POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI - UNIMAL

13
JURNAL ARSITEKNO VOL. 1 NO.1 DESEMBER 2012 : 1-13 1 POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI Oleh : Rinaldi Mirsa Staf Pengajar pada Program Studi Arsitektur, Universitas Malikussaleh ABSTRACT Sigli, the capital of Pidie region at Nanggroe Aceh Darussalam province, situated on East Sumatera Broadway, on Malaka Strait side precisely, connecting the cities amongst Banda Aceh to Medan, strategic also as the capital province hinterland –which its growth was influented by history. Morphology studied aims to searching for beginning of Sigli organism, so that the existing meanings should be comprehensive by integrated with historical perspective back-ground. The research reveals that, around the evolutions, Sigli has fan shaped cities spatial expressed –which natural obstruction at north side by Malaka Strait so that the growth inclined to other directions. Its point out the Sigli embryo -in periodical growth- be an organism and take the evolution so forth, which classified in three periods, include Poli/Pedir Empire Period (1413-1873), Colonial Period (1874-1954) and Safety Period (1955 untill now). The classify to seem the comprehensive typological and morphological physical elements of urban form which categories; dominated functions (commercial, government, settlement and religy), building characters (style, age, block and infrastructure) and placement at territory of Sigli. Such research inventions are best described into the following sentences: 1) the function was transformed, it shows by evolution physical elements of Sigli about each periods; 2) typological of Sigli urban spatial is function and spatial physical units, evolved by specific character of dominant elements; 3) by morphological, the pattern of Sigli urban spatial forced by government and natural topography; 4) the affected factors is the geographic, transportation and functions as traditional trading city, spreading of Islam and Colonial resisted. The research recommends that next morphology study should explored the typology of Sigli urban form to future implementations. Keyword: synchronic, diachronic, evolution, and spatial elements.

Transcript of POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI - UNIMAL

Page 1: POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI - UNIMAL

JURNAL ARSITEKNO VOL. 1 NO.1 DESEMBER 2012 : 1-13

1

POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI

Oleh : Rinaldi Mirsa

Staf Pengajar pada Program Studi Arsitektur, Universitas Malikussaleh

ABSTRACT

Sigli, the capital of Pidie region at Nanggroe Aceh Darussalam province, situated on East Sumatera Broadway, on Malaka Strait side precisely, connecting the cities amongst Banda Aceh to Medan, strategic also as the capital province hinterland –which its growth was influented by history. Morphology studied aims to searching for beginning of Sigli organism, so that the existing meanings should be comprehensive by integrated with historical perspective back-ground.

The research reveals that, around the evolutions, Sigli has fan shaped cities spatial expressed –which natural obstruction at north side by Malaka Strait so that the growth inclined to other directions. Its point out the Sigli embryo -in periodical growth- be an organism and take the evolution so forth, which classified in three periods, include Poli/Pedir Empire Period (1413-1873), Colonial Period (1874-1954) and Safety Period (1955 untill now). The classify to seem the comprehensive typological and morphological physical elements of urban form which categories; dominated functions (commercial, government, settlement and religy), building characters (style, age, block and infrastructure) and placement at territory of Sigli.

Such research inventions are best described into the following sentences: 1) the function was transformed, it shows by evolution physical elements of Sigli about each periods; 2) typological of Sigli urban spatial is function and spatial physical units, evolved by specific character of dominant elements; 3) by morphological, the pattern of Sigli urban spatial forced by government and natural topography; 4) the affected factors is the geographic, transportation and functions as traditional trading city, spreading of Islam and Colonial resisted. The research recommends that next morphology study should explored the typology of Sigli urban form to future implementations.

Keyword: synchronic, diachronic, evolution, and spatial elements.

Page 2: POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI - UNIMAL

JURNAL ARSITEKNO VOL. 1 NO.1 DESEMBER 2012 : 1-13

2

I. METODE PENELITIAN

Pembahasan mengenai kota, banyak sekali pandangan yang diberikan para pakar untuk menggambarkan arti sebuah kota menurut cara pandang masing-masing. Berger (1978:3,9) mengatakan kemungkinan untuk mempertimbangkan kota sebagai sebuah keruangan terbatas daripada akumulasi penduduk yang terorganisasi dalam area tempat tinggal sehingga membentuk agregat besar. Bahwa kota adalah tipe-tipe khusus dari komunitas manusia, sehingga dalam proses evolusi, komunitas yang alami akan terus berubah.

Cullen (1961:9) memberi penekanan bahwa kota bukan hanya sekedar “sum of its inhabitant“ namun juga mempunyai kekuatan untuk memproduksi sebuah surplus daripada kebutuhan barang, dimana ini menjadi alasan utama bagi orang untuk mendiami suatu komunitas, daripada terkungkung dalam keterasingan.

Sedangkan Rossi (1982:29) menambahkan bahwa kota dilihat sebagai sebuah obyek raksasa buatan manusia, sebuah paduan arsitektur dan keteknikan yang besar dan kompleks serta tumbuh

melintasi waktu. Pemahaman kota merupakan sebuah artefak kawasan binaan, dimana sejarah menciptakan karakter dan bentuknya sendiri sertakenyataan yang kompleks pula.

Secara umum Kostof (1991:37-40) memberikan karakteristik kota sebagai sebuah tempat bermukim bagi kerumunan manusia yang bertenaga, tumbuh dalam pengelompokan, mempunyai batas fisik, sebuah pembedaan khusus daripada pekerjaan/kegunaan, sumber pendapatan (dagang), harus terukur, mempunyai hubungan erat dengan desa sekitarnya, dibedakan lewat suatu kerangka monumental dan tempat pertumbuhan bangunan-bangunan serta manusia.

Kota pada mulanya mungkin didirikan bagi alasan simbolik dan selanjutnya sebagai pertahanan, namun kemudian muncul keuntungan khusus telah merubah akses yang mendahuluinya (Lynch, 1981:187). Sedangkan menurut Lau & Yu (1988:91), merupakan areal terbangun oleh bangunan-bangunan, jaringan dan jalan raya yang memberikan bentuk atau morfologi fisik serta mengekspresikan perbedaan fungsi-fungsi didalamnya.

Page 3: POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI - UNIMAL

JURNAL ARSITEKNO VOL. 1 NO.1 DESEMBER 2012 : 1-13

3

Kota-kota di Indonesia, seperti halnya kota-kota di pesisir Aceh, memiliki ciri-ciri dan kesamaan dalam bentuk, struktur dan elemen-elemen fisik kota, namun tetap memiliki hal unik yang berbeda satu sama lainnya. Sigli merupakan ibukota Kabupaten PidieProvinsi Aceh, sebagai hinterland ibukota provinsi terletak di jalur utama Lintas Timur Sumatera dan menjadi penghubung antara Banda Aceh (di ujung barat) menuju Kota Medan (ibukota provinsi Sumatera Utara di timur). Posisi geografis berada di pesisir Selat Malaka sangat strategis, bahkan di masa lalu terusmenjadi incaran Kolonialisme. Inilah fenomena yang terjadi.

Gambar 1. Peta Wilayah Administratif Kota Sigli.

Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Kota Sigli

II. METODE PENELITIAN

Morfologi Kota merupakan salah satu pendekatan penelitian, bertujuan memahami kondisi sekarang sebuah kota dan keterkaitannya secara perspektif kesejarahan. Penelitian ini terdiri dari dua model analisis yang saling melengkapi, yaitu analisis sinkronik dan diakronik. Analisis sinkronik dengan menggunakan “tissue analysis,“ bertujuan mengamati kondisi sekarang pada ruang-ruang kota dan menjelaskan bagaimana ruang-ruang tersebut dihuni serta digunakan, sehingga secara tipikal diperoleh klasifikasi dari masing-masing kawasan (Alvares, 2002:8). Selanjutnya analisis diakronik dengan menggunakan ”historical

Page 4: POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI - UNIMAL

JURNAL ARSITEKNO VOL. 1 NO.1 DESEMBER 2012 : 1-13

4

reading“. Analisis ini dilakukan dengan mengeksplorasi perkembangan kota dan interpretasi fakta kesejarahan pada setiap tahap pembentukan kota atau merupakan evolusi gradual pembentukan ruang kota sejak awal tumbuhnya (Ubonwan, dalam Alvares, 2002:9).

Untuk melakukan pemahaman lebih mendalam terhadap obyek penelitian, dimana kondisi faktual Kota Sigli dianggap terkait erat dengan fakta kesejarahan, maka penelitian ini, merujuk pada Muhajir (1996), menggunakan metode penelitian Kualitatif dengan 2 (dua) pendekatan, yaitu : pendekatan fenomenologik dan rasionalistik. Dalam mengkaji Kota Sigli selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut.

Melalui kajian sejarah dengan fokus pada ruang-ruang kota serta pemanfaatannya dan dimensi fisik kota yang nampak pada setiap tahap/kurun waktu perkembangan. Didalam kajian historis tidak hanya mencatat dan memperhatikan apa yang terjadi dalam kurun waktu, tetapi juga menjelaskan kejadian tersebut dengan data-data faktual yang ada.

Pada analisis sinkronik diperlukan data yang berhubungan dengan kondisi

faktual Kota Sigli dan bagian-bagian wilayah kota yang dipilih untuk dianalisis secara lebih mendalam, dengan pertimbangan merupakan bagian kota yang berperan dalam perkembangan kota sejak awal hingga sekarang, serta mempunyai karakter yang khas sekaligus merupakan bagian inti kota. Data tersebut dikumpulkan melalui observasi lapangan yang mendalam dan perekaman data dengan berbagai metode dan media.

Analisis diakronik dibutuhkan data dan informasi yang berhubungan dengan penjelasan secara arsitektural tentang tahap-tahap yang berurutan dari formasi kota, berdasarkan fakta-fakta dan interpretasi sejarah (yang dapat ditelusuri) yang relevan dengan kondisi sekarang. Untuk itu diperlukan data yang bersumber pada penulisan sejarah, dokumen/arsip, majalah dan koran. Data tekstual itu dikomparasikan dengan data lain (misalnya dari peta-peta, gambar atau foto-foto), sehingga didapat gambaran yang lebih jelas tentang perkembangan kota. Untuk melengkapi kedua sumber itu dilakukan wawancara selektif dengan pihak-pihak pelaku/saksi sejarah yang mengetahui informasi penting. Sumber-sumber sejarah tersebut diharapkan makin

Page 5: POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI - UNIMAL

JURNAL ARSITEKNO VOL. 1 NO.1 DESEMBER 2012 : 1-13

5

memperkuat validasi data dengan cara pengecekan silang.

Kedua analisis tersebut diatasdilakukan secara bersamaan (tidak dapat dipisahkan) pada elemen-elemen fisik dasar dan elemen dominan kawasan Kota Sigli serta meninjau faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya.. Hasil analisis berupa temuan-temuan, selanjutnya diperoleh kesimpulan yang menjawab pertanyaan dan memenuhi tujuan penelitian untuk mengungkapkan perihal morfologi Kota Sigli serta diakhiri dengan rekomendasi.

III. TEMUAN PENELITIAN

Sebuah kota memiliki beberapa elemen struktur yang sangat penting, salah satunya adalah pusat perdagangan (pasar) yang merupakan tempat transaksi jual beli atau menukar barang. Terjadi interaksi sosial, dimana pasar yang permanen sebagai tempat aktifitas sosial ekonomi dapat mendorong perkembangan struktur ruang dan besarnya kota. Di Kota Sigli, pusat perdagangan dimaksud berada di hilir pertemuan sungai Krueng Baro dan Krueng Tukah, tepatnya timur terminal Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) lama. Dari pasar tersebut ke arah Timur

menuju Kecamatan Simpang Tiga dan selanjutnya ke pelabuhan laut sekarang. Pasar ini pada awalnya tumbuh dimasa lalu melalui kegiatan perdagangan pesisir oleh pedagang setempat maupun saudagar dari negeri lain.

A. Elemen Fisik Kota.Hal signifikan lainnya yang dapat

kita lihat pada Kota Sigli ini adalah kota dibentuk oleh elemen-elemen yang secara fisik membentuk struktur ruang kota, berkembangnya kota ditentukan oleh perkembangan elemen-elemen utama kota tersebut. Elemen-elemen fisik kota tersebut adalah.1. Bangunan-bangunan, seperti unit

permukiman, komersial, industri serta pemerintahan.

2. Jalur transportasi dan utilitas kota, seperti jalan kendaraan dan pedestrian.

3. Ruang terbuka kota, seperti alun-alun, taman kota dan kuburan.

Page 6: POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI - UNIMAL

JURNAL ARSITEKNO VOL. 1 NO.1 DESEMBER 2012 : 1-13

6

Gambar 3. Peta Sinkronik Kota Sigli

B. Kawasan Inti Kota.

- Terletak di pusat kota Sigli, merupakan kawasan pusat komersial meliputi paling sedikit 4(empat) kelurahan yaitu Kramat Dalam, Kramat Luar, dan Pante Teungoh serta sebagian kelurahan Blok Bengkel.

- Dominasi fungsi perdagangan dan jasa, termasuk terminal bus AKAP, warga pengguna kawasan komersial ini sangat majemuk sesuai profesi dan kebutuhan masing-masing.

- Ciri dan karakter bangunan umumnya dari masa kolonial (namun banyak yang dibangun baru), dengan kapling rapat dan pola infra struktur dominan berbentuk rigid.

- Fungsi kawasan pusat komersial (saat ini meliputi kelurahan Kramat Dalam dan sebagian kelurahan Kramat Luar), sejak dahulu sebagai pasar utama yang didominasi oleh fungsi perdagangan dan jasa, berorientasi lokal dan antar kawasan dalam kota. Pengguna kawasan dan aktifitas sangat majemuk, terutama adanya warga cina dan india yang berdagang disini.

- Pada masa lalu, ciri dan karakter bangunan umumnya rumah toko dengan struktur semi permanen, serta kapling rapat dan infra struktur dominan berbentuk rigid.Pesisir utara dominasi etnik cina, kawasan berada tepat di utara Kota Sigli (saat ini meliputi kelurahan Kampung Cina), merupakan bagian dari kawasan kota lama yang didominasi bangunan berciri pesisir dan struktur semi permanen serta kapling yang rapat dan jalan penghubung lokal. Pada masa lalu aktifitas di kawasan ini ramai, dengan fungsi sebagai pelayanan jasa dan permukiman bagi etnik cina yang berdagang.

- Sedangkan Pesisir Timur Laut (tepatnya di sisi alur sungai Kr.

Page 7: POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI - UNIMAL

JURNAL ARSITEKNO VOL. 1 NO.1 DESEMBER 2012 : 1-13

7

Tukah, saat ini meliputi kelurahan Pante Teungoh dan kelurahan Benteng) merupakan bagian dari kawasan lama pesisir Sigli pada periode awal kolonial, mempunyai fungsi perdagangan pesisir dan didominasi bangunan dengan ciri dan karakter nelayan pesisir dengan jalan lokal serta kapling yang tidak teratur. Pada masa lalu, kawasan didominasi etnis india yang bermukim, termasuk munculnya industri garam pesisir yang bertahan hingga saat ini.

Gambar 4. Kawasan Inti Kota

C. Kawasan Binaan Pemda- Merupakan kawasan sekitar Mesjid

Raya Blang Paseh yang terletak pada bagian timur Kota Sigli, berbatasan dengan kecamatan Simpang Tiga menuju pelabuhan

laut di kecamatan Kembang Tanjong.

- Pertumbuhan permukiman yang padat dengan fungsi dominan komplek perumahan PNS dan komplek TNI (fasilitas barak permukiman anggota, areal Lembaga Permasyarakatan danlapangan olahraga lokal) serta komplek Polri yang mempunyai lahan datar yang luas (barak permukiman polisi, lapangan olahraga dan latihan).

- Ciri bangunan komplek perumahan permanen dengan kapling kecil dan sedang serta infrastruktur cukup baik.

Gambar Error! No text of specified style

in document.. Kawasan Binaan PemdaD. Kawasan Land Mark Kota.

- Merupakan kawasan pusat aktifitas religius masyarakat Kota Sigli, didukung disekelilingnya oleh aktifitas perdagangan dan jasa serta

Page 8: POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI - UNIMAL

JURNAL ARSITEKNO VOL. 1 NO.1 DESEMBER 2012 : 1-13

8

komplek hunian lama (permukiman tipe kolonial) dengan dominan ukuran kapling sedang, yang saat ini telah tumbuh sebagai permukiman padat didukunginfrastruktur cukup baik.

- Kedudukan dalam kota di pertigaan jalan provinsi meliputi 3 (tiga) kelurahan padat permukiman penduduk yaitu Blang Asan, Blok Sawah dan Kampong Kuta Asan.

- Mesjid Raya Kota Sigli sebagai land-mark dan lambang religius kota berada tepat di pertigaan jalur utama ke pusat kota dan lintas antar provinsi (dari Banda Aceh di barat dan Medan arah selatan Kota Sigli). Kawasan ini berada di pertigaan jalan antar provinsi dan entrance Kota Sigli, yang selanjutnya ditinjau menjadi elemen penting struktur kota.

- Mesjid Raya, sebagai lambang religius bagi lingkungan permukiman warga di sekitarnya (saat ini meliputi kelurahan Blok Sawah dan sebagian kelurahan Blang Asan), pada masa lalu mempunyai fungsi permukiman penduduk pribumi dengan dominasi bangunan semi permanen dan lainnya dengan struktur

panggung serta kapling yang rapat. Pada beberapa tempat dijumpai industri rumah tangga, seperti kerupuk melinjo.

Gambar 6. Kawasan Land Mark Kota

E. Kawasan Permukiman Pusat Kota.- Merupakan kawasan yang terletak

di bagian utara Kota Sigli dengan fungsi dominan permukiman hunian pesisir pada kampung cina di utara dengan kapling rapat, struktur beton dan sebagian semi permanen. Pasca Tsunami kawasan ini rusak, pada saat ini sedang dilakukan rekonstruksi dan rehabilitasi.

- Komplek PJKA pada Blok Bengkel (kolonial menjadikan Sigli sebagai dipo KA terbesar di Aceh), saat ini menjadi permukiman yang padat, tipikal bangunan semi permanen, kapling rapat dan infrastruktur yang cukup baik.

Page 9: POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI - UNIMAL

JURNAL ARSITEKNO VOL. 1 NO.1 DESEMBER 2012 : 1-13

9

- Pada masa lalu, hunian kota meliputi kelurahan Kramat Luar dan Lampoih Krueng, merupakan permukiman dengan ciri tradisional (struktur panggung) dengan kapling yang lebih luas terdapat di sepanjang sisi sungai Krueng Baro.

- Berada tepat di jantung Kota Sigli (saat ini meliputi kelurahan Blok Bengkel), sesuai namanya merupakan bagian dari kawasan kota lama pada periode awal kolonial dengan fungsi komplekkereta api, bahkan kolonial menjadikan Sigli sebagai Dipo KA terbesar di Aceh. Kawasan ini didominasi bangunan bengkel kereta serta komplek permukiman karyawan berkarakter semi permanen serta jalan lingkungan komplek dan kapling yang rapat. Kawasan ini penting jika ditinjau dari aktifitas masa lalu dan kesejarahan terbentuknya Kota Sigli secara keseluruhan.

Gambar 7. Kawasan Permukiman Pusat Kota.

F. Kawasan Pemerintahan.- Pada saat ini merupakan kawasan

dengan fungsi sebagai pusat kedudukan kepala pemerintahan kabupaten serta jajarannya. Kawasan dengan areal terbuka di sekitarnya masih luas bagi pengembangan fisik kantor dan fasilitas pemerintahan. Ciri bangunan modern berstruktur beton dengan kapling yang luas serta infrastruktur yang baik, sangat menunjang kelancaran berbagai aktifitas pelayanan bagi masyarakat. Kedudukan sekarang pada bagian selatan Kota Sigli.

Page 10: POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI - UNIMAL

JURNAL ARSITEKNO VOL. 1 NO.1 DESEMBER 2012 : 1-13

10

Gambar 8. Kawasan Pemerintahan

- Lokasi pusat pemerintahan telah beberapa kali berpindah sesuai perkembangan kota. Awalnya berada di pertigaan jalan antar provinsi (meliputi kelurahan Lampoh Lada dan kelurahan Keuniree sekarang).

Selanjutnya setelah kemerdekaan, untuk memenuhi perkembangan kota pada masa itu, pusat pemerintahan kantor Bupati dipindahkan ke kelurahan Blok Bengkel (pusat kota sekarang). Selama dekade terakhir, kedudukan sekarang ini berada di bagian selatan Kota Sigli sekaligus merangsang pertumbuhan sub bagian kota yang baru.

G. Kawasan Pemerintahan Lama.

- Pada periode pra- Kolonial, pusat pemerintahan di Peukan Pidie

berada tepat di pertigaan jalan antar provinsi (saat ini meliputi kelurahan Lampoh Lada, kelurahan Peukan Pidie dan kelurahan Keuniree), mempunyai fungsi perdagangan dan jasa di dominasi bangunan dengan ciri dan karakter dagang dengan struktur beton serta kapling yang rapat. Kawasan ini sangat penting jika ditinjau dari kesejarahan terbentuknya Kota Sigli secara keseluruhan, meliputi :Kawasan Pemerintahan Uleebalang, mempunyai fungsi pemerintahan, perdagangan/jasa lokal.

Gambar 9. Kawasan Pemerintahan Lama.

- Dahulu dominasi bangunan adat formal bercirikan kayu dengan struktur panggung serta kapling luas. Jalan yang lebar di kawasan ini merupakan gerbang menuju

Page 11: POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI - UNIMAL

JURNAL ARSITEKNO VOL. 1 NO.1 DESEMBER 2012 : 1-13

11

pusat-pusat lama aktifitas perlawanan lainnya di selatan Sigli terhadap kolonial. Sebagai garis depan, kawasan ini juga mempunyai unit meriam lengkap yang mengarah ke musuh dari laut (utara kota), dan;

- Kawasan ini pada masa lalu juga dilengkapi Permukiman Pemerintahan, terletak di timur kawasan pemerintahan lama, sebagai fasilitas pendukung aparatur pemerintahan dimaksud. Fungsi permukiman ini didominasi oleh bangunan berkarakter kolonial memakai struktur beton, jalan komplek yang cukup baik serta kapling yang rapat. Letak kawasan ini dianggap strategis sesuai fungsinya, dengan lahan datar dan tingkat kenyamanan yang baik. Pada saat ini kawasan sangat padat akibat pertumbuhan permukiman disekitarnya.

H. Kawasan Ruang Terbuka Kota.- Merupakan kawasan yang

didominasi fungsi penggaraman di utara ditambah daerah aliran sungai (DAS) Krueng Baro dan Krueng Tukah yang secara geografis membelah kota menjadi 3 (tiga)

bagian. Sedangkan pada beberapa tempat (yang agak jauh dari sungai dimaksud) telah menjadi lahan pengembangan lebih lanjut,terutama bagi pengembangan permukiman.

Gambar 10. Peta Elemen Dominan Kawasan Kota Sigli.

IV. KESIMPULAN PENELITIAN

Adapun beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan dari penelitian di atas yang membentuk pola Kota Sigli adalah sebagai berikut.a. Faktor geografis, Pada masa lalu Kuala

Sigli merupakan pelabuhan persinggahan bagi pedagang/saudagar yang datang dari laut, yang strategis serta mudah dicapai dari arah laut dari wilayah di sekitarnya. Sedangkan dua sungai yang membelah kota

Page 12: POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI - UNIMAL

JURNAL ARSITEKNO VOL. 1 NO.1 DESEMBER 2012 : 1-13

12

menunjukkan keterbatasan dalam penggunaan lahan daerah aliran sungai (DAS) namun sebaliknya merupakan wilayah yang subur dan masyarakat yang agraris.

b. Jaringan Transportasi darat, setelah masa kemerdekaan, jalur Kereta Api tidak pernah digunakan lagi dan sudah banyak yang rusak parah. Seiring hal tersebut, jalan utama lintas provinsi menjadi sangat penting serta diperlebar. Demikian pula jalan-jalan dalam Kota Sigli, semakin berkembang dari hanya sekedar fungsi ekonomi menjadi fungsi sosial, politik dan lain-lain. Jalan utama dalam kota dijadikan acuan bagi peruntukan berbagai fasilitas seperti perdagangan/jasa, perkantoran, pendidikan dan permukiman.Kehadiran jalan lingkar kota dalam dekade terakhir, membuktikan peningkatan kebutuhan penggunaan jalan dan pembukaan lahan baru sesuai arah kebijakan pengembangan Kota Sigli. Dapat dilihat perkembangan jalan tampak lebih dominan berkembang di bagian selatan kota, selain sebagai pusat pemerintahan dan pertumbuhan baru, juga merupakan kawasan strategis dengan areal yang masih luas, baik secara letak maupun

topografi yang mendukung serta air tanah yang bersih. Dukungan infrastruktur yang memadai menjadikan kawasan ini sebagai favorit, hal ini ditandai dengan harga tanah yang makin meningkat.

c. Fungsi yang diemban, aktifitas Kota Sigli mulai ramai sebagai persinggahan para pedagang dan penyebar agama Islam lewat pelayaran pesisir. Kota tumbuh ditandai hadirnya pasar dan makin bertambahnya jumlah permukiman, terutama di hilir sungai Krueng Baro dan Krueng Tukah. Pusat-pusat keramaian lainnya dapat dijumpai pada bagian selatan kota, ini dibuktikan dengan terdapatnya mesjid dan makam-makam kuno serta sisa jembatan lama dekat pasar di kawasan Labui hingga Kampung Aree dan Garut. Dari analisis tersebut ditemukan keterkaitan sangat erat antara sejarah awal tumbuhnya aktifitas, khususnya di Kota Sigli, dipengaruhi penyebaran Islam dan memunculkan banyak ulama tempat berguru, sehingga kota-kota di sepanjang pantai utara (mulai Kutaraja di Banda Aceh hingga Samudera Pasai di Lhokseumawe) mendapat sebutan Serambi Mekkah. Hal ini tercermin dalam seluruh aktifitas dimaksud

Page 13: POLA PEMUKIMAN KOTA SIGLI - UNIMAL

JURNAL ARSITEKNO VOL. 1 NO.1 DESEMBER 2012 : 1-13

13

sesuai ajaran Islam sebagai sendi dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Alvares, E. Z., 2002, Tahap Perkembangan serta Faktor-Faktor Yang Mempenga-ruhi Pembentukan Kota Padang, Disertasi Pasca Sarjana Doktor dalam Ilmu Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Berger, A. S., 1978, The City : Urban Communities and Their Problems, Wm. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan., 1977, Sejarah Perang Kolonial Belanda di Aceh.

Mirsa, Rinaldi., 2005, Morfologi Kota Ponorogo, Tesis Program Studi Teknik Arsitektur Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Muhadjir, H.N., 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi III, Rake Sarasin, Yogyakarta

Pemerintah Kabupaten Pidie., 1998,Kabupaten Pidie Dalam Angka, Badan Pusat Statistik.

Zainuddin, H.M., 1962, Tarich Atjeh dan Nusantara, Pustaka Iskandar Muda, Jakarta.