PLAGIARISM SCAN REPORT - … · ... Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun Sources Similarity PERAN ......

56

Transcript of PLAGIARISM SCAN REPORT - … · ... Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun Sources Similarity PERAN ......

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 242 Date September 10,2018

Characters 1702 Exclude Url

11%Plagiarism

89%Unique

1PlagiarizedSentences

8Unique Sentences

Content Checked For PlagiarismHUBUNGAN POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN DI TK ISLAMIYAH KRAMPON (Kecamatan Torjun KabupatenSampang) Pola asuh orangtua terhadap anak merupakan bentuk interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan pengasuhan yangberarti orangtua mendidik, membimbing dan melindungi anak, perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yanglebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi. Tujuan Menganalisis Hubungan Pola Asuh Ibu Pada Perkembangan Anak Usia 3-5. Jenis penelitiandengan metode Analitik, desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dan anak usia 3-5tahun di TK Islamiyah Krampon sebanyak 50 anak. Variabel Independen adalah Pola Asuh dan Variabel Dependen adalah perkembangan anakusia 3-5 tahun. Penggunaan data dengan menggunakan observasi DDST yang dianalisis dengan uji statistik korelasi Spearman rank. Dari hasilpenelitian diperoleh rata-rata mempunyai pola asuh yang baik sebanyak 30 anak (63%). perkembangan anak yang lulus sebanyak 41 anak(82%). Setelah dilakukan uji statistik Korelasi Spearman Rank (ρ) 0,000 dan (α) 0,05 sehingga ρ<α (0,000<0,05). Hal ini berarti H1 diterima,yang artinya ada hubungan pola asuh ibu terhadap perkembangan anak usia 3-5 tahun. Pola Asuh yang baik sebanyak 30 anak. Perkembangananak usia 3-5 tahun sebagian besar lulus sebanyak 41 anak. Saran yaitu memberikan penyuluhan untuk menambah pengetahuan orang tuatentang pola asuh pada anak usia 3-5 tahun. Kata Kunci : Pola Asuh, Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun

Sources Similarity

PERAN PERAWAT DALAM MENGATASI DAMPAK... - Academia.eduCompare text2) perkembangan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur 9 fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur,dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (idai...http://www.academia.edu/6022444/PERAN_PERAWAT_DALAM_MENGATASI_DAMPAK_HOSPITALISASI_PADA_ANAK_DIRUANG_PERAWATAN_ANAK_RSUD_TENRIAWARU_BONE

12%

HUBUNGAN POLA ASUH IBU TERHADAP

PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN DI TK

ISLAMIYAH KRAMPON

(Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang)

Oleh:

RIKHLY FARADISY M, S.ST., M.Kes.

NIDN : 0722038702

PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN

GRAHA HUSADA SAMPANG

2017

HUBUNGAN POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

USIA 3-5 TAHUN DI TK ISLAMIYAH KRAMPON

(Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang)

Pola asuh orangtua terhadap anak merupakan bentuk interaksi antara anak dan

orangtua selama mengadakan pengasuhan yang berarti orangtua mendidik,

membimbing dan melindungi anak, perkembangan adalah bertambahnya

kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang

teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi

sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi. Tujuan

Menganalisis Hubungan Pola Asuh Ibu Pada Perkembangan Anak Usia 3-5.

Jenis penelitian dengan metode Analitik, desain penelitian yang digunakan

adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dan anak usia 3-5

tahun di TK Islamiyah Krampon sebanyak 50 anak. Variabel Independen adalah

Pola Asuh dan Variabel Dependen adalah perkembangan anak usia 3-5 tahun.

Penggunaan data dengan menggunakan observasi DDST yang dianalisis dengan

uji statistik korelasi Spearman rank.

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata mempunyai pola asuh yang baik

sebanyak 30 anak (63%). perkembangan anak yang lulus sebanyak 41 anak

(82%). Setelah dilakukan uji statistik Korelasi Spearman Rank (ρ) 0,000 dan (α)

0,05 sehingga ρ<α (0,000<0,05). Hal ini berarti H1 diterima, yang artinya ada

hubungan pola asuh ibu terhadap perkembangan anak usia 3-5 tahun.

Pola Asuh yang baik sebanyak 30 anak. Perkembangan anak usia 3-5 tahun

sebagian besar lulus sebanyak 41 anak. Saran yaitu memberikan penyuluhan

untuk menambah pengetahuan orang tua tentang pola asuh pada anak usia 3-5

tahun.

Kata Kunci : Pola Asuh, Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN

ABSTRAK......................................................................................... ix

DAFTAR ISI..................................................................................... xi

DAFTAR TABEL............................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR........................................................................ xv

DAFTAR DIAGRAM...................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 7

C. Batasan Masalah 11

D. Rumusan Masalah 11

E. Tujuan 11

F. Manfaat 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pola Asuh 13

1. Pengertian 13

2. Tipe-tipe Pola Asuh 14

3. Dampak atau Pengaruh Pola Asuh 17

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh 18

B. Konsep Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun 20

1. Pengertian 20

2. Perkembangan Psikomotor 20

3. Perkembangan Motorik Kasar 21

4. Perkembangan Motorik Halus 22

5. Perkembangan Bicara dan Bahasa 23

6. Perkembangan Sosial 24

C. Penilaian Perkembangan Anak 26

D. Faktor-Faktor Mempengaruhi Perkembangan Anak 29

E. Kerangka Konsep 31

F. Hipotesis 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian 33

B. Identifikasi Variabel 34

C. Definisi Operasional 34

D. Desain Sampling 36

E. Pengumpulan Data 36

F. Pengolahan Data 37

G. Analisis Data 39

H. Etika Penelitian 39

I. Waktu dan Tempat Penelitian 40

J. Keterbatasan 41

K. Keramgka Kerja 42

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Umum 43

B. Data Khusus 45

BAB V PEMBAHASAN

A. Pola Asuh 48

B. Perkembangan Anak Usia 3-5 tahun 50

C. Hubungan Pola Asuh Ibu Terhadap Perkembangan

Anak Usia 3-5 tahun 52

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan 54

B. Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Dampak Pola Asuh Pada Perkembangan Anak 3

Tabel 3.1 Definisi Operasional 35

Tabel 4.4 Tabulasi Silang 47

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah 7

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 31

Gambar 3.1 Kerangka Kerja 42

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Distribusi frekuensi anak berdasarkan umur…………….. 45

Diagram 4.2 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang pola asuh... 45

Diagram 4.3 Distribusi frekuensi Perkembangan Anak……………….. 46

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan 59

Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden 60

Lampiran 3 Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden 61

Lampiran 4 Lembar Kuesioner 62

Lampiran 5 Rekapitulasi Hasil Penelitian 64

Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian 66

Lampiran 7 Hasil Uji Statistik 69

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena

pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Menurut Andriana (2011), perkembangan

adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan.

Sedangkan menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2010), perkembangan

adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks

dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkansebagai hasil dari

proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang

terorganisasi. Seorang anak dapat mengembangkan potensinya pada masa tumbuh

kembang karena faktor keturunan dan berbagai rangsangan dari dan oleh

lingkungannya secara terus menerus. Ada tiga kebutuhan pokok untuk

mengembangkan kecerdasan anak, yaitu kebutuhan fisik, emosi dan stimulasi

dini.

Ketiga kebutuhan pokok tersebut harus diberikan secara bersamaan ,

salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengajak anak bermain dan

berbicara. Hal ini bertujuan untuk merangsang perasaan dan pikiran, motorik

kasar dan halus pada leher, tubuh, kaki, tangan dan jari-jarinya. Karena anak yang

mendapatkan stimulasi terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan

anak yang kurang mendapat stimulus. Jumlah balita di Indonesia sangat besar

yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi. Dengan jumlah yang besar, maka nasib

Bangsa Indonesia di masa yang akan datang juga terletak pada generasi yang

sekarang ini (Andriana, 2011).

Ada empat aspek yang digunakan untuk menilai perkembangan anak.

Empat aspek itu adalah gerak kasar/motorik kasar, motorik halus, personal sosial

dan bahasa. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal anak. Karena

pada dasarnya keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam

mengembangkan pribadi anak, selain sebagai pemberi bimbingan dalam belajar

keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri,

secara psiko sosiologis juga sebagai stimulator bagi pengembangan kemampuan

anak. Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya sangat

diperlukan terutama pada saat mereka masih berada dibawah usia lima

tahun/balita (Suherman, 2009).

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Jawa Timur Pemantauan

kesehatan pada anak balita dan anak pra sekolah dilakukan melalui deteksi dini

tumbuh kembang minimal dua kali pertahun oleh tenaga kesehatan. Pemeriksaan

deteksi tumbuh kembang di Jawa Timur pada tahun 2010 telah dilakukan pada

2.321.542 anak balita dan prasekolah atau 63,48% dari 3.657.353 anak balita.

Cakupan tersebut menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar 64,03% dan masih

dibawah target 80%, perlu inovasi untuk meningkatkan cakupan agar dapat

segera ditanggulangi apabila terjadi masalah atau keterlambatan tumbuh

kembang pada anak balita. (Dinkes Jatim, 2010).

Orang tua salah satunya adalah ibu, merupakan tokoh sentral dalam tahap

perkembangan seorang anak. Ibu berperan sebagai pendidik pertama dalam

keluarga, sehingga ibu perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan agar mengerti

dan terampil dalam melaksanakan pengasuhan anak. Sehingga ibu dapat bersikap

positif dalam membimbing tumbuh kembang anak secara baik dan sesuai dengan

tahapan perkembangan anak. Hal ini sangat mungkin dilaksanakan apabila orang

tua khususnya ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang arti penting tumbuh

kembang anak (Soendjajo, 2009).

Pengetahuan ibu didapat dari hasil pengamatan terhadap objek tertentu

yang dapat dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan, sosial budaya, serta umur.

Pengetahuan juga mempengaruhi perkembangan intelektual serta aspek fisiologis

juga berperan dalam mendapatkan pengetahuan (Notoatmodjo,2009).

Berikut ini adalah berbagai macam pola asuh orang tua dan dampaknya

bagi anak:

Tabel 1.1 Dampak Pola Asuh Pada Perkembangan Anak.

N

o

Pola asuh Ciri

Dampak

1 Pa

sif

Permisiveness

(pembolehan)

Orang tua memberikan

kebebasan untuk berfikir/

berusaha, cenderung

memberikan kebutuhan pada

anak, toleran dan memahami

kelemahan anak,

menganggap anak kuat, sangat

terbuka kepada anak (selalu

menerima ide anak).

Anak pandai mencari jalan keluar,

dapat bekrjasama, Percaya diri,

penuntut dan tidak sabaran.

Submission

(penyerahan)

Senantiasa memberikan

sesuatu yang diminta anak,

membiarkan anak

berperilaku semaunya di

rumah.

Anak jadi tidak patuh, tidak

bertanggung jawab, agresif &

teledor, otoriter, terlalu percaya

diri.

Rejection

(penolakan)

Orang tua bersikap masa

bodoh, bersikap kaku, kurang

memperhatikan kesejahteraan

anak,

menampilkan sikap

permusuhan atau dominasi

tehadap anak.

Agresif (mudah marah, gelisah,

tidak patuh, keras kepala, suka

bertengkar & nakal), submisive

(kurang dapat mengerjakan tugas,

pemalu, suka mengasingkn dri,

mudah tersinggung & penakut),

sulit bergaul, pendiam sadis.

2 Oto

riter

Over protection

(terlalu

melindungi)

Kontak yang berlebihan

dengan anak (over perhatian),

perawatan/pemberian bantuan

yang terus menerus meskipun

anak sudah mampu merawat

drinya sendiri, mengawasi

kegiatan anak secara

berlebihan,selalu memecahkan

masalah anak atau anak tidak

diberi kesempatan untuk

menyelesaikan masalahnya

sendiri, tidak mempercayai

kemampuan anak, selalu

mengkhawatirkan kondisi

anak

Memunculkan perasaan yang

tidak aman, mudah merasa gugup,

melarikan diri dari kenyataan,

sangat ketergantungan, ingin

menjadi pusat perhatian (selalu

caper) kurang mampu

mengendalikan emosi, agresif &

dengki, lemah dalam "ego

strength"(beradaptasi dengan

masalah), aspiratif & toleransi

terhadap frustasi (cepat frustasi),

egois/ selfish (ego sentries),

kurang percaya diri, mudah

terpengaruh. Peka terhadap kritik,

bersikap "yes men", trouble

maker (pembuat onar), suka

bertengkar, sulit dalam bergaul,

mengalami homesick (betah di

rumah)

Domination

(dominasi)

Mendominasi anak dalam

segala hal.

Bersikap sopan dan over hati-hati,

pemalu, penurut, inferior dan

mudah bingung, tidak dapat

bkerjasama.

Over dicipline Mudah memberikan hukuman, Implusif (reaktif, gampang

(terlalu disiplin) menanamkan kedisplinan

secara keras.

terpancing/emosional), tidak

dapat mengambil keputusan,

nakal, sikap bermusuhan/agresif.

3 De

mo

krat

is

Acceptance

(penerimaan)

Membrikan cinta kasih yang

tulus pada anak, anak

ditempatkan dalam posisi

yang penting,

mengembangkan hubungan

yang hangat dengan anak,

bersikap respek kepada anak,

mendorong anak untuk

menyatakan pendapat atau

perasaannya, terjalinnya

dialog dengan baik.

Mau bekerjasama (koopertif),

bershabat (friendly), loyal, emosi

stabil, ceria bersikap optimis, mau

menerima tanggungjawab, jujur,

dapat dipercaya, mempunyai

rencana yang tepat dan visioner,

bersikap realistik (memahami

kekuatan dan kelemahan diri

secara objektif).

Otoratif Memberikan kebebasan pada

anak untuk berkreasi dan

mengeksplorasi berbgai hal

sesuai dengan kemampuan

(pengembangan kognitif

positif), memberikan batasan

dengan cara yang baik dari

orang tua (sebagai pembinaan

nilai karakter atau kepribadian

anak)

Anak hidup dengan ceria,

menyenangkan, kreatif, cerdas,

percaya diri, terbuka pada orang

tua/pendidik, bisa menghargai &

menghormati, tidak mudah stress

& depresi, ebrprestasi baik,

disukai lingkungan.

Penelitian yang dilakukan oleh Okta Septia (2009) di TK Muslimat 7

Jombang memiliki aturan bahwa masa awal sekolah, seluruh siswa diantar dan

ditunggui oleh orangtua/walinya. Setelah 1 minggu harus sudah tidak boleh

ditunggui. Dari pengamatan didapatkan bahwa sampai pada bulan Nopember

tahun 2009 ada 39 anak (23%) yang masih ditunggui, ingin menang sendiri 19

anak (12%), tidak mengerjakan tugas yang diberikan 54 anak (34%), tidak mau

bermain dengan temannya 26 anak (16%), dapat dan mau mengikuti semua

kegiatan 109 anak (68%). Data lain juga menyebutkan terdapat 7 anak (9%)

diasuh oleh walinya dan sisanya diasuh oleh orangtuanya. Data tersebut

menunjukkan terdapat beberapa siswa yang belum optimal dalam menjalankan

tugas perkembangannya, ditinjau dari berbagai aspek perkembangan.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada tanggal 05 Februari 2014 yang

dilakukan di TK Islamiyah Krampon di dapatkan 2 (20%) dari 10 responden usia

3-5 tahun diketahui mengalami keterlambatan dalam aspek motorik kasar dan

motorik halus dan 8 (80%) dari 10 responden usia 3-5 tahun diketahui tidak

mengalami keterlambatan dalam aspek motorik kasar dan motorik halus, hal

tersebut tidak lepas dari peran ibu yang kebanyakan adalah petani sehingga

kurang memperhatikan proses perkembangan anak-anaknya, serta mereka tidak

mengerti tentang penerapan bentuk pola asuh yang tepat untuk anak-anak mereka.

Terdapat beberapa orang tua yang cenderung melakukan kekerasan terhadap anak-

anaknya pada saat anak-anaknya melakukan kesalahan, sehingga anak

berkembang kurang inisiatif, kurang kreatif serta kurang mampu untuk

konsentrasi.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan usaha dalam membina

keluarga dan memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang pentingnya

tumbuh kembang anak sejak usia dini. Memberikan informasi tentang kesehatan

sehingga mampu dilaksanakan dalam berbagai kegiatan dalam rangka pembinaan

dan pemeliharaan kesehatan keluarga dan masyarakat.

Hal tersebut mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang

peran seorang ibu dalam perkembangan anak di TK tersebut, terutama anak usia

3-5 tahun dan akhirnya penulis merumuskan ke dalam penelitian yang berjudul

sebagai berikut: Hubungan Pola Asuh Ibu Pada Perkembangan Anak Usia 3-5

Tahun di TK Islamiyah Krampon.

A. Identifikasi Masalah

Gambar 1.1 : Identifikasi Masalah

Sumber : Soetjiningsih (1995)

Berdasarkan gambar 1.1 dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan anak :

1. Faktor Internal

a. Genetik.

Pengaruh genetik bersifat heredo-konstitusional yang artinya

bahwa bentuk untuk konstitusi seseorang ditentukan oleh faktor

Faktor Internal:

1. Genetik

2. Hormon

Perkembangan

Anak

Faktor Eksternal:

1. Faktor Pranatal.

2. Faktor postnatal meliputi:

a. Pengetahuan.

b. Gizi

c. Budaya Lingkungan

d. Sosial Ekonomi

e. Lingkungan

f. Pola Asuh

g. Stimulasi

h. Olahraga

keturunan. Faktor genetik akan berpengaruh pada kecepatan

pertumbuhan, kematangan tulang, gizi, alat seksual, dan saraf.

b. Pengaruh hormone

Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal yaitu saat

janin berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat

dan kelenjar pituitary dan tiroid mulai bekerja. Hormon yang

berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan somatotropin

yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Pranatal

b. Faktor Postnatal meliputi :

1) Pengetahuan ibu .

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi perilaku ibu dalam perkembangan anak. Ibu yang

mempunyai pengetahuan kurang, maka tidak akan memberikan

stimulasi pada perkembangan anaknya sehingga perkembangan

anak akan terhambat, sedangkan ibu yang mempunyai

pengetahuan baik maka akan memberikan stimulasi pada

perkembangan anaknya.

2) Gizi.

Makanan memegang peranan penting dalam proses tumbuh

kembang anak. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan,

terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seorang anak, seperti

:protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Seorang

anak yang kebutuhan zat gizinya kurang atau tidak terpenuhi,

maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.

3) Budaya lingkungan.

Budaya lingkungan dalam hal ini adalah masyarakat dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam

memahami atau mempersepsikan pola hidup sehat.

4) Status sosial ekonomi.

Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada

anak dengan status sosial ekonomi tinggi, pemenuhan kebutuhan

gizinya sangat baik dibandingkan dengan anak yang status

ekonominya rendah.

5) Lingkungan fisik.

Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar

matahari, mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan

anak.kebersihan lingkungan maupun kebersihan perorangan

memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit. Demikian

pula dengan populasi udara baik yang berasal dari pabrik, asap

rokok atau asap kendaraan dapat menyebabkan timbulny penyakit.

Anak sering sakit, maka tumbuh kembanganya akan terganggu.

6) Lingkungan pengasuhan.

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak sangat

penting dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak. Interaksi

timbal balik antar ibu dan anak akan menimbulkan keakraban

antara ibu dan anak. Anak akan terbuka kepada ibunya, sehingga

komunikasi dapat dua arah dan segala permasalahan dapat

dipecahkan bersama karena adanya keterdekatan dan kepercayaan

antara keduannya.

7) Stimulasi.

Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi,

misalnya : penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan

ibudan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak, perlakuan

ibu terhadap perilaku anak. Anak yang mendapatkan stimulasi

terarahdan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan

dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.

8) Olahraga atau latihan fisik

Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan

anak, karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplay

oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur. Selain itu, latihan juga

meningkatkan stimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan sel.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan faktor-faktor yang ada dan untuk bisa memfokuskan

masalahnya maka dibatasi masalah pola asuh ibu pada perkembangan anak usia 3-

5 tahun.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat di rumuskan permasalahan

dalam penelitian ini adalah 1). Bagaimana Pola Asuh Ibu? 2). Bagainama

Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun? 3). Adakah Hubungan Pola Asuh Ibu Pada

Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun di TK Islamiyah Krampon, Kecamatan

Torjun, Kabupaten Sampang?

D. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Menganalisis Hubungan Pola Asuh Ibu Pada Perkembangan Anak Usia 3-5

Tahun di TK Islamiyah Krampon.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi Pola Asuh Ibu di TK Islamiyah Krampon.

b. Mengidentifikasi Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun di TK Islamiyah

Krampon.

c. Mengetahui Hubungan Pola Asuh Ibu Pada Perkembangan Anak Usia 3-5

Tahun di TK Islamiyah Krampon.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi pendidikan

Hasil penelitian ini bisa dijadikan pedoman bagi penelitian berikutnya

khususnya tentang pola asuh ibu pada perkembangan anak.

2. Manfaat bagi siswi

Diharapkan dari hasil penelitian ini bisa menambah referensi dalam

pengetahuan dan dapat dijadikan salah satu bahan baca saat melakukan

penelitian selanjutnya .

3. Manfaat bagi peneliti

Memperkuat hasil penelitian yang telah ada dan menjadi acuan untuk

penelitian terkait yang lebih spesifik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai konsep dari pola asuh, konsep

dasar perkembangan anak usia 3-5 tahun, penilaian perkembangan anak

(DDST). Dimana konsep-konsep ini akan membantu dalam menjelaskan

mengenai hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak usia 3-5

tahun.

A. Konsep Dasar Pola Asuh

1. Pengertian

Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,yaitu

bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan

anak,termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai/norma,

memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan

perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya (Theresia,2009).

Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan

anak - anaknya. Sikap tersebut meliputi cara orangtua memberikan

aturan-aturan, memberikan perhatian. Pola asuh sebagai suatu perlakuakn

orangtua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan

mendidik anak dalam kesehariannya. Sedangkan Pengertian pola asuh

orangtua terhadap anak merupakan bentuk interaksi antara anak dan

orangtua selama mengadakan pengasuhan yang berarti orangtua

mendidik, membimbing dan melindungi anak (Gunarsa, 2010).

Pola Asuh menurut agama adalah cara memperlakukan anak sesuai

dengan ajaran agama berartimemehami anak dari berbagai aspek,dan

memahami anak dengan memberikan ola asuh yang baik ,menjaga anak

dan harta anak yatim, menerima, mamberi perlindungan, pemeliharaan,

perawatan dan kasih sayang sebaik – baiknya (QS Al Baqoroh:220)

Menurut (Edwards, 2009), menyatakan bahwa “Pola asuh

merupakan interaksi anak dan orang tua mendidik, membimbing, dan

mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai

dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat”. Pada dasarnya pola

asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan

pada anak.

Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak adalah bagian penting dan

mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik.

Terlihat bahwa pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum

yang diterapkan. Pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi

antara orang tua dengan anak. Interaksi tersebut mencakup perawatan

seperti dari mencukupi kebutuhan makan, mendorong keberhasilan dan

melindungi, maupun mensosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku

umum yang diterima oleh masyarakat ( Edwards, 2009).

2. Tipe – tipe Pola Asuh

Terdapat tipe-tipe pola asuh orang tua kepada anak yaitu (Suwanto,

2009) :

a. Pola asuh domokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang bercirikan adanya

hak dan kewajiban orang tua dan anak adalah sama dalam arti saling

melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab dan menentukan

perilakunya sendiri agar dapat berdiplin.

Menurut Shochib (dalam yuniati, 2010) orang tua yang

menerapkan pola asuh demokratis banyak memberikan kesempatan

kepada anak untuk berbuat keputusan secara bebas, berkomunikasi

dengan lebih baik, mendukung anak untuk memiliki kebebasan

sehingga anak mempunyai kepuasan sedikit menggunakan hukuman

badan untuk mengembangkan disiplin. Pola asuh demokrat is

dihubungkan dengan tingkah laku anak-anak yang memperlihatkan

emosional positif, sosial, dan pengembangan kognitif.

b. Pola asuh permisif

Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek

terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan

seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat,

pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya. Biasanya pola

pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh

orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan

lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan

baik.

Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini

nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian,

merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan

sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang

menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun

sudah dewasa.

c. Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat

pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai

aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu

perasaan sang anak.

Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang

tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya. Hukuman

mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan

agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua

yang telah membesarkannya.

Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini

biasanya tidak bahagia, paranoid/selalu berada dalam ketakutan,

mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci

orangtua, dan lain-lain, tetapi di balik itu biasanya anak hasil didikan

ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan

orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggung jawab dalam

menjalani hidup.

d. Pola asuh otoritatif

Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang

memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi

berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan

dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola

asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada

anak-anaknya.

Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatif akan hidup

ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada

orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres

dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan

lain-lain.

3. Dampak atau pengaruh pola asuh orang tua terhadap anak – anak

menurut Baumrind, (dikutip oleh Ira, 2009) adalah:

a. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak - anak

yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik

dengan teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat

terhadap hal-hal baru dan koperatif terhadap orang-orang lain.

b. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang

penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang,

suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik

diri.

c. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak

yang agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang

sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial.

d. Penerapan pola otoritatif berdampak positif terhadap

perkembangan anak kelak, karena anak senantiasa dilatih untuk

mengambil keputusan dan siap menerima segala konsekuensi dari

keputusan yang diambil. Dengan demikian potensi yang dimiliki

anak dapat berkembang secara optimal, karena anak melakukan

segala aktivitas sesuai dengan kehendak dan potensinya.

Sementara orangtua memberikan kontrol dan bimbingan manakala

anak melakukan hal-hal negatif yang dapat merusak kepribadian

anak.

e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh

Menurut Supartini (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh

antara lain:

18

a. Faktor Internal

1) Usia orang tua

Rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran

pengasuhan. Apabila terlalu muda atau tua mungkin tidak

dapat menjalankan peran tersebut secara optimal karena

diperlukan kekuatan fisik dan psikososial.

2) Pendidikan orang tua

Shifrin (1997) dalam Wong (2009) mengemukakan

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk lebih siap

menjalankan peran pengasuhan diantaranya adalah pendidikan.

b. Faktor Eksternal

1) Keterlibatan orang tua.

Kedekatan hubungan ibu dan anak sama pentignya dengan

ayah dan anak walaupun secara kodrati akan ada perbedaan.

Didalam rumah tangga ayah dapat melibatkan dirinya

melakukan peran pengasuhan kepada anaknya. Seorang ayah

tidak saja bertanggung jawab dalam memberikan nafkah tetapi

dapat pula bekerja sama dengan ibu dalam melakuan perawatan

anak seperi menggantikan popok ketika anak mengompol.

2) Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak .

Orang tua yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya

dalam merawat anak akan lebih siap menjalankan pengasuhan

dan lebih relaks.

3) Stres orang tua. Stres yang dialami orang tua akan

mempengaruhi kemampuan orang tua dalam menjalankan peran

pengasuhannya terutama dalam kaitannya dengan strategi

koping yang dimiliki oleh anak.

4) Hubungan suami istri

Hubungan yang kurang harmonis antara suami istri akan

berdampak pada kemampuan dalam menjalankan perannya

ssebagai orang tua dan merawat serta mengasuh anak dengan

penuh rasa bahagia karena satu sala lain dapat saling memberi

dukungan dan menghadapi segala masalah dengan koping yang

positif.

B. Konsep Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun

1. Pengertian

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan,

dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh,

organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2009). Dengan

demikian, aspek perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan

kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh.

Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk memompakan

darah, kemampuan untuk bernafas, sampai kemampuan anak untuk

tengkurap, duduk, berjalan, memungut benda-benda di sekelilingnya serta

kematangan emosi dan sosial anak.

2. Pengertian Perkembangan psikomotor

Perkembangan psikomotor adalah perkembangan mengontrol gerakan

- gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf

pusat, saraf tepi dan otot. Dimulai dari gerakan-gerakan kasar yang

melibatkan bagian-bagian besar dari tubuh dalam fungsi duduk, berjalan,

berlari, melompat dan lain-lain. Kemudian dilanjutkan dengan koordinasi

halus yang melibatkan kelompok otot-otot halus dalam fungsi meraih,

memegang, melompat dan kedua-duanya diperlukan dalam kehidupan

sehari-hari (Satoto, 2009).

Perkembangan psikomotor mencakup banyak aspek perkembangan

yang komplek antara lain perkembangan motorik, perkembangan bahasa,

perkembangan sosial dan perilaku. Kombinasi biologi,psikologi, kognotif,

spiritual dan penerimaan sosial selama periode anak usia 3-5 tahun

menyiapkan anak sebelum masuk sekolah.

Anak bisa mengontrol sistem tubuh, kemampuan untuk berinteraksi

dengan anak lain dan orang dewasa, menggunakan bahasa untuk

menunjukkan kemampuan mental, serta bertambahnya perhatian terhadap

waktu dan ingatan, sebagai persiapan mereka menuju periode yang besar

selanjutnya yaitu masa sekolah.

Keberhasilan penerimaan tahap tumbuh kembang selanjutnya adalah

penting bagian anak usia 3-4 tahun, untuk memperbaiki tugas-tugas yang

sudah dikuasai pada masa toddler (Okta.Sofia,2013).

3. Perkembangan motorik kasar

Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan dari unsur

kematangan, pengendalian gerak tubuh serta perkembangan tersebut erat

kaitannya dengan perkembangan pusat motorik diotak. Perkembangan

motorik kasar bila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar

bagian tubuh dan memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot yang

besar.

a. Anak umur 3 tahun.

Anak dapat mengendarai roda tiga, dapat melompat dari langkah

dasar, mereka dapat berdiri pada satu kaki untuk beberapa detik, anak

dapat menaiki tangga dengan kaki bergantian, dapat tetap turun dengan

menggunakan kedua kaki untuk melangkah, anak dapat melompat

panjang dan mencoba berdansa, tetapi keseimbangan mungkin tidak

adekuat.

b. Anak umur 4 tahun

Anak aktif dan terampil memanjat, berayun dan meluncur, mampu

untuk melompat, meloncat pada satu kaki. Mereka dapat menangkap

bola dengan tepat, melempar bola bergantian tangan dan berjalan

menuruni tangga dengan kaki bergantian.

c. Anak umur 5 tahun

Anak dapat melompat dan meloncat pada kaki bergantian, melempar

dan menangkap bola denagn baik. Mereka dapat berjalan dengan tumit

dan jari kaki dapat melompat dari ketinggian 12 inci dan bertumpu pada

ibu jari kaki.

4. Perkembangan motorik halus

Motorik halus melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan

dilakukan otot-otot kecil. Hal ini tidak memerlukan tenaga serta koordinasi

yang cermat.

a. Anak umur 3 tahun

Anak dapat membangun menara dari 9 atau10 kotak, membangun

jembatan dengan tiga kotak, mereka dapat memasukkan biji-bijian

dalam botol berleher sempit.

b. Anak umur 4 tahun

Anak dapat menggunakan gunting dengan baik untuk memotong

gambar mengikuti garis. Mereka dapat memasang sepatu tetapi tidak

mampu mengikat talinya, anak dapat menjiplak garis silang dan

menambah tiga bagian pada gambar jari.

c. Anak umur 5 tahun

Anak dapat mengikat tali sepatu, menggunakan gunting, pensil

dengan sangat baik. Dalam menggambar anak meniru gambar permata

dan segitiga, menambah tujuh sampai Sembilan bagian dari gambar

garis, mereka dapat mencetak beberapa huruf angka atau kata seperti

nama panggilan.

5. Perkembangan bahasa dan bicara

Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, engikuti perintah

dan berbicara spontan.

a. Anak umur 3 tahun

Jumlah perbendaharaan kata kira-kira 900 kata, kalimat lengkap

dari 3-4 kata. Bicara tanpa henti tanpa peduli apakah seseorang

memperhatikannya, merek mengulang kalimat dari 6 sampai suku kata

dan mengajukan banyak pertanyaan.

b. Anak umur 4 tahun

Perbendaharaan kata kira-kira 1500 kata atau lebih

menggunakan kalimat dari empat sampai lima kata, bila bercerita di

lebih-lebihkan mengetahui lagu sederhana, sedikit tidak sopan bila

berhubungan dengan anak yang lebih besar dapat menyebutkan satu atau

lebih warna.

c. Anak umur 5 tahun

Anak mempuyai perbendaharaan kata kira-kira 2100 kata, dapat

menggunakan kalimat dengan enam sampai delapan kata, mereka dapat

menyebutkan koin misal nikel dan perak dan dapat menggambarkan

gambar atau lukisan dengan banyak komentar dan menyebutkannya satu

persatu.

6. Perkembangan sosial

Perkembangan sosial adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan

mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.

a. Umur 3 tahun

Anak bisa berpakaian sendiri hampir lengkap bila di bantu

dengan kancing belakang dan mencocokkan sepatu kanan dan kiri.

Mereka mengalami peningkatan rentang pertahian dapat menyiapkan

makan sederhana, seperti sereal dan susu dingin, dapat membantu

mengatur meja, dapat mengeringkan piring tanpa pecah. Dapat

mengetahui jenis kelamin sendiri dan jenis kelamin orang lain.

b. Umur 4 tahun

Anak sangat mandiri cenderung untuk keras kepala dan tidak

sabar. Mereka cenderung agresif secara fisik serta verbal, mendapat

kebanggaan dalam pencapaian. Mereka mengalami perpindahan alam

perasaan, memamerkan secara dramatis, menikmati pertunjukan

orang lain. Anak menceritakan cerita keluarga kapada orang lain.

c. Anak umur 5 tahun

Anak kurang memberontak dibandingkan dengan sewaktu

berusia 4 tahun, lebih tenang dan berhasrat untuk menyelesaikan

urusan. Mereka tidak seterbuka dan terjangkau dalam hal pikiran dan

perilaku seperti pada tahun-tahun sebelumnya, dapat lebih

bertanggung jawab dan mandiri.

Dalam rangka membantu perkembangan fisik anak maka orang tua atau

pengaruh harus memiliki sikap yang positif yang berkaitan dengan perkembangan

anak, diantaranya adalah :

a) Pengenalan atau pengetahuan akan namanya dan bagian-bagian

tubuhnya.

b) Kemampuan untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi tubuh.

c) Pemahaman bahwa walaupun setiap individu berbeda dalam

penampilannya, seperti perbedaan dalam warna rambut, kulit dan mata, atau

tingginya, namun semua orang memiliki kesamaan karakteristik fisik yang

sama.

d) Menerima bahwa semua orang memiliki keterbatasan dalam

kemampuannya, seperti setiap orang dapatberjalan, berlari atau melompat,

tetapi tidak ada seorangpun yang dapat terbang

e) Kemampuan untuk memahami bahwa tubuh itu berubah secara konstan,

dan pertumbuhan fisik itu berawal dengan kelahiran dan berakhir dengan

kamatian.

f) Pemahaman akan pentingnya tidur, dan juga sebagai dua siklus

kehidupan yang penting bagi kehidupan.

g) Mengetahui kesadaran sensori (merasa, melihat,mendengar, mencium,

dan menyentuh atau meraba).

h) Memahami keterbatasan fisik, seperti lelah, sakit, dan melemah.

C. Penilaian Perkembangan Anak

1. Pengertian

DDST yaitu suatu tes untuk melakukan skrining/pemeriksaan

terhadap perkembangan anak usia satu bulan sampai dengan enam

tahun menurut Denver. Denver II adalah revisi utama dari standarisasi

ulang dari DDST dan Revisied Denver Developmental Screening Test

(DDST-R). DDST merupakan salah satu dari metode skrining terhadap

kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ.

Tujuan DDST adalah mengkaji dan mengetahui perkembangan anak

yang meliputi motorik kasar, bahasa, adaptif-motorik halus dan

personal sosial pada anak usia satu bulan sampai dengan enam tahun

(Saryono, 2010).

Fungsi DDST yaitu untuk mengkaji dan mengetahui tingkat

perkembangan anak, menstimulasi perkembangan anak, pedoman

dalam perawatan perkembangan anak dan mendeteksi dini

keterlambatan perkembangan anak. Waktu yang dibutuhkan 15-20

menit. Aspek Perkembangan yang dinilai terdiri dari 125 tugas

perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya

berkisar 25-30 tugas dan menurut Saryono (2010) ada empat sektor

perkembangan yang dinilai, yaitu:

1) Perilaku Sosial

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2) Gerakan Motorik Halus

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk

mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-

bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi

memerlukan koordinasi yang cermat.

3) Bahasa

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti

perintah dan berbicara spontan.

4) Gerakan Motorik Kasar

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap

tubuh. Penilaian DDST ini memiliki persyaratan tes, yaitu

membutuhkan lembar formulir DDST dan alat bantu atau

peraga seperti benang wol merah; manik-manik; kubus

bewarna merah, kuning, hijau, dan biru; permainan bola kecil;

bola tenis serta kertas dan pensil. Hidayat (2009), menyebutkan

cara penilaian perkembangan yang dijabarkan sebagai berikut:

1) Tentukan usia anak pada saat pemeriksaan.

2) Tarik garis pada lembar DDST sesuai dengan usia yang telah

ditentukan.

3) Lakukan pengukuran pada anak tiap komponen dengan batasan

garis yang ada mulai dari motorik kasar, bahasa, motorik halus,

dan personal sosial.

4) Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan, atau

abnormal sesuai dengan gambar.

Ada beberapa skoring penilaian item pada tes DDST IImenurut

Adriana (2011), antara lain:

1) L = Lulus/lewat, ditulis dengan P = Passed

Anak dapat melakukan item dengan baik, atau ibu/

pengasuh memberikan laporan (tepat/dapat dipercaya) bahwa anak dapat

melakukannya.

2) G = Gagal, ditulis dengan F = Fail

Anak tidak dapat melaksanakan item tugas dengan baik, atau

ibu/pengasuh memberi laporan anak tidak dapat melakukan dengan baik.

3) Tak = Tak ada kesempatan, ditulis dengan NO = No Opportunity

Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan item karena

ada hambatan. Misalnya, anak yang tangan dominannya sedang diinfus

tidak dapat melakukan item yang berhubungan dengan tangan. Skor ini

hanya digunakan untuk item yang ada kode L/laporan orangtua atau

pengasuh.

4) M = Menolak, ditulis R = Refusal

Anak menolak melakukan tes karena faktor sesaat,

misalnya mengantuk, lelah, dan menangis.

Ada tiga interpretasi hasil skrining DDST II menurut Adriana (2011),

yaitu:

a) Normal

Jika didapatkan hasil tidak ada delayed, maksimal satu caution.

Rujukannya adalah lakukan skrining rutin.

b) Curiga/Suspect

Jika didapatkan hasil dengan dua atau lebih caution, dan/atau

terdapat satu atau lebih delayed. Rujukannya adalah lakukan uji ulang

satu sampai dua minggu kemudian untuk menghilangkan faktor sesaat

seperti rasa takut, sakit, atau kelelahan.

c) Tidak Stabil/Unstable

Jika didapatkan hasil dengan satu atau lebih delayed, dan/atau dua

atau lebih caution. Dalam hal ini delayed atau caution harus

disebabkan oleh karena penolakan (refusal) bukan karena kegagalan

(fail). Rujukannya adalah dilakukan uji ulang satu sampai dua minggu

ke depan.

D. Hubungan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Anak Usia 3-5 tahun

Orang tua selalu mempunyai pengaruh yang paling kuat pada anak.

Setiap orang tua mempunyai pola asuh tersendiri dari segi asuh, asah, dan

asih dalam hubungannya dengan anakanaknya, dan ini mempengaruhi

perkembangan anak (Djiwandono,2003). Keluarga merupakan lingkungan

sosial pertama dan utama bagi anak sehingga memberi pengaruh terbesar

bagi perkembangan anak. Keluarga terutama ayah dan ibu memberikan dasar

pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak. Pengalaman

interaksi di dalam keluarga akan menentukan pola dan tingkah laku anak

terhadap orang lain dalam masyarakat (Soetjiningsih,2002).

Pola asuh orang tua yang baik dengan selalu mengepresikan kasih

sayang ( memeluk, mencium, memberi pujian), melatih emosi dan

melakukan pengontrolan pada anak akan berakibat anak merasa diperhatikan

dan akan lebih percaya diri, sehingga hal ini akan membentuk pribadi anak

yang baik.

Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak

sejak dini yang meliputi perkembangan personal sosial, bahasa, motorik

halus dan motorik kasar. Anak yang merasa diperhatikan dan disayangi oleh

orang tuanya tidak ada rasa takut untuk bergaul dengan orang lain, anak

lebih berekspresif, kreatif, tidak takut untuk mencoba hal-hal baru sehingga

perkembangan anak terutama anak-anak dibawah 5 tahun akan maksimal.

Hal ini sesuai dengan penelitian Borowitz, 1986 (dalam buku

Soetjiningsih, 2002) menyebutkan alat DDST (Denver Developmental

screening Test) dapat mengidentifikasi 85 – 100 % bayi dan anak-anak

prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada follow

up selanjutnya ternyata 89 % dari kelompok DDST abnormal mengalami

kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian addalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo, 2003)

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

Faktor Internal:

1. Genetik

2. Hormon

Perkembangan Anak

Faktor Eksternal:

1. Faktor Pranatal.

2. Faktor postnatal

meliputi:

i. Pengetahuan.

j. Gizi

k. Budaya

Lingkungan

l. Sosial Ekonomi

m. Lingkungan

n. Pola Asuh

o. Stimulasi

p. Olahraga

F. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu asumsi tentang hubungan antara dua

Variabel atau lebih variabel yang diharapkan dapat memberikan jawaban

sementara atas suatu pernyataan dalam penelitian (Supartini, 2009).

Hipotesis dalam penelitian adalah :

= Ada Hubungan antara Pola Asuh Ibu dengan Perkembangan anak

usia 3-5 tahun di TK Islamiyah Krampon.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara untuk memperoleh kebenaran ilmu

pengetahuan atau pemecahan masalah dan pada dasarnya menggunakan metode

ilmiah (Notoatmodjo,2010). Metode penelitian merupakan cara yang akan

dilakukan dalam proses penelitian. Dalam penyusunan, metode penelitian harus

diuraikan secara rinci seperti variable penelitian, rancangan penelitian, tehnik

pengumpulan data, analisis data, cara penafsiran dan penyimpulan hasil

penelitian (Hidayat, 2010). Pada bab 3 ini peneliti menjelaskan tentang metode

penelitian yaitu desain penelitian, kerangka kerja (frame work), identifikasi

variabel, definisi operasional, desain sampling, pengumpulan data, etika

penelitian, keterbatasan dalam penelitian, waktu dan tempat penelitian.

A. Desain / Rancangan Penelitian

Desain penalitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang timbul selama

proses penelitian (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini jenis penelitian yang

digunakan adalah analitik yaitu penelian yang mencoba menggali bagaimana

dan mengapa fenomena itu terjadi (Notoatmodjo,2010).

Tujuan penelitian ini merupakan hubungan, yaitu penelitian dilakukan

untuk dilaksanakan untuk menganalisa hubungan antar variabel dan menjelaskan

hubungan yang ditemukan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross

sectional, yaitu penelitian dengan menggunakan pengukuran atau (sekali waktu)

antara Variabel Independen dan Dependen (Hidayat,2010).

B. Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu atau benda, manusia dll (Nursalam, 2011).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan

dependen.

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab atau

timbulnya variabel independen (terikat) (Hidayat, 2010). Variabel independen

dalam penelitian ini adalah pola asuh .

2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

bebas (Hidayat, 2010). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

perkembangan anak usia 3-5 tahun.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Hidayat, 2010).

Tabel 3.1 : Definisi Operasional Hubungan Pola Asuh Ibu pada Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun.

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala

pengukura

n

skor

Independen:

pola asuh

sikap orang tua dalam

berinteraksi dengan

anak – anaknya.

1. Pengertian

2. Tipe – tipe pola asuh.

3. Dampak atau pengaruh pola asuh .

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Pola Asuh.

5.

Kuisioner Ordinal 3 = Baik

(76%- 100%).

2 = Cukup

(56%-75%).

1 = Kurang

(<56% )

Dependen :

perkembanga

n anak usia

3-5 tahun..

Bertambahnya

kemampuan dalam

struktur dan fungsi

tubuh yang lebih

kompleks dalam pola

yang teraturdan dapat

diramal sebagai hasil

proses pematangan

a. Aspek perkembangan motorik kasar

meliputi: kemampuan berdiri dengan

satu kaki selama 6-11 detik,

melompat dengan satu kaki,

menangkap dan melempar bola.

b. Aspek perkembangan motorik

halusmeliputi: menggambar orang,

menggambar lingkaran, tanda silang,

dan persegi.

c. Aspek perkembangan bahasa

meliputi: mampu menyebutkan

hingga empat gambar, menyebutkan empat warna, mengartikan dua kata

dan mengerti empat kata depan.

d. Aspek perkembangan adaptasi sosial

meliputi: dapat bermain dengan

permainan sederhana, menangis jika

dimarahi, mengancing baju atau

pakaian boneka.

DDST Ordinal 1. L = Lulus/lewat, ditulis

dengan P = Passed

2. G = Gagal, ditulis dengan

F = Fail.

3. Tak = Tak ada kesempatan,

ditulis dengan NO = No

Opportunity

4. M = Menolak, ditulis

R = Refusal

D. Desain Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentutu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian untuk ditarik kesimpulannya

(Hidayat, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu beserta anak

usia 3-5 tahun di TK Islamiyah Krampon Kecamatan Torjun Kabupaten

Sampang sebanyak 50 anak pada tahun 2014 berdasarkan dari masing-

masing kelas:

Kelas A : 25 Siswi

Kelas B : 25Siswi

Total : 50 Anak

2. Teknik sampling

Tehnik sampling merupakan proses seleksi sampel yang digunakan

dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan

mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2010). Dalam

penelitian ini pengambilan sampel menggunakan tehnik Total Sampling

(keseluruhan) (Hidayat, 2010).

E. Pengumpulan Data

Merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan

dalam penelitian (Hidayat,2009). Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Sekolah

TK Islamiyah Krampon. Peneliti mengadakan pendekatan dengan responden

untuk mengadakan persetujuan dan bersedia menjadi responden. Pengumpulan

data menggunakan kuesioner dan DDST sebagian respondennya adalah anak usia

3-5 tahun di TK Islamiyah Krampon.

Alat Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup dan berstruktur

dimana kuesioner tersebut di buat sedemikian rupa sehingga responden hanya

tinggal memilih atau menjawab yang sudah ada (Hidayat, 2010).

F. Pengolahan Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan,

dimana pokok tujuan penelitian adalah menjawab pertanyaan – pertanyaan

penelitian dalam mengungkap fenomena (Nursalam,2009).

1. Editing

Editing adalah memeriksa dan menyesuaikan data dengan rencana semula

seperti yang di inginkan.jawaban dari masing - masing responden di edit

untuk mengetahui soal-soal yang belum dijawab serta pengisian soal yang

tidak sesuai dengan petunjuk soal.

2. Scoring

Skoring adalah kegiatan untuk mengubah data dengan memberikan nilai

untuk masing-masing jawaban yang sesuai dengan scoring.

3 = (76%-100%)

2 = (56%-75%)

1 = (<56%)

3. Tabulating

Tabulating merupakan kegiatan meringkas jawaban dari kuesioner

menjadi satu tabel induk yang memuat semua jawaban responden jawaban

responden akan dikumpulkan dalam bentuk kode-kode yang disepakati

untuk memudahkan pengolahan data selanjutnya.

4. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2009). Coding dalam

penelitian ini memberikan kode atau tanda pada setiap jawaban untuk

mempermudah dalam pengolahan data dan analisis dataserta berpedoman pada

definisi operasional.

3. Pola Asuh baik

2. Pola Asuh cukup

1. Pola Asuh kurang

38

5. Entri Data

Data Entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

dalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat table kontigensi.

6. Cleaning Data

Data Cleaning adalah tindakan mendeteksi dan memperbaiki (menghapus)

data yng tidak akurat dari mengatur catatan, tabel, atau database yang

mengacu pada identifikasi tidak lengkap, tidak benar, tidak tepat, dan tidak

relevan dari bagian data yang kemudian mengganti atau memodifikasi data.

G. Analisis Data

1. Analisis Univariate

Analisis Univariate yang dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian

dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Peneliti menggunakan tabel

frekuensi yaitu tentang Hubungan Pola Asuh Ibu Terhadap Perkembangan

Anak Usia 3-5 Tahun.

2. Analisis Bivariate

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berpengaruh

atau berhubungan dengan menggunakan tabel silang (cross tab). Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan uji sttatistik Korelasi Spearman Rank

dengan menggunakan SPSS for windows dengan tingkat kemaknaan

ρ=α(0,05) dimana H0 ditolak apabila ρ<α(0,05)yang berarti ada hubungan

Perkembangan terhadap terhadap aktifitas belajar anak. Sebaliknya Ho

diterima apabila ρ<α(0,05) yang berarti tidak ada hubungan (Hidayat, 2009).

H. Etika Penelitian

Peneliti melibatkan objek manusia maka tidak boleh bertentangan dengan

etika agar hak responden dapat terlindungi. Untuk melaksanakan penelitian ini,

perlu adanya rekomendasi dari direktur Akademi Kebidanan Graha Husada

Sampang, permohonan izin ke Kepala TK Islamiyah Krampon. Setelah

mendapatkan persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan pada

etika penelitian.

1. Persetujuan Responden (Informed Consent)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden pada persetujuan (Hidayat, 2010). Pada saat pengambilan sampel,

peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada semua subjek yang akan di teliti,

dengan cara mengumpulkan subjek yang akan diteliti. Jika responden tidak

bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden (Hidayat, 2008).

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat,

2010).

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,

2010)

I. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakuakan di TK Islamyah Krampon Kecamatan Torjun Kabupaten

Sampang dari bulan April – Mei 2017.

J. Keterbatasan

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian. Dalam penelitian

ini keterbatasan yang di hadapi peneliti adalah sebagai berikut :

1. Sampel yang digunakan hanya pada anak usia 3-5 tahun di TK Islamiyah

Krampon Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang.

2. Pengumpulan data dengan kuesioner dan DDST memerlukan kesabaran dan

ketenamagan dalam meneliti sehingga responden harus dinilai secara

bergantian dan untuk menghindari responden menolak.

3. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan oleh peneliti,

sehingga peneliti banyak menemui hambatan karena belum berpengalaman

dalam penelitian ini.

K. Kerangka Kerja (frame work)

Gambar 3.1 Kerangka Kerja

Populasi

Semua anak TK Islamiyah Krampon Kec. Torjun Kab. Sampang

sebanyak 50 anak

Tehnik Sampling

Tehnik Total Sampling

Variabel Independen : Pola Asuh

Variabel Dependen : Perkembangan Anak Usia 3-5 tahun

Pengumpulan Data

Lembar Kuesioner dan Lembar DDST

Pengumpulan Data

Editing, Scoring, Tabulating, Entri Data, Cleaning Data

Analisis Data

Univariate Distribusi Frekuensi

Bivariate Tabulasi silang

Uji Statistik : Kolerasi Rank Spearman

Kesimpulan

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan hasil pengumpulan data dari kuesioner yang

diperoleh pada tanggal 22 Mei 2017. Pengambilan data dilakukan pada anak-anak

TK Islamiyah Krampon Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang jumlah

responden 50 anak. Penelitian ini dimulai dari diskripsi daerah penelitian dan hasil

yang berupa data umum dan data khusus. Data umum berisi distribusi frekuensi

menurut umur. Sedangkan data khusus yang disajikan berupa distribusi responden

berdasar variabel yang diteliti yaitu Pola Asuh Ibu Terhadap Perkembangan Anak

Usia 3-5 Tahun. Kemudian dilakukan tabulasi silang dan uji statistik untuk

mengetahui hubungan antara variabel.

A. Data Umum

1. Sejarah TK Islamiyah Krampon

Berdasarkan data yang diperoleh dari arsip dokumen instansi

pendidikan, TK Islamiyah Krampon Kecamatan Torjun Kabupaten

Sampang didirikan pada tahun 2007. TK Islamiyah Krampon terletak di

Jalan Raya Krampon Sampang dan terletak di atas tanah seluas 100 m2

dengan status tanah Sertifikat / Milik Yayasan. Pada saat ini TK

Islamiyah Krampon Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang dipimpin

oleh kepala sekolah yaitu Ibu Hj. Darwati. S.Pd.

2. Data Demografi

a. Jumlah siswa di TK Islamiyah Krampon Kecamatan Torjun

Kabupaten Sampang pada tahun 2017 terdiri dari 50 siswa, terdiri

19 siswa A dan 31 siswa B. Jumlah guru di TK Islamiyah Krampon

Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang pada tahun 2014 sebanyak

6 orang yang terdiri dari guru NIP.13 sebanyak 2 orang dan guru

tidak tetap (GTT) sebanyak 4 orang.

3. Fasilitas pendidikan

TK Islamiyah Krampon menyediakan fasilitas pendidikan antara lain :

a. Lokasi sekolah yang strategis dan mudah dijangkau sarana

transportasi

b. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan mulai pukul 07.00 WIB s/d

09.45 WIB

c. Proses pembelajaran dilengkapi dengan :

- Ruang kelas : Kelas A 2, Kelas B 2

- Ruang Perpustakaan : 1

- Ruang Kepala dan Guru : 1

4. Data Sasaran

Sasaran penelitian dilakukan pada anak-anak di TK Islamiyah

Krampon Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang dengan jumlah

responden 50 responden.

5. Karakteristik Anak berdasarkan umur

Diagram 4.1 Distribusi frekuensi anak-anak berdasarkan umur pada kelas (A) s/d (B)

di TK Islamiyah Krampon Kecamatan Torjun Sampang Kabupaten Sampang pada bulan Mei 2017

Dari diagram 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar anak kelas (A) s/d

(B) TK Islamiyah Krampon Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang

anak yang berumur 3 tahun sebanyak 6 anak (13%), anak yang

berumur 4 tahun sebanyak 13 anak (24%) dan anak yang berumur 5

tahun sebanyak 31 anak (63%).

B. Data Khusus

1. Data berdasarkan pengetahuan ibu terhadap Pola Asuh

Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi pengetahuan ibu tentang Pola Asuh di TK Islamiyah

Krampon Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang pada bulan Mei

2017.

Dari diagram 4.2 menunjukkan bahwa jumlah anak yang mempunyai

pengetahuan kurang sebanyak 5 anak (11%), anak yang mempunyai

pengetahuan cukup sebanyak 15 anak (26%) dan anak yang mempunyai

pengetahuan baik sebanyak 30 anak (63%) .

2. Data berdasarkan perkembangan anak

Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Perkembangan Anak di TK Islamiyah Krampon

Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang pada bulan Mei 2017.

Dari diagram 4.3 Menunjukkan bahwa perkembangan anak yang

lulus sebanyak 41 anak (82%), perkembangan anak yang gagal

sebanyak 5 anak (10%), perkembangan anak yang tak ada kesempatan 0

anak (0%), perkembangan anak yang menolak 4 anak (8%) .

3. Tabulasi silang antara pola asuh ibu terhadap perkembangan anak di TK

Islamiyah Krampon Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang.

Dari hasil penelitian, Pola Asuh Ibu dilakukan tabulasi silang

terhadap masing – masing variabel. Hal ini untuk mengetahui ada atau

tidaknya hubungan pola asuh ibu terhadap perkembangan anak di TK

Islamiyah Krampon Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang.

Tabel 4.4 Tabulasi silang antara Hubungan pola asuh ibu terhadap perkembangan anak

usia 3-5 tahun di TK Islamiyah Krampon Kecamatan Toejun Kabupaten

Sampang bulan Mei 2017.

Pola Asuh

Perkembangan anak usia 3-5 tahun Total

Lulus Gagal Menolak

Σ % Σ % Σ % Σ %

Kurang 0 0 4 80 0 0 4 8

Cukup 13 32 1 20 4 100 18 36

Baik 28 68 0 0 0 0 28 56

Total 41 82 5 10 4 8 50 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa anak yang

mempunyai pola asuh kurang yang gagal sebanyak 4 anak (8%), anak

yang mempunyai pola asuh cukup yang lulus sebanyak 13 anak (32%),

anak yang mempunyai pola asuh baik yang lulus sebanyak 28 anak

(68%).

Setelah dilakukan uji statistik Korelasi Spearman Rank (ρ) 0,000

dan (α) 0,05 sehingga ρ<α (0,000<0,05). Hal ini berarti H1 diterima,

yang artinya ada hubungan pola asuh ibu terhadap perkembangan anak

usia 3-5 tahun di TK Islamiyah Krampon Kecamtan Torjun Kabupaten

Sampang.

BAB V

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian dilakukan tabulasi silang

terhadap variabel independen dan dependen serta dilakukan penghitungan dengan

uji statistik Korelasi Spearman Rank maka dapat dilakukan suatu analisa

pengaruh dari variabel – variabel yang diteliti yaitu hubungan pola asuh ibu

terhadap perkembangan anak 3-5 tahun di TK Islamiyah Krampon Kecamatan

Torjun Kabupaten Sampang membandingkan dengan teori yang ada.

A. Pola Asuh

Berdasarkan diagram 4.2 dari 50 anak yang di teliti, menunjukan

bahwa mayoritas yang paling banyak adalah pola asuh baik sebanyak 30

anak (63%) sedangkan, yang paling sedikit pola asuh kurang sebanyak 5

anak (11%).

TK Islamiyah Krampon Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang,

mempunyai pola asuh yang baik karena tidak lepas dari peran orangtua

dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik

anak dalam kesehariannya pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh

cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak.

Dalam ajaran agama berarti memehami anak dari berbagai

aspek,dan memahami anak dengan memberikan pola asuh yang baik,

menjaga anak dan harta anak yatim, menerima, mamberi perlindungan,

pemeliharaan, perawatan dan kasih sayang sebaik – baiknya.

Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak adalah bagian penting

dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik.

Terlihat bahwa pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum

yang diterapkan. Pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi

antara orang tua dengan anak. Interaksi tersebut mencakup perawatan

seperti dari mencukupi kebutuhan makan, mendorong keberhasilan dan

melindungi, maupun mensosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum

yang diterima oleh masyarakat.

49

Menurut (Edwards, 2009), menyatakan bahwa “Pola asuh

merupakan interaksi anak dan orang tua mendidik, membimbing, dan

mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai

dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat”. Pada dasarnya pola

asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan

pada anak.

Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,

yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi

dengan anak, termasuk cara penerapan aturan,mengajarkan nilai / norma,

memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan

perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya (Theresia,2009).

Pola asuh sebagai suatu perlakuan orangtua dalam rangka

memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak dalam

kesehariannya. Sedangkan Pengertian pola asuh orangtua terhadap anak

merupakan bentuk interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan

pengasuhan yang berarti orangtua mendidik, membimbing dan melindungi

anak (Gunarsa, 2010).

B. Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa perkembangan anak

yang lulus sebanyak 41 anak (82%), perkembangan anak yang gagal

sebanyak 5 anak (10%), perkembangan anak yang tak ada kesempatan 0

anak (0%), perkembangan anak yang menolak 4 anak (8%) .

Sedangkan di TK Islamiyah Krampon Kecamatan Torjun Kabupaten

Sampang perkembangan anak usia 3-5 tahun, rata-rata perkembangan anak

baik sesuai dengan usia anak. Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung

untuk memompakan darah, kemampuan untuk bernafas, sampai

kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, memungut benda-

benda di sekelilingnya serta kematangan emosi dan sosial anak, gerakan-

gerakan kasar yang melibatkan bagian-bagian besar dari tubuh dalam

fungsi duduk, berjalan, berlari, melompat dan lain-lain. Kemudian

dilanjutkan dengan koordinasi halus yang melibatkan kelompok otot-otot

47 47 47 47

halus dalam fungsi meraih, memegang, melompat dan kedua-duanya

diperlu6kan dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif,

yang bersifat progresif dari perubahan yang teratur (Hurlock,1999).

Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung

pada potensi biologiknya. Dengan demikian, aspek perkembangan ini

bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-

masing bagian tubuh.

Dalam rangka membantu perkembangan fisik anak maka orang tua atau pengaruh

harus memiliki sikap yang positif yang berkaitan dengan perkembangan anak,

diantaranya adalah :

a) Pengenalan atau pengetahuan akan namanya dan bagian-bagian

tubuhnya.

b) Kemampuan untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi tubuh.

c) Pemahaman bahwa walaupun setiap individu berbeda dalam

penampilannya, seperti perbedaan dalam warna rambut, kulit dan mata,

atau tingginya, namun semua orang memiliki kesamaan karakteristik

fisik yang sama.

d) Menerima bahwa semua orang memiliki keterbatasan dalam

kemampuannya, seperti setiap orang dapatberjalan, berlari atau

melompat, tetapi tidak ada seorangpun yang dapat terbang

e) Kemampuan untuk memahami bahwa tubuh itu berubah secara konstan,

dan pertumbuhan fisik itu berawal dengan kelahiran dan berakhir

dengan kamatian.

f) Pemahaman akan pentingnya tidur, dan juga sebagai dua siklus

kehidupan yang penting bagi kehidupan.

g) Mengetahui kesadaran sensori (merasa, melihat,mendengar, mencium,

dan menyentuh atau meraba).

h) Memahami keterbatasan fisik, seperti lelah, sakit, dan melemah.

C. Hubungan Pola Asuh Ibu Terhadap Perkembangan Anak Usia 3-5

Tahun

Hasil tabulasi silang, menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan

pola asuh kurang yang gagal sebanyak 4 anak (8%), anak yang

mendapatkan pola asuh cukup yang lulus sebanyak 13 anak (32%), anak

yang mendapatkan pola asuh baik yang lulus sebanyak 28 anak (68%).

Setelah dilakukan uji statistik Korelasi Spearman Rank (ρ) 0,000

dan (α) 0,05 sehingga ρ<α (0,000<0,05). Hal ini berarti H1 diterima, yang

artinya ada hubungan pola asuh ibu terhadap perkembangan anak usia 3-5

tahun di TK Islamiyah Krampon Kecamtan Torjun Kabupaten Sampang.

Berdasarkan analisa data yang diperoleh menunjukkan bahwa anak

yang mendapatkan pola asuh baik sebagian besar lulus dibandingkan dengan

anak yang mendapatkan pola asuh cukup sebagian gagal bahkan menolak.

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan utama bagi anak

sehingga memberi pengaruh terbesar bagi perkembangan anak. Keluarga

terutama ayah dan ibu memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak,

moral dan pendidikan anak. Pengalaman interaksi di dalam keluarga akan

menentukan pola dan tingkah laku anak terhadap orang lain dalam

masyarakat (Soetjiningsih,2002).

Pola asuh orang tua yang baik dengan selalu mengepresikan kasih

sayang (memeluk, mencium, memberi pujian), melatih emosi dan

melakukan pengontrolan pada anak akan berakibat anak merasa

diperhatikan dan akan lebih percaya diri, sehingga hal ini akan membentuk

pribadi anak yang baik (Soetjiningsih,2002). Hal ini akan sangat

berpengaruh terhadap perkembangan anak sejak dini yang meliputi

perkembangan personal sosial, bahasa, motorik halus dan motorik kasar.

Anak yang merasa diperhatikan dan disayangi oleh orang tuanya tidak ada

rasa takut untuk bergaul dengan orang lain, anak lebih berekspresif, kreatif,

tidak takut untuk mencoba hal-hal baru sehingga perkembangan anak

terutama anak-anak dibawah 5 tahun akan maksimal.

BAB VI

PENUTUP

Setelah mengetahui dan mempelajari hasil penelitian melalui analisa data

mengenai hubungan antara variabel – variabel yang diteliti dalam pembahasan,

maka dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil

penelitian yang berjudul “hubungan pola asuh ibu terhadap perkembangan anak

usia 3-5 tahun Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang” maka dapat dirumuskan

kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan melalui analisis

“hubungan pola asuh ibu terhadap perkembangan anak usia 3-5 tahun di TK

Islamiyah KramponKecamatan Torjun Kabupaten Sampang” maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Pola Asuh Ibu terhadap anak di TK Islamiyah Krampon Kecamatan

Torjun Kabupaten Sampang rata-rata mempunyai pola asuh yang baik

sebanyak 30 anak (63%).

2. Perkembangan anak usia 3-5 tahun di TK Islamiyah Krampon

Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang sebagian besar lulus sebanyak

41 anak (82%).

3. Berdasarkan uji statistik Korelasi Spearman Rank (ρ) 0,000 dan (α)

0,05 sehingga ρ<α(0,000<0,05). Hal ini berarti H1 diterima, yang

artinya ada hubungan pola asuh ibu terhadap perkembangan anak

usia 3-5 tahun di TK Islamiyah KramponKecamatan Torjun Kabupaten

Sampang

B. Saran

Setelah mengetahui hasil dari penelitian ini peneliti memberikan saran

sebagai berikut :

1. Bagi Institusi

Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk

Karya Tulis Ilmiah selanjutnya terutama mengenai Perkembangan anak

usia 3-5 tahun.

2. Bagi Pendidikan

Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan masukan dan pedoman

dalam memberikan penyuluhan untuk menambah pengatahuan orang tua

tentang pola asuh pada anak usia 3-5 tahun.

3. Bagi Ibu

a. Ibu yang sudah menerapkan pola asuh baik terhadap anak

diharapkan agar tetap di pertahankan.

b. Ibu yang masih menerapkan pola asuh kurang terhadap anak

diharapkan agar lebih diperhatikan.

4. Bagi Peneliti

a. Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah pengetahuan bagi peneliti

tentang pola asuh ibu perkembangan anak usia 3-5 tahun.

b. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi kelanjutan penelitian

selanjutkan dengan memperbaiki kekurangan dalam penelitian

sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. PT Rinekacipta: Jakarta.

Depkes RI, (2010), Pedoman Pelaksanaan stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini

Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gunarsa, Singgih. (2010) Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2010). Metode Penelitian Kebidanan Tehnik Analisi

Data. Jakarta: Salemba Medika.

Handayani, Tri. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Dengan

Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 3-5 Tahun Di KBTKI Buah

Hati Kita Danguran Klaten Selatan. Skripsi S1 Keperawatan. STIKES

Duta Gama Klaten.

Hartini, Sri. 2010. Hubungan Stimulasi Dan Karakteristik Ibu Dengan

Perkembangan Personal Sosial Anak Usia 3-5 Tahun Di Paud Anak Ceria

Pedurungan Lor Semarang. Skripsi S1 Keperawatan. Universitas

Muhammadiyah Semarang.

.2010 Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis

Data. Jakarta : Salemba Medika

Magnuson, k dan Berger, L, 2010. Family Structure States and Transitions:

Associations withChildren’s Wellbeing During Middle Childhood.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2892913.

(Diakses tanggal 06 februari 2014).

Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu Dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta:

Salemba Medika.

Maryati. 2010. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Alat

Permainan Edukatif Dengan Tingkat Perkembangan Motorik Halus Pada

Anak Usia Prasekolah DiTaman Kanak-Kanak Pertiwi Wiro 1 Klaten.

Skripsi S1 Keperawatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nursalam.(2011). Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan: Rineka Cipta.

Okta. Septia (2009). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Pola

Asuh Anak Pada Perkembangan Kemandirian di TK Muslimat 7

jombang.Online:http://one.indoskripsi.com/judulskripsi/pendidikankewar

ganegaraan/pengruh-tingkat-pendidikanorang-tua-terhadappola-asuh-an

(Diakses tanggal 06 februari 2014).

Rizqiyatull. 2012. Perkembangan . Blogspot.com/2012/13/pendahuluan-

perkembangan-adalah.html. (Diakses tanggal 06 februari 2014).

Soetjiningsih, dr.1995. Tumbuh Kembang Anak.

Soesantoso, Wibisono. 2011. Biostatistik Penelitian Kesehatan.Surabaya: Perc.

Dua tujuh.

Supartini Y.2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :EGC

Sumarmi. 2011. Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Perkembangan

Kognitif Anak Usia 3-5 Tahun Di KBTKI Buah Hati Kita Danguran Klaten

Selatan. Skripsi S1 Keperawatan, STIKES Duta Gama Klaten.

Wawan, A dan M. Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Yusuf, Syamsu. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.