Pkl Pinang

63
ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H14094013 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Transcript of Pkl Pinang

Page 1: Pkl Pinang

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG

OLEH TITUK INDRAWATI

H14094013

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 2: Pkl Pinang

RINGKASAN

TITUK INDRAWATI. Analisis Dampak Sektor Unggulan Terhadap Perekonomian Kota Pangkalpinang (dibimbing oleh SRI MULATSIH). Keberhasilan pembangunan daerah melalui pembangunan ekonomi harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi masing-masing daerah serta diperlukan perencanaan pembangunan yang menyeluruh dan terkoordinasi antar sektor. Perencanaan pembangunan disini bertujuan untuk mengukur efisiensi kinerja pemerintah daerah dalam memanfaatkan wewenang dan mengolah sumber keuangan daerah untuk mendorong dan meningkatkan proses pembangunan wilayah dan ekonomi. Untuk itu dibutuhkan suatu kerangka keterpaduan pembangunan yang berorientasi pada wilayah yang lebih luas, keterpaduan antar sektor, antar wilayah dan antar pelaku pembangunan, keterpaduan antara kepentingan ekonomi yang berkelanjutan dan kepentingan kelompok di masyarakat, sehingga menggunakan prinsip kebersamaan dalam pembangunan dan pemanfaatan bersama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur ekonomi yang ada di Kota Pangkalpinang baik dari segi output, nilai tambah, permintaan dan penawaran maupun dari permintaan akhir. Menganalisis sektor ekonomi yang menjadi kunci atau unggulan dan dampaknya bagi perekonomian Kota Pangkalpinang dalam memprioritaskan pembangunan daerah supaya dapat bersaing di perekonomian nasional. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang ada pada tabel Input-Output Kota Pangkalpinang Tahun 2007, data PDRB Lapangan Usaha dan Penggunaan Kota Pangkalpinang Tahun 2007-2008, serta data-data sekunder lain yang relevan dengan tujuan penelitian skripsi ini. Hasil dari penelitian ini adalah sektor-sektor yang memiliki peranan besar dalam perekonomian Kota Pangkalpinang yang dilihat dari lima sektor penghasil output dan nilai tambah terbesar dari keseluruhan sektor ekonomi. Sektor tersebut disebut juga dengan sektor-sektor kunci (key sectors) yang terdiri dari sektor Perdagangan, Bangunan, Pemerintahan Umum & Pertahanan dan Angkutan Jalan Raya. Namun jika dilihat dari analisis keterkaitan yaitu dari nilai indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan yang berada diatas rata-rata daya penyebaran dan derajat kepekaan secara keseluruhan, maka sektor yang menjadi kunci adalah sektor Bangunan dan Angkutan Jalan Raya. Sehingga disimpulkan bahwa yang menjadi unggulan di Kota Pangkalpinang adalah keempat sektor pertama yang telah disebutkan di atas. Melalui analisis dampak sektor-sektor tersebut diperoleh bahwa keempat sektor tersebut mempengaruhi penciptaan output dan nilai tambah yang besar diakibatkan oleh komponen-komponen permintaan akhir diantaranya adalah konsumsi rumahtangga, pemerintah, PMTB, perubahan stok dan ekspor. Serta keempat sektor tersebut memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri di Kota Pangkalpinang bahkan di ekspor keluar daerah sehingga tidak

Page 3: Pkl Pinang

memiliki ketergantungan untuk mengimpor dari daerah lain. Namun begitu dalam membangun daerah dan ekonomi sebaiknya juga menyertakan sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan seperti, industri pengolahan, usaha persewaan dan jasa-jasa khususnya hiburan dan rekreasi.

Page 4: Pkl Pinang

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG

Oleh

Tituk Indrawati H14094013

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Page 5: Pkl Pinang

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh :

Nama : Tituk Indrawati

Nomor Registrasi Pokok : H14094013

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Dampak Sektor Unggulan Terhadap Perekonomian Kota Pangkalpinang

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr. NIP. 19640529 198903 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP.19641022 198903 1 003

Tanggal Lulus :

Page 6: Pkl Pinang

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM

PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH

PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Oktober 2009

Tituk Indrawati H14094013

Page 7: Pkl Pinang

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Tituk Indrawati yang lahir pada tanggal 31 Maret 1980

di Bekasi Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari

pasangan Darwadji Moertopo PA dan Roeslinati. Penulis menamatkan sekolah

dasar pada SD Angkasa IX Halim Perdanakusuma Jakarta Timur dan lulus pada

tahun 1992. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya ke SMP

Negeri 81 Lubang Buaya Jakarta Timur dan lulus tahun 1995. Tiga tahun

kemudian pada tahun 1998 penulis menamatkan pendidikannya di SMU Negeri

81 Duren Sawit Jakarta Timur.

Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di

Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta Timur dan lulus dengan ijazah

Diploma IV dan gelar sebagai Sarjana Sains Terapan (SST) pada tahun 2002.

Sekarang penulis sedang melalui Program Alih Jenjang S1 sebagai salah satu

syarat melanjutkan studi di Sekolah Pasca Sarjana Mayor Ilmu Ekonomi Institut

Pertanian Bogor.

Page 8: Pkl Pinang

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat

dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Dampak Sektor Unggulan Terhadap Perekonomian Kota Pangkalpinang”.

Skripsi ini merupakan laporan tugas akhir Program Alih Jenjang S1 sebagai salah

satu syarat melanjutkan studi di Sekolah Pasca Sarjana Mayor Ilmu Ekonomi IPB.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada :

1. Drs.H. Syafril, selaku Kepala BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan

sekolah di IPB.

2. Dedi Budiman Hakim, Ph.D., selaku Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

3. Dr. Ir Sri Mulatsih, M.Sc. Agr., yang telah memberikan bimbingan dan

arahan sampai dengan selesainya skripsi ini.

4. Teman-teman penulis yang ikut memberikan sumbangsih ide, pikiran serta

saran dalam menyempurnakan penulisan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Program Alih Jenjang S1 dan semua pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk

menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

kepada penulis pribadi dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Oktober 2009

Tituk Indrawati H14094013

Page 9: Pkl Pinang

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI …...………………………………………………….. ix

DAFTAR TABEL………………………………………………….. xi

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………… xii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….. xiii

I. PENDAHULUAN………………………………………………. 1

1.1. Latar Belakang …………………………………………….. 1

1.2. Permasalahan ……………………………………………… 3

1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………….. 4

1.4. Manfaat Penelitian ………………………………………… 4

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………… 5

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …... 6

2.1. Definisi Pembangunan …………………………………….. 6

2.2. Teori Pembangunan Daerah ……………………………… 7

2.3. Sektor Unggulan …………………………………………... 8

2.4. Konsep Model Input-Output ………………………………. 10

2.5. Konsep Analisis Keterkaitan ……………………………… 15

2.6. Konsep Analisis Dampak …………………………………. 16

2.7. Penelitian Terdahulu ………………………………………. 16

2.8. Kerangka Pemikiran ………………………………………. 17

III. METODOLOGI PENELITIAN ………………………………. 19

3.1. Jenis dan Sumber Data ……………………………………. 19

3.2. Analisis Keterkaitan ………………………………………. 19

3.3. Analisis Dampak ………………………………………….. 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………….. 26

4.1. Profil Kota Pangkalpinang ………………………………… 26

4.2. Kondisi Perekonomian ……………………………………. 26

4.2.1. Struktur Penawaran dan Permintaan ……………… 26

4.2.2. Struktur Permintaan Akhir ………………………... 28

Page 10: Pkl Pinang

4.3. Sektor Unggulan … ……………………………………….. 30

4.3.1. Struktur Output dan Nilai Tambah ……………….. 30

4.3.2. Analisis Keterkaitan………………………………. 33

4.4.Analisis Dampak …………………………………………… 37

4.4.1. Dampak Output …………………………………… 38

4.4.2. Dampak Nilai Tambah Bruto ……………………. 39

4.4.3. Dampak Kebutuhan Impor ……………………….. 40

V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………….. 42

5.1. Kesimpulan ………………………………………………… 42

5.2. Saran ………………………………………………………. 43

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 44

LAMPIRAN ………………………………………………………… 45

Page 11: Pkl Pinang

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

4.1. Struktur Permintaan dan Penawaran Kota Pangkalpinang Tahun 2007… 27

4.2. Komposisi Permintaan Akhir Dirinci Menurut Komponen

Kota Pangkalpinang Tahun 2007 ………………………………………. 28

4.3. Lima Sektor Penghasil Output Terbesar Kota Pangkalpinang

Tahun 2007……………………………………………………………… 31

4.4. Lima Sektor Penghasil Nilai Tambah Terbesar

Kota Pangkalpinang Tahun 2007 ………………………………………. 32

4.5. Sepuluh Sektor Ekonomi Dengan Indeks Daya Penyebaran Tertinggi … 34

4.6. Sepuluh Sektor Ekonomi Dengan Indeks Derajat Kepekaan Tertinggi ... 36

Page 12: Pkl Pinang

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Ilustrasi Tabel Input-Output ……………………………………… 12

2.2. Kerangka Pemikiran ……………………………………………..… 18

Page 13: Pkl Pinang

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Struktur Permintaan dan Penawaran Seluruh Sektor Ekonomi ……… 46

2 Struktur Permintaan Akhir Seluruh Sektor Ekonomi ……………….. 47

3 Dampak Output Yang Tercipta Akibat Pengaruh Permintaan Akhir

Di Kota Pangkalpinang……………………………………………… 48

4 Dampak Nilai Tambah Yang Tercipta Akibat Pengaruh Permintaan Akhir

Di Kota Pangkalpinang ……………………………………………… 49

5 Dampak Kebutuhan Impor Yang Tercipta Akibat Pengaruh

Permintaan Akhir Di Kota Pangkalpinang ………………………….. 50

Page 14: Pkl Pinang

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam menghadapi persaingan dunia yang semakin maju, Indonesia

dituntut untuk melakukan pembangunan di segala bidang dan di berbagai tempat.

Salah satunya dilakukan di daerah, karena pada hakekatnya pembangunan di

daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang membangun seluruh

masyarakat Indonesia. Kegiatan pembangunan di daerah dilakukan dalam rangka

meniadakan ketimpangan dan menyamakan serta memadukan seluruh kegiatan.

Sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah

melalui pembangunan yang menyeluruh pada tiap sektor.

Keberhasilan suatu pembangunan di daerah dapat dilihat dari berbagai

aspek, utamanya dapat dilihat dari pertumbuhan perekonomian daerah tersebut,

serta kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya baik primer

maupun sekunder. Dengan disesuaikan pada kondisi dan potensi yang dimiliki

oleh suatu daerah serta perencanaan pembangunan yang terkoordinasi antar sektor

dan lapisan masyarakat. Perencanaan pembangunan ini bertujuan untuk

menganalisis secara menyeluruh tentang potensi yang dimiliki serta sumber daya

yang diperlukan dalam melakukan pembangunan. Membantu mengetahui

keterbatasan sumber daya baik sumber daya alam, manusia maupun financial

sehingga lebih mengembangkan potensi daerah dengan tujuan menggerakkan

seluruh perekonomian untuk memacu laju pembangunan suatu daerah.

Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tanggal 1 Januari 2001 sesuai

dengan Undang-undang No. 22 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang

Page 15: Pkl Pinang

   

2  

No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah,

pemerintahan dan pembangunan daerah diseluruh nusantara telah memasuki era

baru yaitu era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Sehingga Pemerintah

Daerah diberikan wewenang dan sumber keuangan baru dalam mendorong proses

pembangunan didaerahnya masing-masing yang selanjutnya akan mendorong

proses pembangunan nasional Indonesia secara keseluruhan (Sjafrizal, 2008).

Otonomi daerah pada kenyataanya memunculkan beberapa permasalahan

yang disebabkan perencanaan pembangunan di masing-masing daerah berjalan

sendiri-sendiri tanpa adanya koordinasi dan tanpa dilakukan pengawasan

pemerintah daerah. Sehingga dibutuhkan suatu kerangka keterpaduan

pembangunan yang berorientasi pada wilayah yang lebih luas, keterpaduan antar

sektor, antar wilayah dan antar pelaku pembangunan, keterpaduan antara

kepentingan ekonomi yang berkelanjutan dan kepentingan kelompok di

masyarakat, sehingga menggunakan prinsip kebersamaan dalam pembangunan

dan pemanfaatan bersama.

Kota Pangkalpinang merupakan daerah lama namun baru menjadi ibukota

provinsi pada tahun 2000 yaitu dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Sehingga pembangunan ekonominya terus meningkat sejak tahun tersebut,

semakin kompleks dan saling terkait antara sektor yang satu dengan lainnya.

Peningkatan perekonomiannya dapat terlihat dari Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) yang semakin meningkat nilainya dari tahun ke tahun. Pada tahun

2007 dan 2008, terjadi pertumbuhan PDRB sebesar 4.97 dan 5.12 persen atau

mencapai hingga 2 trilyun rupiah.

Page 16: Pkl Pinang

   

3  

Untuk lebih meningkatkan pembangunan baik ekonomi maupun

manusianya diperlukan suatu gambaran yang dapat memperlihatkan keterkaitan

yang terjadi pada setiap sektor ekonomi, identifikasi sektor unggulan dan dampak

yang ditimbulkan dari sektor-sektor tersebut. Agar perencanaan pembangunan

yang disusun dapat lebih terarah dan tepat sasaran sehingga dapat memicu

pergerakkan ekonomi dan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.

1.2. Permasalahan

Pembangunan dalam kerangka otonomi daerah menyebabkan biaya

pembangunan yang ditanggung oleh setiap daerah berbeda, dan dilakukan tanpa

adanya koordinasi dan pengawasan dari pemerintah daerah dan pusat. Sehingga

pembangunan tersebut tidak terencana dan tepat sasaran serta terkadang dilakukan

tanpa menghasilkan suatu manfaat.

Pada penulisan ini akan dilihat pada pembangunan yang dilakukan Kota

Pangkalpinang dengan pendekatan kondisi perekonomiannya serta sektor-sektor

yang menjadi penggerak ekonomi yaitu sektor yang mempunyai peranan besar

dalam memproduksi barang dan jasa, penciptaan pendapatan serta adanya usaha

mendorong (interaksi) kegiatan ekonomi sektor lainnya. Adapun permasalahan

yang akan dibahas pada penelitian ini, adalah :

1. Sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di Kota Pangkalpinang dalam

memfokuskan pembangunan daerah agar dapat bersaing di perekonomian

nasional?

Page 17: Pkl Pinang

   

4  

2. Berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor-sektor

unggulan tersebut pada keterkaitan ke depan, ke belakang serta pada

penciptaan output, nilai tambah dan kebutuhan impor?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka penelitian

ini bertujuan untuk :

1. Menentukan dan menganalisis sektor-sektor unggulan di Kota

Pangkalpinang dalam memfokuskan pembangunan daerah agar dapat

bersaing di perekonomian nasional.

2. Menganalisis dampak pembangunan ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor-

sektor unggulan tersebut dengan melihat keterkaitan kedepan dan

kebelakang serta terhadap output, nilai tambah dan kebutuhan impor.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya

sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah khususnya pemerintah daerah dan instansi-instansi terkait,

diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan kebijakan dalam rangka perencanaan pembangunan daerah,

dalam hal ini pembangunan ekonomi di Kota Pangkalpinang agar lebih

terarah dan berkesinambungan.

Page 18: Pkl Pinang

   

5  

2. Hasil penelitian ini juga sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dalam

kaitan dengan perekonomian daerah Kota Pangkalpinang.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kota Pangkalpinang yang terbentuk sebagai

ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 25 Februari 2003

sesuai Undang-Undang Republik Indonesia No 5 Tahun 2003 tentang Penetapan

Ibukota Provinsi Baru dengan luas wilayah 89.40 km2 dan terbagi atas 5

kecamatan.

Penelitian ini difokuskan pada pendekatan sektoral, yaitu seluruh kegiatan

ekonomi didalam wilayah perencanaan dikelompokkan atas sektor-sektor.

Pengelompokkan sektor ini dengan memperhatikan tehnologi pembuatan dan

prospek masa depan dari peranan dan kegunaan setiap produk dalam kegiatan

perekonomian secara menyeluruh, dalam hal ini terbagi atas 40 sektor. Alat

analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis keterkaitan, analisis

dampak output, nilai tambah dan kebutuhan impor pada metode analisis Input

Output.

 

Page 19: Pkl Pinang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Definisi Pembangunan

Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional

yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur social, sikap

masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan

kemiskinan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembangunan merupakan suatu

kenyataan fisik sekaligus tekad masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin

(melalui serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi dan institusional) demi

mencapai kehidupan yang serba lebih baik (Todaro dan Stephen, 2006). Dengan

memiliki minimal tiga tujuan inti sebagai berikut :

1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang

kebutuhan hidup yang pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan

serta perlindungan keamanan,

2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan

pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja,

perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai

kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak hanya memperbaiki

kesejahteraan materi melainkan juga menumbuhkan harga diri pada pribadi

dan bangsa yang bersangkutan.

3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta

bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari belitan

Page 20: Pkl Pinang

   

7  

sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya terhadap seseorang

atau bangsa-bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang

berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.

2.2. Teori Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional

sebagai usaha yang terencana dalam meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah

sehingga dapat tercipta suatu kemampuan yang andal dan professional dalam

memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, serta kemampuan untuk

mengelola sumber daya ekonomi daerah secara berdaya guna tepat dan berhasil

meningkatkan kemajuan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan daerah dilaksanakan melalui pengembangan otonomi daerah dan

pengaturan sumber daya yang memberikan kesempatan bagi terwujudnya tata

kepemerintahan yang baik. Pembangunan daerah juga merupakan upaya dalam

memberdayakan masyarakat daerah sehingga tercipta suatu lingkungan yang

memungkinkan masyarakat untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik,

maju, tenteram, dan sekaligus memperluas pilihan yang dapat dilakukan

masyarakat bagi peningkatan harkat, martabat dan harga diri, sesuai dengan tujuan

inti dari pembangunan (Todaro dan Stephen, 2006).

Pembangunan daerah dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari segi

pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan

melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan di daerah

dengan menyesuaikan kondisi dan potensi daerah tersebut. Kedua, dari segi

Page 21: Pkl Pinang

   

8  

pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan

lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Ketiga, pembangunan

daerah dilihat dari segi pemerintahannya, yaitu keberhasilan pembangunan daerah

ditentukan dengan kepemerintahan daerah yang berjalan baik. Oleh karena itu,

pembangunan daerah merupakan usaha mengembangkan dan memperkuat

pemerintahan daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi daerah yang

dinamis dan serasi serta bertanggung jawab.

Pembangunan daerah merupakan penjabaran dari pembangunan nasional,

oleh sebab itu kinerja pembangunan nasional merupakan agregat dari kinerja

pembangunan seluruh daerah hingga ke satuan pemerintahan daerah terkecil yaitu

pada tingkat kabupaten/kota. Oleh karena itu tanggung jawab untuk mencapai

tujuan dan sasaran dalam pembangunan nasional menjadi kewajiban bersama

antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Perencana pembangunan daerah adalah

bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional.

Keselarasan kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sangat penting dalam

mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang terbatas

(Ambardi dan Socia, 2002).

2.3. Sektor Unggulan

Barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor produksi terdiri dari berbagai

jenis dan bentuk yang sangat beragam. Akibatnya setiap barang dan jasa yang

berbeda tersebut dapat dikelompokkan menjadi suatu kelompok sektor dalam

penyusunan Tabel Input-Output. Pengelompokkan barang dan jasa ini merupakan

Page 22: Pkl Pinang

   

9  

basis dalam menentukan sektor-sektor yang menjadi perhatian utama dalam tabel

Input-Output. Dalam menentukan sektor-sektor ekonomi didasarkan pada asas

kesatuan komoditi dan kesatuan aktivitas.

Dalam sektor ekonomi tersebut terdapat sektor-sektor yang menjadi

unggulan, yang merupakan sektor yang keberadaannya pada saat ini telah

berperan besar pada perkembangan perekonomian suatu wilayah dikarenakan

mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu. Selanjutnya keunggulan ini

berkembang melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi.

Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam

perekonomian daerah (Ambardi dan Socia, 2002).

Sektor unggulan merupakan sektor yang biasa menjadi motor penggerak

pembangunan suatu daerah, yang didasarkan pada kriteria tertentu yaitu :

1. Sektor unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan

perekonomian. Artinya sektor tersebut dapat memberikan kontribusi yang

signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan maupun pengeluaran.

2. Sektor unggulan mempunyai dampak keterkaitan yang kuat baik keterkaitan

ke depan maupun ke belakang, dan dengan sektor unggulan lain ataupun

dengan sektor ekonomi lainnya.

3. Sektor unggulan mampu bersaing dengan sektor yang sejenis dari wilayah

lain di pasar nasional dan internasional, baik dalam harga produk sektor

tersebut, biaya produksi, kualitas pelayanan maupun aspek-aspek lainnya.

Page 23: Pkl Pinang

   

10  

4. Sektor unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, baik

dalam pasar maupun pemasukkan bahan baku.

5. Sektor unggulan memiliki tehnologi yang terus meningkat, terutama melalui

inovasi tehnologi.

6. Sektor unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal

sesuai dengan skala produksi yang dimiliki oleh sektor tersebut.

7. Sektor unggulan biasanya bisa bertahan dalam jangka waktu yang relatif

lama.

Apabila berdasarkan basis ekonomi, perekonomian suatu wilayah terbagi

atas dua, yaitu sektor basis dan sektor non basis yang apabila dikaitkan dengan

sektor unggulan maka sektor basis termasuk dari salah satu kriteria sektor

unggulan. Sektor basis itu sendiri adalah kegiatan-kegiatan yang mampu

mengekspor barang dan jasa keluar batas perekonomian wilayah yang

bersangkutan. Sedangkan sektor non basis adalah kegiatan-kegiatan ekonomi yang

menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang

bertempat tinggal di dalam batas perekonomian wilayah tersebut.

2.4. Konsep Model Input-Output

Model Input-Output (I-O) pertama kali dirilis oleh W Leontief pada tahun

1930an. Tabel I-O merupakan suatu tabel yang menyajikan informasi tentang

transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi (BPS, 1999). Aspek

yang ingin ditonjolkan oleh tabel I-O adalah bahwa setiap sektor mempunyai

keterkaitan dan ketergantungan dengan sektor lain. Seberapa besar ketergantungan

Page 24: Pkl Pinang

   

11  

suatu sektor ditentukan oleh besarnya input yang digunakan dalam proses

produksinya. Dengan kata lain sasaran pengembangan suatu sektor tidak akan

tercapai tanpa dukungan input yang memadai dari sektor lain. Oleh karena itu

perencanaan suatu sektor harus memperhatikan prospek pengembangan sektor-

sektor terkait secara terintegrasi.

Analisis Input-Output (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis

atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antar

sektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan (BPS, 2006). Tabel Input

Output memiliki beberapa kegunaan, yaitu :

1. Menggambarkan kaitan antar sektor sehingga memperluas wawasan

terhadap perekonomian wilayah. Perekonomian wilayah bukan lagi sebagai

kumpulan sektor-sektor ekonomi melainkan merupakan satu sistem yang

saling berhubungan. Perubahan pada salah satu sektor akan langsung

mempengaruhi keseluruhan sektor walaupun perubahan itu akan terjadi

secara bertahap.

2. Dapat digunakan untuk mengetahui daya menarik (backward linkage) dan

daya mendorong (forward linkage) dari setiap sektor ekonomi sehingga

mudah dalam menetapkan sektor mana yang dapat dijadikan sebagai sektor

yang strategis dalam perencanaan pembangunan suatu daerah.

3. Dapat meramalkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan kemakmuran,

seandainya permintaan akhir dari beberapa sektor ekonomi diketahui akan

meningkat. Hal ini dapat dianalisis melalui kenaikan input antara dan input

primer yang merupakan nilai tambah (kemakmuran).

Page 25: Pkl Pinang

   

12  

4. Sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan

pembangunan ekonomi suatu daerah karena bisa melihat permasalahan

secara komprehensif.

Tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matriks yang berukuran ‘n x n’

dimensi, yang apabila dibaca secara baris memperlihatkan bagaimana output suatu

sektor dialokasikan ke sektor lainnya untuk memenuhi permintaan antara

(intermediate demand) dan sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir (final

demand). Sedangkan apabila dibaca secara kolom dapat menunjukkan struktur

pemakaian input antara dan input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain

dalam pelaksanaan kegiatan produksi.

Gambar 2.1. Ilustrasi Tabel Input Output

Struktur input Alokasi output

permintaan antara permintaan akhir

penyediaan sektor produksi impor output

input antara kuadran I kuadran II

sektor 1 x11 x12 x13 x1j F1 M1 X1

sektor 2 x21 x22 x23 x2j F2 M2 X2

sektor 3 x31 x32 x33 x3j F3 M3 X3

sektor i xi1 xi2 xi3 xij Fi Mi Xi kuadran III

input primer V1 V2 V3 Vj

input X1 X2 X3 Xj Sumber : BPS, 1999

Page 26: Pkl Pinang

   

13  

Tabel I-O terbagi atas tiga kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan

suatu hubungan tertentu seperti terlihat pada gambar diatas. Kuadran I berisi sel-

sel yang menggambarkan transaksi barang dan jasa antar sektor-sektor produksi.

Penggunaan atau konsumsi barang dan jasa disini adalah penggunaan untuk

diproses kembali, baik sebagai bahan baku maupun bahan penolong. Kuadran II

menggambarkan komponen permintaan akhir yang meliputi konsumsi

rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, stok neto,

ekspor dan impor, margin perdagangan dan biaya transpor. Kuadran III

menunjukkan nilai tambah bruto dan komponen-komponennya yang terdiri atas

upah dan gaji, surplus usaha, pajak tak langsung neto, subsidi dan penyusutan.

Secara keseluruhan, dilukiskan dalam bentuk persamaan aljabar :

x11 + x12 + …. + x1j + …. + x1n + F1 = X1 + M1 :

x21 + x22 + …. + x2j + …. + x2n + F2 = X2 + M2:

yang dirumuskan kembali menjadi :

xi1 + xi2 + …. + xij + …. + xin + Fin = Xi + Mi:

dan :

xn1 + xn2 + …. + xnj + …. + xnn + Fn = Xn + Mn

Apabila aij merupakan koefesien input dari sektor i yang digunakan oleh

sektor j, dan xij adalah penggunaan input sektor ke i oleh sektor j serta Xj adalah

output sektor ke j maka untuk menghitungnya adalah dengan :

 

maka persamaan di atas dapat disubstitusikan menjadi :

Xj

xijaij   =

Page 27: Pkl Pinang

   

14  

a11X1 + a12X2 + … + a1jXj + … + a1nXn + F1 = X1 + M1:

a21X1 + a22X2 + … + a2jXj + … + a2nXn + F2 = X2 + M2:

sehingga ai1X1 + ai2X2 + … + aijXj + … + ainXn + Fi = Xi + Mi:

dan menjadi

an1X1 + an2X2 + … + anjXj + … + annXn + Fn = Xn + Mn

Selanjutnya persamaan di atas dapat dibentuk menjadi persamaan matriks

sebagai berikut:

Dalam notasi matriks ditulis :

A.X + F = X + M atau F - M = X - A.X

dan dapat ditulis sebagai

X - A.X = F - M atau ( I - A ) . X = F - M

X = ( I – A )-1 . ( F - M )

Keterangan: X = matriks vector output I = matriks identitas A = matriks koefisien input antara F = matriks vector permintaan akhir M = matriks vector impor

a11 a12 …a1j …a1n X1 F1 X1 M1 a21 a22 …a2j …a2n X2 F2 X2 M2 . . .

. . .

.

.

.

.

+

.

.

.

=

.

.

.

+

.

.

. ai1 ai2 …aij …ain Xi Fi Xi Mi . . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

an1 an2 …anj …ann Xn F11 Xn Mn

Page 28: Pkl Pinang

   

15  

Kuadran I merupakan kuadran yang terpenting dalam Tabel I-O, karena

dari sini nantinya disusun matriks koefisien input yaitu suatu matriks yang

dibentuk dengan membagi input antara dengan output. Dalam analisis, matriks

koefisien input disebut dengan matriks A, yang diturunkan menjadi matriks

kebalikan (inverse matrix) yang akan menjadi basis penggunaan tabel input-

output. Kedua matriks ini berguna untuk keperluan analisa ekonomi.

2.5. Konsep Analisis Keterkaitan

Matriks kebalikan dapat digunakan untuk mengukur pengaruh kenaikan

satu unit permintaan suatu sektor terhadap output sektor tersebut (pengaruh

langsung) dan terhadap output sektor lainnya (pengaruh tidak langsung). Dalam

mengukur besarnya pengaruh dan keterkaitan yang terjadi antar sektor ekonomi

digunakan alat analisis daya penyebaran (DP) dan derajat kepekaan (DK). Daya

penyebaran disebut juga dengan keterkaitan ke depan (forward linkage) yaitu

yang berhubungan dengan penjualan barang jadi sedangkan derajat kepekaan

merupakan keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang berhubungan dengan

bahan mentah dan bahan baku (BPS, 1999).

Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi memberikan indikasi

bahwa sektor tersebut mempunyai keterkaitan ke depan atau daya dorong yang

cukup kuat dibandingkan terhadap sektor lainnya, begitupun dengan sektor yang

mempunyai derajat kepekaan yang tinggi yang berarti bahwa sektor tersebut

mempunyai ketergantungan (kepekaan) yang tinggi terhadap sektor lain. Dari

kedua ukuran ini dapat diturunkan total daya penyebaran dan total derajat

Page 29: Pkl Pinang

   

16  

kepekaan untuk digunakan dalam menganalisa dan menentukan sektor-sektor

kunci (key sectors) yang akan dikembangkan dalam pembangunan ekonomi dalam

suatu wilayah serta indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan yang

digunakan untuk melihat keragaman ketergantungan antar sektor.

2.6. Konsep Analisis Dampak

Konsep analisis dampak adalah faktor yang menentukan besarnya

perubahan pada keseluruhan sektor seandainya jumlah produksi suatu sektor ada

yang berubah. Analisis dampak terbagi atas tiga jenis yaitu dampak output, nilai

tambah bruto, kebutuhan impor. Analisis dampak output memperlihatkan

pembentukan output sektoral yang dipengaruhi oleh permintaan akhir, yaitu

gambaran tentang perubahan output yang akan terjadi pada setiap sektor apabila

terjadi perubahan permintaan akhir dari suatu sektor (BPS, 1999).

  Analisis dampak nilai tambah bruto memberikan petunjuk mengenai

pembentukan nilai tambah bruto yang dipengaruhi oleh perubahan permintaan

lain. Sedangkan analisis dampak kebutuhan impor adalah mengukur dampak

permintaan akhir terhadap kebutuhan impor sektoral di masing-masing sektor.

Jika terjadi peningkatan maupun perubahan pada permintaan akhir maka akan

terjadi perubahan di pada impor masing-masing sektor.

2.7. Penelitian Terdahulu

Bangun (2008) melakukan analisis peran sektor unggulan terhadap

perekonomian di Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian dengan menggunakan

Page 30: Pkl Pinang

   

17  

analisis keterkaitan dan analisis dampak atau multiplier type I dan II,

menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Utara memiliki sektor unggulan industri

pengolahan. Terlihat bahwa sektor industri pengolahan di Sumatera Utara

memiliki kontribusi yang besar pada struktur output dan nilai tambah serta

keterkaitan yang kuat terhadap sektor lain dan dampak yang cukup besar sehingga

sektor tersebut dapat diandalkan untuk mendorong sektor hulu dan hilirnya.

BPS (2006) melakukan analisis sektor unggulan dan dampaknya pada

perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hasil penelitian dengan

menggunakan tabel I-O dan turunannya yaitu analisis keterkaitan dan analisis

dampak, menunjukkan bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki

sektor unggulan yaitu sektor penambangan timah, industri peleburan timah,

perdagangan dan perikanan. Keempat sektor tersebut mempunyai dampak yang

sangat besar bagi perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terlihat

bahwa dari keempat sektor tersebut merupakan produk utama yang dihasilkan dari

mata pencaharian masyarakat Bangka Belitung.

2.8. Kerangka Pemikiran

Perencanaan pembangunan ekonomi di suatu wilayah memerlukan suatu

data yang akurat yaitu dapat dilihat dari Tabel Input-Output yang menyajikan

sektor mana yang memiliki kontribusi dalam pembentukan output dan nilai

tambah terbesar dari seluruh sektor ekonomi di wilayah tersebut. Pembangunan

dibidang ekonomi diarahkan untuk saling memperkokoh struktur ekonomi dengan

keterkaitan yang kuat dan saling mendukung antar sektor. Adapun sektor-sektor

Page 31: Pkl Pinang

   

18  

ekonomi yang digunakan di Kota Pangkalpinang adalah sesuai dengan Tabel

Input-Output Kota Pangkalpinang Tahun 2007 yang terbagi atas 40 sektor.

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sektor-sektor yang menjadi unggulan di Kota Pangkalpinang

ditetapkan dengan melihat sektor-sektor kunci (key sectors), yang diketahui

melalui penghitungan analisis keterkaitan (daya penyebaran dan derajat

kepekaan). Dampak sektor-sektor tersebut terhadap perekonomian Kota

Pangkalpinang dapat dilihat menggunakan analisis dampak yang dalam hal ini

hanya dibatasi pada dampak output, nilai tambah bruto dan kebutuhan impor.

Seperti terlihat dalam gambar 2.2 diatas. 

Perencanaan Pembangunan Ekonomi Wilayah

Keterbatasan Sumber Daya dan Potensi Wilayah

Sektor Kunci (Key Sectors)

Analisis Dampak Yang Tercipta Akibat Permintaan Akhir

Sektor Unggulan Prioritas Pembangunan

Analisis Keterkaitan

Daya Penyebaran

Derajat Kepekaan

Nilai Tambah

Output Kebutuhan Impor

Page 32: Pkl Pinang

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam penelitian

ini adalah data Input-Output Kota Pangkalpinang Tahun 2007, PDRB Lapangan

Usaha dan Penggunaan Kota Pangkalpinang Tahun 2007, disertai dengan data

sekunder lain yang relevan dengan tujuan penulisan skripsi ini.

3.2. Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor

dalam suatu perekonomian, yang terbagi atas keterkaitan sederhana yang

merupakan suatu koefisien dan keterkaitan dengan sektor lain yaitu daya

penyebaran dan derajat kepekaan. Keterkaitan sederhana terdiri dari keterkaitan

input untuk suatu sektor, yang merupakan koefisien total input antara dan

keterkaitan output untuk suatu sektor, yang merupakan koefisien total permintaan

antara.

Daya penyebaran dan derajat kepekaan merupakan analisis lanjutan yang

menggunakan matriks kebalikan (I-Ad)-1, yang diperoleh dari persamaan :

Page 33: Pkl Pinang

   

20  

dimana bij = sel matriks kebalikan (I-Ad)-1 pada baris i dan kolom j Xi = output sektor i Fdi= permintaan akhir sektor i i,j = 1,2,3,…n

Sehingga secara umum jumlah dampak akibat perubahan permintaan akhir suatu

sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi adalah :

rj = b1j + b2j + ….. + bnj = Σi bij

dimana rj = jumlah dampak akibat perubahan permintaan akhir sektor j terhadap output seluruh sektor ekonomi.

bij= dampak yang terjadi terhadap output sektor I akibat perubahan permintaan akhir sektor j

Sehingga dapat dihitung rata-rata dampak yang ditimbulkan terhadap output

masing-masing sektor j akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor:

Yj =(rj / n) = (1/n) Σi bij

Ukuran yang diihasilkan dari proses ini atau turunan yang berupa total daya

penyebaran (αj) yaitu

  b 11  b12      …b 1j   …b1n

    F1 X1          

b 21  b 22      …b 2j   …b2n

      F2 X2          .   .   .   

  . . .

    * 

 

.

.

.

=

.

.

.

    

         

b i1   b i2 …b ij …bin

  Fi Xi          .   .   .   

    . . .

     

. . .

. . .

           

b n1   b n2   …b nj …bnn

  F11 Xn      

Page 34: Pkl Pinang

   

21  

Begitupun dengan derajat kepekaan yaitu didapat dari

ri = bi1 + bi2 + ….. + bin = Σj bij

dimana ri = jumlah dampak akibat perubahan permintaan akhir sektor i terhadap output seluruh sektor ekonomi.

Dilanjutkan dengan menghitung rata-rata dampak yang ditimbulkan terhadap

output masing-masing sektor i akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor.

Sehingga didapat total derajat kepekaan (βi) :

∑=

∑=

∑==

n

jij

n

i

n

iij

bn

bi

11

1

∑=

∑=

∑=

=n

jij

n

i

n

ji j

bn

bi

11

1

Keterangan :  

∑= 

j ij b 

1  = derajat kepekaan sektor i

∑=

∑=

j ij

i bn  1 1 

1  = rata-rata derajat kepekaan per sektor.

Keterangan :

∑=

i ij b 

1     = daya penyebaran sektor j

∑=

∑=

j ij

i bn  1 1 

1  = rata-rata daya penyebaran per sektor.

Page 35: Pkl Pinang

   

22  

Dengan melihat keterkaitan yang terjadi antar sektor ekonomi, selanjutnya

dapat diidentifikasi sektor-sektor kunci dalam suatu perekonomian. Key sectors

ini diharapkan dapat menarik perkembangan sektor-sektor lainnya atau disebut

juga memiliki keterkaitan yang tinggi baik keterkaitan ke depan maupun ke

belakang. Disamping itu juga dapat menunjukkan sektor-sektor yang mempunyai

prospek dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Namun ini semua tidaklah cukup tanpa mengetahui nilai keragaman indeks

daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan, yang berguna untuk melihat

keragaman ketergantungan antar sektor ekonomi. Apabila nilai indeks daya

penyebaran dan derajat kepekaan tinggi pada suatu sektor berarti sektor ekonomi

tersebut hanya bergantung pada satu atau beberapa sektor saja.

3.3. Analisis Dampak

Analisis yang menggambarkan terjadinya peningkatan aktivitas suatu

sektor yang diakibatkan adanya perubahan atau peningkatan permintaan akhir

pada sektor tersebut baik pada output, nilai tambah maupun impor.

a. Dampak Output

Dalam model I-O, output memiliki hubungan timbal balik dengan

permintaan akhir dan output tersebut. Artinya jumlah output yang dapat

diproduksi tergantung dari jumlah permintaan akhirnya. Namun demikian dalam

keadaan tertentu, output justru yang menentukan besarnya permintaan akhir.

Output dalam model I-O dapat dihitung dengan rumus :

XFT = (I -A)-1 (F - M)

Page 36: Pkl Pinang

   

23  

atau

XFD = (I – Ad)-1 Fd

Rumusan ini sekaligus mencerminkan bahwa pembentukan output (X)

dipengaruhi oleh permintaan akhir (F-M) atau Fd.

Output yang terbentuk sebagai akibat dari dampak seluruh permintaan

akhir (XFT) akan sama dengan output yang terbentuk sebagai akibat permintaan

akhir domestik (XFD). Dalam banyak analisis yang lebih sering digunakan adalah

XFD. Penggunaan persamaan tersebut di atas antara lain adalah untuk menghitung

porsi output yang terbentuk sebagai dampak dari masing-masing komponen

permintaan akhir dan memperkirakan output yang terbentuk akibat dampak

permintaan akhir yang diproyeksikan.

b. Dampak Nilai Tambah Bruto

Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah input primer yang merupakan bagian

dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam

penyusunan tabel I-O, maka hubungan antara NTB dengan output bersifat linier.

Artinya kenaikan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh

kenaikan dan penurunan NTB. Hubungan tersebut dapat dijabarkan dalam

persamaan berikut :

Dengan    V  = matriks NTB   

 ^ 

V   = matriks diagonal koefesien NTB

XVV .^

=

Page 37: Pkl Pinang

   

24  

X = ( I – Ad )-1 Fd atau ( I - A)-1 F

Isian sel-sel diagonal adalah NTB sektor yang bersangkutan dibagi dengan

outputnya. Sedangkan sel-sel di luar diagonal adalah 0 (nol). Jadi bentuk matriks

adalah:

c. Dampak Kebutuhan Impor

Dasar penghitungan yang digunakan untuk melihat dampak permintaan

akhir terhadap kebutuhan impor adalah (I-Ad)-1. Hubungan antara permintaan

akhir terhadap kebutuhan impor dapat dijabarkan dalam bentuk persamaan

berikut:

MK=Am(I-Ad)-1 FdK+ Fm

K ; K=301…304

ME=Am(I-Ad)-1FE ; E=305,306

MK = Matriks impor yang dipengaruhi oleh masing-masing komponen permintaan akhir kecuali ekspor.

Am = Matriks koefisien impor, yang selnya (xmij), diperoleh dengan membagi

input komponen impor (xmij / Xj)

FdK = Matriks komponen permintaan akhir domestik, untuk pengeluaran

konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap dan perubahan stok

FmK = Matriks komponen permintaan akhir berasal dari impor

ME = Matrik impor yang dipengaruhi oleh ekspor

FE = Ekspor barang dan ekspor jasa

iorOutputsekt

iNTBsektorV −−

=^

Page 38: Pkl Pinang

   

25  

Oleh karena penggabungan antara FdK dan FE sebenarnya merupakan

permintaan akhir pada transaksi domestik (Fd), maka kedua persamaan dapat

disederhanakan sebagai berikut:

M= Am (I-Ad)-1

Fd+Fm

M = Matrik impor yang dipengaruhi oleh masing-masing komponen

permintaan akhir, termasuk ekspor

Fd = Permintaan akhir, termasuk komponen ekspor

Fm = Tansaksi impor pada permintaan akhir dengan nilai untuk semua sel pada

kolom ekspor sama dengan 0.

 

Page 39: Pkl Pinang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Kota Pangkalpinang

Kota Pangkalpinang merupakan salah satu daerah otonomi baru yang

terletak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Daerah ini berada pada garis

106o7’ Bujur Timur dan garis 2o4’ sampai dengan 2o10’ Lintang Selatan dengan

luas daerah seluruhnya 118.40 km2. Kota Pangkalpinang merupakan daerah yang

strategis di tinjau dari sudut geografisnya, karena merupakan ibukota provinsi

yaitu sebagai pusat pemerintahan, dan pusat pemukiman penduduk karena

memang memiliki kepadatan penduduk tertinggi dibandingkan daerah lain di

provinsi ini yaitu dengan jumlah penduduk 155,250 jiwa pada tahun 2007, serta

mempunyai pelabuhan terbesar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

4.2. Kondisi Perekonomian

Berdasarkan Tabel Input-Output di Kota Pangkalpinang Tahun 2007

menghasilkan suatu gambaran mengenai struktur perekonomiannya yang meliputi

struktur penawaran dan permintaan serta struktur permintaan akhir.

4.2.1 Struktur Penawaran dan Permintaan

Interaksi yang terjadi antara pihak yang menyediakan dengan pihak yang

meminta dalam suatu perekonomian di suatu wilayah akan terakomodasi pada

tabel I-O, yang dalam istilah ekonomi sering disebut dengan penawaran dan

permintaan (supply and demand). Kedua sisi perekonomian ini terbentuk dari

akumulasi jenis kegiatan yang berbeda namun akan sama total nilai keduanya

sesuai dengan prinsip keseimbangan.

Page 40: Pkl Pinang

   

27  

Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa total penawaran atau permintaan barang

dan jasa pada tahun 2007 sebesar 4,043,415 juta rupiah. Atau bisa diartikan bahwa

nilai tersebut merupakan perputaran barang dan jasa (interaksi yang terjadi antar

sektor ekonomi maupun dengan konsumen akhir) di Kota Pangkalpinang.

Kontribusi sektor terbesar terdapat pada sektor Perdagangan (22.74%), Bangunan

(10.07%), Pemerintahan Umum dan Pertahanan (8.81%), Angkutan Jalan Raya

(6.52%) dan Industri Peleburan Timah (6.10%), yang dapat dilihat Lampiran 1.

Tabel 4.1 Struktur Permintaan dan Penawaran Kota Pangkalpinang Tahun 2007

Uraian Nilai %

Permintaan 4,043,415.57 Antara 1,176,595.57 29.10 Domestik 1,965,250.46 48.60 Ekspor 901,569.54 22.30 Penawaran 4,043,415.57 Impor 821,378.85 20.31 Ouput Domestik 3,222,036.72 79.69

Pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa baik untuk proses produksi

maupun konsumsi akhir dibedakan menurut asal barang, yaitu dari impor

domestik dan produk domestik yang masing-masing sebesar 821,378 juta rupiah

(20.31%) dan 3,222,036 juta rupiah (79.69%). Dilihat dari persentasenya dapat

dikatakan bahwa Kota Pangkalpinang memiliki ketergantungan akan barang dan

jasa dari luar wilayah dalam rangka pemenuhan kebutuhannya, terutama pada

sektor-sektor industri pengolahan.

Page 41: Pkl Pinang

   

28  

Sebaliknya dalam sisi permintaan, dari total 4,043,415 juta rupiah

digunakan untuk kebutuhan konsumsi internal dan pembentukan modal sebesar

48.60 persen atau sebesar 1,965,250  juta rupiah Digunakan kembali dalam proses

produksi sebesar 29.10 persen atau 1,176,595 juta rupiah serta sisanya 22.30

persen atau sebesar 901,569 juta rupiah untuk di ekspor keluar wilayah.

4.2.2 Struktur Permintaan Akhir

Total permintaan akhir Kota Pangkalpinang sebesar 2,866,820 juta rupiah,

yang digunakan untuk konsumsi rumahtangga sebesar 1,143,491 juta rupiah

(39.89%), konsumsi pemerintah sebesar 351,438 juta rupiah (12.26%),

pembentukan modal tetap bruto sebesar 463,681 juta rupiah (16.17%), serta

kebutuhan ekspor sebesar 901,570 juta rupiah (31.45%).

Tabel 4.2 Komposisi Permintaan Akhir menurut Komponen Kota Pangkalpinang Tahun 2007

Sektor Nilai (Juta Rp) Distribusi

Permintaan Akhir (%)

Distribusi thd PDRB

(%) Konsumsi Rumah Tangga 1,143,491 39.89 55.90 Konsumsi Pemerintah 351,438 12.26 17.18 Pembentukan Modal Tetap Bruto 463,681 16.17 22.67 Perubahan Stok 6,641 0.23 0.32 Ekspor 901,570 31.45 44.08 Jumlah Permintaan Akhir 2,866,820 100.00 Impor 821,379 28.65 40.16

PDRB 2,045,441 71.35 100.00

Page 42: Pkl Pinang

   

29  

Adapun jika dilihat dari kontribusi pembentukan PDRB, maka komponen

yang memberikan kontribusi terbesar adalah dari konsumsi rumahtangga yang

mencapai sebesar 55.90 persen, menandakan bahwa masyarakat Kota

Pangkalpinang sangat konsumtif. Kontribusi yang cukup besar juga didapat dari

ekspor yaitu menyumbang sebesar 44.08 persen diikuti oleh komponen impor

yaitu sebesar 40.16 persen. Sedangkan komponen konsumsi pemerintah dan

pembentukan modal tetap bruto masing-masing menyumbang 17.18 persen dan

22.67 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Pangkalpinang dari segi

pengeluarannya.

Apabila dilihat per sektor untuk setiap komponen permintaan akhir maka

struktur konsumsi rumahtangga Kota Pangkalpinang didominasi oleh dua sektor

utama yaitu sektor industri makanan, minuman & tembakau lainnya dan sektor

perikanan, masing-masing 22.03 persen dan 17.87 persen, seperti pada Lampiran

2. Besarnya konsumsi rumahtangga terhadap produk perikanan terkait dengan

lokasi Kota Pangkalpinang yang berada di daerah kepulauan yang banyak terdapat

perairan, sehingga masyarakatnya banyak mengkonsumsi hasil perikanan yang

disebabkan bahan makanan lainnya sangat sulit diperoleh dikarenakan diimpor

dari luar wilayah dan harganya menjadi mahal. Sedangkan konsumsi pemerintah

seluruhnya digunakan untuk pembayaran gaji pegawai negeri di pemerintahan

daerah.

Pembentukan modal tetap bruto di dominasi oleh sektor bangunan sebesar

80.85 persen yang memang Kota Pangkalpinang hingga sekarang masih

melakukan pembangunan fisik atau sarana dan prasarana secara menyeluruh

Page 43: Pkl Pinang

   

30  

sebagai konsekuensi menjadi ibukota provinsi yang baru berjalan selama tujuh

tahun. Struktur ekspor Kota Pangkalpinang didominasi oleh dua sektor, yaitu

sektor industri peleburan timah dan sektor angkutan jalan raya masing-masing

sebesar 27.36 persen dan 22.26 persen. Produk dari sektor industri peleburan

timah merupakan komoditi utama ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,

yang memang kaya akan pertambangan pasir timah. Namun sejak

diberlakukannya undang-undang yang melarang adanya ekspor pasir timah ke luar

negeri mendorong peningkatan ekspor balok timah yang merupakan hasil

produksi dari sektor tersebut. Kota Pangkalpinang merupakan satu-satunya

wilayah yang memiliki pelabuhan terbesar di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung, sehingga untuk memudahkan pengeksporan maka industri ini banyak

terdapat di Kota Pangkalpinang yang tidak terdapat pertambangan pasir timah.

4.3. Sektor Unggulan

Dalam menentukan sektor kunci ataupun sektor unggulan dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu dengan perbandingan penghasil output dan nilai tambah

terbesar serta dari analisis keterkaitan yaitu indeks daya penyebaran dan derajat

kepekaan.

4.3.1. Struktur Output dan Nilai Tambah

Output merupakan nilai produksi (baik barang maupun jasa) yang

dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di Kota Pangkalpinang. Dari tabel I-O

terlihat bahwa lima sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar dalam

pembentukan output keseluruhan di Kota Pangkalpinang adalah sektor

Page 44: Pkl Pinang

   

31  

Perdagangan, Bangunan, Pemerintahan Umum dan Pertahanan, Angkutan Jalan

Raya, dan Industri Peleburan Timah.

Pada tabel 4.3 diketahui bahwa sektor perdagangan merupakan sektor

ekonomi yang mempunyai output terbesar yaitu mencapai 919,631 juta rupiah

atau memberikan andil 28.54 persen dari seluruh output yang diciptakan di Kota

Pangkalpinang. Sektor terbesar berikutnya adalah sektor bangunan yang

memberikan kontribusi sebesar 12.64 persen atau 407,262 juta rupiah. Diikuti

oleh sektor pemerintahan umum dan pertahanan sebesar 356,153 juta rupiah atau

berandil 11.05 persen. Sektor angkutan jalan raya memberikan output sebesar

263,109 juta rupiah atau 8.17 persen dari total output keseluruhan. Yang terakhir

dari lima sektor terbesar penghasil output adalah sektor industri peleburan timah

yang berkontribusi sebesar 7.66 persen dengan nilai output 246,646 juta rupiah.

Tabel 4.3 Lima Sektor Terbesar Penghasil Output Kota Pangkalpinang 2007

Kode Sektor Nilai (Juta Rp) Distribusi (%)

26 Perdagangan 919,631.15 28.5425 Bangunan 407,262.21 12.6436 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 356,153.07 11.0529 Angkutan Jalan Raya 263,109.63 8.1721 Industri Peleburan Timah 246,646.92 7.66

Sedangkan nilai tambah bruto (NTB) adalah balas jasa terhadap faktor

produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam tabel I-O, nilai

tambah bruto dirinci menurut upah dan gaji, surplus usaha (sewa, bunga dan

keuntungan), penyusutan dan pajak tak langsung neto. Besarnya nilai tambah

Page 45: Pkl Pinang

   

32  

bruto di setiap sektor ekonomi ditentukan oleh besarnya output (nilai produksi)

yang dihasilkan dan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh

sebab itu, suatu sektor yang memiliki output besar belum tentu memiliki nilai

tambah yang juga besar, tergantung dengan seberapa besar biaya produksinya.

Tabel 4.4 Lima Sektor Terbesar Penghasil Nilai Tambah Kota Pangkalpinang Tahun 2007

KODE SEKTOR NILAI (Juta

Rp) DISTRIBUSI

(%)

26 Perdagangan 706,023.63 34.52 36 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 312,169.29 15.26 29 Angkutan Jalan Raya 135,874.81 6.64 25 Bangunan 135,313.75 6.62 35 Real Estate, Usaha Persewaan, 134,774.88 6.59

dan Jasa Perusahaan

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa lima sektor terbesar penghasil nilai

tambah adalah sektor perdagangan dengan memberikan andil sebesar 34.52 persen

dari total pembentukan nilai tambah atau sebesar 706,023 juta rupiah. Diikuti

dengan sektor pemerintahan umum dan pertahanan yang menghasilkan nilai

tambah sebesar 312,169 juta rupiah atau berkontribusi dalam pembentukan NTB

sebesar 15.26 persen. Sektor berikutnya adalah sektor angkutan jalan raya yang

bernilai 135,874 juta rupiah yang memang sejak adanya kapal feri di pelabuhan

Kota Pangkalpinang yang dapat memuat kendaraan baik mobil maupun motor,

sektor ini memiliki kontribusi yang meningkat hingga member andil sebesar 6.64

persen. Sektor bangunan juga berkontribusi sebesar 6.62 persen atau 135,313 juta

Page 46: Pkl Pinang

   

33  

rupiah. Dan yang terakhir adalah sektor real estate, usaha persewaan dan jasa

perusahaan yang memberikan nilai tambah tidak jauh berbeda dengan sektor

sebelumnya yaitu 134,774 juta rupiah atau memberikan andilnya sebesar 6.59

persen terhadap pembentukan nilai tambah keseluruhan di Kota Pangkalpinang.

Apabila dilihat dari lima sektor terbesar penghasil output dan nilai tambah,

ternyata dari kelima sektor hanya satu sektor yang tidak sama, keempat sektor

lainnya sama yaitu sektor Bangunan, Perdagangan, Angkutan Jalan Raya dan

Pemerintahan Umum & Pertahanan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa

keempat sektor ini merupakan sektor utama atau sektor-sektor kunci (key sectors)

di Kota Pangkalpinang yang dapat menjadi sektor unggulan.

4.3.2. Analisis Keterkaitan

Dengan menggunakan model Input-Output kita dapat melakukan berbagai

analisis yaitu untuk mengetahui seberapa jauh tingkat hubungan atau keterkaitan

antar sektor produksi yang merupakan suatu kelebihan dan keunggulan model I-O.

Ada tingkat keterkaitan teknis antara unsur aktif (dalam hal ini unsur yang

menunjang kegiatan ekonomi) yang merupakan kegiatan generator untuk memulai

sesuatu proses polarisasi teknis. Hubungan teknis tersebut di dapat dari turunan

daya penyebaran dan derajat kepekaan, yaitu indeks daya penyebaran yang

merupakan keterkaitan ke depan atau bisa di sebut daya dorong dan indeks derajat

kepekaan yang merupakan keterkaitan ke belakang atau dapat disebut suatu

tingkat ketergantungan dengan suatu sektor (BPS, 1999).

Page 47: Pkl Pinang

   

34  

1. Daya Penyebaran

Menghitung total output yang tercipta akibat meningkatnya output suatu

sektor melalui mekanisme penggunaan input produksi. Keterkaitan yang terjadi

yaitu jika terjadi peningkatan output sektor tertentu akan mendorong peningkatan

output sektor-sektor lainnya. Peningkatan output akan meningkatkan permintaan

input sektor itu sendiri dan dari sektor-sektor lain. Oleh karena itu, sektor tersebut

akan meminta output sektor lain lebih banyak dari sebelumnya yang digunakan

sebagai input proses produksi dalam rangka meningkatkan output.

Tabel 4.5 Sepuluh Sektor Ekonomi Dengan Daya Penyebaran Tertinggi

No Sektor Total Daya Penyebaran

Indeks Daya Penyebaran

1 Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan 1.38419 0.77277 2 Bangunan 1.27206 0.78128 3 Restoran, Rumah Makan, Bar, dan Jasa Boga 1.19145 0.83250 4 Industri Batu Bata & Genteng dari Tanah Liat 1.17411 0.84904 5 Industri Kerupuk dan Sejenisnya 1.16716 0.85163 6 Industri Mesin, Alat angkutan & Perbaikannya 1.12551 0.87745 7 Angkutan Jalan Raya 1.12038 0.88376 8 Industri Barang dari Kayu & Hasil Hutan 1.10933 0.88980 9 Jasa Penunjang Angkutan 1.09509 0.89794

10 Jasa Perorangan & Rumahtangga 1.09222 0.90855

Pada tabel 4.5 terlihat bahwa sektor yang memiliki total daya penyebaran

tertinggi adalah sektor industri pengolahan dan pengawetan ikan sebesar 1.38419

yang mempunyai arti bahwa apabila terjadi kenaikan satu unit output sektor

tersebut maka akan mendorong naiknya output sektor-sektor lain (termasuk

Page 48: Pkl Pinang

   

35  

sektornya sendiri) secara keseluruhan sebesar 1.38419 unit. Diikuti oleh sektor

bangunan yang memiliki keterkaitan ke depan sebesar 1.27206 yaitu adanya

pertambahan total output sektor tersebut dan sektor-sektor lainnya sebesar

1.27206 unit dari adanya kenaikan satu unit output sektor bangunan. Begitupun

dengan sektor-sektor lainnya, yang apabila memiliki total daya penyebaran diatas

satu mempunyai arti bahwa sektor-sektor tersebut memiliki daya penyebaran

diatas rata-rata daya penyebaran secara keseluruhan.

Pada tabel 4.5 juga diketahui bahwa sektor industri pengolahan dan

pengawetan ikan memiliki indeks yang terendah yaitu 0.77277 yang berarti bahwa

sektor tersebut mendorong sebagian besar dari seluruh sektor ekonomi. Diikuti

dengan sektor bangunan yang juga memiliki indeks terendah kedua sebesar

0.78128, mendorong sebagian besar sektor ekonomi.

2. Derajat Kepekaan

Adanya peningkatan output sektor tertentu akan mendorong peningkatan

output sektor-sektor lainnya. Peningkatan output sektor-sektor lainnya tersebut

dapat terlaksana melalui dua cara. Pertama, peningkatan output akan

meningkatkan permintaan input sektor itu sendiri. Input sektor tadi ada yang

berasal dari sektor itu sendiri, ada pula yang berasal dari sektor lain. Oleh

karenanya, sektor tersebut akan meminta output sektor lain lebih banyak daripada

sebelumnya (untuk digunakan sebagai input proses produksi). Berarti, harus ada

peningkatan output sektor lain. Peningkatan output sektor tersebut, pada

gilirannya akan meningkatkan permintaan input sektor itu sendiri yang berarti

Page 49: Pkl Pinang

   

36  

harus ada peningkatan output sektor-sektor lainnya. Begitu seterusnya terjadi

keterkaitan antar sektor-sektor ekonomi tersebut.

Tabel 4.6 Sepuluh Sektor Ekonomi Dengan Derajat Kepekaan Tertinggi

No Sektor Total

Derajat Kepekaan

Indeks Derajat

Kepekaan

1 Perdagangan 4.48745 0.23568 2 Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1.28010 0.70869 3 Bangunan 1.27853 0.71964 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.22956 0.74625 5 Perikanan 1.11000 0.82677 6 Angkutan Jalan Raya 1.03208 0.88360 7 Restoran, Rumah Makan, Bar, dan Jasa Boga 0.99826 0.91071 8 Industri Batu Bata & Genteng dari Tanah Liat 0.99627 0.92123 9 Industri Barang dari Kayu & Hasil Hutan 0.98538 0.94882

10 Pos dan Telekomunikasi 0.96475 0.95837

Pada tabel 4.6 terlihat bahwa sektor yang memiliki total derajat kepekaan

tertinggi adalah sektor perdagangan dengan nilai 4.48745. Hal ini menunjukkan

bahwa kenaikan satu unit output pada sektor perdagangan maka akan

menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain termasuk sektornya sendiri secara

keseluruhan yang merupakan input dalam sektor perdagangan sebesar 4.48745

unit. Sektor ini mempunyai total yang sangat tinggi yang menandakan bahwa

sektor perdagangan memiliki ketergantungan yang sangat besar dengan sektor-

sektor lain sebagai input. Sektor perdagangan memiliki indeks derajat kepekaan

yang sangat rendah yaitu sebesar 0.23568 yang berarti bahwa sektor ini memiliki

ketergantungan hampir seluruh sektor ekonomi karena memang dalam setiap

sektor ekonomi memiliki bagian sektor perdagangan yaitu nilai margin

Page 50: Pkl Pinang

   

37  

perdagangan dan transportasi. Sektor ekonomi yang memiliki total derajat

kepekaan lebih dari satu yaitu memiliki derajat kepekaan diatas rata-rata derajat

kepekaan keseluruhan, diantaranya adalah sektor real estate, usaha persewaan &

jasa perusahaan; bangunan; listrik, gas & air bersih; perikanan; dan sektor

angkutan jalan raya.

Apabila dilihat dari total daya penyebaran dan derajat kepekaan maka yang

merupakan sektor kunci (key sectors) atau sektor unggulan adalah sektor yang

memiliki daya dorong dan keterkaitan dengan sektor lain yang cukup besar yaitu

yang memiliki total daya penyebaran dan derajat kepekaan yang lebih dari satu.

Sehingga apabila sektor ekonomi tersebut lebih dikembangkan maka akan dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sektor tersebut adalah sektor bangunan dan

angkutan jalan raya, yang memang pada dasarnya selalu mengalami

perkembangan dari tahun ke tahun terutama sejak akses transportasi lebih terbuka.

4.4. Analisis Dampak

Analisis ini adalah untuk melihat dampak atau apa yang terjadi apabila ada

perubahan atau peningkatan permintaan akhir di sektor-sektor unggulan. Dengan

beberapa pembahasan sebelumnya, maka yang merupakan sektor-sektor unggulan

adalah sektor-sektor kunci baik dari struktur output dan nilai tambah maupun dari

daya penyebaran dan derajat kepekaan. Sektor tersebut adalah sektor

perdagangan, bangunan, angkutan jalan raya dan pemerintahan umum &

pertahanan.

Page 51: Pkl Pinang

   

38  

4.3.1 Dampak Output

Suatu output sektor ekonomi terbentuk sebagai akibat dari permintaan

akhir yaitu konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal

tetap bruto, perubahan stok dan ekspor keluar wilayah. Dari lampiran 3 terlihat

bahwa ke empat sektor unggulan tersebut menciptakan output terbesar akibat

seluruh komponen permintaan akhir. Sektor yang memberikan dampak output

terbesar yang tercipta akibat pengaruh dari permintaan akhir adalah sektor

perdagangan yaitu 33.61 persen dari total output yaitu sebesar 1,053.9 milyar

rupiah dengan dengan masing-masing komponen yaitu untuk konsumsi

rumahtangga sebesar 482.6 milyar rupiah, konsumsi pemerintah sebesar 10.4

milyar rupiah, pembentukan modal sebesar 124.8 milyar rupiah, perubahan stok

sebesar satu milyar dan untuk pengiriman keluar kota yaitu ekspor sebesar 434.9

milyar rupiah. Dapat dikatakan bahwa komponen permintaan yang mengakibatkan

penciptaan output terbesar adalah dari komponen konsumsi rumahtangga.

Sektor bangunan memberikan kontribusi 13.01 persen dalam penciptaan

output akibat permintaan akhir dengan komponen pembentukan modal tetap bruto

yang menciptakan output terbesar yaitu mencapai 377.4 milyar rupiah dari total

yang hanya 408 milyar rupiah. Sektor pemerintahan umum dan pertahanan

menciptakan output sebesar 356.1 milyar rupiah atau sebesar 11.36 persen dari

keseluruhan output yang terbentuk akibat dari pengaruh permintaan akhir.

Sedangkan sektor angkutan jalan raya memberikan kontribusi 8.42 persen dari

keseluruhan total dampak output.

Page 52: Pkl Pinang

   

39  

Tabel tersebut juga memperlihatkan bahwa tercipta output sebesar 3,136.1

milyar rupiah akibat pengaruh permintaan akhir. Dengan komponen ekspor yang

memberikan kontribusi terbesar yaitu 36.15 persen diikuti dengan konsumsi

rumahtangga yang menciptakan output sebesar 29.67 persen.

4.3.2 Dampak Nilai Tambah

Nilai Tambah Bruto menunjukkan bagian dari input secara keseluruhan.

Dalam tabel input output, nilai tambah mempunyai hubungan linier dengan

outputnya, sehingga perubahan permintaan akhir akan mengakibatkan terjadinya

perubahan secara proporsional terhadap nilai tambah dan outputnya. Berdasarkan

lampiran 4 , terlihat bahwa sektor perdagangan masih menciptakan nilai tambah

terbesar akibat dari pengaruh permintaan akhir yaitu sebesar 39.18 persen dari

total nilai tambah keseluruhan sektor dengan komponen pembentuk nilai tambah

terbesar adalah dari konsumsi rumahtangga.

Diikuti oleh sektor pemerintahan umum dan pertahanan yang menciptakan

nilai tambah sebesar 312.2 milyar rupiah atau memberikan andil 15.12 persen dari

keseluruhan penciptaan nilai tambah. Sektor bangunan dan angkutan jalan raya

masing-masing memberikan andilnya sebesar 6.57 dan 6.60 persen. Dengan

penciptaan terbesar dari pembentukan modal tetap bruto sebesar 125.4 milyar

rupiah untuk sektor bangunan dan dari komponen ekspor sebesar 116.7 milyar

rupiah untuk sektor angkutan jalan raya.

Setiap kolom menunjukkan pengaruh masing-masing komponen

permintaan akhir terhadap proses penciptaan nilai tambah di masing-masing

sektor perekonomian. Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan pengaruh dari

Page 53: Pkl Pinang

   

40  

konsumsi rumahtangga terhadap penciptaan nilai tambah seluruh sektor sebesar

659.3 milyar rupiah. Begitupun dengan pengaruh dari konsumsi pemerintah,

PMTB, perubahan stok, dan ekspor terhadap pembentukan nilai tambah seluruh

sektor masing-masing sebesar 338.5 milyar; 288.3 milyar; 2.3 milyar dan 776.4

milyar rupiah.

4.3.3 Dampak Kebutuhan Impor

Barang dan jasa yang berasal dari impor, disamping digunakan dalam

rangka proses produksi juga untuk penggunaan konsumsi akhir. Pada lampiran 5

terlihat bahwa barang dan jasa impor yang dibutuhkan pada suatu sektor ekonomi

akibat dari pengaruh konsumsi rumahtangga, pemerintah, pembentukan modal,

perubahan stok dan ekspor. Bila pengamatan dilakukan secara kolom dapat

diketahui total kebutuhan impor seluruh sektor ekonomi untuk setiap komponen

permintaan akhir.

Sektor yang menjadi unggulan adalah sektor yang tidak mempunyai

ketergantungan dengan wilayah lain dalam hal produksi barang tersebut sehingga

sektor unggulan adalah sektor yang tidak atau paling sedikit membutuhkan impor

barang dan jasa dari luar Pangkalpinang. Terbukti dari lampiran 3, sektor

unggulan yang mempunyai sedikit kebutuhan impor hanya sektor angkutan jalan

raya yaitu hanya sebesar 0.10 persen dari total impor yang diciptakan dari

permintaan akhir keseluruhan sektor yaitu dari konsumsi rumahtangga sebesar 1.6

milyar rupiah.

Sedangkan komponen permintaan akhir terbesar dari seluruh sektor

ekonomi yang mempengaruhi kebutuhan impor adalah komponen konsumsi

Page 54: Pkl Pinang

   

41  

rumahtangga seluruh sektor ekonomi di Kota Pangkalpinang yaitu 1,326 milyar

rupiah diikuti oleh komponen ekspor 1,133.8 milyar rupiah, komponen

pembentukan modal tetap bruto sebesar 691.4 milyar rupiah dan komponen

konsumsi pemerintah sebesar 395 milyar rupiah.

 

Page 55: Pkl Pinang

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Melalui analisis deskriptif dari lima sektor penghasil output dan nilai tambah

terbesar diperoleh bahwa Kota Pangkalpinang memiliki empat sektor kunci

(key sectors) atau sektor yang dapat menjadi sektor unggulan yaitu sektor

perdagangan (28.54%), bangunan (12.64%), pemerintahan umum &

pertahanan (11.05%) dan angkutan jalan raya (8.17%).

2. Namun melalui analisis keterkaitan yaitu dari nilai total daya penyebaran dan

derajat kepekaan yang tertinggi, Kota Pangkalpinang hanya memiliki dua

sektor kunci (key sectors) atau sektor unggulan yaitu sektor bangunan dengan

total daya penyebaran sebesar 1.27206 dan total derajat kepekaan sebesar

1.27853. Sedangkan sektor angkutan jalan raya memiliki total daya

penyebaran dan derajat kepekaan masing-masing sebesar 1.12038 dan

1.03208.

3. Dari analisis dampak terlihat bahwa empat sektor kunci memiliki dampak

yang cukup besar akibat pengaruh dari permintaan akhir baik itu dampak

output dan nilai tambah. Sedangkan untuk dampak kebutuhan impor, sektor

kunci tersebut tidak atau mempunyai sedikit kebutuhan impor dari wilayah

lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat sektor tersebut merupakan

sektor unggulan yang dapat mempengaruhi perekonomian di Kota

Pangkalpinang.

Page 56: Pkl Pinang

43  5.2. Saran

1. Kedua sektor kunci berdasarkan nilai total daya penyebaran dan derajat

kepekaan yang tinggi yaitu sektor bangunan dan angkutan jalan raya patut

dikembangkan dan diprioritaskan dalam perekonomian Kota Pangkalpinang

karena kedua sektor tersebut akan dapat mendorong dan mempengaruhi

sektor-sektor ekonomi lainnya sehingga dapat meningkatkan perekonomian

dan pertumbuhan ekonomi.

2. Untuk kedua sektor kunci lainnya yaitu sektor perdagangan dan pemerintahan

umum & petahanan, diperlukan perhatian yang lebih dari pemerintah untuk

dapat tetap memberikan output serta nilai tambah yang besar bagi Kota

Pangkalpinang.

3. Walaupun begitu sektor-sektor ekonomi yang mempunyai potensi juga tetap

diikutsertakan dalam pengembangan dan pembangunan wilayah seperti sektor

industri pengolahan, restoran, lembaga keuangan dan usaha persewaan serta

jasa-jasa.

4. Selain pengembangan sektor-sektor unggulan, peningkatan sarana dan

prasarana serta perencanaan dan kinerja pemerintah daerah yang lebih matang

sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan pembangunan ekonomi daerah

khususnya di Kota Pangkalpinang.

Page 57: Pkl Pinang

DAFTAR PUSTAKA

Ambardi, U.M dan Socia, P. 2002. “Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah”. Pusat Pengkajian Kebijakan Pengembangan Wilayah (P2KTPW-BPPT), Jakarta

Badan Pusat Statistik, 1999. “Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output”. BPS, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2006. “Analisis Tabel Input-Output Provinsi Kepulauan Bangka Belitung”. BPS, Pangkalpinang.

Badan Pusat Statistik. 2008. “Pangkalpinang Dalam Angka 2007/2008”. BPS, Pangkalpinang.

Bangun, O. 2008. Analisis Peran Sektor Unggulan Terhadap Perekonomian Provinsi Sumatera Utara [Skripsi]. IPB, Bogor.

Firmansyah. 2006. “Operasi Matriks dan Analisis Input Output Untuk Ekonomi: Aplikasi Praktis dengan Excel dan Matlab”. BP Undip, Semarang.

Junaidi. 2008. “Analisis Input-Output dengan Excel”. [FE-UNJA Online]. junaidichaniago.wordpress.com [17 September 2009]

Sjafrizal. 2008. “Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi”. Baduose Media, Padang.

Savitri, D. 2008. Analisis Identifikasi Sektor Unggulan dan Struktur Ekonomi Pulau Sumatera [Skripsi]. IPB, Bogor.

Todaro, M.P dan Stephen, C.S. 2006. “Pembangunan Ekonomi”. Erlangga, Jakarta.

Page 58: Pkl Pinang

   

45  

LAMPIRAN

Page 59: Pkl Pinang

   

46  

Lampiran 1 : Struktur Permintaan dan Penawaran Seluruh Sektor Ekonomi

Kode Permintaan  Total  Penawaran  Total 

Antara  Domestik  Ekspor  Permintaan  Impor  Output Domestik  Penawaran 1  3,101.98   40,600.75   0.00  43,702.73  31,568.91  12,133.82   43,702.73 2  7,305.98   13,978.45   86.74  21,371.17  20,478.52  966.08   21,444.61 3  0.00   1,775.38   6,397.48  8,172.86  0.00  8,172.86   8,172.86 4  2,803.93   24,111.41   0.00  26,915.34  11,138.59  15,768.38   26,906.97 5  11,240.64   6.51   0.00  11,247.15  11,247.15  0.00   11,247.15 6  19,549.93   103,733.77   18,794.77  142,078.48  24,154.72  121,252.06   145,406.77 7  176,106.75   165.24   0.00  176,271.99  165,062.05  11,166.55   176,228.60 8  2,264.85   44,860.55   0.00  47,125.41  12,087.01  35,035.65   47,122.66 9  41.13   9,169.29   0.00  9,210.42  9,210.42  0.00   9,210.42 10  1,035.38   50,427.09   0.00  51,462.47  51,462.47  0.00   51,462.47 11  5.00   1,695.32   10,267.84  11,968.15  0.00  13,967.58   13,967.58 12  1,019.07   31,045.57   30,543.14  62,607.78  1,312.15  61,295.64   62,607.79 13  14,939.37   129,390.55   3,363.47  147,693.39  133,916.76  13,769.47   147,686.23 14  25,038.24   12,473.23   28,958.07  66,469.53  961.62  65,507.91   66,469.53 15  32,198.19   3,314.95   2,500.00  38,013.14  32,672.53  4,133.69   36,806.22 16  25,882.73   495.94   0.00  26,378.67  25,464.33  914.33   26,378.67 17  87,699.55   16,110.04   0.00  103,809.59  103,210.29  0.00   103,210.29 18  51,870.29   339.70   0.00  52,209.99  712.17  51,428.20   52,140.37 19  24,838.00   1,501.70   0.00  26,339.69  22,056.01  4,267.75   26,323.76 20  32,619.08   (2,545.99)  0.00  30,073.10  32,619.08  0.00   32,619.08 21  4,854.56   86,938.20   5,730.63  97,523.38  0.00  246,646.92   246,646.92 22  32,369.30   41,277.10   0.00  73,646.39  63,968.29  11,707.73   75,676.01 23  15,300.12   8,040.12   0.00  23,340.24  23,340.24  0.00   23,340.24 24  36,106.55   18,722.49   0.00  54,829.03  3,916.07  50,912.96   54,829.03 25  23,534.31   383,679.97   47.93  407,262.21  0.00  407,262.21   407,262.21 26  344,314.23   407,355.82   325,107.93  1,076,777.98  0.00  919,631.15   919,631.15 27  2,711.30   1,079.70   3,827.34  7,618.34  454.07  7,164.27   7,618.34 28  29,341.95   37,677.93   2,230.55  69,250.43  1,087.70  68,162.73   69,250.43 29  17,982.14   27,967.92   217,834.24  263,784.29  674.66  263,109.63   263,784.29 30  16,359.16   9,623.99   0.00  25,983.15  25,983.08  0.00   25,983.08 31  13,411.38   3,130.55   1,066.04  17,607.98  521.18  17,086.80   17,607.98 32  2,408.84   406.62   4,641.36  7,456.82  2,025.84  5,430.99   7,456.82 33  17,330.76   8,146.36   35,260.38  60,737.51  3,452.72  57,284.79   60,737.51 34  11,862.94   7,999.49   15,682.22  35,544.66  273.16  35,271.49   35,544.66 35  66,578.39   9,452.68   88,486.17  164,517.24  3,742.99  160,774.25   164,517.24 36  798.45   355,354.62   0.00  356,153.07  0.00  356,153.07   356,153.07 37  8,100.74   32,881.92   995.36  41,978.03  515.14  41,462.88   41,978.03 38  174.50   2,842.82   0.00  3,017.32  0.00  3,017.32   3,017.32 39  11,406.94   40,022.72   99,747.88  151,177.54  0.00  151,177.54   151,177.54 40  2,088.92   0.00   0.00  2,088.92  2,088.92  0.00   2,088.92 

   1,176,595.57   1,965,250.46   901,569.54  4,043,415.57  821,378.85  3,222,036.72   4,043,415.57 

Page 60: Pkl Pinang

   

47  

Lampiran 2 : Permintaan Akhir Seluruh Sektor Ekonomi

KODE  301  302  303  304  305  309  409 1  50,699.48  0.00   0.00  0.00  0.00   50,699.48  31,568.91 2  16,462.09  0.00   0.00  0.00  184.92   16,647.02  20,478.52 3  0.00  0.00   1,775.38  0.00  8,172.86   9,948.24  0.00 4  26,547.19  0.00   567.33  660.38  0.00   27,774.90  11,138.59 5  13.12  0.00   0.00  0.00  0.00   13.12  11,247.15 6  204,370.77  0.00   546.57  0.00  86,789.69   291,707.03  24,154.72 7  0.00  0.00   165.24  0.00  0.00   165.24  165,062.05 8  62,099.92  0.00   203.57  0.00  0.00   62,303.49  12,087.01 9  16,107.48  0.00   0.00  0.00  0.00   16,107.48  9,210.42 10  80,631.81  0.00   0.00  0.00  0.00   80,631.81  51,462.47 11  2,113.87  0.00   0.00  0.00  13,296.65   15,410.52  0.00 12  39,374.49  0.00   136.21  0.00  38,946.16   78,456.87  1,312.15 13  251,863.46  0.00   145.36  0.00  6,554.47   258,563.29  133,916.76 14  15,426.20  0.00   2,192.82  (58.09) 46,467.31   64,028.23  961.62 15  4,916.52  0.00   621.53  (47.31) 2,500.00   7,990.74  32,672.53 16  1,037.93  0.00   0.00  0.00  0.00   1,037.93  25,464.33 17  26,795.82  0.00   0.00  0.00  0.00   26,795.82  103,210.29 18  0.00  0.00   362.15  (22.45) 0.00   339.70  712.17 19  1,722.66  0.00   91.56  5.19  0.00   1,819.41  22,056.01 20  0.00  0.00   0.00  0.00  0.00   0.00  32,619.08 21  0.00  0.00   80,651.61  6,286.59  246,646.92   333,585.12  0.00 22  119,404.15  0.00   1,328.63  (183.51) 0.00   120,549.27  63,968.29 23  16,062.59  0.00   0.00  0.00  0.00   16,062.59  23,340.24 24  18,722.49  0.00   0.00  0.00  0.00   18,722.49  3,916.07 25  8,786.45  0.00   374,893.52  0.00  47.93   383,727.90  0.00 26  0.00  0.00   0.00  0.00  0.00   0.00  0.00 27  1,079.70  0.00   0.00  0.00  3,827.34   4,907.04  454.07 28  37,677.93  0.00   0.00  0.00  2,230.55   39,908.48  1,087.70 29  25,718.27  0.00   0.00  0.00  200,664.05   226,382.33  674.66 30  7,548.70  0.00   0.00  0.00  0.00   7,548.70  25,983.08 31  2,680.46  0.00   0.00  0.00  913.39   3,593.85  521.18 32  364.03  0.00   0.00  0.00  4,155.27   4,519.30  2,025.84 33  8,146.36  0.00   0.00  0.00  35,260.38   43,406.75  3,452.72 34  7,999.49  0.00   0.00  0.00  15,682.22   23,681.71  273.16 35  9,452.68  0.00   0.00  0.00  88,486.17   97,938.85  3,742.99 36  3,917.12  351,437.50   0.00  0.00  0.00   355,354.62  0.00 37  32,881.92  0.00   0.00  0.00  995.36   33,877.28  515.14 38  2,842.82  0.00   0.00  0.00  0.00   2,842.82  0.00 39  40,022.72  0.00   0.00  0.00  99,747.88   139,770.60  0.00 40  0.00  0.00   0.00  0.00  0.00   0.00  2,088.92 

   1,143,490.69  351,437.50   463,681.48  6,640.80  901,569.54   2,866,820.00  821,378.85 

Page 61: Pkl Pinang

   

48  

Lampiran 3 : Dampak Output Akibat Pengaruh Permintaan Akhir

KODE Konsumsi R T Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan

Stok Ekspor Total

1 11,895.58 79.36 29.42 (0.94) 129.17 12,132.60 2 757.05 0.16 0.80 (0.09) 125.84 883.75 3 0.00 0.00 1,775.38 0.00 6,397.48 8,172.86 4 13,905.62 180.20 630.34 (184.04) 315.06 14,847.19 5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6 53,804.78 664.24 810.55 1.53 21,771.94 77,053.05 7 436.90 21.38 10,345.57 2.40 427.83 11,234.08 8 34,929.49 1.40 216.24 (0.03) 98.55 35,245.65 9 0.30 0.00 0.00 0.00 0.00 0.31 10 8.21 0.00 0.00 13.68 0.00 21.89 11 1,698.50 0.66 0.21 0.00 10,268.80 11,968.18 12 30,137.78 16.84 143.61 0.14 30,998.00 61,296.37 13 9,931.32 53.06 174.64 (1.07) 3,740.19 13,898.15 14 12,651.81 927.43 19,132.14 (52.47) 32,917.88 65,576.79 15 1,099.35 501.26 873.34 (20.12) 3,403.24 5,857.08 16 384.44 16.75 200.84 2.40 330.82 935.25 17 0.15 (0.00) (0.00) 2.17 (0.00) 2.32 18 2,102.75 99.80 46,447.43 18.81 2,078.84 50,747.62 19 379.11 7.60 3,808.79 2.32 145.54 4,343.37 20 0.00 0.00 (6,739.96) (1,441.74) 0.00 (8,181.70) 21 0.00 0.00 82,270.88 6,412.81 5,845.69 94,529.37 22 7,250.95 65.19 (20,367.50) (105.66) 2,747.72 (10,409.31) 23 191.64 0.00 (191.73) 0.00 0.00 (0.09) 24 27,333.85 4,119.45 1,946.71 32.12 16,763.87 50,195.99 25 15,174.01 771.84 377,444.41 15.35 14,673.51 408,079.11 26 482,583.58 10,445.74 124,870.08 1,058.13 434,960.62 1,053,918.15 27 1,273.48 1,576.32 161.92 0.77 4,209.18 7,221.66 28 43,429.79 8,986.70 2,922.56 20.77 13,153.50 68,513.32 29 34,396.25 192.38 3,509.82 18.86 225,983.10 264,100.42 30 59.84 (0.00) (59.67) (0.00) (0.00) 0.16 31 6,566.62 112.86 1,175.15 16.15 9,515.96 17,386.74 32 275.08 8.47 178.74 0.48 4,982.50 5,445.27 33 10,572.42 5,276.14 1,778.13 11.15 40,103.62 57,741.48 34 11,262.63 596.06 2,438.06 7.53 21,195.37 35,499.64 35 31,332.31 6,094.37 12,863.55 58.40 115,204.12 165,552.75 36 4,250.16 351,485.42 49.05 0.29 390.10 356,175.03 37 35,102.96 2,209.49 1,227.24 3.64 3,363.23 41,906.55 38 2,900.15 7.12 25.89 0.06 89.34 3,022.55 39 42,460.79 570.51 756.59 0.97 107,481.08 151,269.94 40 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

930,539.65 395,088.20 670,849.21 5,894.78 1,133,811.68 3,136,183.52

Page 62: Pkl Pinang

   

49  

Lampiran 4 : Dampak NTB Akibat Pengaruh Permintaan Akhir

KODE Konsumsi R T Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan

Stok Ekspor Total

1 10,854.08 72.41 26.84 (0.85) 117.86 11,070.34 2 592.81 0.12 0.63 (0.07) 98.54 692.03 3 0.00 0.00 1,346.33 0.00 4,851.44 6,197.77 4 10,457.97 135.53 474.06 (138.41) 236.94 11,166.09 5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6 48,055.36 593.27 723.94 1.37 19,445.45 68,819.39 7 367.12 17.97 8,693.15 2.02 359.49 9,439.75 8 11,487.70 0.46 71.12 (0.01) 32.41 11,591.68 9 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 11 454.10 0.18 0.06 0.00 2,745.42 3,199.76 12 15,846.11 8.85 75.51 0.08 16,298.40 32,228.94 13 8,045.61 42.99 141.48 (0.87) 3,030.02 11,259.23 14 7,501.65 549.90 11,344.04 (31.11) 19,518.04 38,882.52 15 992.64 452.61 788.57 (18.16) 3,072.90 5,288.55 16 252.29 10.99 131.80 1.57 217.10 613.74 17 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 18 394.35 18.72 8,710.75 3.53 389.87 9,517.21 19 292.55 5.87 2,939.19 1.79 112.31 3,351.71 20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 21 0.00 0.00 20,940.27 1,632.24 1,487.89 24,060.40 22 3,705.00 33.31 (10,407.14) (53.99) 1,404.00 (5,318.82) 23 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 24 21,374.78 3,221.36 1,522.30 25.11 13,109.17 39,252.73 25 5,041.60 256.44 125,406.73 5.10 4,875.31 135,585.17 26 370,491.37 8,019.46 95,865.86 812.35 333,930.05 809,119.09 27 869.75 1,076.58 110.58 0.52 2,874.75 4,932.18 28 20,512.97 4,244.64 1,380.40 9.81 6,212.73 32,360.55 29 17,762.88 99.35 1,812.54 9.74 116,701.96 136,386.47 30 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 31 4,180.11 71.85 748.06 10.28 6,057.58 11,067.87 32 191.55 5.90 124.46 0.33 3,469.46 3,791.70 33 8,280.10 4,132.17 1,392.60 8.73 31,408.32 45,221.92 34 8,506.78 450.21 1,841.49 5.69 16,009.08 26,813.24 35 26,265.45 5,108.83 10,783.34 48.96 96,574.05 138,780.62 36 3,725.28 308,078.08 42.99 0.25 341.93 312,188.53 37 23,722.10 1,493.14 829.35 2.46 2,272.82 28,319.87 38 1,849.21 4.54 16.51 0.04 56.97 1,927.26 39 27,299.95 366.81 486.45 0.63 69,104.42 97,258.26 40 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

659,373.22 338,572.50 288,364.25 2,339.13 776,416.67 2,065,065.77

Page 63: Pkl Pinang

   

50  

Lampiran 5 : Dampak Kebutuhan Impor Akibat Pengaruh Permintaan Akhir

Kode Konsumsi R T Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan

Stok Ekspor Total

1 46,114.26 1,546.79 574.98 (20.34) 2,617.99 50,833.68 2 17,407.16 24.02 110.85 (13.52) 10,491.72 28,020.23 3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4 16,136.96 895.91 323.72 844.96 1,788.36 19,989.90 5 11,576.63 758.28 32,205.44 (39.94) 26,962.73 71,463.14 6 90,372.98 1,338.02 573.97 3.08 6,806.95 99,095.00 7 4,471.38 221.21 184,630.55 6,137.49 9,940.82 205,401.44 8 17,191.97 6.06 48.93 (0.12) 427.31 17,674.15 9 9,457.67 7.93 12.22 (2.71) 12.68 9,487.79 10 57,390.25 455.10 259.09 (23.22) 922.84 59,004.06 11 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 12 1,442.87 5.03 2.32 (0.09) 160.02 1,610.14 13 187,555.07 4,956.73 3,034.51 (113.98) 46,125.55 241,557.89 14 914.73 871.68 2,088.98 (0.79) 975.42 4,850.01 15 148,152.65 229,998.98 35,567.70 224.32 135,199.67 549,143.32 16 121,246.60 10,580.80 41,058.18 299.24 106,263.14 279,447.95 17 228,652.97 40,266.11 114,685.78 379.70 347,472.39 731,456.96 18 150.13 6.41 2,642.52 1.06 146.10 2,946.21 19 4,402.12 161.69 79,060.93 12.19 3,084.54 86,721.47 20 11,169.32 643.79 116,799.33 1,417.29 7,717.42 137,747.16 21 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 22 136,106.96 7,462.21 29,778.39 67.90 128,675.00 302,090.45 23 63,072.48 17,921.39 3,564.66 28.55 88,294.32 172,881.40 24 8,958.91 10,848.74 960.91 7.46 13,826.29 34,602.33 25 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 26 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 27 719.40 8,441.51 173.79 0.98 551.76 9,887.45 28 1,826.01 5,776.48 346.16 1.81 1,736.29 9,686.75 29 1,631.42 44.10 479.07 2.26 1,520.17 3,677.02 30 94,735.84 6,470.83 27,834.45 196.58 137,032.12 266,269.82 31 1,350.08 57.55 348.58 2.74 2,239.93 3,998.88 32 6,057.82 344.82 2,607.71 9.18 9,413.06 18,432.59 33 8,571.18 31,916.79 2,348.10 13.51 11,855.38 54,704.96 34 646.63 248.97 229.53 0.78 820.99 1,946.91 35 14,635.06 11,456.66 5,304.19 29.46 17,636.04 49,061.42 36 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 37 787.02 1,068.85 114.63 0.57 353.03 2,324.09 38 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 39 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 40 13,155.17 284.75 3,649.45 28.84 12,741.66 29,859.87

1,326,059.70 395,088.20 691,419.61 9,495.25 1,133,811.68 3,555,874.44