PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · kehidupan sehari -hari . Umat belum...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · kehidupan sehari -hari . Umat belum...
USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI
DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO
ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA
GONDANGWINANGUN KLATEN
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Disusun Oleh :
Yulius Swantoro
NIM : 081124043
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Kedua orangtua , kakak, adik, sahabat, yang telah memberi motivasi saya
untuk menyelesaikan skripsi ini.
Para pembimbing dan dosen yang telah membimbing penulis dengan sabar
selama proses belajar di Kampus IPPAK
Seluruh umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja
Gondangwinangun Klaten yang telah memberikan kesempatan bagi penulis
untuk mengadakan penelitian demi kelancaran penulisan skripsi ini.
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Selesaikanlah segala perkerjaan tanpa berkeluh kesah:
“Allah yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan
meneruskannya…”
(Flp. 1:6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yulius Swantoro
NIM : 081124043
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang bagi
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul
USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI
PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS
JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN
KLATEN beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian penulis
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin
maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Judul skripsi USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN
EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN
SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA
GONDANGWINANGUN KLATEN dipilih berdasarkan kenyataan bahwa
menghayati makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari penting untuk
ditingkatkan secara terus menerus bagi kehidupan umat Lingkungan Santo
Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten. Penulis
mempunyai kesan bahwa umat dalam mengikuti Ekaristi masih sebatas kewajiban
dan berhenti pada ritus saja misalkan umat datang ke Gereja hanya sekedar
datang, duduk, dan mendengarkan saja tanpa ada perwujudan konkrit dalam
kehidupan sehari-hari. Umat belum sungguh-sungguh menyadari pentingnya
menghayati makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.
Persoalan pokok pada skripsi ini adalah bagaimana umat beriman Kristiani
dapat menemukan dan menghayati makna sakramen Ekaristi demi pengembangan
iman mereka dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat kehidupan umat yang
banyak tantangan dan persoalan hidup, umat beriman Kristiani sangat
membutuhkan pendampingan iman agar mereka memiliki kehidupan rohani yang
kuat. Oleh karena itu untuk mengkaji persoalan yang dihadapi umat dibutuhkan
data yang akurat. Untuk maksud itu, studi pustaka yang besumber dari Kitab Suci,
dokumen-dokumen Gereja, dan pandangan dari para ahli serta penelitian untuk
mendapatkan data diperlukan demi mendapatkan inspirasi yang dapat digunakan
sebagi usulan program pendampingan iman bagi umat untuk semakin menemukan
dan menghayati makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis dalam skripsi ini mengusulkan suatu program katekese model
Shared Christian Praxis (SCP) sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan
umat akan makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari. Umat melalui
program ini diharapkan dapat semakin menemukan, mendalami, dan menghayati
makna sakramen Ekaristi sehingga iman mereka dapat bertumbuh dan
berkembang. Selain itu umat juga dapat mewujudkan pertobatan diri yang
membawanya pada perubahan pola hidup demi Kerajaan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This thesis takes EFFORT TO FIND THE MEANING OF
SACRAMENT EUCHARIST FOR FAITH DEVELOPMENT OF THE
COMMUNITY CHRISTIAN OF SAINT ANTONIUS JOTON THE
WORKER OF CHURCH SAINT JOSEPH GONDANGWINANGUN
KLATEN ENVIROMENT as it’s title base on the truth that know the true
meaning of the Eucharist Sacrament in daily life are important to develop
continuously for the life of the environment of Saint Antonius Joton the worker of
church saint Joseph Gondangwinangun Klaten environment.
The writer has an impression that people when they join the Eucharist
Sacrament they just do it because it’s their duty and stop only at a certain rite for
example when people come to the church they just come, sit, and listen without
concrete manifestation in daily life. People haven really know the importance of
the Eucharist Sacrament in their daily life.
The main issues in this thesis are how a Christian could and into the
meaning of Eucharist Sacrament for the sake of their faith development in daily
life. Remembering the life of people that have many challenge and life problem,
Christian extremely needed the spiritual mentoring, so they have a strong spiritual
life. Because of that in examining the issues that people face many accurate data
are needed. For that purpose, reference that source of the Bible, Church
documents, and from the expert point of view with some research to get the data
that needed, to get an inspiration that can be used as a program’s suggestion of
spiritual mentoring for people to found and into the meaning of Eucharist
Sacrament in daily life.
The writer of this thesis suggests a model of catechecital’s program of
Shared Christian Praxis (SCP) as a way to develop people into the meaning of
Eucharist Sacrament in daily life. Through this program people hoped can find,
deep into and into the meaning of Eucharist Sacrament so their faith can grow and
develop. More than that people can realize early repent that can make a new
change in their life circle for the sake of the Kingdom of Heaven.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab
karena berkat kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI
PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS
JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN
KLATEN.
Skripsi ini lahir dari pengalaman yang penulis saksikan dan amati
sebagai umat di Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja
Gondangwinangun Klaten. Sebagian besar umat telah menghayati makna sakramen
Ekaristi namun penghayatannya masih membutuhkan pendampingan terus
menerus sampai iman mereka berkembang secara dewasa. Skripsi ini merupakan
sumbangan pemikiran kepada seluruh umat beriman Katolik agar mereka dapat
semakin menghayati pentingnya makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan
sehari-hari.
Selama proses penulisan dan penyusunan karya tulis ini, penulis
mendapatkan banyak dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, untuk itu
penulis dengan tulus hati mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada:
1. Drs. FX. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. selaku Kaprodi IPPAK Universitas
Sanata Dharma yang sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik dan
pembimbing utama yang selalu mendampingi, memberikan perhatian, dan
memotivasi penulis serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J. selaku dosen penguji kedua yang telah berkenan
memberikan arahan dan masukan-masukan yang sungguh berguna demi
kelengkapan skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS, S. Ag, M.Si, selaku dosen penguji ketiga yang
memberikan perhatian serta dukungan dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
4. Segenap staf dosen dan seluruh staf karyawan prodi IPPAK Universitas
Sanata Dharma yang secara tidak langsung selalu memberikan dorongan
kepada penulis.
5. Keluarga tercinta: bapak, ibu, kakak, yang selalu mendoakan dan memberikan
dorongan bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan. Segenap sahabat-
sahabat mahasiswa angakatan 2008 dan lintas angkatan yang dengan caranya
telah mendukung, belajar bersama, berbagi suka-duka bersama demi
menciptakan sebuah keluarga IPPAK yang akrab penuh persaudaraan.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang dengan tulus hati
memberikan masukan dan dorongan sampai selesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini sungguh bermanfaat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv
MOTTO ..................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………… vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
ABSTRACT .................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xvii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 9
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 9
D. Manfaat Penulisan ......................................................................... 10
E. Metode Penulisan .......................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 11
BAB II. SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN
UMAT..………………………………………………………….. 14
A. Sakramen Ekaristi ......................................................................... 15
1. Pengertian dan Makna Sakramen pada Umumnya .................. 15
a. Pengertian Sakramen ........................................................... 15
b. Makna Sakramen ................................................................. 18
2. Pengertian dan Makna Sakramen Ekaristi ............................... 19
a. Pengertian Sakamen Ekaristi ............................................... 19
b. Makna sakramen Ekaristi .................................................... 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1) Ekaristi sebagai Ungkapan Cinta Kasih Yesus yang
Sehabis-habisnya ............................................................ 21
2) Ekaristi sebagai Perjamuan yang Mempersatukan
Umat dengan Allah, Umat dengan Umat ........................ 23
3) Ekaristi sebagai Permohonan Seruan datang-Nya
Karunia Roh Kudus (Epiklese) ....................................... 24
4) Ekaristi Memampukan Kita untuk Tinggal
dalam Kristus ................................................................. 25
5) Ekaristi sebagai Sumber untuk Memperoleh Kekuatan
Hidup Umat dalam Menghadapi Persoalan Hidup ......... 27
B. Iman Umat ................................................................................... 27
1. Pengertian Iman........................................................................ 27
2. Iman Gereja akan Yesus Kristus .............................................. 28
3. Pentingnya Iman di dalam Hidup Umat ................................... 29
4. Dasar Iman Umat ..................................................................... 30
5. Ciri-ciri Iman Kristiani yang Dewasa ...................................... 32
C. Ekaristi sebagai Tempat Pengembangan Iman Umat ................... 33
1. Pengembangan Iman Umat ...................................................... 34
2. Ekaristi Memberikan Semangat untuk Berbagi
kepada Sesama ......................................................................... 35
3. Ekaristi Memampukan Umat untuk Bersaksi
kepada Sesama ......................................................................... 37
BAB III. PENGHAYATAN UMAT LINGKUNGAN SANTO
ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA
GONDANGWINANGUN KLATEN TERHADAP
MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI
PENGEMBANGAN IMAN ....................................................... 39
A. Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten ............. 40
1. Sejarah Paroki dan Perkembangannya ................................... 40
a. Tahun 1963-1970: Awal Berdiri ...................................... 40
b. Tahun 1980-2000: Gagasan Pembentukan Paroki ........... 40
c. Tahun 2001-2004: Pembentukan Paroki .......................... 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Situasi Umum Umat Paroki Santo Yusuf Pekerja
Gondangwinangun Klaten ..................................................... 43
3. Gambaran Umum Umat Lingkungan Santo Antonius
Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun
Klaten ..................................................................................... 45
a. Letak dan Batas-batas Geografis Lingkungan Santo
Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja
Gondangwinangun Klaten ............................................... 45
b. Kegiatan Umat dalam Gereja maupun Masyarakat ......... 46
c. Situasi Sosial Kemasyarakatan ........................................ 48
d. Perkembangan Umat ........................................................ 48
B. Penelitian tentang Penghayatan Umat Lingkungan Antonius
Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten
Terhadap Makna Sakramen Ekaristi........................................... 49
1. Desain Penelitian .................................................................. 49
a. Latar Belakang Penelitian ............................................... 49
b. Tujuan Penelitian ............................................................ 50
c. Jenis Penelitian ............................................................... 51
d. Instrumen Pengumpulan Data ........................................ 51
e. Responden ...................................................................... 53
f. Waktu Pelaksanaan ......................................................... 54
g. Variabel Penelitian ......................................................... 54
h. Kisi-kisi Instrumen ......................................................... 54
2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian ........................... 55
a. Laporan Hasil Penelitian ................................................ 56
1) Identitas ...................................................................... 62
2) Pemahaman Ekaristi ................................................... 62
3) Penghayatan Makna Sakramen Ekaristi ..................... 63
4) Faktor Penyebab umat mengikuti Ekaristi sebatas
kewajiban dan ritus .................................................... 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
5) Harapan umat untuk meningkatkan penghayatan
Ekaristi demi pengembangan iman ............................ 67
b. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................... 67
1. Identitas Responden .................................................. 68
2. Pemahaman Sakramen Ekaristi ................................ 69
3. Penghayatan Makna Sakramen Ekaristi ................... 72
4. Faktor Penyebab ....................................................... 80
5. Harapan umat untuk meningkatkan penghayatan
Ekaristi demi pengembangan iman........................... 83
3. Refleksi ................................................................................. 84
4. Kesimpulan Penelitian .......................................................... 87
BAB IV. KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI USAHA UNTUK
MENINGKATKAN PENGHAYATAN UMAT AKAN
MAKNA SAKRAMEN EKARISTI .......................................... 90
A. Katekese Model SCP .................................................................. 91
1. Pengertian SCP ...................................................................... 91
a. Praxis ................................................................................ 91
b. Christian ............................................................................ 92
c. Shared ............................................................................... 92
2. Tujuan Katekse Model SCP ................................................... 93
3. Langkah-Langkah Katekese Model SCP ............................... 94
a. Langkah 0: Pemusatan Aktivitas ....................................... 94
b. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup
Faktual ............................................................................... 95
c. Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing
Pengalaman Hidup Faktual ............................................... 95
d. Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi
Kristiani Lebih Terjangkau .............................................. 96
e. Langkah IV: Interpretasi Dialektis Antara Tradisi dan
Visi umat dengan Tradisi dan Visi Kristiani ..................... 97
f. Langkah V: Keterlibatan Baru demi Makin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Terwujudnya Kerajaan Allah di Tengah-tengah Dunia .... 98
B. Usulan Program Katekese dengan Model SCP bagi Umat
Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf
Pekerja Gondangwinangun Klaten ............................................. 98
1. Latar Belakang ....................................................................... 99
2. Tema dan Tujuan Program Katekese ..................................... 101
C. Gambaran Pelaksanaan Program ................................................ 104
D. Matriks Program ......................................................................... 105
E. Contoh persiapan Katekese Model SCP ..................................... 108
1. Identitas Pertemuan ................................................................ 108
2. Pemikiran Dasar ..................................................................... 109
3. Mengembangkan Langkah-Langkah ..................................... 110
BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 122
A. Kesimpulan ................................................................................. 122
B. Saran ........................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 125
LAMPIRAN ................................................................................................ 127
Lampiran 1: Surat Penelitian untuk Paroki ........................................ (1)
Lampiran 2: Surat Penelitian untuk Ketua Lingkungan .................... (2)
Lampiran 3: Surat Pernyataan Penelitian .......................................... (3)
Lampiran 4: Kuesioner Untuk Umat Lingkungan St. Antonius ........ (4)
Lampiran 5: Teks Cerita “Si Anak Dan Ibu Yang Bijaksana” ......... (6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A. Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka
PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.7-8.
B. Dokumen Resmi Gereja
CT : Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Anjuran
Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup,
klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese Masakini,
16 Oktober 1979.
KGK : Katekismus Gereja Katolik
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici), diundangkan oleh
Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang
Gereja, 21 November 1964.
SC : Sacrosanctum Concilium, Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci,
4 Desember 1963.
C. Daftar Singkat Lain
Art : Artikel
DSA : Doa Syukur Agung
Kan : Kanon
KK : Kepala Keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
KKGK : Kompendium Katekismus Gereja Katolik
KLMTD : Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel
LCD : Liquid Crystal Display
MB : Madah Bakti
OMK : Orang Muda Katolik
Pr. : Praja
PS : Puji Syukur
PIA : Pembinaan Iman Anak
PPDP : Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki
§ : Paragraf
St : Santo
SCP : Shared Christian Praxis
WK : Wanita Katolik
KAS : Keuskupan Agung Semarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gereja melalui Konsili Trente menetapkan bahwa ada tujuh Sakramen,
yaitu sakramen Baptis, sakramen Ekaristi, sakramen Krisma, sakramen
Perkawinan, sakramen Tobat, sakramen Minyak Suci, dan sakramen Imamat.
Sakramen adalah tanda dan sarana keselamatan dari Allah (Janssen, 1993: 9).
Melalui dan dalam sakramen, Gereja menjalin persatuan yang mesra dengan Allah
dan seluruh umat-Nya (Lumen Gensium. Art.1). Di dalam Gereja Katolik,
Ekaristi merupakan salah satu sakramen Gereja. Seluruh sakramen Gereja
berpusat pada sakramen Ekaristi. Sakramen Ekaristi sebagai pusat karena di
dalamnya Gereja merayakan dan mengenangkan misteri sengsara, wafat, dan
kebangkitan Yesus Kristus, sekaligus Gereja menimba kekayaan rohani dan
rahmat keselamatan dari Allah bagi umat-Nya.
Sakramen Ekaristi mengingatkan umat-Nya bahwa penyelamat yakni
Yesus Kristus mengadakan kurban tubuh dan darah-Nya. Hal ini sebagai jaminan
hidup bagi umat yang percaya bahwa kelak kita diundang untuk masuk ke dalam
kemuliaan bersama Kristus (zaman eskatologis). Melalui sakramen Ekaristi umat
menimba kekuatan untuk bersatu dan bertindak sebagai murid-murid Yesus
Kristus. Konsili Vatikan II dalam Lumen Gentium art.11 menegaskan bahwa:
Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh
hidup Kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba ilahi dan diri
sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua
menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur,
melainkan masing-masing dengan cara sendiri. Kemudian, sesudah
memperoleh kekuatan dari Tubuh Kristus dalam perjamuan suci, mereka
secara konkret menampilkan kesatuan umat Allah, yang oleh sakramen
mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara
mengagumkan (Lumen Gentium, art.11).
Pernyataan para Bapa Gereja ini, penting untuk dimengerti dan
direnungkan oleh seluruh umat Allah. Melalui Ekaristi umat dapat memperoleh
kekuatan, kesegaran hidup, serta kepenuhan rahmat yang berlimpah dari Allah.
Umat yang sungguh memaknai Ekaristi memiliki relasi yang erat dengan Allah
dan memiliki keberanian untuk bersaksi mewartakan kabar gembira dalam
kehidupan sehari-hari.
Sakramen Ekaristi merupakan suatu anugerah cinta kasih Allah yang
membawa pembaharuan hidup manusia. Sakramen Ekaristi dikatakan sebagai
anugerah, karena Ekaristi adalah sumber atau pusat dan puncak seluruh hidup
Gereja (KGK, 1993: 336). Selain itu, Ekaristi juga menjadi jantung hidup Gereja
(Sinaga, 2005: 6). Gereja mendapatkan aliran hidup, untuk bertumbuh, dan
berkembang ke arah persatuannya dengan Allah sebagai tubuh mistik Kristus.
Sakramen Ekaristi menjadi pusat dan puncak hidup Gereja karena semua
kegiatan Gereja baik bersifat duniawi maupun rohani berhubungan erat dengan
Kristus yang hadir dalam Ekaristi, yang memberi kekuatan sekaligus
menguduskan tindakan Gereja dalam rangka karya keselamatan Allah di dunia.
Umat hidup di dalam dunia dan menggarami dunia dengan nilai-nilai injili, hanya
mungkin jika umat menimba kekuatan dari Ekaristi. Ekaristi memberikan
penghidupan rohani, dan menjadikan kita taat dalam iman kepercayaan kepada
Allah, sekaligus memiliki perhatian khusus dalam menjalankan hidup di dunia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Gereja mengajarkan kepada kita bagaimana memaknai perjamuan Ekaristi
setiap kali kita merayakannya. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus
bersama dengan para murid sebelum Ia memasuki misteri sengsara dan wafat-
Nya. Yesus menghendaki agar perjamuan makan ini selalu dikenang dan
dilakukan oleh umat-Nya dalam perayaan suci yakni Ekaristi. Gereja setiap kali
merayakan Ekaristi sebagai bentuk kenangan akan Paska Kristus. Yesus
mengambil roti dan mengucap syukur dan membagikan kepada para murid sambil
berkata “ Terimalah dan makanlah ! Inilah tubuhKu yang dikurbankan bagimu”.
Setelah perjamuan Yesus mengambil Piala yang berisi anggur dan mengucap
syukur sambil mengedarkannya dan berkata “Terimalah dan minumlah ! Inilah
piala darahKu, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan
bagi semua orang demi pengampunan dosa. Kenangkanlah Aku dengan
merayakan peristiwa ini” (DSA). Apa yang telah dilakukan Yesus dilanjutkan
oleh Gereja yang didoakan oleh imam pada waktu konsekrasi. Uskup atau imam
menjadi pelayan sakramen Ekaristi, bertindak sebagai perantara pribadi Kristus
sendiri. Ekaristi sebagai tindakan pengudusan yang paling istimewa oleh Allah
terhadap umat beriman. Ekaristi sebagai pusat perjumpaan antara umat beriman
dengan sang Ilahi, mengulang kembali peristiwa pemecahan roti, pengucapan
syukur, pembagian roti seperti yang dilakukan Yesus dalam perjamuan malam
terakhir bersama dengan para murid-Nya.
Istilah perjamuan makan pada zaman para rasul, zaman sekarang Gereja
menyebutkannya dengan perayaan Ekaristi. Melalui perayaan inilah Gereja di
seluruh dunia mengenang anugerah cinta kasih yang telah diberikan oleh Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
melalui Yesus Kristus kepada umat manusia. Di dalam Ekaristi, Yesus
menunjukkan kebersamaan-Nya dengan manusia, mau berelasi dengan siapa saja,
dan bersatu menjadi satu keluarga (Grün, 1998: 29).
Di dalam Perjanjian Baru ada empat kisah tentang perjamuan malam
terakhir. Hal ini dapat kita temukan di dalam injil Sinoptik dan surat-surat Paulus
yaitu Mat 26:26-29; Mrk 14:22-25; Luk 22:15-20; 1Kor 11:23-26 (Martasudjita,
2005: 219). Dari keempat kisah ini, ada peristiwa penting yang memberikan
pengajaran atas Ekaristi yaitu tindakan kenabian Yesus yang melaksanakan
rencana karya keselamatan Allah bagi umat-Nya di dunia. Konsekuensi dari
Yesus melakukan tindakan kenabian adalah melalui persitiwa salib. Yesus
melakukan tindakan simbolis untuk memperlihatkan bahwa diri-Nya
menyerahkan diri secara total dan taat pada kehendak Bapa dengan rela wafat di
kayu salib sebagai bukti cinta Yesus yang total kepada umat manusia. Sebagai
murid Kristus kita diajak untuk meneladani sikap Yesus yang taat dan rela
berkorban untuk banyak orang.
Yesus menyatakan kehadiran diri-Nya dalam rupa roti dan anggur dalam
Ekaristi. Roti melambangkan Tubuh Yesus yang diserahkan kepada manusia, dan
untuk dipecah-pecahkan, dibagi-bagikan untuk banyak orang. Anggur
melambangkan penumpahan darah-Nya yang menjadi Perjanjian Baru abadi
antara Allah dan manusia, manusia dengan manusia. Kematian Yesus memiliki
arti pengorbanan diri secara sukarela bagi para murid dan sebagai bentuk cinta
kasih-Nya kepada semua manusia. Yesus mengajak para murid untuk ambil
bagian dalam perjamuan maka secara langsung mengajak murid-murid-Nya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
bersatu dalam kematian-Nya. Kita bersatu dengan Yesus secara pribadi berarti
menerima undangan-Nya untuk masuk dalam kemuliaan-Nya, dan menerima
rahmat pengampunan dosa. Ekaristi mempersatukan kita dengan Yesus melalui
iman. Persatuan ini nampak dalam penghayatan umat dalam Ekaristi. Ekaristi
memberikan kekuatan untuk hidup baru melalui pertobatan sejati.
Yesus setelah mengucapkan syukur memberikan sebuah perintah untuk
mengenangkan peristiwa perjamuan. Ekaristi menjadi suatu peristiwa untuk
mengenang kembali pemecahan roti, doa syukur, dan penyambutan Tubuh dan
Darah Kristus. Yesus hadir bagi kita melalui Ekaristi. Yesus hadir di dunia
menjadi nyata melalui Gereja yakni cara hidup atau kesaksian yang dilakukan
oleh para pengikut-Nya. Ekaristi menciptakan persaudaraan sejati tidak hanya
sesama umat beriman melainkan antar umat beragama lain. Umat Kristiani yang
hidup di tengah dunia dan berdampingan dengan umat beragama lain dengan latar
belakang yang berbeda-beda dengan cara pandang yang sama bahwa umat di luar
Gereja menjadi satu keluarga.
Pemahaman Ekaristi dalam tulisan Yohanes lebih menekankan aspek cinta
kasih yang ditunjukkan Yesus ketika Yesus membasuh kaki para murid-Nya.
Peristiwa ini mengajak kita untuk menggali dan menemukan pokok-pokok makna
Ekaristi yaitu perendahan diri yang dilukiskan dengan ungkapan kasih Yesus yang
sehabis-habisnya, perendahan diri hingga wafat-Nya disimbolkan dengan
pelayanan pembasuhan kaki peserta perjamuan, pembasuhan kaki melukiskan
makna Ekaristi dan menjadi ungkapan kasih Yesus yang tetap kepada para
muridNya. Ekaristi juga menjadi suatu misteri dan tanda iman. Artinya, Ekaristi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
menjadi suatu misteri Ilahi sekaligus tanda bagi perwahyuan diri Yesus
seluruhnya dan menjadi tawaran bagi manusia untuk berpartisipasi dalam hidup
Yesus (Martasudjita, 2005: 240-246).
Ekaristi sebagai sumber persatuan mesra dengan Kristus. Umat
menyambut Tubuh dan Darah Yesus Kristus serta turut serta dalam pengurbanan
diri-Nya menunjukkan kesediaan untuk bersatu dengan-Nya, sebagaimana Kristus
telah mengatakan-Nya, “Dia yang makan tubuh-Ku dan minum darahKu, tinggal
dalam Aku dan Aku dalam Dia” (Yoh 6: 57). Sakramen Ekaristi sesungguhnya
merupakan makanan bagi hidup rohani, sebab dari sakramen mengalir kekuatan
bagi jiwa dan raga menjadi lebih sempurna. Sempurna berarti kita dipenuhi oleh
rahmat Allah dan terlindung dari dosa. Sakramen Ekaristi sebagai sumber
kehidupan, rahmat dan anugerah cinta kasih bagi kita karena Yesus Kristus hadir
di dalam-Nya. Ia hadir dalam sakramen Ekaristi dengan karya penebusan-Nya
yang utuh.
Umat Kristiani pada masa penganiayaan mengalami penderitaan dan
dikejar-kejar. Mereka dikejar dan dibunuh bahkan tidak diperbolehkan melakukan
upacara keagamaan. Umat Kristiani takut untuk merayakan dan menyambut
Ekaristi secara terbuka selama penganiayaan. Mereka merayakan Ekaristi secara
sembunyi-sembunyi. Umat Kristiani dalam menyambut Ekaristi diperbolehkan
untuk membawa pulang Tubuh Kristus. Umat juga diperbolehkan untuk
membawa hosti bagi orang lain, terutama bagi orang yang dipenjara yang
menjalani hukuman mati sebagai saksi iman. Sebagai contoh; kisah Tarsisius yang
mati karena iman yang melindungi hosti. Kisah ini menunjukan bahwa bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
betapa bermaknanya hosti bagi umat Kristiani. Peristiwa ini menunjukkan
pemaknaan yang konkret yaitu mengorbankan diri untuk melindungi hosti (Loret,
1989: 23).
Gereja Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten merupakan Paroki
hasil pemekaran dari Paroki Santa Maria Bunda Kristus Wedi Klaten. Gereja
Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten memiliki umat yang tersebar di 7
wilayah, dan 23 lingkungan. Umat paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun
Klaten aktif di dalam mengikuti perayaan Ekaristi sebagai salah satu contohnya
adalah lingkungan Santo Antonius Joton. Umat lingkungan Santo Antonius Joton
menyediakan waktu untuk bersama Tuhan. Umat sungguh menghormati perayaan
Ekaristi, lewat sikap liturgis dalam berdoa di dalam Gereja dan menunjukkan rasa
hormat pada saat konsekrasi. Berdasarkan pengamatan penulis, umat sering ke
Gereja dan mengikuti perayaan Ekaristi namun bersifat ritualis. Umat menghadiri
perayaan Ekaristi hanya sampai pada hal-hal yang bersifat ritual, seperti: umat
datang di gereja, duduk mendengarkan sabda, menerima komuni dan setelah
mengikuti perayaan tidak ada perwujudan tindakan yang berkelanjutan dalam
kehidupan sehari-hari, sebagai contoh umat kurang terlibat dalam pendalaman
iman, ada kegiatan di masyarakat jarang kelihatan, kurang partisipasi terhadap
orang yang menderita. Sikap semacam ini menjadi tanda bahwa umat perlu
didampingi supaya iman mereka dapat lebih berkembang dalam kehidupan sehari-
hari. Sumber kekuatan orang Kristiani adalah Ekaristi, karena di dalam Ekaristi,
misteri akan sengsara, wafat, dan kebangkitan menjadi inti dari iman Kristiani
akan Yesus Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Penulis sebagai warga lingkungan St. Antonius mempunyai kesan kepada
umat bahwa mereka masih mengikuti Ekaristi sebagai kewajiban dan berhenti
pada hal bersifat ritualis. Mereka mengikuti perayaan Ekaristi belum sampai pada
kedalaman dan menemukan maknanya bagi diri sendiri dan dalam kehidupan
sehari-hari. Pada hal Ekaristi merupakan pusat dan puncak kekuatan hidup umat
Kristiani. Selain itu umat diharapkan dalam mengikuti Ekaristi tidak cukup hanya
hadir, duduk, dan mendengarkan tetapi juga sesudahnya diutus hadir ke tengah
dunia yang menanti keterlibatan nyatanya yakni bersedia mencintai sesama
sehabis-habisnya. Oleh sebab itu, melalui skripsi ini penulis bermaksud ingin
memberikan sumbangan pemikiran sebagai usaha menemukan makna sakramen
Ekaristi demi pengembangan iman umat di lingkungan St. Atonius Joton. Penulis
merumuskan judul skripsi: USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN
EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN
SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA
GONDANGWINANGUN KLATEN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa makna sakramen Ekaristi untuk hidup umat?
2. Sejauh mana umat Lingkungan Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja
Gondangwinangun Klaten sudah menghayati makna sakramen Ekaristi demi
pengembangan iman mereka?
3. Model katekese macam apa yang dapat membantu umat Lingkungan Antonius
Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten menemukan
makna sakramen Ekaristi untuk pengembangan iman mereka?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat
Lingkungan Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun
Klaten.
2. Menggambarkan sejauh mana penghayatan sakramen Ekaristi di dalam
pengembangan iman umat Lingkungan Antonius Joton Paroki Santo Yusuf
Pekerja Gondangwinangun Klaten.
3. Memberi sumbangan pemikiran yang berupa usulan program pendampingan
model katekese yang dapat membantu umat Lingkungan Antonius Joton Paroki
Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten semakin menemukan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
memahami, dan menghayati makna sakramen Ekaristi khususnya dalam
pengembangan iman mereka.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang makna sakramen
Ekaristi demi mengembangkan iman dalam kehidupan sehari-hari.
2. Membantu Umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf
Pekerja Gondangwinangun Klaten semakin menghayati akan sakramen Ekaristi
demi pengembangan iman.
3. Memberikan sumbangan kepada umat dalam memaknai sakramen Ekaristi
demi pengembangan iman Umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki
Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten.
E. Metode Penulisan
Dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis.
Dengan metode ini, penulis menggambarkan sejauh mana umat Lingkungan
Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten dapat
menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka. Penulis
juga mencoba memahami apa yang menjadi hambatan umat untuk dapat
menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka.
Kemudian penulis mengusulkan program katekese yang dapat membantu umat
menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun
Klaten.
F. Sistematika Penulisan
Penulis dalam Skripsi ini memilih judul “Usaha Menemukan Makna
Sakramen Ekaristi demi Pengembangan Iman Umat Lingkungan Santo Antonius
Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten”, untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas dari skripsi ini, maka penulis menyampaikan pokok-
pokok uraian dalam lima bab.
Bab I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, serta sistematika
penulisan yang hendak penulis susun.
Bab II membahas sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat, yang
meliputi makna sakramen Ekaristi yang bersumber pada Kitab Suci, dokumen-
dokumen Gereja, serta pandangan dari para ahli. Dalam bab ini terdapat tiga
bagian: bagian pertama membahas sakramen Ekaristi yang meliputi tentang
pengertian dan makna sakramen pada umumnya, pengertian dan makna sakramen
Ekaristi.
Bagian kedua bab ini membicarakan tentang iman umat, yang meliputi
pengertian iman, iman Gereja akan Yesus Kristus, pentingnya iman di dalam
hidup umat, dasar iman umat, serta ciri-ciri iman Kristiani yang dewasa. Bagian
ketiga bab ini membahas mengenai Ekaristi sebagai tempat pengembangan iman
umat, yang meliputi pengembangan iman umat, Ekaristi memberikan semangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
untuk berbagi kepada sesama, dan Ekaristi memampukan umat untuk bersaksi
kepada sesama.
Bab III membahas penghayatan umat Lingkungan Santo Antonius Joton
Paroki Santo Yusuf pekerja Gondangwinangun Klaten terhadap makna sakramen
Ekaristi demi pengembangan iman. Dalam bab ini terdapat dua bagian. Bagian
pertama membahas Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten, yang
meliputi sejarah paroki dan perkembangannya, situasi umum umat paroki Santo
Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten, gambaran umum umat Lingkungan
Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten.
Bagian kedua menyampaikan penelitian tentang penghayatan umat
Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun
Klaten terhadap makna sakramen Ekaristi, yang meliputi desain penelitian,
laporan dan pembahasan hasil penelitian, refleksi, serta kesimpulan penelitian.
Bab IV membahas katekese model SCP sebagai usaha untuk meningkatkan
penghayatan umat akan makna sakramen Ekaristi. Bab ini dibagi menjadi 5
bagian: Bagian pertama bab ini membicarakan katekese model SCP, yang
meliputi pengertian SCP, tujuan katekese model SCP, langkah-langkah katekese
model SCP. Bagian kedua menyampaikan usulan program katekese dengan model
SCP bagi umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja
Gondangwinangun Klaten, yang meliputi latar belakang, tema dan tujuan program
katekese. Bagian ketiga memberikan gambaran pelaksanaan program. Bagian
keempat dalam bab ini membahas matriks program. Pada bagian kelima contoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
persiapan katekese model SCP yang meliputi identitas pertemuan, pemikiran
dasar serta pengembangan langkah-langkahnya.
Bab V merupakan bab terakhir sekaligus sebagai penutup dari seluruh
pembahasan mengenai usaha menemukan makna sakramen Ekaristi demi
pengembangan iman umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf
Pekerja Gondangwinangun Klaten, yang meliputi kesimpulan serta saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT
Bab II ini penulis menguraikan sakramen Ekaristi demi pengembangan
iman umat yang memiliki kesinambungan dengan pembahasan pada bab
sebelumnya. Dimana yang menjadi pokok permasalahan pada skripsi ini yakni
keprihatinan penulis terhadap umat dalam memaknai Ekaristi, yang selama ini
penulis melihat umat mengikuti Ekaristi masih bersifat ritualis dan kenyataannya
tidak semua umat mampu menghayati sakramen Ekaristi dalam kehidupan
beriman. Permasalahan inilah yang hendak penulis angkat dalam skripsi. Penulis
memberikan sumbangan pemikiran dari berbagai sumber untuk membantu umat
menemukan makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam bab ini, penulis membahas sakramen Ekaristi dan maknanya
melalui Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan dari para ahli.
Seluruh sakramen Gereja berpusat pada sakramen Ekaristi. Sakramen
Ekaristi sebagai pusat karena di dalamnya Gereja merayakan dan mengenangkan
misteri sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus, sekaligus Gereja
menimba kekayaan rohani dan rahmat keselamatan dari Allah bagi umat-Nya.
Bersumber dari Ekaristi umat dapat memperkuat imannya untuk bertahan
menghadapi berbagai persoalan hidup. Selain itu melalui Ekaristi umat mampu
untuk mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Allah. Ekaristi juga
memampukan umat-Nya untuk berkarya di tengah dunia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Bab II lebih merupakan kajian pustaka. Penulis pada bab ini membagi
uraian menjadi tiga bagian, yakni pada bagian pertama penulis menjelaskan
sakramen Ekaristi pada umumnya. Pada bagian kedua penulis menjelaskan
tentang iman umat. Kemudian secara khusus pada bagian ketiga penulis
menjelaskan Ekaristi sebagai tempat pengembangan iman umat.
Penulis pada bagian awal bab ini menjelaskan tentang sakramen Ekaristi
yang bertujuan untuk membantu umat semakin memahami sakramen Ekaristi
demi pengembangan iman dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat penting
bagi umat untuk memahami sakramen Ekaristi karena dengan Ekaristi umat
diharapkan mampu menemukan nilai-nilai hidup rohani demi terwujudnya
Kerajaan Allah di dunia. Melalui Ekaristi umat memperoleh kekuatan rohani
untuk berkembang dalam iman serta menghadapi berbagai permasalahan hidup
dan memampukan diri untuk bersaksi bagi sesama.
A. Sakramen Ekaristi
1. Pengertian dan Makna Sakramen pada Umumnya
a. Pengertian Sakramen
Sakramen yang berasal dari bahasa latin sacramentum, terdiri dari kata
sacro, sacer yang artinya kudus, suci, lingkungan orang kudus, bidang yang suci.
Sacrare berarti menyucikan, menguduskan, mengkhususkan sesuatu atau
seseorang bagi bidang yang suci atau kudus. Jadi, sacramentum itu menunjuk
pada suatu hal yang menguduskan (Martasudjita, 2003: 61).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Penulis menyampaikan pengertian sakramen dari dokumen Gereja yakni
Kompendium Katekismus Gereja Katolik (2009: art. 224) yang menyatakan bahwa
“sakramen merupakan tanda yang mendatangkan rahmat”. Sakramen-sakramen
yang kita terima dari Gereja sungguh memberikan rahmat yang dapat dirasakan
yakni kedamaian, ketentraman, persaudaraan, kerukunan, kasih sesama, dan
sebagainya.
Menurut Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1983 Kan. 840: “sakramen
merupakan tanda dan sarana yang mengungkapkan dan menguatkan iman”.
Sakramen yang kita terima dalam Gereja memberikan kekuatan, menciptakan dan
memperkokoh persatuan umat. Umat Kristiani yang menerima sakramen sungguh
dipersatukan dalam Gereja dalam persekutuan Roh Kudus, sekaligus umat
dipersatukan dengan Allah dalam kemuliaan-Nya.
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) (1996: 400) mendefinisikan:
“sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi yang menandai, menampakkan, dan
melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah atau dengan lebih tepat
Allah yang menyelamatkan”. Jadi sakramen itu sungguh-sungguh nyata datang
dari Allah yang menyelamatkan umat. Hanya saja keselamatan yang datang itu
melalui sakramen-sakarmen dan dapat dirasakan ketika kita dapat menghayatinya
dalam hidup sehari-hari.
Menurut Janssen (1993: 38): “sakramen adalah suatu tanda lahir yang
ditetapkan oleh Kristus dan terdiri dari suatu perbuatan (materi) dan perkataan
yang menerangkannya sebagai lambang rahmat yang tidak kelihatan yang
dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri si penerima”. Umat Kristiani yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menerima sakramen dalam Gereja melambangkan kesatuan Allah dengan umat-
Nya melalui rahmat dalam sakramen. Allah mencurahkan rahmat keselamatan
bagi umat yang menerima sakramen, khususnya dalam sakramen Ekaristi,
sebagaimana peristiwa keselamatan yang telah dilakukan oleh Yesus terhadap
umat-Nya.
Sakramen yang ada di dalam Gereja menunjukkan suatu “simbol atau
lambang” keagaman. Simbol pada umumnya menyampaikan suatu hal yang
konkret dalam kehidupan yang melambangkan kehadiran sang Ilahi. Dengan
demikian simbol memiliki peran yaitu menghadirkan sang Ilahi dalam Gereja.
Jadi sakramen menurut Groenen (1990: 20) ialah “simbol religius keagamaan”.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis lebih tertarik dengan pernyataan
KWI yakni sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi yang menandai,
menampakkan, dan melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah atau
dengan lebih tepat Allah yang menyelamatkan. Sakramen sebagai peristiwa
konkret duniawi dapat dilihat dalam Gereja yakni sakramen Pembaptisan,
sakramen Komuni, sakramen Krisma, dan sakramen Tobat. Sakramen
Pembaptisan menandakan bahwa umat dibebaskan dari dosa dan dilahirkan
kembali sebagai putra-putri Allah serta menjadi anggota murid-murid Kristus
yang dikasihi-Nya serta Gereja. Sakramen komuni menandakan, menampakkan
dan melaksanakan perintah Tuhan sebelum wafat dan kebangkitan-Nya. Sakramen
ini menunjukkan suatu kesatuan, ikatan cinta kasih yang sungguh dipenuhi oleh
rahmat karunia Roh Kudus. Sakramen Penguatan menandakan penyempurnaan
rahmat Pembaptisan yang telah dikaruniakan oleh Roh Kudus, dimana sakramen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
ini memberikan daya kekutan Roh Kudus supaya umat mampu bersaksi dalam
hidup sehari-hari. Sakramen Tobat menandakan perolehan pengampunan dari
belas Kasih Allah atas segala kesalahan yang membuat kekecewaan terhadap-Nya
serta disatukan kembali dalam Gereja atas dosa yang telah dilakukan atas sesama
dalam hidup dan membantu umat dalam pertobatan (KGK, 1993: 312-360). Hal
ini menjadi peristiwa konkret yang penulis lihat, terima dan ini sungguh
memberikan rasa kedamaian, kebahagian, kesatuan, dan persaudaraan yang terjadi
dalam hidup.
b. Makna Sakramen
Sakramen merupakan suatu misteri yang tak dapat dipahami secara tuntas
oleh manusia. Misteri yang dimaksudkan di sini adalah rahasia karya keselamatan
yang berasal dari Allah sendiri (KWI, 1996: 400). Kata misteri atau mysterion
(Yunani) dipergunakan untuk menerjemahkan sebuah kata Ibrani sôd. Mysterion
berasal dari kata my, kata kerja myein, yang memiliki arti menutup mulut atau
mata sebagai reaksi atas pengalaman yang mengatasi nalar, pengalaman yang
tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Dengan demikian mysterion memiliki
sebuah makna dasar yaitu berhubungan dengan pengalaman akan Yang Ilahi,
yakni suatu pengalaman batin yang tidak terlukiskan dengan kata-kata karena
pengalaman perjumpaan dengan Yang Ilahi (Martasudjita, 2003: 62).
Sakramen memiliki makna pengudusan yang bersumber dari tindakan
Allah. Hal ini menjadi tanda bahwa aksi atau perbuatan baik manusia menjadi
rahmat yang menguduskan sekaligus menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pekerjaan Allah. Aksi atau perbuatan yang baik dapat terwujud berkat adanya
campur tangan Allah. Sakramen sungguh bermakna bagi manusia yang
menerimanya ketika manusia itu mampu mewujudkan dalam kehidupan sehari-
hari (KWI, 1996: 400).
2. Pengertian dan Makna Sakramen Ekaristi
a. Pengertian Sakamen Ekaristi
Ekaristi berasal dari bahasa Yunani eucharistia yang artinya puji syukur.
Eucharistia merupakan kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa Yunani
eucharistein yang berarti memuji, dan mengucap syukur. Eucharistein dalam
Perjanjian Baru, misal dalam Mat. 26: 27; Luk. 22: 19.20 digunakan bersama-
sama dengan kata eulogein Mat. 26: 26; 1Kor 10: 16 yang memiliki arti memuji-
bersyukur. Pengertian ini digunakan untuk menerjemahkan kata dari bahasa Ibrani
barekh artinya memuji dan memberkati. Barekh atau barekhah dalam tradisi
liturgi Yahudi dipergunakan dalam konteks doa berkat perjamuan yang berisi
pujian, syukur, dan permohonan. Doa berkat dalam tradisi Yahudi berlangsung
dalam perjamuan makan Yahudi yakni doa berkat atas roti dan piala. Dengan
demikian Ekaristi dapat dimengerti sebagai doa berkat yang berlangsung dalam
perjamuan makan Yahudi (Martasudjita 2005: 28).
Di samping ini penulis menyampaikan pengertian Ekaristi dari dokumen
Gereja. Kompendium Katekismus Gereja Katolik (2009: 99) menyatakan Ekaristi
sebagai kurban Tubuh dan Darah Tuhan Yesus sendiri yang ditetapkan-Nya untuk
mengabadikan kurban salib selama perjalanan waktu sampai kembali-Nya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kemuliaan. Seluruh perjalanan hidup Yesus diabadikan di dalam Gereja. Gereja
menjadi tempat yang dipercaya oleh-Nya untuk mengabadikan kenangan wafat
dan kebangkitan-Nya. Hal ini menjadi tanda bahwa di dalam Ekaristi terlihat
adanya kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan paskah, dimana rahmat dan
jaminan kemuliaan yang akan datang dicurahkan kepada umat-Nya. Ekaristi
menurut KHK 1983 (kan. 899 § 1) adalah tindakan Kristus sendiri dan Gereja; di
dalamnya Kristus Tuhan, melalui pelayanan imam, mempersembahkan diri-Nya
kepada Allah Bapa dengan kehadiran-Nya secara substansial dalam rupa roti dan
anggur, serta memberikan diri-Nya sebagai santapan rohani kepada umat beriman
yang menggabungkan diri dalam persembahan-Nya.
Di bawah ini penulis menyampaikan pengertian Ekaristi dari pandangan
para Bapa Gereja. Santo Ignatius dari Antiokia berpendapat Ekaristi itu
membangun kesatuan Gereja. Bilamana orang menerima Ekaristi maka ia
disatukan dengan Yesus Kristus, Ekaristi bukanlah barang atau benda, melainkan
peristiwa dan sarana untuk identifikasi dengan Kristus. Santo Yustinus juga
berpendapat Ekaristi adalah kurban rohani sebab Ekaristi itu adalah doa yang
benar dan pujian syukur yang tepat. Ekaristi itu merupakan kenangan akan
penderitaan Yesus, sekaligus akan penciptaan dan penebusan. Dalam kenangan
tersebut, peristiwa inkarnasi juga dihadirkan. Dan Santo Irenius berpendapat
Ekaristi merupakan kurban pujian-syukur. Dia berpendapat demikian karena
dalam Ekaristi diungkapkan pujian-syukur atas pencipataan, tentu saja atas
peristiwa penebusan Yesus Kristus (Martasudjita 2005: 28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Sedang Sumarno (2009: 29) dalam manuskripnya yang berjudul
Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki, menyatakan bahwa Ekaristi adalah
“ungkapan iman dalam bentuk perayaan syukur, yang jauh dari tindakan resmi
protokoler, suatu upacara formal dengan suatu aturan dan tata cara tertentu”.
Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengertian Ekaristi adalah suatu perayaan syukur untuk mengenangkan,
menghadirkan, menghayati akan karya keselamatan Allah yang telah terwujud
dalam diri Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban salib-Nya. Di dalam
Ekaristi kita mengenangkan penderitaan Yesus sebelum penyerahan diri pada
kayu salib untuk keselamatan seluruh umat beriman. Selain itu juga dalam
Ekaristi kita berdoa memohon kehadiran Roh Kudus dalam perjamuan Ekaristi
untuk memberkati roti dan anggur yang disantap bersama supaya menjadi
santapan rohani. Roh Kudus juga yang menjadikan karya keselamatan Allah
terwujud dalam dunia. Dan hal yang terpenting dalam Ekaristi kita diajak untuk
menghayati seluruh karya keselamatan Allah dengan cara ikut ambil bagian di
dalamnya.
b. Makna sakramen Ekaristi
1) Ekaristi sebagai Ungkapan Cinta Kasih Yesus yang Sehabis-habisnya
Yesus selama hidup menumpahkan cinta kasih-Nya yang tanpa batas atau
sehabis-habisnya kepada para murid-Nya. Hal ini tersirat dalam Yoh. 13:1 yang
berbunyi “sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa
saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi
mereka sampai kepada kesudahannya”. Ia memberikan pelayanan dengan kasih
yang sungguh luar biasa. Ia mengasihi murid-murid-Nya tanpa batas dan
menyayangi mereka sampai akhir hayat. Yesus memberikan kasih-Nya secara
total kepada mereka sampai pada kesudahan dan Ia rela memberikan nyawa-Nya
demi keselamatan para murid serta seluruh umat beriman.
Kematian Yesus di kayu salib mengungkapkan cinta kasih-Nya kepada
para murid serta seluruh umat manusia demi persatuan dengan Allah. Ia
mengorbankan diri di kayu salib demi memenuhi karya keselamatan dari Allah
bagi umat-Nya. Ia memiliki jiwa pengorbanan yang sungguh luar biasa dan
memiliki kasih yang sungguh total terhadap sahabat-sahabat-Nya. Hal ini dapat
dilihat dalam Yoh 15: 13 yang berbunyi “Tidak ada kasih yang lebih besar dari
pada kasih seorang yang memberikan nyawa-Nya untuk sahabat-sahabatnya”.
Yesus memberikan teladan bagaimana memberikan kasih terhadap sesama. Yesus
mengajarkan nilai cinta kasih yang sungguh-sungguh menyentuh hati bagi
sahabat-sahabat-Nya, tiada kasih yang sempurna selain kasih yang rela
memberikan nyawa-Nya untuk orang yang dikasihi-Nya.
Yesus memberikan anugerah cinta kasih yang tanpa batas kepada para
murid serta umat-Nya. Yesus telah memberikan kemenangan sejati dan
keselamatan bagi semua orang. Oleh sebab itu untuk mengenang anugerah-Nya,
Gereja mengabadikan dan mengenang-Nya dalam Ekaristi suci. Ekaristi menjadi
suatu kenangan akan anugerah cinta kasih yang mendalam dan memiliki kekuatan
untuk hidup rohani yang bersumber dari Allah (Martasudjita, 2005: 295-296).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2) Ekaristi sebagai Perjamuan yang Mempersatukan Umat dengan Allah,
Umat dengan Umat
Konsili Vatikan II mengajarkan Ekaristi sebagai perjamuan Paskah (SC
47). Hal ini dimengerti dalam keseluruhan perayaan Ekaristi sehingga Ekaristi
menjadi tempat untuk mengenang seluruh karya keselamatan Yesus Kristus yang
berakhir dengan wafat dan kebangkitan-Nya (Martasudjita, 2005: 297-298).
Pada zaman dahulu perjamuan adalah pengalaman kebersamaan yang
paling mendalam dengan para peserta perjamuan dan sekaligus dengan Allah
(Grün, 1998: 29). Perjamuan ini menunjukkan bahwa Allah mengundang dan
mengajak para murid serta umat untuk berkumpul bersama dengan-Nya menjadi
satu kesatuan keluarga besar. Perjamuan ini membuat umat merasakan kerinduan
untuk berkumpul bersama. Hal ini menjadi tanda bahwa Allah solider atau peduli
dengan umat, dan umat peduli dengan sesama dalam suatu kebersamaan.
Perjamuan memampukan umat untuk dapat saling menjalin relasi dengan orang
lain, entah itu orang yang dikenal maupun orang yang sama sekali tidak dikenal.
Perjamuan Ekaristi sungguh mempersatukan umat di dalam tubuh Kristus.
Perjamuan Ekaristi memberikan kedamaian, kesadaran, kesembuhan, dan
kerinduan untuk kembali bersatu dengan Allah. Perjamuan ini sebagai tanda
bahwa Allah sungguh baik dan berbelas kasih kepada umat-Nya.
Umat dalam mengikuti perjamuan Ekaristi diajak untuk bersatu dengan
Allah melalui terang Roh Kudus (Koinonia). Koinonia merupakan bentuk
keterlibatan umat untuk bersatu dengan Allah melalui Ekaristi dan membentuk
suatu persaudaraan antar umat beriman dengan terang Roh Kudus. LG 7
menyatakan “Dalam pemecahan Ekaristi, kita secara nyata ikut serta dalam Tubuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Tuhan; maka, kita diangkat untuk bersatu dengan Dia dan bersatu antara kita”.
Hal ini menjadi tempat dihimpunnya persatuan antara umat dengan Allah, umat
dengan umat yang membentuk suatu Gereja. Allah selalu hadir di tengah hidup
umat dalam setiap perkumpulan yang melibatkan kehadiran-Nya (Martasudjita,
2005: 358). Tuhan Yesus sendiri Bersabda “Sebab di mana dua atau tiga orang
berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat 18:
20).
3) Ekaristi sebagai Permohonan Seruan datang-Nya Karunia Roh Kudus
(Epiklese)
Epiklese merupakan bagian pokok dalam Doa Syukur Agung (DSA). Hal
ini merupakan faktor utama terjadinya karya keselamatan Allah yang terlaksana
dalam diri Yesus Kristus. Keselamatan yang datang tidaklah datang dengan begitu
saja tetapi ada yang membawa atau mengkaruniakannya yaitu Roh Kudus. Roh
Kuduslah yang membuat keselamatan itu dapat sampai pada semua orang
beriman. Pada waktu Ekaristi imam dan umat berdoa bersama memohon kepada
Allah supaya mengkuduskan persembahan yang berupa roti dan anggur melalui
Roh-Nya agar menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Di sinilah karunia Roh Kudus
sungguh bekerja dan memberikan hidup bagi umat-Nya yang telah dikasihi oleh
Allah. Tanpa kehadiran Roh Kudus keselamatan yang telah dipercayakan di dalam
Gereja tidak terjadi dan rencana keselamatan Allah hanya terlihat abstrak tanpa
ada perwujudan yang nyata. Berkat karya Roh Kudus rencana Keselamatan Allah
sungguh-sungguh terjadi dalam diri Kristus dan di dalam Gereja (Martasudjita,
2005: 357-358).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Epiklese bukan hanya doa permohonan untuk Roh Kudus supaya turun
untuk mengkuduskan roti dan anggur sebagai Tubuh dan Darah Kristus. Epiklese
juga mengkuduskan umat Allah yang sungguh beriman. Berkat Roh Kuduslah
umat Allah yang beriman memperoleh kesatuan diri dengan Allah melalui Tubuh
dan Darah Kristus. Dengan demikian umat yang telah dikuduskan melalui karya
Roh Kudus memperoleh hubungan yang mesra dengan Allah dan umat menjadi
buah karya Roh Kudus yang telah disucikan atas segala perbuatan yang baik
(Martasudjita, 2005: 358).
4) Ekaristi Memampukan Kita untuk Tinggal dalam Kristus
Di dalam Yohanes 1:39 Yesus bersabda: “Marilah dan kamu akan
melihatnya. Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu
mereka tinggal bersama-sama dengan Dia”. Yesus mengundang para murid untuk
tinggal bersama Dia. Yesus mengundang mereka untuk masuk dan bersatu dalam
persekutuan dengan-Nya. Hal ini bertujuan agar para murid mengalami,
merasakan, menghidupi dan mengalami sendiri misteri pribadi dan hidup Kristus.
Dengan demikian para murid memiliki suatu pengalaman pribadi tinggal bersama
Kristus dan pengalaman itu menjadi suatu misi dalam perutusan pewartaan kabar
gembira ke seluruh dunia (Martasudjita, 2012: 21).
Pengalaman pribadi para murid masuk dan tinggal bersama Kristus
menjadi tujuan utama dari seluruh hidup umat beriman. Pengalaman pribadi ini
menjadi salah satu wujud kesaksian untuk bersatu dengan Tuhan yang menjadi
ujung tombak dalam bersaksi bagi orang lain. Hal ini nampak di dalam 1Yoh 1:
1-3 yang berbunyi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami
lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami
raba dengan tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang kami
tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah
melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu
tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah
dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami
dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh
persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan
dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.
Perikop ini mengungkapkan pengalaman tinggal dalam Kristus yang
terlihat dalam pernyataan berikut: apa yang telah ada sejak semula, yang telah
kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan
dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang
kami tuliskan kepada kamu. Hal ini menunjukkan suatu kesatuan dan pengalaman
iman yang luar biasa. Pengalaman tinggal bersama-Nya membuat kita sadar
bahwa hidup bersama-Nya membawa suatu anugerah yang terindah, kedamain,
cinta kasih, dalam seluruh hidup Kristus. Pengalaman inilah yang harus kita bawa
bagi orang lain dalam hidup bersama di tengah-tengah dunia (Martasudjita, 2012:
22).
Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud di dalam Ekaristi. Di dalam
Ekaristi Yesus menjadi Roti Hidup yang diserahkan bagi umat-Nya. Roti Hidup
ini memberikan kehidupan bagi umat di seluruh dunia. Melalui Ekaristi umat
diajak untuk masuk dan bersatu di dalam misteri Ekaristi, yakni mengenangkan
misteri wafat dan kebangkitan-Nya. Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud
dalam penyambutan Komuni Suci. Kita merayakan Ekaristi, menyambut tubuh
dan darah-Nya dalam Komuni Suci menjadi tanda bahwa kita “tinggal di dalam
Kristus dan Kristus di dalam kita” (Martasudjita, 2012: 23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
5) Ekaristi sebagai Sumber untuk Memperoleh Kekuatan Hidup Umat
dalam Menghadapi Persoalan Hidup.
Ekaristi merupakan sumber kekuatan orang Kristiani. Dengan Ekaristi
umat Kristiani memperoleh kekuatan untuk menghadapi masalah hidup sehari-
hari (Martasudjita, 2012: 57). Umat dalam kehidupan sehari-hari memiliki
permasalahan hidup yang kompleks. Umat tentunya ingin keluar dari
permasalahan dan ingin memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Untuk
itulah umat Kristiani selalu merayakan Ekaristi untuk menimba kekuatan dari
Allah dalam menghadapi segala rintangan yang ada. Selain itu juga umat dapat
memperoleh kekuatan untuk dapat mewartakan kabar gembira dari Allah kepada
seluruh bangsa. Untuk itulah umat Kristiani tidak dapat berjalan sendiri tanpa
adanya campur tangan Allah.
B. Iman Umat
1. Pengertian Iman
Iman adalah anugerah cuma-cuma dari Allah dan tersedia bagi semua
orang yang dengan rendah hati mencarinya. Iman adalah tindakan pribadi sejauh
menjadi jawaban bebas pribadi manusia kepada Allah yang mewahyukan Diri-
Nya (KKGK, art. 28).
Iman adalah penyerahan total dari manusia kepada Allah yang menyatakan
diri tidak karena terpaksa, melainkan dengan sukarela. (KWI, 1996: 128).
Katekismus Gereja Katolik art. 153 dan 155 menyatakan iman adalah satu
anugerah Allah, satu kebajikan adikodrati yang dicurahkan oleh-Nya. Iman adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
satu kegiatan akal budi yang menerima kebenaran ilahi atas perintah kehendak
yang digerakan oleh Allah dengan perantaraan rahmat-Nya.
Iman merupakan tanggapan bebas manusia terhadap Sabda Allah. Iman
merupakan jawaban pribadi dan menyeluruh dari manusia terhadap Sabda Tuhan.
Iman merupakan anugerah karya Allah sendiri (Adisusanto, 2011: 34, 3-5).
Berdasarkan pengertian di atas menurut penulis, iman adalah tanggapan
atau jawaban dari pihak manusia secara bebas terhadap wahyu atau Firman Allah,
melalui kegiatan akal budi menerima kebenaran ilahi yang digerakkan oleh Allah
dengan perantaraan rahmat-Nya. Rahmat yang dianugerahkan Allah kepada
manusia melalui Gereja-Nya, memampukan manusia menerima kebenaran ilahi,
yang terdapat dalam Kitab Suci, ajaran-ajaran Gereja, dan Tradisi Gereja. Oleh
karena itu, sebagai manusia Kristiani kita dipanggil untuk selalu mensyukuri
anugerah Allah yang secara cuma-cuma mengalir dalam hidup dan perutusan kita,
melalui doa, refleksi dan kontemplasi, dan terwujud dalam perbuatan cinta kasih.
2. Iman Gereja akan Yesus Kristus
Di dalam Gereja, yang menjadi pusat iman Kristiani adalah Yesus Kristus.
Dari pewartaan yang telah dilakukan oleh Yesus, Gereja sungguh berpegang teguh
dalam iman untuk mewartakan-Nya ke seluruh dunia. Peristiwa-peristiwa hidup
Yesus Kristus menjadi sumber kekuatan hidup Gereja. Gereja menjadi tempat
untuk memupuk iman Kristiani dan mewartakan pola hidup Yesus, sehingga
hidup Yesus menjadi pola hidup murid-murid-Nya. Dengan menumbuhkan dan
memupuk iman melalui Gereja berarti kita menghidupi dan mengambil bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dari Gereja dan juga menanamkan sikap percaya bahwa Yesus Kristus selalu hadir
di dalamnya.
Peristiwa misteri paskah menjadi titik tolak kehidupan Gereja. Iman yang
tumbuh dalam Gereja berasal dari Yesus Kristus yang telah mengalami sengsara,
wafat, dan bangkit. Dengan peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus
membuat Gereja-gereja yang ada di dunia ini mulai berkembang. Berkembangnya
Gereja berawal dari pengalaman kebangkitan Yesus dan juga pengalaman para
murid-Nya yang mengalami kebangkitan-Nya. Kebangkitan Yesus Kristus yang
telah dirasakan para murid mulai membentuk sebuah kelompok perdana yang
lama kelamaan menjadi besar dan akhirnya terbentuk sebuah Gereja. Kehadiran
Gereja sebagai tanda pengharapan kelanjutan misi Yesus Kristus untuk
menyelamatkan umat-Nya dan menghantar mereka mencapai kepenuhan hidup.
Gereja juga memiliki tugas yang penting yaitu mewartakan Injil ke seluruh
bangsa. Dengan pewartaan Injil maka Gereja menjadi hidup seturut kehendak
Allah (Martasudjita, 2010: 83-87).
3. Pentingnya Iman di dalam Hidup Umat
Iman menjadi hal yang penting bagi umat dalam menjalani peziarahan
hidup di dunia. Iman memampukan umat untuk dapat menemukan Allah yang
hadir di dalam kehidupan mereka. Seperti dalam Mrk 10: 51-52 yang berbunyi
“Tanya Yesus kepadanya: Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?
Jawab orang buta itu: Rabuni, supaya aku dapat melihat! Lalu kata Yesus
kepadanya: Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau! Pada saat itu juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya”. Orang buta yang
terdapat dalam perikop tadi menunjukkan bahwa iman yang dimilikinya menuntun
untuk menemukan Tuhan yang hadir dalam diri Yesus. Iman membawanya pada
suatu keselamatan yang sungguh luar biasa bagi orang yang percaya kepada-Nya.
Iman mendorong umat untuk selalu mengikuti Tuhan. Tuhan memberikan sabda-
Nya melalui Injil supaya umat mampu menemukan nilai-nilai kerajaan Allah yang
memberikan peneguhan, kebahagiaan di dalam peziarahan hidup.
Iman umat dapat memampukannya untuk memaknai, menghidupi,
menemukan nilai hidup, dan bertahan dalam menghadapi persoalan hidup. Umat
di tengah kenyataan dunia dan dengan segala pengalaman hidupnya mengalami
banyak rintangan dalam penderitaan. Umat beriman dalam situasi seperti ini,
memiliki harapan yang mengalir dari sikap iman: “Barang siapa menabur harapan
menuai hidup baru” (Galatia 6:8). Situasi krisis multi dimensi yang
berkepanjangan seperti sekarang ini mendorong umat untuk semakin dekat dengan
Allah, dan dengan kekuatan dan kuasa Allah manusia mampu mengandalkan
Allah menghadapi penderitaannya (KWI, 1996: 2-3).
4. Dasar Iman Umat
Umat Kristiani memiliki dasar iman. Iman yang dimiliki tidaklah datang
begitu saja tanpa sebuah dasar. Dasar iman yang dimiliki oleh umat Kristiani
adalah iman para rasul. Yang dimaksudkan para rasul adalah murid-murid Yesus
yang disebut dua belas rasul. Kelompok ini menjadi dasar bagi umat Kristiani
untuk bersaksi melalui perbuatan, tindakan, dan mendengarkan ajaran Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Kristus. Apa yang dikerjakan oleh Yesus merupakan ajaran yang benar karena
berasal dari Bapa yaitu ajaran cinta kasih yang memberikan suatu pertobatan bagi
umat manusia.
Yesus yang dihukum sampai mati membuat orang-orang yang terdekat
merasa sedih. Apa yang telah mereka yakini seolah-olah hanya kebohongan
karena orang yang dianggap Mesias telah mati dan misi yang telah dirintis-Nya
dianggap telah gagal. Dengan kejadian yang telah dialami, murid Yesus berdoa
memohon petunjuk dari Allah. Selama penyingkiran ke tempat yang tenang dan
sampai pada hari ketiga kelompok kecil murid-murid Yesus (Maria Magdalena,
Petrus dan Yohanes, dan dua orang murid yang berjalan ke Emaus) dan kelompok
besar (10 murid, lalu 11 murid semuanya, kelompok besar 500 orang) menyatakan
dan menyakini bahwa Yesus Kristus telah bangkit dari mati. Pengalaman-
pengalaman mereka ini membuat mereka berfikir apa yang harus dilakukannya
untuk ke depan. Mereka merenungkan dan berdoa memohon petunjuk pada Allah.
Di dalam permenungan, mereka merasakan kehadiran Allah dalam diri sehingga
mereka sungguh dipenuhi Roh Allah yang bekerja dan berkarya dalam diri
mereka, merekapun pergi memberikan kesaksian (Michel, 2001: 45-46).
Hal lain yang mendasari iman umat Kristiani yaitu wahyu Allah, melalui
wahyu Allah, manusia disapa, Allah mengenalkan diri pada manusia. Dengan
mewahyukan diri kepada manusia, Allah mengharapkan manusia untuk
memberikan suatu tanggapan atas wahyu-Nya tentunya dengan sikap positif yakni
mendengarkan sabda-Nya, menjalankan perintah-Nya, mewartakan kabar gembira
dengan saling mengasihi. Hal ini terlihat dalam Roma 10: 14-17 yang berbunyi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak
percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika
mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar
tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana
mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada
tertulis: Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!
Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri
berkata: Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Jadi,
iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Dengan demikian maka hubungan antara wahyu dan iman saling berkaitan.
Hal ini memiliki hubungan karena dengan menanggapi wahyu Allah dengan iman
maka sasaran akan lebih tepat yakni Allah mewahyukan diri-Nya dan manusia
menanggapinya. Manusia menerima wahyu Allah berarti dapat mengenal siapa
Allah itu dan bila ingin lebih mengenal maka ia harus bergaul dengan Allah dari
hati ke hati seperti halnya manusia menyatakan cintanya kepada sesamanya.
(Dister, 1991: 85-86)
5. Ciri-ciri Iman Kristiani yang Dewasa
Iman Kristiani yang dewasa memiliki dimensi iman yakni adanya
keyakinan, adanya hubungan yang penuh kepercayaan, dan kehidupan agape
(cinta sejati) yang hidup. Ketiga hal inilah yang mampu membawa umat Kristiani
pada arah iman yang dewasa. Dimensi iman menuju kedewasaan iman Kristiani
dapat diekspresikan dalam tiga kegiatan iman sebagai kegiatan keyakinan (faith as
believing), iman sebagai kegiatan mempercayakan (faith as trusting), dan iman
sebagai kegiatan melakukan (faith as doing). Kegiatan ini merupakan inti dari
iman yang dewasa. Umat Kristiani diarahkan pada ketiga kegiatan ini, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kedewasaan iman yang sudah ada dalam diri dapat tumbuh dan berkembang dan
dimaknai dalam peziarahan hidup (Groome, 2010: 81).
Iman Kristiani yang dewasa diwujudkan melalui kegiatan di dalam hidup
bersama dengan umat beriman lain di dalam dunia yakni; memupuk persaudaraan
sejati, pelayanan yang tanpa syarat, pewartaan, liturgi, dan kemartiran. Dengan
demikian Gereja mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah sebagai buah-buah iman.
Di sisi lain iman yang dewasa juga mampu menciptakan habitus baru yakni
keberpihakkan pada keprihatinan Allah bagi umat-Nya yang tersinggkir dari
dunia.
C. Ekaristi sebagai Tempat Pengembangan Iman Umat
Ekaristi sebagai pusat perjumpaan antara umat beriman dengan sang Ilahi,
dan juga merayakan peristiwa iman, mengenang misteri sengsara, wafat, dan
kebangkitan Yesus Kristus. Iman akan Yesus yang bangkit, dirayakan dalam
Ekaristi sebagai puncak seluruh aktifitas umat beriman. Melalui Ekaristi umat
beriman bertumbuh dan berkembang dalam imannya melalui pembacaan sabda
dalam Ekaristi, berkumpul dalam suasana persaudaraan sejati, salam damai,
pemecahan roti dan komuni suci. Hal inilah yang membuat iman umat semakin
berkembang dan memperoleh daya kekuatan untuk bertindak kebaikan bagi
sesama. Umat yang berkembang nampak dalam suasana meningkatnya rasa
persaudaraan sejati, hadir sebagai pembawa damai, peduli dan berbagi dengan
sesama yang membutuhkan, dalam hidup sehari-hari yang mengalir dari Ekaristi.
Dengan demikian Ekaristi merupakan tempat pengembangan iman umat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
sungguh relevan dan kontekstual dengan kehidupan sehari-hari, hal ini karena
membawa pesan Ekaristi dan nilai-nilai yang diperjuangkan Kristus di tengah
dunia (Soetomo, 2002: 59-60).
1. Pengembangan Iman Umat
Wahyu yang datang dari Tuhan merupakan anugerah yang terindah untuk
manusia. Manusia memberikan jawaban iman terhadap wahyu Allah. Wahyu
merupakan pertemuan Allah dan manusia (KWI, 1996: 127). Pertemuan ini
merupakan wujud kasih Allah yang ingin berelasi dengan manusia. Manusia dapat
berelasi dengan mesra bersama Allah ketika manusia mampu menanggapi wahyu-
Nya.
Iman yang berkembang memiliki suatu kedewasaan untuk bertindak atas
kebenaran dari wahyu Allah. Iman yang dewasa berarti iman yang berkembang
semakin matang secara penuh dan bersifat holistik mencakup segi pemikiran, hati,
dan praksis. Umat yang sudah mencapai suatu kedewasaan pastinya mampu untuk
menghayati dan bertindak sesuai dengan kebenaran Ilahi. Umat dapat berkembang
dan dewasa dalam iman bila ia mampu untuk mengampuni, mengandalkan Allah
dalam hidupnya, menolak tahayul, bertobat, bekerjasama dengan rahmat Allah,
bersikap terbuka diri terhadap sesama, melayani, mewartakan cinta kasih, selalu
bersyukur, membangun relasi dengan Allah dan sesama, berdamai dengan siapa
saja, rendah hati, serta tidak main hakim sendiri (Heryatno, 2008: 29).
Umat yang sungguh-sungguh menghayati iman akan memperoleh
kepenuhan dan kelimpahan hidup. Umat melalui penghayatan iman akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
mengalami keselamatan dari Allah. Wahyu Allah memberikan suatu keselamatan
yang membuat umat dapat mengalami kebebasan, kesejahteraan, kedamaian,
keadilan, cinta kasih, kegembiraan, kebahagiaan, kerukunan, ketentraman,
kesalingan (Heryatno W.W, 2008: 32). Situasi seperti inilah yang dikehendaki
oleh Allah bagi umatNya. Kita mengakui iman dan iman harus dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari sehingga mencapai kepenuhan hidup (Dister, 1991:
69). Ada tertulis dalam surat rasul Yakobus 2: 17 yang berbunyi “demikian juga
halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada
hakekatnya adalah mati”. Perbuatan yang dimaksudkan di sini tentunya tindakan
baik bagi orang lain dalam hidup sehari-hari. Iman yang disertai perbuatan baik
menunjukkan perwujudan yang konkrit dalam memperkembangkan iman yang
ada dalam hidup.
2. Ekaristi Memberikan Semangat untuk Berbagi kepada Sesama
Berbagi menjadi salah satu dari perbuatan iman umat. Berbagi merupakan
suatu perbuatan iman umat yang memberikan sebagian dari miliknya untuk
dibagikan kepada sesama atau orang lain. Umat dapat berbagi apa saja yang
sekiranya baik bagi orang lain di mana pun berada dalam situasi yang santai,
akrab, dan menyenangkan. Hal ini membuat umat merasakan kebahagian serta
memperoleh kelegaan dalam hati, selain itu juga menciptakan suasana yang penuh
persaudaraan. Berbagi menjadi salah satu ajaran Tuhan Yesus yang
membangkitkan kepedualian terhadap sesama. Seperti halnya ajaran Yesus dalam
Yoh 6:9 yang berbunyi “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?”. Ayat ini
memberikan inspirasi bagi umat beriman untuk saling berbagi kepada sesama.
Dalam konteks hidup sekarang ini berbagi dapat berupa apa saja entah itu berupa
barang, kebahagiaan, kesedihan, tenaga, pelayanan, maupun pengalaman iman.
Hal ini menjadi peristiwa iman yang juga diangkat dalam kongres Ekaristi
Keuskupan Agung Semarang (KAS) I 22-29 Juni 2008 di Gua Maria Kerep
Ambarawa untuk menggerakkan umat berbagi lima roti dan dua ikan pada zaman
sekarang lebih dikenal dengan solidaritas antar sesama (Pujosumarto, 2008: 9-13).
Kongres Ekaristi mengajak kita untuk melakukan tindakan berbagi lima
roti dan dua ikan. Kongres Ekaristi mengajarkan pelayanan untuk semangat
berbagi lima roti dan dua ikan dan sebagai kesempatan untuk menggerakkan umat
untuk proaktif terhadap kenyataan hidup di sekitar, bersyukur atas pengalaman
Ekaristi yang memberikan kekuatan untuk dapat bertindak berbagi kepada
sesama, peduli kepada KLMTD (Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel),
memaknai seluruh tindakan baik yang telah dilakukan bagi sesama (Pujosumarto,
2008: 24-25). Hal ini berkaitan dengan perutusan Ekaristi. Kita setelah menerima
Ekaristi mendapat tugas pengutusan. Kita diutus untuk membagikan kasih dari
Tuhan untuk sesama dalam kehidupan sehari-hari (Martasudjita, 2008: 24).
Ekaristi memberikan kekuatan iman bagi kita. Dengan mengikuti perayaan
Ekaristi kita siap untuk diutus mewartakan kabar gembira dari Allah dengan
melakukan tindakan kebaikan bagi sesama. Yesus sendiri telah memberikan
teladan bagi kita melalui pembasuhan kaki para murid pada malam perjamuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
terakhir. Kita melalui teladan ini diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan
bagi sesama.
3. Ekaristi Memampukan Umat untuk Bersaksi kepada Sesama
Yesus setelah bangkit mengutus para murid untuk bersaksi atas
kebangkitan-Nya. Mereka diutus untuk mewartakan kabar gembira ke seluruh
bangsa dan diberi kuasa untuk membaptis dalam nama Bapa, Putra dan Roh
Kudus, sebagaimana yang tertulis dalam Matius 28: 18-20 yang berbunyi,
Yesus mendekati mereka dan berkata: Kepada-Ku telah diberikan segala
kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman.
Perikop ini mengungkapkan bahwa kita sebagai pengikut Kristus diberikan
kuasa untuk bersaksi dan mewartakan kabar gembira bagi siapa saja. Kita sebagai
pengikut Kristus diutus untuk bersaksi membawa kedamaian, ketentraman dan
kasih di tengah dunia.
Yesus sebelum naik ke Surga berpesan kepada para murid untuk menjadi
saksi atas apa yang telah dilihat-Nya. Hal ini tersirat dalam Kis. 1: 8 yang
berbunyi “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas
kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan
Samaria dan sampai ke ujung bumi”. Mereka melaksanakan perutusan
mewartakan kabar gembira dari Tuhan ke seluruh dunia. Mereka bekerja dan
bersaksi di tengah dunia dengan semangat Kristus. Dengan melihat kesaksian para
murid, kita mampu untuk memberikan kesaksian bagi sesama yakni dengan hidup,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
bertindak, dan berelasi di tengah hidup masyarakat, serta bekerja di tengah
masyarakat dengan semangat injili (Magnis-Suseno, 2004: 56).
Yesus mengharapakan murid-murid-Nya menjadi terang dan garam dunia.
Seperti halnya garam dapur yang digunakan untuk menggarami sayuran supaya
menjadi makanan yang lezat dan sempurna. Demikian juga kita menjadi garam di
tengah dunia atau masyarakat supaya menggarami dunia ini dengan nilai-nilai
Injili yang memberikan rasa damai, tentram, bebas, dan kasih, serta memberikan
teladan hidup keluarga yang harmonis, partisipasi dalam hidup masyarakat,
menunjukkan cara hidup yang jujur, kebaikan hati yang tidak membalas yang
buruk, menghormati hak orang lain, bertanggung jawab atas pekerjaan, dan
perhatian atau solider pada warga masyarakat yang miskin dan lemah. Hal inilah
yang menjadi tugas perutusan dan kesaksian umat Kristiani di tengah dunia atau
masyarakat (Magnis-Suseno, 2004: 57-59).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
PENGHAYATAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON
PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN
TERHADAP MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN
IMAN
Dalam bab II telah diuraikan tentang sakramen Ekaristi demi
pengembangan iman umat. Pemahaman secara teoritis sakramen Ekaristi dan
usaha menemukan maknanya demi mengembangkan iman umat melalui Kitab
Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan dari pendangan para ahli sungguh
membantu umat untuk lebih memahami, menemukan makna dan mewujudkan
nilai yang ditemukan dalam sakramen Ekaristi. Hal ini juga membantu umat agar
mampu menentukan aksi perwujudan yang konkret dalam hidup sehari-hari.
Pada bab III penulis membahas tentang penelitian penghayatan umat
Lingkungan Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun
Klaten terhadap makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman. Dalam bab
III ini penulis memulainya dengan menggambarkan sejarah dan perkembangan
Gereja paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten, situasi umum umat
paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten. Bagian selanjutnya
menyampaikan gambaran umum umat lingkungan Santo Antonius Joton paroki
Santo Yusuf pekerja Gondangwinangun Klaten. Hal ini meliputi letak dan batas-
batas geografis, kegiatan umat dalam Gereja maupun masyarakat, situasi sosial
kemasyarakatan, perkembangan umat atau jatuh bangun umat. Kemudian penulis
menjelaskan metodologi penelitian yang nantinya akan dilaksanakan. Sesudah
melaksanakan penelitian penulis membahas hasil penelitian yang telah diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dalam laporan penelitian. Melalui hasil penelitian tersebut penulis berharap dapat
mengetahui sejauh mana umat mampu menemukan makna sakramen Ekaristi
demi pengembangan iman mereka. Penulis kemudian mengusulkan model
katekese yang cocok untuk membantu umat menemukan makna sakramen Ekaristi
demi pengembangan imannya.
A. Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten
1. Sejarah Paroki dan Perkembangannya
Penulis dalam menguraikan sejarah paroki dan perkembangannya
berdasarkan sumber data yang diperoleh dari sekertariat dan PPDP (2006: 1-2)
a. Tahun 1963-1970: Awal Berdiri
Tahun 1963 merupakan awal berdirinya Gereja di Gondangwingun dengan
dibelinya tanah beserta bangunan rumah joglo di dukuh Minggiran, Desa
Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten. Tahun 1964 bangunan kecil
di atas tanah tersebut diberkati dan dijadikan sebagai kapel. Dengan peristiwa
kepemilikan dan pemberkatan ini, kegiatan ibadat dan kegiatan-kegiatan
kegerejaan semakin intensif dilaksanakan. Tahun 1969 - 1970 rumah joglo
direhab dan dimodifikasi sedemikian rupa sehingga lebih layak sebagai gereja.
Pada bulan juni 1970 kapel yang sudah selesai direhab diberkati dan sekaligus
dipilih Santo Yusuf Jurukarya sebagai pelindung Gereja Gondangwinangun.
Tahun 1973 Gereja Gondangwinangun menjadi Gereja Stasi yang merupakan
bagian dari reksa pastoral Paroki Santa Maria Bunda Kristus Wedi Klaten.
b. Tahun 1980-2000: Gagasan Pembentukan Paroki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tahun 1980 Paroki Santa Maria Bunda Kristus Wedi Klaten mengubah
pola sentralisasi menjadi desentralisasi (lebih dikenal dengan istilah paroki
federatif). Sejak tahun ini, stasi-stasi diberi kewenangan untuk mengelola
pembangunan fisik, pembangunan jemaat dengan bimbingan dan didampingi oleh
para Romo yang berkarya di Paroki Santa Maria Bunda Kristus Wedi Klaten.
Gagasan tentang paroki muncul pertama kali ketika pada tahun 1980
diselenggarkan audiensi dengan Bapak Kardinal Yustinus Darmayuwana, Pr.
Bapak Kardinal memberi saran supaya Gondang tidak usah minta menjadi paroki
karena jika tiba saatnya dengan sendirinya akan menjadi paroki.
Tahun 1985 Paroki Santa Maria Bunda Kristus Wedi Klaten menerapkan
sistem kepengurusan “Pancapramana” yaitu kepengurusan dewan paroki yang
terdiri dari pengurus-pengurus stasi yang ada di Paroki Santa Maria Bunda Kristus
Wedi Klaten. Model ini semakin mempertegas Paroki Santa Maria Bunda Kristus
Wedi Klaten sebagai paroki federatif. Sejak saat itu kepengurusan stasi semakin
diberdayakan karena lebih mirip dengan kepengurusan sebuah paroki.
Pada tahun 1998, gagasan sebagai paroki muncul lagi secara lebih serius.
Gagasan ini ditanggapi secara positif oleh Presidium Dewan Paroki Santa Maria
Bunda Kristus Wedi Klaten. Tanggapan tersebut kemudian disikapi oleh para
pengurus Dewan Stasi Gondangwinangun. Para pengurus kemudian mengadakan
persiapan secara lebih konkrit menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
keparokian. Persiapan-persiapan tersebut berupa pembangunan jemaat dan
pembangunan sarana fisik. Tahun 2000 keinginan untuk menjadi paroki
disampaikan kepada Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. Ignatius Suharya, Pr.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
pada saat audiensi dengan wakil umat setelah penerimaan Sakramen Krisma di
Gereja Santo Yusuf Jurukarya Gondangwinangun. Waktu itu Bapak Uskup
memberi lampu hijau, tetapi masih ada kendala yaitu jumlah imam yang sangat
terbatas. Pada kesempatan ini, dua dari tiga romo yang menggembalakan Paroki
Santa Maria Bunda Kristus Wedi Klaten tengah menjalani perawatan di rumah
sakit karena mengalami musibah kecelakaan lalu lintas.
c. Tahun 2001-2004: Pembentukan Paroki
Sejak tahun 2001 keinginan dan persiapan untuk menjadi paroki semakin
intensif diupayakan. Mulai Januari 2003, persiapan Stasi Gondangwinangun
menjadi Paroki diagendakan dalam rapat Presidium Dewan Paroki Santa Maria
Bunda Kristus Wedi Klaten. Sejak itu segala persiapan dilaporkan kepada Dewan
Paroki. Salah satu langkah yang ditempuh oleh Dewan Stasi Gondangwinangun
adalah mengajukan permohonan secara resmi kepada Bapak Uskup Agung
Semarang dengan harapan Bapak Uskup berkenan menanggapi dan meluluskan
serta meresmikan Gereja Stasi Santo Yusuf Jurukarya Gondangwinangun menjadi
Paroki.
Permohonan itu diterima dan Gondangwinangun resmi menjadi Paroki
pada 1 Mei 2004 dengan berlindung pada Santo Yusuf Pekerja. Pastor yang
pernah berkarya di Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun sejak 1 Mei
2004:
NO MASA TUGAS NAMA PASTOR DAN JABATAN
1 1 Mei 2004 - 1 Agustus
2004
Pastor Bernardinus Saryanta Wiryaputra, Pr.
(Pejabat Pastor Kepala)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2
1 Mei 2004 -
Pastor Paulus Susanto Prawirowardoyo, Pr.
(Pastor Pembantu)
3 1 Agustus 2004 - 15 Juli
2012
Pastor Augustinus Toto Supriyanto Dw., Pr.
(Pastor Kepala)
4
12 Juli 2012 -
Ig. Sukawalyana, Pr
(Pastor Kepala)
2. Situasi Umum Umat Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun
Klaten
Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten telah genap berusia
8 tahun. Usia ini termasuk muda bagi suatu paroki yang berdiri di dukuh
Minggiran, desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten. Dalam usia
yang relatif muda ini, paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten
memiliki potensi untuk dapat memberdayakan umat, serta meningkatkan kesatuan
komunitas-komunitas lingkungan dalam Gereja paroki. Umat paroki Santo Yusuf
Pekerja Gondangwinangun Klaten memiliki tugas untuk mengembangkan Gereja,
meningkatkan rasa persaudaraan, dan mewartakan kabar gembira bagi orang lain
dalam Gereja maupun masyarakat. Nilai-nilai Kristiani yang telah diperoleh umat
dalam Gereja diharapkan menjadi motivasi, semangat untuk selalu terlibat dalam
kegiatan menggereja dan memasyarakat.
Umat paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun secara teritorial
memiliki 7 wilayah yang terdiri dari 23 lingkungan. Jarak antar lingkungan tidak
begitu jauh dan mudah dijangkau dengan kendaraan. Dari 23 lingkungan yang
memiliki tempat ibadat ada 4 lingkungan yakni lingkungan Fransiskus Xaverius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Talun, Fransiskus Xaverius Klampokan, Santo Paulus Nganten, Tyas Dalem
Rejoso. Jumlah umat paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun kurang lebih
3, 318 jiwa dan 1,071 KK. Hal ini terdiri dari seluruh umat yang berasal dari
keluarga Katolik maupun yang non-Katolik yang berpindah Katolik atau telah
dibaptis.
Umat paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun terpencar di sekitar
paroki. Kendati terpencar umat paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun
tetap merupakan satu kesatuan utuh. Sebagaimana Keuskupan Agung Semarang
menyadari diri sebagai persekutuan (communio) umat beriman “yang disatukan
berdasarkan kesatuan Allah Tritunggal yakni Bapa, Putra dan Roh Kudus”.
Demikian juga umat paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun ada dalam
kesatuan Allah Tritunggal Maha Kudus. Kesatuan Tritunggal menjadi model
kesatuan dan tujuan hidup. Selain itu juga umat paroki Santo Yusuf Pekerja
Gondangwinangun diajak untuk membangun Gereja yang mandiri dan hidup.
Gereja yang mandiri dan Gereja yang hidup dalam habitus baru, berpengharapan,
terlibat, bergairah, murah hati, dan peduli dalam seluruh aspek kehidupan umat.
Adapun kegiatan rutin umat paroki Santo Yusuf Pekerja
Gondangwinangun yakni:
a. Umat paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun melaksanakan perayaan
Ekaristi setiap hari pukul 05.15. Hari Sabtu sore pukul 16.00 dan Minggu pagi
pukul 06.30 dan Minggu sore pukul 16.00 untuk kapel yang menyelenggarakan
Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
b. Kerja Bakti membersihkan Gereja dan menata hal-hal yang ada dalam Gereja
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan perwilayah atau lingkungan.
c. Perayaan Ekaristi di salah satu wilayah atau lingkungan setiap bulannya sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan oleh masing-masing wilayah atau
lingkungan.
Kegiatan-kegiatan rutin inilah yang umat paroki Santo Yusuf Pekerja
Gondangwinangun lakukan. Kegiatan ini membangkitkan semangat umat untuk
lebih terlibat dalam menggereja. Hal ini merupakan awal untuk meneladani Santo
Yusuf Pekerja, sebagai pelaksana sabda yang tanpa banyak kata, saleh dan
prasaja (sederhana), serta dapat hidup dan bekerja sama dengan siapa pun untuk
menghadirkan Kerajaan Allah. Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita
akan menyelesaikannya (Flp 1:6). Tetapi menurut penulis kegiatan rutin ini masih
bersifat interen maksudnya terbatas hanya pada liturgi. Hal ini belum cukup sehat
karena hanya berfokus satu aspek kegiatan pastoral. Pada hal ada beberapa aspek
yakni kerygma (pewartaan), diakonia (pelayanan), koinonia (persaudaraan),
liturgia (liturgi), dan martiria (bersaksi) yang perlu mendapat perhatian secara
seimbang.
3. Gambaran Umum Umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo
Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten
a. Letak dan Batas-batas Geografis Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki
Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Lingkungan santo Antonius Joton merupakan bagian dari paroki Santo
Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten. Lingkungan Santo Antonius terletak di
3 desa Jambon, Tangkilan, Tegalyoso, Kecamatan Jogonalan dan terletak di
bagian utara paroki. Lingkungan ini merupakan pemekaran dari suatu wilayah
yakni wilayah Matius Joton paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun. Luas
lingkungan santo Antonius Joton kurang lebih 2 Km2 terdiri dari persawahan yang
menjadi mata pencaharian umat.
b. Kegiatan Umat dalam Gereja maupun Masyarakat
Umat lingkungan Santo Antonius Joton memiliki gedung pertemuan untuk
kegiatan. Gedung ini cukup luas dan selalu digunakan umat untuk pertemuan
lingkungan. Gedung ini juga terbuka untuk pertemuan bagi masyarakat sekitar
bila ingin memakainya. Gedung ini berdampingan dengan Gedung TK Indriasana
sehingga terlihat lebih nyaman, rapi, dan terlihat luas.
Kegiatan rutin umat adalah sembahyangan (pendalaman iman). Kegiatan
ini diadakan sebulan sekali setiap tanggal 15. Pada setiap tanggal 15 tersebut,
umat tidak hanya menyelenggarakan sembahyangan (pendalaman iman) tetapi
juga arisan. Hal ini dilakukan umat untuk meningkatkan keakraban dan
persaudaraan. Tempat kegiatan ini selalu berpindah-pindah dan untuk penentuan
tempat dengan diundi. Kegiatan ini dimulai pukul 19.30 dan dihadiri oleh
kelompok orang tua. Pada bulan Mei dan Oktober umat menyelenggarakan doa
rosario. Kegiatan ini melibatkan seluruh umat lingkungan.
Selain itu umat juga secara rutin berlatih paduan suara untuk tugas koor
pada perayaan Ekaristi sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh petugas liturgi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kegiatan ini diadakan setiap hari Selasa dan Sabtu pukul 19.00, tempat kegiatan
di gedung pertemuan. Kegiatan ini biasanya dihadiri oleh para orang tua dan
keluarga muda. Selain kegiatan koor, umat juga memiliki kelompok ibu-ibu WK
(Wanita Katolik) yang mengadakan pertemuan setiap minggu kedua pukul 16.00.
Kegiatan ini biasanya diisi dengan renungan singkat dan kemudian dilanjutkan
arisan.
Lingkungan Santo Antonius juga memiliki kegiatan OMK dan PIA
(Pembinaan Iman Anak). Kegiatan ini bertujuan mengaktifkan kaum muda untuk
berlatih terlibat dalam kegiatan OMK (Orang Muda Katolik) dan juga
memberikan hal positif bagi kaum muda. Setiap ada kegiatan OMK atau PIA di
Gereja, OMK dan PIA selalu berkumpul dan ikut berpartisipasi dalam acara
tersebut. Kegiatan ini sungguh didukung oleh seluruh umat, karena umat
mengharapkan kaum muda Katolik memperoleh kegiatan yang positif untuk
mengembangkan iman mereka. Dukungan mereka yakni dengan memberikan
waktu kepada putra/putrinya untuk pergi mengikuti kegiatan Gereja serta
menyediakan transportasi bagi mereka.
Di samping itu umat memiliki kegiatan sosial. Kegiatan ini melibatkan
seluruh umat lingkungan Santo Antonius Joton, misalnya mengunjungi orang
sakit atau warga masyarakat yang terkena musibah. Dengan kegiatan ini umat
memupuk persaudaraan dalam hidup memasyarakat dan meningkatkan kepedulian
terhadap orang lain yang menderita. Dengan demikian secara otomatis umat
memberikan rasa hidup yang damai, dan bahagia bagi sesamanya karena
perhatiannya terhadap orang yang mengalami sakit atau terkena musibah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
c. Situasi Sosial Kemasyarakatan
Umat lingkungan Santo Antonius Joton merupakan bagian utuh dari
masyarakat. Umat hidup dalam masyarakat pastinya kental sekali dengan tradisi,
norma-norma, rasa persaudaraan, kesatuan, saling menghargai, peka terhadap
orang lain, kegotongroyongan, berbagi dan lain sebagainya. Hal ini sungguh
terlihat dalam suatu masyarakat. Untuk itu umat tidak lepas dari kebiasaan hidup
dalam masyarakat. Mereka juga mencoba membangun hal itu dalam hidup
bermasyarakat. Lingkungan Santo Antonius Joton memiliki kurang lebih 77 KK
(Kepala Keluarga). Umat lingkungan Santo Antonius Joton sebagian besar berasal
dari satu desa dan dahulu hampir seluruh warga desa beragama Katolik. Dan
sekarang keadaan umat sudah tersebar di sekitar desa sehingga jarak rumah umat
yang satu dengan yang lain cukup berjauhan tetapi jarak yang jauh itu tidak
menjadi halangan untuk berkumpul bersama dan membaur dengan masyarakat.
d. Perkembangan Umat
Lingkungan Santo Antonius Joton cukup memiliki banyak umat dan
mereka aktif untuk terlibat dalam kegiatan menggereja. Setiap ada kegiatan di
gereja umat selalu berantusias untuk terlibat di dalamnya. Terlebih dalam tugas
koor, umat selalu bersedia untuk menjalankannya. Umat lingkungan Santo
Antonius Joton juga aktif untuk ke gereja mengikuti perayaan Ekaristi bahkan
setiap hari raya besar selalu menyewa mobil untuk berangkat bersama-sama.
Umat yang memiliki kendaraan sendiri membuat kesepakatan untuk berkumpul
dan berangkat ke gereja bersama. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
kebersamaan, keakraban, dan persaudaraan. Lingkungan Santo Antonius Joton
memiliki umat kurang lebih 233 jiwa dari 77 KK (Kepala Keluarga). Hal ini
terdiri dari anak-anak kurang lebih 27 orang dari usia 0 - 12 tahun, kaum muda
kurang lebih 30 orang dari usia 12 - 40 tahun, orang tua kurang lebih 176 orang
dari usia 40 ke atas.
B. Penelitian tentang Penghayatan Umat Lingkungan Antonius Joton Paroki
Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten Terhadap Makna
Sakramen Ekaristi
1. Desain Penelitian
a. Latar Belakang Penelitian
Rencana penelitian ini bermula dari kesan penulis bahwa umat lingkungan
Santo Antonius Joton paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten
dalam mengikuti Ekaristi hanya sebatas kewajiban dan ritualis. Mereka juga
terlihat memisahkan antara Ekaristi dari kehidupan nyata sehari-hari. Maka dari
itu penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu atau menemukan data sejauh mana
umat memahami sakramen Ekaristi, untuk mengetahui sejauh mana umat telah
menghayati makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka, untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab umat kurang menghayati Ekaristi, serta untuk
mengetahui harapan atau gambaran umat dalam meningkatkan penghayatan
Ekaristi demi pengembangan iman mereka. Penghayatan Ekaristi amatlah penting
bagi umat, karena melalui sakramen Ekaristi umat menimba kekuatan yang
memampukan mereka untuk hadir di tengah dunia dengan berbagai
keterlibatannya yang nyata yakni mencintai sesama sebagaimana Kristus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
mencintai umat-Nya. Selain itu dari pihak umat yang merayakan Ekaristi dituntut
untuk memiliki sikap pertobatan yang terus-menerus.
Berdasarkan dokumen Gereja Ekaristi merupakan “sumber dan puncak
seluruh hidup Kristiani” (Lumen Gensium, art.11). Sumber pada umumnya adalah
mata air. Sumber biasanya dipakai orang untuk menimba air untuk keperluan
hidup sehari-hari. Puncak pada umumnya adalah bagian yang di atas sekali, entah
itu gunung, pohon maupun menara. Begitu juga dengan Ekaristi, melalui Ekaristi
umat menimba kekuatan rohani untuk hidup dan bahkan sampai pada puncak
yakni kemulian bersama Allah. Umat tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya
campur tangan Allah. Usaha untuk menemukan makna sakramen Ekaristi amatlah
penting dalam menjalani hidup di tengah-tengah dunia.
Melalui penelitian ini penulis berharap dapat mengetahui sejauh mana
umat lingkungan Santo Antonius Joton telah memahami dan menghayati makna
sakramen Ekaristi dalam hidup sehari-hari. Penelitian ini dilakukan untuk
memberikan jawaban kepada penulis bahwa umat dalam mengikuti Ekaristi tidak
hanya sebagai kewajiban dan ritualis. Melalui penelitian ini penulis berharap
dapat menemukan gambaran serta model katekese yang cocok untuk membantu
umat lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja
Gondangwinangun Klaten dalam meningkatkan penghayatan mereka akan makna
sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui sejauh mana umat telah memahami sakramen Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
2) Untuk mengetahui sejauh mana umat lingkungan Santo Antonius Joton Paroki
Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten telah menghayati makna
sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka.
3) Untuk mengetahui faktor penyebabnya.
4) Untuk mengetahui harapan umat dalam rangka meningkatkan penghayatan
mereka akan makna Ekaristi demi pengembangan iman mereka.
c. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif, indikasinya karena untuk menyelidiki objek yang tidak dapat
diukur dengan angka-angka dan sumber data didapatkan melalui partisipasi
penulis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Metode deskriptif
analitis adalah metode yang menggambarkan dan menganalisis data yang
diperoleh dari hasil penelitian melalui kuesioner yang disebarkan kepada
responden dan didukung dengan studi pustaka.
d. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis mempergunakan kuesioner dengan
model rating scale. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Teknik ini cocok digunakan untuk responden yang
cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Seperti halnya umat lingkungan
Santo Antonius Joton di mana umat tersebar dalam wilayah dan populasi umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
yang cukup banyak, sehingga cocok digunakan kuesioner dalam pengambilan
data. Model rating scale adalah data mentah yang didapat berupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, dengan pernyataan
Sangat Setuju (SS) = 5, Setuju (S) = 4, Tidak Setuju (TS) = 3, Netral (N) = 2,
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 (Sugiyono, 2009: 142).
Adapun tujuan penyebaran kuesioner ialah untuk memperoleh informasi
yang lengkap mengenai suatu masalah melalui jawaban responden dalam
pengisian daftar kuesioner. Dalam penelitian ini penulis mempergunakan jenis
kuesioner tertutup (kuesioner berstruktur). Kuesioner tertutup adalah kuesioner
dengan pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan
responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang
telah tersedia. Penulis mempergunakan kuesiones tertutup dengan alasan karena
dalam kuesioner tertutup pada setiap item sudah tersedia beberapa alternatif
jawaban sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sesuai
(Sugiyono, 2009: 143).
Rating Scale adalah pencatatan gejala menurut tingkat-tingkatnya. Adapun
tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan subyek
menurut tingkat-tingkat subyeknya dalam hal ini adalah umat. Rating Scale
umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku yang harus
dicatat secara bertingkat dan dalam hal ini peneliti harus mencatat pada tingkat
yang bagaimana suatu gejala atau ciri tingkah laku itu nampak. Misalkan saja
kategori tertentu dibuat macam-macam rating (Sutrisno Hadi, 2004: 171-172).
Kuesioner rating scale ini dapat membantu umat untuk mengoreksi diri sejauh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mana penghayatan umat lingkungan Santo Antonius Joton terhadap makna
sakramen Ekaristi. Selain itu rating scale juga digunakan untuk mencari tahu
model katekese yang sesuai dalam membantu umat menemukan dan menghayati
makna sakramen Ekaristi.
e. Responden
Penelitian ini mengambil populasi umat yakni umat lingkungan Santo
Antonius Joton. Jumlah populasi umat lingkungan Santo Antonius Joton kurang
lebih 233 orang yang terdiri dari 77 KK (Kepala Keluarga). Dari populasi ini
diambil 40 KK masing-masing KK diambil satu orang sebagai responden untuk
sampel penelitian. Dalam pengambilan sampel responden penelitian, penulis
mendatangi rumah ke rumah calon responden dan menunggui mereka ketika
mengisi angket. Adapun kriteria dalam pemilihan responden yakni misalnya umat
yang aktif ke Gereja 60%, kurang aktif ke Gereja 40%.
Dalam penelitian ini peneliti mempergunakan teknik purposive sampel.
Hal ini penulis gunakan untuk mempermudah pencapaian tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian. Purposive sampling dilakukan dengan cara pemilihan
sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sutrisno Hadi, 2004: 91). Penulis
memilih purposive sampling dengan alasan agar data diperoleh langsung dari
sumber yang tepat dan sesuai dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang telah
ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
f. Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Santo Antonius Joton Paroki
Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten pada bulan November tahun 2012.
Dengan proses pelaksanaan sebagai berikut: penulis pertama menentukan
responden yang hendak dijadikan sampel penelitian, mendatangi rumah calon
responden, memberikan angket kepada responden yang telah ditentukan dan
menunggui ketika pengisian apabila responden ada di rumah, bila tidak ada angket
dititipkan pada orang yang ada di rumah, setelah selesai mengisi angket responden
diberi bolpoin sebagai ucapan terima kasih.
g. Variabel Penelitian
Deskripsi variable oprasional:
1) Pemahaman sakramen Ekaristi
2) Penghayatan makna sakramen Ekaristi
3) Faktor penyebabnya
4) Harapan umat untuk meningkatkan penghayatan Ekaristi demi pengembangan
iman
h. Kisi-kisi Instrumen
NO Variabel Indikator Jumlah
Item
(1) (2) (3)
1. Pemahaman sakramen Tersedianya data pemahaman 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Ekaristi sakramen Ekaristi
2. Penghayatan makna
sakramen Ekaristi
Tersedianya data gambaran umat
dalam penghayatan akan makna
sakramen Ekaristi.
17
3. Faktor Penyebabnya Tersedianya data faktor penyebabnya 5
4. Harapan umat untuk
meningkatkan
penghayatan Ekaristi
demi pengembangan
iman
Tersedinya data harapan umat untuk
meningkatkan penghayatan Ekaristi
demi pengembangan iman
2
2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian
Penulis dalam laporan dan pembahasan akan menggabungkan opsi pilihan
dan mempersempit atau membagi opsi pilihan menjadi dua yakni positif dan
negatif. Untuk bagian positif yakni opsi pilihan sangat setuju dan setuju menjadi
satu, karena dua hal ini tidak jauh beda dan ini menjadi saling mendukung,
sedangkan untuk bagian negatif yakni opsi pilihan tidak setuju, netral, sangat
tidak setuju. Hal ini penulis lakukan karena memudahkan penulis dalam
pengolahan dan pembahasan data penelitian. Dalam laporan dan pembahasan ini,
penulis mengawalinya dengan identitas responden, pemahaman sakramen
Ekaristi, penghayatan makna sakramen Ekaristi, faktor penyebab, harapan umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
a. Laporan Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari 40 KK (Kepala Keluarga) dimana setiap KK diambil
satu responden untuk dijadikan sampel penelitian tertera pada tabel berikut ini:
Tabel 1: Identitas Responden
(N= 40)
No Pernyataan Jmlh %
1. Anggota keluarga:
a. Bapak
b. Ibu
23
17
57,5
42,5
2. Orang tua berusia….
a. ≤ 30 tahun
b. ≤ 40 tahun
c. ≤ 50 tahun
d. ≤ 60 tahun
e. ≤ 70 tahun
6
4
12
11
7
15
10
30
27,5
17,5
Tabel 2: Hasil Penelitian
(N= 40)
N
o
Pernyataan Jumlah Kepala Keluarga (KK)
Positif Negatif
A. Pemahaman
Ekaristi
SS % S % TS % N % ST
S
%
1. Sakramen
Ekaristi
sebagai
puncak dari
segala
aktivitas
hidup umat
Katolik
27 67,5
%
13 32,5
%
2. Sakramen
sebagai
sarana dan
25 62,5
%
14 35
%
1 2,5
%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
tanda
keselamatan
Allah bagi
umat
manusia
3. Sumber
kekuatan
orang
Katolik
diperoleh
dari
mengikuti
Ekaristi
20 50% 18 45
%
1 2,5
%
1 2,5
%
4. Sakramen
yang kita
terima
menyucikan
hidup kita
16 40% 22 55
%
1 2,5
%
1 2,5
%
5. Saya hadir
dan
merayakan
Ekaristi
sebagai
kewajiban
orang
Katolik saja
9 22,5
%
13 32,5
%
12 30
%
4 10
%
2 5
%
6. Ekaristi
menjadi
kebutuhan
orang katolik
27 67,5
%
12 30% 1 2,5
%
Positif Negatif B. Penghayatan
Makna
Ekaristi demi
Pengembangan
iman
SS % S % TS % N % ST
S
%
7. Mengikuti
Ekaristi
berarti
membangun
persaudaraan
sejati sebagai
murid Yesus
Kristus
26 65% 14 35%
8 Menghadiri
Ekaristi
membuat
saya belajar
berbagi
kepada siapa
17 42,5
%
22 55% 1 2,5
%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
pun seperti
Yesus
9. Kekuatan
yang
diperoleh
dari Ekaristi
membuat
saya semakin
berani
terlibat
dalam hidup
menggereja
dan
memasyarak
at
14 35% 23 57,5
%
3 7,5
%
10. Saya
semakin
beriman
karena
adanya
Ekaristi
17 42,5
%
23 57,5
%
11. Saya peduli
dengan
KLMTD
karena
mendapat
inspirasi dari
Ekaristi
6 15% 25 62,5
%
3 7,5
%
6 15
%
12. Salah satu
cara agar
iman
semakin
dewasa
adalah
mengikuti
Ekaristi
17 42,5
%
20 50% 1 2,5
%
2 5%
13. Menyambut
Tubuh dan
Darah
Kristus
membuat
saya semakin
berpengharap
an pada
Yesus
24 60% 15 37,5
%
1 2,5
%
14. Saya
menghadiri
Ekaristi
berarti
mempersatuk
29 72,5
%
11 27,5
%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
an diri
dengan Allah
dan sesama
umat Katolik
15. Allah
mengundang
saya untuk
tinggal di
dalam Dia
dengan
sesering
mungkin
mengikuti
Ekaristi
21 52,5
%
15 37,5
%
1 2,5
%
3 7,5
%
16. Saya
membantu
korban
merapi yang
berbeda
keyakinan
adalah wujud
iman yang
dewasa
13 32,5
%
25 62,5
%
2 5%
17. Saya selalu
terlibat
dalam
kegiatan doa
di
lingkungan
6 15% 22 55% 1 2,5
%
11 27,
5%
18. Saya
meluangkan
waktu untuk
tetangga
yang sedang
mengalami
musibah
12 30% 23 57,5
%
5 12,
5%
19. Kebangkitan
Yesus adalah
dasar iman
orang
Katolik
26 65% 14 35%
20. Iman para
rasul menjadi
dasar iman
Gereja
Katolik
17 42,5
%
20 50% 3 7,5
%
21. Iman
mendorong
dan membuat
saya semakin
9 22,5
%
30 75% 1 2,5
%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
peduli
dengan
sesama
KLMTD
22. Iman adalah
anugerah
dari Allah
dan
tanggapan
secara bebas
dari pihak
manusia
12 30% 23 57,5
%
1 2,5
%
3 7,5
%
1 2,5
%
23. Iman
memampuka
n saya
menemukan
Allah dalam
setiap
persoalan
hidup
17 42,5
%
22 55% 1 2,5
%
Positif Negatif C. Faktor
penyebab umat
kurang
menghayati
Ekaristi
SS % S % TS % N % ST
S
%
24.
Saya datang
lebih awal
saat
mengikuti
Ekaristi dan
pulang lebih
awal
sebelum
berkat dalam
perayaan
Ekaristi
21 52,5
%
17 42,5
%
2 5%
25. Saya
mengerti dan
menyadari
akan tata
cara
perayaan
Ekaristi
15 37,5
%
21 52,5
%
3 7,5
%
1 2,5
%
26. Saya senang,
nyaman,
aman bila
mengikuti
Ekaristi yang
3 7,5
%
6 15% 17 42,
5%
9 22,
5%
5 12,
5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
diadakan di
lingkungan
dari pada di
Gereja
27. Saya pergi ke
gereja
dengan
terburu-buru
tanpa
persiapan
1 2,5
%
25 62,
5%
4 10
%
10 25
%
28. Saya sering
terlibat
dalam
pendalaman
iman di
lingkungan
18 45% 16 40% 3 7,5
%
3 7,5
%
Positif Negatif D. Model
Katekese
yang
diharapkan
SS % S % TS % N % ST
S
%
29. Sharing
pengalaman
hidup antar
sesama umat
membantu
umat
menemukan
makna
Ekaristi
dalam hidup
sehari-hari
8 20% 31 77,5
%
1 2,5
%
30. Katekese
umat yang
bertolak dari
pengalaman
tokoh dalam
Kitab Suci
membantu
umat untuk
menemukan
makna
Ekaristi
7 17,5
%
28 70% 3 7,5
%
2 5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
1) Identitas
Jumlah rata-rata responden orang tua berusia 41 – 70 tahun sebanyak 30
orang dengan jumlah prosentase 75%.
Jumlah responden orang muda yang berusia 20 – 40 tahun sebanyak 10
orang dengan jumlah prosentase 25%.
2) Pemahaman Ekaristi
Pada variabel pemahaman Ekaristi dari tabel 2 di atas, pada item no. 1
diketahui sebanyak 40 orang dengan jumlah prosentase 100% menyatakan bahwa
sakramen Ekaristi sebagai puncak dari segala aktivitas hidup umat Katolik.
Pada item no. 2, responden sebanyak 39 responden dengan jumlah
prosentase 97,5% menyatakan bahwa sakramen sebagai sarana dan tanda keselamatan
Allah bagi umat manusia. Ada juga umat yang menyatakan negatif sebanyak 1
orang dengan jumlah prosentase 2,5%.
Pada item no. 3, responden sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase 95%
menyatakan sumber kekuatan orang Katolik diperoleh dari mengikuti Ekaristi. Umat
sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase 5% menyatakan negatif terhadap
pernyataan ini.
Pada item no. 4, responden sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase 95%
menyatakan bahwa Sakramen yang kita terima menyucikan hidup kita. Umat
sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase 5% menyatakan negatif untuk
pernyataan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Pada item no. 5, sebanyak sebanyak 22 orang dengan jumlah prosentase
55% menyatakan bahwa saya hadir dan merayakan Ekaristi sebagai kewajiban
orang Katolik saja. Responden sebanyak 18 orang dengan jumlah prosentase 45%
menyatakan negatif.
Pada item no. 6, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase
97,5% menyatakan bahwa Ekaristi menjadi kebutuhan orang Katolik. Umat
sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,5% menyatakan negatif.
3) Penghayatan Makna Sakramen Ekaristi
Pada tabel 2 variabel penghayatan makna Ekaristi demi pengembangan
iman, pada item no. 7, responden sebanyak 40 orang dengan jumlah prosentase
100% menyatakan bahwa mengikuti Ekaristi berarti membangun persaudaraan
sejati sebagai murid Yesus Kristus.
Pada item no. 8, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase
97,5% menyatakan bahwa menghadiri Ekaristi membuat saya belajar berbagi
kepada siapa pun seperti Yesus. responden 1 orang dengan jumlah prosentase
2,5% menyatakan negatif.
Pada item no. 9, sebanyak 37 orang dengan jumlah prosentase 92,5%
menyatakan bahwa kekuatan yang diperoleh dari Ekaristi membuat saya semakin
berani terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat. Umat sebanyak 3
orang dengan jumlah prosentase 7,5% menyatakan negatif.
Pada item no. 10, 40 orang dengan jumlah prosentase 100% menyatakan
bahwa saya semakin beriman karena adanya Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Pada item no. 11, responden sebanyak 31 orang dengan prosentase 77,5%
menyatakan bahwa saya peduli dengan KLMTD karena mendapat inspirasi dari
Ekaristi. Umat sebanyak 9 orang dengan jumlah prosentase 23,5% menyatakan
negatif.
Pada item no. 12, responden sebanyak 37 orang dengan jumlah prosentase
92,5% menyatakan bahwa salah satu cara agar iman semakin dewasa adalah
mengikuti Ekaristi. Umat sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 7,5%
menyatakan negatif
Pada item no. 13, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase
97,5% menyatakan bahwa menyambut Tubuh dan Darah Kristus membuat saya
semakin berpengharapan pada Yesus. Umat sebanyak 1 orang dengan jumlah
prosentase 2,5% menyatakan negatif.
Pada item no. 14, jumlah responden sebanyak 40 orang dengan jumlah
prosentase 100% menyatakan bahwa saya menghadiri Ekaristi berarti
mempersatukan diri dengan Allah dan sesama umat Katolik.
Pada item no. 15, responden sebanyak 36 orang dengan jumlah prosentase
90% menyatakan bahwa Allah mengundang saya untuk tinggal di dalam Dia
dengan sesering mungkin mengikuti Ekaristi. Umat sebanyak 4 orang dengan
jumlah prosentase 10% menyatakan negatif.
Pada item no. 16, responden sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase
95% menyatakan bahwa membantu korban merapi yang berbeda keyakinan
adalah wujud iman yang dewasa. Umat sebanyak 2 orang dengan jumlah
prosentase 5% menyatakan negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Pada item no. 17, sebanyak 28 orang dengan jumlah prosentase 70%
menyatakan bahwa saya selalu terlibat dalam kegiatan doa di lingkungan. Umat
sebanyak 12 orang dengan prosentase 30% menyatakan negatif.
Pada item no. 18, sebanyak 35 orang dengan jumlah prosentase 87,5%
menyatakan bahwa saya meluangkan waktu untuk tetangga yang sedang
mengalami musibah. Umat sebanyak 5 orang dengan jumlah prosentase 12,5%
menyatakan negatif.
Pada item no. 19, responden sebanyak 40 orang dengan prosentase 100%
menyatakan bahwa kebangkitan Yesus adalah dasar iman orang Katolik.
Pada item no. 20, responden sebanyak 37 orang dengan jumlah prosentase
92,5% menyatakan bahwa Iman para rasul menjadi dasar iman Gereja Katolik.
Umat sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 7,5% menyatakan negatif.
Pada item no. 21, sebanyak 39 orang responden dengan jumlah prosentase
97,5% menyatakan bahwa iman mendorong dan membuat saya semakin peduli
dengan sesama KLMTD. Umat 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5%
menyatakan negatif.
Pada item no. 22, sebanyak 35 orang dengan prosentase 87,5%
menyatakan bahwa Iman adalah anugerah dari Allah dan tanggapan secara bebas
dari pihak manusia. Umat sebanyak 5 orang dengan jumlah prosentase 12,5%
menyatakan negatif.
Pada item no. 23, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase
97,5% menyatakan bahwa Iman memampukan saya menemukan Allah dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
setiap persoalan hidup. Umat sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5%
menyatakan negatif.
4) Faktor Penyebab umat mengikuti Ekaristi sebatas kewajiban dan ritus
Pada item no. 24, Responden sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase
95% menyatakan positif bahwa mereka dating lebih awal saat mengikuti Ekaristi
dan pulang lebih awal. Responden sebanyak 2 orang prosentase 5% menyatakan
negatif bahwa saya datang lebih awal saat mengikuti Ekaristi dan pulang lebih
awal sebelum berkat dalam perayaan Ekaristi.
Pada item no. 25, sebanyak 36 orang dengan jumlah prosentase 90%
menyatakan mengerti dan menyadari akan tata cara perayaan Ekaristi. responden
sebanyak 4 orang dengan jumlah prosentase 10% menyatakan negatif bahwa saya
mengerti dan menyadari akan tata cara perayaan Ekaristi.
Pada item no. 26, 9 orang dengan jumlah prosentase 22,5% menyatakan
positif bahwa mereka senang, nyaman, aman bila mengikuti Ekaristi yang
diadakan di lingkungan dari pada di Gereja. Responden sebanyak 31 orang
dengan jumlah prosentase 77,5% menyatakan negatif bahwa saya senang,
nyaman, aman bila mengikuti Ekaristi yang diadakan di lingkungan dari pada di
Gereja.
Pada item no. 27, responden sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase
2,5% menyatakan positif bahwa umat pergi ke gereja dengan terburu-buru tanpa
persiapan. Responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
menyatakan negatif bahwa saya pergi ke gereja dengan terburu-buru tanpa
persiapan.
Pada item no. 28, responden sebanyak 6 orang dengan jumlah prosentase
15% menyatakan positif bahwa mereka jarang mengikuti kegiatan pendalaman
iman di lingkungan. Responden sebanyak 34 orang dengan jumlah prosentase
85% menyatakan negatif bahwa saya jarang terlibat dalam pendalaman iman di
lingkungan.
5) Harapan umat untuk meningkatkan penghayatan Ekaristi demi
pengembangan iman
Pada item no. 29, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase
97,5% menyatakan positif bahwa sharing pengalaman hidup antar sesama umat
membantu mereka menemukan makna Ekaristi dalam hidup sehari-hari. Umat
sebanyak 1 orang dengan jumlah 2,5% menyatakan negatif untuk pernytaan ini.
Hal ini menunjukkan bahwa umat merasa sulit untuk menghayati makna sakramen
Ekaristi melalui katekese model SCP.
Pada item no. 30, responden sebanyak 35 orang dengan jumlah prosentase
87,5% menyatakan bahwa katekese umat yang bertolak dari pengalaman tokoh
dalam Kitab Suci membantu umat untuk menemukan makna Ekaristi. Responden
sebanyak 5 orang dengan jumlah prosentase 12,5% menyatakan negatif.
b. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan menyebarkan
kuesioner yang berupa angket kepada 40 responden, maka penulis akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
membahas hasil penelitian tiap-tiap variabel sesuai dengan data yang telah
diperoleh. Dalam pembahasan ini penulis mengelompokkan ke dalam 5 bagian
yaitu: identitas responden, pemahaman Ekaristi, penghayatan makna Ekaristi,
faktor penyebabnya, harapan umat untuk meningkatkan penghayatan Ekaristi
demi pengembangan iman.
1. Identitas Responden
Dari hasil penelitian pada tabel 1 dapat diketahui identitas responden yaitu
40 orang yang diambil dari 40 KK (Kepala Keluarga) dimana setiap KK diambil
satu orang untuk dijadikan sampel penelitian. Jumlah responden 40 orang ini
terdiri dari bapak dan ibu. Dari tabel 1 dapat dilihat jumlah bapak sebanyak 23
orang dengan jumlah prosentase 57,5% sedangkan untuk ibu sebanyak 17 orang
dengan jumlah prosentase 42,5%. Dengan mengambil 40 KK sebagai responden
dapat mewakili jumlah keseluruhan KK umat Lingkungan St. Antonius Joton
yakni 77 KK.
Pada tabel 1 juga dapat diketahui bahwa responden rata-rata berusia 41 –
70 tahun sebanyak 30 orang dengan jumlah prosentase 75%. Dengan usia ini
tentunya mereka sudah cukup memiliki pengalaman dalam memahami serta
menghayati Ekaristi. Pada usia 41 – 70 merupakan usia dewasa dan pada usia ini
kemampuan untuk merefleksikan pengalaman hidup lebih mudah. Sedangkan usia
muda di bawah 40 sebanyak 10 orang. Pada usia ini kemampuan merefleksi masih
kurang dihayati karena mereka masih membutuhkan banyak pengalaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
2. Pemahaman Sakramen Ekaristi
Berdasarkan tabel 2 di atas, diperoleh gambaran yang berkaitan dengan
pemahaman responden akan Ekaristi.
Pada tabel 2, item no. 1, responden sebanyak 40 orang dengan jumlah
prosentase 100% menyatakan bahwa sakramen Ekaristi sebagai puncak dari
segala aktivitas hidup umat Katolik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sakramen
Ekaristi memang menjadi puncak dari segala aktivitas hidup umat Katolik.
Ekaristi menjadi sasaran utama umat untuk mencapai kepenuhan hidup Kristiani.
Ekaristi sebagai puncak hidup Kristiani merupakan ajaran Bapa Gereja dalam
Konsili Vatikan II (LG, 11). Melalui Ekaristi umat diajak untuk menemukan
Allah di dalam hidup sehari-hari dengan caranya sendiri. Dengan demikian umat
memperoleh kekuatan yang mengagumkan yang memampukan mereka untuk
tetap bersatu satu dengan yang lain.
Pada item no. 2, sebanyak 39 responden dengan jumlah prosentase 97,5%
menyatakan bahwa sakramen sebagai sarana dan tanda keselamatan Allah bagi
umat manusia. Sakramen merupakan sarana dan tanda keselamatan Allah yang
terwujud di dalam Gereja. Dalam hal ini Gereja dipercaya oleh Allah untuk
mengambil bagian di dalam misi keselamatan Allah bagi umat-Nya di masa kini.
Pada zaman sekarang ini keselamatan sungguh dibutuhkan oleh umat manusia.
Seperti yang kita ketahui bersama perkembangan zaman yang begitu cepat
mengakibatkan manusia masuk dalam godaan-godaan iman. Godaan-godaan pada
zaman sekarang sangat menjatuhkan iman manusia apabila tidak disikapi dengan
nilai positif. Untuk itulah keselamatan sungguh penting demi kesatuan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
manusia dengan manusia dan dengan Allah. Ada juga umat yang menyatakan
negatif sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5%, hal ini menunjukkan
bahwa umat kurang memahami akan sakramen Ekaristi dan ini menjadi hambatan
bagi umat untuk menemukan Tuhan.
Pada item no. 3, sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase 95%
menyatakan bahwa sumber kekuatan orang Katolik diperoleh dari mengikuti
Ekaristi. Ekaristi merupakan tempat dimana umat Katolik menimba kekuatan
rohani. Kekuatan yang diperoleh dari Ekaristi memampukan umat untuk bangkit
dari kondisi lelah, lesu dan berbeban berat. Ekaristi bermanfaat memperkuat iman
umat yang sedang menghadapi berbagai permasalahan hidup. Umat sebanyak 2
orang dengan jumlah prosentase 5% menyatakan negatif terhadap pernyataan ini.
Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang memahami atau menyadari sumber
kekuatan orang Katolik melalui Ekaristi.
Pada item no. 4, sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase 95%
menyatakan bahwa sakramen yang kita terima menyucikan hidup mereka.
Sakramen yang ada dalam Gereja dan yang kita rayakan merupakan sarana untuk
memperoleh keselamatan dari Allah. Selain itu juga sakramen menjadi salah satu
pemersatu antara manusia dengan Allah. Umat yang menerima sakramen
disucikan seluruh hidupnya menjadi milik Allah seutuh-Nya. Umat sebanyak 2
orang dengan jumlah prosentase 5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal
ini menunjukkan bahwa umat belum menyadari bahwa sakramen yang mereka
terima menyucikan hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Pada item no. 5, responden sebanyak 22 orang dengan jumlah prosentase
55% menyatakan bahwa mereka hadir dan merayakan Ekaristi sebagai kewajiban
orang Katolik saja. Ekaristi memang merupakan kewajiban bagi orang Katolik
untuk merayakannya. Tetapi apabila Ekaristi dipahami sebatas kewajiban saja,
maka Ekaristi hanyalah suatu rutinitas atau kegiatan ritual keagamaan.
Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang keliru dan mengakibatkan
tumpulnya iman umat. Ekaristi tidak hanya sebagai kewajiban orang Katolik tapi
Ekaristi merupakan pintu masuk menuju suatu kebahagiaan bersama Allah.
Responden sebanyak 18 orang dengan jumlah prosentase 45% menyatakan negatif
bahwa mereka hadir dan merayakan Ekaristi sebagai kewajiban orang Katolik
saja. Data ini menunjukkan bahwa umat dalam memahami Ekaristi tidak hanya
sebatas kewajiban tetapi mereka sudah melangkah ke tahap penghayatan. Hal ini
sungguh baik karena umat mampu menghayati Ekaristi, ini juga menjadi harapan
dari Gereja. Gereja mengharapkan umat mampu mencapai pada suatu kedamaian,
kebahagiaan bersama Allah. Untuk itu umat diharapkan tidak hanya memahami
Ekaristi sebagai kewajiban, tetapi memahami Ekaristi lebih mendalam sampai
pada lubuk hatinya sehingga sampai pada kesejahteraan dalam hidup.
Pada item no. 6, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase
97,5% menyatakan bahwa Ekaristi menjadi kebutuhan orang Katolik. Ekaristi
menjadi suatu kebutuhan merupakan suatu hal yang mendalam bagi orang katolik.
Ekaristi menjadi bagian dari hidup umat Katolik, bagian yang tidak terpisahkan.
Ekaristi menjadi daya yang menyegarkan hati dikala sedang gundah atau gelisah.
Umat yang sudah melekat dengan Ekaristi akan merasakan bahwa dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
membutuhkan Ekaristi dan apabila ia belum mengikuti Ekaristi merasakan ada
yang kurang dari dirinya. Umat sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,5%
menyatakan negatif, hal ini menunjukkan bahwa umat belum mencapai suatu
kebutuhan dari Ekaristi.
3. Penghayatan Makna Sakramen Ekaristi
Pada item no. 7, responden sebanyak 40 orang dengan jumlah prosentase
100% menyatakan bahwa mereka mengikuti Ekaristi berarti membangun
persaudaraan sejati sebagai murid Yesus Kristus. Ekaristi yang dirayakan serta
disambut oleh umat menciptakan suatu persaudaraan sejati. Ekaristi sungguh
mempersatukan umat-Nya menjadi satu saudara dalam keluarga besar.
Terciptanya persaudaraan sejati dalam Ekaristi membuat umat dituntut untuk
belajar menciptakan rasa persaudaraan sejati di tengah dunia.
Pada item no. 8, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase
97,5% menyatakan setuju bahwa menghadiri Ekaristi membuat mereka belajar
berbagi kepada siapa pun. Berbagai merupakan ajaran Yesus sendiri seperti yang
dikatakan dalam Yoh 6:9 yang berbunyi “Di sini ada seorang anak, yang
mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang
sebanyak ini?”. Kutipan ayat ini sungguh menjadi inspirasi bersama untuk
menyadarkan diri bahwa betapa pentingnya berbagi kepada sesama. Hal ini
menjadi sikap iman yang harus dihidupi dalam diri umat. Kita hidup di dunia
tidaklah sendiri melainkan saling membutuhkan, untuk itu berbagi kepada sesama
berarti peduli dengan orang lain. Sedangkan responden 1 orang dengan jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
prosentase 2,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan
bahwa umat belum memahami akan makna Ekaristi sebagai tempat belajar
berbagi. Padahal Yesus sudah mengajarkan kepada umatnya untuk berbagi seperti
apa yang telah Ia lakukan pada perjamuan terakhir-Nya.
Pada item no. 9, sebanyak 37 orang dengan jumlah prosentase 92,5%
menyatakan setuju bahwa kekuatan yang diperoleh dari Ekaristi membuat mereka
semakin berani terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat. Keterlibatan
menjadi suatu bentuk perwujudan iman yang harus dihayati oleh semua umat
beriman. Hal ini merupakan kesadaran diri untuk berpartisipasi dan menyatu
dengan lingkungan hidup demi terciptanya rasa persaudaran sejati di tengah dunia.
Gereja juga sangat menganjurkan pada umat untuk terlibat. Keterlibatan kita
dalam kegiatan bersama menjadi tahap perkembangan iman mereka yang dewasa.
Umat sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 7,5% menyatakan negatif untuk
pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum menyadari bahwa melalui
Ekaristi memberikan keberanian kepada mereka untuk terlibat menggereja dan
memasyarakat.
Pada item no. 10, 40 orang dengan jumlah prosentase 100% menyatakan
bahwa mereka semakin beriman karena adanya Ekaristi. Ekaristi mempunyai daya
kekuatan yang luar biasa. Umat yang sudah masuk dan bersatu dengan Ekaristi
akan merasakan daya ikat yang erat untuk selalu mengikuti Ekaristi. Hal ini
merupakan suatu perintah Yesus untuk selalu merayakan Ekaristi, seperti dalam
Kitab Suci Luk 22:19 yang berbunyi “Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur,
memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan
Aku”. Daya yang berasal dari Ekaristi memperkuat iman umat untuk tetap setia
mengikuti ajaran yang benar dari Allah.
Pada item no. 11, responden sebanyak 31 orang dengan prosentase 77,5%
menyatakan bahwa mereka peduli dengan KLMTD karena mendapat inspirasi dari
Ekaristi. Ekaristi yang kita rayakan bersama memberikan daya untuk peduli
terhadap orang lain. Peduli terhadap KLMTD berarti peduli dengan ciptaan Tuhan
yang mengalami ketidakadilan yang dilakukan oleh manusia yang tidak
bertanggung jawab. Pada zaman sekarang ini banyak sekali ketidakadilan yang
dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kuasa terhadap kaum kecil. Misalkan
saja tindakan korupsi yang dilakukan oleh petinggi-petinggi negara yang
mengakibatkan kesengsaraan bagi kaum kecil. Untuk itulah daya Ekaristi
memberikan dorongan bagi umat untuk lebih jujur dan peduli terhadap mereka
yang kecil. Umat sebanyak 9 orang dengan jumlah prosentase 23,5% menyatakan
negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum mampu
menemukan makna Ekaristi, Ekaristi memberikan inspirasi bagi umat-Nya untuk
peduli dengan sesama.
Pada item no. 12, responden sebanyak 37 orang dengan jumlah prosentase
92,5% menyatakan bahwa salah satu cara agar iman semakin dewasa adalah
mengikuti Ekaristi. Ekaristi memberikan dorongan pada umat untuk bersikap
dewasa terutama dalam hal iman. Umat di dalam merayakan Ekaristi diharapkan
kesadarannya untuk terlibat ambil bagian dari Tubuh dan Darah Kristus.
Keterlibatan umat dalam Ekaristi menunjukkan bahwa iman mereka bertumbuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
secara dewasa. Hal ini terlihat dari kesadaran diri umat untuk terlibat ambil bagian
dari Ekaristi. Umat sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 7,5% menyatakan
negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum menyadari
untuk menjadi dewasa dalam iman salah satunya adalah mengikuti Ekaristi.
Pada item no. 13, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase
97,5% menyatakan sangat setuju bahwa menyambut Tubuh dan Darah Kristus
membuat saya semakin berpengharapan pada Yesus. Umat menyambut Tubuh dan
Darah Kristus menunjukkan bahwa mereka percaya dan yakin bahwa Yesuslah
sang juru selamat. Umat percaya dan yakin bahwa Yesus akan selalu hadir di
tengah-tengah mereka. Yesus menjadi suatu kerinduan umat untuk berkumpul dan
merayakan Ekaristi. Umat sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5%
menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan umat tidak
merasakan bahwa menyambut Tubuh dan Darah Kristus mendorongnya untuk
semakin berpengharapan.
Pada item no. 14, jumlah responden sebanyak 40 orang dengan jumlah
prosentase 100% menyatakan bahwa mereka menghadiri Ekaristi berarti
mempersatukan diri dengan Allah dan sesama umat Katolik. Umat yang
menghadiri Ekaristi berarti dirinya bersedia untuk bersatu dengan Allah serta mau
bersatu dengan sesamanya. Umat yang hadir di dalam Ekaristi sangatlah
bermacam-macam, entah itu orang berada, entah itu orang tidak mampu, tetapi
dalam Ekaristi umat yang bermacam-macam ini dipersatukan oleh Allah menjadi
satu saudara. Allah memandang mereka sama dan tidak pilih kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Pada item no. 15, responden sebanyak 36 orang dengan jumlah prosentase
90% menyatakan bahwa Allah mengundang mereka untuk tinggal di dalam Dia
dengan sesering mungkin mengikuti Ekaristi. Dari data ini terlihat bahwa umat
menyadari akan Allah yang mengundang mereka untuk tinggal bersama-Nya.
Allah menawarkan kepada umat-Nya untuk duduk bersama dalam kemuliaan-
Nya. Hal ini menjadi bukti bahwa Allah sungguh peduli dengan umat-Nya. Allah
sungguh mengasihi umat-Nya seperti seorang ayah yang mengasihi anaknya.
Umat sebanyak 4 orang dengan jumlah prosentase 10% menyatakan negatif untuk
pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum mencapai suatu
penghayatan yang membawanya kepada Allah.
Pada item no. 16, responden sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase
95% menyatakan bahwa mereka membantu korban merapi yang berbeda
keyakinan adalah wujud iman yang dewasa. Umat di dalam memupuk iman yang
dewasa tidaklah hanya secara interen saja tetapi hendaknya secara eksteren. Umat
dapat mencapai iman yang dewasa apabila mereka mampu keluar dari dirinya dan
mampu melakukan hal yang baik bagi orang lain. Hal ini juga menjadi salah satu
perwujudan dari Ekaristi yang nyata di tengah dunia. Umat sebanyak 2 orang
dengan jumlah prosentase 5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini
menunjukkan bahwa umat kurang menghayati imannya sehingga perwujudan
iman yang dewasa terhambat.
Pada item no. 17, sebanyak 28 orang dengan jumlah prosentase 70%
menyatakan setuju bahwa mereka selalu terlibat dalam kegiatan doa di
lingkungan. Data ini menunjukkan bahwa umat sadar untuk terlibat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
kegiatan doa yang diadakan di lingkungan. Keterlibatan mereka merupakan wujud
solidaritas diri dengan sesama maupun dengan Allah. Umat melalui doa
lingkungan memampukan mereka untuk menemukan Allah dalam kehidupan
sehari-hari. Allah selalu hadir dan mendampingi umat-Nya di manapun mereka
berada. Umat sebanyak 12 orang dengan jumlah prosentase 30% menyatakan
negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang menyadari
bahwa melalui doa mampukan mereka untuk menghayati makna sakramen
Ekaristi. Doa merupakan sarana untuk berkomunikasi kepada Tuhan dan meminta
segala sesuatunya pada-Nya demi menemukan petunjuk kebenaran dari Allah.
Pada item no. 18, sebanyak 35 orang dengan jumlah prosentase 87,5%
menyatakan setuju bahwa mereka meluangkan waktu untuk tetangga yang sedang
mengalami musibah. Umat di dalam menjalankan hidup di dunia tidak dapat
berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain. Umat yang meluangkan waktu demi
kepentingan orang lain merupakan wujud kepedulian mereka. Umat yang
bertindak demikian merupakan suatu bentuk perhatian dan memberikan motivasi
hidup bagi orang lain untuk mendapatkan kebahagian dari sesama. Umat sebanyak
5 orang dengan jumlah prosentase 12,5% menyatakan negatif untuk pernyataan
ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang terlibat dalam kegitan di lingkungan
dan ini menjadi suatu kendala bagi umat untuk menghayati makna sakramen
Ekaristi.
Pada item no. 19, responden sebanyak 40 orang dengan jumlah prosentase
100% yang menyatakan bahwa kebangkitan Yesus adalah dasar iman orang
Katolik. Kebangkitan Yesus merupakan suatu pemenuhan akan janji Allah kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
umat-Nya, yakni keselamatan dan jaminan keselamatan hidup abadi. Melalui
kebangkitan Yesus umat memperoleh kedamain dalam hidup dan kesatun kembali
dengan Allah. Yesus merupakan dasar iman yang utama dan menjadi ujung
tombak menuju kepada kemuliaan bersama Allah. Umat tidak akan mampu
mencapai kemulian bersama Allah apabila meragukan keyakinannya akan
kebangkitan Yesus sang pembawa damai.
Pada item no. 20, responden sebanyak 37 orang dengan jumlah prosentase
92,5% yang menyatakan bahwa iman para rasul menjadi dasar iman Gereja
Katolik. Iman para rasul merupakan dasar iman Gereja Katolik. Para rasul di sini
adalah dua belas murid Yesus. Gereja ada, berkembang, dan berdiri berkat misi
pewartaan para murid yang ingin menyebarluaskan karya keselamatan yang telah
terlaksana dalam diri Yesus. Untuk itu iman para rasul menjadi dasar iman Gereja
Katolik dalam mewartakan kebenaran yang telah dibawa oleh Yesus dan
dibagikan kepada seluruh bangsa di dunia. Umat sebanyak 3 orang dengan jumlah
prosentase 7,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan
bahwa umat kurang menghayati akan imannya dan ini menjadi kendala bagi
mereka.
Pada item no. 21, sebanyak 39 orang responden dengan jumlah prosentase
97,5% menyatakan bahwa iman mendorong dan membuat mereka semakin peduli
dengan sesama yang KLMTD. Data ini menunjukkan bahwa umat memiliki rasa
kepekaan, kepedulian terhadap sesama karena dorongan imannya. Iman yang
dimiliki umat merupakan kekuatan yang luar biasa. Iman yang dimilikinya
memampukan mereka untuk memperoleh keselamatan serta menuntun mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
untuk menemukan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Umat 1 orang dengan
jumlah prosentase 2,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini
menunjukkan bahwa umat peduli dengan KLMTD bukan dorongan dari iman.
Kemungkinan umat ini peduli karena merasa kasihan.
Pada item no. 22, sebanyak 35 orang dengan prosentase 87,5%
menyatakan setuju bahwa iman adalah anugerah dari Allah dan tanggapan secara
bebas dari pihak manusia. Data ini menunjukkan bahwa umat mampu menghayati
imannya. Iman merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah secara cuma-
cuma. Selain itu umat juga diberikan suatu kebebasan di dalam menyikapi
pemberian Allah. Iman yang diberikan oleh Allah sungguh memiliki daya yang
luar biasa, walaupun iman yang diberikan-Nya kecil tapi daya yang
dikeluarkannya sangat besar. Hal ini sangat nampak dalam Mat. 17:20 yang
berbunyi:
Ia berkata kepada mereka: Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman
sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari
tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang
mustahil bagimu.
Umat sebanyak 5 orang dengan jumlah prosentase 12,5% menyatakan negatif untuk
pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang menyetujui bahwa iman itu
anugerah dari Allah dan tanggapan bebas dari dirinya. Umat yang kurang setuju
dengan pernyataan ini mengakibatkan mereka sulit untuk menghayati nilai-nilai
Kristiani dan bahkan menghayati Ekaristi pun juga akan sulit.
Pada item no. 23, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase
97,5% menyatakan bahwa iman memampukan mereka menemukan Allah dalam
setiap persoalan hidup. Umat dalam menjalani peziarahan hidup di dunia tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
lepas dari persoalan. Umat akan mengalami berbagai cobaan iman yang
mengincar hidup sehari-hari mereka. Akan tetapi persoalan-persoalan hidup yang
dihadapi umat merupakan sarana untuk menyadarkan umat-Nya bahwa Allah
selalu berkarya. Allah selalu terlibat dalam seluruh kegiatan manusia baik dalam
perkara besar maupun kecil. Adapun umat sebanyak 1 orang dengan jumlah
prosentase 2,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan
bahwa umat kurang menghayati imannya untuk menemukan Allah dalam
kehidupnya.
4. Faktor Penyebab
Pada item no. 24, responden sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase
95% menyatakan positif bahwa mereka datang terlambat saat mengikuti Ekaristi
dan pulang lebih awal sebelum berkat dalam perayaan Ekaristi. Dari data ini,
terlihat sebagian besar umat rajin dan tepat waktu dalam mengikuti Ekaristi. Umat
yang setia mengikuti Ekaristi dari awal sampai berkat penutup menunjukkan
keseriusannya dalam menghayati Ekaristi. Ekaristi sungguh berdaya guna jika
umat serius dalam penghayatannya. Adapun responden sebanyak 2 orang dengan
prosentase 5% menyatakan negatif bahwa mereka terlambat datang saat mengikuti
Ekaristi dan pulang lebih awal. Hal ini menunjukkan bahwa umat yang seperti ini
akan mengalami kesulitan dalam menghayati makna sakramen Ekaristi.
Pada item no. 25, responden sebanyak 36 orang dengan jumlah prosentase
90% menyatakan positif bahwa mereka mengerti dan menyadari akan tata cara
perayaan Ekaristi. Dari data ini, terlihat umat yang memahami tata cara perayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Ekaristi tergolong banyak. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian umat tahu akan
tata cara Ekaristi dan ini menjadikan umat dapat menghayati Ekaristi. Adapun
responden sebanyak 4 orang dengan jumlah prosentase 10% menyatakan negatif
bahwa mereka mengerti dan menyadari akan tata cara perayaan Ekaristi. Hal ini
menunjukkan bahwa umat kesulitan menghayati makna Ekaristi karena
disebabkan ketidaktahuan dan kesadaran akan tata cara perayaan Ekaristi. Umat
yang kurang tahu tata cara Ekaristi kemungkinan besar dalam mengikuti Ekaristi
hanya sebatas hadir dan ikut merayakan saja tanpa memahami untuk apa mereka
hadir dalam perayaan Ekaristi.
Pada item no. 26, responden sebanyak 9 orang dengan jumlah prosentase
22,5% menyatakan positif bahwa mereka senang, nyaman, aman bila mengikuti
Ekaristi yang diadakan di lingkungan dari pada di Gereja. Hal ini menunjukkan
bahwa umat akan lebih mudah menghayati makna sakramen Ekaristi apabila
diadakan di lingkungan. Kemungkinan besar umat lebih merasa mengena jika
Ekaristi diadakan dalam sekala kecil. Keheningan dan ketenangan kemungkinan
dapat mereka rasakan. Adapun responden sebanyak 31 orang dengan jumlah
prosentase 77,5% menyatakan negatif bahwa mereka senang, nyaman, aman bila
mengikuti Ekaristi yang diadakan di lingkungan dari pada di Gereja. Dari data ini,
menunjukkan bahwa mereka lebih senang, nyaman, dan aman mengikuti Ekaristi
di Gereja.
Pada item no. 27, responden sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase
2,5% menyatakan positif bahwa umat pergi ke gereja dengan terburu-buru tanpa
persiapan. Hal ini menunjukkan bahwa umat mengalami kesulitan menghayati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
makna Ekaristi disebabkan kurang persiapan diri dalam mengikuti kebaktian di
Gereja. Adapun responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5%
menyatakan negatif bahwa mereka pergi ke Gereja dengan terburu-buru tanpa
persiapan. Data yang diperoleh ini menunjukkan bahwa umat sebagian besar
melakukan persiapan sebelum berangkat ke Gereja untuk mengikuti perayaan
Ekaristi. Kita sebagai umat beriman memang sudah sepantasnya untuk melakukan
persiapan diri sebelum berangkat ke Gereja. Persiapan yang paling pokok adalah
persiapan hati, hati kita hendaklah tertata dengan baik. Apabila kita pergi ke
Gereja dengan hati yang tidak tertata akan mengakibatkan sulitnya untuk
merasakan kehadiran Tuhan, bahkan untuk menghayati Ekaristi pun tidak
mengena dalam hati.
Pada item no. 28, responden sebanyak 34 orang dengan jumlah prosentase
85% menyatakan positif bahwa mereka sering terlibat dalam pendalaman iman di
lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka cukup banyak yang terlibat
dalam pendalaman iman. Tetapi penulis juga memiliki pendapat atau kecurigaan
kepada umat, mereka datang ke pendalaman iman benar-benar pendalaman atau
hanya sekedar datang dan menjadi pendengar saja. Pada hal pendalaman iman
amatlah penting bagi umat beriman, karena memampukan mereka untuk menggali
makna dari sakramen Ekaristi dan juga nilai-nilai Kristiani. Jadi sangat
disayangkan apabila umat kurang terlibat dan serius dalam pendalaman iman.
Adapun responden sebanyak 6 orang dengan jumlah prosentase 15% menyatakan
negatif bahwa mereka sering mengikuti kegiatan pendalaman iman di lingkungan.
Hal ini mengakibatkan umat kesulitan untuk menghayati Ekaristi. Umat melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
pendalaman iman memampukan mereka untuk menemukan hal baru dalam hidup
mereka. Data yang diperoleh ini menunjukkan bahwa ada umat yang kurang
terlibat dalam pendalaman iman di lingkungan. Hal ini cukup memprihatinkan,
karena kesadaran mereka untuk terlibat masih kurang dan perlu ditingkatkan. Pada
hal Gereja sudah mengajak umatnya untuk selalu hidup terlibat demi menemukan
Allah dalam kehidupan sehari-hari.
5. Harapan umat untuk meningkatkan penghayatan Ekaristi demi
pengembangan iman
Pada item no. 29, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase
97,5% menyatakan setuju bahwa sharing pengalaman hidup antar sesama umat
membantu mereka menemukan makna Ekaristi dalam hidup sehari-hari. Data ini
menunjukkan bahwa sebagian besar umat merasa terbantu bila menggali makna
Ekaristi melalui sharing pengalaman hidup. Sharing pengalaman hidup atau lebih
dikenal dengan Shared Christian Praxis (SCP) merupakan salah satu model
katekese yang berpusat pada pengalaman iman umat yang kemudian diolah
melalui terang Injil. Berbagi pengalaman merupakan salah satu cara
menumbuhkan iman yang dewasa dan kuat. Pengalaman iman merupakan
pengalaman yang sangat berharga yang dapat meneguhkan umat yang satu dengan
lainnya. Katekese dengan model sharing pengalaman hidup memang dirasa dapat
membantu di dalam penghayatan Ekaristi. Umat sebanyak 1 orang dengan jumlah
2,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat
merasa sulit untuk menghayati makna sakramen Ekaristi melalui katekese model
SCP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Pada item no. 30, responden sebanyak 35 orang dengan jumlah prosentase
87,5% menyatakan bahwa katekese umat yang bertolak dari pengalaman tokoh
dalam Kitab Suci membantu umat untuk menemukan makna Ekaristi. Data ini
menunjukkan bahwa sebagian umat terbantu untuk menemukan makna sakramen
Ekaristi melalui katekese umat yang bertolak dari pengalaman tokoh dalam Kitab
Suci. Jumlah umat yang memilih katekese ini lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah umat yang memilih katekese model SCP. Umat lebih banyak memilih
katekese model SCP kemungkinan dikarenakan katekese yang bertolak dari
pengalaman tokoh dalam Kitab Suci kurang efektif, walaupun bisa kemungkinan
hanyak kecil pengaruhnya dalam menemukan makna sakramen Ekaristi. Umat
melalui katekese ini pastinya merasa kesulitan apabila harus memahami atau
menafsir Kitab Suci hal ini disebabkan karena tidak semua umat dapat
menafsirkannya. Adapun responden sebanyak 5 orang dengan jumlah prosentase
12,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa
umat yang memilih katekese ini kurang terbantu dalam menemukan dan
menghayati makna sakramen Ekaristi.
3. Refleksi
Setelah membahas hasil penelitian penulis menggaris bawahi hal yang
penting dari setiap subvariabel yakni dari pemahaman sakramen Ekaristi,
penghayatan makna sakramen Ekaristi, faktor penyebabnya:
Pemahaman sakramen Ekaristi sebagai puncak dari segala aktivitas hidup
umat Katolik. Hal ini sangat penting dan harus disadari, karena melalui Ekaristi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
umat mencapai suatu hal yang paling atas atau kemuliaan bersama Allah dan
mereka memperoleh kepenuhan hidup bersama-Nya di akhir zaman. Selain itu
melaui Ekaristi umat merayakan sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus.
Umat melalui Ekaristi dapat mempersembahkan diri untuk bersatu dengan Allah
dan sesama selain itu umat dapat berdoa, mengucapan syukur atas segala
pemberian-Nya yang dapat dinikmati.
Penghayatan sakramen Ekaristi sangat penting bagi umat terutama
kesatuan dengan Allah serta sesama dalam menjalani hidup sehari-hari. Umat
melalui kesatuan dalam sakramen Ekaristi dapat menemukan nilai-nilai hidup
yang dapat membawa mereka pada persaudaraan, kesejahteraan, kedamaian, serta
kebahagiaan bersama dan juga dapat membawa mereka pada kehidupan di dalam
kerajaan Allah. Umat juga dapat belajar dari nilai-nilai kehidupan yang ada dalam
sakramen Ekaristi sehingga memampukan mereka untuk menerapkan nilai
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Umat yang jarang terlibat dalam pendalaman iman di lingkungan dapat
menjadi faktor penyebab sulitnya menghayati makna sakramen Ekaristi. Hal ini
menjadi penting karena pedalaman iman merupakan jalan atau sarana bagi umat
untuk menyelami misteri-misteri karya Allah dan menemukan jalan kebenaran-
Nya. Pendalaman iman merupakan hal penting di dalam menghayati makna
sakramen Ekaristi. Di dalam pendalaman iman pengalaman-pengalaman iman
diteguhkan dengan sabda Tuhan yang kemudian menjadi kekuatan umat beriman
untuk menghayati makna sakramen Ekaristi. Untuk itu apabila umat jarang terlibat
di dalamnya maka umat kurang peka akan lingkungan sekitar, kurang tanggap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
akan kehadiran Tuhan, imannya tidak berkembang dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan keagamaan hanya sebatas melaksanakan kewajiban dan ritus
saja.
Penulis setelah melihat hasil penelitian, responden kebanyakan condong
memilih jawaban-jawaban yang positif untuk setiap item dalam angket. Hal ini
membuat penulis berfikir kembali atas hasil penelitian yang telah diperoleh.
Penulis curiga akan hal ini, apakah responden itu memilih berdasarkan hatinya
atau responden memilih berdasarkan pikiran mereka. Tetapi hasil penelitian ini
sudah menunjukkan gambaran umat Lingkungan Santo Antonius Joton di dalam
menghayati makna sakramen Ekaristi. Umat di dalam menghayati makna
sakramen Ekaristi terlihat sebagian dapat mewujudkannya yakni dengan terlibat
dalam kegiatan lingkungan doa, misa lingkungan, menjenguk orang sakit tetapi
ada juga umat yang kurang peka untuk terlibat dalam kegiatan lingkungan. Untuk
itu umat lingkungan Santo Antonius Joton harus lebih meningkatkan
penghayatannya akan makna sakramen Ekaristi demi mencapai kehidupan
bersama yang tentram, damai, sejahtera, kekeluargaan, dan bahagia dalam
kehidupan sehari-hari. Umat melalui penghayatannya akan makna sakramen
Ekaristi memperoleh rahmat keselamatan Allah yang sungguh menyejukkan hati
dan membangkitkan mereka dari belenggu dosa yang selalu mengincarnya dalam
kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
4. Kesimpulan Penelitian
Melihat data yang telah terkumpul, umat Lingkungan Santo Antonius
Joton cukup memahami sakramen Ekaristi. Hal ini terlihat dari pilihan jawaban
pada tiap item pada pernyataan variabel pemahaman Ekaristi kebanyakan mereka
memilih jawaban-jawaban yang positif pada tiap item yang tersedia. Umat cukup
memahami Ekaristi sebagai puncak hidup umat beriman Katolik. Ekaristi sebagai
puncak hidup beriman menunjukkan bahwa Ekaristi menjadi tempat untuk
merayakan dan mengungkapkan iman akan Yesus Kristus yang telah
menyelamatkan umat-Nya dari kuasa dosa. Melalui Ekaristi, umat merayakan
sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus yang dikenal dalam perayaan
paskah umat. Umat juga memahami Ekaristi sebagai kewajiban serta kebutuhan.
Ekaristi memang merupakan suatu kewajiban bagi umat beriman Katolik untuk
merayakannya. Tetapi apabila Ekaristi dipahami sebagai kewajiban saja maka hal
ini menjadi pemahaman yang keliru, umat akan menjalankannya hanya sebatas
ritual keagamaan dan Ekaristi tidak akan berdayaguna bagi mereka. Kemudian
apabila Ekaristi dipahami dengan benar maka umat dapat merasakan bahwa
dirinya membutuhkan Ekaristi, tanpa Ekaristi umat merasakan ada yang kurang
dari dirinya. Apabila umat sudah merasa butuh dengan Ekaristi maka umat
merasakan dirinya merindukan Ekaristi. Dengan demikian umat mencapai suatu
kehidupan yang membahagiakan bersama Allah. Melihat data yang telah
diperoleh memang ada beberapa umat yang mengikuti Ekaristi hanya sebatas
kewajiban saja yakni 22 orang dengan prosentase 55%. Hal ini menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
bahwa mereka belumlah memahami Ekaristi secara benar. Untuk itu umat harus
meningkatkan pemahamanya akan makna sakramen Ekaristi.
Sebagian besar umat lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf
Pekerja Gondangwinangun Klaten telah menghayati makna sakramen Ekaristi
demi pengembangan iman mereka. Hal ini terlihat dari respon positif yang
diberikan oleh responden pada variabel penghayatan makna sakramen Ekaristi.
Umat mampu memahami pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan makna
Ekaristi. Ekaristi sungguh memberikan daya guna bagi umat. Ekaristi dapat
berdaya guna apabila umat sungguh-sungguh menghayatinya dalam kehidupan
sehari-hari. Tetapi respon positif yang telah diberikan haruslah tetap diwujudkan
walaupun responnya berasal dari hasil pikiran dan bukan berasal dari hati mereka.
Umat harus lebih meningkatkan penghayatan mereka akan makna sakramen
Ekaristi apabila umat sungguh mengharapkan kehidupan yang damai, aman,
nyaman, relasi penuh persaudaraan dalam hidup sehari-hari.
Umat yang jarang terlibat di dalam kegiatan-kegiatan Gereja dapat
menjadi faktor penyebab kurangnya menghayati makna sakramen Ekaristi. Selain
itu juga pemahaman umat yang minimalis terhadap sakramen Ekaristi dapat
menjadi faktor penyebabnya. Umat yang jarang terlibat dalam kegiatan pastinya
sulit untuk menemukan makna sakramen Ekaristi. Umat juga kurang peka,
tanggap terhadap keadaan lingkungan sekitarnya bahkan tidak dapat merasakan
Tuhan yang hadir dalam hidup sehari-hari. Makna sakramen Ekaristi harus
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai suatu kehidupan yang
rukun dan membahagiakan baik dalam keluarga maupun masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Model katekese yang diharapkan dapat membantu umat dalam
menemukan makna sakramen Ekaristi adalah sharing pengalaman iman. Umat
rata-rata memilih katekese dengan model sharing pengalaman iman. Sharing
pengalaman iman memudahkan mereka menemukan realita hidup yang
seharusnya dijalani sebagai murid-murid Kristus. Melalui sharing pengalaman
iman, umat diajak untuk merefleksi pengalaman imannya dan memberikan
komitmen untuk menentukan tindakan konkret yang hendak dilakukannya
sehingga membawa mereka pada suatu perubahan baru dalam hidup.
Kesimpulan dari penelitian ini akan menjadi titik tolak dalam penyusunan
program katekese yang akan dilaksanakan di Lingkungan Santo Antonius Joton
Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten dalam rangka
meningkatkan penghayatan mereka akan makna sakramen Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN
PENGHAYATAN UMAT AKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI
Bab IV ini berisi tentang implementasi katekese model Shared Christian
Praxis (SCP) dalam usaha untuk meningkatkan penghayatan umat akan makna
sakramen Ekaristi. Umat yang dimaksud di sini adalah umat Lingkungan Santo
Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten. Penerapan
katekese model Shared Christian Praxis (SCP) dapat membantu umat dalam
meningkatkan penghayatannya akan makna sakramen Ekaristi. Tujuan SCP
sendiri ialah sebagai sarana untuk mengungkapkan pengalaman iman umat.
Caranya, yaitu dengan merefleksikan pengalaman iman tersebut agar kemudian
ditemukan makna dari suatu pengalaman iman umat yang nantinya dapat
dijadikan sebagi titik tolak dalam memperbarui hidup mereka menuju ke arah
yang lebih baik. Dengan demikian, umat dapat menemukan inspirasi yang
mengarahkan mereka pada pembaruan hidup demi terwujudnya nilai-nilai
kerajaan Allah di tengah-tengah dunia.
Sebagai tindak lanjut terhadap hasil penelitian ini, penulis berusaha
memberikan sumbangan pemikiran berbentuk program katekese dengan
menggunakan model SCP. Pemilihan model tersebut merupakan usaha penulis
untuk membantu meningkatkan penghayatan umat akan makna sakramen Ekaristi
demi pengembangan iman mereka. Selanjutnya, penulis akan membahas secara
singkat mengenai pokok-pokok katekese model SCP yang meliputi pengertian,
tujuan, serta langkah-langkahnya. Setelah itu penulis akan mengusulkan 4 tema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
pertemuan katekese dan menjelaskan proses pelaksanaan program katekese
tersebut, serta membuat contoh satuan persiapan katekese model SCP.
A. Katekese Model SCP
1. Pengertian SCP
SCP merupakan model katekese yang menekankan proses dialogis-
partisipatif supaya dapat mendorong umat (berdasar komunikasi antara kisah
pengalaman iman secara pribadi maupun sosial, dengan kisah yang ada dalam
Kitab Suci) agar baik secara pribadi maupun bersama, mereka mampu
mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan demi makin terwujudnya
nilai-nilai kerajaan Allah di dalam kehidupan mereka. Model ini bertitik tolak dari
pengalaman iman umat yang kemudian direfleksikan secara kritis supaya mereka
dapat menemukan maknanya yang nantinya didialogkan dengan pengalaman iman
Gereja sepanjang sejarah sehingga muncul pemahaman, sikap, dan kesadaran baru
yang mendorong umat untuk ambil bagian mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah
di tengah-tengah dunia.
Menurut Thomas H. Groome dalam bukunya yang disadur oleh Heryatno
Wono Wulung (1997: 2-4), terdapat 3 komponen SCP.
a. Praxis
Praxis merupakan pengungkapan pengalaman iman umat yang didukung
oleh refleksi kritis dengan tujuan untuk mencapai suatu perubahan hidup yang
baru. Hal penting bagi umat ketika mengungkapkan kisah pengalaman imannya
harus mencakup tiga unsur yang berkaitan, yakni yang pertama aktivitas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
mengungkapkan kisah pengalaman iman yang sudah terjadi, hal ini meliputi
kegiatan mental dan fisik, kesadaran, tindakan personal dan sosial, hidup pribadi
dan kegiatan publik, kemudian yang kedua refleksi, umat merenungkan kisah
pengalaman iman yang telah diungkapkan dan berusaha untuk menemukan
maknanya, dan yang terakhir atau ketiga setelah menemukan maknanya umat
membuat suatu rencana perubahan hidup secara kreatif yang diterangi oleh sabda
Tuhan sehingga mereka sampai pada suatu perubahan hidup.
b. Christian
Christian berkaitan dengan harta kekayaan iman Kristiani umat yang
dihayati, dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Harta kekayaan iman
bersumber dari Kitab Suci. Isi Kitab Suci, yaitu kisah pengalaman iman sepanjang
sejarah yang dapat menjadi inspirasi untuk mengarahkan umat pada pembaruan
hidup. Kisah pengalaman iman dalam Kitab Suci dapat menjadi pertimbangan
bagi umat beriman untuk semakin yakin mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah
dalam hidup sehari-hari.
c. Shared
Istilah shared menunjuk pada komunikasi iman yang diungkapkan dalam
suasana yang bersahabat, terbuka, dan akrab di tengah-tengah umat. Hal ini
tentunya demi terwujudnya kesatuan umat beriman. Umat diajak untuk
mengutamakan komunikasi iman yang timbal balik, sikap partisipasi aktif dan
kritis, terbuka pada kedalaman diri serta kehadiran sesama maupun rahmat Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Umat dalam berkatekese diharapkan kesediaannya untuk mengkomunikasikan
iman mereka. Umat dalam mengkomunikasikan iman dapat berupa buah
pengalaman, pengetahuan, perasaan dan diharapkan dapat saling mendengarkan
satu sama lain tidak hanya dengan telinga melainkan dengan hati sehingga akan
menimbulkan unsur peneguhan, penegasan, dan hasrat untuk maju secara bersama
berdasar pada nilai dan semangat Kristiani. Dengan demikian umat dapat
mengonfrontasikan buah-buah refleksi pengalaman dengan nilai Kristiani yang
mendasar, sehingga umat terdorong untuk menemukan nilai-nilai baru yang sesuai
dengan konteks hidup mereka dan dapat mewujudkannya dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Tujuan Katekese Model SCP
Katekese model SCP bertujuan untuk membantu umat mengungkapkan
pengalaman iman umat dan merefleksikannya supaya dapat menemukan makna
dari kisah pengalaman mereka yang nantinya menjadi pegangan untuk
memperbaharui hidup di masa mendatang. Umat dapat memperbaharui hidup
apabila mereka dekat dengan Yesus Kristus dan menjalankan segala perintah-
perintah-Nya. Umat dapat dekat dengan Yesus apabila dalam diri mereka ada
suatu pertobatan baik secara pribadi maupun sosial. Dengan demikian umat akan
memperoleh suatu kesatuan iman yang sungguh-sungguh hidup di tengah-tengah
mereka. Hal inipun mendapat suatu penegasan dalam Catechesi Tradendae yakni
dalam katekese umat Kristiani diajak untuk memasuki persekutuan hidup yang
mesra dengan Yesus Kristus (CT no. 5), umat juga diajak untuk mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
iman yang baru secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari (CT no. 20),
dan yang menjadi penting umat diajak untuk memperoleh pengertian dan kesatuan
iman dalam putra Allah sehingga iman mereka dapat bertumbuh dewasa sesuai
dengan kehendak Kristus (CT no. 25).
3. Langkah-Langkah Katekese Model SCP
Menurut Thomas H. Groome dalam bukunya yang disadur oleh Sumarno
(2005: 18-22) ada 5 langkah SCP.
a. Langkah 0: Pemusatan Aktivitas
Langkah 0 ini bertujuan untuk mendorong umat menemukan topik
pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkrit yang selanjutnya menjadi tema
dasar pertemuan. Langkah ini tidak harus ada dalam proses pelaksanaan katekese
dengan model SCP apabila tema pertemuan sudah ditemukan sebelumnya. Sarana
yang dapat digunakan dalam langkah ini dapat berupa simbol, keyakinan, cerita,
bahasa foto, poster, video, kaset suara, film, telenovela, atau sarana lain yang
dapat menunjang. Langkah ini mengungkapkan keyakinan bahwa Allah selalu
berkarya di tengah kehidupan manusia. Pemilihan tema dasar pertemuan sungguh-
sungguh mendorong umat untuk terlibat aktif dalam pertemuan serta konsisten
dengan model SCP dan tema dasar tidak bertentangan dengan iman Kristiani.
Peran pembimbing dalam langkah ini menciptakan lingkungan psikososial dan
fisik yang mendukung, memilih sarana yang tepat, membantu umat untuk
merumuskan tema yang tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
b. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual
Pada Langkah ini umat diajak mengungkapkan pengalaman hidup
faktualnya. Sharing adalah salah satu cara yang dipakai oleh umat untuk
mengungkapkan pengalaman hidupnya. Isi dari sharing pengalaman hidup dapat
berupa pengalaman sendiri, kehidupan, atau permasalahan dalam kehidupan
masyarakat. Langkah ini bertujuan agar umat semakin menyadari pengalaman
hidupnya dan selanjutnya dapat mengkomunikasikannya kepada sesama umat
yang nantinya dapat memberikan motivasi atau peneguhan bagi hidup mereka.
Dalam langkah ini pembimbing berperan sebagai fasilitator yang menghidupkan
suasana pertemuan dan bersikap ramah, sabar, hormat, bersahabat, peka terhadap
latar belakang keadaan dan permasalahan umat.
c. Langkah II: Refleksi Kritis Atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual
Pada langkah ini umat diajak untuk menemukan dan mendalami
pengalaman hidupnya melalui refleksi kristis dan menenghubungkannya dalam
Kitab Suci sehingga umat menemukan inti dari pengalamannya demi terwujudnya
kehidupan umat yang damai. Ada 3 unsur yang harus umat olah dalam langkah
ini, yakni pemahaman kritis umat dalam menemukan arti pada keterlibatan hidup
konkritnya. Tentunya, yang berkaitan dengan pengalaman yang telah terjadi,
setelahnya umat masuk pada kenangan analitis yakni umat menyadari untuk
mengingat kembali peristiwa imannya dan menemukan maknanya, kemudian
umat secara kreatif melalui imajinasinya merenungkan hal positif apa yang
hendak dilakukan baik pribadi maupun sosial untuk di masa mendatang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Peran pembimbing dalam langkah ini mengajak umat menciptakan
suasana yang menghormati dan mendukung satu dengan yang lain, mengajak
mereka berefleksi secara kritis atas pengalamannya dan menemukan maknanya.
Pendamping mendorong mereka untuk mengadakan dialog dan penegasan
bersama. Umat diajak untuk menggeluti pengalaman imannya dan
mengungkapkan pendapatnya dengan tuntunan pertanyaan dan yang menjadi lebih
penting menyadari kondisi umat.
d. Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih
Terjangkau
Pada langkah ini umat diajak untuk menggali pengalaman iman Kristiani
serta mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani agar lebih
terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan umat yang mempunyai konteks
dan latar belakang kebudayaan yang berbeda. Tradisi dan visi Kristiani
mengungkapkan pewahyuan diri dan kehendak Allah yang memuncak dalam
misteri hidup dan karya Yesus Kristus serta mengungkapkan tanggapan manusia
atas pewahyuan tersebut.
Peran pembimbing dalam langkah ini mengajak umat untuk menafsirkan
dan menghormati bacaan Kitab Suci yang telah dipilih sehingga mereka merasa
terbantu dan mendapatkan informasi untuk memiliki nilai-nilai Tradisi dan visi
Kristiani. Pembimbing melalui metode yang tepat membawa umat pada
pengalaman iman mereka sehingga sasaran yang ingin dicapai dapat mengena
serta menghantar mereka pada suatu kesadaran diri. Sikap pembimbing dalam
langkah ini tidak menggurui, tidak menganggap bahwa pendapat sendirilah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
benar, kemudian pembimbing dalam menafsirkan hendaklah mengikutsertakan
kesaksian iman, harapan, dan hidupnya sendiri, selain itu pembimbing juga harus
melakukkan persiapan yang matang dan setudi sendiri sehingga menguasai bahan.
e. Langkah IV: Interpretasi Dialektis Antara Tradisi dan Visi Umat
dengan Tradisi dan Visi Kristiani
Pada langkah IV ini umat diajak untuk mengkomunikasikan iman Kristiani
dalam situasi hidup konkret. Umat melalui nilai Tradisi dan visi Kristiani diajak
untuk menemukan nilai hidup, menyadari sikap yang kurang baik dalam diri
untuk diperbaiki, dan menemukan nilai hidup baru yang hendak dikembangkan.
Umat secara aktif dan kreatif memberikan keyakinan pada diri untuk melakukan
perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Langkah ini juga bertujuan untuk
menekankan interpretasi yang dialektis antara tradisi dan visi umat dengan nilai
tradisi dan visi Kristiani. Interpretasi tersebut dapat menciptakan kesadaran, sikap-
sikap, dan niat-niat baru sebagai jemaat Kristiani yang mengutamakan nilai-nilai
Kerajaan Allah.
Peran pembimbing dalam langkah ini mengajak umat dengan suasana
bebas menghormati hasil penegasan mereka untuk pembaharuan hidup yang akan
dating. Umat diajak untuk menumbuhkan rasa keyakinannya bahwa mereka
mampu menemukan nilai hidup yang hendak dihayatinya dan memberikan
dorongan pada mereka untuk merubah sikap yang tadinya pendengar pasif
menjadi pihak yang aktif. Hal yang penting yang perlu bagi pembimbing yakni
kesediaaan mendengarkan dengan hati seluruh hasil pemikian umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
f. Langkah V: Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan
Allah di Tengah-tengah Dunia
Pada langkah V ini umat diajak untuk ambil suatu keputusan yang
membawa mereka pada aksi konkrit. Penentuan aksi konkrit ini dipahami sebagai
tanggapan umat terhadap wahyu Allah. Langkah ini bertujuan untuk mendorong
umat pada keterlibatan baru dengan jalan mengusahakan metanoia; pertobatan
pribadi dan sosial yang berkelanjutan.
Peran pembimbing dalam langkah ini mengajak umat untuk bersikap
optimis. Pembimbing juga memberikan rangkuman terhadap hasil langkah
pertama sampai keempat supaya dapat lebih membantu umat. Pada langkah
penutup umat diajak untuk memberikan keputusan pribadi atau bersama dan
membuat suatu perayaan liturgi sederhana sebagai tanda bahwa Tuhan
memberkati segala upaya yang akan dilakukan.
B. Usulan Program Katekese dengan Model SCP bagi Umat Lingkungan
Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun
Klaten
Katekese model SCP ini merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian yang
dilakukan penulis terhadap umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo
Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten. Katekese model SCP ini dibuat sebagai
usaha pendampingan bagi umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo
Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten dalam meningkatkan penghayatan
mereka akan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka.
Penghayatan umat akan makna sakramen Ekaristi sangat penting bagi umat karena
melalui Ekaristi umat dikuatkan untuk menghadapi segala persoalan hidup, selain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
itu juga umat memperoleh kepenuhan hidup bersama Kristus (Martasudjita, 2012:
57). Untuk itulah umat perlu meningkatkan penghayatannya akan makna
sakaramen Ekaristi. Dengan demikian program pendampingan katekese ini
diharapkan membantu umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo
Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten untuk menemukan makna sakramen
Ekaristi.
1. Latar Belakang
Penghayatan umat akan makna sakramen Ekaristi pada zaman dulu sampai
sekarang ini amatlah penting bagi umat Kristiani. Sakramen Ekaristi memang
harus digali dan diketemukan maknanya demi pengembangan iman Gereja. Gereja
sungguh mengharapkan umatnya mampu menghayati makna sakramen Ekaristi
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
diketahui bahwa umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf
Pekerja Gondangwinangun Klaten sebagian besar sudah menghayati makna
sakramen Ekaristi. Hal ini terlihat dari hasil pilihan responden dalam angket yakni
dari segi pemahaman, pemaknaan, dan tindakan mereka yang menggambarkan
bahwa mereka setuju dengan pernyataan yang ada. Tetapi ada juga sebagian umat
yang masih belum menyadari atau mengalami kesulitan di dalam menghayati
makna sakramen Ekaristi. Umat dalam menghayati makna sakramen Ekaristi
masih pada sebatas kewajiban dan ritus. Hal ini mengakibatkan kurang
berkembangnya iman umat. Selain itu umat juga akan mengalami kegoyahan di
dalam iman mereka. Gereja sangat menganjurkan kepada umat supaya lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
meningkatkan penghayatannya akan makna sakramen Ekaristi. Dengan ini umat
diharapkan siap diutus untuk menyebarluaskan kabar gembira Allah kepada siapa
saja.
Setiap umat Kristiani memiliki kewajiban untuk mengembangkan imannya
dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui tindakannya. Seperti
halnya dengan Ekaristi, umat melalui Ekaristi diajak untuk menyelami dan
menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari melalui perutusannya di tengah
masyarakat. Umat yang sungguh-sungguh menghayati makna sakramen Ekaristi
akan mengalami perubahan pola hidup dari yang buruk menjadi lebih baik. Umat
juga akan berkembang imannya apabila mereka mewujudkan nilai kehidupan
yang ada dalam Ekaristi. Untuk itu umat diharapkan semakin menghayati makna
sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari demi terwujudnya kehidupan yang
lebih baik dan mencapai cita-cita hidup yang diharapkannya.
Melalui usulan program ini penulis berharap umat Kristiani terlebih umat
Lingkungan Santo Antonius Joton semakin menghayati makna sakramen Ekaristi
dan mampu mewujudkannya dalam kehidupan keluarga, komunitas, dan
masyarakat. Selain itu program ini juga diharapkan mampu menyadarkan umat
betapa pentingnya menghayati makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-
hari. Alasan penulis mengusulkan program kegiatan katekese dengan model SCP
karena katekese ini dirasa dapat membantu umat untuk menemukan makna
sakramen Ekaristi melalui sharing pengalaman iman mereka yang nantinya
diteguhkan melalui sabda Allah. Dengan demikian umat memperoleh
pengetahuan, kesadaran, dan keyakinan bahwa dengan menghayati makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
sakramen Ekaristi maka mereka mendapatkan inspirasi hidup untuk menuju
kedamaian dan kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tema dan Tujuan Program Katekese
Pada kesempatan ini penulis memberikan sumbangan pemikiran yakni
berupa kegiatan pendampingan katekese model SCP. Penulis memberikan
sumbangan pemikiran ini demi membantu umat untuk menggali dan semakin
menghayati makna sakramen Ekaristi yang akan membawa mereka pada
perkembangan dan kedewasaan iman. Materi katekese model SCP disusun sesuai
dengan hasil penelitian pada umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo
Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten. Adapun tema, tujuan, subtema, serta
tujuan subtema dalam usulan program katekese model SCP yakni sebagai berikut:
Tema umum : Usaha meningkatkan penghayatan umat akan makna sakramen
Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan umum : Agar umat Kristiani semakin menyadari dan menghayati makna
sakramen Ekaristi demi meningkatkan semangat berbagi dalam
kehidupan sehari-hari.
Tema 1 : Ekaristi sebagai sumber hidup umat beriman Katolik
Penulis melihat umat Lingkungan Santo Antonius Joton sebagian besar
dapat memahami dan menghayati bahwa Ekaristi sebagai sumber hidup tetapi
umat masih membutuhkan arahan untuk mencapai penghayatannya dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk itu melalui tema ini umat diajak untuk semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
memahami, mempunyai arah, dan menghayati Ekaristi sebagai sumber hidup umat
dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan : Umat beriman Kristiani semakin dapat menyadari dan
menghayati bahwa Ekaristi sebagai sumber hidup umat beriman
Katolik sehingga iman mereka dapat berkembang dan berbuah
melimpah.
Tema 2 : Ekaristi sebagai poros hidup umat beriman
Penulis memilih tema ini karena supaya umat dapat menyadari bahwa
Ekaristi sebagai poros hidup yang mendorong mereka untuk bertindak kebaikan
bagi orang lain. Poros merupakan pusat tenaga yang memberikan gerakan bagi
suatu benda seperti halnya poros roda pada kendaraan. Roda dapat bergerak
karena ada poros yang memberikan daya. Begitu juga dengan umat, umat melalui
tema ini diajak untuk semakin menghayati makna Ekaristi sebagai poros hidup
supaya mereka memiliki daya untuk bertindak mewujudkan nilai-nilai kerajaan
Allah di tengah-tengah dunia.
Tujuan : Umat beriman semakin dapat menghayati Ekaristi sebagai poros
hidup umat beriman sehingga mereka dapat mewartakan kabar
suka cita Tuhan kepada sesama melalui sikap-sikap hidup yang
menciptakan rasa damai, tentram, sejahtera, bahagia.
Tema 3 : Ekaristi sebagai ungkapan cinta kasih, pemersatu umat dengan
Allah, umat dengan umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Penulis melihat umat dapat menyadari dan menghayati bahwa Ekaristi
sebagi ungkapan cinta kasih, pemersatu umat dengan Allah, umat dengan umat
namun umat masih membutuhkan pendampingan yang terus menerus. Sebagai
umat beriman pastinya sudah mengetahui bahwa Yesus wafat karena Ia sungguh-
sungguh mencintai umat-Nya dan Ia pun rela memberikan nyawanya hanya untuk
membebaskan umat-Nya dari belenggu dosa. Selain itu juga Ia ingin menyatukan
umat-Nya dengan Bapa-Nya di surga sehingga kehidupan mereka pun aman dan
damai. Untuk itu umat melalui tema ini diajak untuk semakin mengenangkan,
merayakan, dan semakin menghayati makna Ekaristi sebagi ungkapan cinta kasih,
pemersatu umat dengan Allah, umat dengan umat.
Tujuan : Umat Kristiani semakin menghayati Ekaristi sebagai ungkapan
cinta kasih, pemersatu umat dengan Allah, umat dengan umat,
sehingga mereka dapat menanamkan pada dirinya akan nilai cinta
kasih dan persaudaraan dalam hidup bermasyarakat melalui
kesaksian hidupnya.
Tema 4 : Ekaristi memberikan semangat untuk berbagi kasih dan bersaksi
kepada sesama
Penulis memilih tema ini karena berkaitan dengan kongres Ekaristi yang
mengajak umat untuk saling berbagi kepada siapa saja. Umat Lingkungan Santo
Antonius Joton juga diajak untuk saling berbagi kepada siapa saja. Untuk itu umat
melalui tema ini diajak untuk lebih menyadari dan semakin menghayati makna
Ekaristi yang memberikan semangat untuk berbagi kasih kepada sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Tujuan : Umat beriman Katolik semakin menyadari bahwa Ekaristi
memberikan semangat untuk berbagi kasih kepada sesama
sehingga mereka dapat memiliki sikap berbagi kasih kepada
sesama dalam hidup sehari-hari.
C. Gambaran Pelaksanaan Program
Penulis dalam pelaksanaan program berencana akan melaksanakannya
dalam jangka waktu 2 bulan dengan jumlah pertemuan 4 (empat) kali pertemuan
pada bulan April dan Mei 2013. Kegiatan katekese direncanakan pada bulan
tersebut karena setelah perayaan paskah umat dimana umat merayakan sengsara,
wafat dan kebangkitan Yesus Kristus dan umat diharapkan dapat merefleksikan
diri untuk menghayati akan misteri paskah dalam kehidupan sehari-hari.
Pendampingan katekese ini ditujukan kepada seluruh umat Lingkungan
Santo Antonius Joton. Pada setiap pertemuan pendampingan katekese
dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1,5 jam di tempat salah satu rumah umat
Lingkungan Santo Antonius Joton. Bahan dalam pendampingan katekese ini
bertolak dari kondisi umat yang telah diungkapkan dalam hasil penelitian yang
penulis lakukan sehingga mengena pada umat. Berkaitan dengan pelaksanaan
program katekese penulis menghubungi pengurus lingkungan terutama ketua
lingkungan dan juga seksi pewarta. Penulis akan menawarkan program katekese
pendampingan ini kepada pengurus lingkungan terutama seksi pewartaan dan ini
juga menjadi alternatif bahan katekese. Untuk pemimpin dapat dari pengurus
lingkungan tetapi penulis juga akan menawarkan diri sebagi fasilitator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
D. Matrik Program
Tema umum : Katekese, usaha meningkatkan penghayatan umat akan makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan umum : iiAgar umat Kristiani semakin menyadari dan menghayati makna sakramen Ekaristi melalui katekese demi
meningkatkan semangat berbagi dalam kehidupan sehari-hari.
No Tema Tujuan Judul
Pertemuan Tujuan
Pertemuan Materi Metode Sarana Sumber
Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Ekaristi
sebagai
sumber
hidup umat
beriman
Katolik
Umat beriman
Kristiani makin
dapat menyadari
dan menghayati
bahwa Ekaristi
sebagai sumber
hidup umat
beriman Katolik
sehingga iman
mereka dapat
berkembang dan
berbuah
melimpah.
- Ekaristi
sumber hidup
bagi umat
beriman
- Bersama-sama
pendamping,
peserta
semakin
menyadari
pentingnya
Ekaristi bagi
hidup umat
beriman
sehingga
peserta
memperoleh
sumber
kekuatan
hidup beriman
Katolik.
- Artikel
tentang “Si
Anak dan Ibu
yang Bijak
Sana”.
- SC art 7
tentang
“Kehadiran
Kristus Dalam
Liturgi
Gereja”.
- Pengalaman
umat
- Cerita
- Sharing
- Refleksi
Pribadi
dan kritis
- Informasi
- Pengambil
an
keputusan
- Kitab
Suci
- Konsili
Vatikan
II
- Buku PS
- Lilin
- Salib
- Speaker
- Laptop
- Yoh 6:25-
59.
- SC art 7
- http://damai
sertamu.blo
gspot.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
2.
Ekaristi
sebagai
poros hidup
umat
beriman.
Umat beriman
makin dapat
menghayati
Ekaristi sebagai
poros hidup
umat beriman
sehingga mereka
dapat
mewartakan
kabar suka cita
Tuhan kepada
sesama melalui
sikap-sikap
hidup yang
menciptakan
rasa damai,
tentram,
sejahtera,
bahagia.
- Ekaristi
sumber
pengharapan
seluruh umat
beriman
Katolik
- Bersama-
sama
pendamping,
peserta
semakin
memahami
Ekaristi
sebagai
pengharapan
sehingga
mereka dapat
sungguh-
sungguh
mengikuti
Ekaristi
dengan
sepenuh hati.
- Video klip
tentang “Lilin
Kehidupan”
- LG art 11
- Buah-buah
Ekaristi
- Sikap-sikap
hidup yang
harus
dikembangka
n dalam
kehidupan
sehari-hari.
- Nonton
- Tanya
Jawab
- Sharing
- Refleksi
Pribadi
dan kritis
- Pengambil
an
keputusan
- Kitab
Suci
- KGK
- DKV II
- Buku MB
- Lilin
- Salib
- Laptop
- Speaker
- LCD
- Mateus 28:
9-20.
- DKV II SC
art 11.
- KGK: buah-
buah
komuni. Art
1391-1401.
- http://damais
ertamu.blogs
pot.com/201
1/03/ekaristi-
sebagai-
pusat-hidup-
umat.html?z
x=476e61ace
d3124f7
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
3. Ekaristi
sebagai
ungkapan
cinta kasih,
pemersatu
umat
dengan
Allah, umat
dengan
umat
Umat Kristiani
semakin
menghayati
Ekaristi sebagai
ungkapan cinta
kasih, pemersatu
umat dengan
Allah, umat
dengan umat,
sehingga mereka
- Ekaristi
menyatukan
umat beriman
dan
mendorong
mereka untuk
mengasihi
sesama secara
total.
- Bersama-sama
pendamping,
peserta
semakin
bersatu dan
mengasihi
sesama secara
total sehingga
mereka dapat
menciptakan
- Vidio klip
tentang
“Skedul
Kehidupan”
- Ekaristi
sebagai
kesatuan
kebersamaan
hidup dengan
Kristus
- Nonton
- Tanya
Jawab
- Sharing
- Refleksi
bersama,
pribadi dan
kritis
- Pengambil
an
- Kitab
Suci
- Buku MB
- Salib
- Lilin
- Speaker
- Laptop
- LCD
- Yoh. 6:25-
59.
- Martasudjita.
2005.
Ekaristi:
Tinjauan
Teologis,
Liturgis,
Pastoral.
No. 243.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
dapat
menanamkan
pada dirinya
akan nilai cinta
kasih dan
persaudaraan
dalam hidup
bermasyarakat
melalui
kesaksian
hidupnya.
kedamaian
dalam hidup
sehari-hari.
- Menentukan
sikap yang
harus dimiliki
dalam
mewujudkan
nilai cinta
kasih dan
kesatuan
dalam hidup
keputusan
Yogyakarta:
Kanisius.
4. Ekaristi
memberika
n semangat
untuk
berbagi
kasih dan
bersaksi
kepada
sesama.
Umat beriman
Katolik semakin
menyadari
bahwa Ekaristi
memberikan
semangat untuk
berbagi kepada
sesama sehingga
mereka dapat
memiliki sikap
berbagi kasih
kepada sesama
dalam hidup
sehari-hari.
- Ekaristi
mendorong
umat untuk
berbagi dan
bersaksi.
- Bersama-
sama
pendamping,
peserta
semakin
terdorong
untuk berbagi
dan bersaksi
sehingga
mereka dapat
berpartisipasi
untuk peduli
terhadap
sesama.
- Video tentang
“Kesaksian
Pramugari:
Laura
Lazarus”.
- Langkah-langkah merintis gerakan berbagi lima roti dan dua ikan.
- Ekaristi sebagai pewartaan wafat Kristus.
- Nonton
- Informasi
- Sharing
- Refleksi
kritis dan
Pribadi
- Kitab
Suci
- Buku MB
- Salib
- Lilin
- Speaker
- Laptop
- LCD
- Mat 14: 13-21.
- Martasudjita.
2008.
Kongres
Ekaristi:
Tentang
Ekaristi.
Yogyakarta:
Kanisius
- Martasudjita.
2005.
Ekaristi:
Tinjauan
Teologis,
Liturgis,
Pastoral.Yog
yakarta:
Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
E. Contoh persiapan Katekese Model SCP
1. Identitas Pertemuan
a. Judul pertemuan : Ekaristi sebagai sumber hidup bagi umat beriman.
b. Tujuan : Bersama-sama pendamping, peserta semakin
menyadari pentingnya Ekaristi bagi hidup umat
beriman sehingga peserta memperoleh sumber
kekuatan hidup beriman Katolik.
c. Peserta : Umat Lingkungan St. Antonius Joton Paroki St.
Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten.
d. Tempat : Lingkungan St. Antonius Joton
e. Waktu/ Tanggal : 19.00-20.30/ 15 April 2013
f. Model : Shared Chistian Praxis (SCP)
g. Metode : - Sharing
- Refleksi Pribadi
- Informasi
- Tanya Jawab
- Dialog
Sarana : - Teks cerita
- Lilin dan salib
- Kitab Suci
- Konsili Vatikan II
- Laptop
- Speaker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
- Buku PS
h. Sumber bahan : - Yoh 6: 25-59
- SC art 7
- http://damaisertamu.blogspot.com
2. Pemikiran Dasar
Sebagai umat beriman kepada Yesus Kristus, Ekaristi menjadi sumber
hidup umat beriman Katolik. Umat dalam kenyataan hidup sekarang ini masih
kurang menyadari bahwa Ekaristi merupakan sumber hidup. Penulis juga
mempunyai kesan bahwa umat dalam mengikuti Ekaristi masih sebatas pada
kewajiban dan ritus. Selain itu umat dalam hidup tidak lepas dari persoalan hidup
yang membuat mereka lengah dan frustrasi di dalam menghadapinya. Dengan
demikian umat membutuhkan suatu kelegaan hati yang membuat mereka
merasakan hidup penuh kedamaian, bahagia, dan rukun dalam hidup sehingga
mereka menemukan dan merasakan rahmat Allah yang menyelamatkannya
Yoh. 6: 25-59 mengisahkan tentang roti yang memberikan kehidupan bagi
umat beriman. Perikop ini mengisahkan bahwa melalui Yesus Kristus
keselamatan akan terwujud bagi umat yang percaya pada-Nya dan keselamatan
yang telah diperoleh tidak akan hilang. Yesus memberikan kehidupan bagi umat
beriman yang percaya akan Dia yang menyelamatkan. Dia memberikan suatu
kelegaan dan kesegaran bagi umat-Nya yang berbeban berat. Dia memberikan
seluruh hidup-Nya bagi umat demi keselamatan. Ketika Yesus menyatakan bahwa
diri-Nya adalah roti hidup dimaksudkan juga untuk menegaskan bahwa Ia adalah
jawaban dari setiap keperluan dan persoalan manusia. Segala persoalan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
manusia dapat diatasi di dalam Dia. Tidak hanya persoalan-persoalan yang
berkenaan dengan kebutuhan jasmani, tapi juga hal-hal yang jauh lebih utama
yaitu pengampunan dosa dan keselamatan kekal. Tuhan Yesus sudah
mengorbankan tubuhNya sendiri di atas kayu salib untuk manusia: “...roti yang
Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” Inilah
sumber kehidupan yang sesungguhnya!
Dari pertemuan ini umat diharapkan semakin diteguhkan dan dikuatkan
sehingga umat mampu menyadari bahwa Ekaristi menjadi sumber hidup. Umat
melalui injil akan semakin percaya dan berpengharapan pada Yesus Kristus
bahwa Ia benar-benar sumber kehidupan. Dengan demikian umat akan
memperoleh kekuatan yang memampukan untuk menghadapi segala rintangan
dalam kehidupan ini.
3. Mengembangkan Langkah-Langkah
a. Pembukaan
1) Pengantar
Bapak/ibu, serta saudara/i yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita
berkumpul di tempat ini karena kasih Allah dalam Yesus yang sungguh dapat kita
rasakan di malam hari ini. Kita berkumpul di sini sebagai satu keluarga besar
dalam Tuhan. Kita yang hadir pada malam hari ini tentunya pernah mengalami
persoalan hidup yang terkadang membuat lesu dan kurang semangat dalam
menjalani hidup di dunia. Kita pun terkadang lupa dan kurang peka akan
kehadiran Tuhan, bahkan dalam mengikuti Ekaristi kita kurang menyadari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
kehadiran-Nya. Yesus yang sengsara, wafat, dan bangkit yang dikenang dalam
Ekaristi menjadi wujud cinta kasih-Nya kepada umat. Yesus hadir dalam Ekaristi
berupa roti dan anggur memberikan kehidupan bagi umat, barang siapa yang
sungguh percaya kepada-Nya maka ia akan memperoleh karunia keselamatan
Allah dalam hidup. Dalam Injil Yoh 6: 25-59, kita dapat semakin menyadari
bahwa Yesus adalah sumber kehidupan. Ia adalah sumber hidup yang selalu
menyegarkan bagi orang yang lesu dan berbeban berat. Dengan demikian kita
sebagai umat beriman Katolik akan belajar menyadari bahwa melalui Ekaristi
Yesus hadir dan memberikan kehidupan yang menyegarkan kerohanian kita
sehingga memperoleh kekuatan untuk menghadapi persoalan hidup.
2) Lagu pembuka : Puji Syukur no. 330 “Dengan Gembira”
3) Doa pembukaan
Bapa yang maha-baik, kami bersyukur kepadamu dan berterima kasih atas
rahmat yang telah Engkau berikan kepada kami. Kami juga mengucapkan banyak
terimakasih karena pada kesempatan ini kami Engkau kumpulkan dalam kasihMu
dan dalam rasa persaudaraan sejati. Saat ini kami akan bersama-sama menggali,
merefleksikan sejauh mana kami dapat menyadari bahwa Ekaristi adalah sumber
hidup umat beriman. Memang kami terkadang kurang menyadari bahwa Ekaristi
sumber hidup. Bantulah dan bimbinglah kami untuk dapat semakin menyadari dan
menghayatinya melalui sabda-Mu tentang roti yang memberi kehidupan. Bantulah
kami untuk dapat memahami Firman-Mu sehingga kami yang berkumpul pada
malam hari ini, yang kami bicarakan dan kami dalami bersama menjadi bekal dan
kekuatan serta semangat bagi kami dalam menghadirkan-Mu dalam setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
peristiwa hidup kami. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami, yang hidup dan
berkuasa bersama dengan Dikau dalam persekutuan dengan Roh Kudus, Allah
sepanjang segala masa. Amin
b. Langkah I: Mengungkap Pengalaman Hidup Umat
1) Pendamping membagikan teks cerita tentang “Si Anak dan Ibu yang
Bijaksana” kepada umat dan memberikan waktu untuk membaca dan
mempelajari sendiri-sendiri terlebih dahulu.(cerita terlampir)
2) Pendamping meminta salah satu umat untuk menceritakan dengan singkat
tentang isi cerita “Si Anak dan Ibu yang Bijaksana”.
3) Intisari cerita :
Pada cerita yang berjudul “Si Anak dan Ibu yang Bijaksana”
menggambarkan kehidupan orang yang sederhana (miskin) dan orang kaya.
Kehidupan si ibu amat sederhana, tercukupi, rajin beribadah, selalu bersyukur dan
si kaya kehidupannya suram, mengalami kebangkrutan, tidak pernah meluangkan
waktu untuk Tuhan. Kehidupan si ibu hidup dalam krisis globalisasi tetapi si ibu
tidak takut dan hal itu sudah menjadi biasa. Semangat dan ketekunan si ibu
bekerja menjadi senjata dalam menghadapi kehidupan yang membelenggunya.
Pada suatu ketika si anak bertanya kepada ibunya mengapa selalu pergi ke gereja
pada hari minggu, pada hal tidak memperoleh apa-apa sehabis pulang dari gereja?
Mending bekerja dapat hasil bu? Tetapi si ibu tidak menjawab langsung
pertanyaan si anak dan si ibu mengujinya dengan menyuruhnya mengisi air di
tong dengan keranjang. Si anak pun mematuhi perintah ibunya. Si ibu pun pergi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
ke gereja. Si anak pun sibuk mengisi tong dengan keranjang, akan tetapi selama
pengisian si anak terlintas dalam pikirannya bagaimana tong ini dapat penuh,
orang keranjangnya saja bolong. Si anak pun protes dengan ibunya sepulang dari
gereja. Si ibu pun memberikan penjelasan pada si anak bahwa jangan pernah lupa
akan apa yang pernah Tuhan berikan, pergi ke gereja kita bersyukur dan berdoa
serta berterima kasih atas semua yang telah di berikan. Jadi beribadah ke gereja
kita bersyukur dan menyambut Ekaristi untuk mensyukuri semua karunia Tuhan.
Dengan demikian kita akan memperoleh sumber hidup yang dapat membawa pada
kehidupan nyaman, damai, dan bahagia.
4) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita “Si Anak
dan Ibu yang Bijaksana” dengan tuntunan pertanyaaan:
a) Ceritakanlah pengalaman yang dialami oleh si ibu dalam mengajarkan
kepada anaknya untuk menyadari bahwa Ekaristi sumber hidup yang
memberi kekuatan dalam segala hal?
b) Apakah saudara-saudari juga menyadari bahwa Ekaristi sumber hidup?
5) Arah Rangkuman
Cerita di atas mengisahkan seorang ibu yang menyadari Ekaristi sumber
hidup. Ia selalu pergi kegereja untuk bersyukur dan mengikuti Ekaristi untuk
memperoleh kekuatan dalam menjalani kehidupan. Walaupun kehidupan ibu itu
hidup dalam krisis global, tetapi ia tetap dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari,
ia pun juga dapat menyekolahkan anaknya sampai SMP. Si ibu itu pun juga tidak
pernah lupa akan Tuhan sehingga ia selalu pergi kegereja untuk bersyukur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
mengikuti Ekaristi. Ekaristi memberi kehidupan bagi keluarga si ibu, ia mampu
bertahan hidup dalam situasi krisis.
Begitu pula dengan pengalaman kita dalam kehidupan sehari-hari pastinya
mengalami situasi hidup susah atau hidup dalam permasalahan. Permasalahan
yang kita hadapi terkadang membuat putus asa dan membuat kita melakukan
tindakan yang kurang baik. Ekaristi menjadi sumber hidup yang memberikan
jalan bagi kita untuk menghadapi segala situasi hidup apapun. Ekaristi akan
menguatkan kita untuk dapat bertahan hidup dan memberikan kebagiaan,
kedamaian dan kerukunan. Untuk itu kita sebagai umat beriman sudah
sepantasnya menyadari Ekaristi sebagai sumber hidup yang menyegarkan hati dan
juga diharapkan untuk selalu mengucap syukur atas segala sesuatu yang telah kita
terima.
c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
1) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman dengan dibantu
pertanyaan berikut ini:
Mengapa bapak/ibu menyadari bahwa Ekaristi sumber hidup?
Makna apa yang dapat ambil dari pengalaman bapak/ibu?
2) Dari jawaban yang diungkapkan oleh peserta pendamping memberikan arahan
rangkuman singkat misalnya:
Sebagai umat beriman tentunya banyak mengalami tantangan iman.
Banyak sekali godaan yang selalu mengincar kehidupan, tetapi kita pastinya
berusaha untuk lepas dari godaan-godaan tersebut. Oleh karena itu apabila kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
ingin lepas dari godaan-godaan itu tentunya membutuhkan kekutan yang berasal
dari Tuhan dan percaya kepada-Nya. Kita percaya bahwa Tuhan akan menolong
dan menunjukkan jalan kebenaran bagi umat-Nya. Selain itu juga dengan
mengikuti Ekaristi pada setiap hari minggu dapat menyadarkan kita bahwa Tuhan
memberikan kesegaran yang membawa umat-Nya masuk ke dalam kehidupan
bahagia serta mengutkan kita untuk menjalani hidup sesuai dengan jalan-Nya.
d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani
1) Peserta membaca perikop Kitab Suci atau teks fotocopy yang dibagikan, Inji
Yoh. 6: 25-59, salah seorang peserta dimohon membacakannya.
2) Peserta diberi waktu hening untuk secara pribadi merenungkan dan
menanggapi pembacaan kitab suci dengan dibantu beberapa pertanyaan:
a) Ayat-ayat mana yang menunjukkan Ekaristi sumber hidup pada perikop
tersebut? Mengapa?
b) Sikap-sikap yang seperti apa yang ingin ditanamkan oleh Yesus melalui
perikop tersebut dalam menyadarkan umat-Nya bahwa Ekaristi sumber
hidup?
3) Peserta diajak untuk menafsirkan isi dari bacaan Kitab Suci pada Injil Yoh 6:
25-59 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungannya
dengan tema dan tujuan:
Ayat 32 dan 33, pada ayat ini terlihat bahwa roti yang berasal dari Allah yang
terberkati memberikan kehidupan bagi orang yang menerimanya. Pada ayat ini
sangat terlihat bahwa Allah sungguh peduli dengan manusia dan Ia tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
membiarkan manusia kelaparan. Perikop ini menampakkan roti yang benar dari
surga yang membawa manusia pada keselamatan dalam hidup. Roti yang benar
dari surga adalah Yesus Kristus, melalui Dia keselamatan dapat terwujud di dunia
dan manusia dapat menikmati kehidupan yang damai.
Ayat 47, 51, dan 54-58, pada perikop ini menggambarkan bahwa barang siapa
yang percaya pada Yesus Kristus ia akan memperoleh hidup kekal. Manusia akan
memperoleh hidup kekal apabila ia sungguh-sungguh percaya dan mengimani
sang pemberi kehidupan. Ayat 51 terlihat bahwa Yesus mengorbankan dirinya di
kayu salib untuk kelangsungan hidup manusia. Yesus mengorbankan diri di kayu
salib menunjukkan bahwa Ia memberikan kehidupan yang baru bagi manusia
yang terbebas dari belenggu dosa. Manusia yang percaya pada Yesus bahwa Ia
sumber pemberi hidup tentunya memperoleh jalan kebenaran-Nya. Ayat 54-58
menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh sumber pemberi kehidupan. Ia rela
memberikan seluruh kehidup-Nya untuk manusia. Yesus mati di kayu salib
menjadi jalan untuk menggantikan kesalahan manusia sehingga manusia
memperoleh hidup yang tentram, damai dan rukun di dunia.
e. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani Dalam Situasi Peserta Konkrit
1) Pengantar
Pada bacaan tadi kita sudah mengetahui bahwa Yesus adalah sumber
pemberi kehidupan. Kita dapat memperoleh sumber hidup hanya dengan sikap
percaya kepada-Nya serta mengandalkan-Nya dalam setiap melakukan aktifitas.
Yesus selain menjadi sumber hidup bagi seluruh umat di dunia. Ia juga menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
sumber kekuatan bagi kita dalam menghadapi berbagai rintangan yang
menghadang. Untuk itu kita sebagai umat beriman sudah seharusnya menyadari
bahwa sumber hidup dan kekuatan adalah Yesus Kristus. Kita tahu Yesus Kristus
yang kita yakini tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Yesus selalu setia
mendampingi hidup kita, tetapi Yesus pastinya juga merindukan untuk berkumpul
bersama dengan kita. Untuk itu Yesus meninggalkan kenangan yang sungguh luar
biasa yakni sebuah perjamuan bersama sebelum Ia menderita dan hal ini menjadi
kenang yang selalu kita rayakan dalam Gereja yakni Ekaristi. Ekaristi menjadi
tempat untuk berkumpul bersama Yesus serta melepas kerinduan akan Dia yang
memberi kesegaran hidup. Kita memang harus menyadari bahwa melalui Ekaristi
dapat memperoleh hidup yang damai serta memperoleh kesegaran hidup. Dengan
demikian kita harus semakin sadar bahwa mengikuti Ekaristi berarti bertemu dan
berkumpul bersama Yesus Kristus sehingga kita lelalu memperoleh pembaharuan
hidup melalui sabda-Nya.
1) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin mengahayati dan menyadari bahwa
Ekaristi sumber kekuatan hidup maka mari kita merenung sejenak, dengan
bantuan pertanyaan berikut ini:
Sikap seperti apakah yang dapat bapak/ibu/saudara/I petik dari perikop tadi
supaya semakin menyadari bahwa Ekaristi menjadi sumber hidup?
a) Saat hening peserta diberi kesempatan untuk mengendapkan apa yang sudah
didapatkan. Kemudian peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil
renungannya.
b) Arah Rangkuman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Pada kehidupan zaman sekarang ini tentunya tidak lepas dari suatu
permasalahan hidup. Bagi kita umat beriman permasalahan hidup merupakan
sapaan Allah yang ingin menyadarkan umat-Nya. Terkadang kita merasa sendiri
ketika menghadapi suatu permasalahan dan seakan kita tidak mempunyai daya
untuk keluar dari permasalan itu. Kita pun terkadang bergulat dengan suara hati
kita dan menyesali apa yang sudah terjadi. Dalam situasi seperti inilah kita harus
peka dan tanggap bahwa apa yang telah di alami itu adalah suatu ujian hidup. Kita
dapat kuat menghadapi rintangan apabila percaya bahwa Tuhan selalu hadir dan
menunjukkan jalan keluar dari permasalahan itu. Untuk itu kita hendaklah selalu
mengandalkan Allah dan meningkatkan rasa peka dalam hati kita akan
keberadaan-Nya. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk meningkatkannya
adalah dengan mengikuti Ekaristi. Ekaristi merupakan sumber kekuatan hidup
bagi kita. Kita melalui Ekaristi dapat menemukan jalan kebenaran yang membawa
pada kehidupan baru. Ekaristi merupakan sumber hidup bagi kita. Kita hendaklah
semakin sadar bahwa Ekaristi memberikan kekuatan bagi kita. Dengan demikian
kita akan merasakan rahmat keselamatan Allah yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari.
f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit
1) Pengantar
Bapak ibu yang terkasih, dari awal kita telah melihat kisah hidup ibu yang
bijaksana yang rajin kegereja untuk bersyukur dan memohon kekuatan untuk
menghadapi situasi hidup yang ia jalani. Di dalam hidup yang nyata kita pastinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
mengalami banyak kesulitan entah dalam keluarga, di masyarakat atau di tempat
kerja. Tetapi kita sebagai umat beriman janganlah takut dalam menghadapi segala
kesulitan yang dihadapi namun hendaklah kita percaya kepada Yesus yang hadir
dalam Ekaristi. Kita melalui Ekaristi memohon kekuatan supaya Tubuh dan darah
Kristus menjadi sumber kekuatan bagi kita untuk menguatkan hati kita dalam
menghadapi segala kesulitan yang dihadapi. Kit percaya bahwa melalui Ekaristi
yang disambut memberikan kekuatan. Hanya dengan percaya dan berusahalah kita
dapat memperoleh hidup yang bahagia. Seperti halnya dalam bacaan Injil yang
sudah kita bahas tadi, kita diajak untuk percaya bahwa Yesus adalah sumber
pemberi hidup bagi seluruh umat di dunia. Untuk itu kita sebagai murid-murid
Kristus hendaklah menyadari bahwa melalui Ekaristi yang disambut Yesus hadir
untuk memberikan kekuatan bagi umat-Nya supaya kita tetap hidup dan setia
mengikuti ajaran-Nya. Marilah sekarang kita memikirkan niat dan tindakan apa
yang perlu kita buat agar kita semakin percaya, menyadari bahwa Ekaristi menjadi
sumber hidup yang memberikan kekuatan bagi kita dalam menghadapi segala
cobaan yang ada.
2) Memikirkan niat-niat yang hendak di lakukan supaya dapat semakin menyadari
bahwa Ekaristi sumber hidup. Peserta diberi pertanyaan panduan untuk
membantu membantu membuat niat-niat:
Tindakan macam apa yang hendak anda lakukan untuk semakin menyadari
bahwa Ekaristi sumber hidup yang memberikan kita kekuatan dalam
menghadapi segala cobaan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
3) Peserta diberi kesempatan hening untuk merenungkan keputusan mereka
sendiri-sendiri dengan diiringi musik instrumen.
4) Pendamping mengajak umat untuk mengungkapkan keputusan bersama
sebagai sikap konkrit yang bisa langsung diwujudkan tanda membaharui hidup
untuk semakin menyadari bahwa Ekaristi sumber hidup.
g. Penutup
1) Setelah selesai merumuskan niat pribadi dan bersama, lagu (diiringi dengan
musik instrument”Kitaro”). Sementara itu lilin dan salib dapat diletakkan di
tengah umat kemudian dinyalakan.
2) Doa umat spontan yang diawali oleh pendamping dengan menghubungkan
kebutuhan dan situasi setempat. Setelah itu doa umat disusul oleh peserta yang
lain. Akhirnya doa umat ditutup dengan doa penutup dari pendamping.
3) Doa penutup
Bapa yang maha baik kami paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus
Kristus, kembali mengucap syukur karena atas kehadiran-Mu melalui Roh Kudus
yang senantiasa setia menyertai kami. Kami berterima kasih kepada-Mu karena
kami Engakau perkenankan belajar dari pengalaman seorang ibu yang bijaksana.
Seorang ibu yang selalu mengucap syukur dan tidak pernah melupakan diri-Mu
yang telah memberikan segalanya. Seorang ibu yang tidak pernah lupa untuk
pergi kegereja dan menyambut Ekaristi. Seorang ibu yang percaya bahwa melalui
Ekaristi ia memperoleh kekuatan dalam menghadapi hidup. Selain itu juga kami
Engkau perkenankan untuk belajar dari Injil Yohanes yang mengisahkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Engkau adalah sumber hidup. Engkau adalah roti kehidupan yang menyegarkan
kami ketika kami mengalami kesusahan dalam menjalani hidup. Engkau juga
memperkenankan kami untuk membuat suatu niat yang dapat membantu semakin
menyadari bahwa Ekaristi sumber hidup. Berkatilah semua yang telah kami
pelajari ini Tuhan sehingga semuanya menjadi milik kami yang dapat membantu
menemukan arah hidup yang Enagkau kehendaki. Demi Kristus,Tuhan dan
Pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama dengan Dikau dalam
persekutuan dengan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin
4) Sesudah doa penutup, pertemuan diakhiri dengan lagu “Yesus diutus Bapa”
(PS 691)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Pada bab V penulis akan membuat kesimpulan dan saran sebagai penutup
dalam karya tulis ini.
A. Kesimpulan
Umat Lingkungan Santo Antonius Joton dapat menemukan makna
sakramen Ekaristi melalui Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga
menurut pandangan dari para ahli. Umat dapat menemukan makna sakramen
Ekaristi sebagai ungkapan cinta kasih Yesus, pemersatu umat dengan Allah umat
dengan umat, Epiklese, memampukan umat untuk tinggal di dalam Kristus, serta
sumber kekuatan hidup umat. Ekaristi pun memampukan umat untuk peduli dan
berbagi kepada siapa saja terutama pada orang yang sangat membutuhkan
bantuan. Dengan demikian umat dapat merasakan dirinya memperoleh rahmat
keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.
Umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja
Gondangwinangun Klaten sebagian besar telah menghayati sakramen Ekaristi
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat terlihat dari situasi hidup dan kegiatan
umat di lingkungan. Situasi hidup umat terlihat damai, tentram, bahagia, rukun,
saling tolong menolong, saling peduli sesama, saling mencintai, dan berbagi.
Umat juga terlibat dalam kegiatan rohani, ikut pendalaman iman, kegiatan doa
rutin, pergi ke Gereja. Umat walaupun telah menghayati makna sakramen Ekaristi
tetapi mereka masih tetap membutuhkan pendampingan yang terus menerus,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
sehingga mereka dapat semakin mendalam dan menyadari betapa pentingnya
menghayati makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari. Umat juga
masih harus meningkatkan keseriusannya di dalam mengikuti Ekaristi. Untuk itu
umat tidak cukup hanya datang, duduk, mendengarkan, menyambut komuni saja
tetapi umat hendaklah lebih bersikap hormat dan hikmat dalam mengikuti
Ekaristi. Selain itu umat juga diharapkan lebih meningkatkan keterlibatannya di
dalam kegiatan baik dalam masyarakat maupun komunitas, kemudian yang lebih
penting lagi umat meningkatkan kesungguhannya dalam membaca Kitab Suci dan
ikut terlibat dalam pendalam iman. Hal ini menjadi penting bagi umat beriman
karena dengan meningkatkan penghayatan mereka akan makna sakramen Ekaristi
dapat merasakan rahmat keselamatan Allah yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari.
Untuk itu dalam menanggapi hal ini penulis mengusulkan kegiatan
pendampingan katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP) dengan
tujuan agar umat Kristiani dapat menyadari betapa pentingnya menghayati makna
sakramen Ekaristi demi pengembangan iman dalam kehidupan sehari-hari. Umat
melalui katekese model SCP diharapkan dapat semakin meningkatkan
penghayatan mereka akan makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari
sehingga umat dapat mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah dan dapat
mewujudkan pertobatan diri yang membawanya pada pola hidup baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
B. Saran
Umat Lingkungan Santo Antonius Joton sangat membutuhkan
pendampingan yang terus menerus untuk lebih menyadari dan mendalami
penghayatannya akan makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis dalam hal ini menyarankan supaya lebih ditingkatkan lagi untuk program
katekese bagi umat dengan mengundang nara sumber dari pastor paroki atau
birawan atau biarawatii maupun awam dan lebih baik lagi apabila diadakan
rekoleksi umat yang bertemakan mengenai penghayatan umat akan makna
sakramen Ekaristi. Dengan demikian umat dapat semakin menemukan,
menyadari, dan menghayati makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-
hari. Selain itu umat dapat merasakan kegunaan Ekaristi dalam kehidupannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Adisusanto, FX. 2011. Katekese sebagai Pendidikan Iman. Praedicamus, 34, 3-5.
Dister, Nico Syukur. 1991. Pengantar Teologi. Cetakan 9. Yogyakarta: Kanisius.
Groenen, C. 1990. Sakramentologi. Yogyakarta: Kanisius.
Groome, Thomas H. 2010. Cristian Religius Education: Pendidikan Agama
Kristen (Diterjemahkan oleh Daniel Stefanus). Jakarta: PT. BPK Gunung
Mulia.
Grün, Anselm. 1998. Ekaristi dan Perwujudan Diri. Ende: Nusa Indah.
Heryatno Wono Wulung, FX. 2008. “Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah”. Matakuliah Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah untuk
Mahasiswa Semester III, Program Studi IPPAK, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Manuskrip
Heryatno Wono Wulung, FX. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model
Berkatekese (Seri Puskat No. 356). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan
Kateketik Puskat (Buku asli diterbitkan 1991).
Janssen, P. 1993. Sakramentologi I. Modul mata kuliah Sakramentologi I untuk
Mahasiswa Semester I, Program Studi Guru Pendidikan Agama Katolik
Sekolah Dasar, Institut Pastoral Indonesia Malang. Manuskrip
Kitab Hukum Kanonik. (2005). (V. Kartosiswoyo, Lich.Iur.Can. dkk,
Penerjemah). (Diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II). Bogor: Grafika
Mardi Yuana (Cetakan pertama tahun 1983).
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik, Buku Informasi dan
Referensi. Jakarta: Obor.
Konsili Vatikan II. Dokumen Konsili Vatikan II. Terj. R. Hardawiryana, SJ.
Jakarta: Dok. Pen, KWI- Obor, 1993
Loret, Pierre. CSsR. 1989. Merayakan Misa Kudus. Jakarta: Yayasan Cipta Loka
Caraka.
Magnis-Suseno, Franz. 2004. Menjadi Saksi Kristus. Jakarta: Obor.
Martasudjita, E. 2003. Sakramen-sakramen Gereja. Cetakan 5. Yogyakarta:
Kanisius.
. 2005. Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, Pastoral. Yogyakarta:
Kanisius.
. 2008. Kongres Ekaristi: Tentang Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius.
. 2010. Misteri Kristus.Cetakan 3.Yogyakarta: Kanisius.
. 2012. Ekaristi: makna dan kedalamannya bagi perutusan di tengah
dunia. Yogyakarta: Kanisius.
Michel, Thomas. 2001. Pokok-pokok Iman Kristiani. (diterjemahkan oleh
Adimasana. Dkk) Yogyakarta: Universitas Sanata dharma.
NN . 2009. Catechismo della Chiesa Cattolica. KKGK: Kompendium Katekismus
Gereja Katolik. (diterjemahkan oleh Harry Susanto, SJ) Cetakan 8.
Yogyakarta: Kanisius.
NN . 1993. KGK: Katekismus Gereja Katolik. (diterjemahkan oleh P. Herman
Embuiru SVD) Cetakan III. Ende: Nusa Indah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Pujasumarta, J. 2008. Ekaristi: Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Sinaga, Anicetus B. Cap. 2005. Seri Dokumen Gereja No. 67: Ecclesia De
Eucharistia. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.
Soetomo, Greg. 2002. Ekaristi dan Pembebasan dalam Konteks Masyarakat
Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sumarno Ds., M. S.J,M.A. 2009. “Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki”.
Matakuliah Pengantar PAK Paroki untuk Mahasiswa Semester III, Program
Studi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kekhususan
Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Manuskrip
Sumarno Ds., M. S.J,M.A. 2011. “Program Pengalaman Lapangan Pendidikan
Agama Katolik Paroki”. Matakuliah PPL PAK Paroki untuk Mahasiswa
Semester VI, Program Studi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Manuskrip
Sutrisno Hadi. 2004. Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi.
. 2004. Metodologi Research II. Yogyakarta: Andi.
Yohanes Paulus II. (1975). Cathecese Tradendae, Jakarta: Departemen
Dokumentasi dan Penerangan KWI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
I
Ianryirarr 1: $srat Penelitian un$k Pamki
uilIvg$ilT.*s sAItlT* mnAnMaFAKI'LTAT} TEC$ffi}A!T DAT{ II.I}TU ?GNT}IDIHAI{
JURUSAI{ ILIfiTI TEFIIXNilT(IN IROGftA}T SruDT TFAXJl. Ahd Jq{i ?' Trffit ?5" Yo6&rtr
Tslp. (02?4) 5s$035" slto*r$9214) s13l
Kep&Hal
tungit€ct
:YttuRmcP*mkiSLYlKtrFdrcqhtme!#iailgtt$tKlsEm
: Pernrdrmn kin Mitiem
: I ftatu) &*ns PsrrYacer Pa*litiss
:0*1t241143
:$ffiDhroYcgp*sa
Salr y*ng be*aild* tmg$ndi bcr**h ini rneny**k*nb*fmm*ye:
. 1. Nama$€suniiler,* : Yulitn$rmX. NIM
3. Urircrd&
Ils. F. ffshm& $l' M.Et tNi&Sffir
hi.p;nfidnn b*lrrva giya *m ndMm pcsditu tat* ffityd0sit& *lbi
f'mgbcrjd:*Urfi f&nmlhrn hfm Snncn G&lr$et fbsr*fr rqp Utrt
f^frg@rn l$hnbfomtr Prl*i SulE t'df*ffts ecarrypiqpkh-
Dwikirntah snat panohnan izinpe*titirn ini s$n hs dc&8Ext seilra'* wsr
fu* Oblmm 45mn Mirf* Aro prffi su hcan&m dm pr'bf,um
yang dibtr*m oaYa rnqb hpk ffinc *sdh"
Yoglea, l*t*ombqfll2
Mln $n{don
-ss
{1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2: Surat Penelitian untuk Ketua Lingkungan
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3: Surat Pernyataan Penelitian
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4: Kuesioner Untuk Umat Lingkungan St. ,{ntonius
Idsfe*crpnnden:r3ap*/ Itr* (rsolatrftcdd* ee)Usir :
prtu i'kFm$ri*nAngkcft ttsiffuggal :
t. Baealah dsapn sel$ms p€rny&arfrnldafln yqg tcsdh *behm daWimrato.
2. Ada lima atternatifjaunim ymg tersdia ucr* menjaurab pcoyffi yane t€rd@dalam tahl, ffitaraleic
SS : Sctg$$e'lnjn$ : $e4irTS : Tidak$*uju
Silsbkgr rmrilih atterngif javmha $ang sslr*i &rgn keadam ailau uihu*i yang
m& r.asakan sfsr ohsld€ngtr ruembsi ffie $ngkar ( O ) pflda kolorn yang anda pilih
nisalnyr; $eyatidaks*hkcKitsbSusi t43 @ l"
N : Netral
$T$ : $mg*Ti&k$en{u
NO PNNHYATTAN $s s T$ N $TSflt fll {31 ftl fl$ f6l {nI Satramm Eeuisti s*agsi prncak dfli sppll
aktivias hidun umat Kasolik5 4 J 2 I
2.Sakramm sebapi srmn do tanda ks*lm*nAllsh bCI*i umrt r*anrsia
5 4 3 2 t
J.$*anber knkuagn araag Katslik dlpersle,h dmimsnsikni Ektristi 5 4 ? 2 I
4. Sa*rrsrnca yffis kito tsrirna mxrvtrcikm hi&n kia 5 4 3 z I
5.eJni hadir fu maayakan Ekri*i rebrypikcunniibe orm Ktitdik saia
5 4 3 2 l
6" E*sifd ffiidi kebrtsfraft *sts tdolit 5 4 3 2 I
7.lvlsgikr$i Elnds*i herarti uemlmgw pffiarduaflise{ad *basi mrid Ysw Krisftls
5 4 3 2 t
8.lvf+mebsdiri Ekedsni wnrbuat saya bgtqisr Wgikemadn sise nm s€ntrti Ywrs 5 4 3 2 I
9"Ke*ude lang dipcaleilr dtri Eksisti nemhnt sayawma&in be,rani tertibd dslm hi&p nrypreia dmnremasvargkflt
5 4 3 2 I
1CI- Sava semkin berifuail kffila admvn Ekaristi 5 4 3 2 I
lt Sqna peduti dmsea KLMIDkma r*u&pcinsDirasidai Ekilisti 5 4 3 2 1
lx. Sakh ser oda ags imra sem*in enl$a a&l*rensihsi Eheisti s 4 3 2 I
13.lfiaf'mbut I\rbuh de Darab Krirtt$ tmbu# Eaya
scmakin b€,{offis&ame rada Ysrts 5 4 3 2 t
14.$aya meoghflditi f;ksisi bereti remBmsantkm ditidffi Atlah dar sesffin rmat l(elik 5 4 3 2 t
15. Allnh mcnctmdmr saya u*n*. f$gsfll di ddffi nh 5 { 3 2 t
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dssn smsins mnr&in nnensihsi gksdsili
r6.SEra mmbamu tCInbm menrpi ynng berbodake$akinan adaffi $uild inar| raas dffisa 5 4 3 1 t
17.$a1a sclalu terlibet &lsn kegieo doa dilim&unm
{ 4 3 2 I
18.S*:nn dwrglun snddntnfirlr beqgn ysg se&qmcncaleimltribch
5 4 3 2 1
19" Kebsdign Yenrs dfilah dmr tmmwetlsKsdi* 5 4 3 2 I20. Irrrm rcarasrl n@iadi dasa inm CcfiejaKatol* 5 4 3 2 I
2r. kusn men&mng dan mmhs scya sffihil podi*iknansasflmKtr,MTlt F 5 4 3 2 I
n. hmm atrah aaugrrah dad Allah dan @gmaamrabebs$ drd rriffi tnflntsh 5 4 3 2 I
23.krcn ncmmpd(gr s]ii ffiitkm AtlS dd*msaisr mmknbi&n s 4 3 2 I
24.Saya dmng le,bft nurrl cr* nnengilcd Eklt{sti &ilpulmg hbih rnal se$e{m ledrx deh peryanDkrftti
5 4 3 , I
25.Sfi:r" m€ognrli dm myrlari *sfi ttta €rt perqontlEkri$ 5 4 3 2 I
26.Safn semg; nlmm, man bit* sqikr*i Ekistirms dsdakaedi lindnramndari ndedi Cr@h
5 4 3 2 t
v7.$aya pergi ke g#€ia fugnn t€tfuib.brytr hnpoDtrsiaDan
5 4 3 2 I
28.Ss5ie scdrg &lib* &h pe*hman tur dili*olcntorn ) { 3 2 I
29.Sking pectplgntrr kidlry ffir sffin rMmeinbm&r rM meilrm&an msl$a Shdsti dalamhi&m sehari.ki
5 { 3 2 I
30.KatdiesG Urnat ;.ang b€rtolqk dsi peqgplman *ohdslm Kitlb Suei ffiafir'rrnetunfutHpa€mskema*mEknristi
5 4 3 z I
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5: TeksCerita *Si Anak Dan Ibu Yang Bijaksana"
$I AI{AI( DAT{ I3U YAFTG BUAK $AilADi pbuah dcse hidrrytah seoaog ibu yang kssehismy hekerja sebsgni
s*mg penjutl keraqiqns- Dalm hidr4nyq ibu tsmbut dikaruniai seorang annk
yang femrna in.r tetqtr benrsi* l? tahrm. Si ibu hsri demi hri kebidrryannya
ruerelruni sebngai pmrbuat keranjaag; dan deiryan itulsh ibu tcrsefurt ffiarnFt
membiayai kehidupan dia dan anaknya Dffigen ketekunnnnyq ib{t tcf*eh*mampu rreNneiluhi kebufirhffi sehad-had dia dan anakrya, atan fe16pi si itutersebr* jugn mf,mpu mrnyekolalrk*n anaknya santp*i @ie1iaary SldP. Ibu inihidupnya amat sedsrha$fl, kehiduparurys baltsgis tidak merasa hrang ?pqpun'
Dnlarn kehidupon nasyarakat ihr ini m$miliki tefangga yang kaya k*hidupannya
se*a tcreukrryi, t€*ryi $uxHaIB nmahnl,a surarn de terlihat sepi, ia pun selalu
*ibuk dengao pek€rj"aamya smeai lidak ada $,aktu ua$k Tuhil bahkaa
fsr&sdaag rntrk berkuanpnl deirgan kelnqa Fm tak samtrf. Si kaya pada suanl
ketika kebsrqgkruhn sehirgga hrta sffiee oletr ryrsahnm den krisis globalissi. Te{api bgbeda deagan lr€hi&rynil si ibtr' wala*pun
krisis globnlisasi yang melada negeti mereka ibu dan amk krsebut tidak hk$karens ke*rid*pcn ms*a stdah salrgat soring gn&kan globalisesi yang tsrj{didisetiae uraktu mer,*a Semaugpt dan k*ekrmarr rnereka dala*r bekerja itu tidakpdm. SamFailah padasuahr krtikfl, snng esk itu bertanyakryda ibrurya
A: makB; Ibu$: $i orang KayaA: Brg tanla anak, ffigap ihr sering sekdi pg ke gs,r€ja? Pads hal kita
bisa bcrjualan pads hari minggu" kalens hari ninggu itu barryak CIrang
yang ada di parr dan muugkin mffika mau membeli keraqic{rg kite?B: Nalt pergi ksgrrejs itu ndalnh k*rrqiih kie sebagai umat Allah Xang
telatr dikasilmni oleh Allah.B: Tmy* ibu, meirgapa kmu b€rke demikian, nak?
A: Br4 sebwnya apa yang ibu dapatkan digereja ketika sey* melihat ibupulang, ibu tidak m€mbawa rya-@ Ketika saya melihat ibu berdoa,yang hanya adaibu mcnrngis tffi& ssyac$m$* ihr sangat tfitekm sckalip6da &'ak$ ber&a?
B: Ibu menangis bukan kd€na ibu tertekan atan mealeeal aksr citussi kitafttapi ibnr uterasa hhwa ibu $elah berdos, dm matton &nprm kepdgAllah snpaya ibu daa kamu sslah diba*ati oleh Allah
A: Bq deirgnn iblr pulangti&k merckrrra ryapedari gfreia ibu m*ih rnau
pqi kegereja?
B: (sarg ibu berpikir sejenak)
B: Kata ibu, nsk ibu tidak akrr neeberikan penjetasan apfirun t€taog lps
)rang ibu dsptka* sepulang dsri gsrgjq ibu rnmr teriya eafin kffirt, kaslu
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
men atnu tidak ikut ihr kegercja da hari rninggu ini?A: Tidak mas brl' meudingan saya bekuja dirumah s4ia k*imbang ikur ib*
pergi kegereja' km tidak ada gnrqratB; gailah aak, oh ys ibu boleh minte toloqg enggelr" karru nengambil air
untuk kita minrm dan mengisi mng ftrs$r& nnnti yang karnu grrakanjmgan embero kams embs kita tslah pe,nub $€mua- Nah, kamumangmbil airdmgau keradmg png adadi dflFrkita,Iburnau berangk*t semburyang duhl 1a?
A: (karsns ia amat trtuh tertradap ibunya eakn i& n*olakukam apa ycrgolehibunya)
Dengan pem& semaqgat, dsn d€rrym maksrd iqgrn m€mhuat ibunynbshagi" makn ia mclak,rkan deagan iklas apa yang dipsri&tshkan oleh ihmyatsnp" A belpikir parrjaag, s*n$ anak ter,sbut keranjang hrwbut yangada di dryr dan langsung mengambil airde,rgpr fteagunakan kerr{apgtarsehrr$ementara itu" ksraaiang tersebut srdah sangat kotor rupanya Be*ati-kati sang
acffk ters€furt rnangmbil ah dengen eengrmakan keraqiang tersebut Gamun *tapsqia toq t€rsh$ tidak pmuh sampi pda *ahl iburya putang dai gerej*.
Setib ibrmya Fulsng dari gerej4 dan rneqak untuk mskin siang merekAsneirtm anak tersebut tna$ih juga mengarrbil air. Tibslah *bryab pemikiranyang muncul dari hnak si anak tebrsebut hlu ia berkata'tagniruna tong ituakflr' penufu" wong rnya mengambil air deagan mensun*ru jaring yang bdorg-wah itu ini nnau mengerjain sapa ya'. kryegaslah mnk iftr prdaog *ungai daameuaayakm kepada fu*yq karanya?A: Bq meugapa ibu meminta saya rmtuk meugambil air iri dengnn
mengun*km jarine ini? Tenus kipda tong yaag bsar ir$ skan p€m*tkalau begini? Wab ibu mau nenghrlrum saya yang krce say* eryg*mau di qiak kegsreja?
B: Nalq ibu tar1 mana r*mgkin kmru bisa nnergisi toog itu dssganair dengan meoginakan jqrring itrr
A: Tems mak*id ibu apa? saya keml brtadry ibn, ibu udah engak saystrgsmn sayakah?
B: Bukm beeitu malfur, kamu .hlarn hl ini telah mend@ pel4iaran yangmatbesm? Tsnyeehk?
A: Petajaran apa? Wong hanya ada adald capek? {deugan "rada akan mflrah}B Aruakk* sekarang karnu lihat apayang tsdsdi pada keraqieg kita $etelah
kfrnu wtuknnenganbil eir?A: B* tadiknya keranjang ini amx kctor, kok s*araag ia mqiadl bssih?B: Nah, itulsh nak yang ibu makendkan, ibu tidak laenshukrm kamrr karsra
dirimutah yang akan nenghuhun kamu sendiri.
(7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI