POLA PENDAYAGUNAAN ZAKAT UNTUK USAHA PRODUKTIF DI...
Transcript of POLA PENDAYAGUNAAN ZAKAT UNTUK USAHA PRODUKTIF DI...
POLA PENDAYAGUNAAN ZAKAT UNTUK USAHA PRODUKTIF
DI LAZ RZ (LEMBAGA AMIL ZAKAT RUMAH ZAKAT)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
SYARI FATUL JANNAH
NIM: 1113046000076
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
Nama : Syari Fatul Jannah
Alamat : Jalan Tempat Pelelangan Ikan No 8 RT. 001 RW.
002 Tanjung Pasir, Tangerang, Banten 15510
Handphone : 0896 0270 4364
Email : [email protected]
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 8 Mei 1995
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
B. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Lembaga Kota Tahun
Perguruan Tinggi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tangerang 2013-2017
SMA SMAN 6 Tangerang Tangerang 2010-2013
SMP SMPN 3 Kab. Tangerang Tangerang 2007-2010
SD SDN 1 Tanjung Pasir Tangerang 2001-2007
C. PENGALAMAN ORGANISASI
Lembaga/ Instansi Tahun
Wakil Divisi PSDM KSE UIN Jakarta 2017
Staff Humas KAMDA Tangerang Selatan 2016
Staff Divisi PSDM LiSEnSi (Lingkar Studi Ekonomi Syariah) 2016
vi
ABSTRACT
Syari Fatul Jannah, 1113046000076, The Pattern of Zakat Utilization for
Productive Enterprises in LAZ RZ. Syariah Economic Studies Program, Faculty
of Economics and Business State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta,
1438 H / 2017 M.
This study aims to analyze the pattern of utilization of zakat funds for
productive efforts conducted by RZ. How to collect and channel fund in RZ,
pattern of zaka fund utilization for productive business, and to know the strength
of weakness of opportunity and threat of zakat utilization done by RZ for
productive business. The analytical method used using SWOT analysis. The data
used in the research is 2015.
The result of the research stated that RZ gathering mechanism is done
through four clumps of programs: champion smile, healthy smile, sincere smile
and independent smile. Similarly, the RZ channeling mechanism with the help of
facilitators to channel to the target villages covering the four programs. The
pattern of empowerment conducted by RZ for productive business is to provide
business capital as needed, to coaching, strengthening products and business
legality. The RZ empowerment pattern has its own facilitated facilitation strength
in the target villages, the weakness of certification for facilitators, and the
opportunity is not yet many institutions that make use of the system of coaching
and the treart of potential candidates who don’t have time for coaching and lack
of consistency to join mentoring.
Keywords: utilization, zakat, effort, productive.
Advisor: Mu'min Rouf, MA
References: 1983-2015
vii
ABSTRAK
Syari Fatul Jannah, 1113046000076, Pola Pendayagunaan Zakat untuk Usaha
Produktif di LAZ RZ. Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/ 2017 M.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola pendayagunaan dana zakat
untuk usaha produktif yang dilakukan RZ. Bagaimana mekanisme penghimpunan
dan penyaluran dana di RZ, pola pendayagunaan dana zaka untuk usaha produktif,
serta mengetahui kekuatan kelemahan peluang dan ancaman pendayagunaan zakat
yang dilakukan RZ untuk usaha produktif. Metode analisis yang digunakan
menggunakan analisis SWOT. Data yang digunakan penelitian yaitu tahun 2015.
Hasil penelitian menyatakan bahwa mekanisme penghimpunan RZ dilakukan
melalui empat rumpun program yaitu senyum juara, senyum sehat, senyum lestari
dan senyum mandiri. Sama halnya dengan mekanisme penyaluran RZ dengan
bantuan fasilitator untuk menyalurkan ke desa binaan yang mencangkup empat
program tersebut. Pola pendayagunaan yang dilakukan RZ untuk usaha produktif
yaitu memberikan modal usaha sesuai kebutuhan, melakukan pembinaan,
penguatan produk dan legalitas usaha. Pola pendayagunaan yang dilakukan RZ
memiliki kekuatan difasilitatornya yang khusus membina penerima manfaat di
desa tujuan, kelemahannya belum adanya sertifikasi untuk fasilitator, peluangnya
yaitu belum banyak lembaga yang melakukan pendayagunaan dengan sistem
pembinanaan dan ancamannya yaitu calon member yang tidak memiliki waktu
untuk pembinaan dan kurangnya konsistensi untuk pendampingan.
Kata Kunci: pendayagunaan, zakat, usaha, produktif.
Pembimbing: Mu’min Rouf, MA
Daftar Pustaka: 1983-2015
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
juga sahabat-sahabatnya.
Atas kehendak dan rahmat Allah SWT penulus dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Pola Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif di LAZ
RZ (Lembaga Amil Zakat Rumah Zakat)” ditujukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi starata 1 (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada orang-orang atau pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terimakasih penulis tujukan kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, serta adik-adik tercinta, yang selalu
mendo’akan dan mendukung dalam kondisi apapun baik moril maupun
materil serta telah menjadi motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan
penelitian ini.
2. Keluarga besar penulis yang terus mendukung penulis dalam
menyelesaikan studi ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M. Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Syariah dan Ibu Endra Kasni Laila, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A selaku Tim
Task Force Passing Out Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
ix
6. Bapak Mu’min Rouf, MA selaku penasehat akademik serta dosen
pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh dosen yang selama ini telah memberikan ilmu yang sangat
bermanfaat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan ini dengan baik, dan tak lupa kepada para staf akademik,
karyawan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Kepada Asma, Liza dan Zaima sahabat pertama kali penulis kenal sampai
sekarang dan sahabat tercinta yang lain Cuma Kita, Couch Hana dan Akbar
yang selalu menemani baik suka maupun duka selama kuliah, selalu
memberikan motivasi, dan memberikan suasana kekeluargaan bagi penulis.
Semoga silaturahim kita tetap terjaga sampai seterusnya.
9. Teman-teman Muamalat B terimakasih atas waktu dan kebersamaannya
yang telah kita mulai sejak awal perkuliahan.
10. Teman-teman Muamalat 2013 dan Keluarga Besar Muamalat terimakasih
untuk segala pengalaman yang telah dilalui bersama, kerjasama dan ilmu
yang telah diberikan. Semoga semua yang sudah dilakukan dapat
bermanfaat saat ini dan seterusnya.
11. Teman-teman KSE terimakasih untuk motivasi, cerita, diskusi, canda tawa
dan nasihat untuk terus selalu berada di jalan yang di Ridhoi Allah SWT.
12. Teman-teman KKN Kebangsaan 2016 di Kuala Sempang dan teman-teman
perwakilan UIN Jakarta terimakasih atas kerjasama dan saling pengertian
dalam menjalankan kegiatan KKN dan buku laporan KKN serta
pengalaman berharga penuh dengan cerita yang belum didapatkan
sebelumnya.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hal itu tidak
akan mengurangi rasa terimakasih atas do’a dan dukungannya. Semoga
semua kebaikan yang diberikan Allah SWT dibalas dengan berlipat ganda.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 4
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................ 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 6
E. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu) ................................................ 7
F. Kerangka Konsep ....................................................................................... 8
G. Metode Penelitian ...................................................................................... 9
H. Sistematika Penulisan .............................................................................. 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDAYAGUNAAN DANA
ZAKAT UNTUK USAHA PRODUKTIF ......................................................... 12
A. Pendayagunaan Dana Zakat .................................................................... 12
1. Pengertian Pendayagunaan Dana Zakat .............................................. 12
2. Dasar Hukum Pendayagunaan ............................................................ 12
3. Penerima Dana Zakat: ......................................................................... 14
4. Ciri-Ciri Pendayagunaan Dana Zakat ................................................. 17
5. Bentuk Pendayagunaan Dana Zakat ................................................... 17
6. Syarat-Syarat Harta menjadi Obyek Zakat ........................................ 19
7. Jenis-jenis Dana Zakat ........................................................................ 21
8. Potensi Dana Zakat ............................................................................. 24
xi
B. Usaha Produktif ...................................................................................... 26
1. Pengertian Usaha Produktif ................................................................ 26
2. Dasar Hukum ....................................................................................... 26
3. Macam-macam Usaha Produktif .......................................................... 27
4. Tujuan Usaha Produktif ....................................................................... 28
BAB III GAMBARAN TENTANG RUMAH ZAKAT (RZ) .......................... 30
A. Sejarah Pendirian Rumah Zakat ................................................................ 30
B. Legalitas dan Struktur Organisasi ............................................................. 31
C. Program Rumah Zakat (RZ) ...................................................................... 33
BAB IV ANALISIS TERHADAP POLA PENDAYAGUNAAN ZAKAT
UNTUK USAHA PRODUKTIF DI LAZ Rumah Zakat (RZ) ....................... 38
A. Mekanisme Penghimpunan dan Penyaluran Zakat di LAZ RZ ................ 38
B. Mekanisme Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Usaha Produktif ............. 42
C. Analisis SWOT Pola Pendayagunaan Dana Zakat untuk Usaha Produktif 45
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 49
A. Kesimpulan ............................................................................................... 49
B. Saran .......................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penghimpunan Dana Tahun 2010-2016.............................................3
Tabel 1.2 Penyaluran Dana Tahun 2010-2016...................................................4
Tabel 1.3 Ringkasan Review Studi Terdahulu...................................................7
Tabel 4.1 Jumlah Mustahik atas usaha RZ bermitra dengan Lotte Mart..........42
Tabel 4.2 Data Mustahik pada Program Usaha Produktif................................43
Tabel 4.3 Analisis SWOT Pendayagunaan Dana untuk Usaha Produktif........47
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Teoritis........................................................8
Gambar 3.1 Struktur Lembaga........................................................................32
Gambar 4.1 Proses Penghimpunan Dana........................................................38
Grafik 4.2 Penghimpunan Donasi Tahun 2010-2016...................................39
Grafik 4.3 Jumlah Donatur Tahun 2010-2016..............................................40
Gambar 4.4 Proses Penyaluran Dana...............................................................41
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam mengatur tatanan hidup dengan sempurna, tidak hanya mengatur
masalah ibadah manusia kepada Allah SWT, tetapi juga mengatur masalah
muamalah yaitu mengatur hubungan sesama manusia, seperti sosial budaya,
teknologi, pertanian, termasuk perekonomian. Hal ini dikarenakan ekonomi
merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan, namun
bukanlah menjadi tujuan akhir dari kehidupan ini melainkan sebagai sarana
untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Setiap manusia mempunyai kebutuhan
pokok, yaitu sandang, pangan dan papan1.
Semua kebutuhan tersebut tidak dapat diperoleh secara gratis tetapi harus
diusahakan dengan benar dan cara yang baik. Telah menjadi sifat alamiah
manusia untuk memenuhi kebutuhannya, karena fitrah manusia bekerja untuk
memperoleh harta demi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya tersebut.
Menurut Plato yang mengatakan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki
sifat serakah. Sedangkan Islam sendiri mengajak seseorang untuk memiliki
harta yang lebih lagi berkah, sehingga seseorang itu memanfaatkannya dengan
cara yang benar yaitu dengan melaksanakan kewajibannya dan
bertanggungjawab kepada kesejahteraan masyarakat.
Zakat sebagai rukun Islam yang ketiga merupakan kewajiban setiap
muslim yang mampu untuk mengeluarkannya dan diperuntukan bagi mereka
yang berhak menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik zakat dapat menjadi
sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan
kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat2. Zakat merupakan pokok agama
yang paling penting dan strategis dalam Islam, karena zakat bukan hanya
1 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, terj. Salman Harun. (Jakarta: PT. Mitra Kerjaya
Indonesia, 2011), Cet. I, hlm. 38.
2 Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam, Bandung: Pustaka Setia,
2002, Cet. I, hlm. 132
2
berfungsi membentuk kesalehan pribadi tetapi juga membentuk kesalehan
sosial. Oleh karena itu zakat sering disebut sebagai ibadah maliyah ijtima’iyah
(Ibadah sosialyang berkaitan dengan harta). Maksudnya ialah ibadah yang
dilaksanakan dengan sesama manusia sehingga zakat harus diaktualisasikan
dan diterapkan dalam kehidupan ekonomi umat sebagai rahmat bagi manusia.
Pembentukan kepribadian yang memiliki kesalehan pribadi dan sosial ini
menjadi salah satu tujuan diturunkannya risalah Islam kepada manusia3.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
diberlakukan dan diterapkan, masyarakat berharap bahwa zakat itu akan lebih
dimaksimalkan dalam penghimpunan maupun penyalurannya. Konsekuensi
undang-undang tersebut adalah mempositifkan hal-hal yang tadinya hanya
berifat normatif4. Zakat yang diberikan kepada mustahik akan berfungsi
sebagai pendukung peningkatan ekonomi mereka apabila digunakan pada
kegiatan produktif5. Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai
konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti menelaah penyebab
kemiskinan, ketidak adaan modal usaha, dan kekurangan lapangan pekerjaan.
Dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat
mengembangkan zakat bersifat produktif terebut6.
Pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara dijadikannya dana
zakat sebagai modal usaha, pemberdayaan ekonomi penerimanya, dan
membantu fakir miskin dapat memenuhi kehidupannya secara berkelanjutan.
Dengan dana zakat tersebut fakir miskin akan mendapatkan penghasilan tetap,
meningkatkan usaha, mengembangkan usaha serta mereka dapat menyisihkan
penghasilannya untuk menabung. Dana zakat untuk kegiatan produktif akan
lebih optimal apabila dikelola oleh sebuah lembaga seperti Badan Amil Zakat
Infak dan Shadaqah (BAZIS) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ) karena BAZIS
3 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam:Zakat dan Wakaf, Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press), Cet. I, 1998, hlm 62-63
4 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, Jakarta. 2003, hlm. 220
5 http://repository.unila.ac.id/4389/PendayagunaanZakatProduktif dalamMensejahterakan
UsahaEonomiMikro. diakses tanggal 10 Oktober 2016 Pukul 16.00
6 Mustofa Edwin Nasution, Zakat dan Pembangunan: Era Baru Zakat Menuju Efektivitas
Pemanfaatan Zakat, Infak dan Shadaqah, hlm. 21-22
3
dan LAZ sebagai organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian,
pendayagunaan dan pendistribusian dana zakat. Mereka tidak memberikan
zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi, memberikan pengarahan
serta pelatihan tersebut benar-benar dijadikan modal kerja sehingga penerima
zakat (mustahiq) tersebut memperoleh ilmu dan pendapatan yang layak dan
mandiri7.
Besarnya potensi zakat, infak dan shadaqah di Indonesia mendorong
berkembangnya lembaga-lembaga yang dapat membantu pemerintah dalam
menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana zakat, infak dan shadaqah dari
masyarakat. Menjamurnya lembaga-lembaga amil zakat, infak dan shadaqah
menandakan bahwa kesadaran masyarakat mengenai kewajiban zakat,
kesadaran untuk berinfak dan bershadaqah mulai tumbuh.
Berkembangnya usaha kecil menengah dengan modal berasal dari zakat
akan menyerap tenaga kerja. Hal itu berarti angka pengangguran dapat
dikurangi. Berkurangnya angka pengangguran akan berdampak pada
meningkatnya daya beli masyarakat terhadap suatu produk barang ataupun
jasa. Meningkatnya daya beli masyarakat akan diikuti oleh pertumbuhan
produksi, pertumbuhan sektor produksi inilah yang akan menjadi salah satu
indikator adanya pertembuhan ekonomi.
Berikut adalah gambaran penghimpunan dan penyaluran dana Zakat Infak
dan Shadaqah Rumah Zakat tahun 2010-2016:
Tabel 1.1 Penghimpunan Dana Tahun 2010-2016
Tahun
Penghimpunan
Dana Zakat
Penghimpunan Dana
Infak/Shadaqah
Total
Penghimpunan
2010 47.583.953.035 7.698.945.841 55.282.898.876
2011 61.099.864.958 10.728.205.156 71.828.070.114
2012 82.553.076.291 13.321.601.090 95.874.677.381
7 Tim Penyusun, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006, hlm. 89
4
2013 77.742.417.871 31.951.220.510 109.693.638.381
2014 79.961.568.561 41.286.781.267 121.248.349.828
2015 101.268.449.871 23.395.614.945 124.664.064.816
2016 148.235.879.958 59.892.975.091 208.127.855.049
Sumber: Laporan Keuangan Rumah Zakat Tahun 2010 sd 2016
Tabel 1.2 Penyaluran Dana Tahun 2010-2016
Tahun
Penyaluran Dana
Zakat
Penyaluran Dana
Infak/Shadaqah
Total Penyaluran
2010 39.694.350.064 8.002.695.860 47.697.045.924
2011 4.514.249.701 8.074.604.075 12.588.853.776
2012 7.468.827.299 6.095.646.058 13.564.473.357
2013 8.643.860.919 8.469.260.036 17.113.120.955
2014 119.944.869.379 7.329.142.917 127.274.012.296
2015 91.612.583.464 22.943.102.586 114.555.686.050
2016 138.079.853.327 53.983.585.859 192.063.439.186
Sumber: Laporan Keuangan Rumah Zakat Tahun 2010 sd 2016
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
mengenai zakat produktif dengan judul: “POLA PENDAYAGUNAAN
ZAKAT UNTUK USAHA PRODUKTIF DI LAZ RZ (Lembaga Amil
Zakat Rumah Zakat)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, berikut ini merupakan identifikasi dari
permasalahan yang muncul. Identifikasi masalah merupakan dasar penting
dalam kegiatan penelitian. Berdasarkan kondisi yang ada di LAZ Rumah Zakat
5
saat ini, Penulis mengidentifikasi masalah yang akan diteliti, yaitu sebagai
berikut:
1. Pengelolaan zakat, infak dan shadaqah di Rumah Zakat.
2. Cara penghimpunan Rumah Zakat dalam menghimpun dana zakat, infak
dan shadaqah.
3. Cara pengelolaan Rumah Zakat dalam mengelola dana zakat, infak dan
shadaqah.
4. Cara pendayagunaan/penyaluran Rumah Zakat dalam menyalurkan daza
zakat, infak dan shadaqah.
5. Dampak yang dilakukan oleh Rumah Zakat dalam pengelolaan dana Zakat,
Infak dan Shadaqah.
6. Peranan Rumah Zakat dalam pengelolaan dana Zakat, Infak, dan Shadaqah.
7. Pola Pendayagunaan zakat infak dan shadaqah pada Rumah Zakat
8. Peluang dan ancaman dalam melaksanakan pendayagunaan.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan mengenai pengelolaan zakat. Infak
dan shadaqah, maka perlu pembatasan masalah yang jelas. Pembatasan
masalah ini diharapkan agar pembatasan tidak terlalu meluas dan melebar
serta agar terarah. Adapun pembatasan permasalahan dalam skripsi ini
adalah pengelolaan zakat Indonesia, untuk pemberdayaan ekonomi umat
khususnya umat Islam.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka pokok permasalahan yang dihadapi
adalah permasalahan ekonomi umat seperti pengangguran, kemiskinan di
Indeonesia saat ini, adapun selanjutnya dapat penulis rumuskan
permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana mekanisme penghimpunan dan penyaluran zakat, infak dan
shadaqah pada Rumah Zakat?
b. Bagaimana pola pendayagunaan dana zakat untuk usaha produktif?
6
c. Bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman RZ dalam
melaksanakan pendayagunaan dana zakat untuk usaha produktif?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini tidak lain untuk turut serta
memberikan kontribusi peniliti terhadap wacana, pemikir kajian dan praktik
pemberdayaan ekonomi umat melalui pengelolaan zakat, infak dan
shadaqah. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. Mengetahui mekanisme penghimpunan dan penyaluran dana ZIS di RZ
a. Mengetahui pola pendayagunaan dana ZIS untuk usaha produktif.
b. Mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman RZ dalam
melaksanakan pendayagunaan dana ZIS sehingga menjadi evaluasi untuk
RZ.
2. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat serta
kontribusi baik bagi praktisi maupun akademisi di antaranya:
a. Bagi akademisi diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan
sumbangan pemikiran bagi ilmu sariah pada umumnya dan keuangan
Islam pada khususnya, serta menjadi rujukan penelitian berikutnya
tentang pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat produktif.
b. Bagi praktisi diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
c. Adapun bagi Rumah Zakat dapat dijadikan sebagai catatan atau korelasi
dalam mempertahankan dan meningkatkan kinerja lembaga.
Harapan utama penulis dengan adanya penulisan ini, dapat memperkaya
wawasan dan wacana dala ekonomi Islam pada umumnya dan khususnya
memperoleh bukti yang signifikan terhadap masalah yang diteliti serta
memperoleh pengetahuan mengenai penyaliuran dana zakat, infak dan
shadaqah.
7
E. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu)
Tabel 1.3. Ringkasan Review Studi Terdahulu
No.
Nama Penulis/ Judul
Skripsi, Tesis, Jurnal/
Tahun
Substansi Perbedaan dengan
Penulis
1. Muhammad Zainudin/
Pendayagunaan LAZ
Portal Infaq untuk
Pendidikan Anak
Pemulung di Bantar
Gebang Bekasi/
Jurusan Manajemen
Dakwah UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta/2016
Dalam skripsi ini
membahas tentang
manajemen pengelolaan
zakat pada organisasi
sosial dalam mengelola
dana zakat. Dalam skripsi
ini lebih menjelaskan
tentang pengelolaan dana
zakat.
Dalam penelitian
pada skripsi ini
membahas mengenai
pendayagunaan dana
zakat terhadap anak
pemulung di Bekasi.
2. Nurul Badriyah/
Pendayagunaan Dana
ZIS PKPU pada
Program Bantuan
Bencana Alam
Sumatra/ Jurusan
Dakwah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta/
2015
Salah satu gagasan besar
penataan pengelolaan
zakat yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2011 dan
menjiwai keseluruhan
pasalnya adalah
pengelolaan yang
terintegrasi. Kata
“terintegrasi” menjadi asas
yang melandasi kegiatan
pengelolaan zakat di
negara kita, baik dilakukan
Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) di
semua tingkatan maupun
Lembaga Amil Zakat
(LAZ) yang mendapat
legalitas sesuai ketentuan
perundang-undangan.
Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 23
Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat
dinilai sudah tidak
sesuai lagi dengan
perkembangan
kebutuhan hukum
dalam masyarakat
sehingga perlu
diganti. Beberapa
perubahan yang
signifikan dari
Undang-undang zakat
yang baru antara lain
adanya penguatan
kelembangaan
BAZNAS yang
terintegrasi sampai ke
BAZNAS tingkat
Kota/Kabupaten
(dahulu BAZ
Kota/Kabupaten).
BAZ Kecamatan
menjadi UPZ
Kecamatan.
8
3. Junaidi Salam/
Pendayagunaan dana
ZIS pada POS Peduli
Ummat (PKPU)
dalam Meningkatkan
Gizi Masyarakat
Bintaro-Tangerang
Selatan Melalui
Program BUDARZI
(Ibu Sadar Gizi). /
Jurusan Manajemen
Dakwah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta/
2015
Skripsi ini menjelaskan
tentang dana ZIS sebuah
pusat perbelanjaan Giant
Bintaro yang bekerjasama
dengan PKPU dalam
bidang kesehatan
memberikan bantuan
kepada balita yang kurang
gizi dan melakukan
penyuluhan serta
memberikan fasilitas
pendukung posyandu yang
ada di Pondok Jaya
Bintaro untuk mencegah
gizi buruk.
Skripsi ini
pendayagunaan
dananya disalurkan
pada bidang
kesehatan yang
bekerjasama dengan
Giant Bintaro.
4. Eneng Herawati/
Pendayagunaan Dana
Zakat untuk Program
Taman Anak Sholeh
(TAS) Lembaga Amil
Zakat Insan Mulia
Jakarta/ Jurusan
Manajemen Dakwah
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta/2014
Skripsi ini menjelaskan
tentang dana zakat untuk
pemberdayaan pada
Taman Anak LAZIM
Jakarta
Skripsi ini
menjelaskan tentang
pendayagunaan
LAZIM terhadap
progam Taman Anak
Sholeh, karena
kemajuan sebuah
negara bergantung
dengan pemudanya.
F. Kerangka Konsep
Dengan memperhatikan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti
akan menguraikan beberapa hal yang dijadikan landasan sebagai pegangan
dalam memecahkan masalah yang telah diuraikan sebelumnya.
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Manajemen
Pengelolaan Penghimpunan
Dana
Pendayagunaan
Dana
Pengontrolan
amil
Mustahik
Pendapatan
Meningkat Konsumsi
Meningkat
Produksi
Meningkat
Tenaga Kerja
Meningkat
Muzakki
9
Dengan manajemen pengelolaan yang terarah, naik penghimpunan,
pendayagunaan dana ZIS serta pengontrolan yang dilakukan ami kepada para
mustahiq untuk menjadikan dana ZIS sebagai dana yang produktif sehingga
mustahiq yang sudah memiliki kemampuan untuk memproduktifkan dana yang
telah diterimanya dapat menjadikan dirinya naik derajat menjadi seorang
muzakki (pemberi zakat).
Semakin banyaknya mustahiq yang mandiri dan dapat bertransformasi
menjadi muzakki maka akan meciptakan kesejahteraan umat. Karena dengan
banyaknya muzakki maka naik pula tingkat konsumsi, produksi sehingga
menambah tenaga kerja, meningkatkan pendapatan dan zakat semakin
bertambah.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang
menghasilkan data analisis SWOT dan tertulis dengan informasi dari
instansi terkait dalam objek penelitian. Sumber utama penelitian ini adalah
penelitian langsung lapangan (LAZ Rumah Zakat Bogor).
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data dibagi dalam dua kategori:
a. Sumber data primer yaitu data yang tertuang dalam item-item pertanyaan
yang dihasilkan dari wawancara mendalam dengan pihak LAZ Rumah
Zakat Bandung, LAZ Rumah Zakat Cabang Bogor, Pendamping,
Muzakki dan Member/Penerima Dana.
b. Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung dan pelengkap data
penelitian. Sumber data sekunder dari berbagai literatur yang ada seperti
buku-buku, dokumen-dokumen, baik surat kabar, internet dan
kepustakaan lain yang berkaitan dengan pembahasan dalam skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Ada dua cara yang ditempuh untuk kepentingan pengumpulan data
dalam penelitian ini, yaitu:
10
a. Riset Kepustakaan (Library Research)
Dalam riset kepustakaan ini penulis membaca, meneliti, mempelajari
bahan-bahan tertulis seperti buku-buku mengenai zakat, infak dan
shadaqah, majalah-majalah, artikel, jurnal, surat kabar, internet dan
informasi-informasi tertulis lainnya yang berhubungan dengan
pembahasan dalam skripsi ini. Melalui penelitian ini akan didapat
konsep, teori dan definisi-definisi yang akan penulis pergunakan sebagai
landasan berfikir dan analisa dalam proses penulisan. Data yang
diperoleh melalui pendekatan ini adalah data sekunder.
b. Riset Lapangan (Field Research)
Riset ini digunakan untuk mendapatkan data primer. Cara ini
dilakukan dengan dengan melakukan wawancara dan observasi Lembaga
Amil Zakat Rumah Zakat. Wawancara yaitu mengumpulkan informasi
dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan. Sedangkan
observasi atau pengamatan adalah melihat dari dekat kegiatan
berlangsung di Rumah Zakat, terutama yang berkaitan dngan pengelolaan
zakat, infak dan shadaqah.
4. Teknik Analisis Data
Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah analisis
SWOT, analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan
data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-
informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data,
menyusun dan mengklasifikasikannya dan menganalisa penerapan
program yang dilakukan Lembaga Amil Zakat Rumah Zakat.
11
H. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini disusun dengan sistematika secara
berurutan yang terdiri dari beberapa bab, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu,
kerangka konsep, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini akan membahas tentang: pengertian pola pendayagunaan, ciri-ciri
pola pendayagunaan, bentuk pendayagunaan dan dasar hukum pendayagunaan.
Kemudian konsep dana zakat dan usaha produktif, meliputi pengertian dan
tujuan.
BAB III OBJEK PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan diantaranya menjelaskan tentang: sejarah singkat
Rumah Zakat, visi dan misi, struktur organisasi, penghimpunan dan
pengelolaan, program pendayagunaan zakat, infak dan shadaqah.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan tentang mekanisme penghimpunan, penyaluran dan
pola pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dan yang terakhir analisis
SWOT.
BAB V PENUTUP
Memuat penutup yang berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban
permasalahan dengan disertai saran.
12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT
UNTUK USAHA PRODUKTIF
A. Pendayagunaan Dana Zakat
1. Pengertian Pendayagunaan Dana Zakat
Pendayagunaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah sebagai berikut:
a. Pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat.
b. Pengusahaan (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas
dengan baik.
Pendayagunaan adalah bagaimana cara atau usaha mendatangkan
hasil dan manfaat yang lebih besar serta lebih baik. Sedangkan dana
zakat ialah dana dari seorang muslim yang berkewajiban untuk
mengeluarkan nilai bersih dari kekayaannya yang sudah mencapai nisab
haul, dan diberikan kepada mustahik (penerima zakat)1.
Jadi pendayagunaan dana zakat adalah cara atau usaha untuk
memperbesar manfaat dana zakat bagi para mustahik agar dapat
meningkatkan tingkat perekonominya.
2. Dasar Hukum Pendayagunaan
Dalam pendekatan fiqih, dasar pendayagunaan zakat pada umumnya
didasarkan pada QS. At-Taubah(9): 60:
1 Asraini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), hlm 7
13
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Ayat ini menjelaskan peruntukan zakat itu diberikan kepada 8
golongan. Para ahli tafsir menguraikan kedudukan ayat tersebut dalam
uraian yang beragama, baik terhadap kuantitas, kualitas dan prioritas. Di
antara uraian tersebut secara singkat adalah sebagai berikut2:
a. Menurut Imam Malik dan ulama lainnya, zakat boleh dibagikan
kepada satu golongan saja dari delapan golongan tersebut, yaitu
diberikan kepada mereka yang paling membutuhkan.
b. Menurut Imam Asy-Syafi’i dan sebagian ulama lain, zakat hanya
diberikan kepada delapan golongan dan tidak boleh diberikan selain
delapan golongan tersebut.
c. Menurut al-Qurthubi dalam tafsirnya menarik kesimpulan bahwa
tidak ada cara tertentu dan tetap, sejak masa Rasulullah SAW
maupun kebijakasanaan sistem prioritas.
d. Sebagian lain, tidak ada penjelasan mengenai perincian pembagian
di antara delapan golongan tersebut. Ayat tersebut hanya
menetapkan kategori-kategori yang berhak menerima zakat hanya
ada delapan golongan. Nabi pun tidak pernah menerangkan cara
pembagian itu, bahkan beliau memberikan mustahik sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan, dan disesuaikan pula dengan jumlah
persiapan harta yang ada.
Penjelasan yang beragam dari para ulama terhadap maksud ayat
tersebut adalah menunjukkan bahwa konsep pendayagunaan atau
pihakpihak yang berhak menerima zakat, dalam penerapannya
2 Fakhruddin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press,
2008), hlm 124
14
memberikan atau membuka keluasan pintu ijtihad bagi mujtahid termasuk
pengelola untuk mendistrbusikan dan mendayagunakan sesuai dengan
kebutuhan situasi dan kondisi sesuai kemashlahatan yang dapat dicapai
dari potensi zakat tersebut3.
3. Penerima Dana Zakat:
Pembicaraan tentang sistem pendayagunaan zakat, berarti
membicarakan usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam
menciptakan tujuan tertentu dari penggunaan hasil zakat secara baik,
tepat dan terarah.
Kalau berbicara tentang kemashlahatan, senantiasa berkembang
sesuai dengan perkembangan dan tuntunan kebutuhan umat. Untuk
tingkat kemaslahatan, biasa di kenal dengan adanya skala prioritas.
Metode prioritas ini dapat di pakai sebagai alat yang efektif untuk
melaksanakan fungsi alokasi dan distribusi dalam kebijaksanaan
pendayagunaan zakat, misalnya kita ambil contoh salah satu ashnaf
(golongan) yang menerima zakat ibnu sabil, ibnu sabil mempunyai
pengertian yang secara bahasa berarti musafir yang kehabisan bekal,
tetapi juga untuk keperluan pengungsi, bencana alam dan sejenisnya4.
Berdasarkan penjelasan diatas, agar zakat dapat berdaya guna secara
maksimal, maka pemaknaan kontekstual terhadap delapan ashnaf yang
dapat dialami dengan zakat adalah sebagai berikut :
a. Fakir Miskin
Fakir miskin adalah mustahiq yang mempunyai dua ciri :
1) Kelemahan dalam bidang fisik
2) Kelemahan dalam bidang harta benda
3 Zaim Saidi, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS menuju Efektifitas Pemanfaatan ZIS,
(Jakarta: Paramedia, 2004), Cet. I, hlm. 8-9
4 Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Press, 2003), hlm. 53
15
Penyerahan bisa disampaikan langsung kepada fakir miskin atau
melalui badan pengelola, sedangkan sistem pendayagunaannya bisa
bersifat konsumtif.
b. Amil
Amil orang yang menyibukkan dan mengabdikan dirinya untuk
kepentingan umat Islam untuk mengumpulkan dana zakat, besarnya
dana zakat yang dipakai disesuaikan dengan berat ringannya kerja
mereka. Yusuf Qardhawi memberikan batasan yang rinci tentang
amil yaitu semua orang yang terlibat atau ikut aktif dalam organisasi
zakat, termasuk penanggung jawab, para penghimpun, penyaluran,
bendaharawan, sekretaris dan sebagainya.
c. Muallaf
Muallaf pada umumnya dipahami dengan orang lain yang baru
masuk Islam, namun dilihat dari sejarahnya, pada masa awal masuk
Islam muallaf yang diberikan dana zakat dibagi kepada dua
kelompok yaitu kafir, yang diharapkan dapat masuk Islam dan yang
dikhawatirkan menyakiti umat Islam. Orang Islam, terdiri dari
pemula muslim yang disegani oleh orang kafir, muslim yang masih
lemah imannya agar dapat konsisten pada keimanannya, muslim
yang berada di daerah musuh. Penyerahan bisa disampaikan
langsung melalui badan pengelola, sedangkan sistem
pendayagunaannya bisa bersifat konsumtif5.
d. Riqab
Dilihat dari makna harfiah, dan demikianlah kitab-kitab fiqh
mengartikannya, riqab artinya adalah budak. Untuk masa sekarang,
manusia dengan status budak sudah tidak ada. Akan tetapi jika
menengok pada maknanya yang lebih dalam lagi, arti riqab secara
luas jelas menunjukkan bahwa pada gugus manusia yang tertindas
dan tersekploitasi oleh manusia lain baik secara personal ataupun
struktural. Penyerahan bisa disampaikan langsung melalui badan
5 Ibid, hlm. 54
16
pengelola, sedangkan sistem pendayagunaannya bisa bersifat
konsumtif.
e. Gharim
Pemahaman terhadap gharim dalam sebagian besar literatur
tafsir atau fiqh dibatasi pada orang yang punya hutang untuk
keperluannya sendiri. Namum beberapa pendapat membedakan
kepada dua kelompok, yaitu orang-orang yang berhutang untuk
keperluannya sendiri dan orang yang berhutang untuk kepentingan
orang lain. Penyerahan bisa disampaikan langsung melalui badan
pengelola, sedangkan sistem pendayagunaannya bisa bersifat
konsumtif.
f. Sabilillah
Sabilillah pada awal Islam dipahami dengan jihad fisabilillah,
namun dalam perkembangannya sabilillah tidak hanya terbatas pada
jihad, akan tetapi mencakup semua program dan kegiatan yang
memberikan kemashlahatan pada umat. Penyerahan bisa
disampaikan langsung kepada sabilillah atau melalui badan
pengelola, sedangkan sistem pendayagunaannya bisa bersifat
konsumtif bisa produktif.
g. Ibnu Sabil
Para fuqoha selama ini mengartikan ibnu sabil dengan “Musafir
yang kehabisan bekal”. Dana zakat untuk sektor ibnu sabil dapat
dialokasikan bukan hanya untuk keperluan musafir yang kehabisan
bekal melainkan juga untuk keperluan para pengungsi baik karena
alasan lingkungan atau bencana alam. Penyerahan bisa disampaikan
langsung kepada Ibnu Sabil atau melalui badan pengelola, sedangkan
sistem pendayagunaannya bisa bersifat konsumtif bisa produktif6.
6 Ibid, hlm. 55
17
4. Ciri-Ciri Pendayagunaan Dana Zakat
Mempunyai tujuan yang hendak dicapai yaitu:
a. Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir
b. Aktifitas yang dilakukan terencana, berkelanjutan serta harus sesuai
dengan kebutuhan dan sumber daya setempat.
c. Ada tindakan bersama dan terpadu dari berbagai aspek yang terkait.
d. Ada perubahan sikap pada masyarakat selama tahap-tahap
pemberdayaan.
e. Menekankan pada peningkatana partisipasi masyarakat dalam
ekonomi terutama dalam wirausaha7.
Dengan demikian pola pendayagunaan bukan sekedar diartikan
sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan,
melainkan dipahami sebagai kontribusi mereka dalam setiap tahapan
yang mesti dilalui oleh suatu program kerja pendayagunaan.
5. Bentuk Pendayagunaan Dana Zakat
Ada dua bentuk penyaluran dana zakat yaitu:
a. Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti zakat hanya diberikan kepada
seseorang satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga berarti bahwa
penyaluran kepada mustahik tidak disertai target terjadinya
kemandirian ekonomi dalam diri mustahik. Hal ini dikarenakan
mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri, seperti
pada diri orang tua yang sudah jompo dan orang cacat. Sifat bantuan
sesaat ini idealnya adalah hibah.
b. Bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang disertai
target merubah keadaan penerima dari kondisi kategori mustahik
menjadi kategori muzakki. Target ini adalah target besar yang tidak
dapat dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Untuk itu,
penyaluran zakat harus disertai dengan pemahaman yang utuh
7 S. Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan Nasional.
(Jakarta: UI- Press, 1998). Cet I, hlm. 53
18
terhadap permasalahan yang ada pada penerima. Apabila
permasalahannya adalah permasalahan kemiskinan, harus diketahui
penyebab kemiskinan tersebut sehingga dapat mencari solusi yang
tepat demi tercapainya target yang dicanangkan8.
Menurut Widodo yang dikutip dalam buku Lili Bariadi dan kawan-
kawan, bahwa sifat dana bantuan terdiri dari tiga, yaitu:
a. Hibah, zakat pada asalnya harus diberikan berubah hibah artinya
tidak ada ikatan antara pengelola dan mustahik setelah penyerahan
zakat.
b. Dana bergulir, zakat dapat diberikan berupa dana bergulir oleh
pengelola kepada mustahik dengan catatan harus qhardul hasan,
artinya tidak boleh ada kelebihan yang harus diberikan oleh
mustahik kepada pengelola ketika pengembalian pinjaman tersebut.
Jumlah pengembalian sama dengan jumlah yang dipinjamkan.
c. Pembiayaan, penyaluran zakat oleh pengelola kepada mustahik tidak
boleh dilakukan berupa pembiayaan, artinya tidak boleh ada ikatan
seperti shabil maal (pemilik harta) dengan mudharib (pengelola)
dalam penyaluran zakat9.
Menurut M Daud Ali pemanfaatan dana zakat dapat dikategorikan
sebagai berikut:
a. Pendayagunaan yang konsumtif dan tradisional sifatnya, dalam
kategori ini penyaluran diberikan kepada orang yang berhak
menerimanya untuk dimanfaatkan sevara langsung oleh yang
bersangkutan seperti: zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat harta yang
diberikan kepada korban bencana alam.
8 Lili Bariadi et.al, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005), hlm. 25
9 Ibid, hlm. 85-86
19
b. Pendayagunaan yang konsumtif kreatif, maksudnya penyaluran
dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa dan lain-lain.
c. Pendayagunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran dalam
bentuk barang-barang produktif, misalnya hewan ternak, mesin jahit,
alat-alat pertukangan dan sebagainya. Tujuan dari kategori ini adalah
untuk menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja
bagi fakir miskin.
d. Pendayagunaan produkif kreatif, pendayagunaan ini diwujudkan
dalam bentuk modal yang dapat digunakan baik untuk membangun
sebuah proyek sosial maupun untuk membantu atau menambah
modal seorang pedagang atau pegusaha kecil10.
6. Syarat-Syarat Harta menjadi Obyek Zakat
Ajaran Islam selalu menetapkan standar umum pada setiap kewajiban
yang dibebankan kepada umatnya, maka dalam penetapan harta menjadi
sumber atau obyek zakat pun terdapat beberapa ketentuan yang harus
dipenuhi. Apabila harta seorang muslim tidak memenuhi salah satu
ketentuan, misalnya belum mencapai nishab, maka harta tersebut belum
menjadi sumber atau obyek yang wajib dikeluarkan zakatnya11.
Adapun persyaratan harta menjadi sumber atau obyek zakat adalah
sebagai berikut:
a. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal. Hal
ini sejalan dengan firman Allah SWT dalan QS. Al-Baqarah ayat 267:
10 M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI-Press, 1998), hlm.
62
11 Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Mangement Zakat (Ciputat: Wahana Kordofa
UMJ, 2012) Cet. I, hlm. 176
20
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari
apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya,
padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji.
b. Harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan,
seperti melalui kegiatan usaha, perdagangan, melalui pembelian
saham, atau ditabungkan, baik dilakukan sendiri maupun bersama
orang atau pihak lain.
c. Milik penuh, yaitu harta tersebut berada di bawah kontrol dan di
dalam kekuasaan pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama
bahwa harta itu berada ditangan pemiliknya dan didalamnya tidak
tersangkut dengan hak orang lain, dan ia dapat memilikinya12.
d. Harta tersebut, menurut pendapat jumhur ulama, harus mencapai
nishab, yaitu jumlah minimal yang menyebabkan harta terkena
kewajiban zakat. Contohnya nishab zakat emas adalah 85 gram,
nishabnya zakat hewan ternak kambing adalah 40 ekor, dan
sebagainya.
e. Sumber-sumber zakat tertentu, seperti perdagangan, peternakan, emas
dan perak harus sudah berada atau dimiliki ataupun diusahakan oleh
muzakki dalam tenggang waktu satu tahun.
12 Mustofa Edwin Nasution, Zakat dan Pembangunan Era Baru Zakat Menuju Efektivitas
Pemanfaatan Zakat, Infak dan Shadaqah. Jakarta: Intermedia, 2006, hlm. 21
21
f. Sebagian ulama Mazhab Hanafi mensyaratkan kewajiban zakat
setelah terpenuhi kebutuhan pokok, atau dengan kata lain zakat
dikeluarkan setelah terdapat kelebihan dari kebutuhan hidup sehari-
hari ynag terdiri atas kebutuhan sandang, pangan dan papan13. Adapun
yang menjadi alasannya adalah firman Allah SWT dalam QS. Al-
Baqarah(2): 219
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.
7. Jenis-jenis Dana Zakat
Jenis-jenis kekayaan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Hewan Ternak
Ulama sepakat bahwa hewan ternak yang wajib dizakati adalah
unta, sapi, kerbai, kambing, domba, dan biri-biri. Sedangkan kuda
dan keledai tidak wajib dizakati kecuali termasuk dalam harta
dagangan. Kemudian Imam Hanafi berpendapat bahwa kuda wajib
dizakati, kalau kuda tersebut bercampur antara jantan dan betina14.
Kewajiban mengeluarkan zakat pada binatang ternak di atas, apabila
13 Hasanudin, Manajemen Zakat dan Wakaf, Jakarta: Piramedia. 2004, hlm. 53-54
14 Muhammad Jawad Mughniyah, al-Fiqh ‘ala al-Madhaib al-Khamzah, (Jakarta:
Lentera, 2005), hlm. 180-181
22
memenuhi berbagai syarat yang sudah ditentukan, seperti pencapaian
nishab15.
b. Emas dan Perak
Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang
berkembang. Oleh karena itu syara’ mewajibkan zakat atas
keduanya, baik berupa uang leburan logam, bejana, souvenir, ukiran
atau yang lainnya16. Begitu juga dengan segala bentuk penyimpanan
uang seperti tabungan, deposito, cek, saham, atau surat berharga
lainnya, termasuk ke dalam kategori emas dan perak wajib
dikeluarkan zakatnya kecuali pada emas dan perak atau lainnya yang
berbentuk perhiasan dan tidak berlebihan, maka tidak diwajibkan
zakat atas barang-barang tersebut. Nishab zakat emas adalah 20
dinar atau kurang lebih 85 gram emas. Ketiga harta tersebut wajib
dikeluarkan zakatnya sebanyaknya dua setengah persen (2,5%) jika
harta tersebut mencapai satu tahun.
c. Harta Perniagaan
Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukan untuk
diperjualbelikan dalam berbagai jenisnya. Perniagaan tersebut bisa
diusahakan secara perorangan atau perserikatan seperti: CV, PT,
Koperasi dan sebagainya. Harta perniagaan wajib dikeluarkan
zakatnya apabila perniagaannya sudah berjalan satu tahun sebanyak
2,5% dan nishabnya disamakan dengan nilai harga emas 85 gram17.
d. Hasil Pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman
yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-
mayur, buahbuahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedauanan,
dan lain-lain. Namun menurut Imam Syafi’i, hasil pertanian yang
wajib dikeluarkan zakatnya hanyalah makanan pokok saja. Hasil
15 Ibid, hlm. 182
16 Djamaludin Ahmad al-Buny, Problematika Harta dan Zakat (Surabaya: Bina Ilmu,
1983), hlm. 109.
17 Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Surabaya: al-Ikhlas, 1995), h. 35
23
pertanian tersebut wajib dikeluarkan zakatnya setiap kali panen
sebanyak lima persen untuk tanaman yang diairi langsung dari
hujan18.
e. Ma’din dan Rikaz
Ma’din adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut bumi
dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga,
marmer, minyak bumi, batu-bara dan lainnya. Sedangkan Rikaz
adalah barang temuan atau bisa juga diartikan harta yang terpendam
dari zaman dahulu (harta karun). Pada umumnya harta karun berasal
dari harta orang-orang kafir yang ditanam pada masa jahiliyyah.
Nishab dan kadar zakatnya dari kedua harta tersebut sama dengan
emas dan perak19.
f. Profesi
Zakat profesi atau zakat pendapatan adalah zakat harta yang
dikeluarkan dari hasil pendapatan seseorang atau profesinya bila
telah mencapai nishabnya.
g. Zakat Uang Simpanan atau Deposito
Uang simpanan dikenakan zakat dari jumlah saldo akhir bila
telah mencapai nishab dan berjalan selama satu tahun. Besarnya
nishab senilai 85 gram emas. Kadar zakat yang dikeluarkannya
2,5%. Sedangkan zakat simpanan deposito dihitung dari nilai
pokoknya20.
h. Zakat Investasi
Zakat investasi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil
investasi, seperti mobil rumah, dan tanah yang disewakan. Dengan
demikian zakat investasi dikeluarkan dari hasinya, bukan dari
18 M Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI-Press, 1998), h. 43
19 Didin Hafidudin, Membangun Peradaban Zakat, (Jakarta: UI-Press, 1998), Cet. I, h.
29-36
20 Hasanddin, Manajemen Zakat dan Wakaf. Ciputat: Fakultas Dakwah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010, hlm. 22
24
modalnya. Nishabnya senilai 653 kg beras dengan tarif 5% dari bruto
dan 10% dari netto21.
8. Potensi Dana Zakat
Membahas mengenai potensi dana zakat (individual atau perusahaan),
menarik sekali untuk dicermati seberapa besar sebenarnya masyarakat dan
perusahaan menyadari bahwa dirinya termasuk wajib zakat (muzakki) atau
belum. Sayangnya belum ada informasi yang akurat, yang dapat
memberikan gambaran tersebut. Karena dengan mayoritas masyarakat
Indonesia yang beragama Islam sangat disayangkan jika potensi tersebut
tidak dioptimalkan22. Demikian juga halnya dengan besarnya zakat yang
diberikan oleh masing-masing muzakki menarik untuk ditelusuri. Agak
sulit memperoleh informasi yang relatif akurat tentang potensi zakat di
Indonesia karena minimnya pendidikan dan belum adanya suatu lembaga
yang secara khusus menangani masalah ini. Berdasarkan hasil riset
BAZNAS dan IPB, potensi zakat secara nasional ditaksir mencapai Rp
217 triliun setiap tahun. Angka itu dilihat berdasarkan produk domestik
bruto (PDB). Ketika PDB naik, maka potensi zakat juga bergerak. Jadi,
itu didasarkan pada PDB tahun 2010. Padahal setiap tahun PDB bergerak
naik. Kalau memperhitungkan pertumbuhan PDB tahun-tahun
sesudahnya, maka tahun ini potensi zakat berubah menjadi sekitar Rp 274
triliun23.
9. Tujuan Zakat
Secara umum tujuan zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial
ekonomi. Zakat merupakan transfer sederhana dari bagian dengan ukuran
tertentu harta si kaya untuk dialokasikan kepada si miskin.
21 Ibid.
22 Muhammad dan Ridwan, Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pembrdayaan Ekonomi
Umat. 2005. Yogyakarta: UII Press, hlm 58
23 http://khazanah.republika.co.id/potensi-zakat-nasional/, diakses tanggal 20 Maret 2017
pukul 13.06
25
Para cendekiawan muslim banyak yang menerangkan tentang tujuan-
tujuan zakat, baik secara umum yang menyangkut tatanan ekonomi, sosial
dan kenegaraan. Tujuan-tujuan itu antara lain:
a. Menyucikan harta dan jiwa muzakki.
b. Mengangkat derajat fakir miskin.
c. Membantu memecahkan masalah para gharimin, ibnu sabil, dan
mustahiq lainnya.
d. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam
dan manusia pada umumnya.
e. Menghilangkan sifat kikir dan dan loba para pemilik harta.
f. Menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati
orang-orang miskin.
g. Menjembatani jurang antara si kaya dengan si miskin di dalam
masyarakat agar tidak ada kesenjangan di antara keduanya.
h. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang,
terutama bagi yang memiliki harta.
i. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain padanya.
j. Zakat merupakan manifestasi syukur atas Nikmat Allah.
k. Berakhlak dengan akhlak Allah.
l. Mengobati hati dari cinta dunia.
m. Mengembangkan kekayaan batin.
n. Mengembangkan dan memberkahkan harta.
o. Membebaskan si penerima (mustahiq) dari kebutuhan, sehingga dapat
merasa hidup tenteram dan dapat meningkatkan kekhusyukan
beribadat kepada Allah SWT.
p. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.
q. Tujuan yang meliputi bidang moral, sosial, dan ekonomi.
Dalam bidang moral, zakat mengikis ketamakan dan keserakahan hati
si kaya. Dalam bidang sosial, zakat berfungsi untuk menghapuskan
kemiskinan dari masyarakat. Dalam bidang ekonomi, zakat mencegah
26
penumpukan kekayaan di tangan sebagian kecil manusia dan
merupakan sumbangan wajib kaum muslimin untuk perbendaharaan
negara24.
B. Usaha Produktif
1 Pengertian Usaha Produktif
Usaha adalah perbuatan melakukan sesuatu. Usaha dalam pengertian
luas adalah semua bentuk kegiatan yang dilakukan manusia, baik dalam
hal materi maupun non materi, intelektual atau fsik maupun halhal yang
berkaitan dengan masalah keduniaan atau keakhiratan. Usaha adalah
aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya tersebut
dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi
yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT25.
Kata produktif sering diartikan membuat, namun hal ini produktif
sama sekali berbeda dari kata tersebut, produktif bersifat menghasilkan
sesuatu yang berkembang. Produkif harus memiliki unsur menghasilkan
dan bermakna sehingga produktif tidak dapat disamakan dengan
membuat.
Produktif tercipta dari keinginan manusia untuk merubah sesuatu,
dasar yang sederhana itulah berkembang sehingga menghasilkan. Jadi
usaha produkif adalah perbuatan atau kegiatan di bidang ekonomi yang
dilaksanakan oleh kelompok usaha untuk meningkatkan pendapatan,
menciptakan lapangan kerja dan ketahanan pangan masyarakat berbasis
sumber daya lokal.
2. Dasar Hukum
Dalam pendekatan fiqih, dasar usaha pada umumnya didasarkan
pada QS. At-Taubah ayat 105:
24 Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern, Malang: UIN Maliki Press, 2010, hlm.
34
25 Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1992, hlm 57
27
Artinya: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib
dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu
kerjakan.
Ayat di atas menginformasikan tentang arti penting dari
penilaian Allah, penilaian Rasul-Nya, dan penilaian orang-orang mukmin
terhadap prestasi kerja seseorang. Semua prestasi itu pada dasarnya nanti
diakhirat, akan diinformasikan dan diperlihatkan secara transparan apa
adanya, baik yang tersembunyi maupun yang nampak.
3. Macam-macam Usaha Produktif
Macam-macam usaha yang produktif modern dalam meningkatkan
perekonomian yaitu26:
a. Usaha kuliner
Disebutkan di awal bahwa produk kuliner masih memiliki peluang
yang besar terutama yang hadir dengan kreasi-kreasi terbaru dan yang
mengedepankan unsur kesehatan.
b. Bisnis kreatif
Untuk Ekspor industri kreatif Indonesia dari tahun ke tahun
semakin meningkat dan peluangnya di pasar dunia juga sangat semakin
luas.
c. Bisnis fashion
26 Asraini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008, hlm. 82
28
Fashion atau pakaian adalah salah satu kebutuhan pokok manusia.
Sehingga secara otomatis produk ini akan selalu dibutuhkan. Sekarang
ini banyak pelaku usaha fashion yang sudah berkembang baik dan
sangat kreatif sehingga bisa memanjakan pangsa pasar lokal dengan
berbagai macam pilihan produk yang ada dari segmen bawah hingga
atas. Nilai kreatif inilah yang membuat bisnis fashion akan terus bisa
bersaing dengan ramainya produk impor.
d. Usaha Agribisnis
Usaha agribisnis juga memiliki prospek cerah. Namun ada
spesifikasinya. Menurut Kepala Pusat Kajian Buah Tropika IPB Dr. Ir.
Sobir, M.Si, produksi sayur dan buah berkualitas dengan pasar
eksklusif (bukan melalui jalur pemasaran seperti supermarket dan direct
selling), akan booming. Pemasaran eksklusif yang dimaksud adalah
pemasaran sayur dan buah berkualitas secara online.
e. Usaha kecantikan dan kesehatan
Layaknya produk fashion, bisnis kesehatan dan kecantikan juga akan
tetap bagus di tahun ini, mengingat kesehatan dan kecantikan sudah
menjadi kebutuhan setiap manusia.
Bahkan di saat kondisi susah pun usaha di bidang kesehatan dan
kecantikan akan tetap bertahan dengan kuat. Bidang kesehatan yang cukup
bagus dikembangkan tiap tahunnya adalah yang berkaitan dengan produk
herbal.
f. Usaha pengobatan alternatif
Pengobatan alternatif seperti pijat refleksi, akupuntur, dan sejenisnya
menjadi kebutuhan hampir pokok yang mulai diminati oleh masyarakat.
4. Tujuan Usaha Produktif
Tujuan usaha produktif yaitu27:
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan pendapatan masyarakat.
27 A. Qodri Azizy. Membangun Fondasi Ekonomi Umat, (Yogakarta, Pustaka Pelajar,
2004) Cet. I, hlm. 149
29
b. Menciptakan lapangan pekerjaan dan menumbuhkan jiwa
kewirausahawan.
c. Mengembangkan kegiatan dan kesempatan berusaha berbasis potensi
lokal.
d. Meningkatkan ketahanan pangan dan mengembangkan stok pangan
lokal.
30
BAB III
GAMBARAN TENTANG RUMAH ZAKAT (RZ)
A. Sejarah Pendirian Rumah Zakat
Pada tahun 1998 Abu Syauqi, salah satu tokoh dai muda Bandung,
bersama beberapa rekan di kelompok pengajian Majlis Taklim Ummul Quro
sepakat membentuk lembaga sosial yang concern pada bantuan
kemanusiaan.Tepat tanggal 2 Juli 1998, terbentuk organisasi bernama Dompet
Sosial Ummul Quro (DSUQ). Sekretariat DSUQ bertempat di Jl. Turangga 33
Bandung sekaligus sebagai tempat kajian. Jamaah pengajian semakin
berkembang. Dipergunakanlah Masjid Al Manaar Jl. Puter Bandung sebagai
tempat kajian rutin.
Dukungan masyarakat yang terus meluas mendorong dilakukannya
pengelolaan organisasi ini lebih baik. Tahun 1999, kantor sekretariat pindah ke
Jl. Dederuk 30 Bandung. Pencapaian donasi selama 1998-1999 terkumpul
sebanyak Rp 0,8 Milyar1.
Pada tahun 2000 di buat program beasiswa pendidikan yatim dan dhuafa,
layanan kesehatan, rehabilitasi masyarakat miskin kota, dll. Pemekaran mulai
dilakukan dengan membuka kantor cabang Yogyakarta, Mei 2000 di Jl.
Veteran 9. Cabang Bandung dipindah ke sekretariat awal di Jl. Turangga 33
Bandung. Donasi selama setahun terkumpul Rp 2,1 Milyar.
Tahun 2009 menjadi tahun pertama pasca 10 tahun pertama perjalanan
Rumah Zakat Indonesia. Pada tahun ini dibuat program pemberdayaan, yaitu :
Rumah Sehat Indonesia (pengelola program kesehatan), Rumah Juara
Indonesia (pengelola program pendidikan), Rumah Mandiri Indonesia
(pengelola program kemandirian ekonomi). Peningkatan jumlah unit layanan
terus dilakukan. Hingga akhir tahun telah berdiri 8 Sekolah Juara, 7 Rumah
Bersalin Gratis2. Di tahun 2016 Rumah Zakat memiliki 114 kantor cabang di
1 Annual Report 2015 RZ, hlm. 11
2 Ibid.
31
setiap provinsi. Rumah Zakat menargetkan desa berdaya yang berjumlah 1080
di tahun 2017.
B. Legalitas dan Struktur Organisasi
1. Legalitas
Rumah Zakat adalah Lembaga Amil Zakat Nasional yang telah
memiliki legitimasi melalui aspek legal formal sebagai berikut:
a. Akta Pendirian:
Notaris Dr. Wiratni Ahmadi, SH No. 31 tanggal 12 Juli 2001, tentang
Pendirian Yayasan Dompet Sosial Ummul Qura.
b. Akta Perubahan:
Notaris Irma Rachmawati, SH. No. 17 Tanggal 25 Oktober 2005, tentang
Perubahan Struktur Yayasan Rumah Zakat Indonesia.
c. Keputusan Menkumham RI tanggal 25 Juli 2006 No. C-
1490.HT.01.02.TH 2006.
d. Akta Perubahan:
Notaris Zulhijah Arni, S.H., M.Kn. No. 02 Tanggal 21 Desember 2011,
tentang Pernyataan Keputusan Rapat Dewan Pembina Yayasan Rumah
Zakat Indonesia.
e. Keputusan Menkumham RI tanggal 26 Januari 2012 No. AHU-AH.01.06
– 33
f. LKS Nasional:
Keputusan Menteri Sosial RI No. 107/HUK/2014 tentang pengakuan
Yayasan Rumah Zakat Indonesia sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial
Nasional.
g. LAZ Skala Nasional3:
1) Keputusan Menteri Agama RI No. 42 Tahun 2007 tentang
Pengukuhan Yayasan Rumah Zakat Indonesia sebagai Lembaga
Amil Zakat Skala Nasional.
3 Ibid, hlm. 13
32
2) Keputusan Menteri Agama RI No. 421 Tahun 2015 tentang
Pemberian Izin kepada Yayasan Rumah Zakat Indonesia sebagai
Lembaga Amil Zakat Skala Nasional.
2. Struktur Lembaga Rumah Zakat (RZ)
Gambar 3.1
Struktur Lembaga RZ
Board of Trustee
Yayan Somantri
Sharia Council (Member)
Kardita Kintabuwana, Lc., MA
Sharia Council (Chief)
K. H Ma’ruf Amin
Sharia Reference
Dr. Setiawan Budi Utomo, Lc., MM
Chief Executive Officer Nur Efendi
Chief Marketing Officer Asep Nurdin
Chief Program Officer Heny Widiastuti
Chief Operational Officer Herry Hermawan
Programing Candra Juari
Fasilitator Hidayatullah
Legal Consultant
Yayan Sutarna, SH., MH Marketing Consultant
AM. Adhy Trisnanto
Independent Auditor
KAP Kanaka Puradiredja
Suhartono
33
C. Program Rumah Zakat (RZ)
RZ berupaya berkontribusi melalui empat bidang program: Senyum Juara,
Senyum Sehat, Senyum Mandiri, Senyum Lestari dan program Seasonal:
Senyum Ramadhan dan Superqurban.
BIG Smile Indonesia adalah sebuah gerakan pengibaran semangat
optimisme bangsa melalui rangkaian gempita aksi senyum pemberdayaan
untuk Indonesia yang lebih membahagiakan4. BIG: Berbagi Itu Gaya. RZ
sebagai mitra muzakki dalam berbagi berupaya menjembatani setiap sinergi
dlakukan secara menyenangkan sehingga menjadi bagian gaya hidup baru yang
lebih bermakna. BIG Smile Indonesia berupaya untuk berkontribusi terhadap
tujuan pembangunan global (MDGs) di Indonesia. Sehingga semakin banyak
senyum yang tercipta di seluruh negeri. Melalui empat program yakni:
1. Senyum Juara (Pendidikan)
Dalam program senyum juara tersebut mempunyai bagian-bagian
diantaranya:
a. Sekolah Juara, yakni aktivitas yang dirancang sesuai dengan standar
nasional dengan pendekatan pembelajaran menggukan konsep multiple
intelligence sehingga memungkinkan para siswa menggali beragam
potensinya. Sekolah juara hadir dalam tiga jenjang, yakni SD, SMP dan
SMK.
b. Beasiswa Juara, para siswa SD, SMP dan SMK Juara mendapatkan
fasilitas pendidikan secara gratis.
c. Gizi Sang Juara, yakni memberi dukungan asupan gizi yang baik.
d. Lab Juara, program pengadaan perangkat dan infrastruktur laboratorium
komputer dan bahasa untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar.
e. Beasiswa SD sampai Mahasiswa, untuk mahasiswa yang mendapatkan
beasiswa, diharapkan bersedia menjadi mentor bagi penerima beasiswa
ceria SD sampai SMA.
4 Wawancara Pribadi dengan Bidang Program. Kamis, 21 Desember 2016. Pukul 13.20
WIB di Kantor RZ Bandung
34
f. Mobil Juara, media pembelajaran berupa kendaraan mobil yang
didesain untuk mobile dan bisa menghadirkan nuansa pembelajaran
yang atraktif dan terdiri dari buku, audiovisual, serta komputer yang
terhubung ke internet.
g. Pusat pengembangan potensi anak (P3A), Program Pengembangan
Potensi Anak berdasarkan potensi lokal dan minat para anak asuh di
berbagai wilayah binaan.
h. Kemah Juara, yakni ajang kreasi dan rekreasi yang diperuntukan
bagi anak asuh binaan5.
2. Senyum Sehat (Kesehatan)
Dalam program senyum sehat yaitu dengan bagian-bagiannya:
a. Armada Sehat Keluarga (AMARA), memberikan pelayan kesehatan
dengan menggunakan armada khsus kepada masyarakat di wilayah
binaan RZ secara mobile.
b. Siaga Sehat, Program layanan kesehatan berpa penyuluhan kesehatan,
pemeriksaan, hingga pengobatan gratis bagi warga kurang mampu di
wilayah binaan atau Integrated Community Development (ICD).
c. Khitanan Massal.
d. Siaga Gizi, merupakan program perbaikan gizi balita yang terindikasi
BGM (Bawah Garis Merah) dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) di
wilayah ICD.
e. Siaga Posyandu.
f. Rumah bersalin sehat keluarga.
g. Ambulance Ringankan Duka (ARINA).
h. Papsmear Gratis, Program layanan pemeriksaan kanker serviks,
menggunakan teknk papmear secara gratis bagi wanita yang
membutuhkan atau kurang mampu6.
5 Website www.rumahzakat.or.ig
6 Ibid.
35
3. Senyum Mandiri (Ekonomi)
Dengan bagian-bagiannya yaitu:
a. Balai Bina Mandiri, Program pemberdayaan masyarakat dengan
melakuka set-up infrastruktur dan sarana peunjang aktivitas
pemberdayaan komunitas dan lingkungan di wilayah ICD binaan RZ
dan Mitra.
b. Kelompok Usaha Kecil Mandiri, program pemberdayaan dan
pendampingan ekonomi berbasis usaha mikro memberikan program
dalam bentuk pengadaan modal dan infrastruktur serta sarana
penunjang aktivitas usaha yang telah dimilikinya.
c. Sarana Usaha Mandiri, program pemberdayaan ekonomi dalam bentuk
pengadaan infrastruktur dan sarana penunjang aktivitas masyarakat
dalam kegiatan usahanya.
d. Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Agro, merupakan program
pemberdayaan ekonomi masyarakat di bidang ternak, dengan skema
penggemukan domba dan sapi.
e. Pelatihan Skill Produktif, program peningkatan kapasitas skill
produktif pemuda sebagai modal menjadi pengusaha. Penekanan
program ini pada pengembangan potensi lokal masing-masing daerah.
4. Senyum Lestari (Lingkungan)
Program senyum lestari bagian-bagiannya sebagai berikut:
a. Kampung Lestari, program pelestarian lingkungan berbasis
pemberdayaan komunitas dan rumah tangga, dengan alternatif aplikasi
program yaitu:
1) Upgrading kompetensi skill kader lingkungan di tengah
masyarakat.
2) Subsidi infrastruktur yang beorientasi kelestarian lingkungan.
3) Bantuan sarana kebersihan warga
36
b. Siaga Gizi Nusantara, program paket makanan Siaga Gizi Nusantara
ini diperuntukan bagi masyarakat korban bencana, maupun kondisi
kritis lainnya seperti di wilayah rawan pangan dan bencana.
c. Siaga Bencana, Tim siaga bencana ini terdiri dari: Rescue Team,
Dapur Umum dan Trauma Healing.
d. Water Well, program pengadaan sarana air bersih dan sanitasi publik
di wilayah binaan RZ.
5. Senyum Ramadhan
a. Berbagi Buka Puasa, paket makanan lengkap untuk berbuka puasa
yang didistribusikan di wilayah ICD (Integrate Community
Development) dan Non ICD yang terdiri dari member pembedayaan
RZ dan/atau masyarakat yang membutuhkan secara umum.
b. Bingkisan Lebaran Keluarga, bingkisan berupa perlengkapan ibadah
dan bahan pokok bagi keluarga kurang mampu dan masyarakat
dengan profesi termarjinalkan (veteran, penjaga pintu perlintasan
kereta api, dll).
c. Kado Lebaran Yatim, paket kado lebaran yang diperuntukkan bagi
anak-anak yatim dan kurang mampu.
d. Syiar Qur’an, paket pendistribusian Al Quran dan paket iqro yang
didistribusikan di wilayah ICD (Integrated Community Development)
dan Non ICD, terutama di wilayah rawan aqidah.
6. Superqurban
Salah satu produk inovasi RZ dalam program optimalisasi
pelaksanaan ibadah qurban dengan mengolah dan mengemas daging
qurban menjadi kornet. Produk Superqurban mampu menjawab
permasalahan pendistribusian daging qurban sampai ke daerah-daerah
pelosok dan terdepan di nusantara. Kornet yang tahan hingga 3 tahun,
37
dapat didistribusikan sepanjang tahun, dan efektif untuk pembinaan gizi
dan aqidah7.
7 Hasil wawancara dengan Pak Candra (Bidang Program), Jumat, 14 April 2017 Pukul.
14.00 WIB melalui telepon.
38
BAB IV
ANALISIS TERHADAP POLA PENDAYAGUNAAN ZAKAT UNTUK
USAHA PRODUKTIF DI LAZ Rumah Zakat (RZ)
A. Mekanisme Penghimpunan dan Penyaluran Zakat di LAZ RZ
Keterkaitan antara penghimpunan dan penyaluran zakat terhadap pola
pendayagunaan yaitu peneliti harus mengetahui sebelum proses
pendayagunaan dana untuk usaha produktif. Karena pendayagunaan zakat
menggunakan dana, dimana dana tersebut didapatkan dari muzakki melalui
perantara bidang penghimpunan. Kemudian dana yang terkumpul, disalurkan
oleh bidang penyaluran. Bidang penyaluran memberikan dana kepada bidang
pendayagunaan untuk program desa berdaya.
Dari data yang didapat oleh peneliti, mekanisme penghimpunan di RZ
secara umum melalui:
Gambar 4.1
Proses Penghimpunan Dana
Sumber: Rumah Zakat
Proses penghimpunan yang dilakukan RZ yaitu:
1. Donatur menyerahkan Donasi
2. Kemudian Customer Service melakukan:
a. Mencatat donasi dan mencetak bukti donasi (kwitansi)
b. Menyerahkan bukti transaksi
39
Proses ini terjadi ketika donatur langsung datang ke kantor pusat
RZ maupun kantor cabang. RZ pun memfasilitasi cara berzakat secara
online yaitu:
a. Zakat via ATM
b. Zakat via Credit Card
Berikut penghimpunan donasi dalam 6 tahun:
Grafik 4.2
Penghimpunan Donasi Tahun 2010-2016
Sumber: data diolah (Rumah Zakat)
Dari data di atas penghimpunan Rumah Zakat dari tahun ke tahun selalu
mengalami peningkatan, artinya selama ini RZ telah dipercayai oleh para
donatur dalam mengelola dana ZIS. Salah satu donatur yang telah peneliti
temukan dan diwawancarai yaitu Pak Dani, pedagang sembako di Cifor,
Bogor. “Saya selalu membayar zakat dagang saya ke RZ, karena saya dapat
memilih dana saya untuk disalurkan ke program apa. Penjelasannya yang
transparan membuat saya semakin percaya menyalurkan dana saya ke
lembaga itu”1 jelasnya.
1 Wawancara dengan Pak Dani (Muzakki), pada hari Kamis, 20 Juli 2017 di Bogor, Pukul
10.00 WIB
145.871.342.558
177.810.761.563186.570.489.158198.331.737.316
223.464.826.355248.127.855.049
2011 2012 2013 2014 2015 2016
40
Hal ini sesuai dengan landasan teori pada BAB II, bahwa sebuah
lembaga dalam mengelola dana zakat harus adanya transparansi agar
kepercayaan pembayar zakat semakin meningkat terhadap lembaga tersebut
dan konsisten untuk membayar zakatnya di lembaga tersebut.
Berikut jumlah donatur Rumah Zakat, dapat dilihat melalui grafik di
bawah ini:
Grafik 4.3
Jumlah Donatur Tahun 2010-2016
Rumah Zakat tiap tahunnya selalu bertambah jumlah donaturnya,
mengharuskan Rumah Zakat semakin amanah dalam mengelola dananya.
Sehingga target RZ dalam memperluas desa berdaya (desa binaan) akan
tercapai.
Sedangkan penyaluran zakat di RZ yang peneliti dapatkan melalui
wawancara dijelaskan pada gambar ini:
99.284
120.665136.908
156.858
184.117197.325
2011 2012 2013 2014 2015 2016
41
Gambar 4.4
Proses Penyaluran Dana
Proses penyaluran dana zakat di RZ yaitu:
1. Bagian program memberikan instruksi penyaluran yang disalurkan kepada
perwakilan.
2. Menyerahkan donasi yang akan disalurkan ke Penerima Manfaat
(Mustahik).
3. Membuat Laporan Penyaluran
4. Mengirimkan laporan peyaluran ke kantor pusat.
5. Menyerahkan Laporan ke Stakeholder Lembaga2.
Bidang penghimpunan dan penyaluran dana selain menghimpun dan
menyalurkan dana donatur, kedua bidang pun melakukan kerjasama dengan
berbagai mitra. Salah satunya Lotte Mart bersinergi dengan RZ dalam
program shopping charity. Hasil dari shopping charity disalurkan ke dalam
beberapa program yaitu program bantuan infrastruktur, bantuan pendidikan
dan kesehatan.
Membangun hubungan kerjasama dengan mitra yang dilakukan RZ
dalam menjembatani antara pemberi zakat dengan penerima zakat sudah
sesuai dengan tujuan zakat yang dijelaskan pada Bab II.
2 Wawancara Pribadi dengan Bidang Program. Kamis, 21 Desember 2016. Pukul 13.20
WIB di Kantor RZ Bandung
42
Berikut adalah jumlah mustahik (penerima manfaat) dari kerjasama RZ
dengan Lotte Mart3:
Tabel 4.1 Jumlah Mustahik atas usaha RZ bermitra dengan Lotte Mart
Wilayah Shopping Charity Program Jumlah Mustahik
(Penerima Manfaat
13 Store: Jakarta Barat,
Tangerang, Jakarta Selatan,
Jakarta Pusat, Jakarta Utara,
Medan, Solo, Makasssar,
Bandung, Bekasi
Renovasi Toilet dan
Dapur
700 KK
Jakarta dan Tangerang Siaga Banjir 793 orang
13 Store: Jakarta Barat,
Tangerang, Jakarta Selatan,
Jakarta Pusat, Jakarta Utara,
Medan, Solo, Makassar,
Bandung, Bekasi
Beasiswa Ceria 390 siswa
Ambulance Gratis 2.494 pengantaran
Siaga Kesehatan 1.883 orang
Senyum Ramadhan 1.300 orang
Kalimantan Selatan Siaga Sehat Asap 323 orang
Sumber Data: Rumah Zakat
Dari data di atas, RZ mengetahui bawa mitra sangat penting dalam
melakukan kerjasama baik itu penghimpunan maupun penyaluran. Selain
Lotte Mart, masih ada 115 mitra yang sudah bekerja sama dengan RZ4.
Peneliti menganalisis bahwa RZ telah menumbuhkan kepercayaan dalam
mengelola dananya terhadap donatur maupun mitra, sehingga ada dampak
positif dari kepercayaan yang dimiliki RZ terhadap peningkatan jumlah
penerima dana (penerima manfaat).
B. Mekanisme Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Usaha Produktif
Pendayagunaan yang dilakukan Rumah Zakat untuk usaha produktif yaitu
melalui pendamping (fasilitator). Maksudnya adalah pendamping sepenuhnya
bertanggungjawab terhadap kualitas penerima dana (mustahik). RZ melalui
3 Annual Report RZ 2016
4 Ibid.
43
fasilitator memberikan pemberian modal, pemberian sarana, pendampingan
usaha hingga penguatan produk. Hal ini sesuai dengan bentuk pendayagunaan
dana zakat yang terdapat di Bab II skripsi ini.
Peneliti mewawancarai pendamping desa berdaya di Curug, Bogor.
Pendamping bernama Hidayatullah, ia merupakan lulusan sarjana ekonomi UI
2007. Pak Hidayat menjelaskan bahwa ia karyawan RZ Bogor sekaligus
pendamping desa berdaya di Curug, Bogor. Sejak tahun 2014 beliau
melakukan pendampingan kepada para pedagang yang menerima bantuan dari
RZ5.
Berikut adalah daftar nama penerima bantuan di Curug, Bogor:
Tabel 4.1 Data Mustahik pada Program Usaha Produktif
No NAMA PRODUK USAHA
1 Onah Aneka Kue Bolu, Kue cincin, Bugis dan
makanan Mateng
2 Neneng Aneka Jus dan camilan anak
3 Sri Sulastiyani Sofiah Pizza mini
4 Nur Seha Kripik ubi
5 Erom Romlah Keset dari kain perca
6 Suhartini Keset dari kain perca
7 Sunarsih Aneka kue basah
8 Tuti Lestari Sayur dan warung kelontong
9 Ratmi Susyjati Warung kopi dan mie
10 Lutfi Suseno Pangkas rambut
11 Asep Fian Sujana Es Kelapa
12 Madhari Warmindo dan Kopi+Susu Mateng
13 Jaelani Es Kelapa
14 Hendarmi Jajanan Kue
15 Nia. A.R Gorengan, uduk, ketan
16 Yati Nasi uduk, Gorengan, pop Es
17 Sukaesih Baso dan gorengan
18 Acah Gorengan, uduk, ketan
19 Lilis Gorengan dan nasi uduk
20 Mery Kripik tempe
21 Cicih Kripik tempe dan macam-macam oleh-oleh
22 Ulpi Yanti Warung Nasi
5 Wawancara Pribadi dengan Pak Hidayat (Fasilitator). Selasa, 18 Juli 2017. Pukul 09.30
WIB di Kantor RZ Bogor
44
23 Praptiningsih Warung Sembako
24 Djuliarsih Jahit pakaian
25 Enah Gorengan
26 Enih Gorengan
27 Neng Rohana Gorengan
28 Acep Jahit pakaian
29 Sa'amah Gorengan
30 Masitoh Kue Kering
31 Nani Kripik Bawang
32 Mimin Seblak, Gas dan Warung kelontongan
33 Tati Warung kelontong
34 Sukarsih Donat
35 Elis Kue basah
Sumber Data: Rumah Zakat
Data di atas adalah data penerima dana atau sering disebut member dalam
istilah Rumah Zakat selain mendapatkan bantuan dana modal dan sarana, para
member mendapatkan binaan tiap pekanannya oleh pendamping. Binaan
dilakukan dengan cara pendamping datang ke tempat usahanya dan
menanyakan perkembangan dan masalah apa yang dihadapi satu pekan ini,
sehingga pendamping memberikan solusi bersama dengan member6.
Salah satu member yaitu Pak Jaelani pedagang es kelapa, sering di panggil
Kang Jay. Kang Jay mendapatkan bantuan dari RZ sejak tahun 2014. Dana
yang Kang Jay terima dari RZ sebesar Rp 7.000.000,00. Dana ini digunakan
untuk membeli bahan dan sarana untuk berdagang es kelapa, pendapatan tiap
bulan Rp 800.000,00 – Rp 1.000.000,00. Kang Jay pun menjual tahu gejrot dan
sosis sebagai pasangan es kelapa sampai sekarang.
“Kang Jay merasa sangat terbantu sekali dengan bantuan dari RZ, dulu
saya orang jahat yang tinggal dijalan. Pendapatan saya lebih besar dari
berjualan. Tapi saya merasa tidak ada keberkahan didalamnya. Sekarang
alhamdulillah sholat 5 waktu dikerjakan, baca Al-Qur’an juga sudah bisa. RZ
juga mengisi ruhiah saya, bukan hanya kantong saya” kata Kang Jay7.
6 Ibid. 7 Wawancara Pribadi dengan Kang Jay (Mustahik). Selasa, 20 Juni 2017 . Pukul 13.00 WIB di
Bogor
45
Selain Kang Jay yang berkembang dengan usahanya, ada beberapa
member yang sudah tidak ada lagi usahanya. Alasan ada yang sakit, ada juga
yang tidak ada lagi di tempat tinggalnya. Pendamping pun sudah mencari
informasi member yang seperti itu, karena kebijakan pendamping dan penuh
pertimbangan akhirnya dilepas member tersebut tanpa ada paksaan8.
Jadi dalam pendayagunaan dana untuk usaha produktif yang dilakukan
oleh pendamping/ fasilitator RZ tidak selalu sukses. Ada hambatan di awal, di
tengah, dan di akhir untuk terus membina pedagang kecil agar memiliki
semangat dalam meningkatkan usahanya.
C. Analisis SWOT Pola Pendayagunaan Dana Zakat untuk Usaha Produktif
Data hasil wawancara dengan beberapa penerima dana untuk usahanya,
ada yang usahanya berkembang, tidak berjalan (stagnan) atau tidak ada lagi
bentuk usahanya. Peneliti telah observasi dan mewawancarai mereka, kecuali
yang usahanya tidak ada lagi. Hal ini dikarenakan penerima dana tersebut
sudah tidak menempati rumah itu (kontrakan), menurut informasi tetangganya
sudah tinggal di kampung halamannya.
Tujuan pendamping tidak semuanya tercapai dengan sebab member
terebut. Namun pendamping tetap harus memberikan semangat berbisnis
dengan pengusaha/pedagang kecil untuk terus produktif.
Analisis SWOT di bawah ini dilakukan oleh peneliti setelah
mewawancarai Ketua Bidang Program, fasilitator/pendamping desa berdaya,
muzakki, dan mustahik.
Analisis SWOT pendayagunaan dana zakat pada usaha produktif di
Rumah Zakat (RZ):
1. Kekuatan
RZ memiliki divisi khusus untuk melakukan pendayagunaan zakat
untuk usaha produktif dimana divisi ini menjadi kekuatan dalam fokus
menjalankan program senyum mandiri. RZ pun mempunyai binaan desa
sehingga program-programnya fokus sesuai target.
8 Wawancara dengan Fasilitator, Op.cit.
46
2. Kelemahan
Kelemahan yang dihadapi oleh pihak RZ yaitu belum adanya sertifikasi
untuk fasilitator (pendamping) sehingga menjadi penghambat untuk
mencetak fasilitator-fasilitator yang profesional dan melakukan pembinaan
dengan standar di atas rata-rata.Sertifikasi konsepnya seperti pelatihan dan
bentuk hasilnya berupa setifikat.
3. Peluang
Peluang diadakannya pola pendayagunaan dana zakat untuk usaha
produktif karena belum banyak lembaga yang bergerak dipemberdayaan
yang bersumber dari dana Zakat Infak dan Shadaqah (ZIS) dan semakin
tingginya kesadaran masyarakat untuk berZIS produktif. Kebanyakan
lembaga lain hanya fokus kepada penghimpunan dan penyaluran dana tanpa
membina penerima dana untuk berkembang dari penerima dana menjadi
pemberi dana.
4. Ancaman
Yang menjadi ancaman bagi pendayagunaan RZ yaitu para muzakki
yang tidak lagi berzakat ke LAZ RZ. Calon penerima dana yang tidak
berkeinginan untuk mengikuti pendampingan tiap pekan. Padahal dari
keadaan sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan dana.
5. Dana zakat yang diterima mustahik pada usaha produktif:
Bantuan sarana usaha dan modal yang diberikan, berdasarkan hasil
assessment kebutuhan calon penerima manfaat program bantuan ekonomi.
Dana zakat yang diberikan untuk usaha produktif setiap penerima manfaat
berbeda sesuai dengan kebutuhan mustahik tersebut.
6. Planning jangka panjang dalam usaha produktif:
Tahun 2017, RZ memiliki target membina 1080 Desa Berdaya di
Indonesia. Itu artinya bahwa semakin luas Desa Berdaya maka didalamnya
semakin banyak usaha ekonomi yang terus dibantu dalam modal usaha,
pembinaan, penguatan produk dan legalitasnya.
47
Tabel 4.3 Analisis SWOT Pendayagunaan Dana untuk Usaha Produktif
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan
1. RZ memiliki divisi
khusus
pendayagunaan
2. Divisi pendayagunaan
memiliki fasilitator
(micro bussines
consultan) khusus
untuk memegang satu
desa binaannya
Kelemahan
1. RZ belum memiliki
sertifikasi bagi
fasilitatornya sampai
tahun ini.
2. Satu desa binaan
dibatasi dalam
menerima manfaat.
Peluang
1. Masih sedikit lembaga
yang fokus dengan
pendayagunaan untuk
usaha produktif
bahkan untuk desa
binaan.
2. Semakin banyaknya
muzakki yang
berzakat untuk usaha
produktif.
Strategi SO
1. RZ harus
memaksimalkan
kesempatan yang ada,
dengan memiliki
fasilitator untuk desa
binaannya membuat
tujuan merubah
penerima menjadi
pemberi semakin
besar.
2. Membuat muzzaki
semakin membuka
matanya kepada RZ,
karena telah
melakukan inovasi
dalam merubah
penerima menjadi
pemberi (muzakki).
3. Mencetak anggota
divisi pemberdayaan
yang profesional
Strategi WO
1. Fasilitator terus
membuktikan tingkat
keprofesionalannya
dalam membina
mustahik sehingga
mempermudah RZ
dalam melakukan
sertifikasi.
2. Melakukan
penyeleksian yang
adil bagi calon
penerima manfaat di
desa tersebut.
48
4. Fasilitator membina
secara maksimal
penerima manfaat
(ekonomi)
Ancaman
1. Calon member yang
tidak bisa
meluangkan waktu
untuk pendampingan
setiap pekannya
2. Muzakki yang tidak
percaya lagi dengan
RZ
Startegi ST
1. Fasilitator terus
berinovasi dalam
membina mustahik
agar mandiri.
2. RZ terus
mempertahankan
kepercayaan muzakki
dengan memberikan
laporan yang
transparan dan benar
Strategi WT
1. Memaksimalkan
pembuatan
sertifikasi untuk
fasilitator.
2. Fasilitator membuat
calon member
nyaman dengan
pendampingan.
Dengan hasil analisis SWOT di atas dapat terlihat jelas yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Rumah Zakat (RZ). Menurut
peneliti, ancaman dari lembaga lain yaitu dalam proses penghimpunan dana.
Tidak berlaku untuk proses pendayagunaan zakat, terutama untuk usaha
produktif. Karena lembaga lain yang melakukan pendayagunaan zakat untuk
usaha produktif, memiliki arti membantu. Semua lembaga, baik itu RZ atau
lembaga lainnya bersatu dalam mendidik usaha ekonomi, ini bukan tugas
perlembaga sehingga menjadi persaingan.
Semua lembaga berkewajiban untuk membantu mustahik dalam usaha
ekonomi baik membantu pemberian modal, pembinaan, penguatan produk
maupun legalitas sehingga pendapatannya naik. Semula menjadi penerima
zakat, seiring berkembang usahanya ia menjadi pemberi zakat (muzakki).
Inilah yang tujuan dari pendayagunaan untuk usaha produktif.
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, yang berhubungan dengan
“Pola Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif di LAZ Rumah Zakat”.
Maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Mekanisme penghimpunan dan penyaluran zakat adalah sebagai berikut:
a. Mekanisme penghimpunan yang dilakukan RZ yaitu empat
programnya. Muzakki dapat memilih dananya mau disalurkan pada
pendidikan, kesehatan, lingkungan atau usaha mandiri. RZ
memfokuskan sasaran penghimpunan kepada donatur perorangan, RZ
juga melakukan kerjasama dalam menjalankan 4 programnya dengan
mitra-mitra RZ.
b. Mekanisme penyaluran yang dilakukan RZ adalah melalui bidang
penyaluran kemudian ke fasilitator desa berdaya. Fasilitator tersebut
menjadi alat penggerak dan pengontrol bagi tiap-tiap desa berdaya. RZ
membuat sistem satu fasilitator satu desa, dan di desa tersebut
diberdayakan dengan empat program andalan RZ yaitu senyum juara,
senyum sehat, senyum lestari dan senyum mandiri.
2. Pola Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif sebagai berikut:
a. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif yang dilakukan oleh RZ
melalui bidang pendayagunaan kemudian ke fasilitator.
b. Fasilitator memiliki tugas memberdayakan desa binaannya, baik itu
pada program senyum juara, senyum sehat, senyum lestari dan senyum
mandiri.
c. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif yang dilakukan oleh RZ
yaitu berupa pemberian modal usaha, pembinaan yang rutin sehingga
fasilitator bisa mengevaluasi perkembangannya.
50
d. Untuk modal usaha, diberikan sesuai kebutuhan usaha perorangan
masing-masing. Tidak dipukul rata.
e. Selain modal usaha dan pembinaan, RZ membantu dalam penguatan
produk dan legalitas usaha penerima dana tersebut.
3. Analisis SWOT terhadap pendayagunaan dana untuk usaha produktif
sebagai berikut:
Kekuatan:
a. RZ memiliki divisi khusus pendayagunaan sehingga pendayagunaan
zakat dapat berjalan dengan tepat, baik itu penyaluran, laporannya dan
evaluasi.
b. Divisi pendayagunaan memiliki fasilitator-fasilitator untuk setiap desa
binaannya.
Kelemahan:
a. Fasilitator belum tersertifikasi.
b. Mustahiknya dibatasi pada tiap desa binaan.
Peluang:
a. Masih sedikit lembaga yang fokus dengan pendayagunaan untuk usaha
produktif bahkan untuk desa binaan.
b. Semakin banyaknya muzakki yang berzakat untuk usaha produktif.
Sehingga memberikan peluang bagi RZ untuk terus memperluas desa
binaannya dalam membina usaha mandiri agar semakin percaya diri
dalam mengembangkan usahanya pada persaingan pasar.
Ancaman:
a. Muzakki yang tidak percaya kepada LAZ Rumah Zakat.
b. Mustahik yang hanya ingin pemberian modal, tanpa ada waktu untuk
pendampingan tiap pekan.
B. Saran
a. Melihat potensi yang dimiliki RZ, peran fasilitator sangat penting dalam
pemberdayaan. Maka seorang fasilitator di berikan sertifikasi agar
51
fasilitator dapat menciptakan semangat yang membara untuk membina
desa binaannya.
b. Sebaiknya dana alokasi untuk usaha mandiri digencarkan lagi dalam
penghimpunannya, agar penerima manfaat dalam bentuk pemberian
modal dan semacamnya dapat mencakup lebih luas.
c. Ada baiknya donatur diajak dalam melakukan penyaluran program sehat,
lestari dan mandiri. Karena RZ sampai sekarang hanya mengajak
muzakki untuk hadir pada program senyum juara (pendidikan) saja.
Sehingga tiap tahun ke tahun, program senyum juara selalu mendapatkan
penerimaan dana tertinggi.
52
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran Al Karim
Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam, Bandung: Pustaka
Setia, 2002.
Abidin, Hamid, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS, Jakarta: Piramedia, 2004.
Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas, Jakarta. 2003.
Ahmad, Djamaludin al-Buny, Problematika Harta dan Zakat. Surabaya: Bina
Ilmu, 1983.
Ali, Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam:Zakat dan Wakaf, Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press). 1998.
Asraini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008.
A. Qodri Azizy. Membangun Fondasi Ekonomi Umat, Yogakarta, Pustaka Pelajar,
2004.
Bariadi, Lili et.al, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005.
Bariyah, Oneng Nurul, Total Quality Mangement Zakat. Ciputat: Wahana
Kordofa UMJ, 2012.
Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1992.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: DEPDIKBUD, 2007.
Didin Hafidudin, Membangun Peradaban Zakat, Jakarta: UI-Press, 1998.
Edwin, Mustofa Nasution, Zakat dan Pembangunan: Era Baru Zakat Menuju
Efektivitas Pemanfaatan Zakat, Infak dan Shadaqah, Bandung: Pustaka
Setia, 2008.
Fakhruddin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, Malang: UIN Malang
Press, 2008.
Hadi, Permono, Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan Nasional.
Jakarta: UI- Press, 1998.
Hasan, Sofyan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Surabaya: al-Ikhlas, 1995.
53
Helmi, Karim, Fiqh Muamalah, Jakarta: Rajawali Press, 2003.
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/wakaf/16/01/21/o1b126385-
potensi-zakat-nasional-mencapai-rp-217-triliun diakses 20/04/2017 13.06
http://repository.unila.ac.id/4389/PendayagunaanZakatProduktifdalamMensejah
terakanUsahaEonomiMikro. diakses 10/10/2016 16.00
Jawad, Muhammad Mughniyah, al-Fiqh ‘ala al-Madhaib al-Khamzah, Jakarta:
Lentera, 2005.
Khasanah, Umrotul, Manajemen Zakat Modern, Malang: UIN Maliki Press, 2010.
Mubyarto, Ekonomi Rakyat, Program Demokrasi Ekonomi Indonesia.
Yogyakarta: Adtya Media, 1997.
Muhammad dan Ridwan, Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pembrdayaan
Ekonomi Umat. Yogyakarta: UII Press. 2005
Saidi, Zaim, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS menuju Efektifitas Pemanfaatan
ZIS, Jakarta: Paramedia, 2004.
Tim Penyusun, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta: BAZIS
DKI Jakarta, 2006.
www.rumahzakat.or.ig
Yusuf, Qhardawi, terj. Harun, Salman, Hukum Zakat, Jakarta: PT. Mitra Kerjaya
Indonesia, 2011
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pertanyaan Wawancara Kepada Pak Candra Juari (Bidang Program)
1. Bagaimana penghimpunan dan penyaluran zakat di RZ?
Jawab:
Penerimaan donasi secara umum :
Penyaluran donasi secara umum :
2. Seperti apakah pandangan RZ mengenai pendayagunaan dana zakat untuk
usaha produktif?
Jawab: Bagus, memberdayakan masyarakat sehingga menjadi mandiri.
3. Bagaimana peran RZ dalam pendayagunaan zakat unuk usaha produktif?
4. Jawab: Merubah mindset penerima manfaat menjadi lebih percaya diri dalam
mengembangkan usahanya
5. Bagaimana mekanisme pendayagunaan dana zakat untuk usaha produktif?
Jawab: Dana diberikan dalam bentuk pemberian modal usaha, sarana usaha,
dan pendampingan
6. Bantuan seperti apakah yang RZ berikan kepada masyarakat menggunakan
dana zakat berkategori produktif?
Jawab: Bantuan dalam bentuk modal usaha, sarana usaha, dan pendampingan
7. Adakah pendekatan hibah dalam zakat berkategori produktif?
Jawab: Iya, RZ memang menghibahkan dananya untuk mustahik dan dana itu
tidak digulirkan kembali
8. Apa sajakah yang dilakukan oleh RZ dalam meningkatkan kualitas mustahik?
Jawab: Mengadakan pendampingan mustahik setiap pekannya
9. Upaya apa sajakah yang dilakukan oleh RZ dalam meingkatkan usaha
produktif para mustahik?
Jawab: Pendampingan bisnis, penguatan usaha, penguatan produk, legalitas
10. Apa yang dilakukan RZ dalam rangka untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat?
Jawab: Melakukan audit oleh lembaga yg terpercaya, memberikan laporan
kepada masyarakat
11. Sudah berapa persenkah (menurut perhitungan RZ), kehadiran RZ dipercaya
oleh masyarakat sebagai Lembaga Zakat?
Jawab: berdasarkan survey Indonesian Consumer review 2016 yang dilakukan
oleh SWA media, Rumah Zakat mendapatkan 52.9 % di kategori Brand
awareness.
Pertanyaan Wawancara Kepada Penerima Bantuan
1. Apa usaha produktif itu?
Jawab: Usaha produktif adalah usaha yang bisa menghasilkan pendapatan
2. Usaha apa yang Anda jalani?
Jawab: Usaha warung STMJ (susu telor madu dan jahe) di Malang Jawa
timur
3. Sudah berapa lama Anda menjalani usaha tersebut?
Jawab: Lebih dari 1 tahun, dari tahun 2016
4. Apa alasan Anda meminjam dana dari RZ?
Jawab: Tidak meminjam, dapat bantuan dana dari dana Zakat (Hibah)
5. Apa saran Anda untuk RZ?
Jawab: “Saya senang pak dengan kegiatan pembinaan dari Rumah Zakat.
Saya sangat berterima kasih sudah dibantu dengan modal. Tapi saya lebih
terima kasih karena diberi ilmu. Karena bagi saya yang penting dalam
menjalankan usaha ini adalah pada ilmunya, terutama ilmu pengembangan
usaha dan ilmu agama Islam,”
6. Profil Member
Nama member : Yohannes Wahyudi
Alamat : Jl. S. Supriadi no 48 RT 2 RW 4 Kelurahan Sukun
Kota Malang
Alamat usaha : Jl. Merpati Selatan RT 5 RW 3 Kelurahan Sukun
Kota Malang
Jumlah Tanggungan : 3 orang
Sektor Usaha : Sektor Pangan (STMJ)
Pak Dayat, Pendamping dan Fasilitator ICD Curug, Kec. Yasmin, Kab.
Bogor
1. Darimana dana program project?
Jawab: Di dapat dari funding ke perusahaan. Dari CSR perusahaan.
2. Apa bedanya pemberdayaan ekonomi reguler dengan pemberdayaan ekonomi
project?
Jawab: Pemberdayaan ekonomi reguler wilayahnya harus di daerah binaan.
Dana yang disalurkanpun dari donatur yang berzakat, infak atau shadaqah
untuk pemberdayaan ekonomi. Lain halnya dengan pemberdayaan ekonomi
project yang wilayahnya tidak harus di daerah binaan.
3. Bagaimana proses memilih pendamping?
Jawab: Pendamping itu sebenarnya resmi sebagai karyawan RZ. Memang ada
beberapa project yang besar, maka lembaga mencari pendamping yang sesuai
standar tapi khusus untuk project besar saja. Pak Entong projectnya tidak
terlalu besar, maka saya yang diamanahkan.
4. Apa sayarat mustahik untuk mendapatkan dana?
Jawab: mengikuti aturan BAZNAS dan ada form khusus dari RZ.
5. Berapa pemberian modal untuk usaha mandiri?
Jawab: Pemberian modal, tidak ada batas minimal dan batas maksmal sesuai
kemampuan RZ. Reguler 35 member di curug, yang lebih besar biasanya
sarananya. Sejak awal tidak menamanmkan mindset modal dan sarana, tapi
pembinanaan, maka tiap pekan ada pertemuan. Misal, Ibu pekan ini ada
pengalaman baru yang didapatkan? Aduh pak saya pekan ini rugi terus. Nah
ini nilai yang lebih. Kalau dari nilai, ilmu mereka jadi memilki nilai lebih itu
yang biasa kami tanamkan.
6. Apakah dana dihibahkan?
Jawab: Dana tersebut untuk dihibahkan dan tidak ada dana bergulir. Tiap
bulan dibentuk kelompok sesuai degan lokasi terdekat.
7. Bagaimana penguatan produk untuk usaha mandiri?
Jawab: Penguatan produk sama persis dengan kasus modal, yang masih kecil
rata-rata pendampingannya kita arahkan, secara dilapangannya harus ada
brand namun kalau di lapangan gorengan, harus menarik, kualitasnya harus
bagus dan unik. Yang di yasmin, baru ada beberapa yang sudah dikemas.
8. Apakah di ICD Yasmin hanya menerapkan 1 program saja?
Jawab: Sebenarnya kami ada wilayah ICD terpadu, ada 4 program. Tapi
wilayah-wilayah tertentu hanya ada 1 atau 2 program.
9. Apa fungsi sertifikasi untuk fasilitator?
Jawab: sertifikasi secara detail belum dijelaskan. Mungkin untuk
menstandarkan. Saya juga belum bisa jawab secara luas. Memang kekurangan
kita juga, dari pusat yang urus langsung.
10. Apa yang menjadi kekuatan dan kendala RZ dalam pemberayaan ekonomi?
Jawab: Kekuatan untuk rumah zakat yang pertama dilakukan untuk member,
intinya dana zakat itu bisa tersalurkan, mustahik menjadi mandiri. Memang
usaha mandiri sukses storynya baru ada beberapa saja. Agar mereka bisa
mandiri, salah satunya dengan pendampingan yang secara menerus.
Kendalanya, kami bukan seorang malaikat, salah satunya belum punya
sertifikasi. Background tidak spesifik anak ekonomi atau pendidikan atau
yang lainnya, hanya maksimal sudah S1. Yang lebih sulit calon member
yang mau, ketika dijelaskan ada pembinaan dan pelatihan, mereka jadi tidak
bisa. Yang paling sulit kembali ke membernya juga. Di cabang bogor
mensiasatinya ikut pembinaan motivator selama 3 bulan, baru didaftarkan
menjadi member resmi. Jadi 35 itu tercapai.
11. Apa ada kriteria khusus untuk menjadi member?
Jawab: Setiap calon member yang kita daftarkan, harus memang sudah jalan.
Bukan dari nol usahanya.
Usaha Mandiri Program Project kepada Bapak Entong
1. Usaha apa yang Anda kerjakan?
Jawab: Usaha spring bed
2. Sejak kapan Anda mendapatkan bantuan?
Jawab: Sejak tahun 2016. Saya dikasih dana sebesar Rp 8.000.000,00.
Dananya diberikan sebanyak 6 kali yaitu 1 juta empat kali, 2 juta sekali, 3
juta sekali.
3. Bagaimana perbedaan sebelum dan sesudah bergabung dengan RZ?
Jawab: “Perbedaannya selama usaha yah kalau ada yang pesan ya ada, kalau
ga ada yah gitu. Perusahaan tidak mati, kalau ada yang pesan ya ada. Sesudah
dan sebelum ya sama aja namanya usaha dikampung kalau ada pesanan aja,
bukan jual di pasar.
4. Bagaimana Anda dibina?
Jawab: “Pembinaannya sharing-sharing, sebelumnya masuk yayasan Agro
Mandiri PKPU 80 juta bagian perkebunan, kebunnya hancur, yang lainnya
kambing, kemarin ada yang ngambil 5. Anggotanya 11 orang.”
5. Berapa harga jual produk Anda?
Jawab: Rp 600.000,00 – Rp 1.000.000,00. “Anak kuliah 1, 4 pesantren
pendapatan kalau ada yang pesan aja. Sampingan saya ustadz, alhamdulillah
suka dapat menutupi kebutuhan sehari-hari.”
6. Profil
Nama member : Entong Aliyudin (50 Th)
Alamat : Kp. Cibeureum Kalong, RT 07 RW 05, Desa
Sekawening, Kec. Dramaga, Kab. Bogor
Alamat usaha : Kp. Cibeureum Kalong, RT 07 RW 05, Desa
Sekawening, Kec. Dramaga, Kab. Bogor
Jumlah Tanggungan : 5 orang
Sektor Usaha : Sektor Papan (Spring Bed)