Dünya Balarısı Alttürlerinin Geometrik Morfometrik Yöntemiyle Analizi
POTENSI EKSTRAK PROTEIN KASAR IKAN GABUS Channa … · hypertentive drug, captopril. Key words:...
Transcript of POTENSI EKSTRAK PROTEIN KASAR IKAN GABUS Channa … · hypertentive drug, captopril. Key words:...
1
POTENSI EKSTRAK PROTEIN KASAR IKAN GABUS
(Channa striata) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DAN
ANTIHIPERTENSI
AYU RATIH PURNAMASARI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2
1
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Ekstrak Protein
Kasar Ikan Gabus (Channa striata) sebagai Antioksidan dan Antihipertensi adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Ayu Ratih Purnamasari
C34110063
.
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
2
1
ABSTRAK
AYU RATIH PURNAMASARI. Potensi Ekstrak Protein Kasar Ikan Gabus (Channa striata)
sebagai Antioksidan dan Antihipertensi. Dibimbing oleh MALA NURILMALA dan
EKOWATI CHASANAH.
Ikan gabus (Channa striata) merupakan jenis ikan air tawar yang saat ini sudah dapat
dibudidayakan. Ikan gabus mempunyai potensi sebagai sumber biofarmaka. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak protein kasar ikan gabus alam dan budidaya
sebagai antioksidan dan antihipertensi. Metode ini dilakukan dengan mengukur kadar protein
dengan metode Bradford, identifikasi profil protein dengan metode SDS-PAGE, aktivitas
antioksidan dengan metode FRAP dan antihipertensi dengan penghambatan ACE. Penelitian
ini menggunakan uji T independen untuk menguji pengaruh perbedaan jenis ikan alam dan
budidaya terhadap komposisi proksimat, kadar protein, aktivitas antioksidan dan
antihipertensi. Konsentrasi protein ikan gabus budidaya (2,33±0,081 mg/mL) dan ikan gabus
alam (2,07±0,058 mg/mL). Profil protein dari ikan menunjukkan kesamaan dengan jumlah
pita hasil elektroforesis sebanyak 17 pita. Aktivitas antioksidan ekstrak protein ikan gabus
alam (83,73±0,613 µMol/ml) memiliki perbedaan yang nyata dengan ikan gabus budidaya
(92,77±1,600 µMol/ml). Ekstrak protein kasar ikan gabus budidaya (96,18±1,369%)
memiliki penghambatan ACE tidak berbeda nyata dengan ikan gabus alam (8,76±1,819%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan gabus alam dan budidaya mempunyai
kemampuan sebagai antioksidan lemah dan antihipertensi dengan kekuatan sebesar 1/10
kekuatan obat antihipertensi komersial, kaptopril.
Kata kunci: ACE, antihipertensi, antioksidan, Channa striata, protein, SDS-PAGE
ABSTRACT
AYU RATIH PURNAMASARI. Potential of Crude Protein Extract Striped Snakehead Fish
(Channa striata) as Antioxidant and Antihypertensive. Supervised by MALA NURILMALA
and EKOWATI CHASANAH.
Striped Snakehead (Channa striata) is freshwater fish species that can be cultured
nowdays. Striped snakehead (Channa striata) has potential as biopharmaceuticals. This
research was conducted to find potential of crude protein extracts from wild and cultured
striped snakehead as antioxidant and antihypertensive. Protein concentration measurement
by Bradford method, identify protein profile by SDS-PAGE, activity antioxidant with FRAP
and antihypertensive by inhibition of ACE. This research used T-test independent to verify
different effect between wild and cultured fish in proximate composition, protein content,
antioxidant and antihypertensive. Protein concentration of cultured fish (2.33±0.081 mg/mL)
was not significantly different higher than wild fish (2.07±0.058 mg/mL). Protein profiles of
both samples showed similar 17 bands. Activity antioxidants of wild fish (83.73±0.613
µMol/ml) significantly different than farmed fish (92.77±1.600 µMol/ml). Crude protein
extract of farmed fish (96.18±1.369%) had inhibition ACE no significantly different than
wild fish (88.76±1.819%). The results showed both wild and cultured striped snakehead fish
had capability as weak antioxidant and antyhipertensive as 1/10 of that of commercial
hypertentive drug, captopril.
Key words: ACE, antihypertensive, antioxidants, Channa striata, protein, SDS-PAGE
2
3
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
4
1
POTENSI EKSTRAK PROTEIN KASAR IKAN GABUS
(Channa striata) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DAN
ANTIHIPERTENSI
AYU RATIH PURNAMASARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2
4
5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas hidayah-Nya
sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Potensi Ekstrak Protein Kasar Ikan
Gabus (Channa striata) sebagai Antioksidan dan Antihipertensi” ini dapat
diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini merupakan bagian dari
penelitian Balai Besar Litbang Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan (BBP4BKP) yang dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai
dengan bulan Juli 2015 dan didanai oleh APBN - BBP4BKP. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada:
1 Dr Mala Nurilmala SPi MSi dan Dr Ir Ekowati Chasanah MSc selaku dosen
pembimbing, atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis.
2 Dr Ella Salamah MSi selaku dosen penguji atas segala saran, bimbingan,
arahan, motivasi, dan ilmu yang diberikan kepada penulis.
3 Dr Ir Sri Purwaningsih MSi selaku perwakilan komisi pendidikan terima
kasih atas segala saran, bimbingan, arahan, dan ilmu yang diberikan kepada
penulis.
4 Prof Dr Ir Joko Santoso MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil
Periaran.
5 Seluruh dosen dan staf Departemen Teknologi Hasil Perairan terima kasih
atas segala bimbingan, arahan dan ilmu pengetahuan yang diberikan.
6 Dr Agus Heri Purnomo selaku Kepala Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan (BBP4BKP).
7 Kedua orang tua (Bapak Asep Hendrayanto dan Ibu Nurlina) dan keluarga
yang selalu memberi dukungan, doa, dan kasih sayang kepada penulis.
8 Teman satu perjuangan (Asya, Gigih, Aisyah Fatriani, Navisa, Bram, Pipit,
Bagja, Konita), mahasiswa peneliti BBP4BKP terutama M Habib Khirzin
dan seluruh keluarga besar THP angkatan 48 yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
9 Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Kritik dan saran diharapkan penulis untuk menyempurnakan karya ilmiah
ini. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.
Bogor, Februari 2016
Ayu Ratih Purnamasari
6
7
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................... 2
Tujuan Penelitian .................................................................................. 2
Manfaat Penelitian ................................................................................ 2
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 2
METODE PENELITIAN ............................................................................. 3
Waktu dan Tempat ............................................................................... 3
Bahan dan Alat ..................................................................................... 3
Prosedur Penelitian ............................................................................... 4
Analisis Data ......................................................................................... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 9
Morfometrik Ikan Gabus (Channa striata) .......................................... 9
Komposisi Proksimat ............................................................................ 11
Ekstraksi Protein Kasar Ikan Gabus (Channa striata) ......................... 12
Kadar Protein Terlarut .......................................................................... 13
Profil Protein ......................................................................................... 14
Aktivitas Antioksidan ........................................................................... 15
Aktivitas Antihipertensi dengan Penghambat ACE .............................. 18
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 19
Kesimpulan ........................................................................................... 19
Saran ..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 20
LAMPIRAN ................................................................................................. 25
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 37
8
DAFTAR TABEL
1 Data rata-rata morfometrik ikan gabus alam dan budidaya ..................... 9
2 Hasil analisis proksimat ikan gabus alam dan budidaya ......................... 11
3 Hasil perhitungan berat molekul dan pendugaan jenis protein ................ 15
4 Hasil aktivitas antihipertensi dengan penghambat ACE ......................... 18
DAFTAR GAMBAR
1 Desain penelitian ..................................................................................... 4
2 Proporsi bagian tubuh ikan ...................................................................... 10
3 Kadar protein terlarut ............................................................................... 13
4 Hasil profil protein ikan gabus metode SDS-PAGE ............................... 14
5 Hasil aktivitas antioksidan ....................................................................... 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi penelitian .......................................................................... 27
2 Data morfometrik dan proporsi bagian tubuh ikan gabus ........................ 27
3 Contoh perhitungan dan hasil analisis proksimat .................................... 28
4 Hasil analisis kadar protein terlarut air dengan metode Bradford ........... 29
5 Hasil analisis profil protein metode SDS-PAGE ..................................... 39
6 Grafik konversi luas area pita protein menggunakan Image-J ................ 31
7 Hasil aktivitas antioksidan metode FRAP ............................................... 32
8 Hasil aktivitas antihipertensi dengan penghambatan ACE ..................... 33
9 Hasil uji statistik ....................................................................................... 33
1
PENDAHULUAN
Ikan gabus merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar Indonesia
yang memiliki kandungan protein tinggi. Ikan gabus memiliki nama yang berbeda
pada setiap daerahnya yaitu ikan gabus di Papua, gastor di daerah Merauke dan
ikan haruan di Kalimantan. Ikan gabus memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi, terutama karena protein albumin yang terkandung di dalamnya dan
berpotensi sebagai biofarmaka (Moedjiharto 2007). Data produksi perikanan
tangkap ikan gabus meningkat pada setiap tahunnya, yaitu tahun 2008 yaitu
29.842 ton, 34.017 ton tahun 2010 dan 40.790 ton pada tahun 2012 (KKP 2015).
Ram et al. (2011) menyatakan bahwa ikan gabus memiliki kandungan asam lemak
yaitu EPA, DHA, asam arakidonat, asam palmitat. Dahlan et al. (2010)
menyatakan bahwa ikan gabus juga memiliki kandungan asam amino yang
lengkap seperti fenilalanin, isoleusin, leusin, metionin, valin, arginin, glisin,
alanin, prolin, serin, sistein, tirosin, treonin, histidin, lisin, glutamat dan asam
aspartat. Zuraini et al. (2005) menyatakan bahwa asam amino tersebut merupakan
komponen penyusun protein memiliki potensi sebagai sumber biofarmaka.
Protein pada ikan gabus memiliki potensi untuk dijadikan sumber
biofarmaka. Tawali et al. (2012) menyatakan bahwa potensi protein ikan gabus
dapat mempercepat penyembuhan penyakit infeksi dan peningkatan kadar
albumin penderita hipoalbuminemia dan anti inflamasi. Ghassem et al. (2011)
menyatakan bahwa hidrolisat protein myofibril ikan gabus memiliki kandungan
peptida yang digunakan sebagai antihipertensi. Mustafa et al. (2012) menyatakan
bahwa protein dan mineral seperti seng (Zn), tembaga (Cu), dan besi (Fe) yang
terkandung dalam ikan gabus juga mendukung aktivitas antioksidan.
Protein ikan gabus diduga mempunyai aktivitas penghambatan terhadap
ACE yang digunakan untuk menghambat terjadinya hipertensi. Pendugaan
tersebut didukung oleh hasil penelitian Nahariah et al. (2014) yang menunjukkan
protein albumin pada putih telur memiliki potensi sebagai antihipertensi. Aktivitas
antihipertensi pada protein albumin pada putih telur tersebut adalah 13,55% pada
telur ayam kampung, telur itik 12,77% dan telur ayam ras petelur 7,23%.
Potensi yang terkandung serta banyaknya penelitian tentang manfaat dan
kegunaan pada ikan gabus dapat meningkatkan jumlah permintaan terhadap ikan
gabus tersebut. Permintaan terhadap ikan gabus ini dapat mempengaruhi stok ikan
di perairan alam. Keberadaan ikan gabus dapat dipertahankan dengan cara
budidaya, supaya ikan tersebut tidak mengalami kepunahan. Proses budidaya akan
mempengaruhi komposisi kimia yang terdapat dalam tubuh ikan. Penelitian
Georgiev et al. (2008) melaporkan bahwa kadar protein daging mempunyai sifat
dapat berubah dengan berubahnya kondisi lingkungan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tersebut ikan gabus
ini memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai sumber bioaktif protein yang
memiliki sifat fungsional tertentu. Penelitian mengenai potensi ekstrak protein
kasar gabus yang berasal dari alam dan budidaya sebagai agen antioksidan dan
antihipertensi merupakan penelitian yang penting untuk dilakukan sehingga
diperoleh informasi potensi bioaktif dari sumberdaya alam Indonesia.
2
Perumusan Masalah
Potensi ikan gabus (Channa striata) sebagai sumber asam lemak, asam
amino, vitamin, mineral dan protein tinggi menyebabkan ikan gabus dijadikan
sumber biofarmaka. Pengetahuan tentang manfaat dan kegunaan tersebut akan
meningkatkan jumlah permintaan ikan gabus dan mempengaruhi stok ikan di
perairan alam. Cara untuk menjaga ketersediaan stok ikan gabus dilakukan
budidaya. Ikan yang dilakukan proses budidaya akan mengalami proses adaptasi
terhadap lingkungan yang baru. Perubahan kondisi lingkungan akan
mempengaruhi pola tingkah laku dan pola makan dari ikan, serta diduga akan
mempengaruhi komposisi kimia dan komponen bioaktif yang dapat digunakan
sebagai antioksidan dan antihipertensi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan komposisi
proksimat, profil protein, aktivitas antioksidan dan antihipertensi pada ikan gabus
alam dan budidaya. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui potensi
ekstrak protein kasar ikan gabus alam dan budidaya sebagai aktivitas antioksidan
dan antihipertensi.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi dan membandingkan
potensi antara ikan gabus alam dan budidaya sebagai aktivitas antioksidan dan
antihipertensi. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi
alternatif bahan baku dalam industri farmasi.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah pengujian aktivitas antioksidan dan
antihipertensi dari ekstrak kasar protein ikan gabus alam dan budidaya. Tahapan
penelitian adalah preparasi dan ekstraksi sampel (Gam et al. 2006); pengukuran
komposisi proksimat (SNI 2006); kadar protein dengan metode Bradford
(Bradford 1976); analisis profil protein dengan menggunakan metode SDS-PAGE
(Laemmli 1970); analisis aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode
FRAP (Benzie dan Strain 1996); analisis antihipertensi dengan penghambatan
ACE (Correa et al. 2014).
3
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juli 2015 yang
dilakukan di beberapa laboratorium yaitu laboratorium bioteknologi, laboratorium
kimia, laboratorium instrumen yang berada di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
(BBP4BKP).
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ikan gabus alam
budidaya. Ikan gabus budidaya yang dipergunakan memiliki umur berkisar 5
bulan yang dibudidayakan di Yogyakarta antara bulan Desember 2014 hingga
bulan April 2015. Ukuran sampel ikan gabus budidaya berkisar pada 24-26 cm.
Sampel ikan gabus alam diperoleh dari salah satu perairan di daerah Bogor, Jawa
Barat. Ikan gabus alam ini memiliki ukuran (32-41 cm) dan umur yang beragam.
Bahan yang digunakan untuk analisis proksimat meliputi akuades, H2SO4
(Merck-Germany), NaOH (Merck-Germany), HCl 0,1 N (Merck-Germany),
H3BO4 (Merck-Germany), pelarut heksana (Merck-Germany). Bahan untuk
analisis kadar protein metode Bradford meliputi buffer Tris 40 mM pH 8,8, buffer
Tris 1mM pH 8,8, coomasie brilian blue (CBB) (Merck-Germany), etanol 95%,
asam fosfat (Merck-Germany), Bovin Serum Albumin (Sigma-USA). Bahan untuk
analisis profil protein metode SDS-PAGE meliputi akrilamid (Sigma-USA), bis-
akrilamida (Sigma-USA), sodium dodecil sulfat (SDS) (Sigma-USA), amonium
persulfat (APS) 10% (Sigma aldrich-USA), Tris (Sigma Aldrich-USA), Glysin
(Sigma aldrich-USA), gliserol (Merck-Germany), beta-merkaptoetanol (Merck-
Germany), Bromophenol blue (Merck-Germany), asam asetat glasial (Merck-
Germany), methanol (Merck-Germany), protein marker standar (Thermo
scientific-USA). Bahan untuk analisis aktivitas antioksidan meliputi 2,4,6-
tripyridyl-s-triazine (TPTZ) 10mM (Sigma aldrich-USA), FeSO4.7H2O (Merck-
Germany), FeCl3.6H2O 20mM (Sigma aldrich-USA). Bahan untuk analisis
antihipertensi dengan penghambat ACE meliputi hippuryl-L-histidyl-L-leusine
(HHL) (Sigma aldrich-USA), asam borat (H3BO3) (Sigma aldrich-USA), standar
kaptopril (Sigma-USA), etil asetat (Merck-Germany), enzim angiotensin
converting enzyme (ACE) (0.1 U/ml) (Sigma aldrich-USA).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rotary evaporator buchi
R-220 SE 20 liter reflux (Buchi-Gemmany), freeze dryer martin beta 2-8 LD plus
(Christ-Germany), desikator, timbangan analitik Mettler AE 100, soxhlet,
erlenmeter, kertas saring, corong, pH meter (Thermo scientific-USA), sentrifuge
(Buckman coolter), vortex, Whatman No.1, tabung reaksi, tube, spektrofotometri,
alumunium foil, mini rocker shaker (Biosan), cetakan polyakrilamid gel (miniVE),
elektroforesis (miniVE; EC 250-90), thermoblock (Biometra).
4
Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas penelitian pendahuluan dan penelitian utama.
Penelitian pendahuluan meliputi pengukuran morfometrik, proporsi tubuh ikan,
pengukuran komposisi umum ikan gabus dengan analisis proksimat (SNI 2006),
preparasi, ekstraksi dan pengeringan sampel dengan frezee dry (Gam et al. 2006).
Penelitian utama meliputi tahap pengujian ekstrak protein kasar ikan gabus
dengan beberapa analisis yaitu pengukuran kadar protein terlarut air menggunakan
metode Bradford (Bradford 1976), analisis profil protein metode SDS-PAGE
(Laemmli 1970), analisis aktivitas antioksidan metode Ferric Reduction
Antioxidant Power (FRAP) (Benzie dan Strain 1996) dan antihipertensi dengan
penghambat ACE (Correa et al. 2014). Diagram alir desain penelitian secara
umum disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Desain penelitian
Ikan gabus alam dan
Ikan gabus budidaya
Pem-fillet-an ikan
Fillet ikan gabus
Pencampuran fillet ikan gabus dan
akuades (1;1)
Sentrifugasi 1000 xg, 4°C, 30 menit
Supernatan
Freeze dry ± 48 jam
Ekstraksi ikan dengan akuades (1:1)
Ekstrak protein kasar
Morfometrik ikan
Analisis proksimat
Kadar protein larut air
metode Bradford
Elektroforesis metode SDS-
PAGE
Antioksidan metode FRAP
Antihipertensi dengan
penghambatan ACE
Sentrifugasi 12.000 xg, 4°C, 30 menit
5
Preparasi dan ekstraksi sampel (Gam et al. 2006)
Preparasi sampel mengacu pada metode penelitian Gam et al. (2006) yang
dimodifikasi. Sampel ikan segar dipreparasi dengan cara dilakukan pemisahan
antara daging, kulit, tulang, kepala dan jeroan. Daging ikan (fillet) dibersihkan
dan dimasukkan ke dalam nitrogen cair lalu disimpan pada suhu -20 °C. Fillet
ikan dicampurkan dengan akuades dengan perbandingan 1:1 dan dihaluskan
menggunakan blander. Hasil campuran tersebut disentrifugasi pada kecepatan
10.000 xg pada suhu 4 °C selama 30 menit. Supernatan yang dihasilkan disaring
menggunakan kertas saring. Hasil saringan dikeringkan menggunakan mesin
freeze drying selama kurang lebih 48 jam.
Ekstrak protein kasar kering dihaluskan menggunakan mortar sampai
menjadi tepung dan diekstrak menggunakan akuabides dengan perbandingan 1:1
(w/v). Ekstrak sampel dihomogenisasi dengan menggunakan vortex dan
disentrifugasi dengan kecepatan 12.000 xg pada suhu 4 °C selama 30 menit.
Supernatan yang diperoleh merupakan ekstrak kasar protein yang akan dilakukan
pengujian selanjutnya.
Analisis proksimat (SNI 2006)
Analisis kandungan kimia ikan gabus alam dan budidaya yang dilakukan
meliputi analisis kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar lemak yang
mengacu pada SNI 01-2354-2006.
Analisis kadar air (SNI 2006)
Analisis kadar air diawali dengan pengeringan cawan porselen dalam oven
pada suhu 105 °C selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator
selama 15-30 menit dan dibiarkan sampai dingin dan ditimbang. Sampel 2 gram
dimasukkan ke dalam cawan dan dikeringkan dalam oven suhu 105 °C selama 5-8
jam atau sampai beratnya konstan. Cawan porselin lalu dimasukkan ke dalam
desikator selama 30 menit kemudian ditimbang berat akhir. Kadar air dapat
dihitung dengan rumus :
Kadar air (%) = -
- x 100%
Keterangan : A : Berat cawan kosong (g)
B : Berat cawan dan sampel (g)
C : Berat cawan dan sampel setelah dikeringkan (g)
Analisis kadar abu (SNI 2006)
Analisis kadar abu diawali dengan pengeringan cawan porselen dalam oven
pada suhu 105 °C selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator
selama 15-30 menit dan dibiarkan sampai dingin dan ditimbang. Sampel 2 gram
dimasukkan ke dalam cawan pengabuan dan Furnace dengan suhu 550 °C hingga
seluruh sampel berubah menjadi arang atau abu. Cawan dimasukkan ke dalam
desikator selama 30 menit dan ditimbang berat akhirnya. Kadar abu dapat
dihitung dengan rumus :
6
Kadar abu (%) = -
- x100%
Keterangan : A = Berat cawan kosong (g)
B = Berat cawan dan sampel setelah dikeringkan (g)
C = Berat cawan dan sampel (g)
Analisis kadar lemak (SNI 2006)
Sampel 2 gram dimasukkan dalam kertas saring dan dimasukkan ke dalam
selongsong. Labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya, selanjutnya
disambungkan dengan selongsong lemak. Sampel dan pelarut lemak (diethyl
ether) dimasukkan ke dalam selongsong lemak. Rangkaian labu lemak dan
selongsong dipasang pada ekstraktor Soxhlet yang terhubung dengan alat
recirculation chiller 4 °C. Sampel lemak diekstraksi pada suhu 60 °C selama 7-8
jam. Campuran antara lemak dan pelarut yang terdapat dalam labu lemak disuling
hingga kering. Labu lemak dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 °C selama 2
jam. Labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan. Kadar lemak
dihitung dengan rumus :
Kadar lemak (%) = -
x 100%
Keterangan : W1 = Berat labu kosong (g)
W2 = Berat sampel awal (g)
W3 = Berat labu akhir (g)
Analisis kadar protein (SNI 2006)
Analisis kadar protein menggunakan metode Kjeldahl mikro yang meliputi
3 tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Sampel sebanyak 0,5 g ditimbang dan
dimasukkan ke dalam labu dekstruksi kjeldahl, kemudian tambahkan satu tablet
katalis (CuSO4.5H2O+K2SO4) dan 10 ml H2SO4 pekat. Labu yang berisi sampel
dan tablet katalis dimasukkan ke dalam destruktor bersuhu 410 °C selama 2 jam
atau sampai larutan jernih. Larutan jernih tersebut kemudian didinginkan, larutan
ditambah 100 ml akuades kemudian didestilasi menggunakan destilator. Hasil
destilasi ditampung didalam tabung erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat
(H3BO3) 2% yang mengandung indikator bromocresol green 0,1% dan methyl red
0,1%. Larutan sampel 10 ml dimasukkan ke dalam labu melalui corong destilasi
dan tambahkan 10 ml NaOH 30%. Destilat ditampung sampai volume 75ml, dan
dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai warna larutan berubah menjadi warna ungu.
Kadar protein dapat diketahui dengan rumus berikut :
Nitrogen (%)
= H l 7 fp
mg sampel x 100%
Protein (%)
= % N x fk
Keterangan:
N HCl = 0,1 N
fk (faktor konversi) = 6,25
fp (faktor pengenceran) = 10
7
Pengukuran kadar protein larut air (Bradford 1976)
Kadar protein ditentukan dengan metode Bradford (Bradford 1976)
menggunakan bovine serum albumin (BSA) sebagai standar. Standar BSA
dilarutkan dalam akuades dengan konsentrasi 0-8 mg/mL, sebagai kontrol
digunakan buffer sampel (Tris-HCl 40mM). Sampel, standar dan kontrol
ditambahkan ke dalam reagen Bradford dengan perbandingan 1:50 (v/v).
Campuran larutan tersebut diinkubasi pada suhu kamar selama 10-15 menit di
ruangan gelap, kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 595nm.
Nilai absorbansi standar digunakan untuk membuat suatu kurva standar yang
memiliki persamaan regresi dalam bentuk y=ax±b. Persamaan regresi ini
digunakan untuk mencari kadar protein, dengan menyatakan nilai y merupakan
nilai absorbansi dan nilai x sebagai kadar protein.
Analisis profil protein dengan metode SDS-PAGE (Laemmili 1970)
Analisis SDS-PAGE mengacu pada Laemmili (1970) yang dimodifikasi.
Pembuatan gel dilakukan dengan mencampurkan akrilamid, bis-akrilamid, buffer
tris-HCl, SDS10%, APS10% dan TEMED. Penelitian ini menggunakan
konsentrasi gel pemisah yaitu 12,5% dan gel pengumpul yaitu 4%. Campuran gel
pemisah dimasukkan ke dalam cetakan, diberi tambahan akuades untuk meratakan
dan menghilangkan gelembung pada gel. Proses pencetakan gel pemisah ini
memerlukan waktu kurang lebih 60 menit, agar memadat sempurna. Campuran
gel pengumpul dipipet perlahan ke dalam cetakan dan dimasukkan sisir (pencetak
sumur pada gel sebanyak 10 sumur) sebagai tempat memasukkan sampel. Gel
yang telah memadat secara sempurna dimasukkan dalam chamber dan isi dengan
running bufer elektroforesis.
Pencampuran sampel dengan buffer sampel 1:2 (v/v) dan dipanaskan pada
suhu 95 ° selama 5 menit. Pemasukan 5 μl sampel dalam sumur dan protein
marker μl. Running elektroforesis dilakukan pada 200-250 volt dan 100 mA
selama 30-35 menit. Marker yang digunakan yaitu protein marker standar
(Thermo scientific-USA) denga ukuran 10-260 kDa. Elektroforesis dihentikan bila
migrasi dye mencapai batas ± 1 cm dibagian bawah gel. Proses staining selama
60-90 menit dan proses destaining dilakuakan selama satu malam atau sampai
diperoleh pita protein latar belakang relatif jernih.
Pengukuran berat molekul protein sampel dihitung dari persamaan regresi
antara mobilitas relatif protein marker dan logaritma dari berat molekul marker
yang telah diketahui. Mobilitas relatif protein dihitung dengan membandingkan
jarak migrasi protein, diukur dari garis awal separating gel sampai ujung pita
protein, dan jarak migrasi tracking dye. Mobilitas relatif protein dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rf = Jarak pergerakan pita protein dari tempat a al
Jarak pergerakan arna pelacak dari tempat a al
8
Uji aktivitas antioksidan dengan metode Ferric Reduction Antioxidant Power
(FRAP) (Benzie dan Strain 1996)
Analisis aktivitas antioksidan metode FRAP (Benzie dan Strain 1996) yang
menggunakan FeSO4.7H2O sebagai standar. Reagen FRAP terdiri dari 30mM
buffer asetat pH 3.6, 10 mM TPTZ (2,4,6-tripyridyl-s-triazine) dalam 40mM HCl
dan 20mM FeCl3.6H2O dengan perbandingan 10:1:1. Standar FeSO4.7H2O dan
sampel masing-masing sebanyak 5 μl dilarutkan dalam 5 ml reagen FR P.
Campuran diinkubasi selama 8 menit pada suhu 30 °C, di tempat gelap.
Absorbansi diukur pada panjang gelombang 595 nm. Nilai absorbansi standar
digunakan untuk membuat suatu kurva standar yang memiliki persamaan regresi
dalam bentuk y=ax±b. Persamaan regresi ini digunakan untuk mencari aktivitas
antioksidan sampel. Nilai y merupakan nilai absorbansi sampel dan nilai x sebagai
aktivitas antioksidan.
Aktivitas antioksidan dari masing-masing sampel juga dinyatakan dengan
konsentrasi penghambatan 50% (IC50). Rumus perhitungan IC50 mengacu pada
Galla et al. (2012) yaitu sebagai berikut:
I 5 absorbansi blanko absorbansi sampel
absorbansi blanko
Uji antihipertensi dengan penghambat Angiotensin Converting Enzyme
(ACE) (Correa et al. 2014)
Aktivitas penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) diukur
berdasarkan laju pembentukan asam hippurat dari hippuryl-L-histidyl-L-leusine
(HHL) diukur dengan spektrofotometer UV. Kaptopril digunakan sebagai kontrol
positif dan 100 mM buffer fosfat pH 8.3 yang mengandung 300 mM NaCl sebagai
kontrol negatif. Sampel 20 µl dilarutkan dalam buffer substrat (5 mM hippuryl-
histydil-leucine dalam 50 mM buffer Tris-HCl yang mengandung 300 mM NaCl
pH 8.3) dihomogenisasi dan diinkubasi dengan 40 µl ACE (0,1 U/ml) pada suhu
37 °C selama 30 menit dan dihentikan dengan menambahkan 150 µl 1 M HCl.
Asam hipurat yang terbentuk diekstrak dengan menggunakan 1 ml etil asetat.
Residu hasil ekstraksi dilarutkan dalam 800 µl akuades, divorteks dan diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 228 nm. Perhitungan aktivitas
antihipertensi dengan penghambat ACE yaitu sebagai berikut:
Penghambatan ACE (%) = (K- K)- -
K- K
Keterangan : K = Absorbansi kontrol
BK = Absorbansi blanko kontrol
S = Absorbansi sampel
SB = Absorbansi blanko sampel
9
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu uji beda t-test
independent dengan perbedaan 2 perlakuan sampel yaitu ikan gabus alam dan
budidaya. Uji beda t-test ini dilakukan untuk membandingkan nilai rata-rata
komposisi kimia, aktivitas antioksidan dan aktivitas antihipertensi dengan
penghambatan ACE pada ikan gabus alam dan ikan gabus budidaya. Data pada
analisis ini dilakukan dengan menggunakan 3 ulangan. Pengolahan data dilakukan
menggunakan perangkat lunak Statistical Package for Social Science (SPSS) 16.0
for Windows dengan menggunakan selang kepercayaan 95% (p=0,05). Model
matematis analisis statistik menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) yaitu
sebagai berikut:
t = -
g√( n
n )
Sg = √( )
( )
( )
Keterangan : t = Koefisien t
= Nilai rata-rata ikan gabus alam
= Nilai rata-rata ikan gabus budidaya
Sg = Standar deviasi gabungan
S1 = Standar deviasi ikan gabus alam
S2 = Standar deviasi ikan gabus budidaya
n1 = Banyak ikan gabus alam
n2 = Banyak ikan gabus budidaya
HASIL DAN PEMAHASAN
Morfometrik Ikan Gabus (Channa striata)
Morfometrik panjang dan berat utuh ikan dapat dilihat pada Tabel 1. Data
morfometrik dan proporsi bagian tubuh ikan pada Lampiran 2.
Tabel 1 Data rata-rata morfometrik ikan gabus alam dan budidaya Sampel Panjang total (cm) Berat utuh (cm)
Ikan gabus alam 37,00±4,583a 646,67±19,139
b
Ikan gabus budidaya 24,67±1,115a 111,83±12,000
b
Keterangan : Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf superscript berbeda (a,b)
menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).
10
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan ikan gabus alam yang
memiliki panjang berkisar antara 32-41 cm dan ikan gabus budidaya dengan
pajang rata-rata 24-26 cm. Jumlah sampel yang dipergunakan pada sampel ikan
gabus alam yaitu 3 ekor, sedangkan pada ikan gabus budidaya yaitu 40 ekor.
Perbedaan jumlah tersebut disebabkan oleh keterbatasan dari ikan gabus yang
terdapat diperaian alam. Penelitian Putra (2009) menunjukkan bahwa ikan gabus
yang berada di sungai Siak provinsi Riau dengan ukuran kecil akan rentan punah
akibat perubahan lingkungan dan polutan, sedangkan ikan gabus dengan ukuran
besar cenderung dapat bertahan.
Hasil morfometrik Tabel 1 menunjukkan hasil rataan panjang total dan berat
utuh ikan gabus. Berat utuh ikan gabus alam jauh berbeda dengan ikan gabus
budidaya. Hal tersebut disebabkan sulitnya mendapatkan ikan gabus yang
memiliki ukuran yang sama antara ikan gabus alam dan ikan gabus budidaya.
Ukuran ikan yang berada di alam dipengaruhi oleh tata letak, wilayah habitat dan
jenis kelamin dari ikan. Requieron et al. (2012) menunjukkan terdapatnya
perbedaan yang signifikan dari variasi bentuk dan perbedaan jenis kelamin
Channa striata pada 6 lokasi yang berbeda.
Karachle dan Stergiou (2012) menyatakan bahwa morfometrik ikan
dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan habitat. Obasohan et al. (2012)
menunjukkan terdapatnya perbedaan ukuran panjang dan berat dari spesies
Papyrocranus afer, Parachanna obscura, Malapterurus electricus, Tilapia mariae
dan Oreochromis niloticus di perairan tawar di Nigeria dipengaruhi oleh
kecepatan pertumbuhan dan intensitas kebiasaan makan. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa morfometrik dapat dipengaruhi oleh jenis spesies ikan,
kecepatan pertumbuhan, habitat dan kebiasaan makan.
Proporsi bagian tubuh ikan gabus antara lain adalah bagian daging, kulit,
kepala dan limbah (kulit, jeroan dan insang). Proporsi ikan gabus alam dan
budidaya disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Proporsi bagian tubuh ikan, : ikan gabus alam (GA), : ikan gabus
budidaya (GB). Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya
perbedaan nyata α< 5
35,53 a
11,83a
26,57a 25,96a
40,15b
12,76a
22,55b 24,37a
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Daging Kulit Berat Kepala Limbah
Pro
pors
i b
agia
n t
ub
uh
ik
an
(%
)
11
Proporsi bagian tubuh juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, pertumbuhan
ikan, kebiasaan makan kondisi lingkungan dan ketersediaan sumber nutrisi
(Safran 2003). Proporsi bagian tubuh ikan gabus alam dan budidaya berdasarkan
Gambar 2 menunjukkan perbedaan. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh
perbedaan bobot dan ukuran yang beragam dari ikan gabus. Proporsi bagian tubuh
ikan gabus berdasarkan penelitian Suwandi et al. (2014), akan meningkat seiring
dengan bertambahnya bobot ikan.
Komposisi Proksimat
Analisis proksimat ikan gabus alam dan budidaya dilakukan untuk
mengetahui komponen gizi secara kasar. Hasil analisis proksimat gabus alam dan
budidaya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil analisis proksimat ikan gabus alam dan budidaya Parameter Ikan gabus alam (GA) Ikan gabus budidaya (GB)
Kadar air (%) 78,88±0,292a 76,90±1,001
b
Kadar abu (%) 1,23±0,018a 1,44±0,120
b
Kadar lemak (%) 0,44±0,191a 2,65±0,830
b
Kadar protein (%) 19,85±0,585a 19,71±0,280
a
Keterangan : Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf superscript berbeda (a,b)
menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).
Tabel 2 menunjukkan perbedaan ikan gabus alam dan budidaya memiliki
kaitan dengan komposisi proksimat. Hasil kadar air ikan gabus budidaya lebih
rendah dibandingkan ikan gabus alam dan berbeda secara signifikan (p<0,05).
Hasil uji statistik analisis proksimat dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil tersebut
mempunyai kemiripan dengan penelitian Ashraf et al. (2011) ikan Grass crap
yaitu kadar air Grass crap budidaya lebih rendah (74,30±0,07%) dibandingkan
Grass crap alam (74,79±0,14%). Berbeda halnya dengan Periago et al. (2005),
ikan sea bass budidaya memiliki kandungan air dan protein yang tinggi,
kandungan pH dan kolagen yang rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
perbedaan jenis spesies ikan dengan perbedaan budidaya dan alami
mempengaruhi kadar air ikan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan kadar abu ikan gabus alam 1,23±0,018%
dan ikan gabus budidaya yaitu 1,44±0,120%. Kadar abu ikan gabus budidaya
lebih tinggi dibandingkan ikan gabus alam dan berdasarkan analisis data
menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05). Hasil tersebut memiliki
kesamaan dengan hasil penelitian Suwandi et al. (2014) yang menyebutkan bahwa
kadar abu ikan gabus antara 0,56-1,47%. Zuraini et al. (2005), menunjukkan
bahwa kadar abu ikan gabus (Channa striata) memiliki kadar abu sebesar
1,8±0,07%, lebih tinggi dibandingkan dengan genus Channa lainnya seperti
Channa micropeltes dan Channa lucius yang terdapat di perairan Malaysia. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kadar abu dapat dipengaruhi oleh jenis spesies ikan.
Kadar abu juga dapat dipengaruhi oleh kandungan mineral yang terdapat pada
habitat hidup dari ikan. Wu (1995) menyatakan bahwa tingginya kondisi kelarutan
mineral dipengaruhi oleh kondisi suatu lingkungan perairan.
12
Kadar lemak gabus budidaya lebih tinggi dibandingkan gabus alam dan
budidaya berbeda secara signifikan (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan kadar
lemak dapat dipengaruhi proses budidaya. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Hossain (2011) yang menyatakan bahwa kandungan lemak total pada 100 gram
ikan budidaya lebih tinggi dibandingkan dengan ikan alam. Ashraf et al. (2011)
menunjukkan kadar lemak silver carp budidaya lebih tinggi (2,23±0,03% )
dibandingkan silver carp alam (2,19±0,09%) dan pada sampel grass crap
memiliki hasil yang berbanding terbalik. Mashaii et al. (2012) menyatakan bahwa
perbedaan nilai kadar lemak dapat disebabkan oleh faktor habitat hidup, jenis
kelamin dan makanan.
Analisis data kadar protein menunjukkan tidak berbeda secara signifikan
(p>0,05). Hal ini menunjukkan proses budidaya tidak berpengaruh secara
signifikan. Penelitian Gonzalez et al. (2006) menunjukkan kadar protein Perca
flavescens alam lebih tinggi yaitu (94,3±0,36%) dibandingkan dengan sampel
budidaya (92,1±1,13%). Berbeda halnya dengan penelitian Ashraf et al. (2011),
menunjukkan sampel budidaya memiliki kandungan protein yang lebih tinggi
(20,00±0,15%) dibandingkan sampel alam (19,46±0,24%). Perbedaan ukuran juga
dapat mempengaruhi kadar protein ikan. Suwandi et al. (2014), yang
menunjukkan perbedaan ukuran dan jenis kelamin ikan akan mempengaruhi kadar
protein yaitu pada ikan gabus betina ukuran 1 kg yaitu 20,14±1,87% lebih tinggi
dibandingkan ikan gabus jantan ukuran 1 kg yaitu 19,34±0,51%.
Ekstraksi Protein Kasar Ikan Gabus (Channa striata)
Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen aktif dari suatu bahan
dengan menggunakan pelarut berdasarkan tingkat kepolarannya (Harborne 1987).
Ekstraksi ini bertujuan untuk mendapatkan bagian tertentu dari bahan-bahan yang
mengandung zat aktif. Ekstraksi protein kasar ikan gabus pada penelitian ini
menggunakan pelarut akuades. Tujuan menggunakan akuades pada ekstraksi
protein ini adalah mengetahui protein yang dapat terlarut dalam air.
Ikan gabus memiliki kandungan protein yang tinggi. Gam et al. (2006)
menyatakan kelompok utama protein yang terdapat pada ikan gabus adalah
protein struktural, sarkoplasma dan miofibril. Protein tersebut memiliki fungsi dan
kelarutan yang berbeda.
Protein sarkoplasma merupakan protein larut dalam air dan berperan dalam
proses metabolisme, aktivitas glikolisis dan hidrolisis ATP (Hadiwiyoto 1993).
Protein sarkoplasma yang memiliki kemampuan sebagai biofarmasi yang telah
digunakan dalam masyarakat adalah albumin. Tawali et al. (2012), potensi protein
ikan gabus dapat mempercepat penyembuhan penyakit infeksi dan peningkatan
kadar albumin penderita hipoalbuminemia.
Protein albumin ini memiliki kelarutan yang tinggi dalam air. Sifat kelarutan
terhadap air tersebut menjadikan akuades sebagai pelarut yang cocok dalam
proses ekstraksi protein kasar ikan gabus ini. Akuades juga merupakan pelarut
yang bersifat netral dan tidak berbahaya sehingga aman bila digunakan sebagai
bahan pangan. Yuniarti et al. (2013) menyatakan ekstrak albumin ikan gabus
biasanya dikonsumsi masyarakat dalam bentuk cair.
13
Kadar Protein Terlarut
Kadar protein yang terukur dalam hasil penelitian ini yaitu protein
sarkoplasma atau protein larut dalam air. Hasil analisis kadar protein terlarut dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Kadar protein terlarut, : ikan gabus alam (GA), : ikan gabus
budidaya (GB), Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya
perbedaan nyata α< 5
Kadar protein pada Gambar 3 menunjukkan ekstrak kasar protein ikan
gabus budidaya memiliki kadar protein terlarut lebih tinggi dibandingkan ikan
gabus alam. Hasil uji-T menunjukkan bahwa kadar protein terlarut ekstrak kasar
ikan gabus alam dan budidaya memiliki perbedaan yang nyata hasil uji statistik
dapat dilihat pada Lampiran 9. Ahmed et al. (2012) menyatakan kandungan
protein dipengaruhi spesies, lokasi, habitat, dan perbedaan sistem pemeliharaan.
Marzuqi et al. (2007) menyatakan bahwa protein ikan dipengaruhi oleh asupan
nutrisi dan daya cerna. Kadar protein terlarut juga dipengaruhi oleh waktu
penangkapan, musim dan ukuran tubuh ikan. Penelitian Gam et al. (2006)
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar protein ikan gabus dalam periode
penangkapan dan berkaitan dengan perbedaan musim pada waktu penangkapan.
Proses budidaya dapat mempengaruhi kualitas ikan. Hossain (2011)
menyatakan bahwa pemberian pakan ikan yang teratur pada proses budidaya akan
meningkatkan kandungan kimia dalam tubuh ikan. Pakan yang digunakan sampel
ikan pada penelitian ini adalah pelet komersial. Kadar proksimat pakan komersil
pada penelitian ini memiliki kadar protein 26,52±0,155%. Hasil proksimat
tersebut lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Nasution (2006) yang
menunjukkan kadar protein pelet ikan komersil sebesar 31,19%. Hal tersebut
diduga antara kedua pakan memiliki komposisi pakan yang berbeda. Tingginya
kandungan protein pada pakan dapat meningkatkan kandungan protein tubuh ikan.
Hasil penelitian Marzuqi et al. (2007), menunjukkan bahwa ikan kakap yang
diberi pakan dengan kadar protein 32-36%, memiliki kandungan protein yang
rendah dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan yang memiliki kandungan
protein 40-52%.
2,07a
2,33b
0
0.5
1
1.5
2
2.5
GA GB
Ka
da
r P
rote
in S
am
pel
(m
g/m
L)
14
Profil Protein
Analisis profil protein ekstrak kasar protein ikan gabus alam dan budidaya
mengunakan metode SDS-PAGE menunjukkan pita protein dan ketebalan yang
sama. Hasil analisis profil protein disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Hasil profil protein ikan gabus metode SDS-PAGE,
GA: ikan gabus alam, GB: ikan gabus budidaya, M: Marker
Pita protein yang terdeteksi pada setiap sampel menunjukkan jumlah, jarak
tempuh dan ketebalan yang sama. Mustofa et al. (2006) menyatakan bahwa
ketebalan pita protein dipengaruhi jenis sampel dan kadar protein yang berbeda.
Perbedaan ketebalan pita yang terbentuk menurut Cahyarini et al. (2004),
disebabkan adanya perbedaan jumlah dari molekul-molekul yang termigrasi.
Keberadaan pita pada jarak migrasi tertentu menunjukkan ada atau tidaknya
protein yang termigrasi dan berhenti pada jarak tersebut selama proses
elektroforesis (Yunus 2007). Pendugaan jenis protein yang terdapat pada ekstrak
protein kasar ikan gabus ini dilakukan dengan cara mengukur berat molekul dari
setiap pita protein hasil elektroforesis.
Mekanisme pembentukan dan letak pita protein pada gel didasarkan kepada
berat molekulnya. Semakin rendah berat molekul maka pita protein akan lolos
dari pori-pori gel bagian atas (Bintang 2010). Hasil elektroforesis SDS-PAGE
dikonversikan menjadi kromatogram menggunakan software ImageJ untuk
mengukur luas wilayah pita protein. Grafik konversi luas area pita protein dapat
dilihat pada Lampiran 6. Perhitungan berat molekul protein ikan gabus alam dan
budidaya dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil perhitungan berat molekul,
pendugaan jenis protein dan ketebalan pita protein pada ikan gabus alam dan
budidaya dapat dilihat pada Tabel 3.
15
Tabel 3 Hasil perhitungan berat molekul dan pendugaan jenis protein Ikan gabus alam (GA) Ikan gabus budidaya (GB)
Pita
ke- BM (kDa)
Ketebalan BM
(kDa)
Ketebalan Pendugaan jenis protein
1 195,92 + 195,92 + Myosin
2 161,45 ++ 161,45 ++ Myosin
3 133,04 +++ 133,04 +++ ß-Galaktosa
4 116,94 +++++ 116,94 +++++ ß-Galaktosa
5 102,79 + 102,79 + Phosphorylase-b
6 74,45 + 74,45 + Albumin
7 69,80 +++ 69,80 +++ Albumin
8 65,44 +++ 65,44 +++ Albumin
9 50,56 ++++ 50,56 ++++ Glutamic dehydrogenase
10 39,06 ++++++ 39,06 ++++++ Albumin
11 32,19 ++++ 32,19 ++++ Carbonic Anhydrase
12 26,52 + 26,52 + Trypsin inhibitor
13 21,86 +++ 21,86 +++ ß-lactalbumin
14 19,21 +++ 19,21 +++ ß-lactalbumin
15 16,89 ++ 16,89 ++ ß-lactalbumin
16 13,91 ++++ 13,91 ++++ Lysozyme
17 11,47 +++++ 11,47 +++++ Lysozyme
Keterangan : + : tipis sekali ++ : agak tipis +++ : tipis
++++ : agak tebal +++++ : tebal ++++++ : sangat tebal
Pendugaan jenis protein pada Tabel 3 dilakukan berdasarkan literatur dan
pencarian database melalui PubMed dan Swiss Prot. Hasil profil protein ikan
gabus alam dan ikan gabus budidaya menunjukkan jenis dan ketebalan protein
yang tidak berbeda. Hasil tersebut juga didukung penelitian Gam et al. (2006)
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada ikan haruan (nama
lain dari ikan gabus) dengan perbedaan ukuran dan waktu penangkapan. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan terdapat 18 pita protein yang teridentifikasi
dengan kisaran berat molekul 10-205 kDa.
Hasil pendugaan jenis protein ikan gabus meliputi protein miosin yang
termasuk pada protein myofibril dan protein albumin dan ß-lactalbumin termasuk
jenis protein sarkoplasma. Protein myofibril merupakan protein yang larut dalam
garam dan sedikit larut air (Hadiwiyoto 1993). Gam et al. (2006) menyatakan
bahwa ikan gabus memiliki kandungan yang tinggi akan protein myofibril dan
kolagen pada saat ikan alam berukuran kecil. Ghassem et al. (2011) menyatakan
protein myofibril hidrolisat memiliki aktivitas sebagai antihipertensi dengan
penghambatan ACE dan aktivitas antioksidan yang cukup tinggi.
Aktivitas Antioksidan
Aktivitas antioksidan ekstrak protein kasar menggunakan metode Ferric
Reduction Antioxidant Power (FRAP) yang dapat mereduksi Fe+3
menjadi bentuk
Fe+2
. Hasil aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Gambar 5.
16
Gambar 5 Aktivitas antioksidan, : ikan gabus alam (GA), : ikan gabus
budidaya (GB).
Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya
perbedaan nyata α< 5 .
Data pada Gambar 5 menunjukkan perbedaan aktivitas antioksidan yang
signifikan (p<0,05) antara ekstrak kasar protein ikan gabus alam dan budidaya.
Hasil uji statistik aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Lampiran 9. Aktivitas
antioksidan ikan gabus budidaya yaitu 92,77±1,60 µMol Fe+2
/mL lebih tinggi
dibandingkan ikan gabus alam 83,73±0,61 µMol Fe+2
/mL. Suryanto et al. (2011)
menyatakan bahwa aktivitas antioksidan yang semakin tinggi dapat mempercepat
reduksi Fe+3
menjadi Fe+2
. Carlsen et al. (2010), menyatakan bahwa aktivitas
antioksidan yang semakin tinggi menunjukkan semakin tinggi kemampuan untuk
mendonorkan elektron yang dapat mereduksi radikal bebas.
Hasil aktivitas antioksidan ikan gabus menunjukkan nilai yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan aktivitas antioksidan vitamin C sumber antioksidan
komersial. Surya et al. (2013) menyatakan bahwa vitamin C memiliki aktivitas
antioksidan sebesar 6,43 mmol Fe+2
/ml asam askorbat atau 6430 µmol/mL. Hasil
tersebut jika dibandingkan dengan aktivitas antioksidan sampel gabus memiliki
aktivitas yang sangat kuat. Amamcharla dan Lloyd (2014) menyatakan, aktivitas
antioksidan vitamin E yaitu 175 µmol/L atau 0,175 µmol/mL. Vitamin E tersebut
memiliki akivitas antioksidan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan sampel
ikan gabus alam maupun budidaya. Perbedaan hasil tersebut menunjukkan
kandungan pada ekstrak protein kasar pada ikan gabus ini diduga masih
mengandung senyawa lain yang bukan merupakan senyawa antioksidan.
Penelitian Balboa et al. (2013) melaporkan aktivitas antioksidan FRAP alga
coklat Turbinaria ornate sebesar 7,4 mmol/mL atau 7400 µmol/mL. Hasil
tersebut menunjukkan aktivitas antioksidan pada sampel ekstrak protein ikan
gabus lebih rendah dibandingkan dengan antioksidan alga coklat. Perbedaan hasil
tersebut dapat mempengaruhi kemampuan yang berbeda setiap sampel untuk
menangkap radikal bebas. Kemampuan menangkap radikal bebas diduga terkait
dengan komponen protein dan mineral. Mustafa et al. (2012) menyatakan bahwa
protein mempunyai ikatan sulfhidril dan gugus thiol yang berikatan dengan zat
radikal bebas.
83,73a
92,77b
0
25
50
75
100
GA GB
Ak
tiv
ita
s A
nti
ok
sid
an
(µM
ol
Fe2
+/m
L)
17
Mekanisme analisis FRAP menurut Huang et al. (2005) yaitu menentukan
kandungan total antioksidan dari suatu bahan berdasarkan kemampuan senyawa
tersebut utuk mereduksi Fe+3
menjadi bentuk Fe+2
. Surya et al. (2013) menyatakan
bahwa tingginya aktivitas antioksidan pada suatu bahan berkaitan dengan
tingginya kandungan senyawa fenolik dan flavonoid yang mampu mereduksi Fe+3
.
Martin et al. (2012) menunjukkan bahwa peptida bioaktif yang dihasilkan dari
proses hidrolisis protein memiliki kemampuan dalam menangkap radikal bebas.
Sharma et al. (2011), menyatakan bahwa protein dalam bentuk peptida memiliki
hidrofobisitas yang lebih tinggi (prolin, alanin, valin, fenilalanin dan lainnya)
yang memiliki elektron bebas sehingga mudah bereaksi dengan radikal bebas.
Interaksi dengan elekron bebas tersebut akan menybabkan radikal bebas stabil.
Hasil aktivitas antioksidan menunjukkan ikan gabus alam memiliki nilai
IC50 sebesar 6,93±0,3761 mg/mL dan ikan gabus budidaya 1,39±0,982 mg/mL.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak protein kasar pada ikan gabus alam dan
budidaya mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat lemah, karena memiliki
IC50 lebih dari 0,20 mg/mL. Molyneux (2004) menambahkan bahwa senyawa
dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila memiliki nilai IC50 kurang dari
0,05 mg/mL, kuat apabila nilai IC50 antara 0,05-0,10 mg/mL, sedang apabila nilai
IC50 antara 0,10-0,15 mg/mL, lemah apabila memiliki nilai IC50 0,15-0,20 mg/mL,
dan sangat lemah apabila memiliki nilai IC50 lebih dari 0,20 mg/mL.
Nilai IC50 pada setiap spesies memiliki kandungan yang berbeda-beda.
Purwaningsih (2012), menunjukkan bahwa nilai IC50 pada keong mentah merah
sebesar 58,19 ppm atau sekitar 0,058 mg/mL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
nilai IC50 pada keong merah mentah memiliki nilai IC50 yang lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai IC50 ikan gabus alam dan budidaya. Razi et al. (2015)
menunjukkan pada ikan selais (Cryptopterus bicirchis) asap dengan perbedaan
konsentrasi perendaman larutan tumbuhan sarang semut memiliki nilai IC50
sebesar 6,09 mg/mL (15% larutan sarang semut) dan 16,96 mg/mL (tanpa
perendaman)
Ekstrak protein kasar ikan gabus alam dan budidaya tersebut dibandingkan
dengan nilai IC50 vitamin C sebagai senyawa antioksidan yang sering digunakan.
Purwaningsih (2012) menunjukkan bahwa vitamin C mempunyai aktivitas
antioksidan yang kuat, karena memiliki nilai IC50 sebesar 3,55 ppm atau sama
dengan 0,003 mg/mL. Nilai IC50 ekstrak protein kasar ikan gabus memiliki nilai
yang lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin C. Nilai IC50 yang tinggi diduga
ekstrak protein ikan masih dalam bentuk kasar, sedangkan vitamin C merupakan
senyawa antioksidan murni.
Penelitian Ghassem et al. (2011) melaporkan bahwa hidrolisat protein
miofibril ikan gabus memiliki nilai IC50 yaitu 1,542 mg/mL, sedangkan pada
hidrolisat protein miofibril dengan menggunakan enzim thermolysin nilai IC50
sebesar 0,033 mg/mL. Hasil tersebut memiliki kesamaan dengan ekstrak protein
kasar pada ikan gabus budidaya, tetapi berbeda dengan nilai IC50 pada ekstrak
protein ikan gabus alam. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa proses hidrolisis
protein pada ekstrak ikan dapat mempengaruhi aktivitas antioksidan.
18
Antihipertensi dengan Penghambat ACE
Antihipertensi dilakukan dengan penghambatan kerja Angiotensin
Converting Enzyme (ACE) pada sampel ikan gabus alam dan ikan gabus
budidaya. Hasil antihipertensi dengan penghambat ACE dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil aktivitas antihipertensi dengan penghambat ACE Sampel Konsentrasi Penghambatan ACE (%)
Gabus alam (GA) 50 mg/mL 88,76±1,819 a
Gabus budidaya (GB) 50 mg/mL 96,18±1,369 a
Kaptopril 1 mg/mL 90,32±0,228 a
Kaptopril 5 mg/mL 98,90±0,097 a
Keterangan : Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf superscript berbeda
(a,b) menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).
Tabel 4 menunjukkan aktivitas penghambat ACE ekstrak protein kasar ikan
gabus alam dan budidaya. Analisis statistik dengan uji-T pada tingkat
kepercayaan 95% menunjukkan tidak adanya perbedan yang nyata terhadap
panghambatan ACE. Hasil uji statistik aktivitas penghambatan ACE dapat dilihat
pada Lampiran 9. Ekstrak protein kasar ikan gabus alam dan budidaya memiliki
aktivitas penghambatan ACE sebesar 88,76±1,819% dan 96,18±1,369%.
Aktivitas ekstrak protein tersebut memiliki nilai penghambatan yang hampir sama
dengan penghambatan kaptopril sebagai kontrol positif dengan konsentrasi yang
berbeda. Aktivitas penghambat ACE kaptopril yaitu 90,32±0,228% (1 mg/mL)
dan 98,90±0,097% (5 mg/mL). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ikan gabus
memiliki potensi sebagai penghambat kerja ACE.
Mekanisme penghambatan ACE menurut Correa et al. (2014) dilakukan
dengan menggunakan enzim ACE dengan substrat hippuryl-l-histidyl-l-leucin
(HHL) secara in vitro. Arahira et al. (2001) menyebutkan bahwa metode
pengujian aktivitas penghambatan ACE berdasarkan pada pembebasan asam
hipurat dari substrat HHL dapat dikatalisis oleh ACE. Asam hipurat yang
dibebaskan semakin sedikit, maka persen penghambatan ACE semakin besar.
Kaptopril merupakan penghambat yang sangat kuat terhadap ACE sehingga
banyak digunakan oleh masyarakat untuk dijadikan obat dalam menanggulangi
penyakit hipertensi (Budiman 2011). Kumar et al. (2010) menyatakan bahwa
kaptopril merupakan agen sulfidril yang mengandung prolin yang memiliki
potensi untuk dijadikan sebagai penghambat ACE. Ismarani et al. (2011),
menyatakan bahwa kaptopril memiliki afinitas yang tinggi terhadap ACE dan
dapat berkompetisi dengan angiotensin I mencegah terjadinya angiotensin II.
Kaptopril digunakan sebagai kontrol positif yang bertujuan untuk
membandingkan potensi ekstrak protein kasar ikan gabus dalam menghambat
kerja ACE sehingga dapat diketahui seberapa besar potensi dan efektifitas ekstrak
yang diuji dalam menghambat ACE. Konsentrasi kaptopril yang digunakan pada
penelitian ini adalah 1 mg/mL dan 5 mg/mL. Konsentrasi ekstrak protein kasar
ikan gabus alam dan budidaya untuk menghasilkan persentase penghambat ACE
yang sebanding dengan kaptopril yaitu 50 mg/mL. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa potensi ekstrak protein kasar ikan gabus ini memiliki persentase hambatan
sebesar 1/10 dari persentase hambatan kaptopril.
19
Tsai et al. (2006), menyatakan bahwa kaptopril termasuk dalam golongan
inhibitor enzim yang bersifat kompetitif karena berikatan dengan sisi aktif enzim.
Arahira et al. (2001), menyatakan bahwa asam amino hidrofobik, alifatik dan
bermuatan positif yang tinggi diduga menyebabkan aktivitas penghambatan ACE.
Wijesekara et al. (2011) meyatakan bahwa peptida dengan residu asam amino
hidrofobik seperti prolin, valin dan leusin pada ujung terminal-N dan asam amino
yang bermuatan positif di tengah juga menunjukkan aktivitas penghambatan ACE.
Ikan gabus diduga memiliki kandungan peptida bioaktif yang memiliki
aktivitas sebagai penghambat ACE. Sharma et al. (2011) menyatakan bahwa
beberapa sifat fungsional peptida bioaktif diantaranya sebagai antioksidan,
antibakteri, antihipertensi, antikanker, dan antitumor. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa peptida bioaktif yang memiliki urutan residu asam amino
yang berbeda memiliki peranan dalam penghambat ACE. Vo et al. (2011),
menyatakan bahwa gelatin ikan nila memiliki peptida bioaktif dengan susunan
asam amino seperti aspartat-prolin-alanin-leusin-alanin-treonin-glutamat-prolin-
aspartat-prolin-metionin-prolin-phenilalanin yang peranan dalam penghambatan
ACE. Kim dan Byun (2012), menunjukkan juga peptida bioaktif dengan susunan
asam amino lisin-valin-asn-glisin-alanin-metioin-serin-prolin-asn-alanin-asn pada
hidrolisat ikan Pipa memiliki penghambatan ACE.
Peptida bioaktif biasanya mengandung 3-20 residu asam amino. Penelitian
Kapel et al. (2006) menyatakan bahwa peptida yang memiliki prolin atau residu
aromatis pada ujung terminal-C dan residu asam amino yang bersifat hidrofobik
pada ujung terminal-N memiliki aktivitas penghambatan ACE yang potensial.
Tsai et al. (2006) menunjukkan bahwa residu 3 asam amino seperti valin-lysin-
prolin termasuk inhibitor enzim ACE yang bersifat kompetitif seperti halnya
kaptopril. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa peptida aktif dalam suatu bahan
dapat berperan dalam penghambatan ACE.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Ekstrak protein kasar ikan gabus alam dan ikan gabus budidaya memiliki
perbedaan yang nyata pada kadar air, abu lemak dan kadar protein terlarut
Bradford, sedangkan kadar protein, profil protein dengan SDS-PAGE
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata. Ekstrak protein kasar ikan
gabus alam dan ikan gabus budidaya memiliki potensi sebagai antioksidan dan
antihipertensi dengan penghambatan kerja ACE.
20
Saran
Penelitian selanjutnya disarankan perlu dilakukannya proses hidrolisis
ekstrak protein sampel terlebih dahulu agar menghasilkan peptida yang memiliki
potensi antioksidan dan penghambat ACE yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed S, AFM Arifiar , Ghulam Md. 2012. Nutrient composition of indigenous
and exotic fishes of rainfed waterlogged paddy fields in lakshmipur,
Bangladesh. World Journal of Zoology. 7 (2): 135-140.
Amamcharla JK, Lloyd EM. 2014. Modification of the ferric reducing antioxidant
power (FRAP) assay to determine the susceptibility of raw milk to
oxidation. International Dairy Journal. 34: 177-179.
Arahira K, Nakashima Y, Mukai T, Ishikawa S, Itoh M. 2001. Peptide inhibitors
for angiotensin I-converting enzyme from enzymatic hydrolysates of
porcine skeletal muscle proteins. Meat Science. 57: 319-324.
Ashraf M, Asma Z, Abdul R, Shahid M, Naureen AQ. 2011. Nutritional values of
wild and cultivated silver carp (Hypophthalmichthys molitrix) and grass carp
(Ctenopharyngodon idella). International Journal of Agriculture and
Biology. 13: 210-214.
Balboa EM, Enma C, Andres M, Elena F, Herminia D. 2013. Invivo antioxsidant
properties crude extract and compounds from brown algae. Food Chemistry.
138: 1764-1785.
Benzie IFF, Strain JJ.1996. The ferric reducing ability of plasma (FRAP) as a
measure of antioxidant power: the FRAP assay. Analytical Biochemistry.
239: 70-76.
Bintang M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta(ID): Erlangga.
Bradford MM. 1976. A rapid and sensitive method for the quantitation of
microgram quantities of protein utilizing the principle of protein-dye
binding. Analytical Biochemistry. 72: 248-254.
Budiman L. 2011. Inhibisi ekstrak pegagan (Centella asiatica L.) dan tempuyung
(Sonchus arvensis L.) terhadap aktivitas ACE (angiotensin converting
enzyme) [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Alam.
Institut Pertanian Bogor.
Cahyarini RD, Ahmad Y, Edi P. 2004. Identifikasi keragaman genetik beberapa
varietas lokal kedelai di Jawa berdasarkan analisis isozim. Agrosains. 6(2):
96-104.
21
Carlsen MH, Bente LH, Kari H, Siv KB, Steinar D, Laura S, Carol W, Haruki S,
Yuko U, Chiho S, Ingrid B, Nega B, Walter CW, Katherine MP, David RJ,
Rune B. 2010. The total antioxidant content of more than 3100 foods,
beverages, spices, herbs and supplements used worldwide. Nutrition
Journal. 9(3): 1-11.
Correa APF, Daroit DN, Fontoura R, Meira SMM, Segalin J, Brandelli A. 2014.
Hydrolisate of sheep cheese whey as a source bioactive peptides with
antioxidant and angiotensin-I converting enzyme inhibitory activities.
Peptides. 61: 48-55.
Dahlan DCK, MatJais AM, Ahmad Z, Md AA, Adam A. 2010. Amino and fatty
acids composition in haruan traditional extract. Boletin Latino Americano y
del Caribe de Plantas Medicinales y Aromaticas. 9(5): 414-429.
Galla NR, Prabhakara RP, Satyanarayana A, Balaswamy K. 2012. Functional
properties and in vitro antioxidant activity of roe protein hydrolysates of
Channa striatus and Labeo rohita. Food Chemistry. 135: 1479-1484.
Gam LH, Chiuan YL, Saringat B. 2006. Proteomic analysis of snakehead fish
(Channa striata) muscle tissue. Malaysian Journal of Biochemistry and
Molecular Biology. 14: 25-32.
Georgiev L, Penchev G, Dimitrov D, Pavlov A. 2008. Structural changes in
common carp (Cyprinus corpio L) fish meat during freezing. Bulgarian
Journal of Veterinary Medicine. 2(2): 131-136.
Ghassem M, Keizo A, abdul SB, Mamot S, Saadiah I. 2011. Purification and
identification of ace inhibitory peptides from haruan (Channa striatus)
myofibrillar protein hydrolysate using HPLC–ESI-TOF MS/MS. Food
Chemistry. 129: 1770–1777.
Gonzalez S, Flick GJ O’Keefe F Duncan E Mclean E raig R. 6.
Composition of farmed and wild yellow perch (Perca flavescens). Journal
Food Composition. Analitic.19: 720-6.
Hadiwiyoto. 1993. Teknologi Hasil Perikanan. Yogayakarta (ID) : Liberty.
Harborne. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terjemahan: Padmawinata K, Sudiro I. Bandung (ID): Institut
Teknologi Bandung.
Hossain MA. 2011. Fish as source of n-3 polyunsaturated fatty acids (pufas),
which one is better-farmed or wild?. Journal of Food Science and
Technology. 3(6): 455-466.
Huang D,Boxin O, Ronald LP. 2005. The chemistry behind antioxidant capacity
assays. Agricultural and Food Chemistry. 53: 1841-1856.
Ismarani, Pradono DI, Darusman LK. 2011. Mikroenkapsulasi ekstrak formula
pegagan-kumis kucing-sambiloto sebagai inhibitor angiotensin i converting
enzyme secara in vitro. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. 3(1)
: 11-24.
22
Kapel R, Rahou E, Lecouturier D, Guillochon D, Dhulster D. 2006.
Characterization of an antihypertensive peptide from an alfalfa white protein
hydrolysates produced by continuous enzymatic membrane reactor. Process
Biochemistry. 41:1961-1966.
Karachle PK, Stergiou KI. 2012. Morphometrics and allometry in fishes.
International Technology:65-85.
Kim SR dan Byun HG. 2012. The novel angiotensin i converting enzyme
inhibitory peptide from rainbow trout muscle hydrolysate. Fisheries and
Aquatic Science. 15(3): 183-190.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2015. Data produksi perikanan
tangkap. www.kkp.go.id. [31 Juli 2015].
Kumar R, Arun K, Ramji S, Atul B. 2011. Pharmacological review on natural ace
inhibitors. Scholars Research Library. 2(2): 273-293.
Laemmli UK. 1970. Cleavage on structural protein during the assembly of the
head of bacteriopage T4. Nature. 227:680-685.
Martin AC, Lais B, Alexandro MM, Vargas, Erika O, Barizao, Juliana CG,
Moraes, Jesi V, Visantier, Vitor C, Almeida. 2012. The antioxidant activity
of teas measured by the FRAP method adapted to the FIA system :
optimising the conditions using the respons surface methodology. Food
Chemistry. 138: 574-580.
Marzuqi M, Giri NA, Suwirya K. 2007. Kebutuhan protein optimal dan kecernaan
nutrien pakan untuk benih ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus).
Journal Aquaculture Indonesiana. 8(2): 113-119.
Mashaii N, Mohammad HM, Habib S, Farhad R, Ahmad G, Ahmad B, Hasan M.
2012. Proximate and fatty acid composition in muscle tissues of rainbow
trout (Oncorhynchus mykiss) cultured in yard province of Iran. Walailak
Journal Science and Techology. 9(4): 317-325.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan. Bogor (ID): IPB
Press.
Moedjiharto TJ. 2007. Ikan sebagai bahan substitusi human serum albumin (HSA)
dalam penyumbang biofarma Indonesia. http://www.old-prasetya.ub.id.
[28 April 2015].
Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicryl-hydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant activity. Journal Science of Technology.
26 (2): 211-219.
Mustafa A, M Aris W, Yohanes K. 2012. Albumin and zinc content of snakehead
fish (Channa striata) extract and its role in health. International Journal of
Science and Technology. 1(2): 1-8.
Mustofa I, Laba M, Yoes PD, Fedik AR, Aucky H. 2006. Analisis densitometrik
protein reseptor fertilisasi (ZP3) pada zona pelusida kambing sebagai
kandidat bahan imunokontrasepsi. Media Kedokteran Hewan. 22(2): 12-16.
23
Nahariah, Anang ML, Effendi A, Antonius H, Priyo B, Yoyok BP. 2014. Evaluasi
potensi aktivitas ACE-inhibitor endogenous pada putih telur dari jenis
unggas yang berbeda. Jurnal Fakultas Peternakan dan Pertanian. 1: 207-
213.
Nasution EZ. 2006. Studi pembuatan pakan ikan dari campuran ampas tahu,
ampas ikan, darah sapi potong, dan daun keladi yang disesuaikan dengan
standar mutu pakan ikan. Jurnal Sains Kimia. 10(1): 40-45.
Obasohan EE, Imasuen JA, Isidahome CE. 2012. Preliminary studies of the
length-weight relationships and condition factor of five fish species from
Ibiekuma stream, Ekpoma, Edo state, Nigeria. Journal of Agricultural
Research and Development. 2(3): 61-69.
Periago MJ, Ayala MD, Lo´pez-Albors, Abdel. 2005. Muscle cellularity and flesh
quality of wild and farmed sea bass, Dicentrarchus labrax L. Aquaculture.
249: 175-188.
Purwaningsih S. 2012. Aktivitas antioksidan dan komposisi kimia keong matah
merah (Cerithidea obtusa). Ilmu Kelautan. 17(1): 39-48.
Putra RM. 2009. Pola lingkaran pertumbuhan otolith ikan gabus (Channa striata)
di perairan sungai Siak provinsi Riau. Perikanan Terubuk. 37(2):1-11.
Ram JA, Ishak AD, Enyu Y, Kuah MK, Wong K, Shu-Chien AC. 2011.
Molecular cloning and ontogenic mRNA expression of fatty acid desaturase
in the carnivorous striped snakehead fish (Channa striata). Comparative
Biochemistry and Physiology a Molecular and Integral Physiology. 158(4):
415-422.
Razi MA, Loekman S, Sumarto. 2015. Pengaruh konsentrasi perendaman larutan
tumbuhan sarang semut (myrmecodia pendans) terhadap karakteristik mutu
ikan selais (cryptopterus bicirchis) asap. Journal of Mahasiswa, siap terbit.
Requieron EA, Torres MAJ, Demayo CG. 2012. Applications of relative warp
analysis in describing of scale shape morphology between sexes of the
snakehead fish Channa striata. International Journal of Biological,
Ecological and Environmental Sciences. 1(6): 205-209.
Safran M. 2003. Biologi reproduksi, makanan dan pertumbuhan ikan gabus
(Channa striata) dibanjiran sungai Musi Sumatera Selatan [tesis]. Bogor
(ID): Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sharma S, Raghvendar S, Shashank R. 2011. Bioactive peptides. International
Journal Bioautomation. 15(4): 223-250.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2006. Cara Uji Kimia. SNI 01-2354-2006.
Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Surya A, Christine J, Hilwan YT. 2013. Studi aktivitas antioksidan dari ekstrak
metanol dan etil asetat pada daun bangun-bangun (Plectranthus
amboinicus). Journal Indonesian Chemistry Acta. 4(1): 12-16.
Suryanto E, Lidya IM, Mercy T, Frenly W. 2011. Potensi senyawa polifenol
antioksidan dari pisang goroho (Musa sapien sp.). Agricultural Technology.
31(4): 289-296.
24
Suwandi R Nurjanah, Margaretha W. 2014. Proporsi bagian tubuh dan kadar
proksimat ikan gabus pada berbagai ukuran. Jurnal Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan. 17(1): 22-28.
Tawali AB, Mathelda KR, Meta M, Suryani. 2012. Difusi teknologi produksi
konsentrat protein dari ikan gabus sebagai food supplement di Jayapura.
Prosiding InSINas. 0201:243-247.
Tsai JS, Lin TC, Chen JL, Pan BS. 2006. The inhibitory effects of freshwater
clam (Corbicula fluminea, Muller) muscle protein hydrolysates on
angiotensin I converting enzyme. Process Biochemistry. 41: 2276–2281.
Vo TS, Ngo DH, Kim JA, Ryu B, Kim SK. 2011. An antihypertensive peptide
from tilapia gelatin diminished free radical formation in murine microglial
Cell. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 59(22): 12193-12197.
Wijesekara I, Qian ZJ, Ryu B, Ngo DH, Kim SK. 2011. Purification and
identification of antihypertensive peptides from seaweed pipefish
(Syngnathus schelegeli) muscle protein hydrolysates. Food Research
International. 44: 703-707.
Wu RSS. 1995. The environmental impact of marine fish culture: towards a
sustainable future. Marine Poluution Bulletin. 31(4):159-166.
Yuniarti DW, Sulistiyati TD, Suprayitno E. 2013. Pengaruh Suhu Vakum
terhadap Kualitas Serbuk Albumin Ikan Gabus. Student Journal. 1(1): 1-9.
Yunus A. 2007. Studi morfologi dan isozim jarak pagar (Jatropa curcas L.)
sebagai bahan baku energi terbarukan di Jawa Tengah. Journal Enviro. 9(1):
73-82.
Zuraini A, Somchit MN, Mohamad HS, Goh YM, Abdul Kadir A, Zakaria MS,
MatJais AM, Rajion MA, Zakaria ZA, Somchit N. 2005. Fatty acid and
amino acid composition of three local Malaysian Channa spp. Fish. Food
Chemistry. 97(4): 674- 678.
1
LAMPIRAN
2
27
Lampiran 1 Dokumentasi penelitian
Ikan gabus budidaya
Ikan gabus alam
Kondisi kolam budidaya ikan gabus
Lampiran 2 Data morfometrik dan proporsi bagian tubuh ikan gabus alam No Panjang
Total (cm)
Berat utuh
(cm)
Daging (g) Kulit (g) Berat
Kepala (g)
Limbah
(g)
1 32 470 161 62 140 106
2 41 850 320 84 190 255
3 38 620 215 77 171 157
Rata-
rata
37 646,67 232,00 74,33 167,00 172,67
Standar
Deviasi
4,583 19,1398 80,852 11,240 25,239 75,725
Data morfometrik dan proporsi bagian tubuh ikan gabus budidaya No Panjang
Total (cm)
Berat utuh
(cm)
Daging (g) Kulit (g) Berat
Kepala (g)
Limbah
(g)
1 24 109 45 11 30 23
2 26 125 46 18 28 33
3 24 101,5 43 14 18 26
Rata-
rata
24,67 111,83 44,67 14,33 25,33 27,33
Standar
Deviasi
1,155 12,003 1,528 3,512 6,429 5,132
28
Lampiran 3 Contoh perhitungan dan hasil analisis proksimat
Contoh perhitungan kadar air ikan gabus budidaya1 ulangan 1
Kadar air (%) = -
- x 100%
Keterangan : A : Berat cawan kosong (g) = 8,8587 g
B : Berat cawan dan sampel (g) = 10,8711 g
C : Berat cawan dan sampel setelah dikeringkan (g) = 1,5203 g
Kadar air (%) = 87 - 5
-8 8587 x 100%
= 75,76 %
Contoh perhitungan kadar abu ikan gabus budidaya 1 ulangan 1
Kadar abu (%) = -
- x100%
Keterangan : A : Berat cawan kosong (g) = 8,8587 g
B : Berat cawan dan sampel setelah dikeringkan (g) = 8,8914 g
C : Berat cawan dan sampel (g) = 10,8711 g
Kadar abu (%) = 8 89 - 8 8587
87 - 8 8587 x100%
= 1,62%
Contoh perhitungan kadar lemak ikan gabus budidaya 1 ulangan 1
Kadar lemak (%) = -
x 100%
Keterangan : W1 : Berat labu kosong (g) = 88,4866 g
W2 : Berat sampel awal (g) = 2,0146 g
W3 : Berat labu akhir (g) = 88,5545 g
Kadar lemak (%) = 88 55 5-88 866
6 x 100%
= 3,37%
Contoh perhitungan kadar protein ikan gabus budidaya 1 ulangan 1
Nitrogen (%) = H l 7 fp
mg sampel x 100%
Protein (%) = % N x fk
Keterangan: N HCl : 0,1 N
fk (faktor konversi) : 6,25
fp (faktor pengenceran) : 10
Nitrogen (%) = 7
5 9 x 100%
= 2,780 %
Protein (%) = 2,780 % x 6,25
= 17,375 %
29
Lampiran 4 Hasil analisis kadar protein terlarut air dengan metode Bradford
Kurva standar analisis kadar protein Bradford
Lampiran 5 Hasil analisis profil protein metode SDS-PAGE
Perhitungan nilai Rf dan berat molekul (BM)
Rf = Jarak pergerakan pita protein dari tempat a al
Jarak pergerakan arna pelacak dari tempat a al
Marker Log BM Jarak (cm) Jarak total (cm) Nilai rf marker
260 2,41 0,90 5,90 0,15
140 2,15 1,60 5,90 0,27
100 2,00 2,30 5,90 0,39
70 1,84 2,60 5,90 0,44
50 1,69 3,30 5,90 0,56
40 1,60 4,00 5,90 0,68
35 1,54 4,30 5,90 0,73
25 1,39 4,70 5,90 0,79
15 1,17 5,40 5,90 0,91
10 1,00 5,60 5,90 0,94
y = 0.1178x + 0.1116
R² = 0.994
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 2 4 6 8 10
Ab
sorb
an
si (
λ 5
95
nm
)
Konsentrasi BSA (mg/ml)
30
Kurva standar BM marker
Perhitungan nilai Rf dan berat molekul (BM) ikan gabus alam Pita
ke-
Jarak
(cm)
Jarak total
(cm) Nilai Rf a b X BM (kDa) Ketebalan
1 1,40 5,90 0,237 0,605 1,624 2,292 195,920 +
2 1,70 5,90 0,288 0,605 1,624 2,208 161,450 ++
3 2,00 5,90 0,339 0,605 1,624 2,124 133,040 +++
4 2,20 5,90 0,372 0,605 1,624 2,068 116,940 +++++
5 2,40 5,90 0,406 0,605 1,624 2,011 102,790 +
6 2,90 5,90 0,491 0,605 1,624 1,871 74,450 +
7 3,00 5,90 0,508 0,605 1,624 1,843 69,800 +++
8 3,10 5,90 0,525 0,605 1,624 1,815 65,440 +++
9 3,50 5,90 0,593 0,605 1,624 1,703 50,560 ++++
10 3,90 5,90 0,661 0,605 1,624 1,591 39,060 ++++++
11 4,20 5,90 0,711 0,605 1,624 1,507 32,190 ++++
12 4,50 5,90 0,762 0,605 1,624 1,423 26,520 +
13 4,80 5,90 0,813 0,605 1,624 1,339 21,860 +++
14 5,00 5,90 0,847 0,605 1,624 1,283 19,210 +++
15 5,20 5,90 0,881 0,605 1,624 1,227 16,890 ++
16 5,50 5,90 0,932 0,605 1,624 1,143 13,910 ++++
17 5,80 5,90 0,983 0,605 1,624 1,059 11,470 +++++
y = -0,6157x + 1,624
R² = 0,9798
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 1 2 3
Lo
g B
M
Rf Marker
31
Perhitungan nilai Rf dan berat molekul (BM) ikan gabus budidaya Pita
ke-
Jarak
(cm)
Jarak total
(cm) Nilai Rf a b X BM (kDa) Ketebalan
1 1,40 5,90 0,237 0,605 1,624 2,292 195,920 +
2 1,70 5,90 0,288 0,605 1,624 2,208 161,450 ++
3 2,00 5,90 0,339 0,605 1,624 2,124 133,040 +++
4 2,20 5,90 0,372 0,605 1,624 2,068 116,940 +++++
5 2,40 5,90 0,406 0,605 1,624 2,011 102,790 +
6 2,90 5,90 0,491 0,605 1,624 1,871 74,450 +
7 3,00 5,90 0,508 0,605 1,624 1,843 69,800 +++
8 3,10 5,90 0,525 0,605 1,624 1,815 65,440 +++
9 3,50 5,90 0,593 0,605 1,624 1,703 50,560 ++++
10 3,90 5,90 0,661 0,605 1,624 1,591 39,060 ++++++
11 4,20 5,90 0,711 0,605 1,624 1,507 32,190 ++++
12 4,50 5,90 0,762 0,605 1,624 1,423 26,520 +
13 4,80 5,90 0,813 0,605 1,624 1,339 21,860 +++
14 5,00 5,90 0,847 0,605 1,624 1,283 19,210 +++
15 5,20 5,90 0,881 0,605 1,624 1,227 16,890 ++
16 5,50 5,90 0,932 0,605 1,624 1,143 13,910 ++++
17 5,80 5,90 0,983 0,605 1,624 1,059 11,470 +++++
Keterangan + : tipis sekali ++ : agak tipis +++ : tipis
++++ : agak tebal +++++ : tebal ++++++ : sangat tebal
Lampiran 6 Grafik konversi luas area pita protein menggunakan Image-J
Luas area pita protein ikan gabus alam
32
Luas area pita protein ikan gabus budidaya
Lampiran 7 Hasil aktivitas antioksidan metode FRAP
Kurva standar analisis antioksidan
Contoh perhitungan IC50 ikan gabus alam ulangan 1
I 5 absorbansi blanko absorbansi sampel
absorbansi blanko
59
59
= 6,9193 %
y = 0.0026x + 0.0783
R² = 0.9953
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0 20 40 60 80 100
Ab
sorb
an
si (
λ 5
95
nm
)
Larutan Standar μMol/L
33
Lampiran 8 Hasil aktivitas antihipertensi dengan penghambatan ACE
Contoh perhitungan aktivitas penghambatan ACE ikan gabus alam ulangan 1.
Penghambatan ACE (%) = (K- K)- -
K- K
Keterangan : K : Absorbansi kontrol
BK : Absorbansi blanko kontrol
S : Absorbansi sampel
SB : Absorbansi blanko sampel
Penghambatan ACE (%) = ( 5 5- 87)- 7- 6
5 5- 87
= 8 - 55
8 %
= 87,15 %
Lampiran 9 Hasil uji statistik
Hasil uji Levene atau uji homogenitas varian data kadar air
Kadar air F Signifikansi
2,330 0,202
Keterangan : Nilai signifikansi > 0,05 menunjukan data yang homogen dan menggunakan
asumsi varian terpenuhi. Nilai signifikansi < 0,05 menunjukan data yang tidak homogen
dan menggunakan asumsi varian tidak terpenuhi.
Hasil uji t independent kadar air
Kadar air
Asumsi varian
terpenuhi
Asumsi varian tidak
terpenuhi
T 5,014 5,014
derajat bebas 10,000 5,999
Signifikansi (2-arah) 0,001 0,002
Beda nilai tengah 1,975 1,975
Beda standar deviasi 0,393 0,393
Selang kepercayaan
95%
Bawah 1,097 1,011
Atas 2,852 2,938
Keterangan : Nilai signifikansi (2-arah) < 0,05 menunjukan bebeda nyata. Nilai
signifikansi (2-arah) > 0,05 menunjukan tidak bebeda nyata.
Hasil uji Levene atau uji homogenitas varian data kadar abu
Kadar abu F Signifikansi
7,605 0,051
Keterangan : Nilai signifikansi > 0,05 menunjukan data yang homogen dan menggunakan
asumsi varian terpenuhi. Nilai signifikansi < 0,05 menunjukan data yang tidak homogen
dan menggunakan asumsi varian tidak terpenuhi.
34
Hasil uji t independent kadar abu
Kadar abu
Asumsi varian
terpenuhi
Asumsi varian tidak
terpenuhi
T -2,667 -2,667
derajat bebas 10,000 6,854
Signifikansi (2-arah) 0,024 0,033
Beda nilai tengah -0,210 -0,210
Beda standar deviasi 0,078 0,0787
Selang kepercayaan
95%
Bawah -0,385 -0,397
Atas -0,034 -0,023
Keterangan : Nilai signifikansi (2-arah) < 0,05 menunjukan bebeda nyata. Nilai
signifikansi (2-arah) > 0,05 menunjukan tidak bebeda nyata.
Hasil uji Levene atau uji homogenitas varian data kadar lemak
Keterangan : Nilai signifikansi > 0,05 menunjukan data yang homogen dan menggunakan
asumsi varian terpenuhi. Nilai signifikansi < 0,05 menunjukan data yang tidak homogen
dan menggunakan asumsi varian tidak terpenuhi.
Hasil uji t independent kadar lemak
Kadar lemak
Asumsi varian
terpenuhi
Asumsi varian tidak
terpenuhi
T -7,074 -7,074
derajat bebas 10,000 5,696
Signifikansi (2-arah) 0,00003 0,0005
Beda nilai tengah -2,217 -2,216
Beda standar deviasi 0,313 0,313
Selang kepercayaan
95%
Bawah -2,914 -2,993
Atas -1,518 -1,439
Keterangan : Nilai signifikansi (2-arah) < 0,05 menunjukan bebeda nyata. Nilai
signifikansi (2-arah) > 0,05 menunjukan tidak bebeda nyata.
Hasil uji Levene atau uji homogenitas varian data kadar protein
Kadar protein F Signifikansi
2,330 0,202
Keterangan : Nilai signifikansi > 0,05 menunjukan data yang homogen dan menggunakan
asumsi varian terpenuhi. Nilai signifikansi < 0,05 menunjukan data yang tidak homogen
dan menggunakan asumsi varian tidak terpenuhi.
Kadar lemak F Signifikansi
3,698 0,127
35
Hasil uji t independent kadar protein
Kadar protein
Asumsi varian
terpenuhi
Asumsi varian tidak
terpenuhi
T 0,461 0,461
derajat bebas 10,000 6,311
Signifikansi (2-arah) 0,654 0,660
Beda nilai tengah 0,145 0,145
Beda standar deviasi 0,314 0,314
Selang kepercayaan
95%
Bawah -0,556 -0,615
Atas 0,846 0,905
Keterangan : Nilai signifikansi (2-arah) < 0,05 menunjukan bebeda nyata. Nilai
signifikansi (2-arah) > 0,05 menunjukan tidak bebeda nyata.
Hasil uji Levene atau uji homogenitas varian data kadar protein larut air
Kadar protein larut air F Signifikansi
0,594 0,484
Keterangan : Nilai signifikansi > 0,05 menunjukan data yang homogen dan menggunakan
asumsi varian terpenuhi. Nilai signifikansi < 0,05 menunjukan data yang tidak homogen
dan menggunakan asumsi varian tidak terpenuhi.
Hasil uji t independent kadar protein larut air
Kadar protein larut air
Asumsi varian
terpenuhi
Asumsi varian tidak
terpenuhi
T -4,310 -4,310
derajat bebas 4,000 3,590
Signifikansi (2-arah) 0,013 0,016
Beda nilai tengah -0,253 -0,253
Beda standar deviasi 0,058 0,058
Selang kepercayaan
95%
Bawah -0,416 -0,424
Atas -0,090 -0,082
Keterangan : Nilai signifikansi (2-arah) < 0,05 menunjukan bebeda nyata. Nilai
signifikansi (2-arah) > 0,05 menunjukan tidak bebeda nyata.
Hasil uji Levene atau uji homogenitas varian data antioksidan
Antioksidan F Signifikansi
4,501 0,101
Keterangan : Nilai signifikansi > 0,05 menunjukan data yang homogen dan menggunakan
asumsi varian terpenuhi. Nilai signifikansi < 0,05 menunjukan data yang tidak homogen
dan menggunakan asumsi varian tidak terpenuhi.
36
Hasil uji t independent antioksidan
Antioksidan
Asumsi varian
terpenuhi
Asumsi varian tidak
terpenuhi
T -9,132 -9,132
derajat bebas 4,000 2,569
Signifikansi (2-arah) 0,001 0,005
Beda nilai tengah -9,030 -9,030
Beda standar deviasi 0,988 0,988
Selang kepercayaan
95%
Bawah -11,775 -12,496
Atas -6,284 -5,563
Keterangan : Nilai signifikansi (2-arah) < 0,05 menunjukan bebeda nyata. Nilai
signifikansi (2-arah) > 0,05 menunjukan tidak bebeda nyata.
Hasil uji Levene atau uji homogenitas varian data antihipertensi
Antihipertensi F Signifikansi
0,235 0,653
Keterangan : Nilai signifikansi > 0,05 menunjukan data yang homogen dan menggunakan
asumsi varian terpenuhi. Nilai signifikansi < 0,05 menunjukan data yang tidak homogen
dan menggunakan asumsi varian tidak terpenuhi.
Hasil uji t independent antihipertensi
Antihipertensi
Asumsi varian
terpenuhi
Asumsi varian tidak
terpenuhi
T -5,655 -5,655
derajat bebas 4,000 3,716
Signifikansi (2-arah) 0,005 0,006
Beda nilai tengah -7,426 -7,426
Beda standar deviasi 1,313 1,313
Selang kepercayaan
95%
Bawah -11,072 -11,185
Atas -3,780 -3,668
Keterangan : Nilai signifikansi (2-arah) < 0,05 menunjukan bebeda nyata. Nilai
signifikansi (2-arah) > 0,05 menunjukan tidak bebeda nyata.
37
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur, Jawa Barat pada tanggal 24 Agustus 1993.
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Asep
Hendrayanto dan Ibu Nurlina serta mempunyai saudara perempuan yang bernama
Dewi Sundari.
Pendidikan formal penulis ditempuh mulai dari TK pada tahun 1998-1999.
Pendidikan selanjutnya ditempuh pada tahun 1999-2000 di SDN Hanjawar 2,
berpindah ke SD Swasta YPPI- 2000-2002 dan berpindah ke SDN Cipetir 1 pada
tahun ajaran 2002-2005. Pendidikan formal dilanjutkan di SMPN 1 Cibeber pada
tahun 2005-2008. Pendidikan formal selanjutnya SMAN 1 Cibeber pada tahun
2008-2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2011 melalui jalur USMI dan diterima di Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Penulis aktif sebagai staf pengembangan masyarakat dalam organisasi
Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Perairan atau HIMASILKAN pada tahun
2012-2013 dan pada tahun 2013-2014 dan Fisheries Processing Club (FPC)
periode 2013-2014. Penulis melaksanakan praktik lapang di UMK RISYA “Rizki
ersama Jaya” di Sukabumi, Jawa Barat pada tahun 2014. Penulis melaksanakan
dan menyelesaikan laporan praktik lapang yang berjudul “Rencana Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP) Bakso Ikan pada Usaha Kecil
Menengah (UKM) Rizki Bersama Jaya (RISYA) Sukabumi, Jawa Barat. Penulis
pernah menjadi asisten praktikum dari mata kuliah Penanganan Hasil Perairan
pada tahun 2015.
Penulis juga aktif mengikuti lomba Program Kreatif Mahasiswa-Penelitian
(PKM-P) yang didanai oleh DIKTI pada tahun 2014-2015; Pekan Ilmiah
Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2015 di Universitas Haluoleo, Kendari Sulawesi;
Tanoto Student Research Award (TRSA) tahun 2016.