PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileselama perkuliahan di Fakultas Farmasi...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileselama perkuliahan di Fakultas Farmasi...
FORMULASI EMULGEL ANTI ACNE EKSTRAK KULIT BUAH
MANGGIS (Garcinia mangostana L.): PENGARUH KECEPATAN PUTAR
PADA PROSES PENCAMPURAN TERHADAP SIFAT FISIK DAN
STABILITAS FISIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Kristin Yunita
NIM : 108114137
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
FORMULASI EMULGEL ANTI ACNE EKSTRAK KULIT BUAH
MANGGIS (Garcinia mangostana L.): PENGARUH KECEPATAN PUTAR
PADA PROSES PENCAMPURAN TERHADAP SIFAT FISIK DAN
STABILITAS FISIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Kristin Yunita
NIM : 108114137
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala perkara dapat kutanggung
di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)
“Whatever you are, be a good one”
― Abraham Lincoln ―
“What we know is a drop, what we don’t know is an ocean”
― Isaac Newton ―
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus Papa dan Mama tercinta Kakak-adikku tersayang Teman-teman farmasi dan Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan penyertaan yang
telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Formulasi Emulgel Anti Acne Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.): Pengaruh Kecepatan Putar pada Proses Pencampuran
terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik” ini dengan baik.
Penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan dalam proses
penyusunan skripsi ini. Namun, dengan adanya bantuan dan dukungan dari
perbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dukungan,
dan perjuangan untuk membiayai selama penulis menempuh perkuliahan.
2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
arahan, perhatian, semangat, dukungan dan kesabaran yang diberikan selama
penyusunan skripsi ini.
4. Melania Perwitasari M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas bimbingan, saran
dan pengarahannya selama penyusunan skripsi ini.
5. C. M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt. selaku dosen penguji sekaligus
dosen pembimbing akademik atas bimbingan, saran dan pengarahannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
selama penyusunan skripsi ini serta segala perhatian yang diberikan kepada
penulis selama menempuh perkuliahan.
6. Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si., Enade Perdana Istyastono, Ph.D., serta
Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt., atas kesediaan untuk berkonsultasi dan
memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
7. Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si., dan Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,
M.Sc., atas kesediaan untuk berkonsultasi dan masukan-masukan yang
diberikan.
8. Segenap dosen atas kesabarannya dalam mengajar dan membimbing penulis
selama perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
9. Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Bimo, Pak Mukminin dan laboran-laboran
lain atas bantuan yang diberikan selama penelitian dan menempuh
perkuliahan.
10. Oh Andri dan Nadya serta seluruh keluarga yang senantiasa mendoakan serta
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
11. Rosi dan Vian selaku teman satu tim penelitian atas kerja sama, semangat,
dukungan dan suka duka yang telah dilewati bersama.
12. Sahabat-sahabatku Anggun, Stien, Neno, Kezia, Nover yang selalu
menguatkan, menghibur dan mendoakan selama ini serta canda tawa yang
telah dilewati bersama.
13. Ka Mey, Ka Windra, Gref, Kristy, Malindo, William, Niko, Kevin, Angel,
Tere, Dwira, Tasya, Kezia, Wika dan teman-teman GBI Generasi Baru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
Yogyakarta khususnya cell group Jehovah Immeka dan Christ Image untuk
semangat, doa, perhatian, dan pengertian yang diberikan selama ini.
14. Teman-teman kelompok PKM-M 3B (Istri, Shella, Remma) atas dukungan,
doa dan keceriaan selama ini.
15. Naomi, Bakti, Devina, Nia, Maria, Nita Go, Cindy, Lia, Nita Rahayu, Eliza,
Bella, Tora, Hans, Widya, Sisca, Sita, Agrif atas kebersamaan dalam proses
penelitian di lantai 1.
16. Semua teman-teman angkatan 2010, khususnya kelas FST-B atas
kebersamaan, semangat, dukungan dan keceriaan selama ini.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak
kekurangan mengingat adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................................................... vi
PRAKATA ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
INTISARI ......................................................................................................... xix
ABSTRACT ....................................................................................................... xx
BAB I. PENGANTAR ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1. Perumusan masalah ........................................................................ 4
2. Keaslian penelitian ......................................................................... 4
3. Manfaat penelitian .......................................................................... 6
B. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
1. Tujuan umum ................................................................................. 6
2. Tujuan khusus ................................................................................ 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.............................................................. 8
A. Jerawat.................................................................................................. 8
B. Manggis ................................................................................................ 10
1. Keterangan botani .......................................................................... 10
2. Kandungan kimia dan kegunaan .................................................... 11
C. Emulgel ................................................................................................ 13
D. Bahan Formulasi .................................................................................. 14
1. Emulsifying agent ........................................................................... 14
2. Gelling agent .................................................................................. 16
3. Propilen glikol ................................................................................ 18
4. Trietanolamin ................................................................................. 19
5. Parafin cair ..................................................................................... 20
6. Preservative.................................................................................... 21
7. Etanol ............................................................................................. 22
8. Aquadest ......................................................................................... 23
E. Pencampuran ........................................................................................ 23
F. Uji Sifat Fisik Emulgel......................................................................... 26
1. Viskositas ....................................................................................... 26
2. Daya sebar ...................................................................................... 28
G. Uji Iritasi HET-CAM ........................................................................... 28
H. Uji Potensi Antibakteri ......................................................................... 30
I. Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) - Densitometri .................... 32
J. Landasan Teori ..................................................................................... 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
K. Hipotesis ............................................................................................... 34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN........................................................ 35
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 35
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 35
1. Variabel penelitian ......................................................................... 35
2. Definisi operasional ....................................................................... 36
C. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 38
1. Alat penelitian ................................................................................ 38
2. Bahan penelitian ............................................................................. 38
D. Tata Cara Penelitian ............................................................................. 39
1. Identifikasi bahan ........................................................................... 39
2. Pembuatan emulgel anti acne ekstrak kulit buah manggis dengan
variasi kecepatan putar ................................................................... 39
3. Uji pH emulgel ............................................................................... 41
4. Uji sterilitas emulgel ...................................................................... 42
5. Pengujian tipe emulsi dengan metode pengenceran....................... 43
6. Uji sifat fisik emulgel ..................................................................... 43
7. Uji stabilitas fisik emulgel ............................................................. 44
8. Uji iritasi dengan HET-CAM ......................................................... 44
9. Uji daya antimikroba emulgel ekstak kulit buah manggis
terhadap Staphylococcus epidermidis ............................................ 45
10. Penetapan kadar alfa mangostin dalam emulgel dengan KLT-
densitometri .................................................................................... 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
E. Analisis Data ........................................................................................ 49
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 52
A. Identifikasi Ekstrak Kulit Buah Manggis ............................................. 52
B. Formulasi Emulgel dengan Variasi Kecepatan Putar Mixer ................ 52
C. Pengamatan Organoleptis Emulgel ...................................................... 61
D. Uji pH Emulgel .................................................................................... 62
E. Uji Sterilitas Emulgel ........................................................................... 62
F. Uji Tipe Emulsi .................................................................................... 64
G. Uji Sifat Fisik Emulgel......................................................................... 65
H. Uji Stabilitas Fisik Sediaan Emulgel.................................................... 67
I. Pengaruh Kecepatan Putar terhadap Viskositas, Daya Sebar, dan
Pergeseran Viskositas .......................................................................... 70
1. Viskositas ....................................................................................... 70
2. Daya sebar ...................................................................................... 73
3. Pergeseran viskositas ..................................................................... 74
J. Uji Iritasi dengan HET-CAM............................................................... 75
K. Uji Daya Antimikroba Emulgel terhadap Staphylococcus
epidermidis ........................................................................................... 77
L. Penetapan Kadar Alfa Mangostin dalam Emulgel dengan KLT-
Densitometri ......................................................................................... 81
1. Pembuatan kurva baku alfa mangostin .......................................... 82
2. Penyiapan sampel ........................................................................... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3. Penetapan kadar alfa mangostin dalam emulgel ekstrak kulit
buah manggis ................................................................................. 84
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 87
A. Kesimpulan .......................................................................................... 87
B. Saran ..................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88
LAMPIRAN ..................................................................................................... 93
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Kategori iritasi berdasarkan skor iritasi pada HET-CAM........ 30
Tabel II. Klasifikasi aktivitas antibakteri berdasarkan diameter zona
hambat ...................................................................................... 32
Tabel III. Formula emulgel chlorphenesin ............................................... 40
Tabel IV. Formula emulgel ekstrak kulit buah manggis .......................... 40
Tabel V. Variasi kecepatan putar pada proses pembuatan emulgel
ekstrak kulit buah manggis....................................................... 41
Tabel VI. Hasil uji zona hambat formula orientasi emulgel terhadap
Staphylococcus epidermidis dengan variasi konsentrasi
ekstrak kulit buah manggis....................................................... 54
Tabel VII. Hasil uji sifat fisik emulgel setelah sterilisasi .......................... 66
Tabel VIII. Hasil uji stabilitas fisik emulgel ............................................... 69
Tabel IX. Hasil uji zona hambat tiap fomula, kontrol basis dan kontrol
positif........................................................................................ 79
Tabel X. Kadar alfa mangostin dalam emulgel ekstrak kulit buah
manggis .................................................................................... 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tahap terjadinya jerawat (acne) ............................................... 9
Gambar 2. Struktur inti xanthone dan beberapa struktur turunan
xanthone ................................................................................... 12
Gambar 3. Tween 20 .................................................................................. 15
Gambar 4. Span 20 ..................................................................................... 15
Gambar 5. Unit monomer asam akrilat dari polimer carbopol .................. 17
Gambar 6. Propilen glikol .......................................................................... 18
Gambar 7. Trietanolamin ........................................................................... 20
Gambar 8. Metil paraben ........................................................................... 21
Gambar 9. Propil paraben .......................................................................... 22
Gambar 10. Etanol ....................................................................................... 23
Gambar 11. Planetary mixer ........................................................................ 25
Gambar 12. Sigma blade mixer .................................................................... 25
Gambar 13. Membran chorioallantoic pada telur ayam .............................. 29
Gambar 14. Skema droplet minyak pada emulsi minyak dalam air,
menunjukkan arah molekul tween dan span pada antarmuka .. 57
Gambar 15. Gambaran skematis molekul carbopol dalam keadaan uncoil
dengan ikatan hidrogen ............................................................ 58
Gambar 16. Cross-link polimer asam akrilat dalam bentuk coil (sebelum
kontak dengan air) .................................................................... 59
Gambar 17. Cross-link polimer asam akrilat saat didispersikan dalam air
(mulai terbentuknya sistem uncoil) .......................................... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Gambar 18. Cross-link polimer asam akrilat dalam bentuk uncoil setelah
netralisasi.................................................................................. 60
Gambar 19. Sediaan emulgel saat diaplikasikan di kulit ............................. 61
Gambar 20. Uji sterilitas emulgel dibandingkan dengan kontrol
kontaminasi media ................................................................... 64
Gambar 21. Uji tipe emulsi .......................................................................... 65
Gambar 22. Penampilan emulgel setelah pembuatan dan setelah
penyimpanan satu bulan ........................................................... 68
Gambar 23. Profil kurva variasi kecepatan putar terhadap viskositas ......... 71
Gambar 24. Perubahan bentuk polimer akibat shearing stress .................... 72
Gambar 25. Profil kurva variasi kecepatan putar terhadap daya sebar ........ 73
Gambar 26. Uji iritasi dengan HET-CAM: perlakuan NaOH 0,1 N dan
perlakuan emulgel eksrak kulit buah manggis ......................... 77
Gambar 27. Uji zona hambat emulgel terhadap Staphylococcus
epidermidis ............................................................................... 79
Gambar 28. Kurva baku alfa mangostin ...................................................... 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis ekstrak kulit buah manggis .................. 93
Lampiran 2. MSDS ekstrak kulit buah manggis ........................................... 94
Lampiran 3. Sertifikat hasil uji Staphylococcus epidermidis ....................... 96
Lampiran 4. Perhitungan HLB ..................................................................... 97
Lampiran 5. Hasil uji zona hambat formula orientasi emulgel terhadap
Staphylococcus epidermidis dengan variasi konsentrasi
ekstrak kulit buah manggis....................................................... 97
Lampiran 6. Hasil uji sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel ........................ 97
Lampiran 7. Analisis statistika sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel
menggunakan program R 2.13.2 .............................................. 100
Lampiran 8. Hasil uji iritasi emulgel dengan HET-CAM ............................ 114
Lampiran 9. Hasil uji antimikroba emulgel terhadap Staphylococcus
epidermidis ............................................................................... 115
Lampiran 10. Analisis statistika uji antimikroba emulgel terhadap
Staphylococcus epidermidis ..................................................... 116
Lampiran 11. Hasil penetapan kadar alfa mangostin dalam emulgel ekstrak
kulit buah manggis ................................................................... 118
Lampiran 12. Analisis statistika penetapan kadar alfa mangostin dalam
emulgel ekstrak kulit buah manggis ......................................... 135
Lampiran 13. Dokumentasi ............................................................................ 142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
INTISARI
Sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel dipengaruhi oleh proses
pencampuran yaitu kecepatan putar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
signifikansi pengaruh kecepatan putar mixer terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik
emulgel anti acne ekstrak kulit buah manggis.
Jenis penelitian adalah eksperimental murni dengan lima variasi kecepatan
putar yaitu 100, 300, 500, 700, dan 900 rpm. Sifat fisik yang diamati meliputi
viskositas dan daya sebar sedangkan stabilitas fisik berfokus pada pergeseran
viskositas setelah satu bulan penyimpanan. Data dianalisis dengan menggunakan
program R 2.13.2 dengan uji ANOVA untuk data parametrik serta uji Kruskal-
wallis untuk data nonparametrik. Analisis statistik dilakukan dengan taraf
kepercayaan 95%. Organoleptis, iritasi, aktivitas antimikroba emulgel terhadap
Staphylococcus epidermidis, bakteri penginduksi timbulnya jerawat juga diamati
pada penelitian ini.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kecepatan putar berpengaruh
signifikan terhadap viskositas dan daya sebar serta tidak berpengaruh signifikan
terhadap pergeseran viskositas. Seluruh formula memenuhi persyaratan sifat fisik
dan stabilitas fisik sesuai dengan kriteria.
Kata kunci: Ekstrak kulit buah manggis, emulgel, kecepatan putar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
ABSTRACT
Physical properties and physical stability of emulgel are influenced by
mixing process that is mixing rate. The aim of this study was to determine the
effect of mixing rate on the physical properties and physical stability of anti acne
emulgel of the mangosteen pericarp extract.
The study was pure experimental study with five variations of mixing rate,
100, 300, 500, 700, and 900 rpm. Physical properties observed were focused on
viscosity and spreadabiliy while for physical stability was on viscosity shift after
one month storage. Data were analyzed using R 2.13.2 program with ANOVA test
for parametric data and Kruskal-wallis test for nonparametric data. Statistical
analysis was performed at 95% confidence interval. Organoleptic, irritation, and
antimicrobial activity of emulgel against Staphylococcus epidermidis, an acne
inducing bacteria were also studied.
The result of this study showed that mixing rate was significantly affecting
the viscosity and spreadability but not significantly affecting the viscosity shift. All
of the formula was eligible the physical properties and physical stability in
accordance with criteria.
Keyword: mangosteen pericarp extract, emulgel, mixing rate
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kulit terutama kulit wajah merupakan salah satu simbol penampilan yang
penting bagi pria dan wanita, oleh karenanya sangat penting untuk menjaga dan
merawat kulit wajah dengan baik agar selalu sehat. Salah satu masalah yang
paling sering dialami pada kulit wajah adalah jerawat. Munculnya jerawat menjadi
masalah yang penting karena menimbulkan kesan kurang menarik dalam
penampilan seseorang (Wirakusumah, 2007).
Jerawat adalah kondisi abnormal kulit akibat gangguan berlebihan
produksi kelenjar minyak (sebaceous gland) yang menyebabkan penyumbatan
saluran folikel rambut dan pori-pori kulit (Wirakusumah, 2007). Terdapat empat
faktor penting yang memicu terjadinya jerawat, yaitu tersumbatnya folikel rambut
oleh sel yang secara normal mengalami deskuamasi, hiperaktivitas kelenjar
minyak (sebaceous gland), proliferasi bakteri di dalam sebum, dan inflamasi
(Johnson and Nunley, 2000). Jerawat yang terjadi dengan adanya infeksi bakteri
bisa menyebabkan terjadinya inflamasi dan berakibat bertambah parahnya
jerawat. Propionibacterium acnes, Staphyloccocus epidermidis dan
Staphyloccocus aureus adalah tiga strain bakteri yang dapat menginduksi
terjadinya jerawat (Sukatta, Rugthaworn, Pitpiangchan, Dilokkunanant, 2008).
Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan bahan alam
yang memiliki khasiat sebagai antibakteri dan efektif dalam menghambat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pertumbuhan Staphyloccocus epidermidis (Sukatta, et al., 2008). Hal ini
dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Pothitirat, Chomnawang,
Gritsanapan (2010), ekstrak etanol kulit buah manggis dengan kandungan alfa
mangostin 18,03 ± 80,71 % b/b dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis dengan nilai Kadar Hambat Minimum (KHM)
sebesar 7,81 g/ml serta memilki nilai Kadar Bunuh Minimum (KBM) sebesar
62,50 g/ml.
Berdasarkan Torrungruang, Vichienroj, Chutimaworapan (2007) aktivitas
antibakteri yang dihasilkan dari ekstrak kulit buah manggis berasal dari xanthone
dimana alfa mangostin merupakan turunan xanthone yang memiliki aktivitas
antibakteri paling poten. Alfa mangostin merupakan zat aktif yang bersifat
hidrofobik. Oleh karena itu ekstrak kulit buah manggis diformulasikan ke dalam
bentuk sediaan emulgel karena menurut Panwar, Upadhyay, Bairagi, Gujar,
Darwhekar, Jain (2011) bentuk sediaan emulgel bersifat lebih stabil dan
merupakan suatu pembawa dengan pelepasan yang lebih baik bagi obat yang
bersifat hidrofobik. Emulgel merupakan sistem gabungan antara emulsi dengan
gel dimana suatu senyawa hidrofobik dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam
gel menggunakan emulsi dengan tipe obat/minyak/air.
Pencampuran merupakan suatu proses yang penting dalam pembuatan
suatu sediaan karena berperan untuk mencapai distribusi bahan yang homogen
dalam suatu sediaan (Voigt, 1995). Banyak faktor yang mempengaruhi proses
pencampuran pada sediaan dengan sistem non-Newtonian, antara lain suhu,
kecepatan geser, tegangan geser, tekanan dan waktu pencampuran (Nielloud and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Marti-Mestres, 2000). Proses pencampuran memerlukan energi kinetik dimana
kecepatan putar mixer akan memberikan energi kinetik berupa gaya geser yang
mempengaruhi perubahan sifat fisik emulgel seperti viskositas. Hal ini karena
emulgel memiliki sistem reologi non-Newtonian sehingga reologi dan viskositas
sangat dipengaruhi oleh berbagai gaya geser yang dihasilkan oleh kecepatan putar
alat. Gaya geser yang diaplikasikan selama proses pencampuran tersebut dapat
menurunkan viskositas sehingga mempengaruhi sifat fisik emulgel dan
selanjutnya berpengaruh terhadap kualitas sediaan yang terbentuk (Amiji and
Sandmann, 2003). Penurunan viskositas emulgel menyebabkan emulgel semakin
encer dan dapat menyebabkan penurunan stabilitas fisik emulgel selama
penyimpanan.
Voigt (1995) menyatakan bahwa setiap alat pengemulsi memiliki
kecepatan pengadukan yang optimal. Sehingga pencampuran yang berlangsung
dengan kecepatan putar yang lebih tinggi belum tentu meningkatkan kualitasnya.
Selain itu, dalam skala industri, efisiensi jumlah energi yang digunakan
merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dimana semakin besar energi
yang digunakan, semakin besar pula biaya produksi yang diperlukan.
Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa variasi kecepatan
putar pada proses pembuatan emulgel dimungkinkan memiliki pengaruh dalam
menghasilkan emulgel yang memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabilitas fisik
yang baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
variasi kecepatan putar pada proses pembuatan emulgel anti acne ekstrak kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
buah manggis sehingga dapat dihasilkan sediaan emulgel yang memiliki sifat fisik
dan stabilitas fisik yang memenuhi kriteria.
1. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat
penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah diperoleh formula yang memenuhi persyaratan sifat fisik dan
stabilitas fisik yang sesuai dengan kriteria?
b. Apakah variasi kecepatan putar memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel ekstrak kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.)?
2. Keaslian penelitian
Penelitian yang relevan pernah dilakukan oleh Pothitirat, et al. (2010)
yang meneliti tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah manggis
terhadap bakteri penginduksi timbulnya jerawat, yaitu Propionibacterium
acnes dan Staphylococcus epidermidis. Hasilnya ekstrak etanol kulit buah
manggis dengan kandungan alfa mangostin 18,03 ± 80,71 % b/b memiliki
nilai KHM 7,81 g/ml terhadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus
epidermidis serta memilki nilai KBM 15,63 g/ml untuk Propionibacterium
acnes dan 62,50 g/ml tehadap Staphylococcus epidermidis.
Sukatta, et al. (2008) memformulasikan ekstrak etanol kulit buah
manggis menjadi gel obat jerawat dengan melakukan optimasi konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Carbopol Ultrez-10 dan konsentrasi ekstrak kulit buah manggis dengan
aplikasi desain faktorial. Hasilnya diperoleh formula optimal dengan
konsentrasi Carbopol Ultrez-10 0,5% dan konsentrasi ekstrak kulit buah
manggis 0,5% berdasarkan hasil hedonic scale terhadap warna, viskositas,
absorpsi kulit, kemampuan melembabkan kulit dan penerimaan pasien.
Formula optimal gel yang dihasilkan memiliki aktivitas yang tinggi dalam
menghambat pertumbuhan bakteri penginduksi timbulnya jerawat yang
ditandai dengan adanya zona hambat terhadap Staphylococcus aureus sebesar
24,67 mm, Staphylococcus epidermidis sebesar 10,00 mm dan
Propionibacterium acnes sebesar 7,33 mm.
Penelitian tentang pengaruh proses pencampuran dalam formulasi
sediaan emulgel (kajian dari aspek suhu dan kecepatan pencampuran) pernah
dilakukan oleh Lestari (2012) dengan menggunakan zat aktif yang berbeda,
yaitu ekstrak teh hijau dengan menggunakan desain faktorial dua faktor dan
dua level. Hasil yang didapatkan adalah faktor suhu dan interaksi suhu dengan
kecepatan putar mixer berpengaruh terhadap respon pergeseran viskositas.
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian
tentang Formulasi Emulgel Anti Acne Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.): Pengaruh Kecepatan Putar pada Proses Pencampuran
Terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik belum pernah dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoretis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan tentang pengaruh kecepatan putar pada proses pencampuran
emulgel terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel ekstrak kulit buah
manggis agar dapat dihasilkan emulgel dengan sifat yang diinginkan.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan bentuk sediaan
kosmetik berupa obat jerawat ekstrak kulit buah manggis yang memenuhi
persyaratan sifat fisik dan stabilitas fisik dengan proses produksi yang
efisien.
c. Manfaat metodologis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dalam bidang
kefarmasian mengenai contoh aplikasi penerapan uji statistika dalam
mengamati pengaruh kecepatan putar pada proses pencampuran emulgel
terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel ekstrak kulit buah manggis.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan emulgel
anti acne dari ekstrak kulit buah manggis dengan sifat fisik (viskositas dan
daya sebar) serta stabilitas fisik (pergeseran viskositas) yang memenuhi
kriteria dengan proses produksi yang efisien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi
pengaruh kecepatan putar pada proses pencampuran terhadap sifat fisik dan
stabilitas fisik emulgel anti acne ekstrak kulit buah manggis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Jerawat
Jerawat atau acne adalah kondisi abnormal kulit akibat gangguan
berlebihan produksi sebum oleh kelenjar minyak (sebaceous gland) yang
menyebabkan penyumbatan saluran folikel rambut dan pori-pori kulit
(Wirakusumah, 2007). Terdapat empat faktor penting yang memicu terjadinya
jerawat, yaitu tersumbatnya folikel rambut oleh sel yang secara normal mengalami
deskuamasi, hiperaktivitas kelenjar sebasea (sebaceous gland), proliferasi bakteri
di dalam sebum, dan inflamasi (Johnson and Nunley, 2000). Propionibacterium
acnes, Staphyloccocus epidermidis dan Staphyloccocus aureus adalah tiga strain
bakteri yang dapat menginduksi terjadinya jerawat (Sukatta, et al., 2008).
Jerawat atau acne dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu komedo,
inflamasi dan nodular cystic acne. Jerawat terjadi apabila saluran ke permukaan
kulit untuk mengeluarkan sebum yang diproduksi oleh kelenjar minyak rambut
pada lapisan dermis tersumbat. Dalam keadaan normal, sel-sel folikel rambut
dapat keluar. Akan tetapi, jika terjadi jerawat, sel-sel folikel rambut bersama
dengan sebum akan menggumpal dan menyumbat saluran folikel rambut pada
lapisan epidermis kulit sehingga membentuk komedo yang menonjol di
permukaan kulit (Radji, 2010).
Komedo dapat berkembang menjadi inflamasi (inflammatory acne) apabila
terinfeksi oleh bakteri, terutama bakteri Propionibacterium acnes. Bakteri ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
menggunakan gliserol dalam sebum sebagai sumber nutrisi. (Radji, 2010).
Inflamasi yang terjadi timbul dari aksi enzim yang dihasilkan oleh bakteri. Enzim
ini menghidrolisis sebum menjadi asam lemak bebas, yang merangsang proses
inflamasi. Chemotactic factor dilepaskan pada reaksi ini sehingga menarik
neutrofil dan terjadi inflamasi serta pembentukan papula dan pustula (Johnson and
Nunley, 2000).
Pada beberapa individu, jerawat dapat berkembang menjadi nodular cystic
acne, yang ditandai dengan terbentuknya nodula atau parut akibat peradangan.
Lesi pada kulit ini disertai dengan adanya nanah pada jerawat dan akan
meninggalkan bekas luka yang permanen pada kulit ketika sembuh (Radji, 2010).
Gambar 1. Tahap terjadinya jerawat (acne) (Amundson, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B. Manggis
1. Keterangan botani
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman yang berasal
dari semenanjung Malaya kemudian menyebar ke seluruh daerah tropis di
Asia dan Australia. Di Indonesia, manggis dapat tumbuh mulai dari dataran
rendah hingga pegunungan dengan kisaran ketinggian 5-1.000 meter di atas
permukaan laut. Umumnya, tanaman manggis berbuah cukup baik di daerah
yang agak sejuk (Suhono dan LIPI, 2010).
Tanaman ini memiliki banyak nama daerah, antara lain: manggis
(Jawa, Melayu, Bali), manggu (Sunda), magi (Nias, Aceh), magisto (Batak),
kokapa (Mentawai), mangos (Kubu), sungkup (Dayak) dan kirasa (Makassar)
(Suhono dan LIPI, 2010). Klasifikasi tanaman manggis adalah sebagai berikut:
kingdom : Plantae (tumbuhan)
subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
super divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
subkelas : Dilleniidae
ordo : Theales
famili : Clusiaceae
genus : Garcinia
spesies : Garcinia mangostana L. (Natural Resources Conservation
Service, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Morfologi tanaman manggis yaitu pohon memiliki tinggi 10-25 m,
batang berwarna cokelat keabu-abuan dan berdiameter 40-80 cm. Kayu batang
berwarna cokelat tua. Kulit batangnya mengeluarkan getah bila dilukai. Daun
berwarna hijau, kaku, mengilap, berbentuk lonjong, berujung lancip, terletak
berhadapan, dan berukuran 8 x 4 cm serta yang besar berukuran 12 x 5 cm
(Suhono dan LIPI, 2010).
Bunga manggis berwarna merah muda, terletak di ujung cabang daun.
Buah berdiameter 4-6,5 cm. Buah muda berwarna hijau dan bergetah kuning,
bila masak berwarna ungu kehitaman. Kulit buah bagian dalam tebal dan
berwarna merah. Biji ditutupi oleh aril berwarna putih. Setiap buah
mengandung 2-8 biji (Suhono dan LIPI, 2010).
2. Kandungan kimia dan kegunaan
Kulit buah manggis telah digunakan dalam obat-obatan tradisional
Asia untuk pengobatan luka, infeksi kulit, diare, disentri serta maag kronis.
Kulit buah manggis memiliki kandungan xanthone yang tinggi serta
mengandung zat bioaktif lainnya seperti tanin, flavonoid dan polifenol
(Pothitirat, et al., 2010).
Xanthone memiliki aktivitas antioksidan, antitumor, antialergi,
antiinflamasi, antibakteri, antijamur dan antivirus. Beberapa turunan xanthone
yang paling banyak diteliti adalah α, β dan γ-mangostin, garcinone E, 8-
deoxygartanin, dan gartanin (Pedraza-Chaverri, Cárdenas-Rodríguez, Orozco-
Ibarra, Pérez-Rojas, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 2. Struktur inti xanthone dan beberapa struktur turunan
xanthone (Pedraza-Chaverri, et al., 2008).
Ekstrak kulit buah manggis menunjukkan aktivitas antimikroba
terhadap berbagai jenis mikroorganisme antara lain: Staphylococcus aereus,
Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella
typhimurium, Enterococcus species, Mycobacterium tuberculosis dan
Propionibacterium acnes. Berdasarkan hasil studi fitokimia, aktivitas
antimikroba yang dihasilkan berasal dari xanthone. Alfa mangostin merupakan
turunan xanthone yang memiliki aktivitas antibakteri paling poten
(Torrungruang, et al., 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi
terhadap bakteri penyebab timbulnya peradangan jerawat yaitu
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Ekstrak etanol
kulit buah manggis dengan kandungan alfa mangostin 18,03 ± 0,71 % b/b
memiliki nilai KHM 7,81 g/ml untuk kedua strain bakteri serta memiliki nilai
KBM 15,63 g/ml untuk Propionibacterium acnes dan 62,50 g/ml untuk
Staphylococcus epidermidis (Pothitirat, et al., 2010).
C. Emulgel
Gel merupakan suatu bentuk sediaan semisolid yang mengandung
komposisi air dalam jumlah tinggi sehingga dapat meningkatkan disolusi obat dan
juga memudahkan migrasi obat melalui basis yang utamanya berbentuk cair,
dibandingkan dengan basis salep atau krim. Akan tetapi, karakteristik ini menjadi
keterbatasan bagi senyawa yang bersifat hidrofobik. Oleh karena itu, untuk
mengatasi keterbatasan ini digunakan emulgel sehingga senyawa hidrofobik bisa
disiapkan dengan memanfaatkan kelebihan gel (Panwar, et al., 2011).
Emulgel adalah emulsi, baik tipe minyak dalam air atau air dalam minyak
dimana dilakukan penambahan gelling agent untuk membentuk sistem gel.
Emulgel memiliki acceptability yang tinggi bagi pasien karena memiliki
kelebihan baik yang berasal dari emulsi maupun gel (Mohamed, 2004). Sediaan
emulgel untuk penggunaan secara topikal memiliki karakteristik yang
menguntungkan seperti sifat tiksotropi, tidak berminyak, daya sebarnya baik,
mudah dicuci, emolien, transparan dan tampilannya yang menarik. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
bentuk sediaan emulgel bersifat lebih stabil dan merupakan suatu pembawa
dengan pelepasan yang lebih baik bagi obat yang bersifat hidrofobik (Panwar, et
al., 2011).
Suatu senyawa hidrofobik dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam gel
menggunakan emulsi dengan tipe obat/minyak/air. Kebanyakan obat hidrofobik
tidak dapat dimasukkan secara langsung ke dalam basis gel karena kelarutannya
menjadi penghalang serta dapat timbul masalah pada pelepasan obatnya. Emulgel
membantu memasukkan obat hidrofobik ke dalam fase minyak dan kemudian
globul-globul minyak terdispersi di dalam fase air menghasilkan emulsi tipe M/A.
Emulsi ini dapat dicampurkan dengan basis gel sehingga memberikan stabilitas
dan pelepasan obat yang lebih baik (Panwar, et al., 2011).
D. Bahan Formulasi
1. Emulsifying agent
Emulsifying agent adalah suatu molekul yang memiliki rantai
hidrokarbon nonpolar dan polar pada tiap ujung rantai molekulnya.
Emulsifying agent memiliki kemampuan menarik fase air dan fase minyak
sekaligus, serta dapat menempatkan diri di antara kedua fase tersebut sehingga
dapat menurunkan tegangan permukaan antara fase air dengan fase minyak
(Lieberman, Rieger and Banker, 1996).
Tipe emulsi yang diinginkan M/A atau A/M tergantung pada nilai
keseimbangan hidrofil-lipofil (hydrophile-lipophile balance), yakni sifat
polar-non polar dari suatu emulsifying agent. Kombinasi emulsifying agent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dengan nilai HLB tertentu dapat menentukan apakah emulsi yang dihasilkan
merupakan tipe M/A atau A/M sesuai dengan jumlah yang digunakan.
Umumnya emulsi M/A terbentuk jika HLB 9-12 dan terbentuk emulsi A/M
jika HLB 3-6 (Martin, Swarbrick, Cammarata, 1993).
a. Polioksietilen 20 sorbitan monolaurat (Tween 20)
Gambar 3. Tween 20 (Iro, 2013).
Tween 20 berbentuk cairan minyak berwarna kuning yang
memiliki nilai HLB 16,7. Tween 20 larut dalam etanol dan air serta tidak
larut dalam minyak mineral. Tween digunakan sebagai emulsifying agent,
solubilizing agent, dan wetting agent. Tween merupakan surfaktan non-
ionik hidrofilik yang digunakan secara luas sebagai emulsifying agent
dalam pembuatan emulsi minyak dalam air yang stabil. Secara tunggal
digunakan sebagai emulsifying agent emulsi M/A dengan konsentrasi 1-
15% dan secara kombinasi dengan surfaktan hidrofilik pada emulsi M/A
dengan konsentrasi 1-10%. Tween bersifat tidak toksik dan tidak
mengiritasi (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009).
b. Sorbitan monolaurat (Span 20)
Gambar 4. Span 20 (Iro, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Span 20 berbentuk cairan kental berwarna kuning yang memiliki
nilai HLB 8,6. Tween digunakan sebagai emulsifying agent, solubilizing
agent, dan wetting agent. Span 20 merupakan surfaktan non-ionik lipofilik
yang larut dalam minyak dan pelarut organik serta tidak larut dalam air.
Span biasa digunakan sebagai emulsifying agent pada bentuk sediaan krim,
emulsi, salep untuk penggunaan secara topikal. Saat digunakan secara
tunggal span akan membentuk emulsi air dalam minyak yang stabil,
namun sering digunakan secara kombinasi dengan tween untuk
menghasilkan emulsi tipe A/M atau M/A dengan konsistensi yang
bervariasi tergantung proporsi yang digunakan. Span digunakan secara
tunggal pada emulsi A/M dengan konsentrasi 1-15% dan secara kombinasi
dengan surfaktan hidrofilik pada emulsi tipe M/A dengan konsentrasi 1-
10%. Span bersifat tidak mengiritasi dan tidak toksik (Rowe, et al., 2009).
2. Gelling Agent
Gelling agent merupakan bahan yang digunakan untuk membentuk
gel. Secara umum gelling agent memiliki bobot molekul yang tinggi dan
diperoleh dari alam maupun sintetik. Gelling agent dapat terdispersi dalam air
dan dapat mengembang, serta meningkatkan viskositas. Gelling agent yang
ideal harus tidak berinteraksi dengan komponen lain dari formulasi, harus
bebas dari kontaminasi mikroba, perubahan suhu dan pH selama pembuatan
dan penggunaan preservative tidak boleh mengubah reologinya, ekonomis,
membentuk gel yang tidak berwarna, menimbulkan sensasi dingin saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
digunakan di tempat aplikasi, serta memiliki bau yang menyenangkan
(Mahalingam, Li, and Jasti, 2008).
Carbomer atau carbopol berbentuk serbuk putih yang higroskopis dan
merupakan suatu molekul asam. Carbopol merupakan polimer sintetik dari
asam akrilat dengan bobot molekul tinggi. Rantai polimernya terhubung
silang-menyilang (crosslinked) dengan alil sukrosa atau alil pentaeritritol.
Carbopol terdiri dari 52% – 68% gugus asam karboksilat (COOH). Secara
teoritis bobot molekul carbopol diperkirakan antara 7 x 105 sampai 4 x 10
9.
Carbopol dapat digunakan sebagai material bioadhesiv, controlled-release
agent, emulsifying agent, rheology modifier, stabilizing agent, suspending
agent, dan pengikat tablet. Sebagai gelling agent, carbopol digunakan pada
konsentrasi 0,5-2,0% (Rowe, et al., 2009).
Gambar 5. Unit monomer asam akrilat dari polimer carbopol (Rowe, et
al., 2009).
Carbopol tersedia pada range bobot molekul yang luas yakni bobot
molekul rata-rata 450.000 (carbopol 907) hingga 4.000.000 (carbopol 940).
Bobot molekul berpengaruh pada tegangan permukaan dan viskositas produk
akhir. Oleh karena itu, carbopol 940 sangat efisien jika digunakan sebagai
gelling agent untuk menghasilkan viskositas yang tinggi pada konsentrasi
yang rendah (Curteis, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Curteis (1991) menyatakan bahwa terdapat dua mekanisme
pengentalan carbopol, yaitu metode ikatan hidrogen (hanya dapat terjadi
dalam sistem pelarut polar) dan metode netralisasi (dapat terjadi baik pada
sistem pelarut polar maupun nonpolar).
a. Metode ikatan hidrogen
Sistem ini membutuhkan solvent yang dapat mendonorkan gugus
hidroksil. Hasil ikatan hidrogen antara gugus karboksil dari carbopol dan
gugus hidroksil dari solvent akan menyebabkan molekul carbopol yang
berbentuk coil menjadi uncoil dan terjadi kekentalan (Curteis, 1991).
b. Netralisasi
Carbopol yang didispersikan ke dalam air akan membentuk
dispersi koloid asam dengan viskositas yang rendah (Rowe, et al., 2009).
Pada metode ini carbopol yang bersifat asam dinetralkan oleh basa untuk
menghasilkan garam yang larut dalam pelarut. Selanjutnya molekul
carbopol berubah menjadi bentuk uncoil dan terjadi kekentalan pada gel
(Walters, 2007). Bahan-bahan yang dapat digunakan dalam penetralan
polimer carbopol adalah borax, kalium hidroksida, natrium bikarbonat,
natrium hidroksida dan amin organik polar seperti trietanolamin (Rowe, et
al., 2009).
3. Propilen glikol
Gambar 6. Propilen glikol (Rowe, et al., 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Propilen glikol berbentuk cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau. Propilen glikol dapat berfungsi sebagai antimicrobial preservative,
disinfectant, humectant, plasticizer, solvent, stabilizing agent dan water-
miscible cosolvent. Pada formulasi sediaan topikal propilen glikol digunakan
sebagai humektan dengan konsentrasi ≈15%. Propilen glikol larut dalam
aseton, kloroform, etanol, gliserin, dan air. Propilen glikol bersifat
higroskopis (Rowe, et al., 2009).
4. Trietanolamin
Trietanolamin (TEA) berbentuk cairan kental, tidak berwarna sampai
kuning pucat dan berbau amoniak. TEA berperan sebagai alkalizing agent dan
emulsifying agent. TEA banyak digunakan dalam formulasi sediaan topikal
terutama pembentukan emulsi. Konsentrasi yang digunakan dalam
emulsifikasi berkisar antara 2-4%. TEA bersifat sangat higroskopis dan larut
dalam air (Rowe, et al., 2009).
Trietanolamin yang bersifat basa dapat digunakan untuk netralisasi
carbopol. Penambahan trietanolamin pada carbopol akan menetralisasi gugus
asam karboksilat, membentuk garam yang larut. Sebelum netralisasi, carbopol
di dalam air akan ada dalam bentuk tak terion pada pH sekitar 3. Pada pH ini,
polimer sangat fleksibel dan strukturnya random coil. Penambahan
trietanolamin akan menggeser kesetimbangan ionik membentuk garam yang
larut. Hasilnya adalah ion yang saling tolak menolak dari gugus karboksilat
dan polimer menjadi kaku dan rigid, sehingga meningkatkan viskositas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Viskositas dan kejernihan gel yang dapat diterima yaitu pada pH 4,5-5,0 dan
mencapai titik optimum pada pH 7 (Osborne and Amann, 1990).
Overnetralisasi dapat menyebabkan penurunan viskositas karena kation basa
yang berlebih akan melingkupi gugus karboksilat sehingga mengurangi
tolakan elektrostatik (Walters, 2007).
Gambar 7. Trietanolamin (Rowe, et al., 2009).
5. Parafin cair
Liquid paraffin atau mineral oil berbentuk cairan minyak kental,
transparan, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau ketika dingin namun
memiliki bau samar minyak ketika dipanaskan. Parafin cair merupakan
campuran alifatik jenuh (C14-C18) dan hidrokarbon siklik dari hasil destilasi
minyak bumi. Parafin cair digunakan sebagai emolien, lubrikan, pelarut.
Parafin cair untuk emulsi topikal digunakan pada konsentrasi 1,0-32,0%.
Kelarutanmya yaitu praktis tidak larut dalam etanol 95%, gliserin, dan air,
larut dalam aseton, kloroform, eter, petroleum eter dan minyak atsiri (Rowe, et
al., 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
6. Preservative
a. Metil paraben
Gambar 8. Metil paraben (Rowe, et al., 2009).
Metil paraben atau nipagin berfungsi sebagai antimicrobial
preservative yang secara luas digunakan pada sediaan farmasi, kosmetik
dan makanan. Metil paraben berbentuk serbuk kristal putih, tidak berbau,
dan memiki rasa yang membakar. Paraben efektif pada rentang pH yang
luas (antara 4-8) dan memiliki spektrum aktivitas antimikroba yang luas
meskipun paraben paling efektif menghambat yeast dan fungi. Paraben
juga lebih aktif tehadap bakteri Gram positif dibandingkan bakteri Gram
negatif (Rowe, et al., 2009).
Metil paraben dapat digunakan secara tunggal maupun kombinasi
dengan paraben lain atau dengan agen antimikroba lain. Aktivitas
antimikroba paraben meningkat seiring dengan peningkatan rantai gugus
alkil, tetapi kelarutannya dalam air menjadi menurun. Oleh karena itu,
penggunaan kombinasi paraben sering digunakan untuk menghasilkan efek
antimikroba yang lebih efektif. Metil paraben untuk sediaan topikal
digunakan pada konsentrasi 0,02–0,3 (Rowe, et al., 2009).
Kelarutan metil paraben pada suhu 25°C yaitu 1 bagian metil
paraben larut dalam 3 bagian etanol 95%, 5 bagian propilen glikol dan 400
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
bagian air. Paraben bersifat nonmutagenik, nonteratogenik, dan
nonkarsinogenik (Rowe, et al., 2009).
b. Propil paraben
Propil paraben atau nipasol berbentuk serbuk kristal putih, tidak
berbau dan tidak berasa, yang berfungsi sebagai antimicrobial
preservative. Propil paraben untuk sediaan topikal digunakan pada
konsentrasi 0,01–0,6. Propil paraben dapat digunakan secara tunggal
maupun kombinasi dengan paraben lain atau dengan agen antimikroba lain
untuk meningkatkan aktivitasnya. Propil paraben digunakan secara
kombinasi dengan paraben lain pada formulasi sediaan topikal. Kelarutan
propil paraben pada suhu 20°C yaitu 1 bagian larut dalam 1,1 bagian
etanol 95%; 3,9 bagian propilen glikol; 2500 bagian air; 3330 bagian
minyak mineral (Rowe, et al., 2009).
Gambar 9. Propil paraben (Rowe, et al., 2009).
7. Etanol
Etanol atau etil alkohol merupakan cairan mudah menguap, jernih,
tidak berwarna, berbau khas dan memiliki rasa yang membakar. Utamanya
etanol digunakan sebagai solvent, namun dapat juga digunakan sebagai
disinfektan. Selain itu, etanol dalam larutan dapat berfungsi sebagai pengawet
antimikroba dan dalam sediaan topikal dapat digunakan sebagai penetration
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
enhancer. Kelarutannya yaitu larut dalam kloroform, eter, gliserin dan air
(Rowe, et al., 2009).
Gambar 10. Etanol (Rowe, et al., 2009).
8. Aquadest
Aqua destillata atau air suling merupakan air murni yang diperoleh
dengan penyulingan. Air murni berbentuk cairan jernih, tidak berwarna dan
tidak berbau dengan pH antara 5,0-7,0. Air murni dibuat dari air yang
memenuhi persyaratan air minum. Air murni digunakan untuk pembuatan
sediaan kecuali sediaan parenteral (Dirjen POM RI, 1995).
E. Pencampuran
Pencampuran adalah suatu proses yang bertujuan untuk menangani dua
atau lebih komponen yang belum bercampur atau sebagian bercampur, sehingga
setiap unit (partikel, molekul, dan lain-lain) dari komponen terletak sedekat
mungkin berinteraksi dengan unit lain dari komponen. Kapanpun jika suatu
produk mengandung lebih dari satu komponen maka tahap pencampuran
dibutuhkan dalam proses pembuatannya. Hal ini untuk menjamin distribusi yang
merata dari zat aktif, tampilan yang merata serta sediaan melepaskan obat pada
tempat yang tepat dan dengan kecepatan sesuai yang diharapkan (Aulton, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencampuran pada sistem non-Newton
yaitu suhu, kecepatan geser, tegangan geser, tekanan, dan waktu pencampuran
(Nielloud and Marti-Mestres, 2000). Kecepatan putar dapat mempengaruhi sifat
fisik sediaan dimana kecepatan putar memberikan energi kinetik yang
menghasilkan gaya geser dalam proses formulasi. Polimer memiliki tipe alir
pseudoplastis dimana dalam keadaan diam (tidak terdapat gaya geser) polimer
berada dalam keadaan coil karena adanya stabilisasi intramolekuler. Air yang
amobil bersama konformasi globular ini akan membentuk struktur tiga dimensi
dalam sistem sehingga menghasilkan viskositas yang lebih tinggi. Ketika sistem
tersebut mendapatkan gaya geser, maka rantai polimer akan terurai dan dapat
menurunkan viskositas sediaan (Amiji and Sandmann, 2003).
Masalah yang sering terjadi pada pencampuran sediaan semisolid adalah
sediaan semisolid tidak mudah mengalir sehingga bahan yang berada pada dead
spot tidak dapat bercampur dengan baik. Maka diperlukan mixer yang sesuai yang
memiliki rotating element dengan jarak yang sempit dengan dinding wadah.
Mixer yang dapat digunakan dalam pencampuran sediaan semisolid antara lain
planetary mixer dan sigma blade mixer (Aulton, 2007).
1. Planetary mixer
Jenis mixer ini umumnya ditemukan di dapur rumah tangga dan dalam
skala yang lebih besar digunakan di industri. Dayung pada mixer diletakkan di
tengah, pada rotating arm. Dayung akan berputar mengitari sekeliling
mangkuk yang bulat sambil mengelilingi porosnya sendiri (Aulton, 1988).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Gambar 11. Planetary mixer (Aulton, 2007).
2. Sigma blade mixer
Mesin ini digunakan untuk pencampuran bahan dengan viskositas
tinggi misalnya pasta yang kaku atau salep. Mekanisme pencampuran yang
terjadi didasarkan pada dua buah blade berbentuk ‘Z’ yang akan berputar dan
bertemu satu sama lain sehingga bentuknya mirip seperti simbol Ʃ (Aulton,
2007). Berputarnya kedua blade memungkinkan produk dapat dipindahkan
dari satu blade ke blade yang lain. Jarak yang berdekatan antara blade dan
dinding menghasilkan campuran homogen sempurna (JEC, 2014).
Gambar 12. Sigma blade mixer (Aulton, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
F. Uji Sifat Fisik Emulgel
1. Viskositas
Pada pembuatan kosmetik, reologi berpengaruh pada penerimaan
pasien, stabilitas fisika dan ketersediaan hayati, salah satunya adalah
viskositas. Viskositas merupakan pernyataan tahanan untuk mengalir dari
suatu sistem di bawah stress yang digunakan. Makin kental suatu cairan,
makin besar kekuatan yang diperlukan supaya cairan tersebut dapat mengalir
dengan laju tertentu (Martin, et al., 1993). Peningkatan viskositas akan
meningkatkan waktu retensi pada tempat aplikasi, tetapi menurunkan daya
sebar (Garg, Aggarwal, Garg, and Singla, 2002).
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasinya yaitu
sistem Newton dan sistem non-Newton (Martin, et al., 1993). Contoh bahan
dengan sistem Newton yaitu air, alkohol, gliserin dan larutan sejati.
Sedangkan untuk sediaan seperti emulsi, suspensi, dispersi, dan larutan
polimer umumnya termasuk tipe non-Newtonian (Lieberman, et al., 1996).
Viskositas (η) digambarkan dengan persamaan matematika:
η =
=
dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan gaya geser (shear
stress) sebanding dengan viskositas dan berbanding terbalik dengan kecepatan
geser (shear rate). Jika viskositas meningkat maka shear stress harus
ditingkatkan agar shear rate tetap konstan. Namun hal ini hanya berlaku untuk
senyawa dengan tipe Newtonian. Pada tipe non-Newtonian, viskositas tidak
proporsional dengan kecepatan geser (Lieberman, et al., 1996). Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
hubungan antara shear stress dan shear rate tidak linier (Amiji and
Sandmann, 2003). Sistem non-Newtonian dibagi ke dalam tiga kelas aliran
yakni plastis, pseudoplastis dan dilatan (Martin, et al., 1993).
Banyak produk farmasi yang menunjukkan aliran pseudoplastis, antara
lain dispersi cair dari gom alam dan sintetis (misalnya tragakan, natrium
alginat, metil selulosa dan natrium karboksimetil selulosa). Secara umum,
aliran pseudoplastis diperlihatkan oleh polimer-polimer dalam larutan, yang
merupakan kebalikan dari sistem plastis, yang tersusun dari partikel-partikel
yang terflokulasi dalam suspensi. Viskositas zat pseudoplastis berkurang
dengan meningkatnya kecepatan geser (shear rate). Rheogram yang
melengkung pada bahan-bahan pseudoplastis diakibatkan karena kerja (aksi)
shearing terhadap molekul-molekul bahan yang berantai panjang seperti
polimer-polimer linier. Dengan meningkatnya shear stress (gaya geser),
molekul-molekul yang secara normal tidak beraturan mulai menyusun sumbu
yang panjang dalam arah aliran. Hal ini mengurangi tahanan internal dari
bahan tersebut dan mengakibatkan shear rate yang lebih besar pada setiap
shear stress berikutnya. Selain itu, sebagian dari pelarut yang berikatan
dengan molekul kemungkinan dilepaskan, sehingga menyebabkan penurunan
efektif baik konsentrasi maupun ukuran molekul yang terdispersi. Hal ini juga
akan mengakibatkan penurunan viskositas yang nyata (Martin, et al., 1993).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2. Daya sebar
Daya sebar adalah kemampuan dari suatu sediaan untuk menyebar di
tempat aplikasi. Hal ini berhubungan dengan sudut kontak dari sediaan dengan
tempat aplikasinya. Daya sebar merupakan salah satu karakteristik yang
bertanggung jawab dalam keefektifan dalam pelepasan zat aktif dan
penerimaan konsumen dalam menggunakan sediaan semisolid. Faktor-faktor
yang mempengaruhi daya sebar yaitu viskositas sediaan, lama tekanan,
temperatur tempat aksi (Garg, et al., 2002).
Metode plat sejajar adalah metode yang paling banyak digunakan
untuk menentukan dan mengukur daya sebar sediaan semi padat. Keuntungan
dari metode ini adalah sederhana dan relatif murah. Selain itu, peralatan dapat
didesain dan dibuat sesuai dengan kebutuhan tiap individu berdasarkan tipe
data yang dibutuhkan, rute administrasi, luas permukaan yang ditutupi, dan
pertimbangan model membran. Di sisi lain, metode ini kurang akurat dan
sensitif, serta data yang dihasilkan harus diinterpretasikan dan disajikan secara
manual (Garg, et al., 2002).
G. Uji Iritasi HET-CAM
Hen's Egg Test-Chorioallantoic Membrane (HET-CAM) merupakan salah
satu metode uji iritasi menggunakan hewan uji yaitu telur ayam. Sebelum
dilakukan uji, telur ditempatkan dalam inkubator dan disimpan pada suhu 38,3°C
± 0,2°C dan kelembaban relatif 58,5% ± 2%. Uji dilakukan saat embrio berusia 9-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
10 hari (Interagency Coordinating Committee on the Validation of Alternative
Methods, 2006).
Metode HET-CAM menggunakan membran chorioallantoic (CAM),
merupakan membran pernapasan vaskuler yang mengelilingi embrio burung yang
sedang berkembang. CAM terdiri dari gabungan antara korion yang berbatasan
dengan allantois. Korion merupakan kantung terluar yang berisi embrio, amnion
dan kuning telur sedangkan allantois merupakan suatu organ respirasi bagi
embrio yang berisi pembuluh darah, berkembang dari usus kemudian keluar dari
usus embrio ayam pada inkubasi hari ke 4 atau 5. Seiring dengan meningkatnya
ukuran allantois antara inkubasi hari ke 4 hingga 10, allantois ini akan melingkupi
embrio dan bergabung dengan korion menjadi CAM. Penggabungan kedua
membran memungkinkan terjadinya pertukaran udara antara embrio dengan
lingkungan udara luar. Setelah terbentuknya CAM, maka terjadilah pertumbuhan
yang cepat pada luas permukaan CAM hingga inkubasi hari ke 9 (ICCVAM,
2006).
Gambar 13. Membran chorioallantoic pada telur ayam (Biology Learning
Center The University of Arizona, 2007).
Pembuluh darah yang ada pada CAM adalah cabang dari arteri dan vena
dari allantois embrio yang berisi eritrosit dan leukosit yang terlibat dalam respon
inflamasi jika terkena rangsangan eksternal. Contohnya adalah efek iritasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
disebabkan oleh zat uji pada pembuluh darah dan protein pada jaringan lunak
membran ini (ICCVAM, 2006).
Efek iritasi yang terjadi pada uji HET-CAM diamati selama 300 detik pada
bagian CAM setelah pemberian senyawa uji. Efek iritasi yang diamati yaitu waktu
awal terjadinya hemoragi (perdarahan pada pembuluh darah), lisis (pecahnya
pembuluh darah) dan koagulasi (denaturasi protein vaskuler) (ICCVAM, 2006).
Menurut ICCVAM (2006), efek iritasi yang terjadi diberi skor sesuai
dengan waktu terjadinya hemoragi, lisis dan koagulasi dengan menggunakan
rumus:
Skor Iritasi =
tingkat iritasi kemudian ditentukan dari nilai rata-rata skor ketiga telur dan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel I. Kategori iritasi berdasarkan skor iritasi pada HET-CAM
Skor HET-CAM Kategori Iritasi
0-0,9 Tidak mengiritasi
1-4,9 Iritasi lemah
5-8,9 atau 5-9,9 Iritasi sedang
9-21 atau 10-21 Iritasi kuat
H. Uji Potensi Antibakteri
Metode pengukuran potensi antibakteri dapat dilakukan dengan beberapa
metode, antara lain:
1. Metode difusi
Metode ini mengukur aktivitas antimikroba berdasarkan pengamatan
luas zona jernih yang mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
mikroba dimana agen antimikroba akan berdifusi pada media Agar. Contoh
metode difusi antara lain metode disc diffusion (Kirby & Bauer) dan dan cup-
plate technique (metode sumuran). Pada metode disc diffusion, disc yang
berisi agen antimikroba diletakkan pada media Agar yang telah ditanami
mikroorganisme dimana agen antimikroba akan berdifusi pada media Agar
tersebut. Pada metode sumuran, Agar yang telah ditanami mikroorganisme uji
dibuat lubang sumuran kemudian ke dalam sumuran diberi agen antimikroba
yang akan diuji (Pratiwi, 2008).
2. Metode dilusi
Prinsip metode ini adalah larutan uji diencerkan sehingga diperoleh
beberapa konsentrasi. Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair
dan dilusi padat. Pada dilusi cair, cara yang dilakukan adalah dengan membuat
seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang masing-masing
ditambahkan mikroba uji. Pada dilusi padat dilakukan serupa dengan dilusi
cair namun menggunakan media padat. Masing-masing seri pengenceran yang
dibuat dicampurkan ke dalam media agar dan ditanami bakteri uji setelah
media telah memadat. Keuntungan metode ini dibandingkan dengan metode
difusi adalah dapat menentukan nilai KHM (kadar hambat minimum) dan
KBM (kadar bunuh minimum) dari larutan uji (Pratiwi, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Berdasarkan Suryawiria (cit., Zahro dan Agustini, 2013), aktivitas
antibakteri berdasarkan diameter zona hambat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel II. Klasifikasi aktivitas antibakteri berdasarkan diameter zona hambat
Aktivitas antibakteri Diameter zona hambat
(mm)
Lemah < 5
Sedang 5-10
Kuat 10-20
Sangat kuat > 20
I. Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) – Densitometri
Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase
diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). Kromatografi lapis tipis
(KLT) merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan
elektroforesis. Pada KLT fase diamnya berupa lapisan yang seragam pada
permukaan bidang datar yang didukung oleh plat kaca, plat alumunium, atau plat
plastik (Gandjar dan Rohman, 2007). Pada KLT, sampel ditotolkan (berbentuk
spot) atau semprotkan (berntuk garis) pada plat. Sampel akan berjalan melintasi
plat bersama dengan fase gerak, didorong oleh gaya kapilaritas. Pemisahan
komponen terjadi melalui mekanisme adsorpsi, partisi, eksklusi atau pertukaran
ion atau kombinasi dari mekanisme tersebut (Patnaik, 2004).
Pelaksanaan KLT lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan
kromatografi kolom. Peralatan yang digunakan pun sederhana sehingga dapat
dikatakan bahwa hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat
secara cepat (Gandjar dan Rohman, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
KLT dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan nilai Rf solut dengan Rf baku
sedangkan analisis kuantitatif dari suatu senyawa yang telah dipisahkan dengan
KLT biasanya dilakukan scanning dengan densitometer langsung pada permukaan
lempeng KLT. Prinsip densitometer yaitu pengukuran intensitas radiasi yang
direfleksikan dari permukaan lempeng ketika disinari dengan lampu UV atau sinar
tampak. Solut-solut yang mampu menyerap sinar akan dicatat sebagai puncak
(peak) dalam pencatat (recorder) (Gandjar dan Rohman, 2007).
J. Landasan Teori
Kulit buah manggis memiliki kandungan alfa mangostin, suatu derivat
xanthone yang memiliki aktivitas antibakteri. Ekstrak kulit buah manggis dapat
diformulasikan menjadi obat jerawat karena alfa mangostin diketahui dapat
menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis, suatu bakteri penginduksi
terjadinya jerawat.
Emulgel merupakan sediaan topikal gabungan dari dua sistem, yaitu
sistem emulsi di dalam sistem gel. Alfa mangostin merupakan senyawa yang
bersifat hidrofobik sehingga bentuk sediaan emulgel cocok digunakan sebagai
pembawa karena emulgel bersifat lebih stabil dan merupakan suatu pembawa
dengan pelepasan yang lebih baik bagi obat yang bersifat hidrofobik.
Sifat fisik dan stabilitas fisik suatu sediaan sangat penting karena
berpengaruh terhadap acceptability pasien dan efektifitas terapetik suatu sediaan.
Sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel dipengaruhi oleh proses pencampuran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
antara lain kecepatan putar. Kecepatan putar akan memberikan energi kinetik
yang akan menimbulkan gaya geser yang akan mempengaruhi viskositas sediaan
emulgel sehingga dapat mempengaruhi sifat fisik serta stabilitas fisiknya.
K. Hipotesis
Variasi kecepatan putar mixer memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel anti acne ekstrak kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L.) yang meliputi viskositas, daya sebar dan
pergeseran viskositas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni yang
bersifat eksploratif untuk mencari pengaruh kecepatan putar pada proses
pencampuran terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel anti acne ekstrak
kulit buah manggis dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecepatan putar
mixer.
b. Variabel tergantung.
1). Uji sifat fisik: viskositas, daya sebar.
2). Uji stabilitas fisik: pergeseran viskositas setelah penyimpanan selama
satu bulan.
3). Uji aktivitas antibakteri: diameter zona hambat.
c. Variabel pengacau terkendali.
1). Uji sifat fisik dan stabilitas fisik: jenis dan ukuran mixer, suhu
pencampuran, lama pencampuran, kondisi wadah dan penyimpanan,
lama penyimpanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2). Uji aktivitas antibakteri: kepadatan suspensi bakteri Staphylococcus
epidermidis (setara dengan larutan standar Mac Farland 1), diameter
lubang sumuran, dan lama inkubasi.
d. Variabel pengacau tak terkendali.
1). Uji sifat fisik dan stabilitas fisik: suhu ruangan saat proses pembuatan,
penyimpanan serta pengujian emulgel.
2). Uji aktivitas antibakteri: suhu inkubasi, suhu ruangan saat pengujian.
2. Definisi operasional
a. Ekstrak kulit buah manggis adalah ekstrak serbuk halus kering yang
berasal dari kulit buah tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) dengan
kandungan alfa mangostin minimal 25% yang diperoleh dari PT
Borobudur, Semarang.
b. Emulgel anti acne ekstrak kulit buah manggis adalah sediaan topikal
semisolid hasil emulsifikasi yang merupakan dispersi fase minyak dalam
air (M/A) yang dibuat dari bahan aktif ekstrak kulit buah manggis yang
digunakan untuk mengobati jerawat dengan formula yang tercantum dalam
penelitian ini.
c. Kecepatan putar adalah banyaknya putaran mixer per menit dalam proses
emulsifikasi, penambahan gelling agent (carbopol 940), dan netralisasi
carbopol 940 (penambahan trietanolamin).
d. Sifat fisik emulgel adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisik
emulgel yang meliputi viskositas dan daya sebar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
e. Stabilitas fisik emulgel adalah parameter yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya perubahan emulgel dalam penyimpanan yaitu
perubahan viskositas selama satu bulan penyimpanan.
f. Viskositas adalah suatu pertahanan dari emulgel untuk mengalir setelah
adanya pemberian gaya. Semakin besar viskositas, maka emulgel akan
makin tidak mudah untuk mengalir. Kriteria viskositas optimum adalah
200-300 dPas.
g. Daya sebar adalah diameter penyebaran tiap 1 gram emulgel pada alat uji
daya sebar yang diberi beban kaca dan pemberat hingga 125 gram dan
didiamkan selama 1 menit. Kriteria daya sebar optimum adalah 3-4 cm.
h. Pergeseran viskositas adalah presentase dari selisih viskositas emulgel
setelah 1 bulan penyimpanan dengan viskositas emulgel setelah 48 jam
pembuatan. Kriteria pergeseran viskositas optimum adalah < 10%.
i. Iritasi adalah terjadinya hemoragi, lisis dan koagulasi pada bagian
Chorioallantoic Membrane (CAM) telur ayam yang mungkin timbul
setelah pengaplikasian sediaan. Hemoragi merupakan perdarahan
pembuluh darah, lisis merupakan pecahnya pembuluh darah sedangkan
koagulasi merupakan denaturasi protein pada CAM.
j. Daya antibakteri emulgel ekstrak kulit buah manggis adalah
kemampuan dari emulgel ekstrak kulit buah manggis dalam menghambat
atau membunuh bakteri Staphylococcus epidermidis penyebab jerawat,
ditunjukkan oleh adanya diameter zona hambat yang dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
k. Zona hambat adalah zona jernih di mana tidak dijumpai pertumbuhan
bakteri Staphylococcus epidermidis atau terdapat pertumbuhan sedikit
sekali dibandingkan dengan kontrol pertumbuhan.
l. Staphylococcus epidermidis adalah salah satu bakteri penyebab jerawat
yang berasal dari kultur murni Staphylococcus epidermidis ATCC 12228
yang diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
C. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas (pipet
ukur, cawan petri, tabung reaksi, batang pengaduk, labu ukur, gelas ukur,
beaker glass, erlenmeyer) merk Pyrex-Japan, neraca digital, waterbath, mixer
merk Phillips modifikasi (Elecsa, USD), viscotester seri VT 04 (RION-
JAPAN), alat pengukur daya sebar, stopwatch, vortex, hot plate, stirer, jarum
ose, pelubang sumuran nomor 2, autoklaf, mistar, pipet mikro 100-1000 μL,
autosampler (Camag Linomat 5 No. 170610) dan densitometer (Camag TLC
scanner 3 CAT. No. 027.6485 SER. No. 160602).
2. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan adalah ekstrak kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) yang diperoleh dari PT Borobudur, Carbopol 940
(pharmaceutical grade), Tween 20, Span 20, parafin cair, propilen glikol,
metil paraben, propil paraben, trietanolamin, etanol 70%, aquadest, media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Muller-Hinton Broth (Merck), Muller-Hinton Agar (Oxoid), media Nutrient
Agar (Oxoid), Cindala®, bakteri uji Staphylococcus epidermidis yang
diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, HCl 1 M, NaCl 5%,
plat silica gel 60 F254, metanol p.a, kloroform p.a, etil asetat p.a, kertas saring,
telur ayam, NaCl 0,9%, NaOH 0,1 N.
D. Tata Cara Penelitian
1. Identifikasi bahan
a. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang diperoleh dari
PT Borobudur, Semarang dan telah diuji identitasnya, dibuktikan dengan
Certificate of Analysis.
b. Kultur murni bakteri uji Staphylococcus epidermidis yang diperoleh dari
Balai Kesehatan Yogyakarta dan telah diuji kemurniannya.
2. Pembuatan emulgel anti acne ekstrak kulit buah manggis dengan variasi
kecepatan putar
Formula yang digunakan untuk pembuatan emulgel anti acne ekstrak
kulit buah manggis mengacu pada formula emulgel hasil penelitian Mohamed
(2004) dengan formula sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel III. Formula emulgel chlorphenesin
Bahan emulgel Satuan (g)
Chlorphenesin 0,5
Carbopol 934 1
Parafin cair 5
Tween 20 1
Span 20 1,5
Propilen glikol 5
Etanol 2,5
Trietanolamin q.s
Metil Paraben 0,03
Propil Paraben 0,01
Purified water add 100
Dilakukan modifikasi dengan mengganti zat aktif dan beberapa
eksipiennya. Formula hasil modifikasi adalah sebagai berikut:
Tabel IV. Formula emulgel ekstrak kulit buah manggis (100 g emulgel)
Bahan emulgel Satuan (g)
Ekstrak kulit buah manggis 3
Carbopol 940 1
Parafin cair 5
Tween 20 1
Span 20 1,5
Propilen glikol 5
Etanol 70% 7,5
Trietanolamin 1,5
Metil Paraben 0,03
Propil Paraben 0,01
Aquadest 74,5
Cara pembuatan emulgel ekstrak kulit buah manggis:
Carbopol 940 dikembangkan dengan menggunakan sebagian aquadest
dari formula (60 ml) selama 24 jam. Semua bahan yang termasuk dalam fase
minyak (parafin cair dan span 20) dicampur terlebih dahulu di atas waterbath
pada suhu 70-80°C. Semua bahan yang termasuk fase air (tween 20 serta metil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dan propil paraben yang telah dilarutkan dalam propilen glikol) juga dicampur
terlebih dahulu pada suhu 70-80°C. Ekstrak kulit buah manggis dilarutkan
dalam etanol 70% kemudian ditambahkan ke dalam fase minyak. Fase minyak
dicampurkan ke dalam fase air dengan mixer selama 10 menit. Selanjutnya ke
dalam emulsi ditambahkan carbopol 940 yang sebelumnya telah
dikembangkan dengan aquadest serta ditambahkan sisa aquadest dan
dihomogenkan dengan mixer selama 10 menit. Trietanolamin ditambahkan ke
dalam campuran, kemudian campuran diaduk kembali dengan mixer selama 5
menit dan terbentuk emulgel. Proses pencampuran (emulsifikasi, penambahan
carbopol 940 dan penambahan trietanolamin) dilakukan sesuai dengan
kecepatan putar yang telah ditentukan. Emulgel yang telah terbentuk
disterilisasi panas basah dengan autoklaf pada suhu 115°C selama 20 menit,
tekanan 10 psi (0,68 atm).
Tabel V. Variasi kecepatan putar pada proses pembuatan emulgel
ekstrak kulit buah manggis
Formula Kecepatan putar (rpm)
1 100
2 300
3 500
4 700
5 900
3. Uji pH emulgel
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan indikator pH
universal, yaitu dengan memasukkan indikator pH universal (pH strips) ke
dalam emulgel ekstrak kulit buah manggis yang telah dibuat. Kemudian nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
pH ditentukan dengan cara membandingkan warna yang dihasilkan dengan
standar.
4. Uji Sterilitas Emulgel
a. Pembuatan media. Media untuk uji sterilitas adalah nutrient agar (NA).
Jumlah NA yang akan ditimbang dihitung terlebih dahulu sesuai dengan
kebutuhan. Untuk 1 L media, ditimbang sebanyak 28 gram NA. NA yang
sudah ditimbang kemudian dicampurkan dengan aquadest. Media
dipanaskan diatas hot plate magnetic stirrer hingga diperoleh cairan
berwarna kuning jernih. Media NA dituangkan dalam tabung reaksi
dengan volume 15 ml. Media disterilkan dengan menggunakan autoklaf
selama 15 menit tekanan 1 atm pada suhu 121oC. Media NA yang sudah
disterilkan kemudian dituang ke dalam cawan petri dan dibiarkan
memadat.
b. Uji sterilitas emulgel ekstrak kulit buah manggis. Uji sterilitas dilakukan
dengan menyiapkan sediaan yang akan uji. Ose dipanaskan dari pangkal
ke ujung hingga membara. Diambil 1 ose sediaan yang akan diuji
(dilakukan secara aseptis). Ose digoreskan di permukaan NA dalam cawan
petri secara zig-zag. Cawan petri dilapisi dengan menggunakan plastik
wrap dan diinkubasi terbalik pada suhu kamar selama 24 jam. Hasil yang
diperoleh diamati dan dibandingkan dengan kontrol kontaminasi media
dan kontrol emulgel tanpa sterilisasi. Tiap formula dilakukan replikasi
sebanyak tiga kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
5. Pengujian tipe emulsi dengan metode pengenceran
Emulgel diletakkan di atas gelas arloji kemudian ditambahkan fase air
(aquadest) dengan volume dua kali lipat volume emulgel dan diaduk dengan
batang pengaduk hingga merata. Dilakukan pula pengujian dengan
menggunakan fase minyak (parafin cair). Pengamatan dilakukan dengan
melihat apakah emulgel bercampur atau tidak.
6. Uji sifat fisik emulgel
a. Uji viskositas. Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat
Viscotester Rion-Japan seri VT 04. Emulgel dimasukkan ke dalam wadah
sebanyak 100 gram dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas
emulgel diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas.
Uji ini dilakukan 48 jam setelah pembuatan. Dilakukan replikasi sebanyak
3 kali. Viskositas yang dikehendaki dalam penelitian ini yaitu antara 200-
300 dPas.
b. Uji Daya Sebar. Pengujian daya sebar dilakukan dengan modifikasi
metode dari Garg, et al. (2002). Sediaan emulgel ditimbang seberat 1 gram
dan diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di atas emulgel diletakkan
kaca bulat lain dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 125
gram, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat penyebarannya.
Pengujian daya sebar dilakukan 48 jam setelah emulgel selesai dibuat.
Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Daya sebar yang dikehendaki di
dalam penelitian ini yaitu 3 – 5 cm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
7. Uji Stabilitas Fisik Emulgel
Uji stabilitas fisik dilihat dengan melihat presentase pergeseran
viskositas setelah penyimpanan selama satu bulan. Presentase pergeseran
viskositas dihitung dengan cara selisih viskositas setelah satu bulan
penyimpanan dan 48 jam setelah pendiaman dibandingkan dengan viskositas
48 jam setelah pendiaman dikalikan 100%. Pergeseran viskositas yang
dikehendaki dalam penelitian ini adalah < 10%.
8. Uji iritasi dengan HET-CAM
Uji iritasi dengan metode HET-CAM dilakukan sesuai rekomendasi
prosedur dari ICCVAM (2006). Uji iritasi dilakukan dengan menggunakan
telur ayam dimana uji dilakukan pada saat embrio berusia 9 hari. Pada saat uji
dilakukan, kulit telur disekitar rongga udara dibuka sehingga akan terlihat
membran dalam telur. Membran dalam tersebut dibasahi dengan larutan NaCl
0,9 % hingga membran berwarna bening. Setelah itu, dengan bantuan pinset
membran dalam dibuang sehingga akan terlihat chorioallantoic membrane
CAM. Dilakukan analisis visual ntuk memverifikasi apakah terdapat kondisi
dalam sistem vaskular CAM yang membuat telur tidak layak untuk uji.
Berikutnya sebanyak 0,3 gram sediaan uji ditempatkan pada permukaan CAM.
Setelah 20 detik, sediaan uji dicuci dengan larutan NaCl 0,9% hingga benar-
benar hilang. Telur kemudian diamati dibawah kaca pembesar selama 300
detik untuk mengamati apakah terjadi efek iritan pada pembuluh darah CAM
meliputi hemoragi, lisis dan koagulasi. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Efek iritasi yang terjadi diberi skor sesuai dengan waktu awal
terjadinya hemoragi, lisis dan koagulasi sehingga dapat ditentukan skor
iritasinya. Tingkat iritasi ditentukan dari nilai rata-rata skor ketiga telur dan
dapat dikategorikan apakah terjadi iritasi lemah, sedang, kuat atau tidak
mengiritasi.
9. Uji daya antimikroba emulgel ekstrak kulit buah manggis terhadap
Staphylococcus epidermidis
a. Pembuatan stok bakteri Staphylococcus epidermidis. Sebanyak 5 mL
media Muller-Hinton Agar (MHA) dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C
selama 15 menit. Setelah sterilisasi tabung reaksi dimiringkan dan
dibiarkan memadat. Diambil satu ose biakan murni Staphylococcus
epidermidis dan diinokulasikan secaran goresan zig-zag, kemudian
diinkubasikan selama 24 jam pada ruang inkubasi.
b. Pembuatan suspensi Staphylococcus epidermidis. Diambil satu sampai dua
ose koloni bakteri dari stok bakteri, dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang telah berisi 10 mL Muller-Hinton Broth (MHB) yang sudah di
sterilisasi, kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada ruang inkubasi.
Selanjutnya, kekeruhan suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis
disesuaikan dengan standar Mc Farland 1 (3,0 x 108 CFU/mL).
c. Pembuatan kontrol media. Media MHA steril dituang ke dalam cawan
petri, dan ditunggu hingga memadat, kemudian diinkubasi selama 24 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
pada ruang inkubasi. Setelah diinkubasi, diamati, dan dibandingkan
dengan perlakuan.
d. Pembuatan kontrol pertumbuhan bakteri uji Staphylococcus epidermidis.
Dalam kondisi aseptis, media MHA steril dengan suhu 45-50°C dituang ke
dalam cawan petri dan ditambahkan suspensi bakteri. Cawan petri
digoyang sehingga pertumbuhan bakteri dapat merata. Cawan petri
tersebut kemudian diinkubasi selama 24 jam pada ruang inkubasi. Setelah
diinkubasi, diamati pertumbuhan bakteri uji melalui kekeruhan media dan
dibandingkan dengan perlakuan.
e. Uji daya antibakteri emulgel ekstrak kulit buah manggis terhadap
Staphylococcus epidermidis. Dalam kondisi aseptis, sebanyak 15 mL
media MHA steril dengan suhu 45-50°C dituang ke dalam cawan petri
dengan diameter 12 cm dan dibiarkan memadat sebagai lapisan bawah.
Selanjutnya sebanyak 45 mL media MHA steril dengan suhu 45-50°C
ditambahkan suspensi bakteri, divortex dan dituang ke dalam cawan petri
sebagai lapisan atas. Cawan petri digoyang sehingga pertumbuhan bakteri
dapat merata dan dibiarkan memadat. Selanjutnya dibuat 7 lubang
sumuran dengan diameter 0,6 cm pada lapisan atas (jangan sampai ke
dasar). Ke dalam masing-masing lubang sumuran diberi basis emulgel
sebagai kontrol negatif, gel Cindala® sebagai kontrol positif dan emulgel
formula 1, formula 2, formula 3, formula 4 serta formula 5. Cawan petri
tersebut kemudian diinkunbasi selama 24 jam pada ruang inkubasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kemudian diukur zona hambat yang dihasilkan. Dilakukan replikasi
sebanyak 3 kali.
10. Penetapan kadar alfa mangostin dalam emulgel dengan KLT-
densitometri
a. Pembuatan fase gerak. Fase gerak yang digunakan pada penelitian ini yaitu
campuran kloroform-metanol-etil asetat (28:1,75:3,5) v/v. Fase gerak
dituang ke dalam bejana kromatografi kemudian kertas saring dimasukkan
dalam bejana yang berisi fase gerak. Bejana ditutup rapat dan dibiarkan
selama 1 jam hingga seluruh kertas saring terbasahi oleh fase gerak.
b. Pembuatan larutan stok alfa mangostin. Baku alfa mangostin ditimbang
sebanyak 0,5 mg dan dimasukkan dalam labu takar 5 ml, kemudian
dilarutkan dengan metanol p.a sampai tanda batas sehingga diperoleh
larutan stok alfa mangostin 0,1 mg/ml.
c. Pembuatan kurva baku alfa mangostin. Larutan stok alfa mangostin
ditotolkan menggunakan Linomat dengan volume 1; 2; 4; 8; 16 l pada
lempeng alumunim silica gel 60 F254 (20 x 20 cm) sehingga diperoleh seri
baku alfa mangostin 0,1; 0,2; 0,4; 0,8; 1,6 g. Lempeng silica kemudian
dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan
fase gerak kloroform-metanol-etil asetat (28:1,75:3,5) v/v. Pengembangan
dilakukan setinggi 8 cm, lempeng silica kemudian dikeluarkan dan
ditunggu hingga kering pada suhu kamar. Bercak diamati di bawah lampu
UV 254 nm kemudian dianalisis dengan densitometer (TLC-scanner) pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
panjang gelombang 319 nm. Bercak seri baku alfa mangostin diamati
puncak kromatogram dan nilai AUC yang muncul dengan menggunakan
software winCATS. Dengan metode regresi linier, nilai seri kadar (g/ml)
diplotkan terhadap nilai AUC masing-masing seri larutan baku sehingga
diperoleh persamaan kurva baku y = bx + a dimana y merupakan nilai
respon (AUC), x merupakan konsentrasi senyawa baku, a adalah intersep
dan b adalah slope. Pembuatan kurva baku dilakukan repetisi sebanyak
tiga kali.
d. Pembuatan larutan uji. Sejumlah 3 g sampel emulgel ekstrak kulit buah
manggis ditimbang seksama kemudian dilakukan pemecahan emulgel
dengan penambahan HCl 1 M sebanyak 5 mL. Sampel kemudian
dimasukkan kedalam corong pisah dan dilakukan ekstraksi cair-cair
dengan penambahan 20 mL kloroform. Fase kloroform (fase bawah)
kemudian dipisahkan. Ekstraksi cair-cair dengan klorofom dilakukan 2
kali. Fase klorofom kemudian ditambahkan dengan 10 mL NaCl 5% dan
diambil fase bawah. Klorofom pada larutan uji diuapkan di atas hot plate
hingga bobot tetap. Sampel kemudian dilarutkan pada labu ukur 5 ml
dengan metanol p.a hingga tanda batas. Larutan uji dibuat replikasi
sebanyak 3 kali.
e. Penetapan kadar alfa mangostin dalam ekstrak kulit buah manggis.
Sebanyak 1 L larutan uji ditotolkan pada lempeng silica gel 60 F254
menggunakan Linomat, kemudian dikembangkan dalam bejana
kromatografi yang telah dijenuhkan dengan fase gerak kloroform-metanol-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
etil asetat (28:1,75:3,5) v/v. Pengembangan dilakukan setinggi 8 cm.
Lempeng silica kemudian dikeluarkan dan ditunggu hingga kering. Bercak
diamati di bawah lampu UV 254 nm kemudian dianalisis dengan
densitometer (TLC-scanner) pada panjang gelombang 319 nm. Puncak
kromatogram dan nilai AUC yang muncul diamati dengan menggunakan
software winCATS. Kadar alfa mangostin dalam sampel ditentukan
dengan memasukkan nilai AUC yang diperoleh sebagai nilai y pada
persamaan kurva baku yang paling baik.
E. Analisis Data
Pada penelitian ini akan diperoleh beberapa data, yaitu: data sifat fisik
meliputi viskositas dan daya sebar emulgel 48 jam setelah pembuatan, profil
pergeseran viskositas selama 1 bulan penyimpanan, daya anti bakteri berupa
diameter zona hambat dari tiap-tiap formula emulgel serta kadar alfa mangostin
dalam emulgel ekstrak kulit buah manggis. Analisis dilakukan untuk mengetahui
signifikansi pengaruh kecepatan putar terhadap sifat fisik, stabilitas fisik dan daya
anti bakteri emulgel ekstrak kulit buah manggis serta ada tidaknya perubahan
kadar emulgel selama penyimpanan.
Data viskositas, daya sebar, pergeseran viskositas dan zona hambat
dianalisis dengan uji Saphiro-wilk (untuk sampel yang kurang dari atau sama
dengan 50) untuk melihat kenormalan distribusi data dan uji kesamaan varians
Levene’s test untuk melihat kesamaan varians (Dahlan, 2009). Dalam uji
normalitas Shapiro-wilk dengan taraf kepercayaan 95%, jika nilai probability
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
value (p-value) lebih dari 0,05 maka data terdistribusi normal sedangkan jika p-
value kurang dari 0,05 maka data terdistribusi tidak normal (Istyastono, 2012).
Data yang diperoleh terdiri dari 5 kelompok formula sehinnga pengujian
dilakukan dengan menggunakan one way ANOVA atau uji Kruskal-wallis dimana
uji ini digunakan untuk uji > 2 kelompok data tidak berpasangan. Jika data sesuai
dengan kriteria uji statistik parametrik yakni memiliki distribusi data yang normal
dan kesamaan varians, maka analisis dilanjutkan dengan pengujian signifikansi
menggunakan one way ANOVA. Jika data tidak memenuhi kriteria uji statistik
parametrik, maka analisis data menggunakan uji statistik non-parametrik yaitu uji
Kruskal-wallis. Pada uji one way ANOVA dan Kruskal-wallis dengan tingkat
kepercayaan 95%, maka faktor dikatakan berpengaruh signifikan jika nilai p-value
kurang dari 0,05 yang berarti paling tidak terdapat dua kelompok data yang
memiliki perbedaan signifikan (Dahlan, 2009).
Analisis Post-Hoc dilakukan apabila data berbeda signifikan dimana uji
Post-Hoc dilakukan untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan
signifikan (Dahlan, 2009). Analisis Post-Hoc untuk ANOVA yaitu dengan uji T
sedangkan untuk Kruskal-wallis adalah dengan uji Wilcoxon. Pada uji T dua arah
dan Wilcoxon dua arah, dengan tingkat kepercayaan 95%, maka dua kelompok
dikatakan berbeda jika nilai p-value kurang dari 0,05.
Analisis penetapan kadar dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
perubahan kadar setelah penyimpanan emulgel selama satu bulan. Data yang
didapat dianalisis dengan uji Saphiro-wilk terlebih dahulu untuk melihat
kenormalan distribusi data dan uji kesamaan varians F-test untuk melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
kesamaan varians dua kelompok data. Pada uji kesamaan varians F-test dengan
taraf kepercayaan 95%, jika nilai p-value lebih dari 0,05 maka variansinya sama
sedangkan jika p-value kurang dari 0,05 maka variansinya berbeda. Apabila data
terdistribusi normal maka uji dilakukan dengan menggunakan uji T berpasangan
sedangkan jika data terdistribusi tidak normal maka digunakan uji Wilcoxon. Pada
uji T berpasangan dan Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95%, maka dua
kelompok dikatakan berbeda jika nilai p-value kurang dari 0,05. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan software R 2.13.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Ekstrak Kulit Buah Manggis
Penelitian ini menggunakan ekstrak kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) yang diperoleh dari PT Borobudur, Semarang. Identifikasi
dilakukan dengan pengamatan organoleptis, meliputi: bentuk, warna, dan bau.
Ekstrak kulit buah manggis berwujud serbuk halus, berwarna coklat muda dan
berbau khas aromatik. Identifikasi dibuktikan dengan Certificate of Analysis
(CoA) yang terlampir di lampiran 1.
B. Formulasi Emulgel dengan Variasi Kecepatan Putar Mixer
Ekstrak kulit buah manggis diketahui memiliki aktivitas antimikroba
terhadap berbagai jenis mikroorganisme antara lain: Staphylococcus aereus,
Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhimurium,
spesies Enterococcus, Mycobacterium tuberculosis dan Propionibacterium acnes.
Studi fitokimia menunjukkan bahwa aktivitas antimikroba tersebut berasal dari
xanthone. Alfa mangostin merupakan turunan xanthone memiliki aktivitas
antibakteri yang paling poten (Torrungruang, et al., 2007).
Ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi
terhadap bakteri penyebab timbulnya peradangan jerawat yaitu Propionibacterium
acnes dan Staphylococcus epidermidis. Ekstrak etanol kulit buah manggis dengan
kandungan alfa mangostin 18,03 ± 0,71 % b/b memiliki nilai KHM 7,81 g/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
untuk kedua strain bakteri dan nilai KBM 15,63 g/ml untuk Propionibacterium
acnes dan 62,50 g/ml untuk Staphylococcus epidermidis (Pothitirat, et al., 2010).
Berdasarkan data tersebut, maka ekstrak kulit buah manggis memiki peluang
untuk dapat diformulasikan menjadi suatu sediaan obat jerawat.
Bentuk sediaan yang dipilih adalah emulgel yang merupakan suatu sistem
gabungan antara emulsi dan gel. Zat aktif yang digunakan yaitu alfa mangostin
merupakan senyawa yang bersifat hidrofob. Bentuk sediaan gel memiliki banyak
kelebihan serta banyak digunakan dalam penghantaran obat secara topikal.
Namun, sistem gel ini memiliki keterbatasan pada penghantaran obat yang bersifat
hidrofobik sedangkan pada bentuk sediaan emulsi memiliki keterbatasan pada
stabilitasnya. Oleh karena itu peneliti memilih bentuk sediaan emulgel dimana
menurut Panwar, et al. (2011) emulgel merupakan suatu bentuk formulasi yang
baik untuk obat yang bersifat hidrofobik untuk pengahantaran obat secara topikal.
Bentuk sediaan emulgel ini bersifat lebih stabil dan merupakan pembawa yang
lebih baik bagi penghantaran obat yang bersifat hidrofobik. Pemilihan bentuk
sediaan emulgel juga dimaksudkan untuk meningkatkan acceptability pengguna
karena dapat menyamarkan warna coklat dari ekstrak kulit buah manggis sehingga
diharapkan lebih acceptable. Selain itu, emulgel juga merupakan suatu bentuk
variasi sediaan topikal yang banyak memiliki karakteristik menguntungkan seperti
sifat tiksotropi, tidak berminyak, daya sebarnya baik, mudah dicuci, emolien,
transparan dan tampilannya yang menarik. Obat yang bersifat hidrofobik dapat
disatukan ke dalam gel dengan menggunakan emulsi sistem M/A yang kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
ditambahkan gelling agent agar membentuk sistem gel yang dapat meningkatkan
stabilitas sediaan yang dibuat.
Bahan yang digunakan antara lain ektrak kulit buah manggis, carbopol
940, trietanolamin, parafin cair, propilen glikol, tween 20, span 20, metil paraben,
propil paraben, etanol 70% dan aquadest. Kulit buah manggis merupakan zat aktif
yang mengandung alfa mangostin yang berfungsi sebagai obat jerawat karena
memiliki aktivitas antibakteri. Ekstrak kulit buah manggis yang digunakan dalam
formula yaitu sebanyak 3% (3 gram untuk setiap 100 gram sediaan) yang
diperoleh dari hasil orientasi peneliti berdasarkan efektivitas (dilihat dari besarnya
zona hambat) serta penampilan yang dihasilkan. Orientasi yang dilakukan peneliti
yaitu dengan menggunakan konsentrasi ekstrak sebanyak 1%, 2%, 4%, 8%. Uji
zona hambat dilakukan terhadap bakteri uji Staphylococcus epidermidis
menggunakan metode difusi sumuran. Hasil zona hambat yang diperoleh yaitu
sebagai berikut:
Tabel VI. Hasil uji zona hambat formula orientasi emulgel terhadap
Staphylococcus epidermidis dengan variasi konsentrasi ekstrak kulit buah
manggis
Konsentrasi
ekstrak (%)
Rata-rata diameter zona
hambat ± SD (mm)
Kategori
1 4,08 ± 1,66 Lemah
2 6 ± 1,15 Sedang
4 8,42 ± 0,76 Sedang
8 9,83 ± 2,98 Sedang
Berdasarkan klasifikasi Suryawiria (cit., Zahro dan Agustini, 2013) yang
didasarkan pada diameter zona hambat (Tabel II), maka dapat dinyatakan bahwa
aktivitas antibakteri hasil orientasi formula emulgel ekstrak kulit buah manggis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dengan konsentrasi 2%, 4% dan 8% menghasilkan diameter zona hambat yang
tergolong dalam kategori sedang. Penampilan sediaan yang dihasilkan yaitu
semakin besar jumlah ekstrak yang digunakan, penampilan emulgel semakin tidak
acceptable. Emulgel mulai terlihat tidak acceptable pada penggunaan eksrak
dengan konsentrasi 4%. Oleh karena itu peneliti menggunakan ekstrak kulit buah
manggis sebanyak 3% (3 gram untuk setiap 100 gram sediaan) dimana diperoleh
hasil zona hambat yang sedang dan penampilan yang acceptable.
Etanol 70% digunakan sebagai pelarut ekstrak kering kulit buah manggis.
Ekstrak kulit buah manggis yang terlarut dalam etanol 70% kemudian dimasukkan
ke dalam fase minyak dimana nantinya ekstrak kulit buah manggis yang terlarut
dalam etanol 70% dapat terpartisi di dalam fase minyak sehingga dapat
membentuk emulgel dengan tipe M/A. Emulgel yang dibuat diharapkan memiliki
tipe emulsi M/A karena memiliki keuntungan yakni droplet minyak berada di
dalam fase air sehingga tidak lengket, mudah dicuci dan tidak memperparah
jerawat. Pemilihan etanol 70% sebagai pelarut dikarenakan ekstrak kulit buah
manggis dapat larut dalam etanol 70%. Selain itu, pemilihan pelarut ini
disesuaikan dengan pelarut yang digunakan saat ekstraksi senyawa dari kulit buah
manggis yang tertera dalam CoA (Lampiran 1). Berdasarkan hasil orientasi
peneliti, etanol 70% yang digunakan yaitu sebanyak 7,5 gram untuk melarutkan 3
gram ekstrak kering kulit buah manggis (100 gram sediaan). Berdasarkan
Cosmetic Products Notification Portal (2013), maksimum penggunaan etanol
pada sediaan skin care seperti krim, lotion, gel yaitu sebanyak 10% b/b. Maka
penggunaan etanol pada emulgel masuk pada range yang diperbolehkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Parafin cair dan propilen glikol berfungsi sebagai moisturizer. Moisturizer
berdasarkan mekanisme aksinya dapat dibedakan menjadi beberapa golongan,
antara lain emolien dan humektan. Parafin cair berfungsi sebagai emolien yaitu
suatu senyawa yang bekerja dengan cara melapisi kulit dengan droplet minyak
sehingga dapat mencegah dehidrasi atau hilangnya air pada saat sediaan
diaplikasikan ke kulit (Lynde, 2001). Parafin cair juga berfungsi sebagai fase
minyak.
Propilen glikol berfungsi sebagai humektan yang dapat menjaga
kelembaban, baik kelembaban dari sediaan emulgel sendiri maupun kelembaban
kulit saat emulgel diaplikasikan. Humektan bekerja dengan cara menarik air
menuju stratum korneum (Lynde, 2001). Mekanisme propilen glikol sebagai
humektan adalah dengan cara membentuk ikatan hidrogen antara gugus –OH pada
propilen glikol dengan air yang terdapat pada lingkungan (Prankerd, 2004).
Tween 20 dan span 20 digunakan sebagai emulsifying agent. Kombinasi
emulsifying agent dipilih karena dapat menghasilkan tipe emulsi yang diinginkan,
yaitu M/A sesuai dengan proporsi tween dan span yang digunakan (Martin, et al.,
1993). Emulgel yang dibuat memiliki nilai HLB 11,84 (lampiran 4) yang
merupakan tipe emulsi M/A (Martin, et al., 1993).
Prinsip kerja kombinasi tween (hidrofilik) dan span (lipofilik) ini adalah
bagian hidrokarbon molekul span berada dalam globul minyak dan radikal
sorbitan berada dalam fase air. Kepala sorbitan dari molekul span mencegah ekor
hidrokarbon bergabung erat dalam fase minyak. Ketika tween ditambahkan,
senyawa ini akan mengarah pada antarmuka sehingga sebagian ekor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
hidrokarbonnya berada pada fase minyak, sedangkan sisa rantainya, bersama
dengan cincin sorbitan dan rantai polioksietilen berada dalam fase air. Rantai
hidrokarbon molekul tween teramati berada dalam globul minyak di antara rantai
span, dan penyusunan ini menghasilkan gaya tarik-menarik Van der Waals yang
efektif. Dengan cara ini, lapisan antarmuka diperkuat dan stabilitas emulsi M/A
ditingkatkan melawan penggabungan partikel (Martin, et al., 1993).
Gambar 14. Skema droplet minyak pada emulsi minyak dalam air,
menunjukkan arah molekul tween dan span pada antarmuka (Sinko, 2011).
Carbopol merupakan polimer sintetik dari asam akrilat dengan bobot
molekul tinggi. Rantai polimernya membentuk silang-menyilang (crosslinked)
dengan alil sukrosa atau alil pentaeritritol. Carbopol terdiri dari 52% – 68% gugus
asam karboksilat (COOH). Carbopol 940 digunakan sebagai gelling agent dengan
konsentrasi 0,5 - 2% (Rowe, et al., 2009). Menurut Curteis (1991), carbopol 940
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
cocok dipilih sebagai gelling agent jika digunakan untuk menghasilkan viskositas
yang tinggi pada konsentrasi rendah.
Carbopol dalam bentuk tidak terdispersi berbentuk serbuk putih yang
mengandung molekul rantai panjang dalam bentuk coil. Setelah mengalami reaksi
tertentu molekul akan menjadi uncoil yang menyebabkan viskositas meningkat
(Curteis, 1991). Secara umum, mekanisme pengentalan yang terjadi
dimungkinkan melalui dua mekanisme sebagai berikut:
1. Metode ikatan hidrogen
Metode ini hanya dapat terjadi pada sistem pelarut polar karena sistem
ini membutuhkan penggunaan pelarut yang dapat mendonorkan gugus
hidroksil. Hasil ikatan hidrogen antara gugus karboksil dari carbopol dan
gugus hidroksil dari pelarut akan menyebabkan molekul menjadi uncoil dan
terjadi kekentalan. Pelarut yang dapat digunakan pada metode ini terbatas
seperti polihidroksi dan polietoksi seperti diol, triol dan poliol. Proses ini jauh
lembih lambat dari metode netralisasi dimana membutuhkan waktu beberapa
jam hingga pengentalan terjadi sempurna (Curteis, 1991).
Gambar 15. Gambaran skematis molekul carbopol dalam keadaan uncoil
dengan ikatan hidrogen (Curteis, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
2. Netralisasi
Metode ini dapat digunakan baik pada sistem dengan pelarut polar
maupun nonpolar (Curteis, 1991). Carbopol yang didispersikan ke dalam air
akan membentuk dispersi koloid asam dengan viskositas yang rendah. Ketika
dinetralkan dengan basa, maka akan terbentuk gel yang sangat kental. Bahan-
bahan yang dapat digunakan dalam penetralan polimer carbopol adalah borax,
kalium hidroksida, natrium bikarbonat, natrium hidroksida dan amin organik
polar seperti trietanolamin (Rowe, et al., 2009).
Penelitian ini menggunakan metode netralisasi yaitu dengan
mendispersikan carbopol dalam air dan dinetralisasi dengan trietanolamin.
Carbopol merupakan polimer sintetik asam akrilik yang membentuk cross-
link sebagai berikut:
Gambar 16. Cross-link polimer asam akrilat dalam bentuk coil (sebelum
kontak dengan air) (Noveon, 2008).
Carbopol termasuk dalam salah satu polimer sintetik yang pada saat
berbentuk serbuk memiliki struktur coil. Saat didispersikan dalam air,
carbopol akan mengembangkan rantai-rantai polimernya dan mulai terbentuk
struktur uncoil serta memperlihatkan gugus asam bebas (Walters, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Sebelum netralisasi, carbopol di dalam air akan ada dalam bentuk tak terion
pada pH sekitar 3 (Osborne and Amann, 1990).
Gambar 17. Cross-link polimer asam akrilat saat didispersikan dalam air
(mulai terbentuknya sistem uncoil) (Noveon, 2008).
Penambahan basa trietanolamin membuat terjadinya netralisasi gugus
asam karboksilat membentuk garam yang larut (Osborne and Amann, 1990).
Netralisasi mengionisasi gugus karboksilat molekul carbopol sehingga
menghasilkan muatan negatif disepanjang backbone polimer dan terjadi gaya
tolak menolak elektrostatik yang menyebabkan molekul uncoil dan
meningkatkan viskositas dengan waktu reaksi yang cepat (Walters, 2007).
Gambar 18. Cross-link polimer asam akrilat dalam bentuk uncoil setelah
netralisasi (Noveon, 2008).
Preservative yang digunakan pada pembuatan emulgel ini adalah
kombinasi metil paraben dan propil paraben. Kombinasi ini dimaksudkan untuk
menghasilkan efek pengawet sediaan yang lebih efektif. Konsentrasi metil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
paraben untuk penggunaan topikal adalah 0,02-0,3%, sedangkan propil paraben
0,01-0,6% (Rowe, et al., 2009).
Faktor yang akan dilihat pengaruhnya adalah kecepatan putar mixer pada
proses pencampuran (emulsifikasi, penambahan carbopol 940 dan penambahan
trietanolamin). Variasi kecepatan putar yang digunakan adalah 100, 300, 500 700,
900 rpm.
C. Pengamatan Organoleptis Emulgel
Pengamatan organoleptis dilakukan untuk melihat penampilan fisik dari
sediaan emulgel yang dibuat, meliputi bentuk, warna dan bau. Seluruh formula
emulgel ekstrak kulit buah manggis yang dibuat berbentuk semisolid, berbau khas
ekstrak kulit buah manggis dan berwarna kuning kecoklatan. Pada kecepatan putar
100 rpm diperoleh sediaan yang tidak acceptable dikarenakan adanya carbopol
yang belum bercampur homogen. Pada kecepatan putar 300 rpm carbopol telah
bercampur homogen. Semakin meningkatnya kecepatan putar memberikan
penampilan emulgel yang semakin halus dan merata.
Gambar 19. Sediaan emulgel saat diaplikasikan pada kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
D. Uji pH Emulgel
Sediaan emulgel yang dibuat perlu dilakukan uji pH untuk menghindari
terjadinya iritasi pada kulit sehingga aman dan nyaman saat digunakan. Pengujian
dilakukan menggunakan indikator kertas pH universal. Emulgel pada penelitian
ini memiliki pH 5-6 dimana masuk dalam rentang pH fisiologis kulit yaitu 4,5 –
6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007) sehingga tidak mengiritasi kulit.
E. Uji Sterilitas Emulgel
Uji sterilitas dilakukan untuk memastikan sterilitas dari sediaan emulgel
yang telah dibuat. Sediaan obat jerawat perlu dilakukan steriliasi agar menjadi
sediaan yang steril karena terdapat kemungkinan obat jerawat tersebut akan
dioleskan pada kulit yang mengalami luka terbuka akibat pecahnya jerawat.
Sediaan yang ditujukan untuk penggunaan luka terbuka pada kulit adalah sediaan
steril (Benson and Watkinson, 2012). Sterilisasi akan membuat sediaan bebas dari
kontaminan bakteri sehingga saat sediaan digunakan sebagai obat jerawat tidak
mempengaruhi proses penyembuhan jerawat.
Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan sterilisasi panas basah yaitu
dengan autoklaf pada suhu 115°C selama 20 menit. Pada penggunaan autoklaf
mikrobia akan mengalami denaturasi dan koagulasi protein esensial pada
mikroorganisme akibat adanya panas basah bertekanan (Ansel and Popovich,
1990). Pada penelitian ini, alasan penggunaan autoklaf adalah karena berdasarkan
Ghazali, Lian, and Ghani (2010) alfa mangostin memiliki melting point 180-
182°C sehingga diharapkan penggunaan autoklaf dapat mensterilkan sediaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dengan suhu dibawah melting point tersebut karena menurut Ansel and Popovich
(1990) penggunaan panas basah memungkinkan mikroorganisme dapat mati pada
suhu yang lebih rendah dibandingkan penggunaan panas kering. Selain itu, bahan
formulasi yang digunakan tidak rusak ketika diautoklaf. Melting point suatu
senyawa merupakan suhu dimana material mengalami perubahan dari bentuk
padat menjadi cair. Senyawa organik akan meleleh saat mendekati atau mencapai
melting point-nya. Secara umum, banyak senyawa yang dapat mengkristal dengan
berbagai bentuk struktur kristal yang berbeda. Perubahan bentuk kristal ini sangat
dipengaruhi oleh temperatur (Katritzky, Jain, Lomaka, Petrukhin, Maran, and
Karelson, 2001). Oleh karena itu pemilihan suhu sterilisasi sebaiknya dilakukan
dibawah melting point senyawa untuk menghindari kemungkinan terjadinya
perubahan bentuk kristal jika terjadi rekristalisasi setelah pelelehan yang dapat
menyebabkan perubahan melting point dan atau perubahan efek.
Pemilihan suhu dan lama sterilisasi didasarkan pada penelitian Cahyono
(2014) dimana suhu dan lama yang digunakan adalah suhu dan lama yang
menghasilkan perubahan sifat fisik sekecil mungkin dan menghasilkan sediaan
yang steril. Hasil penelitian menyatakan bahwa pada suhu 115°C selama 20 menit
diperoleh sediaan yang telah steril dan sifat fisik yang baik dimana tidak terjadi
pemisahan fase emulgel, viskositas setelah sterilisasi masih berada pada rentang
200-300 dPas dan daya sebar masih berada dalam rentang 3-5 cm. Hasil yang
diperoleh yaitu kelima formula emulgel telah steril sehingga aman digunakan
pada jerawat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gambar 20. Uji sterilitas emulgel (kiri) dibandingkan dengan kontrol
kontaminasi media (kanan)
F. Uji Tipe Emulsi
Uji tipe emulsi dilakukan untuk menentukan apakah emulsi yang dibuat
merupakan tipe A/M atau M/A. Pengujian tipe emulsi dapat dilakukan dengan
metode warna, metode pengenceran, percobaan pencucian, percobaan cincin dan
pengukuran daya hantar (Voigt, 1995). Tipe emulsi yang diharapkan pada
penelitian ini yaitu tipe M/A karena jika digunakan tipe emulsi A/M yang
memiliki fase luar minyak dapat memperparah jerawat yang timbul.
Pengujian yang dilakukan menggunakan metode pengenceran. Metode ini
berdasar atas adanya kenyataan bahwa fase luar emulsi dapat diencerkan. Jika
kedalam sedikit sampel emulsi ditambahkan sedikit air dan setelah pengocokan
atau pengadukannya diperoleh kembali emulsi yang homogen, maka emulsi yang
diuji berjenis M/A. Jika sampel dicampur dengan minyak maka hal ini akan
menyebabkan pecahnya emulsi. Pada emulsi tipe A/M akan diperoleh hasil yang
sebaliknya (Voigt, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Hasil pengujian tipe emulsi dengan metode pengenceran menunjukkan
bahwa sediaan emulgel yang dibuat bercampur homogen dengan penambahan
aquadest (fase air) dan mengalami pemisahan dengan penambahan parafin cair
(fase minyak) berlebih. Hal ini menunjukkan bahwa fase eksternal dari sistem
emulgel yang dibuat adalah air, sehingga tipe emulsi dari sediaan emulgel yang
dibuat adalah tipe emulsi M/A.
Uji tipe emulsi juga dilakukan pada saat sediaan belum ditambahkankan
gelling agent (masih dalam bentuk emulsi). Hal ini dilakukan sebagai penegasan
tipe emulsi dari sediaan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa emulsi yang
dibuat larut dalam fase air dan mengalami pemisahan dengan penambahan fase
minyak berlebih sehingga dapat disimpulkan bahwa tipe emulsi dari sediaan
adalah M/A. Hal ini telah sesuai dengan nilai perhitungan HLB (lampiran 4)
dimana berdasarkan nilai HLB, tipe emulsi yang terbentuk adalah M/A.
Gambar 21. Uji tipe emulsi: a) emulgel dengan penambahan fase air, b)
emulgel dengan penambahan fase minyak, c) emulsi dengan penambahan
fase air, d) emulsi dengan penambahan fase minyak
G. Uji Sifat Fisik Emulgel
Sediaan emulgel yang dibuat selanjutnya diuji sifat fisiknya meliputi
viskositas dan daya sebar. Sifat fisik merupakan hal yang penting karena
berhubungan dengan acceptability bagi pengguna.
a b c d
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel VII. Hasil uji sifat fisik emulgel setelah sterilisasi
Formula Kecepatan putar
(rpm)
Rata-rata viskositas
(dPas)
Rata-rata daya sebar
(cm)
1 100 256,67 ± 5,77 3,67 ± 0,03
2 300 243,33 ± 2,89 3,7 ± 0,05
3 500 233,33 ± 2,89 3,71 ± 0,06
4 700 228,33 ± 5,77 3,78 ± 0,06
5 900 225 ± 5 3,88 ± 0,08
Viskositas merupakan pernyataan tahanan untuk mengalir dari suatu
sistem di bawah stress yang digunakan. Makin kental suatu cairan, makin besar
kekuatan yang diperlukan untuk digunakan supaya cairan tersebut dapat mengalir
dengan laju tertentu (Martin, et al., 1993). Viskositas suatu sediaan tidak boleh
terlalu tinggi (kental) atau terlalu rendah (encer). Seiring dengan meningkatnya
viskositas, maka dapat meningkatkan waktu retensi pada tempat aplikasi namun
akan menurunkan daya sebarnya (Garg, et al., 2002). Viskositas yang dikehendaki
yaitu 200-300 dPas dimana pada viskositas 200 dPas tidak terlalu encer dan pada
viskositas 300 dPas tidak terlalu kental. Pengukuran viskositas dilakukan setelah
sediaan disteriliasasi dan dilakukan pendiaman selama 48 jam. Pendiaman ini
bertujuan untuk membebaskan sistem dari pengaruh energi dan gaya geser yang
ditimbulkan selama pembuatan, yang dapat mempengaruhi nilai viskositas.
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viscotester Rion-
Japan seri VT-04 dengan rotor nomor 2 karena memiliki rentang pengukuran 100-
4000 dPas. Saat pengukuran, setelah emulgel dituang ke dalam wadah viscotester
didiamkan terlebih dahulu selama 5 menit (untuk menyamakan perlakuan) yang
bertujuan untuk membebaskan emulgel dari pengaruh gaya geser yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
diakibatkan oleh penuangan emulgel. Nilai viskositas emulgel ditunjukkan dengan
skala yang ditunjukkan oleh jarum pada alat viscotester tersebut.
Sifat fisik lainnya yang diukur adalah daya sebar. Pengukuran daya sebar
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana emulgel dapat menyebar ketika
diaplikasikan pada kulit. Daya sebar merupakan karakteristik penting dalam
formulasi yang bertanggung jawab terhadap kemudahan saat diaplikasikan di kulit,
pengeluaran dari wadah dan dapat mempengaruhi penerimaan konsumen.
Efektivitas terapi suatu sediaan topikal juga dipengaruhi oleh nilai daya sebar
(Garg, et al., 2002). Daya sebar suatu sediaan pada umumnya berbanding terbalik
dengan viskositas sediaan tersebut. Daya sebar yang diinginkan pada penelitian ini
adalah 3-5 cm dimana pada nilai daya sebar tersebut sediaan dengan mudah
diaplikasikan tanpa memerlukan tekanan yang besar, tetapi juga bisa
mempertahankan waktu tinggal di kulit.
Hasil yang diperoleh semua formula masuk dalam range viskositas yang
diharapkan, dimana viskositas tertinggi adalah formula dengan kecepatan putar 100
dan viskositas terendah adalah formula dengan kecepatan putar 900 rpm. Untuk
daya sebar, semua formula juga memenuhi range daya sebar yang diharapkan
dimana daya sebar terbesar yaitu formula dengan kecepatan putar 900 rpm dan
daya sebar terkecil ditunjukkan oleh formula dengan kecepatan putar 100 rpm.
H. Uji Stabilitas Fisik Emulgel
Stabilitas fisik juga penting dalam menentukan acceptability dari pasien.
Stabilitas emulgel menunjukkan kemampuan emulgel dalam menjaga sifat fisik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
yang sesuai dengan kriteria dan menjamin kualitas sediaan. Stabilitas emulgel bisa
dilihat dari tidak berubahnya bentuk, warna, bau, pH, viskositas, sifat alir, tekstur,
ukuran droplet, serta ada tidaknya pemisahan selama penyimpanan.
Pengamatan organoleptis setelah penyimpanan emulgel setelah satu bulan
menunjukkan tidak terjadinya perubahan penampilan dari emulgel baik dari
bentuk, warna maupun bau yang dihasilkan serta tidak terjadi pemisahan fase. pH
sediaan setelah satu bulan penyimpanan juga tidak menunjukkan perubahan. Hal
ini menunjukkan bahwa emulgel yang dibuat memiliki stabilitas yang baik.
Gambar 22. Penampilan emulgel setelah pembuatan (kiri) dan setelah
penyimpanan satu bulan (kanan)
Stabilitas fisik emulgel diukur secara kuantitatif dengan melihat
pergeseran viskostas setelah satu bulan penyimpanan. Besarnya persen pergeseran
viskositas merupakan selisih antara viskositas pada awal pembuatan dan
viskositas setelah penyimpanan dibagi viskositas awal pembuatan dikalikan
100%. Sediaan emulgel dikatakan stabil jika pergeseran viskositas awal setelah
pembuatan dan setelah penyimpanan selama satu bulan kecil. Pada penelitian ini
pergeseran viskositas yang dikehendaki peneliti yaitu <10% yang didasarkan pada
penelitian Suryarini (2011) dimana digunakan standar pergeseran viskositas <10%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
untuk bentuk sediaan emulgel. Pergeseran viskositas dapat menggambarkan
stabilitas emulgel selama penyimpanan karena viskositas sediaan emulsi akan
cenderung menurun selama penyimpanan. Hal ini karena dalam penyimpanan
emulsi dapat mengalami kecenderungan ketidakstabilan berupa koalesen.
Koalesen menyebabkan ukuran droplet semakin membesar dan menurunkan
viskositas sediaan (Nielloud and Marti-Mestres, 2000). Ketidakstabilan berupa
koalesen ini dapat mengurangi acceptability konsumen serta dosis penggunaan
juga menjadi kurang tepat.
Tabel VIII. Hasil uji stabilitas fisik emulgel
Formula Kecepatan putar
(rpm)
Rata-rata pergeseran viskositas
(%)
1 100 5,85 ± 0,13
2 300 5,48 ± 1,22
3 500 7,16 ± 2,51
4 700 5,87 ± 1,39
5 900 5,20 ± 1,40
Hasil uji pergeseran viskositas, seluruh formula memenuhi persyaratan
yang ditetapkan, yaitu < 10%. Profil viskositas menunjukkan tidak terjadinya
penurunan viskositas pada seluruh formula pada penyimpanan melainkan
terjadinya peningkatan viskositas. Peningkatan viskositas yang terjadi dapat
dikarenakan polimer pada emulgel yang sebelumnya terurai akibat gaya geser dari
mixer, saat pencampuran selesai dan dilakukan pendiaman, pengaruh gaya geser
tersebut akan semakin menurun dan polimer akan mulai membentuk kembali
konformasi globular berupa struktur tiga dimensi dalam sistem sehingga terjadi
peningkatan viskositas (Amiji and Sandmann, 2003). Pembentukan konformasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
ini diduga masih berlangsung pada saat penyimpanan sehingga terjadi
peningkatan viskositas sistem selama penyimpanan.
I. Pengaruh Kecepatan Putar terhadap Viskositas, Daya Sebar, dan
Pergeseran Viskositas
1. Viskositas
Viskositas merupakan parameter yang penting dalam sifat fisik suatu
emulgel. Emulgel mengandung emulsi yang dapat mengalami salah satu
bentuk instabilitas, yaitu koalesensi. Koalesen merupakan bergabungnya
droplet-droplet menjadi droplet besar. Koalesensi terjadi karena kekuatan
tarik-menarik antara droplet sejenis lebih besar dibandingkan tarik-menarik
antara droplet yang berbeda jenis (Wasan, 2014). Viskositas dapat mengurangi
adanya koalesen sebab dengan adanya viskositas, pergerakan droplet menjadi
terbatas.
Analisis dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh kecepatan
putar terhadap viskositas emulgel. Hasil uji Shapiro-wilk viskositas kelima
formula menunjukkan terdapat kelompok data yang terdistribusi tidak normal.
Oleh karena itu digunakan uji nonparametrik Kruskal-wallis. Pada uji
Kruskal-wallis dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh hasil data berbeda
signifikan yang berarti minimal terdapat dua kelompok data yang memiliki
perbedaan signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan putar
berpengaruh signifikan terhadap viskositas. Pengaruh kecepatan putar pada
viskositas yaitu kecepatan putar akan menurunkan viskositas (Tabel VII).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
215
220
225
230
235
240
245
250
255
260
265
0 200 400 600 800 1000
Vis
kosi
tas
± SD
(d
Pas
)
Kecepatan Putar (rpm)
Profil pengaruh kecepatan putar terhadap viskositas emulgel yaitu sebagai
berikut:
Gambar 23. Profil kurva variasi kecepatan putar terhadap viskositas
Kecepatan putar berpengaruh terhadap respon viskositas karena
kecepatan putar akan memberikan energi kinetik yang menghasilkan gaya
geser pada proses pencampuran yang dapat menurunkan viskositas sesuai
dengan tipe aliran emulgel yaitu pseudoplastik. Polimer pada emulgel
memiliki tipe alir pseudoplastis dimana dalam keadaan diam (tidak terdapat
gaya geser) polimer berada dalam bentuk coil atau konformasi globular karena
adanya stabilisasi intramolekuler. Air yang amobil bersama konformasi
globular ini akan membentuk struktur tiga dimensi dalam sistem sehingga
menghasilkan viskositas yang lebih tinggi. Ketika sistem tersebut
mendapatkan gaya geser, maka rantai polimer akan terurai dan mengikuti arah
aliran gaya sehingga menyebabkan viskositas sediaan menurun akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
perubahan konformasi dari polimer dan lepasnya air (Amiji and Sandmann,
2003).
Gambar 24. Perubahan bentuk polimer akibat shearing stress (Amiji and
Sandmann, 2003).
Data selanjutnya dianalisis Post-Hoc dengan menggunakan uji
Wilcoxon dua arah dengan membandingkan tiap dua formula (untuk
mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan) dan diperoleh hasil
seluruh formula yang dibandingkan tidak berbeda signifikan. Perbedaan hasil
uji Kruskal-wallis dengan hasil uji Wilcoxon dikarenakan pada uji Wilcoxon
yang dilakukan tidak dapat menghitung p-value dengan tepat jika terdapat ties
atau data yang identik dalam satu kelompok yang sama (Ligges, 2008). Pada
data viskositas terdapat data yang identik pada kelompok formula yang sama
sehingga pada data viskositas uji Wilcoxon tidak digunakan. Uji Post-Hoc
untuk membandingkan dua kelompok data yang berbeda dilakukan secara
deskriptif yaitu dengan melihat nilai rata-rata dan SD tiap kelompok. Gambar
23 memperlihatkan terdapat formula yang memiliki nilai rata-rata ± SD
viskositas yang berpotongan sehingga dapat dideskripsikan tidak berbeda.
Kelompok data yang berbeda yaitu formula 1 dan 2, formula 1 dan 3, formula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
3.6
3.65
3.7
3.75
3.8
3.85
3.9
3.95
4
0 200 400 600 800 1000
Day
a Se
bar
± S
D (
cm)
Kecepatan Putar (rpm)
1 dan 4, formula 1 dan 5, formula 2 dan 3, formula 2 dan 4, formula 2 dan 5,
serta formula 3 dan 5.
2. Daya sebar
Analisis dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh kecepatan
putar terhadap daya sebar emulgel. Hasil uji daya sebar kelima formula
dengan Shapiro-wilk menunjukkan distribusi data yang tidak normal sehingga
pengujian signifikasi dilakukan dengan menggunakan alternatif uji
nonparametrik Kruskal-wallis. Hasil uji Kruskal-wallis diperoleh hasil data
yang berbeda signifikan. Hal ini berarti kecepatan putar berpengaruh
signifikan terhadap daya sebar. Pengaruh kecepatan putar tersebut adalah
meningkatkan daya sebar. Profil pengaruh kecepatan putar terhadap daya
sebar emulgel yaitu sebagai berikut:
Gambar 25. Profil kurva variasi kecepatan putar terhadap daya sebar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Pengaruh kecepatan putar terhadap respon daya sebar adalah kecepatan
putar akan menghasilkan energi kinetik yang menghasilkan gaya geser pada
proses pencampuran yang dapat menurunkan viskositas dimana saat viskositas
menurun akan menyebabkan sediaan menjadi encer sehingga daya sebar
meningkat.
Data selanjutnya diuji Post-Hoc Wilcoxon dua arah dengan
membandingkan tiap dua formula didapatkan hasil seluruh formula yang
dibandingkan tidak berbeda signifikan. Perbedaan hasil uji Kruskal-wallis
dengan hasil uji Wilcoxon dikarenakan pada data daya sebar juga terdapat data
yang identik pada kelompok formula yang sama sehingga pada data daya
sebar uji Wilcoxon tidak digunakan. Uji Post-Hoc untuk membandingkan dua
kelompok data yang berbeda dilakukan secara deskriptif yaitu dengan melihat
nilai rata-rata dan SD tiap kelompok. Gambar 25 memperlihatkan bahwa
terdapat formula yang memiliki nilai rata-rata ± SD daya sebar yang
berpotongan sehingga dapat dideskripsikan tidak berbeda. Kelompok data
yang berbeda yaitu formula 1 dan 4, formula 1 dan 5, formula 2 dan 5, serta
formula 3 dan 5.
3. Pergeseran viskositas
Analisis dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh kecepatan
putar terhadap stabilitas emulgel yaitu pergeseran viskositas. Hasil uji
pergeseran viskositas kelima formula dengan Shapiro-wilk menunjukkan
terdapat kelompok data yang memiliki distribusi data tidak normal sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
uji signifikansi dilakukan dengan menggunakan alternatif uji nonparametrik
Kruskal-wallis. Hasil uji Kruskal-wallis diperoleh hasil data tidak berbeda
signifikan, artinya kecepatan putar tidak berpengaruh signifikan terhadap
pergeseran viskositas. Hal ini berarti variasi kecepatan putar yang diteliti
meskipun menimbulkan perubahan viskositas yang signifikan namun pada
kecepatan putar yang diteliti gelling agent yang digunakan tetap dapat
menjaga stabilitas sediaan emulgel yang dibuat.
J. Uji Iritasi dengan HET-CAM
Uji iritasi dilakukan untuk memastikan keamanan formula emulgel yang
akan dilihat pengaruh kecepatan putarnya. Uji iritasi dilakukan dengan metode
HET-CAM (Hen's Egg Test - Chorioallantoic Membrane), yaitu menggunakan
hewan uji berupa telur ayam dimana uji dilakukan saat embrio berusia 9 hari.
Uji iritasi dilakukan dengan mengoleskan sediaan emulgel ekstrak kulit
buah manggis pada bagian chorioallantoic membrane (CAM) telur ayam. CAM
merupakan bagian pada telur ayam yang merupakan gabungan antara korion dan
allantois. Korion merupakan kantung tempat tumbuhnya embrio sedangkan
allantois merupakan bagian yang mengandung banyak pembuluh darah untuk
fungsi pernapasan bagi embrio ayam. Adanya iritasi ditunjukkan dengan
munculnya hemoragi (perdarahan pada pembuluh darah), lisis (pecahnya
pembuluh darah) dan koagulasi (denaturasi protein vaskuler) yang diamati selama
300 detik pada bagian CAM setelah pengaplikasian sediaan (ICCVAM, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Selain emulgel dilakukan pula pengujian terhadap basis emulgel, NaCl
0,9%, NaCl 0,9% dalam basis emulgel, NaOH 0,1 N, NaOH 0,1 N dalam basis
emulgel. Pengujian terhadap basis dimaksudkan untuk melihat apakah basis
emulgel juga dapat berpotensi mengiritasi atau tidak. Larutan fisiologis NaCl
0,9% berfungsi sebagai kontrol negatif, yaitu suatu kontrol pembanding yang
diharapkan tidak terjadi efek iritasi sehingga perubahan (iritasi) yang terjadi pada
saat pengujian emulgel dapat terlihat. NaOH 0,1 N berfungsi sebagai kontrol
positif, yaitu merupakan suatu kontrol pembanding yang digunakan untuk
menghasilkan efek yang diharapkan (efek iritasi) sehingga perubahan positif saat
pengujian emulgel dapat diketahui. Kontrol digunakan untuk memvalidasi
prosedur yang digunakan. NaCl 0,9% dan NaOH 0,1 N juga dibuat dalam bentuk
semisolid dengan dicampurkan dalam basis emulgel. Hal ini karena larutan
bersifat lebih mudah menyebar sehingga efek iritasi dapat terjadi lebih cepat. Oleh
karena itu, kontrol positif dan negatif dibuat dalam bentuk semisolid untuk
menyamakan perlakuan dengan emulgel ekstrak kulit buah manggis.
Berdasarkan skor iritasi dan klasifikasi kategori iritasi ICCVAM (2006)
pada Tabel I, didapatkan hasil uji iritasi yaitu semua formula emulgel ekstrak kulit
buah manggis tidak menunjukkan adanya iritasi sehingga aman digunakan. Basis
emulgel, NaCl 0,9% serta NaCl 0,9% dalam basis emulgel juga tidak
menunjukkan adanya iritasi sedangkan pada NaOH 0,1 N menunjukkan terjadinya
iritasi kuat dan pada NaOH 0,1 N dalam basis emulgel menunjukkan terjadinya
iritasi sedang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Gambar 26. Uji iritasi dengan HET-CAM: perlakuan NaOH 0,1 N (kiri) dan
perlakuan emulgel eksrak kulit buah manggis (kanan)
K. Uji Daya Antimikroba Emulgel terhadap Staphylococcus epidermidis
Uji aktivitas antimikroba dari sediaan emulgel dilakukan untuk
mengetahui efektivitas atau potensi emulgel terhadap bakteri penginduksi
terjadinya jerawat. Terdapat 3 bakteri utama penginduksi timbulnya jerawat, yaitu
Propionibacterium acnes, Staphyloccocus epidermidis dan Staphyloccocus aureus
(Sukatta, et al., 2008). Pada uji ini digunakan salah satu dari tiga bakteri diatas,
yaitu Staphylococcus eidermidis.
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri anaerob fakultatif, Gram
positif, dan banyak ditemukan pada kulit dan membran mukosa. Staphylococcus
epidermidis dapat menyebabkan ruam kulit dan infeksi kulit ringan yang disertai
dengan pembentukan abses. Staphylococcus epidermidis membentuk koloni
berwarna putih, bulat dan relatif kecil. Staphylococcus epidermidis memiliki
kisaran suhu pertumbuhan 15-40°C dan suhu optimum adalah 35°C (Radji, 2010).
Pothitirat, et al. (2010) telah meneliti bahwa ekstrak etanol kulit buah
manggis dengan kandungan alfa mangostin 18,03 ± 80,71 % b/b efektif dalam
Hemoragi
Lisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis dengan nilai KHM 7,81
g/ml dan KBM 62,50 g/ml. Perlu dilihat aktivitasnya setelah diformulasikan
menjadi sediaam emulgel, apakah dengan adanya penambahan eksipien masih
tetap menunjukkan aktivitas antibakteri yang ditunjukkan dengan adanya zona
hambat.
Uji antimikroba pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode difusi sumuran karena sediaan yang diuji berbentuk semisolid. Prinsip
metode difusi sumuran adalah berdifusinya senyawa antibakteri yang terdapat
pada lubang sumuran menuju media agar disekelilingnya yang telah ditumbuhi
bakteri uji. Pada cawan petri yang telah berisis media Mueller Hinton Agar
(MHA) dibuat tujuh lubang sumuran. Ketujuh lubang tersebut diisi dengan
emulgel formula 1, emulgel formula 2, emulgel formula 3, emulgel formula 4,
emulgel formula 5, basis sebagai kontrol negatif dan Cindala® sebagai kontrol
positif. Basis sebabagi kontrol negatif digunakan untuk memastikan bahwa basis
atau bahan-bahan lain yang digunakan pada formula selain ekstrak kulit buah
manggis tidak memiliki akivitas antibakteri yang ditunjukkan dengan zona hambat
sehingga dapat diketahui bahwa zona hambat yang dihasilkan berasal dari ekstrak
kulit buah manggis saja. Cindala® sebagai kontrol positif ini digunakan untuk
membandingkan efektivitas dari sediaan emulgel yang telah dibuat dengan
sediaan topikal obat jerawat yang telah beredar dipasaran. Cindala® merupakan
bentuk sediaan gel obat jerawat yang mengandung antibiotik clindamycin 10
mg/gram gel yang telah beredar di pasaran sebagai obat jerawat. Aktivitas
antimikroba dilihat dari besarnya zona jernih yang dihasilkan senyawa pada area
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
pertumbuhan, diukur dengan cara mengurangi diameter zona hambat (termasuk
sediaan) dikurangi dengan diameter sumuran.
Keterangan:
a = kontrol basis emulgel
b = emulgel formula 1 (100 rpm)
c = emulgel formula 2 (300 rpm)
d = emulgel formula 3 (500 rpm)
e = emulgel formula 4 (700 rpm)
f = emulgel formula 5 (900 rpm)
g = kontrol positif (Cindala®)
Gambar 27. Uji zona hambat emulgel terhadap Staphylococcus epidermidis
Hasil dari uji antibakteri kontrol basis, kontrol positif dan kelima formula
emulgel adalah sebagai berikut:
Tabel IX. Hasil uji zona hambat tiap formula, kontol basis dan kontrol
positif
Formula Rata-rata zona hambat ±
SD (mm)
Kontrol Basis 0 ± 0
Kontrol positif 13,33 ± 1,15
1 (100 rpm) 6,67 ± 0,58
2 (300 rpm) 6,63 ± 0,58
3 (500 rpm) 6 ± 0
4 (700 rpm) 6 ±0
5 (900 rpm) 6,67 ± 0,58
Berdasarkan klasifikasi Suryawiria (cit., Zahro dan Agustini, 2013) yang
didasarkan pada diameter zona hambat (Tabel II), maka dapat dinyatakan bahwa
aktivitas antibakteri emulgel ekstrak kulit buah manggis terhadap Staphylococcus
a
b
c
d
g
e
f
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
epidermidis dilihat dari zona hambatnya tergolong sedang. Pada kontrol basis
emulgel terlihat tidak terdapat zona hambat artinya zona hambat yang dihasilkan
pada emulgel ekstrak kulit buah manggis hanya berasal dari ekstrak kulit buah
manggis dalam emulgel. Pada kontrol positif terlihat zona hambat yang tergolong
dalam kategori kuat.
Analisis statistika dilakukan untuk mengetahui pengaruh kecepatan putar
terhadap zona hambat yang dihasilkan dari kelima formula emulgel dilihat dari
signifikansinya. Apabila hasilnya berbeda signifikan maka kecepatan putar
berpengaruh terhadap zona hambat yang dihasilkan sedangkan apabila hasilnya
tidak berbeda maka kecepatan putar tidak berpengaruh terhadap zona hambat
yang berarti tidak mempengaruhi pelepasan zat aktif dari sediaan emulgel yang
dibuat.
Hasil uji Saphiro-wilk menunjukkan terdapat kelompok data yang
terdistribusi tidak normal sehingga digunakan uji dengan Kruskal-wallis untuk
melihat signifikansi pengaruh kecepatan putar terhadap kelima formula. Hasil uji
Kruskal-wallis menunjukkan data tidak berbeda signifikan antara kelima formula
sehingga dapat dikatakan bahwa kecepatan putar pada proses pencampuran
emulgel tidak berpengaruh terhadap aktivitas antimikroba emulgel terhadap
Staphylococcus epidermidis. Hal ini berarti meskipun pada range variasi
kecepatan putar yang diteliti terjadi perubahan viskositas akibat kecepatan putar,
namun belum menghasilkan perbedaan yang berarti terhadap pelepasan senyawa
aktif alfa mangostin sehingga zona hambat yang dihasilkan tidak berbeda
signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
L. Penetapan Kadar Alfa Mangostin dalam Emulgel dengan KLT-
Densitometri
Penetapan kadar alfa mangostin pada emulgel ekstrak kulit buah manggis
yang dibuat dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) –
densitometri. Prinsip KLT yaitu pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan
afinitas antara fase diam dan fase gerak. Hasil pemisahan suatu senyawa dapat
langsung diukur kadarnya dengan menggunakan densitometer. Prinsip
densitometer yaitu pengukuran intensitas radiasi yang direfleksikan dari
permukaan lempeng ketika disinari dengan lampu UV atau sinar tampak. Solut-
solut yang mampu menyerap sinar akan dicatat sebagai puncak (peak) dalam
pencatat (recorder) (Gandjar dan Rohman, 2007).
Kondisi analisis KLT yang digunakan didasarkan pada hasil penelitian
Yuliani (2013) yaitu menggunakan fase diam plat silica gel 60 F254 20x20 cm dan
fase gerak berupa campuran kloroform-metanol-etil asetat (28:1,75:3,5) sehingga
merupakan sistem kromatografi fase normal dimana fase diam yang digunakan
bersifat polar sedangkan fase geraknya bersifat non polar. Jarak pengembangan
dilakukan sepanjang 8 cm dan pemindaian menggunakan TLC-scanner pada
panjang gelombang 319 nm. Pemilihan fase gerak dan jarak elusi yang digunakan
sangat penting dimana akan menentukan mampu tidaknya sistem memisahkan alfa
mangostin dari senyawa-senyawa lain dalam emulgel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
y = 12228x + 4249.5 r = 0.9957
0
5000
10000
15000
20000
25000
0 0.5 1 1.5 2
AU
C
Konsentrasi Alfa Mangostin (g)
Kurva Baku Alfa Mangostin
Linear (Kurva Baku Alfa Mangostin)
1. Pembuatan kurva baku alfa mangostin
Kurva baku yang dibuat merupakan kurva baku eksternal yang
menunjukkan hubungan linier antara konsentrasi analit dengan AUC (Area
Under Curve). Linearitas dapat ditentukan dengan pengukuran pada beberapa
konsentrasi analit. Nilai slope (b), intersep (a) dan koefisien korelasi (r)
menggambarkan informasi linearitas (Sugihartini, Fudholi, Pramono,
Sismindari, 2012). Pada penelitian ini digunakan lima konsentrasi seri baku,
yaitu 1g, 2g, 4g, 8g dan 16g. Persamaan kurva baku yang diperoleh
digunakan untuk menetapkan kadar alfa mangostin dalam emulgel ekstrak
kulit buah manggis.
Gambar 28. Kurva baku alfa mangostin
Persamaan kurva baku yang diperoleh adalah y = 12227,8032x +
4249,5042 dengan nilai r = 0,9957. Nilai r ini dibandingkan dengan nilai r
tabel untuk mengetahui validitas linearitas. Apabila nilai r lebih besar dari r
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
tabel maka nilai r cukup valid (Sugihartini, et al., 2012). Diketahui bahwa r
tabel 0,878 sehingga persamaan regresi cukup linier sehingga persamaan
kurva baku dapat digunakan untuk menetapkan kadar alfa mangostin dalam
emulgel ekstrak kulit buah manggis.
2. Penyiapan sampel
Penetapan kadar menggunakan KLT-densitometri menggunakan
sampel berupa larutan. Oleh karena itu emulgel yang akan ditetapkan kadar
alfa mangostinnya perlu dilakukan ekstraksi cair-cair terlebih dahulu untuk
mendapatkan alfa mangostin di dalam larutan. Sampel emulgel yang
digunakan yaitu sebanyak 3 gram kemudian dilakukan pemecahan dengan
asam kuat yaitu HCl 1 M. Penggunaan asam kuat karena carbopol bersifat
inkompatibel terhadap adanya asam kuat (Rowe, et al., 2009). Sampel emulgel
yang telah mengalami pemecahan akan berbentuk cair sehingga dapat
dilakukan ekstraksi cair-cair. Prinsip ekstraksi cair-cair yaitu pemisahan suatu
solut dari satu cairan ke cairan lain berdasarkan kelarutan dan berat jenis. Pada
ekstraksi cair-cair ini menggunakan kloroform sebagai solvent. Penggunaan
klorofom karena kloroform bersifat nonpolar sehingga diharapkan dengan
prinsip like dissolve like, alfa mangostin dapat larut dalam kloroform.
Kloroform ditambahkan ke dalam emulgel di dalam corong pisah. Selanjutnya
dilakukan ekstraksi sehingga terbentuk 2 fase dimana alfa mangostin akan
berada pada fase klorofom (fase bawah). Ekstraksi dengan kloroform
dilakukan sebanyak dua kali dengan harapan agar alfa mangostin dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
terambil seluruhnya. Selanjutnya fase kloroform diberi NaCl 0,5% yang
berfungsi untuk salting out. Salting out merupakan proses penambahan larutan
elektrolit yang dapat mendorong alfa-mangostin di lapisan air menuju ke
kloroform. Lapisan air dapat berasal dari sisa HCl yang digunakan saat
pemecahan emulgel.
Kloroform yang diperoleh diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental
yang kemudian dilarutkan ke dalam metanol pada labu ukur 5 mL.
Penggunaan metanol karena berdasarkan penelitian dari Misra, Dwivedi,
Mehta, Mehta and Jain (2009), ekstraksi alfa mangostin dari kulit buah
manggis dengan menggunakan berbagai macam solvent seperti kloroform, etil
asetat, aseton, etanol dan metanol diperoleh hasil recovery alfa mangostin:
metanol > kloroform > etanol > aseton > etil asetat
sehingga dapat dinyatakan bahwa alfa mangostin memiliki kelarutan yang
tinggi pada metanol.
3. Penetapan kadar alfa mangostin dalam emulgel ekstrak kulit buah
manggis
Analisis alfa mangostin dalam sampel dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Pertama-tama dilakukan analisis kualitatif terlebih dahulu. Analisis
kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi senyawa-senyawa
yang ada di dalam sampel atau dengan kata lain merupakan merupakan suatu
cara untuk mengetahui ada tidaknya suatu analit yang dituju di dalam sampel.
Pada KLT, parameter yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf. Dua
senyawa dikatakan identik jika mempunyai nilai Rf yang sama jika diukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
pada kondisi KLT yang sama (Gandjar dan Rohman, 2007). Analisis kualitatif
dilakukan dengan membandingkan nilai Rf baku dan sampel. Hasil yang
diperoleh yaitu pada kromatogram sampel muncul beberapa peak dimana
terdapat peak dengan nilai Rf yang mirip dengan nilai Rf baku alfa mangostin,
maka dapat dikatakan bahwa dalam emulgel ekstrak kulit buah manggis
terdapat kandungan alfa mangostin dimana senyawa tersebut memiliki
polaritas yang sama dengan baku alfa mangostin.
Analisis kuantittatif dilakukan untuk menentukan jumlah (kadar)
absolut atau relatif dari suatu senyawa yang terdapat di dalam sampel (Gandjar
dan Rohman, 2007). Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
kurva baku yang telah diperoleh dimana nilai AUC dari peak alfa mangostin
dari sampel emulgel ekstrak kulit buah manggis digunakan sebagai nilai y
pada kurva baku sehingga diperoleh nilai x yang merupakan kadar alfa
mangostin dalam emulgel. Analsisis kuantitatif dilakukan replikasi sebanyak
tiga kali dengan menggunakan densitometer pada panjang gelombang 319 nm.
Hasil pengukuran yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel X. Kadar alfa mangostin dalam emulgel ekstrak kulit buah
manggis
Formula Kecepatan Putar
(rpm)
Rata-rata kadar alfa mangostin ± SD
(% b/b)
48 jam 1 bulan
1 100 0,2565 ± 0,0056 0,1930 ± 0,0030
2 300 0,2179 ± 0,0021 0,1759 ± 0,0056
3 500 0,2201 ± 0,0049 0,1746 ± 0,0031
4 700 0,2588 ± 0,0182 0,2022 ± 0,0023
5 900 0,2061 ± 0,0015 0,1712 ± 0,0062
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Hasil uji statistik T berpasangan untuk data penetapan kadar menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antara kadar alfa mangostin 48 jam setelah
pembuatan dibandingkan dengan kadar alfa mangostin setelah satu bulan
penyimpanan dimana terjadi penurun kadar alfa mangostin setelah satu bulan
penyimpanan. Hal ini dapat dikarenakan alfa mangostin dapat teroksidasi karena
alfa mangostin memiliki aktivitas antioksidan (Pedraza-Chaverri, et al., 2008).
Oksidasi dapat terjadi saat penyimpanan karena penggunaan kemasan yang
kurang sesuai.
Keterbatasan dari penelitian ini adalah belum menyertakan evaluasi
kemasan pada formulasi sediaan emulgel. Pengemas yang ideal untuk sediaan
topikal harus dapat melindungi produk dari pengaruh luar, seperti panas,
kelembaban, partikel asing, tidak reaktif dengan komponen produk, mudah
digunakan, ringan, serta ekonomis. Kemasan tube dari plastik maupun alumunium
memenuhi kriteria tersebut sehingga baik digunakan sebagai pengemas sediaan
sediaan emulgel (Mahalingam, et al., 2008). Evaluasi extrudability (kemudahan
emulgel untuk mengalir dan keluar dari kemasannya) juga tidak dapat dilakukan
karena keterbatasan dalam mendapatkan kemasan tube yang sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Seluruh formula memenuhi syarat sifat fisik dan stabilitas fisik sesuai kriteria.
2. Kecepatan putar berpengaruh signifikan terhadap viskositas dan daya sebar
namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pergeseran viskositas.
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukan uji adanya pengaruh proses pencampuran yang lain
seperti suhu dan lama pencampuran.
2. Sebaiknya dilakukan evaluasi penggunaan ekstrak kulit buah manggis dalam
emulgel agar dapat diperoleh zona hambat yang kuat.
3. Sebaiknya dilakukan optimasi dan validasi penetapan kadar alfa mangostin
dalam emulgel ekstrak kulit buah manggis dengan menggunakan metode
KLT-densitometri sehingga diperoleh pemisahan yang baik dan metode yang
valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
DAFTAR PUSTAKA
Amiji, M. M., and Sandmann, B. J., 2003, Applied Physical Pharmacy, McGraw-
Hill Companies Inc., United States of Amerika, pp. 372-381.
Amundson, B., 2014, What is acne? What Causes Acne? – What You Need to
Know, http://theacneproject.com/what-is-acne-and-what-causes-acne/,
diakses pada tanggal 1 April 2014.
Ansel, H. C., and Popovich, N. G., 1990, Pharmacutical Dosage Forms and Drug
Delivery Systems, 5th
ed., Lea & Febiger, Philadelphia, p. 262.
Aulton, M. E., 1988, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design,
Churchill Livingstone, Hong Kong, pp. 561-563.
Aulton, M. E., 2007, Aulton’s Pharmaceutics the Design and Manufacture of
Medicines, 3rd
ed, Churchill Livingstone Elsevier, Philadelphia, pp. 153,
164-167.
Benson, H. A. E., and Watkinson, A. C., 2012, Transdermal and Topical Drug
Delivery, John Wiley & Sons, Inc., New Jersey, p. 283.
Biology Learning Center The University of Arizona, 2007, The Amniote Egg,
http://www.blc.arizona.edu/courses/schaffer/182/AmnioteEgg.htm,
diakses pada tanggal 10 April 2014.
Cahyono, R., 2014, Pengaruh Lama dan Suhu Sterilisasi Panas Basah terhadap
Voskositas dan Daya Sebar Emulgel Anti-Acne Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.), Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Cosmetic Products Notification Portal (CPNP), 2013, European Comission,
Europa, p. 71.
Curteis, T., 1991, An Investigation of The Use of Solvent Gels for The Removal
of Wax-Based Coatings from Wall Paintings, Dissertation, University of
London, London, pp. 13-17.
Dahlan, M. S., 2009, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, ed. 4, Salemba
Medika, Jakarta, hal. 53, 83.
Dirjen POM RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan
RI, Jakara, pp. 112, 1125.
Gandjar I. G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, pp. 1, 353, 363, 366-367.
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., and Singla, A. K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulations, Pharmaceutical Technology, pp. 84-102.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Ghazali, S. A. I. S. M., Lian, G. E. C., Ghani, K. D. A., 2010, Chemical
Constituent from Roots of Garcinia Mangostana (Linn.), International
Journal of Chemistry, Vol. 2, No. 1, 134-142.
Interagency Coordinating Committee on the Validation of Alternative Methods
(ICCVAM), 2006, Current Status of In Vitro Test Methods for Identifying
Ocular Corrosives and Severe Irritants: Hen’s Egg Test - Chorioallantoic
Membrane Test Method, US Department of Health and Human Service,
United States, pp. 1-7, 1-13, 2-2, 2-3, 2-15, 2-17.
Interagency Coordinating Committee on the Validation of Alternative Methods
(ICCVAM), 2006, ICCVAM Test Method Evaluation Report: In Vitro
Ocular Toxicity Test Methods for Identifying Severe Irritants and
Corrosives, US Department of Health and Human Service, United States,
pp. G1-G10.
Iro, 2013, Span 20, http://www.irochemical.com/product/Surfactants/Span-
20.htm, diakses pada tanggal 10 April 2014.
Iro, 2013, Tween 20, http://www.irochemical.com/product/Surfactants/Tween-
20.htm, diakses pada tanggal 10 April 2014.
Istyastono, E. P., 2012, Mengenal Peranti Lunak R-2.14.0 for Windows: Aplikasi
Statistika Gratis dan Open Source, Penerbit USD, Yogyakarta, hal. 21.
Jikosha Engineering Corporation, Sigma Mixer, 2014,
http://www.jikoshaengg.com/sigma_mixer.html, diakses pada tanggal 20
April 2014.
Johnson, B. A., and Nunley, J. R., 2000, Use of Systemic Agents in the Treatment
of Acne Vulgaris, http://www.aafp.org/afp/2000/1015/p1823.html, diakses
pada tanggal 15 April 2014.
Katritzky, A. R., Jain, R., Lomaka, A., Petrukhin, R., Maran, U., and Karelson,
M., 2001, Perspective on the Relationship between Melting Points and
Chemical Structure,
http://www.ark.chem.ufl.edu/Published_Papers/PDF/1134.pdf, diakses
pada tanggal 16 Juni 2014.
Lestari, A. B. S., 2012, Pengaruh Proses Pencampuran dalam Formulasi Sediaan
Emulgel Ekstrak Teh Hijau (Kajian dari Aspek Suhu dan Kecepatan
Pencampuran), Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 9 (1), halaman 6-11.
Lieberman, H. A., Rieger, M. M., and Banker, G. S., (Eds.), 1996,
Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems, Volume 1, 2nd
Ed.,
Marcel Dekker Inc., New York, pp. 57, 157-158.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Ligges, U., 2008, http://r.789695.n4.nabble.com/What-are-ties-Wilcox-u-test-
td857059.html, What are Ties? Wilcox U-test, diakses pada tanggal 16
Juni 2014.
Lynde, C. W., 2001, Moisturizers: What They Are And How They Work,
http://www.skintherapyletter.com/2001/6.13/2.html, diakses pada tanggal
20 April 2014.
Mahalingam, R., Li, X., and Jasti, B. R., 2008, Semisolid Dosages: Ointments,
Creams, and Gels, in Gad, S. C., Pharmaceutical Manufacturing
Handbook: Production and Processes, Wiley-Interscience, New Jersey, p.
279, 293.
Martin, A., Swarbrick, J., Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, Physical
Chemical Principle in the Pharmaceutical Sciences, Edisi Ketiga, Jilid
Kedua, diterjemahkan oleh Yoshita, hal. 997, 1078, 1083-1085, 1150-
1151, UI Press, Jakarta.
Misra, H., Dwivedi, B. K., Mehta, D., Mehta, B. K., and Jain., D. C., 2009,
Development and Validation of High Performance Thin-Layer
Chromatographic Method for Determination of α Mangostin in Fruit
Pericarp of Mangosteen Plant (Garcinia mangostana L.) using Ultraviolet
– Visible Detection, Records of Natural Products, 3:4, 178-186.
Mohamed, M. I., 2004, Optimization of Chlorphenesin Emulgel Formulation, The
AAPS Journal, 6 (3) Article 26.
Natural Resources Conservation Service, 2014, Mangosteen,
https://plants.usda.gov/core/profile?symbol=GAMA10, diakses pada
tanggal 15 April 2014.
Nielloud, F., and Marti-Mestres, G., (Eds.), 2000, Pharmaceutical Emulsions and
Suspensions, Marcel Dekker Inc., New York, pp. 97, 561.
Noveon, 2008, Carbopol®
Polimers Overview,
http://www.toprhyme.com.tw/New%20product/Carbopol%20polymer%2
0powder.pdf, diakses tanggal 19 April 2014.
Osborne, D. W., and Amann, A. H., 1990, Topical Drug Delivery Formulations,
Marcel Dekker Inc., New York, p. 383.
Panwar, A. S., Upadhyay, N., Bairagi, M., Gujar, S., Darwhekar, G. N., and Jain,
D. K., 2011, Emulgel: a Review, Asian Journal of Pharmacy and Life
Science, Vol. 1 (3).
Patnaik, P., 2004, Dean’s Analytical Chemistry Handbook, 2nd
edition, McGraw-
Hill Companies, Inc., USA, p. 5.92.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Pedraza-Chaverri, J., Cárdenas-Rodríguez, N., Orozco-Ibarra, M., and Pérez-
Rojas, J. M., 2008, Medicinal properties of mangosteen (Garcinia
mangostana), Food and Chemical Toxicology, 46, 3227-3239.
Pothitirat, W., Chomnawang, M. T., and Gritsanapan, W., 2010, Anti-Acne-
Inducing Bacterial Activity of Mangosteen Fruit Rind Extracts, Medical
Principles and Practice, 19, 281-286.
Prankerd, R. J., 2004, Formulations Chemistry II : Humectans and Preservatives,
http://cmapspublic.ihmc.us/rid=1099887089839_1869867864_1886/08VC
F2071SIIHumectantsPreservatives.pdf, diakses tanggal 20 April 2014.
Pratiwi, S. T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga Medical Series, Jakarta, pp.
188-191.
Radji, M., 2010, Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran, EGC, Jakarta, pp. 121, 179-180, 194, 205.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., and Quinn, M. E., 2009, Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 6th
ed, Pharmaceutical Press, London, pp.
17-19, 110-112, 441-445, 445-446, 549-553, 592-594, 596-598, 675-
678, 754-755.
Sinko, P. J., 2011, Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 6th
Ed., Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, p. 422.
Sugihartini, N., Fudholi, A., Pramono, S., dan Sismindari, 2012, Validasi Metode
Analisa Penetapan Kadar Epigalokatekin Galat dengan KLT Densitometri,
Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 1, 81 – 87.
Suhono, B., dan LIPI, 2010, Ensiklopedia Flora 5, PT Kharisma Ilmu, Jakarta, p.
39.
Sukatta, U., Rugthaworn, P., Pitpiangchan, P., and Dilokkunanant, U., 2008,
Development of Mangosteen Anti-Acne Gel, Kasetsart J. (Nat. Sci.), 42,
163 – 168.
Suryarini, S., 2011, Pengaruh Tween 80 dan Span 80 sebagai Emulsifying Agent
terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Emulgel Antiacne Minyak
Cengkeh (Oleum caryophilli): Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, 59,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Torrungruang, K., Vichienroj, P., and Chutimaworapan, S., 2007, Antibacterial
activity of mangosteen pericarp extract against cariogenic Streptococcus
mutans, CU Dent J, 30, 1-10.
Tranggono, R. I., dan Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, p. 21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Voigt, R., 1995, Lehrbuch Der Pharmazeutischen Technologie, diterjemahkan
oleh Soewandhi, S. N., hal. 439, 442-444, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Walters, K. A., 2007, Dermatological and Transdermal Formulations, Volume
119, Informa Healthcare Inc., New York, p. 326.
Wasan, K., 2014, Introduction to Emulsions,
http://www.wasanlab.com/pharm/emulsion.html, diakses tanggal 30 April
2014.
Wirakusumah, E. S., 2007, Cantik & Awet muda dengan Buah, Sayur, dan
Herbal, Penebar Swadaya, Depok, p. 21.
Yuliani, S. H., 2013, Pengembangan Sediaan Transdermal Mangostin Ekstrak
Manggis (Garcinia mangostana L.): Studi Absorpsi Perkutan Mangostin
secara In Vitro, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (LPPM) Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Zahro, L., dan Agustini, R., 2013, Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kasar
Saponin Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) terhadap Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli, UNESA Journal of Chemistry, Vol. 2, No. 3,
120-129.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis ekstrak kulit buah manggis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 2. MSDS ekstrak kulit buah manggis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 3. Sertifikat hasil uji Staphylococcus epidermidis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 4. Perhitungan HLB
Emulgator Jumlah untuk 100 g (g) HLB
Tween 20 1 16,7
Span 20 1,5 8,6
HLB =
= 11,84
Lampiran 5. Hasil uji zona hambat formula orientasi emulgel terhadap
Staphylococcus epidermidis dengan variasi konsentrasi ekstrak kulit buah
manggis
Konsentrasi
ekstrak (%)
Diameter zona hambat (mm) Rata-rata ± SD
(mm) Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
1 6 3,25 3 4,08 ± 1,66
2 7,25 5,75 5 6 ± 1,15
4 9,25 8,25 7,75 8,42 ± 0,76
8 13,25 8,5 7,75 9,83 ± 2,98
Lampiran 6. Hasil uji sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel
Formula Kecepatan
putar
(rpm)
Rata-rata
viskositas
(dPas)
Rata-rata
daya sebar
(cm)
Rata-rata
pergeseran
viskositas (%)
1 100 256,67 ± 5,77 3,67 ± 0,03 5,85 ± 0,13
2 300 243,33 ± 2,89 3,7 ± 0,05 5,48 ± 1,22
3 500 233,33 ± 2,89 3,71 ± 0,06 7,16 ± 2,51
4 700 228,33 ± 5,77 3,78 ± 0,06 5,87 ± 1,39
5 900 225 ± 5 3,88 ± 0,08 5,20 ± 1,40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
1. Viskositas
Replikasi F(100)
(dPas)
F(300)
(dPas)
F(500)
(dPas)
F(700)
(dPas)
F(900)
(dPas)
1 260 245 230 225 220
2 260 245 235 235 230
3 250 240 235 225 225
Rata-rata 256,67 243,33 233,33 228,33 225
SD 5,77 2,89 2,89 5,77 5
2. Daya sebar
Replikasi F(100)
(cm)
F(300)
(cm)
F(500)
(cm)
F(700)
(cm)
F(900)
(cm)
1 3,65 3,65 3,65 3,75 3,95
2 3,65 3,7 3,75 3,75 3,8
3 3,7 3,75 3,75 3,85 3,9
Rata-rata 3,67 3,7 3,71 3,78 3,88
SD 0,03 0,05 0,06 0,06 0,08
3. Pergeseran viskositas
Rumus untuk menghitung pergeseran viskositas adalah
Dimana a = viskositas emulgel 48 jam setelah pembuatan
b = viskositas emulgel setelah penyimpana selama 1 bulan
Formula 100 rpm
Replikasi
Viskositas Pergeseran
viskositas (%) 48
jam
1
bulan
1 260 275 5,77
2 260 275 5,77
3 250 265 6
Rata-rata 5,85
SD 0,13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Formula 300 rpm
Replikasi
Viskositas Pergeseran
viskositas (%) 48
jam
1
bulan
1 245 260 6,12
2 245 255 4,08
3 240 255 6,25
Rata-rata 5,48
SD 1,22
Formula 500 rpm
Replikasi
Viskositas Pergeseran
viskositas (%) 48
jam
1
bulan
1 230 250 8,70
2 235 255 8,51
3 235 245 4,26
Rata-rata 7,16
SD 2,51
Formula 700 rpm
Replikasi
Viskositas Pergeseran
viskositas (%) 48
jam
1
bulan
1 225 240 6,67
2 235 245 4,26
3 225 240 6,67
Rata-rata 5,87
SD 1,39
Formula 900 rpm
Replikasi
Viskositas Pergeseran
viskositas (%) 48
jam
1
bulan
1 220 235 6,82
2 230 240 4,35
3 225 235 4,44
Rata-rata 5,20
SD 1,40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 7. Analisis statistika sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel
menggunakan program R 2.13.2
1. Viskositas
a. Uji normalitas (Shapiro-wilk) data viskositas
Formula Kecepatan putar
(rpm)
p-value Distribusi data
1 100 1.154e-07 Tidak normal
2 300 1.127e-07 Tidak normal
3 500 1.127e-07 Tidak normal
4 700 9.312e-08 Tidak normal
5 900 1 Normal
p-value < 0,05 berarti data terdistribusi tidak normal
p-value < 0,05 berarti data terdistribusi tidak normal
p-value < 0,05 berarti data terdistribusi tidak normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
p-value < 0,05 berarti data terdistribusi tidak normal
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
b. Uji Kruskal-wallis data viskositas
p-value < 0,05 berarti paling tidak terdapat dua kelompok data yang
berbeda signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
c. Uji Post-Hoc: Wilcoxon data viskositas
Formula p-value Keterangan
1 (100 rpm) : 2 (300 rpm) 0,4795 Tidak berbeda
1 (100 rpm) : 3 (500 rpm) 0,3458 Tidak berbeda
1 (100 rpm) : 4 (700 rpm) 0,0722 Tidak berbeda
1 (100 rpm) : 5 (900 rpm) 0,07652 Tidak berbeda
2 (300 rpm) : 3 (500 rpm) 0,8137 Tidak berbeda
2 (300 rpm) : 4 (700 rpm) 0,1642 Tidak berbeda
2 (300 rpm) : 5 (900 rpm) 0,1 Tidak berbeda
3 (500 rpm) : 4 (700 rpm) 0,3017 Tidak berbeda
3 (500 rpm) : 5 (900 rpm) 0,07652 Tidak berbeda
4 (700 rpm) : 5 (900 rpm) 0,184 Tidak berbeda
formula 1 (100 rpm) : formula 2 (300 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
formula 1 (100 rpm) : formula 3 (500 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
formula 1 (100 rpm) : formula 4 (700 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
formula 1 (100 rpm) : formula 5 (900 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
formula 2 (300 rpm) : formula 3 (500 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
formula 2 (300 rpm) : formula 4 (700 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
formula 2 (300 rpm) : formula 5 (900 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
formula 3 (500 rpm) : formula 4 (700 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
formula 3 (500 rpm) : formula 5 (900 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
formula 1 (100 rpm) : formula 2 (300 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
Hasil uji Kruskal-Wallis menyatakan data viskositas berbeda signifikan
namun hasil uji Post Hoc Wilcoxon seluruh kelompok formula diperoleh hasil
data tidak berbeda signifikan. Perbedaan hasil dapat disebabkan karena pada
uji Wilcoxon yang dilakukan tidak dapat menghitung p-value dengan tepat jika
terdapat ties (data yang identik dalam satu kelompok). Maka uji Wilcoxon
tidak digunakan dan uji Post Hoc dilakukan secara deskriptif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
2. Daya sebar
a. Uji normalitas (Shapiro-wilk) data daya sebar
Formula Kecepatan putar
(rpm)
p-value Distribusi data
1 100 1.03e-07 Tidak normal
2 300 0,9999 Normal
3 500 1,047e-07 Tidak normal
4 700 4.132e-08 Tidak normal
5 900 0,6369 Normal
p-value < 0,05 berarti data terdistribusi tidak normal
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
p-value < 0,05 berarti data terdistribusi tidak normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
p-value < 0,05 berarti data terdistribusi tidak normal
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
b. Uji Kruskal-Wallis data daya sebar
p-value < 0,05 berarti paling tidak terdapat dua kelompok data yang
berbeda signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
c. Uji Post Hoc: Wilcoxon data daya sebar
Formula p-value Keterangan
1 (100 rpm) : 2 (300 rpm) 0,4795 Tidak berbeda
1 (100 rpm) : 3 (500 rpm) 0,3458 Tidak berbeda
1 (100 rpm) : 4 (700 rpm) 0,0722 Tidak berbeda
1 (100 rpm) : 5 (900 rpm) 0,07652 Tidak berbeda
2 (300 rpm) : 3 (500 rpm) 0,8137 Tidak berbeda
2 (300 rpm) : 4 (700 rpm) 0,1642 Tidak berbeda
2 (300 rpm) : 5 (900 rpm) 0,1 Tidak berbeda
3 (500 rpm) : 4 (700 rpm) 0,3017 Tidak berbeda
3 (500 rpm) : 5 (900 rpm) 0,07652 Tidak berbeda
4 (700 rpm) : 5 (900 rpm) 0,184 Tidak berbeda
formula 1 (100 rpm) : formula 2 (300 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
formula 1 (100 rpm) : formula 3 (500 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
formula 1 (100 rpm) : formula 4 (700 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
formula 1 (100 rpm) : formula 5 (900 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
formula 2 (300 rpm) : formula 3 (500 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
formula 2 (300 rpm) : formula 4 (700 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
formula 2 (300 rpm) : formula 5 (900 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
formula 3 (500 rpm) : formula 4 (700 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
formula 3 (500 rpm) : formula 5 (900 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
formula 4 (700 rpm) : formula 5 (900 rpm)
p-value > 0,05 berarti data tidak berbeda signifikan
Hasil uji Kruskal-wallis menyatakan data daya sebar berbeda
signifikan namun hasil uji Post Hoc Wilcoxon seluruh kelompok formula
diperoleh hasil data tidak berbeda signifikan. Perbedaan hasil dapat
disebabkan karena pada uji Wilcoxon yang dilakukan tidak dapat menghitung
p-value dengan tepat jika terdapat ties (data yang identik dalam satu
kelompok). Maka uji Wilcoxon tidak digunakan dan uji Post Hoc dilakukan
secara deskriptif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
3. Pergeseran viskositas
a. Uji normalitas (Shapiro-wilk) data pergeseran viskositas
Formula Kecepatan putar
(rpm)
p-value Distribusi data
1 100 5.098e-08 Tidak normal
2 300 0,102 Normal
3 500 0,07229 Normal
4 700 6,881e-08 Tidak normal
5 900 0,06136 Normal
p-value < 0,05 berarti data terdistribusi tidak normal
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
p-value < 0,05 berarti data terdistribusi tidak normal
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
b. Uji Kruskal-Wallis data pergeseran viskositas
p-value > 0,05 berarti seluruh kelompok data tidak berbeda signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 8. Hasil uji iritasi emulgel dengan HET-CAM
Skor iritasi =
1. Kontrol positif NaOH 0,1 N
Replikasi Waktu (sekon) Skor Rata-rata
skor
Kategori
Hemoragi Lisis Koagulasi
1 1 36 301 11,18
11,15 Iritasi kuat 2 1 47 301 10,93
3 1 29 301 11,35
2. Kontrol negatif NaCl 0,9%
Replikasi Waktu (sekon) Skor Rata-rata
skor
Kategori
Hemoragi Lisis Koagulasi
1 301 301 301 0
0 Tidak
mengiritasi 2 301 301 301 0
3 301 301 301 0
3. Kontrol positif NaOH 0,1 N dalam basis emulgel
Replikasi Waktu (sekon) Skor Rata-rata
skor
Kategori
Hemoragi Lisis Koagulasi
1 39 189 301 6,98
7,06 Iritasi
sedang 2 45 203 301 6,55
3 53 150 301 7,66
4. Kontrol negatif NaCl 0,9% dalam basis emulgel
Replikasi Waktu (sekon) Skor Rata-rata
skor
Kategori
Hemoragi Lisis Koagulasi
1 301 301 301 0
0 Tidak
mengiritasi 2 301 301 301 0
3 301 301 301 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
5. Basis emulgel
Replikasi Waktu (sekon) Skor Rata-rata
skor
Kategori
Hemoragi Lisis Koagulasi
1 301 301 301 0
0 Tidak
mengiritasi 2 301 301 301 0
3 301 301 301 0
6. Emulgel formula 1-5 (100 rpm – 900 rpm)
Replikasi Waktu (sekon) Skor Rata-rata
skor
Kategori
Hemoragi Lisis Koagulasi
1 301 301 301 0
0 Tidak
mengiritasi 2 301 301 301 0
3 301 301 301 0
Lampiran 9. Hasil uji antimikroba emulgel terhadap Staphylococcus
epidermidis
Formula Zona Hambat (mm) Rata-rata ± SD
(mm) Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Kontrol Basis 0 0 0 0 ± 0
Kontrol positif 14 14 12 13,33 ± 1,15
1 (100 rpm) 7 6 7 6,67 ± 0,58
2 (300 rpm) 6 6 7 6,63 ± 0,58
3 (500 rpm) 6 6 6 6 ± 0
4 (700 rpm) 6 6 6 6 ±0
5 (900 rpm) 7 7 6 6,67 ± 0,58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Lampiran 10. Analisis statistika uji antimikroba emulgel terhadap
Staphylococcus epidermidis
a. Uji normalitas (Shapiro-wilk) data zona hambat
Formula Kecepatan putar
(rpm)
p-value Distribusi data
1 100 1,045e-07 Tidak normal
2 300 6,304e-08 Tidak normal
3 500 - -
4 700 - -
5 900 1,045e-07 Tidak normal
p-value < 0,05 berarti data terdistribusi tidak normal
p-value < 0,05 berarti data terdistribusi tidak normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
p-value < 0,05 berarti data terdistribusi tidak normal
b. Uji Kruskal-Wallis data zona hambat
p-value > 0,05 berarti seluruh kelompok data tidak berbeda signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lampiran 11. Hasil penetapan kadar alfa mangostin dalam emulgel ekstrak
kulit buah manggis
1. Pembuatan kurva baku alfa mangostin
a. Pembuatan larutan stok alfa mangostin
Penimbangan alfa mangostin:
Berat alumunium foil + alfa mangostin = 0,6347 mg
Berat alumunium foil + sisa = 0,1485 mg
Berat alfa mangostin = 0,4862 mg
Alfa mangostin dilarutkan dalam 5 ml metanol, sehingga konsentrasinya:
C = 0,4862 mg = 0,109724 mg/ml
5 ml
b. Data persamaan kurva baku alfa mangostin
Volume
penotolan
(l)
Baku alfa
mangostin
(g)
AUC
Repetisi 1 Repetisi 2 Repetisi 3
1 0,09724 4579,8 4250,7 4543,2
2 0,19448 8119,5 5967,6 7013,2
4 0,38896 11337,7 12583,2 9137,4
8 0,77792 16649,8 17905,1 14568,0
16 1,55584 22917,7 22828,5 22845,7
Persamaan regresi linier a = 5566,5958
b = 11866,7218
r = 0,9742
y = bx + a
= 11866,7218x
+ 5566,5958
a = 5161,2750
b = 12515,9980
r = 0,9458
y = bx + a
= 12515,9980x
+ 5161,2750
a = 4249,5042
b = 12227,8032
r = 0,9957
y = Bx + a
= 12227,8032x
+ 4249,5042
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
c. Kromatogram baku alfa mangostin (repetisi 3)
Konsentrasi 1g/ml
Konsentrasi 2g/ml
Konsentrasi 4g/ml
Konsentrasi 8g/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Konsentrasi 16g/ml
2. Penetapan kadar alfa mangostin dalam emulgel ekstrak kulit buah
manggis 48 jam setelah pembuatan
a. Data dan perhitungan kadar alfa mangostin dalam emulgel
Formula 1 (100 rpm)
Replikasi Berat
sampel
(g)
AUC Jumlah alfa
mangostin
dalam 1 l
sampel (g)
Jumlah alfa
mangostin
dalam 5 ml
sampel (g)
Kadar alfa
mangostin
(% b/b)
1 3,0027 23188,9 1,5489 7744,5 0,2579
2 3,0010 22620,2 1,5024 7512 0,2503
3 3,0030 23439,1 1,5693 7846,5 0,2613
Rata-rata 0,2565
SD 0,0056
CV 2,1832
Replikasi 1
Persamaan regresi linier:
y = AUC
x = jumlah alfa mangostin dalam 1l sampel
y = 12227,8032x + 4249,5042
23188,9 = 12227,8032x + 4249,5042
x = 1,5489 g
jumlah alfa mangostin dalam 5ml sampel
= 1,5489 g x 5000 l
= 7744,5 g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Kadar alfa mangostin dalam emulgel
=
= 7744,5 g x 100%
3,0027 g
= 0,2579%
Formula 2 (300 rpm)
Replikasi Berat
sampel
(g)
AUC Jumlah alfa
mangostin
dalam 1 l
sampel (g)
Jumlah alfa
mangostin
dalam 5 ml
sampel (g)
Kadar alfa
mangostin
(% b/b)
1 3,0026 20081,0 1,2947 6473,5 0,2156
2 3,0015 20375,0 1,3188 6594 0,2197
3 3,0017 20279,6 1,3110 6555 0,2184
Rata-rata 0,2179
SD 0,0021
CV 0,9637
Formula 3 (500 rpm)
Replikasi Berat
sampel
(g)
AUC Jumlah alfa
mangostin
dalam 1 l
sampel (g)
Jumlah alfa
mangostin
dalam 5 ml
sampel (g)
Kadar alfa
mangostin
(% b/b)
1 3,0018 20189,1 1,3036 6518 0,2171
2 3,0011 20214,2 1,3056 6528 0,2175
3 3,0024 20824,2 1,3555 6777,5 0,2257
Rata-rata 0,2201
SD 0,0049
CV 2,2263
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Formula 4 (700 rpm)
Replikasi Berat
sampel
(g)
AUC Jumlah alfa
mangostin
dalam 1 l
sampel (g)
Jumlah alfa
mangostin
dalam 5 ml
sampel (g)
Kadar alfa
mangostin
(% b/b)
1 3,0016 22525,9 1,4947 7473,5 0,2490
2 3,0021 22417,6 1,4858 7429 0,2475
3 3,0009 24785,5 1,6795 8397,5 0,2798
Rata-rata 0,2588
SD 0,0182
CV 7,0325
Formula 5 (900 rpm)
Replikasi Berat
sampel
(g)
AUC Jumlah alfa
mangostin
dalam 1 l
sampel (g)
Jumlah alfa
mangostin
dalam 5 ml
sampel (g)
Kadar alfa
mangostin
(% b/b)
1 3,0013 19353,1 1,2352 6176 0,2058
2 3,0021 19500,6 1,2472 6236 0,2077
3 3,0027 19292,2 1,2302 6151 0,2048
Rata-rata 0,2061
SD 0,0015
CV 0,7278
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
b. Kromatogram emulgel ekstrak kulit buah manggis
Baku alfa mangostin
Formula 1 (100 rpm) – Replikasi 1
Formula 1 (100 rpm) – Replikasi 2
Formula 1 (100 rpm) – Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Formula 2 (300 rpm) – Replikasi 1
Formula 2 (300 rpm) – Replikasi 2
Formula 2 (300 rpm) – Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Formula 3 (500 rpm) – Replikasi 1
Formula 3 (500 rpm) – Replikasi 2
Formula 3 (500 rpm) – Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Formula 4 (700 rpm) – Replikasi 1
Formula 4 (700 rpm) – Replikasi 2
Formula 4 (700 rpm) – Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Formula 5 (900 rpm) – Replikasi 1
Formula 5 (900 rpm) – Replikasi 2
Formula 5 (900 rpm) – Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
3. Penetapan kadar alfa mangostin dalam emulgel ekstrak kulit buah
manggis setelah penyimpanan satu bulan
a. Data dan perhitungan kadar alfa mangostin dalam emulgel
Formula 1 (100 rpm)
Replikasi Berat
sampel
(g)
AUC Jumlah alfa
mangostin
dalam 1 l
sampel (g)
Jumlah alfa
mangostin
dalam 5 ml
sampel (g)
Kadar alfa
mangostin
(% b/b)
1 3,0021 18444,5 1,1609 5804,5 0,1933
2 3,0025 18190,8 1,1401 5700,5 0,1899
3 3,0012 18622,1 1,1754 5877 0,1958
Rata-rata 0,1930
SD 0,0030
CV 1,5544
Formula 2 (300 rpm)
Replikasi Berat
sampel
(g)
AUC Jumlah alfa
mangostin
dalam 1 l
sampel (g)
Jumlah alfa
mangostin
dalam 5 ml
sampel (g)
Kadar alfa
mangostin
(% b/b)
1 3,0023 17557,0 1,0883 5441,5 0,1812
2 3,0021 17202,2 1,0593 5296,5 0,1764
3 3,0011 16725,2 1,0203 5101,5 0,1700
Rata-rata 0,1759
SD 0,0056
CV 3,1836
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Formula 3 (500 rpm)
Replikasi Berat
sampel
(g)
AUC Jumlah alfa
mangostin
dalam 1 l
sampel (g)
Jumlah alfa
mangostin
dalam 5 ml
sampel (g)
Kadar alfa
mangostin
(% b/b)
1 3,0029 17023,1 1,0446 5223 0,1739
2 3,0012 16869,4 1,0321 5160,5 0,1719
3 3,0015 17304,8 1,0677 5338,5 0,1779
Rata-rata 0,1746
SD 0,0031
CV 1,7755
Formula 4 (700 rpm)
Replikasi Berat
sampel
(g)
AUC Jumlah alfa
mangostin
dalam 1 l
sampel (g)
Jumlah alfa
mangostin
dalam 5 ml
sampel (g)
Kadar alfa
mangostin
(% b/b)
1 3,0018 18979,0 1,2046 6023 0,2006
2 3,0022 19022,3 1,2081 6040,5 0,2012
3 3,0013 19517,0 1,2302 6151 0,2048
Rata-rata 0,2022
SD 0,0023
CV 1,1375
Formula 5 (900 rpm)
Replikasi Berat
sampel
(g)
AUC Jumlah alfa
mangostin
dalam 1 l
sampel (g)
Jumlah alfa
mangostin
dalam 5 ml
sampel (g)
Kadar alfa
mangostin
(% b/b)
1 3,0015 17249,3 1,0631 5315,5 0,1771
2 3,0028 16849,3 1,0304 5152 0,1716
3 3,0024 16353,1 0,9898 4949 0,1648
Rata-rata 0,1712
SD 0,0062
CV 3,6215
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
b. Kromatogram emulgel ekstrak kulit buah manggis
Baku alfa mangostin
Formula 1 (100 rpm) – Replikasi 1
Formula 1 (100 rpm) – Replikasi 2
Formula 1 (100 rpm) – Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Formula 2 (300 rpm) – Replikasi 1
Formula 2 (300 rpm) – Replikasi 2
Formula 2 (300 rpm) – Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Formula 3 (500 rpm) – Replikasi 1
Formula 3 (500 rpm) – Replikasi 2
Formula 3 (500 rpm) – Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Formula 4 (700 rpm) – Replikasi 1
Formula 4 (700 rpm) – Replikasi 2
Formula 4 (700 rpm) – Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Formula 5 (900 rpm) – Replikasi 1
Formula 5 (900 rpm) – Replikasi 2
Formula 5 (900 rpm) – Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Lampiran 12. Analisis statistika penetapan kadar alfa mangostin dalam
emulgel ekstrak kulit buah manggis
a. Uji normalitas (Shapiro-wilk) data penetapan kadar
Formula Kecepatan
putar
(rpm)
48 jam 1 bulan
p-value Distribusi
data
p-value Distribusi
data
1 100 0,5856 Normal 0,8322 Normal
2 300 0,6024 Normal 0,8428 Normal
3 500 0,07872 Normal 0,6369 Normal
4 700 0,7848 Normal 0,8547 Normal
5 900 0,6614 Normal 0,8836 Normal
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
p-value > 0,05 berarti data terdistribusi normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
b. Uji variansi (F test) data penetapan kadar
Formula Kecepatan putar
(rpm)
p-value Variansi
1 100 0,4332 Sama
2 300 0,2441 Sama
3 500 0,5675 Sama
4 700 0,03058 Berbeda
5 900 0,1081 Sama
p-value > 0,05 berarti kedua kelompok data memiliki variansi yang sama
p-value > 0,05 berarti kedua kelompok data memiliki variansi yang sama
p-value > 0,05 berarti kedua kelompok data memiliki variansi yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
p-value < 0,05 berarti kedua kelompok data memiliki variansi yang berbeda
p-value > 0,05 berarti kedua kelompok data memiliki variansi yang sama
c. Uji T berpasangan data penetapan kadar
Formula Kecepatan putar
(rpm)
p-value Keterangan
1 100 0,000612 Berbeda
2 300 0,009339 Berbeda
3 500 0,00085 Berbeda
4 700 0,02564 Berbeda
5 900 0,008879 Berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
p-value < 0,05 berarti kedua kelompok data berbeda signifikan
p-value < 0,05 berarti kedua kelompok data berbeda signifikan
p-value < 0,05 berarti kedua kelompok data berbeda signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
p-value < 0,05 berarti kedua kelompok data berbeda signifikan
p-value < 0,05 berarti kedua kelompok data berbeda signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Lampiran 11. Dokumentasi
1. Orientasi emulgel dengan variasi konsentrasi ekstrak kulit buah manggis
Konsentrasi ekstrak 1% Konsentrasi ekstrak 2%
Konsentrasi ekstrak 4% Konsentrasi ekstrak 8%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
2. Uji viskositas
3. Uji daya sebar .
4. Uji ukuran droplet
Emulgel Droplet Emulsi
(droplet tidak dapat terlihat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
5. Emulgel setelah pembuatan
Formula 1 (100 rpm) Formula 2 (300 rpm)
Formula 3 (500 rpm) Formula 4 (700 rpm)
Formula 5 (900 rpm)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
6. Emulgel setelah penyimpanan 1 bulan
Formula 1 (100 rpm) Formula 2 (300 rpm)
Formula 3 (500 rpm) Formula 4 (700 rpm)
Formula 5 (900 rpm)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
7. Uji sterilitas
Formula 1 (100 rpm) Formula 2 (300 rpm)
Formula 3 (500 rpm) Formula 4 (700 rpm)
Formula 5 (900 rpm) Kontrol kontaminasi media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
8. Uji HET-CAM
Foto hasil uji HET-CAM Foto hasil uji HET-CAM
NaCl 0,9% NaCl 0,9% dalam basis
Foto hasil uji HET-CAM Foto hasil uji HET-CAM
NaOH 0,1 N NaOH 0,1 N dalam basis
Foto hasil uji HET-CAM
Basis emulgel
Hemoragi
Lisis
Lisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Foto hasil uji HET-CAM Foto hasil uji HET-CAM
Formula 100 rpm Formula 300 rpm
Foto hasil uji HET-CAM Foto hasil uji HET-CAM
Formula 500 rpm Formula 700 rpm
Foto hasil uji HET-CAM
Formula 900 rpm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
9. Uji daya antimikroba
Replikasi 1 Replikasi 2
Replikasi 3
Keterangan:
a = kontrol basis emulgel
b = emulgel formula 1 (100 rpm)
c = emulgel formula 2 (300 rpm)
d = emulgel formula 3 (500 rpm)
e = emulgel formula 4 (700 rpm)
f = emulgel formula 5 (900 rpm)
g = kontrol positif (Cindala®)
a
b
c
d
g
e
f
a
b
c
d
g
e
f
a
b
c
d
g
e
f
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
BIOGRAFI PENULIS
Kristin Yunita, lahir di Tegal pada tanggal 12
November 1992. Penulis merupakan anak kedua dari
tiga bersaudara dan anak dari pasangan Irvan Jaya
Gunarto (Tjoa Ek Hian) dan Sri Rejeki (Lie Kwie May).
Penulis telah menempuh pendidikan di TK
Pertiwi Balapulang pada tahun 1996-1998, SD Negeri 2
Balapulang pada tahun 1998-2004, SMP Negeri 1
Balapulang pada tahun 2004-2007, SMA Negeri 1 Slawi
pada tahun 2007-2010. Selanjutnya penulis melanjutkan
pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanara
Dharma pada tahun 2010-2014.
Selama menempuh perkuliahan di Universitas Sanata Dharma, penulis
pernah menjadi asisten Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Farmasi pada
tahun 2014. Penulis juga pernah menjadi seksi Publikasi, Dekorasi dan
Dokumentasi Komisi Pemiliihan Umum Gubernur BEMF dan Ketua DPMF pada
tahun 2011, Bendahara Inisiasi Fakultas Farmasi tahun 2011. Penulis juga pernah
lolos didanai DIKTI dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian
Kepada Masyarakat tahun 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI