PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI RESILIENSI … · iv HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN Love...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI RESILIENSI … · iv HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN Love...
RESILIENSI MANTAN NARAPIDANA TERHADAP PENOLAKAN
LINGKUNGAN
SKRIPSI
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Abraham Barkah Iskandar
119114171
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Love the life you live.
Live the life you Love.
-Bob Marley-
URIP Iku URUP
-Lakune Simbah-
Terima kasih untuk cinta yang tak terbatas,
Anakmu mencintaimu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
RESILIENSI MANTAN NARAPIDANA TERHADAP PENOLAKANLINGKUNGAN
Universitas Sanata DharmaAbraham Barkah Iskandar
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiliensi mantan narapidanaterhadap penolakan lingkungan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penolakanlingkungan masyarakat terhadap mantan narapidana. Pertanyaan penelitian yangdiajukan adalah “Bagaimanakah gambaran resiliensi mantan narapidanamenghadapi penolakan lingkungan?”. Metode penelitian yang digunakan yaknimetode penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian ini merupakan dua orangmantan narapidana yang tergolong dalam kasus berat yakni pencurian danpenjualan Narkotika jenis ganja. Pengambilan data dilakukan dengan metodewawancara semi terstruktur. Proses validasi dalam penelitian ini menggunakanmember checking. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua informanmengalami dampak penolakan lingkungan dan keduanya mampu resilien karenamemiliki sumber pembentukan resiliensi I Have, I Am, dan I Can yang salingberinteraksi dan menopang. Sumber I Have meliputi adanya penerimaan dandukungan dari keluarga dan teman dekat, dukungan berupa semangat serta adanyaaturan keluarga. Sumber I Am meliputi adanya pemaknaan positif setelah keluardari penjara, gambaran diri yang positif dan memiliki harapan kedepan. Sumber ICan meliputi mampu mengelola impuls, memiliki pemecahan masalah danmampu membangun relasi yang baik dengan orang lain.
Kata kunci: resiliensi, mantan narapidana, penolakan lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
THE RESILIENCE OF FORMER INMATES TOWARDENVIRONMENTAL REJECTION
Sanata Dharma UniversityAbraham Barkah Iskandar
ABSTRACT
This study aims to determine the resilience of former inmates towardenvironmental rejection. The background of this research is the environmentalrejection toward former inmates. The question posed in this research is, “How doformer inmates face environmetal rejection?” The method used in this research isqualitative research. The informants in this study we two former inmates whowere classified into severe cases of theft and narcotics dealing of marijuana. Theretrieval of the data was done by semi-structured interview method. The processof validation in this research use the member checking method. The result showsthat both informants experienced the impact of environmental rejection and bothof them are able to perform resilience because they have the source of resilienceformation “I Have, I Am, and I Can” which interact and support each other. Thesource of “I Have” includes acceptance and supports from family and closefriends, the supports materialized in the form of emotional support and familyrules. The source of “I Am” includes positivity after getting out of prison, apositive self-image and have hope to move forward. The source of “I Can”includes being able to manage impulses, able to solve problems, and able to buildgood relationships with others.
Key words: resilience, former inmates, environmental rejection.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Berangkat dari pemenuhan tanggung jawab dalam tahapan proses
kehidupan dan keingintahuan penulis, akhirnya tercipta karya penulisan ini yang
berjudul “Resiliensi Mantan Narapidana Terhadap Penolakan Lingkungan”.
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas
cinta, rahmat dan kasihnya sehingga penulis dimampukan untuk menyelesaikan
karya penulisan ini. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan ini terdapat
banyak tantangan, kesulitan dan kendala yang dihadapi. Namun, dengan
kepedulian, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat
diselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan, baik secara moral dan material.
Terima kasih penulis haturkan kepada:
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih
telah senantiasa memberikan bimbingan, saran dan ilmu sehingga
penelitian ini dapat diselesaikan.
2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma. Trimakasih atas saran dan
dukungan yang diberikan selama beberapa semester ini.
3. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima
kasih telah membagikan ilmu dan pengetahuannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
4. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi. Pak Giek, Bu Nanik, Mas Gandung,
Mas Muji dan Mas Doni. Terima kasih untuk senyum, keramahan, dan
pelayanannya.
5. Kedua Orangtua Penulis. Petrus Iskandar Subagio dan Lucia Puji Lestari
yang selalu memberikan cinta tulus kepada penulis. Matursembahnuon
untuk kasih sayang, doa, dukungan dan tentunya kesabaran serta sponsor
utama sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ini.
6. Kedua adik peneliti. Maccabe Luhur Iskandar dan Rebecca Rahayu
Iskandar untuk dukungannya yang dengan setia mengupdate
perkembangan skripsi penulis. Maturnuon Ndol untuk percikan
semangatnya dengan sudah mendahului yudisium.
7. Danang dan Tyan selaku informan yang telah berkenan meluangkan waktu
untuk membantu penulis. Terimakasih atas pengalaman dan kerjasamanya
selama ini.
8. Keluarga Besar Mapasadha Yogyakarta. Rumah dan tempat menimba ilmu
secara informal. Terima kasih untuk proses dan pembentukannya sehingga
menjadikan saya semakin mengenal diri sebagai manusia. NYALA dan
TERANGLAH Selamanya!
9. Teman-teman psikologi 2011. Terima kasih untuk dinamika dan
kebersamaannya selama menjalani kuliah. Senang bisa mengenal dan
berproses bersama kalian. Sebaris doa kuhaturkan, semoga kalian mampu
berbagi cahaya untuk sekitarmu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT.......................................................................................................... vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8
A. Resiliensi ........................................................................................................ 8
1. Definisi Resiliensi .................................................................................... 8
2. Sumber pembentukan resiliensi.............................................................. 10
3. Aspek resiliensi menurut Reivich dan Shatte (2002) ............................. 14
4. Faktor-Faktor Pendukung Resiliensi ...................................................... 16
B. Mantan Narapidana ...................................................................................... 17
C. Penolakan Lingkungan terhadap Mantan Narapidana.................................. 18
1. Pengertian Penolakan Lingkungan ......................................................... 18
2. Penyebab Penolakan Lingkungan Terhadap Mantan Narapidana.......... 19
3. Bentuk Tindakan Penolakan Lingkungan Pada Mantan Narapidana ..... 22
4. Akibat Penolakan Lingkungan terhadap mantan narapidana ................. 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
D. Resiliensi Mantan Narapidana Terhadap Penolakan LingkunganMasyarakat. ....................................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 28
A. Jenis Penelitian............................................................................................ 28
B. Fokus Penelitian .......................................................................................... 29
C. Informan Penelitian ..................................................................................... 29
D. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 29
E. Metode Analisis Data ................................................................................. 32
F. Kredibilitas Penelitian................................................................................. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................... 35
A. Proses Pengambilan Data ............................................................................ 35
1. Proses Penelitian ...................................................................................... 35
2. Proses Pengambilan Data......................................................................... 36
B. Informan Penelitian ...................................................................................... 38
1. Identitas Informan ..................................................................................... 38
2. Latar Belakang Informan .......................................................................... 39
C. Analisis Data Penelitian .............................................................................. 41
D. Pembahasan................................................................................................. 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 73
A. Kesimpulan ................................................................................................. 73
B. Saran ............................................................................................................ 70
1. Bagi mantan narapidana............................................................................ 70
2. Bagi keluarga dan lingkungan masyarakat .............................................. 71
3. Bagi peneliti selanjutnya .......................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76
LAMPIRAN.......................................................................................................... 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel panduan wawancara ……………………………………………29
Tabel 2. Tabel pelaksanaan wawancara ………………………………………..35
Tabel 3. Tabel pelaksanaan member checking …………………………….......36
Tabel 4. Tabel Identitas umum informan ....………………………………...... 37
Tabel 5. Tabel ringkasan tema kedua informan………………………………..58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Skema 1. Skema data kedua Informan…………………………………………61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasca keluar dari Lembaga Pemasyarakatan, mantan narapidana
memiliki harapan untuk kembali kedalam masyarakat dan melanjutkan hidup
kearah yang lebih baik. Pada umumnya, mantan narapidana secara otomatis
akan mendapatkan tekanan dari lingkungan dan cenderung menghadapi
kesulitan untuk mewujudkan hal tersebut. Mantan narapidana sangat mungkin
tetap dianggap sebagai noda sosial sebagai dampak penyimpangan dari nilai
dan norma sosial yang berlaku dalam lingkup masyarakat tertentu. Fenomena
tersebut ditemukan peneliti di Palembang, (2010) yakni mantan maling masih
mendapatkan label maling walaupun sudah mempertanggungjawabkan
kesalahannya di balik jeruji besi dalam kurun waktu tertentu dan sudah tidak
kembali mencuri. Hal tersebut menyebabkan AN mendapatkan penolakan dari
lingkungan sekitar rumahnya yang terlihat dari menjauhnya teman-teman
sebayanya, hilangnya keramahan tetangga dan juga dirinya tidak dilibatkan
dalam panitia acara kepemudaan. Senada dengan fenomena tersebut, hasil
wawancara awal yang dilakukan peneliti dengan salah satu mantan narapidana
di Yogyakarta juga menunjukkkan adanya penolakan berupa pembatasan
interaksi dari masyarakat tempat tinggalnya paska keluar dari Lembaga
Pemasyarakatan (E, 2016).
Ketika ngajak maen yang biasanya gantian tidurditempat saya, mereka gak di izinin orang tuanya, ow
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
seperti itu ya mas. Mungkin mungkin itu yadampak setelah saya keluar dari penjara itu mas.
Bentuk-bentuk penolakan lingkungan ini juga tampak dalam
kaitannya dengan pekerjaan. Mantan narapidana kesulitan untuk mendapatkan
pekerjaan karena kurangnya kepercayaan dan adanya syarat berkelakuan baik.
Stigma negatif yang melekat pada 'label' bekas narapidana juga menyebabkan
banyak perusahaan tidak mau menerima 'eks napi' sebagai pegawainya
Meliala (Sofhia, 2005; Kartono 2005; Wahid dalam Leonie Fitriani Ndoen,
2009). Dalam kaitannya dengan tempat tinggal, penelitian sosiologi yang
dilakukan Maulana dan Imron (2014) juga mengungkapkan adanya bentuk
diskriminasi dan penolakan masyarakat terhadap mantan narapidana di Desa
Mendogo Kecamatan, Glagah Kabupaten Lamongan. Sebagian besar mantan
narapidana yang berada di desa tersebut lebih memilih untuk pindah ke
lingkungan lain yang mereka anggap lebih nyaman, dan tidak berani untuk
kembali ke desa tersebut. Mantan narapidana seringkali diperlakukan tidak
baik, dicurigai, diasingkan/dikucilkan, sehingga seorang mantan narapidana
tidak lagi betah tinggal dalam masyarakat dan merasa/menganggap diri
mereka tidak bermanfaat serta lebih rendah dari orang lain (Rohman, 2015).
Widyastuti (Leonie Fitriani Ndoen, 2009) mengungkapkan bahwa
munculnya penolakan terhadap mantan narapidana didasari adanya pandangan
negatif dan sikap kewaspadaan dari masyarakat yang berlebihan. Gusef (2011)
juga menambahkan bahwa pengucilan dan pengasingan yang dilakukan
masyarakat dipengaruhi oleh stereotipe yang berkembang di masyarakat,
bahwa mantan narapidana dianggap sebagai orang jahat yang harus dihindari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Stereotipe, kewaspadaan yang berlebihan dan konstruksi berfikir masyarakat
dengan mengacu nilai dan norma sosial inilah kemudian yang mendasari
adanya penolakan lingkungan, baik dalam bentuk prasangka, pembatasan
interaksi, diskriminasi dan alienasi terhadap mantan narapidana.
Meskipun demikian, bentuk perlakuan yang diberikan masyarakat
kepada mantan narapidana mengacu pada latar belakang individu/tingkat
tindak pidana dan konteks sosial masyarakat. Rohman (2015)
mengklasifikasikan bahwa tindak pidana seperti penggelapan, penipuan,
pengeroyokan dianggap biasa dan masih bisa ditolerir oleh masyarakat karena
terhitung dalam pidana ringan. Pelaku tindak pidana ini dipandang biasa saja
oleh masyarakat karena berbagai pertimbangan seperti tidak merugikan orang
banyak, sudah menjadi semacam kebiasaan, dan hanya diperlukan pembinaan
saja bagi pelaku tindak pidana tersebut. Tindak pidana korupsi, pajak,
melarikan anak dibawah umur, dan pencurian, masuk dalam tindak pidana
berat yang dianggap sangat merugikan orang banyak, merampas hak rakyat,
dan merugikan Negara. Sedangkan tindak pidana seperti pembunuhan,
narkoba, asusila, dan pemerkosaan dianggap merupakan tindak pidana yang
paling berat karena sangat berbahaya dan beberapa tindakan pelakunya
merupakan tindakan yang memalukan dan menimbulkan efek merusak korban.
Rohman (2015) menambahkan bahwa dari semua tindak pidana tersebut,
secara umum masyarakat tidak menginginkan adanya interaksi dengan mantan
narapidana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Tekanan dari masyarakat dalam berbagai bentuk penolakan
memunculkan dampak negatif bagi mantan narapidana. Secara psikis, mantan
narapidana akan memiliki rasa rendah diri dan sikap pesimis sehingga
memunculkan perasaan tidak berharga dan menarik diri dari masyarakat.
Susilo (Sofhia 2005) menjelaskan bahwa banyak narapidana yang telah bebas
menjadi kehilangan jati diri, hal ini ditandai dengan sikap tertutup, acuh tak
acuh, sinis dan anti sosial. Ketidakmampuan mantan narapidana dalam kontrol
diri dan mengatasi persoalan tersebut, akan memunculkan potensi depresi dan
bunuh diri. Diskriminasi dari masyarakat mengakibatkan individu mengalami
kecemasan, rendah diri, depresi, dan menarik diri dari lingkungan bahkan
melakukan bunuh diri (Yuliani dalam Aprilia, 2016).
Secara sosial, mantan narapidana akan mengalami kecanggungan
dalam menjalani kehidupan mereka sehingga membuat mantan narapidana
kesulitan dalam melakukan resosialisasi di masyarakat. Hal ini disebabkan
karena mereka merasa rendah diri, dan tidak memiliki kepercayaan diri untuk
bersosialisasi kepada lingkungannya (Gusef, 2011). Mubasir (2013) dalam
penelitiannya juga mengungkapkan jika mantan napi tidak diperlakukan
secara adil sebagai warga masyarakat biasa yang telah menebus kesalahan,
maka akibat yang paling buruk adalah mereka akan dapat mengulangi kembali
tindakan pelanggaran hukumnya. Dalam situasi seperti ini, mantan narapidana
dituntut untuk memiliki sikap resilien yakni sikap di mana individu memiliki
daya lentur dan mampu bangkit dari berbagai situasi sulit dan tekanan yang
ada guna mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Resiliensi atau recilience berasal dari bahasa latin resile yang artinya
adalah kembali. Secara konseptual resiliensi dipahami sebagai kapasitas
individu untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat diri, dan tetap melakukan
perubahan sehubungan dengan ujian yang dialami (Grotberg, 1999).
Sedangkan menurut Reivich dan Shatte, (2002) resiliensi adalah kemampuan
untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah
yang terjadi dalam kehidupan.
Desmita, (2005) mengungkapkan individu yang memiliki resiliensi
yang baik akan berhasil menyesuaikan dirinya dengan kondisi lingkungan
yang kurang menyenangkan serta tekanan yang dialaminya di dalam
kehidupannya dengan lingkungan. hadirnya resiliensi pada individu yang
bersangkutan akan mampu mengubah permasalahan menjadi sebuah
tantangan, kegagalan menjadi kesuksesan, dan ketidakberdayaan menjadi
kekuatan, dan mampu bangkit dari keterpurukan (Bobey, 1999). Sebaliknya,
individu yang tidak resilien akan cenderung rendah diri, tidak merasa
berharga, menarik diri dari masyarakat, depresi, tidak mampu bangkit dari
keterpurukan, dan kesulitan resosialisasi kemudian mengarah pada
pengulangan kesalahan/tindak pidana serupa.
Gortberg (1995) mengungkapkan kemampuan resiliensi memiliki tiga
sumber, yaitu I Am, I Have dan I Can. Ketiga hal ini berkaitan dengan
kemampuan intrapersonal, interpersonal dan kemampuan sosial yang
dibutuhkan individu dalam hidup. Mantan narapidana dianggap penting untuk
memiliki sikap resilien sebagai proses adaptasi positif sehingga mantan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
narapidana mampu resosialisasi ketengah masyarakat dan tidak mengulangi
tindakan pidana serupa atau lainnya. Di samping itu, resiliensi penting dimiliki
mantan narapidana untuk melanjutkan hidup kearah yang lebih baik ditengah
berbagai situasi tidak menyenangkan dan menekan dari lingkungannya.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti melihat bahwa fenomena
permasalahan yang dialami mantan narapidana menarik dan penting untuk
diteliti. Oleh karena itu, peneliti ingin memahami gambaran resiliensi mantan
narapidana dalam menghadapi penolakan lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran resiliensi mantan
narapidana menghadapi penolakan lingkungan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran resiliensi mantan narapidana menghadapi penolakan
lingkungan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya referensi
ilmiah dalam ranah psikologi terkait gambaran resiliensi mantan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
narapidana terhadap penolakan lingkungan. Penelitian ini juga diharapkan
dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa berguna sebagai sumber informasi
bagi mantan narapidana lain sehingga mampu untuk membantu
resosialisasi ketengah masyarakat dan tidak mengulangi tindakan
pidana serupa/lainnya serta mampu menjalani hidup kearah yang lebih
baik dan keluar dari situasi yang tidak menyenangkan dan penuh
tekanan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman
bahwa keluarga dan lingkungan masyarakat menjadi faktor penting
bagi terbentuknya mantan narapidana resilien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Resiliensi
1. Definisi Resiliensi
Resiliensi atau recilience berasal dari bahasa latin resile yang
artinya adalah kembali. Resiliensi dipahami sebagai kapasitas individu
untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat diri, dan tetap melakukan
perubahan sehubungan dengan ujian yang dialami (Grotberg, 1999).
Menurut Reivich dan Shatte, 2002:1 dalam bukunya “The Resiliency
Factor”, mengemukakan bahwa resilensi adalah kemampuan untuk
mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian berat atau masalah yang
terjadi dalam kehidupannya. Bertahan dalam keadaan tertekan, dan
bahkan berhadapan dengan trauma atau kesengsaraan yang dialami
dalam kehidupannya.
Resiliensi adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh
individu, dan dengan kemampuan tersebut individu mampu bertahan
dan berkembang secara sehat serta menjalani kehidupan secara positif
dalam situasi yang kurang menguntungkan dan penuh dengan tekanan
Hildayani (2007). Sisca & Moningka (2008) juga mengungkapkan
bahwa resiliensi merupakan kemampuan seseorang yang dapat berhasil
dalam mengatasi permasalahan atau hal yang menyakitkan dan dapat
secara cepat bangkit kembali dalam hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Luthar, Masten & Reed (dalam Dipayanti & Chairani, 2012)
mengemukakan bahwa resiliensi merupakan kemampuan beradaptasi
secara positif terhadap situasi atau kondisi yang kurang
menguntungkan dan penuh tekanan dalam hidup. Lazarus (dalam
Tugade & Fredrikson, 2004) menganalogikan resiliensi dengan
kelenturan pada logam. Misalnya besi cetak yang banyak mengandung
karbon sangat keras tapi getas atau mudah patah (tidak resilien)
sedangkan besi tempa mengandung sedikit karbon sehingga lunak dan
mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan (resilien). Perumpamaan
tersebut untuk membedakan individu yang memiliki daya tahan dan
yang tidak saat dihadapkan pada pengalaman negatif yang penuh
tekanan dari lingkungan.
Resiliensi membantu individu yang hidup dalam kondisi atau
pengalaman buruk dengan meningkatkan harapan dan keyakinan yang
memadai untuk pribadi dan fungsi sosial yang lebih efektif (Grotberg
2003). Senada dengan Grotberg, Desmita (2005) mengungkapkan
individu yang memiliki resiliensi yang baik akan berhasil
menyesuaikan dirinya dengan kondisi lingkungan yang kurang
menyenangkan serta tekanan yang dialaminya di dalam kehidupannya
dengan lingkungan.
Dari beberapa pengetian para ahli di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa definisi resiliensi adalah kemampuan individu
untuk merespon, bertahan, beradaptasi secara positif, dan mengubah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
juga membalikan permasalahan, tekanan dan pengalaman yang tidak
menyenangkan dalam hidup sehingga individu tersebut mampu
berfungsi baik secara pribadi dan sosial.
2. Sumber pembentukan resiliensi
Seperti yang telah dipaparkan, resiliensi terkait bagaimana
individu dalam merespon, bertahan, beradaptasi secara positif, dan
mengubah juga membalikan permasalahan, tekanan dan pengalaman
yang tidak menyenangkan dalam hidup sehingga individu tersebut
mampu berfungsi baik secara pribadi dan sosial. Grotberg, (1995)
mengungkapkan bahwa upaya dalam menghadapi tekanan dan
pengalaman yang tidak menyenangkan bergantung pada tiga sumber
pembentkan resiliensi. Sumber pembentukan resiliensi tersebut antara
lain I Have, I Am, dan I can (Gortberg, 1995).
a. I Have
I Have merupakan sumber resiliensi yang berasal dari
eksternal/luar diri individu. I Have merujuk pada pemaknaan
mantan narapidana terhadap dukungan sosial dari lingkungan.
Berikut beberapa sumber yang mempengaruhi I Have, antara lain:
1. Hubungan yang berlandaskan kepercayaan utuh.
Hubungan dengan berlandaskan kepercayaan utuh dapat
diterima dari orang-orang terdekat seperti orang tua, istri,
suami, dan teman. Hubungan ini mampu memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dukungan emosional dari eksternal/sekitar individu yang
bersangkutan.
2. Struktur dan peraturan dilingkungan rumah.
Adanya aturan-aturan yang harus ditaati di dalam keluarga
sebagai kontrol dari perilaku.
3. Model peran sebagai panutan dalam berperilaku.
Model peran sebagai panutan dalam berperilaku/role models
dapat diperoleh baik dari orang tua, keluaga dan teman sebaya.
Misalnya modeling dalam hal berpakaian atau dalam hal
menyikapi masalah.
4. Dorongan untuk mandiri.
Adanya dorongan dari orang-orang terdekat kepada anak untuk
bersikap mandiri atau melakukan sesuatu tanpa bantuan orang
lain.
5. Akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, keamanan, dan
kesejahteraan.
Adanya akses layanan yang konsisten untuk pemenuhan
kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi oleh keluarga misalnya
rumah sakit dan dokter atau layanan sejenis.
b. I Am
I Am merupakan sumber resiliensi yang berasal dari dalam
diri individu. Sumber ini meliputi kekuatan personal individu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
terdiri dari perasaan, sikap, dan keyakinan pribadi. Beberapa
kekuatan yang mempengaruhi I Am, antara lain:
1. Mereka disayang dan disukai banyak orang.
Individu yang resilien mampu memaknai bahwa mereka
disukai dan disayang sehingga muncul perasaan berharga dan
mampu bersikap baik terhadap orang lain.
2. Empati dan memiliki kepedulian terhadap orang lain.
Individu yang resilien memiliki empati dan kepedulian
terhadap orang lain.
3. Bangga terhadap diri sendiri
Individu yang resilien akan cenderung bangga terhadap yang
telah dilakukan dalam menjalani hidupnya.
4. Bertanggung jawab terhadap perilaku sendiri.
Individu yang resilien memiliki tanggung jawab dan mampu
menerima konsekuensi atas perilakunya.
5. Percaya diri, optimis dan penuh harapan
Individu yang resilien akan merasa optimis dan percaya diri
juga harapan.
c. I Can
I Can merupakan sumber resiliensi yang berkaitan dengan
kompetensi mantan narapidana yang merujuk pada keterampilan
sosial dan interpersonal. Keterampilan ini meliputi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
1. Berkomunikasi terkait perihal yang mengganggu
Individu mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan
terhadap orang lain.
2. Memecahkan permasalahan yang dihadapi
Individu mampu mencari solusi dan memecahkan masalah
yang sedang dihadapi dengan baik.
3. Mengelola impuls dan perasaan
Individu yang resilien merupakan individu yang mampu
mengelola impuls dan emosi dirinya.
4. Mengukur tempramen personal dan orang lain
Individu mampu memahami tempramen personal dan orang
lain. Hal ini membantu individu dalam merespon dan bertindak
dalam berbagai situasi.
5. Memiliki relasi yang baik dengan orang lain
Individu yang resilien akan memiliki hubungan yang baik
dengan orang lain, misalnya orang tua, saudara dan teman. Hal
ini membantu individu untuk mengkomunikasikan dan
memcahkan masalah yang sedang dihadapi.
Individu penting memiliki tiga hal ini karena berkaitan dengan
kemampuan interpersonal, intrapersonal, dan kemampuan sosial yang
dibutuhkan sebagai sumber individu yang resilien. Ketiga faktor ini
saling berinteraksi sehingga individu mampu menumbuhkan resiliensi.
Desmita (2009) mengungkapkan untuk menjadi seorang individu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
memiliki resiliensi, tidak cukup hanya memiliki satu karakteristik saja,
melainkan harus juga ditopang oleh karakteristik lainnya.
3. Aspek resiliensi menurut Reivich dan Shatte (2002)
a. Emotion Regulation
Regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang di
bawah kondisi yang menekan (Reivich dan Shatte, 2002). Reivich
dan Shatte mengungkapkan dua buah keterampilan yang dapat
memudahkan individu untuk melakukan regulasi emosi, yaitu
tenang (calming) dan fokus (focusing)
b. Impulse Control
Pengendalian impuls adalah kemampuan Individu untuk
mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang
muncul dari dalam diri. Individuyang memiliki kemampuan
pengendalian impuls yang rendah, cepat mengalami perubahan
emosi yang pada akhirnya mengendalikan pikiran dan perilaku
mereka.
c. Optimism
Individu yang resilien adalah individu yang optimis.
Optimisme adalah ketika kita melihat bahwa masa depan kita
cemerlang (Reivich dan Shatte, 2002). Optimisme yang dimiliki
oleh seorang individu menandakan bahwa individu tersebut
percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi
kemalangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
d. Causal Analysis
Causal analysis merujuk pada kemampuan individu untuk
mengidentifikasikan secara akurat penyebab dari permasalahan
yang mereka hadapi. Individu yang tidak mampu
mengidentifikasikan penyebab dari permasalahan yang mereka
hadapi secara tepat, akan terus menerus berbuat kesalahan yang
sama.
e. Empathy
Empathy sangat erat kaitannya dengan kemampuan
individu untuk membaca tanda-tanda kondisi emosional dan
psikologis orang lain (Reivich dan Shatte, 2002)
f. Self-efficacy
Self-efficacy adalah hasil dari pemecahan masalah yang
berhasil. Self-efficacy merepresentasikan sebuah keyakinan bahwa
kita mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai
kesuksesan. Self-efficacy merupakan hal yang sangat penting untuk
mencapi resiliensi (Reivich dan Shatte, 2002).
g. Reaching Out
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, bahwa
resiliensi lebih dari sekedar bagaimana seorang individu memiliki
kemampuan untuk mengatasi kemalangan dan bangkit dari
keterpurukan, namun lebih dari itu resiliensi juga merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
kemampuan individu meraih aspek positif dari kehidupan setelah
kemalangan yang menimpa.
4. Faktor-Faktor Pendukung Resiliensi
Reivich dan Shatee (2002) membagi tiga faktor pendukung resiliensi,
yaitu:
a. Atribut individu
Atribut Individu meliputi harga diri (self-esteem), empati,
rasa humor, intelegensi yang baik, dan kontrol diri positif. Individu
dengan inteligensi yang baik cenderung memiliki kemampuan
untuk mengatasi kesulitan hidup. Selain itu, kontrol diri positif
menjadi salah satu faktor pelindung yang membantu seseorang
untuk mengembangkan resiliensi. Dalam hal ini merujuk pada
kontrol emosi yang stabil. Secara umum, individu yang memiliki
empati, rasa humor intelegensi dan kontrol diri positif mampu
untuk mengatasi ketika berada dalam situasi yang menekan dan
tidak yaman.
b. Karakteristik Keluarga
Karakter keluarga merupakan salah satu faktor pendukung
penting dalam terwujudnya resiliensi individu. Lingkungan rumah
yang harmonis, adanya kepercayaan, dan pola komunikasi yang
baik antara anak dan orang tua akan membantu individu untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
mampu bertahan dalam keaadaan sulit dan mampu
mengembangkan resiliensi.
c. Lingkungan
Individu yang resilien memiliki dan mengambil kesempatan
yang menyediakan pemenuhan kebutuhan dasar manusia akan
dukungan sosial, kepedulian dan cinta dari orang lain (Benard,
1991). Dukungan sosial dari lingkungan berupa ruang dalam
masyarakat menjadi faktor pendukung individu dalam
mengembangkan resiliensi. Individu yang memiliki hubungan yang
positif dengan teman dan lingkungan tempat tinggal akan mampu
mengatasi permasalahan dan keluar dari situasi yang sulit.
B. Mantan Narapidana
Narapidana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dipahami
sebagai orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana
(KBBI). Menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 Pasal 1 Butir 7
tentang Pemasyarakatan adalah terpidana yang hilang kemerdekaan di
Lembaga Pemasyarakatan. Terpidana merupakan seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap (UU No 12 Pasal 1 Butir 6). Harsono (dalam Siahaan, 2008)
mengatakan bahwa narapidana adalah seseorang yang telah dijatuhkan
vonis bersalah oleh hukum dan harus menjalani hukuman atau sanksi,
yang kemudian akan ditempatkan di dalam sebuah bangunan yang disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
rutan, penjara atau lembaga pemasyarakatan. Narapidana adalah orang
yang sedang menjalani proses pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan ketetapan
dan putusan dari pengadilan dengan mengacu pada besaran pelanggaran
yang telah dilakukan.
Yudobusono (1995) menyebutkan mantan narapidana adalah orang
yang pernah berbuat melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat
dan telah selesai menjalani hukuman yang dijatuhkan kepadanya. Azani
(2012) mengatakan bahwa mantan narapidana adalah seseorang yang
pernah dihukum dan menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan
namun sekarang sudah selesai menjalani masa hukuman di lembaga
pemasyarakatan, berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa mantan narapidana merupakan orang yang sudah selesai melewati
proses hukuman dalam kurun waktu tertentu di Lembaga pemasyarakatan
sebagai konsekuensi dari tindak pidana yang dilakukan dan sudah
mendapatkan kemerdekaannya untuk kembali ke dalam masyarakat.
C. Penolakan Lingkungan terhadap Mantan Narapidana
1. Pengertian Penolakan Lingkungan
Penolakan dipahami sebagai sebagai proses mengeluarkan
seseorang atau sesuatu dari perhatian (kasih sayang) seorang lainnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
atau pun keadaan yang timbul dari proses tersebut; menganggap
seseorang atau sesuatu tidak memiliki arti (Kartono & Gulo, 1987).
Dalam kamus Psikologi, Reber & Reber (2010) mengungkapkan
penolakan merupakan kegagalan atau ketidakmampuan untuk
berasimilasi atau menerima. Dalam hal ini, berangkat dari persepsi dari
lingkungan kemudian berlanjut pada ketidakterimaan terhadap
individu atau kelompok yang sudah dianggap tidak memiliki arti
karena telah melakukan sesuatu yang tidak sesuai atau menyimpang.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan penolakan
lingkungan adalah ketidakmampuan lingkungan dalam melakukan
penerimaan terhadap seseorang atau suatu kelompok yang dianggap
tidak memiliki arti karena telah melakukan tindakan yang tidak sesuai
atau menyimpang. Penolakan lingkungan yang terjadi mengarah pada
penolakan secara sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Bentuk-
bentuk penolakan sosial yang umum terjadi di Indonesia, yaitu
pengucilan, pelecehan, kekerasan verbal (mengejek, menyindir,
memfitnah, mengintimidasi, dan lain-lain). Penolakan secara sosial
mengarahkan individu yang ditolak ke dalam permasalahan sosial yang
lebih serius (Maner et al., & Kurniasari et al, dalam kalpika 2016).
2. Penyebab Penolakan Lingkungan Terhadap Mantan Narapidana
a. Adanya kewaspadaan berlebih dari masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Masyarakat juga memiliki kewaspadaan yang tinggi
terhadap individu yang memiliki label sebagai mantan narapidana.
Widyastuti (Leonie Fitriani Ndoen, 2009) mengungkapkan
munculnya penolakan terhadap mantan narapidana didasari adanya
pandangan negatif dan sikap kewaspadaan dari masyarakat yang
berlebihan.
b. Adanya Prasangka
Prasangka merupakan pendapat (anggapan) yang kurang
baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui (menyaksikan,
menyelidiki) (KBBI). Sementara Kartono (1981) menguraikan
prasangka merupakan penilaian yang terlampau tergesa-gesa,
berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifatnya berat
sebelah dan dibarengi tindakan yang menyederhanakan suatu
realitas.
Menurut Mar’at (1981), prasangka sosial adalah dugaan-
dugaan yang memiliki nilai positif atau negatif, tetapi biasanya
lebih bersifat negatif. Pada umumnya, prasangka mengarahkan
pada tindakan diskriminasi (Baron & Birne, 2004). Dalam hal ini
masyarakat memiliki pandangan bahwa mantan narapidana adalah
orang jahat sehingga mantan narapidana dianggap pantas
mendapatkan penolakan.
Rosenbreg dan Simmons, (dalam Irmawati, 2004) juga
menguraikan bahwa prasangka sosial akan menjadikan kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
individu tertentu dengan kelompok individu lain berbeda
kedudukannya dan menjadikan mereka tidak mau bergabung atau
bersosialisasi. Sementara Dayakisni (2003:229) menyatakan bahwa
diskriminasi merupakan perwujudan tingkah laku dari prasangka
atau manifestasi prasangka dalam bentuk tingkah laku nyata,
meskipun bentuk diskriminasi bukan karena prasangka, dalam
bentuk melarang mengekspresikan sesuatu dapat disebut
diskriminasi karena alasan melanggar norma.
Ciri prasangka sosial menurut Brigham (1991) dapat dilihat
dari kecenderungan individu untuk membuat kategori sosial (social
categorization). Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu.
Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu biasanya dikaitkan
dengan stereotipe. Stereotipe adalah keyakinan (belief) yang
menghubungkan sekelompok individu dengan ciri-ciri sifat tertentu
atau anggapan tentang ciri-ciri yang dimiliki oleh anggota
kelompok luar. Jadi, stereotipe adalah prakonsepsi ide mengenai
kelompok, suatu image yang pada umumnya sangat sederhana,
kaku, dan klise serta tidak akurat yang biasanya timbul karena
proses generalisasi. Sehingga apabila ada seorang individu
memiliki stereotipe yang relevan dengan individu yang
mempersepsikannya, maka akan langsung dipersepsikan secara
negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
3. Bentuk Tindakan Penolakan Lingkungan Pada Mantan
Narapidana
Tindakan penolakan lingkungan terhadap mantan narapidana
meliputi prasangka, pembatasan interaksi, diskriminasi, hingga
alienasi. Diskriminasi terlihat dari minimnya lapangan pekerjaan yang
dapat menerima mantan narapidana. Wahid (Leonie Fitriani Ndoen,
2009) juga mengungkapkan bahwa mantan narapidana sulit mencari
pekerjaan karena perusahaan selalu melihat catatan perbuatan seorang
mantan napi, jarang perusahaan yang mau menerima mantan
narapidana. Selain itu, data penelitian Maulana dan Imron (2014)
mengungkapkan adanya bentuk diskriminasi, dan penolakan
masyarakat terhadap mantan narapidana di Desa Mendogo
Kecamatan, Glagah Kabupaten Lamongan. Sebagian besar mantan
narapidana yang berada di desa tersebut lebih memilih untuk pindah
ke lingkungan lain yang mereka anggap lebih nyaman, dan tidak
berani untuk kembali lagi ke desa tersebut.
4. Akibat Penolakan Lingkungan terhadap mantan narapidana
Secara psikis, mantan narapidana akan memiliki rasa rendah
diri dan sikap pesimis sehingga memunculkan perasaan tidak berharga
dan menarik diri dari masyarakat. Susilo (Azani, 2012) menjelaskan
bahwa banyak narapidana yang telah bebas menjadi kehilangan jati
diri, yang ditandai dengan sikap tertutup, acuh tak acuh, sinis dan anti
sosial. Hurlock (1996: 213) juga mengungkapkan, individu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
mengalami penolakan lingkungan sosial akan mengalami rasa
kekecewaan yang besar, frustasi, perubahan atau penuruanan konsep
diri bahkan depresi. Ketidakmampuan mantan narapidana dalam
kontrol diri dan mengatasi persoalan tersebut, akan memunculkan
potensi depresi dan bunuh diri. Diskriminasi dari masyarakat
mengakibatkan individu mengalami kecemasan, rendah diri, depresi,
dan menarik diri dari lingkungan bahkan melakukan bunuh diri
(Yuliani dalam Aprilia, 2016).
Secara sosial, mantan narapidana akan mengalami
kecanggungan dalam menjalani kehidupan mereka sehingga membuat
mantan narapidana kesulitan dalam melakukan resosialisasi di
masyarakat. Hal ini disebabkan karena mereka merasa rendah diri, dan
tidak memiliki kepercayaan diri untuk bersosialisai kepada
lingkungannya (Gusef, 2011). Mubasir (2013) juga mengungkapkan
jika mantan napi tidak diperlakukan secara adil sebagai warga
masyarakat biasa yang telah menebus kesalahan, maka akibat yang
paling buruk adalah mereka akan dapat mengulangi kembali tindakan
pelanggaran hukumnya.
D. Resiliensi Mantan Narapidana Terhadap Penolakan Lingkungan
Masyarakat.
Mantan narapidana merupakan seseorang yang pernah dihukum
dan menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan namun sekarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
sudah selesai menjalani masa hukuman di lembaga pemasyarakatan,
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap (Azani, 2012). Mantan narapidana masih dianggap orang yang
bermasalah bagi masyarakat walaupun sudah membayar lunas
kesalahannya didalam penjara.
Mantan narapidana cenderung mendapatkan penolakan dari
masyarakat berupa pembatasan interaksi, diskriminasi, hingga pengucilan
atau alienasi. Hal ini menyebabkan mantan narapidana merasa tertekan
sehingga mengalami gangguan secara psikologis berupa kecemasan,
merasa rendah diri, dan depresi. Lebih jauh, jika mantan narapidana tidak
mampu mengatasi hal tersebut secara berkepanjangan akan menimbulkan
potensi untuk bunuh diri.
Secara sosial, mantan narapidana juga kesulitan untuk resosialisasi
dengan masyarakat yang disebabkan penarikan diri, merasa tidak berharga
dan rendahnya kepercayaaan diri. Dari sini, dapat muncul potensi untuk
melakukan pengulangan tindak pidana serupa atau lainnya karena mantan
narapidana merasa tidak mendapatkan ruang dalam masyarakat dan
mendapatkan tekanan dari perlakuan lingkungan.
Dalam situasi seperti ini, mantan narapidana dituntut memiliki
kemampuan adaptasi positif dengan lingkungan dan daya lentur untuk
bangkit dari tekanan dan situasi sulit yang disebut dengan kemampuan
resiliensi. Kemampuan ini dibutuhkan agar mantan narapidana dapat
melihat potensi positif dalam dirinya sehingga mampu mengatasi tekanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
yang ada dan mampu menciptakan kehidupan yang sejahtera, tidak
mengulangi tindak pidananya, dan juga dapat diterima kembali didalam
masyarakat.
Dalam proses menjadi individu yang resilien, mantan narapidana
harus memiliki tiga sumber resiliensi yaitu I Have, I Am, dan I Can.
Mantan narapidana dapat mencapainya dengan melihat kualitas pribadi
yang positif, baik yang bersumber dari dalam dirinya maupun yang
diperolehnya dari lingkungan. Penilaian yang positif terhadap diri sendiri
merupakan kualitas pribadi positif yang bersumber dari dalam diri yang
meliputi bangga terhadap diri sendiri, perasaan dicintai dan mencintai,
bertanggung jawab, percaya diri dan peduli terhadap orang lain. Ketika
dapat menyadari kemampuan-kemampuan tersebut, individu cenderung
akan merasa percaya diri, memandang dirinya berarti, dan tidak lagi
memandang rendah dirinya. Kualitas dalam mencapai kemampuan
resiliensi yang bersumber dari luar diri individu atau orang lain meliputi,
adanya hubungan yang dilandasi kepercayaan, terdapat struktur dan aturan
yang mengontrol tindakannya, serta dorongan untuk mandiri. Kualitas
yang ketiga merupakan kualitas yang berkaitan dengan kompetensi sosial
dan interpersonal, yakni kemampuan berkomunikasi, memecahkan
masalah, mengelola dan mengukur perasaan serta temperamen diri dan
orang lain, serta mampu menjalin relasi yang baik dengan orang lain.
Kualitas ini akan membantu mantan narapidana untuk berani beradaptasi
secara positif dan membaur dengan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Sumber resiliensi dari dalam diri maupun lingkungan berinteraksi
dan saling menopang dan satu sama lain sehingga mantan narapidana
mampu sampai dalam tahapan resilien. Namun, jika mantan narapidana
hanya memiliki satu sumber, tidak saling menopang dan berinteraksi,
maka mantan narapidana belum resilien. Desmita, (2009) mengungkapkan
untuk menjadi seorang individu yang memiliki resiliensi, tidak cukup
hanya memiliki satu karakteristik saja, melainkan harus juga ditopang oleh
karakteristik lainnya.
Dalam proses menjadi individu yang resilien juga dipengaruh oleh
tiga faktor yakni atribut individu, karakeristik keluarga dan kondisi
lingkungan. Individu yang memiliki harga diri (self-esteem), empati, rasa
humor, intelegensi yang baik, dan kontrol diri positif akan lebih mudah
untuk mengatasi kesulitan hidup dan mengembangkan kemampuan
resiliensi. Selain itu, karakteristik keluarga dengan lingkungan rumah yang
harmonis, adanya kepercayaan, dan pola komunikasi yang baik antara
anak dan orang tua juga akan membantu individu untuk mampu bertahan
dalam keaadaan sulit dan mampu mengembangkan resiliensi. Kondisi
lingkungan berupa hubungan yang positif dengan teman dan lingkungan
tempat tinggal akan mampu mengatasi permasalahan dan keluar dari
situasi yang sulit dan memiliki peran dalam membantu individu dalam
mencapai resiliensi. Dukungan sosial akan membantu mantan narapidana
untuk lebih percaya diri dalam lingkungan sosialnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Dengan demikian, melalui penelitian ini, peneliti ingin
memberikan gambaran proses resiliensi mantan narapidana terhadap
penolakan dari lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah untuk
memahami permasalahan manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan
gambaran menyeluruh dan kompleks, serta dilakukan dengan setting yang
alamiah tanpa intervensi apapun dari peneliti Creswell (dalam Herdiansyah,
2014). Peneliti memilih metode penelitian kualitatif karena peneliti ingin
mengetahui proses resiliensi mantan narapidana dalam menghadapi berbagai
bentuk tekanan dari lingkungan sekitarnya.
Penelitian ini menggunakan Fenomenologi, Moustakas (dalam
Creswell, 2013) menyatakan bahwa fenomenologi merupakan strategi
penelitian dimana didalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman
manusia tentang suatu fenomena tertentu. Peneliti menggunakan pendekatan
Analisis Fenomenologi Interpretatif (AFI) atau interpretative
phenomenological analysis (IPA) yang bertujuan untuk mengeksplorasi
pengalaman personal serta menekankan pada persepsi atau pendapat individu
tentang objek atau peristiwa (Smith, 2008). Pendekatan ini berusaha
mengungkap secara detail bagaimana partisipan memaknai dunia personal dan
sosialnya (Smith, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada gambaran proses resiliensi mantan
narapidana menghadapi berbagai bentuk tekanan yang datang dari penolakan
lingkungan masyarakat. Untuk memahami hal tersebut, peneliti lebih berfokus
pada gambaran dampak penolakan lingkungan dan sumber-sumber
pembentukan resiliensi pada informan.
C. Informan Penelitian
Penelitian ini menggunakan salah satu bentuk non-probability
sampling yaitu teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan
teknik sampling berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki informan penelitian
karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan
(Herdiansyah, 2015). Informan dalam penelitian ini merupakan dua orang
mantan narapidana yang sudah kembali ditengah masyarakat.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode utama penggumpulan data adalah wawancara. Wawancara
adalah suatu komunikasi dua arah dengan pertukaran/sharing aturan,
tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi (Stewart dan
Cash dalam Herdiansyah, 2015). Peneliti memilih wawancara sebagai metode
utama pengumpulan data karena topik penelitian ini cukup sensitif. Peneliti
ingin mengetahui dan memahami proses resiliensi mantan narapidana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
menghadapi berbagai bentuk tekanan yang datang dari penolakan lingkungan
masyarakat.
Penelitian ini menggunakan bentuk wawancara semi terstruktur.
Wawancara semi terstruktur menggunakan pertanyaan terbuka, fleksibel,
terkontrol, dan pedoman wawancara sebagai patokan untuk mengatur alur
pembicaraan. Wawancara bertujuan untuk memahami suatu fenomena
(Herdiansyah, 2015).
Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti berusaha menjalin
hubungan yang baik dengan membangun rapport dan memberikan informed
consent pada informan. Peneliti kemudian melakukan proses wawancara pada
waktu dan tempat yang sudah disepakati. Peneliti juga menggunakan alat
perekam yang dipergunakan untuk membantu membuat verbatim wawancara.
Panduan wawancara dibuat sebagai panduan saat melakukan wawancara agar
tetap fokus sesuai dengan tujuan penelitian. Pertanyaan dibuat berdasarkan
fokus penelitian bersifat terbuka dan fleksible.
Tabel 1. Panduan Wawancara
Aspek Pertanyaan
Latar belakang
mantan
narapidana
Coba ceritakan kehidupan sebelum menjadi
seorang narapidana?
Ceritakan kehidupan anda setelah menyandang
status mantan narapidana?
Bagaimana perasaan anda dengan menyandang
status mantan narapidana?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Bentuk dan
dampak
penolakan
lingkungan
Bagaimana pandangan lingkungan sekitar
terhadap status anda sebagai seorang mantan
narapidana?
Bagaimana perlakuan lingkungan terhadap anda
setelah menyandang status mantan narapidana?
Dampak yang anda alami setelah menjadi mantan
narapidana? Apa yang anda rasakan?
Resiliensi Bagaimana anda memandang diri anda dengan
status sebagai seorang mantan narapidana?
Bagaimana perasaan anda terhadap perlakuan
yang anda terima dari lingkungan sekitar?
Apa usaha yang anda lakukan dalam menyikapi
perlakuan lingkungan tehadapmu? Apakah ada
kendala dengan usaha anda tersebut?
Apa yang anda dapatkan setelah anda mampu
melakukan usaha agar bisa kembali diterima
dilingkungan sekitar dengan status sebagai
seorang mantan narpidana?
Bagaimana hubungan anda dengan keluarga
setelah anda menyandang status mantan
narapidana?
Bagaimana hubungan anda dengan teman, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
masyarakat di lingkungan anda? Bagaimana cara
anda dalam menjalin relasi dengan orang lain?
Bagaimana bentuk dukungan orang-orang
disekitar anda termasuk keluarga, teman, dan
masyarakat di lingkungan anda?
Bagaimana respon keluarga setelah anda
menyandang status sebagai seorang narapidana?
Adakah aturan dari keluarga terhadapmu?
Saat ini, apa yang ingin anda capai dalam hidup
anda?
E. Metode Analisis Data
Analisis Fenomenologi Interpretatif (AFI) atau Interpretative
Phenomenologi Analysis (IPA) bertujuan untuk mengungkap secara detail
bagaimana informan memaknai dunia personal dan sosialnya. Sasaran
utamanya adalah makna berbagai pengalaman, peristiwa, status yang dimiliki
oleh informan (Smith, 2009). Berikut beberapa tahapan yang dilakukan dalam
pendekatan AFI :
1. Mencari tema-tema dalam kasus pertama
Pada tahap pertama, transkip dari verbatim dibaca berulang kali.
Hal ini dilakukan karena masing-masing pembacaan memiliki potensi
pemahaman baru. Peneliti membuat tiga kolom, dimana kolom paling kiri
dibuat untuk transkip teks verbatim. Setelah data teks verbatim selesai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dibaca, peneliti akan membuat rangkuman atau interpretasi pada kolom
tengah sebagai kualitas esensi yang ditemukan. Setelah itu, peneliti
membuat tema dimulai dari poin interpretasi tersebut pada kolom paling
kanan. Tema yang dibuat diperlukan pemahaman dan istilah psikologi.
2. Mengaitkan tema-tema yang ada
Tema-tema yang muncul dicatat dalam selembar kertas, setelah itu
dicari keterkaitan antara satu tema dengan tema lainya. Hal pertama yang
dilakukan adalah menuliskan tema tersebut secara kronologis berdasarkan
urutan yang ada di dalam transkip verbatim. Selanjutnya, tema-tema
tersebut diurutkan secara analitis serta teoritis, dengan tujuan untuk
menemukan koneksi antar tema yang ada. Pada tahap ini tema-tema yang
sudah dikelompokan akan terbagi menjadi beberapa kelompok yang sesuai
dengan cirinya masing-masing. Langkah selanjutnya adalah membuat
table untuk kelompok tema-tema. Setiap kelompok diberikan nama yang
mempresentasikan dari keseluruhan tema yang ada. Bila ditemukan ada
beberapa tema yang tidak relevan dengan tujuan penelitian, tema tersebut
dapat dihilangkan.
3. Melanjutkan analisis ke kasus selanjutnya
Pada tahapan ini, peneliti menggunakan tema-tema dari informan
pertama sebagai acuan untuk mengerjakan transkip verbatim selanjutnya.
Pada tahap ini, peneliti juga memperhatikan pola dan tema yang berulang.
Setelah semua transkip verbatim telah memiliki tabel tema, selajutnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
tema-tema tersebut kemudian dikelompokan pada kolom dan akan menjadi
sebuah tabel tema superordinate.
4. Membuat laporan dari tema yang ada
Pada tahapan ini, penekanan terletak pada kolom tema sebagai
basis dari jawaban informan. Penerjemahan tema-tema dibuat ke dalam
uraian naratif yang diselingi kutipan verbatim dari transkrip untuk
mendukung kasus yang bersangkutan. Narasi tersebut dapat menjelaskan
dinamika dan pengalaman dari informan penelitian.
F. Kredibilitas Penelitian
Pada penelitian ini, kredibilitas penelitian menggunakan prosedur
member checking. Informan memeriksa kembali data yang dilaporkan oleh
peneliti (Creswell, 2007). Informan memberikan klarifikasi dan konfirmasi
terhadap data yang disampaikan peneliti secara lisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses Pengambilan Data
1. Proses Penelitian
Dalam penelitian ini, informan yang terlibat adalah dua orang
mantan narapidana yang mendapatkan penolakan lingkungan dan telah
dianggap resilien terhadap penolakan lingkungan. Sebelum melakukan
proses pengambilan data, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari
penelitian ini dan membangun rapport. Peneliti juga menanyakan
kesediaan menjadi narasumber dengan memberikan lembar persetujuan
(informed consent) secara tertulis kepada informan yang kemudian
disetujui oleh informan. Setelah informan menyatakan kesediaannya
untuk menjadi narasumber dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti
kembali membuat janji untuk melakukan pengambilan data dengan
metode wawancara.
Selama proses wawancara berlangsung direkam dengan
menggunakan voice recorder peneliti, setelah sebelumnya mendapatkan
persetujuan dari partisipan. Data informan berupa hasil wawancara
kemudian didengar kembali oleh peneliti untuk selanjutnya dibuat dalam
bentuk verbatim. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh tidak
berubah dan dapat di cross-check sesuai dengan maksud informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Peneliti kemudian mencari makna dari tabel hasil verbatim data
informan dengan mengacu sumber-sumber pembentukan individu
resilien dari Grotberg, (1995) yang meliputi I Have, I Am, dan I Can.
Makna tersebut kemudian dibahas dan disimpulkan oleh peneliti. Peneliti
memutuskan untuk mengabil dua informan saja karena hasil dari
wawancara menunjukan data yang tidak jauh berbeda, disamping itu
peneliti juga kesulitan dalam mendapatkan informan.
2. Proses Pengambilan Data
Proses pengambilan data dilakukan secara individual dengan waktu
dan tempat yang sudah disepakati oleh peneliti dan informan.
Tabel 2. Pelaksanaan wawancara
No Kegiatan Tanggal dan
waktu
Tempat Keterangan
1 Membangun
rapport
26 November
2016,
21.00
WIB
Rumah teman
informan
Memberikan
informed
consent
2 Wawancara
dengan
informan
DNG
3 Desember
2016,
20.00
WIB
Rumah
informan,
Sleman
Wawancara
semi-ter
struktur
3 Membangun
rapport
17 Desember
2016,
Rumah
informan,
Memberikan
informed
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
19.35
WIB
Bantul consent
4 Wawancara
dengan
informan
TY
30 Desember
2016,
19.35
WIB
Rumah
informan,
Bantul
Wawancara
semi-ter
struktur
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan member checking dalam
proses validasi data. Hal ini dilakukan dengan cara membawa data yang
sudah diolah dengan temuan tema yang ada kepada informan.
Selanjutnya informan memeriksa data tersebut dan menyepakati bahwa
tafsiran dari tema tersebut sesuai dengan maksud informan. Informan
memberikan konfirmasi secara lisan kepada peneliti. Berikut tabel
pelaksanaan member checking kedua informan.
Tabel 3. Pelaksanaan Member checking
No Kegiatan Tanggal dan
waktu
Tempat Keterangan
1 Member
checking
dengan
informan
28 Januari
2017,
20.22
WIB
Secangkir
Jawa
Saya sudah men-
ceritakan semua
pengalaman saya
saat wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
DNG waktu itu mas
dan itu sesuai
dengan yang
saya alami.
Semoga bisa
membantu mas.
2 Member
checking
dengan
informan
TY
11 Februari
2017,
20.50
WIB
Rumah
informan,
Bantul
Pengalaman
pribadi yang
saya alami sudah
saya cerita-kan
kemasnya dan
memang seperti
itu keadaannya.
B. Informan Penelitian
1. Identitas Informan
Tabel 4. Identitas umum Informan
Keterangan Informan I Informan II
Inisial DNG TY
Usia 26 25
Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Anak ke- 1 dari 2 bersaudara 2 dari 3 bersaudara
Pendidikan terakhir SMA SMA
Lama dipenjara 5 bulan 28 bulan
Pekerjaan Wiraswasta/ karyawan
pabrik.
Wiraswasta/karyawan
swasta
Alamat Sleman, Yogyakarta Bantul, Yogyakarta
2. Latar Belakang Informan
Informan I merupakan mantan mantan narapidana kasus pencurian
yang sudah mendapatkan hukuman kurungan di Lembaga Pemasyarakatan
Cebongan selama 5 bulan. Informan DNG merupakan seorang laki-laki
berusia 26 tahun yang saat ini bekerja sebagai wiraswasta/karyawan pabrik
di Sleman, Yogyakarta. Informan adalah anak pertama dari dua bersaudara
yang memiliki pendidikan terakhir dibangku SMA.
Sebelum menjadi mantan narapidana, informan memiliki
kehidupan yang sama dengan orang seusianya yakni kerap nongkrong dan
bermain dengan teman-temannya sepulang sekolah. Informan juga kerap
menginap dirumah temannya dan kurang terlalu mendengarkan nasihat
kedua orang tuanya. Dalam kehidupan dirumah, informan jarang memiliki
waktu dirumah karena lebih sering keluar bermain dengan teman-
temannya.
Relasi informan dengan kedua orang tuanya baik, akan tetapi
jarang melakukan komunikasi, terlebih kepada ayah informan. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dikarenakan ayah informan termasuk tipikal yang tidak terlalu banyak
bicara dan cuek. Informan tinggal di daerah Sleman, Yogyakarta.
Lingkungan rumah informan masih termasuk lingkungan yang kolektif,
hal ini ditunjukan dari masih aktifnya kegiatan kepemudaan dan gotong
royong di desa informan.
. Pada hari informan bebas, informan pulang ke rumah dengan
berjalan kaki tanpa menoleh kebelakang sebagai wujud nazar dan
pemaknaan atas pengalamannya tersebut. Informan mengungkapkan
bahwa dirinya menyesali perbuatannya dan memaknai kehidupannya di
dalam penjara dengan melakukan hal tersebut.
Informan II merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang saat
ini berusia 25 tahun. Informan memiliki pendidikan terakhir sampai
jenjang SMA dan saat ini bekerja sebagai karyawan swasta. Informan
merupakan orang yang pandai bergaul dan memiliki banyak teman.
Sebelum menjadi mantan narapidana, informan jarang memberikan kabar
kepada orang tuanya tentang keberadaan dirinya karena sering keluar
bermain bersama teman-temannya. Hal ini menyebabkan hubungan
informan dengan orang tuanya kurang begitu baik.
TY merupakan mantan narapidana dengan kasus norkoba yang
tertangkap karena menjual jenis ganja. Informan mempertanggungjawab-
kan kesalahannya dengan mendapatkan hukuman kurungan selama 28
bulan di Pakem. Selama informan di penjara, informan mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
pembekalan menjadi wirausaha dengan membuat berbagai jenis kerajinan
tangan dari barang bekas dan juga pelatihan berkebun.
Informan tinggal di daerah Bantul, Yogyakarta. Lingkungan rumah
informan TY juga masih memegang budaya jawa dan masih sangat
kolektif. Menurut penuturan informan, orang-orang disekitar rumahnya
masih sering melakukan sesuatu bersama-sama misalnya melakukan kirab
budaya dan gotong royong yang rutin dilakukan setiap bulan didesanya.
C. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis terhadap kedua informan, didapatkan
beberapa tema yang menjelaskan jawaban dari pertanyaan penelitian. Analisis
penelitian ini dilakukan secara terpisah, dari satu informan kemudian
dilanjutkan ke informan ke dua. Hal ini dilakukan agar analisis dapat
dilakukan secara terfokus kepada setiap informan.
Informan I (D)
1. Bentuk Penolakan lingkungan
Penolakan lingkungan terlihat dalam bentuk adanya prasangka
dari lingkungan terhadap informan. Demikian pernyataan informan:
“Soalnya dulu pernah ada kejadian, mas. Itukejadiannya itu setelah saya pulang dari Bogor itu. Kan inito, tetangga kampung saya itu punya burung peliharaan.Dan burung peliharaannya itu hilang, mas. Itu kejadiannyaitu setelah saya pulang dari Bogor. Dan saat itu, ketikaburungnya peliharaan tetangga hilang, itu yang dituduh itusaya. Yang dituduh saya.” (D, 58)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Adanya perbedaan sikap dari orang-orang disekitar informan
seperti pernyataan informan ini:
“Kalo dari tetangga sih, ya, mas, tentu jelas beda,mas. Walaupun kalo ketika di hadap-hadapan maksudnyaketika bertemu langsung, sih, itu kerasa biasa merekamasih baik, tapi kan saya nggak tau ketika di belakangnyadan itu terasa ketika bertemu langsung. Sikapnya berbeda.Sikapnya, perlakuannya. Ya seperti yang saya omongkantadi sih, mas, maksudnya ketika orang keluar penjara gitu,dogma atau pandangan terhadap saya yang keluar penjaraitu pasti negatif. Senyum tetep senyum mas, tapi ya bedamas senyumnya mas” (D, 16)
“Yang dulunya itu sering main bareng, sebelumsaya masuk dipenjara itu, mas, sebelum saya masuk itusering main bareng, tapi ketika saya keluar itu sudahjarang. Kalo dulu sering diajakin main, sekarang itu, duluwaktu setelah keluar itu jarang”(D, 19)
Adanya pembatasan interaksi terhadap informan dari lingkungan
sekitar.
“Kalo responnya setelah saya keluar darilingkungan saya. Kalo apa ya kalo dari temen-temen saya,sih, yang saya rasakan itu ada membatasi. Jadi membatasiterhadap saya itu, lho. Kayak yang saya sampaikan tadi”(D, 15)
“Bahwa keresahan itu, itu memang terjadi. Bahkandari temen-temen saya pun itu mereka seakan-akanmenjaga jarak terhadap saya ketika saya setelah keluardari itu” (D-18)
2. Dampak Penolakan Lingkungan
Perasaan tidak nyaman berada dilingkungan rumah. Hal ini
ditunjukan dari pernyataan informan berikut:
“Bahwa lingkungan rumah itu sudah memandangnggak nyaman dengan kehadiran saya dan ketika orangberpikir seperti itu, kan, saya juga ini, mas, jadi nggaknyaman juga, kan, mas, di lingkungan rumah” (D-33)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
“Ketika saya keluar dari penjara itu, kan, rasacanggung itu, kan, pasti ada, kan, mas. Orangberpandangan negatif terhadap saya terus mereka timbulrasa ketidaknyamanan ketika saya berada di lingkungansekitar saya. Otomatis saya, kan, juga jadi nggak nyamanjuga, kan, mas.” (D-50)
Informan menarik diri dari lingkungan karena merasa tidak
nyaman berada dilingkungan rumah seperti peryataan berikut.
“Apa mas ya. Yang jelas, awalnya saya menahandiri mas untuk keluar rumah, hampir 2 bulan saya dirumahmas. Pastinya kayak yang saya sampaikan tadi mas yatakut malu juga mas. Membatasi diri juga mas jadinya”(D-26)
“Dua bulan setelah saya keluar, dua bulan setelahsaya keluar dari penjara di rumah. Itu saya memangmenarik diri dari masyarakat, mas. Ya gara-gara itu.Gara-gara yang namanya nggak nyaman. Keluar, kan,canggung, kan.” (D-51)
3. Resiliensi
Resiliensi akan dijabarkan berdasarkan sumber-sumber
pembentukan resiliensi.
a. I Have
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai sumber
resiliensi : I Have pada informan I. Informan mendapatkan
penerimaan dan perhatian dari keluarga. Berikut pernyataan
informan:
“Kalo dari orangtua, sih, itu malah inisetelah saya keluar malah jadi lebih sayang, mas.Lebih sayang kalo istilah Jawanya itu lebih ngemansaya.” (D-17)
“Kalo perlakuannya ini dari orangtua itulebih perhatian terhadap saya, mas. Lebihperhatian setelah saya keluar dari penjara itu mas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Kadang kalo main gitu suka ngingetin jangansampe larut malam kalo pulang. Jam 10 itu udahharus di rumah. Itu kalo dari orangtua saya ya,mas.” (D-35)
“Selain itu, kan, juga dari orangtua, kan,ketika anaknya larut malem gitu, kan, orangtuasaya juga SMS atau gimana gitu.” (D-37)
Informan juga mendapat dukungan dari keluarga berupa
nasihat dan pemberian semangat.
“Kalo dari keluarga, dukungan tentu ada,mas, pasti ada dukungan dari keluarga mendukungsaya. Itu yang diberikan itu dukungannya ya nasihatsih, mas, nasihat dari keluarga. Ngasih-ngasihnasihat kepada saya. Gitu sih, mas, ngasih nasihatdukungannya.” (D-38)“Ya apa ngasih nasihatbahwa yang saya alamin kemarin itu ya sudahlah,maksute berlalu. Itu udah yang lalu-lalu. Yang jelasitu lihat ke depan. Sudah, yang lalu ya lalu. Yangjelas yang penting itu lihat ke depan.” (D-39)
“Kasih semangat kepada saya.Menyemangati. Kayak itu, kan, saya nyari kerja itusangat ngedukung dan sangat memberikansemangat kepada saya dari keluarga saya. (D-40).“Terus jangan apa ya, nasihatnya itu jangandengerin orang lain itu, lho. Kayak yang saya tadisampaikan, kan, banyak pandangan negatif tentangsaya, terhadap saya dari orang lain. Itu jangan,maksute kasih wejangan jangan dengerin itu le,jangan dengerin apa kata orang. Kamu kan, hidupitu bukan tergantung ama mereka, kan. Ya biarinapa kata orang. Ya yang jelas itu kamu harus selalulihat ke depan dan jadi lebih baik lagi.” (D-41)
Adanya peraturan dari orang tua informan untuk selalu tidur
dirumah.
“Peraturan dari orangtua, ya? Kalo setelahitu, peraturan dari orangtua sih sebenere cumansatu sih, mas, peraturannya. Aturan e ki ming kuduturu ning omah. Yo ming simpel, kudu turu ningomah. Walaupun arep bali selarut-larut e koyo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
ngopo. Sing penting ki ming siji, turu ning omah.Peraturannya itu, mas” (D, 62).
Selain itu, informan juga mendapatkan penerimaan dan
dukungan sosial dari teman dekatnya. Demikian pernyataan
informan:
“Iya, itu setelah keluar juga masih tetepkasih semangat gitu. Ya nasihat ngobrol-ngobrolgitu setelah keluar. Ya kayak teman dekat padaumumnya mas.” (D-47).
b. I Am
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai sumber
pembentukan resiliensi : I Am pada informan I. Sumber resiliensi
dalam diri informan antara lain, pemaknaan positif keluar dari
penjara seperti pernyataan berikut :
“Apa ya, saya berpikiran bahwa yang sayaalami kemaren, 5 setengah bulan, itu adalah sebuahpembelajaran yang tidak terlupakan. Maksudnyatidak saya toleh jangan jadi itu sebuah apa yasebuah penyesalan yang amat mendalam terusjangan sampe membuat saya jadi nggak bisa maju.Jadi ya saya nganggepnya itu adalah sebuahpembelajaran aja, sih, mas.” (D-10)
“Iya, bener. Tidak ingin mengulanginyalagi. Ya gimana kalo dipikir siapa yang mau kan,mas, nanti mengalami hal seperti itu.” (D-11)
Selain itu, informan juga memiliki gambaran diri yang positif
yang terlihat dari penerimaan diri informan. Demikan pernyataan
informan :
“Soale kalo ya itu kalo ya itu dipikir-pikir yawajar juga, sih, bahwa dengan kasus seperti ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
orangtua pasti juga mikirnya udah negatif, kan,mas.” (D-21)
“Ya di pikiran saya nggak mungkin sayaterus menarik diri terus dari masyarakat.Bagaimanapun juga saya hidup di masyarakat, sayabutuh srawung, kan. Srawung gitu. Soal e kalomenarik diri terus, kan, juga nggak baik, kan, mas.”(D-54)
Informan juga memiliki harapan kedepan untuk balas budi
kepada orang tua dan segera menikah yang ditunjukan dari peryataan
berikut:
“Ya kalo sekarang, sih, kalo punya rejeki ituya itu ngasihlah, semampunya. Sepunyanya keorangtua. Piye yo mas. Yo istilahe pengen mbalesbudilah. Yo walaupun nek dibandingke ki ora sepirokaro pengorbanane wong tuwo to. Pengen mbalespengorbanan e wong tuwo” (D, 67)
“Karo nek yo pengen e sih, mas, nekumpamane target e yo pengene paling 2 atau 3tahun lagi yen Gusti berkenan yo pengene nikah,mas. Nek iso luwih cepet yo luwih apik” (D, 68)
c. I Can
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai sumber
resiliensi : I Can pada informan I. Informan mampu untuk mengelola
impuls. Berikut pernyataan informan terkait hal tersebut:
“Kalo sekarang ya udah bisa jaga emosilah,mas, jaga hati juga. Jangan sampe ngelawan,ngelawan orangtua. Terus sepunyanya kalau adapenghasilan, sekuatnya itu ya ngasih dikit-dikitlahama orangtua. Iya. Ya membawa perubahanlah.Sekarang udah nggak tergantung ama orangtualagi” (D-64)
Yang jelas, kan, kita srawung, kita yangpenting kita berlaku baik, niatnya baik dari diri kitasendiri. Terserah orang mau bilang apa, kan, orangmau berpikir apa tentang saya. Yang jelas daridalam niatan saya itu saya mau berniat baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Srawung gitu. Ya soalnya kita kan, di masyarakatto, mas, membutuhkan itu.” (D-56)
Disamping itu, Informan memiliki pemecahan masalah
terhadap terhadap permasalahan yang dihadapi seperti yang
disampaikan informan berikut :
“Ohh. Kalo usaha yang saya lakukansetelah keluar ya. Yang jelas itu yang ada di dalampikiran itu saya nggak mungkin tergantung samaorangtua terus kan, mas Jangan sampe tergantungsama orangtua terus. Jangan sampe seperti itu. Yayang jelas saya ini, mas, nyari lowongan kerja dimana-mana. Untung aja, kan, pas ditangkep itu,kan, di sekolah, ditangkep di sekolah untung aja itusaya terhitungnya udah lulus, mas. Udah lulus darisekolah ketika ditangkep itu. Nyari-nyarilowongan.” (D, 29).
Iya mas, pulang dari Bogor, saya mencobauntuk keluar. Maksudnya bergabung denganmasyarakat. Ikut kegiatan-kegiatan gitu, mas. Yakegiatan-kegiatan kayak gotong-royong, teruskayak rapat-rapat pemuda, kan, namanya kita hidupdi kampung, kan, pasti srawung gitu, kan,diperlukan.” (D, 53)
Informan juga memiliki perubahan perilaku secara positif
terkait kebiasaan. Berikut pernyataan informan :
Ya lebih baik yang kemaren sih, mas. Kayakyang tak sampaikan tadi to, mas, hal kecilnya kayakudah jarang keluar malem terus kalo dikasih tauama orang tua itu kalo dulu, kan, kadang, nggakkadang sih, sering ngebantah itu, lho, mas.Ngebantah. Setelah habis kejadian itu, keluar, sayaudah nggak berani ngebantah orangtua. Lebihndengerin. Kalo orangtua menegur saya itulangsung. saya langsung ngedengerin itu, mas.” (D, 44)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Informan juga memiliki relasi yang baik dengan orang lain
dengan cara mampu aktif dan terlibat di masyarakat.
Kalo sekarang iya, masih aktif mas, ya. Kalodulu. Kalo sekarang kan, aktif. Kalo dulu, sih, sayanggak langsung aktif, kan (D, 49)
Apalagi saya itu apa cukup aktif dimasyarakat. Ketika saya nggak kerja lembur, sayaikut. Ketika saya nggak kerja, nggak lembur, sayaikut kerja bakti, ikut rapat ( D, 75)
4. Terwujudnya penerimaan lingkungan.
Informan mampu mendapatkan penerimaan dari lingkungan
masyarakat. Hilangnya prasangka dan adanya perlakuan baik dari
lingkungan seperti semula. Berikut pernyataan informan :
“Sejak apa ya mungkin sejak ini saya sudahbekerja. Saya sudah bekerja itu lambat-laun udah hilang.Tepatnya ya pas saya sudah pulang dari bogor itu mas.Pelan-pelan saya mencoba srawung” ( D, 52)
“Kalo sekarang? Kalo sekarang udah nggak ada,mas. Kan lambat-laun itu udah ilang. Kecuali kalo sayamenarik diri terus, menarik diri dari masyarakat, mungkinitu akan melekat kepada saya terus. Soale, kan, sayasrawung itu berperilaku baik. Itu pasti pandangan dimasyarakat juga akan berbeda. Seperti itu sih, mas” ( D,57)
“Kalo sekarang itu udah nggak ada, mas. Sekarangudah nggak ada. Perlakuan-perlakuan seperti ketika awalsaya keluar dari penjara awal-awal itu sekarang sudahtidak saya rasakan lagi. Ya seperti yang saya sampaikantadi kan, mas. Lambat-laun itu kan udah terkikis. ( D,74)Ada jarak itu lambat-laun jarak itu sudah nggak ada, mas.Berarti sudah seperti semula gitu, mas? Iya, udah sepertisemula. Sekarang udah seperti semula.” (D, 77)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Informan II (TY)
1. Bentuk Penolakan lingkungan
Bentuk penolakan lingkungan pada informan II terlihat dalam bentuk
mendapatkan prasangka dari lingkungan. Demikian pernyataan informan:
“Cumankan pihak keluarga yang satu kan taunyaaku yang baru keluar dari anu kan mesti yang jelek tetepaku to? Prasangkanya tetep itu.” (T, 34)
“Apalagi nek mainnya habis ya kasarannya akuudah dicap jeleklah gitu lho. Habis pulang dari sana,anaknya ada yang main sama aku, pulang mabuk.” (T, 39).“Iya, hampir semua, nggak cuma kadang. Hampir semuaorang tetep nilainya seperti itu. Kalo untuk orangtua lho,orangtuanya masing-masing.” (T, 40)
Dampak lain yang ditimbulkan terlihat dalam bentuk adanya
perbedaan sikap dari orang-orang disekitar informan. Demikian pernyataan
informan:
“Tetep beda. Ya biarpun pertama dateng dianyaapanya apa kayak kangen kan. Cuman untuk hariberikutnya tetep kelihatan. Ya biasalah kita datang pertamakan sambut-sambut “wis mulih koe?” gitu tetep say hello“piye kabar e?” Tapi kan untuk hari berikutnya kitamerasakan banyak omong-omongan, “itu uwong e wismulih”. Banyak jadi bahan omonganlah. Tapi kan nggaktau dia ngomongin baik apa jelek kan nggak tau.” (T, 11)
Adanya pembatasan interaksi terhadap informan dari lingkungan
sekitar.
“Kalo untuk lingkungan, ya pasti ada satu duaorang itu pikiran e dia bar metu seko LP. jaga jaraklahmas, Itu pasti ada.” (T, 4)
“Lingkungan itu masih, mungkin orangtuanyamasih mereka punya anak, anak-anak itu kenal akukemudian menjauhi. Itu ada mas. Ya memang nggak tau,kalo kita udah ngobrol-ngobrol biasa ya udah. Itu adaseperti itu. Ya cuma rasa khawatir aja sih” (T, 10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
2. Dampak Penolakan Lingkungan
Penolakan lingkungan memberikan beberapa dampak terhadap
informan, antara lain munculnya afeksi negatif. Berikut pernyataan informan.
“Kalo marah sih ndak. Jengkel pasti ya. Jengkeltuh pasti. Nyesel. Ngerti ngono ngopo tak terno. Kanngono, nyesel. Cuman gimana, temen. Kalo jengkel pasti.Cuman kalo mau dibilang njuk dendam opo opo kan ndak.”(T, 43)
“Awalnya ya sempet rodo drop mas, gak pedeawalnya, sempet membatasi diri juga meh keluar. (T, 13)
Lebih jauh, penolakan lingkungan menyebabkan informan menarik
diri dari lingkungan seperti peryataan berikut.
“Kalo kendala awal-awal sih mas. Sebulan awalitu, gak sering keluar. Menahan diri meh metu ki masawalnya.” (T, 73)
3. Sumber Pembentukan Resiliensi
Resiliensi akan dijabarkan berdasarkan sumber-sumber pembentukan
resiliensi.
a. I Have
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai sumber resiliensi:
I Have pada informan I. Informan mendapatkan penerimaan dan perhatian
dari keluarga. Berikut pernyataan informan :
“Ya mungkin untuk orangtua aja bisadibilang untuk sebelum dan sesudah masuk itumalah baik yang aku sesudah masuk. Untukkeluarga lho.” (T, 20)“Iya. Setelah keluar itu lebihya mungkin lebih gematinya karena takutnya yamungkin itu tadi. Lebih deket, lebih anu, mungkin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
orangtuanya juga lebih.ngko nek ora tak gatekkengko moro-moro bali meneh. Jadi lebih was-was.Sering ngasih masukan-masukan.” (T, 22)
“Kalo untuk lingkungan rumah sih, untukyang utama untuk orangtua ya, orangtua itu kanlangsung kita pulang itu was-was, pasti. Kita maupergi ke mana, temennya datang siapa, itu pastidikhawatirin terus. Masih dijaga bener. Takutnyaya. kalo orangtua. Itu yang paling penting ituorangtua pasti khawatir banget. Takutnya kalonanti apa-apa lagi kan.” (T, 3)
Informan juga mendapat dukungan dari keluarga berupa motivasi
untuk semangat mencari kerja. Berikut pernyataan informan:
“Dukungannya kalo dari orangtua itu pasti,temen juga pasti. Semua tuh tak anggep motivasi.Untuk dukungan tuh semua memotivasi tetep untukberusaha jadi yang lebih baik. Itu pasti, terutamaorang tua. Ayo, nyambut gawe sing apik tenan. Tapikan kita rejeki kan nggak tau kan, prosesnya darimana kan nggak tau” (T, 57)
“Dukungannya ya tetep cari pekerjaan itu.Akhirnya dapet pekerjaan, betah penghasilan udah,udah pasti. Nah, itu kan seneng orangtua. Berartianakku wis tenanan to.” (T, 59)
Lebih lanjut, adanya peraturan dari orang tua informan untuk
memberikan kabar sehingga informan berusaha untuk memberikan kabar.
“Berusaha ngabari. Aku lagi lungo, ngkomulih rada bengi. Sing penting ngabari. Ya sepertiitu.” (T, 65)
Informan juga merupakan orang yang disukai orang lain. Hal ini
ditunjukan pernyataan informan berikut:
“Jadi kurang apa gitu lho? Maksudnya yakalo aku merasa aku tuh tipe orang yang Insyallahya banyak disenengi orang. Jadi tipe orang yang yagitu, banyak disenengin orang aja. Cukup itu aja”(T, 51)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
“Dan sedangkan saya mau pindah aja samabosnya nggak boleh. Kurang opo koe tak fasilitasingene ngene. Siapa yang nggak mau sih? Sebelumkita bener-bener kebentur yang butuh yang lebih,nyari yang gaji lebih. Mungkin kan gitu. Terusmungkin suatu saat ya nggak menutup keinginan yato udah terbentur perlu yang banyak, penghasilankurang, mesti tetep pindah. Uangnya semakinmencukupi, enjoy, nyaman sama pekerjaannya,kenapa harus pindah-pindah.” (T, 54)
Selain itu, informan juga mendapatkan penerimaan dan dukungan
sosial dari teman dekatnya. Demikian pernyataan informan :
“Kalau dari temen sih, dukungannya nggakbeda jauh sih, mas. Cuma kadang cuma nasihat,sih, kebanyakan dari temen tuh. Jangan sampeterulang.” (T, 66)
“Kebanyakan untuk dari temen itu cumanasehat selalu. Dukungan sih, bentuk nasihat itu.Jangan sampe terulang lagi. Jadilah yang lebihbaik, kan gitu.” (T, 67)
b. I Am
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai sumber resiliensi
I Am pada informan I. Sumber resiliensi dalam diri informan antara lain,
pemaknaan positif keluar dari penjara seperti pernyataan berikut :
“Ya mungkin sebagian proses ya pas akuketangkep itu sebagian dari proses juga kansebenernya. Kalo orang yang mikirnya jauh lhoMas Tian melihatnya itu ada hikmahnya gitu ya?Iya. Belum tentu kalo aku nggak ketangkep yobelum tentu aku bisa sampe kayak gini sampesekarang. Belum tentu. Cuma tak ambil bagusnyaaja. Aku sebelum ketangkep nggak bisa baca Quranibaratnya. Pulang, bisa baca Quran. Belajar. Jadikalo untuk belajar, di mana tempatnya itu pasti bisakita belajar. Ketemu orang banyak itu juga kita bisabelajar. Apalagi kita ketemu banyak orangbermasalah. Saling ngobrol. Itu yang mau jadi ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
tambah jadi, yang mau sadar ya tambah sadar.Semuanya kan ada jadi satu.” (T, 58)
Informan juga memiliki gambaran diri yang positif yang terlihat
dari kepercayaan diri dan optimisme informan. Demikian pernyataan
informan:
“Kalo aku sendiri sih, nglihat aku tuh yakurang apa gitu lho? Aku sama orang udah berusahabaik. Nggak sama orang yang dikenal, nggak dikenal,itu udah bisa untuk jadi orang baik.” (T, 50)
“Dan kemauan diri sendiri yang jelas. KaloCuma dukungan, kita nggak niat, sama aja. Diri sendiriitu penting. Aku pasti bisa menjadi lebih baik.” (T, 72)
“Cuman aku juga harus bisa membuktikan kan.Koe rapopo koe waspada, njogo jarak ro aku rapopo.Cuman kan aku membuktikan juga, aku ki neng kenekoyo ngopo saiki. Kan gitu. Aku nggak perlu banyakomong kan, langsung tak kerjakan aja. Nanti kan orangyang menilai. Kalo cuma aku yang omong aja “Aku kiwis apik. Iki aku wis ora koyo biyen.” Kan cumaomongan. Percuma.” (T, 14)
“Yang jelas kan kita untuk berusaha tetep jadiyang terbaiklah. Mungkin dia dulu beranggapan “wiselek”, tapi kenyataannya sampe saat ini dia melihatnyakita kok soyo maju malahan, soyo apik.” (T, 80)
Informan juga memiliki empati terhadap orang lain yang
ditunjukan dari pernyataan berikut:
“Orangtua masih sayang kita. Kalo dulu,mabuk terus setiap hari. Jadi nggak mikir ternyataorangtua tuh khawatir. Akhirnya udah keluar sini, kitabisa mikir gimana rasanya khawatir ya, gimanarasanya masih di sayang.” (T, 64)
“Woh wong lagi wae. Aku ngandani uwong kanyo bener to, wis rasah nggolek koyo ngono kui nggongopo to.” (T, 33)
Informan juga memiliki kebanggan terhadap diri terkait dengan
yang sudah dilakukan setelah keluar dari penjara dalam bentuk tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
tergantung dengan orang tua dan mampu berkontribusi dalam membangun
rumah.
“Ya senenglah, mas, ya. Seneng soalnya tetepbiarpun masih mungkin banyak orang yangmenganggap aku ini elek, dicap elek ngono, tetep akuseneng. Karena ya udah nggak pernah minta lagi samaorang tua. Sukur-sukur aku malah iso ngasih. Jadi akuseneng dengan kondisi apa adanya gini. Seneng, kalountuk puasnya sih, belum puaslah. Belum bisa hidupenak, seneng, sugih, namanya belum puas. Nah, kalokepuasan itu susah, akan terus nambah. Maka yangpenting kita seneng karena kita udah merasa nggakmerepotkan orang lain. Gitu aja” (T, 75)
“Tetep bangga. Bangga. Kita pulang. Dari 0kita nyusun lagi. Ada hasilnya gitu lho. Sama keluargajadi lebih deket. Untuk penghasilan udah bisa ngasihke orang tua. udah bisa nambah-nambah mbangunrumah. Kan gitu kan. Dan itu pun nggak minta bantuanorang lain. Bener-bener hasil aku kerja, iso bangunkui, iso tuku kui. Seneng.” (T, 76)
Lebih jauh, informan juga memiliki harapan kedepan untuk segera
menikah yang ditunjukan dari peryataan berikut:
“Wis pengen nikah aku. Kurang opo nganu lho,mas. Tak pikir seneng uwis, susah uwis. Pengene ikumas.” (T, 84)
c. I Can
Berikut beberapa penjelasan ringkasan mengenai sumber resiliensi:
I Can pada informan I. Informan mampu untuk mengelola impuls
terhadap penolakan prasangka lingkungan. Berikut pernyataan informan
terkait hal tersebut:
“Soale kalo ya itu kalo ya itu dipikir-pikir yawajar juga, sih, bahwa dengan kasus seperti iniorangtua pasti juga mikirnya udah negatif, kan, mas.”(T, 64)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Yang jelas, kan, kita srawung, kita yang pentingkita berlaku baik, niatnya baik dari diri kita sendiri.Terserah orang mau bilang apa, kan, orang mauberpikir apa tentang saya. Yang jelas dari dalamniatan saya itu saya mau berniat baik. Srawung gitu.Ya soalnya, kan, di masyarakat to, mas, membutuhkanitu.” (T, 5)
Informan memiliki pemecahan masalah terhadap masalah yang
dihadapi yaitu mampu mencari dan mendapatkan pekerjaan seperti yang
disampaikan informan berikut :
“Aku metu, aku iso nggolek gawean. Sampesekarang malah kerjaan terus. Alhamdulillahmencukupi.” (T, 16)
“Mas Tian sekarang udah kerja. Kerja dimana? Ning anu.. PT Arina Multikarya. Kui agenbidang agensi, bidang pencari tenaga kerja Itu udahberapa lama, mas? 3 tahun lebih, mas Itu semenjak..?Semenjak pulang. Pulang selang satu bulan di rumah.Pulang itu sebulan adaptasi di rumah, nyari kerja.Dapet Kalo prosesnya itu seperti apa, mas, prosesnyari kerjanya kemarin? Ya masukkin lamaran.Pertama kan dulu bersih-bersih, leaning service. Teruslama-kelamaan, naik, naik, naik, sekarang jadirecruiter.” (T, 27)
Informan juga memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan
masalah terkait kendala dalam perkerjaan dengan teman dekat. Berikut
pernyataan informan :
“Makane aku yo nak perlu bantuan masalahkoyo ngono kan aku merasa koncoku ana lemungkin luwih mampu. Minta tolonglah Dan nggaksungkan ya? Yo aku nek ro de’e yo rasah onosungkan e og. Yo koncone cerak yo gelem nulungi.”(T, 29)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Selain itu, Informan juga mampu membangun relasi yang baik
dengan orang lain dengan cara mampu terlibat aktif dalam masyarakat dan
memiliki relasi hangat dengan teman.
“Sama aja. Kerja bakti, ronda, ya acara-acara apa yang ada ikut” (T, 68)
“Tapi rata-rata biasa sikapnya mas, tetepbaik. Kalau yang gak berubah itu de’e (menunjukjalang), Pas aku neng pakem de’e njenguk juga.Sampek saiki yo wes koyo dulur dewe ( T, 82).
4. Terwujudnya penerimaan lingkungan.
Informan mendapatkan penerimaan dari lingkungan masyarakat
yang terlihat dari hilangnya prasangka lingkungan terhadap informan yang
ditunjukan pernyataan informan berikut:
“Iya bisa. Ya itu tadi, kan, semuanya kan balik kemereka. Mungkin juga dulu beranggapan elek. Setelah diatau hal ini, sampai saat ini, kenyataannya “oh de’e kok isongene-ngene”. Kan itu nanti jawabannya kan jatuh kemereka masing-masing kan. Akhirnya mereka buang jauhmungkin pikiran-pikiran buruk.” ( T, 79)
Selain itu, informan juga mendapatkan perlakuan yang baik dari
lingkungan rumah informan. Berikut pernyataan informan :
“Kalau dilihat dari perlakuan lingkungansekarang ke mas, bagaimana? Nah itu bisa dijadikanukuran gak mas ya? Sekarang udah baik mas, gak adajarak, sama tetangga kiri kanan juga apa ya, kembali. Gaksama pas awal baru keluar dulu, perlakuane kesayawelcome saiki. Udah nerima sekarang.” ( T, 81)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa kedua latar
belakang kedua informan menjadi mantan narapidana berbeda satu sama
lain. Informan I terlibat kasus pencurian sedangkan informan II
dikarenakan menjual ganja yang termasuk dalam golongan NARKOTIKA
dalam UU No 35 Tahun 2009. Durasi kedua informan juga tidak sama
dalam mempertanggungjawabkan perbuatannya di Lembaga
Pemasyarakatan. Informan I mendapatkan hukuman 5 bulan penjara di
Lembaga Pemasyarakatan Cebongan sementara Informan kedua 28 bulan
di Pakem.
Penolakan lingkungan dirasakan kedua informan dalam bentuk
adanya prasangka, perubahan sikap dari orang sekitar dan munculnya
pembatasan interaksi. Pada informan DN, adanya prasangka terlihat dari
dituduh mencuri burung peliharaan tetangga yang hilang. Perubahan sikap
terlihat dari respon lingkungan yang membatasi informan dan intensitas
teman-teman sebaya informan yang jarang mengajak informan untuk
ngumpul bareng. Sedangkan pada informan TY, adanya prasangka terlihat
dari tuduhan dari orang tua teman bahwa dirinya yang mengajak anaknya
mabok. Pembatasan interaksi pada informan TY terlihat dari beberapa
teman dan tetangga yang menjaga jarak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Penolakan lingkungan tersebut memberikan dampak pada kedua
informan yakni informan menjadi merasa tidak nyaman, marah, rendah
diri dan membuat informan menarik diri dari lingkungan. Informan DN
merasa tidak nyaman berada di lingkungan rumah yang terlihat dari
menarik diri dari lingkungan selama dua bulan karena merasa malu.
Selanjutnya dampak lebih lanjut yang dirasakan informan DN, yakni
sempat bekerja keluar kota selama delapan bulan paska menarik diri dari
lingkungan rumah. Sementara dampak pada informan TY terlihat dari
munculnya perasaan jengkel dan menarik diri selama sebulan.
Kedua informan memiliki ketiga sumber pembentukan resiliensi
yakni I Have, I Am, dan I Can. Sumber pembentukan resiliensi I Have
yang dimiliki kedua informan sama yakni mendapatkan penerimaan dan
perhatian keluarga, mendapatkan dukungan keluarga dengan memberikan
semangat dan nasihat, adanya aturan keluarga dan adanya penerimaan dan
dukungan teman dekat. Penerimaan dan dukungan keluarga pada informan
DN terlihat dari sikap orang tua informan yang lebih sayang perhatian dan
ngeman. Penerimaan dan dukungan keluarga pada informan kedua terlihat
dari sikap orang tua yang lebih gemati dan memberikan motivasi agar
informan berfokus untuk segera mencari kerja. Aturan yang diterapkan
pada informan DN yakni adalah untuk selalu tidur dirumah agar
sedangkan pada informan TY yakni harus memberikan kabar keberadaan
dirinya. Aturan tersebut dimaksudkan agar kedua informan terhindar dari
masalah dan menepis prasangka dari lingkungan rumah. Penerimaan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dukungan teman dekat pada kedua informan berupa nasihat untuk tidak
mengulangi perbuaatannya. Sumber pembentukan I Have lain pada
informan TY yakni disukai orang lain.
Sumber pembentukan resiliensi I Am yang sama dimiliki kedua
informan antara lain memiliki pemaknaan positif keluar dari penjara,
memilki gambaran diri positif, dan memiliki harapan kedepan. Pemaknaan
positif informan DN dapat dilihat dari adanya pembelajaran dari
pengalamannya dipenjara dan komitmen untuk tidak mengulangi
perbuatannya. Sementara pada informan TY terlihat pada mampu
mengambil hikmah dari pengalamannya ketika dipenjara. Gambaran diri
positif pada informan DN terlihat dalam bentuk penerimaan terhadap diri
dan statusnya sebagai mantan narapidana. Sedangkan pada informan TY
terlihat dari kepercayaan diri dan sikap optimis untuk memperbaiki diri.
Kedua harapan informan yakni ingin membahagiakan orang tua dan ingin
segera menikah. Informan TY juga memiliki sumber I Am lain yakni
memiliki empati dan bangga terhadap diri Karena sudah mampu mandiri
dan berkontribusi dalam membangun rumah dari penghasilannya.
Selain itu, Sumber pembentukan resiliensi I Can yang dimiliki
kedua informan antara lain, mampu mengeola impuls, memiliki
pemecahan masalah yang sedang dihadapi, perubahan perilaku secara
positif, dan mampu membangun relasi baik dengan orang lain. Pada
informan pertama, pengelolaan impuls terlihat dari kemampuan informan
meregulasi emosi dan tidak terlalu menghiraukan gunjingan orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
terhadap dirinya. Pada informan TY, pengelolaan impuls terlihat dari
penerimaan dan regulasi emosi dalam menghadapi prasangka dari orang
tua teman. Pemecahan masalah pada informan DN terlihat dari usaha
dalam mencari pekerjaan dan mencoba srawung dengan pemuda dan
masyarakat dilingkungannya. Sementara pada informan TY, terlihat dalam
usaha mendapatkan pekerjaan. Kemampuan informan DN dalam
membangun relasi terlihat dari cara informan aktif dalam lingkungan dan
masyarakat. Kemampuan informan TY dalam kemampuan membangun
relasi yang baik yang terlihat dari kemampuan dalam menjalin relasi
dengan teman dan terlibat aktif di lingkungan masyarakat Selain itu,
Informan II juga memiliki sumber pembentukan I Can lain yakni mampu
mengkomunikasikan masalah yang dihadapi dengan teman dekat.
Lebih jauh, kedua informan sama dalam mendapatkan penerimaan
dari lingkungan yang ditunjukan dari hilangnya prasangka, dan perlakuan
baik dari lingkungan sekita seperti semula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tabel 5. Ringkasan Tema Kedua Informan
Tema Informan I Informan II
Penolakan
lingkungan
Munculnya prasangka
Perbedaan sikap dari
orang-orang
dilingkungan rumah
Munculnya
pembatasan interaksi
Munculnya
prasangka
Perbedaan sikap dari
orang-orang
dilingkungan rumah
Munculnya
pembatasan
interaksi
Dampak
Penolakan
Lingkungan
Merasa tidak nyaman
dilingkungan rumah
Menarik diri dari
lingkungan rumah
Bekerja keluar kota
Munculnya afeksi
negatif berupa
jengkel dan merasa
rendah diri
Menarik diri dari
lingkungan
Sumber
Pembentukan
Resiliensi I
Have
Penerimaan dan
perhatian keluarga
Dukungan keluarga
berupa nasihat dan
pemberian semangat
Aturan keluarga untuk
Penerimaan dan
perhatian keluarga
Dukungan keluarga
berupa motivasi
untuk semangat
mencari kerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
harus tidur dirumah
Penerimaan dan
dukungan sosial dari
teman dekat
Aturan keluarga
untuk harus
memberikan kabar
Penerimaan dan
dukungan sosial dari
teman dekat
Sumber
Pembentukan
Resiliensi I
Am
Pemaknaan positif
keluar dari penjara
Memiliki gambaran
diri positif
Memiliki harapan
kedepan
Pemaknaan positif
keluar dari penjara
Memiliki gambaran
diri positif
Memiliki empati
terhadap orang lain
Bangga terhadap diri
Memiliki harapan
kedepan
Sumber
Pembentukan
Resiliensi I
Can
Mampu mengelola
impuls
Pemecahan masalah
terhadap masalah
yang dihadapi
Perubahan perilaku
secara positif
Mampu mengelola
impuls
Pemecahan masalah
terhadap masalah
yang dihadapi
Mampu
mengkomunikasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Mampu membangun
relasi baik dengan
orang lain
masalah yang
dihadapi
Mampu membangun
relasi baik dengan
orang lain
Terwujudnya
Penerimaan
Lingkungan
Hilangnya prasangka
dari lingkungan
Perlakuan baik seperti
semula.
Hilangnya
prasangka dari
lingkungan
Perlakuan baik
seperti semula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Skema 2. Skema data kedua Informan
Pasca keluar dari penjara, kedua informan mendapatkanpenolakan lingkungan dalam bentuk adanya prasangka,perubahan sikap, dan pembatasan interaksi.
Penolakan lingkungan tersebut membuat informan merasatidak nyaman, rendah diri dan membuat informan menarik diridari lingkungan.
I Have: mendapatkanpenerimaan dan perhatiankeluarga, mendapatkandukungan keluargadengan memberikansemangat dan nasihat,adanya aturan keluargadan adanya penerimaandan dukungan temandekat
Sumber-sumber pembentukan resiliensi
I Can: Informan jugamampu mengeola impuls,memiliki pemecahanmasalah yang sedangdihadapi, perubahanperilaku secara positif,dan mampu membangunrelasi baik dengan oranglain.
I Am: Informan jugamemiliki pemaknaanpositif keluar daripenjara, memilkigambaran diri positif,dan memiliki harapankedepan.
Resiliensi
Terwujudnya penerimaan lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
E. Pembahasan
Bagian pembahasan ini berusaha menunjukkan bentuk penolakan
lingkungan, dampak dari penolakan lingkungan dan gambaran proses
resiliensi mantan narapidana terhadap penolakan lingkungan.
1. Bentuk Penolakan Lingkungan
Paska keluar dari Lembaga Pemasyarakatan, kedua informan
sama dalam mendapatkan bentuk penolakan lingkungan masyarakat.
Penolakan dipahami sebagai sebagai proses mengeluarkan seseorang
atau sesuatu dari perhatian (kasih sayang) seorang lainnya atau pun
keadaan yang timbul dari proses tersebut; menganggap seseorang atau
sesuatu tidak memiliki arti (Kartono & Gulo, 1987). Bentuk penolakan
lingkungan yang dirasakan langsung kedua informan dalam bentuk
adanya prasangka, perbedaan sikap dari lingkungan dan munculnya
pembatasan interaksi. Pada informan DN, perubahan sikap terlihat dari
respon lingkungan yang membatasi informan dan intensitas teman-
teman sebaya informan yang jarang mengajak informan untuk ngumpul
bareng. Pembatasan interaksi pada informan TY terlihat dari beberapa
teman dan tetangga yang menjaga jarak. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Rohman (2015) yakni dari secara umum masyarakat tidak
menginginkan adanya interaksi dengan mantan narapidana.
2. Dampak Penolakan Lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian, kedua informan juga merasakan
beberapa dampak negatif dari penolakan tersebut. Dampak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dirasakan keduanya adalah munculnya afeksi negatif yakni merasa
cemas, rendah diri dan menarik diri dari lingkungan. Informan DN
merasa tidak nyaman berada di lingkungan rumah yang terlihat dari
menarik diri dari lingkungan selama dua bulan karena merasa malu.
Selanjutnya dampak lebih lanjut yang dirasakan informan DN, yakni
sempat bekerja keluar kota selama delapan bulan paska menarik diri
dari lingkungan rumah. Hal senada juga disampaikan Yuliani (dalam
Aprilia, 2016) penolakan dari lingkungan masyarakat mengakibatkan
individu mengalami kecemasan, rendah diri, depresi, dan menarik diri
dari lingkungan bahkan melakukan bunuh diri.
Dampak lain yang dirasakan keduanya adalah mengalami
kesulitan untuk resosialisasi karena cenderung untuk menarik diri dari
lingkungan. Dampak pada informan TY terlihat dari munculnya
perasaan jengkel dan menarik diri dari lingkungan. Rosenbreg dan
Simmons, (dalam Irmawati, 2004) juga menguraikan bahwa prasangka
sosial akan menjadikan kelompok individu tertentu dengan kelompok
individu lain berbeda kedudukannya dan menjadikan mereka tidak mau
bergabung atau bersosialisasi. Yolla Gusef BP, (2011) mengungkapkan
bahwa hal tersebut disebabkan karena mereka merasa rendah diri, dan
tidak memiliki kepercayaan diri untuk bersosialisasi kepada
lingkungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
3. Resiliensi
Berdasarkan hasil penelitian, ditunjukkan bahwa kedua
informan memiliki ketiga sumber pembentukan resiliensi. Sumber
pembentukan resiliensi I Have yang dimiliki kedua infoman yakni
adanya penerimaan, perhatian dan dukungan dari keluarga. Penerimaan
dan dukungan keluarga pada informan DN terlihat dari sikap orang tua
informan yang lebih sayang perhatian dan ngeman. Penerimaan dan
dukungan keluarga pada informan kedua terlihat dari sikap orang tua
yang lebih gemati dan memberikan motivasi agar informan berfokus
untuk segera mencari kerja. Reivich dan Shatee (2002) mengungkapkan
lingkungan rumah yang harmonis, adanya kepercayaan, dan pola
komunikasi yang baik antara anak dan orang tua akan membantu
individu untuk mampu bertahan dalam keaadaan sulit dan mampu
mengembangkan resiliensi.
Keduanya juga mendapatkan penerimaan dan dukungan sosial
dari teman dekat berupa nasihat dan dukungan secara moral. Hal ini
didukung Benard (1991) bahwa individu yang resilien memiliki dan
mengambil kesempatan yang menyediakan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia akan dukungan sosial, kepedulian dan cinta dari orang lain.
Hal tersebut juga menunjukan adanya hubungan berlandaskan
kepercayaan yang didapakan kedua informan.
Bentuk dukungan lain juga diberikan oleh kedua orang tua
informan dengan memberikan aturan yang diterapkan pada masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
masing informan. Aturan yang diterapkan pada informan DN yakni
adalah untuk selalu tidur dirumah, sedangkan pada informan TY aturan
yang diberikan orang tua yakni harus memberikan kabar keberadaan
dirinya. Aturan ini dimaksudkan untuk menjaga kedua informan agar
terhindar dari masalah dan menepis prasangka dari lingkungan rumah.
Hal ini didukung Gortberg (1995) yang mengungkapkan bahwa adanya
aturan-aturan yang harus ditaati di dalam keluarga berperan sebagai
kontrol dari perilaku.
Kedua informan memiliki sumber pembentukan resiliensi I Am
yakni gambaran diri yang positif, pemaknaan positif informan keluar
dari Lembaga Pemasyarakatan dan memiliki harapan kedepan.
Gambaran diri positif DN terlihat dalam bentuk penerimaan diri
informan. Gambaran diri positif pada informan DN terlihat dalam
bentuk penerimaan terhadap diri dan statusnya sebagai mantan
narapidana. Ryff (1989) mengungkapkan bahwa penerimaan diri
memiliki arti sebagai sikap positif terhadap diri sendiri yakni mengenali
dan menerima berbagai aspek dalam dirinya, baik yang positif maupun
negatif, serta memiliki perasaan positif terhadap kehidupan masa
lalunya. Hal ini juga didukung Wijayanti, (Aprilia, 2016) yang
mengungkapkan bahwa semakin tinggi penerimaan diri yang dimiliki,
akan semakin baik dalam menyeseuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Informan TY juga memiliki pemaknaan postif keluar dari
Lembaga Pemasyarakatan. TY juga memiliki gambaran diri positif
yang terlihat dari kepercayaan diri dan optimisme informan untuk
memperbaiki diri serta melakukan yang terbaik. Reivich dan Shatte,
(2002) mengungkapkan bahwa individu yang resilien adalah individu
yang optimis. Optimisme yang dimiliki oleh seorang individu
menandakan bahwa individu tersebut percaya bahwa dirinya memiliki
kemampuan untuk mengatasi kemalangan.
Sumber I Am lain yang muncul pada kedua informan adalah
memiliki harapan yang ingin segera dicapai dalam waktu dekat yakni
ingin segera menikah. Grotberg (dalam Desmita, 2005) bahwa harapan-
harapan ini berkaitan dengan perasaan, sikap dan keyakinan pribadi
yang menjadi kekuatan pribadi pada masing-masing informan. Selain
itu, Informan TY merupakan individu yang bangga terhadap diri.
Individu yang resilien merasakan kebanggaan akan diri mereka sendiri
(Grotberg, 1999). Informan TY juga memiliki empati terhadap orang
lain dan mampu bertanggung jawab dalam berperilaku. Empati sangat
erat kaitannya dengan kemampuan individu untuk membaca tanda-
tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain (Reivich dan Shatte,
2002).
Berdasarkan hasil penelitian, kedua informan memiliki sumber
pembentukan resliensi I Can yang berkaitan dengan keterampilan sosial
dan interpersonal. Keduanya mampu mengelola impuls dan memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Pada informan pertama,
pengelolaan impuls terlihat dari kemampuan informan meregulasi
emosi dan tidak terlalu menghiraukan gunjingan orang lain terhadap
dirinya. Pada informan TY, pengelolaan impuls terlihat dari penerimaan
dan regulasi emosi dalam menghadapi prasangka dari lingkungan,
khususnya orang tua teman. Hal ini di dukung Reivich dan Shatte
(2002), individu yang resilien memiliki faktor pengendalian impuls,
pengendalian impuls adalah kemampuan Individu untuk mengendalikan
keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam
diri.
Sumber I Can lainnya yang dimiliki kedua informan adalah
pemecahan masalah. Pemecahan masalah yang dihadapi kedua
informan yakni berusaha mencari pekerjaan dan tidak bergantung pada
orang tua pasca keluar dari Lembaga Pemasyarakatan. Informan DN
juga memiliki pemecahan masalah dalam bentuk berusaha srawung dan
aktif mengikuti kegiatan kepemudaan dilingkungannya. Disamping itu,
Informan TY memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan
masalah terkait kendala dalam pekerjaan dan tidak sungkan untuk
meminta bantuan kepada teman dekat. Salah satu aspek dari individu
resilien yakni mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi dan
mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan terhadap orang lain
(Grothberg, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Informan DN juga mampu mengontrol emosi dan berusaha tidak
melawan orang tua. Pengaturan emosi diartikan sebagai kemampuan
individu untuk mengatur emosi sehingga tetap tenang meskipun berada
dalam situasi di bawah tekanan (Reivich dan Shatte, 2002). Informan
DN memiliki perubahan perilaku secara positif yang terwujud dalam
bentuk lebih menghargai dan tidak lagi membantah saat ditegur orang
tua. Sementara Informan TY memiliki perubahan perilaku dalam
bentuk berusaha memberikan kabar jika bepergian atau ketika tidak
pulang kerumah.
Kedua informan memiliki relasi baik dengan orang lain yang
dapat dipercaya. Informan DN juga memiliki relasi yang baik dengan
orang tua khususnya ibu dan mampu terlibat aktif di masyarakat.
Informan TY juga mampu membangun relasi yang baik dengan orang
lain yakni dengan adik, orang tua, teman dekat dan mampu terlibat aktif
dalam masyarakat. Hal ini didukung Ari (2016) mengungkapkan
informan yang memiliki kesejahteraan psikologis dibuktikan dengan
mampu beradaptasi dengan lingkungannya, memiliki hubungan sosial
yang kemudian mampu terciptanya dukungan sosial, memiliki cara
untuk mengatur dirinya terhadap lingkungannya.
Untuk menjadi seorang individu yang resilien tidak cukup hanya
memiliki satu karakteristik saja, melainkan harus juga ditopang oleh
karakteristik lainnya (Desmita, 2009). Sumber pembentukan resiliensi
kedua informan saling menopang satu sama lain. Dari ketiga interaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
sumber resiliensi tersebut kemudian mampu menghadirkan penerimaan
dari lingkungan masyarakat terhadap informan.
Berdasarkan hasil penelitian, keduanya mendapatkan
penerimaan dari lingkungannya. Dalam prosesnya, informan DN
mampu mendapatkan penerimaan dari lingkungan pasca sudah bekerja
dan perlahan mencoba srawung sehingga saat ini mendapatkan
penerimaan. Informan DN berusaha untuk tidak menarik diri dan
berperilaku baik sehingga pandangan dan perlakuan dari lingkungan
berupa prasangka dan diskriminasi perlahan terkikis dan mampu
mendapatkan penerimaan dan perlakuan baik dari lingkungan.
Sedangkan Informan TY mendapatkan penerimaan lingkungan yang
terlihat dari hilangnya prasangka terhadap informan dan mendapatkan
perlakuan baik dari orang orang dilingkungan rumah. Sudah tidak
adanya jarak dan perlakuan yang welcome.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kedua
informan merupakan mantan narapidana yang mampu resilien dalam
menghadapi penolakan lingkungan. Kedua informan mampu beradaptasi secara
positif meskipun keduanya mengalami dampak dari penolakan lingkungan
yakni berupa munculnya afeksi negatif, merasa tidak nyaman, dan
menyebabkan keduanya menarik diri dari lingkungan rumah. Hal ini terlihat
dari interaksi sumber-sumber pembentukan resiliensi I Have, I Am, dan I Can
yang saling menopang pada informan sehingga mampu keluar dari situasi yang
tidak menyenangkan dan menekan. Kedua informan juga mampu melakukan
resosialisi ketengah masyarakat dan mendapatkan penerimaan dari lingkungan
sekitarnya yang ditunjukkan dari hilangnya prasangka dan terciptanya
perlakuan baik (welcome) seperti sebelum menjadi mantan narapidana.
Sumber I Have yang dimiliki kedua informan berupa penerimaan dan
perhatian keluarga, dukungan keluarga berupa pemberian semangat, aturan
keluarga yang harus ditaati keduanya dan juga dukungan sosial dari teman
dekat. Sumber I Am yang dimiliki dalam diri kedua informan yakni memiliki
pemaknaan positif keluar dari penjara, gambaran diri positif, dan memiliki
harapan kedepan. Sumber I Am lain yang dimiliki informan II yakni mampu
berempati terhadap orang lain dan juga memiliki kebanggan terhadap diri.
Sumber pembentukan resiliensi I Can pada kedua informan yakni mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
mengelola impuls, memiliki pemecahan masalah yang dihadapi dan mampu
membangun relasi yang baik dengan orang lain. Selain itu, informan I memiliki
perubahan-perubahan perilaku dalam hal mampu mengontrol emosi sedangkan
informan II memiliki sumber I Can lain yakni mampu mengkomunikasikan
masalah yang mengganggu
B. Saran
1. Bagi mantan narapidana
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan gambaran
mantan narapidana yang mampu resilien dalam menghadapi penolakan
lingkungan. Kemampuan resiliensi membantu individu untuk resosialisasi
ketengah masyarakat dan menjalani hidup kearah yang lebih baik. Oleh
karena itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran pada
mantan narapidana lain untuk menghadapi situasi yang tidak menyenangkan
dan penuh tekanan dari penolakan lingkungan.
2. Bagi keluarga dan lingkungan masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian, keluarga dan lingkungan masyarakat
merupakan faktor penting dalam terwujudnya resiliensi pada mantan
narapidana yang mengalami penolakan lingkungan. Oleh karena itu,
keluarga dan lingkungan masyarakat diharapkan mampu melakukan
penerimaan dengan cara menghargai dan memperlakukan mantan
narapidana secara baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
3. Bagi peneliti selanjutnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika akan melakukan
penelitian sejenis. Pertama, peneliti selanjutnya perlu membangun rapport
lebih lama sehingga terjalin kedekatan antara peneliti dan informan. Hal ini
akan membantu informan merasa nyaman dan lebih terbuka dalam
membagikan pengalamannya, mengingat topik ini merupakan topik yang
cukup sensitif.
Kedua, penelitian selanjutnya perlu melakukan probing pada
dampak penolakan lingkungan sumber pembentukan I Am pada informan
sehingga mendapatkan informasi lebih mendalam. Hal ini dikarenakan
dampak penolakan lingkungan dan sumber pembentukan I Am yang muncul
masih sedikit.
Ketiga, penelitian selanjutnya disarankan agar tetap menggunakan
metode penelitian kualitatif karena metode ini tepat untuk menggali dan
mengekplorasi secara lebih mendalam berbagai pengalaman, peristiwa,
status yang dimiliki oleh informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, M. (2016). Proses Resiliensi Waria terhadap Penolakan Lingkungan.Skripsi. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.
Azani. (2012). Gambaran Psychological Well- Being Mantan Narapidana. JurnalEmpathy Vol, 1. Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Benard, Bonnie. (1991). Fostering Resiliency in Kids : Protective Factors in theFamily, School, and Community.
Bobey, Mary. (1999). Resilience : The ability to Bounce Back from Adversity.American Academy of Pediatric. http://www.crha-health.ab.ca/clin/wowen102_MarApr.htm
Creswell, J. W. (2013). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, danMixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Creswell, J. W. (2007). Qualitative inquiry and research design: Choosing amongfive approaches (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Dayakisni, Tri dan Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial Edisi Revisi. Malang:Universitas Muhammadiyah Malang.
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT RemajaRosdakarya.
Dipayanti, S. & Lisya C. (2012). Locus of control dan resiliensi pada remajayang orang tuanya bercerai. Jurnal Psikologi, 8(1). Riau: UIN SutanSyarif Kasim.
Elisabeth, B. (1996). Psikologi Perkembangan-Suatu Pendekatan SepanjangRentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Grotberg, E. (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengtheningthe Human Spirit, The Series Early Childhood Development: Practice andReflections, Number 8. The Hague : Benard van Leer Voundation.
Grotberg, E. (1999). Tapping Your Inner Strength : How to Find the. Resilience toDeal with Anything. Oakland, CA : New Harbinger. Publications, Inc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
77
Grotberg, E. (2003). Resilience for Today : Gaining Strength from Adversity.nWestport : Praeger Publishers.
Herdiansyah, H. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Ilmu Sosial.Jakarta : Salemba Humanika.
Herdiansyah, H. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi.Jakarta : Salemba Humanika.
Hildayani Rini, dkk. (2007). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : UniversitasTerbuka.
Irmawati. (2004). Pengaruh Prasangka Sosial terhadap Persepsi KemampuanKerja Karyawan. Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Sumatra Utara. Dalam http://www.library.usu.ac.id.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (online). Diakses dari http://kbbi.web.id/ pada 18September 2016.
Kartono, & Kartini. (1981). Pathologi sosial 1. Jakarta: CV. Rajawali.
Kartono, Kartini. & Gulo, Dali. (1987). Kamus psikologi. Bandung : Pionir Jaya.
Kartono, & Kartini. (2005). Patologi Sosial. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Leonie, Fitriani N. (2009). Pengungkapan Diri pada Mantan Narapidana. JurnalPsikologi Hlm. 1-20. Fakultas Psikologi Universitas Gunadama.
Mar'at. (1981). Prasangka. Bandung: Fakultas Psikologi UNPAD.
Maulana & Imron. (2014). Paradigma: Konstruksi Masyarakat Terhadap MantanNarapidana. Jurnal Vol 02, No 01. Universitas Negeri Surabaya.
Mubasir, A. (2013). Resiliensi Mantan Narapidana. Skripsi. Surabaya. ProgramStudi Psikologi Fakultas Dakwah Agama Islam Institut Agama IslamNegeri Sunan Ampel Surabaya.
Pratama, A. (2016). Kesejahteraan Psikologis pada Narapidana di LembagaPemayarakatan Kelas II A Sragen. Skripsi. Universitas MuhamadyahSurakarta.
Republik Indonesia. (1995). Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 TentangPemayarakatan.http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/.../parent/3969. Diakses pada 25 Mei 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 TentangNarkotika.http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/perundangan/2009/10/27/uu-nomor-35-tahun-2009-tentang-narkotika-ok.pdf. Diakses pada 29Januari 2017.
Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor ; 7 Essential Skill For.Overcoming Life's Inevitable Obstacle. New York, Broadway Books.
Ryff, C. D. (1989). Happiness is everything, or is it? exploration on the meaningof Psychological Well-being. Journal of Personality and SocialPsychology.
Robert, A. B., dan Donn, B. (2004). Psikologi Sosial Edisi kesepuluh Jilid 1.Jakarta : Erlangga.
Rohman, F. (2015). Labelisasi sosial pada mantan narapidana di Kelurahan 16Ulu Plaju Palembang. Jurnal. Palembang: Fakultas ilmu sosial dan politikUniversitas Sriwijaya.
Shofia, F. (2009). Optimisme Masa Depan Narapidana. Skripsi, UniversitasMuhammadiyah Surakarta. Tidak diterbitkan.
Siahaan, G. T. (2008). Hubungan Harga Diri Dengan Makna Hidup PadaNarapidana. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Sisca, H & Moningka C. (2008). Resiliensi Pada Perempuan Dewasa Muda yangPernah Mengalamai Pelecehan Seksual Pada Masa Anak-Anak. JurnalPsikologi Volume 2, No.1. Fakultas Psikologi Universitas Kristen KridaWacana.
Smith, J. A. (Ed.). (2008). Qualititative psychology: a practical guide to researchmethods (ed. Ke-2). London : Sage Publications.
Smith, J. A. (Ed.). (2009). Psikologi kualitatif: Panduan praktis metode riset.Terjemahan dari Qualitative Psychology A Practical Guide to ResearchMethod. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Tugade, M. M., & Fredrickson, B. L. (2004). Resilient individuals use positiveemotions to bounce back from negative emotional experiences. Journal ofPersonality and Social Psychology, 86, 320–333.
Yolla Gusef. (2011). Adaptasi Kehidupan Sosial Mantan Narapidana dalamMasyarakat. Skripsi. Universitas Andalas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Yudobusono, S. & Aminatun, S. (1995). Penelitian diagnostik tentang persepsibekas narapidana. Yogyakarta : Badan Penelitian dan PengembanganKesejahteraan Sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Verbatim informan I (DN)
No Verbatim Interpretasi Tematik
1. Mas, bisa tolong ceritakan,
mas, situasinya sebelum
menjadi mantan narapidana
mas?
Dulu waktu sebelum menjadi
masuk ke penjara itu ya, mas,
ya? Ya kalo sebelum masuk ke
penjara itu ya biasa, mas. Main
sama anak-anak yang lain terus
ke sekolah. Habis ke sekolah ya
main. Ke rumah temen terus ya
biasa sih, mas, main ke mana
gitu ama anak-anak yang lain
terus nongkrong ampek malem.
Kadang juga nginep di tempat
temen sampe pagi terus main.
Ya kayak gitu-gitu, mas.
Kegiatan informan
sebelum menjadi
mantan narapidana
bermain seperti
anak-anak lain
seperti nongkrong
dan menginap
dirumah teman
Kegiatan
informan
sebelum
menjadi
mantan
narapidana
2. Oh seperti itu, mas. Maaf,
waktu mas masuk penjara itu
kapan mas?
Itu pas saya kelas kelas 3 SMA
mas, tapi pas itu saya sudah
terhitung lulus mas.
Waktu informan
masuk penjara kelas
3 SMA
Waktu
informan
menjadi
narapidana
3. Nah, kalo kronologinya
sendiri itu gimana, sih, mas,
maksudnya kok kemudian
mas bisa masuk penjara itu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Bisa diceritakan, mas?
Oke, mas. Kalo kronologinya
ya, mas, itu masuk itu gara-gara
yang pertama itu saya dimintain
tolong, mas. Dimintain tolong
buat jualin. Nganterin jualin
hasil curian berupa CPU
komputer itu, mas. Saya jual
dipenampungan rongsok mas.
Terus habis itu saya diajak
makan sama minum. Minum
makan, Oh dari hasil
penjualan itu, mas?
Iya, dari hasil penjualan itu.
Setelah itu selang beberapa
bulan, kalo nggak salah kira-
kira dua bulan teman saya itu
mengulangi lagi ke tempat yang
sama, mas tapi saya tidak ikut
mas. Nah, habis itu ketahuan.
Ketahuan sama yang punya, itu
di SD belakang situ mas, terus
ketahuan yang jaga. Terus
dikejar. Dikejar, dilaporin ke
Polsek. Dari Polsek terus ke
rumahnya. Di rumahnya itu
nggak ada, mas. Ketemu sama
orangtuanya terus ditanya-tanya
dekatnya sama saya, dan dikejar
mas.
Oh, intinya kemudian
Kronologi informan
berpartisipasi dalam
kasus pencurian dan
menikmati hasil
curian.
Kronologi
informan
menjadi
narapidana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
temennya mas itu dicari polisi
begitu?
Iya, dicari polisi.
Seperti itu. Lalu?
Lalu kan terus dikejar sampe
rumahnya kan, mas. Sampe
rumahnya itu ketemu sama
orangtuanya. Terus orangtuanya
itu ditanya-tanya, diinterogasi,
si temenku itu yang akrab sama
siapa. Sama siapa akrabnya.
Ditanya-tanya terus, mas. Terus
yang paling dekat itu kan saat
itu, kan, sama saya kan, mas.
Oh seperti itu.
Iya. Habis itu saya dijemput di
sekolahan, mas. Diinterogasi
polisi. Jadi kena gara-gara ikut
berpartisipasi mencuri dan
mengantarkan itu, kan, dan
menikmati hasil curian, mas.
Kalo kronologinya kurang-
lebihnya seperti itu.
4. Oke, mas. Lalu kalo untuk
masa tahanannya sendiri, mas
Danang, itu berapa lama
mas?
Kalo masa tahanan saya itu
yang pertama itu 2 bulan, mas,
di Polsek Sleman. Habis di
Polsek Sleman 2 bulan, terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
dipindah ke LP Cebongan itu
selama kurang lebih 3 setengah
bulan sama nunggu sidangnya,
mas. Masuk ke Cebongan itu 2
minggu. Terus saya disidang,
sidang 1 kali sampe putusanlah
waktu itu. Terus habis itu dapat
tuntutan 8 bulan. Iya, dapet
putusannya 7 bulan, mas.
Ooh, seperti itu. Jadi yang
mas jalani di Cebongan itu
berapa lama? Maksudnya
kalo total keseluruhan
jalaninnya, maksudnya
jalanin apa masa tahanan dan
dipenjaranya gitu, mas?
Di Cebongannya 3 setengah
bulan mas trus di Polsek
Sleman 2 bulan mas. Jadi
totalnya kurang lebih 5
setengah bulan mas dalam
kurungan
Baik mas, itu dapet remisi
juga berarti mas?
Iya, dapat remisi hari raya itu
mas.
Durasi informan
dipenjara penjara
Masa tahanan
informan
5. Lalu mas, setelah mas keluar
dari LP itu apa mas yang mas
rasakan itu seperti apa?
Yang saya rasakan yang
pertama ya lega, mas, bisa
Perasaan informan
setelah keluar Perasaan lega
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
keluar dari situ, kan, namanya
di dalam gitu pasti nggak bebas.
Itu penuh dengan aturan, kan,
namanya di penjara, kan. Terus
keluar, lega bisa bebas. Nggak
penuh aturan kayak di dalem.
6. Baik, mas. Nah, lalu bisa
diceritakan, mas, waktu mas
keluar itu bagaimana?
Maksudnya setelah hari H
itu, lho, atau pas hari H itu
mas, tuh, yang mas lakukan
apa, waktu setelah mas udah
bebas keluar dari LP itu?
Setelah keluar itu, ya?
Iya, maksudnya setelah masa
pembebasannya mas itu.
Kalo ketika habis keluar itu
pulang, mas, yang jelas pulang.
Lalu?
Waktu itu ulang jalan kaki. Itu
saya sebenarnya dijemput mas
sama ibu sama adek saya, saya
milih jalan kaki, mas.
Menikmati bebasnya
Informan pulang
dengan berjalan
kaki
Wujud
menikmati
kebebasan
7. Oh, gitu. Tapi mas milih jalan
kaki ya?
Iya, milih jalan kaki saya. Jalan
kaki. Itu saya tidak menoleh ke
belakang, mas, pas waktu itu.
Informan memilih
pulang berjalan kaki
dan tidak menoleh
Wujud
menikmati
kebebasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
kebelakang
8. Apa yang mas danang
pikirkan waktu itu?
Kalo yang saya pikirkan
sebenere ini sih, mas, apa ya
nggak ada maksud apa-apa sih,
kalo jalan kaki itu. Cuman
pengen menikmati bebasnya
kan nggak kayak maksute kan
saya tadi cerita kalo di dalem,
tuh, penuh aturan dan ketika
keluar saya pengen jalan kaki
menikmati kebebasan.
Menikmati
kebebasan dengan
pulang berjalan kaki
Pikiran
informan
menikmati
kebebasan
9. Sama ini juga, sih, mas, apa
emang sebelum keluar saya ada
nadzar. Jadi nadzar ketika
keluar saya emang pengen jalan
kaki.
Ada nadzar untuk
pulan jalan kaki
Pemenuhan
janji
10. Ow iya mas, kenapak kok gak
menoleh kebelakang mas?
Apa ya, saya berpikiran bahwa
yang saya alami kemaren, 5
setengah bulan, itu adalah
sebuah pembelajaran yang tidak
terlupakan. Maksudnya tidak
saya toleh jangan jadi itu
sebuah apa ya sebuah
penyesalan yang amat
mendalam terus jangan sampe
membuat saya jadi nggak bisa
Informan pulang
dengan berjalan
kaki dan tidak
menoleh kebelakang
sebagai bentuk
pembelajaran
Pemaknaan
positif keluar
penjara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
maju. Jadi ya saya nganggepnya
itu adalah sebuah pembelajaran
aja, sih, mas.
11. Gimana maksudnya tidak
menoleh ke belakang itu tidak
pengen mengulanginya gitu
atau gimana?
Iya, bener. Tidak ingin
mengulanginya lagi. Ya gimana
kalo dipikir siapa yang mau
kan, mas, nanti mengalami hal
seperti itu.
Pemikiran untuk
tidak ingin
mengulangi
kesalahan serupa
Pikiran positif
12. Oh, baik, mas. Lalu setelah
itu ada perbedaan nggak sih,
mas? Maksudnya setelah mas
keluar dari penjara itu
bagaimana, mas?
Kalo perbedaan sebelum masuk
ke penjara ama setelah ke
penjara ya pasti ada, mas, pasti
ada perbedaannyaKalo tanya
perbedaannya itu kayak kalo
sebelumnya kadang, nggak
kadang, sering main keluar
malem gitu, abis dari penjara itu
dikurangin keluar malemnya.
Dibatesin. Jam 9 itu udah
pulang. Ya pokoknya intinya
nggak kayak sebelumnya sih,
mas. Intensitas keluarnya
Perubahan perilaku I can
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
juga jarang gitu mas, ya?
Jarang. Kalo sebelumnya itu,
kan, tadi saya bilang nginep ke
rumah temen. Tapi sekarang
udah maksudnya setelah masuk
ke penjara itu udah enggak
13. Oke, baik, mas. Nah, kalo
boleh tau, mas, perasaan mas
itu gimana waktu setelah
keluar dari penjara itu? Yang
mas rasakan seperti apa?
Ya yang saya rasakan yang
pertama itu takut, mas. Macem-
macem, mas. Ya macem-
macem ada malu, terus resah
juga. Apalagi kan, di tempat
saya itu di masyarakatnya
masih sering itu, mas, apa.
Maksudnya sering keluar,
sering berkumpul.
Apa guyub gitu, maksudnya?
Iya, guyub
Munculnya afeksi
negatif
Konsep diri
negatif
14. Apalagi, kan, dogma apa
pandangan di masyarakat
terhadap orang yang baru keluar
penjara kan pasti pandangannya
negatif kan, mas. Itu yang
menjadi salah satu ketakutan
saya ketika keluar dari penjara.
Munculnya afeksi
negatif
Konsep diri
negatif
15. Oke. Iya, mas. Lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
bagaimana setelah mas
keluar, respon dari
lingkungan?
Iya, kalo setelah itu dan
keresahan-keresahan yang saya
alami apakah benar terjadi atau
nggak. Kalo yang saya rasakan,
sih, memang itu terjadi, mas.
Bahwa keresahan itu, itu
memang terjadi. Bahkan dari
temen-temen saya pun itu
mereka seakan-akan menjaga
jarak terhadap saya ketika saya
setelah keluar dari itu. Oh,
seperti itu.
Iya, jaga jarak gitu. Yang ketika
dulunya kadang main enak,
maksudnya enak ketika main.
Deket. Setelah saya keluar gitu,
dia jaga jarak.
Adanya pembatasan
interaksi
Penolakan
Lingkungan
16. Baik mas, Itu kan tadi dari
temen-temen sebaya mas,
Lalu kalo dari masyarakat
mas? Maksudnya
tetanggalah. Itu seperti apa,
mas?
Kalo dari tetangga sih, ya, mas,
tentu jelas beda, mas. Walaupun
kalo ketika di hadap-hadapan
maksudnya ketika bertemu
langsung, sih, itu kerasa biasa
Perbedaan sikap
lingkungan rumah
Penolakan
Lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
mereka masih baik, tapi kan
saya nggak tau ketika di
belakangnya dan itu terasa
ketika bertemu langsung.
Sikapnya berbeda.
Seperti apa, mas?
Sikapnya, perlakuannya. Ya
seperti yang saya omongkan
tadi sih, mas, maksudnya ketika
orang keluar penjara gitu,
dogma atau pandangan terhadap
saya yang keluar penjara itu
pasti negatif. Senyum tetep
senyum mas, tapi ya beda mas
senyumnya mas
17. Kalo dari orangtua sendiri?
Kalo dari orangtua, sih, itu
malah ini setelah saya keluar
malah jadi lebih sayang, mas.
Lebih sayang kalo istilah
Jawanya itu lebih ngeman saya.
Penerimaan orang
tua
I have
18. Baik, mas Danang. Apa ya
mas, Kalo wujud konkret
respon lingkungan rumah
mas Danang. Itu responnya
seperti apa, mas, yang mas
terima itu?
Kalo responnya setelah saya
keluar dari lingkungan saya.
Kalo apa ya kalo dari temen-
Pembatasan
Interaksi
Penolakan
Lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
temen saya, sih, yang saya
rasakan itu ada membatasi. Jadi
membatasi terhadap saya itu,
lho. Kayak yang saya
sampaikan tadi.
19. Yang dulunya itu sering main
bareng, sebelum saya masuk
dipenjara itu, mas, sebelum
saya masuk itu sering main
bareng, tapi ketika saya keluar
itu sudah jarang. Kalo dulu
sering diajakin main, sekarang
itu, dulu waktu setelah keluar
itu jarang.
Perbedaan sikap
lingkungan
Penolakan
Lingkungan
20. Ya mungkin sih, kalo pikiran
saya dari orangtua juga, kan,
dari orangtua temen-temen saya
juga kayak ada mewanti-wanti
agar anaknya tidak deket
dengan saya itu, lho, mas. Itu
mungkin, itu mungkin dari
pikiran saya, kan. Soale kalo
dipikir-pikir ya namanya
orangtua, kan, kayak gitu, mas.
Apalagi yang menimpa saya.
Kasus saya itu kasus pencurian
bisa dibilang apa ya.
Mereka mungkin takutnya itu
hal yang saya lakukan itu bakal
terjadi lagi itu, lho, dan terus
Prasangka negatif Dampak
penolakan
lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dapat menular kepada orang-
orang sekitar saya. Ya itu
perkiraan saya aja sih, mas
Jadi seperti kayak ada
kecurigaan gitu ya?
Iya, kecurigaan.
Kesannya masih dicurigai
gitu ya?
Iya, mas, jelas, mas, itu
dicurigai
21. Soale kalo ya itu kalo ya itu
dipikir-pikir ya wajar juga, sih,
bahwa dengan kasus seperti ini
orangtua pasti juga mikirnya
udah negatif, kan, mas.
Penerimaan
informan terhadap
pemikiran negatif
orang tua teman
Penerimaan
diri
22. Saya juga tahu diri kan mas,
dari saya sendiri juga
membatasi. Membatasi diri kalo
keluar malem gitu jangan
sering-sering kayak dulu lagi.
Kalo main itu jam 10 itu udah
harus pulang karena untuk
menjaga omongan dari orang-
orang sekitar rumah sih, mas,
yang penilaiannya udah jelek
dengan saya karena saya udah
ngasih itu, mas.
Pemecahan masalah I can
23. Lalu perasaan mas ketika
mas ketika dalam tanda kutip
dicurigai oleh lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
mas? baik tetangga, ya
khususnya mungkin lebih di
orangtua ya, pandangan
orangtua.
Perasaan yang muncul pertama
jengkel, mas. Jengkel terus
marah. Kadang dalam pikiran
itu juga ada itu orang-orang itu
pengen tak datengin.
Munculnya afeksi
negatif
Dampak
penolakan
lingkungan
24. Sempat mau tak datengin
orangnya, tapi nggak boleh
sama orangtuanya.
Kan istilahnya kalo ama
orangtua itu ngemong itu lho,
mas.
Adanyan fungsi
kontrol orang tua
I have
25. Jadi ngontrol diri juga mas. Ya
daripada urusannya jadi
panjang kan, mas.
Mampu mengelola
impuls
I can
26. Baik mas, menurut mas
danang dampaknya dari
respon atau sikap lingkungan
terhadap mas danang itu ada
gak? Baik dari sikap teman
dan tetangganya mas?
Apa mas ya. Yang jelas,
awalnya saya menahan diri mas
untuk keluar rumah, hampir 2
bulan saya dirumah mas.
Pastinya kayak yang saya
sampaikan tadi mas ya takut
Munculnya afeksi
negatif
Dampak
penolakan
lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
malu juga mas. Membatasi diri
juga mas jadinya.
27. Kayak ngrasa gak pede mas
meh keluar itu mas. Butuh
adaptasi baru tenan mas
dilingkungan rumah itu mas,
walaupun mungkin orang
mikirnya gak lama 5 bulan itu
tapi karena ita gak dirumah dan
tetangga juga tahu kasus saya
itu. Walaupun saya sendiri juga
sudah punya pikiran kalo
dirumah mesti responnya
masyarakat pasti berubah
terhadap saya
Munculnya afeksi
negatif
Dampak
penolakan
lingkungan
28. Yang tak rasakan memang
kayaknya itu saya gak diterima
di lingkungan rumah itu mas.
Sempet merasa gitu juga mas.
Munculnya afeksi
negatif
Dampak
penolakan
lingkungan
29. Lalu mas, setelah itu usaha
yang mas lakukan itu apa,
mas? Maksutnya mas
melakukan apa? Ohh. Kalo
usaha yang saya lakukan setelah
keluar ya. Yang jelas itu yang
ada di dalam pikiran itu saya
nggak mungkin tergantung
sama orangtua terus kan, mas.
Jangan sampe tergantung sama
orangtua terus. Jangan sampe
Pemecahan masalah I can
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
seperti itu. Ya yang jelas saya
ini, mas, nyari lowongan kerja
di mana-mana. Untung aja, kan,
pas ditangkep itu, kan, di
sekolah, ditangkep di sekolah
untung aja itu saya terhitungnya
udah lulus, mas. Udah lulus dari
sekolah ketika ditangkep itu.
Nyari-nyari lowongan
30. Walaupun sebelumnya itu saya
hampir ini, sih, hampir dua
bulan di rumah, sih, mas,
setelah saya lulus, eh, kok lulus,
keluar dari penjara itu saya
hampir dua bulan di rumah
Pengen saya itu saya ingin
memperbaiki nama, apa ya,
memperbaiki citra saya di
lingkungan sekitar rumah, mas.
Memiliki komitmen
dan tanggung jawab
I am
31. Oh, seperti itu. Setelah itu
mas kerja di mana itu, mas?
Setelah itu ya. Setelah dua
bulan itu saya ini, mas, sempet
ke luar kota sih, mas. Sempet
keluar kota itu di Bogor. Itu
saya kerja di tambak ikan, mas.
Informan memilih
kerja tambak ikan
diluar kota
Informan
bekerja diluar
kota
32. Berapa lama, mas?
8 bulan-an. Ya itu, setelah
hampir dua bulan dirumah saya
ke luar kota, habis itu 8 bulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
saya pulang, apa ya saya nggak
tau sih, mas, maksute ketika
saya memutuskan untuk ke luar
lingkungan itu. ya emang
pengen saya ke luar lingkungan,
tapi mungkin saja itu ada juga
perasaan saya yang pengen
istilahnya itu ingin lari dari
lingkungan rumah saya kan,
mas.
Pikiran informan
mengenai
tindakannya kerja
diluar kota karena
lingkungan rumah
tidak memberikan
kenyamanan
Keluar dari
lingkungan
rumah
33. Bahwa lingkungan rumah itu
sudah memandang nggak
nyaman dengan kehadiran saya
dan ketika orang berpikir
seperti itu, kan, saya juga ini,
mas, jadi nggak nyaman juga,
kan, mas, di lingkungan rumah
Tidak merasa
nyaman
dilingkungan rumah
Dampak
penolakan
lingkungan
34. Berarti mas danang 8 bulan
di Bogor kemudian pulang
gitu mas, ya?
Iya. Itu pulang, trus saya kerja
di agen buku, mas. Agen buku.
Terus di agen buku itu juga
nggak lama, cuman 1 tahun-an.
1 tahun-an di agen buku. Terus
Resign juga setelah itu?
Iya, resign.
Terus cari-cari lowongan.
Akhirnya dapet di deket rumah
itu di pabrik sampe sekarang.
Informan pulang
kerumah, kerja di
agen buku
Infroman
pulang
kerumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
35. Baik mas, ow iya mas danang.
Tadi mas danang mengatakan
orang tua itu lebih sayang,
lebih ngeman. Itu bentuknya
gimana, mas, kalo boleh
tahu? Bisa digambarkan?
Bisa diceritakan?
Kalo perlakuannya ini dari
orangtua itu lebih perhatian
terhadap saya, mas. Lebih
perhatian setelah saya keluar
dari penjara itu mas. Kadang
kalo main gitu suka ngingetin
jangan sampe larut malam kalo
pulang. Jam 10 itu udah harus
di rumah. Itu kalo dari orangtua
saya ya, mas
Bentuk perhatian
orang tua
I have
36. Terus kalo dari saya sendiri
pun, saya juga jadi ini. Jadi
lebih baik juga sih, mas. Sadar.
Kalo dulu dibilangin ama
orangtua kadang suka ngeyel.
Terus kalo dulu sering keluar
main gitu nggak mikir rumah
gimana. Maksute kalo main ya
sembarang main. Sekarang
udah jarang kayak gitu. Ngasih
kabar.
Perubahan perilaku I can
37. Selain itu, kan, juga dari
orangtua, kan, ketika anaknya
Bentuk perhatian
orang tua
I have
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
larut malem gitu, kan, orangtua
saya juga SMS atau gimana gitu
Oh gitu. Itu siapa yang SMS?
Ibu. Yang SMS ibu.
38. Menurut mas Danang peran
keluarga terhadap perjalanan
mas Danang setelah keluar
dari penjara itu seperti apa,
mas? Maksudnya misalnya
seperti apa ya, memberikan
dukungan itu ada nggak sih,
mas, kalo menurut mas
Danang?
Kalo dari keluarga, dukungan
tentu ada, mas, pasti ada
dukungan dari keluarga
mendukung saya. Itu yang
diberikan itu dukungannya ya
nasihat sih, mas, nasihat dari
keluarga. Ngasih-ngasih nasihat
kepada saya. Gitu sih, mas,
ngasih nasihat dukungannya.
Adanya dukungan
dari keluarga
I have
39. Ya apa ngasih nasihat bahwa
yang saya alamin kemarin itu
ya sudahlah, maksute berlalu.
Itu udah yang lalu-lalu. Yang
jelas itu lihat ke depan. Sudah,
yang lalu ya lalu. Yang jelas
yang penting itu lihat ke depan.
Bentuk dukungan
keluarga
I have
40. Kasih semangat kepada saya. Bentuk dukungan I have
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Menyemangati. Kayak itu, kan,
saya nyari kerja itu sangat
ngedukung dan sangat
memberikan semangat kepada
saya dari keluarga saya.
keluarga
41. Terus jangan apa ya, nasihatnya
itu jangan dengerin orang lain
itu, lho. Kayak yang saya tadi
sampaikan, kan, banyak
pandangan negatif tentang saya,
terhadap saya dari orang lain.
Itu jangan, maksute kasih
wejangan jangan dengerin itu
le, jangan dengerin apa kata
orang. Kamu kan, hidup itu
bukan tergantung ama mereka,
kan. Ya biarin apa kata orang.
Bentuk dukungan
keluarga
I have
42. Ya yang jelas itu kamu harus
selalu lihat ke depan dan jadi
lebih baik lagi
Itu yang menyampaikan
siapa, mas?
Yang menyampaikan itu ibu,
mas. Kalau ayah dukungannya
hampir sama sih, mas, ngasih
tau nasihat. Ya cuman gitu-gitu
aja, mas, dari ayah. Nggak
usah, kalo nyari temen itu yang
baik-baik. Jangan kayak yang
kemarin. Gitu
Bentuk dukungan
keluarga
I have
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
43. Gitu ya, mas, ya. Tapi kalo
menurut mas Danang sendiri
mas Danang lebih deket
dengan ibu atau ayah
Ya emang dua-duanya deket
sih, mas. Tapi kalo dibandingin
ibu. lebih deket mana ya lebih
deket ke ibu saya.
Attachment pada
keluarga
I have
44. Lalu apa ya, berarti memang
jelas ada perubahannya mas
setelah mas masuk penjara
dan sebelumnya?
Perubahan ke yang lebih baik
gitu iya, ada perubahan yang
lebih baik Contohnya seperti
apa, mas? Maksudnya saat ini
mas Danang itu memandang
atau melihat diri mas sendiri
itu seperti apa?
Ya lebih baik yang kemaren sih,
mas. Kayak yang tak sampaikan
tadi to, mas, hal kecilnya kayak
udah jarang keluar malem terus
kalo dikasih tau ama orang tua
itu kalo dulu, kan, kadang,
nggak kadang sih, sering
ngebantah itu, lho, mas.
Ngebantah. Setelah habis
kejadian itu, keluar, saya udah
nggak berani ngebantah
orangtua. Lebih ndengerin.
Perubahan perilaku I can
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Kalo orangtua menegur saya itu
langsung. saya langsung
ngedengerin itu, mas.
45. Kalo sekarang ya udah bisa jaga
emosilah, mas, jaga hati juga.
Jangan sampe ngelawan,
ngelawan orangtua. Terus
sepunyanya kalau ada
penghasilan, sekuatnya itu ya
ngasih dikit-dikitlah ama
orangtua.
Berarti maksudnya lebih baik
dari yang kemaren gitu, ya
mas?
Iya. Ya membawa
perubahanlah. Sekarang udah
nggak tergantung ama orangtua
lagi.
Terus yang ya itu, sih, contoh
kecilnya, mas. Mungkin kalo
saya nggak apa, hal itu nggak
tejadi kepada saya itu mungkin
perubahan itu nggak ada dalam
diri saya sih, mas, kalo hal itu
nggak terjadi. Mungkin saya
sampe sekarang masih
ngebantah orangtua kalo
ditegur, mungkin kalo itu
kemarin nggak terjadi.
Perubahan perilaku I can
46. Baik, mas. Kalo dari temen-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
temen lingkungannya, mas,
maksudnya entah itu temen-
temen deket, itu ada nggak,
mas, bentuk dukungan selain
dari orang tua juga tadi?
Kalo dari temen deket sih ada
mas satu. Itu dukungan mental
buat saya. Dulu kan ketika pas
ketika saya masih di penjara itu,
kan, juga nengok. Itu secara
tidak langsung itu langsung
memberi dukungan mental
kepada saya itu, lho, mas.
Dukungan dari
teman dekat
I have
47. Setelah keluar mas?
Iya, itu setelah keluar juga
masih tetep kasih semangat
gitu. Ya nasihat ngobrol-
ngobrol gitu setelah keluar. Ya
kayak teman dekat pada
umumnya mas.
Dukungan dari
teman dekat
I have
48. Yang ini tidak ada perbedaan
sikap mas, tetep sama.
Walaupun ya kadang masih
suka apa ya namanya temen
deket kan bercanda-bercanda
gitu, ngebanyol-ngebanyol.
Tapi kalau temen- temen rumah
yang lain ya pada beda mas
sikapnya waktu itu.
Penerimaan dari
teman dekat
I have
49. Baik. Kalo di lingkungan mas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
komunitas atau perkumpulan
pemudanya nggak sih, mas?
Ada, mas, kalo perkumpulan
gitu.
Itu mas aktif, mas?
Maksudnya juga masih aktif?
Kalo sekarang iya, masih aktif
mas, ya. Kalo dulu. Kalo
sekarang kan, aktif.
Kalo dulu, sih, saya nggak
langsung aktif, kan..
Mampu berelasi
baik dengan orang
lain
I can
50. Ketika saya keluar dari penjara
itu, kan, rasa canggung itu, kan,
pasti ada, kan, mas. Orang
berpandangan negatif terhadap
saya terus mereka timbul rasa
ketidaknyamanan ketika saya
berada di lingkungan sekitar
saya. Otomatis saya, kan, juga
jadi nggak nyaman juga, kan,
mas.
Merasa tidak
nyaman
dilingkungan rumah
Dampak
penolakan
lingkungan
51. Dua bulan setelah saya keluar,
dua bulan setelah saya keluar
dari penjara di rumah. Itu saya
memang menarik diri dari
masyarakat, mas. Ya gara-gara
itu. Gara-gara yang namanya
nggak nyaman. Keluar, kan,
canggung, kan
Menarik diri dari
lingkungan
Dampak
penolakan
lingkungan
52. Untuk sekarang udah baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
hubungan mas dengan teman-
teman?
Iya, udah baik. Lambat-laun
udah baik. Ya alhamdulillah
sih, mas, udah baik.
Itu sejak kapan, mas?
Sejak apa ya mungkin sejak ini
saya sudah bekerja. Saya sudah
bekerja itu lambat-laun udah
hilang. Tepatnya ya pas saya
sudah pulang dari bogor itu
mas. Pelan-pelan saya mencoba
srawung
Relasi yang
membaik dengan
teman sebaya
Terwujudnya
penerimaan
lingkungan
53. Ooh. Jadi sepulang dari
bogor, mas danang mencoba
aktif di lingkungan ya?
Iya mas, pulang dari Bogor,
saya mencoba untuk keluar.
Maksudnya bergabung denga
masyarakat. Ikut kegiatan-
kegiatan gitu, mas. Ya kegiatan-
kegiatan kayak gotong-royong,
terus kayak rapat-rapat pemuda,
kan, namanya kita hidup di
kampung, kan, pasti srawung
gitu, kan, diperlukan.
Pemecahan masalah
dengan berusaha
aktif berkegiatan
dimasyarakat
I can
54. Ya di pikiran saya nggak
mungkin saya terus menarik diri
terus dari masyarakat.
Bagaimanapun juga saya hidup
Kesadaran diri
untuk srawung
I am
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
di masyarakat, saya butuh
srawung, kan. Srawung gitu.
Soal e kalo menarik diri terus,
kan, juga nggak baik, kan, mas.
55. Awalnya bagaimana itu mas,
masih ada kayak gap gitu,
gak mas? Maksudnya kayak
masih ada perlakuane yang
berbeda gitu?
Iya, jelas itu, mas. Terasa itu
dulu.
Bahkan setelah 10 bulan, ya?
Maksudnya, kurang-lebih
dua bulan mas di rumah
kemudian ke Bogor. Lalu
setelah itu pulang ke rumah.
Itu, kan, maksudnya
jaraknya udah hampir 10
bulan-an. Lalu setelah itu pun
masih kayak ada apa ya
pandangan opo perlakuan
yang ya mungkin berbeda
masih gitu ya, mas?
Ya kalo awal-awalnya balik
dari Bogor, masih berbeda
perlakuannya.
Awalnya masih
adanya gap
perlakuan yang
kurang
menyenangkan dari
lingkungan.
Masih ada
perlakuan
kurang
menyenangkan
56. Tapi, kan, saya ya mendengar
nasihat yang diberikan kepada
saya dari ibu saya itu, lho,
Mampu mengelola
impuls
I can
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
jangan dipikirkan omongan
orang-orang. Yang jelas, kan,
kita srawung, kita yang penting
kita berlaku baik, niatnya baik
dari diri kita sendiri. Terserah
orang mau bilang apa, kan,
orang mau berpikir apa tentang
saya. Yang jelas dari dalam
niatan saya itu saya mau berniat
baik. Srawung gitu. Ya soalnya,
kan, di masyarakat to, mas,
membutuhkan itu
57. Berarti untuk saat ini sudah
nggak ada masalah atau
gimana?
Kalo sekarang? Kalo sekarang
udah nggak ada, mas. Kan
lambat-laun itu udah ilang.
Kecuali kalo saya menarik diri
terus, menarik diri dari
masyarakat, mungkin itu akan
melekat kepada saya terus.
Soale, kan, saya srawung itu
berperilaku baik. Itu pasti
pandangan di masyarakat juga
akan berbeda. Seperti itu sih,
mas.
Tidak adanya gap
dengan lingkungan
Penerimaan
lingkungan
58. Soalnya dulu pernah ada
kejadian, mas. Itu kejadiannya
itu setelah saya pulang dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Bogor itu. Kan ini to, tetangga
kampung saya itu punya burung
peliharaan. Dan burung
peliharaannya itu hilang, mas.
Itu kejadiannya itu setelah saya
pulang dari Bogor. Dan saat itu,
ketika burungnya peliharaan
tetangga hilang, itu yang
dituduh itu saya. Yang dituduh
saya.
Padahal juga setelah pulang
dari Bogor berarti udah
maksudnya.
Iya, hampir udah setahun.
Hampir setahun setelah keluar
itu mas. Ya gimana ya,
namanya orang dulu. Aku wis
tau mlebu neng penjoro terus
mergo kasus ono sing kelangan.
Dan kasus saya itu seperti itu,
otomatis yang dituduh itu saya
Mendapatkan
kecurigaan dari
lingkungan
Dampak
menjadi
mantan
narapidana
59. Lalu kok mas Danang bisa
kayak merasa apa ya, kok
bisa menyimpulkan kalo mas
Danang yang dituduh
ngambil itu, dituduh
mencuri?
Jenenge di desa, mas. Kan
kabar-kabar kayak gitu itu
langsung cepet menyebar itu
lho, mas. Terus sempet juga
Pandangan
informan terhadap
lingkungan rumah
Alasan
informan
mengetahui
bahwa dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
dikasih tau ama temen deket
juga, kan. Itu kalo di desa kayak
gitu. Kayak apa. Keluar, saya
keluar dari penjara terus
pandangan masyarakat kayak
gitu. Itu salah satu apa ya. Ya
setiap kabar apa-apa itu, apalagi
kabar negatif itu nyebar e cepet,
mas. Terus ya sempet mangkel
juga, sih, kenapa kok bisa
terjadi seperti itu
dituduh
60. Njuk akhir e ki setelah beberapa
waktu, untungnya itu bocah e
sing njukuk kui ki kecekel, mas.
Untungna kui, kecekel. (nada
bicara yang meninggi). Kecekel
ketangkep gitu, ya?
Ketangkep. Iya, ketangkep. Ya
untungnya itu, sih, ketangkep.
Terus kan, itu opo bar kejadian
kui kan, njuk ono sing mancing
kae lho, mas. Le kecekel mergo
kui dipancing. Dipancing njuk
bocah e kui ki njukuk, akhir e
kecekel.
61. Pas kui ki yo sempet mangkel
juga sih, mas. Yo neng pikiran
aku pengen ngantemi. Pengen
ngantemi, mergo koe ki aku
dadi terduga meneh, tertuduh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
meneh. Tapi ning njero atiku ki
aku yo. Mangkel pengen
ngantemi, tapi ning njero atiku
ki aku wis tau kedaden koyo
ngono. Tur akhir e kui ra nganti
polisi og, mas.
62. Kalo ini, mas, apa namanya.
Ada nggak sih, mas, aturan di
rumah yang harus mas taati?
Aturan. Maksudnya aturan
seperti apa ini?
Maksudnya aturan seperti
misalnya ketentuan dari
orangtua terhadap mas
secara khusus karena dulu
sempat keluar dari penjara
gitu. Ada nggak, mas aturan?
Peraturan dari orangtua, ya?
Kalo setelah itu, peraturan dari
orangtua sih sebenere cuman
satu sih, mas, peraturannya.
Aturan e ki ming kudu turu ning
omah. Yo ming simpel, kudu
turu ning omah. Walaupun arep
bali selarut-larut e koyo ngopo.
Sing penting ki ming siji, turu
ning omah. Peraturannya itu,
mas.
Aturan dari orang
tua untuk tidur
dirumah
I have
63. Harus tidur rumah, ya?
Harus. Harus tidur rumah. Soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
e yo bener juga sih, aturan koyo
ngono, turu ning omah. Yo kui
dinggo menanggulangi nek ono
resiko-resiko. Njuk nek ono
opo-opo sing tertuduh aku
ngono kui lho, mas, mengurangi
resiko-resiko koyo ngono.
Maksute seperti yang saya
ceritakan tadi. Ono sing burung
peliharaan nggone tonggoku
ilang ketika aku ning njobo ora
ning omah, mesti kan yo kui
sing dituduh aku. Tapi ketika
aku bengi bali turu ngomah
njuk nek ono opo-opo sing
ilang arep nuduh aku yo ngopo?
Lha wong aku ning omah. Kan
mereka raiso nuduh aku, wong
aku neng omah to?
Untuk
menanggulangi dan
mengurangi resiko
dituduh
Alasan adanya
aturan rumah
64. Dan itu mas lakukan sampe
sekarang?
Saya lakukan sampe sekarang.
Saya lakukan sampe sekarang.
Ya kalo dulu, sih, koyo ngono,
peraturan koyo ngono yo ora
tak rungokke, mas. Sing penting
nek pengen nglayap, pengen
dolan yo dolan wis. Ora urusan.
Jadi lebih mawas gitu atau ini
ya, mas, ya?
Iya. Njuk iso njogo awak e
Perubahan perilaku I can
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
dewe. Oh wis jam semene. Turu
bali ngomah.
Ya walaupun larut pokoknya
tidur rumah gitu, ya?
Tidur rumah. Walaupun jam
sepuluh ngono kui, bali.
Pernah larut gitu tapi tetep
pulang, ya?
Pulang
65. Oke. Baik, mas. Sepertinya
udah lelah ini, mas.
Nggak papa mas. Nyantai mas
Dua atau tiga pertanyaan
lagi, mas, ya? Maaf ini
merepotkan.
Siap, mas. Oke.
66. Ya. Lalu yang mas Danang
saat ini atau dalam waktu
dekat ingin mas capai itu apa
dalam hidup mas?
Dalam waktu dekat ini yang
pengen saya capai itu yang
penting itu bisa membalas
pengorbanan orangtua, mas.
Yang dari dulu, kan, nyekolahin
sampe pinjem-pinjem duit ning
nggone sedulur-sedulur to, mas,
dinggo bayar sekolah. Yo
apalagi saya kemarin sempat
kejadian seperti itu, kan,
Keinginan untuk
membalas
pengorbanan oang
tua
Harapan
informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
orangtua saya juga tabah. Jadi
saya opo kui, pengen mbales.
Target saya adalah membalas
orangtua itu, mas.
67. Ya kalo sekarang, sih, kalo
punya rejeki itu ya itu
ngasihlah, semampunya.
Sepunyanya ke orangtua. Piye
yo mas. Yo istilahe pengen
mbales budilah. Yo walaupun
nek dibandingke ki ora sepiro
karo pengorbanane wong tuwo
to. Pengen mbales pengorbanan
e wong tuwo
Meberikan sedikit
rejeki kepada orang
tua
Wujud harapan
informan
68. Karo nek yo pengen e sih, mas,
nek umpamane target e yo
pengene paling 2 atau 3 tahun
lagi yen Gusti berkenan yo
pengene nikah, mas. Nek iso
luwih cepet yo luwih apik
Keinginan informan
untuk menikah
Harapan
informan
69. Gitu, mas, ya. Lalu maaf, nih,
mas, kalo menurut mas
sendiri, apa ya merasa
menyesal nggak mas?
Kalo namanya penyesalan ya
pasti ada, mas. Menyesal
kenapa saya dulu melakukan
itu. Tapi ya nyesel iya, tapi
saya nganggepnya lebih itu
adalah sebuah apa ya sebuah
Pembelajaran dari
menjadi narapidana
Pemaknaan
informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
pelajaran sih, mas, untuk saya.
70. Oke mas. Berarti kalo dari
apa ya keseluruhan obrolan
kita ini, mas, bisa nggak mas
kalo saya bilang kalo mas
Danang ini jadi lebih baik?
Maksudnya setelah
pengalaman itu mas Danang
berubah seperti itu?
Maksudnya juga ya bisa
dikatakan lebih baik itu bisa
nggak, mas, kalo saya bilang
seperti itu?
Ya bisa, sih, mas. Soal e aku
ndelok, aku melihat diriku
sendiri bisa dikatakan ada
perubahan. Bisa lebih
bertanggung jawab. Kui nek
aku ndeloke awakku dewe. Yo
kui perubahan ada. Lebih
bertanggung jawab nek aku
ngerasakke, nek aku dewe
ngerasakke lho, mas
71. Tapi mungkin nek ben luwih
jelase, lebih jelase lagi, kan,
masnya bisa tanya-tanya ke
tetangga-tetangga, tetangga-
tetangga saya, kan
72. Soale kalo saya melihat diriku
itu emang lebih baik. Iya,
Pandangan
informan terhadap
Pandangan
informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
emang lebih baik, lebih
bertanggung jawab. Tapi kan,
itu maksudnya cuman penilaian
diriku, penilaianku terhadap
diriku sendiri, kan. Mungkin
lebih.. apa ya jadi nggak cuman
penilaian dari saya. Ya, kan,
kalo saya ngomongin diri saya
sendiri, kan, pasti saya lebih
baik, lebih bertanggung jawab
diri menjadi lebih
baik
terhadap diri
73. Tapi kalo menurut mas
Danang, memang maksudnya
saya juga bisa mengatakan
memang ada perubahanlah di
mas.
Iya, ada perubahan. Atau bisa
bertanya ke tetangga untuk
kroscek. Kalo dari saya pribadi
sih, jelas ada perubahan, mas
Adanya perubahan
informan menjadi
leih baik
Perbahan
informan
74. Oke. Satu lagi, mas, satu lagi.
Iya mas.
Kalo menurut mas Danang,
mas masih merasakan nggak,
maksudnya pandangan yang
tidak enak atau perlakuan
yang kurang baiklah atau apa
ya bentuk penolakan
lingkungan mas terhadap
mas?
Yang kayak tadi itu ya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Ya perlakuan yang dulu juga.
itu gimana, mas?
Kalo sekarang itu udah nggak
ada, mas. Sekarang udah nggak
ada. Perlakuan-perlakuan
seperti ketika awal saya keluar
dari penjara awal-awal itu
sekarang sudah tidak saya
rasakan lagi. Ya seperti yang
saya sampaikan tadi kan, mas.
Lambat-laun itu kan udah
terkikis.
Perlakuan baik
lingkungan
Terwujudnya
penerimaan
lingkungan
75. Apalagi saya itu apa cukup aktif
di masyarakat. Ketika saya
nggak kerja lembur, saya ikut.
Ketika saya nggak kerja, nggak
lembur, saya ikut kerja bakti,
ikut rapat
Keaftifan informan
di masyarakat
Mampu
berelasi baik
dengan orang
lain
76. Jadi pandangan-pandangan
seperti itu lambat-laun udah
nggak ada. Soale, kan, saya
tetep srawung, kan, mas,
srawung di masyarakat.
Bersosialisasi seperti itu
77. Perlakuan-perlakuan yang
dulu, kayak dibatasi atau
dijauhi kayak gitu seperti
itu..?
Ada jarak itu lambat-laun jarak
itu sudah nggak ada, mas
Sudah tidak adanya
jarak dengan
lingkungan
Penerimaan
lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Berarti sudah seperti semula
gitu, mas?n Iya, udah seperti
semula. Sekarang udah seperti
semula
78. Oke. Oke, mas Danang,
terima kasih waktunya. Saya
pikir itu dulu, mas,
sementara. Terima kasih
sekali lagi untuk waktunya.
Mohon maaf kalo ada yang
kurang pas, kurang
berkenan.
Ohh nggak ada kok, mas, nggak
papa.
79. Sepertinya sudah capek ini.
Begitu mas, ya. Nanti jika ada
yang kurang, saya mohon
bantuannya untuk berkenan
memberikan informasinya
lagi. Oke, siap, mas
80. Begitu. Terima kasih, mas.
Ya. Sama-sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Tema dan Subtema Informan I
Tema : Dampak menjadi mantan narapidana
Munculnya Afeksi negatif 13,14,
Mendapatkan kecurigaan dari lingkungan 58
Tema : Penolakan Lingkungan
Pembatasan interaksi 15,18
Ada kewaspadaan lingkungan 62,
Perbedaaan sikap lingkungan 16,19
Informan mendapat prasangka dari lingkungan 66
Mendapatkan label negatif dari lingkungan
Dampak Penolakan Lingkungan
Munculnya Afeksi negatif 23,26,27,28
69,70
Prasangka negatif 20
Merasa tidak nyaman dilingkungan rumah 33,50
Menarik diri dari lingkungan 51
Tema : I have
Aturan dari orang tua 62
Bentuk kasih sayang orang tua 72,77
Penerimaan orang tua 17,
Attachment pada keluarga 43,
Bentuk perharian orang tua 35,37
Fungsi kontrol orang tua 24
Mendapatkan dukungan keluarga 38,39,40,41,42
Mendapatkan dukungan teman dekat 46,47
Penerimaan teman dekat 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Tema : I am
Pikiran positif 11,
Optimis
Mampu berempati 44,76,78
Tanggung jawab berperilaku 50, 74,
Kepercayaan diri positif 61
Memiliki komitmen dan tanggung jawab 30, 64
Bangga terhadap diri
Pemaknaan positif keluar dari penjara 10,69
Kesadaran diri 54, 73
Penerimaan diri 21
Harapan informan 67,68
Tema : I can
Mampu mengelola impuls 25,56
Pemecahan masalah 22,29, 53
32,35,38,40,
Otonomi 54
Mampu berelasi baik dengan orang lain 49, 75
Mampu mengkomunikasikan masalah
Mampu mengukur tempramen personal dan orang lain 51, 52
Perubahan perilaku 12, 36, 44, 45, 64
Terwujudnya penerimaan lingkungan
Relasi yang membaik dengan teman 52
Tidak adanya gap dengan masyarakat 57
Perlakuan baik lingkungan 74
Sudah tidak adanya jarak dengan lingkungan 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Verbatim Informan II (TY)
No Verbatim Interpretasi Tematik
1. Bagaimana mas ceritanya,
kok bisa dulu tuh sampe
dipenjara gitu ceritanya?
Nek dulu sih, tetep, tetep
pergaulan nggih. Seko
pergaulan ketemu banyak
orang, kan. Akhir e ya itu
kenal kayak ngono. Nggak
bisa jaga diri, make-make
seperti itu, kurang puas, kita
jual ganja. Sebenarnya kalo
kita pake-pake sendiri kan,
mungkin ya bisa lebih aman.
Cuman karena aku merasa bisa
untuk dijadikan penghasilan,
jual. Terus dibeli orang lain
kan kita nggak tau to, yang
beli kena, dia dapet darimana,
akhirnya ikut.
Berawal dari
pergaulan, informan
merasa bahwa dari
menjual ganja, dia bisa
mendapatkan
keuntungan.
Alasan
informan
masuk
penjara.
2. Itu berapa lama, masa
tahanane mas?
Aku vonis itu 42.
4 tahun 2 bulan. Jalan 2 tahun
4 bulan, pembebasan
bersyarat.
Di mana itu?
Di LP Grasia
Tahun berapa itu, mas?
Masa tahanan informan Masa tahanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
2010.
3. Nah, lalu setelah keluar kalo
menurut mas Tian gimana?
Maksudnya, situasine terus
keadaan e di lingkungan
rumah mas Tian?
Kalo untuk lingkungan rumah
sih, untuk yang utama untuk
orangtua ya, orangtua itu kan
langsung kita pulang itu was-
was, pasti. Kita mau pergi ke
mana, temennya datang siapa,
itu pasti dikhawatirin terus.
Masih dijaga bener. Takutnya
ya. kalo orangtua. Itu yang
paling penting itu orangtua
pasti khawatir banget.
Takutnya kalo nanti apa-apa
lagi kan.
Kekawatiran orang tua I have
4. Kalo untuk lingkungan, ya
pasti ada satu dua orang itu
pikiran e dia bar metu seko LP.
jaga jaraklah mas, Itu pasti
ada.
Pembatasan interaksi Penolakan
lingkungan
5. Cuman kan tergantung kita
yang menanggapinya. Kalo
kita merasa nggak merugikan
orang, ngapain kita harus ikut-
ikutan sewotlah opo opo,
nggak maulah ikut campur
Mampu mengelola
impuls
I can
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
urusan. Tanya ya dijawab.
Ngopo wae neng kono yo
dijawab. Kelar.
6. Menurut mas Tian sendiri
ada perbedaan?
Ada. Pasti itu. Cuman ya
akhirnya kembali seperti
semula. Nggak selamanya
orang itu mau, ya nggak taulah
kalo sampe sekarang kan aku
nggak bisa, nggak langsung
nanyain ya “koe piye ro aku”
kan gitu nggak mungkin kan
aku nanya gitu. Yo tapi untuk
selanjutnya selanjutnya gini ya
warga welcome.
Perbedaan sikap
lingkungan
Penolakan
lingkungan
7. Tapi pas keluar itu emang
ada, beda?
Tapi pas keluar emang ada dan
itu pun sudah dipersiapkan.
Kita kan di sana sudah
dibimbing juga. Kamu pulang
pasti akan mengalami
perbedaan seperti ini. Jadi kita
udah siap
Kalo yang dicontohin itu
seperti apa? Maksudnya pas
di LP itu mas
Ya merasa tetap diasingkan.
Koe ngerti ngko disingkiri,
Ada bimbingan dari LP I have
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
boso Jowo ne ngono, koe
mesti diadohi. Cuman ndak
ada salahnya kamu nimbrung.
Kegiatan opo-opo melu wae.
Melu.. Ketemu uwong, biasa.
Takoni opo-opo ngono,
dijawab
8. Dan itu terjadi, mas?
Dan itu pun terjadi. Nek warga
nanya, piye koe neng kono
ngopo wae? Aku neng kono
enak og, olahraga terjamin,
diberi keterampilan juga ada.
Ngopo wae koe neng kono?
Nggawe batako ono, nggawe
keset ono. Ya apa yang dia
tanya, ya tak jawab. Gitu aja
Pembatasan interaksi Penolakan
Lingkungan
9. Nek sing kongkrit, sing
terjadi, entah kui perbedaan
e sing menurut mas Tian
perbedaan e opo sih, mas,
nek sing langsung mas Tian
rasakke? Misale contohe?
Ono diadohi opo piye atau
seperti apa?
Kalo untuk awal tetep cuma
rasa waspada. Jaga jarak kita
dari lingkungan sekitar.
Sebelum dan sesudahnya ya.
Kewaspadaan
lingkungan
Penolakan
Lingkungan
10. Lingkungan itu masih, Pembatasan interaksi Penolakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
mungkin orangtuanya masih
mereka punya anak, anak-anak
itu kenal aku kemudian
menjauhi. Itu ada mas. Ya
memang nggak tau, kalo kita
udah ngobrol-ngobrol biasa ya
udah. Itu ada seperti itu. Ya
cuma rasa khawatir aja sih
Lingkungan
11. Dari tetangga-tetangga gitu
ya awalnya tetep ada beda
atau seperti apa? Tetangga
sekitar sebelah rumah gitu?
Tetep beda. Ya biarpun
pertama dateng dianya apanya
apa kayak kangen kan. Cuman
untuk hari berikutnya tetep
kelihatan. Ya biasalah kita
datang pertama kan sambut-
sambut “wis mulih koe?” gitu
tetep say hello “piye kabar e?”
Tapi kan untuk hari berikutnya
kita merasakan banyak omong-
omongan, “itu uwong e wis
mulih”. Banyak jadi bahan
omonganlah. Tapi kan nggak
tau dia ngomongin baik apa
jelek kan nggak tau.
Perbedaan sikap
lingkungan
Penolakan
lingkungan
12. Kita pikiran positif aja. Mampu mengelola
impuls
I can
13. Nah, lalu ketika mas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
mendapatkan apa ya
kewaspadaan atau apa tadi
ya yang mas sebutkan tadi,
yang mas Tian rasakan
kepiye?
Awalnya ya sempet rodo drop
mas, gak pede awalnya,
sempet membatasi diri juga
meh keluar.
Munculnya Afeksi
negatif
Dampak
penolakan
lingkungan
14. Cuman aku juga harus bisa
membuktikan kan. Koe rapopo
koe waspada, njogo jarak ro
aku rapopo. Cuman kan aku
membuktikan juga, aku ki
neng kene koyo ngopo saiki.
Kan gitu. Aku nggak perlu
banyak omong kan, langsung
tak kerjakan aja. Nanti kan
orang yang menilai. Kalo
cuma aku yang omong aja
“Aku ki wis apik. Iki aku wis
ora koyo biyen.” Kan cuma
omongan. Percuma.
Optimis I am
15. Ya udah, jalanin aja. Udah siap
kok. Lakoni wae ki nyatane yo
aku apik ngene ki.
16. Aku metu, aku iso nggolek
gawean. Sampe sekarang
malah kerjaan terus.
Alhamdulillah mencukupi.
Pemecahan masalah I can
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
17. Ya kalo untuk bergantung sih,
sebenarnya dari sebelumnya
sih aku juga sekolah aja bayar
sendiri
Itu kerja gitu?
Kerja. Studio musik. Tetangga
juga yang ngurusin malah. Jadi
udah nggak kaget kalo untuk
ketergantungan orangtua.
18. Cuman aku malah kalo pulang
dari situ ya merasa kasihanlah
sama orangtua. Ternyata
biarpun kita butuh untuk uang
uang apa, cuman kan kasih
sayang e tetep dari orangtua itu
khawatir apa sama anak e itu
kan kita kasihan juga
Mampu berempati I am
19. Nah, kalo dari orangtua
sendiri sikap e pripun?
Misalnya ibu atau ayah
setelah mas keluar dari LP?
Ya seneng. Diomongi, wis ora
sah aneh-aneh wae. Ya
namanya orangtua ya,
ngandani yo sing apik-apik.
Cuman kan ya kalo cuma kita
mau ngomongi iyo wis,
percuma. Iyo wis iki to aku ki
wis nggolek gawean istilah e.
Ki aku ki saiki ki aku dadi
Penerimaan orang tua I have
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
koyo ngene. Seneng ora?
Seneng to
20. Ya mungkin untuk orangtua
aja bisa dibilang untuk
sebelum dan sesudah masuk
itu malah baik yang aku
sesudah masuk. Untuk
keluarga lho
Penerimaan orang tua I have
21. Itu dari ibu atau ayah?
Dari ibu
Kalo ayah?
Kalo ayah kan, kebetulan udah
nggak ada. Untung aja sudah
pulang. Jadi kalo ayah tuh,
terlalu cuek kalo sama aku
Terlalu cuek?
Kalo ayah itu ya masih
bodohlah gitu. Koe arep ngopo
yo sakarepmu. Untuk ayah.
Kalo ibu kan makan aja mesti
ditanya. Pagi nggak makan,
siang nggak makan, koe ki
mangan ora? Kalo perhatian
sih tetep ibu
Mampu berelasi baik
dengan orang lain
I can
22. Kalo dari mereka justru
malah lebih gemati kalo
Bahasa Jawanya ya?
Iya. Setelah keluar itu lebih ya
mungkin lebih gematinya
karena takutnya ya mungkin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
itu tadi. Lebih deket, lebih anu,
mungkin orangtuanya juga
lebih.ngko nek ora tak gatekke
ngko moro-moro bali meneh.
Jadi lebih was-was. Sering
ngasih masukan-masukan Bentuk kasih sayang
orang tua
I have
23. Nek mas Tian ki anak
keberapa to, mas?
Aku anak kedua dari empat
bersaudara Yang pertama?
Cowok.
Itu udah menikah?
Udah. Yang cewek belum,
adek.
Adek itu udah lulus semua?
Udah. Udah kerja
24. Setelah mas Tian keluar itu
ayah waktu itu masih ada?
Masih.
Itu responnya seperti apa?
Seneng
25. Tetep menunjukkan
kebahagiaanlah maksudnya.
Anak lanang mulih nggih.
Tapi memang ayah tipikal e
cuek seperti itu?
Tetep. Iya
Jadi lebih gemati ibu?
Iya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
26. Nek ning keluarga ono
aturan-aturan ra, mas?
Maksute aturan sing itu
kudu dipatuhi njenengan?
Tidak
Tapi luwih ning perhatian
tadi ya?
Iya
27. Mas Tian sekarang udah
kerja. Kerja di mana?
Ning anu.. PT Arina
Multikarya. Kui agen bidang
agensi, bidang pencari tenaga
kerja
Itu udah berapa lama, mas?
3 tahun lebih, mas
Itu semenjak..?
Semenjak pulang. Pulang
selang satu bulan di rumah.
Pulang itu sebulan adaptasi di
rumah, nyari kerja. Dapet
Kalo prosesnya itu seperti
apa, mas, proses nyari
kerjanya kemarin?
Ya masukkin lamaran. Pertama
kan dulu bersih-bersih, leaning
service. Terus lama-kelamaan,
naik, naik, naik, sekarang jadi
recruiter
Pemecahan masalah I can
28. Sudah berapa lama jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
recruiter?
Sudah dua tahunan. Cuman
kan pas mau naik itu kadang
aku juga nggak mau to. Aku
nggak mau ribet soalnya. Lha
kan kalo recruitor kita ya main
laptop-laptop ora jelas. Wong
aku paling ora seneng. Urung
suwe aku ajar yo karo iki.
Akhir eyo belajar, trus
Presentasi. Koe diceritani ora?
Urung. (tertawa)
Pemecahan masalah I can
29. Makane aku yo nak perlu
bantuan masalah koyo ngono
kan aku merasa koncoku ana le
mungkin luwih mampu. Minta
tolonglah
Dan nggak sungkan ya?.
Yo aku nek ro de’e yo rasah
ono sungkan e og. Yo koncone
cerak yo gelem nulungi.
Mampu
mengkomunikasikan
masalah
I can
30. Ki wis tak gawekke ngene.
Biarpun kita cuma..iki digawe
ngene lik, digawe ngene. Yo
ngeneki carane. Akhire ya
presentasi, terus sukses
Kemauan untuk belajar Kemauan
untuk
memecahkan
masalah
31. Nah, tanya lagi mas, soal
yang tadi. Nek misalnya kalo
dari temen-temen deket
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
gimana mas?
Konco? Sik apik dadi elek, sik
elek dadi apik kadang ono.
Ono maksute ono konco sing
mbiyen tak tinggal ki apik,
ternyata basan aku mulih dia
udah seneng mabuk, seneng
opo, ngono. Terus kadang kita
yang malah dimintain piye
carane nggolek iki kepiye.
Konyol. Itu kan konyol
sebenarnya. Kita tuh pulang
dari situ tuh bukan nyari ilmu
seperti itu, malah nanyain
seperti itu. Gitu untuk temen-
temen yang deket lho.
32. Dulu sebelum ini kan saya
sempet cerita, sekarang mau
tanya langsung soal jadi dulu
pasca mas keluar sempet ada
seorang temen yang dia
sudah opo wis mendem terus
ngejak dolan njenengan,
sudah mabuk tapi ngajak
main sampean. Terus
kemudian pulang tapi terus
ribut itu seperti apa? Bener
ada nggak?
Nek iku ya seperti itulah, mas.
Yang jelek jadi bagus, yang
bagus jadi jelek, kan seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
itu. Kita pulang, yang temen
deket ya ini, yang kita setelah
pulang ya. Temen deket.
Pulang seneng dia dapet kabar
oh in iwis mulih. Dia kan
seneng, langsung datang ke
rumah. Ngajak minum, mabuk.
Akhirnya malah ujungnya
cuma itu tadi. Nek nggolek
koyo ngene neng ndi? Barang-
barang yang nggak perlu-perlu
itu. Kan aku kan bilang opo
anane.
33. Woh wong lagi wae. Aku
ngandani uwong kan yo bener
to, wis rasah nggolek koyo
ngono kui nggo ngopo to.
Mampu berempati I am
34. Ya cuman kan saya nggak tau.
Terus mungkin nyari ke orang
lain atau gimana kan nggak
tau. Akhirnya dia pulang,
pulang ke rumah itu dengan
keadaan ya itu tadi, dia
mungkin udah dapet barang
tapi nggak tau dari mana.
Akhirnya kan dia rebut sama
orang rumah. Dia ribut sama
orang rumah taunya kan habis
main sama aku. Nah, seperti
itu. Sebenarnya dia ngajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
main itu ya kalo mo
diomongin apa ya baik
buruknya, aku ki ngajak apik
ning de’e ra gelem. Cumankan
pihak keluarga yang satu kan
taunya aku yang baru keluar
dari anu kan mesti yang jelek
tetep aku to? Prasangkanya
tetep itu.
Mendapatkan
prasangka dari
lingkungan
Dampak
sebagai
mantan
narapidana
35. Cuma kan dari pihak dia ada
kakaknya. Kakaknya kebetulan
juga deket sama aku. Udah tak
ngomongin, iki ngene ngene
ngene. Ya makanya ribut itu.
Pemecahan masalah I can
36. Padahal kita justru pengen
baik tapi ternyata,
Ho’o, ojolah nek koyo ngono
kui. Mlebu neng kono kui ki ra
penak. Kan ngono. Capek to.
Kita kan berusaha ngomongin.
37. Cuman kan dia mungkin ya
cuma di dia masuk kuping
kanan keluar kiri terus
akhirnya pergi karena nggak
dapet hasil kan. Dia deketnya
Cuma ada tujuannya gitu lho.
Akhirnya zonk. Datang ke aku
nggak dapet apa-apa. Mungkin
dia pergi ke orang lain dapet
itu. Akhirnya ribut sama orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
rumah. Nah, kakaknya
ngomong sama saya, “jarene
adekku bar lungo karo koe
entuk iki.” Aku ra ngerti,
ngerti dolan ning nggonaku
wis mabuk. Kan ngono.
Dikirane wong omah e kono
kan tetep ro aku. Padahal aku
yang nganter pulang juga. Lha
dia udah mabuk. Namanya
nggak mungkinlah
keluarganya dia mau njelekin
anaknya sendiri kan nggak
mungkin apalagi dia habis
mainnya sama aku, aku orang
bermasalah kasarannya gitu.
Iki goro-goro dolan ro kae
mesti.
Mendapatkan
prasangka dari
lingkungan
Dampak
sebagai
mantan
narapidana
38. Kakaknya datang ke aku, tak
jelasin semuanya blablabla.
dianya ngertiin
39. Berarti ada prasangka gitu
juga ya, mas? Maksudnya
pasca itu juga.
Ada. Soalnya kalo gimanapun
orangtua nggak mungkin
nggak belani anaknya. Apalagi
nek mainnya habis ya
kasarannya aku udah dicap
jeleklah gitu lho. Habis pulang
Mendapatkan label
negatif dari lingkungan
Dampak
sebagai
mantan
narapidana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
dari sana, anaknya ada yang
main sama aku, pulang mabuk
40. Kadang orang nilainya
seperti itu ya, mas?
Iya, hampir semua, nggak
cuma kadang. Hampir semua
orang tetep nilainya seperti itu.
Kalo untuk orangtua lho,
orangtuanya masing-masing.
Penegasan adanya
Label negatif
lingkungan
Dampak
sebagai
mantan
narapidana
41. Cuman kalo orang yang bisa
diajak ngomong, mungkin bisa
tau sendiri adhimu ki koyo
ngopo to ngerti dewe. De’e
teko wis mabuk, ngejak lungo
aku. Yo aku wegah, mending
tak terno mulih. Kan ngono.
Kalo nggak tak anter pulang,
nggak mau pulang. Lha ngko
malah ribut neng omahku
Meng- komunikasi-
kan masalah
I can
42. Jadi itu apa ya istilahnya
pengalaman sing.
Yang paling tetep sulit untuk
dilupakan dan mau dibalikan
itu pun nggak bisa. Kalo udah
jelek, tetep jelek di mata orang
kan gitu. Padahal kan nggak
seperti itu. Tapi kan nggak
semua orang tau. Hanya orang-
orang tertentu to yang bisa
diajak ngomong? Jelasin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
sendiri sama keluarganya kan
gitu. Entah dijelasin apa nggak
kan nggak tau. Intinya
masalahnya udah clear. Gitu
aja. Kalo yang nggak bisa
ilang itu, kalo udah dicap
jelek, tetap jelek. Di mata
orang lho
43. Kemudian apa mas rasakan
ketika misalnya pas
mendapatkan pengalaman
itu. Dalam tanda kutip ki
isih dianggep elek. Contoh e
yang tadi nganter pulang
temen ternyata padahal
tidak seperti itu intinya
istilahnya kenyataannya.
Nah itu perasaan yang
muncul piye, mas, waktu
itu? Mungkin marah atau
jengkel?
Kalo marah sih ndak. Jengkel
pasti ya. Jengkel tuh pasti.
Nyesel. Ngerti ngono ngopo
tak terno. Kan ngono, nyesel.
Cuman gimana, temen. Kalo
jengkel pasti. Cuman kalo mau
dibilang njuk dendam opo opo
kan ndak.
Munculnya afeksi
negatif
Dampak
penolakan
lingkungan
44. Udah dibilang opo. Elek yowis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
elek wae yo rapopo. Trima aja
kok. Emang kenyataan e kok.
Apik anakmu kan. Bilang gitu
aja.
45. Nah, mas Tian berarti satu
bulan di rumah kemudian
berusaha bangun katakanlah
dalam tanda kutip bangkit
dari istilah e yo pengen
menunjukkan bahwa aku ki
berubah gitu ya mas ya,
maksudnya dengan mencari
kerja gitu. Sebulan ya, mas?
Sebulan. Sebenarnya juga itu
kan dari dorongan
pembimbing juga. Kan kita
pulang itu kita masih
dibimbing dalam proses
pembebasan bersyarat kan.
Itu seperti apa, mas? Bisa
diceritakan?
Jadi kita pembebasan bersyarat
itu kita masih wajib lapor. Dan
kita punya penjamin juga. Kita
bisa pulang itu karena kita ada
yang njamin. Bahwa koe ki
siap mulih tenan ora. Jadi nanti
suatu saat kami pulang, kalo
menurut ini ya pembebasan
bersyarat ya, kamu pulang itu
kalo kamu bermasalah dan
Dorongan untuk
berperilaku baik
I have
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
kamu hilang, penjaminmu itu
yang nanti ditangkep.
46. Kan gitu. Dari situ kan kita
harus wajib lapor. Kita udah
dibantu, udah ada yang mo
njamin kita. Makanyakan kita
harus baik. Penjaminku kan
orang Wonosari. Selama
hampir satu tahun juga
Tanggung jawab
berperilaku I am
47. Tapi masih wajib lapor
seperti itu ya?
Ho’o. Dulu.. sekarang udah
nggak. Pas habis pulang itu
masih wajib satu bulan sekali
Berapa lama?
Enam bulan. Enam bulan itu
kita wajib lapor ke Wonosari.
Ke penjamin kita. Istilahnya
itu ke Bapas. Bapas Wonosari
soalnya kita penjaminnya
Wonosari
48. Berarti harus ke sana?
Iya, ke Wonosari. Sama
penjaminnya, kalo kamu bisa
cepet dapet kerja, itu kamu
lebih cepet nggak usah lapor-
lapor. Itu kan untuk nyelesein
itu aja aku bikin kayak juga
kayak apa ya, ya kayak tugas
akhir iku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
49. Kita kerja, aktivitas kerja,
suasana kerja, foto semua. Tak
bikin kliping kayak gitu.
Dikumpulin di Bapas. Sama
penjamin dikumpulin ke
kantor. Ini anak yang saya
jamin ini lho, sekarang udah
kerja di sini. Ini nggak bisa
kalo tiap bulan suruh ke kantor
apalagi kan kantornya sana
Sabtu-Minggu tutup. Ndak
bisa. Karena benturan
pekerjaan. Akhirnya, dikasih
kelonggaran. Sebisanya,
telpon. Ya telpon, sebulan
sekali suruh telpon. Akhirnya
sampe sekarang udah kelar
Adanya fungsi kontrol I have
50. Kalo mas Tian sendiri itu
memandang diri mas itu
seperti apa sih, mas?
Maksudnya kalo mas Tian
melihat sosok Tian itu
seperti apa?
Kalo aku sendiri sih, nglihat
aku tuh ya kurang apa gitu
lho? Aku sama orang udah
berusaha baik. Nggak sama
orang yang dikenal, nggak
dikenal, itu udah bisa untuk
jadi orang baik
Kepercayaan diri
positif
I am
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
51. Jadi kurang apa gitu lho?
Maksudnya ya kalo aku
merasa aku tuh tipe orang yang
Insyallah ya banyak disenengi
orang. Jadi tipe orang yang ya
gitu, banyak disenengin orang
aja. Cukup itu aja
Disukai orang orang
lain
51
52. Kalo misalnya dalam
pekerjaan, kalo memandang
mas Tian itu seperti apa?
Pekerja keras pasti. Tapi kalo
untuk memandang pekerjaan,
aku tipe pekerja keras. Udah
dikasih libur, minta pekerjaan
lagi aku
53. Dan komitmen?
Komitmen pasti. Tanggung
jawab nomor satu
Ya kalo saya melihatnya
komitmen mungkin karena
mas Tian di satu. apa ya di
satu bidang ini dan mas Tian
tekuni. Ya maksudnya dari
tiga tahun itu nggak pindah-
pindah, nggak ini. Kalo
menurut mas Tian seperti
apa? Maksudnya hanya di
satu tempat ini tuh lho,
nggak pindah ke misalnya
nyari perusahaan lain atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
nyari ke ini lain..
Ya karena saya udah merasa
nyaman di situ.
54. Dan sedangkan saya mau
pindah aja sama bosnya nggak
boleh. Kurang opo koe tak
fasilitasi ngene ngene. Siapa
yang nggak mau sih? Sebelum
kita bener-bener kebentur yang
butuh yang lebih, nyari yang
gaji lebih. Mungkin kan gitu.
Terus mungkin suatu saat ya
nggak menutup keinginan ya
to udah terbentur perlu yang
banyak, penghasilan kurang,
mesti tetep pindah. Uangnya
semakin mencukupi, enjoy,
nyaman sama pekerjaannya,
kenapa harus pindah-pindah
Disukai orang lain I have
55. Berarti untuk sampe
sekarang masih ya merasa
enjoy itu tadi mas ya?
Walaupun ke depan nggak
tau..
Masih merasa enjoy. Untuk ke
depannya nggak tau. Misalnya
udah kebutuhan bertambah
56. Merokok juga udah
berkurang?
Berkurang. Dalam satu hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
satu batang-dua batang. Nek
ngene ki mung nggo gojek-
gojek. Cuman yo wis
digawekne (rokok tembakau
lintingan), yo ngrokok. Jarang.
57. Nah, menurut mas Tian
dukungan orang-orang di
sekitar mas Tian ketika itu
seperti apa sih, mas?
Entah dari orangtua..
temen..
Dukungannya kalo dari
orangtua itu pasti, temen juga
pasti. Semua tuh tak anggep
motivasi. Untuk dukungan tuh
semua memotivasi tetep untuk
berusaha jadi yang lebih baik.
Itu pasti, terutama orang tua.
Ayo, nyambut gawe sing apik
tenan. Tapi kan kita rejeki kan
nggak tau kan, prosesnya dari
mana kan nggak tau
Mendapatkan
dukungan orang tua
I have
58. Ya mungkin sebagian proses
ya pas aku ketangkep itu
sebagian dari proses juga kan
sebenernya. Kalo orang yang
mikirnya jauh lho
Mas Tian melihatnya itu
sebagai ada hikmahnya gitu
ya?
Pemaknaan informan
terkait dipenjara
Pemaknaan
positif
dipenjara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Iya. Belum tentu kalo aku
nggak ketangkep yo belum
tentu aku bisa sampe kayak
gini sampe sekarang. Belum
tentu. Cuma tak ambil
bagusnya aja. Aku sebelum
ketangkep nggak bisa baca
Quran ibaratnya. Pulang, bisa
baca Quran. Belajar. Jadi kalo
untuk belajar, di mana
tempatnya itu pasti bisa kita
belajar. Ketemu orang banyak
itu juga kita bisa belajar.
Apalagi kita ketemu banyak
orang bermasalah. Saling
ngobrol. Itu yang mau jadi ya
tambah jadi, yang mau sadar
ya tambah sadar. Semuanya
kan ada jadi satu
59. Kalo dari orangtua seperti
apa, mas, nek bentuk
dukungannya?
Dukungannya ya tetep cari
pekerjaan itu. Akhirnya dapet
pekerjaan, betah penghasilan
udah, udah pasti. Nah, itu kan
seneng orangtua. Berarti
anakku wis tenanan to.
Bentuk dukungan dari
orang tua I have
60. Paling sekali ada kayak
kemarin kan sempet aku ambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
itu cuti lama. Itu takut lagi dia.
Ngopo kok gak masuk kerja.
Takutnya ada masalah apa kan.
Was-wasnya itu kambuh lagi.
Pasti itu. Manusiawi.
Kekawatiran orang tua I have
61. Tapi ya setelah kita
ngomongin ya, “oh iya.” Kita
ngomong nggak cuma asal
ngomong. Emang
kenyataannya gitu. Buktinya
kan kerja lagi kan. Orangtua
kan juga lihat sendiri, “oh
iyaa.” Lego istilah e. jadi apa
yang dia takutkan itu seolah
udah dijawab
Pemecahan masalah I can
62. Ada perbedaan nggak, mas,
dulu misalnya sikap mas
terhadap orangtua sebelum
mas keluar dan…Iya, ada. Kalo untuk sikap
untuk aku sendiri ada. Aku
dulu sebelum masuk, sama
orangtua masa bodo. Kadang
nggak pulang, tidur di sekolah,
cueklah sama keluarga. Setelah
keluar, pulang aja udah malem
gini kepikiran, aku urung
ngabari wong omah e. Asal
orang rumah tau. Biarpun
cuma ngabarin adeknya, kan
Perubahan perilaku I can
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
pasti nyampenya sama ibu.
Takut bikin khawatir orang
rumah.
63. Sebenarnya kalo untuk orang
yang udah masa bodo, buat apa
iya to? Karena kita orang yang
masih punya pikiran, punya
perasaan.
64. Orangtua masih sayang kita.
Kalo dulu, mabuk terus setiap
hari. Jadi nggak mikir ternyata
orangtua tuh khawatir.
Akhirnya udah keluar sini, kita
bisa mikir gimana rasanya
khawatir ya, gimana rasanya
masih di sayang.
Pemaknaan positif I am
65. Berusaha ngabari. Aku lagi
lungo, ngko mulih rada bengi.
Sing penting ngabari. Ya
seperti itu.
Bentuk tangggung
jawab
I am
66. Lalu kalau dari temen
dukungannya seperti apa?
Kalau dari temen sih,
dukungannya nggak beda jauh
sih, mas. Cuma kadang cuma
nasihat, sih, kebanyakan dari
temen tuh. Jangan sampe
terulang.
Mendapatkan
dukungan dari teman
I have
67. Kalo dari mas Jalang (teman
dekat)?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Dia selalu.apa yang aku
lakukan setelah aku keluar bisa
ditanyakan sendiri. Soalnya
hampir semua, kadang aku
ngobrol sama dia tuh, dia
bilang, “wuh saiki peningkatan
e bahasane”. Nah, jadi itu kan
berarti aku lebih baik, kan
Itu gimana kalo menurut
mas? Maksudnya bentuk
dukungannya seperti apa?
Kebanyakan untuk dari temen
itu cuma nasehat selalu.
Dukungan sih, bentuk nasihat
itu. Jangan sampe terulang
lagi. Jadilah yang lebih baik,
kan gitu
Mendapatkan
dukungan teman
I have
68. Kalo untuk lingkungan
rumah, misalnya temen-
temen pemuda gitu atau..ada
yang deket? Kalo mas aktif
di pemuda?
Aktif. Nggak begitu dibahas
kalo seperti ini
Tapi aktif? Itu kegiatannya
apa aja, mas?
Sama aja. Kerja bakti, ronda,
ya acara-acara apa yang ada
ikut
Mampu membangun
relasi
I can
69. Selain dari temen, keluarga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
kalo keluarga yang paling
menonjol yang memberikan
support itu adek atau?
Adek.
Itu seperti apa?
Ya kon kerjo sik tenanan. Ojo
lali nek ono hasil kui yo kon
ngasih mak e. Ada hikmahlah
dari omong-omong.
Mendapatkan
dukungan keluarga
I have
70. Aku kan sama adekku yang
bar aku, ketiga, paling cerak.
Jadi dia menurut sama aku,
akupun nurut sama dia. Lebih
deket. Aku minta apa aja
mesti.. “mbok tolong aku
digawekke minum.”
Pokokmen timbal-balik e ada
dan aku nurut sama dia
71. Satu lagi, mas, misalnya
bentuk dukungan dari orang
lain, misalnya pacar?
Kalo kebetulan pas itu kan,
pacar juga udah hilang-hilang
ya. Pas habis itu kan hilang-
hilang semua kan.
Berarti yang memberikan
bentuk dukungan untuk
misalnya memperbaiki diri
dengan mencari kerja itu ya
orangtua tadi ya? Ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
khususnya, adek, keluarga.
Ya.
72. Dan kemauan diri sendiri yang
jelas. Kalo Cuma dukungan,
kita nggak niat, sama aja. Diri
sendiri itu penting. Aku pasti
bisa menjadi lebih baik
Optimis I am
73. Kalo awal-awal, kendalane
ada nggak, mas? Kendala
untuk berbuat baik, untuk
memperbaiki diri itu?
Kalo kendala awal- awal sih
mas. Sebulan awal itu, gak
sering keluar. Menahan diri
meh metu ki mas awalnya
Menarik diri Dampak
penolakan
lingkungan
74. Tapi setelah itu trus keluar,
gampanglah mas kalau
membaur. Apalagi kalo untuk
membaur itu mungkin udah
dari dulu untuk membaur ke
orang itu gampang buat aku.
Jadi nggak ada kendala. Dari
orang nggak kenal, dari orang
mau kenal, gampang kenal
untuk akrab gitu gampang.
Mungkin udah bawaan gitu.
75. Saat ini perasaan mas seperti
apa? Maksudnya perasaan
mas, pikiran mas untuk
kondisi mas Tian yang saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
ini dengan sudah
berpenghasilan, sudah
bekerja, entah ya sudah bisa
diterima kembali.
Maksudnya sudah bisa
dikatakan sudah seperti
biasa lagi di masyarakat?
Ya senenglah, mas, ya. Seneng
soalnya tetep biarpun masih
mungkin banyak orang yang
menganggap aku ini elek,
dicap elek ngono, tetep aku
seneng. Karena ya udah nggak
pernah minta lagi sama orang
tua. Sukur-sukur aku malah iso
ngasih. Jadi aku seneng
dengan kondisi apa adanya
gini. Seneng, kalo untuk
puasnya sih, belum puaslah.
Belum bisa hidup enak,
seneng, sugih, namanya belum
puas. Nah, kalo kepuasan itu
susah, akan terus nambah.
Maka yang penting kita seneng
karena kita udah merasa nggak
merepotkan orang lain. Gitu
aja.
Bangga terhadap diri I am
76. Lalu merasa bangga atau?
Kalo bangga sih, nggak
Untuk masalah ngono ya.
Bangga untuk iki lho aku ki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
wis tau mlebu penjara.
Bukan mas. Maksudnya
bangga terhadap yang mas
capai saat ini atau yang
sudah mas lakukan dengan
ya tadi sudah berpenghasilan
sendiri, bisa kembali
katakanlah diterima.
Istilahnya ada hasilnya
Tetep bangga. Bangga. Kita
pulang. Dari 0 kita nyusun
lagi. Ada hasilnya gitu lho.
Sama keluarga jadi lebih
deket. Untuk penghasilan udah
bisa ngasih ke orang tua. udah
bisa nambah-nambah mbangun
rumah. Kan gitu kan. Dan itu
pun nggak minta bantuan
orang lain. Bener-bener hasil
aku kerja, iso bangun kui, iso
tuku kui. Seneng
Bangga terhadap diri I am
77. Orangtua pun juga mikirnya
seneng to? Anakku mbeneh
saiki
78. Nek ono rejeki neh ki nambahi
nggawe iki-iki, mas. Kan itu
suatu dukungan juga, kan,
secara tidak langsung. Ketika
kita bisa mencapainya kan, aku
ada nih, tambal iki, nggawe iki
Dapat dukungan dari
orang tua
I have
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
79. Ya istilahnya walaupun
awalnya sempet ada sikap
yang berbeda dari
lingkungannya mas,
kemudian saat ini menurut
mas bisa ditepislah dengan
kondisi mas sekarang?
Iya bisa.Ya itu tadi, kan,
semuanya kan balik ke
mereka. Mungkin juga dulu
beranggapan elek. Setelah dia
tau hal ini, sampai saat ini,
kenyataannya “oh de’e kok iso
ngene-ngene”. Kan itu nanti
jawabannya kan jatuh ke
mereka masing-masing kan.
Akhirnya mereka buang jauh
mungkin pikiran-pikiran
buruk.
Mulai hilangnya
prasangka lingkungan
Munculnya
penerimaan
lingkungan
80. Yang jelas kan kita untuk
berusaha tetep jadi yang
terbaiklah. Mungkin dia dulu
beranggapan “wis elek”, tapi
kenyataannya sampe saat ini
dia melihatnya kita kok soyo
maju malahan, soyo apik
Optimis I am
81. Kalau dilihat dari perlakuan
lingkungan sekarang ke mas,
bagaimana?
Nah itu bisa dijadikan ukuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
gak mas ya? Sekarang udah
baik mas, gak ada jarak, sama
tetangga kiri kanan juga apa
ya, kembali. Gak sama pas
awal baru keluar dulu,
perlakuane kesaya welcome
saiki. Udah nerima sekarang.
Perlakuan baik dari
lingkungan
Terwujudnya
penerimaan
lingkungan
82. Kalau untuk teman-teman
mas?
Teman, yang dulu deket
sekarang jauh, ada. Yang jauh
ndeket juga banyak mas.
awalnya aja mas yang tak
sampaikan tadi, mungkin
dibilangin orang tuanya jangan
maen sama aku. Tapi rata-rata
biasa sikapnya mas, tetep baik.
Kalau yang gak berubah itu
de’e (menunjuk jalang), Pas
aku neng pakem de’e njenguk
juga. Sampek saiki yo wes
koyo dulur dewe
Mampu membangun
relasi baik dengan
orang lain
I can
83. Saran mas, mending langsung
terjun aja ke lingkungan untuk
detailnya. Ibaratnya di situ ada
orang bermasalah, kan gitu. Itu
kan kasarnya. Di situ ada
orang bermasalah. Untuk
lingkungan, tuh, bagaimana
tanggapannya sama orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
tersebut. Apakah mengalami
perbaikan atau sama saja atau
gimana kan ada semua kan
untuk di lingkungan ada
jawaban
84. Terima kasih masukannya
mas, nanti juga akan saya
tanya kelingkungan mas.
Lalu dalam waktu dekat apa
yang mas ingin capai dalam
hidup mas? Menikah
mungkin?
Wis pengen aku. Kurang opo
nganu lho, mas. Tak pikir
seneng uwis, susah uwis.
Pengene iku mas.
Harapan informan
untuk segera menikah
Harapan
informan
85. Calon wis ono, keluarga dari
wanita udah seneng. Yang
dibilang bapaknya aja super
jelek sama aku sekarang
udah… cepet itu, mas. Padahal
dulu orang nggak bisa
ngomong itu dibilangnya.
Pokok e dulu ra gelem
ngomong blas. Ra ngerti. Blas.
Toh dia juga nggak nanya iyo
to? Yang penting kan aku
tatonan. Keluargane wis ngerti.
Aku saiki wis kerjo iyo to?
Arep takon masa lalu yo tak
Penerimaan orang tua
pacar
Penerimaan
lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
jawab ho’o to? Lha wong de’e
ra takon masa lalu. Untunge
opo sih masa lalu?
Sebagai pembelajaran tadi
sebenernya, kan. Sik jelas
kan aku wong tuane udah tau
aku mbiyen wong nakal.
86. Nyatane saiki ora nakal. Kan
gitu. Maksudnya sekarang,
yang saat ini.
Perubahan perilaku I can
87. Baik mas. Maturnuon untuk
waktunya. Saya pikir
semantara, cukup. Terima
kasih sekali lagi untuk
kesedianne. Mohon maaf nek
ada sesuatu yang kurang
berkenan.
Sama sama mas.
Tema dan Subtema Informan II
Tema : Dampak menjadi mantan narapidana
Mendapatkan prasangka dari lingkungan 34,37
Mendapatkan label negatif dari lingkungan 39,40
Tema : Penolakan Lingkungan
Pembatasan interaksi 4,8,10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Ada kewaspadaan lingkungan 9
Perbedaaan sikap lingkungan 6, 11
Informan mendapat prasangka dari lingkungan 34,37
Mendapatkan label negatif dari lingkungan 39, 40
Dampak Penolakan Lingkungan
Munculnya Afeksi negatif 13,43,
Membatasi diri 73
Tema : I have
Kekawatiran orang tua 3,60
Ada bimbingan dari LP 7
Bentuk kasih sayang orang tua 22
Penerimaan orang tua 19,20
Disukai orang lain 51 ,54,
Dorongan untuk berperilaku baik 45
Adanya fungsi kontrol 49
Mendapatkan dukungan orang tua 57,59,69,78
Mendapatkan dukungan teman 66,67
Tema : I am
Informan berfikir positif 12,64
Optimis 14,72,80
Mampu berempati 18,33,
Tanggung jawab berperilaku 46,65
Kepercayaan diri positif 50
Bangga terhadap diri 75,76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Pemaknaan positif dipenjara 58,64
Harapan informan 84
Tema : I can
Mampu mengelola impuls 5,12,
Pemecahan masalah 16,27,28,,35,38,
61
Otonomi 17
Mampu berelasi baik dengan orang lain 21, 68, 82
Mampu mengkomunikasikan masalah 29,41
Bentuk tanggung jawab 65
Perubahan perilaku 62, 86
Tema : Terwujudnya penerimaan lingkungan
Mulai hilangnya prasangka lingkungan 79
Perlakuan baik dari lingkungan 81
Penerimaan orang tua pacar 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI