POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA...

152
i POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA DI DUSUN LEGOWO DESA DUREN KECAMATAN BANDUNGAN Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) SKRIPSI OLEH: DINA RAHAYU NIM. 43010-15-0055 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Transcript of POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA...

Page 1: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

i

POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN

SAPTA DARMA DI DUSUN LEGOWO DESA DUREN

KECAMATAN BANDUNGAN

Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

SKRIPSI

OLEH:

DINA RAHAYU

NIM. 43010-15-0055

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2019

Page 2: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

ii

Page 3: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

iii

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lampiran : 4 (Empat) Eksemplar Salatiga, 9 Agustus 2019

Hal : Naskah skripsi

a.n Sdri. Dina Rahayu

Kepada

Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya bersama ini saya

kirimkan skripsi saudari:

Nama : Dina Rahayu

NIM : 43010-15-0055

Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Judul : Pola Komunikasi Penghayat Kepercayaan Sapta Darma

di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan

Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan Fakultas Dakwah agar

skripsi saudari tersebut dapat dimunaqasyahkan dan atas perhatian Bapak kami

ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

PEMBIMBING

Dr. Mukti Ali, S.Ag., M.Hum.

NIP.197509052001121001

Page 4: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

iv

Page 5: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

v

.

Page 6: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

vi

ABSTRAK

Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat Kepercayaan Sapta Darma di

Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan. Skripsi. Salatiga:

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Institut

Agama Islam (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Mukti Ali, S.Ag., M.Hum.

Kata Kunci: Pola Komunikasi, Penghayat Kepercayaan, Sapta Darma.

Penelitian ini membahas tentang Pola Komunikasi Penghayat Kepercayaan

Sapta Darma di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan, dengan

rumusan masalah (1) Bagaimana pola komunikasi penghayat kepercayaan Sapta

Dharma di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan dengan pribadinya,

(2) Bagaimanakah pola komunikasi penghayat kepercayaan Sapta Dharma di

Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan dengan anggota keluarganya,

(3) Bagaimana pola komunikasi penghayat kepercayaan Sapta Dharma di Dusun

Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan dengan masyarakat.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian

untuk menelaah sikap atau perilaku dalam lingkungan alamiah, menghasilkan data

deskriptif baik lisan maupun tulisan dari orang-orang yang diamati. Teknik

pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk menguji

keabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik Triangulasi yaitu

membandingkan keabsahan data antara sumber, teori, maupun metode penelitian.

Data yang ada dianalisis menggunakan “model of”, artinya realitas fenomena sosial

budaya komunikasi ditafsirkan atau dipahami kemudian ditarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penghayat Sapta Darma di Dusun

Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan menggunakan Memayu Hayuning

Pribadi sebagai pola komunikasi dengan pribadinya. Upaya Memayu Hayuning

Pribadi dilakukan dengan hening (ening), tukar hawa, tukar rasa, dan racut. Ini

bertujuan untuk menentramkan hati dan pikiran, menghilangkan rasa lelah serta

menjadikan diri (pribadi) menjadi lebih baik. (2) Penghayat Sapta Darma di Dusun

Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan menggunakan Memayu Hayuning

Keluarga sebagai pola komunikasi keluarga (3) Penghayat Sapta Darma di Dusun

Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan menggunakan Memayu Hayuning

Bawana sebagai pola komunikasi dengan masyarakat.

Page 7: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

vii

MOTTO

لكم دينكم ولي دين “Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku”

(QS. Al Kafirun: 6)

Negeri ini, Republik Indonesia, bukanlah milik suatu golongan,

bukan milik suatu agama, bukan milik suatu kelompok etnis, bukan

juga milik suatu adat-istiadat tertentu, tapi milik kita semua dari

Sabang sampai Merauke!

(Ir. Soekarno)

Agama tidak melarang sesuatu perbuatan kalau perbuatan itu tidak

merusak jiwa. Agama tidak menyuruh, kalau suruhan tidak membawa

selamat dan bahagia jiwa

(Buya Hamka)

Page 8: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya

sehingga tugas akhir ini selesai. Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Ibuku tercinta Sujimah, Ayahku tercinta Juhroni, kakak-kakakku tercinta

Rina Setyawati, Rizki Zuliati, M. Nur Abidin, yang selalu memberikan

dukungan dan mendidik dengan segala kasih sayangnya.

2. Keponakan tersayangku Risma Amelia, Septianana Rahmawati, Syafiq

Abdul Fattah; Mbak Akmi Sumarsih; keluarga besar Ayah dan Ibu yang

selalu menyuntikkan semangat dan turut mendidik dengan pelajaran

yang luar biasa.

3. Bapak Dr. Mukti Ali, S.Ag., M.Hum selaku dosen pembimbing skripsi.

4. Rizka Indah Anggarini, Ida Fadilah, dan Anita Anggraini yang selalu

memberikan dukungan dan motivasi.

5. Sahabat-sahabat saya Wakhid, Arip, Meli, Khoir, Ama, Ismi, Usi yang

tidak pernah bosan memberi canda tawa dan semanagat.

6. Teman-teman magang tersayang Trisnawati Diah Utami, Sofa Lailatul

Izza, Afif Jamaludin, Lakna Tulas UN, Humaida Fatwati dan keluarga

besar Jawa Pos Radar Semarang yang telah memberikan pengalaman

berharga selama 3 bulan di Semarang.

7. Sahabat Bedhes Oki Wariati, Tri Wahyuningsih, M Najmuzzaman,

Wawan Indarko, Bayu Aji P dan keluarga besar Lembaga Pers

Mahasiswa (LPM) Dinamika atas pengalaman berharga dan rangkulan

kekeluargaan yang telah mereka berikan.

8. Keluarga Pak Adi Pratikto dan seluruh warga penghayat Sapta Darma di

Kabupaten Semarang.

9. Teman-teman seperjuangan KPI angkatan 2015 yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu.

10. Semua pihak yang telah mendukung selesainya tugas akhir ini.

Page 9: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pola Komunikasi

Penghayat Kepercayaan Sapta Darma di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan

Bandungan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Sosial di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga.

Selama penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Mukti Ali, S.Ag., M. Hum., selaku Dekan Fakultas IAIN Salatiga

sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan arahan, nasehat,

dan motivasi kepada penulis.

3. Ibu Dra. Hj. Maryatin, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Komunikasi dan

Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Salatiga sekaligus Dosen Pembimbing

Akademik yang selalu memberikan bimbingan, nasehat, dan petunjuk kepada

penulis.

4. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga atas ilmu, motivasi, dan bantuan

yang telah diberikan.

5. Kepala Desa Duren yang telah memberikan perijinan selama penelitian.

6. Penghayat kepercayaan Sapta Darma di Dusun Duren dan Persatuan Warga

Sapta Darma (Persada) Kabupaten Seamarang atas bantuan kepada penulis

selama penelitian.

7. Teman-teman KPI angkatan 2015 atas pengalaman berharga selama bersama

kalian.

8. Para staf perpustakaan kampus tiga IAIN Salatiga.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam mengembangkan diri dan membantu

dalam penulisan skripsi ini, dalam bentuk apapun.

Page 10: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

x

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini

baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus

menambah pengetahuan bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca pada

umumnya. Amin.

Salatiga, 9 Agustus 2019

Penulis

Page 11: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LOGO INSTITUT ........................................................................................ ii

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

MOTTO ........................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN ......................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

E. Penegasan Istilah ................................................................................. 7

F. Kerangka Berpikir ............................................................................... 10

G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 18

B. Landasan Teori ....................................................................................... 21

1. Pola Komunikasi ............................................................................. 21

Page 12: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

xii

2. Komunikasi Intrapersonal ................................................................ 28

3. Komunikasi Interpersonal ................................................................ 31

4. Komunikasi Antarbudaya ................................................................ 33

5. Aliran Kebatinan ............................................................................. 34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................................... 39

B. Objek Penelitian .................................................................................. 40

C. Lokasi Penelitian ................................................................................ 40

D. Sumber dan Jenis Data ........................................................................ 41

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 42

F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 44

G. Pemeriksaan Keabsahan Data .............................................................. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 48

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 48

2. Aliran Kebatinan Sapta Darma ........................................................ 50

3. Ajaran Pokok Sapta Darma .............................................................. 59

4. Ibadah Penghayat Sapta Darma ........................................................ 64

B. Pembahasan ......................................................................................... 71

1. Pola Komunikasi Memayu Hayuning Pribadi ................................... 71

2. Pola Komunikasi Memayu Hayuning Keluarga ................................ 74

3. Pola Komunikasi Memayu Hayuning Bawana ................................. 85

4. Relevansi Ajaran Sapta Darma dengan Nilai-nilai Ajaran Islam ....... 100

A. Kesimpulan.......................................................................................... 105

B. Saran .................................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Duren Kecamatan Bandungan .................................... 49

Gambar 4.2 Simbol Pribadi Manusia ................................................................................. ............. 53

Gambar 4.3 Sanggar Candi Busana Legowo ....................................................... 58

Gambar 4.4 Posisi Duduk Sebelum Sujud .......................................................... 65

Gambar 4.5 Sujud ................................................................................................ 66

Gambar 4.6 Tukar Hawa ..................................................................................... 69

Gambar 4.7 Racut ................................................................................................ 71

Page 14: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir .......................................................................................... 13

Bagan 2.1 Proses Komunikasi Intrapersonal .................................................................... ............. 30

Page 15: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1 Instrumen Penelitian

2 Surat Ijin Penelitian Fakultas Dakwah

3 Daftar Informan

4 Daftar Penghayat Sapta Darma di Dusun Legowo Desa Duren

Kecamatan Bandungan

5 Dokumentasi Penelitian

Page 16: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan

Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, terdapat enam agama yang dianut

oleh penduduk Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan

Konghuchu. Namun, selain menganut salah satu dari kelima agama “resmi”

tersebut, penduduk Indonesia merupakan pemeluk agama lokal atau penghayat

kepercayaan. Penghayat kepercayaan merupakan orang-orang yang menganut

suatu gerakan kebatinan dimana orang itu mencoba mencari kesatuan total dengan

Tuhan, dengan bermacam-macam cara, baik yang bersifat samadi dan pemusatan

pikiran, maupun yang bersifat ilmu gaib dan ilmu zihir (Koentjaraningrat, 1980:

25).

Menjadi penghayat suatu kepercayaan merupakan hak setiap warga negara.

Kebebasan beragama atau berkeyakinan tersebut telah ditetapkan di dalam Pasal

29 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Negara berdasar atas Ketuhanan

Yang Maha Esa”. Kemudian ayat berikutnya menyebutkan bahwa “Negara

menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-

masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Konsekuensi adanya jaminan di dalam konstitusi menjadikan setiap warga negara

Indonesia bebas untuk menjalankan ajaran agama, keyakinan maupun ritual

Page 17: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

2

peribadatan. Mereka tidak perlu takut atau merasa dikucilkan di dalam identitas

mayoritas masyarakat..

Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, baik itu ritual peribadatan

maupun hubungan humanis dengan makhluk, setiap penghayat kepercayaan

memiliki ajaran mereka sendiri. Pada dasarnya, ajaran tersebut menuntun kepada

kebaikan dan menjauhi keburukan. Dengan dasar ini, dipahami bahwa apapun

agama atau kepercayaan itu, ia diharapkan dapat memberi panduan nilai bagi

seluruh diskursus kegiatan manusia, baik yang bersifat sosial-budaya, ekonomi

maupun politik.

Ajaran kepercayaan tidak hanya mengatur hubungan pribadinya dengan

Tuhan, tetapi juga mengatur bagaimana seorang penghayat berkomunikasi dengan

makhluk, yang dalam hal ini dapat dipahami sebagai keluarga. Keluarga

merupakan seseorang yang memiliki keterikatan paling dekat. Bagaimana seorang

penghayat berinteraksi di dalam keluarga menjadi sebuah contoh kerangka

hubungan emosional kelompok minoritas di tengah lingkungan beragama

mayoritas. Dunia moral dan pengalaman keluarga akan menghasilkan

konsekuensi psikologis yang penting, dan mempengaruhi persepsi diri individu

yang bersangkutan.

Selain keluarga, penghayat kepercayaan juga hidup di tengah-tengah

masyarakat pemeluk agama lain. Hal ini seringkali menjadikan penghayat sebagai

kaum minoritas dan pemeluk agama lain sebagai mayoritas. Mengalami dan

mengamati ketika dirinya sendiri terikat pada orang-orang yang memiliki

Page 18: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

3

keyakinan mayoritas pasti tidak mudah. Kondisi psikologis seorang penghayat

(minoritas) akan bertindak untuk menjadikannya dapat diterima oleh kelompok

mayoritas. Oleh karena itu, komunikasi menjadi kunci penting penghayat sebagai

jalan menyesuaikan diri di dalam masyarakat.

Sapta Darma, salah satu aliran kepercayaan, dapat memainkan peran

komunikasi di tengah keluarga dan masyarakat pemeluk agama yang heterogen.

Ajaran-ajaran yang terkandung di dalam kepercayaan ini berperan dalam proses

tersebut. Ajaran Sapta Darma sekilas memiliki makna yang sederhana, tetapi

sebenarnya mencakup aspek yang sangat luas, karena meliputi segala kehidupan

manusia dan alam roh. Intisari dari ajaran ini bersumber pada tiga ajaran utama

yaitu sujud, tujuh ajaran Sapta Darma (wawarah pitu), dan semboyan Sapta

Darma (sesanti).

Tiga ajaran utama Sapta Darma merupakan tuntunan pokok kelompok

pengahayat ini ketika menjalankan kehidupan mereka di dalam lingkaran pribadi,

keluaraga dan masyarakat. Tetapi untuk dapat melihatnya, perlu untuk mengamati

pola-pola komunikasi kelompok penghayat Sapta Darma. Pola-pola komunikasi

merupakan gambaran bagaimana mereka berbicara, bersikap, dan memandang

suatu gejala yang ada di dalam mayarakat sekitar. Hal itu juga menjadi prinsip

dalam menata pribadi dan berkomunikasi dengan keluarga mereka. Selain itu,

pola-pola komunikasi menjadi titik pusat bagaimana ajaran dan konsepsi Sapta

Darma dapat dijalankan sedemikian rupa oleh kelompok penghayat tersebut.

Page 19: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

4

Kajian tentang penghayat dalam hal ini penghayat Sapta Darma banyak

dilakukan, baik itu untuk kebutuhan karya ilmiah maupun penelitian-penelitian.

Bahkan topik ini tidak jarang muncul di dalam tulisan-tulisan di media.

Banyaknya kajian tentang kepercayaan dan penghayatnya, disebabkan oleh

beberapa faktor. Pertama, kepercayaan maupun penghayatnya memiliki hal-hal

unik dan menarik, berbeda dengan agama besar di Indonesia. Kedua, agama lokal

atau kepercayaan masih tumbuh berkembang dan banyak dianut oleh masyarakat

Indonesia, meskipun secara formal mereka masuk ke dalam salah satu dari agama

besar. Ketiga, terdapat organisasi-organisasi yang menjadi wadah bagi penghayat

agar terus eksis. Keempat, sisi sosial kepercayaan dan kelompok penghayat tidak

jarang menjadi pendorong transformasi suatu kebijakan pemerintahan.

Skripsi ini akan membahas tentang penghayat kepercayaan Sapta Darma di

dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Penulis akan mengkaji seputar

pola-pola atau gambaran komunikasi yang mereka lakukan. Dengan memahami

sudut pandang asli kelompok penghayat Sapta Drama di Dusun Legowo Desa

Duren Kecamatan Bandungan, penulis akan menggambarkan cara orang-orang

berinteraksi dan bekerja sama melalui fenomena yang teramati di kehidupan

sehari-hari mereka. Aplikasi tiga ajaran utama yaitu sujud, wawarah tujuh, dan

sesanti dalam hubungan berkeluarga dan bermasyarakat tentu memiliki hal unik

untuk diteliti dan dampaknya terhadap revitalisasi kebijakan masyarakat maupun

penghayat kepercayaan itu sendiri.

Page 20: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep ajaran Sapta Darma dalam kehidupan pribadi penghayat di

Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan?

2. Bagaimana pola komunikasi penghayat kepercayaan Sapta Darma di Dusun

Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan dengan anggota keluarganya?

3. Bagaimana pola komunikasi penghayat kepercayaan Sapta Darma di Dusun

Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan dengan masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin

dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep ajaran Sapta Darma dalam kehidupan pribadi

penghayat di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan.

2. Untuk mengetahui pola komunikasi penghayat kepercayaan Sapta Darma di

Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan dengan anggota

keluarganya.

3. Untuk mengetahui pola komunikasi penghayat kepercayaan Sapta Darma di

Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan dengan masyarakat.

Page 21: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

6

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

pengembangan ilmu komunikasi, khususnya di ranah pola komunikasi

penghayat kepercayaan.

b. Diharapkan dapat memperkaya kajian sosial budaya khususnya di bidang

penelitian agama lokal dan penghayat kepercayaan.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang

berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).

b. Bagi pembaca, penelitian ini berguna sebagai wacana dalam menambah

pengetahuan mengenai agama lokal dan komunikasi, khususnya pola

komunikasi dalam sebuah kelompok kepercayaan yang berkembang di

masyarakat.

c. Bagi civitas akademika di IAIN Salatiga, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi sumbangan informasi dalam bidang ilmu komunikasi, sosial,

dan budaya.

d. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat menumbuhkan pengetahuan tentang

eksistensi agama lokal atau suatu aliran kepercayaan. Selain itu, tulisan ini

diharapkan dapat memberi pemahaman dan membantu menghindari

Page 22: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

7

kesalahpahaman persepsi tentang suatu aliran kepercayaan dan

penghayatnya. Dengan adanya tulisan ini, diharapkan dapat meningkatkan

toleransi di kalangan masyarakat.

E. Penegasan Istilah

1. Pola Komunikasi

Dalam rangka pembahasan mengenai pola komunikasi, terlebih dahulu

dijelaskan pengertian komunikasi. Dipaparkan oleh Effendy (1993: 3),

pengertian umum komunikasi dapat dilihat dari dua segi yaitu secara

etimologis dan secara terminologis. Secara etimologis atau menurut asal

katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communication yang

bersumber dari kata communis. Arti communis adalah sama, yang bisa

diartikan sebagai sama makna mengenai suatu hal. Menurut pengertian ini,

komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat

kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu

pernyataan atau informasi dari seseorang kepada orang lain. Dari pengertian

tersebut terlihat jelas bahwa terdapat tiga unsur utama di dalam komunikasi

yaitu komunikator, komunikan, dan pesan.

Komunikator adalah penghasil pesan atau pihak yang berperan

mengarahkan kegiatan komunikasi. Dia mengawali pesan tertentu kepada pihak

lain yang disebut komunikan. Komunikan atau yang sering disebut sebagai

penerima pesan (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari

Page 23: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

8

komunikator. Informasi yang dikirim dari komunikator ke komunikan disebut

sebagai pesan, sedangkan sarana untuk menyampaikan pesan dari komunikator

ke komunikan disebut dengan media.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pola adalah gambar

yang dipakai untuk contoh, corak, model, sistem, dan cara kerja. Dengan

pengertian tersebut, pola komunikasi di dalam penelitian ini dipahami sebagai

gambaran sebuah bentuk hubungan antara dua orang atau lebih, dalam

pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang

dimaksud dapat dipahami.

Pola komunikasi penting karena memiliki efek terhadap berlangsungnya

kehidupan di masyarakat. Komunikasi dikatakan berhasil apabila efek dari pola

komunikasi yang diterapkan dianggap baik dan sesuai dengan nilai masyarakat.

Sebaliknya, komunikasi dikatakan tidak berhasil apabila efek dari pola

komunikasi yang diterapkan tidak dimaknai dengan baik, tidak sesuai atau jauh

dari pemakluman nilai-nilai di masyarakat.

2. Penghayat Kepercayaan

Kepercayaan atau keyakinan adalah suatu keadaan psikologis seseorang

saat dirinya menganggap suatu premis benar. Kepercayaan merupakan suatu

sikap. Maka dari itu, kepercayaan bisa berubah atau tidak selalu benar.

Aliran kebatinan adalah suatu kepercayaan masyarakat yang lahir dari

sikap pencarian dan pendalaman batin. Di dalam batin tersebut akan tersimpan

kewajiban moral dan etis, yang membawanya pada perilaku mengembangkan

Page 24: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

9

budi, mencari kebijaksanaan, dan menyadari bahwa di dunia mempunyai

posisinya sendiri-sendiri. Proses tersebut akan berkembang dalam sikap

menghayati, yaitu turut mengalami dan merasakan sesuatu dalam batin.

Penghayat adalah seseorang yang menganut suatu aliran kebatinan. Ia

menghayati sesuatu dalam batinnya yang dianggap benar. Istilah penghayat

biasanya digunakan untuk menyebut penganut agama-agama lokal yang tidak

termasuk di dalam enam agama besar di Indonesia.

3. Sapta Darma

Sapta Darma merupakan salah satu aliran kebatinan yang ada di

Indonesia. Sapta berarti “tujuh”, sedangkan darma memiliki arti “kewajiban,

aturan, kebenaran”. Dari asal kata tersebut, Sapta Darma menjadi nama satu

aliran kepercayaan, dimana ajarannya memiliki tujuh kewajiban utama bagi

penghayatnya.

Sapta Darma lahir pada tanggal 27 Desember 1952 di Pare, Kediri,

Jawa Timur. Penerima wahyu ajaran ini adalah Hardjosapoero yang bergelar

Panuntun Agung Sri Gutama. Setelah ia wafat pada 16 Desember 1964, istrinya

yaitu Soewartini Martodihardjo yang bergelar Tuntunan Agung Sri Pawenang,

mengambil alih kepemimpinan hingga wafatnya pada 24 Mei 1996. Dalam

buku wewarah dan beberapa penelitian, pengikut Hardjosapoero sering disebut

sebagai penghayat kepercayaan Sapta Darma atau warga Sapta Darma.

Sapta Darma telah memiliki badan hukum sejak 17 Maret 1959. Di

dalam Sapta Darma terdapat 3 lembaga utama yaitu Tuntunan, Persatuan

Page 25: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

10

Warga Sapta Darma (Persada), dan Yasra. Tuntunan bertugas mengurusi

urusan rohani, seperti memimpin sujud, membacakan teks suro, dan membina

kegiatan di sanggar. Persada berkaitan dengan urusan pemerintah. Organisasi

ini dibentuk pada tanggal 27 Desember 1986 di Yogyakarta. Segala bentuk

komunikasi seperti mengurus adminitrasi penduduk dan bertukar pikiran

dengan pemerintah ditangani oleh Persada. Yayasan Srati Darma adalah

lembaga yang bertugas mengurusi keuangan. Yayasan ini memiliki tujuan yaitu

mengelola kebutuhan operasional Persada.

Berdasarkan paparan di atas, penelitian akan membahas tentang pola

komunikasi penghayat kepercayaan Sapta Darma. Selain itu, penelitian juga

membahas tentang relevansi (keterkaitan) nilai-nilai ajaran Islam dengan pola

komunikasi penghayat Sapta Darma dalam kehidupan mereka sehari-hari.

F. Kerangka Berpikir

Cara berpikir atau proses berpikir ada dua, yaitu secara induktif dan

deduktif. Berfikir induktif merupakan cara berpikir melalui menarik kesimpulan

umum dari sejumlah gejala spesifik atau khusus. Berfikir deduktif merupakan

suatu proses berfikir yang bertitik tolak dari pernyataan yang bersifat umum dan

menarik kesimpulan yang bersifat khusus (Danim, 2003: 10).

Sukandarrumidi (2004: 38-43) menjelaskan pola penalaran induktif

dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang

lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi, kemudian diakhiri

dengan penyimpulan yang bersifat umum. Argumentasi merupakan hasil

Page 26: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

11

pengamatan peneliti, dan dalam pengelompokan masalah diperlukan pengetahuan

dasar, paling tidak dari pengalaman sehari-hari yang terkait dengan pola

penalaran.

Penarikan kesimpulan dengan pola deduksi biasanya mempergunakan pola

pendekatan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah

kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogisme disebut premis, yang

dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor. Premis mayor mempunyai

ruang lingkup yang relatif lebih lua, sedang premis minor mempunyai ruang

lingkup yang lebih sempit. Dalam menyusun premis, peneliti harus menguasai

bidang ilmunya agar kesimpulan yang dihasilkan tidak kabur. Contoh: semua

makhluk hidup yang mampu berjalan mempunyai mata (premis mayor). Si Luki

adalah seorang makhluk hidup (premis minor). Si Luki mempunyai mata

(kesimpulan).

Pada dasarnya esensi kerangka pemikiran berisi: (1) Alur jalan pikiran

secara logis dalam menjawab masalah yang didasarkan pada landasan teoretik dan

atau hasil penelitian yang relevan, (2) Kerangka logika (logical construct) yang

mampu menunjukan dan menjelaskan masalah yang telah dirumuskan dalam

kerangka teori, dan (3) Model penelitian yang dapat disajikan secara skematis

dalam bentuk gambar atau model matematis yang menyatakan hubungan-

hubungan variabel penelitian atau merupakan rangkuman dari kerangka pemikiran

yang digambarkan dalam suatu model. Sehingga pada akhir kerangka pemikiran

ini terbentuklah hipotesis. Inti pembicaraan dalam kerangka pikiran adalah upaya

Page 27: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

12

mendudukkan perkara permasalahan penelitian yang telah diidentifikasikan dalam

kerangka teoritis yang relevan dengan masalah itu, yang mampu menangkap,

menerangkan, dan menunjukkan persepektif terhadap masalah itu (Bachtiar, 1997:

52).

Dengan demikian, uraian atau paparan yang harus dilakukan dalam

kerangka berpikir adalah perpaduan antara asumsi-asumsi teoretis dan asumsi-

asumsi logika dalam menjelaskan atau memunculkan variabel-variabel yang

diteliti serta bagaimana kaitan di antara variabel-variabel tersebut, ketika

dihadapkan pada kepentingan untuk mengungkapkan fenomena atau masalah

yang diteliti.

Di dalam penelitian ini, kerangka befikir atau kerangka penalaran logis

yang digunakan untuk mengetahui pola komunikasi penghayat kepercayaan Sapta

Dharma di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan penulis jabarkan

dalam skema sebagai berikut

Page 28: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

13

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir

Menurut Purwasito (2003: 81) masyarakat adalah sebuah sistem dimana

terdapat interaksi antarkomponen, baik individu, kelompok atau lembaga-

lembaga. Mereka saling bergantung, saling mempengaruhi, saling menjaga, dan

saling menghargai dalam harmonitas sosial. Sistem tersebut tersusun berdasarkan

suatu ikatan norma-norma dan nilai-nilai yang diakui, ditaati dan dianut untuk

mengatur jalannya interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari (social interaction

and everyday life) demi menjaga keseimbangan keberlangsungan hidup

masyarakat itu sendiri

Ralph Linton dalam Soekanto (2003: 24) menjelaskan bahwa masyarakat

adalah sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama,

sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap mereka sebagai

suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Bungin

Penghayat Sapta Darma

Pola Komunikasi dalam

Kehidupan Sehari-hari

Ajaran Sapta Darma

Keluarga Masyarakat Pribadi

Page 29: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

14

(2017: 29) mengatakan bahwa ketika kelompok manusia itu hidup bersama dalam

waktu yang lama, akhirnya melahirkan manusia-manusia baru yang saling

berhubungan atau melakukan interaksi satu dengan lainnya. Interaksi adalah

proses sosial yang berjalan dinamis dan progresif yang merupakan syarat utama

adanya aktivitas sosial. Interaksi sosial akan berjalan karena adanya komunikasi

sosial, yaitu pertukaran pesan dalam pergaulan antar individu, individu dengan

kelompok dan kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan tertentu

(Purwasito, 2003: 82).

Interaksi atau komunikasi sosial yang terjadi dapat melalui beberapa cara.

Pertama, melalui kontak sosial bersifat primer atau komunikasi interpersonal.

Komunikasi ini terjadi antara dua orang atau lebih yang saling berhadapan dan

masing-masing pihak memberi tanggapan secara langsung. Kedua, melalui kontak

sosial bersifat sekunder. Komunikasi ini terjadi antara dua orang atau lebih

dengan perantara, seperti media elektronik.

Di dalam komunikasi sosial yang dilakukan melalui berbagai cara tersebut,

terdapat pola-pola komunikasi yang dapat melihat penafsiran pesan dan perilaku

penghayat kepercayaan Sapta Darma. Menurut Hartini dan Kartasapura (1992:

301), pola komunikasi merupakan standarisasi dari kumpulan perilaku. Hal ini

menunjukkan bahwa pada umumnya tingkah laku memiliki kaidah yang dapat

digambarkan atau dijelaskan melalui pemolaan komunikasi (communication

patterning) (dalam Darmastuti, 2005: 106).

Page 30: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

15

Pada dasarnya, aliran kebatinan banyak yang lahir di tanah Jawa. Di

daerah-daerah yang belum amat terpengaruh oleh kebudayaan Hindu, agama

Islam mempunyai pengaruh yang mendalam dalam keadaan penduduk di daerah

yang bersangkutan seperti di Aceh, Banten, Pantai Utara Jawa, dan di Sulawesi

Selatan. Adapun daerah lain di Sumatra seperti Sumatera Timur, Sumatera Barat,

dan Pantai Kalimantan, mengalami proses pengaruh yang sama. Sebaliknuya, di

daerah-daerah dimana pengaruh kebudayaan Hindu itu kuat dan telah

mengembangkan suatu corak tersendiri seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur,

agama Islam diubah menjadi suatu agama yang dikenal dengan nama agama

Jawa (Koentjaraningrat, 1980: 26).

Menurut C. Geertz dalam bukunya The Religion of Java, adapun orang

yang menganut ajaran-ajaran dan syariah agama Islam secara taat, disebut dalam

bahasa Jawa orang Islam santri. Penduduk Mataram dalam abad ke -15 dan 16

terpengaruh oleh agama Islam, tetapi mereka tidak melepaskan sifat-sifat Jawa-

Hindunya dan mengubah agam Islam tersebut menjadi apa yang diatas telah

disebut sebagai agama Jawa atau Kejawen. Asal mula kewajen merupakan akar

dari lahirnya aliran kebatinan dimana mereka tidak menjalankan salat, atau puasa,

serta tidak bercita-cita naik haji, teteapi tetap percaya kepada ajaran keimaman

agama Islam (Koentjaraningrat, 1980: 340).

Aliran kepercayaan kemudian tumbuh subur di Indonesia. Dalam

perkembangannya, masyarakat lazim menggunakan istilah “kebatinan” sebagai

sebutan umum untuk semua aliran kepercayaan, meski sebenarnya setiap aliran itu

Page 31: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

16

memiliki nama sendiri-sendiri. Sementara itu, penganut aliran tersebut sering

disebut sebagai pengahayat kepercayaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), aliran kepercayaan merupakan paham yang mengakui adanya Tuhan

Yang Maha Esa, tetapi tidak termasuk atau tidak berdasarkan ajaran salah satu

dari kelima agama yang resmi (Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, dan

Buddha). Orang-orang yang menganut aliran kepercayaan lazim disebut sebagai

penghayat kepercayaan.

Koentjaraningrat (1980: 25) menyebut bahwa penghayat kepercayaan

merupakan orang-orang yang menganut suatu aliran kebatinan dimana orang itu

mencoba mencari kesatuan total dengan Tuhan dengan bermacam-macam cara,

baik yang bersifat samadi dan pemusatan pikiran, maupun yang bersifat ilmu gaib

dan ilmu zihir. Pada umumnya mereka itu membentuk kesatuan-kesatuan hidup

setempat yang menetap di desa-desa.

Ketika melakukan hubungan sosial kemasyarakatan di desa mereka,

pengahayat tidak terlepas dari interaksi. Dalam setiap gerak, penghayat akan

berinteraksi dengan yang lain. Pada saat itu, mereka secara langsung atau tidak

langsung telah membeberkan stock of culture yang luar biasa banyak. Dalam

interaksi tersebut akan muncul sejumlah tanda-tanda, baik verbal maupun non

verbal yang unik (Endraswara, 2003: 67).

Page 32: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

17

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian

awal, bagian isi, dan bagian akhir. Adapun sistematika penulisannya adalah

sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai gambaran

menyeluruh dari skripsi, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Bab ini akan

membahas tentang landasan pemikiran dan teori yang ada hubungannya dengan

penelitian.

BAB III: METODE PENELITIAN. Bab ini akan membahas tentang

pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber dan jenis data, prosedur

pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan (validitas) data, dan

tahap-tahap penelitian.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini berisi

tentang temuan penelitian dan analisis hasil penelitian mengenai pola komunikasi

penghayat kepercayaan Sapta Darma di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan

Bandungan.

BAB V: PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

Page 33: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Penulis telah melakukan penelusuran tentang penelitian yang berkaitan

dengan pola-pola komunikasi di masyarakat. Namun pada dasarnya, penelitian

tersebut belum ada yang mengangkat tema khusus seputar pola komunikasi

penghayat kepercayaan terutama Sapta Darma.

Husnul Khotimah (2016) dalam penelitiannya berjudul Nilai-Nilai

Spiritualitas Ajaran Kerohanian Sapta Darma di Dukuh Sepat Kelurahan Lidah

Kulon Kecamatan Lakarsantri Kota Surabaya menjelaskan tentang nilai-nilai

spiritualitas ajaran Kerohanian Sapta Darma yang membuat para penghayatnya

bertahan di tengah dominasi agama-agama lain. Tidak dapat dipungkiri lagi

bahwa loyalitas penghayat terhadap ajaran yang berasal dari Kediri begitu kuat.

Untuk itulah, Khotimah menggali alasan penganut Ajaran Kerohanian Sapta

Darma di Dukuh Sepat masih bertahan dengan keyakinannya selama ini. Nilai-

nilai spirit penghayat kepercayaan yang ditekankan pada penelitian ini menjadi

pembeda dengan penelitian terbaru yang lebih menekankan pada pola komunikasi

di masyarakat.

Fokus yang dibahas dalam penelitian berjudul Sejarah Perkembangan

Aliran Kerokhanian Sapta Darma dan Respon Umat Islam di Desa Balongdowo

Sidoarjo (1985-2015) adalah sejarah masuknya aliran kerokhanian Sapta Darma

Page 34: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

19

di desa Balongdowo. Berbeda dengan Tri Yuliani (2016) yang membahas

perkembangan aliran kerokhanian Sapta Darma dan tantangan serta respon

masyarakat terhadap penghayat Sapta Darma, penelitian ini membahas tentang

Pola Komunikasi penghayat Sapta Darma di dusun tempat tinggal mereka. Selain

sejarah, perbedaan dengan penelitian terbaru lainnya adalah tentang lokasi objek

yang diteliti. Penelitian terdahulu berlokasi di Desa Balongdowo, Sidoarjo, Jawa

Timur. Sedangkan penelitian sekarang berlokasi di Dusun Legowo Desa Duren

Kecamatan Bandungan.

Dalam penelitian Reni Tiyu Wijayanti (2013) berjudul Pola Perilaku

Religius Aliran Kepercayaan Masyarakat Kerokhanian Sapta Darma di Desa

Brengkelan Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo, metode yang

digunakan hampir sama yaitu kualitatif dengan menggunakan pendekatan budaya.

Latar belakang program studi yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

mempengaruhi fokus dalam penelitian Wijayanti dimana kajian mendalam seputar

nilai-nilai ajaran yang semuanya bernuansa Jawa. Sedangkan penelitian terbaru

memiliki latar belakang jurusan komunikasi, sehingga kajian membahas tentang

materi komunikasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Mega Rumawati (2011) berjudul

Keberadaan Aliran Kejawen “Sapta Darma” (Studi kasus di Persatuan Warga

Sapta Darma Kabupaten Kendal) menjelaskan tentang eksistensi penghayat Sapta

Darma yang ada di Kabupaten Kendal. Bagi penghayat Sapta Darma di

Kabupaten Kendal, kewajiban untuk melestarikan budaya Jawa dianggap ssebagai

Page 35: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

20

bagian dari menjalankan ajaran-ajaran Sapta Darma. Mereka tidak pernah

memaksa orang lain untuk mengikuti ajarannya, namun selalu meyakini bahwa

Sapta Darma adalah tepat untuk mereka karena ajarannya sesuai dengan hati

nurani mereka. Selain itu, Penghayat Sapta Darma juga di golongkan menjadi dua

macam, yaitu penghayat utuh atau penghayat total yang hanya menjalankan ajaran

Sapta Darma, tidak memeluk agama atau kepercayaan lain, sedangkan yang kedua

adalah penghayat Sapta Darma biasa atau penghayat Sapta Darma yang masih

meyakini agama lain dan menjalankan ajarannya. Warga Sapta Darma berfikir

positif terhadap pandangan-pandangan negatif dari sebagian masyarakat terhadap

ajaran-ajaran Sapta Darma.

Untuk membentengi diri dari perbuatan yang buruk, penghayat Sapta

Darma di Kabupaten kendal menjalankan wewarah pitu dan menjalankan sujud

setiap hari. Mereka meyakini bahwa ibadah yang dilakukan akan menciptakan

pola hubungan yang seimbang antara manusia dan Tuhan serta menjaga agar roso

tetap baik. Dalam penelitian tersebut Rumawati menitikberatkan pada cara

pandang anggota Persatuan Warga Sapta Darma (Persada) terhadap aliran

kejawen Sapta Darma. Ia menjelaskan bagaimana bentuk-bentuk kegiatan

keagamaannya serta apa saja yang penghayat Sapta Darma lakukan. Selain itu

juga dijelaskan tentang tanggapan masyarakat dengan keberadaan Persada.

Terdapat persamaan antara apa yang Rumawati sampaikan dengan apa

yang penulis teliti. Keduanya memiliki persamaan yaitu mengkaji tentang

keberadaan aliran kepercayaan Sapta Darma. Namun tentu saja terdapat

Page 36: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

21

perbedaan di antara keduanya, yaitu terletak pada fokus penelitian. Pada

penelitian yang terbaru penulis lebih memfokuskan pada pola komunikasi

penghayat Sapta Darma yang berada di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan

Bandungan. Penelitian yang dilakukan akan menggali lebih dalam tentang

penghayat Sapta Darma kaitannya dengan komunikasi di dalam keluarga dan

masyarakat. Bagaimana suatu interaksi akan menghasilkan pola-pola yang

signifikan bagi kehidupan penghayat akan dibahas sebagaimana realita proses

tersebut berlangsung.

B. Landasan Teori

1. Pola Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Dalam rangka pembahasan mengenai pola komunikasi, terlebih

dahulu dijelaskan pengertian komunikasi. Dipaparkan oleh Effendy (1993:

3), pengertian umum komunikasi dapat dilihat dari dua segi yaitu secara

etimologis dan secara terminologis. Secara etimologis atau menurut asal

katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communication yang

bersumber dari kata communis. Arti communis adalah sama, yang bisa

diartikan sebagai sama makna mengenai suatu hal. Menurut pengertian ini,

komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat

kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jadi, bila tidak

terdapat kesamaan makna, maka tidak terjadi komunikasi atau tujuan

sebenarnya dari komunikasi tidak tercapai.

Page 37: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

22

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu

pernyataan dari seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut

terlihat jelas bahwa manusia merupakan unsur yang penting di dalam

komunikasi. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah

komunikasi manusia (human communication) atau yang sering disebut

sebagai komunikasi sosial (social communication). Komunikasi manusia

dinamakan komunikasi sosial karena hanya pada manusia-manusia yang

bermasyarakat dapat terjadi komunikasi. Misalnya ada seseorang yang hidup

seorang diri di sebuah pulau terpencil. Ia dikatakan tidak melakukan

komunikasi sosial karena tidak berkomunikasi dengan siapa pun. Mulyana

(2002: 5) menjelaskan, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan

manusia lain bisa dipastikan akan “tersesat”, karena tidak berkesempatan

menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Namun berbeda halnya

apabila seseorang di pulau terpencil tersebut keluar dari pulau itu dan

tinggal di sebuah pemukiman lalu berinteraksi dengan orang-orang, maka ia

dapat dikatakan telah melakukan komunikasi sosial.

Astrid (1992: 1) menyatakan bahwa komunikasi sosial adalah salah

satu bentuk komunikasi yang lebih intensif, dimana komunikasi terjadi

secara langsung antara komunikator dan komunikan, sehingga situasi

komunikasi berlangsung dua arah dan lebih diarahkan kepada pencapaian

suatu situasi integrasi sosial. Melalui kegiatan ini terjadilah aktualisasi dari

berbagai masalah yang dibahas. Astrid mengatakan bahwa komunikasi

Page 38: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

23

sosial sekaligus suatu proses sosialisasi. Melalui komunikasi sosial

kesadaran masyarakat dipupuk, dibina dan diperluas untuk mencapai

stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru yang

diagungkan oleh masyarakat Tidak hanya itu, melalui komunikasi sosial

masalah-masalah sosial dapat dipecahkan melalui konsensus.

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya

mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep

diri kita, aktualisasi-diri, untuk keberlangsungan hidup, untuk memperoleh

kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat

komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang

lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat

(keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan

negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama (Mulyana, 2002:

5).

Thomas M. Scheidel dalam Mulyana (2003: 5) mengatakan bahwa

ketika seorang individu berkomunikasi, ia melakukannya untuk menyatakan

dan mendukung identitas diri, membangun kontak sosial dengan orang di

sekitarnya, dan mempengaruhi orang lain. Pada saat mempengaruhi orang

lain, ia ingin orang lain merasa, berpikir, dan berperilaku seperti yang ia

inginkan. Dengan kata lain, tujuan dasar ketika seorang berkomunikasi

adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis dari setiap

orang yang diajak berkomunikasi.

Page 39: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

24

Selain pengertian secara etimologis dan terminologis, Effendy (1993:

5) merumuskan lagi pengertian komunikasi yaitu secara paradigmatis.

Dalam pengertian ini, komunikasi bersifat intensional, mengandung tujuan

tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui

media. Sehingga definisi komunikasi adalah proses penyampaian suatu

pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk

mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), perilaku (behavior) baik

secara langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Karena

itu komunikasi harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar

perencanaan itu, tergantung pesan yang akan dikomunikasikan dan pada

komunikan yang menerima pesan.

b. Prinsip-prinsip dalam Komunikasi

Ada beberapa prinsip-prinsip dalam komunikasi. Joseph A Devito

(1996: 40-49) menyebutkan ada beberapa prinsip-prinsip dalam komunikasi

antar manusia, yaitu:

1) Komunikasi adalah paket isyarat. Dalam semua perilaku komunikasi

yang kita lakukan, kita selalu menggunakan isyarat-isyarat baik itu

verbal maupun non verbal.

2) Komunikasi adalah proses penyesuaian. Komunikasi akan terjadi

apabila antara partisipan komunikasi menggunakan simbol-simbol yang

sama dan menghasilkan persepsi yang sama. Dalam proses komunikasi,

komunikator dan komunikan sering berasal dari latar belakang sifat dan

Page 40: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

25

budaya yang berbeda sehingga akan mereka akan mempunyai

pemahaman yang berbeda. Oleh karena itu, agar proses komunikasi

dapat berjalan dengan baik, diperlukan proses penyesuaian diri antara

komunikator dan komunikan.

3) Komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan. Dalam setiap tindak

komunikasi yang kita lakukan bukan hanya proses penyampain pesan

saja, tetapi juga mengandung suatu hubungan atau relasi antar partisipan

komunikasi.

4) Komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer. Dalam

komunikasi, hubungan simetris berarti dua orang saling bercermin pada

perilaku lainnya. Sedangkan hubungan komplementer artinya dua orang

atau lebih saling melengkapi.

5) Komunikasi adalah proses transaksional. Komunikasi adalah transaksi,

yaitu komunikasi merupakan satu proses dimana komponen-

komponennya saling terkait. Diantara komunikator dan komunikan

terjadi aksi dan reaksi sebagai satu kesatuan dari proses komunikasi.

6) Komunikasi tak terhindarkan. Terkadang kita melakukan proses

komunikasi tanpa kita sadari. Ada kalanya kita tersenyum kepada

seseorang atau kita memperlihatkan mimik wajah kepada orang yang

baru saja melintas. Dari sikap-sikap kita tersebut artinya kita melakukan

komunikasi karena komunikasi tidak terhindarkan.

Page 41: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

26

7) Komunikasi bersifat unreversible. Komunikasi yang kita lakukan tidak

dapat diulang lagi.

c. Pola Komunikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pola adalah gambar

yang dipakai untuk contoh, corak, model, sistem, dan cara kerja. Dengan

pengertian tersebut, pola komunikasi dapat dipahami sebagai gambaran sebuah

bentuk hubungan antara dua orang atau lebih, dalam pengiriman dan

penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat

dipahami.

Di dalam pola komunikasi terdapat bentuk-bentuk interaksi simbolik.

Interaksi simbolik berangkat dari suatu sistem sosial, yaitu suatu wawasan yang

berarti sebagai suatu sudut pandang; suatu cara khusus untuk mengamati

realitas dan menatanya sedemikian rupa sehingga menjadi bermakna dan dapat

kita pahami (Soeprapto, 2002: 31).

Bentuk interaksi simbolik diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol

tindakan, bahasa, budaya, pakaian, kegiatan keagamaan, dan tatacara ritual

kepercayaan. Simbol-simbol yang digunakan oleh Penghayat Kepercayaan

Sapta Darma dalam kehidupan sehari-hari mereka adalah interpretasi dari

ajaran dan falsafah yang mereka yakini.

Pola komunikasi individu memberikan gambaran bagaimana ia bersikap

sesuai ajaran yang diyakininya. Ini memberikan pengalaman tentang

Page 42: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

27

religiusitas pribadinya sekaligus bagaimana pengamalan emosi spiritualnya

terhadap kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.

Dalam mengkaji pola komunikasi di dalam masyarakat, fenomenologi

digunakan sebagai jalan untuk melihat peristiwa atau gejala-gejala yang ada.

Fenomenologi dijelaskan oleh Husserl dalam Hamdanah (2005: 26) sebagai

suatu analisa deskriptif tentang kedalaman segala bentuk kesadaran dan

pengalaman. Husserl menjelaskan lebih lanjut bahwa fenomenologi berusaha

memeriksa dan menganalisa kehidupan batiniah individu, yaitu pengalaman-

pengalamannya mengenai suatu fenomena. Dalam fenomenologi, objektivitas

dan subjektivitas harus diabaikan, karena yang diutamakan adalah pengalaman

sebagai jalan menuju kebenaran.

Fenomenologi menekankan pada penghayatan intepretatif. Menurut

Sendjaya (2002) dalam Bungin (2017: 263), pendekatan interpretatif yang

dikenal dengan istilah Jerman ‘Verstehen’ atau pemahaman, berusaha untuk

menjelaskan makna dari tindakan. Karena suatu tindakan dapat memiliki

banyak arti, maka makna tidak dapat dengan mudah ditangkap begitu saja.

Interpretasi, secara harfiah, merupakan proses aktif dan inversi. Makna

yang dimaksud oleh satu pelaku komunikasi mungkin berbeda dengan pelaku

komunikasi lainnya, tetapi hal itu bisa dianggap sebagai suatu tindakan kreatif

dalam mengungkap kemungkinan-kemungkinan makna. Pada dasarnya jika

seseorang menunjukkan perilaku tertentu dalam masyarakat, maka perilaku

Page 43: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

28

tersebut merupakan realisasi dari pandangan-pandangan atau pemikiran yang

ada dalam benak orang tersebut (Ali, 2017: 24-26).

Pemahaman tentang hubungan atau interaksi sosial merupakan aspek

penting dalam penelitian ini. Interaksi sosial membentuk sebuah peran yang

dimainkan oleh setiap orang dalam wujud kewenangan dan tanggungjawab

yang telah memiliki pola-pola tertentu. Pola-pola itu ditegakkan oleh institusi

sosial (social institution) yang mengatur bagaimana cara berinteraksi satu sama

lain, dan organisasi sosial (social organization) memberikan wadah serta

mengatur mekanisme kumpulan orang-orang dalam masyarakat (Darmastuti,

2013: 129).

2. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal merupakan pondasi untuk melakukan

komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi intrapersonal, manusia berdialog

dengan diri sendiri dan mengenal diri sendiri. Belajar mengenai diri sendiri

artinya ia belajar untuk berpikir, merasakan, mengamati, menginterpretasikan,

dan beraksi terhadap lingkungannya.

Fisher (1987: 134) mengatakan bahwa komunikasi intrapersonal

merupakan pembangunan kesadaran pribadi (self awareness). Kesadaran ini

memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas spesifik individu.

Elemen tersebut meliputi konsep diri yaitu cara memandang dirinya sendiri

dengan cara penggolongan sifat pribadi dan karakteritik sifat sosial, proses

Page 44: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

29

menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda-beda

(multiple selves).

Elemen-elemen kesadaran diri membentuk sifat-sifat intrapersonal yang

ditampilkan dalam hubungan dengan orang lain, misalnya ramah, ketus,

terbuka, dan tertutup. Hal ini mempengaruhi peran sosial, yaitu segala sesuatu

yang mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam masyarakat tertentu.

Komunikasi intrapersonal memiliki tujuan yaitu:

a. Mengenal diri sendiri dan orang lain. Komunikasi intrapersonal memberi

ruang untuk memperbincangkan diri sendiri, belajar bersikap terbuka

kepada orang lain, dan mengetahui sikap, nilai, dan perilaku orang lain

sehingga seorang individu dapat memprediksi atau menanggapi tindakan

orang lain.

b. Mengetahui dunia luar. Komunikasi intrapersonal memungkinkan individu

untuk memahami lingkungannya. Nilai, sikap, dan keyakinan individu

banyak dipengaruhin oleh komunikasi intrapersonal.

c. Menciptakan dan memelihara hubungan yang bermakna. Komunikasi

intrapersonal membantu mengurangi rasa kesepian dan ketegangan

sehingga dapat membuat diri lebih berpikir positif, solutif, dan bijaksana.

d. Mengubah sikap dan perilaku. Komunikasi intrapersonal dapat digunakan

sebagai bahan untuk mengubah atau memersuasi orang lain.

Page 45: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

30

e. Bermain dan mencari hiburan. Kejadian lucu bisa membuat suasana diri

menjadi lebih baik. Hal ini bisa melepas keseriusan, ketegangan,

kejenuhan, dan sebagainya.

f. Membantu orang lain. Psikiater, ahli terapi, bahkan seorang teman adalah

contoh orang-orang yang menggunakan komunikasi intrapersonal untuk

memberikan saran dan nasehat dalam menolong orang lain.

Stanley B. Cunningham dalam Laksana (2015: 64) menyebut proses

komunikasi intrapersonal yang terjadi pada diri seseorang akan berlangung

sebagai berikut:

Bagan 2.1 Proses Komunikasi Intrapersonal

Dari bagan tersebut, proses komunikasi intrapersonal dijelaskan sebagai

berikut:

Berbicara pada

diri sendiri

Dialog dalam diri Adaptasi dengan

lingkungan

Persepsi Proses memengaruhi

dan diberi pengertian Proses data

Feedback

Page 46: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

31

a. Berbicara pada diri sendiri, terjadinya komunikasi dengan diri sendiri.

b. Terjadi dialog. Dialog merupakan suatu proses pertukaran pesan dan

pemrosesan makna dalam diri manusia antara I and Me. I mewakili bagian

diri pribadi manusia sendiri, sedangkan Me mewakili produk sosial.

c. Jalannya proses tersebut berdasarkan perundingan manusia dengan

lingkungannya atau terjadi adaptasi dengan lingkungan. Proses ini

menggunakan stimuli dari dan dalam diri seseorang.

d. Persepsi, individu menerima, menyimpan, dan menggambarkan simbol

secara ringkas.

e. Proses saling memengaruhi antara “raw data” persepsi dan diberi

pengertian.

f. Proses data, merupakan penggambaran yang baik dari persepsi dan

pemberian pengertian

g. Timbal balik (feedback).

3. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian informasi antara

dua orang atau lebih melalui suatu media dan menimbulkan umpan balik.

Menurut Rakhmat (2003: 31), sistem komunikasi interpersonal terdiri dari

persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan

interpersonal.

a. Persepsi interpersonal berobjekkan manusia. Pada persepsi interpersonal,

seseorang mencoba memahami apa yang tampak pada alat indera orang

Page 47: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

32

lain. Namun dalam hal ini, faktor-faktor personal dan karakteristik orang

yang ditanggapi serta hubungan dengan orang tersebut, menyebabkan

persepsi cenderung keliru.

b. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya. Ada

dua komponen konsep diri yaitu komponen kognitif (self image) dan

komponen afektif yang disebut harga diri (self esteem). Laksana (2015: 75)

memaparkan bahwa konsep diri yang positif ditandai dengan lima hal,

yaitu meyakini kemampuan mengatasi masalah; merasa setara dengan

orang lain; menerima pujian tanpa rasa malu; menyadari bahwa setiap

orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak

semuanya disetujui masyarakat, dan mampu memperbaiki dirinya sendiri

karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak

disenanginya dan berusaha mengubahnya.

Konsep diri merupakan faktor yang sangat penting dalam komunikasi antar

pribadi karena setiap orang berusaha berperilaku sesuai dengan konsep

dirinya. Memiliki konsep diri, seseorang akan membuka diri sehingga lebih

terbuka untuk menerima pengalaman dan gagasan baru. Konsep diri yang

kuat akan menjadikan percaya diri dan ringan dalam berinteraksi dengan

orang lain.

c. Atraksi interpersonal, artinya kesukaan kepada orang lain, sikap positif,

dan daya tarik seseorang. Pendapat dan penilaian kita kepada orang lain

bukan semata-mata karena pertimbangan rasional. Misalnya, kita tidak

Page 48: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

33

menyukai seseorang, maka kita cenderung melihat segala keburukannya.

Ketika kita menyukai seseorang, kita cenderung menyukai hal-hal

positifnya dan kadang mengabaikan sisi negatifnya.

d. Hubungan interpersonal. Dalam hubungan interpersonal, ada tiga faktor

penting yang memengaruhinya. Pertama, percaya (trust). Seseorang yang

percaya kepada orang lain menganggap bahwa orang tersebut memiliki

kemampuan, pengalaman, dan sifat-sifat yang disukai seperti bisa

diandalkan, jujur, dan konsisten. Kedua, suportif. Suportif artinya sikap

mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Perilaku suportif

ditampilakan seperti evaluasi, kontrol, strategi, netralitas, empati,

persamaan, dan kepastian. Ketiga, sikap terbuka. Sikap terbuka merupakan

lawan dari sikap tertutup atau dogmatis. Orang yang terbuka akan

menerima semua gagasan baru dan tidak kaku mempertahankan atau

membela kepercayaannya.

4. Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara individu-individu

yang memiliki latar belakang budaya berbeda. Budaya tersebut berasal dari

agama, suku, ras, dan golongan yang berbeda. Menurut Ali (2017: 12),

individu-individu yang berbeda budaya tidak harus selalu berasal dari negara

yang berbeda, ras atau suku yang berbeda, tetapi realitas yang ada

memerlihatkan bahwa setiap individu sudah berbeda budaya.

Page 49: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

34

Sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh budayanya. Ajaran agama

termasuk di dalam budaya tersebut. Meskipun tidak terlalu ditonjolkan, tetapi

dalam lingkungan sekitar dan budaya yang sama, mereka akan cenderung

memerlihatkan pengaruh ajaran agama tersebut.

Dalam komunikasi antarbudaya, psikobudaya sangat berpengaruh

terhadap efektivitas komunikasi. Sikap-sikap yang muncul di dalam lingkungan

sosial memberikan konsekuensi psikologis pada diri seseorang. Misalnya

stereotip, prasangka, dan etnosentrisme. Sikap tersebut memengaruhi cara kita

menafsirkan rangsangan yang datang lalu membuat kesimpulan atas perilaku

atau keyakinan orang lain. Hal ini yang mendorong pada judgement dan

mengarah kepada perpecahan.

Schram dalam Rakhmat dan Mulyana (1990: 7) memberikan solusi agar

komunikasi antarbudaya dapat berjalan efektif. Pertama, saling menghormati

anggota budaya lain. Kedua, menghormati budaya lain sebagaimana apa

adanya dan bukan seperti yang dikehendaki. Ketiga, menghormati hak anggota

budaya lain untuk bertindak berbeda dari cara kita bertindak. Keempat, harus

menyenangi hidup bersama di dalam budaya yang berbeda-beda.

5. Aliran Kebatinan

a. Pengertian Kebatinan

Menurut Hamka dalam Siagian (1993: 41), kebatinan berasal dari

bahasa Arab “batin” yang artinya “yang di dalam”. Sedangkan lawan

katanya adalah “dzahir” yang berarti “yang di luar”. Kata batin dipakai

Page 50: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

35

untuk menunjukkan sesuatu yang ada di dalam diri kita yaitu jiwa atau

nafsu. Menurut Hamka, kata kebatinan mungkin terambil dari nama suatu

golongan (pecahan yang mulanya timbul dalam Islam namun kemudian

keluar dari garis aslinya), yakni golongan “batiniah”. Golongan batiniah

merupakan suatu aliran Islam yang mementingkan urusan batin. Mereka

memberi arti Alquran tidak secara harfiah melainkan secara simbolik, begitu

juga terhadap ayat-ayatnya, lain dari yang umum.

Dalam pengertian yang lebih luas, pengembangan kata batin dikenal

sebagai kebatinan atau sebagai olah rasa, yang berarti melatih perasaan-

perasaan atau gerak-gerak hati. Batin yang tangguh memungkinkan orang

untuk tetap tenang dan tidak terganggu apa pun yang terjadi dalam dunia

lahir; tetap sabar dan menunggu saat yang tepat untuk bertindak; batin yang

kokoh membuat orang untuk dapat menerima hidup sebagaimana adanya

dan menyesuaikan diri terhadapnya.

Mulder (1997: 49) menyebut bahwa kebatinan adalah latihan dalam

menyadari dan merasakan, untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk

bertindak, untuk menyelaraskan diri dengan peristiwa-peristiwa kosmis,

untuk mengusahakan agar sesuai dengan Prinsip Ilahi, dan akhirnya

mengusahakan persatuan dengan asal dan tujuannya. Dengan

mengusahakannya manusia dapat menyadari dan mewujudkan Kebenaran

dalam diri sendiri. Dalam nuansa mistik inilah kebatinan mempunyai nuansa

Page 51: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

36

keagamaan yang jelas dan lebih merupakan upaya untuk mencapai

kebijaksanaan dan hidup bermoral.

Menekankan kebatinan yang kuat akan membawa pemusatan pada

diri yang kuat pula. Artinya dalam batin seseorang tersebut akan tersimpan

kewajiban moral dan etis, yang membawanya pada perilaku

mengembangkan budi, mencari kebijaksanaan, dan menyadari bahwa di

dunia mempunyai posisinya sendiri-sendiri. Proses tersebut akan

berkembang dalam sikap menghayati, yaitu turut mengalami dan merasakan

sesuatu dalam batin. Seseorang yang menghayati suatu kepercayaan disebut

sebagai penghayat kepercayaan.

Agama merupakan aturan-aturan yang datangnya dari Tuhan,

diturunkan kepada manusia sebagai pedoman hidup agar memperoleh

kebahagiaan di dunia dan akherat kelak. Agama dianggap sebagai suatu

jalan hidup bagi manusia (way of life) yang menuntun agar hidupnya tidak

kacau. Agama berfungsi untuk memelihara integritas manusia dalam

membina hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama manusia

dan dengan alam yang mengitarinya. Oleh sebab itu, agama pada dasarnya

berfungsi sebagai alat pengatur untuk terwujudnya integritas hidup manusia

dalam hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan alam yang

mengitarinya (Subqi, 2016: 168).

Page 52: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

37

Kepercayaan merupakan refleksi atas cara beragama yang tidak

hanya terbatas pada kepercayaan saja, tetapi juga merefleksi dalam

perwujudan-perwujudan tindakan kolektifitas umat.

b. Sifat-sifat Kebatinan

Djojodiguno dalam Siagian (1993: 47-48) menyebutkan bahwa

kebatinan mengandung 5 unsur, yaitu:

1) Sifat batin, merupakan sifat dimana segala pendapat duniawi tidak lebih

berarti daripada urusan kepada Ilahi.

2) Sifat rasa atau pengalaman rohani yang bersifat subyektif. Sifat ini

merupakan kehidupan religius yang timbul dari sebuah pengalaman,

dimana orang-orang kebatinan kemudian melatih diri sebagai manusia

menerima wahyu sendiri, yakni mendengar suara hati.

3) Sifat keaslian. Kebatinan membangkitkan hasrat individu untuk

mengembangkan keaslian yaitu mengutamakan bahasa dan tradisi lokal

untuk melawan pengaruh asing.

4) Hubungan erat antar warga negara, mereka bersatu karena merupakan

satu kelompok. Kesatuan dalam kelompok ini diwujudkan oleh orang-

orang yang mempunyai pandangan hidup yang sama dan diperkuat oleh

pertemuan-pertemuan berkala. Dari hal tersebut mereka memperoleh

kesatuan masing-masing dengan-Nya (Manunggaling Kawula-Gusti).

Faktor akhlak sosial. Kehidupan yang semakin hari menandakan adanya

kemerosotan moral di masyarakat, menimbulkan protes di kalangan kebatinan.

Page 53: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

38

Oleh karena itu, orang-orang kebatinan menyuarakan manusia lain untuk kembali

ke “jalan yang benar” melalui laku spiritualnya.

Page 54: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Mulyana (2013: 5),

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretatif (menggunakan

penafsiran) yang melibatkan banyak metode dalam menelaah masalah

penelitiannya. Sebagai sifat data, istilah kualitatif bukan dimaksudkan sebagai

lawan dari istilah kuantitatif. Data kuantitatif muncul justru sebagai instrumen

untuk menafsirkan temuan yang bersifat kuantitatif. Menurutnya, keberadaan

metode kualitatif berkesinambungan dengan kuantitatif dan dapat dikombinasikan,

meskipun salah satu kategori data misalnya data kualitatif lebih dominan daripada

data kuantitatif, atau sebaliknya.

Penelitian ini menempatkan manusia sebagai makhluk yang dinamis dan

mempertimbangkan kehidupan manusia yang selalu berubah, seperti halnya

komunikasi antar individu atau antar kelompok di dalam suatu masyarakat.

Karena itu, menggunakan metode kulaitatif lebih tepat karena metode kualitatif

lebih layak untuk menelaah sikap atau perilaku dalam lingkungan alamiah

ketimbang dalam lingkungan yang artifisial, seperti dalam survei atau eksperimen

(Mulyana, 2013:13).

Penelitian kualitatif relevan digunakan untuk pendekatan studi etnografi

komunikasi dalam meneliti pola komunikasi penghayat kepercayaan Sapta Darma

Page 55: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

40

di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan. Metode etnografi

komunikasi berbeda dengan etnografi konvensional. Hal ini diungkapkan oleh

Koeswarno (2008) yaitu pada etnografi komunikasi, fokus perhatiannya adalah

perilaku komunikasi dalam tema kebudayaan tertentu, jadi bukan keseluruhan

perilaku seperti dalam etnografi. Perilaku komunikasi menurut ilmu komunikasi

adalah tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak, ketika terlibat

dalam proses komunikasi. Etnografi komunikasi memulai penyelidikan dengan

mengenali perilaku yang khas dan kemudian mengakhirinya dengan penjelasan

pola-pola komunikasi dalam konteks. Perbedaan latar belakang budaya dan sistem

religi atau dalam hal ini adalah penghayat kepercayaan sebagai minoritas dan

masyarakat pemeluk agama sebagai mayoritas akan diteliti pola komunikasinya

kemudian dijabarkan secara dekriptif.

B. Objek Penelitian

Penelitian kualitatif menggunakan bahan realita sosial yang terdiri dari

tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (activity). Berkaitan

dengan judul yang telah dikemukakan, penulis akan mengambil para penghayat

kepercayaan Sapta Darma di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan

sebagai objek penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi yang diambil penulis untuk melakukan penelitian adalah Dusun

Legowo, Desa Duren, Kecamatan Bandungan. Di Dusun ini terdapat 5 Kepala

Keluarga (KK) yang merupakan penghayat kepercayaan Sapta Darma. Jumlah

Page 56: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

41

keseluruhan penghayat di dusun ini adalah 21 orang. Selain banyaknya penghayat,

corak pemeluk agama mayoritas seperti Islam, Katolik, dan Budha di Dusun

Legowo membuat pola-pola komunikasi diantara mereka semakin penting. Oleh

karena itu, tempat ini menjadi pilihan penulis untuk mengamati pola komunikasi

pengahayat. Selain itu, lokasi ini dipilih karena salah satu penghayat yaitu Edi

Pratikto merupakan ketua Persatuan Sapta Darma (Persada).

D. Sumber dan Jenis Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2009:157) sumber data

utama (primer) dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya

adalah data tambahan (sekunder) seperti dokumen, catatan penelitian, dan lain-

lain.

Dalam penelitian ini, kata-kata dan tindakan dari orang-orang yang diamati

merupakan sumber data utama (primer). Sumber data tersebut di dapat melalui

pengamatan berperanserta (partisipatory observation) yang melibatkan langsung

peneliti untuk melihat, mendengar, dan bertanya. Data utama merupakan hasil dari

proses wawancara dengan penghayat kepercayaan Sapta Darma di Dusun Legowo

Desa Duren Kecamatan Bandungan dan masyarakat sekitar. Instrumen yang

digunakan untuk mendapatkan data adalah catatan tertulis, perekam suara (tapes

recorder), dan kamera.

Selain sumber data utama, dalam penelitian ini menggunakan sumber data

kedua (sekunder). Sumber data sekunder ini merupakan sumber tertulis yang

meliputi buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi dari

Page 57: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

42

Persatuan Warga Sapta Darma (Persada) dan pemerintah desa setempat.

Sementara itu, foto menjadi sumber tambahan lain dalam mendukung

menghasilkan data deskriptif.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data primer untuk

keperluan penelitian. Pengumpulan data adalah langkah yang amat penting dalam

metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan untuk

menguji hipotesa yang sudah dirumuskan. Dalam penelitian ini, pengumpulan data

akan dilakukan langsung oleh peneliti dalam situasi yang sesungguhnya. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan teknik pengamatan

berperanserta (partisipant observation) dan wawancara mendalam (indepth

interview) yang berhubungan dengan data yang diperlukan. Selain itu,

pengumpulan data akan menggunakan teknik dokumentasi sebagai data

pendukung.

Lewat wawancara yang mendalam dan pengamatan berperanserta yang

intensif peneliti dapat merekam data sealamiah mungkin, dengan melukiskan apa

yang subjek alami, pikirkan, dan rasakan. Dalam Moleong (2009: 186) wawancara

adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara dan terwawancara. Pewawancara merupakan orang yang

mengajukan pertanyaan (interviewer), sedangkan terwawancara adalah orang yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu (interviewee).

Page 58: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

43

Menurut Hollan (2001: 48) dalam Mulyana (2013: 15), suatu metode yang

berdasarkan wawancara atau obrolan saja tanpa mengamati perilaku mereka atau

sekedar mengamati perilaku mereka tanpa meminta konfirmasi atas perilaku

mereka bisa menyesatkan. Dalam antropologi, metode semacam ini disebut Robert

LeVine sebagai ‘Etnografi berpusatkan manusia’ (Person-centered ethnography),

yakni upaya antropologis untuk mengembangkan cara-cara menguraikan dan

menganalisis perilaku manusia, pengalaman subjektif, dan proses pikologis yang

mendekati pengalaman yang sebenarnya. Jadi, penelitian akan memfokuskan pada

proses wawancara, namun tetap mengedepakan pengamatan terhadap perilaku

para pengahat.

Selain wawancara mendalam, peneliti juga melakukan pengamatan

berperanserta untuk mendapatkan data dan fakta di lapangan tentang pola

komunikasi penghayat di masyarakat. Dalam melakukan pengamatan

berperanserta, peneliti berpegang pada konsep Spradley. Dalam Endraswara

(2003: 240), Spradley melakukan pengamatan berperanserta dengan tahapan

menyimpan pembicaraan informan, membuat penjelasan berulang, menegaskan

pembicaraan informan, dan tidak menanyakan makna tetapi gunanya. Pengamatan

berpartisipasi dipilih untuk menjalin hubungan dengan informan. Pada saat

penelitian, penulis akan ikut mengikuti kegiatan penghayat Sapta Darma. Peneliti

akan bergabung dalam kegiatan sosial yang dilakukan oleh mereka. Selanjutnya,

berbagai kegiatan spiritual di sanggar akan diamati dari awal sampai akhir.

Dokumentasi berperan dalam proses pengamatan peribadatan di sanggar. Namun

Page 59: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

44

pengambilan foro tersebut harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak

mengganggu kekhusyukan dalam beribadah.

Dalam melakukan wawancara, peneliti akan menggunakan bahasa

Indonesia dan bahasa Jawa. Bahasa Indonesia digunakan untuk memudahkan

pemahaman yang umum antara peneliti dengan narasumber. Sedangkan bahasa

Jawa digunakan karena ada hal-hal dan ungkapan-ungkapan tertentu yang sulit

diungkap jika tidak menggunakan bahasa tersebut.

Hasil wawancara yang menggunakan bahasa Indonesia selanjutnya

ditranskrip. Adapun yang menggunakan bahasa Jawa dialihbahasakan ke dalam

bahasa Indonesia untuk memudahkan analisis. Namun, istilah-istilah yang

berbahasa Jawa, istilah-istilah yang suit diterjemahkan dan atau bahasa lokal yang

khas tidak akan diterjemahkan, melainkan hanya diberikan padanan katanya saja

(Endraswara, 2003: 241).

F. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Bikken dalam Moleong (2009: 248) analisis data

kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

kemudian mensintesiskannya, mencari, dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain.

Dalam penelitian ini, penulis akan menerapkan konsep analisis budaya

Geertz yang disebut “model for” dan “model of”. Menurut Banton dalam

Page 60: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

45

(Endraswara, 2003: 242) “model for” artinya konsep yang telah ada diterapkan ke

dalam realitas fenomena sosial budaya. Sedangkan “model of” artinya realitas

fenomena sosial budaya ditafsirkan atau dipahami. Penelitian ini akan

menggunakan “model of” untuk menafsirkan dan mengungkap pola komunikasi

dengan melakukan pengamatan berperanserta. Pengamatan berperanserta

(partisipatory observation) adalah suatu metode penelitian dimana peneliti

menyaksikan langsung peristiwa dengan seksama kemudian mencatat atau

merekam gejala apa saja yang terjadi lalu menafsirkan gejala tersebut.

Peneliti melakukan pengamatan dengan informan terhadap sikap, ucapan,

dan tindakan, sehingga terjadi penafsiran intersubjektif. Hasil penafsiran ini

kemudian dihubungkan dengan kerangka teori yang telah dibangun untuk

menemukan pemahaman makna terhadap pola komunikasi dan dampaknya bagi

penghayat maupun masyarakat sekitar.

Data akan disajikan secara deskriptif secara mendalam. Proses analisis

dilakukan seperti yang dijabarkan Seiddel dalam Moleong (2009: 248) yaitu

mencatat data lapangan dan memberi kode agar sumber data dapat ditelusuri;

mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat

ikhtiar, dan membuat indeksnya; berpikir dengan jalan membuat agar kategori

data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-

hubungan, serta membuat temua-temuan umum.

Page 61: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

46

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Penelitian ini melakukan triangulasi di antara sumber-sumber data yang

berbeda untuk meningkatkan akurasi. Emzir (2011: 82) menyebut Triangulasi

adalah proses penguatan bukti dari individu-individu yang berbeda, jenis data

dalam deskripsi dan tema-tema dalam penelitian kualitatif. Ia menjelaskan lebih

lanjut bahwa peneliti menguji setiap sumber informasi dan bukti-bukti temuan

untuk mendukung sebuah tema. Hal ini akan mendorong terciptanya penelitian

yang akurat karena informasi berasal dari berbagai sumber informasi, individu,

atau proses. Menggunakan triangulasi, peneliti akan mengembangkan suatu

laporan yang akurat dan kredibel.

Moleong (2006: 330-331) dalam Ibrahim (2015: 124) memaknai

Triangulasi sebagai teknik pemerikasaan keabsahan data penelitian dengan

membandingkan antara sumber, teori, maupun metode atau teknik penelitian. Oleh

karena itu, Moleong membagi teknik pemeriksaan keabsahan data menjadi tiga,

yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi teori.

Triangulasi sumber adalah salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data

dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari masing-masing

narasumber. Triangulasi metode adalah membandingkan data yang dihasilkan

dengan teknik yang berbeda. Misalnya, data hasil observasi dibandingkan dengan

data hasil wawancara, data hasil wawancara dibandingkan dengan data

dokumentasi, membandingkan keadaan seseorang dari berbagai perspektif atau

pendapat orang lain. Triangulasi teori dilakukan dengan cara membandingkan

Page 62: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

47

beberapa teori yang terkait secara langsung dengan data penelitian. Menurut

triangulasi teori ini, seorang peneliti berasumsi bahwa jika analisis telah

menguraikan pola, hubungan, dan menyertakan penjelasan yang muncul dari

analisis, maka penting untuk mencari tema atau penjelasan pemabanding atau

penyaring.

Page 63: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi yang diambil penulis untuk melakukan penelitian adalah Dusun

Legowo, Desa Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Provinsi

Jawa tengah. Kecamatan Bandungan berbatasan dengan Kecamatan Sumowono

di sebelah Barat, Kecamatan Bergas dan Kecamatan Bawen di sebelah Timur,

Kabupaten Kendal di sebelah Utara, dan Kecamatan Ambarawa di sebelah

Selatan. Desa Duren terletak di ketinggian 834 m. Jarak tempuh Desa Duren ke

kantor camat adalah 0,50 km sedangkan untuk ke kantor bupati sekitar 21 km.

Mayoritas penduduk Desa Duren berprofesi sebagai petani.

Kecamatan Bandungan dikenal memiliki masyarakat yang multikultur.

Hal demikian tercermin di salah satu dusunnya, yaitu Dusun Legowo.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Semarang Tahun

2016, jumlah penduduk di Dusun Legowo Desa Duren adalah 5.748 jiwa

dengan luas wilayah 3,08 Km. Penduduknya memiliki latar belakang agama

bermacam-macam yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha, Hindu,

Khonghucu, dan lainnya. Lainnya dalam hal ini merupakan penghayat

kepercayaan Sapta Darma. Penghayat Sapta Darma di dusun Legowo sejumlah

21 orang yang tergabung ke dalam 5 Kepala Keluarga (KK).

Page 64: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

49

Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Duren Kecamatan Bandungan

Keragaman di Dusun Legowo membuat pola-pola komunikasi di antara

masyarakatnya menjadi penting. Tempat ini menjadi pilihan yang tepat untuk

penulis dalam mengamati pola komunikasi pengahayat. Selain itu, lokasi ini

dipilih karena salah satu penghayat yaitu Edi Pratikto merupakan ketua

Persatuan Sapta Darma (Persada).

Page 65: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

50

2. Aliran Kebatinan Sapta Darma

a. Sejarah Berdirinya Sapta Darma

Sapta Darma merupakan salah satu aliran kebatinan (beberapa

penelitian menyebutnya dengan aliran kerokhanian) yang ada di Indonesia.

Sapta Darma lahir pada tanggal 27 Desember 1952 di Pare, Kediri, Jawa

Timur. Penerima wahyu ajaran ini adalah Hardjosapoero yang bergelar

Panuntun Agung Sri Gutama. Setelah ia wafat pada 16 Desember 1964,

istrinya yaitu Soewartini Martodihardjo yang bergelar Tuntunan Agung Sri

Pawenang, mengambil alih kepemimpinan hingga wafatnya pada 24 Mei

1996. Dalam buku wewarah dan beberapa penelitian, pengikut

Hardjosapoero sering disebut sebagai penghayat kepercayaan Sapta Darma

atau warga Sapta Darma.

Tujuan atau cita-cita dalam intisari ajaran Sapta Darma yaitu

Memayu-hayu Bagya Bawana. Dalam konsepsi ini, manusia diajarkan untuk

membudidayakan budi pekerti luhur dalam hidup agar bahagia di dunia dan

di alam langgeng. Jika ajaran (wewarah) tersebut dilaksanakan, maka

manusia dapat mencapai kesempurnaan hidup jasmani dan rohani sehingga

dapat memberikan pepadhang kepada seluruh umat.

Sapta Darma telah memiliki badan hukum sejak 17 Maret 1959. Di

dalam Sapta Darma terdapat 3 lembaga utama yaitu Tuntunan, Persatuan

Warga Sapta Darma (Persada), dan Yasra. Tuntunan bertugas mengurusi

urusan rohani, seperti memimpin sujud, membacakan teks suro, dan

Page 66: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

51

membina kegiatan di sanggar. Persada berkaitan dengan urusan pemerintah.

Organisasi ini dibentuk pada tanggal 27 Desember 1986 di Yogyakarta.

Segala bentuk komunikasi seperti mengurus adminitrasi penduduk dan

bertukar pikiran dengan pemerintah ditangani oleh Persada. Yayasan Srati

Darma adalah lembaga yang bertugas mengurusi keuangan. Yayasan ini

memiliki tujuan yaitu mengelola kebutuhan operasional Persada. Ada satu

prinsip utama dari warga Sapta Darma yang menjadi bagian dari Yasra,

yakni tidak boleh meminta kepada masyarakat. Pendanaan Persada hanya

berasal dari internal warga Sapta Darma. Orang yang memberikan dana

sering disebut sebagai orang yg darma atau beramal. Barang siapa warga

yang memiliki rejeki lebih, mereka dianjurkan untuk darma ke yayasan.

Warga Sapta Darma meyakini bahwa barang siapa menanam, pasti memetik

buahnya. Darma menjadi penting sebab akan menjadi bekal mereka di alam

langgeng. Darma nantilah yang menolong, bukan orang lain. Keberadaan

darma ini sekaligus menegaskan bahwa di dalam ajaran Sapta Darma antara

jasmani dan rohani harus seimbang.

Kini, jumlah penghayat Sapta Darma mencapai ribuan orang dengan

penghayat terbanyak berada di daerah Jawa Tengah. Kepercayaan Sapta

Darma terus berkembang dan penghayatnya mulai tersebar di seluruh

wilayah Indonesia.

Page 67: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

52

b. Sesanti sebagai Semboyan Warga Sapta Darma

Sesanti atau semboyan warga Sapta Darma dalam bahasa Indonesia

berbunyi “Dimana saja, kepada siapa saja, warga Sapta Darma harus

senantiasa bersinar laksana surya.” (Ing ngendi bae, marang sapa bae,

warga Sapta Darma kudu suminar pindha baskara). Sesanti ini bermakna

bahwa setiap warga Sapta Darma berkewajiban untuk selalu siap membantu

siapa saja yang memerlukan bantuan. Mengacu pada salah satu isi wewarah

tujuh, sesanti ini juga menguatkan agar penghayat selalu memiliki sifat adil

dan welas asih kepada siapa pun, tidak boleh membeda-bedakan termasuk

dalam memberi bantuan.

c. Simbol Pribadi Manusia sebagai Identitas Warga Sapta Darma

Pada umumnya, organisasi agama Jawa memiliki lambang atau

simbol. Simbol spiritual tersebut tidak hanya sebagai identitas, tetapi juga

sebagai gambaran wadah etika yang harus ditaati, ketika hendak menuju

sangkan paran. Selain itu, simbol juga berfungsi sebagai simbol kebanggaan

warga penghayat, memiliki khasiat tertentu, dan melukiskan cita-cita luhur.

Endraswara (2015: 125) mengemukakan bahwa ajaran yang berupa

doktrin dan simbol merupakan tuntunan; hidup manusia itu tidak diam,

melainkan bergerak mengitari poros dan menuju ke suatu titik yang

menakjubkan yaitu kemanunggalan. Untuk mencapai titik tersebut yang

diyakini adalah keindahan dan kebahagiaan yang hakiki, penghayat

senantiasa menghayati budi luhur dalam kehidupan sehari-hari.

Page 68: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

53

Sapta Darma memiliki simbol berbentuk belah ketupat dengan

dominasi warna hijau. Semua yang tertuang di dalam simbol tersebut

memiliki makna dan fungsi spiritual, khususnya berkaitan dengan Sang

Pencipta dan makhluk-Nya. Di dalam kitab Wewarah Kerokhanian Sapta

Darma, simbol tersebut dihayati sebagai Simbol Pribadi Manusia. Adapun

simbolnya adalah sebagai berikut.

Gambar 4.2 Simbol Pribadi Manusia

Makna dari simbol kerokhanian Sapta Darma, yaitu:

1) Persegi yang berbentuk belah ketupat menggambarkan asal mula

terbentuknya manusia, yaitu: sudut atas artinya sinar Allah, sudut bawah

Page 69: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

54

artinya sari-sari bumi, sudut kanan dan sudut kiri artinya perantara

terbentuknya manusia adalah ayah dan ibu.

2) Tepi belah ketupat yang berwarna hijau tua menggambarkan wadah (raga)

manusia.

3) Dasar warna hijau muda (maya), menggambarkan sinar cahaya Allah.

Artinya, di dalam raga manusia terdapat sinar cahaya Allah

4) Segitiga sama sisi (wajikan) yang berwarna putih (pethak) dengan tepi

kuning emas (winengku) menunjukkan asal terjadinya manusia dari tri

tunggal, yaitu sudut atas melambangkan Sinar Cahaya Allah, sudut kanan

bawah melambangkan air sarinya Bapak, sudut kiri bawah melambangkan

air sarinya ibu. Warna kuning emas melambangkan keluhuran, sedangkan

warna putih melambangkan kesucian. Warga Sapta Darma harus

memahami bahwa asal terjadinya manusia dari barang yang bersih atau

suci. Maka dari itu, mereka seharusnya “pulang” kepada Allah dengan

keadaan suci seperti asalnya, melalui jasmani dan rohani (batin) yang

senantiasa bersih.

5) Segitiga sama sisi (wajikan) yang tertutup lingkaran hitam, merah, kuning,

putih membentuk tiga buah segitiga sama sisi. Masing-masing segitiga

mempunyai tiga sudut, sehingga jumlahnya menjadi sembilan sudut. Ini

melambangkan bahwa manusia memiliki sembilan lubang (babahan hawa

sanga) yaitu; mulut ada satu lubang, mata ada dua lubang, hidung ada dua

Page 70: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

55

lubang, telinga ada dua lubang, kemaluan ada satu lubang, pembuangan

ada satu lubang.

6) Lingkaran melambangkan keadaan manusia yang selalu berubah-ubah

(anyakra manngilingan). Ketika mati, roh manusia akan kembali kepada

Hyang Maha Kuasa ing Alam Langgeng, sedangkan jasmani akan kembali

kepada asalnya, yaitu sari-sari bumi. Di alam yang kekal manusia akan

mempertangungjawabkan perbuatannya di dunia. Mereka akan kembali ke

asalnya lagi jika ia berbudi luhur.

7) Warna hitam (cemeng) melambangkan nafsu yang keluar dari mulut ketika

manusia berbicara, misalnya kata-kata kotor. Munculnya nafsu ini

disebabkan oleh daya nafsu yang sudah beku. Nafsu hitam dapat hilang dan

menjadi bersih ketika penghayat rajin sujudan dan berbicara baik terhadap

siapa saja.

8) Warna merah (abrit) melambangkan nafsu amarah yang keluar dari telinga

ketika manusia marah. Munculnya nafsu ini karena telinga mendengar atau

pengrasa menemukan hal-hal yang tidak cocok dengan rasa dirinya. Maka

sifat amarahnya keluar dan melampiaskannya kepada siapa saja yang

dikehendaki. Maka manusia harus menghilangkan sifat buruk tersebut

dengan tidak mendengar sesatu yang jelek. Apabila mendengar, tidak usah

dirasakan atau diabaikan saja.

9) Warna kuning (jene) melambangkan nafsu keinginan yang timbul karena

indera penglihatan. Mata dapat ditujukan untuk keinginan melihat hal-hal

Page 71: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

56

yang baik atau hal-hal yang tidak baik. Maka manusia harus menuntun

keinginan tadi kepada tujuan yang benar lagi baik.

10) Warna putih (pethak) melambangkan nafsu perbuatan yang suci. Saat

manusia memiliki nafsu ini, maka ia memperoleh sinar Allah, sehingga

nafsunya suci dan bersih. Berdasarkan makna warna-warna tersebut, jika

manusia ingin waskita, maka ia harus bisa berperilaku baik. Mata

digunakan untuk melihat hal-hal yang baik saja, telinga hanya untuk

mendengar kalimat-kalimat yang baik saja, dan mulut hanya untuk

berbicara yang baik-baik saja.

11) Besar kecilnya lingkaran menandakan besar kecilnya empat sifat tadi

yang dimiliki manusia. Maka manusia harus bisa membedakan nafsu

yang baik dan nafsu yang buruk.

12) Lingkaran di tengah-tengah berwarna putih yang ditutup gambar semar,

ini melambangkan lubang ke sepuluh yang tertutup (pudhak sinumpet)

yang letaknya di ubun-ubun. Gambar lingkaran (embun-embunan)

berwarna putih menggambarkan Nur cahaya atau Nur putih. Nur petak

adalah hawa suci (Hyang Maha suci).

13) Gambar semar melambangkan budi luhur. Warga Sapta Darma

diharapkan memiliki bebuden kados Semar.

14) Gambar semar menunjuk, melambangkan bahwa tidak ada sesembahan

yang bisa disembah kecuali Allah.

15) Semar menggenggam, melambangkan bahwa ia telah memiliki keluhuran.

Page 72: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

57

16) Lipatan kainnya (kampuh) lima menunjukkan bahwa Semar telah

memiliki dan dapat menjalankan lima sifat Allah: Agung, Rokhim,

Wasesa, Adil, dan Langgeng. Semar memakai kelintingan, suatu tanda

agar orang mendengar. Maka, warga Sapta Darma memiliki kewajiban

agar selalu menjadi pepadhang kepada siapa saja (Darma Pepadahang).

Semar menggenggam pusaka menunjukkan bahwa tutur katanya

(sabdanya) selalu suci (Sabda Waskitha Tunggal).

17) Tulisan dengan huruf jawa: nafsu, budi, pekerti, berisi petuah bahwa

pribadi manusia memiliki nafsu, budi, pekerti (baik dan buruk). Tulisan

Sapta Darma artinya; Sapta artinya tujuh, Darma artinya amal kewajiban

suci. Maka dari itu, warga Sapta Darma wajib menjalankan isi Wewarah

Tujuh seperti yang dikehendaki Hyang Maha Kuasa.

Simbol Pribadi Manusia menggambarkan isi manusia yang perlu

dipahami oleh warga Sapta Darma. Mereka wajib mewujudkan budi pekerti

yang luhur demi tercapainya kesucian diri.

d. Sanggar sebagai Tempat Ibadah Warga Sapta Darma

Sanggar adalah tempat dimana penghayat Sapta Darma melakukan

ibadah. Sanggar dibagi menjadi dua, yaitu Sanggar Candi Busana yang

letaknya di daerah-daerah dan Sanggar Sapta Rengga yang hanya terdapat di

Yogyakarta sebagai pusat peribadatan. Pada dasarnya, kegiatan ibadah

seperti sujudan bisa dilakukan di rumah, namun berdasarkan pengamatan

penulis, penghayat sering melakukannya bersama-sama di sanggar.

Page 73: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

58

Dalam acara tertentu seperti peringatan hari kemerdekaan Indonesia

dan turunnya wahyu, kegiatan ibadah biasanya dilakukan bersama-sama di

pusat sanggar setiap daerah secara bergiliran. Untuk melaksanakan ibadah,

warga Sapta Darma menunjuk seorang Tuntunan yang bertugas sebagai

pemimpin dan bertanggungjawab dalam membina kegiatan spiritual

penghayat di sanggar. Waktu untuk melakukan ibadah di sanggar boleh

sewaktu-waktu, tetapi lebih diutamakan bila waktunya ditentukan terlebih

dahulu. Umumnya, ibadah dilakukan pada pukul 19.00 WIB, 23.00 WIB,

dan 01.00 WIB, sesuai kemampuan penghayat.

Gambar 4.3 Sanggar Candi Busana Legowo

Page 74: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

59

3. Ajaran Pokok Sapta Darma

a. Wewarah Pitu

Wewarah Pitu yang berarti ‘tujuh ajaran’, merupakan kewajiban dan

pedoman hidup yang harus dijalankan oleh setiap penghayat Sapta Darma.

Wewarah Tujuh tidak boleh dipisah-pisahkan, sebab itu merupakan satu

kesatuan. Berdasarkan Buku Wewarah Sapta Darma, wewarah pitu yang

harus dilaksanakan oleh penghayat dalam kehidupan adalah sebagai berikut:

1) Setia kepada Allah Hyang Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil,

Maha Wasesa, Maha Langgeng (Setya Tuhu marang Allah Hyang Maha

Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha Wasesa, lan Maha Langgeng).

Di dalam Sapta Darma, sifat Allah ada 5, yaitu:

a) Allah Hyang Maha Agung, artinya tidak ada yang menyamai

keagungan dan budi Allah. Maka, manusia harus memiliki watak

berbudi kepada sesama umat.

b) Allah Hyang Maha Rokhim, artinya tidak ada yang menyamai belas

kasihan Allah. Maka, manusia harus memiliki watak kasih dan

sayang kepada sesama umat.

c) Allah Hyang Maha Adil, artinya tidak ada yang menyamai keadilan

Allah. Maka, manusia harus bertindak adil kepada siapa saja.

d) Allah Hyang Maha Wasesa, artinya Allah yang berkuasa

menciptakan alam dan seisinya. Maka kita sebagai manusia diberi

Page 75: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

60

purbawasesa, yaitu dapat menguasai atau mengendalikan nafsunya,

serta mampu untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya.

e) Allah Hyang Maha Langgeng, artinya Allah memiliki sifat abadi dan

tidak ada yang menyamai-Nya. Maka, manusia yang sehat jasmani

dan rohaninya semua berasal dari Sinar Cahaya Allah.

2) Dengan jujur dan suci hati, harus setia menjalankan perundang-

undangan negaranya (Kanthi jujur lan sucining ati, kudu setya

anindakake angger-angger ing negarane). Segala peraturan maupun

Undang-Undang yang dibuat oleh pemerintah memiliki tujuan yang baik

bagi negara dan warga negaranya. Maka, warga penghayat harus jujur

dan memiliki hati suci dalam mematuhi peraturan tersebut demi

terciptanya Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur.

3) Turut serta menyingsingkan lengan baju, menegakkan berdirinya nusa

dan bangsanya (Melu cawe-cawe acancut tali wanda njaga adeging

nusa lan bangsane). Warga penghayat tidak boleh bersikap masa bodoh,

melainkan harus turut bergotong royong membantu tenaga, pikiran,

maupun materi menurut kemampuan masing-masing untuk mewujudkan

kemajuan, kenyamanan, dan kesejahteraan bagi nusa bangsa.

4) Menolong kepada siapa saja bila perlu, tanpa mengharapkan sesuatu

balasan, melainkan berdasarkan rasa cinta dan kasih (Tetulung marang

sapa bae yen perlu kanthi ora nduweni pamrih apa bae, kajaba mung

rasa welas lan asih).

Page 76: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

61

5) Berani hidup berdasarkan kepercayaan atas kekuatan diri sendiri (Wani

urip kanthi kapitayan saka kekuwatane dhewe). Manusia dibekali

dengan akal budi dan segala alat untuk mencukupi hidupnya. Warga

penghayat harus dapat mengguna bekal tersebut untuk memenuhi

kebutuhan hidup, mengupayakannya melalui kekuatan sendiri dan

jangan sampai bergantung kepada orang lain. Selain itu mereka harus

jujur, tidak boleh menginginkan milik orang lain atau membiarkan

nafsunya merugikan orang lain.

6) Sikapnya dalam hidup bermasyarakat atau berhubungan dengan orang

lain harus susila dengan halusnya budi pekerti, selalu menjadi pencerah

dan bermanfaat (memuaskan) bagi orang lain (Tanduke marang warga

bebrayan kudu susila, kanthi alusing budi pakarti tansah agawe

pepadhang lan mareming liyan). Warga penghayat harus bisa

berhubungan (sesrawungan) dengan siapa saja, baik itu laki-laki,

perempuan, tua-muda, kaya-miskin, dan sebagainya. Untuk itu dalam

berinteraksi mereka harus memiliki sifat rendah hati (andhap asor),

halus budi pekertinya, dan membuat lega orang lain.

7) Yakin bahwa keadaan dunia itu tiada abadi, melainkan selalu berubah-

ubah (Yakin yen kahanan donya iku ora langgeng, tansah owah gingsir

(anyakra manggilingan)).

Page 77: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

62

b. Inti Sari Cita-cita Kerohanian Sapta Darma

Tujuan atau cita-cita dalam inti sari ajaran Sapta Darma yaitu

Memayu-hayu Bagya Bawana. Dalam konsepsi ini, manusia diajarkan untuk

membudidayakan budi pekerti luhur agar dapat mencapai kebahagiaan di

dunia dan alam langgeng. Cita-cita dapat terwujud bila warga penghayat

bisa menerapkan ajaran (wewarah) dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,

mereka harus menciptakan kesempurnaan hidup jasmani dan rohani serta

dapat memberi pepadhang kepada seluruh umat.

Inti sari Wewarah Sapta Darma yang ditularkan kepada semua umat

dirangkum sebagai berikut:

1) Menanamkan tebalnya kepercayaan yang menunjukkan bukti-bukti

Allah Maha Tunggal, yang menguasai alam dan seiisinya. Allah

memiliki lima sifat yaitu Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil,

Maha Wasesa, Maha Langgeng. Oleh karena itu, manusia wajib

mengangungkan Asma Allah dan menjalankan perintah-perintahNya.

2) Melatih kesempurnaan sujud, yaitu menyembahnya rohani kepada Allah

Hyang Maha Kuasa untuk mencapai budi luhur dengan cara-cara yang

sederhana dan baik.

3) Mendidik manusia untuk bertindak suci dan jujur, mencapai nafsu putih,

memiliki budi pekerti baik untuk mencapai keluhuran dan keutamaan

sebagai bekal hidup bermasyarakat di dunia dan alam langgeng. Sapta

Darma mendidik warganya agar menjadi “Satriya Utama” yang selalu

Page 78: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

63

susila berbudi bawa leksana, pengasih dan penyayang, senang

menolong siapa saja yang membutuhkan. Selain itu juga mendidik agar

warga bisa hidup dengan kekuatannya sendiri, sepi ing pamrih rame ing

gawe dimana, kapan, dan dengan siapa saja. Maka isi Wewarah Tujuh

wajib dipahami, dihayati, dan dilaksanakan.

4) Memberikan pelajaran kepada warganya untuk dapat mengatur

hidupnya. Jasmani dan rohani harus ditata sehingga dapat membagi

waktunya dengan baik. Misalnya waktu siang untuk bekerja demi

mencukupi kebutuhn jasmani, sedangkan waktu malam untuk mecukupi

kebutuhan rohani. Jika keduanya dapat dilaksanakan dengan tertib,

maka luhurnya jasmani dan rohani dapat diraih.

5) Menjalankan Wewarah Tujuh dengan melatih kesempurnaan sujud.

Kesempurnaan sujud dapat diraih bila warga melakukannya dilandasi

ikhlas, sungguh-sungguh, dan penuh rasa halus. Menurut Sapta Darma,

hal ini dapat menjadikan manusia memiliki ketajaman dan kewaspadaan

(waskitha) yang bermacam-macam, seperti waskita dalam penglihatan

(waskitha ing pandulu), waskita dalam pembauan (waskitha ing

pangganda), waskita dalam pendengaran (waskitha ing pamiyarsa),

waskita dalam perasaan (waskitha ing rasa), dan waskita dalam berucap

(waskitha ing pangandika).

6) Menghilangkan kepercayaan terhadap takhayul. Sampai sekarang ini

fenomena tentang takhayul masih dipercaya oleh sebagian masyarakat

Page 79: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

64

Indonesia. Hal tersebut dapat menghambat kemajuan bangsa termasuk

hubungan bermasyarakat. Maka dari itu, Sapta Darma hanya

mengajarkan untuk mengagungkan Allah Hyang Maha Tunggal dan

menyadarkan bahwa manusia adalah golongan yang paling luhur di

dunia. Bagi penghayat yang telah melakukan sujud, harus menjalankan

kewajiban Wewarah Tujuh, tidak perlu lagi takut akan hari, bulan,

musim dan waktu-waktu tertentu lainnya untuk melaksanakan

pekerjaannya.

Warga penghayat Sapta Darma yang bersungguh-sungguh

menggapai tujuan dengan menjalankan wewarah yang telah diajarkan, ia

pasti dapat meraih ketenangan pribadi, kebahagiaan di dunia dan alam

langgeng.

4. Ibadah Penghayat Sapta Darma

a. Sujud

Sujud merupakan salah satu bentuk ibadah penghayat Sapta Darma

dalam upayanya mendekatkan diri kepada Allah Hyang Maha Kuasa.

Penghayat Sapta Darma diwajibkan sedikitnya satu kali sehari melakukan

sujud. Apabila lebih dari sekali itu adalah lebih baik. Sujud bisa dilakukan di

sanggar bersama Tuntunan, tetapi bisa juga dilakukan sendiri di rumah.

Pelaksanaannya bisa kapan saja, namun lebih baik jika waktunya ditentukan.

Tata cara melakukan sujud dimulai dengan duduk menghadap ke

Timur. Untuk laki-laki duduk bersila, sementara untuk perempuan duduk

Page 80: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

65

bertimpuh. Tangannya bersedekap, yang kiri di dalam dan yang kanan

berada di luar. Selanjutnya menentramkan hati, mata melihat lurus ke depan

kira-kira 1 meter dari tempat duduk. Posisi duduk tegap dengan kepala dan

tulang pinggul segaris lurus.

Setelah duduk dan hati merasa tenteram, akan muncul getaran di

dalam tubuh dari bawah ke atas, kemudian rasa menjalar sampai kepala.

Itulah tanda lidah pating trecep, yang menjadi tanda untuk menutup mata

sambil mengucapkan di dalam batin, “Allah Hyang Maha Agung, Allah

Hyang Maha Rokhim, Allah Hyang Maha Adil.”

Gambar 4.4 Posisi Duduk Sebelum Sujud

Apabila kepala telah terasa berat, itu adalah tanda bahwa rasa

(getaran) sudah berkumpul semua di kepala. Rasa inilah yang menjadikan

badan tergoyang. Setelah itu kemudian mulai terasa sari-sari air suci yang

ada di tulang ekor. Jalannya sari air merambat sangat halus, naik lewat

Page 81: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

66

tulang-tulang, mendorong tubuh untuk membungkuk. Membungkuknya

badan berlangsung terus sampai dahi jatuh menyentuh gelaran. Ketika dahi

menempel di kain mori (siti), penghayat mengucap dalam batin, “Hyang

Maha Suci Sujud Hyang Maha Kuasa,” sebanyak tiga kali.

Setelah membungkuk, kepala diangkat pelan-pelan ke atas hingga

duduk tegak lagi seperti sikap awal. Begitu seterusnya sampai membungkuk

yang kedua dan membaca di dalam batin dengan ucapan, “Kesalahane

Hyang Maha Suci Nyuwun Ngapura Hyang Maha Kuasa,” sebanyak tiga

kali.

Kepala diangkat lagi seperti proses awal tadi, lalu membungkuk dan

membaca di dalam batin dengan ucapan “Hyang Maha Suci Mertobat

Hyang Maha Kuasa,” sebanyak tiga kali. Kemudian duduk lagi, hati masih

dalam sikap tenang untuk beberapa menit. Akhirnya sujud pun selesai.

Gambar 4.5 Sujud

Page 82: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

67

Kalimat yang dibaca saat sujud mengandung makna. Pertama,

kalimat tersebut mengagungkan nama Allah dan sarana mengingat

keagungan Hyang Maha Kuasa. Tidak hanya dibaca dalam batin ketika

memulai sujud, kalimat tersebut juga senantiasa diucapkan sewaktu-waktu

saat warga Sapta Darma memulai pekerjaan. Kedua, kalimat yang diucapkan

dapat menjadikan kesucian yang meresap di dalam pribadi warga penghayat.

Kalimat ini juga merupakan sarana memasrahkan diri, bahwa roh suci dan

segala ada atau tidaknya hanya bergantung pada Hyang Maha Kuasa.

Ketiga, menandakan kepasrahan meminta pengampunan kepada Hyang

Maha Kuasa atas semua kesalahan yang telah dibuat.

b. Hening

Hening (ening) yang disebut juga sebagai semedi adalah kegiatan

menentramkan rasa dan pikiran. Semua carut-marut dalam hati dan angan

dikosongkan, rasa yang dimiliki hanya tertuju kepada Satriya Utama.

Apabila tubuh bergerak namun pikiran tenang (ayem), artinya ia sudah

hening. Sebaliknya, meskipun tubuh tenang tetapi hati campur-aduk, artinya

ia belum bisa disebut hening.

Hening tidak boleh dibuat main-main. Hening hanya boleh dilakukan

untuk tujuan yang luhur. Tujuan luhur yang dimaksud adalah untuk

menerima perintah dari Hyang Maha Kuasa, melihat arwah leluhur yang

sudah meninggal kemudian memintakan pengampunan, melihat roh

penasaran di tempat angker (papan wingit) dan memintakan pengampunan

Page 83: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

68

baginya supaya tidak mengganggu manusia, intropeksi diri atas tindakan dan

perkataan yang telah dilakukan serta mengharapnya agar senantiasa baik,

melihat saudara yang jauh apabila ada keperluan yang penting.

c. Tukar Hawa, Olah Rasa, dan Racut

Tukar hawa (ulah hawa) merupakan suatu usaha atau tindakan yang

dilakukan untuk melepaskan atau menghilangkan rasa lelah. Kelelahan yang

dimaksud misalnya sehabis kerja berat, setelah melakukan perjalanan jauh,

dan sebagainya. Cara melakukan tukar hawa diawali dengan berbaring

membujur Timur. Kedua tangan diletakkan lurus di samping tubuh, telapak

tangan menghadap atas. Seluruh tubuh harus dalam keadaan kendor

(sumeleh). Pikiran dan angan-angan dihentikan kegiatannya, sehingga

keadaan tubuh atau pribadi dalam suasana benar-benar tenang. Raga dapat

merasakan pernapasan hingga halus agar dapat mengimbangi keluar atau

masuknya hawa tubuh. Aktivitas ini dilakukan selama sepuluh hingga lima

belas menit, kemudian dihentikan. Selanjutnya adalah mandi dan dianjurkan

mandi dengan menggunakan air panas atau hangat untuk memulihkan tubuh

agar segar kembali.

Page 84: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

69

Gambar 4.6 Tukar Hawa

Tukar rasa (ulah rasa) adalah suatu usaha atau tindakan yang

dilakukan untuk mengadakan penelitian tentang jalannya rasa atau getaran

yang ada di seluruh tubuh. Ini dilakukan ketika sujud. Caranya yaitu setelah

selesai sujud wajib menambah satu bungkukan lagi sambil mengucap di

dalam hati, “Njaluk gerake rasa.” Kemudian dilanjutkan dengan berbaring

seperti tata cara melakukan Tukar Hawa. Berbaring membujur ke Timur,

kedua tangan diletakkan lurus di samping tubuh, telapak tangan menghadap

atas. Ketika pernapasan sudah halus, rasakan atau teliti jalannya getaran dari

telapak kaki yang merambat perlahan-lahan dan terasa halus sekali meliputi

seluruh tubuh.

Apabila pakaian yang dikenakan saat Tukar Rasa ketat, penghayat

harus melonggarkannya agar tidak mengganggu jalannya kegiatan. Pikiran

digunakan untuk merasakan atau menyelidiki (intropeksi) jalannya geteran

dari kaki ke seluruh badan, meneliti rasa yang berjalan lewat perangai badan

Page 85: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

70

yang paling halus. Selain itu juga merasakan jalannya denyut jantung, keluar

masuknya udara lewat pori-pori. Apabila dilakukan dengan sabar dan teliti

akan diketahui seperti apa jalannya sari-sari, geteran-geteran, dan denyut

jantung. Ulah rasa dapat untuk menciptakan kewaspadaan, panggoda

pangandika, dan rasa.

Racut artinya memisahkan rasa (rohani) dan perasa (jasmani). Saat

racut, jasmani (pikiran, angan-angan, kemauan) akan dibekukan. Sedangkan

rohani akan menghadap Hyang Maha Kuasa untuk mengetahui tempat

berpulang ketika ia ada di alam langgeng. Hal ini mengisyaratkan

“Manungsa kudu bisa mati sajroning urip supaya weruh rupa lan rasane”.

Maksudnya adalah bahwa manusia harus bisa mati ketika masih hidup agar

bisa tahu rupa dan rasa ketika mati nanti. Dengan mengetahuinya, ketika

manusia kembali ke alam dunia, ia dapat menghilangkan nafsu buruk dan

mengamalkan budi yang luhur

Racut dilakukan saat sujud wajib. Setelah selesai satu bungkukan

penghayat mengucapkan dalam batin, “Hyang Maha Suci Sowan Hyang

Maha Kuasa,” kemudian berbaring seperti tukar hawa dan tukar rasa.

Namun, tangan tidak diletakkan di samping badan, melainkan ditumpuk di

dada. Posisi telapak tangan tengkurap, yang kanan ditumpangkan di atas

yang kiri. Pikiran dikosongkan seperti Satriya Utama untuk merasakan

keluarnya Nur Pethak (Hyang Maha Suci) dari embun-embun.

Page 86: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

71

Gambar 4.7 Racut

Racut merupakan salah satu ibadah yang sangat sulit, maka dari itu

membutuhkan kesabaran, ketelitian, dan ketenteraman. Latihan sangat baik

untuk dilakukan setiap ada waktu luang di rumah. Jika sering dipraktekkan,

racut bisa memberikan kewaspadaaan (kewaskitaan) yang tinggi pada diri

seseorang.

B. Pembahasan

1. Pola Komunikasi Memayu Hayuning Pribadi

Memayu Hayuning Pribadi berarti berbuat baik terhadap diri sendiri.

Dalam pandangan penghayat Sapta Darma, berbuat baik terhadap ruh atau jiwa

pribadi wajib dilakukan sebelum berbuat baik terhadap orang lain. Berbagai

aktivitas pendukung Memayu Hayuning Pribadi yang dilakukan adalah hening

(ening), tukar hawa, tukar rasa, dan racut. Semua itu dilakukan bertujuan untuk

Page 87: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

72

menentramkan hati dan pikiran, menghilangkan rasa lelah dan carut-marut

dunia, serta menjadikan diri (pribadi) menjadi lebih baik.

Memayu Hayuning Pribadi merupakan salah satu wujud religiusitas

penghayat terhadap ajaran Sapta Darma. Glock dan Stark dalam M. Effendi

dkk (2018: 128) menyebut religiusitas sebagai komitmen religius yang

berhubungan dengan agama atau keyakinan, dan yang dapat dilihat melalui

aktivitas atau perilaku individu berkaitan dengan agama atau keyakinan yang

dianut.

Dalam menanamkan Memayu Hayuning Pribadi, penghayat senantiasa:

a. Meningkatkan keimanan mereka terhadap Allah Maha Tunggal, yang

menguasai alam dan seiisinya. Allah memiliki lima sifat yaitu Maha

Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha Wasesa, Maha Langgeng. Oleh

karena itu, penghayat wajib mengangungkan Asma Allah dan menjalankan

perintah-perintahNya.

b. Melatih kesempurnaan sujud, yaitu menyembahnya rohani kepada Allah

Hyang Maha Kuasa untuk mencapai budi luhur dengan cara-cara yang

sederhana dan baik. Kesempurnaan sujud dapat diraih bila penghayat

melakukannya dilandasi dengan rasa ikhlas, sungguh-sungguh, dan penuh

rasa halus. Menurut ajaran Sapta Darma, apabila hal ini dapat dilakukan,

akan menjadikan pribadi memiliki ketajaman dan kewaspadaan (waskitha),

seperti waskita dalam penglihatan (waskitha ing pandulu), waskita dalam

pembauan (waskitha ing pangganda), waskita dalam pendengaran

Page 88: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

73

(waskitha ing pamiyarsa), waskita dalam perasaan (waskitha ing rasa), dan

waskita dalam berucap (waskitha ing pangandika).

c. Mendidik pribadi untuk bertindak suci dan jujur, mencapai nafsu putih,

memiliki budi pekerti baik untuk mencapai keluhuran dan keutamaan

sebagai bekal hidup bermasyarakat di dunia dan alam langgeng. Jiwa harus

selalu diisi dengan susila berbudi bawa leksana, pengasih dan penyayang,

senang menolong siapa saja yang membutuhkan.

d. Selalu berusaha untuk hidup dengan kekuatannya sendiri, sepi ing pamrih

rame ing gawe dimana, kapan, dan dengan siapa saja. Maka isi Wewarah

Tujuh wajib dipahami, dihayati, dan dilaksanakan.

e. Memberikan pelajaran kepada diri sendiri untuk dapat mengatur hidup.

Jasmani dan rohani harus ditata sehingga dapat membagi waktunya dengan

baik. Misalnya waktu siang untuk bekerja demi mencukupi kebutuhn

jasmani, sedangkan waktu malam untuk mecukupi kebutuhan rohani. Jika

keduanya dapat dilaksanakan dengan tertib, maka luhurnya jasmani dan

rohani dapat diraih.

f. Menghilangkan kepercayaan terhadap takhayul. Sampai sekarang ini

fenomena tentang takhayul masih dipercaya oleh sebagian masyarakat

Indonesia. Hal tersebut dapat menghambat kemajuan bangsa termasuk

hubungan bermasyarakat. Maka dari itu, Sapta Darma hanya mengajarkan

untuk mengagungkan Allah Hyang Maha Tunggal dan menyadarkan bahwa

manusia adalah golongan yang paling luhur di dunia.

Page 89: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

74

2. Pola Komunikasi Memayu Hayuning Keluarga

Menurut Bungin (2017: 45), keluarga merupakan kelompok formal-

primer yang memiliki hubungan sosial bersifat sangat mendasar, penuh cinta

dan kasih sayang serta persaudaraan yang erat. Bungin menjelaskan bahwa

faktor utama terbentuknya sebuah keluarga adalah terdapat hubungan darah

atau adanya perkawinan di antara dua orang. Keluarga pada umumnya

memiliki hubungan timbal balik yang terjadi secara intensif-fungsional dan

emosional. Intensif-fungsional artinya ukuran bertemunya lebih sering dan

terjadi ikatan saling membutuhkan yang kuat. Sedangkan emosional

menyatakan bahwa ada ikatan saling memiliki di antara satu dengan yang lain.

Di dalam keluarga, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina,

karena itu adalah kunci agar ikatan emosional dan perasaan saling memiliki

selalu terjaga. Meskipun setiap anggota keluarga memiliki cara sendiri-sendiri

untuk berkomunikasi, namun pola komunikasi kolektif yang dibangun di dalam

keluarga adalah penting, sebab itu merupakan penguatan dari nilai-nilai ajaran

kepercayaan yang diyakini.

Kepercayaan dan pola komunikasi keluarga memiliki keterkaitan. Apa

saja yang diajarkan oleh kepercayaan akan disalurkan ke dalam wadah

keluarga. Begitu juga dengan kehidupan sehari-hari di dalam keluarga, itu

merupakan representasi dari ajaran kepercayaan yang mereka anut. Dalam

proses penyampaian nilai-nilai dari ajaran, terdapat pola komunikasi; suami ke

istri, istri ke suami, orang tua ke anak, anak ke orang tua. Namun, pola

Page 90: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

75

komunikasi yang digunakan oleh setiap keluarga berbeda, tergantung pola yang

sesuai dengan corak keluarga mereka.

Memayu Hayuning Keluarga merupakan istilah Jawa yang artinya

berbuat baik terhadap keluarga. Hal ini merujuk agar setiap individu senantiasa

menjaga pola komunikasi yang baik diantara anggota keluarga, saling

meyayangi dan mengasihi agar tercipta keharmonisan di dalam rumah tangga.

Menurut pengamatan penulis, pola memayu hayuning keluarga penghayat

kepercayaan Sapta Darma tercermin di dalam tiga hal, yaitu pola pengambilan

keputusan, tata bicara, dan pengajaran di dalam keluarga.

a. Pengambilan Keputusan

De Vito (dalam Ali, 2017: 47) membagi pola komunikasi keluarga

menjadi empat jenis. Pertama, Pola Kesetaraan (The Equality Pattern), yaitu

pola komunikasi yang menekankan pada kesetaraan di antara setiap anggota

keluarga. Di dalam pola ini setiap anggota keluarga sepeti suami, istri, anak,

mertua, memiliki peran yang sama dalam pengungkapan pendapat,

mendengarkan, atau meminta sesuatu. Hal ini dilakukan agar tidak muncul

kecemburuan sosial di dalam keluarga. Pembagian peran tidak selalu sama

dimana mereka dapat bergantian peran.

Kedua, Pola Pemisahan Seimbang (The Balanced Spilt Pattern),

yaitu pola komunikasi yang memberikan peran seimbang pada setiap

anggota keluarganya, namun mereka memiliki porsi pada otoritasnya

masing-masing. Misalnya seorang suami menjalankan perannya sebagai

Page 91: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

76

pencari nafkah. Ia bisa saja membelanjakan uangnya untuk kesenangannya.

Namun, ada peran seorang istri yang memiliki otoritas sebagai pengatur

keuangan kelurga. Sang suami harus tetap berada pada porsinya.

Ketiga, Pola Pemisahan tak Seimbang (The Unbalanced Split

Pattern), yaitu pola komunikasi yang memberikan porsi lebih besar terhadap

peran tertentu. Menurut pola ini, salah satu anggota keluarga dianggap

memiliki dominasi atau menguasai hal-hal yang berkaitan dengan keputusan

keluarga.

Keempat, Pola Monopoli (Monopoly Pattern), yaitu pola komunikasi

dimana otoritas berada pada satu orang. Pola ini menganggap bahwa salah

satu anggota keluarga memiliki hak penuh dalam menentukan keputusan

akhir. Selain itu ia juga cenderung menyampaian pesan dengan nada

perintah dan jarang bertanya kepada anggota keluarga yang lain.

Penghayat kepercayaan Sapta Darma di Dusun Legowo biasanya

menerapkan Pola Kesetaraan (The Equality Pattern) di dalam keluarga. Pada

pola ini setiap anggota keluarga sepeti suami, istri, anak, mertua, memiliki

peran yang sama dalam pengungkapan pendapat, mendengarkan atau

meminta sesuatu. Mereka memberi ruang kepada setiap anggota untuk ikut

andil dalam memecahkan masalah. Hal ini dilakukan agar tidak muncul

kecemburuan sosial di dalam keluarga ketika mengambil keputusan.

The equalitarian style of communication ditandai dengan berlakunya

arus penyebaran pesan-pesan verbal baik lisan maupun tulisan yang bersifat

Page 92: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

77

dua arah (two-way traffic of communication). Dalam pola komunikasi ini,

tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota

keluarga dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana

yang rileks, santai dan informal. Dengan suasana yang demikian,

memungkinkan setiap anggota keluarga mencapai kesepakatan dan

pengertian bersama (Fajrie, 2017: 62).

Dalam konsep Wewarah Tujuh, penerapan nilai-nilai pertama yaitu

Setia kepada Allah Hyang Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha

Wasesa, terdapat dalam pola pengambilan keputusan ini. Pola Kesetaraan

(The Equality Pattern) merupakan cerminan dari “Setia tuhu marang Allah

Maha Adil”. Penghayat percaya bahwa tidak ada seorang makhluk pun yang

bisa menyamai keadilan Allah. Mereka harus selalu menyadari bahwa Allah

melihat setiap keadilan yang dilakukan, maka manusia harus terus berusaha

bertindak adil kepada siapa saja

Salah satu penghayat Sapta Darma, Pak Adi Pratikto, bercerita

tentang musyawarah yang dilakukannya bersama anggota keluarga. Ketika

ia akan mendaftarkan anaknya sekolah, ia bertanya terlebih dahulu kepada

anaknya ingin sekolah dimana agar tidak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan. Mengingat pengalaman sekolahnya dulu yang tidak terlalu baik,

Pak Adi memberikan penjelasan tentang perencanaan yang matang berkaitan

tentang pendidikan anak-anaknya.

Page 93: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

78

Anak-anak saya masuk SD dan SMP Katolik, SMA Kristiana juga.

Mau saya masukkan ke negeri saya takut. Pengalaman saya di

sekolah negeri tidak terlalu baik. Saya dulu ikut Islam. Istilahnya

yang diajarkan di sekolah tidak sama dengan hati saya. Jadi

bertentangan terus. Maka dari itu mbak, kami musyawarahkan

terlebih dahulu sama anggota keluarga, termasuk anak-anak. Waktu

itu keluarga dan saya sepakat memasukkan anak sekolah ke yayasan.

Kami penghayat kepercayaan, tetapi sekolah menerima. Meskipun di

rumah kepercayaan, tapi di sekolah ikut agama. Administrasi juga

ikut agama. Sekarang anak saya sudah bisa menerima keputusan itu.

Sekarang teman-temannya sudah banyak (wawancara pada 28 Mei

2019, Pak Adi Pratikto).

Pengambilan keputusan yang dilakukan Pak Adi bukan tanpa alasan.

Adanya pengalaman pahit tentang status sebagai penghayat membuat

keluarganya lebih berhati-hati dalam menentukan pilihan. Sebab, jika salah

dalam melangkah, psikologis anak dapat menjadi tertekan.

Jaman saya sekolah dulu, bisa sekolah saja sudah beruntung. Teman-

teman saya yang lain pada takut sekolah. Karena diajak temannya

ibadah agama, jadi takut pelajaran agama. Banyak teman-teman saya

yang tidak sekolah. Istri saya pun demikian. Mau melanjutkan

sekolah takut (wawancara pada 28 Mei 2019, Pak Adi Pratikto).

b. Tata Bicara (ways of speaking)

Dalam pengambilan keputusan dan hal-hal yang berkaitan dengan

masalah keluarga, komunikasi yang diterapkan penghayat kental dengan

budaya Jawa. Hal ini disebabkan oleh pengaruh budaya Jawa dalam ajaran

Sapta Darma, seperti Penuntun Agung yang merupakan orang Jawa dan

bahasa dalam kitab-kitabnya yang menggunakan bahasa Jawa. Selebihnya

adalah pengaruh lingkungan tempat tinggal mereka yakni berada di Jawa

Page 94: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

79

Tengah. Salah satu ciri khas budaya Jawa dapat terlihat dalam tata cara

bicara (ways of speaking) mereka.

Ketika berbicara dengan anggota keluarga, penghayat Sapta Darma

lebih menekankan pada intonasi yang rendah dan dengan bahasa yang halus.

Hierarki penggunaan bahasa Jawa digunakan, seperti Krama Alus, Krama

Inggil, dan Ngoko. Saat berbicara dengan istrinya, Pak Adi menggunakan

suara yang lemah lembut disertai bahasa Krama Alus. Hal ini dilakukan

sebagai bentuk penghormatan kepada istrinya sekaligus basakke anak-anak

mereka. Penggunaan unggah-ungguh bahasa ini juga merupakan aktivitas

penerapan salah satu Simbol Pribadi Manusia, yaitu mencapai nafsu putih.

Saat manusia memiliki nafsu ini, maka ia memperoleh sinar Allah, sehingga

nafsunya suci dan bersih. Mata digunakan untuk melihat hal-hal yang baik

saja, telinga hanya untuk mendengar kalimat-kalimat yang baik saja, dan

mulut hanya untuk berbicara yang baik-baik saja.

Berbeda ketika dengan istrinya, saat berbicara dengan anak-anaknya

Pak Adi sering menggunkan bahasa Ngoko Alus. Ia akan menggunakan kata

“dek” untuk memanggil ketiga anaknya dan kata-kata lain seperti “mriki,

mboten pareng, enggih” dalam berbicara sehari-hari. Sementara itu, ketiga

anak Pak Adi menggunakan bahasa Kromo bercampur dengan Ngoko alus

ketika berbicara dengan orang tuanya. Mereka menggunakan kata-kata

seperti mundhut, mendhet, dan maem di dalam keseharian mereka.

Page 95: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

80

Dalam tradisi budaya Jawa, Ngoko alus digunakan oleh seorang

yang lebih tua saat berbicara dengan orang yang lebih muda. Ini dianggap

sebagai pembatas antara kedudukan sesorang yang dihormati dan seseorang

yang berkewajiban menghormati. Apabila tidak dipraktekkan, sanksi sosial

seperti digunjingkan akan diberikan oleh masyarakat sekitar. Tata cara

bicara ini menjadi penanda bahwa unggah-ungguh berbicara merupakan

salah satu pengukur nilai kesopanan masyarakat Jawa.

Selain menggunakan bahasa Jawa Kromo dan Ngoko, Pak Adi dan

warga penghayat Sapta Darma terkadang menggunakan bahasa Indonesia

untuk berkomunikasi anggota keluarganya. Bahasa Indonesia dianggap lebih

mudah untuk memaknai kata-kata yang rumit dalam Bahasa Jawa. Hal

demikian juga diterapkan di dalam lingkungan Persatuan Warga Sapta

Darma (Persada). Penghayat lebih sering berbicara menggunakan perantara

bahasa nasional untuk menjelaskan tentang Sapta Darma kepada anggota

atau orang lain (tamu). Bahasa yang baik ketika berbicara akan membawa

pribadi penghayat kepada kebijaksanaan dalam berucap (waskitha ing

pangandika).

Keluarga di Jawa modern berbeda dengan keluarga tradisional yang

ada dulu. Hierarki penggunaan bahasa Jawa sekarang tidak sekuat dulu.

Anak-anak lebih memilih bahasa yang mudah dan “lebih dekat” untuk

berkomunikasi dengan orang tua mereka. Bila dulu aturan untuk menyapa

orang yang lebih tua menggunakan bahasa Jawa Tinggi (krama), sekarang

Page 96: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

81

ada kecenderungan untuk menggunakan bahasa Jawa Rendah (ngoko) atau

terkadang bicara menggunakan bahasa Indonesia. Anak-anak penghayat di

Dusun Legowo cenderung berbicara dengan ngoko alus ketika berbicara

dengan orang tua mereka. Terkadang mereka juga menggunakan bahasa

Indonesia sebagai pengantar yang lebih umum. Hal demikian juga dilakukan

oleh para orang tua. Penggunaan ngoko kepada anak-anak mereka sesuai

dengan harapan yaitu ingin membuang posisi mereka dulu yang terkesan

“kaku”. Mereka juga ingin menjadi lebih dekat dengan anggota keluarga

yang lain, untuk berbagi keakraban dan kehangatan dengan mereka (Mulder,

1997: 240).

Ketika berbicara di lingkungan keluarga maupun masyarakat, warga

penghayat memiliki tutur kata yang halus, jarang keluar kata-kata “kasar”.

Ini merupakan aplikasi dari Simbol Pribadi Manusia yaitu warna hitam

(cemeng) yang berada di dalam gambar belah ketupat. Warna ini

melambangkan nafsu yang keluar dari mulut ketika manusia berbicara,

misalnya kata-kata kotor. Sehingga ketika berkomunikasi secara verbal

(langsung), mereka menghindari kata-kata kasar dan kotor. Munculnya

nafsu hitam ini disebabkan oleh daya nafsu yang sudah beku. Nafsu hitam

dapat hilang dan menjadi bersih ketika penghayat rajin sujudan dan

berbicara baik terhadap siapa saja.

Tata cara bicara (ways of speaking) penghayat di dalam keluarga

memperlihatkan bagaimana penanaman pendidikan karakter dari ajaran

Page 97: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

82

kepercayaan yang mereka hayati. Di dalam inti sari ajaran Sapta Darma

yaitu Memayu-hayu Bagya Bawana, manusia diajarkan untuk

membudidayakan budi pekerti luhur agar dapat mencapai kebahagiaan di

dunia dan alam langgeng. Orang tua mendidik anaknya untuk bertindak suci

dan jujur, mencapai nafsu putih, memiliki budi pekerti baik untuk mencapai

keluhuran dan keutamaan sebagai bekal hidup bermasyarakat di dunia dan

alam langgeng. Mereka juga mendidik anaknya agar menjadi “Satriya

Utama” yang selalu susila berbudi bawa leksana, pengasih dan penyayang,

senang menolong siapa saja yang membutuhkan. Selain itu orang tua

mendidik agar anak-anaknya kelak bisa hidup dengan kekuatannya sendiri,

sepi ing pamrih rame ing gawe dimana, kapan, dan dengan siapa saja.

Hierarki bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi di dalam

keluarga, menyiratkan bahwa orang tua mendidik anaknya menjadi

penghayat yang memiliki unggah-ungguh. Segala aspek unggah-ungguh

(sopan santun) dibagi menjadi dua. Pertama, komunikasi verbal yang

diwujudkan dengan tata cara berbicara seperti penggunaan bahasa Kromo

orang tua ke anak atau sebaliknya. Tujuannya adalah untuk membuat lawan

bicara agar senang dan merasa dihormati. Kedua, komunikasi non verbal

yang diwujudkan dalam tata cara anak atau orang tua memperlakukan orang

lain. Hal ini dapat menjadi cerminan sifat dan perilaku individu (Ali, 2017:

191).

Page 98: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

83

c. Pengajaran di Dalam Keluarga

Pada komunikasi non verbal, keluarga penghayat kepercayaan Sapta

Darma cenderung bersikap apa-adanya dan terbuka. Ketika ada tamu yang

datang ke rumah mereka, segera disambut dengan senyuman dan di

pinarakke masuk ke dalam rumah. Orang tua menyuruh anaknya untuk

mencium tangan tamu atau menyapa seperti kebiasaan mereka. Ketika ada

tamu seorang Muslim yang datang ke rumah Pak Adi pada bulan Ramadhan,

ia mempersilakan masuk dan duduk di ruang tamu. Ia berbicara dengan

sedikit candaan dalam bahasa Jawa. “Sak jane nggih kulo kepingin nyuguhi

unjukan, mbak. Nanging mergi niki nembe siam, dadose kulo damelke

unjugan benjing nak sampun rampung sasi menika. Benjing mriki maleh,

ngunjuk kalih kulo (Sebenarnya saya ya ingin menyuguhi minuman, mbak.

Tapi karena sedang puasa, jadi saya buatkan minumannya kalau sudah

selesai bulan puasa ini. Besok kesini lagi untuk minum sama saya),” kata

Pak Adi.

Tata krama yang dipraktekkan keluarga penghayat Sapta Darma

tidak lepas dari ajaran yang mereka jalankan. Setiap hari, keluarga

penghayat melakukan sembahyang di sanggar untuk mengolah rasa dan raga

mereka agar menjadi (waskitha). Kewaskitaanan yang diharapkan seperti;

waskita dalam penglihatan (waskitha ing pandulu), waskita dalam

pembauan (waskitha ing pangganda), waskita dalam pendengaran (waskitha

ing pamiyarsa), waskita dalam perasaan (waskitha ing rasa), dan waskita

Page 99: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

84

dalam berucap (waskitha ing pangandika). Semua hal tersebut melatih diri

menjadi seseorang yang memiliki tata krama, baik kepada Tuhannya,

maupun kepada sesama makhluk.

Setiap mau berangkat sekolah, anak-anak saya ajari doa agar diberi

kemudahan, kelancaran. Anak sekarang kan mudah terpengaruh ya,

mbak, makanya dikandani berbuat yang baik-baik. Di Sapta Darma

diwajibkan sujudan minimal 1 kali sehari. Saya ajarkan ke mereka,

Diusahakan kalau longgar pas malem sujud. Kan ada tempat sendiri

di rumah. Baru kalau ada waktu kita bersama-sama ke sanggar

(wawancara pada 2 Agustus 2019, Ibu Sulikah).

Selain diajarkan oleh orang tua di rumah, pengajaran juga diberikan

oleh penyuluh (guru) kebatinan di sekolah. Terdapat 5 aspek materi umum

yang diberikan, yaitu sejarah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

budi pekerti, Keagungan Tuhan, martabat spiritual, dan larangan serta

kewajiban seorang penghayat (wawancara pada 2 Agustus 2019, Tasminto).

Hal tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap sikap anak di dalam

keluarga. Ia akan menjadi tahu tentang ajaran yang dianutnya, memiliki

wawasan tentang spiritualnya, dan menjadi lebih percaya diri terhadap

kepercayaanya. Pengalaman traumatik penghayat dulu yakni ketika sekolah

harus mengikuti salah satu agama, menyisakan ketakutan untuk bersekolah

kepada sesamanya. Hal ini diharapkan tidak terulang, sebab nilai-nilai ajaran

akan sulit meresap ke dalam perilaku anak di dalam keluarga dan

bermasyarakat.

Terus terang pas sekolah masih ikut agama. Perasaannya ngambang,

kayak ikut ini dan ikut itu, belum pakem. Soalnya waktu ikut agama

Page 100: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

85

harus ikut ibadah agama itu. Saya dulu harus sekolah Minggu dan

ikut doa-doanya, tapi sekarang anak saya lebih baik daripada ibunya.

Di sekolah gak harus ikut agama lagi. Di rumah juga saya ajarkan, di

kasih tahu tata caranya sujud. Saya juga sering bilang kalau

mengajari itu, “Kan di buku wewarah udah ada tata caranya”.

Sekarang udah bersyukur, ada pengikutnya banyak (wawancara pada

2 Agustus 2019, Mbak Sri Utami).

3. Pola Komunikasi Memayu Hayuning Bawana

Komunikasi menjadi sarana penting bagi penghayat kepercayaan Sapta

Darma ketika melakukan interaksi sosial dengan masyarakat di tempat tinggal

mereka. Terlebih lingkungan penghayat adalah mayoritas warga beragama

Islam. Perbedaan budaya yaitu kepercayaan di lingkungan tersebut, sangat

mempengaruhi bagaimana penghayat melihat diri mereka sendiri dan orang

lain. Bagaimana mereka bersikap terhadap masyarakat tersebut dapat

ditafsirkan sebagai nilai-nilai yang mereka pahami terhadap ajaran yang

diyakini.

Memayu Hayuning Bawana merupakan pola penghayat di dalam

kehidupan bermasyarakat. Konsepsi Jawa ini memiliki arti bahwa setiap

manusia harus berbuat baik terhadap seluruh manusia dan dunia. Memayu

Hayuning Bawana selaras dengan isi wewarah Sapta Darma, yang berbunyi

tanduke marang warga bebrayan kudu susila, kanthi alusing budi pakarti

tansah agawe pepadhang lan mareming liyan (Sikapnya dalam hidup

bermasyarakat atau berhubungan dengan orang lain harus susila dengan

halusnya budi pekerti, selalu menjadi pencerah dan bermanfaat atau

Page 101: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

86

memuaskan bagi orang lain). Warga penghayat harus bisa berhubungan

(sesrawungan) dengan siapa saja, baik itu laki-laki, perempuan, tua-muda,

kaya-miskin, dan sebagainya. Untuk itu dalam berinteraksi mereka harus

memiliki sifat rendah hati (andhap asor), halus budi pekertinya, dan membuat

marem orang lain.

Penerimaan masyarakat terhadap keberadaan Sapta Darma tidak

langsung baik, melainkan dibentuk oleh proses sosial yang lama. Maka dari itu,

konsep Memayu Hayuning Bawana yang dijalankan oleh penghayat dapat

dilihat penerapannya dari sejarah masuk ajaran Sapta Darma di Dusun Legowo

sampai keberadaan penghayat sekarang di dusun tersebut.

a. Proses Pengungkapan Diri (Self Disclosure)

Proses Pengungkapan Diri (Self Disclosure) adalah proses

pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain atau

sebaliknya. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai

jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya. Proses

pengungkapan diri terdiri dari dua bentuk; pertama, dilakukan secara

tertutup, yaitu ketika seseorang mengungkapkan informasi kepada orang

lain dengan cara sembunyi-sembunyi. Kedua, dilakukan secara tertutup

yaitu ketika seseorang mengungkapkan informasi dirinya secara terbuka

(Bungin, 2017: 267-268).

Proses pengungkapan diri penghayat Sapta Darma melalui proses

tertutup dan terbuka. Pola komunikasi yang mereka gunakan tidak serta

Page 102: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

87

merta langsung jadi. Ia dibangun oleh pondasi yang kokoh dengan proses

yang lama. Membentuk pola komunikasi yang baik di masyarakat harus

melalui “penanaman” pemahaman tentang dunia penghayat dari berbagai

subjek kehidupan lebih dulu. Seperti halnya tanaman agar dapat tumbuh

subur, pemahaman tersebut didapatkan karena diberi “pupuk” yaitu

membentuk kepercayaan di masyarakat.

Jalan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat terhadap

keberadaan penghayat Sapta Darma tidak mudah. Meski awal mula ajaran

masuk ke Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan tidak dapat

dijelaskan dengan pasti, namun pada tahun 1970 keberadaan penghayat

sempat dianggap sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).

Kalau dulu pas jaman bapak saya, masih sulit diterima. Sempat

ramai juga. Orang-orang Sapta Darma dianggap Partai Komunis

Indonesia (PKI). Pada tahun antara 1975 dan 1976, intinya sebelum

tahun 1980, warga kami sempat dilaporkan. Pimpinan-pimpinan

Sapta Darma disini dipanggil ke polisi, ditahan selama 3 hari.

Kemudian kita mengadakan pertemuan. Seperti Islam mengadakan

pengajian, Kristen kebaktian, kita melakukan sanggaran lalu

digeruduk sama orang-orang kampung sini. Sebenarnya saat kejadian

itu penghayat Sapta Darma sudah lama tinggal di kampung ini dan

banyak juga penghayatnya. Mungkin karena masyarakat merasa ‘kok

ibadahnya seperti ini’ (wawancara pada 28 Mei 2019, Pak Adi

Pratikto).

Pada masa Orde Baru masyarakat sekitar Desa Duren mayoritas

muslim. Keberadaan penghayat masih belum diakui. Permasalahan digrebek

seperti yang diungkapkan oleh Pak Adi Pratikto tadi selesai, namun

permasalahan tidak berhenti disitu. Diskriminasi semakin kental sampai

Page 103: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

88

tahun delapan puluhan. Dari Pak Adi Pratikto berumur 3 tahun hingga ia

lulus SD permasalahan tersebut masih tetap ada. Masyarakat masih belum

menerima. Berangkat dari kesadaran itulah penghayat sedikit demi sedikit

mulai ikut kegiatan di masyarakat seperti Karang Taruna. Lewat jalur-jalur

seperti itu masyarakat mulai lunak, menyadari, mengenal, dan menerima

Sapta Darma.

b. Social Penetration

Penetrasi sosial (Social Penetration) adalah proses dimana orang

saling mengenal satu sama lain. Kepercayaan masyarakat yang mulai

terbentuk berasal dari keterbukaan warga penghayat dan sikap toleran warga

sekitar tempat tinggal mereka. Penghayat menyadari bahwa komunikasi

terbuka akan memungkinkan mereka “masuk” dalam lingkaran pertemanan.

Sikap tersebut menjadikan penghayat dan masyarakat mengenal satu sama

lain. Warga penghayat kemudian aktif di berbagai kegiatan di masyarakat

mulai dari tingkat dusun hingga desa. Selain itu mereka juga terjun di dalam

organisasi-organisasi lintas agama dan lembaga swadaya masyarakat.

Saya beranjak dewasa ikut aktif berbagai kegiatan dusun bahkan

desa seperti pengurus RW dan BPD. Semenjak itu kami mulai

diterima. Intinya perjuangannya panjang dan tidak mudah. Di luar itu

jejaring kami luas seperti ikut KUB lintas agama. Kita

mendewasakan diri. Istilahnya kita berbeda tetapi tetap satu. Kita

yakinkan masyarakat bahwa kami tidak jelek (wawancara pada 28

Mei 2019, Pak Adi Pratikto).

Page 104: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

89

Setelah mengalami masa-masa sulit di masa Orde Baru, memasuki

tahun 2000 keberadaan penghayat di Dusun Legowo mulai membaik seiring

dengan kepercayaan sosial yang tumbuh di masyarakat. Berbagai peristiwa

menandai munculnya toleransi terhadap keberadaan penghayat di

lingkungan tersebut. Salah satu peristiwa yang menjadi tonggak

“diterimanya” penghayat adalah meninggalnya seorang penghayat Sapta

Darma di Dusun Legowo pada awal sekitar tahun 1990.

Masyarakat sekarang menerima. Diterimanya sejak ada warga yang

meninggal. Pertama kalinya mau dikuburkan dimana? Tata cara

perawatan jenazahnya bagaimana? Ini bukan Islam, juga bukan

Nasrani, tetapi penghayat kepercayaan. Sempat ramai itu. Ada yang

namanya Pak Modin. Kami bertanya, “Pak ini bagaimana? Ini ada

yang meninggal warga kami”. Pak modin menjawab, “Lha di Sapta

Darma wes ono tata carane opo durung?’. Kami menjawab,

“Sampun”. Beliau menjawab, “Ya kalau sudah silakan di rumati,

nanti warga membantu.” Setelah Pak Modin bilang gitu kita rumati

sesuai tata cara kita. Sejak saat itu warga menjadi tahu secara

langsung tata cara pemakaman kami dan kami mulai diterima

(wawancara pada 28 Mei 2019, Pak Adi Pratikto).

Kepercayaan masyarakat yang telah diperoleh, membuat penghayat

lebih terbuka dan percaya diri dalam bersosialisasi. Warga Sapta Darma

aktif dalam kegiatan gotong royong di lingkungan mereka, menjadi

pengurus Badan Permusyawaratan Desa (BPD), panitia kegiatan-kegiatan

akbar di Desa, anggota berbagai komunitas lintas agama, dan sebagainya.

Mereka selalu menampilkan diri sebagai versi terbaik seorang penghayat

sesuai ajaran yang mereka hayati. Menjadi versi terbaik dalam

bermasyarakat merupakan pengamalan dari Wewarah Pitu yaitu tanduke

Page 105: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

90

marang warga bebrayan kudu susila, kanthi alusing budi pakarti tansah

agawe pepadhang lan mareming liyan (sikap dalam hidup bermasyarakat

atau berhubungan dengan orang lain harus susila dengan halusnya budi

pekerti, selalu menjadi pencerah dan bermanfaat (memuaskan) bagi orang

lain). Menurut ajaran ini, warga penghayat harus bisa berhubungan

(sesrawungan) dengan siapa saja, baik itu laki-laki, perempuan, tua-muda,

kaya-miskin, dan sebagainya. Untuk itu dalam berinteraksi mereka harus

memiliki sifat rendah hati (andhap asor), halus budi pekertinya, dan

membuat lega orang lain.

Wewarah nomor enam itu enggak mudah. Tingkah laku kita kepada

masyarakat dan terutama pada keluarga harus baik. Tingkah laku dan

kata-kata harus sesuai dengan ajaran. Tidak boleh pandang bulu.

Istilahnya bikin marem orang lain. Gak boleh nyela orang lain. Kalo

nyela orang lain sama aja dengan nyela diri sendiri. Dari ajaran yang

sulit itu pengamalannya. Pertama, cara manembah. Bagaimana kita

sama Allah itu menyatu dalam lahir dan batin. Istilahnya satu

perkataan, satu perwujudan; satu perwujudan, satu pengamalan; satu

pengamalan, satu pelaksanaan. Kedua, sama masyarakat itu harus

benar-benar seimbang (wawancara pada 2 Agustus 2019, Pak Hari

Suyitno).

Ikut aktif dalam berbagai kegiatan di masyarakat dan pemerintahan

juga membuktikan bahwa penghayat selalu melu cawe-cawe acancut tali

wanda njaga adeging nusa lan bangsane (turut serta menyingsingkan

lengan baju, menegakkan berdirinya nusa dan bangsanya). Warga penghayat

tidak menganggap dirinya berbeda di tengah pemeluk agama mayoritas,

melainkan selalu meyakini bahwa mereka adalah satu kesatuan nusa dan

Page 106: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

91

bangsa. Mereka tidak bersikap masa bodoh dengan lingkungannya,

melainkan turut gotong royong membantu tenaga, pikiran, maupun materi

menurut kemampuan masing-masing untuk mewujudkan kemajuan dan

kesejahteraan bagi nusa bangsa.

c. Process View

Dalam proses ini, kualitas dan sifat hubungan dapat diperkirakan

hanya dengan menggunakan atribut masing-masing sebagai individu.

Misalnya seorang penghayat melakukan ibadah di sanggar setiap malam

hari, tetangga sudah tahu bahwa itulah waktu mereka beribadah. Apabila

masyarakat melihat posisi sedekap dan duduk timpuh dalam waktu lama,

mereka sudah tahu bahwa itulah tata cara ritual peribadatan penghayat Sapta

Darma.

Kalau puasa Ramadhan kita gak puasa, masyarakat sudah tahu.

Kalau lebaran kami ikut lebaran, ada toples juga. Solanya itu ajang

silaturahmi, ajang berkumpul. Sebaliknya kalau Suro mereka pada

datang. Pengajian dan tahlilan kalau diundang datang. Tapi datang

duduk, mendengarkan. Kami gak ikut tahlilannya, yang penting

memenuhi undangan. Kalo ada acara di kami juga berdoa secara

Sapta Darma, masyarakat diundang ya datang. Itu sudah berjalan di

masyarakat (wawancara pada 2 Agustus, Mas Tasminto).

d. Social Exchange

Proses ini menjelaskan bagaimana kontribusi seseorang dalam suatu

hubungan, dimana hubungan itu mempengaruhi kontribusi orang lain.

Ukuran kontribusi dikaitkan dengan ganjaran dan upaya untung-rugi dalam

suatu hubungan. Namun, asumsi ini tidak berarti bahwa orang selalu

Page 107: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

92

berusaha untuk mengeksploitasi, tetapi bahwa orang lebih memilih

lingkungan dan hubungan yang dapat memeberi hasil yang diinginkannya.

Hubungan yang dilakukan penghayat dengan masyarakat

menggambarkan social exchange, yang di dalamnya terdapat proses sosial

asosiatif dan disosiatif. Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2002: 71-104)

menjelaskan bahwa proses asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling

pengertian dan kerja sama timbal balik antara orang atau kelompok satu

dengan yang lainnya dimana proses ini menghasilkan pencapaian tujuan-

tujuan bersama. Proses asosiatif meliputi kerja sama (cooperation) dan

akomodasi (accomodation).

Kerja sama merupakan usaha bersama antara antara individu atau

kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Proses

terjadinya kerja sama adalah apabila di antara individu atau kelompok

tertentu menyadari adanya kepentingan dan ancaman yang sama.

Kepentingan menjadikan tujuan bersama dapat dicapai, sedangkan ancaman

akan menjadikan kerja sama bertambah kuat. Memayu Hayuning Bawana

ditunjukkan dengan berikap susila dengan menjalin hubungan yang

bermanfaat antara satu dengan yang lain.

Beberapa bentuk kerja sama yang dilakukan oleh penghayat Sapta

Darma di Dusun Legowo adalah gotong royong dan kerja bakti. Gillin dan

Gillin menyebut gotong royong adalah sebuah proses kerja sama di

masyarakat pedesaan, dimana proses ini menghasilkan aktivitas tolong

Page 108: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

93

menolong dan pertukaran tenaga serta barang maupun pertukaran emosional

dalam bentuk timbal balik di antara mereka. Ketika keluarga penghayat

meninggal, masyarakat sekitar datang membantu dengan menyumbangkan

tenaga atau membawa beras (nyumbang). Meski prosesi pemakaman Sapta

Darma berbeda dengan prosesi keagamaan lain, namun masyarakat

menerimanya dan tetap membantu. Hal itu menyiratkan sebuah pengakuan

emosi kolektif di antara mereka sebagai sebuah anggota masyarakat desa

yang hidup bertetangga.

Beberapa bentuk kerja sama lainnya yaitu kerja bakti. Ini merupakan

kegiatan yang mirip dengan gotong royong, namun kerja bakti terjadi pada

proyek publik atau program-program pemerintah. Penghayat Sapta Darma di

Dusun Legowo selalu terlibat dalam pembangunan desa mereka, misalnya

kerja bakti membangun jalan rabat beton dan pembangunan masjid. Mereka

saling membantu menyumbangkan tenaga, barang, bahkan makanan.

Sudah biasa sama mereka. Kalau pas kerja bakti ya kita sama-sama.

Disana kan ada masjid, sampingnya ada sanggar. Mriki tidak saling

menganggu, soale awit riyin turun temurun mpun ngoten. Teko

damai, mbak. Mungkin nak mereka pendatang mboten angsal

(wawancara pada 3 Agustus, Ibu Ngatirah)

Saat ada kegiatan keagamaan di dusun maupun di desa, warga Sapta

Darma turut membantu. Sumbangan tenaga dan barang sering dilakukan

agar terjadi keharmonisan di dalam kehidupan bermasyarakat. Namun dalam

pelaksanaanya, tidak semua kegiatan diikuti. Tetap ada batasan yang telah

Page 109: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

94

disepakati bersama oleh warga penghayat, pemeluk agama Islam, pemeluk

agama Katolik, dan pemeluk agama Kristen di wilayah tersebut. Batasan

tersebut telah dirapatkan di tingkat dusun. Apabila ada kegiatan di tingkat

intern agama, pemeluk yang lain tidak ikut. Tapi kalau itu menyangkut

kegiatan dusun misalnya kas desa seperti nyadran, semua ikut. Pada acara-

acara umum di dusun seperti kerja bakti, nyadran, Halal Bihalal, doanya

menggunakan secara Islam dan secara Sapta Darma.

Kalau Bodho Suro itu acaranya ramai-ramai.. Ada pentas seni,

membacakan teks suro. Pas suro di tingkat kabupaten seluruhnya di

undang. Tempatnya sama. Kalau di tingkat kecamatan, tempatnya

bergilir. Pejabat dihadirkan. Misal di Dusun Legowo, kita

mengundang Polsek dan dari kecamatan. Di desa ngundang

magersari tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh agama yg ada

disini. Sekalian silaturahmi dan memperkenalkan. Jadi kita undang

mereka dua kali waktu suro di sini. Kalo ngundang tamu pemerintah

ada pertunjukan karawitan atau pentas seni, mbak. Semenjak itu,

toleransi semakin erat. Udah tahu semua sekarang (wawancara pada

2 Agustus 2019, Pak Hari Suyitno).

Selain kerja sama, bentuk proses asosiatif adalah akomodasi

(accomodation). Akomodasi merupakan proses sosial dengan dua makna,

pertama adalah proses sosial yang menunjukkan pada suatu keadaan yang

seimbang (equilibrium) dalam interaksi sosial antara individu dan

antarkelompok di dalam masyarakat, terutama yang ada hubungannya

dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat

tersebut. Kedua adalah menunjukkan pada proses sosial yang sedang

berlangsung, dimana accomodation menampakkan suatu proses untuk

Page 110: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

95

meredakan suatu pertentangan yang terjadi di masyarakat, baik pertentangan

yang terjadi di antara individu, kelompok dan masyarakat, maupun dengan

norma dan nilai yang ada di masyarakat itu. Proses akomodasi ini menuju

pada suatu tujuan yang mencapai kestabilan. Bentuk akomodasi diantaranya

adalah koersi (coersion), kompromi (compromise), mediation (mediation),

konsiliasi (conciliation), toleransi (toleration), stalemate, dan ajudikasi

(adjudication).

Dari bentuk-bentuk tersebut, proses sosial penghayat Sapta Darma di

Dusun Legowo menunjukkan pada suatu keadaan yang seimbang

(equilibrium) dalam interaksi sosial antara individu dan antarkelompok di

dalam masyarakat. Penerimaan terhadap penghayat kepercayaan yang

berbeda dari mayoritas masyarakat sekitar dan sikap saling menghormati

kepadanya, menandakan adanya toleransi. Harmonisasi tercipta dari suasana

tersebut. Kenyataan bahwa ajaran dan segala ritus peribadatan penghayat

memiliki cara unik tersendiri, ternyata dapat diterima dan membawa

atmosfir menuju ke arah kestabilan.

Dulu pas awal saya masuk Sapta Darma banyak orang yang

bertanya-tanya tentang kepercayaan saya. Habis itu biasa. Kebetulan

saya ketemu sama kyai Sobri, teman mase saya waktu di Gontor.

Ditanya beliau dan saya jawab. Kemudian beliau bilang, ‘Ya udah’.

Di masyarakat, walaupun istilahnya dikucilkan, tapi saya merasa gak

dikucilkan, yang penting saya mendekat dengan masyarakat. Kyai di

daerah saya ada orang Katolik meninggal, ya tetap melayat. Sampai

sekarang kami hidup bersama-sama. Saya pun ketika di masjid

jaburan pas puasa tetap dapat jatah. Terus ketika halal bihalal atau

diundang pengajian tetap datang. Pokoknya gak ada masalah. Biasa

saja (wawancara pada 2 Agustus 2019, Pak Hari Suyitno).

Page 111: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

96

Dalam komunikasinya di dalam masyarakat dan pemerintah, proses

judikasi (adjudication) pernah menjadi jalan terakhir yang ditempuh oleh

penghayat untuk melakukan pernikahan secara Sapta Darma pada awal

tahun 2000. Sebelum permasalahan Adminduk, terdapat permasalahan

perkawinan terlebih dulu. Tahun 1982 sudah ada perkawinan Sapta Darma

dan sudah ada di Dukcapil. Namun pada tahun 1990 sampai tahun 2005

penghayat tidak boleh menikah secara kepercayaan. Pernikahannya harus

ikut ke dalam salah satu agama. Ketika tahun 2006 baru ada UU lagi namun

belum sempurna.

Tahun 2000 saya menikah. Calon istri saya kebetulan Sapta Darma.

Kita bertekad kawin secara Sapta Darma dan lewat pencatatan sipil.

Terus saya mengurus dari desa sampai kecamatan, tapi prosesnya

sulit sekali, akhirnya mandek sampai kecamatan, kita tidak

melanjutkan berkas. Hal itu mandek sampai satu tahun. Saya hanya

menikah secara adat saja di tahun 2000. Ngurus lagi di tahun 2001.

Pengurus kami mengirim surat ke bupati karena ke DPR tidak bisa.

Bupati waktu itu pak Bambang Guritno. Terus kita lampirkan

contoh-contoh surat akta perkawinan sebelumnya, yaitu saat tahun

80-an. Dikasih jawaban boleh menikah secara kepercayaan jalur

Dukcapil, asalkan mendapatkan rekomendasi dari pengadilan negeri

setempat. Hal itu kita tempuh. Setelah persyaratan komplit seperti

persyaratan orang menikah pada umumnya, kita mengusulkan ke

pengadilan. Kita sidang terlebih dahulu selama 2 kali di pengadilan.

Ada saksi, orang tua dan sebagainya. Jadwal sidang seperti sidang

biasa. Istilah sidang sama: pemohon dan termohon. Pertanyaan yang

diajukan seperti apakah kamu mencintainya, benar-benar mau

menikah sama dia apa engga, apakah ada unsur paksaan, dan

sebagainya. Selain itu juga ada pertanyaan terkait pernikahan secara

Sapta Darma. Pas di pengadilan juga ditanya, “Mau menikah kok

disini?”. Lalu, kita serahkan surat dari bupati. Terus dikasih putusan

rekomendasi untuk di bawa ke Dukcapil dan dicatatkan. Pada tahun

2005, teman-teman saya sidang di pengadilan semua. Kita

mengajukan lagi ke pemerintah pusat. Pada saat masa pemerintahan

SBY dan dikabulkan. Ada Adminduk nomor 23 tahun 2005. Habis

Page 112: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

97

itu kita tidak ke pengadilan lagi. Langsung ke Dukcapil (wawancara

pada 28 Mei 2019, Pak Adi Pratikto).

Proses ajudikasi ditempuh sebagai usaha akomodasi dimana usaha

yang dilakukan sebelumnya mengalami jalan buntu sehingga

penyelesaiannya menggunakan jalan pengadilan. Proses sosial yang terjadi

sekaligus menggambarkan pola komunikasi antara penghayat dengan

pemerintah. Kini, pencatatan administrasi pernikahan bagi penghayat telah

diresmikan. Aturan itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 40

Tahun 2019 tentang Pelaksana UU Nomor 24 Tahun 2013 tentang

Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan.

Interaksi sosial yang dilakukan penghayat di Dusun Legowo tidak

hanya menggambarkan proses sosial asosiatif, tetapi juga melukiskan proses

disosiatif. Bungin (2017: 62-63) menjelaskan, proses disosiatif merupakan

proses perlawanan (oposisi) yang dilakukan oleh individu-individu dan

kelompok dalam proses sosial diantara mereka pada suatu masyarakat.

Oposisi diartikan sebagai cara berjuang melawan sesorang atau kelompok

tertentu atau norma dan nilai yang dianggap tidak mendukung perubahan

untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Bentuk proses disosiatif

adalah persaingan, kompetisi, dan konflik.

Persaingan (competition) adalah proses sosial dimana individu atau

kelompok-kelompok berjuang dan bersaing untuk mencari keuntungan pada

Page 113: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

98

bidang-bidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian umum dengan cara

menarik perhatian publik. Kontroversi (controversi) adalah proses sosial

yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Konflik

(conflict) adalah proses sosial dimana individu ataupun kelompok menyadari

memiliki perbedaan-perbedaan, misalnya ciri badan, emosi, unsur-unsur

kebudayaan, pola-pola perilakum prinsip, politik, ideologi maupun

kepentingan pihak lain.

Kontroversi merupakan proses disosiatif yang pernah dirasakan oleh

warga penghayat Sapta Darma, dimana terjadi pertentangan pada tataran

konsep dan wacana tentang ajaran Sapta Darma. Masyarakat pada awalnya

menjastifikasi ajaran tersebut, karena berbeda dengan agama pada

umumnya. Sekarang, masyarakat mulai menerima, namun masih ada

kontroversi terhadap ajaran kepercayaan di kalangan beberapa orang,

terutama orang luar (strangers) yang menutup mata segala perbedaan.

Saya aktif ikut kegiatan Forum Komunikasi Umat Beragama

(FKUB). Tetapi ada teman saya yang tidak bisa menerima.

Penghayat berteman dengan agama lain, mengadakan acara bareng

dengan agama lain, dia tidak terima. Dia bilang, “Itu gak bagus”.

Saya membalas dengan bilang, “Ini toleransi lho mas. Saya disitu

kenal dan berteman baik dengan kyai, ustad, pendeta dan pemimpin-

pemimpin agama tetapi mereka tidak mempermasalahkan keyakinan.

Itu urusan pribadi, yang penting sosialnya.” Saya jelaskan panjang

lebar tetapi teman saya itu masih belum menerima juga. Saya juga

bilang, “Saya akan terus seperti ini, meyakini kepercayaan saya

tetapi tetap menjunjung tinggi kebhinekaan. Karena perbedaan

adalah anugerah dari Tuhan”. Sedangkan teman-teman saya yang

lain menerima saya apa adanya. Saya share terus kegiatan saya yang

positif. Teman saya mendukung kegiatan-kegiatan saya (wawancara

pada 28 Mei 2019, Pak Adi Pratikto).

Page 114: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

99

Konflik terkadang dialami oleh penghayat. Dominasi konflik

menyentuh dalam tataran konsepsi ajaran yang dianggap “melenceng”. Ciri

yang berbeda dalam kebudayaan “agama” penghayat mempertajam

perbedaan yang ada.

Tetangga nuwun sewu pernah ada yang seperti “itu”. Saya sering

ngelus dada. Kalau menyampaikan sesuatu sering menyudutkan

milik orang lain. Ajaran orang lain ya biar seperti itu. Tidak hanya

sindiran, seringkali langsung. Bahkan menyangkut kitab suci.

Padahal seperti itu tidak boleh. Saya sering ngelus dada tetapi tidak

berani melakukan apa-apa. Saya sering sharing ke teman-teman

tentang permasalahan saya. Kalau di lingkup intern tidak apa-apa,

tetapi kalau sudah di tempat umum dan memakai pengeras suara bagi

teman yang berbeda tetap saja tidak bagus. Kalau di lingkup intern

wajar kalau golongannya adalah yang paling baik tetapi kalau di

muka umum ada yang tersinggung (wawancara pada 28 Mei 2019,

Pak Adi Pratikto).

Memayu Hayuning Bawana menggiring komunikasi penghayat Sapta

Darma di dalam masyarakat. Hal ini membawa penghayat kepada kehidupan

bermayarakat yang lebih baik, meskipun harus melalui proses yang lama.

Memayu Hayuning Bawana menjadikan sikap dalam berhubungan dengan

orang lain terus susila dengan halusnya budi pekerti, selalu menjadi

pencerah dan bermanfaat atau memuaskan bagi orang lain.

Memayu Hayuning Bawana merupakan pegangan agar penghayat

senantiasa tolong menolong, jujur dan memiliki hati suci dalam mematuhi

peraturan di masyarakat, demi terciptanya Indonesia yang sejahtera, adil,

dan makmur. Selain itu, penghayat selalu turut serta menyingsingkan lengan

Page 115: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

100

baju, menegakkan berdirinya nusa dan bangsanya (Melu cawe-cawe acancut

tali wanda njaga adeging nusa lan bangsane).

4. Relevansi Ajaran Sapta Darma dengan Nilai-nilai Ajaran Islam

Pada dasarnya, semua agama dan ajaran kepercayaan mengajarkan

pemeluknya untuk berbuat kebaikan. Semua mengajarkan agar seseorang

menjadi pribadi yang baik dalam urusannya dengan Tuhan maupun sesama

manusia. Apa yang terkandung di dalam ajaran Sapta Darma juga memiliki

relevansi dengan agama Islam. Sapta Darma mengajarkan untuk memiliki

hubungan yang baik secara vertikal dan horizontal. Dalam Islam, hubungan

yang baik secara vertikal disebut hablumminallah, sedangkan hubungan secara

horizontal disebut hablumminannas. Berikut adalah beberapa relevansi nilai-

nilai ajaran Sapta Darma dengan nilai-nilai ajaran Islam.

a. Memiliki sikap bela negara. Dalam ajaran Sapta Darma, dijelaskan bahwa

“Kanthi jujur lan sucining ati, kudu setya anindakake angger-angger ing

negarane”. Segala peraturan maupun Undang-Undang yang dibuat oleh

pemerintah memiliki tujuan yang baik bagi negara dan warga negaranya.

Maka, warga penghayat harus jujur dan memiliki hati suci dalam mematuhi

peraturan tersebut demi terciptanya Indonesia yang sejahtera, adil, dan

makmur. Melu cawe-cawe acancut tali wanda njaga adeging nusa lan

bangsane mengaruskan warga penghayat tidak boleh bersikap masa bodoh,

melainkan harus turut bergotong royong untuk mewujudkan kesejahteraan

bagi nusa dan bangsa. Hal bela negara sangat ditekankan di dalam Islam.

Page 116: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

101

Anjuran untuk bela negara terdapat dalam Al Qur’an, salah satunya adalah

ayat QS. At Taubah ayat 122.

ولا نفر من كل فرقة منهم طائفة وما كان المؤمنون لينفروا كافة فل

ين ولينذروا قومهم إذا رجعوا إليهم لعلهم يحذرون ليتفقهوا في الد

Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi

(ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara

mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan

untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali,

agar mereka dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah: 122).

b. Saling tolong menolong. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk saling

tolong menolong dalam hal kebaikan. Seorang hamba bisa membantu

dalam hal tenaga, pikiran, maupun materi untuk meringankan beban orang

yang membutuhkan. Hal ini terdapat Q.S Al-Maidah ayat 2, yang berbunyi:

ثم والعدوان وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على ال

شديد العقاب إن الل واتقوا الل

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan

bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya

(Q.S al-Maidah: 2)

dalam Semangat tolong menolong ini juga diajarkan dalam Sapta Darma.

Nilai saling menolong di dalam Sapta Darma dijelaskan dalam wewarah,

yaitu, “Tetulung marang sapa bae yen perlu kanthi ora nduweni pamrih apa

bae, kajaba mung rasa welas lan asih”. Sama halnya dengan nilai ajaran

Islam, penghayat Sapta Darma juga harus memiliki sifat ikhlas, menolong

kepada siapa saja bila perlu, tanpa mengharapkan sesuatu balasan.

Page 117: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

102

c. Memiliki sikap toleransi. Alam ini dihuni dari berbagai suku, agama, ras,

dan golongan. Semua perbedaan ada, termasuk di dalamnya perbedaan

keyakinan atau agama. Oleh karena itu, pluralisme agama harus dijunjung

tinggi. Rasimin (2016:102) mengartikan pluralisme agama sebagai suatu

pemahaman bahwa semua agama mempunyai eksistensi hidup saling

berdampingan, saling bekerjasama dan saling berinteraksi antara satu

agama dengan agama yang lain. Pluralisme merupakan cara pandang atau

kerangka berpikir untuk menyelaraskan gaya hidup serta menyeimbangkan

makna-makna nilai sosial di dalam masyarakat majemuk dan menjunjung

tinggi nilai perbedaan agama. Oleh karena itu, toleransi adalah kunci hidup

bermasyarakat. Islam mengajarkan toleransi seperti yang tercantum dalam

لكم دينكم ولي دين Artinya: ”Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” (QS Al Kafirun:

1-5)

Penting sekali untuk saling menjaga keberagaman dan saling menghormati.

Dalam ajaran Sapta Darma, sesrawungan itu harus sama rata, tidak

membeda-bedakan suku apa, agama apa, dan sebagainya. Menyadari bahwa

penghayat merupakan minoritas daripada pemeluk agama-agama besar di

Indonesia, Sapta Darma dapat hidup berdampingan dengan masyarakat

beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Ini juga yang

diajarakan oleh Islam. Keberamagaman diciptakan agar makhuknya saling

mengenal, saling menghormati, menghragai dan toleran.

Firman Allah pada Q.S Al Hujarat ayat 13:

Page 118: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

103

عاارافوا ق اباائلا لت ا عالنااكم شعوبا وا ر واأان ثاى واجا لاقنااكم من ذاكا ا الناس إن خا ج يا أاي ها إن

بير ) (31اللها عاليم خا Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah

orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Q.S Al Hujurat: 13).

d. Memiliki sifat berbudi dan bermanfaat bagi orang lain. Islam mengajarkan

kepada umatnya untuk berbakti kepada orang tua, rajin beribadah, menjaga

sifat dan sikap dalam nilai-nilai kebaikan. Dalam Islam, hal ini disebut

sebagai pribadi yang sholeh/sholehah. Rasulullah bersabda,

خير الناس أنفعهم للناس

Artinya, “Sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi

orang lain.”

Di dalam ajaran Sapta Darma, bersikap baik kepada orang tua, rajin

memiliki sifat rendah hati (andhap asor), sering disebut sebagai pribadi

yang susila. Wewarahnya mengatakan, “Tanduke marang warga bebrayan

kudu susila, kanthi alusing budi pakarti tansah agawe pepadhang lan

mareming liya”. Warga penghayat harus bisa berhubungan (sesrawungan)

dengan siapa saja, baik itu laki-laki, perempuan, tua-muda, halus budi

pekertinya, dan membuat lega orang lain.

Page 119: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

104

خير الناس أنفعهم للناس

“Sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang

lain”

e. Yakin bahwa keadaan dunia itu tiada abadi, melainkan selalu berubah-ubah

(Yakin yen kahanan donya iku ora langgeng, tansah owah gingsir (anyakra

manggilingan). Dalam Islam, ajaran untuk senantiasa bahwa dunia tidak

abadi terdapat dalam QS. Al Hadid: 20.

اعلموا أنما الحياة الدنيا لعب ولهو وزينة وتفاخر بينكم وتكاثر في

جب الكفار نباته ثم يهيج فتراه الموال والولاد كمثل غيث أع

ا ثم يكون حطاما وفي الخرة عذاب شديد ومغفرة من الل مصفر

ورضوان وما الحياة الدنيا إلا متاع الغرور

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah

permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah

antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,

seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;

kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning

kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan

ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak

lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. Al Hadid: 20).

Page 120: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

105

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Memayu Hayuning Pribadi adalah pola yang digunakan penghayat Sapta

Darma di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan untuk

berkomunikasi dengan pribadi dan Tuhannya. Memayu Hayuning Pribadi

berarti berbuat baik terhadap diri sendiri. Dalam pandangan penghayat Sapta

Darma, berbuat baik terhadap ruh atau jiwa pribadi wajib dilakukan sebelum

berbuat baik terhadap orang lain. Berbagai aktivitas pendukung Memayu

Hayuning Pribadi yang dilakukan adalah hening (ening), tukar hawa, tukar

rasa, dan racut. Semua itu dilakukan bertujuan untuk menentramkan hati dan

pikiran, menghilangkan rasa lelah dan carut-marut dunia, serta menjadikan

diri (pribadi) menjadi lebih baik.

2. Memayu Hayuning Keluarga adalah pola yang digunakan penghayat Sapta

Darma di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan untuk

berkomunikasi dengan anggota keluarganya Mereka menjunjung tinggi tata

cara bicara (ways of speaking) yang luhur, mengedepankan unggah-ungguh

sesuai ajaran Sapta Darma. Penghayat memiliki tutur kata halus, jarang keluar

kata-kata “kasar” yang merupakan aplikasi dari Simbol Pribadi Manusia yaitu

warna hitam (cemeng) yang berada di dalam gambar belah ketupat. Warna ini

Page 121: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

106

melambangkan nafsu yang keluar dari mulut ketika manusia berbicara.

Sehingga ketika berkomunikasi secara verbal (langsung), mereka menghindari

kata-kata kasar dan kotor. Penghayat kepercayaan Sapta Darma di Dusun

Legowo menerapkan Pola Kesetaraan (The Equality Pattern) di dalam

keluarga. Pada pola ini setiap anggota keluarga sepeti suami, istri, anak,

mertua, memiliki peran yang sama dalam pengungkapan pendapat,

mendengarkan atau meminta sesuatu. Mereka memberi ruang kepada setiap

anggota untuk ikut andil dalam memecahkan masalah dan bersikap terbuka

kepada anggota keluarga. Pengajaran diberikan oleh orang tua, warga Sapta

Darma, dan penyuluh (guru) kebatinan di sekolah.

3. Memayu Hayuning Bawana adalah pola yang digunakan penghayat Sapta

Darma di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan untuk

berkomunikasi dengan masyarakat. Memayu Hayuning Bawana berarti

berbuat baik terhadap manusia dan dunia. Komunikasi yang terjalin baik

dengan masyarakat melalui sejarah panjang dan tidak mudah. Self Disclosure,

Warga Sapta Darma harus menumbuhkan kepercayaan masyarakat terlebih

dahulu untuk dapat menerima keberadaan mereka. Social Penetration, setelah

kepercayaan di dapat, interaksi dengan masyarakat ditingkatkan. Mereka aktif

dalam kegiatan sosial sebagai wujud pengamalan Wewarah Tujuh yaitu melu

cawe-cawe acancut tali wanda njaga adeging nusa lan bangsane (turut serta

menyingsingkan lengan baju, menegakkan berdirinya nusa dan bangsanya).

Warga penghayat tidak menganggap dirinya berbeda di tengah pemeluk

Page 122: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

107

agama mayoritas, melainkan selalu meyakini bahwa mereka adalah satu

kesatuan nusa dan bangsa. Process View, proses saling mengenal yang baik.

Masyarakat tahu dan menerima Penghayat dan ajaran Sapta Darma. Social

Exchange, penghayat dan masyarakat bekerja sama (asosiatif), namun juga

pernah merasakan konflik (disasosiatf). Kerja sama yang dilakukan seperti

kerja bakti dan gotong royong. Konflik yang terjadi diantaranya karena

perbedaan pendapat dan pandangan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disarankan kepada beberapa pihak

yaitu:

1. Pola komunikasi yang diterapkan warga Sapta Darma di Dusun Legowo

memberikan contoh bahwa kehalusan budi dan ketaatan dalam mengamalkan

ajaran harus dilakukan secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari.

Kepercayaan boleh berbeda, tetapi kesatuan harus tetap dijaga. Tanduke

marang warga bebrayan kudu susila, kanthi alusing budi pakarti tansah

agawe pepadhang lan mareming liyan (sikap dalam hidup bermasyarakat atau

berhubungan dengan orang lain harus susila dengan halusnya budi pekerti,

selalu menjadi pencerah dan bermanfaat (memuaskan) bagi orang lain).

Sebagai masyarakat majemuk harus bisa berhubungan (sesrawungan) dengan

siapa saja, baik itu laki-laki, perempuan, tua-muda, kaya-miskin, dan

sebagainya. Untuk itu dalam berinteraksi dengan siapa saja harus memiliki

Page 123: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

108

sifat rendah hati (andhap asor), halus budi pekertinya, saling menghargai dan

menghormati serta selalu hidup tolong-menolong.

2. Kepada pemerintah, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai

Pembina Himpunan Penghayat Terhadap Tuhan Yang Maha Esa diharapkan

dapat mengenalkan tentang penghayat kepercayaan, mengkoordinir kegiatan-

kegiatan penghayat dan mensosialisasikannya. Hal ini bertujuan untuk

menghilangkan persepsi negatif masyarakat terhadap mereka. Selain itu juga

agar masyarakat menjadi tahu dan paham bahwa Indonesia memiliki aset

kebudayaan, khususnya agama Jawa yang luar biasa.

Page 124: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

Daftar Pustaka

Ali, Mukti. 2017. Komunikasi Antarbudaya Tradisi Agama Jawa. Yogyakarta:

Pustaka Ilmu.

Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan Bandungan dalam Angka 2017. Semarang:

Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang.

Bungin, Burhan. 2017. Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan Diskursus

Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.

Darmastuti, Rini. 2013. Mindfullness Dalam Komunikasi Antarbudaya.

Yogyakarta: Buku Litera Yogyakarta.

Effendi, M. Rahmat. Dkk. Religiusitas Masyarakat Adat Kampung Dukuh

Kabupaten Garut Jawa Barat. Jurnal INJECT. Vol.3, No.1, Juni 2018: h.

125-146

Emzir. 2011. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali

Pers.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

. 2018. Agama Jawa: Ajaran, Amalan, dan Asal-usul Kejawen.

Yogyakarta: Narasi-Lembu Jawa.

Fajrie, Mahfudlah. 2017. Gaya Komunikasi Masyarakat Pesisir Wedung Jawa

Tengah. Jurnal INJECT. Vol.2, No.1, Juni 2017: h. 53-76.

Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit

Djambatan.

Laksana, Muhibudin Wijaya. 2015. Psikologi Komunikasi. Bandung: Pustaka Setia.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Page 125: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

Mulder, Niels. 1997. Terjemahan oleh Satrio Widiatmoko. Agama, Hidup Sehari-

hari dan Perubahan Budaya Jawa, Muangthai dan Filipina. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Mulyana, Deddy dan Solatum. 2013. Metode Penelitian Komunikasi Contoh-

Contoh Penelitian Kualitatif Dengan Pendekatan Praktis. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Pawenang, Sri. 1968. Buku Wewarah Kerokhanian Sapta Darma Jilid 1.

Yogyakarta: Penerbitan Surokarsan MG II/472.

Purwasito, Andrik. 2003. Komunikasi Multikultural. Surakarta: Muhammadiyah

University Press.

Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rasimin. 2016. Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama di Masyarakat

Randuacir. Jurnal INJECT. Vol.1, No.1, Juni 2016: h. 99-118.

Soekanto, Soeryono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Soeprapto, HR Riyadi. 2002. Interaksionisme Simbolik. Malang: Averroes Press.

Subqi, Imam. 2016. Pola Komunikasi Keagamaan Dalam Membentuk Kepribadian

Anak. Jurnal INJECT. Vol. 1, No. 2. Desember 2016:165-180.

Sukandarrumidi. 2004. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti

Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Page 126: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

LAMPIRAN

Page 127: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

DAFTAR PERTANYAAN

1. Keberadaan ajaran Sapta Darma di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan

Bandungan

a. Bagaimana sejarah Sapta Darma?

b. Bagaimana sejarah ajaran Sapta Darma ada dan berkembang di Dusun

Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan?

c. Ada berapa jumlah penghayat Sapta Darma di Dusun Legowo Desa Duren

Kecamatan Bandungan?

d. Apa saja profesi warga Sapta Darma di Dusun Legowo Desa Duren

Kecamatan Bandungan?

e. Apa fungsi Persatuan Warga Sapta Darma (Persada) bagi penghayat Sapta

Darma di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan Bandungan?

f. Bagaimana struktur organisasi Persada di Dusun Legowo Desa Duren

Kecamatan Bandungan?

2. Bentuk-bentuk praktek keagamaan yang dilakukan warga Sapta Darma

a. Apa saja kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh penghayat Sapta Darma?

b. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan atau ritual keagamaan yang masih

dilakukan?

c. Kapan saja dilakukan kegiatan keagamaan?

d. Dimana saja tempat dilakukannya kegiatan keagamaan?

e. Apa alasan dipilihnya tempat kegiatan keagamaan?

f. Apa tujuan dilakukannya kegiatan keagamaan tersebut?

g. Apa manfaat dilakukannya kegiatan keagamaan bagi penghayat dan

Persatuan Warga Sapta Darma?

h. Siapa yang memimpin dan terlibat dalam kegiatan keagamaan?

3. Pola komunikasi penghayat kepercayaan Sapta Darma dalam kehidupan

keluarga

a. Sejak kapan Anda menjadi penghayat Sapta Darma?

b. Apa alasan Anda menjadi penghayat Sapta Darma?

c. Bagaimana pandangan Anda mengenai ajaran Sapta Darma?

Page 128: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

d. Bagaimana Anda menerapkan ajaran-ajaran Sapta Darma di dalam

keluarga?

e. Bagaimana penerapan ajaran Sapta Darma dalam berkomunikasi dengan

anggota keluarga (pengambilan keputusan, cara berbicara, pengajaran)?

f. Apakah ada hambatan dalam menerapkan ajaran-ajaran Sapta Darma di

dalam keluarga? Jika ada, apa saja?

4. Pola komunikasi penghayat kepercayaan Sapta Darma dalam kehidupan

bermasyarakat

a. Bagaimana pandangan warga sekitar terhadap penghayat Sapta Darma?

b. Bagaimana cara membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat?

c. Bagaimana menyikapi pendapat tidak menyenangkan dari orang lain?

d. Apa saja kegiatan lingkungan sekitar yang dilakukan bersama-sama?

e. Apa saja organisasi yang diikuti oleh penghayat?

f. Apakah penghayat selalu dilibatkan dalam kegiatan masyarakat?

g. Bagaimana pengajaran terhadap penghayat di sekolah?

Page 129: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

Hasil Wawancara

1. Keberadaan ajaran Sapta Darma di Dusun Legowo Desa Duren Kecamatan

Bandungan

a. Sapta Darma itu salah satu aliran kebatinan, mbak. Sapta Darma lahir pada

tanggal 27 Desember 1952 di Pare, Kediri, Jawa Timur. Penerima wahyu

ajaran ini yaitu Panuntun Agung Sri Gutama. Hardjosapoero. Setelah ia

wafat, ia diganti istrinya yaitu Soewartini Martodihardjo yang bergelar

Tuntunan Agung Sri Pawenang.

Cita-cita dalam intisari ajaran Sapta Darma yaitu Memayu-hayu Bagya

Bawana. Dalam konsepsi ini, manusia diajarkan untuk membudidayakan

budi pekerti luhur dalam hidup agar bahagia di dunia dan di alam langgeng.

Jika ajaran (wewarah) tersebut dilaksanakan, maka manusia dapat mencapai

kesempurnaan hidup jasmani dan rohani sehingga dapat memberikan

pepadhang kepada seluruh umat.

Sapta Darma telah memiliki badan hukum sejak 17 Maret 1959. Di dalam

Sapta Darma terdapat 3 lembaga utama yaitu Tuntunan, Persatuan Warga

Sapta Darma (Persada), dan Yasra. Tuntunan bertugas mengurusi urusan

rohani, seperti memimpin sujud, membacakan teks suro, dan membina

kegiatan di sanggar. Persada berkaitan dengan urusan pemerintah. Organisasi

ini dibentuk pada tanggal 27 Desember 1986 di Yogyakarta. Segala bentuk

komunikasi seperti mengurus adminitrasi penduduk dan bertukar pikiran

dengan pemerintah ditangani oleh Persada. Yayasan Srati Darma adalah

lembaga yang bertugas mengurusi keuangan. Yayasan ini memiliki tujuan

yaitu mengelola kebutuhan operasional Persada. Ada satu prinsip utama dari

warga Sapta Darma yang menjadi bagian dari Yasra, yakni tidak boleh

meminta kepada masyarakat. Pendanaan Persada hanya berasal dari internal

warga Sapta Darma.

b. Sebenarnya datangnya ajaran Sapta Darma disini saya tidak terlalu tahu, tapi

budhe saya merupakan pengahayat pertama disini. Budhe saya Sri Jannah,

setalah itu Pak Harno. Kalo saya tahun 79 mulai masuk di sini. Sekitar tahun

1983 saya mulai masuk Sapta Darma.

c. Satu dusun sini ada 21 orang penghayat Sapta Darma, mbak. Nah, 21 orang

tersebut berada di 5 rumah, tapi bukan berarti 5 Kepala Keluarga (KK). Ada

di lima rumah gitu aja.

d. Mayoritas pekerjaan kami adalah petani. Ada juga pedagang, wiraswasta,

guru juga.

Page 130: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

2. Bentuk Praktek Keagamaan yang Dilakukan Warga Sapta Darma

a. Ada Sujud, racut, tuker hawa, tuker roso, hening. Sujud itu salah satu

bentuk ibadah dalam upayanya mendekatkan diri kepada Allah Hyang Maha

Kuasa. Sujud bisa juga ditujukan untuk mendoakan orang yang sudah

meningal. Kalo orang Islam tahlilan. sini sujud.

Penghayat Sapta Darma diwajibkan sedikitnya satu kali sehari melakukan

sujud. Kalau lebih dari sekali itu adalah lebih baik. Sujud bisa dilakukan di

sanggar bersama Tuntunan, tetapi bisa juga dilakukan sendiri di rumah.

Pelaksanaannya bisa kapan saja, namun lebih baik jika waktunya ditentukan.

Minimal 25 menit. Bisa sampai 1 jam. Ucapannya di batin. Yang pertama

sebutannya di kami, Allah Yang Maha Agung, Allah Hyang Maha Adil. Kalo

mau sujud, pertama Hyang Maha Suci Hyang Maha Kuasa. Yang kedua,

Kesalahane Hyang Maha Suci Nyuwun Nagpuro Hyang Maha Kuasa. Yang

ketiga, mertobat. Karena kalo kita sujud, minta maaf atas segala kesalahan,

minta pengampunan dan bertobat.

Tata cara melakukan sujud dimulai dengan lenggah, ngadep ke Timur.

Duduk seperti semedi, yang laki-laki bersila, yang perempuan timpuh.

Tangannya bersedekap, yang kiri di dalam dan yang kanan berada di luar.

Selanjutnya menentramkan hati, mata melihat lurus ke depan kira-kira 1

meter dari tempat duduk. Posisi duduk tegap dengan kepala dan tulang

pinggul segaris lurus.

Setelah duduk dan hati merasa tenteram, akan muncul getaran di dalam tubuh

dari bawah ke atas, kemudian rasa menjalar sampai kepala. Itulah tanda lidah

pating trecep, yang menjadi tanda untuk menutup mata sambil mengucapkan

di dalam batin, “Allah Hyang Maha Agung, Allah Hyang Maha Rokhim,

Allah Hyang Maha Adil.”

Apabila kepala telah terasa berat, itu adalah tanda bahwa rasa (getaran) sudah

berkumpul semua di kepala. Rasa inilah yang menjadikan badan tergoyang.

Setelah itu kemudian mulai terasa sari-sari air suci yang ada di tulang ekor.

Jalannya sari air merambat sangat halus, naik lewat tulang-tulang,

mendorong tubuh untuk membungkuk. Membungkuknya badan berlangsung

terus sampai dahi jatuh menyentuh gelaran. Ketika dahi menempel di kain

mori (siti), penghayat mengucap dalam batin, “Hyang Maha Suci Sujud

Hyang Maha Kuasa,” sebanyak tiga kali.

Setelah membungkuk, kepala diangkat pelan-pelan ke atas hingga duduk

tegak lagi seperti sikap awal. Begitu seterusnya sampai membungkuk yang

kedua dan membaca di dalam batin dengan ucapan, “Kesalahane Hyang

Maha Suci Nyuwun Ngapura Hyang Maha Kuasa,” sebanyak tiga kali.

Kepala diangkat lagi seperti proses awal tadi, lalu membungkuk dan

membaca di dalam batin dengan ucapan “Hyang Maha Suci Mertobat Hyang

Maha Kuasa,” sebanyak tiga kali. Kemudian duduk lagi, hati masih dalam

sikap tenang untuk beberapa menit. Akhirnya sujud pun selesai.

Page 131: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

Hening (ening) yang disebut juga sebagai semedi adalah kegiatan

menentramkan rasa dan pikiran. Semua carut-marut dalam hati dan angan

dikosongkan, rasa yang dimiliki hanya tertuju kepada Satriya Utama. Apabila

tubuh bergerak namun pikiran tenang (ayem), artinya ia sudah hening.

Sebaliknya, meskipun tubuh tenang tetapi hati campur-aduk, artinya ia belum

bisa disebut hening.

Tukar hawa (ulah hawa) merupakan suatu usaha atau tindakan yang

dilakukan untuk melepaskan atau menghilangkan rasa lelah. Kelelahan yang

dimaksud misalnya sehabis kerja berat, setelah melakukan perjalanan jauh,

dan sebagainya. Cara melakukan tukar hawa diawali dengan berbaring

membujur Timur. Kedua tangan diletakkan lurus di samping tubuh, telapak

tangan menghadap atas. Seluruh tubuh harus dalam keadaan kendor

(sumeleh). Pikiran dan angan-angan dihentikan kegiatannya, sehingga

keadaan tubuh atau pribadi dalam suasana benar-benar tenang. Raga dapat

merasakan pernapasan hingga halus agar dapat mengimbangi keluar atau

masuknya hawa tubuh. Aktivitas ini dilakukan selama sepuluh hingga lima

belas menit, kemudian dihentikan. Selanjutnya adalah mandi dan dianjurkan

mandi dengan menggunakan air panas atau hangat untuk memulihkan tubuh

agar segar kembali.

Tukar rasa (ulah rasa) adalah suatu usaha atau tindakan yang dilakukan

untuk mengadakan penelitian tentang jalannya rasa atau getaran yang ada di

seluruh tubuh. Ini dilakukan ketika sujud. Caranya yaitu setelah selesai sujud

wajib menambah satu bungkukan lagi sambil mengucap di dalam hati,

“Njaluk gerake rasa.” Kemudian dilanjutkan dengan berbaring seperti tata

cara melakukan Tukar Hawa. Berbaring membujur ke Timur, kedua tangan

diletakkan lurus di samping tubuh, telapak tangan menghadap atas. Ketika

pernapasan sudah halus, rasakan atau teliti jalannya getaran dari telapak kaki

yang merambat perlahan-lahan dan terasa halus sekali meliputi seluruh tubuh.

Racut artinya memisahkan rasa (rohani) dan perasa (jasmani). Saat racut,

jasmani (pikiran, angan-angan, kemauan) akan dibekukan. Sedangkan rohani

akan menghadap Hyang Maha Kuasa untuk mengetahui tempat berpulang

ketika ia ada di alam langgeng. Hal ini mengisyaratkan “Manungsa kudu bisa

mati sajroning urip supaya weruh rupa lan rasane”. Maksudnya adalah

bahwa manusia harus bisa mati ketika masih hidup agar bisa tahu rupa dan

rasa ketika mati nanti. Dengan mengetahuinya, ketika manusia kembali ke

alam dunia, ia dapat menghilangkan nafsu buruk dan mengamalkan budi

yang luhur

Racut dilakukan saat sujud wajib. Setelah selesai satu bungkukan penghayat

mengucapkan dalam batin, “Hyang Maha Suci Sowan Hyang Maha Kuasa,”

kemudian berbaring seperti tukar hawa dan tukar rasa. Namun, tangan tidak

diletakkan di samping badan, melainkan ditumpuk di dada. Posisi telapak

tangan tengkurap, yang kanan ditumpangkan di atas yang kiri. Pikiran

dikosongkan seperti Satriya Utama untuk merasakan keluarnya Nur Pethak

(Hyang Maha Suci) dari embun-embun.

Ragane disini, tapi hidupnya di alam langgeng. Fungsinya mendoakan

kepada yang sudah meninggal. Saya dulu heran, kok bisa lihat raganya orang

Page 132: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

yang udah meninggal. Dari situ saya masuk Sapta Darma, mulai tahun 1983.

Dari dulu lingkungan sudah ada Islam, Kristen, jadi sudah biasa. Jadi gak ada

diskriminasi.

b. Setiap hari bisa melakukan ibadah, minimal satu kali. Bisa ibadah di rumah,

bisa juga di sanggar. Ibadah setiap hari di sanggar biasanya pada jam 7

malam. Rentang waktunya tidak menentu. Pada saat menyambut hari besar

seperti Hari Raya yaitu tanggal 1 Suro biasanya dari jam 7 sampai jam 11

malam.

Hari Raya Sapta Darma diperingati setiap tanggal 1 Sura. Suro besok

peringatannya tingkat Kabupaten, di Blanter. Karena pusatnya Sapta Darma

tingkat Kabupaten Semarang di Blanter. Pemilik Pemancingan Suharno,

merupakan salah satu penghayat Sapta Darma.

Peringatan pas Suro di tingkat kabupaten seluruhnya, mbak. Kalo di tingkat

kecamatan bergilir. Misal di Dusun Legowo, kita mengundang Polsek dan

kecamatan. Di desa ngundang magersari tokok-tokoh masyarakat, tokoh-

tokoh agama yang ada disni sekalian silaturahmi dan memperkenalkan. Kita

undang 2 kali waktu Suro disini. Acara seperti itu itu toleransi semakin erat.

Udah tahu semua sekarang.

Acara lebaran. malam sebelum lebaran biasanya tirakatan di sanggar 3

malam atau 6 malam. Pas malam lebaran ada penjelasan makna Suro. Salam-

salaman biasa. Kalo ngundang tamu pemerintah biasanya ada pertunjuakn

karawitan atau pentas seni atau pas tanggal 26 Desember acara ulang tahun

Sapta Darma di Jogja, Kabupaten Semarang mengeluarkan drama musikal.

c. Di rumah, di sanggar, di tempat-tempat warga penghayat lain. Kalau di

rumah, bukan di kamar umum, bukan ruang tamu atau kamar tidur. Harus di

ruang sendiri. Kalau di Islam ya tempat sholat sendiri gitu. Harus bersih,

suci. Biasanya anak-anak kami ajak. Minimal setengah jam, atau lebih dari

itu. Satu jam, dua jam, tergantung kesanggupan.

d. Biar khusyu’. Biar lebih hikmat ibadahnya. Kalau di sanggar, biar ada rasa

kebersamaan.

3. Pola Komunikasi Penghayat Kepercayaan Sapta Darma dalam Kehidupan

Keluarga

a. Saya menjadi pengahayat sejak lahir, tahun 1977. Meskipun di KTP dulu

saya ikut Islam, tapi saya tetap penghayat.

b. Pertama karena orang tua. Kedua karena keyakinan saya sudah itu, gak mau

ke lain hati, hehe.

Page 133: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

c. Intinya, ajaran-ajaran Sapta Darma mengajarkan kebaikan. Sama seperti

ajaran-ajaran agama lain.

d. Anak-anak saya masuk SD dan SMP Katolik, SMA Kristiana juga. Mau

saya masukkan ke negeri saya takut. Pengalaman saya di sekolah negeri

tidak terlalu baik. Saya dulu ikut Islam. Istilahnya yang diajarkan di sekolah

tidak sama dengan hati saya. Jadi bertentangan terus. Maka dari itu mbak,

kami musyawarahkan terlebih dahulu sama anggota keluarga, termasuk

anak-anak. Waktu itu keluarga dan saya sepakat memasukkan anak sekolah

ke yayasan. Kami penghayat kepercayaan, tetapi sekolah menerima.

Meskipun di rumah kepercayaan, tapi di sekolah ikut agama. Administrasi

juga ikut agama. Sekarang anak saya sudah bisa menerima keputusan itu.

Sekarang teman-temannya sudah banyak (wawancara pada 28 Mei 2019,

Pak Adi Pratikto).

e. Putra saya ada pertama sudah kelas 2 SMA. Lahir pada tahun 2002. Dari

perkembangannya juga mengalami beberapa ejekan dari teman-teman

sebayanya. Tetapi seiring berjalannya waktu saya selalu menjelaskan. Sejak

kecil saya sudah sering mengajak ke kegiatan sanggaran dan sebagainya.

Kalau diajak temannya, “ayo ngaji,” dia bisa menjawabnya, “aku ora ngaji

soale nyang sanggar”. Kami beri pengertian, mbak. Sedikit demi sedikit dia

paham kalau kami beda kepercayaan. Jaman dulu anak saya masih sendiri,

sebayanya belum ada yang penghayat. Biasa, kalo anak-anak ngomongnya

aneh-aneh. Kalau masih kecil sama-sama belum mengerti, jadi bicaranya

aneh-aneh. Saya maklum. “Kamu nek ora ngaji suk ora mlebu surga lho,”

kata temen-temennya. Sering lapor ke saya, lalu saya bilang, “ndak papa”.

Terus saya kasih pengertian.

Kebetulan SD-SMP anak-anak saya di sekolah Katolik. SMA Kristiana juga.

Mau saya masukkan ke negeri saya takut. Pengalaman saya di sekolah negeri

tidak terlalu baik. Saya dulu ikut Islam. Istilahnya yang diajarkan di sekolah

tidak sama dengan hati saya. Bertentangan terus. Jadi waktu itu saya

memutuskan untuk memasukkan anak saya ke yayasan. Yayasan itu

menerima. Meskipun kami kepercayaan, tetapi sekolah menerima. Di rumah

tetap ikut kepercayaan, tapi di sekolah ikut pengajaran agama yayasan.

Administrasi ikut agama. Sekarang anak saya sudah bisa menerima. Sekarang

teman-temannya sudah banyak. Berbeda dengan jaman saya sekolah dulu.

Page 134: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

Bisa sekolah saja sudah beruntung. Teamn-teman saya yang lain pada takut

sekolah. Karena diajak temannya ibadah agama, jadi takut pelajaran agama.

Banyak teman-teman saya yang tidak sekolah. Istri saya pun demikian. Mau

melanjutkan sekolah takut. Hehe.

Kalau anak saya yang kecil belum terlalu kami memberi pengertian. Soalnya

masih kecil. Yang satu mau TK besok. TK Pancasila Bandungan. Ditanya

juga pas daftaran. Kemarin baru satu yang sapta Darma, nah saya bilang ke

ibu gurunya, “Ini Sapta Darma. Pelajaran sekolahnya udah ada. Ini gimana

anak saya?”. Mereka menjawab, “Nanti saya rapatkan dengan yayasan.” Saya

bilang lagi, “Baik bu, saya mohon bisa bu. soalnya guru Tk-nya sudah ada.

Di TK Pancasila ada yang Katolik”.

Pengalaman saya pas SD gak terlalu pahit, masih biasa. Pas SMP teman-

teman rasa ingin tahunya besar. Jadi saya tidak terlalu membuka diri pas

SMP. Setelah SMK sedikit sedikit saya membuka diri. Teman-teman mulai

saya jelaskan. Masih mengikuti pelajaran agama yang ada di sekolah. Kalau

di SMK teman-teman tahu kalau saya bukan muslim. Jadi dulu sulit punya

kekasih. Masalah kepercayaan beda. Haha.

Dari kecil kami membiasakan untuk memakai Boso Jowo, ya meskipun gak

sempurna, masih campur-campur. Anak-anak kami biasakan memanggil

kakak atau mas. Dek Elva yg paling kecil manggilnya kakak, kalo sama yg

besar manggil mas. Haha.

Setiap mau berangkat sekolah diajari doa agar diberi kemudahan kelancaran,

dikandani berbuat yang baik-baik. Di sapta daram diwajibkan minimal 1 kali

sehari. Diusahakan kalau longgar pas malem sujud. Kan ada tempat sendiri di

rumah. Kalau ada waktu ke sanggar.

f. Pasti ada, mbak. Pengajaran kepada anak tentu punya tantangan sendiri,

apalagi anak-anak muda jaman sekarang. Bawa HP kemana-mana. Tentu

saya dan istri saya sering mengingatkan agar rajin ibadah, rajin ikut

sanggaran. Kalau tidak bisa ya minimal berdoa setiap mau berkegaiatan.

4. Pola Komunikasi Penghayat Kepercayaan Sapta Darma dalam Kehidupan

Bermasyarakat

a. Kalau saat ini, dari tahun 2000an ke sini udah bagus. Sosialnya ke

masyarakatnya sudah diterima. Kalau dulu pas jaman bapak saya masih sulit

diterima. Sempat ramai juga. Maksudnya, kalau orang-orang Sapta Darma

dianggap Paratai Komunis Indonesia (PKI). Sekitar tahun 70-an, saya masih

bayi. Pada tahun antara 1975 dan 1976, intinya sebelum tahun 1980, warga

kami sempat dilaporkan. Pimpinan-pimpinan Sapta Darma disini dipanggil

ke polisi, ditahan selama 3 hari. Kemudian kita mengadakan pertemuan.

Page 135: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

Seperti Islam mengadakan pengajian, Kristen kebaktian, kita melakukan

sanggaran lalu digeruduk sama orang-orang kampung sini. Sebenarnya saat

kejadian itu penghayat Sapta Darma sudah lama tinggal di kampung ini, dan

banyak juga penghayatnya. Mungkin karena masyarakat merasa “kok

ibadahnya seperti ini?”.

Pada masa Orde Baru masyarakat masyoritas muslim. Jadi keberadaan

penghayat masih belum diakui. Permasalahan digrebeg tadi selesai,

permasalahan tidak berhenti disitu. Diskriminasi makin kental sampai tahun

80-an. Saya berumur 3 tahun. Hingga saya lulus SD permasalahan masih

tetap ada. Masih belum diterima. Lama kelamaan sepantaran saya ikut

kegiatan di masyarakat seperti Karang Taruna. Lewat jalur-jalur seperti itu

teman-teman mulai lunak, menyadari, dan mengenal Sapta Darma.

Saya beranjak dewasa ikut aktif berbagai kegiatan dusun bahkan desa seperti

pengurus RW dan BPD. Semenjak itu kami mulai diterima. Intinya

perjuangannya panjang dan tidak mudah. Di luar itu jejaring kami luas seperti

ikut KUB lintas agama. Kita mendewasakan diri. Istilahnya kita berbeda

tetapi tetap satu, kita tidak jelek. Ada teman-teman SMA saya, sempat dekat

di grup. Saya aktif ikut kegiatan KUB. Tetapi dia tidak bisa menerima. Orang

berteman dengan agama lain, mengadakan acara bareng dengan agama lain,

dia tidak terima. Dia bilang, ‘itu gak bagus’. Saya membalas dengan bilang,

‘ini toleransi lho mas. Saya disitu kenal dan berteman baik dengan kyai,

ustad, pendeta dan pemimpin-pemimpin agama tetapi mereka tidak

mempermasalahkan keyakinan. Itu urusan pribadi, yang penting sosialnya.

Saya jelaskan panjang lebar tetapi teman saya itu masih belum menerima

juga. Saya juga bilang, ‘saya akan terus seperti ini, meyakini kepercayaan

saya tetapi tetap menjunjung tinggi kebhinekaan. Karena perbedaan adalah

anugerah dari Tuhan’. Sedangkan teman-teman saya yang lain menerima

saya apa adanya. Saya share terus kegiatan saya yang positif. Teman saya

mendukung kegiatan-kegiatan saya.

Tetangga pernah ada yang seperti itu. Saya sering ngelus dada. Dia nuwun

sewu orang di daerah sini. Kalau menyampaikan sesuatu sering menyudutkan

milik orang lain. Ajaran orang lain ya biar seperti itu. Tidak hanya sindiran,

seringkali langsung. Bahkan menyangkut kitab suci. Padahal seperti itu tidak

boleh. Saya sering ngelus dada tetapi tidak berani melakukan apa-apa. Saya

sering sharing ke teman-teman tentang permasalahan saya. Kalau di lingkup

intern tidak apa-apa, tetapi kalau sudah di tempat umum dan memakai

pengeras suara bagi teman yang berbeda tetap saja tidak bagus. Kalau di

lingkup intern wajar kalau golongannya adalah yang paling baik tetapi kalau

di muka umum ada yang tersinggung.

Masyarakat sekarang menerima. Diterimanya sejak ada warga yang

meninggal. Pertama kalinya mau dikuburkan dimana? Tata cara perawatan

jenazahnya bagaimana? Ini bukan Islam, juga bukan Nasrani, tetapi

penghayat kepercayaan. Sempat ramai itu. Ada yang namanya Pak Modin.

“Pak ini bagaimana? Ini ada yang meninggal warga kami”. Pak modin

Page 136: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

menjawab, “Lha di Sapta Darma wes ono tata carane opo durung?”. Kami

menjawab, “sampun”. Beliau menjawab, “Ya kalau sudah silakan dirumati.

Nanti warga membantu.” Setelah Pak Modin bilang gitu kita rumati sesuai

tata cara kita. Sejak saat itu warga menjadi tahu secara langsung tata cara

pemakaman kami dan menerima.

Permasalahan perkawinan. Itu awal-awal masyarakat sudah mulai tahu.

Sebelum Adminduk sebenarnya adalah perkawinan dulu. Tahun 1982 sudah

ada perkawinan Sapta Darma. Di Dukcapil sudah ada. Di tahun 1990 sampai

tahun 2005 gak boleh menikah. Tahun 2006 ada UU lagi.

Saya sering ke Dukcapil untuk menguruskan KTP. Keputusan MK terbaru.

Kolom agamanya diganti Penghayat Kepercayaan. Saya kebetulan mengurus

seluruh penghayat di Kabupaten Semarang. Ada sekitar 500 penghayat.

Tahun 1990-2000 tidak boleh menikah. Pernikahannya ikut salah satu agama.

Tahun 2000 saya menikah. Calon istri saya kebetulan Sapta Darma. Kita

bertekad kawin secara Sapta Darma dan lewat pencatatan sipil. Terus saya

mengurus dari desa sampai kecamatan prosesnya sulit sekali. Mandek sampai

kecamatan kita tidak melanjutkan berkas. Hal itu mandek sampai satu tahun.

Saya hanya menikah secara adat saja di tahun 2000. Ngurus lagi di tahun

2001. Pengurus kami mengirim surat ke bupati karena ke DPR tidak bisa.

Bupati waktu itu pak Bambang Guritno. Terus kita lampirkan contoh-contoh

surat akta perkawinan sebelumnya yaitu saat tahun 80-an. Dikasih jawaban

boleh menikah secara kepercayaan jalur Dukcapil, asalkan mendapatkan

rekomendasi dari pengadilan negeri setempat. Hal itu kita tempuh. Setelah

persyaratan komplit seperti persyaratan orang menikah, kita mengusulkan ke

pengadilan. Kita sidang terlebih dahulu selama 2 kali di pengadilan. Ada

saksi, orang tua dan sebagainya. Jadwal sidang seperti sidang biasa. Istilah

sidang sama: pemohon dan termohon. Pertanyaan yang diajukan seperti

apakah kamu mencintainya, benar-benar mau menikah sama dia apa engga,

apakah ada unsur paksaan, dan sebagainya. Selain itu juga ada pertanyaan

terkait pernikahan secara Sapta Darma. Pas di pengadilan juga ditanya, “Mau

menikah kok disini?,” lalu kita serahkan surat dari bupati. Terus dikasih

putusan rekomendasi dibawa ke Dukcapil dan dicatatkan. Pada tahun 2005

teman-teman saya sidang di pengadilan semua. Kita mengajukan lagi ke

pemerintah pusat. Pada saat masa pemerintahan SBY dan dikabulkan. Ada

Adminduk nomor 23 tahun 2005. Habis itu kita tidak ke pengadilan lagi.

Langsung ke Dukcapil.

Pada tahun 2000-2001, sebelum pernikahan saya dicatatkan di Dukcapil,

tetangga banyak yang bertanya, “Nikahnya cara apa? Lha suratnya?”. Saya

menjawab, “Nikahnya ya sesuai kepercayaan saya. Suratnya masih proses.

Soalnya saya bukan agama”. Setelah suratnya jadi, saya kasihkan ke kepala

dusun. Pak Kadus yang kemudian memberitahu warga. Dulu sempat heboh

juga, “Kok bisa ya?”. Saudara istri saya juga banyak yang nanya. Caranya

gimana dan sebagainya. Kemudian kita menjelaskan. Jadi dulu sebelum dapat

surat nikah seperti istilah Islam “nikah siri”.

Nikah Sapata Darma sekarang lebih mudah, udah seperti agama-agama lain.

Nikah secara adat, kita laporkan ke Dukcapil, dicatatkan disana. Yang

Page 137: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

mimpin penghulunya, namanya pemuka penghayat kepercayaan. Dulu saya

menikah, sekarang menikahkan. Tapi gak boleh menikahkan anaknya sendiri,

harus pemuka yang lain. Saya nanti jadi orang tua.

Pemakaman ibuk saya secara Sapta Darma. Dimakamkan di makam umum.

Kalo disini gak ditolak di pemkaman, tapi tata caranya yg ditolak. Yg ngurus

warga. Ibuk saya baru 150 hari. Prosesi di rumah duka. Dimandiin,

dipakaikan kain mori. Ada tata caranya, habis itu dimakamkan. Masyarakat

disini, ikut membantu. Belasungkawa istilahnya.

b. Kami perlahan bisa menanamkan rasa percaya kepada masyarakat. Dari

yang awalnya tidak tahu tentang kami, sekarang mereka sudah tahu. Jadi

tidak menganggap kami suatu ancaman atau apa itu macam-macam

pendapatnya. Kami tetap menerima. Asal kami dapat hidup berdampingan

di dalam masyarakat.

Kalau ada masalah kami selesaikan dengan musyawarah. Saya dan warga

Sapta Darma ikut berbagai kegiatan organisasi lintas agama, organisasi di

desa, panitia acara-acara peringatan hari besar, dan masih banyak lagi mbak.

Saya ikut BPD, ikut Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI), Persada,

dan lain-lain.

c. Ada, mbak. Itu wajar ya ketika kita hidup di masyarakat pasti ada susah

senangnya. Tetangga pernah ada yang seperti itu. Saya sering ngelus dada.

Dia nuwun sewu orang di daerah sini. Kalau menyampaikan sesuatu sering

menyudutkan milik orang lain. Ajaran orang lain ya biar seperti itu. Tidak

hanya sindiran, seringkali langsung. Bahkan menyangkut kitab suci. Padahal

seperti itu tidak boleh. Saya sering ngelus dada tetapi tidak berani

melakukan apa-apa. Saya sering sharing ke teman-teman tentang

permasalahan saya. Kalau di lingkup intern tidak apa-apa, tetapi kalau sudah

di tempat umum dan memakai pengeras suara bagi teman yang berbeda

tetap saja tidak bagus. Kalau di lingkup intern wajar kalau golongannya

adalah yang paling baik dan benar, tetapi kalau di muka umum pasti ada

yang tersinggung.

d. Ya kalo saya pribadi nrimo saja lah mbak. Kalau bisa dibicarakan baik-baik

ya bagus, kalau engga ya namnung ngelus dada. Yang penting saya tidak

melakukan kejahatan, hal-hal buruk atau mencampuri urusan dia.

e. Sudah dirapatkan di tingkat dusun. Kalo ada kegiatan di tingkat intern

agama, yang lain ga ikut. Tapi kalo itu menyangkut kegiatan dusun

Page 138: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

misalnya kas desa seperti nyadran, ikut. Doanya menggunakan secara Islam

juga menggunakan secara Sapta Darma, kalo di umum. Kalo acara umum

yang biasa kami ikuti misalnya Halal Bihalal, kerja bakti, gotong royong

membangun rumah, peringatan hari-hari besar, dan masih banyak lagi.

Pas puasa, saya dapat jatah jaburan mbak. Kami bisa hidup berdampingan,

saling menghormati. Terus halal bihalal, dan diundang pengajian, pokoknya

gak ada masalah. Biasa saja.

f. Ada kunjungan dari mahasiswa seperti mahasiswa Syailendra dari Kopeng.

12 mahasiswa, dosennya satu. Ada dari UIN Walisongo Semarang, UNNES,

dan masih banyak lagi. Saya juga sering bilang ke teman-teman komunitas.

Tolong bantu kami dikenalkan ke masyarakat. Istilahnya biar gak saling

curiga. Gak ada lagi “Ini apa sih?’. Jadi kalo sudah tahu dan kenal, mereka

tahu bahwa ternyata Indonesia ada penghayat seperti kami.

g. Iya, mbak. Saya juga DPP di desa. Sekarang mau ada pemilihan kepala

desa. Saya bersyukur ikut terlibat menjadi panitia Pilkades juga.

h. Sebelumnya ada Kemendikbud 27 tahun 2016 tentang layanan pendidikan

penghayat kepercayaan. Disosialisasikan oleh Pak Anis Baswedan.

Disosialisakan kepada penghayat, dan 2017 awal sudah mulai ke sekolah-

sekolah untuk mendata siswa yang penghayat. Kalo sekolahnya bisa,

dikirim guru penghayat. Persetujuan lisan. Orang tua murid yang ingin

dididik secara kepercayaan, harus buat pernyataan tertulis dilampirkan KK

atau KTP orang tua. Perwakilan Persada akan ke sekolah. Kurikulum

bekerja sama dengan MLKI, disusun Direktorat Kepercayaan. Yang

diajarkan di sekolah oleh pendamping aliran kepercayaan secara umum ada

5 aspek yaitu sejarah kepercayaan terhadap Tuhan YME dan tokoh-

tokohnya, budi pekerti, keagungan Tuhan, martabat spiritual, dan larangan

serta kewajiban penghayat. Kita ajarkan 5 aspek tersebut, kan masih masuk.

Kita tambahkan sendiri materi Sapta Darma. Materi belum sempurna,

tantangan untuk penyuluh termasuk mengembangkan materi dan

administrasi pendidikan belum bisa masuk ke Kaprodik sekolah, jadi nilai

dompleng ke agama. Ada yang di raport di kosongi terus dilampirkan.

Page 139: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat
Page 140: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

Daftar Informan

1. Nama : Adi Pratikto

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 42 tahun

Jabatan : Ketua Persada Kabupaten Semarang

Pekerjaan : Petani

Alamat : Dusun Legowo RT 04/RW 01

2. Nama : Sulikah

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 39 tahun

Jabatan : -

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Dusun Legowo RT 04/RW 01

3. Nama : Surani

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 33 tahun

Jabatan : -

Pekerjaan : Guru

Alamat : Dusun Legowo RT 04/RW 01

4. Nama : Budi Nurcahyono

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 38 tahun

Jabatan : -

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Dusun Legowo RT 04/RW 01

5. Nama : Ferdi Prasetyo

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 17 tahun

Jabatan : -

Pekerjaan : Siswa

Alamat : Dusun Legowo RT 04/RW 01

6. Nama : Hari Suyitno

Jenis Kelamin : Laki-laki

Page 141: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

Umur : 65 tahun

Jabatan : Tuntunan Kerohanian Sapta Darma Kab. Semarang

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kauman, Kebonwage, Banyubiru

7. Nama : Tasminto

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 28 tahun

Jabatan : -

Pekerjaan : Guru Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan YME

Alamat : Ngablak, Candi, Bandungan

8. Nama : Sri Utami

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 29 tahun

Jabatan : -

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Sumowono, Kab. Semarang

9. Nama : Abdul Haris

Jenis Kelamin : :Laki-laki

Umur : 45 tahun

Jabatan : -

Pekerjaan : Petani

Alamat : Bandungan, Kab. Semarang

10. Nama : Ngatirah

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 40 tahun

Jabatan : -

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Bandungan, Kab. Semarang

11. Nama : Ngatinem

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 50 tahun

Jabatan : -

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Candi, Bandungan, Kab. Semarang

Page 142: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

Daftar Penghayat Sapta Darma Di Dusun Legowo Desa Duren

Kecamatan Bandungan

No Nama Tanggal Lahir L/P Alamat

1 Soejoet 16/01//1944 L Dusun Legowo RT 04/RW 01

2 Roemijem 02/08/1948 P Dusun Legowo RT 04/RW 01

3 Basiron 31/12/1947 L Dusun Legowo RT 04/RW 01

4 Mini 31/12/1943 P Dusun Legowo RT 04/RW 01

5 Iswandi 08/10/1969 L Dusun Legowo RT 04/RW 01

6 Aminah 10/06/1943 P Dusun Legowo RT 04/RW 01

7 Kamrin 11/12/1972 L Dusun Legowo RT 04/RW 01

8 Mustakimah 20/10/1968 P Dusun Legowo RT 04/RW 01

9 Adi Pratikto 24/11/1977 L Dusun Legowo RT 04/RW 01

10 Sulikah 05/05/1980 P Dusun Legowo RT 04/RW 01

11 Budi Nurcahyono 05/10/1981 L Dusun Legowo RT 04/RW 01

12 Surani 26/09/1986 P Dusun Legowo RT 04/RW 01

13 Wulan Kusmargiyono 25/02/1996 L Dusun Legowo RT 04/RW 01

14 Kastibah 22/11/1933 P Dusun Legowo RT 04/RW 01

15 Hendy Hendarto 29/06/1996 L Dusun Legowo RT 04/RW 01

16 Jumini 12/09/1945 P Dusun Legowo RT 04/RW 01

17 Aprililia Sekar HC 10/04/2011 P Dusun Legowo RT 04/RW 01

18 Nimas Amalia C 29/12/2013 P Dusun Legowo RT 04/RW 01

19 Ferdi Prasetyo 22/07/2002 L Dusun Legowo RT 04/RW 01

20 Fadli Surya Nugraha 06/06/2014 L Dusun Legowo RT 04/RW 01

21 Elfa Maya Ken U 18/04/2018 P Dusun Legowo RT 04/RW 01

Page 143: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

Dokumentasi

Gambar 1. Sanggar Candi Busana Legowo

Gambar 2. Suasana Ibadah di dalam Sanggar

Page 144: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

Gambar 3. Wawancara dengan Penghayat Sapta Darma

Gambar 4. Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penghayat Sapta Darma

Page 145: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

Gambar 5. Penghayat Sapta Darma Melakukan Sujud

Gambar 6. Penulis Foto Bersama Warga Penghayat Sapta Darma

Gambar 7. Prosesi Pernikahan Penghayat Sapta Darma

Page 146: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

Gambar 8. Proses Pencatatan Perkawinan Penghayat di Disdukcapil

Gambar 9. Wawancara dengan Tuntunan Kerohanian Sapta Darma Kab. Semarang

Gambar 10. Penghayat Sapta Darma Terlibat dalam Rapat Pembentukan Panitia

Pilkades

Page 147: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

Gambar 11. Penghayat Sapta Darma dan Warga Dusun Legowo Gotong Royong

Page 148: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat
Page 149: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat
Page 150: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat
Page 151: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat
Page 152: POLA KOMUNIKASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6270/1/SKRIPSI... · 2019. 9. 26. · vi ABSTRAK Rahayu, Dina. 2019. Pola Komunikasi Penghayat

CURRICULUM VITAE

Nama : Dina Rahayu

Tempat/Tgl. Lahir : Kab. Semarang, 9 November 1996

Alamat : Dusun Margosari RT 02 RW 06

Desa Koripan Kecamatan Susukan Kab. Semarang

Telepon (HP) : 085877480579

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2002-2004 : TK Mekarsari Koripan

2004-2009 : SDN 2 Koripan

2009-2012 : MTsN Susukan

2012-2015 : SMAN 1 Tengaran

2015-2019 : IAIN Salatiga

PENGALAMAN ORGANISASI

2016 – 2018 : Divisi Pendidikan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dinamika

2018 – 2019 : Divisi Komunikasi dan Publikasi Pusat Informasi Konseling

(PIK) Kec. Susukan

PELATIHAN

1. Pelatihan Keterampilan Produktif Berbasis Permintaan Pasar Bidang Handycraft

oleh Dinkop UKM Jawa Tengah (17-22 Juli 2017)

2. Pelatihan Manajemen Organisasi Pelajar, Mahasiswa dan Kepemudaan

Kabupaten Semarang (25-26 Juli 2017)

3. Pembentukan Keluarga Berkarakter Melalui Konsep Mindfull Parenting Kepada

Para Remaja Tingkat Jawa Tengah (04-05 Oktober 2018)

4. Magang di Jawa Pos Radar Semarang (28 Juli-28 September 2018)