Portofolio Trie Marnita Purba

14
TRIE MARNITA PURBA@Trienita

Transcript of Portofolio Trie Marnita Purba

Page 1: Portofolio Trie Marnita Purba

“TRIE

MARNITA

PURBA”

@Trienita

Page 2: Portofolio Trie Marnita Purba

Hello!! Nama saya Trie Marnita Purba, saya berumur 22 tahun.

Saya lulusan dari Universitas Bunda Mulia, Ilmu Komunikasi-

Broadcast. So, Let’s try to knowing me...

I’m a little bit active on my social media as:

Trie Marnita Purba Trie Marnita Purba

@TrieNita Trie Marnita Purba

@triemarnita trienita.tumblr.com

Trie Marnita Purba hanyacoretanhitam.blogspot.com

@trienita

Page 3: Portofolio Trie Marnita Purba

My Project...

“Pelangi di Ibu Kota” merupakan sebuah dokumenter yang berisi tentang berbagai sudut pandang mengenai LGBT dari berbagai pihak, seperti pihak LGBT, pemerintah, psikolog, dan agamawan. Dokumenter ini bersifat netral, namun menunjukkan sisi berbagai pihak yang setiap aspirasinya ingin didengar. (https://youtu.be/ppZpVIaURO4)

Siapa yang tidak mau keinginannya untuk berwisata keliling indonesia dikabulkan? “Trip Come True” merupakan sebuah reality show yang dibuat sebagai tugas kuliah TV Journalism2. Dimana kami harus membuat reality show yang berbeda dalam bentuk package. Acara ini mengabulkan keinginan setiap peserta yang mengirimkan email kota tujuan mereka kepada kru, dan kru akan memilih peserta yang beruntung. Tapi tidak semudah itu, karena peserta akan diberikan misi yang harus berhasil mereka lakukan selama perjalanan. So, you wanna try? (https://youtu.be/sh3E4m4I4Y4)

Page 4: Portofolio Trie Marnita Purba

video ini merupakan liputan berita berbentuk package. Pada gambar disamping, merupakan salah satu berita yang kami bahas mengenai demo yang dilakukan oleh beberapa komunitas yang meminta presiden Jokowi untuk memihak kepada pengusaha pribumi. Liputan berita 30 menit ini, terdiri dari beberapa berita, baik itu hard news maupun soft news. (https://youtu.be/kpYE9DU5hE4)

“PKL Tertib Berjualan” menjadi salah satu berita feature karya saya bersama kelompok saya yang berhasil tayang pada Net 10, di stasiun televisi Net. Feature ini menceritakan bagaimana para PKL di pinggiran jalan R.S. Fatmawati yang memanfaatkan lahan parkir toko yang sudah tutup, sehingga tidak mengganggu para pengguna jalan (trotoar) dan kendaraan. (https://youtu.be/FHajYmWmi38)

Page 5: Portofolio Trie Marnita Purba

Stop Child Abuse! Iklan layanan masyarakat (ILM) ini menceritakan bagaimana anak-anak memiliki hati, pikiran, dan masa kanak-kanak yang akan selalu mereka ingat hingga dewasa. Oleh sebab itu, ILM ini mengajak kita semua untuk perduli kepada anak-anak dan hentikan kekerasan kepada mereka baik verbal, non verbal hingga psikis.

(https://youtu.be/89-OiAMZphI?list=PLS9xCHWklLmkCYfZddiYjvbPkd5XamCDa)

Kota Tua menjadi salah satu tempat bersejarah yang tidak pernah sepi oleh kunjungan masyarakat. Beraneka ragam budaya hingga seni dapat kita jumpai di kawasan Kota Tua. Namun, tanpa kita sadari dibalik kemeriahan yang ada terdapat sekumpulan anak kecil yang ikut mengadu nasib mereka di Jakarta, Ibukota negara kita. Mereka ikut berperan dalam kelucuan badut-badut yang menari dan berfoto untuk mendapatkan uang. Feature ini dibuat dengan melihat kekontrasan yang ada di Kota Tua. Keceriaan yang begitu dapat kita rasakan, namun dibalik itu terdapat perjuangan yang begitu berat oleh mereka yang membuat tawa. (https://youtu.be/1Dugaf-Hm4Q)

Page 6: Portofolio Trie Marnita Purba

LET’S TAKE A SELFIE?

Yaa, saya suka bermain dengan kamera...

Page 7: Portofolio Trie Marnita Purba

My words...

Page 8: Portofolio Trie Marnita Purba
Page 9: Portofolio Trie Marnita Purba

Masyarakat Tionghoa Tidak Berbeda

Oleh: Trie Marnita

Banyak negara mengakui akan keberadaan masyarakat keturunan tionghoa di dunia, lalu mengapa masyarakat indonesia masih

membuat batasan antara masyarakat pribumi dan non pribumi?

Masyarakat tionghoa merupakan salah satu keturunan yang jumlahnya cukup banyak di indonesia, bahkan keturunan tionghoa di

indonesia lebih banyak jumlahnya dibandingkan masyarakat keturunan suku indonesia asli. Jika kita mengingat masa lalu,

masyarakat tionghoa begitu mendapatkan diskriminasi oleh negara indonesia, khususnya pada masa orde lama. Banyak batasan

serta diskriminasi yang dilakukan masyarakat indonesia kepada suku tionghoa dan puncaknya pada tahun 1998 saat jatuhnya

Presiden Soeharto dimasa pimpinannya yaitu Orde Baru.

Saat indonesia mengumandangkan era reformasinya, namun disisi lain hingga sampai saat ini masih banyak masyarakat yang

menganggap suku keturunan tionghoa adalah suatu perbedaan. Status WNI yang tertera pada mereka seperti label yang tak

berharga karena perlakuan yang mereka terima.Memang tidak secara gamblang batasan tersebut diperlakukan, hanya kota-kota

Page 10: Portofolio Trie Marnita Purba

besar yang mayoritas pendidikan serta pemikirannya sudah terbuka dapat menerima dan cenderung sudah tidak membahas hal

mengenai rasis.

Melihat hak asasi yang layaknya diterima sama tanpa perbedaan untuk setiap warga negara indonesia, oleh sebab itu dibentuklah

satu taman khusus mengenal budaya tionghoa di Taman Mini Indonesia Indah(TMII). Dengan diberi nama Taman Budaya Tionghoa

di TMII menjadi salah satu bukti nyata keberadaan masyarakat tionghoa di Indonesia seharusnya diberlakukan sama tanpa ada

perbedaan.

Saat anda berkunjung di Taman Budaya Tionghoa(TBT), anda bisa melihat betapa keagungan serta kegagahan masyarakat tionghoa

berdiri dalam taman tersebut. Pintu gerbang yang berdiri kokoh layaknya di negara China, patung-patung tokoh bersejarah, batu-

batu dengan ukiran hingga klenteng-klenteng khas masyarakat tionghoa berdiri tegak dengan penuh keyakinan. Kita dapat

merasakan kekentalan suku tionghoa ada disana, salah satunya adalah dengan didirikannya museum Hakka didalam taman

tersebut.

Museum Hakka yang terdiri dari 3 lantai ini berisi tentang perjalanan suku hakka (yang merupakan salah satu suku di tionghoa)

masuk ke Indonesia, namun tidak hanya suku Hakka saja yang dapat kita lihat, semua yang mengenai masyarakat tionghoa hingga

keramik-keramik dan ornamen mengenai masyarakat tionghoa dapat anda jumpai disana.

Ada satu hal yang menarik perhatian saya ketika saya sedang menyusuri setiap benda bersejarah yang tersusun rapi dan bersih itu.

Terlihat jelas dinding yang diberi warna bendera indonesia serta terpajang rapi foto-foto hitam putih di atas dinding tersebut. saat

saya menuju kearah tersebut, kebetulan Bapak Sokirin yang merupakan salah satu pengawas Museum Hakka ini berkata kepada

saya, “banyak masyarakat keturunan tionghoa yang telah berjasa dan mengharumkan nama Indonesia” kata beliau ketika saya

sedang mulai memperhatikan setiap wajah yang berada didalam foto tersebut.

Ada sedikit wajah yang saya kenal disana, seperti Susi Susanti beserta suaminya hingga salah satu mahasiswa trisakti yang menjadi

korban tahun 1998. Pak Sukirin menjelaskan, bahwa foto-foto ini adalah bukti nyata masyarakat tionghoa yang telah membawa

harum nama Indonesia.

Page 11: Portofolio Trie Marnita Purba

Ketika setiap orang sibuk mengurusi perbedaan serta batasan yang akan diberikan antara suku tionghoa dengan keturunan suku

indonesia, ada banyak orang yang tidak memperdulikan hak mereka yang belum dapat dinikmati dengan bebas. Mereka yang telah

dibedakan serta dipandang sebelah mata, justru telah memberikan jasanya kepada Indonesia.

Dengan melihat hal tersebut, lalu apa saja yang sudah anda dan saya berikan untuk mengharumkan nama indonesia? ketika anda

dan saya menganggap sebagai masyarakat asli indonesia sedangkan belum satupun yang dapat kita lakukan, dengan demikian

layaknya siapakah yang pantas dijadikan warga negara indonesia?

Dengan terus membuat tembok pemisah serta pandangan kolot yang tiada hentinya, mata dan pemikiran kita akan terus dibutakan

dengan adanya anggapan perbedaan tersebut. Masyarakat tionghoa yang sudah resmi menjadi warga negara indonesia seharusnya

mendapatkan setiap haknya secara bebas. sekarang bukan saatnya untuk terus berselisih dan terus mencari kesalahan suku, agama

atau ras lain. Sekarang adalah saatnya untuk anda dan saya hadir dengan memberikan prestasi kita kepada bangsa indonesia.

Sampai saat ini, saya pribadi belum mengetahui mengapa tembok batasan tersebut terus ada dan untuk apakah tembok

tersebut.ketika setiap masyarakat indonesia menggebu-gebu untuk menyuarakan demokrasi di Indonesia, nyatanya demokrasi itu

sendiri belum dapat kita jalankan untu setiap pribadi masing-masing.

Unsur SARA atau rasisme bukan menjadi penghalang untuk kita dapat bersatu dan menciptakan negara yang kita inginkan. Anda

dan saya merupakan generasi bangsa yang menjadi tonggak negara untuk maju, anda dan saya merupakan suatu kesatuan tanpa

adanya perbedaan sedikitpun, anda dan saya sama-sama mencintai bangsa indonesia, anda dan saya tanpa mengenal latar

belakang adat istiadat adalah sama. Anda dan saya adalah satu, satu untuk indonesia. indonesia bersatu tanpa adanya perbedaan

didalamnya.(TMP)

Page 12: Portofolio Trie Marnita Purba

Kehilangan Bukanlah Hal yang Mudah

Oleh: Trie Marnita

Sambil bergelinang air mata, menundukkan kepalanya dan memainkan tissue yang ada ditangannya, seorang gadis tegar ini

menceritakan kisah kecilnya yang selama 14 tahun hidup tanpa sosok ayah. Maria Novalia yang biasa disapa Maria ini tegar menceritakan kehilangan sosok ayahnya. Ayah yang menjadi tulang punggung keluarga nya telah meninggalkan maria pada saat dia berumur 5 tahun beserta dengan ibu serta kakak perempuannya ini benar-benar membuat dia tidak menyangka karena tidak dapat melihat sosok ayah nya untuk terus berada disampingnya.

Tanggal 5 juni tahun 2000 menjadi tanggal bersejarah bagi maria. Dimana tanggal tersebut menjadi awal untuk dia tidak dapat melihat sosok ayah dihadapannya. Maria mencoba untuk tegar dan bersyukur untuk kejadian ini, dia tahu bahwa orang yang paling berat melepaskan kepergian ayahnya adalah ibunya.

Ibunya yang seorang single parent membesarkan maria dengan penuh keringat dan perjuangan. Dengan mencoba berjualan kue, ibu maria berusaha sekuat tenaga untuk membesarkan anak-anaknya. Hal inilah yang menjadikan maria sosok yang tegar dan terus berusaha dalam menjalani hidupnya.

“sosok yang paling sedih didalam keluarga itu mama saya, makanya sekarang semua yang aku lakukan Cuma buat mama” kata maria sambil tersenyum kecil.

Maria sekarang hanya ingin terus berusaha dalam perkuliahannya, dia ingin ibunya bangga melihat dia yang adalah sosok gadis yang hanya merasakan sosok ayah hanya sampai umur lima tahun bisa sukses dan membahagiakan keluarganya. Di umur yang masih kecil bukan lah hal mudah untuk dapat mengerti apa itu rasanya kehilangan dan bagaimana sosok ayah benar-benar tidak dapat lagi ia jumpai.

Hal yang paling pedih dirasakan seorang putri kehilangan ayahnya adalah bagaimana ayahnya tidak dapat mendampingi dia saat pernikahannya nanti. Dalam benaknya maria ingin menjalani kebahagiannya dihidupnya bersama dengan keluarganya lengkap. Dia ingin ayahnya juga dapat melihat dia bertumbuh menjadi seorang gadis cantik yang sudah mandiri.

Page 13: Portofolio Trie Marnita Purba

Bicara hal mandiri, maria sebenarnya sangat ingin membantu ibunya dalam hal materi, namun ibunya tidak pernah

memaksakan anaknya untuk membantunya mencari nafkah. Saat ini untungnya ada kakaknya maria yang sudah bekerja dan bisa membantu ibunya. “waktu lihat temen atau orang jalan sama papanya atau lengkap sama keluarganya, sebenernya saya suka miris dan ingin seperti itu”

Mungkin bagi orang yang keluarganya masih lengkap hal tersebut adalah hal yang wajar, namun tidak bagi maria. Dalam waktu dekat ini sebenarnya maria ingin ayahnya berada pada saat dia wisuda. Melihat sosok laki-laki yang berdiri disampingnya yang sedang menggunakan jas sekarang hanyalah angan kecil yang menyedihkan.

Dia juga sangat kesal melihat seorang anak yang suka marah-marah bahkan berbicara kasar mengenai orang tuanya. Menurut maria mungkin orang tersebut tidak merasakan apa yang dia rasakan, karena seberapa kesal anak kepada orang tuanya, anak tersebut tetap tidak boleh bersikap seperti itu menurut maria.

Kehilangan sosok ayah memang bukanlah hal yang mudah, bukan seperti kehilangan barang kesayangan yang dapat dicari atau digantikan. kini sosok ayah tersebut hanyalah sisa sepenggal ingatan, ingatan seorang anak lima tahun yang belum mengerti sebenarnya apa itu kehilangan. inspiration by : Maria Novalia

Page 14: Portofolio Trie Marnita Purba

Ketika Gaya Hidup Menjerat Kita

Oleh: Trie Marnita

masuknya kebudayaan barat di indonesia yang ditampilkan di media massa sekarang ini kian marak. Terlebih adanya tv

kabel yang menyiarkan acara tersebut selama 24 jam dan secara tidak langsung mempengaruhi masyarakat indonesia yang menontonnya akan terlarut dalam acara tersebut.

Negara barat yang mayoritas negara maju memiliki pendapatan perkapita jauh lebih tinggi dibandingkan dengan indonesia,

tentunya jelas berbeda dari segi gaya hidup. secara periodik sekarang ini media menayangkan tayangan yang mengubah mind set masyarakat indonesia tentang indahnya kehidupan ‘bergaya’ layaknya selebritas yang dimanjakan oleh setiap produk-produk yang membuat penampilan mereka seperti kalangan high class.

Secara gamblang mereka menyebut hal tersebut adalah hal yang lumrah dan memang di butuhkan. Namun, kebanyakan masyarakat indonesia tidak berkaca akan setiap keuangan yang mereka punya. Mengatasnamakan ‘gaya’ mereka berlomba untuk tampil menjadi layaknya selebriti high class.

Adanya kertu kredit yang memudahkan mereka bertransaksi membuat mereka buta akan keadaan mereka sebenarnya.

kemudahan pembuatan kartu kredit telah disalahgunakan. Namun sebenarnya, Kartu kredit bukanlah hal yang dapat kita salahkan, karena jika kita memakai nya dengan cermat kita dapat tahu apa yang layak kita beli.

Layaknya masyarakat indonesia mampu melihat keadaan kondisi setiap keuangan mereka. Berbelanja bukanlah hal yang

salah jika mereka membeli barang yang dibutuhkan. yang salah adalah ketika mereka menyebut belanja adalah suatu habit yang

tidak bisa dilepaskan sehingga mereka terjerat dengan kebiasaan buruk tersebut.

Jika masyarakat indonesia bisa lebih cermat dan memilah-milah barang yang dibutuhkan pastinya masyarakat indonesia bisa

terbebas. Kita seharusnya dapat membuat daftar prioritas yang paling utama yang harus kita beli sesuai dengan kebutuhan. Tidak

sedikit media massa juga menayangkan bagaimana cara membuat daftar tersebut agar masyarakat indonesia mampu berpikir lebih

cermat dan tau prioritas. *(TMP)