Potensi Ekonomi Kakao sebagai Sumber Pendapatan Petani · Potensi Ekonomi Kakao sebagai Sumber...
Transcript of Potensi Ekonomi Kakao sebagai Sumber Pendapatan Petani · Potensi Ekonomi Kakao sebagai Sumber...
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta25 <<
25 | 2 | Juni 2013
Potensi Ekonomi Kakao sebagai SumberPendapatan Petani
Lya Aklimawati1)
1)Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118
Petani kakao akan tersenyum ketika harga biji kakao menjulang naik. Dukunganjaminan pasar yang masih sangat terbuka, akan kembali menggairahkan petanikakao untuk mendongkrak produksi komoditas ekonomis tersebut. Kondisi hargadan pasar yang bersifat dinamis ini akan memberikan dampak besar terhadappasang surutnya kesejahteraan petani. Optimalisasi potensi ekonomi kakaoberprospek tinggi dalam memperbaiki kehidupan para petani.
belum mencapai titik optimal. Total luas arealperkebunan kakao di Indonesia diperkirakanm en i ng ka t seb esar 2 ,01% a tau m en j ad i1.709.050 ha pada tahun 2012 yang di tahun 2011luas areal hanya sebesar 1.677.254 ha. Lahanpotensial ini tersebar di berbagai wilayah, sehinggapeluang peningkatan potensi lahan yang sesuaiuntuk budidaya kakao masih cukup tersedia.
Sebagian besar perkebunan kakao diusaha-kan oleh rakyat (petani) yang proporsinya
P e n g e m b a n g a nkomoditas kakao diIndonesia perlu men-dapat perhatian besar
dari pemerintah, karena kakaotermasuk produk ekspor unggulanyang memiliki kontribusi langsungterhadap kesejahteraan petani.Dalam pengembangannya, optima-lisasi potensi komoditas kakao perludiwujudkan mengingat dominasikepemilikan lahan kakao di dalamnegeri berasal dari perkebunanrakyat. Slogan yang sering di-dengungkan untuk pengembangankakao rakyat lebih dikenal dengansebutan “pengembangan kakaoberbasis ekonomi rakyat”. Pem-bangunan pertanian yang ber-orientasi ekonomi rakyat ini perlu dikembangkan agardapat mempersempit kesenjangan sosial ekonomiantara petani dengan pelaku pasar lainnya.
Strategi penerapan pengembangan kakaoyang berbasis ekonomi rakyat ini dapat diawalidengan mengoptimalkan penggunaan potensisumber daya yang ada. Peluang pengembanganpotensi lahan dan sumber daya produktif masihterbuka lebar, karena hingga saat ini pemanfaatanpotensi perkebunan kakao dalam skala nasional
Kakao sebagai sumber pendapatan petani
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta 25 | 2 | Juni 2013
>> 26
mencapai sekitar 94,61% (1.616.949 ha) dengandaerah penghasil terbesar di wilayah Sulawesi.Sentra produksi utama di wilayah tersebut adalahSulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan SulawesiTengah. Pengusahaan kakao oleh perkebunanbesar milik negara hanya sekitar 2,86% (48.932 ha),mayoritas arealnya berada di wilayah Jawa,khususnya Jawa Timur. Sisanya, perkebunan kakaodikelola oleh perkebunan swasta dengan proporsi2,53% (43.169 ha) yang banyak diusahakan diwilayah Sumatera, terutama Sumatera Barat,Sumatera Utara, Aceh, dan Lampung.
Potensi komoditas kakao patut untuk dilirikkarena kakao merupakan komoditas komersial yangmemiliki nilai ekonomi tinggi dan memberikankontribusi terhadap pendapatan rumah tanggapetani. Secara keseluruhan, petani yang membudi-dayakan kakao sejumlah 1.566.796 KepalaKeluarga (KK). Mayoritas petani kakao berada dikawasan Timur Indonesia terutama di wilayahSulawesi yang mencapai sebanyak 792.621 KK(50,59%), selebihnya berada di wilayah Sumatera354.747 KK (22,64%), Jawa 149.278 KK (9,53%),Bali dan Nusa Tenggara140.412 KK (8,96%),Maluku dan Papua 88.082 KK (5,62%), danKalimantan 41.656 KK (2,66%). Pentingnya perankakao bagi ekonomi rumah tangga petani,memberikan wawasan kepada pemerintah untuk
lebih memfokuskan pengembangan potensikomoditas tersebut ke arah peningkatan kesejah-teraan petani.
Dalam rangka mewujudkan perbaikankesejahteraan petani, upaya yang dapat dilakukankaitannya dengan pengembangan kakao adalahintensifikasi, ekstensifikasi, peremajaan, rehabilitasi,dan peningkatan kualitas biji kakao. Dalam halini pemerintah telah merealisasikan GerakanPeningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional(GERNAS) m elalu i keg iatan perem ajaan,rehabilitasi, dan intensifikasi kakao selama kurunwaktu tahun 2009-2012. Upaya pengembangantersebut juga perlu ditunjang penyediaan fasilitasagribisnis meliputi informasi pasar, jaminan pasar,permodalan dan hubungan kemitraan dalampemasaran hasil. Berbagai kegiatan dan fasilitastersebut tidak terlepas dari keterlibatan pemerintahdan para pemangku kepentingan lain denganmemposisikan petani sebagai subjek pengembang-an kakao meskipun tingkat kepemilikan lahanmayoritas petani kakao hanya rata-rata 1,03/ha.Keberhasilan pengembangan komoditas kakaomelalui optimalisasi potensi wilayah dan sumberdaya lokal akan memberikan dampak positifterhadap kegiatan agribisnis kakao yang ber-dayasaing dan berkelanjutan. Pada akhirnya,komoditas kakao memiliki potensi besar sebagai
Luas areal perkebunan kakao (ha) seluruh Indonesia menurut pengusahaannya
Maluku & Papua
Sulawesi
Kalimantan
Bali & NusaTenggara
Jawa
Sumatera
5.021
8.086
0
53
9.433
20.576
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
500.000
550.000
600.000
650.000
700.000
750.000
800.000
850.000
900.000
950.000
1.000.000
101.877
44.388
70.652
57.658
348.994
993.38154
3.000
0
0
18.501
0
0
27.377
0
Perkebunan besar swasta Perkebunan besar negara Perkebunan rakyatSumber: Statistik Perkebunan Indonesia 2010-2012
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta27 <<
25 | 2 | Juni 2013
34.000
31.850
29.700
27.550
25.400
23.250
21.100
18.950
16.800
14.650
12.500
Pergerakan harga kakao bulanan pada Januari 2005–Mei 2013
Har
ga K
akao
per
kg
(Rp)
360,00
337,00
314,00
291,00
268,00
245,00
222,00
199,00
176,00
153,00
130,00
Harga Kakao per kg
(Cent U
SD)
Rp per kg Cent USD per kg
Bulan
Jumlah petani kakao (kepala keluarga) berdasarkan wilayah pengusahaannya
Maluku & Papua 88.082
50.000
Sulawesi
Kalimantan
Bali & Nusa Tenggara
Jawa
Sumatera
100.000
0 150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
500.000
550.000
600.000
650.000
700.000
750.000
800.000
Petani
41.656
140.412
149.278
354.747
792.621
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia 2010-2012
Sumber: Index Mundi dan ICCO, 2013
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta 25 | 2 | Juni 2013
>> 28
Proporsi produksi kakao negara produsen terbesar terhadap total produksikakao dunia tahun 2011/2012
Kamerun
Pantai Gading
Ghana
Nigeria
Brazil
Dominika
Ekuador
Indonesia
Malaysia
Papua Nugini
produk ekonomi sektor perkebunan yang mampumemperkuat posisi ekonomi dan mengangkat tarafhidup para petani.
Potensi ekonomi komoditas kakao umumnyaterletak pada harga dan peluang pasar. Ditinjaudari sisi harga, faktor inilah yang mampu menarikminat petani untuk menanam dan membudidayakankakao secara berkelanjutan. Dalam mengusahakansuatu komoditas, para petani menghendaki hargajual yang tinggi sebagai imbalan atas biaya produksiyang telah dikeluarkan. Perkembangan hargakakao di pasar domestik pada dasarnya akanmengikuti pergerakan harga yang terjadi di pasarinternasional. Kondisi tersebut dibuktikan secaravisual dengan melihat kecenderungan harga yangsaling berhimpitan antar kedua pasar.
Harga biji kakao pada bulan Januari 2005-Mei2013 cenderung bergerak naik, yang mana adakalanya harga biji kakao di pasar domestik lebihtinggi dibanding harga di pasar internasional.Petani biasanya akan memberikan respon terhadapperubahan harga dalam jangka pendek. Responharga ini yang akan mempengaruhi keputusan
petani dalam memproduksi komoditas kakao.Semakin tinggi harga kakao, maka gairah petaniuntuk meningkatkan produksinya juga semakinbesar. Harga kakao berjangka pada tanggal19 Juni 2013 untuk kontrak bulan Juli 2013 sebesarUSD 2.236/ton, bulan September 2013 USD 2.216/ton dan bulan Desember 2013 USD 2.225/ton.Harga kakao untuk kontrak bulan Juli 2013mengalami penurunan sekitar 1,02% dibanding harisebelumnya yang berkisar USD 2.259/ton.Sebaliknya, harga kakao berjangka untuk kontrakbulan September 2013 meningkat sekitar 0,27%dari USD 2.210/ton dan bulan Desember 2013meningkat sekitar 0,36% dari USD 2.217/ton. Hargakakao ini diperkirakan cukup stabil untuk beberapawaktu ke depan.
Kenaikan harga pada transaksi penjualan bijikakao memberikan kesempatan bagi petani untukmeningkatkan produksi dan mutu biji kakaonya.Peningkatan kualitas biji kakao pada saat hargamerambat naik akan sangat menguntungkan,karena harga yang diterima jauh lebih tinggi danpenerimaan yang diperoleh semakin besar. Makadari itu, petani sebaiknya meningkatkan mutu bijikakao agar memiliki daya saing di pasar dunia.
Sumber: ICCO Annual Reports 2010/2011 dan The World Cocoa Economy 2012
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta29 <<
25 | 2 | Juni 2013
Dari segi peluang pasar, Indonesia mempunyaikesempatan besar untuk memperluas pangsapasar kakao dunia dalam memenuhi permintaanpasar dan ketersediaan pasokan biji kakao dunia.Saat ini, kontribusi produksi kakao nasional terhadapproduksi kakao dunia tahun 2011/2012 tercatatsebesar 12,53%. Angka ini lebih tinggi dibanding-kan dengan proporsi produksi pada tahun 2010/2011, yaitu sekitar 10,21%.
Dalam perdagangan global, interaksi antaraproduksi, konsumsi, dan stok biji kakao duniasecara bersama-sama akan mempengaruhiperkembangan harga. Di samping itu, kondisiperekonomian dunia dan permintaan spekulasi jugatermasuk faktor yang mempengaruhi naik-turunnyaharga biji kakao. Dalam kurun waktu tiga belastahun terakhir, produksi dan konsumsi kakao duniacenderung naik dengan ketersediaan pasokan yangrelatif berfluktuasi.
Pada periode 2011/2012, produksi kakaosedikit menurun dibanding tahun 2010/2011 yangterjadi surplus produksi. Hal ini disebabkan oleh
penurunan produksi di Pantai Gading dan Ghanaakibat perubahan iklim yang tak menentu. Di sisilain, konsumsi kakao mengalami pertumbuhan meskitidak terlalu signifikan. Permintaan pasar kakaosebagian besar dari negara-negara di wilayahEropa dan Amerika. Peluang pasar di wilayah Asiajuga semakin terbuka dengan adanya permintaankakao dari Jepang dan Cina. Penurunan produksidi negara produsen utama kakao dan peningkatanpermintaan pasar kakao, dapat dimanfaatkanpetani untuk meningkatkan kapasitas produksi bijikakaonya. Petani yang dapat memanfaatkanpeluang tersebut akan memperoleh nilai tambah,sehingga pendapatan mereka pun juga semakinmeningkat.
Sementara itu, keadaan stok kakao duniaperiode 2010/11 mengalami surplus hingga333.000 ton dan berangsur menurun di tahun2011/12 menjadi 86.000 ton. Menurut data ICCO,ketersediaan pasokan kakao pada musim 2012/13diperkirakan mengalami defisit sampai dengan60.000 ton. Selain pengaruh perubahan iklim di
Volume produksi, konsumsi, dan stok biji kakao dunia (dalam ribuan ton)pada tahun 1999/00–2011/2012
Prod
uksi
/kon
sum
si k
akao
(dal
am r
ibua
n to
n)
4.400
4.085
3.770
3.455
3.140
2.825
2.510
2.195
1.880
1.565
1.250
1999
/0020
00/01
2001
/0220
02/03
2003
/0420
04/05
2005
/0620
06/07
2007
/0820
08/09
2009
/1020
10/11
2011
/12
Tahun
Stok Produksi Konsumsi
Stok kakao(dalam
ribuan ton)
1.920
1.810
1.700
1.590
1.480
1.370
1.260
1.150
1.040
930
820
Sumber: ICCO Annual Reports dan The World Cocoa Economy: Past and Present
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta 25 | 2 | Juni 2013
>> 30
PenutupKomoditas kakao memiliki potensi ekonomi yang cukup besar untuk memperbaiki kesejahteraan
hidup para petani. Karakteristik dari komoditas ini yang dapat merangsang minat petani untukmembudidayakannya adalah harga. Adanya jaminan terhadap harga dan didukung kepastian pemasaranhasil, akan menjadikan komoditas kakao semakin dilirik untuk dikembangkan.
Fenomena penurunan produksi, peningkatan permintaan pasar dan dibarengi dengan stokkakao yang semakin menurun, memberikan peluang bagi Indonesia untuk menaikkan produksikakao dalam memenuhi permintaan domestik dan permintaan ekspor. Hal ini akan membawa peningkatanpendapatan negara dan membuka kesempatan kerja di sektor perkebunan. Selanjutnya, keadaan tersebutdiharapkan dapat memberikan keuntungan bagi petani secara langsung dari segi pendapatan rumahtangga.
Afrika Barat, krisis politik yang terjadi di PantaiGading juga merupakan salah satu penyebab defisitstok kakao dunia. Faktor utama yang berpengaruhpada harga kakao saat ini, diperkirakan berasal darikondisi pengembangan kakao di Afrika Barat.Apabila produksi kakao lebih tinggi dari konsumsinyadengan stok kakao yang menumpuk, maka harga
kakao akan menurun. Sebaliknya, konsumsi bijikakao yang lebih tinggi dari produksi dan stok kakaoyang relatif rendah, maka akan terjadi kenaikanharga. Namun, harga kakao di pasar komoditasternyata lebih responsif terhadap isu-isu per-ekonomian global dibandingkan dengan kondisipermintaan dan penawaran kakao dunia.
Stok kakao dunia pada tahun 1999/00–2011/12
Surp
lus/
Dev
isit
(dal
am r
ibua
n to
n)
TahunSurplus Devisit
375300225150
75
0-75
-150-225
-300-375
1999
/0020
00/01
2001
/0220
02/03
2003
/0420
04/05
2005
/0620
06/07
2007
/0820
08/09
2009
/1020
10/11
2011
/12
96 80
287248
19
-29
-220
-38-75
-138
333
86
-279
Sumber: ICCO Annual Reports dan The World Cocoa Economy: Past and Present