh pekerja.
F untuk kehidupan aman dan tentram bagi masyarakat sekitar
cukup merasa aman lahir batin karena semakin
menigkatnya pengembangan titik nol dapat memberikan
nilai kepuasan tersendiri bagi masyarakat bahkan kepada
pengunjung yang datang, dengan pengembangan wisata
titik nol yang semakin bagus maka makin banyak orang
yang akan berkunjung dan tentunya itu akan memberikan
kenyamanan bagi masyarakat.
2.2 H tentunya seperti itu wisata titik nol dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar karena dapat menjadi
sumber pendapatan baru bagi masyarakat disini.
H iya ada perubahan, karena dengan adanya wisata titik nol
masyarakat disini dapat berjualan.
H
Mungkin seperti itu karena demgan terpenuhinya kebutuhan
masyarakat tentunya akan membuat masyarakat tentram
aman lahir dan batin
2.3 N itu sudah pasti, karena semenjak masyarakat mengetahui
kalau akan dibangun wisata baru di kawasan bira
masyarakat sudah merespon dengan baik, terbukti
sekarang dengan keberadaan wisata titik nol masyarakat
sekarang bisa berjualan dengan membuat kios-kios di
sekitaran lokasi wisata bahkan sudah ada masyarakat yang
mulai membuat tempat penginapan bagi wistawan yang
datang berkunjung.
N tentunya ada perubahan karena masyarakat yang dulunya
tidak punya pekerjaan lain seperti ibu-ibu yang dulunya
hanya sebagai IRT sekarang sudah bisa menambah
penghasilan dengan berjualan.
N iya, karena masyarakat merasa aman tentram, lahir batin
ketika tempat wisata berjalan sesuai kemauan dan itulah
yang kami rasakan sekarang.
60
3.1 R ini baru pertama kali
R mengenai pengelolaan yang saya lihat masih kurang
mungkin bisa lebih ditingkatkan lagi mengenai
pengelolaannya
R belum pernah dengar tentang wisata halal
R saya sangat setuju jika nantinya wisata titik nol menjadi
pariwisata halal apalagi kita adalah negara mayoritas
muslim
R mungkin akses jalannya diperbaiki agar para wistawan bisa
lebih mudah untuk sampai di lokasi
3.2 NR sudah dua kali berkunjung di wisata titik nol
NR sudah lumayan bagus hanya saja masih ada beberapa
yang perlu disiapkan seperti toilet umum untuk pengunjung
NR pernah dengar hanya saja belum tau wisata halal itu seperti
apa
NR tentunya kami sangat mendukung apalagi setau saya di
bulukumba belum ada tempat wisata yang berbasis wisata
halal
NR Di tambah lagi fasilitasnya dan fasilitas yang sudah ada di
percantik lagi agar bisa menarik minat wisatawan
berkunjung.
3.3 ER baru 1 kali karena lokasinya lumayan jauh
ER saya rasa masih kurang karena masih banyak fasilitas-
fasilitas yang belum ada seperti toilet dan mushola
ER belum pernah
ER itu lebih bagus dan kami sangat mendukung apalagi kita
mayoritas muslim
ER fasilitas tempat ibadah disediakan dan toilet
3.4 I baru kali ini berkunjung
I saya lihat lumayan bagus apalagi saya lihat wisata titik nol
ini sementara dalam masa pembangunan
I belum pernah dengar baru kali ini saya tau kalau ada wisata
halal
I Itu lebih bagus karena mengandung unsur agama dan
negara kita juga mayoritas beragama islam jadi ini kalau
diubah jadi pariwisata halal otomatis lebih menariklah
karena berbeda dengan wisata yang lain
terus dilakukan pembenahan agar wisatawan yang
61
berkunjung merasa puas ketika berkunjung kesini
I terus dilakukan pembenahan agar wisatawan yang
berkunjung merasa puas ketika berkunjung kesini
Lmpiran 4
REDUKSI
NO CODING REDUKSI
1.1 MAS wisata titik nol adalah wisata baru yang dibangun pada tahun 2017 dan beroprasi pada tahun 2018 wisata titik nol merupakan pengembangan dari wisata pantai tanjung bira kelebihan dari wisata titik nol kita dapat menikmati matahari terbit dan matahari terbenang hanya pada satu titik, kemudian wisata titik nol juga di jadi sebagai surga bagi para pemancing.
1.2 MAS hampir 80% wisatawan yang berkunjung ke tanjung bira sasarannya adalah wisata titik nol pada tahun 2018 saja semenjak wisata titik nol mulai di oprasikan wisatawan yang berkunjung ke wisata tanjung bira mengalami peningkatan hanya saja tahun ini terjadi penurunan karena adanya covid 19
1.3 MAS Wisata titik nol dibuka bersama masyarakat dan pelibatan pemerintah desa tentu kita harapkan apalagi saat ini wisata titik nol dalam masa pembangunan.
1.4 MAS Keberadaan wisata titik nol tentunya sangat diharpakan dalam meningkatkan perekonomian pada suatu daerah kemudian keberadaan wisata juga dapat membuat lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
1.5 MAS Keberadaan wisata titik nol sudah pasti dapat meningkatkan citrah daerah apalagi wisata titik nol didukung dengan keindahan alam seperti tebing yang terhubung langsung dengan pantai dan jembatan kaca.
1.6 MAS Saat ini pemerintah lagi gencar-gencarnya membangun kawasan wisata titik nol seperti pembangunan teras tanjung bira, jalan,dan jembatan kaca
1.7 MAS Konsep wisata halal kita sudah adopsi dan kita sudah sampaikan kesemua pelaku usaha hanya saja memang ada beberapa tempat yang sudah memiliki izin untuk tetap menjual minuman-minuman keras hanya saja sudah ada aturan yang berlaku untuk tidak diSperjual bebaskan.
2.1 F, H, N satu orang informan menjawab kalau keberadaan wisata titik nol belum bisa dikatakan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena wisata titik nol masih dalam masa pembangunan sedangkan dua lainnya mengatakan kalaukeberadaan wisata titik nol dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.2 F, H, N Semua informan menjawab semenjak adanya wisata titik nol
62
pendapatan masyarakat terjadi peningkatan.
2.3 F, H, N Semua informan menjawab dengan adanya pengembangan wisata titik nol dapat dikatakan masyarakat merasa hidupnya tentram lahir batin.
3.1 R, NH, EK, I
Informan menjawab ada yang sudah sering berkunjung dan ada juga yang menjawab baru pertama kali
3.2 R, NH, EK, I
Dari ke empat informan dua orang menjawab pengelolaan masih kurang dan dua lainnya menjawab sudah lumayan bagus hanya saja memang ada beberapa fasilitas-fasilitas yang perlu disiapakan
3.3 R, NH, EK, I
Hampir semua informan menjawab belum pernah mendengar tentang pariwisata halal
3.4 R, NH, EK, I
dari semua jawaban informan semua menjawab setuju jika kedepannya wisata titik nol menjadi pariwisata halal
3.5 R, NH, EK, I
Isemua nforman memberi saran untuk disediakan fasilitas-fasilitas di tempat wisata seperti toilet,musholah dan jalan dan fasilitas yang sudah ada di percantik lagi
63
Lampiran 5
Gambar Lokasi Penelitian
Gambaran lokasi wisata titik nol Bulukumba
64
Makam yang berada di lokasi wisata titik nol yang di keramatkan masyarakat
sekitar.
Masjid yang berada di sekitar lokasi wisata titi nol Bulukumba.
65
Gambar pembangunan jalan wisata titik nol Bulukumba
Gambar lokasi tempat parkir wisata titik nol Bulukumba.
66
Lampiran 6
Dokumentasi Wawancara
67
Saat proses wawancara dengan Dinas Pariwisata Kabupaten pada tanggal 23
Oktober 2020
68
Saat proses wawancara dengan pengunjung wisata titik nol Bulukumba pada
tanggal 26 oktober 2020
69
Saat proses wawancara dengan pengunjung wisata titik nol Bulukumba pada
tanggal 26 oktober 2020
70
Saat proses wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi wisata titik nol
Bulukumba pada tanggal 30 oktober 2020
71
Saat proses wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi wisata titik nol
Bulukumba pada tanggal 30 oktober 2020
72
73
74
BIOGRAFI PENULIS
Sulfiadi, lahir di Bulukumba 11 oktober 1996 dan ayah
Sudirman dan ibu Ramlah. Penulis merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara. Peneliti sekarang bertempat
tinggal di jalan manuruki 2 lorong 1 kec. Tamalate kota
makassar. Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti
yaitu mulai masuk di Sekolah Dasar pada tahun 2003,
kemudian tepatnya di MTS Sampeang lulus pada tahun 2009. Kemudian penulis
melanjutkan sekolah di MTS Sampeang. Lulus pada tahun 2012, selanjutnya
melanjutkan sekolah di SMKN 5 Bulukumba lulus pada tahun 2015 dan mulai
tahun 2016 penulis mengikuti program Studi Ekonomi Islam S1 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar sampai dengan
sekarang. Sampai dengan penulis skripsi ini masih terdaftar sebagai mahasiswa
aktif Program Studi Ekonomi Islam S1 Universitas di Muhammadiyah Makassar.