Post Partum 1(Print )
description
Transcript of Post Partum 1(Print )
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POST PARTUM
1. Definisi
Post Partum adalah mulai setelah partus selesai, dan berakhir kira-kira 6
minggu, akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada
kehamilan dalam waktu tiga bulan (Sarwono Prawirohardjo, 2002, hal : 237).
Post Partum adalah dimulai setelah 24 jam anak lahir dan berakhir setelah
kira-kira enam minggu akan tetapi seluruh alat genetalia baru akan pulih kembali
seperti sebelum kehamilan dalam waktu tiga bulan (Dep. Kes RI, 2001).
Post Partum adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan, kembali seperti keadaan sebelum hamil masa nifas
berlangsung kira-kira enam minggu (Abdul Bari Saifuddin, 2002).
Post Partum adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
alat kandungan yang lamanya enam minggu (Obstetri Fisiologi, 1983, hal : 318).
Dari berbagai pengertian post partum diatas,maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa pengertian Post Partum yaitu masa setelah anak lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam
waktu 3 bulan.
2. Periode Post Partum
Menurut Mochtar, 1998, Post Partum terbagi 3 periode :
a. Post Partum Dini : Kepulihan dimana ibu boleh berdiri dan berjalan, dalam
agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Post Partum Intermedia : Kepulihan menyeluruh alat genital yang lama 6 – 8
minggu.
c. Remote Post Partum : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
biasanya lebih dari 8 minggu.
125
6
3. Fisiologi Post Partum
Perubahan – perubahan fisiologis pada masa ini yaitu :
a. Involusi Uterus
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, setelah
placenta lahir, tinggi fundus uteri + 2 jari dibawah pusat. Uterus menyerupai
suatu buah advokat gepeng berukuran panjang + 15 cm, lebar + 12 cm dan
tebal + 10 cm. Dinding Uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas
inflantasi placenta lebih tipis dari pada bagian lain. Pada hari ke-5 Post Partum
Uterus kurang lebih setinggi 7 cm atas simfisis atau pertengahan simfisis pusat,
sesudah 12 hari Uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis, setelah 6 minggu
tercapai lagi ukuran yang normal.
Setelah placenta lahir beratnya Uterus 1000 gr, seminggu kemudian + 500
gr, 2 minggu Post Partum 375 gr dan pada akhir puerperium 50 gr (normalnya
+ 30 gr).
Involusi terjadi, karena masing-masing sel menjadi lebih kecil karena
cytoplasmanya yang berlebihan dibuang.
b. Lochea
Pada bagian pertama masa nifas biasanya keluar cairan dari Vagina yang
dinamakan “lochea”. Lochea tidak lain dari pada sekret luka, yang beralat dari
luka dalam rahim terutama luka placenta. Maka sifat lochea berubah sekret luka
berubah menurut tingkat penyembuhan luka.
Lochea dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
1) Lochea rubra
Sesuai dengan namanya rubra yang berarti merah, karena masih banyak
mengandung darah dikeluarkan sampai 3 hari setelah melahirkan.
2) Lochea serosa
Ialah pengeluaran lochea pada hari ke 4 – 9 setelah persalinan, ini tidak
merah lagi tetapi menjadi lebih pucat dan berwarna kecoklatan
banyaknya kurang lebih dari lochea rubra.
126
3) Lochea alba
Ialah pengeluaran cairan dari uterus dari uterus seperti tersebut diatas
pada hari ke 10 – 15 atau lebih setelahmelahirkan, warna lochea ini putih
kekuningan. Banyaknya kurang lebih dari lochea serosa.
c. Perubahan pada servix dan Vagina
Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari,
pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam
persalinan. Pada akhir minggu perrtama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja dan
lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas canalis cervicallis. Pada
servix terbentuk sel-sel otot baru karena hyperplasi ini dan karena retraksi dari
servix, robekan servix menjadi sembuh.
Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium externum tidak serupa
dengan keadaannya sebelum hamil, pada umumnya ostium externum lebih
besar dan tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama
pada pinggir sampingnya. Oleh robekan kesamping ini terbentuk bibir depan
dan bibir belakang dari servix.
Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai
ukuran-ukurannya yang normal. Pada minggu ke-3 Post Partum rugae mulai
nampak kembali.
d. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap
lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan ( Primipara).
e. Traktus Urinarius
Buang air sering sulit, selama 24 jam pertama : kemungkinan terdapat
spasme spingter dan oedema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami
kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 minggu
jam sesudah melahirkan. Setelah placenta dilahirkan, kadar hormon estrogen
yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan
127
ini menyebabkan diuresis yang berdilatasi akan kembali normal alam sempai 6
minggu.
f. Laktasi Payudara
Masing-masing buah dada terdiri dari 15 – 24 lobi yang terletak radiair dan
terpisah satu sama lainnya oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobuli
yang terdiri pula dari acini-acini ini menghasilkan air susu. Tiap lobulus
mempunyai salurn halus untuk mengalirkan air susu. Saluran-saluran yang
halus itu bersatu menjadi satu saluran untuk tiap lobus. Saluran ini disebut
ductus lactiferosus yang memusat menuju keputing susu dimana masing-
masing bermuara mencapai maternitas yang penuh selama masa nifas kecuali
jika laktasi disuprasi, payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan
mula-mula lebih nyeri tekan sebagai rekasi terhadap perubahan status hormonal
serta dimulainya laktasi.
g. Sistem Gastroentestinal
Kerak kali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh
berkurang dan usus bagian bawah sering kosong. Rasa sakit didaerah perineum
dapat menghalangi keinginan kebelakang.
h. Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,
volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan
kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar pada
masa nifas namun kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada normal. Plasma
darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi
meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat
dan penekanan ambulasi dini.
i. Perubahan Psikologis
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal
menyebabkan ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap
128
faktor-faktor yang dalam keadaan normal mampu diatasinya. Disamping
perubahan hormonal cadangan fisiknya sering sudah terkuras oleh tuntutan
kehamilan serta persalinan, keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing
baginya, kecemasan akan bayi, suami dan anak-anak yang lain. Tubuhnya
mungkin pula tidak memberikan respon yang baik terhadap obat-obatan yang
asing baginya seperti preparat analgesik, narkotik yang diberikan pada
persalinan.
j. Perubahan Fisiologis
Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu badan, tetapi tidak
lebih dari 38o C. Bila terjadi peningkatan melebihi 38o C berturut-turut selama 2
hari kemungkinan terjadi infeksi.
Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya, akan menjadi keras karena
kontraksinya sehingga terdapat penutupan pembuluh darah. Kontraksi Uterus
yang diikuti his pengiring menimbulkan rasa nyeri disebut nyeri ikutan
terutama pada multipara. Masa puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa
lapisan endometrium dan sisa dari tempat implantasi plantasi placenta disebut
lochea (Ida Bagus Gde Manuaba, 1998).
4. Perawatan masa Post Partum
Menurut sastrawinata Sulaiman (1998 : 322) pengawasan kala IV meliputi:
- Pemeriksaan placenta, supaya tidak ada bagian–bagian
placenta yang tertinggal
- Pengawasan pendarahan dari vagina
- Pengawasan konsistensi rahim
- Pengawasan keadaan umum ibu
Kalau placenta ternyata tidak lengkap maka kavum uteri diperiksa dengan
tangan dan sisa placenta dikeluarkan. Kalau kontraksi rahim kurang baik dilakukan
masase dan diberi 10 U pitocin 0,2 mg methergin intramuscular. Kalau perlu
dilanjutkan dengan 0,2 methergin intravena dan pitocin infus ialah dengan
pemberian infus glucose 5% dalam 500 cc dimana telah dicampurkan 5 – 20 U
pitocin.
129
Kalau pasien tetap berdarah juga, sedangkan kontraksi rahim baik, maka harus
dilakukan pemeriksaan in speculo, karena pendarahan dengan uterus yang ders
biasanya disebabkan oleh luka – luka jalan lahir, terutama robekan servix.
Luka yang berdarah lalu dijahit kemudian dibersihkan dan diberi verban
dengan maksud supaya fundus uteri tidak naik sehingga kalau ada pendarahan
tampak keluar dari vagina, vulva besar ditutup dengan kain haid yang steril, kain
vulva mengabsorsi lochea, mencegah kontaminasi dari luar ke dalam, tetapi juga
dari dalam keluar. Setelah segala selesai maka penting sekali ibu mendapatkan
istirahat yang cukup, karena istirahat ini memulihkan kembali kekuatan fisik dan
mempercepat penyembuhan.
1) Early Ambulation
Ialah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.
Sekarang tidak dianggap perlu lagi menahan penderita terlentang di
tempat tidurnya selama 7 – 14 hari setelah melahirkan, penderita sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 12 – 24 jam post partum.
2) Diet
Diet harus sangat diperhatikan dalam post partum, makanan harus
bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan, makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur – sayuran dan buah – buahan.
3) Suhu
Suhu harus tetap diawasi dalam minggu pertama dari masa post partum
karena suhu mengindikasikan tanda pertama terjadinya infeksi.
4) Mictie
Hendaknya dapat dilakukan sendiri secepatnya dalam 6 jam post partum
kalau dalam 8 jam post partum belum dapat kencing atau sekali kencing
belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Sebab – sebab urine
stasis pada post partum adalah :
a) Tekanan intra abdominal berkurang.
b) Otot – otot perut masih lemah.
c) Adanya edema kandung kemih selama persalinan.
130
d) Dinding kandung kemih kurang sensitif.
5) Defekasi
Jika penderita pada hari ke – 3 belum juga buang air besar, maka dapat
diberi clysma air atau glycerine.
6) Payudara dan puting susu
a) Payudara
Perawatan payudara setelah melahirkan adalah segala usaha yang
dilakukan agar kondisi payudara baik demi mencapai keberhasilan
menyusui sebagai kelanjutan perawatan payudara pada masa kehamilan.
Tujuan dari perawatan payudara adalah memperbaiki sirkulasi darah,
mengencangkan otot penyangga payudara, memperlancar pengeluaran
colostrum dan ASI serta memelihara kebersihan payudara. Perawatan
payudara sebaiknya dilakukan sedini mungkin (1 – 2 hari setelah bayi
lahir). Dianjurkan sekali supaya menyusukan bayinya.
b) Puting Susu
Puting susu diperhatikan kebersihannya dan adanya luka pecah harus
segera diobati, karena kerusakan puting susu dapat meninbulkan mastitis,
air susu yang menjadi kering merupakan kerak dan dapat merangsang
kulit sehingga timbul oedema maka sebaiknya puting susu dibersihkan
dengan air yang di masak tiap kali sebelum dan sesudah menyusukan
bayinya.
7) Datangnya haid kembali
Ibu yang tidak menyusukan anaknya, maka datangnya haid akan lebih
cepat dairi ibu yang menyusukan anaknya. Pada ibu pertama haid datang 8
minggu setelah persalinan. Pada ibu golongan kedua haid seringkali tidak
datang selama ia menyusui anaknya, tetapi kebanyakan haid kembali datang
bulan ke – 4.
8) Follow Up
Enam minggu sesudah persalinan ibu hendaknya memeriksakan diri
kembali, keadaan umum yang meliputi tekanan darah, air kencing, keadaan
131
dinding perut dan buah dada diperiksa dan kemudian dilakukan pemeriksaan
dalam jika terdapat kelainan segera di obati.
9) Keluarga Berencana
Masa post partum merupakan saat yang paling baikuntuk menawarkan
kontrasepsi. Adapun pilihan yang dapat digunakan adalah pil, injeksi,
implant, IUD atau sterilisasi.
5. Komplikasi Ibu Post Partum
Masa nifas normal jika involusi Uterus, pengeluaran lochea, pengeluaran ASI
dan perubahan sistem tubuh, termasuk keadaan psikologis normal.
a. Keadaan gawat darurat pada ibu seperti perdarahan, kejang dan panas
b. Adanya penyakit atau masalah ibu yang memerlukan rujukan seperti abses
payudara.
c. Terjadi infeksi, distensi kandung kemih, haemoriod dan konstipasi.
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis (Susan Martin Tucker, 1998, hal. 870)
1) Pengkajian pasca partum dengan tanda vital.
2) Periksa neurologis dan dermasom spinal dengan tanda vital
bila anestesia regional didapatkan.
3) Cairan IV.
4) Oksitoksik sesuai indikasi.
5) Obat nyeri pelunak feses, anti flatulen sesuai indikasi.
6) Pengikat payudara bila diindikasikan.
7) Obat penekan laktasi.
8) Kantung es untuk perineum sesuai indikasi.
9) Anestesi topikal untuk episiotomi.
10) Salep anastesik untuk hemoroid.
11) Kateter foley bila diindikasikan.
12) Tes laboratorium sesuai indikasi.
132
13) Diet regular sesuai toleransi : anjurkan cairan dan endapan per
oral.
14) Masukan dan keluaran.
15) Globulin anti Ph sesuai indikasi.
16) Vaksin rubela sesuai indikasi.
b. Penatalaksanaan Perawatan (Buku Saku Bidan, 2001)
1) Ambulasi / tirah baring.
2) Diet.
3) Perawatan perineum.
4) Berkemih / pemakaian kateter.
5) Obat anti nyeri.
6) Laksatif.
7) Berikan suplemen vitamin, besi atau keduanya jika
dindikasikan.
8) Lakukan perawatan payudara.
9) Rancangan pemakaian kontrasepsi.
7. Diagnosa Keperawatan
Menurut Marilynn E. Doenges, 2001.
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis selama / pembesaran
jaringan atau distensi efek-efek hormonal.
b. Menyusui tidak efektif yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan
pengalaman sebelumnya, struktur/karakteristik fisik payudara ibu.
c. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan anemia.
d. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan edema jaringan.
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
penurunan masukan/penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan.
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, kurang pengetahuan
nyeri perineal / rektal.
g. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan
kurang dukungan orang terdekat, harapan tidak realistis untuk diri sendiri,
133
bayi, pasangan tidak terpenuhi kebutuhan maturasi sosial/emosional dari
klien/pasangan.
h. Perubahan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis
( gembira, ansietas, girang) nyeri.
i. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurangnya informasi yang diperoleh.
Sedangkan diagnosa keperawatan menurut Susan Martin Tucker (1998 : 871)
adalah :
a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif
berkenaan dengan hemoragi aktif pasca partum.
b. Nyeri yang berhubungan dengan episiotomi atau ketidaknyamanan payudara.
c. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan trauma jaringan,
kerusakan kulit, penurunan Hb, ruptur ketubun lama, malnutrisi.
d. Resiko terhadap perubahan peran orang tua berhubungan dengan transisi
pada masa menjadi orang dan perubahan peran.
e. Resiko terhadap retensi perkemihan yang berhubungan dengan trauma edema
berlanjut berkenaan dengan proses kelahiran.
f. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan pasca partum.
Dari dua pendapat diatas maka keperawatan yang mungkin muncul secara
teoritis pada klien dengan Post Partum, maka dapat digabungkan diagnosa yang
mungkin muncul sebagai berikut :
a. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran
jaringan atau distensi, efek hormonal, episiotomi, ketidak nyamanan
payudara.
b. Menyusui tidak efektif yang berhubungan dengan tingkat
pengetahuan pengalaman sebelumnya, struktur/karakteristik fisik payudara
ibu.
c. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan efek anastesi, anemia.
134
d. Perubahan eliminasi urine berhubungan edeme jaringan.
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
penurunan masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan
berlebihan.
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, kurang
pengetahuan nyeri perineal /rektal.
g. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan ,
kerusakan kulit, penurunan Hb, ruptur krtuban lama, malnutrisi.
h. Resiko terhadap perubahan menjadi orang tua berhubung dengan
kurang dukungan orang terdekat, harapan tidak realistis untuk diri sendiri,
bayi, pasangan tidak terpenuhi kebutuhan maturasi sosial/emosional dari
klien/pasangan.
i. Resiko terhadap retensi perkemihan berhubungan dengan trauma
edema berlanjut berkenaan dengan proses kelahiran.
j. Perubahan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan respon
hormonal dan psikologis (girang,ansietas,gembira),nyeri.
k. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi.
135
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri akut berhubungan
dengan trauma mekanis
edema / pembesaran jaringan
atau distensi efek-efek
hormonal.
DS:
- Klien mengatakan nyeri
pada jalan lahir.
DO:
- Klien tampak meringis.
- Klien tampak berhati-hati
ketika ingin bergerak.
Tujuan :
- Nyeri berkurang atau
hilang.
Kriteria Hasil :
- Ekspresi wajah klien
tampak tenang.
1. Kaji tingkat dan rasa nyeri klien.
2. Infeksi perbaikan perineum
episiotomi, perhatikan edema,
perlekatan jahitan.
3. Berikan kompres pada perineum.
4. Kaji nyeri tekan Uterus tentukan
adanya atterpain dan faktor-faktor
pemberat.
5. anjurkan klien berbaring telungkung
dengan bantal dibawah abdomen dan
ia melakukan tehnik pengalihan.
6. Berikan analgesik 30 – 60 menit
sebelum menyusui atau berikan
analgesik setiap 3 – 4 jam selama
1. Untuk mengetahui
sejauh mana nyeri yang dirasakan klien.
2. Dapat merumuskan
terutama berlebihan pada jaringan
perineal terjadi komplikasi yang
memerlukan evaluasi / intervensi
selanjutnya.
3. Untuk meningkatkan
vaso kontriksi dan mengurangi edema
vasodilatasi.
4. Kontraksi Uterus kuat
dan reguler dan ini berlanjut selama 2-3
hari selanjutnya. Meskipun frekuensi dan
intensitrasnya berkurang, faktor-faktor
yang memperberat afterpain over
distensi Uterus, menyusui.
5. Meningkatkan
kenyamanan, meningkatkan rasa
kontrol dan kembali memfokuskan
perhatian.
136
2 Menyusui tidak efektif yang
berhubungan dengan tingkat
pengetahuan pengalaman
sebelumnya, struktur /
karakteristik fisik payudara ibu.
DS:
- Ibu mengeluh nyeri pada
kedua payudara.
- Ibu mengeluh bayinya
menolak disusui, karena
ASI tidak ada.
- Ibu sering bertanya
bagaimana cara merawat
payudara dan bagaimana
cara meneteki yang baik.
DO:
- Tampak kedua payudara
tegang dan keras.
- Bayi menolak untuk disusui
Tujuan :
- Pola menyusui kembali
efektif.
Kriteria Hasil :
- Klien mampu
mengungkapkan
pemahaman tentang
proses menyusui dan
dapat menyusui secara
efektif.
- Klien mampu
mendemosntrasikan
teknik efektif dari
menyusui.
pembesaran payudara sesuai indikasi.
1. Kaji pengetahuan dan pengalaman
klien tentang menyusui sebelumnya.
2. Berikan informasi mengenai fisiologi
dan keuntungan menyusui, perawatan
puting susu, payudara dan kebutuhan
diet khusus.
3. Demonstrasi dan tinjau ulang posisi
bayi selama menyusui.
4. Instruksikan klien menghindari
penggunaan sabun dan mengganti bra
bila basah atau lembab.
6. Memberikan
kenyamanan dan menghilangkan rasa
nyeri.
1. Membantu dalam mengidentifikasi
kebutuhan saat ini dan mengembangkan
rencana keperawatan.
2. Membantu mencegah terjadinya puting
susu pecah dan luka memberikan
kenyamanan dan membuat peran ibu
menyusui semakin jelas.
3. Posisi yang tepat biasa mencegah luka
puting tanpa memperhatikan lamanya
bayi menyusui.
4. Sabun dapat menyebabkan puting susu
kering, mempertahankan puting dalam
137
3.
karena ASI belum ada.
Resiko terhadap cidera
berhubungan dengan anemia.
DS: -
DO:
- Ibu tampak lemas.
- Ibu tampak pucat.
- HB<10 mg/dl.
Tujuan :
- Anemia tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
- Hemoglobin normal 10 –
12 /TD normal 120/80
mmHg.
1. Catat tanda-tanda anemia (misalnya
kelelahan, pusing, pucat).
2. Anjurkan ambulasi dan latihan diri
yang mungkin tetap berbaring selama
6 – 8 jam tanpa menggunakan bantal.
3. Bantu klien dalam ambulasi awal.
4. Biarkan klien duduk dilantai atau
kursi dengan kepala diantara kaki atau
berbaring pada posisi datar bila ia
merasa pusing.
media lembab, meningkatkan
pertumbuhan bakteri dan kerusakan
kulit.
1. Anemia atau kehilangan darah klien
karena ketidak adekuatan pengiriman
oksigen ke otak.
2. Meningkatkan sirkulasi dan aliran balik
vena extremitas bawah.
3. Agar klien mampu merubah posisi
miring, telentang, dukung dan berdiri
dari awal ambulasi.
4. Membantu mempertahankan atau
meningkatkan sirkulasi dan pengiriman
oksigen ke otak.
138
4 Resiko tinggi kekurangan
volume cairan yang
berhubungan dengan
penurunan masukan /
penggantian adekuat,
kehilangan cairan berlebihan.
Ditandai dengan :
DS: -
DO:
- Ibu kehilangan darah >
500 cc.
- HB < 10.
Tujuan :
- Volume cairan tubuh
terpenuhi.
Kriteria Hasil :
- Masukan dan haluaran
klien seimbang.
- Hb dan Ht dalam
keadaan normal.
1. Catat kehilangan cairan pada waktu
kelahiran, tinjau ulang intrapartal.
2. Pantau dan observasi nadi klien.
3. Observasi tekanan darah sesuai
indikasi.
4. Evaluasi masihan cairan dan haluaran
urine selama diberikan infus sampai
pola berkemih normal terjadi.
1. Kehilangan darah berlebihan pada
waktu kelahiran yang berlanjut pada
periode pasca partum dapat diakibatkan
dari persalinan yang lama, stimulasi
oksitoksin, tertahannya jaringan, atau
anastesi umum.
2. Takikardi dapat terjadi,
memaksimalkan cairan, pada kejadian
dehidrasi.
3. Penurunan TD mungkin tanda lanjut
dari kehilangan cairan berlebihan.
4. Membantu menganalisa keseimbangan
139
cairan dan derajat kekurangan.
140
8. Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal, pelaksanaan
adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahan perencanaan (Nasrul Effendy, 1995).
9. Evaluasi
Tahap persalinan atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
Dischart Planning
1. Cara memandikan bayi dengan air hangat (37 -38 ° celsius)
a. Membersihkan mata dari dalam ke luar
b. Membersihkan kepala bayi (bayi masih berpakaian lalu keringkan)
c. Buka pakaian bayi, beri sabun dan celupkan ke dalam air.
2. Perawatan tali pusat / umbilikus
a. Bersihkan dengan alkohol lalu kompres betadin
b. Tali pusat akan tanggal pada hari 7 – 10
3. Mengganti popok dan pakaian bayi
4. Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak dengan
sesuatu yang baru
5. Cara-cara mengukur suhu
6. Memberi minum
7. Pola eliminasi
8. Perawatan sirkumsisi
9. Imunisasi
140
10. Tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya :
a. Letargi ( bayi sulit dibangunkan )
b. Demam ( suhu > 37 ° celsius)
c. Muntah (sebagian besar atau seluruh makanan sebanyak 2 x)
d. Diare ( lebih dari 3 x)
e. Tidak ada nafsu makan.
Rencana pemulangan ditujukan pada : IBU
Dalam rencana pemulangan yang perlu dianjurkan antara lain :
1. Pernapasan dada
2. Bentuk tubuh, lumbal,dan fungsi otot-otot panggul
3. Latihan panggul, evaluasi, gambaran dan ukuran yang menyenangkan
4. Latihan penguatan otot perut
5. Posisi nyaman untuk istirahat
6. Permudahan gerakan badan dari berdiri ke jalan
7. Tehnik relaksasi
8. Pencegahan; jangan mengangkat berat, melakukan sit up secara berlebihan.
141
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E, Moerhouse, M F, Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi Dua,
Jakarta : EGC, 2001
Farrer, Helen, Perawatan Maternitas Edisi Dua, Jakarta: EGC, 1999
Nasrul Effendy, Pengantar Proses Keperawatan , Jakarta : EGC, 1995
Saifuddin, A.B. Wichn Jasastro, G.H.Affandi, Biran.Waspodo, Djoko, Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Edisi Satu, Jakarta :
YBPSP, 2004
Saifuddin, A.B.Rachim Hadhi, Triatjo, Ilmu Kebidanan Edisi Tiga, Jakarta : YBP, 2002
Sarwono Prawiroaharjdo, Standar Praktek Keperawatan Kesehatan : Jakarta, 1999
Sastra Winata, Sulaiman, Obsetri Fisiologi Dan Ginokologi, Bandung: FKUPB, 1983
Subekti, N.B, Perawatan Dalam Kelahiran Normal, Jakarta : EGC 2003
Tucker, S.M. Canabbio. M.M, Paauette, E.V, Wells. M.F, Standar Perawatan Pasien,
Edisi 5, EGC, 1998
http://bepositivenurse.blogspot.com/2011/12/rencana-pemulangan-post-
partum.html#ixzz2pxrYD68E
142