Portofolio Demam Tifoid Dan Paratifoid Kiwi

download Portofolio Demam Tifoid Dan Paratifoid Kiwi

of 26

description

Thypoid Fever

Transcript of Portofolio Demam Tifoid Dan Paratifoid Kiwi

PORTOFOLIO DEMAM TIFOID

PORTOFOLIODemam Tifoid dan ParatifoidPresentan : dr. Annisa KusumawardaniPendamping : dr. M Diana Rahim

PROGRAM DOKTER INTERNSIP RST GUNTUR GARUT2015

Identitas PasienNama pasien : An. FUsia : 12 tahun Alamat: Tarogong Keler GarutAgama: IslamSuku: SundaPekerjaan : PelajarStatus Pernikahan: -Tanggal Masuk RS: 30 Maret 2015

SubjektifKeluhan Utama:Panas badanAnamnesis Khusus:Sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh panas badan yang dirasakan semakin lama semakin meninggi. Panas badan terutama dirasakan pada sore hingga malam hari dan dirasakan sedikit menurun pada pagi hari dan siang harinya. Anamnesis Umum:Keluhan panas badan disertai dengan nyeri kepala, nyeri badan, perasaan tidak enak di perut, mual tanpa disertai muntah, karena keluhan mualnya, nafsu makan penderita jadi menurun, dan lemas badan.Keluhan tanpa disertai dengan tanpa disertai dengan BAB yang tidak lancar ataupun menjadi cair. Keluhan buang air kecil yang menjadi sering dengan jumlah sedikit dan kencing menjadi sakit dan nyeri perut bagian bawah disangkal.

Keluhan panas badan tidak didahului dengan menggigil dan berkeringat banyak sesudahnya. Riwayat berpergian ke daerah endemis malaria tidak ada.Keluhan panas tidak disertai dengan batuk-batuk lama lebih dari tiga minggu, penurunan berat badan drastis dan berkeringat malam. Riwayat kontak dengan penderita dewasa dengan batuk-batuk lama atau batuk berdarah tidak ada.Penderita sering jajan makanan diluar rumah yang tidak terjamin kebersihannya, tetapi keluhan kulit menjadi kuning dan air kencing seperti teh tidak ada. Pada awal terjadi panas pasien diberi obat penurun panas paracetamol oleh ibunya yang beli di warung tetapi keluhan panas tidak membaik. Pasien sempat dibawa ke puskesmas di beri 2 macam obat tetapi ibu pasien tidak mengetahui nama obatnya. Kemudian petugas puskesmas menyarankan agar pasien dibawa ke rumah sakit apabila setelah obat habis, namun panas badan masih dirasakan pasien. Pasien dibawa ke poliklinik RS Guntur garut dan disarankan untuk dirawat.

ObjektifKeadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTekanan Darah : tidak diukurNadi : 80 x/mntNafas : 18 x/mntSuhu : 37,9CBerat Badan : 33 Kg

Pemeriksaan FisikKepala : Deformitas (-)Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-Telinga : t.a.kHidung : t.a.kMulut : Lidah kotor (+) tremor (-) tepi agak hiperemis

Leher : KGB tidak teraba membesar

Thorax : gerak simetris ka=kiParu : Inspeksi : Simetris ki=kaPalpasi : fremitus ki=ka.Perkusi : hipersonor ki=ka.Auskultasi : rh (-/-), wh (-/-)Jantung : Bunyi jantung I, II murni reguler

Abdomen : Inspeksi : Datar Palpasi : Soepel, nyeri tekan a/r Epigastrium (+)hepar : tidak teraba membesarlien : tidak teraba membesar Perkusi : Timpani Auskultasi : Bising usus (+) Normal

Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik

Pemeriksaan laboratorium :Darah Rutin :Hemoglobin : 12,7 gr/dlLeukosit : 5.100 /mm3Hematokrit : 39,5 %Trombosit : 346.000 /mm3Widal : Salmonella Typhi H : 1/320 Salmonella Paratyphi AH : Negatif Salmonella Paratyphi BH : Negatif Salmonella Paratyphi CH : NegatifSalmonella Typhi O : 1/320 Salmonella Paratyphi AO : Negatif Salmonella Paratyphi BO : 1/320 Salmonella Paratyphi CO : Negatif

Diagnosis :Demam Tifoid dan Paratifoid.

Pengobatan: Non Farmakologi- Tirah baring- Diet lunak dan rendah seratFarmakologiIVFD RL 20 tpmCefotaxim 2 x 1 gram (i.v) skin testParacetamol 3 x 500mg (p.o)Follow upTanggal 31 Maret 2015S: Pusing (+)Demam (-)Badan lemas (+)Mual (-)Muntah (-)O: suhu :37,1oCAbd: datar lembut, BU(+) normal,Nyeri tekan (-)A: Demam Tifoid dan ParatifoidP: terapi dilanjutkanTanggal 1 April 2015S: Pusing (+)Demam (+)Badan lemas (+)Mual (+)Muntah (-)O: suhu :39,2oCAbd: datar lembut,BU(+) normal,Nyeri tekan (+) a/r epigastriumA: Demam Tifoid dan ParatifoidP: terapi dilanjutkanFollow upTanggal 2 April 2015S: Demam (+)Mual (+)Muntah (-)O: suhu :37,0oCAbd: datar lembut, BU(+) normal,Nyeri tekan (+) a/r epigastriumA: Demam Tifoid dan ParatifoidP: terapi dilanjutkan

Tanggal 3 April 2015S: Demam (+) malam hariMual (+)Muntah (-)O: suhu :37,5oCAbd: datar lembut,BU(+) normal, Nyeri tekan (+) a/r epigastriumA: Demam Tifoid dan ParatifoidP: terapi dilanjutkan

Follow upTanggal 4 April 2015S: Demam (+)Pusing (+)Mual (-)Muntah (-)O: suhu :35,9oCAbd: datar lembut, BU(+) normal, Nyeri tekan (+) a/r epigastriumA: Demam Tifoid dan ParatifoidP: terapi dilanjutkanTanggal 5 April 2015S: Demam (+) terutama bila malamLemas badan (+)Mual (-)Muntah (-)O: suhu :35,7oCAbd: datar lembut,BU(+) normal, Nyeri tekan (-) A: Demam Tifoid dan ParatifoidP: terapi dilanjutkanFollow upTanggal 6 April 2015S: Demam berkurangLemas badan (+)Mual (-)Muntah (-)Belum BAB 2 hariO: suhu :36,2oCAbd: datar lembut,BU(+) normal, Nyeri tekan (-) A: Demam Tifoid dan ParatifoidP: cek lab darah rutinterapi dilanjutkanTanggal 7 April 2015S: Demam naik turunLemas badan (+)Mual (-)Muntah (-)O: suhu :36,0oCAbd: datar lembut,BU(+) normal, Nyeri tekan (-) A: Demam Tifoid dan ParatifoidP: terapi dilanjutkan

Follow upTanggal 8 April 2015S: Demam (-)Lemas badan (+)Mual (-)Muntah (-)O: suhu :36,0oCAbd: datar lembut,BU(+) normal, Nyeri tekan (-) A: Demam Tifoid dan Paratifoid dengan perbaikanP: pasien diperbolehkan pulang

ASSESSMENTDemam tifoid dan paratifoid : penyakit infeksi yang menyerang saluran pencernaan yaitu usus halus dengan gejala demam lebih dari satu minggu disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

Penyebab: Salmonella typhi (S. typhi) Salmonella paratyphi (S. paratyphi)

Cara : masuk melalui makanan yang terkontaminasi bakteri tsb.

Sumber: Nelson textbook of pediatrics. 18th edition. Philadelphia: Elsevier, 2007.Manifestasi klinis Minggu pertama :demam (step ladder) nyeri kepalaPusingnyeri ototMual, Muntahtidak nafsu makanobstipasi atau diareperasaan tidak enak di perutbatuk, dan epistaksis.Minggu kedua : gejala lebih jelasdemam disertai bradikardi relatif lidah berselaputhepatomegalisplenomegali meteroismus gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikkosisRose spot (jarang ditemukan pada orang indonesia)

Bervariasi, ringan s/d berat, asimtomatik hingga khas.

Pemeriksaan PenunjangDarah rutinleukopenia, atau dapat pula ditemukan kadar leukosit normal atau leukositosis. Uji WidalDilakukan untuk mendeteksi antibodi terhadap S. typhi yang terjadi melalui reaksi aglutinasi antara antigen S.typhi dengan antibodi. Faktor yang mempengaruhi uji widal antara lain: 1). Pengobatan dini dengan antibiotik, 2). Gangguan pembentukan antibodi, dan pemberian kortikosteroid, 3). Waktu pengambilan darah, 4). Daerah endemik atau non endemik, 5). Riwayat vaksinasi, 6). Reaksi anamnestik,7). Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium.

Uji TubexLebih cepat dan mudah dilakukan. Berikut adalah interpretasi hasil uji Tubex:

Uji TyphidotBekerja dengan mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat pada protein membran luar S. typhi. Hasil positif pada uji typhidot didapatkan 2-3 hari setelah infeksi.SkorInterpretasi6PositifIndikasi kuat infeksi tifoidUji IgM DipstickSecara khusus mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap S. typhi pada spesimen serum atau whole blood.

Gall cultureSampai saat ini masih menjadi gold standar pemeriksaan demam tifoid. Hasil biakan darah yg positif memastikan demam tifoid, namum hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, hal ini dapat disebabkan oleh:1). Telah mendapatkan terapi antibiotik2). Volume darah yang kurang3). Riwayat vaksinasi4). Saat pengmbilan darah setelah minggu pertamaPemeriksaan PenunjangPemeriksaanSensitivitasSpesivisitasHargaGall Culture(gold standar)48-78%Darah rutin Rp. 40.000,-Uji Tubex75%, 100%80%, 90%, 100% Rp. 160.000,-Uji Widal71%68% Rp. 60.000,-Uji Typhidot 79%, 78%, 98%89%, 76,6%Uji Typhidot M100%Uji IgM Dipstic65 - 77%95 - 100% Rp. 106.000,-KomplikasiIntestinal: Perdarahan ususPerforasi usus

Ekstra intestinal:Kardiovaskular : Miokarditis, endokarditis, perikarditis, tromboflebitisHematologi : anemia hemolitik, DICPulmo : pneumonia, pleuritisHepatobilier : hepatitis, kolesistitisGinjal : glomerulonefritis, pielonefritisTulang : osteomielitis, spondilitis, artritisSSP : meningitis, encephalitis, tifoid toksik

TatalaksanaNama AntibiotikDosisCara pemberianFrekuensi DurasiKloramfenikol (drug of choice)50-100 mg/kgbb/hariOral/ iv4x10-14 hariAmoksisilin100 mg/kgbb/hariOral/ iv3x10 hariKotrimoksasol6 mg/kgbb/harioral2x10 hariSeftriakson80 mg/kgbb/hariIv/im1x5 hariSefiksim10 mg/kgbb/harioral2x10 hariKortikosteroidDosisCara pemberianFrekuensi DurasiDexametason1-3 mg/kgbb/hariiv3xHingga kesadaran membaikPada kasus berat dengan gangguan kesadaran

Sumber: Nelson textbook of pediatrics. 18th edition. Philadelphia: Elsevier, 2007.PencegahanMemperhatikan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi, Pengaturan pembuangan sampah,Meningkatkan kesadaran individu terhadap hygiene pribadi, terutama kebiasaan mencuci tangan sebelum dan setelah makan. Imunisasivaksin Ty-21a, diberikan dengan cara per oral, dapat memberikan perlindungan selama 5 tahun. (belum tersedia di Indonesia)Vaksin ViCPS , dapat diberikan pada usia > 2 tahun, berisi komponen Vi dari S. typhi, diberikan secara suntikan IM single dose yang dapat memberikan perlindungan selama 3 tahun. Vaksin dapat diulang setiap 2 tahun.

Daftar PustakaBhutta ZA. Nelson textbook of pediatrics. 18th edition. Philadelphia: Elsevier, 2007.Parry MC, et all. Typhoid Fever. New English Journal Medicine. 2002.Pudjiadi AH, Hegar B, et all. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Widodo J. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III.Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.