Pleno 1 blok 18

19
C “MUNDURNYA ALI” KELOMPOK 9 PLENO SKENARIO 1 BLOK 18

Transcript of Pleno 1 blok 18

Page 1: Pleno 1 blok 18

C“MUNDURNYA ALI”

KELOMPOK 9 PLENO SKENARIO 1 BLOK 18

Page 2: Pleno 1 blok 18

SKENARIOSeorang petinju kelas berat dunia bernama Muhammad Ali, harus

menerima kenyataan bahwa akhirnya dirinya harus berhenti total dari dunia tinju karena mengidap suatu penyakit. Awalnya merasa lemah atau terasa lebih kaku pada sebagian tubuh dan gemetar halus pada salah satu tangan pada saat beristirahat. Lama Kelamaan gejala yang dirasakannya bertambah berat berat yaitu gemetar semakin parah dan menyebar, otot terasa kaku dan tidak fleksibel, dan pergerakan menjadi lambat. Kelugan tersebut diserati gejala psikologis berupa depresi, konstipasi dan insomnia.

Saat Ali memutuskan untuk ke RS oleh dokter yang memeriksanya di dapati tremor, bradikinesia, rigiditas, dan demensia. Ali pun disarankan untuk mengkonsumsi rutin levodopa, MAO-B, dan dopamin agonis. Selain itu disarankan pula agar mengikuti fisioterapi, perubahan menu makan dan terapi wicara.

Page 3: Pleno 1 blok 18

APA ITU TREMOR? gerakan osilasi paksa ritmis dari

bagian tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot timbal bolak balik

yang dipersarafi.

Page 4: Pleno 1 blok 18

MEKANISME TREMOR

Osilasi refleks

Osilator

sentral

Tremor Parkinson

Osilasi mekanikal

Page 5: Pleno 1 blok 18

MEKANISME DASAR GANGGUAN KESEIMBANGAN

Penyebab gangguan keseimbangan adalah1. infeksi virus atau bakteri, 2. kegemukan, 3. trauma kepala (Head Injury), 4. gangguan sirkulasi darah yang mempengaruhi telinga bagian

dalam atau otak,5. factor usia, 6. dan gangguan vestibular pada bagian tepi yaitu gangguan pada

labyrinth, gangguan vestibular pada bagian tengah yaitu sebuah problem pada otak dan saraf yang menghubungkannya

Page 6: Pleno 1 blok 18

Pemeriksaan Yang Diperlukan Untuk Pasien Gangguan KeseimbanganPEMERIKSAAN KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN 1. Gangguan equlibratory coordination :a. Tes Romberg

Page 7: Pleno 1 blok 18

b. Tes tandem walking

Page 8: Pleno 1 blok 18

2. Gangguan non equilibratory coordination a. Finger-to-nose test. b. Nose-finger-nose-test

Page 9: Pleno 1 blok 18

c. Finger-to-finger test Penderita diminta mengabduksikan lengan pada bidang horizontal dan diminta untuk menggerakkan kedua ujung jari telunjuknya saling bertemu tepat ditengah-tengah bidang horizontal tersebut. Pertama dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat, dengan mata ditutup dan dibuka.

d. Diadokokinesis

Page 10: Pleno 1 blok 18

e. Heel-to-knee-to-toe test f. Rebound test Penderita diminta adduksi pada bahu, fleksi pada siku dan supinasi lengan bawah, siku difiksasi/diletakkan pada meja periksa/alas lain, kemudian pemeriksa menarik lengan bawah tersebut dan penderita diminta menahannya, kemudian dengan mendadak pemeriksa melepaskan tarikan tersebut tetapi sebelumnya lengan lain harus menjaga muka dan badan pemeriksa supaya tidak terpukul oleh lengan penderita sendiri bila ada lesi cerebellum.

Page 11: Pleno 1 blok 18

PENGELOLAAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN •Melakukan diagnosis dan tatalaksana penyebab dasar jika memungkinkan serta mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas.•Memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguasaan otot, alat bantu. Latihan fisik, adaptasi perilaku perlu dilakukan untuk mencegah morbiditas akibat instabilitas.• Kurangi obat-obatan yang mengganggu keseimbangan• Rujuk ke rehabilitasi medik untuk alat bantu dan latihan keseimbangan dan gaya berjalan.

Page 12: Pleno 1 blok 18

KLASIFIKASI KEJANG• Kejang Parsial, terbagi atas :• Parsial sederhana• Parsial kompleks

• Kejang generalisata, terbagi atas :• Tonik-Klonik • Absence •Mioklonik • Atonik • Klonik• Tonik

Page 13: Pleno 1 blok 18

FAKTOR RISIKO KEJANG

Kurang tidur

Stres Emosional

infeksi

Obat2an tertentu

alkohol

Page 14: Pleno 1 blok 18

CTANDA & GEJALA

Page 15: Pleno 1 blok 18

Pengelolaan Pasien

Dengan Kejang

Protokol penanganannya adalah sebagai berikut:

• Stadium I (0-10 menit)Harus dipastikan bahwa jalan napas pasien tidak terganggu. Dapat pula diberikan oksigen. Jika diperlukan resusitasi dapat dilakukan• Stadium II (1-60 menit)

dilakukan pemeriksaan status neurologis dan tanda vital.  Selain itu, perlu juga dilakukan monitoring terhadap status metabolik, analisa gas darah dan status hematologi. Pemasangan infus dengan NaCl 0,9%. Darah sebanyak 50-100 cc perlu diambil untuk pemeriksaan laboratorium (AGD, glukosa, fungsi ginjal dan hati, kalsium, magnesium, pemeriksaan lengkap hematologi, waktu pembekuan dan kadar AED).• Pemberian OAE emergensi berupa:

Diazepam 0,2 mg/kg dengan kecepatan pemberian 5 mg/menit IV –> evaluasi kejang 5 menit–> masih kejang (?) –> ulangi pemberian diazepam. hipoglikemi: berikan 50 cc glukosa 50%. alkoholisme: berikan thiamin 250 mg IV. Asidosis –> bikarbonat. Selama penanganan ini, etiologi penyebab kejang harus dipastikan.

penatalaksanaan kejang awal harus sudah

dilakukan bila bangkitan konvulsif

berlangsung >5 menit.

Page 16: Pleno 1 blok 18

Stadium III (0-60/90 menit)fenitoin IV 15-20 mg/kg dengan kecepatan <50 mg/menit → masih kejang ?→ fenitoin tambahan 5-10 mg/kgbb.  → masih kejang ? → berikan phenobarbital 20 mg/kgbb dengan kecepatan pemberian 50-75 mg/menit.

Stadium IV (30-90 menit)30-60 menit kejang tidak dapat diatasi ? → perawatan di ICU → diberi propofol (2mg/kgbb bolus IV) atau midazolam (0,1 mg/kgbb dengan kecepatan pemberian 4 mg/menit) atau tiopentone (100-250 mg bolus IV  pemberian dalam 20 menit dilanjutkan bolus 50 mg setiap 2-3 menit), dilanjutkan hingga 12-24 jam setelah bangkitan klinik atau bangkitan EEG terakhir, lalu lakukan tapering off.

Page 17: Pleno 1 blok 18

PENILAIAN GCS

Page 18: Pleno 1 blok 18

MACAM-MACAM TINGKAT KESADARAN :

KOMPOSMENTIS

APATIS

DELIRIUM

SOMNOLEN

STUPOR

KOMA

Page 19: Pleno 1 blok 18

Klas

ifika

si In

feks

i Pad

a Si

stem

Sar

af P

usat

viral

bakterial

spiroketal

protozoal

metazoal