PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · 2017-12-17 · Dalam penelitian dan penyusunan skripsi...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · 2017-12-17 · Dalam penelitian dan penyusunan skripsi...
DAYA ANTI–INFLAMASI EKSTRAK ETANOLIK AKAR Tripterygium wilfordii Hook. F. PADA MENCIT PUTIH BETINA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Caecilia Ratna Tri Wijayanti
NIM : 048114049
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAYA ANTI–INFLAMASI EKSTRAK ETANOLIK AKAR Tripterygium wilfordii Hook. F. PADA MENCIT PUTIH BETINA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Caecilia Ratna Tri Wijayanti
NIM : 048114049
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
You have to endure caterpillars if you want to see butterflies (Antoine De Saint)
There is no success without sacrifice Great success always calls for great sacrifice
Even failure can become an important ingredient to success Failure just means that you have not yet succeeded
Success is doing something good
When you can, where you can, while you can It’s better to attempt to do something great and fail,
than attempt to do nothing and succeed Success is not necessarily reaching your goal- but reaching the maximum possibilities in
light of the opportunities that come your way
Success is never ending, because success is like the process of seed planting Every creative contribution like a seed planted may bear fruit
Success finally is not what you have it is not what you do; it is who you are, and what
you want to become of yourself (Felix Lugo)
“Thanks to Jesus Christ”
kupersembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan baktiku teruntuk bapak dan ibuk yang senantiasa menyayangi, mendoakan, memberi
dukungan kepadaku kedua kakakku dan mas Yoseph atas dukungan, kasih sayang dan
perhatiannya teman-teman dan saudara-saudaraku atas motivasi dan perhatiannya
teruntuk almamaterku tercinta
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di surga atas kasih,
karunia dan penyertaan-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Daya
Anti-Inflamasi Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. Pada
Mencit Putih Betina” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak
mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis mampu
menghadapi setiap kesulitan yang ditemui. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
memberi bimbingan, arahan, masukan dan bantuan selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritikan, saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritikan, saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. IOT. Sari Sehat – PT. Capung Indah Abadi atas bantuan dan kerja samanya
dalam penyediaan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang
digunakan dalam penelitian ini.
6. Romo Sunu atas bantuannya dalam menganalisis data sehingga penulis
memperoleh gambaran mengenai bagaimana mengolah data hasil penelitian.
7. Mas Heru, Mas Parjiman dan Mas Kayat yang telah memberikan bantuan
berupa penyediaan mencit dan peralatan yang penulis butuhkan selama
penelitian serta memberikan keceriaan selama penelitian dengan canda tawa
dan obrolannya.
8. Staf pengajar dan segenap dosen Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
9. Bapak Antonius Tumiyo dan Ibu Maria Theresia Sumilah yang telah
mendidik, membesarkan, dan memberikan dukungan baik moral maupun
material serta tak henti-hentinya berdoa dan memberikan semangat kepada
penulis untuk tetap tegar dalam menghadapi segala cobaan dan tantangan.
10. Mas Heri dan Mas Nolly, kedua kakak ipar (Mbak Ning dan Mbak Santi),
keponakan tersayang Farrel, nenek, budhe, bulik, om, sepupu dan keponakan-
keponakan penulis (Ogik dan Dio) atas perhatian, kasih sayang, serta
dukungan yang diberikan kepada penulis.
11. Yoseph Harjanto beserta keluarga terima kasih atas semua doa, dukungan,
cinta dan perhatian serta bantuan yang dengan tulus diberikan kepada penulis.
12. Teman-teman seperjuangan Keke, Ratna Puspita, Avi atas kerja samanya
selama penelitian hingga penyusunan skripsi.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13. Teman-teman dekat, Keke, Angel dan Dika yang telah memberikan semangat,
motivasi dan keceriaan di saat suka maupun duka.
14. Teman-teman kost ”Wisma Mawar”, Anas, Anna, Ani, Cicil, Rita, Krisna,
Putri, Tina, yang dengan canda tawa dan obrolannya mampu menghibur
penulis saat sedang susah dan memberi motivasi kepada penulis.
15. Teman-teman FKK ’04 dan teman-teman kelas B, Ika Sindu, Heti, Nina,
Dipta, Andri, Rissa, Nur, Anna, Siska, Atin, Wida, Ari, Erline, Yudi, Budi,
Indah, Maduma yang sama-sama berjuang di Farmasi. Terima kasih karena
penulis diberi kesempatan untuk mengenal kalian semua.
16. Teman-teman KKN di Pedukuhan Plumutan, Bambanglipuro (Soni, Dita,
Pauline, Lala, Metta, Ferani, Atik, Yohan, An). Terima kasih atas dukungan
dan bantuannya.
17. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik moral
maupun material yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi bagian suatu ilmu pengetahuan bagi
semua orang.
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Tripterygium wilfordii Hook. F. telah digunakan dalam pengobatan tradisional Cina untuk mengobati demam, kedinginan, udema dan bisul, rheumatoid arthritis, hepatitis kronik, nefritis kronik, dan beberapa penyakit kulit. Senyawa bioaktif yang berperan sebagai anti-inflamasi yaitu triptolide dan tripdiolide. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan kebenaran daya anti-inflamasi dan mengetahui besarnya persentase dan potensi relatif serta kisaran dosis dari ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dalam menghambat udema.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Subyek uji adalah mencit putih betina galur Swiss, berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Lima puluh ekor mencit dikelompokkan menjadi 10 kelompok. Kelompok I-IV merupakan kelompok kontrol, sedangkan kelompok V-X diberi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dengan dosis berturut-turut 3,37; 10,11; 30,35; 91; 273 dan 819 mg/kg BB. Sembilan puluh menit kemudian diinjeksi subplantar dengan karagenin 1% pada kaki kiri bagian belakang. Setelah 3 jam hewan uji dikorbankan dan kedua kakinya dipotong pada sendi torsocrural, kemudian ditimbang. Data bobot udema dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusinya, dilanjutkan analisis varian pola satu arah dan uji Scheffe untuk melihat perbedaan antarkelompok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tidak memiliki daya anti-inflamasi. Persentase penurunan bobot udema berturut-turut sebesar 32,28%; 21,80%; dan 14,85%. Potensi relatif penurunan bobot udema secara berturut-turut adalah 46,49%; 31,39%; dan 21,39%. Kisaran dosis yang memiliki kemampuan menurunkan bobot udema yaitu pada dosis 3,37 dan antara 30,35 sampai 91 mg/kg BB.
Kata kunci : penurunan bobot udema, ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Tripterygium wilfordii Hook. F. have been used in traditional Chinese medicine to treat fever, chills, edema and carbuncles, rheumatoid arthritis, chronic hepatitis, chronic nephritis, and several skin disorders. Active compound that contributing as anti-inflammatory agent are triptolide and tripdiolide. The goal of this research is to prove the truth of anti-inflammation effect and to know the amount of percentage and relative potency of anti-inflammation effect and also range of dosage of etanolic extract of Tripterygium wilfordii Hook. F. root in preventing oedema.
This research is experimental research with randomized controlled design. The subject of this experiment was Switzerland white female mice whose age 2-3 months and its weight is 20-30 gram. Fifty mice were divided into ten groups. Group I to group IV were as control group, whereas group V to group X were given etanolic extract of Tripterygium wilfordii Hook. F. root with dosage 3.37; 10.11; 30.35; 91; 273 dan 819 mg/kg BW. Successively ninety minutes later, those mice’s left legs were injected with karagenin 1%. Then, 3 hours later those mice were killed and its two legs were cut at torsocrural joint. Data about oedema weight was analyzed with Kolmogorov-Smirnov to see its distribution. After that, this research was continued with ANOVA then followed with Scheffe test.
The result of the analysis shows that etanolic extract of Tripterygium wilfordii Hook. F. root did not have anti-inflammation effect. The percentage of edema weight reducing in dosage 3.37; 30.35 and 91 mg/kg BW was 32.28 %; 21.80 % and 14.85 %. Relative potency of edema weight reducing was successively 46.49 % ; 31.39 % and 21.39 %;. Range of dosage which has an ability to reduce edema was on the dosage 3.37 and between 30.35 up to 91 mg/kg BW. Key words : edema weight reducing, etanolic extract of Tripterygium wilfordii
Hook. F. root
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………...……
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………….
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………..
PRAKATA …………………………………………………………………..
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………...…………………....
INTISARI ………….………………………………………………………...
ABSTRACT ………………………………………………...………………...
DAFTAR ISI ...………………………………………………………………
DAFTAR TABEL ..………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR ….……………………………………...……………..
DAFTAR LAMPIRAN ..…………………………………………………….
BAB. I PENGANTAR .……………………………………………………...
A. Latar Belakang …………………………….………………………...
1. Permasalahan ……………………….…………………………..
2. Keaslian penelitian …………….………………………………..
3. Manfaat penelitian .…………….………………………………..
B. Tujuan Penelitian ……………….………………………....................
1. Tujuan umum ……………………….…………………………..
2. Tujuan khusus .…………….…………………………………...
Hal
ii
iii
iv
v
vi
ix
x
xi
xii
xvi
xviii
xx
1
1
3
4
5
6
6
6
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA …….………………………………...
A. Tripterygium wilfordii Hook. F. ………….……………………….....
1. Klasifikasi umum ……………………………….........................
2. Nama ……………………………………………………………
3. Morfologi tanaman ……………………………………………..
4. Kandungan kimia …..…………………………………………...
5. Kegunaan ………………………………………………….........
6. Toksisitas ………………………………………………….........
B. Ekstraksi …………………………………………………………….
C. Inflamasi ……...……………………………………………………..
1. Definisi ….…………………………………………………........
2. Penyebab ………………………………………………………..
3. Klasifikasi …………………………………………..................
4. Gejala …......………………………………………………….....
5. Mekanisme…………………………………………………........
6. Mediator-mediator ………………………………………….......
D. Obat Anti-inflamasi ..………………………………………………...
1. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) .................................
2. Golongan steroid ..........................................................................
E. Natrium diklofenak ………………..………………………………...
F. Metode Pengujian Daya Anti-inflamasi……………………………...
1. Uji erythema ultraviolet………………………............................
2. Udema pada kaki ……………………………………………......
7
7
7
7
7
8
8
9
10
12
12
12
12
13
16
19
24
25
26
27
28
28
29
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Uji radang selaput dada ................…………………………........
4. Tes kantong granuloma………………………………………….
G. Landasan Teori……………………………………………………….
H. Hipotesis……………………………………………………………...
BAB III. METODE PENELITIAN ……….………………………………...
A. Jenis dan Rancangan Penelitian …………………………………….
B. Variabel dan Definisi Operasional…………………………………...
1. Variabel penelitian …..…………………………………….........
2. Definisi Operasional……………………………………….........
C. Bahan penelitian ...................…...…………………………………...
D. Alat Penelitian ...………...…………………………………………...
E. Tata Cara Penelitian ..………………………………………………..
1. Penyiapan hewan uji …………….....…...…………………........
2. Pembuatan bahan uji………..…..……………………………….
3. Perhitungan dan penetapan dosis ……………………………….
4. Uji pendahuluan ….…………………...………………………...
5. Perlakuan hewan uji ..........................................………………...
6. Perhitungan persentase daya anti-inflamasi ………………….....
7. Perhitungan potensi relatif daya anti-inflamasi ............................
F. Analisis Hasil ………………………………………………………..
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………….......................………....
A. Hasil Uji Pendahuluan ............................…………………………….
30
30
31
32
33
33
33
33
34
35
36
37
37
37
40
44
45
46
46
46
48
48
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Hasil uji pendahuluan penetapan selang waktu pemotongan kaki
2. Hasil uji pendahuluan penetapan selang waktu pemberian
Natrium diklofenak ......................................................................
B. Hasil Uji Daya Anti-inflamasi pada Mencit ...…..…………………..
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …….………………………………
A. Kesimpulan ..…………………………………………………………
B. Saran ...……………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ...……………………………………………………..
LAMPIRAN ………...……………………………………………………….
BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………….
48
52
57
71
71
72
73
77
111
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
I. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1%
subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan
kaki..……..................................................................................................
II. Rangkuman hasil uji Homogenitas Variansi data bobot udema kaki
mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi
selang waktu pemotongan kaki …………………………………………
III. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit
akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang
waktu pemotongan kaki……………………….….…………………......
IV. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat
injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu
pemotongan kaki…………………………………….……..……………
V. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1%
subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada
selang waktu tertentu…………………………………………………....
VI. Rangkuman hasil uji Homogenitas Variansi data bobot udema kaki
mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian
Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu ………......
VII. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit
akibat injeksi karagenin 1% subplatar setelah pemberian Natrium
diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu...…………………..
Hal
48
49
50
50
54
55
55
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VIII. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat
injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak
dosis efektif pada selang waktu tertentu..….……………………………
IX. Rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat karagenin 1%
subplantar pada kelompok kontrol dan perlakuan......….…….................
X. Rata-rata persentase daya anti-inflamasi pada kelompok kontrol dan
perlakuan……………………………...…………………………………
XI. Rangkuman hasil uji Homogenitas Variansi daya anti-inflamasi
kelompok kontrol dan perlakuan .............................................................
XII. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah daya anti-inflamasi kelompok
kontrol dan perlakuan……………………………………………………
XIII. Rangkuman hasil uji Scheffe daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan
perlakuan………………………………………………………………...
XIV. Potensi relatif ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F
terhadap Natrium diklofenak ..……………………………………….....
56
59
61
63
64
65
69
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8
.
Gambar 9.
Gambar 10.
DAFTAR GAMBAR
Struktur triptolide ......................................................………....
Struktur tripdiolide .................................……………………...
Respon inflamasi yang berhubungan dengan tanda-tanda
inflamasi ....................................................................................
Skema dari mediator-mediator yang berasal dari asam
arakhidonat dan titik tangkap kerja obat anti-inflamasi ............
Klasifikasi Obat Anti-Inflamasi Non Steroid (OAINS) ............
Struktur Natrium diklofenak........…………………...................
Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi
karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu
pemotongan kaki........................................................................
Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi
karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium
diklofenak dosis efektif pada selang waktu
tertentu…………………………….……...................................
Grafik rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat
karagenin 1% subplantar pada kelompok kontrol dan
perlakuan ……........................………………………. ……….
Grafik rata-rata daya anti-inflamasi pada kelompok kontrol
dan perlakuan..........................................................................…
Hal
9
9
17
23
24
27
49
54
60
62
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F……………………..
Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F ……......
Suspensi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F
dalam CMC-Na ……………………………………………......
Neraca analitik Mettler Toledo AB 204 ....................................
77
78
79
80
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
DAFTAR LAMPIRAN
Foto tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F...………………
Foto ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F ...
Foto suspensi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii
Hook. F dalam CMC-Na ...........................................................
Foto neraca analitik Mettler Toledo AB 204 .............................
Surat pernyataan proses pembuatan ekstrak etanolik akar
Tripterygium wilfordii Hook. F. dari IOT. Sari Sehat – PT.
Capung Indah Abadi ..................................................................
Perhitungan konsentrasi ekstrak etanolik akar Tripterygium
wilfordii Hook. F. ......................................................................
Skema kerja uji pendahuluan penetapan selang waktu
pemotongan kaki mencit setelah injeksi karagenin 1% ............
Hasil dan Analisis Hasil Uji Pendahuluan Waktu Pemotongan
Kaki Setelah Injeksi Karagenin 1% ..........................................
Skema kerja uji pendahuluan waktu pemberian Natrium
diklofenak dosis efektif (4,48 mg/kg BB) .................................
Hasil dan Analsiis Hasil Uji Pendahuluan Waktu Pemberian
Natrium diklofenak Dosis Efektif (4,48 Mg/Kg BB) ...............
Skema kerja perlakuan hewan uji ..............................................
Hal
77
78
79
80
81
82
85
86
89
90
94
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Hasil Bobot Udema Kaki Mencit Akibat Pemberian Ekstrak
Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dalam Enam
Peringkat Dosis Dan Kontrol .....................................................
Hasil Perhitungan Dan Analisis Persentase (%) Daya Anti-
Inflamasi Kontrol Positif Natrium diklofenak dan Ekstrak
Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dikurangi
Pelarutnya (Aquadest dan CMC-Na) .........................................
Hasil Perhitungan Potensi Relatif Daya Anti-Inflamasi
Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
terhadap Natrium diklofenak ………………………………….
Surat pernyataan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii
Hook. F. dari IOT. Sari Sehat – PT. Capung Indah Abadi ........
95
102
109
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Saat ini dengan kembali maraknya gerakan kembali ke alam (back to
nature) membuat kecenderungan penggunaan bahan obat alam/herbal di dunia
semakin meningkat (Wijayakusuma, 2007). Bahkan sampai saat ini menurut
perkiraan Badan Kesehatan Dunia (WHO), 80% penduduk dunia masih
menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat
yang berasal dari tanaman (Radji, 2005). Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui
World Health Assembly telah merekomendasikan penggunaan obat tradisional
termasuk obat-obat bahan alam dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengobatan penyakit terutama untuk penyakit kronis, penyakit
degeneratif dan kanker (Anonim, 2007a).
Pada tahun 1999, pemerintah telah mencanangkan visi “Indonesia Sehat
2010” dengan misi dan sasarannya antara lain mendorong kemandirian
masyarakat untuk hidup sehat. Salah satu program yang telah ditetapkan untuk
mencapai sasaran tersebut adalah meningkatkan penggunaan cara pengobatan
tradisional yang aman dan bermanfaat. Oleh karena itu perlu perhatian khusus
untuk mengembangkan obat alami Indonesia dalam rangka meningkatkan
pelayanan dan kemandirian di bidang kesehatan (Anonim, 2003). Berdasarkan
Surat Keputusan kepala BPOM RI No.HK.00.05.4.2411 tanggal 17 Mei 2004,
obat bahan alami Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yakni : jamu, obat
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
herbal terstandar, dan fitofarmaka (Anonim, 2008a). Pada umumnya masyarakat
Indonesia menggunakan obat bahan alam berdasarkan bukti empiris secara turun-
temurun namun belum dibuktikan secara ilmiah. Dalam upaya membuktikan
adanya manfaat klinik, khasiat dan keamanan obat tradisional yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah dapat dilakukan melalui serangkaian uji,
antara lain uji praklinik (uji farmakodinamika dan toksisitas) dengan bahan baku
terstandar agar berubah menjadi obat herbal terstandar dan uji klinis pada manusia
sehingga nantinya obat tradisional tersebut dapat berkembang menjadi
fitofarmaka sehingga masyarakat dapat mengkonsumsi obat tradisional tersebut
dengan aman dan terjamin mutunya.
Berdasarkan uraian di atas maka IOT. Sari Sehat – PT. Capung Indah
Abadi, suatu industri obat tradisional, bekerja sama dengan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma untuk melakukan uji praklinik suatu sediaan bahan
alami. Uji praklinik ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai efikasi
dan keamanan sediaan bahan alami tersebut dan nantinya produk yang
diluncurkan memiliki standar mutu dan keamanan yang lebih meningkat sehingga
memiliki tingkat kepercayaan yang sama tingginya dengan obat non-herbal.
Reaksi inflamasi diperlukan karena inflamasi merupakan respon biologik
dari reaksi-reaksi kimia berurutan dan berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dan
memperbaiki jaringan yang rusak akibat trauma (Wilmana, 1995). Namun, reaksi
inflamasi yang berlebihan akan menimbulkan dampak yang merugikan tubuh.
Oleh karena itu, diperlukan obat anti-inflamasi untuk mengendalikan reaksi
inflamasi agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Tripterygium wilfordii Hook. F. telah digunakan dalam pengobatan
tradisional Cina selama lebih dari 2000 tahun untuk mengobati demam,
kedinginan, udema dan radang di bawah kulit atau bisul (Anonim, 2007b). Lebih
dari 300 senyawa yang berasal dari genus Tripterygium telah diidentifikasi dan
beberapa diantaranya telah dievaluasi aktivitas biologinya. Keseluruhan aktivitas
ekstrak berdasarkan interaksi antar komponen-komponennya (Brinker, Jun Ma,
Lipsky dan Raskin, 2006). Suatu penelitian menyebutkan bahwa ekstrak
etanol/etil asetat dari akar Tripterygium wilfordii Hook. F. mampu berikatan
dengan reseptor glukokortikoid (Lipsky, Tao dan Cai, 1997). Pada penelitian
tersebut ekstraksi akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dilakukan dalam dua
tahap, yaitu ekstraksi dengan etanol dilanjutkan dengan etil asetat. Ekstrak etil
asetat tersebut terbukti memiliki daya anti-inflamasi. Kandungan kimia dari
Tripterygium wilfordii Hook. F. yang berperan sebagai anti-inflamasi tersebut
adalah triptolide dan tripdiolide (Evans, 2002). Penelitian ini menggunakan akar
Tripterygium wilfordii Hook. F. yang hanya diekstraksi dengan etanol tanpa
ekstraksi lanjut dengan etil asetat. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh ekstrak etanol akar
Tripterygium wilfordii Hook. F tersebut.
Uji praklinik yang dilakukan oleh IOT. Sari Sehat – PT. Capung Indah
Abadi bekerja sama dengan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
bertujuan membuktikan khasiat tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F. yang
secara turun temurun telah digunakan dalam pengobatan tradisional Cina sebagai
anti-inflamasi. Diharapkan dari uji ini diperoleh informasi tentang efikasi (efek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
farmakologi) dari tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F sebagai anti-inflamasi
agar dapat dikombinasikan dengan bahan lain dan nantinya dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap produk ini.
1. Permasalahan
Beberapa permasalahan yang muncul antara lain adalah sebagai berikut :
a. Apakah ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. memiliki daya
anti-inflamasi ?
b. Berapa persentase daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh ekstrak etanolik
akar Tripterygium wilfordii Hook. F.?
c. Berapa persentase potensi relatif daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh
ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.?
d. Berapa kisaran dosis ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
yang memiliki daya anti-inflamasi?
2. Keaslian penelitian
Penelitian tentang Tripterygium wilfordii Hook. F. yang sudah pernah
dilakukan antara lain : Ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F. Komponen serta
Kegunaannya (Lipsky dkk., 1997). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
senyawa dari ekstrak etanol-etil asetat akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
mampu menghambat deksametason dalam berikatan dengan reseptor
glukokortikoid. Senyawa tersebut adalah triptolide dan tripdiolide. Penelitian
dengan judul : Keuntungan Ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F. bagi Pasien
Rheumatoid Arthritis : a double-blind, placebo-controlled study (Tao, Younger,
Fan, Wang dan Lipsky, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk menguji keamanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dan kemanjuran dari ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F. pada pasien
rheumatoid arthritis. Ekstrak etanol-etil asetat akar Tripterygium wilfordii Hook.
F. memperlihatkan manfaat terapetik bagi pasien rheumatoid arthritis. Pada dosis
terapetik (180 mg/hari dan 360 mg/hari) ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F.
dapat ditoleransi dengan baik oleh sebagian besar pasien. Penelitian mengenai
Karakterisasi Imunokimia dari Komponen Tripterygium wilfordii Hook. F. yang
memiliki peran sebagai Anti-Inflamasi (Wong, Chan, Leung-Chan, Tam, Yang
dan Fan, 2007). Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menggambarkan
gugus fungsi dari triptolide yang memiliki kemampuan dalam menghambat
respon inflamasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gugus C-14 β-hydroxyl
dan γ-butyrolactone dari molekul triptolide merupakan bagian terpenting yang
berperan sebagai anti-inflamasi dan sitotoksisitas serta bertanggungjawab dalam
aktivitas antiproliferative. Namun, penelitian daya anti-inflamasi ekstrak etanolik
batang Tripterygium wilfordii Hook. F. pada mencit putih betina dengan metode
radang telapak kaki oleh Langford, Holmes dan Emele (1972) yang telah
dimodifikasi sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang khasiat
tanaman obat terutama ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook.
F. yang memiliki khasiat sebagai anti-inflamasi dan dapat menjadi acuan
bagi penelitian obat anti-inflamasi selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
yang berguna bagi masyarakat tentang khasiat dari ekstrak etanolik akar
Tripterygium wilfordii Hook. F. sebagai anti-inflamasi.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti mengenai khasiat anti-
inflamasi dari ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. secara in
vivo.
2. Tujuan khusus
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan khusus antara lain untuk :
a. Mengetahui apakah ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
memiliki daya anti-inflamasi atau tidak.
b. Mengetahui besarnya persentase daya anti-inflamasi yang dimiliki ekstrak
etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dalam menghambat terjadinya
inflamasi.
c. Mengetahui besarnya persentase potensi relatif daya anti-inflamasi yang
dimiliki ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dalam
menghambat terjadinya inflamasi.
d. Mengetahui kisaran dosis ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook.
F. yang memiliki daya anti-inflamasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tripterygium wilfordii Hook. F.
1. Klasifikasi umum
Tripterygium wilfordii Hook. F. diklasifikasikan ke dalam familia
Celastraceae, genus Tripterygium, dan spesies Tripterygium wilfordii Hook. F.
(Anonim, 2007b).
2. Nama
Sinonim :
Lei Gong Teng (Cina), tripterygium (Inggris), Tripterygium wilfordii Hook. F.
(nama botani), Radix Tripterygium wilfordii (nama farmasetikal), “thunder god
vine” (Chen, 2004).
3. Morfologi tanaman
Tripterygium wilfordii Hook. F. merupakan tumbuhan alami yang tumbuh
di beberapa wilayah Cina dan Burma. Tripterygium wilfordii Hook. F. merupakan
jenis tanaman merambat yang berganti daun dengan panjang mencapai 12 meter.
Rantingnya berwarna coklat, angular dan berbulu halus. Daunnya berwarna hijau,
permukaannya licin, dan berwarna pucat keabu-abuan dengan bulu terang
dibawahnya. Bunganya bersifat hermafrodit dan biasanya mekar pada bulan
September. Buahnya berkeping tiga dan berwarna merah kecoklatan, panjangnya
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
sekitar 15 cm. Akarnya merupakan bagian dari tanaman yang berkhasiat obat dan
biasanya dipanen pada musim gugur (Chen, 2004).
4. Kandungan kimia
Tripterygium wilfordii Hook. F. mengandung alkaloid (wilfordine,
wilforine, wilforidine, wilforgine, wilfortrine, wilforzine, wilformine, wilfornine,
euonine, celacinnine, celafurine, celabenzine, neowilforine, regilidine) dan
terpenoid (triptolide T13, tripdiolide, tripterolide, triptonide, triptolidenol T9,
hypolide, triptonoterpenol, triptophenolide methylether, neotriptophenolide,
isotriptophenolide, isoneotriptophenolide, triptonoterpene, triptonoterpene
methylether, tripdioltonide, tripdiolide T8, triptriolide T11, triptolide T10,
wilforlide AT1, triptotriterpenoidal lactone A, wilforlide B, triptotriterpenic acid
AT3, triptotriterpenic acid BT2, triptoterpenic acid CT28, selaspermic acid,
wilfornide, triptofordin A,B,C-1,C-2, D) (Chen, 2004).
5. Kegunaan
Dalam pengobatan tradisional Cina, Tripterygium wilfordii Hook. F.
digunakan untuk mengobati demam, kedinginan, udema dan bisul, rheumatoid
arthritis, hepatitis kronik, nefritis kronik, dan beberapa penyakit kulit (Anonim,
2007b). Senyawa bioaktif dari ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F. yang
berperan dalam inflamasi dan penyakit imun adalah triptolide (Evans, 2002) dan
beberapa kontribusi dari tripdiolide (Jun Ma, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
O
O
H
H
OHO
O
O
Gambar 1. Struktur triptolide (Evans, 2002)
O
O
HO
H
OHO
O
O
Gambar 2. Struktur tripdiolide (Evans, 2002)
Suatu penelitian (Lipsky dkk., 1997) menyebutkan bahwa hasil ekstrak
etanol-etil asetat akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dapat berikatan dengan
reseptor glukokortikoid. Secara bersamaan juga menghambat induksi
terbentuknya siklooksigenase-2 dan proses inflamasi seperti produksi
prostaglandin E2. Komponen dari ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F. yang
berperan sebagai inhibitor efektif dalam mekanisme tersebut adalah triptolide dan
tripdiolide.
6. Toksisitas
Tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F bersifat toksik. Kulit terluar dari
akar memiliki toksisitas yang lebih besar dibandingkan bagian tanaman yang lain.
Tripterygium wilfordii Hook. F. dalam bentuk segar bersifat lebih toksik daripada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
bentuk kering yang telah disimpan selama beberapa tahun. Tanda-tanda toksik
meliputi iritasi lokal saluran gastrointestinal, kerusakan sistem saraf pusat,
pendarahan dan nekrosis dalam organ. Dari suatu penelitian menyebutkan bahwa
LD50 dari Tripterygium wilfordii Hook. F. pada mencit ditemukan pada dosis
159,7±14,3 mg/kg (Lipsky dkk., 1997). Overdosis penggunaan Tripterygium
wilfordii Hook. F. dapat menyebabkan pendarahan lambung, usus, hati dan paru-
paru. Gejala-gejala lainnya meliputi pusing, mulut kering, palpitasi, nekrosis
membran mukosa dan menstruasi tidak teratur (Chen, 2004).
B. Ekstraksi
Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang semula
berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif
dalam cairan penyari tersebut. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila
permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas
(Anonim, 1986).
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Anonim,
1979).
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik
(optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan
demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa
kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kandungan yang diinginkan (Anonim, 2000). Cairan penyari yang biasanya
digunakan antara lain air, eter, atau campuran etanolik dan air. Penyarian
simplisia dengan air dapat dilakukan dengan maserasi, perkolasi, atau penyeduhan
dengan air mendidih. Penyarian campuran etanolik dan air dilakukan dengan cara
maserasi atau perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan dengan perkolasi
(Anonim, 1979 ).
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar) (Anonim, 2000). Maserasi dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut
dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel
dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Cairan penyari
yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain (Anonim,
1986).
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 0C)
selama waktu tertentu (15-20 menit) (Anonim, 2000). Cara ini sangat sederhana
dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Dengan beberapa
modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak (Anonim, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
C. Inflamasi
1. Definisi
Inflamasi adalah suatu respon terhadap stimulus yang berbahaya (Burke,
Smyth dan FitzGerald, 2006). Bila sel-sel atau jaringan-jaringan tubuh mengalami
cedera atau mati, selama hospes tetap hidup, ada suatu respon yang menyolok
pada jaringan-jaringan hidup di sekitarnya. Respon terhadap cedera ini dinamakan
peradangan. Yang lebih khusus, peradangan adalah suatu reaksi vaskular yang
hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut, dan sel-sel dari darah
yang bersirkulasi ke dalam jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau
nekrosis (Price dan Wilson, 1984).
2. Penyebab
Peristiwa inflamasi dapat disebabkan oleh berbagai macam agen noksius
(Burke dkk., 2006). Bermacam-macam stimulus eksogen dan endogen dapat
menyebabkan luka pada sel. Pada jaringan vaskular, stimulus tersebut juga
merangsang respon host (Kumar, Abbas dan Fausto, 2005). Agen-agen tersebut
dapat berupa agen fisik (seperti panas atau dingin), kimiawi (seperti konsentrat
asam atau basa atau bahan kimia lainnya), atau mikrobiologi (seperti bakteri atau
virus) (Crowley, 2001).
3. Klasifikasi
Respon inflamasi terjadi dalam tiga fase yang berbeda, tiap-tiap fase
diperantarai oleh mekanisme yang berbeda, yaitu fase akut, fase subakut, dan fase
proliferasi kronik. Fase akut ditandai oleh vasodilatasi lokal yang bersifat
sementara dan kenaikan permeabilitas kapiler (Burke dkk., 2006). Radang akut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
disebabkan oleh rangsangan yang berlangsung sesaat/mendadak (akut) (Sander,
2003). Hal tersebut terjadi melalui media rilisnya autacoid serta pada umumnya
didahului oleh pembentukan respon imun. Respon imun terjadi bila sejumlah sel
yang mampu menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing
atau substansi antigenik yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut serta
kronis (Furst dan Munster, 2001). Sedangkan fase subakut ditandai oleh infiltrasi
sel leukosit dan fagosit (Burke dkk., 2006).
Radang kronis disebabkan oleh jejas atau injury yang berlangsung
beberapa minggu, bulan, atau bersifat menetap dan merupakan kelanjutan dari
radang akut (Sander, 2003). Pada fase proliferasi kronik terjadi degenerasi
jaringan dan fibrosis (Burke dkk., 2006). Disebut juga radang proliferatif karena
selalu diikuti dengan terjadinya proliferasi fibroblast (jaringan ikat) (Sander,
2003). Inflamasi kronis melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak
menonjol dalam respon akut seperti interferon, platelet-derived growth factor
(PDGF) serta interleukin-1,2,3 (Furst dan Munster, 2001).
4. Gejala
Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal ialah calor, rubor, tumor,
dolor dan functio laesa (Wilmana, 1995).
a. Calor
Calor atau panas terjadi karena kenaikan aliran darah menuju daerah luka
(Karch, 2003). Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari
sekelilingnya, sebab terdapat lebih banyak darah (pada suhu 37 0C) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
disalurkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang terkena daripada yang
disalurkan ke daerah yang normal (Price dan Wilson, 1984).
b. Rubor
Yaitu warna kemerahan pada daerah peradangan akibat vasodilatasi
(Sander, 2003). Peningkatan panas dan kemerahan jaringan yang mengalami
inflamasi disebabkan oleh dilatasi kapiler dan lambatnya aliran darah melalui
pembuluh (Crowley, 2001). Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol
yang mensuplai daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak darah
mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong
atau sebagian saja meregang, dengan cepat penuh terisi darah. Keadaan ini yang
dinamakan hiperemia atau kongesti, bertanggung jawab atas warna merah lokal
karena peradangan akut. Timbulnya hiperemia pada permulaan reaksi peradangan
diatur oleh tubuh baik secara neurogenik maupun secara kimia, melalui
pengeluaran zat seperti histamin (Price dan Wilson, 1984).
c. Tumor
Yaitu benjolan akibat penimbunan cairan abnormal di jaringan interstitial
atau rongga tubuh, yang dinamakan dengan oedema (Sander, 2003).
Pembengkakan terjadi karena ekstravasasi plasma dari bagian yang membesar dan
pembuluh yang lebih permeabel sehingga menyebabkan volume cairan pada
jaringan inflamasi mengalami peningkatan (Crowley, 2001). Campuran cairan dan
sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Pada keadaan dini
reaksi peradangan eksudat adalah cair. Kemudian, sel-sel darah putih atau leukosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat (Price dan
Wilson, 1984).
d. Dolor
Nyeri merupakan respon terhadap terjadinya iritasi pada ujung terakhir
saraf sensorik (Crowley, 2001) yang disebabkan oleh mediator kimia dan
penekanan oleh cairan ekstravaskular (Sander, 2003) yang berada di tempat yang
mengalami proses inflamasi (Crowley, 2001). Prostaglandin (PG) hanya berperan
pada nyeri yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau inflamasi. Penelitian
telah membuktikan bahwa PG menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap
stimulasi mekanik dan kimiawi. Jadi PG menimbulkan keadaan hiperalgesia
(Wilmana, 1995). Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu
dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia
tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf.
Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan
tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit (Price dan
Wilson, 1984).
e. Functio laesa
Yaitu berkurangnya fungsi dari organ yang mengalami peradangan, akibat
terbentuknya metabolit-metabolit yang merugikan oleh sel-sel yang mengalami
trauma dan peningkatan temperatur di daerah peradangan untuk reaksi biokimia
sehingga fungsi organ menurun (Sander, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
5. Mekanisme
Respon inflamasi berhubungan dengan proses pemulihan. Proses
pemulihan dimulai selama fase awal inflamasi dan biasanya berakhir setelah
pengaruh injury berhasil dinetralisasi. Selama pemulihan, jaringan yang luka
diganti melalui regenerasi dari sel parenkim asli atau melalui pengisian bagian
yang rusak dengan jaringan fibrosa atau kombinasi antara dua proses tersebut
(Kumar dkk., 2005).
Fenomena inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya
permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang (Wilmana, 1995).
Dalam reaksi ini ikut berperan pembuluh darah, syaraf, cairan dan sel-sel tubuh di
tempat jejas (injury) (Sander, 2003). Gambaran unik dari proses inflamasi adalah
reaksi pembuluh darah, menimbulkan akumulasi cairan dan leukosit pada jaringan
ekstravaskular (Kumar dkk., 2005).
Luka pada sel menyebabkan aktivasi faktor Hageman. Faktor Hageman
mengaktivasi kallikrein yang menyebabkan prekursor substansi kininogen diubah
menjadi bradikinin dan kinin yang lain (Karch, 2003). Bradikinin menyebabkan
vasodilatasi dan kenaikan permeabilitas vaskular (Rang, Dale, Ritter dan Moore,
2003) sehingga menyebabkan lebih banyak darah menuju tempat luka dan
memperantarai sel darah putih untuk keluar menuju jaringan. Bradikinin
menstimulasi ujung saraf sehingga menimbulkan rasa nyeri, yang memberi
peringatan kepada tubuh adanya luka. Bradikinin juga menyebabkan pelepasan
asam arakhidonat dari membran sel. Asam arakhidonat menyebabkan pelepasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
substansi lain yang disebut autocoid (prostaglandin, leukotrien, tromboksan)
(Karch, 2003).
Jaringan yang luka
Plasma keluar menuju sel
yang luka, dll
Pelepasan histamin
Aktivasi faktor Hageman
Kallikrein aktif
Kininogen Bradikinin
Pelepasan asam arakhidonat
Leukotrien (LT) (LTB4, LTC4, LTD4, LTE4)
Prostaglandin (PGI2)
Permeabilitas kapiler ↑
Vasodilatasi
Aliran darah ↑
Calor (Panas)
Rubor (Kemerahan)
Eksudasi protein plasma
Udema
Tumor (Pembeng
kakan)
Dolor (Nyeri)
Kemotaksis leukosit; Aktivasi neutrofil
Fagositosis
Penghilangan debris dan pemulihan daerah luka
Pre Kallikrein
Gambar 3. Respon inflamasi yang berhubungan dengan tanda-tanda inflamasi (Karch, 2003)
Sementara sedang terjadi proses yang melibatkan faktor Hageman, ada
respon lokal lain yang sedang terjadi. Luka pada membran sel menyebabkan
pelepasan histamin. Histamin menyebabkan vasodilasi yang membawa lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
banyak darah dan komponennya menuju daerah luka; mengubah permeabilitas
kapiler sehingga memudahkan neutrofil dan zat-zat kimia darah untuk
meninggalkan aliran darah dan masuk ke daerah luka sehingga menstimulasi
persepsi nyeri. Aktivitas ini membawa neutrofil menuju daerah luka untuk
memakan dan membuang agen-agen injury atau menghilangkan sel yang telah
terinfeksi (Karch, 2003).
Efek lokal reaksi inflamasi terdiri dari dilatasi (pelebaran) pembuluh darah
dan kenaikan permeabilitas vaskular (Crowley, 2001). Pertama, didapatkan
tekanan hidrostatik yang meningkat dalam pembuluh darah akibat meningkatnya
aliran darah di daerah injury, sehingga cairan keluar menuju daerah yang
bertekanan lebih rendah yaitu interstitial. Kedua menurunnya tekanan onkotik
dalam pembuluh darah, sehingga cairan plasma tertarik keluar pembuluh darah ke
jaringan interstitial. Permeabilitas pembuluh darah meningkat, sehingga terjadi
banyak kebocoran pembuluh darah, dan akhirnya plasma protein dengan berat
molekul yang besar dapat menerobos dinding pembuluh darah ke jaringan
interstitial (Sander, 2003).
Karena viskositas darah naik dan alirannya lambat, maka leukosit-lukosit
mengalami marginasi, yaitu mereka bergerak ke bagian arus perifer, sepanjang
lapisan pembuluh. Dengan berkembangnya fenomena, leukosit yang mengalami
marginasi mulai menempel pada endotel (Price dan Wilson, 1984) dan bermigrasi
menuju daerah luka (Crowley, 2001). Migrasi leukosit ke jaringan radang
merupakan aspek penting dalam proses inflamasi (Wilmana, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Leukosit-leukosit tersebut ditarik menuju daerah infeksi oleh suatu proses
yang disebut kemotaksis. Kemotaksis merupakan kemampuan untuk menarik
neutrofil dan makrofag lain serta menstimulasinya pada daerah luka agar menjadi
lebih agresif. Karena neutrofil menjadi aktif dan bahan kimia lain dilepaskan
menuju daerah luka, mereka dapat melukai dan menghancurkan sel lokal (Karch,
2003). Pada akhirnya neutrofil memakan kuman atau sel-sel mati dan dicerna oleh
enzim katalitik dari lisosom, disebut fagositosis (Sander, 2003). Sel fagosit
menelan partikel dengan mekanisme yang menyerupai amuba dalam mencerna
makanan. Partikel kemudian dikelilingi oleh perpanjangan sitoplasma yang
disebut pseudopoda. Partikel tersebut kemudian dikelilingi oleh membran yang
berasal dari membran plasma dan terdapat dalam organela yang analog dengan
vakuola makanan pada amuba. Vakuola tersebut kemudian bergabung dengan
lisosom (organela yang mengandung enzim pencernaan). Selama fagositosis,
bakteri atau bahan asing terlingkupi di dalam vakuola dalam sitoplasma sel dan
lisosom melarutkan bahan tersebut dengan mengeluarkan enzimnya ke dalam
vakuola (Crowley, 2001).
6. Mediator-mediator
Bradikinin dan kallidin peptida merupakan peptida vasoaktif yang
dibentuk oleh aksi dari enzim pada substrat protein kininogen. Bradikinin dapat
menyebabkan vasodilatasi dan kenaikan permeabilitas vaskular. Aksi
vasodilatornya sebagian dihasilkan oleh PGI2 dan pelepasan nitric oxide (NO).
Pada suatu percobaan, disebutkan bahwa bradikinin mampu menghasilkan
beberapa fenomena yang nampak pada reaksi inflamasi, seperti nyeri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
vasodilatasi, kenaikan permeabilitas vaskular dan kejang otot lunak tetapi
perannya dalam inflamasi dan alergi belum dapat diterangkan dengan jelas (Rang
dkk., 2003).
Histamin adalah amin yang terbentuk dari histidin oleh histidin
dekarboksilase. Histamin ditemukan pada sebagian besar jaringan tubuh tetapi
konsentrasi tinggi terdapat pada paru-paru dan kulit dan terutama pada saluran
pencernaan. Pada tingkat seluler, histamin ditemukan pada sel mast dan basofil.
Histamin dilepaskan dari sel mast melalui mekanisme eksositosis selama
inflamasi atau reaksi alergi (Rang dkk., 2003). Histamin diduga memainkan
sebagian peran pada respon inflamasi akut. Pada jejas jaringan, lepasnya histamin
menyebabkan vasodilatasi lokal dan kebocoran plasma yang mengandung
mediator inflamasi akut (komplemen, protein C reaktif), antibodi, dan sel-sel
inflamasi (neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit) (Foegh dan Ramwell,
2001).
Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi,
fisik atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah
fosfolipida yang terdapat di situ menjadi asam arakhidonat (Tjay dan Rahardja,
2002). Asam arakhidonat adalah prekursor eicosanoid yang penting. Asam
arakhidonat merupakan asam lemak 20-karbon (C20) yang mengandung 4 ikatan
ganda dimulai pada posisi omega-6 membentuk 5,8,11,14-asam eicosatetraenoat
(Foegh dan Ramwell, 2001). Asam arakhidonat bebas dimetabolisme melalui
beberapa jalur, yaitu oleh siklooksigenase asam lemak yang terdapat dalam 2
bentuk, yaitu COX-1 dan COX-2 (Rang dkk., 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Siklooksigenase terdiri dari dua iso-enzim, yakni COX-1 dan COX-2,
dengan berat molekul dan daya enzimatis yang sama (Tjay dan Rahardja, 2002).
Siklooksigenase-1 menghasilkan prostaglandin jenis PGI2 dan PGE2 serta
tromboksan (TXA2) yang dibutuhkan dalam fungsi homeostasis. Di lambung,
enzim ini bertugas mensintesis prostaglandin yang berfungsi memproteksi mukosa
lambung dan regulasi darah. Enzim siklooksigenase-1 bersifat konstitutif (bersifat
pokok, selalu ada) dan cenderung menjadi homeostasis dalam fungsinya (Foegh
dan Ramwell, 2001). Enzim siklooksigenase-2 dalam keadaan normal tidak
terdapat di jaringan tapi dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang
(Tjay dan Rahardja, 2002). PGE2, PGI2, PGD2, PGF2α, dan tromboksan A2
merupakan produk dari jalur sikooksigenase yang terpenting (Rang dkk., 2003).
Prostaglandin yang dibentuk ada tiga kelompok yaitu prostaglandin (PG),
prostasiklin (PGI2), dan tromboksan (TXA2, TXB2). Prostaglandin (PG) dapat
dibentuk oleh semua jaringan. Yang terpenting adalah PGE2 dan PGF2 yang
berdaya vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh dan
membran sinovial sehingga terjadi radang dan nyeri. Prostasiklin terutama
dibentuk di dinding pembuluh dan berdaya vasodilatasi. Tromboksan khusus di
bentuk dalam trombosit berdaya vasokonstriksi (antara lain di jantung) (Tjay dan
Rahardja, 2002).
Bagian lain dari arakhidonat diubah oleh enzim lipoksigenase menjadi zat-
zat leukotrien (LTB4, LTC4, LTD4 dan LTE4). Melalui rute lipoksigenase
terbentuk LTA4 yang tidak stabil, yang oleh hidrolase diubah menjadi LTB4 atau
LTC4. LTC4 ini bisa diubah lagi menjadi LTD4 dan LTE4. LTB4 khusus disintesa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
di makrofag dan neutrofil alveolar dan bekerja kemotaksis, yaitu menstimulasi
migrasi leukosit dengan jalan meningkatkan mobilitas dan fungsinya. Tertarik
oleh leukotrien, leukosit dalam jumlah besar menginvasi daerah peradangan dan
mengakibatkan banyak gejala radang pula (Tjay dan Rahardja, 2002). LTB4 dapat
ditemukan dalam eksudat inflamasi dan ada dalam jaringan yang mengalami
inflamasi, meliputi rheumatoid arthritis, psoriasis (penyakit kulit kronis) dan
ulcerative colitis (Rang dkk., 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
FosfolipidGlukokortikoid (menginduksi
lipokortin) -Fosfolipase A2
Arakhidonat
Gangguan membran sel
Stimulus
Siklo oksigenase
NSAID -
Siklik endoperoksida
Glukokor tikoid meng
hambat induksi
PGI2 (vasodilat
or; hiperalge
sik; menghent
ikan agregasi platelet)
Lipoksin A dan B
15-lipoksigenase
12-lipok sigenase
12-HETE (kemotaksin)
5-lipok sigenase
Inhibitor 5-lipoksigenase (mis.zileutin)
-
Inhibitor TXA2 sintase
-
5-HETE
TXA2 (trombotik; vasokonstrik tor)
Antagonis TXA2
-
LTA4
Anta gonis PAF
Liso-gliseril-fosforilkolin
-
PAF (vasodilator;
meningkatkan permeabilitas
vaskular; bronkokonstrik tor; kemotaksin)
LTB4 (kemotaksin)
PGF2α PGD2 PGE2 (bronko (menghambat (vasodilator; konstriktor; agregasi hiperalgesik) Konstraksi platelet; miometrial) vasodilator)
Antagonis PG
-
LTC4 (bronko ↓ konstrik LTD4 tor; ↓ mening LTE4 katkan Permeabi litas
Antagonis reseptor
leukotrien mis.zafirukast,
montelukast
-
vaskular
Gambar 4. Skema dari mediator-mediator yang berasal dari asam arakhidonat dan titik tangkap kerja obat anti-inflamasi (Rang dkk., 2003)
Keterangan: = dihambat = enzim = obat anti-inflamasi
¯
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
D. Obat Anti-inflamasi
Obat anti-inflamasi berdasarkan mekanisme kerjanya secara umum dibagi
dalam 2 (dua) golongan yaitu golongan steroid dan golongan non steroid. Obat
anti-inflamasi golongan steroid memiliki daya anti-inflamasi kuat yang
mekanismenya terutama menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel
sumbernya, sedangkan obat anti-inflamasi golongan non steroid (AINS) bekerja
melalui mekanisme lain seperti inhibisi siklooksigenase yang berperan dalam
biosintesis prostaglandin (Anonim, 1991).
AINS
ASAM KARBOKSILAT
Derivat Asam Salisilat
Derivat Asam Propionat
Derivat Asam Fenamat
Derivat Pirazolon
Aspirin Benorilat Diflunisal Salsalat
As. Tiaprofenat Fenbufen Fenoprofen Flurbiprofen Ibuprofen Ketoprofen Naproksen
As. Mefenamat Meklofenamat
Azapropazon Fenilbutazon Oksifenbutazon
Derivat Oksikam
Piroksikam Tenoksikam
Asam Asetat
Derivat Asam Fenilasetat Derivat Asam Asetat Inden/Indol :
ASAM ENOLAT
Indometasin Sulindac Tolmetin
Diklofenak Fenklofenak
Gambar 5. Klasifikasi Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) (Wilmana, 1995)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
1. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
OAINS memiliki aksi anti-inflamasi, analgesik, antipiretik, dan platelet-
inhibiting action (Eisenhauer, Lynn dan Roberta, 1998). Cara kerja OAINS
sebagian besar berdasarkan hambatan sintesa prostaglandin yaitu memblokir
kedua jenis siklooksigenase. OAINS ideal hendaknya hanya menghambat COX-2
(peradangan) dan tidak COX-1 (perlindungan mukosa lambung) serta tidak
menghambat lipoksigenase (pembentukan leukotrien) (Tjay dan Rahardja, 2002).
Secara normal, prostaglandin sintetase mengkatalisis perubahan asam
arakhidonat membentuk endoperoksida, beberapa diantaranya adalah
prostaglandin. Penghambatan prostaglandin sintetase berarti menurunkan jumlah
satu mediator proses inflamasi (prostaglandin) dan kemudian menurunkan tanda
dan gejala inflamasi (misal nyeri) (Eisenhauer dkk., 1998).
Pada inflamasi prostaglandin berperan dalam menyebabkan vasodilatasi
dan meningkatkan permeabilitas vaskular (Neal, 2005). Aksi anti-inflamasi
OAINS yaitu penurunan prostaglandin vasodilator (PGE2, prostasiklin) yang
berarti mengurangi vasodilatasi dan secara tidak langsung mengurangi udema
(Rang dkk., 2003).
OAINS dengan cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, mencapai kadar
puncak dalam waktu 1 sampai 3 jam. OAINS dimetabolisme di dalam hati dan
diekskresikan dalam urin. OAINS dapat melintasi plasenta dan masuk dalam air
susu. Sehingga tidak direkomendasikan selama kehamilan dan menyusui karena
berpotensial menimbulkan efek samping pada janin (Karch, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung
atau tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan
saluran cerna. Dua mekanisme terjadinya iritasi lambung ialah iritasi yang bersifat
lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke mukosa dan
menyebabkan kerusakan jaringan dan iritasi atau perdarahan lambung yang
bersifat sistemik melalui hambatan biosintesis PGE2 dan PGI2. Kedua PG ini
banyak ditemukan di mukosa lambung dengan fungsi menghambat sekresi asam
lambung dan merangsang sekresi mukus usus halus yang bersifat sitoprotektif
(Wilmana, 1995).
2. Golongan steroid
Kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu
glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek utama glukokortikoid ialah pada
penyimpanan glikogen hati dan efek anti-inflamasinya. Mineralkortikoid efek
utamanya terhadap keseimbangan air dan elektrolit. Umumnya golongan
mineralkortikoid tidak mempunyai khasiat anti-inflamasi yang berarti, kecuali 9á-
fluorokortisol (Wilmana, 1995). Glukokortikoid dapat menghambat proses
inflamasi. Gukokortikoid menginduksi lipokortin yang nantinya menghambat
aktivitas fosfolipase A2 sehingga menghambat pelepasan asam arakhidonat.
Akibatnya pembentukan mediator-mediator inflamasi, seperti prostaglandin,
leukotrien dan interleukin juga dihambat (Frame, Hart dan Leakey, 1998).
Kortikosteroid menekan semua fase respon inflamasi, termasuk
pembengkakan dini, kemerahan, nyeri, dan selanjutnya perubahan proliferasi yang
tampak pada inflamasi kronis. Kortikosteroid juga menekan gen yang mengkode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
reseptor fosfolipase A2, siklooksigenase 2 (COX-2), dan interleukin-2 (IL-2)
(Neal, 2005).
Kortikosteroid berdaya menghambat fosfolipase, sehingga pembentukan
baik dari prostaglandin maupun leukotrien dihalangi. Oleh karena itu efeknya
terhadap gejala rema lebih baik daripada OAINS. Kekurangannya ialah efek
sampingnya yang lebih berbahaya pada dosis tinggi dan penggunaan lama (Tjay
dan Rahardja, 2002).
E. Natrium diklofenak
NH
Cl
ClNaOCCH2
O
Gambar 6. Struktur Natrium diklofenak (Hanson, 2000)
Natrium diklofenak adalah derivat sederhana dari asam fenilasetat. Obat
ini adalah penghambat siklooksigenase yang relatif nonselektif dan kuat, juga
mengurangi bioavailabilitas asam arakhidonat (Furst dan Munster, 2001). Natrium
diklofenak diindikasikan untuk mengobati nyeri akut dan kronik yang berkaitan
dengan kondisi inflamasi pada orang dewasa (Karch, 2003). Natrium diklofenak
mengurangi inflamasi, nyeri dan demam melalui penghambatan aktivitas
siklooksigenase dan sintesis prostaglandin (Tatro, 2003). Dosis yang digunakan
yaitu 150-200 mg/hari secara per oral atau 25-50 mg 2 kali sampai 4 kali sehari
secara per oral (Karch, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek lintas awal
sebesar 40-50 %. Walaupun waktu paruh singkat yaitu 1-3 jam, Natrium
diklofenak diakumulasi di cairan sinovia yang menjelaskan efek terapi di sendi
lebih lama dari waktu paruh obat tersebut (Wilmana, 1995). Ekskresi melalui
kemih berlangsung untuk 60% sebagai metabolit dan untuk 20% melalui empedu
dan tinja (Tjay dan Rahardja, 2002).
Efek-efek yang tidak diinginkan bisa terjadi pada kira-kira 20% dari
pasien dan meliputi distres gastrointestinal, pendarahan gastrointestinal yang
terselubung dan timbulnya ulserasi lambung, sekalipun timbulnya ulkus lebih
jarang terjadi daripada dengan beberapa OAINS lainnya. Sebuah kombinasi antara
Natrium diklofenak dan mesoprostol mengurangi ulkus pada gastrointestinal
bagian atas tetapi bisa mengakibatkan diare (Furst dan Munster, 2001).
F. Metode Uji Daya Anti-inflamasi
Metode in vivo yang dapat digunakan untuk menguji aktivitas anti-
inflamasi, antara lain :
1. Uji erythema ultraviolet
Hewan percobaan jenis Albino dari kedua jenis kelamin dengan berat
badan berkisar 350 gram digunakan dalam metode ini. Hewan percobaan diberi
suspensi barium sulfida untuk menghilangkan bulu. Pada hari berikutnya,
senyawa uji dilarutkan (atau disuspensikan) dalam pembawa dan setengah dari
dosisnya diberikan secara gavage (pada 10 ml/kg) 30 menit sebelum penyinaran
ultraviolet. Hewan kontrol hanya diberi larutan pembawa saja. Empat hewan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dipakai untuk tiap-tiap kelompok perlakuan dan kontrol. Hewan percobaan
diletakkan dalam manset berbulu dengan lubang berukuran 1,5 x 2,5 cm sebagai
jalan masuknya radiasi ultraviolet. Hanau ultraviolet burner Q 600 dipanaskan
selama 30 menit sebelum digunakan dan diletakkan pada jarak konstan (20 cm)
diatas hewan percobaan. Setelah dilakukan penyinaran ultraviolet selama 2 menit,
setengah dosis senyawa uji yang tersisa diberikan kepada hewan percobaan.
Erythema diamati 2 dan 4 jam setelah penyinaran ultraviolet. Hasil pengamatan
dapat ditunjukkan dengan penilaian : 0 tidak ada erythema, 1 erythema ringan, 2
erythema berat, 4 erythema sangat berat. Hewan dengan nilai 0 atau 1
menandakan hewan tersebut terlindungi (Vogel, 2002).
2. Udema pada kaki
Merupakan metode yang umum dilakukan yaitu berdasarkan pada
kemampuan setiap zat untuk menghambat udema pada kaki belakang dari hewan
uji setelah injeksi iritan. Beberapa zat pengiritasi (iritan) dapat digunakan, seperti
brewer’s yeast, formaldehid, dextran, albumin telur, kaolin, Aerosil®, sulfated
polysaccharides seperti karagenin atau naphthoylheparamine. Efek antiinflamasi
dapat diukur melalui beberapa cara. Tungkai kaki belakang dipotong pada sendi
talocrural lalu ditimbang. Umumnya, bobot kaki ditimbang sebelum dan setelah
pemberian zat pengiritasi dan bobot kaki hewan yang diberi perlakuan
dibandingkan dengan kontrol. Hasil penilaian kurang dipengaruhi oleh apparatus
tetapi lebih tergantung pada iritan yang digunakan. Beberapa iritan hanya
menginduksi inflamasi dalam waktu singkat sedangkan iritan yang lain
menyebabkan udema pada kaki lebih dari 24 jam (Vogel, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Penelitian daya anti-inflamasi kali ini menggunakan metode radang
telapak kaki oleh Langford dkk. (1972) yang telah dimodifikasi. Dasar metode ini
adalah dengan membuat udema pada telapak kaki belakang mencit menggunakan
karagenin 1%, kemudian kaki dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang.
Persentase daya anti-inflamasi dapat dihitung dari perubahan berat kaki hewan uji.
3. Uji radang selaput dada
Radang selaput dada pada hewan hewan dapat diinduksi dengan beberapa
iritan, seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, sel mast, dextran, enzim,
antigen, mikroba, dan iritan non spesifik seperti turpentin dan karagenin.
Tikus jantan bergalur Sprague-dawley dengan berat 220 – 260 gram
dipakai sebagai hewan uji. Larutan karagenin 2 % sebanyak 0,1 ml diinjeksikan
ke dalam rongga pleural. Satu jam sebelum injeksi karagenin dan 24 jam dan 48
jam sesudahnya, kelompok yang terdiri dari 10 tikus diberi perlakuan
menggunakan standar atau senyawa uji secara subkutan atau oral. Kelompok
kontrol hanya diberi pelarut senyawa uji. Hewan uji dikorbankan 72 jam setelah
injeksi karagenin menggunakan eter secara inhalasi (Vogel, 2002).
4. Tes kantung granuloma
Tikus betina atau jantan galur Sprague-Dawley dengan berat antara 150
dan 200 gram digunakan sebagai hewan uji. Punggung hewan uji dicukur dan
diinjeksi secara subkutan dengan 20 ml udara, kemudian diinjeksi 0,5 ml
campuran minyak kroton dengan minyak wijen sebagai senyawa iritan yang
merangsang pembentukan udema. Empat puluh delapan jam kemudian setelah
terbentuk kantong, udara dihampakan. Hari keempat kantong dibuka cairan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
eksudat disedot dan volume diukur. Metode ini sangat berguna untuk
memperkirakan daya anti-inflamasi kortikosteroid baik setelah pemberian lokal
maupun sistemik (Vogel, 2002).
Substansi fisiologis yang disebut autacoid berpengaruh pada proses
inflamasi dan perbaikan. Substansi tersebut meliputi histamin, serotonin,
bradikinin, substansi P, dan kelompok eicosanoid (prostaglandin, tromboksan dan
leukotrien), PAF (platelet-activating factor) baik sitokin maupun limfokin.
Beberapa metode in vitro untuk menguji aktivitas anti-inflamasi, antara lain ikatan
reseptor bradikinin-H3, ikatan reseptor substansi P-H3, ikatan reseptor neurokinin,
uji kemotakis leukosit polimorfonuklear, penghambatan dan induksi seluler
metabolisme asam arakhidonat, pembentukan leukotrien B4 pada sel darah putih
manusia (Vogel, 2002).
G. Landasan Teori
Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap jaringan yang luka akibat
rangsangan kimiawi, fisik atau mekanik. Bila membran sel mengalami kerusakan,
maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipid yang ada menjadi
asam arakhidonat. Kemudian asam arakhidonat dimetabolisme melalui 2 jalur
yaitu siklooksigenase (atau prostaglandin sintetase) menghasilkan mediator-
mediator (tromboksan, prostasiklin, dan prostaglandin) dan lipoksigenase yang
menghasilkan zat-zat leukotrien. Baik prostaglandin maupun leukotrien
bertanggung jawab bagi sebagian besar proses inflamasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tripterygium wilfordii Hook. F. mengandung triptolide dan tripdiolide.
Triptolide dan tripdiolide tersebut dapat berikatan dengan reseptor glukokortikoid
sehingga dapat menginduksi lipokortin. Lipokortin kemudian menghambat
aktivitas fosfolipase A2. Akibatnya menghambat pembentukan asam arakhidonat
dari fosfolipid. Selain itu triptolide dan tripdiolide juga menghambat induksi
terbentuknya siklooksigenase-2 sehingga tidak terbentuk prostaglandin dari asam
arakhidonat akibatnya mampu menekan gejala inflamasi, seperti pembengkakan
dini, kemerahan, dan nyeri.
H. Hipotesis
Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F memiliki efek anti-
inflamasi terhadap mencit betina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian daya anti-inflamasi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii
Hook. F. pada mencit putih betina merupakan jenis penelitian eksperimental
murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola satu arah.
Eksperimental murni artinya ada pemberian perlakuan pada subyek uji dan
terdapat kelompok kontrol serta membandingkan hasil perlakuan dengan
kelompok kontrol. Acak artinya setiap hewan uji mendapat kesempatan yang
sama untuk masuk dalam kelompok. Lengkap artinya seluruh subyek uji pada satu
kelompok perlakuan secara lengkap menerima satu macam perlakuan. Satu arah
artinya variabel bebas yang digunakan hanya satu.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel utama
1). Variabel bebas
Dosis sediaan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tiap
kg berat badan mencit betina yang diberikan pada mencit putih betina yang
mengalami radang buatan dengan karagenin pada waktu pengukuran
tertentu.
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2). Variabel tergantung
Penurunan bobot udema pada kaki mencit yang mengalami radang buatan
dengan karagenin akibat pemberian sediaan ekstrak etanolik akar
Tripterygium wilfordii Hook. F.
b. Variabel pengacau
1). Variabel pengacau terkendali
a) Umur mencit : 2 – 3 bulan
b) Jenis kelamin mencit : betina
c) Berat badan mencit : 20 – 30 gram
d) Galur mencit : Swiss
e) Keadaan hewan uji : sehat secara fisik
2). Variabel pengacau tak terkendali
Keadaan patologis hewan uji dan umur tanaman Tripterygium wilfordii
Hook. F.
2. Definisi operasional
a. Dosis sediaan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
Dosis diperoleh dengan menimbang sekian miligram serbuk ekstrak
etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. per kilogram berat badan dilarutkan
dengan CMC-Na 1 % kemudian diberikan secara peroral tiap kilogram berat
badan mencit.
b. Uji daya anti-inflamasi
Uji ini dilakukan dengan menggunakan mencit galur Swiss sebagai hewan
uji yang diradangkan telapak kaki kirinya, dan diukur bobot kakinya dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
memotong kedua kaki belakang mencit, kemudian ditimbang dan dibandingkan
dengan kelompok kontrol negatif karagenin 1% sub plantar.
c. Persentase daya anti-inflamasi
Persentase daya anti-inflamasi dihitung dari selisih perubahan bobot kaki
kontrol negatif karagenin 1% dengan perubahan bobot kaki yang terinflamasi
yang diobati dengan sediaan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
kemudian dibagi dengan perubahan bobot kaki kontrol negatif karagenin 1%
kemudian dikalikan seratus persen.
d. Daya anti-inflamasi
Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. pada 6 peringkat
dosis dapat dikatakan memiliki daya anti-inflamasi apabila mampu menurunkan
bobot udema kaki mencit dengan persentase penurunan bobot udema lebih dari
atau sama dengan 50%.
C. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai
berikut :
1. Hewan uji adalah mencit betina galur Swiss, dengan usia 2 – 3 bulan,
dengan berat badan 20 – 30 gram yang diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi & Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bahan uji yang digunakan adalah sediaan ekstrak etanolik akar
Tripterygium wilfordii Hook. F. yang diperoleh dari IOT. Sari Sehat - PT.
Capung Indah Abadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3. Karagenin sebagai zat peradang (inflamatogen) yang diproduksi oleh PT.
Bratacco.
4. Natrium diklofenak (tablet generik produksi PT. Phapros) sebagai kontrol
positif diperoleh dari Apotek Master, Sleman.
5. NaCl fisiologis 0,9 % (Otsuka) sebagai pensuspensi karagenin yang
diperoleh dari Apotek Kimia Farma, Sleman.
6. Carboxymethylcellulose-natrium (Bratacco) sebagai pensuspensi ekstrak
etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang diperoleh dari
Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
7. Aquadest yang diperoleh dari Alfa Kimia sebagai pelarut Natrium
diklofenak.
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Alat – alat gelas seperti beaker glass, labu takar, gelas ukur, pengaduk
bermerk Pyrex Iwaki Glass, Japan
2. Spuit injeksi oral (0,1 – 1,0 ml) yang ujungnya diberi bulatan kecil dengan
lubang ditengahnya agar tidak melukai hewan uji
3. Spuit injeksi subplantar (0,1 – 1,0 ml)
4. Neraca analitik Mettler Toledo AB 204
5. Gunting bedah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
E. Tata Cara Penelitian
1. Penyiapan hewan uji
Hewan uji yang dibutuhkan adalah 95 ekor mencit betina galur Swiss,
umur 2 – 3 bulan, berat badan 20 – 30 g. Hewan uji dibagi secara acak menjadi 2
kelompok. Kelompok untuk uji pendahuluan sebanyak 45 ekor dan kelompok
perlakuan sebanyak 50 ekor. Sebelum digunakan, hewan uji dipuasakan selama 18
– 24 jam tanpa menghentikan pemberian minum. Kelompok perlakuan terdiri dari
10 kelompok yang masing – masing terdiri dari 5 ekor, untuk perlakuan kontrol
negatif karagenin 1 %, kontrol negatif CMC-Na sebagai pensuspensi sediaan
ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F., kontrol negatif aquadest
sebagai pelarut Natrium diklofenak, kontrol positif Natrium diklofenak, dan
kelompok perlakuan sediaan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
dalam 6 peringkat dosis.
2. Pembuatan bahan uji
a. Pembuatan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. digiling kasar, kemudian dimaserasi
dengan 6,4 liter etanol 30% selama ½ jam, diinfusa selama ± 1 jam , kemudian
disaring. Hasil ekstrak dipekatkan, selanjutnya ditambahkan corn starch 200 gram
sebagai bahan pengisi (filler), dicampur merata kemudian dioven pada 75-80 oC.
Hasil ekstrak berupa powder 252,10 gram.
b. Pembuatan suspensi karagenin 1 %
Timbang 100 mg karagenin, larutkan dengan larutan NaCl fisiologis 0,9 %
dalam labu takar 10 ml sehingga diperoleh konsentrasi suspensi karagenin 1%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
sebagai zat inflamatogen pada kaki mencit. Apabila akan digunakan kembali
sebaiknya diletakkan dalam almari es.
c. Pembuatan larutan Natrium diklofenak
Natrium diklofenak yang digunakan dalam penelitian ini berupa tablet
generik 25 mg. Dosis Natrium diklofenak yang digunakan untuk penelitian
sebesar 4,48 mg/kg BB (Maryanto, 1997; Noni, Djunarko dan Donatus, 2003;
Rosiana, 2007).
1). Uji keseragaman bobot
Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu
per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan
kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak
mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan
kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar
dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B.
(Anonim,1979)
Penyimpangan Bobot rata-rata dalam % Bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang
26 mg sampai dengan 150 mg
151 mg sampai dengan 300 mg
lebih dari 300 mg
15 %
10%
7,5 %
5%
30%
20%
15%
10%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2). Penimbangan dan pembuatan larutan Natrium diklofenak
Apabila bobot tablet telah memenuhi uji keseragaman kemudian diambil
sejumlah tablet lalu digerus dan ditimbang. Konsentrasi Natrium
diklofenak yang diinginkan :
mlg/100,0027mlmg/102,7Cmg/ml0,27C
ml0,5g30xmg/kg4,48C
VBBxDC
===
=
=
Banyaknya serbuk yang akan ditimbang untuk mendapatkan zat aktif
Natrium diklofenak dengan konsentrasi 0,0027 g/10 ml didapat dengan
perhitungan :
digerusyangtabletberattotalxBA
Keterangan : A : jumlah Natrium diklofenak yang diinginkan B : jumlah Natrium diklofenak pada kemasan x jumlah tablet yang digerus Misalnya, berat total 4 tablet yang digerus = 0,7456 gram
Maka perhitungannya :
gram02,0
7456,0xg0,1
0,0027
=
gg
Sehingga banyaknya serbuk hasil pengerusan tablet Natrium diklofenak
yang ditimbang sebanyak 0,02 gram.
Ditimbang seksama sejumlah serbuk tablet Natrium diklofenak
(berdasarkan hasil perhitungan) dan dilarutkan dalam aquadest sampai
diperoleh konsentrasi tertentu menggunakan labu ukur 10 ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
d. Pembuatan CMC-Na 1 %
Timbang 1 g CMC-Na, disuspensikan sampai 100 ml dengan aquadest
hangat, kemudian aduk sampai diperoleh larutan yang homogen
3. Perhitungan dan penetapan dosis
a. Karagenin
Menurut Williamson (1996), konsentrasi karagenin yang digunakan pada
mencit adalah 1% dengan volume 0,05 ml. 0,05 ml karagenin 1% adalah
volume pemberian untuk mencit dengan berat 20 g sehingga dosis bisa
dicari dengan
rumus: V ml = mlmgC
kgBBxBBkgmgD/
/
0,05 ml = mlmg
kgxBBkgmgD/10
02,0/
D = 25 mg/kg BB
b. Natrium diklofenak
Dosis Natrium diklofenak yang digunakan pada penelitian anti-inflamasi
yaitu 4,48 mg/kg BB. Dosis ini berdasarkan hasil penelitian Maryanto
(1997) dengan cara perhitungan :
dosis untuk tikus 250 g = 40 mg/kg BB
dosis untuk tikus 200 g = BBmg/kg3240x250200
=
konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 g = 0,14 x 32mg/kg BB
= 4,48 mg/kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
c. CMC- Na 1%
Sebagai kontrol negatif CMC 1% diberikan secara per oral, dan volume
pemberian maksimal pada mencit adalah 1ml, diketahui berat mencit
maksimal dalam penelitian ini adalah 30 g sehingga bisa dihitung dengan
rumus:
V ml = mlmgC
kgBBxBBkgmgD/
/
1 ml = mlmg
kgxBBkgmgD/10
03,0/
D = 333,3 mg/kg BB
d. Penetapan dosis sediaan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
Berdasarkan literatur didapat dosis ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F.
untuk rheumatoid arthritis sebesar 30 mg/hari (Briggs, Cheiman dan Clark, 2004;
Swain, 2005) dan 180-360 mg/hari (Anonim, 2008b) pada manusia berat badan 70
kg. Sedangkan dosis dari IOT. Sari Sehat – PT. Capung Indah Abadi sebesar
1500 mg/hari pada manusia berat badan 50 kg. Cara pemberian ekstrak etanolik
akar Tripterygium wilfordii Hook. F. ini dibuat dalam bentuk suspensi. Dalam
penelitian digunakan 6 peringkat dosis, yaitu : 1/81, 1/27, 1/9, 1 / 3 kali, 1 kali dan 3
kali dosis 1500 mg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Berikut ini ialah rincian konversi dosis manusia 70 kg ke mencit 20 gram
dengan faktor konversi 0,0026 :
a. 1 / 81 kali dosis = 1 / 81 x 1500 mg
=18,52 mg /50 kg = 25,93 mg/70kg
Konversi ke mencit 20 gram = 25,93 mg/70 kg BB x 0,0026
= 0,067418 mg/20 gram BB
= 3,37 mg/kg BB
b. 1 / 27 kali dosis = 1 / 27 x 1500 mg
= 55,56 mg /50 kg = 77,78 mg/70kg
Konversi ke mencit 20 gram = 77,78 mg/70 kg BB x 0,0026
= 0,2022 mg/20 gram BB
= 10,11 mg/kg BB
c. 1 / 9 kali dosis = 1 / 9 x 1500 mg
= 166,67 mg /50 kg = 233,34 mg/70kg
Konversi ke mencit 20 gram = 233,34 mg/70 kg BB x 0,0026
= 0,6067 mg/20 gram BB
= 30,35 mg/kg BB
d. 1 / 3 kali dosis = 1 / 3 x 1500 mg
= 500 mg /50 kg = 700 mg/70kg
Konversi ke mencit 20 gram = 700 mg/70 kg BB x 0,0026
= 1,82 mg/20 gram BB
= 91 mg/kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
e. 1 kali dosis = 1 x 1500 mg
= 1500 mg /50 kg = 2100 mg/70kg
Konversi ke mencit 20 gram = 2100 mg/70 kg BB x 0,0026
= 5,46 mg/20 gram BB
= 273 mg/kg BB
f. 3 kali dosis = 3 x 1500 mg
= 4500 mg /50 kg = 6300 mg/70 kg
Konversi ke mencit 20 gram = 6300 mg/70 kg BB x 0,0026
= 16,38 mg/20 gram BB
= 819 mg/kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
4. Uji pendahuluan
Empat puluh lima ekor mencit dibagi menjadi dua kelompok; kelompok A dan kelompok B
Keterangan :
Kelompok A terdiri dari 20 ekor yang dibagi menjadi 4
kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit
Kelompok B terdiri dari 25 ekor yang dibagi menjadi 5
kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit
Kel. I
Kel. II
Kel. III
Kel. IV
Kel. V
Kel. VI
Kel. VII
Kel. VIII
Kel. IX
Diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB
Injeksi karagenin 1% subplantar pada kaki kiri sedangkan kaki kanan hanya
disuntik tanpa karagenin 1%
Beberapa jam sesudahnya
(berdasarkan hasil uji pendahuluan
kelompok A)
Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural
Injeksi karagenin 1% subplantar pada kaki kiri sedangkan kaki kanan hanya
disuntik tanpa karagenin 1%
Ditimbang
Kelompok A : Kelompok uji pendahuluan waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1% Kelompok B : Kelompok uji pendahuluan waktu pemberian Natrium diklofenak dosis efektif
(4,48 mg/kg BB) Kel. I : Kelompok pemotongan kaki 1 jam setelah injeksi karagenin 1% Kel. II : Kelompok pemotongan kaki 2 jam setelah injeksi karagenin 1% Kel. III : Kelompok pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1% Kel. IV : Kelompok pemotongan kaki 4 jam setelah injeksi karagenin 1% Kel. V : Kelompok pemberian Natrium diklofenak 15 menit sebelum injeksi karagenin 1% Kel. VI : Kelompok pemberian Natrium diklofenak 30 menit sebelum injeksi karagenin 1% Kel. VII : Kelompok pemberian Natrium diklofenak 45 menit sebelum injeksi karagenin 1% Kel. VIII : Kelompok pemberian Natrium diklofenak 60 menit sebelum injeksi karagenin 1% Kel. IX : Kelompok pemberian Natrium diklofenak 90 menit sebelum injeksi karagenin 1%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
5. Perlakuan hewan uji
Lima puluh ekor mencit dibagi menjadi 10 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor
Kel. II
Kel. III
Kel. IV
Kel. V
Kel. VI
Kel. VII
Kel. VIII
Kel. IX
Kel. X
Diberi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. secara per oral
Injeksi karagenin 1% subplantar pada kaki kiri sedangkan kaki kanan hanya disuntik
tanpa karagenin 1%
Kel.
Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural
Ditimbang
3 jam sesudahnya
90 menit sesudahnya
I
Keterangan : Kelompok I : Kelompok kontrol negatif karagenin 1% Kelompok II : Kelompok kontrol negatif aquadest Kelompok III : Kelompok kontrol negatif CMC-Na Kelompok IV : Kelompok kontrol positif Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB Kelompok V : Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
dosis 3,37 mg/kg BB Kelompok VI : Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
dosis 10,11 mg/kg BB Kelompok VII : Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
dosis 30,35 mg/kg BB Kelompok VIII : Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
dosis 91 mg/kg BB Kelompok IX : Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
dosis 273 mg/kg BB Kelompok X : Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
dosis 819 mg/kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
6. Perhitungan persentase daya anti – inflamasi
Dari hasil penimbangan berat kedua kaki belakang hewan uji untuk
masing-masing peringkat dosis bisa dicari prosentase anti – inflamasi.
Adapun rumus menururt Langford dkk. (1972) adalah sebagai berikut:
Persentase daya anti – inflamasi = 100xD
DU − %
Karena prosentase respon anti-inflamasi dihitung dari pengurangan bobot
udema, maka rumus di atas diubah menjadi :
Persentase daya anti – inflamasi = 100xU
DU − %
Keterangan : U = bobot kaki pelarut/pensuspensi yang terinduksi karagenin – bobot
kaki normal D = bobot kaki perlakuan – bobot kaki normal
7. Perhitungan potensi relatif daya anti – inflamasi
Persentase potensi relatif daya anti – inflamasi = 100xRndRtw %
Keterangan : Rtw = % daya anti-inflamasi kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar
Tripterygium wilfordii Hook. F. Rnd = % daya anti-inflamasi kelompok Natrium diklofenak
F. Analisis Hasil
Data yang telah diperoleh dianalisis secara non parametrik dengan
Kolmogorov – Smirnov satu sample untuk mengetahui pola distribusi data.
Setelah data terdistribusi normal, dilanjutkan dengan uji homogenitas variansi.
Apabila data yang diperoleh memiliki variansi yang homogen, maka dilanjutkan
dengan uji analysis of variance (ANOVA) one way taraf kepercayaan 95% untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
mengetahui adanya perbedaan pada kelompok perlakuan. Setelah itu, untuk
menguji perbedaan hasil tersebut bermakna atau tidak bermakna secara statistik,
maka dilanjutkan dengan uji Scheffe. Apabila hasil yang diperoleh memiliki nilai
signifikansi (p) < 0,05 maka perbedaan tersebut bermakna secara statistik. Jika
signifikansi (p) > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik.
Apabila variansi data tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji non-
parametrik Kruskal Wallis dan untuk menguji perbedaan hasil tersebut berbeda
bermakna atau tidak bermakna secara statistik, maka dilanjutkan dengan uji Mann
Whitney. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik jika nilai signifikansi (p) <
0,05 dan tidak bermakna jika nilai signifikansi (p) > 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Pendahuluan
Pada uji pendahuluan ini dilakukan 2 jenis uji, yaitu uji pendahuluan
penetapan selang waktu pemotongan kaki dan uji pendahuluan penetapan selang
waktu pemberian Natrium diklofenak. Tujuan dilakukan uji pendahuluan adalah
untuk memaksimalkan metode uji yang digunakan sehingga didapat hasil yang
lebih valid dan akurat.
1. Hasil uji pendahuluan penetapan selang waktu pemotongan kaki
Uji pendahuluan penetapan selang waktu pemotongan kaki dilakukan
dengan cara menyuntikkan karagenin 1% dalam waktu 1, 2, 3, 4 jam sebelum
pemotongan kaki. Tujuan uji ini adalah untuk mendapatkan waktu yang paling
optimal terjadinya udem pada telapak kaki mencit. Hasil uji penetapan selang
waktu pemotongan kaki dapat dilihat pada tabel I dan gambar 7. Hasil uji
pendahuluan ini akan digunakan untuk uji-uji selanjutnya.
Tabel I. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki
Selang Waktu Pemotongan Kaki (jam) Rata-rata bobot udema kaki (g) ± SE (n = 5)
1 0,0302 ± 0,0033
2 0,0417 ± 0,0045
3 0,0620 ± 0,0055
4 0,0618 ± 0,0044
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
0
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
1 2 3 4Waktu (jam)
Rat
a-ra
ta b
obot
ude
ma
kaki
men
cit
Gambar 7. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1%
subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki
Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu, bobot udem
semakin meningkat. Bobot udem kaki mencit kemudian dianalisis dengan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk melihat kenormalan distribusi datanya. Dari hasil
analisis didapat bahwa distribusi data normal ditandai dengan nilai p > 0,05
sehingga dapat dilanjutkan analisis dengan uji Anova satu arah dengan taraf
kepercayaan 95%.
Tabel II. Rangkuman hasil uji Homogenitas Variansi data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,088 3 16 0,382
Salah satu syarat untuk dapat melanjutkan ke uji Anova satu arah adalah
pada uji homogenitas variansi memiliki nilai p > 0,05. Tujuan dari uji ini adalah
untuk melihat variansi datanya. Pada uji homogenitas variansi jika p < 0,05 maka
Hipotesis nol (Ho) ditolak. Hasil uji homogenitas variansi bobot udema kaki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
mencit pada tabel II memiliki nilai p 0,382 (p > 0,05) berarti Ho diterima, yang
artinya tidak ada perbedaan variansi antar kelompok data yang dibandingkan atau
variansi datanya sama sehingga pada uji Anova berikutnya akan didapat hasil
yang valid.
Tabel III. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki
keterangan df F Probabilitas (p)
bobot udema antar kelompok perlakuan
3 12,287 0,000
Hasil analisis uji Anova satu arah menunjukkan bahwa bobot udem
antarkelompok perlakuan memiliki nilai p < 0,05 artinya bahwa paling tidak
terdapat perbedaan bobot udem secara bermakna pada dua kelompok. Untuk
melihat kelompok mana saja yang memiliki perbedaan bermakna maka perlu
dilanjutkan analisis Post Hoc menggunakan uji Scheffe.
Tabel IV. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki
Perbandingan Bobot Udema Kaki Mencit Antar Waktu Jam ke- X
Keterangan :
± SE Jam ke-1
Jam ke-2
Jam ke-3
Jam ke-4
1 0,0302 ± 0,0033 - tb bb bb
2 0,0417 ± 0,0045 tb - bb bb
3 0,0620 ± 0,0055 bb bb - tb
4 0,0618 ± 0,0044 bb bb tb -
X : Rata-rata bobot udem SE : Standar error bb : berbeda bermakna tb : berbeda tidak bermakna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Dari hasil uji Scheffe didapat bahwa kelompok pemotongan kaki 1 jam
setelah injeksi karagenin 1% berbeda tidak bermakna dengan kelompok
pemotongan kaki 2 jam setelah injeksi karagenin 1% namun berbeda bermakna
dengan kelompok pemotongan kaki 3 dan 4 jam setelah injeksi karagenin 1%.
Kelompok pemotongan kaki 2 jam setelah injeksi karagenin berbeda tidak
bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 1 jam setelah injeksi karagenin 1%
namun berbeda bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 3 dan 4 jam setelah
injeksi karagenin 1%.
Rata-rata bobot udema kaki mencit semakin meningkat dengan semakin
lamanya waktu. Rata-rata bobot udema yang paling besar terjadi pada kelompok
pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1%. Pada kelompok pemotongan
kaki 4 jam setelah injeksi karagenin 1% ini memiliki rata-rata bobot udema kaki
yang lebih kecil dibanding kelompok pemotongan kaki 3 jam. Hal ini
menandakan bahwa semakin lama waktu pemotongan, bobot udem akan semakin
menurun atau dengan kata lain kemampuan karagenin dalam menimbulkan udem
akan berkurang. Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa kelompok pemotongan
kaki 4 jam berbeda tidak bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 3 jam
setelah injeksi karagenin 1%. Apabila dilihat dari rata-rata bobot udem yang
dihasilkan, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok pemotongan kaki 3 jam
setelah injeksi karagenin 1% memiliki nilai yang terbesar. Artinya bahwa
kelompok pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1% telah
menghasilkan udem yang optimal, sehingga dipilih selang waktu pemotongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1% sebagai waktu yang optimal terbentuknya
udema.
Penelitian ini menggunakan metode radang telapak kaki oleh Langford
dkk. (1972) yang telah dimodifikasi. Terjadinya udema diinduksi oleh karagenin.
Menurut Rainsford (cit., Supriatna, 2002), mekanisme karagenin dalam
menimbulkan udema dibagi menjadi dua fase. Fase pertama terjadi dalam waktu 1
jam pertama setelah injeksi karagenin melalui mekanisme udema yang ditandai
dengan dilepaskannya histamin dan serotonin (5-hidroksitritamin) dari sel mast
dan diikuti dengan terbentuknya kinin dalam aliran darah. Mediator-mediator
tersebut menyebabkan gangguan pembuluh darah sehingga jaringan mengalami
inflamasi. Pelepasan amin dan kinin masih terus berlanjut hingga fase kedua dan
diikuti oleh terjadinya ekstravasasi protein plasma dan penetrasi sel-sel inflamasi
dalam jaringan terinflamasi dan fase kedua (dalam waktu 3-5 jam setelah injeksi
karagenin) terjadi pelepasan enzim lisosomal. Enzim ini mengawali terjadinya
gangguan jaringan dan diikuti produksi radikal bebas yang dapat merusak
jaringan. Produksi radikal bebas ini menyebabkan pembentukan lipid peroksida
reaktif yang akan menstimulasi aktivitas fosfolipase pada fosfolipid sehingga akan
terbentuk asam arakhidonat yang kemudian akan memproduksi prostaglandin.
2. Hasil uji pendahuluan penetapan selang waktu pemberian Natrium diklofenak
Pada penelitian ini tidak dilakukan uji penetapan dosis efektif Natrium
diklofenak. Dosis efektif Natrium diklofenak yang digunakan pada penelitian ini
sebesar 4,48 mg/kg BB. Dosis ini dipilih berdasarkan penelitian sebelumnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
(Maryanto, 1997; Noni dkk., 2003; Rosiana, 2007). Pada penelitian terdahulu,
dosis Natrium diklofenak paling efektif adalah sebesar 4,48 mg/kg BB.
Uji pendahuluan penetapan selang waktu pemberian Natrium diklofenak
bertujuan untuk mengetahui waktu saat Natrium diklofenak mampu memberikan
penurunan udema kaki mencit yang berarti. Uji ini dilakukan dengan cara
pemberian Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB pada selang waktu tertentu
(15, 30, 45, 60, dan 90) menit sebelum injeksi karagenin 1%.
Rata-rata bobot udema kaki mencit pada tiap kelompok dapat dilihat pada
tabel V dan grafik pada gambar 8. Dari tabel V dan gambar 8 menunjukkan bahwa
pada pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu 45 menit
sebelum injeksi karagenin 1% terjadi peningkatan rata-rata bobot udema
dibandingkan dengan selang waktu 15 dan 30 menit. Pada selang waktu
pemberian Natrium diklofenak 15 menit sebelum injeksi karagenin 1%, rata-rata
bobot udema kaki mencit lebih kecil dibanding kelompok selang waktu pemberian
Natrium diklofenak 30 dan 45 menit sebelum karagenin 1%. Natrium diklofenak
cepat diabsorpsi sesudah pemberian secara per oral. Natrium diklofenak yang
disuntikkan pada mencit berupa larutan sehingga dalam waktu 15 menit, zat aktif
Natrium diklofenak sudah terabsorbsi dan mulai beredar dalam sirkulasi sehingga
memberikan efek berupa penurunan udem. Pada selang waktu pemberian 30 dan
45 menit mulai terjadi peningkatan rata-rata bobot udem. Pada selang waktu 60
menit dan 90 menit, terjadi penurunan rata-rata bobot udema kaki mencit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel V. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu
Waktu pemberian
sebelum injeksi karagenin 1% (menit)
Rata-rata bobot udema kaki mencit (g)
± SE (n = 5)
15 0,0289 ± 0,0045
30 0,0291 ± 0,0028
45 0,0334 ± 0,0041
60 0,0241 ± 0,0018
90 0,0152 ± 0,0029
00,005
0,010,0150,02
0,0250,03
0,0350,04
15 30 45 60 90waktu (menit)
Rat
a-ra
ta b
obot
ude
ma
kaki
men
cit (
g)
Gambar 8. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu
Bobot udem kaki mencit kemudian dianalisis dengan uji Kolmogorov-
Smirnov untuk melihat kenormalan distribusi datanya. Dari hasil analisis didapat
bahwa distribusi data normal ditandai dengan nilai p > 0,05 sehingga dapat
dilanjutkan analisis dengan uji Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tabel VI. Rangkuman hasil uji Homogenitas Variansi data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,372 4 20 0,279
Salah satu syarat untuk dapat melanjutkan ke uji Anova satu arah adalah
pada uji homogenitas variansi memiliki nilai p > 0,05. Tujuan dari uji ini adalah
untuk melihat variansi datanya. Pada uji homogenitas variansi jika p < 0,05 maka
Hipotesis nol (Ho) ditolak. Hasil uji homogenitas variansi bobot udem kaki
mencit pada tabel VI memiliki nilai p 0,279 (p > 0,05) berarti Ho diterima, yang
artinya tidak ada perbedaan variansi antar kelompok data yang dibandingkan atau
variansi datanya sama sehingga pada uji Anova berikutnya akan didapat hasil
yang valid.
Tabel VII. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu
keterangan df F Probabilitas (p) Bobot udema antar kelompok
perlakuan 4 4,240 0,012
Hasil analisis uji Anova satu arah menunjukkan bahwa bobot udem
antarkelompok perlakuan memiliki nilai p < 0,05 artinya bahwa terdapat
perbedaan bobot udem secara bermakna pada kelompok tersebut. Untuk melihat
kelompok mana saja yang memiliki perbedaan bermakna maka perlu dilanjutkan
analisis Post hoc menggunakan uji Scheffe.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel VIII. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada rentang waktu tertentu
Perbandingan bobot udema kaki
mencit antar kelompok Kelompok X
± SE
I II III IV V
I 0,0289 ±0,0045 - tb tb tb tb
II 0,0291 ±0,0028 tb - tb tb tb
III 0,0334 ±0,0041 tb tb - tb bb
IV 0,0241 ±0,0018 tb tb tb - tb
V 0,0152 ±0,0029 tb tb bb tb -
Keterangan : I = pemberian Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB 15 menit sebelum injeksi karagenin 1%
subplantar II = pemberian Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB 30 menit sebelum injeksi karagenin 1%
subplantar III = pemberian Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB 45 menit sebelum injeksi karagenin 1%
subplantar IV = pemberian Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB 60 menit sebelum injeksi karagenin 1%
subplantar V = pemberian Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB 90 menit sebelum injeksi karagenin 1%
subplantar bb = berbeda bermakna tb = berbeda tidak bermakna X = rata-rata bobot udema
SE = standar error
Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa kelompok yang diberi Natrium
diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB selang waktu 15 menit sebelum injeksi karagenin
1% berbeda tidak bermakna dengan kelompok yang diberi Natrium diklofenak
dosis 4,48 mg/kg BB selang waktu 30, 45, 60, dan 90 menit sebelum injeksi
karagenin 1%. Kelompok yang diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB
selang waktu 30 menit berbeda tidak bermakna dengan kelompok yang diberi
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB selang waktu 15, 45, 60, dan 90 menit
sebelum injeksi karagenin. Kelompok yang diberi Natrium diklofenak dosis 4,48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
mg/kg BB selang waktu 45 menit sebelum injeksi karagenin 1% berbeda
bermakna dengan kelompok yang diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB
selang waktu 90 menit sebelum injeksi karagenin 1%.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dipilih waktu paling optimal
Natrium diklofenak dalam menghambat udema yaitu selang waktu 90 menit
sebelum injeksi karagenin 1%. Pada selang waktu 90 menit ini, rata-rata bobot
udema kaki mencit yang dihasilkan paling kecil dibandingkan kelompok lain.
Natrium diklofenak mampu memberikan penurunan udema yang berarti pada
selang waktu 90 menit sebelum injeksi karagenin 1% karena walaupun waktu
paruh Natrium diklofenak singkat yaitu 1 – 3 jam, namun Natrium diklofenak
diakumulasi dalam cairan sinovia sehingga efek terapi di sendi jauh lebih panjang
dari waktu paruh obat tersebut. Hasil uji pendahuluan selang waktu pemberian
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB ini selanjutnya akan digunakan pada
perlakuan pemberian ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
B. Hasil Uji Daya Anti-inflamasi pada Mencit
Penelitian daya anti-inflamasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah
ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. ini memiliki daya anti
inflamasi serta untuk mengetahui berapa persentase daya anti inflamasi dan
potensi relatif yang dihasilkan. Pengujian daya anti inflamasi dengan
menggunakan metode induksi udema oleh Langford dkk. yang telah dimodifikasi
ini ditandai dengan penurunan bobot udema pada telapak kaki mencit yang telah
disuntik dengan karagenin 1% subplantar akibat pemberian ekstrak etanolik akar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tripterygium wilfordii Hook. F. Metode induksi udema ini merupakan metode
yang umum dilakukan yaitu berdasarkan pada kemampuan setiap zat untuk
menghambat udema pada kaki belakang dari hewan uji setelah injeksi zat
peradang. Metode induksi udema ini dipilih karena dari segi peralatan murah,
bahan dan cara kerjanya sederhana.
Pelarut yang digunakan untuk melarutkan Natrium diklofenak adalah
aquadest, sedangkan pensuspensi ekstrak etanolik akar Tripterigium wilfordii
Hook. F. adalah CMC-Na. Kontrol aquadest diperlukan untuk mengetahui ada
tidaknya daya anti-inflamasi yang ditimbulkan oleh aquadest sehingga dapat
mempengaruhi daya anti-inflamasi Natrium diklofenak. Demikian juga dengan
CMC-Na, CMC-Na sebagai kontrol negatif ekstrak perlu diuji untuk mengetahui
apakah CMC-Na memiliki daya anti-inflamasi yang dapat mempengaruhi daya
anti-inflamasi ekstrak yang diteliti. Natrium diklofenak digunakan sebagai kontrol
positif karena Natrium diklofenak memiliki sifat anti-inflamasi dengan
menghambat siklooksigenase. Natrium diklofenak termasuk golongan OAINS
yang terkuat daya anti-radangnya dengan efek samping yang tidak terlalu besar
dibanding golongan OAINS lain yang juga memiliki sifat yang kuat sebagai anti-
radang. Selain itu Natrium diklofenak juga bersifat cukup selektif menghambat
COX-2 sehingga COX-1 (perlindungan terhadap mukosa lambung) tidak
dihambat.
Dari tabel IX dan grafik pada gambar 9 dapat dilihat bahwa kelompok
karagenin 1% memiliki rata-rata bobot udema paling besar. Hal ini dikarenakan
pada kelompok ini hewan uji hanya disuntik karagenin 1% secara subplantar pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
kaki kiri sedangkan kaki kanan disuntik dengan jarum tanpa suspensi karagenin
1% serta tidak diberi perlakuan secara per oral. Bobot udema yang terbentuk
merupakan akibat dari induksi karagenin sehingga dapat dikatakan bahwa
karagenin dapat menyebabkan terbentuknya radang pada telapak kaki mencit.
Kontrol positif Natrium diklofenak dosis 4, 48 mg/kg BB memiliki rata-rata bobot
udema kaki mencit paling kecil dibanding kelompok yang lainnya. Hal ini
dikarenakan Natrium diklofenak memiliki daya anti-inflamasi sehingga mampu
menurunkan udema yang terbentuk akibat induksi karagenin. Pada kelompok
perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. memiliki rata-rata
bobot udema yang berbeda-beda.
Tabel IX. Rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar pada kelompok kontrol dan perlakuan
Kelompok Rata-rata bobot udema kaki mencit (g) ± SE
Kontrol negatif karagenin 1% 0,0620 ± 0,0055 Kontrol negatif aquadest 0,0498 ± 0,0079 Kontrol negatif CMC-Na 0,0481 ± 0,0038 Kontrol positif Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB 0,0152 ± 0,0029 Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 3,37 mg/kg BB 0,0326 ± 0,0047
Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 10,11 mg/kg BB 0,0499 ± 0,0083
Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 30,35 mg/kg BB 0,0376 ± 0,0044
Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 91 mg/kg BB 0,0409 ± 0,0044
Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F dosis 273 mg/kg BB 0,0451 ± 0,0032
Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 819 mg/kg BB 0,0599 ± 0,0039
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
0
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
0,08
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kelompok
Rat
a-ra
ta b
obot
ude
ma
(g)
Gambar 9. Grafik rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat karagenin 1%
subplantar pada kelompok kontrol dan perlakuan Keterangan : 1 = kelompok kontrol negatif karagenin 1% 2 = kelompok kontrol negatif aquadest 3 = kelompok kontrol negatif CMC-Na 1% 4 = kelompok kontrol positif Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB 5 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 3,37 mg/kg BB 6 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 10,11 mg/kg BB 7 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 30,35 mg/kg BB 8 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 91 mg/kg BB 9 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 273 mg/kg BB 10 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 819 mg/kg BB
Kelompok aquadest dan CMC-Na memiliki rata-rata bobot udema yang
lebih rendah dibanding kelompok karagenin 1% yang berarti kelompok aquadest
dan CMC-Na mampu menurunkan bobot udema meskipun kemampuannya tidak
sebesar kemampuan Natrium diklofenak. Oleh karena itu, untuk mengetahui
besarnya daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh Natrium diklofenak maka perlu
dihitung persentase daya anti-inflamasi Natrium diklofenak dari hasil
pengurangan dengan aquadest sebagai pelarut Natrium diklofenak. Demikian juga
untuk mengetahui besarnya daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh ekstrak
etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F perlu dihitung persentase daya anti-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
inflamasinya melalui pengurangan dengan CMC-Na sebagai pensuspensi ekstrak
sehingga persentase daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh Natrium diklofenak
murni disebabkan oleh Natrium diklofenak sendiri tanpa adanya pengaruh dari
aquadest sebagai pelarut begitu juga dengan persentase daya anti-inflamasi yang
ditimbulkan oleh ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. murni
tanpa adanya pengaruh dari CMC-Na sebagai pensuspensi.
Hasil perhitungan persentase daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan setelah dilakukan pengurangan dengan pelarut maupun
pensuspensi dapat dilihat pada tabel X dan grafik pada gambar 10.
Tabel X. Rata-rata persentase daya anti-inflamasi pada kelompok kontrol dan perlakuan
Kelompok Daya anti-inflamasi (%) ± SE (n = 5)
Kontrol negatif aquadest 0,00 ± 15,83 Kontrol negatif CMC-Na 1% 0,00 ± 7,81 Kontrol positif Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB 69,44 ± 5,80 Ekstrak etanolik akar Tripterigium wilfordii Hook. F dosis 3,37 mg/kg BB 32,28 ± 9,67
Ekstrak etanolik akar Tripterigium wilfordii Hook. F dosis 10,11 mg/kg BB -3,83 ± 17,19
Ekstrak etanolik akar Tripterigium wilfordii Hook. F dosis 30,35 mg/kg BB 21,80 ± 9,16
Ekstrak etanolik akar Tripterigium wilfordii Hook. F dosis 91 mg/kg BB 14,85 ± 9,22
Ekstrak etanolik akar Tripterigium wilfordii Hook. F dosis 273 mg/kg BB 6,16 ± 6,72
Ekstrak etanolik akar Tripterigium wilfordii Hook. F dosis 819 mg/kg BB -24,62 ± 8,17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
-40
-20
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9
kelompok
Day
a A
nti I
nfla
mas
i (%
)
Gambar 10. Grafik rata-rata daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan perlakuan
Keterangan : 1 = kelompok kontrol negatif aquadest 2 = kelompok kontrol negatif CMC-Na 1% 3 = kelompok kontrol positif Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB 4 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 3,37 mg/kg BB 5 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 10,11 mg/kg BB 6 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 30,35 mg/kg BB 7 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 91 mg/kg BB 8 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 273 mg/kg BB 9 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 819 mg/kg BB
Kelompok aquadest dan CMC-Na merupakan kelompok kontrol negatif
sehingga dari dari tabel X dan grafik 10 hasil perhitungan persentase daya anti-
inflamasi setelah dikurangi dengan pelarut maupun pensuspensi menunjukkan
bahwa kedua kelompok tersebut tidak memiliki daya anti-inflamasi (nilai
persentase daya anti-inflamasinya sebesar nol). Persentase daya anti-inflamasi
kelompok Natrium diklofenak dan kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar
Tripterygium wilfordii Hook. F. diperoleh dari hasil pengurangan dengan aquadest
(untuk Natrium diklofenak) dan CMC-Na (untuk ekstrak etanolik akar
Tripterygium wilfordii Hook. F.) sehingga daya anti-inflamasi yang dihasilkan
oleh kontrol positif Natrium diklofenak dan 6 peringkat dosis ekstrak etanolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
akar Tripterygium wilfordii Hook. F. murni ditimbulkan oleh sediaan itu sendiri
tanpa adanya pengaruh dari aquadest sebagai pelarut maupun CMC-Na sebagai
pensuspensi.
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Natrium diklofenak memiliki
persentase daya anti-inflamasi yang paling tinggi, yang berarti kemampuan
Natrium diklofenak dalam menghambat udema paling besar dibandingkan
kelompok lain. Kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
dosis 10,11 mg/kg BB (kelompok 5) dan 819 mg/kg BB (kelompok 9) memiliki
nilai yang negatif yang berarti kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan
dalam menimbulkan udema yang lebih besar daripada kemampuan karagenin.
Persentase daya anti-inflamasi pada tiap kelompok kemudian dianalisis
dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat kenormalan distribusi datanya.
Dari hasil analisis didapat bahwa distribusi data normal ditandai dengan nilai p >
0,05 sehingga dapat dilanjutkan analisis dengan uji Anova satu arah dengan taraf
kepercayaan 95%.
Tabel XI. Rangkuman hasil uji Homogenitas Variansi daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan perlakuan
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,185 8 36 0,335
Salah satu syarat untuk dapat melanjutkan ke uji Anova satu arah adalah
pada uji homogenitas variansi memiliki nilai p > 0,05. Tujuan dari uji ini adalah
untuk melihat variansi datanya. Pada uji homogenitas variansi jika p < 0,05 maka
Hipotesis nol (Ho) ditolak. Hasil uji homogenitas variansi persentase daya anti-
inflamasi antar kelompok kontrol dan perlakuan pada tabel XI memiliki nilai p
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
0,335 (p > 0,05) berarti Ho diterima, yang artinya tidak ada perbedaan variansi
antar kelompok data yang dibandingkan atau variansi datanya sama sehingga pada
uji Anova berikutnya akan didapat hasil yang valid.
Tabel XII. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan perlakuan
kelompok df F Probabilitas (p)
Daya anti-inflamasi antarkelompok perlakuan 8 6,340 0,000
Hasil analisis uji Anova satu arah menunjukkan bahwa persentase daya
anti-inflamasi antarkelompok perlakuan memiliki nilai p < 0,05 artinya bahwa
terdapat perbedaan daya anti-inflamasi secara bermakna antarkelompok tersebut.
Untuk melihat kelompok mana saja yang memiliki perbedaan bermakna maka
perlu dilanjutkan analisis Post hoc menggunakan uji Scheffe.
Hasil uji Scheffe pada tabel XIII dapat dilihat bahwa kelompok aquadest
sebagai pelarut Natrium diklofenak (kelompok I) dan kelompok CMC-Na sebagai
pensuspensi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. (kelompok II)
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol positif
Natrium diklofenak (kelompok III). Hal ini berarti bahwa kelompok aquadest dan
CMC-Na tidak memiliki daya anti-inflamasi.
Kelompok kontrol positif Natrium diklofenak (kelompok III) memiliki
perbedaan yang tidak bermakna dengan kelompok ekstrak etanolik akar
Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 3,37 mg/kg BB (kelompok IV), dosis 30,35
mg/kg BB (kelompok VI), dan dosis 91 mg/kg BB (kelompok VII). Namun ketiga
kelompok tersebut juga memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap
kelompok kontrol negatif CMC-Na.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel XIII. Rangkuman hasil uji Scheffe daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan perlakuan
Perbandingan antar kelompok Kelompok
Daya anti-inflamasi (%) ± SE (n = 5) I II III IV V VI VII VIII IX
I 0,00 ± 15,83 - tb bb tb tb tb tb tb tb II 0,00 ± 7,81 tb - bb tb tb tb tb tb tb III 69,44 ± 5,80 bb bb - tb bb tb tb bb bb IV 32,28 ± 9,67 tb tb tb - tb tb tb tb tb V -3,83±17,19 tb tb bb tb - tb tb tb tb VI 21,80 ± 9,16 tb tb tb tb tb - tb tb tb VII 14,85 ± 9,22 tb tb tb tb tb tb - tb tb VIII 6,16 ± 6,72 tb tb bb tb tb tb tb - tb IX -24,62±8,17 tb tb bb tb tb tb tb tb -
Keterangan : I = kelompok kontrol negatif aquadest II = kelompok kontrol negatif CMC-Na 1% III = kelompok kontrol positif Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB IV = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 3,37 mg/kg BB V = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 10,11 mg/kg BB VI = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 30,35 mg/kg BB VII = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 91 mg/kg BB VIII = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 273 mg/kg BB IX = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 819 mg/kg BB tb = berbeda tidak bermakna (p > 0,05) bb = berbeda bermakna (p < 0,05) SE = standar error
Persentase daya anti-inflamasi ketiga dosis ekstrak etanolik akar
Tripterygium wilfordii Hook. F. (dosis 3,37; 30,35 dan 91 mg/kg BB) berturut-
turut yaitu 32,28 %; 21,80 % dan 14,85 %. Persentase daya anti-inflamasi tersebut
kurang dari 50 % sehingga tidak dapat dikatakan memiliki daya anti-inflamasi
yang sama dengan Natrium diklofenak, namun dari hasil uji Scheffe yang
menunjukkan bahwa ketiga dosis tersebut berbeda tidak bermakna dengan
Natrium diklofenak tidak dapat diabaikan begitu saja sehingga dapat disimpulkan
bahwa ketiga dosis ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
memiliki kemampuan dalam menurunkan bobot udema kaki mencit. Udema
merupakan salah satu tanda dan gejala dari inflamasi.
Hal-hal yang menyebabkan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii
Hook. F. tidak memiliki daya anti-inflamasi, antara lain dikarenakan jumlah
sampel pada tiap-tiap kelompok perlakuan yang terlalu sedikit (n = 5). Semakin
besar sampel maka akan semakin menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Selain itu dapat disebabkan karena faktor frekuensi pemberian. Kemampuan
sebagai anti-inflamasi antara ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
tidak dapat dikatakan sama dengan Natrium diklofenak karena Natrium
diklofenak merupakan obat sintetik dengan satu kali pemberian sudah
memperlihatkan daya anti-inflamasi sedangkan obyek uji pada penelitian ini
berupa ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dengan kandungan
kimia tidak hanya tersusun atas satu jenis zat aktif dan ekstrak tersebut hanya
diberikan satu kali sehingga dengan pemberian satu kali maka zat aktif yang
berperan sebagai anti-inflamasi belum memperlihatkan adanya daya anti-
inflamasi. Dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya dilakukan penelitian
dengan frekuensi pemberian dan durasi pemberian ekstrak etanolik akar
Tripterygium wilfordii Hook. F. dilakukan secara berulang (lebih dari satu kali)
sehingga diharapkan dengan frekuensi dan durasi pemberian ekstrak etanolik akar
Tripterygium wilfordii Hook. F. lebih dari sekali dapat memperlihatkan adanya
daya anti-inflamasi.
Kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis
10,11 mg/kg BB (kelompok V), dosis 273 mg/kg BB (kelompok VIII), dan dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
819 mg/kg BB (kelompok IX) memiliki perbedaan yang bermakna dengan
kelompok Natrium diklofenak. Kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium
wilfordii Hook. F. dosis 10,11 mg/kg BB (kelompok V) dan dosis 819 mg/kg BB
memiliki rata-rata % daya anti-inflamasi yang bernilai negatif. Hal ini berarti
bahwa kedua dosis tersebut memiliki kemampuan menimbulkan radang yang
lebih besar dibandingkan karagenin sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua
dosis tersebut tidak memiliki daya anti-inflamasi.
Menurut Lipsky dkk. (1997) penyiapan ekstrak akar Tripterygium wilfordii
Hook. F. dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap pertama menghilangkan
kulit terluar dari akar dan menggunakan bagian dalam dari akar. Bagian dalam
dari akar tersebut dikeringkan kemudian dijadikan serbuk. Serbuk tersebut
diekstraksi dengan etanol menghasilkan ekstrak etanol. Ekstrak etanol tersebut
kemudian diekstraksi dengan etil asetat. Dari proses ekstraksi tersebut dihasilkan
zat aktif triptolide. Triptolide tersebut akan mudah larut/terekstraksi pada etil
asetat. Dari hasil penelitian (Lipsky dkk., 1997) menunjukkan bahwa ekstrak
etanol-etil asetat tersebut memiliki aktivitas anti-inflamasi. Penelitian ini
menggunakan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. sebagai
obyek uji. Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. diekstraksi menggunakan etanol.
Oleh karena itu diduga hasil ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini belum
spesifik mengandung triptolide sebab berdasarkan penelitian sebelumnya, untuk
mendapatkan zat aktif triptolide perlu dilakukan ekstraksi menggunakan dua
pelarut, yaitu etanol dilanjutkan ekstraksi dengan etil asetat sedangkan pada
penelitian ini pelarut yang digunakan hanya etanol. Hal ini dapat menjadi salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
satu penyebab ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tidak
memiliki daya anti-inflamasi tetapi hanya mampu menurunkan bobot udema. Oleh
karena itu untuk mendapatkan zat aktif triptolide dan tripdiolide yang lebih
spesifik sehingga dapat memperlihatkan daya anti-inflamasi, perlu dilakukan
ekstraksi dengan pelarut etanol dilanjutkan ekstraksi dengan etil asetat.
Penyebab ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tidak
memiliki daya anti-inflamasi juga dapat disebabkan proses penyiapan tanaman
yang kurang tepat. Saat akan diekstraksi, kulit terluar dari akar Tripterygium
wilfordii Hook. F. harus dihilangkan dan hanya bagian terdalam dari akar yang
digunakan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi/meminimalkan bahan-bahan yang
bersifat toksik (Lipsky dkk., 1997). Kulit terluar dari akar Tripterygium wilfordii
Hook. F. tersebut bersifat racun (Swain, 2005). Maka perlu diperhatikan masalah
penyiapan tanaman sebelum diekstraksi sehingga nantinya hasil ekstraksi dapat
memperlihatkan daya anti-inflamasi yang optimal serta meminimalkan timbulnya
efek toksik.
Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. memiliki
kemampuan menurunkan bobot udema. Triptolide dan tripdiolide tersebut dapat
berikatan dengan reseptor glukokortikoid (Lipsky dkk., 1997) sehingga dapat
menginduksi lipokortin, selanjutnya lipokortin menghambat aktivitas fosfolipase
A2 sehingga pembentukan asam arakhidonat dihambat. Karena asam arakhidonat
dihambat, maka oleh enzim siklooksigenase asam arakhidonat tidak dapat diubah
menjadi mediator-mediator inflamasi, seperti prostaglandin. Selain itu triptolide
dan tripdiolide juga menghambat induksi terbentuknya siklooksigenase-2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
sehingga tidak terbentuk prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan dari asam
arakhidonat. Prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan tidak terbentuk
akibatnya mampu menekan gejala inflamasi, seperti pembengkakan dini,
kemerahan, dan nyeri.
Berdasarkan literatur diketahui dosis efektif ekstrak Tripterygium wilfordii
Hook. F. untuk mengobati rheumatoid arthritis adalah sebesar 30 mg/hari BB
(Swain, 2005; Briggs dkk., 2004) dan 180-360 mg/hari (Anonim, 2008b) pada
manusia berat badan 70 kg. Dari hasil percobaan diketahui bahwa dosis ekstrak
etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang memiliki kemampuan
menurunkan bobot udema pada mencit adalah dosis 3,37 mg/kg BB; 30,35 mg/kg
BB; dan dosis 91 mg/kg BB. Ketiga dosis tersebut bila dikonversi ke manusia
didapat dosis 0,37 mg/kg; 3,33 mg/kg; 100 mg/kg. Dapat dikatakan bahwa dosis
3,37 mg/kg BB serta dosis 30,35 mg/kg BB lebih mendekati dosis dari literatur.
Tabel XIV. Potensi relatif ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F. terhadap Natrium diklofenak
Kelompok Perlakuan Potensi relatif (%)
Perbandingan Terhadap Natrium
diklofenak Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F dosis 3,37 mg/kg BB 46,49 tb
Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 10,11 mg/kg BB -5,52 bb
Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 30,35 mg/kg BB 31,39 tb
Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 91 mg/kg BB 21,39 tb
Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 273 mg/kg BB 8,87 bb
Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 819 mg/kg BB -35,47 bb
Keterangan : tb = berbeda tidak bermakna (p > 0,05) bb = berbeda bermakna (p < 0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel XIV menunjukkan bahwa potensi relatif semua kelompok ekstrak
etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. memiliki nilai dibawah 100%,
artinya lebih rendah dari daya anti-inflamasi Natrium diklofenak. Adapun
besarnya potensi relatif kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii
Hook. F. berturut-turut dari yang terbesar yaitu 46,49 % (dosis 3,37 mgkg BB) ;
31,39 % (dosis 30,35 mg/kg BB) ; 21,39 % (dosis 91 mg/kg BB) ; 8,87 % (dosis
273 mg/kg BB) ; -5,52 % (dosis 10,11 mg/kg BB) dan -35,47 % (dosis 819 mg/kg
BB). Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 3,37; 30,35 dan
91 mg/kg BB berbeda tidak bermakna dengan Natrium diklofenak namun daya
anti-inflamasinya lebih rendah dibanding Natrium diklofenak ditandai dengan
nilai potensi relatif kurang dari 100%. Ekstrak etanolik akar Tripterygium
wilfordii Hook. F. dosis 10,11; 273 dan 819 mg/kg BB berbeda bermakna dengan
Natrium diklofenak yang berarti bahwa ketiga dosis tersebut tidak memiliki daya
anti-inflamasi.
Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tidak dapat
dikatakan memiliki daya anti-inflamasi namun memiliki kemampuan menurunkan
bobot udema (salah satu gejala dari inflamasi). Maka dapat dibuat kisaran dosis
ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang memiliki kemampuan
menurunkan bobot udema, yaitu dosis 3,37 mg/kg BB serta antara dosis 30,35
mg/kg BB sampai 91 mg/kg BB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tidak memiliki daya
anti-inflamasi.
2. Persentase penurunan bobot udema ekstrak etanolik akar Tripterygium
wilfordii Hook. F. berturut-turut dari yang terbesar yaitu 32,28 % (dosis 3,37
mg/kg BB); 21,80 % (dosis 30,35 mg/kg BB) dan 14,85 % (dosis 91 mg/kg
BB).
3. Potensi relatif terhadap Natrium diklofenak penurunan bobot udema ekstrak
etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 3,37 mg/kg BB; 30,35
mg/kg BB; 91 mg/kg BB berturut-turut adalah 46,49%; 31,39 % dan 21,39 %.
4. Kisaran dosis ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang
dapat menurunkan bobot udema yaitu dosis 3,37 mg/kg BB serta antara dosis
30,35 mg/kg BB sampai 91 mg/kg BB.
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan Tripterygium wilfordii Hook. F.,
antara lain :
1. Penelitian mengenai daya anti-inflamasi ekstrak etanolik akar Tripterygium
wilfordii Hook. F. dengan frekuensi dan durasi pemberian ekstrak dilakukan
secara berulang (lebih dari satu kali).
2. Penelitian daya anti-inflamasi menggunakan akar Tripterygium wilfordii
Hook. F. yang diekstraksi secara bertingkat menggunakan pelarut etanol
dilanjutkan etil asetat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 7 & 9 , Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 2, 8, & 10, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian
Klinik, 49, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alami Pyitomedika, Jakarta
Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan
Pertama, 5, 9, & 11, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta
Anonim, 2003, Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat,
www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/files/0105-TANOBAT.pdf , diakses tanggal 9 April 2008
Anonim, 2007a, Perhatian terhadap Obat Tradisional Masih Kurang,
http://www.koalisi.org/detail.php?m=7&sm=14&id=871, diakses tanggal 26 Juni 2008
Anonim, 2007b, Tripterygium wilfordii, International Male Contraceptive
Coalition, http://www.malecontraceptives.org/methods/tripterygium.php, diakses tanggal 28 Juli 2007
Anonim, 2008a, Apa Itu Obat Asli Indonesia?,
http://www.bioviolet.com/kebijakanpemerintah.php, diakses tanggal 15 Juli 2008
Anonim, 2008b, Thunder God Vine, http://www.drugs.com/npp/thunder-god-
vine.html, diakses tanggal 29 April 2008 Briggs, M., Cheiman, D., and Clark, L.M., 2004, Nursing 2004 Herbal Medicine
Handbook, 2nd Edition, 429-431, Lippincott Williams & Wilkins, USA Brinker, A., Jun Ma., Lipsky, P., and Raskin, H., 2006, Medicinal Chemistry and
Pharmacology of Genus Tripterygium (Celastraceae), Elsevier Ltd, http://www.sciencedirect.com/science? , diakses tanggal 13 September 2007
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Burke, A., Smyth, E., and FitzGerald, G.A., 2006, Analgesic-Antipyretic Agents; Pharmacotherapy of Gout, in Brunton L.L. (Editor), Goodman and Gilman's The Pharmacological Basis Of Therapeutics, 11th Edition, chapter 26, McGraw-Hill, USA
Chen, J., 2004, Lei Gong Teng (Radix Tripterygii Wilfordii) : A Blessing or a
Time Bomb?, Acupuncture Today, http://www.acupuncturetoday.com/archives2004/jan/01chen.html, diakses tanggal 29 Agustus 2007
Crowley, L.V., 2001, An Introduction To Human Disease : Pathology And
Pathophysiology Correlations, 5th Edition, 67-72, Jones and Bartlett Publishers, Canada
Eisenhauer, L.A., Lynn, W.N., and Roberta, T.S., 1998, Clinical Pharmacology &
Nursing Management, Fifth Edition, 779-784, Lippincott, New York Evans, W.C., 2002, Trease and Evans Pharmacognosy, 15th Edition, 399, W. B.
Saunders Company, London Foegh, M.L., dan Ramwell, P.W., 2001, Eicosanoid, Prostaglandin,
Thromboxane,Leukotriene, dan senyawa yang Berkaitan dalam Katzung, Farmakologi : Dasar dan Klinik, buku ke-1, edisi I, 566-567, Salemba Medika, Jakarta.
Frame, L.T., Hart, R.W., and Leakey, F.A., 1998, Caloric Restriction as a
Mechanism Mediating Resistance to Environmental Disease, http://www.ehponline.org/members/1998/Suppl-1/313-324frame/full.html, diakses tanggal 6 Mei 2008
Furst, D.E. dan Munster, T., 2001, Obat-obat Anti-inflamasi Nonsteroid, Obat-
obat Antireumatik Pemodifikasi-penyakit, Analgesik Nonopioid dan Obat-obat untuk Pirai dalam Katzung, Farmakologi : Dasar dan Klinik, buku ke-2, edisi I, 450-452, 462, 483, Salemba Medika, Jakarta.
Hanson, G.R., 2000, Analgesic, Antipyretic, and Anti Inflammatory Drugs, in
Gennaro (Ed.), Remmington: The Science and Practice of Pharmacy, 20th Edition, 1456, Lippincott Williams and Wilkins, USA
Jun Ma., Dey, M., Yang, H., Poulev, A., Pouleva, R., Dorn, R., et. al., 2007, Anti-
inflammatory and Immunosuppressive Coumpounds From Tripterygium wilfordii, Elsevier Ltd, http://www.sciencedirect.com/science?, diakses tanggal 13 September 2007
Karch, A.M., 2003, Focus on Nursing Pharmacology, 2nd Edition, 209-216,
Lippincot Williams & Wilkins, A Wolfers Kluwers Company, New York
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Kumar, V., Abbas, A.K., and Fausto, N., 2005, Pathologic Basis of Disease, 48-56, 7th Edition, Elsevier Saunders, USA
Langford, F.D., Holmes, P.A., and Emele, J.F., 1972, Objective Methods to
Evaluation of Analgesic/ Anti Inflammatory Activity, J.Pharm. Sci., 61(1), 75-77
Lipsky, P.E., Tao, X., and Cai, J., 1997, Tripterygium wilfordii hook F extracts
and components, and uses there of, PatentStorm LLC, http://www.patentstorm.us/patents/5616458-fulltext.html, diakses tanggal 13 September 2007
Maryanto, 1997, Daya Antiinflamasi Infusa Daun Sosor Bebek (Kalanchoe
pinnata, pers) pada Tikus Putih Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Neal, M.J., 2005, At a Glance Farmakologi Medis, diterjemahkan oleh dr.
Juwalita Surapsari, 70-73, Penerbit Erlangga, Jakarta Noni, Djunarko, I., dan Donatus, I.A., 2003, Pengaruh Perasan Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia, L.) Terhadap Daya Antiradang Diklofenak Pada Mencit Jantan, Jurnal Farmasi Sains & Komunitas, 10-17, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Price, S.A., and Wilson, L.N., 1984, Pathophysiology Clinical Concepts of
Disease Processes, diterjemahkan oleh Adji Dharma , Edisi 2, 32-53, EGC, Jakarta
Radji, M., 2005, Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit dalam
Pengembangan Obat Herbal, Majalah Ilmu Kefarmasian, jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2005/v02n03/maksum0203.pdf , diakses tanggal 26 Juni 2008
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th
Edition, 229-241, 244-250, Bath press, USA Rosiana, V., 2007, Pengaruh Penambahan Virgin Coconut Oil (VCO) pada
Perasan Daging Buah Makuto Dewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit Putih Betina : Kajian terhadap Efek Anti-inflamasi, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Sahelian, R.M.D., 2007, Tripterygium,
http://www.raysahelian.com/tripterygium.html, diakses tanggal 29 Agustus 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Sander, M.A., 2003, Atlas Berwarna Patologi Anatomi, Jilid 1, 12, UMM Press, Malang
Supriatna, D., 2002, Daya Anti-Inflamasi Ekstrak Etanol Herba Daun Seribu
(Achillea millefolium L.) Pada Mencit Jantan dan Profil Kromatografinya, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Swain, L., 2005, Thunder God Vine, www.answer.com, diakses tanggal 18 April
2008 Tao X, Younger, J, Fan, F.Z., Wang, B, and Lipsky, P.E., 2002, Benefit of an
extract of Tripterygium Wilfordii Hook F in patients with rheumatoid arthritis: a double-blind, placebo-controlled study, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?, diakses tanggal 29 Agustus 2007
Tatro, D.S., 2003, A to Z Drug Facts, 5th Edition, Wolters Kluwer Health, Inc.,
USA. Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi V, 308-313, Penerbit PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta
Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery & Evaluation: Pharmalogical Assays, 2nd
Edition, 726-766, Springer, New York Wijayakusuma, H., 2007, Pemanfaatan Herbal Untuk Kesehatan & Pengobatan
Penyakit, http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?, diakses tanggal 18 April 2008
Williamson, E.M., Okpako, D.T., and Evans, F.J., 1996, Pharmacological Method
in Phytotherapy Research Volume 1: Selection, Preparation, and Pharmacological Evaluation of Plant Material, 131-136, John Wiley and Sons Ltd., England
Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Anti-inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai, dalam
Ganiswara, S.G. (Editor), Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 207-211, Bagian Farmakologi-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Wong, F., Chan, J.K., Leung-Chan, K., Tam, P., Yang, D., and Fan., S.T., 2007,
Immunochemical Characterization Of The Functional Constituents Of Tripterygium Wilfordii Contributing To Its Anti-Inflammatory Property, Blackwell Publishing, Inc, http://www.blackwell-synergy.com/doi/abs/10.1111/j.1440-1681.2007.04740.x, diakses tanggal 13 September 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F.
Gambar 11. Tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 2. Foto ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F
Gambar 12. Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 3. Foto suspensi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dalam CMC-Na
Gambar 13. Suspensi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dalam CMC-
Na
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 4. Foto neraca analitik Mettler Toledo AB 204
Gambar 14. Neraca analitik Mettler Toledo AB 204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 5. Surat pernyataan proses pembuatan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F dari IOT. Sari Sehat – PT. Capung Indah Abadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 6. Perhitungan konsentrasi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F
Dengan ketentuan volume maksimal pemberian per oral pada mencit ialah
1 ml dan volume pemberian sebanyak 0,5 ml, serta berat badan mencit maksimal
sebesar 30 gram, maka konsentrasi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii
Hook. F yang akan dibuat ialah sebagai berikut :
a. 1 / 81 kali
mlmgCml
kgC
VBBDC
BBDVC
/20,05,0
03.0BB mg/kg 3,37
=
×=
×=
×=×
0,20 mg/ml dibuat dalam labu ukur volume 10 ml, maka bahan yang
diperlukan ialah sebanyak 2 mg.
b. 1 / 27 kali
mlmgCml
kgC
VBBDC
BBDVC
/61,05,0
03.0BB mg/kg 10,11
=
×=
×=
×=×
0,61 mg/ml dibuat dalam labu ukur volume 10 ml, maka bahan yang
diperlukan ialah sebanyak 6,1 mg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
c. 1 / 9 kali
mlmgCml
kgC
VBBDC
BBDVC
/82,15,0
03.0BB mg/kg 30,35
=
×=
×=
×=×
1,82 mg/ml dibuat dalam labu ukur volume 10 ml, maka bahan yang
diperlukan ialah sebanyak 18,2 mg.
d. 1 / 3 kali
mlmgCml
kgC
VBBDC
BBDVC
/46,55,0
03.0BB mg/kg 91
=
×=
×=
×=×
5,46 mg/ml dibuat dalam labu ukur volume 10 ml, maka bahan yang
diperlukan ialah sebanyak 54,6 mg.
e. 1 kali
mlmgCml
kgC
VBBDC
BBDVC
/38,165,0
03.0BB mg/kg 273
=
×=
×=
×=×
16,38 mg/ml dibuat dalam labu ukur 10 ml, maka bahan yang diperlukan ialah
sebanyak 163,8 mg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
f. 3 kali
mlmgCml
kgC
VBBDC
BBDVC
/14,495,0
03.0BB mg/kg 819
=
×=
×=
×=×
49,14 mg/ml dibuat dalam labu ukur 10 ml, maka bahan yang diperlukan
ialah sebanyak 491,4 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 7. Skema kerja uji pendahuluan penetapan selang waktu
pemotongan kaki mencit setelah injeksi karagenin 1%
Dua puluh ekor hewan uji dibagi dalam 4 kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 5 ekor
Kelompok I 1 jam setelah
injeksi karagenin 1%
Kelompok III 3 jam setelah
injeksi karagenin 1%
Kelompok II 2 jam setelah
injeksi karagenin 1%
Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural
Ditimbang
Kelompok IV 4 jam setelah
injeksi karagenin 1%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 8. Hasil dan Analisis Hasil Uji Pendahuluan Waktu Pemotongan Kaki Setelah Injeksi Karagenin 1%
Bobot udema mencit (gram) pada rentang waktu (jam) setelah injeksi karagenin 1% No Keterangan
(g) 1 2 3 4 Kaki kiri 0,1955 0,1992 0,2155 0,2100 Kaki kanan 0,1548 0,1411 0,1630 0,1550 1
Bobot udem 0,0407 0,0581 0,0525 0,0550 Kaki kiri 0,1738 0,1939 0,2360 0,2380 Kaki kanan 0,1439 0,1600 0,1577 0,1718
2 Bobot udem 0,0299 0,0339 0,0783 0,0662 Kaki kiri 0,1956 0,2061 0,1797 0,2256 Kaki kanan 0,1756 0,1615 0,1289 0,1603 3
Bobot udem 0,0200 0,0446 0,0508 0,0653 Kaki kiri 0,2013 0,2032 0,2501 0,2402 Kaki kanan 0,1731 0,1687 0,1796 0,1665 4
Bobot udem 0,0282 0,0345 0,0715 0,0737 Kaki kiri 0,1741 0,2184 0,2133 0,2024 Kaki kanan 0,1421 0,1810 0,1562 0,1535 5
Bobot udem 0,0320 0,0374 0,0571 0,0489
Mean ± SE (n = 5)
0,0302 ± 0,0033
0,0417 ± 0,0045
0,0620 ± 0,0055
0,0618 ± 0,0044
Keterangan : Bobot udema = Kaki kiri – kaki kanan Kesimpulan: Berdasarkan spss one way anova dipilih waktu 3 jam NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
20.048930
.0167406.106.106
-.086.472.979
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
selisih
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Oneway
Descriptives
selisih
5 .030160 .0074433 .0033288 .020918 .039402 .0200 .04075 .041700 .0101062 .0045196 .029152 .054248 .0339 .05815 .062040 .0122028 .0054573 .046888 .077192 .0508 .07835 .061820 .0098218 .0043924 .049625 .074015 .0489 .0737
20 .048930 .0167406 .0037433 .041095 .056765 .0200 .0783
selang waktu 1 jamselang waktu 2 jamselang waktu 3 jamselang waktu 4 jamTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
selisih
1.088 3 16 .382
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
selisih
.004 3 .001 12.287 .000
.002 16 .000
.005 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: selisihScheffe
-.0115400 .0063475 .377 -.031326 .008246-.0318800* .0063475 .001 -.051666 -.012094-.0316600* .0063475 .001 -.051446 -.011874.0115400 .0063475 .377 -.008246 .031326
-.0203400* .0063475 .043 -.040126 -.000554-.0201200* .0063475 .046 -.039906 -.000334.0318800* .0063475 .001 .012094 .051666.0203400* .0063475 .043 .000554 .040126.0002200 .0063475 1.000 -.019566 .020006.0316600* .0063475 .001 .011874 .051446.0201200* .0063475 .046 .000334 .039906
-.0002200 .0063475 1.000 -.020006 .019566
(J) selangselang waktu 2 jamselang waktu 3 jamselang waktu 4 jamselang waktu 1 jamselang waktu 3 jamselang waktu 4 jamselang waktu 1 jamselang waktu 2 jamselang waktu 4 jamselang waktu 1 jamselang waktu 2 jamselang waktu 3 jam
(I) selangselang waktu 1 jam
selang waktu 2 jam
selang waktu 3 jam
selang waktu 4 jam
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Homogeneous Subsets
selisih
Scheffea
5 .0301605 .0417005 .0618205 .062040
.377 1.000
selangselang waktu 1 jamselang waktu 2 jamselang waktu 4 jamselang waktu 3 jamSig.
N 1 2Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 9. Skema kerja uji pendahuluan waktu pemberian Natrium diklofenak dosis efektif (4,48 mg/kg BB)
Diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB secara per oral
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Injeksi karagenin 1% secara subplantar pada kaki kiri mencit sedangkan kaki kanan diinjeksi tanpa
karagenin 1%
Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural
3 jam sesudahnya
Ditimbang
Kelompok I
Kelompok V
Duapuluh lima ekor dibagi 5 kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 5 ekor
Keterangan : Kelompok I : Kelompok pemberian Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB 15 menit
sebelum injeksi karagenin 1% Kelompok II : Kelompok pemberian Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB 30 menit
sebelum injeksi karagenin 1% Kelompok III : Kelompok pemberian Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB 45 menit
sebelum injeksi karagenin 1% Kelompok IV : Kelompok pemberian Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB 60 menit
sebelum injeksi karagenin 1% Kelompok V : Kelompok pemberian Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB 90 menit
sebelum injeksi karagenin 1%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 10. Hasil dan Analisis Hasil Uji Pendahuluan Waktu Pemberian
Natrium Diklofenak Dosis Efektif (4,48 Mg/Kg BB)
Bobot udema mencit (gram) akibat pemberian Natrium diklofenak (menit) dengan selang waktu tertentu sebelum injeksi karagenin 1% Keterangan
(g) 15 30 45 60 90 Kaki kiri 0,1596 0,1990 0,2043 0,1782 0,1670
Kaki kanan 0,1448 0,1659 0,1634 0,1565 0,1544 Bobot udem 0,0148 0,0331 0,0409 0,0217 0,0126
Kaki kiri 0,1745 0,1930 0,1727 0,1849 0,1825 Kaki kanan 0,1404 0,1634 0,1446 0,1656 0,1617
Bobot udem 0,0341 0,0296 0,0281 0,0193 0,0208
Kaki kiri 0,1895 0,1735 0,2040 0,1642 0,1699 Kaki kanan 0,1612 0,1549 0,1582 0,1414 0,1467
Bobot udem 0,0283 0,0186 0,0458 0,0228 0,0232
Kaki kiri 0,1733 0,1810 0,1848 0,1939 0,1794 Kaki kanan 0,1317 0,1465 0,1594 0,1654 0,1680
Bobot udem 0,0416 0,0345 0,0254 0,0285 0,0114
Kaki kiri 0,1622 0,1815 0,1722 0,1770 0,1722 Kaki kanan 0,1366 0,1520 0,1453 0,1486 0,1641
Bobot udem 0,0256 0,0295 0,0269 0,0284 0,0081
Mean ± SE (n = 5)
0,0289 ± 0,0045
0,0291 ± 0,0028
0,0334 ± 0,0041
0,0241 ± 0,0018
0,0152 ± 0,0029
Keterangan : Bobot udema = Kaki kiri – kaki kanan Kesimpulan: Berdasarkan spss one way anova dipilih waktu 90 menit NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test selisih N 25
Mean .026144Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .0093435
Absolute .116Positive .116
Most Extreme Differences
Negative -.068Kolmogorov-Smirnov Z .579Asymp. Sig. (2-tailed) .891
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Oneway selisih Descriptives
95% Confidence Interval for Mean
N Mean Std.
Deviation Std.
Error Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
15 menit sebelum karagenin 5 .028880 .0099798 .0044631 .016488 .041272 .0148 .0416
30 menit sebelum karagenin 5 .029060 .0062412 .0027912 .021310 .036810 .0186 .0345
45 menit sebelum karagenin 5 .033420 .0092783 .0041494 .021899 .044941 .0254 .0458
60 menit sebelum karagenin 5 .024140 .0041332 .0018484 .019008 .029272 .0193 .0285
90 menit sebelum karagenin 5 .015220 .0064608 .0028894 .007198 .023242 .0081 .0232
Total 25 .026144 .0093435 .0018687 .022287 .030001 .0081 .0458
Test of Homogeneity of Variances selisih
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.372 4 20 .279 ANOVA selisih
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups .001 4 .000 4.240 .012 Within Groups .001 20 .000 Total .002 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: selisih Scheffe
95% Confidence Interval
(I) perlakuan (J) perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std.
Error Sig. Lower Bound
Upper Bound
30 menit sebelum karagenin -.0001800 .0047620 1.000 -.016304 .015944
45 menit sebelum karagenin -.0045400 .0047620 .920 -.020664 .011584
60 menit sebelum karagenin .0047400 .0047620 .908 -.011384 .020864
15 menit sebelum karagenin
90 menit sebelum karagenin .0136600 .0047620 .125 -.002464 .029784
30 menit sebelum karagenin
15 menit sebelum karagenin .0001800 .0047620 1.000 -.015944 .016304
45 menit sebelum karagenin -.0043600 .0047620 .930 -.020484 .011764
60 menit sebelum karagenin .0049200 .0047620 .896 -.011204 .021044
90 menit sebelum karagenin .0138400 .0047620 .117 -.002284 .029964
45 menit sebelum karagenin
15 menit sebelum karagenin .0045400 .0047620 .920 -.011584 .020664
30 menit sebelum karagenin .0043600 .0047620 .930 -.011764 .020484
60 menit sebelum karagenin .0092800 .0047620 .456 -.006844 .025404
90 menit sebelum karagenin
.0182000(*) .0047620 .022 .002076 .034324
60 menit sebelum karagenin
15 menit sebelum karagenin -.0047400 .0047620 .908 -.020864 .011384
30 menit sebelum karagenin -.0049200 .0047620 .896 -.021044 .011204
45 menit sebelum karagenin -.0092800 .0047620 .456 -.025404 .006844
90 menit sebelum karagenin .0089200 .0047620 .495 -.007204 .025044
90 menit sebelum karagenin
15 menit sebelum karagenin -.0136600 .0047620 .125 -.029784 .002464
30 menit sebelum karagenin -.0138400 .0047620 .117 -.029964 .002284
45 menit sebelum karagenin
-.0182000(
*) .0047620 .022 -.034324 -.002076
60 menit sebelum karagenin -.0089200 .0047620 .495 -.025044 .007204
* The mean difference is significant at the .05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Homogeneous Subsets selisih
Scheffea
5 .015220
5 .024140 .024140
5 .028880 .028880
5 .029060 .029060
5 .033420
.117 .456
perlakuan90 menit sebelumkaragenin60 menit sebelumkaragenin15 menit sebelumkaragenin30 menit sebelumkaragenin45 menit sebelumkarageninSig.
N 1 2Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 11. Skema kerja perlakuan hewan uji
Lima puluh ekor mencit dibagi menjadi 10 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor
Keterangan :
Kel. II
Kel. III
Kel. IV
Kel. V
Kel. VI
Kel. VII
Kel. VIII
Kel. IX
Kel. X
Diberi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F secara per oral
Injeksi karagenin 1% subplantar pada kaki kiri sedangkan kaki kanan hanya disuntik
tanpa karagenin 1%
Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural
3 jam sesudahnya
90 menit sesudahnya
Ditimbang
Kel. I
Kelompok I : Kelompok kontrol negatif karagenin 1% Kelompok II : Kelompok kontrol negatif aquadest Kelompok III : Kelompok kontrol negatif CMC-Na Kelompok IV : Kelompok kontrol positif Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB Kelompok V : Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F
dosis 3,37 mg/kg BB Kelompok VI : Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F
dosis 10,11 mg/kg BB Kelompok VII : Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F
dosis 30,35 mg/kg BB Kelompok VIII : Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F
dosis 91 mg/kg BB Kelompok IX : Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F
dosis 273 mg/kg BB Kelompok X : Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F
dosis 819 mg/kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 12. Hasil Bobot Udema Kaki Mencit Akibat Pemberian Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F
Dalam Enam Peringkat Dosis Dan Kontrol
Kontrol Dosis Ekstrak Tripterygium wilfordii (mg/kg BB) No Keterangan
(g) Karagenin 1%
Aquadest Natrium Diklofenak
CMC Na 1% 3,37 10,11 30,35 91 273 819
Kaki kiri 0,2155 0,1771 0,1670 0,2274 0,1634 0,1552 0,1776 0,1953 0,1721 0,1853 Kaki kanan 0,1630 0,1442 0,1544 0,1689 0,1488 0,1081 0,1439 0,1454 0,1272 0,1389 1
Bobot udem 0,0525 0,0329 0,0126 0,0585 0,0146 0,0471 0,0337 0,0499 0,0449 0,0464 Kaki kiri 0,2360 0,2224 0,1825 0,2502 0,1581 0,2099 0,1664 0,1985 0,1880 0,1825 Kaki kanan 0,1577 0,1497 0,1617 0,1659 0,1180 0,1345 0,1355 0,1598 0,1464 0,1206 2
Bobot udem 0,0783 0,0727 0,0208 0,0393 0,0401 0,0754 0,0309 0,0387 0,0416 0,0619 Kaki kiri 0,1797 0,2112 0,1699 0,1819 0,1627 0,1923 0,2053 0,1718 0,1936 0,2070 Kaki kanan 0,1289 0,1473 0,1467 0,1403 0,1254 0,1419 0,1512 0,1381 0,1380 0,1361 3
Bobot udem 0,0508 0,0639 0,0232 0,0416 0,0343 0,0504 0,0541 0,0337 0,0556 0,0709 Kaki kiri 0,2501 0,1919 0,1794 0,1899 0,1739 0,1872 0,1630 0,1990 0,1762 0,1915 Kaki kanan 0,1796 0,1481 0,1680 0,1440 0,1395 0,1340 0,1327 0,1465 0,1288 0,1305 4
Bobot udem 0,0715 0,0438 0,0114 0,0459 0,0344 0,0532 0,0303 0,0525 0,0474 0,0610 Kaki kiri 0,2133 0,1757 0,1722 0,1983 0,1675 0,1494 0,1830 0,1835 0,1675 0,1970 Kaki kanan 0,1562 0,1400 0,1641 0,1432 0,1281 0,1259 0,1440 0,1536 0,1314 0,1376 5
Bobot udem 0,0571 0,0357 0,0081 0,0551 0,0394 0,0235 0,0390 0,0299 0,0361 0,0594
Mean ± SE (n = 5)
0,0620 ± 0,0055
0,0498 ± 0.0079
0,0152 ± 0,0029
0,0481 ± 0,0038
0,0326 ± 0,0047
0,0499 ± 0,0083
0,0376 ± 0,0044
0,0409 ± 0,0044
0,0451 ± 0,0032
0,0599 ± 0,0039
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
50.044120
.0167571.058.041
-.058.410.996
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
selisih
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Oneway
Descriptives
selisih
5 .062040 .0122028 .0054573 .046888 .077192 .0508 .07835 .049800 .0176326 .0078856 .027906 .071694 .0329 .07275 .048080 .0083918 .0037529 .037660 .058500 .0393 .05855 .015220 .0064608 .0028894 .007198 .023242 .0081 .0232
5 .032560 .0103997 .0046509 .019647 .045473 .0146 .0401
5 .049920 .0184810 .0082650 .026973 .072867 .0235 .0754
5 .037600 .0098438 .0044023 .025377 .049823 .0303 .0541
5 .040940 .0099150 .0044341 .028629 .053251 .0299 .0525
5 .045120 .0072254 .0032313 .036148 .054092 .0361 .0556
5 .059920 .0087850 .0039288 .049012 .070828 .0464 .0709
50 .044120 .0167571 .0023698 .039358 .048882 .0081 .0783
karageninAquadestCMC-NaNatrium diklofenakTripterygium wilfordiidosis 3,37 mg/kgBBTripterygium wilfordiidosis 10,11 mg/kgBBTripterygium wilfordiidosis 30,35 mg/kgBBTripterygium wilfordiidosis 91 mg/kgBBTripterygium wilfordiidosis 273 mg/kgBBTripterygium wilfordiidosis 819 mg/kgBBTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
selisih
1.260 9 40 .288
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
ANOVA
selisih
.008 9 .001 6.911 .000
.005 40 .000
.014 49
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: selisih Scheffe
95% Confidence Interval
(I) perlakuan (J) perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
Lower Bound
Upper Bound
Aquadest .0122400 .0073383 .967 -.019845 .044325
CMC-Na .0139600 .0073383 .927 -.018125 .046045
Natrium diklofenak .0468200(*)
.0073383 .000 .014735 .078905
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB
.0294800 .0073383 .100 -.002605 .061565
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB
.0121200 .0073383 .969 -.019965 .044205
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB
.0244400 .0073383 .303 -.007645 .056525
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB
.0211000 .0073383 .519 -.010985 .053185
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB
.0169200 .0073383 .797 -.015165 .049005
karagenin
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB
.0021200 .0073383 1.000 -.029965 .034205
Aquadest karagenin -.0122400 .007338
3 .967 -.044325 .019845
CMC-Na .0017200 .0073383 1.000 -.030365 .033805
Natrium diklofenak .0345800(*)
.0073383 .024 .002495 .066665
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB
.0172400 .0073383 .778 -.014845 .049325
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB
-.0001200 .0073383 1.000 -.032205 .031965
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB
.0122000 .0073383 .968 -.019885 .044285
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB
.0088600 .0073383 .997 -.023225 .040945
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB
.0046800 .0073383 1.000 -.027405 .036765
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB
-.0101200 .0073383 .991 -.042205 .021965
CMC-Na karagenin -.0139600 .007338
3 .927 -.046045 .018125
Aquadest -.0017200 .007338
3 1.000 -.033805 .030365
Natrium diklofenak .0328600(*)
.0073383 .040 .000775 .064945
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB
.0155200 .0073383 .868 -.016565 .047605
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB
-.0018400 .0073383 1.000 -.033925 .030245
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB
.0104800 .0073383 .989 -.021605 .042565
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB
.0071400 .0073383 .999 -.024945 .039225
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB
.0029600 .0073383 1.000 -.029125 .035045
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB
-.0118400 .0073383 .974 -.043925 .020245
Natrium diklofenak karagenin -.0468200(
*)
.0073383 .000 -.078905 -.014735
Aquadest -.0345800(
*)
.0073383 .024 -.066665 -.002495
CMC-Na -.0328600(
*)
.0073383 .040 -.064945 -.000775
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB
-.0173400 .0073383 .773 -.049425 .014745
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB
-.0347000(
*)
.0073383 .023 -.066785 -.002615
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB
-.0223800 .0073383 .431 -.054465 .009705
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB
-.0257200 .0073383 .236 -.057805 .006365
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB
-.0299000 .0073383 .090 -.061985 .002185
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB
-.0447000(
*)
.0073383 .001 -.076785 -.012615
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB
karagenin -.0294800 .007338
3 .100 -.061565 .002605
Aquadest -.0172400 .007338
3 .778 -.049325 .014845
CMC-Na -.0155200 .007338
3 .868 -.047605 .016565
Natrium diklofenak .0173400 .007338
3 .773 -.014745 .049425
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB
-.0173600 .0073383 .771 -.049445 .014725
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB
-.0050400 .0073383 1.000 -.037125 .027045
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB
-.0083800 .0073383 .998 -.040465 .023705
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB
-.0125600 .0073383 .962 -.044645 .019525
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB
-.0273600 .0073383 .166 -.059445 .004725
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB
karagenin -.0121200 .007338
3 .969 -.044205 .019965
Aquadest .0001200 .007338
3 1.000 -.031965 .032205
CMC-Na .0018400 .007338
3 1.000 -.030245 .033925
Natrium diklofenak .0347000(*)
.0073383 .023 .002615 .066785
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB
.0173600 .0073383 .771 -.014725 .049445
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB
.0123200 .0073383 .966 -.019765 .044405
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB
.0089800 .0073383 .996 -.023105 .041065
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB
.0048000 .0073383 1.000 -.027285 .036885
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB
-.0100000 .0073383 .992 -.042085 .022085
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB
karagenin -.0244400 .007338
3 .303 -.056525 .007645
Aquadest -.0122000 .0073383 .968 -.044285 .019885
CMC-Na -.0104800 .007338
3 .989 -.042565 .021605
Natrium diklofenak .0223800 .007338
3 .431 -.009705 .054465
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB
.0050400 .0073383 1.000 -.027045 .037125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB
-.0123200 .0073383 .966 -.044405 .019765
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB
-.0033400 .0073383 1.000 -.035425 .028745
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB
-.0075200 .0073383 .999 -.039605 .024565
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB
-.0223200 .0073383 .435 -.054405 .009765
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB
karagenin -.0211000 .007338
3 .519 -.053185 .010985
Aquadest -.0088600 .007338
3 .997 -.040945 .023225
CMC-Na -.0071400 .007338
3 .999 -.039225 .024945
Natrium diklofenak .0257200 .0073383 .236 -.006365 .057805
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB
.0083800 .0073383 .998 -.023705 .040465
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB
-.0089800 .0073383 .996 -.041065 .023105
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB
.0033400 .0073383 1.000 -.028745 .035425
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB
-.0041800 .0073383 1.000 -.036265 .027905
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB
-.0189800 .0073383 .667 -.051065 .013105
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB
karagenin -.0169200 .007338
3 .797 -.049005 .015165
Aquadest -.0046800 .0073383 1.000 -.036765 .027405
CMC-Na -.0029600 .007338
3 1.000 -.035045 .029125
Natrium diklofenak .0299000 .007338
3 .090 -.002185 .061985
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB
.0125600 .0073383 .962 -.019525 .044645
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB
-.0048000 .0073383 1.000 -.036885 .027285
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB
.0075200 .0073383 .999 -.024565 .039605
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB
.0041800 .0073383 1.000 -.027905 .036265
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB
-.0148000 .0073383 .898 -.046885 .017285
Tripterygium karagenin -.0021200 .007338 1.000 -.034205 .029965
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
wilfordii dosis 819 mg/kgBB
3
Aquadest .0101200 .0073383 .991 -.021965 .042205
CMC-Na .0118400 .0073383 .974 -.020245 .043925
Natrium diklofenak .0447000(*)
.0073383 .001 .012615 .076785
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB
.0273600 .0073383 .166 -.004725 .059445
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB
.0100000 .0073383 .992 -.022085 .042085
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB
.0223200 .0073383 .435 -.009765 .054405
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB
.0189800 .0073383 .667 -.013105 .051065
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB
.0148000 .0073383 .898 -.017285 .046885
* The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets selisih
Scheffea
5 .015220
5 .032560 .032560
5 .037600 .037600
5 .040940 .040940
5 .045120 .045120
5 .0480805 .049800
5 .049920
5 .059920
5 .062040.090 .100
perlakuanNatrium diklofenakTripterygium wilfordiidosis 3,37 mg/kgBBTripterygium wilfordiidosis 30,35 mg/kgBBTripterygium wilfordiidosis 91 mg/kgBBTripterygium wilfordiidosis 273 mg/kgBBCMC-NaAquadestTripterygium wilfordiidosis 10,11 mg/kgBBTripterygium wilfordiidosis 819 mg/kgBBkarageninSig.
N 1 2Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 13. Hasil Perhitungan Dan Analisis Persentase (%) Daya Anti-Inflamasi Kontrol Positif Natrium Diklofenak dan
Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F dikurangi Pelarutnya (Aquadest dan CMC-Na)
Persentase (%) Daya Anti-Inflamasi
Kontrol Ekstrak Etanolik Batang Tripterygium wilfordii Hook. F No.
CMC-Na
1% Aquadest
Natrium
diklofenakI II III IV V VI
1 -21,67 33,94 74,70 69,63 2,04 29,91 -3,79 6,61 3,49
2 18,26 -45,98 58,23 16,60 -56,82 35,73 19,51 13,48 -28,74
3 13,48 -28,31 53,41 28,66 -4,83 -12,52 29,91 -15,64 -47,46
4 4,53 12,05 77,11 28,45 -10,65 36,98 -9,19 1,41 -26,87
5 -14,60 28,31 83,73 18,05 51,12 18,89 37,81 24,92 -23,54
X %
daya 0,00 0,00 69,44 32,28 -3,83 21,80 14,85 6,16 -24,63
Keterangan : I = Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB II = Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB III = Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB IV = Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB V = Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB VI = Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Karena rata-rata bobot udema kelompok kontrol negatif pelarut memiliki nilai
yang lebih kecil dibanding karagenin, maka persentase (%) daya anti-inflamasi
Natrium diklofenak dan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F
dihitung terhadap rata-rata bobot udema pelarutnya masing-masing (dilakukan
pengurangan dengan pelarutnya).
Contoh perhitungan persentase (%) daya anti-inflamasi (hasil pengurangan
dengan pelarut) :
1. Natrium diklofenak (pengurangan dengan aquadest sebagai pelarut)
Natrium diklofenak replikasi 1
Rata-rata bobot udem aquadest = 0,0498 g
% daya anti-inflamasi = %100x0,0498
0,01260,0498⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ − = 74,70 %
2. Ekstrak etanolik batang tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB
(pengurangan dengan CMC-Na sebagai pensuspensi)
Replikasi 2 Rata-rata bobot udem CMC-Na = 0,04808 g
% daya anti-inflamasi = %100x0,04808
0,04010,04808⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ − = 16,60 %
3. Ekstrak etanolik batang tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB
(pengurangan dengan CMC-Na sebagai pensuspensi)
Replikasi 4 Rata-rata bobot udem CMC-Na = 0,04808 g
% daya anti-inflamasi = %100x0,04808
0,03030,04808⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ − = 36,98 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
4512.8964
33.33962.072.072
-.045.482.974
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
DAI
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Oneway
Descriptives
DAI
5 32.2780 21.62840 9.67252 5.4228 59.1332 16.60 69.63
5 -3.8280 38.43635 17.18926 -51.5530 43.8970 -56.82 51.12
5 21.7980 20.47303 9.15582 -3.6226 47.2186 -12.52 36.98
5 14.8500 20.62191 9.22240 -10.7555 40.4555 -9.19 37.81
5 6.1560 15.02935 6.72133 -12.5054 24.8174 -15.64 24.92
5 -24.6240 18.26911 8.17019 -47.3081 -1.9399 -47.46 3.49
5 69.4360 12.97426 5.80226 53.3263 85.5457 53.41 83.73
5 .0000 17.45285 7.80515 -21.6706 21.6706 -21.67 18.265 .0020 35.40550 15.83382 -43.9597 43.9637 -45.98 33.94
45 12.8964 33.33962 4.96998 2.8801 22.9128 -56.82 83.73
Tripterygium wilfordiidosis 3,37 mg/kg BBTripterygium wilfordiidosis 10,11 mg/kg BBTripterygium wilfordiidosis 30,35 mg/kg BBTripterygium wilfordiidosis 91 mg/kg BBTripterygium wilfordiidosis 273 mg/kg BBTripterygium wilfordiidosis 819 mg/kg BBNatrium diklofenakdosis 4,48 mg/kg BBCMC-NaAquadestTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances DAI
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.185 8 36 .335
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
ANOVA DAI
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 28604.647 8 3575.581 6.340 .000 Within Groups 20302.693 36 563.964 Total 48907.340 44
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: DAI Scheffe
95% Confidence Interval
(I) Tripterygium (J) Tripterygium
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB 36.10600 15.01950 .671 -27.0262 99.2382
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB 10.48000 15.01950 1.000 -52.6522 73.6122
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB 17.42800 15.01950 .994 -45.7042 80.5602
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB 26.12200 15.01950 .925 -37.0102 89.2542
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB 56.90200 15.01950 .111 -6.2302 120.0342
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB -37.15800 15.01950 .635 -100.2902 25.9742
CMC-Na 32.27800 15.01950 .790 -30.8542 95.4102
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB
Aquadest 32.27600 15.01950 .790 -30.8562 95.4082Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB -36.10600 15.01950 .671 -99.2382 27.0262
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB -25.62600 15.01950 .933 -88.7582 37.5062
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB -18.67800 15.01950 .990 -81.8102 44.4542
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB -9.98400 15.01950 1.000 -73.1162 53.1482
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB 20.79600 15.01950 .980 -42.3362 83.9282
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB
-73.26400(*) 15.01950 .012 -136.3962 -10.1318
CMC-Na -3.82800 15.01950 1.000 -66.9602 59.3042
Aquadest -3.83000 15.01950 1.000 -66.9622 59.3022
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB -10.48000 15.01950 1.000 -73.6122 52.6522
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB 25.62600 15.01950 .933 -37.5062 88.7582
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB 6.94800 15.01950 1.000 -56.1842 70.0802
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB 15.64200 15.01950 .997 -47.4902 78.7742
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB 46.42200 15.01950 .330 -16.7102 109.5542
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB -47.63800 15.01950 .296 -110.7702 15.4942
CMC-Na 21.79800 15.01950 .974 -41.3342 84.9302
Aquadest 21.79600 15.01950 .974 -41.3362 84.9282
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB -17.42800 15.01950 .994 -80.5602 45.7042
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB 18.67800 15.01950 .990 -44.4542 81.8102
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB -6.94800 15.01950 1.000 -70.0802 56.1842
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB 8.69400 15.01950 1.000 -54.4382 71.8262
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB 39.47400 15.01950 .555 -23.6582 102.6062
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB -54.58600 15.01950 .145 -117.7182 8.5462
CMC-Na 14.85000 15.01950 .998 -48.2822 77.9822Aquadest
14.84800 15.01950 .998 -48.2842 77.9802
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB -26.12200 15.01950 .925 -89.2542 37.0102
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB 9.98400 15.01950 1.000 -53.1482 73.1162
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB -15.64200 15.01950 .997 -78.7742 47.4902
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB -8.69400 15.01950 1.000 -71.8262 54.4382
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB 30.78000 15.01950 .830 -32.3522 93.9122
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB
-63.28000(*) 15.01950 .049 -126.4122 -.1478
CMC-Na 6.15600 15.01950 1.000 -56.9762 69.2882
Aquadest 6.15400 15.01950 1.000 -56.9782 69.2862
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB -56.90200 15.01950 .111 -120.0342 6.2302
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB -20.79600 15.01950 .980 -83.9282 42.3362
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB -46.42200 15.01950 .330 -109.5542 16.7102
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB -39.47400 15.01950 .555 -102.6062 23.6582
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB -30.78000 15.01950 .830 -93.9122 32.3522
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB
-94.06000(*) 15.01950 .000 -157.1922 -30.9278
CMC-Na -24.62400 15.01950 .946 -87.7562 38.5082
Aquadest -24.62600 15.01950 .946 -87.7582 38.5062
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB 37.15800 15.01950 .635 -25.9742 100.2902
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB 73.26400(*) 15.01950 .012 10.1318 136.3962
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB 47.63800 15.01950 .296 -15.4942 110.7702
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB 54.58600 15.01950 .145 -8.5462 117.7182
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB 63.28000(*) 15.01950 .049 .1478 126.4122
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB 94.06000(*) 15.01950 .000 30.9278 157.1922
CMC-Na 69.43600(*) 15.01950 .021 6.3038 132.5682
Aquadest 69.43400(*) 15.01950 .021 6.3018 132.5662
CMC-Na Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB -32.27800 15.01950 .790 -95.4102 30.8542
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB 3.82800 15.01950 1.000 -59.3042 66.9602
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB -21.79800 15.01950 .974 -84.9302 41.3342
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB -14.85000 15.01950 .998 -77.9822 48.2822
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB -6.15600 15.01950 1.000 -69.2882 56.9762
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB 24.62400 15.01950 .946 -38.5082 87.7562
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB
-69.43600(*) 15.01950 .021 -132.5682 -6.3038
Aquadest -.00200 15.01950 1.000 -63.1342 63.1302
Aquadest Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB -32.27600 15.01950 .790 -95.4082 30.8562
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB 3.83000 15.01950 1.000 -59.3022 66.9622
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB -21.79600 15.01950 .974 -84.9282 41.3362
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB -14.84800 15.01950 .998 -77.9802 48.2842
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB -6.15400 15.01950 1.000 -69.2862 56.9782
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB 24.62600 15.01950 .946 -38.5062 87.7582
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB
-69.43400(*) 15.01950 .021 -132.5662 -6.3018
CMC-Na .00200 15.01950 1.000 -63.1302 63.1342* The mean difference is significant at the .05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Homogeneous Subsets DAI Scheffe
Subset for alpha = .05 Tripterygium N 1 2 Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB 5 -24.6240
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB 5 -3.8280
CMC-Na 5 .0000 Aquadest 5 .0020 Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB 5 6.1560
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB 5 14.8500 14.8500
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB 5 21.7980 21.7980
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB 5 32.2780 32.2780
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB 5 69.4360
Sig. .111 .145Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 14. Hasil Perhitungan Potensi Relatif Daya Anti-Inflamasi Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F terhadap Natrium diklofenak
Kelompok Perlakuan Ekstrak Tripterygium Wilfordii
Potensi relatif (%)
Dosis 3,37 mg/kg BB 46,49 Dosis 10,11 mg/kg BB -5,52 Dosis 30,35 mg/kg BB 31,39 Dosis 91 mg/kg BB 21,39 Dosis 273 mg/kg BB 8,87 Dosis 819 mg/kg BB -35,47
Potensi relatif daya anti inflamasi = DAdDAp x 100%
Keterangan :
DAp : persentase (%) daya anti inflamasi pada kelompok perlakuan ekstrak
etanolik akar Tripterygium wilfordii
DAd : persentase (%) daya anti inflamasi rata-rata diklofenak 4,48 mg/kg BB
Contoh perhitungan :
Peringkat dosis 3,37 mg/kg BB
Potensi relatif = %44,69%28,32 x 100% = 46,49 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 15. Surat pernyataan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dari IOT. Sari Sehat - PT.Capung Indah Abadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Caecilia Ratna Tri Wijayanti,
lahir di Gunungkidul pada tanggal 24 Oktober
1985 dan merupakan putri bungsu dari pasangan
Antonius Tumiyo dan Maria Theresia Sumilah.
Penulis menyelesaikan pendidikan TK di TK
Kanisius Bandung I Kec. Playen pada tahun 1992
kemudian melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD Kanisius Bandung I Kec.
Playen dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
ditempuh di SLTP 2 Playen dan pada tahun 2001 melanjutkan pendidikan sekolah
menengah umum di SMU 1 Wonosari. Tahun 2004 penulis melanjutkan
pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI