PMU1112T1 Reg MPKTB M-PsychomotoricActivityReport 1106067242

11
UNIVERSITAS INDONESIA DAMPAK TERHADAP FISIK DAN MENTAL WANITA YANG BERISIKO TINGGI MENGALAMI INSOMNIA MAKALAH Disusun oleh : Dinar Amalia 1106067242 FAKULTAS MIPA DEPOK DESEMBER 2011

Transcript of PMU1112T1 Reg MPKTB M-PsychomotoricActivityReport 1106067242

UNIVERSITAS INDONESIA

DAMPAK TERHADAP FISIK DAN MENTAL WANITA YANG BERISIKO TINGGI MENGALAMI INSOMNIA

MAKALAH

Disusun oleh : Dinar Amalia 1106067242

FAKULTAS MIPA DEPOK DESEMBER 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan berkahNya sehingga makalah yang berjudul Dampak Terhadap Fisik dan Mental Wanita yang Berisiko Tinggi Mengalami Insomnia dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini ditujukkan untuk memenuhi tugas MPKT-B pada semester ganjil. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada Prof. Dr. Atiek Soemiati, M.S., dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Dalam Penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan dan besar harapan penulis agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca dan bagi penulis sendiri.

Penulis

ABSTRAK

Insomnia adalah gangguan tidur yang dibagi menjadi tiga tipe yaitu, transient, intermiten, dan kronis. Penyebab insomnia bisa dikarenakan faktor psikologis, masalah psikiatri, sakit fisik, faktor lingkungan, dan gaya hidup. Gejala yang timbul dari seseorang yang mengalami insomnia adalah susahnya seorang individu untuk jatuh kedalam tidur, sulitnya mempertahankan tidur, terbangun lebih dini, tidak memiliki tidur yang berkualitas dan tidak dapat tidur secukupnya. Wanita masuk dalam golongan penderita insomnia berisiko tinggi. Dari semua golongan ini, wanita hamil dan wanita menopouse paling banyak mengalami insomnia. Pada masa pre-menopause (40 tahun ke atas), biasanya sudah ada tanda-tanda insomnia. Pada masa ini, hormon estrogen mulai berkurang. Hormon ini berperan mengatur temperatur tubuh dan tidur. Semakin berkurang hormon estrogen, maka semakin susah pula untuk tidur. Insomnia berdampak pada fisik penderita. Insomnia akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga berpeluang terhadap munculnya sejumlah penyakit. Selain itu insomnia juga berdampak terhadap mental penderita. Susah tidur akan berpengaruh terhadap stabilitas emosi sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini jika seseorang dalam lingkungan kerja, maka akan menurunkan tingkat motivasi, konsentrasi, ketelitian, kreativitas dan produktivitas kerjanya. Solusi untuk mengatasi insomnia bermula dari mengubah kebiasaan diri kita sendiri, seperti menghindari minuman berstimulan, memulai pagi hari dengan berolahrga teratur, menghindari pikiran-pikiran yang terlalu berat, relaks, membuat jadwal tidur rutin, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Tidur merupakan hal yang penting bagi manusia dalam menjaga

keseimbangan sistem regulasi tubuhnya. Saat tidur otak akan lebih aktif maka intensitas aktivitas neuron pada sebagian besar otak akan meningkat. Disaat inilah otak akan memperbaiki metabolismenya. Selain itu, proses mengingat terjadi saat tidur. Jika kita tidak tidur konsolidasi otak tidak terjadi, sehingga daya ingat kita akan berkurang. Tidur juga digunakan tubuh untuk proses detoksifikasi dan perbaikan jaringan yang rusak. Dengan adanya tidur maka manusia dapat memilihara kesegaran, kebutuhan, dan metabolisme seluruh tubuhnya. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Seseorang tidak bisa tidur semalaman atau bisa saja bangun terlalu dini. Kebanyakan dari penderita adalah wanita, karena wanita memiliki banyak hormon dalam tubuhnya dan jika tidak seimbang dapat memicu terjadinya insomnia. Banyak orang yang menghiraukan gejala gangguan tersebut sehingga berakibat terhadap fisiknya pada esok hari. Di lain sisi, beberapa penderita ada yang sangat ketakutan sehingga mereka meminum obat tidur berlebih agar mereka dapat tertidur. Kebanyakan dari penderita belum mengetahui dampak insomnia, padahal insomnia dapat berdampak pada fisik dan mental mereka dan dapat berdampak serius.

I.2 Rumusan Masalah Insomnia dialami oleh sebagian besar masyarakat dan insomnia menimbulkan berbagai macam pertanyaan seperti apa penyebab, gejala, dan dampak dari insomnia itu sendiri. Pertanyaan-pertanyaan seputar insomnia ini dapat diuraikan dalam beberapa poin berikut: 1. Apa pengertian dari insomnia? 2. Apa saja tipe insomnia? 3. Apa saja penyebab insomnia? 4. Apa saja gejala-gejala yang ditimbulkan insomnia? 5. Mengapa wanita lebih berisiko tinggi mengalami insomnia? 6. Apa dampak insomnia terhadap fisik dan mental?

7. Bagaimana solusi mengatasi insomnia?

I.3 Tujuan Penelitian Tujuan secara umum dari diadakannya penelitian ini adalah untuk memberi tahu masyarakat bahwa wanita berisiko tinggi mengalami insomnia dan apa saja dampaknya terhadap fisik dan mental seseorang.

I.4 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan cara studi literatur.

I.5 Sistematika Penulisan Penelitian ini terbagi dalam tiga bab agar dapat dipahami secara sistematis. Bab I Pendahuluan yang terbagi menjadi 5 subbab, yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tahapan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Isi yang berbicara tentang materi yang akan dibahas. Bab III Penutup yang terdiri dari 2 subbab, yaitu kesimpulan dan saran.

BAB II ISI

II.1 Insomnia II.1.1 Pengertian Insomnia Insomnia adalah gangguan tidur seperti sulit untuk tidur, tertidur tetapi sering terbangun di tengah malam atau lebih dini, atau bisa juga tidak memiliki tidur yang berkualitas sehingga membuat orang merasa tidak segar.

II.1.2 Tipe Insomnia a. Insomnia Transient (jangka pendek) Insomnia yang berlangsung hanya beberapa hari atau beberapa minggu. Biasanya disebabkan oleh perubahan waktu tidur akibat pergantian shift kerja, terganggu suara bising, dan lain sebagainya. b. Insomnia Intermiten Insomnia yang tidak terjadi setiap hari. Penyebabnya bisa karena perbedaan waktu tidur, keadaan tidur yang tidak nyaman seperti terlalu panas atau dingin, adanya pikiran dan kecemasan berlebih saat menghadapi ujian, penyakit, pekerjaan, dan sebagainya. c. Insomnia Kronis Insomnia yang terjadi setiap hari dan berlangsung paling sedikit satu bulan. Biasanya penyebab insomnia kronis ini berhubungan dengan kondisi beban psikiatrik dan fisiologis penderita.

II.1.3 Penyabab Insomnia a. Faktor Psikologis Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyebab dari insomnia jenis kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi penyebab insomnia transient. b. Masalah Psikiatri Depresi paling sering ditemukan. Bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak diinginkan adalah gejala paling umum dari awal depresi, cemas, neorosa, dan gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.

c. Sakit Fisik Sesak nafas pada orang yang terserang asma dan sinus. Flu yang menyumbatkan hidung dapat menyebabkan gangguan tidur. Selama penyebab fisik atau sakit fisik tersebut belum dapat ditanggulangi dengan baik, gangguan tidur atau sulit tidur akan tetap terjadi. d. Faktor Lingkungan Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat, lintasan kereta api, pabrik dan sebagainya dapat menjadi salah satu faktor penyebab susah tidur. e. Gaya Hidup Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.

II.1.4 Gejala Insomnia Gejala insomnia adalah susahnya seorang individu untuk jatuh kedalam tidur, sehingga terjadi peningkatan waktu antara tidur. Sulitnya mempertahankan tidur dan tidak dapat tidur secukupnya, hal ini mengakibatkan seorang penderita terbangun sebelum dia mendapatkan tidur yang cukup. Gangguan dari siklus tidur dapat disebabkan oleh irama sikardian (ganguan dalam irama tidur bangun) yang terganggu oleh karena jet-lag atau pekerjaan. Hipersomnia atau tidur yang berlebih adalah gejala dari kurangnya kualitas dari tidur seseorang sehingga seringkali dibutuhkan waktu tidur yang lebih lama dari normal. Beberapa gejala lain dari gangguan tidur adalah sonambulisme atau tidur berjalan, dan mimpi buruk.

II.2. Dampak Insomnia Terhadap Fisik dan Mental Wanita II.2.1 Insomnia Pada Wanita Wanita masuk dalam golongan penderita insomnia berisiko tinggi. Dari semua golongan ini, wanita hamil dan wanita menopouse paling banyak mengalami insomnia. Pada masa pre-menopause (40 tahun ke atas), biasanya sudah ada tanda-tanda insomnia. Pada masa ini, hormon estrogen mulai berkurang. Hormon ini berperan mengatur temperatur tubuh dan tidur. Semakin berkurang hormon estrogen, maka semakin susah pula untuk tidur.

Ketidakseimbangan hormon pada masa pre-menopause memberikan sensasi hot flash (tubuh merasa panas). Ini yang sering membuat wanita terbangun di malam hari. Semakin meningkat usia wanita, insomnia semakin lebih berat. Estrogen juga mempengaruhi produksi dan respon terhadap melatonin. Melatonin adalah hormon yang diproduksi tubuh untuk mengatur tekanan darah. Produksi melatonin terjadi di awal hingga tengah malam. Melatonin terinduksi dalam gelap. Maka dari itu, tidur malam tidak tergantikan dengan tidur siang. Produksi melatonin berkurang seiring dengan bertambahnya usia.

II.2.2 Dampak Terhadap Fisik Insomnia akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga berpeluang terhadap munculnya sejumlah penyakit. Sebab, tubuh manusia diciptakan sedemikian sempurnanya yang secara alamiah telah diatur sebuah metabolisma fisik yang akan mempengaruhi kesehatan. Fisik seseorang akan sehat jika terdapat keteraturan antara terjaga dan tidur. Bukankah tidur juga berfungsi terhadap penataan kembali keseimbangan fisik setelah sekian lamanya terjaga dan terjadi kelelahan setelah bekerja. Sebab dengan adanya tidur maka tubuh akan memproses untuk mengurangi asam laktat yang berfungsi terakumulasinya kelelahan. Itulah kiranya jika seseorang tidur dengan normal maka ketika bangun tidur akan terasa segar kembali yang disebabkan asam laktat tersebut telah terminimalisasi. Sebaliknya jika seseorang mengalami kurang tidur maka asam laktat belum hilang secara sempurna.

II.2.3 Dampak Terhadap Mental Susah tidur akan berpengaruh terhadap stabilitas emosi sehingga

mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini jika seseorang dalam lingkungan kerja, maka akan menurunkan tingkat motivasi, konsentrasi, ketelitian, kreativitas dan produktivitas kerjanya. Demikian juga terhadap aktivitas lainya akan mengalami gangguan misalnya dalam belajar mengajar, menyelesaikan tugas, dan interaksi sosial. Bahkan dampak insomnia ini akan memudahkan seseorang untuk menderita stres. Hal ini cukup beralasan, sebab sebagaimana dikatakan di atas bahwa insomnia hanya

merupakan gejala penampakan dari luar bahwa seseorang memiliki penyakit yang harus diobati (Jurnal Psychology Today, Juni 1986).

II.3 Solusi dalam Mengatasi Insomnia Pada akhirnya, untuk menjawab kasus insomnia ada beberapa hal yang disarankan untuk dilakukan: a. Olahraga yang teratur dipagi hari membantu untuk penderita insomnia. Olahraga membuat aliran darah semakin lancar, dan membawa oksigen ke seluruh tubuh sehingga tubuh merasa segar. b. Hindari makanan dan minuman yang mengandung stimulan. c. Memperbanyak asupan makanan phytoestrogen, seperti kedelai, tauge, wijen, dan biji-bijian. Makanan tersebut dapat mengurangi insomnia pada wanita. d. Hindari stressor/penyebab insomnia. Jangan memikirkan hal-hal berat yang dapat membani diri. e. Hindari tidur siang. f. Relaks, relaksasi sangat membantu mendapatkan tidur yang berkualitas. g. Membuat jadwal tidur rutin. Biasakan tidur dan bangun pada jam yang sama setiap hari. h. Kondisikan lingkungan dari sesuatu yang dapat membuat anda susah untuk tidur. i. Jika masih berkelanjutan, hubungi dokter.

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan Dari pembahasan yang telah diberikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa insomnia bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala kelainan gangguan tidur. Wanita berisiko lebih tinggi mengalami insomnia daripada pria karena hormon wanita lebih cepat mengalami perubahan, begitu pula kondisi fisiknya. Hal ini dapat mengganggu pola tidur. Insomnia memberi sedikit atau banyak dampak pada kualitashidup, produktivitas, dan keselamatan. Pada kondisi yang parah, dampaknya bisa lebih serius. Insomnia dapat diatasi dengan berbagai cara, dimulai dari kebiasaan kita,

seperti dari makanan, berolahraga teratur, mengatur jam tidur, menghilangkan pikiran yang berat, dan sebagainya. Jika masih berkelanjutan, segera periksa ke dokter.

III.2 Saran Melalui Makalah ini, penulis menghimbau agar : 1. Menghindari penyebab terjadinya insomnia 2. Jika merasakan gejala-gejala insomnia dapat mulai mengatasinya dengan mengubah hal-hal kecil dari kebiasaan sehari-hari kita. 3. Membiasakan tidur teratur, karena tidur merupakan sesuatu hal penting untuk sistem regulasi tubuh kita. yang

DAFTAR PUSTAKA

Lanywati, Endang (2001). Insomnia Gangguan Sulit Tidur. Kanisius. Yogyakarta. Rofknowledge (2004). Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Elex Media Komputindo. Jakarta. Prasadja, Andreas (2009). Ayo Bangun dengan Bugar karena Tidur yang Benar. Hikmah. Jakarta. http://www.blogdokter.net/2008/07/23/tips-mengatasi-susah-tidur-insomnia/ http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=483 http://imron46.blogspot.com/2010/02/insomnia-adalah-indikator-stress.html http://medicastore.com/seminar/108/Dampak_Insomnia_Terhadap_Kesehatan_Tu buh.html