PKMRS Hipotermia (Autosaved)
-
Upload
che-ainil-zainodin -
Category
Documents
-
view
228 -
download
1
description
Transcript of PKMRS Hipotermia (Autosaved)
PENDAHULUAN
Di awal 1900-an disadari bahwa lingkungan yang hangat sangat penting
dalam perawatan bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah karena mereka
tidak bisa mempertahankan panas tubuh mereka sendiri. Hipotermia (yaitu suhu
tubuh di bawah normal) telah diakui sebagai penyebab signifikan penyakit
neonatal dan kematian, dan telah dijelaskan dalam bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) serta bayi baru lahir normal, di setiap benua, dan bahkan di negara-
negara tropis.(Newborn health division, 2010)
Di negara maju, kesadaran akan pentingnya lingkungan yang hangat telah
menunjukkan peningkatan terhadap perawatan bayi baru lahir, terutama bayi
prematur dan bayi berat badan lahir rendah. Di negara-negara berkembang,
pemahaman terhadap kebutuhan termal pada bayi yang baru lahir dan hipotermia
neonatal sangat rendah dan sedikit. Walaupun data angka kejadian jarang terjadi,
studi terbaru di beberapa negara berkembang telah menunjukkan bahwa
hipotermia masih menjadi masalah umum dan memberikan kontribusi terhadap
angka kematian perinatal yang tinggi. (Newborn health division, 2010)
Situasi ini berlaku adalah karena lebih disebabkan kurangnya pengetahuan
daripada dari kurangnya peralatan. Tenaga kesehatan dan ibu tidak menyadari
pentingnya penjagaan bayi yang baru lahir supaya dalam keadaan hangat dengan
metode sederhana seperti pengeringan dan menutupi mereka segera setelah lahir,
mendorong menyusui dini dan menjaga bayi yang baru lahir dalam kontak dekat
dengan ibu mereka. Di fasilitas kesehatan di mana manajer dan pekerja kesehatan
kebanyakaanya tidak menerima pelatihan perlindungan termal, dan prosedur, yang
benar untuk menjaga lingkungan termal cocok untuk bayi baru lahir kurang, dan
praktek-praktek berbahaya yang umum. dalam keadaan seperti itu, berisiko
terjadinya hipotermia atau hipertermia neonatal cukup besar.(Newborn health
division, 2010)
Perlindungan termal dari bayi baru lahir adalah serangkaian kebijakan
yang diambil saat lahir dan pada hari-hari pertama kehidupan untuk memastikan
1
bahwa bayi baru lahir tidak menjadi dingin atau terlalu panas dan
mempertahankan suhu tubuh normal 36-37,5˚C (97,7-99,5˚F). Bayi baru lahir
tidak dapat mengatur suhu seperti orang dewasa. Oleh karena itu, mendingin atau
memanaskan bayi adalah sangat penting. Semakin kecil bayi baru lahir, semakin
besar risiko terjadinya hipotermia. Kemampuan pengaturan suhu tubuh akan
meningkatkan secara bertahap sebagai peningkatan berat badan bayi. (Newborn
health division, 2010)
Pengaturan suhu tubuh pada dasarnya ditentukan oleh dua hal, yaitu
memproduksi panas dan hilangnya panas. Kedua hal tersebut yang mengatur
keseimbangan suhu tubuh sehingga tetap berada pada nilai yang normal. Produksi
panas ditentukan oleh : (Tony C, 2009)
1. Kadar basal metabolisme (basal rate of metabolism) yang terdapat
pada semua sel-sel tubuh.
2. Kadar extra metabolism (extra rate of metabolism) yang disebabkan
oleh aktivitas otot, termasuk kontraksi otot pada keadaan menggigil.
3. Metabolisme extra yang disebabkan oleh efek hormon tiroksin.
4. Metabolisme extra yang disebabkan oleh efek epinefrine, norepinefrin
dan stimulasi simpatetik pada sel.
5. Metabolisme extra yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas kimia
pada sel, terutamanya pada saat peningkatan suhu tubuh.
6. Metabolisme ekstra yang berkaitan dengan proses digestif dan
absorpstif makan (thermogenic effect of food)
Panas pada tubuh kebanyakannya dihasilkan oleh organ dalaman
terutamnya pada hepar, otak, jantung, dan otot skeletal sewaktu olah raga. Panas
yang dihasilkan oleh tubuh dipindahkan dari organ dalaman ke tisu dan
permukaan kulit, kemudian menghilang ke udara dan persekitaran.(Rosemary,
2011)
2
DEFINISI
Hipotermia adalah satu keadaan apabila suhu tubuh bayi baru lahir
menurun dibawah 36.5˚C (97.7 ˚F). Hipotermia diklasifikasikan kepada tiga yaitu
hipotermia ringan (mild), hipotermia sedang (moderate) dan hipotermia berat
(severe). Pada suhu axilla normal adalah 36.5-37.5˚C. (Newborn health division,
2010)
Hipotermia ringan (cold stress) 36-36.5˚C ( 96.8-97.7˚F)
Hipotermia sedang 32-36˚C ( 89.6-96.8˚F)
Hipotermia berat < 32˚C (89.6˚F)
Kehilangan suhu tubuh bisa disebabkan oleh beberapa faktor antaranya
adalah luas area permukaan tubuh yang berhubungan dengan berat, ukuran kepala
yang lebih besar dari tubuh, kadar lemak subkutan yang sedikit, dan bayi baru
lahir terutama bayi berat lahir rendah (BBLR). Kadar suhu tubuh bisa menurun
dibawah kadar suhu normal apabila kehilangan panas berlebihan dari kadar
keupayaan untuk memproduksi panas sehingga akhirnya bisa menyebabkan
hipotermia. (Newborn health division, 2010)
Gambar 1 : Suhu tubuh pada bayi baru lahir (˚C)
3
EPIDEMIOLOGI
Kadar insiden berlakunya kasus hipotermia pada bayi baru lahir berlaku
diseluruh dunia. Angka kasus hipotermia sering terjadi pada cuaca dingin. Tapi,
suhu persekitaraan yang rendah tidak sering menyebabkan hipotermia. Insiden
tertinggi kasus hipotermia telah dilaporkan pada tempat yang bersuhu sekitar 26-
30˚C (78.8-86˚F). (Newborn health division, 2010)
Bayi hipotermia yang berada di Neonatal intensive care unit (NICU), telah
menjadi masalah utama diseluruh dunia. Bayi hipotermia sering terjadi pada bayi
yang prematur dan berat bayi lahir rendah. Hasil penelitian oleh Silverman pada
tahun 1958 menunjukkan bahwa pengawalan suhu tubuh bayi dengan cara
pengawalan suhu persekitaran dapat mengurangi angka kematian pada bayi berat
lahir rendah dan bayi prematur. (YS Jia, 2010)
Di Euthiopia, telah dilakukan lapan tahun penelitian di sebuah rumah
sakit, 67% kasus berat bayi lahir rendah dan infan yang berisiko telah dimasukkan
di unit khusus disebabkan hypothermia. Di Nepal, terutamanya sewaktu musim
dingin, lebih dari 80% infan dilahirkan dalam keadaan hipothermia di rumah sakit
bersalin yang terdapat di Kathmandu dan 50% daripadanya tetap hipotermia
selama 24 jam. Hal ini terjadi pada bayi sehat dengan berat yang normal, berat
bayi lahir rendah, dan bayi yang sakit. Dengan meningkatan suhu ruangan, bisa
menurunkan insiden hipotermia.(Newborn health division, 2010)
ETIOLOGI
Hipotermia pada bayi baru lahir lebih sering disebabkan kurangnya
pengetahuan dari kurangnya alat perlengkapan. Perawatan yang salah dalam
penanganan bayi selepas lahir adalah faktor terpenting yang menyebabkan
terjadinya hipotermia. (Newborn health division, 2010)
Kamar bersalin di kebanyakan rumah sakit tidak cukup hangat dan bayi
yang baru lahir sering dibiarkan basah dan tidak ditutupi sampai keluarnya
plasenta. Bayi baru lahir sering ditimbang dalam keadaan telanjang dan kemudian
4
dibersihkan setelah dilahirkan. Pemberian asi juga sering terlambat beberapa jam
setelah dilahirkan dan bayi dipisahkan dari ibunya karena disimpan di nurseri.
Pemisahan ibu dan bayi yang baru dilahirkan membuatkan lebih sulit untuk
membuatkan bayi dalam keadaan hangat. Hal ini juga menyebabkan tingginya
risiko infeksi nosokomial sehingga memberi efek terhadap pemberian asi pada
bayi dan gangguan ikatan antara ibu dan bayi sehingga akhirnya menyebabkan
hipotermia. Hipotermia pada bayi baru lahir akan menyebabkan penurunan
keupayaan menetek. Ganguan pemberian asi akan menyebabkan penurunan
produksi panas sehingga terjadinya hipotermia.(LC Mullany, 2010)
PATOGENESIS TERJADINYA HIPOTERMIA
Suhu di dalam rahim ibu adalah 38˚C (100,4˚F). Saat lahir, bayi
meninggalkan kehangatan rahim, bayi baru lahir yang basah setelah lahir berada
dalam lingkungan yang jauh lebih dingin dan segera mulai kehilangan panas. Bayi
baru lahir khusus bayi premature lebih sering hipotermia. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor. Antara faktor-faktornya adalah luas area permukaan tubuh
terhadap rasio masa tubuh, kulit bayi yang sangat tipis, kadar lemak yang sedikit
dan respon metabolik yang terbatas terhadap persekitaran yang dingin. Faktor-
faktor ini yang menyebabkan panas tubuh menghilang secara cepat sehingga
menyebabkan penurunan suhu tubuh. Oleh itu, bayi prematur sangat bergantung
terhadap sumber panas dari luar tubuh dan managemen pengawalan suhu tubuh
pada bayi prematur adalah sangat penting. Sewaktu resusitasi bayi saat persalinan,
panas tubuh lebih banyak menghilang dari produksi panas pada bayi berat lahir
rendah. (YS Jia, 2013)
Berat bayi lahir rendah dapat mengalami hipotermia melalui beberapa mekanisme,
yang berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara
produksi panas dan kehilangan panas.
1. Penurunan produksi panas.
Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam system endokrin dan terjadi
penurunan basal metabolism tubuh, sehingga timbul proses penurunan
5
produksi panas, misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal
ataupun pituitaria.
2. Peningkatan panas yang hilang
Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh
kehilangan panas. Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat
terjadi secara konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi dan kegagalan
termoregulasi. (Tony C, 2009)
Bayi yang baru lahir kehilangan panas dalam empat cara yang berbeda.
Kehilangan panas terutama karena penguapan (evaporation) cairan ketuban dari
tubuh bayi tersebut. Tapi hilangnya panas tubuh juga terjadi dengan konduksi
(conduction) jika bayi ditempatkan telanjang di permukaan yang dingin (misalnya
meja, timbangan, atau kasur yang dingin); cara konveksi (convection) bisa
menyebabkan kehilangan panas jika bayi telanjang terkena udara dingin di
sekitarnya; dan cara radiasi (radiation) juga bisa menyebabkan hilangnya panas
dari bayi ke obyek dingin di sekitar (misalnya dinding dingin atau jendela)
walaupun bayi tidak benar-benar menyentuh mereka. Kehilangan panas
meningkat dengan pergerakan udara, dan bayi risiko mulai dingin bahkan pada
suhu kamar 30˚C (86˚F). (NNF Teaching Aids, 2010)
Gambar 2 : Empat cara bayi baru lahir kehilangan panas ke lingkungan sekitarnya.
6
Menit pertama setelah kelahiran, akan terjadi proses pendinginan pada
bayi. Sekitar 10-20 menit pertama, bayi baru lahir yang tidak dilindungi secara
termal mungkin kehilangan panas yang cukup untuk suhu tubuh turun 2-4˚C (3,6
– 7.2˚F), dengan penurunan lebih besar pada jam-jam berikut jika perawatan yang
tepat tidak diberikan. Jika kehilangan panas tidak dicegah dan dibiarkan berlanjut,
akan terjadi hipotermia pada bayi, yaitu suhu di bawah normal.(Newborn health
division, 2010)
Gambar 3 : Empat cara terjadinya hipotermia.
7
Cara penurunan suhu tubuh.
Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan mengakibatkan
suhu tubuh berubah, menjadi tidak normal. Apabila terjadi dingin, secara
fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk menghasilkan panas berupa :
1. Shivering thermoregulation / ST
Merupakan mekanisme tubuh berupa menggigil atau gementar involunter
akibat dari kontraksi otot untuk menghilangkan panas. (Robin B, 2010)
2. Non-shivering thermoregulation / NST
Merupakan mekanisme yang dipengaruhi oleh stimulasi system saraf
simptomatis untuk menstimulasi proses metabolic dengan melakukan
oksidasi terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme
jaringan brown fat meningkatkan produksi panas dari dalam tubuh. (Robin
B, 2010)
3. Vasokonstriksi perifer
Mekanisme ini juga distimulasi oleh system saraf simpatis, kemudian
sistem saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit untuk
berkontraksi sehingga terjadi vasokonstriksi. Keadaan ini efektif untuk
mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas
yang tidak berguna. (Kees H, 2009)
DIAGNOSIS
Tanda dan gejala
Ada banyak bukti bahwa hipotermia berbahaya. hipotermia yang
berlangsung lama akan mengganggu pertumbuhan dan dapat membuat bayi lebih
rentan terhadap infeksi. Selain itu, hipotermia juga berpotensi menyebabkan
kematian pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah. Bayi dengan berat
badan lahir rendah atau bayi yang sakit harus dirawat di unit neonatal. Kadar
8
kematian pada bayi yang prematur lebih rendah jika dirawat didalam lingkungan
yang hangat.(Newborn health division, 2010)
Tanda awal dari hipotermia adalah kaki yang dingin untuk disentuh. Jika
hipotermia ini dibiarkan berlanjutan, kulit di seluruh tubuh akan menjadi dingin,
bayi menjadi kurang aktif, tidak mau menyusu, dan tangisan bayi menjadi sangat
lemah.(YS Jia, 2013)
Pada bayi dengan hipotermia berat (severe hypothermia) wajah dan
ekstremitas menunjukkan warna merah cerah. Sclerema (pengerasan dari kulit
yang terkait dengan kemerahan dan edema) dapat terjadi di bagian belakang dan
seluruh anggota badan bayi. Bayi juga menjadi lesu dan dan kurang aktif,
pernafasan menjadi irreguler dan detak jantung menjadi lambat. Selain itu, dapat
juga terjadi penurunan kadar gula darah. asidosis metabolik, perdarahan internal
(terutama pada paru-paru) dan gangguan pernapasan. Hipotermia yang berat
adalah sangat berbahaya, jika tindakan tidak segera dilakukan akan menyebabkan
kematian pada bayi. Namun, semua tanda diatas tidak spesifik dan dapat
menunjukkan penyakit berat lainnya seperti infeksi bakteri pada bayi baru lahir.
(Denis Azzopardi,2014)
Pemeriksaan fisik
Diagnosis hipotermia ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu
tubuh atau atau kulit bayi. Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah
satu petunjuk penting untuk deteksi awal adanya suatu penyakit, dan pengukuran
dapat dilakukan melalui aksila, rektal atau kulit.(Robin B, 2010)
Melalui aksila merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang
dianjurkan, oleh karena mudah, sederhana dan aman. Tetapi pengukuran melalui
rektal sangat dianjurkan untuk melakukan pertama kali pada semua BBL, oleh
karena sekaligus sebagai tes skrining untuk kemungkinan adanya anus
imperforatus. Pengukuran suhu rektal tidak dilakukan sebagai prosedur
pemeriksaan yang rutin kecuali pada bayi-bayi sakit.(Robin B,2010)
9
PENATALAKSANAAN HIPOTERMIA
Bayi baru lahir yang hipotermia harus ditangani segera dengan cara
memanaskan tubuh bayi. Suhu ruangan yang dianjurkan untuk meningkatkan suhu
tubuh bayi adalah suhu sekitar 25˚C (77˚F). Pakaian yang dingin haruslah
disingkirkan dan diganti dengan baju dan topi yang menghangatkan. Jika alat
pemanas digunakan, bayi haruslah memakai pakaian dan pemeriksaan suhu harus
sering diukur sewaktu proses pemanasan dilaksanakan. Pemberian asi sangat
penting sebagai sumber kalori dan cairan tubuhnya. Pemberian asi harus tetap
diteruskan walaupun kondisi bayi terlalu lemah dengan menggunakan saluran
nasogastrik. Hipotermia juga adalah tanda dari infeksi. Oleh itu, setiap bayi yang
baru lahir dengan hipotermia harus diperiksa apakah ada sumber infeksi ataupun
tidak. (Newborn health division, 2010)
Mengurangi kehilangan panas tubuh bayi baru lahir sewaktu resusitasi dini
dan stabilisai di ruang bersalin adalah sangat penting. Neonatal Resusitation
Program (NRP) oleh America Academy of pedriatics dan America Heart
Assosiation, menyatakan perawatan termal secara rutin termasuk meletakkan bayi
hipotermia dibawah alat pemanas (radiant warmner), mengeringkan tubuh bayi
setelah dilahirkan, dan menghindari pakaian yang basah. (YS Jia, 2013)
Di rumah sakit dengan diagnosa hipotermia haruslah ditegakkan dengan
mengukur suhu tubuh aktual. Metode yang digunakan untuk memanaskan tubuh
bayi tergantung tahap keparahan hipotermia dan peralatan yang tersedia. Pada
hipotermia ringan (mild hipothermia dengan suhu tubuh 36.0-36.4˚C / 96.8-
97.5˚F), penanganan yang bisa dilakukan adalah kontak kulit ke kulit dengan suhu
ruangan sekitar 25˚C / 77 ˚F. Pada hipotermia sedang (moderate hipothermia
dengan suhu tubuh 32-35.9 ˚C / 89.6-96.6˚F), penaganan yang bisa dilakukan
adalah dengan memakaikan pakaian yang menghangatkan.(Newborn health
division, 2010)
Pakaian bayi dihangatkan di pemanas radiant
Letakkan bayi di inkubator pada suhu 35-36˚C (95-96˚F)
10
Menggunakan kasur yang bisa diisi air hangat didalamnya.
Suhu ruangan yang hangat dengan suhu 32-34˚C / 89.6-93.2˚F
(suhu dinaikkan jika bayi kecil atau sakit)
Jika tidak ada peralatan yang bisa digunakan untuk menghangatkan
bayi dan keadaan bayi dalam kondisi bagus, penanganan yang bisa
dilakukan adalah kontak kulit ke kulit dalam ruangan yang hangat
(suhu sekitar 25˚C / 77˚F).
Proses menghangatkan bayi mestilah diteruskan sehingga suhu tubuh bayi
mencapai suhu normal. Suhu tubuh bayi dan suhu peralatan yang digunakan untuk
menghangatkan bayi haruslah diperiksa setiap jam.(Reproductive Health and
Research, 2010)
Pada kasus hipotermia berat (severe hypothermia dengan suhu tubuh
dibawah 32˚C / 89.6˚F), beberapa penelitian menganjurkan proses menghangatkan
bayi haruslah dilakukan dengan segera dalam beberapa jam. Proses
menghangatkan bayi yang cepat bisa dicapai dengan menggunakan kasur yang
mempunyai thermostat yang bisa mengkontrol suhu (suhu yang diatur adalah 37-
38˚C / 98.6-100.4˚F) atau dengan menggunakan inkubator udara hangat (suhu
yang diatur 35-36˚C / 95-96.8˚F). Jika tidak ada peralatan yang bisa digunakan
untuk menghangatkan bayi, penanganan dengan kontak kulit ke kulit di dalam
ruangan yang hangat adalah dianjurkan. (Reproductive Health and Research,
2010)
Pemberian asi harus diteruskan sebagai sumber kalori dan cairan tubuh
kepada bayi. Hal ini karena, kadar gula darah sering menurun pada bayi yang
hipotermia. Oleh itu, pemeriksaan kadar gula darah adalah penting untuk bayi
yang hipotermia. Apabila suhu tubuh bayi sudah kembali ke suhu normal, proses
penghangatan bayi haruslah dikurangi utuk menghindari proses penghangatan
yang berlebihan.(Newborn health division, 2010)
11
KLASIFIKASI DAN MANAJEMEN HIPOTERMIA
Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi
Bayi terpapar suhu
lingkungan yang
rendah
Waktu timbulnya
kurang dari 2 hari
Suhu tubuh 32˚C-
36˚C
Gangguan nafas
Denyut jantung
kurang dari 100
kali/menit
Malas minum
Latergi
Hipotermia sedang
Bati terpapar suhu
lingkungan yang
rendah
Waktu timbulnya
kurang 2 hari
Suhu tubuh <32˚C
Tanda hipotermia
sedang
Kulit teraba keras
Napas pelan dan
dalam
Hipotermia berat
PROTEKSI TERMAL PADA BERAT BAYI LAHIR RENDAH ATAU
PADA BAYI YANG SAKIT
a. Ruangan melahirkan yang hangat
"Ruang hangat" (juga disebut ruang yang dipanaskan) merupakan salah
satu metode yang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir
yang hipotermia, bayi yang sakit dan bayi yang lahir prematur. Tetapi, ruangan
yang terlalu besar bisa mengurangi suhu ruangan dan menjadi tidak efektif.
(Newborn health division, 2010)
Bayi yang baru dilahirkan, kehilangan panas tubuh dengan cara
penguapan, konduksi, konveksi dan radiasi. Setelah bayi dilahirkan, terjadi
perubahan persekitaran dari suasana intrauterin yang hangat berubah kepada
12
suasana extrauterin yang dingin. Perubahan persekitaran yang dingin
menyebabkan bayi kehilangan panas tubuh dengan cepat. Oleh itu, menyediakan
ruangan persalinan yang hangat dapat membantu menurunkan kadar kehilangan
panas dari tubuh bayi yang baru dilahirkan terutama sewaktu resusitasi dini dan
stabilisasi. Hal ini bisa mengurangkan angka insiden hipotermia pada bayi baru
lahir dengan usia gastasi kurang dari 32 minggu. (YS Jia, 2013).
Ruangan yang hangat sangat efektif dalam menjaga suhu tubuh bayi berat
lahir rendah. Semakin rendah berat lahir bayi, semakin tinggi suhu ruangan yang
diperlukan. Misalnya, suhu ruangan yang tepat untuk bayi yang baru lahir dengan
berat 1-1.5kg saat lahir adalah 30-33˚C (86-9,41˚F), Untuk bayi dengan berat 1,5-
2kg suhu ruangan yang tepat adalah 28-30˚C (82,4-86˚F), dan untuk bayi dengan
berat 2.0-2.5kg suhu ruangan yang diperlukan adalah 26-28 ˚C (78,8-82.4˚F).
Kebutuhan suhu ruangan yang diperlukan oleh bayi akan berkurang secara
bertahap dari hari ke hari. Seorang bayi dengan asfiksia, gangguan pernapasan
atau sepsis, membutuhkan suhu kamar lebih tinggi daripada bayi yang normal.
(Newborn health division, 2010)
Berat badan bayi baru lahir Suhu ruangan yang dibutuhkan
1-1.5Kg 30-33˚C (86-9,41˚F)
1,5-2kg 28-30˚C (82,4-86˚F)
2.0-2.5Kg 26-28˚C (78,8-82.4˚F)
Lingkungan termal yang bersifat individual merupakan kelemahan bagi
metode ini. Masalah ini dapat diminimalkan dengan memiliki beberapa ruangan
yang hangat didalam satu kamar dan menjadikan beberapa partisi dari daerah yang
berbeda di kamar. Oleh itu, bayi yang baru lahir dari beberapa usia kehaminlan
dan post natal dapat menggunakan ruangan dengan suhu yang berbeda di dalam
satu kamar. Suhu tubuh harus tetap dipantau dan bayi haruslah tetap memakai
pakaian.(YS Jia, 2013)
b. Metode perawatan kangaroo (Kangaroo-mother care)
13
Metode perawatan kangaroo adalah metode non konvensional untuk
merawat bayi prematur atau bayi berat lahir rendah setelah stabilisasi awal. Ini
merupakan langkah primer dengan meletakkan bayi di dada atau perut ibu agar
ada kontak kulit ibu ke kulit bayi (Skin to skin contact) untuk menjaga suhu bayi
baru lahir dan pemberian ASI eksklusif. Metode perawatan kangaroo cocok untuk
bayi yang baru lahir tanpa masalah medis dan tanda klinis (pernafasan, suhu,
denyut nadi) stabil.(Dandekar, 2013)
Bayi harus dapat menyusui setidaknya sebagian. Ibu harus sehat dan
bersedia untuk bekerja sama. Metode perawatan kangaroo ini telah digunakan
dengan sukses di beberapa negara sebagai alternatif untuk perawatan inkubator
untuk bayi yang baru lahir stabil berat badan lahir rendah. (Reproductive Health
and Research, 2010)
Metode perawatan kangaroo juga dikenal sebagai Kangaroo Mother Care
(KMC). Metode ini merupakan langkah awal yang berterusan secara kontak
langsung kulit ke kulit antara ibu dan bayi berat lahir rendah. Pemberian asi secara
eksklusif juga dapat dilakukan sewaktu metode KMC ini. Metode perawatan
kangaroo dapat menurunkan insiden hipotermia. Metode perawatan kangaroo atau
KMC juga bisa meningkatkan pola pertumbuhan pada bayi berat lahir rendah dan
mengurangkan lama perawatan di rumah sakit. Metode ini juga sebagai langkah
protektif dari hipotermia, sepsis dan apnea. (Dandekar,2013)
Di rumah sakit tanpa peralatan untuk merawat bayi baru lahir dengan berat
lahir rendah selama periode stabilisasi awal, metode perawatan kangaroo sangat
efektif dan meningkatkan kemampuan bayi untuk bertahan hidup. Metode
perawatan kangaroo ini harus dimulai sedini mungkin setelah melahirkan.
(Edward, 2013)
Selain itu, metode perawatan kangaroo merupakan cara yang efisien untuk
menjaga kehangatan tubuh bayi yang baru lahir. Metode ini juga penting untuk
stimulasi proses menyusu dini pada bayi. Selain itu, metode ini bisa membantu
14
bayi yang baru lahir sebagai proses adaptasi kepada bayi untuk menyesuaikan diri
dengan suasana diluar rahim ibu. Metode ini juga terbukti bahwa bisa menjadikan
proses menyusu lebih teratur pada bayi dan mengurangi frekuensi apneu.(Nahed
Saied Mohammed,2013)
Gambar 4 : Kangaroo Mother care (KMC)
c. Alat pemanas (radiant heaters)
Alat pemanas adalah elemen pemanas yang memberikan kehangatan lokal,
juga dikenali sebagai radiant heaters. Keuntungan dari menggunakan bentuk
pemanasan ini adalah pengamatan bisa dilakukan secara langsung pada bayi. Alat
pemanas bisa menghasilkan area yang yang hangat di mana bayi berat lahir
rendah dan bayi yang sakit bisa dihangatkan sambil diberikan oksigen. Pemanas
radian 400 watt ditempatkan 50 cm di atas bayi. Metode ini efektif hanya jika
suhu tetap tinggi (di atas 25˚C / 77˚F). Cahaya lampu spot berbahaya karena
pemanas fokus pada bayi dan bisa menyebabkan kulit terbakar. (PATH,2009)
Alat pemanas seharusnya hanya digunakan untuk periode yang singkat,
misalnya di ruang bersalin, untuk resusitasi atau selama prosedur di unit
perawatan intensif. Metode pemanasan ini harus diganti dengan alternatif lain
sesegera mungkin. Peralatan yang digunakan harus memiliki kontrol suhu yang
baik secara otomatis atau manual atau keduanya. Pemeriksaan suhu axila bayi
15
haruslah diperiksa lebih sering sebagai langkah waspada supaya bayi tidak
kedinginan atau terlalu panas.(PATH,2009)
d. Kasur pemanas yang berisis air (Heated water-filled mattress)
Penggunaan alas atau kasur pemanas yang berisi air (Heated water-filled
mattress) adalah alat yang digunakan untuk menjaga bayi berat badan lahir rendah
atau bayi sakit supaya tetap hangat dan alat ini lebih ekonomis daripada inkubator.
Kasur ditempatkan di ranjang biasa dan diisi dengan lima liter air. Sebuah
pemanas listrik dan unit kontrol masuk ke dalam kompartemen di bagian bawah
kasur dan menjaga suhu air pada kasur sekitar 35-38˚C (95-100,4˚F). (Newborn
health division, 2010)
Bayi haruslah berpakaian dan ditutupi dengan selimut di ranjang. Aliran
listrik diperlukan untuk metode ini. Namun, jika aliran listrik tidak ada atau gagal
dihasilkan selama bebrapa jam, kasur dapat mempertahankan suhu konstan.
Metode ini juga tidak menjadikan penghalang antara ibu dan bayi selama di
inkubator. Masalah utama dengan metode ini adalah bahwa alat ini sering rusak
dan suku cadang tidak tersedia.(PATH,2009)
e. Penggunaan kantong polyethylene
Penggunaan kantong polyethylene pada bayi berat lahir rendah di ruang
persalinan merupakan metode yang biasa digunakan dinegara berkembang.
Beberapa penelitian telah dilakukan sebelum ini dan menunjukkan penggunaan
kantong polyethylene bisa menurunkan insiden hipotermia pada bayi baru lahir
16
dengan usia gestasi < 29 minggu. Penggunaan kantong polyethylene ini bisa
meningkatkan suhu suhu tubuh pada bayi hipotermia dan bisa menjadikan suhu
tubuh bayi kembali normal.(Alicia E, 2014)
f. Penggunaan lampu pijar pemanas (Light-bulb heated cots or beds)
Sebuah metode yang umum digunakan untuk perlindungan termal pada
bayi baru lahir adalah bohlam pemanas yang diletakkan di ranjang bayi (Light-
bulb heated cots).(PATH,2009) Ranjang bayi ini memiliki beberapa kompartemen
yang tertutup dan terpisah. Ranjang bayi ini juga dilengkapi dengan beberapa
bohlam pemanas yang terletak tepat di bawah kerangka dan di atasnya terletak
kasur. Kerangka ini memiliki lubang di dalamnya yang memungkinkan panas dari
lampu dapat dipindahkan ke kasur. Bohlam pemanas bisa dihidupkan dan
dimatikan secara individual untuk memudahkan untuk mengatur suhu. (Newborn
health division, 2010)
Meskipun ranjang bayi seperti ini mudah untuk dibikin dan sederhana,
namun ranjang bayi ini tidak dianggap aman karena panas tidak dapat dikontrol
secara akurat dan kebakaran bisa terjadi. Namun dalam banyak kasus ini mungkin
satu-satunya perangkat yang tersedia untuk menjaga bayi yang baru lahir supaya
tetap hangat. Profesional kesehatan harus menyadari penggunaan metode ini
bahaya dan harus mencoba untuk menggunakan metode pemanasan alternatif,
seperti ruang hangat dan kontak kulit ke kulit.( Newborn health division, 2010)
g. Inkubator penghangat (Air heated incubator)
Inkubator dengan udara panas (Air heated incubator) digunakan secara
secara luas untuk perawatan bayi berat lahir rendah dan bayi yang sakit.
Penggunaan alat ini bisa menghasilkan lingkungan yang bersih, hangat di mana
suhu dan kelembaban dapat dikontrol dan oksigen dapat diberikan bila perlu.
17
Inkubator ini memiliki banyak keuntungan tetapi mahal dan biaya penggunaannya
sangat tinggi. Selain itu, jika inkubator ini tidak digunakan dan cara penggunaan
dan pemeliharaan inkubator yang tidak benar, akan menyebabkan lebih bayak
bahaya daripada manfaat bagi bayi yang baru lahir. (PATH, 2009)
Mekanisme pemanasan yang canggih pada inkubator moderen
membutuhkan pasokan listrik yang dapat dipercayai. Selain itu, penggunaan
inkubator ini memerlukan ketersediaan suku cadang serta tenaga yang terampil
untuk mempertahankan, dan memperbaiki inkubator bila diperlukan. Staf
kesehatan yang terlatih untuk merawat bayi dalam inkubator sangat diperlukan.
Oleh itu, rumah sakit yang memiliki inkubator ini harus memiliki staf kesehatan
yang benar terlatih dan tenaga yang terampil. (Newborn health division, 2010)
Suhu inkubator harus diperiksa setiap jam berdasarkan berat badan bayi
dan umur. Suhu inkubator yang diperiksa setiap jam dicatat dengan menggunakan
carta “Basic Neonatal Care Nursing observation”. Suhu inkubator bisa dinaikkan
atau diturunkan berdasarkan suhu tubuh. Suhu inkubator tidak bisa dinaikkan
lebih tinggi 1˚C dari suhu tubuh. (Department of pedriatric, 2009)
Pengaturan suhu inkubator untuk bayi hipotermi (˚C)
(Department of pedriatrics,2009)
Berat badan bayi 0 5 10 15 20 25 30
18
Beberapa hari setelah melahirkan
<1000g–1500g 35.5 35.0 35.0 34.5 34.0 33.5 33.0
1500g – 2000g 35.0 34.0 33.5 33.5 33.0 32.5 32.5
2000g – 2500g 34.0 33.0 32.5 32.0 32.0 32.0 32.0
2500g – 3000g 33.5 32.5 32.0 31.0 31.0 31.0 31.0
> 3000g 33.0 32.0 32.0 30.0 30.0 30.0 30.0
Pengaturan suhu inkubator yang dianjurkan bayi hipotermia (˚C)
(Scopes,2003)
Age <1000gm 1000-
1500gm
1500-
2000gm
2000-
2500gm
2500gm + 36
weeks
0-6hr 36,7-26.2 36.2-35.4 35.7-34.2 34.8-33.6 34.8-32.7
6-12hr 36.7-35.0 36.2-35.4 35.7-34.1 34.8-32.0 34.8-32.0
12-36hr 36.6-35.9 36.0-35.2 35.6-34.1 34.7-32.5 34.7-31.6
24-36hr 36.5-35.9 35.9-35.1 35.5-34.0 34.7-32.3 34.4-31.2
36-48hr 36.4-35.8 35.9-35.1 35.4-33.9 34.7-32.3 34.2-31.0
48-72hr 36.4-35.8 35.9-35.0 35.2-33.6 34.6-34.4 34.1-30.6
72-96hr 36.3-35.7 35.8-34.7 35.1-33.5 34.2-31.7 33.6-30.2
4-5 days 36.3-35.6 35.7-34.4 35.0-33.3 34.1-31.6 33.4-29.9
5-6 days 36.2-35.5 35.6-34.3 34.9-33.2 33.9-31.6 33.1-29.8
6-8 days 36.0-35.2 35.2-34.0 35.8-33.0 33.8-31.6 33.5-29.3
8-10days 35.9-35.1 35.0-33.9 36.4-32.8 33.5-31.6 32.5-29.3
10-12days 35.8-24.9 35.0-33.0 34.4-32.7 33.4-31.6 32.0-29.3
12-14days 35.7-34.7 35.0-33.4 34.3-32.6 33.3-31.6 31.4-29.3
2-3weeks 35.6-34.1 35.0-33.0 34.-32.4 33.2-31.0 -
3-4weeks 35.2-33.6 34.6-32.3 34.1-32.0 33.0-30.4 -
4-5weeks 34.7-33.3 33.9-31.8 33.9-31.5 32.6-29.9 -
5-6weeks - 33.1-31,0 - 31.8-29.3 -
Inkubator harus bersih dan desinfektan secara teratur supaya aman
digunakan. Namun, prosedur ini sering diabaikan dan jarang dilakukan karena
kekurangan tenaga kesehatan, terlalu sedikit inkubator, tenaga kesehatan yang
tidak dilatih dengan baik dan benar dan kurangnya bahan desinfektan yang sesuai.
19
Ini meningkatkan risiko infeksi seperti halnya menempatkan lebih dari satu bayi
dalam inkubator pada satu saat karena kekurangan ruangan. (Newborn health
division, 2010)
Kerugian lain dari pengguaan inkubator adalah akan terjadi penghalang
dan tertunda ikatan antara ibu dan bayi. Selain itu, penggunaan inkubator juga
membuat proses menyusui sulit. Oleh itu, bayi harus lebih sering dibawa keluar
dari inkubator secara teratur untuk kontak kulit dan kulit antara ibu dan bayi dan
proses pemberian asi.( Newborn health division, 2010)
KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat hipotermia antaranya adalah
hipoglikemia karena kekurangan cadangan glikogen. Asidosis metabolik
disebabkan vasokonstriksi perifer dengan metabolisme anaerobik dan asidosis.
Hipoksia dengan kebutuhan oksigen yang meningkat, gangguan pembekuan, dan
perdarahan pulmonal dapat menyertai hipotermia berat. Syok dengan akibat
penurunan tekanan arteri sistemik,penurunan volume plasma, dan penurunan
cardiac output. (Denis Azzopardi, 2014)
Selain itu, hipotermia bisa menyebabkan sepsis pada bayi akibat gangguan
fungsi innate immuniti, termasuk gangguan pergerakkan dan fungsi neutrophil.
Hipotermia sewaktu sepsis sering dikaitkan dengan peningkatan mortiliti dan
morbiditi dengan meningkatnya kadar sirkulasi tumor nekrosis faktor α,
interleukin-6, dan merubah expresi sitokin gen. Oleh karena itu, bayi yang
hipotermia harus di monitor dengan melakukan septik work up sebagai
pemeriksaan menyeluruh. (Rosemary, 2011)
Komplikasi terbesar hipotermia sedang dan berat adalah coagulopati,
infeksi, dan disfungsi organ. Hipotermia sering dikaitkan dengan disfungsi
platelet dengan gambaran hasil laboratorium berpanjangan INR dan APTR. Hal
ini sering dicuriga pendarahan intrakranial atau politrauma. Selain itu, penurunan
20
suhu tubuh bisa menyebabkan peningkatan insiden bakteremia, pneumonia dan
sepsis. (HJCJ Bulstrode, 2011)
Beberapa penelitian tentang hipotermia telah dilakukan dan menyatakan
hipotermia sangat berbahaya kepada bayi prematur. HIpotermia juga bisa
menyebabkan peningkatan mortiliti dan morbiditi pada bayi prematur. Hal ini
karena, hipotermia sering menyebabkan penurunan tekanan sistemik arterial,
penurunan volume plasma, penurunan cardiac output, peningkatan priferal
resistan, dan metabolic asidosis. Penurunan suhu tubuh akan menyebabkan heart
rate juga akan meningkat pada mulanya dan kemudian lama kelamaan akan
menurun. Apabila suhu tubuh menurun dibawah 34˚C, cardiac output juga akan
menurun akibat dari bradikardia. (Robin B, 2010)
Komplikasi terburuk akibat dari hipotermia adalah disfungsi organ multiple.
Aritmia jantung sering terjadi pada suhu tubuh yang menurun. Hal ini bisa terjadi
akibat dari gangguan pacemaker jantung sehingga menyebabkan bradikardia.
Asistol atau fibrillasi ventricular terjadi pada suhu tubuh dibawah 25-28°C. Selain
itu, gangguan elektrolit sering terjadi pada bayi hipotermia. Oleh itu, regular
asesmen konsentrasi serum sodium, potassium, calcium, phosphate, dan
magnesium harus dilakukan. Disfungsi hepatic dan renal juga sering terjadi pada
kasus hipotermia. (HJCJ Bulstrode,2011)
KESIMPULAN
21
Hipotermia pada neonatus dapat mengancam kelangsungan hidup, terutama
pada bayi-bayi BBLR, maka sedini mungkin harus diperhatikan semua hal-hal
yang dapat menyebabkan hipotermia. Definisi hipotermia adalah satu keadaan
apabila suhu tubuh bayi baru lahir menurun dibawah 36.5˚C (97.7 ˚F). Hipotermia
diklasifikasikan kepada tiga yaitu hipotermia ringan 36-36.5˚C (96.8-97.7˚F),
hipotermia sedang 32-36˚C (89.6-96.8˚F) dan hipotermia berat < 32˚C (89.6˚F).
Etiologi hipotermia adalah disebabkan karena kurangnya pengetahuan
tentang cara perawatan bayi selepas lahir dengan baik dan benar. Selain itu,
hipotermia juga bisa disebakan oleh keterlambatan pemberian asi kepada bayi
selepas lahir. Tanda awal dari hipotermia adalah kaki yang dingin untuk disentuh.
Jika hipotermia ini dibiarkan berlanjutan, kulit di seluruh tubuh akan menjadi
dingin, bayi menjadi kurang aktif, tidak mau menyusu, dan tangisan bayi menjadi
sangat lemah. Pada bayi dengan hipotermia berat wajah dan ekstremitas
menunjukkan warna merah cerah. Bayi juga menjadi lesu dan dan kurang aktif,
pernafasan menjadi irreguler dan detak jantung menjadi lambat.
Bayi baru lahir yang hipotermia harus ditangani segera dengan cara
memanaskan tubuh bayi. Penatalaksanaan yang dianjurkan sebagai langkah
dihangatkan bayi hipotermi adalah menyediakan ruangan yang hangat,
penggunaan alat pemanas, penggunaan alas atau kasur pemanas yang berisi air,
penggunaan bohlam pemanas, inkubator penghangat, dan metode perawatan
kangaroo. Selain itu, pakaian yang dingin haruslah disingkirkan dan diganti
pakaian yang menghangatkan. Jika alat pemanas digunakan, bayi haruslah
memakai pakaian dan pemeriksaan suhu harus sering diukur sewaktu proses
pemanasan dilaksanakan. Pemberian asi sangat penting sebagai sumber kalori dan
cairan tubuhnya. Pemberian asi harus tetap diteruskan walaupun kondisi bayi
terlalu lemah dengan menggunakan saluran nasogastrik.
Metode perawatan kangaroo adalah metode non konvensional untuk
merawat bayi prematur atau bayi berat lahir rendah setelah stabilisasi awal. Ini
22
merupakan langkah primer dengan meletakkan bayi di dada atau perut ibu agar
ada kontak kulit ibu ke kulit bayi (Skin to skin contact) untuk menjaga suhu bayi
baru lahir dan pemberian ASI eksklusif.
Metode perawatan kangaroo juga dikenal sebagai Kangaroo Mother Care
(KMC). Metode ini juga sebagai langkah protektif dari hipotermia, sepsis dan
apneu. Selain itu, metode perawatan kangaroo merupakan cara yang efisien untuk
menjaga kehangatan tubuh bayi yang baru lahir. Metode ini juga penting untuk
stimulasi proses menyusu dini pada bayi. Selain itu, metode ini bisa membantu
bayi yang baru lahir sebagai proses adaptasi kepada bayi untuk menyesuaikan diri
dengan suasana diluar rahim ibu. Metode ini juga terbukti bahwa bisa menjadikan
proses menyusu lebih teratur pada bayi dan mengurangi frekuensi apneu
DAFTAR PUSTAKA
23
Deprtment of Reproductive Health and Research; Kangaroo mother care A Practicle guide, World Health Organization ,WHO 2010;5-30
Department of Maternal and newborn health division of reproductive Health (Technical Support); Thermal Protection of the newborn A Practicle guide, World Health Organization, WHO 2010 ; 5-35
Robin B.Knobel, Diane Holditch Davis, Todd A. Schwartz ; Optimal body temperature in transitional ELBW infants using heart rate and temperature as indicators, J Obstet Gynecol Neonatal Nurs. 2010;39:(1)
Kees H.Polderman, MD; Mechanisms of action, physiological effects and complication of hypothermia. Crit Care Med. 2009;37:186-197
Ramesh K.Batra, Jonathan J Paddle ; Therapeutic hypothermia in drowing induced hypoxic brain injury. Cases Journal. 2009;2:9103
NNF Teaching Aids Newborn Care; Hypothermia in newborn, National Neonatal forum, 2010. p.1-9
Rosemary D. Higgin, Tonse Raju, A. David Edwards, Denis V. Azzopardi, Carl L. Bose, Reese H. Clark, Donna M. Ferriero, Ronnie Guillet, Alistair J. Gunn, Henrik Hagberg, Deborah Hirtz, Terrie E. Inder, Susan E. Jacobs, Dorothea Jenkins, Sandra Juul, Abbot R. Laptook, Jerold F. Lucey, Mervyn Maze, Charles Palmer, LuAnn Papile, Robert H. Pfister, Nicola J. Robertson, , Mary Rutherford, Seetha Shankaran, Faye S. Silverstein, Roger F. Soll, Marianne Thoresen, and William F. Walsh ; Hypothermia and Other Treatment Options for Neonatal Encephalopathy, The Journal of Pedriatric, (2011) 159, 851-858
YS Jia, ZL Lin, H Lv, YM Li, R Green, J Lin; Effect of delivery room temperature on the admission temperature of premature infants : A Randomized controlled trial, Journal of Perinatology (2013) 33, 264–267
Nahed Saied Mohammed El- Nagger, Hoda Abed El-Azim, Sahar Mahmoud Zaki Hassan : Effect of Kangaroo Mother Care on Premature Infants’ Physiological, Behavioral and Psychosocial Outcomes in Ain Shams Maternity and Gynecological Hospital, Cairo, Egypt, Life Science Journal 2013;10(1)
Scopes, Ahmed, Hey & Katz, Oliver; Neonatal Thermoregulation, British Columbia Reproductive Care Program, 2003
Department of Paediatrics; Neonatal Hypothermia and the common serious neonatal problem Neonatal Guidline, Pietermarizburg Metropolitan Hospital Complex (2010) p.1
24
Dandekar RH and Mohd. Shafee : Kangaroo Mother Care technology as a boon to tertiary care hospital in western Maharashtra, International Journal of Biomedical And Advance Research, IJBAR (2013) 04 (10)Denis Azzopardi, Nicola J. Robertson, Frances M. Cowan, Mary A. Rutherford Michael Rampling and A. David Edwards : Pilot Study of Treatment With Whole Body Hypothermia for Neonatal Encephalopathy, Official Journal of the American Academy of Pedriatrics, (2014) 106; 684
Seetha Shankaran, Athina pappas,Scott A. McDonald, Betty R Vohr, Susan R.Hintz, Kathryn E.Gustafson, Theresa M.Leach, Charles Green Rabecca, Carolyn, Richard, Jone Tyson ; Children Outcomes after hypothermia for neonatal Encephalopathy, N ENGL J MED 2012;366:22 (208-2092)
Denis Azzopardi, Nicola J. Robertson, Frances M. Cowan, Mary A. Rutherford, Michael Rampling and A. David Edwards; Pilot Study of Treatment With Whole Body Hypothermia for Neonatal Encephalopathy, Official Journal of American Academy of pedriatrics, (2014) 106; 684, 693
Edward I. Broughton, Ivonne Gomez, Nieves Sanchez and Concepción Vindell, The cost-savings of implementing kangaroo mother care in Nicaragua, Rev Panam Salud Publica 2013:34(3)
HJCJ Bulstrode, S E Harrisson, N Jacobs, CA Eynon; Induced hypothermia in trauma, The Intensive Care Society 2011;12(4)
PATH; Newborn thermal care devices, Establishing a value proposition for low-resource settings, Program for Appropriate Technology in Health PATH (2009) p. 1-26
Alicia E. Leadford, Jamie B. Warren, Albert Manasyan, Elwyn Chomba, Ariel A. Salas, Robert Schelonka, Waldemar A. Carlo; Plastic Bags for Prevention of Hypothermia in Preterm and Low Birth Weight Infants, Journal of American Academic Pedriatrics, 2014; (132)1-8
LC Mullany; Neonatal hypothermia in low-resource settings, Department of International Health, Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Semin Perinatol. 2010 December 1; 34(6): 426–433.
Tony C. Welch, CRNA, MSNA ; A Common sense approach to hypothermia, AANA Journal/ June 2009/ Vol.70.No.3
25
26