postterrm riska
Transcript of postterrm riska
Kehamilan Postterm
BAB I
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Anamnesis dilakukan pada tanggal 5 September 2012 pada pukul 14.15 WIB. Di ruang IGD
Kebidanan RSUP Persahabatan Jakarta.
Nama : Ny. A
Usia : 40 tahun
Alamat : Kp.Padaengan, Kec. Cakung, Jakarta Timur
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
No. RM : 202.11.69
Masuk RSP : 05/09/2012
Keluhan Utama
Pasien belum merasa mules – mules (belum ada tanda-tanda persalinan), pasien rujukan dari
PKM cakung a/i G4P3Ao hamil 42 minggu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengaku hamil 9 bulan. HPHT 13 november 2011. Usia kehamilan 42 minggu. TP :
20 agustus 2012. ANC di PKM cakung, teratur dan tidak pernah melakukan USG (-). Selama
hamil pasien tidak ada keluhan, mules mules (-), keluar air-air (-), lendir darah (-), demam (-),
tekanan darah tinggi selama hamil (-), gerak janin aktif (+)
Riwayat Penyakit Dahulu
Diabetes melitus, penyakit jantung, hipertensi, asma, dan alergi obat disangkal
Riwayat Penyakit keluarga
Diabetes melitus, penyakit jantung, hipertensi, asma, dan alergi obat disangkal
Riwayat Menstruasi
Menarche pada saat usia 13 tahun, haid teratur tiap bulan, siklus 28 hari, lama haid 7 hari,
ganti pembalut 3x sehari, nyeri haid (-)
1
Kehamilan Postterm
Riwayat Pernikahan
Merupakan pernikahan pertama baik pasien dan suaminya, menikah saat usia 19 tahun
sedangkan suami usia 24 tahun.
Riwayat Obstetrik
G4P2A0 : 1. anak 19 tahun, perempuan, BL 3700 gr, sehat, lahir di bidan.
2. anak 16 tahun, perempuan, BL 3500 gr, sehat, lahir di bidan.
3. anak 12 tahun, laki-laki, BL 3800 gr, sehat, lahir di bidan.
4. hamil ini
Riwayat KB
KB suntik 3 bulan, tidak teratur.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
KU/KES : baik/Compos mentis
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 86 x/ menit
RR : 20 x/ menit
Suhu : 36,50 C
Status General
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Paru : Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung : BJ I-II normal, Murmur (-), Gallop (-)
Adomen : Membesar sesuai usia kehamilan
Ekstremitas : Akral hangat (+), Edema (-)
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Leopold :
Leopold I : Didapatkan bagian fundus teraba bagian yang lunak. Yang kemungkinan
adalah bokong
Leopold II : Didapatkan bagian yang luas dan datar di sebelah kiri yang berarti
punggung bayi berada di sebelah kiri
Leopold III : Dirasakan bagian yang keras disebelah bawah. Yang menandakan bayi
terletak pada presentasi kepala.
2
Kehamilan Postterm
Leopold IV : Didapatkan bahwa kepala sudah masuk ke pintu atas panggul 4/5
Status Obstetri
TFU 41 cm, presentasi kepala , punggung kiri, his (-), DJJ : 142 x dpm.
I : V/U tenang, perdarahan (-)
Io : portio livid, ostium tertutup, Fl (-), Flx (-) valsava test (-)
VT : portio kenyal, posterior, t= 2 cm, O= 1 cm , kepala Hodge I
USG : JPKTH; BPD 97.1 / HC 32.36 / AC 37.91 /FL 74.4/ TBJ 4206 gr/ ICA 11.56;
plasenta di fundus
Diagnosis : G4P3A0 Hamil 42 minggu, JPKTH, belum inpartu (PS 2), Makrosomia
Penatalaksanaan
Rdx/ : - Observasi tanda-tanda vital, kontraksi, DJJ /jam
- Cek darah perifer lengkap, urin lengkap, gula darah sewaktu, BT/CT
- Observasi tanda-tanda inpartu
Rth/: - Rencana terminasi kehamilan praabdominam (SC CITO)
- Pro Steril
- Antisipasi HPP
05/09/2012 pukul 16.50
- Pasien masuk ruang operasi, terpasang infus RL + DC
- TD : 129/72 ; Nadi : 89
05/09/2012 pukul 17.00
- Dilakukan anestesi spinal
05/09/2012 pukul 17.10
- Operasi di mulai
- TD : 132/70 ; nadi : 86
05/09/2012 pukul 17.20
- Bayi lahir : perempuan, BL 4000 gr, PB : 51 cm, A/S 8/9, anus (+)
- Air ketuban janin cukup
05/09/2012 pukul 17.30
- Injeksi Ceftriaxon 2 gr
-
3
Kehamilan Postterm
05/09/2012 pukul 17.50
- Operasi selesai
- TD : 131/82 ; nadi : 92
- Perdarahan ± 300 cc; urine 150 cc
05/09/2012 pukul 18.00
- Pasien pindah ke recovey room pindah ke ruangan
Instruksi post operasi
- Observasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan (15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 1 jam berikutnya)
- Cek darah perifer lengkap post operasi
- Mobilisasi aktif
- Diet tinggi karbohidrat tinggi protein
- Higene V/P
- Motivasi ASI
- Ganti verban hari ke 3
- Medikamentosa : - ceftriaxone 1x 2 gr I.V
- profenid supp 3x1
- oksitosin 20 IU/ 500 cc RL/ 8 jam
- transamin 3x 500 ug I.V
- Rawat ruangan
06/09/2012 pukul 06.30
S : nyeri bekas luka operasi (+), mika-miki (-)
0 : KU/KES : baik/Compos mentis
TD : 110/70 ; N : 84x/ menit ; RR : 20x/menit ; S : afebris
Status generalis : mata : KA -/-; SI -/-
Paru : vesikuler +/+; rh -/-; wh -/-
Jantung : BJ I/II normal; murmur (-); gallop (-)
Ekstremitas : akral hangat
Status Obstetri : TFU : 2 jari bawah pusat; kontraksi baik
I v/u tenang; perdarahan (-)
Luka operasi tertutup kassa, kering
A : NH1 P4 post SC + TP a.i makrosomia
4
Kehamilan Postterm
P : rdx/ : - observasi tanda tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan
- DPL post operasi
Rth/: - mobilisasi aktif
- Diet tinggi karbohidrat tinggi protein
- Higiene V/P
- Motivasi ASI
- Ganti verban hari ke 3
- Medikamentosa : - coamoxyclav 3x 625 mg
-asam mefenamat 3x 500 mg
- nonemi 1x1 tab
5
Kehamilan Postterm
BAB II
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama
haid terakhir. Kehamilan aterm adalah usia kehamilan antara 38-42 minggu dan ini
merupakan periode terjadinya persalinan normal. Namun, sekitar 3,4 ± 14% atau rata-rata
10% kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih disebut kehamilan postterm. Di
samping itu sebanyak 10 % para ibu lupa akan tanggal haid terakhir di samping sukar
menentukan secara tepat saat ovulasi. Perhitungan usia kehamilan umumnya memakai rumus
Naegele, tetapi selain faktor di atas masih ada faktor siklus haid dan kesalahan perhitungan.
Sebaliknya Boyce mengatakan dapat terjadi kehamilan postterm yang tidak di ketahui akibat
masa proliferasi yang pendek.
Kehamilan postterm mempunyai pengaruh terhadap perkembangan janin sampai
kematian janin. Ada janin yang dalam masa kehamilan 42 minggu atau lebih berat badannya
meningkat terus, ada yang tidak bertambah, ada yang lahir dengan berat badan kurang dari
semestinya, atau meninggal dalam kandungan karena kekurangan zat makanan dan oksigen.
Kehamilan postterm mempunyai hubungan erat dengan mortalitas, morbiditas perinatal
ataupun makrosomia. Sementara itu, resiko bagi ibu dengan kehamilan postterm dapat berupa
perdarahan pasca persalinan ataupun tindakan obstetrik yang meningkat. Berbeda dengan
angka kematian ibu yang cenderung menurun, kematian perinatal tampaknya masih
menunjukkan angka yang cukup tinggi, sehingga pemahaman dan penatalaksanaan yang tepat
terhadap kehamilan postterm akan memberikan sumbangan besar dalam upaya menurunkan
angka kematian, terutama kematian perinatal. Resiko kematian perinatal pada kehamilan
postterm dapat menjadi 3 kali di bandingkan kehamilan aterm. Di samping itu ada pula
komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti : letak defleksi, posisi oksiput posterior,
distosia bahu dan perdarahan postpartum.1
BAB II
6
Kehamilan Postterm
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian Kehamilan Postterm
Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu,
kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extented pregnancy, postdate / post datisme
atau pasca maturitas adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu lengkap (294
hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan
siklus haid rata-rata 28 hari, pemeriksaan USG pada kehamilan 16 atau 18 minggu atau
keduanya lebih tepat dalam menentukan usia kehamilan. Kehamilan postterm/serotinus lebih
sering terjadi pada primigravida muda dan primigravida tua atau multiparitas. Sebagian
kehamilan serotinus akan menghasilkan keadaan neonatus dengan dismaturitas. Kematian
perinatalnya 2-3 kali lebih besar dari bayi yang cukup bulan.2
II.2. Insiden
Angka kejadian kehamilan postterm berkisar 4 sampai 14% dengan rata-rata sekitar 10
%. Terdapat kecenderungan beberapa ibu untuk mengalami kelahiran postterm berulang yang
mengesankan bahwa beberapa kehamilan postterm di tetapkan secara biologis. Dalam sebuah
analisis 27.677 kelahiran pada wanita Norwegia, insiden kelahiran postterm berturutan
meningkat dari 10 % menjadi 27% kalau kelahiran pertama adalah postterm dan menjadi
39% kalau sudah terjadi pelahiran postterm berturutan sebelumnya. Selain itu kehamilan
postterm juga dilaporkan berulang lintas generasi pada wanita, dimana bila ibu sudah
mengalami kehamilan postterm ketika melahirkan anak perempuannya, resiko untuk
kehamilan postterm pada anak perempuannya tersebut meningkat dua sampai tiga kali lipat.3
II.3. Etiologi
Penyebab pasti kehamilan postterm sampai saat ini belum kita ketahui. Diduga
penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada janin (anensefal,
kelenjar adrenal janin yang fungsinya kurang baik, kelainan pertumbuhan tulang
janin/osteogenesis imperfecta; atau kekurangan enzim sulfatase plasenta). Kelainan janin
tersebut antara lain anensephalus, hipoplasia, kelenjar supra renal janin, dan janin tidak
memiliki kelenjar hipofisa, kelainan pada plasenta yang berupa tali pusar pendek dan
kelainan letak kehamilan.
Beberapa faktor penyebab kehamilan postterm adalah sebagai berikut:
7
Kehamilan Postterm
Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.
Primigravida muda, primigravida tua atau pada multiparitas
Riwayat kehamilan postterm
Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab yang jarang
terjadi.
Faktor genetik juga dapat memainkan peran.
. Jumlah kehamilan atau persalinan sebelumnya dan usia juga ikut mempengaruhi
terjadinya kehamilan postterm. Bahkan, ras juga merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap kehamilan postterm. Data menunjukkan, ras kulit putih lebih sering
mengalami kehamilan postterm ketimbang yang berkulit hitam. Di samping itu faktor
obstetrik pun ikut berpengaruh. Umpamanya, pemeriksaan kehamilan yang terlambat atau
tidak adekuat (cukup), kehamilan sebelumnya yang postterm, perdarahan pada trisemester
pertama kehamilan, dan cacat bawaan janin.4,5
II.4. Patofisiologi
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya
kehamilan postterm belum jelas. Beberapa teori yang di ajukan pada umumnya
menyatakan bahwa terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap
timbulnya persalinan. Beberapa teori di ajukan antara lain sebagai berikut :4
1. Teori progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan di percaya merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada
persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa
penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih
berlangsungnya pengaruh progesteron.
2. Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi
kesan atau di percaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting
dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil
yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab
kehamilan postterm.
3. Teori Kortisol/ACTH janin
8
Kehamilan Postterm
Dalam teori ini di ajukan bahwa sebagai ‘pemberi tanda´ untuk di mulainya persalinan
adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin.
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang
dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya
produksi protasglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia
adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan
kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung
lewat bulan.
4. Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan
kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti
pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya
diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm.
5. Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan
postterm mempunyai kecendrungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan
berikutnya.Mogren (1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana
seorang ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka
besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan postterm.
Penyebab kehamilan serotinus atau postterm merupakan kombinasi dari faktor ibu dan anak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan serotinus yaitu :3
1. Faktor potensial : adanya defisiensi hormon adrenokortikotropik (ACTH). Pada fetus
atau defisiensi enzim vulvatase plasenta. kelainan system syaraf pusat pada janin
sangat berperan, misalnya pada keadaan anensefal. Semua faktor yang mengganggu
mulainya persalinan baik faktor ibu, plasenta, maupun anak. Kehamilan terlama
adalah 1 tahun 24 hari yang terjadi pada bayi dengan anensefal kalsium plasenta
meningkat sesuai dengan progresivitas degenerasi plasenta. Namun, beberapa vili
mungkin mengalami degenerasi tanpa mengalami kalsifikasi.
2. Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang. Keadaan ini
dapat menurunkan mekanisme transpor plasenta.
3. Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan fibrinoid,
fibrosis, thrombosis intervili, dan infark vili.
9
Kehamilan Postterm
4. Perubahan biokimia. Adanya insufisiensi plasenta menyebabkan protein plasenta dan
kadar DNA di bawah normal, sedangkan konsentrasi RNA meningkat. Transport
kalsium tidak terganggu, aliran natrium, kalium, dan glukosa menurun. Pengangkutan
bahan dengan berat molekul tinggi seperti asam amino, lemak, dan gama globulin
biasanya mengalami gangguan sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan
janin intrauterine.
II.5. Tanda-tanda bayi postterm
1. Biasanya lebih berat dari bayi aterm
2. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi aterm.
3. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang.
4. Verniks kaseosa di badan kurang .
5. Kuku panjang.
6. Rambut kepala agak tebal
7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.6
II.6. Resiko
Risiko kehamilan postterm antara lain adalah gangguan pertumbuhan janin, gawat
janin, sampai kematian janin dalam rahim. Resiko gawat janin dapat terjadi 3 kali dari pada
kehamilan aterm. Kulit janin akan menjadi keriput, lemak di bawah kulit menipis bahkan
sampai hilang, lama-lama kulit janin dapat mengelupas dan mengering seperti kertas
perkamen. Rambut dan kuku memanjang dan cairan ketuban berkurang sampai habis. Akibat
kekurangan oksigen akan terjadi gawat janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam
rahim yang akan mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat. Pada saat janin lahir dapat
terjadi aspirasi mekonium (cairan terisap ke dalam saluran napas) air ketuban yang dapat
menimbulkan kumpulan gejala MAS (meconeum aspiration syndrome). Keadaan ini dapat
menyebabkan kematian janin. Komplikasi yang dapat mungkin terjadi pada bayi ialah suhu
yang tidak stabil, hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan neurologik. Kehamilan lewat bulan
dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antaralain distosia karena aksi uterus tidak
10
Kehamilan Postterm
terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage) kepala kurang. Sehingga sering dijumpai
partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.4
Pengaruh janin
Pengaruh kehamilan postterm terhadap terhadap janin sampai saat ini masih
di perdebatkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa kehamilan postterm menambah
bahaya pada janin, sedangkan beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa bahaya
kehamilan postterm terhadap janin terlalu di lebihkan. Kiranya kebenaran terletak di antara
keduanya. Fungsi plasenta mencapai puncak pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai
menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat di buktikan dengan penurunan
kadar estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan
peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali. Akibat dari proses penuaan
plasenta, pemasokan makanan dan oksigen akan menurun di samping adanya spasme
arterispiralis. Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang dengan 50% menjadi hanya
250ml/menit. Beberapa pengaruh kehamilan postterm terhadap janin antara lain
sebagai berikut:
1. Berat janin
Bila terjadi perubahan anatomi yang besar pada plasenta, maka terjadi penurunan berat
janin. Dari penelitian Vorherr tampak bahwa sesudah umur kehamilan 36 minggu grafik rata-
rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu.
Namun,seringkali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin
bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Zwn dererdling menyatakan
bahwa rata-rata berat janin lebih dari 3.600 gram sebesar 44,5% pada kehamilan postterm,
sedangkan pada kehamilan genap bulan sebesar 30,6%. Resiko persalinan bayi dengan berat
lebih dari 4.000 gram pada kehamilan postterm meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan
term.
2. Sindroma postmaturitas
Dapat di kenali pada neonatus dengan ditemukannya beberapa tanda seperti gangguan
pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas (hilangnya lemak subkutan), kuku
tangan dan kaki panjang, tukang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan
lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha dan genital luar, warna coklat kehijauan
atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, muka tampak menderita, dan rambut kepala banyak
atau tebal. Tidak seluruh neonatus kehamilan postterm menunjukkan tanda postmaturitas
11
Kehamilan Postterm
tergantung fungsi plasenta. Umumnya didapat sekitar 12-20% neonatus dengan
tanda postmaturitas pada kehamilan postterm.
3. Gawat janin atau kematian perinatal
Menunjukkan angka meningkat setelah kehamilan 42 minggu atau lebih, sebagian besar
terjadi intrapartum. Umumnya di sebabkan oleh :
- Makrosomia yang dapat menyebabkan terjadinya distosia pada persalinan, fraktur
klavikula, palsi Erb-Duchene, sampai kematian bayi.
- Insufisiensi plasenta yang berakibat :
- pertumbuhan janin terhambat-oligohidramnion: terjadi kompresi tali pusat, keluar
mekonium yang kental, perubahan abnormal jantung janin.
- keluarnya mekonium yang berakibat dapat terjadi aspirasi mekonium pada janin.
- cacat bawaan : terutama akibat hipoplasia adrenal dan anensefalus.
Kematian janin akibat kehamilan postterm terjadi pada 30% sebelum persalinan, 55 % dalam
persalinan dan 15 % pascanatal. Komplikasi yang dapat di alami oleh bayi baru lahir ialah
suhu yang tak stabil, hipoglikemi, polisitemi, dan kelainan neurologi.
Pengaruh pada ibu
1. Morbiditas/mortalitas ibu : dapat meningkat sebagai akibat dari makrosomia janin
dantulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadi distosia
persalinan, incoordinate uterine action, partus lama, meningkatkan tindakan
obstetri dan persalinan traumatis/perdarahan postpartum akibat bayi besar.
2. Aspek emosi : ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus
berlangsung akibat melewati taksiran persalinan.
3. Aspek mediko legal
4. Dapat terjadi sengketa atau masalah dalam kedudukannya sebagai seorang ayah
sehubungan dengan umur kehamilan.
II.7. Diagnosis
Diagnosis kehamilan postterm biasanya dari perhitungan rumus Naegele setelah
mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ada keraguan, maka pengukuran
tinggi fundus uterus serial dengan sentimeter akan memberikan informasi mengenai usia
gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan ialah air ketuban yang berkurang
dan gerakan janin yang jarang.
12
Kehamilan Postterm
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis kehamilan postterm,
antara lain:
HPHT jelas
Dirasakan gerakan janin pada umur kehamilan 16-18 minggu.
Terdengar denyut jantung janin (normal 10-12 minggu dengan Doppler, dan 19-20
minggu dengan fetoskop)
Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pada umur kehamilan kurang
dari atau sama dengan 20 minggu.
Tes kehamilan (urin) sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid. 6
Bila telah dilakukan pemeriksaan USG serial terutama sejak trimester pertama, maka
hampir dapat dipastikan usia kehamilan. Sebaliknya pemeriksaan yang sesaat setelah
trimester III sukar untuk memastikan usia kehamilan. Diagnosis juga dapat dilakukan dengan
penilaian biometric janin pada trimester I kehamilan dengan USG. Penyimpangan pada tes
biometri kini hanya lebih atau kurang satu minggu. Pemeriksaan sitologi vagina (indeks
kariopiknotik >20%) mempunyai sensitifitas 75% dan tes tanpa tekanan dengan KTG
mempunyai spesifisitas 100% dalam menentukan adanya disfungsi janin plasenta atau
postterm. Kematangan serviks tidak bias dipakai untuk menentukan usia kehamilan.3
Tanda kehamilan lewat waktu yang dijumpai pada bayi dibagi atas tiga Stadium:
- Stadium I. Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi. Berupa kulit
kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
- Stadium II. Gejala stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.
- Stadium III. Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.3
Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan
keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan. Penentuan
keadaan janin dapat dilakukan:
1. Tes tanpa tekanan (non stress test). Bila memperoleh hasil reaktif maka dilanjutkan
dengan tes tekanan oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8%
menunjukkan kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang
positif, meskipun sensitifitas relative rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan
dengan keadaan postmatur.
2. Gerakan janin. Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7
kali/ 20menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/ 20
menit), dapat juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara
13
Kehamilan Postterm
kualitatif dengan USG (normal >1 cm/bidang) memberikan gambaran banyaknya air
ketuban, bila ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan
lewat waktu.
3. Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan
janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan
mengalami resiko 33% asfiksia.4
II.8. Penatalaksanaan
Prinsip dari tatalaksana kehamilan postterm ialah merencanakan pengakhiran/
terminasi kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan
kesejahteraan janin dan penilaian skor pelvik ( pelvic score=PS). Ada beberapa cara untuk
pengakhiran kehamilan, antara lain:
1. Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.
2. Induksi dengan oksitosin.
3. Bedah seksio sesaria.2
Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus memenuhi beberapa
syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran his, ukuran panggul normal,
tidak ada disproporsi sefalopelvik, janin presentasi kepala, serviks sudah matang (porsio
teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain itu, pengukuran pelvik juga harus
dilakukan sebelumnya.
Tabel pengukuran pelvis dapat dilihat dibawah ini:
Skor 0 1 2 3Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6Penurunan kepala dari Hodge III
-3 -2 -1.0 +1 +2
Konsistensi serviks Keras Sedang LunakPosisi serviks Posterior Searah sumbu jalan lahir anterior
- Bila nilai pelvis >8, maka induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.
- Bila PS >5, dapat dilakukan drip oksitosin.
- Bila PS <5, dapat dilakukan pematangan servik terlebih dahulu, kemudian lakukan
pengukuran PS lagi.
Tatalaksana yang biasa dilakukan ialah induksi dengan oksitosin 5 IU. Sebelum dilakukan
induksi, pasien dinilai terlebih dahulu kesejahteraan janinya dengan alat KTG, serta diukur
14
Kehamilan Postterm
skor pelvisnya. Jika keadaan janin baik dan skor pelvis >5, maka induksi persalinan dapat
dilakukan. Induksi persalinan dilakukan dengan oksitosin 5 IU dalam infus Dextrose 5%.
Tetesan infus dimulai dengan 8 tetes/menit, lalu dinaikkan tiap 30 menit sebanyak 4
tetes/menit hingga timbul his yang adekuat. Selama pemberian infus, kesejahteraan janin
tetap diperhatikan karena dikhawatirkan dapat timbul gawat janin. Setelah timbul his adekuat,
tetesan infus dipertahankan hingga persalinan. Namun, jika infus pertama habis dan his
adekuat belum muncul, dapat diberikan infus drip oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat
yang diharapkan tidak muncul, dapat dipertimbangkan terminasi dengan seksio sesaria. Pada
pelaksanaan, kehamilan yang telah melewati 40 minggu dan belum menunjukkan tanda-tanda
inpartu, biasanya langsung segera diterminasi agar resiko kehamilan dapat diminimalis. 6
II.9. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur,
minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali
pada trimester kedua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (diatas
28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali
sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 ± 8 bulan dan seminggu sekali
pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia
kehamilan,dan mencegah terjadinya kehamilan postterm yang berbahaya.
Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan
merupakan perhitungan yang lebih tepat. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari
pertama haid terakhir seorang (calon) ibu tersebut.6
BAB III
15
Kehamilan Postterm
PEMBAHASAN
Pasien Ny. A, 19 th. Datang ke RSP pada tanggal 5 September 2012 dengan rujukan dari
PKM cakung a/i G4P3Ao hamil 42 minggu 3 hari, belum ada tanda-tanda persalinan. Hal ini
ditandai belum adanya tanda-tanda inpartu pada pasien yaitu, kontraksi (-), keluar lendir
bercampur darah (-), ketuban pecah (-), dilatasi serviks (-). Pasien mengaku hamil 9 bulan.
HPHT 13 november 2011. Menurut teori Neagele didapatkan TP : 20 agustus 2012 dengan
usia kehamilan 42 minggu. ANC di PKM cakung, teratur dan tidak pernah melakukan USG
(-). Dari HPHT dan pemeriksaa USG yang dilakukan di IGD RSP menunjukkan kehamilan
postterm.
Pasien dengan riwayat obstetri G4P3A0 dengan usia pasien saat ini 40 tahun, pasien
digolongkan multiparitas, yang mana dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya kehamilan
postterm.
Prinsip dan tatalaksana kehamilan postterm adalah merencanakan pengakhiran kehamilan.
Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dan
penilaian skor pelvik ( pelvic score=PS).
Skor 0 1 2 3Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6Penurunan kepala dari Hodge III
-3 -2 -1.0 +1 +2
Konsistensi serviks Keras Sedang LunakPosisi serviks Posterior Searah sumbu jalan lahir anterior
Dari status obstetri dan pemeriksaan dalam ( VT : portio kenyal, posterior, t= 2 cm, O= -,
kepala Hodge I ), dilakukan pengukuran pelvis dengan menggunakan bishop skor di dapatkan
pelvis skor <5. Pada pemeriksaan tinggi fundus uteri didapatkan 41 cm . dari hasil TFU 41
cm dapat diperkirakan tuanya kehamilan dengan rumus : TFU dalam cm di bagi 3,5 cm =
tuanya kehamilan dalam bulan (41/3.5 = 11 bulan); memperkirakan perhitungan TBJ : (41-
13) x 155 = 4340 gr curiga makrosomia), untuk lebih memastikan dilakukan pemeriksaan
USG didapatkan JPKTH; BPD 97.1 / HC 32.36 / AC 37.91 /FL 74.4/ TBJ 4206 gr/ ICA
11.56; plasenta di fundus. Dari hasil taksiran TBJ berdasarkan perhitungan manual maupun
pemeriksaan USG di dapatkan TBJ ± 4206 gr, janin makrosomia. Maka untuk
penatalaksanaan nya di lakukan seksio sesarea, karena pada janin makrosomia persalinan
16
Kehamilan Postterm
pervaginam dapat menyebabkan distosia bahu. Bayi lahir : perempuan, BL 4000 gr, PB : 51
cm, A/S 8/9, anus (+), terdapat tanda dysmatury syndrome. Pasca operasi : observasi tanda-
tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan (15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1
jam berikutnya), cek darah perifer lengkap post operasi, mobilisasi aktif, diet tinggi
karbohidrat tinggi protein, higene V/P, motivasi ASI, ganti verban hari ke 3, medikamentosa :
(ceftriaxone 1x 2 gr I.V, profenid supp 3x1, oksitosin 20 IU/ 500 cc RL/ 8 jam, transamin 3x
500 ug I.V).
17
Kehamilan Postterm
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan postterm, kehamilan lewat
bulan, prolonged pregnancy, extented pregnancy, postdate/post datisme atau pasca
masturitasa dalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, di
hitung dari hari pertama haid terakhir. Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya
kehamilan postterm ini diantaranya tidak pasti mengetahui tanggal haid terakhir, terdapat
kelainan kongenital anensefalus, terdapat hipoflasi kelenjar adrenal.
Penyebab pasti kehamilan postterm sampai saat ini belum kita ketahui. Diduga penyebabnya
adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada janin (anenefal, kelenjar adrenal
janin yang fungsinya kurang baik, kelainan pertumbuhan tulang janin/osteogenesis
imperfecta; atau kekurangan enzim sulfatase plasenta).
Kehamilan postterm dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia karena aksi
uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage) kepala kurang. Sehingga
sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan
postpartum.
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur,
minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali
pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di
atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan
sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali
pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia
kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya
18
Kehamilan Postterm
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham,FG ,McDonald PC,Grant NF,Leveno KJ,Gilstraf III LC,Hankins
GDV,Clark SL.
2. Kehamilan lewat waktu, di unduh dari http://www.scribd.com/doc/60184239/Case-Obsgyn
3. Williams Obstetrics . Ed. 20: Prentice-Hall International Inc. USA. 579-605,1997.
4. Prawirohardjo,Sarwono.Ilmu Kebidanan. Ed. 3.1999.
5. Manuaba,Gde,Ida Bagus. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB.2001.
6. Kehamilan lewat waktu. Diunduh dari http://www.drdidispog.com/2008/07/kehamilan-lewat-waktu.html
19