Hubungan Antara Keteraturan Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa
POLA MAKAN MAHASISWA DENGAN GASTRITIS YANG …
Transcript of POLA MAKAN MAHASISWA DENGAN GASTRITIS YANG …
i
POLA MAKAN MAHASISWA DENGAN GASTRITIS YANG TERLIBAT
DALAM KEGIATAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN DI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) Pada Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
FITRIAH YATMI
1113104000018
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ii
iii
iv
v
vi
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Juni 2017
Fitriah Yatmi, NIM: 1113104000018
Pola Makan Mahasiswa Dengan Gastritis Yang Terlibat Dalam Kegiatan
Organisasi Kemahasiswaan Di Universitas Islam Negeri Jakarta
vxvii + 54 halaman + 10 tabel + 2 bagan + 6 lampiran
ABSTRAK
Gastritis merupakan masalah kesehatan di masyarakat. Di Indonesia
prevalensi gastritis sebanyak 0,99% dan insiden gastritis sebesar 115/100.000
penduduk. Ketidakseimbangan faktor agresif dan defensif lambung dapat
menyebabkan gastritis. Penyakit gastritis terjadi pada orang-orang yang memiliki
ketidakteraturan pola makan dan jeda antara jadwal makan yang lama.Mahasiswa
rentan terkena gastritis karena sering menunda makan akibat kesibukannya dalam
mengerjakan tugas kuliah dan kegiatan organisasi. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk melihat pola makan mahasiswa dengan gastritis yang terlibat dalam
kegiatan organisasi kemahasiswaan di universitas islam negeri Jakarta. Sampel
penelitian ini adalah mahasiswa organisasi DEMA-F di UIN Jakarta dengan
jumlah 45 responden yang menderita gastritis yang diambil dengan metode total
sampling. Desain pada penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif, yaitu
menggambarkan mengenai kebiasaan pola makan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jenis kelamin responden didominasi oleh perempuan sebanyak 86,7% dan
sisanya adalah laki-laki, sebagian besar responden 60,0% memiliki frekuensi
makan baik (≥ 2kali sehari), hampir seluruh responden 88,9% memiliki jadwal
makan yang tidak teratur, sebagian besar 64,4% responden berada pada kategori
tidak sering mengkonsumsi jenis makanan dan minuman iritatif, selanjutnya
sebesar 51,1 % responden mengalami kekambuhan gejala gastritis secara rutin.
Saran untuk mahasiswa yang mengikuti organisasi agar dapat mengatur antara
kesibukan dalam berorganisasi untuk meluangkan waktu makan dan tidak
mengkonsumsi makanan maupun minuman yang dapat mengiritasi lambung.
Kata kunci: Gastritis, Pola Makan
vii
ISLAMIC STATE UNIERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
SCHOOL OF NURSING
Thesis, Juni 2017
Fitriah Yatmi, NIM: 1113104000018
Students Diet With Gastritis Involved In The Activities Of Student
Organizations At The Islamic State University Jakarta.
xvii + 54 pages + 10 tables + 2 charts + 6 attachment
ABTRACT
Gastritis is a kind of health problem in society. In Indonesia, the
prevalence of gastritis is about 0.99% and the incidence of gastritis is about
115/100.00 people. The unbalance of aggressive factors and ulcer defensive can
couse gastritis. Gastritis disease occurs in people who have irregular eating
patterns and interval between meals. The collage students are suspectible to
gastritis because often put off eating due to the business of doing the coursework
and other activities. The purpose of this study is to examine the representation diet
at collage students of gastritis in Islamic State Uniersity Jakarta. The samples of
the research from the activities DEMA-F collage students at Islamic State
Uniersity Jakarta with 45 respondents gastritis suffer drawn by total sampling
method. The design used in the study was a descriptive, which describes the
habbits of diet pattern. Results showed that the majority of respondents is female
gender and the remaining amount to 86,7% of men, the majority of respondents
60,0% had a good meal frequency (≥ 2 times a day), almost all respondents 88,9%
irregularity interval eating, the majority of 64,4% respondents were in the
category of frequently not consumed foods and beverages are not irritating, the
next 51,1% respondents experience have relapse symptom of gastritis in routine.
Suggestions for students who follow the organization in order to organize between
busyness in organizing to take time to eat and not consume food or drink that can
irritate the stomach.
Keyword: gastritis, diet pattern
viii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Fitriah Yatmi
Tempat, Tgl lahir : Tangerang, 16 Maret 1995
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Kh Mu’min Rt 06/09 Kelurahan belendung kecamatan
benda kota tangerang
Hp : 083815473660
Email : [email protected]
Riwayat pendidikan:
1. TK Daarul Fikri (2000-2002)
2. MI At-taqwa (2002-2007)
3. MTs At-taqwa (2007-2010)
4. MA At-taqwa (2010-2013)
5. S-1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013-2017)
Pengalam organisasi:
1. Pengurrus OSIS MA At-taqwa (2008-2010)
2. Pengurus LDK MA At-taqwa (2015-2016)
3. Anggota FLAT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013-2014)
4. Masyarakat Relawan Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Juru Pemantau Jentik
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
proposal penelitian dengan judul “Pola Makan Mahasiswa Dengan Gastritis
Yang Terlibat Dalam Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Di Universitas
Islam Negeri Jakarta”.
Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan Rasulullah
Muhammad saw. beserta sahabatnya yang telah menjadi suri teladan sehingga
penulis tetap semangat dalam menyelesaikan proposal ini. Dalam penyelesaian
proposal, penulis sadar bahwa proposal ini tidak akan selesai tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis bermaksud
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
2. Ayahanda Muhammad Amin dan Ibu tercinta Maimunah yang tidak
pernah lelah untuk memberikan dukungan baik moril, material, kasih
sayang dan selalu mendoakan penulis dalam proses menyelesaikan
proposal skripsi ini. Tak lupa saudara-saudaraku tercinta Erna Wati,
Haitami, Jihan Fauziah dan Alby Faustin Rizqi yang telah banyak
memberikan motivasi.
x
3. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku dekan fakultas kedokteran dan
ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Maulina Handayani, S.Kp.,MSc selaku ketua program studi Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ernawati, SKp.,M.Kep.,Sp.KMB selaku wakil ketua program studi Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hdayatullah Jakarta.
6. Karyadi, SKp.,MKep., PhD selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memimbing dan memberikan arahan dalam perkuliahan selama 3,5
tahun ini.
7. Ita Yuanita, S.Kp.,M.Kepselaku pembimbing satu dan Karyadi,
SKp.,MKep., PhD selaku dosen pembimbing dua. Terimakasih yang
sebesar-besarnya atas waktu, motivasi saran dan masukannya selama
proses bimbingan berlangsung.
8. Para dosen-dosen yang telah membekali penulis berbagai ilmu bermanfaat
selama proses perkuliahan berlangsung hingga penyusunan skripsi.
9. Segenap staf dan karyawan perpustakaan UIN Syarif Hidayataullah
Jakarta yang telah banyak membantu dalam penyediaan referensi terkait.
10. Segenap ketua DEMA-F UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Keluarga besarku yang tak bisa kusebutkan satu persatu, terimakasih atas
segala dukungan, motivasi dan doanya.
12. Sahabat-sahabatku (Fauziah, Hayu, Ira, Irma, Nadwa) yang telah
memberikan inspirasi, doa dan semangat dalam menyusun proposal
penelitian.
xi
13. Teman-Teman PSIK angakatan 2013 yang telah memerikan banyak
motivasi, inspirasi, doa dan semangat selama penyusunan proposal
penelitian.
Akhir kata semoga kita semua senantiasa berada dalam lindungan-
Nya dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan, kelak dapat
diamalkan di lingkungan sekitar.
Wassalmu,alaikum Wr.Wb.
Ciputat, Juni 2017
(Fitriah Yatmi)
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi
DAFTAR TABLE ............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8
A. Gastritis ................................................................................................................... 8
1. Definisi ................................................................................................................ 8
2. Etiologi ................................................................................................................ 9
3. Faktor-faktor risiko gastritis.............................................................................. 12
4. Klasifikasi ......................................................................................................... 15
5. Manifestasi klinis .............................................................................................. 17
6. Komplikasi ........................................................................................................ 18
7. Masalah yang terjadi pada gastritis ................................................................... 19
B. Remaja .................................................................................................................. 19
1. Definisi .............................................................................................................. 19
2. Pertumbuhan dan perkembangan ...................................................................... 20
3. Remaja sebagai mahasiswa organisasi .............................................................. 21
C. Pola makan ............................................................................................................ 22
1. Frekuensi makan ............................................................................................... 23
2. Jenis makanan ................................................................................................... 25
xiii
D. Penelian terkait ...................................................................................................... 28
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 31
A. Kerangka konsep ................................................................................................... 31
B. Definisi operasional .............................................................................................. 31
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 34
A. Desain Penelitian .................................................................................................. 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 34
C. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 34
D. Instrument penelitian ............................................................................................ 38
E. Uji validitas dan Reabilitas ................................................................................... 40
F. Metode pengambilan data ..................................................................................... 42
G. Analisa Data .......................................................................................................... 44
H. Etika Penelitian ..................................................................................................... 45
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................. 47
A. Gambaran umum tempat penelitian ...................................................................... 47
Analisa univariat .......................................................................................................... 48
1. Jenis kelamin ..................................................................................................... 49
2. Frekuensi makan ............................................................................................... 49
3. Waktu makan .................................................................................................... 50
4. Jenis makanan/minuman yang mengiritasi ....................................................... 51
5. Kekambuhan gejala gastritis ............................................................................. 51
6. Jenis kelamin dan jenis makanan/minuman yang mengiritasi .......................... 52
7. Jenis kelamin dan kekambuhan gejala gastritis ................................................ 53
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 54
A. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin .............................................. 54
B. Frekuensi makan ................................................................................................... 56
C. Waktu makan ........................................................................................................ 57
D. Jenis makan/minuman iritatif ................................................................................ 58
E. Kekambuhan gejala gastritis ................................................................................. 60
F. Keterbatasan penelitian ......................................................................................... 62
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 63
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 63
xiv
B. SARAN ................................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65
LAMPIRAN ……………………………………………………………………. 73
xv
DAFTAR SINGKATAN
SCBA : Saluran Cerna Bagian Atas……………….……...................……1
WHO :World Health Organization…………...…………………...……..1
OAINS : Obat Anti Inflamasi Nonsteroid………….….…….………......…8
DEMA-F : Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas……………...………….28
URT : Ukuran Rumah Tangga………………….......…….…......….….30
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 kerangka teori …………………………………….…………24
Bagan 2.1 kerangka konsep …………………………………….…………25
Bagan 3.1 alur pengambilan sampel ……………..……...……..………..….29
xvii
DAFTAR TABLE
Tabel 1.1 pembagian waktu makan …………………………...……....……….20
Tabel 2.1 definisi operasional ……………………...…………..…………...……26
Tabel 3.1 proporsi sampel penelitian ……………………………………………29
Tabel 4.1 kisi-kisi kuesioner ………………………………..….……..…….…..32
Tabel 5.1 distribusi berdasarkan jenis kelamin responden …...…...……….….39
Tabel 5.2 distribusi berdasarkan frekuensi makan responden ….………....….…40
Tabel 5.3 distribusi frekuensi berdasarkan waktu makan responden..…..……….40
Tabel 5.4 distribusi frekuensi berdasarkan jenis makan responden ……..………41
Tabel 5.5 distribusi frekuensi berdasarkan kekambuhan gejala responden…...…41
Tabel 5.6 distribusi berdasarkan jenis kelamin dan jenis makan responden…......42
Tabel 5.7 distribusi jenis kelamin dan kekambuhan gejala responden …….…....43
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2 Inform Consent
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas Data
Lampiran 6 Hasil Olahan SPSS Univariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini dengan semakin modernnya zaman, semakin banyak pula masalah-
masalah kesehatan yang muncul dari berbagai penyebab (Dai, 2013). Salah
satunya ialah gastritis yang timbul akibat gaya hidup manusia. Berdasarkan
penelitian kesehatan dunia World Health Organization (WHO) didapatkan hasil
presentase dari angka kejadian Gastritis di dunia, di antaranya Inggris 22%, Cina
31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Prancis 29.5%. Di dunia insiden gastritis
sekitar 1,8– 2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun (Depkes RI, 2004).
Kejadian gastritis di Indonesia meningkat sejak 5-6 tahun terakhir. Berdasarkan
profil kesehatan Indonesia tahun 2009, gastritis merupakan salah satu penyakit
terbanyak pada pasien rawatjalan di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah
30.154 kasus (4, 9%)(Kemenkes RI, 2009). Berdasarkan Depkes RI (2004)
gastritis masuk dalam 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah
sakit Indonesia dengan persentase 4, 95%.
Hasil penelitian, sebagian besar gastritis disebabkan oleh infeksi bacterial
mukosa lambung yang kronis.Selain itu, beberapa bahan seperti aspirin, alcohol,
garam empedu dan zat-zat lain dapat merusak mukosa lambung dan mengubah
permeabilitas sawar epitel, yang mana sawar mukosa lambung ini penting untuk
perlindungan lambung dan duodenum (Smeltzer, Suzanne C, 2002). Sebagian
2
besar gastritis (70-80%) merupakan akibat dari penyakit gastritis fungsional,
yaitu sakit yang bukan disebabkan oleh gangguan organ lambung melainkan lebih
sering dipicu oleh pola makan yang kurang sesuai (Saydan, 2011).
Kejadian gastritis iniapabila tidak segera ditangani akan dapat menimbulkan
akibat atau penyakit-penyakit lain, seperti akibat yang dapat ditimbulkan dari
gastritis akut berupa perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA), berupa
hematemesis dan melena, yang berakhir dengan shock hemoragik. Namun,
apabila prosesnya hebat, sering juga terjadi ulkus tetapi jarang terjadi perforasi.
Akibat lain yang dapat ditimbulkan dari gastritis kronik yaitu gangguan
penyerapan vitamin B12. penyerapan vitamin B12 yang kurang dapat
menyebabkantimbulnya anemia pernesiosa, gangguan penyerapan zat besi, dan
penyempitan daerah pylorus (pelepasan dari lambung ke usus dua belas jari)
(Muttaqin & Sari, 2011). Penyakit gastritis bila dibiarkan terus menerus akan
merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko terjadinya keganasan
lambung yang berujung pada kematian (Mutaqin, Arif & Sari, Kumala, 2011).
Penyakit gastritis yang terjadi di Negara berkembang banyak menegenai usia
dini. usia muda dan dewasa termasuk dalam kategori usia produktif, dimana usia
produktif lebih berisiko terkena gastritis. Dimana pada usia tersebut merupakan
usia dengan berbagai kesibukan karena pekerjaan dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Sehingga lebih cenderung untuk terpapar faktor-faktor yang meningkatkan risiko
untuk terkena gastritis, terkait dengan pola makan yang tidak teratur dan stress di
tempat kerja serta pola hidup yang tidak sehat (Gustin, 2011)
3
Sarwono (2006) mengatakan bahwa batasan usia remaja Indonesia ialah mulai
dari usia 11-24 tahun. Berdasarkan referensi ini dapat diklasifikasikan bahwa
mahasiswa termasuk dalam kategori remaja yang masih berusia 17-22 tahun.
Mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan dan organisasi, akan meningkat pula
aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan dari mahasiswa itu sendiri yang akan
mempengaruhi pola makan mereka. Pola makan mahasiswa yang aktif organisasi
sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak
makan siang (Sayogo, 2006). Orang-orang yang aktif memang membutuhkan
lebih banyak makanan untuk energi. Maka untuk meningkatkan energi orang yang
aktif tidak dapat mengandalkan makanan yang tinggi kalori saja, tetapi juga
makanan yang kaya akan zat gizi seperti sereal, roti, buah sayur dan susu (Sizer,
1988).
Kehidupan mahasiswa menyebabkan terjadinya perubahan pola makan
(Guthrie & Picciano, 1995).perubahan pola makan yang dipengaruhi oleh
kehidupan sosial dan kesibukan mahasiswa membuat mereka kurang
memperhatikan waktu dan jenis makanan yang dikonsumsi. Pada saat ini remaja
atau mahasiswa umumnya kurang minat dalam mengkonsumsi makanan sehat dari
sayur mayur, hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh (Bahria &
Triyanti, 2010) mengatakan bahwa 92,1% remaja atau dewasa muda kurang
mengkonsumsi buah dan 77,1% kurang mengkonsumsi sayur.
Mahasiswa memiliki aktivitas dan jadwal perkuliahan yang sangat padat.
Perubahan kehidupan sosial dan kesibukan mahasiswa tersebut termasuk kegiatan
organisasi akan mempengaruhi pola makan mahasiswa terutama perubahan selera
yang jauh dari konsep seimbang yang berdampak terhadap kesehatan yaitu
4
munculnya gejala dyspepsia. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
oleh Surjadi dalam (Dwigint, 2015) tentang globalisasi dan pola makan
mahasiswa, dengan wawancara kepada 16 responden dan 11 dari responden masih
tinggal dengan orang tuanya. Pola makan responden yang masih tinggal bersama
orang tuanya mengikuti pola makan keluarganya dan dalam hal makan selalu
dijaga dan diperhatikan oleh ibu responden.Responden yang tidak tinggal bersama
orang tuanya adalah 5 orang menyatakan bahwa pola makannya sangat berbeda
dengan ketika responden tinggal di rumahnya karena harus mempersiapkan
makanan secara mandiri.
Hasil study pendahuluan yang dilakukan kepada 10 mahasiswa aktif
organisasi yang tidak tinggal bersama orang tuanya didapatkan hasil bahwa rata-
rata dari 10 mahasiswa aktif organisasi tersebut sering mengalami
ketidakteraturan pola makan dan jeda antara jadwal makan yang lama. Dimana
ketidakteraturan pola makan sangat dipengaruhi oleh aktivitas dan kegiatan yang
padat. Selain itu, kegiatan mahasiswa dalam mengerjakan berbagai macam tugas
kuliah sangat menyita waktu. Dimana kesibukan dari mahasiswa tersebut akan
berdampak pada waktu atau jam makan sehingga walaupun sudah sampai saatnya
waktu makan, mahasiswa sering menunda dan bahkan lupa untuk makan.
Hasil penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Dwigint (2015) terkait
dengan hubungan pola makan dan kejadian dyspepsia kepada mahasiswa, dalam
penelitian ini dikatakan bahwa ada hubungannya antara mahasiswa organisasi
dengan pola makan dan kejadian dyspepsia.Tetapi, penelitian ini tidak di dapatkan
angka kejadian pada mahasiswa organisasi, maka dari itu peneliti ingin
mengetahui prevalensi pola makan dan kejadian gastritis pada mahasiswa
5
organisasi dan dampak dari organisasi itu sendiri terhadap pola makan.
Mahasiswa yang akan peneliti jadikan responden dalam penelitian ini sudah
dihomogenkan yaitu hanya pada mahasiswa yang aktif dalam kegiatan organisasi
intra kampus yaitu DEMA-F.
Peneliti memilih mahasiswa organisasi karena ingin mengetahui angka
kejadian dari penelitian sebelumya dan berdasarkan apa yang sudah peneliti
survey didapatkan hasil bahwa mahasiswa organisasi banyak yang mengatakan
bahwa selama mereka mengikuti kegiatan organisasi pola makan mereka tidak
teratur dan sering mengalami telat makan yang membuat maag mereka sering
kambuh, dan jenis makanan yang pedas merupakan kesukaan dari kebiasaan
makan mereka.
B. Rumusan Masalah
Insiden gastritis di Asia Tenggara mencapai sekitar 583.635 dari jumlah
penduduk setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2008). Di Indonesia, kajadian penyakit
gastritis meningkat sejak 5-6 tahun terakhir. Berdasarkan profil kesehatan
Indonesia tahun 2009, gastritis merupakan salah satu penyakit terbanyak pada
pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%)
(Kemenkes RI, 2009). Data dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2010,
menyebutkan bahwa gastritis menempati urutan ke-3 dari 21 penyakit terbanyak
dengan jumlah 7.729 kasus (12,26%) dan pada tahun 2010 meningkat menjadi
9.773 kasus (12,20%).
Mahasiswa adalah individu yang memiliki kegiatan intrakurikuler saja atau
intrskurikuler dan ekstrakurikuler.Mahasiswa yang memiliki kegiatan intra
maupun ekstrakurikuler biasa dikenal dengan “mahasiswa aktivis”. Mahasiswa
6
sebagai seorang aktivis sangat memiliki waktu yang sempit, waktu yang mereka
miliki di luar jam kuliah biasa digunakan untuk rapat dan kegiatan-kegiatan
lainnya terkait dengan program kerja yang akan dicapai. Biasanya kegiatan-
kegiatan tersebut berlangsung hingga larut malam yang membuat individu
memiliki waktu istirahat yang sedikit, pola makan tidak teratur, yaitu terlalu
sering mengalami telat makan dan terkadang hanya makan 1x dalam sehari
dengan tidak memperhatikan kandungan dan kebersihan dari makanan yang
dimakannya. Jenis makanan yang dapat mengiritasi lambung seperti makanan
yang pedas juga menjadi sasaran bagi para mahasiswa dikala sedang stress.
Mahasiswa ini juga sering bergadang untuk menyelesaikan tugas kuliah maupun
organisasi, kecendrungan mengkonsumsi kopi, stress fisik maupun psikis.
Menurut Brunner &Suddarth (2002) kebiasaan makan dari mahasiswa aktivis
yang telah diuraikan di atas merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit
gastritis. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti pola makan mahasiswa
dengan gastritis yang terlibat kegiatan organisasi kemahasiswaan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum:
Untuk mengetahui gambaran pola makan mahasiswa organisasi yang
menderita gastritis.
Tujuan Khusus:
1. Mengidentifikasi karakteristik demografi mahasiswa
2. Mengidentifikasi kejadian gastritis pada mahasiswa organisasi.
3. Mengidentifikasi pola makan (frekuensi makan, jenis makan, dan
ketepatan atau kedisplinan makan pada mahasiswa organisasi terhadap
kejadian gastritis).
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara
akademik bermanfaat untuk mengetahui gambaran dan prevalensi kejadian
gastritis yang terjadi pada mahasiswa organisasi DEMA-F. Adapun manfaat lain
yaitu bagi institusi pelayanan kesehatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memerikan informasi bagi petugas kesehatan untuk mengetahui pola makan pada
mahasiswa organisasi sehingga dapat memberikan masukan dalam memberikan
pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup sehat
terhadap terjadinya gastritis agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. Manfaat
lainnya juga dapat menjadi dasar pencegahan gastritis pada anak-anak muda/
remaja. Dan bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
landasan untuk penelitian yang akan datang mengenai aspek lain tentang gastritis.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gastritis
1. Definisi
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang sering terjadi akibat diet
yang semarangan. Biasanya individu makan terlalu banyak, terlalu cepat,
makan-makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit (Smeltzer,2005).
Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat akut,dengan kerusakan “Erosive” karena permukaan hanya pada
mukosa (Iin Inaya,2004).
Gastritis yaitu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung
yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan lain (Reers,2002). Daid Ovedorf (2002)
mendefinisikan gastritis sebagai inflamasi mukosa gaster akut atau
kronik.
Dari definisi-definisi di atas dapat disumpulkan bahwa gastritis
adalah suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang
disebakan oleh faktor iritasi,infeksi dan ketidakteraturan dalam pola
makan misalnya makan yang terlalu banyak,cepat,telat makan.makan-
makanan yang terlalu banyak bumbu dan pedas. Hal tersebut dapat
menyebakan gastritis.
9
2. Etiologi
Muttaqin, Arif & Sari, Kumala (2011) mengatakan bahwa banyak
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gastritis akut, seperti beberapa
jenis obat, alcohol, bakteri, virus, jamur, stress akut, radiasi, alergi atau
intoksikasi dari bahan makanan dan minuman, garam empedu, iskemia,
dan trauma langsung.
a. Obat-obatan, seperti Obat Anti Inflamasi Nonsteroid/OAINS
(Indometasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfanomide, Steroid,
Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluro-2-deoxyuridine),
Salisilat, dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
b. Minuman beralkohol; seperti whisky, vodka, dan gin.
c. Infeksi bakteri; seperti H. pylori (paling sering), H. heilmanii,
Streptococci, Staphylococci, Proteus spesies, Clostridium spesies, E.
coli, Tuberculosis, dan secondary syphilis.
d. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.
e. Infeksi jamur; seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis.
f. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat,
dan refluks usus-lambung.
g. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alcohol merupakan agen-agen
penyebbab iritasi mukosa lambung.
h. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu
(komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal)
10
dari usus kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respons
peradangan mukosa.
i. Iskemia, hal ini berhungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.
j. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa,
yang dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa.
k. Secara patofisiologi, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
kerusakan mukosa lambung, meliputi; 1) kerusakan mukosa barrier,
yang menyebabkan difusi balik ion H+ meningkat, 2) perfusi mukosa
lambung terganggu, dan 3) jumlah asam lambung yang tinggi.
Wijaya & Putri (2013) Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya
tahan terhadap asam yang kuat. Tetapi lapisan lambung mengalami
iritasi dan peradangan karena beberapa penyebab:
a. Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh
Helicobakter pylori (bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil
lender di lapisan lambung). Tidak ada bakteri lainnya yang dalam
keadaan normal tubuh di dalam lambung yang bersifat asam, tetapi
jika lambung tidak menghasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh
di lambung. Bakteri inibiasanya menyebabkan gastritis menetap
ataugastritis sementara.
b. Gastritis karena stress akut, merupakan jenis gastritis yang paling
berat, yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang
terjadisecara tiba-tiba. Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai
11
lambung seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas atau cedera
yang mengakibatkan perdarahan hebat.
c. Gastritis erosive kronis bisa merupakan akibat dari: bahan-bahan
seperti obat-obatan, terutama aspirin dan obat anti peradangan non-
steroid lainnya, penyakit Crohn, infeksi virus dan bakteri. Gastritis ini
terjadi secara perlahan –lahan pada orang yang sehat, bisa disertai
dengan perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka
terbuka),paling sering terjadi pada alkoholik.
d. Gastritis karena virus atau jamurbisa terjadi pada penderita penyakit
menahun atau penderita yang mengalami gagguan system kekebalan.
e. Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi
tehadap infestasi cacing gelang. Eosinopil (sel darah putih) terkumpul
di dinding lambung.
f. Gastritis atrofik terjadi jika antibody menyerang lapisan lambung,
sehingga lapisan lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan
sebagian atau seluruh selnya yang menghasilkan asam dan enzim.
Gastritis atrifik bisa menyebabkan anemia pernisiosa karena
mempengaruhi penyerapan vitamin B12 dari makanan.
g. Penyakit Meniere merupakan jenis gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya melebar,
kelenjarnya membesar dan memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar
10% penderita penyakit ini menderita kanker lambung.
h. Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Sel plasma (salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di
12
dalam dinding lambung dan organ lainnya. Gastritis juga bisa terjadi
jika seseorang menelan bahan korosif atau menerima terapi
penyinaran dengan dosis yang berlebihan.
3. Faktor-faktor risiko gastritis
Brunner & Suddarth (2002) faktor-faktor risiko yang sering
menyebabkan terjadinya gastritis ialah sebagai berikut:
a. Pola makan
Orang yang memiliki pola makan tidak terartur mudah terserang
penyakit gastritis atau maag. Pada waktu isi perut harus diisi tetapi
dibiarkan kosong atau ditunda waktu pengisiannya, asam lambung
akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri.
b. Rokok
Akibat negative dari rokok, sesungguhnya sudah mulai terasa pada
waktu orang baru mulai menghisap rokok. Dalam asap rokok yang
dihisap, terdapat kurang lebih 300 macam bahan kimia, diantaranya
acrolein, nikotin, asap rokok, gas CO. Nikotin itulah yangm
enghalangi terjadinya rasa lapar. Itu sebabnya seseorang menjadi tidak
lapar karena merokok, sehingga akan meningkatkan asam lambung
dan dapat menyebabkan gastritis.
c. Kopi
Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein, kafein ternayata dapat
menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak),
system pernafasan, system pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab
itu tidak heran bila meminum kopi dalam jumlah yang wajar (1-3
13
cangkir) tubuh kita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat,
tidak mudah lelah atau mengantuk. Kafein dapat menyebabkan
stimulasi system saraf pusat sehingga dapat meningkatkan aktivitas
lambung dan sekresi hormone gastrin pada lambung dan pepsin.
Sekresi asam yang meningkat dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi
pada mukosalambung sehingga terjadi gastritis.
d. Helicobakter Pylori
Helicobakter Pylori adalah kuman gram negatif, basil yang berbentuk
kurva dan batang Helicobakter Pylori adalah suatu bakteri yang
menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis)
pada manusia.Infeksi H.pylori ini sering diketahui sebagai penyebab
utama terjadi ulkus peptikum dan penyebab tersering terjadinya
gastritis.
e. AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)
Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara
kimiaheterogen menghambat aktifitas siklooksigenasi, menyebabkan
penurunan sintesis prostaglandin dan precursor tromboksan dari asam
arakhidonat.Misalnya aspirinubufrofen dan noproxen yang dapat
menyebabkan peradangan pada lambung.Jika pemakaian obat-obatan
tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadimasalah lambung.
f. Alcohol
Alcohol dapat mengirirtasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung menjadi lebih rentan
terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal. Berdasarkan
14
penelitian,orang minum alcohol 75 gr (4 gelas/minggu) selama 6
bulan dapat menyebabkan gastritis.
g. Makanan pedas
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang
system pencernaan, terutama lambung dan usus kontraksi. Hal ini
akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai
dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita semakin
berkurang nafsu makannya.Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan
pedas lebih dari 1x dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan
terus menerus dapat menyebabkan iritasi pada lamung yang disebut
dengan gastritis.
h. Terlambat makan
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap
waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam setelah makan
biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan
terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu
jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai
2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan
berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambbung serta
menimbulkan rasa nyeri disekitar epigastrium (Dwigint, 2015).
i. Usia
Kejadian gastritits di Negara berkembang banyak menegenai usia dini.
usia muda dan dewasa termasuk dalam kategori usia produktif,
dimana usia produktif lebih berisiko terkena gastritis. Dimana pada
15
usia tersebut merupakan usia dengan berbagai kesibukan karena
pekerjaan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sehingga lebih cenderung
untuk terpapar faktor-faktor yang meningkatkan risiko untuk terkena
gastritis, terkait dengan pola makan yang tidak teratur dan stress di
tempat kerja serta pola hidup yang tidak sehat (Gustin, 2011)
j. Stress psikis
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress,
misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam
lamung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika
hal itu dibiarkan, lama kelamaan akan menyebabkan terjadinya
gastritis (Angkow, Robot, & Onibala, 2014).
k. Stress fisik
Stress fisik akibat pemedahan besar, lukatrauma, luka bakar, refluks
empedu dan infeksi berat dapat menyebakan gastritis dan juga ulkus
dan perdarahan pada lambung (Wijaya & Putri, 2013). Stress fisik
akan menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu sehingga
timbul daerah-daerah infark kecil, selain itu sekresi asam lambung
juga terpacu (Mutaqin, Arif & Sari, Kumala, 2011).
4. Klasifikasi
Abata (2014) klasifikasi gastritis berdasarkan tingkat
keparahannya:
a. Gastritis akut adalah inflamasi akut dari lambung, biasanya terdapat
pada mukosa. Dan secara garis besar gastritis akut dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu gastritis eksogen akut dan gastritis endogen
16
akut. Bahan kimia, termis, mekanis iritasi bacterial adalah faktor-
faktor penyebab yang biasanya terjadi pada gastritis eksogen akut.
Sedangkan yang terjadi karena kelainan tubuh adalah penyebab
adanya gastritis endogen akut.
b. Gastritis kronis didefinisikan sebagai peradangan mukosa kronis
yang akhirnya menyebabkan atrofi mukosa dan metaplasia epitel
(Robbins, 2013). Gastritis kronis adalah suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun (Muttaqin &
Sari, 2011). Lambung yang mengalami inflamasi kronis dari tipe
tertentu sehingga menyebabkan gastritis dari tipe yang spesifik
disebut gastritis kronis. Gastritis kronis diklasifikasikan sebagai tipe
A atau tipe B. tipe A berkaitan dengan penyakit autoimun, misalnya
anemia pernisiosa. Tipe A ini terjadi pada fundus atau korpus
lambung. Tipe B (H. pylori) mengenai antrum dan pylorus. Tipe ini
berkaitan dengan bakteria H. pylori. Faktor diit seperti minuman
panas, bumbu penyedap, penggunaan obat, alcohol, merokok, atau
refluks isi usus ke dalam lambung.
Terjadinya infiltrasi sel radang yang terjadi pada lamina propria,
daerah epithelia atau pada kedua daerah tersebut terutama terdiri atas
limfosit dan sel plasma disebut gastritis kronis.Infeksi kuman
Helicobakter pylori yang juga merupakan penyebab gastritis yang
termasuk dalam kelompok gastritis kronis.Peningkatan aktifitas gastritis
kronis ditandai dengan kehadiran granulosit netrofil pada daerah tersebut.
17
Muttaqin & Sari (2011) gastritis kronis diklasifikasikan dengan
tiga perbedaan sebagai berikut:
a. Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa.
b. Gastritis atrofik, di mana peradangan terjadi pada seluruh lapisan
mukosa. Pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan
kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan
karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.
c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-nodul
pada mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis, dan hemoragik.
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari gangguan ini cukup bervariasi, mulai dari
keluhan ringan hingga muncul perdarahan pada slauran cerna bagian
atas.Pada beberapa orang, gangguan ini tidak menimbulkan gejala yang
khas (Brunner & Suddarth, 2002). Manifestasi gastritis akut dan kronik
hampir sama. Berikut penjelasannya:
a. Manifestasi gastritis akut
1) Anoreksia
2) Nyeri pada epigastrium
3) Mual dan muntah
4) Perdarahan saluran cerna (Hematemesis Melena)
5) Anemia (tanda lebih lanjut)
6) Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium (Inayah, 2004).
18
7) Kembung dan terasa sesak(Lestari, Wiyono, & Candrawati,
2016)
8) Keluar keringat dingin(Lestari et al., 2016)
9) Nafsu makan menurun(Lestari et al., 2016)
10) Suhu badan naik(Lestari et al., 2016)
11) Pusing
12) Pucat
13) lemas
b. Manifetasi gastritis kronis
1) Mengeluh nyeri ulu hati
2) Anoreksia
3) Naucea
4) Nyeri seperti ulkus peptic (Inayah, 2004).
6. Komplikasi
a. Gastritis akut
Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah perdarahan
saluran cerna bagian atas (SCBA), berupa hematemesis dan melena,
yang berakhir dengan shock hemoragik. Apabila prosesnya hebat,
sering juga terjadi ulkus, namun jarang terjadi perforasi (Brunner &
Suddarth, 2002).
b. Gastritis kronis
Komplikasi yang timbul pada gastritis kronis adalah gangguan
penyerapan vitamin B12.Akibat kurangnya penyerapan vitamin
B12ini, menyebabkan timbulnya anemia pernesiaosa, gangguan
19
penyerapan zat besi, dan penyempitan daerah pylorus (pelepasan dari
lambung ke usus dua belas jari) (Brunner & Suddarth, 2002).
7. Masalah yang terjadi pada gastritis (Brunner & Suddarth, 2002)
a. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi
b. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrien yang adekuat
c. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan
cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah
d. Ansietas berhubungan dengan pengobatan
e. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses
penyakit.
B. Remaja
1. Definisi
Remaja adalah periode perkembangan dimana individu mengalami
perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara
usia 13 sampai 20 tahun (Potter & Perry, 2005). Menurut undang-undang
No 4 tahu 1979 mengenai Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu
yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah (Soetjiningsih,
2010). Remaja berada dalam status interim sebagai akibat dari posisi
yang diberikan oleh orang tua dan masyarakat dan melalui usahanya
sendiri yang selanjutnya memberikan prestasi tertentu bagi dirinya
(Soetjiningsih, 2010).masa peralihan dari yang sangat bergantungan
dengan orang tua ke masa yang penuh dengan tanggung jawab serta
20
keharusan untuk sanggup hidup sendiri dan mandiri.Berdasarkan dari
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan suatu
periode dalam kehidupan manusia dimana menjadi titik awal seseorang
berusaha untuk menjadi dan mencapai kemandirian.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan
kematangan psikososial dan seksual, suatu remaja akan melewati tahapan
berikut:
a. Masa remaja awal/dini (Early adolescence) sebagai periode awal
pubertas. Pada periode ini terjadi pematangan fisik dan
perkembangan karakteristik sel primer dan sekunder. Rentang usia
11-13 tahun.
b. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence), rentang usia 14-16
tahun. Pada periode ini individu ditandai dengan usaha untuk
mencapai kemandirian.
c. Masa remaja lanjut (Late adolescence), rentang usia 17-20 tahun.
Pada periode ini individu sudah dapat bersifat relatif dalam menjalin
hubungan dengan teman sebaya, akademik dan waktu luang, dan
bertanggung jawab dalam mengelola keuangan.Tahapan ini
mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu.
Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak
mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang
berjalan secara berkesinambungan.
21
3. Remaja sebagai mahasiswa organisasi
Mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur 19-24 tahun
menurut Susanto (2003) dalam Suci (2011).Pada remaja yang memiliki
tugas sebagai mahasiswa cenderung lebih memiliki kegiatan yang lebih
banyak dan padat dari pada remaja yang bukan mahasiswa.Menurut
Tonny Trimasanto (1993) mahasiswa itu digolongkan ke dalam dua
kelompok, yaitu mahasiswa yang apatis dan mahasiswa aktif terhadap
organisasi kampus.Mahasiswa yang apatis terhadap organisasi kampus
merupakan mahasiswa yang aktif terhadap perkuliahan saja, segala
sesuatu diukur dari pencapaian kredit semester dan indeks prestasi
kumulatif yang tinggi dan dapat meraih gelar sarjana
secepatnya.Sedangkan mahasiswa organisasi adalah mahasiswa yang
aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan di kampus, yang sering
disebut dengan “aktivis kampus”.
Secara umum ada dua jenis kegiatan mahasiswa secara akademik di
perguruan tinggi, yaitu kegiatan intrakurikuler dak
ekstrakurikuler.Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan akademik reguler
yang wajib diikuti oleh mahasiswa seperti perkuliahan, seminar,
talkshow, praktikum, dll.Kegiatan ini telah dirancang berdasarkan
kurikulum yang berlaku. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kegiatan intrakurikuler
dilakukan terjadwal.Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan akademik
22
yang tidak reguler, tidak diatur secara langsung serta tidak terjadwal.
Mahasiswa tidak diwajibkan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, tetapi
jika aktif disini akan sangat bermanfaat di masa depan. Pada kegiatan
intrakurikuler hanya memberikan 15% dari pengetahuan dan
keterampilan yang harus dikuasai, sedangkan 85% nya ada pada kegiatan
ekstrakurikuler (Alfiana, 2013).
Mahasiswa dikatakan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler
(organisasi) ialah mahasiswa yang menggunakan waktu luang kuliahnya
untuk kegiatan lain di luar jam kuliah. Selain digunakan untuk tugas-
tugas perkuliahan, waktu luang yang dimiliki mahasiswa juga digunakan
untuk kepentingan-kepentingan dalam suatu organisasi yang diikuti oleh
mahasiswa tersebut.Untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dimiliki
mahasiswa sering mengorbankan waktu tidurnya dan mengabaikan
bahkan melupakan waktu makannya.
C. Pola makan
Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih
dan memakan makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis,
psikologis, budaya dan sosial. Sehingga kajian yang mempengaruhi pola
makan dapat meliputi kegiatan dalam memilih pangan, cara memperoleh,
menyimpan dan beberapa yang dimakan dan sebagainya (Koesmardini,
2006).
Uripi (2002) dalam Wahyu, Dewi (2015) pola makan terdiri dari
frekuensi makan, jenis makanan dan porsi makan.Namun dalam pembahasan
ini hanya meliputi pada frekuensi/jadwal makan dan jenis makan.Dalam
23
penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2014) dan Okviani (2011)
mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara porsi makan
dengan gastritis.
1. Frekuensi makan
Frekuensi makan merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan
makan dalam sehari baik makanan utama maupun makanan selingan.
Menurut Hudha (2006) frekuensi makan dikatan baik bila frekuensi makan
setiap harinya 3 kali makanan utama atau 2 kali makanan utama dengan 1
kali makanan selingan, dan dinilai kurang baik bila frekuensi makan setiap
harinya 2 kali makan utama atau kurang.
Pada umumnya setiap orang melakukan makanan utama 3 kali, yaitu
makan pagi, makan siang, dan makan malam atau sore.Ketiga waktu
makan tersebut yang paling penting adalah makan pagi, sebab dapat
membekali tubuh dengan berbagai zat makanan terutama kalori dan
protein berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan remaja. Selain itu,
di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak sehingga bila tidak
sarapan, maka lambung akan lebih banyak memproduksi asam (Putheran,
2011 dalam Dwigint, 2015).
Pada mahasiswa/remaja dengan kebiasaan makan yang tidak teratur
dengan jeda waktu makan yang terlalu lama (frekuensi makan kurang dari
tiga kali dalam sehari) akan menyebabkan terjadinya maag. Jeda antara
waktu makan merupakan penentuan pengisian dan pengosongan
lambung.Jeda waktu makan yang baik yaitu berkisar antara 4-5 jam. Kerja
lambung akan meningkat pada pagi hari, yaitu jam 07.00-09.00. ketika
24
siang hari berada dalam kondisi normal dan melemah pada waktu malam
hari jam 19.00-21.00 WIB (Sherwood, 2012). Kebiasaan pada mahasiswa
yang sering untuk mengabaikan atau tidak sempat untuk sarapan pagi dan
karena kesibukannya dalam perkuliahan serta organisasi mahasiswa juga
sering makan terburu-buru atau terlalu cepat (Abata, 2014) dan makan di
atas jam 21.00 WIB dan tidak lama kemudian langsung pergi tidur. Jadwal
makan yang tidak teratur tentunya akan dapan menyerang lambung, maka
dari sinilah penyakit maag akan muncul.
Makan teratur dapat membuat alat pencernaan bekerja secara teratur.
Agar pencernaan efisien ia harus bekerja secara wajar dan alamiah, artinya
pola makan harus sesuai dengan siklus penccernaan dan kemampuan
fungsi penccernaan. Adapun siklus pencernaan, yaitu:
a. Siklus pencernaan (12 siang-8 malam) merupakan saat yang tepat
untuk mengkonsumsi makanan padat karena siklus pencernaan
bekerja lebih aktif. Setelah pukul 8-9 malam sebaiknya tidak makan-
makanan padat karena lambung tidak boleh sesak dengan makanan
pada saat tidur.
b. Siklus penyerapan (8 malam-4 pagi) pada saat tubuh dan fikiran kita
sedang istirahat total atau tidur, tubuh mulai menyerap atau
mengasimilasi, dan mengedarkan zat makanan. Kurang tidur atau
makan larut malam akan memboroskan energi dan mengganggu
aktivitas siklus ini.
c. Siklus pembuangan (4 pagi-12 siang) secara intensif tubuh mulai
melakukan pembuangan sisa-sisa makanan dan sisa-sisa metabolisme.
25
Siklus ini paling banyak memakai energi. Selagi siklus ini berjalan
sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan berat atau padat karena
menurunkan intensitas proses pembuangan, memperlambat proses
pencernaan, dan memboroskan energy (Andang, 2001) dalam
(Ginting, 2008).
Tabel 1.1 Pembagian Waktu Makan
Waktu Jam makan
Makan pagi 07.00
Snack pagi 10.00
Makan siang 13.00
Snack siang 16.00
Makan malam 19.00
Sumber: Penuntun Diet Tahun 2005
Makan tepat waktu merujuk pada konsep tiga kali makan dalam
sehari ialah sarapan, makan siang, dan makan malam.Dalam memulai
makan, janganlah makan setelah benar-benar lapar. Atur waktu makan
seperti sarapan pada jam 06.00-08.00, makan siang pada jam 12.00-
13.00, dan makan malam antara jam 18.00-20.00 (Tilong, 2014).
Menurut Warmbrand (2000) pola makan yang baik adalah dengan
memulai sarapan pagi sebelum beraktivitas, makan siang sebelum ada
rangsangan lapar dan makan malam sebelum tidur.
2. Jenis makanan
Jenis makanan yang dikonsumsi remaja dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu makanan utama dan makanan selingan.Makanan utama
adalah makanan yang dikonsumsi seseorang berupa makan pagi, makan
26
siang, dan makan malam yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk,
sayur, buah dan minuman.
Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang peranan
penting dalam susunan hidangan.Pada umumnya makanan pokok
berfungsi sebagai sumber energy (kalori) dalam tuuh dan memberikan rasa
kenyang (Sediaotama, 2004).Makanan pokok yang biasa dikonsumsi yaitu
nasi, roti, dan mie atau bihun.
Beberapa jenis minuman dan makanan yang kurang baik untuk
dikonsumsi dan dapat menyebabkan kerusakan ketahanan selaput lambung
adalah sebagai berikut Abata (2014):
a. Minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung antara lain:
kopi, anggur putih, sari buah sitrus, dan susu.
b. Makanan yang sangat asam atau pedas seperti cuka, cabai, dan merica
(makanan yang merangsang perut dan dapat merusak dinding
lambung).
c. Makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat pengosongan
lambung. Karena hal ini dapat menyebabkan peningkatan peregangan
di lambung yang akhirnya dapat meningkatkan asam lambung antara
lain makanan berlemak, kue tar, coklat dan keju.
d. Makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah sehingga
menyebabkan cairan lambung dapat naik ke kerongkongan seperti
alcohol, coklat, makanan tinggi lemak, dan gorengan.
e. Makanan dan minuman yang banyak mengandung gas dan juga yang
terlalu banyak serat, antara lain: sayur-sayuran tertentu seperti sawi
27
dan kol; buah-buahan tertentu seperti nangka dan pisang ambon;
makanan yang berserat tinggi seperti kedongdong dan buah yang
dikeringkan; minuman yang mengandung banyak gas (seperti
minuman bersoda).
f. Kegiatan yang dapat meningkatkan gas di dalam lambung juga harus
dihindari, antara lain makan permen karet khususnya permen karet
serta merokok.
28
D. Penelian terkait
Penelitian yang dilakukan oleh Suryani Hartati dan Eka
Cahyaningsing dengan judul “hubungan perilaku makan dengan kejadian
gastritis pada mahasiswa akper Manggala husada Jakarta tahun 2013”
penelitian ini menggunakan desain deskriptif eksploratif dengan pendekatan
cross sectional. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Akper Manggala
Husada yang berjumlah 143 orang dengan usia terbanyak adalah usia 20
tahun dan jenis kelamin perempuan. teknik pengambilan sampel yang
digunakan dengan cara cluster sampling. Yang dapat ditarik kesimpulan dari
hasil analisa bivariat antara perilaku makan: keteraturan makan, kebiasaan
makan, jenis makanan yang dimakan hanya satu yang tidak ada hubungannya,
yaitu keterautan makan dengan kejadian gastritis. Sedangkan untuk kebiasaan
makan dan jenis makanan yang dimakan ada hubungannya dengan kejadian
gastritis.
Penelitian yang dilakukan oleh Sabrine Dwigint dengan judul “the
relation of diet pattern to dyspepsia syndrom in collage students” tahun
2015.Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa yang
memiliki aktivitas dan jadwal perkuliahan yang sangat padat serta kesibukan
dalam berorganisasi dapat mempengaruhi pola makan terutama perubahan
selera yang jauh dari konsep seimbang sangat berkaitan dengan kejadian
dyspepsia.
Penelitian yang dilakukan oleh Rapida jauhari dengan judul
“hubungan pola makan dengan kejadian gastritis di puskesmas Pulubala
kecamatan Pulubala kabupaten Gorontalo” tahun 2014. Jenis penelitian yang
29
digunakan survey analisis, dengan pendekatan cross sectional. Sampel
penelitian sebanyak 59 orang dengan teknik pengambilan Accidental
Sampling. Dari hasil penelitian didapatkan 25 responden yang memiliki pola
makan baik dengan presentase 42,4 % dan 34 responden yang pola makan
buruk dengan hasil presentase 57,6 % dan kejadian gastritis dari 59 responden
yang diteliti terdapat 20 responden yang tidak mengalami gastritis dengan
presentase 33,9 % dan 39 responden yang gastritis dengan presentase 66,1 %.
Dari hasil penelitian ada hubungan bermakna (- P=0,000) Pola Makan
Dengan Kejadian Gastritis.
30
E. KERANGKA TEORI
Kerangka teori menurut Brunner & Suddarth (2002), Uripi (2002) dalam
Wahyu, Dewi (2015) dan Dwigint (2015)
Bagan 2.1
Mahasiswa organisasi
Perubahan pola makan:
a. Frekuensi makan
b. Waktu/jadwal makan
c. Jenis makanan
Uripi (2002) dalam Wahyu,
Dewi (2015)
Gangguan pencernaan:
- Gastritis
Faktor-faktor resiko:
1. Pola makan
2. Rokok
3. Kopi
4. Helicibakter Pylori
5. OAINS (Obat Anti
Inflamasi Non Steroid)
6. Alcohol
7. Usia
8. Stress psikis dan fisik
Brunner & Suddarth (2002)
Memiliki kesibukan dan
kegiatan yang padat
(Dwigint, 2015).
31
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka konsep
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari maslah yang ingin
diteliti (Setiadi, 2013).
Diagram di bawah menjelaskan untuk mendeskripsikan hasil atau
prevalensi dari pola makan dan kejadian gastritis yang terjadi pada
mahasiswa organisasi.
Bagan 3.1
B. Definisi operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana
cara menentukan variabel dan mengukur suatu variabel (Setiadi, 2013).
Gambaran pola makan;
a. Frekuensi
b. Waktu/ jadwal makan
c. Jenis makanan dan minuman
32
Tablel 2.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Pola makan
Pola makan adalah cara
atau perilaku yang
ditempuh seseorang atau
sekelompok orang dalam
memilih, menggunakan
bahan makanan dalam
mengkonsumsi pangan
setiap hari yang meliputi
jenis makanan, ketepatan
waktu makan, dan
frekuensi makan yang
berdasarkan pada faktor-
faktor sosial, budaya
dimana mereka hidup.
Menghitung skor dari pertanyaan
Frekuensi makan
(makanan utama dan makanan
selingan)
Dengan menggunakan jawaan
multipelchoice
Menghitung skor dari pertanyaan
Waktu makan
Dengan menggunakan jawaban
multipelchoice
Menghitung skor dari pertanyaan
Jenis makanan
Dengan menggunakan jawaban
multipelchoice
Koesioner
penelitian
Frekuensi makan
1. Frekuensi makan
≥2kali dalam sehari
(baik)= skor ≥ mean
(mean= 11.67)
2. Frekuensi makan
<2kali sehari
(kurang) jika nilai
kurang dari mean
(mean=11,67)
Waktu makan
1. Teratur= skor ≥
median
2. tidak teratur= skor <
median
(median= 3.00)
Jenis makanan
1. Jenis makanan yang
mengiritasi= skor <
mean
(mean=19.80)
2. Jenis makanan yang
tidak mengiritasi =
skor ≥ mean
(mean=19.80)
Ordinal
Jenis
kelamin
Adalah tanda biologis yang
membedakan manusia
Survey Koesioner
penelitian
1. Perempuan
2. Laki-laki
Nominal
33
berdasarkan kelompok
Kekambuhan
gejala
gastritis
Adalah frekuensi dari
munculnya gejala-gejala
gastritis
Menghitung skor dari pertanyaan
Kekambuhan gejala gastritis
Yang terdiri dari 7 pertanyaan
dengan menggunakan skala likert
1. Tidak pernah
2. Jarang (1-2x/minggu)
3. Kadang-kadang (3-
4x/minggu)
4. Sering (>4x/minggu)
1-2 = tidak rutin
3-4 = rutin
Koesioner
penelitian
1. Rutin = skor ≥ mean
2. Tidak rutin = skor <
mean
(mean= 18.56)
Ordinal
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan rancangan jenis
penelitian deskriptif.Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran tentang suatu keadaan secara objektif (Setiadi, 2013).Adapun
tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran
pola makan dan kejadian gastritis pada mahasiswa aktif organisasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, pada mahasiswa organisasi.Adapun waktu penelitian dilakukan pada
bulanApril 2017.
C. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiadi, 2013).
Populasi dalam penelitian ini adalah sekelompok mahasiswa pengurus
DEMA-F dan dikatakan menderita gastritis berdasarkan diagnosa dokter saat
atau selama mengikuti kegiatan organisasi, dalam hal ini DEMA-F di 11
fakultas: diantaranya; Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Adan
35
dan Humaniora, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Syariah dan Hukum, Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas
Psikologi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan jumlah populasi sebanyak 744
mahasiswa.
Bagan 3.1 alur pengambilan sampel
Anggota DEMA-F
744 mahasiswa
Gastritis
selama/setelah
organisasi
45 mahasiswa
Tidak gastritis
609 mahasiswa
Gastritis
135 mahasiswa
Gastritis sebelum
organisasi
90 mahasiswa
36
Fakultas Populasi Sampel
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 67 7
Adab dan Humaniora 60 3
Ushuludin 53 1
Syariah dan Hukum 140 10
Ilmu Dakwah dan Komunikasi 61 2
Dirasat Islamiyah 65 5
Ekonomi Bisnis 61 2
Sains dan Teknologi 63 4
Psikologi 60 5
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 54 4
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 60 2
Total 744 45
Tabel 4.1 proporsi sampel penelitian
Sampel penelitian merupakan sebagian dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013).
Teknik pengamilan sampel penelitian yang akan digunakan yaitu Total
Sampling. Menurut Sugiyono (2012) bahwa Total Sampling adalah
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sampel.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan
mahasiswa organisasi DEMA-F di 11 Fakultas UIN Jakarta yang
menderita gastritis pada saat mengikuti organisasi sebanyak 45
mahasiswa.Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
Kriteria inklusi:
a. Mahasiswa bersedia berpartisipasi dalam penelitian
b. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasi kampus
(DEMA-F)
c. Mahasiswa yang menderita gastritis setelah atau selama
mengikuti kegiatan organisasi
37
Kriteria eksklusi:
a. Mahasiswa yang tidak kooperatif
b. Mahasiswa yang berada di luar jangkau
proses pengambilan sampel
Sebelum mengambil sampel penelitian, peneliti melakukan
survey terlebih dahulu di 11 fakultas UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta untuk mengetahui jumlah populasi mahasiswa yang
mengikuti kegiatan organisasi DEMA-F, untuk mengetahui jumlah
anggota peneliti bekerjasama dengan ketua DEMA-F di tiap-tiap
fakultas. Setelah peneliti mengetahui jumlah anggota di tiap-tiap
fakultas dengan bantuan ketua DEMA-F peneliti mendata
mahasiswa yang mengalami maag (gastritis) sesuai dengan kriteria
inklusi pada penelitian ini. Setelah beberapa nama didapatkan
peneliti langsung menemui satu per satu mahasiswa untuk
diwawancarai dan diberikan kuesioner. Untuk memberikan
kuesioner penelitian peneliti terlebih dahulu janjian dengan
mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini, untuk
mengefisienkan waktu pada beberapa fakultas yang respondennya
tidak peneliti temui langsung, tetapi diberikan kuesioner melalui
bantuan ketua DEMA-F yang setelah selesai di isi oleh responden
peneliti kembali untuk mengambil hasil jawaban responden kepada
ketua DEMA-F.
38
D. Instrument penelitian
Instrument penelitian penelitian adalah seluruh alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah atau mengumpulkan,
mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data seccara sistematis serta
objektif dengan tujuan memecahkan suatu masalah atau menguji suatu
hipotesis (Saryono, 2011).Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan kuestioner.Kuesioner yang digunakan berisi
pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai gambaran pola makan pada
mahasiswa pengurus DEMA-F di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka
konsep dan teori yang telah dibuat. Instrument pengumpulan data terdiri dari
tiga bagian, yaitu:
1. Kuesioner demografi
Kuesioner demografi bertujuan untuk mengetahui karakteristik
responden, kuesioner demografi ini berisi pertanyaan tanggal pengisian,
nama inisial dan jenis kelamin.
2. Kuesioner pola makan
Kuesioner ini berisi pertanyaan mengenai pola makan yang terdiri dari 4
item pertanyaanfrekuensi makan, 2 item pertanyaan waktu makan dan 6
item pertanyaan jenis makan. Setiap item dalam skala ini memilki poin
tersendiri.
3. Kuesioner kekambuhan gejala gastritis
39
Kuesioner ini berisi pertanyaan untuk mengetahui tingkat kekambuhan
dari gejala gastritis.Rentang waktu kekambuhan gejala gastritis ini di
ambil dari jurnal penelitian yang dilakukan oleh Andri Susanti, dkk
(2011).Kuesioner ini berisi 7 pertanyaan dengan menggunakan skala
likert. Penilaian untuk pertanyaan kekambuhan gejala gastritis yaitu:
Tidak pernah = 4
Jarang (1-2x/ minggu) = 3
Kadang-kadang (3-4x/ minggu) = 2
Selalu (>4x/ minggu) = 1
Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuesioner
Variabel Pertanyaan positif Pertanyaan
negatif
Jumlah
Pola makan
Frekuensi makan
Waktu makan
Jenis makanan
1,2,3
6,7
0
4
0
8,9,10,11,12,13
4
2
6
Gejala gastritis 0 1,2,3,4,5,6,7 7
Total 5 14 19
Penelitian ini menggunakan cut of point untuk mengkategorikan
pola makan dan kekambuhan gejala responden. Pola makan yang baik
apabila total skor yang diperoleh ≥ cut of point, pola makan yang kurang
baik apabila total skor yang diperoleh <cut of point, sama halnya dengan
pertanyaan kekambuhan gejala gastritis. Cut of point menggunakan mean
apaila data terdistriusi normal dan menggunakan median apaila data tidak
terdistriusi normal. Penentuan data terdistriusi normal atau tidak dapat
diketahui dengan melihat hasil distribusi data menggunakan uji
40
Skewness.Pada hasil distribusi data didapatkan nilai skewness frekuensi
makan -0,608, lalu hasilnya dibagi dengan standar eror (0.354).
Didapatkanhasil -1,717 yaitu ≤2, maka dikatakan distribusi data normal,
sehingga cut of point pada variabel ini untuk mengkategorikan frekuensi
makan menggunakan mean. Oleh karena itu, frekuensi makan yang baik
apabila skor yang diperoleh ≥ 11,67, dan frekuensi makan yang kurang
apabila total skor yang diperoleh <11,65.Nilai skewness waktu makan
0,772, lalu diagi dengan standar eror (0,354). Didapatkan hasil 2,180
yaitu ≥2, maka dikatakan distribusi data tidak normal, sehingga cut of
point pada variabel ini untuk mengkategorikan waktu makan
menggunakan nilai median (3,00). Nilai skewness jenis makan -0,661,
lalu diagi dengan standar eror (0,354). Didapatkan hasil -1,867 yaitu ≤2,
maka dikatakan distribusi data normal, sehingga cut of point pada
variabel ini untuk mengkategorikan waktu makan menggunakan nilai
mean (19,80). Nilai skewness kekamuhan gejala -0,476, lalu diagi
dengan standar eror (0,354). Didapatkan hasil -1,344 yaitu ≤2, maka
dikatakan distribusi data normal, sehingga cut of point pada variabel ini
untuk mengkategorikan waktu makan menggunakan nilai mean (18,56).
E. Uji validitas dan Reabilitas
Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrument dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2014). Untuk
mengetahui kevaliditasan suatu instrument (kuesioner) dilakukan dengan cara
melakukan korelasi antara skor masing-masing variabel dengan skor totalnya.
41
Suatu variael dikatakan valid jika skor variabel tersebut memiliki korelasi
secara signifikan dengan skor totalnya (Hastono, 2011).Kuesioner ini diambil
dari penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2011) terkait dengan faktor
risiko dyspepsia pada mahasiswa IPB dengan memodifikasi kuesioner yang
ada yaitu mengambil terkait bagian pola makan dan kekambuhan gejala
gastritis. Maka dari itu kuesioner ini dilakukan uji instrument kembali yang
dilakukan kepada 30 responden yang memiliki karakteristik yang sama
dengan responden yang akan dilakukan penelitian. Uji validitas instrument
dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product Moment. Kuesioner
dikatakan valid jika jika r hitung lebih besar dari r tabel 0,361 (Sugiyono,
2011).Hasil uji validitas berdasarkan statistik pada instrument pola makan
dan kekambuhan gejala gastritis sebanyak 19 item pertanyaan didapatkan
nilai ≥ 0,361 secara statistik instrument tersebut dinyatakan valid.
Setelah dilakukan uji validitas kemudian dilakukan uji reabilitas dengan
tujuan untuk mengetahui kehandalan suatu instrument yang akan digunakan.
Reabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama (Hastono, 2011).
Instrument dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan
yang diajukan konsisten dari waktu ke waktu. Uji reabilitas dilakukan dengan
rumus crombach alpha dan kuesioner dikatakan reliabel jika hasil dari
crombach alpha ≥ 0,6 (Sugiyono, 2011). Hasil uji reabilitas dari instrument
pola makan; frekuensi makan adalah 0,829, waktu makan adalah 0,626, jenis
42
makan adalah 0,795 dan kekambuhan gejala gastritis adalah 0,779 sehingga
instrument ini dianggap sudah baik dan bisa digunakan untuk penelitian.
F. Metode pengambilan data
1. Sumber data
Data primer diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner yang
diberikan oleh peneliti.Sebelum melakukan pengumpulan data penelitian
terlebih dahulu melakukan uji validitas dan uji reailitas untuk menguji
kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini.Responden diminta untuk
mengisi sendiri kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti dan tidak
boleh diwakili.Kuesioner yang telah diisi langsung diberikan kepada
peneliti.
2. Prosedur pengambilan data
Proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap,
yaitu:
a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, maka dilanjutkan
dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian dari Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada Dekan di 11
Fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
c. Menjelaskan manfaat dan tujuan penelitian kepada calon responden.
d. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditanda
tangani oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek
penelitian.
43
e. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian
kuesioner.
f. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.
g. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada
peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.
h. Mengingatkan responden untuk memeriksa kembali kuesioner yang
telah diisi untuk memastikan bahwa semua item telah terisi.
i. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada
peneliti untuk diperiksa.
j. Mengolah data dan menganalisa data sesuai uji statistik yang telah
ditetapkan peneliti.
3. Pengolahan data
Tahap pengolahan data pada peneltian ini yaitu (Setiadi, 2013):
a. Memeriksa (Editting)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan.Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Memeriksa tanda kode (Coding)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
komputer.Peneliti memberikan kode sesuai dengan kategorik yang
ditentukan.
44
c. Entri Data
Data entri adalah kegiatan memastikan data yang telah dikumpulkan
ke dalam master table atau dataase computer, kemudian membuat
distriusi frekuensi sederhana atau juga bisa dengan membuat tabel
kontigensi.
d. Cleaning Data
Ccleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang
sudah dimasukkan ke dalam tabel atau database computer agar terlihat
ada atau tidaknya kesalahan.Mungkin dapat terjadi kesalahan pada
saat memasukkan data, maka dari itu peneliti melihat kembali missing
yang berada di hasil oleh data spss.
e. Mengeluarkan informasi
Hasil dari pengolahan data disesuaikan dengan tujuan penelitian yang
dilakukan.
G. Analisa Data
Tujuan dilakukan analisa data adalah untuk mengolah data dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, serta untuk menguji secara
statistik kebenaran hipotesis yang telah ditetapkan (Sumantri, 2011).Analisa
penelitian ini menggunakan analisis univariat yang bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
(Sumantri, 2011).Karakteristik responden meliputi jenis kelamin. Variabel
yang akan dianalisis univariat adalah gambaran pola makan dan kekambuhan
45
gejala gastritis dari mahasiswa yang menderita gastritis selama/setelah
mengikuti kegiatan organisasi DEMA-F di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
H. Etika Penelitian
Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung
dengan manusia, maka segi etika penelitiaan harus diperhatikan (Hidayat,
2008). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Informed concent
Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan.Informed concent tersebut diberikan sebelum penelitian
dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden.
Tujuan informed concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka
harus menanda tangani lembar persetujuan.Jika responden tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang
harus ada dalam informed concent tersebut antara lain: partisipasi
responden, tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan,
komitmen, prosedur pelaksaksanaan, potensial masalah yang akan
terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-
lain.
2. Tanpa nama (Anonimity)
46
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminandalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
47
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum tempat penelitian
Universitas Islam Negeri adalah sebuah Universitas yang
bberlandaskan keislaman yang didirikan pada tanggal 01 juni 1957 yang
dikenal dengan sebutan UIN Jakarta.Universitas Islam Negeri ini terletak
di Tangerang Selatan yang berada di jalan. Ir. H. Djuanda No. 95,
Cempaka Putih, Ciputat Timur. Kawasan Universitas ini sangat strategis
lokasinya karena berada ditengah kota.
Universitas Islam Negeri memiliki visi menjadi universitas kelas
dunia dengan keunggulan integrasi keilmuan, keislaman, dan
keindonesiaan. Dan bertujuan untuk: 1. Meningkatkan kinerja pendidikan
dan pengajarana yang berdampak terhadap peningkatan mutu dan
kompetensi lulusan, 2. Meningkatkan kinerja penelitian, publikasi ilmiah,
dan pengabdian kepada masyarakat secara sinergis dalam rangka
peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan, 3. Meningkatkan
koordinasi dan memangun sinergi antar-unit untuk penguatan struktur dan
kultur organisasi, 4. Meningkatkan penegakan prinsip-prinsip tatakelola
Universitas yang baik pada semua area manajerial. Program akademik
pada Universitas Islam Negeri ini terdiri dari 11 fakultas, diantaranya;
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Adan dan Humaniora,
Fakultas Ushuluddin, Fakultas Syariah dan Hukum, Fakultas Dakwah dan
48
Ilmu Komunikasi, Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Psikologi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Analisa univariat bertujuan menggambarkan secara sistematis,
fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara aktual
dan cermat. Analisa univariat ini terdiri dari: jenis kelamin responden, pola
makan yaitu frekuensi makan, waktu makan, jenis makanan atau
minuman, dan kekambuhan gejala gastritis. Jumlah total sampel dari
mahasiswa organisasi DEMA-F UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berdasarkan kriteria inklusi adalah sebanyak 45 responden dan tidak ada
data yang hilang (missing) baik jenis kelamin responden, pola makan yaitu
frekuensi makan, waktu makan, jenis makanan atau minuman, dan
kekambuhan gejala gastritis.
49
A. Gambaran karakteristik mahasiswa yang mengalami gastritis
dijelaskan di bawah ini:
1. Jenis kelamin
Tabel 5.1
Distribusi mahasiswa pengurus DEMA-F yang menderita gastritis
berdasarkan Jenis kelamin di UIN Jakarta Tahun 2017
Jenis kelamin Frekuensi
Jumlah (n) Persen (%)
Laki-laki
Perempuan
6
39
13.3
86.7
Total 45 100
Berdasarkan data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa hampir
semua mahasiswa organisasi di UIN yang menderita gastritis adalah
perempuan, yaitu sebanyak 86,7% dan sisanya adalah laki-laki
sebanyak 13.3%.
2. Frekuensi makan
Tabel 5.2
Distribusi mahasiswa pengurus DEMA-F yang menderita gastritis
berdasarkan Frekuensi makan
Frekuensi makan Frekuensi
Jumlah (n) Persen (%)
≥2 kali sehari
<2 kali sehari
27
18
60.0
40.0
Total 45 100
50
Berdasarkan data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa lebih dari
separuh mahasiswa yang menderita gastritis mengalami frekuensi
makan yang baik (>2 kali sehari) yaitu sebanyak 27 responden (60,0%)
dan sisanya adalah yang memilki frekuensi makan <2 kali sehari
sebanyak 18 responden (40,0%).
3. Waktu makan
Tabel 5.3
Distribusi mahasiswa pengurus DEMA-F yang menderita gastritis
berdasarkan Waktu Makan di UIN Jakarta Tahun 2017
Waktu makan Frekuensi
Jumlah (n) Persen (%)
Teratur
Tidak teratur
5
40
11.1
88.9
Total 45 100
Berdasarkan data pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa hampir
semua mahasiswa pengurus DEMA-F yang menderita gastritis
memiliki jadwal waktu makan yang tidak teratur yaitu sebanyak 40
responden (88.9%) dan sisanya ialah mahasiswa yang memilki jadwal
waktu makan yang terartur sebanyak 5 responden (11.1%).
51
4. Jenis makanan/minuman yang mengiritasi
Tabel 5.4
Distribusi mahasiswa pengurus DEMA-F yang menderita gastritis
berdasarkan Jenis Makan di UIN Jakarta Tahun 2017
Jenis makanan/minuman Frekuensi
Jumlah (n) Persen (%)
Mengiritasi
Tidak mengiritasi
16
29
35.6
64.4
Total 45 100
Berdasarkan data pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa 16 (35,6%)
dari 45 responden memiliki kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan
dan minuman yang bersifat iritatif dan sisanya 29 responden (64,4%)
memiliki kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan/minuman yang
tidak iritatif seperti makanan pedas, asam dan minuman seperti kopi,
the, soda dan alkohol.
5. Kekambuhan gejala gastritis
Tabel 5.5
Distribusi mahasiswa pengurus DEMA-F yang menderita gastritis
berdasarkan Kekambuhan Gejala Gastritis di UIN Jakarta Tahun
2017
Kekambuhan gejala Frekuensi
Jumlah (n) Persen (%)
Rutin
Tidak rutin
23
22
51.1
48.9
Total 45 100
52
Berdasarkan data pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa mayoritas
mahasiswa pengurus DEMA-F yang menderita gastritis mengalami
kekambuhan gejala gastritis secara rutin sebanyak 23 responden
(51.1%) dan sisanya sebanyak 22 responden (48,9%) tidak mengalami
kekambuhan secara rutin.
6. Jenis kelamin dan jenis makanan/minuman yang mengiritasi
Tabel 5.6
Distribusi mahasiswa pengurus DEMA-F yang menderita gastritis
berdasarkan Jenis kelamin dan Jenis makan
Jenis kelamin
Jenis makan
Total Mengiritasi
Tidak
mengiritasi
N % N % N %
Laki-laki 5 83.3 1 16.7 6 100.0
Perempuan 11 28.2 28 71.8 39 100.0
Total 16 35.6 29 64.4 45 100.0
Berdasarkan data pada tabel 4.6 dilihat dari jenis kelamin
menunjukkan bahwa mayoritas responden perempuan memilki
kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan tidak mengiritasi yaitu
sebanyak 28 responden (71,8%). Sedangkan responden laki-laki
mayoritas memiliki kebiasaan mengkonsusmsi jenis makanan yang
mengiritasi sebanyak 5 responden (83,3%).
53
7. Jenis kelamin dan kekambuhan gejala gastritis
Tabel 5.7
Distribusi mahasiswa pengurus DEMA-F yang menderita gastritis
berdasarkan Jenis kelamin dan Kekambuhan gejala
Jenis kelamin
kekambuhan gejala gastritis
Total Rutin
Tidak
rutin
N % N % N %
Laki-laki 4 66.7 2 33.3 6 100.0
Perempuan 19 48.7 20 51.3 39 100.0
Total 23 51.1 22 48.9 45 100.0
Berdasarkan data pada tabel 4.7 dilihat dari jenis kelamin
responden yang memiliki kekambuhan gejala secara rutin mayoritas
ialah laki-laki sebanyak 66,7% dan perempuan sebanyak 48,7%.
Sedangkan responden yang memiliki kekambuhan gejala tidak rutin
mayoritas adalah perempuan sebanyak 51,3% dan laki-laki sebanyak
33,3%.
54
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.
Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang dikaitkan
dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian
akan memaparkan keterbatasan yang terjadi selama penelitian.
A. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan
gizi, sehingga ada hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya gastritis
(Apriadji, 1986). Jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi
seseorang. Pertumbuhan dan perkembangan individu sangat berbeda antara
laki-laki dan perempuan (Worthington, 2000).
Dilihat dari hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
terhadap mahasiswa organisasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didapatkan
dari 45 responden bahwa hampir semua responden berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 39 responden (86,7%) dan sisanya adalah laki-laki
sebanyak 6 responden (13,3%).
Hal ini menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak menderita gastritis
daripada laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rahma dkk (2012) yang mengatakan bahwa responden dengan
jenis kelamin perempuan lebih banyak menderita gastritis, yaitu sebesar
55
55,8%. Hal ini disebabkan oleh karena perempuan lebih memperhartikan citra
tubuhnya sehingga banyak dari mereka yang menunda bahkan mengurangi
porsi makan sesuai kebutuhannya agar memiliki porsi tubuh yang sempurna.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pancardo dkk pada tahun 2012 di Mexico yang dikutip dari Pasaribu (2014)
melaporkan bahwa perempuan lebih besar risiko terkena gastritis dari pada
laki-laki. Hal ini disebakan oleh karena perempuan lebih sering
mengkonsumsi makanan dan minuman iritatif, puasa panjang, terlambat
makan dan stress.Hal ini diakibatkan oleh banyak faktor, seperti aktivitas
yang padat, kurangnya kepedulian dan pengetahuan akan makan yang sehat
(Sebayang, 2012).
Hasil penelitian ini didapatkan karena perempuan juga lebih sering
mengalami masalah/perubahan psikologis seperti stres. Stress yang dialami
seseorang dapat menimbulkan kecemasan yang erat kaitannya dengan pola
hidup. Gangguan kecemasan dapat menyebabkan berbagai respon fisiologis,
diantaranya gangguan pencernaan (Ika, 2010). Seseorang yang mengalami
stres sampai depresi terjadi peningkatan acetylcholine yang mengakibatkan
hipersimpatotonik system gastrointestinal yang akan menimbulkan
peningkatan peristaltik dan asam lambung yang menyebabkan hiperasiditas
lambung, kolik, vornitus, dan sebagian besar gejala gastritis dan ulkus
peptikum (Tarigan, 2003).
56
B. Frekuensi makan
Frekuensi makan merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan
makan dalam sehari baik makanan utama maupun makanan selingan.
Menurut Suhardjo (2002) frekuensi makan yang dikatakan baik bila frekuensi
makan setiap harinya 3 kali makanan utama atau 2 kali makanan utama
dengan 1 kali makanan selingan, dan dinilai kurang bila frekuensi makan
setiap harinya 2 kali makan utama atau kurang sehingga berisiko terjadinya
gastritis.
Dilihat dari hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi
makan terhadap mahasiswa organisasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
didapatkan bahwa dari 45 responden yang diteliti, jumlah responden yang
memiliki frekuensi makan yang baik sebanyak 27 responden (60.0%) dan
responden yang memiliki frekuensi makan kurang sebanyak 18 responden
(40.0%). Dari 27 responden yang frekuensi makannya baik terdiri dari 3 laki-
laki dan 24 perenpuan. Sedangkan 18 responden dengan frekuensi makan
yang kurang baik terdiri dari 3 laki-laki dan 15 perempuan.Mayoritas
frekuensi makan responden lebih banyak frekuensi makan yang baik pada
jenis kelamin perempuan dan laki-laki dibandingkan dengan frekuensi makan
yang kurang baik.
Hasil penelitian ini dikarenakan frekuensi makan seseorang tidak
langsung dapat menyebabkan terjadinya gastritis, akan tetapi bergantung pada
faktor-faktor lainnya, seperti kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi
responden, infeksi Heliobacter pylori, maupun stress. Bahan makanan yang
57
tersedia, serta mudah untuk mendapatkannya dan harga bahan makanan yang
cukup terjangkau oleh responden, membuat sebagian besar responden
memilki frekuensi makan yang baik (≥2kali sehari) (Pasaribu, 2014).
C. Waktu makan
Setiap fungsi tubuh mempunyai irama biologis (circadian rytme) yang
jam kerjanya tetap dan sistematis dalam siklus 24 jam per hari. Meskipun
sistem pencernaan sendiri memiliki 3 siklus yang secara simultan aktif,
namun pada waktu-waktu tertentu masing-masing skilus akan lebih intensif
dibandingkan siklus-siklus lainnya. Jika aktivitas salah satu siklus terhambat,
aktivitas berikutnya juga ikut terhambat. Hambatan ini besar pengaruhnya
terhadap proses metabolisme. Dalam kondisi normal, konsentrasi asam dan
aktivitas enzim pada lambung akan meningkat dan mencapai puncaknya
maksimal setiap 4 jam setelah makan dan kemudian menurun pada jam
berikutnya (Soehardi, 2004). Faktor diet dan sekresi cairan asam lambung
merupakan penyebab timulnya gastritis, jeda antara waktu makan merupakan
penentu pengisian dan pengosongan lambung.Jeda waktu makan yang baik
yaitu berkisar antara 4-5 jam.Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam,
maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga
dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar
epigastrium (Abata, 2014).
Dilihat dari hasil distriusi frekuensi responden berdasarkan waktu makan
terhadap mahasiswa organisasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didapatkan
bahwa dari 45 responden yang diteliti, jumlah responden yang memiliki
58
waktu makan yang tidak teratur sebanyak 40 responden (88,9%) dan sisanya
sebanyak 5 responden (11.1%) yang memiliki waktu makan yang teratur.
Dapat disimpulkan bawha mahasiswa organisasi di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta hampir semua memiliki waktu makan yang tidak teratur, baik itu
laki-laki maupun perempuan.
Hal ini dikarenakan aktivitas yang tinggi baik di sekolah/kampus maupun
diluar sekolah/kampus menyebabkan makan tidak teratur (Sayogo, 2007). Hal
ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2015)
mengatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara jadwal makan dengan
kejadian sindrom dyspepsia pada pada mahasiswa Fakultas Kesehatan
Universitas Sumatera Utara berdasarkan hasil uji chi-square dengan nilai
P=0,001. Waktu makan mahasiswa yang tidak teratur dikarenakan makan
pagi dan siang disatukan karena terlambat bangun atau kondisi keuangan
yang kurang baik (Mulia, 2010). Namun dari hasil wawancara penelitian
kepada beberapa responden mengatakan bahwa ketidakteraturan waktu
makannya dikarenakan sulit untuk mengatur dan membagi atau
menyempatkan waktu makannya disela kesibukannya dalam mengerjakan
tugas kuliah dan target program kerja dari organisasi yang mereka ikuti,
sehingga mahasiswa hanya sempat makan bila sebagian tugas telah selesai
atau saat mereka sudah merasakan rasa lapar yang sangat.
D. Jenis makan/minuman iritatif
Hasil penelitian dilihat distriusi frekuensi responden berdasarkan jenis
makanan terhadap mahasiswa organisasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
didapatkan bahwa dari 45 responden yang diteliti, jumlah responden yang
memiliki kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan/minuman yang mengiritasi
sebanyak 16 responden (35.6%) dan responden yang memilki kebiasaan
mengkonsumsi jenis makanan/minuman yang tidak iritatif sebanyak 29
responden (64.4%). Hasil penelitian dilihat dari jenis kelamin dan jenis
makanan yang mengiritasi didapatkan hasil laki-laki 5 (83.3%), perempuan
11 (28.2%) dan makanan yang tidak mengiritasi didapatkan hasil laki-laki 1
(16.7%), perempuan 28 (71.8%).Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa
mahasiswa organisasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kebanyakan tidak
menyukai ataupun memilki kebiasaan mengkonsumsi jenis
makanan/minuman iritatif.Laki-laki lebih banyak mengkonsumsi
makanan/minuman yang mengiritasi dan perempuan lebih banyak
mengkonsumsi makanan yang tidak iritatif.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa mahasiswa organisasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta lebih banyak tidak mengkonsumsi jenis makanan atau
minuman yang bersifat iritatif, dikarenakan tingginya tingkat kesadaran
mahasiswa akan penyakit gastritis yang sudah mereka miliki, jadi mereka
enggan untuk mengkonsumsi jenis makanan yang iritatif, dikarenakan akan
mempersulit dan membuat diri mereka menjadi semakin tidak sehat. Menurut
Hurlock (2000) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Umur merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang.Hasil
penelitian berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa laki-laki lebih sering
60
mengkonsumsi makanan pedas, asam dan minuman yang bersifat iritatif
seperti teh, kopi dan soda.Minuman bergas/ berkarbonasi yang bersifat asam,
memiliki pH sangat rendah (3-4). Dalam minuman berkarbonasi juga
ditambahkan kafein yang memiliki efek yang sama dengan kafein yang
terdapat dalam kopi, yaitu memproduksi asam lambung berlebih dan
mempercepat proses terbentuknya asam lambung. Hal ini membuat produksi
gas dalam lambung berlebih dan membuat perut terasa kembung (Rahma,
2012).Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu
(2014) mengatakan bahwa jenis makanan dan minuman iritatif dapat
meningkatkan sekresi asam lambung dan menginfeksi H. pylori seagai flora
normal pada saluran penernaan.Selanjutnya dari jenis makanan dan minuman
iritatif tersebut juga dapat membawa Helicobacter pylori melalui fecal-oral
untuk mengiritasi lambung dan timbul gastritis.
E. Kekambuhan gejala gastritis
Hasil distriusi frekuensi responden berdasarkan kekambuhan gejala
terhadap mahasiswa organisasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didapatkan
bahwa dari 45 responden yang diteliti, jumlah responden yang memiliki
kekambuhan gejala rutin (3 atau >4 x dalam seminggu) sebanyak 23
responden (51.1%) dan responden yang memiliki kekambuhan gejala tidak
rutin (<2x dalam seminggu) sebanyak 22 responden (48.9%). Hasil penelitian
berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak
mengalami kekambuhan gejala secara rutin 4 (66.7%), sedangkan perempuan
lebih banyak mengalami gejala tidak rutin sebanyak 20 (51.3%)
61
responden.Hasil penelitian ini dapat disimpulkah bahwa mahasiswa
organisasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta lebih banyak
yang memiliki kekambuhan gejala gastritis secara rutin dengan dominan laki-
laki.
Kebanyakan mahasiswa organisasi UIN yang mengalami kekambuhan
gejala rutin dikarenakan dikarenakan responden sering menunda dan
mengabaikan waktu makan atau saat lambung harus diisi.Hal ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lim dll (2012) yang mengatakan
bahwa ketidakteraturan waktu makan dikaitkan dengan peningkatan risiko
gastritis. Hal lain juga disampaikan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Zakaria (2013) dengan hasil responden yang memilki kebiasaan makan buruk
mencapai 72,1%. Hal ini disebabkan karena responden tidak menunjukkan
perilaku baik untuk mencegah gastritis dalam upaya menjaga kesehatan. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mawey (2014) mengatakan bahwa hasil
penelitianya juga sesuai dengan kenyataan bahwa siswa seringkali
mengabaikan keiasaan makan yang baik dan tidak melakukan pencegahan
gastritis sebagai upaya menghindari terjadinya penyakit gastritis dengan
dibuktikannya siswa sering mengkonsumsi makanan pedas, asam dan tidak
tepat waktu, dan mengkonsumsi minuman bersoda, kopi dan minuman
beralkohol.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak mengalami
kekambuhan gejala gastritis secara rutin darpada perempuan, hal ini
dikarenakan laki-laki kurang toleran terhadap gejala-gejala yang kambuh
62
yang mereka rasakan.Selain itu laki-laki juga kurang memperdulikan terhadap
hal-hal yang dapat menyebabkan kekambuhan dari penyakit gastritis yang
mereka miliki. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2014)
mengatakan bahwa responden tidak memiliki pilihan makanan lain untuk
dikonsumsi. selain itu, keinginan besar untuk mengkonsumsi beberapa jenis
makanan dan minuman iritatif yang berisiko gastritis tidak dapat dihindarkan,
sehingga jenis makanan tersebut masih sering dikonsumsi oleh responden.
Hal lainnya disebabkan oleh menjamurnya pusat perbelanjaan yang membuat
responden sering mengkonsumsi makanan cepat saji dan minuman iritatif.
F. Keterbatasan penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi keterbbatasan
penelitian ini.Keterbbatasan ini dapat berasal dari peneliti sendiri maupun
keterbatasan instrument yang ada. Berikut ini adalah keterbbatasan yang ada
pada penelitian:
1. Secara teoritis banyak sekali masalah yang harus diteliti dalam masalah
gastritis dikalangan remaja, tetapi karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana
penelitian, maka peneliti ini hanya meneliti beberapa variabel yang terkait
dengan gastritis yaitu pola makan (frekuensi makan, waktu makan dan jenis
makanan//minuman iritatif), kekambuhan gejala gastritis dan jenis kelamin.
2. Dalam pertanyaan mengenai pola makan, peneliti tidak menggunakan
pertanyaan terbuka peneliti menggunakan pertanyaan yang sudah
dikategorikan.
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya maka
peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Mahasiswa pengurus DEMA-F di UIN Jakarta tahun 2017 yang
menderita gastritis dari 45 responden mayoritas adalah jenis kelamin
perempuan sebanyak 39 responden (86,7%) dibandingkan jenis
kelamin laki-laki.
2. Mahasiswa pengurus DEMA-F di UIN Jakarta tahun 2017 yang
menderita gastritis diketahui bahwa dari 45 responden mayoritas
mahasiswa memilki frekuensi makan baik (≥ 2 kali sehari) yaitu
sebanyak 27 responden (60,0%) dibandingkan dengan frekuensi makan
yang kurang (<2 kali sehari).
3. Mahasiswa pengurus DEMA-F di UIN Jakarta tahun 2017 yang
menderita gastritis diketahui bahwa hampir semua responden memilki
waktu makan yang tidak teratur sebanyak 40 (88,9%) dari 45
responden dibandingkan dengan responden yang memilki waktu
makan yang teratur.
4. Mahasiswa pengurus DEMA-F di UIN Jakarta tahun 2017 yang
menderita gastritis diketahui bahwa mahasiswa yang memilki
kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan atau minuman iritatif
64
5. sebanyak 16 responden (35,6%) dibandingkan dengan yang bersifat
non iritatif.
6. Mahasiswa pengurus DEMA-F di UIN Jakarta tahun 2017 yang
menderita gastritis diketahui bahwa mayoritas mahasiswa memiliki
kekambuhan gejala gastritis secara rutin sebanyak 23 responden
(51,1%) dibandingkan dengan yang tidak rutin.
B. SARAN
1. Bagi instansi pelayanan kesehatan, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai landasan promosi dan preventif kesehatan mengenai pola
makan yang baik terkait kejadian gastritis.
2. Bagi institusi pendidikan keperawatan, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi landasan dan acuan serta sumber informasi dalam
mengembangkan ilmu pembelajaran mengenai pola makan dan
kejadian gastritis.
3. Bagi peneliti lain, diharapkan mengikutsertakan variabel-variabel lain
yang diduga berhubungan dengan terjadinya gastritis yang belum dapat
diteliti pada penelitian ini, seperti variabel rokok, helicobacter pylori,
AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) dan stress psikis/fisik.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abata, Qorry A. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Madiun.Al-Furqon.
Alfiana, Arini D. 2013.Regulasi Diri Mahasiswa Ditinjau Dari Keikutsertaan
dalam Organisasi Kemahasiswaan. Malang: Fakultas Psikologi UMM.
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Angkow, Julia, dkk. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Kota Manado: Fakultas
Keperawatan Universitas Sam Ratulangi Manado.
Apriadji, Wied H. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta: P.T. Penebar Swadaya Anggota
IKAPI.
Bahria & Triyanti. 2010. Faktor-faktor yang Terkait dengan Konsumsi Buah dan
Sayur pada Remaja di 4 SMA Jakarta Barat. FKM UI.
Beck, E. 2011.Ilmu Gizi dan Diet: Hubungannya Dengan Penyakit-Penyakit
Untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta: ANDI.
Boediman, Drajat. 2009. Sehat Bersama Gizi. Jakarta:Sagung Seto.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Digiulio, Mary. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha
publishing.
Duha, Timotius. Perilaku Organisasi. 2016. Yogyakarta. Deepublish.
66
Feldman, Mark, dkk. 2010. Gastrointestinal And Liver Disease: Pathophysiology/
Diagnosis/ Management. United States of America: Elsevier.
Ginting, A. 2008. Pengaturan Proses Sistem Gastrointestinal. Repository.ac.id.
Diakses tanggal 12 September 2016.
Gustin, Rahmi K. 2011.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Gastritis pada Pasien Berobat Jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota
Bukittinggi Tahun 2011.Bukittinggi.
Hurlock E.B. 1997. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Hartati, Suryani & Cahyaningsih, Eka.2013. Hubungan Perilaku Makan dengan
Kejadian Gastritis pada Mahasiswa AKPER Manggala Husada Jakarta Tahun
2013. Jakarta.
Hudha, L. 2006. Hubungan antara Pola Makan dan Aktiitas Fisik Terhadap
Obesitas pada RemajaKelas II SMP Theresiana I Yayasan Bernadus
Semarang. Lib.unnes.ac.id
Ika.2010. Hubungan Kecemasan dan Tipe Kepribadian Introvert dengan
Dyspepsia Fungsional.
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika.
Jauhari, Rapida, dkk. 2014. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis di
Puskesmas Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo: FIKK UNG.
67
Kasjono, Heru Subaris & Yasril.2009. Teknik Sampling Untuk Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Khotimah, Nurul & Ariani, Yesi. 2011. Sindroma Dispepsia Mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Sumatera: Fakultas Keperawatan
USU.
Krori, Smita Deb. 2011. Deelopmental Psycology, dalam Hemeopathic journal
Lestari, Eka P. 2016. Pola Makan Salah Penyebabb Gastritis pada Remaja.
Malang. Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.
Lim SL, et al. 2013. Irregular Meal Timing is Associated With Helicobacter
Pylory Infection and Gastritis.
Lutfiana, Ariful Hudha. 2007. Hubungan Antara Stress, Kebiasaan Makan
dengan Frekuensi Kekambbuhan Gastritis di Puskesmas Ngenep Kecamatan
Karang Ploso Kabupaten Malang. Depok: FKM UI.
Mawey, Kevin B, dkk. 2014. Hubungan Kebiasaan Makan dengan Pencegahan
Gastritis pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Likupang.FK Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Mitayani & Sartika, Wiwi. 2013. Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta: Trans Info Media
.
Mulia, A. 2010.Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Status Gizi Mahasiswa
Pendidikan Tekhnologi Kimia Industri (PTKI) Medan Tahun 2010.
Muttaqin, Arif& Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
68
Nasution, Kurniati N, dkk. 2015. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian
Sindrom Dispepsia pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Tahun 2015. Medan.
Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Oktaviani, W. 2011.Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis pada
MahasiswaS1 Keperawatan Program AFikes UPN.Veteran. Jakarta.
Skripsi.FKIK UPN Veteran.
Pasaribu, PM. 2014. The Relationship Between Eating Habits With The Gastritis
At The Medical Faculty Level Og Student 2010 Sam Ratulangi University
Manado.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Pratomo, Arief & Hidayati, Maftuhah Y. 2014.Karakter dan Keaktifan
Berorganisasi dalam Penccapaian Indeks Prestasi Komulatif Mahasiswa
PGSD FKIP UMS.
Priyanto, Agus. 2008. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.
Putri, Mahaji SR, dkk. 2010.Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis
pada Pasien di Uniersitas Muhammadiyah Malang Medical Center (UMC).
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Trihuwana Tunggadewi Malang.
Rahma M. Ansar J. Rismayanti. 2012. Faktor Risiko Kejadian Gastritis di
Wilayah Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa.
Robbbins. 2013. Buju Ajar Patologi. Jakarta: EGC.
69
Rosyidah, Hikmah& Wijayanti, Lono. 2011. Hubungan Antara Personal
Preference dalam Penerapan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis pada
Mahasiswa STIKES YARSIS.
Saufika, Anita, dkk. 2012. Gaya Hidup dan Kebiasaan Makan Mahasiswa:
Fakultas Ekologi Manusia. Bogor.
Sebayang, Natalia A. 2012. Gambaran Pola Konsumsi Makanan Mahasiswa di
Universitas Indonesia. FIK UI.
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Soehardi, S. 2004. Memelihara Kesehatan Jasmani Melalui Makanan. Bandung:
ITB.
Soetjiningsih.2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto.
Sopiyudin.2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba
Medika.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatid dan RND. Bandung:
Alfabeta.
Tapia Pancardo D, Jesus Sandoval R, et al. 2012. Identification of Life Habits
Factors As Risk for Gastritis and Colitis Occurrence in a Mastizo Population
of Chabeklumil: Chiapas. Mexico. Open J Nursing.
70
Tarigan, C. 2003. Perbedaan Depresi pada Pasien Dyspepsia Fungsional dan
Dyspepsia Organik.Diunduh tanggal 09 Juni 2017.
Wahyu, Duwi, dkk. 2015. Pola Makan Sehari-Hari Penderita Gastritis. Malang:
Poltekes Kemenkes Malang.
Wijaya, Andra S & Putri, Yessie M. 2013.Keperawatan Medikan Bedah.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fitriah Yatmi
NIM : 1113104000018
Alamat : Jl. Kh Mu’min rt 06/09 belendung, benda, kota tangerang
Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Pola Makan
dan Kejadian Gastritis pada Mahasiswa Organisasi di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta”.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola makan mahasiswa
organisasi terkait dengan gastritis. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa
kuesioner untuk proses pengumpulan data.
Saya berharap teman-teman semua dapat menjawab pertanyaan pada kuesioner ini
dengan jujur. Identitas maupun jawaban yang diberikan akan dijamin
kerahasiaannya. Atas kesediaannya saya mengucapkan terimakasih.
Ciputat,…. Maret 2017
(………………………………)
Responden
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Usia :
Setelah membaca penjelasan yang diberikan oleh peneliti, saya bersedia ikut
berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul
“Gambaran Pola Makan dan Kejadian Gastritis pada Mahasiswa Organisasi di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.
Saya menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini dilakukan secara
sukarela dan tidak akan merugikan saya. Saya menyadari bahwa segala informasi
pada penelitian ini adalah rahasia dan hanya digunakan untuk tujuan
penelitian.Dengan demikian saya bersedia menjadi responden penelitian.
Ciputat,…. Maret 2017
(………………………………)
Responden
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN POLA MAKAN DAN KEJADIAN GASTRITIS PADA
MAHASISWA ORGANISASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh: Fitriah Yatmi / 1113104000018
Nomor Sampel :
Tanggal pengisian :
Umur :
Jenis kelamin : P / L * (*lingkari salah satu)
Kontak (Telp/HP) :
A. FREKUENSI MAKAN
Berikan tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d sesuai dengan jawabban
anda.Isilah berdasarkan kebiasaan sehari-hari anda selama mengikuti
kegiatan organisasi.
1. Berapa kali anda makan dalam satu hari?
a. > 3 kali c. < 2 kali
b. 2-3 kali d. tidak tentu
2. Apakah anda makan secara teratur?
a. Ya, rutin setiap hari (terjadwal)
b. Ya, kalau ke sekolah (hari-hari kuliah)
c. Ya, tetapi jarang
d. Tidak, hanya makan jika terasa lapar
3. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan tambahan/snack
(misalnya: susu, biscuit, roti, buah, jajanan, dll)?
a. Ya, rutin setiap hari
b. Ya, kadang-kadang
c. Ya, kalau hanya ada kegiatan/ sedang sibuk
d. Tidak pernah
4. Apakah anda sedang/pernah menjalani diet atau usaha menurunkan
berat badan?
a. Tidak, saya tetap makan sesuai kebiasaan saya setiap hari.
b. Ya, kadang-kadang membatasi konsumsi makanan tertentu
(misalnya: nasi, daging, susu,, dll) untuk berdiet.
c. Ya, saya kadang-kadang menghindari makan (makan siang/makan
malam) untuk berdiet.
d. Ya, saya selalu melaksanakan diet dan membatasi makanan
seminimal mungkin.
B. WAKTU MAKAN
1. Berapa lama jeda antara waktu makan anda biasanya?
a. 4-5 jam c. 8-9 jam
b. 6-7 jam d. tidak tentu
2. Apakah anda terbiasa sarapan pagi?
a. Ya, rutin setiap hari (terjadwal)
b. Ya, jika akan beraktiitas (hari-hari kuliah)
c. Ya, kalau lapar
d. Tidak pernah sama sekali
C. JENIS MAKANAN YANG MENGIRITASI
Kafein
1. Apakah anda memiliki kebiasaan minum teh?
a. Tidak
b. Ya, tetapi jarang < 1 cangkir per hari atau ≤ 5cangkir per minggu
c. Ya, 1-2 cangkir per hari
d. Ya, ≥ 3 cangkir per hari
2. Apakah anda memiliki kebiasaan minum kopi?
a. Tidak
b. Ya, tetapi jarang < 1 cangkir per hari atau ≤ 5cangkir per minggu
c. Ya, 1-2 cangkir per hari
d. Ya, ≥ 3 cangkir per hari
Soda
3. Apakah anda memiliki kebiasaan minum minuman bersoda (cola,
Fanta, sprite, dll)?
a. Tidak
b. Ya, tetapi jarang < 1 botol kecil//kaleng per hari, > 3 botol
kecil/kaleng per
Minggu
c. Ya, 1-2 botol kecil/kaleng per hari
d. Ya, ≥ 3 botol kecil//kaleng per hari
Alcohol
4. Apakah anda memiliki kebiasaan minum alkohol?
a. Tidak
b. Ya, tetapi jarang < 1 cangkir per hari atau ≤ 5cangkir per minggu
c. Ya, 1-2 cangkir per hari
d. Ya, ≥ 3 cangkir per hari
Pedas
5. Apakah anda memilki kebiasaan makan makanan pedas?
a. Tidak
b. Ya, tetapi jarang ≤ 5 kali per hari mengkonsumsi makanan pedas
c. Ya, 1-2 kali per hari mengkonsumsi makanan pedas
d. Ya, ≥ 3 kali per hari mengkonsumsi makanan pedas
Asam
6. Apakah anda memilki kebiasaan makan makanan asam?
a. Tidak
b. Ya, tetapi jarang ≤ 5 kali per hari mengkonsumsi makanan asam
c. Ya, 1-2 kali per hari mengkonsumsi makanan asam
d. Ya, ≥ 3 kali per hari mengkonsumsi makanan asam
D. GEJALA GANGGUAN LAMBUNG
Petunjuk pengisian: berikan tanda checklist (√) pada kolom berikut, sesuai
jawaban anda.
Tidak pernah : sama sekali tidak pernah merasakan gejala
Jarang : bila mengalami gejala sebanyak 1-2 kali
dalam seminggu
Kadang-kadang : bila mengalami gejala sebanyak 3-4 kali
dalam seminggu
Sering : bila mengalami gejala sebanyak > 4x
dalam seminggu atau hampir setiap hari
No Gejala Tidak
pernah
Jarang
12x//minggu
Kadang-
kadang
3-4x/minggu
Sering
>4x/minggu
1 Sakit/nyeri/rasa tidak
enak di ulu hati/perut
bagian atas
2 Rasa panas
terbakar/tidak nyaman
di bagian dada/bawah
tulang dada
3 Kembung setelah
makan dengan porsi
biasa
4 Perut penuh, cepat
kenyang
5 Mual
6 Muntah
7 Sering bersendawa
Lampiran 4
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.829 4
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
frekuensi1 6.27 8.133 .735 .747
frekuensi2 6.53 7.085 .836 .692
frekuensi3 6.83 8.213 .709 .759
frekuensi4 7.77 12.116 .387 .881
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.628 2
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
waktu1 2.03 .861 .479 .a
waktu2 2.87 1.568 .479 .a
a. The value is negative due to a negative average covariance
among items. This violates reliability model assumptions. You may
want to check item codings.
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.877 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
jenis1 10.93 9.099 .756 .843
jenis2 10.87 8.878 .905 .820
jenis3 10.90 9.266 .642 .863
jenis4 10.93 9.306 .650 .861
jenis5 10.73 8.616 .685 .858
jenis6 10.80 10.924 .503 .882
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.746 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
gejala1 8.07 7.720 .429 .729
gejala2 8.73 7.926 .666 .674
gejala3 8.40 7.834 .469 .714
gejala4 7.90 7.610 .389 .747
gejala6 8.33 7.402 .591 .679
gejala7 8.73 8.754 .477 .718
Lampiran 5
Normalitas data
Descriptives
Statistic Std. Error
skor_frekuensi Mean 11.67 .216
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 11.23
Upper Bound 12.10
5% Trimmed Mean 11.72
Median 12.00
Variance 2.091
Std. Deviation 1.446
Minimum 8
Maximum 14
Range 6
Interquartile Range 2
Skewness -.608 .354
Kurtosis -.332 .695
skor_waktu Mean 4.16 .260
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 3.63
Upper Bound 4.68
5% Trimmed Mean 4.07
Median 3.00
Variance 3.043
Std. Deviation 1.745
Minimum 2
Maximum 8
Range 6
Interquartile Range 2
Skewness .772 .354
Kurtosis -.560 .695
skor_jenis Mean 19.80 .333
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 19.13
Upper Bound 20.47
5% Trimmed Mean 19.89
Median 20.00
Variance 4.982
Std. Deviation 2.232
Minimum 14
Maximum 24
Range 10
Interquartile Range 3
Skewness -.661 .354
Kurtosis .203 .695
skor_gejala Mean 18.56 .582
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 17.38
Upper Bound 19.73
5% Trimmed Mean 18.69
Median 18.00
Variance 15.253
Std. Deviation 3.905
Minimum 8
Maximum 25
Range 17
Interquartile Range 4
Skewness -.476 .354
Kurtosis .013 .695
Frekuensi makan
Waktu makan
Jenis makanan
Kekambuhan gejala
Lampiran 6
jenis_kelamin
Freque
ncy Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Perempua
n
39 86.7 86.7 86.7
Laki-laki 6 13.3 13.3 100.0
Total 45 100.0 100.0
Statistics
kategori_frekuen
si
kategori_wak
tu
kategori_jeni
s
kategori_geja
la
N Valid 45 45 45 45
Missing 0 0 0 0
kategori_frekuensi
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid <2 kali sehari 18 40.0 40.0 40.0
>2 kali sehari 27 60.0 60.0 100.0
Total 45 100.0 100.0
kategori_waktu
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid teratur 5 11.1 11.1 11.1
tidak teratur 40 88.9 88.9 100.0
Total 45 100.0 100.0
kategori_jenis
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid mengiritasi 16 35.6 35.6 35.6
tidak
mengiritasi
29 64.4 64.4 100.0
Total 45 100.0 100.0
kategori_gejala
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid rutin 23 51.1 51.1 51.1
tidak rutin 22 48.9 48.9 100.0
Total 45 100.0 100.0
jenis_kelamin * kategori_jenis Crosstabulation
kategori_jenis
Total
mengiritasi
tidak
mengiritasi
jenis_kelamin perempuan Count 11 28 39
% within
jenis_kelamin
28.2% 71.8% 100.0%
laki-laki Count 5 1 6
% within
jenis_kelamin
83.3% 16.7% 100.0%
Total Count 16 29 45
% within
jenis_kelamin
35.6% 64.4% 100.0%
jenis_kelamin * kategori_gejala Crosstabulation
kategori_gejala
Total rutin tidak rutin
jenis_kelamin perempuan Count 19 20 39
% within
jenis_kelamin
48.7% 51.3% 100.0%
laki-laki Count 4 2 6
% within
jenis_kelamin
66.7% 33.3% 100.0%
Total Count 23 22 45
% within
jenis_kelamin
51.1% 48.9% 100.0%