Port Oporto

57
Borang Portofolio No. ID dan Nama Peserta : dr. Winda Utami Putri Wahana Peserta: RSUD Sungai Dareh Topik : Diare Akut Dehidrasi Sedang Tanggal Kasus : 27 September 2013 Nama Pasien : Olifia Nomor RM : Tanggal Presentasi : Oktobe r 2013 Pendamping : dr. Sudjito Tempat Presentasi : RSUD Sungai Dareh Objektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatu s Bayi Anak Remaj a Dewas a Lansia Bumi l Deskrips i : Pasien bayi perempuan usia 7 bulan, datang diantar keluarga dengan keluhan BAB encer sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Tujuan : Mengidentifikasi penyebab,perjalanan penyakit, gejala, diagnosis dan tata laksana dari diare akut dehidrasi sedang

description

portofolio

Transcript of Port Oporto

Page 1: Port Oporto

Borang Portofolio

No. ID dan Nama Peserta : dr. Winda Utami Putri

Wahana Peserta: RSUD Sungai Dareh

Topik : Diare Akut Dehidrasi Sedang

Tanggal Kasus : 27 September 2013

Nama Pasien : Olifia Nomor RM :

Tanggal Presentasi : Oktober

2013

Pendamping : dr. Sudjito

Tempat Presentasi : RSUD Sungai Dareh

Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Pasien bayi perempuan usia 7 bulan, datang diantar keluarga dengan keluhan

BAB encer sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

Tujuan : Mengidentifikasi penyebab,perjalanan penyakit, gejala, diagnosis dan tata

laksana dari diare akut dehidrasi sedang

Bahan

Bahasan :

Tinjauan

Pustaka

Riset Kasus Audit

Cara

Membahas :

Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos

Data

Pasien

Nama : Olifia No. Reg:

Page 2: Port Oporto

Data Utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis :

- BAB encer sejak kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi > 6

kali sehari, jumlah + 1/4 gelas perkali, ampas(+) ,tidak berlendir, tidak berdarah

- Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,terus menerus, tidak menggigil,

tidak berkeringat, tidak kejang.

- Pasien masih mau menyusu sejak mencret, masih mau minum air dan lebih rewel

dari biasanya.

- Saat ini pasien masih minum ASI tanpa tambahan susu formula

- Muntah tidak ada

- BAK jumlah dan warna biasa

2. Riwayat Pengobatan : belum pernah berobat sebelumnya

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit : pasien belum pernah mengalami diare sebelumnya.

4. Riwayat keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami diare saat ini

5. Riwayat Pekerjaan : -

6. Riwayat Lingkungan Sosial dan Fisik : -

Lain-lain:

Status Generalisata :

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Nadi : 128 x/mnt

Nafas : 48 x/mnt

Suhu : 380C

Status Lokalis untuk dugaan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding :

Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kembali lambat

Kepala : Bentuk simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut, ubun-ubun besar cekung

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhor, diameter pupil 2

Page 3: Port Oporto

mm, refleks cahaya +/+, mata cekung

Hidung : Nafas cuping hidung (-)

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Dada :

Paru I : normochest, simetris kiri kanan, retraksi dinding dada tidak ada

Pa : fremitus kiri = kanan

Pk : sonor

A : napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Jantung I : Iktus tidak terlihat

Pa : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Pe : batas jantung dalam batas normal

A : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada

Abdomen I : tidak membuncit

Pa : supel, turgor kembali lambat

Pe : hipertimpani

A : Bising Usus (+) Normal

Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik

Diagnosis Kerja : Diare Akut dengan dehidrasi sedang

Pemeriksaan Penunjang :

Hb : 10,2 gr/dl

Leukosit : 12.600 /mm3

Page 4: Port Oporto

Daftar Pustaka :

1. Sugianto S, 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Edi. Jakarta:

Salemba Medika, hlm: 73-91.

2. Depkes RI Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan

Pemukiman, 1999. Buku Ajar Diare Pegangan Mahasiswa. Jakarta. Depkes RI Ditjen

PPM dan PLP, hlm 4-8.

3. Markum AH. Penyakit Radang Usus. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid 1.

Ed 1. Jakrata: FKUI, 2002. 448-462.

4. Mansjoer dkk, 2002. Diare Akut. Dalam Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2, Ed 3.

Jakarta: Media Aesculapius FKUI, hlm 470-478.

5. Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak FKUI, 2002. Diare pada Bayi dan Anak. Dalam

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, jilid 2. Jakarta: Percetakan Infomedika. Jakarta,

hlm 283-294.

6. Behrman RE, Klegman, Arvin, 2000. Sistem Saluran Pencernaan Dalam Ilmu

Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Ed 15. Jakarta: EGC, hlm 1270-1428.

7. Sub Bag Ilmu kesehatan Anak FK UNPAD, 2005. Diare Akut Dalam Buku Pedoman

Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 3. Bandung, hal 271-278

Hasil Pembelajaran :

1. Diagnosis diare akut dehidrasi sedang.

2. Identifikasi etiologi dari diare akut.

3. Mekanisme perjalanan penyakit diare akut.

4. Penanganan diare akut dehidrasi sedang di Rumah Sakit.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

Subjektif :

- BAB encer sejak kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi > 6

kali sehari, jumlah + 1/4 gelas perkali, ampas (+) ,tidak berlendir, tidak berdarah

- Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, terus menerus, tidak menggigil,

tidak berkeringat, tidak kejang.

Page 5: Port Oporto

- Pasien masih mau menyusu sejak mencret, masih mau minum air dan lebih rewel

dari biasanya.

- Saat ini pasien masih minum ASI tanpa tambahan susu formula.

- Muntah tidak ada

- BAK jumlah dan warna biasa

Objektif :

Status Generalisata :

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Nadi : 128 x/mnt

Nafas : 48 x/mnt

Suhu : 380C

Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kembali

lambat

Kepala : Bentuk simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut, ubun-ubun besar

cekung

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, pupil isokhor, diameter pupil 2

mm, refleks cahaya +/+, mata cekung

Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering

Abdomen I : tidak membuncit

Pa : supel, turgor kembali lambat

Pe : hipertimpani

A : Bising Usus (+) Normal

Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik

Leukosit : 12.600 /mm3

Page 6: Port Oporto

Assesment :

Diare dapat disebabkan oleh infeksi enteral oleh virus, bakteri, ataupun parasit,

malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein, makanan basi, beracun, atau alergi terhadap

makanan tertentu, adanya imunodefisiensi, dan psikologis berupa rasa takut dan cemas yang

walaupun jarang tetapi dapat menimbulkan diare pada anak. Pada pasien ini diare

kemungkinan disebabkan oleh infeksi enteral, didukung oleh adanya peningkatan leukosit

pada pemeriksaaan laboratorium darah. Penyebab lain dapat disingkirkan karena menurut

orangtua pasien hingga saat ini masih mengkonsumsi ASI eksklusif.

Derajat dehidrasi menurut WHO:

1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 4-5% berat badan atau sekitar 40-50 ml/kg BB.

2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 6-9% berat badan atau sekitar 60-90 ml/kg BB.

3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan atau sekitar 100-110

ml/kg BB.

Penilaian derajat dehidrasi sedang pada pasien ini ditetapkan berdasarkan keadaan

klinis pasien yaitu ubun-ubun besar cekung, mata cekung, mukosa dan bibir kering, turgor

kembali lambat.

Penilaian derajat dehidrasi:

Penilaian A B C

Lihatlah keadaan

umum

Baik/sadar Gelisah atau lekas

marah*

Lesu/ lunglai/ tidak

sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Tidak ada Kering

Mulut/lidah Basah Kering Sangat kering

Haus Minum biasa Haus* Tidak mau minum*

Periksalah turgor

kulit

Kembali cepat Kembali lambat* Kembali sangat

lambat

Kesimpulan Tidak dehidrasi Dehidrasi

ringan/sedang (1

tanda * + atau lebih

tanda lain)

Dehidrasi berat (1

tanda * + atau lebih

tanda lain)

Terapi Rencana A Rencana B Rencana C

Page 7: Port Oporto

Prinsip pengobatan diare:

1. Mencegah dehidrasi

Terapi rencana A adalah memberikan cairan rumah tangga dan ASI semaunya, oralit

diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:

- kurang dari 1 tahun : 50-100 cc

- 1-5 tahun :100-200 cc

- Lebih dari 5 tahun : semaunya

Terapi rencana B diberikan apabila pasien jatuh pada keadaan dehidrasi ringan-sedang,

dengan pemberian oralit atau cairan intravena sebanyak 75 cc/kg BB dalam 3-4 jam pertama

dilanjutkan pemberian cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti diatas setiap kali

buang air besar.

Terapi rencana C merupakan untuk pasien dengan dehidrasi berat dengan cairan RL

100 cc/kgBB. Cara pemberiannya:

- Umur kurang dari 1 tahun 30 cc/kgBB dalam 1 jam pertama kemudian dilanjutkan

70 cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.

- Umur lebih 1 tahun 30 cc/kgBB dalam 30 menit pertama kemudian dilanjutkan 70

cc/kgBB dalam 21/2 jam berikutnya.

Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama proses rehidrasi.

2. Pengobatan dietetic

Makanan harus terus ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada

status gizi

a. Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan

kurang dari 7 kg, jenis makanan:

Susu (ASI dan atau susu formula ynag mengandung laktosa rendah dan

asam lemak tak jenuh)

Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim)

bila anak tidak mau minum susu.

Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu

dengan asam lemak berantai sedang/tak jenuh sesuai dengan kelaiann

Page 8: Port Oporto

yang ditemukan.

b. Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg, jenis makanan:

makanan padat atau makanan cair atau susu sesuai dengan kebiasaan makan

di rumah.

3. Obat-obatan

a. Pengobatan simptomatik

b. Antibiotika, pada umumnya tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut

kecuali penyebabnya jelas, seperti:

Diare disentri Kotrimoksazol 50mg/kgBB/hari, dibagi dalam 2 dosis

selama 5 hari, atau

Kloramfenikol/tiamfenikol 50mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis

Kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari diberikan dalam 4

dosis selama 2-3 hari

Amoeba, Giardia, Kriptosporidium : Metronidazol 30-50

mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis selama 5 hari (10 hari untuk kasus berat)

Campylobacter, diberikan eritromisin 40-50 mg/kg BB/hari

Plan :

Diagnosis : diare akut dehidrasi sedang

Pengobatan :

- IVFD Kaen 3B 8 gtt/i

- Renalit (tiap muntah/BAB)

- Zinkid Syrup 1x20 mg

- PCT Syrup 3x1 cth

- Dialac 1x1 sachet

- Rawat Anak

Pendidikan :

- Memberikan edukasi khususnya kepada keluarga mengenai faktor penyebab diare pada

anak, dan penatalaksanaan awal yang tepat.

Page 9: Port Oporto

- ASI diteruskan, karena ASI telah terbukti memperbaiki pasien diare. ASI mempunyai

nutrisi yang lengkap dan anti infeksi untuk mencegah diare berlanjut.

- Menjelaskan pentingnya hygiene dan sanitasi dalam pencegahan diare.

Konsultasi

Konsultasi dilakukan dengan spesialis penyakit anak untuk penatalaksanaan selanjutnya.

Rujukan

Saat ini pasien belum perlu dirujuk.

Page 10: Port Oporto

Portofolio

Nama Peserta: dr. Winny Anggreni Korayan

Page 11: Port Oporto

Nama Wahana: RS Prof.Dr. V.L. Ratumbuysang Manado

Topik: Scabies

Tanggal (kasus): 29 Desember 2014Nama Pasien: Ny. RM

Tanggal Presentasi: 30 Januari 2015

Nama Pendamping: dr. Janny I. Adam

Tempat Presentasi: RS Prof.Dr. V.L. Ratumbuysang Manado

Obyektif Presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi: Perempuan, 44 tahun, gatal pada tangan, perut, punggung, dan kaki yang semakin bertambah pada malam hari.

Tujuan: mencari dan mengatasi penyebab, mencegah terjadinya infeksi sekunder, memberikan edukasi tentang higiene pribadi dan lingkungan, melakukan pengobatan semua anggota keluarga.

Bahan bahasan:Tinjauan

PustakaRiset Kasus Audit

Cara membahas:Diskusi Presentasi dan

diskusiEmail Pos

Data pasien: Ny. RM, 44 tahun Nomor Registrasi: -

Nama RS: RS Prof.Dr. V.L. Ratumbuysang Manado

Telp: - Terdaftar sejak: 29 Desember 2014

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis:ScabiesGambaran Klinis:

Page 12: Port Oporto

Gatal pada tangan, perut, punggung, dan kaki. Keluhan dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu. Awalnya gatal dirasakan pada sela-sela jari tangan kiri dan meluas ke tangan kanan. Gatal kemudian menjalar ke daerah perut, punggung, dan kedua kaki. Keluhan gatal semakin bertambah pada malam hari.

2. Riwayat Pengobatan:Belum ada

3. Riwayat kesehatan/Penyakit:Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien menyangkal adanya riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.

4. Riwayat keluarga:Suami dan kedua anaknya memiliki keluhan yang sama dengan pasien.

5. Riwayat pekerjaan:Ibu rumah tangga

6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN):

Pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya di rumah pribadi. Pasien tidur bersama suami dan kedua anaknya dalam 1 kamar dan menggunakan handuk secara bersama-sama.

Page 13: Port Oporto

7. Lain-lain :

Pemeriksaan Fisik Status Generalis : Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos MentisTekanan Darah : 110/70 mmHgNadi : 84 x/menitRespirasi : 18 x/menitSuhu : 36,5 °C

Status Dermatologis :Distribusi : Regional

Ad Regio : Torakalis Posterior, Abdominalis, Palmaris et Dorsalis Manus et Pedis

Bilateral, Interdigitalis Manus et Pedis Bilateral.

Efloresensi : papul eritematosa, multiple, diskret, pustul, ekskoriasi, skuama halus.

Pemeriksaan Laboratorium : - (tidak tersedia)

Daftar Pustaka:

1. Handoko RH. Skabies. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Ed 5. Jakarta: FKUI; 2007, Hal 122-5.

2. Burkhart CN, Burkhart CG. Scabies, other mites, and Pediculosis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, et al., editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 8th ed. New York: McGraw Hill; 2012, P 2569-78.

3. James WD, Berger TG, Elston DM, editors. Andrews’ Diseases of the Skin Clinical Dermatology, 11 th. Elsevier; 2011, P 442-4.

4. Schneiderman PI, Grossman ME. A Clinician’s Guide to Dermatologic Differential Diagnosis Volume 2 The Atlas. United Kingdom: Informa; 2006.

5. Siregar RS. Penyakit Kulit karena Parasit dan Insekta. Dalam: Siregar RS. Atlas Berwarna saripati Penyakit Kulit, Ed 2. Jakarta: EGC; 2005, Hal 164-7.

Page 14: Port Oporto

Hasil Pembelajaran:

1. Penegakkan diagnosa scabies.2. Penatalaksanaan scabies.3. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang higiene pribadi dan lingkungan.4. Pengobatan semua anggota keluarga.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. SUBYEKTIF:

Keluhan Utama : Gatal pada tangan, perut, punggung, dan kaki yang dirasakan menghebat

pada malam hari.

Keluhan Tambahan : -

Gatal pada tangan, perut, punggung, dan kaki. Keluhan dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu. Awalnya

gatal dirasakan pada sela-sela jari tangan kiri dan meluas ke tangan kanan. Gatal kemudian

menjalar ke daerah perut, punggung, dan kedua kaki. Keluhan gatal semakin bertambah pada

malam hari. Suami dan kedua anak pasien mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Pasien

tidur dan menggunakan handuk secara bersama dengan suami dan anak-anaknya. Pasien belum

pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien menyangkal adanya riwayat alergi

terhadap makanan maupun obat-obatan.

2. OBJEKTIF:

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 84x/menit

Page 15: Port Oporto

Respirasi : 18 x/menit

Suhu : 36,5 oC

Status Dermatologis :

Distribusi : Regional

Ad Regio : Torakalis Posterior, Abdominalis, Palmaris et Dorsalis Manus et Pedis Bilateral,

Interdigitalis Manus et Pedis Bilateral.

Efloresensi : papul eritematosa, multiple, diskret, pustul, ekskoriasi, skuama halus.

3. ASSESSMENT (Penalaran Klinis):

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes

Scabiei var hominis dan produknya pada tubuh. Penyakit ini disebut juga the itch, seven year itch,

Norwegian itch, gudikan, gatal agogo, budukan atau penyakit ampera.

Epidemiologi :

Terdapat banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain sosial ekonomi

yang rendah, higiene yang buruk, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografi serta ekologik.

Scabies dapat digolongkan dalam Penyakit akibat Hubungan Seksual. Penyakit ini sangat erat kaitannya

dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Penyakit ini juga sering menyerang orang yang tinggal

secara bersama-sama di suatu tempat yang relatif sempit, seperti orang-orang yang tidur bersama di

satu tempat tidur, asrama, serta fasilitas umum yang dipakai bersama. Tidak terdapat perbedaan

frekuensi pada pria dan wanita, serta menyerang semua umur dan ras. Prevalensi bervariasi terutama

pada beberapa negara berkembang dengan prevalensi 4% sampai 100% dari populasi keseluruhan.

Etiopatogenesis :

Scabies muncul sebagai akibat infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis

dan produknya. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida , ordo Ackarina, super

famili Sarcoptes. Secara morfologik tungau ini berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian

perutnya rata, translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Betina berukuran 330-450 mikron x

250-350 mikron, sedangkan jantan berukuran lebih kecil, yaitu 200-240 mikron x 150-200 mikron.

Bentuk dewasa memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang

Page 16: Port Oporto

kaki lainnya pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir

dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

Setelah kopulasi yang

terjadi diatas kulit, yang

jantan akan mati, kadang-

kadang masih dapat hidup

beberapa hari dalam

terowongan yang digali

oleh betina. Tungau betina

yang sudah dibuahi

menggali terowongan

dalam stratum korneum,

dengan kecepatan 2-3

milimeter sehari dan

sambil meletakkan

telurnya 2 atau 4 butir

sehari sampai mencapai

jumlah 40 atau 50. Bentuk

betina yang dibuahi ini

dapat hidup sebulan

lamanya. Telur akan

menetas, biasanya dalam

waktu 3-5 hari, dan

mempunyai larva yang

mempunyai 3 pasang kaki.

Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi

nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidup mulai

dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu sekitar 8-12 hari dan siklus tersebut akan terulang

lagi. Terowongan-terowongan yang lama akan menyebuh, sedangkan ditempat yang lain akan terbentuk

terowongan-terowongan baru. Terowongan- terowongan tampak sedikit meninggi, keabu-abuan, garis

Page 17: Port Oporto

berkelok-kelok pada kulit. Bekas terowongan-terowongan tersebut akan meninggalkan gambaran

hiperpigmentasi dan tidak berskuama.

Erupsi kulit bervariasi, tergantung pada lamanya infestasi, sensitisasi sebelumnya, dan

pengobatan sebelumnya. Selain itu bergantung pula pada iklim dan status imunologis hospes.

Likenifikasi, impetigo, dan furunkulosis dapat terlihat. Lesi bulosa dapat mengandung banyak eosinofil,

serupa dengan pemfigoid bulosa. Temuan imunofloresens positif juga harus dicatat. Scabies juga dapat

serupa dengan histiosis sel langerhans. Misdiagnosis dapat menuntun pada pengobatan sistemik dengan

agen-agen toksik.

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga oleh penderita

sendiri akibat garukan. Gatal disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang

memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis

dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,

krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

Scabies dapat menular melalui kontak langsung misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan

kontak seksual; kontak tidak langsung misalnya melalui pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.

Penularan biasanya terjadi oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh

bentuk larva. Terdapat pula Sarcoptes scabiei var animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia,

terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang seperti anjing. Scabies biasanya didapat

dengan kontak personal dekat.

Skrining untuk penyakit menular seksual juga dapat dilakukan. Sensitisasi dimulai sekitar 2-4

minggu setelah onset infeksi. Selama waktu ini parasit dapat terdapat pada kulit dan mulai menggali

terowongan tanpa menyebabkan gatal maupun rasa tidak nyaman. Gatal hebat mulai dengan sensitisasi

hospes. Pada reinfeksi, gatal dimulai dalam beberapa hari dan reaksi dapat lebih intens. Gatal mulai

menghebat pada malam hari, dimana selama siang hari gatal dapat ditolerir meskipun persisten. Erupsi

tidak melibatkan daerah wajah atau scalp pada orang dewasa. Pada wanita, gatal pada puting susu

dengan erupsi papul generalisata merupakan karakteristik scabies; pada pria, papul-papul gatal pada

skrotum dan penis sama khususnya. Ketika lebih dari satu anggota keluarga memiliki gejala gatal,

kecurigaan terhadap scabies meningkat.

Page 18: Port Oporto

Gambaran Klinis dan Diagnosis :

Terdapat 4 tanda kardinal dari scabies,

dimana diagnosis dapat ditegakkan dengan

menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut

atau menemukan tanda kardinal ke-4.

a. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada

malam hari yang disebabkan karena

aktifitas tungau yang lebih tinggi pada

suhu yang lembab dan panas.

b. Penyakit ini menyerang manusia

secara kelompok, misalnya dalam

sebuah keluarga biasanya seluruh

anggota keluarga terkena infeksi.

Begitu pula dalam sebuah

perkampungan yang padat penduduknya, perkampungan yang padat penduduknya, sebagian

besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan

hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi

tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna

putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang

1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul

infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi). Tempat

predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis,

yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar,

Page 19: Port Oporto

lipat ketiak bagian depan, areola mamme (wanita), umbilikus, bokong, genetalia eksterna (pria),

dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih

stadium hidup tungau ini.

Pemeriksaan Penunjang :

Bila gejala klinis spesifik, diagnosis scabies mudah ditegakkan. Tetapi penderita sering datang

dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan. Beberapa cara yang dapat

digunakan untuk menemukan tungau dan produknya, yaitu :

a. Kerokan kulit

Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10% lalu dilakukan

kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau

kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu

diperiksa dibawah mikroskop.

b. Mengambil tungau dengan jarum

Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan kedalam terowongan yang

utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif,

tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini

mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian.

c. Tes tinta pada terowongan (Burrow Ink Test)

Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi dengan tinta hitam.

Papul scabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit. Setelah tinta dibersihkan

dengan kapas alkohol, terowongan tersebut akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di

sekitarnya karena akumulasi tinta di dalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila terbetuk

gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk zigzag.

d. Membuat biopsi irisan (Epidermal Shave Biopsy)

Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara mikroskopik. Ini

dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian dibuat irisan tipis,

dan dilakukan irisan superfisial secara menggunakan pisau dan berhati-hati dalam melakukannya

Page 20: Port Oporto

agar tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak

mineral yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop.

e. Biopsi eksisional dengan pewarnaan HE

f. Swab kulit

Kulit dibersihkan dengan eter lalu dilekatkan selotip dan diangkat dengan cepat. Selotip

dilekatkan pada gelas objek kemudian diperiksa dengan mikroskop.

g. Uji tetrasiklin

Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli. Setelah dibersihkan,

dengan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan

fluoresensi kuning keemasan pada kanalikuli.

Dari berbagai macam pemeriksaan tersebut, pemeriksaan kerokan kulit merupakan cara yang

paling mudah dan hasilnya cukup memuaskan. Agar pemeriksaan berhasil, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yakni:

a. Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (papula, kanalikuli) dan tidak dilakukan pada

tempat dengan lesi yang tidak spesifik.

b. Sebaiknya lesi yang akan dikerok diolesi terlebih dahulu dengan minyak mineral agar tungau dan

produknya tidak larut, sehingga dapat menemukan tungau dalam keadaan hidup dan utuh.

c. Kerokan dilakukan pada lesi di daerah predileksi.

d. Oleh karena tungau terdapat dalam stratum korneum maka kerokan harus dilakukan di

superfisial dan menghindari terjadinya perdarahan. Namun karena sulitnya menemukan tungau

maka diagnosis scabies harus dipertimbangkan pada setiap penderita yang datang dengan

keluhan gatal yang menetap.

Diagnosis Banding :

Penyakit scabies merupakan the great immitator karena

dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan

gatal. Sebagai diagnosis banding ialah prurigo,

pedikulosis korporis, dermatitis, dan lain-lain.

Page 21: Port Oporto

Penatalaksanaan Scabies :

a. Non-Farmakologi :

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan diri dan lingkungan yang kurang baik, oleh

sebab itu untuk mencegah penyebaran penyakit ini dapat dilakukan dengan cara :

Semua anggota keluarga harus diperiksa dan mungkin semua harus diberi pengobatan

secara serentak.

Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu menggunakan sikat untuk

menyikat badan. Sesudah mandi pakaian yang akan dipakai harus disetrika. Semua pakaian,

handuk, sprei, selimut yang telah digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu

direndam dengan air panas.

Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, bantal, kasur harus dibersihkan

dan dijemur dibawah sinar matahari.

Semua peralatan pribadi dan rumah tangga harus dibersihkan sebelum dimulainya

penanganan farmakologi.

b. Farmakologi :

Cara pengobatan scabies ialah dengan melakukan pengobatan kepada seluruh anggota keluarga.

Syarat obat yang ideal ialah :

Harus efektif terhadap semua stadium tungau.

Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.

Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.

Mudah diperoleh dan harganya murah.

1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim.

Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur. Preparat ini juga berbau dan mengotori

pakaian dan kadang-kadang dapat menimbulkan iritasi. Preparat ini dapat dipakai pada bayi

berumur kurang dari 2 tahun.

Page 22: Port Oporto

2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam

selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin

gatal setelah dipakai.

3. Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau losio,

termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan

jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi

seminggu kemudian. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita

hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat.

4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek

sebagai anti scabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.

5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan,

efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh

diulangi setelah seminggu. Tidak dilanjutkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.

Komplikasi :

Bila scabies tidak diobati selama beberapa minggu sampai bulan erupsi dapat berbentuk

limfangitis, impetigo, ektima, selulitis, folikulitis, dan furunkel. Pada anak sering terjadi

glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiscabies yang

berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur dengan

konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari

pada kulit yang tipis. Pemakain antiscabies seperti gamma benzena heksa klorida yang berlebihan dan

sering dapat menimbulkan dermatitis iritan. Hati-hati terhadap penggunaan benzil benzoas pada

genitalia pria. Dapat timbul infeksi sekunder sistemik seperti pielonefritis, abses, internal, pneumonia

piogenik, dan septikemia.

Prognosis :

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta syarat pengobatan dapat

menghilangkan faktor predisposisi, maka penyakit ini memberikan prognosis yang baik.

Page 23: Port Oporto

4. PLAN:

Diagnosis :Scabies

Pengobatan : Krim Permetrin 5% diolesi pada seluruh badan dan dicuci 10 jam kemudian. Loratadin 10mg, 1x1 tablet. Semua anggota keluarga harus diperiksa dan diberi pengobatan. Edukasi higiene pribadi dan lingkungan

PORTOFOLIO 1

No. ID dan Nama Peserta : dr. Artamty Sastry AyulendryNo. ID dan Nama Wahana : BANGKALANTopik : BRONKOPNEUMONIATanggal Kasus : 22 Februari 2013Nama Pasien : An. A /10 bln No. RM :410XX

Page 24: Port Oporto

Tanggal Presentasi : 12 oktober 2012 Pendamping : dr. MahrusTempat presentasi : Ruang Pertemuan Komite MedikObyektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi Tujuan Bahan bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus AuditCara membahas Diskusi Presentasi & diskusi E-mail Pos

Data Pasien Nama : An. A No. Registrasi : 410XXNama Klinik : Telp. Terdaftar sejakData Utama untuk bahan diskusi1. Diagnosis / Gambaran Klinis :

KELUHAN UTAMA : Sesak napas. Pasien datang ke UGD RS. Syarifah Amabami Rato Ebu

dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk timbul terus

menerus, tidak dipengaruhi cuaca, aktivitas, waktu maupun posisi tubuh, tidak disertai dengan

suara napas berbunyi. Riwayat tersedak sebelum timbul sesak napas tidak ada. Keluhan ini

baru pertama kali dialami dan bibir terlihat agak kebiruan. Dan keluhan dirasa semakin

memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

Tiga hari sebelum sesak, pasien mengeluh pilek dan batuk berdahak yang sulit

dikeluarkan, tidak disertai keringat malam dan bersifat tidak terus menerus. Keluhan disertai

demam tinggi yang timbul mendadak dan terus menerus, tidak menggigil dan tidak kejang.

Karena keluhan tersebut pasien dibawa oleh ibunya ke bidan dan diberikan 3 macam obat dan

salah satunya adalah obat penurun panas, tetapi tidak ada perubahan. BAB dan BAK lancar

Diagnosis: Bronkopneumonia

2. Riwayat Pengobatan : Pasien tidak pernah berobat ke manapun terkait dengan keluhannya saat ini

3. Riwayat Kesehatan : Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.4. Riwayat keluarga : Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita sakit seperti ini5. Riwayat Kehamilan : Ibu pasien teratur memeriksakan kehamilannya ke bidan, tidak ada keluhan yang berarti selama kehamilannya.

6. Riwayat Persalinan : Bayi lahir cukup bulan, spontan, langsung menangis, berat badan lahir 3100 gram, panjang 49 cm. Pasien anak pertama di keluarga ini

Page 25: Port Oporto

7. Riwayat ImunisasiB C G : 1x, umur 1 bulanPolio : 4x, umur 1 hari, 2,3,4 bulanD P T : 3x, umur 2,3,4 bulanCampak : 1x umur 9 bulanHepatitis B : Belum pernah8. Riwayat MakananUmur : 0 - 4 bulan : ASI + Susu formula4 - 5 bulan : ASI + Susu formula + Bubur susu + Buah6 – 10 bulan : Susu formula + Bubur susu + Buah + Nasi tim saring9. Lain2 :Daftar Pustaka1. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan I.2. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Depkes.3. Pneumonia, Penyebab Kematian Balita Nomor Satu. Diunduh dari : (http://www.kematian.biz/pdf/article/health/pneumonia-penyebab-kematian-balita-nomor-satu.pdf4.Askep pada Anak dengan Bronkopneumonia. Diunduh dari : (http://hanikamioji.wordpress.com)5. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga Press Surabaya6. Buku Ajar Respirologi Anak. IDAI7. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Airlangga Press Surabaya8. World Health Organization. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit

Hasil Pembelajaran

1. Definisi Bronkopneumonia2. Etiologi Bronkopneumonia3. Epidemiologi Bronkopneumonia4. Klasifikasi Bronkopneumonia5. Patogenesis Bronkopneumonia6. Stadium Bronkopneumonia7. Manifestasi Klinis Bronkopneumonia8. Penegakan Diagnosis Bronkopneumonia9. Pengobatan Bronkopneumonia10.Komplikasi Bronkopneumonia11.Prognosis Bronkopneumonia

SUBYEKTIF : (Heteroanamnesa dari Ibu kandung pasien)Keluhan utama : Sesak napas

Riwayat penyakit sekarang :

Page 26: Port Oporto

Pasien datang ke UGD RS. Syarifah Amabami Rato Ebu dengan keluhan sesak

napas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk timbul terus menerus, tidak

dipengaruhi cuaca, aktivitas, waktu maupun posisi tubuh, tidak disertai dengan suara

napas berbunyi. Riwayat tersedak sebelum timbul sesak napas tidak ada. Keluhan ini

baru pertama kali dialami dan bibir terlihat agak kebiruan. Dan keluhan dirasa

semakin memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

Tiga hari sebelum sesak, pasien mengeluh pilek dan batuk berdahak yang sulit

dikeluarkan, tidak disertai keringat malam dan bersifat tidak terus menerus. Keluhan

disertai demam tinggi yang timbul mendadak dan terus menerus, tidak menggigil dan

tidak kejang. Karena keluhan tersebut pasien dibawa oleh ibunya ke bidan dan

diberikan 3 macam obat dan salah satunya adalah obat penurun panas, tetapi tidak

ada perubahan.

OBYEKTIFPEMERIKSAAN FISIK (22 Februari 2013)

Keadaan umum

Pasien tampak lemah

KU : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Vital SignSuhu badan (aksiler) : 38,5 °C

Nadi : 150 kali /menit, teratur, kuat

Pernapasan : 68 kali /menitBB : 9,2 kgStatus gizi : cukup

Kepala/Leher

Page 27: Port Oporto

Kepala : a/i/c/d -/-/-/-

UUB : Rata, tidak cekung

Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut

Mata : Mata cowong (-), edema palpebral (-),kornea jernih, lensa jernih,

refleks cahaya (+/+).

Telinga : Bentuk normal, simetris, liang lapang, serumen (-/-)

Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), pernafasan cuping hidung (+),

sekret (+)

Mulut : Bibir tidak kering, sianosis (+), lidah tidak kotor, faring tidak

hiperemis, tonsil T1-T1 tenang.

Leher : PKGB (-), JPV (-)

ThoraxUmum

Bentuk : normal, SimetrisKulit : tidak ditemukan kelainanAxilla : tidak ditemukan kelainanRetraksi intercostal (+)

ParuANTERIOR POSTERIOR

Kiri Kanan Kiri Kanan

Inspeksi Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan

Page 28: Port Oporto

pernafasan

simetris

pernafasan

simetris

pernafasan

simetris

pernafasan

simetris

Palpasi Fremitus taktil

= kanan

Fremitus taktil

= kiri

Fremitus taktil

= kanan

Fremitus taktil

= kiri

Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor

Auskulta

si

BronkovesikulerRonkhi basah halus (+)Wheezing (-)

BronkovesikulerRonkhi basah halus (+)Wheezing (-)

BronkovesikulerRonkhi basah halus (+)Wheezing (-)

BronkovesikulerRonkhi basah halus (+)Wheezing (-)

Jantung

Inspeksi Iktus cordis: tidak tampakPalpasi Iktus: teraba, di ICS V MCL sinistra (Apex)

Thrill: tidak didapatPerkusi Batas kanan: ICS III-IV Parasternal line dextra

Batas kiri: ICS V, 1 cm lateral MCL sinistraAuskultasi S1, S2: tunggal

Suara Tambahan: tidak didapat (murmur (-), gallop (-) )

Abdomen

- Inspeksi : Datar, simetris

- Palpasi : Supel, turgor cukup, hepar dan lien tidak teraba.

- Perkusi : Timpani.

- Auskultasi : Bising usus (+) normal.

ExtrimitasAtas Umum:

-Akral: Hangat, kering, merah-Tidak didapat deformitas-Eritema Palmaris: tidak didapat

Sendi: tidak didapat kelainanKuku: tidak didapat kelainan, CRT<2”

Page 29: Port Oporto

Bawah Umum: -Akral: Hangat, kering, merah-Tidak didapat deformitasEdema: -, CRT<2”

Genitalia Perempuan, tidak ada kelainan

ASESSMENTBronkopneumonia

PLANDiagnosis :

Pemeriksaan laboratorium: DL Pemeriksaan radiologis : Foto Thorax AP

Pengobatan :Non Farmakologis

- Bed Rest

Farmakologis

1. Pasang O2 3 liter per menit

2. Nebulizer ½ ampul combivent ( 1,2 cc )

3. Infus KAEN 4B 13-15 tts/menit (makro drip)

4. Inj. Taxegram 2 x 200 mg IV

5. Inj. Santagesic 3 x 0,3 cc IV

6. Inj. Kalmethason 3 x ½ ampul ( 2mg ) IV

7. Diet makanan lunak

Kalori : 680 Kkal/hari

Protein : 13,6 gr/hr

Pendidikan : a. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit, tindakan yang akan

dikukan, prognosa dan pengobatan

Page 30: Port Oporto

b. Memotivasi keluarga pasien untuk meminumkan obat teratur kepada pasien

Konsultasi : Konsul dokter spesialis anak

Kontrol :Klinis : keadaan umum dan keluhan sesakVital sign: GCS, nadi, RR, temp

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

SubjektifSesak nafas Tiga hari sebelum sesak, pasien mengeluh pilek dan batuk berdahak yang sulit dikeluarkan, tidak disertai keringat malam dan bersifat tidak terus menerus. Keluhan disertai demam tinggi yang timbul mendadak dan terus menerus, tidak menggigil dan tidak kejang. Karena keluhan tersebut pasien dibawa oleh ibunya ke bidan dan diberikan 3 macam obat dan salah satunya adalah obat penurun panas, tetapi tidak ada perubahan. sesak napas tidak dipengaruhi cuaca, aktivitas, waktu maupun posisi tubuh, tidak disertai dengan suara napas berbunyi. Riwayat tersedak sebelum timbul sesak napas tidak ada. Keluhan ini baru pertama kali dialami dan bibir terlihat agak kebiruan. Dan keluhan dirasa semakin memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.ObjektifDari pemeriksaan fisik, dan anamnesa riwayat perjalanan penyakit mendukung diagnosis Bronkopneumonia

Frekuensi pernapasan 68x/menit Demam dimana temperatur 38,50C Pernafasan cuping hidung (+) Retraksi intercostal (+) Pada auskultasi didapatkan bronkovesikuler, ronkhi basah halus (+)seluruh

lapangan paru

AssessmentPneumonia itu sendiri merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh infeksi akut,

biasanya disebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan adanya konsolidasi sebagian dari salah

satu atau kedua paru. Sedangkan bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis

merupakan peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini menyebar membentuk

Page 31: Port Oporto

bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus

terminal. Bronkopneumonia sebagai penyakit yang menimbulkan gangguan pada sistem

pernafasan, merupakan salah satu bentuk pneumonia yang terletak pada alveoli paru.

Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini dikarenakan respon

imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Tercatat bakteri sebagai penyebab

tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak adalah Streptococcus pneumoniae dan

Haemophilus influenzae. Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita

bronkopneumonia berulang atau bahkan bisa anak tersebut tidak mampu mengatasi

penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor imunitas, faktor iatrogen juga memacu

timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anestesia, pengobatan dengan

antibiotika yang tidak sempurna.

Penderita datang dengan keluhan utama sesak nafas. Dari keluhan ini dapat dipikirkan

adanya kelainan pada paru-paru, jantung, kelainan metabolic seperti asidosis dan uremia

serta adanya kelainan di otak. Dari heteroanamesis tidak didapatkan keluhan BAK sehingga

kemungkinan kelainan metabolic dapat disingkirkan. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan

penurunan kesadaran sehingga kelainan disentral dapat disingkirkan, selain itu dari hasil

pemeriksaan pada jantung didapatkan dalam batas normal sehingga kelainan pada jantung

dapat disingkirkan. Oleh karena itu dapat dipastikan merupakan kelainan pada paru.

Dari heteroanamesa didapatkan pasien mengalami batuk serta demam, sehingga

dapat dipikirkan adanya suatu penyakit infeksi. Selain itu, didapatkan ronki basah halus

nyaring dan frekuensi pernapasan meningkat yang khas untuk gejala bronkopneumonia,

sehingga diagnosis bronkopneumonia pada pasien ini dapat ditegakkan.

Terapi untuk pasien ini diberikan O2 nasal 2-3 liter/menit karena pasien mengalami

sesak nafas. Dilakukan stop oral pada pasien ini dan pemberian ASI lewat NGT karena

dikhawatirkan terjadi aspirasi karena pasien masih sesak

Prognosis penderita ini adalah dubia ad bonam untuk quo ad vitam dan functionam

karena pada pasien ini telah dilakukan pengobatan yang adekuat serta belum ada tanda-

Page 32: Port Oporto

tanda yang mengarah pada komplikasi.

PlanDiagnosis

Pemeriksaan laboratorium: DL

Pemeriksaan radiologis : Foto thorax AP

Terapi

Non Farmakologis

- Bed Rest

Farmakologis

1. Pasang O2 3 liter per menit

2. Nebulizer ½ ampul combivent ( 1,2 cc )

3. Infus KAEN 4B 13-15 tts/menit (makro drip)

4. Inj. Taxegram 2 x 200 mg IV

5. Inj. Santagesic 3 x 0,3 cc IV

6. Inj. Kalmethason 3 x ½ ampul ( 2mg ) IV

7. Diet makanan lunak

Kalori : 680 Kkal/hari

Protein : 13,6 gr/hr

Pendidikan : a. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit, tindakan yang akan dikukan,

prognosa dan pengobatan

b. Memotivasi keluarga pasien untuk meminumkan obat teratur kepada pasien

Konsultasi : Konsul dokter spesialis Anak

Page 33: Port Oporto

Kontrol :Klinis : keadaan umum dan keluhan sesakVital sign: GCS, Tensi darah, nadi, RR, temp

Bangkalan, 12 Oktober 2012

Peserta Pembimbing

(dr. Artamty Sastry A.) (dr. Mahrus)

Borang Portofolio Kasus Medis

No. ID dan Nama Peserta 2010.02.01.63/ dr. Dian Rosanti Khalid

Page 34: Port Oporto

No. ID dan Nama Wahana RSUD Kota Padang PanjangTopik OxyuriasisTanggal (kasus) 03 Maret 2010Nama Pasien M. R No. RM 2876Tanggal Presentasi 10 April 2010 Pendamping dr. Endayani T, MPHTempat Presentasi Ruang Konfrens RSUD Kota Padang PanjangObjektif Presentasi

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ DeskripsiAnak, laki-laki, usia 3 tahun, datang dengan keluhan gatal pada anus sejak 7 hari yang lalu

□ Tujuan Menegakkan diagnosis, penatalaksanaan dan pencegahan OxyuriasisBahan

Bahasan□ Tinjauan Pustaka □ Riset

□ Kasus□ Audit

Cara Membahas □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ PosData Pasien Nama : M. R No. Registrasi : 2876

Nama RS : RSUD Kota Padang Panjang Telp : Terdaftar sejak :

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Oxyuriasis, gatal pada anus sejak 7 hari yang lalu, terutama pada malam hari, ibu pasien pernah melihat cacing kecil berwarna putih keluar dari anus pasien. Pasien rewel dan nafsu makannya menurun.

2. Riwayat Pengobatan : Sudah mendapatkan Pirantel Pamoat 1 1/5 tablet, tetapi belum ada perbaikan.

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

4. Riwayat Keluarga : Anak kedua dari 2 orang bersaudara, tinggal bersama orang tua. Kakak pasien menderita sakit seperti ini ± 3 minggu sebelum pasien.

5. Riwayat Pekerjaan : -

6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tinggal bersama orang tua dan 1 orang kakak, rumah semi permanen, ventilasi kurang baik, hygiene dan sanitasi kurang baik, jarak rumah dengan rumah tetangga dekat.

7. Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) : lengkap.8. Lain-lain : -

Daftar Pustaka :

Page 35: Port Oporto

1. Buku Parasitologi Kedokteran FKUI.2. Buku Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2008.

Hasil Pembelajaran :1. Diagnosis Oxyuriasis.2. Edukasi mengenai faktor resiko yang menyebabkan terjadinya penyakit Oxyuriasis.3. Tata laksana pasien Oxyuriasis.4. Pencegahan penyakit Oxyuriasis dari segi lingkungan.5. Edukasi pada orangtua tentang Oxyuriasis.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio1. Subjektif :

Gatal pada anus sejak 7 hari yang lalu. Gatal terutama dirasakan pada malam hari. Ibu pasien pernah melihat cacing keluar dari anus pasien saat pasien mengeluhkan gatal pada malam hari. Cacing berukuran kecil, tipis, dan berwarna putih. Ibu kemudian membawa pasien berobat ke Poskeskel dekat rumah pasien. Pasien mendapat obat Pyrantel Pamoat 2 tablet. Pasien disuruh memakan 1 1/5 tablet, tetapi pasien hanya makan 1 tablet. Karena keluhan masih dirasakan pasien, ibu pasien membawa pasien berobat ke puskesmas.

Tidur kurang sejak 7 hari yang lalu. Pasien menjadi lebih rewel dan kurang nafsu makan. Demam tidak ada. Batuk tidak ada. Sesak nafas tidak ada. Keluar cacing melalui mulut atau hidung tidak ada. Mual tidak ada. Muntah tidak ada. Sakit perut tidak ada. Gatal pada tempat lain tidak ada. BAK jumlah dan warna biasa. BAB warna dan konsistensi biasa. Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat penyakit keluarga: kakak pasien menderita sakit seperti ini 3 minggu

yang lalu. Riwayat kehamilan ibu : selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat,

kontrol secara teratur, hamil cukup bulan. Riwayat persalinan : Lahir spontan ditolong bidan, saat lahir langsung menangis

kuat, berat badan lahir 3400 gram, panjang badan 46 cm, tidak ada riwayat kejang, biru, dan kuning saat lahir.

Riwayat imunisasi : lengkap Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tinggal bersama orang tua dan 1 orang

Page 36: Port Oporto

kakak, rumah semi permanen, ventilasi kurang baik, hygiene dan sanitasi kurang baik, jarak rumah dengan rumah tetangga dekat.

2. Objektif :a. Vital sign

KU : sakit sedang Kesadaran : sadar/aktif Frekuensi nadi: 84 x/menit Frekuensi nafas: 14 x /menit Suhu : 37,5 0C Berat badan : 15 kg Tinggi badan : 92 cm sianosis(-), pucat(-), ikterik(-)

b. Pemeriksaan sistemik Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis. Kepala : Bentuk normal, rambut hitam, tidak mudah dicabut. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter

2 mm, refleks cahaya +/+ Normal. THT : Tidak ada kelainan. Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah. Leher : Tidak ada kelainan. KGB : Tidak teraba pembesaran KGB pada leher, axilla, dan

inguinal. Thoraks : Jantung dan paru dalam batas normal. Abdomen

Inspeksi : tidak membuncit.Palpasi : distensi (-), hepar dan lien tidak teraba. Perkusi : timpani.Auskultasi : bising usus (+) Normal.

Punggung : Tidak ada kelainan. Alat kelamin : Tidak ada kelainan. Anus : Terlihat luka lecet bekas garukan pada kulit di sekitar

anus. Ekstremitas : Akral hangat, refilling kapiler baik, sianosis (-), kuku

tangan panjang dan berwarna hitam, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-. 

c. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan darah tidak dapat dilakukan karena di puskesmas hanya dapat

Page 37: Port Oporto

dilakukan pemeriksaan labor sederhana.2. Pemeriksaan tinja juga tidak dapat dilakukan karena reagen expired.

3. Assesment (penalaran klinis) :Pasien ini didiagnosis oxyuriasis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

fisik. Dari anamnesis ditemukan gejala klinis pada pasien ini adalah gatal pada anus yang dirasakan terutama pada malam hari. Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan, menjadi lebih rewel, dan sulit tidur. Selain itu, ibu pasien juga pernah melihat cacing kecil, tipis, berwarna putih keluar dari anus pasien saat malam hari. Gejala-gejala diatas sesuai dengan gejala klinis oxyuriasis pada literatur. Penemuan cacing oleh ibu pasien menjadi tanda patognomonis untuk penyakit ini. Dari pemeriksaan fisik hanya ditemukan luka bekas garukan pada anus pasien. Status gizi pasien baik dan tidak ditemukan tanda-tanda anemia pada pasien ini. Di literatur juga disebutkan bahwa jarang kasus oxyuriasis yang menyebabkan gizi kurang dan anemia. Diagnosis pasti dari oxyuriasis adalah ditemukannya cacing atau telur cacing. Pada pasien ini tidak dapat dilakukan pemeriksaan feses karena reagennya telah kadaluarsa. Selain itu, pada literatur disebutkan jarang sekali kita dapat menemukan telur cacing kremi pada feses pasien. Pasien ini diterapi dengan pirantel pamoat 150 mg dosis tunggal, dan dianjurkan untuk kembali 2 minggu kemudian jka keluhan tidak berkurang. Kemudian diberikan CTM 3 x 2 mg untuk 3 hari. Selain itu juga diberikan penyuluhan mengenai seluk beluk penyakit cacing kremi ini, mulai dari pengertian, penyebab, gejala penyakit, penularan, pengobatan, komplikasi dan prognosis. Hal yang lebih penting lagi adalah menganjurkan seluruh anggota keluarga untuk berobat ke puskesmas. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum makan, setelah bermain, dan BAB, memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku, menghilangkan kebiasaan menggigit kuku, mencuci sprei minimal 2x / minggu, membersihkan jamban setiap hari, dan menghindari penggarukan pada anus karena akan mencemari jari-jari tangan dan dapat menyebabkan terjadinya luka pada kulit tersebut.

Page 38: Port Oporto

4. Plan :

Diagnosis klinis : Oxyuriasis.

Diagnosis sosial : Kurangnya kebersihan lingkungan tempat tinggal.

Pengobatan :a. Promotif :

Diberikan penyuluhan mengenai seluk beluk penyakit cacing kremi ini, Mulai dari pengertian, penyebab, gejala penyakit, penularan, pengobatan, komplikasi dan prognosis.

Seluruh anggota keluarga dianjurkan untuk berobat ke puskesmas.b. Preventif :

Mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum makan, setelah bermain, dan BAB.

Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku. Menghilangkan kebiasaan menggigit kuku. Mencuci sprei minimal 2x / minggu. Membersihkan jamban setiap hari. Menghindari penggarukan pada anus karena akan mencemari jari-jari tangan

dan dapat menyebabkan terjadinya luka pada kulit tersebut.c. Kuratif :

Pyrantel Pamoat 1 x 150 mg ( 1 1/5 tablet ) dosis tunggal. Kepada ibu pasien diterangkan agar datang kembali ke puskesmas 2 minggu kemudian.

CTM 3 x ½ tablet.

Pendidikan :Kepada orangtua dijelaskan mengenai penyakit ini dan cara mencegahnya. Apabila ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala penyakit ini segera bawa berobat ke puskesmas atau ke RS terdekat. Pencegahan pada penyakit ini sangat penting karena faktor resiko penyakit ini adalah faktor hygiene dan lingkungan yang kurang baik.

Konsultasi : Perlu dilakukan konsultasi kepada spesialis anak apabila terdapat komplikasi dari penyakit ini, seperti gangguan pertumbuhan atau gangguan gizi.

Page 39: Port Oporto

Kasus

Topik: Kejang Demam

Tanggal (kasus): 30 Mei 2012 Persenter: dr. Ni Putu Andina Kluniari, S.Ked

Tangal presentasi: 4 Juli 2012 Pendamping: dr. Putu Kusumawati

Tempat presentasi: RS Tk IV Singaraja

Obyektif presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia

Deskripsi: perempuan berumur 7 bulan, kejang, kaki dan tangan menghentak, panas tinggi

Tujuan: menegakkan diagnosis dan melakukan penatalaksanaan

Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus

Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email

Data pasien: Nama: LM Nomor Registrasi:

Nama klinik: Telp:- Terdaftar sejak: 31 Mei 2012

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: Pasien didiagnosis kejang demam karena pasien mengalami kejang disertai dengan demam, dimana dari anamnesis didapatkan pasien mengalami kejang, tangan dan kaki menghentak, mata mendelik keatas sejak 10 menit sebelum masuk rumah sakit dan demam sejak 2 hari yang lalu. Riwayat kejang tanpa demam sebelumnya disangkal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien kejang, dan suhu axial 38,30C. Dari data yang diperoleh keluhan yang dialami pasien menjurus kearah kejang demam

Page 40: Port Oporto

2. Riwayat pengobatan: Pasien sempat dibawa ke Sp.A 1 hari sebelumnya, diberi obat dalam bentuk puyer

3. Riwayat kesehatan/ Penyakit: Pasien Lahir spontan ditolong bidan, BBL 3800 gram, langsung menangis, kelainan (-). Pasien tidak memiliki riwayat kejang dengan panas sebelumnya.

4. Riwayat keluarga: keluarga pasien tidak ada yang pernah menderita kejang dengan panas dan kejang

5. Riwayat pekerjaan: Pasien tidak bekerja

Daftar Pustaka:

a. Moe P.G., Seay A.R. Neurologic & Muscular Disorder. In: Current Pediatric Diagnosis & Treatment. Editor: Hay W.W et al. eds 162003. USA. Lange Medical Books/McGrow-Hill. p 717-45.

b. Johnston M.V. Seizures in Childhood. In: Nelson Textbook of Pediatrics. Editor: Behrman, Kliegman, Jenson. Eds 17Pensylvania. Saunder. p 1993-2011

c. Gascon G.G., Mikati M.A. Seizures and Epilepsy. In: Textbook of Clinical Pediatrics. Editor: Elzouki AV, Hanfi HA, Nazer H. 2001. Philadephia. William & Wilkins. p 1414-24.

d. Behrman R.E., Kliegman R.M. Nelson Essentials of Pediatrics. eds 4 th. 2002. Pennsylvania. WB Saunders Company. p 793-800

e. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. 2002. Jakarta. Percetakan Infomedika. hal 847-55.

Hasil pembelajaran:

1. Diagnosis kejang demam

2. Mekanisme terjadinya kejang pada kejang demam

4. Menggali faktor risiko yang mungkin dari kejang demam

5. Medika mentosa penatalaksanaan kejang demam ditinjau dari fungsi dan kinerja obat tersebut

6. Edukasi mengenai penatalaksaan non medikamentosa

7. Edukasi untuk pencegahan terjadinya kejang demam

Page 41: Port Oporto

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

Page 42: Port Oporto

1. Subyektif: Pasien datang diantar oleh ibunya dalam keadaan tidak sadar, dengan mata medelik ke atas. Sebelumnya pasien dikatakan kejang dimana kaki dan tangan pasien menghentak, mulut tidak berbuih. Lama kejang sekitar 10 menit. Sebelumnya pasien dikeluhkan panas tinggi mendadak sejak 2 hari yang lalu. Panas tidak turun dengan penurun panas. Pasien juga dikeluhkan muntah 1 kali tadi pagi sebelum masuk Rumah Sakit. Makan/minum menurun setelah sakit. BAK (+) normal, BAK terakhir kurang lebih ½ jam SMRS. Satu hari sebelumnya pasien sempat berobat ke dokter spesias ana, diberi obat dalam bentuk puyer. Sebelumnya memiliki riwayat kejang dengan panas. keluarga pasien tidak ada yang pernah menderita kejang dengan panas dan kejang. Pasien lahir spontan ditolong bidan dengan berat badan lahir 3800 gram, langsung menangis, tidak terdapat kelainan. Riwayat imunisasi lengkap sesuai umur.

2. Objektif: Status present pada pasien didapatkan temperature axial 38,50 C, GCS E1V1M3. Status general pada pasien ini dalam batas

normal. Pada pemeriksaan status neurologi didapatkan pasien kejang, tidak ditemukan tanda-tanda perangsangan meningeal.

Kernig sign (-), Brudzinsky I/II : -/-. Tenaga dan tonus normal.

3. ”Assessment”:Pasien didiagnosis kejang demam karena pasien mengalami kejang disertai dengan demam, dimana dari anamnesis didapatkan pasien mengalami kejang, tangan dan kaki menghentak, mata mendelik keatas sejak 10 menit sebelum masuk rumah sakit dan demam sejak 2 hari yang lalu. Riwayat kejang tanpa demam sebelumnya disangkal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien kejang, GCS E1V1M3 dan suhu axial 38,30C. Pada kasus ini pasien memenuhi kriteria kejang demam sederhana, yaitu Kejang biasanya bersifat umum, tonik klonik dan berlangsung kurang dari 15 menit dimana pada pasien kejang berlangsung 10 menit. Tidak ada kelainan yang permanen atau sebelumnya tidak menunjukkan kejang tanpa panas. Kejang ini biasanya terjadi pada umur penderita 6 bulan sampai 5 tahun, saat ini pasien berumur 7 bulan. Demam dan atau kejang tidak disebabkan oleh meningitis, ensefalitis atau penyakit yang mempengaruhi otak.

4. ”Plan”:Diagnosis: untuk mengetahui penyebab demam dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan widal, untuk menyingkirkan kemungkinan pasien mengalami epilepsy disarankan melakukan pemeriksaan EEG

Pengobatan: Pada pasien diberikan diazepam rektal pada saat kejang dengan dosis 5 mg karena umur pasien dibawah 3 tahun. Diberikan penurun panas berupa pamol supositoria dengan dosis 125 mg. Pasien diberikan antibiotic berupa biocef, karena dicurigai penyebab demam adalah infeksi

Pendidikan: Dilakukan pada orang tua pasien, pengobatan yang diberikan pada saat anak mengalami demam, untuk mencegah terjadinya kejang demam. Antipiretik yang dapat digunakan adalah Paracetamol atau asetaminofen 10 - 15 mg/kg BB/kali diberikan 4 kali, Ibuprofen 10 mg/kg BB/kali, diberikan 3-4 kali sehari. Antikonvulsan pada saat kejang dengan pemakaian Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam.

Page 43: Port Oporto

Topik: VARICELLA

Tanggal (kasus): 28 Januari 2013 Persenter: dr. Ida Bagus Aditya Nugraha, S. Ked

Tanggal presentasi : 09 Maret 2013 Pendamping: dr. I Gede Karnaya

Tempat presentasi: Ruang Aula Pertemuan Puskesmas Seririt 1

Obyektif presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia

Deskripsi: Pasien perempuan 6 tahun datang dengan keluhan muncul bintik-bintik merah pada seluruh tubuh mulai 3 hari yang

lalu. Bintik merah disertai rasa gatal, di mana awalnya pada daerah wajah kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

Tujuan : Untuk mengetahui gejala klinis, dapat mendiagnosis serta melakukan penatalaksanaan yang tepat pada pasien varicella.

Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus

Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email

Data pasien: Nama: Putu Ariani Nomor Registrasi: -

Nama RS/PUSKESMAS Puskesmas Seririt 1 Jalan Raya Seririt-Gilimanuk Singaraja (0362)92531

Data utama untuk bahan diskusi:

Page 44: Port Oporto

2. Diagnosis/ Gambaran Klinis:

Dari anamnesis, didapatkan keluhan utama timbul bintik-bintik kemerahan mulai 3 hari yang lalu. Bintik-bintik merah berisi cairan berwarna

bening yang setelah digaruk meninggalkan bekas. Keluhan demam, serta nyeri pada daerah yang terdapat bintik-bintik tersebut disangkal.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan gambaran vesikel soliter dengan dasar kulit yang eritema mulai dari wajah sampai ke dada, dan

punggung. Terdapat pula gambaran beberapa vesikel yang pecah akibat bekas garukan dan beberapa bekas vesikel yang sudah mengering.

2. Riwayat Pengobatan:

Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan untuk mengurangi keluhan saat ini.

6. Riwayat Kesehatan/ Penyakit:

Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.

7. Riwayat Keluarga:

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama.

8. Riwayat Pekerjaan:

Pasien masih sekolah di SD 1 Patemon dan duduk di kelas 1.

9. Lain-lain :

-

Daftar Pustaka:

1.Djuanda Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007.

2. Lab/SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin.

Udayana/RSUP Sanglah. Denpasar : 2007.

3. Mansjoer Arif, Suprohaita, Ika Wahyu, Setiowulan Wiwiek. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta : 2000.

4. Dumasari Lubis, Ramona. Varicella dan Herpez Zooster. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara. 2008.

Hasil pembelajaran:

Page 45: Port Oporto

1. Mengetahui gejala klinis varicella.

2. Menegakkan diagnosis varicella.

3. Dapat melakukan penatalaksanaan yang tepat pada varicella.