Porposal Lengkap

27
PROPOSAL PENELITIAN MENGANALISIS JENIS-JENIS MANGROVE DAN STRUKTUR KOMUNITAS VEGETASI MANGROVE YANG TERDAPAT DI TANJUNG BATU KELURAHAN PANTAI AMAL LAMA OLEH: ASMINI SUPRIYANTI NPM : 12.601030.054 JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN 2015

Transcript of Porposal Lengkap

  • PROPOSAL PENELITIAN

    MENGANALISIS JENIS-JENIS MANGROVE DAN STRUKTURKOMUNITAS VEGETASI MANGROVE YANG TERDAPAT DI

    TANJUNG BATU KELURAHAN PANTAI AMAL LAMA

    OLEH:

    ASMINI SUPRIYANTI

    NPM : 12.601030.054

    JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN2015

  • iPROPOSAL PENELITIAN

    MENGANALISIS JENIS-JENIS MANGROVE DAN STRUKTURKOMUNITAS VEGETASI MANGROVE YANG TERDAPAT DI

    TANJUNG BATU KELURAHAN PANTAI AMAL LAMA

    OLEH:

    ASMINI SUPRIYANTI

    NPM : 12.601030.054

    JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN2015

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telahmelimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dankemampuan kepada penulis dalam menyusun proposal penelitian sehingga penulisdapat menyelesaikan tepat pada waktunya.

    Porosal ini di ajukan sebagai menyelesaikan program S1 dalam menyusunpenelitian ini saya banayak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik dari pikirandan dorongan.

    Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada:

    1. Bapak Endik Deni Nugroho. M.pd. selaku dosen pengampuh mata kuliah ini2. Teman-teman sekalian yang memberikan kami semangat dan dorongan dalam

    penyelesaian lapran ini.

    Di dalam racangan penelitian penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuandan bimbingan yang mendukung dari berbagai pihak baik itu berupa saran-saran danmasukan, maka penulis akan banyak mengalami kesulitan dan hambatan yang cukupberarti. Bantuan dan bimbingan tersebut merupakan faktor pendukung yang sangatpenting dan bermanfaat bagi penulis.

    Tarakan, 3 Januari 2015

    Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    JUDUL........................................................................................................................ i

    KATA PENGANTAR................................................................................................ ii

    DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

    BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1

    A. Latar Belakang....................................................................................................1

    B. Rumusan Masalah...............................................................................................3

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................................3

    D. Manfaat Penelitian ..............................................................................................3

    BAB II KAJIAN PUSTAKA .....................................................................................4

    A. Tujuan Umum Hutan Mangrove.........................................................................4

    B. Karakteristik Morfologi Mangrove ............................................................... 5

    C. Struktur Vegetasi Mangrove .........................................................................10

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................17

    A. Waktu dan tempat ...............................................................................................17

    B. Poulasi dan sampel .............................................................................................17

    C. Alat dan Bahan .....................................................................................................17

    D. Metode Penelitian.................................................................................................18

    E. Prosedur Penelitian...............................................................................................19

    F. Analisis Data ........................................................................................................20

    DAFTAR PUSTAKA

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kota Tarakan merupakan suatu pulau yang terletak di bagian utara

    Kalimantan Utara, yang secara geografis terlatak pada 30 14, 23 30 26,37

    lintang Utara dan 1170 30,30 1170 40, 12 Bujur Timur, terdiri dari 2

    (dua) pulau, yaitu Pulau Tarakan dan pulau sadau dengan luas wilayah

    mencapai 657,33 km2 . Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut:

    sebelah utara : Kecamatan Pulau bunyu, sebelah Timur: Laut Sulawesi,

    Sebelah Selatan : Kecamatan Tanjung palas, Sebelah Barat : Kecamatan

    sesayap dan Kecamatan Sekatak. Kota tarakan terdapat Pantai yang

    terkenal sebagai tempat objek wisata salah satunya pantai Amal, Pantai

    Amal terdiri dari 2 buah pantai yaitu pantai Amal Baru dan Pantai Amal

    Lama, pantai ini terletak di kelurahan Pantai Amal Lama Kecamatan

    Tarakan Timur. Pemandangan di pantai amal sangat indah karena

    memiliki banyak pohon kelapa dan sebagaian tempat Pantai Amal Lama

    ada terdapat juga seperti pohon-pohon Bakau yang hamper memenuhi

    bibir pantai sepanjang bibir pantai hingga terlatak bagian Tanjung batu

    Kelurahan Pantai Amal Lama. Di temapat tersebut terdapat suatu hutan

    yang disebut Hutan Mangrove

  • 2Hutan Mangrove juga disebut Hutan bakau, Hutan mangrove

    adalah hutan yang tumbuh atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada

    garis pantai dan di pengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh

    khusunya di tempat-tempat dimana terjadi pelumpulan dan akumulasi

    bahan organic. Baik diteluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak.

    Maupun disekitar muara sungai dimana air melambat dan mengendapkan

    lumpur yang dibawanya dari hulu.

    Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya

    pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya abrasi tanah, salinitas

    tanahnya yang tinggi, serta mengalami dau penggenangan oleh pasang-

    surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat

    semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakkan bersifat khas hutan bakau

    karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi. Bermacam-macam

    jenis tumbuhan yang hidup di sekitar. Mengingat pentingnya hutan

    mangrove dalam mempertahankan dan meningkatkan produktivitas bota

    laut, maka usaha konservasi hutan mangrove merupakan hal yang harus

    diperhatikan.

    Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik ingin

    melakukan penelitian dengan judul Menganalisis jenis-jenis Mangrove

    dan Struktur Komunitas Mangrove yang terdapat di Tanjung Batu,

    Kelurahan Pantai Amal Lama.

  • 3B. Rumusan Masalah

    Melihat kondisi daerah kota tarakan yang sedikit akan

    keanekaragman mangrove khususnya daerah tanjung batu kelurahan

    pantai amal lama kota tarakan, maka peneliti ingin menganalisis jenis-jenis

    mangrove dan struktur komunitas mangrove yang terdapat di daerah

    tersebut.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis mangrove

    yang mendominasi yang terdapat di daerah Tanjung batu

    Kelurahan Pantai amal lama kota trakan.

    2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas yang

    terdapat di daerah Tanjung Batu Kelurahan Pantai Amal Lama.

    D. Manfaat penelitian

    1. Bagi Mahasiswa, sebagai informasi bahan referensi pada mata

    kuliah biologi laut dan Ekologi Tumbuhan serta informasi lanjutan

    bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Biologi.

    2. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi ilmiah tentang struktur

    komunitas vegetasi mangrove yang terdapat di Tanjung batu

    Kelurahan Pantai Amal Lama.

  • 4BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Hutan Mangrove

    Mangrove merupakan kombinasi antara kata Mangue (bahasa

    protugis) yang berarti tumbuhan dan Grove (bahasa inggris) yang berrti

    belukar (Arief, 2003), selanjutnya menurut Mastaller (dalam Noor, 2006)

    bahwa kata Mangrove berasal dari kata melayu kuno yaitu mangi-mangi

    yang di gunakan untuk menerangkan marga Avecennia.

    Menurut arief, 2003 Mangrove di katakan sebagai hutan yang

    terdapat disepanjang pantai dan muara sungai yang masih di pengaruhi

    oelh pasang surut air laut, yakni tergenang pada saat pasang dan bebas

    genangan saat surut. Selanjutnya menurut kitamura (2003) menyatakan

    bahwa mangrove merupaka tumbuhan tropis dan komunitasnya di daerah

    pasang surut.. Daerah psang surut merupakan daerah yang mendapat

    pengaruh pasang surut dan terletak di sepanjang garis tepi pantai termasuk

    tepi laut, muara sungai dan tepi sungai.

    Berdasarkan uraian tersebut, hutan mangrove dapat dikatakan

    sebagai vegetasi pantai tropis dan su-tropis yang didominasi oleh

    bebetapa spesies mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada

    daerah pasang surut, lumpur dan berpasir. Namun demikian tidak semua

  • 5pantai ada terdapat pohon mangrove, karena unutk pertumbuhannya

    memiliki persyaratan, anatara lain adalah kondisi pantainya terlindung dan

    relative tenang, landai dan mendapat sedimen dari muara sungai.

    Hutan mangrove sering di katakan hutan bakau. Baku sebenarnya

    hanya salah satu spesies tumbuhan yang menyusun hutan mangrove, yaitu

    rhizopora sp yang merupakan spesies yang mendominasi hutan mangrove.

    Meskipun demikian penggunaan istilah hutan bakau untuk

    menggambarkan hutan mangrove kurang tepat karena dalam kawasan

    mangrove terdapat beberapa jenis spesies yang berasosiasi di dalamnnya.

    B. Karakteristik Morfologi Mangrove

    Terdapat beberapa spesies mangrove yang menyusun vegetasi

    mangrove termasuk dalam genus Rhizophora, Sonneratia, Avicennia

    Xylocarpus dan dari uku palma Nypa Fructicans (Arief 2003). Berikut

    beberapa cirri morfologi dari setiap spesies tumbuhan mengrove dengan

    melihat karakteristik morfologi akar, daun bunga dan buah yaitu :

    1. Rhizopora apiculata blume

    Rhizopora apiculata dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian

    15 m pada habitat yang baik dengan sistem perakaran berupa akar

    tunjang. Daun sebelah atas berwarna hijau sampai kuning kehijauan.

    Bagian bawahnya hijau kekuningan dan memiliki binitk-binitk hitam

    kecil yang menyebbar diseluruh permukaan bawah daun. Panjang daun

    antara 9-18 cm dan berbentuk elips. Bunganya selalu kembar dengan

  • 6panjang kelopak antara 12-14 mm, lebarnya antara 9-10 mm, berwrana

    orens kekuningan. Panjang buahnya antara 20-25 cm berdiameter 1,3-

    1,7 cm, buahnya berwarna hiaju sampai kecoklatan dan kulit buah

    kasar (kitamura,2003).

    2. Rhizopora Mucronata

    Bakau besar merupakan salah satu spies mangrove yang

    banyak digunakan masyarakat unutk mengambil kayunya sebagai

    bahan keperluan rumah tangga. Bakau merupakan spesies mangrove

    yang umum di jumpai karena oenyebaran yang luas. Spesies ini dapat

    tumbuh mencapai 25 meter dan berakar tunjang.bentuk daunnya lebar

    dengan panjang mecapai 15-20 cm, berwarna hijau kekuningan,

    terdapat bercak hitam kecil, yang menyebar pada permukaan bawah

    daun.

    Bunga berwarna putih dengan rangkaian bunga 4-8 kelopak

    bunga yang terletak diketiak daun dan berukuran kecil. Buahnya

    berbentuk memanjang dengan ukuran mencapai 70 cm dan meruncing

    pada bagian ujungnya. Kulit batang berwrna coklat sampai abu-abu

    gelap dengan permukaan yang kasar. Akar berbentuk tongkat yang

    keluar dari batang dan memiliki lentisel untuk pernafasan (noor,2006).

    3. Sonneratia Alba J.E.Smith/S.Caesolaris (L).Eng

    Tumbuhan mangrove spesies ini paling banyak dijumpai adalah

    sonneratia laba. Spesies ini biasanya tumbuh bersama dengan

  • 7Sonneratia Caseolaris. Sehingga sulit unutk membedakan kedua

    spesies ini. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan

    melihat bunganya. Spsies Sonneratia Alba dapat tumbuh hingga

    menacapai ketinggian 16 meter. Sonneratia Caseolaris memiliki akar

    berupa akar napas dengan kulit halus dan sinneratia Alba berakar banis

    dan akar papan dengan kulit kayu halus dan berwarna coklat.

    Susunan daun tunggal bersilang dengan bentuk daun bulat

    telur sungsang unutk spesies Sonneratia Alba dan panjang 10-15 cm

    sedangkan spesies sonneratia Caseolaris bentuk daunnya jorong dan

    panjang 4-8 cm.

    Bunga Spsies Sonneratia Alba berwarna putih sedangkan sonneratia

    caesolaris berwarna merah. Buahnya agak besar dengan lebar 4 cm dan

    berwarna hijau denganbentuk seperti bintang dank eras. Kulit batang

    hijau, berwarna krem sampai coklat dan Nampak agak retak-retak

    dengan akar napas, beebentuk kerucut (Kitamura, 2003).

    4. Avicennia Marina (Forsak) Vierh

    Api-api (Grey mangrove) spesies mangrove ini umumnya hidup

    pada substrat berpasir atau berlumpur tipis. Bertoleransi baik pada

    salinitas tinggi (salinitas laut),tinggi pohon dapat mencapai 12 meter

    dengan bentuk akar berupa akar napas.

    Daun bersusun tunggal dan bersilang, bentuk elips dengan ujung

    daun runcing hingga membulat. Daun pada sisi sebelah atas berwarna

  • 8hijau sedangkan sisi sebelah bawah berwarna abu-abu keperakan atau

    putih. Panjang daun berkisar antara 5-11 cm.

    Rangkain bunga 8-11 yang terletak diketiak daun pada pucuk.

    bunganya biasanya berwarna kuning hingga orens dengan diameter antara

    0,4-0,5 cm. Bentuk buah membulat dengan permukaan halus. Panjang

    buah 1,5-2,5 cm dan berwarna hijau hingga kuning. Kulit batang halus,

    berwarna keabu-abuan hingga hijau. (kitamura, 2003)

    5. Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk.

    Pada kondisi baik spesies mangrove ini dapat tumbuh hingga

    mencapai ketinggian 20-31 meter dengan bentuk akar lutu dan banir kecil

    berasal dari bentukan seperti akar tunjang.

    Daun memiliki panjang antara 8-15 cm dan lebarnyaantara5-8 cm,

    daun biasanya berbentuk elips, mengumpulkan pada ujung tangkai batang,

    dengan warna bagian atas hijau kekuningan dengan ujung daun runcing.

    Bunga pada umumnya berwarna merah dan menempel pada

    buahnya ketika jatuh. Buahnya berwarna hijau dan berbentuk memanjang

    ramping, dengan panjang berkisar anatara 20-31 cm. kulit kayu berwarna

    abu-abu tua sampai coklat denga permukaan kasar. (nor,2006)

    6. Crips decandra

    Spesies mangrove ini apabila berada pada habitat yang cocok/baik

    dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 3-15 meter dengan bentuk akar

    berupa akar banir yang berasal dari akar tunjang. Bentuk daun bulat telur

    sungsang dengan panjang 3-6 cm. daun berwarna hijau mengkilap dengan

  • 9ujung daun membundar dan letak berlawanan. Bunga berwarna putih

    hingga coklat berdiameter 0,8-1,2 cm, dengan sepasang benang sari yang

    terlindung oleh daun bunga. Buah biasanya berwarna hijau hingga hijau

    kecoklatan dengan bentuk akar berupa akar papan. Daunnya berwarna hijau

    gelap. Bentuk daun elpis sampai bulat sungsang (Noor,2006).

    7. Xylacorpus granatum koen.

    Spesies ini dapat tumbuh mencapai lebih dari 8-20 meter dengan

    bentum akar berupa akar papan. Daunnya berwarna hijau gelap, bentuk

    daun elpis sampai bulat sungsang (nor, 2006)

    Susunan daun berpasangan, letak berlawanan dengan ujung

    membulat. Bunga mempunyai ukuran yang kecil danberwarna puith susu

    hingga ptuih kehijauan. Buah berbentuk bulat dengan diameter berkisar

    antara 15-20 cm, berwrna coklat kekuningan. Kulir batang agak licin an

    berwarna kecoklatan dengan permukaan halus (kitamura 2003)

    Sebagai ekosistem pantai, hutan mengrove merupakan suatu

    kawasan yang rumit karena terkait dengan ekosistem darat dan ekosistem

    pantai di luarnya sehingga hutan mangrove dapat dikatakan sebagai

    interface ecosystem, yang menghubungkan daratan kea rah pedalman serta

    dalam pesisir muara (Nybakken dalam Arief 2003)

    Hutan mangrove merupakan sumber bahan organik yang

    dibutuhkan bagi hewan atau biota yang hidup di ekosistem mangrove.

  • 10

    Kawasan mangrove secara nyata menjadi penyedia bahan makanan dan

    energi bagi kehidupan di pantai tropis, serupa dengan peranan fitoplankton

    dan berbagai spesies alga di laut (Fortes dalam Arief, 2003).

    Fungsi biologi hutan mangrove sebagai habitat dari berbagai

    macam kepiting, udang, ikan, selain itu sebagai tempat bersarangnya

    burung-burung serta sebagai pemasok bahan organik, sehingga dapat

    menyediakan makanan untuk organisme yang hidup pada perairan

    sekitarnya (Man dalam Noor, 2006). Fungsi fisik hutan mangrove yaitu

    sebagai pelindung pantai dan wilayah pesisir dari hempasan gelombang,

    angin dan badai, sedangkan fungsi hutan mangrove dalam bidang industri,

    yaitu sebagai penghasil arang berkualitas tinggi disamping sebagai

    penghasil kayu bakar dan bahan penyamak kulit (Pramudji, 2003).

    Rhizophora apiculata agak pendek dan lurus, yang hampir sama

    dengan spesies Rhizophora stylosa hanya buah Rhizophora stylosa kurus

    dan kecil.

    Spesies vegetasi lain adalah dari famili Sonneratiaceae dan dari

    famili Verbenaceae, yakni Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris,

    Sonneratia ovata, Avicenia alba, Avicenia marina, dan Avicenia officinali

    L.

    C. Struktur Vegetasi Mangrove

    Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri

    dari beberapa spesies yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam

    mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik di

  • 11

    antara sesama individu penyusunan vegetasi itu sendiri maupun organisme

    lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup serta dinamis (marsono

    dalam Irwanto, 2007).

    Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat

    mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan

    berbeda dengan vegetasi di temapat lain karena berbeda pula faktor

    lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sutu sistem yang selalu

    berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.

    Vegetasi mangrove secara spesifik memperlihatkan adanya pola zonasi.

    Hal tersebut berkaitan erat dengan tipe tanah (lumpur, pasir atau Gambut),

    keterbukaan (terhadap hempasan gelombang), salinitas serta pengaruh pasang

    surut air laut (Champman, Bunt dan williams dalam Noor 2006).

    Hutan mangrove terdiri atas berbagai spesies vegetasi. Beberapa spesies

    mangrove yang dikenal antara lain Tanang Waduk (Rhizophora apicalata

    BL.) atau bakau putih atau bakau gede, Tanjang Lanang (Rhizophora

    mucronata LMK).

    Istilah tanjang sebutan khusus untuk Brugiera yang digolongkan dalam

    famili yang sama dengan Rhizophoraceae, namun dalam lingkungan

    masyarakat pesisir terjadi salah pengertian karena bercampur dengan istilah

    daerah atau bahasa daerah. Famili Rhizophoraceae terdiri atas berbagai

    spesies, yaitu Bruguiera gymnorrhiza (L.), Bruguiera parviflora (L.),

    Bruguiera sexangula (Lour), Bruguiera hainesii, Bruguiera exsaristata Ding

  • 12

    Hou, Ceriops decandra (Griff) Ding Hou dan Ceriop tagal (Perr.) CB. Robin,

    (Arief, 2003).

    Beberapa spesies yang masih satu famili, khususnya spesies Rhizophora

    spp., berbeda dalam hal pertumbuhan akar. Rhizophora mucronata dan

    Rhizophora apiculata tumbuh tegak, sedangkan Rhizophora stylosa perakaran

    memanjang, rebah dan sedikit menjangkar. Buah Rhizophora apiculata agak

    pendek dan lurus, yang hampir sama dengan spesies Rhizophora stylosa hanya

    buah Rhizophora stylosa kurus dan kecil.

    Spesies vegetasi lain adalah dari famili Sonneratiaceae dan dari famili

    Verbenaceae, yakni Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris, Sonneratia

    ovata, Avicenia alba, Avicenia marina, dan Avicenia officinali L.

    Vegetasi hutan mangrove tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut air

    laut yang banyak mengandung lumpur dan pasir. Vegetasi ini mampu hidup

    dalam genangan air laut dan tanah yang berawa dan mengandung sedikit

    oksigen. Oleh karena itu vegetasi mangrove dapat menyesuaikan diri dengan

    genangan air laut dan lumpur dengan cara sebagai berikut :

    a. Untuk mencegah kelebihan kadar garam maka vegetasi mangrove dapat

    membentuk pori-pori khusus pada daun, batang dan akarnya, sehingga dapat

    mengeluarkan partikel garam pada saat surut.

    b. Dengan membentuk akar napas vegetasi mangrove dapat bernapas dalam

    lumpur.

    c. Akar-akar yang menegakan dan menopang tumbuhan pada habitat lumpur.

  • 13

    d. Mempunyai cara berkecambah yang khas yaitu kecambah terbentuk sewaktu

    buah masak masih tergantung didahan atau pohon, kemudian jatuh dan

    tertancap di lumpur secara tegakan lurus pada waktu surut dan dapat terbawa

    oleh arus laut keberbagai lokasi yang cocok untuk berkecambah pada waktu

    air pasang.

    Kemampuan adaptasi mangrove terhadap lingkungan menunjukan adanya

    perbedaan vegetasi. Noor (2006) membagi vegetasi mangrove dalam empat zona

    yakni:

    a. Mangrove terbuka

    Mangve ini berada pada bagian yang berhadapan dengan laut. Pada

    zona ini didominasi oleh Sonnertatia alba, Avecennia marina dan Rhizophora

    yang merupakan spesies yang mendominansi daerah lumpur bercampur pasir.

    b. Mangrove tengah

    Mangrove dibagian ini terletak di belakang mangrove zona terbuka.

    Dizona ini didominasi oleh spesies Rhizophora. Namun Samingan

    menemukan spesies-spesies yang lain Di Karang Agung adalah B.erioptela,

    B.gymnorrhiza, excoeceria aggalocha, R. Mucronata, Xylocarpus granatum,

    dan X. mollucensis.

    c. Mangrove payau

    Mangrove ini berada disepanjang aliran sungai yang berair payau dan

    hampir tawar. Di zona ini didominasi oleh spesies Nypa atau Sonneratia.

  • 14

    d. Mangrove daratan

    Mangrove ini berada dizona perairan payau atau hampir tawar

    dibelakang mangrove hijau yang sebenarnya. Spesies-spesies yang

    mendominasi zona ini adalah Ficus microcapus, Intsia bijuga, N. fritucans.

    Lumnitzera racemosa, Pandanus sp., dan Xylocarpus molucensis.

    Struktur suatu vegetasi terdiri dari individu-individu yang membentuk

    tegakan di dalam suatu ruang (Danserau dalam Lover, 2009). Struktur vegetasi

    merupakan dasar yang harus diketahui guna mencapai pengolahan hutan yang

    lestari. Menurut Kershaw (dalam Onrizal, 2006) bahwa Struktur vegetasi

    merupakan dasar utama kajian ekologi.

    Struktur vegetasi dinyatakan dalam tiga komponen, yaitu (a) Struktur

    vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan lapisan tumbuhan

    bawah, herba, semak, dan pohon penyusun vegetasi dalam suatu komunitas, (b)

    Sebaran horisotal spesies-spesies penyusun yang menggambarkan letak dari suatu

    individu dan (c) Kelimpahan setiap jenis dalam suatu komunitas (Kershaw

    dalam Onriza, 2006).

    Menurut Ewusie (dalam Utami, 2010) bahwa Vegetasi suatu komunitas

    dapat diukur secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Selanjutnya menurut

    Gopal dan Bhardwaj (dalam Indriyanto, 2006) bahwa Struktur vegetasi

    tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif. Ciri kualitatif yang

    terpenting pada komunitas antara lain adalah susunan flora dan fauna serta

    pelapisan berbagai unsur dalam komunitas. Ciri kuantitatifnya meliputi beberapa

    parameter yang dapat diukur seperti densitas, dominansi dan Frekuensi.

  • 15

    Menurut Indriyanto (2006) bahwa Parameter kuantitatif yang digunakan

    untuk analisis vegetasi anatara lain; densitas, frekuensi, luas penutupan,indeks

    nilai penting, perbandingan nilai penting, indeks dominansi, indeks

    keanekaragaman, indeks kesamaan, dan homogenitas suatu komunitas.

    Kerapatan/densitas adalah jumlah individu suatu spesies tumbuhan dalam

    suatu luasan tertentu (Idriyanto, 2006). Kerapatan dari suatu jenis merupakan

    nilai yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu jenis per satuan luas.

    Makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut per

    satuan luas.

    Frekuensi suatu jenis menunjukan penyebaran suatu jenis dalam suatu

    areal. Jenis yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang

    besar, sebaliknya jenis-jenis yang mempunyai nilai frekuensi yang kecil

    mempunyai daerah sebaran yang kurang luas (Fachrul, 2007). Dengan kata lain

    makin banyak ditemukannya suatu spesies dalam sejumlah petak contoh yang

    dibuat berarti makin besar frekuensi spesies tersebut, sebaliknya makin kecil

    ditemukannya suatu spesies dalam sejumlah petak contoh maka semakin kecil

    frekuensi spesies tersebut.

    Dominasi merupakan nilai yang menunjukan peguasaan suatu jenis

    terhadap komunitas (Indriyanto 2006). Dominansi dapat dinyatakan dengan

    menggunakan luas penutupan tajuk atau luas basal area. Untuk menentukan

    dominansi spesies-spesies dalam suatu komunitas yang bersifat heterogen, yakni

    dengan menggunakan rumus Indeks Nilai Penting (INP). Penggunaan indeks nilai

    penting dalam menentukan dominansi spesies-spesies dalam suatu komunitas

  • 16

    karena kerapatan/densitas, dominansi dan frekuensi tidak dapat digunakan satu

    demi satu untuk menunjukkan kedudukan relatif spesies dalam suatu komunitas

    tumbuhan. Menurut Soegianto (dalam Indriyanto, 2006) bahwa Indeks Nilai

    Penting (INP) atau Inpontant Value Index merupakan indeks kepentingan yang

    digunakan untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam suatu

    komunitas tumbuhan.

    Indeks Nilai Penting merupakan penjumlahan dari seluruh nilai Frekuensi

    Relatif (FR), Kerapatan Relatif (KR) setiap spesies. Menurut Indriyanto (2006)

    bahwa Suatu daerah yang hanya didominasi oleh jenis-jenis tertentu, maka

    daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah.

    Daerah yang hanya didominansi oleh spesies-spesies tertentu, memiliki

    pengaruh terhadap tingkat keanekaragaman spesies.

    Keanekaragaman jenis menyatakan suatu ukuran yang

    menggambarkan variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang

    dipengaruhi oleh jumlah jenis dan kelimpahan relatif dari setiap jenis.

    Parameter kuantitatif yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan

    vegetasi tumbuhan, baik dari segi vegetasi maupun tingkat kesamaannya dengan

    vegetasi lain yakni dengan menghitung indeks keanekaragaman spesies

    (Soegianto dalam Indriyanto, 2006). Untuk mengetahui keanekaragaman spesies

    yakni dengan menggunakan rumus Shannon_Wienner (H).

    Berdasarkan uraian di atas, maka parameter yang di lakukan untuk

    analisis struktur vegetasi mangrove di Tanjung Batu adalah Kelimpahan Relatif,

    Frekuensi Relatif, Dominasi, Kanekaragaman dan Indeks Nilai Penting.

  • 17

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat

    Penelitian ini akan di laksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu dari bulan

    Mei sampai bulan Juli 2015. Bertempat di Tanjung Batu Kelurahan Pantai

    Amal Lama Kecamatan Tarakan Timur Kota Tarakan.

    B. Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan tumbuhan

    mangrove yang terdapat di kawasan hutan mangrove Tanjung batu

    kelurahan Pantai Amal Lama.

    Sampel penelitian ini adalah semua jenis spesies mangrove yang

    terdapat pada 4 stasiun pengamatan. Pembagian stasiun didasarkan pada

    kenampakkan vegetasi mangrove, karakteristik setiap wilayah pengamatan

    dan kemudahan dalam peletakan garis transek.

    C. Alat dan Bahan

    Alat :

    1. Role Meter, Di gunakan unutk membuat plot (kuadrant)

    2. Soil Tester, digunakan untuk menentukan Ph tanah dari wilayah

    pengambilan sampel.

  • 18

    3. Termometer, digunakan untuk mengukur suhu lingkungan.

    4. Kunci Determinasi/identifikasi, digunakan untuk mengidentifikasi

    tanaman mangrove.

    5. Kamera, digunakan untuk dokumentasi.

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua jenis

    penyusun vegetasi mangrove yang masuk ke dalam plot pengamatan.

    D. Metode Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan

    metode Line Transek dengan pendekatan deskriptif. Berdasarkan survey

    awal, maka titik pengambilan data penelitian akan di bagi menjadi

    beberapa stasiun pengamatan, berdasarkan sebaran mangrove, kondisi

    mangrove dan keadaan lingkungan sekitar mangrove. Pada setiap stasiun

    dibuat transek tegak lurus dari garis pantai kearah darat, pada setiap

    transek dibuat 5 buah plot yang di letakkan pada bagian kanan dan kiri

    secara berselang, sehingga jumlah plot dari ke 4 stasiun ada berjumlah 20

    plot.

    Line transek tersebut dibuat tegak lurus memotong garis pantai

    dengan panjang garis.line transek 50 m yang terbagi 5 plot/kuadrant

    dengan ukuran plot masing-masing 10 X 10 m di mana jarak antar transek

    10 meter dan jarak antar plot satu dengan yang lainnya 10 meter.

  • 19

    E. Prosedur Penelitian

    Adapun prosedur penelitian dalam pengambilan data adalah sebagai

    berikut:

    1. Menentukan sebaran vegetasi mangrove pembagian 4 stasiun yang

    akan di teliti.

    2. Membuat sebaran garis transek sepanjang 50 meter dengan

    menggunakan role meter dengan ukuran masing-masing plot/kuadrant

    10 X 10 meter.

    3. Mengamati bagian-bagain morfologi (akar, batang dan daun) dan

    masing-masing vegetasi mangrove yang menjadi sampel.

    4. Mencocokkan data hasil pengamatan (cirri-ciri morfolgi dari batang,

    akar dan daun dari tumbuhan mangrove) yang di peroleh dengan cirri-

    ciri masing-masing spesies mangrove yang terdapat pada buku

    determinasi/identifikasi (buku panduan lapangan).

    5. Memberikan nama (penamaan) spesies dari masing-masing tumbuhan

    mangrove berdasarkan kunci determinasi/identifikasi (buku panduan

    lapangan).

    6. Mengukur Ph tanah dari wilayah sampel yang menjadi lokasi

    penelitian menggunakan Soil Tester.

    7. Mengukur suhu lingkungan dari wilayah sampel yang menjadi lokasi

    penelitian dengan menggunakan thermometer.

  • 20

    F. Analisis Data

    1. Analisis data Kualitatif

    Mendeskripsikan jenis-jenis Mangrove yang diperoleh dari tempat

    penelitian berdasarkan panduan yang digunakan atau buku kunci

    determinasi.

    2. Analisis data Kuantitatif

    a. Nilai kelimpahan relatif (KR)

    KR = X 100%

    FR= INP= FR+KR

    b. Indeks Dominansi Simpson

    D = Pi2

    Keterangan :

    KR = Kelimpahan relatif

    FR = Frekuensi Relatif

    ni = jumlah individu suatu jenis

    N = jumlah individu seluruh jenis

    Keterangan :

    D = Indeks Dominansi Simpson

    ni = banyaknya spesies i

    N = jumlah seluruh individu i

    Pi = ni/ N (rasio antara spesies dan jumlah individu spesies i )

  • 21

    Nilai criteria indeks dominasi Adalah :0 < D < 0,5 : Tidak ada jenis yang mendominasi0,5 < D < 1 : Ada jenis yang mendominasi

    c. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner

    Keanekargaman spesies dapat di katakana sebagai keheterogen

    spesies dan merupakan cirri khas struktur komunitas. Rumus ini dapat

    di gunakan unutk menghitung keanekaragman adalah Shannon-

    Wienner (odum, 1993) yaitu :

    H = - pi ln pi, dengan pi = ni / N

    Indeks keanekargaman mempunyai asumsi keanekaragaman penyebaran

    jumlah tiap individu dan kestabilan komunitas jika :

    H < 1 : Keanekaragaman rendah

    1 < H < 3 : Keanekaragaman sedang

    H > 3 : Keanekaragaman tinggi

    Keterangan :

    H = Indeks Dominansi Simpson

    ni = banyaknya spesies i

    N = jumlah seluruh individu i

    Pi = ni/ N (rasio antara spesies dan jumlah individu spesies i )

  • 22

    d. Indeks Kemerataan

    E =

    Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1 jika 0 berarti jumlah

    individu tiap jenis cenderung berbeda, jika 1 berarti keseragaman pada

    suatu komunitas semakin tinggi atau jumlah individu tiap spesies

    relative sama.

    Keterangan :

    E = Indeks Kemerataan jenis

    H = Indeks Keanekaragaman jenis

    S = jumlah organisme yang di temukan

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arief, Arifin. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Yogyakarta:Kanisus

    Bengen, Dietriech. 2002. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove.IPB: Bogor

    Ezwardi, Ivan. 2009. Struktur Vegetasi Dan Mintakat Hutan Mangrove Di KualaBayeun Kabupaten Aceh Timur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.(online)

    Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: BumiAksara

    Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara

    Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi Untuk Pengolahan Kawasaaan Hutan LindungPulau Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.Tesis Program Studi Ilmu Kehutatan, Jurusan Ilmu-Ilmu Pertanian.

    . 2008. Hutan Mangrove Dan Manfaatnya.

    Kitamura, Shozo., Chairil Anwar, Amalyos Chaniago dan Shingeyuki Baba.2003. Buku Panduan Manggrove Di Indonesia. Denpasar: Jaya Abadi

    Latifah, Siti. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam.

    Ledheng, ludgardis., IPG. Ardhana dan I Ketut Sundra . 2009. Komposisi danStruktur Vegetasi Mangrove Di Pantai Tanjung BastiankabupatenTimor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur.

    Lover, Nature. 2009. Analisis Vegetasi.

    Munawar. 2010. Geologi Ilmu Tanah

    COVER(2).pdfJUDUL(1).pdfKATA PENGANTAR(9).pdfDAFTAR ISI(2).pdfProposal.pdfDAFTAR PUSTAKA(4).pdf